PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM BERMAIN DRAMA DI KELAS V SDN I BUKO KECAMATAN PINOGALUMAN PARAMITA ELEN SUPU MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PEMBIMBING Dra. Ratnarti Pahrun, M.Pd Hj.Sumarni Mohammad, S.Pd, M.Pd ABSTRAK Paramita Elen Supu, 2013. “ Penerapan Media Audio Visual Dalam Bermain Drama Di kelas V SDN I Buko Kecamatan Pinogaluman ’’. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Ratnarti Pahrun, M.Pd dan Pembimbing II Hj.Sumarni Mohammad, S.Pd, M.Pd. Permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Penerapan Media Audio Visual Dalam Bermain Drama Di kelas SDN I Buko Kecamatan Pinogaluman. Tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan Media Audio Visual Dalam Bermain Drama Di Kelas V SDN I Buko Kecamatan Pinogaluman. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan dengan dengan subjek penelitian 36 orang siswa di SDN I Buko Kecamatan Pinogaluman tehnik pengumpulan data yakni observasi, wawancara serta dokumentasi. Sesuai dengan hasil penelitian di kelas V SDN I Buko, kemampuan secara keseluruhan pada siswa kelas V yaitu 26 orang siswa atau 72,22 % siswa yang sudah mampu, kurang mampu 5 orang 13,89 % dan siswa tidak mampu sekitar 5 orang siswa atau 13,89%. Kesimpulan pada penelitian ini penerapan Media Audio Visual Di Kelas V SDN 1 Buko Kecamatan Pinogaluman, tingkat kemampuan yang dimiliki untuk penerapan pada setiap individu berbeda-beda, ada kemampuan siswa yang tinggi maupun yang rendah. Penerapan merupakan suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan media audio visual dapat membantu siswa dalam bermain drama di kelas V SDN I Buko Kecamatan Pinogaluman. Kata kunci : Media audio visual, Bermain drama PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran drama dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SDN I BUKO Kecamatan Pinogaluman. Selama ini proses pembelajaran drama di sekolah ini telah menggunakan media audio visual, hanya saja penerapannya belum terlalu maksimal. Media pembelajaran yang digunakan masih terbatas pada buku sehingga dapat mempengaruhi
keterampilan bermain drama siswa dan juga kurang bermintanya siswa di kelas V SDN 1 Buko dalam bermain drama dengan menggunakan media baca yang berupa dialog. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menerapkan media audio visual dalam bermain drama di kelas V SDN I BUKO Kecamatan Pinogaluman. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Bagi sekolah, sebagai bahan masukan bagi sekolah dan instansi terkait dalam penyusunan
dan melaksanakan program pembinaan guru. 2) Bagi guru, bermanfaat untuk menambah wawasan dan mengembangkan penggunaan
media secara baik dan benar. 3) Bagi siswa, bermanfaat untuk memahami penggunaan media audio visual dalam bermain drama 4) Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam hal penelitian serta
memahami masalah yang berhubungan dengan upaya penerapan media audio visual dalam bermain drama. KAJIAN TEORETIS Pengertian penerapan Penerapan dapat berarti sebagai suatu pemakaian atau aplikasi suatu cara atau metode suatu yang akan diaplikasikannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya. Zulmar 2013: http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20130121154708AAAVlFy Pengertian media Media itu sebenarnya. Kata “madia” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dalam bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan
melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan
keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan dari pada tanpa bantuan media. Media pembelajaran sangat beraneka ragam. Berdasarkan hasil penelitian para ahli, ternyata media yang beraneka ragam itu hampir semua bermanfaat. Cukup banyak jenis dan bentuk media yang telah dikenal dewasa ini, dari yang sederhana sampai yang berteknologi tinggi, dari yang mudah dan sudah ada secara natural sampai kepada media yang harus dirancang sendiri oleh guru. Dari ketiga jenis media yang ada yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran, bahwasanya media audio-visual adalah media yang mencakup 2 jenis media yaitu audio dan visual. Sadiman (2008:7) mengungkapkan media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa terjadinya proses belajar. Media pembelajaran yang digunakan masih terbatas pada buku. Sedangkan metode yang digunakan juga masih cenderung ceramah dan penugasan. Apabila pembelajaran tersebut dilakukan secara terus menerus akan mengakibatkan minat dan keterampilan yang dimiliki siswa berkurang. Ketepatan penggunaan media sangat menunjang keberhasilan pembelajaran. Sehingga pemilihan dan penggunaan media dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki siswa. Pengertian Media Audio Visual Dalam Djamarah ( 2010: 124 ) mengemukakan Media Audio-Visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis Media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama adalah media Audio Visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara, film rangkai suara, dan cetak suara. Media yang kedua adalah Audio Visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette. Harmawan, (2007) mengemukakan bahwa “ Media Audio Visual adalah Media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi) meliputi media yang dapat dilihat dan didengar). “
Sebagai media pembelajaran dalam pendidikan dan pengajaran, media audio- visual mempunyai sifat sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Kemampuan untuk meningkatkan persepsi Kemampuan untuk meningkatkan pengertian Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar. Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement) atau pengetahuan hasil
yang dicapai 5. Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan). Karakteristik Media Audio- Visual Karakteristik media Audio-Visual adalah memiliki unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua yaitu media audio dan visual. Media Audio-Visual terdiri atas : 1. Audiovisual Diam Yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti a. Film bingkai suara (sound slide)
Adalah suatu film berukuran 35 mm, yang biasanya dibungkus bingkai berukuran 2x2 inci tersebut dari karton atau plastik. Sebagai suatu program film bingkai sangat bervariasi. Panjang pendek film bingkai tergantung pada tujuan yang ingin dicapai dan materi yang ingin disajikan. Ada program yang selesai dalam satu menit, tapi ada pula yang hingga satu jam atau lebih. Namun yang lazim, satu film bingkai bersuara (sound slide) lamanya berkisar antara 10-30 menit. 2. Audiovisual Gerak Yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti : a. Film suara Film sebagai media audio-visual adalah film yang bersuara. Slide atau filmstrip yang ditambah dengan suara bukan alat audio-visual yang lengkap, karena suara dan rupa berada terpisah, oleh sebab itu slide atau film strip termasuk media audio-visual saja atau media visual diam plus suara. b. Video / VCD
Video sebagai media Audio-Visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan bias bersifat fakta maupun fiktif, biasa bersifat informative, edukatif maupun instruksional. Sebagian besar tugas film dapat digantikan oleh video. Tapi tidak berarti bahwa video akan menggantikan kedudukan film. Media video Merupakan salah satu jenis media audio visual, selain film.Yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk VCD.
Kelebihan video : 1. Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singka. 2. Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton memperoleh informasi dari
ahli-ahli/spesialis 3. Menghemat waktu 4. Bisa mengamati lebih dekat objek yang sedang bergerak c. Film Televisi Selain film, televisi adalah media yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara Audio-Visual dengan disertai unsure gerak. Dilihat dari sudut jumlah penerima pesannya, televisi tergolong ke dalam media massa. d. Film Gelang (Loop Film) Dilihat dari segi keadaannya, media audiovisual dibagi menjadi : 1. Audiovisual Murni yaitu unsur suara maupun unsur gambar berasal dari suatu sumber
seperti film/video audio cassette. 2. Audiovisual tidak murni yaitu unsur suara dan gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slide proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder. Kelebihan & Kelemahan Media Audio-Visual Kelebihan atau kegunaan media Audio-Visual pembelajaran sama dengan pengajaran Audio & visual yaitu: 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk
kata-kata, tertulis atau lisan belaka 2. Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti: a. Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, filmbingkai, film atau model b. Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai, film atau gambar. c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan tame lapse atau high speed photografi d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film,video, film bingkai, foto maupun secara verbal. e. Obyek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram,
dll f. Konsep yang terlalu luas (gunung ber api, gempa bumi, iklim dll) dapat di visualkan dalam bentuk film,film bingkai, gambar,dll. g. Media audio visual bisa berperan dalam pembelajaran tutorial. Kelemahan yang sama dengan pengajaran audio visual yaitu: a. Terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangannya dan
tetap memandang materi audio-visual sebagai alat Bantu guru dalam mengajar.
b. Terlalu menekankan pada penguasaan materi dari pada proses pengembangannya
dan tetap memandang materi audio visual sebagai alat Bantu guru dalam proses pembelajaran. Media yang beoriantsi pada guru sebernarnya. c. Media audio visual cenderung menggunakan model komunikasi satu arah. d. Media audio-visual tidak dapat digunakan dimana saja dan kapan saja, karna
media audio-visual cenderung tetap di tempat. Pengertian Drama Menurut Ozdemir (2008:14) Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon. Ozdemir (2008:14) drama provide lots of opportunities for revealing, supporting and developing creativity. Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama. 1. Drama Baru / Drama Modern Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari. 2. Drama Lama / Drama Klasik Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya. Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita : 1. Drama Komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan. 2. Drama Tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan. 3. Drama Tragedi Komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya. 4. Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian. 5. Lelucon / Dagelan adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton. 6. Operet / Operette adalah opera yang ceritanya lebih pendek. 7. Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan. 8. Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
9. Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius. 10. Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya. Unsur-unsur dalam Drama Lakon drama disusun atas unsur-unsur yang sama dengan novel atau roman,yaitu: a. Tema, merupakan pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran pokokini
dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik. b. Amanat, adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca naskah atau pendengar (dalam hal ini) dan juga penonton drama. Artinya penonton dapat menyimpulkan pesan moral yang telah ia dengar,baca atau saksikan. c. Plot. Lakon drama yang baik selalu mengandung konflik. Sebab, roh dramaadalah konflik. Drama memang selalu menggambarkan konflik ataupertentangan. Adanya pertentangan menimbulkan rangkaian peristiwa yang menjadisebab-akibat dandisebut alur/plot. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Informasi melalui wawancara, metode ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang kegiatan siswa dalam proses penerapan media audio visual dalam bermain drama. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN I Buko Kecamatan Pinogaluman di kelas V dengan jumlah 36 orang , laki-laki sebanyak 18 orang dan perempuan 18 orang. Adapun penelitian ini mengenai Penerapan Media Audio Visual Dalam Bermain Drama di kelas V SDN I Buko Kecamatan Pinogaluman. Penelitian ini dilaksanakan pada hari Senin 20 Mei 2013. Peneliti mengamati kegiatan belajar-mengajar
yang
sedang
berlangsung.
Dalam
proses
pembelajaran,
guru
memperlihatkan contoh video drama kepada siswa melalui media audio visual. Video drama yang diperlihatkan kepada siswa bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami cara memerankan tokoh yang sebenarnya, pelafalan atau ketepatan pengucapan kata-kata dan kalimat,serta intonasi dalam dialog drama. Setelah video diperlihatkan setiap kelompok diberi
waktu oleh guru untuk berlatih bermain drama sesuai dengan naskah drama yang telah mereka susun dengan cerita yang berbeda dari setiap kelompok. Selain mengamati proses pembelajaran, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru dan siswa. Wawancara di sini untuk menggali informasi yang berhubungan dengan proses pembelajaran di kelas. Berikut ini adalah petikan wawancaranya: 1. Kutipan wawancara peneliti dengan guru
Berikut hasil wawancara yang peneliti peroleh, yaitu : ( 1 ) Apakah ibu berperan langsung dalam pembelajaran di kelas?. Jawab : ya berperan sebab tugas seorang guru adalah mengajar di dalam kelas untuk memberikan ilmu kepada siswa. ( 2 ) Apakah ibu menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga siswa dapat belajar dengan baik?. Jawab : ya, seorang guru harus berperan penting dalam menciptakan kelas sehingga suasana menjadi baik dan siswa bisa selalu aktif di dalam kelas. ( 3 ) Apakah siswa-siswa antusias dalam setiap kegiatan belajar mengajar berlangsung?. Jawab : ya, siswa selalu antusias karena kalau tidak antusias kami tidak akan mendapatkan ilmu untuk masa depan akan datang. Sebab ilmu dari seorang guru sangat berguna.( 4 ) Bagaimana sikap siswa dalam menerima materi pembelajaran Bahasa Indonesia terutama materi bermain drama?. Jawab : siswa sangat antusias dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terutama dalam materi drama, karena siswa dapat mempraktekkan langsung did pan kelas. ( 5 ) Apakah ibu pernah menerapkan cara pembelajaran melalui media audio visual?. Jawab : ya, menerapkan alat tersebut akan membantu bagi kami sebagai guru, karena bagi kami menggunakkan alat tersebut siswa akan mudah untuk menerima pelajaran waktu sedang mengajar dan selalu aktif waktu mengajar. ( 6) Bagaimana proses belajar dengan menggunakkan media audio visual? Jawab : mula pertama untuk alat tersebut di perkenalkan dulu kepada siswa. Sesudah itu baru kami akan memulai untuk memperkenalkan cara-cara untuk menggunakkan alat tersebut agar siswa bisa memahaminya dengan baik. ( 7 ):
Apakah ibu mengalami kendala dalam menerapkan
pembelajaran melalui media audio visual?. Jawab :terlebih dahulu guru yang akan tau tentang bagaimana cara menggunakkan alat tersebut agar supaya tidak akan mengalami kendala pada waktu menampilkan pada siswa alat tersebut.( 8 ) Bagaimana cara guru mengatasi kendala dalam menerapkan pembelajaran melalui media audio visual?. Jawab : Seandainnya kami sebagai guru akan mendapat kendala. Kami belum akan melakukan dengan cara yang serupa, tetapi tidak melalui alat yang seperti audio visual hanya dengan cara bercerita atau drama. ( 9 ) Berapa persen siswa yang tuntas dalam materi bermain drama dengan menggunakkan media audio visual ini? Jawab : pada saat saya mengajarkan materi drama dengan menggunakkan media ini, siswa yang tuntas yaitu sebanyak 20 orang atau 72% sedankan
yang belum tuntas sebanyak 16 orang atau 28%. Namun hasil ini belum dikatakan tuntas karena belum memenuhi ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75%.( 10 ) Apa yang ibu lakukan apabila terdapat siswa yang belum tuntas dalam materi bermain drama?. Jawab: siswa yang belum tuntas dalam materi ini akan saya berikan tugas yaitu menulis sebuah naskah drama yang dikarang oleh mereka sendiri, yang nantinya akan mereka mainkan. 2. Kutipan wawancara peneliti dengan siswa
Berikut hasil wawancara yang peneliti peroleh dari salah satu siswa kelas V yang bernama Nurhikma Hulalango, yaitu : ( 1 ) Apakah adik merasa senang dengan guru yang mengajar di kelas?. Jawab : ya senang sebab guru mengajar siswa masih di berikan perites tentang pelajaran yang akan di ajarkan dan guru sangat baik.( 2 ) Apakah adik mengerti penjelasan materi dari guru pada saat kegiatan belajar mengajar?. Jawab : Ya mengerti, sebab pada waktu guru menjelaskan materi yang di ajarkan sangat kami mengerti dan di jelaskan sesuai dengan materi yang di ajarkan.( 3 ) Apakah dalam mengajar guru pernah menggunakkan media pembelajaran?. Jawab : Ya, media pembelajaran harus di pakai sebab akan memudahkan untuk kami siswa di waktu belajar.( 4 ) Apakah guru menggunakan media pembelajaran pada saat belajar?. Jawab : ya, guru biasanya menggunakan proyektor/layar yang menampilkan materi pembelajaran kemudian dijelaskan.( 5 ) Bagaimana pendapat kamu tentang materi bermain drama yang diajarkan oleh guru?. Jawab : menyenangkan dan saya bisa belajar acting. ( 6 ) apakah adik senang belajar kelompok?. Jawab : ya senang alasannya materi yang diajarkan yaitu bermain drama. ( 7 ) Apakah adik mengalami kesulitan dalam belajar kelompok?. Jawab : Tidak. ( 8 ) Kesulitan apa yang adik hadapi ketika belajar kelompok?. Jawab : Tidak ada kesulitan sebab semua materi adalah sebagai perbuatan kami setiap hari. ( 9 ) Apakah guru selalu membantu kesulitan-kesulitan yang adik hadapi?. Jawab : Ya guru selalu membantu apa kesulitan kami sebab kalau tidak maka materi yang di ajarkan tidak akan berhasil. ( 10 ) Bagaimana hasil yang adik peroleh setelah kegiatan belajar kelompok selesai?. Jawab : Baik dan sangat memuaskan. Temuan Umum Penelitian yang mengacu kepada judul peneliti yaitu “Penerapan Media Audio Visual Dalam Bermain Drama” Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Untuk melihat siswa dalam bermain drama secara klasikal dan individual, seorang guru yang membelajarkan siswanya di kelas harus memahami mana yang masih membutuhkan bimbingan atau pengetahuan dari guru-guru atau teman-teman di kelasnya. Guru tidak hanya menegur kamu salah tetapi guru harus memperbaiki kesalahan yang siswa
perbuat. Guru yang mengajarkan di kelas pada temuan ini diharapkan agar siswa-siswa paham atau mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh guru tentang permasalahan ini memang sulit untuk siswa lakukan mengenai bermain drama. Dalam bermain drama dengan menggunakan media audio visual ini memang diperlukan konsentrasi yang sangat baik karena mereka harus memahami benar drama yang mereka lihat, agar supaya ketika mereka mempraktekan drama mereka sudah paham bagaimana cara-cara bermain drama. Bukan hanya cara-cara bermain drama saja yang mereka pahami tetapi cara-cara penggunaan media audio visual juga karena dengan menggunakan media ini siswa sangat antusias dalam proses pembelajaran. Temuan Khusus Dilihat dari beberapa aspek penilaian, Peneliti menemukan gambaran secara khusus bahwa penerapan media audio visual dalam bermain drama, sebagian besar siswa sudah mampu bermain drama. Hal ini dapat dilihat dari cara mereka memperlihatkan ekspresi marah, terkejut, senang dan sedih.Pada aspek lafal dan intonasi juga sudah cukup bagus, hanya saja masih ada volume suaranya kecil dan masih ada yang tertawa. Meskipun masih terlihat ada kekurangan, namun kelompok ini sidah berani menampilkan drama mereka di depan kelas. Sedangkan yang lainnya tidak berani tampil di depan kelas, dengan berbagai alasan. Hal ini yang tentunya perlu diperhatikan, faktor apa saja yang membuat mereka sehingga tidak mau sama sekali tampil bermain drama. Dikarenakan guru dalam membelajarankan materi ini menggunakan media audio visual. Media ini sangat memacu siswa untuk memahami materi bermain drama tersebut. Dalam proses pembelajaran ini guru menyampaikan materi dengan menggunakan media audio visual, karena dari media audio visual ini siswa dapat melihat sendiri cara-cara bermain drama. Siswa juga akan mudah memahami bagaimana cara bermain drama dengan menggunakan media audio visual ini. Berikut dapat diuraikan hasil penelitian siswa secara individual kelas V SDN I Buko dengan jumlah siswa 36 orang. Peneliti melihat bagaimana siswa-siswa dalam bermain drama dengan memperhatikan beberapa aspek yaitu ekspresi, lafal dan intonasi. 1. Indra ungo, dilihat dari ketiga aspek indra sudah mampu bermain drama dengan
presentasi keberhasilan 100 % , dengan mendapat nilai sempurna di tiga aspek yang dinilai dengan jumlah skor sempurna ( 9 ).
2. Ajay nusi, dilihat dari ketiga aspek ajay sudah mampu bermain dra dengan presentasi
keberhasilan 100% , dengan mendapat nilai sempurna di tiga aspek yang dinilai dengan jumlah yang sama seperti adik indra. 3. Nirfrangki Husain, dilihat dari ketiga aspek nirfrangki ini sudah mampu dalam bermain
drama dengan presentasi 88,89%, dengan jumlah skor sempurna (8) 4. Andrian lagia, dilihat dari ketiga aspek andrian tidak mampu bermain drama dengan presentasi 33,33 %, dengan jumlah skor yang di capai yaitu (3). 5. Halim dunggio, dilihat dari ketiga aspek siswa ini masih belum mampu bermain drama
dengan presentasi 33,33 %, dengan jumlah skor yang di dapat yaitu (3) 6. Firmansyah toana, dilihat dari ketiga aspek firman mampu bermain drama dengan
presentasi 88,89 %, dengan jumlah skor sempurna (8). 7. Irgiyanto rahman, dilihat dari ketiga aspek irgi sudah mampu bermain drama dengan presentasi keberhasilan 100 % , dengan mendapat nilai sempurna di tiga aspek yang dinilai dengan jumlah skor sempurna ( 9 ). 8. Riski riswanto lalu, peneliti melihat dari ketiga aspek riski sudah mampu bermain drama
dengan presentasinya yaitu 100 %, dengan jumlah skornya ( 9). 9. Akmal timumu, dilihat dari ketiga aspek akmal mampu bermain drama dengan presentasi
88,89 % dan jumlah skornya (8). 10. Wendi van solang, dari ketiga aspek wendi mampu bermain drama seperti akmal dengan presentasi yang sama 88,89 % dan jumlah skornya (8) 11. Jamaludin yastaf, peneliti melihat dari ketiga aspek jamal juga ini mampu bermain drama
dengan presentasi 88,89 %, dengan jumlah skor yang didapat (8) 12. Nizar ali, peneliti melihat dari ketiga aspek nizar ini sudah mampu bermain drama dengan presentasi keberhasilan 100 % , dengan mendapat nilai sempurna di tiga aspek yang dinilai dengan jumlah skor sempurna ( 9 ). 13. Rikandi gumohung, dilihat dari ketiga aspek rikandi masih kurang mampu bermain drama dengan presentasi 66,67 %, dengan jumlah skor ( 6 ) 14. Feldi koiyo, dilihat dari ketiga aspek feldi tidak mampu bermain drama dengan presentasi
33,33 %, dengan jumlah skor yang di capai yaitu (3). 15. Putra prasetya lajulu, peneliti melihat dari ketiga aspek putra mampu bermain drama
dengan presentasi 88,89 %, dengan jumlah skornya yaitu ( 8) 16. Zikran nazar antulu, dpat dilihat dari ketiga aspek zikran masi kurang mampu bermain drama dengan presentasinya 66,67 % dan jumlah skor ( 6 ) 17. Supriansyah umar, peneliti melihat dari ketiga aspek yang dinilai siswa in sudah mampu
bermain drama dengan presentasi keberhasilan 100 % , dengan mendapat nilai sempurna di tiga aspek yang dinilai dengan jumlah skor sempurna ( 9 ). 18. Fahman lamoha, dari ketiga aspek fahman sudah mampu bermain drama dengan
presentasinya 88,89 % dan jumlah skornya yaitu (8)
19. Ningsih mopangga, peneliti melihat dari ketiga aspek ningsih sudah mampu bermain
drama dengan presentasi keberhasilan 100 % dan jumlah skornya ( 9) 20. Indriyani piinga, dilihat dari ketiga aspek indri sudah mampu juga bermain drama seperti ningsih dengan presentasinya keberhasilan 100 %, dengan jumlah skor ( 9 ) 21. Astuti usman, peneliti melihat dari ketiga aspek astuti mampu bermain drama dengan presentasi 88,89 % dan jumlah skornya ( 8 ) 22. Mitawati kaida, peneliti melihat dari ketiga aspek mita juga in mampu bermain drama
dengan presentasi yang sama dengan astute yaitu 88,89 % dan jumlah skornya ( 8 ) 23. Nurfazri djafar, dilihat dari ketiga aspek nur tidak mampu bermain drama dengan presentasi 33,33 % dan jumlah skor ( 3 ) 24. Cindra ma’lumu, dilihat dari ketiga aspek cindra mampu bermain drama dengan
presentasi keberhasilan 88,89 %, dengan jumlah skor ( 8 ) 25. Ferawati magenda, peneliti melihat dari ketiga aspek fera kurang mampu bermain drama
dengan presentasi keberhasilan 66,67 % dengan jumlah skor (6) 26. Nurhikmah hulalango, peneliti melihat dari ketiga aspek yang dinilai siswa in sudah mampu bermain drama dengan presentasi keberhasilan 100 % , dengan mendapat nilai sempurna di tiga aspek yang dinilai dengan jumlah skor sempurna ( 9 ). 27. Rahmania gumohung, dilihat dari ketiga aspek rahma sudah mampu bermain drama
dengan presentasi 100 % dan jumlah skor sempurna (9) 28. Pricilia suleman, dari ketiga aspek siswa ini kurang mampu bermain drama dengan
presntasi 66,67 % dan jumlah skor ( 6 ) 29. Farinda hasan, peneliti melihat dari ketiga aspek farinda kurang mampu bermain drama dengan presentasi sama dengan adik pricilia yaitu 66,67 % dan jumlah skornya ( 6 ) 30. Rifka f alamri, dilihat dari ketiga aspek rifka sudah mampu bermain drama dengan
presentasi keberhasilan 100 % , dengan mendapat nilai sempurna di tiga aspek yang dinilai dengan jumlah skor sempurna ( 9 ). 31. Melisa latif, peneliti melihat dari ketiga aspek melisa mampu bermain drama dengan
presentasinya 100 % dan jumlah skor ( 9 ) 32. Siti nurnanisa habibi, dilihat dari ketiga aspek siti sudah mampu bermain drama dengan presentasi 100 % dan mendapat nilai dengan jumlah skor ( 9 ) 33. Fitiawati dasa, dilihat dari ketiga aspek fiti sudah mampu bermain drama dengan
presentasi keberhasilan 100 % , dengan mendapat nilai sempurna di tiga aspek yang dinilai dengan jumlah skor sempurna ( 9 ). 34. Anggita hula, dilihat dari ketiga aspek andrian tidak mampu bermain drama dengan
presentasi 33,33 %, dengan jumlah skor yang di capai yaitu (3). 35. Gifta padila pontoh, dari ketiga aspek gifta mampu bermain drama seperti akmal dengan presentasi yang sama 88,89 % dan jumlah skornya (8)
36. Delvi papeo, dapat dilihat dari ketiga aspek sudah mampu bermain drama dengan
presentasi keberhasilan 77,78 % , dengan mendapat nilai sempurna di tiga aspek yang dinilai dengan jumlah skor sempurna ( 7 ). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Penerapan Media Audio Visual Dalam Bermain Drama Di Kelas V SDN I Buko Kecamatan Pinogaluman”. Maka peneliti menarik kesimpulan yaitu pemilihan media Audio Visual sangat tepat dalam pelaksanaan proses pembelajaran, hal ini dikarenakan setelah peneliti melihat cara guru menerapkan media audio visual dalam bermain drama sebagian siswa sudah mampu bermain drama dengan menggunakkan media audio visual ini, akan tetapi masih ada juga siswa yang belum mampu atau kurang mampu dalam bermain drama, hal ini dikarenakan faktor intelektual siswa yang berbeda-beda dalam menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru dan ini merupakan bahan patokan guru untuk lebih baik dan kreatif lagi dalam merancang proses pembelajaran. Saran Berdasarkan pengalaman pengalaman selama melaksanakan penelitian di kelas V SDN I Buko Kecamatan Pinogaluman, maka diajukan saran-saran sebagai berikut : 1. Hendaknya guru lebih kreatif dalam merancang proses pembelajaran di dalam kelas,
hal ini dirasa perlu dilakukan oleh guru, utamanya dalam menumbuhkan semangat pada siswa untuk lebih giat belajar, semuanya meliputi dari cara mengajar, media yang dipakai, dan penguasaan kelas yang kondusif dan haruslah bisa membuat suasana kelas menjadi menyenangkan agar siswa tidak merasa tertekan dalam menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru. 2. Guru hendaknyamenguasai media yang akan di belajarkan kepada siswa. Sehingga
dapat membantu siswa memahami pelajaran. 3. Bagi peneliti Hendaknya penelitian perbaikan dapat dijadikan sebagai dasar bagi pengembangan penelitian sela njutnya. Dengan hasil yang telah dicapai pada perbaikan pembelajaran tersebut akan menjadi pedoman bagi perbaikan pembelajaran bagi peneliti lain dan pada pembelajaran berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Arief S. Sadiman. Fariqoh. 2008.Media Pembelajaran Inovatif. Bandung:Gunung Larang Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineke Cipta Harmawan. 2007. Media pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Burhan Nurgiantoro.2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta : BPFE Ozdemir. 2008. Berbagai macam definisi Drama. “Pararaton PublishingYogyakarta Sudirman N, dkk., Ilmu Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, Cet. V, 1991. Zulmar 2013: http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=2013AAAVlFy (Diakses pada tanggal 27 April 2013)