PERBANDINGAN KETELITIAN METODE PENDUGAAN BIOMASSA PINUS DAN AGATHIS DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT
DINDA WAHYUNI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbandingan Ketelitian Metode Pendugaan Biomassa Pinus dan Agathis di Areal Rehabilitasi Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015 Dinda Wahyuni NIM E14110019
ABSTRAK DINDA WAHYUNI. Perbandingan Ketelitian Metode Pendugaan Biomassa Pinus dan Agathis di Areal Rehabilitasi Hutan Pendidikan Gunung Walat. Dibimbing oleh TATANG TIRYANA. Metode alternatif dalam pendugaan biomassa adalah metode konversi volume pohon menjadi biomassa diatas permukaan tanah dengan menggunakan kerapatan kayu dan faktor perluasan biomassa (Biomass Expansion Factor, BEF). Metode tersebut umum digunakan dalam pendugaan biomassa pohon terutama jika belum ada model-model alometrik yang sesuai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat ketelitian metode pendugaan biomassa melalui konversi volume pohon dalam menduga potensi biomassa pohon dan tegakan di areal rehabilitasi Hutan Pendididkan Gunung Walat (HPGW). Biomassa pohon dihitung menggunakan tiga metode yang terdiri dari metode alometrik, metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum, dan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik menghasilkan nilai-nilai dugaan biomassa yang relatif sama dengan metode alometrik. Dengan demikian, metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik dapat dijadikan sebagai metode alternatif dalam pendugaan potensi biomassa, khususnya di areal rehabilitasi HPGW. Kata kunci: pinus, agathis, biomassa, konversi volume, tingkat ketelitian
ABSTRACT DINDA WAHYUNI. Comparasion of Precision on Biomass Estimation of Pinus merkusii and Agathis loranthifolia in the Rehabilitation Area of Gunung Walat University Forest. Supervised by TATANG TIRYANA. An alternative method for estimating biomass is converting tree volume into aboveground tree biomass by using wood density and biomass expansion factor (BEF). This method is commonly used in estimating a tree biomass, especially when allometric biomass models are not available. The objective of this study was to analyze the precision of biomass estimation using the conversion of tree volume for estimating tree-level and stand-level biomass in the rehabilitation area of Gunung Walat University Forest (HPGW). Tree biomass was calculated using three methods, i.e. allometric models, tree volume conversion using a general wood density, and tree volume conversion using a specific wood density. The results showed that generally the volume conversion method using a spescific wood density produced relatively similar biomass estimates to the allometric method. Thus, the volume conversion method using a specific wood density can be used as an alternative method for estimating stand biomass, especially in the rehabilitation area of HPGW. Keywords: pine, agathis, biomass, volume conversion, precision
PERBANDINGAN KETELITIAN METODE PENDUGAAN BIOMASSA PINUS DAN AGATHIS DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT
DINDA WAHYUNI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perbandingan Ketelitian Metode Pendugaan Biomassa Pinus dan Agathis di Areal Rehabilitasi Hutan Pendidikan Gunung Walat. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Tatang Tiryana, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis. Bapak Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS yang telah membantu dan mengarahkan penulis. Kedua orang tua, Ayahanda Irvan dan Ibunda Irdanovia beserta keluarga atas doa dan motivasinya. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada keluarga besar Tim Pengelola Hutan Pendidikan Gunung Walat yang telah membantu selama pengumpulan data. Febryandi Randana, S.Hut dan teman-teman seperjuangan Lingga Buana, Andrian Hermawan, Elsa Puji Haryati, Robby Dwi Nugraha Febriana, Sisah Man, Siska Erma Lia, Iva Ayu Farihatun Nisa’, Nafisa Qurrotu Aini, Fadilla Ristia Aminda, Deni Rahmawati, Kartika Wulandari beserta temanteman Manajemen Hutan Angkatan 48 atas segala bantuan, dukungan, doa, dan motivasinya. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015 Dinda Wahyuni
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Pengumpulan Data
2
Pengukuran di Lapangan
2
Pengujian Kerapatan Kayu di Laboratorium
3
Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kerapatan Kayu Pinus merkusii dan Agathis loranthifolia
6
Pendugaan Biomassa Tingkat Pohon
7
Pendugaan Biomassa Tingkat Stratum
9
Pendugaan Biomassa Tingkat Populasi
11
SIMPULAN DAN SARAN
13
Simpulan
13
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
13
RIWAYAT HIDUP
15
DAFTAR TABEL 1 Jumlah pohon contoh Pinus merkusii pada setiap kelas diameter
3
2 Jumlah pohon contoh Agathis loranthifolia pada setiap kelas diameter
3
3 Statistik kerapatan kayu Pinus merkusii dan Agathis loranthifolia pada kelas diameter 315 cm
6
4 Potensi biomassa pohon Pinus merkusii dan Agathis loranthifolia
7
5 Uji-t, rata-rata bias, dan persen bias dalam pendugaan biomassa pohon
9
6 Potensi biomassa tingkat stratum
10
7 Uji-t, rata-rata bias, dan persen bias pada pendugaan potensi biomassa tingkat stratum
11
8 Hasil pendugaan potensi biomassa tingkat populasi
11
9 Uji-t, rata-rata bias, dan persen bias pada pendugaan potensi biomassa tingkat populasi
12
DAFTAR GAMBAR 1 Kandungan biomassa pohon Pinus merkusii
8
2 Kandungan biomassa pohon Agathis loranthifolia
8
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kawasan hutan terluas di dunia dan telah banyak memberi kontribusi terhadap peningkatan pendapatan negara. Beberapa tahun terakhir ini, kawasan hutan di Indonesia mulai terdegradasi akibat penebangan liar, kebakaran hutan, konversi lahan hutan, perluasan lahan pertanian yang tak terencana, dan kesenjangan sosial. Pada tahun 20112012 angka deforestasi di dalam dan di luar kawasan hutan diperkirakan telah mencapai 613.480 ha/tahun, yang mencakup kawasan hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservasi serta lahan di luar kawasan hutan (Kementerian Kehutanan 2014). Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi pada kawasan hutan yang terdegradasi. Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), yang terletak di Kabupaten Sukabumi, merupakan kawasan hutan hasil rehabilitasi yang dikelola oleh Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Rehabilitasi hutan memberikan manfaat berupa jasa lingkungan khususnya penyerapan karbon dioksida di atmosfer. Karbon dioksida (CO2) dari atmosfer diserap oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis dan salah satu hasilnya disimpan dalam bentuk biomassa di jaringan tumbuhan (Sutaryo 2009). Salah satu kegiatan yang penting dilakukan dalam evaluasi keberhasilan rehabilitasi hutan adalah pendugaan biomassa dan cadangan karbon (Janiatri 2012). Menurut Raison et al. (2009) dalam Wibowo et al. (2010) ada dua metode yang dapat digunakan dalam menduga biomassa hutan yakni metode pemanenan dan metode pendugaan dengan menggunakan model alometrik biomassa. Penyusunan model alometrik biomassa di HPGW, khususnya untuk pohon-pohon berdiameter kecil (diameter 10 cm), telah dilakukan oleh Handayani (2013) untuk menduga biomassa pohon Pinus merkusii, Mustofa (2013) untuk menduga biomassa pohon Agathis loranthifolia, dan Saputra (2014) untuk menduga biomassa pohon Schima wallichii. Metode pendugaan biomassa lainnya adalah konversi volume pohon menjadi biomassa pohon diatas permukaan tanah dengan menggunakan kerapatan kayu dan faktor perluasan biomassa (Biomass Expansion Factor, BEF). Metode tersebut umum digunakan dalam pendugaan biomassa pohon terutama jika belum ada model-model alometrik yang sesuai. Namun pendugaan melalui konversi volume pohon tersebut perlu diteliti lebih lanjut karena ketelitiannya sangat tergantung pada nilai kerapatan kayu dan BEF. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menentukan tingkat ketelitian metode pendugaan biomassa, khususnya untuk pendugaan biomassa di areal rehabilitasi HPGW. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat ketelitian metode pendugaan biomassa melalui konversi volume pohon dalam menduga potensi biomassa pohon dan tegakan di areal rehabilitasi HPGW.
2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berupa informasi mengenai metode yang dapat digunakan untuk pendugaan biomassa di suatu lokasi apabila model alometrik tidak tersedia. Rekomendasi metode pendugaan biomassa pohon juga bermanfaat bagi pihak HPGW dalam mengevaluasi keberhasilan program rehabilitasi hutan.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal rehabilitasi Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah pita ukur, pita keliling, alat ukur tinggi pohon (haga hypsometer dan galah), golok, bor riap, dempul kayu, timbangan digital, gelas ukur, cutter, jarum, aluminium foil, plastik kedap, koran, oven, alat tulis, kalkulator, kamera, dan tally sheet. Bahan yang digunakan adalah pohon P. merkusii dan A. loranthifolia, masing-masing 15 pohon contoh. Pengolahan data menggunakan Microsoft Office. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data hasil pengukuran pohon-pohon contoh di lapangan, yaitu diameter, tinggi, dan sampel kayu yang akan diuji kerapatan kayunya di laboratorium. Data sekunder adalah data yang berasal dari hasil penelitian sebelumnya, yaitu data hasil inventarisasi tegakan di areal rehabilitasi HPGW yang diukur oleh Sari (2015), model-model alometrik biomassa pohon yang disusun oleh Handayani (2013) dan Mustofa (2013), serta nilai BEF dan kerapatan kayu dari beberapa sumber pustaka. Pengukuran di Lapangan Pemilihan pohon contoh di lapangan dilakukan berdasarkan metode purpossive sampling, yaitu memilih pohon-pohon contoh (15 P. merkusii dan 15 A. loranthifolia) dengan memperhatikan keterwakilan diameter dari tegakan rehabilitasi HPGW. Adapun banyaknya pohon contoh pada setiap kelas diameter dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
3 Tabel 1 Jumlah pohon contoh Pinus merkusii pada setiap kelas diameter Kelas diameter (cm) 3.05.0 5.17.0 7.19.0 9.111.0 11.113.0 13.115.0
Jumlah pohon contoh 3 3 2 2 3 2
Tabel 2 Jumlah pohon contoh Agathis loranthifolia pada setiap kelas diameter Kelas diameter (cm) 3.04.0 4.15.0 5.16.0 6.17.0 > 7.0
Jumlah pohon contoh 3 3 4 4 1
Pohon-pohon contoh tersebut dipilih dari tegakan rehabilitasi dengan ciriciri tumbuh sehat atau bebas dari cacat dan memiliki diameter ≥ 3 cm. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kerusakan pada pohon yang berdiameter sangat kecil. Pada setiap pohon contoh dilakukan pengukuran diameter dan tinggi pohon serta pengambilan sampel kayu untuk uji kerapatan. Tahapan pengukuran diameter diawali dengan mengukur diameter pangkal (Dp) yaitu dengan mengukur diameter pangkal pohon diatas permukaan tanah serta pengukuran DBH (Diameter at Breast Height) dilakukan pada ketinggian 1.30 m. Diameter juga diukur pada ketinggian tertentu yaitu 20 cm diatas permukaan tanah untuk pohon yang tinggimya < 1.50 m (Tiryana dan Muhdin 2012). Pengambilan sampel kayu dilakukan dengan menggunakan bor riap pada masing-masing batang pohon contoh pada ketinggian 1.30 m dari atas permukaan tanah. Sampel kayu yang diambil berjumlah 2 buah untuk masing-masing pohon contoh. Setelah dibor, sampel kayu dibungkus aluminium foil kemudian dimasukkan kedalam plastik kedap udara agar kondisi sampel tidak berubah dari yang seharusnya. Lubang yang terbentuk pada pohon akibat bor kemudian didempul menggunakan dempul kayu untuk menghindari atau mengurangi kerusakan pohon tersebut. Pengujian Kerapatan Kayu di Laboratorium Penentuan kerapatan kayu dilakukan melalui uji laboratorium terhadap sampel kayu pinus dan agathis. Sampel uji ditimbang berat basah (Ba) dan diukur volumenya (Va), kemudian dibungkus koran dan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu (103±2)°C hingga beratnya konstan untuk memperoleh data berat dan volume kering tanurnya (BKT dan VKT). Pengukuran berat sampel kayu dilakukan menggunakan timbangan digital dan pengukuran volumenya menggunakan prinsip Archimedes. Kerapatan kayu ditentukan berdasarkan data berat sampel kayu dan volumenya pada kondisi kering tanur dengan rumus sebagai berikut:
4 Wd = BKT/VKT ............................................................................................(1) Wd= wood density (kerapatan kayu) (kg m-3), BKT= berat sample kayu kering tanur (kg), dan VKT= volume sample kayu kering tanur (m3) Analisis Data 1.
Perhitungan Biomassa Tingkat Pohon Biomassa yang diduga dalam penelitian ini yaitu biomassa diatas permukaan tanah (above ground biomass). Biomassa pohon dihitung menggunakan dua metode, yaitu model alometrik dan konversi volume sebagai berikut: Metode Alometrik Biomassa pohon (W, kg) dihitung berdasarkan data diameter pangkal (Dp, cm) dengan menggunakan model-model alometrik sebagai berikut: Pinus merkusii (Handayani 2013) : W = 0.0431 Dp2.5119 ...........................(2) Agathis loranthifolia (Mustofa 2013) : W = 0.0276 Dp2.945........................(3)
a.
b. Metode Konversi Volume dan BEF Biomassa dihitung berdasarkan data volume pohon, kerapatan kayu dan faktor perluasan biomassa dengan rumus sebagai berikut (Ketterings et al. 2001): W = Vt . Wd. BEF ....................................................................................(4) W= biomassa (kg), Vt = volume batang (m3), Wd = wood density (kerapatan kayu) (kg m-3), dan BEF = biomass Expansion Factor = 1.3 (IPCC 2003). dimana volume ditentukan berdasarkan data diameter dan tinggi total dengan menggunakan rumus silindir terkoreksi: Vt = ¼ . 3,14. d2 . t. f ...............................................................................(5) Vt= volume silinder terkoreksi (m3), d= diameter (cm), t= tinggi total (m), dan f= faktor/angka bentuk pohon = 0.6 (Krisnawati et al. 2012). Dalam penelitian ini, biomassa pohon (W) dihitung dengan menggunakan nilai kerapatan kayu umum (selanjutnya disebut Wu) dan kerapatan kayu spesifik (selanjutnya disebut Ws). Nilai kerapatan kayu umum diperoleh dari sumber pustaka (Martawijaya et al. 1989), yaitu P. merkusii sebesar 550 kg m-3 dan A. loranthifolia sebesar 480 kg m-3. Adapun nilai kerapatan kayu spesifik diperoleh dari pengambilan dan pengujian sampel kayu dari lokasi penelitian. 2.
Pendugaan Potensi Biomassa Tingkat Stratum dan Populasi Pendugaan potensi tegakan pada tingkat stratum dan populasi dilakukan dengan menggunakan data hasil pengukuran yang dilakukan oleh Sari (2015) di areal rehabilitasi HPGW. Pengolahan data mencakup rekapitulasi data biomassa pada setiap plot contoh disetiap stratum dan perhitungan potensi biomassa per umur tegakan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Rata-rata potensi biomassa untuk stratum ke-h n
y̅ h =
h y ∑i=1 h,i
nh
…................................................................................................(6)
b. Ragam rata-rata potensi biomassa untuk stratum ke-h 𝑆𝑦2̅ℎ =
𝑆𝑦2ℎ 𝑛ℎ
𝑛
(1 − 𝑁ℎ ) .......................................................................................(7) ℎ
5 n
Dimana: S2yh =
n
2
h y2 -((∑ h y ) /n ) ∑i=1 h h,i i=1 h,i
nh -1
.................................................................(8)
Total dugaan potensi biomassa untuk stratum ke-h 𝑌̂ = 𝑁ℎ . 𝑦̅ℎ .....................................................................................................(9) d. Ragam total dugaan potensi biomassa untuk stratum ke-h S2Ŷ h =(Nh )2 .S2ŷh .............................................................................................(10) Kemudian dilanjutkan dengan menghitung potensi biomassa total pada seluruh areal yang dilakukan dengan rumus-rumus sebagai berikut: e. Rata-rata potensi biomassa N y̅st = ∑Lh=1 Nh y̅h .............................................................................................(11) f. Ragam rata-rata total potensi biomassa c.
N
g. h. i.
2
S2y̅st = ∑Lh=1 ( Nh ) S2y̅h .....................................................................................(12) Total dugaan potensi biomassa Ŷ st =N.y̅st .......................................................................................................(13) Ragam total potensi biomassa S2Ŷ st =N2 .S2ŷst ...................................................................................................(14) Selang kepercayaan (1-α).100% bagi rata-rata total potensi biomassa y̅st ± (t(α,n-L) .√S2y̅st ) ......................................................................................(15) 2
j.
Selang kepercayaan (1-α).100% bagi total potensi biomassa 𝑌̅𝑠𝑡 ± (𝑡(𝛼,𝑛−𝐿) . √𝑆𝑌2̅𝑠𝑡 ) ................................................................................(16) 2
k.
Kesalahan penarikan contoh (sampling error) SE=
tα .√S̅2yst (2,n-L)
L Nh N nh n ta/2(n-1)
y̅st
.100% ...................................................................................(17)
= jumlah stratum dalam populasi = ukuran stratum ke-h (total unit contoh pada stratum ke h) = ukuran populasi (total unit contoh dalam populasi); N= ∑Lh=1 Nh = ukuran contoh pada stratum ke-h = ukuran contoh pada populasi (total unit contoh seluruh strata); n= ∑Lh=1 nh = nilai table t-student, untuk kepraktisan biasanya digunakan nilai ta/2(n-1) = 2
3.
Pembandingan Metode Pendugaan Biomassa Untuk membandingkan ketelitian pendugaan biomassa dari metode konversi volume dan metode alometrik dilakukan uji-t berpasangan dan perhitungan rata-rata dan persen bias sebagai berikut: a. Uji-t Berpasangan Data hasil penelitian diuji menggunakan uji-t berpasangan untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang nyata antara nilai dugaan biomassa yang dihitung menggunakan persamaan alometrik (Wa), metode konversi volume umum (Wu), dan metode konversi volume spesifik (Ws). Uji-t berpasangan
6 dilakukan menggunakan Microsoft Excel berdasarkan persamaan (Walpole 1982) sebagai berikut: thit =
d̅ -do sd /√n
...............................................................................................(18)
𝑑̅ = rata-rata pengamatan, n = jumlah pengamatan, dan 𝑠𝑑 = simpangan baku Hipotesis yang diuji: H0: rata-rata biomassa dari metode konversi volume sama dengan rata-rata biomassa dari metode alometrik H1: rata-rata biomassa dari metode konversi volume tidak sama dengan rata-rata biomassa dari metode alometrik Kaidah keputusan: tolak Ho jika thit < - ta/2(n-1) atau thit > ta/2(n-1) b. Rata-rata Bias Untuk melihat bias dari masing-masing rumus digunakan statistik rata-rata bias sebagai berikut (Huang et al. 2003 dalam Tiryana 2011): ∑n eij
ME= i=0 ...................................................................................................(19) n dimana eij= Wi – W’i. Dengan demikian bias dapat mengukur kecenderungan overestimate atau underestimete dari pengukuran masing-masing rumus. c. Persen Bias Persen bias masing-masing rumus dapat diketahui menggunakan persamaan sebagai berikut (Huang et al. 2003 dalam Tiryana 2011): 100 . ME
PE%= ∑n
i=1 Wi/n
.............................................................................................(20)
HASIL DAN PEMBAHASAN Kerapatan Kayu Pinus merkusii dan Agathis loranthifolia Kerapatan kayu yang diukur pada penelitian ini adalah kerapatan pada kondisi kering tanur, yang merupakan hasil perbandingan antara berat kering tanur dengan volume kering tanur. Hasil perhitungan kerapatan kayu P. merkusii dan A. loranthifolia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Statistik kerapatan kayu Pinus merkusii dan Agathis loranthifolia pada kelas diameter 315 cm Statistik 𝑥̅ (kg m-3)
sd (kg m-3) Max (kg m-3) Min (kg m-3) CV (%) r
Pinus 452.33 54.29 540.32 368.42 12.00 0.48
Agathis 478.66 51.68 582.19 408.66 10.79 -0.28
𝑥̅ : rata-rata; sd: simpangan baku, Max: nilai maksimum, Min: nilai minimum, CV: coefficient of variation, r: koefision korelasi antara kerapatan kayu dengan diameter
7 Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pertambahan diameter pohon tidak menyebabkan perubahan kerapatan kayu secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari kecilnya nilai koefision korelasi antara kerapatan kayu dengan diameter, yaitu 0.48 untuk P. merkusii dan -0.28 untuk A. loranthifolia, yang menunjukkan bahwa hubungan antara diameter pohon P. merkusii atau A. loranthifolia dengan kerapatan kayu tidak erat. Rata-rata kerapatan kayu pada P. merkusii adalah 452.33 kg m-3 (berat jenis 0.452) dan 478.66 kg m-3 (berat jenis 0.479) untuk A. loranthifolia pada kisaran diameter 315 cm. Hasil ini sesuai dengan Martawijaya et al. (1989) yang menyatakan bahwa berat jenis untuk P. merkusii berkisar antara 0.400.75 dan A. loranthifolia berkisar antara 0.360.64. Berdasarkan nilai simpangan baku dan koefisien variasi dapat diketahui bahwa secara umum kerapatan kayu P. merkusii dan A. loranthifolia cenderung relatif homogen. Namun demikian, kerapatan kayu P. merkusii sedikit lebih beragam dibanding kerapatan kayu A. loranthifolia. Pendugaan Biomassa Tingkat Pohon Biomassa merupakan total bahan organik yang hidup diatas tanah pada pohon termasuk daun, ranting, cabang, batang, dan kulit yang dinyatakan dalam berat kering oven ton per satuan luas areal (Brown 1997). Biomassa terbentuk karena adanya proses fotosintesis pada tanaman yakni penyerapan CO2 dari udara dan mengubah zat tersebut menjadi bahan organik, dimana karbon merupakan komponen penting dalam penyusun biomassa tanaman. Pendugaan potensi biomassa dilakukan untuk memperoleh informasi kandungan karbon yang tersimpan pada suatu pohon ataupun tegakan. Hasil pendugaan potensi biomassa pohon P. merkusii dan A. loranthifolia dengan menggunakan tiga metode disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Potensi biomassa pohon Pinus merkusii dan Agathis loranthifolia Jenis Pinus Agathis
Statistik 𝑥̅ sd 𝑥̅ sd
Wa 21.77 17.75 7.70 5.09
Potensi Biomassa (kg) Wu Ws 36.09 30.80 27.95 24.63 7.60 7.40 4.70 4.36
𝑥̅ : rata-rata, sd: simpangan baku, Wa: nilai biomassa dari metode alometrik, Wu: nilai biomassa dari metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum, dan Ws: nilai biomassa dari metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik
Hasil perhitungan potensi biomassa pada Tabel 4 menunjukkan bahwa potensi biomassa yang tersimpan pada pohon P. merkusii lebih besar dibandingkan dengan A. loranthifolia baik pada pendugaan biomassa metode alometrik maupun metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum dan spesifik. Hal ini terjadi karena sampel pohon P. merkusii memiliki rata-rata diameter yang lebih besar dibandingkan dengan A. loranthifolia. Semakin besar diameter pohon maka biomassanya pun semakin besar. Kusmana et al. (1992) dalam Hendra (2002) menyatakan bahwa biomassa akan meningkat sampai umur tertentu (umur dinyatakan oleh perwakilan kelas diameter) dan kemudian pertambahan biomassa akan semakin menurun sampai akhirnya berhenti berproduksi (mati). Hubungan
8 biomassa dan diameter pada pohon P. merkusii dan A. loranthifolia dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2 berikut ini.
Biomassa (kg)
100 80 60 Wa (kg) 40
Wu (kg)
20
Ws (kg)
0 0
5
10 Diameter (cm)
15
20
Gambar 1 Kandungan biomassa pohon Pinus merkusii
Biomassa (kg)
25 20 15 Wa (kg) 10
Wu (kg)
5
Ws (kg)
0 0
2
4
6 8 Diameter (cm)
10
12
Gambar 2 Kandungan biomassa pohon Agathis loranthifolia Gambar 1 dan 2 menunjukkan bahwa hasil pendugaan biomassa P. merkusii dan A. loranthifolia pada diameter 3−10 cm dengan metode alometrik, metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum maupun metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan, sedangkan untuk kelas diameter lebih dari 10 cm pada P. merkusii menunjukan perbedaan yang besar dimana hasil pendugaan biomassa dengan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum lebih besar dibandingkan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik maupun alometrik. Berdasarkan Gambar 1 dan 2 diatas juga diketahui bahwa semakin besar diameter maka bias pendugaan biomassa juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Nelson et al. (1999) dalam Basuki et al. (2009) yang menyatakan bahwa bias pendugaan biomassa sebesar 1060% dapat terjadi pada pohon berdiameter kecil (5−25 cm) dan bias akan semakin bertambah jika diameter pohon semakin besar. Rata-rata bias (Tabel 5) menunjukkan bahwa pendugaan biomassa menggunakan metode konversi volume dengan kerapatan kayu umum dan spesifik cenderung lebih besar (overestimate) dibanding metode alometrik pada P. merkusii,
9 sedangkan pada A. loranthifolia cenderung lebih rendah (understimate) dibanding metode alometrik. Overestimate yang sangat besar pada biomassa P. merkusii terjadi karena model persamaan alometrik yang digunakan pada penelitian ini disusun dari pohon-pohon contoh dengan diameter 0.110 cm. Oleh karena itu akan terjadi overestimate ataupun underestimate yang sangat besar apabila diameter pohon diatas 10 cm, sehingga pendugaan biomassa pada tingkat pohon dengan menggunakan metode alometrik untuk P. merkusii dan A. loranthifolia akan lebih teliti apabila diameter pohonnya berkisar antara 0.110 cm. Hal ini sejalan dengan penelitian Basuki et al. (2009) yang menyatakan bahwa berbedanya hasil prediksi biomassa persamaan Kettering et al. (2001) terjadi karena pohon-pohon yang digunakan untuk membangun persamaan Kettering et al. (2001) tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan pohon-pohon pada penelitiannya. Tabel 5 Uji-t, rata-rata bias, dan persen bias dalam pendugaan biomassa pohon Uji-t Wu-Wa Ws-Wa * Pinus 5.248 4.356* Agathis -0.399 -0.842 Jenis
Rata-rata bias Persen bias (%) t tabel (α = 5%) Wu-Wa Ws-Wa Wu-Wa Ws-Wa 2.145 14.324 9.032 39.689 29.327 2.145 -0.102 -0.295 1.343 3.984
*Berbeda nyata pada taraf 5%, Wa: nilai biomassa dari metode alometrik, Wu: nilai biomassa dari metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum, dan Ws: nilai biomassa dari metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik
Hasil uji-t pada Tabel 5 menunjukan bahwa penggunaan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum dan spesifik dalam pendugaan biomassa pohon berbeda nyata terhadap metode alometrik untuk pohon P. merkusii, sehingga penggunaan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum dan spesifik akan menghasilkan nilai dugaan biomassa yang berbeda dibandingkan dengan metode alometrik. Pada pohon A. loranthifolia, nilai-nilai dugaan biomassa dari metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum, metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik, dan metode alometrik tidak menunjukan perbedaan secara signifikan, sehingga untuk menduga biomassa pohon A. loranthifolia dapat menggunakan salah satu metode tersebut. Tabel 5 menjelaskan bahwa penggunaan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik pada P. merkusii akan menghasilkan ketelitian lebih baik dibandingkan dengan motede konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum, sedangkan penggunaan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum pada A. loranthifolia akan menghasilkan ketelitian yang lebih baik dibandingkan penggunaan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik. Hal ini dapat dilihat dari hasil persen bias masing-masing metode, semakin kecil persen bias suatu metode maka semakin teliti metode tersebut. Pendugaan Biomassa Tingkat Stratum Pendugaan potensi biomassa tingkat stratum merupakan lanjutan dari pendugaan biomassa tingkat pohon. Sari (2015) menyebutkan bahwa potensi biomassa merupakan informasi dasar untuk kegiatan pengelolaan hutan, khususnya untuk penilaian manfaat hutan dalam penyerapan emisi karbondioksida. Informasi potensi biomassa tegakan dapat berupa nilai rata-rata biomassa per hektar dan simpangan baku biomassa per hektar. Hasil pendugaan potensi biomassa tingkat
10 stratum di areal rehabilitasi Conoco Phillips (COPI) HPGW disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Potensi biomassa tingkat stratum Stratum COPI 2009 COPI 2010 COPI 2011 COPI 2013
𝑦̅ (ton/ha) 1.538 1.396 0.535 0.028
Wa 𝑠𝑦̅ (ton/ha) 0.283 0.281 0.085 0.003
𝑦̅ (ton/ha) 2.138 2.215 0.696 0.022
Wu 𝑠𝑦̅ (ton/ha) 0.417 0.510 0.110 0.002
𝑦̅ (ton/ha) 1.868 1.822 0.574 0.018
Ws 𝑠𝑦̅ (ton/ha) 0.353 0.419 0.091 0.002
𝑦̅: pendugaan rata-rata; 𝑠𝑦̅ : pendugaan simpangan baku, COPI: Conoco Phillips, Wa: nilai biomassa dari metode alometrik, Wu: nilai biomassa dari metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum, dan Ws: nilai biomassa dari metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik
Tabel 6 menjelaskan bahwa pendugaan potensi biomassa pada tingkat stratum dengan metode alometrik, metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum, dan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik menghasilkan rata-rata potensi biomassa yang berbeda-beda. Pendugaan potensi biomassa dengan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum menghasilkan rata-rata potensi biomassa yang lebih besar dibandingkan dengan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik dan metode alometrik, kecuali pada COPI 2013 dimana ketiga metode tersebut memberikan hasil pendugaan rata-rata potensi biomassa yang tidak berbeda jauh. Hal ini diduga karena umur pohon di COPI 2013 masih tergolong muda dengan diameter relatif kecil dan pertumbuhannya masih relative homogen. Sedangkan COPI 20092011 memiliki pohon berdiameter rata-rata lebih besar dan pertumbuhannya cenderung beragam sehingga menyebabkan perbedaan potensi biomassa pada masing-masing metode. Hasil perhitungan simpangan baku pada masing-masing stratum menunjukan bahwa tingkat keragaman tertinggi berada pada COPI 2010 dan terendah pada COPI 2013. Semakin besar nilai simpangan baku suatu data maka semakin bervariasi atau heterogen data tersebut. Hal ini membuktikan bahwa COPI 2010 memiliki tegakan yang lebih beragam/heterogen dibandingkan dengan COPI lainnya. Pengujian lebih lanjut (Tabel 7) menunjukkan bahwa penggunaan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum maupun metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik dalam pendugaan potensi biomassa tingkat stratum berbeda nyata terhadap metode alometrik. Hal ini dikarenakan model alometrik yang digunakan sebagai pembanding dibuat dari pohon contoh dengan kisaran diameter 0.110 cm, sehingga pohon yang berdiameter lebih dari 10 cm akan memiliki hasil yang berbeda dalam pendugaan potensi biomassa. Selain itu, tingkat variasi pertumbuhan tegakan (berdasarkan data hasil penelitian Sari 2015) cukup tinggi karena faktor gagal tanam mengakibatkan banyaknya penyulaman sehingga sebaran diameter pohon pada setiap stratum tidak merata. Sebaran diameter pohon yang tidak merata dapat mengakibatkan ragam data biomassa pohon menjadi tinggi. Menurut Sari (2015) keragaman biomassa pohon juga terjadi karena perbedaan pertumbuhan jenis pohon P. merkusii dan A.
11 loranthifolia dilapangan, jenis pohon A. loranthifolia merupakan jenis pohon yang memiliki pertumbuhan yang lambat dibandingkan dengan P. merkusii walaupun umur tanamnya sama. Tabel 7 Uji-t, rata-rata bias, dan persen bias pada pendugaan potensi biomassa tingkat stratum Stratum COPI 2009 COPI 2010 COPI 2011 COPI 2013
Uji-t Rata-rata bias Persen bias (%) t tabel Wu-Wa Ws-Wa (α = 5%) Wu-Wa Ws-Wa Wu-Wa Ws-Wa 3.239* 3.087* 2.045 12.002 6.616 28.073 17.706 * * 3.668 3.329 2.228 18.385 10.517 41.497 28.864 * * 5.117 2.553 2.086 3.232 0.786 23.207 6.847 -9.409* -8.962* 2.201 -0.119 -0.196 -27.584 -55.135
*Berbeda nyata pada taraf 5%, COPI: Conoco Phillips, Wa: nilai biomassa dari metode alometrik, Wu: nilai biomassa dari metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum, dan Ws: nilai biomassa dari metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik
Tabel 7 menjelaskan bahwa penggunaan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik dalam pendugaan potensi biomassa tingkat stratum memiliki ketelitian lebih baik dibandingkan dengan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan uji bias dan persen bias menggunakan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik pada COPI 2009, 2010, dan 2011 selalu lebih kecil dibandingkan dengan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum. Semakin kecil rata-rata bias dan persen bias suatu metode maka semakin teliti metode tersebut. Pendugaan Biomassa Tingkat Populasi Biomassa tingkat populasi adalah lanjutan dari pendugaan potensi biomassa tingkat stratum. Hasil pendugaan potensi biomassa tingkat populasi dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil pendugaan potensi biomassa tingkat populasi Unit Contoh Wa Wu Ws
Rata-rata biomassa 𝑦̅ (ton/ha) 𝑠𝑦̅ (ton/ha) 1.106 0.146 1.604 0.222 1.372 0.187
Total biomassa sŶ (ton) 𝑌̂ (ton) 12.240 1.618 17.753 2.457 15.183 2.069
SE (%) 26.36 27.61 27.18
𝑦̅: pendugaan rata-rata; 𝑌̂: pendugaan total, 𝑠𝑦̅ : pendugaan simpangan baku rata-rata; sŶ: pendugaan simpangan baku total; SE: sampling error, Wa: nilai biomassa dari metode alometrik, Wu: nilai biomassa dari metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum, dan Ws: nilai biomassa dari metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik
Hasil pendugaan potensi biomassa tingkat populasi pada Tabel 8 menunjukkan bahwa penggunaan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum dalam pendugaan potensi biomassa menghasilkan nilai dugaan lebih besar dibandingkan dengan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik, sedangkan nilai dugaan terkecil dihasilkan oleh metode alometrik. Hal ini dikarenakan tingkat variasi biomassa pohon dengan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum cenderung lebih besar
12 (overestimate) dibandingkan dengan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik dan alometrik. Berdasarkan nilai kesalahan penarikan contoh (sampling eror) dapat diketahui bahwa model pendugaan potensi biomassa terbaik dalam penelitian ini yaitu metode alometrik karena memiliki nilai kesalahan penarikaan contoh terkecil yaitu 26.36%. Selain itu, model alometrik yang digunakan merupakan model persamaan lokal yang disusun berdasarkan data dari areal rehabilitasi HPGW. Hal ini sejalan dengan Sutaryo (2009) yang menyatakan bahwa persamaan lokal memiliki tingkat presisi yang lebih tinggi serta pernyataan Basuki et al. (2009) bahwa untuk menduga biomassa yang akurat perlu mempertimbangkan penggunaan persamaan lokal yang spesifik. Tingkat ketelitian metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum dan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik yang digunakan dalam menduga potensi biomassa tingkat populasi dapat dilihat dari hasil uji-t, rata-rata bias, dan persen bias dimana metode alometrik sebagai faktor pembanding. Hasil uji-t, rata-rata bias ,dan persen bias pada pendugaan potensi biomassa tingkat populasi disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Uji-t, rata-rata bias, dan persen bias pada pendugaan potensi biomassa tingkat populasi Unit Contoh Wu-Wa Ws-Wa
Uji-t t hit 2.24* 1.42
t tabel (α = 5%) 1.99 1.99
Rata-rata bias 1.378 0.736
Persen bias (%) 31.053 19.383
*Berbeda nyata pada taraf 5%, Wa: nilai biomassa dari metode alometrik, Wu: nilai biomassa dari metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum, dan Ws: nilai biomassa dari metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik
Tabel 9 menjelaskan bahwa penggunaan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum memberikan hasil yang berbeda nyata, sedangkan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik memberikan hasil relatif sama atau tidak berbeda nyata terhadap metode alometrik (thit < ttable). Hal ini berarti bahwa metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik dan metode alometrik dapat digunakan, sedangkan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum tidak dapat digunakan dalam pendugaan potensi biomasssa pada tingkat populasi di areal rehabilitasi HPGW. Rata-rata bias dan persen bias menunjukkan bahwa metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik lebih baik dibandingkan dengan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum, dimana tingkat ketelitian metode tersebut hampir mendekati metode alometrik. Hal ini terjadi karena kerapatan kayu spesifik merupakan kerapatan kayu yang dihasilkan dari pohon contoh pada lokasi penelitian, sehingga pendugaan biomassa menggunakan metode konversi volume spesifik dapat mewakili kondisi populasinya.
13
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
1.
2.
3.
4.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: Pertambahan diameter pohon tidak menyebabkan perubahan kerapatan kayu secara signifikan. Rata-rata kerapatan kayu P. merkusii sebesar 452.33 kg m-3 dan A. loranthifolia sebesar 478.66 kg m-3. Pendugaan potensi biomassa tingkat pohon pada A. loranthifolia dengan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum dan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik memberikan nilai dugaan rata-rata biomassa yang relatif sama dengan metode persamaan alometrik, sedangkan pada P. merkusii memberikan nilai dugaan rata-rata biomassa yang berbeda. Pendugaan potensi biomassa pada tingkat stratum dengan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik memberikan ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu umum. Pendugaan potensi biomassa pada tingkat populasi dengan metode konversi volume menggunakan kerapatan kayu spesifik memberikan hasil yang relatif sama dengan metode alometrik, sehingga merupakan metode konversi volume yang paling teliti digunakan. Saran
Perlu dilakukannya penelitian pendugaan biomassa pada jenis pohon berdiameter kecil lainnya di HPGW menggunakan metode konversi volume dan BEF. Selain itu, penelitan ini juga perlu dikembangkan di lokasi berbeda sehingga dapat dijadikan sebagai metode alternatif dalam pendugaan biomassa.
DAFTAR PUSTAKA Basuki TM, Van Laake PE, Skidmore AK, and Hussin YA. 2009. Allometric equation for estimating the above-ground biomass in tropical lowland Dipterocarp forest. Forest Ecology and Management 257: 16841694. Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest. A Primer. FAO, USA. FAO Forestry Paper NO 134. Handayani M. 2013. Model Alometrik Biomassa Pinus (Pinus merkusii Jungh et De Vriese) Berdiameter Kecil di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hendra S. 2002. Model Pendugaan Biomassa Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) di Kesatuan Pemangku Hutan Cianjur PT Perhutani Unit III Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2003. Good Practice Guidance for Land Use, Land-Use Change and Forestry. Penman J, Gytarsky M, Hiraishi T, Krug T, Kruger D, Pipatti R, Buenda L, Miwa K,
14 Ngara T, Tanabe K, Wagner F, editor. Hayama (JP): The Institute for Global Environmental Strategies (IGES). Janiatri T. 2012. Pendugaan Kandungan Biomassa diatas Permukaaan pada Tegakan Jati Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Resolusi 10 Meter (Kasus KPH Kebonharjo, Perum Perhutani Unit1 JawaTengah) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kementerian Kehutanan. 2014. Statistik Kawasan Hutan 2013. Jakarta (ID): Direktorat Perencanaan Kawasan Hutan. Ketterings QM, Coe R, Van Noordjwik M, Ambagau Y, Palm CA. 2001 Reducing Uncertainty in the Use of Allometric Biomass Equation for Predicting Above Ground Tree Biomass in Mixed Secondary Forests. Forest Ecology and Management 120: 199-209. Krisnawati H, Adinugroho WC, dan Imanuddin R. 2012. Model-Model Alometrik untuk Pendugaan Biomassa Pohon pada Berbagai Tipe Ekosistem Hutan di Indonesia. Bogor (ID): Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi, Litbang Kehutanan. Martawijaya A, Kartasujana I, Mandang Y. I. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Bogor (ID): Balai Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Mustofa. 2013. Model Pendugaan Biomassa Pohon Agathis (Agathis loranthifolia) Berdiameter Kecil di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Saputra RE. 2014. Model Alometrik Biomassa Puspa (Schima wallichii Korth.) Berdiameter Kecil di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Sari IH. 2015. Pendugaan Potensi Biomassa Tegakan di Areal Rehabilitasi Hutan Pendidikan Gunung Walat Menggunakan Metode Tree Sampling [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sutaryo D. 2009. Perhitungan Biomassa. Bogor (ID): Wetlands International Indonesia Programme. Tiryana T, Tatsuhara S, Shiraishi N. 2011. Empirical Models for Estimating the Stand Biomass of Teak Plantations in Java, Indonesia. J. For. Plann. 16: 177-188. Tiryana T, Muhdin. 2012. Teknik Pendugaan Potensi Serapan Karbon Dioksida (CO2) pada Areal Revegetasi. Bogor (ID): Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Walpole RE. 1982. Pengantar Statistika. Edisi III. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Wibowo A, Ginoga K, Nurfatriani F, Dwiprabowo H, Ekawati S, Krisnawati H, Siregar CA. 2010. REDD+ dan Forest Governance. Masripatin N, Wulandari C, editor. Bogor (ID): Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan.
15
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 15 April 1993 di Kototinggi, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat. Penulis merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Irvan dan Ibu Irdanovia. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 04 Kototinggi pada tahun 2005, pendidikan menengah pertama di MTsN DangungDangung dan lulus pada tahun 2008, serta pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Payakumbuh dan lulus pada tahun 2011. Kemudian penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 di Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan melalui jalur SNMPTN Undangan. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Asisten praktikum mata kuliah Ekologi Hutan pada tahun 2014, Inventarisasi Hutan pada tahun 2014, dan Ilmu Ukur Tanah dan Wilayah pada tahun 2014. Penulis juga aktif di Himpunan Profesi FMSC (Forest Management Students Club) sebagai anggota divisi Keprofesian tahun 20132014 dan sebagai anggota divisi PSDM tahun 20142015. Selain itu penulis juga aktif di BEM E IPB periode 2013-2014 sebagai staf Sosial Lingkungan. Penulis melakukan kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cilacap dan Baturaden, Jawa Tengah pada tahun 2013, Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, KPH Cianjur Jawa Barat, Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dan Perusahaan Pabrik Gondorukem dan Terpentin Bandung Jawa Barat pada tahun 2014, dan Praktek Kerja Lapang di PT. Inhutani II Unit Manajemen Hutan Alam Malinau pada tahun 2015.