PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI AREAL HUTAN BEKAS TEBANGAN PT RATAH TIMBER KALIMANTAN TIMUR
YUNI INDRIYANI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI AREAL HUTAN BEKAS TEBANGAN PT RATAH TIMBER KALIMANTAN TIMUR
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Oleh: YUNI INDRIYANI E14061014
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN YUNI INDRIYANI. Pendugaan Simpanan Karbon di Areal Hutan Bekas Tebangan PT Ratah Timber Kalimantan Timur. Di bawah bimbingan SRI RAHAJU. Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable natural resources) dan sangat penting bagi kehidupan manusia. Dalam pemanfaatan hutan yang tidak dilakukan secara lestari dapat menimbulkan peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK). Emisi GRK ini mengakibatkan pemanasan global dan perubahan iklim. Indonesia berperan dalam mengurangi emisi GRK (CO2) karena mempunyai hutan yang luas yang mampu menyerap dan menyimpan karbon dalam biomassa hutan cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk menduga simpanan karbon yang terdapat pada areal hutan bekas tebangan di PT Ratah Timber Kalimantan Timur. Penelitian lapangan dilaksanakan pada petak bekas tebangan dan pengujian sampel pohon contoh dilakukan di Laboratorium Anatomi Kayu dan Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai dengan Mei 2010. Data dikumpulkan dari tiga puluh plot dengan mengukur diameter setinggi dada, tinggi total, dan mengidentifikasi jenis pohon yang ditemukan di plot penelitian. Selanjutnya dilakukan penebangan pada pohon contoh yang berukuran 5 – 10 cm untuk menduga biomassa pada tegakan hutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyaknya jenis pohon yang ditemukan dalam plot penelitian seluas 3 ha sebanyak 68 jenis meliputi pancang sebanyak 63 jenis, tiang sebanyak 49 jenis dan pohon sebanyak 48 jenis. Berdasarkan pengelompokkan jenis, kelompok jenis dipterocarpaceae sebesar 24,34 ton/ha dan non dipterocarpaceae sebesar 128,66 ton/ha sehingga diperlukan pengayaan untuk kelompok jenis dipterocarpaceae pada areal hutan bekas tebangan untuk kelestarian pengelolaan selanjutnya. Pendugaan simpanan karbon dengan menggunakan kadar karbon 50% dan untuk menduga biomassa dengan persamaan alometrik yang sudah dibuat dari sampel pohon contoh yang ditebang yaitu 0,0977237 D2,58. Pendugaan simpanan karbon pada tegakan meliputi pancang sebesar 5,05 ton/ha (3,27%), tiang 18,82 ton/ha (10,24%), dan pohon 133,57 ton/ha (86,49%). Simpanan karbon total yang terdapat di PT Ratah Timber, Kalimantan Timur sebesar 157,44 ton/ha atau 122,92 x 10-4 Gt, dimana pohon memiliki persentase simpanan karbon terbesar yaitu 84,84%, diikuti tiang 10,05%, pancang 3,21%, serasah 1,87% dan tumbuhan bawah 0,04%. Kata kunci : Persamaan alometrik, biomassa, simpanan karbon
ABSTRACT YUNI INDRIYANI. An Estimation of Carbon Storage in the Logged-Over Forest Area PT Ratah Timber East Kalimantan. Supervised by SRI RAHAJU. Forests is one of natural resources that can be updated (renewable natural resources) and essential stock for human life. In using of forest resources if not a sustainable manner can lead to increased greenhouse gas (GHG) emissions. These emissions cause global warming and climate change. Indonesia plays a role to reduce GHG emissions (CO2) due to its vast forests that can absorb and store carbon in forest biomass is large enough. This study aims to estimate the carbon storage found in logged-over forest areas in PT Ratah Timber East Kalimantan. Field research was conducted on the logged plots and testing sample tree in the Laboratory of Wood Anatomy and Wood Quality Improvement, Product Forest Ministry, Bogor Agricultural University. The experiment was conducted from April to May 2010. Data were collected from thirty-plot by measuring the diameter base on breast height, total height, and identify the types of trees found in research plots. Furthermore, next treatment is felling tree with the size of sample 5-10 cm to estimate the biomass in forest stands. The results showed that the number of tree species found in research plots covering an area of 3 ha covering 68 species of saplings were 63 species, 49 poles and tree species as many as 48 species. Based on the grouping of species, groups of dipterocarpaceae species of 24.34 ton/ha and non dipterocarpaceae at 128.66 ton/ha, thus it needs enrichment to the dipterocarpaceae species in logged-over forest areas for the preservation of further management. Estimation of carbon savings by using the carbon content of 50% and to estimate biomass with allometric equations that have been made from samples harvested sample trees is 0,0977237 D2,58. Estimation of carbon storage in stands including the saplings amounted to 5,05 ton/ha (3,27%), poles 18,82 ton/ha (10,24%), and trees of 133,57 ton/ha (86,49%). Total storage carbon contained in PT Ratah Timber, East Kalimantan, at 157,44 ton/ha or 122,92 x 10-4 Gt, where the trees had the largest percentage of carbon storage is 84,84%, followed by poles 10,05%, 3,21% saplings, litter 1,87%, and 0,04% lower plants. Keywords: Allometric equations, biomass, carbon storage
Judul Penelitian
: Pendugaan Simpanan Karbon di Areal Hutan Bekas Tebangan PT Ratah Timber Kalimantan Timur
Nama Mahasiswa
: Yuni Indriyani
NRP
: E14061014
Menyetujui: Dosen Pembimbing,
Dra. Sri Rahaju, MSi NIP. 19611217199003 2 003
Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Hutan
Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP. 19630401199403 1 001
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN Dengan ini saya
menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pendugaan
Simpanan Karbon di Areal Hutan Bekas Tebangan PT Ratah Timber Kalimantan Timur adalah benar-benar hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan Ibu Dra. Sri Rahaju, MSi dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2011
Yuni Indriyani NRP E14061014
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kebumen pada tanggal 28 Juni 1988. Penulis adalah anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Akhmad Samsudin dan Watinah. Penulis memulai pendidikan di SDN 2 Kuwayuhan pada tahun 1994, SLTP N 3 Kebumen pada tahun 2000, dan SMA N 1 Kebumen pada tahun 2003. Penulis menyelesaikan SMA pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun pertama di IPB belum memiliki jurusan dan pada tahun kedua penulis diterima
di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor. Selama penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Kamojang-Sancang pada tahun 2008 , Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2009, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT Ratah Timber Kalimantan Timur. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif dalam organisasi seperti FMSC dan AFSA, serta ikut menjadi panitia di acara yang diadakan di lingkungan Fakultas Kehutanan IPB. Untuk menyelesaikan gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pendugaan Simpanan Karbon di Areal Hutan Bekas Tebangan PT Ratah Timber Kalimantan Timur dibimbing oleh Dra. Sri Rahaju, MSi.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini telah berhasil diselesaikan. Hal ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak yang turut membantu proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Orang tua tercinta, Bapak (Akmad Samsudin) dan Ibu (Watinah) atas kasih sayang, cinta, doa, dukungan spiritual dan
material yang diberikan kepada
penulis. 2.
Kakak-kakak dan adik tersayang , Mba Idah, Mas Nono, Mba Nur, dan Didik, atas dukungan, doa, dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.
3.
Ibu Sri Rahaju, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang begitu baik dan sabar membimbing penulis mulai dari penyusunan proposal penelitian hingga penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk segala kritik dan masukan yang diberikan.
4.
Bapak Ir. Trisna Priadi, M. Eng. Sc wakil dari departemen THH, Bapak Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS wakil dari departemen KSHE, dan Bapak Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas, M.Sc. F.Trop wakil dari departemen SVK yang telah memberikan pengetahuan dan saran kepada penulis dalam ujian komprehensif.
5.
Pihak PT Ratah Timber yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di PT Ratah Timber dan menyediakan segala kebutuhan penelitian selama di lapangan.
6.
Bapak Samusi dan staf (Pak Sadikin, Pak Haran, Mas Irfan, dan Pak Agus) di pembinaan hutan dan seluruh karyawan PT Ratah Timber atas segala dukungan, bantuan, dan kerjasama yang diberikan kepada penulis selama penelitian.
7.
Pak Priyanto atas bantuan dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8.
Teman-Teman satu bimbingan (Zi dan Subhan) yang senantiasa menyemangati
dan mendukung penulis selama penelitian. 9.
Teman-teman yang menjadi penyemangat (Devie , Asri, Luffi, Nisa, dan Lana) . Terimakasih atas dukungan, semangat, dan kebersamaannya selama mengikuti perkuliahan di Fahutan.
10. Ifki Arif Widya Putra, Choerudin, Yunita Panca Wardani atas bantuan dan kesediaannya meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Teman-teman MNH 43 yang selama ini bersama-sama menjalani perkuliahan dan saling membantu, serta memotivasi satu sama lain. 12. Teman-teman di wisma mobster yang merupakan keluarga kedua ( Zumi, Ita, Sheva, Lara, Dila,Ina, Elis,Biji, Icha, Fitria) yang senantiasa memberikan keceriaan dan semangat bagi penulis. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang secara tidak langsung membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
i
KATA PENGANTAR Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pendugaan Simpanan Karbon di Areal Hutan Bekas Tebangan PT Ratah Timber Kalimantan Timur” dengan baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan perlu dikembangkan
lagi
untuk
kesempurnaanya.
Oleh
karena
itu,
penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Bogor, Januari 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................
i
DAFTAR ISI ...........................................................................................
ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
vi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................
1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................
2
1.3 Manfaat Penelitian .............................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis ............................................................
3
2.2 Biomassa .............................................................................
4
2.3 Karbon ................................................................................
5
2.4 Pengukuran Biomassa dan Karbon .....................................
5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................
8
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................
9
3.3 Jenis Data 3.3.1 Data Primer ..............................................................
9
3.3.2 Data Sekunder .........................................................
9
3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Pengumpulan Data di Lapangan .............................
10
3.4.2 Pengumpulan Data di Laboratorium .......................
11
3.5 Pengolahan Data ................................................................
11
3.6 Penyusunan Model Persamaan Alometrik .........................
12
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ............................
15
4.2 Letak dan Luas Lokasi Penelitian .....................................
15
4.3 Iklim dan Hidrologi ...........................................................
16
iii
4.4 Geologi dan Tanah .............................................................
17
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Vegetasi di Lokasi Penelitian .............................................
18
5.2 Model Persamaan Pendugaan Biomassa (Persamaan Alometrik) ……………………………………………….
19
5.3 Simpanan Karbon 5.3.1 Tegakan Hutan …………………………………….
21
5.3.2 Kelompok Jenis Dipterocarpaceae dan Non Dipterocarpaceae…………………………………..
23
5.3.3 Serasah dan Tumbuhan bawah ……………………
24
5.3.4 Simpanan Karbon Total …………………………...
25
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ........................................................................
29
6.2 Saran ..................................................................................
29
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
30
LAMPIRAN ............................................................................................
32
iv
DAFTAR TABEL No.
Halaman Parameter-parameter biomassa dan nekromas di atas permukaan tanah dan metode pengukurannya …………………………………....
6
Persamaan alometrik untuk menduga biomassa di hutan alam tropika berdasarkan perbedaan curah hujan ………………………………….
7
3.
Realisasi tebangan PT Ratah Timber ………………………………...
15
4
Klasifikasi penutupan lahan areal kerja PT Ratah Timber pada setiap fungsi hutan ………………………………………………………….
16
Model persamaan alometrik pendugaan biomassa …………………..
20
6. Pendugaan simpanan karbon pada tingkat pertumbuhan pancang, tiang, dan pohon …………………………..........................................
22
7. Biomassa dan karbon pada tiap blok RKT …………………………..
22
8. Biomassa dan karbon kelompok jenis dipterocarpaceae dan non dipterocarpaceae pada tingkat pertumbuhan …………………………
23
9. Biomassa dan karbon pada serasah dan tumbuhan bawah ………….
24
10. Simpanan karbon pada komponen hutan meliputi pancang, tiang, pohon, tumbuhan bawah, dan serasah …………………………….....
25
11. Simpanan Karbon berdasarkan persamaan alometrik ………………..
27
1. 2.
5.
v
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1.
Peta pengukuran karbon di PT Ratah Timber ………………………….
8
2.
Plot contoh dan subplot contoh ……………………………………….......
10
3.
Biomassa pada masing-masing bagian pohon ……………………....
20
4.
Persentase simpanan karbon pada komponen hutan ………………..
26
vi
DAFTAR LAMPIRAN No. 1.
Halaman Daftar jenis yang dijumpai dalam petak ukur 3 ha di lokasi Penelitian …………………………………………………………….
33
2.
Penyebaran jenis vegetasi berdasarkan tingkat pertumbuhan ……….
35
3.
Rekapitulasi biomassa pohon contoh untuk pembuatan model ……… 37
4. Hasil regresi linier antara biomassa dengan diameter setinggi dada (Dbh) dan tinggi total ……………………………………………......
39
5.
Rekapitulasi karbon pada serasah dan tumbuhan bawah …………...
40
6.
Hasil regresi linier antara biomassa dengan diameter setinggi dada (Dbh) pada kelompok jenis dipterocarpaceae dan non dipterocarpaceae 41
7.
Dokumentasi di lokasi penelitian …………………………………….
42
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable natural resources) dan sangat penting bagi kehidupan manusia. Hutan merupakan aset multifungsi yang tidak saja menghasilkan produk seperti kayu dan non kayu, namun juga memiliki nilai lain seperti pencegah bahaya erosi, menjaga sumber daya air, dan juga penyerapan karbon. Selain itu, hutan dapat menyediakan lahan untuk kebutuhan manusia dan memelihara keanekaragaman hayati, dimana hutan tidak saja memberi manfaat ekonomi saat ditebang (eksploitasi), tetapi hutan juga memberi manfaat saat sumber daya tersebut dibiarkan (manfaat konservasi). Dalam pemanfaatan hutan yang tidak sesuai dengan pengelolaan hutan secara lestari dapat menimbulkan peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK). Emisi GRK ini mengakibatkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat peningkatan jumlah emisi GRK di atmosfer. Pemanasan global akan diikuti dengan perubahan iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa daerah yang menimbulkan banjir, erosi, dan tanah longsor. Sedangkan, daerah lainnya akan mengalami musim kering berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu. Perubahan iklim tersebut disebabkan oleh pembakaran fosil fuel, akibat proses industri yang semakin meningkat dan meningkatnya kegiatan manusia. Dampak dari kegiatan manusia terhadap iklim selama ini cukup besar dalam mengemisikan GRK. Kegiatan manusia mengemisikan GRK berupa Karbon Dioksida (CO2), Metana (CH4), Nitrous Oksida (N2O) dan kelompok gas-gas yang mengandung Flourin maupun Klorin. Dalam mengatasi pemanasan global untuk mengurangi emisi CO2, maka tahun 1997
dideklarasikan
Protokol
Kyoto
yang
menghasilkan
Mekanisme
Pembangunan Bersih atau Clean Development Mechanism (CDM) yang mulai tahun 2008-2012 dapat dilakukan antara negara maju dan berkembang dalam mengurangi emisi CO2. CDM merupakan sistem pengurangan emisi udara dengan
2
pengukuran kandungan karbon yang diserap, reforestasi, dan penghijauan lahan kritis. Indonesia memiliki peranan penting dalam menurunkan emisi CO2 karena mempunyai hutan yang sangat luas yang mampu menyimpan dan menyerap karbon dalam biomassa hutan dengan jumlah yang besar, jika dalam pengelolaan hutannya dilakukan secara lestari dan mampu mencegah laju deforestasi dan degradasi hutan. Dalam penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan yang dikenal dengan Reduction of Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) yang merupakan salah satu kegiatan mitigasi perubahan iklim di sektor kehutanan, dan bersifat sukarela, serta menghormati kedaulatan negara yang diusulkan pada pasca-Protokol Kyoto. Dalam mencegah deforestasi, negara-negara maju yang terikat berkewajiban menurunkan emisinya dan harus bersedia memberi imbalan kepada negara yang bersedia menjaga hutannya. Penyerapan karbon terjadi di atas permukaan tanah dan di bawah permukaan tanah. Karbon di atas permukaan tanah tersimpan pada tegakan, tumbuhan bawah dan serasah, sedangkan karbon di bawah permukaan tanah tersimpan di akar, tanah, dan biota tanah. Penyerapan karbon tidaklah sama pada tiap lokasi dan jenis pohonnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan sifat fisik dan lingkungan tempat tumbuh. Indonesia mempunyai hutan yang luas yang mampu menyerap dan menyimpan karbon dalam biomassa hutan cukup besar. Untuk itulah diperlukan penelitian mengenai kandungan karbon yang tersimpan di dalam hutan.
1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menduga simpanan karbon pada areal hutan bekas tebangan di PT Ratah Timber, Kalimantan Timur. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi tentang simpanan karbon pada areal hutan bekas tebangan di PT Ratah Timber, Kalimantan Timur.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohonpohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan di luar hutan. Hubungan antara masyarakat tumbuh-tumbuhan atau hutan, margasatwa dan alam lingkungannya begitu erat sehingga hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem (Soerianegara dan Andry 2005). Dalam UU RI No. 41 tahun 1999, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Pengertian hutan dapat ditinjau dari beberapa faktor antara lain: wujud biofisik lahan dan tumbuhan, fungsi ekologi, kepentingan kegiatan operasional pengelolaan atau kegiatan tertentu lainnya, dan status hukum lahan hutan (Suhendang 2002). Menurut Arief (2001), hutan bukan hanya kumpulan pohon-pohon yang dieksploitasi hasil kayunya saja, tetapi hutan merupakan persekutuan hidup alam hayati atau suatu masyarakat tumbuhan yang kompleks yang terdiri atas pohonpohon, semak, tumbuhan bawah, jasad renik tanah, hewan, dan alam lingkungannya. Semuanya itu mempunyai keterkaitan yang saling bergantung satu sama lain. Selain saling bergantung, di dalam hutan juga terjadi persaingan dalam penyerapan unsur hara, air, sinar matahari, ataupun tempat tumbuh. Menurut Suhendang (2002), hutan hujan tropis terdapat di wilayah yang memiliki ciri-ciri yaitu iklim yang selalu basah, tanah podsol, latosol, aluvial, dan regosol, drainase tanah baik, serta terletak jauh dari pantai. Tegakannya didominir oleh pohon-pohon yang selalu hijau dan tidak menggugurkan daun. Hutan hujan tropis juga memiliki berbagai jenis kayu penting yang berasal dari suku dipterocarpaceae seperti Shorea, Dipterocarpus, Vatica, dan Dryobalanops, serta genus-genus lain seperti Agathis, Altingia, Dialium, Duabanga, Dyera, Gossanepinus, Kompassia, dan Octomeles.
4
Menurut Soerianegara dan Andry (2005), hutan hujan tropis di Indonesia mempunyai luas ±89 juta ha dengan ciri-ciri: iklim selalu basah, tanah kering dengan
bermacam–macam jenis tanah, terdapat di pedalaman, bertopografi
berbukit pada lahan dataran rendah (<1000 m dpl) dan terdapat pada lahan dataran tinggi sampai dengan ketinggian 4000 m dpl. Hutan hujan tropis dibedakan menurut ketinggian tempatnya dari permukaan laut menjadi tiga zone yaitu zone 1 yang dinamakan hutan hujan bawah (0-1000 m dpl), zone 2 yang dinamakan hutan hujan tengah (1000-3300 m dpl), dan zone 3 yang dinamakan hutan hujan atas (3300-4100 m dpl) (Direktorat Jenderal Kehutanan 1976, diacu dalam Suhendang 2002). 2.2 Biomassa Menurut Lugo dan Snedaker (1974) diacu dalam Handoko (2007), biomassa disusun oleh senyawa karbohidrat yang terdiri dari unsur karbon dioksida (CO2), hidrogen dan oksigen. Biomassa tegakan dipengaruhi oleh umur tegakan, komposisi dan struktur tegakan. Brown (1997) mendefinisikan biomassa sebagai jumlah total bahan organik hidup di atas tanah yang dinyatakan dalam berat kering oven per unit area. Hampir 50% dari biomassa dari vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon dimana unsur tersebut dapat dilepas ke atmosfir dalam bentuk CO2, apabila hutan mengalami kebakaran akan menyebabkan konsentrasi CO2 meningkat secara global di atmosfir dan menjadi masalah lingkungan hidup. Biomassa dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu biomassa di atas permukaan tanah (above ground biomass) dan biomassa di bawah permukaan tanah (below ground biomass). Biomassa berkaitan erat dengan proses fotosintesis, biomassa bertambah karena tumbuhan menyerap CO2 dari udara dan mengubahnya menjadi senyawa organik melalui proses fotosintesis. Hasil fotosintesis digunakan oleh tumbuhan untuk melakukan pertumbuhan horizontal dan vertikal (Adinugroho dan Sidiyasa 2009). Menurut Whiten dan Plasket (1981) diacu dalam Nurhayati (2005), biomassa disusun terutama oleh senyawa karbohidrat yang terdiri dari elemen-elemen karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) yang dihasilkan dari proses fotosintesis tanaman.
5
2.3 Karbon Jumlah karbon yang tersimpan dalam hutan di seluruh
dunia mencapai 830
milyar ton. Jumlah ini sama dengan kandungan karbon dalam atmosfir yang terikat dalam CO2. Secara kasar, sekitar 40% atau 330 milyar ton karbon tersimpan dalam bagian pohon dan bagian tumbuhan hutan lainnya di atas permukaan tanah, sedangkan sisanya sekitar 60% atau 500 milyar ton tersimpan dalam tanah hutan dan akar-akar tumbuhan di dalam tanah (Gardner dan Engelman 1999, diacu dalam Suhendang 2002). Sehingga panjang jangka penyimpanan karbon di dalam hutan akan sangat tergantung pada pengelolaan hutannya sendiri termasuk cara mengatasi gangguan yang mungkin terjadi. Hairiah et al. (2001), potensi penyerapan karbon ekosistem dunia tergantung pada tipe dan kondisi ekosistemnya yaitu komposisi jenis, struktur dan sebaran umur (khusus untuk hutan). Karbon menyusun 40 sampai dengan 50 persen berat kering dari pertumbuhan. Sejak reaksi CO2 meningkat secara global di atmosfir akibat pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batu bara) sehingga diketahui sebagai masalah lingkungan, dan para ekolog tertarik untuk menghitung simpanan karbon di hutan. Hutan tropika mampu menyerap karbon dalam jumlah yang besar sehingga mengandung biomassa dalam jumlah besar pula. Selain pada pohon hidup, karbon juga tersimpan dalam bahan yang sudah mati seperti serasah, batang pohon yang jatuh ke permukaan tanah (Whitmore 1985). 2.4 Pengukuran Biomassa dan Karbon Pengukuran biomassa yang tersimpan di atas permukaan tanah dapat menggunakan persamaan alometrik ataupun dengan cara destruktif. Besarnya biomassa yang tersimpan dapat digunakan untuk menduga nilai karbon. Menurut Stewart et al. (1992) diacu dalam Kusuma (2009) menyebutkan bahwa pengukuran di atas permukaaan tanah dapat dilakukan dengan metode destruktif dan non-destruktif. Pengukuran biomassa metode destruktif adalah pendugaan biomassa dengan melakukan penebangan pada suatu plot ukur, sedangkan metode non-destruktif yaitu pendugaan biomassa menggunakan persamaan yang dihasilkan dengan membuat persamaan dari parameter terukur dimensi pohon
6
dengan biomassa yang diketahui dari pendugaan metode destruktif. Parameter yang digunakan dalam pendugaan metode non-destrukif dapat berupa diameter setinggi dada (130 cm) atau tinggi pohon. Menurut
Brown
(1997),
pendugaan
biomassa
dari
pohon
dapat
menggunakan dua pendekatan yaitu (1) berdasarkan pendugaan volume kulit sampai batang bebas cabang yang kemudian diubah menjadi kerapatan biomassa (ton/ha); (2) berdasarkan pendekatan menggunakan persamaan regresi biomassa atau lebih dikenal dengan persamaan alometrik. Metode ini menggunakan biomassa sebagai fungsi dari diameter pohon dengan persamaan sebagai berikut: Biomassa di atas tanah (Y) = aDb Dimana: Y = Biomassa pohon (kg) D = Diameter pohon setinggi dada (130 cm), a dan b adalah konstanta. Sedangkan untuk menghitung nilai karbon diperoleh dengan cara mengalikan masing-masing perhitungan biomassa dengan faktor konversi 0,5. Faktor 0,5 mempunyai makna bahwa biomassa hutan mengandung 50 persen karbon (Brown 1997). Adapun parameter dan metode pengukuran biomassa dan nekromas yang biasa digunakan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Parameter-parameter biomassa dan nekromas di atas permukaan tanah dan metode pengukurannya Parameter Tumbuhan Bawah Serasah kasar dan halus Arang dan Abu Tumbuhan Berkayu Pohon-pohon hidup Pohon mati, masih berdiri Pohon mati, sudah roboh Tunggak pohon
Metode Destruktif Destruktif Destruktif Destruktif Non-destruktif, persamaan alometrik Non-destruktif, persamaan alometrik Non-destruktif, rumus silinder Non-destruktif, rumus silinder
Sumber: Hairiah et al. (1999) diacu dalam Tresnawan dan Rosalina (2002)
Beberapa hasil penelitian telah menghasilkan persamaan alometrik untuk menduga biomassa vegetasi di atas permukaan tanah di hutan alam tropika. Pada Tabel 2 disajikan beberapa persamaan alometrik untuk menduga biomassa di hutan alam tropika berdasarkan perbedaan curah hujan.
7
Tabel 2 Persamaan alometrik untuk menduga biomassa di hutan alam tropika berdasarkan perbedaan curah hujan Curah Hujan (mm/tahun)
Persamaan Alometrik
Koefisien Determinasi (R²)
Sumber
<1500
B = 0,139 D2,32
0,89
Brown,1997
1500-4000
B = 0,118 D2,53
0,90
Brown, 1997
B = 0,049 ρ D² H
0,90
Brown et al., 1995
B = 0,11 ρ D2,62
0,90
Ketterings et al., 2001
B = 0,037 D1,89 H
0,90
Brown, 1997
>4000
Sumber : Hairiah (2001), Keterangan: B = Biomassa (kg/pohon), D = Diameter setinggi dada (cm), H = Tinggi pohon (m), ρ = Kerapatan kayu (g/cm³)
8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada petak bekas tebangan di PT Ratah Timber, Kalimantan Timur (Gambar 1) dan pengujian sampel pohon contoh dilakukan di Laboratorium Anatomi Kayu dan Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2010. 115°10’ BT
115°20’ BT
115°30’ BT
115°00 BT
115°10’ BT
115°20’ BT
115°30’ BT
0°00
0°00
0°10’ LU
0°10’ LU
115°00 BT
Keterangan: Batas Areal PT Ratah Timber
PETA PENGUKURAN KARBON DI PT RATAH TIMBER
Plot Pengambilan contoh Jalan \
Sungai dan anak sungai
SKALA 1 : 250.000 0
5
10
15
20
25 km
0
2
4
6
8
10 cm
Sumber: Peta areal PT Ratah Timber Kab. Kutai Barat Prov. Kalimantan Timur Seluas ±97.690 Ha Skala 1 : 100.000 (Lampiran SK. No. 95/Kpts-II/2000)
Gambar 1 Peta pengukuran karbon di PT Ratah Timber.
9
3.2 Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan di petak bekas tebangan dan sampel pohon contoh untuk menduga simpanan karbon dalam tegakan tersebut. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur, haga hypsometer, tambang, timbangan, tally sheet, kantong plastik, alat tulis, kompas, kamera, pita, label, sarung tangan, meteran, parang, kampak, linggis, gergaji, karung, oven, komputer, kalkulator, dan software minitab. Untuk mengetahui biomassa pada pohon contoh, maka diambil sampel bagian pohon yang diuji di Laboratorium Anatomi Kayu dan Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Sampel pohon contoh yang diambil meliputi daun, cabang, akar, dan batang, serta sampel tumbuhan bawah dan serasah. 3.3 Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer dan sekunder yang dikumpulkan, antara lain: 3.3.1 Data Primer Data Primer yang diperoleh di lapangan meliputi dimensi pohon (diameter dan tinggi) pada tingkat pertumbuhan pohon, tiang, dan pancang suatu tegakan di areal bekas tebangan, serta jenis pohon. Data lain yang diperoleh yaitu berat basah tumbuhan bawah dan serasah serta berat basah sampel pohon contoh. Pohon contoh ini merupakan anakan pohon (pancang) dari jenis pohon yang ada di lokasi penelitian. Dari data sampel pohon contoh tersebut diperoleh data berat kering yang diolah untuk mendapatkan kadar air dari sampel pohon contoh dan serasah, serta tumbuhan bawah yang diperoleh dengan melakukan uji sampel di laboratorium. 3.3.2 Data Sekunder Data sekunder yang digunakan meliputi keadaan umum lokasi penelitian seperti letak, luas, dan keadaan fisik lingkungan (keadaan tanah, iklim, dan curah hujan) yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang terdapat di PT Ratah Timber.
10
3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Pengumpulan Data di Lapangan Pengukuran pada tingkat pohon, tiang dan pancang dilakukan dengan membuat plot contoh di petak tebang hutan bekas tebangan sebanyak 30 plot pada blok RKT tahun 2004 – RKT tahun 2009. Tiap RKT dibuat plot contoh sebanyak 5 plot dengan ukuran plot contoh yaitu 20 meter x 50 meter untuk mendapatkan data diameter setinggi dada (Dbh = 1,3 m) dan tinggi total tegakan di lapangan. Dalam pembuatan plot contoh yang diambil diharapkan dapat mewakili luas areal hutan bekas tebangan di PT Ratah Timber. Di dalam plot contoh dibuat subplot contoh dengan ukuran 10 meter x 10 meter sebanyak 10 subplot, 5 meter x 5 meter sebanyak 10 subplot dan 0,5 meter x 0,5 meter sebanyak 8 subplot seperti terlihat pada Gambar 2. 10 m
10 m
a b
20 m
c
50 m Keterangan: a. Subplot contoh 10 m x 10 m untuk pengukuran pohon (Dbh ≥ 20 cm) b. Subplot contoh 5 m x 5 m untuk pengukuran pancang (5 cm ≤ Dbh < 10 cm) dan tiang (10 cm ≤ Dbh < 20 cm) c. Subplot contoh 0,5 m x 0,5 m untuk pengukuran serasah dan tumbuhan bawah Gambar 2 Plot contoh dan subplot contoh. Setelah melakukan pengukuran dimensi pohon dan mengidentifikasi jenis pohon, selanjutnya dilakukan penebangan pohon contoh (tingkat pancang)
11
sebanyak 61 jenis pohon berdasarkan jenis-jenis pohon yang ditemukan di lapangan untuk diketahui berat kering yang diuji di laboratorium. Pada jenis pohon yang ditebang akan dibagi menjadi beberapa bagian (batang, cabang, akar, dan daun) dan menimbang berat basah dari tiap-tiap bagian pohon tersebut. Setelah itu, mengambil sampel kayu berukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm untuk bagian batang, cabang, dan akar, sedangkan untuk daun diambil sampel 200 gram dari berat basahnya. Pada subplot contoh ukuran 0,5 m x 0,5 m untuk tumbuhan bawah dan serasah dengan mengambil dan menimbang berat basahnya kemudian mengambil sampel sebesar 200 gram dari berat basahnya. Apabila pada subplot serasah dan tumbuhan bawah, berat basahnya kurang dari 200 gram maka sampel yang diambil sebanyak berat basah tersebut (Ismail 2005). 3.4.2 Pengumpulan Data di Laboratorium Untuk sampel tumbuhan bawah dan serasah, serta daun dioven pada suhu 80º C selama 24 jam sebagai contoh uji untuk mendapatkan berat keringnya. Sedangkan, untuk sampel bagian-bagian pohon (akar, batang dan cabang) dioven pada suhu 103° ± 2 °C selama 24 jam sebagai contoh uji untuk mendapatkan berat kering akar, batang dan cabang. 3.5 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan untuk membuat persamaan alometrik dari data lapangan dan data laboratorium yang diperoleh dalam penelitian ini. Persamaan alometrik adalah suatu fungsi atau persamaan matematika yang menunjukkan hubungan antara bagian tertentu dari mahluk hidup dengan bagian lain atau fungsi tertentu dari mahluk hidup tersebut (Sutaryo 2009). Sebelum membuat persamaan alometrik, pohon-pohon contoh yang terdapat di lokasi penelitian ditebang dan ditimbang untuk memperoleh biomassanya. Umumnya metode ini mengikuti rumus umum yang dibuat oleh Brown yaitu Y=aDb untuk model pangkat atau Y=a+bD+cD2 untuk model polynomial. Nilai total biomassa diperoleh dengan menjumlahkan semua berat individu pohon dalam suatu unit area.
12
Tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam mengolah data untuk tumbuhan bawah dan serasah, serta tegakan hutan meliputi: a. Kadar Air
Keterangan: %KA = Persen Kadar Air BBc = Berat Basah contoh (kg) BKc = Berat Kering contoh (kg) b. Biomasa
Keterangan: B = Biomassa (kg) BB = Berat Basah (kg) %KA = Persen Kadar Air Dari data biomassa pada sampel pohon contoh digunakan untuk pembuatan model persamaan pendugaan biomassa. c. Karbon Untuk menghitung karbon dengan cara mengalikan biomassa dengan faktor konversi sebesar 0,5. Biomassa hutan dapat digunakan untuk mendapatkan simpanan karbon yang tersimpan karena 50% biomassa hutan tersusun oleh karbon (Brown 1997). Rumus yang digunakan untuk menghitung karbon, yaitu: C = B x 0,5 Keterangan:
C = Jumlah stok karbon (ton/ha) B = Biomassa (ton/ha) 0,5 = Kadar karbon
3.6 Penyusunan Model Persamaan Alometrik Model penduga biomassa pohon menggunakan data berat basah dan berat kering dari sampel pohon contoh berupa batang, cabang, akar, dan daun dalam perhitungan biomassa pohon. Tahapan selanjutnya membuat model regresi untuk menduga biomassa tegakan. Adapun peubah-peubah yang digunakan dalam model regresi yaitu peubah bebas (diameter dengan tinggi atau diameter saja) dan peubah terikat (biomassa). Biomassa yang digunakan adalah biomassa total pada pohon contoh, yang merupakan penjumlahan dari biomassa pada batang, cabang, akar, dan daun.
13
Adapun persamaannya sebagai berikut: a. B = aDb b. B = aDbTc Keterangan: B = Biomassa (kg) D = Diameter setinggi dada (cm) T = Tingi total (m) a,b,c = konstanta Model persamaan yang terbaik digunakan untuk menduga biomassa. Pemilihan model terbaik berdasarkan pada: a. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi adalah perbandingan antara Jumlah Kuadrat Regresi (JKR) dengan Jumlah Kuadrat Total (JKT), dengan rumus:
Model yang terbaik adalah model yang memiliki nilai R2 mendekati 100% karena dapat menjelaskan hubungan antara biomassa dengan dimensi pohon (diameter dan tinggi). b. Simpangan Baku (s) Simpangan baku diukur untuk menunjukkan besarnya penyimpangan nilai dugaan terhadap nilai sebenarnya, dengan rumus:
Keterangan: Ya = Nilai sebenarnya Yi = Nilai dugaan (n-p) = Derajat sisa bebas s = Simpangan baku Model yang terbaik adalah model yang memiliki nilai varian terkecil. c. Koefisien Determinasi Terkoreksi (R2adjektif/R2adj) Koefisien determinasi terkoreksi adalah koefisien determinasi yang sudah dikoreksi oleh derajat bebas dari jumlah kuadrat sisa dan jumlah kuadrat total dengan rumus:
14
Keterangan: p = banyaknya peubah dalam regresi n = banyaknya obyek yang dianalisis R2 = Koefisien determinasi R2adj = Koefisien determinasi terkoreksi Penentuan model terbaik sama halnya seperti pada koefisien determinasi. Pembuatan model persamaan pendugaan biomassa untuk menghitung dan menganalisis model persamaan mengggunakan software Minitab.
15
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT Ratah Timber merupakan perusahaan swasta nasional yang pada tahun 1970 telah memperoleh kepercayaan dari pemerintah RI cq. Menteri Pertanian untuk mengusahakan hutan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH) melalui SK HPH No.526/Kpts/Um/II/1970 tanggal 7 November 1970. Luas areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) adalah sebesar 125.000 ha dan mengalami perubahan luas areal yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kehutanan No. 95/Kpts-II/2000 tanggal 22 Desember 2000 luas areal PT Ratah Timber ditetapkan seluas 97.690 ha. Selama masa PT Ratah Timber dari tahun 1970-2010, perusahaan sudah memanfaatkan hasil hutan berupa kayu sebanyak 2.440.679 m³ seluas 84.323 ha. Data realisasi tebangan tiap sepuluh tahun selama masa perusahaan berproduksi disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Realisasi tebangan PT Ratah Timber Luas (ha) 40.800 15.200 14.088 14.235 84.323
Tahun 1970-1980 1981-1990 1991-2000 2000-2010 Jumlah
Produksi (m³) 1.133.358 545.773 434.483 327.065 2.440.679
Sumber: Rencana Karya Tahunan 2010 PT Ratah Timber
4.2 Letak dan Luas Lokasi Penelitian Areal kerja PT Ratah Timber terletak di kelompok hutan Sungai Ratah, Kabupaten Kutai, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis terletak pada 114°55’ - 115°30’ BT dan 0°2’ LS - 0°15’ LU. Menurut pembagian wilayah Kesatuan Pemangkauan Hutan, areal kerja termasuk kedalam kelompok hutan Sungai Ratah, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Mamahak Besar, Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Mahakam Hulu, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan
Timur.
Sedangkan
pembagian
wilayah
secara
administratif
16
pemerintahan termasuk dalam Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Hasil Analisis terhadap Peta Penafsiran Citra Landsat liputan Tahun 2006 Skala 1:100.000 yang telah diperiksa BAPLANHUT No. 564/VII/Pusin-1/2006, 10 Agustus 2006 dan realisasi tebangan sampai dengan RKT 2005 menunjukkan bahwa areal kerja PT Ratah Timber seluas 97.690 ha. Klasifikasi penutupan lahan areal kerja PT Ratah Timber pada setiap fungsi hutan meliputi Hutan Primer, Hutan Bekas Tebangan, dan Non Hutan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Klasifikasi penutupan lahan areal kerja PT Ratah Timber pada setiap fungsi hutan Penutupan Lahan A. Hutan Primer B. Hutan Bekas Tebangan C. Non Hutan Total
Fungsi Hutan HP HPT 5.657 4.350 53.066 25.006 9.347 264 68.070 29.620
Total Ha 10.007 78.072 9.611 97.690
% 10,24 79,92 9,84 100,00
Sumber : Hasil Analisis terhadap Peta Penafsiran Citra Landsat liputan Tahun 2006 Skala 1:100.000 yang telah diperiksa BAPLANHUT No. 564/VII/Pusin-1/2006, 10 Agustus 2006 dan realisasi tebangan RKT sampai dengan 2005, yang dikutip dari RKUPHHK PT. Ratah Timber Kalimantan Timur, 2005.
Vegetasi hutan di areal PT Ratah didominasi antara lain keruing (Dipterocarpus spp), meranti (Shorea spp), kapur (Dryobalanops spp), kayu batu (Irvingia malayana). Kelompok jenis meranti, baik di hutan primer maupun bekas tebangan pada umumnya lebih dominan dibandingkan dengan kelompok jenis lainnya. Selain itu, beberapa jenis vegetasi lain yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk sekitar hutan adalah rotan (Calamus spp), durian (Durio spp), nangka (Arthocarpus integra), dan biji tengkawang (Shorea spp). 4.3 Iklim dan Hidrologi Menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di areal kerja PT Ratah Timber termasuk iklim sangat basah atau tipe A dengan jumlah bulan basah adalah 12 bulan. Jumlah curah hujan dalam satu tahun adalah 3748 mm. Rata-rata curah hujan bulanan di areal ini adalah 312 mm. Areal kerja PT Ratah Timber berada dalam beberapa sub DAS, yaitu: sub DAS Mahakam Ulu, sub DAS Ratah, sub DAS Hubung, sub DAS Long
17
Gelawang, sub DAS Benturak, sub DAS Nyerubung, sub DAS Pari, dan sub DAS Jerumai. 4.4 Geologi dan Tanah Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Kalimantan skala 1:250.000 tahun 1976, areal kerja PT Ratah Timber memiliki tiga jenis tanah, yaitu podsolik merah kuning, latosol, dan aluvial. Tanah podsolik merah kuning terbentuk di atas wilayah berlereng datar, landai, agak curam. Tanah latosol terbentuk di atas formasi Batu Ayau, sedangkan tanah aluvial terbentuk dari endapan aluvial yang terdapat pada kelerengan datar yaitu terdapat di sekitar tepi Sungai Mahakam. Formasi geologi yang terdapat di areal PT Ratah Timber sebagian besar adalah formasi Ujoh Bilang, yaitu mencakup areal seluas 79.589 ha atau 81,0 %. Formasi geologi lainnya adalah formasi Batu Pasir Lenmuring, formasi Batu Ayau dan Endapan Aluvial.
18
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Vegetasi di Lokasi Penelitian Kegiatan pengukuran di lokasi penelitian meliputi pengukuran vegetasi pada tingkat pancang, tiang, dan pohon. Jumlah plot yang digunakan sebanyak 30 plot dengan ukuran 20 m x 50 m. Hasil pengukuran tegakan di 30 plot yang diteliti ditemukan sebanyak 68 jenis vegetasi, yang termasuk dalam kelompok jenis dipterocarpaceae sebanyak 14 jenis dan non dipterocarpaceae sebanyak 54 jenis (Lampiran 1). Berdasarkan tingkat pertumbuhannya, vegetasi yang menyusun tegakan di lokasi penelitian meliputi 64 jenis pada tingkat pancang, 49 jenis pada tingkat tiang, dan 48 jenis pada tingkat pohon dari keseluruhan jenis yang ditemukan di lokasi penelitian (Lampiran 2). Perbedaan jumlah jenis pada tingkat pertumbuhannya disebabkan adanya kegiatan penebangan yang terjadi pada tingkat pohon sehingga terjadi keterbukaan lahan dan menyebababkan jenis-jenis pohon baru bermunculan yang mempunyai nilai ekonomi rendah pada areal bekas tebangan. Jenis vegetasi yang banyak dijumpai di lapangan meliputi meranti putih (Shorea assamica), medang (Litsea firma), perupuk (Solenospermum sp.), mahang (Macaranga triloba), dan kayu hitam
(Diospyros celebica). Dari jenis-jenis
tersebut yang termasuk dalam kelompok jenis dipterocarpaceae adalah meranti putih (Shorea assamica) dan medang (Litsea firma), sedangkan lainnya termasuk kelompok jenis non dipterocarpaceae. Hutan bekas tebangan pada umumnya ditumbuhi oleh jenis tumbuhan non komersil. Tresnawan dan Rosalina (2002), menjelaskan bahwa potensi tegakan yang terdapat di hutan bekas tebangan rata-rata secara umum sangat rendah dengan jenis-jenis yang kurang bernilai ekonomi. Pada penelitian ini kelompok jenis non dipterocarpaceae lebih banyak dijumpai dibandingkan kelompok jenis dipterocarpaceae yaitu 59,92% dari total populasi (1.215 individu). Hal ini dikarenakan adanya kegiatan penebangan pada kelompok jenis dipterocarpaceae sehingga jenis-jenis non dipterocarpaceae yang sebagian besar bersifat intoleran (tidak membutuhkan naungan) dapat tumbuh dengan baik pada hutan bekas tebangan dibandingkan dengan kelompok dipterocarpaceae yang bersifat toleran
19
(membutuhkan naungan). Namun, kelompok non dipterocarpaceae terutama jenis pionir seperti mahang (Macaranga triloba) merupakan vegetasi yang berumur pendek dan akan segera tergantikan oleh jenis lain seperti kelompok dipterocarpaceae. 5.2 Model Persamaan Pendugaan Biomassa (Persamaan Alometrik) Data penelitian di lapangan dan di laboratorium digunakan untuk menduga biomassa dari 61 jenis pohon contoh yang diambil pada diameter 5 – 9 cm (Lampiran 3). Biomassa yang digunakan untuk pembuatan persamaan pendugaan biomassa adalah total biomassa pohon dari masing-masing jenis pohon contoh yang ditebang di lapangan dan merupakan hasil penjumlahan biomassa batang, cabang, akar, dan daun pada tiap jenis pohon. Biomassa total dari berbagai bagian pohon contoh untuk pembuatan persamaan memiliki kisaran antara 3,92 kg – 39,12 kg dan rata-rata dari biomassa sampel pohon contoh sebesar 13,22 kg. Besarnya biomassa pohon contoh berbeda-beda pada tiap ukuran diameternya. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan dari nilai kadar air pada sampel pohon contoh karena besar kecilnya kadar air pada sampel pohon contoh berpengaruh terhadap nilai biomassa, dimana nilai biomassa berbanding terbalik dengan kadar airnya. Semakin kecil kadar airnya maka semakin besar nilai biomassanya. Biomassa pada bagian pohon contoh meliputi batang berkontribusi berkisar antara 1,70 kg – 31,70 kg, cabang berkisar antara 0,29 kg – 5,55 kg, akar berkisar antara 0,52 kg – 4,97 kg, dan daun berkisar antara 0,08 kg – 1,87 kg. Rata-rata biomassa pada masing-masing bagian pohon contoh disajikan dalam Gambar 3.
20
Gambar 3 Biomassa pada masing-masing bagian pohon. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa biomassa pada batang memiliki kontribusi biomassa paling besar dibandingkan biomassa pada bagian pohon lainnya. Hal ini dikarenakan pada batang merupakan tempat penyimpanan cadangan hasil fotosintesis untuk pertumbuhan, baik pertumbuhan ke arah horizontal maupun vertikal. Bentuk persamaan yang dibuat ada dua yaitu menggunakan satu peubah dan dua peubah. Persamaan dengan satu peubah yaitu B = aDb atau log B = log a + b log D dan persamaan dengan dua peubah yaitu B = aDbTc atau log B = log a + b log D + c log T. Pada persamaan tersebut B adalah biomassa (kg), D adalah Diameter setinggi dada (cm), dan T adalah tinggi total (m), sedangkan a, b, dan c merupakan konstanta. Pada Tabel 5 disajikan persamaan untuk pendugaan biomassa yang disusun berdasarkan hubungan biomassa dengan diameter setinggi dada (dbh) dan biomassa dengan dbh dan tinggi total. Tabel 5 Model persamaan pendugaan biomassa No 1 2
Model Persamaan 2,58
B = 0,0977237 D
2,01
B = 0,0977237 D
0,559
H
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian (2010)
S
R-Sq
R-Sq(adj)
P
0,134281
65,6%
65,1%
0,000
0,117610
74,1%
73,2%
0,000
21
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui model persamaan untuk menduga biomassa menggunakan satu peubah dan dua peubah. Pada model persamaan di atas dengan menggunakan satu peubah (diameter saja) memiliki koefisien determinasi (R-Sq) sebesar 65,6% dan koefisien determinasi adjustment (R-Sq Adj) sebesar 65,1% dengan simpangan baku yaitu 0,134281. Sedangkan model persamaan kedua yang menggunakan dua peubah (diameter dan tinggi) memiliki R-Sq sebesar 74,1% dan R-Sq (adj) sebesar 73,2% dengan simpangan baku yaitu 0,117610. Berdasarkan nilai P pada kedua persamaan di atas menunjukkan bahwa persamaan tersebut dapat diterima karena memiliki peubah bebas yang berpengaruh terhadap biomassa (P < 0,05). Dalam penggunaan persamaan alometrik yang terpilih adalah persamaan yang memiliki R-Sq dan R-Sq (Adj) terbesar dengan simpangan baku terkecil, selain itu juga harus memperhatikan kepraktisan model. Model persamaan yang menggunakan satu peubah (B = 0,0977237 D2,58) merupakan persamaan yang digunakan untuk menduga biomassa dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan untuk memperkecil kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi apabila menggunakan satu peubah bebas (diameter saja), mempersingkat waktu, dan menghemat biaya, serta tenaga pada waktu pengukuran pohon. Selain itu, juga berdasarkan peneliti-peneliti sebelumnya (seperti Brown 1997, Kusuma 2009) yang pada umumnya menggunakan satu peubah (diameter saja). 5.3 Simpanan Karbon 5.3.1 Tegakan Hutan Pada tegakan hutan untuk pendugaan karbon meliputi karbon pada tingkat pertumbuhan pancang, tiang, dan pohon. Pendugaan simpanan karbon pada masing-masing tingkat pertumbuhan berbeda-beda. Hasil pendugaan simpanan karbon pada masing-masing tingkat pertumbuhaan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 6.
22
Tabel 6 Pendugaan simpanan karbon pada tingkat pertumbuhan pancang, tiang, dan pohon Karbon (ton/ha)
Persentase (%)
10,10
5,05
3,27
0,10
31,64
15,82
10,24
801,44
1,54
267,15
133,57
86,49
832,75
1,65
308,89
154,44
100,00
Jumlah individu
Luas sampling (ha)
Biomassa (ton)
Biomassa (ton/ind)
Biomassa (ton/ha)
Pancang
457
0,75
7,58
0,02
Tiang
237
0,75
23,73
Pohon
521
3
Tingkat Pertumbuhan
Jumlah
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian (2010)
Pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa biomassa pada tingkat pertumbuhan pancang sebesar 10,10 ton/ha, tiang 31,64 ton/ha, dan pohon 267,15 ton/ha. Sedangkan pendugaan karbon yang didapat dengan mengkonversi 50% dari biomassa, maka diperoleh karbon pada tingkat pancang, tiang, dan pohon sebesar 5,05 ton/ha, 15,82 ton/ha, dan 133,57 ton/ha. Sehingga dari total karbon yang terdapat pada tegakan hutan sebesar 154,44 ton/ha. Berdasarkan persentase simpanan karbon pada Tabel 6, pohon mempunyai persentase simpanan karbon terbesar pada tegakan hutan sebesar 86,49% dan pancang memiliki persentase simpanan karbon terkecil sebesar 3,27%. Simpanan karbon pada tingkat pancang memiliki kontribusi karbon yang lebih kecil dibandingkan tingkat pertumbuhan lainnya. Perbedaan simpanan karbon pada masing-masing tingkat pertumbuhan disebabkan oleh perbedaan jumlah individu dan ukuran diameter, dimana diameter pada pohon lebih besar dibandingkan dengan diameter pancang maupun tiang. Tabel 7 Biomassa dan karbon pada tiap blok RKT Blok RKT
Biomasa (ton/ha) Pancang
Tiang
Pohon
Karbon(ton/ha) Pancang
2004 9,31 33,53 273,94 4,66 2005 9,09 21,20 246,41 4,54 2006 11,48 39,34 199,27 5,74 2007 11,59 31,86 303,14 5,79 2008 8,81 36,87 238,56 4,41 2009 10,34 27,06 341,55 5,17 Rata10,10 31,64 267,15 5,05 rata Sumber: Data Primer Hasil Penelitian (2010)
Tiang
Pohon
Total Karbon (ton/ha)
16,76 10,60 19,67 15,93 18,43 13,53
136,97 123,21 99,63 151,57 119,28 170,78
158,39 138,35 125,04 173,30 142,12 189,48
214 185 216 204 174 222
15,82
133,57
154,45
1215
∑ ind.
Diameter rata-rata 19,23 19,06 18,84 19,94 20,35 20,11
23
Hasil yang didapatkan dalam plot penelitian yang terdapat pada Tabel 7, pada tiap blok RKT menunjukkan nilai karbon yang tidak signifikan. Pada blok RKT 2007 dan RKT 2009 nilainya cenderung naik dibandingkan dengan blok RKT lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah individu dan diameter ratarata pada tegakan yang terdapat di plot penelitian pada blok RKT 2007 dan RKT 2009 cukup besar dibandingkan blok RKT lainnya yaitu sebesar 204 individu; 19,94 cm dan 222 individu; 20,11 cm. 5.3.2 Kelompok Jenis Dipterocarpaceae dan Non Dipterocarpaceae Pengelompokkan jenis dipterocarpaceae (D) dan non dipterocarpaceae (ND) berdasarkan jenis-jenis pohon yang ditebang atau diproduksi oleh PT Ratah Timber. Kelompok jenis dipterocarpaceae yang ditemukan di plot penelitian sebanyak 14 jenis (487 individu) dan non dipterocarpaceae sebanyak 54 jenis (728 individu).Simpanan karbon yang terdapat pada tiap kelompok jenis disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Biomassa dan karbon kelompok jenis dipterocarpaceae dan non dipterocarpaceae pada tingkat pertumbuhan Tingkat Pertumbuhan Pancang Tiang Pohon
Jumlah individu D ND 158 299 87 150 242 279
Jumlah
487
Luas sampling (ha) 0,75 0,75 3
728
Biomassa (ton/ha) D ND 2,98 7,02 7,04 23,8 38,66 226,5
Karbon Total (ton/ha) Karbon (ton/ha) D ND 1,49 3,51 5,00 3,52 11,9 15,42 19,33 113,25 132,58
48,68 257,32
24,34
128,66
153,00
kelompok
jenis
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian (2010)
Pada
Tabel
8
menunjukkan
nilai
karbon
pada
dipterocarpaceae sebesar 24,34 ton/ha dan non dipterocarpaceae sebesar 128,66 ton/ha. Kelompok jenis non dipterocarpaceae menyimpan karbon lebih banyak dibandingkan kelompok jenis dipterocarpaceae, sehingga untuk mendapatkan hutan lestari yang mampu mengembalikan kondisi hutan seperti kondisi aslinya kurang tercapai. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengayaan untuk kelompok jenis dipterocarpaceae pada areal hutan bekas tebangan untuk kelestarian pengelolaan selanjutnya.
24
5.3.3 Serasah dan Tumbuhan bawah Tumbuhan bawah dan serasah merupakan tempat penyimpanan karbon selain pada tegakan hutan. Untuk mengetahui simpanan karbon pada serasah dan tumbuhan bawah dilakukan dengan menghitung berat kering tanur contoh serasah dan tumbuhan bawah pada kuadran berukuran 0,5 m x 0,5 m. Untuk mendapatkan nilai biomassanya maka didasarkan pada kadar airnya. Nilai biomassa dikonversi ke dalam satuan ton/ha. Hampir 50% biomassa pada vegetasi hutan tersusun oleh karbon sehingga karbon yang diperoleh dengan mengkonversi setengah dari biomassanya. Hasil perhitungan biomassa dan karbon disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Biomassa dan karbon pada serasah dan tumbuhan bawah Komponen hutan Serasah Tumbuhan bawah Jumlah
30
Luas sampling tiap plot (ha) 0,0002
30
0,0002
Jumlah plot
Luas sampling (ha)
Biomassa (ton)
Biomassa (ton/ha)
Karbon (ton/ha)
0,006
0,03524
5,87
2,94
0,006
0,00067
0,11
0,06
0,03591
5,98
3,00
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian (2010)
Pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa biomassa dan karbon pada serasah (5,87 ton/ha dan 2,94 ton/ha) lebih besar dibandingkan dengan tumbuhan bawahnya (0,11 ton/ha dan 0,06 ton/ha). Lokasi penelitian merupakan areal bekas tebangan, sehingga produksi serasah cukup tinggi karena banyak terdapat limbah batang, cabang, ranting, dan daun yang dihasilkan dari kegiatan penebangan. Sedangkan, nilai tumbuhan bawah lebih kecil dikarenakan tumbuhan bawah yang ditemukan di lokasi penelitian sedikit dan hutan masih memiliki pohon-pohon yang cukup banyak, sehingga cahaya yang masuk ke lantai hutan sedikit dan menyebabkan pertumbuhan dari tumbuhan bawah terhambat. Secara keseluruhan simpanan karbon yang tersimpan dalam tumbuhan bawah dan serasah sebesar 3,00 ton/ha. Nilai ini dapat menambah besarnya simpanan karbon yang tersimpan di dalam hutan.
25
5.3.4 Simpanan Karbon Total Pendugaan cadangan karbon dalam penelitian ini dengan mengasumsikan 50% dari biomassa hutan tersusun atas karbon (Brown 1997). Sehingga cadangan karbon berkorelasi positif dengan besarnya biomassa yang berarti semakin besar simpanan biomassa maka cadangan karbon akan semakin tinggi. Total simpanan karbon pada areal hutan bekas tebangan merupakan penjumlahan dari simpanan karbon pada tegakan hutan, tumbuhan bawah, dan serasah. Hasil perhitungan dari penjumlahan simpanan karbon tersebut disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Simpanan karbon pada komponen hutan meliputi pancang, tiang, pohon, serasah, dan tumbuhan bawah
Komponen hutan Pancang Tiang Pohon Serasah Tumbuhan bawah Jumlah
Luas (ha)
Biomassa (ton/ha)
Karbon (ton/ha)
Simpanan Karbon (giga ton)
Persentase (%)
78.072
10,10
5,05
3,94 x 10-4
3,21
78.072 78.072 78.072 78.072
31,64 267,15 5,87 0,11 314,87
15,82 133,57 2,94 0,06 157,44
-4
12,35 x 10
-4
104,28 x 10
10,05 84,84
-4
1,87
-4
0,04
2,29 x 10
0,05 x 10
-4
122,92 x 10
100,00
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian (2010)
Dari Tabel 10 dapat diketahui karbon pada masing-masing komponen hutan yaitu pancang 5,05 ton/ha, tiang 15,82 ton/ha, pohon 133,57 ton/ha, serasah 2,94 ton/ha dan tumbuhan bawah 0,06 ton/ha. Berdasarkan luas areal hutan bekas tebangan pada lokasi penelitian (78.072 ha), maka simpanan karbon pada areal ini sebesar 122,92 x 10-4 Gt (1 Giga ton (Gt) = 109 ton). Nilai tersebut merupakan penjumlahan dari simpanan karbon pada pancang, tiang, pohon, tumbuhan bawah, dan serasah. Simpanan karbon pada tingkat pohon lebih memberikan kontribusi terbesar terhadap simpanan karbon total di lokasi penelitian dibandingkan komponen hutan lainnya (Gambar 4).
26
Gambar 4 Persentase simpanan karbon pada komponen hutan. Hasil penelitian menunjukkan kontribusi simpanan karbon terbesar terdapat pada tingkat pohon sebesar 84,84%. Hal tersebut disebabkan ukuran pada diameter pohon yang lebih besar dibandingkan tingkat pertumbuhan lainnya. Selain itu, simpanan karbon dari tumbuhan bawah dan serasah berkontribusi relatif kecil terhadap simpanan karbon totalnya yaitu 0,04% dan 1,87%. Ford dan Newbould (1977) diacu dalam Tresnawan dan Rosalina (2002) menyatakan bahwa
tumbuhan
bawah
memberikan
kontribusi
karbon
lebih
sedikit
dibandingkan komponen lainnya dianggap sangat normal karena ukuran tumbuhan bawah jauh lebih kecil dibandingkan dengan biomassa pohon. Hal ini dapat disebabkan jumlah individu dan ukuran individu pada tingkat pohon yang lebih besar sehingga menghasilkan biomassa dan karbon yang besar pula, cadangan karbon berkorelasi positif dengan besarnya biomassa yang berarti semakin besar simpanan biomassa maka cadangan karbon akan semakin tinggi. Meskipun nilai karbon pada tingkat pancang dan tiang lebih kecil dibandingkan tingkat pohon, tetapi mempunyai peran dalam menyerap dan menyimpan karbon sehingga perlu diperhatikan dalam pengukuran simpanan karbon. Simpanan karbon yang didapat dengan menggunakan persamaan alometrik Ketterings (2001) B = 0,11 x ρ x D2,62 berdasarkan data dari penelitian ini dan nilai
kerapatan
kayu
(ρ)
didapat
dari
kumpulan
kerapatan
kayu
(www.icraf.cgiar.org/sea) dihasilkan karbon pada tegakan sebesar 124,46 ton/ha. Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 11.
27
Tabel 11 Simpanan Karbon berdasarkan persamaan alometrik Tingkat Pertumbuhan Pancang Tiang Pohon Jumlah
Luas sampling (ha)
Biomassa (ton/ha)
0,75 0,75 3
7,49 24,04 217,39 248,92
Karbon (ton/ha) 3,74 12,02 108,70 124,46
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian (2010)
Simpanan karbon pada penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan pengukuran karbon menggunakan persamaan alometrik seperti yang terlihat pada Tabel 11. Pada penelitian sebelumnya juga didapatkan simpanan karbon yang berbeda dengan simpanan karbon pada penelitian ini. Pada penelitian Junaedi (2007) di areal hutan bekas tebangan 0, 2, 3, 4 tahun setelah penebangan di PT Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah, menghasilkan simpanan karbon hutan bekas tebangan menggunakan persamaan alometrik berkisar antara 57,68 ton/ha – 107,71 ton/ha. Sedangkan, penelitan Kusuma (2009) menyebutkan simpanan karbon pada hutan bekas tebangan tahun 1983 berkisar antara 73,63 ton/ha – 93,44 ton/ha. Dalam penelitian ini, diperoleh simpanan karbon pada areal hutan bekas tebangan yang merupakan penjumlahan dari simpanan karbon pada pancang, tiang, pohon, tumbuhan bawah, dan serasah sebesar 157,44 ton/ha (122,92 x 10-4 Gt). Berdasarkan penelitian sebelumnya pada kondisi yang sama (bekas tebangan) hasil pendugaan simpanan karbon pada penelitian ini tidak berada dalam kisaran simpanan karbon peneliti sebelumnya. Dalam pendugaan simpanan karbon yang menggunakan persamaan alometrik dapat menghasilkan simpanan karbon yang lebih kecil maupun lebih besar dari hasil yang sebenarnya. Perbedaan simpanan karbon dapat disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan, sistem silvikultur, ukuran diameter dalam menduga simpanan karbon dan penggunaan kadar karbon. Pada penelitian ini konversi karbon mengikuti 50% dari biomassa hutan, sedangkan pada penelitian sebelumnya Kusuma (2009) menggunakan kadar karbon yang diperoleh dari pengolahan data di laboratorium.
28
Dalam penelitian Junaedi (2007) dinyatakan bahwa penurunan cadangan karbon dengan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) sebesar 53,03% - 74,85% lebih tinggi dibandingkan dengan areal bekas tebangan yang menggunakan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) sebesar 25% - 62%. Sedangkan, lokasi penelitian ini menggunakan sistem silvikultur TPTI dan mengambil data langsung dari lapangan (destructive) dalam pendugaan simpanan karbon sehingga memiliki simpanan karbon yang berbeda dengan peneliti sebelumnya. Selain itu, juga dapat disebabkan oleh pendugaan simpanan karbon dalam penelitian ini menggunakan ukuran diameter yang berkisar 5 – 9 cm kurang dapat mewakili untuk semua tegakan sehingga terjadi perbedaan dalam pengukuran simpanan karbon. Pengambilan sampel pohon contoh seharusnya menggunakan ukuran diameter yang dapat mewakili semua tegakan, namun kondisi di lapangan yang tidak memungkinkan untuk mengambil sampel pohon contoh pada diameter yang mewakili tingkat tiang dan pohon, dan juga dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga, dan alat.
29
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Simpanan karbon pada areal hutan bekas tebangan di PT Ratah Timber berdasarkan pengelompokkan jenis, kelompok jenis dipterocarpaceae sebesar 24,34 ton/ha dan non dipterocarpaceae sebesar 128,66 ton/ha dan diduga simpanan karbon total sebesar 157,44 ton/ha atau 122,92 x 10-4 Gt. Karbon pada tingkat pohon berkontribusi paling besar terhadap simpanan karbon total yaitu 84,84%, diikuti tiang 10,05%, pancang 3,21%, serasah 1,87% dan tumbuhan bawah 0,04%. Pancang dan tiang berkontribusi di dalam perhitungan simpanan karbon pada tegakan di hutan alam, sehingga pendugaan simpanan karbon tidak hanya diduga dari tingkat pohonnya saja, tetapi perlu memperhatikan tingkat pancang dan tiang. 6.2 Saran Perlu dilakukan uji validasi tehadap persamaan yang dihasilkan dan penelitian lebih lanjut menggunakan metode destructive dengan diameter pohon contoh yang mewakili tegakannya pada hutan alam. Selain itu, juga perlu diadakan pengayaan untuk kelompok jenis dipterocarpaceae untuk kelestarian pengelolaan selanjutnya pada areal hutan bekas tebangan.
30
DAFTAR PUSTAKA Arief A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta: Kanisius. Adinugroho WC, K. Sidiyasa. 2009. Model Pendugaan biomassa pohon mahoni (Swietania macrophylla King) di atas permukaan tanah. http://wahyukdephut.wordpress.com [4 Juni 2010]. Brown S. 1997. Estimating biomass and biomass change of tropical forest. FAO Forestry Paper . Rome. www.fao.org/icatalo/search/dett.asp?aries.id [21 Januari 2010]. Departemen Kehutanan. 1999. Undang-Undang No. 41 tahun 1999 Tentang Kehutanan. Jakarta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Hairiah K, Sitompul SM, Van Noordwijk M, Palm C. 2001. Method for sampling carbon stocks above and below ground, ASB lecture note 4B.ICRAF.Bogor. http:/www.worldagroforesty.org [30 Juni 2010]. Handoko P. 2007. Pendugaan simpanan karbon di atas permukaa lahan pada tegakan akasia (Acacia mangium Willd) di BKPH Parung Panjang KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. [ICRAF] International Center for Research in Agroforestry. 2005. Wood density database.www.icraf.cgiar.org/sea [25 Oktober 2010]. Ismail AG. 2005. Dampak kebakaran hutan terhadap potensi kandungan karbon pada tanaman Acacia mangium Wild di Hutan Tanaman Industri. [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Junaedi A. 2007. Dampak pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) terhadap potensi kandungan karbon dalam vegetasi hutan alam tropika (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah). [tesis]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.. Ketterings QM, Richard C, Meine Van Noordwijk, Yakub A, Cheryl A. Palm. 2001. Reducing uncertainty in use of allomatric biomass equations prediting above ground tree biomass in mixed secondary forest. Forest Ecology and Management 146: 199-209. http://www. worldagroforestry center.org/SEA/Publications/files/journal/JA0146-04.pdf [25 Juni 2010] . Kusuma GA. 2009. Pendugaan potensi karbon di atas permukaan tanah pada tegakan hutan hujan tropis bekas tebangan (LOA) 1983 (Studi Kasus IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur). [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
31
Nurhayati E. 2005. Estimasi potensi simpanan karbon pada tegakan puspa (Schima wallichii (DC.) Korth.) di areal 1,2,3, dan 4 tahun setelah pembakaran, di hutan sekunder Jasinga, Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Rahayu S, Betha Lusiana, Van Noordwijk M. 2005. Pendugaan cadangan karbon di atas permukaan tanah berbagai sistem penggunaan lahan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. www.icraf.com/downloads / publications/PDFs/bc08059.pdf [12 Mei 2010]. Soerianegara I, Andry I. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Suhendang E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sutaryo D. 2009. Penghitungan Biomassa Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon. Bogor: Wetlands International Indonesia Programme. Tresnawan H, Upik Rosalina. 2002. Pendugaan biomassa di ekosistem hutan primer dan hutan bekas tebangan (Studi Kasus Hutan Dusun Aro, Jambi). Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VIII No.1 : 15-29. Whitmore TC. 1985. Tropical Rain Forest of The Far East. Oxford University Press. New York.
32
LAMPIRAN
33
Lampiran 1 Daftar jenis yang dijumpai dalam Petak Ukur 3 ha di lokasi penelitian
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44.
Nama jenis Abung tanah Anggi Arau Banggeris Bayur Beluhboq Bintangur Binuang Buan Bunyau Darah-darah Durian Gerunggang Huboq Ihau Hutan Jabon Jambu-jambuan Jelutung Jemelek Jeruk hutan Kacang-kacangan Kanhop Kapul Kapur Karet hutan Kayu ara Kayu bura/ubah Kayu hitam Kayu lapar Kayu lari-lari Kayu sabun Kayu sirih Kayu tatak Perupuk Kenari Keranji Keruing Kopi-kopian Langalung Lansat Hutan Lidah Payau Mahang Medang Melahak
Nama latin Nephelium sp. Sindora wallichii Ellmeleria dandelis Koompassia excelsa Pterospermum celebicum Calophyllum inophyllum Octomeles sumatrana Shorea bracteolata Myristica sp. Durio oxleyanus Cratoxylon sumatranume Dimocarpus longan Anthocepalus chinensis Eugenia sp. Dyera costulata
Pentae sp. Baccaurea sp. Lour. Dryobalanops lanceolata Anglauria malfinas Ficus indica Eugenia sp. Diospyros celebica
Piper anducum Solenospermum sp. Canarium commune Dialium sp. Lour Dipterocarpus gracilis
Aglaia sp. Endospermum moluccanum Macaranga triloba Litsea firma Knema latifolia
Kelompok jenis ND ND D ND ND ND D D D D ND ND D ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND D ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND D ND ND ND ND ND D ND
Kerapatan kayu (g/cm3) 0,61 0,68 0,61 0,95 0,44 0,61 0,69 0,33 0,61 0,66 0,54 0,61 0,47 0,61 0,87 0,47 0,72 0,36 0,61 0,61 0,61 0,61 0,79 0,74 0,61 0,48 0,72 0,60 0,61 0,61 0,61 0,38 0,61 0,45 0,73 0,80 0,73 0,61 0,61 0,79 0,35 0,42 0,69 0,69
34
Lampiran 1 (Lanjutan) Kerapatan Kayu (g/cm3) Shorea seminis D 0,90 45. Meranti batu Shorea acuminatissima D 0,51 46. Meranti kuning Shorea parvifolia D 0,45 47. Meranti merah Shorea assamica D 0,50 48. Meranti putih Palaquium sp. Blanco D 0,52 49. Nyatoh Ficus variegate ND 0,61 50. Nyawai Hopea ferrugenia ND 0,70 51. Nyerakat ND 0,61 52. Pangaq Quercus sp. ND 0,82 53. Pasang ND 0,61 54. Porang Artocarpus anisophyllus ND 0,74 55. Puan Nephelium lappaceum ND 0,91 56. Rambutan hutan Vatica rassak ND 0,60 57. Resak ND 0,61 58. Sembukau Dracontomelon mangiferum ND 0,58 59. Singkuang ND 0,61 60. Takalal ND 0,61 61. Tamha Tanam haloq ND 0,61 62. ND 0,61 63. Taringdung Shorea pinanga ND 0,42 64. Tengkawang Artocarpus elasticus ND 0,44 65. Terap Campnosperma macrophylla ND 0,48 66. Terentang Eusyderoxylon zwageri ND 1,04 67. Ulin Gluta renghas ND 0,69 68. Rengas Sumber: Wood density database (www.icraf.cgiar.org/sea); Rahayu et al. (2005) No.
Nama Jenis
Nama Latin
Kelompok Jenis
Keterangan: D = Dipterocarpaceae; ND = Non Dipterocarpaceae (penggolongan ini dengan mengasumsikan bahwa kelompok jenis Dipterocarpaceae berdasarkan jenis pohon yang diproduksi/ditebang di IUPHHK PT. Ratah Timber)
35
Lampiran 2 Penyebaran jenis vegetasi berdasarkan tingkat pertumbuhan No
Nama Jenis
Pancang
Jumlah
Tiang
Jumlah
4 1 1 1 2 1 2 1 24 14 14 4 0 1 13 6 8 1 3 2 8 1 1 14 4 1 0 32 2 5 1 3 2 43 16 0 8 1 3 4
√
2
1
Abung tanah
√
2
Anggi
√
3
Arau
√
4
Banggeris
√
5
Bayur
√
6
Beluhboq
√
7
Bintangur
√
8
Binuang
√
9
Buan
√
10
Bunyau
√
11
Darah-darah
√
12
Durian
√
13
Gerunggang
14
Huboq
√
15
Ihau Hutan
√
16
Jabon
√
17
Jambu-jambuan
√
18
Jelutung
√
19
Jemelek
√
20
Jeruk hutan
√
21
Kacang-kacangan
√
22
Kanhop
√
23
Kapul
√
24
Kapur
√
25
Karet hutan
√
26
Kayu ara
√
27
Kayu bura
28
Kayu hitam
√
29
Kayu lapar
√
30
Kayu lari-lari
√
31
Kayu sabun
√
32
Kayu sirih
√
33
Kayu tatak
√
34
Perupuk
√
35
Kenari
√
36
Keranji
37
Keruing
√
38
Kopi-kopian
√
39
Langalung
√
40
Lansat hutan
√
Pohon
0
√
√
2
√
√
1
√
√
3
√
0
√
0
√
0
√
√
7
√
√
13
√
√
5
√
√
1
√
0
√
√
1
√
√
7
√
0
√
√
2
√
√
1 0
√ √
1 3
√
0 0 √
6
√
√
3
√
√
1
√
√
2
√
8
√ √
√
Jumlah
Total
0 1 3 4 6 1 1 1 16 9 6 4 3 4 10 12 3 0 0 0 5 0 0 10 8 3 0 15
6 2 6 6 11 2 3 2 47 36 25 9 3 6 30 18 13 2 3 3 16 1 1 30 15 5 2 55 2 7 1 5 2 75 24 8 18 1 4 4
0
0
2
0
0
0
1
√
0
1 0
√
19
√
13
√
4
√
4
√
2
√
6
5
√
√ √
5
0
0
1
0
0
0
36
Lampiran 2 (Lanjutan) No
Nama Jenis
Pancang
41
Lidah payau
√
42
Mahang
√
43
Medang
√
44
Melahak
√
45
Meranti batu
√
46
Meranti kuning
√
47
Meranti merah
√
48
Meranti putih
√
49
Nyatoh
√
50
Nyawai
51
Nyerakat
√
52
Pangaq
√
53
Pasang
√
54
Porang
√
55
Puan
√
56
Rambutan hutan
√
57
Resak
√
58
Sembukau
√
59
Singkuang
√
60
Takalal
√
61
Tamha
√
62
Tanam Haloq
√
63
Taringdung
√
64
Tengkawang
√
65
Terap
√
66
Terentang
√
67
Ulin
√
68
Rengas Jumlah
√ 64
Jumlah Tiang Jumlah 0 9 √ 12 14 √ 33 16 √ 13 14 √ 5 2 √ 3 4 √ 3 2 √ 31 27 √ 19 3 0 0 √ 4 3 √ 1 1 √ 1 1 1 0 3 0 √ 4 3 √ 2 9 √ 19 9 √ 3 2 √ 2 1 √ 11 4 √ 7 10 3 0 √ 7 4 √ 1 1 √ 3 1 √ 4 2 √ 1 1 49 457 237
Pohon
Jumlah 0
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ 48
38 39 24 12 12 43 85 3 3 2 2 16 0 8 8 13 0 1 0 0 7 0 28 16 1 4 2 521
Total 9 64 88 51 19 19 48 143 25 3 9 4 18 1 11 15 24 28 6 3 15 24 3 39 18 5 10 4 1215
37
Lampiran 3 Rekapitulasi biomasa pohon contoh untuk pembuatan model Dbh (cm)
Tinggi Total (m)
Batang
Cabang
Anggi
5,80
9,00
69,55
51,25
56,72
Arau
6,70
5,00
62,11
26,32
Banggeris
7,90
6,00
45,45
Bayur
5,40
5,00
74,87
Beluhboq
6,30
7,00
Bintangur
5,60
Binuang
Nama Jenis
Kadar Air (%) Akar
Biomassa (kg) Daun
Jumlah
Batang
Cabang
Akar
Daun
130,95
8,52
1,95
1,28
0,30
12,05
25,34
275,23
5,12
1,19
1,76
0,29
8,36
30,82
71,88
112,77
10,07
0,65
3,08
0,35
14,15
27,03
110,27
123,71
3,35
0,83
1,09
0,72
5,98
84,81
45,40
66,15
154,13
8,12
2,54
1,32
0,28
12,26
8,00
62,43
39,18
38,74
99,20
7,54
2,26
0,65
0,80
11,26
5,40
5,00
88,57
28,38
126,17
132,83
2,57
1,32
0,75
0,58
5,23
Buan
7,60
10,00
50,99
24,16
47,54
190,28
20,93
3,22
3,12
0,41
27,68
Bunyau
5,20
4,00
54,91
46,80
49,69
247,22
5,04
1,26
0,73
0,35
7,38
Darah-darah
5,50
7,00
55,60
32,34
35,39
221,03
5,75
0,60
0,74
1,87
8,96
Durian
5,00
8,00
70,37
23,04
27,52
154,45
3,82
1,67
0,78
0,71
6,97
Gerunggang
5,00
8,00
65,07
35,48
59,76
365,12
3,09
1,33
0,56
0,32
5,30
Huboq
6,70
5,00
117,20
48,82
127,37
259,07
3,41
2,08
1,41
0,45
7,34
Ihau Hutan
5,70
4,00
43,87
28,16
43,49
128,05
7,23
0,39
1,67
0,26
9,55
Jabon
5,10
4,00
118,26
30,38
34,08
350,45
1,70
1,30
1,04
0,40
4,44
Jambu-jambuan
5,60
5,00
93,75
38,50
37,05
129,89
6,97
1,66
1,17
1,04
10,84
Jemelek
5,40
5,00
166,98
164,02
86,15
188,60
2,17
1,82
1,69
0,49
6,17
Jeruk hutan
6,20
5,00
47,19
30,14
41,49
142,13
10,26
0,81
0,88
0,12
12,07
Kacang-kacangan
5,10
6,00
44,83
32,15
60,85
116,92
6,32
2,88
1,12
0,55
10,87
Kanhop
5,60
6,00
67,24
57,33
81,16
267,65
6,97
2,19
1,27
0,31
10,74
Kapul
6,40
5,00
47,09
24,24
24,47
271,06
10,27
1,85
1,21
0,32
13,65
Kapur
5,20
4,00
90,16
49,03
56,84
207,22
4,73
1,68
0,70
0,49
7,60
Karet hutan
6,70
9,00
70,68
28,77
37,19
175,10
8,73
2,25
1,97
0,44
13,39
Kayu bura
7,90
8,00
53,86
29,26
50,68
125,48
13,88
2,09
2,59
0,84
19,40
Kayu Hitam
7,50
9,00
54,41
24,44
64,69
112,31
18,33
1,77
1,28
0,66
22,03
Kayu lapar
6,80
8,00
68,62
40,72
28,97
166,67
11,30
0,18
2,29
0,19
13,95
Kayu lari-lari
7,30
7,00
69,05
32,31
74,72
325,53
10,71
2,57
1,17
0,42
14,87
Kayu sabun
5,20
7,00
73,49
42,79
67,24
316,67
5,04
0,32
0,57
0,08
6,01
Kayu sirih
6,80
4,00
163,31
48,97
95,67
513,50
4,41
1,81
1,43
0,26
7,91
Kayu Tatak
7,40
11,00
46,20
43,77
47,36
127,27
26,47
4,49
1,90
0,68
33,54
Kenari
5,00
7,00
71,81
26,74
26,74
204,41
3,96
0,43
0,79
0,11
5,30
Keranji
7,90
11,00
48,81
34,46
58,73
309,00
25,99
3,57
1,51
0,49
31,56
Keruing
6,00
5,00
57,40
27,16
71,88
217,46
7,18
1,26
1,22
0,36
10,02
Kopi-kopian
6,00
5,00
71,98
52,99
54,01
210,08
5,93
0,26
0,97
0,32
7,49
Langalung
5,40
4,00
210,53
33,93
169,32
329,18
2,17
0,86
0,71
0,19
3,92
Lansat Hutan
5,70
6,00
46,19
35,73
39,02
220,51
3,93
2,39
1,87
0,44
8,63
Lidah Payau
6,20
6,00
61,82
70,41
68,31
201,66
10,44
0,53
2,44
0,53
13,94
Mahang
6,30
7,00
44,84
2 5,20
101,55
277,36
4,00
1,68
0,69
0,62
7,00
Medang
5,50
6,00
50,30
41,73
31,55
153,16
5,26
0,95
1,27
0,24
7,72
38
Lampiran 3 (Lanjutan) Dbh (cm)
Tinggi Total (m)
Batang
Cabang
Akar
Daun
Batang
Cabang
Akar
Daun
Melahak
7,40
7,00
83,24
28,30
54,64
241,30
12,06
4,52
2,07
0,94
19,59
Meranti batu
5,10
8,00
64,45
31,94
49,40
157,07
5,02
2,92
1,00
0,51
9,44
Meranti kuning
7,90
11,00
50,61
27,61
57,80
197,62
12,02
1,84
1,05
0,25
15,16
Meranti Merah
8,50
12,00
60,22
26,91
47,64
222,06
15,92
0,35
1,02
0,14
17,43
Meranti Putih
6,80
6,00
53,92
25,00
32,67
116,92
9,36
0,72
0,83
0,55
11,46
Nyatoh
6,70
4,00
68,21
28,97
52,93
153,81
7,40
1,94
1,47
0,63
11,44
Nyawai
7,80
6,00
145,73
38,75
72,26
262,98
8,10
1,91
1,92
0,30
12,23
Nyerakat
5,90
8,00
49,72
52,26
45,58
120,02
8,62
0,89
1,20
0,23
10,93
Pangaq
6,50
7,00
63,34
49,60
41,00
137,53
10,50
1,17
1,03
0,32
13,01
Pasang
7,30
12,00
41,22
33,37
47,14
189,02
18,20
5,55
1,73
0,55
26,03
Porang
5,70
7,00
236,49
26,81
98,58
213,97
3,36
1,66
0,73
0,41
6,16
Puan
9,00
8,00
41,92
117,98
31,88
130,68
27,20
1,88
4,97
1,37
35,41
Rambutan Hutan
8,80
15,00
37,56
30,49
40,65
170,27
31,70
2,84
3,70
0,89
39,12
Resak
8,30
9,00
70,55
44,32
81,21
178,94
16,74
2,08
2,48
0,50
21,80
Sembukau
5,40
8,00
68,39
37,09
41,29
153,16
7,13
1,68
1,06
0,55
10,42
Singkuang
7,50
8,00
54,05
48,81
50,15
255,24
11,46
1,71
1,40
0,08
14,65
Tamha
5,90
6,00
69,30
57,92
47,69
34,05
8,86
1,99
1,18
1,04
13,08
Tanam Haloq
6,50
9,00
41,67
33,89
37,17
151,57
16,98
2,46
1,71
0,81
21,97
Taringdung Tengkawang
7,30
8,00
85,04
48,13
55,86
249,04
10,00
2,97
1,76
0,80
15,54
7,00
9,00
50,18
25,00
33,23
156,41
11,49
1,48
1,39
0,41
14,76
Terentang Ulin
6,30
5,00
99,23
39,88
54,89
260,36
9,79
0,29
0,52
0,89
11,48
5,30
5,00
49,16
46,54
41,16
132,02
5,73
1,47
0,89
1,03
9,12
Rata-rata
6,41
7,03
73,26
40,19
57,55
198,97
9,50
1,76
1,44
0,52
13,21
Nama Jenis
Kadar Air (%)
Biomassa (kg)
Jumlah
39
Lampiran 4 Hasil regresi linier antara biomassa dengan diameter setinggi dada (Dbh) dan tinggi total
a. Logaritma Dbh, Tinggi Total, dan Biomassa The regression equation is log B tot = - 1,01 + 2,01 log D + 0,559 log T
Predictor Constant log D log T
Coef -1,0129 2,0131 0,5589
S = 0,117610
SE Coef 0,1712 0,2499 0,1285
R-Sq = 74,1%
T -5,92 8,06 4,35
P 0,000 0,000 0,000
R-Sq(adj) = 73,2%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 2 58 60
SS 2,2936 0,8023 3,0959
MS 1,1468 0,0138
F 82,91
P 0,000
b. Logaritma Dbh dan Biomassa The regression equation is Log B = - 1,01 + 2,58 Log D
Predictor Constant Log D
Coef -1,0070 2,5816
S = 0,134281
SE Coef 0,1955 0,2432
R-Sq = 65,6%
T -5,15 10,62
P 0,000 0,000
R-Sq(adj) = 65,1%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
F table 3,15593
DF 1 59 60
SS 2,0321 1,0638 3,0959
MS 2,0321 0,0180
F 112,70
P 0,000
40
Lampiran 5 Rekapitulasi karbon pada serasah dan tumbuhan bawah
1
Kadar Air (%) Tumbuhan Serasah Bawah 230,03 1029,94
2
266,97
3
222,58
4
270,37
5
557,89
6
247,22
7 8
No Plot
Biomassa (ton/ha) Tumbuhan Jumlah Serasah Bawah 0,17 0,00 0,17
Karbon (ton/ha) Tumbuhan Jumlah Serasah Bawah 0,08 0,00 0,09
0,15
0,00
0,15
0,08
0,00
0,08
665,31
0,21
0,00
0,21
0,10
0,00
0,10
376,19
0,16
0,01
0,17
0,08
0,00
0,08
0,09
0,00
0,09
0,05
0,00
0,05
355,58
0,55
0,05
0,60
0,28
0,02
0,30
274,53
751,06
0,36
0,01
0,37
0,18
0,00
0,18
203,49
747,46
0,21
0,01
0,22
0,11
0,00
0,11
9
119,06
110,08
0,25
0,00
0,25
0,12
0,00
0,12
10
347,43
303,46
0,29
0,01
0,30
0,15
0,00
0,15
11
250,88
224,68
0,15
0,00
0,16
0,08
0,00
0,08
12
257,14
541,03
0,19
0,01
0,20
0,09
0,00
0,10
13
253,98
0,09
0,00
0,09
0,05
0,00
0,05
14
335,73
0,10
0,00
0,11
0,05
0,00
0,05
15
124,72
0,10
0,00
0,10
0,05
0,00
0,05
16
249,65
0,09
0,00
0,09
0,04
0,00
0,04
17
221,03
0,13
0,00
0,13
0,07
0,00
0,07
18
269,00
0,15
0,00
0,16
0,08
0,00
0,08
19
259,71
0,16
0,00
0,16
0,08
0,00
0,08
20
408,91
0,09
0,00
0,09
0,04
0,00
0,04
21
196,30
0,23
0,00
0,23
0,12
0,00
0,12
22
134,19
0,22
0,01
0,23
0,11
0,00
0,11
23
299,20
0,08
0,00
0,08
0,04
0,00
0,04
24
189,86
594,44
0,24
0,00
0,24
0,12
0,00
0,12
25
127,01
277,83
0,39
0,01
0,40
0,19
0,00
0,20
26
222,58
0,21
0,00
0,21
0,11
0,00
0,11
27
100,00
0,38
0,00
0,38
0,19
0,00
0,19
28
638,01
0,11
0,00
0,11
0,05
0,00
0,05
29
375,06
0,11
0,00
0,12
0,06
0,00
0,06
30
189,44
0,20
0,00
0,20
0,10
0,00
0,10
5,87
0,11
5,99
2,94
0,06
2,99
Jumlah
374,58 733,33 777,19
687,40
552,17
41
Lampiran 6 Hasil regresi linier antara biomassa dengan diameter setinggi dada (Dbh) pada kelompok jenis dipterocarpaceae dan non dipterocarpaceae a. Kelompok jenis dipterocarpaceae Regression Analysis: log B versus log D The regression equation is log B = - 0,634 + 2,07 log D Predictor
Coef SE Coef
T
P
Constant -0,6339 0,3380 -1,88 0,085 log D 2,0748 0,4271 4,86 0,000 S = 0,118769
R-Sq = 66,3%
R-Sq(adj) = 63,5%
Analysis of Variance Source
DF
SS
MS
0,33282
0,33282
Regression
1
Residual Error
12
0,16927
Total
13
0,50210
F
P
23,59
0,000
0,01411
2,07
B=0,232273D
b. Kelompok jenis non dipterocarpaceae Regression Analysis: log B versus log D The regression equation is log B = - 1,14 + 2,76 log D Predictor
Coef
SE Coef
Constant
-1,1424
0,2363
-4,84
0,000
2,7578
0,2925
9,43
0,000
log D S = 0,137349
R-Sq = 66,4%
T
P
R-Sq(adj) = 65,6%
Analysis of Variance Source
DF
SS
MS
Regression
1
1,6773
1,6773
Residual Error
45
0,8489
0,0189
46
2,5262
Total 2,76
B=0,0724436D
F
P
88,91 0,000
42
Lampiran 7 Dokumentasi di lokasi penelitian
Dokumentasi pohon
Dokumentasi pancang
Dokumentasi penimbangan cabang
Dokumentasi penimbangan daun
Dokumentasi tiang
Dokumentasi penimbangan batang
Dokumentasi penimbangan akar
Dokumentasi penebangan