PENYUSUNAN TABEL VOLUME POHON DALAM RANGKA PELAKSANAAN IHMB DI IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER KALIMANTAN TIMUR
RIVAN LESTARIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN RIVAN LESTARIAN (E14050976). Penyusunan Tabel Volume Pohon Dalam Rangka Pelaksanaan IHMB Di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur. Di bawah bimbingan SUWARNO SUTARAHARDJA. Dalam upaya mewujudkan keberadaan hutan yang lestari maka pengelolaannya perlu dilakukan dengan baik melalui perencanaan hutan yang cermat, rasional dan terarah. Oleh karena itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan, pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Tanaman (IUPHHK-HT), diwajibkan menyusun Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) sepuluh tahunan yang disusun berdasarkan inventarisasi hutan berkala sepuluh tahunan (IHMB). Ketersediaan alat bantu dalam IHMB adalah sangat diperlukan, untuk mempercepat kegiatan dan memperkecil kesalahan yang terjadi dalam pengukuran. Alat bantu tersebut salah satunya adalah tabel volume pohon yang digunakan untuk menduga volume dari suatu pohon berdiri dalam tegakan hutan yang diukur, yang pada akhirnya untuk menduga persediaan tegakan berdiri (standing stock). Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menyusun model penduga tabel volume pohon kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kelompok jenis kayu Rimba Campuran sebagai alat bantu dalam pelaksanaan kegiatan IHMB di PT. Ratah Timber Kalimantan Timur. Untuk kegiatan penelitian ini, pohon contoh yang diambil untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae sebanyak 201 pohon contoh dengan rincian 135 pohon untuk pemodelan dan 66 pohon untuk validasi. Sementara itu, untuk kelompok jenis Rimba Campuran sebanyak 192 pohon contoh yang terdiri dari 129 pohon untuk pemodelan dan 63 pohon untuk validasi. Pohon contoh tersebut dipilih secara purposive sampling dengan ketentuan tersebar pada setiap jenis pohon, kelas diameter, kelas tinggi pohon dan tersebar di seluruh areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur. Pohon contoh yang diambil adalah pohon yang pertumbuhannya baik dan sehat. Dari hasil penelitian yang melalui tahap pemodelan dan validasi data diperoleh model penduga volume pohon yang terbaik untuk tabel volume standar kelompok jenis Dipterocarpaceae adalah V = 0,0000372 (D²Tbc)1,03 dengan R2 = 99,8% dan Se = 0,24%. Sementara itu untuk tabel volume lokalnya adalah V = 0,000199 D2,43 dengan R2 = 98,2% dan Se = 0,59%. Sedangkan untuk tabel volume lokal kelompok jenis Rimba Campuran adalah V = 0,000199 D2,41 dengan R2 = 98,5% dan Se = 0,65%. Hasil penggabungan persamaan regresi tabel volume lokal diperoleh V = 0,000199 D2,42 dengan R2 = 98,33% dan Se = 0,45%. Persamaan inilah yang digunakan untuk menyusun tabel volume kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kelompok jenis Rimba Campuran yang digunakan sebagai alat bantu IHMB untuk menduga potensi hutan, yang nantinya berguna dalam kegiatan perencanaan hutan di PT. Ratah Timber Kalimantan Timur.
Kata kunci : Tabel volume, Dipterocarpaceae, Rimba Campuran, Standing Stock.
PERNYATAAN
Dengan ini saya mengatakan bahwa skripsi berjudul Penyusunan Tabel Volume Pohon dalam Rangka Pelaksanaan IHMB Di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2009
Rivan Lestarian NIM E14050976
Judul Skripsi : Penyusunan Tabel Volume Pohon dalam Rangka Pelaksanaan IHMB Di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur Nama
: Rivan Lestarian
NIM
: E14050976
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Ir. Suwarno Sutarahardja NIP. 19450113 197106 1 001
Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 19611126 198601 1 001
Tanggal lulus :
PENYUSUNAN TABEL VOLUME POHON DALAM RANGKA PELAKSANAAN IHMB DI IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER KALIMANTAN TIMUR
RIVAN LESTARIAN
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ABSTRAK RIVAN LESTARIAN (E14050976). The Arrangement of Trees’ Volume on IHMB Implementation in IUPHHK-HA PT. Ratah Timber East Kalimantan. Supervised by: SUWARNO SUTARAHARDJA A good management is needed to create a sustainable forest through accurate, rational, and directed forest management. Therefore, based on the Government Regulation No. 6 Year 2007 about Forest Arrangement and Forest Management Planning Composing as well as Forest Utilization, the Exertion Permission Licensees of Wood Forest Product on Natural Forest (IUPHHK-HA) and the Exertion Permission Licensees of Wood Forest Product on Forest Plantation (IUPHHK-HT) have to arrange ten years Activities Plan of Wood Forest Production Effort (RKUPHHK) based on ten years periodic forest inventory (IHMB). Availability of auxiliary apparatus was extremely needful to accelerate activities and minimize measurement error. One of the auxiliary apparatus was trees’ volume table used for presuming volume from one tree in measured timber standing, which finally for presuming the standing stock. The research had aim to arrange a presuming model of trees’ volume table on Dipterocarpaceae and Mixture Forest wood species, as an auxiliary apparatus on IHMB activities implementation in PT. Ratah Timber East Kalimantan. For research, 201 Dipterocarpaceae sample trees were taken 135 trees for modeling and 66 trees for validation. Meanwhile on Mixture Forest group, 192 trees were taken, consist of 129 trees for modeling and 63 trees for validation. The sample trees chosen by purposive sampling with provision were spreads on every species, diameter class, trees’ high class, and whole area of IUPHHK-HA PT. Ratah Timber East Kalimantan. The taken sample trees were well and healthy growth trees. From the research result which passes through modeling and data validation, the best presuming model of tree volume for standard volume table of Dipterocarpaceae species group was V = 0,0000372 (D²Tbc)1,03 with R2 = 99,8% and Se = 0,24%. Meanswhile for local volume table species group is V = 0,000199 D2,43 with R2 = 98,2% and Se = 0,59%. Whereas for local volume table of Mixture Forest species group is V = 0,000199 D2,41 with R2 = 98,5% and Se = 0,65%. The result combination of regretion equation local volume table acquired V = 0,000199 D2,42 with R2 = 98,33% and Se = 0,45%. This equation was used for creating of Dipterocarpaceae species and Mixture Forest species that used as IHMB auxiliary apparatus to presume forest potential, which useful in forest plan activity on PT. Ratah Timber East Kalimantan in the future.
Keywords: Volume table, Dipterocarpaceae, Mixture Forest, Standing stock.
© Hak cipta IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencatumkan atau menyebutkan sumber : a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banjar, Provinsi Jawa Barat, pada tanggal 7 Februari 1987 sebagai putra pertama dari tiga bersaudara keluarga pasangan Bapak Drs. Rakhmat Susanto, MPd dan Ibu Kartilah, SPd. Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 2 Banjar pada tahun 1993 dan menyelesaikannya pada tahun 1999. Lalu penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 1 Banjar sampai tahun 2002, kemudian dilanjutkan ke SMU Negeri 1 Banjar dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Manajemen Hutan Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Pada semester 6 tahun 2008 penulis memilih bidang Perencanaan Hutan dibagian Inventarisasi Hutan. Dalam masa studinya penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan pada tahun 2007 di Indramayu-Kuningan Jawa Barat, kemudian Praktek Pengelolaan Hutan pada tahun 2008 di HPGW Sukabumi dan Perhutani Unit III Cianjur Tanggeng Jawa Barat. Tahun 2009 penulis mengikuti Praktek Kerja Lapang di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif pada beberapa organisasi kemahasiswaan diantaranya sebagai pengurus dan anggota Staf bidang Poleksos Kehutanan Himpunan Mahasiswa Profesi Forest Management Student Club (Himpro FMSC) tahun 2006-2007, anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Futsal IPB tahun 2005-2006. Penulis juga aktif sebagai panitia dan peserta seminar baik tingkat lokal maupun nasional. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Inventarisasi Hutan tahun 2006-2007, dan asisten Teknik Inventarisasi Hutan tahun 2007-2008. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi berjudul Penyusunan Tabel Volume Pohon Dalam Rangka Pelaksanaan IHMB Di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur di bawah bimbingan Bapak Ir. Suwarno Sutarahardja.
i
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, atas terselesaikannya karya ilmiah dengan judul Penyusunan Tabel Volume Pohon dalam Rangka Pelaksanaan Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) Di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur. Tidak lupa shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada teladan terbaik seluruh umat manusia, Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya, dan sampai kepada kita semua selaku umatnya. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model penduga tabel volume pohon kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kelompok jenis kayu Rimba Campuran sebagai alat bantu dalam pelaksanaan kegiatan IHMB di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian karya ilmiah ini dengan baik dan benar. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Ir. Suwarno Sutarahardja, selaku Pembimbing skripsi. Selain itu penghargaan penulis disampaikan pula kepada PT. Ratah Timber yang telah memberikan izin lokasi penelitian. Kepada Bapak Ir. Jatmiko MBA, Bapak Ir. Wahyul, dan Bapak Kurnia yang telah membantu memfasilitasi penulis selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan penulis kepada Bapak, Ibu, Adik tercinta, serta seluruh keluarga dan kerabat atas segala dukungan doa dan kasih sayangnya. Kritik dan saran yang bersifat membangun bagi penyusunan karya ilmiah ini sangat diharapkan. Akhirnya semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembangunan hutan di Indonesia.
Bogor, September 2009
Penulis
PENYUSUNAN TABEL VOLUME POHON DALAM RANGKA PELAKSANAAN IHMB DI IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER KALIMANTAN TIMUR
RIVAN LESTARIAN
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .............................................................................
i
DAFTAR ISI .............................................................................................
ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................
1
1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................
2
1.3 Manfaat Penelitian .................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Singkat Hutan Hujan Tropis .................................
4
2.2 Deskripsi Singkat Famili Dipterocarpaceae ..........................
6
2.3 Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala ..............................
9
2.4 Volume Pohon .......................................................................
10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................
14
3.2 Bahan dan Alat .......................................................................
14
3.3 Prosedur Analisis Data ..........................................................
21
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELIIAN 4.1 Sejarah Perusahaan ................................................................
36
4.2 Letak dan Luas Perusahaan ...................................................
37
4.3 Kondisi Hutan .......................................................................
38
4.4 Jenis Tanah dan Topografi ....................................................
42
4.5 Iklim dan Hidrologi ...............................................................
44
4.6 Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya ..................................
46
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penentuan Data Pohon Contoh ..............................................
49
5.2 Analisa Hubungan Antara Diameter dengan Tinggi Bebas Cabang (Tbc) ..............................................................
51
iii
5.3 Pengujian Koefisien Korelasi Antara Diameter dengan Tinggi Bebas Cabang (Tbc) ..................................................
53
5.4 Scatter Diagram dan Penentuan Model Penyusunan Tabel Volume ........................................................................
54
5.5 Analisa Model Persamaan Penduga Volume Pohon .............
57
5.6 Pemilihan Model Persamaan Penduga Volume Pohon Terbaik .........................................................
60
5.7 Validasi Model Penduga Volume Pohon ..............................
61
5.8 Penyusunan Tabel Volume Pohon .......................................
63
5.9 Penggabungan Persamaan Regresi ........................................
64
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ............................................................................
67
6.2 Saran ......................................................................................
68
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
69
LAMPIRAN .............................................................................................
71
iv
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1.
Penyebaran dan jumlah jenis pohon Dipterocarpaceae di Indonesia
8
2.
Pohon-pohon kelompok jenis Meranti/kelompok komersial satu .....
14
3.
Pohon-pohon kelompok jenis kayu Rimba Campuran atau kelompok komersial II .......................................................................................
17
4.
Pohon-pohon kelompok jenis kayu Eboni/kelompok Indah I ...........
19
5.
Pohon-pohon kelompok jenis kayu Indah II .....................................
19
6.
Pemilahan pohon contoh pada setiap kelompok jenis ......................
23
7.
Analisa keragaman pengujian regresi (Anova) .................................
31
8.
Luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan peta kawasan hutan dan perairan Provinsi Kalimantan Timur ................................
9.
38
Luasan menurut penutupan lahan areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber pada setiap fungsi hutan ......................................
39
10. Potensi tegakan jenis komersial di areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan laporan interpretasi foto udara ........
40
11. Potensi tegakan di areal hutan primer berdasarkan survei potensi dengan intensitas sampling 1 % ……………………………………. 40 12. Potensi tegakan di areal hutan bekas tebangan berdasarkan survey potensi dengan intensitas sampling 1 % ..........................................
41
13. Komposisi kelompok jenis kayu di areal IUPHHK PT. Ratah Timber 41 14. Luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan jenis tanah ......
43
15. Kondisi topografi areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber ...............
43
16. Data curah hujan bulanan dan hari hujan bulanan rata-rata ..............
44
17. Data suhu udara dan kelembaban udara bulanan rata-rata ................
44
18. Luas sub DAS, debit sungai dan kandungan sedimen dari beberapa titik sungai di areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber .....................
45
19. Prediksi laju erosi dan sedimentasi dari masing-masing sub DAS di areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber ........................................
46
20. Sebaran pohon contoh pada setiap kelas diameter dan setiap kelas tinggi bebas cabang untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae ..........
50
v
21. Sebaran pohon contoh pada setiap kelas diameter dan setiap kelas tinggi bebas cabang untuk kelompok jenis Rimba Campuran ..........
51
22. Analisa hubungan diameter pohon dengan tinggi bebas cabang ......
52
23. Hasil uji transformasi Z-fisher untuk setiap kelompok jenis ................
53
24. Nilai R², Se, dan F-test pada penyusunan model tabel volume standar Kelompok jenis Dipterocarpace ........................................................
58
25. Nilai R², Se, dan F-test pada penyusunan model tabel volume lokal Kelompok jenis Dipterocarpace ........................................................
58
26. Nilai R², Se, dan F-test pada penyusunan model tabel volume lokal Kelompok jenis Rimba Campuran ....................................................
58
27. Penentuan peringkat model terbaik tabel volume standar untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae ...........................................
60
28. Penentuan peringkat model terbaik tabel volume lokal untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae ...........................................
60
29. Penentuan peringkat model terbaik tabel volume lokal untuk kelompok jenis Rimba Campuran ...........................................
61
30. Hasil validasi model persamaan terbaik ...........................................
61
31. Analisa varian deviasi regresi, test signifikasi keseragaman slope regresi ......................................................................................
65
32. Analisa varian deviasi regresi, test signifikasi keseragaman elevasi regresi ....................................................................................
65
vi
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1.
Plot contoh IHMB skala 1 : 10.000 ..................................................
21
2.
Contoh Scatterplot diagram ..............................................................
27
3.
Scatter diagram (diagram tebar) kelompok jenis Dipterocarpaceae ...............................................................................
4.
5.
55
Scatter diagram (diagram tebar) kelompok jenis Rimba Campuran ..............................................................................
56
Scatter diagram (diagram tebar) hasil penggabungan regresi ……...
66
vii
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Hasil pengolahan data tabel volume standar kelompok jenis Dipterocarpaceae .................................................................................
72
2. Hasil pengolahan data tabel volume lokal kelompok jenis Dipterocarpaceae .................................................................................
75
3. Hasil pengolahan data tabel volume lokal kelompok jenis Rimba Campuran .................................................................................
77
4. Hasil perhitungan regresi hubungan logaritma volume pohon (Y) dengan logaritma diameter pohon (X) ……………………………….. 79 5. Tabel volume standar kelompok jenis Dipterocarpaceae ....................
80
6. Tabel volume lokal kelompok jenis Dipterocarpaceae .......................
85
7. Tabel volume lokal kelompok jenis Rimba Campuran .......................
86
8. Tabel volume lokal hasil penggabungan ……………………………..
87
9. Data pohon contoh kelompok jenis Dipterocarpaceae tahap pemodelan ..................................................................................
88
10. Data pohon contoh kelompok jenis Dipterocarpaceae tahap validasi ....................................................................................
91
11. Data pohon contoh kelompok jenis Rimba Campuran untuk tahap pemodelan ...............................................................................
93
12. Data pohon contoh kelompok jenis Dipterocarpaceae untuk tahap validasi ....................................................................................
96
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan komunitas yang tetap menjadi perhatian khusus saat ini, karena kemampuan hutan untuk memberikan berbagai manfaat berupa barang dan jasa lingkungan yang sangat begitu besar bagi kehidupan manusia dan seluruh kehidupan di muka bumi ini. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa tingginya jumlah penduduk dunia yang terus meningkat dari waktu ke waktu akan diikuti dengan peningkatan kebutuhan hidupnya. Maka kebutuhan manusia terhadap barang dan jasa lingkungan hutan akan terus meningkat. Banyak sekali manfaat hutan yang sangat dibutuhkan manusia antara lain hutan sebagai penghasil kayu yang digunakan sebagai bahan baku industri, sebagai tempat penyimpanan karbon, sebagai tempat pemeliharaan keanekaragaman hayati, sebagai obyek ekoturisme dan rekreasi alam, serta hutan dapat memberikan perlindungan terhadap siklus air dalam DAS dan pengendalian erosi, dan juga berbagai manfaat lainnya yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Mengingat begitu besarnya peranan hutan, baik sebagai penghasil kayu maupun peranannya secara keseluruhan bagi kehidupan maka keberadaan hutan dan lingkungannya perlu dipertahankan agar tetap lestari. Dalam upaya mewujudkan keberadaan hutan yang lestari maka pengelolaannya perlu dilakukan dengan baik melalui perencanaan hutan yang cermat, rasional dan terarah. Oleh karena itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan, pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Tanaman
(IUPHHK-HT),
diwajibkan
menyusun
Rencana
Kerja
Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) sepuluh tahunan yang disusun berdasarkan inventarisasi hutan berkala sepuluh tahunan. Hal ini diberlakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi sediaan tegakan hutan (timber standing stock) secara berkala, serta sebagai bahan pematauan kecenderungan (trend) kelestarian sediaan tegakan hutan di areal KPH maupun di areal IUPHHK.
2
Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) sepuluh tahunan ini penting untuk dilakukan pada setiap IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT yang digunakan sebagai dasar dalam menyusun Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) sepuluh tahunan. Potensi tegakan suatu areal IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT dapat diperoleh dari hasil IHMB yang baik dan benar. Salah satu tujuan dari kegiatan IHMB ini adalah untuk menyajikan taksiran-taksiran kuantitas kayu di hutan menurut suatu urutan klasifikasi seperti jenis atau kelompok jenis, ukuran, kualitas dan sebagainya. Dalam kegiatan IHMB, untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pengukuran terhadap dimensidimensi pohon maupun tegakan, yang kadang-kadang sulit dan tidak praktis diukur secara langsung dilapangan. Oleh karena itu, ketersediaan alat bantu dalam IHMB adalah sangat diperlukan, untuk mempercepat kegiatan dan memperkecil kesalahan yang terjadi dalam pengukuran. Pengertian alat bantu dalam inventarisasi hutan ini adalah alat yang digunakan untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan selain alat-alat ukur dimensi pohon maupun dimensi tegakan, salah satunya adalah tabel volume pohon. Penyusunan tabel volume pohon yang digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan inventarisasi hutan adalah untuk menduga volume pohon per pohon dari suatu pohon berdiri dalam tegakan hutan yang diukur, yang pada akhirnya untuk menduga persediaan tegakan berdiri (standing stock). Dengan tersedianya tabel volume pohon ini maka akan mempercepat dan memperlancar kegiatan inventarisasi hutan, terutama dalam inventarisasi tegakan hutan dengan areal yang luas.
1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dalam penelitian ini ditujukan untuk menyusun model penduga volume pohon kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kelompok jenis kayu Rimba Campuran sebagai alat bantu dalam pelaksanaan kegiatan IHMB di PT. Ratah Timber Kalimantan Timur. Dari model penduga volume pohon tersebut dapat disusun tabel volume pohon.
3
1.3 Manfaat Penelitian 1. Menghasilkan alat bantu yang dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur. 2. Memudahkan dan mempercepat pelaksanaan kegiatan Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Singkat Hutan Hujan Tropis Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohonan dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan di luar hutan. Hubungan antara masyarakat tumbuh-tumbuhan hutan, margasatwa, dan alam lingkungannya begitu erat sehingga hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem. Masyarakat hutan adalah suatu sistem yang hidup dan tumbuh secara dinamis. Masyarakat hutan terbentuk secara berangsur-angsur melalui beberapa tahap invasi oleh tumbuh-tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan, penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh, dan stabilisasi. Proses inilah yang disebut suksesi. Secara singkat suksesi adalah suatu proses perubahan komunitas tumbuh-tumbuhan secara teratur mulai dari tingkat pionir sampai pada tingkat klimaks di suatu tempat tertentu. Macam-macam suksesi berdasarkan proses terjadinya terdapat dua macam suksesi yaitu (Soerianegara & Indrawan 2005) : 1. Suksesi primer (prisere) adalah perkembangan vegetasi mulai dari habitat tak bervegetasi hingga mencapai masyarakat yang stabil dan klimaks. Suksesi primer ini yang akan mengakibatkan terbentuknya hutan primer. Hutan primer terbentuk dari daratan yang mengalami suksesi yang ideal berkembang mulai dengan masyarakat tumbuh-tumbuhan Cryptogamae (tingkat rendah), tumbuhtumbuhan herba (terna), semak, perdu, dan pohon, hingga tercapai hutan klimaks. 2. Suksesi sekunder adalah suksesi yang terjadi apabila klimaks atau suksesi yang normal terganggu atau dirusak, misalnya oleh kebakaran, perladangan, penebangan, penggembalaan, dan kerusakan-kerusakan lainnya. Suksesi sekunder ini yang akan mengakibatkan terbentuknya hutan sekunder. Contohnya jika hutan hujan tropis mengalami kerusakan oleh alam atau manusia (penebangan atau perladangan) maka suksesi sekunder yang terjadi biasanya dimulai dengan vegetasi rumput atau semak. Apabila keadaan tanahnya tidak banyak menderita kerusakan oleh erosi, maka sesudah 15–20
5
tahun akan terjadi hutan sekunder muda, dan sesudah 50 tahun akan terjadi hutan sekunder tua yang secara berangsur-angsur akan mencapai klimaks. Letak geografis Indonesia yang berada diantara benua-benua Asia dan Australia, di sekitar khatulistiwa mengakibatkan adanya berbagai macam tipe-tipe hutan, salah satunya hutan hujan tropis (tropical rain forest). Hutan hujan tropis di Indonesia memiliki luas ± 89.000.000 ha, terutama terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Iklim selalu basah, 2. Tanah kering dan bermacam-macam jenis tanah, 3. Di pedalaman, pada tanah rendah rata atau berbukit (< 1000 m dpl) dan pada tanah tinggi (s/d 4000 m dpl), 4. Dapat dibedakan menjadi tiga zone menurut ketinggiannya yaitu (Soerianegara & Indrawan 2005) : - Hutan hujan bawah 2-1000 m dpl, jenis kayu yang penting antara lain dari genus famili Dipterocarpaceae yaitu Shorea, Dipterocarpus, Dryobalanops, dan Vatica. Genus-genus lain antaralain Agathis, Altingia, Dialium, Duabanga, Dyera, Gossanepinus, Koompasia, dan Octomeles. - Hutan hujan tengah 1000-3000 m dpl, jenis kayu yang umum terdiri dari famili
Lauraceae,
Fagaceae,
Castanea,
Nothofagus,
Cunoniaceae,
Magnoliaceae, Hammamelidaceae, Ericaceae, dan lain-lain. - Hutan hujan atas 3000-4000 m dpl, jenis kayu utama yaitu Coniferae (Araucaria, Dacrydium, Podocarpus), Ericaceae, Loptospermum, Clearia, Quercus, dan lain-lain. Hutan hujan tropis secara fisiognomi merupakan hutan yang sifatnya menutupi kawasan, dengan keanekaragaman jenis yang paling kaya bila dibandingkan dengan seluruh tipe vegetasi. Hutan hujan tropis juga merupakan hutan tipe kanopi yang evergreen (pohon yang selalu berdaun hijau) dengan ketinggian pohon maksimum rata-rata 30 m, pohon-pohon berasosiasi dengan Herbs, Climbers, Epiphytes, Stranglers, Saprophytes, dan Parasites. Hutan hujan tropis memilki peranan antaralain habitat utama untuk flora dan fauna, sumber daya pembangunan ekonomi, pemeliharaan keseimbangan kondisi iklim lokal dan
6
global, selain itu juga sebagai konservasi tanah, air, nutrisi, dan biodiversitas. (Soerianegara & Indrawan 2005).
2.2 Deskripsi Singkat Famili Dipterocarpaceae Menurut Heyne (1987) famili Dipterocarpaceae memiliki ciri pohonnya besar, tinggi, batangnya lurus, silinder, dan berbanir. Pohon dari famili Dipterocarpaceae ini persebarannya banyak terdapat di Sumatra dan Kalimantan. Pohon-pohon ini tumbuh mulai dari dataran rendah hingga tinggi di pegunungan, namun juga banyak di rawa-rawa gambut. Tingginya biasanya 3040 m dan bagian batangnya yang bebas cabang biasanya 20-25 m panjangnya. Batang-batangnya hampir selalu lurus, tetapi dekat pada tajuknya sering agak bengkok. Menurut Heyne (1987) untuk kualitas kekuatannya jenis-jenis pohon famili Dipterocarpaceae ini dapat digolongkan kedalam kelas II, III, atau IV. Sedangkan menurut kualitas keawetannya kedalam kelas III atau IV. Karena banyak ditemukan dan bentuk batangnya yang baik serta mudah dikerjakan maka kayu ini di Sumatra dan Kalimantan termasuk jenis-jenis yang paling banyak digunakan. Jenis-jenis yang ringan, yang dapat lama bertahan terhadap bubuk namun kurang terhadap pengaruh cuaca, oleh penduduk biasa dipakai untuk papan, kasau pada bangunan rumah, dan untuk sampan. Sementara itu jenis-jenis yang lebih berat, yang lebih kuat, dan lebih awet digunakan untuk gelegar, papan lantai, dan bahkan papan geladak jembatan. Untuk di Eropa yang pada umumnya menuntut syarat-syarat yang lebih berat, biasanya memakai Meranti Merah hanya untuk maksud-maksud semi permanen, untuk dinding hias, dan terutama untuk acuan pada bangunan beton, serta untuk perancah pada bangunan gedung. Tetapi jenis-jenis yang lebih baik konon lambat laun dipakai juga untuk pekerjaan permanen. Meranti adalah jenis kayu perdagangan yang terpenting dari Sumatra dan Kalimantan, terutama di daerah-daerah yang ada kemugkinan pengangkutan di air. Jumlah-jumlah besar diekspor dari Bengkalis, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat dengan tujuan Singapura, Cina, dan Australia. Menurut Samingan (1973) famili Dipterocarpaceae memiliki ciri-ciri umum berbentuk pohon raksasa hingga tinggi 65 m, biasanya berbatang lurus, silindris
7
setinggi 20-40 m. Kulit batang yang halus biasanya mengelupas dalam kepingankepingan tipis yang lebar-lebar. Kayu gubal putih, putih kekuning-kuningan atau coklat muda dan biasanya mengandung banyak sekali resin. Kayu gubal ini jelas beda daripada kayu terasnya yang berwarna merah atau coklat kemerahan. Untuk persebarannya menunjukkan bahwa Sumatra dan Kalimantan bersamasama dengan Semenanjung Malaya serta Filipina merupakan pusat daerah Dipterocarpaceae. Menurut Prawira dan Tantra (1973) Shorea leprosula Miq atau Meranti Tembaga yang termasuk golongan Meranti Merah yang termasuk kedalam famili Dipterocarpaceae memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini : 1. Habitus
: Pohon tinggi mencapai 50 m, batang bebas cabang 30 m,
diameter mencapai 100 cm atau lebih, banir tinggi 3,5 m. 2. Batang
: Kulit luar tebalnya kira-kira 5 mm, berwarna abu-abu atau
coklat, sedikit beralur tidak dalam, mengelupas agak besar-besar dan tebal. Penampang berwarna coklat muda sampai merah, bagian dalamnya kuning muda. Kayu gubal tebalnya 1-8 cm, berwarna kuning muda sampai kemerahan. Kayu teras berwarna coklat muda sampai merah, peralihannya dari gubal keteras terjadi secara berangsur. 3. Daun
: Rata, hampir menyerupai segiempat memanjang atau bulat telur
terbalik yang memanjang, pangkal daun membulat, ujung runcing, panjangnya rata-rata 3-13 cm, lebar 3-6 cm, permukaan atas helaian daun mengkilat dan permukaan bawah suram. 4. Buah
: Berbentuk bulat telur, ujungnya agak lancip, berbulu halus
berwarna pucat, panjang 1-1,5 cm, diameter kira-kira 1 cm dan sayapsayapnya tipis. 5. Tumbuh
: terdapat banyak di Sumatra dan Kalimantan dalam hutan primer
5-800 m dpl. Pada tanah liat dan berpasir yang selamanya tidak digenangi air, kadang terdapat pula pada pinggir rawa, dan hidup berkelompok. 6. Penggunaan : Kayu mempunyai BJ 0,52 dengan kelas awet III-IV, dipergunakan untuk bangunan rumah, perabot rumah tangga dan perahu. Damarnya dipakai untuk menambal perahu dan lampu.
8
Menurut Djamhuri, Hilwan, Istomo, dan Soerianegara (2002) famili Dipterocarpaceae merupakan pohon raksasa, berdamar,
kadang-kadang
berbanir, serta kulit batang mengelupas. Daun tunggal berseling, tetapi rata, berdaun penumpu (besar dan tidak rontok), tulang daun ada yang berbentuk tangga (Scalariform veination). Bunga biseksual, beraturan, tersusun dalam malai, kelopak bunga ada lima helai, bebas atau bersatu di pangkal. Buah berbiji satu, keras tidak pecah dan bersayap, sayap merupakan perkembangan dari kelopak bunga. Famili ini mendominasi hutan hujan dataran rendah dan tersebar di kawasan Tropika Asia (India, Srilangka, Myanmar, Malaysia, Filipina, Indonesia, Cina Selatan, dan Papua Nugini), di Indonesia terbanyak di Kalimantan dan Sumatra. Famili Dipterocarpaceae ini sudah tercatat 512 jenis dalam 16 marga. Di Indonesia sendiri dijumpai sembilan marga, yaitu Shorea (Shorea leprosula, shorea pinanga, shorea multiflora, shorea hopeifolia, shorea polyandra,
shorea
leavifolia),
Dryobalanops
(Dryobalanops
aromatic,
Dryobalanops lanceolata, dan Dryobalanops oblongifolia), Dipterocarpus (Dipterocarpus cornutus, Dipterocarpus crinitus), Hopea (Hopea mengarawan, hopea dryobalanoides), Anisoptera (Anisoptera marginata, Anisoptera costata), Vatica (vatica rassak, Vatica wallichii), Parashorea, Upuna, dan Cotylelobium. Manfaat yang dapat diperoleh dari famili Dipterocarpaceae antaralain sebagai bahan konstruksi, plywood, damar.
Tabel 1 Penyebaran dan jumlah jenis pohon Dipterocarpaceae di Indonesia Marga Jawa 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Shorea Endemik Non endemik Hopea Endemik Non endemik Dryobalanops Endemik Non endemik Vatica Endemik Non endemik Catylelobium Endemik Non endemik Anisoptera Endemik Non endemik
1 0 1 1 0 1 0 0 0 3 1 2 0 0 0 1 0 1
Sumatra 50 3 47 14 3 11 2 0 2 11 4 7 1 0 1 4 0 4
Jumlah jenis (Number of species) Wilayah penyebaran Kalimantan Sulawesi Maluku 127 2 3 82 0 1 45 2 2 42 2 2 22 1 0 20 1 2 7 0 0 5 0 0 2 0 0 35 2 1 23 1 0 12 1 1 3 0 0 1 0 0 2 0 0 5 1 1 2 0 0 3 1 1
Bali
Irian 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 13 11 2 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1
9
Lanjutan Tabel 1 Penyebaran dan jumlah jenis pohon Dipterocarpaceae di Indonesia Marga Jawa 7. Dipterocarpus Endemik Non endemik 8. Parashorea Endemik Non endemik 9. Upuna Endemik Non endemik
4 1 3 0 0 0 0 0 0
Sumatra 25 1 24 3 1 2 0 0 0
Jumlah jenis (Number of species) Wilayah penyebaran Kalimantan Sulawesi Maluku 41 0 0 15 0 0 26 0 0 6 0 0 4 0 0 2 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
Bali 2 0 2 0 0 0 0 0 0
Irian 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumber : Dendrologi, 2002
2.3 Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala Menurut Husch (1987) inventarisasi hutan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk menyajikan taksiran-taksiran kuantitas kayu di hutan menurut suatu urutan klasifikasi seperti spesies, ukuran, dan kualitas. Menurut Simon (1996) tujuan utama inventarisasi hutan adalah untuk mendapatkan data tentang areal berhutan dan komposisi tegakannya. Kegiatan inventarisasi hutan dapat dilaksanakan dengan pengindraan jauh, pengamatan langsung dilapangan, atau gabungan dari keduanya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan, pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Tanaman
(IUPHHK-HT),
diwajibkan
menyusun
Rencana
Kerja
Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) sepuluh tahunan yang disusun berdasarkan inventarisasi hutan berkala sepuluh tahunan (Departemen Kehutanan Republik Indonesia 2007b). Menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. 34/Menhut-II/2007 tentang Pedoman Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) Pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi. Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) adalah kegiatan pengumpulan data dan informasi tentang kondisi sediaan tegakan hutan (timber standing stock), yang dilaksanakan secara berkala satu kali dalam sepuluh tahun pada seluruh petak di dalam
10
kawasan hutan produksi setiap wilayah unit pengelolaan/unit managemen. Tujuan dari IHMB tersebut antaralain (Departemen Kehutanan Republik Indonesia 2007a) : 1. Untuk mengetahui kondisi sediaan tegakan hutan (timber standing stock) secara berkala. 2. Sebagai bahan penyusunan RKUPHHK dalam hutan alam dan atau RKUPHHK dalam hutan tanaman atau KPH sepuluh tahunan. 3. Sebagai bahan pemantauan kecenderungan (trend) kelestarian sediaan tegakan hutan di areal KPH dan atau IUPHHK. Dalam kegiatan IHMB ini diperlukan alat bantu IHMB yang digunakan untuk memperlancar kegiatan inventarisasi hutan, alat bantu ini terdiri dari : 1. Kurva tinggi yaitu kurva yang memberikan gambaran tentang hubungan diameter dengan tinggi. Hubungan antara diameter dan tinggi dibentuk dengan melalui pengukuran diameter dan tinggi sejumlah individu pohon, kemudian menghubungkan keduanya dengan analisis regresi sehingga bisa dibentuk sebuah persamaan kurva tinggi. 2. Tabel volume yaitu suatu tabel yang disusun untuk memperoleh taksiran volume pohon melalui pengukuran diameter atau beberapa peubah lain penentu volume pohon. Tabel volume yang digunakan adalah tabel volume lokal maupun tabel volume standar. 3. Tabel berat pohon yaitu tabel yang menunjukkan hubungan antara diameter dengan berat segar (fresh weight) pohon. Tabel berat ini penting keberadaannya untuk menduga potensi kayu pulp dalam HTI pulp dan untuk menduga biomassa serta banyaknya unsur karbon dalam hutan alam.
2.4 Volume Pohon Menurut Husch (1963) volume pohon adalah ukuran tiga dimensi, yang tergantung dari lbds (diameter setinggi dada atau diameter pangkal), tinggi atau panjang batang, dan faktor bentuk batang. Menurut Simon (1996) diameter merupakan salah satu parameter pohon yang mempunyai arti penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan. Diameter setinggi dada diukur pada 1,30 m (4,3
11
feet) di atas pangkal batang (untuk pohon yang berdiri pada lereng, titik pengukuran harus ditentukan pada bagian atas lereng). Simon (1996) menyatakan bahwa terdapat beberapa macam tinggi pohon di dalam inventarisasi hutan yaitu : 1. Tinggi total, yaitu tinggi dari pangkal pohon dipermukaan tanah sampai puncak pohon, 2. Tinggi bebas cabang, yaitu tinggi pohon dari pangkal batang permukaan tanah sampai cabang pertama untuk jenis daun lebar atau crown point untuk jenis conifer, yang membentuk tajuk, 3. Tinggi batang komersial, yaitu tinggi batang yang pada saat itu laku dijual dalam perdagangan, dan 4. Tinggi tunggak, yaitu tinggi pangkal pohon yang ditinggalkan pada waktu penebangan. Menurut Husch (1963), Penentuan volume suatu benda dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : 1. Cara langsung, yaitu berdasarkan prinsip perpindahan cairan. Alat yang digunakan disebut Xylometer. Penentuan volume dengan cara ini dilakukan terhadap benda-benda yang bentuknya tidak beraturan, 2. Cara analitik, yaitu penentuan volume dilakukan dengan menggunakan rumusrumus volume. Cara ini dilakukan terhadap benda-benda yang bentuknya beraturan, seperti segi banyak, prisma, piramida, prismoid, dan benda-benda seperti kerucut, silinder, paraboloid, dan neiloid, dan 3. Cara grafik, yaitu cara ini dilakukan untuk penentuan volume berbagai benda putar tanpa memandang ciri-ciri permukaannya. Untuk menentukan volume dolok (sortimen kayu) sebagai bagian dari volume kayu/pohon, telah dikembangkan rumus-rumus matematik (Spurs 1952; Loetsch et al 1973) sebagai berikut : Rumus Smalian
: V = 0,5 x (B + b) x L
Rumus Huber
: V = B1/2 x L
Rumus Brereton
: V = {0,625 x x (D + d)2 x L}
Rumus Newton
: V = {B + (B1/2 x 4) + b} x L x 1/6
Rumus Schiffel
: V = {(0,16 x B) + (0,66 x B1/2) x L
12
Dimana : V
= Volume dolok (logs) atau batang pohon dalam m3
B
= Luas bidang dasar pangkal batang dalam m2
b
= Luas bidang dasar ujung batang pohon dalam m2
B1/2
= Luas bidang dasar bagian tengah batang pohon dalam m2
D
= Diameter pangkal batang pohon dalam meter
d
= Diameter ujung batang pohon dalam meter
L
= Panjang batang pohon
Penentuan volume sortimen (batang pohon) dengan menggunakan rumusrumus diatas, jika makin pendek panjang batang (L) akan menghasilkan volume yang lebih tepat, karena rumus-rumus diatas merupakan perhitungan volume yang mendasarkan kepada bentuk benda teratur, yaitu bentuk silinder, sedangkan bentuk pohon pada umumnya tidak teratur dan lebih kearah bentuk neiloid. Berdasarkan volume sortimen-sortimen kayu yang diukur maka volume pohon dapat diketahui, yaitu merupakan penjumlahan dari volume sortimennya. Rumus Smalian mempunyai ketepatan yang lebih kecil dibandingkan dengan rumus Huber dan rumus Newton. Namun demikian rumus Smallian banyak digunakan karena cukup praktis dan mudah dalam penerapannya. Rumus Newton memberikan ketelitian yang tinggi dibanding dengan rumus lainnya, namun rumus ini memerlukan pengukuran kedua ujung batang dan tengah batang, sehingga penggunaannya lebih terbatas dan kurang praktis untuk digunakan dilapangan. Menurut Spurr (1952) angka bentuk batang adalah rasio antar volume aktual dengan volume silinder yang berdiameter dan tinggi sama dengan diameter setinggi dada dan tinggi pangkal tajuk pohon tersebut. Menurut Husch (1987) Tabel volume ini merupakan pernyataan sistematik mengenai volume sebatang pohon menurut semua atau sebagian dimensi yang ditentukan dari Dbh, tinggi, dan angka bentuk pohon. Tipe-tipe tabel volume pohon terdiri dari : 1. Tabel volume lokal (local volume tables) Tabel volume lokal menyajikan volume menurut dimensi pohon diameter setinggi dada (Dbh). Tabel volume ini tidak memerlukan pengukuran tinggi
13
pohon, meskipun pada penyusunan aslinya tinggi tetap dihitung, tetapi dihilangkan di dalam bentuk akhirnya. Istilah ”lokal” digunakan karena tabeltabel tipe ini hendaknya hanya dipergunakan untuk wilayah terbatas yang merupakan asal hubungan tinggi dan diameter yang dimanfaatkan kedalam tabelnya. 2. Tabel volume normal (general standard volume tables) Tabel volume standar didasarkan kepada pengukuran diameter setinggi dada (Dbh), maupun tinggi. Tinggi dapat berupa tinggi pohon total atau tinggi kayu perdagangan. Tabel volume standar dapat disusun untuk individu spesies maupun kelompok spesies dari berbagai wilayah-wilayah geografis. 3. Tabel volume kelas bentuk (form class volume tables) Tabel volume kelas bentuk disiapkan untuk menunjukkan volume menurut beberapa ukuran bentuk pohon disamping diameter setinggi dada (Dbh) dan tinggi pohon. Tabel volume ini dapat dipakai bilamana saja bentuk suatu pohon yang bersangkutan secara jelas ditunjukkan oleh karakteristik-karakteristik bentuk yang telah dimasukan dalam penyusunan tabel-tabelnya, tanpa memandang spesies atau tempat. Menurut Spurr (1952) menyatakan bahwa untuk menentukan volume, apabila pengukuran dilakukan hanya pada satu peubah, maka dipakai diameter setinggi dada (Dbh), bila menggunakan dua peubah maka yang diukur adalah diameter setinggi dada (Dbh) dan tinggi pohon tersebut. Sedangkan bila menggunakan tiga peubah selain mengukur diameter setinggi dada (Dbh) dan tinggi pohon ditambahkan juga angka bentuk. Penyusunan tabel volume pohon dimaksudkan untuk memperoleh taksiran volume pohon melalui pengukuran satu atau beberapa peubah penentu volume pohon serta untuk mempermudah kegiatan inventarisasi hutan dalam menduga potensi tegakan. Meskipun demikian, untuk meningkatkan efisiensi dalam penaksiran volume tegakan dengan tidak mengurangi ketelitian yang diharapkan, diusahakan dalam penyusunan tabel volume pohon memperkecil jumlah peubah bebas penentu volume pohon dan diberlakukan pada daerah setempat. Tabel yang dimaksud adalah tabel volume pohon lokal atau tarif volume.
14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Februari–April tahun 2009, yang dilaksanakan di PT. Ratah Timber yang berlokasi di Desa Mamahaq Teboq, Kecamatan Longhubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.
3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain data IHMB PT. Ratah Timber khususnya data hasil pengukuran pohon contoh. Alat yang digunakan antara lain peta hutan, alat tulis, Clinometer, pita ukur/phi band, meteran, tally sheet, kamera digital, perangkat keras PC (Personal Computer), Software Minitab 14, MS Excel 2007, MS Word 2007 dan alat hitung berupa kalkulator. Sedangkan data yang digunakan untuk penelitian adalah pohon contoh kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kelompok jenis Rimba Campuran. Pengelompokkan jenis pohon
ini
berdasarkan
SK
Menhut
No.
163/KPTS-II/2003
tentang
pengelompokan jenis kayu sebagai dasar pengenaan iuran kehutanan (Departemen Kehutanan
Republik
Indonesia,
2003).
Untuk
pohon
kelompok
jenis
Dipterocarpaceae (Meranti) termasuk kedalam kelompok komersial I, pohonpohon yang termasuk komersial I dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2 Pohon-pohon kelompok jenis Meranti/kelompok komersial satu No
Nama perdagangan
1 Agathis
2 Balau 3 Balau Merah 4 Bangkirai
5 Damar
Nama daerah
Nama ilmiah
Dama (Sulawesi), Damar (Jawa), (Agathis spp) Damar Sigi (Sumatera), Damar Bindang (Kalimantan) Damar Laut, Semantok (Aceh ), (Shorea spp; Parashorea Selangan Batu, Anggelam, Amperok spp) Balau laut, Batu tuyang, Damar laut (Shorea spp) merah, Putang, Lempung abang Benuas, Balau mata kucing, Hulo (Shorea laevis Ridl); dereh, Kerangan, Puguh, Jangkang (Shorea laevifolia Endert); putih (Hopea spp); Shorea kunstleri Damar (Araucaria spp)
15
Lanjutan tabel 2 Pohon-pohon kelompok jenis Meranti/kelompok komersial satu No 6
7
8 9 10 11 12
13 14 15 16
17 18
19
Nama Nama daerah Nama ilmiah perdagangan Durian Durian burung, Lahong, Layung, (Durio carinatus Mast); Apun, Begurah, Punggai, Durian (Durio spp, Coelostegia hantu, Enggang spp) Gia Delingsem, Kayu batu, Melunas, (Homalium tomentosum Kayu kerbau, Momala (Roxb) Benth, Homalium Foetidum (Roxb) Benth) Giam Resak batu, Resak gunung (Cotylelobium spp) Jelutung Pulai nasi, Pantung gunung, (Dyera spp) Melabuai Kapur Kamper, Ky. kayatan, Empedu, (Dryobalanops spp) Keladan Kapur Kapur Guras (Dryobalanops Petanang oblongifolia Dyer) Kenari Kerantai, Ki tuwak, Binjau, Asam- (Canarium spp, Dacryodes asam, Kedondong, Resung, Bayung, spp, Trioma spp, Santiria Ranggorai, Mertukul spp) Keruing Tempuran, Lagan, Merkurang, (Dipterocarpus spp) Kawang, Apitong, Tempudau Kulim Kayu bawang hutan (Scorodocarpus borneensis Becc) Malapari Malapari (Pongamia Pinnata (L) Pierre) Matoa Kasai, Taun, Kungki, Hatobu, K. (Pometia spp) sapi (Jawa), Tawan (Maluku), Ihi mendek (Irian Jaya) Medang Sintuk, Sintok lancing, KitTeja, Ki (Cinnamomum spp) tuha, Ki sereh, Selasihan Meranti Damar tanduk, Damar buah, Damar Shorea acuminatissima Kuning hitam, Damar kelepek Sym, Shorea balanocarpoides Sym, Shorea faguetiana Heim, Shorea Scollaris, V. Sloot; Shorea gibbosa Brandis Meranti Banio, Seraya merah, Kontoy bayor, (Shorea Palembanica Miq, Merah Campaga, Lempong, Kumbang, Shorea lepidota BI, Shorea Majau, Meranti ketuko, Ketrahan, ovalis BI, Shorea Ketir, Cupang Johorensis Foxw, Shorea leptoclados Sym, Shorea leprosula Miq) (Shorea Platyclados sloot. Ex foxw.)
16
Lanjutan tabel 2 Pohon-pohon kelompok jenis Meranti/kelompok komersial satu No
Nama Nama daerah Nama ilmiah perdagangan 20 Meranti Baong, Baung, Kebaong, (Shorea Virescens Parijs), Putih Belobungo, Bayong (Sumatera, Shorea retionodes V.SI), Kalimantan), Damar kaca, Damar (Shorea Javanica K. et. kucing, Kikir, Udang, Udang ulang, Val), (Shorea bracteolata Damar hutan, Anggelam tikus, Dyer), (Shorea ochracea Kontoi tembaga, Maharam potong, Sym),(Shorea lamellata Damar mata kucing, Bunyau, Foxw), (Shorea assamica Pongin, Awan punuk, Mehing Dyer), (Shorea koordesii (Sumatera, Kalimantan), Damar Brandis ) tenang putih, Honi (Maluku), Damar lari-lari, Temungku (Sulawesi), Lalari, Tambia putih (Sulawesi), Hili (Maluku) 21 Merawan Ngerawan, Cengal, Amang besi, (Hopea spp); Hopea dyeri; Cengal balaw, Emang, Tekam (Hopea sangal Kort) 22 Merbau Anglai, Ipil, Tanduk (Maluku), (Intsia spp) Kayu besi (Papua), Maharan (Sumatera) 23 Mersawa Damar kunyit, Masegar, Ketimpun, (Anisoptera spp) Tabok, Tahan, Cengal padi 24 Nyatoh Suntai, Balam, Jongkong, (Palaquium spp); (Payena Hangkang, Katingan, Mayang batu, spp, Madhuca spp) Bunut, Kedang, Bakalaung, Ketiau, Jengkot, Kolan 25 Palapi Mengkulang, Teraling, Dungun, Heritiera (Tarrietia spp) Talutung, Lesi-Lesi. 26 Penjalin Rempelas, Ki jeungkil, Ki endog (Celtis spp) (Sunda), Cengkek (Jawa), Pusu (Sumbawa) 27 Perupuk Kerupuk, Pasana, Aras, Mandalaksa (Lophopetalum spp) 28 Pinang Melunak, Ki sigeung, Kelembing, (Pentace spp) Ki sinduk 29 Pulai Kayu gabus, Rita, Gitoh, Bintau, (Alstonia spp) Basung, Pule, Pulai miang 30 Rasamala Tulasan (Sumatera), Mala (Jawa), (Altingia excelsa Mandung (Mnkb) Noronha) 31 Resak Damar along, Resak putih (Vatica spp)
Sumber : SK Menhut No. 163/KPTS-II/2003
Sementara itu untuk pohon-pohon yang termasuk kedalam kelompok jenis Rimba Campuran adalah kelompok jenis komersial II, termasuk di dalamnya kelompok jenis kayu Eboni/kelompok Indah I, dan kelompok jenis kayu Indah II.
17
Untuk macam-macam pohon yang termasuk kedalam jenis-jenis di atas dapat dilihat pada Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5.
Tabel 3
Pohon-pohon kelompok jenis kayu Rimba Campuran/kelompok komersial II
Nama Nama daerah Nama ilmiah perdagangan 1 Bakau Tumu, Lenggadai, Jangkar, Tanjang, (Rhizophora spp dan Putut, Busing, Mata buaya Bruguiera spp) 2 Bayur Walang, Wayu, Balang, Wadang (Pterospermum spp) 3 Benuang Benuang bini, Winuang (Octomeles sumatrana Miq) 4 Berumbung Kayu lobang, Barumbung, Kayu (Adina minutiflora Val); gatal Pertusadina spp 5 Bintangur Bunoh, Nyamplung, Penaga (Calophyllum spp) 6 Bipa Kayu wipa (Pterygota spp) 7 Bowoi Rayango, Merang, Terangkuse Serianthes minahassae Merr & Perry (Syn Albizia minahasae Koord) 8 Bugis Grepau (Koordersiodendron pinnatum Merr) 9 Cenge Cenge, Cingo (Mastixia tostrata BI) 10 Duabanga Benuang laki, Takir, Aras (Duabanga moluccana BI) 11 Ekaliptus Ampupu (Sulawesi), Aren (Maluku), (Eucalyptus spp) Leda, Tampai, Kayu putih 12 Gelam Kayu putih (Melaleuca spp) 13 Gempol Wosen, Klepu pasir, Anggrit (Nauclea spp) 14 Gopasa Teraut, Laban (Vitex spp) 15 Gerunggang/ Madang baro, Adat, Temau, (Cratoxylum spp) Derum Mampat, Butun, Kemutul 16 Jabon Kelampayan, Laran, Semama (Anthocephalus spp) 17 JambuKelat, Ki tembaga, Jambu (Eugenia spp) jambu 18 KapasHapas-hapas, Tapa-tapa, Leman (Exbucklandia populnea kapasan R. Brown) 19 Kayu kereta Rengas sumpung, Merpauh, Bagel (Swintonia spp) mirah 20 Kecapi Papung, Kelam, Sentul (Sandoricum spp) 21 Kedondong Coco, Kacemcem, Leuweung (Spondias spp) Hutan
No
18
Lanjutan tabel 3 Pohon-pohon kelompok jenis kayu Rimba Campuran/kelompok komersial II No
Nama Nama daerah perdagangan 22 Kelumpang Kepuh, Kalupat, Lomes 23 Kembang Merpayang, Kepayang semangkok 24 Kempas Impas, Tualang ayam, Hampas
Nama ilmiah
(Sterculia spp) (Scaphium macropodum J. B) (Koompassia malaccensis Maing) 25 Kenanga Kananga (Cananga sp) 26 Keranji Kayu lilin, Maranji (Dialium spp) 27 Ketapang Kalumpit, Jelawai, Jaha, Klumprit (Terminalia spp) 28 Ketimunan Seranai, Temirit, Kayu reen (Timonius spp) 29 Lancat Kundur, Modjiu, Raimagago (Mastixiodendron spp) 30 Lara Lompopaito, Nani, Langera (Metrosideros spp dan Xanthostemon spp) 31 Mahang Merkubung, Mara, Benua (Macaranga spp) 32 Medang Manggah, Huru kacang, Keleban, (Litsea firma Hook f; Wuru, Kunyit Dehaasia spp) 33 Mempisang Mahabai, Hakai rawang, Empunyit, (Mezzetia parviflora Jangkang, Banitan, Pisang-pisang Becc); (Xylopia spp); Alphonsea spp; Kandelia candell Druce 34 Mendarahan Tangkalak, Au-au, Ki mokla, Myristica spp, Knema spp Kumpang, Ky luo, Darah-darah, Huru 35 Menjalin Lilin, Ki endog, Segi landak (Xanthophyllum spp) 36 Mentibu Jongkong, Merebung (Dactylocladus stenostachys Oliv) 37 Merambung Merambung (Vernonia arborea Han) 38 Punak Kayu malaka, Cerega (Tetramerista glabra Miq) 39 Puspa Sinar telu, Madang getah, Seru (Schima spp) 40 Rengas Rengas tembaga, Rangas (Gluta aptera (King) Ding Hou 41 Saninten Sarangan, Kalimorot, Ki hiur (Castanopsis argentea A. DC) 42 Sengon Jeungjing, Tawa kase, Sika (Paraserianthes falcataria (Maluku) (L) Nielsen Syn) 43 Sepat Waru gunung, Kalong (Berrya cordofolia Roxb) 44 Sesendok Kayu bulan, Sendok-sendok, Kayu (Endospermum spp) raja, Garung, Kayu labu 45 Simpur Sempur, Segel, Janti, Dongi (Dillenia spp) 46 Surian Kalantas, Suren (Toona sureni Merr) 47 Tembesu Tomasu, Kulaki, Malbira, Kitandu (Fragraea spp) 48 Tempinis Damuli, Kayu besi (Sloetia elongata Kds)
19
Lanjutan tabel 3 Pohon-pohon kelompok jenis kayu Rimba Campuran/kelompok komersial II No
Nama Nama daerah Nama ilmiah perdagangan 49 Tepis Banitan, Pemelesian, Kayu tinyang, (Polyalthia glauca Boerl) Kayu bulan, Banet, Kayu kalet 50 Tenggayun Buku ongko, Pejatai, Purut bulu (Parartocarpus spp) 51 Terap Tara, Cempedak, Kulur, Teureup (Artocarpus spp) 52 Terentang Tumbus, Pauh lebi (Campnosperma spp) 53 Terentang Pauhan, Antumbus, Talantang (Buchanania spp) ayam 54 Tusam Pinus, Damar batu, Uyam (Pinus spp) 55 Utup Utup (Aromadendron sp)
Sumber : SK Menhut No. 163/KPTS-II/2003
Tabel 4 Pohon-pohon kelompok jenis kayu Eboni/kelompok kayu Indah I Nama Nama daerah Nama ilmiah perdagangan 1 Eboni Bergaris Maitong, Kayu lotong, Sora, (Diospyros celebica Bakh) Amara 2 Eboni Hitam Kayu hitam, Maitem, Kayu (Diospyros rumphii Bakh) waled 3 Eboni Baniak, Toli-toli, Kayu arang, (Diospyros spp D. ebenum Kanara, Gito-gito, Bengkoal, Koen, D. ferrea Bakh, D. Malam lolin Bakh, D. macrophylla BI, D. cauliflora BI, D. areolata King et G)
No
Sumber : SK Menhut No. 163/KPTS-II/2003
Tabel 5 Pohon-pohon kelompok jenis kayu Indah II Nama Nama daerah Nama ilmiah perdagangan 1 Bongin Pauh kijang, Sepah, Kayu batu (Irvingia malayana Oliv) 2 Bungur Wungu, Tekuyung, Benger, Ketangi (Lagerstroemia speciosa Pers) 3 Cempaka Minjaran, Wasian, Manglid, (Michelia spp, Sitekwok, Kantil, Capuka Elmerrillia spp Dandy) 4 Cendana Kayu kuning, Lemo daru (Santalum album L) 5 Dahu Dao, Sengkuang, Basuong, Koili (Dracontomelon spp) 6 Johar Juar, Trenggguli, Sebusuk, (Cassia spp) Bobondelan 7 Kuku Kayu laut, Papus, Nani laut (Pericopsis mooniana Thw) 8 Kupang Kayu ruan, Saga (Ormosia spp)
No
20
Lanjutan tabel 5 Pohon-pohon kelompok jenis kayu Indah II No
Nama Nama daerah perdagangan 9 Lasi Adina, Kilaki
Nama ilmiah
(Adinauclea fagifolia Ridsd) 10 Mahoni Mahoni (Swietenia spp) 11 Melur Sampinur tali, Jamuju, Ki merah, (Dacrydium junghuhnii Cematan, Alau, Kayu embun, Kayu Miq); (Podocarpus spp); cina, Sandu, Sampinur bunga (Dacrydium spp) 12 Membacang Limus piit, Ambacang, Wani, (Mangifera spp) Mempelam, Asam. Mangga 13 Mindi Bawang kungut (Melia spp) 14 Nyirih Nyireh, Niri (Xylocarpus granatum j. Konig) 15 Pasang Mempening, Baturua, Kasunu, Triti (Quercus spp) 16 Perepat Darat Marapat, Teruntum batu (Combretocarpus rotundatus Dans) 17 Raja Bunga Segawe, Klenderi, Saga (Adenanthera spp) 18 Rengas Ingas, Suloh, Rangas, Rengas (Gluta spp); burung (Melanorrhoea spp) 19 Ramin Gaharu buaya, Medang keladi, (Gonystylus bancanus Keladi, Miang Kurz) 20 Sawo kecik Subo, Ki sawo (Manilkara spp) 21 Salimuli Kendal, Klimasada, Purnamasada (Cordia spp) 22 Sindur Sepetir, Sasumdur, Mobingo (Sindora spp) 23 Sonokembang Angsana, Linggua, Nala, Candana (Pterocarpus indicus Willd) 24 Sonokeling Linggota, Sono sungu, Sonobrits (Dalbergia latifolia Roxb) 25 Sungkai Jati seberang, Jati londo (Peronema canescens Jack) 26 Tanjung Sawo manuk, Karikis (Mimusops elengi L.) 27 Tapos Kelampai, Setan, Kedui, Wayang (Elateriospermum tapos BI) 28 Tinjau Lontar kuning (Pteleocarpus lampongus Belukar Bakh) 29 Torem Sawai, Torem (Manikara kanosiensis H.j. L. et B. M.) 30 Trembesi Ki hujan (Samanea saman Merr) 31 Ulin Kayu besi, Bulian, Kokon (Eusideroxylon zwageri T.et.b.) 32 Weru Beru, Ki hiyang, Bengkal (Albizia procera Benth) Sumber : SK Menhut No. 163/KPTS-II/2003
21
3.3 Prosedur Analisis Data 1. Pengambilan pohon contoh dilapangan Untuk penyusunan Tabel volume pohon, didasarkan pada data pohon contoh atau pohon model yang dipilih secara purposive sampling dengan ketentuan tersebar pada setiap jenis pohon, kelas diameter dan kelas tinggi pohon, pada berbagai tipe tempat tumbuh. Pohon contoh adalah pohon yang pertumbuhannya baik serta sehat. Pohon contoh diambil di dalam plot IHMB, apabila dalam plot IHMB itu tidak terdapat pohon contoh maka pengambilan pohon contohnya dapat dilakukan di luar plot IHMB. Berikut akan ditampilkan gambar plot contoh IHMB.
Gambar 1 Plot contoh IHMB skala 1 : 10.000. Menurut Sutarahardja (2009) plot contoh (sample unit) adalah suatu petak dengan bentuk dan ukuran tertentu yang dibuat dilapangan dimana didalam petak
22
tersebut dilakukan pengukuran-pengukuran terhadap dimensi pohon/tegakan dan pencatatan informasi-informasi tentang pohon/tegakan yang diperlukan yang penempatannya bersifat semi permanen. Plot contoh IHMB pada hutan alam luas 0,25 Ha dengan ukuran 20m x 125m diletakkan dalam jalur inventarisasi dengan arah Utara-Selatan dan di dalamnya terdapat beberapa sub-plot contoh. Dalam satu plot contoh terdapat 4 sub-plot contoh yang luasnya dibedakan berdasarkan tingkat pertumbuhan pohon dan tingkat permudaan yang ada. (Lihat Gambar 1) a. Sub-plot pancang Diukur dari titik awal plot masing-masing 10 m ke arah Barat atau Timur, pada ujung sisi kiri dibuat sub-plot pancang berbentuk lingkaran dengan jari-jari plot 2,82 meter. Kemudian diamati keberadaan pancang dalam plot. Pasang pasak pada pusat plot untuk memasang tali tersebut, setelah itu dilakukan pengamatan plot secara berputar dengan ujung tali sebagai batas plot hingga selesai. b. Sub-plot tiang Dari titik awal plot, dibuat sub-plot tiang berbentuk bujur sangkar berukuran 10 m x 10 m di sisi kiri jalur. Dengan bantuan tali sepanjang 10 m sebanyak 2 buah dan kompas, dari titik awal plot ditarik tali ke arah kiri tegak lurus jalur (270º) dan searah jalur (0º) lalu dipasang patok. c. Sub-plot pohon kecil Dibentuk plot bujur sangkar berukuran 20 m x 20 m, sepanjang 10 m sebelah Barat dan 10 m sebelah Timur jalur, kemudian dirintis 20 m ke arah Utara. d. Sub-plot pohon besar Bentuk plot contoh persegi panjang berukuran 20 m x 125 m adalah sebagai perpanjangan dari sub-plot pohon kecil ke arah Utara.
2. Perhitungan volume pohon contoh Perhitungan volume pohon contoh pada dasarnya perlu ditebang untuk dihitung volumenya berdasarkan volume per seksinya yang terdiri dari : a. Untuk diameter ≥ 50 cm dapat mengukur di petak tebangan
23
untuk menghitung volume aktual (Va) dari pohon rebah dihitung dengan menjumlahkan seluruh volume tiap seksi batang dari satu pohon yaitu dengan :
Va = ∑ Vsi
Keterangan : Va
= volume aktual
Vsi
= Volume seksi batang ke-i, dimana i = 1, 2, 3, ..., n
Volume seksi batang tersebut dihitung dengan menggunakan rumus Smalian yaitu : Vs = 0,5 x (B + b) x L Keterangan : Vs = volume seksi B = Luas bidang dasar pangkal seksi dalam m2 b = Luas bidang dasar ujung seksi dalam m2 L = Panjang seksi Luas bidang dasar dihitung dengan rumus : Lbds = 0,25 π D2 b. Untuk diameter 10 cm - < 50 cm pada tebangan silin atau menebang pohon contoh pada beberapa plot contoh. c. Untuk pelengkap dapat menggunakan rumus volume V = 0,25 π D2 T 0,6 3. Pemilahan pohon contoh untuk model dan validasi Tahap selanjutnya dalam tahap pengumpulan data, harus dilakukan proses pemilahan pohon contoh. Untuk melakukan pemodelan diperlukan suatu set data yang berbeda dengan set data yang dipakai untuk uji validasi model. Proses pemilahan pohon contoh terdiri dari 2/3 pohon contoh untuk proses pemodelan dan 1/3 pohon contoh lainnya untuk proses uji validasi. Tabel 6 Pemilahan pohon contoh pada setiap kelompok jenis Kelas diameter (cm) 10,0 – 14,9 15,0 – 19,9 20,0 – 24,9 25,0 – 29,9 30,0 – 34,9 35,0 – 39,9 40,0 – 44,9 45,0 – 49,9 50,0 – 59,9 60,0 – 69,9 70,0 – 79,9 ≥ 80,0
Jumlah pohon contoh
Jumlah Sumber : Permenhut P.34/Menhut-II/2007
Proses pemodelan
Proses uji validasi
15 15 15 15 15 10 10 10 10 10 10 10
10 10 10 10 10 7 7 7 7 7 7 7
5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3
145
99
46
24
4. Analisa hubungan antara tinggi pohon dengan diameter pohon Salah satu hipotesa dalam penyusunan tabel volume pohon lokal adalah terdapatnya hubungan yang erat antara tinggi pohon dengan diameter pohon. Hubungan ini dapat dilihat dari korelasi antara kedua peubah tersebut, yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien korelasinya. Apabila antara tinggi pohon dengan diameter pohon terdapat korelasi yang erat, maka untuk menduga volume pohon dapat hanya menggunakan peubah diameter atau tinggi pohon saja. Mengingat pengukuran tinggi pohon lebih sulit dibandingkan mengukur diameter pohon, maka dalam kaitan korelasi antara tinggi pohon dengan diameter pohon cukup erat, tabel volume dapat disusun atas dasar peubah diameter pohon. Koefisien korelasi ( r ) antara tinggi pohon dengan diameter pohon dapat dihitung dengan rumius : r
JHK xy JK x . JK y
Dalam hal ini, JKx, Jky, dan JHKxy dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : n ( xi ) 2 n JKx = xi2 i 1 n i 1
n ( yi ) 2 n JKy = yi2 i 1 n i 1
n n xi yi n JHKxy = xi yi i 1 i 1 n i 1
di mana : r
= Koefisien korelasi contoh
JKX
= Jumlah kuadrat peubah X (misal : diameter pohon)
JKy
= Jumlah kuadrat peubah Y (misal : tinggi pohon)
JHKxy = Jumlah hasil kali antara peubah X dengan peubah Y
25
Besarnya nilai koefisien korelasi adalah antara - 1 ≤ r + 1 dimana jika nilai r mendekati – 1 atau + 1, maka hubungan antara kedua peubah itu kuat, artinya terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya (Walpole 1993).
5. Pengujian koefisien korelasi antara tinggi pohon dengan diameter pohon Dalam pengujian ini dilakukan perhitungan koefisien korelasi dari kedua peubah tersebut ( r ) sebagai penduga koefisien korelasi populasinya, yaitu ( ρ ). Apabila r = 0 maka besar kemungkinannya untuk menyimpulkan ρ = 0 dan apabila nilai r mendekati + 1 atau – 1, hal tersebut mencirikan bahwa ρ ≠ 0. Suatu uji untuk menyatakan kapan nilai r berada cukup jauh dari nilai ρ adalah melalui pengujian koefisien korelasi dengan uji Z-Fisher (Walpole 1993). Dalam uji Z-Fisher ini, dilakukan transformasi nilai-nilai r dan ρ kedalam Z-Fisher. Dalam penyusunan tabel volume lokal, Fakultas Kehutanan IPB (1985) dan Sutarahardja (1982) diacu dalam Sutarahardja (2008) mensyaratkan bahwa nilai ρ harus lebih besar dari 0,7 atau ρ 0,7 yang berarti pada nilai ρ 0,7 maka hubungan antara tinggi pohon dengan diameter pohon dianggap cukup kuat, dimana jika ρ 0,7071 artinya ρ2 adalah 50 %.. Hubungan yang kuat dengan ρ2 50 % tersebut berarti akan menjamin bahwa sekurang-kurangnya 50 % keragaman volume pohon yang disebabkan oleh keragaman tinggi pohon dapat dicakup oleh pengaruh keragaman diameter pohon. Tahap pengujian koefisien korelasi
bersyarat
dengan
menggunakan transformasi Z-Fisher tersebut adalah dengan prosedur sebagai berikut : a. Menentukan hipotesis pengujian koefisien korelasi, yaitu : H0 : ρ = 0,7071 H1 : ρ 0,7071 b. Menghitung nilai transformasi Z-Fisher dari nilai koefisien korelasi populasi ( ρ ) dan koefisien korelasi contoh ( r ) : Zρ = 0,5 ln{( 1 + ρ )/( 1 – ρ )} dan Zr = 0,5 ln{( 1 + r )/( 1 – r )} c. Menentukan pendekatan simpangan baku dari hasil transformasi Z-Fisher, yaitu :
26
σZr = 1/√(n-3) Kriterium uji dalam pengujian transformasi Z-Fisher adalah : Z-hitung = (Zr – Zρ)/ σZr Dimana : Z = Sebaran normal Z σZr = Pendekatan simpangan baku transformasi Z-Fisher d.
Kaidah keputusannya adalah sebagai berikut : Jika Z-hitung ≤ Z-tabel pada tingkat nyata tertentu (misalnya pada taraf nyata 5
%), maka H0 diterima artinya hubungan antara diameter pohon dengan tinggi pohon tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan yaitu tidak memenuhi syarat ρ > 0,7071artinya hubungan antara diameter pohon dengan tinggi pohon dianggap kurang erat. Jika Z-hitung Z-tabel pada tingkat nyata tertentu, maka H0 ditolak artinya bahwa hubungan antara diameter pohon dengan tinggi pohon memenuhi syarat yang telah ditetapkan artinya hubungan diameter dengan tinggi pohon dianggap cukup erat. Bila keputusan H0 diterima, maka tabel volume yang disusun untuk tegakan hutan yang diukur harus menyertakan peubah lain selain peubah diameter pohon, misalnya antara lain mengikut sertakan tinggi pohon dan atau peubah lainnya, jadi tabel volume yang disusun adalah tabel volume standar. Sedangkan apabila H0 ditolak dalam pengujian tersebut artinya hubungan antara diameter pohon dengan tinggi pohon dianggap cukup erat, artinya koefisien korelasi populasi yang dihasilkan dari pohon-pohon contoh memenuhi syarat sekurang-kurangnya sama dengan koefisien korelasi yang telah ditetapkan, maka dalam tegakan hutan yang diukur dapat dibuat tabel volume lokal (tarif volume), yaitu tabel volume dengan kunci pembacanya cukup dengan menggunakan satu peubah, yaitu diameter pohon.
6. Scatter diagram dan penentuan model penyusunan tabel volume Untuk membantu dalam pemilihan model, maka data pohon contoh ditampilkan dalam Scatter diagram atau scatterplot (diagram tebar). Dari tebaran data tersebut akan dapat dilihat bentuk penampilan penyebaran datanya, apakah
27
mengikuti pola linier ataukah non linier, sehingga dapat membantu dalam pemilihan model pendekatannya. Salah satu contoh gambar scatterplot diagram persebaran kelas diameter dengan volume pohon yang akan dijadikan model persamaan regresi dalam penyusunan tabel volume pohon.
Gambar 2 Contoh Scatterplot diagram. Karakteristik paling nyata untuk diukur yang berkaitan dengan volume pohon adalah diameter setinggi dada (diameter at breast height). Oleh karena itu semua persamaan volume akan mempunyai diameter setinggi data serta peubah lainnya dan yang umum ditambahkan sebagai peubah penentu volume pohon adalah jenis peubah tinggi pohon, baik tinggi total, tinggi bebas cabang ataupun tinggi yang lain yang dianggap mempunyai peranan dalam tujuan untuk pendugaan potensi tegakan. Beberapa persamaan hubungan antara volume pohon dengan peubah-peubah penentunya yang digunakan dalam penyusunan tabel volume pohon antara lain (Loetsch et al, 1973) : Peubah bebas hanya diameter pohon : 1. v = a + bD2
(Kopezky-Gehrhardt)
2. v = a + bD + cD2
(Hohenadl-Krenn)
3. v = aD
b
(Berkhout)
28
Dimana : V
: Volume total pohon (m³)
D
: Diameter setinggi dada (cm)
a, b, dan c
: Konstanta
Dari ketiga persamaan diatas dibuat model persamaan regresi liniernya, yaitu sebagai berikut : 1. V = a + b D² → model persamaan regresi liniernya adalah Y1 = β0 + β1X1 + ε1 yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1 + e1 b = β1 = b
Dimana : V = Y1 = yi
ε1 = e1 = galat sisa
D2 = Xi = x1
a = β0 = b0
2. V = a + bD + cD² → model persamaan regresi liniernya adalah Y1 = β0 + β1X1 + β2X2 + ε1 yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1 + b2X2 + e1 b = β1 = b
Dimana : V = Y1 = yi a = β0 = b0
ε1 = e1 = galat sisa
D = X1i = x1
D2 = X2i = x2 3. V = a Db → transformasi logaritmis → Log V = Log a + b Log D Model persamaan regresi linearnya adalah Y1 = β0 + β1X1 + ε1 yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1 + e1 b = β1 = b
Dimana : Log V = Y1 = yi Log a = β0 = b0
ε1 = e1 = galat sisa
Log D = Xi = x1
Sedangkan untuk tabel volume standar dengan peubah bebas diameter dan tinggi bebas cabang pohon terdiri dari : 1. Model Spurr
: V = a (D²Tbc)b
2. Model Schumacher Hall
: V = a DbTbcc
3. Model Stoate
: V = a + bD2 +cD2Tbc + dTbc
Dimana : V
: Volume total pohon (m³)
D
: Diameter setinggi dada (cm)
Tbc
: Tinggi bebas cabang pohon (m)
a, b, dan c
: Konstanta
Dari ketiga persamaan diatas dibuat model persamaan regresi liniernya, yaitu sebagai berikut :
29
1. V = a (D²Tbc)b → transformasi logaritmis → Log V = Log a + b Log (D²Tbc) Y1 = β0 + β1X1i + εi yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1i + ei Dimana : Log V = Yi = yi Log a = β0 = b0
b = β1 = b
εi = ei = galat sisa
Log(D²Tbc) = Xi = x1i
2. V = a DbTbcc → transformasi log → Log V = Log a + b Log D + c Log Tbc Y1 = β0 + β1X1i + β2X2i + εi yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1i + b2X2i + ei Dimana : Log V = Yi = yi
b = β1 = b1
Log a = β0 = b0
c = β2 = b2
Log Tbc = X2i = x2i
Log D = X1i = x1i
ε1 = ei = galat sisa
3. V = a + bD2 +cD2Tbc + dTbc → Model persamaan regresi linearnya adalah Y1 = β0 + β1X1i + β2X2i + β3X3i + εi yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1i + b2X2i + b3X3i + ei Dimana : V = Yi = yi 2
D = X1i = x1i D2Tbc = X2i = x2i
a = β0 = b0
c = β 2 = b2
b = β1 = b1
d = β3 = b3
Tbc = X3i = x3i
εi = ei = galat sisa
7. Penyusunan tabel volume Tarif volume pohon maupun tabel volume pohon standar dapat disusun dengan menggunakan analisa regresi linier dengan pengujian signifikasi regresinya menggunakan analisa ragam (analysis of variance). Untuk penyusunan tarif volume pohon dapat dianalisa dengan regresi linier sederhana (simple linear regression), sedangkan untuk tabel volume pohon standar dianalisa dengan regresi linier berganda (multiple linear regression). Banyaknya model regresi yang dicoba sebanyak 2–3 model.
8. Menghitung koefisien regresi dan koefisien korelasi Untuk dapat menghasilkan persamaan-persamaan regresi yang dimaksud, maka perlu dihitung nilai-nilai dari koefisien-koefisien regresinya (Sutarahardja et al, 1991). a. Menghitung koefisien regresi pada penyusunan tabel volume pohon lokal : Sebagai contoh untuk model regresi linier sederhana sebagai berikut :
Yi 0 1 X i i , dengan penduga modelnya adalah
30
yi b0 b1xi ei , maka besarnya nilai koefisien regresi b1
sebagai
penduga dari 1 dan besarnya nilai konstanta b0 (intersept) sebagai penduga dari
0 dapat dihitung dari nilai-nilai data pohon contoh. JHKxy dan b 1 JKx b y b x 0 1
Dimana : y = volume pohon dalam m3 dan x = diameter pohon dalam cm. Koefisien korelasi ( r ) antara volume pohon dengan diameter pohon dapat dihitung dengan rumus (1) tersebut diatas atau dengan rumus :
b1 JHKxy JKy
r
b. Menghitung koefisien regresi pada penyusunan tabel volume pohon standar Sebagai contoh untuk model regresi linier berganda sebagai berikut : Yi 0 1 X1i 2 X 2 i i , dengan penduga modelnya yi b0 b1x1i b2 x2 i ei ,
maka besarnya nilai-nilai penduga koefisien-
koefisien regresi ( b1 ,b2 ) serta intersept b0 dapat dihitung berdasar data pohon contoh yang diambil.
b1
( JKx 2 )( JHKx1 y ) ( JHKx1x2 )( JHKx2 y ) ( JKx1 )( JKx 2 ) ( JHKx1x2 ) 2
b2
JKx1 JHKx2 y JHKx1x2 JHKx1 y JKx1 JKx 2 JHKx1x2 2
dimana :
2 n x n 2 i 1 1i JKx1 x1i n i 1
2 n x n 2 i 1 2 i JKx 2 x2 i n i 1
31
n n x1 x2 n JKx1x2 x1x2 i 1 i 1 n i 1
n n x1 y n i 1 JKx1 y x1 y i 1 n i 1
n n x2 y n i 1 JKx 2 y x2 y i 1 n i 1 b y b x b x 0 11 2 2
Koefisien determinasi ( R 2 ) dari model regresi tersebut dapat dihitung :
R2
JK regresi JK total
Koefisien korelasi berganda
R dapat diperoleh dari akar koefisien
determinasi tersebut diatas. JK regresi b1JHKx1 y b2 JHKx2 y
2 n y n 2 i 1 i JK total JKy yi n i 1 9. Analisa keragaman Terhadap persamaan-persamaan regresi tersebut dilakukan pengujian dengan menggunakan analisa keragaman (analysis of variance) untuk melihat signifikasi atau adanya ketergantungan peubah-peubah yang menyusun regresi tersebut.
Tabel 7 Analisa keragaman pengujian regresi (Anova) Sumber keragaman Regresi Sisaan Total Sumber : Walpole, 1993
Derajat bebas k = p-1 n-k-1 n-1
Jumlah Kuadrat (JK) JKregresi (JKR) JKsisa (JKS) JKtotal (JKT)
Kuadrat Tengah (KT)
F-hitung
KTR=JKR/k KTS=JKS/(n-k-1)
Fhitung = KTR/KTS
F-tabel
32
Dimana p = banyaknya konstanta (koefisien regresi dan intersept) dan n = banyaknya pohon contoh yang digunakan dalam penyusunan regresi tersebut. Dalam analisa tersebut hipotesa yang diuji adalah : a. Pada regresi linier sederhana : H 0 : 0 lawan H1: 0
b. Pada regresi linier berganda : H 0 : i 0 dimana : i = 1,2 H1: Sekurang-kurangnya ada i 0
Jika H1 yang diterima, maka regresi tersebut nyata, artinya ada keterkaitan antara peubah bebas (diameter pohon dan atau tinggi pohon) dengan peubah tidak bebasnya (volume pohon). Dengan kata lain bahwa setiap ada perubahan pada peubah bebasnya akan terjadi perubahan pada peubah tidak bebasnya. Jika Ho yang diterima, maka regresi tersebut tidak nyata, artinya persamaan regresi tidak dapat untuk menduga volume pohon berdasarkan peubah bebasnya.
10. Perhitungan kesalahan sampling (Sampling Error, SE) Kesalahan sampling adalah kesalahan yang disebabkan karena dilakukannya pengambilan contoh (sampling). Besarnya kesalahan dapat dihitung dengan rumus: 𝐾𝑇𝑆 = 𝑆𝑦 2 → 𝑆𝑦 = 𝑆𝐸 =
𝑡 𝛼 /2,𝑑𝑓 ×𝑆𝑦 𝑦
Dimana : SE
𝑆𝑦 2 𝑛
× 100%
= Sampling Error
Y
= Volume pohon (m³)
𝑦
= Rata-rata volume pohon (m³/ha)
𝑆𝑦
= Simpangan baku rata-rata
𝑑𝑓
= Derajat bebas
11. Validasi model Hasil persamaan-persamaan regresi yang telah diuji tersebut diatas, baik pada penyusunan regresi untuk tarif volume pohon, maupun pada penyusunan
33
untuk tabel volume pohon standar, perlu dilakukan uji validasi dengan menggunakan pohon contoh yang telah dialokasikan sebelumnya khusus untuk pengujian validasi model. Data pohon contoh tersebut tidak digunakan dalam penyusunan model-model tabel volume diatas. Uji validasi model dapat dengan melihat pada nilai-nilai simpangan agregasinya (agregative deviation), simpangan rata-rata (mean deviation), RMSE (root mean square error), biasnya serta uji beda nyata antara volume yang diduga dengan tabel terhadap volume nyatanya. Uji beda nyata bisa dilakukan dengan cara uji Khi-kuadrat.
12. Pengujian validasi model Nilai-nilai pengujian validasi model tersebut dapat dihitung dengan rumusrumus sebagai berikut : a. Simpangan agregat (agregative deviation) Simpangan agregat merupakan selisih antara jumlah volume aktual (Va) dan volume dugaan (Vt) yang diperoleh berdasarkan dari tabel volume pohon, sebagai persentase terhadap volume dugaan (Vt). Persamaan yang baik memiliki nilai simpangan agregat (SA) yang berkisar dari -1 sampai +1 (Spurr 1952). Nilai SA dapat dihitung dengan rumus : n n Vti Vai SA i 1 i 1 n Vti i 1
b. Simpangan rata-rata (mean deviation) Simpangan rata-rata merupakan rata-rata jumlah dari nilai mutlak selisih antara jumlah volume dugaan (Vt) dan volume aktual (Va), proporsional terhadap jumlah volume dugaan (Vt). Nilai simpangan rata-rata yang baik adalah tidak lebih dari 10 % (Spurr 1952). Simpangan rata-rata dapat dihitung dengan rumus : n Vti Vai i 1 Vti SR x100% n
34
c. RMSE (root mean square error) RMSE merupakan akar dari rata-rata jumlah kuadrat nisbah antara selisih volume dugaan dari tabel volume pohon (Vt) dengan volume aktualnya (Va) terhadap volume aktual. Nilai RMSE yang lebih kecil, menunjukkan model persamaan penduga volume yang lebih baik. RMSE dapat dihitung dengan rumus: n Vti Vai 2 Vai i RMSE 1 x100% n
d. Bias Bias (e) adalah kesalahan sistematis yang dapat terjadi karena kesalahan dalam pengukuran, kesalahan teknis pengukuran maupun kesalahan karena alat ukur (Sutarahardja 1999). Bias dapat dihitung dengan rumus : Vti Vai n Vai e x100% n i 1
e. Uji beda rata-rata Khi-kuadrat (Khi-square test) Pengujian validasi model persamaan penduga volume pohon, dapat pula dilakukan dengan menggunakan uji χ² (Khi-kuadrat), yaitu alat untuk menguji apakah volume yang diduga dengan table volume pohon (Vt) berbeda dengan volume pohon aktualnya (Va). Dalam hal ini hipotesa yang diuji adalah sebagai berikut : H
0
: Vt Va dan H
1
: Vt Va
Kriterium ujinya adalah :
n Vti Vai2 hitung i 1 Vai
2
Kaidah keputusannya adalah sebagai berikut :
2
2
hitung tabel ( , n 1) , maka terima H 0 2
2
hitung tabel ( , n 1) , maka terima H 1
35
13. Pemilihan model regesi terbaik dan valid Model persamaan regresi untuk penyusunan tabel volume pohon yang akurat dan valid adalah apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Dalam analisis regresi menghasilkan nilai-nilai R² yang besar, regresi yang nyata berdasarkan hasil analisis keragamannya serta sampling error (SE) yang rendah. 2. Dalam uji validasi harus memenuhi standar pengujian antara lain : - Persamaan yang baik memiliki nilai simpangan agregat (SA) yang berkisar berada diantara -1 sampai + 1 (Spurr 1952). - Persamaan yang baik memiliki nilai Simpangan rata-rata tidak lebih dari 10 % (Spurr 1952). - Nilai RMSE dan Bias yang kecil menunjukan model persamaan penduga volume yang lebih baik. - Apabila hasil uji beda antara nilai rata-rata yang diduga dengan tabel volume dengan nilai rata-rata nyata (actual), tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (Ho, diterima) maka persamaan penduga volume itu baik.
36
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Perusahaan PT. Ratah Timber merupakan perusahaan swasta nasional yang pada tahun 1970 telah memperoleh kepercayaan dari pemerintah RI melalui Menteri Pertanian untuk mengusahakan hutan dalam bentuk HPH melalui SK HPH No. 526/Kpts/Um/II/1970 tanggal 7 November 1970. Luas areal IUPHHK adalah sebesar 125.000 Ha yang terletak di kelompok hutan sungai Ratah Selatan di Provinsi Kalimantan Timur. Dasar pemberian hak pemanfaatan hasil hutan kayu tersebut adalah Forest Agreement (FA) No. FA/J/003/1970 tanggal 30 Januari 1976. Hak pemanfaatan hasil hutan kayu tersebut di atas, sesuai dengan diktum terakhir disebutkan bahwa berlaku selama dua puluh tahun terhitung sejak dikeluarkannya SK HPH. Dengan demikian maka IUPHHK ini telah berakhir pada tanggal 6 Nopember 1990. Setelah berakhirnya jangka pengusahaan hutan tersebut, perusahaan memperoleh perpanjangan sementara dengan luas areal sebesar ± 115.000 Ha. Luas areal ini didasarkan pada dokumen Project Proposal Perpanjangan. Perubahan luas dari 125.000 Ha menjadi 115.000 Ha tersebut disebabkan oleh pengurangan luas areal sebesar 10.000 Ha karena termasuk areal hutan lindung (HL). Ijin prinsip perpanjangan ini tertuang di dalam Surat Menhut No. 477/Menhut-IV/1993 tanggal 27 Februari 1993. Berdasarkan Surat Menhut No. 2039/Menhut-IV/1993 tanggal 20 November 1993, PT. Ratah Timber memperoleh tambahan areal seluas 12.000 Ha yang berasal dari eks IUPHHK PT. Budi Dharma Bhakti Djayaraya, sehingga luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber menjadi 127.000 Ha. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 95/Kpts-II/2000 tanggal 22 Desember 2000 luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber ditetapkan seluas 97.690 Ha. Pengurangan areal tersebut terjadi karena sebagian areal IUPHHK termasuk dalam Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) seluas 29.310 Ha. Pada penyusunan RKUPHHK periode 1990-2010 ini luas yang digunakan adalah luas berdasarkan SK Menhut No. 95/Kpts-II/2000 tersebut yakni seluas 97.690 Ha.
37
Berdasarkan Surat Menteri Kehutanan No. 477/Menhut-IV/1993 IUPHHK PT. Ratah Timber diperpanjang ijin IUPHHK-nya dengan syarat menyertakan BUMN PT. Inhutani II dan Koperasi dalam kepemilikan saham perusahaan. Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, sebagaimana tertuang di dalam akta notaris H. Azhar Alia, SH No. 2 tanggal 4 Juni 1998 susunan pemegang saham PT. Ratah Timber adalah sebagai berikut: –
PT. Long Bangun Putra Timber
: 37,5 %
–
PT. Tansa Trisna
: 37,5 %
–
PT. Inhutani II
: 20,0 %
–
Koperasi
:
5,0 %
4.2 Letak dan Luas Perusahaan Areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber terletak di kelompok hutan Sungai Ratah, Desa Mamahaq Teboq, Kecamatan Longhubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis terletak pada 114° 55’ - 115° 30’ Bujur Timur dan 0° 2’ LS - 0° 15’ LU. Menurut pembagian wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), areal kerja termasuk ke dalam kelompok hutan Sungai Ratah, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Mamahaq Besar, Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Mahakam Hulu, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan menurut pembagian wilayah administratif pemerintahan termasuk dalam Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Batas-batas areal kerja tersebut adalah : - Sebelah Utara
: KBNK, Areal Perkebunan KSU Dayak Kaltim Abadi dan
IUPHHK PT. INHUTANI I (eks. IUPHHK PT.
Mulawarman Bhakti). - Sebelah Timur
: KBNK dan eks. IUPHHK PT. Hacienda Wood Nusantara Industries.
- Sebelah Selatan
: Hutan Lindung Batu Buring Ayok (eks. IUPHHK PT. Budi Dharma Bhakti Djayaraya).
- Sebelah Barat
: Hutan Lindung Batu Buring Ayok (eks. areal kerja PT. Gata Rota)
38
Luas areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber mengalami beberapa perubahan dimulai sejak diterbitkan SK IUPHHK tahun 1970, dengan dasar sebagai berikut : a. SK HPH tahun 1970
: 125.000 Ha
b. Hutan lindung (dikeluarkan)
: (10.000) Ha
c. Persetujuan penggabungan areal eks IUPHHK PT. BDBD
: 12.000 Ha
d. Ijin perpanjangan IUPHHK sementara (tahun 1993)
: 127.000 Ha
e. SK Tata Batas Temu Gelang tahun 1998
: 126.753 Ha
f. SK IUPHHK pembaharuan tahun 2000
: 97.690 Ha
Berdasarkan Peta Paduserasi antara Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) dan TGHK Kalimantan Timur yaitu Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Kalimantan Timur skala 1 : 125.000, areal IUPHHK tersebut terdiri dari Hutan Produksi tetap (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT). Rincian luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan fungsi hutan disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan peta kawasan hutan dan perairan Provinsi Kalimantan Timur No 1 2
Fungsi hutan Hutan produksi terbatas Hutan produksi tetap Jumlah
Unit I Ha 29.620 59.990 89.610
Unit II Ha 0 8.080 8.080
Jumlah Ha 29.620 68.070 97.690
% 30,32 69,68 100
Sumber : Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Kalimantan Timur Skala 1 : 250.000, yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur, 2005
4.3 Kondisi Hutan 1. Kondisi penutupan lahan Hasil analisa dan pengukuran planimetris terhadap peta penutupan lahan yang diperoleh dari hasil analisis antara peta interpretasi foto udara yang dikoreksi dengan data hasil penafsiran Citra Landsat skala 1 : 100.000 (mosaik dari liputan Mei 2006, April 2005, Juni 2005 yang dikoreksi Baplanhut sesuai surat No. S.564/VII/Pusin-1/2006)
dan
realisasi
tebangan
sampai
dengan
2005
menunjukkan bahwa areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber seluas 97.690 Ha terdiri dari areal hutan primer seluas 10.007 Ha (10,24 %), bekas tebangan 78.072 Ha (79,92 %) dan non hutan seluas 9.611 Ha (9,84 %).
39
Dari hutan primer yang tersisa tersebut seluruhnya adalah hutan prenges/kerangas yang tidak produktif yang mana sampai saat ini tidak dapat dieksploitasi, sehingga dalam penataan dialokasikan untuk areal lindung, yang secara fisik memiliki topografi yang bervariasi dari agak curam sampai dengan curam. Jika dilihat dari penutupan lahannya, kondisi umum di areal kerja PT. Ratah Timber masih tergolong potensial untuk mendukung tercapainya kelestarian pada periode rotasi berikutnya sebab hasil analisis menunjukkan bahwa dari areal berhutan seluas 88.079 Ha, diperoleh areal berhutan efektif sebesar 64.457 Ha yang dapat diproyeksikan untuk mendukung kelestarian hutan.
Tabel 9 Luasan menurut penutupan lahan areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber pada setiap fungsi hutan Penutupan lahan Hutan primer Hutan bekas tebangan Non hutan Total
Kawasan budidaya kehutanan HP HPT 5.657 4.350 53.066 25.006 9.347 264 68.070 29.620
Total Ha % 10.007 10,24 78.072 79,92 9.611 9,84 97.690 100,00
Sumber : Hasil analisa terhadap Peta Penafsiran Citra Landsat liputan Tahun 2006 Skala 1 : 100.000, yang telah diperiksa BAPLANHUT No. 564/VII/Pusin-1/2006, 10 Agustus 2006 dan Interpretasi Foto Udara Skala 1 : 50.000 (1995) serta realisasi tebangan RKT, yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur, 2005
2
Kondisi potensi tegakan Informasi mengenai potensi tegakan baik pohon inti maupun masak tebang,
diperoleh berdasarkan beberapa sumber sebagai berikut : a. Interpretasi foto udara Berdasarkan laporan interpretasi foto udara (1995) diperoleh bahwa potensi tegakan tingkat pohon masak tebang di areal hutan primer rata-rata sebesar 102,41 m³/Ha untuk kelas diameter > 50 cm dan 77,71 m³/Ha, sedangkan untuk kelas diameter > 60 cm. Sedangkan di areal hutan sekunder (bekas tebangan) potensi rata-rata untuk kelas diameter > 50 cm sebesar 91,65 m³/Ha dan untuk kelas diameter > 60 cm sebesar 60,82 m³/Ha.
40
Tabel 10 Potensi tegakan jenis komersial di areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan laporan interpretasi foto udara No
Kelompok jenis
50 - 59 cm N
V
50 cm up N
60 cm up
V
N
V
HUTAN PRIMER 1
Kel. Jenis Meranti
5,97
15,53
16,32
69,19
10,35
53,66
2 3
Kel. Kayu Indah
0,59
1,58
1,06
3,70
0,47
2,12
Kel. Rimba Campuran
3,05
7,59
7,35
29,52
4,30
21,93
9,61
24,70
24,73
102,41
15,12
77,71
74,49
9,95
48,90
Jumlah HUTAN SEKUNDER 1
Kel. Meranti
5,82
25,59
15,77
2 3
Kel. Kayu Indah
0,24
0,57
0,43
1,41
0,19
0,84
Kel. Rimba Campuran
2,10
4,67
4,49
15,75
2,39
11,08
Jumlah 8,16 30,83 20,69 91,65 12,53 60,82 Sumber : Laporan survey potret udara IUPHHK PT. Ratah Timber, 1995 yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur, 2005
b. Survei potensi dengan intensitas 1 % Berdasarkan laporan hasil survei potensi dengan intensitas sampling 1 % (dilakukan dalam rangka penyusunan RKPHS) diperoleh data potensi tegakan tingkat pohon di areal hutan primer rata-rata sebesar 107,22 m³/Ha untuk kelas diameter > 50 cm dan 83,09 m³/Ha, sedangkan untuk kelas diameter > 60 cm. Sementara itu di areal hutan bekas tebangan potensi rata-rata untuk kelas diameter > 50 cm sebesar 62,59 m³/Ha dan untuk kelas diameter > 60 cm sebesar 48,66 m³/Ha. Data selengkapnya tercantum pada Tabel 11 dan Tabel 12.
Tabel 11 Potensi tegakan di areal hutan primer berdasarkan survei potensi dengan intensitas sampling 1 % Kelompok jenis/ Nama perdagangan 1 Dipterocarpaceae 2 Non Dipterocarpaceae 3 Niagawi lain Jumlah jenis niagawi Non niagawi Total No
Sumber :
50-59 cm N V 7,69 19,41 2,01 4,63 0,06 0,09 9,76 24,13 1,33 3,16 11,09 27,29
50 cm up 60 cm up N V N V 21,21 86,01 13,52 66,60 4,97 20,69 2,96 16,06 0,13 0,52 0,07 0,43 26,31 107,22 16,55 83,09 2,18 9,43 0,85 6,27 28,49 116,65 17,40 89,36
RKPHS IUPHHK PT. Ratah Timber, 1995 yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber, 2005
41
Tabel 12
Potensi tegakan di areal hutan bekas tebangan berdasarkan survei potensi dengan intensitas sampling 1 %
Kelompok jenis/ Nama perdagangan 1 Dipterocarpaceae 2 Non Dipterocarpaceae 3 Niagawi lain Jumlah jenis niagawi Non niagawi Total No
Sumber :
50-59 cm N V 4,96 11,93 0,77 2,00 5,73 13,93 0,27 0,63 6,00 14,56
50 cm up N V 13,15 54,84 1,82 7,22 0,06 0,53 15,03 62,59 0,58 2,30 15,61 64,89
60 cm up N V 8,19 42,91 1,05 5,22 0,06 0,53 9,30 48,66 0,31 1,67 9,61 50,33
RKPHS PT. Ratah Timber, 1995 yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber, 2005
1. Berdasarkan realisasi hasil tebangan Kegiatan penebangan sejak tahun 1971 sampai dengan tahun 2005 telah terealisasi seluas 76.123 Ha dengan produksi kayu bulat sebesar 2.271.549,89 m³ sehingga jika dihitung volume produksi rata-rata per hektarnya adalah sebesar 30,16 m³/Ha atau jika digunakan faktor eksploitasi sebesar 0,56 maka ekstraksi potensi volume kayu per hektarnya adalah 53,86 m³/Ha. Pada awal-awal beroperasi sampai dengan periode II pengelolaan hutan PT. Ratah Timber hanya menebang jenis-jenis tertentu saja terutama jenis floater. Dengan demikian sebenarnya potensi (volume) kayu berdiri sebesar 53,86 m³/Ha tersebut belum menunjukkan potensi seluruh jenis komersial di areal tersebut. Vegetasi hutan di areal IUPHHK PT. Ratah Timber termasuk dalam tipe hutan Hujan Bawah yang didominasi oleh jenis Dipterocarpaceae. Jenis-jenis vegetasi komersial yang dominan di areal kerja antara lain Keruing (Dipterocarpus spp), Meranti (Shorea spp), Kapur (Drybalanops spp), dan Kayu Batu (Irvingia malayana). Kelompok jenis Meranti baik di hutan primer maupun bekas tebangan pada umumnya lebih dominan dibandingkan dengan kelompok jenis lainnya yang secara garis besar komposisinya tertuang pada Tabel 13. Tabel 13 Komposisi kelompok jenis kayu di areal IUPHHK PT. Ratah Timber No
Kelompok jenis
I
Kelompok Meranti
II
Kelompok Kayu Indah
Hutan primer (%) Pohon inti 50 cm up
Hutan sekunder (%) Pohon inti
50 cm up
62,15
58,94
52,97
66,15
4,58
3,83
2,93
1,80
42
Lanjutan tabel 13 Komposisi kelompok jenis kayu di areal IUPHHK PT. Ratah Timber No
Kelompok jenis
III IV V
Kelompok Rimba Campuran Kelompok kayu dilindungi Kelompok kayu lainnya Semua Jenis
Sumber :
Hutan primer (%) Pohon 50 cm inti up 23,80 26,54 4,03 5,60 5,44 5,09 100 100
Hutan sekunder (%) Pohon 50 cm inti up 31,55 18,83 4,82 6,04 7,73 7,17 100 100
Laporan penafsiran foto udara areal IUPHHK PT. Ratah Timber, 1995 yang dikutip dari RKUPHHK PT. Ratah Timber, 2005
Dengan memperhatikan potensi, komposisi dan struktur tegakan jenis komersil yang ada, maka areal konsesi IUPHHK-HA PT. Ratah Timber mempunyai prospek yang baik untuk diusahakan secara optimal dan lestari. Beberapa jenis vegetasi yang terdapat di areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timer yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk sekitar adalah rotan (Calamus spp), durian (Durio spp), dan nangka (Arthocarpus integra). Di areal IUPHHK PT. Ratah Timber terdapat beberapa jenis pohon yang dilindungi sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 261/Kpts-IV/1990 antara lain Ulin, Tengkawang, Durian, Menggeris (Kempas) dan Jelutung. Volume tebangan pada rotasi II sangat ditentukan oleh potensi tegakan di areal bekas tebangan yang ada saat ini serta riap tegakan tersebut. Dengan menggunakan data potensi areal bekas tebangan tersebut di atas serta mempergunakan asumsi bahwa riap rata-rata tegakan sebesar 1 m³/Ha/tahun maka diprediksikan potensi rata-rata tegakan pada saat memasuki siklus/rotasi kelestarian hutan ke II (tahun 2006) adalah cukup besar. Namun demikian, dalam rangka kehati-hatian dalam menetapkan proyeksi JPT volume untuk rotasi II, akan digunakan angka potensi yang lebih konservatif dengan mengabaikan asumsi riap tegakan tinggal tersebut.
4.4 Jenis Tanah dan Topografi Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Kalimantan Skala 1 : 250.000 tahun 1976, areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber memiliki tiga jenis tanah, yaitu podsolik
43
merah kuning, latosol dan aluvial. Luas masing-masing jenis tanah berdasarkan letak arealnya secara rinci disajikan pada Tabel 14 sebagai berikut :
Tabel 14 Luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan jenis tanah No
Jenis tanah
1 Podsolik merah kuning 2 Latosol 3 Aluvial Jumlah
Unit I Ha % 77.701 87 9.650 11 2.259 3 89.610 100
Unit II Total Ha % Ha 3.826 47 81.527 4.254 53 13.904 - 2.259 8.080 100 97.690
% 83 14 2 100
Sumber : Pengukuran Planimetris Peta Tanah Hijau, Skala 1 : 250.000 (Badan Pertanahan Nasional Unit Kalimantan Timur), yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber, 2005
Tanah podsolik merah kuning terbentuk di atas wilayah berlereng datar, landai dan agak curam. Tanah latosol terbentuk di atas formasi Batu Ayau, sedangkan tanah aluvial terbentuk dari endapan aluvial yang terdapat pada kelerengan datar yaitu terdapat di sekitar tepi Sungai Mahakam. Hasil analisis kelas lereng berdasarkan peta garis bentuk dari potret udara Skala 1 : 25.000 menunjukkan bahwa sebagian besar areal kerja (± 68,50 %) tergolong datar hingga landai. Disamping itu juga terdapat areal dengan kelerengan > 40 % (sangat curam) seluas 705 Ha. Kondisi topografi areal kerja selengkapnya disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15 Kondisi topografi areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber Kelas Lereng A : 0 - 8 % Datar B : 9 - 15 % Landai C : 16 - 25 % Agak curam D : 26 - 40 % Curam E : > 40 % Sangat curam Tidak ada data Jumlah
Unit I (Ha) HP 33.634 15.304 7.605 2.508 939 59.990
HPT 6.741 6.937 6.370 4.956 4.053 29.620
Unit II (Ha) HP 2.518 1.779 2.593 1.048 142 6.080
Jumlah Ha 43.893 24.020 16.569 8.512 705 4.992 97.690
% 43,91 24,59 16,96 8,71 0,72 5,11 100,00
Sumber : Pengukuran Planimetris Peta Kelas Lereng IUPHHK PT. Ratah Timber yang didasarkan pada peta garis bentuk skala 1 : 25.000, yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber, 2005
44
4.5 Iklim dan Hidrologi Menurut sistem klasifikasi Schmidt and Fergusson, iklim di areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber termasuk iklim sangat basah atau tipe A dengan jumlah bulan basah adalah 12 bulan (nilai Q = 0 %). Data tentang curah hujan rata-rata bulanan dan hari hujan bulanan disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16 Data curah hujan bulanan dan hari hujan bulanan rata-rata No Bulan 1 Januari 2 Februari 3 Maret 4 April 5 Mei 6 Juni 7 Juli 8 Agustus 9 September 10 Oktober 11 November 12 Desember Jumlah Rata-rata
Curah hujan (mm) 399 147 348 372 310 159 170 80 404 407 552 400 3748 312
Hari hujan 11 4 6 11 9 8 9 5 17 12 17 14 123 10
Sumber : Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Long Iram ( Tahun 1999), yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber, 2005
Gambaran secara lengkap mengenai suhu dan kelembaban udara di areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber disajikan pada Tabel 17. Kecepatan angin tertinggi tercatat sebesar 17–22 knot dengan frekuensi rata-rata 23 kali setahun, bertiup dari arah timur laut dan umumnya berlangsung antara bulan Januari– Maret. Selain bulan-bulan tersebut, angin bertiup dengan kecepatan antara 4–6 knot dari arah utara ke timur laut atau barat laut.
Tabel 17 Data suhu udara dan kelembaban udara bulanan rata-rata No 1 2 3
Bulan Januari Februari Maret
Suhu udara (°C) 26,4 26,5 26,9
Kelembaban udara (%) 84,6 84,3 82,5
45
Lanjutan tabel 17 Data suhu udara dan kelembaban udara bulanan rata-rata No Bulan 4 April 5 Mei 6 Juni 7 Juli 8 Agustus 9 September 10 Oktober 11 November 12 Desember Rata-rata Sumber
:
Suhu udara (°C) 26,7 26,5 26,5 25,8 26,1 26,4 26,7 26,6 26,4 26,4
Kelembaban udara (%) 84,2 85,5 86,4 85,8 85,1 84,1 85,5 85,7 85,9 85,1
Cabang dinas pertanian Kecamatan Long Iram (tahun 1999), yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber, 2005
Bentuk presipitasi yang terjadi sepanjang dua puluh tahun terakhir berupa embun dan hujan air. Selama musim penghujan, embun turun disertai kabut yang cukup pekat kira-kira sampai jam 8.00 pagi. Areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber berada di dalam satu Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan beberapa sub DAS, yaitu : sub DAS Mahakam Ulu, sub DAS Ratah, sub DAS Hubung, sub DAS Long Gelawang, sub DAS Benturak, sub DAS Nyerubung, sub DAS Pari dan sub DAS Jerumai. Berdasarkan studi Semdal diperoleh data bahwa kondisi debit sesaat dan kandungan sedimen dari beberapa titik sungai-sungai di areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber tersebut di atas, disajikan pada Tabel 18. Sedangkan prediksi laju erosi pada masing-masing sub DAS disajikan pada Tabel 19. Tabel 18 Luas sub DAS, debit sungai dan kandungan sedimen dari beberapa titik sungai di areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber No Stasiun pengamatan 1 2 3 4 5 6 7 Sumber
S. Mahakam S. Benturak S. Benturak Ilir S. Nyerubung Hilir S. Ratah Hulu S. Ratah Hilir S. Pari
Debit (m³/detik) *) 1.290 5.435 19.210 26.540 30.784 7.184
Residu total (mg/l) 17,0 8,0 24,0 12,0 7,0 120,0 8,5
Sedimen (ton/tahun) 0,89 11,27 19,82 17,20 319,17 5,28
: Studi SEL PT. Ratah Timber, 1991 yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber, 2005
46
Tabel 19 Prediksi laju erosi dan sedimentasi dari masing-masing sub DAS di areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber Laju erosi No
Sub DAS
Luas
1 2 3 4 5 6
Long Hubung Long Beliwan Benturak Nyerubungan Pari Jerumai
116,23 91,45 84,00 123,25 215,14 107,86
Ton/ha/thn Ton/thn 10,30 29,13 19,06 21,37 14,79 8,83
119.73 226.39 160.13 263.43 381.21 95.285
SDR (%) 13 13 14 12 11 13
Laju sedimentasi (ton/tahun) 15.564 34.631 22.417 31.611 35.002 12.387
Sumber : Studi SEL PT. Ratah Timber, 1991 yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber, 2005
4.6 Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya Menurut administrasi pemerintahan, areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber berada di Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Di Kecamatan Long Hunbung terdapat 12 desa dan 7 diantaranya berada di sekitar areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber, yaitu: -
Desa Mamahak Teboq
- Desa Datah Bilang Hulu
-
Desa Lutan
- Desa Long Hubung
-
Desa Datah Bilang Hilir
- Desa Long Gelawang
-
Desa Danum Paroi Desa Mamahak Teboq adalah desa terdekat dengan kegiatan (base camp)
IUPHHK-HA PT. Ratah Timber. Di wilayah Kecamatan Long Hubung, suku bangsa Dayak Bahau merupakan etnik terbesar. Suku Dayak Bahau dapat dikelompokkan dalam tiga suku, yaitu suku Bahau Lat/sa, suku Bahau Lat Busang, dan suku Bahau Modang. Kelompok suku Dayak Bahau yang tinggal di ketujuh desa tersebut adalah suku Bahau Latsa. Kelompok suku ini tinggal di desa-desa sepanjang Sungai Mahakam di Kecamatan Long Hubung, kecuali untuk desa Datah Bilang Ulu dan Datah Bilang Ilir. Kelompok suku yang tinggal di desa Datah Bilang Ulu dan Datah Bilang Ilir adalah suku Dayak Kenyah yang berasal dari Long Apun dan Long Boh dari hulu Sungai Mahakam. Suku pendatang diketujuh desa yang terdapat di dalam areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber terdiri dari suku Banjar (Kalimantan Selatan), suku Jawa dan
47
Sunda (Pulau Jawa), suku Madura, suku Makasar / Bugis (Sulawesi) dan Cina. Para pendatang pada umumnya tinggal di daerah-daerah pusat perdagangan atau bekerja di IUPHHK PT. Ratah Timber. Sebagian besar masyarakat menggantungkan sumber kehidupan dari alam. Pola berladang berpindah, usaha mencari ikan serta mencari rotan merupakan bentuk ketergantungan masyarakat terhadap alam sekitarnya. Masuknya beberapa perusahaan industri kayu IUPHHK serta tenaga kerja pendatang mempengaruhi pola berpikir dan pola hidup masyarakat Dayak lokal, akibatnya masyarakat mulai menerjuni sektor mata pencaharian non pertanian seperti berdagang atau bekerja di IUPHHK. Kehidupan
masyarakat
ditandai
dengan
pola
pemukiman
yang
mengelompok atau pola desa (rural resettlement type) dan terpusat dalam kampung-kampung hunian yang berada di sekitar Sungai Mahakam atau Sungai Ratah. Komunikasi antar desa dilakukan melalui air. Rumah-rumah mereka beratap sirap sebagian beratap seng. Dinding rumah umumnya terbuat dari kayu. Suku Dayak membuat rumah dengan cara mengambil kayu dari hutan atau kadang-kadang mendapat bantuan bahan baku dari perusahaan IUPHHK-HA PT. Ratah Timber. Salah satu hak sosial masyarakat yang hingga sekarang masih dijunjung tinggi dan dilestarikan keberadaannya secara non formal adalah hak ulayat. Tata cara penggunaan tanah ulayat yang menyangkut luas, batas dan sebagainya masih diatur oleh hukum adat. Pemilikan tanah ulayat
sering kali
menimbulkan
konflik.
Tanah
garapan/ladang/pemukiman mereka pandang sebagai tanah ulayat, namun secara administrasi berada dalam areal IUPHHK. Selain itu, penduduk juga mempunyai kebun seperti rotan dan buah-buahan. Pemilikan kebun lebih jelas dibanding pemilikan atas ladang karena sistem perladangan sering tidak menetap. Dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan hasil hutan, IUPHHK-HA PT. Ratah Timber tetap mengakui hak-hak perladangan mereka. Disamping hak-hak perladangan, perusahaan juga mengakui hak-hak masyarakat untuk memungut hasil hutan ikutan seperti rotan, getah jelutung, tengkawang, durian dan berburu berbagai jenis binatang yang tidak dilindungi undang-undang seperti babi.
48
Meskipun data secara pasti tentang jumlah perambahan hutan tidak tercatat, tetapi kegiatan ini sangat dirasakan akibatnya oleh IUPHHK, yaitu berkurangnya areal yang dapat diproduksi terutama pada lokasi yang berdekatan dengan Sungai Ratah dan anak sungainya. Untuk mengendalikan perambahan hutan yang dilakukan masyarakat, dilakukan intensifikasi program pertanian menetap. Perladangan berpindah adalah budaya masyarakat setempat (Dayak Bahau dan Dayak Kenyah). Dengan dilaksanakannya Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH), sebagian masyarakat mengikuti program pertanian menetap. Pertanian lahan kering (perladangan) lebih disukai masyarakat Dayak Bahau atau Dayak Kenyah untuk mengembangkan pola pertanian menetap pada lahan kering, misalnya tanaman semusim (padi dan palawija) dengan tanaman keras (seperti sengon dengan tumpangsari). Tanaman jeruk nipis dan jeruk manis dapat dipertimbangkan untuk dikelola mengingat prospek pasar yang baik.
49
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penentuan Data Pohon Contoh Untuk penyusunan tabel volume pohon sebagai alat bantu IHMB di PT. Ratah Timber ini diperlukan data-data dimensi pohon dari setiap pohon contoh yang diambil. Pohon contoh yang diambil berada di dalam wilayah areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber. Pohon contoh tersebut dipilih secara purposive sampling dengan ketentuan tersebar pada setiap jenis pohon, kelas diameter, kelas tinggi pohon dan tersebar di seluruh areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan
Timur.
Pohon
contoh
yang
diambil
adalah
pohon
yang
pertumbuhannya baik dan sehat. Tabel volume pohon yang akan disusun terdiri dua jenis yaitu tabel volume pohon untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae dan tabel volume pohon untuk kelompok jenis Rimba Campuran yaitu mengacu pada SK Menhut No. 163/KPTS-II/2003 tentang pengelompokan jenis kayu sebagai dasar pengenaan iuran kehutanan (Departemen Kehutanan Republik Indonesia, 2003). Beberapa jenis anggota Meranti (Dipterocarpaceae) yang masuk kedalam pohon contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah Keruing (Dipterocarpus spp), Bengkirai (Shorea laevis), Meranti Putih (Shorea Virescens), Meranti Kuning (Shorea acuminatissima), Meranti Merah (Shorea leprosula), Meranti Batu, Medang (Cinnamomum spp), Kapur (Dryobalanops spp), dan Resak (Vatica spp). Adapun pohon contoh jenis Rimba Campuran yaitu termasuk dalam kelompok jenis komersial II, kayu indah I, dan kayu indah II adalah Banitan, Bayur (Pterospermum spp), Benuang (Octomeles sumatrana), Bintangur (Calophyllum spp), Jabon (Anthocephalus spp), Jenging, Karet Hutan, Kayu Halap, Kayu Sendok, Kelumpai (Sterculia spp), Kerupuk, Kumpang (Knema spp), Mahang (Macaranga spp), Melahak, Mendarahan (Myristica spp), Mesap, Penyalin, Rambutan Hutan, Rengas (Gluta aptera), Sebukau, Simpur (Dillenia spp), Tanam Haloq, Tebukau, Tebuluk, Terap (Artocarpus spp), Terentang (Campnosperma spp), dan Ubar Gunung. Berdasarkan Permenhut No. P.34/Menhut-II/2007 dalam penyusunan tabel volume pohon diperlukan data pohon contoh minimal sebanyak
50
145 pohon untuk setiap kelompok jenis. Pada penelitian ini data pohon contoh yang diambil untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae sebanyak 201 pohon dan untuk kelompok jenis Rimba Campuran sebanyak 192 pohon. Dari 201 pohon contoh kelompok jenis Dipterocarpaceae dan 192 pohon kelompok Rimba Campuran tersebut dikelompokan per kelas diameter setinggi dada (Dbh) dan per kelas tinggi bebas cabang (Tbc). Untuk pohon berdiri dikelompokan per kelas diameter setinggi dada (Dbh) dengan selang tiap kelasnya adalah 5 cm, sedangkan untuk pohon rebah dikelompokan per kelas diameter setinggi dada (Dbh) dengan selang tiap kelasnya adalah 10 cm, sementara itu untuk kelas tinggi dibuat dengan selang tiap kelasnya adalah 5 m. Dalam penelitian ini data 201 pohon contoh untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae terdiri dari 151 pohon berdiri dengan diameter < 50 cm dan 50 pohon rebah dengan diameter ≥ 50 cm. Sementara itu untuk kelompok jenis Rimba Campuran sebanyak192 pohon contoh yang terdiri dari 149 pohon berdiri dengan diameter < 50 cm dan 43 pohon rebah dengan diameter ≥ 50 cm. Berikut disajikan tabel penyebaran pohon contoh menurut kelas diameter setinggi dada (Dbh) dan setiap kelas tinggi bebas cabang (Tbc) yang digunakan untuk penyusunan tabel volume pohon.
Tabel 20 Sebaran pohon contoh pada setiap kelas diameter dan setiap kelas tinggi bebas cabang untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae Kelas tinggi bebas cabang (m)
Kelas No
Diameter (cm)
10-
15-
20-
25-
14,9
19,9
24,9
29,9
30-34,5
Jumlah 35-
40-
39,9
44,9
pohon contoh
Jumlah pohon contoh untuk Proses
Proses
pemodelan
validasi
1
10-14,9
14
1
-
-
-
-
-
15
10
5
2
15-19,9
12
17
1
-
-
-
-
30
20
10
3
20-24,9
8
17
5
-
-
-
-
30
20
10
4
25-29,9
7
12
3
1
-
-
-
23
16
7
5
30-34,9
3
12
3
-
-
-
-
18
12
6
6
35-39,9
4
4
11
1
-
-
-
20
13
7
7
40-44,9
-
4
5
1
-
-
-
10
7
3
8
45-49,9
-
4
6
-
-
-
-
10
7
3
9
50-59,9
-
2
8
1
-
-
-
11
7
4
10
60-69,9
-
-
4
5
1
-
-
10
7
3
11
70-79,9
-
-
6
6
1
-
-
13
9
4
12
≥ 80,0
-
-
3
5
1
1
1
11
7
4
48
73
55
20
3
1
1
135
66
Jumlah
201
201
201
51
Tabel 21 Sebaran pohon contoh pada setiap kelas diameter dan setiap kelas tinggi bebas cabang untuk kelompok jenis Rimba Campuran Kelas tinggi bebas cabang (m)
Kelas No
Diameter (cm)
5-9,9
10-
15-
14,9
19,9
20-
Jumlah
25-
24,9
pohon
30-
29,9
contoh
34,5
Jumlah pohon contoh untuk Proses
Proses
pemodelan
validasi
1
10-14,9
2
14
2
-
-
-
18
12
6
2
15-19,9
2
11
11
-
-
-
24
16
8
3
20-24,9
-
7
15
-
-
-
22
15
7
4
25-29,9
-
4
14
5
-
-
23
15
8
5
30-34,9
-
4
11
5
-
-
20
13
7
6
35-39,9
-
1
9
4
1
-
15
10
5
7
40-44,9
-
1
7
5
-
-
13
9
4
8
45-49,9
-
-
6
8
-
-
14
9
5
9
50-59,9
-
1
6
4
2
-
13
9
4
10
60-69,9
-
1
2
4
3
-
10
7
3
11
70-79,9
-
-
-
10
-
-
10
7
3
12
≥ 80,0
-
-
-
5
4
1
10
7
3
4
44
83
50
10
1
129
63
Jumlah
Dari
192
data
pohon
contoh
192
sebanyak
201
untuk
192
kelompok
jenis
Dipterocarpaceae dan 192 untuk kelompok jenis Rimba Campuran tersebut kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 2/3 pohon untuk proses penyusunan pemodelan dan 1/3 pohon untuk proses validasi model. Pembagian data tersebut dilakukan secara acak dengan tetap memperhatikan keterwakilan dari tiap kelas diameter. Sehingga secara keseluruhan data pohon contoh untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae terdiri dari 135 pohon untuk pemodelan dan 66 pohon untuk validasi, sementara itu untuk kelompok jenis Rimba Campuran terdiri dari 129 pohon untuk pemodelan dan 63 pohon untuk validasi.
5.2
Analisa Hubungan Antara Diameter Pohon Dengan Tinggi Bebas Cabang (Tbc) Salah satu hipotesa atau asumsi yang digunakan dalam penyusunan tabel
volume lokal adalah terdapatnya hubungan yang erat antara diameter pohon dengan tinggi pohon. Hubungan ini dapat dilihat dari korelasi antara kedua peubah tersebut, yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien korelasi ( r ) dan koefisien determinasinya (R²). Apabila antara tinggi pohon dengan diameter pohon terdapat korelasi yang erat, maka untuk menduga volume pohon dapat
52
hanya menggunakan peubah diameter atau tinggi pohon saja. Mengingat pengukuran tinggi pohon lebih sulit dibandingkan mengukur diameter pohon, maka dalam kaitan korelasi antara tinggi pohon dengan diameter pohon cukup erat, maka tabel volume dapat disusun atas dasar peubah diameter pohon. Menurut Walpole (1993) besarnya nilai koefisien korelasi adalah antara - 1 ≤ r + 1 dimana jika nilai r mendekati – 1 atau + 1, maka hubungan antara kedua peubah itu kuat, artinya terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya. Dari hasil analisa hubungan diameter pohon dengan tinggi pohon, diperoleh data seperti disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22 Analisa hubungan diameter pohon dengan tinggi bebas cabang No
Kelompok jenis
Persamaan
1
Dipterocarpaceae
Log Tbc = 0,731 + 0,354 Log D
2
Rimba Campuran
Log Tbc = 0,760 + 0,322 Log D
Analisa hubungan Dbh dengan Tbc r R² 0,77 59,3% 0,79
62,4%
Pada tabel diatas terlihat bahwa secara umum nilai koefisien korelasi ( r ) kelompok jenis Dipterocarpaceae dan Rimba Campuran mendekati +1 maka berdasarkan data pohon contoh hubungan antara kedua peubah diameter dengan tinggi pohon tersebut kuat artinya terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya. Analisa hubungan diameter pohon dengan tinggi bebas cabang kelompok jenis Dipterocarpaceae menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,77 menunjukan adanya hubungan linear yang sangat baik antara diameter dan tinggi bebas cabang pohon. Karena R² = 59,3% maka dapat dikatakan bahwa 59,3% keragaman tinggi bebas cabang pohon dapat dijelaskan oleh keragaman diameter pohon. Sementara itu analisa hubungan diameter pohon dengan tinggi bebas cabang pohon-pohon contoh kelompok jenis Rimba Campuran menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,79 menunjukan adanya hubungan linear yang sangat baik antara diameter dengan tinggi bebas cabang pohon. Karena R² = 62,4% maka dapat
53
dikatakan bahwa 62,4% keragaman tinggi bebas cabang pohon dapat dijelaskan oleh keragaman diameter pohon.
5.3 Pengujian Koefisien Korelasi Antara Diameter Dengan Tinggi Bebas Cabang (Tbc) Pengujian koefisien korelasi ini dilakukan untuk menentukan tabel volume yang akan disusun, yaitu apakah tabel volume lokal ataukah tabel volume standar. Besarnya nilai koefisien korelasi ( r ) antara diameter setinggi dada dengan tinggi bebas cabang yang merupakan nilai dugaan bagi parameter sebenarnya ρ yang nilainya tidak diketahui akan diuji dengan menggunakan uji Z-fisher pada tingkat nyata α = 5%. Dalam uji Z-fisher ini dilakukan transformasi nilai-nilai r dan ρ kedalam Z-fisher. Dalam penyusunan tabel volume lokal, mensyaratkan bahwa nilai ρ harus lebih besar dari 0,7 atau ρ > 0,7 yang berarti pada nilai ρ > 0,7 maka hubungan antara diameter setinggi dada dengan tinggi bebas cabang cukup kuat. Artinya bahwa sekurang-kurangnya 50% keragaman volume pohon yang disebabkan oleh keragaman tinggi pohon dapat dicakup oleh pengaruh keragaman diameter pohon. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian transformasi Z-fisher adalah : H0 : ρ = 0,7071 H1 : ρ > 0,7071 Hasil transformasi Zfisher untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae Zρ = 0,5 ln{(1 + 0,7071)/(1 – 0,7071)} = 0,88 Zr = 0,5 ln{(1 + 0,77)/(1 – 0,77)} = 1,02 σZr = 1/√(135-3) = 0,087 Hasil transformasi Zfisher untuk kelompok jenis Rimba Campuran Zρ = 0,5 ln{(1 + 0,7071)/(1 – 0,7071)} = 0,88 Zr = 0,5 ln{(1 + 0,79)/(1 – 0,79)} = 1,07 σZr = 1/√(129-3) = 0,089 Dari hasil pengujian Z-fisher diperoleh hasil seperti disajikan pada Tabel 23. Tabel 23 Hasil uji transformasi Z-fisher untuk setiap kelompok jenis. No 1 2
Kelompok Jenis Dipterocarpaceae Rimba Campuran
Z hitung 1,61 2,14
Z tabel 1,64 1,64
Kaidah keputusan Z hitung < Z tabel Z hitung > Z tabel
54
Berdasarkan tabel di atas, hasil uji transformasi Z-fisher untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae diperoleh bahwa Z hitung < Z tabel (α = 0,05), yang berarti bahwa hipotesa H0 : ρ = 0,7071 diterima, dan menolak hipotesa H1 : ρ > 0,7071. H0 diterima artinya hubungan antara tinggi pohon dengan diameter pohon kurang erat dalam batas yang telah disyaratkan diatas sehingga untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae tabel volume yang disusun harus menyertakan peubah lain selain peubah diameter pohon. Tabel yang dihasilkan biasa disebut dengan tabel volume standar. Mengingat dan melihat hasil dari uji transformasi Z-fisher untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae diperoleh bahwa Z hitung < Z tabel (α = 0,05) yang berselisih sangat kecil yaitu 0,04 dalam hal ini dimana Z
hitung
relatif mendekati Z
tabel
Sehingga penyusunan tabel volume lokal untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae perlu dicoba dalam penelitian ini. Sementara itu untuk kelompok jenis Rimba Campuran Z
hitung
>Z
tabel
(α =
0,05), yang berarti bahwa hipotesa H0 : ρ = 0,7071 ditolak, dan menerima hipotesa H1 : ρ > 0,7071. Ini artinya menunjukkan bahwa koefisien korelasi dalam populasi telah memenuhi persyaratan yang diminta. Volume yang diduga berdasarkan peubah bebas diameternya akan menghasilkan pendugaan yang cukup memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu sekurang-kurangnya 50% keragaman peubah tak bebas dapat diterangkan oleh keragaman peubah bebasnya. Maka dengan demikian tabel volume lokal layak disusun pada kelompok jenis Rimba Campuran.
5.4 Scatter Diagram dan Penentuan Model Penyusunan Tabel Volume Untuk membantu dalam pemilihan model, maka data pohon contoh ditampilkan dalam Scatter diagram atau scatterplot (diagram tebar). Dari tebaran data tersebut akan dapat dilihat bentuk penampilan penyebaran datanya, apakah mengikuti pola linier ataukah non linier, sehingga dapat membantu dalam pemilihan model pendekatannya. Scatter diagram atau scatterplot (diagram tebar) menggambarkan persebaran kelas diameter setinggi dada dengan volume pohon yang akan dijadikan model persamaan regresi dalam penyusunan tabel volume
55
pohon. Berikut ini ditampilkan bentuk scatter diagram untuk setiap kelompok jenis.
Gambar 3 Scatter diagram (diagram tebar) kelompok jenis Dipterocarpaceae.
Dari gambar Scatter diagram kelompok jenis Dipterocarpaceae terlihat bahwa penyebaran datanya tidak mengikuti suatu garis lurus melainkan mengikuti pola non linier. Dari data pohon contoh kelompok jenis Dipterocarpaceae tersebut terdapat satu pohon contoh yang merupakan pencilan (outlier) yaitu pohon contoh no. 135 sehingga dalam proses penyusunan modelnya pohon tersebut dihilangkan. Pencilan data (outlier) adalah data yang memiliki nilai ekstrim atau berada di luar kumpulan mayoritas datanya. Jadi data pohon contoh dalam penyusunan model tabel volume standar kelompok jenis Dipterocarpaceae berjumlah 134 karena ada satu pohon contoh yang dihilangkan yang merupakan data pencilan. Untuk gambar Scatter diagram atau scatterplot (diagram tebar) persebaran kelas diameter setinggi dada dengan volume pohon kelompok jenis Rimba Campuran dapat dilihat dibawah ini.
56
Gambar 4 Scatter diagram (diagram tebar) kelompok jenis Rimba Campuran.
Dari gambar Scatter diagram kelompok jenis Rimba Campuran terlihat bahwa penyebaran datanya tidak mengikuti suatu garis lurus melainkan mengikuti pola non linier. Dari data pohon contoh kelompok jenis Rimba Campuran tersebut terdapat satu pohon contoh yang merupakan pencilan (outlier) yaitu pohon contoh no. 129 sehingga dalam proses penyusunan modelnya pohon tersebut dihilangkan. Jadi data pohon contoh dalam penyusunan model tabel volume lokal kelompok jenis Rimba Campuran berjumlah 128 karena ada satu pohon contoh yang dihilangkan yang merupakan data pencilan. Untuk penentuan model penyusunan tabel volume yang layak disusun berdasarkan uraian hasil pengujian uji transformasi Z-fisher kelompok jenis Dipterocarpaceae adalah tabel volume standar. Sementara itu kelompok jenis Rimba Campuran adalah tabel volume lokal. Model persamaan volume pohon yang disusun dan dicoba sebanyak tiga model untuk masing-masing kelompok jenis yaitu :
57
Untuk tabel volume lokal dengan peubah bebas hanya diameter pohon terdiri dari : 1.
Model Koperzky-Gehrhardt
: V = a + b D²
2.
Model Horenadl-Krenn
: V = a + b D + c D²
3.
Model Berkhout
: V = aDb
Sedangkan untuk tabel volume standar dengan peubah bebas diameter dan tinggi bebas cabang pohon terdiri dari : 1. Model Spurr
: V = a (D²Tbc)b
2. Model Schumacher Hall
: V = a DbTbcc
3. Model Stoate
: V = a + bD2 +cD2Tbc + dTbc
Dimana : V
: Volume total pohon (m³)
D
: Diameter setinggi dada (cm)
Tbc
: Tinggi bebas cabang pohon (m)
a, b, dan c
: Konstanta
Data pohon contoh yang terpilih dianalisa dengan model-model persamaan yang sesuai berdasarkan hasil pengujian koefisien korelasi antara diameter dengan tinggi bebas cabang dengan menggunakan program software statistik (Minitab versi 14).
5.5. Analisa Model Persamaan Penduga Volume Pohon Model persamaan regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan minitab akan diperoleh berbagai alternatif model yang harus dianalisa lagi sehingga diperoleh model penduga volume pohon yang terbaik dari semua model. Model-model persamaan penduga volume itu dianalisa dengan cara membandingkan dari nilai koefisien determinasi (R²), nilai sampling error (Se), dan hasil uji keberartian persamaan regresi (F-test) dari setiap model penduga volume. Berikut ini disajikan tabel nilai R², Se, dan F-test dari tiap model dalam setiap kelompok jenis.
58
Tabel 24 Nilai R², Se, dan F-test pada penyusunan model tabel volume standar kelompok jenis Dipterocarpaceae Nilai No
Persamaan penduga
R²
r
Se
F hit
V = 0,0000372 (D²Tbc)1,03 99,8 0,99 0,24 46357,0** 2 V = 0,000039 D2,06 Tbc 99,8 0,99 0,24 23179,0** 3 V = 0,237 + 0,000236 D² + 0,000047 D²Tbc – 97,5 0,98 4,85 1713,46** 0,0251 Tbc Keterangan : ** = sangat nyata pada taraf α = 5 % dan α = 1 %
F tab (α = 5 %)
F tab (α = 1%)
3,91 3,07
6,83 4,77
2,67
3,94
1
Tabel 25 Nilai R², Se, dan F-test pada penyusunan model tabel volume lokal kelompok jenis Dipterocarpaceae Nilai Persamaan Penduga
No
R²
r
Se
F hit
1 V = - 0,769 + 0,00166 D² 92,6 0,96 8,30 1653,97** 2 V = 1,53 – 0,115 D + 0,00271 D² 95,3 0,98 6,78 1314,36** 3 V = 0,000199 D2,43 98,2 0,99 0,59 7142,45** . Keterangan : ** = sangat nyata pada taraf α = 5 % dan α = 1 %
F tab (α = 5 %) 3,91 3,06 3,91
F tab (α = 1%) 6,83 4,77 6,83
Tabel 26 Nilai R², Se, dan F-test pada penyusunan model tabel volume lokal kelompok jenis Rimba Campuran Nilai No
Persamaan Penduga
1
R²
r
Se
F hit
V = - 0,457 + 0,00135 D² 95,3 0,98 5,24 2538,0** V = 0,695 – 0,0617 D + 2 96,6 0,98 4,44 1789,2** 0,00199 D² 2,41 3 V = 0,000199 D 98,5 0,99 0,65 8512,0** . Keterangan : ** = sangat nyata pada taraf α = 5 % dan α = 1 %
F tab (α = 5 %) 3,92
F tab (α = 1%) 6,84
3,07
4,78
3,92
6,84
Perhitungan nilai koefisien determinasi (R²) adalah untuk melihat tingkat ketelitian dan keeratan hubungan antara peubah bebas (diameter setinggi dada) dengan peubah tak bebasnya (volume pohon). Menurut Suharlan, Boestomi, dan Soemarna (1976), nilai koefisien determinasi sebesar 50% merupakan batas minimal yang digunakan dalam penyusunan model volume pohon yang dianggap cukup memadai. Semakin besar nilai R2, maka persamaan regresi tersebut semakin baik. Dari hasil analisa regresi pada Tabel 24 dapat diketahui bahwa persamaan V = 0,0000372 (D²Tbc)1,03 dan persamaan V = 0,000039 D2,06 Tbc memiliki nilai R² yang lebih besar yaitu sebesar 99,8%. Untuk Tabel 25 dapat dilihat bahwa persamaan V = 0,000199 D2,43 memiliki Nilai R² terbesar yaitu sebesar 98,2%.
59
Pada Tabel 26 dapat diketahui bahwa persamaan V = 0,000199 D2,41 memiliki nilai R2 terbesar yaitu sebesar 98,5%. Berdasarkan nilai R2 maka keempat persamaan ini merupakan persamaan penduga volume pohon terbaik dibanding persamaan lainnya. Ketelitian ditunjukkan oleh besarnya nilai simpangan baku dari kesalahan dugaan volumenya. Nilai simpangan baku berbanding lurus dengan nilai sampling error (SE), artinya semakin tinggi nilai simpangan baku suatu model maka SE model tersebut akan semakin tinggi. Perhitungan nilai sampling error (SE) adalah untuk melihat besarnya kesalahan yang disebabkan karena dilakukannya pengambilan contoh (sampling). Semakin kecil nilai SE suatu persamaan maka persamaan regresi tersebut semakin baik dalam menduga volume pohon. Dari Tabel 24 dapat diketahui bahwa persamaan V = 0,0000372 (D²Tbc)1,03 dan persamaan V = 0,000039 D2,06 Tbc memiliki nilai SE yang lebih kecil yaitu sebesar 0,24%. Sedangkan pada Tabel 25 dapat dilihat bahwa persamaan V = 0,000199 D2,43 yang memiliki SE terkecil yaitu sebesar 0,59%. Pada Tabel 26 dapat diketahui bahwa persamaan V = 0,000199 D2,41 memiliki nilai SE terkecil yaitu sebesar 0,65%. Berdasarkan nilai SEnya maka keempat persamaan ini merupakan persamaan penduga volume pohon terbaik dibanding persamaan lainnya. Untuk menguji mengenai keberartian persamaan regresi yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan regresi yang nyata atau tidak nyata antara peubah bebas (diameter setinggi dada maupun tinggi bebas cabang) dengan peubah tak bebasnya (volume) maka dilakukan uji signifikasi F-test dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel pada taraf nyata α (α = 5% dan α = 1%). Berdasarkan Tabel 24, 25, dan 26 pada setiap persamaan diperoleh nilai Fhitung > Ftabel pada tingkat nyata 1 % dan 5%. Dengan demikian Ho ditolak, sehingga ini berarti bahwa peubah bebas yang dimasukkan ke dalam model persamaan regresi sangat berpengaruh nyata dalam menduga peubah tidak bebasnya yaitu volume pohon. Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa persamaan persamaan V = 0,0000372 (D²Tbc)1,03 memiliki nilai Fhitung yang lebih besar dari tiga persamaan lainnya pada taraf nyata α (α = 5% dan α = 1%) yaitu sebesar 46357. Sedangkan
60
pada Tabel 25 dapat dilihat bahwa persamaan V = 0,000199 D2,43 memiliki nilai Fhitung terbesar pada taraf nyata α (α = 5% dan α = 1%) yaitu sebesar 7142,45. Pada Tabel 26 persamaan V = 0,000199 D2,41 memiliki nilai Fhitung terbesar yaitu sebesar 8512. Berdasarkan nilai Fhitung maka ketiga persamaan ini merupakan persamaan penduga volume pohon terbaik dibanding persamaan lainnya.
5.6 Pemilihan Model Persamaan Penduga Volume Pohon Terbaik Pemilihan model penduga volume pohon terbaik adalah suatu proses untuk memilih satu model persamaan volume pohon terbaik yang diperoleh dari persamaan penduga volume yang memilki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan model-model lainnya. Keunggulan-keunggulan tersebut dapat diperoleh dengan cara membandingkan dari nilai koefisien determinasi (R²), nilai sampling error (Se), dan hasil uji keberartian persamaan regresi (F-test) dari setiap model penduga volume. Untuk memperoleh persamaan penduga volume yang terbaik maka dilakukan pemberian peringkat pada setiap persamaan. Penentuan peringkat tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 27
Penentuan peringkat model terbaik tabel volume standar untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae Peringkat
No
Persamaan penduga
1 2
V = 0,0000372 (D²Tbc)1,03 V = 0,000039 D2,06 Tbc V = 0,237 + 0,000236 D² + 0,000047 D²Tbc – 0,0251 Tbc
3
R²
Se
F hit
∑
1.5 1.5
1.5 1.5
1 2
4 5
Peringkat gabungan 1 2
2
2
3
7
3
Tabel 28 Penentuan peringkat model terbaik tabel volume lokal untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae Peringkat No 1 2 3
Persamaan penduga V = - 0,769 + 0,00166 D² V = 1,53 – 0,115 D + 0,00271 D² V = 0,000199 D2,43
R²
Se
F hit
∑
3 2 1
3 2 1
2 3 1
8 7 3
Peringkat gabungan 3 2 1
61
Tabel 29 Penentuan peringkat model terbaik tabel volume lokal untuk kelompok jenis Rimba Campuran Peringkat No 1 2 3
Persamaan penduga
R²
V = - 0,457 + 0,00135 D² V = 0,695 – 0,0617 D + 0,00199 D² V = 0,000199 D2,41
Se 3 2 1
3 2 1
Peringkat gabungan
∑
F hit 2 3 1
8 7 3
3 2 1
Untuk menduga tabel volume standar kelompok jenis Dipterocarpaceae diperoleh persamaan terbaik yaitu persamaan V = 0,0000372 (D²Tbc)1,03. Sedangkan tabel volume lokalnya kelompok jenis Dipterocarpaceae yaitu persamaan V = 0,000199 D2,43. Sementara itu untuk tabel volume lokal kelompok jenis kayu Rimba Campuran diperoleh persamaan terbaik yaitu persamaan V = 0,000199 D2,41.
5.7 Validasi Model Penduga Volume Pohon Persamaan terbaik yang digunakan untuk menduga volume pohon yang telah dibahas di atas, perlu dilakukan uji validasi dengan menggunakan pohon contoh yang telah dialokasikan sebelumnya khusus untuk pengujian validasi model. Kriteria yang perlu diperhatikan dalam validasi model adalah nilai-nilai simpangan agregasinya (agregative deviation), simpangan rata-rata (mean deviation), RMSE (root mean square error), bias, dan uji beda nyata antara volume yang diduga dengan tabel terhadap volume nyatanya. Uji beda nyata bisa dilakukan dengan cara uji khi-kuadrat. Berikut disajikan hasil uji validasi pada model persamaan volume pohon terpilih pada proses penyusunan model. Tabel 30 Hasil validasi model persamaan terbaik Nilai No 1
2
2
Kelompok jenis Dipterocarp aceae (tabel volume standar) Dipterocarp aceae (tabel volume lokal) Rimba Campuran
Model penduga
RMSE
Bias
χ² hit
χ² tab (α=0.05)
χ² tab (α=0.01)
3.54
7.25
5.78
1.78
84.82
94.42
0.04
1.70
17.15
6.28
3.96
84.82
94.42
-0.01
2.29
18.55
1.22
4.12
81.38
90.8
SA
SR
V = 0.0000372 (D²Tbc)1.03
0.03
V = 0.000199 D2.43
V = 0.000199 D2.41
62
Dalam tahap validasi model nilai-nilai simpangan agregatif (SA) dan simpangan rata-rata (SR) menggambarkan tentang ketelitian model. Penilaian akan ketelitian model penduga volume akan menentukan model pendugaan volume pohon terbaik. Menurut Spurr (1952) persamaan yang baik memiliki nilai SA yang berkisar dari -1 sampai +1 dan nilai SR yang lebih kecil dari 10%. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 30 dapat diketahui bahwa persamaan-persamaan penduga volume untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kelompok jenis Rimba Campuran memiliki nilai SA diantara -1 sampai + 1 dan nilai SR lebih kecil dari 10%, artinya persamaan penduga volume yang telah terpilih pada proses penyusunan model telah memenuhi kriteria model penduga volume pohon yang baik. Tahapan validasi model yang ketiga adalah RMSE (Root Mean Square Error). Tingkat ketepatan dari suatu model dapat ditunjukkan oleh besarnya nilai RMSE yang dihasilkan oleh model tersebut. Semakin kecil nilai RMSE maka semakin baik model tersebut. Dari Tabel 30 dapat diketahui bahwa persamaan penduga tabel volume standar kelompok jenis Dipterocarpaceae memiliki nilai RMSE sebesar 7,25%. Sedangkan nilai RMSE pada tabel volume lokal kelompok jenis Dipterocarpaceae adalah sebesar 17,15%. Untuk kelompok Rimba Campuran memiliki nilai RMSE sebesar 18,55%. Nilai RMSE ketiga persamaan tersebut merupakan nilai RMSE yang kecil sehingga telah memenuhi kriteria model penduga volume pohon yang baik. Suatu model penduga volume pohon dikatakan baik apabila nilai bias yang dihasilkan semakin kecil. Menurut Simon (1996), bias (e) adalah suatu error sistematik yang berpengaruh kepada semua pengukuran dengan cara yang sama, dapat juga diartikan sebagai distorsi yang terjadi secara sistematik yang berasal dari kesalahan dalam pengukuran atau metode sampling yang tidak benar. Bias dapat pula dikatakan sebagai kesalahan sistematis yang dapat terjadi karena kesalahan dalam pengukuran, kesalahan teknis pengukuran, maupun kesalahan dalam pengukuran (Sutarahardja, 1999) Berdasarkan Tabel 30, dapat dilihat bahwa nilai bias pada model penduga tabel volume standar kelompok jenis Dipterocarpaceae memiliki nilai bias 5,78%
63
dan nilai bias untuk tabel volume lokalnya adalah sebesar 6,28%. Sementara itu nilai bias pada kelompok jenis Rimba Campuran, dapat dilihat memiliki nilai bias sebesar 1,22%. Dapat disimpulkan bahwa nilai bias ketiga persamaan ini termasuk nilai bias yang kecil sehingga memiliki tingkat ketepatan yang baik. Tahap terakhir dari proses validasi adalah pengujian validasi model persamaan penduga volume pohon. Pengujian ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji χ² (Khi-kuadrat) yaitu alat untuk menguji apakah volume yang diduga dengan tabel volume pohon (Vt) berbeda nyata ataukah tidak berbeda nyata dengan volume pohon aktualnya (Va). Dari hasil uji χ² (Khi-kuadrat) berdasarkan Tabel 30 untuk tabel volume standar dan tabel volume lokal kelompok jenis Dipterocarpaceae, dapat dilihat memiliki nilai χ2hitung sebesar 1,78 dan 3,96. Nilai χ2hitung kedua persamaan ini jauh lebih kecil dari nilai χ2tabel taraf α = 0,01 sebesar 84,82 dan taraf α = 0,05 sebesar 94,42. Sementara itu untuk kelompok jenis Rimba Campuran berdasarkan Tabel 30, memiliki nilai χ² hitung sebesar 4,12 yang jauh lebih kecil dari χ² tabel pada taraf α = 0,01 sebesar 90,8 dan taraf α = 0,05 sebesar 81,38. Dapat disimpulkan bahwa untuk uji χ² (Khi-kuadrat) bagi ketiga persamaan model tabel volume terpilih merupakan persamaan yang baik artinya persamaan tersebut memberikan nilai dugaan volume pohon yang tidak berbeda nyata.
5.8 Penyusunan Tabel Volume Pohon Dari hasil penelitian maka model yang akan digunakan dalam penyusunan tabel volume standar dan tabel volume lokal untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur ini setelah melalui tahap pemodelan dan validasi model, dapat diperoleh model penduga volume pohon yang terbaik adalah : 1. V = 0,0000372 (D²Tbc)1,03 (model Spurr) untuk tabel volume standar. 2. V = 0,000199 D2,43 (model Berkhout) untuk tabel volume lokal. Sementara itu untuk penyusunan tabel volume lokal untuk kelompok jenis Rimba Campuran di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur ini setelah melalui tahap pemodelan dan validasi model, dapat diperoleh model penduga volume pohon yang terbaik adalah :
64
V = 0,000199 D2,41 (model Berkhout) Keterangan :
V
= Volume kayu bebas cabang dengan kulit (m³).
D
= Diameter setinggi dada (cm).
Tbc
= Tinggi bebas cabang (m).
Tabel volume kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kelompok jenis Rimba Campuran yang disusun berdasarkan model penduga volume yang terpilih di atas yang digunakan sebagai alat bantu IHMB untuk menduga potensi hutan, yang nantinya berguna dalam kegiatan perencanaan hutan di PT. Ratah Timber Kalimantan Timur. Tabel volume yang dihasilkan dalam penelitian ini di PT. Ratah Timber Kalimantan Timur dapat dilihat pada Lampiran 5 untuk tabel volume standar dan Lampiran 6 untuk tabel volume lokal kelompok jenis Dipterocarpaceae, serta pada Lampiran 7 untuk tabel volume lokal kelompok jenis Rimba Campuran.
5.9 Penggabungan Persamaan Regresi Menurut Haeruman (1977), suatu persamaan regresi dapat disederhanakan menjadi satu bentuk regresi jika dua persamaan regresi memiliki adanya keseragaman hubungan. Untuk melihat kemungkinan penggabungan kedua persamaan regresi tersebut, dilakukan test signifikasi keseragaman slope dan test keseragaman elevasi regresi. Dalam pemilihan model terbaik penduga volume pohon diperoleh persamaan regresi penduga volume pohon yang memiliki keseragaman hubungan pada kedua kelompok jenis yang diteliti (kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kayu rimba campuran). Persamaan tersebut adalah V = 0,000199 D2,43 pada kelompok jenis Dipterocarpaceae dan V = 0,000199 D2,41 pada kelompok jenis kayu rimba campuran. Dengan adanya keseragaman hubungan pada kedua kelompok jenis tersebut, maka bentuk persamaan regresi dari kedua kelompok jenis dapat disederhanakan menjadi satu bentuk regresi. Test signifikasi keseragaman slope dilakukan dengan analisa varian deviasi regresi, dimana sumber variasinya adalah sum of square deviasi regresi common, within dan sisa. Jika nilai Fhitung < Ftabel dalam analisa varian deviasi regresi pada taraf 1% maka slope kedua regresi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain koefisien regresi dari masing-masing persamaan regresi tersebut
65
dapat disamakan. Berikut disajikan hasil perhitungan analisa test signifikasi keseragaman slope.
Tabel 31 Analisa varian deviasi regresi, test signifikasi keseragaman slope regresi Sumber variasi Regresi Common Regresi Within Sisa
df 259 258 1
JKS 1,14 1,14 0,001
KTS
F tabel 0.01
F hit
0,006 0,001
0,22
6,73
Berdasarkan Tabel 31, ternyata nilai F hitung jauh lebih kecil dari nilai F
tabel
pada tingkat signifikansi 0,01. Hal ini menunjukkan, bahwa slope kedua regresi hubungan logaritma volume pohon dengan diameter pohon pada kedua kelompok jenis (kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kayu rimba campuran) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain koefisien regresi dari masing-masing persamaan regresi tersebut dapat disamakan.. Test signifikasi keseragaman elevasi regresi dilakukan dengan analisa varian deviasi regresi, dimana sumber keragamannya adalah regresi total, regresi common dan sisa. Jika nilai Fhitung < Ftabel dalam analisa varian deviasi regresi test keseragaman elevasi regresi pada taraf 1% maka kedua regresi tersebut menunjukkan elevasi yang tidak nyata, sehingga elevasi kedua regresi tersebut dapat disamakan. Hasil perhitungan analisa varian test keseragaman elevasi regresi tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 32 Analisa varian deviasi regresi, test signifikasi keseragaman elevasi regresi Sumber variasi Regresi total Regresi Common Sisa
df 260 259 1
JKS KTS 1,5 1,46 0,006 0,03 0,031154
F hit
F tabel 0.01
5,51
Dari Tabel 32 di atas, ternyata nilai F hitung lebih kecil dari nilai F
6,73 tabel
pada
tingkat signifikansi 0,01. Berdasarkan hasil test tersebut, ternyata kedua regresi dari masing-masing kelompok jenis (kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kayu
66
rimba campuran) menunjukkan elevasi yang tidak nyata, sehingga elevasi kedua regresi tersebut dapat disamakan. Dengan hasil test signifikasi keseragaman slope dan elevasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara volume pohon dengan diameter pohon dari kedua kelompok jenis (kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kayu rimba campuran) adalah seragam, sehingga kedua regresi tersebut dapat digabungkan menjadi satu bentuk persamaan regresi gabungan. Bentuk persamaan regresi gabungan hubungan antara volume pohon dengan diameter pohon merupakan regresi common dari kedua regresi tersebut, yaitu: V = 0,000199 D2,42 Hubungan regresi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut :
Gambar 5 Scatter diagram (diagram tebar) hasil penggabungan regresi.
67
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1. Persamaan penduga volume pohon untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber adalah tabel volume standar sehingga tidak dapat disusun hanya dengan menggunakan satu peubah bebas Dbh (diameter setinggi dada) saja, tetapi memasukan peubah bebas lain yaitu tinggi bebas cabang. 2. Persamaan penduga volume pohon untuk kelompok jenis Rimba Campuran di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber adalah tabel volume lokal sehingga dapat disusun dengan menggunakan satu peubah bebas yaitu diameter setinggi dada (Dbh). 3. Berdasarkan hasil penelitian melalui tahap pemodelan dan validasi data seperti koefisien determinasi, sampling error, uji F-test, simpangan agregat, simpangan rata-rata, RMSE, bias, dan uji χ² (Khi-kuadrat), maka diperoleh model tabel volume standar untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae adalah V = 0,0000372 (D²Tbc)1,03 dengan R2 = 99,8% dan Se = 0,24% sedangkan untuk tabel volume lokal kelompok jenis Rimba Campuran adalah V = 0,000199 D2,41 dengan R2 = 98,5% dan Se = 0,65%. 4. Mengingat dan melihat hasil dari uji transformasi Z-fisher untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae diperoleh bahwa Z
hitung
tabel
sangat kecil yaitu 0,04 dalam hal ini dimana Z Sehingga
penyusunan
tabel
volume
lokal
(α = 0,05) yang berselisih
hitung
relatif mendekati Z
untuk
kelompok
tabel
jenis
Dipterocarpaceae perlu dicoba dalam penelitian ini yaitu V = 0,000199 D2,43 dengan R2 = 98,2% dan Se = 0,59%.
68
5. Berdasarkan hasil test signifikasi keseragaman slope dan keseragaman elevasi, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara volume pohon dengan diameter pohon dari kedua kelompok jenis (kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kayu rimba campuran) adalah seragam, sehingga kedua regresi tersebut dapat digabungkan menjadi satu bentuk persamaan regresi gabungan. Bentuk persamaan regresi gabungan hubungan antara volume pohon dengan diameter pohon merupakan regresi common dari kedua regresi tersebut, yaitu: V = 0,000199 D2,42 dengan R2 = 98,33% dan Se = 0,45%. 6. Volume yang dimaksud dalam tabel volume yang disusun adalah volume kayu pertukangan bebas cabang dengan kulit untuk pohon berdiri (standing stock) baik untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae, maupun untuk kelompok jenis Rimba Campuran.
6.2 Saran 1. Untuk penelitian-penelitian yang sejenis tentang tabel volume pohon, diusahakan dalam pengambilan pohon contoh dilapangan harus diperhatikan besarnya seluruh diameter dan tinggi pohon dalam setiap kelasnya sehingga diusahakan tidak terdapat data pencilan yang akan mempengaruhi dalam proses pemodelan tabel volume. 2. Volume pohon contoh sebaiknya dihitung berdasarkan volume nyata yang dihasilkan dari perhitungan volume per seksi, sehingga dapat memperkecil bias. 3. Dalam penggunaan tabel volume lokal kelompok jenis Dipterocarpaceae V = 0,000199 D2,43 dan tabel volume lokal kelompok jenis Rimba Campuran V = 0,000199 D2,41 yang dihasilkan dalam penelitian ini untuk keperluan menduga volume pohon di daerah atau tempat lain, perlu diperhatikan dahulu karakteristik dari daerah tersebut yang harus memiliki karakteristik tempat yang sama dengan tempat penelitian. Karakteristik tempat yang dimaksud terdiri dari keadaan/sifat tanah, iklim, vegetasi, dan topografinya.
69
DAFTAR PUSTAKA [Dephut] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 163/Kpts-II/2003, tentang Pengelompokan Jenis Kayu Sebagai Dasar Pengenaan Iuran Kehutanan. Jakarta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia. [Dephut] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2007(a). Peraturan Menteri Kehutanan No. P.34/Menhut-II/2007, tentang Pedoman Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) Pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi. Jakarta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia. [Dephut] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2007(b). Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Djamhuri E, Hilwan I, Istomo, Soerianegara I. 2002. Dendrologi. Bogor: Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Fakultas Kehutanan IPB. 2007. Pedoman Penulisan Laporan Tugas Akhir Mahasiswa Program Sarjana. Bogor: IPB Press. Haeruman H, Hadjib A, Sutarahardja S, Darmawangsa T, Rachmatsjah O, Ontarjo J, Gadas SR. 1977. Studi Pengembangan Efisiensi Penggunaan SumberSumber Kehutanan Ditinjau Dari Segi Perencanaan dan Pengelolaan Sumber Alam. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan. Husch B. 1963. Forest Mensuration and Statistics. New York: The Ronald Press Company. Husch B. 1987. Perencanaan Inventarisasi Hutan. Setyarso A, penerjemah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Husch B, Beers TW, and Kershaw JA. 2003. Forest Mensuration. Fourth Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc. Iriawan N, Astuti SP. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta: Penerbit Andi. Loetsch F, Zohrer F, and Haller KE. 1973. Forest Inventory. Volume II. Munchen: BLV Verlagsgesellschaft.
70
Prawira BSA, Tantra IGM. 1973. Pengenalan Jenis-Jenis Pohon Penting (89 Jenis Pohon). Bogor: Lembaga Penelitian Hutan. PT. Ratah Timber. 2005. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (RKUPHHK-HA) PT. Ratah Timber. Jakarta. Purwita I. 2005. Penyusunan Tabel Volume Pohon Untuk Jenis Mahoni Daun Besar Di BPKH Gunung Kencana KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. [Skripsi]. Departemen Manajeman Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Tidak diterbitkan. Samingan T. 1973. Dipterocarpaceae. Bogor: Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi IPB. Simon H. 1996. Manual Inventore Hutan. Yogyakarta: Aditya Media. Soerianegara I, Indrawan A. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Spurr SH. 1952. Forest Inventory. New York: The Ronald Press Company, Inc. Suharlan, Boestami AS, dan Sumarna K. 1976. Tabel Volume Lokal Pinus merkusii Jungh et de Vriese. Bogor: Lembaga Penelitian Hutan. Sutarahardja S, Sumarna K, dan Witjaksono MH. 1991. Studi Kesaksamaan Beberapa Persamaan Regresi Guna Pendugaan Volume Tegakan Meranti (Shorea spp.) di Kalimantan Tengah. [Skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Sutarahardja S. 1999. Metode Sampling Dalam Inventarisasi Hutan. Laboratorium Inventarisasi Hutan Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Sutarahardja S. 2008. Penyusunan Alat Bantu Dalam Inventarisasi Hutan. Bagian Perencanaan Hutan. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Sutarahardja S. 2009. Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala Sebagai Basis Untuk Penyusunan Rencana Pengelolaan Tegakan Hutan. Bagian Perencanaan Hutan. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Walpole ER. 1993. Pengantar Statistik Edisi Ke-3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
71
LAMPIRAN
72
Lampiran 1 Hasil pengolahan data tabel volume standar kelompok jenis Dipterocarpaceae Regression Analysis: Log V versus Log D²Tbc The regression equation is Log V = - 4.43 + 1.03 Log D²Tbc Predictor Constant Log D²Tbc
Coef -4.42925 1.02641
S = 0.0292117
SE Coef 0.01891 0.00440
R-Sq = 99.8%
T -234.17 233.08
P 0.000 0.000
R-Sq(adj) = 99.8%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 132 133
SS 46.357 0.113 46.470
MS 46.357 0.001
F 54325.86
P 0.000
Unusual Observations Obs 106 109 111 113 117 119 121 126 127 131 133 134
Log D²Tbc 4.59 4.87 4.87 4.94 5.08 5.08 5.06 5.11 5.20 5.52 5.70 5.64
Log V 0.20140 0.66745 0.63448 0.72591 0.68664 0.88081 0.86510 0.89154 0.99123 1.33345 1.34183 1.41027
Fit 0.27714 0.57144 0.56801 0.64601 0.78136 0.78924 0.76694 0.82063 0.91072 1.24151 1.41687 1.36274
SE Fit 0.00291 0.00370 0.00369 0.00394 0.00440 0.00443 0.00435 0.00454 0.00487 0.00613 0.00682 0.00661
Residual -0.07574 0.09601 0.06647 0.07990 -0.09472 0.09157 0.09817 0.07090 0.08051 0.09194 -0.07504 0.04753
St Resid -2.61R 3.31R 2.29R 2.76R -3.28R 3.17R 3.40R 2.46R 2.80R 3.22R -2.64RX 1.67 X
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Regression Analysis: Log V versus Log D, Log Tbc The regression equation is Log V = - 4.41 + 2.06 Log D + 1.00 Log Tbc Predictor Constant Log D Log Tbc
Coef -4.41234 2.06339 1.00046
S = 0.0292414
SE Coef 0.02914 0.01639 0.03421
R-Sq = 99.8%
T -151.42 125.91 29.24
P 0.000 0.000 0.000
R-Sq(adj) = 99.8%
73
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total Source Log D Log Tbc
DF 1 1
DF 2 131 133
SS 46.358 0.112 46.470
MS 23.179 0.001
F 27108.14
P 0.000
Seq SS 45.627 0.731
Unusual Observations Obs 106 109 111 113 117 119 121 126 127 131 133
Log D 1.70 1.75 1.76 1.79 1.82 1.84 1.85 1.89 1.89 2.00 2.03
Log V 0.20140 0.66745 0.63448 0.72591 0.68664 0.88081 0.86510 0.89154 0.99123 1.33345 1.34183
Fit 0.28109 0.57115 0.56875 0.64642 0.78019 0.78911 0.76794 0.82268 0.91091 1.23979 1.41282
SE Fit 0.00608 0.00372 0.00382 0.00398 0.00465 0.00444 0.00453 0.00528 0.00488 0.00656 0.00868
Residual -0.07969 0.09630 0.06573 0.07949 -0.09355 0.09170 0.09716 0.06886 0.08031 0.09366 -0.07099
St Resid -2.79R 3.32R 2.27R 2.74R -3.24R 3.17R 3.36R 2.39R 2.79R 3.29R -2.54RX
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Regression Analysis: V versus D², D²Tbc, Tbc The regression equation is V = 0.237 + 0.000236 D² + 0.000047 D²Tbc - 0.0251 Tbc Predictor Constant D² D²Tbc Tbc
Coef 0.2369 0.00023581 0.00004694 -0.02510
S = 0.640186
SE Coef 0.3021 0.00009209 0.00000302 0.01773
R-Sq = 97.5%
T 0.78 2.56 15.55 -1.42
P 0.434 0.012 0.000 0.159
R-Sq(adj) = 97.5%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total Source D² D²Tbc Tbc
DF 1 1 1
DF 3 130 133
Seq SS 2001.13 105.61 0.82
SS 2107.56 53.28 2160.84
MS 702.52 0.41
F 1714.14
P 0.000
74
Unusual Observations Obs 117 127 129 130 131 132 133 134
D² 4356 6084 6889 7921 9801 10404 11449 12544
V 4.8600 9.8000 6.9800 9.7100 21.5500 13.3100 21.9700 25.7200
Fit 6.1756 8.4974 8.0354 10.6193 17.4087 15.1209 25.1429 22.9461
SE Fit 0.1103 0.1274 0.2274 0.2012 0.2297 0.2532 0.4862 0.3315
Residual -1.3156 1.3026 -1.0554 -0.9093 4.1413 -1.8109 -3.1729 2.7739
St Resid -2.09R 2.08R -1.76 X -1.50 X 6.93RX -3.08RX -7.62RX 5.07RX
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.
75
Lampiran 2 Hasil pengolahan data tabel volume lokal kelompok jenis Dipterocarpaceae Regression Analysis: V versus D² The regression equation is V = - 0.769 + 0.00166 D² Predictor Constant D²
Coef -0.7695 0.00166483
SE Coef 0.1211 0.00004094
R-Sq = 92.6%
S = 1.09995
T -6.36 40.67
P 0.000 0.000
R-Sq(adj) = 92.6%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 132 133
SS 2001.1 159.7 2160.8
MS 2001.1 1.2
F 1653.97
P 0.000
Unusual Observations Obs 124 129 130 131 132 133 134
D² 5402 6889 7921 9801 10404 11449 12544
V 5.6900 6.9800 9.7100 21.5500 13.3100 21.9700 25.7200
Fit 8.2243 10.6995 12.4176 15.5475 16.5514 18.2911 20.1141
SE Fit 0.1743 0.2278 0.2667 0.3398 0.3635 0.4050 0.4487
Residual -2.5343 -3.7195 -2.7076 6.0025 -3.2414 3.6789 5.6059
St Resid -2.33R -3.46R -2.54RX 5.74RX -3.12RX 3.60RX 5.58RX
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Regression Analysis: V versus D, D² The regression equation is V = 1.53 - 0.115 D + 0.00271 D² Predictor Constant D D²
Coef 1.5323 -0.11487 0.0027131
S = 0.884866
SE Coef 0.2865 0.01345 0.0001271
R-Sq = 95.3%
T 5.35 -8.54 21.35
P 0.000 0.000 0.000
R-Sq(adj) = 95.2%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 2 131 133
SS 2058.3 102.6 2160.8
MS 1029.1 0.8
F 1314.36
P 0.000
76
Source D D²
DF 1 1
Seq SS 1701.3 357.0
Unusual Observations Obs 124 129 130 131 132 133 134
D 74 83 89 99 102 107 112
V 5.6900 6.9800 9.7100 21.5500 13.3100 21.9700 25.7200
Fit 7.7464 10.6888 12.7996 16.7516 18.0430 20.3038 22.7004
SE Fit 0.1510 0.1832 0.2192 0.3075 0.3406 0.4021 0.4711
Residual -2.0564 -3.7088 -3.0896 4.7984 -4.7330 1.6662 3.0196
St Resid -2.36R -4.28R -3.60R 5.78RX -5.80RX 2.11RX 4.03RX
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Regression Analysis: Log V versus Log D The regression equation is Log V = - 3.70 + 2.43 Log D Predictor Constant Log D
Coef -3.69929 2.43077
S = 0.0799257
SE Coef 0.04361 0.02876
T -84.82 84.51
R-Sq = 98.2%
P 0.000 0.000
R-Sq(adj) = 98.2%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 132 133
SS 45.627 0.843 46.470
MS 45.627 0.006
F 7142.45
P 0.000
Unusual Observations Obs 73 106 131 134
Log D 1.51 1.70 2.00 2.05
Log V -0.20066 0.20140 1.33345 1.41027
Fit -0.04062 0.43051 1.15164 1.28188
SE Fit 0.00691 0.00902 0.01591 0.01731
Residual -0.16004 -0.22912 0.18181 0.12839
St Resid -2.01R -2.89R 2.32R 1.65 X
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.
77
Lampiran 3 Hasil pengolahan data tabel volume lokal kelompok jenis Rimba Campuran Regression Analysis: V versus D² The regression equation is V = - 0.457 + 0.00135 D² Predictor Constant D²
Coef -0.45709 0.00134887
S = 0.564474
SE Coef 0.06849 0.00002672
R-Sq = 95.3%
T -6.67 50.49
P 0.000 0.000
R-Sq(adj) = 95.3%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 126 127
SS 812.16 40.15 852.31
MS 812.16 0.32
F 2548.89
Fit 2.9151 7.9612 8.1757 9.0606 9.2885 9.5192 10.2273 10.3477
SE Fit 0.0537 0.1298 0.1337 0.1501 0.1544 0.1587 0.1721 0.1744
Residual -1.1251 1.2788 -0.7457 2.1894 -1.4285 -0.6992 0.6527 3.5623
P 0.000
Unusual Observations Obs 100 122 123 124 125 126 127 128
D² 2500 6241 6400 7056 7225 7396 7921 8010
V 1.7900 9.2400 7.4300 11.2500 7.8600 8.8200 10.8800 13.9100
St Resid -2.00R 2.33RX -1.36 X 4.02RX -2.63RX -1.29 X 1.21 X 6.64RX
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Regression Analysis: V versus D, D² The regression equation is V = 0.695 - 0.0617 D + 0.00199 D² Predictor Constant D D²
Coef 0.6947 -0.061679 0.00198798
S = 0.484051
SE Coef 0.1791 0.009060 0.00009663
R-Sq = 96.6%
T 3.88 -6.81 20.57
P 0.000 0.000 0.000
R-Sq(adj) = 96.5%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total Source D D²
DF 1 1
DF 2 125 127
Seq SS 723.85 99.17
SS 823.02 29.29 852.31
MS 411.51 0.23
F 1756.29
P 0.000
Lampiran 4 Hasil perhitungan regresi hubungan logaritma volume pohon (Y) dengan logaritma diameter pohon (X) No Kelompok jenis Regresi 1 2 3 1 Dipterocarpaceae Log V = -3,70 + 2,43 Log D 2 Non-Dipterocarpaceae Log V = -3,70 + 2,41 Log D 3 Gabungan Log V = -3,70 + 2,42 Log D sisa common within sisa
n ∑y 4 5 134 -8,041 128 -8,596 262 -16,637 1 252 251 1
y rata2 6 -0,060 -0,067 -0,063
∑x x rata2 ∑y² 7 8 9 200,62 1,50 46,94 192,41 1,50 43,70 393,03 1,50 90,63
∑xy 10 6,73 4,70 11,43
∑x² 11 308,08 296,54 604,62
Lanjutan tabel hasil perhitungan regresi hubungan logaritma volume pohon (Y) dengan logaritma diameter pohon (X) df total 12 133 127 261 1 260 259 1
JKY 13 46,45 43,12 89,58
JHKXY 14 18,77 17,62 36,39
JKX 15 7,72 7,31 15,03
A 16 -3,698 -3,693 -3,695
B 17 2,430 2,412 2,421
JKR 18 45,61 42,50 88,08
r 19 0,99 0,99 0,99
89,57
36,39
15,03
-3,696
2,421
88,11
0,99
df sisa 20 132 126 260 1 259 258 1
JKS 21 0,847 0,616 1,496 0,031 1,464 1,463 0,001
KTS 22 0,006 0,005 0,006 0,031 0,006 0,006 0,001
23 0,01 0,01 0,00 0,01
SE 24 0,61 0,65 0,45
R 25 98,18 98,57 98,33
Lampiran 5 Tabel volume standar kelompok jenis Dipterocarpaceae Tabel Volume Standar Kelompok Jenis Dipterocarpaceae Persamaan V = 0,0000372 (D²Tbc)1,03
R² = 99,8%
Se = 0,24%
Tinggi bebas cabang
Diameter 10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
10
0,046
0,050
0,055
0,060
0,065
0,069
11
0,056
0,061
0,067
0,073
0,079
0,085
12
0,067
0,074
0,080
0,087
0,094
0,101
13
0,079
0,087
0,095
0,103
0,111
0,119
0,127
0,136
14
0,092
0,101
0,110
0,120
0,129
0,139
0,149
0,158
15
0,106
0,116
0,127
0,138
0,149
0,160
0,171
0,182
16
0,133
0,145
0,158
0,170
0,183
0,196
0,208
17
0,151
0,165
0,179
0,193
0,207
0,222
0,236
18
0,169
0,185
0,201
0,217
0,233
0,249
19
0,189
0,207
0,225
0,243
0,261
0,279
20
0,211
0,230
0,250
0,270
0,290
21
0,233
0,255
0,276
0,298
22
0,256
0,280
0,304
23
0,281
0,307
24
0,306
25
0,333
22
0,265
0,281
0,298
0,314
0,330
0,297
0,315
0,333
0,351
0,369
0,310
0,330
0,350
0,370
0,390
0,410
0,320
0,342
0,364
0,387
0,409
0,431
0,453
0,328
0,353
0,377
0,401
0,425
0,450
0,474
0,499
0,333
0,360
0,386
0,413
0,440
0,466
0,493
0,520
0,546
0,335
0,364
0,393
0,422
0,451
0,480
0,509
0,538
0,567
0,597
0,365
0,396
0,427
0,459
0,490
0,522
0,554
0,585
0,617
0,649
0,681
26
0,395
0,429
0,463
0,497
0,532
0,566
0,600
0,635
0,669
0,704
0,738
27
0,427
0,464
0,501
0,538
0,575
0,612
0,649
0,686
0,723
0,760
0,798
28
0,461
0,500
0,540
0,580
0,619
0,659
0,699
0,739
0,779
0,820
0,860
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
78
Unusual Observations Obs 106 107 116 122 123 124 125 126 127 128
D 57.5 58.0 70.0 79.0 80.0 84.0 85.0 86.0 89.0 89.5
V 4.8300 4.8300 5.0900 9.2400 7.4300 11.2500 7.8600 8.8200 10.8800 13.9100
Fit 3.7209 3.8049 6.1183 8.2290 8.4834 9.5408 9.8151 10.0934 10.9520 11.0986
SE Fit 0.0693 0.0695 0.0839 0.1180 0.1233 0.1468 0.1533 0.1601 0.1820 0.1858
Residual 1.1091 1.0251 -1.0283 1.0110 -1.0534 1.7092 -1.9551 -1.2734 -0.0720 2.8114
St Resid 2.32R 2.14R -2.16R 2.15R -2.25R 3.71RX -4.26RX -2.79RX -0.16 X 6.29RX
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Regression Analysis: Log V versus Log D The regression equation is Log V = - 3.70 + 2.41 Log D Predictor Constant Log D
Coef -3.69575 2.41357
S = 0.0706203
SE Coef 0.03977 0.02613
T -92.93 92.38
R-Sq = 98.5%
P 0.000 0.000
R-Sq(adj) = 98.5%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 126 127
SS 42.560 0.628 43.188
MS 42.560 0.005
F 8533.70
P 0.000
Unusual Observations Obs 12 13 23 100
Log D 1.16 1.19 1.27 1.70
Log V -0.74473 -1.04576 -0.82391 0.25285
Fit -0.89270 -0.82280 -0.63734 0.40484
SE Fit 0.01090 0.01029 0.00877 0.00807
Residual 0.14797 -0.22296 -0.18657 -0.15199
St Resid 2.12R -3.19R -2.66R -2.17R
R denotes an observation with a large standardized residual.
Tinggi bebas cabang
Diameter 10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
0,495
0,538
0,580
0,623
0,666
0,709
0,752
0,795
0,838
0,881
0,924
30
0,531
0,576
0,622
0,668
0,714
0,760
0,806
0,852
0,898
0,945
0,991
31
0,568
0,617
0,666
0,715
0,764
0,813
0,862
0,912
0,961
1,011
1,060
32
0,606
0,658
0,711
0,763
0,815
0,868
0,921
0,973
1,026
1,079
1,132
33
0,646
0,702
0,757
0,813
0,869
0,925
0,981
1,037
1,093
1,150
1,206
34
0,687
0,746
0,805
0,864
0,924
0,983
1,043
1,103
1,163
1,223
1,283
1,343
35
0,792
0,855
0,918
0,981
1,044
1,107
1,171
1,234
1,298
1,362
1,425
1,489
36
0,839
0,906
0,973
1,039
1,106
1,173
1,241
1,308
1,375
1,443
1,510
1,578
37
0,888
0,958
1,029
1,100
1,171
1,242
1,313
1,384
1,455
1,527
1,598
1,670
38
1,013
1,087
1,162
1,237
1,312
1,387
1,462
1,537
1,613
1,688
1,764
1,840
1,916
1,992
2,068
39
1,068
1,147
1,226
1,305
1,384
1,463
1,542
1,622
1,701
1,781
1,861
1,941
2,021
2,101
2,181
40
1,125
1,208
1,291
1,375
1,458
1,541
1,625
1,709
1,793
1,877
1,961
2,045
2,129
2,214
2,298
41
1,271
1,359
1,446
1,534
1,622
1,710
42
1,336
1,428
1,520
1,612
1,704
1,797
1,798
1,886
1,975
2,063
2,152
2,240
2,329
2,418
1,889
1,982
2,075
2,168
2,261
2,354
2,448
2,541
43
1,402
1,499
1,595
1,692
1,789
1,886
1,983
2,081
2,178
2,276
2,373
2,471
2,569
2,667
44
1,470
1,571
1,673
1,774
1,876
1,977
2,079
2,181
2,284
2,386
2,488
2,591
2,694
2,797
45
1,540
1,646
1,752
1,858
1,965
2,071
2,178
2,285
2,392
2,499
2,606
2,714
2,821
2,929
46
1,611
1,722
1,833
1,944
2,056
2,167
2,279
2,391
2,503
2,615
2,727
2,840
2,952
3,065
47
1,684
1,800
1,916
2,032
2,149
2,265
2,382
2,499
2,616
2,733
2,851
2,968
3,086
3,204
48
1,759
1,880
2,001
2,122
2,244
2,366
2,488
2,610
2,732
2,854
2,977
3,100
3,223
3,346
49
1,835
1,962
2,088
2,215
2,341
2,468
2,596
2,723
2,851
2,978
3,106
3,234
3,362
3,491
50
1,913
2,045
2,177
2,309
2,441
2,573
2,706
2,839
2,972
3,105
3,238
3,372
3,505
3,639
29
30
31
32
33
34
35
36
Tinggi bebas cabang
Diameter 10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
51
2,267
2,405
2,542
2,680
2,819
2,957
3,095
3,234
3,373
3,512
3,651
3,791
52
2,360
2,503
2,646
2,790
2,934
3,078
3,222
3,366
3,511
3,655
3,800
3,945
53
2,454
2,603
2,752
2,901
3,051
3,201
3,351
3,501
3,651
3,802
3,952
4,103
54
2,551
2,705
2,860
3,015
3,171
3,326
3,482
3,638
3,794
3,951
4,108
4,264
55
2,649
2,809
2,970
3,131
3,293
3,455
3,616
3,778
3,941
4,103
4,266
4,429
56
2,749
2,916
3,083
3,250
3,417
3,585
3,753
3,921
4,090
4,258
4,427
4,596
57
2,851
3,024
3,197
3,371
3,544
3,718
3,892
4,067
4,242
4,416
4,591
4,767
58
3,494
3,674
3,854
4,034
4,215
4,396
4,577
4,759
4,941
59
3,619
3,805
3,992
4,179
4,366
4,554
4,742
4,929
5,118
60
3,746
3,939
4,133
4,326
4,520
4,714
4,909
5,103
5,298
61
3,876
4,076
4,276
4,476
4,677
4,878
5,079
5,280
5,481
62
4,008
4,215
4,421
4,629
4,836
5,044
5,252
5,460
5,668
63
4,142
4,356
4,570
4,784
4,998
5,213
5,428
5,643
5,858
64
4,279
4,499
4,720
4,941
5,163
5,385
5,607
5,829
6,051
6,274
6,497
6,720
65
4,418
4,645
4,873
5,102
5,330
5,559
5,789
6,018
6,248
6,478
6,708
6,938
66
4,559
4,794
5,029
5,265
5,501
5,737
5,973
6,210
6,447
6,685
6,922
7,160
67
4,702
4,945
5,187
5,430
5,674
5,917
6,161
6,406
6,650
6,895
7,140
7,385
68
4,848
5,098
5,348
5,599
5,850
6,101
6,352
6,604
6,856
7,109
7,361
7,614
69
4,996
5,254
5,511
5,770
6,028
6,287
6,546
6,806
7,066
7,326
7,586
7,846
70
5,146
5,412
5,677
5,943
6,210
6,476
6,743
7,011
7,278
7,546
7,814
8,083
71
5,299
72
5,454
5,572
5,846
6,119
6,394
6,668
6,943
7,218
7,494
7,770
8,046
8,322
5,735
6,016
6,298
6,581
6,863
7,146
7,429
7,713
7,997
8,281
8,565
73
5,611
5,900
6,190
6,480
6,770
7,061
7,352
7,644
7,935
8,227
8,520
8,812
32
33
34
35
36
Tinggi bebas cabang
Diameter 10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
74
5,771
6,068
6,366
6,664
6,963
7,262
7,561
7,861
8,161
8,461
8,762
9,063
75
5,932
6,238
6,544
6,851
7,158
7,465
7,773
8,081
8,390
8,698
9,007
9,317
76
6,096
6,411
6,725
7,040
7,356
7,672
7,988
8,305
8,622
8,939
9,257
9,575
77
6,263
6,586
6,909
7,233
7,557
7,881
8,206
8,531
8,857
9,183
9,509
9,836
78
6,432
6,763
7,095
7,427
7,760
8,093
8,427
8,761
9,096
9,430
9,765
10,101
79
6,603
6,943
7,284
7,625
7,967
8,309
8,651
8,994
9,337
9,681
10,025
80
6,776
7,125
7,475
7,825
8,176
8,527
8,878
9,230
9,583
9,935
81
6,952
7,310
7,669
8,028
8,388
8,748
9,108
9,469
9,831
82
7,130
7,497
7,865
8,233
8,602
8,972
9,342
9,712
83
7,310
7,687
8,064
8,442
8,820
9,199
9,578
84
8,652
9,040
9,428
85
8,866
9,263
86
9,082
87
9,301
88 89
34
10,369
10,714
11,059
10,288
10,642
10,995
11,350
10,193
10,555
10,918
11,280
11,644
10,083
10,454
10,825
11,197
11,569
11,942
9,957
10,338
10,718
11,099
11,480
11,862
12,244
9,817
10,206
10,596
10,986
11,376
11,767
12,158
12,550
9,661
10,059
10,458
10,857
11,257
11,657
12,057
12,458
12,859
9,489
9,897
10,305
10,713
11,122
11,531
11,941
12,351
12,762
13,173
9,718
10,135
10,553
10,971
11,390
11,809
12,229
12,649
13,069
13,490
9,523
9,949
10,377
10,804
11,233
11,661
12,091
12,520
12,950
13,381
13,812
9,747
10,184
10,621
11,059
11,497
11,936
12,375
12,815
13,255
13,696
14,137
90
10,868
11,316
11,765
12,214
12,663
13,113
13,564
14,015
14,466
14,918
91
11,119
11,577
12,036
12,495
12,955
13,415
13,876
14,337
14,799
15,261
92
11,372
11,840
12,310
12,780
13,250
13,721
14,192
14,664
15,136
15,609
93
11,628
12,107
12,587
13,067
13,548
14,030
14,512
14,994
15,477
15,960
94
11,887
12,377
12,867
13,359
13,850
14,342
14,835
15,328
15,822
16,316
95
12,149
12,650
13,151
13,653
14,155
14,658
15,162
15,666
16,170
16,675
35
36
Tinggi bebas cabang
Diameter 10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
96
12,414
12,925
13,438
13,951
14,464
14,978
15,493
16,008
16,523
17,039
97
12,682
13,204
13,728
14,252
14,776
15,301
15,827
16,353
16,880
17,407
98
14,021
14,556
15,092
15,628
16,165
16,702
17,240
17,778
18,317
36
99
14,317
14,864
15,411
15,958
16,506
17,055
17,604
18,154
18,704
100
14,617
15,175
15,733
16,292
16,852
17,412
17,973
18,534
19,096
101
14,919
15,489
16,059
16,630
17,201
17,773
18,345
18,918
19,491
102
15,225
15,806
16,388
16,970
17,553
18,137
18,721
19,306
19,891
103
15,534
16,127
16,721
17,315
17,910
18,505
19,101
19,697
20,294
104
15,847
16,451
17,057
17,663
18,270
18,877
19,485
20,093
20,702
105
16,162
16,779
17,397
18,015
18,634
19,253
19,873
20,494
21,115
106
16,481
17,110
17,740
18,370
19,001
19,633
20,265
20,898
21,531
107
16,803
17,444
18,086
18,729
19,372
20,016
20,661
21,306
21,951
108
17,128
17,782
18,436
19,091
19,747
20,403
21,060
21,718
22,376
109
17,456
18,122
18,789
19,457
20,125
20,794
21,464
22,134
22,805
110
17,788
18,467
19,146
19,827
20,508
21,189
21,872
22,555
23,238
111
18,122
18,814
19,506
20,200
20,893
21,588
22,283
22,979
23,675
24,372
112
18,460
19,165
19,870
20,576
21,283
21,991
22,699
23,408
24,117
24,827
113
18,801
19,519
20,237
20,957
21,676
22,397
23,118
23,840
24,563
25,286
114
19,146
19,876
20,608
21,340
22,073
22,807
23,542
24,277
25,012
25,749
115
19,493
20,237
20,982
21,728
22,474
23,221
23,969
24,717
25,467
26,216
116
19,844
20,602
21,360
22,119
22,879
23,639
24,400
25,162
25,925
26,688
117
20,198
20,969
21,741
22,513
23,287
24,061
24,836
25,611
26,387
27,164
118
20,555
21,340
22,125
22,912
23,699
24,486
25,275
26,064
26,854
27,645
119
20,916
21,714
22,513
23,313
24,114
24,916
25,718
26,521
27,325
28,129
120
21,279
22,092
22,905
23,719
24,533
25,349
26,165
26,982
27,800
28,619
85
Lampiran 6 Tabel volume lokal kelompok jenis Dipterocarpaceae
Persamaan V = 0,000199 D2,43
R = 98,2%
Diameter
Se = 0,59% Diameter satuan (cm)
puluhan (cm)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0,054
0,068
0,084
0,102
0,122
0,144
0,168
0,195
0,224
0,255
2
0,289
0,326
0,365
0,406
0,451
0,498
0,548
0,600
0,656
0,714
3
0,775
0,839
0,907
0,977
1,051
1,127
1,207
1,290
1,377
1,467
4
1,560
1,656
1,756
1,859
1,966
2,076
2,190
2,308
2,429
2,554
5
2,682
2,814
2,950
3,090
3,234
3,381
3,533
3,688
3,847
4,010
6
4,177
4,349
4,524
4,703
4,887
5,074
5,266
5,462
5,662
5,867
7
6,076
6,289
6,506
6,728
6,954
7,185
7,420
7,659
7,903
8,151
8
8,404
8,662
8,924
9,191
9,462
9,738
10,019
10,305
10,595
10,890
9
11,189
11,494
11,803
12,118
12,437
12,761
13,089
13,423
13,762
14,106
10
14,454
14,808
15,167
15,531
15,900
16,274
16,653
17,037
17,427
17,822
11
18,221
18,627
19,037
19,453
19,874
20,300
20,732
21,169
21,611
22,059
12
22,512
86
Lampiran 7 Tabel volume lokal kelompok jenis Rimba Campuran Persamaan : V = 0,000199 D2,41
R = 98,5%
Diameter
Se = 0,65%
Diameter satuan (cm)
Puluhan (cm)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0,050
0,060
0,080
0,100
0,120
0,140
0,160
0,180
0,210
0,240
2
0,270
0,310
0,340
0,380
0,420
0,470
0,510
0,560
0,610
0,670
3
0,720
0,780
0,840
0,910
0,980
1,050
1,120
1,200
1,280
1,360
4
1,440
1,530
1,630
1,720
1,820
1,920
2,020
2,130
2,240
2,360
5
2,470
2,590
2,720
2,850
2,980
3,110
3,250
3,390
3,540
3,690
6
3,840
3,990
4,150
4,320
4,480
4,660
4,830
5,010
5,190
5,380
7
5,570
5,760
5,960
6,160
6,360
6,570
6,790
7,000
7,220
7,450
8
7,680
7,910
8,150
8,390
8,640
8,890
9,140
9,400
9,660
9,930
9
10,200
87
Lampiran 8 Tabel volume lokal hasil penggabungan Persamaan V = 0,000199 D2,42
R = 98,33%
Diameter
Se = 0,45%
Diameter satuan (cm)
puluhan (cm)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0,052
0,066
0,081
0,099
0,118
0,140
0,163
0,189
0,217
0,247
2
0,280
0,315
0,353
0,393
0,435
0,481
0,529
0,579
0,632
0,688
3
0,747
0,809
0,874
0,941
1,012
1,085
1,162
1,241
1,324
1,410
4
1,499
1,591
1,687
1,786
1,888
1,994
2,102
2,215
2,331
2,450
5
2,573
2,699
2,829
2,962
3,099
3,240
3,384
3,532
3,684
3,840
6
3,999
4,162
4,330
4,500
4,675
4,854
5,037
5,223
5,414
5,609
7
5,808
6,010
6,217
6,428
6,643
6,863
7,086
7,314
7,546
7,782
8
8,023
8,268
8,517
8,770
9,028
9,291
9,557
9,829
10,104
10,384
9
10,669
10,958
11,252
11,550
11,853
12,160
12,472
12,789
13,111
13,437
10
13,767
14,103
14,443
14,788
15,138
15,493
15,852
16,217
16,586
16,960
11
17,339
17,723
18,112
18,506
18,904
19,308
19,717
20,131
20,550
20,974
12
21,403
88
Lampiran 9 Data pohon contoh kelompok jenis Dipterocarpaceae tahap pemodelan
No
Nama jenis
Kelompok jenis
Dbh (cm)
Ht (%)
Hb (%)
Hp (%)
Hcp (%)
Tt(m)
Tbc (m)
Va(m³)
1
Bengkirai
2
Bawang
Dipterocarpaceae
10
Dipterocarpaceae
12
96
0
21
60
19.79
12.93
0.06
88
-15
7
55
20.23
14.23
3
Bengkirai
Dipterocarpaceae
0.10
12
110
2
25
70
20.28
13.33
4
Kapur
0.09
Dipterocarpaceae
12
84
-12
14
49
16.27
10.88
0.07
5 6
Bengkirai
Dipterocarpaceae
13
76
-19
8
40
15.57
10.24
0.08
Bunyau
Dipterocarpaceae
13
52
-36
-15
20
18.26
12.17
0.10
7
Medang
Dipterocarpaceae
13
92
1
25
59
16.67
11.17
0.09
8
Meranti merah
Dipterocarpaceae
13
92
-12
11
59
19.59
13.85
0.11
9
Dipterocarpaceae
13.5
110
5
20
71
29.50
19.10
0.16
10
Meranti putih Meranti kuning
Dipterocarpaceae
14
75
5
23
45
17.06
10.39
0.10
11
Bengkirai
Dipterocarpaceae
15
84
-30
-12
32
26.83
15.28
0.16
12
Bunyau
Dipterocarpaceae
15
75
-1
15
34
20.50
10.25
0.11
13
Kapur
Dipterocarpaceae
15
106
7
26
64
22.34
13.50
0.14
14
Meranti putih
Dipterocarpaceae
15
108
-11
12
72
22.20
15.93
0.17
15
Bunyau
Dipterocarpaceae
16
94
5
18
54
28.88
16.58
0.20
16
Kapur
Dipterocarpaceae
16
104
-10
14
62
20.50
13.50
0.16
17
Meranti putih
Dipterocarpaceae
17
98
-11
12
58
20.46
13.50
0.18
18
Bengkirai
Dipterocarpaceae
18
112
-34
-12
74
28.05
21.14
0.32
19
Kapur
Dipterocarpaceae
18
140
11
31
100
27.30
19.30
0.29
20
Medang
Dipterocarpaceae
18
135
-2
23
90
23.42
16.22
0.25
21
Meranti merah
Dipterocarpaceae
18
98
-15
6
56
23.02
15.02
0.23
22
Meranti merah
Dipterocarpaceae
18
148
15
37
112
25.68
19.14
0.29
23
Bengkirai
Dipterocarpaceae
19
108
-10
9
66
26.34
17.50
0.30
24
Bengkirai
Dipterocarpaceae
19
122
0
21
72
24.74
15.21
0.26
25
Kapur
Dipterocarpaceae
19
128
7
28
92
24.55
17.69
0.30
26
Medang
Dipterocarpaceae
19
102
16
27
62
32.77
18.23
0.31
27
Meranti merah
Dipterocarpaceae
19
92
-8
15
60
18.89
13.33
0.23
28
Meranti merah
Dipterocarpaceae
19
94
-6
12
55
23.72
15.06
0.26
29
Meranti putih
Dipterocarpaceae
19
88
-32
-10
42
23.32
14.95
0.25
30
Meranti putih
Dipterocarpaceae
19
92
-12
7
56
23.39
15.82
0.27
31
Bengkirai
Dipterocarpaceae
20
124
-23
-1
84
28.23
20.95
0.39
32
Medang
Dipterocarpaceae
20
92
13
25
60
27.83
17.17
0.32
33
Meranti merah
Dipterocarpaceae
20
112
0
19
75
25.08
17.29
0.33
34
Bengkirai
Dipterocarpaceae
21
78
-35
-13
39
22.05
14.95
0.31
35
Keruing
Dipterocarpaceae
21
92
4
16
60
30.83
20.17
0.42
36
Meranti merah
Dipterocarpaceae
21
78
-26
-4
44
20.41
14.23
0.30
37
Meranti merah
Dipterocarpaceae
21
122
9
31
94
22.05
16.95
0.35
38
Meranti putih
Dipterocarpaceae
21
98
-33
-10
55
24.28
16.80
0.35
39
Meranti merah
Dipterocarpaceae
22
110
4
18
65
31.79
18.93
0.43
40
Meranti merah
Dipterocarpaceae
22
114
-15
6
74
26.07
18.45
0.42
41
Bengkirai
Dipterocarpaceae
23
132
7
29
84
24.23
15.50
0.39
42
Meranti merah
Dipterocarpaceae
23
130
-4
24
94
20.64
15.50
0.39
43
Meranti merah
Dipterocarpaceae
23
88
-30
-8
49
22.95
15.86
0.40
44
Meranti putih
Dipterocarpaceae
23
114
-13
11
67
22.67
14.83
0.37
45
Meranti putih
Dipterocarpaceae
23
92
-18
-4
44
32.93
19.21
0.48
89
No
Nama jenis
Kelompok jenis
Dbh (cm)
Ht (%)
Hb (%)
Hp (%)
Hcp (%)
Tt(m)
Tbc (m)
Va(m³)
Dipterocarpaceae
24
102
-2
20
70
20.41
14.59
0.40
47
Bunyau Meranti kuning
Dipterocarpaceae
24
136
12
35
96
23.07
16.11
0.44
48
Meranti merah
Dipterocarpaceae
24
110
-32
-11
70
28.55
20.93
0.57
49
Meranti merah
Dipterocarpaceae
24
122
-34
-13
64
31.21
20.17
0.55
50
Resak
Dipterocarpaceae
24
132
3
26
86
23.93
15.93
0.43
51
Bengkirai
Dipterocarpaceae
25
104
-15
7
61
23.14
15.32
0.45
52
Dipterocarpaceae
25
103
-4
16
48
22.90
11.90
0.35
53
Bunyau Meranti kuning
Dipterocarpaceae
25
66
-22
-4
30
21.06
13.06
0.38
54
Meranti putih
Dipterocarpaceae
25
122
-11
15
80
21.96
15.50
0.46
55
Bengkirai
Dipterocarpaceae
26
142
6
30
96
24.17
16.50
0.53
56
Keruing
Dipterocarpaceae
26
120
5
22
90
28.56
21.50
0.68
57
Meranti batu
Dipterocarpaceae
26
124
10
32
74
22.23
13.14
0.42
58
Meranti merah
Dipterocarpaceae
26
150
-14
13
104
25.80
18.98
0.60
59
Keruing
Dipterocarpaceae
27
142
-18
10
65
24.36
13.36
0.46
60
Meranti batu
Dipterocarpaceae
27
82
-24
-3
33
21.69
12.36
0.42
61
Meranti merah Meranti kuning
Dipterocarpaceae
27
114
9
28
80
23.61
16.45
0.56
Dipterocarpaceae
27.5
100
-12
12
65
20.17
14.33
0.51
63
Kapur
Dipterocarpaceae
29
128
-24
-3
78
30.45
20.93
0.83
64
Medang
Dipterocarpaceae
29
106
-35
-16
45
31.18
18.34
0.73
65
Meranti merah
Dipterocarpaceae
29
114
-34
-5
74
21.91
16.40
0.65
66
Meranti merah
Dipterocarpaceae
29
128
0
20
88
27.10
19.10
0.76
67
Keruing
Dipterocarpaceae
30
138
-4
17
84
28.55
18.26
0.77
68
Meranti merah
Dipterocarpaceae
30.5
110
-11
6
64
29.97
19.15
0.84
69
Bengkirai
Dipterocarpaceae
31
108
-10
9
68
26.34
17.92
0.81
70
Meranti merah
Dipterocarpaceae
31
138
-9
16
94
25.02
17.98
0.81
71
Meranti merah
Dipterocarpaceae
31
128
-8
14
90
26.23
19.32
0.87
72
Dipterocarpaceae
32
118
-26
-4
57
27.68
16.59
0.80
73
Keruing Meranti kuning
Dipterocarpaceae
32
114
-12
11
55
23.41
13.15
0.63
74
Meranti batu
Dipterocarpaceae
33
138
-6
16
94
27.68
19.68
1.01
75
Keruing
Dipterocarpaceae
34
114
-8
18
72
20.27
13.81
0.75
76
Meranti merah
Dipterocarpaceae
34
120
-15
7
76
26.05
18.05
0.98
77
Meranti putih
Dipterocarpaceae
34
90
-29
-8
50
24.17
16.55
0.90
78
Meranti merah
Dipterocarpaceae
34.5
143
0
17
90
35.15
22.68
1.27
79
Bunyau
Dipterocarpaceae
35
110
-14
6
80
26.30
20.30
1.17
80
Keruing
Dipterocarpaceae
35
138
-31
-10
76
33.69
21.88
1.26
81
Meranti merah
Dipterocarpaceae
35
130
-20
1
90
30.07
22.45
1.30
82
Meranti merah
Dipterocarpaceae
35
148
-15
7
106
31.14
23.50
1.36
83
Dipterocarpaceae
36
124
-14
12
72
22.73
14.73
0.90
84
Medang Meranti kuning
Dipterocarpaceae
36
132
11
36
96
20.86
15.10
0.92
85
Meranti merah
Dipterocarpaceae
36
138
-3
18
98
28.36
20.74
1.27
86
Bunyau
Dipterocarpaceae
37
148
10
30
108
29.10
21.10
1.36
87
Meranti merah
Dipterocarpaceae
37
125
-23
10
80
19.44
13.98
0.90
88
Meranti merah
Dipterocarpaceae
37
132
-4
26
94
19.63
14.57
0.94
89
Medang
Dipterocarpaceae
38.5
148
-13
5
102
37.28
27.06
1.89
90
Meranti batu
Dipterocarpaceae
39
148
6
28
112
27.32
20.77
1.49
91
Dipterocarpaceae
39
144
3
26
104
26.02
19.07
1.37
92
Resak Meranti kuning
Dipterocarpaceae
40
100
-33
-9
50
23.67
15.33
1.16
93
Meranti merah
Dipterocarpaceae
40
146
-20
3
88
30.37
20.28
1.53
46
62
90
No
Nama jenis
Kelompok jenis
Dbh (cm)
Ht (%)
Hb (%)
Hp (%)
Hcp (%)
Tt(m)
Tbc (m)
Va(m³)
94
Meranti batu
Dipterocarpaceae
41
130
-10
15
90
23.90
17.50
1.39
95
Dipterocarpaceae
41
146
-25
-2
110
31.24
24.98
1.98
96
Meranti merah Meranti kuning
Dipterocarpaceae
43
140
-11
12
110
27.76
22.54
1.96
97
Meranti merah
Dipterocarpaceae
43
150
15
34
132
29.92
26.13
2.28
98
Meranti merah
Dipterocarpaceae
44
126
0
19
78
28.03
17.92
1.63
99
Meranti merah
Dipterocarpaceae
45
142
-5
16
98
29.50
21.12
2.01
100
Keruing
Dipterocarpaceae
46
130
-6
14
67
28.70
16.10
1.60
101
Keruing
Dipterocarpaceae
46
150
11
31
112
29.30
21.70
2.16
102
Kapur
Dipterocarpaceae
47
122
-22
2
68
25.50
16.50
1.72
103
Meranti batu Meranti kuning
Dipterocarpaceae
47
142
-10
12
108
29.14
22.95
2.39
Dipterocarpaceae
47
118
0
22
88
22.95
17.50
1.82
Dipterocarpaceae
49
146
5
25
110
29.70
22.50
2.54
106
Meranti merah Meranti kuning
Dipterocarpaceae
50
124
-3
16
63
28.24
15.39
1.59
107
Keruing
Dipterocarpaceae
51
135
-5
14
84
30.97
20.24
2.73
108
Keruing
Dipterocarpaceae
54
144
10
30
92
28.30
17.90
2.54
109
Meranti merah
Dipterocarpaceae
56
137
-3
13
86
36.50
23.75
4.65
110
Meranti merah
Dipterocarpaceae
57
138
-5
12
104
35.15
27.15
4.88
111
Meranti merah
Dipterocarpaceae
58
127
2
19
89
30.91
21.97
4.31
112
Meranti merah
Dipterocarpaceae
58
139
-26
-4
93
31.50
23.14
4.31
113
Meranti merah
Dipterocarpaceae
61.5
148
-4
14
94
35.28
23.28
5.32
114
Meranti batu
Dipterocarpaceae
62
132
-2
13
97
37.23
27.90
5.15
115
Kapur
Dipterocarpaceae
64
130
-14
4
93
33.50
25.28
5.29
116
Meranti merah
Dipterocarpaceae
64
135
3
17
106
39.21
30.93
5.64
117
Meranti
Dipterocarpaceae
66
142
-2
15
108
35.38
27.38
4.86
118
Meranti merah
Dipterocarpaceae
67
144
-1
16
97
35.62
24.56
5.82
119
Meranti putih
Dipterocarpaceae
69
140
-1
15
95
36.75
25.50
7.60
120
Meranti merah
Dipterocarpaceae
70
136
0
17
86
33.50
21.74
5.82
121
Meranti merah Meranti kuning
Dipterocarpaceae
70.3
132
-3
12
79
37.50
23.37
7.33
Dipterocarpaceae
71
147
-4
13
90
37.03
23.62
6.31
Dipterocarpaceae
71
135
-14
1
75
41.23
25.23
6.62
124
Meranti merah Meranti kuning
Dipterocarpaceae
73.5
143
2
19
82
34.68
20.32
5.69
125
Meranti batu
Dipterocarpaceae
76
110
-15
-1
82
37.21
29.21
7.63
126
Meranti putih
Dipterocarpaceae
77
146
-6
11
81
37.26
21.97
7.79
127
Bengkirai
Dipterocarpaceae
78
149
-9
8
96
38.68
26.21
9.80
128
Meranti putih
Dipterocarpaceae
79
148
-3
11
108
44.64
33.21
9.53
129
Kapur
Dipterocarpaceae
83
137
2
17
74
37.50
20.70
6.98
130
Buan
Dipterocarpaceae
89
141
-12
5
86
37.50
24.56
9.71
131
Meranti putih
Dipterocarpaceae
99
134
-12
0
86
50.17
34.17
21.55
132
Dipterocarpaceae
102
144
-3
12
92
40.70
26.83
13.31
Dipterocarpaceae
107
148
-16
-3
120
51.96
43.35
21.97
134
Kapur Meranti kuning Meranti kuning
Dipterocarpaceae
112
148
-11
2
98
50.42
35.04
25.72
135
Bengkirai
Dipterocarpaceae
160
149
-11
1
67
54.83
27.50
37.58
104 105
122 123
133
Keterangan : No pohon 135 adalah pohon contoh yang termasuk pencilan
91
Lampiran 10 Data pohon contoh kelompok jenis Dipterocarpaceae untuk tahap validasi
Dbh (cm)
No
Nama jenis
Kelompok jenis
Ht (%)
Hb (%)
Hp (%)
Hcp (%)
Tt (m)
Tbc (m)
va (m³)
1
Bengkirai
Dipterocarpaceae
12
90
-5
17
60
18.77
13.32
0.09
2
Meranti kuning
Dipterocarpaceae
12
100
1
24
60
18.72
11.76
0.08
3
Medang
Dipterocarpaceae
13
65
-9
10
33
17.08
10.34
0.08
4
Bengkirai
Dipterocarpaceae
14
80
-20
1
42
20.55
13.31
0.12
5
Meranti putih
Dipterocarpaceae
14.5
84
-22
-2
34
22.70
12.70
0.13
6
Bengkirai
Dipterocarpaceae
15
70
-30
-12
30
23.72
14.83
0.16
7
Kapur
Dipterocarpaceae
15
104
-4
17
60
22.07
13.69
0.15
8
Bunyau
Dipterocarpaceae
16
120
-10
9
55
28.87
15.18
0.18
9
Meranti batu
Dipterocarpaceae
16.5
75
-11
3
43
26.07
16.93
0.22
10
Bunyau
Dipterocarpaceae
18
82
-15
7
46
19.14
12.59
0.19
11
Meranti batu
Dipterocarpaceae
18
75
5
16
45
26.95
16.05
0.24
12
Meranti putih
Dipterocarpaceae
18
112
-10
13
70
22.72
15.41
0.24
13
Kapur
Dipterocarpaceae
19
94
-8
15
52
19.24
11.93
0.20
14
Meranti batu
Dipterocarpaceae
19
112
-10
13
64
22.72
14.37
0.24
15
Meranti merah
Dipterocarpaceae
19
98
-2
21
55
18.89
11.41
0.19
16
Kapur
Dipterocarpaceae
20
114
5
26
76
22.26
15.02
0.28
17
Meranti merah
Dipterocarpaceae
20
80
-27
-6
30
21.88
12.36
0.23
18
Meranti merah
Dipterocarpaceae
21
92
-18
5
56
20.63
14.37
0.30
19
Meranti merah
Dipterocarpaceae
21
128
-7
16
92
24.98
18.72
0.39
20
Meranti merah
Dipterocarpaceae
22
128
-4
19
80
24.46
16.11
0.37
21
Bunyau
Dipterocarpaceae
23
110
-15
10
47
21.50
11.42
0.28
22
Meranti merah
Dipterocarpaceae
23
148
6
28
108
27.32
20.05
0.50
23
Bengkirai
Dipterocarpaceae
24
112
-10
11
79
24.74
18.45
0.50
24
Meranti merah
Dipterocarpaceae
24
128
-5
17
88
25.68
18.41
0.50
25
Meranti putih
Dipterocarpaceae
24
94
-10
12
55
20.41
13.32
0.36
26
Medang
Dipterocarpaceae
25
124
-18
7
76
24.22
16.54
0.49
27
Meranti merah
Dipterocarpaceae
25.5
130
-9
6
90
38.57
27.90
0.85
28
Medang
Dipterocarpaceae
26
135
7
22
75
35.63
19.63
0.63
29
Meranti merah
Dipterocarpaceae
26
128
6
27
84
24.74
16.36
0.52
30
Meranti merah
Dipterocarpaceae
27
124
-7
12
86
29.08
21.08
0.72
31
Meranti putih
Dipterocarpaceae
27.5
120
-7
20
72
20.31
13.20
0.47
32
Meranti merah
Dipterocarpaceae
29
134
7
30
88
23.59
15.59
0.62
33
Medang
Dipterocarpaceae
30
118
-16
2
50
31.28
16.17
0.69
34
Meranti merah
Dipterocarpaceae
31
144
15
35
94
27.30
17.30
0.78
35
Bengkirai
Dipterocarpaceae
32
111
-30
-9
69
28.36
20.36
0.98
36
Meranti merah
Dipterocarpaceae
32
144
4
33
96
20.81
14.19
0.68
37
Bunyau
Dipterocarpaceae
34
112
-34
-14
55
30.70
19.30
1.05
38
Meranti merah
Dipterocarpaceae
34
132
5
25
98
26.90
20.10
1.09
39
Buan
Dipterocarpaceae
35
126
-6
15
65
26.64
15.02
0.87
40
Meranti merah
Dipterocarpaceae
35
140
3
30
90
21.80
14.39
0.83
41
Meranti merah
Dipterocarpaceae
35
150
27
48
110
24.93
17.31
1.00
42
Meranti merah
Dipterocarpaceae
36
134
-20
0
90
32.30
23.50
1.43
43
Keruing
Dipterocarpaceae
37
148
-14
7
100
32.36
23.21
1.50
92
No
Nama jenis
Kelompok jenis
44
Meranti merah
Dipterocarpaceae
45
Meranti merah
Dipterocarpaceae
46
Bunyau
47 48
Dbh (cm)
Ht (%)
Hb (%)
37
138
-14
39
145
-8
Dipterocarpaceae
41
124
-16
Meranti batu
Dipterocarpaceae
43
110
Buan
Dipterocarpaceae
44
110
49
Meranti merah
Dipterocarpaceae
45
50
Meranti merah
Dipterocarpaceae
51
Bunyau
Dipterocarpaceae
52
Meranti putih
53
Meranti batu
54
Hp (%)
Hcp (%)
Tt(m)
Tbc (m)
Va(m³)
7
92
30.45
21.69
1.40
16
104
27.00
20.17
1.44
3
74
30.97
20.45
1.62
-35
-15
62
30.50
20.90
1.82
-14
6
58
26.30
15.90
1.45
132
-13
7
96
30.50
23.30
2.22
46
142
-15
7
88
30.05
20.23
2.02
48
95
-16
0
50
29.25
18.00
1.95
Dipterocarpaceae
50
137
-2
16
89
32.39
21.72
2.49
Dipterocarpaceae
54
140
-13
8
91
30.64
21.31
2.91
Keruing
Dipterocarpaceae
58
137
-10
8
80
34.17
21.50
4.21
55
Meranti merah
Dipterocarpaceae
59
130
-6
10
82
35.50
23.50
3.78
56
Meranti kuning
Dipterocarpaceae
60.5
127
2
16
78
37.21
23.21
4.80
57
Meranti batu
Dipterocarpaceae
63
139
1
18
92
33.97
22.91
3.99
58
Meranti merah
Dipterocarpaceae
65
120
-12
3
89
36.70
28.43
5.99
59
Keruing
Dipterocarpaceae
71
146
1
15
96
42.93
28.64
6.98
60
Kapur
Dipterocarpaceae
71.5
120
-35
-19
73
40.25
28.50
6.37
61
Meranti kuning
Dipterocarpaceae
76
129
-15
1
90
37.50
27.75
9.00
62
Nyatoh
Dipterocarpaceae
78
138
-8
12
102
30.70
23.50
7.59
63
Meranti putih
Dipterocarpaceae
82
138
-15
1
72
39.75
23.25
10.10
64
Keruing
Dipterocarpaceae
98
129
0
13
92
41.19
29.81
17.21
65
Meranti merah
Dipterocarpaceae
106
150
1
15
91
44.07
27.21
16.10
66
Meranti putih
Dipterocarpaceae
120
149
-14
1
76
44.97
25.50
17.51
93
Lampiran 11 Data pohon contoh kelompok jenis Rimba Campuran untuk tahap pemodelan No
Nama jenis
Kelompok jenis
Dbh (Cm)
Ht (%)
Hb (%)
Hp (%)
Hcp (%)
Tt (m)
Tbc (m)
Va (m³)
1
Mendarahan
2
Simpur
Rimba Campuran
10
Rimba Campuran
10
65
-3
17
50
15.10
12.10
0.06
58
-12
10
40
14.23
10.95
3
Banitan
Rimba Campuran
0.05
11
72
-2
19
44
15.60
10.26
0.06
4
Penyalin
5
Tanam haloq
Rimba Campuran
11
74
-10
9
48
19.18
13.71
0.08
Rimba Campuran
11
90
7
27
63
18.10
12.70
6
0.07
Mendarahan
Rimba Campuran
12
46
-14
5
30
14.13
10.76
0.07
7
Bintangur
Rimba Campuran
13
75
-2
15
50
19.62
13.74
0.11
8
Jenging
Rimba Campuran
13
82
-9
10
46
20.66
13.08
0.10
9
Laban
Rimba Campuran
13
58
-30
-10
18
19.10
11.10
0.09
10
Terentang
Rimba Campuran
13
74
-12
7
44
19.61
13.29
0.11
11
Ubar gunung
Rimba Campuran
14
105
-10
16
65
19.19
13.04
0.12
12
Ubar gunung
Rimba Campuran
14.5
65
-4
8
45
24.50
17.83
0.18
13
Kayu Halap
Rimba Campuran
15.5
72
-3
17
30
16.50
8.10
0.09
14
Mendarahan
Rimba Campuran
15.5
65
-15
2
40
20.32
14.44
0.16
15
Bintangur
Rimba Campuran
16
102
-14
12
57
19.35
12.42
0.15
16
Kayu sendok
Rimba Campuran
16
90
-5
12
55
23.85
15.62
0.19
17
Ubar gunung
Rimba Campuran
16
134
-14
15
86
21.91
15.29
0.18
18
Kayu Halap
Rimba Campuran
16.5
86
0
20
55
18.70
12.50
0.16
19
Kelumpai
Rimba Campuran
17
96
-30
-9
56
25.50
17.88
0.24
20
Mendarahan
Rimba Campuran
17
120
8
32
76
20.17
12.83
0.17
21
Mendarahan
Rimba Campuran
18
90
-13
10
42
19.41
11.07
0.17
22
Mendarahan
Rimba Campuran
18
102
-12
8
72
24.30
18.30
0.28
23
Mendarahan
Rimba Campuran
18.5
72
-3
16
35
17.29
9.50
0.15
24
Rambutan hutan
Rimba Campuran
18.5
102
-15
8
70
21.85
16.28
0.26
25
Banitan
Rimba Campuran
19
110
-13
7
60
26.10
16.10
0.27
26
Banitan
Rimba Campuran
19
126
12
34
88
22.23
15.32
0.26
27
Melahak
Rimba Campuran
19
86
5
24
49
18.55
10.76
0.18
28
Mesak
Rimba Campuran
19
78
-25
-6
42
23.18
15.61
0.27
29
Kayu Halap
Rimba Campuran
20.5
112
11
33
92
19.86
16.23
0.32
30
Ubar gunung
Rimba Campuran
20.5
96
-28
-8
42
26.30
15.50
0.31
31
Kayu sendok
Rimba Campuran
21
90
-9
10
60
22.34
16.03
0.33
32
Mendarahan
Rimba Campuran
21
98
-6
14
64
22.30
15.50
0.32
33
Ubar gunung
Rimba Campuran
21
94
-27
-5
50
23.50
15.50
0.32
34
Karet hutan
Rimba Campuran
22
120
-2
18
84
25.90
18.70
0.43
35
Kumpang
Rimba Campuran
22
106
-4
16
61
23.50
14.50
0.33
36
Rengas
Rimba Campuran
22
70
-34
-12
31
20.41
13.32
0.30
37
Ubar gunung
Rimba Campuran
22
114
4
25
62
22.45
12.55
0.29
38
Ubar gunung
Rimba Campuran
22
98
-18
7
50
20.06
12.38
0.28
39
Tengkawang
Rimba Campuran
23
140
-18
15
113
20.65
17.38
0.43
40
Melahak
Rimba Campuran
24
68
-30
-10
42
21.10
15.90
0.43
41
Ubar gunung
Rimba Campuran
24
104
-6
15
50
22.45
12.17
0.33
42
Banitan
Rimba Campuran
24.5
116
-5
15
82
25.70
18.90
0.53
43
Mendarahan
Rimba Campuran
24.5
110
-6
14
67
24.70
16.10
0.46
44
Mesak
Rimba Campuran
25
96
-4
17
63
20.55
14.26
0.42
45
Penyalin
Rimba Campuran
26
106
-2
16
79
25.50
19.50
0.62
94
No
Nama jenis
Kelompok jenis
Dbh (Cm)
Ht (%)
Hb (%)
Hp (%)
Hcp (%)
Tt (m)
Tbc (m)
Va (m³)
46
Sebukau
Rimba Campuran
26
100
6
21
70
26.57
18.57
0.59
47
Mendarahan
Rimba Campuran
26.5
115
-12
5
70
31.38
20.79
0.69
48
Bintangur
Rimba Campuran
27
85
-2
13
50
24.70
15.37
0.53
49
Jabon
Rimba Campuran
27
134
7
28
96
25.69
18.45
0.63
50
Kerupuk
Rimba Campuran
27
100
-25
-5
56
26.50
17.70
0.61
51
Ubar gunung
Rimba Campuran
27
106
-30
-9
69
27.40
20.36
0.70
52
Keranji
Rimba Campuran
28
130
5
25
80
26.50
16.50
0.61
53
Tebuluk
Rimba Campuran
28
95
-5
11
50
26.50
15.25
0.56
54
Terap
Rimba Campuran
28
123
9
25
95
30.00
23.00
0.85
55
Terap
Rimba Campuran
28.5
90
-33
-13
60
26.10
20.10
0.77
56
Kerupuk
Rimba Campuran
29
148
11
33
102
26.41
18.05
0.71
57
Ubar gunung
Rimba Campuran
29
142
-15
17
100
21.13
15.88
0.63
58
Ubar gunung
Rimba Campuran
29
124
10
30
92
24.30
17.90
0.71
59
Mendarahan
Rimba Campuran
30
146
2
22
94
30.30
19.90
0.84
60
Terap
Rimba Campuran
30
136
14
36
98
23.68
16.77
0.71
61
Jabon
Rimba Campuran
31
134
-31
-11
80
34.50
23.70
1.07
62
Keranji
Rimba Campuran
32
136
7
28
90
26.07
17.31
0.83
63
Resak
Rimba Campuran
32
150
-18
12
75
23.90
13.90
0.67
64
Kerupuk
Rimba Campuran
33
135
-12
10
70
28.23
16.41
0.84
65
Kerupuk
Rimba Campuran
33
110
-2
17
61
25.08
14.76
0.76
66
Mahang
Rimba Campuran
33
140
0
21
98
28.17
20.17
1.03
67
Bayur
Rimba Campuran
34
106
-44
-23
70
30.07
23.21
1.26
68
Bintangur
Rimba Campuran
34
126
-10
10
72
28.70
17.90
0.97
69
Mendarahan
Rimba Campuran
34
142
5
25
72
28.90
14.90
0.81
70
Mendarahan
Rimba Campuran
34
132
-6
14
86
29.10
19.90
1.08
71
Terap
Rimba Campuran
34.5
110
-15
7
67
24.23
16.41
0.92
72
Mahang
Rimba Campuran
35
132
-15
5
88
30.90
22.10
1.28
73
Penyalin
Rimba Campuran
35.5
132
2
23
90
26.26
18.26
1.08
74
Tengkawang
Rimba Campuran
36
136
13
33
100
26.10
18.90
1.15
75
Mahang
Rimba Campuran
37
148
10
31
106
27.79
19.79
1.28
76
Melahak
Rimba Campuran
37
140
17
36
100
27.39
18.97
1.22
77
Kerupuk
Rimba Campuran
38
138
-10
10
62
31.10
15.90
1.08
78
Penyalin
Rimba Campuran
38
108
-5
17
70
22.05
15.14
1.03
79
Ubar gunung
Rimba Campuran
38
142
-17
3
84
33.30
21.70
1.48
80
Bintangur
Rimba Campuran
38.5
100
-40
-20
51
29.50
19.70
1.38
81
Jabon
Rimba Campuran
39
146
5
26
100
28.36
19.60
1.40
82
Jabon
Rimba Campuran
40
150
6
27
94
28.93
18.26
1.38
83
Rambutan hutan
Rimba Campuran
40.5
98
-20
1
52
23.98
15.21
1.18
84
Kerupuk
Rimba Campuran
41
146
-4
17
112
30.07
23.60
1.87
85
Mesap
Rimba Campuran
41
123
-2
20
80
24.23
16.41
1.30
86
Bintangur
Rimba Campuran
43
144
0
19
80
31.82
18.34
1.60
87
Karet hutan
Rimba Campuran
43
144
3
20
82
34.68
20.09
1.75
88
Jabon
Rimba Campuran
43.5
90
-7
8
66
27.37
20.97
1.87
89
Melahak
Rimba Campuran
44
122
-4
14
78
29.50
19.72
1.80
90
Ubar gunung
Rimba Campuran
44
128
-25
-4
55
30.64
16.74
1.53
91
Melahak
Rimba Campuran
45
136
-26
-6
84
33.90
23.50
2.24
92
Mesak
Rimba Campuran
45
115
-9
10
72
27.61
18.55
1.77
93
Jabon
Rimba Campuran
46
112
-5
17
78
22.77
16.59
1.65
94
Mahang
Rimba Campuran
46
134
-35
-13
69
32.23
20.41
2.03
95
No
Nama jenis
Kelompok jenis
Dbh (Cm)
Ht (%)
Hb (%)
Hp (%)
Hcp (%)
Tt (m)
Tbc (m)
Va (m³)
95
Mahang
Rimba Campuran
47
146
12
33
92
27.02
16.74
1.74
96
Mahang
Rimba Campuran
47
148
5
25
98
30.10
20.10
2.09
97
Melahak
Rimba Campuran
48
128
-26
-2
60
27.17
15.83
1.72
98
Melahak
Rimba Campuran
49
148
8
28
102
29.50
20.30
2.30
99
Ubar gunung
Rimba Campuran
49
142
-9
12
104
30.26
23.02
2.60
100
Ubar gunung
Rimba Campuran
50
125
-2
16
60
29.72
15.28
1.79
101
Mendarahan
Rimba Campuran
51
125
-4
15
67
28.66
16.45
2.35
102
Melahak
Rimba Campuran
52
130
-3
17
72
28.10
16.50
2.20
103
Tebukau
Rimba Campuran
52
138
-4
14
85
33.06
21.28
3.00
104
Terap
Rimba Campuran
53
119
-7
10
59
31.15
17.03
2.72
105
Keranji
Rimba Campuran
54
148
-2
17
109
33.08
24.87
3.37
106
Mesap
Rimba Campuran
57.5
141
-5
12
97
35.85
25.50
4.83
107
Mesap
Rimba Campuran
58
141
2
18
100
36.25
26.00
4.83
108
Ubar gunung
Rimba Campuran
59
145
5
20
91
38.83
24.43
4.16
109
Jabon
Rimba Campuran
60
133
-15
3
104
34.39
27.94
4.77
110
Jabon
Rimba Campuran
60
133
-10
9
83
31.61
21.08
4.31
111
Kerupuk
Rimba Campuran
61
127
-13
8
69
28.17
17.12
3.48
112
Mesap
Rimba Campuran
61
140
-5
13
76
33.72
19.50
4.31
113
Jabon
Rimba Campuran
62
135
-8
11
109
31.61
26.13
3.87
114
Jabon
Rimba Campuran
62
145
-3
18
112
29.69
23.40
4.56
115
Ubar gunung
Rimba Campuran
67
148
1
18
107
36.09
26.44
5.92
116
Jinging
Rimba Campuran
70
138
-9
10
93
32.45
22.97
5.09
117
Jenging
Rimba Campuran
71
127
-5
11
82
34.50
23.25
6.37
118
Kayu sendok
Rimba Campuran
72
139
-5
11
83
37.50
23.50
6.85
119
Mesap
Rimba Campuran
73
141
-7
11
91
34.39
23.28
5.92
120
Kerupuk
Rimba Campuran
77
128
-24
-3
83
30.45
21.88
6.86
121
Ubar gunung
Rimba Campuran
77
134
-15
5
99
31.30
24.30
7.85
122
Ubar gunung
Rimba Campuran
79
119
-30
-10
85
31.30
24.50
9.24
123
Mesap
Rimba Campuran
80
146
-2
16
86
34.39
21.06
7.43
124
Mahang
Rimba Campuran
84
139
-5
9
100
42.64
31.50
11.25
125
Mahang
Rimba Campuran
85
140
1
18
93
34.21
23.15
7.86
126
Kerupuk
Rimba Campuran
86
136
11
27
98
32.75
23.25
8.82
127
Penyalin
Rimba Campuran
89
133
-20
-1
89
33.71
24.45
10.88
128
Binuang
Rimba Campuran
89.5
132
-34
-15
95
36.45
28.66
13.91
129
Kayu sendok
Rimba Campuran
106
133
-15
2
96
36.32
27.62
16.31
Keterangan : No pohon 129 adalah pohon contoh yang termasuk pencilan
96
Lampiran 12 Data pohon contoh kelompok jenis Rimba Campuran untuk tahap validasi No
Nama jenis
Kelompok jenis
Dbh (cm)
Ht (%)
Hb (%)
Hp (%)
Hcp (%)
Tt (m)
Tbc (m)
Va (m³)
1
Kayu Halap
Rimba Campuran
10
43
-12
8
32
12.50
10.30
0.05
2
Ubar gunung
Rimba Campuran
10
92
-2
19
55
19.40
12.36
0.06
3
Rengas
Rimba Campuran
11
50
-15
5
27
14.50
9.90
0.06
4
Rengas
Rimba Campuran
12.5
82
-4
16
34
18.70
9.10
0.07
5
Karet hutan
Rimba Campuran
13
96
4
23
57
20.87
12.66
0.10
6
Terap
Rimba Campuran
14
96
-3
13
52
26.25
15.25
0.14
7
Tengkawang
Rimba Campuran
15
45
-25
-14
25
26.95
19.68
0.21
8
Banitan
Rimba Campuran
16
92
-13
8
50
21.50
13.50
0.16
9
Mendarahan
Rimba Campuran
16
140
11
37
96
21.35
14.58
0.18
10
Banitan
Rimba Campuran
17
102
-1
19
68
22.10
15.30
0.21
11
Kayu sendok
Rimba Campuran
17.5
90
-10
12
50
19.68
12.41
0.18
12
Ubar gunung
Rimba Campuran
18
84
-15
5
43
21.30
13.10
0.20
13
Ubar gunung
Rimba Campuran
18.5
110
-6
14
55
24.70
13.70
0.22
14
Melahak
Rimba Campuran
19
120
-6
14
84
26.70
19.50
0.33
15
Tengkawang
Rimba Campuran
20
112
-12
9
70
25.12
17.12
0.32
16
Kayu Halap
Rimba Campuran
21
98
-2
19
56
20.55
12.55
0.26
17
Mesak
Rimba Campuran
21
132
-1
20
86
26.83
18.07
0.38
18
Keramo
Rimba Campuran
22
80
4
16
45
26.83
15.17
0.35
19
Terap
Rimba Campuran
22
128
4
27
88
23.07
16.11
0.37
20
Ubar gunung
Rimba Campuran
22
102
-19
2
57
24.55
15.98
0.36
21
Rambutan hutan
Rimba Campuran
24
112
-2
18
59
24.30
13.70
0.37
22
Terap
Rimba Campuran
25
130
-7
14
80
27.60
18.07
0.53
23
Ubar gunung
Rimba Campuran
26
98
-9
12
58
21.88
14.26
0.45
24
Jabon
Rimba Campuran
27
136
5
29
100
23.33
17.33
0.60
25
Rengas
Rimba Campuran
27
120
-26
-7
35
32.24
14.34
0.49
26
Melahak
Rimba Campuran
28
98
-2
19
54
20.55
12.17
0.45
27
Terap
Rimba Campuran
28
100
-9
12
70
22.26
16.55
0.61
28
Tanam haloq
Rimba Campuran
29
116
-5
17
80
23.50
16.95
0.67
29
Ubar gunung
Rimba Campuran
29
138
2
22
98
28.70
20.70
0.82
30
Mendarahan
Rimba Campuran
30
122
-14
9
78
25.15
17.50
0.74
31
Mahang
Rimba Campuran
31.5
146
10
32
108
26.23
19.32
0.90
32
Keranji
Rimba Campuran
33
118
0
21
86
23.98
17.88
0.92
33
Mahang
Rimba Campuran
33
148
10
31
112
27.79
20.93
1.07
34
Karet hutan
Rimba Campuran
33.5
142
1
22
102
28.36
20.74
1.10
35
Kerupuk
Rimba Campuran
34
140
-12
17
84
22.47
14.74
0.80
36
Terap
Rimba Campuran
34.5
80
-34
-11
55
21.33
16.98
0.95
37
Mahang
Rimba Campuran
37
150
12
34
96
26.59
16.77
1.08
38
Kerupuk
Rimba Campuran
38
136
-15
9
65
26.67
14.83
1.01
39
Tengkawang
Rimba Campuran
38
140
-28
-7
96
33.50
25.12
1.71
40
Karet hutan
Rimba Campuran
38.5
134
3
22
92
29.08
20.24
1.41
41
Ubar gunung
Rimba Campuran
39
120
-11
9
82
27.70
20.10
1.44
42
Binuang
Rimba Campuran
40
98
-35
-13
50
25.68
16.95
1.28
43
Jenging
Rimba Campuran
41
110
-20
1
45
26.26
13.88
1.10
44
Binuang
Rimba Campuran
42
150
-12
10
114
30.95
24.41
2.03
45
Banitan
Rimba Campuran
43.5
132
-10
10
88
29.90
21.10
1.88
97
No
Nama jenis
Kelompok jenis
Dbh (cm)
Ht (%)
Hb (%)
Hp (%)
Hcp (%)
Tt (m)
Tbc (m)
Va (m³)
46
Kerupuk
Rimba Campuran
45
126
-26
-5
82
30.45
22.07
2.11
47
Bayur
Rimba Campuran
46
92
-34
-12
58
24.41
18.23
1.82
48
Kerupuk
Rimba Campuran
47
144
-24
-2
98
32.05
23.68
2.46
49
Mahang
Rimba Campuran
48
144
2
23
94
28.55
19.02
2.06
50
Mahang
Rimba Campuran
48.5
148
0
20
120
31.10
25.50
2.83
51
Jabon
Rimba Campuran
52
148
1
20
102
32.45
22.76
3.34
52
Mendarahan
Rimba Campuran
52.5
129
-2
17
73
29.08
17.29
2.01
53
Mahang
Rimba Campuran
55
127
3
24
68
25.12
13.88
2.40
54
Terap
Rimba Campuran
59
132
1
18
72
32.32
18.21
3.60
55
Keranji
Rimba Campuran
60
125
-5
12
78
32.09
21.03
4.52
56
Ubar gunung
Rimba Campuran
61.5
133
-2
17
58
29.92
14.13
2.53
57
Ubar gunung
Rimba Campuran
65
142
-2
16
92
33.50
22.39
3.67
58
Ubar gunung
Rimba Campuran
71
128
-5
12
83
32.79
22.21
5.78
59
Penyalin
Rimba Campuran
73
147
11
30
112
30.13
22.76
7.84
60
Penyalin
Rimba Campuran
77
130
-32
-11
80
32.36
22.83
7.63
61
Melahak
Rimba Campuran
85
140
1
18
93
34.21
23.15
7.86
62
Keranji
Rimba Campuran
88
142
-10
8
106
35.28
27.28
12.26
63
Jabon
Rimba Campuran
92
147
-28
-8
90
36.50
25.10
9.93