l9l
KONSEP PHT SEBAGAI KOMPONEN SISTEM PERTANIAN OLAH TANAH KONSERVASI MoJit Eko poerwanto Fakultas Pertanian (JpN,, l/eteran,, yogtakarta
ABSTRAK Pengelolaan hama terpadu (pHT), merupakan usaha pengendarian h untuk diterapkan pada saat ini. Dalam suatu program pHT peigendalian dengan pendekatan secara ekonomi, ekologi -a"n uiorogi. Berbagai
lestari, tanaman utama yang dibudidayakan tidak muncul.
Kata kunci: pengendalian lruma, ntusuh alamt
PENDAHULUAN (OPT) berkembang dari pemberantasan, lolaan. pada pemberantasan dilakukan ggu Pengendalian OpT diantaranya hama hama dan kerusakannya masih di bawah llaan hama seluruh aspek e pemberantasan hama secara konvension.r lingkungan hidup (Untung, 1993).
ili'o"tlH?lflJiJ::1il m Budidaya. Tanaman menunjukkan bahwa
penerapan PHT.
olah tanah konservasi (oTK)
sistem penyiapan lahan dengan sedikit
[e]nakan Pung|in*Tengganggu strullur tanah. Pada oleh tanah konvensional tanah diolah secara intensif- Di daerah tropik hal tersebut dapat menyebabkan erosi yang tinggi, nuunun tanah yang tidak diolah gulmanya menjadi lebat dan iiaut a^put ditanami taiiman budidaya
r92
Sehingga pada sistem OTK digunakan hcrbisida untuk menekan pertumbuhan gulma agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik. Kemampuan p"siisida sebagai cara praktis pengendali OPT masih belum tertandingi olch metode-metode tain. Demikian juga herbisida sebagai bagian dari pestisida secara umum, terhadap pengendalian gulma. Pestisida merupakan benda ekonomi yang sudah menjadi kebutuhan (Martono, 1999).
EKOSISTEM PERTANIAN Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik yang kompleks dari faktor biotik dan faktor abiotiknya. Ekosistem adalah suatu sistem yang rumit dan interaktif yang tersusun oleh semua organisme hidup pada suatu daerah dan semua lingkungan fisiknya (tanah, air, iklim, tempat berlindung, habitat) (Untung, 1993). Konsep ekosistem menekankan interaksi semua faktor dalam suatu tempat. Ekosistem di biosfer secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu ekosistem alami dan ekosistem binaan manusia. Ekositem alami mentpakan ekosistem yang pembentukan dan perkembangannya berjalan murni secaa alami tanpa iampgr langan manusia. Sedangkan ekosistem binaan manusia adalah ekosistem yang ploses pembentukan, peiuntukan, dan pengembangannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga campur tangan atau tindakan manusia menjadi unsur yang sangat dominan. Hutan tropis merupakan salah satu contoh ekosistem alami, yang saat ini oleh masyarakat dunia sedang diperjuangkan kelestariannya. Ekosistem pertanian atau agroekosistem merupakan salah satu berrtuk ekosistern binaan manusia yang perkernbangaanya ditujukan untuli-rnemperoleh produk pertanian yang diperlukan untuk memenuhi keperluan manusia. Banyak input dimasukan dari luar ke dalam ekosistem pertanian agar dapat diperoleh produktivitas biomassa yang tinggi yang sesuai debgan kualitas yang diinginkan oleh manusia. Masalah organisme pengganggu tanaman (OPT) dan kerugian yang diakibatkannya merupakan akibat hasil interaksi antara berbagai unsur dan faktor yang ada di lingkungan hama tersebut dalam hal ini ekosistem pertanian, maupun adanya tindakan yang dilakukan olch manusia, Usaha manusia untuk mengendalikan OPT pada umumnya iru"V" terbatas pada bagaimana tindakan yang harus dilakukan terhadap suatu kelompok individu OPT agar tidak rnendatangkan kerugian. Pola pikir yang salah semacam itu telah menimbulkan ban ak masalah baru baik yang berkai.tan dengan kerusakan lingkungan maupun timbulnya jenis-jenis OPT baru yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Tindakan pengendalian teriebut justru dapat mengakibatkan bahaya dan kerugian lain yang belum pernah terbayangkan. Masalah OPT seharusnya ditihat pada interaksinya yang kompleks dengan komponen-komponen ekosistem pertanian lainnya (Untung, I 99 3 ). Kegiatan petani pada umumnya akan bersifat menyederhanakan keragaman komunitas, d"ngutt beru*nam secara monokultur, menghilangkan gulma baik secara khemis maupun mekanis yang rnengganti sistem alami dari peristiwa kompitisi, termasuk o.g.ni.*" hama dan penyakit. Diversitas pada ekosistem pertanian rendah, susunan jala mikanan lebih sederhana sehingga ekosistem kurang stabil sangat mudah goncang oleh
-
-
193
adanya gangguan baik berasal dari luar maupun dari.dalam. \Salah satu bentuk ketidak stabilan ekosistern adalah adanva letusan popurasi orguotlili';ffiil;il;f,.au penyakit.
PERANAN MUSUH ALAMI Masalah hama sangat terkait.dengan populasi suatu organisma yang bertindak sebagai herbivora pada suatu ekosisteri p.rt""i; keberadaan organiirna. tersebut. perkembandperkembangan sistem pertanian, mulai aa.i suu"sisien Berbagai teknik pengendarian dirakukao uo,ut **guiuri , pengendalian yang menimbulkan suatu perubahan yang besar dalam sistem pertanian adalah ditemukannya pestisida. Pada .uui itu-;;i.ie merupakan bahan paling efektif untuk mengendalikan hama. Tetapi bersamaan i."g"i rra tersebut *un.ui pula masalahmasalah hama yang lebih besar dan komplek sebagaiakilat ---- -vvsber s\rL dari masuknya bahan pencemar
ke dalam ekosistem pertaniar Danrpak pestisida terhadap lingkungan adalah tersebarnya bahan pencemar di dalam tanah, air, dan udara (Untun sida disemprotkan' 60% - 99% atun ierO.porUi.* rarget. I ' 10% - 40yo' sisanya akan ikut aliran angin atau segera me ngan adanya hujan, pestisida ),ang menernpel pada tanam mencapai tanah atau perairan. pestisida di dalain tanah m pelindian, difusi, penguapan dan si' degradasi. Pestisida sistemik miawi, pensuapan dan Dampak negatii secara langsung dari penggunaan adalah timbulnya resistensi. ,esug.ensi dan retusan hama ked Berbeda dengan pendekitan pengendalian hama mengutamakan berjalannya pengendalia--n lami kh."; dilakukan oleh berbagai musuh aiami hama. hama disebut sebagai pengandarian hayati. *xeuei.u mengendalikan hama telah dimulai sejak t3rtenaarinya poputasi kutu kapas di. california dengan dimasukkannya"predator dari nort uiiu yaitu ktdoria tahun 1888 (Untung,r993). Banyak ..t"ti usaha p""g"iJ"rirn hama meng alami yang berhasil setelah m -lndonesia berhasil (Stehr, 1982). Di musuh "'*-*" in hama Sexava spp. menggunakun* kobis berhasil teikendali_Jleh kendalikan oleh parasitoid nggerek batang padi kuning ierkendali of.il fu*ritoid Telenomus rowani Gah', dan Trichctgranruiffii"r,m ?tran)tchus urticae terkendali oleh piedat oi ,q,rr'blyreius tianio Setyobudi, 1gg7)' Tanaman tJu yung terserans
perpindahan
:l.'Jit p"r.l,
t;ff|
p*gg"**
*u
Dia glig,siia
telur Ashm clet o
&
baik dengan i;tirr.li.r."1,l= i.nr.ndarian yans rain, o.,ill.To[f:1ilfrT|"".:LTl
t94
menggunakan parasitoid Telenomus rowani Gahan dan Tetrastichus sclnenobii Ferriere (Mahrub,2000).
PERANAN GULMA TERIIADAP MUSUH ALAI\tt
Teknik pengendalian hama yang tidak secara langsung adalah
dengan
menghancurkan inang pengganti hama yang ada di ckosistem. lnang pengganti tersebut adalah berbagai maci* gulma yang tumbuh disekitar dan bersamaan dengan tanaman budidaya. Gr.ima digunakan sebagai makanan, tempat berlindung dan tempat peletakkan telur hama sementara apabila taniman inang utamanya atau tanaman budidaya tidak ada. penghancuran gulma akan mengurangi sumber investasi sehingga populasi yang tanaman akan sangat menurun sehingga tidak menimbulkan masalah hama. menyerang eengnancuran inang pengganti yang sangat bersih akan mengakibatkan tidak adanya pop-ulasi hama sehingga atin menurunkan populasi dan tidak adanya musuh alami di lairan tersebut. Keberadaan hama dalam poputasi yang tetap rendah dibutuhkan untuk mempertahankan keberadaan musuh-musuh alaminya. Secara alami ..tanpa adanya perlakgan pengendatian apapun yang diterapkan pada lahan, populasi musuh alami mampu mengimbangi perkembangan populasi hama (Mahrub, 1997). - Musuh-alami juga memerlukan polen dan madu yang dihasilkan oleh gulma untuk kawin dan menghasiikan telur. Serangga predator dan parasitoid membutuhkan makanan tambafian berupa polen dan nectar (Stelu, 1982). Makanan tambahan tersebut digunakan sebagai sumbei protein untuk meningkatkan kebugaran (Matthew & Matthew, 1978) dan duyu reproduksinya serta kualitas keturunannya (Ohgushi, 1992). Kelemahan pada induknya akan mingakibatkan keturunan yang dihasilkan lebih lemah daya adaptasinya terhadap lingkungan sehingga kemampuan penekanannya terhadap populasi hama akan tidak efektif. Kemampuan mencari mangsa dan daya reproduksinya akan sangat menurun pada serangga parasitoid apabila tidak didapatkan tambahan makanan berupa nektar (Takasu & Hirose, l99l). Kelimpahan predator Amblyseius hibisci (Chant) di perkebunan Alpukat di California berhubungan erat dengan ketersediaan pollen. Tingkat parasitasi telur, larva dan pupa ngengat codling meningkat pada kebun apel di Ontario dengan banyaknya bunga ying banyak nektarnya (Sther, 1982). Polen dan nektarjuga digunakan sebagai makanan iemintara apabila populasi hama yang tersedia sebagai mangsa tidak meniukupi kebutuhan makanannya, sehingga kemampuan musuh alami akan terjaga tetap tinggr. poten dan nektar tersebut didapatkan dari bunga-bunga yang dihasilkan sebagian besar oleh gulma-gutm3 disekitar pertanaman utamanya-
KESIMPT]LAN Ekosistem pertanian merupakan ekosistem binaan manusia yang sifatnya tidak stabil. Pada ekosistem pertanian tingkat keanekaragamannya sangat rendah karena pada umumnya merupakan pertananaman monokultur, dimana terdapat dominansi satu jenis tanaman. Kondisi tersebut sangat mudah terguncang sehingga timbul berbagai masalah organisme pengganggu tanaman (OPT). Kestabilan ekosistem dapat didekati dengan mengupayakan
195
terbentuknya rantai-rantai makanan melalui pemanfaatan sebesar-besarnya peranan musuh alami melalui sistem konservasi lingkungan.
has.
herbi
ffiTj:,Hx:::,flnffi-tJ5i;1ffi
terutama terhadap kelestarian musuh-musuh alami hama yang hidup pada guhna tersebut. Diharapkan tindakan terhadap gulma hanya terbatas pada usaha pengendalian saja dan bukan merupakan usaha iemberantasan, sehingga tanaman utama yang dibudidayakan dapat tumbuh secara optimat dan masalah hama tidak muncul.
DAFTAR PUSTAKA Atmadja, WR. 1997. Pentbiakun Anagrus sp. dan Oligosita sp. Parasitoid Telur Wereng Batung Coklat. Prosiding Seminar Nasional Tantangan Entomologi Pada Abad XXL Bogor, 8 Januari 1997,Ha155-61 Istianto, M.
& L. Setyobudi.
1997. Poten,si [ndividu f.mbryseius deleoni Ar Dennurk Hann 'fungau Tetranychus urticie Koclzler Pcttlct Tanantan Jeruk- Piosiding Kongres PEI V: Pengelolaan Serangga Secara Berkelanjutan. Bandung, 24-26 Juni I 997 . Hal 228-229 Se'bagai Pretlqlor
K. Arifin & K. Djatnika. 1997. Potensi Tetrastichus schoenobii Ferr., Telenomus rorvani Gah. Dun Trichograma japonicum Aslun. Sehctgai parasitoid Telur Penggerek Balctrzg Padi Kuning. Prosiding Seminar Nasional Tantangan Entomologi Pada Abad )o(I. Bogor,8 Januari 1997.Ha|62-73
Laba, [B.,
Mahrub, E- 1997. Struktur Kontunitas Arthropoda Pada Ekosistem Padi Tanpa perlakuan Insekti:;icia- Prosiding Kongres PEI V: Pengelolaan Serangga Secara derkelanjutan. Bandung, 24-26 Juni I 997. lHal I 3 l-138
Martono, E. 1999. Pertimbangan Fluktuasi Populasi Dalam Perhitungan Efikasi pestisida, .Iurn. Perlind. Tan. Ind. 5(l): 60-66. Matthews, R.W., and .1.R. Matthews. 1978. In,sect lJehavior. John Wiley and Sons. New York. 507p.
SA- Amini & N- Rahayu. 2000. Evaluasi Potensi Parasitoid Penggerek pucuk Tebu, di Kabupaten Bantul. ./urn. perlind. Tan. Ind- 6(l): Ig_22. Noegrahati, S. 1987. Dinamika dan Analisi.s Residu Pestisida di Lingkungan. Simposium -g-fO Nasional Pengelolaan Pestisida Pertanian di Indonesia. Januari 1987. Yogyakarta. 15 hal.
196
lgg2. Resource Limitation on Insect Herbivore Populations' /n Hunter, M.D., T. Ohgushi and P.W. Price (eds). Effects of Resource Distribufion on Animal Plant Interactions. p.: 200 -232.
Ohgushi,
T.
-
WHStehr, DW. 1982. Parasitoid and.Predator [n Pest Management. In RL' Metcalf & Luckmann (ed) Introduction to Insect Pest Managemenr- John Wiley & Sons. New Yoik. P. 135-173. Takasu, K. & y. Hirose. 1991. Host Searching Behavior In The Parasitoid Ooencyrtus nezarae Ishii. As lnfluenced By Non-host Food Deprivation. Appl. Enr' 7-ool. 26
(3):415417. Untung,
1990. ktnsep Pengelolaan Hama Terpadu. Forum Komunikasi Nasional Perlindungan Tanaman. Unhas Ujung Pandang, 19 September 1990. l0 p.
K.
1993. I'engantar Pengelolaan Hanru Terpadu. Gadjah Mada Univ. Press' Yogyakarta.2T3 P.
Ware, G.W. 1978 . Pesticide, |'lrcort, and Aplicalion.lNH. Freemon and Co. San Fransisco. P.2r-32.
SEMINAR NASIONAL OLAH TANAH KONSERVASI Yogzakarta, 3 Juli 2001
TEMA
PENERAPAN OLAH TANAH ONSERVASI DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS Editor : Siwi Hardiastuti EK Lagiman Abdul Wahid Rizain Mustadjab HK Sri Wuryani Abdul Rizal
Kerjasama FAKULTAS PERTANIAN UPN "VETERAN" YOGYAKARTA FORUM KOMUNIKASI OLAH TANAH KONSERVASI
2AOL
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR
ii
SAMBUTAN KETUA PANITIA
iii
DAFTAR ISI
v
Makalah Utama olah Tanah Konservasi untuk mendukung pertanian Berkelaqiutan dan
Ketahanan Pangan
(Muhajir Utomo)
olah Tanah Konservasi sebagai salah satu upaya optimalisasi Daya Guna Lahan dalam Sistem Produksi pertanian ...:, (Soekisman Tliitrosemito dan Muhammad Ahmad)
OlahTanahKonservasi.... (Ishidayat (Itomo)
.........
Karakteristik dan Keamanan Lingkungan Herbisida Roundup dalam Konteks Budidaya Olah Tanah Konservasi . . . . (Edwin S. Saragih) Kontribusi Teknologi Herbisida Di Lahan Pasang Surut Menuju Ketersediaan
Pangan Berkelanjutan .
23
3t 36
48
.
(Harris Burhan, M. Yuli lrianto, dan Budi l{idodo) Residue Herbisida dalam Olah Tanah Konservasi
(Suwardji) Tinjauan Aspek Sosial Ekonomi Teknologi Budidaya Olah Tanah Konservasi. (Soeharto)
57
74
Makalah Penunjang Rehabilitasi Lahan Tidur melalui penerapan Teknologi Olah Tanah Konservasi dt Lahan Pasang Surut (1. B. Aribawa dan R S. Simatupang)
Cara Pengolahan Tanah, Pemberian pupuk N dan Bahan Organik pada Tanaman Kacang Hijau : lJpaya Menekan Emisi Gas N2O Di Lahan Sawah Tadah Hujan
(Johari
Sasa,
Mulyadi, dan Shri Hari Mutya)
79
88
Emisi Gas NzO pada Padi Gogo Rancah melalui Cara Pengolahan Tanah dan
PemberianBahanOrganik
94
.....
(Mulyadi, Sltri Hari Mulya, Noeriwan, J. Sasa) Peningkatan Produktivitas Padi dan Penekanan Emisi Gas N2O pada Sawah Melalui Sistem Pengolahan Tanah dan Pengaturan Air (Suharsih, Titi Sopiawati, dan Mulyadi)
Lahan
Pengaruh Posisi Lereng dan Kemiringan Lahan terhadap Pertumbuhan Produksi Kopi Arabika Muda pada Tanah Andosol (Rudy Erwiyono)
dan
pengaruh Bahan Organik terhadap Resistensi Karbofuran dalam Tanah, Residu dalam Limpasan Permukaan dan Perkolasi Tanah Andisol Di Cangar dan Tulungrejo (Widyastuti Marmer)
101
107
ll4
Olah Tanah dan Pembumbunan Kedelai pada Tanah Inceptisol dan Entisol . . (Riwanodja dan A. A. Rahmiaruu)
.
126
Tanpa Olah Tanah dengan Herbisida Mendukung Pola Tanam Padi Dua Kali Lahan Rawa Pasang Surut di Kalimantan Selatan (R Smith Simatupang dan L. Indrayati)
di
134
Karakteristik Lahan dan Alternatif Penanggulangan Maslah Kekritisannya 145 untuk Pembangunan Pertanian di Daerah Priangan Selatan Jawa Barat (Suratman, dan Miseri Roeslan Afany)
pada
157
Tanah
763
Pengaruh Cara Pengolahan Tanah dan Penggunaan Bentuk Pupuk Urea Pertanaman Padi Sistem Gadu (Poniman, Srirahayu Harsanti, Mulyadi, dan Suharjanto)
Aplikasi Mulsa Organik dan Tanpa OIah Tanah untuk Pengelolaan Berkelanjutan di Lahan Terdegradasi . . . . (Dyah Arbiwati danAlif l{aluyo)
Dampak Penerapan Olah Tanah Konservasi terhadap Peluang Tenaga Kerja
BerusahadiPedesaan.... (Agus
S u di ma
n
....,.
173
Tj o krow ardoj o\
Peran Herbisida dalam Olah Tanah Konservasi . .
(A.f.
dan
..
184
Soejono)
Konsep PHT sebagai Komponen Sistem Pertanian Olah Tanah (Mofit Eko Purwanto\
vi
Konservasi 19-1
:..::::#
Beberapa Macam Cara Olah Tanah Konservasi Pengaruhnya
terhadap lg7
PertumbuhandanHasilTanarnanBudidaya.. ......... (Suyadi)
Kajian Pengendalian Gulma Pada Budidaya padi Sawah Tanpa olah Tanah . (O. Naharia,I. H. Utomo, A. P. Lontoh dan M. Sasinggala)
vil
.
204