PERBEDAAN HASIL BELAJAR, MINAT DAN MOTIVASI SISWA KELAS X SMAN 1 PALU PADA MATERI JARAK TITIK KE BIDANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN E-LEARNING DAN APLIKASI WINGEOM Yayan Hidayat1, Dasa Ismaimuza dan Sukayasa2
[email protected] (Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako) 2 (Staf Pengajar Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako) 1
Abstract Research on application of Cooperative Model STAD type with helped elearning and wingeom application at math has been done in class X SMA Negeri 1 Palu. This study aims to determine differences in learning outcomes, interest and motivation to learn about a distance of a point to the plane material by using a model of STAD cooperative with helped elearning and wingeom applications. The research sample of 56 students, which is divided into an experimental group were 21 students that the class X MIA 1 and 35 students as a second experimental class, class X MIA 3, which is determined by simple random sampling technique. The method used in this study is a quasi-experiment with intact-group comparison design. Data were analyzed using descriptive and inferential analysis (t-test of two parties, one way anova and two ways anova). The results showed that there were differences in learning outcomes, interest and motivation as a result of the second treatment using with elearning and applications wingeom. This is supported by the results of data analysis showed that the differences in learning outcomes and motivation can be viewed by one factor.The conclusion of this study there are differences in learning outcomes and student motivation as a result of treatment STAD model aided elearning and wingeom applications. But for interest there is no difference. Keywords: Learning Outcomes,Interest, Motivation, E-learning, Wingeom Application Kualitas pendidikan di Indonesia, salah satunya dapat dilihat melalui penyelenggaraan kegiatan evaluasi pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Hasil UN berdasarkan tingkat penguasaan materi geometri dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel. 1 Tingkat Penguasaan Geometri Tahun Pelajaran 2012/2013
Nasional 52,82%
Provinsi Sulteng 41,12%
Kota Palu 39,76%
SMAN 1 Palu 40,52%
2013/2014
54.61%
32,37%
30,14%
30,60%
tingkat penguasaan materi geometri secara Nasional mengalami peningkatan sebesar 1,79 %, namun untuk Provinsi Sulteng dan Kota Palu khususnya SMA Negeri 1 Palu mengalami penurunan sebesar 9,92 %. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan geometri siswa diberbagai jenjang pendidikan, diantaranya faktor pengajaran atau teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru. Usiskin (1982) dalam Safrina (2014) menjelaskan bahwa kualitas dari pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap prestasi siswa dalam pelajaran matematika. Dengan demikian, guru harus lebih bijaksana dalam memilih model pembelajaran atau pendekatan pembelajaran atau metode pembelajaran dalam
(Sumber: Pusat Penilaian Pendidikan dan BSNP, 2013 dan 2014).
Berdasarkan data analisis hasil UN Tahun Pelajaran 2012/2013 dan Tahun Pelajaran 2013/2014 menunjukkan bahwa persentase
1
2 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 1-10
menyampaikan materi matematika khususnya geometri. Menurut Sanjaya dalam Septiani (2013) bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman disini dapat berupa pengalaman secara langsung maupun secara tidak langsung. Pengalaman langsung dapat memberikan efektifitas ingatan yang lebih tinggi dibanding pengalaman tidak langsung. Selain itu, kerucut pengalaman Edgar Dale melukiskan bahwa semakin konkrit siswa mempelajari bahan pelajaran maka semakin banyaklah pengalaman yang didapatkan. Tetapi sebaliknya jika semakin abstrak siswa mempelajari bahan pelajaran maka semakin sedikit pula pengalaman yang didapatkan. Namun pada kenyataannya, pengalaman secara langsung sangatlah sulit dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena tidak semua bahan pelajaran dapat dihadirkan secara langsung dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, maka model pembelajaran menempati posisi cukup strategis dalam rangka mewujudkan proses belajar secara optimal. Proses belajar yang optimal merupakan salah satu indikator untuk mewujudkan hasil belajar peserta didik yang optimal pula. Hasil belajar yang optimal juga merupakan salah satu cerminan hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas memerlukan sumber daya guru yang mampu dan siap berperan secara profesional dalam lingkungan sekolah dan masyarakat (Septiani, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara dengan rekan sejawat di lapangan guru lebih sering menggunakan media papan tulis untuk menggambarkan bangun-bangun geometri dan guru menjadi satu-satunya pusat sumber informasi. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbantuan aplikasi geometri. Agar lebih memudahkan dalam membimbing siswa dalam penggunaan
ISSN: 2089-8630
aplikasi geometri maka dilakukan pembentukan kelompok kecil sehingga model yang dipilih adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena model ini mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa (Slavin, 1995). Penggunaan alat bantu aplikasi geometri diharapkan dapat menimbulkan minat dan membangkitkan motivasi sehingga berdampak pula pada peningkatan hasil belajar. Kurangnya pengulangan yang dilakukan siswa dapat diatasi dengan adanya fasilitas e-learning yang telah dimiliki oleh SMAN 1 Palu sejak semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014. Peneliti tertarik untuk menggunakan fasilitas tersebut karena memungkinkan siswa untuk berdiskusi dengan guru dan bersama teman-temannya diluar jam belajar sekolah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chun, 2006 yang menyatakan bahwa dalam mengeksplorasi simulasi berbasis web (elearning) untuk mengajarkan materi matematika berdampak pada hasil belajar siswa meningkat. Demikian pula penelitian yang dilakukan Salem dan Mohammed, 2010 yang menyatakan bahwa e-learning memberikan nilai tambah yang berharga untuk proses mengajar dan memberikan rasa lebih percaya diri untuk guru, karena mereka menganggap diri mereka bagian dari itu. Selain itu pula siswa juga lebih termotivasi. Bertambahnya ruang belajar lebih banyak, diskusi online memberi kesempatan bagi partisipasi aktif peserta didik dan memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam diskusi 24 jam sehari dimanapun mereka, melintasi ruang dan waktu (King, 2001). Sutama dkk. (2014) dalam penelitian mereka menyimpulkan bahwa aplikasi wingeom dapat meningkatkan aktifitas belajar dan hasil belajar. Hasil penelitian yang dilakukan Listiana dkk.(2013) menyimpulkan bahwa dengan media wingeom minat belajar dan pemahaman konsep siswa meningkat.
Yayan Hidayat, dkk. Perbedaan Hasil Belajar, Minat dan Motivasi Siswa Kelas X SMAN 1 Palu ………………… 3
Inovasi dalam pembelajaran geometri saat ini ditandai begitu banyak aplikasi (software) yang dapat digunakan agar pembelajaran geometri bisa lebih menarik antara lain Cabri II Plus, Geogebra, dan Wingeom. Dari ketiga aplikasi geometri tersebut dipilih Wingeom karena calon peneliti telah menggunakannya sejak semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Penggunaan aplikasi Wingeom di SMAN 1 Palu saat ini sangat tepat karena didukung oleh sarana laboratorium komputer yang masih mampu untuk menjalankan aplikasi tersebut. Bila diamati dengan seksama nampak bahwa media e-learning dan media wingeom memiliki kesamaan yaitu keduanya berbasis teknologi pembelajaran yang mampu menimbulkan minat dan membangkitkan motivasi yang merupakan syarat perlu dalam peningkatan hasil belajar. Hal ini yang menjadi dasar peneliti untuk lebih jauh mengkaji dari segi perbedaan kedua alat bantu tersebut jika diintegrasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang juga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Adapun rumusan masalah berdasarkan uraian diatas adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antar siswa yang memperoleh pembelajaran melalui Model Kooperatif Tipe STAD berbantuan aplikasi Wingeom dan E-learning ? 2. Apakah terdapat perbedaan minat yang signifikan antar siswa yang memperoleh pembelajaran melalui Model Kooperatif Tipe STAD berbantuan aplikasi Wingeom dan E-learning ? 3. Apakah terdapat perbedaan motivasi yang signifikan antar siswa yang memperoleh pembelajaran melalui Model Kooperatif Tipe STAD berbantuan aplikasi Wingeom dan E-learning ? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Perbedaan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Palu yang memperoleh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbantuan aplikasi Wingeom dan Elearning 2. Perbedaan minat siswa SMA Negeri 1 Palu yang memperoleh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbantuan aplikasi Wingeom dan Elearning 3. Perbedaan motivasi belajar siswa SMA Negeri 1 Palu yang memperoleh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbantuan aplikasi Wingeom dan Elearning METODE Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan Maret - Mei 2015. Lokasi penelitian untuk pengambilan data di laksanakan SMA Negeri 1 Palu Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan desain penelitian IntactGroup Comparison. Jenis data pada penelitian ini ada dua, yaitu (1) data kuantitatif yang terdiri dari hasil tes awal dan tes akhir, dan (2) data yang merupakan hasil angket minat dan motivasi belajar. Sumber data utama pada penelitian ini adalah siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Palu Tahun Pelajaran 2014/2015 sebanyak dua kelas yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Kelas yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian kuasi eksperimen ini adalah kelas X MIA 1 dan kelas X MIA 3. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari teknik angket dan tes uji kompetensi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes awal (pretest) dan tes akhir (postest), angket motivasi dan minat belajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas eksperimen X1 dan kelas eksperimen X2, serta Lembar Kegiatan Peserta Didik tentang cara menentukan jarak titik ke bidang menggunakan aplikasi wingeom. Sebelum
4 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 1-10
Instrumen tersebut digunakan terlebih dahulu dilakukan validasi oleh ahli. Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui tes awal hingga tes akhir dari kelas eksperimen X1 dan kelas ekperimen X2 serta data hasil pengisian angket minat dan motivasi. Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data yaitu (1) pengujian asumsi-asumsi statistik, meliputi uji normalitas distribusi, uji homogenitas, (2) pengujian hipotesis terdiri dari uji t, uji anava satu jalur dan anava dua jalur. Untuk memudahkan dalam melakukan analisis data, penulis menggunakan program SPSS v.16. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan hasil uji reliabilitas dan validitas tes diperoleh kesimpulan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria reliabilitas dan validitas sehingga dapat digunakan untuk pengumpulan data. Setelah data dikumpulkan kemudian dilakukan pengujian hipotesis setelah syarat uji hipotesis dipenuhi yaitu uji normalitas dan uji homogenitas dari data yang telah dikumpul. Berdasarkan hasil pengujian tersebut diperoleh keputusan bahwa data hasil belajar, minat dan motivasi siswa telah memenuhi syarat pengujian seperti terlampir. Hasil analisis data statistik deskriptif dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai rata-rata hasil tes awal untuk kelas elearning adalah 71,81 dengan nilai minimum 54 dan nilai maksimum 100. Nilai rata-rata tes awal untuk kelas wingeom 68,89 dengan nilai minimum 55 dan nilai maksimum 82. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen berbantuan elearning lebih baik.dari kelas eksperimen berbantuan aplikasi wingeom. Untuk mengetahui apakah data tersebut homogen atau sebaliknya maka dilakukan uji t independent sample test. Berdasarkan hasil
ISSN: 2089-8630
analisis data bahwa nilai probabilitas 0,114 > p. sig (0,05) pada taraf kepercayaan 0,05, hal ini berarti data nilai tes awal untuk kelompok X1 dan data nilai tes awal untuk kelompok X2 tidak berbeda secara signifikan (homogen). Sedangkan hasil uji beda menunjukkan bahwa thitung = 1,136 < 1.67 ( ttabel ), berarti tidak terdapat perbedaan nilai tes awal antar dua kelompok eksperimen. Data nilai tes awal yang telah diuji homogenitasnya tersebut menunjukkan bahwa kedua kelas eksperimen memenuhi syarat untuk diberikan perlakuan, selanjutnya dapat diamati perbedaan akibat dari perlakuan tersebut.Dalam hal ini pengujian hipotesis selanjutnya yang digunakan hanya data hasil tes akhir, minat dan motivasi. Selanjutnya deskripsi data hasil tes akhir, minat, dan motivasi dapat dilihat bahwa hasil belajar terendah 14,60 dan tertinggi 100. Sedangkan untuk minat dan motivasi belajar matematika secara keseluruhan masing-masing pada rentang nilai 2,50 – 3.49 yang berarti berada pada kondisi cukup baik. Rerata sampel hasil belajar yang diperoleh kelas eksperimen 1 sebesar 86,1 dan kelas eksperimen 2 sebesar 49,1. Tabel 2. Statistik Deskriptif Hasil TesAwal Kelas Wingeom dan Kelas E-learning
Hasil_Tes _Awal_E Hasil_Tes_ Awal_W
N
Min
Max Mean Std. Dev.
21
54
100
71.81
12,028
35
55
82
68.89
7,278
Berdasarkan nilai yang tertera pada hasil uji normalitas dengan menggunakan SPSS v.16 yaitu 0,914 dan 0,944 . Kedua nilai signifikansi tersebut jika disesuaikan dengan kriteria pengujian bahwa tolak H0 jika p-value (sig) < α = 0.05 sedangkan untuk kondisi lainnya H0 diterima. H0 : Sampel berasal dari data berdistribusi normal. Hal ini menunjukkan bahwa data hasil tes akhir dalam penelitian ini berdistribusi normal karena kedua nilai tersebut bernilai lebih dari
Yayan Hidayat, dkk. Perbedaan Hasil Belajar, Minat dan Motivasi Siswa Kelas X SMAN 1 Palu ………………… 5
0.05. Dengan cara yang sama data hasil pengisian angket motivasi nilai signifikansi yaitu 0,951. Merujuk kriteria pengujian bahwa tolak H0 jika p value (sig) < α = 0,05. Nilai 0,951 > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima yaitu data motivasi berdistribusi normal. Sedangkan data hasil angket minat, nilai signifikansinya yaitu. pada hasil uji Levene dengan menggunakan SPSS v.16 yaitu 0,067. homogen karena nilai tersebut bernilai lebih dari 0.05. Selanjutnya uji homogenitas data hasil angket motivasi nilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu 0,099 Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima yaitu data motivasi homogen. Sedangkan untuk minat bahwa nilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu 0,453. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima yaitu data minat homogen. 0,879. Merujuk kriteria pengujian bahwa tolak H0 jika p value (sig) < α = 0,05. Nilai 0,879 > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima yaitu data minat berdistribusi normal. Uji prasyarat berikutnya adalah uji homogenitas Berdasarkan nilai yang tertera Nilai probabilitas (p-value) tersebut jika disesuaikan dengan kriteria pengujian bahwa tolak H0 jika p-value (sig) < α = 0.05 sedangkan untuk kondisi lainnya H0 diterima. H0 : Sampel berasal dari data varian sama atau homogen. Hal ini menunjukkan bahwa data hasil tes akhir dalam penelitian ini adalah homogen karena nilai tersebut lebih dari 0,05. Selanjutnya hasil uji homogenitas data hasil angket motivasi nilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu 0,099. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima yaitu data motivasi homogen. Sedangkan untuk minat bahwa nilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu 0,453. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima yaitu data minat homogen. Untuk melihat perbedaan dari kedua perlakuan model digunakan analisis varian satu jalur dengan faktornya adalah model pembelajaran tipe STAD. Variabel terikatnya adalah hasil belajar, minat belajar dan motivasi belajar.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan aplikasi SPSS diperoleh Fhitung untuk hasil belajar, minat dan motivasi masing-masing berturut-turut 108.575, 44.898 dan 17.844. Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak. Ftabel = 4,027 untuk taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan 1 dan 52. Kesimpulan yang dapat diambil adalah hasil belajar, minat dan motivasi ketiga-tiganya berbeda secara signifikan terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan e-learning dan aplikasi wingeom. Untuk melihat interaksi variabel bebas dengan variabel terikatnya dapat ditentukan dengan menggunakan uji t-Scheffe karena jumlah sampel berbeda seperti di bawah ini : X1 X 2 86,08 49,06 2 xRJKdal 2 156,67 n 52 37,02 21,276 1,74
t
Kesimpulan berdasarkan hasil uji t-Scheffe bahwa kedua model pembelajaran tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar karena nilai thitung = 21,276 > 2,007 dimana model STAD berbantuan elearning lebih berpengaruh terhadap hasil belajar. Sedangkan untuk minat dan motivasi dapat dilihat seperti di bawah ini : 1. Hasil perhitungan t-Scheffe untuk minat X1 X 2 2,4579 2,4880 2 xRJKdal 2 0,083 n 52 - 0,0301 0,5327 0,0565
t
2. Hasil perhitungan motivasi
t-Scheffe
X1 X 2 2,0636 2,8477 2 xRJKdal 2 0,087 n 52 - 0,7841 13,5657 0,0578
t
untuk
6 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 1-10
Hasil perhitungan t-Scheffe di atas menunjukkan bahwa kedua model tidak berpengaruh terhadap minat belajar karena hasilnya 0,5327 < 2,007 tetapi untuk motivasi belajar kedua model tersebut berpengaruh karena hasil perhitungan 13,5657 > 2,007. Motivasi model pembelajaran STAD berbantuan aplikasi wingeom lebih berpengaruh daripada berbantuan e-learning. Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis pertama dengan uji anava satu jalur, hingga sampai pada uji lanjut diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar jarak titik ke bidang antar kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan model STAD berbantuan aplikasi wingeom dengan kelompok siswa berbantuan elearning. Perbedaan hasil belajar kelas wingeom dengan kelas elearning dimana rerata kelas elearning lebih tinggi dari kelas wingeom disebabkan pada kelas elearning materi yang diperolehnya lebih banyak contoh soal disertai pembahasannya yang kapan saja dapat diakses karena berbasis web. Namun walaupun materi sudah disediakan dalam situs yang disusun oleh guru mata pelajaran itu belum tentu akan diakses oleh siswa jika yang bersangkutan tidak memiliki regulasi diri atau self regulated (kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri) kapan saya harus belajar, materi apa yang harus dipelajari dan sebagainya. Hal ini biasa juga disebut dengan kemandirian belajar. Selain itu pula dalam kelas elearning ada satu wadah dimana mereka dapat berdiskusi langsung dengan guru jika ada hal-hal yang belum dipahami sewaktu berada dalam kelas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Chun (2006) yang menyimpulkan bahwa dalam mengeksplorasi simulasi berbasis web untuk mengajarkan materi matematika berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Keberhasilan siswa pada kelas elearning karena mereka telah mempunyai beberapa hal yang menjadi karakteristik elearning
ISSN: 2089-8630
sebagaimana yang dikemukakan dalam penelitian Agustina (2013) yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang menjadi karakteristik e-learning yang terdiri dari Non linearity, Self managing, Feedback Interactivity, Multimedia Learners style, Just in Time, Dynamic Updating, Easy Accesibility, dan Colaborative Learning. Untuk kelas wingeom tidak terjadi peningkatan hasil belajar secara klasikal namun secara individu beberapa anak nampak perubahan hasil belajarnya. Banyak siswa yang masih sangat bergantung pada alat bantu aplikasi wingeom. Jika soal yang diberikan harus dikerjakan tanpa menggunakan alat bantu maka banyak yang belum mampu menggambarkan apa yang ditanyakan dalam soal tersebut. Olehnya itu dibutuhkan waktu latihan yang intensif dalam mengerjakan soal dengan alat bantu kemudian dilanjutkan dengan pencocokan jawaban yang dikerjakan secara manual tanpa alat bantu aplikasi wingeom. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutama dkk. (2014) bahwa karakteristik pembelajaran dengan bantuan aplikasi wingeom yang diperoleh adalah (1) pembelajaran dimulai dengan proses information melalui visualisasi pada media; (2) siswa bereksplorasi melalui proses guided orientation; (3) melalui proses explicitation, siswa mengungkapkan ide hasil eksplorasi; (4) melalui proses free orientation, siswa memberikan contoh untuk memperdalam pemahamannya; dan (5) melalui proses integration, siswa merangkum seluruh pengalaman belajarnya. Berdasarkan kelima langkah tersebut di atas jika dihubungkan dengan peningkatan hasil belajar siswa yang belum signifikan karena siswa yang bersangkutan belum maksimal pada tahapan (3), (4) dan (5). Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis kedua dengan menggunakan uji anava satu jalur sampai pada uji lanjut diperoleh kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan minat belajar
Yayan Hidayat, dkk. Perbedaan Hasil Belajar, Minat dan Motivasi Siswa Kelas X SMAN 1 Palu ………………… 7
Prosentase
arak titik ke bidang antar kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan model STAD berbantuan aplikasi wingeom dengan kelompok siswa berbantuan elearning. Tidak terdapat perbedaan minat disebabkan perlakuan model STAD berbantuan aplikasi wingeom dan elearning tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat belajar siswa sehingga minat mereka tetap sama. Hal ini dapat disebabkan karena kedua alat bantu yang digunakan berbasis teknologi pembelajaran cenderung menjadi perhatian bagi siswa. Hal ini pula sejalan dengan definisi minat menurut Shaleh (2004:262) adalah suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari
minat tersebut dengan disertai perasaan senang. Sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Sobur (2003) bahwa Minat/keinginan erat hubungannya dengan perhatian yang dimiliki. Karena perhatian mengarahkan timbulnya kehendak pada seseorang. Kehendak atau kemauan ini juga erat hubungannya dengan kondisi fisik seseorang misalnya dalam keadaan sakit, capai, lesu atau mungkin sebaliknya yakni sehat dan segar. Juga erat hubungannya dengan kondisi psikis seperti senang, tidak senang, tegang, bergairah dan seterusnya. Berdasarkan hasil pengolahan data angket minat seperti pada Gambar 1, diperoleh prosentase minat menurut kondisi sebagai berikut:
78 76 74 72 70 68 66 64 62 60 58 56
Elearning Wingeom
Perhatian
Relevansi
Percaya Diri
Kepuasan
Kondisi Minat
Gambar 1. Prosentase Minat Siswa Menurut Kondisi Untuk kondisi perhatian kelas wingeom lebih baik dari kelas elearning hal ini mungkin disebabkan adanya animasi dalam aplikasi serta mudah dioperasikan. Kondisi relevansi materi yang disajikan dalam kedua perlakuan serta rasa percaya diri siswa lebih baik kelas elearning disebabkan materi masih dalam LKS serta rasa percaya diri muncul karena siswa yang bersangkutan telah terbiasa dengan internet sedangkan untuk
wingeom masih merupakan hal yang baru mereka pelajari. Sedangkan untuk kondisi kepuasan, anak yang diajarkan dengan model STAD berbantuan aplikasi wingeom merasa lebih puas karena ia merasa terlibat secara aktif dalam penggunaan aplikasi mulai dari awal sampai ditemukannya jawaban atas soal yang diberikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aritonang (2007) bahwa faktor utama yang
8 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 1-10
Prosentase
mempengaruhi minat selain cara mengajar guru, karakter guru, suasana kelas tenang dan nyaman, termasuk fasilitas belajar yang digunakan. Fasilitas yang dimaksud salah satunya adalah menggunakan aplikasi wingeom. Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis ketiga dengan menggunakan uji anava satu jalur diperoleh hasil pengujian bahwa terdapat perbedaan motivasi belajar sebagai dampak dari perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan e-learning dan aplikasi wingeom yang diberikan pada kedua kelompok eksperimen. Motivasi yang berbeda dapat diamati pada saat kegiatan kelompok ada kelompok
ISSN: 2089-8630
yang cepat memahami perintah yang terdapat dalam LKS dan ada pula kelompok yang masih mendapatkan kendala dalam mengoperasikan aplikasi wingeom. Motivasi yang ditimbulkan sebagai pengaruh penggunaan aplikasi wingeom lebih baik dibanding e-learning, karena si anak yakin dengan bantuan aplikasi ia lebih dahulu mengetahui jawaban atas soal yang diberikan sehingga dengan sendirinya ia termotivasi untuk menemukan jawabannya tanpa bantuan aplikasi tersebut. Berdasarkan hasil pengolahan data angket motivasi seperti pada Gambar 2 diperoleh prosentase motivasi menurut kondisi sebagai berikut:
80 70 60 50 40 30 20 10 0
Elearning Wingeom
Perhatian
Relevansi
Percaya Diri
Kepuasan
Kondisi Motivasi
Gambar 2. Prosentase Motivasi Siswa Menurut Kondisi Untuk kondisi perhatian, motivasi kelas wingeom hampir sama dengan kelas elearning hal ini disebabkan kedua model tersebut masing-masing mempunyai animasi serta mudah dioperasikan. Kondisi relevansi materi yang disajikan dalam kedua perlakuan serta rasa percaya diri siswa lebih baik kelas wingeom disebabkan siswa termotivasi untuk menemukan jawabannya jika tidak menggunakan alat bantu wingeom serta rasa percaya diri muncul karena siswa yang bersangkutan mempunyai keyakinan karena jawabannya pasti ditemukan dengan alat bantu hitung tersebut sedangkan untuk elearning biasanya masih terkendala dengan kurangnya kemampuan spasial dari siswa.
Sedangkan untuk kondisi kepuasan, anak yang diajarkan dengan model STAD berbantuan aplikasi wingeom merasa lebih puas karena ia merasa terlibat secara aktif dalam penggunaan aplikasi mulai dari awal sampai ditemukannya jawaban atas soal yang diberikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aritonang (2007) bahwa faktor utama yang mempengaruhi motivasi seperti yang telah diuraikan dalam bagian minat pada subbab sebelumnya.
Yayan Hidayat, dkk. Perbedaan Hasil Belajar, Minat dan Motivasi Siswa Kelas X SMAN 1 Palu ………………… 9
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan 1. Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antar siswa yang memperoleh pembelajaran melalui Model Kooperatif Tipe STAD berbantuan aplikasi Wingeom dan E-learning. Perbedaan terjadi berdasarkan pengaruh antar variabel independen bersumber pada penerapan kedua model dan kategori motivasi baik, kurang baik dan tidak baik. Berdasarkan hasil uji lanjut dibuktikan bahwa benar terjadi perbedaan yang signifikan antar siswa bermotivasi baik, kurang baik dan tidak baik. 2. Tidak terdapat perbedaan minat yang signifikan antar siswa yang memperoleh pembelajaran melalui Model Kooperatif Tipe STAD berbantuan aplikasi Wingeom dan E-learning. Hal ini terjadi berdasarkan tidak adanya pengaruh antar variabel independen bersumber pada kategori minat baik, kurang baik dan tidak baik dengan penerapan kedua model. Berdasarkan hasil uji lanjut dibuktikan bahwa benar tidak terdapat interaksi yang signifikan antar kategori minat dengan penerapan kedua model tersebut. 3. Terdapat terdapat perbedaan motivasi yang signifikan antar siswa yang memperoleh pembelajaran melalui Model Kooperatif Tipe STAD berbantuan aplikasi Wingeom dan E-learning. Perbedaan terjadi berdasarkan pengaruh antar variabel independen bersumber pada model STAD dan interaksi antar model STAD dengan kategori motivasi. Hal tersebut berdasarkan hasil uji lanjut dibuktikan bahwa benar terdapat perbedaan motivasi berdasarkan kategori minat baik, kurang baik dan tidak baik. Rekomendasi 1. Kepada peserta didik, hendaknya dapat lebih banyak berlatih dengan menggunakan aplikasi wingeom kemudian
membandingkan hasilnya dengan hitungan secara manual. Untuk pemanfaatan fasilitas e-learning hendaknya kemandirian belajar harus terus dibiasakan, lebih aktif bertanya dalam diskusi. 2. Kepada guru, agar dalam proses pembelajaran geometri dapat mengemas setiap materi yang diajarkan dengan menarik. menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan membangun kedekatan emosional dengan peserta didik. Dengan bervariasinya model pembelajaran diharapkan minat dan motivasi belajar siswa akan meningkat dan memberikan efek yang positif bagi peningkatan hasil belajar peserta didik. 3. Kepada lembaga pendidikan khususnya SMAN 1 Palu agar dapat meningkatkan sarana belajar elektronik atau memberikan dorongan kepada siswa di sekolahnya untuk meningkatkan minat dan motivasi belajarnya dengan menumbuhkembangkan budaya membaca, berdiskusi, dan memanfaatkan pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan sekolah untuk menambah wawasan dan nalar berpikir siswa. 4. Kepada peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian mengenai minat belajar, motivasi dan hasil belajar siswa dalam materi geometri di masa mendatang hendaknya mempertimbangkan beberapa saran sebagai berikut: a. Pengukuran variabel minat dan motivasi belajar hendaknya membuat instrument penelitian berbentuk angket yang relevan dengan substansi penelitian lalu dikonsultasikan para pakar di bidang psikologi kognitif. b. Jika ingin melakukan penelitian komparatif model pembelajaran hendaknya menggunakan minimal tiga model pembelajaran. c. Memperbanyak literatur-literatur pendukung yang relevan dalam
10 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 1-10
penelitian sehingga peneliti mudah untuk mengembangkan penalaran lebih mendalam terkait aspek-aspek pengukuran hasil belajar, minat dan motivasi belajar yang diinternalisasikan ke dalam instrumen penelitian. UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kebesaran dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan artikel ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Dinas pendidikan dan Kebudayaan yang sudah memberikan dukungan pendanaan, Dr. Dasa Ismaimuza, M.Si. dan Dr. Sukayasa, M.Pd., Semoga diberikan keberkahan, rahmat dan balasan yang setimpal oleh Allah SWT. DAFTAR RUJUKAN Agustina, M. (2013), Pemanfaatan E-learning sebagai Media Pembelajaran, Jurnal Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma. ISSN 1907- 5022. Aritonang, K. T. (2007), Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, Jurnal Pendidikan Penabur No.10 / Tahun ke-7 / Juni 2008 Chun, H. 2006. Use Web-based Simulation to Learn Trigonometric Curves. International Journal for Mathematics Teaching and Learning. King, K.(2001). Educators revitalize the classroom’bulletin board’ : A case study of the influence of online dialogue on face-to-face classes from adult learning perspective. Journal of Research on Computing in Education. Washington Listiana, Darminto, dan Kurniasih. (2013) Peningkatan Minat Belajar Dan Pemahaman Konsep Bangun Ruang Melalui Media Wingeom.
ISSN: 2089-8630
Safrina,K, 2014. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Geometri melalui Pembelajaran Kooperatif Berbasis Teori Van Hiele Jurnal Didaktik Matematika Vol. 1, No. 1, April 2014 ISSN : 2355-4185 Salem, A. K., & Mohammed, F. 2010. How one-to one E-learning enhances and affects high school students’ learning performance in the UAE (Doctoral dissertation, The British University in Dubai). Septiani, G. R, 2013. Perbedaan Hasil Prestasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Learning Management System dan Model Pembelajaran Konvensional (Studi Kasus Pada Mata Pelajaran Penggunaan Alat Ukur Listrik Dan Elektronika Di SMK Negeri 1 Cimahi). Tesis, UPI tidak dipublikasikan Shaleh, A. R. dan Wahab, M. A.. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Persfektif Islam. Jakarta: Kencana Slavin, R.E, 1995. Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice, A Simon and Schuster Company, Needham Heights, Massachusetts 02194. Sutama I.K, Suharta I.G.P , dan Suweken G. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Geometri SMA Berdasarkan Teori Van Hiele Berbantuan Wingeom Dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Matematika (Volume 3 Tahun 2014) Sobur, A. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia