EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DRAMA DI KELAS VIII SMP AL-HASRA TAHUN PELAJARAN 2013-2014 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Nama : Papat Fathiyah NIM : 1110013000004
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK
Papat Fathiyah, 1110013000004. Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Menyimak Drama di Kelas VIII SMP Al-Hasra Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Trabiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Penelitian yang berjudul efektivitas penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al-Hasra ini dilaksanakan di SMP Al-Hasra yang beralamat di Jalan Raya Ciputat-Parung KM. 24 Bojongsari, Kota Depok. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan efektivitas penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al-Hasra, serta menjelsakan komponen-komponen yang mendukung efektivitas penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama. Metode kualitatif deskriptif dipilih karena dianggap sebagai metode yang mampu mengupas suatu persoalan secara mendalam. Bukan hanya menjawab pertanyaan dengan angka-angka, melainkan menjelaskan secara rinci mengenai fenomena yang terjadi. Mulai dari identifikasi gejala sampai pada pemaparan solusinya. Hasil observasi yang diperoleh menunjukkan bahwa media audio visual sangat efektif dalam pembelajaran menyimak drama. Uji materi yang dilakukan di akhir pembelajaran menunjukkan rata-rata nilai yang memuaskan. Wawancara yang dilakukan untuk melengkapi data pun memperoleh kesimpulan bahwa media audio visual menarik atensi belajar peserta didik serta membantu mereka memahami materi pelajaran. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al-Hasra sangat efektif, baik untuk menarik atensi peserta didik maupun membantu peserta didik memahami materi pembelajaran.
Kata kunci: Efektivitas, pembelajaran Bahasa Indonesia, dan media audio visual.
i
ABSTRACT
Papat Fathiyah, 1110013000004. The Effectiveness Of Using The Audio Visual Media In Learning To Listen The Drama At Eighth Grade Students Of SMP Al-Hasra In The 2013/2014 Academic Year. The Department of Indonesian Language and Literature Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Since, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
The study, entitled the effectiveness of using the audio-visual media in learning to listen the drama at the eighth grade students of SMP Al-Hasra was implemented in SMP Al-Hasra that located at Jalan Raya Ciputat-Parung KM.24 Bojongsari, Depok. The reaserch method that‟s used is descriptive qualitative. The purpose of this research was to describe the effectiveness of using the audiovisual media in learning to listen the drama at the aight grade students of SMP AlHasra and explain the components that support the effectiveness of using the audio-visual media in learning to listen the drama. Descriptive method is chosen because it is considered as a method that is able to explore an issue in depth. It is not only answer the question with the numbers, but also explain in detail about the phenomena that occur. Start fro, the identification of the symptoms of exposure to the solution. The observation result showed that the audio-visual media is very effective in learning to listen to teh drama. The test materials were carried out at the end of the study showed that the average values are statisfactory. Interviews were conducted to complete the data also came to the conclusion that the audio-visual ,edia attracted the attention of learners and help them to understand the subject matter. Based on these result, it can be concluded that the use of audio-visual media in learning to listen the drama at eighth grade students of SMP Al-Hasra is very effective; both to attract the attention of learners and help them to understand the learning materials. Key word: Effectiveness, Indonesian language learning, and audio-visual media.
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur yang tiada terkira penulis haturkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan rezeki kepada penulis, baik berupa kesehatan maupun peluang kesempatan sehingga penulis bisa menyelesaikan studi yang dirangkum dalam tugas akhir berupa skripsi. Shalawat serta salam tak lupa pula tercurah kepada kekasih Ilahi Rabbi, Nabi Muhammad SAW. kepada keluarganya, serta para sahabatnya, yang telah membawa ummat manusia dari zaman kebodohan kepada zaman metropolitan dengan Al-Qur‟an dan sunnahnya sebagai pegangan kehidupan. Salah satu bukti eksistensi seorang manusia dalam kehidupannya adalah diciptakannya karya. Sebuah karya tulis ilmiah bernama skripsi ini akhirnya rampung ditulis dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Karya ini tentunya lahir bukan hanya berkat penulis seorang. Ada tangantangan yang selalu menolong dan mensuport. Ada doa dan restu yang tak henti terpanjat. Sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang membantu dalam hal administrasi. 2. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kritik, saran, dan wawasan pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan. 3. Nuryati Djihadah, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini bab demi babnya. 4. Teristimewa, untuk kedua orangtuaku tercinta, Ummi Yoyoh Rukiyah dan Ayahanda Muchtasar AM. yang tiada henti memanjatkan doa untuk kesuksesan putrinya. Serta, abang tercinta yang juga tiada henti dalam
iii
mensuport, Ahmad Rusydi Romdhoni, S.Pd. Demi dan untuk kalianlah skripsi dan gelarku ini. 5. Nenek tersayang, Mimik Suhaemi (alm) yang ingin sekali mendampingi cucunya mengenakan toga, namun sudah Allah SWT. panggil lebih dahulu setahun lalu. Serta keluarga besar di Jasingan, Bogor, yang selalu menyemangati dengan iringan doa. 6. Sahabat tercinta, Boncabeners dan keluarga kost Bu Ginem-Mamih Ainun yang selalu memberikan kekuatan dan hiburan. Kawan berdiskusi, bercengkrama, dan bergila ria menghilangkan penat selama 4 tahun merantau sebagai mahasiswa. 7. Saman Postar dan kawan-kawan di Pramuka UIN Jakarta yang menjadi wadah mengeksplor bakat dan minat penulis selama menjadi mahasiswa. 8. Neong, plently, Cmenk, dan Ummi Athiyah, kawan rumah yang setia mendoa dan memberi semangat dengan caranya yang unik-unik. 9. SMP Al-Hasra yang dengan tangan terbuka mengizinkan penulis melakukan penelitan. Serta, SMP Sabiluna dan MTs Thadzibun Nufus yang sudah memberi kesempatan penulis menerapkan ilmu dan mencari pengalaman mengajar. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang selama proses penyusunan skripsi ini selalu mengatakan “Semangat, Papat!”, “don’t give up, Papat!”, “Cepetan kelar dan jangan lelet, Papat!”. Terlebih untuk kalian yang selalu berkata “amin” untuk setiap doa yang dipohonkan penulis, terima kasih tak terkira. Semoga Allah SWT. membalas kebaikan yang pernah kalian berikan. Semoga skripsi ini juga bisa memberikan manfaat bagi penulis maupun pembacanya di hari depan untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Jakarta, 04 Desember 2014 Penulis
Papat Fathiyah
iv
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ............................................................................................................. i KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv DAFTAR ISI ............................................................................................................ DAFTAR TABEL .................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ A. Latar Belakang ....................................................................................1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................5 C. Pembatasan Masalah ...........................................................................5 D. Perumusan Masalah .............................................................................5 E. Tujuan Masalah ...................................................................................6 F. Manfaat Penelitian ...............................................................................6 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ....................................................................................8 1. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ............................8 a. Pengertian Belajar Mengajar ..............................................8 b. Komponen Pembelajaran ...................................................10 c. Keterampilan Berbahasa ....................................................14 d. Drama ................................................................................16 2. Efektivitas dalam Pembelajaran ..................................................18 3. Media Pembelajaran ....................................................................28 a. Pengertian Media Pembelajaran ........................................28 b. Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran .........................29 c. Fungsi Media Pembelajaran ..............................................30 d. Pemilihan Media Pembelajaran .........................................34
e. Macam-macam Media Pembelajaran ................................35 4. Media Audio Visual ....................................................................39 a. Video ..................................................................................40 B. Penelitian yang Relevan .....................................................................42 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu .............................................................................44 B. Metode Penelitian ...............................................................................44 C. Objek Penelitian .................................................................................45 D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................45 E. Teknik Analisis Data ..........................................................................47 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Sekolah .....................................................................................49 B. Proses Belajar Mengajar Menggunakan Media Audio Visual 1. Menyusun RPP ............................................................................57 2. Menentukan Media Pembelajaran ...............................................58 C. Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Menyimak Drama ...............................................................................60 1. Uji Efektivitas Melalui Observasi (Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar) ....................................................................................60 2. Uji Efektivitas Melalui Tes Tertulis ............................................64 D. Pendukung Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Menyimak Drama ........................................................66 E. Harapan SMP Al-Hasra Terhadap Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ..............................................83 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................................85 B. Saran ...................................................................................................87 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................86
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 : Media Visual Diam .............................................................................38 Tabel 2.2 : Media Proyeksi Diam .........................................................................39 Tabel 2.3 : Media Audio .......................................................................................39 Tabel 2.4 : Media Audio Visual Diam ..................................................................40 Tabel 2.5 : Media audio Visual Gerak ..................................................................40 Tabel 4.1 : Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMP Al-Hasra Tahun Pelajaran 2013/2014 ...........................................................................56 Tabel 4.2 : Jumlah Rombel dan Jumlah Peserta didik (per kelas) Tahun Pelajaran 2013/2014 ...........................................................................................58 Tabel 4.3 : Hasil Uji Materi Peserta Didik ............................................................67
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Observasi Aktivitas Mengajar Lampiran 2 : Observasi Aktivitas Belajar Lampiran 3 : Panduan Wawancara Lampiran 4: Hasil Wawancara Lampiran 5: Soal Uji Materi (Tes Tertulis) Lampiran 6: Kunci Jawaban Lampiran 7: Kisi-kisi Soal Tes Lampiran 8: Hasil Uji Materi Lampiran 9: Evaluasi Media Video Lampiran 10: Dokumentasi Penelitian Lampiran 11: Data Informan Lampiran 12: Silabus Lampiran 13: RPP Lampiran 14: Materi Ajar Lampiran 15: Profil Sekolah Lampiran 16: Observasi Sekolah Lampiran 17: Data Sarana dan Pra Sarana Sekolah Lampiran 18: Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 19: Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 20: Surat Keterangan Penelitian Lampiran 21: Surat Keterangan Wawancara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan dewasa ini kian melaju mengikuti perkembangan zaman. Segala aspek kehidupan pun turut disematkan nilai-nilai pendidikan, baik dalam bentuk seni, teknologi, sosial, maupun dalam ritual keagamaan. Masyarakat mengharapkan apa-apa yang terjadi di kehidupan ini selalu bisa menjadi edukasi melalui nilai-nilai yang diperoleh dari segala peristiwa yang terjadi. Seiring dengan hal tersebut, dunia pendidikan pun tidak lantas diam. Jika senias perfilman berlomba-lomba membuat film-film edukasi, agama juga menganjurkan berlomba-lomba menuntut ilmu setinggi-tingginya, masyarakat umum semakin berpikir kritis,
serta teknologi menghadirkan
perangkat-perangkat canggih yang membantu aktivitas edukasi, maka dunia pendidikan itu sendiri juga memanfaatkan kemajuan tersebut untuk mengembangkan pembelajaran agar lebih kreatif dan variatif dengan tujuan supaya pembelajar selain mendapat ilmu akademis juga mendapat ilmu nonakademis yang juga sama-sama bisa bermanfaat. Untuk menghadirkan berbagai edukasi dalam proses belajar mengajar yang dibatasi oleh tempat dan waktu, media audio visual dipilih untuk memperkenalkan berbagai hal kompleks yang dikemas menjadi lebih sederhana dalam bentuk penyajian audio visual. Media audio visual adalah sebuah perantara yang dianggap paling dekat dengan masyarakat. Sehari-hari, orang-orang lebih sering menggunakan televisi, baik hanya untuk hiburan maupun memperoleh informasi. Disadari atau tidak, dengan media tersebut orang-orang menjadi terhibur dan mendapat wawasan, bahkan menjadi candu. Seperti halnya film, alat tersebut dianggap sangat ampuh dan efektif untuk menyampaikan maksud tertentu karena alat tersebut lebih banyak melibatkan penggunaan aspek emosi daripada aspek rasionalitasnya, ini menjadikan penyimaknya menjadi lebih terangsang dan tergugah. Atas hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa media audio visual merupakan media yang
1
2
paling dekat dengan masyarakat, karena selain mendapat hiburan, penggunanya juga mendapat edukasi disaat yang bersamaan. Hal tersebut mejadikan media audio visual lebih mudah diterima karena tampilannya yang lebih variatif daripada media audio (hanya menampilkan suara), atau visual (hanya menampilkan gambar). Penggunaan media audio visual dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia akan memungkinkan dihadirkannya lebih banyak rekayasa dalam pembelajaran. Salah satu fungsi media pembelajaran adalah fungsi manipulatif, yaitu media pembelajaran bisa mengatasi batas-batas ruang, waktu dan keterbatasan inderawi seseorang. Pemutaran pementasan drama, siaran berita, musikalisasi puisi, cerita rakyat, dan lainnya, semua itu pada dasarnya dibatasi oleh ruang dan waktu. Namun, dengan bantuan media audio visual hal tersebut dapat dihadirkan ke dalam kelas untuk membantu peserta didik menyerap pelajaran lebih baik lagi. Guru tidak perlu membawa peserta didik ke gedung pertunjukan hanya untuk memperkenalkan apa itu drama dan teater sementara ia hanya mempunyi waktu mengajar dua jam pelajaran. Guru juga tidak harus menunggu suatu peristiwa atau bencana alam terjadi untuk mengajarkan peserta didik cara membuat paragraf fakta dan opini, tetapi guru bisa menghadirkan sebuah liputan berita mengenai bencana alam atau peristwa apapun yang terjadi untuk kemudian dipelajari oleh peserta didiknya. Dan guru juga bisa membuat berbagai inovasi dalam memperkenalkan cerita rakyat kepada peserta didiknya, bukan hanya sebatas membaca cerita rakyat di buku bacaan mereka, tetapi juga menayangkan cerita rakyat dalam bentuk film yang lebih menyita atensi peserta didiknya. Perkembangan teknologi saat ini sedang dalam grafik yang memuncak. Menjamurnya smart phone, serta gadget – gadget serupa di pasaran, serta mudahnya koneksi internet menyebabkan masyarakat menuntut dunia pendidikan memberi lebih dari yang dunia hiburan tawarkan. Dalam hal pemanfaatannya untuk pendidikan, sosialisasi dampak penggunaan, serta upaya mengimbangi penggunaan teknologi sebagai hiburan dan teknologi sebagai media pendidikan. Salah satu upaya pendidik memanfaatkan situasi
3
tersebut
adalah
memanfaatkan
perkembangan
teknologi
untuk
mengembangkan metode pembelajaran. Lewat perkembangan teknologi, materi yang sekiranya tidak bisa dihadirkan ke dalam kelas kini dapat dengan mudah disajikan kepada peserta didik dengan bantuan televisi, komputer, dan lainnya yang disediakan di kelas, di ruang multimedia, ataupun di laboratorium bahasa yang dikoneksikan dengan TV kabel, internet, dan lainnya yang tersedia untuk membantu pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Namun, bagaimana pun diketahui, bahwa media merupakan alat yang memiliki dua mata pisau. Media bisa menjembatani, menyalurkan, serta memudahkan seseorang kepada rencananya. Rencana itu bisa menuju kepada sesuatu yang baik dan rencana itu juga bisa merujuk kepada sesuatu yang tidak baik, pun penggunaan media untuk pembelajaran. Media pembelajaran hendaknya bisa menjadi jembatan untuk memudahkan peserta didik memahami materi yang mereka pelajari di sekolah. Media pembelajaran juga dimaksudkan untuk membantu guru dalam mengkondusifkan kelas agar proses belajar bisa berlangsung secara efisien dan efektif. Untuk mewujudkan kegunaan media pembelajaran seperti yang dijabarkan di atas, para penyelenggara penggunaan media pembelajaran hendaknya dapat meminimalisir hambatan-hambatan yang akan terjadi dalam penerapannya
di
sekolah.
Komponen
sekolah
harus
lebih
dahulu
mempersiapkan fasilitas yang memadai, serta membekali guru dan peserta didik dengan skemata yang jelas tentang penggunaan media pembelajaran tersebut. Hambatan
yang dapat muncul dalam penggunaan media
pembelajaran di antaranya berasal dari faktor manusia sebagai penggunnya – peserta didik, tenaga pendidik, dan staf sekolah. Bila dilihat dari sudut pandang peserta didik, hambatan yang ditemui peserta didik dalam menerima perkembangan media pembelajaran di antaranya, peserta didik sebagai penggunanya tidak memiliki skemata yang cukup untuk menggunakannya, peserta didik belum siap secara moral menerima perkembangan yang terjadi sehingga memunculkan “geger
4 budaya”, serta peserta didik secara materil belum siap menerima perkembangan media pembelajran sehingga menyebabkan kesenjangan sosial di antara peserta didik. Hal ini tentu akan memunculkan permasalahan baru, baik antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru, maupun peserta didik dengan lingkungan sekitarnya yang ditimbulkan oleh kehadiran media pembelajaran yang kurang dipertimbangkan. Sekolah sebagai penyelenggara pengadaan media pembelajaran juga turut memberikan kemungkinan hambatan yang akan timbul. Hambatan tersebut di antaranya, pengadaan fasilitas tidak maksimal. Artinya, fasilitas yang diberikan bukan barang dari kualitas yang terbaik, standar, atau bahkan kurang baik. Alih-alih menekan biaya pengeluaran, fasilitas yang diberikan kadang justru memunculkan masalah baru bagi guru dan peserta didik sebagai penggunanya. Serta perawatan fasilitas yang terkesan diabaikan sehingga media pembelajaran yang ada mudah rusak dan tidak tahan lama. Subjek ketiga dari kemunculan hambatan yang terjadi seiring hadirnya media pembelajaran adalah
guru. Jika sebagai pemegang skenario
penggunaan media di kelas guru tidak mampu mengkombinasikan media yang digunakan, serta mengandalkan media audio visual sebagai pemeran utama pembelajaran sementara guru berleha-leha dengan gadget-nya, maka penggunaan media tersebut dapat diindikasikan tidak efektif. Hal tersebut dapat menimbulkan dampak pada peserta didik berupa keterlambatan penerimaan materi. Hal ini kemudian akan berdampak pada kacaunya penerapan RPP, keterlambatan pemahaman peserta didik terhadap materi ajar, sampai kepada penurunan prestasi belajar peserta didik. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang tertuang dalam judul skripsi: ”EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DRAMA DI KELAS VIII SMP AL HASRA TAHUN PELAJARAN 2013-2014”
5
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, masalah yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tidak efektifnya penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama. 2. Kurangnya manfaat yang dapat diambil peserta didik dari penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama. 3. Kurangnya kreativitas guru dalam menggunakan media audio visual seiring berkembanganya ilmu pengetahuan dan teknologi. 4. Hambatan penerapan penggunaan media audio visual dalam aplikasinya di kelas.
C. Pembatasan Masalah Penelitian ini, penulis merasa perlu membatasi masalah yang akan dibahas agar lebih jelas pejabarannya. Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada efektivitas penggunaan media audio visual berupa video drama dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al Hasra.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah, maka masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana efektivitas penggunaan media audio visual berupa video drama dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al Hasra? 2. Komponen apa saja yang mendukung efektivitas penggunaan media audio visual berupa video drama dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al Hasra?
6
E. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan efektivitas penggunaan media audio visual video drama dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al Hasra. 2. Menjelaskan komponen yang mendukung efektivitas penggunaan media audio visual video drama dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al Hasra.
F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan memiliki beberapa fungsi, baik bagi penulis,
pembaca,
Para
akademisi,
guru,
maupun
bagi
pihak
bermanfaat
bagi
sekolah/madrasah. 1) Manfaat Teoretis 1. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
sekolah/madrasah dalam mengembangkan dan meningkatkan fasilitas media pembelajaran menyimak sehingga pembelajaran bisa lebih berkualitas. 2. Bagi penulis dan pembaca pada umumnya, penelitian ini diharapkan mampu mengungkapkan peran media audio visual bukan hanya sebagai suatu media ajar sampingan, melainkan memiliki peran yang krusial dalam pembelajaran menyimak.
2) Manfaat Praktis 1. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan metode pembelajaran yang melibatkan media audio visual sehingga pembelajaran menyimak bisa menjadi lebih efektif. 2. Dengan
penelitian ini peserta didik diharpakan memperoleh
manfaat yang tepat dari penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama, sehingga peserta didik dapat memahami materi ajar dengan lebih mudah.
7
3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang pemilihan media pembelajaran yang tepat untuk kemudian diterapkan dalam praktik pembelajaran menyimak drama di kelas.
BAB II Kajian Teori A. Landasan Teori Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan peserta didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kagiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Salah satu yang biasa dipersiapkan oleh seorang guru sebelum mengajar adalah media
pembelajaran
yang
akan
digunakan.
Perencanaan
media
dalam
pembelajaran tersebut dirasa perlu dilakukan supaya proses belajar mengajar bisa berlangsung secara efektif. 1. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia a.
Pengertian Belajar Mengajar Seperti halnya anak yang pergi ke sekolah, kemudian di sana
mereka membaca, menyimak, dan membicarakan berbagai hal yang bisa menambah pengetahuan dengan tujuan menjadi seseorang yang pandai. Dalam hal ini, secara sederhana belajar diartikan sebagai suatu usaha memperoleh dan menambah informasi pengetahuan supaya menjadikan individu pandai atau berilmu. Belajar merupakan proses kerja pikiran dan perasaan untuk mengubah atau memproses sesuatu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham menjadi paham.1 Sementara, mengajar
1
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
h. 2
8
9 pada hakikatnya adalah melakukan kegiatan belajar sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.2 Secara sederhana, „belajar‟ dimaknai sebagai usaha memperoleh pengetahuan atau ilmu. Sementara, „belajar‟ lebih jauh lagi dipandang sebagai proses manifestasi kerja pikiran dan perasaan yang hanya bisa dilihat ketika sudah menjadi akibat. Maka, belajar bukanlah sekedar membaca buku, menghafal rumus, atau menghitung angka, tapi belajar adalah segala kegiatan berpikir yang pada akibatnya memberikan tambahan pengetahuan atau ilmu. Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan interaksi antara manusia, sumber daya, dan lingkungannya. Kegiatan belajar-mengajar yang baik adalah kegiatan belajar yang membantu peserta didik untuk mampu memaksimalkan potensi belajar dalam dirinya. ‟Good’ education as one that helps students maximize their capacity as learners.3 Jika
pembelajaran
bisa
berlangsung
secara
efektif,
maka
pembelajaran tersebut bukan hanya mampu mengubah pengetahuan peserta didik, tetapi juga mampu memaksimalkan potensi yang ada dalam diri peserta didik. Dengan begitu, pembelajaran bukan hanya merupakan kegiatan yang bersifat satu arah (guru ke murid), tapi dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik juga bisa mengembangkan potensinya lewat berbagai kegiatan yang digagas, baik oleh dirinya sendiri maupun guru. Pelajar juga hendaknya diberi kesempatan berlatih pada saat pengajar menyampaikan pengajaran yang berupa suatu keterampilan. Hal tersebut perlu dilakukan karena setiap orang memiliki cara unik untuk belajar. Jika peserta didik semakin baik menerima dan mengolah pengertian menjadi pemahaman mereka dengan alat inderanya, itu berarti daya tangkapnya terhadap suatu objek, orang, atau peristiwa, semakin baik. Jika sudah seperti itu, biasanya mereka bisa menyimpan pemahaman
2
Iskandarwasid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 6 3 Cerol Ann Tomlinson, How To Differentiate Instruction In Mixed-Ability Classrooms, (USA: ASCD Product, 2001), h. 8.
mereka lebih baik daripada terjebak di keadaan tidak dipahaminya apa yang mereka pelajari, sehingga mereka mudah melupakannya. Ada berbagai strategi dan metode dalam mengajar yang kini 10 banyak dikembangkan oleh para tenaga pendidik. Seperti pengembangan metode belajar aktif learning, inkuiri, learning by doing, dan yang lainnya. Selain dikembangkannya metode dan strategi pembelajaran, turut dikembangkan pula penggunaan media pembelajaran. Jika di atas telah dijelaskan bahwa dalam pembelajaran aktif, peserta didik harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berinteraksi. Maka, media pembelajaran juga coba dikembangkan dengan maksud untuk menjadikan peserta didik lebih mandiri dalam menemukan dan memahami materi ajar. Salah satu media yang giat dikembangkan saat ini adalah penggunaan media audio visual sebagai media pembelajaran. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, contohnya media audio visual video digunakan dalam pembelajaran drama. Jadi, belajar mengajar dewasa ini bukan hanya mengenai hasil akhir kuantitatif yang dicapai seorang guru atas pengajarannya. Melainkan tentang pemikiran dan perencanaan dan hal-hal lain yang perlu dilakukan seorang tenaga pengajar supaya metode dan strategi mengajarnya mengena bagi peserta didiknya sehingga bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
b.
Komponen Pembelajaran Dalam kegiatan belajar-mengajar layaknya sebuah sistem, tentu ada
hal-hal yang di dalamnya saling terkait. Sebuah pembelajaran akan memberikan hasil yang maksimal jika apa-apa yang terkait di dalamnya bisa berjalan berkesinambungan, begitu pun dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Maka, untuk menjadikan sebuah pembelajaran berhasil dan maksimal adalah dengan menjalankan setiap komponen pembelajaran secara
berkesinambungan.
Komponen
perlu
diperhatikan
karena
keberadaannya akan saling mempengaruhi dalam kegiatan proses pembelajaran, seperti tujuan, isi/materi, metode, media, dan evaluasi. 1) Tujuan Tujuan adalah komponen paling awal yang harus ditegaskan dalam 11 belajar pengajar. Seperti halnya tujuan materi yang akan dibawakan oleh guru dalam pembelajaran harus jelas dan memiliki manfaat bagi muridnya. Tujuan merupakan komponen yang kejelasannya harus dikatahui oleh kedua belah pihak antara pelajar dan pengajar.
4
Hal tersebut perlu
dilakukan supaya kedua pihak mengetahui ke mana arah mereka dalam pembelajaran. Tujuan
dalam
pembelajaran
juga
sangat
penting,
karena
keberadaannya akan disesuaikan dengan komponen-komponen yang lainnya. Seperti materi, metode, dan media, jelas akan menyesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam memilih media pembelajaran, salah satu pertimbangan guru dalam memilih media pembelajaran adalah menyesuaikan antara isi atau materi yang dimiliki sebuah media dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dengan demikian, maka memperjelas tujuan dalam KBM sangatlah diperlukan. Sebab, hal tersebut yang akan menjadi indikator keberhasilan pembelajaran peserta didik. 2) Isi/materi komponen kedua yang ada dalam pembelajaran adalah isi atau materi pelajaran. Dalam suatu pembelajaran, materi pelajaran adalah inti dari suatu kegiatan belajar, sebab dalam aktivitas itu materi adalah sesuatu yang kemudian akan ditransfer dari sumber belajar ke pembelajar. Meskipun ada banyak bahan yang bisa dijadikan materi pelajaran, namun isi atau materi pelajaran harus dibuat sesuai dengan tujuan dan alokasi waktu yang tersedia dalam sebuah pembelajaran. Sebab itu, guru dituntut untuk kreatif mengkonsep skenario pengajaran lewat RPP. Supaya pengajaran yang diberikan bisa tersampaikan secara efektif, sehingga hasilnya pun maksimal. 4
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), h. 204.
Selain itu, kejelasan materi yang terkonsep juga memudahkan guru untuk mengkombinasikannya dengan media pembelajaran yang akan digunakan untuk membantu pemahaman peserta didik.
5
Jadi, isi atau 12 materi pembelajaran merupakan tindak lanjut dari tujuan yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah materi. Dengan demikian, guru dituntut untuk memilih materi yang sesuai dengan latar belakang dan karakter peserta didiknya, supaya peserta didik bisa memahami materi dan mencapai tujuan dengan mudah. 3) Metode Setelah guru memiliki tujuan dan materi yang akan disampaikan, komponen yang menjadi penting setelah itu adalah metode atau strategi. Tujuan dan materi yang sebagus apapun tanpa diimbangi dengan strategi penyampaian materi yang baik kepada murid akan membuat semua itu siasia, sebab murid akan lebih dulu merasa acuh terhadap materi yang disampaikan. Guru memerlukan metode atau strategi dalam memainkan perannya di kelas. Untuk bisa menyampaikan materi, guru harus lebih dulu menjadi pusat perhatian peserta didiknya. 6 Sebab itu, guru membutuhkan metode atau strategi untuk membantu peserta didik supaya lebih fokus dalam belajar. 4) Media Komponen pembelajaran
selanjutnya
adalah
media
yang
dapat
pembelajaran.
membantu Teknologi
efektivitas yang terus
berkembang membuat peserta didik bisa mendapat bahan pelajaran dari berbagai sumber. Sebab itu, kini guru bukan lagi menjadi sumber belajar, melainkan menjadi pengelola sumber belajar. Pemilihan media pembelajaran juga hendaknya memperhatikan kriteria pemilihan media pembelajaran.7 Jika media sudah dipilih sesuai kriteria, maka keberadaan media pembelajaran diharapkan mampu membuat pembelajaran lebih efektif. 5
Ibid., h. 204. Ibid., h. 206. 7 Nasution , Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 60. 6
Selain itu, dalam penggunaan media pembelajaran, guru juga dituntut untuk bisa mengkombinasikan materi pelajaran dan berbagai 13 informasi terkini. Dengan begitu, guru bisa terpicu untuk memberikan strategi belajar yang beragam. Itu semua juga akan bisa terlaksana jika kehadiran media pembelajaran didukung oleh sarana dan prasarana yang ada di sekolah. 5) Evaluasi Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam mengelola pembelajaran.8 Untuk mengetahui sasuai atau tidaknya pengajaran, guru juga perlu melakukan evaluasi, supaya dia bisa melakukan perbaikan metode maupun strategi dalam mengajar. sealain itu, evaluasi bagi pada guru juga bermanfaat untuk membantu guru untuk lebih memahami karakter peserta didiknya lewat masalah-masalah yang pernah dihadapi ketika mengajar. Jika evaluasi bisa dilakukan dengan tritmen yang tepat, maka evaluasi itu akan menjadi cambuk bagi pembelajaran ke depannya supaya lebih baik lagi. Apalagi dalam hal pelayanan, jika guru dan personil sekolah bisa sama-sama belajar memperbaiki pelayanan pembelajarannya, tidak hanya peserta didik yang akan berhasil meraih prestasi, tetapi lembaga pendidikan tersebut juga bisa berhasil. Banyak orang yang menyepelekan evaluasi sebagai tahap akhir yang dianggap mudah. Melakukan evaluasi secara sekedarnya. Bahkan, meniadakan evaluasi karena sudah ditunggu oleh kegiatan yang akan datang. Tapi justru di situ kegagalan banyak lembaga pendidikan yang menyepelekan evaluasi. Maka, tahap evaluasi ini perlu dipandang bukan hanya sebagai tahap akhir proses KBM, melainkan sebagai tahap penilaian yang akan menentukan kualitas kegiatan di masa mendatang. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kelima komponen tersebut sangat berpengaruh dalam pengajaran yang akan banyak melibatkan komponen satu dengan yang lainnya. Seperti, sumber belajar yang banyak mengaitkan 8
dengan
lingkungan
alam,
strategi
yang
melibatkan
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), h.206.
14
penggunaan media pembelajaran yang beragam, serta evaluasi untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Jadi, untuk memperoleh 14 efetivitas dalam pembelajaran, komponen di atas menjadi standar yang harus dipenuhi. c.
Keterampilan Menyimak Untuk membaca sebuah doengeng, seseorang harus memiliki
kemampuan membaca dongeng disertai dengan intonasi dan gaya bicara yang sesuai. Selain itu, untuk menjadi orator yang ulung seseorang juga harus belajar berbicara dan belajar retorika. Itu artinya, keterampilan berbahasa merupakan keterampilan yang mutlak diperlukan oleh setiap orang dengan profesi apapun. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa merupakan pembelajaran yang sangat krusial karena di dalamnya terkandung kebutuhan manusia supaya terampil berbicara untuk mengkomunikasikan ide-ide yang ada di kepalanya kepada orang lain. Sebab itu, ada dua prinsip untuk mencapai keterpaduan dalam pembelajaran bahasa: Pertama, keefektifan komunikasi secara luas.
9
Artinya, pelajaran
bahasa secara efektif harus mampu membuat pembelajar memiliki kemampuan berkomunikasi, baik untuk keperluan belajar seperti berdiskusi dengan teman sejawat atau berkunsultasi dengan guru, maupun untuk berkomunikasi dalam bergaul atau bersosialisasi dengan lingkungan secara menyenangkan serta meyakinkan. Selain itu, Keterampilan berbahasa juga harus mampu membuat penuturnya bisa menempatkan bahasa sesuai dengan konteks atau situasi tuturnya. Kedua, pembelajaran bahasa dalam konteks yang bermakna.10 Pembelajaran bahasa harus menjadi wadah kegiatan berkomunikasi yang menyenangkan, sehingga berbahasa menjadi kegiatan yang bermakna. Lewat berbahasa, peserta didik bisa mengkomunikasikan ide-ide kreatifnya serta mengembangkan kepekaan sosial dan linguistiknya terhadap konteks yang dibangun oleh guru lewat materi pelajaran.
9
Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 174-175. Ibid., h. 174-175.
10
Terkait
dengan
dua
prinsip
tersebut,
dalam
memperoleh
keterampilan berbahasa, setiap orang mengalami tahap perkembangan yang sama. Dimulai dari menyimak, kemudian anak mulai belajar berbicara, dilanjutkan dengan membaca, lalu yang terakhir anak 15 bisa menulis. Bahasa dan Sastra Indonesia diajarkan di sekolah kepada peserta didik bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Keterampilan
menyimak
merupakan
faktor
penting
bagi
keberhasilan seseorang dalam belajar membaca secara efektif.11 Jika seseorang sudah terbiasa mendengar pembicaraan tentang dunia musik, maka ketika anak itu membaca tentang musik ia akan lebih mudah memahaminya daripada membaca bacaan tentang anatomi tubuh yang sama sekali belum ia dengar. Begitulah salah satu kaitan antara menyimak dengan keterampilan membaca. Pada
penggunaan
media
pembelajaran
kaitannya
dengan
menyimak. Kegiatan menyimak seringkali dianggap sebagai kegiatan yang membosankan, seperti mendengarkan guru menjelaskan materi panjang lebar, menyimak teman menceritakan drama di depan kelas. Seringkali kegiatan tersebut diabaikan peserta didik karena dianggap sudah biasa dan monoton. Hal ini tentu perlu diatasi. Salah satunya dengan cara memberikan pelajaran menyimak dengan bantuan media pembelajaran. Ini dilakukan supaya pembelajaran menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa bisa tetap menjadi pelajaran yang menarik dan membuat anak bisa mengembangkan keterampilan berbahasanya. Keterampilan berbahasa saling terkait antara satu dengan yang lain. Jadi, dalam kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memodifikasi
aktivitas
pembelajaran
agar
peserta
didik
mampu
melaksanakan kegiatan komunikasi baik satu arah, dua arah, maupun multi arah.
11
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung, 2008), h. 5.
Menyimak merupakan keterampilan yang sangat diperlukan untuk menerima informasi yang disampaikan guru di depan kelas. Guru tidak jarang harus menggunakan strategi yang bervariasi untuk menjelaskan materi di kelas. Hal tersebut dilakukan semata-mata untuk membuat 16 peserta didik bisa fokus dan menerima informasi yang diberikan secara lengkap. Dalam pemebelajaran drama contohnya. Untuk membuat peserta didik dapat mengapresiasi sebuah drama kini bukan lagi hanya mengandalkan guru membacakan drama tersebut di depan kelas. Melainkan, guru bisa memanfaatkan media film maupun video untuk membantu perannya di dalam kelas untuk menjelaskan lebih konkrit kepada peserta didik menganai kondisi sebuah pementasan drama. Sebab itu, keterampilan menyimak dengan menggunakan media audio visual (video) dipandang lebih efektif untuk mengenalkan peserta didik akan drama dan pementasan drama. Hal tersebut diharapkan mampu memberikan kesan yang menarik dan membuat peserta didik terinspirasi untuk mempelajarinya.
d. Drama Drama adalah bentuk sastra yang dapat merangsang gairah dan mengasyikkan para pemain dan penonton sehingga digemari masyarakat.12 Dahulu, di Nusantara drama dianggap sebagai suatu ritual keagamaan. Drama dianggap sebagai suatu kesenian yang sakral sehingga tidak sembarang orang bisa melakukannya. Seiring berjalannya waktu, di Indonesia drama kemudian menjadi salah satu kesenian yang paling akrab dengan masyarakat. Hal tersebut terjadi karena pertunjukan drama dianggap sebagai panggung sandiwaranya kehidupan. Artinya, dalam pertunjukan drama ada peragaan tingkah laku manusia yang dipertontonkan, ditertawakan, ditangisi, bahkan dibenci, yang pada kenyataannya itulah yang manusia selama ini lakukan. Jadi, drama dianggap sebagai seni yang paling melekat dengan masyarakat 12
B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta, KANISIUS, 1992), h. 89.
karena
di
dalam
pertunjukannya
ada
realitas
kehidupan
yang
dipertontonkan. Kini, para tokoh pendidikan melihat bahwa sastra bisa menjadi wadah bagi generasi muda menunjukkan peran, bakat, 17 dan kemampuannya. Drama sebagai seni peragaan tingkah laku dianggap bisa menjadi pilihan bagi generasi muda -khususnya peserta didik, untuk menambah wawasannya lewat berbagai macam peran yang dimainkan. Tujuan utama dalam mempelajari drama adalah untuk memahami bagaimana suatu tokoh harus diperankan dengan sebaik-baiknya dalam suatu pementasan. Ini tentu bukan pembelajaran yang mudah bagi peserta didik yang memiliki waktu terbatas di kelas. Sebab itu, guru sebagai pelatih drama bertanggung jawab memperkenalkan peserta didiknya mengenai kondisi pementasan drama dengan berbagai cara, seperti melalui televisi, sandiwara, maupun film.13 Dalam beberapa hal, drama memang dianggap lebih pelik dibanding dengan novel. Ada banyak aspek yang dilibatkan dalam pementasan drama. Salah satunya, yaitu mengenai unsur-unsur yang ada dalam drama, meliputi; gerak, posisi, isyarat, dan ekspresi wajah. Sementara, dari sisi kebahasaan lisan meliputi; lagu kalimat, lafal, volume suara, dan tekanan. Pada pembelajaran drama di tingkat sekolah menengah pertama, peserta didik lebih diarahkan pada apresiasi pementasan drama. Hal tersebut dilakukan untuk membangun kesan seni yang menghibur supaya peserta didik memiliki ketertarikan terhadap kesenian tersebut. Guru dituntut dapat memberikan referensi pementasan drama yang tepat sesuai dengan usia peserta didiknya. Dalam hal ini, jika guru hendak menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu menayangkan video pementasan drama, hendaknya guru dapat mempertimbangkan pemilihan video pementasan drama yang tepat. Setelah peserta didik mengetahui kondisi pementasan drama, guru kemudian bisa mengarahkan peserta didik pada naskah drama dan peran13
Ibid., h. 90.
peran yang ada dalam drama. Dari situ, peserta didik dapat berlatih bermain peran dan berdiskusi mengenai peran yang mereka mainkan. Jadi, drama pada peserta didik kelas menengah pertama dititik 18 beratkan untuk memperkenalkan drama sebagai karya sastra dan drama sebagai salah satu karya seni yang bisa menjadi wadah pembelajaran melalui seni peran.
2. Efektivitas dalam Pembelajaran Efektivitas merupakan keadaan yang membuat pembelajar mengalami berbagai pengalaman baru dan terjadinya perubahan menuju titik akumulasi kompetensi yang dikehendaki.14 Untuk menuju pembelajaran yang efektif perlu dimulai dengan menganalisis tujuan pelajaran supaya mengetahui langkah-langkah mengajar.15 Jika guru sebagai pengajar telah mengetahui tujuan utama mengenai apa yang hendak disampaikan dalam pembelajaran, dari situ kemudian ia dapat menentukan langkah seperti apa yang tepat untuk mencapai tujuannya. Jika pembelajaran yang dilakukan memberikan hasil sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka pembelajaran tersebut efektif. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dari peserta didik supaya belajar menjadi efektif: a.
Perlunya Bimbingan Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kecakapan dan
ketangkasan belajar peserta didik juga berbeda-beda tergantung individual. Tidak selalu belajar secara otodidak menjamin suksesnya seorang pembelajar. Sebab itu, diperlukan bimbingan dan pengawasan sewaktu pembelajaran itu berlangsung. Terlebih jika disetiap akhir pembelajaran dilakukan evaluasi, baik secara tertulis maupun lisan. Ini mengindikasikan perlunya bimbingan dalam sebuah proses pembelajaran untuk memaksimalkan usaha belajar itu sendiri. Dengan begitu kegiatan belajar yang dilakukan bisa berlangsung secara efektif. 14 15
60.
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 120. T.F. Gilbert dalam Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h.
b. Kondisi dan Strategi Belajar Belajar meningkatkan
yang
efektif
kemampuan
dapat yang
membantu diharapkan
didik
19 untuk
dengan
tujuan
peserta sesuai
isntruksional yang ingin dicapai.16 Untuk mencapai pembelajaran yang efektif tentu dibutuhkan kondisi belajar yang mendukung, baik kondisi internal maupun kondisi eksternal. Kondisi internal terkait dengan keadaan si pembelajar. Keadaan fisiologis atau jasmani, keamanan, kasih sayang, pengakuan, dan motivasi merupakan bentuk dari kebutuhan yang bersumber dari diri si pembelajar untuk menunjang strategi belajarnya. Sementara kondisi eksternal terkait dengan kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia.17 Seperti keadaan kelas yang rapih dan bersih, serta ketersediaan sarana dan prasarana belajar, semua itu harus juga dikondisikan supaya menjadi pendukung pembelajaran yang efektif. Kondisi internal maupun eksternal pada intinya dibangun untuk mendukung strategi belajar yang akan dilaksanakan. c.
Metode Belajar Selain diperlukannya bimbingan, kondisi yang kondusif, diperlukan
juga metode belajar yang tepat supaya bisa menjadi rutinitas yang baik dalam belajar. Sebab, kebiasaan belajar akan mempengaruhi belajar itu sendiri. Seperti kebiasaan membuat jadwal belajar, membuat catatan, mengulangi pelajaran, dan lain sebagainya akan mempengaruhi efektivitas pembelajaran peserta didik terutama dalam hal penerimaan pemahaman materi ajar. Peserta didik yang memiliki kebiasaan mengulang pelajaran di rumah setelah diajarkan di sekolah tentu akan berbeda dengan peserta didik yang tidak membaca ulang materi pelajarannya di rumah, terlebih jika keesokan harinya guru mengadakan kuis dadakan. Dari situ dapat diketahui mana peserta didik yang sudah menemukan metode belajar yang tepat lalu menerapkannya dan mana peserta didik yang belum menemukan metode belajarnya bahkan tidak mencoba mencarinya. 16
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
17
Ibid., h. 76.
h. 74.
Jadi, untuk mencapai pembelajaran yang efektif, persiapan peserta 20 didik secara pribadi maupun persiapan kelas secara fisik juga mempengaruhi hasil pembelajaran. Efektivitas menunjukkan ketercapaian sasaran/tujuan yang telah ditetapkan.18 Sebab itu, efektivitas juga dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan pendidikan. Dalam upaya pengukuran ini teradapat dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu validitas dan evaluasi.19 a. Validitas, yaitu serangkaian tes atau penilaian, baik mengenai hal tertulis maupun perilaku untuk mengetahui secara pasti apakah suatu program pendidikan benar-benar telah mencapai tujuan yang telah ditargetkan. Artinya, jika didapati bahwa tes tertulis yang dilakukan hasilnya mencapai atau melebihi kriteria ketentuan minimum (KKM), serta hasil pengamatan menunjukkan hasil bahwa peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran maka pembelajaran dikatakan efektif. b. Evaluasi yaitu penilaian yang dilakukan untuk menilai serangkaian kegiatan berupa perencanaan, pelaksanaan, dan setelah pelaksanaan. evaluasi yang baik adalah evaluasi yang hasilnya didapat dari kegiatan yang berlangsung sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Bila perencanaannya baik, pelaksanaan hanya tinggal mengikuti. Setelah itu, hasil dari evaluasi tidak akan jauh dari apa yang telah direncanakan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu keadaan atau kegiatan yang dapat memberikan pengaruh kepada pengguna atau pelakunya. Pengaruh itu berupa perbedaan pengalaman dari sebelum dan sesudah menggunakan. Hal atau kegiatan dikatakan efektif jika perbedaan itu membawa pengaruh ke arah yang lebih baik atau adanya kemajuan, meskipun efek itu sendiri berpotensi memberikan pengaruh positif maupun negatif. Salah satu upaya untuk membuat pembelajaran menjadi efektif adalah digunakannya media audio visual sebagai media pembelajaran. Di antara empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan
18
Aan Komariyah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 7. 19 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), h. 90.
menulis), menyimak merupakan kegiatan yang paling guru tidak bisa pastikan 21 peserta didik fokus atau tidak dalam prosesnya. Maka, untuk membuat peserta didik fokus terhadap pembelajaran yang disimaknya, media audio visual digunakan untuk merangsang terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Brown juga menggarisbawahi bahwa media yang digunakan guru atau peserta didik dengan baik dapat mempengaruhi efektivitas program belajar mengajar.20 Sebab itu, pemilihan media yang tepat juga menjadi pertimbangan penting agar strategi yang direncanakan guru dapat benar-benar terlaksana dan kegiatan pembelajaran menjadi efektif. Dalam upaya pembelajaran yang efektif, semua unsur sekolah harus dilibatkan. Kini bukan lagi mengenai upaya sekolah dan guru membuat peserta didik menjadi sekedar mengerti materi yang diajarkan di sekolah. Sekolah dan guru hendaknya melibatkan mereka secara penuh dalam proses dinamika tersebut, supaya peserta didik bisa turut bergairah dan tidak ada yang tertinggal. Sebab itu, proses tersebut hendaknya membuat guru bisa memperhatikan peserta didik secara individual, bukan perwakilan suatu kelompok. Berikut adalah hal-hal yang harus dilakukan guru supaya pengajaran dengan menggunakan media audio visual bisa menjadi kegiatan yang benarbenar efektif. a.
Meyusun Perencanaan Pembelajaran dengan Bijak Guru efektif mengajar dengan terlebih dahulu membuat perencanaan
pembelajaran, lalu mengkomunikasikan perencanaan tersebut dengan clientnya, yaitu peserta didik, kemudian menyelenggarakan proses pembelajaran dan mengelola kelas sehingga efektif, dan terakhir melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar.21 Hasilnya kemudian akan menjadi input untuk perencanaan berikutnya.
20
Brown dalam Asep Henry Hermawan, Badru Zaman, Cepi Riyana, Media Pembelajaran Sekolah Dasar,(Bandung: UPI Press, 2007), h. 56. 21 Hunt dan More dalam Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 122.
Jadi, efekivitas dalam pembelajaran bukan hanya berbicara tentang sebuah kurikulum beserta Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar 22 (KD) nya bisa dicapai/dipenuhi peserta didik, melainkan merancang sistem pembelajaran tersebut agar menjadi efektif. Karena itu, guru sebagai perencana pembelajaran harus benar-benar bisa menyusun dan melaksanakan pemebelajaran, minimal mengikuti RPP yang telah dibuat supaya
bisa
memberikan pengaruh yang diharapkan. Seperti, peserta didik diharapkan mendapat perubahan-perubahan baik dalam hal intelegensi, perilaku, kreativitas, maupun cara berpikir ke arah progresif. Learning takes place most effectively in classrooms where knowledge is clearly and powerfully organized, students are highly active in the learning process, assessments are rich and varied, and students feel a sense of safety and connection.22 Artinya, menuju pembelajaran yang efektif, guru sebagai pusat pengajaran memang harus mempersiapkan strategi supaya materi yang disampaikan jelas. Namun, guru juga harus mempersiapkan metode belajar yang menarik, supaya peserta didik merasa nyaman dan bersemangat dengan cara penyampaiannya. Serta dapat mengakomodir dinamika yang terjadi di dalam kelas, sehingga hasil penilaian yang diperoleh bisa menjadi evaluasi pembelajaran yang tepat. Dengan begitu, dalam upaya meningkatkan efektivitas proses pembelajaran, perencanaan pembelajaran merupakan sesuatu yang mutlak dipersiapkan oleh setiap guru. Walaupun belum tentu semua yang direncanakan akan bisa sepenuhnya terlaksana, karena bisa saja kondisi kelas yang sudah dipersiapkan justru menuntut strategi yang bersifat opsional. Namun
demikian,
guru
tetap
diharapkan
mampu
menyusun
perencanana yang lebih sempurna, sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sehingga semua peserta didik bisa memahami bahan-bahan ajar yang ditawarkan. Semua peserta didik bisa memperoleh berbagai pengalaman baru dan menambah kompetensinya sesuai hasil belajar mereka. Agar
dapat
membuat
perencanaan
yang
baik
dan
dapat
menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal, setiap guru harus 22
Cerol Ann Tomlinson, How to Differentiate Instruction in Mixed-Ability Classrooms, (USA: Assosiation fo r Supervision and Curriculum Development, 2001), h. 8.
mengetahui unsur-unsur perencanaan pembelajaran yang baik. Pendapat 23 lain menyebutkan perencanaan tersebut antara lain, berupa kebutuhan-kebutuhan peserta didik, tujuan-tujuan yang akan dapat dicapai, berbagai strategi yang relevan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, dan kriteria evaluasi.23 Bersamaan dengan itu, peran guru dalam mengembangkan strategi amat penting karena aktivitas peserta didik belajar sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku guru dalam kelas. Jika mereka antusias, memperhatikan aktivitas dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik, maka peserta didik tersebut pun akan mengembangkan aktivitas belajarnya dengan baik, antusias, giat dan serius. Salah satu yang bisa mengembangkan antusias mereka adalah penggunaan media sebagai strategi belajar agar pembelajaran tidak monoton. Mengingat di zaman yang canggging akan teknologi ini masyarakat mulai akrab dengan penggunaan media. Diharapkan media menjadi salah satu pilihan guru dalam membuat pembelajaran menjadi lebih efektif. b. Berkomunikasi Secara Efektif dengan Peserta didik Guru adalah seorang komunikator, sebab dia akan menyampaikan rencna-rencana pembelajarannya pada peserta didik. Dalam konteks apa pun tugas guru membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik, termasuk mengkomunikasikan program-program kelasnya kepada komite sekolah, atau orang tua peserta didik. Sebab itu, guru harus mengetahui teori-teori komunikasi efektif karena tidak akan menjadi terlalu bermanfaat ilmu yang dikuasai guru jika tidak mampu mengkomunikasikannya kepada peserta didik secara baik, yakni enak diikuti dan mudah dipahami. Jadi, salah satu kriteria pembelajaran akan menjadi efektif di antaranya adalah cara guru mengkomunikasikan pembelajaran juga harus bisa menyampaikannya secara efektif. Dalam teori yang amat tradisional, Hunt mengemukakan bahwa unsur-unsur pokok dari komunikasi adalah pesan, sasaran komunikasi, sumber dan media.24 Dalam konteks komunikasi di kelas, pesan adalah bahan ajar yang akan disampaikan, intruksi-intruksi untuk pelaksanaan proses 23 24
150-151.
Rosyada, op. cit., h. 123. Hunt dalam Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), h.
24 pembelajaran, tugas-tugas dan rencana-rencana kegiatan lainnya. Sedangkan sasaran komunikasi adalah peserta didik. Sumber pesan adalah guru, sedangkan media komunikasi adalah bahasa atau simbol lain yang digunakan untuk penyampaian pesan. Peserta didik juga harus dilatih untuk bisa memahami pesan-pesan verbal baik melalui kegiatan mendengar/menyimak maupun membaca. Peserta didik juga harus dilatih untuk mnyampaikan pesan atau tanggapan terhadap pesan guru dengan baik melalui bahasa lisan atau tulisan. Guru sebagai fasilitator kemudian harus bisa memfasilitasinya. Hunt kemudian mengemukakan bebebrapa rekomendasi untuk mendukung terjadinya komunikasi yang efektif untuk turut mendukung berlangsungnya pembelajaran yang efektif di kelas, yaitu:25 Peserta didik harus dilatih keterampilan membaca dalam konteks memahami pesan-pesan tertulis yang terdapat dalam bacaan. 1) Peserta didik harus dilatih untuk mau dan mampu berbicara dengan baik. Mereka harus terus didorong untuk berbicara, dan senantiasa memiliki sesuatu yang sangat penting untuk disampaikan pada guru, sehingga dia terlatih untuk menyampaikan pendapat dan pandangannya dengan baik. 2) Guru harus menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk terbiasa menyampaikan pandangan atau buah pemikirannya, baik dengan menggunakan bahasa tulis maupun lisan, sehingga mereka terlatih menyusun bahasa lisannya. 3) Guru juga harus mengkondisikan ruang kelas yang nyaman agar bisa mendukung proses pembelajaran yang efektif, seperti menghadirkan media pembelajaran ke depan kelas, sehingga peserta didik terus terdorong untuk melakukan komunikasi verbal, baik berdiskusi dengan temannya maupun berdiskusi dengan guru. 4) Guru
juga
harus
dengan
sabar
mendengarkan
peserta
didik
menyampaikan pendapatnya serta memberi mereka feed back untuk evaluasi ke depan.
25
Ibid., h. 152.
25 Dengan demikian, situasi kelas aktif dan kondusif yang dikondisikan oleh guru, bisa menjadi salah satu upaya untuk membuat pembelajaran menjadi efektif, karena peserta didik diajak untuk tidak hanya menerima tapi juga merespon dan menunjukkan efek perkembangan yang mereka dapatkan. c. Mempergunakan Metode yang Beragam Mengajar yang efektif salah satunya harus membuat peserta didik belajar aktif, baik secara mental maupun fisik. Artinya, peserta didik diajak untuk berpikir kritis serta diajak untuk mengungkapkan kemampuan intelektualnya, salah satunya dengan mempresentasikan hasil temuannya. Dengan begitu, pembelajaran bukan hanya dirasakan efeknya oleh otak melainkan juga oleh sistem motorik tubuh. Untuk sampai pada belajar aktif, tentu dibutuhkan metode belajar yang bervariasi. Variasi metode mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian peserta didik, mudah diterima, dan kelas menjadi hidup.26 Jika metode yang digunakan selalu sama hal tersebut hanya akan membuat peserta didik menjadi bosan kerena merasa tidak adanya tantangan untuk menyelesaikan pelajaran dengan bersemnagat. Variasi metode belajar dibutuhkan untuk membuat kelas menjadi dinamis. Metode yang beragam juga digunakan untuk membuat peserta didik selalu merasa termotivasi dan tertantang lewat sugesti-sugesti yang diberikan oleh guru. Selain itu, metode yang bervariasi juga diperlukan supaya guru bisa selalu mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan implikasinya di kehidupan nyata dalam masyarakat. Guru pada hakikatnya adalah pembelajar senior yang harus mentransformasikan pengalaman belajarnya pada pembelajar junior lewat metode-metode belajar yang variatif. Dalam proses tersebut guru harus terus memberikan bimbingan dan arahan karena pembelajaran meski dengan bantuan teknologi secanggih apa pun tetap membutuhkan bimbingan intensif dari guru, sehingga pembelajaran bisa menjadi lebih efektif.
26
h. 92.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
26
d. Mampu Meguasai Kelas Dalam konteks peningkatan efektivitas kelas, guru tidak cukup hanya dengan berpenampilan menarik, penuh optimisme, antusias, dan menguasai bahan ajar dengan baik. Namun, guru harus memiliki berbagai kemampuan penguasaan kelas dengan tidak menggunakan pendekatan pemaksaan atau berbagai bentuk kekerasan psikologis lainnya. Guru harus menggunakan pendekatan pedagogis yang mampu menciptakan suasana tenang, penuh keceriaan, dan penuh motivasi untuk belajar. Selain itu, seorang guru juga harus memiliki keberanian untuk menghadapi peserta didiknya yang memiliki karakter berbeda-beda, serta menghadapi berbagai masalah yang muncul saat KBM berlangsung. Guru harus berani memunculkan kepercayaan diri sendiri sehingga guru dapat berwibawa di depan kelas maupun di luar sekolah.27 Hal tersebut dilakukan supaya cita-cita yang ditanamkan ke peserta didik benar-benar diterapkan dan resapi oleh peserta didik yang bersangkutan. Salah satu langkah pengelolaan kelas yang baik adalah membuat persiapan yang cermat. Guru harus mengenali benar kemampuan dan karakteristik peserta didiknya. Mengidentifikasi anak yang kemampuan daya tangkapnya lebih lambat dan yang daya tangkapnya cepat, bahkan sangat cepat. Seringkali kekacauan kelas berawal dari kekurangsiapan guru mengatasi keragaman kemampuan peserta didik dalam memahami pelajaran dan guru kurang mempersiapkan antisipasinya. Seperti pemilihan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan materi ajar. Agar pembelajaran menjadi efektif maka guru harus mengkombinasikan cara penyampaian materi ajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didiknya. Selain itu, terkait juga dengan media pembelajaran yang hendak digunakan untuk membantu performa pengajaran, media yang akan digunakan tersebut juga harus dipertimbangkan efektivitasnya di kelas, serta disesuaikan dengan metode yang akan digunakan, sehingga pengelolaan kelas 27
Ibid., h. 93.
27 menjadi benar-benar efektif. Guru tidak hanya sekedar memberikan materi ajar, menggunakan metode pembelajaran, dan menghadirkan media pembelajaran untuk mengisi kelas, tapi juga memaksimalkan performanya supaya peserta didik benar-benar mendapatkan efeknya terhadap pemahaman mereka. e.
Melakukan Evaluasi Secara Benar Dalam rangka pengembangan kelas efekif, langkah yang tidak kalah
penting dilakukan guru adalah mampu mengukur kompetensi yang telah dicapai peserta didik dari setiap tatap muka terhadap kegiatan proses pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga bisa menentukan perlakuan terhadap mereka. Selanjutnya, langkah yang harus dilakukan adalah memilih jenis tes yang baik. Ciri-ciri tes yang baik harus memperhatikan alat evaluasi yang objektif, valid, reliabel, detil, dan praktis. Semua itu dilakukan juga dengan mempertimbangkan sejauh mana materi yang telah diajarkan dan dikuasai peserta didik, sehingga tes yang dilakukan untuk mengukur pemahaman peserta didik benar-benar bisa menjadi alat evaluasi yang tepat. Selain
itu,
jika
pengajaran
melibatkan
penggunaan
media
pembelajaran, maka evaluasi terhadap media pembelajaran pun perlu dilakukan. Evaluasi terhadap penggunaan media pembelajaran dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.28 Jadi, dalam pembelajaran bukan hanya peserta didiknya saja yang perlu dievaluasi, melainkan media yang disertakan ke dalam KBM juga perlu dievaluasi untuk mengetahui pembelajaran yang selama ini telah dilakukan sudah berjalan secara efektif atau belum. Jika belum, maka hasil evaluasi digunakan untuk mengetahui hal apa saja yang perlu diperbaiki. Namun jika sudah, maka hasil evaluasi digunakan sebagai tolak ukur efektivitas pembelajaran.
28
Asep Henry Hermawan, dkk., Media Pembelajaran Sekolah Dasar,(Bandung: UPI Press, 2007), h. 250.
28
3. Media Pembelajaran a.
Pengertian Media Pembelajaran Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata “medium” , yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”.29 Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (wasilah) atau pengantar pesan pengirim ke penerima pesan.30 Bahkan, Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Techology/ AECT) di Amerika membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi.31 Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah semua bahan dan alat fisik yang bisa digunakan untuk menyalurkan pengajaran dan membantu memfasilitasi peserta didik dalam memahami suatu materi ajar. Media pembelajaran mencakup bahan-bahan tradisional, seperti papan tulis, buku pegangan, bagan, slide, OHP/OHT, objek-objek nyata, dan rekaman video atau film. Selain itu, juga bisa berupa bahan-bahan yang lahir dari metode mutakhir, seperti komputer, DVD, CD-Room, internet, dan penggunaan fasilitas konferensi video secara interaktif (video call). Media pembelajaran diperlukan untuk membantu komunikasi guru dengan peserta didik, sehingga peserta didik dapat menangkap pesan atau inti pembelajaran dengan baik. Namun, adakalanya pesan tersebut tidak diserap dengan baik oleh peserta didik sebagai komunikan, dan ini disebabkan oleh adanya gangguan dan hambatan. Hal tersebut terjadi pada komunikasi, pesan, dan saluran. Misalnya, peserta didik tidak mengerti materi yang disampaikan oleh guru disebabkan peserta didik tersebut sejak awal tidak menyimak dangan baik karena mengantuk, sehingga peserta didik mengalami gangguan. Jika seorang guru mengajar dengan cara yang tidak antusias, tidak bersemangat, atau dalam 29
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.
120. 30
Azhar Arsyad, Media pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 3. Association of Education and Communication Techology dalam Arif S. Sadiman, Media Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 6. 31
29 keadaan yang tidak baik, tentu akan terjadi gangguan pada sumbernya atau komunikator. Penggunaan media pembelajaran sangat penting bagi proses belajar mengajar. Dikatakan demikian karena media pendidikan sangat membantu pengajar dalam memberikan pembelajaran secara maksimal, efektif, serta efisien. Meski demikian, keberhasilan program pengajaran tidak tergantung dari canggih tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan keefektifan media yang digunakan oleh pengajar. Guru kemudian harus menggunakan media dengan kualitas baik untuk memfasilitasi pembelajaran atau meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap bahan pelajaran. Sebab, proses komunikasi untuk memfasilitasi pembelajaran bisa mejadi sebuah proses yang menantang, yang sering kali membutuhkan usaha-usaha kreatif untuk mencapai sebuah ragam tujuantujuan pengajaran yang implisit. Dalam dunia pendidikan, media pembelajaran terdiri atas dua unsur, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (massage/software).32 Software merupakan informasi atau bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik, sedangkan hardware berupa peralatan atau sarana yang digunakan untuk menyajikan pesan atau bahan ajar tersebut. Dengan demikian, media pembelajaran memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan. Namun, yang terpenting bukanlah terletak pada bentuk fisik media itu semata, tetapi pada pesan atau informasi belajar yang dibawakan oleh media tersebut. b. Tujuan penggunaan media pembelajaran Tujuan umum digunakannya media pembelajaran adalah untuk memudahkan pemerolehan aspek afektif, kognitif, dan psikomotor yang sangat penting dalam proses pembelajaran peserta didik.33 Tiga aspek tersebut menjadi indikator keberhasilan peserta didik untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. 32 33
AECT dalam Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta, GP Press: 2012) h. 9. Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta, GP Press: 2012), h. 22.
30
1) Ranah Kognitif Tujuan yang hendak dicapai dari penggunaan media pembelajaran pada ranah kognitif adalah melalui media pembelajaran peserta didik dapat meningkatkan kemampuan yang bersifat intelektual atau kognitif. Kemampuan tersebut terdiri atas pengetahuan, pemahaman, penerapan, penguraian/analisis, sintesis, dan penilaian. 2) Ranah Afektif Pada ranah afektif, kemampuan yang dituju dari penggunaan media adalah berkaitan dengan rasa, sikap, dan tingkah laku. Terdiri atas penerimaan, tanggapan, penghargaan, pengaturan, dan karakterisasi. 3) Ranah Psikomotorik Kemampuan yang diterapkan melalui media pengajaran adalah kemampuan yang bersifat jasmaniah atau fisik. Ranah psikomotorik ini terdiri atas persepsi, kesiapan untuk menyesuaikan, respons berpandu, mekanisme, respons terbuka yang bersifat kompleks, dan organisasi. Jadi, media pembelajaran merupakan wadah dari materi ajar yang ingin disampaikan oleh guru kepada peserta didik. Tujuannya adalah untuk mencapai proses belajar yang efektif dan efisien. Jika guru mampu memanfaatkan media pembelajaran dengan tepat serta maksimal, maka peserta didik akan mampu menyerap segala materi yang disampaikan serta meningkatkan performa pengajaran guru tersebut.
c.
Fungsi Media Pembelajaran Fungsi dari media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar.34
Untuk beberapa hal, media pembelajaran bahkan berperan menggantikan fungsi guru sebagai sumber belajar utama. Namun, hal tersebut bukan berarti media menggantikan sepenuhnya peran guru di depan kelas. Ciri-ciri umum media pembelajaran yang mampu merekam, menyimpan, melestarikan, merekonstruksi, dan mentransportasikan suatu 34
Ibid., h.36.
31 peristiwa atau objek. Inilah yang kemudian dimaksud fungsi media pembelajaran sebagai penyampai pesan, baik secara verbal maupun nonverbal. Macam-macam fungsi media pembelajan, yaitu: 1) Fungsi Media Pembelajaran sebagai Sumber Belajar Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat “Sumber Belajar” tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, dan penghubung.35 Artinya, media sebagai sumber belajar berperan membuat peserta didik aktif dalam menerima materi ajar, menghubungkannya dengan skemata yang dia miliki, serta menyampaikannya kembali berdasarkan pemahamannya sendiri. Bukan hanya peserta didik, tetapi guru juga dituntut untuk turut aktif karena di sini guru berperan sebagai pemberi interuksi dan pengontrol kelas. 2) Fungsi Semantik Yaitu media memiliki kemampuan memberikan rangsangan kepada peserta didik untuk menambah perbendaharaan kata melalui apa yang ditampilkan kemudian memunculkan opini-opini yang didapat dari media yang disimaknya. 3) Fungsi manipulatif Yaitu media memiliki kemampuan untuk mengatasi batas-batas ruang dan waktu serta mengatasi keterbatasan inderawi. Kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang terlalu jauh ataupun terlalu menyita waktu jadi lebih dekat dan lebih singkat. Serta kemampuan menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang telah terjadi, seperti legenda yang dikemas menjadi sebuah video dongeng, dan penampilan drama yang dimuat ke dalam sebuah video drama. Selain itu, media juga membantu peserta didik dalam memahami objek yang bergerak terlalu lambat maupun terlalu cepat. Seperti halnya sebuah video drama. Video drama tersebut bisa diputar lebih cepat maupun lebih lambat untuk membuat fokus pada bagian tertentu.
35
Ibid., h.37.
32
4) Fungsi Psikologis a) Fungsi Atensi Setiap orang memiliki sel saraf penghambat yang berfungsi membuang sejumlah sensasi yang datang. Sebab itu, ketidakfokusan para peserta didik dapat dihambat oleh sel penghambat tersebut. Sebagai gantinya, peserta didik lebih memfokuskan perhatiannya pada
rangsangan
yang
dianggapnya
menarik.
Ketika
kita
memperhatikan rangsangan tertentu sambil membuang rangsangan lainnya, itu disebut selektif attention.36 Jadi, di sinilah fungsi media untuk meningkatkan perhatian atau fokus peserta didik terhadap materi ajar. b) Fungsi Afektif Fungsi afektif yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan peserta didik terhadap sesuatu. Sambutan ataupun penerimaan tersebut berupa kemauan. Dengan adanya media pembelajaran,
kesediaan
peserta
didik
dalam
menerima
pembelajaran lebih bisa dilihat dari sikapnya lebih bisa menghargai dan menunjukkan minatnya. Hal ini contohnya, ketika ditayangkan video drama, peserta didik menyimaknya dengan seksama dan tenang ketika adegan sedang menegangkan, lalu tertawa ramai ketika adegan humor, dan menunjukkan mimik sedih ketika adegan membawa mereka ke latar suasana duka. c) Fungsi Kognitif Peserta didik yang belajar dari media pembelajaran akan memperoleh dan mempergunakan representasi untuk mewakili objek maupun peristiwa yang alami. Objek-objek tersebut dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan dan atau lambang, yang dalam psikologi semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental.37 Artinya, apa yang ia simak dari media pembelajaran 36
Jalaluddin Rahmat dalam Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta, GP Press: 2012), h. 44. 37 Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta, GP Press: 2012), h. 45.
33 menstimulus ia untuk menghadirkannya kembali kepada orang lain lewat tanggapan atau kesan yang ia kemukakan tentang objek dalam media tersebut. d) Fungsi Imajinatif Dengan keragaman penyajian dan keragaman isi, media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi peserta didik. Apa yang peserta didik simak bisa memberikan inspirasi untuk mereka, dan kemudian membuat peserta didik bukan hanya sekedar berfantasi, tetapi juga menstimulus peserta didik untuk bermimpi dan bercita-cita. Lebih dari itu, sesuatu yang menginspirasi dapat memberikan dorongan semangat tersendiri bagi seseorang untuk kemudian mewujudkannya. 5) Fungsi Motivasi Ketika media pembelajaran disajikan dengan menarik dan menyenangkan, media tersebut bisa mendorongan peserta didik untuk mengikuti dan menyimak sampai akhir kegiatan belajar mengajar. Selain berfungsi untuk memotivasi peserta didik untuk betah dengan KBM yang melibatkan media, lebih dari itu, media juga bisa menjadi untuk memotivasi perubahan tingkah laku mereka. Seperti, sebuah dongeng Malin Kundang yang kemudian bisa memotivasi peserta didik untuk menjadi anak yang berbakti kepada orangtua. 6) Fungsi Sosio-Kultural Media salah satunya berfungsi untuk mengatasi perbedaan latar belakang kultur dan sosial dalam pembelajaran. Contoh, sebuah drama dibuat dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk mempersatukan para peserta didik yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda, sehingga motto “Bahasa Satu Bahasa Indonesia” bisa tercapai di pembelajaran Bahasa Indonesia. Media pembelajaran secara konkrit memberikan efek kepada peserta didik lewat terjadinya perubahan tingkah laku dan sikap peserta didik akibat interaksi dia dengan pesan. Whatever approach is used, effective teaching
34
practice indicates that the filmstrip be used in lesson, using visualization to help the teacher alter the behavior of his students in a desirable way.38 Jadi, terkait dengan fungsi media sebagai perantara pembelajaran, perannya akan menjadi efektif dan efisien jika media tersebut mampu membantu maupun mewakili guru menyampaikan pesan dalam pembelajaran. Kemudian mampu memberikan efek berupa perubahan tingkah laku lewat interaksi yang ditimbulkan oleh peserta didik dengan media tersebut.
d. Pemilihan Media Pembelajaran Agar media yang dipilih bisa digunakan secara efektif, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan. Prosedur pemilihan media pembelajaran didasarkan pada pertimbangan isi dan tujuan pelajaran dengan karakteristik media yang akan digunakan.39 1) Menentukan media sebagai perantara pemberi informasi atau sebagai pembelajaran. 2) Menentukan metode transmisi 3) Menentukan ciri-ciri khas mata pelajaran 4) Memilih media yang paling sesuai dengan kategori di atas dan paling cocok dengan populasi peserta didik 5) Tinjau kembali kekurangan dan kelebihan media terpilih 6) Merencanakan tes pengembangan bagi media tersebut maupun bagi bahan atau materi pelajaran. Hal-hal di atas adalah prosedur pemilihan media yang difokuskan pada media dan materi ajarnya. Selain itu, dalam memilih media, perlu juga diperhatikan pemilihan media kaitannya dengan komponen pembelajaran. Kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih media, seperti objektivitas pemilih, program pengajaran, sasaran program, kesesuaian situasi dan
38
Paul F. Brandwein, etc, A Book of Methods, (New York: Harcourt, Brace, and World, Inc, 1958), h. 484. 39 Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), h. 16.
35
kondisi, kualitas media, serta pertimbangan efektivitas dan efisiensi penggunaan media. 40 1) Objektivitas, artinya guru tidak boleh memilih media hanya berdasarkan kesenangan pribadi. 2) Program pengajaran yang disampaikan harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun kedalamannya. 3) Sasaran program, artinya media yang akan digunakan harus dilihat kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan anak didik, baik dari segi bahasa, simbol-simbol, cara dan kecepatan penyajian, atau pun waktu penggunaannya. 4) Situasi dan kondisi harus disesuaikan, baik media dengan kelengkapan fasilitas yang dimiliki sekolah maupun media, maupun dengan kesiapan peserta didik dalam menerima kehadiran media tersebut. 5) Kualitas teknik, yaitu media yang digunakan harus lah media yang layak pakai. 6) Keefektifan dan efisiensi penggunaan, yaitu suatu media harus mampu memberikan efek/perubahan kepada penggunanya serta pengadaannya juga tidak sulit.
e. Macam-Macam Media Menurut bentuk dan informasi yang digunakan, media dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok besar, yaitu media visual diam, media visual gerak, media audio, media audio visual diam, dan media audio visual gerak.41 1) Media visual diam Tabel 2.1 Jenis Media a.
Produk Media
Media Grafis Grafik Diagram
40
Kelebihan Mudah dipahami
Kekurangan Membutuhkan keterampilan khusus
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.
128. 41
Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran, (Bandung, CV Wacana Prima, 2009), h. 14.
36
Bagan
Pembuatann
Sketsa
ya mudah
pembuatannya
Poster
dan murah
Penyajian hanya
dalam
Papan flanel
berupa unsur visual
Papan buletin b.
Media Bahan Buku teks
Dapat
Bentuknya yang tebal
Cetak
dipelajari
dapat membosankan
kapan dan di
dan mematikan minat
mana saja
peserta didik untuk
Modul
membacanya c.
Media
Foto
Lebih konkret Perbandingan
yang
Gambar
dibanding
kurang tepat dari suatu
Diam
dengan grafis
objek
akan
menimbulkan kesalahan persepsi 2) Media Proyeksi Diam Tabel 2.2 Jenis Media Produk Media
Kelebihan
Kekurangan
Dapat menyajikan
Memerlukan
tranparansi
pesan di semua
perencanaan yang
OHP Portable
ukuran ruang kelas
matang dalam
a. Media OHP Plastik dan OHT
OHP Classroom
pembuatan dan penyajiannya
b. Media Slide
Film bingkai
Mudah direvisi
Hanya dapat menyajikan gambar yang diam
c. Media Filmstrip
Film gelang
Mudah penggandaannya
Sulit direvisi
37
3) Media Audio Tabel 2.3
a.
Jenis Media Produk Media
Kelebihan
Kekurangan
Media
Dapat
Program
memusatkan
siarannya tidak
Siaran radio
Radio
peserta didik pada bisa diulangkata, kalimat,
ulang
maupun musik. b.
Media
alat Kaset tape
perekam
Pita rekamannya Daya
recorder
dapat
pita
diputar jangkauannya
berulang-ulang
terbatas
magnetik
4) Media Audio Visual Diam Tabel 2.4
a.
Jenis Media
Kelebihan
Kekurangan
Media Sound
Ada aspek suaranya
Slide b.
Hanya
dapat
menyajikan
gambar yang diam
Film strip bersuara
5) Media Audio Visual Gerak Tabel 2.5 Jenis Media a.
Film
Produk Media
Kelebihan
Kekurangan
Film bisu
Memberi kesan
Harga
Film bersuara
mendalam dan dapat
produksinya
mempengaruhi sikap
mahal
peserta didik b. Televisi
Media televisi
Informasinya lebih
Programnya
terbuka
aktual
tidak dapat
38
diputar berulang kali Media
televisi Bisa dilakukan
siaran terbatas
komunikasi dua arah
Jangkauan materinya terbatas
Media video kaset Programnya dapat
Jangkauan
recorder
materinya
diputar berulang kali
terbatas Berdasarkan tabel di atas, ada berbagai macam media pembelajaran dan produk keluarannya yang bisa digunakan dalam pembelajaran. Baik untuk
membantu
memberi
informasi
maupun
membantu
memberi
pembelajaran kepada peserta didik. Selain itu, pada tabel di atas juga jelas terlihat bahwa setiap media memiliki karakteristiknya masing-masing. Jika media tersebut dibandingkan satu sama lain hanya dari keterbatasan yang masing-masing miliki, tentu media visual diam menjadi media yang paling terbatas. Tapi, jika setiap media tersebut dipilih dan digunakan berdasarkan kriteria pemilihan media pembelajaran, tentu setiap media tersebut akan memberikan pesan atau informasi yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Pada pembelajaran mengenai poster dan slogan contohnya, akan menjadi lebih efektif jika menggunakan media visual. Sebab, dengan digunakannya media visual tersebut membantu peserta didik untuk bisa mengamati ciri-ciri slogan dan poster dengan lebih intensif. Jika slogan dan poster disajikan dengan menggunakan media filmstrip tentu peserta didik akan kesulitan mengamati slogan dan poster disebabkan gambar yang terus bergerak. Jadi, pemilihan media yang tepat sesuai dengan kriteria pemilihan media benar-benar perlu diterapkan supaya penggunaan media menjadi efektif. Seperti halnya penggunaan media audio visual berupa video dalam pembelajaran menyimak drama. Media audio visual bisa memanipulasi keterbatasan ruang dan waktu, sehingga dalam waktu dan ruang yang terbatas
39
guru dapat merencanakan pembelajaran menyimak drama tanpa harus pergi ke gedung pertunjukan.
4.
Media Audio Visual Teknologi pendidikan merupakan suatu model pendidikan yang bertolak dari penerapan ilmu dan teknologi di dalam pendidikan. Model pendidikan seperti ini secara konsisten mulai berusaha menerapkan prinsipprinsip ilmu dan teknologi di dalam proses pendidikan. Hal tersebut dilakukan
untuk
menyesuaikan
perkembangan
pendidikan
dengan
perkembangan teknologi yang semakin pesat di zaman ini. Terkait dengan hal tersebut, kemudian dikenal dua jenis teknologi yang dilibatkan dalam dunia pendidikan, yaitu teknologi perangkat keras (hardware technology) atau alat teknologi, dan teknologi perangkat lunak (hardware technology) atau sistem teknologi.42 Sistem pendidikan lebih banyak diterapkan dan dikembangakan dalam perencanaan pembelajaran. Sementara, alat teknologi dimanfaatkan untuk menunjang sistem pendidikan itu sendiri. Keduanya saling berintegrasi dalam proses pembelajaran. Hal ini yang kemudian membuat keberadaan media pembelajaran menjadi ciri dari implementasi terlaksananya teknologi pendidikan. Salah satu contohnya adalah dilibatkannya media pandang dengar atau media audio visual dalam sistem pembelajaran yang berbasis teknologi. Media audio visual merupakan bentuk media pengajaran yang murah dan terjangkau. Media audio visual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses.43 Media tersebut memuat pesan, baik yang disampaikan secara verbal maupun non verbal lewat audio maupun visualnya. Itu artinya, media audio visual memuat makna, baik dari tampilan audio maupun visualnya. Gabungan media aduio dan visual ini bisa dikatakan serba guna, mudah digunakan, dan cukup efektif untuk pengajaran kelompok ataupun 42
Derek Rowntree dalam Nana Syaodih Sukmadinata, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi , (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h. 15. 43 Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta, GP Press: 2012) h. 56.
40
perorangan dan belajar mandiri.44 Jika didesain dengan baik, media tersebut dapat membawa dampak yang dramatis dan tentu saja dapat meningkatkan hasil belajar. Media audio visual terbagi menjadi dua jenis, yaitu media audio visual murni dan media audio visaul tidak murni.45 Media audio visual tidak murni berupa slide atau unsur visaul yang diberi unsur suara atau musik. Sementara media audio visual murni berupa film gerak, televisi, dan video. Dalam penelitian kali ini, pembahasan akan difokuskan pada media audio visual berupa video.
a. Video Video adalah media yang menyajikan informasi dalam bentuk suara dan visual.46 Video bersifat interaktif tutorial membimbing peserta didi untuk memahami sebuah materi melalui visualisasi.47 Unsur suara yang ditampilkan berupa narasi, sound effect, dan musik. Sementara unsur visual berupa gambar, foto, gambar bergerak, animasi, maupun teks. Program video biasanya disebut sebagai alat bantu pandang dengar (audio visual aids/audio visual media).48 Setelah melalui berbagai perbaikan dan pengembangan, akhirnya perusahaan video Jepang seperti Hitachi, JVC, dan Sony, serta Philips dari Belanda menguasai pasar Indonesia.49 Dahulu, mereka memproduksi video dalam dua format, yakni video tape recorder (VTR) dan video cassette recorder (VCR). Dua tipe tersebut adalah tipe yang paling ramai di pasaran Indonesia era 1980-an hingga awal 1990-an. Video yang semula digunakan untuk keperluan rumah kemudian menyusup ke segala bidang kegiatan. Harga yang murah dan lebih mudah pengoperasian dan perawatannya. 44
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), h. 153. Munadhi, op. cit., h. 113. 46 B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta, KANISIUS, 1992), h. 114. 47 Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta, GP Press: 2012), h.154. 48 Marno, Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta, Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah (DITPAIS) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementrian Agama Republik Indonesia: 2012), h. 31. 49 Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta, GP Press: 2012), h.36. 45
41
Pada perkembangan berikutnya, media penyimpanan untuk kamera atau handycame sudah berbasis disc dan chip memori. Dahulu, video digital memanfaatkan format medium compact disc (CD). Data dimasukkan ke ruang memori yang tersedia yang secara fisik bentuknya lebih besar dan lebih berat namun dengan daya tampung yang belum seberapa, dari situ tayangan video sudah bisa diakses. Seiring dengan perkembangan teknologi, kini digunakan chip memori dalam penyimpanan video karena chip memori dianggap memiliki kapasitas memori yang lebih besar dan bentuk yang lebih ringan serta daya responnya lebih cepat. Selain itu, daya tahan penggunaannya juga lebih kuat dan tahan guncangan karena dia 100% digital. Berikut ini akan diuraikan karakteristik video yang menjadikannya lebih unggul dari media lain. 1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu 2) Dapat diulang bila perlu, untuk menambah kejelasan 3) Mengembangkan pikiran dan pendapat 4) Mengembangkan imajinasi peserta didik 5) Memperjelas hal-hal yang abstrak 6) Semua peserta didik mampu belajar melalui video, baik peserta didik yang pandai maupun peserta didik yang tidak terlalu pandai 7) Menumbuhkan minat dan motivasi Selain itu, pemanfaatan video dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal berikut: 1) Program video harus dipilih yang sesuai dengan tujuan pembelajaran 2) Pemutaran video untuk tujuan kognitif bertujuan untuk melatih kemampuan mengingat kembali isi materi melalui gambar yang bergerak dan bersuara. Umpamanya, untuk mengingat materi drama, peserta didik mengingat kembali video drama yang minggu lalu diputarkan di kelas. Dengan mengingat video drama secara tidak langsung peserta didik juga jadi mengingat kembali materi drama minggu lalu.
42
3) Video dengan tujuan psikomotor mampu memperlihatkan kepada peserta didik contoh keterampilan gerak, seperti bermain peran. Melalui video drama, peserta didik jadi dapat melihat seperti apa seorang pemain drama ketika memainkan sebuah lakon. Gerak tubuhnya, mimik wajahnya, serta suaranya, semuanya dapat dilihat dalam video tersebut. 4) Video sebagai alat untuk mempengaruhi emosi peserta didik. Dengan dukungan efek gambar dan suara, video mampu menyihir peserta didik untuk tetap fokus pada apa yang sedang mereka simak sehingga pembelajaran bisa berlangsung lebih kondusif. Selain itu, penggunaan video sebagai media pembelajaran secara tidak langsung mengkondisikan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan daya tangkapnya masing-masing. Jadi, peserta didik dituntut untuk mengembangkan metode belajar inkuiri. Sehingga mereka akan terbiasa berpikir kritis meski materi disajikan dalam bentuk sebuah hiburan. Semua itu akan terlaksana dan menjadi cara yang ampuh untuk mengontrol dan mengembangkan aktivitas kelas selama guru menguasai betul media tersebut. Peserta didik diberikan intruksi yang jelas, serta diadakan diskusi untuk membahas kaitannya media tersebut dalam pembelajaran mereka. Dengan begitu penggunaan video sebagai media pembelajaran bisa menjadi efektif dan efisien.
B. Penelitian yang Relevan Berikut adalah hasil penelitian yang menjadi acuan penulis dalam peneliatian ini. Penelitian pertama, dilakukan oleh Fajar Fitri Rahayu. Mahasiswa SI jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini membuat skripsi dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Pada Pokok Bahasan Unsur Intrinsik Naskah Drama”, dengan menggunakan Siswa Kelas VIII SMPN 22 Kota Serang sebagai objek penelitiannya.
43
Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode penelitian quasi eksperimen. Hasilnya, disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar bahasa Indonesia peserta didik pada pokok bahasan unsur intrinsik naskah drama. Penelitian selanjutnya juga dilakukan oleh Mulyani Wagimin, mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian yang mengusung judul “Peningkatan
Kemampuan
Bermain
Drama
dengan
Pembelajaran
Kooperatif Teknik Jigsaw pada Peserta Didik Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Karimiyah Jakarta” menggunakan metode Kualitatif dengan desain penelitian tindakan kelas (PTK). Hasil yang diperoleh menyebutkan bahwa penggunaan teknik jigsaw membawa pengaruh terhadap penigkatan kemampuan bermain drama peserta didik. Penelitian yang ke tiga dilakukan oleh Hilmia Murtaqia Sama dalam skripsinya yang berjudul “Alih Wahana Naskah Drama Sobrat Karya Arthur S. Nalan ke dalam Pementasan serta Implikasinya terhadap Pembelajaran”. Metode penelitan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Dalam penelitiannya, Hilmia menyimpulkan bahwa Alih wahana dapat dijadikan metode dalam pembelajaran drama di sekolah. Metode alih wahana juga dapat menjadi sarana aktualisasi kreativitas dan dapat melatih keterampilan berbahasa peserta didik. Dari ketiga penelitian tersebut, terdapat penelitian yang relevan, yaitu sama-sama menjadikan materi drama sebagai objek penelitian sehingga tiga penelitian tersebut menjadi acuan penulis untuk penelitian. Perbedaannya dengan penelitian penulis, yaitu pada penelitian ini penulis akan membahas mengenai efektivitas penggunaan media audio visual dengan fokus pada penggunaan video untuk materi menyimak drama pada pelajaran bahasa Indonesia di jenjang SMP.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Hasra yang beralamat di Jalan Raya Ciputat-Parung KM. 24 Bojongsari, Kota Depok. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April sampai dengan Bulan Juni, Tahun 2014.
B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif. Istilah „penelitian kualitatif‟ menurut Bogdan dan Taylor adalah metode sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.50 Metode penelitian deskriptif kualitatif juga merupakan metode yang bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan atau peristiwa, objek, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun dengan kata-kata.51 Jadi, metode kualitatif merupakan metode penelitian yang dalam pelaksanaannya dilakukan pengamatan terhadap suatu keadaan atau peristiwa, objek, atau segala sesuatu yang berlangsung dalam situasi wajar. Kemudian, hasil dari pengamatan itu dilakukan analisis yang pada akhirnya dituangkan lewat katakata atau angka yang isinya menjelaskan atau mendeskripsikan keadaan objek penelitian tersebut. Penelitian dilakukan
dalam situasi
wajar
supaya
peneliti
dapat
menyesuaikan diri terhadap objek atau lingkungan yang akan diteliti. Serta, diharapkan kegiatan penelitian tidak mengganggu konidisi biasanya atau kondisi semula
sehingga
hasil
penelitian
yang
dilakukan
bisa
benar-benar
menggambarkan kondisi nyata objek yang diteliti.
50
Bogdan dan Taylor dalam Nuraida dan Halida Alkaf, Metode Penelitian Pendidikan, (Tangerang: Islamic Research Publishing, 2009), h. 35 51 Punaji Setyosari, Metode Penelitian dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 39
44
45
Salah satu ciri dari penelitian kualitatif, yaitu responden yang berkembang terus secara bertujuan sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan.52 Selain itu, pada penelitian ini juga menghendaki peneliti atau dengan bantuan orang lain sebagai alat utama pengumpul data.53 Jadi, dalam hal ini peneliti sebagai instrumen penelitian. Sebab, peneliti tersebut harus terjun sendiri ke lapangan mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi kepustakaan (Library reseach), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan meneliti buku-buku, dan sumber lain yang berkaitan dengan tema skripsi. 2. Studi lapangan (field reseach), yaitu
penelitian
yang dilakukan
dengan mengkaji data-data yang diperoleh dari lapangan (SMP AlHasra), seperti observasi, uji materi, dan wawancara, serta data-data sekolah yang diperoleh dari bagian Tata Usaha (TU) SMP Al-Hasra. Dari segi penulisan, penulis berpedoman pada buku panduan penulisan skripsi, tesis, dan disertasi yang diterbitkan oleh Tim Penyusun UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008.
C. Objek Penelitian Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan demikian dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah peserta didik kelas VIII.3 SMP Al-Hasra yang berjumlah 31 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data Tekni atau cara pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu observasi, wawancara, dan uji materi. Informasi yang
52
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 78. 53 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), h. 38.
46
diperoleh berbentuk dokumen dan catatan peristiwa yang kemudian diolah menjadi data. 1. Jenis dan Sumber Data Prosedur pengambilan data penelitian menggunakan dua jenis data, yaitu: a. Data primer, yaitu meliputi data-data yang diperoleh dari pihak SMP Al-Hasra. b. Data sekunder, yaitu data yang berupa kutipan-kutipan dari wawancara maupun catatan lapangan yang kemudian dianalisis dengan suatu metode.54 2. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: a. Observasi, yaitu sebagai pengamatan dan pencatatan sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek peneliti. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki.55 Metode ini tidak memerlukan pengajuan pertanyaan kepada responden. Observasi dilakukan di SMP Al-Hasra dengan melakukan pengamatan langsung terhadap proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan hasil kerja yang diperoleh untuk menilai tingkat akurasi data dan informasi yang disampaikan oleh setiap unit kerja yang dianggap perlu dengan pertimbangan: 1) Adanya data atau informasi yang dinilai kurang layak atau meragukan sehingga perlu diobservasi ke lapangan. 2) Adanya unit organisasi yang spesifik dan cenderung mengarah kepada bentuk organisasi fungsional sehingga perlu pendalaman lebih khusus untuk perumusan dan pengkajian. b. Tes,
yaitu
cara
untuk
mendapatkan
hasil
penelitian
dengan
menggunakan seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada 54
Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqien, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 43. 55 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), h. 158.
47
seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. c. Wawancara, sebagai alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Cara ini bertujuan
untuk
mendapatkan
data
yang
dapat
menjelaskan
permasalahan peneliti. Wawancara yang diajukan kepada informan semata-mata sebagai bahan kajian mendasar untuk mebuat kesimpulan. Bagaimana pun pendapat banyak orang merupakan hal penting meskipun tidak dapat dijamin validitasnya. Namun, semakin banyak informasi, maka diharapkan dapat menghasilkan data yang semakin akurat. d. Dokumentasi, merupakan kegiatan penelitian dengan mengamati berbagai dokumen yang berkaitan dengan topik dan tujuan penelitian. Teknik ini sering disebut observasi historis. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk hasil kajian yang sistematis, padu, dan utuh. Metode ini dimaksudkan untuk mencari data-data tentang profil lengkap SMP Al-Hasra, baik tentang sejarah beridirinya maupun infrastruktur serta sumber daya manusia yang ada di dalamnya.
E. Teknik Analisis Data Analisis data ialah proses pencarian dan penyususnan data yang sistematis melalui transkrip wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi yang secara akumulasi menambah pemahaman peneliti terhad apa yang ditemukan.
56
Hal
tersebut dilakukan untuk mendapatkan pola hubungan yang sistematis mengenai permasalahan yang diteliti sehingga bisa menyimpulkan suatu tema umum dari hasil penelitian tersebut. Penafsiran atau interpretasi tentunya menjadi bagian dari teknis analisis data yang sangat penting. Dimulai dari memberikan makna dalam analisis, menjelaskan pola atau kategori, sampai pada tahap mencari hubungan antara berbagai konsep yang mencerminkan pandangan atau perspektif peneliti, dan 56
Bogdan dan Biklen dalam Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 83.
48
bukan kebenaran. Kebenaran penelitian masih harus dinilai oleh orang lain dan diuji dalam berbagai situasi lain. Sebab itu, dalam penelitian ini digunakan alur analisis data sebagai berikut: 1. Pengumpulan Informasi Data atau informasi yang dikumpulkan meliputi tempat, pelaku, dan kegiatan yang terjadi di lapangan.57 Data atau informasi tersebut didapat melalui observasi langsung, wawancara, dan hasil uji materi. 2. Reduksi Ini adalah langkah untuk memilih informasi mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan masalah penelitian. 3. Penyajian Data Pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. penyajian dalam data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif maupun dalam bentuk grafik dan bagan. 4. Tahap Akhir Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan di akhir penelitian kualitatif. Pada tahap ini peneliti harus menyadari bahwa dalam mencari makna, ia harus menggunakan pendekatan sistemik58. Yaitu pencarian makna yang dilakukan dari kacamata informan dan bukan hanya berdasarkan penafsiran peneliti seca subjektif.
57
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta, Bumi Aksara, 2008), h. 83. 58 Ibid., h. 87.
BAB IV HASIL PENELTIAN A. Profil Sekolah 1.
Sejarah Singkat SMP Al-Hasra Perubahan sosial budaya masyarakat Indonesia melalui proses yang
lebih dikenal dengan istilah “pembangunan nasional” tidak hanya mempengaruhi tatanan fisik material dan sosiokultural saja, tetapi juga sangat mempengaruhi kehidupan spiritual umat Islam di Indonesia. Dalam perkembangan kehidupan sosial budaya seperti ini, agama (baca : Islam) yang semula dianggap dan diharapkan berfungsi sebagai sumber inspirasi kehidupan umat. Justru ditantang untuk menciptakan bentuk-bentuk ekspresi dan institusi yang baru, yaitu ekspresi ataupun bentuk institusi yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan modern dewasa ini. Kemampuan untuk melahirkan ekspresi dan institusi baru akan membuat Islam mampu berperan dan bermakna bagi peletakan dasar-dasar etika
kehidupan
umat
khususnya
umat
Islam.
Tetapi
sebaliknya,
ketidakmampuan agama menyesuaikan diri dengan perkembangan modern akan berakibat pada semakin jauhnya umat dari agamanya, agama bisa-bisa kehilangan makna ditengah-tengah kehidupan yang semakin sekuler ini. Dan tampaknya gejala yang terakhir inilah yang umum terjadi pada dunia Islam dewasa ini. Sementara di sisi lain, umat Islam juga mempunyai agenda besar yang perlu secara cepat diantisipai yaitu masalah kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang belum memungkinkan umat Islam mengambil peran aktif dalam proses pembangunan. Umat Islam tidak lebih sebagai pemakai hasil pembangunan daripada menjadi pelaku pembangunan yang berpartisipatif. Atas dasar pemikiran tersebut, timbulah cita-cita pada diri Bapak Haji Hashuda. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1985/1986, untuk pertama kalinya Yayasan Pendidikan Al-Hasra membuka Sekolah Menengah Pertama
49
50
(SMP) dengan nama SMP Al-Hasra dengan sarana fisik yang masih sangat terbatas (1 ruang kelas dan 1 ruang kantor), dan tenaga edukatif yang bersedia mengabdikan tenaga dan pikirannya secara ikhlas, pada tahun pelajaran 1985/1986 itu SMP Al-Hasra berhasil menerima siswa baru dengan jumlah siswa 26 orang. Pimpinan sekolah dan Dewan guru pada masa-masa awal berdirinya Al-Hasra adalah : Kepala Sekolah
: Muzahar Jalil
Dewan Guru
: Jefferson Al-Kafawi Afrizal Dt. Majo Indo Farid Hamzens Sumitar Saptani Ir. Suwito Komar Suparman Rahmansyah Hasyim Hasibuan
Sementara, kepemimpinan SMP Al-Hasra saat ini dipimpin oleh Sri Nurhayati Apriliani, S.Pd. sejak tahun 2011 hingga sekarang. Dibantu oleh 30 orang tenaga pendidik dan kependidikan yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Dengan jumlah peserta didik sebanyak 324 orang untuk tahun ajaran 2013/2014. Disadari betul bahwa SMP Al-Hasra harus mampu berada di garda paling depan perkembangan dunia pendidikan Indonesia, dan itu hanya mungkin jika diikuti dengan kemampuan untuk mengantisipasi setiap perkembangan sains dan teknologi yang didasari oleh nilai-nilai spiritual
51
islam yang kuat. Kesadaran itu kemudian dijabarkan dan dilaksanakan melalui kerangka kerja yang terencana dan terprogram, baik menyangkut pembinaan tenaga edukatif, peningkatan proses belajar mengajar maupun penciptaan suasana yang kondusif bagi terselenggaranya proses pendidikan dengan lancar dan tertib. Seiring dengan hal tersebut, Al-Hasra juga terus melakukan peningkatkan sarana fisik setiap periodenya. Peningkatan tersebut diharapkan dapat membantu terselenggaranya kegiatan pendidikan yang tertib dan nyaman.
2. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah a. Visi “Terwujudnya lulusan pendidikan dasar yang Islami, mampu menguasai teknologi dan bahasa asing”
b. Misi 1. Melaksanakan pendidikan dasar sembilan tahun mengacu pada Standar Nasional Pendidikan 2. Menanamkan aqidah Islam agar menumbuhkan kesadaran dalam menjalankan ibadah dan mewujudkan perilaku akhlakul karimah 3. Meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi dan bahasa asing 4. Mengembangkan potensi peserta didik di bidang akademik dan non akademik (pengembangan diri)
c. Tujuan 1. Terwujudnya pendidikan dasar sembilan tahun mengacu pada Standar Nasional Pendidikan 2. Tercapainya pemenuhan 8 SNP secara bertahap sesuai dengan kemampuan sekolah 3. Terwujudnya pelaksanaan ibadah oleh seluruh warga sekolah
52
4. Tercapainya kepribadian akhlakul karimah bagi seluruh warga sekolah 5. Tercapainya keterampilan penggunaan teknologi 6. Tercapainya kemampuan berbahasa asing 7. Tercapainya peningkatan rata-rata kelulusan 8. Terwujudnya pengembangan kreativitas peserta didik dalam bidang akademik dan non akademik 9. Tercapainya
peningkatan
7K
(keamanan,
kertertiban,
kedisiplinan, kekeluargaan, kerindangan, dan kesehatan)
3. Guru dan Tenaga Kependidikan Guru dan tenaga kependidikan di SMP Al-Hasra merupakan orangorang yang bekerja sesuai dengan latar belakang ilmu pendidikan. Jadi, para tenaga pendidik dan kependidikannya dapat bekerja secara profesional. Berikut adalah data tenaga pendidik dan kependidikan di SMP Al-Hasra:
Tabel 4.1 Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMP Al-Hasra Tahun Pelajaran 2013/2014
No
1
NAMA GURU
Sri Nurhayati Apriliani, S.Pd.
PENDIDIKAN & JURUSAN/ THN LULUS
Sopian Hadi, S.Si.
Ir. Hj. Urip Anjar Winarni, MM.Pd.
S2~Universitas Ganesha Manajemen Pend. / 2010 S1~Uhamka Jakarta
4
Andi Suhandi, S.Pd. IPS / 1998
5
Izhar, S.Pd.
Kepala Sekolah/guru
IPS Terpadu
Wakil Kepala Sekolah Bid. Kurikulum/guru
Biologi/PLH
Wakil Kepala Sekolah Bid. Keuangan & Sarpras/guru
Biologi
Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas/guru
IPS Terpadu
Pend. Sejarah / 1997
Biologi / 2007
3
MATA PELAJARAN
S1~ IKIP Jakarta
S1~Univ. Pakuan Bogor 2
JABATAN
S1~Univ. Negeri Padang
Wakil Kepala Sekolah Bidang Lab &
IPA Fisika
53
Teknik / 2002 S1~STKIP Padang 6
Vivi Elvia, S.Pd. Pend. Bhs & Seni/ 1997
Perpus/guru Koord. Laboratorium/guru
B. Inggris
Guru
PAI (A)
Guru
Olahraga dan Kesehatan
Guru
PAI (F)
Guru
PAI (Q)
Guru
PKn
Guru
Matematika
Guru
Bhs. Indonesia
Guru
Bahasa Inggris
Guru
TIK
Guru
Bahasa Inggris
Guru
TIK
Guru
Matematika/TIK
Guru
Matematika + KTK
D3 Sarmud (Bakaloreat) 7
Sumitar Dahlan, B.A. Da'wah / 1983 S1~ Ibnu Khaldun Bogor
8
Mansyur, S.Pd. Ilmu Pendidikan / 2005 S1~IAIN Jakarta
9
Drs. Alam Semesta Peradilan Agama/ 2002 S1~IAIN Jakarta
10
Dra. Efiwarni Penyiaran A. Islam / 1993 S1~Uhamka Jakarta
11
Tedi Sediana, S.Pd. Geografi / 2005 S1~Universitas Pamulang
12
Sulistyowati, S.Si. Matematika / 2008
13
Herman , S.Pd.
S1~Univ. Matlaul 'Anwar Banten Bhs & Sas. Daerah/ 2006 S1~UIN Jakarta
14
Risawati, S.Pd. Pend. Bhs & Seni/ 2007 S1
15
Siti Rohma, S.Kom. Manaj. Informatika/ 2011
16
Hertika Widyaningtyas, S.Pd.
S1~Uhamka Jakarta Bahasa Inggris / 2010 S1~STKIP Arrahmaniyah Depok
17
Edwin Effendhy Pend. Kewarganegaraan / 2012
18
Wasta
S1~UIN Jakarta (Dalam Proses) Matematika
19
Nurfarida Fikrotushohihah, S.Pd.
S1~UIN Jakarta Matematika / 2010
54 S1~UIN Jakarta 20
Suryani, S.Pd.
Guru
IPA Fisika/PLH
Guru
Bhs. Indonesia & KTK
Guru
IPS Terpadu
Guru
IPS Terpadu
Guru
Bhs. Indonesia
IPA / 2009 S1~UIN Jakarta 21
Sri Sulastri, S.Pd. Bahasa Indonesia
22
Rifki Faslika
S1~UIN Jakarta (Dalam Proses) IPS
23
Herman Suherman, S.Pd.
S1~STKIP Arrahmaniyah Depok Pend. Kewarganegaraan / 2012 S1
24
Elis Hindayati Bahasa Indonesia
25
Herman Suherman, S.Pd.
S1~STKIP Arrahmaniyah Depok
Tata Usaha Bidang Kesiswaan & Kepegawaian
Pend. Kewarganegaraan / 2012 S1~UIN Jakarta 26
Suhendi, S.IP.
Perpustakaan Ilmu Perpustakaan / 2009 SMA Al-Hasra
27
Nuryadi
Satpam IPS / SMK
28
Susi Rohyani Adm. Perkantoran
Tata Usaha Bidang Keuangan & Operator Sekolah
SMK Al-Hasra 29
Iwan Setiawan Adm. Perkantoran
Tata Usaha Bidang Kurikulum & Persuratan
SMK Al-Hasra 30
Iyan Pardiyana
Satpam Sekretaris
Jumalah tenaga pendidik
24 orang
Jumlah tenaga kependidikan
6 orang
Total
30 orang
55
4. Siswa Seiring dengan berjalannya waktu, peserta didik di SMP Al-Hasra terus mengalami perkembangan. Selain dari jumlah peserta didiknya yang bertambah, segementasi peserta didik yang mendaftar di sekolah ini juga semakin beragam. Hal ini menyebabkan SMP Al-Hasra membuka kelas reguler dan plus untuk memaksimalkan pelayanan pembelajaran. 1 kelas untuk kelas plus dan 3 kelas untuk kelas reguler dibuka setiap tahun pelajaran baru. Berikut adalah data jumlah rombongan belajar yang terdapat di SMP Al-Hasra: Tabel 4.2 Jumlah Rombel dan Jumlah Peserta Didik (Per Kelas) Tahun Pelajaran 2013/2014 Kelas L/P
Jumlah VII.1
VII.2
VII.3
VII.4
LAKI-LAKI
12
10
22
20
64
Perempuan
9
10
16
17
52
Jumlah
21
20
38
37
116
Kelas L/P
Jumlah VIII.1 VIII.2 VIII.3 VIII.4
LAKI-LAKI
9
9
20
19
57
Perempuan
9
8
15
16
48
Jumlah
18
17
34
35
105
56
Kelas L/P
Jumlah IX.1
IX.2
IX.3
IX.4
LAKI-LAKI
11
10
14
18
53
Perempuan
7
7
21
15
50
JUMLAH
18
17
35
33
103
L/P
TOTAL VII,VIII,IX
LAKI-LAKI
174
Perempuan
150
JUMLAH
324
JUMLAH ROMBEL KELAS
VII
VIII
IX
4
4
4
5. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan fasilitas yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung proses kegiatan belajar mengajar. Di
57
SMP Al-hasra, sarana dan prasarana pembelajaran merupakan salah satu hal yang diberi perhatian lebih untuk dikembangkan. Hal ini bisa dilihat dari lengkapnya fasilitas belajar yang ada di SMP Al-Hasra, baik sarana dan prasarana yang digunakan secara bersama (digunakan seyayasan) maupun sarana dan prasarana yang diberikan untuk setiap kelas. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung guru maupun peserta didik mengembangkan cara belajar dan memaksimalkan proses belajar. Selain itu, sarana dan prasarana juga diberikan untuk memaksimalkan pelayanan pendidikan, baik dalam hal pengajaran maupun administrasi. (Data sarana dan prasarana terlampir)
B. Proses Belajar Mengajar Menggunakan Media Audio Visual 1.
Meyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sebelum penelitian, penulis terlebih dahulu membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dengan dibuatnya RPP terlebih dahulu, penulis bisa mengetahui gambaran rekayasa pembelajaran seperti apa yang hendak dilakukan, serta respon seperti apa yang hendak diterima peserta didik terhadap rekayasa pemebalajaran tersebut. Membuat
RPP
merupakan
tahap
yang
paling
menentukan
keberhasilan kegiatan pembelajaran. Sebab, dalam RPP memuat SK, KD, tujuan, dan indikator yang ingin dicapai. Jadi, berdasarkan tujuan dan indikator
tersebut
penulis
kemudian
mengembangkannya
dengan
mempertimbangkan komponen lain, seperti materi, metode, strategi, sumber belajar, evaluasi, maupun media yang akan digunakan. Dalam proses pembuatan RPP penulis mempertimbangkan komponen pembelajaran. Komponen tersebut kemudian disesuaikan dengan karakter peserta didik. Sebab, sehebat apapun sebuah strategi maupun media yang digunakan, jika tidak disesuaikan dengan karakter peserta didik yang akan diajarkan hasilnya tentu tidak akan efektif. Pada penelitian ini, penulis mengajar di kelas VIII.3. Berdasarkan penjelasan dari salah seorang informan, kelas ini termasuk peserta didik yang memiliki kecenderungan audio dan visual dalam belajar. Artinya, peserta
58
didik di kelas VIII. 3 lebih kondusif jika dilibatkan dalam kegiatan mendengarkan. Hal tersebut kemudian menjadi salah satu pertimbangan penulis dalam membuat RPP.
2.
Menentukan Media Pembelajaran Kegiatan yang selanjutnya dilakukan adalah memilih dan menentukan
video yang akan digunakan. Terkait dengan karakter peserta didik yang cenderung lebih fokus pada media audio dan visual. Artinya, penulis harus memilih video yang memiliki lompatan suara yang baik serta resolusi gambar yang baik. Selain itu, isi video juga harus sesuai dengan tujuan dan indikator yang akan dicapai. Selain harus sesuai secara kognitif, video juga harus menarik secara imajinasi dan motivasi. Dengan demikian, peserta didik akan mendapatkan manfaat digunakannya media tersebut. Berikut adalah hasil observasi pemilihan media. a.
Evaluasi Media Video
Nama media
: Video drama Pengemis Masa Kini
Durasi
: 20 menit
Judul materi
: Apresiasi Pementasan Drama
Sasaran
: Kelas VIII.3
Tujuan
: Memberi gambaran nyata kepada peserta didik tentang
kondisi
pertunjukan
mengidentifikasi
unsur-unsur
drama
serta
pertunjukan
drama. Waktu pembelajaran
: Jam ke 5-6
1) Deskripsi Media Sebuah video drama berjudul Pengemis Masa Kini. Video dengan format VLC Media Player ini sebenarnya berdurasi 45 menit. Namun, berdasarkan hasil suntingan yang disesuaikan dengan syarat-syarat pemilihan media dan berdasarkan tujuan dan indikator yang akan dicapai, maka video yang disajikan ke peserta didik hanya berdurasi 20 menit.
59
Video ini termasuk video buatan sendiri sehingga isinya bisa disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Selain itu, video ini juga sudah dilakukan proses editing sehingga adegan-adegan yang tidak perlu atau tidak diinginkan sudah dibuang terlebih dahulu. Dengan begitu, tayangan
video bebas dari penyimpangan yang tidak dapat diterima
peserta didik. 2) Sinopsis Secara isi, video drama berjudul Pengemis Masa Kini (PMK) berkisah tentang seorang tokoh bernama Euis yang memiliki latar belakang pendidikan S1 (sarjana sastra) tetapi justru hidup sebagai pengangguran yang hobinya hanya bersajak di kamar tidurnya. Hal tersebut tentu membuat Ambu (ibu si Euis) merasa kesal dan geregetan kepada anak semata wayangnya. Karena pusing selalu diteriaki Ambu untuk mencari pekerjaan, Euis pun mencoba mencari peruntungan. Tapi untung tidak dapat diraih, malang tidak dapat ditolak. Euis malah bertemu dengan para pengemis terselubung. Pada awalnya Euis tidak mengetahui kalau pekerjaan yang ditawarkan adalah mengemis, jadi ia ikut-ikutan saja “yang penting dapat uang banyak” katanya. Ternyata setelah dipertemukan dengan Bu Derek (direktur para pengemis) akhirnya ia mengetahui kalau pekerjaan yang kawan-kawan barunya maksud adalah pekerjaan mengemis. Tidak punya pekerjaan, tidak punya uang, dimarahi Ambu, pandangan
tetangga
yang
meremehkannya
sebagai
Sarjana
pengangguran, membuat Euis tidak memiliki alasan lain menolak pekerjaan tersebut. Tanpa sepengetahuan Ambu dan Abah, Euis pun menjadi pengemis di pasar-pasar atau di jalan-jalan. Hingga akhirnya suatu ketika Ambu menemukan baju robek-robek dan peralatan lain yang biasa Euis gunakan untuk mengemis. Dari situ Ambu menjadi sedih dan kemudian mengungkapkan kekecewaannya kepada Euis.
60
3) Peran Media Video Dalam pembelajaran kali ini, video drama Pengemis Masa Kini dimaksudkan untuk: a) Memberikan pembelajaran pertunjukan drama mengenai gambaran kondisi pertunjukan/panggung drama. b) Selain itu, lewat video ini peserta didik juga diajak untuk mengidentifikasi unsur pertunjukan drama yang dapat tergambarkan dalam video drama tersebut. c) Menyimak pertunjukan drama dan menanggapinya dalam diskusi
C. Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Menyimak Drama Setelah pengamatan dilakukan dan RPP juga telah dilaksanakan, penulis kemudian melakukan uji efektivitas pembelajaran dengan menggunakan media audio visual. Uji Efektivtas dilakukan dengan mengamati perilaku peserta didik dalam dinamika kelas dan mengadakan serangkaian tes tertulis berupa latihan soal. Pengamatan terhadap perilaku peserta didik dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik berperan aktif dalam dinamika kelas dengan teman sejawatnya dalam merespon dan mendiskusikan materi.
1. Uji Efektivitas Melalui Observasi (Pelaksanaan Kegiatan Mengajar) Setelah melalui tahap pembuatan RPP dan pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan kemudian observasi, lalu masuk pada tahap pelaksanaan kegiatan mengajar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara nyata efektivitas penggunaan media pembelajaran secara kualitas tercapai atau tidak. Sebelum memulai pembelajaran, sambil menunggu peserta didik lebih kondusif, guru terlebih dahulu mempersipakan media pembelajaran yang akan digunakan, seperti menyiapkan laptop, speaker aktif, dan LCD proyektor yang memang sudah tersedia di kelas. Setelah itu, masuk guru kemudian membuka pelajaran.
61
Pada kegiatan awal, guru terlebih dahulu memulai pembelajaran dengan mengajak peserta didik membaca basmallah
bersama-sama.
Dilanjutkan dengan mengecek kehadiran peserta didik. Setelah itu, guru menanyakan materi di pertemuan sebelumnya. Peserta didik pun merespon dengan sangat antusias. Kegiatan awal tersebut menghabiskan durasi 15 menit. Masuk pada kegiatan inti. Guru memberitahukan tujuan dan indikator di pembelajaran kali ini. Ketika guru menjelaskan bahwa materi hari ini adalah apresiasi drama, peserta didik langsung merespon dengan antusias. Pada pembelajaran kali ini guru menggunakan metode belajar problem solving dengan bermain stik. Metode problem solving dipilih karena dalam pembelajaran kali ini peserta didik diajak untuk memahami materi dimulai dari sebuah permasalahan yang harus mereka pecahkan. Permasalahan yang akan mereka bahas ada di dalam stik yang akan dibagikan. Sementara jawabannya bisa mereka peroleh dari hasil diskusi dan menyimak video drama. Jadi, metode ini dapat menghantarkan peserta didik pada perlunya menyimak video drama yang akan ditayangkan. Pembelajaran dimulai dengan membuat kelompok belajar yang terdiri dari 5-6 orang perkelompok. Peserta didik menentukan anggota dan ketua kelompok berdasarkan warna origami yang telah mereka pilih secara acak. Setelah mendapatkan kelompok, peserta didik kemudian mendapatkan stik berdasarkan warna origami kelompok mereka. Di dalam stik tersebut sudah disiapkan sebuah pernyataan yang harus dijelaskan atau diberi definisi beserta contohnya. Pernyataan tersebut tentunya seputar materi drama yang akan diajarkan. Jadi, peserta didik diajak untuk mencari sendiri terlebih dahulu, baik dari buku, diskusi dengan teman kelompok, maupun bertanya langsung kepada guru. Kegiatan tersebut berlangsung secara aktif namun tetap kondusif. Guru menyiapkan hukuman bagi peserta yang memicu kegaduhan dengan memberi tambahan stik, yang artinya akan ada materi tambahan yang harus mereka selesaikan. Jadi, semua peserta mencoba menjaga suasana kelas agar tetap kondusif supaya tidak ada yang dihukum.
62
Beberapa peserta didik ada yang bertanya langsung kepada guru untuk meminta gambaran mengenai materi yang mereka terima. Sebab itu, guru harus berkeliling mengontrol kelompok belajar tersebut supaya peserta didik yang mungkin malu bertanya, bisa tetap mengungkapkan kebingungannya terhadap materi yang diajarkan. Setelah kurang lebih 15 menit digunakan untuk diskusi kelompok, kemudian guru secara tiba-tiba menyuruh seluruh peserta didik untuk diam sejenak dan memperhatikan video yang akan ditayangkan. Hampir semua peserta didik kelihatan terkejut, karena mereka pikir mereka hanya akan berdiskusi kelompok. Guru meminta peserta didik untuk memperhatikan video drama PMK secara seksama. Serta mencari contoh yang dibutuhkan setiap stik kelompok dari tayangan pertunjukan drama PMK. Misalnya, kelompok merah mendapat pernyataan „Properti‟, maka contoh mereka boleh menyebutkan contoh properti yang digunakan dalam pertunjukan drama PMK tersebut. Ketika video ditayangkan, semua peserta didik langsung diam dan tidak ada yang berdiskusi. Sebagian peserta didik mencatat sambil memperhatikan, sebagiannya menyimak tanpa mencatat, sebagiannya lagi menyimak sambil kadang-kadang menjahili teman di sebelahnya. Guru selalu memantau dan memberi petunjuk berupa penjelasan kepada peserta didik bila dalam tayangan ada sesuatu yang membingungkan peserta didik. Misalnya, ketika pertunjukan sampai pada tahap transisi adegan, kemudian lampu dimatikan sehingga membuat layar menjadi gelap beberapa saat peserta didik mengira kalau proyektornya mati. Di situ kemudian guru menjelaskan bahwa itu adalah salah satu teknik pertunjukan drama, salah satu fungsinya untuk mengkondisikan properti dan berganti peran yang disebut black out. Setelah tayangan usai, diskusi dilanjutkan dengan sisa waktu yang diberikan 5 menit. Kesempatan ini banyak digunakan peserta didik untuk melengkapi contoh maupun bertanya kepada guru tentang drama yang baru saja ditayangkan.
63
Setelah itu, kemudian dibuka sesi presentasi antar kelompok selama 30 menit. Setiap kelompok harus maju dan menjawab tantangan stik yang telah diberikan. Tidak lupa dalam presentasi itu harus juga disampaikan tanggapan setiap kelompok mengenai tayangan drama yang telah disimak. Sementara, kelompok lain menanggapi. Bagi kelompok yang tidak bisa menjawab pertanyaan dari kelompok lain, atau kelompok penanya tidak memiliki pertanyaan, maka mereka dihukum dengan berakting sesuai dengan konteks yang diberikan penantang. Peserta didik terlihat sangat antusias dan tertantang. Terlebih mereka telah memegang jawaban dan pertanyaan yang mereka siapkan. Diskusi berjalan dengan lancar, meskipun ada beberapa kelompok yang masih sungkan dan malu berbicara di depan kelas. Suara yang kecil dan artikulasi bicara yang tidak jelas yang mungkin membuat kelompok lain terkadang tidak menyimak temannya yang sedang presentasi. Namun di situ guru langsung tanggap dan membantu mengkondisikan kelas. Jadi, sedikit kesempatan peserta didik untuk tidak menyimak kawannya. Berdasarkan hasil diskusi dan presentasi kelompok, rata-rata peserta didik menyimpulkan bahwa unsur intrinsik drama hampir sama dengan unsur intrinsik yang diajarkan dalam cerpen maupun novel. Yang membedakan hanya, pada drama mereka mengetahuinya dengan cara menyimak pertunjukannya lalu bisa menangkap tema, latar, tokoh, dan lain-lainnya, sementara dalam cerpen atau novel mereka hanya akan mengetahuinya jika selesai
membaca
karya
tersebut.
Mereka
merasa
menonton
lebih
menyenangkan daripada membaca. Kemudian, 5 menit terkahir digunakan untuk membuat kesimpulan bersama-sama dan melakukan penilaian. Melalui jenis hukuman yang diberikan, guru juga dapat melihat efektivitas penggunaan viedo drama. Hal ini dapat dilihat dari beberapa siswa yang mendapat hukuman dan harus berakting. Penantang menyuruh lawannya untuk memerankan tokoh Euis yang sedang membaca puisi, atau memerankan tokoh Ambu yang sedang mengomeli Euis. Dengan begitu, artinya peserta didik mendapat inspirasi dari tayangan yang mereka simak. Berarti fungsi media secara kognitif dan imajinasi tercapai.
64
2. Uji Efektivitas Melalui Tes Tertulis Tes tertulis (uji materi ajar) diberikan berupa latihan soal berisi 15 soal pilihan ganda dan 5 soal esay. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berisi seputar materi yang telah disampaikan dalam satu pertemuan tersebut (1 SK dan 1 KD). Soal esay dimasukan karena materi yang disampaikan merupakan materi tentang apresiasi pertunjukan drama. Jadi, dengan pertanyaan terbuka dan terstruktur tersebut, penulis dapat mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan. Hal itu dapat dilihat dari jawaban yang beragam yang diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan beberapa peserta didik. Kedua hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil uji efektivitas yang valid dan didukung oleh deskripsi kondisi peserta didik, dan diperkuat oleh hasil belajar peserta didik, yaitu berupa skor hasil tes. Berikut adalah skor hasil latihan soal peserta didik pada materi mengapresiasi drama dengan menggunakan media pembelajran audio visual video drama: Tabel 4.3 Hasil Uji Materi Peserta Didik
No.
Nama
Jumlah
Jumlah
Benar
Benar
PG
Esay
Total Benar
Skor
1
Agung Beni Wijaya
14
10
24
96
2
Allyssa Fitri Caesarani
13
9
22
88
3
Andre Nurul Fallah
10
9
19
76
4
Ayudya Fauziah
13
6
19
76
Azzirah Salshadelia
13
10
23
92
13
9
22
88
5
Yusvita
6
Azura Zuhri Lazuardi
65
7
Della Amirra
11
8
19
76
8
Dimas Farhan
10
4
14
56
9
Dinah Ayu Afifi Suherman
13
10
23
92
10
Evrida Andrayani
13
8
21
84
11
Faisal Rahman
12
10
22
88
12
Firda
12
9
21
84
13
Ira Ghaitsa Zahira
13
9
21
84
Muhamad Arthur
13
10
23
92
14
Gunawan
15
M. Bima Nugraha Herby
12
7
19
76
Muhammad Fazlur
10
7
17
68
10
10
19
76
16
Rahman Muhammad Jalaluddin
17
Akbar
18
Nabila Fitri Kharisma
13
10
23
92
19
Nada Mufidah
12
10
22
88
20
Nadhila Kusdianti
11
9
20
80
21
Nindhy Saphira
10
10
20
80
22
Novi Berliana Putri
12
10
22
88
23
Octari Ratnasari
12
9
21
84
24
Orlando Arya Saputra
10
9
20
80
25
Rifky Fathul Mubarok
11
9
20
80
26
Riyan Riarno
12
9
21
84
66
27
Rizki Rafly Rahmawan
7
9
16
64
28
Siti Zahra
12
10
22
88
29
Wisnu Aji Pradana Syafie
8
10
18
72
30
Ibrahim Pasya Danya Endo
11
10
21
84
31
Muhamad Nur Hidayah
14
10
24
96
11,6
9
20,6
82,3
Rata-rata
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai rata-rata peserta didik pada pelajaran ini sebesar 82,3. Dengan standar KKM pelajaran Bahasa Indonesia 75, maka dikatakan nilai rata-rata tersebut melampaui KKM. Artinya, pada pembelajaran „mengapresiasi drama‟ dengan menggunakan media audio visual drama sudah tuntas mencapai indikator dengan nilai ratarata 82, 3. Selain itu, dilakukan juga wawancara untuk mengetahui efektivitas penggunaan media audio visual dalam pembelajaran drama. Pertanyaan yang diajukan seputar kesesuaian media audio visual dengan materi pelajaran dan daya tangkap peserta didik terhadap materi yang disampaikan. Penulis mengambil tiga orang untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Informan pertama yaitu peserta didik yang mendapat nilai tertinggi. Informan ke dua yaitu peserta didik yang memperoleh nilai tengah. Informan ke tiga merupakan peserta didik yang memperoleh nilai terendah. Ketiga informan tersebut diperoleh berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan usai pembelajaran.
D. Pendukung Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Menyimak Drama Berdasarkan hasil uji efektivitas berupa pengamatan dan latihan soal yang dilakukan kepada peserta didik, serta wawancara yang dilakukan dengan peserta didik dan guru di sekolah, diperoleh hal-hal yang mendukung efektivitas penggunaan media audio visual sebagai berikut:
67
1.
Terpenuhinya Komponen Pembelajaran Secara Maksimal a.
Tujuan Dalam kriteria memilih media pembelajaran, salah satu yang
menjadi
kriterianya
adalah
kesesuaian
media
dengan
tujuan
pembelajaran. Guru harus mampu menerjemahkan tujuan pembelajaran yang ada dalam silabus untuk kemudian disusun menjadi RPP. Setelah guru mengetahui kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajarannya, kemudian guru baru bisa menentukan jenis media yang sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Dalam pembelajaran drama ini, tujuan pembelajaran yang hendak dicapai adalah peserta didik mampu menentukan serta menanggapi unsur-unsur pementasan drama. Drama merupakan bentuk sastra yang mempertunjukkan tingkah laku manusia, mulai dari cara manusia tertawa,
marah,
bersedih,
bahkan
bahagia.
Berdasarkan
tujuan
pembelajaran dan bentuk sastra yang akan dipelajari, video drama dipilih sebagai media pembelajaran yang dapat memberikan gambaran atau contoh mengenai kondisi dan situasi peanggung pertunjukan drama. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan informan dari peserta didik, dua dari tiga informan mengatakan bahwa drama merupakan materi pelajaran yang sulit. Sulit. (Informan III) Agak sulit awalnya, tapi lama-lama ngerti. ... dengan melihat video, materi menjadi lebih jelas. (Informan I) Namun, mereka menyebutkan bahwa video memang membantu mereka dalam memahami materi drama. Artinya, tujuan digunakannya media untuk membantu peserta didik dalam memahami materi tercapai. Selain itu, ketercapaian tujuan pembelajaran juga tercermin ketika peserta didik mampu menjelaskan kembali materi yang diajarkan. Seperti mampu
menyebutkan
unsur-unsur
pertunjukan
drama,
mampu
menyertakan contoh, serta mampu menyanggah maupun menambahkan ketika mendiskusikan unsur-unsur pertunjukan drama.
68
Dengan
demikian,
guru
dianggap
berhasil
dalam
menginterpretasikan tujuan pembelajarannya yang digambarkan dalam sebuah kegiatan belajar mengajar. Ini membuktikan bahwa peran media audio visual dalam materi pelajaran ini efektif sebegai sumber belajar. b.
Metode Berkaitan dengan penggunaan media dalam pembelajaran,
kelengkapan fasilitas belajar yang ada di SMP Al-Hasra pada umumnya dapat mengubah persepsi peserta didik terhadap penggunaan media audio visual dalam pembelajaran. Di sekolah ini, media audio visual sering digunakan untuk mengisi waktu luang setelah materi pelajaran selesai, atau lebih tepatnya sering digunakan sebagai sarana untuk rileksasi dari setumpuk rutinitas belajar yang dilakukan. Manfaatnya, peserta didik jadi terbiasa mengkondisikan diri jika dalam pembelajaran dilibatkan media audio visual. Peserta didik jadi lebih mudah menciptakan suasana kelas yang kondusif. Sementara, dampak negatifnya adalah peserta didik sering malas mencatat hal-hal penting dari video yang ditayangkan. Peserta didik justru ketagihan menonton video tersebut dalam pembelajaran-pembelajaran selanjutnya, sehingga menganggap pembelajaran tidak lebih menarik tanpa media tersebut. Berdasarkan hasil observasi tersebut maka dipilihlah metode belajar diskusi kelompok dengan problem solving menggunakan media stik. Karakter peserta didik di sini juga sangat suka berkompetisi. Jadi, metode diskusi untuk memecahkan suatu masalah sangat efektif digunakan supaya peserta didik bisa fokus pada video untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Hal ini terbukti ketika stik yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab secara kelompok dibagikan, peserta didik menyimak video dengan penuh perhatian. Salah seorang informan juga menyampaikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media audio visual yang dikombinasikan dengan
69
metode diskusi membuat mereka lebih mudah memahami materi pelajaran. Metode diskusi lebih cocok. Sebab, bisa membuat peserta didik saling bertukar pikiran tentang materi yang mungkin hanya disimak sekali jalan. Itu akan menjadi baik karena peserta didik akan belajar sigap dan disiplin dalam menangkap materi, sehingga tidak ada waktu yang terbuang-buang dalam belajar. (Wawancara dengan guru Bahasa Indonesia) Video yang tampilnya hanya sekali jalan membuat peserta didik harus memperhatikan dengan baik pesan yang disampaikan oleh video tersebut. Sementara diskusi membuat mereka saling bertukar pendapat dan pemikiran mengenai pesan yang termuat di dalam tayangan tersebut. Ini membuat mereka merasa tidak ada waktu untuk bermalas-malasan karena ada banyak kegiatan berantai yang terjadi di kelas. Berdasarkan kutipan wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual bisa efektif jika guru bisa menyajikan media tersebut kepada peserta didik sesuai dengan porsinya (kesesuaian waktu dan pesan). Guru juga harus bisa mengoptimalkan penggunaan media audio visual dengan metode belajar yang sesuai. Semua itu perlu dilakukan agar peserta didik bisa tetap fokus pada tujuan utama penggunaan media, yaitu sebagai media belajar. c.
Isi/materi Menyusun materi dan memilih metode belajar yang menjadikan
peserta didik sebagai pusat pembelajaran memang bukan hal mudah. Tapi dengan memperbanyak komunikasi dengan peserta didik, peneliti jadi mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Sebagian besar peserta didik merasa bahwa belajar dengan menggunakan media audio visual membantu mereka mengatasi kejenuhan dalam memahami materi yang ada dalam buku teks. Wacana yang berparagraf-paragraf, halaman yang berlembar-lembar, serta penjelasan yang dianggap membosankan membuat peserta didik
70
cenderung menjadi malas memahami materi secara mandiri karena menghindari membaca. Video yang ditayangkan padahal berisi seputar materi yang ada dalam buku teks. Hanya saja materi tersebut dikemas oleh guru dengan metode belajar yang beragam sehingga peserta didik tidak merasa belajar adalah aktivitas yang membebani. Saat diajak untuk melihat kembali ke buku teks, peserta didik pun menyadari bahwa materi drama yang mereka pelajari hari itu dari media audio visual ternyata tertera di buku teks mereka. Berikut adalah tanggapan salah seorang informan yang diminta peneliti untuk membuka materi yang ada dalam buku teks. “Menurut saya, materi yang disampaikan dalam media audio visual sama dengan materi yang ada di buku paket, tetapi lebih banyak yang dari video dan diskusi. Sebagiannya lagi ada di buku paket.” (Wawancara dengan Informan I)
Jadi,
berdasarkan
pernyataan
dari
informan
I
tersebut
menunjukkan bahwa media audio visual pada dasarnya memberikan pesan (materi) sesuai dengan yang ada dalam buku teks. Hanya saja dalam penyajiannya dikemas sedemikian rupa dengan tujuan membuat peserta didik lebih tertarik dan aktif, sehingga membuat peserta didik lebih kerasan dalam belajar. Lebih dari itu, media audio visual bahkan dihadirkan ke dalam kelas untuk memberikan wawasan yang lebih luas mengenai suatu konsep. Contohnya, dalam materi drama, peserta didik dapat mengetahui panggung pementasan drama dan aktivitas yang terjadi di atas panggung drama dengan menontonya melalui video. Itu artinya video dapat memberikan materi lebih dari yang ada di buku tapi tetap tidak keluar dari konteks materi. Salah satu informan juga memaparkan bahwa penggunaan video dalam pembelajaran membantu ia dalam memahami materi-materi yang
71
dianggap sukar jika hanya dilakukan dengan cara ceramah atau membaca dari buku. “Belajar
dengan
menggunaan
media
audio
visual
membantu saya untuk lebih memahami materi kerena dengan melihat video, materi menjadi lebih jelas daripada hanya membaca dari buku ... .“ (Wawancara dengan Informan I)
Teori yang pada awalnya membosankan dan cenderung formal, dengan penggunaan media audio visual, belajar tentang teori atau suatu konsep membuat pengetahuan dan pemahaman peserta didik menjadi lebih luas. Mereka jadi lebih banyak memiliki contoh-contoh konkrit, serta memiliki pendapat yang beragam mengenai suatu teori atau konsep. Jadi, media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama ini memang sengaja dihadirkan kepada peserta didik untuk memberikan pengetahuan yang lebih luas. Membuat peserta didik memahami materi pelajaran secara mandiri. Serta menjadikan materi yang dipelajari dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. d.
Evaluasi Selain melakukan evaluasi pengajaran, guru juga perlu melakukan
evaluasi terhadap media yang digunakan dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan supaya pembelajaran dengan menggunakan media bisa lebih efektif dan terkontrol. Setelah melalui tahap pemilihan media, lalu penggunaan media, kemudian masuk pada tahap evaluasi media dalam pembelajaran. Untuk memastikan hal tersebut, penulis melakukan pengamatan ketika peserta didik menyimak, berdiskusi, serta melakukan aktivitas lainnya selama pelajaran berlangsung. Hal tersebut dilakukan supaya evaluasi yang nanti diberikan di akhir pelajaran bisa diberikan dengan tepat. Dengan demikian, peserta didik betul-betul mampu mencapai indikator yang telah ditentukan. Indikator yang digunakan untuk mengetahui suatu pembelajaran efektif atau tidak, yaitu peserta didik aktif dalam dinamika pembelajaran
72
di kelas. Setelah itu nilai akhir yang diperoleh peserta didik mencapai KKM yang telah ditentukan. “Kalau kompetensi dasar dan indikator sudah tercapai berarti
penggunaan
media
audio
visual
dalam
suatu
pembelajaran sudah efektif. Namun, ketercapaian tersebut bukan hanya dilihat dari nilai secara tertulis. Tetapi dari pemantauan guru terhadap kemampuan anak dalam pembelajara tersebut secara kualitas sudah tercapai atau belum.” (Wawancara dengan Wakil Bidang Kurikulum)
Berdasarkan kutipan wawancara tersebut, dijelaskan bahwa evaluasi
penggunaan
media
audio
visual
dilakukan
dengan
mempertimbangkan proses penggunaan sampai pada perolehan nilai dari tes akhir. Dengan begitu, hasil evaluasi yang diperoleh berasal dari pengamatan yang menyeluruh. Selain itu, evaluasi tersendiri juga dilakukan terhadap media audio visual. Berdasarkan hasil pengamatan penggunaan video drama ketika kegiatan belajar mengajar menggunakan video berlangsung, hasil evaluasi
menunjukkan
bahwa
video
drama
yang
ditayangkan
tampilannya baik, serta keterkaitan isi video dengan materi pelajaran juga baik. Media audio visual tepat digunakan untuk materi drama karena dalam drama memuat unsur dialog (audio) dan akting (visual). Jadi, dalam
pembelajaran
drama,
video
membantu
guru
dalam
mendemosntrasikan drama itu sendiri. Selain itu, media audio visua digunakan dalam pembelajaran karena memuat nilai afektif yang lebih banyak. Lalu, disusul dengan muatan nilai psikomotorik dan kognitif. Jadi, seefektif apapun pembelajaran yang menggunakan media audio visual, tetap akan ada hal-hal yang perlu dievaluasi terkait dengan dinamika peserta didik sebagai penggunanya. Guru sebagai penyaji sekaligus evaluator harus jeli melihat perubahan itu. Dengan demikian, hasil evaluasi pada akhirnya bisa menjadi barometer keberhasilan
73 penggunaan media maupun keberhasilan pembelajaran peserta didik yang valid.
2.
Kondisi Belajar Salah satu yang menyebabkan efektifnya pembelajaran adalah kondisi
belajar. Kondisi belajar secara internal terkait dengan keadaan peserta didik, seperti kesiapan peserta didik menerima pembelajaran, waktu yang telah diluangkan sebelumnya untuk mengulang pelajaran di rumah, dan keadaan perasaan si pembelajar. Ini tentu akan mempengaruhi penerimaan pesan yang disampaikan guru kepada peserta didik. Contoh dari kondisi belajar yang tidak baik ditemukan peneliti pada peserta didik yang juga sebagai informan III. Ketika mengikuti pembelajaran, informan III sedang dalam keadaan tidak mood belajar sehingga ia mengakui tidak fokus dalam menyimak pelajaran. Menyimak, tapi tidak terlalu ingat karena saya kemarin sedang tidak fokus menyimak pelajaran. Mungkin akan bagus dan menarik kalau saya sedang mood belajar. (Wawancara dengan informan III)
Pernyataan tersebut menunjukkan bawa peserta didik sedang dalam kondisi psikologis, tidak mau membuka dirinya untuk menerima pelajaran. Ciri-ciri psikologis seperti ini mengidentifikasikan adanya sesuatu yang sedang membebani diri seseorang sehingga membuat pikirannya tidak bisa fokus. Sebab itu, materi yang disampaikan juga tidak sepenuhnya bisa diterima dengan baik. Ini menunjukkan bahwa faktor internal si pembelajar juga sangat mempengaruhi penerimaan pesan (materi) yang disampaikan. Selain itu, diakui juga bahwa sebelum belajar di kelas, informan III tidak pernah meluangkan waktu untuk mengulang pelajaran di rumah. Sebab itu, ketika materi disampaikan, ia tidak bisa berpartisipasi secara maksimal seperti kawan-kawannya yang lain terutama ketika berdiskusi. Ini juga yang kemudian ia akui sebagai alasan nilai ujian tertulisnya mendapat nilai paling kecil.
74
Berbeda dengan informan III, informan I yang sudah meluangkan waktu belajar di rumah sebelumnya, ketika mengikuti pelajaran pun ia merasa gembira. Dengan begitu ia merasa nyaman dalam belajar sehingga ia mengikuti pelajaran dengan pikiran dan hati terbuka. “Saya jadi semangat belajarnya sebab cara belajarnya berbeda.” (Wawancara dengan informan I)
Kutipan wawancara tersebut menjelaskan bahwa faktor internal pembelajar, seperti keadaan hati yang baik dan persiapan menerima materi, mempengaruhi penerimaan materi. Ini bisa dilihat dari keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Nilai tes yang diperoleh pun sangat memuaskan. Selain itu, belajar juga dipengaruhi oleh kondisi eksternal, yaitu hal di luar diri si pembelajar, seperti keadaan kelas yang rapih dan bersih, serta ketersediaan fasilitas belajar. Keadaan kelas yang kotor dan posisi duduk peserta didik tidak teratur akan membuat mereka tidak konsentrasi dalam belajar. Hal yang biasanya terjadi akibat posisi duduk yang tidak ideal adalah peserta didik akan sering berpindah-pindah tempat duduk. Saat ia menyimak ia duduk di belakang, kemudian saat ia harus mencatat tulisan dari papan tulis ia pindah duduk ke depan. Ini biasanya terjadi karena letak papan tulis tidak sesuai dengan posisi duduk peserta didik atau pun ukuran papan tulis tidak sesuai dengan jumlah peserta didik dalam satu kelas. Selain itu, keadaan kelas yang kotor juga turut mempengaruhi keefektifan kelas. Guru dan peserta didik pun akan tidak nyaman. Hal ini biasanya terjadi di awal pembelajaran. Ketika guru membuka pembelajaran, guru biasanya meminta peserta didik untuk memungut sampah-sampah yang ada di sekitar mereka, dan peserta didik cenderung akan merasa terbebani karena malas memungutnya. Selain guru akan kehilangan beberapa menitnya karena digunakan untuk operasi semut, peserta didik juga biasanya kehilangan motivasi belajar karena menganggap mereka mendapat hukuman di awal pembelajaran.
75
Pada akhirnya, semua kejadian itu berpotensi menimbulkan kegaduhan kelas. Ini tentu akan mengganggu sebagian peserta didik yang sudah siap menerima pelajaran. Itu artinya, kondisi belajar eksternal yang tidak nyaman turut mempengaruhi kondisi internal peserta didik secara individu. Di SMP Al-Hasra belum lama ini telah dilakukan Gerakan Bersih yang digagas oleh Bpk. Andi Suhandi, S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas. Kegiatan tersebut mempelopori terciptanya kondisi sadar kebersihan, baik yang dilakukan oleh peserta didik, dewan guru, maupun tenaga kependidikan. Semua personil sekolah turut terlibat dalam Gerakan Bersih tersebut. Hal inilah yang mendukung keadaan sekolah yang bersih dan ruang belajar yang nyaman. Dari CCTV yang dipasang di area-area tertentu memungkinkan guru dapat memantau siapa saja peserta didik yang membuang sampah sembarangan. Dengan begitu, keadaan ruang kelas yang bersih dan rapih bisa dirasakan oleh peserta didik. Jadi, ketika pembelajaran dimulai, guru tidak kerepotan mengkondisikan ruang kelas agar bersih dan teratur, peserta didik pun otomatis menjadi nyaman belajar. Berdasarkan pernyataan tersebut, disimpulkan bahwa guru harus sering memotivasi peserta didik guna membangun kondisi belajar internal yang baik. Hal ini perlu dilakukan untuk mengingatkan kepada peserta didik tentang cita-cita dan harapan-harapan yang mungkin baru mereka bangun sebatas di dalam hati saja. Jika peserta didik sudah semangat tentu mereka akan mengikuti semua aturan yang guru intruksikan, salah satunya meluangkan waktu untuk mengulang pelajaran di rumah dan menciptakan kelas yang bersih dan kondusif.
3.
Skill
dan
Kreativitas
Guru
dalam Mengembangkan
Media
Pembelajaran Di zaman yang serba pesat perkembangan teknologi seperti ini, tentu membuat sebagian besar orang mampu mengoperasikan sebuah perangkat teknologi. Begitu pun dengan pengoperasian perangkat audio visual berbasis komputer. Tapi nyatanya tidak semua orang mampu mengintegrasikan dan
76
mengembangkan penggunaan atau pemanfaatan audio visual sebagai media pembelajaran. Guru bidang studi Bahasa Indonesia sendiri mengakui bahwa memang dibutuhkan keahlian khusus untuk bisa mengoperasikan media pembelajaran yang melibatkan beberapa alat pendukung, seperti speaker aktif dan DVD player ataupun laptop. Dengan begitu pembelajaran akan efektif dan efisien. Namun, jika penggunaan media pembelajaran tidak didukung dengan skill yang demikian, penggunaan media tersebut menjadi tidak efektif dan tidak efisien. “Penggunaan media audio visual tidak sulit. Tapi cukup menyulitkan. Sebab saya bukan orang yang ahli dalam hal teknologi.“ (Wawancara dengan guru Bahasa Indonesia)
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, diperoleh fakta yang menunjukkan bahwa di SMP Al-Hasra sendiri terdapat terdapat sekitar 10% guru yang masih jarang atau bahkan tidak menggunakan media terutama audio visual dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh kesibukan guru dalam memenuhi jam mengajar serta usia yang sudah tidak muda membuat beberapa guru mengalami keterbatasan dalam memanfaatkan media terutama media audio visual dalam mengajar. Tidak memiliki waktu luang untuk secara khusus mempelajari komputer beserta aplikasi yang ada di dalamnya, serta keterbatasan usia yang sudah tidak muda membuat pemanfaatan media audio visual sebagai media pembelajaran tidak dimanfaatkan secara optimal atau bahkan sama sekali tidak digunakan dalam pembelajaran karena dipandang akan merepotkan. Setelah dilakukan penelitian, peneliti mendapati bahwa peserta didik di SMP Al-Hasra pada dasarnya memang merupakan siswa-siswi dengan prestasi akademis yang baik. Hal ini dibuktikan dengan catatan prestasi belajar yang baik dan kemampuan menerima pelajaran yang baik pula. Sehingga ketika dalam pembelajaran dilibatkan media pembelajaran atau tidak, peserta didik tetap bisa menerima materi dengan baik.
77
Namun, hal ini harusnya tidak membuat guru lantas berpuas diri. Dalam rangka menjawab segala tantangan perkembangan zaman, guru harus bisa menjadi contoh pengguna teknologi yang baik bagi peserta didiknya. Salah satunya dengan mengajarkan kepada peserta didik mengenai pemanfaatan teknologi sebagai media belajar, contohnya video drama yang dapat diunggah dari internet. Selain sudah memanfaatkannya dalam pembelajaran di kelas, guru juga bisa semakin menambah pengetahuannya mengenai teknologi komputer. Sebab, dewasa ini teknologi cepat sekali mengalami perkembangan, terutama aplikasi komputer. Video sebagai media yang paling dekat dengan masyarakat, diharapkan bukan hanya menjadikan guru sebagai pengguna, melainkan juga sebagai pengembang pemanfaatan media audio visual. Hal tersebut dilakukan supaya penggunaan video dapat dimaksimalkan manfaat positifnya oleh masyarakat, terutama sebagai media pembelajaran. Selain itu, tidak sedikit para orang tua murid yang rela merogoh kocek lebih dalam demi menyekolahkan anak mereka di tempat yang dianggap bisa memberikan fasilitas teknologi yang terbaik. “Orang tua murid mana yang mau nyekolahkan anakanaknya dengan biaya yang besar sementara guru yang mengajari anaknya hanya mengandalkan mengajar dengan cara yang tradisional? Selain guru akan ditinggalkan oleh peserta didiknya,
sekolah
juga
akan
dianggap
tidak
mengikuti
perkembangan zaman.” (Wawancara dengan Wakil Bidang Kurikulum)
Kutipan tersebut jelas menjelaskan bahwa kemajuan pola pikir masyarakat juga turut mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap pendidikan sebagai investasi masa depan. Mengeluarkan uang lebih banyak asal setimpal dengan fasilitas dan pelayanan yang diperoleh dari sebuah sekolah lebih utama daripada menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah yang memiliki
78
kualitas standar dengan biaya yang standar hanya supaya anak-anak mereka mendapat pengalaman menjadi pelajar. Ini kemudian mengarah pada tuntutan guru untuk menjadi sosok yang profesional dan mengembangkan profesionalitasnya, di antaranya dengan selalu
memperbaharui
kemampuan
teknologi
dan
mengembangkan
kreativitasnya. Salah satunya yaitu mengintegrasikan media audio visual dalam pembelajaran dan menerapkan metode belajar dengan berpusat pada keaktifan peserta didik. Bagi kebanyakan orang yang memang sudah menguasai penggunaan teknologi, mengintegrasikan media pandang dengar dengan perangkat keras lainnya bukanlah hal yang sulit atau memberatkan. Namun, bagi mereka yang tertinggal dalam hal penguasaan teknologi, ini memang merupakan pekerjaan yang cukup rumit. Tapi diharapkan semangat untuk terus belajar tetap ada. Antusiasme yang baik juga ditunjukkan oleh guru Bahasa Indonesia lewat ungkapannya dalam wawancara yang peneliti lakukan, Saya termasuk tipe guru yang mengajar dengan cara tradisional, tetapi saya tidak menutup diri untuk mengikuti perkembangan. (Wawancara dengan guru Bahasa Indonesia)
Artinya, perkembangan teknologi yang terjadi memang harus disikapi optimis oleh masyarakat dewasa ini, termasuk oleh guru profesional. Jadi, tidak menutup kemungkinan untuk belajar dan berlatih mengoperasikan sistem komputer dalam proses pengelolaan kelas maupun dalam memproses adminstrasi siswa. Pada akhirnya, pengajaran dengan melibatkan media audio visual hanya akan menjadi efektif jika guru itu sendiri membekali dirinya dengan kemampuan dasar teknologi informasi. Dengan begitu, guru baru bisa mengkombinasikan berbagai media ke dalam kelas dengan efektif. Guru juga dituntut untuk selalu mengembangkan kemampuan tersebut supaya selalu dapat
mengikuti
perkembangan
teknologi
pengembangan profesionalitas profesi keguruan.
mutakhir
sebagai
upaya
79
4.
Pemilihan Media Pembelajaran yang Sesuai Pada dasarnya, penggunaan media dalam pembelajaran sudah
merupakan bentuk usaha kreatif dari seorang guru. Di tengah-tengah kewajibannya melaksanakan tugas mengajar dan administrasi, guru masih meluangkan waktu untuk memilih dan memilah cara atau pun jenis media yang menarik dan bisa disertakan dalam skenario mengajar di kelasnya. Salah satunya adalah memilih dan melibatkan media audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Siapapun bisa melibatkan media dalam pembelajaran, namun tidak semua mampu memadupadankan media yang sesuai dengan tujuan materi pelajaran dan segmentasi peserta didik. Terlebih lagi jika media itu dihadirkan sebagai sumber belajar. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan dengan narasumber, diperoleh fakta bahwa penggunaan media pembelajaran terutama audio visual merupakan media yang cukup sulit digunakan di dalam kelas. Kesulitan ini tentunya mengarah pada persoalan penentuan jenis media pembelajaran itu sendiri. Salah seorang guru Bahasa Indonesia di SMP AlHasra dalam wawancaranya mengungkapkan bahwa untuk menentukan jenis media yang akan digunakan dan teknis pelaksanaan penggunaannya saja sudah membuat ia sendiri cukup kesulitan. Contoh kasus yang dialami, yaitu dalam penggunaan media audio visual berupa video drama, kesulitan pertama yang dirasakan adalah jika guru memilih media audio visual, guru harus memilih video yang secara fisik beresolusi baik, memiliki suara yang jelas, dan transmisi yang baik. Kemudian secara isi harus sesuai dengan segmentasi peserta didik dan mempertimbangkan pesan yang terkandung di dalam tayangan video tersebut. Misalnya, memilih video drama yang ringan untuk peserta didik SMP kelas VIII supaya penyimaknya tidak kebingungan memahami tayangan tersebut. “Tidak akan ada dampak negatif selama kita benar-benar memilah media audio visual terutama memilih video drama yang sesuai dengan segmentasi anak. Disesuaikan dengan usia dan
80 daya tangkap peserta didik.” (Wawancara dengan guru Bahasa Indonesia)
Jadi, guru harus benar-benar memastikan kalau video yang ditayangkan tidak terkandung hal negatif yang tidak diinginkan. Selain itu, media audio visual tidak boleh menyulitkan peserta didik dalam menangkap pesan (materi) yang terkandung dalam media tersebut, sebab media kegunaannya justru harus memudahkan peserta didik dalam memahami suatu materi. Itu artinya, video yang hendak diberikan harus disesuaikan betul-betul dengan segmentasi peserta didik sehingga pesan (materi) bisa tersampaikan dengan baik kepada peserta didik. Persoalannya sekarang adalah semakin jarangnya koleksi video drama yang dimiliki sekolah karena semakin minimnya drama yang dibuat khusus untuk pembelajaran di jenjang SMP. Lebih banyak drama dibuat untuk keperluan seni yang memiliki tingkat kesulitan pemahaman yang tinggi. Guru Bahasa Indonesia SMP Al-Hasra termasuk guru yang mengalami kesulitan tersebut. “Memang ribet, sebab kita harus terlebih dahulu memiliki atau mengoleksi video-video yang akan menjadi play list. Kalau sudah punya seperti itu tentu tidak akan ribet. Tapi kalau tidak, tentu sedikit terbebani karena penyajiannya tidak maksimal. (Wawancara dengan guru Bahasa Indonesia) Menurutnya, minimnya koleksi video pembelajaran yang dimiliki, terutama koleksi video drama, menyebabkan ia cukup kerepotan melibatkan video sebagai media pembelajaran. Dalam penelitian, penulis mengatasinya dengan cara membuat video sendiri dengan cara memilih pementasan drama yang sesuai kriteria lalu merekamnya dengan kamera handycame, kemudian mengeditnya supaya benar-benar sesuai dengan materi pelajaran. Setelah memiliki video drama yang sesuai dengan segmentasi peserta didik, tahap yang selanjutnya dilakukan adalah mencocokkan media dengan materi yang sesuai. Tidak perlu memaksakan memasukkan media dalam
81
suatu materi pelajaran karena hasilnya tidak akan efektif. Media audio visual akan efektif dihadirkan ke kelas jika peserta didik memiliki luang waktu yang cukup, artinya tidak dikejar oleh materi yang harus segera dituntaskan. Belajar dengan video cukup membantu tapi harus dijelaskan atau didiskusikan lagi hasil menontonnya supaya murid-murid sekelas bisa paham betul. (Wawancara yang dilakukan dengan informan II)
Peserta didik harus diberikan waktu yang cukup untuk mencerna apa yang mereka simak dengan skemata yang mereka miliki untuk kemudian guru mengaitkannya dengan tujuan pembelajaran. Jadi, pemilihan waktu yang tepat juga menjadi kriteria pemilihan media. Ini termasuk dalam kesesuaian media dengan situasi dan kondisi peserta didik. Mengenai keefektifan dan efisiensi penggunaan media audio visual, guru sebagai penggagas penggunaan media audio visual memang harus berusaha lebih keras di awal dalam mempersiapkan video untuk media pembelajaran tersebut. Selanjutnya nanti, guru dapat menggunakan kembali media tersebut untuk mengajarkan materi yang sama tanpa persiapan yang serepot di awal. Seperti, video drama Pengemis Masa Kini telah digunakan untuk kelas VIII semester 2 tahun ajaran 2013/2014, di tahun ajaran baru video tersebut bisa kembali digunakan untuk jenjang kelas yang sama. Dengan pengalaman penggunaan di tahun sebelumnya, membuat guru sudah bisa memperkirakan pesan yang bisa disampaikan lewat video tersebut, serta teknis penggunaan yang akan digunakan. Semuanya sudah terekam dan tinggal memadupadankan dengan situasi dan kondisi yang terjadi. Guru memang harus mendedikasikan dirinya untuk memperoleh video yang baik, yang sesuai dengan kriteria pemilihan media pada umumnya. Hingga pada akhirnya ketika sudah mendapatkan, video tersebut bisa digunakan berulang kali, tentunya dikembangkan berdasarkan kreativitas guru dalam memanfaatkan video tersebut sebagai media pembelajaran. Dengan begitu, guru akan dikenal oleh peserta didik sebagai seorang yang penuh persiapan dan modern dalam cara mengajarnya. Kepada sekolah
82
pun guru akan mampu menunjukkan profesionalitasnya sebagai guru yang mengikuti tantangan zaman.
5.
Dukungan dari Pihak Sekolah Terhadap Penggunaan Media Audio Visual SMP Al-Hasra dipilih sebagai tempat penelitian ini salah satunya
karena SMP Al-Hasra dianggap sebagai sekolah yang memiliki fasilitas belajar
cukup
lengkap.
Sekolah
dengan
akreditasi
A
ini
selalu
mengembangkan pelayanan pengajarannya, baik dalam hal administrasi, pengajaran, maupun pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran. “Salah satu upaya yang dilakukan sekolah dalam mendukung pembelajaran yang efektif adalah dengan menyediakan sarana dan prasarana oleh sekolah. Fasilitas media pembelajaran dilengkapi sesuai dengan karakteristik peserta didik.” (Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum)
Salah satu yang disoroti dalam penelitian ini adalah upaya pengembangan fasilitas berupa sarana dan prasarana pembelajaran. Ini terlihat dari terdapatnya fasilitas belajar yang cukup lengkap di masing-masing kelas peserta didik. Sekolah sendiri menerangkan bahwa Al-Hasra menyadari betul perkembangan kemajuan teknologi untuk pendidikan. Sebab itu, Al-Hasra mengikuti perkembangan tersebut dengan memanfaatkan teknologi sebagai bagian dari pembelajaran. Sekolah memfasilitasi setiap kelas dengan Projektor dan speaker aktif portable. Ini memungkinkan guru untuk bisa menggunakan media visual, audio, maupun audio visual kapan pun guru mau. Hanya tinggal membawa laptop dan menyambungkannya ke projektor atau speaker aktif, pembelajaran dengan media berbasis teknologi sudah bisa dilakukan. Pengadaan fasilitas tersebut sudah tersedia di semua ruang kelas. Mengenai resolusi, jarak LCD, dan volume speaker, semua itu sudah disesuaikan dengan ukuran ruang kelas dan jumlah peserta didik dalam satu
83
ruangan. Jadi, guru hanya perlu merancang ide-ide kreatif dan menyajikannya di depan kelas. Terkait dengan penggunaan media audio visual, selain memberi dukungan berupa pengadaan sarana dan prasarana, sekolah juga memfasilitasi dewan guru dengan mengadakan pelatihan-pelatihan penggunaan media ataupun pengoperasian media berbasis komputer yang dilakukan secara rutin. “Pelatihan pemanfaatan media audio visual biasanya diadakan oleh pihak laboratorium komputer sebagai salah satu program kerja laboratorium komputer dalam rangka membantu mengembangkan pengetahuan guru mengenai ilmu teknologi (IT).” (Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum)
Hal tersebut dilakukan supaya skill dewan guru bisa merata, terutama dalam hal pemanfaatan media pembelajaran berbasis komputer. Selain itu, dengan dilakukan pelatihan seperti itu sekolah mengharapkan kinerja guru semakin berkembang dan bisa menjadi guru yang kreatif. Itu semua dirasa belum cukup, sebab pendidikan dan teknologi selalu berkembang. SMP Al-Hasra juga merasa harus selalu berbenah untuk bisa terus meningkatkan prestasi melalui pelayanannya. Apa yang sudah dilakukan dan diupayakan adalah salah satu bentuk dukungan sekolah terhadap berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif dan optimal.
E. Harapan SMP Al-Hasra Terhadap Penggunaan Media Audio Visual dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Di zaman yang modern ini semua hal mengalami perkembangan, baik dalam hal mode, bisnis, teknologi, dan pendidikan. Meski demikian, tidak dipungkiri bahwa di Indonesia pendidikan (khususnya) belum mengalami perkembangan yang merata. Masih didapati sekolah-sekolah dengan standar operasional yang masih minim, seperti gedung sekolah yang tidak layak, terbatasnya tenaga pendidik, serta terbatasnya buku dan media ajar yang bisa digunakan. Ini membuktikan bahwa kemajuan zaman belum dirasakan oleh seluruh Warga Negara Indonesia.
84
SMP Al-Harsa dalam hal ini berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi peserta didiknya. Ongkos yang telah dikeluarkan untuk pendidikan dibayar setimpal dengan fasilitas dan pelayanan pengajaran yang maksimal. Sebagai sekolah swasta yang berakreditasi A, SMP Al-Hasra berupaya memberikan sarana dan prasarana belajar yang lengkap serta pelayanan pendidikan yang terbaik. Sebab itu, dalam rangka turut memanfaatkan dan memaksimalkan kemajuan teknologi dan pendidikan ini, SMP Al-Hasra berharap seluruh upaya pengembangan fasilitas dan pelayanan pendidikan
yang telah dilakukan bisa
memberikan peningkatan mutu bagi pendidikan di SMP Al-Hasra maupun di Indonesia. Selain itu, juga memperoleh keluaran peserta didik yang cerdas, berakhlak, dan kompeten. Dengan tersedianya sarana belajar yang lengkap, penggunaan media audio visual juga diharapkan dapat memaksimalkan pembelajaran dengan metode belajar yang beragam. Dengan demikian, peserta didik selain mendapat pengetahuan
(teori),
juga
mendapat
pengalaman
belajar
yang
dapat
diimplementasikan dalam kehidupannya sehari-hari. SMP Al-Hasra berharap, dengan digunakannya media audio visual dalam pembelajaran, dapat memberikan variasi mengajar bagi guru dan dapat meningkatkan kreativitas guru dalam menyampaikan pesan kepada peserta didiknya. Jadi, kemampuan teknologi yang dimiliki oleh guru juga bisa diaplikasikan untuk menyampaikan materi kepada peserta didik meskipun guru tersebut bukan dari baground ilmu pendidikan tekonologi. Ini juga merupakan upaya sekolah dalam rangka menstandarkan kemampuan teknologi para guru (khususnya), supaya seluruh guru dapat mengoperasikan pekerjaan mengajar maupun administrasi yang berbasis komputer.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Drama merupakan materi yang cukup sulit dalam pembelajaran bahasa Indonesia, terutama untuk peserta didik di jenjang SMP. Dalam drama terlibat banyak aspek, bukan hanya aspek teks yang harus dipahami sebagai dasar dari sebuah dialog dan alur cerita, tetapi juga keterlibatan motorik yang diwujudkan dalam akting. Mengingat hal tersebut guru maupun peserta didik pada umumnya menganggap materi drama merupakan materi pelajaran yang rumit, baik untuk diajarkan maupun untuk dipahami. Di balik itu semua jika guru bisa mencari cara yang tepat untuk menyampaikannya kepada peserta didik, drama bisa menjadi materi yang memberikan pembelajaran yang sangat menarik dan bermanfaat. Bukan hanya mengajarkan memahami teks tetapi guru juga bisa mengajarkan peserta didiknya bermasyarakat dalam drama. Setelah dilakukan serangkaian pengamatan dan tes, media audio visual terbukti efektif digunakan untuk materi menyimak drama di kelas VIII.3 SMP AlHasra. Efektivitas penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama tersebut diperoleh berdasarkan hal berikut: 1. Hasil observasi menunjukkan peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran menyimak drama yang melibatkan video. Hal ini ditunjukkan dengam respon peserta didik yang antusias dalam menyimak video dan aktif berpendapat dalam diskusi, serta cekatan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru maupun teman sejawatnya. 2. Hasil uji materi (tes tertulis) menunjukkan nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik sebesar 82,3 dengan standar KKM 75. Dalam menjawab soal esay yang diberikan, rata-rata peserta didik tidak hanya bisa menyebutkan, tetapi juga mampu menjelaskan meski dengan bahasa mereka masingmasing. Ini menunjukkan bahwa peserta didik tidak hanya mengingat materi yang diberikan tetapi juga memahaminya.
85
86
3. Hasil wawancara yang dilakukan kepada tiga informan dari peserta didik diperoleh kesimpulan bahwa media audio visual yang dilibatkan dalam pembelajaran
drama
membantu
mereka
memahami
materi
dan
memberikan pengalaman belajar yang berbeda. Meski kondisi belajar secara internal antara satu peserta didik dengan peserta didik lainnya berbeda-beda, terutama dalam hal kesiapan menerima materi pelajaran, tetapi media audio visual dianggap mampu menarik atensi peserta didik untuk mengikuti pembalajaran. Berdasarkan hasil uji efektivitas pada penelitian tersebut, penulis menyimpulkan dua hal yang menjadi barometer efektifnya penggunaan suatu media dalam pembelajaran. Pertama, peserta didik berpartisipasi aktif dalam dinamika kelas ketika pembelajaran dengan media sedang berlangsung. Kedua, hasil evaluasi berupa tes tertulis peserta didik nilainya mencapai atau melebihi KKM. Keefektifan tersebut tentunya diperoleh dengan melakukan serangkaian persiapan, baik yang dilakukan oleh guru, peserta didik, bahkan sekolah. Berikut adalah hal-hal yang mendukung efektivitas pembelajaran dengan menggunakan media audio visual dalam materi menyimak drama: 1. Tercapainya komponen pembelajaran secara maksimal 2. Kondisi belajar 3. Skill dan kreativitas guru dalam mengembangkan media pembelajaran 4. Pemilihan media pembelajaran yang sesuai 5. Dukungan dari pihak sekolah Media
pembelajaran
kadang-kadang
dianggap
sebagai
komponen
pembelajaran yang sifatnya tidak wajib. Artinya, keiukutsertaannya dalam sebuah pengajaran dianggap merepotkan. Padahal, pada pembelajaran modern ini keterlibatan media pembelajaran (terutama audio visual) akan sangat memberi pengaruh dalam proses kegiatan belajar mengajar. Meski memang dalam perencanaan maupun teknis pelaksanaannya ditemui kesulitan dan hambatan yang mungkin akan merepotkan guru dan sekolah selaku penyelenggara pendidikan dan pengajaran. Namun, diharapkan seluruh
87
personil sekolah bisa saling mendukung dan memfasilitasi segala bentuk kreativitas yang diupayakan. Sebab, semua itu pada akhirnya untuk memajukan kualitas dan mutu pendidikan itu sendiri.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mendapat berbagai pengalaman dan pengetahuan baru, khususnya tentang penggunaan media audio visual dalam pembelajaran drama. Berikut adalah saran dari penulis seputar penggunaan media audio visual supaya penggunaannya ke depan bisa lebih dikembangkan. 1. Guru diharapkan giat membekali dirinya dengan kreativitas dan skill dalam
memanfaatkan
perkembangan
teknologi
supaya
dapat
mengaplikasikannya untuk mengembangkan pendidikan. 2. Guru diharapkan tidak mudah menyerah dalam mencoba mengaplikasikan berbagai media di dalam kelas. Sebab, pengalaman pembelajaran yang beragam juga menambah pengetahuan dan wawasan peserta didik. 3. Sekolah diharapkan bersungguh-sungguh dalam memberikan pelayanan pendidikan terutama dalam hal penyediaan sarana dan prasarana pembelajaran yang lengkap. 4. Diharapkan kebijakan sekolah bisa mewadahi kreativitas guru dan peserta didiknya dalam mengembangkan pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Ann, Cerol Tomlinson. How to Differentiate Instruction in Mixed-Ability Classrooms.
USA:
Assosiation
for
Supervision
and
Curriculum
Development. 2001. Arifin,Bustanul, dkk. Berbicara. Jakarta:Universitas Terbuka. 2007. Arsyad, Azhar. Media pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. 2011. Bahri, Syaiful Djamarah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Brandwein, Paul F. et. al. A Book of Methods. New York: Harcourt, Brace, and World, Inc. 1958. Henry, Asep Hermawan, dkk. Media Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press. 2007. Iskandarwasid dan Sunendar, Dadang. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011. Komariyah, Aan dan
Triatna, Cepi. Visionary Leadership Menuju Sekolah
Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2005. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan.. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2007. Marno. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah (DITPAIS) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementrian Agama Republik Indonesia. 2012. Miarso, Yusuf hadi. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. 1994. Mulyasa E. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2005. Munadhi, Yudhi. Media Pembelajaran. Jakarta: GP Press. 2012. Nasution. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 1994. Nuraida dan Halida Alkaf, Metode Penelitian Pendidikan. Tangerang, Islamic Research Publishing. 2009. Rahayu, Fajar Fitri. “Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia”. Skripsi pada FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2013. Tidak dipublikasikan. Rahmanto B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: KANISIUS. 1992.
86
87
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana. 2004. Sadiman, Arif S. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 2010. Sama, Hilmia Murtaqia. “Alih Wahana Naskah Drama Sobrat Karya Arthur S.Nalan ke dalam Pementasan serta Implikasinya terhadap Pembelajaran”. Skripsi pada FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2013. Tidak dipublikasikan. Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2013. Setyosari, Punaji. Metode Penelitian dan Pengembangan. Jakarta: Kencana. 2012. Shodiq, Muhammad, dan Muttaqien, Imam. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003. Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Sukmadinata, Nana SY. dan Syaodih, Erliany. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama. 2012. Suparno. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. 2006 Susilana, Rudi, dan Riyana, Cepi. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. 2009. Tarigan, Henry Guntur. Membaca sebagai Suatu Keterampilan. Bandung: Angkasagroup. 2008. Tarigan, Henry Guntur. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 2008. Usman, Husaini, dan Setiady, Purnomo Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. 2008. Usman, Husaini, dan Setiady, Purnomo Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. 2008. Wagimin, Mulyani. “Peningkatan Bermain Drama dengan Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw pada Peserta Didik Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Karimiyah Jakarta”. Skripsi pada FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2010. Tidak dipublikasikan. Zuchdi, Darmiyati. Humanisasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2008.
LAMPIRAN
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR
Tempat
: SMP Al-Hasra
Kelas
: VIII (Delapan) - 3
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Waktu
: Rabu
Tanggal
: 30 April 2014
NO
ASPEK YANG DIAMATI
I
II
III
DESKRIPSI
Pra Pembelajaran 1. Tempat duduk masing-masing siswa
Dalam kelas ini, setiap seminggu sekali tempat duduk siswa dirolling per baris. Hal ini dilakukan supaya siswa tidak jenuh dalam proses belajar. Dengan dilakukan rolling, siswa juga dituntut untuk menjaga kerapihan dan kebersihan tempat duduk yang ia tempati.
2. Kesiapan menerima pembelajaran
Meski ketika guru masuk keadaan kelas masih berisik, namun ketika guru duduk dan membuka pelajaran semua siswa berangsur-angsur tenang.
Kegiatan Membuka Pelajaran 1. Menjawab pertanyaan guru
Meski banyak siswa yang berisik, namun sebagian besar dari mereka tetap aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari gurunya.
2. Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai
Penjelasan kompetensi yang hendak dicapai disampaikan hanya sekilas. Hanya pada intinya saja. Kemudian dikembangkan di kegiatan inti.
Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penjelasan materi pelajaran 1. Memperhatikan penjelasan materi pelajaran
Ada siswa yang mendengarkan penjelasan dengan baik, ada yang tidak mendengarkan penjelasan guru. Namun, guru tetap tidak lengah untuk selalu memantau perhatian siswa yang tidak fokus.
2. Bertanya saat proses penjelasan materi
Dalam mengajukan pertanyaan siswa cukup aktif
3. Interaksi antar siswa
Interaksi antar siswa berjalan dengan aktif, meski lebih banyak yang saling menyahut mengolok-olok temannya. Namun demikian, susana kelas berjalan sangat dinamis.
4. Interaksi antara siswa-guru, siswa-materi pelajaran
Sebagian besar siswa memperhatikan dengan baik. ketika guru menanyakan kembali materi yang telah ia sampaikan, siswa mampu menjawabnya meski dengan terbatabata.
B. Pendekatan/Strategi Belajar 1. Keterlibatan dalam kegiatan belajar
Ada siswa yang aktif terlibat, ada yang hanya biasa saja, tidak terlalu antusias
2. Mengemukakan pendapat ketika diberikan kesempatan
Ada beberapa siswa yang senang jika dimintai pendapat, ada siswa yang kurang senang dimintai pendapat
3. Mencatat penjelasan yang disampaikan guru
Siswa mencatat tanpa perlu diinstruksikan oleh guru
4. Mengikuti proses pembelajaran
Seluruh siswa mengikuti proses pembelajaran hingga akhir
C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar 1. Interaksi antara siswa dan media pembelajaran yang digunakan guru
Pada pertemuan kali ini, guru menggunakan halaman belakang sekolah sebagai tempat belajar pengganti kelas. Siswa terlihat sangat antusias karena ia mendapat suasana
yang berbeda. 2. Tertarik pada materi yang disajikan dengan media pembelajaran
Siswa tertarik dengan materi yang menggunakan lingkungan alam terbuka sebagai tempat mereka belajaran.
3. Ketekunan dalam mempelajari sumber belajar yang ditentukan guru
Siswa antusias dalam materi kali ini karena sumber belajar yang disajikan guru sangat menarik.
D. Penilaian Proses 1. Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru
Siswa diminta untuk membuat puisi bebas dengan tema yang menarik dan gaya bahasa yang indah.
2. Menjawab pertanyaan guru dengan benar
Sebagian besar siswa bisa menjawab pertanyaan guru ketika di akhir pelajaran guru melakukan konfirmasi.
E. Penggunaan Bahasa
IV
1. Mengemukakan pendapat
Siswa dirangsang untuk mengeluarkan pendapat
2. Mengajukan pertanyaan
Tidak semua siswa dapat mengajukan pertanyaan, namun ada beberapa yang berani menghampiri guru dan bertanya secara personal tentang tugas yang diberikan.
PENUTUP Keterlibatan dalam memberi rangkuman/kesimpulan
Seluruh siswa terlibat dalam menarik kesimpulan
Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi : Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, kegiatan mengajar cukup aktif. Selain karena materi yang menyenangkan, guru juga tepat dalam memilih strategi belajar. Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar siswa menjadikan kegiatan membuat puisi bebas sebagai sebuah tugas yang tidak memberatkan. Terkadang tidak
perlu menggunakan media yang rumit untuk membuat siswa tertarik dan antusias. Cukup memanfaatkan apa yang ada dan menuangkan kreativitas yang kita punya, maka menjadi guru yang kreatif adalah salah satu keharusan.
Nama pengamat: Papat Fathiyah Tanda Tangan
:………………………………...
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR
Tempat
: SMP Al-Hasra
Kelas
: VIII (Delapan) - 3
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Waktu
: Jumat
Tanggal
: 2 Mei 2014
NO I
II
III
ASPEK YANG DIAMATI
DESKRIPSI
Pra Pembelajaran 1. Pengaturan tempat duduk masing-masing siswa
Guru mengatur tempat duduk yang saat itu ternyata tidak jadi rolling. Meski ruang kelas cukup luas. Namun guru sengaja memposisikan bangkubangku siswa untuk lebih ke depan supaya siswa bisa lebih fokus terhadap pelajaran.
2. Pengkondisian kesiapan pelaksanaan pembelajaran
Guru melakukan pengkondisian terhadap siswa dengan cara menyuruh siswa-siswa untuk diam. Guru tidak melakukan ice breaking
Kegiatan Membuka Pelajaran 1. Mengajukan pertanyaan/apersepsi
Guru mengajukan pertanyaan awal terkait materi di pertemuan sebelumnya. Setelah itu guru menanyakan kepada siswa seputar topik yang akan disampaikan
2. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai
Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang akan dicapai
Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan materi pelajaran 1. Memberikan penjelasan materi pelajaran
Guru menjelaskan materi pelajaran
dengan metode ceramah yang mengacu pada buku paket 2. Mengajukan pertanyaan saat proses penjelasan materi
Guru mengajukan pertanyaanpertanyaan secara spontan terhadap siswa-siswa
3. Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa
Guru cukup memfasilitasi interaksi antar siswa
4. Memfasilitasi interaksi antara siswa-guru, siswamateri pelajaran
Guru cukup memfasilitasi interaksi
B. Pendekatan/Strategi Belajar 1. Melaksanakan pembelajaran aktif
Guru cukup melaksanakan pembelajaran aktif, namun ada siswasiswa yang lebih dominan yang antusias.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya tentang materi yang belumdimengerti
3. Memberikan respon terhadap pertanyaan dan jawaban siswa
Siswa merespon pertanyaan guru dengan jawaban yang baik
4. Memotivasi siswa untuk bertanya
guru memberi motivasi kepada siswa untuk tidak takut salah dalam bertanya
C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar 1. Kemampuan menggunakan media pembelajaran
Dalam mata pelajaran ini, guru tidak menggunakan media pembelajaran
2. Kesesuaian media dengan materi dan strategi
Tidak ada media pembelajaran yang digunakan
3. Penggunaan sumber belajar selain buku ajar dan LKS
Guru menggunakan transkrip wawancara yang telah diperoleh siswa di pertemuan sebelumnya. Transkrip itu kemudian digunakan untuk diubah mejadi teks narasi.
D. Penilaian Proses 1. Memberikan tugas/latihan
Guru memberikan latihan kepada siswa untuk membuat teks narasi. Meski ada beberapa siswa yang masih
bingung, namun guru bisa memotivasi siswa untuk tetap percaya diri melakukan semampunya. 2. Melakukan penilaian
Penilaian baru akan dilakukan setelah siswa menyelesaikan menulis narasi wawancara. Guru menggunakan cara „siapa cepat‟ dalam memberikan nilai. Semakin cepat siswa mengumpulkan, semakin besar nilai yang diberikan.
E. Penggunaan Bahasa
IV
1. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan perkembangan peserta didik
Guru menggunakan bahasa yang sesuai dengan perkembangan peserta didik
2. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah
Guru menggunakan bahasa yang komunikatif ketika menyampaikan materi sehingga mudah dimengerti oleh siswa
PENUTUP Melakukan konfirmasi
Guru memberikan kesimpulan di akhir pembelajaran.
Memberikan kesimpulan dan tindak lanjut
Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi : Dalam proses pembelajaran, khususnya dalam keterampilan menulis, siswa perlu dibimbingan lebih intens. Baik untuk mengamati cara penulisannya, maupun menjadi fasilitator dalam memberikan pemahaman kepada siswa. Di kesempatan selanjutnya, siswa perlu diberikan contoh-contoh tulisan seperti narasi, supaya ketika diinstruksikan siswa sudah mempunyai gambaran bentuk penulisannya.
Nama pengamat: Papat Fathiyah Tanda Tangan
:………………………………...
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR
Tempat
: SMP Al-Hasra
Kelas
: VIII (Delapan) - 3
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Waktu
: Rabu
Tanggal
: 7 Mei 2014
NO I
II
III
ASPEK YANG DIAMATI
DESKRIPSI
Pra Pembelajaran 1. Pengaturan tempat duduk masing-masing siswa
guru meminta siswa untuk membersihkan ruang kelas dari sampah yang berserakan di kolong meja.
2. Pengkondisian kesiapan pelaksanaan pembelajaran
Agak lama mengkondisikan kelas ini karena banyak siswa yang sering izin keluar kelas dan membuat siswa yang lain merasa terganggu
Kegiatan Membuka Pelajaran 1. Mengajukan pertanyaan/apersepsi
Guru mengajukan pertanyaan mengenai tugas
2. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai
Guru menjelaskan kompetensi dasar yang hendak dicapai
Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan materi pelajaran 1. Memberikan penjelasan materi pelajaran
Guru memberikan penjelasan dengan baik, meski ada yang tidak mendengarkan penjelasan guru
2. Mengajukan pertanyaan saat proses penjelasan materi
Guru membuka sesi tanya jawab
3. Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa
Guru cukup memfasilitasi interaksi antar siswa
4. Memfasilitasi interaksi antara siswa-guru, siswamateri pelajaran
Guru cukup memfasilitasi interaksi
B. Pendekatan/Strategi Belajar 1. Melaksanakan pembelajaran aktif
guru melakukan pembelajaran aktif. Siswa diperbolehkan bertanya materi apapun yang masih belum jelas. Ataupun membantu memberi penjelasan bagi teman sejawatnya.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya tentang materi yang belumdimengerti
3. Memberikan respon terhadap pertanyaan dan jawaban siswa
Guru merespon pertanyaan siswa dengan jawaban yang baik
4. Memotivasi siswa untuk bertanya
Guru memberikan nilai plus kepada siswa yang mengumpulkan tepat waktu
C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar 1. Kemampuan menggunakan media pembelajaran
Dalam mata pelajaran ini, guru tidak menggunakan media pembelajaran
2. Kesesuaian media dengan materi dan strategi
Tidak ada media pembelajaran yang digunakan
3. Penggunaan sumber belajar selain buku ajar dan LKS
Guru menggunakan buku paket sebagai acuan
D. Penilaian Proses 1. Memberikan tugas/latihan
Guru memberikan latihan kepada siswa dengan baik
2. Melakukan penilaian
Guru memberikan penilaian proses dari keaktifan siswa bertanya dan menjawab. Serta memberikan penilaian tertulis berdasarkan hasil kerja siswa
E. Penggunaan Bahasa
IV
1. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan perkembangan peserta didik
Guru menggunakan bahasa yang sesuai dengan perkembangan peserta didik
2. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah
Guru menggunakan bahasa yang baik ketika menyampaikan materi sehingga mudah dimengerti oleh siswa
PENUTUP Melakukan konfirmasi
Guru memberikan penguatan di akhir pembelajaran.
Memberikan kesimpulan dan tindak lanjut
Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi : Apapun dinamika yang terjadi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, kita sebagai guru harus bisa menempatkan diri baik sebagai pengajar, pendidik, teman, maupun orang tua, sehingga pembelajaran bisa berlangsung dengan baik. Nama pengamat: Papat Fathiyah Tanda Tangan
:………………………………...
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR
Tempat
: SMP Al-Hasra
Kelas
: VIII (Delapan) - 3
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Waktu
: Jumat
Tanggal
: 9 Mei 2014
NO I
II
III
ASPEK YANG DIAMATI
DESKRIPSI
Pra Pembelajaran 1. Pengaturan tempat duduk masing-masing siswa
Ketika guru datang, siswa sudah siap di tempat duduknya masing-masing.
2. Pengkondisian kesiapan pelaksanaan pembelajaran
Guru melakukan pengkondisian terhadap siswa dengan cara menyuruh siswa-siswa untuk tenang.
Kegiatan Membuka Pelajaran 1. Mengajukan pertanyaan/apersepsi
Guru mengajukan pertanyaan awal terkait materi yang akan disampaikan
2. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai
Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang akan dicapai
Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan materi pelajaran 1. Memberikan penjelasan materi pelajaran
Guru menjelaskan materi pelajaran dengan metode ceramah yang mengacu pada buku paket
2. Mengajukan pertanyaan saat proses penjelasan materi
Guru mengajukan pertanyaanpertanyaan secara spontan terhadap siswa-siswa yang tidak menyimak apa yang sedang disampaikan.
3. Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa
Guru cukup memfasilitasi interaksi antar siswa
4. Memfasilitasi interaksi antara siswa-guru, siswamateri pelajaran
Guru cukup memfasilitasi interaksi
B. Pendekatan/Strategi Belajar 1. Melaksanakan pembelajaran aktif
guru melakukan pembelajaran aktif. guru hanya menjelaskan skilas tentang teori. Selanjutnya siswa diminta berlatih membuat teks narasi sendiri berdasarkan transkrip wawancara mereka sendiri.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya tentang materi yang belumdimengerti
3. Memberikan respon terhadap pertanyaan dan jawaban siswa
Guru merespon pertanyaan siswa dengan jawaban yang baik
4. Memotivasi siswa untuk bertanya C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar 1. Kemampuan menggunakan media pembelajaran
Dalam mata pelajaran ini, guru tidak menggunakan media pembelajaran
2. Kesesuaian media dengan materi dan strategi
Tidak ada media pembelajaran yang digunakan
3. Penggunaan sumber belajar selain buku ajar dan LKS
Guru memberi kesempatan siswa untuk melakukan wawancara. Transkrip wawancara tersebutlah yang kemudian dijadikan guru sebagai sumber belajar untuk membuat teks narasi.
D. Penilaian Proses 1. Memberikan tugas/latihan
Guru memberikan latihan kepada siswa dengan baik
2. Melakukan penilaian
Guru memberikan penilaian proses dan penilaian dari tugas otentik yang dikerjakan siswa
E. Penggunaan Bahasa
IV
1. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan perkembangan peserta didik
Guru menggunakan bahasa yang sesuai dengan perkembangan peserta didik
2. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah
Guru menggunakan bahasa yang baik ketika menyampaikan materi sehingga mudah dimengerti oleh siswa
PENUTUP Melakukan konfirmasi
Guru memberikan kesimpulan di akhir pembelajaran.
Memberikan kesimpulan dan tindak lanjut
Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi : Dalam pelajaran kali ini guru memang dituntut untuk memanfaatkan ruangruang publik yang dikaitkan dengan pembelajaran di sekolah. Hal tersebut sangat bagus karena dengan begitu, selain siswa memiliki pengalaman belajar, mereka juga memiliki pengalaman bersosialisasi/bermasyarakat, terlebih dalam pelajaran wawancara. Dengan demikian, siswa juga jadi belajar menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri.
Nama pengamat: Papat Fathiyah Tanda Tangan
:………………………………...
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR
Tempat
: SMP Al-Hasra
Kelas
: VIII (Delapan) - 3
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Waktu
: Rabu
Tanggal
: 30 April 2014
NO
ASPEK YANG DIAMATI
I
II
III
DESKRIPSI
Pra Pembelajaran 1. Tempat duduk masing-masing siswa
Dalam kelas ini, setiap seminggu sekali tempat duduk siswa dirolling per baris. Hal ini dilakukan supaya siswa tidak jenuh dalam proses belajar. Dengan dilakukan rolling, siswa juga dituntut untuk menjaga kerapihan dan kebersihan tempat duduk yang ia tempati.
2. Kesiapan menerima pembelajaran
Meski banyak siswa yang berisik, namun sebagian besar dari mereka tetapI semua siswa berangsur-angsur tenang.
Kegiatan Membuka Pelajaran 1. Menjawab pertanyaan guru
Siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari gurunya
2. Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai
Hanya siswa yang memang sudah aktif di kelas dan pintar saja yang lebih memperhatikan penjelasan guru.
Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan materi pelajaran 1. Memperhatikan penjelasan materi pelajaran
Ada siswa yang mendengarkan penjelasan dengan baik, ada yang tidak mendengarkan penjelasan guru
2. Bertanya saat proses penjelasan materi
Dalam mengajukan pertanyaan siswa cukup aktif
3. Interaksi antar siswa
meski lebih banyak yang saling menyahut mengolok-olok temannya, tapi interaksi antar siswa berjalan dengan aktif
4. Interaksi antara siswa-guru, siswa-materi pelajaran
Sebagian besar siswa memperhatikan dengan baik. ketika guru menanyakan kembali materi yang telah ia sampaikan, siswa mampu menjawabnya meski dengan terbatabata.
B. Pendekatan/Strategi Belajar 1. Keterlibatan dalam kegiatan belajar
Siswa lebih senang ketika pembelajaran dikemas dengan metodemetode yang menarik dan tidak terlalu formal.
2. Mengemukakan pendapat ketika diberikan kesempatan
Ada beberapa siswa yang senang jika dimintai pendapat, ada siswa yang kurang senang dimintai pendapat
3. Mencatat penjelasan yang disampaikan guru
Siswa mencatat tanpa diinstruksikan oleh guru untuk mencatat
4. Mengikuti proses pembelajaran
Seluruh siswa mengikuti proses pembelajaran hingga akhir
C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar 1. Interaksi antara siswa dan media pembelajaran yang digunakan guru
Siswa antusias karena pada pembelajaran kali ini guru mengggunakan halaman belakang sekolah untuk mencari inspirasi membuat puisi
2. Tertarik pada materi yang disajikan dengan media pembelajaran
Siswa tertarik dengan pembelajaran karena ia mendapat suasana yang berbeda.
3. Ketekunan dalam mempelajari sumber belajar yang ditentukan guru
Siswa antusias dalam materi kali ini karena sumber belajar yang disajikan guru sangat menarik.
D. Penilaian Proses 1. Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru
Siswa mengerjakan latihan yang diberikan guru dengan baik,namun ada beberapa siswa yang harus dibimbing ketika mengerjakan latihan
2. Menjawab pertanyaan guru dengan benar
Hanya beberapa siswa yang kurang tepat menjawab pertanyaan guru
E. Penggunaan Bahasa
IV
1. Mengemukakan pendapat
Siswa dirangsang untuk mengeluarkan pendapat
2. Mengajukan pertanyaan
Tidak semua siswa dapat mengajukan pertanyaan dengan baik
PENUTUP Keterlibatan dalam memberi rangkuman/kesimpulan
Seluruh siswa terlibat dalam menarik kesimpulan
Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi : Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, kegiatan blajar cukup aktif. Selain karena materi yang menyenangkan, guru juga tepat dalam memilih strategi belajar. Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar siswa menjadikan kegiatan membuat puisi bebas sebagai sebuah tugas yang tidak memberatkan. Dikarenakan guru tidak sempat menyiapkan media visual atau audio, atau audio visual untuk pembelajaran di kelas, guru kemudian memanfaatkan apa yang ada dan menuangkan kreativitas yang dimiliki. Jadi, menjadi guru yang kreatif adalah salah satu keharusan. Nama pengamat: Papat Fathiyah Tanda Tangan
:………………………………...
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR
Tempat
: SMP Al-Hasra
Kelas
: VIII (Delapan) - 3
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Waktu
: Jumat
Tanggal
: 2 Mei 2014
NO I
II
III
ASPEK YANG DIAMATI
DESKRIPSI
Pra Pembelajaran 1. Tempat duduk masing-masing siswa
Karena tidak jadi rolling tempat duduk, keadaan kelas menjadi agak berisik.
2. Kesiapan menerima pembelajaran
Meski banyak siswa yang berisik, namun setelah beberapa saat mereka berangsur-angsur tenang.
Kegiatan Membuka Pelajaran 1. Menjawab pertanyaan guru
Beberapa siswa menanyakan tentang materi
2. Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai
Siswa menyimak penjelasan tentang kompetensi yang akan dicapai
Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan materi pelajaran 1. Memperhatikan penjelasan materi pelajaran
Siswa yang tidak menyimak langsung disuruh menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan guru
2. Bertanya saat proses penjelasan materi
Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru seputar tugas yang kemarin telah diberikan
3. Interaksi antar siswa
interaksi antar siswa berjalan dengan
aktif 4. Interaksi antara siswa-guru, siswa-materi pelajaran
ketika guru menanyakan kembali materi yang telah ia sampaikan, siswa mampu menjawabnya meski dengan terbata-bata.
B. Pendekatan/Strategi Belajar 1. Keterlibatan dalam kegiatan belajar
Siswa aktif, karena digunakan strategi kelompok diskusi. Guru hanya menjelaskan materi yang belum dipahami siswa dengan metode ceramah.
2. Mengemukakan pendapat ketika diberikan kesempatan
Ada beberapa siswa yang senang jika dimintai pendapat, ada siswa yang kurang senang dimintai pendapat
3. Mencatat penjelasan yang disampaikan guru
Siswa mencatat tanpa diinstruksikan oleh guru untuk mencatat
4. Mengikuti proses pembelajaran
Seluruh siswa mengikuti proses pembelajaran hingga akhir
C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar 1. Interaksi antara siswa dan media pembelajaran yang digunakan guru
Ada siswa yang hanya biasa saja, namun ada juga iswa yang sangat antusias.
2. Tertarik pada materi yang disajikan dengan media pembelajaran
Tidak menggunakan media
3. Ketekunan dalam mempelajari sumber belajar yang ditentukan guru
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
D. Penilaian Proses 1. Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru
Siswa mengerjakan latihan yang diberikan guru dengan baik,namun ada beberapa siswa yang harus dibimbing ketika mengerjakan latihan
2. Menjawab pertanyaan guru dengan benar
Hanya beberapa siswa yang kurang tepat menjawab pertanyaan guru
E. Penggunaan Bahasa
IV
1. Mengemukakan pendapat
Siswa beramai-ramai mengemukakan pendapat mereka tentang materi hari ini.
2. Mengajukan pertanyaan
Tidak semua siswa mengajukan pertanyaankepada guru namun siswa yang lain menyimak dan membantu memberikan jawab dengan aktif
PENUTUP Keterlibatan dalam memberi rangkuman/kesimpulan
Seluruh siswa terlibat dalam menarik kesimpulan
Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi : Diperlukan contoh dan alat bantu lain untuk membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Media pembelajaran dalam mata pelajaran bahasa Indonesia sangat penting, karena itu akan mendorong siswa antusias dalam belajar. Penggunaan metode yang tepat akan membantu siswa dalam memotivasi untuk belajar.
Nama pengamat Tanda Tangan
: Papat Fathiyah :………………………………...
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR
Tempat
: SMP Al-Hasra
Kelas
: VIII-4
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Waktu
: Rabu
Tanggal
: 7 Mei 2014
NO
ASPEK YANG DIAMATI
I
DESKRIPSI
Pra Pembelajaran 1. Tempat duduk masing-masing siswa
Pada pelajaran kali ini, guru meminta siswa untuk membersihkan ruang kelas dari sampah yang berserakan di kolong meja. Setelah itu siswa diminta duduk kembali di bangkunya masing-masing.
2. Kesiapan menerima pembelajaran
Sebagian siswa bisa dengan mudah dikondisikan, tapi ada beberapa siswa laki-laki yang agak sulit disuruh tenang. Hal ini membuat siswa yang lain merasa terganggu dan turut menyuruh kawannya itu untuk diam.
II
III
Kegiatan Membuka Pelajaran 1. Menjawab pertanyaan guru
Beberapa siswa aktif menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan memberitahukannya kembali kepada teman sebangkunya.
2. Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai
Siswa-siswi lebih mendengarkan penjelasan guru dalam pelajaran kali ini.
Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penjelasan materi pelajaran 1. Memperhatikan penjelasan materi pelajaran
Ada siswa yang mendengarkan penjelasan dengan baik, ada yang tidak mendengarkan penjelasan guru
2. Bertanya saat proses penjelasan materi
Pada materi kali ini, banyak siswa yang maju ke depan bertanya ke meja guru tentang materi yang sedang diajarkan.
3. Interaksi antar siswa
Interaksi antar siswa juga bagus karena siswa dibuat perkelompok untuk mengerjakan tugas.
4. Interaksi antara siswa-guru, siswa-materi pelajaran
Meski terlihat, hanya siswa yang dominan saja yang interaksinya baik dengan guru
B. Pendekatan/Strategi Belajar 1. Keterlibatan dalam kegiatan belajar
Guru terlibat aktif berkomunikasi dengan siswa
2. Mengemukakan pendapat ketika diberikan kesempatan
Ada beberapa siswa yang senang jika dimintai pendapat, ada siswa yang bercanda ketika dimintai pendapat.
3. Mencatat penjelasan yang disampaikan guru
Siswa akan mencatat jika diinstruksikan oleh guru untuk mencatat
4. Mengikuti proses pembelajaran
Seluruh siswa mengikuti proses pembelajaran hingga akhir
C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar 1. Interaksi antara siswa dan media pembelajaran yang digunakan guru
Siswa tidak terlalu antusias karena guru tidak menggunakan media
2. Tertarik pada materi yang disajikan dengan media pembelajaran
Siswa hanya menyimak pembelajaran seperti biasa.
3. Ketekunan dalam mempelajari sumber belajar yang ditentukan guru
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
D. Penilaian Proses
1. Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru
Siswa mengerjakan latihan yang diberikan guru, namun ada beberapa siswa yang harus dibimbing ketika mengerjakan latihan
2. Menjawab pertanyaan guru dengan benar
Tidak semua siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar. Guru kemudian memancingnya dengan perkataan-perkataan yang memotivasi supya siswa yang lain menanggapi dan membantu memberikan jawaban yang benar
E. Penggunaan Bahasa
IV
1. Mengemukakan pendapat
Siswa dirangsang untuk mengeluarkan pendapat
2. Mengajukan pertanyaan
Sebagian besar siswa dapat mengajukan pertanyaan dengan baik
PENUTUP Keterlibatan dalam memberi rangkuman/kesimpulan
Siswa-siswa terlibat dalam menarik kesimpulan
Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi : Bersikap tegas sebagai guru sangat penting. Meski demikian tidak lantas menghilangkan keluwesan guru yang juga bertindak sebagai orang tua pengganti selama di sekolah. Apapun dinamika yang terjadi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, kita sebagai guru harus bisa menempatkan diri baik sebagai pengajar, pendidik, teman, maupun orang tua, sehingga pembelajaran bisa berlangsung dengan baik. Nama pengamat: Papat Fathiyah Tanda Tangan
:………………………………...
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR
Tempat
: SMP Al-Hasra
Kelas
: VII (Tujuh) - 4
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Waktu
: Jumat
Tanggal
: 9 Mei 2014
NO
ASPEK YANG DIAMATI
I
II
III
DESKRIPSI
Pra Pembelajaran 1. Tempat duduk masing-masing siswa
siswa sudah siap di tempat duduknya masing-masing.
2. Kesiapan menerima pembelajaran
Siswa sudah siap dengan buku mereka
Kegiatan Membuka Pelajaran 1. Menjawab pertanyaan guru
Beberapa siswa aktif menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan memberitahukannya kembali kepada teman sebangkunya.
2. Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai
Siswa-siswi mendengarkan penjelasan guru dengan tenang
Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan materi pelajaran 1. Memperhatikan penjelasan materi pelajaran
Ada siswa yang mendengarkan penjelasan dengan baik, ada yang tidak mendengarkan penjelasan guru
2. Bertanya saat proses penjelasan materi
Tidak banyak siswa yang bertanya
3. Interaksi antar siswa
Interaksi antar siswa juga bagus karena siswa dibuat perkelompok untuk mengerjakan tugas.
4. Interaksi antara siswa-guru, siswa-materi pelajaran
Meski terlihat, hanya siswa yang dominan saja yang interaksinya baik
dengan guru B. Pendekatan/Strategi Belajar 1. Keterlibatan dalam kegiatan belajar
Guru terlibat aktif berkomunikasi dengan siswa
2. Mengemukakan pendapat ketika diberikan kesempatan
Sesi ini dimanfaatkan siswa untuk menanyakan seputar tugas yang telah mereka kerjakan, apakah butuh perbaikan atau sudah sesuai dengan yang telah ditugaskan
3. Mencatat penjelasan yang disampaikan guru
Siswa mencatat beberapa poin penting yang disampaikan guru mengenai cara menarasikan hasil wawancara
4. Mengikuti proses pembelajaran
Seluruh siswa mengikuti proses pembelajaran hingga akhir
C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar 1. Interaksi antara siswa dan media pembelajaran yang digunakan guru
Siswa sibuk mengumpulkan tugas dan melakukan perbaikan. Guru tidak melibatkan media pembelajaran.
2. Tertarik pada materi yang disajikan dengan media pembelajaran
Siswa antusias dengan pembelajaran meski tidak menggunakan media pembelajaran, sebab materi yang diajarkan bersinggungan langsung dengan kehidupan sehari-hari mereka
3. Ketekunan dalam mempelajari sumber belajar yang ditentukan guru
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru meski ada sebagian siswa yang masih bersantaisantai tidak mengerjakan
D. Penilaian Proses 1. Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru
Sebagian besar siswa mengerjakan latihan yang diberikan guru dengan baik di bawah pengawasan guru
2. Menjawab pertanyaan guru dengan benar
Siswa yang tidak fokus memperhatikan diberi pertanyaan tapi tidak bisa menjawabnya dengan sempurna
E. Penggunaan Bahasa
IV
1. Mengemukakan pendapat
Siswa dirangsang untuk mengeluarkan pendapat
2. Mengajukan pertanyaan
Sebagian besar siswa dapat mengajukan pertanyaan dengan baik
PENUTUP Keterlibatan dalam memberi rangkuman/kesimpulan
Siswa-siswa terlibat dalam menarik kesimpulan
Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi : Siswa akan menjadi mudah tidak fokus jika materi yang sedang diajarkan adalah materi yang agak sulit/berat. Terlebih lagi jika metode yang digunakan tidak turut membantu menyamarkan kesulitan materi tersebut, maka jelas siswa akan menjadi mudah tidak fokus terhadap pembelajaran. Jadi, ketika materi yang akan disampaikan dirasa sulit, maka guru hendaknya mencari cara alternatif untuk menyamarkan materi yang sulit itu dari mind set siswa supaya motivasi belajar siswa tidak menurun. Nama pengamat: Papat Fathiyah Tanda Tangan
:………………………………
DATA INFORMAN
Informan 1 Nama
: Muhamad Nurhidayah
Kelas
: VIII.3
Tanggal Lahir
: Sabtu,8 Januari 2000
Alamat
: Jl.Jambu Rt,02rw,05 Kedaung,Sawangan Depok
Anak
: Anak Ke 3
Nama Orang Tua Bapak
: Widodo
Pekerjaan
: Wiraswasta
Ibu
: Nurhayati
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Informan II Nama
: Firda
Kelas
: VIII.3
Tanggal lahir
: 04 agustus 2000
Alamat
: Gg.Bahagia, RT 001/12 Bojongsari lama
Anak ke
: 3 dari 2 bersaudara
Nama orang tua Bapak
: alm. Jayamat
Ibu
: Wati
Pekerjaan
: ibu rumah tangga
Informan III Nama
: Dimas Farhan
Kelas
: VIII.3
Tempat lahir
: 13 agustus 2000
Alamat
: Bojong sari baru jalan manggis Rw.02 Rt.04
Anak ke
: 5 dari 6 bersaudara
Nama orang tua Ibu
: Sumatini
Perkerjaan
: Ibu rumah tetangga
Bapak
: susilo
Pekerjanan
: tidak ada
Panduan Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
1. Apa saja yang telah dilakukan sekolah supaya pembelajaran menjadi efektif? 2. Bagaimana peran serta Sapras dalam membantu para guru menciptakan pembelajaran yang efektif? 3. Apakah setiap mengajar guru harus menyiapkan RPP? 4. Bagaimana dengan guru yang berdalih tidak membuat RPP? 5. Menurut kamu, bagaimana para guru di sini dalam mempersiapkan RPP? 6. Bagaimana pengaruh dan peran RPP bagi sekolah ini? 7. Bagaimana urgensi RPP bagi kualitas mengajar para guru di sekolah ini terkait dengan capaian hasil belajar siswa? 8. Sejauh mana fasilitas di sekolah ini membantu membuat metode belajar guru menjadi lebih kreatif? 9. Seberapa sering guru di sekolah ini memanfaatkan media audio visual sebagai media pembelajaran? 10. Apakah pernah diadakan pelatihan khusus tentang penggunaan dan pemanfaatan media audio visual dengan tepat? 11. Apakah siswa antusias dengan penggunaan media audio visual dalam pembelajaran? 12. Sudah efektifkah penggunaan media audio visual dalam KBM tersebut? 13. Apa barometer efektif atau tidak efektifnya penggunaan media audio visual tersebut? 14. Apa harapan Bapak/Ibu terhadap dewan guru dalam penggunaan media audio visual di dalam kelas?
Panduan Wawancara dengan Peserta Didik
1. Bagaiamana persiapan kamu sebelum memulai pembelajaran? Apakah sebelumnya kamu telah belajar di rumah? 2. Tadi materi yang ada di Video sulit atau mudah? 3. Ketika kamu belajar, apakah kamu sebelumnya pernah menggunakan media pembelajaran audio visual berupa video sebagai bahan pelajaran selain buku wajib di sekolah? 4. Apakah dalam pelajaran Bahasa Indonesia selalu menggunakan media audio visual? 5. Apakah kamu menyimak dan memperhatikan ketika guru mengajar dengan media audio visual dan menangkap materi yang hendak disampaikan?apakah kamu faham dengan materi tersebut? 6. Apa tanggapan kamu dengan digunakannya media audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia? 7. Apakah kamu menyukainya? 8. Menurut kamu, apakah materi yang disampaikan dalam media audio visual sama dengan materi yang ada di buku paket? 9. Apakah penggunaan media audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia membantu kamu untuk lebih memahami materi? 10. Ketika guru menayangkan media audio visual, apakah suara, gambar, dan pencahayaannya jelas? Perasaan kamu bagaimana ketika menyimaknya? 11. Apa perbedaan menggunakan media audio visual dengan tidak menggunakan media audio visual dalam belajar Bahasa Indonesia?
Panduan Wawancara dengan Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia
1. Apakah sebelum mengajar bapak/ibu membuat RPP? 2. Komponen pemebelajaran mana yang menjadi acuan dalam penggunaan media yang akan dipilih? 3. Bagaimana cara Bapak/Ibu melibatkan media audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia? 4. Bagaimana persiapan kelas dan situasi siswa saat Bapak/Ibu mulai mengajar dengan menggunakan media audio visual? 5. Apakah ada tuntutan dari sekolah untuk memanfaatkan media audio visual ketika mengajar? 6. Apakah ada sangsi bagi guru yang tidak memanfaatkan media audio visual dalam mengajar? 7. Menurut Bapak/Ibu, adakah manfaat bagi siswa dalam menggunakan media audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia? 8. Apa saja manfaat yang dirasakan dari penggunaan media? 9. Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan media audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia? 10. Bagaimana menyikapi masalah tersebut? 11. Apakah Bapak/Ibu merasa terbebani dalam menggunakan media tersebut? 12. Apakah ada waktu rutin menggunakan media audio visual dalam pembelajaran bahasa indonesia atau digunakan sebutuhnya materi pelajaran? 13. Apa pertimbangan penggunaan media secara materi tersebut? 14. Apa metode pembelajaran yang paling tepat dalam menggunaan media audio visual untuk pembelajaran drama? 15. Apa harapan Bapak/Ibu dengan digunakannya media audio visual dalam pembelajaran bahasa indonesia di kelas? 16. Bagaimana tindak lanjutnya?
Hasil Wawancara dengan Peserta Didik
(Informan I) No. 1
2 3
4
5
Pertanyaan Bagaiamana persiapan kamu sebelum memulai pembelajaran? Apakah sebelumnya kamu telah belajar di rumah? Tadi materi yang ada di Video sulit atau mudah? Ketika kamu belajar, apakah kamu sebelumnya pernah menggunakan media pembelajaran audio visual berupa video sebagai bahan pelajaran selain buku wajib di sekolah? Apakah kamu menyimak dan memperhatikan ketika guru mengajar dengan media audio visual dan menangkap materi yang hendak disampaikan? Apa tanggapan kamu dengan digunakannya media audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?
Jawaban Belajar tentang drama di rumah, tapi sedikit.
Biasa saja. Agak sulit awalnya, tapi lama-lama ngerti. Belum pernah. Yang saya tahu, selama ini kami lebih sering belajar dari buku dan mencatat saja.
Menyimak. Saya paham.
Bagus karena saya termasuk siswa yang memiliki cara belajar antara auditori dan visual, jadi kalau belajar dengan menonton video saya bisa lebih suka, paham, dan ingat. Suka
6
Apakah kamu menyukainya?
7
Menurut kamu, apakah materi yang disampaikan dalam media audio visual sama dengan materi yang ada di buku paket?
Sama. Tetapi lebih banyak yang dari video dan diskusi. Sebagiannya lagi ada di buku paket.
8
Apakah penggunaan media audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia membantu kamu untuk lebih memahami materi?
9
Ketika guru menayangkan media audio visual, apakah suara, gambar, dan pencahayaannya jelas? Perasaan kamu bagaimana ketika menyimaknya?
Membantu, kerena dengan melihat video, materi menjadi lebih jelas daripada hanya membaca dari buku. tapi saya akan lebih faham jika setelah menonton, guru kemudian menjelaskan tayangan barusan. Cukup jelas. Saya jadi semangat belajarnya sebab cara belajarnya berbeda. Hanya kalau bisa nanti suaranya lebih keras lagi untuk satu kelas.
10
Apa perbedaan menggunakan media audio visual dengan tidak menggunakan media audio visual dalam belajar Bahasa Indonesia?
Kalau hanya dengan membaca atau mencatat saya jadi mudah lupa dan agak bosan. Tapi kalau dengan menyimak video saya jadi semangat dan mudah diingat. Saya juga jadi bisa melihat contoh bermain drama yang nyata. Itu membuat saya jadi tahu caranya bermain drama dan membuat saya terinspirasi.
(Informan II) No. 1
2.
3
4
5
Pertanyaan Bagaiamana persiapan kamu sebelum memulai pembelajaran? Apakah sebelumnya kamu telah belajar di rumah? Tadi materi yang ada di Video sulit atau mudah? Ketika kamu belajar, apakah kamu sebelumnya pernah menggunakan media pembelajaran audio visual berupa video sebagai bahan pelajaran selain buku wajib di sekolah? Apakah kamu menyimak dan memperhatikan ketika guru mengajar dengan media audio visual dan menangkap materi yang hendak disampaikan? Apa tanggapan kamu dengan digunakannya media audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?
Jawaban Belajar. Saya mengerjakan soal-soal PG yang ada di buku paket.
Biasa saja. Saya suka Bahasa Indonesia. Jadi, saya suka-suka saja. Cuma tadi beda aja soalnya nonton langsung. Kalau video drama belum pernah
Menyimak. Paham.
Bagus-bagus saja. Hanya saja, saya lebih suka belajar dengan cara mendengar daripada melihat, jadi kalau setelah menonton kemudian dijelaskan saya mengerti. Saya suka baca buku. Tapi kalau pelajaran drama memang lebih mengerti jika menonton video. Sama. Tapi lebih banyak dari video.
6
Apakah kamu menyukainya?
7
Menurut kamu, apakah materi yang disampaikan dalam media audio visual sama dengan materi yang ada di buku paket?
8
Apakah penggunaan media audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia membantu kamu untuk lebih memahami materi?
9
Ketika guru menayangkan media Tertarik. Suka-suka saja. audio visual, apakah suara, gambar, dan pencahayaannya jelas? Perasaan kamu bagaimana ketika menyimaknya? Apa perbedaan menggunakan Kalau belajar dengan video memang media audio visual dengan tidak lebih ribet tapi waktu jadi tidak terasa.
10
Cukup membantu tapi harus dijelaskan atau didiskusikan lagi hasil menontonnya supaya murid-murid sekelas bisa paham betul
menggunakan media audio visual dalam belajar Bahasa Indonesia?
Sementara kalau dengan ceramah lebih simpel, hanya tinggal menyimak dan mencatat tetapi waktu rasanya lama.
(Informan III) No. 1
Pertanyaan Bagaiamana persiapan kamu sebelum memulai pembelajaran? Apakah sebelumnya kamu telah belajar di rumah? Tadi materi yang ada di Video sulit atau mudah? Ketika kamu belajar, apakah kamu sebelumnya pernah menggunakan media pembelajaran audio visual berupa video sebagai bahan pelajaran selain buku wajib di sekolah? Apakah kamu menyimak dan memperhatikan ketika guru mengajar dengan media audio visual dan menangkap materi yang hendak disampaikan? Apa tanggapan kamu dengan digunakannya media audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?
Jawaban Tidak mempersiapkan apa-apa dan tidak belajar.
6
Apakah kamu menyukainya?
Suka
7
Menurut kamu, apakah materi yang disampaikan dalam media audio visual sama dengan materi yang ada di buku paket?
Sama.
8
Apakah penggunaan media audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia membantu kamu untuk lebih memahami materi?
Tidak terlalu. Saya kayanya lebih mudah paham jika diceramahi. Tapi saya ingat apa yang kemarin disampaikan dalam video itu.
9
Ketika guru menayangkan media audio visual, apakah suara, gambar, dan pencahayaannya jelas? Perasaan kamu bagaimana ketika menyimaknya?
10
Apa perbedaan menggunakan media audio visual dengan tidak
Jelas. Sulit dimengerti karena saya sedang tidak mood belajar. Rumit, karena saya tidak terlalu memperhatikan, sehingga saya tidak memahami secara jelas. Saya juga duduk di bangku paling belakang ketika video itu diputar. Kalau diceramahi guru saya takut, jadi didengar dan jadi paham. Tapi kalau
2 3
4
5
Sulit. Kalau pelajaran Bahasa Indonesia, belum. Tapi pelajaran lain, pernah.
Menyimak, tapi tidak terlalu ingat karena saya kemarin sedang tidak fokus menyimak pelajaran.
Mungkin akan bagus dan menarik kalau saya sedang mood belajar.
menggunakan media audio visual dalam belajar Bahasa Indonesia?
menyimak video, itu rumit karena harus mencerna sendiri.
Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Sopyan Hadi, S.Si. No. 1.
Pertanyaan Apa saja yang telah dilakukan sekolah supaya pembelajaran menjadi efektif?
2.
Bagaimana peran serta Sapras dalam membantu para guru menciptakan pembelajaran yang efektif?
3.
Bagaimana pengaruh dan peran RPP bagi sekolah ini?
Jawaban Salah satu upaya yang dilakukan sekolah dalam mendukung pembelajaran yang efektif adalah dengan menyediakan sarana dan prasarana oleh sekolah. Fasilitas media pembelajaran dilengkapi sesuai dengan karakteristik peserta didik. Seperti halnya, untuk membantu memfasilitasi peserta didik yang memiliki cara belajar audio, sekolah menyediakan fasilitas speaker aktif maupun Lab bahasa. Sementara, untuk membantu peserta didik dengan cara belajar yang cenderung visual, sekolah menyediakan proyektor dan poster-poster. Penggunaan media pembelajaran yang sifatnya melibatkan audio dan visual juga sering dilakukan untuk membantu melatih peserta didik tidak cenderung pada satu cara belajar. Artinya, sekolah mendukung upaya guru mengajar dengan cara yang variatif. Sarana dan prasarana jelas sangat membantu terciptanya efektivitas dalam mengajar. salah satu paya sekolah dalam memenuhi kebutuhan guru dan mengajar di kelas terkait dengan sarana dan prasarana adalah: 1. Guru diminta membuat list keperluan mengajar yang nantinya akan disesuaikan dengan anggaran dan kebijakan sekolah 2. Menghadirkan sarana maupun prasarana yang telah di list yang dianggap prioritas dalam mendukung kegiatan belajar mengajar. Dan mengupayakan menghadirkan sisanya secara berkala. 3. 90% fasilitas mengajar terkait dengan penggunaan media pembelajaran dibiayai oleh sekolah, seperti infokus, CD pembelajaran, dan speaker aktif. RPP merupakan bagian paling penting dalam proses mengajar. Aktivitas guru terbagi ke dalam tiga, yaitu perencanaan, pelaksanaan atau proses, dan penilaian. Tanpa perencanaan bagaimana
4
5.
6.
7.
seorang guru akan melaksanakan pembelajaran yang baik, bagitupun dengan penilaian yang dilakukan. Jadi, mengingat betapa pentingnya RPP maka guru diharapkan dapat mengupayakan menyusun RPP sebelum masuk ke kelas. Hasilnya sesuai atau tidak dengan RPP, itu urusan belakangan yang nanti berguna dalam tahap evaluasi. Guru yang datang dengan persiapan seadanya hanya akan memberikan yang seadanya juga untuk peserta didiknya. Bagaimana dengan guru Tanpa RPP lebih baik seorang guru tidak usah yang berdalih ketika tidak mengajar, sekalipun dia seorang guru yang membuat RPP? telah berpengalaman. Menurut kamu, bagaimana 50% guru-guru di sekolah ini sudah para guru di sini dalam mempersiapkan materi-materi mengajarnya mempersiapkan RPP? melalui RPP. Sementara 50% nya lagi membuat RPP tapi masih apa adanya. Dikarenakan pekerjaan guru bukan hanya mengajar di kelas, mereka juga memiliki tugas sosial dan sebagainya, dan mereka juga memiliki porsi kewajiban yang banyak pada pengelolaan administrasi dan sebagainya, sehingga untuk pembuatan RPP itu sendiri secara realitas memang agak terbengkalai. Meski demikian, guru tetap diwajibkan membuat RPP terlepas nanti hasilnya efektif atau tidak. Bagaimana urgensi RPP Untuk pembuatan RPP tentu sangat penting. bagi kualitas mengajar Tapi, ketika guru diwajibkan untuk para guru di sekolah ini menyediakan RPP atau mengumpulkan RPP terkait dengan capaian bagi guru yang sudah terlanjur mengajar tanpa hasil belajar siswa? RPP, hasilnya tidak efektif. Guru cenderung membuatnya tidak sesuai dengan silabus. Segelintir guru bahkan mengajar tanpa menjelaskan kepada peserta didiknya mengenai tujuan dan indikator yang hendak dicapai dalam suatu pembelajaran. Dalam beberapa kasus bahkan terjadi ketidaksesuaian antara SK KD yang tertera di silabus dengan kisi-kisi butir soal yang akan diujikan. Bagaimana peran dan RPP yang merupakan tindak lanjut dari pengaruh RPP bagi silabus tentu sangat mempengaruhi kualitas sekolah ini? pengajaran di sekolah ini. Sebab itu, sekolah mengupayakan kinerja guru dengan sering mengadakan workshop-workshop maupun pembinaan mengenai pengkajian silabus dan
8.
Sejauh mana fasilitas di sekolah ini membantu membuat metode belajar guru menjadi lebih kreatif?
9
Seberapa sering guru di sekolah ini memanfaatkan media audio visual sebagai media pembelajaran?
10
Apakah pernah diadakan pelatihan khusus tentang penggunaan dan pemanfaatan media audio visual dengan tepat
11
Apakah siswa antusias dengan penggunaan media audio visual dalam pembelajaran
RPP supaya pengetahuan guru mengenai indikator dan tujuan pembelajaran jelas dan berkembang. Sangat membantu. Selain itu, sekolah juga memfasilitasi dalam mengembangkan metode mengajarnya dengan cara mengikutsertakan SDM di sekolah ini dalam pelatihanpelatihan, baik yang diselenggarakan oleh sekolah sendiri, yang diselenggarakan oleh perkumpulan guru bidang studi, ataupun yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Media audio visual belum diterapkan oleh seluruh guru. 80%-90% guru sudah menggunakan media audio visual. Sementatara, 10%-20% nya lagi masih betah mengajar dengan cara tradisional atau dengan cara ceramah dan mencatat. Hal ini tentu menjadi PR untuk kami semua ke depannya. Supaya seluruh guru bisa sejajar kemampuan mengajarnya. Ada yang dalam satu semester tidak pernah menggunakan media pembelajaran sama sekali, namun ada juga yang dalam satu semester menggunakan media audio visual 45 kali atau bahkan lebih. bahkan Minimal setiap satu tahun sekali diadakan pelatihan intern. Pelatihan pemanfaatan media audio visual biasanya diadakan oleh pihak laboratorium komputer sebagai salah satu program kerja laboratorium komputer dalam rangka membantu mengembangkan pengetahuan guru mengenai IT. Selain itu, sekolah juga sering mengirim guru maupun tenaga kependidikan yang memiliki latar belakang pendidikan IT untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh dinas terkait. Setelah mengikuti pelatihan tersebut, ilmu yang didapat kemudian ditularkan di sekolah kepada guru-guru lain dalam sebuah workshop intern. Lebih dari 80% peserta didik antusias. Sebab, mereka hidup tepat di mana media teknologi dan internet sedang berkembang pesatnya. Di sini tentu guru dituntut untuk tidak kalah dengan perkembangan yang diikuti peserta didik, salah satunya dengan menjadikan
12
13
kesenangan mereka menggunakan media teknologi dan internet sebagai media belajar mereka. orangtua murid mana yang mau nyekolahkan anak-anaknya dengan biaya yang besar sementara guru yang mengajari anaknya hanya mengandalkan mengajar dengan cara yang tradisional? Selain guru akan ditinggalkan oleh peserta didiknya, sekolah juga akan dianggap tidak mengikuti perkembangan zaman. Sudah efektifkah Lebih efektif daripada tidak menggunakan. penggunaan media audio Dilihat dari kreativitas guru tersebut, visual dalam KBM bagaimana dia mengkombinasikan tersebut? pembelajaran bukan hanya dengan membaca atau menulis karena itu akan menjadi monoton. Tapi bagaimana dengan kreativitasnya, guru tersbeut mampu membuat peserta didik menonton tapi setelah menonton mereka dapat menulis maupun berbicara mengenai apa yang mereka simak sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Jadi, makna yang tersirat di dalam video itu harus memuat materi yang sedang dipelajari. Dengan menggunakan media audio visual, diaharpakan peserta didik mendapatkan pembelajaran dengan contoh yang lebih kongkrit. Supaya pembelajaran yang mereka dapat di sekolah bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari. Selain itu, media audio visual juga bisa menjadi sarana hiburan atau rielksasi bagi peserta didik. Otak mana yang sanggup hanya memuat tulisandan tulisan dari buku. Tentu mereka juga akan mengalami kejenuhan dalam belajar. Sebab itu, media audio visual perlu digunakan sebagai variasi metode dalam mengajar suapaya pembelajaran bisa lebih efektif. Apa barometer efektif atau Kalau kompetensi dasarn dan indikator sudah tidak efektifnya tercapai berarti penggunaan media audio penggunaan media audio visual dalam suatu pembelajaran sudah visual tersebut? efektif. Namun, ketercapaian tersebut bukan dilihat dari nilai secara tertulis. Tetapi dari pemantauan guru terhadap kemampuan anak dalam pembelajara tersebut secara kualitas sudah tercapai atau belum. Bisa dilakukan dengan cara bertanya face to face dalam
14
Apa harapan Bapak/Ibu terhadap dewan guru dalam penggunaan media audio visual di dalam kelas?
15
Apa harapan Bapak terkait dengan pengembangan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah ini?
sebuah kuis. Jadi bukan dari nilai dalam sebuah ujian tertulis saja, sebab jika hanya mengandalkan nilai ujian tertulis hasilnya terkadang bisa menipu. Misalnya, si anak menyontek. 100% para guru memanfaatkan media audio visual dalam pembelajarannya di kelas. Suapay kesan dan pengalaman belajar pesrta didik bisa berkembang. Dengan begitu citra yang muncul tentang sekolah itu sendiri dapat terangkat lewat kualitas mengajar gurugurunya. Saya berharap, suatu saat sekolah ini bisa membangun sebuah podium atau mimbar terbuka di halaman sekolah, di mana peserta didik dapat langsung mempraktikkan kemampuan berpidatonya di depan khalayak ramai. Dengan begitu diharapkan siswa-siswi SMP Al-Hasra menjadi siswa-siswi yang tidak malu lagi untuk tampil ke depan masyarakat, karena mereka merasa sudah terlatih dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Hasil Wawancara dengan Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia
Herman Risin No. 1.
Pertanyaan Jawaban Apakah sebelum mengajar Selalu, walaupun presentasinya masih 90% bapak/ibu membuat RPP? karena sering ada yang terlupa.
2.
Komponen pemebelajaran mana yang menjadi acuan dalam penggunaan media yang akan dipilih?
3.
Bagaimana cara Bapak/Ibu melibatkan media audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?
4.
Bagaimana persiapan kelas dan situasi siswa saat Bapak/Ibu mulai mengajar dengan menggunakan media audio visual? Apakah ada tuntutan dari sekolah untuk memanfaatkan media audio visual ketika mengajar?
5.
6.
Menurut Bapak melibatkan media audio visual dalam kelas itu menyulitkan atau tidak?
7.
Menurut Bapak/Ibu, adakah manfaat bagi siswa dalam menggunakan media audio visual dalam
Lebih cenderung ke materi karena materi itu bagian yang paling penting dalam pembelajaran. Jadi, dilihat seberapa banyak materi yang tergambarkan dalam media itu, baru media akan digunakan. Tapi kalau dalam media itu hanya terkandung 20% materi biasanya saya tidak akan menggunakannya. Sejujurnya saya jarang sekali menggunakan media audio, visual, atau bahkan audio visual dalam pembelajaran, tapi kalau pun saya menggunakannya tentu saya akan membuat anak-anak terlibat aktif dalam pembelajaran. Mulai dari tujuan, materi, sampai kepada penggunaan media dalam materi itu sendiri, peserta didik harus terlibat aktif. 1. membuat power poin untuk menjelaskan tujuan pembelajaran dan selayang pandang materi 2. menyiapkan video yang akan disajikan ke kelas Secara instruksi ada, tetapi dikembalikan lagi ke materi setiap bidang studi untuk disesuaikan. Tapi saya setuju jika ada instruksi yang mewajibkan guru mengajar dengan melibatkan media audio visual. Sulit, tidak! Tapi menyulitkan, iya! Sebab saya bukan orang yang ahli dalam hal teknologi. Saya termasuk tipe guru yang mengajar dengan cara tradisional, tetapi saya tidak menutup diri untuk mengikuti perkembangan. Banyak sekali. Salah satunya yaitu membantu peserta didik untuk lebih mengetahui dan memahami materi yang diajarkan.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
pembelajaran Bahasa Indonesia? Adakah dampak negatif dari penggunaan media audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terutama dalam materi drama? Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan media audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia? Bagaimana menyikapi masalah tersebut?
Menurut saya tidak, selama kita benar-benar memilah media audio visual terutama memilih video drama yang sesuai dengan segmentasi anak. Disesuaikan dengan usia dan daya tangkap peserta didik. Beberapa kali sering terjadi kesalahan teknis. Misalnya, video yang akan diputar tiba-tiba tidak ada suaranya, atau proyektornya tidak mau menyala.
Memanggil teknisi sekolah. Lalu bisa. Tapi kalau mati lagi saya memilih untuk mengajarkan secara manual. Tetapi saya tidak kapok untuk mencoba dan mencobanya lagi. Apakah Bapak/Ibu merasa Memang ribet, sebab kita harus terlebih terbebani dalam dahulu memiliki atau mengoleksi video-video menggunakan media yang akan menjadi play list. Kalau sudah tersebut? punya seperti itu tentu tidak akan ribet. Tapi kalau tidak, tentu sedikit terbebani karena penyajiannya tidak maksimal. Apa metode pembelajaran Diskusi. supaya bisa saling bertukar pikiran yang paling tepat dalam tentang materi yang mungkin hanya disimak menggunaan media audio sekali jalan. Tapi justru itu akan menjadi baik visual untuk pembelajaran karena peserta didik belajar sigap dan disiplin drama? dalam menangkap materi, sehingga tidak ada waktu yang terbuang-buang dalam belajar. Apakah barometer 1. dari segi out put, nilai peserta didik efektivitas penggunaan melibihi KKM. media audio visual dalam 2. dari segi psikomotor, anak mampu pembelajaran Bahasa berimprofisasi dalam dinamika pembelajaran. Indonesia? Dua hal itu yang menjadi barometer saya dalam mengetahui efektif atau tidaknya penggunaan media audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Apakah Bapak rutin Sejujurnya, tidak. Sebab saya memiliki jadwal mengikuti pelatihan mengajar yang cukup padat. Pagi sampai penggunaan media siang di Al-Hasra, lalu siang sampai sorenya pembelajaran yang sering di sekolah lain. Jadi, belum ada waktu yang diadakan oleh sekolah? luang untuk fokus mengikuti pelatihan seperti itu. Tapi saya tetap berusaha mengejar ketertinggalan saya dengan belajar sedikitsedikit. Apa harapan Bapak/Ibu Peserta didik bisa mendapatkan pengetahuan
dengan digunakannya media audio visual dalam pembelajaran bahasa indonesia di kelas?
lebih banyak. Terutama dalam hal pengimplikasiannya di kehiduapn sehari-hari. Seperti halnya mempelajari drama melalui video. Diharapkan dari situ peserta didik mampu mengetahui secara rill tentang unsurunsur pertunjukan drama dan bisa mengimplikasikannya di kehidupan seharihari, contohnya menjadi tutor sebaya bagi kawannya untuk memberikan informasi mengenai unsur pertunjukan drama ketika berkunjung ke tempat pementasan drama.
Nama
:
Kelas
: VIII (Delapan)
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Hari/Tanggal
:
A. Soal Pilihan Ganda 1. Tema drama yang berjudul “Pengemis Masa Kini (PMK)” adalah ... a. Pendidikan c. Keluarga b. Percintaan d. Pekerjaan 2. Tokoh utama dalam cerita adalah ... a. Euis c. Togar b. Jono d. Ambu 3. Penyebab utama Euis menjadi pengemis adalah ... a. Euis tidak memiliki pendidikan yang tinggi b. Euis durhaka kepada orangtu c. Euis kurang giat berusaha d. Euis berteman dengan orang yang salah 4. Apa alur yang digunakan? a. Campuran c. Maju b. Mundur d. Mundur-maju 5. Karakter tokoh Togar dalam cerita digambarkan sebagai seorang yang ... a. Tegas c. Pemurung b. Humoris d. Pemarah 6. Perasaan Ambu ketika mengetahui Euis menjadi peminta-minta adalah ... a. Bersedih c. Marah b. Benci d. Malu 7. Peralatan yang digunakan untuk menunjang peran tokoh dalam cerita disebut ... a. Properti c. lighting b. Setting d. casting 8. Orang yang mengatur atau mengarahkan pemain dalam suatu pertunjukan drama disebut? a. Aktor c. Sutradara b. Produser d. fotographer 9. Untuk menentukan siapa yang cocok memerankan sebuah tokoh/karakter, biasanya para pemain diadakan ... a. Pementasan c. Karantina b. Casting d. Dialog 10. Berikut ini adalah bagian dari unsur pementasan drama, kecuali ...
a. Tokoh c. Panggung b. Dialog d. Pujian 11. Berikut adalah tokoh-tokoh yang terdapat dalam drama PMK, kecuali ... a. Pak RT c. Ambu b. Abah d. Bu Derek 12. Tokoh antagonis dalam drama PMK tergambar pada tokoh ... a. Euis c. Togar b. Ambu d. Abah 13. Amanat yang dapat diambil dari drama PMK ... a. Menjadi pengemis jika ingin kaya b. Jangan putus asa dan giatlah dalam mencari pekerjaan c. Mengemis membawa rezeki d. Jangan manjadi seniman jika ingin sukses 14. Apakah peran tokoh Bu Derek dalam cerita? a. Pengemis c. Guru b. Pedagang d. Direktur Pengemis 15. Puisi yang terdapat dalam dialog drama PMK berjudul ... a. Sebatang Lisong c. Jinak-jinak Merpati b. Karangan Bunga d. Menyesal
B. Soal Esay 1. Sebutkan tokoh-tokoh drama Pengemis Masa Kini yang Kamu ketahui! 2. Bagaimana karakter tokoh Euis dalam drama tersebut? Jelaskan! 3. Sebutkan latar yang digunakan dalam pertunjukan drama tersebut! 4. Apa tanggapanmu tentang Penampilan pertunjukan drama tadi? 5. Menurutmu, apakah judul drama tersebut sesuai dengan isi drama yang ditampilkan? Jelaskan!
Kunci Jawaban PG 1. D 2. A 3. C 4. C 5. B 6. A 7. A 8. C 9. B 10. D 11. A 12. B 13. B 14. D 15. A
Indikator Soal Tes Tertulis (untuk satu pertemuan)
Sekolah : SMP Al-Hasra Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VIII (Delapan) /2 (Dua) Standar Kompetensi : Mendengarkan/menyimak Mengapresiasi pementasan drama Kompetensi Dasar
: Menanggapi unsur pementasan drama
Materi Pelajaran implementasinya
: Menanggapi unsur-unsur pementasan drama dan
Standar Kompetensi Mengapresiasi pementasan drama
Indikator Soal Siswa dapat menentukan tema drama yang disajikan Siswa dapat menentukan tokoh utama dalam cerita Siswa dapat mengedintifikasi alur cerita dan menemukan penyebab konflik Siswa dapat mengidentifikasi alur yang terdalam drama Siswa dapat menentukan karakter tokoh Siswa dapat menganalisis keadaan batin tokoh Siswa dapat mendeskripsikan defisnisi properti Siswa dapat mendeskripsikan definisi sutradara Siswa dapat mendeskripsikan makna dari casting Siswa dapat menyebutkan unsur-unsur pementasan drama Siswa dapat mengidentifikasi tokohtokoh yang terdapat dalam drama yang disajikan Siswa dapat menemukan amanat dari drama yang
Materi Ajar
No Soal
Bentuk Soal
Skor
1
1
2
1
3
1
4
1
5 dan 12
1
6
1
7
1
Drama
PG 8
1
9
1
10
1
11
1
13
1
disimak Siswa dapat menganalisis peran tokoh dalam cerita Siswa dapat menyebutkan puisi yang terdapat dalam dialog drama tersebut Siswa dapat mengidentifikasi tokohtokoh yang terdapat dalam drama Pengemis Masa Kini Siswa dapat menganalisis karakter salah satu tokoh dalam cerita Siswa dapat mengidentifikasi dan mendeskripsikan latar yang terdapat dalam drama yang disajikan Siswa dapat menanggapi penampilan pertunjukan drama yang telah disajikan Siswa dapat menanggapi kesesuaian judul dengan cerita drama yang dipentaskan
14
1
15
1
1
Essay
2
2
3
1
4
3
5
2
Bojongsari, 29 April
Keterangan:
2014 Soal Pilihan Ganda 10 nomor dengan skor maksimum = 15
Guru Mapel.
Bhs.Indonesia Soal Esay 5 nomor dengan skor maksimum = 10 dengan rincian bobot nilai esay: 1= 2
2=2
3=1
4=3
Skor maksimal = PG + Esay= 25 Total skor x 100 Skor maksimal Jika skor akhir > 75 maka Tuntas Jika skor < 75 maka Tidak Tuntas
2
5=2
(Papat Fathiyah)
ANALISIS BUTIR SOAL
No. 1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Nama Agung Beni Wijaya Allyssa Fitri Caesarani Andre Nurul Fallah Ayudya Fauziah Azzirah Salshadelia Yusvita Azura Zuhri Lazuardi Bayu Pamungkas Della Amirra Dimas Farhan Dinah Ayu Afifi Suherman Evrida Andrayani Fadhel Akbari Faisal Rahman Faris Rizky Pratama Firda Ira Ghaitsa Zahira Muhamad Arthur Gunawan M. Bima Nugraha Herby Muhammad Fazlur Rahman Muhammad Jalaluddin Akbar Nabila Fitri Kharisma Nada Mufidah Nadhila Kusdianti Nindhy Saphira Novi Berliana Putri Octari Ratnasari Orlando Arya Saputra Rifky Fathul Mubarok Riyan Riarno Rizki Rafly Rahmawan Siti Zahra Wahyu Ismail Wisnu Aji Pradana Syafie Ibrahim Pasya Danya Endo Muhamad Nur Hidayah Jumlah Betul Nomor Soal PG
Jumlah Benar
Nomor Soal Pilihan Ganda 5 6 7 8 9 10 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1
3 1 0 0 1 0
4 1 1 0 1 1
11 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1
1 1 1 1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1 1 1
0 0 0
1 0 1
0 0 1
0 0 0
1 1 1
1 1 1
1 0 1
1 1 1
0 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1 1 1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1 1
0 1 1
1 0 0
0 1 1
0 0 0
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1
1 1
1 0
1 0
0 1
0 1
1 1
1 1
1 0
1 1
1 0
1 1
1 1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0
1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1
1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
1 1
1 0
1 0
0 0
0 0
1 1
0 1
0 1
0 1
1 1
0 1
1 1
1 18
1 0 15 4
1 1 1 31 31 9
1 1 28 30
1 1 1 29 31 31
1 1 31 32
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 30
15 1 1 0 1 1 1
14 13 10 13 13 13
1 1 1 1
11 10 13 13
1
12
1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1
12 13 13 12 10 10 13 12 11 10 12 12 10 11 12 7 12
1 1 1 29
8 11 14
Nomor Soal Esay 1 2 3 4 2 2 1 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 0 2 2 2 1 3 2 1 1 3
Jumlah Benar 10 9 9 6 10 9
Total Benar 24 22 19 19 23 22
Skor
Ket
5 2 2 2 1 2 2
96 88 76 76 92 88
L L L L L L
2 2 2 2
2 2 2 2
1 0 1 1
2 0 3 3
1 0 2 0
8 4 10 8
19 14 23 21
76 56 92 84
L TL L L
2
2
1
3
2
10
22
88
L
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 34
2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 2 3 2 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2
9 9 10 7 7 10 10 10 9 10 10 9 9 9 9 9 10
21 21 23 19 17 19 23 22 20 20 22 21 20 20 21 16 22
84 84 92 76 68 76 92 88 80 80 88 84 80 80 84 64 88
L L L L TL L L L L L L L L L L TL L
2 2 2 31
1 1 1 32
3 3 3 22
2 10 2 10 2 10 20
18 21 24
72 84 96 82,3
TL L L
Skor tertinggi = 56 Skor terendah= 96 Keterangan: Soal Pilihan Ganda skor maksimum = 15 Soal Esay skor maksimum = 10 dengan rincian bobot nilai: 1= 2
2=2
3=1
4=3
5=2
Skor maksimal = PG + Esay= 25 Total skor x 100 Skor maksimal Jika skor akhir > 75 maka Lulus Jika skor < 75 maka Tidak Lulus
No.
Nama
1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Agung Beni Wijaya Allyssa Fitri Caesarani Andre Nurul Fallah Ayudya Fauziah Azzirah Salshadelia Yusvita Azura Zuhri Lazuardi Bayu Pamungkas Della Amirra Dimas Farhan Dinah Ayu Afifi Suherman Evrida Andrayani Fadhel Akbari Faisal Rahman Faris Rizky Pratama Firda Ira Ghaitsa Zahira Muhamad Arthur Gunawan M. Bima Nugraha Herby Muhammad Fazlur Rahman Muhammad Jalaluddin Akbar Nabila Fitri Kharisma Nada Mufidah Nadhila Kusdianti Nindhy Saphira Novi Berliana Putri Octari Ratnasari Orlando Arya Saputra Rifky Fathul Mubarok Riyan Riarno Rizki Rafly Rahmawan Siti Zahra Wahyu Ismail Wisnu Aji Pradana Syafie Ibrahim Pasya Danya Endo Muhamad Nur Hidayah Rata-rata
Jumlah Benar PG
Total Benar
Skor
14 13 10 13 13 13
Jumlah Benar Esay 10 9 9 6 10 9
24 22 19 19 23 22
96 88 76 76 92 88
11 10 13 13
8 4 10 8
19 14 23 21
76 56 92 84
12
10
22
88
12 13 13 12 10 10 13 12 11 10 12 12 10 11 12 7 12
9 9 10 7 7 10 10 10 9 10 10 9 9 9 9 9 10
21 21 23 19 17 19 23 22 20 20 22 21 20 20 21 16 22
84 84 92 76 68 76 92 88 80 80 88 84 80 80 84 64 88
8 11 14 11,6
10 10 10 9
18 21 24 20,6
72 84 96 82,3
Indikator Soal Tes Tertulis (untuk satu pertemuan)
Sekolah : SMP Al-Hasra Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VIII (Delapan) /2 (Dua) Standar Kompetensi : Mendengarkan/menyimak Mengapresiasi pementasan drama Kompetensi Dasar
: Menanggapi unsur pementasan drama
Materi Pelajaran implementasinya
: Menanggapi unsur-unsur pementasan drama dan
Standar Kompetensi Mengapresiasi pementasan drama
Indikator Soal Siswa dapat menentukan tema drama yang disajikan Siswa dapat menentukan tokoh utama dalam cerita Siswa dapat mengedintifikasi alur cerita dan menemukan penyebab konflik Siswa dapat mengidentifikasi alur yang terdalam drama Siswa dapat menentukan karakter tokoh Siswa dapat menganalisis keadaan batin tokoh Siswa dapat mendeskripsikan defisnisi properti Siswa dapat mendeskripsikan definisi sutradara Siswa dapat mendeskripsikan makna dari casting Siswa dapat menyebutkan unsur-unsur pementasan drama Siswa dapat mengidentifikasi tokohtokoh yang terdapat dalam drama yang disajikan Siswa dapat menemukan amanat dari drama yang
Materi Ajar
No Soal
Bentuk Soal
Skor
1
1
2
1
3
1
4
1
5 dan 12
1
6
1
7
1
Drama
PG 8
1
9
1
10
1
11
1
13
1
disimak Siswa dapat menganalisis peran tokoh dalam cerita Siswa dapat menyebutkan puisi yang terdapat dalam dialog drama tersebut Siswa dapat mengidentifikasi tokohtokoh yang terdapat dalam drama Pengemis Masa Kini Siswa dapat menganalisis karakter salah satu tokoh dalam cerita Siswa dapat mengidentifikasi dan mendeskripsikan latar yang terdapat dalam drama yang disajikan Siswa dapat menanggapi penampilan pertunjukan drama yang telah disajikan Siswa dapat menanggapi kesesuaian judul dengan cerita drama yang dipentaskan
14
1
15
1
1
Essay
2
2
3
1
4
3
5
2
Bojongsari, 29 April 2014
(Papat Fathiyah) Guru Mapel. Bhs.Indonesia
Keterangan: Soal Pilihan Ganda 10 nomor dengan skor maksimum = 15 Soal Esay 5 nomor dengan skor maksimum = 10 dengan rincian bobot nilai esay: 1= 2
2=2
3=1
Skor maksimal = PG + Esay= 25 Total skor x 100 Skor maksimal
4=3
5=2
2
Jika skor akhir > 75 maka Tuntas Jika skor < 75 maka Tidak Tuntas
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN (RPP)
Nama Sekolah
: SMP Al-Hasra
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: VIII/2
Alokasi Waktu
: 4 × 40 menit (dua kali pertemuan)
Standar Kompetensi
: Mendengarkan
5. Mengapresiasi pementasan drama Kompetensi Dasar Indikator
: Menanggapi unsur pementasan drama :
Mampu menentukan unsur-unsur pementasan drama Mampu menanggapi tiap-tiap unsur dengan alasan yang logis 1. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini:
Peserta didik mampu menentukan unsur-unsur pementasan drama Peserta didik mampu menanggapi tiap-tiap unsur dengan alasan yang logis Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility )
2. Materi Pembelajaran Apresiasi Pementasan Drama
3. Metode Pembelajaran
Problem solving Pemodelan
4. Kegiatan Pembelajaran
A. Kegiatan Awal Guru mengkondisikan kelas Guru mengecek kehadiran peserta didik Apersepsi Guru menanyakan kembali tentang materi di pertemuan sebelumnya Guru menjelskan indikator dan tujuan pembelajaran hari ini Peserta didik diajak untuk mengingat kembali materi di pertemuan sebelumnya
B. Kegiatan Inti
Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
membuatkan kelompok yang terdiri dari 3-4 orang per kelompoknya menjelaskan aturan main dalam pembelajaran kali ini membagikan stik kepada peserta didik. Permainan dimulai. Meminta peserta didik mendiskusikan materi yang telah tiap kelompok dapatkan Meminta peserta didik kemudian menjelaskan secara sederhana mengenai materi yang mereka dapatkan Memberikan apresiasi dan penjelasan tambahan mengenai materi pementasan drama Mengajak peserta didik mengidentifikasi komponen pementasan drama melalui video yang akan ditayangkan Menanyakan pendapat peserta didik mengenai video pertunjukan drama yang ditayangkan Melibatkan peserta didik menemukan unsur intrinsik drama yang baru saja mereka simak Meminta peserta didik menyebutkan komponen pertunjukan drama yang terdapat pada tayangan tadi dan mengaitkannya dengan materi yang telah mereka dapatkan Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: Memberikan penjelasan tambahan mengenai materi drama yang terlewat dijelaskan oleh peserta didik Melibatkan peserta didik mengevaluasi penggunaan media dalam pembelajaran kali ini Memberikan apresiasi berupa hadiah kepada kelompok yang sudah berani tampil mengemukakan pendapat mereka C. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan penutup, guru: bersama-sama dengan peserta didik memberikan kesimpulan pembelajaran hari ini
melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa yang sudah dilaksanakan secara tertib dan sesuai intruksi bersama-sama siswa mengakhiri pembelajaran dengan membaca hamdalah.
5. Sumber Belajar 1. Media audio visual berupa Video pertunjukan drama (terlampir) 2. Buku teks
6. Penilaian Penilaian akan dilakukan dengan mengadakan tes tertulis berbentuk pilihan ganda (PG) dan esay. (Soal terlampir)
Bojongsari, 29 April 2014 Guru Mapel Bhs. Indonesia
Observer
(Sri Sulastri, S.Pd.)
(Papat Fathiyah)
Mengetahui, Kepala SMP Al-Hasra
(Sri Nurhayati Apriliani, S.Pd.)
Lampiran Sumber Belajar (Media Pembelajaran)
a. Pemilihan Media Pembelajaran Analisis Tujuan Pembelajaran
Aktivitas siswa
Media ini menuntut Media ini bertujuan adanya aktivitas siswa untuk mecapai fungsi atensi dan fungsi sosio- dalam hal Visual activities kultural melalui melalui kegiatan menganalisis memperhatikan teori yang ada dan gambar. membandingkannya Listening activities dengan fakta yang dengan berkembang di mendengarkan masyarakat yang coba dialog di hadirkan lewat Video Mental activities dengan menggabungkan schemata yang telah ia miliki dan menggabungkannya dengan apa yang baru ia simak.
Jenis Media yang Dipilih Media audio visual dengan format Video (MP4)
Sifat Pengadaan Media rancangan yang dibuat sendiri oleh guru.
b. Isi Program Media Judul Pertunjukan drama “Pengemis Masa Kini”
Indikator Keberhasilan Melalui Media -Siswa mampu menentukan unsur-unsur pementasan drama. -Siswa mampu menanggapi tiap-tiap unsur dengan alasan yang logis
Rincian Materi
Referensi
Durasi
Video ini berisi sebuah tayangan pertunjukan drama berjudul “Pengemis Masa Kini”. Sebuah drama yang menceritakan tokoh Euis yang notabene sudah bergelar S1 namun ia masih kesulitan mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut membuat Euis justru tergabung
Munadi, Yudhi. 2012. Media Pembelajaran . Jakarta: Gaung Persada
14, 55 menit
dalam sebuah organisasi pengemis di era masa kini.
c. SifatPemanfaatan
Media audio visual ini termasuk dalam media sekunder karena media ini memberikan pengayaan materi untuk memperkuat materi yang telah diketahui oleh siswa sebelumnya. Media ini berguna untuk memudahkan siswa memahami materi yang bersifat teoritis melalui contoh-contoh yang biasa terjadi di masyarakat. Melalui media ini siswa akan mampu memahami dan mengingat poin-poin penting mengenai unsur-unsur yang terlibat dalam sebuah pementasan drama, serta dapat menanggapi pementasan drama yang telah mereka simak.
7. Penilaian Rubrik Penilaian
No. 1.
2.
Aspek yang dinilai Menemukan tema dan jalan cerita a. Tepat (5) b. Kurang tepat (4) c. Tidak tepat (3) Peserta didik mampu menemukan unsur-unsur pementasan drama beserta contoh real-nya yang ada di video a. 3 atau lebih unsur pementsan drama (5) b. 2 unsur pementasan drama (4) c. 1 unsur pementasan
Skor
5
5
Nilai
Keterangan
drama (3) 3. Peserta didik mampu menanggapi unsur-unsur pementasan drama beserta contoh real-nya yang ada di video a. 3 atau lebih unsur pementsan drama (5) b. 2 unsur pementasan drama (4) c. 1 unsur pementasan drama (3) Keterangan penskoran:
5
Skor maksimum 5 kemudian (5x3) = 15 Nilai akhir :
Skor yang diperoleh X 100 Skor maksimal
VERIFIKASI DATA SEKOLAH A. DATA IDENTITAS SEKOLAH 1. N S S : 2 0 2 0 2 6 6 0 7 0 0 1 2.
NPSN
: 2 0 2 2 9 0 0 1
3.
Nama Sekolah
: SMP Al-Hasra
4.
Status Sekolah
: Negeri
5.
Jenjang Sekolah
: TK
6.
Alamat Sekolah
: Jl.Ciputat-Parung Km.24
Swasta SD
v SMP
SLB
v SMA
Desa/Kelurahan
: Bojongsari Baru
Kecamatan
: Bojongsari
Kabupaten/Kota*)
: Depok
Kode POS
: 16516
Kode Area
:-
Telphon
: 021-7491141
Faximile
: 021-7491141
Email
:
[email protected]
Website
: www.smp.alhasra.com
7.
Waktu Penyelenggaraan
: a. Pagi b. Siang c. Pagi/Siang
v
8.
Nama Kepala Sekolah
: SRI NURHAYATI APRILIANI, S.Pd
9.
NIP Kepala Sekolah
: -
10. NUPTK Kepala Sekolah
: 5751 7526 5330 0012
11. Kepemilikan Sekolah
: Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Yayasan Lain-lain 0 1 -
v
12. Tahun Pendirian
: 2 9 -
13. Luas Lahan/Tanah
: 8760
Meter2
14. Luas Bangunan
: 4000
Meter2
15. SK Pendirian
: 905/I02/Kep/E/88
16. Tahun Pendirian
: 2 9 -
0 1 -
1 9 8 8
1 9 8 8
SMK
B. DATA TITIK KOORDINAT SEKOLAH Kode/Nomor GPS
: G.014/13
Koordinat Utara
S :
Koordinat Selatan
E :
-
-
Diisi oleh Petugas -
Diisi oleh Petugas
C. PROFIL DATA SEKOLAH 1. Akreditasi Sekolah
: Tingkat A Tingkat B Tingkat C Belum Terakreditasi Terdaftar Diakui Disamakan
2. SK. Akreditasi Sekolah Tanggal Akreditasi
: Tingkat : Jawa Barat/Provinsi 2 5 - 1 1 - 2 0 0
3. Standar Mutu Sekolah
: PRA SPM SSN
4. Sertifikasi ISO
v
SPM RSBI
v
PRA SSN SBI
: ISO 9001 : 2000 ISO 9001 : 2008 Proses Sertifikasi Belum Sertifikasi 12
v
5. Jumlah Rombel
:
6. Status Internet
: Ada Iinternet Tidak Ada Internet
7. Tahun Pelajaran
: 2013: v
Rombel v
/ 2014 : v
8. Kurikulum yang Digunakan : Kurikulum KTSP Kurikulum 2013 Kurikulum 9. Peserta Ujian Nasional Tahun 2012/2013
8
: Jumlah Peserta Jumlah Peserta yang Lulus
v
71 71
DATA SARANA SMP AL-HASRA
No
Jenis Sarana
Jumlah
Letak
Keterangan
1
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 7.3
Laik
2
Kursi Siswa
39
Ruang Kelas 7.3
Laik
3
Meja Guru
1
Ruang Kelas 7.3
Laik
4
Meja Guru
1
Ruang Kelas 7.3
Laik
5
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 7.3
Laik
6
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 7.3
Laik
7
Proyektor
1
Ruang Kelas 7.3
Laik
8
Simbol Kenegaraan
1
Ruang Kelas 7.3
Laik
9
Meja Siswa
19
Ruang Kelas 7.3
Laik
1
Ruang Wakasek Bidang Keuangan
Laik
Laik
10
Printer
11
Lemari
2
Ruang Wakasek Bidang Keuangan
12
Komputer
1
Ruang Wakasek Bidang Keuangan
Laik
1
Ruang Wakasek Bidang Keuangan
Laik
Laik
13
Meja Pimpinan
14
Kursi Pimpinan
1
Ruang Wakasek Bidang Keuangan
15
Tempat Tidur UKS
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
16
Tempat Sampah
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
17
Komputer
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
18
Lemari
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
19
Kursi Guru
2
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
20
Meja Guru
2
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
21
Pengukur Tinggi
Badan 22
Timbangan Badan
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
23
Termometer Badan
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
24
Tensimeter
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
25
Selimut
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
26
Perlengkapan P3K
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
27
Catatan Kesehatan Siswa
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
28
Kursi UKS
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
29
Meja UKS
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
30
Lemari UKS
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
31
Kursi dan Meja Tamu
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
32
Filling Cabinet
1
Ruang UKS Al-Hasra
Laik
33
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 7.2
Laik
34
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 7.2
Laik
35
Meja Guru
1
Ruang Kelas 7.2
Laik
36
Lemari
1
Ruang Kelas 7.2
Laik
37
Kursi Siswa
21
Ruang Kelas 7.2
Laik
38
Meja Siswa
21
Ruang Kelas 7.2
Laik
39
Proyektor
1
Ruang Kelas 7.2
Laik
40
Tempat Air (Bak)
1
Ruang Kelas 7.2
Laik
41
Papan pengumuman
1
Ruang Kelas 7.2
Laik
42
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 7.2
Laik
43
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 7.2
Laik
44
Kursi Siswa
40
Ruang Kimia/Biologi Al Hasra
Laik
45 Papan
1 Ruang Kimia/Biologi Al
Laik
pengumuman
46
Meja Baca
Hasra
2
Ruang Kimia/Biologi Al Hasra
Laik
Laik
47
Jam Dinding
1
Ruang Kimia/Biologi Al Hasra
48
Lemari
3
Ruang Kimia/Biologi Al Hasra
Laik
1
Ruang Kimia/Biologi Al Hasra
Laik
Laik
49
Papan Tulis
50
Rak Buku
1
Ruang Guru SMP AlHasra
51
Rak Buku
0
Ruang Guru SMP AlHasra
Laik
52
Jam Dinding
1
Ruang Guru SMP AlHasra
53
Tempat Sampah
1
Ruang Guru SMP AlHasra
Laik
54
Papan Panjang
1
Ruang Guru SMP AlHasra
Laik
55
Rak hasil karya peserta didik
1
Ruang Guru SMP AlHasra
Laik
56
Kursi Guru
12
Ruang Guru SMP AlHasra
Laik
57
Filling Cabinet
1
Ruang Guru SMP AlHasra
Laik
Laik
58
Meja Guru
12
Ruang Guru SMP AlHasra
59
Papan pengumuman
2
Ruang Guru SMP AlHasra
Laik
60
Kloset Jongkok
2
Wc Laki-Laki Al-Hasra
Laik
61
Tempat Sampah
1
Wc Laki-Laki Al-Hasra
Laik
62
Tempat Air (Bak)
2
Wc Laki-Laki Al-Hasra
Laik
63
Gayung
2
Wc Laki-Laki Al-Hasra
Laik
64
65
Tempat cuci tangan
Kloset Jongkok
2
Wc Laki-Laki Al-Hasra
Laik
1
Ruang Wc Guru Perempuan Al Hsr
Laik
Laik
66
Tempat Air (Bak)
1
Ruang Wc Guru Perempuan Al Hsr
67
Tempat Sampah
1
Ruang Wc Guru Perempuan Al Hsr
Laik
Laik
68
Gayung
1
Ruang Wc Guru Perempuan Al Hsr
69
Lemari
2
Ruang Kelas 9.2
Laik
70
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 9.2
Laik
71
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 9.2
Laik
72
Meja Siswa
17
Ruang Kelas 9.2
Laik
73
Kursi Siswa
17
Ruang Kelas 9.2
Laik
74
Proyektor
1
Ruang Kelas 9.2
Laik
75
Brangkas
2
Ruang Kelas 9.2
Laik
76
Simbol Kenegaraan
3
Ruang Kelas 9.2
Laik
77
Papan pengumuman
1
Ruang Kelas 9.2
Laik
78
Meja Guru
1
Ruang Kelas 9.2
Laik
79
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 9.2
Laik
80
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 9.2
Laik
81
Papan Panjang
1
Ruang Kelas 9.2
Laik
82
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 9.3
Laik
83
Meja Siswa
19
Ruang Kelas 9.3
Laik
84
Kursi Siswa
36
Ruang Kelas 9.3
Laik
85
Meja Guru
1
Ruang Kelas 9.3
Laik
86
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 9.3
Laik
87
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 9.3
Laik
88
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 9.3
Laik
89
Proyektor
1
Ruang Kelas 9.3
Laik
90
Jam Dinding
1
Usaha Sekolah Al-Hasra
Laik
91
Tempat Sampah
1
Usaha Sekolah Al-Hasra
Laik
92
Filling Cabinet
1
Ruang Wakasek Bidang Kurikulum
Laik
1
Ruang Wakasek Bidang Kurikulum
Laik
Laik
93
Komputer
94
Printer
1
Ruang Wakasek Bidang Kurikulum
95
Tape Recorder
1
Ruang Wakasek Bidang Kurikulum
Laik
2
Ruang Wakasek Bidang Kurikulum
Laik
Laik
96
Lemari
97
Meja Pimpinan
1
Ruang Wakasek Bidang Kurikulum
98
Kursi Pimpinan
1
Ruang Wakasek Bidang Kurikulum
Laik
99
Papan pengumuman
1
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
100
Meja Siswa
20
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
101
Proyektor
1
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
102
Meja Guru
1
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
103
Kursi Guru
1
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
104
Papan Tulis
1
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
105
Lemari
2
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
106
Komputer
40
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
107
Filling Cabinet
1
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
108
Kursi Siswa
40
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
109
Tempat Sampah
1
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
110
111
Jam Dinding
Lemari
1
Ruang Lab Kom Al-Hasra
Laik
2
Ruang Tata Usaha SMP Al-Hasra
Laik
Laik
112
Meja TU
4
Ruang Tata Usaha SMP Al-Hasra
113
Kursi TU
4
Ruang Tata Usaha SMP Al-Hasra
Laik
4
Ruang Tata Usaha SMP Al-Hasra
Laik
Laik
114
Komputer TU
115
Printer TU
4
Ruang Tata Usaha SMP Al-Hasra
116
Tempat Sampah
1
Ruang Tata Usaha SMP Al-Hasra
Laik
Laik
117
Rak Buku
2
Ruang Tata Usaha SMP Al-Hasra
118
Simbol Kenegaraan
2
Ruang Tata Usaha SMP Al-Hasra
Laik
119
Penanda Waktu (Bell Sekolah)
1
Ruang Tata Usaha SMP Al-Hasra
Laik
Laik
120
Pengeras Suara
1
Ruang Tata Usaha SMP Al-Hasra
121
Filling Cabinet
1
Ruang Tata Usaha SMP Al-Hasra
Laik
122
Filling Cabinet
1
Ruang Tata Usaha SMP Al-Hasra
Laik
123
Proyektor
1
Ruang Kelas 8.1
Laik
124
Meja Siswa
18
Ruang Kelas 8.1
Laik
125
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 8.1
Laik
126
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 8.1
Laik
127
Lemari
1
Ruang Kelas 8.1
Laik
128
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 8.1
Laik
129
Meja Guru
1
Ruang Kelas 8.1
Laik
130
Kursi Siswa
1
Ruang Kelas 8.1
Laik
131
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 8.1
Laik
132
Papan pengumuman
1
Ruang Kelas 8.1
Laik
133
Simbol Kenegaraan
3
Ruang Kelas 8.1
Laik
134
Meja Siswa
18
Ruang Kelas 8.3
Laik
135
Proyektor
1
Ruang Kelas 8.3
Laik
136
Simbol Kenegaraan
1
Ruang Kelas 8.3
Laik
137
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 8.3
Laik
138
Meja Guru
1
Ruang Kelas 8.3
Laik
139
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 8.3
Laik
140
Papan pengumuman
1
Ruang Kelas 8.3
Laik
141
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 8.3
Laik
142
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 8.3
Laik
143
Kursi Siswa
35
Ruang Kelas 8.3
Laik
144
Proyektor
1
Ruang Kelas 9.4
Laik
145
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 9.4
Laik
146
Meja Siswa
18
Ruang Kelas 9.4
Laik
147
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 9.4
Laik
148
Kursi Siswa
36
Ruang Kelas 9.4
Laik
149
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 9.4
Laik
150
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 9.4
Laik
151
Meja Guru
1
Ruang Kelas 9.4
Laik
152
Kursi Siswa
10
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
153
Filling Cabinet
1
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
154
Simbol Kenegaraan
1
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
1
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
155
Kursi dan Meja
Tamu 156
Jam Dinding
1
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
157
Tempat Sampah
1
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
158
Rak hasil karya peserta didik
1
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
159
Lemari
1
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
160
Papan Tulis
1
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
161
Meja Guru
4
Ruang Osis Al-Hasra
Laik
162
Kloset Jongkok
1
Ruang Wc Guru Laki-Laki Al-Hsr
Laik
1
Ruang Wc Guru Laki-Laki Al-Hsr
Laik
Laik
163
Tempat Air (Bak)
164
Gayung
1
Ruang Wc Guru Laki-Laki Al-Hsr
165
Tempat Sampah
1
Ruang Wc Guru Laki-Laki Al-Hsr
Laik
166
Meja Siswa
3
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
167
Kursi Siswa
3
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
168
Lemari
4
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
169
Komputer
1
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
170
Printer
1
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
171
Tempat Sampah
1
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
172
Jam Dinding
1
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
173
Meja Baca
2
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
174
Rak Majalah
1
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
175
Papan pengumuman
1
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
176
Simbol Kenegaraan
1
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
177
Rak Buku
15
Perpustakaan Al-Hasra
Laik
178
Kursi dan Meja Tamu
1
Ruang Kepala SMP AlHasra
Laik
179
Tempat Sampah
1
Ruang Kepala SMP AlHasra
Laik
180
Jam Dinding
1
Ruang Kepala SMP AlHasra
Laik
Laik
181
Meja Pimpinan
2
Ruang Kepala SMP AlHasra
182
Kursi Pimpinan
1
Ruang Kepala SMP AlHasra
Laik
1
Ruang Kepala SMP AlHasra
Laik
Laik
183
Lemari
184
Printer
1
Ruang Kepala SMP AlHasra
185
Simbol Kenegaraan
2
Ruang Kepala SMP AlHasra
Laik
186
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 7.1
Laik
187
Meja Siswa
2
Ruang Kelas 7.1
Laik
188
Papan pengumuman
1
Ruang Kelas 7.1
Laik
189
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 7.1
Laik
190
Proyektor
1
Ruang Kelas 7.1
Laik
191
Meja Guru
1
Ruang Kelas 7.1
Laik
192
Kursi Siswa
21
Ruang Kelas 7.1
Laik
193
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 7.1
Laik
194
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 7.1
Laik
195
Jam Dinding
1
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
196
Papan pengumuman
1
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
197
Tempat Sampah
1
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
198
Lemari
1
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
199
Papan Tulis
1
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
200
Meja Siswa
30
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
201
Kursi Siswa
27
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
202
Meja Guru
1
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
203
Kursi Guru
1
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
204
Proyektor
1
Ruang Bahasa Al-Hasra
Laik
205
Kloset Jongkok
5
Ruang Wc Al-Hasra
Laik
206
Tempat cuci tangan
5
Ruang Wc Al-Hasra
Laik
207
Gayung
5
Ruang Wc Al-Hasra
Laik
208
Tempat Air (Bak)
5
Ruang Wc Al-Hasra
Laik
209
Proyektor
1
Ruang Kelas 9.1
Laik
210
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 9.1
Laik
211
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 9.1
Laik
212
Meja Guru
1
Ruang Kelas 9.1
Laik
213
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 9.1
Laik
214
Tempat Sampah
2
Ruang Kelas 9.1
Laik
215
Kursi Siswa
18
Ruang Kelas 9.1
Laik
216
Meja Siswa
19
Ruang Kelas 9.1
Laik
217
Lemari
2
Ruang Kelas 9.1
Laik
218
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 8.4
Laik
219
Meja Guru
1
Ruang Kelas 8.4
Laik
220
Kursi Siswa
36
Ruang Kelas 8.4
Laik
221
Meja Siswa
20
Ruang Kelas 8.4
Laik
222
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 8.4
Laik
223
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 8.4
Laik
224
Papan pengumuman
1
Ruang Kelas 8.4
Laik
225
Simbol Kenegaraan
1
Ruang Kelas 8.4
Laik
226
Proyektor
1
Ruang Kelas 8.4
Laik
227
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 8.4
Laik
228
Kursi Siswa
39
Lab Fisika Al-Hasra
Laik
229
Papan Tulis
1
Lab Fisika Al-Hasra
Laik
230
Lemari
4
Lab Fisika Al-Hasra
Laik
231
Jam Dinding
1
Lab Fisika Al-Hasra
Laik
232
Simbol Kenegaraan
1
Lab Fisika Al-Hasra
Laik
233
Papan pengumuman
2
Lab Fisika Al-Hasra
Laik
234
Proyektor
1
Ruang Kelas 7.4
Laik
235
Simbol Kenegaraan
1
Ruang Kelas 7.4
Laik
236
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 7.4
Laik
237
Tempat Sampah
1
Ruang Kelas 7.4
Laik
238
Kursi Siswa
40
Ruang Kelas 7.4
Laik
239
Meja Siswa
20
Ruang Kelas 7.4
Laik
240
Meja Guru
1
Ruang Kelas 7.4
Laik
241
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 7.4
Laik
242
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 7.4
Laik
243
Lemari
1
Ruang Kelas 8.2
Laik
244
Meja Siswa
17
Ruang Kelas 8.2
Laik
245
Proyektor
1
Ruang Kelas 8.2
Laik
246
Kursi Siswa
18
Ruang Kelas 8.2
Laik
247
Meja Guru
1
Ruang Kelas 8.2
Laik
248
Kursi Guru
1
Ruang Kelas 8.2
Laik
249
Papan Tulis
1
Ruang Kelas 8.2
Laik
250
Jam Dinding
1
Ruang Kelas 8.2
Laik
Total
1094
DOKUMENTASI PENELITIAN
BIOGRAFI PENULIS Papat Fathiyah, kelahiran Jakarta 5 Juni 1992. Anak kedua dari Bapak Muchtasar dan Ibu Yoyoh Rukiyah ini mengawali pendidikannya di MI Al-Abbasiyah pada tahun 1998-2004, dilanjutkan ke MTs Tahdzibun Nufus dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, dan kemudian menamatkan sekolah menengah atas di MAN 16 Jakarta pada tahun 2010. Melalui program seleksi PMDK, bungsu dari dua bersaudara ini melanjutkan pendidikannya ke Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dimulai dari ketidaksengajaan menemukan buku kumpulan puisi karya MH. Ainun Najib yang berjudul Papyrus ketika di perpustakaan sekolah sewaktu aliyah, membuat ia kemudian menyukai untaian kata-kata indah yang memberinya banyak inspirasi. Selama menjadi mahasiswa, perempuan yang gemar berkegiatan out door ini aktif di Pojok Seni Tarbiyah pada elemen Tari Saman-Ratoe Jaroeh asal Nangroe Aceh Darussalam. Selain itu, ia juga aktif di kegiatan kepramukaan sejak MI sampai sekarang. Sebab, dari Pramuka lah mahasiswa PBSI ini mulai mengenal
dan
mencintai
pendidikan
dan
pengajaran.
KUDARMAKAN, DARMAKU KUBAKTIKAN”, teriaknya!
“SATYAKU