PENDAHULUAN
Latar belakang Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan sub tropis. Bukti sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur
Uttar
Pradesh
India
sekitar
100
–
800
SM
(Purwono dan Purnamawati, 2007). Untuk pertumbuhan optimal, tanaman memerlukan hara atau zat makanan yang memadai di dalam tanah. Secara alami hara tersebut dipenuhi dari serasah dedaunan dan bermacam organisme lain yang mengalami proses penguraian yang akhirnya
menjadi
makanan
bagi
tanaman.
Namun,
untuk
memacu
pertumbuhannya, tanaman perlu diberi zat makanan yang kemudian dikenal sebagai pupuk (Andoko, 2002). Salah satu masalah utama dalam pembangunan pertanian adalah terus berlangsungnya proses degradasi lahan pertanian. Degradasi sumberdaya lahan pertanian yang dihadapi terutama adalah menurunnya kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah sebagai akibat dari penggunaan tanah yang over intensive, menurunnya penggunaan pupuk organik, serta kurangnya penerapan usahatani konservasi. Gejala terjadinya tanah “lapar pupuk” yang menuntut penggunaan dosis lebih tinggi untuk sekedar mempertahankan tingkat produktivitas yang dicapai. Hal ini berkaitan dengan terkurasnya unsur – unsur hara mikro dan
Universitas Sumatera Utara
menurunnya kesuburan tanah akibat semakin habisnya bahan – bahan organik (Rusastra dkk, 2010). Penggunaan pupuk kimia yang dilakukan secara terus menerus dapat mengganggu keseimbangan hara, penipisan unsur mikro seperti Zn, Fe, Cu, Mn, dan Mo di dalam tanah, mempengaruhi aktivitas organisme tanah, serta menurunkan produktivitas pertanian padi dalam jangka panjang. Selain itu penggunaan pupuk kimia dengan harga yang cukup mahal menyebabkan tingginya biaya produksi pertanian padi . Solusi untuk memperbaiki kualitas lahan adalah penggunaan pupuk organik. Meskipun demikian, penggunaan pupuk organik untuk menggantikan pupuk kimia di Indonesia sejauh ini masih belum meluas (Nugraha dan Sulistyawati, 2010). Penambahan pupuk organik merupakan suatu tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman dan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Penggunaan pupuk organik muncul terutama karena masalah pencemaran lingkungan yang berpengaruh buruk terhadap produk pertanian, dan aspek penting dari hal tersebut adalah penggunaan bahan organik sebagai pengganti sebagian atau seluruh pupuk kimia tanpa mengurangi tingkat produksi tanaman (Razak dkk, 2005). Program intensifikasi pertanian khususnya pada komoditas padi (1970-an) telah mendorong penggunaan pupuk anorganik secara meluas dan pada daerah tertentu menunjukkan gejala pemupukan berlebih. Total konsumsi pupuk anorganik nasional meningkat dari 0,63 juta ton (1975) menjadi 5,69 juta ton (2003). Peningkatan terutama terjadi pada jenis pupuk Urea, sedangkan pada jenis
Universitas Sumatera Utara
pupuk anorganik lainnya (TSP/SP 36, KCl, dan ZA) cenderung fluktuatif (Rusastra dkk, 2010). Beberapa laporan menyebutkan produksi padi sawah mengalami penurunan (levelling off) sebagai akibat dari perubahan sifat – sifat tanah. Kandungan C – Organik tanah sawah yang sangat rendah (secara umum < 1%) dinilai sebagai faktor kunci penyebab rendahnya hasil padi sawah. Pemberian bahan organik berupa kompos, pupuk kandang, dan lainnya mutlak diperlukan untuk menaikkan C – tanah. Disamping itu bahan organik berfungsi sebagai amelioran yang dapat memperbaiki jumlah dan aktivitas mikroba dan sumber hara dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kualitas tanah (Setyorini, 2005). Menurut BPS (2010) hasil produksi padi dari tahun 1999 sampai 2009 tidak selalu mengalami peningkatan padahal dosis pemberian pupuk anorganik meningkat.
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa pada tahun 2010
produksi padi meningkat sebanyak 54.533 ton dari tahun 2009 yaitu 3.540.316 ton, tetapi untuk prediksi tahun 2011 diperkirakan akan menurun sebesar 42.116 ton menjadi 3.540.316. Ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik yang meningkat belum tentu dapat meningkatkan produksi padi, selain itu adanya pengurangan luas panen juga menyebabkan turunnya produksi padi. Pada penelitian ini digunakan padi varietas ciherang. Padi varietas ciherang merupakan benih padi unggul yang sekarang ini banyak digunakan oleh para petani karena keunggulannya. Dari deskripsi padi varietas ciherang pada Lampiran 1 diketahui bahwa varietas ciherang memiliki potensi hasil yang tinggi yaitu 8,5 ton/ha, ketahanan terhadap hama dan penyakit yang baik, memiliki
Universitas Sumatera Utara
bentuk daun bendera tegak yang dapat mempersulit burung untuk hinggap dan mengisap gabah padi dan cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau. Pupuk organik granular merupakan pupuk yang disubsidi oleh pemerintah untuk para petani agar petani di Indonesia beralih ke pupuk organik. Namun dalam pelaksanaanya banyak kendala yang dihadapi oleh petani untuk mendapatkan pupuk organik granular bersubsidi tersebut. Kendala yang dihadapi petani adalah distribusi pupuk yang kurang lancar sehingga banyak petani didaerah terpencil tidak mendapatkan pupuk organik, tingginya harga pupuk dikarenakan banyaknya tahapan penyalur dari pupuk organik tersebut, dan dosis tinggi yang dibutuhkan untuk menggunakan pupuk organik tersebut menyebabkan biaya produksi meningkat. Untuk itu pupuk organik BSO yang merupakan pupuk terbaru diharapkan dapat menggantikan penggunaan pupuk organik granular, karena dengan dosis pupuk organik BSO yang lebih sedikit mampu bekerja efektif dan menjadi alternatif bagi para petani untuk menghemat biaya produksi. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi Padi (Oryza sativa L.) Tujuan Penelitian Untuk
mengetahui
berapa
besar
potensi
pupuk
organik
dapat
menggantikan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi Padi (Oryza sativa L.). Hipotesa Penelitian Pemberian
pupuk
organik
berpengaruh
nyata
terhadap
terhadap
pertumbuhan dan produksi Padi (Oryza sativa L.).
Universitas Sumatera Utara
Kegunaan Penelitian 1. Sebagai sumber data untuk penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara