PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA HUTAN DI AREAL IUPHHK-HA PT. DIAMOND RAYA TIMBER, DUMAI, PROVINSI RIAU
MURDHANI PURBA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Potensi Biomassa Hutan di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skipsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2014 Murdhani Purba NIM E14090047
ABSTRAK MURDHANI PURBA. Pendugaan Potensi Biomassa Hutan di Areal IUPHHKHA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau. Dibimbing oleh ELIAS. Hutan mempunyai peranan penting dalam menyerap CO2 yang digunakan dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan O2 dan sebagian besar energi tersebut berada dalam bentuk biomassa. Salah satu tipe hutan yang memiliki penyimpanan biomassa ialah hutan rawa gambut. Tujuan penelitian ini adalah menghitung potensi dan sebaran biomassa di areal hutan alam rawa gambut. Potensi total biomassa hutan sebesar 17 297 664 ton pada areal seluas 90 956 ha. Sebaran biomassa hutan alam gambut di areal ini diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu kelas rendah memiliki potensi biomassa kurang dari 215.56 ton/ha, kelas sedang memiliki potensi biomassa antara 215.56 ton/ha sampai 319.86 ton/ha, kelas tinggi memiliki potensi biomassa antara 319.86 ton/ha sampai 486.53 ton/ha, dan kelas sangat tinggi memiliki potensi biomassa lebih besar dari 486.53 ton/ha. Penyebaran potensi biomassa hutan alam gambut ini meliputi kelas potensi rendah seluas 61 100 ha dengan potensi biomassa 10 387 000 ton, kelas potensi sedang seluas 17 600 ha dengan potensi biomassa 4 595 888 ton, kelas potensi tinggi seluas 5 800 ha dengan potensi biomassa 2 195 880 ton, dan kelas potensi sangat tinggi seluas 200 ha dengan potensi biomassa 118 896 ton. Kata kunci: biomassa, hutan rawa gambut, sebaran biomassa ABSTRACT MURDHANI PURBA. Estimation of Forest Biomass Potential in Areas of IUPHHKHA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Riau Province. Supervised by ELIAS. Forest has an important role in absorbing CO2 which used in the process of photosynthesis to produce O2 and most of the produced energy is in the form of biomass. One type of forest that has biomass storage is peat swamp forest. The purpose of this study is to calculate the potential and the distribution of biomass in the area of peat swamp forest. The results of the study showed that forest biomass on 90 956 ha area are 17 297 664 tons. Distribution of natural peat forest biomass in this area is classified into four classes, they are low grade that has biomass potential less than 215.56 tons/ha, medium grade that has biomass potential between 215.56 to 319.86 tons/ha, high grade that has biomass potential between 319.86 to 486.53 tons/ha, and very high grade that has biomass potential more than 486.53 tons/ha. The spread of peat swamp forest consist of in low grade peat 61 100 ha with 10 387 000 tons biomass, in medium grade 17 600 ha with 4 595 888 tons biomass, in high grade 5 800 ha with 2 195 880 tons biomass and very high grade 200 ha with 118 896 tons biomass. Keywords : biomass , distribution of biomass, peat swamp forest
PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA HUTAN DI AREAL IUPHHK-HA PT. DIAMOND RAYA TIMBER, DUMAI, PROVINSI RIAU
MURDHANI PURBA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Pendugaan Potensi Biomassa Hutan di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau Nama : Murdhani Purba NIM : E14090047
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Elias Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc. F. Trop Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pendugaan Potensi Biomassa Hutan di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Elias, selaku dosen pembimbing juga kepada Tomi Yuwono S.Hut, yang memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam menyelesaikan penelitian ini dan PT Diamond Raya Timber atas izin tempat dan bantuan akomodasi yang diberikan selama pelaksanaan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, abang, kakak, adek, keluarga OMDA Partaru (angkatan 46), temanteman satu kontrakan, MNH46 serta seluruh civitas Fakultas kehutanan atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga tersusunnya skipsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang memerlukannya.
Bogor, Januari 2014 Murdhani Purba
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Metode Penelitian
2
Penghitungan Biomassa
4
Pembuatan Peta Sebaran Biomassa
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
5
Analisis Vegetasi
6
Potensi Volume Tegakan
8
Pendugaan Biomassa
9
Potensi Total dan Peta Sebaran Biomassa
SIMPULAN DAN SARAN
11
13
Simpulan
13
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
14
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tiga spesies tingkat pancang yang memiliki INP tertinggi Tiga spesies tingkat tiang yang memiliki INP tertinggi Tiga spesies tingkat pohon yang memiliki INP tertinggi Rata-rata volume per ha tiap kondisi hutan Potensi biomassa di hutan primer Potensi biomassa di hutan bekas tebangan Potensi biomassa di hutan sekunder Potensi biomassa di hutan terdegradasi Selang biomassa hutan di setiap kondisi hutan
6 7 8 8 9 9 10 10 11
DAFTAR GAMBAR 1 Plot contoh 2 Peta sebaran biomassa hutan di areal IUPHHK-HA PT DRT.
3 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 Nama jenis-jenis pohon pada plot contoh hutan rawa gambut PT. DRT, Dumai, Provinsi Riau 2 Kordinat titik pusat plot contoh di areal IUPHHK-HA PT. DRT, Dumai, Provinsi Riau 3 Potensi per plot dan per ha di setiap kondisi hutan
14 15 16
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang penting dan bermanfaat bagi kehidupan manusia dan mahkluk hidup lainnya. Manfaat hutan diantaranya adalah berupa hasil hutan kayu, hasil hutan non-kayu dan satwa, dan berfungsi sebagai penyimpan karbon, sumber keanekaragaman jenis dan genetik, pengatur tata air, habitat satwa liar, estetika dan lain-lain. Hutan berperan mengurangi gas rumah kaca (GRK) yang menjadi pemicu perubahan iklim global dengan cara mengikat gas CO2 di atmosfer. Gas-gas utama yang termasuk dalam GRK adalah karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), dan sulfur heksafluorida (SF6). Gas-gas tersebut merupakan gas-gas penyebab kerusakan lapisan ozon di atmosfer dan menyebabkan pemanasan global. Hutan menyerap karbon dioksida (CO2) yang ada di atmosfer melalui proses fotosintesis. Semakin sedikit hutan, semakin sedikit karbon dioksida yang diserapnya, sehingga semakin banyak pula karbon dioksida yang menebalkan selimut gas-gas rumah kaca di atmosfer. Diantara banyaknya jenis-jenis hutan yang terdapat di Indonesia, salah satunya adalah hutan gambut. Hutan gambut merupakan salah satu tipe hutan yang mempunyai peran penting sebagai penyangga (buffer) lingkungan. Hal ini berhubungan dengan fungsi gambut dalam gatra hidrologis, biokimia dan ekologis. Secara hidrologis gambut dapat menyimpan air dimana gambut masih mentah (fibrik) dapat menyimpan air sangat besar antara 500% - 1 000% bobot (kg/m3)(Noor, 2001). Potensi lahan gambut di Indonesia sangat tinggi, yaitu dengan luas sekitar 20,6 juta ha, terdapat di tiga pulau besar, yaitu Sumatera (35%), Kalimantan (32%), Papua (30%), Sulawesi (3%), dan sisanya (3%) tersebar pada areal yang sempit (Wibowo dan Suyatno, 1998) Lahan gambut mempunyai peran yang sangat penting dalam penyimpanan karbon. Hingga saat ini informasi dan penelitian mengenai potensi dan sebaran biomassa dan massa karbon hutan gambut masih sangat sedikit. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai hal tersebut. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi potensi dan sebaran biomassa di areal hutan alam rawa gambut PT. Diamond Raya Timber (DRT), Dumai, Provinsi Riau. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat mengenai informasi potensi dan sebaran biomassa hutan gambut di areal IUPHHKA-HA PT. DRT, Dumai, Provinsi Riau yang nantinya dapat digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan.
2
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian berlokasi di areal IUPHHK-HA PT. DRT, Dumai, Provinsi Riau. Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2013. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini : peta areal kerja, data Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) PT. DRT, pita ukur, tongkat kayu (1.30 m dan 4.0 m), phi-band, Global Positioning System (GPS), baterai, clinometer, kompas, label, steples tembak, spidol permanen, cat, kuas, kamera digital, alat tulis, tali plastik, tally sheet dan seperangkat komputer pribadi yang dilengkapi dengan perangkat lunak Microsoft Office (Word dan Excel), serta aplikasi pengolahan citra dan pemetaan Arc GIS 9.3 dan Arc View 3.2. Metode Penelitian Pembuatan Plot Contoh Dalam areal IUPHHK-HA PT. DRT diasumsikan terdapat 4 kondisi hutan alam gambut. Keempat kondisi hutan alam gambut tersebut adalah sebagai berikut: 1) Kondisi hutan alam gambut primer didefinisikan sebagai hutan alam gambut yang belum banyak mengalami gangguan dan memiliki tajuk hutan yang masih rapat. 2) Kondisi hutan gambut bekas tebangan didefinisikan sebagai hutan yang telah mengalami aktivitas pemanenan hutan, namun masih memiliki potensi vegetasi yang tinggi (tajuk masih rapat). 3) Kondisi hutan gambut sekunder didefinisikan sebagai hutan bekas tebangan yang telah mengalami gangguan lebih lanjut sehingga potensinya menurun dan telah menunjukkan adanya jenis-jenis pionir yang berbeda dengan jenis alami sebelumnya. 4) Kondisi hutan gambut terdegradasi didefinisikan sebagai hutan sekunder yang telah mengalami gangguan lebih lanjut sehingga potensinya sangat sedikit dan hanya berupa semak, tumbuhan bawah atau tanah kosong (Suwarna et al, 2012). Pembuatan plot contoh sebanyak 26 buah yang tersebar pada keempat kondisi hutan alam gambut di atas ditentukan sebagai berikut : a. Penentuan plot contoh Penentuan plot contoh dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan kemudahan aksesibilitas dan ketersebaran plot contoh pada masing masing kondisi hutan. b. Penentuan titik pusat plot Penandaan dan pengukuran koordinat titik pusat plot contoh dengan menggunakan GPS. c. Pembuatan plot contoh Plot contoh terdiri atas 1 (satu) petak contoh berukuran 20 m x 20 m untuk pengukuran pohon dengan diameter 20 cm ke atas dan di dalamnya terdapat sub petak contoh berukuran 10 m x 10 m untuk pengukuran tiang serta sub petak contoh berukuran 5 m x 5 m untuk pengukuran pancang. Gambar petak contoh ini disajikan pada gambar 1.
3 20 m
P
10 m
5m
5m
P
20 m 10 m
Gambar 1 Plot Contoh Keterangan P Petak Contoh berukuran 5 X 5
: : Titik pusat plot contoh : Pengukuran pancang berdiameter 510 cm Petak Contoh berukuran 10 X 10 : Pengukuran tiang berdiameter 10-20 cm Petak Contoh berukuran 20 X 20 : Pengukuran pohon berdiameter 20 cm up
Metode Pengumpulan Data Cara pengumpulan data di lapangan adalah sebagai berikut: a. Menentukan sumbu X dan Y yang melalui titik koordinat pusat plot sehingga dapat ditarik garis sumbu X dan Y di lapangan. b. Pembuatan batas-batas plot ukur pancang, tiang, dan pohon dengan tali plastik. c. Mengidentifikasi jenis pancang, tiang, dan pohon. d. Pengukuran koordinat X dan Y lokasi pancang, tiang, dan pohon. e. Pengukuran tinggi total dan tinggi bebas cabang pancang, tiang, dan pohon. f. Pengukuran diameter pancang pada ketinggian 50 cm dari permukaan tanah, tiang dan pohon pada ketinggian 130 cm (dbh) dari permukaan tanah. g. Penandaan pancang, tiang, pohon dengan menggunakan label. Label tersebut berisi informasi jenis, diameter, dan tinggi bebas cabang, serta tinggi total pancang, tiang, dan pohon. Analisis Vegetasi Vegetasi yang berupa pohon (diameter ≥ 5 cm) diklasifikasikan berdasarkan tingkat pertumbuhannya, yakni (a) pancang yaitu permudaan yang memiliki diameter dari 5 cm sampai 10 cm, (b) tiang yaitu permudaan yang memiliki diameter mulai dari 10 cm sampai 20 cm, (c) pohon yaitu pohon yang telah memiliki diameter diatas 20 cm. Menurut Soerianegara dan Indrawan (2008), kerapatan tegakan, frekuensi, dominansi, dan INP dihitung dengan menggunakan rumus :
4
INP untuk pancang INP untuk tiang dan pohon Penghitungan Biomassa Penghitungan biomassa pohon dengan menggunakan persamaan alometrik lokal (hasil pembahasan Suwarna et al. 2012) W = 0.204 D2.393, R2 = 97 % dan data diameter pohon. Data diameter pohon hasil pengukuran pada plot-plot contoh kemudian dimasukkan ke dalam persamaan alometrik lokal tersebut sehingga diperoleh potensi biomassa masing-masing plot contoh dan biomassa di setiap kondisi hutan. Nilai rata-rata tersebut kemudian dibuat 4 selang nilai. Berdasarkan selang nilai tersebut, potensi biomassa hutan dibagi menjadi 4 kelas (sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah). Potensi biomassa hutan PT. DRT diperoleh dari data IHMB dan persamaan alometrik di atas. Hasil perhitungan potensi biomassa ini merupakan potensi biomassa keseluruhan pohon (termasuk biomassa akar di dalam tanah). Pembuatan Peta Sebaran Biomassa Pembuatan peta sebaran biomassa hutan untuk mengetahui potensi biomassa hutan di areal IUPHHK-HA PT. DRT yang disesuaikan dengan kelasnya. Potensi dan sebaran potensi biomassa hutan di areal tersebut diperoleh dari penghitungan biomassa pohon yang diperoleh dari data IHMB dan alometrik lokal biomassa pohon. Pembuatan peta ini menggunakan perangkat lunak Arc GIS 9.3 dan Arc View 3.2. Hasil pemetaan disajikan dalam bentuk peta sebaran potensi biomassa hutan.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian PT. DRT merupakan salah satu unit bisnis bidang pengusahaan hutan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan SK Menteri Kehakiman tanggal 27 September 1980 Nomor YA.5/116/2/1980. PT. DRT memperoleh IUPHHKHA berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor 403/Kpts/Um/6/1979 tanggal 27 Juni 1979 dan Perpanjangan IUPHHK-HA berdasarkan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 443/Kpts-II/1998 tanggal 8 Mei 1998. Luas areal yang dinyatakan sebagai areal kerja IUPHHK-HA PT. DRT adalah sebesar 90 956 ha. Secara geografis, areal IUPHHK-HA PT. DRT terletak pada koordinat 100050’-101013’ BT dan 01045’-02018’ LU. Menurut administrasi pemerintahan, PT. DRT terletak di Kecamatan Sinaboi, Bangko, Batu Hampar, Rimba Melintang, dan Sungai Sembilan, Kabupaten Rokan Hilir dan Kota Dumai, Propinsi Riau. Sedangkan menurut administrasi kehutanan, PT. DRT terletak pada kelompok hutan Sei Sinepis, yaitu Dinas Kehutanan Propinsi Riau, Dinas Kehutanan Kabupaten Rokan Hilir, dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Dumai. Adapun batas-batas wilayah PT. DRT adalah: a. Sebelah Utara : Selat Malaka dan lahan milik masyarakat b. Sebelah Timur : Selat Malaka c. Sebelah Selatan : HPH PT. Suntara Gajapati dan HTI PT. Ruas Utama Jaya d. Sebelah Barat : Lahan milik masyarakat dan perkebunan kelapa sawit (PT. Gunung Mas Raya dan PT. Sindora Seraya). Fisiologi tanah di areal IUPHHK-HA PT. DRT berdasarkan Buku Satuan Lahan dan Tanah Lembar Dumai, dikelompokkan ke dalam 3 grup, yaitu: Grup Kubah Gambut, Grup Aluvial, dan Grup Marin. Sedangkan formasi geologi di areal IUPHHK-HA PT. DRT berdasarkan Peta Satuan Lahan dan Tanah dari PPT dan Agroklimat Bogor (1990) Lembar Dumai dan Bagan Siapi-api (0817 dan 0818) terdiri dari: sedimen aluvium tersier dan kuarter. Komposisi jenis dan potensi flora hutan rawa gambut PT. DRT berdasarkan Istomo (2002) pada hutan primer di 9 PSP masing-masing 0.2 ha. Pada tingkat pohon terdapat 30 - 38 spesies contohnya Balam (Palaquium obovatum,), Jambu-Jambu (Eugenia sp.), dan Ramin (Gonystylus bancanus). Pada tingkat tiang dan pancang terdapat 20 - 22 spesies contohnya Balam (Palaquium obovatum,), Jambu-jambu ( Eugenia sp.), dan Pasir-pasir (Urandra secundiflora). Pada tingkat semai terdapat 17 - 18 spesies contohnya Pasir-pasir (Urandra secundiflora), Milas (Parastemon urophyllum), Jambu-Jambu ( Eugenia sp.) Spesies pohon yang dikategorikan sebagai pohon komersil adalah Balam (Palaquium obovatum), Meranti Batu (Shorea uliginosa), Meranti Bunga (Shorea teysmanniana), Durian Burung (Durio carinatus), Suntai (Palaquium obovatum), Bintangur (Calophyllum soulattri), Geronggang (Cratoxylon arborescens), Punak (Tetramerista glabra), Jangkang (Xylopia malayana), Pisang-Pisang (Mezzetia parviflora), dan Ramin (Gonystylus bancanus). Untuk tumbuhan bawah, semak, epifit, dan liana yang ada berjumlah sekitar 11 jenis tumbuhan bawah dan 7 spesies epifit, liana, dan semak. Komposisi jenis dan potensi fauna diketahui melalui pengamatan tim pemantau satwa liar dan pengelola lingkungan PT. DRT
6 yang menyebutkan bahwa telah ditemukan sekitar 13 spesies mamalia dan 58 spesies burung. Analisis Vegetasi Komposisi Spesies pada Tingkat Pancang Berdasarkan data yang diperoleh dari 26 plot contoh dan diasumsikan kedalam 4 kondisi hutan rawa gambut di HPH PT. DRT dengan Penentuan plot contoh dilakukan secara purposive sampling yang masing-masing memiliki luas 0.04 ha, diketahui yag teridentifikasi sebanyak 43 jenis. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Istomo (2006) bahwa jumlah seluruh jenis pohon di lokasi tersebut adalah 43 jenis. Analisis vegetasi tingkat pancang dibedakan berdasarkan empat kondisi hutan. Dari keempat kondisi hutan tersebut diperoleh spesies yang memiliki INP tertinggi yaitu untuk hutan primer dengan spesies Euginia jambos dan Ilex pleiobrachiata berturut-turut sebesar 31.67% dan 31.67%, pada hutan bekas tebangan dengan spesies Palaquium obovatum sebesar 54.44%, pada hutan sekunder dengan spesies Palaquium obovatum dan Ilex pleiobrachiata berturutturut sebesar 45% dan 45%, dan pada hutan terdegradasi dengan spesies Ilex pleiobrachiata. Tabel 1 menunjukkan tiga spesies tingkat pancang yang memiliki INP tertinggi. Tabel 1 Tiga spesies tingkat pancang yang memiliki INP tertinggi Kondisi hutan Primer
Bekas tebangan
Sekunder
Terdegradasi
No 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Spesies Euginia jambos Ilex pleiobrachiata Palaquium obovatum Palaquium obovatum Ilex pleiobrachiata Callophylum soulattri Palaquium obovatum Ilex pleiobrachiata Urandra scorpioides Ilex pleiobrachiata Palaquium pierre Tetramerista glabra
KR (%)
FR (%)
15 15 15 27.78 11.11 11.11 25 25 16.67 18.18 9.09 9.09
16.67 16.67 11.11 26.67 13.33 13.33 20 20 20 10 10 10
INP (%) 31.67 31.67 26.11 54.44 24.44 24.44 45 45 36.67 28.18 19.09 19.09
Komposisi Spesies pada Tingkat Tiang Analisis vegetasi tingkat tiang dibedakan berdasarkan empat kondisi hutan yang berbeda. Dari keempat kondisi hutan tersebut diperoleh spesies yang memiliki INP tertinggi yaitu untuk hutan primer dengan spesies Palaquium obovatum sebesar 66.09%, pada hutan bekas tebangan dengan spesies Palaquium obovatum sebesar 63.68%, pada hutan sekunder dengan spesies Palaquium
7 obovatum sebesar 58.18%, sedangkan pada hutan terdegradasi dengan spesies Arthocarpus sp. sebesar 69.48 %. Tabel 2 menunjukkan tiga spesies tingkat tiang yang memiliki INP tertinggi. Tabel 2 Tiga spesies tingkat tiang yang memiliki INP tertinggi Kondisi hutan Primer Bekas tebangan Sekunder
Terdegradasi
No 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Nama ilmiah Palaquium obovatum Lindera subumbelliflora Urandra scorpioides Palaquium obovatum Mangifera sp Urandra scorpioides Palaquium obovatum Carallia brachiata Horsfieldia glabra Arthocarpus sp. Palaquium obovatum Mangifera sp
KR (%) 24.14 13.79 13.79 23.64 7.27 9.09 23.08 11.54 7.69 25 12.50 12.50
FR (%) 18.75 6.25 12.50 20 10 10 13.64 13.64 9.09 14.29 14.29 14.29
DR (%) 23.20 18.53 12.23 20.05 8.56 6.42 21.46 11.08 9.91 30.20 17.65 8.24
INP (%) 66.09 38.57 38.52 63.68 25.83 25.51 58.18 36.26 26.69 69.48 44.43 35.02
Berdasarkan dari data tiga spesies yang memiliki INP tertinggi dari empat kondisi hutan yang berbeda, diperoleh bahwa yang paling mendominasi pada tingkat tiang adalah spesies Palaquium obovatum, dimana spesies tersebut berada pada tiga kondisi hutan yang memiliki INP tertinggi. Suwarna et al. (2012) menyatakan juga bahwa pada tingkat permudaan semai, pancang, dan tiang di semua kondisi hutan alam gambut didominasi oleh satu jenis komersial yaitu Palaquium obovatum. Komposisi Spesies pada Tingkat Pohon Analisis vegetasi pada tingkat pohon dari empat kondisi hutan yang berbeda diperoleh INP spesies tertinggi pada hutan primer yakni spesies Carallia brachiata sebesar 29.31 %, hutan bekas tebangan dengan spesies Palaquium obovatum sebesar 59.51 %, hutan sekunder dengan spesies Palaquium obovatum sebesar 28.21 %, dan hutan terdegradasi dengan spesies Palaquium obovatum sebesar 65.09 %. Tabel 3 menunjukkan tiga spesies tingkat pohon yang memiliki nilai INP tertinggi.
8 Tabel 3 Tiga spesies tingkat pohon yang memiliki INP tertinggi Kondisi hutan
No 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Primer
Bekas tebangan
Sekunder
Terdegradasi
Nama ilmiah
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Carallia brachiata Euginia jambos Palaquium obovatum Palaquium obovatum Shorea uliginosa Camnosperma macrophylla Palaquium obovatum Mangifera sp Euginia jambos Palaquium obovatum Durio carinatus Shorea uliginosa
12.75 11.76 15.69 25.26 5.26 9.47 9.09 9.09 9.09 25 10.71 7.14
7.69 7.69 7.69 13.73 7.84 7.84 10.42 6.25 6.25 17.39 8.70 8.70
8.87 6.20 1.49 20.52 23.42 7.20 8.70 7.24 6.01 22.70 17.78 8.50
29.31 25.65 24.86 59.51 36.53 24.52 28.21 22.58 21.35 65.09 37.19 24.34
Berdasarkan hasil analisis vegetasi, menunjukkan bahwa spesies Palaquium obovatum merupakan spesies dengan INP tertinggi yang banyak ditemukan pada setiap kondisi hutan dan tingkat pertumbuhan. Tingginya INP Palaquium obovatum pada setiap tingkat pertumbuhan menunjukkan bahwa spesies ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya sehingga kemampuannya untuk bertahan hidup dan memperbanyak jenisnya besar. Hal ini sesuai dengan Istomo (2006) yang menemukan bahwa jenis dominan pada tingkat permudaan pohon di hutan alam gambut adalah Palaquium obovatum (balam), Shorea uliginosa (meranti batu), dan Gonystylus bancanus (ramin). Potensi Volume Tegakan Rumus yang dipakai dalam penghitungan volume pohon adalah rumus tabel volume yang diperoleh dari IHMB di DRT yakni : untuk kelompok jenis meranti V = 0.000022 D2.91799 dan untuk kelompok jenis rimba campuran V = 0.0000304 D2.8331, dengan V adalah volume dan D adalah diameter. Volume jenis pohon yang diperoleh dari rumus tersebut dibedakan berdasarkan permudaan pohon tiap kondisi hutannya, kemudian dihitung ke potensi per ha berdasarkan luasan tiap permudaan. Hasil penghitungan volume dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Rata-rata volume per ha tiap kondisi hutan Kondisi Hutan
Pancang
Volume (m3) Primer 9.88 Bekas Tebangan 7.69 Sekunder 4.14 Terdegradasi 6.52
Potensi per ha Tiang Pohon Volume (m3) 35.67 40.34 22.52 18.50
Volume (m3) 397.81 226.88 152.43 80.42
Volume Total (m3) 443.36 274.90 179.09 105.44
9 Tabel 4 menjelaskan mengenai jumlah potensi hutan (m3/ha) pohon-pohon berdiameter 5 cm ke atas dalam setiap kondisi hutan alam tropika rawa gambut. Dari empat kondisi hutan yakni hutan primer, bekas tebangan, sekunder, dan terdegradasi diperoleh rata-rata potensi per ha, secara berturut-turut adalah 443.36 m3/ha, 274.9 m3/ha, 179.09 m3/ha, dan 105.44 m3/ha. Jumlah potensi hutan mengalami penurunan sesuai dengan tingkat degradasi hutan seperti hutan bekas tebangan, hutan sekunder, dan hutan terdegradasi. Hutan terdegradasi memiliki potensi hutan yang terendah sesuai dengan tingkat degradasi yang paling rendah. Pendugaan Biomassa Hasil biomassa yang diperoleh dibedakan berdasarkan kondisi hutan yakni hutan primer, hutan bekas tebangan, hutan sekunder dan hutan terdegradasi, yang disajikan dalam bentuk biomassa per ha. Hasil perhitungan potensi biomassa dapat di lihat pada Tabel 5, 6, 7, dan 8. Tabel 5 Potensi biomassa di hutan primer No Plot 2 8 13 16 17 18 Rata-rata
Pancang
Potensi per ha Tiang Pohon
Biomassa(ton)
Biomassa(ton)
Biomassa(ton)
27 41.51 41.55 12.14 37.31 10.13 28.27
75.49 38.21 24.41 73.88 112.72 105.50 71.70
391.49 371.64 498.83 461.65 869.58 373.83 494.50
Biomassa Total (ton) 493.99 451.35 564.79 547.67 1 019.62 489.45 594.48
Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata potensi biomassa pada tingkat vegetasi pohon jauh lebih tinggi yaitu 494.50 ton/ha, diikuti permudaan tingkat tiang yaitu 71.70 ton/ha, dan permudaan tingkat pancang yaitu 28.27 ton/ha, dan rata-rata potensi biomassa total pada hutan primer sebesar 594.48 ton/ha. Tabel 6 Potensi biomassa di hutan bekas tebangan No Plot 3 4 7 14 19 20 23 25 Rata-rata
Pancang
Potensi per ha Tiang Pohon
Biomassa(ton)
Biomassa(ton)
Biomassa(ton)
0 30.55 24.10 0 14.40 65.77 14.24 19.99 21.13
79.79 93.55 83.39 71.30 79.59 115.94 62.23 81.35 83.39
775.21 221.09 119.61 251.15 236.36 159.14 243.44 186.61 274.08
Biomassa total (ton) 855.00 345.18 227.10 322.45 330.35 340.84 319.91 287.96 378.60
10 Rata-rata potensi biomassa pada tingkat vegetasi pohon jauh lebih tinggi yaitu 274.08 ton/ha, diikuti permudaan tingkat tiang yaitu 83.39 ton/ha, dan permudaan tingkat pancang yaitu 21.13 ton/ha. Potensi rata-rata biomassa total di hutan bekas tebangan sebesar 378.60 ton/ha. Tabel 7 Potensi biomassa di hutan sekunder
No Plot
Pancang
Potensi per ha Tiang Pohon
Biomassa(ton) Biomassa(ton) Biomassa(ton) 1 5 9 10 12 21 26 Rata-rata
14.48 0 9.19 20.53 13.05 28.75 0 12.29
46.76 11.87 65.82 18.72 82.15 83.57 12.54 45.92
207.79 265.87 149.42 205.54 196.31 95.87 299.70 202.93
Biomassa total (ton) 269.02 277.73 224.43 244.79 291.51 208.19 312.24 261.13
Rata-rata potensi biomassa total di hutan sekunder sebesar 261.13 ton/ha. Dari tabel 7 diketahui bahwa potensi rata-rata tertinggi terdapat pada tingkat vegetasi pohon yaitu sebesar 202.93 ton/ha, diikuti permudaan tingkat tiang sebesar 45.92 ton/ha, dan terendah pada permudaan tingkat pancang sebesar 12.29 ton/ha. Tabel 8 Potensi biomassa di hutan terdegradasi
No Plot
Pancang
Potensi per ha Tiang Pohon
Biomassa(ton) Biomassa(ton) Biomassa(ton) 6 11 15 22 24 Rata-rata
7.46 9.06 0 42.66 32.13 18.26
15.32 21.98 101.20 22.92 29.84 38.25
88.55 146.58 75.76 156.80 99.73 113.48
Biomassa total (ton) 111.34 177.62 176.96 222.38 161.70 170
Tabel 8 menunjukkan bahwa potensi rata-rata biomassa total di hutan terdegradasi sebesar 170 ton/ha. Dilihat dari hasil potensi biomassa di setiap permudaan potensi biomassa tertinggi terdapat pada vegetasi tingkat pohon yaitu sebesar 113.48 ton/ha, diikuti permudaan tingkat tiang sebesar 38.25 ton/ha dan terendah pada permudaan tingkat tiang yaitu sebesar 18.26 ton/ha. Apabila dibandingkan potensi biomassa antara keempat kondisi hutan, hutan yang memiliki rata-rata potensi biomassa total tertinggi adalah hutan primer sebesar 594.48 ton/ha, menyusul hutan bekas tebangan sebesar 378.60 ton/ha, dan hutan sekunder sebesar 261.13 ton/ha , sedangkan terendah yaitu hutan
11 terdegradasi sebesar 170 ton/ha. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan semakin tinggi kerusakan hutan maka semakin tinggi pula tingkat penurunan simpanan biomassa. Hal ini disebabkan oleh adanya simpanan biomassa yang hilang akibat proses dekomposisi bahan organik mati dan proses pengeluaran biomassa keluar hutan. Pada penelitian ini, pengurangan biomassa pada tegakan hutan dari kondisi hutan primer menjadi kondisi hutan bekas tebangan akibat pemanenan hutan yaitu sebesar 215.88 ton/ha. Sejalan dengan hasil penelitian Tresnawan & Rosalina (2002) menyatakan bahwa pembukaan hutan dan perubahan dalam penggunaan lahan yang disebabkan oleh kegiatan pemanenan hutan mengakibatkan pengurangan biomassa dalam jumlah besar, yaitu ±100 ton/ha di hutan alam dataran rendah (lahan kering). Potensi Total dan Peta Sebaran Biomassa PT. DRT memiliki luas areal 90 956 ha dan memiliki areal efektif produksi seluas 76 523 ha, serta memiliki 847 plot Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB). Plot IHMB diklasifikasikan juga ke dalam 4 kelas sesuai dengan potensi biomassanya. Potensi biomassa pada hutan alam gambut diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelas tersebut berdasarkan dari 4 kondisi hutan dan potensi biomassa rata-rata setiap kondisi hutan alam gambut yang telah dibuat selang nilai. Hutan primer merupakan hutan yang memiliki potensi biomassa rata-rata tertinggi dan selang nilai lebih dari 486.53 ton/ha. Hutan tersebut masuk ke dalam potensi kelas sangat tinggi. Hutan bekas tebangan merupakan kondisi hutan yang memiliki selang biomassa diantara 319.86 ton/ha sampai 486.53 ton/ha dan masuk ke dalam potensi kelas tinggi. Pada potensi kelas sedang, selang biomassa 215.56 ton/ha sampai 319.86 ton/ha adalah hutan sekunder. Potensi biomassa rata-rata terendah yaitu hutan terdegradasi. Hutan tersebut masuk ke dalam potensi kelas rendah yang memiliki selang biomassa di bawah 215.56 ton/ha. Tabel 9 Selang biomassa hutan disetiap kondisi hutan Biomassa ratarata (ton/ha)
Selang biomassa (ton/ha)
Kelas
Warna
Primer
594.48
> 486.53
sangat tinggi
hijau tua
Bekas tebangan
378.60
319.86 – 486.53
tinggi
hijau
Sekunder
261.13
215.56 – 319.86
sedang
hujau muda
170
< 215.56
rendah
putih
Tipe Hutan
Terdegradasi
Peta sebaran biomassa dibuat dengan bantuan menggunakan Arc GIS 9.3 dan Arc View 3.2 dan disajikan pada gambar 2.
12
Gambar 2 Peta sebaran biomassa hutan di areal IUPHHK-HA PT DRT. Berdasarkan peta sebaran biomassa pada gambar 2 dapat dilihat bahwa warna kelas yang paling banyak mendominasi adalah kelas rendah (warna putih) sebanyak 611 plot (61 100 ha), disusul kelas sedang (warna hijau muda) sebanyak 176 plot (17 600 ha), lalu kelas tinggi (warna hijau) sebanyak 58 plot (5 800 ha), dan warna yang paling sedikit adalah kelas sangat tinggi (warna hijau tua) sebanyak 2 plot (200 ha). Untuk petak yang memiliki motif garis-garis merupakan petak yang tidak ada data dari data IHMB yang diperoleh. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa penyebaran biomassa di areal IUPHHK-HA PT. DRT yang paling banyak mendominasi adalah kelas rendah. Potensi total biomassa di areal IUPHHK-HA PT. DRT adalah 17 297 664 ton yang terdapat pada areal seluas 90 956 ha, dengan perincian sebagai berikut: areal berpotensi sangat tinggi seluas 200 ha dengan potensi 118 896 ton biomassa, areal berpotensi tinggi seluas 5 800 ha dengan potensi 2 195 880 ton biomassa, areal berpotensi sedang seluas 17 600 ha dengan potensi 4 595 888 ton biomassa, areal berpotensi rendah seluas 61 100 ha dengan potensi 10 387 000 ton biomassa.
13
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa potensi total biomassa di areal hutan alam rawa gambut PT. DRT, Dumai, Provinsi Riau adalah sebesar 17 297 664 ton pada areal seluas 90 956 ha. Sebaran biomassa hutan alam gambut di areal ini diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu kelas rendah memiliki potensi biomassa kurang dari 215.56 ton/ha, kelas sedang memiliki potensi biomassa antara 215.56 ton/ha sampai 319.86 ton/ha, kelas tinggi memiliki potensi biomassa antara 319.86 ton/ha sampai 486.53 ton/ha, dan kelas sangat tinggi memiliki potensi biomassa lebih besar dari 486.53 ton/ha. Penyebaran potensi biomassa hutan alam gambut ini meliputi kelas potensi rendah seluas 61 100 ha dengan potensi 10 387 000 ton biomassa, kelas potensi sedang seluas 17 600 ha dengan potensi 4 595 888 ton biomassa, kelas potensi tinggi seluas 5 800 ha dengan potensi 2 195 880 ton biomassa, dan kelas potensi sangat tinggi seluas 200 ha dengan potensi 118 896 ton biomassa. Saran Penelitian serupa perlu dilakukan kembali untuk mengetahui apakah potensi biomassa di areal hutan alam rawa gambut PT. DRT bertambah banyak atau berkurang dalam periode tertentu.
DAFTAR PUSTAKA Istomo. 2002. Kandungan Fosfor dan Kalsium serta Penyebarannya pada Tanah dan Tumbuhan Hutan Rawa Gambut [disertasi] Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Istomo. 2006. Kandungan Fosfor dan Kalsium pada Tanah dan Biomassa Hutan Rawa Gambut (studi kasus di wilayah HPH PT. Diamond Raya Timber, Bagan Siapi-Api, Provinsi Riau). Jurnal Manajemen Hutan Tropika 12(3):40-57 Noor M. 2001. Pertanian Lahan Gambut.Yogyakarta: Kanisius Soerianegara I, Indrawan A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Suwarna U, Elias, Darusman D, Istomo. 2012. Estimasi Simpanan Karbon Total dalam Tanah dan Vegetasi Hutan Gambut Tropika di Indonesia. Jurnal Manajemen Hutan Tropika 18(2):118-128 Tresnawan H, Rosalina U. 2002. Pendugaan Biomassa di atas Tanah pada Ekosistem Hutan Primer dan Hutan Bekas Tebangan (studi kasus Rutan Dusun Aro, jambi). Jurnal Manajemen Hutan Tropika8 (1): 15-29 Wibowo P, and Suyatno N. 1998. An Overview of Indonesia Wetland Sites-II (an Update Information): Included in the Indonesia Wetland Database. Wetlands International-Indonesia Programme dan Dirjen PHPA. Bogor
14 Lampiran 1 Nama jenis-jenis pohon pada plot contoh hutan rawa gambut PT. DRT, Dumai, Provinsi Riau No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Nama Lokal Arang-arang Babi kurus Balam Bengku Bintangur Cempeda Air Durian Durian bunga Durian burung Gerunggang Jambu-jambu Jangkang Kelat Kempas Laban Mahang Mangga-mangga Manggis-manggis Medang lendir Medang telur Mendarahan Menpisang Meranti Meranti anak Meranti batu Meranti bunga Meranti durian Meranti telur Milas Nangka-nangka Nyatoh Pasak linggan Pasir-pasir Pulai Punak Ramin Silumar Sungkai Simpur
Nama Ilmiah Myristica lowiana Ctenolophon parvifolius Palaquium obovatum Ganua motleyana Calophyllum inophyllum Artocarpus integer Durio zibethinus Durio sp. Durio caniratus Cratoxylon arborescens Euginia jambos Sterculia foetida Carallia brachiata Koompassia malaccensis Vitex pubescen Macaranga populifolia Mangifera parvifolia Garcinia sp. Alseodaphne umbelliflora Lindera subumbelliflora Knema cinerea Mezzetia parviflora Shorea sp. Shorea sp. Shorea uliginosa Shorea teysmanniana Shorea sp. Shorea sp. Parastemon urophyllum Arthocarpus sp. Payena leerii Aglaia rubiginosa Uranda secundiflora Alstonia pneumathopora Tetramerista glabra Gonystylus bancanus Jackia ornata Peronema canescens Dillenia excelsa
Famili Myristicaceae Linaceae Sapotaceae Sapotaceae Guttiferae Moraceae Bombacaceae Bombacaceae Bombacaceae Hyperiaceae Myrtaceae Malvaceae Rhizophoraceae Fabaceae Verbenaceae Euphorbiaceae Anacardiaceae Guttiferae Lauraceae Lauraceae Myristicaceae Annonaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Rosaceae Annonaceae Sapotaceae Meliaceae Icacianaceae Apocynaceae Theaceae Thymeleaceae Rubiaceae Verbenaceae Dilleniaceae
15 40 41 42 43
Suntai Terpis Terentang Timah-timah
Palaquium pierre Polyanthia sumatrana Camnosperma macrophylla Ilex bogoriensis
Sapotaceae Annonaceae Anacardiaceae Aquifoliaceae
Lampiran 2 Kordinat titik pusat plot contoh di areal IUPHHK-HA PT. DRT, Dumai, Provinsi Riau No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
No Plot 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
X (UTM) 739653 738611 734665 735695 735660 736672 737614 737612 738684 737637 737684 735858 736654 732089 732235 730249 729731 735352 734682 733671 732695 734134 733891 733181 732113 732149
Y (UTM) 234143 233352 235848 235598 235333 234982 234687 234487 234206 232853 232487 230857 231683 230655 232649 235133 234069 234069 230052 230031 230030 230044 230042 230046 231320 232316
3 4 5 2 5 1
0 2 3 0 2 5 2 4
2 0 1 4 2 3 0
1 2 0 4 4
No Plot
2 8 13 16 17 18
3 4 7 14 19 20 23 25
1 5 9 10 12 21 26
6 11 15 22 24
Kondisi
Primer
Bekas Tebangan
Sekunder
Terdegradasi
0,01 0,01 0,00 0,04 0,03
0,01 0,00 0,01 0,02 0,01 0,03 0,00
0,00 0,03 0,02 0,00 0,01 0,06 0,01 0,02
0,02 0,04 0,04 0,01 0,03 0,01
5 3 2 6 7 6
18,66 22,66 0,00 106,64 80,33
36,20 0,00 22,97 51,33 32,63 71,87 0,00
2 1 7 3 3
5 1 4 1 7 6 2
0,00 7 76,37 6 60,25 6 0,00 6 35,99 6 164,42 10 35,60 6 49,98 8
67,50 103,78 103,87 30,35 93,28 25,33
0,06 0,11 0,51 0,10 0,14
0,22 0,06 0,34 0,10 0,41 0,40 0,05
0,37 0,47 0,42 0,34 0,38 0,57 0,29 0,39
0,38 0,19 0,11 0,36 0,58 0,52 12 10 12 10 14 12 13 12
16 16 16 16 20 18
153,22 219,77 1012,02 229,20 298,42
5 6 6 6 5
2,46 4,25 2,02 4,60 2,75
6,13 9,29 3,94 5,84 5,91 2,30 9,26
33,83 6,25 2,89 7,43 6,36 4,09 6,79 4,97
11,60 10,94 15,85 15,62 30,60 10,85
1200 1600 2000 800 2000 400
N
3542,05 400 5863,18 800 3030,40 0 6272,03 1600 3989,04 1600
8311,47 800 10634,67 0 5976,75 400 8221,71 1600 7852,33 800 3834,92 1200 11988,00 0
31008,55 0 8843,49 800 4784,23 1200 10046,03 0 9454,53 800 6365,41 2000 9737,49 800 7464,43 1600
15659,78 14865,40 19953,15 18465,88 34783,20 14953,08
Pohon Volume biomassa N (m3) (kg)
467,57 9 118,67 7 658,20 11 187,19 11 821,50 7 835,69 9 125,35 12
797,86 935,48 833,90 713,04 795,92 1159,36 622,31 813,54
754,92 382,06 244,13 738,83 1127,23 1054,95
Potensi per Plot Pancang Tiang Volume biomassa Volume biomassa N N (m3) (kg) (m3) (kg)
2,55 2,83 0,00 16,02 11,18
4,93 0,00 2,79 6,57 4,38 10,33 0,00
0,00 11,92 8,36 0,00 4,89 25,40 4,84 6,08
9,56 15,34 14,78 4,06 12,38 3,15
500 300 200 600 700 600
7,46 9,06 0,00 42,66 32,13
14,48 0,00 9,19 20,53 13,05 28,75 0,00
200 100 700 300 300
500 100 400 100 700 600 200
6,41 10,97 51,21 9,94 13,99
21,71 5,70 34,10 9,78 40,52 40,43 5,38
37,30 47,28 41,88 34,04 38,37 56,53 28,74 38,56
37,68 18,92 11,39 36,14 58,00 51,91
15,32 21,98 101,20 22,92 29,84
46,76 11,87 65,82 18,72 82,15 83,57 12,54
79,79 93,55 83,39 71,30 79,59 115,94 62,23 81,35
75,49 38,21 24,41 73,88 112,72 105,50
Potensi per Ha Tiang Volume biomassa N (m3) (ton)
0,00 700 30,55 600 24,10 600 0,00 600 14,40 600 65,77 1000 14,24 600 19,99 800
27,00 41,51 41,55 12,14 37,31 10,13
Pancang Volume biomassa (m3) (ton)
Lampiran 3 Potensi per plot dan per ha di setiap kondisi hutan
125 150 150 150 125
225 175 275 275 175 225 300
300 250 300 250 350 300 325 300
400 400 400 400 500 450
N
61,43 106,21 50,61 115,02 68,81
153,22 232,24 98,50 146,04 147,84 57,57 231,58
845,67 156,21 72,17 185,79 159,01 102,13 169,81 124,22
290,09 273,60 396,21 390,61 765,05 271,31
88,55 146,58 75,76 156,80 99,73
207,79 265,87 149,42 205,54 196,31 95,87 299,70
775,21 221,09 119,61 251,15 236,36 159,14 243,44 186,61
391,49 371,64 498,83 461,65 869,58 373,83
Pohon Volume biomassa (m3) (ton)
70,39 120,00 101,83 140,98 93,98
179,86 237,94 135,40 162,39 192,74 108,33 236,96
882,97 215,41 122,41 219,83 202,27 184,05 203,40 168,86
337,32 307,85 422,37 430,81 835,43 326,37
Vtot (m3/ha)
111,34 177,62 176,96 222,38 161,70
269,02 277,73 224,43 244,79 291,51 208,19 312,24
855,00 345,18 227,10 322,45 330,35 340,84 319,91 287,96
493,99 451,35 564,79 547,67 1019,62 489,45
biomassa(ton/ha)
16
17
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Sisordak, Kec. Parmonangan, Kab. Tapanuli Utara, tanggal 12 Juli 1991, dari pasangan Bapak Ratlan Purba dan Ibu Hitda Hutabarat sebagai anak ketiga dari enam bersaudara. Pada tahun 2009, penulis menyelesaikan kegiatan belajar di SMA Swasta HKBP I Tarutung. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur USMI, serta terdaftar menjadi mahasiswa Departemen Manajemen Hutan, Fakultas kehutanan. Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis pernah mengikuti kepanitiaan BCR sebagai devisi komisi disiplin periode 2011/2012, panitia Temu Manajer sebagai komisi disiplin periode 2011/2012, anggota Forest Management Student Club (FMSC) periode 2010/2011, anggota UKM PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) periode 2009/2013, ketua OMDA PARTARU (Parsadaan Anak Rantau Tarutung) periode 2011/2012. Tahun 2010 penulis melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cikeong-Tangkuban Perahu. Tahun 2011 penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi. Tahun 2013 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Perum Perhutani KPH Banyumas Timur selama 2 bulan. Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Pendugaan Potensi Biomassa Hutan di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau” untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Elias.