ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT. SARMIENTO PARAKANTJA TIMBER KALIMANTAN TENGAH
Oleh : SUTJIE DWI UTAMI E 14102057
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
RINGKASAN Analisis Komposisi Jenis dan Struktur Tegakan di Hutan Bekas Tebangan dan Hutan Primer di Areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah. Oleh Sutjie Dwi Utami (E 14102057). Pembimbing Ir. Ahmad Hadjib, MS.
Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) pada dasarnya merupakan penerapan prinsip keseimbangan antara fungsi ekonomi, fungsi ekologi dan fungsi sosial hutan, yang dicirikan dengan produksi hasil hutan yang berkesinambungan tanpa banyak menyebabkan penurunan nilai dan produktivitas serta pengaruh yang merugikan lingkungan fisik dan sosial. Untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari tersebut harus diawali dengan pembuatan perencanaan pengelolaan hutan yang baik dan benar dengan memperhatikan beberapa aspek. Untuk keperluan tersebut diperlukan dugaan terhadap hutan diwaktu yang akan datang yang memerlukan data dan informasi tentang perilaku tegakan hutan, karakteristik fisik hutan, struktur tegakan hutan, komposisi tegakan dan dinamikanya dari waktu ke waktu. Kondisi dan dinamika struktur tegakan pada hutan bekas tebangan sangat berbeda dengan kondisi dan dinamika struktur tegakan pada hutan primer. Atas dasar itulah, maka untuk mengetahui komposisi jenis dan struktur tegakan pada areal bekas tebangan di PT.Sarmiento Parakantja Timber perlu dilakukan pengamatan terhadap tegakan tinggal pada areal bekas tebangan untuk jangka waktu tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis dan struktur tegakan pada areal hutan bekas tebangan dan hutan primer sebagai pembandingnya dan mengetahui adanya perubahan struktur dan komposisi jenis pada masa kini dan masa yang akan datang. Penelitian ini dilakukan di IUPHHK PT.Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah pada areal bekas tebangan dan hutan primer. Waktu penelitian dilakukan dari bulan April sampai Mei 2006. Areal yang digunakan dalam penelitian adalah hutan primer dan hutan bekas tebangan di IUPHHK PT.Sarmiento Parakantja Timber. Sedangkan alat yang akan digunakan antara lain : kompas, peta kerja, hagameter (phiband), tali, parang, tally sheet dan alat tulis. Pengamatan dilakukan dengan perhitungan analisis vegetasi. Untuk mengetahui komposisi jenis dan struktur tegakan pada hutan bekas tebangan pada RKL I
sampai dengan RKL VII dan hutan primer, dibuat petak-petak pengamatan dimana pada masing – masing hutan bekas tebangan setiap RKL dan hutan primer dibuat 2 petak pengamatan berbentuk bujur sangkar yang mempunyai ukuran 20 x 500 m. Dari semua stadium pertumbuhan, baik di hutan primer maupun di hutan bekas tebangan di setiap RKL, jenis-jenis komersial lebih banyak ditemukan daripada jenis-jenis non komersial. Spesies yang mendominasi adalah famili Dipterocarpaceae. Berdasarkan kurva struktur tegakan hutan primer dan hutan bekas tebangan di areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber secara umum berbentuk kurva J terbalik yang artinya semakin tinggi kelas diameter maka kerapatannya akan semakin rendah. Dampak dari kegiatan pembalakan pada hutan bekas tebangan akan mengakibatkan perubahan komposisi jenis dan penurunan jumlah pohon, sehingga jumlah jenis lebih sedikit dibandingkan pada hutan primer dan kurva J terbalik yang dibentuknya berada di bawah kurva J terbalik pada hutan primer. Berdasarkan hasil perhitungan data lapangan pada hutan bekas tebangan dari RKL 1 sampai dengan RKL 7 menunjukan bahwa komposisi jenis dan struktur tegakan dari proses suksesi sekunder tidak dapat mencapai keadaan yang sama seperti semula, tetapi dengan kondisi demikian setidak-tidaknya dapat dicapai tegakan hutan dalam keadaan kesetimbangan dengan lingkungan. Kehadiran suatu jenis pohon pada hutan bekas tebangan ditentukan oleh besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan pembalakan yang menyebabkan perubahan komposisi jenis ditiap tingkat pertumbuhan dimana terdapat fenomena adanya jenis-jenis pohon yang mempunyai tingkat permudaan tetapi pada tingkat tiang dan pohon tidak terdapat lagi. Begitu juga sebaliknya, terdapat jenis-jenis pohon di lokasi penelitian yang tidak mempunyai tingkat permudaan sebelumnya.
ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT. SARMIENTO PARAKANTJA TIMBER KALIMANTAN TENGAH
Oleh : SUTJIE DWI UTAMI E14102057
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian
: Analisis Komposisi Jenis Dan Struktur Tegakan Di Hutan Bekas Tebangan Dan Hutan Primer Di Areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah
Nama Mahasiswa
: Sutjie Dwi Utami
NRP
: E14102057
Program Studi
: Manajemen Hutan
Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi
Ir. Ahmad Hadjib, MS NIP. 130 516 500
Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan IPB
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS NIP. 131 430 799
Tanggal Lulus :
i
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Analisis Komposisi Jenis Dan Struktur Tegakan Di Hutan Bekas Tebangan Dan Hutan Primer Di Areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah” dengan baik. Dalam proses pembuatan skripsi ini, penulis sedikit banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada : 1. Orang tua, Ayah (Tachyana) dan Ibu (Elly Purwati) serta adik dan kakakku yang telah memberi semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Ir. Ahmad Hadjib, MS. selaku dosen pembimbing atas kesabarannya dalam membimbing penulis selama proses penyelesaian skripsi. 3. Dr. Ir. Bintang CH Simangunsong dan Dr. Ir. Mirza Dikari selaku dosen penguji atas nasehat dan waktunya. 4. Seluruh staf pegawai PT. SARPATIM dalam memberikan bantuan baik berupa data maupun bantuan di lapangan. 5. Teman satu bimbingan (Desi Anggraini) serta seluruh teman – teman MNH 39 yang telah membantu penulis baik secara moril maupun material. 6. Temanku Rika Andriani dan Aa (Wahyu Hidayat) atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi besar harapan penulis, semoga dengan adanya skripsi ini dapat memberikan kontribusi dan membantu dalam rangka perbaikan kondisi hutan di masa yang akan datang dan sebagai acuan gambaran hutan masa kini. Bogor, Januari 2007
Penulis
ii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 23 September 1982 dari ayah Tachyana dan ibu Elly Purwati. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2001 penulis lulus dari SMU Negeri 6 Bogor dan pada tahun 2002 melanjutkan studi ke IPB melalui jalur SPMB. Penulis memilih Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam Himpunan Profesi Forest Management Study Club (FMSC) Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen dalam mata kuliah Ilmu Ukur Hutan (IUH). Penulis pernah melaksanakan praktek pengenalan hutan di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Gunung Slamet serta praktek umum Pengelolaan Hutan bersama mahasiswa Universitas Gadjah Mada di Getas (KPH Ngawi) tahun 2005. Selanjutnya penulis mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah selama dua bulan. Sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana Kehutanan, penulis membuat skripsi yang berjudul “Analisis Komposisi Jenis Dan Struktur Tegakan Di Hutan Bekas Tebangan Dan Hutan Primer Di Areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah” di bawah bimbingan Ir. Ahmad Hadjib, MS.
iii
DAFTAR ISI
Halaman PRAKATA ............................................................................................... i RIWAYAT HIDUP ................................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................ iii DAFTAR TABEL ................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vii PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................. 1 Rumusan Masalah ........................................................................ 2 Tujuan Penelitian ......................................................................... 3 Manfaat Penelitian ....................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Hutan Hujan Tropika .................................................. 4 Konsepsi Struktur Tegakan .......................................................... 4 Konsepsi Komposisi Jenis ........................................................... 5 Model Pertumbuhan Hutan Alam ................................................ 6 Tinjauan Permudaan dan Tegakan Hutan Alam .......................... 6 Sistem Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari Indonesia ..... 7 Kondisi Hutan Alam Setelah Pemanenan .................................... 7 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Luas PT. SARPATIM ................................ 9 Tanah dan Geologi ....................................................................... 10 Topografi ..................................................................................... 11 Iklim dan Curah Hujan ................................................................ 11 Keadaan Hutan ............................................................................. 12 Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat ..................... 14 METODOLOGI Lokasi dan Waktu ........................................................................ 16 Bahan dan Alat ............................................................................. 16 Cara Penelitian ............................................................................. 16 Pengelompokkan Data ................................................................. 17 Analisis Data ................................................................................ 18 Penyusunan Model Struktur Tegakan .......................................... 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Jenis ................................................................................. 21 Kerapatan ..................................................................................... 24 Frekuensi ...................................................................................... 30 Dominansi Jenis ........................................................................... 37 Indeks Dominansi Jenis (C) ......................................................... 44 Indeks Keragaman Jenis (H) ........................................................ 45 Indeks Kesamaan Komunitas (IS) ............................................... 46 Struktur Tegakan .......................................................................... 48
iv
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................. Saran ............................................................................................ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
55 56
v
DAFTAR TABEL No. Teks 1. Kondisi Penutupan Areal IUPHHK PT.SARPATIM ........................ 2. Luas Jenis Tanah Di Areal IUPHHK PT.SARPATIM ..................... 3. Distribusi Kelas Lereng Arteal IUPHHK PT.SARPATIM ............... 4. Rencana dan realisasi produksi IUPHHK PT. SARPATIM ............. 5. Jumlah Rumah Tangga Sektor Ekonomi Di Setiap Wilayah Kecamatan .......................................................................... 6. Jumlah Rumah Tangga Menurut Sub Sektor Pertanian di Setiap Wilayah Kecamatan ............................................................... 7. Kepadatan Penduduk di SetiapAreal IUPHHK PT. SARPATIM .... 8. Jumlah Jenis Dalam Petak Coba Pada Hutan Primer dan Hutan Bekas Tebangan di RKL I Sampai Dengan RKL VII ...................... 9. Beberapa Jenis Tumbuhan Yang Mempunyai Nilai Kerapatan Relatif yang Tinggi Pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan Pada Hutan Primer ..................................................................................... 10. Beberapa Jenis Tumbuhan Yang Mempunyai Nilai Kerapatan Relatif yang Tinggi Pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan Pada Hutan Bekas Tebangan ..................................................................... 11. Sebaran Keberadaan Jenis – Jenis Dengan Nilai Frekuensi Relatif Yang Sering Ditemui Pada Petak Pengamatan Hutan Primer Menurut Tingkat Pertumbuhan ......................................................... 12. Sebaran Keberadaan Jenis – Jenis Dengan Nilai Frekuensi Relatif Yang Sering Ditemui Pada Petak Pengamatan Hutan Bekas Tebangan Menurut Tingkat Pertumbuhan ........................................ 13. Beberapa Jenis Pohon Dengan Nilai INP Tinggi Pada Hutan Primer ............................................................................................... 14. Beberapa Jenis Pohon Dengan Nilai INP Tinggi Pada Hutan Bekas Tebangan di Setiap RKL ........................................................ 15. Indeks Dominansi (C) Pada Hutan Primer dan Hutan Bekas Tebangan Pada RKL I Sampai RKL VII .......................................... 16. Indeks Keragaman Jenis (H) Pada Hutan Primer dan Hutan Bekas Tebangan .......................................................................................... 17. Nilai Indeks Kesamaan (IS) Pada Dua Kondisi Yang Dibandingkan .................................................................................... 18. Persamaan Regresi Hubungan Antara Kelas Diameter (X) Dengan Jumlah Pohon per Hektar (Y) Pada Hutan Primer dan Hutan Bekas Tebangan ..........................................................................................
Halaman 10 11 11 13 14 14 15 21
24
25
30
31 38 39 45 46 47
49
vi
DAFTAR GAMBAR No. Teks Bagan Petak Penelitian ...................................................................... Struktur Tegakan Pada Hutan Primer ............................................... Struktur Tegakan Pada RKL I .......................................................... Struktur Tegakan Pada RKL II ......................................................... Struktur Tegakan Pada RKL III ........................................................ Struktur Tegakan Pada RKL IV ....................................................... Struktur Tegakan Pada RKL V ......................................................... Struktur Tegakan Pada RKL VI ....................................................... Struktur Tegakan Pada RKL VII ...................................................... Struktur Tegakan Komersial Pada Hutan Primer dan Hutan Bekas Tebangan ................................................................................ 11. Struktur Tegakan Non Komersial Pada Hutan Primer dan Hutan Bekas Tebangan ................................................................................ 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Halaman 17 50 50 50 51 51 51 52 52 52 53
vii
DAFTAR LAMPIRAN No. Teks Tabel Semai Pada Hutan Bekas Tebangan dan Hutan Primer .......... Tabel Pancang Pada Hutan Bekas Tebangan dan Hutan Primer ....... Tabel Tiang Pada Hutan Bekas Tebangan dan Hutan Primer ........... Tabel Pohon Pada Hutan Bekas Tebangan dan Hutan Primer .......... Daftar Nama Jenis Pohon Di Petak Penelitian Areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timer Menurut Kelompok Jenis ............. 6. Daftar Foto Penelitian ....................................................................... 7. Peta lokasi penelitian ........................................................................
1. 2. 3. 4. 5.
Halaman 60 63 67 74 84 86 88
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan sebuah ekosistem kompleks yang terdiri dari berbagai macam komponen yang saling berinteraksi satu sama lain serta mempunyai dimensi fungsi sangat luas, baik fungsi ekonomi, ekologi maupun fungsi sosial. Kompleksitas tersebut harus dipelajari secara menyeluruh dalam upaya menerapkan sistem pengelolaan dan pengusahaan hutan yang dapat menjamin kelestarian hutan. Sistem ini dapat diwujudkan melalui penerapan pengelolaan hutan berkelanjutan atau Sustainable Forest Management (SFM) dalam segala aspek pengelolaan dan pengusahaan hutan. Hutan alam tak seumur khususnya di luar Jawa sampai saat ini dalam pengelolaan sumberdayanya dilakukan melalui pengusahaan hutan dengan sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). Sistem silvikultur TPTI adalah tindakantindakan yang dilakukan secara berencana terhadap tegakan tak seumur untuk memacu pertumbuhan tegakan sesuai dengan keadaan hutan sehingga terbentuk tegakan yang tertata optimal dan lestari. Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) pada dasarnya merupakan penerapan prinsip keseimbangan antara fungsi ekonomi, fungsi ekologi dan fungsi sosial hutan, yang dicirikan dengan produksi hasil hutan yang berkesinambungan tanpa banyak menyebabkan penurunan nilai dan produktivitas serta pengaruh yang merugikan lingkungan fisik dan sosial. Untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari tersebut harus diawali dengan pembuatan perencanaan pengelolaan hutan yang baik dan benar dengan memperhatikan beberapa aspek. Untuk keperluan tersebut diperlukan dugaan terhadap hutan diwaktu yang akan datang yang memerlukan data dan informasi tentang perilaku tegakan hutan, karakteristik fisik hutan, struktur tegakan hutan, komposisi tegakan dan dinamikanya dari waktu ke waktu. Kondisi dan dinamika struktur tegakan pada hutan bekas tebangan sangat berbeda dengan kondisi dan dinamika struktur tegakan pada hutan primer. Struktur tegakan dapat digolongkan ke dalam dua tipe, yaitu struktur tegakan vertikal dan horizontal. Struktur tegakan vertikal merupakan sebaran jumlah pohon dalam berbagai lapisan tajuk, sedangkan yang dimaksud struktur tegakan horizontal yaitu sebaran jumlah pohon pada berbagai kelas diameter.
2
Dalam penelitian ini struktur tegakan yang digunakan adalah struktur tegakan horizontal, karena ukuran kenormalan hutan alam salah satunya dapat dilihat dari kondisi struktur tegakan horizontal yang merupakan sebaran dimensi tegakan (banyaknya pohon per satuan luas) pada berbagai ukuran diameter (kelas diameter) pohon. Menurut Meyer et al (1961) tegakan normal dari hutan tak seumur mempunyai rasio yang konstan antara jumlah pohon dengan kelas diameter. Bentuk yang umum dari distribusi kelas diameter berbentuk kurva ”J terbalik” yang berarti bahwa jumlah pohon per satuan luas pada tingkat semai, pancang, tiang dan pohon berturut-turut semakin sedikit, sehingga permukaan yang ada mampu mendukung kekosongan dari stadium pertumbuhan di atasnya. Kegiatan pembalakan akan mengakibatkan terbukanya tirai pelindung, perubahan komposisi jenis atau keanekaragaman hayati, munculnya gangguan terhadap tanah dan polusi air serta merusak regenerasi. Seiring dengan meningkatnya penggunaan alat berat untuk mengekstraksi kayu, dampak kegiatan pemanenan terhadap hutan tropis melahirkan metode pembalakan berdampak rendah untuk melindungi fungsi ekosistem hutan dan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati pada berbagai wilayah terutama di negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Atas dasar itulah, maka untuk mengetahui komposisi jenis dan struktur tegakan pada areal bekas tebangan perlu dilakukan pengamatan terhadap tegakan tinggal bekas tebangan untuk jangka waktu tertentu.
Rumusan Masalah Salah satu aspek yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam mengusahakan hutan pada siklus tebang berikutnya adalah struktur dan komposisi tegakan hutan yang akan membentuk kurva struktur hutan. Pengetahuan mengenai kurva struktur tegakan hutan pada hutan primer dan hutan bekas tebangan sangat diperlukan dalam rangka mendapatkan informasi yang dapat diandalkan untuk dapat memberikan gambaran tegakan hutan yang akan diusahakan guna penyusunan rencana pengelolaan hutan lebih lanjut, terutama dalam menentukan sistem dan tindakan silvikultur yang akan diterapkan.
3
Hal ini berkaitan dengan adanya perbedaan yang nyata pada perbandingan antara hutan primer dan hutan bekas tebangan , dan bervariasinya waktu yang diperlukan untuk kembali ke kondisi seperti semula karena kondisi struktur tegakan yang terbentuk setelah penebangan berbeda satu sama lain, serta tegakan hutan pada masing-masing areal memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga kemungkinan perlakuan-perlakuan terhadapnya jelas akan berbeda.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mengetahui komposisi jenis dan struktur tegakan pada areal hutan bekas tebangan dan hutan primer sebagai pembandingnya b. Mengetahui adanya perubahan struktur dan komposisi jenis pada masa kini dan masa yang akan datang
Manfaat Penelitian a. Dengan mengetahui komposisi jenis dan struktur tegakan maka dapat diketahui kondisi dan potensi hutan setelah penebangan dan kelangsungan tegakan selama rotasi tebang. b. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan sistem dan tindakan silvikultur yang sesuai dengan kondisi yang ada.
Hipotesis Penelitian Proses pemulihan dari kegiatan pemanenan tidak dapat mencapai keadaan yang sama seperti semula, tetapi setidak-tidaknya dapat dicapai tegakan hutan yang dalam keadaan keseimbangan dinamik dengan lingkungan dan bentuk kurva dari tiap tipe pertumbuhan akan membentuk suatu kurva J terbalik.
4
TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Hutan Hujan Tropika Hutan hujan tropika tumbuh di daerah yang beriklim tropis dengan distribusi hujan tahunan lebih dari 1400 mm dan kelembaban udara yang relatif tinggi (80 % - 90 %), suhu rata-rata tahunan antara 200 – 280 C tanpa fluktuasi harian dan bulanan yang cukup signifikan. Hutan hujan tropika terdapat pada berbagai macam tanah padat, rawa atau tanah-tanah yang tergenang secara periodik (Jenik, 1973 dalam Wibowo 2002). Hutan hujan tropis merupakan ciri khas hutan alam yang masyarakat tumbuh-tumbuhannya berada dalam kondisi klimaks. Komposisi hutan di Indonesia sebagian besar diduduki oleh famili Dipterocarpaceae, hutannya selalu hijau (ever green) dan kaya akan jenis tumbuh-tumbuhan (Soerianegara, 1971). Soerianegara dan Indrawan (1998) menyatakan bahwa hutan hujan tropika mempunyai ciri : iklim selalu basah, tanah kering dan bermacam-macam jenis tanah terdapat dipedalaman dan pada tanah rendah rata atau berbukit (< 1000 mdpl) dan pada tanah tinggi (sampai dengan 4000 mdpl) dan dapat dibedakan menjadi 3 zone menurut ketinggiannya, yaitu hutan hujan bawah (2 – 1000 mdpl), hutan hujan tengah (1000 – 3000 mdpl), hutan hujan atas (3000 – 4000 mdpl). Hutan hujan tropika menerima hujan yang hampir merata sepanjang tahun, sehingga pada hutan ini sulit didapatkan anggota penyusunnya yang nyata-nyata menggugurkan daunnya. Hutan ini dianggap yang paling produktif yang terdapat di daerah tropika. Karena curah hujan dan panas yang tinggi sehingga pada hutan ini proses pelindiannya berlangsung dalam waktu yang cepat. Kesuburan hutan ini rendah sehingga terjadi dualisme antara kesuburan hutan dan kemiskinan organik di dalam tanah yang cepat sekali berkurang (Soekotjo, 1975 dalam Wibowo, 2002). Konsepsi Struktur Tegakan Struktur tegakan hutan pada hutan tanaman merupakan sebaran jumlah pohon per satuan luas tertentu (ha) pada berbagai kelas umur. Bentuk sebaran ini akan meyerupai lonceng telungkup, yaitu mendekati sebaran normal. Hutan alam
5
memiliki prinsip yang berbeda dengan hutan tanaman. Prinsip yang berbeda dalam kepentingan ini adalah penetapan bentuk struktur tegakan hutan dan dimensi yang dipakai sebagai petunjuknya. Pada hutan alam, dimensi diameter dapat dipakai sebagai pengganti dimensi umur pada hutan tanaman. Sedangkan bentuk struktur tegakannya harus ditentukan oleh setiap kesatuan tegakannya, mengingat banyak faktor yang dapat mempengaruhinya (Meyer et al, 1961). Husch et al (1982) mendefinisikan struktur tegakan sebagai sebaran jenis pohon dengan dimensinya dalam kawasan hutan. Oliver dan Larson (1990) juga mengemukakan pengertian struktur tegakan sebagai sebaran distribusi fisik maupun temporal dari pohon-pohon dalam suatu tegakan. Struktur tegakan terbagi atas struktur tegakan vertikal dan struktur tegakan horizontal. Davis dan Johnson (1987) mengemukakan bahwa struktur tegakan horizontal adalah sebaran banyaknya pohon per satuan luas pada setiap kelas diamternya. Struktur tegakan vertikal didefinisikan sebagai sebaran individu pohon pada berbagai lapisan tajuk. Struktur tegakan hutan disebabkan oleh sebaran-sebaran pohon dalam suatu tegakan, baik secara vertikal maupun horizontal. Tinggi pohon total maupun tinggi bebas cabang merupakan bagian dari sebaran vertikal sedangkan sebaran horizontal dicirikan oleh jumlah basal areal dari pohon-pohon dalam suatu tegakan. Konsepsi Komposisi Jenis Richard (1957 dalam Widjatmoko, 2000) memakai istilah komposisi untuk menyatakan keberadaan jenis-jenis pohon dalam hutan. Selanjutnya dinyatakan bahwa ciri hutan hujan tropika yang mencolok yaitu penutupan mayoritas terdiri dari tanaman berkayu berbentuk pohon. Sebagian besar tanaman pemanjat dan berbagai jenis epipit yang berkayu. Tanaman bawah terdiri dari tanaman berkayu, semai dan pancang, belukar serta pemanjat-pemanjat muda. Pemanenan kayu mengakibatkan perubahan ekosistem dan komposisi jenis pohon dari hutan yang bersangkutan. Komposisi jenis dan penyebaran pohon induk dalam tegakan hutan sebelum pemanenan kayu, serta tingkat kerusakan yang terjadi pada saat pemanenan kayu sangat mempengaruhi komposisi jenis dan permudaan/anakan pohon (Sumarna dan Ayi, 1979 dalam Widjatmoko, 2000).
6
Model Pertumbuhan Hutan Alam Secara umum, menurut Osmaston (1968), hutan tidak seumur memiliki pola penyebaran yang khas, yaitu jumlah terbanyak ada pada pohon berdiameter kecil atau pohon muda, karena biasanya ditemukan hidup mengelompok atau di bawah tajuk terbuka, sedangkan pohon tua atau berdiameter besar terpencar di seluruh areal hutan sehingga jumlahnya sedikit. Tegakan yang mempunyai pohon-pohon berdiameter kecil dengan jumlah yang banyak dan jumlah yang sedikit untuk pohon-pohon berdiameter besar akan mempunyai nilai konstanta (a) yang besar (Ngadiono et al, 1984). Hutan alam tidak mengenal adanya ketentuan waktu awal dan waktu akhir (Davis dan Johnson, 1987). Sedangkan Meyer et al (1961) menyebutkan hutan tak seumur adalah hutan yang di dalamnya tidak dikenal pemisahan kelas umur. Tinjauan Permudaan dan Tegakan Hutan Alam Whitemore (1984, dalam Wibowo 2002) mengemukakan bahwa siklus pertumbuhan dalam rangka regenerasi pohon di hutan hujan tropika dapat dibagi kedalam tiga fase, yaitu fase celah, fase pengembangan dan fase tua. Fase celah mengandung ukuran semai dan pancang, fase pengembangan terdiri dari tiang dan pohon muda sedangkan fase tua terdiri dari pohon-pohon besar dan tua. Pertumbuhan tegakan hutan berbeda dibandingkan dengan pertumbuhan dari masing-masing pohon. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tegakan ialah jenis, komposisi, kualitas tempat tumbuh, bentuk kerapatan, gangguan-gangguan lain dari perlakuan silvikultur (Soekotjo, 1977 dalam Wibowo 2002). Richard (1957, dalam Widjatmoko 2000) menyatakan permudaan alam yang baik dalam hutan dapat terjadi setelah ada cahaya yang masuk ke permukaan tanah. Cahaya ini dalam jumlah tertentu sangat penting untuk proses perkecambahan benih. Terciptanya sebuah celah atau bukaan dalam hutan yang terjadi karena pohon besar tumbang dan mati merupakan permulaan terjadinya regenerasi atau permudaan. Direktorat Jenderal pengusahaan Hutan (1990) membedakan permudaan tegakan suatu jenis ke dalam 4 stadium pertumbuhan, sebagai berikut : 1. Seedling (semai) adalah permudaan yang tingginya kurang dari 1,5 m
7
2. Sapling (pancang) adalah permudaan yang berukuran tinggi lebih dari 1,5 m dengan diameter kurang dari 10 cm 3. Tiang (pole) adalah pohon muda yang berdiameter 10 – 19 cm 4. Pohon (tree) adalah pohon dewasa dengan batas diameter lebih dari 20 cm. Sistem Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari Indonesia Jika keadaan hutan terlalu rapat dan gelap, maka ada kemungkinan cahaya atau bayangan di dalam hutan banyak mengandung cahaya infra merah yang tidak baik bagi perkecambahan jenis dan pohon tertentu karena itu permudaan pohon hanya terdapat banyak di tempat-tempat yang agak terbuka di dalam hutan atau di sekitar lubang-lubang cahaya, sehingga perlu adanya seeding cutting, yaitu penebangan pembukaan tajuk untuk membentuk permudaan alam pohon dalam sistem tropical sherter wood (Soerianegara dan Indrawan, 1998). Menurut Soerianegara (1971) hutan hujan tropika pada umumnya mempunyai komponen campuran dengan jumlah dan jenis pohon yang mempunyai nilai perdagangan terbatas sehingga sistem tebang pilih merupakan cara yang dipakai. TPTI adalah suatu sistem silvikultur yang mengatur cara penebangan dan permudaan hutan yang bertujuan untuk mengatur pemanfaatan hutan alam produksi serta meningkatkan nilai hutan baik kualitas maupun kuantitas pada areal bekas tebangan untuk rotasi tebang berikutnya agar terbentuk tegakan hutan campuran yang diharapkan dapat berfungsi sebagai penghasil kayu, penghara industri secara lestari (Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan, 1990). Kondisi Hutan Alam Setelah pemanenan Menurut Nyland (1996), pemanenan kayu merupakan sebuah alat dari sistem silvikultur. Disatu sisi, pemanenan kayu bertujuan untuk menghasilkan kayu dan produk hutan lainnya untuk diolah menjadi barang-barang yang dibutuhkan konsumen. Sedangkan silvikultur diarahkan untuk menjamin keberlangsungan produktivitas hutan dan nilai-nilai non pasar yang ada di dalamnya. Oleh karena itu pemanenan harus mampu melindungi tegakan tinggal, mempercepat regenerasi pohon dan tumbuhan lain yang sesuai dengan rencana jangka panjang silvikultur, serta melindungi dari kerusakan tanah, air dan satwa yang ada di dalamnya.
8
Kegiatan pembalakan pada umumnya akan merubah komposisi dan struktur tegakan hutan. Akibat kerusakan pada struktur dan komposisi tegakan hutan maka berbagai proses yang ada akan mengalami perubahan terutama dalam pertumbuhan riap, siklus hara, siklus air dan keseimbangan ekosistem pada umumnya. Pembalakan juga akan menyebabkan kerusakan pada tegakan yang ditinggalkan beserta permudaannya. Pembalakan yang tidak teratur dan terkontrol dapat merusak hutan dan dapat menyebabkan terganggunya hutan dalam mempertahankan produksinya (Alrasyid et al, 1975 dalam Handayani 2005). Menurut Indrawan (1985), pembalakan akan menimbulkan gangguan terhadap keseimbangan ekosistem hutan dengan terbukanya tajuk hutan, sehingga faktor-faktor lingkungan seperti suhu udara, penguapan, kelembaban, intensitas cahaya, suhu udara, penguapan, suhu tanah dan faktor-faktor lingkungan lainnya di dalam ekosistem hutan tersebut berubah. Perubahan ini sesuai dengan prinsip alam lingkungan holocoenotik, yaitu bila suatu faktor lingkungan berubah, maka perubahan ini akan mempengaruhi daktor-faktor lingkungan lainnya. Pembalakan dapat mengakibatkan : Perubahan dan kerusakan lingkungan khususnya tanah, perubahan komposisi dan struktur hutan dan kerusakan tegakan hutan, penurunan biomasa dan produktivitas hutan serta kehilangan plasma nutfah. Dengan demikian secara langsung maupun tidak langsung adanya perubahan ini mempengaruhi struktur dan komposisi jenis tegakan di dalam hutan.
9
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak Geografis dan Luas PT. Sarmiento Parakantja Timber Lokasi penelitian terletak di wilayah kerja IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber, yang bergabung dalam Group Kayu Lapis Indonesia. Sesuai dengan SK Mentri Kehutanan nomor 266/Menhut-II/2004 tanggal 21 Juli 2004 areal kerja PT. SARPATIM seluas 216.580 ha yang terdiri dari kelompok hutan Sei Kalek dan Nahiang dengan batas-batas areal sebagai berikut : a. Sebelah Utara
: Berbatasan dengan areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati dan PT. Meranti Mustika.
b. Sebelah Timur
: Berbatasan dengan IUPHHK PT. Berkat Cahaya Timber, PT. Kayu Tribuawana Rama, dan PT. Inhutani III.
c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan IUPHHK PT. Intrado Jaya Intiga dan HTI Kusuma Perkasa Wana. d. Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Sungai Seruyan, IUPHHK PT. Sentral Kalimantan Abadi, dan PT. Hutanindo Lestari Jaya Utama.
Letak menurut wilayah pengelolaan : a. Dinas Kehutanan Propinsi
:
b. Dinas Kehutanan Kabupaten/ :
Kalimantan Tengah Kotarwaringin Timur, Seruyan dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Katingan.
c. Cabang Dinas Kehutanan
:
Mentaya Raya dan Seruyan
d. BKPH/ CDK
:
Mentaya Hulu, Seruyan Tengah dan Seruyan Hulu
e. RPH/UPTD
:
Sei Teluluk, Gunung Santui dan Sei Manjul
Letak menurut administrasi pemerintahan : a. Propinsi
:
Kalimantan Tengah
b. Kabupaten
:
Kotawaringin Timur, Seruyan dan Katingan
c. Kecamatan
:
Mentaya Hulu, Antang Kalang,
Seruyan
Hulu, Seruyan Tengah dan Katingan Hulu.
10
Letak geografis areal IUPHHK PT. SARPATIM berada pada 111o 55’ – 112o 19’ BT dan 1o 10’ – 1o 56’ LS. Berdasarkan sumber Peta Citra Landsat : ETM t Band 542 Path Row Quadran tgl : 119 61 Q3 19 Agustus 2004 kondisi penutupan lahan IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber adalah sebagai berikut : Tabel 1.
Kondisi penutupan areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber Penutupan Lahan
Luas (ha) HPT
Hutan Primer/Virgin Forest
HPK
Jumlah
13.102
3.047
16.149
113.488
36.194
149.682
10.852
16.709
27.561
Kawasan Lindung
9.095
2.035
11.130
Areal Tidak Efektif
10.843
1.215
12.508
157.380
59.200
216.580
Hutan Sekunder/Areal Bekas Tebangan Non Hutan/Areal Non Produktif
Jumlah Sumber : Peta penafsiran citra landsat Tahun 2004 skala 1 : 100.000
Tanah dan Geologi Berdasarkan Peta Tanah Lembar Tumbang Manjul, Kalimantan Tengah skala 1 : 250.000 (PPPG, 1986) jenis tanah yang dijumpai di lokasi penelitian berdasarkan klasifikasi USDA termasuk dalam jenis tanah Dystropepts (Inceptisol; setara kambisol oksik), tropudults (ultisol; setara podsolik kromik), tropaquepts (Inceptisol; setara kambisol distrik) dan tropohemist (histosol; setara organosol). Jenis tanah yang mendominasi areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber adalah jenis tanah podsolik. Bahan geologi pada areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber terdiri dari terobosan batuan andesit, batuan terobosan komplek granit mandahan dan farmasi kuayan (sebagian besar areal didominasi oleh batuan terobosan komplek granit mandahan).
11
Tabel 2.
Luas masing-masing jenis tanah di areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber. Luas Areal
Jenis Tanah
Ha 132.114 84.446 216.580
Dystropepts Tropudults Jumlah
% 61.00 38.99 100.00
Sumber : Peta tanah Lembar Tumbang Manjul, Kalimantan Tengah skala 1: 250.000
Topografi Topografi daerah penelitian bervariasi dari datar sampai berbukit dan hanya sebagian kecil tanah rawa di sepanjang sungai dan Anak Sungai Mentaya. Bentuk bentang alam yang bervariasi pada areal IUPHHK ini akibat pengaruh faktor struktur dan resistensi batuan yang berperan aktif dalam proses pembentukan bentang alamnya. Rincian selengkapnya sebaran kelerengan lahan di areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Distribusi kelas lereng areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber. Topografi
Kelas Lereng (%)
Datar
Luas Areal Ha
%
0–8
109.728
50,7
Landai
8 – 15
37.304
17,2
Agak Curam
15 – 25
31.747
14,7
Curam
25 – 40
33.231
15,3
Sangat Curam
>40
4.570
2,1
Jumlah
216.580
100,00
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP)
Secara makro, titik tertinggi dari areal IUPHHK PT. SARPATIM mencapai 1000 meter dari permukaan laut, sedangkan untuk lokasi penelitian berada pada ketinggian antara 190 sampai 225 meter dari permukaan laut.
Iklim dan Curah Hujan Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari stasiun pengamat curah hujan bidang pembinaan hutan IUPHHK PT. SARPATIM tahun 2005 (s.d bulan April) sebesar 1.606 mm, dengan curah hujan rata-rata 3.340 mm/tahun tipe iklim pada areal IUPHHK termasuk tipe iklim A (Schmidt & Ferguson). Curah hujan
12
dan hari hujan tertinggi jatuh pada bulan Nopember dan Desember, sedangkan terendah terjadi pada bulan Juli sampai dengan September. Suhu udara rata-rata bulanan tertinggi adalah 27,40 C, terjadi pada bulan Mei, sedangkan suhu udara terendah sebesar 24,30 C yang terjadi pada bulan Desember. Kelembaban rata-rata berkisar antara 38,3 – 85,6 %. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terdapat di areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber di antaranya : DAS Seruyan, DAS Mentaya, dan DAS Mentubar. Pola mofometri DAS umumnya berfola lateral denditrik dengan arah aliran dari Utara menuju Selatan, mengalir sepanjang tahun, kecepatan arus lambat sampai agak cepat.
Keadaan Hutan Sebagian besar kondisi areal IUPHHK PT. SARPATIM merupakan kawasan Hutan Produksi. Dari total luasan areal 216.580 ha, areal PT. SARPATIM terdiri dari areal berhutan seluas 175.317 ha dan areal tidak berhutan seluas 41.263 ha. Hutan di lokasi penelitian termasuk tipe hutan hujan tropika basah yang didominasi oleh Shorea. Selain terdapat berbagai jenis vegetasi, di lokasi penelitian juga ditemukan tumbuhan bawah, yang terdiri dari berbagai jenis anggrek, tumbuhan obat, tumbuhan hias, serta berbagai jenis herba dan liana. Rencana dan realisasi produksi untuk tebangan RKT Kumulatif sampai dengan bulan Desember 2005 IUPHHK PT. SARPATIM dapat dilihat dalam table di bawah ini.
13
Tabel 4. Rencana dan realisasi produksi IUPHHK PT. SARPATIM 2005 No
Tahun Penebangan
Target Tebangan
Realisasi Tebangan
1
1981-1982
Luas Volume Luas (Ha) (M3) (Ha) 2.300,00 133.000,00 1.329,00
2
1982-1983
4.600,00 300.000,00 2.394,00 118.797,00
3
1983-1984
2.450,00 100.000,00 2.332,00
91.050,00
4
1984-1985
2.900,00 180.000,00 1.816,00
76.845,00
5
1985-1986
3.100,00 130.000,00 2.410,00
56.019,00
6
1986-1987
1.800,00 110.000,00 1.722,00
66.819,24
7
1987-1988
3.300,00 140.000,00 3.006,00
96.648,62
8
1988-1989
3.900,00 153.000,00 3.900,00 115.814,40
9
1989-1990
3.900,00 105.000,00 3.100,00
10
1990-1991
3.500,00 125.000,00 3.019,00 120.392,64
11
1991-1992
2.700,00 165.000,00 2.305,59 137.134,01
12
1992-1993
2.200,00 132.500,00 1.833,60 119.889,88
13
1993-1994
3.900,00 160.000,00 3.343,00 156.346,98
14
1994-1995
3.650,00 139.179,00 2.965,00 137.027,82
15
1995-1996
5.700,00 182.046,00 5.221,00 176.052,36
16
1996-1997
4.816,00 139.500,00 3.181,00 122.494,55
17
1997-1998
4.600,00 210.000,00 2.345,00 109.027,73
18
1998-1999
4.766,00 220.000,00 2.411,00 106.797,35
19
1999-2000
6.394,00 273.202,65 2.826,00 108.111,65
20
2000
2.415,00
99.165,00 1.321,00
4.969,00 163.370,00 1.339,00 21
2001
1.189,00
30.000,00
0,00
Volume (M3) 60.361,00
Keterangan
98.895,25
60.521,34 Carry Over 68.774,34 RKT0,00 1999/2000
4.430,00 156.000,00 2.490,00 107.595,34 Carry Over 22
2002
715,00
24.663,11
455,00
23.651,40 RKT- 2000
4.700,00 146.488,22 2.746,00 130.693,79 Carry Over 23
2003
5.568,00 114.500,00 4.660,44 108.995,17 RKT- 2001
24
2004
2.955,00 125.897,00 2.249,00 109.148,26
25
2005
3.322,00 120.166,00 1.926,37
Sumber : RKT Desember 2005
97.455,18
14
Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Kesempatan kerja dan peluang berusaha penduduk sekitar areal kerja IUPHHK PT. SARPATIM didominasi oleh sektor pertanian (± 85%). Tabel 5. Jumlah Rumah Tangga Sektor Ekonomi di Setiap Wilayah Kecamatan. No
Sektor Ekonomi
1.
Pertanian
2.
Pertambangan
3.
Jumlah Rumah Tangga Mentaya Seruyan Seruyan Hanau Hulu Tengah Hulu 1.075 8.013 1.871 1.533
Jumlah 12.492
19
14
788
-
812
Industri Kerajinan
-
1
-
-
1
4.
Listrik/gas/air
-
1
-
-
1
5.
Konstruksi
-
33
-
-
33
6.
Perdagangan & Jasa
176
810
70
115
1.171
1
47
-
3
51
Keuangan 7.
Angkutan
8.
Lainnya
25
66
-
25
116
Jumlah
1.296
8.985
2.729
1.676
14.686
Sumber : Potensi Desa Kabupaten Kotawaringin Timur, 1993
Tabel 6. Jumlah Rumah Tangga Menurut Sub Sektor Pertanian di Setiap Wilayah Kecamatan. No
Sektor Ekonomi
1. 2. 3. 4. 5.
Tanaman pangan Perkebunan rakyat Peternakan Perikanan keramba Nelayan perairan umum Kehutanan Jumlah
6.
Jumlah Rumah Tangga Mentaya Seruyan Seruyan Hanau Hulu Tengah Hulu 1.168 7.149 1.371 1.521 309 2.734 553 314 53 3.565 43 560 15 192 1.722
2.072 15.535
501 2.468
943 3.338
Jumlah 11.209 3.910 4.221 15 3.708 23.063
Sumber : Potensi Desa Kabupaten Kotawaringin Timur, 1993
Masyarakat sekitar hutan terdiri dari berbagai desa antara lain Desa Tumbang Payang, Desa Tumbang Kania, Desa Rantau Panjang, Desa Tumbang Getas, Desa Tumbang Sapiri, Desa Tumbang Bai, dan Desa Tewei Hara. Penduduk asli masyarakat setempat adalah Suku Dayak.
15
Jumlah penduduk di Kecamatan Seruyan Hulu, Seruyan Tengah, Mentaya Hulu, Antang Kalang, dan Katingan Hulu 96.900 orang untuk luas wilayah 15.735 Km2, maka kepadatan penduduk rata-rata adalah 6,2 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk di sekitar areal IUPHHK tersaji dalam Tabel 7. Tabel 7. Kepadatan penduduk di sekitar areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber Kecamatan Seruyan Hulu
Luas Wilayah (km2) 4.764
Jumlah Jiwa Kepadatan Rumah (jiwa/ Km2) Penduduk Tangga 2,24 10.653 2.231
Rata-rata Per Rumah Tangga 4,47
Seruyan Tengah
2.012
12,04
24.220
5.365
4,51
Mentaya Hulu
3.380
5,82
27.600
6.674
4,14
Antang Kalang
2.975
7,85
23.467
5.427
4,32
Katingan Hulu
2.604
4,21
10.960
2.361
4,64
Agama yang dianut oleh penduduk di sekitar areal IUPHHK PT. SARPATIM adalah Agama Islam (61,3%), Agama hindu (26,7%), Agama Kristen Katolik/Protestan (11,8%), dan Budha (0,2%). Fasilitas pendidikan umum yang ada di sekitar IUPHHK adalaah SD dan SLTP. Fasilitas kesehatan berupa balai pengobatan yang terdapat di tiap-tiap kecamatan dikepalai oleh seorang mantri kesehatan.
16
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di IUPHHK PT.Sarmiento Parakantja Timber, Sampit - Kalimantan Tengah pada areal bekas tebangan dan hutan primer. Waktu penelitian dilakukan dari bulan April sampai Mei 2006. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah hutan primer dan hutan bekas tebangan di IUPHHK PT.Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah. Sedangkan alat yang akan digunakan antara lain : 1. Kompas 2. Peta kerja 3. Hagameter dan Phiband 4. Tali 5. Parang 6. Tally sheet dan alat tulis Cara Penelitian 1. Analisis Vegetasi Untuk mengetahui komposisi dan jenis struktur tegakan pada hutan bekas tebangan pada RKL I sampai dengan RKL VII dan hutan primer, dibuat petakpetak pengamatan dimana pada hutan bekas tebangan setiap RKL dan hutan primer masing – masing dibuat 2 petak penelitian berbentuk bujur sangkar yang mempunyai ukuran 20 x 500 m dengan metode cara garis berpetak yang merupakan modifikasi cara petak ganda atau cara jalur sehingga dengan ukuran petak 20 x 500 m dapat dibuat sebanyak 25 plot contoh untuk setiap tingkat pertumbuhan. Sebagai modifikasi cara jalur, cara garis berpetak ini dilakukan dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur. Jadi sepanjang rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama. Sebagaimana pada petak ganda dan jalur pada cara garis berpetak pun di dalam petak untuk pohon dapat dibuat petak-petak yang lebih kecil untuk tumbuhan yang lebih kecil dan permudaan.
17
Petak penelitian dibagi ke dalam sub petak penelitian menurut tingkat vegetasi yang diamati : a. Tingkat pohon, ukuran sub petak penelitian adalah 20 x 20 m b. Tingkat tiang, ukuran sub petak penelitian adalah 10 x 10 m c. Tingkat pancang, ukuran sub petak penelitian adalah 5 x 5 m d. Tingkat semai, ukuran sub petak penelitian adalah 2 x 2 m Bagan petak penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini :
A B
2m
C
D Dst
20 m
A 10 m
B
C
5m 20 m
Gambar 1. Bagan petak penelitian Keterangan : A = tingkat semai
C = tingkat tiang
B = tingkat pancang
D = tingkat pohon
Untuk tingkat permudaan dan pohon digunakan kriteria sebagai berikut : a. Semai (seedling) yaitu permudaan sampai dengan ketinggian 1,5 meter b. Pancang (sapling) yaitu permudaan yang mempunyai tinggi 1,5 m sampai dengan pohon muda yang berdiameter 10 cm c. Tiang (poles) yaitu pohon muda yang berdiameter 10 – 20 cm d. Pohon yaitu pohon-pohon yang berdiameter 20 cm ke atas. Data yang diambil meliputi jumlah dan jenis vegetasi yang ditemukan serta pengukuran diameter untuk tingkat pohon dan tiang. Pengelompokan Data Kegiatan pengelompokan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi : 1. Pengelompokan jenis Pembagian menurut jenis dilakukan dengan mengelompokkan jenis ke dalam kelompok jenis Komersil (termasuk dalam family Dipterocarpaceae dan Non-Dipterocarpaceae) dan Non-Komersil (jenis-jenis yang belum dimanfaatkan
18
secara komersil). Pengelompokan tersebut didasarkan pada asumsi bahwa pola dinamika struktur tegakan akan berbeda untuk setiap kelompok jenis. 2. Pengelompokan diameter pohon Dalam penelitian ini, data dikelompokan menjadi 50 kelas diameter dengan lebar kelas 5 cm, yaitu dari kelas diameter 12,5 cm (pohon-pohon berdiameter 10-14,99) sampai dengan 72,5+ cm (pohon-pohon berdiameter 70 cm ke atas). Penentuan lebar kelas 5 cm dilakukan atas dasar pertimbangan ketelitian. Analisis Data a. Komposisi Jenis Untuk mengetahui tingkat penguasaan ekologis suatu jenis dalam komunitas dihitung dengan Indeks Nilai Penting (INP). INP ini diperoleh dari penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominasi Relatif (DR), (Soerianegara dan Indrawan,1998). Kerapatan (K) = Σ individu suatu jenis dalam petal contoh luas contoh Frekuensi (F) = Σ petak contoh ditemukannya suatu jenis Σ seluruh petak contoh Dominansi (D) = Σ bidang dasar suatu jenis dalam petak contoh luas areal petak contoh Kerapatan relatif (KR) =
kerapatan suatu jenis x 100% kerapatan seluruh jenis
Frekuensi relatif (KR) =
frekuensi suatu jenis x 100% Frekuensi seluruh jenis
Dominansi relatif (DR) =
dominansi suatu jenis x 100% dominansi seluruh jenis
maka INP untuk tingkat semai dan pancang adalah : INP = KR + FR INP untuk tingkat tiang dan pohon adalah : INP = KR + FR + DR b. Indeks Dominansi Untuk menunjukkan nilai dominansi masing-masing dalam komunitas digunakan rumus Indeks Dominansi (Indrawan, 1985) C = Σ (ni / N)2
19
Dimana, C = Indeks Dominansi ni = Indeks Nilai Penting tiap jenis N = Indeks Nilai Penting seluruh jenis
c. Indeks Keragaman Jenis (Shanon – Wiener) H = -Σ [(ni / N) log (ni / N)] Dimana, H = Indeks Keragaman Jenis ni = Indeks Nilai Penting tiap jenis N = Indeks Nilai Penting seluruh jenis
d. Indeks Kesamaan Komunitas (Indrawan, 1985) Untuk membandingkan komposisi jenis dalam petak contoh pada hutan bekas tebangan dan hutan primer digunakan rumus Indeks Kesamaan Komunitas. IS = 2W x 100% a+b IS = Indeks Kesamaan Komunitas (%) W = Σ nilai kuantitatif yang sama dan yang terendah dari jenisjenis yang terdapat dalam 2 tegakan yang dibandingkan a
= Σ nilai kuantitatif dari semua jenis yang terdapat pada tegakan dalam kondisi pertama
b = Σ nilai kuantitatif semua jenis yang terdapat pada tegakan dalam kondisi kedua dalam penelitian ini nilai kuantitatif yang digunakan untuk menentukan indeks kesamaan komunitas adalah Indeks Nilai Penting (INP) e. Struktur Tegakan Pengolahan data didasarkan atas penggolongan jenis pohon yang mempunyai nilai komersial dan belum komersial. Diameter setinggi dada hasil pengukuran pohon per hektar dikelompokkan ke dalam kelas-kelas diameter dengan selang 5 cm. Sebaran data ini dibuat untuk kelompok jenis pohon yang akan dibuatkan model struktur tegakannya, sehingga terbentuk kurva frekuensi sebaran pohon yang menunjukkan jumlah pohon per hektar untuk setiap kelas diameter di setiap kelompok hutan.
20
Penyusunan Model Struktur Tegakan Model umum struktur tegakan yang digunakan adalah : N = k e -aD Dimana : N = jumlah pohon perhektar e
= bilangan Napier = 2,7183
a
= konstanta yang menunjukkan laju atau tingkat penurunan jumlah pohon (N) setiap kenaikan diameter pohon
k
= konstanta, yang menunjukkan kerapatan tegakan pada kelas diameter rendah
D = diameter pohon Dalam bentuk linier, model tersebut adalah : In N = In k – a D Persamaan In N = In k – a D identik dengan model umum regresi linier sederhana, yaitu : Y = b0 + b1 X Dimana : Y = In N
X = D
b0 = In K
b1 = -a
setelah diperoleh model struktur tegakannya, kemudian untuk masingmasing petak coba dibuat kurva struktur tegakannya dengan absis berupa diameter pohon dan ordinat berupa jumlah pohon per hektar.
21
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Jenis 1. Jumlah Jenis Lingkungan (environment habitat) adalah suatu sistem yang komplek dimana berbagai faktor berpengaruh timbal balik satu sama lain dan dengan masyarakat
tumbuh-tumbuhan.
Kepentingan
atau
pengaruh
faktor-faktor
lingkungan terhadap masyarakat tumbuh-tumbuhan berbeda-beda pada saat yang berlainan. Faktor lingkungan memegang peranan yang sangat penting dalam penyebaran tumbuh-tumbuhan di dunia, tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu tempat akan menyesuaikan diri dengan lingkungan baik secara morfologis maupun fisiologis. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada petak-petak coba di hutan primer dan areal bekas tebangan didapatkan data jumlah jenis pada berbagai tingkat pertumbuhan yang tersaji pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah jenis dalam petak coba pada hutan primer dan hutan bekas tebangan di RKL 1 sampai dengan RKL 7. Jumlah Jenis Pada Kondisi Hutan Tingkat Pertumbuhan
Hutan Bekas Tebangan
Hutan
Primer RKL1 RKL2 RKL3 RKL4 RKL5 RKL6 RKL7
Pohon
36
27
35
33
33
32
31
26
Tiang
34
20
17
20
18
22
19
18
Pancang
25
18
19
16
19
20
13
20
Semai
15
13
12
12
14
14
12
12
Semua Tingkat
110
78
83
81
84
88
75
76
Dari semua stadium pertumbuhan, baik di hutan primer maupun di hutan bekas tebangan di setiap RKL, jenis-jenis komersial lebih banyak ditemukan daripada jenis-jenis non komersial. Dari hasil pengamatan di areal hutan primer dan hutan bekas tebangan ditemukan 11 spesies yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae diantaranya adalah bengkirai, benuas, keruing, mersawa, meranti batu, meranti kuning, meranti merah, meranti putih, resak, tengkawang, dan asam.
22
Pada hutan primer untuk tingkat pohon terdapat 36 jenis pohon yang terdiri dari jenis komersial sebanyak 31 jenis dan jenis non komersial sebanyak 5 jenis, untuk tingkat tiang terdapat 34 jenis pohon yang terdiri dari jenis komersial sebanyak 32 jenis dan jenis non komersial sebanyak 2 jenis, untuk tingkat pancang terdapat 25 jenis pohon yang terdiri dari jenis komersial sebanyak 21 jenis dan jenis non komersial sebanyak 4 jenis, untuk tingkat semai terdapat 15 jenis pohon yang terdiri dari jenis komersial sebanyak 13 jenis dan jenis non komersial sebanyak 2 jenis. Sedangkan pada areal hutan bekas tebangan jumlah jenis yang ditemui di setiap RKL bervariasi, hal ini tergantung dari proses suksesi dan tingkat kerusakan akibat pembalakan terhadap lingkungan pada masing-masing areal. Kehadiran suatu jenis pada hutan bekas tebangan ditentukan oleh besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh pembalakan, seperti kurang tersedianya pohon induk yang ditinggalkan setelah pembalakan dan tidak tepat waktu serta pembungaan sehingga regenerasi tidak dapat berlangsung dengan baik (Kartawinata, 1975). Pada RKL 1, jenis komersial untuk tingkat semai 12 jenis dan non komersial 1 jenis, untuk tingkat pancang 15 jenis komersial dan 3 jenis non komersial, untuk tingkat tiang 17 jenis komersial dan 3 jenis non komersial, untuk tingkat pohon 23 jenis komersial dan 4 jenis non komersial. Pada RKL 2, jenis komersial untuk tingkat semai 10 jenis dan non komersial 2 jenis, untuk tingkat pancang 16 jenis komersial dan 3 jenis non komersial, untuk tingkat tiang 16 jenis komersia dan 1 jenis non komersial, untuk tingkat pohon 30 jenis komersial dan 5 jenis non komersial. Pada RKL 3, jenis komersial untuk tingkat semai 11 jenis dan non komersial 1 jenis, untuk tingkat pancang 14 jenis komersial dan 2 jenis non komersial, untuk tingkat tiang 19 jenis komersia dan 1 jenis non komersial, untuk tingkat pohon 31 jenis komersial dan 2 jenis non komersial. Pada RKL 4, jenis komersial untuk tingkat semai 13 jenis dan non komersial 1 jenis, untuk tingkat pancang 17 jenis komersial dan 2 jenis non komersial, untuk tingkat tiang 16 jenis komersia dan 2 jenis non komersial, untuk tingkat pohon 28 jenis komersial dan 5 jenis non komersial.
23
Pada RKL 5, jenis komersial untuk tingkat semai 13 jenis dan non komersial 1 jenis, untuk tingkat pancang 17 jenis komersial dan 3 jenis non komersial, untuk tingkat tiang 20 jenis komersia dan 2 jenis non komersial, untuk tingkat pohon 26 jenis komersial dan 6 jenis non komersial. Pada RKL 6, jenis komersial untuk tingkat semai 11 jenis dan non komersial 1 jenis, untuk tingkat pancang 12 jenis komersial dan 1 jenis non komersial, untuk tingkat tiang 17 jenis komersia dan 2 jenis non komersial, untuk tingkat pohon 25 jenis komersial dan 6 jenis non komersial. Pada RKL 7, jenis komersial untuk tingkat semai 11 jenis dan non komersial 1 jenis, untuk tingkat pancang 16 jenis komersial dan 4 jenis non komersial, untuk tingkat tiang 15 jenis komersial dan 3 jenis non komersial, untuk tingkat pohon 22 jenis komersial dan 4 jenis non komersial. Pada hutan primer terdapat beberapa jenis yang tidak mempunyai tingkat permudaan sebelumnya seperti untuk jenis komersial keranji (Dialium plathycephalum), bayur (Pterospermum javanicum), kelampai (Elatirospermum tapos), pelawan (Tristaniopsis obavalum), mahang (Macaranga sp), pempaning (Lithocarpus spp), bintangur (Callophyllum inophyllum), jangkang (Dillenia sp), jabon (Anthocephalus cadamba), menjalin (Xanthophylum exelsum), benuang (Octomeles sumatrana), terap (Arthocarpus elasticus), dan pulai (Alstonia scholaris), sedangkan untuk jenis non komersial adalah doho. Pada hutan bekas tebangan, jenis yang tidak mempunyai tingkat permudaan
sebelumnya
adalah
(Dialium
plathycephalum),
pempaning
(Lithocarpus spp), dan rengas (Gluta renghas). Pada hutan primer terdapat jenis-jenis yang mempunyai tingkat permudaan tetapi tidak terdapat pada tingkat tiang dan pohon yaitu jenis manggis (Garcinia mangostana) dan pete (Parcia speciosa). Sedangkan pada hutan bekas tebangan jenis yang mempunyai tingkat permudaan tetapi tidak terdapat pada tingkat tiang dan pohon pada RKL 1 adalah asam (Shorea asamica), pada RKL 2 adalah simpur (Dillenia grandiflora), RKL 3 adalah manggis (Garcinia mangostana), pada RKL 4 adalah terap (Arthocarpus elasticus), pada RKL 5 adalah pantung, dan pada RKL 6 dan RKL 7 tidak ditemukan jenis yang mempunyai tingkat permudaan tetapi tidak terdapat pada tingkat tiang dan pohon.
24
Jenis-jenis pohon yang mempunyai tingkat permudaan tetapi pada tingkat tiang dan pohon tidak terdapat lagi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Richard (1975, dalam Handayani 2002), menyatakan bahwa kehadiran suatu jenis dalam proses suksesi sekunder ditentukan oleh daya tahan terhadap cahaya matahari, pola penyebaran biji dan daya tumbuh jenis tersebut, sedangkan faktor pembatasnya adalah adanya kompetisi antar individu baik dalam satu jenis ataupun antar jenis. 2. Kerapatan Kerapatan (density) adalah jumlah individu suatu spesies di dalam suatu unit areal atau ruang. Nilai kerapatan ditentukan oleh perhitungan aktual terhadap jumlah individu. Tingkat kerapatan suatu jenis dalam komoditas menentukan struktur komunitas yang bersangkutan. Untuk menentukan nilai penting atau dominansi suatu jenis terhadap jenis lain dalam tegakan, dibutuhkan juga nilai kerapatan relatif yaitu % jumlah individu dari suatu jenis dari jumlah individu seluruh jenis yang terdapat dalam komunitas. Nilai kerapatan relatif beberapa jenis pada petak pengamatan dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. Tabel 9. Beberapa jenis tumbuhan yang mempunyai nilai kerapatan relatif yang tinggi pada berbagai tingkat pertumbuhan pada hutan primer. Tingkat Peumbuhan Semai
Pancang
No.
Jenis
KR (%)
1
Meranti Merah (Shorea leprosua)
43,019
2
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
18,483
3
Benuas (Shorea laevifolia)
13,075
4
Keruing (Dipterocarpus sp)
11,784
5
Ubar (Eugenis sp)
3,309
1
Meranti Merah (Shorea leprosua)
29,612
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
13,514
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
13,514
4
Ubar (Eugenis sp)
11,751
5
Kumpang (Myristica sp)
7,051
25
Lanjutan Tabel 9. Tingkat Peumbuhan Tiang
Pohon
No.
Jenis
KR (%)
1
Meranti Merah (Shorea leprosua)
25,098
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
8,627
3
Ubar (Eugenis sp)
7,843
4
Kumpang (Myristica sp)
7,451
5
Mahawai (Mezettia sp)
4,706
1
Keruing (Dipterocarpus sp)
26,625
2
Meranti Merah (Shorea leprosua)
22,910
3
Tengkawang (Shorea sp)
7,430
4
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
4,954
5
Benuas (Shorea laevifolia)
4,644
Tabel 10. Beberapa jenis tumbuhan yang mempunyai nilai kerapatan relatif yang tinggi pada berbagai tingkat pertumbuhan pada hutan bekas tebangan. RKL 1
Tingkat Pertumbuhan Semai
Pancang
Tiang
No.
Jenis
KR (%)
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
46,577
2
Benuas (Shorea parvifolia)
13,019
3
Keruing (Dipterocarpus gracills)
10,287
4
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
9,989
5
Kumpang (Myristica sp)
6,734
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
37,581
2
Ubar (Eugenia sp)
21,196
3
Keruing (Dipterocarpus gracills)
9,883
4
Kumpang (Myristica sp)
9,233
5
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
6,892
1 2 3 4 5
Keruing (Dipterocarpus gracills) Meranti Merah (Shorea leprosula) Kumpang (Myristica sp) Bengkirai (Hopea ferrugenia) Medang (Litcea sp)
46,104 20,130 7,143 6,494 5,844
26
Lanjutan Tabel 10. RKL
2
Tingkat Pertumbuhan Pohon
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
3
Semai
No.
Jenis
KR (%)
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
33,546
2
Keruing (Dipterocarpus gracills)
21,086
3
Kempas (Koompasia malaccensis)
5,112
4
Bunyu (Santiria grififiti)
5,112
5
Tengkawang (Shorea stenoptera)
4,792
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
56,613
2
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
13,473
3
Keruing (Dipterocarpus gracills)
12,855
4
Kumpang (Myristica sp)
6,551
5
Ubar (Eugenia sp)
4,821
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
30,982
2
Ubar (Eugenia sp)
24,205
3
Kumpang (Myristica sp)
10,650
4
Keruing (Dipterocarpus gracills)
10,235
5
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
8,714
1
Keruing (Dipterocarpus gracills)
36,444
2
Meranti Merah (Shorea leprosula)
19,556
3
Kumpang (Myristica sp)
15,556
4
Ubar (Eugenia sp)
8,444
5
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
4,000
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
31,522
2
Keruing (Dipterocarpus gracills)
23,913
3
Kumpang (Myristica sp)
6,739
4
Ubar (Eugenia sp)
6,304
5
Kempas (Koompasia malaccensis)
2,826
1 2 3 4 5
Meranti Merah (Shorea leprosula) Bengkirai (Hopea ferrugenia) Keruing (Dipterocarpus gracills) Tengkawang (Shorea stenoptera) Ubar (Eugenia sp)
32,972 20,867 16,079 10,750 5,872
27
Lanjutan Tabel 10. RKL
Tingkat Pertumbuhan Pancang
Tiang
Pohon
4
Semai
Pancang
Tiang
No.
Jenis
KR (%)
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
28,429
2
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
18,571
3
Keruing (Dipterocarpus gracills)
15,571
4
Ubar (Eugenia sp)
10,000
5
Kumpang (Myristica sp)
7,571
1
Keruing (Dipterocarpus gracills)
29,412
2
Meranti Merah (Shorea leprosula)
28,235
3
Kumpang (Myristica sp)
10,588
4
Mahawai (Mezettia sp)
5,882
5
Jabon (Anthocephalus cadamba)
4,706
1
Keruing (Dipterocarpus gracills)
28,614
2
Meranti Merah (Shorea leprosula)
24,484
3
Tengkawang (Shorea stenoptera)
5,310
4
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
4,425
5
Bunyu (Santina grififiti)
3,540
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
44,169
2
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
17,566
3
Benuas (Shorea parvifolia)
12,901
4
Keruing (Dipterocarpus gracills)
12,755
5
Meranti Putih (Shorea bracteolata)
2,843
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
28,112
2
Keruing (Dipterocarpus gracills)
15,797
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
14,056
4
Ubar (Eugenia sp)
9,237
5
Kumpang (Myristica sp)
7,095
1 2 3 4 5
Keruing (Dipterocarpus gracills) Meranti Merah (Shorea leprosula) Bengkirai (Hopea ferrugenia) Kumpang (Myristica sp) Ubar (Eugenia sp)
37,850 28,972 7,009 6,075 4,206
28
Lanjutan Tabel 10. RKL
5
Tingkat Pertumbuhan Pohon
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
No.
Jenis
KR (%)
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
27,986
2
Keruing (Dipterocarpus gracills)
18,771
3
Ubar (Eugenia sp)
6,485
4
Benuas (Shorea parvifolia)
4,778
5
Tengkawang (Shorea stenoptera)
4,096
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
40,777
2
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
14,190
3
Keruing (Dipterocarpus gracills)
13,219
4
Tengkawang (Shorea stenoptera)
9,858
5
Benuas (Shorea parvifolia)
8,364
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
29,935
2
Keruing (Dipterocarpus gracills)
18,824
3
Ubar (Eugenia sp)
10,065
4
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
9,804
5
Tengkawang (Shorea stenoptera)
8,366
1
Keruing (Dipterocarpus gracills)
38,298
2
Meranti Merah (Shorea leprosula)
25,000
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
7,447
4
Kumpang (Myristica sp)
5,319
5
Mahawai (Mezzetia sp)
4,255
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
31,609
2
Keruing (Dipterocarpus gracills)
10,345
3
Meranti Putih (Shorea bracteolata)
8,046
4
Bunyu (Santina grififiti)
7,471
5
Ulin (Eusideroxylon zwageri)
6,322
Untuk tingkat semai pada hutan primer jenis-jenis yang mempunyai kerapatan relatif tinggi adalah dari jenis komersial semua, yaitu tertinggi adalah meranti merah (Shorea leprosula), kemudian bengkirai (Hopea ferrugenia), benuas (Shorea laevifolia), keruing (Dipterocarpaceae sp), lalu ubar (Eugenia sp). Pada
29
hutan bekas tebangan di setiap RKL yang memiliki kerapatan relatif tinggi juga adalah jenis komersial, secara berturut-turut menurut kalkulasi setiap RKL yang memiliki kerapatan tinggi adalah meranti merah (Shorea leprosula), bengkirai (Hopea ferrugenia), keruing (Dipterocarpaceae sp), tengkawang (Shorea sp) dan ubar (Eugenia sp). Untuk tingkat pancang pada hutan primer, kerapatan relatif tertinggi berturut-turut dari yang tertinggi adalah meranti merah (Shorea leprosula), keruing (Dipterocarpaceae sp), bengkirai (Hopea ferrugenia), ubar (Eugenia sp), dan kumpang (Myristica sp). Begitu juga pada hutan bekas tebangan meranti merah (Shorea leprosula) memiliki kerapatan relatif tertinggi pada setiap RKL kemudian keruing (Dipterocarpaceae sp), ubar (Eugenia sp), kumpang (Myristica sp), dan bengkirai (Hopea ferrugenia). Pada tingkat pancang jenis-jenis yang mempunyai kerapatan relatif tinggi adalah jenis komersial. Meranti merah (Shorea leprosula) juga memiliki kerapatan relatif yang tertinggi pada tingkat tiang. Jenis-jenis yang memiliki kerapatan relatif yang tinggi pada tingkat tiang adalah dari golongan komersial pada hutan primer maupun pada hutan bekas tebangan. Pada hutan primer secara berturut-turut yang memiliki kerapatan relatif tinggi adalah meranti merah (Shorea leprosula), keruing (Dipterocarpaceae sp), ubar (Eugenia sp), kumpang (Myristica sp), dan mahawai (Mezettia sp). Sedangkan pada hutan bekas tebangan secara berturutturut berdasarkan kalkulasi di setiap RKL adalah keruing (Dipterocarpaceae sp), meranti merah (Shorea leprosula),
bengkirai (Hopea ferrugenia),
kumpang
(Myristica sp), dan ubar (Eugenia sp). Keruing (Dipterocarpaceae sp), meranti merah (Shorea leprosula), tengkawang (Shorea sp), bengkirai (Hopea ferrugenia), dan benuas (Shorea laevifolia) merupakan jenis-jenis pohon komersial yang ditemukan mempunyai kerapatan yang tinggi pada hutan primer sedangkan pada hutan bekas tebangan adalah meranti merah (Shorea leprosula), keruing (Dipterocarpaceae sp), kumpang (Myristica sp), bengkirai (Hopea ferrugenia), dan tengkawang (Shorea sp) yang juga merupakan jenis komersial. Keberadaan permudaan akan mendukung stadium di atasnya walaupun dilakukan penebangan. Pada hutan primer maupun hutan bekas tebangan dapat
30
diketahui bahwa semakin tinggi kelas diameternya maka semakin rendah kerapatannya. Pada hutan bekas tebangan terjadi penurunan kerapatan baik untuk jenis komersial maupun non komersial hal ini dikarenakan oleh adanya dampak dari pembalakan seperti arah rebah yang salah dan pembuatan jalan (PWH). Cain dan castro (1971, dalam Wibowo, 2002) menyatakan bahwa data kerapatan seringkali digunakan tidak hanya untuk mendeskripsikan aspek kuantitatif saja dari kondisi pada waktu pengamatan tetapi juga untuk meyakinkan terjadinya perubahan alamiah yang terjadi di dalam komunitas tersebut.
3. Frekuensi Dalam suatu masyarakat tumbuhan, penyebaran suatu jenis dapat diketahui melalui nilai frekuensinya. Frekuensi merupakan ukuran uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis dalam komunitas. Dalam menetapkan contoh ukuran minimum yang mewakili komposisi jenis dari suatu komunitas, frekuensi memegang peranan penting. Frekuensi yaitu perbandingan banyaknya petak yang terisi oleh suatu jenis terhadap jumlah petak seluruhnya, yang biasanya dinyatakan dalam persen (%), adalah ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya jenis di dalam tegakan. Untuk menghitung nilai penting atau dominansi diperlukan pula besaran frekuensi relatif yaitu persen frekuensi suatu jenis terhadap jumlah frekuensi seluruh jenis. Nilai frekuensi relatif beberapa jenis pada petak pengamatan dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12 berikut : Tabel 11. Sebaran keberadaan jenis-jenis dengan nilai frekuensi relatif yang sering ditemui pada petak pengamatan hutan primer menurut tingkat pertumbuhan. Tingkat Pertumbuhan Semai
No.
Jenis
FR (%)
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
25,385
2
Keruing (Dipterocarpus gracills)
20,000
3
Ubar (Eugenia sp)
13,846
4
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
10,000
5
Kumpang (Myristica sp)
7,692
31
Lanjutan Tabel 11. Pancang
1 2 3 4 5
Keruing (Dipterocarpus gracills) Meranti Merah (Shorea leprosula) Ubar (Eugenia sp) Kumpang (Myristica sp) Kempas (Koompasia malaccensis)
17,167 16,738 14,592 10,300 6,438
Tiang
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
16,114
2
Kumpang (Myristica sp)
8,531
3
Ubar (Eugenia sp) Keruing (Dipterocarpus gracills) Mahawai (Mezzetia sp)
8,531
18,667
2
Keruing (Dipterocarpus gracills) Meranti Merah (Shorea leprosula)
3
Ramin Bukit (Gonystilus bancanus)
6,667
4
Tengkawang (Shorea stenoptera)
6,667
5
Meranti Putih (Shorea bracteolata)
5,778
4 5 Pohon
1
7,583 5,213
16,889
Tabel 12. Sebaran keberadaan jenis-jenis dengan nilai frekuensi relatif yang sering ditemui pada petak pengamatan hutan bekas tebangan menurut tingkat pertumbuhan RKL 1
Tingkat Pertumbuhan Semai
Pancang
No.
Jenis
FR (%)
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
29.218
2
Kumpang (Myristica sp)
17.073
3
Keruing (Dipterocarpus sp)
13.821
4
Ubar (Eugenia sp)
12.195
5
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
8.130
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
20.526
2
Ubar (Eugenia sp)
20.000
3
Keruing (Dipterocarpus sp)
14.211
4
Kumpang (Myristica sp)
13.158
5
Mahawai (Mezettia sp)
6.842
32
Lanjutan Tabel 12. RKL
Tingkat Pertumbuhan Tiang
Pohon
2
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
No.
Jenis
FR (%)
1
Keruing (Dipterocarpus sp)
36.134
2
Meranti Merah (Shorea leprosula)
22.689
3
Kumpang (Myristica sp)
9.244
4
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
6.723
5
Medang (Dehaasia sp)
6.723
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
21.531
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
16.746
3
Tengkawang (Shorea sp)
7.177
4
Kempas (Koompasia malaccensis)
6.699
5
Bunyu (Santiria grififiti)
5.742
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
31.818
2
Kumpang (Myristica sp)
19.091
3
Keruing (Dipterocarpus sp)
14.545
4
Ubar (Eugenia sp)
13.636
5
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
9.091
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
20.106
2
Ubar (Eugenia sp)
20.106
3
Keruing (Dipterocarpus sp)
14.286
4
Kumpang (Myristica sp)
13.228
5
Mahawai (Mezettia sp)
6.878
1
Keruing (Dipterocarpus sp)
25.170
2
Meranti Merah (Shorea leprosula)
20.408
3
Kumpang (Myristica sp)
14.286
4
Ubar (Eugenia sp)
12.245
5
Bengkirai (Hopea Ferrugenia)
6.122
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
18.352
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
15.730
3
Kumpang (Myristica sp)
8.989
4
Ubar (Eugenia sp)
7.865
5
Kempas (Koompasia malaccensis)
4.494
33
Lanjutan Tabel 12. RKL 3
Tingkat Pertumbuhan Semai
Pancang
Tiang
Pohon
4
Semai
Pancang
No.
Jenis
FR (%)
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
31.034
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
18.966
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
15.517
4
Tengkawang (Shorea sp)
7.759
5
Ubar (Eugenia sp)
7.759
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
19.905
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
16.588
3
Ubar (Eugenia sp)
14.692
4
Kumpang (Myristica sp)
11.848
5
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
8.531
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
25.564
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
23.308
3
Kumpang (Myristica sp)
12.782
4
Jabon (Antocephalus cadamba)
6.015
5
Mahawai (Mezettia sp)
6.015
1
Keruing (Dipterocarpus sp)
19.502
2
Meranti Merah (Shorea leprosula)
17.012
3
Tengkawang (Shorea sp)
7.469
4
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
5.809
5
Bunyu (Santiria grififiti)
4.564
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
26.515
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
21.970
3
Ubar (Eugenia sp)
12.121
4
Benuas (Shorea laevifolia)
6.061
5
Kumpang (Myristica sp)
6.061
1
Keruing (Dipterocarpus sp)
18.636
2
Meranti Merah (Shorea leprosula)
17.727
3
Ubar (Eugenia sp)
11.818
4
Kumpang (Myristica sp)
10.909
5
Kempas (Koompasia malaccensis)
7.727
34
Lanjutan Tabel 12. RKL
Tingkat Pertumbuhan Tiang
Pohon
5
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
No.
Jenis
FR (%)
1
Keruing (Dipterocarpus sp)
32.061
2
Meranti Merah (Shorea leprosula)
25.191
3
Kumpang (Myristica sp)
8.397
4
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
7.634
5
Ubar (Eugenia sp)
5.344
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
20.000
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
15.111
3
Ubar (Eugenia sp)
7.556
4
Tengkawang (Shorea sp)
5.333
5
Bunyu (Santiria grififiti)
4.444
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
27.344
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
21.344
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
11.719
4
Ulin (Eusideroxylon zwageri)
6.250
5
Tengkawang (Shorea sp)
6.250
1
Keruing (Dipterocarpus sp)
21.053
2
Meranti Merah (Shorea leprosula)
19.474
3
Ubar (Eugenia sp)
15.263
4
Kempas (Koompasia malaccensis)
8.947
5
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
6.316
1
Keruing (Dipterocarpus sp)
30.714
2
Meranti Merah (Shorea leprosula)
22.143
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
8.571
4
Kumpang (Myristica sp)
7.143
5
Mahang (Macaranga sp)
3.571
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
17.544
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
15.789
3
Tengkawang (Shorea sp)
6.579
4
Kumpang (Myristica sp)
6.140
5
Benuas (Shorea laevifolia)
4.825
35
Lanjutan Tabel 12. RKL 6
Tingkat Pertumbuhan Semai
Pancang
Tiang
Pohon
7
Semai
Pancang
No.
Jenis
FR (%)
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
33.628
2
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
14.159
3
Keruing (Dipterocarpus sp)
13.274
4
Ubar (Eugenia sp)
11.504
5
Kumpang (Myristica sp)
7.965
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
25.698
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
19.553
3
Kumpang (Myristica sp)
13.966
4
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
8.939
5
Benuas (Shorea laevifolia)
8.380
1
Keruing (Dipterocarpus sp)
29.545
2
Meranti Merah (Shorea leprosula)
21.212
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
6.818
4
Mahawai (Mezettia sp)
6.818
5
Kumpang (Myristica sp)
6.818
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
21.560
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
15.138
3
Kumpang (Myristica sp)
7.798
4
Ulin (Eusideroxylon zwageri)
4.587
5
Bunyu (Santiria grififiti)
4.128
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
29.231
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
26.154
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
10.769
4
Ubar (Eugenia sp)
8.462
5
Tengkawang (Shorea sp)
6.923
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
20.833
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
20.313
3
Ubar (Eugenia sp)
18.750
4
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
6.771
5
Benuas (Shorea laevifolia)
5.208
36
Lanjutan Tabel 12. RKL
Tingkat Pertumbuhan Tiang
Pohon
No.
Jenis
FR (%)
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
30.857
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
30.714
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
9.286
4
Tengkawang (Shorea sp)
5.714
5
Bunyu (Santiria grififiti)
2.857
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
21.481
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
11.111
3
Bunyu (Santiria grififiti)
8.889
4
Meranti Putih (Shorea bracteolata)
8.889
5
Ulin (Eusideroxylon zwageri)
7.407
Berdasarkan Tabel 11 dan Tabel 12 terlihat bahwa jenis-jenis yang menyebar merata disetiap areal adalah jenis-jenis komersial. Pada hutan primer tingkat semai, jenis yang menyebar merata tertinggi adalah jenis meranti merah (Shorea leprosula) kemudian keruing (Dipterocarpus sp), ubar (Eugenia sp), bengkirai (Hopea ferrugenia), dan kumpang (Myristica sp). Begitu juga pada hutan bekas tebangan jenis tersebut menyebar merata pula di setiap RKL. Pada tingkat pancang di hutan primer jenis-jenis yang menyebar merata secara berturut-turut adalah keruing (Dipterocarpus sp), meranti merah (Shorea leprosula), ubar (Eugenia sp), kumpang (Myristica sp) dan kempas (Koompassia malaccensis). Sedangkan pada hutan bekas tebangan, jenis-jenis yang menyebar merata hampir di seluruh areal secara berturut-turut adalah meranti merah (Shorea leprosula), keruing (Dipterocarpus sp), ubar (Eugenia sp), bengkirai (Hopea ferrugenia) dan mahawai (Mezettia sp). Hampir semua jenis komersial pada tingkat pancang menyebar merata di setiap RKL. Meranti merah (Shorea leprosula) memiliki frekuensi relatif tertinggi untuk tingkat tiang pada hutan primer kemudian kumpang (Myristica sp), ubar (Eugenia sp), keruing (Dipterocarpus sp), dan mahawai (Mezettia sp). Begitu juga pada hutan bekas tebangan, jenis tersebut menyebar merata di setiap RKL. Pada tingkat pohon di hutan primer, jenis-jenis yang menyebar merata di setiap areal pengamatan adalah keruing (Dipterocarpus sp), meranti merah
37
(Shorea leprosula), ramin bukit (Gonystilus bancanus), tengkawang (Shorea sp) dan meranti putih (Shorea bracteolata). Sedangkan pada hutan bekas tebangan secara berturut-turut jenis yang menyebar merata hampir di setiap RKL adalah meranti merah (Shorea leprosula), keruing (Dipterocarpus sp), tengkawang (Shorea sp), kempas (Koompassia malaccensis), dan bunyu (Santiria grififiti). Frekuensi relatif yang tinggi disebabkan oleh spesies tersebut mempunyai toleransi yang besar dari unsur hara dan faktor lingkungan. Faktor-faktor lingkungan dapat menyebabkan timbulnya kompetisi di antara tumbuhan, sedangkan kompetisi ini dapat mempengaruhi atau membatasi penyebaran suatu jenis. Berdasarkan nilai frekuensinya memiliki pola penyebaran yang khas yaitu jumlah terbanyak adalah pada pohon berdiameter kecil atau pohon muda, karena biasanya ditemukan hidup mengelompok atau di bawah tajuk terbuka, sedangkan pohon tua atau berdiameter besar terpencar di seluruh areal hutan sehingga jumlahnya sedikit.
4. Dominansi Jenis Tingkat dominansi suatu jenis dari jenis lainnya dapat menggunakan besaran-besaran seperti kerapatan, persen penutupan tajuk (tajuk atau luas bidang dasar), volume, biomas atau produktivitas. Untuk menetapkan dominansi atau tingkat penguasaan seluruh jenis dalam tegakan pada penelitian ini dengan menggunakan Indeks Nilai Penting (INP) yang merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif dan luas bidang dasar relatif untuk tingkat tiang dan pohon sehingga nilai maksimal INP adalah 300%. Sedangkan untuk tingkat semai dan pancang dengan menjumlahkan kerapatan relatif dan frekuensi relatif sehingga nilai maksimal INP adalah 200%. Suatu jenis akan dominan dalam komunitas apabila jenis tersebut berhasil memanfaatkan sebagian sumberdaya yang ada dibandingkan jenis-jenis lainnya. Besarnya nilai INP tergantung dari kerapatan, frekuensi dan dominansinya. Semakin tinggi INP suatu jenis maka semakin tinggi penguasaannya di dalam suatu komunitas tempat spesies tersebut tumbuh. Pada petak pengamatan dihutan primer dan hutan bekas tebangan ditemukan beberapa jenis pohon yang dominan
38
pada setiap tingkat pertumbuhan dengan Indek Nilai Penting (INP) yang tersaji pada Tabel 13 dan Tabel 14 berikut : Tabel 13. Beberapa jenis pohon dengan Indeks Nilai Penting (INP) tinggi pada hutan primer Tingkat Pertumbuhan Semai
Pancang
Tiang
Pohon
No.
Jenis
INP (%)
1
Meranti Merah ( Shorea leprosula)
68.403
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
31.784
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
28.483
4
Benuas (Shorea laevifolia)
19.998
5
Ubar ( Eugenia sp)
17.155
1
Meranti Merah ( Shorea leprosula)
46.350
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
30.681
3
Ubar ( Eugenia sp)
26.343
4
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
19.522
5
Kumpang (Myristica sp)
17.351
1
Meranti Merah ( Shorea leprosula)
70.801
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
27.137
3
Kumpang (Myristica sp)
23.391
4
Ubar ( Eugenia sp)
17.241
5
Resak (Vatica banana)
16.372
1
Keruing (Dipterocarpus sp)
71.421
2
Meranti Merah ( Shorea leprosula)
65.976
3
Tengkawang (Shorea spp)
24.849
4
Benuas (Shorea laevifolia)
15.438
5
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
14.662
39
Tabel 14. Beberapa jenis pohon dengan Indeks Nilai Penting (INP) tinggi pada hutan bekas tebangan di setiap RKL. RKL 1
Tingkat Pertumbuhan Semai
Pancang
Tiang
Pohon
2
Semai
No.
Jenis
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
INP (%) 75.845
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
24.708
3
Kumpang (Myristica sp)
23.807
4
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
18.119
5
Ubar (Eugenia sp)
18.031
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
58.108
2
Ubar (Eugenia sp)
41.196
3
Keruing (Dipterocarpus sp)
24.093
4
Kumpang (Myristica sp)
22.391
5
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
11.629
1
Keruing (Dipterocarpus sp)
129.368
2
Meranti Merah (Shorea leprosula)
61.821
3
Kumpang (Myristica sp)
21.984
4
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
21.737
5
Medang (Litcea sp) (Litcea sp)
18.449
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
103.707
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
53.446
3
Kempas (Koompassia malacensis)
19.490
4
Tengkawang (Shorea spp)
19.300
5
Bunyu (Santiria grififiti)
13.942
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
88.431
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
27.401
3
Kumpang (Myristica sp)
25.642
4
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
22.564
5
Ubar (Eugenia sp)
18.457
40
Lanjutan Tabel 14. RKL
Tingkat Pertumbuhan Pancang
Tiang
Pohon
3
Semai
Pancang
Tiang
No.
Jenis
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
INP (%) 51.088
2
Ubar (Eugenia sp)
44.311
3
Keruing (Dipterocarpus sp)
24.521
4
Kumpang (Myristica sp)
23.878
5
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
13.476
1
Keruing (Dipterocarpus sp)
98.232
2
Meranti Merah (Shorea leprosula)
60.695
3
Kumpang (Myristica sp)
45.401
4
Ubar (Eugenia sp)
28.120
5
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
14.572
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
83.907
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
65.813
3
Kumpang (Myristica sp)
21.948
4
Ubar (Eugenia sp)
18.822
5
Meranti Putih (Shorea bracteolata)
10.782
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
64.006
2
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
36.384
3
Keruing (Dipterocarpus sp)
35.045
4
Tengkawang (Shorea spp)
18.508
5
Ubar (Eugenia sp)
13.630
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
48.334
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
32.159
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
27.102
4
Ubar (Eugenia sp)
24.692
5
Kumpang (Myristica sp)
19.420
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
85.020
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
81.954
3
Kumpang (Myristica sp)
34.692
4
Mahawai (Mezettia sp)
18.394
5
Jabon (Anthocephalus cadamba)
14.253
41
Lanjutan Tabel 14. RKL
4
Tingkat Pertumbuhan Pohon
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
5
Semai
No.
Jenis
1
Keruing (Dipterocarpus sp)
INP (%) 75.126
2
Meranti Merah (Shorea leprosula)
73.663
3
Tengkawang (Shorea spp)
20.743
4
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
12.662
5
Ulin (Eusideroxylon zwageri)
10.547
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
70.684
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
34.725
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
28.172
4
Benuas (Shorea laevifolia)
18.961
5
Ubar (Eugenia sp)
14.672
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
45.840
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
34.433
3
Ubar (Eugenia sp)
21.055
4
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
20.420
5
Kempas (Koompassia malacensis)
11.609
1
Keruing (Dipterocarpus sp)
109.088
2
Meranti Merah (Shorea leprosula)
84.181
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
22.252
4
Kumpang (Myristica sp)
19.405
5
Ubar (Eugenia sp)
13.669
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
82.285
2
Tengkawang (Shorea spp)
18.593
3
Ubar (Eugenia sp)
17.182
4
Kempas (Koompassia malacensis)
11.130
5
Bunyu (Santiria grififiti)
9.611
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
68.120
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
35.094
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
25.908
4
Tengkawang (Shorea spp)
16.108
5
Benuas (Shorea laevifolia)
13.052
42
Lanjutan Tabel 14. RKL
Tingkat Pertumbuhan Pancang
Tiang
Pohon
6
Semai
Pancang
Tiang
No.
Jenis
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
INP (%) 49.408
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
39.876
3
Ubar (Eugenia sp)
25.329
4
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
16.120
5
Kempas (Koompassia malacensis)
13.784
1
Keruing (Dipterocarpus sp)
106.006
2
Meranti Merah (Shorea leprosula)
72.774
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
25.413
4
Kumpang (Myristica sp)
16.925
5
Mahawai (Mezettia sp)
13.483
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
76.012
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
56.209
3
Tengkawang (Shorea spp)
18.519
4
Benuas (Shorea laevifolia)
16.172
5
Kumpang (Myristica sp)
13.782
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
79.528
2
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
30.747
3
Keruing (Dipterocarpus sp)
23.359
4
Benuas (Shorea laevifolia)
17.316
5
Ubar (Eugenia sp)
14.332
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
59.988
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
36.169
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
30.087
4
Kumpang (Myristica sp)
23.181
5
Benuas (Shorea laevifolia)
15.782
1
Keruing (Dipterocarpus sp)
108.091
2
Meranti Merah (Shorea leprosula)
69.411
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
18.153
4
Kumpang (Myristica sp)
15.885
5
Ubar (Eugenia sp)
14.571
43
Lanjutan Tabel 14. RKL
7
Tingkat Pertumbuhan Pohon
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
No.
Jenis
INP (%)
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
92.383
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
50.798
3
Tengkawang (Shorea spp)
20.868
4
Kumpang (Myristica sp)
15.850
5
Ulin (Eusideroxylon zwageri)
12.918
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
64.589
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
48.063
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
27.327
4
Tengkawang (Shorea spp)
18.058
5
Ubar (Eugenia sp)
11.498
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
51.262
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
37.873
3
Ubar (Eugenia sp)
32.289
4
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
23.259
5
Benuas (Shorea laevifolia)
12.581
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
114.924
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
95.143
3
Bengkirai (Hopea ferrugenia)
22.316
4
Tengkawang (Shorea spp)
14.681
5
Meranti Kuning(Shorea acuminatima) 7.929
1
Meranti Merah (Shorea leprosula)
90.402
2
Keruing (Dipterocarpus sp)
27.972
3
Meranti Putih (Shorea bracteolata)
24.182
4
Bunyu (Santiria grififiti)
20.746
5
Ulin (Eusideroxylon zwageri)
18.486
Meranti merah (Shorea leprosula) merupakan jenis yang dominan pada hutan primer di setiap tingkat pertumbuhan kecuali tingkat pohon, karena yang mendominasi tingkat pohon adalah keruing (Dipterocarpus sp). Untuk tingkat semai secara berturut-turut jenis yang dominan adalah meranti merah (Shorea
44
leprosula), keruing (Dipterocarpus sp), bengkirai (Hopea ferrugenia), benuas (Shorea laevifolia), dan ubar (Eugenia sp). Pada tingkat pancang jenis yang dominan adalah meranti merah (Shorea leprosula), keruing (Dipterocarpus sp), ubar (Eugenia sp), bengkirai (Hopea ferrugenia), dan kumpang (Myristica sp). Pada tingkat tiang jenis yang dominan adalah meranti merah (Shorea leprosula), keruing (Dipterocarpus sp), kumpang (Myristica sp), ubar (Eugenia sp), dan resak (Vatica banana). Sedangkan pada tingkat pohon jenis yang dominan adalah keruing (Dipterocarpus sp), meranti merah (Shorea leprosula), tengkawang (Shorea spp), benuas (Shorea laevifolia), dan bengkirai (Hopea ferrugenia). Pada hutan bekas tebangan jenis meranti merah (Shorea leprosula) dan keruing (Dipterocarpus sp) mendominasi di setiap RKL pada setiap tingkat pertumbuhan. Pada tingkat pancang jenis ubar (Eugenia sp) juga dijumpai dominan pada RKL 1 dan 2. Tengkawang (Shorea spp) mendominasi juga pada tingkat pohon di RKL 4, sedangkan bengkirai (Hopea ferrugenia) mendominasi tingkat tiang di RKL 3. Dominasi Relatif suatu jenis menunjukan penguasaan suatu jenis terhadap jenis yang lain dalam tegakan yang dinyatakan berdasarkan besaran luas bidang dasar setinggi dada, untuk itu diameter menjadi parameter yang sangat penting.
5. Indeks Dominansi Jenis Indeks Dominansi (C) bermanfaat untuk menggambarkan pola dominasi jenis dalam tegakan. Nilai Indeks Dominansi (C) maksimum adalah satu yang berarti bahwa tegakan dikuasai oleh satu jenis atau pada dominansi jenisnya terpusat pada satu jenis saja. Sedangkan apabila nilai Indeks Dominansinya kecil, maka dominansi jenisnya tersebar pada beberapa jenis yang dominan.
45
Tabel 15. Indeks Dominansi (C) pada hutan primer dan hutan bekas tebangan pada RKL 1 sampai RKL 7 Kondisi Hutan Tingkat Pertumbuhan
Hutan Bekas Tebangan
Hutan
Primer RKL1 RKL2 RKL3 RKL4 RKL5 RKL6 RKL7
Pohon
0,184
0,199 0,253 0,184 0,193 0,181 0,215 0,197
Tiang
0,121
0,163 0,154 0,136 0,124 0,138 0,171 0,151
Pancang
0,089
0,245 0,186 0,179 0,226 0,199 0,199 0,258
Semai
0,124
0,168 0,143 0,138 0,119 0,117 0,140 0,127
Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Dominansi jenis diperoleh nilai C yang kurang dari 1 atau nilai Indeks Dominansinya kecil yang berarti bahwa dominansi jenisnya tersebar pada beberapa jenis yang dominan. Pada hutan primer maupun pada hutan bekas tebangan memiliki nilai Indeks Dominansi yang berbeda dimana pada hutan primer nilai Indeks Dominansinya lebih rendah daripada hutan bekas tebangan untuk setiap tingkat pertumbuhan, hal ini karena jumlah jenis pada hutan primer lebih banyak daripada hutan bekas tebangan. Semakin rendah keragaman jenis akan meningkatkan nilai Indeks Dominansi sehingga terjadi pemusatan dominansi pada beberapa jenis yang dominan.
6. Indeks Keragaman Jenis (H) Indeks Keragaman Jenis (H) menggambarkan tingkat keanekaragaman jenis dalam suatu tegakan. Semakin tinggi nilai Indeks Keragaman Jenis dalam tegakan maka semakin tinggi keragamannya. Indeks Keragaman Jenis pada petakpetak pengamatan di hutan primer dan hutan bekas tebangan dapat dilihat pada Tabel 16 berikut :
46
Tabel 16. Indeks Keragaman Jenis (H) pada hutan primer dan hutan bekas tebangan di RKL 1 sampai RKL 7
Kondisi Hutan Tingkat Pertumbuhan
Hutan Bekas Tebangan
Hutan
Primer RKL1 RKL2 RKL3 RKL4 RKL5 RKL6 RKL7
Pohon
0.884
0.853 0.705 0.854 0.866 0.898 0.825 0.829
Tiang
1.065
0.939 0.956 0.968 1.024 1.004 0.874 0.962
Pancang
1.271
0.838 0.889 0.932 0.844 0.929 0.920 0.784
Semai
1.165
1.037 1.107 1.123 1.174 1.171 1.126 1.128
Pada hutan primer dan hutan bekas tebangan nilai Indeks Keragaman Jenis (H) tertinggi pada tingkat pohon yang berarti bahwa pada tingkat pohon mempunyai keragaman yang paling tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Keragaman Jenis (H) pada hutan primer dan hutan bekas tebangan terlihat bahwa hutan primer memiliki keragaman jenis tertinggi di setiap stadium pertumbuhan kecuali tingkat semai. Hal ini berarti hutan primer memiliki tingkat keragaman tertinggi dan merupakan formasi klimaks yang telah mantap dan stabil. Tingginya keragaman jenis di lokasi penelitian yang merupakan hutan hujan tropika dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu tumbuhan pada daerah tropika sangat kaya akan jenis bila dibandingkan dengan tumbuhan yang berada di daerah beriklim sedang dan pada daerah tropis tidak mempunyai batas iklim yan tegas terutama pada daerah dataran rendah basah, sehingga pertumbuhan pohon penyusunnya menjadi pesat karena tidak ada hambatan iklim.
7. Indeks Kesamaan Komunitas (IS) Indeks Kesamaan Komunitas (IS) menggambarkan tingkat kesamaan struktur dan komposisi jenis tegakan yang dibandingkan.
47
Tabel 17. Nilai Indeks Kesamaan (IS) pada dua kondisi yang dibandingkan. Kondisi hutan yang dibandingkan Hutan Primer >< RKL 1
RKL 1 >< RKL 2
RKL 2 >< RKL 3
RKL 3 >< RKL 4
RKL 4 >< RKL 5
RKL 5 >< RKL 6
RKL 6 >< RKL 7
Tingkat pertumbuhan
Indeks Kesamaan (IS)
Semai
83.480
Pancang
80.669
Tiang
53.118
pohon
31.725
Semai
83.565
Pancang
95.570
Tiang
65.531
pohon
71.493
Semai
70.349
Pancang
60.447
Tiang
73.611
Pohon
72.878
Semai
84.685
Pancang
88.627
Tiang
73.412
pohon
69.880
Semai
82.692
Pancang
81.535
Tiang
77.098
pohon
72.105
Semai
77.167
Pancang
64.565
Tiang
84.905
pohon
82.402
Semai
77.111
Pancang
74.064
Tiang
70.293
pohon
71.069
48
Nilai Indeks Kesamaan Komunitas (IS) terbesar 100% dan terkecil 0%. Nilai IS 100% apabila dua komunitas yang dibandingkan benar-benar sama dan mempunyai nilai 0 apabila dua komunitas tersebut sama sekali berbeda. Umumnya dua komunitas dianggap sama apabila mempunyai nilai IS ≥ 75%. Tingkat pancang memiliki nilai IS terbesar dengan nilai IS mendekati 100% yang berarti bahwa pada tingkat pancang kondisi struktur dan komposisi jenis hutan primer sebelum penebangan tidak jauh berbeda dengan kondisi hutan bekas tebangan. Pada tingkat semai pun memiliki nilai IS yang tinggi, hanya saja tidak setinggi pada tingkat pancang, sehingga pada tingkat semai di hutan primer dan hutan bekas tebangan kondisi struktur dan komposisi jenis tidak jauh berbeda. Pada tingkat tiang dan pohon kondisi struktur dan komposisi jenis pada hutan primer memiliki kondisi yang berbeda dengan hutan bekas tebangan karena pada setiap RKL di lokasi pengamatan memiliki nilai IS kurang dari 75% yang berarti bahwa kondisi struktur dan komposisi jenis 2 kondisi hutan yang dibandingkan berbeda. Perbedaan yang nyata pada perbandingan antara hutan primer dengan hutan bekas tebangan disebabkan oleh bervariasinya waktu yang diperlukan untuk kembali ke kondisi awal tegakan dapat diakibatkan karena intensitas penebangan yang berbeda sehingga kondisi struktur tegakan yang kemudian terbentuk setelah penebangan berbeda satu sama lain. Selain itu kondisi awal masing-masing tegakan yang berbeda sebelum penebangan serta variasi daya tumbuh tegakan merupakan kemungkinan lain yang muncul pada perbedaan ini. Struktur Tegakan Kondisi tegakan hutan dapat diketahui dengan melihat struktur tegakan yang merupakan sebaran pohon persatuan luas. Pada tegakan hutan bekas tebangan, struktur tegakan yang tebentuk berada lebih rendah dari struktur tegakan pada hutan primer. Kondisi ini dapat dikembalikan ke bentuk semula seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan hasil perhitungan regresi antara peubah bebas X (kelas diameter) dengan peubah tak bebas Y (logaritma natural (ln) jumlah pohon/hektar), diperoleh persamaan-persamaan struktur tegakan yang dapat dilihat pada Tabel 18 berikut.
49
Tabel 18. Persamaan regresi hubungan antara kelas diameter (X) dengan jumlah pohon per hektar (Y) pada hutan primer dan hutan bekas tebangan. Kondisi Hutan
Persamaan Linier
Persamaan Non Linier
1. Jenis Komersil Y = 7,0802 – 0,0377 X N = 1188,2286 e-0,0377 D
Hutan Primer Hutan Bekas
RKL 1 Y = 4,8999 – 0,0265 X N = 134,2760 e-0,0265 D
Tebangan
RKL 2 Y = 5,8767 – 0,0316 X N = 356,6153 e-0,0316 D RKL 3 Y = 4,9176 – 0,0267 X N = 136,6784 e-0,0267 D RKL 4 Y = 4,9008 – 0,0265 X N = 134,4002 e-0,0265 D RKL 5 Y = 5,1718 – 0,0279 X N = 176,2382 e-0,0279 D RKL 6 Y = 4,9957 – 0,0272 X N = 147,7747 e-0,0272 D RKL 7 Y = 3,6961 – 0,0202 X N = 40,2903 e-0,0202 D
2. Jenis Non Komersil Hutan Primer
Y = 5,6770 – 0,0323 X N = 292,0788 e-0,0323 D 1,6669 e-0,0028 D
Hutan Bekas
RKL 1 Y = 0,5110 – 0,0028 X N =
Tebangan
RKL 2 Y = 2,4985 – 0,0135 X N = 12,1647 e-0,0135 D RKL 3 Y = 2,8419 – 0,0153 X N = 17,1475 e-0,0153 D RKL 4 Y = 2,5540 – 0,0137 X N = 12,8588 e-0,0137 D RKL 5 Y = 2,6899 – 0,0147 X N = 14,7299 e-0,0147 D RKL 6 Y = 2,4873 – 0,0133 X N = 12,0282 e-0,0133 D RKL 7 Y = 0,6984 – 0,0040 X N =
2,0105 e-0,0040 D
Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa nilai a dan k untuk setiap persamaan (kondisi hutan) untuk setiap jenis, nilai a lebih kecil dari 0. menurut Meyer (1952 dalam Handayani 2002) hal ini menunjukkan bahwa pada hutan tersebut pohon-pohon dengan diameter kecil berjumlah banyak, sedangkan pohon berdiameter besar berjumlah sedikit. Hal ini berarti kurva struktur tegakan cenderung berbentuk J terbalik (hipotesis terpenuhi), sebaliknya jika a > 0 maka bentuk kurva akan menjadi melengkung ke atas. Model struktur tegakan pada hutan primer dan hutan bekas tebangan didasarkan pada persamaan Meyer, yaitu berupa persamaan eksponensial negatif
50
dengan rumus umum N = k e-aD. Gambaran struktur tegakan pada hutan primer dan hutan bekas tebangan yang dinyatakan dalam bentuk persamaan Meyer disajikan pada Gambar berikut : 140 Kerap atan (N/h a)
120 100 80 Komersil
60
Non Komersil
40 20 82,5 87,5 92,5 97,5 103
57,5 62,5 67,5 72,5 77,5
37,5 42,5 47,5 52,5
12,5 17,5 22,5 27,5 32,5
0
Kelas Diameter (Cm)
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Komersil
92,5 97,5 103
77,5 82,5 87,5
57,5 62,5 67,5 72,5
42,5 47,5 52,5
27,5 32,5 37,5
Non Komersil
12,5 17,5 22,5
Kerap atan (N/h a)
Gambar 2. Struktur tegakan pada hutan primer
Kelas Diameter (Cm)
Gambar 3. Struktur tegakan pada RKL 1.
60 50 40 Komersil
30
Non Komersil
20 10 0 12.5 17.5 22.5 27.5 32.5 37.5 42.5 47.5 52.5 57.5 62.5 67.5 72.5 77.5 82.5 87.5 92.5 97.5 103
K e ra p a ta n (N /h a )
70
Kelas Diameter (Cm)
Gambar 4. Struktur tegakan pada RKL 2.
12.5 17.5 22.5 27.5 32.5 37.5 42.5 47.5 52.5 57.5 62.5 67.5 72.5 77.5 82.5 87.5 92.5 97.5 103
K e ra p a ta n (N /h a )
12.5 17.5 22.5 27.5 32.5 37.5 42.5 47.5 52.5 57.5 62.5 67.5 72.5 77.5 82.5 87.5 92.5 97.5 103
K e ra p a ta n (N /h a ) 12.5 17.5 22.5 27.5 32.5 37.5 42.5 47.5 52.5 57.5 62.5 67.5 72.5 77.5 82.5 87.5 92.5 97.5 103
K e ra p a ta n (N /h a )
51
60
50
40
30 Komersil
20 Non Komersil
10 0
Kelas Diameter (Cm)
Gambar 5. Struktur tegakan pada RKL 3.
60
50
40
30 Komersil
20 Non Komersil
10
0
Kelas Diameter (Cm)
Gambar 6. Struktur tegakan pada RKL 4.
60
50
40
30 Komersil
20 Non Komersil
10
0
Kelas Diameter (Cm)
Gambar 7. Struktur tegakan pada RKL 5.
52
K e ra p a ta n (N /h a )
60 50 40 30
Komersil
20
Non Komersil
10 12.5 17.5 22.5 27.5 32.5 37.5 42.5 47.5 52.5 57.5 62.5 67.5 72.5 77.5 82.5 87.5 92.5 97.5 103
0
Kelas Diameter (Cm)
Gambar 8. Struktur tegakan pada RKL 6.
80 K e ra p a ta n (N /h a )
70 60 50 40
Komersil
30
Non Komersil
20 10 12.5 17.5 22.5 27.5 32.5 37.5 42.5 47.5 52.5 57.5 62.5 67.5 72.5 77.5 82.5 87.5 92.5 97.5 103
0
Kelas Diameter (Cm)
Gambar 9. Struktur tegakan pada RKL 7.
7 6 5 4 3 2 1 0 13 2, 5
12 2, 5
11 2, 5
10 2, 5
92 ,5
82 ,5
72 ,5
62 ,5
52 ,5
42 ,5
32 ,5
Virgin RKL 1 RKL 2 RKL 3 RKL 4 RKL 5 RKL 6 RKL 7 22 ,5
12 ,5
KERAPATAN (N/ha)
GRAFIK MODEL REGRESI
DIAMETER (Cm)
Gambar 10. Struktur tegakan komersil pada hutan primer dan hutan bekas tebangan.
53
6
VIRGIN RKL1 RKL2 RKL3 RKL4 RKL5 RKL6 RKL7
5 4 3 2 1
92 ,5 10 2, 5 11 2, 5 12 2, 5 13 2, 5
82 ,5
72 ,5
62 ,5
52 ,5
42 ,5
32 ,5
22 ,5
0 12 ,5
KERAPATAN (N/ha)
GRAFIK MODEL REGRESI
DIAMETER (Cm)
Gambar 11. Struktur tegakan non komersil pada hutan primer dan hutan bekas tebangan. Berdasarkan model struktur tegakan seperti yang tertera pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa secara umum model struktur tegakan N = k e-aD yang mengikuti bentuk J terbalik dapat diterima oleh semua kelompok jenis pada setiap areal pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa hutan bekas tebangan dengan sistem tebang pilih masih memiliki struktur tegakan yang cukup baik yang ditandai dengan menyebarnya pohon dalam setiap kelas diameter, dimana jumlah pohon pada kelas diameter kecil lebih besar dibandingkan dengan jumlah pohon pada kelas diameter besar. Bentuk struktur tegakan huruf J terbalik merupakan ciri spesifik dari struktur tegakan hutan alam. Dari persamaan Meyer tersebut pada hutan bekas tebangan terlihat adanya perbedaan struktur tegakan antar umur bekas tebangan yang dapat dilihat dari masing-masing besar kecilnya koefisien regresi. Pola hubungan antar koefisien regresi dengan penurunan jumlah pohon antar kelas diameter berupa hubungan negatif, artinya grafik semakin datar seiring dengan peningkatan nilai koefisien regresi, dan sebaliknya grafik semakin curam seiring penurunan koefisien regresi. Dari model struktur tegakan N = k e-aD dengan D sebagai peubah bebasnya, maka perilaku dari nilai N akan sangat tergantung oleh besarnya nilai a dan k. Makin tinggi nilai k, akan makin tinggi jumlah pohon maksimal yang dicapai pada tegakan tersebut. Parameter a akan menentukan berapa derajat penurunan jumlah pohon perhektar untuk setiap kenaikan diameter pohon
54
tersebut. Oleh karenanya a akan menentukan petunjuk bagi derajat penurunan jumlah pohon untuk setiap kenaikan kelas diameter (Ngadiono, 1984). Atas dasar ini maka klasifikasi tegakan berdasarkan nilai parameter a dan k ini akan menunjukan kualitas tegakan dilihat dari segi kelayakan untuk dapat diterapkan suatu sistem silvikultur. Secara ekonomis tegakan tipe ini layak diusahakan karena pohon-pohon berdiameter besar masih terdapat dalam jumlah yang cukup banyak. Sedangkan secara ekologis tegakan ini cukup menguntungkan karena komposisi pohon pada setiap diameter berbeda tidak terlalu jauh (rata-rata) dan permudaan terdapat dalam jumlah yang cukup (rata-rata). Ketersediaan pohon inti di areal pengamatan pada hutan bekas tebangan mencukupi kriteria yang diterapkan oleh Departemen Kehutanan yaitu jumlah pohon inti yang harus ditinggalkan setelah penebangan menurut sistem TPTI untuk Hutan Produksi Terbatas adalah pohon-pohon komersial dengan diameter 20-59 cm dalam keadaan baik sebanyak 25 pohon per hektar. Sehingga dengan ketersediaan pohon inti yang ada cukup untuk mendukung kegiatan pengelolaan hutan untuk rotasi tebang berikutnya.
55
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan kurva struktur tegakan hutan primer dan hutan bekas tebangan di areal penelitian secara umum berbentuk kurva J terbalik yang artinya semakin tinggi kelas diameter maka kerapatannya akan semakin rendah. Keadaan ini sesuai dengan karakteristik hutan alam. 2. Dampak dari kegiatan pembalakan pada hutan bekas tebangan akan mengakibatkan perubahan komposisi jenis dan penurunan jumlah pohon, sehingga jumlah jenis lebih sedikit dibandingkan pada hutan primer dan kurva J terbalik yang dibentuknya berada di bawah kurva J terbalik pada hutan primer. 3. Berdasarkan hasil perhitungan data lapangan pada hutan bekas tebangan dari RKL 1 sampai dengan RKL 7 menunjukan bahwa komposisi jenis dan struktur tegakan dari proses suksesi sekunder tidak dapat mencapai keadaan yang sama seperti semula, tetapi dengan kondisi demikian setidak-tidaknya dapat dicapai tegakan hutan dalam keadaan kesetimbangan dengan lingkungan. 4. Kehadiran suatu jenis pohon pada hutan bekas tebangan ditentukan oleh besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan pembalakan yang menyebabkan perubahan komposisi jenis ditiap tingkat pertumbuhan dimana terdapat fenomena adanya jenis-jenis pohon yang mempunyai tingkat permudaan tetapi pada tingkat tiang dan pohon tidak dijumpai lagi, begitu juga sebaliknya, terdapat jenis-jenis pohon di lokasi penelitian yang tidak dijumpai tingkat permudaan sebelumnya. Pada hutan primer terdapat beberapa jenis yang tidak dijumpai tingkat permudaan sebelumnya seperti untuk jenis komersial
keranji
(Dialium
plathycephalum),
bayur
(Pterospermum
javanicum), kelampai (Elatirospermum tapos), pelawan (Tristaniopsis obavalum), mahang (Macaranga sp), pempaning (Lithocarpus spp), bintangur (Callophyllum inophyllum), jangkang (Dillenia sp), jabon (Anthocephalus cadamba),
menjalin
(Xanthophylum
exelsum),
benuang
(Octomeles
sumatrana), terap (Arthocarpus elasticus), dan pulai (Alstonia scholaris),
56
sedangkan untuk jenis non komersial adalah doho. Pada hutan bekas tebangan, jenis yang tidak dijumpai tingkat permudaan sebelumnya adalah (Dialium plathycephalum),
pempaning
(Lithocarpus
spp),
dan
rengas
(Gluta
renghas).Pada hutan primer terdapat jenis-jenis yang mempunyai tingkat permudaan tetapi tidak dijumpai tingkat tiang dan pohon yaitu jenis manggis (Garcinia mangostana) dan pete (Parcia speciosa). Sedangkan pada hutan bekas tebangan jenis yang mempunyai tingkat permudaan tetapi tidak dijumpai tingkat tiang dan pohon pada RKL 1 adalah asam (Shorea asamica), pada RKL 2 adalah simpur (Dillenia grandiflora), RKL 3 adalah manggis (Garcinia mangostana), pada RKL 4 adalah terap (Arthocarpus elasticus), pada RKL 5 adalah pantung, dan pada RKL 6 dan RKL 7 tidak ditemukan jenis yang mempunyai tingkat permudaan tetapi tidak terdapat pada tingkat tiang dan pohon.
Saran 1. Perlu dilaksanakan pemeliharaan yang lebih intensif lagi untuk menjaga kelestarian sumberdaya hutan agar permudaan yang dihasilkan bisa lebih baik dan mampu memenuhi kebutuhan akan permudaan dimasa yang akan datang. 2. Perlu penelitian lebih lanjut dengan mempertimbangkan kualitas tempat tumbuh dan kesesuaian luas areal penelitian dengan luasan HPH, karena dalam mengamati komposisi jenis dan dinamika tegakan diperlukan luasan minimal yang mewakili kondisi hutan.
57
DAFTAR PUSTAKA Davis, L.S. And K.N. Johnson. 1987. Forest Management. Third Edition. MC Graw Hill Company, Inc. New York. Departemen Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan RI. Jakarta Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan. 1990. Pedomandan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Handayani, S. 2005. Kajian Komposisi Jenis dan Struktur Tegakan Hutan Primer dan Hutan Bekas tebangan di Areal PT. Inhutani II Kalimantan Selatan. Tugas Akhir Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan. Husch, B. 1963. Forest Mensuration and Statistics. The Ronald Press Co. New York. Husch, B., C.I. Miller., T.W. Beers. 1982. Forest Mensuration Third Edition. John Wiley and Sons, Inc. New York. Indrawan, A. 1985. Suksesi Sekunder Hutan Hujan Dataran Rendah di Pulau Laut Kalimantan Selatan. Tesis Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan. Kartawinata, K. 1975. Biological Changes After Logging in Lowland Dipterocarp Forest. Biotrop Special Publication. No. 3. Bogor. Meyer, H.A., A.B. Recknagel, D.D. Stevenson, and R.A. Bartoo 1961. Forest Management Second Edition. The Ronald Press Company. New York. Ngadiono, E. Suhendang, dan E. Karminarsih Hadi. 1984. Studi Penggolongan Tipe Hutan Alam Tropika Basah dan Sistem Pengelolaannya. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Nyland, R.D. 1996. Silviculture Concepts and Applications Second Edition. MC Graw Hill Companies, Inc. New York. Oliver, C.D dan Larson. 1990. Forest Stand Dynamics. MC Graw Hill Inc. New York. Osmaston, F.C. 1968. The Management of Forests. Gafner Publ. New York. Setiawan, D. 1998. Studi Simulasi Dinamika Struktur Tegakan Hutan Alam Bekas Tebangan. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Soekotjo, W. 1977. Silvika. Departemen manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
58
Soerianegara, I. 1971. Sistem-sistem Silvikultur Untuk Hutan Hujan Tropika. Bogor. Soerianegara, I., A. Indrawan. 1976. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Soerianegara, I., A. Indrawan. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Wibowo, H. 2002. Analisis Struktur dan Komposisi tegakan Hutan Alam Tanah Kering Bekas Tebangan Studi Kasus di Petak RIL (Reduce Impact Logging) HPH PT. Sumalindo Lestari Jaya II Site Long Bagun Kalimantan Timur. Skripsi Sarjana Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Dipublikasikan. Widjatmoko, D.Y. 2000. Kajian Komposisi Jenis dan Struktur Tegakan bekas Tebangan di Areal HPH PT. Andalas Merapi Timber Propinsi Sumatera Barat. Laporan Khusus Sarjana Kehutanan terapan. Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Dipublikasikan.
59
LAMPIRAN
60
Lampiran 1. Tabel Semai Pada Hutan Bekas Tebangan dan Hutan Primer RKL 1. No
Jenis Nama Lokal
Nama Ilmiah
Status Kerapatan
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif
INP
1
Meranti Merah
Shorea leprosula
K
20750
46,577
0,72
29,268
75,845
2
Benuas
Shorea laevifolia
K
5800
13,019
0,12
4,878
17,897
3
Keruing
Dipterocarpus sp
K
4850
10,887
0,34
13,821
24,708
4
Kumpang
Myristica sp
K
3000
6,734
0,42
17,073
23,807
5
Ubar
Eugenia sp
K
2600
5,836
0,3
12,195
18,031
6
Ulin
Eusideroxylon zwageri
K
350
0,786
0,08
3,252
4,038
7
Meranti Batu
Shorea seminis
K
500
1,122
0,02
0,813
1,935
8
Bengkirai
Hopea ferrugenia
K
4450
9,989
0,2
8,130
18,119
9
Tengkawang
Shorea spp
K
750
1,684
0,02
0,813
2,497
10
Mahawai
Mezettia sp
K
950
2,132
0,12
4,878
7,010
11
Meranti Putih
Shorea bracteolata
K
250
0,561
0,04
1,626
2,187
12
Asam
Shorea assmica
K
250
0,561
0,06
2,439
3,000
13
Bawang
Scorodocarpus bornensis
NK
50
0,112
0,02
0,813
0,925
44550
100,000
2,46
100,000
200,000
RKL 2 NO
Jenis Nama Lokal
Nama Ilmiah
Status Kerapatan
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif
INP
1
Meranti Merah
Shorea leprosula
K
22900
56,613
0,7
31,818
2
Keruing
Dipterocarpus sp
K
5200
12,855
0,32
14,545
88,431 27,401
3
Kumpang
Myristica sp
K
2650
6,551
0,42
19,091
25,642
4
Bengkirai
Hopea ferrugenia
K
5450
13,473
0,2
9,091
22,564
5
Ubar
Eugenia sp
K
1950
4,821
0,3
13,636
18,457
6
Meranti Batu
Shorea seminis
K
500
1,236
0,02
0,909
2,145
7
Tengkawang
Shorea spp
K
800
1,978
0,02
0,909
2,887
8
Sindur
Sindora wallichii
K
350
0,865
0,06
2,727
3,593
9
Meranti Putih
Shorea bracteolata
K
150
0,371
0,04
1,818
2,189
10
Pelawan
Tristaniopsis obavalum
K
100
0,247
0,02
0,909
1,156
11
Nyatoh
Palaqullum sp
NK
350
0,865
0,08
3,636
4,502
12
Kelampai
NK
50
0,124
0,02
0,909
1,033
40450
100,000
2,2
100,000
200,000
RKL 3. NO
Jenis Nama Lokal
Nama Ilmiah
Status Kerapatan
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif
INP
1
Meranti Merah
Shorea leprosula
K
18250
32,972
0,72
31,034
64,006
2
Tengkawang
Shorea spp
K
5950
10,750
0,18
7,759
18,508
3
Bengkirai
Hopea ferrugenia
K
11550
20,867
0,36
15,517
36,384
4
Ubar
Eugenia sp
K
3250
5,872
0,18
7,759
13,630
5
Keruing
Dipterocarpus sp
K
8900
16,079
0,44
18,966
35,045
6
Ulin
Eusideroxylon zwageri
K
500
0,903
0,1
4,310
5,214
7
Benuas
Shorea laevifolia
K
2600
4,697
0,08
3,448
8,146
8
Kumpang
Myristica sp
K
1100
1,987
0,14
6,034
8,022
9
Kempas
Koompassia malaccensis
K
950
1,716
0,06
2,586
4,303
Meranti Putih
Shorea bracteolata
K
1750
3,162
0,02
0,862
4,024
10
61
Lanjutan RKL 3. Jenis
NO
Nama Lokal
Nama Ilmiah
11
Meranti Kuning
Shorea acuminatima
12
Manggis
Garcinia sp
Status Kerapatan
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif
INP
K
450
0,813
0,02
0,862
1,675
NK
100
0,181
0,02
0,862
1,043
55350
100,000
2,32
100,000
200,000
RKL 4. Jenis
NO
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Status Kerapatan
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif
INP
1
Benuas
Shorea laevifolia
K
8850
12,901
0,16
6,061
2
Keruing
Dipterocarpus sp
K
8750
12,755
0,58
21,970
34,725
3
Meranti Merah
Shorea leprosula
K
30300
44,169
0,7
26,515
70,684
4
Bengkirai
Hopea ferrugenia
K
12050
17,566
0,28
10,606
28,172
5
Kumpang
Myristica sp
K
700
1,020
0,16
6,061
7,081
6
Ulin
Eusideroxylon zwageri
K
650
0,948
0,16
6,061
7,008
7
Tengkawang
Shorea spp
K
300
0,437
0,08
3,030
3,468
8
Ubar
Eugenia sp
K
1750
2,551
0,32
12,121
14,672
9
Mahawai
Mezettia sp
K
1250
1,822
0,02
0,758
2,580
10
Meranti Batu
Shorea seminis
K
850
1,239
0,04
1,515
2,754
11
Kempas
Koompassia malaccensis
K
100
0,146
0,02
0,758
0,903
13
Sindur
Sindora wallichii
K
500
0,729
0,06
2,273
3,002
14
Meranti Putih
Shorea bracteolata
K
1950
2,843
0,04
1,515
4,358
12
Durian
Durio sp
600
0,875
0,02
0,758
1,632
68600
100,000
2,64
100,000
200,000
NK
18,961
RKL 5. Jenis
NO
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Status Kerapatan
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif
INP
1
Benuas
Shorea laevifolia
K
5600
8,364
0,12
4,688
13,052
2
Meranti Merah
Shorea leprosula
K
27300
40,777
0,7
27,344
68,120
3
Keruing
Dipterocarpus sp
K
8850
13,219
0,56
21,875
35,094
4
Bengkirai
Hopea ferrugenia
K
9500
14,190
0,3
11,719
25,908
5
Kumpang
Myristica sp
K
700
1,046
0,14
5,469
6,514
6
Ulin
Eusideroxylon zwageri
K
950
1,419
0,16
6,250
7,669
7
Tengkawang
Shorea spp
K
6600
9,858
0,16
6,250
16,108
8
Kempas
Koompassia malaccensis
K
1850
2,763
0,04
1,563
4,326
9
Meranti Putih
Shorea bracteolata
K
400
0,597
0,02
0,781
1,379
10
Sindur
Sindora wallichii
K
500
0,747
0,06
2,344
3,091
11
Simpur
Dillenia grandiflora
K
1200
1,792
0,02
0,781
2,574
12
Bayur
Pterospermum javanicum
K
2600
3,883
0,04
1,563
5,446
13
Meranti Batu
Shorea seminis
K
350
0,523
0,02
0,781
1,304
14
Manggis
Garcinia sp.
NK
550
0,822
0,22
8,594
9,415
66950
100,000
2,56
100,000
200,000
RKL 6. NO
Jenis Nama Lokal
Nama Ilmiah
Status Kerapatan
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif
INP
1
Keruing
Dipterocarpus sp
K
5350
10,085
0,3
13,274
23,359
2
Meranti Merah
Shorea leprosula
K
24350
45,900
0,76
33,628
79,528
3
Mahawai
Mezettia sp
K
100
0,189
0,02
0,885
1,073
62
Lanjutan RKL 6. NO
Jenis Nama Lokal
Nama Ilmiah
Status Kerapatan
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif
INP
4
Benuas
Shorea laevifolia
K
5900
11,122
0,14
6,195
17,316
5
Bengkirai
Hopea ferrugenia
K
8800
16,588
0,32
14,159
30,747
6
Kempas
Koompassia malaccensis
K
2550
4,807
0,06
2,655
7,462
7
Tengkawang
Shorea spp
K
2450
4,618
0,12
5,310
9,928
8
Kumpang
Myristica sp
K
850
1,602
0,18
7,965
9,567
9
Meranti Kuning
Shorea acuminatima
K
450
0,848
0,02
0,885
1,733
10
Ubar
Eugenia sp
K
1500
2,828
0,26
11,504
14,332
11
Ulin
Eusideroxylon zwageri
K
250
0,471
0,06
2,655
3,126
12
Rambutan
Nephelium spp
NK
500
0,943
0,02
0,885
1,827
53050
100,000
2,26
100,000
200,000
RKL 7. Jenis
NO
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Status Kerapatan
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif
INP
1
Meranti Merah
Shorea leprosula
K
24450
35,358
0,76
29,231
2
Bengkirai
Hopea ferrugenia
K
11450
16,558
0,28
10,769
27,327
3
Ubar
Eugenia sp
K
2100
3,037
0,22
8,462
11,498
4
Keruing
Dipterocarpus sp
K
15150
21,909
0,68
26,154
48,063
5
Tengkawang
Shorea spp
K
7700
11,135
0,18
6,923
18,058
6
Benuas
Shorea laevifolia
K
3600
5,206
0,08
3,077
8,283
7
Kumpang
Myristica sp
K
900
1,302
0,14
5,385
6,686
8
Sindur
Sindora wallichii
K
200
0,289
0,02
0,769
1,058
9
Meranti Batu
Shorea seminis
K
350
0,506
0,02
0,769
1,275
10
Kempas
Koompassia malaccensis
K
700
1,012
0,04
1,538
2,551
11
Meranti Putih
Shorea bracteolata
K
1750
2,531
0,02
0,769
3,300
12
Pete
Melia excelsa
800
1,157
0,16
6,154
7,311
69150
100,000
2,6
100,000
200,000
NK
64,589
Hutan Primer NO
Jenis Nama Lokal
Nama Ilmiah
Status Kerapatan
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif
INP
1
Benuas
Shorea laevifolia
K
8100
13,075
0,18
6,923
19,998
2
Keruing
Dipterocarpus sp
K
7300
11,784
0,52
20,000
31,784
3
Ubar
Eugenia sp
K
2050
3,309
0,36
13,846
17,155
4
Kumpang
Myristica sp
K
900
1,453
0,2
7,692
9,145
5
Meranti Merah
Shorea leprosula
K
26650
43,019
0,66
25,385
68,403
6
Tengkawang
Shorea spp
K
1350
2,179
0,06
2,308
4,487
7
Resak
Vatica banana
K
600
0,969
0,02
0,769
1,738
8
Sindur
Sindora wallichii
K
300
0,484
0,04
1,538
2,023
9
Meranti Putih
Shorea bracteolata
K
950
1,533
0,04
1,538
3,072
10
Bengkirai
Hopea ferrugenia
K
11450
18,483
0,26
10,000
28,483
11
Ulin
Eusideroxylon zwageri
K
500
0,807
0,14
5,385
6,192
12
Meranti Batu
Shorea seminis
K
1000
1,614
0,04
1,538
3,153
13
Meranti Kuning
Shorea acuminatima
K
450
0,726
0,02
0,769
1,496
14
Manggis
Garcinia sp
NK
100
0,161
0,04
1,538
1,700
15
Pete
Melia excelsa
NK
250
0,404
0,02
0,769
1,173
61950
100,000
2,6
100,000
200,000
63
Lampiran 2. Tabel Pancang Pada Hutan Bekas Tebangan dan Hutan Primer RKL 1. NO
Jenis Nama Lokal
Nama Ilmiah
Status Kerapatan
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif
INP
1
Meranti Merah
Shorea leprosula
K
2312
37,581
0,78
20,526
2
Keruing
Dipterocarpus sp
K
608
9,883
0,54
14,211
58,108 24,093
3
Ubar
Eugenia sp
K
1304
21,196
0,76
20,000
41,196
4
Benuas
Shorea laevifolia
K
264
4,291
0,12
3,158
7,449
5
Kumpang
Myristica sp
K
568
9,233
0,5
13,158
22,391
6
Mahawai
Mezettia sp
K
168
2,731
0,26
6,842
9,573
7
Ulin
Eusideroxylon zwageri
K
72
1,170
0,06
1,579
2,749
8
Tengkawang
Shorea spp
K
72
1,170
0,1
2,632
3,802
9
Kempas
Koompassia malaccensis
K
128
2,081
0,12
3,158
5,239
K
16
0,260
0,04
1,053
1,313
10
Selumbar
11
Meranti Batu
Shorea seminis
K
32
0,520
0,02
0,526
1,046
12
Bengkirai
Hopea ferrugenia
K
424
6,892
0,18
4,737
11,629
13
Simpur
Dillenia grandiflora
K
8
0,130
0,02
0,526
0,656
14
Sindur
Sindora wallichii
K
56
0,910
0,06
1,579
2,489
15
Medang
Litcea sp
K
16
0,260
0,02
0,526
0,786
16
Rambutan
Nephelium spp
NK
24
0,390
0,06
1,579
1,969
17
Nyatoh
Palaqullum sp
NK
56
0,910
0,12
3,158
4,068
18
Durian
Durio sp
NK
24
0,390
0,04
1,053
1,443
6152
100,000
3,8
100,000
200,000
RKL 2. NO
Jenis Nama Lokal
Nama Ilmiah
Status Kerapatan
Meranti Merah
Shorea leprosula
K
2
Keruing
Dipterocarpus sp
K
592
10,235
0,54
14,286
24,521
3
Ubar
Eugenia sp
K
1400
24,205
0,76
20,106
44,311
4
Kumpang
Myristica sp
K
616
10,650
0,5
13,228
23,878
5
Mahawai
Mezettia sp
K
168
2,905
0,26
6,878
9,783
6
Ulin
Eusideroxylon zwageri
K
80
1,383
0,06
1,587
2,970
7
Benuas
Shorea laevifolia
K
232
4,011
0,1
2,646
6,657
8
Tengkawang
Shorea spp
K
96
1,660
0,1
2,646
4,305
9
Kempas
Koompassia malaccensis
K
72
1,245
0,12
3,175
4,419
K
16
0,277
0,04
1,058
1,335
Selumbar
30,982
0,76
20,106
INP
1
10
1792
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif
51,088
11
Meranti Batu
Shorea seminis
K
32
0,553
0,02
0,529
1,082
12
Bengkirai
Hopea ferrugenia
K
504
8,714
0,18
4,762
13,476
13
Simpur
Dillenia grandiflora
K
8
0,138
0,02
0,529
0,667
14
Sindur
Sindora wallichii
K
64
1,107
0,06
1,587
2,694
15
Medang
Litcea sp
K
8
0,138
0,02
0,529
0,667
16
Pelawan
Tristaniopsis obavalum
K
8
0,138
0,02
0,529
0,667
17
Rambutan
Nephelium spp
NK
24
0,415
0,06
1,587
2,002
18
Nyatoh
Palaqullum sp
NK
56
0,968
0,12
3,175
4,143
19
Durian
Durio sp
NK
16
0,277
0,04
1,058
1,335
5784
100,000
3,78
100,000
200,000
64
RKL 3. NO
Jenis Nama Lokal
Nama Ilmiah
Status Kerapatan
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif
INP
1
Meranti Merah
Shorea leprosula
K
1592
28,429
0,84
19,905
2
Tengkawang
Shorea spp
K
208
3,714
0,16
3,791
48,334 7,506
3
Bengkirai
Hopea ferrugenia
K
1040
18,571
0,36
8,531
27,102
4
Ubar
Eugenia sp
K
560
10,000
0,62
14,692
24,692
5
Kumpang
Myristica sp
K
424
7,571
0,5
11,848
19,420
6
Keruing
Dipterocarpus sp
K
872
15,571
0,7
16,588
32,159
7
Kempas
Koompassia malaccensis
K
216
3,857
0,28
6,635
10,492
8
Mahawai
Mezettia sp
K
216
3,857
0,24
5,687
9,544
9
Meranti Putih
Shorea bracteolata
K
104
1,857
0,06
1,422
3,279
10
Benuas
Shorea laevifolia
K
200
3,571
0,16
3,791
7,363
11
Sindur
Sindora wallichii
K
64
1,143
0,12
2,844
3,986
12
Simpur
Dillenia grandiflora
K
16
0,286
0,02
0,474
0,760
13
Meranti Kuning
Shorea acuminatima
K
16
0,286
0,02
0,474
0,760
14
Resak
Vatica banana
K
8
0,143
0,02
0,474
0,617
15
Durian
Durio sp
NK
56
1,000
0,1
2,370
3,370
16
Bawang
Scorodocarpus bornensis
NK
8
0,143
0,02
0,474
0,617
5600
100,000
4,22
100,000
200,000
RKL 4. NO
Jenis
Status Kerapatan
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif
INP
Nama Lokal 1 Meranti Merah
Nama Ilmiah Shorea leprosula
K
1680
28,112
0,78
17,727
45,840
2 Tengkawang
Shorea spp
K
304
5,087
0,22
5,000
10,087
3 Meranti Batu
Shorea seminis
K
48
0,803
0,06
1,364
2,167
4 Bengkirai
Hopea ferrugenia
K
840
14,056
0,28
6,364
20,420
5 Ubar
Eugenia sp
K
552
9,237
0,52
11,818
21,055
6 Kumpang
Myristica sp
K
424
7,095
0,48
10,909
18,004
7 Keruing
Dipterocarpus sp
K
944
15,797
0,82
18,636
34,433
8 Kempas
Koompassia malaccensis
K
232
3,882
0,34
7,727
11,609
9 Ulin
Eusideroxylon zwageri
K
328
5,489
0,26
5,909
11,398
10 Mahawai
Mezettia sp
K
144
2,410
0,2
4,545
6,955
11 Meranti Putih
Shorea bracteolata
K
72
1,205
0,06
1,364
2,568
12 Benuas
Shorea laevifolia
K
240
4,016
0,1
2,273
6,289
13 Bunyu
Santiria grififiti
K
8
0,134
0,02
0,455
0,588
14 Sindur
Sindora wallichii
K
40
0,669
0,08
1,818
2,488
15 Medang
Litsea sp
K
8
0,134
0,02
0,455
0,588
K
32
0,535
0,04
0,909
1,445
K
8
0,134
0,02
0,455
0,588
16 Selumbar 17 Terap
Arthocarpus elasticus
18 Durian
Durio sp
NK
64
1,071
0,08
1,818
2,889
19 Bawang
Scorodocarpus bornensis
NK
8
0,134
0,02
0,455
0,588
5976
100,000
4,4
100,000
200,000
65
RKL 5. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Lokal Benuas Meranti Merah Keruing Bengkirai Ubar Sindur Kempas Bintangur Bayur Selumbar Tengkawang Ulin Terap Simpur Meranti Putih Pantung Medang Rambutan Durian Bawang
Jenis Nama Ilmiah Shorea laevifolia Shorea leprosula Dipterocarpus sp Hopea ferrugenia Eugenia sp Sindora wallichii Koompassia malaccensis Callophyllum inophyllum Pterospermum javanicum Shorea spp Eusideroxylon zwageri Arthocarpus elasticus Dillenia grandiflora Shorea bracteolata Litcea sp Nephelium spp Durio sp Scorodocarpus bornensis
Status Kerapatan K K K K K K K K K K K K K K K K K NK NK NK
224 1832 1152 600 616 96 296 104 184 48 512 192 8 96 40 32 8 8 64 8 6120
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif 3,660 29,935 18,824 9,804 10,065 1,569 4,837 1,699 3,007 0,784 8,366 3,137 0,131 1,569 0,654 0,523 0,131 0,131 1,046 0,131 100,000
0,12 0,74 0,8 0,24 0,58 0,12 0,34 0,04 0,12 0,08 0,2 0,18 0,02 0,04 0,02 0,02 0,02 0,02 0,08 0,02 3,8
3,158 19,474 21,053 6,316 15,263 3,158 8,947 1,053 3,158 2,105 5,263 4,737 0,526 1,053 0,526 0,526 0,526 0,526 2,105 0,526 100,000
INP 6,818 49,408 39,876 16,120 25,329 4,727 13,784 2,752 6,164 2,890 13,629 7,874 0,657 2,621 1,180 1,049 0,657 0,657 3,151 0,657 200,000
RKL 6. Jenis
NO
Nama Lokal 1 Keruing
Nama Ilmiah Dipterocarpus sp
Status Kerapatan
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif
INP
K
880
16,616
0,7
19,553
36,169
2 Meranti Merah Shorea leprosula
K
1816
34,290
0,92
25,698
59,988
3 Mahawai
Mezettia sp
K
168
3,172
0,2
5,587
8,759
4 Benuas
Shorea laevifolia
K
392
7,402
0,3
8,380
15,782
5 Kumpang
Myristica sp
K
488
9,215
0,5
13,966
23,181
6 Bengkirai
Hopea ferrugenia
K
1120
21,148
0,32
8,939
30,087
7 Ulin
Eusideroxylon zwageri
K
152
2,870
0,26
7,263
10,133
8 Tengkawang
Shorea spp
K
120
2,266
0,14
3,911
6,176
9 Sindur
Sindora wallichii
K
72
1,360
0,14
3,911
5,270
10 Meranti Kuning Shorea acuminatima
K
16
0,302
0,02
0,559
0,861
11 Meranti Batu
Shorea seminis
K
32
0,604
0,02
0,559
1,163
12 Meranti Putih
Shorea bracteolata
K
32
0,604
0,04
1,117
1,722
13 Rambutan
Nephelium spp
NK
8
0,151
0,02
0,559
0,710
5296
100,000
3,58
100,000 200,000
RKL 7. NO
Jenis Nama Lokal
Nama Ilmiah
Status Kerapatan
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif
INP
1
Benuas
Shorea laevifolia
K
440
7,373
0,2
5,208
12,581
2
Ubar
Eugenia sp
K
808
13,539
0,72
18,750
32,289
3
Meranti Merah
Shorea leprosula
K
1816
30,429
0,8
20,833
51,262
4
Sindur
Sindora wallichii
K
136
2,279
0,18
4,688
6,966
5
Resak
Vatica banana
K
48
0,804
0,04
1,042
1,846
6
Keruing
Dipterocarpus sp
K
1048
17,560
0,78
20,313
37,873
7
Meranti Putih
Shorea bracteolata
K
64
1,072
0,04
1,042
2,114
8
Bengkirai
Hopea ferrugenia
K
984
16,488
0,26
6,771
23,259
66
Lanjutan RKL 7. NO
Jenis Nama Lokal
Nama Ilmiah
Status Kerapatan
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif
INP
9
Meranti Kuning
Shorea acuminatima
K
8
0,134
0,02
0,521
0,655
10
Ulin
Eusideroxylon zwageri
K
184
3,083
0,18
4,688
7,771
11
Mahawai
Mezettia sp
K
144
2,413
0,2
5,208
7,621
12
Rengas
Gluta renghas
K
8
0,134
0,02
0,521
0,655
13
Bayur
Pterospermum javanicum
K
32
0,536
0,04
1,042
1,578
K
24
0,402
0,06
1,563
1,965
K
64
1,072
0,04
1,042
2,114
14
Selumbar
15
Meranti Batu
Shorea seminis
16
Simpur
Dillenia grandiflora
8
0,134
0,02
0,521
0,655
17
Durian
Durio sp
NK
104
1,743
0,12
3,125
4,868
18
Pete
Parkia speciosa
NK
8
0,134
0,02
0,521
0,655
19
Rambutan
Nephelium spp
NK
8
0,134
0,02
0,521
0,655
20
Nyatoh
Palaqullum sp
NK
32
0,536
0,08
2,083
2,620
5968
100,000
3,84
K
100,000 200,000
Hutan Primer NO
Jenis Nama Lokal
Nama Ilmiah
Status Kerapatan
Kerapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Relatif
INP
1
Benuas
Shorea laevifolia
K
336
4,935
0,16
3,433
8,369
2
Meranti Merah
Shorea leprosula
K
2016
29,612
0,78
16,738
46,350
3
Keruing
Dipterocarpus sp
K
920
13,514
0,8
17,167
30,681
4
Kumpang
Myristica sp
K
480
7,051
0,48
10,300
17,351
5
Bengkirai
Hopea ferrugenia
K
920
13,514
0,28
6,009
19,522
6
Ubar
Eugenia sp
K
800
11,751
0,68
14,592
26,343
7
Sindur
Sindora wallichii
K
88
1,293
0,12
2,575
3,868
8
Mahawai
Mezettia sp
K
216
3,173
0,18
3,863
7,035
Koompassia malaccensis
K
232
3,408
0,3
6,438
9,846
K
16
0,235
0,04
0,858
1,093 2,304
9
Kempas
10
Pantung
11
Selumbar
K
40
0,588
0,08
1,717
12
Tengkawang
Shorea spp
K
208
3,055
0,18
3,863
6,918
13
Ulin
Eusideroxylon zwageri
K
200
2,938
0,2
4,292
7,230
14
Geronggang
Cratoxylon arborescens
K
16
0,235
0,02
0,429
0,664
15
Simpur
Dillenia grandiflora
K
24
0,353
0,04
0,858
1,211
16
Mersawa
Anisoptera sp
K
32
0,470
0,02
0,429
0,899
17
Meranti Putih
Shorea bracteolata
K
128
1,880
0,04
0,858
2,739
18
Rengas
Gluta renghas
K
8
0,118
0,02
0,429
0,547
19
Bunyu
Santaria grififiti
K
8
0,118
0,02
0,429
0,547
20
Medang
Litcea sp
K
8
0,118
0,02
0,429
0,547
21
Meranti Batu
Shorea seminis
K
16
0,235
0,02
0,429
0,664
22
Rambutan
Nephelium spp
NK
16
0,235
0,04
0,858
1,093
23
Nyatoh
Palaqullum sp
NK
16
0,235
0,04
0,858
1,093
24
Durian
Durio sp
NK
56
0,823
0,08
1,717
2,539
25
Bawang
Scorodocarpus bornensis
NK
8
0,118
0,02
0,429
0,547
6808
100,000
4,66
100,000 200,000
67
Lampiran 3. Tabel Tiang Pada Hutan Bekas Tebangan dan Hutan Primer RKL 1. Jenis
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Lokal Keranji Tengkawang Keruing Kumpang Meranti Merah Kelampai Meranti Kuning Meranti Putih Mahawai Kempas Selumbar Mahang Ubar Bengkirai Medang Sindur Pempaning Nyatoh Kedondong Durian
Nama Ilmiah Dialium plathycephalum Shorea spp Dipterocarpus sp Myristica sp Shorea leprosula Shorea acuminatima Shorea bracteolata Mezettia sp Koompassia malaccensis Macaranga sp Eugenia sp Hopea ferrugenia Litcea sp Sindora wallichii Lithocarpus spp Palaqullum sp Pentaspadon motleyi Durio sp
Status K K K K K K K K K K K K K K K K K NK NK NK
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
Frekuensi Relatif
Dominasi
Dominasi Relatif
2 6 142 22 62 2 4 2 2 2 2 2 2 20 18 8 2 2 2 4 308
0,649 1,948 46,104 7,143 20,130 0,649 1,299 0,649 0,649 0,649 0,649 0,649 0,649 6,494 5,844 2,597 0,649 0,649 0,649 1,299 100,000
0,02 0,06 0,86 0,22 0,54 0,02 0,04 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,16 0,16 0,08 0,02 0,02 0,02 0,04 2,38
0,840 2,521 36,134 9,244 22,689 0,840 1,681 0,840 0,840 0,840 0,840 0,840 0,840 6,723 6,723 3,361 0,840 0,840 0,840 1,681 100,000
0,036 0,134 2,644 0,314 1,066 0,056 0,112 0,040 0,036 0,050 0,056 0,016 0,018 0,478 0,330 0,064 0,026 0,016 0,018 0,100 5,610
0,642 2,389 47,130 5,597 19,002 0,998 1,996 0,713 0,642 0,891 0,998 0,285 0,321 8,520 5,882 1,141 0,463 0,285 0,321 1,783 100,000
Frekuensi Dominasi Relatif
Dominasi Relatif
INP 2,131 6,858 129,368 21,984 61,821 2,488 4,976 2,203 2,131 2,381 2,488 1,775 1,811 21,737 18,449 7,100 1,953 1,775 1,811 4,762 300,000
RKL 2. NO 1 2 3
Jenis Nama Lokal
Nama Ilmiah
Meranti Merah Meranti Kuning Keruing
Shorea leprosula Shorea acuminatima Dipterocarpus sp
Status K K K
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
88 10 164
19,556 2,222 36,444
0,6 0,1 0,74
20,408 3,401 25,170
1,780 0,234 3,144
20,731 2,725 36,618
INP 60,695 8,349 98,232
68
Lanjutan RKL 2. Jenis
NO 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nama Lokal Kumpang Meranti Putih Bengkirai Medang Ubar Mahawai Selumbar Kempas Sindur Jangkang Resak Tengkawang Pulai Nyatoh
Nama Ilmiah Myristica sp Shorea bracteolata Hopea ferrugenia Litcea sp Eugenia sp Mezettia sp Koompassia malaccensis Sindora wallichii Dillenia sp Vatica banana Shorea spp Alstonia scholaris Palaqullum sp
Status K K K K K K K K K K K K K NK
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
70 10 18 2 38 14 8 2 6 2 2 4 2 10 450
15,556 2,222 4,000 0,444 8,444 3,111 1,778 0,444 1,333 0,444 0,444 0,889 0,444 2,222 100,000
0,42 0,08 0,18 0,02 0,36 0,14 0,06 0,02 0,04 0,02 0,02 0,04 0,02 0,08 2,94
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
96 100 16 14 4 36 20 6 14 8 2
28,235 29,412 4,706 4,118 1,176 10,588 5,882 1,765 4,118 2,353 0,588
0,68 0,62 0,16 0,14 0,04 0,34 0,16 0,06 0,12 0,08 0,02
Frekuensi Dominasi Relatif 14,286 2,721 6,122 0,680 12,245 4,762 2,041 0,680 1,361 0,680 0,680 1,361 0,680 2,721 100,000
Dominasi Relatif
1,336 0,180 0,382 0,030 0,638 0,180 0,122 0,050 0,112 0,050 0,022 0,066 0,030 0,230 8,586
15,560 2,096 4,449 0,349 7,431 2,096 1,421 0,582 1,304 0,582 0,256 0,769 0,349 2,679 100,000
Frekuensi Dominasi Relatif
Dominasi Relatif
INP 45,401 7,040 14,572 1,474 28,120 9,969 5,240 1,707 3,998 1,707 1,381 3,018 1,474 7,622 300,000
RKL 3. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Nama Lokal Meranti Merah Keruing Jabon Meranti Putih Tengkawang Kumpang Mahawai Bengkirai Mahang Ubar Terap
Nama Ilmiah Shorea leprosula Dipterocarpus sp Anthocephalus cadamba Shorea bracteolata Shorea spp Myristica sp Mezettia sp Hopea ferrugenia Macaranga sp Eugenia sp Arthocarpus elasticus
Status K K K K K K K K K K K
25,564 23,308 6,015 5,263 1,504 12,782 6,015 2,256 4,511 3,008 0,752
1,980 1,854 0,224 0,238 0,162 0,718 0,412 0,122 0,174 0,066 0,016
31,220 29,234 3,532 3,753 2,554 11,321 6,496 1,924 2,744 1,041 0,252
INP 85,020 81,954 14,253 13,134 5,235 34,692 18,394 5,944 11,373 6,401 1,592
69
Lanjutan RKL 3. Jenis
NO 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Lokal Selumbar Ulin Jangkang Kempas Pempaning Ramin Bukit Meranti Kuning Bunyu Rambutan
Nama Ilmiah Eusideroxylon zwageri Dillenia sp Koompassia malaccensis Lithocarpus spp Gonystilus bancanus Shorea acuminatima Santiria grififiti Nephelium spp
Status K K K K K K K K NK
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
4 4 2 2 2 2 4 2 2 340
1,176 1,176 0,588 0,588 0,588 0,588 1,176 0,588 0,588 100,000
0,04 0,04 0,02 0,02 0,02 0,02 0,04 0,02 0,02 2,66
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
124 162 30 2 2 26 12 2 8 6 2 18 6 16 4 4
28,972 37,850 7,009 0,467 0,467 6,075 2,804 0,467 1,869 1,402 0,467 4,206 1,402 3,738 0,935 0,935
0,66 0,84 0,2 0,02 0,02 0,22 0,12 0,02 0,08 0,06 0,02 0,14 0,06 0,04 0,04 0,04
Frekuensi Dominasi Relatif 1,504 1,504 0,752 0,752 0,752 0,752 1,504 0,752 0,752 100,000
Dominasi Relatif
0,072 0,016 0,022 0,050 0,016 0,016 0,078 0,050 0,056 6,342
1,135 0,252 0,347 0,788 0,252 0,252 1,230 0,788 0,883 100,000
Frekuensi Dominasi Relatif
Dominasi Relatif
INP 3,816 2,933 1,687 2,129 1,592 1,592 3,910 2,129 2,223 300,000
RKL 4. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Jenis Nama Lokal Meranti Merah Keruing Bengkirai Kempas Sindur Kumpang Bunyu Meranti Putih Pempaning Medang Selumbar Ubar Rengas Mahang Mahawai Meranti Batu
Nama Ilmiah Shorea leprosula Dipterocarpus sp Hopea ferrugenia Koompassia malaccensis Sindora wallichii Myristica sp Santaria grififiti Shorea bracteolata Lithocarpus spp Litcea sp Eugenia sp Gluta renghas Macaranga sp Mezettia sp Shorea seminis
Status K K K K K K K K K K K K K K K K
25,191 32,061 7,634 0,763 0,763 8,397 4,580 0,763 3,053 2,290 0,763 5,344 2,290 1,527 1,527 1,527
2,288 2,986 0,580 0,056 0,016 0,376 0,246 0,056 0,086 0,090 0,050 0,314 0,094 0,138 0,100 0,074
30,018 39,176 7,610 0,735 0,210 4,933 3,227 0,735 1,128 1,181 0,656 4,120 1,233 1,811 1,312 0,971
INP 84,181 109,088 22,252 1,965 1,441 19,405 10,611 1,965 6,051 4,873 1,887 13,669 4,925 7,076 3,773 3,432
70
Lanjutan RKL 4. Jenis
NO 17 18
Nama Lokal Rambutan Durian
Nama Ilmiah Nephelium spp Durio sp
Status NK NK
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
2 2 428
0,467 0,467 100,000
0,02 0,02 2,62
Frekuensi Dominasi Relatif 0,763 0,763 100,000
0,056 0,016 7,622
Dominasi Relatif 0,735 0,210 100,000
INP 1,965 1,441 300,000
RKL 5. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Jenis Nama Lokal Meranti Merah Ubar Keruing Benuas Jabon Bengkirai Mahang Mahawai Meranti Putih Kumpang Tengkawang Sindur Pempaning Medang Bintangur Keranji Rengas Bunyu Bayur Kempas Durian Doho
Nama Ilmiah Shorea leprosula Eugenia sp Dipterocarpus sp Shorea laevifolia Anthocephalus cadamba Hopea ferrugenia Macaranga sp Mezettia sp Shorea bracteolata Myristica sp Shorea spp Sindora wallichii Lithocarpus spp Litcea sp Callophyllum inophyllum Dialium plathycephalum Gluta renghas Santiria grififiti Pterospermum javanicum Koompassia malaccensis Durio sp
Status K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K NK NK
Kerapatan 94 8 144 4 4 28 10 16 2 20 8 6 2 4 4 2 6 6 2 2 2 2 376
Kerapatan Frekuensi Relatif 25,000 2,128 38,298 1,064 1,064 7,447 2,660 4,255 0,532 5,319 2,128 1,596 0,532 1,064 1,064 0,532 1,596 1,596 0,532 0,532 0,532 0,532 100,000
0,62 0,08 0,86 0,04 0,04 0,24 0,1 0,14 0,02 0,2 0,08 0,06 0,02 0,04 0,04 0,02 0,06 0,06 0,02 0,02 0,02 0,02 2,8
Frekuensi Dominasi Relatif 22,143 2,857 30,714 1,429 1,429 8,571 3,571 5,000 0,714 7,143 2,857 2,143 0,714 1,429 1,429 0,714 2,143 2,143 0,714 0,714 0,714 0,714 100,000
1,746 0,142 2,520 0,102 0,052 0,640 0,066 0,288 0,056 0,304 0,194 0,116 0,026 0,082 0,072 0,016 0,108 0,124 0,050 0,022 0,050 0,036 6,812
Dominasi Relatif 25,631 2,085 36,994 1,497 0,763 9,395 0,969 4,228 0,822 4,463 2,848 1,703 0,382 1,204 1,057 0,235 1,585 1,820 0,734 0,323 0,734 0,528 100,000
INP 72,774 7,069 106,006 3,990 3,256 25,413 7,200 13,483 2,068 16,925 7,833 5,441 1,628 3,696 3,549 1,481 5,324 5,559 1,980 1,569 1,980 1,775 300,000
71
RKL 6. Jenis
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Keruing Meranti Merah Bengkirai Ramin Bukit Meranti Putih Tengkawang Meranti Kuning Bunyu Pempaning Kumpang Benuas Ubar Selumbar Mahawai Mahang Medang Jabon Nyatoh Rambutan
Dipterocarpus sp Shorea leprosula Hopea ferrugenia Gonystilus bancanus Shorea bracteolata Shorea spp Shorea acuminatima Santiria grififiti Lithocarpus spp Myristica sp Shorea laevifolia Eugenia sp Mezettia sp Macaranga sp Litsea sp Anthocephalus cadamba Palaqullum sp Nephelium spp
Status K K K K K K K K K K K K K K K K K NK NK
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
154 92 26 6 6 6 2 4 2 20 2 18 8 18 20 6 6 2 2 400
38,500 23,000 6,500 1,500 1,500 1,500 0,500 1,000 0,500 5,000 0,500 4,500 2,000 4,500 5,000 1,500 1,500 0,500 0,500 100,000
0,78 0,56 0,18 0,06 0,06 0,04 0,02 0,04 0,02 0,18 0,02 0,16 0,08 0,18 0,1 0,06 0,06 0,02 0,02 2,64
Dominasi Frekuensi Dominasi Relatif Relatif 29,545 21,212 6,818 2,273 2,273 1,515 0,758 1,515 0,758 6,818 0,758 6,061 3,030 6,818 3,788 2,273 2,273 0,758 0,758 100,000
2,816 1,772 0,340 0,122 0,142 0,136 0,056 0,042 0,030 0,286 0,056 0,282 0,282 0,182 0,178 0,116 0,122 0,056 0,016 7,032
40,046 25,199 4,835 1,735 2,019 1,934 0,796 0,597 0,427 4,067 0,796 4,010 4,010 2,588 2,531 1,650 1,735 0,796 0,228 100,000
Frekuensi Dominasi Relatif
Dominasi Relatif
INP 108,091 69,411 18,153 5,508 5,792 4,949 2,054 3,112 1,684 15,885 2,054 14,571 9,041 13,906 11,319 5,422 5,508 2,054 1,485 300,000
RKL 7. NO 1 2 3 4 5 6
Jenis Nama Lokal
Nama Ilmiah
Meranti Merah Keruing Bunyu Kumpang Meranti Kuning Ubar
Shorea leprosula Dipterocarpus sp Santiria grififiti Myristica sp Shorea acuminatima Eugenia sp
Status K K K K K K
Kerapatan 188 154 8 8 10 4
Kerapatan Frekuensi Relatif 41,410 33,921 1,762 1,762 2,203 0,881
0,92 0,86 0,08 0,08 0,1 0,04
32,857 30,714 2,857 2,857 3,571 1,429
3,886 2,916 0,168 0,202 0,206 0,436
40,657 30,508 1,758 2,113 2,155 4,562
INP 114,924 95,143 6,377 6,733 7,929 6,871
72
Lanjutan RKL 7. NO 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Jenis Nama Lokal Tengkawang Ulin Kempas Rengas Bengkirai Meranti putih Pempaning Selumbar Terap Doho Durian Rambutan
Nama Ilmiah Shorea spp Eusideroxylon zwageri Koompassia malaccensis Gluta renghas Hopea ferrugenia Shorea bracteolata Lithocarpus spp Arthocarpus elasticus Durio sp Nephelium spp
Status K K K K K K K K K NK NK NK
Kerapatan 20 8 2 2 28 8 4 2 2 2 2 2 454
Kerapatan Frekuensi Relatif 4,405 1,762 0,441 0,441 6,167 1,762 0,881 0,441 0,441 0,441 0,441 0,441 100,000
0,16 0,06 0,02 0,02 0,26 0,06 0,04 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 2,8
Frekuensi Dominasi Relatif 5,714 2,143 0,714 0,714 9,286 2,143 1,429 0,714 0,714 0,714 0,714 0,714 100,000
0,436 0,148 0,056 0,036 0,656 0,202 0,090 0,022 0,022 0,018 0,036 0,022 9,558
Dominasi Relatif 4,562 1,548 0,586 0,377 6,863 2,113 0,942 0,230 0,230 0,188 0,377 0,230 100,000
INP 14,681 5,453 1,741 1,531 22,316 6,018 3,251 1,385 1,385 1,343 1,531 1,385 300,000
Hutan Primer NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jenis Nama Lokal Keruing Mahawai Benuas Bengkirai Keranji Meranti Merah Ubar Meranti Putih Ulin Medang Tengkawang Bayur Bunyu
Nama Ilmiah Dipterocarpus sp Mezettia sp Shorea laevifolia Hopea ferrugenia Dialium plathycephalum Shorea leprosula Eugenia sp Shorea bracteolata Eusideroxylon zwageri Litsea sp Shorea spp Pterospermum javanicum Santiria grififiti
Status K K K K K K K K K K K K K
Kerapatan 44 24 6 20 10 128 40 18 12 8 12 20 18
Kerapatan Frekuensi Relatif 8,627 4,706 1,176 3,922 1,961 25,098 7,843 3,529 2,353 1,569 2,353 3,922 3,529
0,32 0,22 0,06 0,2 0,08 0,68 0,36 0,18 0,1 0,08 0,12 0,2 0,16
Dominasi Frekuensi Dominasi Relatif Relatif 7,583 5,213 1,422 4,739 1,896 16,114 8,531 4,265 2,370 1,896 2,844 4,739 3,791
0,932 0,378 0,102 0,426 0,122 2,524 0,074 0,032 0,206 0,154 0,172 0,366 0,280
10,926 4,431 1,196 4,994 1,430 29,590 0,868 0,375 2,415 1,805 2,016 4,291 3,283
INP 27,137 14,351 3,794 13,655 5,287 70,801 17,241 8,170 7,138 5,270 7,213 12,952 10,603
73
Lanjutan Hutan Primer NO 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Jenis Nama Lokal Kelampai Kempas Kumpang Selumbar Meranti Kuning Pelawan Mahang Pempaning Geronggang Bintangur Resak Jangkang Rengas Jabon Pantung Menjalin Benuang Simpur Terap Kedondong Doho
Nama Ilmiah Elatirospermum tapos Koompassia malaccensis Myristica sp Shorea acuminatima Tristaniopsis obavalum Macaranga sp Lithocarpus spp Cratoxylon arborescens Callophyllum inophyllum Vatica banana Dillenia sp Gluta renghas Anthocephalus cadamba Xanthophylum execelsum Octomeles sumatrana Dillenia grandiflora Arthocarpus elasticus Pentaspadon motleyi
Status K K K K K K K K K K K K K K K K K K K NK NK
Kerapatan 8 14 38 6 4 4 6 12 2 2 24 4 4 2 4 4 4 2 2 2 2 510
Kerapatan Frekuensi Relatif 1,569 2,745 7,451 1,176 0,784 0,784 1,176 2,353 0,392 0,392 4,706 0,784 0,784 0,392 0,784 0,784 0,784 0,392 0,392 0,392 0,392 100,000
0,08 0,12 0,36 0,06 0,04 0,04 0,06 0,12 0,02 0,02 0,24 0,04 0,04 0,02 0,04 0,04 0,04 0,02 0,02 0,02 0,02 4,22
Frekuensi Dominasi Relatif 1,896 2,844 8,531 1,422 0,948 0,948 1,422 2,844 0,474 0,474 5,687 0,948 0,948 0,474 0,948 0,948 0,948 0,474 0,474 0,474 0,474 100,000
0,124 0,276 0,632 0,078 0,082 0,094 0,108 0,222 0,050 0,056 0,510 0,048 0,076 0,056 0,092 0,052 0,086 0,026 0,040 0,018 0,036 8,530
Dominasi Relatif 1,454 3,236 7,409 0,914 0,961 1,102 1,266 2,603 0,586 0,657 5,979 0,563 0,891 0,657 1,079 0,610 1,008 0,305 0,469 0,211 0,422 100,000
INP 4,918 8,824 23,391 3,513 2,693 2,834 3,864 7,799 1,452 1,523 16,372 2,295 2,623 1,523 2,811 2,342 2,740 1,171 1,335 1,077 1,288 300,000
74
Lampiran 4. Tabel Pohon Pada Hutan Bekas Tebangan dan Hutan Primer RKL 1. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Jenis Nama Lokal Keruing Meranti Merah Kelampai Benuang Kumpang Keranji Mahawai Ulin Ramin Bukit Sindur Tengkawang Pempaning Medang Ubar Bintangur Rengas Bengkirai Kempas Meranti Putih Bunyu Benuas Mahang Simpur Doho Kedondong Nyatoh Bawang
Nama Ilmiah Dipterocarpus sp Shorea leprosula Elatirospermum tapos Octomeles sumatrana Myristica sp Dialium plathycephalum Mezettia sp Eusideroxylon zwageri Gonystilus bancanus Sindora wallichii Shorea spp Lithocarpus spp Litsea sp Eugenia sp Callophyllum inophyllum Gluta renghas Hopea ferrugenia Koompassia malaccensis Shorea bracteolata Santiria grififiti Shorea laevifolia Macaranga sp Dillenia grandiflora Pentaspadon motleyi Palaqullum sp Scorodocarpus bornensis
Status K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K NK NK NK NK
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
33 52,5 3,5 1 6,5 2 1 2,5 5 1 7,5 4,5 0,5 3 0,5 1 2,5 8 4 8 1,5 2,5 1 1,5 1 0,5 1 156,5
21,086 33,546 2,236 0,639 4,153 1,278 0,639 1,597 3,195 0,639 4,792 2,875 0,319 1,917 0,319 0,639 1,597 5,112 2,556 5,112 0,958 1,597 0,639 0,958 0,639 0,319 0,639 100,000
0,7 0,9 0,12 0,04 0,24 0,08 0,04 0,08 0,18 0,04 0,3 0,18 0,02 0,12 0,02 0,04 0,08 0,28 0,14 0,24 0,06 0,08 0,04 0,06 0,04 0,02 0,04 4,18
Frekuensi Dominasi Relatif 16,746 21,531 2,871 0,957 5,742 1,914 0,957 1,914 4,306 0,957 7,177 4,306 0,478 2,871 0,478 0,957 1,914 6,699 3,349 5,742 1,435 1,914 0,957 1,435 0,957 0,478 0,957 100,000
3,248 10,117 0,298 0,053 0,414 0,129 0,042 0,372 0,362 0,127 1,525 0,350 0,021 0,204 0,016 0,025 0,070 1,598 0,253 0,643 0,142 0,125 0,075 0,363 0,123 0,046 0,066 20,803
Dominasi Relatif 15,613 48,630 1,432 0,255 1,990 0,620 0,202 1,788 1,740 0,608 7,331 1,682 0,101 0,981 0,075 0,118 0,336 7,679 1,216 3,088 0,683 0,601 0,361 1,745 0,589 0,219 0,317 100,000
INP 53,446 103,707 6,540 1,851 11,885 3,812 1,798 5,300 9,241 2,204 19,300 8,864 0,899 5,768 0,872 1,714 3,848 19,490 7,121 13,942 3,076 4,112 1,956 4,139 2,185 1,017 1,913 300,000
75
RKL 2. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Lokal Meranti Merah Keruing Medang Ulin Tengkawang Keranji Kelampai Benuang Kumpang Meranti Putih Mahawai Bengkirai Meranti Batu Bunyu Benuas Ramin Bukit Selumbar Rengas Pempaning Keramu Ubar Kempas Pantung Sindur Terap Pelawan Meranti Kuning Bayur Resak Asam
Jenis Nama Ilmiah Shorea leprosula Dipterocarpus sp Litcea sp Eusideroxylon zwageri Shorea spp Dialium plathycephalum Elatirospermum tapos Octomeles sumatrana Myristica sp Shorea bracteolata Mezettia sp Hopea ferrugenia Shorea seminis Santiria grififiti Shorea laevifolia Gonystilus bancanus Gluta renghas Lithocarpus spp Parishia maingayi Eugenia sp Koompassia malaccensis Sindora wallichii Arthocarpus elasticus Tristaniopsis obavalum Shorea acuminatima Pterospermum javanicum Vatica banana Shorea assmica
Status K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K
Kerapatan 72,5 55 1 5 5 3 1,5 0,5 15,5 6 5 6 2,5 1 0,5 3 2,5 1,5 0,5 0,5 14,5 6,5 0,5 4,5 0,5 1,5 1,5 0,5 1 2
Kerapatan Relatif 31,522 23,913 0,435 2,174 2,174 1,304 0,652 0,217 6,739 2,609 2,174 2,609 1,087 0,435 0,217 1,304 1,087 0,652 0,217 0,217 6,304 2,826 0,217 1,957 0,217 0,652 0,652 0,217 0,435 0,870
Frekuensi 0,98 0,84 0,04 0,18 0,18 0,12 0,06 0,02 0,48 0,22 0,18 0,2 0,1 0,04 0,02 0,1 0,1 0,06 0,02 0,02 0,42 0,24 0,02 0,14 0,02 0,06 0,04 0,02 0,02 0,06
Frekuensi Relatif 18,352 15,730 0,749 3,371 3,371 2,247 1,124 0,375 8,989 4,120 3,371 3,745 1,873 0,749 0,375 1,873 1,873 1,124 0,375 0,375 7,865 4,494 0,375 2,622 0,375 1,124 0,749 0,375 0,375 1,124
Dominasi
Dominasi Relatif
10,175 7,824 0,067 0,879 0,452 0,281 0,084 0,027 1,860 1,212 0,289 0,490 0,381 0,055 0,370 0,182 0,124 0,091 0,025 0,033 1,391 1,044 0,031 0,562 0,031 0,192 0,218 0,036 0,037 0,297
34,034 26,170 0,222 2,940 1,512 0,938 0,281 0,089 6,220 4,054 0,967 1,639 1,274 0,184 1,236 0,607 0,413 0,303 0,082 0,110 4,653 3,492 0,104 1,880 0,104 0,642 0,727 0,119 0,122 0,993
INP 83,907 65,813 1,406 8,485 7,057 4,490 2,057 0,681 21,948 10,782 6,511 7,993 4,234 1,368 1,828 3,784 3,373 2,078 0,674 0,702 18,822 10,812 0,696 6,458 0,696 2,418 2,129 0,711 0,931 2,987
76
Lanjutan RKL 2. NO 31 32 33 34 35
Nama Lokal Doho Nyatoh Kedondong Bawang Durian
Jenis Nama Ilmiah Palaqullum sp Pentaspadon motleyi Scorodocarpus bornensis Durio sp
Status NK NK NK NK NK
Kerapatan 0,5 5 1 1 1,5 230
Kerapatan Relatif 0,217 2,174 0,435 0,435 0,652 100,000
Frekuensi
Frekuensi Relatif
Dominasi
Dominasi Relatif
0,02 0,18 0,04 0,04 0,06 5,34
0,375 3,371 0,749 0,749 1,124 100,000
0,031 0,515 0,142 0,064 0,412 29,897
0,104 1,723 0,473 0,214 1,376 100,000
Frekuensi Relatif
Dominasi
Dominasi Relatif
6,313 0,708 0,204 0,477 0,031 1,563 0,358 5,301 0,288 0,033 0,215 0,108 0,585 0,290 0,677 0,150 0,415 0,175 0,196 0,281
32,167 3,608 1,040 2,428 0,158 7,965 1,824 27,010 1,465 0,168 1,096 0,550 2,978 1,478 3,447 0,764 2,112 0,889 0,999 1,429
INP 0,696 7,267 1,657 1,398 3,152 300,000
RKL 3. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Lokal Meranti Merah Meranti Putih Meranti Batu Bengkirai Benuang Tengkawang Ubar Keruing Mahawai Keramu Medang Bayur Benuas Selumbar Ulin Resak Bunyu Mahang Sindur Kempas
Jenis Nama Ilmiah Shorea leprosula Shorea bracteolata Shorea seminis Hopea ferrugenia Octomeles sumatrana Shorea spp Eugenia sp Dipterocarpus sp Mezettia sp Parishia maingayi Litsea sp Pterospermum javanicum Shorea laevifolia Eusideroxylon zwageri Vatica banana Santiria grififiti Macaranga sp Sindora wallichii Koompassia malaccensis
Status K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
41,5 4,5 1 7,5 0,5 9 5,5 48,5 5 0,5 4 1 3 4 5 1,5 6 3 2 2
24,484 2,655 0,590 4,425 0,295 5,310 3,245 28,614 2,950 0,295 2,360 0,590 1,770 2,360 2,950 0,885 3,540 1,770 1,180 1,180
0,82 0,16 0,04 0,28 0,02 0,36 0,2 0,94 0,2 0,02 0,16 0,04 0,12 0,16 0,2 0,06 0,22 0,12 0,06 0,08
17,012 3,320 0,830 5,809 0,415 7,469 4,149 19,502 4,149 0,415 3,320 0,830 2,490 3,320 4,149 1,245 4,564 2,490 1,245 1,660
INP 73,663 9,582 2,459 12,662 0,868 20,743 9,219 75,126 8,564 0,878 6,775 1,970 7,238 7,157 10,547 2,894 10,216 5,149 3,424 4,269
77
Lanjutan RKL 3. NO 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nama Lokal Bintangur Geronggang Ramin Bukit Kumpang Pempaning Meranti Kuning Pantung Rengas Jabon Keranji Pulai Durian Nyatoh
Jenis Nama Ilmiah Callophyllum inophyllum Cratoxylon arborescens Gonystilus bancanus Myristica sp Lithocarpus spp Shorea acuminatima Gluta renghas Anthocephalus cadamba Dialium plathycephalum Alstonia scholaris Durio sp Palaqullum sp
Status K K K K K K K K K K K NK NK
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
2,5 0,5 1 1,5 2,5 0,5 1,5 1 0,5 0,5 0,5 0,5 1,5 169,5
1,475 0,295 0,590 0,885 1,475 0,295 0,885 0,590 0,295 0,295 0,295 0,295 0,885 100,000
0,08 0,02 0,04 0,06 0,1 0,02 0,06 0,04 0,02 0,02 0,02 0,02 0,06 4,82
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
7 27,5 41 5 1,5 9,5 4 3 0,5 6 5 2
4,778 18,771 27,986 3,413 1,024 6,485 2,730 2,048 0,341 4,096 3,413 1,365
0,22 0,68 0,9 0,2 0,06 0,34 0,16 0,12 0,02 0,24 0,18 0,08
Frekuensi Relatif 1,660 0,415 0,830 1,245 2,075 0,415 1,245 0,830 0,415 0,415 0,415 0,415 1,245 100,000
Dominasi
Dominasi Relatif
0,198 0,036 0,067 0,056 0,196 0,176 0,221 0,049 0,036 0,031 0,051 0,066 0,080 19,624
1,006 0,181 0,341 0,283 0,999 0,897 1,126 0,250 0,181 0,158 0,260 0,336 0,405 100,000
Dominasi
Dominasi Relatif
1,599 2,386 6,054 0,310 0,221 0,555 0,294 0,149 0,332 1,618 0,656 0,124
9,060 13,516 34,298 1,754 1,252 3,142 1,663 0,844 1,881 9,165 3,717 0,700
INP 4,141 0,891 1,761 2,413 4,548 1,607 3,256 1,670 0,891 0,868 0,970 1,046 2,535 300,000
RKL 4. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Lokal Benuas Keruing Meranti Merah Bunyu Sindur Ubar Bengkirai Kumpang Pantung Tengkawang Kempas Keranji
Jenis Nama Ilmiah Shorea laevifolia Dipterocarpus sp Shorea leprosula Santaria grififiti Sindora wallichii Eugenia sp Hopea ferrugenia Myristica sp Shorea spp Koompassia malaccensis Dialium plathycephalum
Status K K K K K K K K K K K K
Frekuensi Relatif 4,889 15,111 20,000 4,444 1,333 7,556 3,556 2,667 0,444 5,333 4,000 1,778
INP 18,727 47,398 82,285 9,611 3,609 17,182 7,949 5,559 2,667 18,593 11,130 3,843
78
Lanjutan RKL 4. NO 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nama Lokal Pempaning Ramin Bukit Medang Meranti Putih Meranti Kuning Ulin Geronggang Selumbar Meranti Batu Keramu Benuang Rengas Simpur Mahang Mahawai Pulai Bawang Durian Kedondong Nyatoh Rambutan
Jenis Nama Ilmiah Lithocarpus spp Gonystilus bancanus Litcea sp Shorea bracteolata Shorea acuminatima Eusideroxylon zwageri Cratoxylon arborescens Shorea seminis Parishia maingayi Octomeles sumatrana Gluta renghas Dillenia grandiflora Macaranga sp Mezettia sp Alstonia scoholaris Scorodocarpus bornensis Durio sp Pentaspadon motleyi Palaqullum sp Nephelium spp
Status K K K K K K K K K K K K K K K K NK NK NK NK NK
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
1,5 1,5 5 2 0,5 4 1 3 2,5 1 1 1,5 0,5 0,5 0,5 0,5 4,5 2 0,5 0,5 0,5 146,5
1,024 1,024 3,413 1,365 0,341 2,730 0,683 2,048 1,706 0,683 0,683 1,024 0,341 0,341 0,341 0,341 3,072 1,365 0,341 0,341 0,341 100,000
0,06 0,06 0,18 0,08 0,02 0,14 0,04 0,12 0,1 0,04 0,04 0,06 0,02 0,02 0,02 0,02 0,14 0,08 0,02 0,02 0,02 4,5
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
6 8 4 35
3,810 5,079 2,540 22,222
0,2 0,28 0,14 0,72
Frekuensi Relatif 1,333 1,333 4,000 1,778 0,444 3,111 0,889 2,667 2,222 0,889 0,889 1,333 0,444 0,444 0,444 0,444 3,111 1,778 0,444 0,444 0,444 100,000
Dominasi
Dominasi Relatif
0,078 0,213 0,342 0,293 0,031 0,569 0,060 0,249 0,408 0,053 0,058 0,121 0,033 0,027 0,025 0,066 0,346 0,204 0,083 0,079 0,021 17,650
0,439 1,207 1,935 1,657 0,176 3,224 0,340 1,408 2,312 0,300 0,329 0,686 0,187 0,150 0,139 0,374 1,960 1,153 0,470 0,445 0,119 100,000
INP 2,796 3,564 9,348 4,800 0,961 9,065 1,911 6,122 6,240 1,872 1,900 3,043 0,973 0,936 0,925 1,160 8,143 4,296 1,256 1,231 0,905 300,000
RKL 5. NO 1 2 3 4
Nama Lokal Bunyu Kumpang Ubar Keruing
Jenis Nama Ilmiah Santiria grififiti Myristica sp Eugenia sp Dipterocarpus sp
Status K K K K
Frekuensi Relatif 4,386 6,140 3,070 15,789
Dominasi 0,485 0,502 0,332 3,561
Dominasi Relatif 2,478 2,563 1,694 18,197
INP 10,674 13,782 7,304 56,209
79
Lanjutan RKL 5. NO 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Lokal Benuas Meranti Merah Tengkawang Bengkirai Ulin Kempas Mahawai Resak Sindur Simpur Pempaning Meranti Putih Mahang Meranti Kuning Selumbar Medang Bintangur Bayur Mersawa Keramu Ramin Bukit Meranti Batu Bawang Rambutan Doho Kedondong Durian Nyatoh
Jenis Nama Ilmiah Shorea laevifolia Shorea leprosula Shorea spp Hopea ferrugenia Eusideroxylon zwageri Koompassia malaccensis Mezettia sp Vatica banana Sindora wallichii Dillenia grandiflora Lithocarpus spp Shorea bracteolata Macaranga sp Shorea acuminatima Litcea sp Callophyllum inophyllum Pterospermum javanicum Anisoptera sp Parishia maingayi Gonystilus bancanus Shorea seminis Scorodocarpus bornensis Nephelium spp Pentaspadon motleyi Durio sp Palaqullum sp
Status K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K NK NK NK NK NK NK
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
6 39 8 4 4,5 4,5 6,5 1 2,5 2,5 2 4,5 3,5 1 0,5 2,5 1 0,5 0,5 0,5 1 0,5 3 2 0,5 1 0,5 1 157,5
3,810 24,762 5,079 2,540 2,857 2,857 4,127 0,635 1,587 1,587 1,270 2,857 2,222 0,635 0,317 1,587 0,635 0,317 0,317 0,317 0,635 0,317 1,905 1,270 0,317 0,635 0,317 0,635 100,000
0,22 0,8 0,3 0,14 0,16 0,16 0,22 0,04 0,1 0,1 0,08 0,18 0,12 0,04 0,02 0,1 0,04 0,02 0,02 0,02 0,04 0,02 0,1 0,08 0,02 0,04 0,02 0,02 4,56
Frekuensi Relatif 4,825 17,544 6,579 3,070 3,509 3,509 4,825 0,877 2,193 2,193 1,754 3,947 2,632 0,877 0,439 2,193 0,877 0,439 0,439 0,439 0,877 0,439 2,193 1,754 0,439 0,877 0,439 0,439 100,000
Dominasi 1,475 6,596 1,343 0,267 0,978 0,657 0,487 0,073 0,263 0,189 0,157 0,367 0,230 0,129 0,031 0,153 0,079 0,098 0,182 0,021 0,055 0,087 0,221 0,173 0,166 0,091 0,063 0,064 19,569
Dominasi Relatif 7,537 33,706 6,860 1,362 4,995 3,357 2,489 0,373 1,341 0,966 0,802 1,875 1,173 0,659 0,158 0,782 0,401 0,501 0,927 0,107 0,281 0,442 1,127 0,881 0,848 0,465 0,322 0,327 100,000
INP 16,172 76,012 18,519 6,972 11,361 9,723 11,440 1,885 5,122 4,746 3,827 8,680 6,027 2,171 0,914 4,562 1,913 1,257 1,684 0,863 1,793 1,198 5,225 3,906 1,604 1,977 1,078 1,401 300,000
80
RKL 6. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Lokal Meranti Merah Ubar Kumpang Keruing Keranji Bunyu Tengkawang Medang Bengkirai Ulin Kempas Meranti Putih Mahawai Meranti Kuning Rengas Pempaning Jabon Benuas Selumbar Meranti batu Ramin Bukit Keramu Bintangur Terap Mahang Bawang Durian Rambutan Doho Nyatoh
Jenis Nama Ilmiah Shorea leprosula Eugenia sp Myristica sp Dipterocarpus sp Dialium plathycephalum Santiria grififiti Shorea spp Litsea sp Hopea ferrugenia Eusideroxylon zwageri Koompassia malaccensis Shorea bracteolata Mezettia sp Shorea acuminatima Gluta renghas Lithocarpus spp Anthocephalus cadamba Shorea laevifolia Shorea seminis Gonystilus bancanus Parishia maingayi Callophyllum inophyllum Arthocarpus elasticus Macaranga sp Scorodocarpus bornensis Durio sp Nephelium spp Palaqullum sp
Status K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K NK NK NK NK NK
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
Frekuensi Relatif
Dominasi
49,5 3,5 8,5 31,5 1,5 6 8 4,5 2,5 6 2,5 5,5 3 1 1 2 1 3 2 2,5 1,5 0,5 2 1,5 0,5 2,5 0,5 1,5 0,5 1
31,429 2,222 5,397 20,000 0,952 3,810 5,079 2,857 1,587 3,810 1,587 3,492 1,905 0,635 0,635 1,270 0,635 1,905 1,270 1,587 0,952 0,317 1,270 0,952 0,317 1,587 0,317 0,952 0,317 0,635
0,94 0,14 0,34 0,66 0,06 0,18 0,24 0,18 0,1 0,2 0,1 0,16 0,1 0,04 0,04 0,08 0,04 0,1 0,08 0,1 0,06 0,02 0,08 0,06 0,02 0,08 0,02 0,06 0,02 0,04
21,560 3,211 7,798 15,138 1,376 4,128 5,505 4,128 2,294 4,587 2,294 3,670 2,294 0,917 0,917 1,835 0,917 2,294 1,835 2,294 1,376 0,459 1,835 1,376 0,459 1,835 0,459 1,376 0,459 0,917
8,822 0,220 0,595 3,507 0,093 0,365 2,303 0,425 0,255 1,013 0,357 1,184 0,150 0,111 0,082 0,117 0,064 0,792 0,114 0,336 0,203 0,021 0,225 0,139 0,036 0,276 0,166 0,082 0,132 0,161
Dominasi Relatif 39,394 0,980 2,655 15,660 0,413 1,630 10,284 1,898 1,139 4,521 1,592 5,287 0,668 0,493 0,366 0,520 0,286 3,537 0,509 1,500 0,906 0,094 1,005 0,618 0,159 1,230 0,741 0,366 0,589 0,717
INP 92,383 6,413 15,850 50,798 2,742 9,568 20,868 8,883 5,020 12,918 5,473 12,449 4,866 2,046 1,919 3,625 1,838 7,735 3,614 5,381 3,235 0,870 4,109 2,947 0,935 4,652 1,517 2,695 1,366 2,269
81
Lanjutan RKL 6. NO 31
Nama Lokal Kedondong
Jenis Nama Ilmiah
Status
Pentaspadon motleyi
NK
Jenis Nama Ilmiah
Status
Dominasi Relatif
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
Frekuensi Relatif
Dominasi
0,5 157,5
0,317 100,000
0,02 4,36
0,459 100,000
0,054 22,394
0,239 100,000
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
Frekuensi Relatif
Dominasi
Dominasi Relatif
3 9 2,5 27,5 1,5 5,5 2 5 6,5 1 7 1 1,5 5,5 0,5 0,5 1 0,5 1 1,5 0,5 0,5 0,5 0,5
3,448 10,345 2,874 31,609 1,724 6,322 2,299 5,747 7,471 1,149 8,046 1,149 1,724 6,322 0,575 0,575 1,149 0,575 1,149 1,724 0,575 0,575 0,575 0,575
0,12 0,3 0,1 0,58 0,06 0,2 0,06 0,18 0,24 0,04 0,24 0,04 0,06 0,14 0,02 0,02 0,04 0,02 0,04 0,06 0,02 0,02 0,02 0,02
4,444 11,111 3,704 21,481 2,222 7,407 2,222 6,667 8,889 1,481 8,889 1,481 2,222 5,185 0,741 0,741 1,481 0,741 1,481 2,222 0,741 0,741 0,741 0,741
0,623 0,669 0,265 3,828 0,091 0,488 0,346 0,383 0,450 0,288 0,744 0,145 0,097 0,669 0,132 0,132 0,149 0,098 0,091 0,100 0,036 0,025 0,123 0,171
6,072 6,516 2,583 37,312 0,882 4,757 3,368 3,728 4,386 2,802 7,247 1,413 0,945 6,521 1,287 1,287 1,452 0,955 0,887 0,970 0,346 0,239 1,199 1,667
INP 1,015 300,000
RKL 7. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Nama Lokal Bengkirai Keruing Medang Meranti Merah Pempaning Ulin Benuas Ubar Bunyu Meranti Kuning Meranti Putih Bayur Rengas Kumpang Jangkang Pelawan Ramin Bukit Resak Pantung Sindur Menjalin Keranji Manggis Doho
Hopea ferrugenia Dipterocarpus sp Litsea sp Shorea leprosula Lithocarpus spp Eusideroxylon zwageri Shorea laevifolia Eugenia sp Santiria grififiti Shorea acuminatima Shorea bracteolata Pterospermum javanicum Gluta renghas Myristica sp Dillenia sp Tristaniopsis obavalum Gonystilus bancanus Vatica banana Sindora wallichii Xanthophylum execelsum Dialium plathycephalum Garcinia sp
K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K NK NK
INP 13,965 27,972 9,160 90,402 4,828 18,486 7,889 16,142 20,746 5,433 24,182 4,044 4,892 18,028 2,602 2,602 4,083 2,271 3,518 4,916 1,661 1,554 2,514 2,982
82
Lanjutan RKL 7. NO 25 26
Nama Lokal Nyatoh Kedondong
Jenis Nama Ilmiah
Status
Palaqullum sp Pentaspadon motleyi
NK NK
Jenis Nama Ilmiah
Status
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi
Frekuensi Relatif
Dominasi
Dominasi Relatif
0,5 1 87
0,575 1,149 100,000
0,02 0,04 2,7
0,741 1,481 100,000
0,040 0,081 10,260
0,390 0,790 100,000
Kerapatan
Kerapatan Relatif
Frekuensi Relatif
Dominasi
Dominasi Relatif
12 0,5 37 43 1,5 6,5 1 2,5 8 4 2 3 0,5 0,5 2 3 5 1,5 3 0,5 0,5 0,5 1
7,430 0,310 22,910 26,625 0,929 4,025 0,619 1,548 4,954 2,477 1,238 1,858 0,310 0,310 1,238 1,858 3,096 0,929 1,858 0,310 0,310 0,310 0,619
6,667 0,444 16,889 18,667 1,333 5,778 0,889 2,222 6,667 3,111 1,778 2,667 0,444 0,444 1,778 2,667 3,556 1,333 2,667 0,444 0,444 0,444 0,889
2,565 0,016 6,244 6,232 0,478 0,848 0,073 0,442 0,726 0,436 0,463 0,221 0,046 0,031 0,099 0,451 0,307 0,108 0,431 0,048 0,025 0,054 0,054
10,752 0,065 26,177 26,129 2,004 3,555 0,306 1,851 3,042 1,828 1,941 0,924 0,191 0,130 0,413 1,889 1,287 0,451 1,807 0,201 0,103 0,224 0,224
INP 1,705 3,420 300,000
Hutan Primer NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Lokal Tengkawang Benuang Meranti Merah Keruing Keranji Meranti Putih Mahawai Meranti Kuning Bengkirai Ulin Kempas Ramin Bukit Pulai Sindur Bunyu Ubar Kumpang Bintangur Rengas Mahang Simpur Mersawa Terap
Shorea spp Octomeles sumatrana Shorea leprosula Dipterocarpus sp Dialium plathycephalum Shorea bracteolata Mezettia sp Shorea acuminatima Hopea ferrugenia Eusideroxylon zwageri Koompassia malaccensis Gonystilus bancanus Alstonia scoholaris Sindora wallichii Santiria grififiti Eugenia sp Myristica sp Callophyllum inophyllum Gluta renghas Macaranga sp Dillenia grandiflora Anisoptera sp Arthocarpus elasticus
K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K
Frekuensi 0,3 0,02 0,76 0,84 0,06 0,26 0,04 0,1 0,3 0,14 0,08 0,12 0,02 0,02 0,08 0,12 0,16 0,06 0,12 0,02 0,02 0,02 0,04
INP 24,849 0,819 65,976 71,421 4,266 13,358 1,814 5,621 14,662 7,416 4,957 5,449 0,945 0,884 3,429 6,413 7,939 2,713 6,331 0,955 0,857 0,978 1,732
83
Lanjutan Hutan Primer NO 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Nama Lokal Medang Selumbar Benuas Meranti Batu Geronggang Pempaning Bayur Asem Nyatoh Rambutan Doho Bawang Durian
Jenis Nama Ilmiah Litsea sp Shorea laevifolia Shorea seminis Cratoxylon arborescens Lithocarpus spp Pterospermum javanicum Shorea assmica Palaqullum sp Nephelium spp Scorodocarpus bornensis Durio sp
Status K K K K K K K K NK NK NK NK NK
Kerapatan
Kerapatan Relatif
1 2 7,5 1 0,5 1 0,5 1 1,5 3 0,5 1 2 161,5
0,619 1,238 4,644 0,619 0,310 0,619 0,310 0,619 0,929 1,858 0,310 0,619 1,238 100,000
Frekuensi 0,04 0,08 0,2 0,04 0,02 0,04 0,04 0,04 0,06 0,1 0,02 0,04 0,08 4,5
Frekuensi Relatif
Dominasi
Dominasi Relatif
0,889 1,778 4,444 0,889 0,444 0,889 0,889 0,889 1,333 2,222 0,444 0,889 1,778 100,000
0,100 0,109 1,515 0,111 0,023 0,060 0,204 0,415 0,166 0,365 0,166 0,053 0,175 23,851
0,417 0,457 6,350 0,465 0,094 0,249 0,855 1,740 0,696 1,528 0,696 0,222 0,732 100,000
INP 1,925 3,473 15,438 1,973 0,848 1,758 2,054 3,248 2,958 5,608 1,450 1,730 3,748 300,000
0
Lampiran 5. Daftar Nama Jenis Pohon Di Petak Penelitian Areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timer Menurut Kelompok Jenis Kelompok Jenis Komersial NO
Nama Daerah
Nama Latin
Family
1
Bayur
Pterospermum javanicum
Sterculiaceae
2
Bengkirai
Hopea Ferrugenia
Dipterocarpaceae
3
Benuas
Shorea pervifolia
Dipterocarpaceae
4
Bintangur
Calophyllum inophyllum
Guttiferaceae
5
Binuang
Octomeles sumatrana
Datiferae
6
Bunyu
Santaria grififiti
7
Geronggang
Cratoxylon arborescens
Guttiferaceae
8
Jabon
Antocephalum cadamba
Rubiaceae
9
Jangkang
Dillenia sp
Dilleniaceae
10
Kempas
Koompassia malaccensis
Caesalpiniaceae
11
Keramu
Parishia maingayi
Dipterocarpaceae
12
Keramnji
Dialium plathycephalum
Myristicaceae
13
Keruing
Dipterocarpus sp
Sonneratiaceae
14
Kumpang
Myristica sp
Annonaceae
15
Mahang
Macaranga sp
Lauraceae
16
Mahawai
Mezettia sp
Polygalaceae
17
Medang
Dehaasia sp
Dipterocarpaceae
18
Menjalin
Xanthophylum execelsum
Dipterocarpaceae
19
Mersawa
Anisoptera sp
Dipterocarpaceae
20
Meranti Batu
Shorea seminis
Dipterocarpaceae
21
Meranti Kuning
Shorea acuminatima
Dipterocarpaceae
22
Meranti Merah
Shorea leprosula
Dipterocarpaceae
23
Meranti Putih
Shorea bracteolata
Dipterocarpaceae
24
Nyatoh
Palaqullum sp
Sapotaceae
25
Pelawan
Tristaniopsis obavalum
26
Pempaning
Lithocarpus sp
Fagaceae
27
Pulai
Alstonia scholaris
Bombacaceae
28
Rengas
Gluta rengas
Anacardiaceae
29
Resak
Vatica bancana
Dipterocarpaceae
30
Ramin Bukit
Gonystylus bancanus
Thymeliaceae
31
Selumbar
32
Simpur
Dllenia grandiflora
Dilleniaceae
1
Lanjutan Lampian 5. NO
Nama Daerah
Nama Latin
Family
33
Sindur
Sindora wallichii
Caesalpiniaceae
34
Tengkawang
Shorea sp
Dipterocarpaceae
35
Terap
Arthocarpus elasticus
Moraceae
36
Ubar
Eugenia sp
Myrtaceae
37
Ulin
Eusideroxylon zwageri
Lauraceae
38
Asam
Shorea assamica
Dipterocarpaceae
Kelompok Jenis Non Komersial No
Nama Daerah
1
Bawang
2
Doho
3
Nama latin
Family
Scorodocarpus borneensis
Olacaceae
Durian
Durio sp
Bombacaceae
4
Kedondong
Pentaspadon motleyi
5
Kelampai
Elatirospermum tapos
Euphorbiaceae
6
Manggis
Garinia mangostana
Guttiferae
7
Pete
Parkia speciosa
Mimosaceae
8
Rambutan
Nemphelium sp
2
Lampiran 6. Daftar Foto Penelitian
Tegakan di hutan bekas tebangan (RKL 2)
Tegakan di hutan bekas tebangan (RKL 6)
Kondisi tingkat permudaan (tiang)
3
Kondisi petak pengamatan untuk tingkat pancang
Kondisi petak pengamatan untuk tingkat semai
Tegakan pohon di hutan primer
4
Lampiran 7. Peta lokasi penelitian
SKALA 1 : 250.000