PENDAPAT MASYARAKAT TENTANG PEMBERITAAN KASUS MUTILASI DAN PEMBUNUHAN BERANTAI VERY IDAM HENYANSAH (Studi Deskriptif terhadap Mahasiswa FISIP Universitas Sumatera Utara Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah Di Seputar Indonesia RCTI ) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi DIAJUKAN O L E H Tomas Abdi H. Tarigan 0609220598
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI EKSTENSION
LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama
: THOMAS ABDI H. TARIGAN
Nim
: 0609220598
Departemen
: Ilmu Komunikasi
Judul
: PENDAPAT MASYARAKAT TENTANG PEMBERITAAN KASUS MUTILASI DAN PEMBUNUHAN BERANTAI VERY IDAM HENYANSAH (Studi Deskriptif Terhadap Mahasiswa FISIP Universitas Sumatera Utara Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah di Seputar Indonesia RCTI)
Medan, 10 Juni 2009 Dosen Pembimbing,
Ketua Departemen,
Drs. Siswo Suroso, MSP NIP. 131.570.482
Drs. Amir Purba, M.A NIP.131.654.104
Dekan FISIP USU,
Prof.Dr.M. Arif Nasution, M.A NIP.131.757.010 Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
ABSTRAKSI
Skripsi ini membahas tentang Pendapat Masyarakat Tentang Kasus Pemberitaan Kasus Mutilasi dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah (Studi Deskriptif Terhadap Mahasiswa FISIP Universitas Sumatera Utara Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi dan Pembunuhan Berantai di Seputar Indonesia). Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : untuk mengetahui opini mahasiswa tentang pemberitaan kasus Ryan mengenai mutilasi dan pembunuhan berantai, untuk mengetahui apakah mahasiswa mengikuti program Seputar Indonesia di RCTI dan untuk mengetahui seberapa jauh pemberitaan Seputar Indonesia menyorot kasus Ryan. Dalam penelitian ini digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan sesuai yaitu : komunikasi dan komunikasi massa, opini dan opini publik, teori S-O-R, komunikasi antar pribadi dan berita televisi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif. Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriftip yaitu yang dapat diartikan sebagai pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 2001 : 63). Teknik yang digunakan dalam penarikan ini yaitu purposive sampling, accidental sampling sampling dan stratified random sampling. Populasi yang didapat berasal dari mahasiswa/i FISIP USU dari stambuk 2004-2007 dari 7 departemen yang ada. Terpilihlah 96 orang sebagai sampel dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : studi kepustakaan (Library Research) yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan cara menghimpun semua data-data yang berasal dari buku-buku serta bacaan yang dianggap relevan serta mendukung penelitia dan studi lapangan (Field Research) yaitu suatu kegiatan dimana peneliti mengumpulkan data-data dari lapangan berupa kuesioner. Teknik yang digunakan ialah analisa tabel tunggal yang merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan suatu langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995:226). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa/i FISIP USU tidak setuju dengan tindakan yang lakukan Ryan. Mereka menganggap tindakan tersebut biadab. Agama manapun pasti akan melarang perbuatan keji tersebut. Kebanyakan responden mendapatkan informasi tersebut dari televisi melalui program Seputar Indonesia yang mengupas berita lebih akurat, tajam dan terpercaya.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa dan AnakNya Yesus Kristus
sebagai
sumber
kekuatan,
semangat,
bimbingan,
berkat
dan
penyertaanNya di setiap langkah penulis. Karena kasih-Nya jugalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan dari Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulisan skripsi ini merupakan hasil terbaik yang telah dilakukan penulis selama di bangku perkuliahan. Dengan penuh kerja keras dan pengorbanan serta harapan, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak baik berupa bimbingan maupun pengarahan, oleh karenanya penulis pada kesempatan ini menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada : 1. Bapak Prof. Dr.M.Arif Nasution, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara . 2. Bapak Drs. Amir Purba, MA, selaku ketua Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs.Humaizi, MA, Selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini, terima kasih untuk segala nasehat dan saran-saran yang diberikan untuk penulis. 4. Drs. Siswa Suroso, MSP, yang telah membimbing penulis dengan sabar. Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama ini. 6. Untuk Mama & Papa yang telah membesarkan dan mendidik dengan tulus. 7. Buat teman-temanku semuanya, terima kasih atas kebersamaan selama ini.
Medan, 10 Juni 2009 Penulis,
Thomas Abdi H. Tarigan NIM. 0609220598
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
DAFTAR ISI
Abstraksi................................................................................................. Kata Pengantar ..................................................................................... Daftar Isi .............................................................................................. Daftar Tabel ........................................................................................ Daftar Gambar ........................................................................................ Lampiran........................ ………………………………………………… BAB I
PENDAHULUAN I.1. I.2. I.3. I.4.
I.5.
I.6. I.7. I.8.
BAB II
i ii iv vi vii viii
Latar Belakang Masalah ........................................ Perumusan Masalah .............................................. Pembatasan Masalah ............................................. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................. I.4.1. Tujuan Penelitian......................................... I.4.2. Manfaat Penelitian ....................................... Kerangka Teori ..................................................... I.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa ............ I.5.2. Opini dan Opini Publik ................................ I.5.3. Teori S-O-R................................................. I.5.4. Komunikasi Antar Pribadi ........................... I.5.5. Berita Televisi ............................................. Kerangka Konsep .................................................. Operasional Variabel ............................................. Definisi Operasional..............................................
1 3 3 4 4 4 4 5 6 9 11 12 12 14 15
URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa ..................... II.1.1. Pengertian Komunikasi .............................. II.1.2. Proses Komunikasi ..................................... II.1.3. Pengertian Komunikasi Massa .................... II.1.4. Proses Komunikasi Massa .......................... II.2. Opini dan Opini Publik ......................................... II.2.1. Sejarah Opini Publik .................................. II.2.2. Pengertian Opini Publik ............................. II.2.3. Proses Pembentukan Opini Publik .............. II.2.4. Kekuatan Opini Publik ............................... II.3. Teori S-O-R .......................................................... II.3.1. Pengertian dan Proses S-O-R...................... II.3.2. Respon ....................................................... II.4. Komunikasi Antar Pribadi..................................... II.4.1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi......... II.4.2. Proses Komunikasi Antar Pribadi ............... II.5. Berita Televisi ...................................................... II.5.1. Pengertian Berita ........................................
18 18 19 22 25 38 38 40 41 42 43 43 45 46 46 50 52 52
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
II.5.2. Unsur-Unsur Berita .................................... 53 BAB III
BAB IV
BAB V
METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................. III.1.1. Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU .............................................. III.1.2. Program Studi ........................................... III.1.3. Visi dan Misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU ...................................... III.1.4. Tujuan, Tugas dan Fungsi FISIP USU….. III.2. Waktu Penelitian .................................................. III.3. Lokasi Penelitian .................................................. III.4. Populasi dan Sampel............................................. III.4.1. Populasi .................................................... III.4.2. Sampel ...................................................... III.5. Metode Penelitian ................................................. III.6. Teknik Pengambilan Sampling ............................. III.7. Teknik Pengumpulan Data.................................... III.8. Teknik Analisa Data .............................................
HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data......................... IV.1.1. Tahap Persiapan ..................................... IV.1.2. Tahap Pengumpulan Data ...................... IV.2. Teknik Pengolahan Data .................................... IV.3. Analisa Tabel Tunggal ....................................... IV.3.1. Karakteristik Responden ........................ IV.3.2. Pemberitaan Kasus Mutilasi dan Pembunuhan Berantai Ryan ................... IV.3.3. Opini Publik .......................................... IV.4. Pembahasan .......................................................
58 58 68 69 69 70 70 70 70 71 73 74 75 76
77 77 77 77 78 78 83 91 97
KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan ....................................................... 99 V.2. Saran ................................................................. 100
DAFTAR PUSTAKA
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Tabel III.1. Tabel III.2. Tabel IV.1. Tabel IV.2. Tabel IV.3. Tabel IV.4. Tabel IV.5. Tabel IV.6. Tabel IV.7. Tabel IV.8.
Operasional Variabel .......................................................... 14 Populasi Mahasiswa Fisip USU Angkatan 2004-2007 ......... 71 Jumlah Sampel Per Departemen .......................................... 73 Usia Responden .................................................................. 79 Departemen ........................................................................ 79 Stambuk..... ........................................................................ 80 Jenis Kelamin .................................................................... 81 Uang Saku Per bulan ........................................................... 81 Agama Responden .............................................................. 82 Frekuensi Melihat/Menonton Seputar Indonesia .................. 82 Mengetahui Informasi Kasus Mutilasi dan Pembunuhan Berantai Ryan di Televisi .................................................... 84 Tabel IV.9. Asal Program Televisi Yang Mengenai Kasus Ryan............ 84 Tabel IV.10. Takut/Tidaknya Terhadap Informasi Tersebut ..................... 85 Tabel IV.11. Biadab/Tidaknya Tindakan Ryan Memutilasi Manusia ....... 86 Tabel IV.12. Jelas/Tidaknya Informasi Mengenai Kasus Ryan Yang Ditayangkan di Seputar Indonesia ....................................... 86 Tabel IV.13. Sesuai/Tidaknya Pemberitaan Yang Disajikan Seputar Indonesia ... ........................................................................ 87 Tabel IV.14. Tertarik/Tidaknya Mengikuti Perkembangan Kasus Ryan di Seputar Indonesia ............................................................ 88 Tabel IV.15. Langka/Tidaknya Kasus Mutilasi Kaum Homoseksual Yang Terjadi Pada Kasus Ryan .................................................... 89 Tabel IV.16. Cepat/Tidaknya Seputar Indonesia Menyampaikan Perkembangan Berita Dengan Cepat ................................... 90 Tabel IV.17. Keakuratan, Ketajaman, dan Terpercaya Atas Informasi Yang Disampaikan Seputar Indonesia ................................. 91 Tabel IV.18. Pengetahuan Tentang Program Seputar Indonesia ............... 92 Tabel IV.19. Memperhatikan/Tidaknya Setiap Berita Yang Ditayangkan di Seputar Indonesia ............................................................ 93 Tabel IV.20. Dimengerti/Tidaknya Bahasa Yang Digunakan Oleh Para Anchor (Penyiar) Tersebut .................................................. 94 Tabel IV.21. Bersalah/Tidaknya Ryan Dalam Kasus Mutilasi Tersebut ... 95 Tabel IV.22. Setuju/Tidaknya Bila Ryan Ditetapkan Untuk Dihukum Mati ........... ........................................................................ 95 Tabel IV.23. Menyesal/Tidaknya Ryan Atas Apa Yang Telah Dilakukannya ...................................................................... 96 Tabel IV.24. Menerima/Tidaknya Komunitas Homoseksual di Lingkungan Sekitar ....... ........................................................................ 97
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1. Model Teori S-O-R................................................................... 10 Gambar I.2. Model Teoritis .......................................................................... 13 Gambar II.2. Teori S-O-R ............................................................................ 44
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
LAMPIRAN
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Biodata Kuesioner Tabel Fotran Cobol Surat Penelitian Surat Keterangan Penelitian Lembar Catatan Bimbingan Skripsi
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dewasa ini, memberikan andil yang sangat besar dalam perkembangan dan kemajuan media massa, bukan saja media cetak (surat kabar dan majalah) tetapi juga radio dan televisi sebagai media elektronik. Televisi merupakan media elektronik yang memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat saat ini. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dan televisi telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi sehari-hari dari populasi heterogen yang lainnya. Bagi Gebner, dibanding dengan media lainnya, televisi telah mendapatkan tempat yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Televisi sebagai media massa mempunyai banyak kelebihan dalam penyampaian pesan-pesannya disbanding dengan media lainnya, karena pesanpesan yang disampaikan melalui gambar dan suara (sinkron) dan hidup, sangat cepat (aktual) dan dapat menjangkau ruang luas. Semua informasi akan lebih cepat didapat dari media televisi Semaraknya acara televisi yang disiarkan bagi masyarakat ditandai dengan munculnya televisi swasta di Indonesia. Ada beberapa stasiun swasta yang ada di Indonesia , seperti RCTI, SCTV, TPI, ANTEVE dan Indosiar, TranTV, MetroTV, TV1,Tran7,dan Global TV. Masyarakat sangat gembira menyambut kehadiran
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
televisi swasta ini karena mereka bisa menikmati semua tayangan-tayangan televisi swasta tersebut dengan mudah dan murah (Junaedhie, 1995 : 250). Seperti berita yang memuat heboh diberbagai media massa yaitu berita tentang mutilasi dan pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Very Idam Henyansah.. Pemberitaan kasus pembunuhan berantai dengan tersangka Very Idam Henyansyah alias Ryan telah menyebar kemana-mana dan disiarkan oleh hampir semua stasiun televisi, salah satunya adalah RCTI dalam program acara berita Seputar Indonesia. Kasus Ryan yang diberitakan oleh media massa memang mengandung banyak dimensi. Disitu ada pembunuhan berantai dengan banyak korban dan juga dibumbui dengan kasus percintaan sesama jenis. Pembunuhan berantai yang ditayangkan oleh Seputar Indonesia membuat banyak orang yang terperangah. Bagaimana mungkin sosok seperti Ryan bisa melakukan hal sekeji dan bahkan diluar dari batas-batas kemanusian. Dari pemberitaan kasus Ryan tersebut, masyarakat juga memberikan satu opini atau pendapat mengenai pemberitaan tersebut di media televisi. Opini atau pendapat dalam hal ini adalah suatu ekspresi tentang sikap masalah yang bersifat kontroversial. Pendapat timbul
mengenai suatu
sebagai hasil dari
pembicaraan tentang masalah yang kontoversial yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Mengapa Seputar Indonesia? Karena RCTI adalah stasiun televisi swasta yang fokus memberitakan pemberitaan kasus Pembunuhan Ryan tersebut. Sejak menguaknya kasus tersebut hampir seluruh waktu tayang Seputar Indonesia untuk kasus pembunuhan Ryan. Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Oleh sebab itulah penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pendapat Mahasiswa Fisip USU tentang kasus mutilasi dan pembunuhan Ryan di Seputar Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimana pendapat mahasiswa tentang pemberitaan Seputar Indonesia di RCTI tentang kasus mutilasi dan pembunuhan berantai yang dilakukan?”
1.3. Pembatasan Masalah Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat mengburkan penelitian, maka penulis harus membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah : a. Penelitian ini difokuskan pada pendapat mahasiswa tentang pemberitaan kasus mutilasi dan pembunuhan berantai Ryan yang disiarkan pada acara Seputar Indonesia di RCTI. b. Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa FISIP USU stambuk 20042007.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui seberapa jauh pemberitaan Seputar Indonesia menyorot kasus Ryan. b. Untuk mengetahui apakah mahasiswa mengikuti program Seputar Indonesia di RCTI. c. Untuk mengetahui opini mahasiswa tentang pemberitaan kasus Ryan mengenai mutilasi dan pembunuhan berantai.
I.4.2. Manfaat Penelitian a. Secara akademik, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan. b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap penelitian. c. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada siapa saja yang belum mengetahui sistem pemberitaan di televisi.
I.5. Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995 : 39-40). Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Kerlinger menyatakan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejaladengan menjabarkanrelasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004 : 6).
I.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa Dari berbagai macam cara komunikasi yang dilakukan di dalam masyarakat manusia, salah satunya adalah bentuk komunikasi massa. Komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara yakni pertama, komunikasi oleh media dan kedua komunikasi untuk massa. Namun ini tidak berarti komunikasi massa adalah komunikasi untuk setiap orang. Media tetap cenderung memilih khalayak, dan demikian pula sebaliknya khalayak pun memilih-milih media (Rivers, 2003 : 18). Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright (dalam Liliweri, 1991), bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu Karakteristik ataupun ciri-ciri dari komunikasi massa adalah : a.
Komunikator terlembagakan
b.
Pesan bersifat umum
c.
Komunikannya anonim dan terlembagakan
d.
Media massa menimbulkan isi ketimbang hubungan
e.
Komunikasi massa bersifat satu arah
f.
Stimulus alat indra terbatas
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
g.
Umpan balik tertunda
I.5.2. Opini dan Opini Publik Opini adalah suatu ekspresi tentan sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial yang menimbulkan pendapat berbeda-beda (Sastropoetro, 1990 : 41). Sedangkan mengenai opini publik itu sendiri melukiskan kelompok manusia yang berkumpul secara spontan dengan syarat : a. Dihadapkan pada suatu persoalan. b. Berbeda pendapat tentang persoalan tersebut dan berusaha untuk menanggulangi persoalannya c. Sebagai akibat dari keinginan mengadakan diskusi dan mencari jalan keluar Sementara pengertian opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat controversial. Pendapat atau opini mempunyai ciriciri sebagai berikut : 1
Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan
2
Merupakan kesatuan dari banyak pendapat
3
Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar
Sementara William Albing mengemukakan bahwa opini itu dinyatakan kepada suatu hal yang kontroversial atau sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang berlainan mengenai masalah tersebut. Mengenai suatu hal atau sesuatu yang masalah yang nyata dan jelas dapat menjadi subjek opini publik. Dengan demikian maka subjek opini publik biasanya adalah mengenai masalah-masalah baru. Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Opini timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau isu. Subjek dari suatu opini biasanya adalah manusia baru. Opini berupa reaksi pertama dimana orang mempunyai perasaan ragu-ragu dengan sesuatu yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling mempertahankanya. (Sunaryo, 1984:31). Pengertian publik secara psikologis adalah sekelompok orang yang mempunyai minat sama tentang satu hal (E. Bogardus) atau sekelompok orang yang menaruh perhatian terhadap suatu masalah yang sama, melibatkan diri dalam masalah tersebut dan berusaha untuk turut mengatasinya (Herbert Blumer). Karakteristik publik (Sunaryo, 1984 : 20) yaitu : 1. Satu kelompok yang tidak merupakan kesatuan (kelompok tidak teratur) 2. Interaksi terjadi secara tidak langsung, biasanya melalui media massa 3. Perilaku publik didasarkan pada perilaku individu. 4. Tidak saling mengenal satu sama lain (anonim) dan terdiri dari berbagai lapisan masyarakat (heterogen). 5. Mempunyai minat yang sama terhadap suatu masalah. 6. Minat yang sama belum tentu mempunyai opini yang sama terhadap suatu masalah. 7. Berusaha untuk mengetahui masalah tersebut. 8. Adanya diskusi sosial, karena itu publik ada kecendrungan untuk berpikir secara rasional.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Pengertian pendapat umum adalah kesatuan pendapat yang muncul dari kelompok orang yang berkumpul secara spontan, membicarakan isu yang kontroversial, mendiskusikannya dan berusaha mengatasinya. Istilah
opini
publik
dapat
digunakan
untuk
menandakan
suatu
pengumpulan pendapat yang dikemukakan oleh individu-individu atau pendapatpendapat kolektif dari sejumlah orang dari kumpulan tertentu dan
bukan
pengertian semua orang tanpa batas dan ketentuan khusus pula. Maka opini publik dapat disimpulkan : 1. Merupakan persatuan pendapat. 2. Sedikit banyak harus didukung oleh sejumlah orang. 3. Dalam opini publik orang menyatakan persetujuan atau tidka setuju terhadap gagasan atau terhadap sesuatu situasi/ kejadian/ peristiwa. Opini publik merupakan pendapat yang ditimbulkan oleh adanya 4 unsur sebagai berikut : 1. Adanya suatu masalah atau situasi yang bersifat controversial. 2. Adanya publik yang secara spontan terpikat kepada masalah termasuk melibatkan diri kedalamnya dan berusaha memberikan pendapatnya. 3. Adanya kesempatan untuk bertukar pikiran atau berdebat
mengenai
masalah yang kontroversial oleh suatu publik. 4. Adanya interaksi dari individu-individu dalam publik yang menghasilkan suatu
pendapat
yang
bersifat
kolektif
untuk
diekspresikan
(Sastropoetra,1990 : 54).
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
I.5.3. Teori S-O-R Pada awalnya model teori ini dikenal sebagai model Stimulus-Responden (SR) akan tetapi kemudian DeFleur menambahkan Organisme dalam bagiannya sehingga menjadi Stimulus-Organism-Response (S-O-R). Teori S-O-R ini semula berasal dari psikologi dan kemudian menjadi teori komunikasi, tidak mengherankan karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponenkomponen yang terdiri dari sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Adapun teori S-O-R ini juga merupakan model penelitian yang beranjak dari anggapan bahwa organisme akan menghasilkan perilaku atau reaksi tertentu jika diberikan
suatu
kondisi
stimulus
tersebut,
sehingga
seseorang
dapat
mengharapkan kesesuaian antara pesan dengan reaksi komunikan. Elemen-elemen utama dari model ini adalah pesan (stimulus), penerima (organisme), dan Efek (respon). Asumsi stimulus respon mengacu kepada isi media massa sebagai stimulus yang diberikan kepada individu yang menghasikan respon tertentu yang sesuai dengan stimulus yang diberikan. Dalam proses perubahan sikap yang akan dialami oleh komunikan, sikapnya akan berubah jika stimulus yang menerpanya benarbenar melebihi apa yang ia alami. Dalam mempelajari sikap yang baru tersebut ada tiga variabel yang harus diperhatikan, yaitu: perhatian, pengertian, dan penerimaan. Proses tersebut dapat terlihat sebagai berikut :
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Organisme: Perhatian Pengertian Penerimaan
Stimulus
Respon Gambar I.1. Model Teori S-O-R Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa stimulus yang disampaikan kepada komunikan dapat berdampak diterima atau ditolak. Komunikasi terjadi jika komunikan memberikan perhatian kepada stimulus yang disampaikan kepadanya sampai kepada proses komunikan memikirkannya dan timbul pengertian dan pernerimaan atau mungkin sebaliknya. Respon yang ditimbulkan stimulus hanya sampai kepada tahap kognitif dan afektif saja tidak sampai pada tahap behavioral (perubahan sikap terhadap pesan) dikarenakan tentang kasus mutilasi dan pembunuhan Ryan tersebut hanya dibatasi pada opini publik saja. Adapun tahap- tahap dari respon adalah: 1. tahap
kognitif,
yaitu
meliputi
ingatan
terhadap
pesan,
kesadaran/pengenalan terhadap pesan, dan pengetahuan terhadap pesan tersebut. 2. tahap afektif, meliputi kesediaan untuk mencari lebih banyak lagi informasi, evaluasi terhadap pesan, dan mianta untuk mencoba (Rakhmat, 2004:209).
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Jika disederhanakan lagi maka dapat disebutkan bahwa model S-O-R yaitu merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti dan menerima.
I.5.4. Komunikasi Antar Pribadi Ilmu komunikasi memperlajari dan meneliti perubahan tingkah laku dan pendapat yang diakibatkan oleh informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Carl I. Hovland (Purba, 2006 : 29) mengatakan : “proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan)”. Menurut de Vito, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesanpesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung. De Vito juga mengemukakan suatu komunikasi pribadi yang mengandung ciri-ciri : 1). Keterbukaan atau openes; 2). Empati atau empathy; 3). Dukungan atau support; 4.) Rasa positif atau positivenes; 5). Kesamaan atau equality; (Liliweri,1992 : 12).
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
I.5.5. Berita Televisi Berita ialah informasi yang baru, menarik perhatian, mempengaruhi (effect) orang lain dan mempunyai kekuatan untuk membangkitkan selera yang mengikutinya (Robert Tyell). Dalam bahasa Inggris berita itu disebut News, yangd apat diartikan sebagai cerita tentang peristiwa yang dapat dari empat penjuru mata iangin yaitu : North (utara), East (Timur), West (barat), South (Selatan). Penelitian yang dilakukan oleh Robinson dan Levy (1986), menyatakan bahwa berita itu efektif, karena kompetisi antar sumber berita pun semakin tajam. Kebanyakan bukti diperoleh dari hasil ekspimen dan survei menyangkut pengetahuan tentang berita, yang menunjukkan rendahnya daya ingat dan pemahaman, serta hasil penelitian pengetahuan masyarakat menyangkut peristiwa dan masalah yang terkandung dalam berita.
I.6. Kerangka Konsep Kerangka sebagai hasil dari pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 1995 : 40). Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut : Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
a. Variabel pemberitaan kasus Mutilasi dan pembunuhan berantai Ryan kasus pemberitaan yang cukup menggemparkan dan cukup banyak menyedot animo masyarakat karena kasus tersebut menelan korban tercatat sebanyak 11 orang. b. Variabel Opini Opini yang berarti tanggapan ataupun pendapat merupakan suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan ataupun isu. Adapun opini dinyatakan secara langsung oleh mahasiswa FISIP USU, yakni mengenai Pemberitaan kasus Mutilasi dan pembunuhan berantai Ryan. c. Karakteristik Responden Karakteristik responden adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang yang dapat membedakannya dengan orang lain, seperti frekuensi, jenis kelamin, agama, departemen dan uang saku.
I.7. Operasional Variabel Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yakni sebagai berikut :
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Tabel I.1. Operasional Variabel No 1
Komponen Komponen Kasus
Pemberitaan
Mutilasi
Pembunuhan
Operasional Komponen - Informasi tentang kasus mutilasi dan
dan
Berantai
Ryan
pembunuhan berantai Ryan - Isi informasi - Kejelasan informasi - Ketertarikan terhadap informasi - Penyampaian informasi
2
Komponen Opini Publik
- Perhatian - Pengertian - Penerimaan
3
Karakteristik Responden
-
Usia
-
Departemen
-
Jenis kelamin
-
Uang saku
-
Agama
-
Frekuensi
1.8. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama. Definisi operasional dari variabel dalam penelitian ini adalah : a. Perhatian adalah atensi yang diberikan responden, yakni perhatian terhadap pemberitaan kasus Ryan. Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
b. Pengertian adalah responden mengerti untuk melanjutkan proses berikutnya. c. Penerimaan adalah setelah responden memperhatikan dan mengerti, maka terjadilah kesediaan untuk menerima sehingga dapat mengubah sikap. d. Informasi tentang pemberitaan kasus mutilasi dan pembunuhan berantai Ryan adalah hal-hal yang penting untuk diberitahukan kepada publik tentang kebenaran peristiwa yang sesungguhnya. e. Isi informasi adalah bagian yang paling penting dari informasi. f. Sumber informasi adalah asal dari data-data yang dapat secara lisan dan tulisan. g. Kejelasan informasi adalah pemberitahuan akan informasi secara terpercaya. h. Ketertarikan informasi adalah hal-hal yang menarik dari informasi tersebut. i. Penyampaian informasi adalah proses yang dilakukan dalam memberikan informasi tersebut. j. Departemen di FISIP USU yang terdiri dari Departemen Ilmu Komunikasi, Departemen Ilmu Politik, Departemen Admistrasi Negara, Departemen
Antropologi,
Departemen
Sosiologi,
Departemen
Kesejahtraan Sosial dan Departemen Perpajakan. k. Jenis kelamin, yaitu jenis kelamin pria dan wanita yang dijadikan sampel l. Uang saku, yaitu faktor ekonomi yang ada pada mahasiswa berupa jumlah uang saku yang diterima perbulannya.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
m. Agama yaitu kepercayaan yang dianut oleh mahasiswa yang terdiri dari Islam, Kristen Protestan, Katholik, Hindu dan Budha. n. Frekuensi, seberapa sering mahasiswa menonton tayangan pemberitaan tersebut.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
BAB II URAIAN TEORITIS
II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa II.1.1 Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi semakin hari popular. Begitu populernya sampai muncul berbagai macam istilah komunikasi. Ada komunikasi timbal balik, ada komunikasi tatap muka, ada komunikasi langsung, komunikasi vertical, komunikasi dua arah dan lain sebagainya. Adapun istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin communication dan bersumber dari kata commnunis. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Sebenarnya istilah-istilah seperti ini tidak perlu membingungkan kita. Apapun istilahnya, bila kita tetap berpijak pada objek formal ilmu komunikasi dan memahami ruang lingkupnya, maka semua istilah itu dapat diberi pengertian secara jelas dan dapat dibedakan menurut karakteristiknya masing-masing. Salah satu persoalan didalam memberi pengertian komunikasi, yakni banyaknya definisi yang telah dibuat oleh pakar menurut bidang ilmunya. Menurut Benhard Barelson dan Gary A, Stainer, komunikasi adalah kegiatan penyampaian informasi, gagasan, emosi, ketrampilan dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik dan lain-lain (Ruslan, 2002 : 17).
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Menurut Carl. I. Hovland, mengemukakan bahwa komunikasi itu adalah suatu proses dimana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambing kata-kata untuk merubah tingkah laku orang lain (Soenarjo, 1995 : 143). Untuk memahami pengertian dari komunikasi, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell yang terkenal dengan model komunikasinya berupa ungkapan verbal “who says what ini which chanel to whom with what effect”. Yakni komunikasi meluputi 5 unsur : a. Who (komunikator), pihak yang menyampaikan pesan b. Say what (pesan), pernyataan yang didukung oleh lambing-lambing. c. In which channel (media), sarana atau saluran yang mendukung penyampaian pesan. d. To whom (komunikan), pihak yang menerima pesan. e. With what effect (efek yang ditimbulkan), dampak yang timbul sebagai pengaruh pesan. (Effendy, 1992 : 10). Berdasarkan adanya paradigma ini dapatlah disimpulkan bahwa komunikasi itu adalah suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan adanya efek tertentu
II.1.2. Proses Komunikasi Dari pengertian komunikasi sebagaimana diutarakan diatas, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam “bahasa komunikasi”, komponenkomponen tersebut adalah sebagai berikut : Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
a. Komunikator, yakni orang yang menyampaikan pesan. b. Pesan, yakni pernyataan yang didukung oleh lambang-lambang c. Komunikan, yakni orang yang menerima pesan d. Media, yakni sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikasi jauh tempatnya atau banyak jumlahnya e. Efek, yakni sebagai pengaruh dari pesan. Adapun teknik berkomunikasi adalah cara atau seni penyampaian suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator adalah penyataan sebagai panduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, himbauan, anjuran dan sebagainya. Pernyataan tersebut dibawakan oleh lambang, umumnya bahasa. Dikatakan bahwa umumnya bahasa yang dipergunakan untuk menyalurkan pernyataan itu, sebab ada juga warna dan sebagainya. Melambaikan tanga, mengedipkan mata, mencibirkan bibir dan menganggukan kepala adalah hal yang merupakan lambang untuk menunjukkan perasaan atau pikiran seseorang. Gambar, apakah itu foto, lukisan, sketsa, karikatur, diagram grafik, atau lain-lainnya adalah lambang yang biasanya digunakan untuk menyampaikan pernyataan seseorang. Demikian pula warna, seperti lampu lalu-lintas: merah, berarti berhenti, kuning berarti siap-siap atau berhati-hati, dan hijau berarti berjalan. Kesemuanya itu lambang yang digunakan polisi lalu lintas untuk menyampaikan instruksi kepada para pemakai jalan. Diantara sekian banyak lambang yang biasa digunakan dalam komunikasi adalah bahasa, sebab bahasa dapat menunjukkan pernyataan seseorang mengenai Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
hal-hal, selain yang kongkrit juga yang abstrak, baik yang terjadi saat sekarang maupun waktu lalu dan masa yang akan datang. Tidak demikian kemampuan lambang-lambang lainnya. Adapun yang terpenting dalam komunikasi adalah sebagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni : a. Dampak Kognitif Dampak Kognitif adalah hal yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkatkan intelektualitasnya. Disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran komunikator yang kemudian ditujukan pikiran sikomunikan. Dengan perkataan lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan. b. Dampak Afektif Dampak Afektif lebih tinggi kadarnya dari pada dampak Kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi bergerak hatinya menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. c. Dampak Behavioral Merupakan suatu dampak yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak yang ditimbulkan pada komunikan pada komunikan dalam bentuk adanya suatu perilaku atau tindakan. (Rakhmat, 2004 : 209). Untuk contoh mengenai ketiga jenis dampak diatas dapat diambil dari berita surat kabar. Seperti adanya surat kabar yang pernah memuat berita dengan Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
dilengkapi foto mengenai seorang wanita dengan tumor menahun sehingga perutnya menjadi besar. Peristiwa yang diberitakan lengkap dengan fotonya ini menarik banyak perhatian banyak pembaca. Berita tersebut dapat menimbulkan berbagai jenis efek. Jika seseorang pembaca hanya tertarik untuk membacanya saja dan kemudian ia menjadi tahu, maka dampaknya hanya sekedar kognitif saja dan apabila ia merasa iba atas penderitaan perempuan yang hidupnya tak berkecukupan itu, berita tersebut hanya berdampak afektif, tetapi kalau sipembaca yang tersentuh hatinya itu, kemudian pergi ke redaksi surat kabar yang memberitakannya dan menyerahkan sejumlah uang untuk disampaikan kepada si penderita, maka berita tadi menimbulkan dampak behavioral.
II.1.3. Pengertian Komunikasi Massa Pengertian Komunikasi Massa merajuk kepada pendapat Tan dan Wright yang mengatakan bahwa komunikan massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (Media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004 : 3). Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni pesan yang dikomunikasikan melalui media massa yang sejumlah besar orang (Ardianto, 2004 : 3). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunkan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik, adanya media cetak yakni surat kabar dan majalah serta ada juga media film sebagai media komunikasi massa adalah bioskop. Ada juga definisi tentang komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gabner yang menyatakan bahwa komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat indusrti (Ardianto, 2004 : 3). Dari definisi Gerber ini tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan kepada khalayak luas secara terusmenerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri. Definisi komunikasi massa dari Meletzeke berikut ini memperlihatkan sifat dan ciri komunikasi massa yang satu arah dan tidak langsung sebagai akibat dari penggunaan media massa, juga sifat pesannya yang terbuka untuk semua orang. Dalam definisi Meletzke, komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar (Ardianto, 2004 : 4). Istilah tersebar menunjukkan bahwa komunikan sebagai pihak penerima pesan tidak berada disatu tempat, tetapi tersebar diberbagai tempat.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Menurut
Freidson, definisi komunikasi massa dibedakan dari jenis
komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi juga mempunyai beberapa anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat (Ardianto, 2004 : 4). Bagi Freidson, khalayak yang banyak dan tersebar itu dinyatakan dengan istilah sejumlah populasi, dan populasi tersebut merupakan representasi dari berbagai lapisan masyarakat. Artinya pesan tidak hanya ditujukan untuk sekelompok orang tertentu saja, melainkan diberikan untuk semua orang. Dalam hal ini Freidson dapat menunjukkan ciri komunikasi massa yang lain yaitu adanya unsur keserempakan penerimaan pesan oleh komunikan, pesan dapat mencapai pada saat yang sama kepada semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat, karena dalam proses komunikasi massa ada sifat keserempakan dalam penerimaan pesan. Menyimak berbagai definisi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi, nampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini telah memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian komunikasi massa. Bahkan secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa dapat diketahui pula ciri-ciri komunikasi massa yang membedakannya dari bentuk komunikasi.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
II.1.4. Proses Komunikasi Massa Terdapat berbagai macam pendapat tentang pengertian komunikasi massa. Ada yang menilai dari segmen khalayaknya, dari segi medianya dan ada pula dari segi sifat pesannya. Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu prosese komunikasi yang berlangsung dimana pesanya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massa melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti: radio, televisi, surat kabar dan film. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi sebelumnya, maka komunikasi massa memeliki ciri tersendiri. Sifat pesanya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan. Ciri lain yang dimiliki komunikasi massa adalah sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik. Sumber juga merupakan suatu lembaga atau institusi yang terdiri dari banyak orang, misalnya reporter, penyiar, editor, teknisi dan sebagainya. Karena itu proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana dan lebih rumit. Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas, tetapi dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat, khususnya media elektronik seperti radio, televisi, internet dan sebagainya maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat. Selain itu, sifat penyebaran melalui pesan media massa berlangsung begitu cepat, serempak dan luas. Ia mampu mengatasi jarak dan waktu, serta tahan lama bila didokumentasikan. Dari segi ekonomi, biaya produksi komunikasi massa Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
cukup mahal dan memerlukan dukungan tenaga kerja relatif banyak untuk mengelolanya. Pengertian komunikasi massa, pada satu sisi adalah proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan sisi lain diartikan sebagai bentuk komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak maupun elektronika sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serempak dan sesaat. Gejala umum yang dapat dilihat dari suatu proses adalah bahwa proses merupakan suatu peristiwa yang berlangsung secara berkelanjutan, tidak diketahui kapan mulainya dan kapan berakhir. Dalam operasionalnya, proses memerlukan berbagai komponen penunjang. Demikian pula dengan komunikasi sudah pasti memerlukan berbagai komponen. Pengertian komponen disini adalah bagianbagian terpenting dan mutlak harus ada pada suatu keseluruhan atau kesatuan, yakni komunikator, pesan dan komunikan. Apabila salah satu dari ketiga komponen tersebut tidak ada, maka komunikasi tidak dapat berlangsung. Namun demikian, selain ketiga komponen tersebut masih terdapat komponen lainnya yang masih berfungsi sebagai pelengkap. Artinya, jika komponen tersebut tidak ada, maka tidak akan berpengaruh terhadap komponen lainnya. Oleh karena itu, komponen-komponen utama yakni adanya komunikator-pesan-komunikan mutlak harus ada proses komunikasi, baik itu dalam komunikasi antar pribadi (interpersonal), sekelompok maupun komunikasi massa. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka dimana setiap orangdapat Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
melihat, membaca, mendengarnya seperti terdapat adanya media cetak dan media elektronika. Berkat perkembangan teknologi komunikasi khususnya dibidang komunikasi massa elektronik yang begitu cepat, maka media massa elektronik makin banyak bentuknya dan makin mengaburkan batas-batas untuk membedakan antara media komunikasi dan komunikasi antar pribadi. Hal ini disebabkan karena makin canggihnya media komunikasi itu sendiri yang bisa dikombinasikan (multimedia) antara satu sama lainnya. Adapun bentuk-bentuk media massa yang digunakan dalam memberikan suatu informasi, dalam hal ini khususnya tentang pemberitaan kasus mutilasi dan pembunuhan berantai Ryan adalah sebagai berikut : a. Surat Kabar Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak Johan Gutenberg di Jerman (Ardianto, 2004 : 99). Untuk dapat memanfaatkan media massa secara maksimal demi tercapainya tujuan komunikasi, maka seorang komunikator harus memahami kelebihan dan kekurangan media tersebut. Dengan kata lain, komunikator harus mengetahui secara tepat karakteristik media yang akan digunakan, dan sebagai media cetak, surat kabar tetap berbeda karena memiliki karakteristik yang khas, yang dimiliki masing-masing media.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Adapun karakteristik surat kabar sebagai media massa mencakup : − Publisitas Publisitas atau publicity adalah penyebaran pada publik atau khalayak. Salah satu karakteristik komunikasi massa adalah pesan yang diterima oleh sebanyak-banyaknya khalayak yang tersebar diberbagai tempat, karena pesan tersebut penting untuk diketahui umum, atau menarik bagi khalayak pada umumnya. − Periodesitas Periodesitas menunjukkan pada keteraturan terbitnya, bisa harian, mingguan, atau dwi mingguan. Sifat periodesitas sangat penting dimiliki media massa, khususnya surat kabar. Kebutuhan manusia akan informasi sama halnya dengan kebutuhan manusia akan makan, minum dan pakaian. − Universalitas Universalitas menunjukkan pada kesemestaan isinya yang beraneka ragam dari seluruh dunia. Dengan demikian isi surat kabar meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, seperti masalah sosial, ekonomi, budaya, agama, pendidikan, keamanan dan lain-lain. − Aktualitas Suatu laporan tercepat menunjuk pada “kekinian” atau terbaru dan masih hangat. Fakta dan peristiwa penting atau menarik tiap hari dan perlu untuk dilaporkan, karena khalayak pun memerlukan informasi yang paling baru. Hal ini dilakukan oleh surat kabar sebagian besar memuat berbagai jenis berita.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
− Terdokumentasi Dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan atau dibuat kliping. Misalnya karena berita tersebut berkaitan dengan kriminal, dalam hal ini tentang informasi mutilasi dan pembunuhan berantai Ryan, maka artikel yang terdapat dalam surat kabar tersebut bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan hiburan yang membacanya. Surat kabar sebagai media massa dalam massa orde baru mempunyai misi menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia. Adapun empat fungsi media massa (Informasi, edukasi, hiburan dan persuasir). Fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar, yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi disekitarnya, karena sebagian rubrik surat kabar terdiri dari berbagai jenis berita. b. Majalah Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana surat kabar, sejarah majalah diawali dari negara-negara Eropa dan Amerika. Sejarah keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai pada massa menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia (Ardianto, 2004 : 109). Majalah merupakan media yang paling sederhana organisasinya, relatif lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal yang banyak. Majalah juga dapat diterbitkan oleh setiap kelompok masyarakat, dimana mereka Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
dapat dengan leluasa dan luwes dalam menentukan bentuk, jenis dan sasaran khalayaknya. Meskipun sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap dapat dibedakan dengan surat kabar karena majalah memiliki suatu karekteristik tersendiri dibandingkan dengan surat kabar, yang dapat terlihat dalam bentuknya, diantaranya adalah : − Penyajian lebih mendalam Bahwa berita-berita dalam majalah disajikan lebih lengkap, karena dibubuhi latar belakang peristiwa atau unsur why yang dikemukakan secara lengkap, begitu pula peristiwa atau proses terjadinya peristiwa (unsur how) dikemukakan secara kronologis. − Nilai aktualitas lebih lama Apabila nilai aktualitas surat kabr hanya berumur satu hari, maka nilai aktualitas majalah bisa satu minggu. Sebagai contoh, kita akan menganggap usang surat kabar kemarin atau dua hari yang lalu apabila kita baca saat ini, tetapi kita tidak pernah menganggap usang majalah yang terbit dua atau tiga hari yang lalu. Hal inilah yang membuat adanya nilai aktualitas yang lebih lama dari majalah tersebut. − Gambar/foto lebih banyak Jumlah halaman lebih banyak, sehingga selain beritanya yang mendalam, majalah juga dapat menampilkan gambar/foto yang lengkap. Dengan ukuran yang besar dan kadang-kadang berwarna, serta kualitas kertas yang digunakan pun lebih banyak.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
− Cover (sampul) sebagai daya tarik Disamping foto, cover atau sampul majalah juga merupakan daya tarik tersendiri, cover adalah ibarat pakaian dan aksesorisnya pada manusia. Cover majalah juga biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang menarik pula. Adapun fungsi dari majalah ini mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama media berbeda satu dengan yang lainnya. c. Radio Sebelum tahun 1950-an, ketika televisis menyedot banyak perhatian khalayak maka banyak juga yang memperkirakan bahwa radio siaran diambang kematian. Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes dan telah beradaptasi dengan perubahan dunia dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media lainnya (Ardianto, 2004 : 115). Selain radio merupakan sarana imajinasi, komunikasi, dan sahaat sehingga lebih dari sekedar penyampaian fakta (Masduki, 2001:34). Keunggulan radio siaran adalah dapat didengar dimanapun kita berada, dikarenakan radio memiliki kemampuan jual pada khalayak. Adapun radio siaran sebagai alat komunikasi pertama sekali ditemukan di Amerika Serikat dan Inggris, setelah terlebih dahulu ditemukan mesin cetak. Radio siaran yang digunakan sebagai alat atau media komunikasi massa mula-mula diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915 (Ardianto, 2004 : 117). Adapun radio berfungsi sebagai media ekspresi, komunikasi, informasi, pendidikan, dan hiburan. Selain itu juga mempunyai fungsi yakni sebagai kontrol Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
sosial seperti halnya surat kabar, yakni radio siaran dapat memberikan informasi, menghibur dan mendidik dan melakukan persuasi. Kekuatan radio siaran dalam mempengaruhi khalayak sudah dibuktikan dari masa ke masa diberbagai negara. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan siaran radio tersebut adalah : − Daya langsung Daya langsung radio siaran berkaitan dengan proses penyusunan dan penyampaian pesan pada pendengarnya lebih relatif lebih cepat − Daya tembus Kekuatan lain dari radio siaran, ialah daya tembus. Melalui benda kecil yang namanya radio siaran, kita dapat mendengarkan siaran berita dari BBC di London atau ABC di Australia dengan mudah kita memindahkan channel dari stasiun radio siaran lainnya. Padahal jarak Indonesia dengan Inggris maupun Australia sangat jauh dan dipisahkan oleh luasnya laut dan tingginya gunung, dengan demikian radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan. − Daya tarik Faktor ketiga yang menyebabkan radio siaran mempunyai kekuasaan adalah daya tarik.daya tarik ini disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang apa adanya, yakni musik, kata-kata dan efek suara. Ketiga unsur ini sangatlah penting dikarenakan khalayak tidak merasa cepat bosan dalam mendengar radio siaran tersebut. Mark. W. Hall dalam buku Broadcast Journalism mengemukakan bahwa perbedaan mendasar antar media cetak dan radio siaran adalah media cetak dibuat untuk “konsumsi” mata, sedangkan radio siaran untuk “konsumsi” telinga (Ardianto, 2004 : 122). Sebaiknnya kita ingat kembali ciri- ciri komunikasi massa, Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
yang membedakan media massa satu dengan media massa lainnya adalah stimulasi alat indra. Pesan yang disusun untuk surat kabar akan sulit dimengerti oleh komunikan apabila pesan itu disampaikan melalui radio siaran. Untuk radio siaran terdapat ciri tersendiri, yakni apa yang disebut radio style atau gaya radio siaran. Adapun gaya siaran ini disebabkan oleh sifat oleh sifat radio siaran yang mencangkup : - Imajinasi. Karena hanya indra pendengaran yang digunakan oleh khalayak dan pesanya pun selintas, maka radio siaran bisa dipastikan dapat mengajak komunikasinya untuk berimajinasi. Dengan kata lain, pendengar radio siaran bersifat imajinatif. − Auditori Sifat auditori itu sebagai konsekuensi dari radio siaran untuk didengar, karena kemampuan mendengar manusia itu terbatas, maka pesan komunikasi melalui siaran radio diterima selintas. Pendengar tidak akan dapat mendengar kembali informasi yang tidak jelas diterimanya, karena ia tidak biasa meminta kepada komunikator atau penyiar
untuk mengulang informasi yang hilang
tersebut, kecuali ia merekamnya. − Akrab Sifat radio siaran yang lainya adalah akrab. Seorang penyiar radio siaran seolah- olah berada di kamar pendengar, menemani pendengar dalam mobil, dan ditempat- tempat lainya dimana saja pendengarnya berada, maka dengan akrab
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
dan cekatan ia menghidangkan acara- acara yang sifatnya informatif sampai acara-acara hiburan yang menggembirakan yang diberikan kepada khalayak. − Gaya percakapan Bahwa materi radio siaran yang akan disampaikan secara informatif maupun hiburan haruslah bergaya di dalam melakukan percakapnya, sehingga ada kesan yang dapat diingat oleh pendengarnya. Karakteristik radio siaran tersebut di atas perlu dipahami komunikator agar dapat dalam menyusun dan menyampaikan pesan dengan menggunakan media radio siaran, komunikator dapat melakukan penyesuaian, sehingga komunikasi mencapai sasaran. − Televisi Dari semula media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi yang dimaksud adalah televisi siaran yang merupakan media jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesanya
bersifat
umum,
sasarannya
menimbulkan
kesempakan
dan
komunikasinnya bersifat heterogen. Sebagaimana radio siaran, penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan akhir abad 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Herzt, adanya penemuan Marconi, pada tahun 1890 dan penemuan dari Paul Nipkow dan William Jeniks melalui ekperimennya dengan menggunakan metode pengiriman gambar melalui kabel (Ardianto, 2004 : 126).
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olah raga se-Asia IV atau Asean Games di senayan. Sejak itu pula Telvisi Republik Indonesia yagn disingkat TVRI dipergunakan sebagai paggilan stasiun (stasiun call) sampai sekarang. Adapun fugsi dari televisi yakni sama dengan fungsi media massa lainnya, yakni memberikan informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Akan tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian- penelitian yagn dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang memnyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menoton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi (Ardianto, 2004 : 128). Apabila ditinjau dari stimulasi alat indara, dalam radio siaran, surat kabar dan majalah hanya satu alat indra yang dapat stimulus. Radio siaran dengan indra pendengaran, surat kabar dan majalah dengan indra penglihatan sedangkan televisi memakai kedua alat indra yakni pengihatan dan pendengaran. Adapun karakteristik dari televisi, diantaranya adalah : − Audiovisual Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata- kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dan bergerak. Namun demikian, tidak berarti gambar- gambar lebih penting dari pada kata- kata. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. Betapa menjengkelkan bila ada acara televisi hanya terlihat gambarnya tanpa suara, ataupun suara tanpa gambar. Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
− Berpikir dalam gambar Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bila ia memuat naskah acara atau membuat naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar. Begitu pula bagi seorang komunikator yang akan menyampaikan pesan informasi, pendidikan atau persuasi, sebaiknya ia dapat melakukan berfikir dalam gambar. Sekalipun ia tidak membuat naskah, ia dapat menyampaikan keinginan pada acara tentang penggambaran atau visualisasi dari acara tersebut. Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi, yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualiasasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikan sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Objek tersebut bila manusia, benda, kegiatan dan lain sebagainya (Ardianto, 2004 : 129). Tahap kedua proses “berpikir dalam gambar” adalah penggambaran, yakni suatu kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga konstitusinya mengandung makna tertentu. − Pengoperasian lebih kompleks Dibandingkan dengan radio siaran, pengoprasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakannya pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit yang harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Dengan demikian media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio siaran.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
− Internet Dewasa ini, internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang tak dapat diabaikan. Internet adalah sebuah jaringan komputer yang terdiri dari berbagai komponen jaringan komputer diseluruh dunia mulai dari personal computer (PC), jaringan-jaringan local berskala kecil dan menengah (Purwadi, 1997 : 1). Selain dari pengertian internet adalah kumpulan yang luas dari jaringan komunikasi yang ada diseluruh dunia (Tretter, 1997 : 6). Menurut Laquey, seorang pemerhati teknologi komunikasi (Ardianto, 2004 : 141), menyatakan kalau internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang diseluruh dunia dan asal mula internet tercipta oleh ledakan tak terduga di tahun 1969, yaitu dengan lahirnya Arpanet, yakni suatu proyek eksperimen Kementrian Pertahanan Amerika Serikat yang bernama DARPA (Departement of Defense Advanced Research Projects Agency) yang misi awalnya sederhana, yaitu mencoba menggali teknologi jaringan yang dapat menghubungkan para peneliti dengan berbagai sumber daya jauh seperti sistem komputer dan pangkalan data terbesar. Adadpun laju pertumbuhan jenis sumber daya menyatakan segala sesuatu yang dapat mengakses pada internet, tak peduli dimanapun lokasinya. Apabila ditinjau dari fungsinya maka internet lebih unggul dalam memberikan informasi secara tepat dibandingkan media massa lainnya. Dikarenakan internet dalam menghimpun berbagai negara dari orang dan latar belakang yang berbeda dengan jenis interaksinya yang dapat saling bergabung berdasarkan kesamaan minat dan proyeknya tanpa harus ada pembatasnya, dalam hal ini geografis tak lagi menjadi pembatasnya dan semuanya berada pada tahap Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
yang berskala besar dan yang tak mungkin terwujud tanpa adanya jaringan internet. Sebagai salah satu contoh dari internet yakni terdapat adanya data-data yang menginformasikan dengan cepat tentang kasus mutilasi dan pembunuhan Ryan
(http://malangraya.web.id/2008/08/08/komunitas-gay-di-malang-pasca-
tertangkapnya-jagal-ryan/).
II.2. Opini dan Opini Publik II.2.1 Sejarah Opini Publik Publik opinion dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan “pendapat umum”, dengan demikian public diterjemahkan dengan “umum” sedangkan opinion dialihbahasakan dengan “pendapat”. Adapun cara mengetahui adanya opini publik, dapat diketahui pada tahun 1963, Indonesia berkonfrontasi dengan Belanda mengenai Irian Barat. Di radio, surat kabar, rapat-rapat umum, pidato-pidato, ceramah-ceramah, dan lain-lain orang membicarakan tentang Irian Barat. Pada umumnya pembicara-pembicara itu cenderung kepada pendapat bahwa Irian Barat adalah milik pemerintah Indonesia. Oleh karena itu bangsa Indonesia wajib merebutnya kembali, dan hal iniah yang menjadikan bahwa pendapat-pendapat itu sangatlah penting dikarenakan dapat mengambil suatu keputusan bersama. Gejala demikian biasanya disebut public opinion atau opini public. Adapun gejala tersebut diatas, dapat diketahui bahwa adanya pengertian tentang pendapat itu sama dengan opinion, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
a. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan. b. Merupakan sinthesa atau kesatuan dari banyak pendapat. c. Mempunyai pendukung dalam jumlah besar. Adapun ciri tersebut misalnya pendapat mengenai demonstrasi atau unjuk rasa pendapat yang dilakukan mahasiswa dinyatakan dalam berbagai media massa terutama surat kabar dan radio. Pendapat-pendapat tersebut akhirnya merupakan suatu sinthesa yakni bahwa masyarakat kita menyetujui gerakan atau untuk pendapat yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut. Akhirnya aksi-aksi yang digerakan oleh mahasiswa itu mempunyai pendukung lebih besar.
II.2.2. Pengertian Opini Publik Opini public berarti tanggapan ataupun pendapat merupakan suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan ataupun isu. Menurut Cutlip dan Center (Sastropoetra, 1990 : 41) opini adalah suatu ekspersi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Menurut Benhard Berelson dalam tulisannya berjudul “Communications and Public Opinion” (Komunikasi dan pendapat/Opini Publik) mengemukakan bahwa pendapat publik diartikan people’s respone atau jawaban rakyat (persetujuan, ketidaksetujuan/penolakan atau sikap acuh tak acuh) terhadap issueissue/hal-hal yang bersifat politis dan sosial yang memerlukan perhatian umum, seperti hubungan internasional, kebijakan dalam negeri, pemilihan (umum) untuk calon-calon dan hubungan antar kelompok etnik (Sastropoetra, 1990 : 55). Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Menurut Emory. S. Bergardus, bahwa public adalah sejumlah orang yang dengan satu cara mempunyai pandangan yang sama mengenai suatu masalah atau Setidak-tidaknya mempunyai kepentingan yang bersama dalam suatu hal (Soenarjo, 1984 : 20). Menurut Cutlip dan Center dalam bukunya “Effective Public Relation”, opini publik adalah suatu hasil penyatuan dari pendapat individu tentang masalah umum (Sastropoetra, 199 : 52).
II.2.3. Proses Pembentukan Opini Publik George Carslake Thompson dalam “The Nature of Public Opinion” (Sastropoetra, 1990 : 106) mengemukakan bahwa dalam suatu publik yang menghadapi issue dapat timbul berbagai kondisi yang berbeda-beda, yaitu : 1. Mereka dapat setuju terhadap fakta yang ada atau mereka pun boleh tidak setuju. 2. Mereka dapat berbeda dalam perkiraan atau estimation, tetapi juga boleh tidak berbeda pandangan. 3. Perbedaan yang lain ialah bahwa mungkin mereka mempunyai sumber data yang berbeda-beda. Hal-hal yang diutarakan itu merupakan sebab timbulnya kontroversi terhadap issue-issue tertentu. Selanjutnya dikemukakan bahwa orang-orang yang mempunyai opini yang tegas, mendasarkan kepada rational grounds atau alasanalasan rasional yang seperti “dasar-dasar yang masuk akal dan dapat dimengerti oleh orang lain”.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Jadi, seperti telah dikemukakan terlebih dahulu dan perlu diulangi kembali ialah bahwa tiga sebab yang menimbulkan adanya suatu perbedaan pendapat, yaitu : 1. Perbedaan pandangan terhadap fakta. 2. Perbedaan perkiraan tentang cara-cara terbaik untuk mencapai tujuan. 3. Perbedaan motif yang serupa guna mencapai tujuan. Dasar-dasar rasional yang berhubungan dengan ketiga sebab tadi berarti disebabkan oleh perbedaan-perbedaan itu, maka timbul kehati-hatian dalam pandangan agar mencapai suatu keserasian bagi terbentuknya suatu ekstrasi pendapat yang menguntungkan Kemudian, dalam hubungannya dengan penilaian terhadap suatu opini public, perlu diperhitungkan empat pokok, yaitu : 1. Difusi, yaitu apakah pendapat yang timbul merupakan suara terbanyak, akibat adanya kepentingan golongan; 2. Persistence, yaitu kepastian atau ketetapan tentang masa berlangsungnya issue karena disamping itu, pendapatpun perlu diperhitungkan; 3. Intensitas, yaitu ketajaman terhadap issue; 4. Reasonableness atau suatu pertimbangan-pertimbangan yang tepat dan beralasan. Dari tahapan-tahapan pembentukan pendapat tersebut dapatlah dibayangkan bahwa proses itu telah timbul pro dan kontra atau setuju dan tidak setuju. Semua itu disebabkan oleh kerangka pengetahuan dan pengalaman masing-masing orang yang berada dalam publik itu berbeda-beda. Disamping itu, sifat orang yang
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
bersangkutan pun berbeda-beda juga, belum lagi kemampuan menyangkut pengaturan pendapat atau isi hatinya.
II.2.4. Kekuatan Opini Publik Telah dikemukakan bahwa opini public atau pendapat public sebagai suatu kesatuan pernyataan tentang suatu hal yang bersifat kontroversial, merupakan suatu penilaian sosial atau social judgement. Oleh karena itu, maka pendapat publik melekat beberapa kekuatan yang sangat diperhatikan : a. Opini publik dapat menjadi satuan hukuman social terhadap orang tua sekelompok orang terkena hukuman tersebu. Hukuman social menimpa seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk rasa malu, rasa dikucilkan, rasa dijauhi, rasa rendah diri, rasa tak berarti lagi dalam masyarakat, menimbulkan frustasi sehingga putus asa, dan bahkan ada yang karena itu bunuh diri aatau mengundurkan diri dari jabatannya. b. Opini publik sebagai pendukung bagi kelangsungan berlakunya norma sopan santun dan susila, baik antara muda dengan lebih tua maupun antara yang muda dan sesamanya. c. Opini publik dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga dan bahkan bisa juga menghancurkan suatu lembaga. d. Opini publik dapat mempertahankan atau menghancurkan suatu kebudayaan e. Opini publik dapat pula melestarikan norma sosial.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
II.3. Teori S-O-R II.3.1. Pengertian dan Proses S-O-R Pada awalnya model teori ini dikenal sebagai model stimulus- responden (S-R) akan tetapi kemudian DeFleur menambahkan Organisme dalam sebaginya sehingga menjadi Stimulus-Organism-Response (S-O-R). Teori S-O-R merupakan model penelitian yang beranjak dari anggapan bahwa organisme akan menghasilkan perilaku atau reaksi tertentu jika diberikan kondisi stimulus tertentu kepadanya. Efek yang timbul adalah reaksi terhadap stimulus tersebut, sehingga seorang dapat mengharapkan kesesuaian antara pesan dengan reaksi komunikan. Adapun elemen- elemen utama dari model teori S-O-R ini adalah : stimulus adalah rangsangan atau dorongan berupa pesan, organism adalah manusia atau penerima, response adalah reaksi, efek, pengaruh atau tanggapan. Asumsi stimulus respon mengacu kepada isi media massa kepada stimulus yang diberikan kepada individu yang menghasilkan respon tertentu yang sesuai dengan stimulus yang diberikan. Dalam proses perubahan sikap yang akan dialami oleh komunikan, sikapnya akan berubah jika stimulus yang menerpanya benarbenar melebihi apa yang ia pernah alami. Dalam mempelajari sikap yang baru tersebut ada tiga variabel yang harus diperhatikan, yaitu: perhatian, pengertian, dan penerimaan. Proses tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Organisme : Perhatian Stimulus
Pengertian Penerimaan
Respon Gambar II.1. Teori S-O-R Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa stimulus yang disampaikan kepada komunikan dapat berdampak diterima atau ditrolak. Komunikasi terjadi jika komunikan memberikan perhatian kepada stimulus yang disampaikan kepadanya sampai proses komunikan memikirkannya dan timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya.
II.3.2. Respon Respon yang ditimbulkan stimulus hanya sampai pada tahap kognitif dan efektif saja tidak sampai pada tahap behavioral (perubahan sikap terhadap pesan) dikarenakan penelitian tentang kasus mutilasi dan pembunuhan berantai ini hanya dibatasi hanya pada opini publik saja. Adapun tahap-tahap yang sesuai dari respon tersebut adalah :
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
1. Tahap kognitif, yaitu meliputi ingatan-ingatan terhadap suatu pesan, kesadaran/pengenalan terhadap pesan, dan pengetahuan terhadap pesan tersebut. 2. Tahap efektif, meliputi kesedian untuk mencari lebih banyak lagi informasi, evaluasi terhadap pesan, minat untuk mencoba dan melakukannya (Rakhmat, 2004 : 29) Jika disederhanakan lagi maka dapat disebutkan bahwa model teori S-O-R yaitu merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi tersebut akan berlangsung jika adanya suatu perhatian dari komunikan. Adapun proses berikutnya dapat terlihat bahwa komunikan mengerti dan menerima.
II.4. Komunikasi Antar Pribadi II.4.1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi Ilmu komunikasi mempelajari dan meneliti perubahan tingkah laku dan pendapat yang diakibatkan oleh informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Carl. I. Hovland (Purba, 2006 : 29). Yang mengatakan: “proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan)”. Adapun Komunikasi Antar Pribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua individu atau lebih yang dapat berlangsung secara tatap muka (face to face). Komunikasi Antar Pribadi ini bisa juga berlangsung dengan menggunakan alat bantu atau media seperti : telepon, surat, telegram dan sebagainya. Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Komunikasi antar pribadi dikatakan efektif dalam merubah perilaku orang lain apabila kesamaan makna mengenai apa yang dibincangkan. Ciri khas yang tampak dalam komunikasi ini adalah arus balik langsung yang dapat ditanggkap oleh komunikator, baik secara verbal dalam bentuk kata- kata maupun secara nonverbal dalam bentuk gerak- gerik seperti anggukan dan lain sebagainya. Selam proses komunikasi antar pribadi langsung, antar komunikator dan komunikan tersebut akan terjadi adanya pengertian fungsi secara bergiliran satu sama lain. Proses berubahnya perilaku atau inggkah laku individu adalah melaluli beberapa tahapan dimana satu tahap dengan tahap lainya saling berhubungan.. seorang individu
menerima
informasi,
kemudian
mengelolnya,
menyimpan
dan
menghasilkan kembali dalam bentuk satuy keputusan berupa penolakan atau penerimaan terhadap informasi yang disampaikan tersebut. Onong U. Effendy mendefinisikan komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan, komunikasi jenis ini bisa langsung secara berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui medium, umpamanya telepon. Ciri khas komunikasi antar pribadi adalah dua arah atau timbal balik (Effendy, 1993 : 61). Selain itu menurut Dean Barnulus mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua individ, tiga individu ataupun lebih yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur (Liliweri, 1991:12). Adapun De Vito (Liliweri, 1991 : 13) mendefinisikan komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung. Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
De Vito juga mengemukakan suatu komunikasi antar pribadi yang mengandung ciri- ciri antara lain adalah : 1. Keterbukaan atau openess Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahwa permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut atau malu. Kedua- keduanya saling mengerti dan memahami pribadi masingmasing. 2. Empati atau Empathy Kemampuan seseorang memproyeksikan dirinya orang lain di dalam lingkungannya. 3. Dukungan atau Supportiveness Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihak- pihak yang berkomunikasi. Dengan demikian keinginan atau hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya.dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta merih tujuan yang didambakan. 4. Rasa positif atau Positiveness Setiap pembicaraan yang disampaikan dapat gagasan pertama yang positif, rasa positif menghindarkan pihak- pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau prasangka yang menggangu jalannya interaksi keduanya. 5. Kesamaan atau Equality Suatu komunikasi lebih akrab
dalam jalinan pribadi lebih kuat, apabila
memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap, usia, ideologi dan sebaiknya (Liliweri, 1991 : 13). Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Untuk mengetahui adanya kehandalan dari bentuk komunikasi antar pribadi dapat terlihat dari adanya karakteristiknya yang menurut Everet M.Roger adalah : 1. Arus pesanya yang cendrung dua arah. 2. Konteks komunikasinya tatap muka. 3. Tingkat umpan baliknya yang terjadi tinggi. 4. Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektifitas yang tinggi. 5. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar, relatif lambat. 6. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap. (Liliweri, 1991 : 19) Dalam setiap kegiatan komunikasi antar pribadi selalu melibatkan orang sebagi organ pelaksana dalam penyampaian pesan, karenanya agar pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat memberikan hasil yang lebih baik, dapat digunakan teknik persuasif. Adapun teknik persuasif yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu kegiatan dalam upaya membujuk komunikan agar melakukan atau berbuat sesuai dengan maksud dan tujuan komunikator. Faktor-faktor sebagai pembentuk komunikasi antar pribadi dapat terlihat dengan jelas seperti halnya yang dikemukakan Halloran (Liliweri,1991 : 48) adalah : Perbedaan antar manusia : 1. Manusia meskipun merupakan makhluk yang sempurna namun tetap mempunnyai kekurangan. 2. Adanya perbedaan motivasi antar manusia. 3. Kebutuhan akan harga diri yang harus mendapat pengakuandari orang lain. Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Dengan demikian kita dapat memahami bahwa komunikasi antar pribadi berlangsung karena adanya manifestasi dari diri manusia itu sendiri sebagai makluk sosial yang membutuhkan orang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan proses sosial dimana orangorang yang terlibat didalamnya saling mempengruhi, serta menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi lebih menonjolkan keterbukaan pihak-pihak yang sedang melakukan komunikasi.
II.4.2. Proses Komunikasi Antar Pribadi Pengertian proses dapat diartikan sebagai rangkaia atau peristiwa yang sedang berlangsung untuk mencapai suatu hasil tertentu. Proses komunikasi itu sendiri merupakan rangkaian kegiatan atau peristiwa ketika pesan mulai dismpaikan sendiri disampaikan sendiri sampai terjadinya tindakan sebagi pengaruh dari pesan itu atau tidaknya perubahan pada sasaran. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antar dua orang atau lebih yang terjadi dalam bentuk kontak langsung. Sebagai suatu proses, komunikasi antar pribadi merupakan ragnkakian tindakan , kejadian dan kegiatan yang terjadi secara terus menerus. Dengan kata lain, komunikasi antar pribadi bukanlah suatu hal yang statis, tetapi suatu yang dinamis. Artinya, segala sesuatu yang tercangkup dalam komunikasi antar pribadi selalu dalam keadaan berubah, yakni para pelaku, pesan maupun lingkungannya. Kadangkala perubahan- perubahan ini kita tidak sadari atau kita tidak perhatikan, namun yang jelas selau terjadi perubahan.proses komunikasi antar pribadi dapat digambarkan sebagai proses yang sirkuler dan terus menerus. Arti proses sekuler adalah bahwa setiap orang yang terlihat dalam Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
komunikasi antar pribadi bertindak sebagai pembicara sekaligus sebagai pendengar dan sebagai aktor sekaligus rektor. Sedangkan sebagai proses yang teru-menerus, diartikan bahwa komuniaksi berlangsung tanpa henti, sehingga batasan awal dan berakhirnya komunikasi antar pribadi menjadi tidak jelas. Cara yang paling baik dalam menerangkan komunikasi antar pribadi sesuai dengan paradima yang dikemukakan oleh Harlord Lasswell yang dikenal dengan model komunikasinya berupa ungkapan verbal adalah dengan menjawab pertanyaan who, says, what, in wich channel, to whom, with what effect (Effendy, 1993 : 10). Adapun formula dari Harold Lasswell tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Who (komunikator atau sumber), merupakan pihak yang menyampaikan pesan-pesan
yaitu
pemerintah,
khususnya
dalam
mengatur
regulasi
pemberitaan. 2. Says what adalah pernyataan yang didukung oleh lambang-lambang, dalam hal ini adalah mengenai kasus mutilasi dan pembunuhan berantai Ryan. 3. In wich channel adalah saran atau saluran yang mendukung pesan yang disampikan seperti media massa yakni: media cetak, media elektronik dan media nirmassa. 4. To Whom adalah pihak yang meneriam pesan, yakni mahasiswa FISIP Universitas Sumatera Utara. 5. With what effect adalah suatu dampak yang timbul sebagai pengaruh dari pesan yakni, opini publik tentang kasus mutilasi dan pembunuhan berantai Ryan. Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Dalam proses komunikasi antar pribadi dipergunakan lambang-lambang sebagi media. Lambang sebagi media terdapat dalam komunikasi antar pribadi dapat dibagi atas dua bagian yaitu : Lambang verbal yaitu penggunaan bahasa sebagi media. Bahasa merupakan lambang yang dapat mewakili kenyatan yang konkrit dan objektif dalam dunia sekeliling kita, disamping juga dapat mewakili hal-hal yang abstrak. Lambang non verbal yaitu diamana proses komunikasi yang berlangsung dengan gejala yang mengyangkut gerak-gerik, sikap, ekspresi dan gejala lain yang sama.
II.5. Berita Televisi II.5.1. Pengertian Berita Berita ialah informasi yang baru, menarik perhatian, mempengaruhi (effect) orang lain dan mempunyai kekuatan untuk membangkitkan selera yang mengikutinya (Robert Tyell). Dalam bahasa Inggris berita itu disebut News, yang dapat diartikan sebagai cerita tentang peristiwa yang dapat dari empat penjuru mata iangin yaitu : North (utara), East (Timur), West (barat), South (Selatan). Penelitian yang dilakukan oleh Robinson dan Levy (1986), menyatakan bahwa berita itu efektif, karena kompetisi antar sumber berita pun semakin tajam. Kebanyakan bukti diperoleh dari hasil ekspimen dan survei menyangkut pengetahuan tentang berita, yang menunjukkan rendahnya daya ingat dan pemahaman, serta hasil penelitian pengetahuan masyarakat menyangkut peristiwa dan masalah yang terkandung dalam berita. Efek yang ditimbulkan oleh berita adalah berupa tambahan pengetahuan Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
informasi faktual waktu pendek : barang juga kali juga pembentukan cara pandang terhadap gambaran dunia dan masyakat yang berjangka waktu panjang, serta kerangka berpikir untuk menafsirkan berbagai peristiwa. Berita memiliki kecendrungan yang normatif dan dirancang atau didayagunakan untuk membentuk dan menunjang nilai-nilai dan pandangan- pandangan tertentu Mekanisme efek yang ditimbulkan dari berita adalah hal yang mendorong orang untuk memetik pelajaran dari berita (kemampuannya untuk memberikan informasi) ialah imbalan personal yang muncul karena adanya kepuasan setelah mengetahui informasi menarik dan bermanfaat, juga karena sumber berita tersebut. Imbalan tersebut dapat berujud meningkatkan partisipasi sosial dan kemungkinan menurunnya rasa ketidakpastian. Beberapa hal lain yang dikaitkan dengan efek berita tersebut sebagai berikut : suplai yang cukup, kemampuan berkomunikasi, hubungan antar pribadi yang mendukung perolehan pengetahuan, keterlibatan dalam pembicaraan menyangkut masalah kemasyarakatan (Dennis McQuail, 1998 : 262-263). Berita dapat dibagi kedalam beberapa macam, tergantung dari segi melihatnya, seperti,: 1. Sifat Kejadian 2. Cangkupan isi berita 3. Bentuk penyajian berita (terbagi 3 yaitu berita langsung, berita komprehensif dan features) Berita langsung biasanya ditulis dengan gaya piramida terbalik, dimana semua yang dianggap penting diletakkan pada lead atau intro. Piramida terbalik diperlukan agar khalayak yang biasanya selalu sibuk Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
bekerja tetap bisa mengetahui peristiwa yang terjadi. Gaya piramida terbalik juga memudahkan pada redaktur, produsen atau penyunting untuk mendorong bagian berita kurang penting terletak dibagian bawah.
II.5.2. Unsur-unsur Berita Ada sejumlah unsur penting yang umumnya ada pada sebuah berita, seperti yang akan kita telaah berikut ini : 1. Baru, kebaruan adalah unsur penting dalam sebuah berita. karena itu dalam bahasa Inggris disebut News (berasal dari kata dasar new alias baru) 2. Penting, unsur penting, biasanya dimiliki oleh sebuah kejadian atau keadaan yang bernilai berita. Penting bisa diakaitkan dengan orang yang menyampaikan pernyataan, misalnya sebuah kebijakan baru yang di umumkan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono, biasanya akan menjadi topik yang hangat dan dibicarakan oleh media massa di negeri imi. 3. Relevan, relevan disini maksutnya
adalah pemirsa merasa mendapatkan
sesuatu yang berharab dari berita tersebut sehingga mereka bisa memiliki pemahaman mengenai hal yang diberitakan, dan tahu bagaimana menyingkapi hal tersebut sehingga mereka bisa memiliki pemahaman mengenai hal yang diberitakan, dan tahu bagaimana menyingkapi hal tersebut. 4. Menyangkut hajat hidup orang banyak, mengapa kenaikan Sembako dan BBM selalu menjadi berita hangat? jawabannya karena berita tersebut menyangkut hajat seluruh masyarakat. 5. Mengandung kebenaran, unsur penting lainnya yang harus dimiliki oleh sebuah berita adalah unsur ketenaran. Atinya, berita tersebut merupakan sebuah Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
kejadian yang faktual, sesuatu yang betul- betul terjadi, dan bukan pada fiksi, khayalan atau rekayasa sipembuat berita. 6. Pemintaan akan berita berasal dari berbagai tempat yang tersebar . permintaan tersebut berlangsung secara berkesinambungan dan pasti. Berita biasanya diberikan oleh pengirim tanpa tujuan apa-apa, kecuali untuk memenuhi permintaan itu. Namun berita bisa saja berupa propaganda, informasi salah (miss informasi), dan informasi yang menyimpang (distorsi) atau berita yang tidak informatif. Berita televisi terdiri dari (Sudirman Tebba, 2005) yaitu : 1. Gambar Gambar merupakan unsur pertama dalam berita televisi. Gambar itulah yang menjadi kekuatan berita televisi, karena gambar itu berbicara, bahkan kadang lebih berbicara dari naskah dan audio. tetapi gambar berita televisi harus memiliki sejumlah unsur agar menjadi lebih menarik. a. Aktualitas gambar televisi harus mengandung unsur aktual. Maksudnya gambar yang ditampilkan dalam berita harus aktual dan paling baru, kalau bisa gambar yang belum pernah ditayangkan oleh stasiun- stasiun televisi lain. b. Gambar Gambar berita televisi harus sinkron dengan peristiwa yang diinformasikan agar sesuai antara naskah dengan gambar. c. Simbolis Gambar simbolis berarti bukan gamba yang sesungguhnya, tetapi hanya menggambarkan kejadian yang diberitakan. ini terjadi karena gambar yang Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
sesungguhnya sulit didapat. sedangkan kalau berita itu sangat penting, maka harus diusahakan untuk tayang, walaupun gambar yang sinkron dan aktual tidak tersedia. d. Ilustrasi Ilustrasi ialah gambar yang dibuat atau direkayasa berdasarkan sesuatu peristiwa yang memang terjadi, tetapi gambarnya yang aktual, sinkron dan simbolis tidak tersedia. ilustrasi itu verupa gambar hidup, animasi atau grafik. e. Dokumentasi Dokumentasi gambar adakalanya diperlukan kalau peristiwa itu sangat penting, sementara tidak tersedianya gambar yang aktual, sinkron dan simbolis. dokumentasi gambar berita televisi ada beberapa macam, sperti: dokumentasi peristiwa, dokumentasi simbolis, dokumentasi foto dan dokumentasi profil. f. Estetik Gambar berita televisi harus bersifat estetis supaya enak dipandang mata. Estetika itu meliputi komposisi, fokus dan warna. tetapi estetika gambar berita tidak mutlak. dalam kondisi darurat. unsur estetika dapat diabaikan. 2. Naskah Naskah berita televisi sebagaimana berita pada umunya juga harus memenuhi unsur 5W + 1 H (What, Who, Where, When, Why, How) dilihat dari bentuk penyajiannya, naskah berita televisi terbagi dua (Sudirman Tebba, 2005). - Naskah reading adalah berita yang seluruh isinya mulai dari lead sampai dengan tubuhnya dibacara presenter. - Voice over ialah naskah berita yang lead-nya dibaca presenter, sedangkan tubuhnya di -dubling, yaitu dibacara dengan direkam oleh suara orang Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
lain., biasanya reporter atau siapa pun yang suaranya cukup baik. 3.Audio / suara Audio tidak kalah pentingnya dengan dibanding dengan naskah dan gambar, namun jika tidak ada bunyi, maka bisa jadi berita tersebut tidak jelas maksudnya. ada dua unsur audio dalam berita televisi (Sudirman Tebba , 2005) yaitu - Amosfir adalah suasana dari suatu peristiwa yang gambarnya diberitakan. Suatu atmosfir sangat penting menyertai suatu gambar, karena tanpa atmosfir sebuah gambar akan kehilangan rohnya. - Narasi Audio adalah suatu reporter, baik berdasarkan naskah dan suara sumber yang diwawancarai. Naskah ini sangat penting sebab kalau wartawan melaporkan satu berita dengan susunan kata yang tidak jelas atau kacau, maka beritanya akan menjadi kabur.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian III.1.1. Sejarah Fakultas Ilmu Sosial San Ilmu Politik USU Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP) merupakan fakultas kesembilan di lingkungan Universitas Sumatra Utara (USU). Prakarsa pendirian FISIP USU berasal dari beberapa dosen dalam bidang ilmu sosial, adminitrasi dan manajemen yang berada di fakultas ekonomi, fakultas hukum pada tahun 1979. prakarsa pendirian FISIP USU berasal dari beberapa dosen dalam bidang ilmu sosial, adminitrasi, dan manajemen yang berada di fakultas ekonomi, dan Fakultas Hukum pada tahum 1979. Persiapan proposal pendirian dilakukan oleh Drs.M. Adham Nasution, Asma Affan MPA, Dr. AP. Parlindungan , S,H, M.Solly Lubis,S.H dan beberapa dosen lainya. Berdasarkan proposal tersebut Rektor USU Dr.AP Parlindungan, SH memperjuangkan agar di USU didirikan FISIP. Pada tahun 1980 mulanya FISIP USU merupakan Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat di Fakultas Hukum USU. Par pendiri FISIP ini sepakat untuk mengangkat Drs.M.Adham Nasution sebagai ketua jurusan dan ditetapkan berdasrkan surat keputusan Rektor USU Nomor 1181/PT05/C.80 tertanggal 1 juli 1980. Jurusan ilmu pengetahuan masyarakat ini pertama kali menerima mahasiswa melalui ujian SIPENMARU pada tahun ajaran 1980/1981 dengan jumlah siswa sebanyak 75 orang. Kegiatan perkuliahan pertama kali dimulai tanggal 18 Agustus 1980 yang pembukanya diresmikan oleh Rektor USU Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Prof.Dr.AP Parlindungan, SH, di gedung perkuliahan Fakultas Kedokteran Gigi USU, dan perkuliahan selanjutnya dilaksanakan sore hari di gedung tersebut. Walupun jurusan ilmu pengetahuan masyarakat merupakan salah satu jurusan di Fakultas Hukum USU, namun kegiatan perkuliahan dan kegiatan adminitrasi jurusan tidak dilaksanakan di Fakultas Hukum USU. Kegiatan adminitrasi dilaksanakan di salah satu ruangan BAAK USU yang sekarang merupakan gedung Fakultas Sastra USU. Selanjutnya pada tanggal 7 April 1983 kegiatan adminitrasi jurusan dipindahakn ke gedung Biro Rektor yang sekarang merupakan gedung pusat komputer. Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat merupakan ‘embrio’ (cikal bakal) berdirinya FISIP USU. Berkat perjuangan dan usaha, yang dilakukan pendiri FISIP USU, maka dua tahun kemudian tahunm 1982, keluarlah surat keputusan presiden Republik Indonesia nomor 36 tahun 1982 tanggal 7 september 1982. Dalam surat keputusan tersebut dicantumkan Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Sumatera Utara yang merupakan Fakultas ke-9 di USU. Semua mahasiswa yang terdaftar pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat tersebut menjadi mahasiswa FISIP USU. Pada tahun ajaran pertama ini para pendiri FISIP ini sepakat untuk mengusulkan Drs. M. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat. Melalui keputusan tersebut diangkatlah saudara Drs. M. Adham Nasution menjadi Ketua Jurusan. Pada tahun 1982, terbitlah Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1982, tanggal 7 September 1982 Tentang Susunan Organisasi Universitas Sumatera Utara, dimana dalam Surat Keputusan tersebut dicantumkan bahwa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara merupakan Fakultas ke sembilan atau Fakultas yang Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
terakhir di USU. Sehubungan dengan itu maka Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat yang berada di bawah Fakultas Hukum USU berubah statusnya menjadi Fakultas. Semua mahasiswa yang terdaftar pada jurusan tersebut otomatis menjadi mahasiswa FISIP USU. Pada waktu itu mahasiswa yang kuliah di FISIP USU belum dibagi ke dalam jurusan-jurusan, karena ketentuan jurusan yang akan dibuka di FISIP USU belum ada. Saat ini FISIP USU berada di Jl. Dr. A. Sofian No. 1 Kampus USU. Bersebelahan dengan Fakultas Ekonomi, dan berseberangan dengan Fakultas Pertanian USU. Setelah Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat Fakultas Hukum USU ditetapkan menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, maka secara otomatis pula Drs. M. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan sudah habis masa jabatannya dan pada FISIP USU yang baru berdiri belum mempunyai Dekan. Dalam rangka pengembangan FISIP USU tersebut, maka dibentuklah satu panitia persiapan pemilihan Dekan FISIP USU dengan Surat Keputusan Rektor USU Nomor 573/PT05/C.82 tertanggal 19 Oktober 1982. Tujuan dari pembentukan panitia tersebut adalah untuk memilih Dekan yang akan memimpin FISIP USU. Dalam rapat tersebut dengan suara bulat menyetujui Drs. M. Adham Nasution sebagai Pejabat Sementara Dekan FISIP USU. Kemudian pada tanggal 1 Maret 1983 terbitkah Surat Keputusan Rektor tentang Pengangkatan saudara Drs. M. Adham Nasution sebagai Pejabat Sementara Dekan FISIP USU dengan Nomor 64/PT05/SK/C.83. Sedangkan Pejabat Sementara Para Pembantu Dekan yang diangkat sebagai pejabatnya adalah : Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
1. Pembantu Dekan I
: T. Daoed Ahmad, S.H.
2. Pembantu Dekan II
: Drs. Haniful Chair Nasution
3. Pembantu Dekan II
: Dra. Nurlela Ketaren
Pada Tahun Akademi 1982/1983 jumlah mahasiswa yang diterima pada FISIP USU adalah sebanyak 73 orang. Pada tanggal 7 April 1983 kegiatan administrasi FISIP USU dipindahkan ke Gedung Biro Rektor USU Lantai I, yang sekarang merupakan Gedung Pusat Komputer yang terletak di Jalan Universitas Kampus USU. Pada bulan Oktober 1983 FISIP USU yang untuk pertama kalinya melantik sebanyak 24 orang sarjana muda dari mahasiswa angkatan 1980/1981. sedangkan pelantikannya diadakan di Gelanggang Mahasiswa Jalan Universitas Kampus USU Medan. Sesuai dengan perkembangannya sebagai suatu Fakultas, FISIP USU mengusulkan agar dapat membuka beberapa jurusan. Pada tahun 1983 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor. 0535/0/83 tentang jenis dan jumlah Fakultas di lingkungan USU, disebutkan bahwa FISIP USU terdiri dari lima jurusan yaitu : 1. Jurusan Ilmu Administrasi Negara 2. Jurusan Ilmu Komunikasi 3. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 4. Jurusan Sosiologi 5. Jurusan Antropologi Namun demikian, pembukaan kelima jurusan tersebut dilakukan secara bertahap hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan Pemerintah Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Provinsi Sumatera Utara. Mengingat juga terbatasnya jumlah tenaga pengajar (dosen) yang ada, dan terbatasnya disiplin ilmu yang dimiliki dosen pada masingmasing jurusan, maka jurusan yang pertama dibuka adalah jurusan Ilmu Administrasi dan Ilmu Komunikasi. Bagi mahasiswa angkatan 1980/1981 yang sebelumnya tidak memiliki jurusan sampai semester VI, maka pada semester VII mereka diwajibkan untuk memilih salah satu dari dua jurusan yang ada. Berdasarkan kedua jurusan yang telah dibuka pada FISIP USU, maka melalui SIPENMARU, FISIP USU menambah jumlah penerimaan mahasiswa. Adapun jumlah mahasiswa yang diterima pada Tahun Akademik 1983/1984 yaitu sebanyak 74 orang. Setelah tiga tahun berdiri yaitu pada tahun 1983 Drs. M. Adham Nasution yang sebelumnya adalah sebagai Pejabat Sementara Dekan, diangkat menjadi Dekan FISIP USU yang pertama berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor. 77121/C.I/83 dengan masa periode 1983-1986. Pada periode ini Dekan sebagai pimpinan Fakultas menunjuk para pembantunya yaitu sebagai berikut : 1. Pembantu Dekan I
:Dra. Arnita Zainuddin
2. Pembantu Dekan II
: Drs. Haniful Chair Nasution
3. Pembantu Dekan III
: Drs. Arifin Siregar
Pada tahun 1983 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 4/K. tahun 1982 Drs. M. Adham Nasution diangkat sebagai Guru Besar pertama pada FISIP USU. Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Melalui Proyek Pengembangan Pendidikan Tinggi (P3T) di USU, maka pada tahun 1984 gedung FISIP USU telah selesai dibangun dijalan Dr. A. Sofyan No. 1 Kampus USU. Dengan selesainya gedung baru tersebut, maka pada tanggal 18 Agustus 1984 baik itu kegiatan perkuliahan maupun kegiatan administrasi yang menunjang pendidikan dan pengajaran dipindahkan ke gedung baru tersebut. Pada Tahun Akademik 1984/1985 mahasiswa yang diterima melalui SIPENMARU berjumlah 71 orang pada dua jurusan yaitu Jurusan Ilmu Administrasi dan Jurusan Ilmu Komunikasi. Pada bulan Februari tahun 1985 FISIP USU berhasil mencetak alumni pertamanya sebanyak 10 orang terdiri dari 3 orang Jurusan Ilmu Komunikasi atas nama Suwardi Lubis, Mukti Sitompul, dan Ahmad Daud Siregar. Sedangkan 7 orang dari Jurusan Ilmu Administrasi yaitu atas nama Zakaria, Marlon Sihombing, Ridwan Rangkuti, Rasyudin Ginting, Tunggul Sihombing, Henry Lubis, dan Panca Ria Sembiring. Pelantikan terhadap kesepuluh orang ini diadakan pada tanggal 8 Maret 1985 di Gedung Perkuliahan FISIP USU. Jumlah keseluruhan alumni yang dihasilkan FISIP USU pada tahun 1985 adalah sebanyak 36 orang terdiri dari 25 orang Jurusan Ilmu Administrasi dan 11 orang Jurusan Ilmu Komunikasi. Pada Tahun Akademik 1985/1986, karena kedua jurusan tersebut dianggap sudah mapan, maka pada tahun akademik ini dibuka pula Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Pada Tahun Akademik 1985/1986 FISIP USU melakukan kerjasama dengan Departemen Dalam Negeri yaitu dalam rangka pendidikan lanjutan bagi pegawai Depdagri yang memiliki Ijazah Sarjana Muda sebagai mahasiswa Tugas Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Belajar untuk mengikuti perkulihan pada jenjang strata-I atau Sarjana. Pada tahun pertama FISIP USU menerima mahasiswa Tugas Belajar sebanyak 26 orang. Kemudian pada Tahun Akademik 1986/1987 FISIP USU menambah lagi dua jurusan yaitu Jurusan Sosiologi dan Jurusan Antropologi. Mahasiswa Jurusan Antropologi yang diterima adalah mahasiswa pindahan dari Fakultas Sastra USU berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU Nomor 163/PT05/SK/Q.86 tanggal 14 Mei 1986. Dalam perpindahan ini semua kegiatan administrasi dan kemahasiswaan yang terdaftar di Jurusan Antropologi pada Fakultas Sastra USU dipindahkan ke FISIP USU, kecuali mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi dan mengikuti perkuliahan pada semester VIII, mereka tetap mengikuti perkuliahan di Fakultas Sastra USU sampai selesai pendidikannya. Pada Tahun Akademik 1986/1987 jumlah mahasiswa yang diterima di FISIP USU sebanyak 375 orang terdiri dari 333 orang mahasiswa Reguler dan 42 orang mahasiswa Tugas Belajar. Setelah menjalani periode pertama yaitu tahun 1983-1986 sebagai Dekan FISIP USU, maka pada tahun 1986 tersebut Prof. M. Adham Nasution diusulkan kembali menjadi Dekan FISIP USU, selanjutnya melalui Surat Keputusan Mendikbud Nomor. 79511/A.2/C/1986, tanggal 23 Oktober 1986 mengangkat kembali Prof. M. Adham Nasution sebagai Dekan FISIP USU untuk kedua kalinya yaitu periode 1986-1989.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Pada periode ini Dekan sebagai pimpinan Fakultas menunjuk para pembantunya yaitu sebagai berikut : 1. Pembantu Dekan I
: Nurhaina Burhan, S.H
2. Pembantu Dekan II
: Drs. Armyn Sipahutar
3. Pembantu Dekan II
: Dra. Irmawati Soeprapto
Pada Tahun Akademik 1987/1988 FISIP USU telah memiliki lima jurusan yaitu Ilmu Administrasi, Ilmu Komunikasi, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Sosiologi, dan Antropologi. Jumlah mahasiswa yang diterima pada Tahun Akadaemik 1987/1988 adalah sebanyak 205 orang, terdiri dari 161 orang mahasiswa Reguler dan 44 orang mahasiswa Belajar. Pada tahun 1987 jumlah alumni yang dihasilkan FISIP USU sebanyak 91 orang terdiri dari 51 orang Jurusan Administrasi, 15 orang Jurusan Ilmu Komunikasi, dan 25 orang Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Pada Tahun Akademik 1988/1989 FISIP USU menerima mahasiswa sebanyak 241 orang yang terdiri dari 197 orang mahasiswa Reguler dan 44 orang mahasiswa Belajar. Jumlah alumni yang dihasilkan FISIP USU pada tahun 188 adalah sebanyak 125 orang. Pada Tahun Akademik 1989/1990 FISIP USU menerima mahasiswa sebanyak 207 orang yang kesemuanya adalah mahasiswa Reguler. Jumlah alumni FISIP USU pada tahun 1989 adalah sebanyak 141 orang. Pada tahun 1990, masa periode jabatan Dekan untuk yang kedua kalinya sudah berakhir. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa jabatan Dekan hanya maksimal selama 2 periode. Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Pada proses pemilihan Dekan selanjutnya, FISIP USU melalui senat melakukannya secara voting. Dari hasil voting tersebut, yang terpilih menjadi Dekan adalah Dr. Asma Affan, MPA, yang selanjutnya untuk diusulkan ke Mendikbud atas rekomendasi Rektor. Berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud Nomor 20208/A2.I.2/C/1990, tanggal 14 Maret 1990 diangkatlah saudara Dr. Asma Affan, MPA sebagai Dekan FISIP USU masa periode 1990-1993. Pada periode ini Dekan sebagai pimpinan Fakultas menunjukkan para pembantunya yaitu sebagai berikut : 1. Pembantu Dekan I
: Drs. Rahim Siregar, M.A
2. Pembatu Dekan II
: Dra. Arnita Zainuddin
3. Pembantu Dekan III
: Drs. Siswo Suroso
Pada Tahun Akademik 1990/1991 jumlah mahasiswa yang diterima di FISIP USU adalah sebanyak 233 orang. Jumlah alumni yang dihasilkan FISIP USU tahun 1990 adalah sebanyak 135 orang. Pada Tahun Akademik 1991/1992 jumlah mahasiswa yang diterima di FISIP USU sebanyak 237 orang. Pada tahun 1991 jumlah alumni yang dihasilkan FISIP USU sebanyak 108 orang. Berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud Nomor 520931/A2.12/C/1993 tanggal 20 Agustus 1993, maka Drs. Amru Nasution diangkat sebagai Dekan FISIP USU untuk masa periode 1993-1996. pada periode ini Dekan seabgai pimpinan Fakultas menunjukkan para pembantunya sebagai berikut : 1. Pembantu Dekan I
: Dra. Nurwida Nuru
2. Pembantu Dekan II
: Dra. Irmawati Soeprapto
3. Pembantu Dekan III
: Drs. Sakhyan Asmara
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Setelah 3 tahun masa jabatan Dekan FISIP USU, maka tahun 1996 dibentuklah Panitia Pemilihan Calon Dekan yang baru. Dari hasil rapat Senat yang dilaksanakan ternyata Drs. Amru Nasution diusulkan kembali sebagai calon tunggal masa periode 1996-1999. berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud Nomor. 51151/A2.I2/KP/1996 tanggal 23 September 1996 Drs. Amru Nasution diangkat kembali sebagai Dekan FISIP USU, dengan menunjuk para pembantunya : 1. Pembantu Dekan I
: Dra. Nurwida Nuru
2. Pembantu Dekan II
: Drs. Subihar, MA
3. Pembantu Dekan III
: Drs. Sakhyan Asmara
Pada tahun 1999 masa jabatan Dekan FISIP USU telah berakhir. Drs. Amru Nasution sebagai Dekan tidak dapat lagi mencalonkan diri untuk ketiga kalinya. Melalui Rapat Senat FISIP USU, ternyata yang terpilih sebagai Dekan FISIP USU adalah Drs. Subilhar, MA yang selanjutnya diusulkan ke Mendikbud atas rekomendasi Rektor. Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Nomor. 1998/J05/KP/1999 tanggal 9 Desember, Drs. Subilhar, MA diangkat sebagai Dekan FISIP USU masa periode 1999-2003. Dalam perkembangan selanjutnya pada tahun 2001/2002 FISIP USU mengusulkan kembali agar menambah jurusan yang baru yaitu Jurusan Ilmu Politik. Berdasarkan Surat Izin Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Nomor 2809/D/T/2001 tanggal 30 agustus 2001 dibukalah Jurusan tersebut.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Melalui rapat senat tanggal 25 April 2001 FISIP USU kembali megusulkan ke Rektro USU agar FISIP USU membuka program baru yaitu Program Extension yang berada dibawah naungan masing-masing jurusan yang ada di FISIP USU.
III.1.2. Program Studi Pada tahun 1983 dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor. 0535/0/83 tentang jenis dan Jumlah pada Fakultasfakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara, disebutkan bahwa FISIP USU mempunyai 5 (lima) jurusan dengan urutan sebagai berikut : 1. Jurusan Ilmu Administrasi Negara 2. Jurusan Ilmu Komunikasi 3. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 4. Jurusan Sosiologi 5. Jurusan Antropologi Pada Tahun Akademik 1995/1996, FISIP USU membuka Program Diploma I (DI) dan Program Diploma II (DII), bekerjasama dengan Direktorat Jendral Pajak. Pada Tahun Ajaran 2000/2001 program DI Administrasi Perpajakan tidak menerima mahasiswa baru lagi, dengan jumlah alumni FI seluruhnya adalah 153 orang. Pada Tahun Akademik 2001/2002 telah dibuka Program Studi Ilmu Politik berdasarkan SK No. 616/JO5?SK/PP/2002 dan telah menerima sejumlah 60 mahasiswa.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
III.1.3. Visi dan Misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik a. Visi yang diemban FISIP USU adalah menjadi pusat pendidikan dan rujukan bidang ilmu sosial di Asia Tenggara b. Misi yang diemban FISIP USU adalah menghasilkan alumni yang mampu bersaing dalam skala global, menjadi pusat riset, dan studi ilmu-ilmu sosial.
III.1.4. Tujuan, Tugas dan Fungsi FISIP USU Tujuan : Sebagai lembaga Pendidikan Tinggi yang bernaung di bawah Universitas Sumatera Utara mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang mampu menerpkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan dan ketrampilan tinggi, disertai budi yang luhur, mencintai bangsa dan sesama manusia sesuai dengan falsafah. 2. Mengembangkan dan menerbarkan ilmu pengetahuan serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional sesuai dengan Pancasila. Tugas : Menyelenggarakan kegiatan untuk mencapai tujuan sebagaimana tersebut diatas dengan berpedoman pada : 1. Tujuan pendidikan nasional 2. Kaedah, moral dan etika ilmu pengetahuan
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
3. Kepentingan masyarakat serta memperhatikan minat, kemampuan dan prakarsa pribadi. Fungsi : 1. Melaksanakan pengembangan pendidikan dan pengajaran 2. Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan kebudayaan, khususnya ilmu pengetahuan sosial 3. Melaksanakan pengabdian pada masyarakat 4. Melaksanakan kegiatan pelaksanaan administratif
II.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret hingga Juni 2009.
II.3. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa/I FISIP USU di Jl. Dr. A. Sofian No. 1 Kampus USU.
III.4. Metodologi Penelitian Metodologi Penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode
deskriptif
adalah
metode
yang
bertujuan
membuat
penderaan/lukisan/deskripsi mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu populasi atau daerah tertentu secara sistematik, faktual dan teliti (Suwardi, 1998 : 23). Metode deskritif dapat diartikan juga sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakt-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 2001 : 63). Adapun penelitian deskritif ditujukan untuk : 1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala-gejala yang ada 2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku 3. Membuat perbandingan atau evaluasi 4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang (Rakhmat, 2004 : 25).
III.5. Populasi dan Sampel III.5.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test, atau peristiwaperistiwa, sebagai sumber yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian (Nawawi, 1995 : 141). Populasi terdiri dari Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara dari semua Departemen dimulai dari angkatan 2004-2007.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Tabel III.1. Populasi Mahasiswa Fisip USU angkatan 2004-2007 Tahun Akademi 2004
2005
2006
2007
1
Ilmu Komunikasi
102
104
107
123
436
2
Administrasi Negara
72
83
87
84
326
3
Kesejahteraan Sosial
60
65
60
57
242
4
Antropologi
56
58
56
50
220
5
Ilmu Politik
78
82
69
77
306
6
Sosiologi
57
74
70
65
266
7
D3 Administrasi Perpajakan
149
143
156
111
559
Jumlah Mahasiswa
2355
III.5.2. Sampel Pada dasarnya, sampel merupakan bagian dari populasi yang memperoleh perlakuan penelitian yang secara keseluruhan mempunyai sifat yang sama dengan populasi. Sampel merupakan wakil yang bersifat representatif dari populasi, khususnya dalam hal “pendataan” (Bulaeng, 2004 : 156). Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi tersebut, maka digunakan rumus Taroyamane dengan presisi 10 % dan dengan tingakt kepercayaan 90 % (Rakhmat, 2004 : 82), adapun rumus tersebut adalah :
n=
N Nd + 1
Keterangan :
n = Sampel Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
N = Populasi
d = Pr esisi (10 % ) Dari pendapat Taroyamane tersebut, maka dapat dirumuskan jumlah sampel yang akan diambil, yaitu :
n=
=
2355 2355 (0,1) 2 + 1
2355 24,55
= 95,92 = 96 Jadi sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 96 orang.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Tabel III.2. Jumlah Sampel per Departemen No
Departemen
Distribusi Sampel 436x96 n= 2355
Sampel 18
1.
Ilmu Komunikasi
2.
Ilmu Administrasi Negara
n=
326x96 2355
13
3.
Ilmu Kesejahteraan Sosial
n=
242x96 2355
10
4.
Ilmu Antropologi
n=
220x96 2355
9
5.
Ilmu Politik
n=
306x96 2355
12
6.
Ilmu Sosiologi
n=
266x96 2355
11
7.
D3 Administrasi Perpajakan
n=
556x96 2355
23
Jumlah Mahasiswa
96
Selanjutnya untuk penarikan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut : n=
n1 x n N
n.96
Keterangan :
n1 = Jumlah Sampel n = Jumlah Mahasiswa N = Jumlah Populasi
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
III.6. Teknik Pengambilan Sampling 1. Purposive Sampling Pengambilan sampling dengan teknik yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian (Kriyantono, 2006 : 154). Adapun Kriteria sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah : 1) Mahasiswa FISIP USU program Reguler S-1 dan D-III stambuk 2004, 2005, 2005, 2006 dan 2007. 2) Mahasiswa yang mengetahui kasus mutilasi dan pembunuhan berantai Ryan. 2. Accidental Sampling Teknik ini adalah memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel. Teknik ini digunakan jika peneliti merasa kesulitan untuk menemui responden atau karena topik yang diteliti adalah persoalan umum dimana semua orang mengetahuinya (Kriyantono, 2006 : 156). Adapun kriteria yang ditetapkan yaitu mahasiswa FISIP USU stambuk 2004-2007. 3. Proporsional Stratified Random Sampling Dalam teknik ini, populasi dikelompokkan kedalam kelompok atau kategori yang disebut strata. Strata ini bisa berupa usia, jenis kelamin, fakultas dan lain sebagainya. Sampel ini bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen dikelompokkan kedalam subpopulasi berdasarkan karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok (strata) mempunyai anggota sampel yang relatif homogen. Dalam sampel strata proporsional dari setiap strata diambil sampel yang Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
sebanding dengan besar tiap strata proporsional sampling, memungkinkan untuk memberi peluang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel.
III.7. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah a. Studi Kepustakaan (Library Research) Yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan cara menghimpun semua data-data yang berasal dari buku-buku serta bacaan yang relevan serta mendukung penelitian. b. Studi Lapangan (Field Research) Yaitu suatu kegiatan dimana peneliti mengumpulkan data-data dari lapangan yang meliputi kegiatan survey di lokasi penelitian, meliputi kegiatan : − kuesioner, yaitu alat pengmpulan data dalam bentuk sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis pula pada responden. Di sini peneliti akan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa FISIP USU yang terpilih menjadi sampel.
III.8. Teknik Analisa Data Teknik Analisa Data yang digunakan adalah analisa tabel tunggal yang merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan suatu langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
(Singarimbun, 1995 : 226). Adapun setelah data yang terkumpul akan ditabulasi kemudian dianalisis dan diinterprestasikan.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Pelaksanaan pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
IV.1.1. Tahap Persiapan a. Meminta izin penelitian dari FISIP USU Untuk mengadakan penelitian. b. Meminta data mahasiswi FISIP USU dari bagian pendidikan FISIP USU. c. Menentukan sample. d. Membuat kuesioner yang berfungsi untuk membantu pelaksanaan penelitian sesuai data-data yang diinginkan serta disetujui oleh dosen pembimbing.
IV.1.2. Tahap pengumpulan Data a. Peneliti menyebarkan kuesioner selama satu minggu yaitu mulai tanggal 25-30 Mei 2009, disaat ujian ujian akhir semester sedang berlangsung. b. Peneliti menyebarkan kuesioner sebanyak 96 buah yang dibagikan kepada 96 orang responden mahasiswa/I FISIP USU. Peneliti dibantu oleh beberapa orang teman untuk mempermudah proses penelitian. c. Peneliti membimbing responden dalam pengisian data apabila terdapat ketidakjelasan pertanyaan agar data yang diperoleh lebih akurat.
IV.2. Teknik Pengolahan Data Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data-data, maka tahapa selanjutnya adalah pengolahan data temuan. Pengolahan data meliputi tahapantahapan sebagai berikut : a. Penomoran Kuesioner, kuesioner yang telah dikumpulkan diberi nomor urut (0-96). Penomoran ini berguna sebagai tanda pengenal.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
b. Editing, pada tahap ini peneliti melakukan perbaikan/pembenahan dari jawaban responden yang meragukan untuk menghindari terjadinya kesalahan pengisisan data. c. Coding, peneliti memindahkan jawaban-jawaban responden ke dalam kotak-kotak kode yang telah disediakan di lembar kuesioner dalam bentuk angka (skor). d. Inventarisasi, data mentah yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam lembar Foltran Cobol (FC) sehingga memuat seluruh data dalam satu kesatuan. e. Tabulasi Data, pada tahap ini data dari FC dimasukkan ke dalam tabel. Tabel ini terdiri atas tabulasi tunngal dan tabulasi silang. Sebaran data dalam tabel ini secara rinci meliputi kategori frekuensi,persentase dan selanjutnya dianalisa. f. Pengujian Hipotesa, dalam penelitian ini digunakan rumus uji korelasi tata jenjang dari Spearman.
IV. 3. Analisa Tabel Tunggal Analisa tabel tunggal merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari 2 kolom presentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995 : 266).
IV.3.1. Karakteristik Responden Karakteristik dalam penelitian ini meliputi : jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan per bulan dan status perkawinan. Data tabel bisa dilihat mulai tabel IV.1 hingga tabel IV.6.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Tabel IV.1 Usia Responden Usia Responden
No.
F
%
1.
18 tahun
11
11.5
2.
19 tahun
25
26.0
3.
20 tahun
24
25.0
4.
21 tahun
22
22.9
5.
22 tahun
14
14.6
96
100.0
Total
P.1/FC.3 Tabel IV.1 menjelaskan tentang usia responden. Responden berasal dari stambuk yang berbeda-beda sehingga usia responden berbeda-beda. Sebanyak 11 11 orang (11,5 %) menyatakan 18 tahun, sebanyak 25 orang (26,0 %) menyatakan berusia 19 tahun, sebanyak 24 orang (25,0 %) menyatakan berusia 20 tahun, sebanyak 22 orang (22,9 %) menyatakan berusia 21 tahun dan sebanyak 14 tahun (14,6 %) menyatakan berusia 22 tahun. Responden terlahir pada tahun yang berbeda sehingga memiliki perbedaan usia antara satu dengan yang lainnya. Tabel IV.2 Departemen Departemen
No.
F
%
1.
Ilmu komunikasi
18
18.8
2.
Ilmu administrasi negara
13
13.5
3.
Ilmu kesejahteraan sosial
10
10.4
4.
Ilmu antropologi
9
9.4
5.
Ilmu politik
12
12.5
6.
Ilmu sosial
11
11.5
7.
D3 administrasi perpajakan
23
24.0
96
100.0
Total
P.2/FC.4 Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Pada tabel IV.2 menunjukkan tentang departemen. Responden yag kuliah di FISIP USU berasal dari departemen yang berbeda. Sebanyak 18 orang (18,8 %) menyatakan berasal dari departemen Ilmu Komunikasi, sebanyak 13 (13,5 %) menyatakan berasal dari Ilmu Administrasi Negara, sebanyak 10 orang (10,4 %) menyatakan berasal dari Ilmu Kesejahteraan Sosial, sebanyak 9 orang (9,4 %) menyatakan berasal dari Ilmu Antropologi, sebanyak 12 orang (12,5 %) menyatakan berasal dari Ilmu Politik, sebanyak 11 orang (11,5 %) menyatakan berasal dari Ilmu Sosial dan sebanyak 23 orang (24,0 %) menyatakan berasal dari D3 Administrasi Perpajakan. Responden tersebut terpilih menjadi sample dengan menggunakan Proportional Stratified Random Sampling, di mana penggunaan teknik ini memungkinkan memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel. Alasan peneliti mengambil 7 Departemen di FISIP ialah dikarenakan agar seluruh Depertemen memiliki perwakilan sebagai responden sehingga semaunya terpilih. Tabel IV.3 Stambuk Stambuk
No.
F
%
1.
2004
19
19.8
2.
2005
30
31.3
3.
2006
28
29.2
4.
2007
19
19.8
96
100.0
Total
P.3/FC.5 Pada tabel IV.3 diatas menerangkan tentang stambuk responden. Sebanyak 19 orang (19,8 %) menyatakan berasal dari stambuk tahun 2004, sebanyak 30 Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
orang (31,3 %) menyatakan berasal dari stambuk 2005, sebanyak 28 orang (29,2 %) menyatakan berasal dari stambuk 2006 dan sebanyak 19 orang (19,8 %) menyatakan berasal dari stambuk 2007. Responden yang merupakan mahasiswa FISIP USU angkatan 2005 lebih banyak dibandingkan responden yang merupakan mahasiswa FISIP USU angkatan 2006, karena berdasarkan data yang diperoleh dari BAA USU mengenai jumlah mahasiswa USU S-1, peneliti melihat angkatan 2005 memang lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah mahasiswa angkatan 2006. Tabel IV.4 Jenis Kelamin Jenis Kelamin
No.
F
%
1.
Laki-laki
45
46.9
2.
Perempuan
51
53.1
96
100.0
Total
P.4/FC.6 Tabel IV.4 menunjukkan tentang jenis kelamin responden. Sebanyak 45 orang (46,9 %) menyatakan berjenis kelamin laki-laki dan sisanya sebanyak 51 orang (53,1 %) menyatakan berjenis kelamin perempuan. Diketahui bahwa responden perempuan lebih banyak dibandingkan responden laki-laki. Dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa pada saat penyebaran kuesioner berlangsung, mahasiswa FISIP USU program S-1 danD-III stambuk 2004 s/d 2007 yang lebih banyak adalh perempuan daripada laki-laki. Selain itu dari kuesioner yang terkumpul menunjukkan bahwa perempuan sebagai responden sering melihat/menonton program acara Seputar Indonesia.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Tabel IV.5 Uang Saku per Bulan Uang Saku per Bulan
No. 1.
< Rp. 500.000,-
2.
Rp.500.001,- s/d Rp.750.000,Rp. 750.000,- s/d Rp.1.000.000,> Rp.1.000.000,-
3. 4.
Total
F
%
8
8.3
28
29.2
36
37.5
24
25.0
96
100.0
P.5/FC.7 Pada tabel IV.5 diatas menjelaskan tentang uang saku per bulan responden. Sebanyak 8 orang (8,3 %) menyatakan memiliki uang saku per bulan sebesar < Rp. 500.000,-, sebanyak 28 orang (29,2 %) menyatakan memiliki uang saku sebesar Rp.500.001,- s/d Rp.750.000,-, sebanyak 36 orang (37,5 %) menyatakan memiliki uang saku sebesar Rp. 750.000,- s/d Rp.1.000.000,- dan sebanyak 24 orang (25,0 %) menyatakan memiliki uang saku sebesar > Rp.1.000.000,-. Perbedaan uang saku terjadi disebabkan orang tua masing-masing responden itu berbeda-beda pekerjaannya. Tabel IV.6 Agama Responden Agama Responden
No.
F
%
1.
Islam
49
51.0
2.
Kristen Katolik
31
32.3
3.
Kristen Protestan
16
16.7
4.
Hindu
0
0
5.
Buddha
0
0
96
100.0
Total
P.6/FC.8
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Terlihat tabel IV.6 diatas menunjukkan tentang agama responden. Sebanyak 49 orang (51,0 %) menyatakan beragama Islam, sebanyak 31 orang (32,3 %) menyatakan beragama Kristen Katolik dan sebanyak 16 orang (16,7 %) menyatakan beragama Kristen Protestan. Sementara agama Hindu dan Buddha, peneliti tidak menemui responden yang beragama seperti itu. Responden berasal dari agama yang berbeda-beda yang sesuai menurut keyakinan mereka masingmasing. Kebanyakan responden beragama Islam sebagai mayoritas agama yang dipeluk di Indonesia. Tabel IV.7 Frekuensi Melihat/Menonton Seputar Indonesia F
%
1.
Frekuensi Melihat/Menonton Seputar Indonesia 1 x sehari
42
43.8
2.
2 x sehari
34
35.4
3.
3 x sehari
20
20.8
4.
> 3 hari
0
0
96
100.0
No.
Total
P.7/FC.9 Tabel IV.7 diatas menunjukkan tentang frekuensi melihat/menonton Seputar Indonesia. Sebanyak 42 orang (43,8 %) menyatakan sebanyak 1 x sehari, 34 orang (35,4 %) menyatakan 2 x sehari dan sebanyak 20 orang (20,8 %) menyatakan 3 x sehari. Dengan demikian, responden lebih banyak menonton 1 x dalam sehari Seputar Indonesia disebabkan waktu mereka yang sibuk, banyak pekerjaan dan mereka menonton pada siang/sore hari ketika memiliki waktu luang.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
IV.3.2. Pemberitaan Kasus Mutilasi dan Pembunuhan Berantai Ryan Pemberitaan kasus mutilasi dan pembunuhan berantai Ryan meliputi : mengetahui informasi kasus mutilasi dan pembunuhan berantai Ryan di televisi, asal program televisi yang mengenai kasus Ryan, takut/tidaknya terhadap informasi tersebut, biadab/tidaknya tindakan Ryan memutilasi manusia, jelas/tidaknya informasi mengenai kasus Ryan yang ditayangkan di Seputar Indonesia, sesuai/tidaknya pemberitaan yang disajikan Seputar Indonesia, tertarik/tidaknya mengikuti perkembangan kasus Ryan di Seputar Indonesia, langka/tidaknya kasus mutilasi kaum homoseksual yang terjadi pada kasus Ryan, cepat/tidaknya Seputar Indonesia menyampaikan perkembangan berita dengan cepat dan keakuratan, ketajaman dan terpercaya atas informasi yang disampaikan Seputar Indonesia. Data tabel bisa dilihat dari tabel IV.8/FC.10 hingga tabel IV.17/FC.19. Tabel IV.8 Mengetahui Informasi Kasus Mutilasi dan Pembunuhan Berantai Ryan di Televisi F
%
1.
Mengetahui Informasi Kasus Mutilasi dan Pembunuhan Berantai Ryan di Televisi Tidak mengetahui
10
10.4
2.
Kurang mengetahui
15
15.6
3.
Mengetahui
41
42.7
4.
Sangat mengetahui
30
31.3
96
100.0
No.
Total
P.8/FC.10 Terlihat tabel IV.8 menunjukkan mengetahui informasi kasus mutilasi dan pembunuhan berantai Ryan di Televisi. Sebanyak 10 orang (10,4 %) menyatakan Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
tidak mengetahui, sebanyak 15 orang (15,6 %) menyatakan kurang mengetahui, sebanyak 41 orang (42,7 %) menyatakan mengetahui dan sebanyak 30 orang (31,3 %) menyatakan sangat mengetahui. Kebanyakan responden menyatakan mengetahui informasi kasus mutilasi dan pembunuhan berantai Ryan di televisi. Tabel IV.9 Asal Program Televisi Yang Mengenai Kasus Ryan F
%
1.
Asal Program Televisi Yang Mengenai Kasus Ryan Info siang
16
16.7
2.
Liputan SCTV
20
20.8
3.
Kabar Siang
25
26.0
4.
Seputar Indonesia
35
36.5
Total
96
100.0
No.
P.9/FC.11 Terlihat tabel IV.9 menunjukkan tentang asal program televisi yang mengenai kasus Ryan. Sebanyak 16 orang (16,7 %) menyatakan berasal dari program Info Siang, sebanyak 20 orang (20,8 %) menyatakan berasal dari program Liputan SCTV, sebanyak 25 orang (26,0 %) menyatakan berasal dari program Kabar Siang dan sebanyak 35 orang (36,5 %) menyatakan berasal dari Seputar Indonesia. Kebanyakan responden menjawab Seputar Indonesia sebagai sumber dari informasi tentang kasus Ryan.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Tabel IV.10 Takut/Tidaknya Terhadap Informasi Tersebut F
%
1.
Takut/Tidaknya Terhadap Informasi Tersebut Tidak takut
18
18.8
2.
Kurang takut
19
19.8
3.
Takut
32
33.3
4.
Sangat takut
27
28.1
96
100.0
No.
Total
P.10/FC.12 Pada tabel IV.10 menjelaskan tentang takut/tidaknya terhadap informasi tersebut. Sebanyak 18 orang (18,8 %) menyatakan tidak takut, sebanyak 19 orang (19,8 %) menyatakan mereka tidak takut, sebanyak 19 orang (19,8 %) menyatakan kurang takut, sebanyak 32 orang (33,3 %) menyatakan takut dan sebanyak 27 orang (28,1 %) menyatakan sangat takut. Tayangan televisi berupa kekerasan seperti itu mampu mempengaruhi responden. Kondisi seperti itu mempengaruhi kondisi afektif responden yaitu perasaan yang timbul saat melihat/mendengar tentang sesuatu hal. Tabel IV.11 Biadab/Tidaknya Tindakan Ryan Memutilasi Manusia F
%
1.
Biadab/Tidaknya Tindakan Ryan Memutilasi Manusia Tidak biadab
2
2.1
2.
Kurang biadab
1
1.0
3.
Biadab
49
51.0
4.
Sangat biadab
44
45.8
96
100.0
No.
Total
P.11/FC.13
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Terlihat tabel IV.11 menunjukkan tentang bidab/tidaknya tindakan Ryan memutilasi manusia. Sebanyak 2 orang (2,1 %) menyatakan tindakan tersebut tidak biadab, sebanyak 1 orang (1,0 %) menyatakan kurang biadab, sebanyak 49 orang (51,0 %) menyatakan biadab dan sebanyak 44 orang (45,8 %) menyatakan sangat biadab. Terlihat bahwa responden tidak setuju atas apa yang dilakukan Ryan memutilasi manusia dan tindakan tersebut merupakan tindakan yang biadab diluar peri kemanusiaan. Dengan memotong/memutilasi temannya Ryan berusaha membalas sakit satinya pada orang tersebut. Tabel IV.12 Jelas/Tidaknya Informasi Mengenai Kasus Ryan Yang Ditayangkan di Seputar Indonesia F
%
1.
Jelas/Tidaknya Informasi Mengenai Kasus Ryan Yang Ditayangkan di Seputar Indonesia Tidak jelas
7
7.3
2.
Kurang jelas
7
7.3
3.
Jelas
48
50.0
4.
Sangat jelas
34
35.4
96
100.0
No.
Total
P.12/FC.14 Tabel IV.12 menjelaskan tentang jelas/tidaknya informasi mengenai kasus Ryan yang ditayangkan di Seputar Indonesia. Sebanyak 7 orang (7,3 %) menyatakan tidak jelas, sebanyak 7 orang (7,3 %) menyatakan kurang jelas, sebanyak 48 orang (50,0 %) menyatakan jelas dan sisanya sebanyak 34 orang (35,4 %) menyatakan sangat jelas. Seputar Indonesia menjadi sajian utama responden dalam mendapatkan berita/informasi dengan jelas. Seputar Indonesia
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
juga berusaha menjadi satu-satunya berita yang menarik untuk didengar dan ditonton. Tabel IV.13 Sesuai/Tidaknya Pemberitaan Yang Disajikan Seputar Indonesia F
%
1.
Sesuai/Tidaknya Pemberitaan Yang Disajikan Seputar Indonesia Tidak sesuai
10
10.4
2.
Kurang sesuai
15
15.6
3.
Sesuai
39
40.6
4.
Sangat sesuai
32
33.3
96
100.0
No.
Total
P.13/FC.15 Terlihat
tabel IV.13 diatas menerangkan tentang sesuai/tidaknya
pemberitaan yang disajikan Seputar Indonesia. Sebanyak 10 orang (10,4 %) menyatakan tidak sesuai, sebanyak 15 orang (15,6 %) menyatakan kurang sesuai, sebanyak 39 orang (40,6 %) menyatakan sesuai dan sebanyak 32 orang (33,3 %) menyatakan sangat sesuai. Pemberitaan di Seputar Indonesia sesuai dengan fakta yang terjadi dilapangan sehingga responden bias mengetahui informasi secara terkini (up to date).
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Tabel IV.14 Tertarik/Tidaknya Mengikuti Perkembangan Kasus Ryan di Seputar Indonesia F
%
1.
Tertarik/Tidaknya Mengikuti Perkembangan Kasus Ryan di Seputar Indonesia Tidak tertarik
6
6.3
2.
Kurang tertarik
4
4.2
3.
Tertarik
49
51.0
4.
Sangat tertarik
37
38.5
96
100.0
No.
Total
P.14/FC.16 Pada tabel IV.14 menunjukkan tentang tertarik/tidaknya mengikuti perkembangan kasus Ryan di Seputar Indonesia. Sebanyak 6 orang (6,3 %) menyatakan tidak tertarik, sebanyak 4 orang (4,2 %) menyatakan kurang tertarik, sebanyak 49 orang (51,0 %) menyatakan tertarik dan sebanyak 37 orang (38,5 %) menyatakan sangat tertarik. Mayoritas responden menyatakan tertarik pada kasus Ryan tersebut di Seputar Indonesia dikarenakan program berita tersebut mengulas perkembangan kasus Ryan lebih detail dan jelas. Seputar Indonesia selalu berusaha mengulas berita Ryan secara terus menerus dan detil agar masyarakat mengetahui lebih akurat fakta yang terjadi di lapangan.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Tabel IV.15 Langka/Tidaknya Kasus Mutilasi Kaum Homoseksual Yang Terjadi Pada Kasus Ryan F
%
1.
Langka/Tidaknya Kasus Mutilasi Kaum Homoseksual Yang Terjadi Pada Kasus Ryan Tidak langka
8
8.3
2.
Kurang langka
13
13.5
3.
Langka
50
52.1
4.
Sangat langka
25
26.0
96
100.0
No.
Total
P.15/FC.17 Terlihat tabel IV.15 menjelaskan tentang langka/tidaknya kasus mutilasi kaum homoseksual yang terjadi pada kasus Ryan. Sebanyak 8 orang (8,3 %) menyatakan tidak langka, sebanyak 13 orang (13,5 %) menyatakan kurang langka, sebanyak 50 orang (52,1 %) menyatakan kurang langka, sebanyak 50 orang (52,1 %) menyatakan langka dan 25 orang (26,0 %) menyatakan sangat langka. Mayoritas responden menyatakan bahwa kasus mutilasi tersebut langka dan jarang terjadi di Indonesia. Homoseksual merupakan tindakan yang diluar batas kewajaran, namun seiring dengan perkembangan zaman komunitas ini mulai bertambah banyak dan menunjukkan identitasnya pada masyarakat agar mereka diakui keberadaannya dilingkungan tersebut.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Tabel IV.16 Cepat/Tidaknya Seputar Indonesia Menyampaikan Perkembangan Berita Dengan Cepat F
%
1.
Cepat/Tidaknya Seputar Indonesia Menyampaikan Perkembangan Berita Dengan Cepat Tidak cepat
10
10.4
2.
Kurang cepat
13
13.5
3.
Cepat
44
45.8
4.
Sangat cepat
29
30.2
96
100.0
No.
Total
P.16/FC.18 Tabel IV.16 diatas menunjukkan tentang cepat/tidaknya Seputar Indonesia menyampaikan perkembangan berita dengan cepat. Sebanyak 10 orang (10,4 %) menyatakan tidak cepat, sebanyak 13 orang (13,5 %) menyatakan kurang cepat, sebanyak 44 orang (45,8 %) menyatakan cepat dan sisanya sebanyak 29 orang (30,2 %) menyatakan sangat cepat. Mayoritas responden menyatakan bahwa Seputar
Indonesia
menyampaikan
perkembangan
berita
dengan
cepat.
Reporter/koresponden Seputar Indonesia selalu ada disetiap daerah sehingga apapun yang terjadi bisa langsung diliput dengan cepat, tajam, akurat dan terpercaya kepada masyarakat.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Tabel IV.17 Keakuratan, Ketajaman dan Terpercaya Atas Informasi Yang Disampaikan Seputar Indonesia No.
1. 2. 3. 4.
Keakuratan, Ketajaman dan Terpercaya Atas Informasi Yang Disampaikan Seputar Indonesia Tidak akurat, tajam dan terpercaya Kurang akurat, tajam dan terpercaya Akurat, tajam dan terpercaya Sangat akurat, tajam dan terpercaya Total
F
%
8
8.3
8
8.3
48
50.0
32
33.3
96
100.0
P.17/FC.19 Terlihat pada tabel IV.17 menerangkan tentang keakuratan, ketajaman, dan terpercaya atas informasi yang disampaikan Seputar Indonesia. Sebanyak 8 orang (8,3 %) menyatakan tidak akurat, tajam, dan terpercaya, sebanyak 8 orang (8,3 %) menyatakan kurang akurat, tajam, dan terpercaya, sebanyak 48 orang (50,0 %) menyatakan akurat, tajam, dan terpercaya, dan sisanya sebanyak 32 orang (33,3 %) menyatakan sangat akurat, tajam, dan terpercaya. Kebanyakan responden menyatakan bahwa Seputar Indonesia menyampaikan berita dengan akurat, tajam, dan terpercaya sehingga menjadi pilihan responden dalam mendapatkan informasi terkini (up to date).
IV.3.3. Opini Publik Opini publik yang dibahas di bagian ini meliputi : pengetahuan tentang Seputar Indonesia, memperhatikan/tidaknya setiap berita yang ditayangkan di Seputar Indonesia, dimengerti/tidaknya bahasa yang digunakan oleh para anchor Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
(penyiar) tersebut, bersalah/tidaknya Ryan dalam kasus mutilasi tersebut, setuju/tidaknya bila Ryan ditetapkan untuk dihukum mati, menyesal/tidaknya Ryan atas apa yang telah dilakukannya dan menerima/tidaknya komunitas homoseksual di lingkungan sekitar. Tabel bisa dilihat mulai tabel IV.18/FC.20 hingga tabel IV.24/FC.26. Tabel IV.18 Pengetahuan Tentang Program Seputar Indonesia F
%
1.
Pengetahuan Tentang Program Seputar Indonesia Tidak tahu
6
6.3
2.
Kurang tahu
13
13.5
3.
Tahu
46
47.9
4.
Sangat tahu
31
32.3
96
100.0
No.
Total
P.18/FC.20 Tabel IV.18 menjelaskan tentang pengetahuan tentang program Seputar Indonesia. Sebanyak 6 orang (6,3 %) menyatakan tidak tahu, sebanyak 13 orang (13,5 %) menyatakan kurang tahu, sebanyak 46 orang (47,9 %) menyatakan tahu dan sebanyak 31 orang (32,3 %) menyatakan sangat tahu. Mayoritas responden menyatakan tahu tentang Seputar Indonesia di RCTI sebagai program berita yang akurat, tajam dan terpercaya. Berita-berita Seputar Indonesia merupakan berita pilihan dan teranyar sehingga mampu mempengaruhi kognitif masyarakat yang tidak tahu menjadi tahu mengenai sesuatu hal yang terjadi.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Tabel IV.19 Memperhatikan/Tidaknya Setiap Berita Yang Ditayangkan di Seputar Indonesia F
%
1.
Memperhatikan/Tidaknya Setiap Berita Yang Ditayangkan di Seputar Indonesia Tidak memperhatikan
6
6.3
2.
Kurang memperhatikan
10
10.4
3.
Memperhatikan
42
43.8
4.
Sangat memperhatikan
38
39.6
96
100.0
No.
Total
P.19/FC.21 Berdasarkan tabel IV.19 menunjukkan tentang memperhatikan/tidaknya setiap berita yang ditayangkan di Seputar Indonesia. Sebanyak 6 orang (6,3 %) menyatakan tidak memperhatikan, sebanyak 10 orang (10,4 %) menyatakan kurang memperhatikan, sebanyak 42 orang (43,8 %) menyatakan memperhatikan dan sisanya sebanyak 38 orang (39,6 %) menyatakan sangat memperhatikan. Responden selalu memperhatikan perkembangan berita yang ditayangkan Seputar Indonesia di RCTI. Ulasan berita yang begitu tajam, akurat dan terpercaya menjadi pilihan tersendiri buat masyarakat dalam memperoleh berita dari berbagai daerah di Indonesia.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Tabel IV.20 Dimengerti/Tidaknya Bahasa Yang Digunakan Oleh Para Anchor (Penyiar) Tersebut F
%
1.
Dimengerti/Tidaknya Bahasa Yang Digunakan Oleh Para Anchor (Penyiar) Tersebut Tidak dimengerti
4
4.2
2.
Kurang dimengerti
7
7.3
3.
Dimengerti
46
47.9
4.
Sangat dimengerti
39
40.6
Total
96
100.0
No.
P.20/FC.22 Terlihat tabel IV.20 menerangkan tentang dimengerti/tidaknya bahasa yang digunakan oleh para anchor (penyiar) tersebut. Sebanyak 4 orang (4,2 %) menyatakan tidak mengerti, sebanyak 7 orang (7,3 %) menyatakan kurang dimengerti, sebanyak 46 orang (47,9 %) menyatakan dimengerti dan sisanya sebanyak 39 orang (40,6 %) menyatakan sangat dimengerti. Bahasa yang digunakan para anchor (penyiar) merupakan bahasa Indonesia yang sudah baku dan disempurnakan sehingga memudahkan pendengar (audience) untuk menyaksikannya. Dalam kode etik penyiaran disebutkan bahwa berita jurnalistik itu haruslah disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan berimbang.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Tabel IV.21 Bersalah/Tidaknya Ryan Dalam Kasus Mutilasi Tersebut F
%
1.
Bersalah/Tidaknya Ryan Dalam Kasus Mutilasi Tersebut Tidak bersalah
8
8.3
2.
Kurang bersalah
9
9.4
3.
Bersalah
45
46.9
4.
Sangat bersalah
34
35.4
96
100.0
No.
Total
P.21/FC.23 Berdasarkan tabel IV.21 menjelaskan tentang bersalah/tidaknya Ryan dalam kasus mutilasi tersebut. Sebanyak 8 orang (8,3 %) menyatakan tidak bersalah, sebanyak 9 orang (9,4 %) menyatakan kurang bersalah, sebanyak 45 orang (46,9 %) menyatakan bersalah dan sebanyak 34 orang (35,4 %) menyatakan sangat bersalah. Terlihat bahwa responden menyatakan bersalah karena sudah melakukan perbuatan yang di luar batas normal dengan memutilasi manusia. Sudah sangat jelas bila seseorang membunuh akan mendapatkan hukuman yang berat apalagi bila pembunuhan tersebut direncakan. Meskipun bersalah, Ryan merasa bahwa tindakannya itu benar dan tidak ada rasa penyesalan sedikitpun dalam benaknya.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Tabel IV.22 Setuju/Tidaknya Bila Ryan Ditetapkan Untuk Dihukum Mati F
%
1.
Setuju/Tidaknya Bila Ryan Ditetapkan Untuk Dihukum Mati Tidak setuju
9
9.4
2.
Kurang setuju
15
15.6
3.
Setuju
43
44.8
4.
Sangat setuju
29
30.2
96
100.0
No.
Total
P.22/FC.24 Tabel IV.22 diatas menunjukkan tentang setuju/tidaknya bila Ryan ditetapkan untuk dihukum mati. Sebanyak 9 orang (9,4 %) menyatakan tidak setuju, sebanyak 15 orang (15,6 %) menyatakan kurang setuju, sebanyak 43 orang (44,8 %) menyatakan setuju dan sebanyak 29 orang (30,2 %) menyatakan sangat setuju. Terlihat bahwa responden kebanyakan setuju bila Ryan dihukum mati dikarenakan kejahatannya yang memutilasi manusia. Hukuman berat haruslah diterapkan agar kejadian serupa tidak akan terulang lagi ataupun akan berkurang karena pelakunya akan berpikir dua kali bila melakukan tindakan kejahatan disebabkan sanksi yang berat. Meskipun terkesan sadis, Ryan haruslah dihukum mati sebagai contoh bahwa tindakan menghilangkan nyawa manusia tidaklah dibenarkan dan akan dihukum setimpal.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Tabel IV.23 Menyesal/Tidaknya Ryan Atas Apa Yang Telah Dilakukannya F
%
1.
Menyesal/Tidaknya Ryan Atas Apa Yang Telah Dilakukannya Tidak menyesal
51
53.1
2.
Kurang menyesal
10
10.4
3.
Menyesal
9
9.4
4.
Sangat menyesal
26
27.1
96
100.0
No.
Total
P.23/FC.25 Terlihat tabel IV.23 menerangkan tentang menyesal/tidaknya Ryan atas apa yang telah dilakukannya. Sebanyak 51 orang (53,1 %) menyatakan tidak menyesal, sebanyak 10 orang (10,4 %) menyatakan kurang menyesal, sebanyak 9 orang (9,4 %) menyatakan menyesal dan sisanya sebanyak 26 orang (27,1 %) menyatakan sangat menyesal. Mayoritas responden menyatakan bahwa Ryan tidak menyesal atas apa yang dilakukannya. Hal ini terlihat dari pernyataan Ryan di program Seputar Indonesia dan raut muka yang terkesan senang dengan apa yang telah ia lakukan. Ia melakukan perbuatan itu dikarenakan sakit sati dan ingin membalas dendam.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
Tabel IV.24 Menerima/Tidaknya Komunitas Homoseksual di Lingkungan Sekitar F
%
1.
Menerima/Tidaknya Komunitas Homoseksual di Lingkungan Sekitar Tidak menerima
33
34.4
2.
Kurang menerima
45
46.9
3.
Menerima
12
12.5
4.
Sangat menerima
6
6.3
Total
96
100.0
No.
P.24/FC.26 Berdasarkan
tabel
IV.26
menjelaskan
tentang
menerima/tidaknya
komunitas di lingkungan sekitar. Sebanyak 6 orang (6,3 %) menyatakan sangat menerima, sebanyak 12 orang (12,5 %) menyatakan menerima, sebanyak 45 orang (46,9 %) menyatakan kurang menerima dan sebanyak 33 orang (34,4 %) menyatakan tidak menerima komunitas tersebut. Komunitas tersebut semacam penyakit yang meresahkan masyarakat di sekitarnya. Meskipun banyak masyarakat yang tak menerimanya, komunitas homoseksual terus tumbuh dengan suburnya sesuai dengan perkembangan zaman. Hampir disetiap daerah selalu ada komunitas ini dan mereka berusaha untuk meyakinkan masyarakat dan pemerintah bahwa mereka sama seperti orang yang normal lainnya.
IV.4. Pembahasan Opini atau pendapat dapat diidentifikasi sebagai suatu pernyataan atau sikap dalam kata-kata. Suatu sikap dapat dinyatakan sebagai disposisi seseorang atau suatu kecenderungan untuk bertindak (to act) atau membalas tindakan (react). Suatu sikap bisa tersembunyi (latent) dan tidak dinyatakan (unexperssed) pada hari ini, tetapi bisa menjadi sangat aktif (active) dan dapat diamati Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
(observable) esok harinya, baik
yang dinyatakan ataupun yang tidak
(Sastropoetro, 1990 : 51). Opini publik timbul karena adanya suatu masalah atau situasi yang bersifat kontroversial. Kasus Ryan yang diungkap melalui program Seputar Indonesia menimbulkan kontroversi yang begitu mendalam di benak masyarakat terutama mahasiswa/i FISIP USU. Selain bersifat biadab, kasus ini menimbulkan polemik apakah Ryan benar-benar sadar (tidak terganggu) jiwanya ketika melakukan tindakan tersebut. Seputar Indonesia yang hadir di RCTI mengulas begitu mendalam dan rinci mengenai kasus mutilasi tersebut. Kasus ini merupakan kasus yang langka dikarenakan terjadi pada komunitas homoseksual. Hanya dikarenakan cemburu Ryan tega membunuh teman akrabnya sendiri. Kemudian kasus ini berbuntut panjang, dengan ditemukan sejumlah mayat-mayat lain hasil dari mutilasi yang dilakukan oleh Ryan.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
BAB V PENUTUP
V.1. Kesimpulan Berdasarkan data-data yang telah dianalisis, maka peneliti dapat menarik kesimpulan, yaitu : 1. Seputar Indonesia mengulas berita dengan akurat, tajam dan terpercaya sehingga pemberitaan kasus Ryan terus-menerus disorot begitu detail untuk memberikan informasi yang benar-benar padat serta akurat kepada masyarakat. 2. Terlihat bahwa mahasiswa/i FISIP USU mengikuti program Seputar Indonesia yang ditayangkan di RCTI sebagai kelanjutan dari kasus yang terjadi Pada Ryan Idam Henyansah. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas responden yang memilih program Seputar Indonesia sebagai pilihan utama mereka mendapatkan informasi secara lebih akurat. 3. Mahasiswa FISIP USU menyatakan bahwa tindakan Ryan memutilasi manusia merupakan tindakan yang biadab dan tidak berperikemanusiaan. Bahkan dalam ajaran agama manapun tidak memperbolehkan membunuh dan bertindak sadis kepada orang lain.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
V.2. Saran Adapun saran penulis berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan selama proses penelitian yaitu : 1. Perlunya pers lebih seimbang dalam menyajikan berita sehingga tidak hanya sisi yang satu lebih disorot tetapi sisi yang lainnya juga. 2. Seputar Indonesia harus mempertahankan apa yang sudah ada sebagai program unggulan dalam penyampaian berita. Namun masih perlu pengembangan ulasan berita yang lebih akurat, tajam dan terpercaya sehingga masyarakat mendapatkan berita-berita terkini yang terjadi di sekitar kita. 3. Perlunya kesadaran para audience dalam memilih program acara dengan tepat sehingga bermanfaat bagi mereka dalam menambah ilmu pengetahuan dan mengetahui yang terjadi di sekitarnya.
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro dan Lukianti Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Simbiosia Rekatama Media. Bandung. Bulaeng, Andi. 2004. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Andi. Yogyakarta. Effendy, Onong Uchyana. 1993. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung. Kriyantono, Rachmat. 2006. Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung. McQuail, Denis, 1998. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. PT Gelora Aksara Pratama. Jakarta. Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Purba, Amir dkk. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Pustaka Bangsa Press. Medan. Rakhmat, Jalaludin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Sastropoetro, Santoso. 1990. Komunikasi Sosial. Remaja Rosdakarya. Bandung. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendy 1995. Metode Penelitian Survei. PT. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta. Sunarjo, Djonaesih S, 1984. Opini Publik. Liberty. Yogyakarta. Suwardi, 1998. Metode Penelitian Komunikasi. USU Press. Medan. Internet : (http://malangraya.web.id/2008/08/08/komunitas-gay-di-malang-pascatertangkapnya-jagal-ryan/).
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
KUESIONER PENELITIAN PENDAPAT MASYARAKAT TENTANG PEMBERITAAN KASUS MUTILASI DAN PEMBUNUHAN BERANTAI VERY IDAM HENYANSAH (Studi Deskriptif Terhadap Mahasiswa FISIP Universitas Sumatera Utara Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah Di Seputar Indonesia RCTI )
Petunjuk Pengisian Kuesioner : 1. Bacalah semua pertanyaan dengan teliti. 2. Isilah jawaban Anda dengan jujur, benar dan jelas. 3. Berilah tanda silang (x) pada setiap jawaban yang Anda pilih. 4. Sebaiknya kolom kotak di sebelah kanan jangan Anda isi. 5. Terima kasih atas kerjasamanya.
No. Responden : 1
I. Karakteristik Responden 1. Usia : 1. 18 tahun 2. 19 tahun 3. 20 tahun 4. 21 tahun 5. 22 tahun 2. Departemen : 1. Ilmu Komunikasi 2. Ilmu Administrasi Negara 3. Ilmu Kesejahteraan Sosial 4. Ilmu Antropologi 5. Ilmu Politik 6. Ilmu Sosial 7. D3 Administrasi Perpajakan 3. Stambuk : 1. 2004 2. 2005 3. 2006 4. 2007 4. Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan
2
3
4
5
6
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
5. Uang Saku per bulan : 1. < Rp. 500.000,2. Rp. 500.001,- s/d Rp. 750.000,3. Rp. 750.001,- s/d Rp. 1.000.000,4. > Rp. 1.000.000,6. Agama : 1. Islam 2. Kristen Katolik 3. Kristen Protestan 4. Hindu 5. Budha 7. Frekuensi melihat/menonton Seputar Indonesia : 1. 1 x sehari 2. 2 x sehari 3. 3 x sehari 4. > 3 x sehari
7
8
9
II. Pemberitaan Kasus Mutilasi dan Pembunuhan Berantai Ryan 8. Apakah Anda mengetahui informasi kasus mutilasi dan pembunuhan berantai Ryan di televisi? (informasi tentang kasus mutilasi) 1. Tidak mengetahui 2. Kurang mengetahui 3. Mengetahui 10 4. Sangat mengetahui 9. Dari program televisi apakah Anda mengetahui kasus Ryan tersebut? (informasi tentang kasus Ryan) 1. Info Siang 2. Liputan SCTV 3. Kabar Siang 11 4. Seputar Indonesia 10. Apakah informasi tersebut membuat Anda merasa takut? (isi informasi) 1. Tidak takut 2. Kurang takut 3. Takut 12 4. Sangat takut 11. Menurut Anda, apakah tindakan Ryan memutilasi manusia merupakan tindakan yang biadab? (isi informasi) 1. Tidak biadab 2. Kurang biadab 3. Biadab 13 4. Sangat biadab 12. Bagaimana informasi mengenai kasus Ryan yang ditayangkan di Seputar Indonesia sangat jelaskah bagi Anda? (kejelasan) 1. Tidak jelas 2. Kurang Jelas 3. Jelas 14 4. Sangat jelas Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
13. Menurut Anda, sesuaikah pemberitaan yang disajikan Seputar Indonesia dengan fakta yang terjadi di lapangan? (kejelasan) 1. Tidak sesuai 2. Kurang sesuai 15 3. Sesuai 4. Sangat sesuai 14. Apakah Anda tertarik mengikuti perkembangan kasus Ryan di Seputar Indonesia? (ketertarikan) 1. Tidak tertarik 2. Kurang tertarik 16 3. Tertarik 4. Sangat tertarik 15. Apakah Anda kasus mutilasi kaum homoseksual yang terjadi pada kasus Ryan merupakan kasus yang langka terjadi di Indonesia? (ketertarikan) 1. Tidak jarang 2. Kurang jarang 3. Jarang 17 4. Sangat jarang 16. Menurut Anda, apakah Seputar Indonesia menyampaikan perkembangan berita dengan cepat? (penyampaian informasi) 1. Tidak cepat 2. Kurang cepat 18 3. Cepat 4. Sangat cepat 17. Apakah informasi yang disampaikan Seputar Indonesia akurat, tajam dan terpercaya? (penyampaian informasi) 1. Tidak akurat, tajam dan terpercaya 2. Kurang akurat, tajam dan terpercaya 19 3. Akurat, tajam dan terpercaya 4. Sangat akurat, tajam dan terpercaya III. Opini Publik 18. Apakah Anda mengetahui tentang program Seputar Indonesia di RCTI? (perhatian) 1. Tidak tahu 2. Kurang tahu 20 3. Tahu 4. Sangat tahu 19. Apakah Anda memperhatikan setiap berita yang ditayangkan di Seputar Indonesia RCTI? (perhatian) 1. Tidak memperhatikan 2. Kurang memperhatikan 21 3. Memperhatikan 4. Sangat memperhatikan
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
20. Menurut Anda, bagaimana bahasa yang digunakan oleh para anchor (penyiar) tersebut mudah dimengerti? (pengertian) 1. Tidak dimengerti 2. Kurang dimengerti 22 3. Dimengerti 4. Sangat dimengerti 21. Menurut Anda, apakah Ryan bersalah dalam kasus mutilasi tersebut? (pengertian) 1. Tidak bersalah 2. Kurang bersalah 23 3. Bersalah 4. Sangat bersalah 22. Apakah Anda setuju bila Ryan ditetapkan untuk dihukum mati? (penerimaan) 1. Tidak setuju 2. Kurang setuju 3. Setuju 24 4. Sangat setuju 23. Menurut Anda, apakah Ryan benar-benar menyesal atas apa yang telah dilakukannya? (penerimaan) 1. Tidak menyesal 2. Kurang menyesal 3. Menyesal 25 4. Sangat menyesal 24. Apakah Anda menerima keberadaan komunitas homoseksual bila berada di sekitar lingkungan Anda? (penerimaan) 1. Tidak menerima 2. Kurang menerima 26 3. Menerima 4. Sangat menerima
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168 LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI NAMA : Thomas Abdi H. Tarigan NIM : 0609220598 PEMBIMBING : Drs. Siswo Suroso, MSP NO. 1.
TGL. PERTEMUAN 31 Januari 2009
PEMBAHASAN Penyerahan Kuesioner
2.
7 Februari 2009
Revisi Kuesioner
3.
14 Februari 2009
Acc. Kuesioner
4.
24 Februari 2009
Penyerahan Bab I s/d V
5.
14 Maret 2009
Revisi Bab I s/d V
6.
4 April 2009
Editing Bab I s/d V
7.
11 April 2009
Editing Skripsi
8.
23 April 2009
ACC Skripsi
PARAF PEMBIMBING
Catatan : Minimal pertemuan 6 (enam) kali untuk setiap pembimbing
Medan, Juni 2009 Dosen Pembimbing,
Drs. Siswo Suroso, MSP NIP. 131.570.482 Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.
BIODATA
A. PENELITI Nama
: Thomas Abdi H. Tarigan
NIM
: 0609220598
Tempat/Tanggal Lahir
: Medan,
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: K. Protestan
Anak ke
: 4 dari 4
Alamat
: Jl. Mongonsidi No 89 Medan
No. HP
: 081376013741
Pendidikan
: SD No 004839 B Jahe , 1990-1996 SMP Maria Goretti Kabanjahe,1996-1999 SMU Negri 1 Kabanjahe 1999-2002 D III Pariwisata USU, 2002-2005
B. ORANG TUA Nama Ayah
: D. Tarigan
Pekerjaan Ayah
: Bertani
Nama Ibu
: S Br Barus
Pekerjaan Ibu
: Ibu Rumah Tangga
Alamat Ayah/Ibu
: Desa Bulanjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo
Tomas Abdi H. Tarigan : Pendapat Masyarakat Tentang Pemberitaan Kasus Mutilasi Dan Pembunuhan Berantai Very Idam Henyansah, 2009.