e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V M.W.Puthra, N.T.Renda, I.N.Murda Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar IPA setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe word square. (2) mengetahui peningkatan hasil belajar setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe word square. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, evaluasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 2 Tukadmungga yang berjumlah 16 siswa. Untuk pengumpulan data menggunakan metode observasi keaktifan belajar dan soal pilihan ganda. Data dianalisis menggunakan teknik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan (1) terjadi peningkatan nilai rata-rata keaktifan belajar IPA siswa dari observasi prasiklus sebesar 60,78 dengan kategori kurang aktif menjadi 68,77 dengan kategori cukup aktif pada penelitian siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 80,24 dengan kategori aktif. (2) terjadi peningkatan nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa dari obervasi prasiklus sebesar 54,37 dengan kategori sangat rendah, terjadi peningkatan pada penelitian siklus I sebesar 68,43 dengan kategori sedang dan dilanjutkan pada penelitian siklus II menjadi 82,05 dengan kategori tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe word square dapat dikatakan berhasil karena penelitian ini sudah mencapai kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan sebelumnya yaitu rata-rata nilai keaktifan dan hasil belajar mencapai nilai rata-rata 80 dengan kriteria baik. Kata kunci: hasil belajar, hakekat IPA, keaktifan belajar, word square ABSTRACT The aims of this research (1) to determine the increase in activity of learning science after the implementation of cooperative learning model word square. (2) to increase learning outcomes after the implementation of cooperative learning model word square. This research is a classroom action research was conducted in two cycles consist of planning, action, evaluation and reflection. The subjects were students of class V SDN 2 Tukadmungga totaling 16 students. For data collection using observation sheet activity of learning and multiple choice questions. Data were analyzed using descriptive quantitative techniques. The results showed (1) an increase in the average value of the students' learning activeness IPA prasiklus of 60.78 into 68.77 is less active categories with category quite active in the first cycle and the second cycle increased to 80.24 with the active category. (2) an increase in the average value of student learning science outcomes pracycle at 54.37 with very low category, there was an increase in the first cycle of 68.43 with category and continued in the second cycle becomes 82.5 with the high category. Based on the results of research conducted with the implementation of cooperative learning model word square is successful because this research has reached the success criteria is predetermined that 80 good category. Keyword: Word square, activeness Learning, Learning Outcomes, Science
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sesuai dengan tuntutan persaingan global. Dalam persaingan global suatu bangsa dituntut memiliki modal utama yakni kemampuan dalam penguasaan IPTEKS, memiliki pola pikir yang tinggi, serta mampu memproses informasi untuk pengembangan IPTEKS yang dibutuhkan agar dapat memenuhi tuntutan tersebut. Berdasarkan UU RI No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, “siswa diarahkan untuk berpikir kreatif dan aktif. Hal ini perlu didukung dengan sistem kurikulum yang tepat”. Saat ini kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. “Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah kurikulum 2013 yang bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia” Permendikbud No. 67 Tahun 2013. Untuk mewujudkan tujuan itu, maka dalam pelaksanaan pembelajaran hendaknya kegiatan pembelajaran dijadikan kegiatan yang paling utama di sekolah karena berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung kepada bagaimana proses pembelajaran dirancang dan dijalankan secara profesional. Dalam pembelajaran ini akan tercipta suatu tujuan pendidikan secara umum maupun secara khusus seperti perubahan tingkah laku siswa menuju kearah yang lebih baik. Pendidikan dan pengajaran merupakan persoalan yang cukup kompleks, sebab banyak hal yang mempengaruhinya. Salah satu faktor itu diantaranya adalah guru. Guru merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan penting dan
utama. Guru mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Selain itu guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif, kreatif, menarik dan menyenangkan. Untuk mendukung tugas dan peran guru tersebut diperlukan pendidikan dan pengajaran dari berbagai disiplin ilmu, salah satunya yaitu mata pelajaran IPA ditingkat SD. Ilmu Pengetahuan alam merupakan salah satu mata pelajaran yang berperan penting, karena dapat memupuk rasa ingin tahu dan keaktifan siswa tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di alam secara ilmiah. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa “IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar, diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dalam pembelajaran IPA siswa diharapkan dapat menyusaikan diri terhadap perubahan-perubahan teknologi. Namun kenyataannya di lapangan berbeda, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada guru kelas V di SDN 2 Tukadmungga kecamatan buleleng kabupaten buleleng pada tanggal 19 November 2015, ditemukan bahwa dalam pembelajaran IPA siswa kurang aktif untuk mengikuti kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan gurunya. Guru menuturkan, bahwa siswa kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan, karena banyaknya konsep-konsep yang harus dimengerti siswa. Sehingga, siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menjelaskan kembali konsep materi yang telah mereka pelajari. Siswa juga 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
cepat merasa bosan dan kurang aktif dalam menerima materi pembelajaran yang disampaikan guru, kosentrasi siswa mudah teralihkan oleh hal-hal lain diluar jam pelajaran seperti bermain dan mengganggu temannya. Selain itu, siswa juga kurang aktif bertanya mengenai halhal yang belum diketahuinya dan menunggu penjelasan dari gurunya. Berdasarkan hasil pengamatan langsung kedalam kelas , permasalahan tersebut muncul disebabkan oleh faktorfaktor sebagai berikut, 1) guru masih menggunakan model pembelajaran yang kurang inovatif dan kreatif yakni dalam mengajar hanya menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran di kelas hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru ke siswa saja yang bersifat konvensional, 2) guru masih menjadi pusat pembelajaran, artinya guru jarang menghubungkan konsep-konsep pembelajaran IPA dengan kehidupan nyata, 3) guru kurang memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran di kelas, sehingga siswa cepat merasa bosan dan tidak memperhatikan penjelasan guru, 4) guru kurang dalam pemanfaatan media dalam menyampaikan materi pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi monoton dan siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran, dan 5) guru tidak menggunakan kelompok diskusi pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-konsep IPA. Berdasarkan hasil studi dokumentasi, rata-rata KKM siswa masih berada dibawah KKM yaitu 54,37 sedangkan KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 73. Jika dipersentasekan 54% siswa masih dibawah rata-rata ketuntasan belajar sedangkan 46% sudah mencapai rata-rata ketuntasan belajar. Apabila pembelajaran seperti itu masih tetap dipertahankan dan belum berubah maka seakan-akan menjadi paradigma dalam membelajarkan siswa dan kurangnya keaktifan dalam proses pembelajaran di kelas, berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.
Berdasarkan fakta tersebut mengenai masalah pada hasil belajar IPA maka diperlukan adanya salah satu penerapan model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya model pembelajaran yang tepat adalah model pembelajaran kooperatif tipe word square. “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiridari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen” Rusman (2012). Dalam pembelajaran ini, akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas dari pembelajaran sebelumnya, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dan siswa, siswa dan siswa, siswa dan guru (multi way traffic communication). Selain itu, model ini juga menekankan siswa untuk bekerja sama dalam kelompoknya, saling tukar ide/pendapat dalam mengemukan suatu pendapat untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Menurut Sanjaya (dalam Rusman, 2012) mengemukan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompokkelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemebelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan setiap anggota kelompok saling bekerja sama serta membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran dalam menyelesaikan tugas kelompok atau mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2015: 97) mengemukan “model pembelajaran Word square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya dan berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran”. Model pembelajaran ini, memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
METODE Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini merupakan PTK karena penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan penerapan suatu pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa. Dipilihnya PTK karena penelitian ini akan melakukan perbaikan keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa dengan melakukan refleksi dan perbaikan pada tiap siklus penelitian. Perbaikan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dalam penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran IPA di kelas V semester genap di SDN 2 Tukadmungga Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Dalam penelitian ini, bentuk penelitian yang akan dilakukan adalah tindakan penelitian dimana guru bertindak sebagai peneliti terhadap siswanya yang sedang mengalami suatu masalah dalam pembelajaran, dengan maksud agar masalah tersebut dapat terpecahkan. Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa kelas V semester II di SDN 2 Tukadmungga, Kec. Buleleng, Kab. Buleleng selama rentang waktu semester genap tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini akan mengambil sebuah subjek penelitian yang melibatkan para siswa kelas V semester II dengan jumlah 16 orang yang terdiri dari 6 orang perempuan dan 10 orang laki-laki di SDN 2 Tukadmungga, Kec. Buleleng, Kab. Buleleng sedangkan objek dari penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPA setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Word Square. Penelitian ini mengikuti tahaptahap penelitian tindakan sebagaimana dikemukakan Agung, (2005: 92) yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu: (a) tahap perencanaan , (b) tahap pelaksanaan tindakan, (c) tahap evaluasi/observasi, dan (d) tahap refleksi. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam bentuk siklus, dan dapat digambarkan dalam model seperti gambar dibawah ini.
Model pembelajaran word square juga merupakan salah satu model pembelajaran yang melalui permainan “belajar sambil bermain” namun yang sangat ditekankan yaitu belajarnya. Belajar dan bermain memiliki persamaan yang sama yaitu terjadi perubahan yang dapat mengubah tingkah laku, sikap dan pengalaman. Model pembelajaran word square sesuai untuk semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran IPA, tinggal bagaimana guru dapat membuat sejumlah pertanyaan yang terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif. Model ini berguna sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap materi yang disampaikan. Sehingga dikatakan efektif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan model pembelajaran word square merupakan suatu model pembelajaran yang lebih melatih sikap teliti dan kritis. Begitu pula dengan model ini, dapat dipergunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA yaitu dengan memberikan lembaran kegiatan atau lembaran kerja berupa pertanyaan yang perlu dicari jawabanya pada susunan huruf acak yang sudah disediakan oleh guru. Sehingga, siswa akan aktif dalam memahami materi yang sudah disampaikan. Adapun beberapa keunggulan dari model pembelajaran word square yang dikemukan oleh Kurniasih Imas dan Berlin Sani (2015: 98) yaitu sebagai berikut: 1) Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan, 2) melatih untuk disiplin, 3) dapat melatih sikap teliti dan kritis, 4) merangsang siswa untuk berpikir efektif. Untuk itu, maka diadakan penelitian dalam upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II SDN 2 Tukadmungga, Kec. Buleleng, Kab. Buleleng pada Tahun Pelajaran 2015/2016’’. 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
1
4 Hasil Siklus I Siklus II
2 3 11 4
Keterangan: Siklus I
1. 2. 3. 4.
2 3
Tahap Perencanaan Tahap PelaksanaanTindakan Tahap Evaluasi/Observasi Tahap Refleksi
Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Model Stephan Kemmis & Mc Taggart Tahap perencanaan, beberapa kegiatan yang perlu direncanakan yaitu sebagai berikut. (1) Melakukan koordinasi dengan kepala SDN 2 Tukadmungga bahwa akan melakukan kegiatan penelitian di sekolah tersebut. (2) Berkoordinasi dengan guru kelas 5 SDN 2 Tukadmungga mengenai materi pelajaran yang sesuai dengan kurikulum KTSP dan model pembelajaran kooperatif word square. (3) Menyusun RPP sesuai dengan materi yang sudah ditetapkan dengan tahap-tahapan pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe word square. (4) Berdiskusi dengan guru kelas V SDN 2 Tukadmungga mengenai model pembelajaran kooperatif word square. (5) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam melaksanakan penelitian ini. (6) Menyusun instrumen yang berupa lembaran observasi untuk menilai keaktifan belajar siswa dan instrumen berupa soal-soal pilihan ganda beserta kunci jawaban yang akan digunakan dalam mengukur hasil belajar siswa pada test akhir siklus. (7) Sosialisasi pembelajaran pada guru dan siswa mengenai model pembelajaran kooperatif tipe word square serta pembentukan kelompok. Tahap pelaksanaan tindakan, pada tahap ini proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe word square. Setiap tindakan dalam pertemuan menerapkan model pembelajaran word square.
Selama pelaksanaan tindakan penelitian siswa difasilitasi untuk aktif mengikuti pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah disusun berdasarkan pada langkah-langkah pembelajaran. Tahap evaluasi/observasi, pada tahap ini, penelitian dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe word square akan dilaksanakan. Tahap observasi ini dilaksanakan pada setiap pertemuan pemberian materi sedangkan tahap evaluasi dilakukan pada akhir siklus dengan memberikan tes evaluasi belajar. Tahap refleksi, tahap ini dilakukan untuk mengkaji siswa selama proses pembelajaran dengan memperoleh keaktifan dan hasil belajarnya setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe word square. Refleksi ini dilakukan untuk melihat kendala-kendala yang dialami selama penelitian siklus dan selanjutnya dicarikan solusi yang baik untuk memperbaiki keaktifan dan hasil belajar. Metode dan instrument pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode observasi keaktifan dan metode tes hasil belajar. Adapun instrumen yang digunakan yaitu lembaran observasi untuk mengukur keaktifan belajar siswa dan soal-soal pilihan ganda yaitu untuk mengukur hasil belajar siswa. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif kuantitatif yang mencakup 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
menghitung nilai siswa secara individu, menghitung nilai rata-rata (mean), menghitung kriteria peningkatan siswa dengan rumus gains skor, dan menyajikan data dalam betuk diagram batang. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria keberhasilan yaitu sebagai berikut. 1) Rata-rata keaktifan belajar siswa mencapai ratarata nilai minimal 80 dengan kriteria aktif. 2) Rata-rata hasil belajar siswa mencapai rata-rata minimal 80 dengan kriteria tinggi.
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Hasil Belajar
Keaktifan Belajar
HASIL PENELITIAN SIKLUS I Penelitian siklus I dilaksanakan dengan 3 kali pertemuan yaitu 2 kali pertemuan pelaksanaan tindakan dan 1 kali pertemuan pemberian tes akhir siklus berupa soal-soal pilihan ganda. Pada pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh nilai rata-rata keaktifan belajar IPA siswa kelas V yaitu 68,77 dengan kategori cukup aktif. Sedangkan hasil belajar IPA yaitu 68,43 kategori sedang, dengan kriteria peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus ke siklus I sebesar 0,30 berada pada predikat rendah. Data yang diperoleh pada siklus I ini menunjukan bahwa, belum mampu mencapai kriteria keberhasilan penelitian yang sudah ditetapkan yaitu nilai rata-rata keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas V minimal mencapai 80 dengan kategori aktif/tinggi. Agar lebih mudah dipahami mengenai data keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas V pada siklus I dapat digambarkan seperti pada grafik 1 di bawah ini.
68,43
68,77
Keaktifan Belajar
Hasil Belajar
Gambar 1 Grafik Peningkatan Nilai RataRata Keaktifan Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Siklus I
Refleksi siklus I Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan observasi yang dilakukan pada siklus I, adapun kendala-kendala yang dialami selama proses pembelajaran berlangsung yaitu akan diidentifikasikan sebagai berikut. 1) Siswa belum terbiasa dan kurang memahami proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe word square. 2) Siswa dalam proses pemebelajaran kurang disiplin dan bertanggung jawab. 3) Siswa masih banyak yang raguragu dalam mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum dipahami. 4) Dalam diskusi kelompok siswa tidak mau kerja sama dalam mencari jawaban atau memecahkan suatu masalah. 5) Pada saat pembelajaran selesai siswa belum mampu menyimpulkan proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Kendala-kendala diatas dapat dijadikan reflesi siklus I dan juga dapat dijadikan sebagai acuan pelaksanaan 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
siklus II. Selanjutnya kendala-kendala yang didapatkan pada siklus I akan didiskusikan pada guru kelas V untuk dicarikan solusinya. Adapun solusi yang didapatkan untuk mengatasi kendalakendala tersebut yaitu sebagai berikut. 1) Guru kembali menjelaskan kepada siswa mengenai proses pembelajaran yang diterapkan agar siswa memahami betul langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe word square. 2) Siswa diarahkan untuk disiplin, bagi siswa yang tidak disiplin akan diberikan sanksi nilainya kecil dan diberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi. 3) Siswa diarahkan untuk aktif bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahaminya. Dan menyampaikan kepada siswa bagi yang sering bertanya, sering menanggapi akan diberikan point berupa nilai dan penguatan positif lainnya seperti tepuk tangan dan sanjungan agar siswa termotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran. 4) Memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dalam diskusi kelompok berupa penguatan dan penilaian terhadap keaktifan belajar siswa. 5) Siswa diberikan bimbingan dalam menyimpulkan dengan memberikan pertanyaan arahan. Hal ini dilakukan sampai siswa mampu menyimpulkan pembelajaran yang telah dipelajarinya.
kali pertemuan pemberian tes akhir siklus berupa soal-soal pilihan ganda. Pada pelaksanaan tindakan siklus II diperoleh nilai rata-rata keaktifan belajar IPA siswa kelas V yaitu 80,24 dengan kategori aktif. Sedangkan rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas V yaitu 82,05 dengan kategori tinggi, dengan peningkatan hasil belajar sebesar 0,44 dengan kategori sedang. Jadi penelitian yang dilakukan pada siklus II bisa dikatakan berhasil karena sudah mencapai kriteria keberhasilan yaitu nilai rata-rata keaktifan dan hasil belajar IPA mencapai rata-rata nilai minimal 80 dengan kriteria aktif/tinggi. Agar lebih mudah dipahami mengenai data keaktifan dan hasil belajar siswa pada siklus II akan digambarkan pada grafik 3 dibawah ini.
100 80 Siklus I
60 40
80,24 68,77
82,05 68,43 Siklus
II
20 0 Keaktifan Belajar
Hasil Belajar
Gambar 3. Grafik Peningkatan Nilai RataRata Kekatifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V dari Siklus I ke Siklus II
Reflkesi yang telah dilaksnakan tersebut kemudian akan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II. Dan pada siklus II siswa diharapakan dapat memperbaiki proses pembelajaran pada siklus I dan mampu mencapai target kriteria keberhasilan yang diharapkan.
Jadi penelitian yang dilakukan dari siklus I ke siklus II bisa dikatakan berhasil karena sudah mampu memenuhi kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan sebelumnya yaitu mencapai nilai rata-rata keaktifan dan hasil belajar IPA minimal mencapai 80 dengan kategori aktif/tinggi. Penelitian dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe word square untuk meningkatkan kekatifan dan hasil belajar IPA siswa kelas V dapat diberhentikan sampai dengan siklus II.
PENELITIAN SIKLUS II Penelitian siklus II dilaksanakan dengan 3 kali pertemuan yaitu 2 kali pertemuan pelaksanaan tindakan dan 1 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe word square, dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas V di SDN 2 Tukadmungga, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng pada tahun pelajaran 2015/2016. Adapun bukti peningkatan kekatifan dan hasil belajar IPA siswa kelas V sebagai berikut. 1) Peningkatan keaktifan belajar diketahui dari hasil penelitian siklus I memperoleh nilai rata-rata 68,77 dengan kategori cukup aktif. Pelaksanaan penelitian siklus II menunjukan terjadinya peningkatan nilai rata-rata keaktifan belajar sebesar 80,24 dengan kategori aktif. Setelah melakukan penelitian siklus I dan siklus II dibandingkan dengan kriteria keberhasilan penelitian yang menyatakan bahwa penelitian ini dikatakan berhasil jika mencapai rata-rata nilai minimal 80 dengan kategori aktif. 2) Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar IPA pada siklus I mencapai rata-rata nilai 68,43 dengan kategori sedang. Pelaksnaan penelitian siklus II dengan refleksi siklus I terjadi peningkatan nilai rata-rata hasil belajar IPA sebesar 0,44 menjadi 82,05 dengan kategori tinggi. Setelah itu, penelitian yang sudah dilaksanakan dari siklus I ke siklus II dibandingkan dengan kriteria keberhasilan penelitian yang menyatakan bahwa penelitian ini dikatakan berhasil jika nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas V mencapai rata-rata nilai minimal 80 dengan kategori tinggi.
menjawab lembaran kegiatan word square karena termotivasi dari temanteman yang lain. 3) Siswa menjadi lebih disiplin, berpikir efektif, lebih teliti dalam menjawab soal-soal karena dalam lembaran kegiatan word square sudah diisi jawaban yang pasti dalam kotakkotak jawaban. Hasil yang diperoleh sejalan dengan Imas Kuriasih dan Berlin Sani (2015) menyatakan bahwa model pembelajaran word square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya dan berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat saat guru menjelaskan materi, siswa membiasakan diri untuk membaca buku sumber sambal memperhatikan guru menjelaskan dan menanyakan hal-hal yang belum dipahaminya. Hasil yang diperoleh juga sejalan dengan Mirah Karniasari (2013) menyatakan bahwa pembelajaran word square merupakan pembelajaranyang melatih sikap teliti dan kritis, siswa lebih berpikir efektif dan disiplin. Hal ini dapat dilihat pada saat menjawab lembaran kegiatan word square. Keberhasilan penelitian ini didukung pula oleh beberapa penelitian yang relavan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Eka Wijaya (2011) menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran word square dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIC pada mata pelajaran matematika di SMP Alfalah Karangwangi Depok. Penelitian yang dilakukan oleh Mirah Karniasari (2013) dengan penelitian yang berjudul pengaruh model pembelajaran word square berbantuan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPS kelas IV Sekolah Dasar Segugus V Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2012/2013. Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini dikatakan telah berhasil karena sudah mencapai kriteria penelitian yang ditetapkan sebelumnya sudah terpenuhi. Jadi, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe word square dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas V semester II SDN 2
Peningkatan nilai rata-rata ini disebabkan dengan beberapa faktor yaitu 1) Selama proses penerapan model pembeajaran word square siswa menjadi terbiasa dalam pemanfaatan buku sumber dan oleh sebab itu model ini dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. 2) Pada saat pembelajaran minat belajar siswa meningkat. Saat belajar siswa yang sebelumnya pasif menjadi lebih aktif 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Tukadmungga, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng pada tahun pelajaran 2015/2016.
belajar, semangat belajar, tanggung jawab belajar dan kedisiplinan dalam belajar agar pembelajaran di kelas lebih bermakna. 4) Kepada Peneliti Lain, yang memiliki minat unuk meneliti kekatifan dan hasil belajar siswa diharapakan untuk melanjutkan model pembelajaran kooperatif tipe word square. Apabila peneliti berikutnya mungkin tertarik dengan penelitian ini diharapkan bisa lebih mengembangkan kajian yang lebih luas dan mendalam lagi.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1) Terjadinya peningkatan nilai ratarata keaktifan belajar IPA siswa kelas V semester II SDN 2 Tukadmungga, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe word square pada tahun pelajaran 2015/2016. 2) Terjadinya peningkatan nilai ratarata hasil belajar IPA siswa kelas V semester II SDN 2 Tukadmungga, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe word square pada tahun pelajaran 2015/2016.
DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A. Gede. 2005. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja. FIP --------. 2012. Metodelogi Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja --------.
SARAN Dari kesimpulan dapat disampaikan beberapa saran mengenai permasalahan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas V melalui penerapan model pembelajaran word square. 1) Kepada Kepala Sekolah diharapkan selalu membina dan berdiskusi dengan semua wali kelas dan guruguru lainnya agar mengembangkan model-model pembelajaran yang menarik dan kreatif sehingga diharapkan mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. 2) Kepada Guru Pembimbing, disarankan untuk dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif word square secara berkelanjutan untuk membantu siswa dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA. Begitu pula guru harus mampu menerapkan model-model pembelajaran yang lain yang bersifat inovatif dan kreatif supaya siswa lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran. 3) Kepada Siswa, diharapakan agar lebih meningkatkan keaktifan dalam
Agus,
2014. Metodelogi Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
Suprijono. 2009. Cooperatif Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka belajar
Ekawijana. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Word Square Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIC Pada Mata Pelajaran Matematika di SMP Alfalah Karangwangi Depok. Tersedia pada http://skripsi Ekawijana. Blogspot.nl/2011/09/penerapanmodelpembelajaran-wordsquare.html Hamalik, Omar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Karniasari, Mirah. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar di Gugus V Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar Pada Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi (tidak 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dipublikasikan). PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalisme Guru. Kata Pena Pakmono. 2014. Model Pembelajaran Word Square. Tersedia pada http://www.pakmono.com/2014/09/ model-pembelajaran-wordsquare.html Rusman. 2014. Pembelajaran: Profesionalisme Rajawali Press
Model-model Mengembangkan Guru. Jakarta
10