Laporan Tahunan 2010
PENDAHULUAN
B
erdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI No. 16/ Permentan/OT.140/3/ 2006, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dibentuk di setiap provinsi. BPTP merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbang Pertanian. BPTP Riau memiliki tugas pokok melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi. Dalam melaksanakan tugasnya, BPTP Riau memiliki fungsi: 1) Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian, 2) Pengkajian dan perakitan teknologi pertanian, 3) Penyiapan paket teknologi untuk penyuluhan pertanian, 4) Pelayanan teknik kegiatan pengkajian, dan 5) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai. Visi BPTP Riau adalah tahun 2014 menjadi lembaga penelitian dan pengkajian inovasi teknologi pertanian tepat guna yang handal di daerah bertaraf internasional. Adapun misi yang diemban adalah: 1) Melaksanakan pengkajian sesuai norma dan standar metodologi pengkajian, pengembangan teknologi pertanian; 2) Menghasilkan dan mendiseminasikan inovasi pertanian spesifik lokasi sesuai dengan kebutuhan daerah; 3) Mengembangkan jejaring kerjasama di daerah dan nasional dalam rangka peningkatan kapasitas pengkajian, pendayagunaan hasil pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian; 4) Mengembangkan SDM yang profesional dan mandiri. Sampai dengan tahun anggaran 2010, wilayah kerja BPTP Riau mencakup wilayah Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau. Dalam melaksanakan tugasnya BPTP Riau dipimpin oleh pejabat struktural Eselon III dan dibantu oleh dua pejabat struktural Eselon IV yaitu Kepala Sub. Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian, serta pejabat fungsional peneliti, penyuluh, teknisi, dan tenaga administrasi. Dalam kerangka operasional, pelaksanaan visi dan misi BPTP Riau dilaksanakan melalui pengkajian dan diseminasi teknologi spesifik lokasi, monitoring dan evaluasi oleh Tim Monev. Pada tahun 2010 ini juga BPTP Riau melaksanakan kegiatan kerjasama Badan Litbang Pertanian dengan Kementerian Negara Riset dan Teknologi pada Program Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa (PIPKPP). Selain itu, BPTP Riau melaksanakan kegiatan kerjasama pengkajian dengan instansi lingkup Pemda Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Riau untuk mendukung percepatan pembangunan pedesaan/pertanian melalui penyediaan paket teknologi spesifik lokasi berwawasan agribisnis, mempercepat transfer teknologi kepada pengguna dan mendapatkan umpan balik untuk penajaman
program penelitian/pengkajian pertanian, serta menyediakan advokasi dalam penerapan teknologi tepat guna spesifik lokasi. Seiring dengan program pemerintah membantu petani dalam akses terhadap permodalan, pasar dan teknologi serta organisasi tani yang masih lemah, maka ditempuh melalui pendekatan pengembangan usaha agribisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan melalui program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Sejak tahun 2008 BPTP Riau diamanahkan sebagai Sekretariat Tim Pelaksana Pembina PUAP untuk dua provinsi yaitu Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau.
STRUKTUR ORGANISASI DAN MANAJEMEN Struktur organisasi BPTP Riau terdiri atas: a) Kepala Balai, b) Sub Bagian Tata Usaha, meliputi: Urusan Kepegawaian, Urusan Keuangan, Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan, serta Perencanaan dan Pelaporan, c) Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian, meliputi: Penanggung Jawab Perpustakaan, Penanggung Jawab Alat dan Mesin Pertanian, Penanggung Jawab Audio Visual, Penanggung Jawab Laboratorium dan Penanggung Jawab Kerja Sama Penelitian, d) Koordinator Program. Selain itu BPTP Riau didukung oleh Kelompok Fungsional yang terdiri atas: a) Kelompok Pengkaji Sumberdaya, b) Kelompok Pengkaji Budidaya, dan c) Kelompok Pengkaji Sosial Ekonomi. Tata Usaha Berdasarkan SK Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nomor: 31/ Kpts/ OT. 160/J/2/07 tanggal 20 Februari 2007 tentang rincian tugas pekerjaan Eselon IV Balai Penelitian dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat dan kearsipan serta rumah tangga. Urusan Kepegawaian Urusan kepegawaian bertugas menyiapkan bahan penyusunan kebutuhan pegawai, menyiapkan bahan penyusunan pengembangan pegawai, melakukan urusan kesejahteraan pegawai, melakukan urusan tata usaha kepegawaian, melakukan urusan mutasi pegawai, menyiapkan bahan evaluasi kinerja pegawai dan melakukan penyiapan bahan pendayagunaan jabatan fungsional. Sampai dengan 31 Desember 2010 BPTP Riau mempunyai 83 orang tenaga Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan 6 orang tenaga kontrak. Komposisi pegawai menurut jenjang fungsional, 23 orang yang
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
1
Laporan Tahunan 2010
sudah memiliki jenjang fungsional peneliti, 6 orang fungsional penyuluh, dan 8 orang pengkaji belum memiliki jenjang fungsional. Sebaran jumlah tenaga BPTP Riau menurut pangkat, golongan, tingkat pendidikan dan jabatan fungsional disajikan pada Tabel 1 hingga Tabel 4. Tabel 1. Tenaga PNS Berdasarkan Golongan Kepangkatan dan Bidang Pekerjaan per 31 Desember 2010 No. 1 2 3 4 5 6
Bidang Pekerjaan Peneliti Penyuluh Teknisi Administrasi Calon Peneliti Calon Penyuluh Jumlah
IV 4 3 1 8
Golongan III II 19 3 5 22 13 6 1 1 51 19
Jml
I 5 5
23 6 5 41 6 2 83
Tabel 5. Tenaga PNS Berdasarkan Jabatan Fungsional dan Pendidikan per 31 Desember 2010 No
Tabel 2. Tenaga PNS Berdasarkan Golongan dan Pendidikan per 31 Desember 2010 No
Pendidikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
S3 S2 S1 D4 D3 S0 SLTA SLTP SD Jumlah
Tabel 3. Tenaga No 1 2 3 4 5
Golongan III II 11 29 1 1 10 17 1 51 19
IV 1 7 8
Jml
I 3 2 5
1 18 29 2 27 4 2 83
Kontrak BPTP Riau per 31 Desember 2010
Pendidikan
Jumlah 2 4 6
S1 D3 SLTA SLTP SD Jumlah
Keterangan
Tabel 4. Tenaga PNS Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Bidang Pekerjaan per 31 Desember 2010 Bidang Pekerjaan Peneliti Penyuluh Teknisi Adm Calon Peneliti Calon Peyuluh Jumlah
Tingkat Pendidikan D4 D3 SMU 5 2 21 -
S3 1 -
S2 14 3 1 -
S1 8 3 11 6
-
-
1
-
-
1
18
29
-
2
Fungsional dan Pendidikan per 31 Desember 2010 disajikan pada Tabel 5. Daftar PNS berdasarkan bidang pekerjaan dan keahlian / disiplin ilmu per Desember 2010 disajikan pada Tabel 6. Urusan kepegawaian BPTP Riau selain menangani masalah kepegawaian juga bertugas untuk melakukan administrasi surat menyurat, yaitu meliputi surat masuk, surat keluar, penggandaan surat dan pengarsipan. Dari pelaksanaan surat menyurat yang dilakukan pada tahun 2010, jumlah surat masuk 668 surat, dan surat keluar berjumlah 771 surat.
Jml
SMP 4 -
SD 2 -
1
-
-
2
27
4
2
83
23 6 5 41 6
Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya pegawai, pada tahun anggaran 2010, 5 orang staf peneliti BPTP Riau mengikuti program tugas belajar. 2 orang mengikuti program tugas belajar Pasca Sarjana S3 dan 3 orang peneliti mengikuti program Pasca Sarjana S2. Tenaga PNS Berdasarkan Jabatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jabatan Fungsional Peneliti Utama Peneliti Madya Peneliti Muda Peneliti Pertama Penyuluh Utama Penyuluh Madya Penyuluh Muda Penyuluh Pertama Asisten Penyuluh Jumlah
Tingkat Pendidikan S3 S2 S1 S0 1 3 10 2 1 6 2 1 2 1 1 17 11 -
Jml 4 12 7 2 3 1 29
Tabel 6. Daftar PNS Berdasarkan Bidang Keahlian / Disiplin Ilmu per 31 Desember 2010 Bidang Keahlian / Disiplin Ilmu Sistem Usaha Pertanian Budidaya Perikanan Lingkungan Budidaya Ternak Sosial Ekonomi Hama Penyakit Tanaman Teknologi Pasca Panen Pakan & Nutrisi Ternak Budidaya Tanaman Agroklimat & Pencemaran Komunikasi Pemb. Pertanian Ekonomi Hidrologi & Konservasi Tanah Kesuburan & Biologi Tanah Jumlah
Pene liti
Penyu luh
Calon Peneliti/ Penyuluh
5 1 1
2 2
1 2
1 1
1 2
1 10
2
1 1
1 2 23
6
8
Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan Urusan Rumah Tangga dan perlengkapan memiliki tugas antara lain: melakukan
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
2
Laporan Tahunan 2010
penatausahaan barang milik negara, menyiapkan bahan penyusunan laporan kekayaan negara, melakukan urusan penghapusan dan pemanfaatan barang milik negara, melakukan tata letak ruang, penataan taman dan menjaga kebersihan lingkungan kantor, serta pengaturan penggunaan gedung kantor. BPTP Riau sampai dengan 31 Desember 2010 telah memiliki 2 unit gedung utama, 1 unit di Pekanbaru, dan 1 unit di Tanjung Pinang. Selain gedung kantor terdapat juga 1 unit rumah jabatan dan 18 unit rumah dinas serta 1 unit mess di Pekanbaru, serta 1 unit rumah jabatan, 1 unit rumah dinas dan 1 unit mess di Tanjung Pinang. Luas tanah 2 yang menjadi asset BPTP Riau adalah 4.468 m , yang seluruhnya ada di lokasi Laboratorium Diseminasi di Tanjung Pinang. Sedangkan untuk gedung dan perumahan di Pekanbaru, didirikan di atas tanah milik Pemerintah Daerah Provinsi Riau dengan status pinjam pakai kepada UPT Balai Latihan dan Penyuluhan Pertanian (BLPP). Mobilitas aktivitas kantor didukung oleh kendaraan operasional yang masih layak pakai terdiri atas 4 unit mobil dan 7 sepeda motor untuk di Provinsi Riau dan 1 unit mobil di Laboratorium Diseminasi Tanjung Pinang Kepulauan Riau. Barangbarang milik negara yang mendukung operasional kegiatan BPTP Riau dapat dilihat pada Lampiran 1 – 3. Adapun rekapitulasi pengadaan barang tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rekapitulasi Pengadaan Barang Inventaris BPTP Riau Tahun 2010 No. 1 2
Uraian Penambahan nilai aset bangunan dan gedung pra-sarana Peralatan dan Mesin: Meja Kerja Kursi Tamu / Kayu Lemari Penyimpan PC Unit* Server Laptop Printer GPS Receiver Liqor Light Meter LCD Projector / Infocus Focusing Screen / Layar LCD Projector Professional Sound System
Volume 1 Paket 2 Buah 5 Buah 1 Buah 7 Buah 1 Buah 1 Buah 6 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 2 Buah 1 Set
3
Aset tak berwujud:* 30 Buah Software intranet 1 Buah Software reporting tools Catatan: * 1 Buah PC Unit dan seluruh Aset tak berwujud (klarifikasi masuk) dari Biro Keuangan dan Perlengkapan
Karena pertimbangan kondisi barang yang sebagian tidak layak pakai, maka akan dilakukan penghapusan / pelelangan atas sebagian barang
inventaris. Barang-barang yang akan dihapuskan / dilelang dapat dilihat pada lampiran 4 – 6. Urusan Perencanaan dan Keuangan Urusan Perencanaan dan keuangan memiliki tugas melakukan urusan perbendaharaan, melakukan urusan penerimaan negara bukan pajak (PNBP), melakukan urusan penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM), menyiapkan bahan penyusunan laporan keuangan, penyiapan bahan penyusunan anggaran pengkajian dan diseminasi serta menyusun data base dan SIM.
Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan kerjasama, informasi, dokumentasi, penyebarluasan dan pendayagunaan hasil, serta pelayanan sarana pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Kerjasama Penelitian Penanggung jawab Kerjasama Penelitian memiliki tugas untuk menyiapkan bahan perencanaan kerjasama penelitian/pengkajian, melakukan penyiapan bahan evaluasi kerjasama penelitian/pengkajian, dan melakukan administrasi kerjasama pengkajian. Pada tahun 2010 kegiatan kerjasama penelitian/pengkajian yang dilaksanakan BPTP Riau dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rekapitulasi Kerjasama Penelitian BPTP Riau Tahun 2010 No.
Judul Kerjasama
1. Pengkajian Produksi Padi Melalui Peningkatan Intensitas Tanam Menuju IP Padi 400 pada Lokasi SL-PTT 2. Pengkajian Sistem Penyediaan (>90%) Kebutuhan Benih Unggul (Padi, Jagung, Kedelai) yang Lebih Murah (>20%) secara Berkelanjutan untuk Mendukung Program Strategis Peningkatan Produksi Padi (>10%), Jagung (>20%), dan Kedelai (>20%) di Wilayah Riau
Nama Mitra Kementerian Negara Riset dan Teknologi Kementerian Negara Riset dan Teknologi
Sarana Pengkajian Penanggung jawab sarana pengkajian (penjab alat dan mesin pertanian) dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab terhadap pemeliharanan alat dan mesin pertanian dan pengaturan penggunaan alat dan mesin pertanian dalam mendukung kegiatan pengkajian dan diseminasi.
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
3
Laporan Tahunan 2010
Perpustakaan Tugas penanggung jawab perpustakaan adalah: mengelola perpustakaan, menyiapkan bahan dan mendokumentasikan hasil-hasil pengkajian dalam bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Secara umum koleksi perpustakaan BPTP Riau meliputi tanaman pangan, peternakan, hortikultura, perikanan, bidang ilmu yang berkaitan dengan pertanian seperti ekonomi pertanian, kesehatan pangan, biologi dan lain sebagainya. Pengunjung perpustakaan pada tahun 2010 yang tercatat di buku tamu digital sebanyak 47 orang terdiri dari mahasiswa, pelajar, pengkaji, petani, penyuluh, peneliti, karyawan/staff, pustakawan, dan umum. Sebenarnya jumlah pengunjung perpustakaan lebih dari 47 orang, namun banyak pengunjung yang tidak mengisi buku tamu dan karena karena buku tamu digital rusak mulai bulan April 2010. Koleksi perpustakaan BPTP Riau hingga 31 Desember 2010 dapat dlihat pada Tabel 9. Tabel 9. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Koleksi Perpustakaan BPTP Riau per 31 Desember 2010 Jenis Koleksi
Selain perpustakaan digital, BPTP Riau telah memiliki website dalam dua versi bahasa yaitu Indonesia dan Inggris. Pada website BPTP disajikan informasi tentang teknologi unggulan, teknologi hasil pengkajian, data sumberdaya manusia, fasilitas yang dimiliki, jenis pelayanan yang bisa dilakukan, publikasi, kerjasama penelitian, dan berita mengenai kegiatan yang dilaksanakan di BPTP Riau. Dilakukan update website 1 – 2 kali setiap bulan.
Gambar 1. Tampilan Banner Website BPTP Riau
Jumlah 1.498
Buku (Teks Book) Publikasi Ilmiah: Buletin Jurnal Paket Informasi Hasil-hasil Penelitian Universitas Warta/lembar informasi pertanian Publikasi Fungsional Non Peneliti Laporan Teknis Laporan Penelitian/pengkajian Statistika Total
192 984 168 45 5.589 168 194 315 89 9.242
Tabel 11. Jumlah Koleksi Perpustakaan Digital BPTP Riau Tahun 2010 No 1
Jumlah koleksi Perpustakaan tahun 2010 bertambah 355 eksemplar terdiri dari berbagai jenis koleksi. Rekapitulasi penambahan koleksi Perpustakaan BPTP Riau Tahun 2009 disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Rekapitulasi Penambahan Koleksi Perpustakaan BPTP Riau Tahun 2010 No Jenis Publikasi 1 Buku (Teks Book) 2 Publikasi Ilmiah: Buletin Jurnal Paket Informasi Hasil-hasil Penelitian Universitas 3 Warta/lembar informasi pertanian 4 Publikasi Fungsional Non Peneliti 5 Laporan Teknis 6 Laporan Penelitian/pengkajian 7 Statistika Total
Jumlah 72 54 81 9 16 52 12 30 24 5 355
Keterangan Sumbangan Sumbangan Sumbangan Sumbangan Sumbangan Sumbangan Sumbangan Sumbangan Sumbangan Sumbangan
Untuk meningkatkan pelayanan terhadap pengunjung perpustakaan telah dilakukan entry buku, jurnal, laporan penelitian, leaflet dan koleksi lainnya yang telah dimiliki perpustakaan. Hingga akhir tahun 2010 jumlah koleksi perpustakaan BPTP Riau yang telah dientry dan telah dapat diakses dalam bentuk penelusuran informasi dapat dilihat pada Tabel 11.
2
3
Kategori Buku a. Agama b. Ilmu Komunikasi c. Biologi d. Administrasi e. Koperasi f. Manajemen g. Ekonomi h. Statistik i. Kesehatan Masyarakat j. Soil k. Prosiding l. Teknologi Pertanian m. Budidaya pertanian dan tanam hias n. Padi o. Science p. Pestisida q. Penelitian r. Pertanian s. Perikanan t. Peternakan IPTAN u. Leaflet v. Prosiding w. Jurnal x. Buletin y. Majalah z. Statistik Majalah JUMLAH
Jumlah 11 17 15 6 8 26 22 28 22 11 186 176 269 72 147 60 83 148 73 83 100 281 384 282 77 63 14 38 2.650
Laboratorium Laboratorium yang telah beroperasional secara optimal di BPTP Riau adalah Laboratorium Tanah dan Tanaman. Laboratorium Tanah dan Tanaman BPTP
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
4
Laporan Tahunan 2010
Riau ini telah beroperasi sejak tahun 2002. Laboratorium ini bertugas untuk melayani permintaan analisis tanah maupun tanaman untuk kegiatan penelitian baik dari BPTP maupun perguruan tinggi, dinas intansi terkait, petani dan pihak swasta. Konsumen yang sudah memanfaatkan jasa laboratorium tanah dan tanaman BPTP Riau disajikan pada Tabel 12. Pada tahun 2004, Laboratorium Tanah dan Tanaman telah mulai mengikuti program uji silang nasional di bawah koordinasi Laboratorium Kimia Balittanah Bogor yang tujuannya agar mutu data ataupun hasil analisis yang dilakukan selalu baik dan setiap kesalahan dapat segera dideteksi. Tabel 12. Konsumen yang menggunakan jasa laboratorium Tanah dan Tanaman BPTP Riau No
Lembaga/Instansi
Jenis Sampel
1
BPTP Riau (Peneliti dan Penyuluh)
kompos, tanah
2
Perusahaan (PT HSI, CV Sejahtera Bersama Organik)
tanah, kompos
3
Dinas/ Instansi Lingkup Prov. Riau
kompos
4
Petani
kompos, tanah
5
Perguruan Tinggi (UIR, UR)
tanaman, tanah, kompos
6
SMK
kompos
7
BPHPS Kuok (Kementerian Kehutanan)
kompos, tanah
Jenis Analisa PH, N, P, K, C, KTK, TEKSTUR, Al-dd, Ca-dd, P2O5, K2O PH, N, P, K, C, KTK, TEKSTUR, Al-dd, Ca-dd, P2O5, K2O ph, N, P, K, C PH, N, P, K, C, KTK, TEKSTUR, Al-dd, Ca-dd, P2O5, K2O PH, N, P, K, C, KTK, TEKSTUR, Al-dd, Ca-dd, P2O5, K2O ph, N, P, K, C PH, N, P, K, C, KTK, TEKSTUR, Al-dd, Ca-dd, P2O5, K2O
Laboratorium BPTP Riau telah dilengkapi dengan berbagai sarana penunjang antara lain oven pengering contoh, pH meter, Flame photometer, spectrophotometer, timbangan analitik, dan alat pendukung lainnya. Jasa analisis yang dapat dilakukan oleh Laboratorium Tanah dan Tanaman meliputi: analisis sifat kimia tanah, analisis hara tanaman, analisis pupuk organik, analisis pupuk anorganik dan analisis Proksimat. Saat ini laboratorium ditangani oleh 7 orang tenaga pendukung. Laboratorium juga menerima praktek analisis tanah dan tanaman mahasiswa yang berasal dari Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau. Selama mengikuti praktek, mahasiswa mendapatkan arahan dan bimbingan dari analis laboratorium. Perbaikan kualitas terus diupayakan dengan tujuan akhir berupa perolehan akreditasi laboratorium yang diyakini mampu meningkatkan jumlah pengguna eksternal. Pada saat ini sedang dilakukan persiapan dan pembimbingan menuju akreditasi oleh komite akreditasi nasional (KAN). Jasa utama yang banyak diberikan kepada pelanggan adalah berupa jasa pelayanan analisis status hara tanah dan pupuk. Perbandingan jumlah sampel yang dapat dianalisis di Laboratorium disajikan pada Tabel 13. Pada tahun 2010, terjadi
penurunan 136 sampel dari tahun 2009 karena ada sejumlah alat yang rusak sehingga tidak bisa melakukan analisa.. Tabel 13. Perbandingan Jumlah Sampel dari Tahun 2005 sampai Tahun 2010 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tanah 149 160 251 28 225 89
Jumlah Sampel Tanaman Pupuk Proximat 52 1 21 1 66 32 36 12 17 16 15 30 1
Total 202 182 349 64 270 134
Potensi laboratorium untuk menerima sampel analisa sangat besar, namun karena keterbatasan dalam menganalisa unsur-unsur mikro, maka pelanggan batal menganalisa sampelnya di Laboratorium BPTP Riau. Selain BPTP Riau, di Provinsi Riau khususnya Pekanbaru, laboratorium uji masih sangat sedikit. Banyak pelanggan yang berasal dari instansi pemerintah, perguruan tinggi negeri maupun swasta, mahasiswa, kelompok tani dan perkebunan swasta maupun pribadi, di Provinsi Riau menganalisakan sampelnya ke luar Provinsi Riau, seperti ke BPTP Sumut atau ke Balittanah Bogor. Sehingga pada tahun mendatang Laboratorium akan selalu berusaha memperbaiki pelayanan jasa laboratorium dengan melakukan pembenahan sistem manajemen mutu serta penambahan sarana dan prasarana untuk melakukan pengujian/analisis. Program Pengkajian Berdasarkan SK kepala BPTP Riau Nomor 11/ OT.160/I.10.6/01/10 Tentang Susunan Personalia Pelaksana Kegiatan pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Tahun 2010 telah dibentuk Koordinator Program yang memiliki tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana kegiatan pengkajian teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, mempersiapkan bahan penyusunan program pengkajian teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, melakukan penyiapan bahan penyusunan anggaran pengkajian teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, mempersiapkan bahan rencana pengembangan dan implementasi. Sistem Informasi Manajemen (SIM) program dan anggaran, melakukan penyiapan bahan pemantauan pelaksanaan program dan anggaran, melakukan penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan program dan anggaran, dan melakukan penyiapan bahan penyusunan laporan pelaksanaan program, SIMONEV, dan LAKIP. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi (monev) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memantau dan
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
5
Laporan Tahunan 2010
menilai keberhasilan suatu kegiatan yang sudah direncanakan. Monitoring dilakukan pada waktu kegiatan sedang berlangsung, sedangkan evaluasi dilakukan pada saat akhir dari suatu kegiatan. Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan yang mutlak dilakukan untuk mengetahui kinerja dan keberhasilan suatu kegiatan. Kegiatan Monev dimaksudkan untuk memantau apakah kegiatan dilakukan sesuai dengan perencanaan, tujuan, dan metodologi yang telah disusun. Apabila terdapat kekeliruan/kendala dalam pelaksanaannya dilapangan maka dapat segera diperbaiki dan dikembalikan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, agar tidak terjadi pemborosan tenaga, dana dan waktu. Tetapi apabila terdapat kelebihan/keunggulan dalam pelaksanaannya, maka dapat dijadikan contoh dan dikembangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Monev pada dasarnya dapat dilakukan pada awal, pertengahan dan akhir kegiatan. Monev pada awal kegiatan terkait dengan perencanaan dan administrasi kegiatan (ROPP, RODHP) yang operasional menyangkut kesesuaian rencana kegiatan dengan proposal/TOR yang telah disusun sebelumnya. Monev pada pertengahan dilakukan pada waktu kegiatan sedang berlangsung dilapangan dengan melihat, menilai dan mengamati apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Monev pertengahan terkait dengan prosedur pelaksanaan, capaian fisik, dan keuangan serta kelengkapan dokumen dibandingkan dengan target perencanaan. Sedangkan monev pada akhir kegiatan dimaksudkan untuk menilai keberhasilan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan dan luaran yang telah ditetapkan. Monev dilakukan berdasarkan panduan dan peraturan yang berlaku diantaranya 1). Panduan Umum Monitoring dan Evaluasi Pengkajian dan diseminasi inovasi pertanian dari Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP). 2) Panduan pelaksanaan monev kegiatan litkaji dan diseminasi Teknologi Pertanian, BBP2TP. Ruang lingkup kegiatan monev adalah kegiatan pengkajian, pendampingan teknologi dan diseminasi yang dilaksanakan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun anggaran 2009. Kegiatan-kegiatan yang dimonitoring terdiri atas Pendampingan SL-PTT 5 kegiatan pada 10 Kabupaten , Pengkajian 1 kegiatan pada 1 kabupaten dan Kegiatan Diseminasi. Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan kegiatan meliputi kelengkapan dokumen perencanaan, proposal (RPTP, RDHP), Rencana Operasional kegiatan (ROPP, RODHP), kesesuaian tujuan, luaran dan metode pelaksanaan dengan pelaksanaan kegiatan dilapangan dan Hasil yang telah ditetapkan
sesuai dengan Pedoman Managemen Operasional (PMO) yang telah disusun untuk masing-masing pengkajian. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2010 yang dibagi dalam dua tahapan yaitu monev awal, dan monev akhir. Monev awal dilaksanakan pada tahapan persiapan pelaksanaan kegiatan (penyusunan ROPP,RODHP) dan persiapan. Monev akhir dilakukan pada kegiatan sedang berjalan atau pada akhir kegiatan. Kegiatan monev dapat juga dilakukan sewaktu-waktu bila diperlukan. Pelaksanaan monev dilakukan dengan cara pengecekan dokumen perencanaan (proposal, ROPP, RODHP), pengecekan berdasarkan laporan-laporan, pengecekan langsung ke lokasi kegiatan, dan pengecekan laporan akhir pelaksanaan. Tim monev dibagi kedalam beberapa tim yang beranggotakan 23 orang tiap lokasi kegiatan. Tabel 14. Hasil penilaian terhadap kinerja pelaksanaan RPTP BPTP Riau tahun 2010. NO 1
2
3
4
INDIKATOR Masukan / Inputs: Partisipasi dan kerjasama aktif institusi/ Pemda/ Institusi terkait) Tingkat dukungan SDM yang qualified (peneliti, penyuluh, teknisi) Kecukupan dan kualitas fasilitas pendukung (lahan, kebun percobaan) Tingkat akurasi penelitian (ditinjau dari aspek metodologi penelitian) Tingkat sasaran penelitian (pengembangan, pemasaran di Provinsi/antar provinsi/ internasaional)
Proses: Tingkat kesuaian variabel dan teknik pengamatan parameter dengan yang tercantum di dalam proposal Tingkat kesesuaian lokasi dan jadwal penelitian dengan rencana Tingkat kesesuaian teknik analisa data dengan yang tercantum pada proposal
BOBOT 30 5
SKALA* 4,0
NILAI 20,00
5
4,9
24,50
5
4,6
23,00
10
4,3
43,00
5
4,9
24,50
Jumlah
135,00
30 10
4,0
40,00
10
3,9
39,00
10
4,6
46,00
Jumlah
125,00
4,3
86,00
Jumlah
86,00
4,6
92,00
Jumlah
92,00 438,00
Luaran: Tingkat dicapainya luaran penelitian/pengkajian dibandingkan dengan luaran yang diharapkan (expected outputs) pada proposal
20 20
Manfaat / Outcomes: Tingkat pemanfaatan hasil penelitian oleh petani dan di dalam program pembangunan daerah
20 20
Total Nilai
Dari hasil penilaian maka nilai untuk pelaksanaan RDHP memcapai 438,00 yang berarti bahwa kinerja pelaksanaan RDHP/diseminasi termasuk katagori memuaskan
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
6
Laporan Tahunan 2010
Tabel 15. Hasil penilaian terhadap kinerja pelaksanaan RDHP BPTP Riau tahun 2010. N O 1
2
3
4
INDIKATOR
BOBOT
SKALA*
NILAI
Masukan / Inputs: Partisipasi dan kerjasama aktif institusi/ Pemda/ Institusi terkait) Tingkat dukungan SDM yang qualified (peneliti, penyuluh, teknisi) Kecukupan dan kualitas fasilitas pendukung (lahan, kebun percobaan) Tingkat akurasi penelitian (ditinjau dari aspek metodologi penelitian) Tingkat sasaran penelitian (pengembangan, pemasaran di Provinsi/antar provinsi/internasaional)
30 5
5,0
25,00
5
5,0
25,00
5
4,0
20,00
10
5,0
50,00
ANGGARAN Anggaran BPTP Riau Pada Tahun Anggaran 2010 BPTP Riau mendapat alokasi APBN sebesar Rp. 7.383.974.000 yang membiayai kegiatan di satuan kerja (satker) BPTP Riau. Tabel 16. Rincian Anggaran BPTP Riau Tahun 2010
5
4,0
20,00
Jumlah
130,00
Proses: Tingkat kesuaian variabel dan teknik pengamatan parameter dengan yang tercantum di dalam proposal Tingkat kesesuaian lokasi dan jadwal penelitian dengan rencana Tingkat kesesuaian teknik analisa data dengan yang tercantum pada proposal
30 10
5,0
50,00
10
4,0
40,00
10
5,0
50,00
Jumlah
140,00
Luaran: Tingkat dicapainya luaran penelitian/pengkajian dibandingkan dengan luaran yang diharapkan (expected outputs) pada proposal
20 20
5,0
100,00
Jumlah
100,00
Manfaat / Outcomes: Tingkat pemanfaatan hasil penelitian oleh petani dan di dalam program pembangunan daerah Total Nilai
20 20
4,0
80,00
Jumlah
80,00 450,00
Hasil penilaian kinerja pelaksanaan kegiatan pengkajian/RPTP/ ROPP mencapai nilai 450,00 yang berarti bahwa kinerja pelaksanaan pengkajian termasuk katagori sangat meuaskan. Berdasarkan hasil penilaian Tim Monitoring dan Evaluasi BPTP Riau TA 2010 terhadap pelaksanaan kegiatan pada BPTP Riau dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Monitorng dan evaluasi kegiatan diseminasi dan pengkajian telah dilaksanakan sebanyak 3 kali yaitu monev awal, pertengahan dan evaluasi. 2. Hasil Penilaian terhadap kelengkapan administrasi RPTP/RDHP/ROPP/ RODHP termasuk katagiri sangat memuaskan. 3. Hasil Penilaian terhadap kinerja pelaksanaan kegiatan diseminasi dan pengkajian termasuk katagori sangat memuaskan. 4. Target PMO yang merupakan output kegiatan dapat dicapai melebihi 100 persen. 5. Realisasi fisik kegiatan diseminasi dan pengkajian tercapai 100 persen, sedangkan realisasi keuangan mencapai 91,90 %.
Jenis Belanja a. Belanja Pegawai b. Belanja Barang & Jasa c. Belanja Modal Jumlah
Anggaran (Rupiah) 3.675.554.000 3.182.420.000 526.000.000 7.383.974.000
Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau adalah pencapaian sasaran sesuai dengan rencana (target) yang telah ditetapkan baik dalam hal fisik maupun keuangan. Pencapaian sasaran tidak terlepas dari adanya faktor internal dan faktor eksternal yang secara langsung mempengaruhi jalannya pelaksanaan kegiatan. Tolok ukur keberhasilan ini dapat dilakukan dengan analisis terhadap: a. Realisasi fisik dan keuangan. b. Aktivitas kegiatan pengkajian/penyediaan sarana prasarana. Realisasi Anggaran Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada TA 2010 terdiri dari Penerimaan Pajak sebesar Rp. 0,atau mencapai persen, Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp. 15.742.238,- atau mencapai 71.30 persen dari anggaran serta Penerimaan Hibah sebesar Rp.0 atau mencapai 0 persen dari yang dianggarkan. Realisasi Belanja Negara pada TA 2010 adalah sebesar Rp 7.133.609.032,-. atau mencapai 96.61 persen dari anggarannya. Jumlah realisasi Belanja tersebut terdiri dari realisasi Belanja Rupiah Murni sebesar Rp. 7.133.609.032,- atau 96.61 persen dari anggarannya, Belanja Pinjaman Luar Negeri sebesar Rp.0 atau .0 persen dari anggarannya, dan Belanja Hibah sebesar Rp.0 atau .0 persen dari anggarannya. Tabel 17. Laporan Realisasi Anggaran TA 2010 dan 2009 Uraian
TA 2010
TA 2009
Anggaran 22.077.000
Realisasi 15.742.238
Anggaran 18.796.000
Realisasi 29.382.831
7.383.974.000
7.133.609.032
8.330.470.000
6.591.464.373
Belanja Pinjaman Luar Negeri
0
0
0
0
Belanja Hibah
0
0
0
0
7.406.051.000
7.133.609.032
8.349.266.000
6.620.847.204
Pendapatan Negara dan Hibah Belanja Rupiah Murni
JUMLAH
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
7
Laporan Tahunan 2010
Tabel 20. Realisasi Belanja Modal TA. 2010 Realisasi Belanja Pegawai (Rp.) Uraian
12,000,000,000
31-12-2010 belanja modal peralatan dan mesin belanja modal gedung dan bangunan
8,000,000,000
4,000,000,000
Jumlah
Tahun 2009
Belanja Hibah
Belanja Rupiah…
Belanja Pinjaman…
Tahun 2010
Belanja Rupiah…
0 Tahun Tahun 2009 2010
Gambar 2. Komposisi Alokasi Belanja TA. 2010
Realisasi anggaran belanja pegawai mengalami peningkatan sebesar 6,03% dari tahun 2009. Rincian realisasi belanja pegawai dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Rincian Realisasi Belanja Pegawai TA. 2010 Realisasi Belanja Pegawai (Rp.) Uraian belanja gaji dan tunjangan PNS Belanja honorarium Belanja lembur Jumlah
% naik/(turun)
31-12-2010
31-12-2009
3.468.266.096
3.248.301.738
6,77
168.374.000
180.990.000
(6,97)
21.550.000
20.764.000
3,79
3.658.190.096
3.450.055.738
6,03
Realisasi belanja barang mengalami penurunan sebesar 12% dari tahun 2009. Rincian realisasi belanja pegawai dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Realisasi Belanja Barang TA. 2010 Realisasi Belanja Barang (Rp.) Uraian belanja barang operasional belanja barang non operasional belanja jasa
31-12-2009
% naik/(turun)
250.500.000
113.129.000
121
247.605.000
265.105.000
(7)
498.105.000
378.234.000
32
Neraca Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan dan dibandingkan dengan tanggal pelaporan sebelumnya. Jumlah Aset adalah sebesar Rp.8.097.491.020,yang terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp. 1.192.000,Aset Tetap sebesar Rp.8.042.182.300,- dan Aset Lainnya sebesar Rp.54.116.720,-. Jumlah Kewajiban adalah sebesar Rp. 19.739.760,- yang merupakan Kewajiban Jangka Pendek. Sementara itu jumlah Ekuitas Dana adalah sebesar Rp. 8.077.751.260,- yang terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp.-18.547.760,- dan Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp. 8.096.299.020,Tabel 21. Ringkasan Neraca per 31 Desember 2010 dan 31 Desember 2009 Uraian Aset Aset Lancar Aset Tetap Aset Lainnya Kewajiban Kewajiban Jangka Pendek Ekuitas Dana Ekuitas Dana Lancar Ekuitas Dana Investasi
Nilai kenaikan/ (penurunan)
31-12-2010
31-12-2009
1.192.000 8.042.182.300 54.116.720
1.901.250 7.525.627.300 0
0
19.739.760
0
0
-18.547.760
1.901.250
0
8.096.299.020
7.525.627.300
0
0
% naik/(turun)
31-12-2010
31-12-2009
297.602.140
510.628.898
(42)
1.317.100.960
1.622.872.050
(19)
190.190.299
83.291.698
128 7
belanja pemeliharaan belanja perjalanan
111.005.400
103.912.750
1.061.415.137
1.069.530.604
(1)
Jumlah
2.977.313.936
3.390.236.000
(12)
Realisasi belanja modal mengalami penurunan sebesar 32% dari tahun 2009. Rincian realisasi belanja pegawai dapat dilihat pada Tabel 20.
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
8
Laporan Tahunan 2010
HASIL PENGKAJIAN DAN DISEMINASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PENGUJIAN GALUR-GALUR PADI TAHAN GENANGAN DI PROVINSI RIAU Pengujian galur-galur tahan genangan merupakan pengembangan konsep pemuliaan partisipatif yang dinilai efektif membuat suatu varietas cepat diterima dan dikembangkan. Dalam kegiatan ini terlibat 3 institusi yaitu BPTP Riau, BB Padi, dan Dinas Pertanian yang masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab. BB Padi bertugas menyediakan galur-galur yang akan diuji dan membantu memonitor perkembangan pelaksanaan kajian. BPTP Riau bertugas melaksanakan kajian di lapangan berupa survey wilayah, penentuan lokasi dan petani kooperator, pelaksanaan teknis kegiatan, pengamatan, analisis data, pelaporan, dan diseminasi hasil. Selama pelaksanaan teknis budidaya tanaman, penyuluh dari Dinas Pertanian setempat dilibatkan secara aktif. Selanjutnya, hasil kajian dikembangkan oleh Dinas Pertanian pada skala yang luas. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk memperoleh galur padi toleran genangan spesifik lokasi di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau, serta untuk memperoleh paket teknologi budidaya padi toleran genangan spesifik lokasi Kabupaten Pelalawan. Kajian dilaksanakan di lahan rawa lebak rawan banjir di Kabupaten Pelalawan pada tahun 2010. Kajian dilaksanakan satu musim tanam di lahan petani kooperator seluas 1 ha. 0,5 ha di Desa Betung Kecamatan Pangkalan Kuras dan 0,5 ha lagi dilaksanakan di Desa Sungai Solok Kecamatan Kuala Kampar. Jenis tanah di lokasi penelitian adalah tanah gambut dangkal dengan tingkat kematangan saprik. Pada musim tergenang, ketinggian air dapat mencapai 1,2 m. Lahan biasanya ditanami padi satu kali tanam setahun.
Gambar 3.
Mengukur Kandungan Unsur Hara Tanah dengan Menggunakan PUTS
Galur dan varietas yang diuji adalah: Inpara 1, Inpara 3, Inpara 4, Inpara 5, BR II Sub I, TDK I Sub I dan PSBRC 68 dan sebagai pembanding digunakan varietas IR 66 dan Ciherang. Bahan lainnya adalah pupuk Urea 200 kg/ha, TSP 150 kg/ha, KCl 100 kg/ha, Kapur 2000 kg/ha, pupuk kandang 2000 kg/ha, plastik pagar, Jaring dan pestisida. Alat yang digunakan adalah cangkul, parang, babat, bagan warna daun (BWD), PUTS, timbangan, meteran, dan perangkap tikus.
Gambar 4.
Tanam Perdana pada Pengkajian Pengujian GalurGalur Padi Tahan Genangan di Provinsi Riau
Dari beberapa varietas unggul baru padi submergence yang telah diuji, secara umum semua varietas telah dapat beradaptasi dengan baik. Diantara semua varietas yang diuji di Kabupaten Pelalawan ini, yang menunjukan pertumbuhan dan produksi yang paling tinggi dijumpai pada varietas / galur BR II Sub I dan terrendah dijumpai pada varietas Inpara 5.
PENDAMPINGAN SL-PTT Tujuan pendampingan SL-PTT di Provinsi Riau adalah: (1) Menyediakan acuan bagi pelaksanaan percepatan alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya. (2) Mendampingi penerapan teknologi introduksi dan kegiatan pada 1.234 unit SL-PTT padi di Provinsi Riau. (3) Mendapatkan 1-2 VUB padi sawah yang prospektif maupun adaptif di sembilan Kabupaten Provinsi Riau Sasaran yang ingin dicapai adalah terbangunnya pemahaman terhadap program SL-PTT sehingga program yang dilaksanakan benar-benar kongkret, terarah, dan terukur dalam peningkatan produktivitas tanaman, kelestarian lingkungan hidup, dan pendapatan petani. Selain itu, terjadi peningkatan kapabilitas petani dalam memahami permasalahan
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
9
Laporan Tahunan 2010
yang dihadapi di lapangan dan strategi pemecahannya. Pada tahun 2010, SL-PTT dilaksanakan di 9 kabupaten di Provinsi Riau dengan 2 komoditas yaitu padi dan kedelai. Terdapat 1.600 unit SL padi sawah inbrida, 50 unit SL padi hibrida, 300 unit SL padi gogo, dan 210 unit SL kedelai. Benih komoditas tersebut bersumber dari BLBU (Tabel 22). Tabel 22. Kegiatan SL-PTT Padi, Jagung, Kedelai, dan Kacang Tanah yang Didukung oleh Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) di Provinsi Riau Tahun 2010 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kabupaten Kampar Indragiri Hilir Indragiri Hulu Bengkalis Rokan Hulu Pelalawan Rokan Hilir Siak Kuantan Singingi Jumlah
Padi Non Hibrida Luas Unit (ha) SL 5.000 200 4.500 180 4.500 180 4.500 180 5.000 200 4.000 160 5.000 200 3.500 140 4.000 160 40.000 1.600
Padi Hibrida Luas (ha) 100 100 100 100 500 100 -
Unit SL 10 40 -
1.000
50
Padi Lahan Kering Luas Unit SL (ha) 2.000 80 1.000 40 1.000 40 2.500 100 1.000 40 -
Luas (ha) 100 750 750 500 1.000 -
7.500
3.100
300
2. Aktif dalam pelaksanaan Pelatihan Pendamping Lapangan. BPTP berperan sebagai narasumber pada kegiatan PL II yang dilaksanakan di Kota Pekanbaru. Selanjutnya BPTP juga aktif pada pelatihan PL III di Kabupaten. Hingga saat ini, semua Kabupaten sudah melaksanakan PL III. 3. Mendistribusikan benih ke lokasi SL-PTT untuk demplot di lokasi LL sesuai musim tanam setempat. 4. Melakukan pengawalan dan pengamatan pada kegiatan demplot varietas pada LL.
Kedelai Unit SL 10 25 25 50 100 210
Dari 1.950 unit SL-PTT padi dan 210 unit SLPTT kedelai, BPTP Riau mendampingi 1.234 (63,28%) unit SL padi dan 126 (60%) unit SL kedelai. Di setiap unit SL-PTT padi yang didampingi BPTP Riau dibuat demplot varietas seluas 0,25 ha di dalam LL. Selain mendampingi 63,28% SL yang sumber benihnya dari BLBU, BPTP juga membuat 18 unit Demplot PTT. Demplot ini didanai dari DIPA APBN BPTP Riau, masing-masing 2 unit per kabupaten. Pada musim tanam I tahun 2010, pada demplot ini didisplaykan lima varietas unggul baru padi, yaitu: Inpari 1, Inpara 1, Gilirang, Situ Patenggang, Inpari 6. Hingga Bulan Desember 2010, pendampingan SL-PTT padi yang telah dilakukan BPTP Riau sebanyak 97 % atau sebanyak 1.197 unit LL. Hal ini disebabkan karena belum semua kabupaten yang melaksanakan penanaman padi seperti Kabupaten Indragiri Hilir dan sebagian Rokan Hilir yang baru melaksanakan penanaman 70 % dari luas areal tanam dan sisanya masih dipersemaian. Untuk SL-PTT kedelai telah dilakukan pendampingan 100 % atau 126 unit LL di 5 Kabupaten (Kabupaten Rokan Hilir, Rokan Hulu, Kampar, Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir).
5. Melakukan pengawalan terhadap pelaksanaan teknologi budidaya, pengendalian organisme pengganggu tanaman, pengaturan tata air, penggunaan BWD, pengendalian gulma, panen/pasca panen, dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan penyuluh dan petani. 6. Menentukan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi dengan mempergunakan perangkat lunak PuPS dan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) 7. Menyiapkan master materi pelatihan maupun juknis SL-PTT yang akan diperbanyak oleh Dinas Pertanian setempat untuk disebarkan kepada seluruh BPP, Penyuluh Pendamping, Gapoktan, maupun petani. Selain itu, BPTP juga sudah mencetak petunjuk teknis SL-PTT. Hingga saat ini telah diperbanyak sebanyak 50 exemplar buku Deskripsi Varietas Unggul Padi, 50 exemplar buku Deskripsi Varietas Unggul Palawija, dan 50 exemplar buku masalah Lapang Hama, Penyakit, dan Hara Pada Padi. Buku-buku tersebut sudah diserahkan kepada Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten, Bakorluh Provinsi, dan Bapeluh Kabupaten. 8. Melaksanakan 18 unit demplot PTT yang didanai APBN. Kabupaten Siak termasuk yang pertama melaksanakan penanaman demplot PTT, dimana lokasi demplot dijadikan sebagai petak percontohan kegiatan Gelar Teknologi dalam kegiatan Pekan Daerah. 9. Menempatkan LO di sembilan kabupaten lokasi SL-PTT dan tenaga detasering di lokasi yang unit SLPTT-nya banyak.
BPTP Riau melalui LO tetap melaksanakan pendampingan di sembilan kabupaten lokasi SL-PTT. Bentuk pendampingan yang sudah dilaksanakan adalah:
Strategi yang dilaksanakan untuk mengatasi terbatasnya sumberdaya peneliti yang tersedia di BPTP dengan banyaknya unit SL-PTT yang didampingi adalah:
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan SL-PTT kepada semua dinas/instansi pendukung di daerah yang diawali dengan pertemuan di provinsi dan kabupaten.
1. Membangun sinergisme dengan dinas lingkup pertanian di Propinsi, Kabupaten/ Kota, KCD/BPP di tingkat kecamatan untuk menggerakkan PPL/THL/POPT.
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
10
Laporan Tahunan 2010
2. Membentuk Koordinator wilayah (Korwil/LO) dan menunjuk staf peneliti/penyuluh BPTP Riau yang kompeten sebagai Korwil di setiap kabupaten/kota dengan posko SL-PTT di Kantor Dinas Pertanian atau Badan Pelaksana Penyuluhan kabupaten/kota. 3. Mengintegrasikan pelaksanaan SL-PTT dengan kegiatan PUAP, Prima Tani, Dana Tugas Perbantuan yang ada di dinas pertanian, maupun dengan program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU). DINAS TANAMAN PANGAN & HORTI PROVINSI RIAU, BAKORLUH
BPTP (KA. BPTP) TIPK
DINAS KABUPATEN, BAPELUH
Koordinator Umum
Staf BPTP Peneliti/penyuluh
Staf non BPTP Penyuluh POPT Relawan sarjana
LO Kampar
PL + Detaser
LO Indragiri Hilir
PL + Detaser
LO Indragiri Hulu
PL
LO Bengkalis
PL
LO Rokan Hulu
PL + Detaser
LO Pelalawan
PL + Detaser
LO Rokan Hilir
PL
LO Siak
PL
LO Kuantan Singingi
PL
terhadap serangan wereng coklat dan mensosialisasikan teknik pengendaliannya; bersamasama dengan petugas pertanian setempat melaksanakan pengamatan lapangan untuk mengetahui keberadaan hama wereng coklat. Tabel 23. Lokasi Pendampingan SLPTT No. 1.
Kuansing
2.
Jumlah Kampar
4.
Jumlah Siak Jumlah Bengkalis
5.
Jumlah Rokan Hilir
6.
Jumlah Rokan Hulu
7.
Jumlah Pelalawan
8.
Jumlah Indragiri Hulu
9.
Jumlah Indragiri Hilir
3.
Gambar 5. Simpul Koordinasi Dalam operasional pelaksanaan SL-PTT, dilakukan pertemuan rutin yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi secara berkala sebulan sekali, dimana BPTP Riau adalah salah satu anggota yang berperan serta aktif dalam penentuan rekomendasi teknologi PTT. Agenda pertemuan rutin ini adalah untuk memantau tingkat distribusi benih yang telah dialokasikan oleh PT. Pertani dan SHS sesuai dengan musim tanam yang berlaku serta memformulasikan upaya pemecahan masalah yang ditemui dilapangan bersama-sama dengan Kepala Dinas dan Kasubag yang menangani SL-PTT di setiap Kabupaten. Berkaitan dengan hal tersebut, laporan yang disampaikan BPTP Riau adalah: bentuk dan jumlah pendampingan yang telah dilakukan, pengalokasian distribusi benih VUB pada setiap LL di masing-masing Kabupaten, pelaksanaan demplot dan permasalahan serta upaya pemecahan yang dilakukan. Untuk kasus yang bersifat insidentil seperti serangan hama wereng yang terjadi pada musim tanam I tahun 2010, telah diambil sikap proaktif aktif antara lain; mensosialisasikan kesiagaan terhadap serangan wereng melalui koordinasi ke Dinas Pertanian dan Bepeluh di Kabupaten yang merupakan sentra padi se-Provinsi Riau; memberikan modul pengendalian hama wereng coklat dan Buku Masalah Lapang Hama, Penyakit dan Hara Pada Padi kepada Dinas Pertanian dan Bapeluh untuk diperbanyak di kabupaten; menyampaikan perihal kehati-hatian
Kabupaten
Lokasi SL-PTT Kuantan Mudik Gunung Toar Kuantan Tengah Benai Pangean Logas Kuantan Hilir Inuman Cerenti Singingi Bangkingan Barat Bangkinang Seberang Kampar Utara Tambang Kampar Tapung Hulu Rumbio Jaya Bunga Raya Bukit batu Siak Kecil Bangko Bangko Pusako Rimba Melintang Rambah Samo Rokan IV Koto Kuala Kampar Pkl. Kuras Kuala Cenaku Rengat Reteh Kempas Kemuning GAS Keritang Bt.Tuaka Enok
Jumlah Total
Sasaran Pendampingan (60%) 9 10 1 11 10 1 16 10 10 2 96 45 32 32 7 23 15 20 174 84 84 67 65 132 77 51 16 144 113 67 180 97 23 120 86 46 132 31 9 7 5 29 11 16 108 1.170
Untuk meningkatkan sinergi yang intensif dengan Pemda di Kabupaten, BPTP Riau turut mengagendakan pelaksanaan tanam perdana dan panen raya yang dilakukan bersama-sama dengan Bupati dan Muspida Kabupaten yang berlokasi di demplot SL-PTT dimana teknologi introduksi dikawal secara penuh oleh LO, Detaser dan Penyuluh Lapangan.
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
11
Laporan Tahunan 2010
Tabel 24. Kinerja Koordinasi Pendampingan No.
Kabupaten
Komponen Penilaian Kinerja Koordinasi (skor 1-3) *)
Nilai
Faktor Kendala
54
- Sulitnya menyamakan waktu pertemuan
2
63
2
2
45
- Tidak permanenya jabatan Kepala Dinas, shg menyulitkan konsekuensi pelaksanaan kebijakan. - Distribusi benih BLBU tidak sesuai dg musim tanam
2
2
2
54
- Bergesernya jadwal tanam karena pergeseran musim
5. Indragiri Hilir
2
2
2
54
6. Siak
3
2
2
63
7. Bengkalis
1
2
2
45
8. Pelalawan
2
2
2
54
9. Kuansing
3
2
2
63
- Tidak samanya persepsi pemahaman pelaksanaan SLPTT sampai ketingkat Kecamatan dan Desa - Terlambatnya penyaluran BLBU - Pertukaran jabatan Kepala Dinas sedikit menghambat koordinasi - Terlalu banyak komoditas yang ditangani Dinas, karena pola maksimal dan porsi penanganan SL-PTT sedikit terabaikann - Kurangnya monev Pemda di sentra produksi karena letaknya yang cukup jauh - Belum seragamnya pemahaman SL-PTT sampai ke tingkat Kecamtan/desa
A**) 2
B **) 2
C **) 2
2. Rokan Hulu
3
2
3. Rokan Hilir
1
4. Indragiri Hulu
1. Kampar
Keterangan: *) skor penilaian: 1= kurang , 2= baik, 3= sangat baik **) A = Kelengkapan legalitas keterlibatan institusi B = Berfungsinya institusi yang terlibat sesuai fungsi yang telah disepakati bersama C = Sinergi pelaksanaan di lapangan
Pelaksanaan Pendampingan Inovasi Teknologi Efektifitas Demplot (per komoditas) Proses penentuan demplot pendampingan SLPTT diawali melalui koordinasi yang terstruktur mulai dari Kabupaten sampai tingkat kecamatan dan desa calon lokasi demplot untuk menentukan wilayah demplot yang sesuai dengan persyaratan yang ditentukan antara lain: lokasi demplot berada di luar unit SL-PTT, petani pelaksana demplot kooperatif dan mau melaksanakan teknologi yang diintroduksikan serta letak demplot strategis sehingga dapat dijadikan sebagai petak kunjungan bagi petani disekitarnya. Teknologi yang diintroduksikan pada setiap demplot adalah: penggunaan VUB yang disesuaikan dengan keinginan masyarakat, sistim tanam menggunakan jajar legowo 4:1, penggunaan pupuk berdasarkan Permentan dan atau hasil uji PUTS serta Bagan Warna Daun (BWD). pengaturan tata air mikro, pengendalian OPT berdasarkan konsep PHT, penanganan panen dan pasca panen sesuai anjuran. Maksud dari pelaksanaan demplot adalah agar terjadi percepatan
adopsi teknologi utamanya pengenalan VUB di luar lokasi SL-PTT. Uji Varietas Unggul Baru (per komoditas) Petak percontohan berupa demplot dan LL (laboratorium lapangan) dimaksudkan untuk mempercepat proses adopsi teknologi introduksi dalam jangka waktu singkat dan dalam skala yang lebih luas. Untuk itu pada LL yang dilaksanakan di wilayah SL-PTT telah dilakukan beberapa display varietas unggul baru yang diinsert pada lahan LL seluas o,25 ha. Selain Introduksi VUB , beberapa paket teknologi anjuran didampingi penerapannya oleh LO dan detaser serta petugas pendamping di masing-masing kabupaten. LL dijadikan sebagai tempat belajar bagi petani untuk melakukan uji coba sendiri terhadap teknologi yang diterapkan petani. Selain itu di luar wilayah SL-PTT diadakan demplot dengan penerapan paket teknologi penuh yang disesuaikan dengan kebutuhan petani. Pelaksanaan demplot dikawal secara intensif oleh LO dan detaser serta petani kooperator sehingga factor pembatas yang menghambat pelaksanaan teknologi introduksi dapat dieliminir. Dukungan perbenihan per komoditas distribusi, mutu benih, ketersediaan)
(aspek
Ketersediaan benih unggul bermutu di lokasi sangat terbatas terutama pada saat musim tanam. Disamping jumlah yang terbatas harganya juga cukup mahal sehingga menyulitkan bagi petani untuk menggunakannya. Kendati telah dilaksanakan bantuan dari Dinas dan instansi terkait dalam pengadaan benih unggul, namun pada saat berproduksi petani tetap menjadikannya sebagai benih konsumsi. Hal ini disebabkan karena tidak adanya jaminan pemasaran bagi petani dalam menjual benihnya, apalagi dengan keterbatasan modal petani sangat sulit untuk menahan benihnya dalam jangka waktu yang cukup lama. Untuk mendukung kelembagaan perbenihan di tingkat petani sebenarnya perlu adanya koordinasi yang sinergis antara berbagai pihak baik petani, penangkar benih, petugas pengawas benih, pemerintah daerah dan stakeholder lainnya dalam membangun system perbenihan yang handal. Sampai saat ini jalur distribusi perbenihan yang masih berlaku adalah jalur benih antar lapang dimana mutu dan ketersediaan benih tidak sepenuhnya terjamin. Efektifitas Pelatihan Teknis Untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam menerapkan teknologi introduksi dilakukan pelatihan baik teknis maupun managerial dalam pengelolaan usaha tani. Pelatihan- pelatihan yang diikuti petani biasanya
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
12
Laporan Tahunan 2010
dilakukan di laboratorium Lapangan ( LL) dan demplot. Materi latihan disesuaikan dengan tahapan pertanaman yaitu mulai dari pengolahan tanah, penentuan dosis pemupukan menggunakan PUTS, penentuan system pertanaman ( jajar legowo), pengendalaian OPT berdasarkan prinsip PHT, penanganan panen dan pasca panen. Selain itu juga dilakukan motivasi untuk meningkatkan kerjasama petani didalam kelompok melalui pembenahan manajemen kelompok tani.
Perkembangan produktifitas Dari hasil pengujian yang dilakukan baik pada demplot, pengamatan yang dilakukan pada LL dan non SL dapat dilihat keragan produktifitas sebagai berikut:
Tabel 25. Hasil Evaluasi Produktivitas Rata-Rata Kabupaten/Kota di LL, SL, dan Non-SL No.
Kabu paten
Keca matan
1
Siak
Bunga Raya
2
Rokan Hulu
Rambah Samo Rokan IV Koto
3
Pelalawan Kuala Kampar
4
Kampar
5
Kuantan Singingi
LL
7.2 6.8 6.1
Produktivitas (t/ha) SL NonMusim SLPTT Tanam (Bulan) 5.5 4.5 Maret 2010 5.1 4.2 Maret 2010 4.8 3.5 Mei 2010 3.8
Oktober 2010
Pkl. Kuras Bkn. Barat Bkn. Seberang Kampar Kampar Timur Kampar Utara XIII Koto Kpr Salo Tpg. Hilir Tpg. Hulu Tapung Tambang Kampar Kiri Benai 6,8 Gunung Toar 7,3 Kuantan 6.4 Tengah Singingi 6,1
Sept 2010
Oktober 2010 Sept 2010
Per
Keterangan
Pertumbuhan vegetatif Pertumbuhan vegetatif Sda Pertumbuhan Vegetatif Sda Sda Sda Sda Sda Sda Sda Sda Sda Sda sda
5,1
4,4
Agustus 2010
5,6 4,6
4,7 4,1
Sda Sda
4,3
3,8
Sda
7.2 6,3
5,7 4,4
4,2 3,6
Sda Sda
7,1 7,2 7,1 6,8 7,3
5,2 5,5 4,8 4,2 5,1
4,6 4,2 4,6 3,5 4,7
Sda Sda Sda Sda sda
6
Bengkalis
7
Bantan Air Bukit Batu Pinggir Rokan Hilir Bangko
8
Bangko Pusako Rimba Melintang Reteh
Nov 2010
Kempas Kemuning GAS Keritang Bt.Tuaka Enok Kuala Cenaku
Sda Sda Sda Sda Sda Sda Oktober 2010
Rengat Rengat Barat Kelayang Sei Lala Batang Gangsal
sda
Efektifitas penyebarluasan inovasi melalui media cetak dan elektronik Untuk memperluas diseminasi teknologi inovasi, pada lokasi SL-PTT telah dilakukan penyebarluasan informasi melalui media cetak berupa buku petunjuk teknis, liptan, leaflet , brosur dan poster. Selain itu juga dilakukan dialog interaktif secara berkala melalui televise Riau dan radio daerah. Untuk mengenalkan aktivitas SL-PTT dalam hal penerapan teknologi melaui acara seremonial dengan pemerintah daerah baik tingkat pusar, provinsi dan Kabupaten diinformasikan melalui Web. BPTP Riau secara rutin dan berkala.
Kuantan Hilir Logas Tanah Darat Pangean Cerenti Inuman Kuantan Kuantan Mudiik Siak Kecil
9
Indragiri Hilir
Indragiri Hulu
Sept 2010
Pertumbuhan vegetatif Sda Sda
Oktober 2010
Pertumbuhan vegetatif Sda sda Pertumbuhan vegetatif
Pertumbuhan vegetatif
Dapat juga dilaporkan bahwa untuk SL-PTT Kepulauan Riau terdapat 3 unit SL-PTT di Desa Teluk Radang, Kecamatan Kundur tara, Kabupaten Karimun dengan unit demplot sebanyak 1 unit. Sampai saat ini pelaksanaan SL-PTT masih dalam persemaian.
PENGKAJIAN PRODUKSI PADI MELALUI PENINGKATAN INTENSITAS TANAM MENUJU IP PADI 400 PADA LOKASI SL-PTT Penelitian ini merupakan penelitian multi-year yang bertujuan mendapatkan paket teknologi IP padi 400 spesifik lokasi Provinsi Riau. Rendahnya produktivitas padi di Provinsi Riau antara lain disebabkan oleh rendahnya indeks pertanaman padi (IP), pada level rata-rata masih sekitar IP 100, meskipun potensi lahan sawah irigasi, tadah hujan, maupun rawa pasang surut cukup luas. Tujuan yang ingin dicapai pada tahun 2010 antara lain: 1. Mendapatkan beberapa komponen teknologi padi sawah dalam pola tanam optimal menuju IP padi 400 2. Meningkatkan produktivitas padi sawah di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau minimal 50% dari masing-masing 3,3 dan 3,0 t/ha GKG menjadi berturut-turut sekitar 5 dan 4,5 t/ha GKG 3. Menyediakan gabah kering giling 8-15 t/ha/tahun.
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
13
Laporan Tahunan 2010
Gambar 7. Gambar 6.
Mempersiapkan Alat Bantu Tanam Jajar Legowo 4 : 1
Pertanaman untuk penelitian ini dilakukan dalam 2 kali musim tanam. Pada musim tanam pertama (MT I) menggunakan varietas Inpari 9, sedangkan pada MT II menggunakan varietas Inpari 8 yang deskripsi varietasnya memiliki kemiripan dengan Inpari 9. Berdasarkan dua kali musim tanam yang dilakukan di Desa Sei. Dari data yang diperoleh menunjukkan varietas inpari 9 memberikan pertumbuhan vegetatif yang baik untuk tinggi tanaman, jumlah anakan dan jumlah anakan produktif. Penggunaan pupuk sesuai dengan hasil analisis tanah menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman yang baik dan juga penambahan jumlah anakan. Unsur hara merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman ada yang makro dan ada yang mikro. Unsur hara makro meliputi N,P dan K. Pada perlakuan 1, kebutuhan unsur hara makro diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman, dimana untuk unsur N diberikan berdasarkan BWD dan unsur P serta K berdasarkan hasil analisis tanah. Jumlah gabah isi pada varietas iinpari 9lebih dominan dibandingkan dengan jumlah gabah hampa. Tingginya jumlah gabah permalai dan rendahnya jumlah gabah hampa kemungkinan disebabkan oleh terpenuhinya jumlah asupan Kalsium yang berasal dari KCl yang berperanan dalam proses metabolisme tanaman. Berdasarkan hasil uji statistika menunjukkan bahwa perlakuan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah gabah isi dan hampa serta jumlah gabah permalai. Artinya bahwa varietas Inpari 9 dengan rekomendasi pemupukan sudah cukup untuk pertumbuhan dan produksinya. Hal ini seiring dengan kenyataan bahwa jumlah anakan produktif.
Penanaman Menggunakan Sistem Jajar Legowo 4 : 1
Bobot 1000 butir lebih tinggi dibandingkan dengan deskripsi tanaman. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan pupuk N, P dan K cukup untuk proses pengisian butiran gabah dan kemungkinan tidak berpengaruh nyata dari pemupukan disebabkan oleh sifat genetis dari varietas Inpari 9. Dengan pemupukan pada batas tertentu memungkinkan terjadinya pertumbuhan daun yang maksimal sehingga proses fotosintesa berlangsung optimum yang pada akhirnya akan memberikan fotosintat berupa gabah isi yang lebih sempurna. Disisi lain menurut deskripsinya potensi hasil padi varietas Inpari 9 masih dapat ditingkatkan sampai 9,3 ton per hektar; kurangnya produksi padi varietas Inpari 9 di lahan Podzolik Merah Kuning desa Sei Geringging kemungkinan disebabkan oleh adanya serangan hama dan penyakit tanaman khususnya penggerek batang yang menyebabkan tingginya jumlah bulir padi yang hampa. Berdasarkan pengamatan lapang serangan hama penggerek batang merupakan hama utama di wilayah ini dan kenyataan menunjukkan bahwa kemungkinan varietas ini kurang tahan terhadap penggerek batang karena meskipun sudah dilakukan antisipasi pengendalian dengan menggunakan curater untuk mengendalikan hama yang soil borne selain itu pada tahapan pemeliharaan juga dilakukan pengendalian dengan insektisida. Penyakit blastt juga menyerang tanaman padi. Penyakit ini disebabkan cendawan Pyricularia grisea merupakan salah satu kendala utama dalam upaya peningkatan produksi, terutama pada pertanaman padi gogo. Cendawan P. grisea dapat menyerang daun padi, buku batang, leher malai, malai padi, bulir padi dan kolar daun. Penyakit blast tidak hanya menyerang tanaman padi, tetapi dapat menyerang tanaman lain seperti gandum, sorgum dan spesies rumput-rumputan. Serangan blast daun yang tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan anakan produktif yang menyebabkan malai kecil dengan sedikit gabah bahkan dapat menyebabkan
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
14
Laporan Tahunan 2010
seluruh tanaman mati sebelum berbunga. Serangan blast leher dapat menurunkan hasil secara langsung karena leher malai busuk dan patah sehingga pengisian terganggu dan bulir padi menjadi hampa. Tanaman Inpari 9 cukup taha terhadap penyakit blastt. Pada MT II, dilakukan penanaman dengan varietas Inpari 8. Karena ketersediaan Inpari 9 di BB Padi tidak mencukupi untuk demplot ini. Secara deskripsi, karakter padi Inpari 8 dan Inpari 9 hampir sama. Berdasarkan preferensi petani, Inpari lebih menarik secara penampilan vegetative maupun generatif. Bentuk gabah panjang dan ramping, serta warna gabah yang kuning bersih membuat petani berminat untuk mengembangkan varietas ini di daerah tersebut, namun demikian nilai ekonomis dari varietas ini kurang menjanjikan karena harga jual gabah yang rendah. Karena kondisi di atas maka pada MT II ini dilakukan penanaman varietas Inpari 8. Dari awal pertanaman hingga muncul malai, kondisi pertanaman di lapangan masih sangat baik, kemudian memasuki masa generatif, tanaman terserang penyakit blastt. Untuk pengamatan pada fase generatif, data yang tersedia hanya umur muncul berbunga yaitu 57 HST, sedangkan data yang lainnya tidak dapat diambil karena kondisi pertanaman yang diserang penyakit Blastt. Dengan kondisi cuaca yang lebih lembab daripada biasanya, curah hujan yang tinggi menyebabkan perkembangan penyakit ini semakin luas. Berbagai upaya penanggulangan penyakit ini telah dilakukan, baik melalui penyemprotan fungisida maupun pengguntingan malai yang terkena blast, ternyata tetap menurunkan hasil. Geringging Kabupaten Kampar, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Beberapa komponen teknologi padi sawah dalam pola tanam optimal menuju IP padi 400, seperti penggunaan varietas unggul produksi tingggi, pemupukan berdasarkan Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi (PHSL), sistem tanam jajar legowo telah diadopsi oleh petani setempat. 2. Produktivitas padi sawah meningkat menjadi 6,23 GKG t/ha dari sebelumnya 3,3 GKG t/ha. 3. Varietas Inpari 9 memiliki pertumbuhan vegetative dan generative terbaik dan hasil gabah yang cukup tinggi dibandingkan dengan Inpari 8. Dari pengamatan di lapangan produksi Inpari 9 yang cukup tinggi tidak didukung oleh lembaga pemasaran, yang mengakibatkan harga jual gabah rendah. Karena itu disarankan dibentuk kelembagaan petani untuk membantu petani memasarkan produk pertaniannnya. Di samping itu disarankan agar petani lebih intensif mengawasi pertanaman padi dengan
teknologi PHT (Pengendalian Hama Terpadu) sebagai upaya meningkatkan produksi.
PENDAMPINGAN MINIMAL 60% UNIT SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI SAWAH IRIGASI DAN KEDELAI DI PROVINSI RIAU DAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU Tujuan pendampingan SL-PTT kedelai di Provinsi Riau adalah mendampingi kegiatan pada 126 unit SL – PTT kedelai di Provinsi Riau, mendapatkan 1-2 VUB kedelai spesifik lokasi di Provinsi Riau, dan mendapatkan minimal 2,0 ton biji kedelai yang sesuai preferensi petani. Bentuk Pendampingan BPTP Riau dalam mendukung kegiatan SL-PTT kedelai di Provinsi Riau adalah sebagai berikut: 1. Mengkoordinasikan pelaksanaan SL-PTT kepada semua dinas/instansi terkait di daerah yang diawali dengan pertemuan di Provinsi dan Kabupaten 2. Mendistribusikan benih bermutu ke lokasi SL-PTT untuk demplot di lokasi LL sesuai musim tanam setempat 3. Melakukan pengawalan terhadap pelaksanaan teknologi budidaya, pengendalian organisme pengganggu tanaman, pengelolaan hara spesifik lokasi, pengendalian gulma, panen/pasca panen, dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan penyuluh dan petani. 4. Menentukan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi dengan mempergunakan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) untuk kedelai 5. Menyiapkan master materi pelatihan maupun juknis SL-PTT kedelai yang akan diperbanyak oleh Dinas Pertanian setempat untuk disebarkan kepada seluruh BPP, Penyuluh Pendamping, Gapoktan, maupun petani 6. Pengujian atau demplot uji adaptasi 5 varietas unggul kedelai akan dilakukan di 5 Kabupaten di Provinsi Riau Kegiatan uji adaptasi kedelai sebagai demplot pada lokasi LL direncanakan akan dilaksanakan di lima Kabupaten yaitu Kampar, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Indragiri Hilir dan Indragiri Hulu dari bulan Januari sampai Desember 2010. Pada tahun 2010, SL-PTT kedelai dilaksanakan di 5 kabupaten di Provinsi Riau. Terdapat 210 unit SL kedelai. Benih komoditas tersebut bersumber dari BLBU. BPTP Riau mendampingi 60 % unit SL Kedelai yaitu sebanyak 126 unit SL kedelai. Di setiap unit
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
15
Laporan Tahunan 2010
SLPTT kedelai yang didampingi BPTP Riau dibuat display varietas seluas 0.05 ha di dalam LL. Dengan demikian terdapat 6,3 ha total lahan untuk kegiatan Display Varietas Kedelai, dalam mendukung SL-PTT kedelai di Riau. Pada kegiatan Display varietas ini ditampilkan empat varietas unggul baru kedelai, yaitu: Anjasmoro, Argomulyo, Kaba dan Grobogan. Pada kegiatan display varietas ini, benih kedelai dan rekomendasi teknologi berasal dari BPTP (Badan Litbang), sedangkan saprodi berasal dari Bantuan Langsung Pupuk (BLP). Selain mendampingi 60% SL yang sumber benihnya dari BLBU, BPTP juga membuat 6 unit Demplot PTT, yang didanai dari DIPA APBN BPTP Riau. Luasan masing-masing demplot 0,25 ha, dengan demikian total luasan demplot adalah 1,5 ha di 5 Kabupaten yaitu Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Kampar, Rokan Hilir, dan Rokan Hulu. Pada kegiatan demplot PTT varietas kedelai yang digunakan adalah varietas Burangrang, Panderman, Detam-1 dan Detam-2. BPTP Riau melalui LO tetap melaksanakan pendampingan di lima kabupaten lokasi SL-PTT. Bentuk pendampingan yang sudah dilaksanakan adalah: 1. Mengkoordinasikan pelaksanaan SL-PTT kepada semua dinas/instansi pendukung di daerah yang diawali dengan pertemuan di provinsi dan kabupaten. 2. Aktif dalam pelaksanaan Pelatihan Pendamping Lapangan. BPTP berperan sebagai narasumber pada kegiatan PL II yang dilaksanakan di Kota Pekanbaru. Selanjutnya BPTP juga aktif pada pelatihan PL III di Kabupaten. 3. Mendistribusikan benih ke lokasi SL-PTT untuk demplot di lokasi LL sesuai musim tanam setempat. 4. Melakukan pengawalan dan pengamatan pada kegiatan demplot varietas pada LL. 5. Melakukan pengawalan terhadap pelaksanaan teknologi budidaya, pengendalian organisme pengganggu tanaman, pengaturan tata air, penggunaan BWD, pengendalian gulma, panen/pasca panen, dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan penyuluh dan petani. 6. Menentukan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi dengan mempergunakan perangkat lunak PuPS dan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) 7. Menyiapkan master materi pelatihan maupun juknis SL-PTT yang akan diperbanyak oleh Dinas Pertanian setempat untuk disebarkan kepada seluruh BPP, Penyuluh Pendamping, Gapoktan, maupun petani.
Strategi yang dilaksanakan untuk mengatasi terbatasnya sumberdaya peneliti yang tersedia di BPTP dengan banyaknya unit SL-PTT yang didampingi adalah: 4. Membangun sinergisme dengan dinas lingkup pertanian di Propinsi, Kabupaten/ Kota, KCD/BPP di tingkat kecamatan untuk menggerakkan PPL/THL/POPT. 5. Membentuk Koordinator wilayah (Korwil/LO) dan menunjuk staf peneliti/penyuluh BPTP Riau yang kompeten sebagai Korwil di setiap kabupaten/kota dengan posko SL-PTT di Kantor Dinas Pertanian atau Badan Pelaksana Penyuluhan kabupaten/kota. 6. Mengintegrasikan pelaksanaan SL-PTT dengan kegiatan PUAP, Prima Tani, Dana Tugas Perbantuan yang ada di dinas pertanian, maupun dengan program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU).
Tabel 26 . Keragaan Pelaksanaan Demplot Inovasi PTT Kedelai No 1.
Nama Lokasi Demplot Kunto Darussalam ( Kab. Rohul)
2
Padamaran (Kab. Rohil)
3
Kempas (Indragiri Hilir)
4
Kuala Cenaku (Indragiri Hulu)
5
Tambang (kab. Kampar)
Jenis inovasi teknologi yang dikenalkan
Luas Demplot
VUB, pempukan berdasarkan PUTK, pengendalian OPT berdasarkan prinsip PHT, penanganan panen dan pasca panen sesuai anjuran VUB, pempukan berdasarkan PUTK, pengendalian OPT berdasarkan prinsip PHT, penanganan panen dan pasca panen sesuai anjuran VUB, pempukan berdasarkan PUTK, pengendalian OPT berdasarkan prinsip PHT, penanganan panen dan pasca panen sesuai anjuran VUB, pempukan berdasarkan PUTK, pengendalian OPT berdasarkan prinsip PHT, penanganan panen dan pasca panen sesuai anjuran VUB, pempukan berdasarkan PUTK, pengendalian OPT berdasarkan prinsip PHT, penanganan panen dan pasca panen sesuai anjuran
0,25 ha
Jumlah petani yang berkunjung 34 orang
0,50 ha
23 orang
0,25 ha
21 orang
0,25 ha
13 orang
0,25 ha
33 orang
Proses penentuan demplot pendampingan SLPTT diawali melalui koordinasi yang terstruktur mulai dari Kabupaten sampai tingkat kecamatan dan desa calon lokasi demplot untuk menentukan wilayah demplot yang sesuai dengan persyaratan yang ditentukan antara lain; lokasi demplot berada di luar unit SL-PTT, petani pelaksana demplot kooperatif dan mau melaksanakan teknologi yang diintroduksikan serta letak demplot strategis sehingga dapat dijadikan sebagai petak kunjungan bagi petani disekitarnya. Teknologi yang diintroduksikan pada setiap demplot adalah; penggunaan VUB yang disesuaikan dengan keinginan masyarakat, benih 2 biji/lobang (40 kg/ha), menggunakan varietas unggul baru. Jarak tanam 40
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
16
Laporan Tahunan 2010
cm antar barisan dan 10 cm dalam barisan (atau spesifik lokasi). Cara tanam dibuat lubang larikan atau dengan tugal sedalam 3 – 5 cm, kemudian benih di masukkan dalam lobang kemudian dibuat lobang pupuk 10 cm dari lubang tanam sedalam 5 – 10 cm, sambil menutup benih kedelai, uji tanah menggunakan PUTK untuk menentukan dosis pupuk spesifik lokasi, pengendalian OPT berdasarkan konsep PHT, penanganan panen dan pasca panen sesuai anjuran. Maksud dari pelaksanaan demplot adalah agar terjadi percepatan adopsi teknologi utamanya pengenalan VUB di luar lokasi SL-PTT. Petak percontohan berupa demplot dan LL ( laboratorium lapangan) dimaksudkan untuk mempercepat proses adopsi teknologi introduksi dalam jangka waktu singkat dan dalam skala yang lebih luas. Untuk itu pada LL yang dilaksanakan di wilayah SL-PTT telah dilakukan beberapa display varietas unggul baru yang diinsert pada lahan LL seluas 0,05 ha. Selain Introduksi VUB , beberapa paket teknologi anjuran didampingi penerapannya oleh LO dan detaser serta petugas pendamping di masing-masing kabupaten. LL dijadikan sebagai tempat belajar bagi petani untuk melakukan uji coba sendiri terhadap teknologi yang diterapkan petani. Selain itu di luar wilayah SL-PTT diadakan demplot dengan penerapan paket teknologi penuh yang disesuaikan dengan kebutuhan petani. Pelaksanaan demplot dikawal secara intensif oleh LO dan detaser serta petani kooperator sehingga faktor pembatas yang menghambat pelaksanaan teknologi introduksi dapat dieliminir. Tabel 27. Keragaan Hasil Pelaksanaan Uji VUB No .
1
Nama Lokasi Uji VUB
Agroek osistem
Kunto Darussala m ( Kab. Rohul) Padamar an (Kab. Rohil)
Lahan Kering
3
Kempas (Indragiri Hilir)
Lahan Kering
4
Kuala Cenaku (Indragiri Hulu)
Lahan Kering
5
Tambang (kab. Kampar)
Lahan Kering
2
Lahan Kering
Varietas Unggul Baru yang diuji Nama VUB Provita s (Ton GKP/ha ) Anjasmoro, 2,1 Argomulyo, 1,1 Kaba, 1,4 Grobogan 1,3
Varietas Pembandi ng (eksisting)
Anjasmor o (2 ton/ha)
Tinggi Sedang Sedang Sedang
Anjasmoro, Argomulyo, Kaba, Grobogan Anjasmoro, Argomulyo, Kaba, Grobogan Anjasmoro, Argomulyo, Kaba, Grobogan
2,3 1,0 1,3 1,1
Anjasmor o (2 ton,ha)
Tinggi Sedang Sedang Sedang
1,2 1,1 0,9 1,1
Burangran g (1,1 ton/ha)
Tinggi Sedang Sedang Sedang
Anjasmoro, Argomulyo, Kaba, Grobogan
Belum panen
Tingkat Adaptabilit as (tinggi, sedang, rendah)
Ketersediaan benih unggul bermutu di lokasi sangat terbatas terutama pada saat musim tanam. Disamping jumlah yang terbatas harganya juga cukup
mahal sehingga menyulitkan bagi petani untuk menggunakannya. Kendati telah dilaksanakan bantuan dari Dinas dan instansi terkait dalam pengadaan benih unggul, namun pada saat berproduksi petani tetap menjadikannya sebagai benih konsumsi. Hal ini disebabkan karena tidak adanya jaminan pemasaran bagi petani dalam menjual benihnya, apalagi dengan keterbatasan modal petani sangat sulit untuk menahan benihnya dalam jangka waktu yang cukup lama. Untuk mendukung kelembagaan perbenihan di tingkat petani sebenarnya perlu adanya koordinasi yang sinergis antara berbagai pihak baik petani, penangkar benih, petugas pengawas benih, pemerintah daerah dan stakeholder lainnya dalam membangun system perbenihan yang handal. Sampai saat ini jalur distribusi perbenihan yang masih berlaku adalah jalur benih antar lapang dimana mutu dan ketersediaan benih tidak sepenuhnya terjamin.
PENGKAJIAN MINIMAL TIGA FORMULASI PAKAN UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN HARIAN SAPI SEBESAR 0,7 KG/E/H MENDUKUNG PSDS DI PROV. RIAU Tujuan kegiatan ini adalah 1). mendapatkan 2 – 3 formulasi pakan dan Teknologi Penggemukan Sapi potong, 2). meningkatkan pertambahan berat badan harian (PBBH) sapi sebesar 0,7 kg/e/h, dan 3) memanfaatkan limbah kotoran ternak untuk pupuk alternative sebanyak 20 ton/ tahun. Pengkajian ini akan dilakukan pada lokasi sentra pengembangan ternak sapi dengan memanfaatkan sumberdaya pakan lokal yang ada melalui pendekatan wilayah pada Sentra Produksi padi, Jagunng dan kelapa sawit Bahan dan peralatan yang diperlukan untuk kegiatan ini antara lain : Ternak sapi Bali umur > 1 tahun sebanyak 20 ekor, Hijauan lokal, ampas sagu, jerami jagung, pakan komplit, Bahan mineral Blok, Probiotik, Bahan dan peralatan perbaikan kandang, Mesin pencacah pelepah dan daun sawit, Timbangan gantung atau timbangan duduk, timbangan elektrik, Pita pengukur (centimeter), Obat-obatan (Vitamin dan obat cacing), Cangkul, skop, garu, sapu, gerobak dll alat kebersihan, Sabit/ parang, Sepatu lapangan, jas hujan, Alat tulis kantor (ATK), Kalkulator, Komputer, tustel dll. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan pengkajian dan memudahkan pengambilan data, dibuat rancangan percobaan acak kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Unit ternak merupakan ulangan dengan pakan sebagai perlakuan Perajangan daun dan pelepah kelapa sawit dilakukan dengan mesin choper. Dan dan pelepah
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
17
Laporan Tahunan 2010
kelapa sawit yang telah dirajang dapat diberikan langsung atau dicampurkan langsung dengan konsentrat. Pada kajian ini pelepah dan daun kelapa sawit dicampurkan langsung dengan bahan konsentrat. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan pada siang/ sore harinya. Ada empat formulasi pakan ( satu formulasi pakan teknologi petani = PO, dan tiga lagi merupakan formulasi pakan sesuai dengan kegiatan kajian, yaitu P1, P2 dan P3. P0 terdiri dari rumput alam dan tanpa konsentrat. P1 yaitu formulasi pakan yang terdiri dari Rumput alam + Konsentrat (dedak halus 230 % + Lumpur sawit 60 % + Bungkil kelapa 20 %), P2 formulasi pakan yang terdiri dari Cacahan daun dan pelepah sawit + Konsentrat (dedak halus 20 % + Lumpur sawit 60 % + Bungkil kelapa 20 %), dan P3 Formulasi pakan yang terdiri cacahan daun dan pelepah sawit + Konsentrat (dedak halus 30 % + Lumpur sawit 40 % + Bungkil kelapa 30 %).
Gambar 8. Kondisi fisik sapi setelah 2,5 bulan mengkonsumsi daun dan pelepah kelapa sawit Pada hari- hari pertama pemberian hasil perajangan daun dan pelepah sawit, ternak sapi tidak mau memakan, sesuai dengan informasi dari para peternak di lokasi bahwa ternak mereka tidak mau memakan daun dan pelepah sawit. Diperlukan waktu beradaptasi selama lebih kurang satu minggu. Estela seminggu ternak sapi sudah terbiasa dengan pelepah dan daun sawit. Peternak sering mengalami kegagalan dalam masa beradaptasi ini karena pada waktu ternak mereka tidak mau memakan daun dan pelepah sawit, peternak menyuguhkan rumput segar. Kondisi seperti ini berulangkali mereka lakukan, sehingga ternak sapi mereka tidak akan pernah mau mengkonsumsi daun dan pelepah sawit. Factor kunci sebenarnya terletak pada saat sapi itu lapar (dilaparkan) disuguhkan pakan daun dan pelepah sawit. Selama masa beradaptasi atau beberapa seteha itu akan sering terjadi, ternak sapi mencret.
Tidak perlu khawatir biasanya kondisi seperti ini tidak lama, atau kurangi pemberian solid (lumpur sawit) yang tinggi kadar minyaknya. Dari hasil pengkajian diperoleh setidaknya ada tiga formulasi pakan ternak sapi yang bersumber dari rumput alam dan daun dan pelepah kelapa sawit yang memberikan pertambahan berat badan lebih baik dari teknologi petani yang menghandalkan rumput lapangan. Formulasi P1 yaitu 10 % dari berat badan sapi rumput alam + 1 % dari Berat badan sapi pakan konsentrat yang terdiri dari 20 % dedak, 60% Lumpur sawit, dan 20 % bungkil kelapa dengan PBBH 0,42. Formulasi P2 yaitu 10 % dari berat badan sapi daun dan pelepah kelapa sawit yang telah dirajang + 1 % dari berat badan sapi pakan konsentrat yang terdiri dari 20 % dedak, 60% Lumpur sawit, dan 20 % bungkil kelapa dengan PBBH 0,65. Formulasi P3 yaitu 10 % dari berat badan sapi daun dan pelepah kelapa sawit yang telah dirajang + 1 % dari berat badan sapi pakan konsentrat yang terdiri dari 400 % dedak, 30% Lumpur sawit, dan 30 % bungkil kelapa dengan PBBH 0,72. Kotoran ternak dapat terkumpul dengan baik karena sapinya dikurung secara terus menerus. Pada perlakuan III dan IV yaitu perlakukan yang memanfaatkan daun dan pelepah kelapa sawit sebagai sumber pakan hijauan (10 ekor ternak sapi) terkumpul kotoran ternak yang telah diolah menjadi kompos sebanyak 3,86 ton selama 3 bulan kegiatan. Pembuatan kompos dilakukan di dalam kandang dengan bahan dasar kotoran ternak ditambah sisa pakan , kemudian dicampurkan probion. Proses komponisasi berlangsung selama tiga minggu dibantu oleh injakan ternak sapi di dalam kandang kotoran tercampur dan proses komposnisasi berjalan dengan baik. Pembongkaran kompos dilakukan setiap satu kali tiga minggu. Pada prinsipnya bila dikalkulasikan kompos dapat dihasilkan oleh seekor ternak selama satu tahun 3 – 4 ton. Kompos yang dihasilkan dibeli oleh anggota kelompok tani yang membutuhkan ppuk untuk kebun sawit mereka, dan uang yang dihasilkan dijadikan sebagai tabungan kelompok. Sebagian kompos yang dihasilkan dibungkus dalam kantong plastic dengan bentuk yang menarik. Beberapa kantong kompos dibagikan kepada dinas dan instansi terkait, bapak camat, dan kepala Desa sebagai bahan promosi tentang hasil yang diperoleh.
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
18
Laporan Tahunan 2010
HASIL KERJASAMA PENELITIAN Program Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa (PIPKPP) Kerjasama dengan Kementerian Negara Riset & Teknologi PENGKAJIAN IP PADI 300 PADA LAHAN SAWAH IRIGASI SEMI TEKNIS DI RIAU DENGAN TARGET PRODUKTIFITAS >21 ton GKP/ha/tahun DAN HEMAT PUPUK 30 – 40 % MELALUI PENDEKATAN PTT
Gambar 9. Pupuk Kompos Hasil Pengkajian Pengalaman masa lalu dari berbagai pengkajian dan omoditas pertanian menunjukkan bahwa adanya kecenderungan petani/ peternak kembali kepada keadaan semula seperti sebelum adanya pengkajian. Mereka tidak lagi menerapkan apa yang telah dihasilkan dari suatu pengkajian. Pada hal dilihat dari segi persyaratan suatu teknologi dapat diadobsi petani mungkin telah menmenuhi. Secara teknis teknologinya tidak terlalu rumit untuk diterapkan. Secara ekonomi dapat memberikan keuntungan yang layak kepada petani, secara sosialpun tidak bertentangan dengan norma dan kebiasaan petani setempat. Kemungkinan syarat yang terakhir yang perlu diperhatikan yaitu iklim berusaha yangkondusif yang perlu diciptakan oleh pemerintah. Seperti sub sudi alatsarana /prasarana yang membutuhkan modal yang relative tinggi. Dalam hal ini misalnya pengadaan mesin chopper. Demikian juga iklim pemasaran yang bias menguntungkan kedua belah pihak (antara petani dan pedagang, yang pada kenyataannya sekarang keuntungan cenderung lebih besar diperoleh pedagang ketimang petani sebagai produsen. Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah bimbingan dan pengawalan teknologi oleh penyuluh pertanian di lapangan yang akhir – akhir ini kelihatan adanya penurunan. Penyuluh tidak lagi banyak berkiprah di lapangan seperti pada waktu lalu. Apakah kerjasama dan koordinasi diantara dinas dan instansi terkait lingkup pertanian yang sudah mulai longgar sehingga beberapa kegiatan pertanian secara umum kurang dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi di lapangan. Penyuluh tidak banyak berbuat karena cenderung hanya bekerja mengerjakan pekerjaan yang ada di Bakorluh atau di Bapelluh saja. Tidak seperti pada masa lalu disetiap intensifikasi pasti ada penyuluh di dalamnya, walau dimanapun Satminkalnya.
Tujuan kegiatan ini adalah Mendapatkan rakitan paket teknologi padi spesifik lokasi dalam peningkatan produksi padi > 21 ton GKP/ha/tahun dan pengurangan biaya pupuk 30 – 40 % melalui penerapan 4 komponen pelaksanaan dalam PTT (VUB Genjah, bahan organik, pemupukan berimbang dan PHT) spesifik lokasi lahan sawah irigasi semi teknis di Riau Pada pengkajian ini ada tiga kegiatan penting yang akan dilaksanakan yaitu: 1. Kajian Varietas Unggul Baru Prospektif Mendukung Pengembangan IP Padi 300 di Propinsi Riau 2. Kajian Teknik Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi Mendukung Pengembangan IP Padi 300 di Propinsi Riau 3. Kajian teknik pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) penting dalam sistem IP padi 300 Tanaman indikator pada kegiatan pengkajian ini adalah pertanaman padi sawah dan lingkungan pertanaman: pengambilan sample tanah untuk analisis tanah diambil di lokasi pengkajian sebelum pelaksanaan kegiatan di lapangan (setelah panen tanaman petani sebelumnya). Tanaman sample untuk pengamatan pertumbuhan tanaman, komponen hasil dan hasil disesuaikan dengan kebutuhan analisis. Jumlah sampel pengamatan hama penyakit disesuaikan dengan prosedur/teknik pengamatan hama dan penyakit. Pengambilan sampel dilakukan secara random dan disesuaikan dengan kebutuhan analisis. Pengkajian akan dilaksanakan di Kabupaten Kampar dengan menggunakan lahan petani seluas 2,5 hektar dan mengikutsertakan petani sebagai koperator selama satu tahun (3 kali masa pertanaman padi) yang dilaksanakan pada Tahun 2010. Kegiatan yang dilakukan merupakan kajian terhadap komponen teknologi mendukung pengembangan IP Padi 300. Pengkajian komponen teknologi merupakan satu rangkaian percobaan lapang dalam pola pertanaman padi satu tahun. Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
19
Laporan Tahunan 2010
dan 5 kali ulangan. Sebanyak 3 varietas padi sawah yang akan diuji sebagai perlakuan yang terdiri benih padi umur 115 hari (Cigeulis), dan varietas umur genjah Inpari 1 dan inpari 9 dalam bentuk pola tanam satu tahun. Analisis sidik ragam menggunakan uji F dan uji lanjut menggunakan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5% (Gomez and Gomez 1990 ; Steel and Torrie 1995). Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa : 1. Lokasi kajian merupakan lahan sawah irigasi semi teknis dengan luasan 120 ha dengan o temperatur 26.5 – 27.9 C dan kelembaban rata-rata 81 %. 2. Pada Uji varietas, Varietas Cigeulis memberikan tingkat produksi tertinggi diikuti dengan Inpari 9 dan Inpari 1. 3. Pupuk (N, P, dan K) setiap musim tanam (MT) sesuai rekomendasi spesifik lokasi. berdasar hasil analisis tanah untuk rekomendasi pemupukan P (150 kg/ha)dan K(100 kg/ha) dan berdasarkan BWD untuk pupuk nitrogen memberikan keragaan produksi tertinggi rata-rata 5.8 ton GKG/ha 4. Hama yang dominan dan menimbulkan kerusakan adalah G orientalis, sedangkan penyakit yang dominan dan menimbulkan kerusakan adalah busuk bulir dan blast. 5. Inpari 9 cukup tahan terhadap serangan hama dan penyakit khususnya Blast.
PENGKAJIAN SISTEM PENYEDIAAN (>90%) KEBUTUHAN BENIH UNGGUL (PADI, JAGUNG, KEDELAI) YANG LEBIH MURAH (>20%) SECARA BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG PROGRAM STRATEGIS PENINGKATAN PRODUKSI PADI (>10%), JAGUNG (>20%), DAN KEDELAI (>20%) DI WILAYAH RIAU KEDELAI Tujuan dari kegiatan ini adalah: 1) mendapatkan paket teknologi perbenihan kedelai adaptif lahan pasang surut dan gambut spesifik lokasi, 2) membangun sistem penangkaran benih di tingkat petani dan 3) menyediakan benih unggul bermutu di lapangan. Kegiatan ini dibagi atas dua sub-kegiatan, yaitu: a) Sub-kegiatan Survey dan inventarisasi data yang dibutuhkan untuk pengembangan perbenihan jagung dan kedele di lahan pasang surut, b) Implementasi perbenihan jagung dan kedele Varietas Sukmaraga (jagung) dan Anjasmoro (kedele) di lapangan. Pengkajian dilaksanakan di Desa Rumbai Jaya yang merupakan Laboratorium Agribisnis Prima Tani Lahan Rawa Pasang Surut Kabupaten Indragiri Hilir.
Untuk mengintroduksikan paket teknologi inovasi kepada petani, dilakukan beberapa paket teknologi pembanding yaitu: teknologi petani dan teknologi perbaikan. Pada teknologi introduksi, paket teknologi yang diberikan meliputi: varietas unggul (Anjasmoro) dengan kelas benih FS, penggunaan benih 25 kg/ha, jarak tanam 40 X 15 cm, pemupukan urea 25 kg/ha dan pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah, perlakuan benih menggunakan rhizoplus, menggunakan amelioran, pengendalian OPT berdasarkan konsep PHT serta penanganan panen dan pasca panen menggunakan sabit dan mesin perontok. Pada teknologi perbaikan ada beberapa komponen teknologi yang disesuaikan dengan anjuran yaitu: perbaikan jarak tanam, pemupukan urea, serta penanganan panen dan pasca panen menggunakan sabit dan mesin perontok. Teknologi petani disesuaikan dengan kebiasaan yang dilakukan petani. Penggunaan benih di wilayah pengkajian masih menggunakan sistim jalur benih antar lapangan, dimana ketersediaan benih unggul sangat terbatas dan pada waktu diperlukan benih sering tidak tersedia tepat waktu, sehingga petani cenderung menyisihkan sebagaian hasil produksinya untuk dijual sebagai benih konsumsi dengan harga murah. Dinas Pertanian Kabupaten Indragiri Hilir telah berupaya menstimulir penangkar benih antara lain dengan melakukan penanaman kedele seluas 7 ha untuk dijadikan sebagai sumber benih yang akan dikelola oleh penangkar benih, namun karena tidak adanya jaminan pemasaran hasil, benih kedele yang telah dihasilkan dijual sebagai benih konsumsi, karena petani tidak mempunyai investasi lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk menumbuhkan kelembagaan penangkaran benih, Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir dalam hal ini diharapkan dapat memberikan kompensasi terhadap hasil perbenihan kedele melalui sistem kredit (angsuran pinjaman) kepada lembaga penangkar benih. Selain itu Pemerintah Kabupaten juga dapat menjamin pemasaran benih yang telah dihasilkan. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengkajian antara lain: 1. Paket teknologi perbenihan yang adaptif dilahan pasang surut adalah paket teknologi introduksi yaitu ; varietas unggul ( anjasmoro) dengan kelas benih FS, penggunaan benih 25 kg/ha, jarak tanam 40 X 15 cm, pemupukan urea 25 kg/ha dan pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah, perlakuan benih menggunakan rhizoplus, menggunakan amelioran, pengendalian OPT berdasarkan konsep PHT serta penanganan panen dan pasca panen menggunakan sabit dan mesin perontok
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
20
Laporan Tahunan 2010
2.
3.
Sistem Penangkaran benih di tingkat petani harus di bangun mulai dari penangkar tingkat desa, tingkat Kecamatan dan tingkat Kabupaten secara holistik dan terpadu oleh Dinas dan instansi tekait di berbagai tingkatan wilayah administrasi pemerintahan. Untuk mengeliminir sitem jalur benih antar lapang , perlu dilakukan pengawalan yang intensif oleh berbagai pihak utamanya pembinaan kepada petani penangkar baik teknologi maupun distribusi hasil serta pembinaan kepada petani pengguna dan stakeholder lainnya. Dari hasil pengkajian perbenihan kedele telah dihasilkan benih kedele bermutu varietas anjasmoro, kelas FS dengan hasil 2,538 ton per ha. Jika dikonversikan dengan luas areal yang dapat dilayani bagi pemenuhan kebutuhan benih kedele maka kekurangan benih kedele dapat dipenuhi seluas 101,5 ha . Apabila diproyeksikan kelas benih FS dapat ditoleransi sampai 4 kali tanam, maka untuk satu kali musim tanam dapat dihasilkan sebanyak 2.642.429 kg benih unggul atau sebanyak 1.049.716,8 kg benih pada 4 kali masa tanam.
PADI Tujuan dari kegiatan ini adalah 1). mendapatkan 1 set database volume kebutuhan dan eksisting penyediaan benih bermutu padi di tingkat Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi, 2). mendapatkan 1 opsi rekomendasi jumlah dan sebaran penangkar benih padi di tingkat kabupaten dan propinsi, 3). mendapatkan 1 unit sistem informasi perbenihan padi di wilayah Riau, 4). mendapatkan 1 unit pengelolaan benih kelas FS Padi di KP/Instalasi Benih BPTP Riau dengan kapasitas produksi @ 1 ton benih, dan 5). mendapatkan rekomendasi tentang perbaikan kelembagaan dan sistem perbenihan yang ada di propinsi Riau. Ruang lingkup kegiatan adalah pengkajian sistem penyediaan (>90%) kebutuhan benih unggul padi yang lebih murah (>20%) secara berkelanjutan untuk mendukung program strategis peningkatan produksi padi (>10%) di wilayah Riau. Kegiatan ini terdiri dari dua sub kegiatan yakni : 1). Survai perbenihan padi di propinsi Riau,yang mengumpulkan data untuk digunakan menata kembali kelembagaan perbenihan padi di provinsi Riau, dan 2). Teknologi produksi benih padi yang dilaksanakan secara partisipatif dengan petugas dan petani penangkar benih yang bertujuan untuk mendapatkan teknologi produksi padi, bermutu yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Penelitian dilaksananakan di lahan petani di Kabupaten Siak Provinsi Riau dari bulan Januari sampai dengan Desember 2010.
Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna (2 kali bajak dan 1 kali garu) pada saat pengolahan ditaburkan pupuk kandang dengan dosis 2 ton/ha. Varietas yang digunakan adalah INPARI 1. Persemaian dilakukan dengan sistem basah atau dapok. Pengolahan lahan persemaian dilakukan secara sempurna dan dibuat bedengan dengan lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ketersediaan lahan. Jarak antar bedngan adalah 40 cm. Pada saat pengolahan lahan ditambahkan pupuk sebanyak 5 % dari dosis anjuran. Benih yang akan disemaikan di rendam selama 24 jam dan ditiriskan selama 14 jam sampai keluar mata bebek. Penyebaran dilakukan secara merata dan ditutup lumpur tipis-tipis. Penanaman dilakukan secara tapin dengan menggunakan bibit muda umur 15 hari setelah persemaian. Sistim tanam legowo 4:1. Penyiangan terhadap gulma khususnya kejawan (Echinochloa sp) dan campuran varietas lain dilakukan sesuai kebutuhan dan dilakukan secara manual. Pemupukan diberikan sesuai dengan status hara tanah. Pemberian Urea diberikan sesuai dengan Bagan Warna Daun, TSP diberikan keseluruhannya pada saat olah tanah sedangkan KCL diberikan 2 kali yaitu ½ dosis pada awal tanam dan sisanya pada saat primordia. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara terpadu dengan cara pengamatan secara ketat terhadap OPT dan menggunakan agent hayati. Penggunaan pestisida kimiawi baru digunakan apabila serangan melebihi ambang ekonomi. Panen dilakukan apabila pertanaman sudah menguning 95 %. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan sabit bergerigi atau mower. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan sinar matahari sampai kadar air maksimal 13 %. Perontokan dilakukan dengan sistem hempas Pengamatan akan dilakukan pada saat vegetatif yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif, sedangkan pengamatan generatif dilakukan terhadap umur berbunga, panjang malai, jumlah biji per malai, berat 1000 butir dan produksi. Pengamatan terhadap kualitas benih dilakukan di labor BPSB. Data agronomis dianalisis menggunakan sidik ragam (Analysis of Variance) dan diuji lanjut dengan Uji T. Selanjutnya untuk menganalisa kelayakan ekonomis akan dilakukan analisa usahatani dengan perhitungan nilai B/C ratio dan MBCR untuk memperoleh informasi tentang tingkat keuntungan dan nilai tambah dari penerapan teknologi introduksi. Roguing dilakukan pada fase bibit, fase vegetatif dan fase reproduktif. Petugas BPSB dan petugas dinas pertanian mengawasi proses perbenihan dan melabel benih yang dihasilkan.
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
21
Laporan Tahunan 2010
Areal kegiatan teknologi produksi benih padi seluas 1 ha, yang tediri dari 0,5 ha pertanaman benih BS dan 0,5 ha pertanaman benih FS dari varitas Inpari Dari hasil perhitungan analisis anggaran parsial menunjukkan bahwa secara finansial usahatani produksi benih padi menguntungkan dengan tingkat keuntungan 199% untuk teknologi introduksi, 121% untuk teknologi petani. Dengan perkataan lain pada pertanaman produksi benih padi untuk musim tanam 2009/2010 teknologi introduksi memberikan keuntungan sebesar Rp. 15.375.000,- teknologi petani memberikan keuntungan sebesar Rp. 9.410.000,Dari hasil kegiatan teknologi produksi benih (pertanaman FS) dapat dihasilkan benih sebanyak 3 t/ha kg/ha dengan keuntungan sebesar Rp. 15.375.000,- (B/C rasio : 2,99), sedangkan dari kegiatan petani dihasilkan benih sebanyak 2,45 kg/ha dengan keuntungan sebesar Rp.6.305.000,- (B/C rasio 1,81). Dari takaran pupuk yang ditentukan dengan PHSL (150 kg Urea/ha, 100 kg SP-36/ha dan 50 kg KCl/ha ) terjadi efisiensi 50 kg Urea/ha (Takaran petani 200 kg Urea/ha, 100 kg SP-36/ha dan 50 kg KCl/ha).
UJI MULTI LOKASI GALUR HARAPAN PADI SAWAH (POTENSI PRODUKSI > 7 TON GKP/Ha YANG TOLERAN Fe TINGGI (> 25 ppm) DAN KEDELAI ( POTENSI PRODUKSI 1,5 TON/Ha ) YANG ADAPTIF PADA LAHAN PASANG SURUT DI RIAU Tujuan dari kegiatan ini adalah 1). Mendapatkan informasi keragaan galur harapan padi sawah irigasi, padi rawa pasang surut dan kedelai yang berdaya adaptasi baik dan berdaya hasil tinggi dengan rataan produktivitas yang adaptif pada lahan pasang surut di Propinsi Riau, 2) Mendapatkan 2 – 3 galur harapan padi sawah dengan produktivitas > 8 ton/ha, 3) Mendapatkan 2- 3 galur harapan padi rawa pasang surut dengan produktivitas > 6 ton /ha ; toleran Fe (> 25 ppm) di Provinsi Riau, dan 4) Mendapatkan 2 – 3 galur harapan kedelai (produktivitas > 2 ton/ha dan toleran hama penghisap polong) Uji multi lokasi galur harapan padi sawah ( potensi produksi > 7 ton GKP/ha ) yang toleran Fe tinggi dan kedelai ( potensi produksi > 1, 5 ton/ha ) pada lahan pasang surut di Riau. Pengkajian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2010. Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai untuk menghasilkan galur harapan padi sawah , padi pasang surut dan kedelai yang dapat dikembangkan.
Lingkup Pengkajian terdiri dari 3 sub kegiatan, yakni : 1). Uji Multilokasi Galur Harapan Padi Sawah Irigasi di Kabupaten Siak, 2). Uji multi lokasi galur harapan padi pasang surut di Kabupaten Rokan Hilir, 3). Uji Multilokasi Galur Harapan kedelai di Kabupaten Indragiri Hulu. Pengkajian diawali dengan survey pendahuluan (PRA) untuk menentukan lokasi, kemudian diikuti perencanaan dan penyusunan metode kajian yang adaptif pada lokasi tersebut. Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi daya adaptasi beberapa galur harapan padi sawah, padi sawah pasang surut, dan kedele di Propinsi Riau. Metode yang digunakan pada masing kegiatan adalah : 1) Rancangan Acak kelompok terdiri 10 galur harapan padi sawah + 2 varietas pembanding dengan 3 kali ulangan, 2) Rancangan Acak kelompok terdiri 8 galur harapan padi lahan pasang surut + 2 varietas pembanding dengan 4 kali ulangan, 3) Untuk kedele rancangan yang digunakan acak kelompok terdiri dari 10 galur harapan + 2 varietas pembanding Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara statistik menggunakan SAS program atau ANOVA dan dilanjutkan dengan uji beda rata-rata menggunakan uji jarak berganda menurut Duncan (DMRT). Hipotesis dari penelitian ini adalah akan didapatkan minimal masing – masing 2 galur harapan padi sawah irigasi, padi sawah pasang surut dan kedelai yang berdaya adaptasi baik dengan rataan produktivitas (>15 %). Hasil penelitan menunjukkan pertumbuhan awal galur harapan padi sawah dan padi pasang surut cukup baik. Permasalahan yang dihadapi musim tanam yang kurang tepat atau tidak serentak dengan tanaman sekitarnya, sehingga tanaman rentan terhadap serangan hama tanaman, terutama hama tikus. Yang mengakibatkan kerusakan berat bagi tanaman. Pada kegiatan uji multilokasi galur harapan kedelai benih yang ditanam persentase tumbuhnya sangat rendah, sekitar 50 – 60 %. Penanaman dilakukan pada minggu pertama bulan oktober. Kerjasama lingkup Badan Litbang dan Dinas/Instansi terkait RANCANG BANGUN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA DI PROVINSI RIAU Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penyusunan Rancang Bangun Pengembangan Hortikultura di Propinsi Riau ini adalah : 1). Menjadi acuan dalam pelaksanaan dan petunjuk teknis pengembangan kawasan hortikultura bagi aparatur hortikultura di Propinsi Riau, 2). Menyamakan persepsi dalam melakukan pembinaan dan pengawasan yang didasarkan pada petunjuk teknis
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
22
Laporan Tahunan 2010
dan petunjuk pelaksanaan pengembangan kawasan hortikultura sehingga mampu mendorong operasionalisasi penyelenggaraan pengembangan kawasan sesuai dengan konsep kawasan. Kegiatan ini dilaksanakan di Provinsi Riau, yaitu Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau. Komponen kegiatan meliputi penyusunan Rancang Bangun Pengembangan Kawasan Hortikultura di Propinsi Riau, dimana survey dilaksanakan di Kabupaten Kampar, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Pelalawan, Siak, Kota Dumai, dan Pekanbaru. Pelaksana kegiatan adalah bidang produksi atau bidang yang menangani hortikultura dengan melibatkan petugas propinsi/ kabupaten/ kota/ petani/ pelaku usaha/ pemangku kepentingan lainnya (BPTPH, BPSBTPH, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, dan Perguruan Tinggi) yang ada di Provinsi Riau. Pembiayaan bersumber dari dana APBN yang dialokasikan sebagai dana dekonsentrasi pada DIPA satker Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau dalam bentuk Belanja Bahan, Honor yang Terkait dengan Output Kegiatan, Belanja Barang Non Operasional Lainnya, Belanja Jasa Profesi, Belanja Lembaga Sosial Lainnya. Kegiatan Rancang Bangun Pengembangan Kawasan Hortikultura akan dilaksanakan pada tahun 2010 untuk menyusun dan merencanakan Rancang Bangun (Design) Pengembangan Kawasan Hortikultura hingga 5 tahun ke depan (2010-2014). Metode tersebut digunakan untuk menganalisis kelas kawasan hortikultura mulai dari kawasan inisiasi hortikultura dan berkembang menjadi kawasan hortikultura terintegrasi dengan dengan pendampingan intensif dengan memperhatikan aspek-aspek kawasan hortikultura sebagai dasar dalam penyusunan rancang bangun kawasan hortikultura sesuai potensi dan kondisi wilayah dalam rangka pengutuhan pengembangan kawasan hortikultura. • •
•
SWOT Analisis berdasarkan VISI dan MISI PRA (Participatory Rural Appraisal), mengikutkan petani sebagai perencana sesuai dengan preferensinya terhadap komoditas unggulan (Unggulan hortikultura) dan produk olahannya. Fokus pada Komoditas Unggulan (unggulan hortikultura). Penetapan komoditas tersebut sebagai unggulan berdasarkan kesesuaian lahan, preferensi masyarakat yang tinggi, permintaan pasar yang cenderung meningkat, ketersediaan lahan dan nilai ekonomi komoditas yang potensial serta didukung oleh komitmen pemerintah.
•
Agar komoditas unggulan yang diperoleh lebih representatif digunakan alat analisis Location Quotient dengan formula berikut ” pi/pt LQ = ---------Pi/Pt Dimana : - LQ = tingkat partisipasi komoditas dalam satu wilayah - pi = luas panen komoditas i pada daerah - pt = total luas panen subsektor hortikultura buah di daerah - Pi = luas panen komoditas i pada tingkat propinsi - Pt = total luas panen subsektor hortikultura tingkat propinsi Dalam analisis ini tidak dilakukan penghitungan derajat keunggulan komoditas tingkat propinsi dengan alasan bahwa nantinya fokus kegiatan perancangan dan pengembangan akan dilakukan di daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Disamping itu, ada beberapa komoditas yang tidak muncul dalam analisis, karena tidak tersedianya data yang memenuhi syarat. Untuk mengantisipasi kesalahan dan kekurangtepatan, untuk komoditaskomoditas dimaksud dilakukan analisis dan pertimbangan berdasarkan informasi yang tersedia dan preferensi masyarakat serta tendensi yang terjadi dewasa ini. Berikut ditetapkan beberapa strategi guna mewujudkan sasaran yang diinginkan berdasarkan FKK yang diperoleh dari hasil analisis: 1). Meningkatkan fasilitas pendukung dalam menerapkan teknologi dan memanfaatkan peluang pasar, 2). Meningkatkan kualitas SDM guna menerapkan teknologi, menjalin kerjasama dan memanfaatkan sistem informas, 3). Menerapkan teknologi guna mengisi peluang pasar, dan 4) Fasilitasi dan mediasi kerjasama dengan stakeholder guna memanfaatkan peluang pasar Dari program-program tersebut dapat ditetapkan kegiatan-kegiatan untuk pengembangan komoditas unggulan hortikultura Propinsi Riau. Tetapi dalam penetapan kegiatan, perlu diakomodir dan disarankan bagi daerah kabupaten/kota untuk lebih dulu membuat perencanaan serupa yang lebih detil dengan kajian yang mendalam, agar semua potensi bisa terbangkit secara maksimal. Rancang bangun ini perlu diacu untuk menyusun rancang bangun tersendiri yang fokus untuk masing-masing daerah dan masing-masing komoditas. Secara garis besar, kegiatan-kegiatan yang bisa dijabarkan (direncanakan) untuk pengembangan komoditas unggulan hortikultura oleh Dinas Pertanian dan Hortikultura Propinsi Riau diantaranya adalah:
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
23
Laporan Tahunan 2010
Program 1 : Pengadaan infrastruktur yang memadai untuk mendukung kegiatan pengembangan komoditas hortikultura Propinsi Riau. Kegiatan : - Fasilitasi penyusunan rencana pengembangan komoditas unggulan hortikultura daerah kabupaten/kota - Pembangunan Terminal Agribisnis Komoditas unggulan hortikultura - Pembangunan jalan produksi dalam pengembangan komoditas unggulan hortikultura - Pembangunan pusat informasi dan pengembangan komoditas unggulan hortikultura Program 2 : Pemeliharaan dan peningkatan infrastruktur sesuai kebutuhan guna mendukung kegiatan pengembangan komoditas hortikultura Propinsi Riau Kegiatan : - Pemeliharaan Terminal Agribisnis Komoditas unggulan hortikultura - Pengadaan fasilitas terminal agribisnis komoditas unggulan hortikultura Program 3 : Pengadaan fasilitas yang memadai yang sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pengembangan komoditas unggulan hortikultura Kegiatan : - Pengadaan kebun bibit komoditas unggulan hortikultura - Pengadaan kebun percontohan komoditas unggulan hortikultura Program 4 : Pemeliharaan dan pengembangan fasilitas sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan. Kegiatan : - Pemeliharaan kebun bibit komoditas unggulan hortikultura - Pengembangan fasilitas kebun bibit komoditas unggulan hortikultura - Pemeliharaan kebun percontohan komoditas unggulan hortikultura - Pengembangan fasilitas kebun percontohan komoditas unggulan hortikultura Program 5 : Peningkatan kualitas sumberdaya manusia aparat pelaksana pengembangan komoditas unggulan hortikultura. Kegiatan : - Pengiriman aparat ke jenjang pendidikan khusus pengembangan komoditas unggulan hortikultura
- Pengiriman aparat pemerintahan ke pendidikan informal dalam pengembangan komoditas unggulan hortikultura Program 6 : Peningkatan kualitas sumberdaya petani pelaksana ; Kegiatan : - Pengiriman petani ke pendidikan informal dalam pengembangan komoditas unggulan hortikultura - Pengiriman petani magang dalam pengembangan komoditas unggulan hortikultura Program 7 : Pembinaan dan pengembangan kelembagaan petani. Kegiatan : - Fasilitasi revitalisasi kelembagaan petani komoditas unggulan hortikultura - Pembinaan kelembagaan petani komoditas unggulan hortikultura secara berkelanjutan Program 8 : Introduksi teknologi terkini untuk pengembangan komoditas unggulan hortikultura. Kegiatan : - Pengenalan paket teknologi terkini guna pengembangan komoditas komoditas unggulan hortikultura Program 9 : Pengujian teknologi tepat guna dan spesifik lokasi untuk pengembangan komoditas unggulan hortikultura. Kegiatan : - Pengujian paket teknologi terkini dalam pengembangan komoditas unggulan hortikultura Program 10 : Pengembangan teknologi spesifik lokasi untuk komoditas unggulan hortikultura. Kegiatan : - Pengembangan teknologi spesifik lokasi komoditas unggulan hortikultura Program 11 : Fasilitasi penguatan modal petani dalam pengembangan komoditas unggulan hortikultura ; Kegiatan : - Penguatan modal petani komoditas unggulan hortikultura Program 12 : Fasilitasi peningkatan akses pemasaran produk yang dihasilkan petani. Kegiatan : - Fasilitasi pemasaran produk komoditas unggulan hortikultura Program 13 : Mediasi kerjasama antara petani dan para pelaku ekonomi lainnya”. Kegiatan :
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
24
Laporan Tahunan 2010
- Penggalangan kerjasama antara petani dan pelaku ekono i lainnya dalam pengembangan komoditas unggulan hortikultura Berdasarkan tujuan, sasaran serta jabarannya diatas pengembangan komoditas unggulan buahbuahan ini sangat mendukung pelepasan (launching) Gerakan Riau Menanam (Gerinam) buah. Gerakan ini dilatarbelakngi oleh maraknya komoditas buah dari luar negeri dan luar daerah yang membanjiri pasar daerah Riau. Di Propinsi Riau sendiri, pertumbuhan produksi buah-buahan sangat rendah dan berfluktuasi, sementara konsumsi buahpun cukup rendah. Berdasarkan data statistik konsumsi buah di Riau hanya 38,11 kg/kapita/tahun, jauh dibawah konsumsi buah standar menurut FAO sebesar 65,75 kg/kapita/tahun. Bila diperhatikan lebih jauh, lambatnya perkembangan karena maraknya proses alih fungsi lahan buah-buahan yang subur menjadi pemukiman, jalan, perkebunan atau bangunan. Sementara keberadaan lahan yang cukup luas belum dimanfaatkan secara baik dan juga belum mampu memberikan produktifitas yang memadai. Sebenarnya gerakan ini merupakan program yang sangat potensial dan strategis untuk memicu dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah mengingat lokasi Propinsi Riau yang sangat strategis berdekatan dengan tiga Thailand, Malaysia dan Singapura yang sedang berkembang sebagai pusat perkembangan daerah Asia Tenggara. Pewujudan gerakan ini nantinya sekaligus juga akan mendukung gerakan “Revitalisasi Pertanian” yang telah direncanakan oleh Presiden RI tahun 2006, dan Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon yang dicanangkan oleh ibu negara Ani Yudoyono pada tahun 2008. Pada prinsipnya, Gerinam juga merupakan upaya terobosan untuk mendukung program K2I Propinsi Riau. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dari Gerinam buah antara lain adalah ; 1. Penumbuhan kawasan pengembangan hortikultura dengan komoditas unggulan nasional dan daerah di setiap kabupaten/kota pada tingkat skala kecil, menengah maupun besar. 2. Optimalisasi kebun buah rakyat secara terpadu berdasarkan pendekatan agribisnis sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani dalam rangka usaha penanggulangan kemiskinan menuju masyarakat tani Riau yang sejahtera. 3. Terpenuhinya buah-buahan untuk masyarakat di Propinsi Riau. 4. Timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya meningkatkan konsumsi buah-
5. 6.
buahan lokal disetiap rumah tangga dalam rangka memenuhi gizi keluarga. Meningkatkan eksport buah-buahan sebagai sumber devisa negara. Menekan masuknya buah-buahan impor dan masyarakat lebih mencintai buahbuahan lokal.
Sasaran yang akan diwujudkan adalah terjadinya peningkatan luas tanam sebanyak 10.000 ha peningkatan produksi sebanyak 270.000 ton sekaligus menekan kekurangan produksi buah dari 199.583 ton (63,24 %) pada tahun 2007 menjadi 40.043 ton (9,39 %) pada tahun 2017. Untuk itu, rancang bangun ini harus ditindaklanjuti dengan Detail Engineering Design (DED) pengembangan masing-masing komoditas (secara garis besar ditampilkan pada Tabel Lampiran 2). Peningkatan luas tanam bisa dilakukan melalui berbagai skenario pengembangan seperti penambahan luas areal, rehabilitasi kebun yang sudah ada, pemanfaatan lahan pekarangan serta optimalisasi pemanfaatan lahan (lahan terlantar, lahan pinggir jalan atau taman perkotaan, bisa juga membangun paru-paru kota yang diselaraskan dengan estetika wilayah) dan lainnya. Untuk mendukung gerakan ini perlu dikemukakan alternatif kegiatan pengembangan tujuh komoditas unggulan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut akan sangat tergantung pada ketersediaan dana dan sumberdaya manusia pelaksana. Oleh karena itu akan dilakukan prioritas sesuai dengan kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah. Kegiatan-kegiatan tersebut diurai berdasarkan arahan hasil analisis SWOT yang dilakukan, dan diuraikan pada Tabel Lampiran 2. Penetapan prakiraan anggaran akan disusun setelah gerakan ini dilaunching oleh Gubernur Propinsi Riau, sesuai dengan ketersediaan dana dan prioritas program. Dalam pengembangan komoditas unggulan ini sangat dibutuhkan konsistensi kebijakan pemerintah, baik pemerintah pusat, pemerintah propinsi maupun pemerintah kabupaten. Konsistensi dukungan tidak hanya berupa moril tetapi yang sangat dibutuhkan adalah dukungan investasi atau pengalokasian anggaran pembangunan. Investasi ini akan diupayakan sedemikian rupa sehingga akan terjadi sinergisme alokasi anggaran antara APBD dengan APBN serta dana perbantuan serta Dana Alokasi Khusus. Bila tidak ada konsistensi dukungan kebijakan investasi ini maka proses pengembangan akan terbengkalai dan dikhawatirkan kegiatan akan berhenti ditengah. Akibat buruknya adalah sasaran pengembangan tidak akan tercapai. Dan yang lebih
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
25
Laporan Tahunan 2010
parah adalah hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Dukungan kebijakan yang konsisten dan berkesinambungan diyakini akan memacu investasi dari stakeholder, sehingga proses pengembangan komoditas akan berjalan lancar serta gerakan pertumbuhan ekonomi masyarakat akan dinamis. Akselerasi perkembangan modal akan berjalan cepat dan dinamis yang ditunjukan oleh berdayanya semua sektor ekonomi yang terkait. Dengan demikian peningkatan pendapatan masyarakat dan pencapaian target pertumbuhan akan terwujudkan. Disamping dukungan investasi modal dan peralatan serta infrastruktur, pemerintah juga memutuskan kebijakan dalam regulasi dan kemudahan-kemudahan, terutama dalam proses fasilitasi kerjasama dan pemasaran serta investasi. Sosialisasi yang intensif dan penyuluhan serta pembinaan yang berkelanjutan diyakini akan menciptakan iklim usaha yang kondusif. Dapat dipastikan bahwa kondisi ini akan menarik perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya secara simultan. Pertumbuhan agribisnis dan perkembangan ekonomi masyarakat akan berawal di pedesaan yang dicirikan oleh tumbuhnya pertanian yang kuat dan berkembangnya industri yang tangguh. PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK BERBAHAN BAKU LOKAL SEBAGAI MEDIA TUMBUH DAN PENYUBUR LAHAN DI PROVINSI RIAU Tujuan dilaksanakannya kajian ini adalah: 1). mengidentifikasi potensi bahan organik lokal sebagai media tumbuh dan penyubur lahan di Provinsi Riau, 2). merumuskan strategi pengembangan dan pemanfaatan pupuk organik sebagai media tumbuh dan penyubur lahan di Provinsi Riau Ruang lingkup kegiatan adalah: 1). melakukan identifikasi pupuk organik berbahan baku lokal dari limbah pertanian dan peternakan dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Riau dengan menggunakan data sekunder dari BPS, 2). merumuskan strategi pengembangan dan pemanfaatan pupuk organik berbahan baku lokal yang datanya diperoleh dari dua kabupaten yakni Kabupaten Kampar dan Kota Dumai sebagai pewakil kabupaten/kota di Provinsi Riau. Penelitian atau kajian ini merupakan penelitian deskriptif yang membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Menurut Nazir (1999), penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat.
Kajian ini dibagi dalam dua tahapan, tahapan pertama adalah melakukan identifikasi bahan organik lokal dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Riau, dengan menggunakan data provinsi maupun kabupaten dalam angka yang dikeluarkan oleh BPS dan juga laporan tahunan dari dinas terkait. Sedangkan tahapan kedua adalah identifikasi dan merumuskan strategi pengembangan pupuk organik lokal di dua kabupaten yakni Kabupaten Kampar dan Kota Dumai. Secara keseluruhan lokasi kajian ini adalah diseluruh kabupaten/kota di Provinsi Riau untuk menjawab tahapan pertama dan untuk menjawab tahapan kedua mewakili lokasi di Kabupaten Kampar dan Kota Dumai. Penelitian akan dilaksanakan selama 6 bulan dari bulan Juni sampai Desember 2010. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah: 1. Sumber bahan baku lokal pupuk organik yang bersumber dari tanaman pangan (padi, jagung, kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau) di Provinsi Riau sebanyak 931.596 ton jerami tanaman pangan, dan jika dikomposkan berpotensi menghasilkan pupuk organik sebanyak 465.798 ton. 2. Luas areal perkebunan di Provinsi Riau pada tahun 2008 yang meliputi karet, kelapa, kelapa sawit, kakao dan pinang mencapai 2.763.851 ha. Dari beberapa komoditas tersebut kelapa sawit memberikan kontribusi terbesar mencapai 1.674.665,46 Ha. Potensi produk kompos dari TKS di Provinsi Riau adalah sebesar 924.399,2 ton. 3. Jumlah total populasi ternak di Provinsi Riau mencapai 356.094,80 ST, sehingga potensi kotoran ternak di Provinsi Riau sebesar 200.254.38 ton/tahun. 4. Kabupaten Kampar dapat menghasilkan kompos dari sisa hasil panen tanaman pangan sebanyak 20.465 ton/thn, dari tanaman perkebunan sebesar 74.839,52 ton/thn, dan dari limbah ternak sebesar 17.611,88 ton/th. 5. Kota Dumai dapat menghasilkan kompos dari sisa hasil panen tanaman pangan sebanyak 5.180,72 ton/thn, dari tanaman perkebunan sebesar 47.877 ton/thn, dan dari limbah ternak sebesar 47.024,87 ton/th. 6. Dari hasil analisis IFE, diperoleh faktor strategis dalam elemen kekuatan yang paling penting dalam pengembangan pemanfaatan pupuk organik adalah ketersediaan bahan baku pupuk organik karena memberikan dampak paling tinggi pada posisi strategi pengembangan pemanfaatan pupuk organik. 7. Faktor keterbatasan modal usaha dan keterbatasan sarana dan prasarana adalah kelemahan utama yang dimiliki pemerintah
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
26
Laporan Tahunan 2010
8.
daerah dan masyarakat/petani/peternak di Kabupaten Kampar dan Kota Dumai. Keterbatasan modal usaha dan keterbatasan sarana dan prasarana dalam pengolahan dan pemanfaatan pupuk organik akan menyulitkan masyarakat/ petani/peternak untuk memperoleh hasil pupuk organik yang lebih baik. Strategi Pengembangan pupuk Organik: 1) Pemanfaatan bahan baku yang ada secara optimal, tepat dan terarah, didukung program yang berkelanjutan, 2) Peningkatan akses pasar dan promosi, 3) Penyediaan Modal usaha dengan sistem kemitraan, 4) Pembinaan terpadu pengembangan pupuk organik.
Rekomendasi yang diberikan pada kegiatan ini adalah: 1. Berdasarkan karakteristik lahan di Riau yang secara umum tergolong marjinal, maka direkomendasikan penggunaan pupuk organik dalam rangka perbaikan sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah yang pada akhirnya akan meningkatkan kesuburan, kimia dan biologi tanah. 2. Potensi bahan pupuk organik cukup tinggi di Riau yaitu 1.590.451,58 ton/thn. Keberadaan pupuk organik ini direkomendasikan untuk dimanfaatkan ke lahan guna meningkatkan produktivitas lahan maupun produksi komoditas pertanian di Provinsi Riau. 3. Pada era sekarang, kenyataannya bahwa pupuk anorganik sulit diperoleh dan relatif mahal, sehingga direkomendasikan pemanfaatan pupuk organik ke lahan sebagai complementary dari keterbatasan pupuk anorganik untuk peningkatan produksi tanaman. 4. Perlu dilakukan penyempurnaan kelembagaan kolompok tani dalam pemanfaatan pupuk organik guna menuju pertanian yang berkelanjutan. 5. Dengan potensi pupuk organik yang ada di Riau direkomendasikan kepada pemerintahan daerah kiranya dapat membangun pabrik pupuk organik di daerah untuk mendukung keberlanjutan usaha pertanian khususnya di Provinsi Riau.
PENGEMBANGAN MUTU DAN KARAKTER BENIH PADI KABUPATEN PELALAWAN Tujuan penelitian ini adalah : 1). Melakukan display dan perbanyakan benih genotip-genotip padi hasil seleksi tahun 2009, 2). Melaksanakan seleksi segregan dari persilangan genotip lokal dengan tetua sumber gen yang diharapkan dan hasil mutasi, 3). Mengetahui preferensi petani dan konsumen
terhadap hasil pemurnian padi lokal, hasil persilangan, dan mutas, dan 4) Mengetahui tingkat ketahanan terhadap hama dan penyakit serta menguji mutu beras genotip-genotip hasil pemurnian Penelitian dilaksanakan di delapan lokasi, yaitu di Parit Senang, Sungai Selamat, Sungai Bagan, Sungai Solok, Sungai Cina, Parit Tengah, Sungai Raya dan Parit Baru Kecamatan Kuala Kampar, dengan luas total pertanaman 3.5 ha. Kegiatan uji daya hasil dan uji keturunan padi pasang surut dilaksanakan di lahan petani kooperator dan di kebun percobaan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi. Penelitian berlangsung pada bulan Januari-Desember 2010. Teknik budidaya terdiri dari: (1) umur bibit 25 hari untuk varietas lokal dan 18-21 hari untuk hasil persilangan dan varietas unggul baru sebagai pembanding; (2) tanaman pada persemaian dipupuk dengan Urea 50 kg/ha, TSP 50 kg/ha, KCl 25 kg/ha (Urea 25 kg, TSP, dan KCl seluruhnya diberikan satu hari sebelum tebar benih, dan Urea 25 kg/ha diberikan saat umur persemaian 13-14 hari, luas persemaian 5% dari luas pertanaman; (3) jarak tanam Legowo 20 x 20 x 40 cm; (4) jumlah tanaman per lubang 1 batang; (5) pupuk dasar Urea 100 kg/ha, TSP 150 kg/ha, KCl 50 kg/ha, diberikan bersamaan dengan Furadan 16 kg/ha satu hari sebelum tanam; (6) pupuk susulan Urea 50 kg/ha dan KCl 50 kg/ha diberikan pada umur 35 hst; (7) pupuk organik cair diaplikasikan pada umur 3 hst, 10 hst, 30 hst, dan pada masa bunting dengan dosis masing-masing 2 lt/ha, 1 lt/ha, 2 lt/ha, dan 1 lt/ha; (8) penyiangan menggunakan herbisida; (9) pengendalian terhadap hama penyakit dengan metode PHT. Sebanyak 6 genotip C1/KB, C6/KB-54, C3/KB-57, Ketek Jambi-1, Ketek Putih, dan Korea Aro. Keenam genotip tersebut didisplaykan bersama-sama dengan pembanding Batang Hari, Cekow, dan Populasi Dasar Korea pada tahun 2010. Display dan perbanyakan benih dilaksanakan di lahan petani seluas 2.8 ha yang tersebar di 8 lokasi. Pada tahun 2010 observasi dan evaluasi dilakukan terhadap turunan bersegregasi hasil persilangan genotip lokal dengan tetua pembawa sifat yang diinginkan (F5 dan F6) serta turunan hasil mutasi (M4 dan M5). Barisan tanaman yang diinginkan dipilih untuk diperbanyak benihnya pada musim berikutnya. Semua genotip yang sudah relatif mantap, diuji di laboratorium/rumah kasa atau lapang dengan memberikan cekaman hama dan patogen penyebab penyakit utama padi. Pengujian dilaksanakan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi – Sukamandi. Metoda seleksi sangat menentukan dalam pembentukan varietas tanaman. Metoda pemuliaan yang paling efektif untuk memperbaiki satu atau dua sifat yang dikontrol oleh gen tunggal suatu tanaman
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
27
Laporan Tahunan 2010
adalah metoda silang balik atau back cross. Sedang untuk memperbaiki beberapa sifat dan sifat-sifat yang dikontrol oleh banyak gen perlu dilakukan metoda pedigree maupun bulk. Di samping itu dilakukan seleksi berulang atau recurrent selection untuk membentuk populasi unggul. Cara ini telah banyak dilakukan dan berhasil baik dalam pemuliaan tanaman menyerbuk silang seperti jagung dan tanaman makanan ternak (Fehr, 1987). Data yang diamati meliputi keragaan lingkungan biofisik serta keragaan pertumbuhan dan hasil tanaman di setiap lokasi penanaman. Keragaan lingkungan biofisik meliputi: jenis dan kesuburan tanah, tata air, suhu, curah hujan, hama, dan penyakit. Keragaan pertumbuhan tanaman meliputi : tinggi tanaman optimal (cm), diukur pada saat panen dari leher akar hingga ujung daun; umur berbunga, jumlah anakan produktif per meter persegi, yaitu anakan yang menghasilkan malai (diukur pada saat panen); jumlah bulir per malai; persentase gabah bernas dan hampa; karakter daun, karakter gabah dan beras, dan potensi hasil. Percobaan dirancang menurut rancangan acak kelompok (RAK) yang diulang empat kali. Setiap plot percobaan berukuran 5 m x 5 m dan jarak antar plot dalam kelompok 70 cm dan jarak antar kelompok 100 cm. Lokasi penelitian yang berada di Dusun Sungai Bagan dan Dusun Sungai Selamat Desa Sungai Solok ditandai dengan topografi datar, merupakan lahan pasang surut tipe B, jenis tanah ultisol dengan warna lapisan olah coklat gelap hingga coklat gelap kekuningan dan lapisan berikutnya berwarna abu-abu hingga abu-abu gelap, tekstur tanah liat berdebu, kedalaman pirit 10-15 cm, curah hujan rata-rata tahunan 2.582 mm, dan suhu rata-rata siang hari 31,6 o o C – 34,3 C. Hingga kedalaman 10-15 cm lapisan olah merupakan tumpukan bahan organik mirip gambut tipis yang melapuk sempurna. Lokasi di Dusun Sungai Selamat berada pada ketinggian 15 m dari permukaan laut (dpl) di areal cekungan sehingga sering tergenang sedangkan lokasi di Dusun Sungai Bagan berada pada ketinggian 18 m dpl dan cenderung kering jika tidak hujan dalam 1 minggu. Lahan di Sungai Solok dan Sungai Upih ditanami tanaman padi satu kali satu tahun dan bera selama 7 bulan. Gulma dominan saat bera adalah jajagoan, rumput padang bolak, teki-tekian, kumpai, dan sarang buaya. Satu bulan sebelum tanam, gulma disemprot dengan herbisida. Setelah satu bulan, gulma direbahkan dengan bantuan rotari sekaligus mengolah tanah. Lokasi di Desa Sungai Upih berada pada ketinggian 38 m dpl merupakan lahan tadah hujan, topografi datar. Karakteristik tanah dan iklim hampir sama dengan Sungai Solok. Lokasi di Pekanbaru
merupakan sawah bukaan baru pada ketinggian 50 m dpl, tanah ultisol, reaksi tanah masam. Hama yang umum ditemui petani di semua lokasi kajian adalah hama tikus, burung, walang sangit, penggerek batang, dan belalang. Sedangkan penyakit yang biasa menyerang tanaman padi petani adalah hawar pelepah, blas, dan bercak coklat. Petani di lahan pasang surut terutama yang ada di Kecamatan Kuala Kampar tergolong jarang mengendalikan gulma pasca pindah tanam ke lapangan. Oleh karena itu, gulma tergolong organisme pengganggu tanaman yang sangat penting di Kuala Kampar. Pada umumnya petani hanya mengandalkan cara kimia yaitu menyemprotkan herbisida sebelum tanam. Beberapa gulma yang dapat ditemukan di lokasi penelitian adalah tekitekian, rumput purun, eceng leutik, genjer, rumput padang bolak, kumpai, dan sarang buaya. Tidak semua gulma mudah dikendalikan dengan herbisida. Kondisi di lapangan, jenis gulma, ketepatan jenis dan dosis herbisida, sangat mempengaruhi efektivitas herbisida yang disemprotkan. Selain menggunakan herbisida, gulma tertentu dapat juga dikendalikan secara teknis melalui pengolahan tanah dan penggenangan. Herbisida yang diaplikasikan bisa dari jenis herbisida pratumbuh, herbisida purnatumbuh awal, atau herbisida purnatumbuh. Herbisida yang efektif mengendalikan golongan teki (bulu mata munding, teki) dan gulma berdaun lebar (eceng leutik, genjer, dll) banyak dijual di pasaran, misalnya 2,4 D, metsulfuron, oxadiargil, pretilaklor; sedangkan herbisida yang efektif mengendalikan gulma golongan rumput (jajagoan, babontengan) dan berdaun lebar diantaranya adalah fenoksulam, butaklor, tiobenkarb/ propanil. Herbisida fenoksaprop-P-etil juga cukup efektif menekan pertumbuhan gulma rumput, namun kalau waktu dan cara aplikasi kurang atau tidak tepat dapat menimbulkan tingkat keracunan yang tinggi pada tanaman padi. Lahan penelitian di Sungai Bagan, Sungai Selamat, Sungai Solok, dan Parit Senang tergolong lahan subur. Keempat lokasi tersebut berada di Pulau Mendol Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan. Menurut sejarahnya Pulau Mendol merupakan pulau delta dan lapisan olah mengandung bahan organik sangat tinggi. Lokasi penelitian di Sungai Cina, Parit Tengah, Sungai Raya dan Parit baru juga merupakan endapan bahan organik gambut yang sering jenuh air tetapi status hara P dan K nya rendah, lahan masam, dan perlu pemupukan Urea hingga 200 kg/ha. Lokasi Penelitian di Pekanbaru dan Bunut tergolong sawah bukaan baru yang kurang subur. Lahan sawah di Rimba Melintang tergolong tidak subur, pH rendah, keracunan besi, dan rawan
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
28
Laporan Tahunan 2010
kekeringan pada musim kemarau karena tidak ada irigasi. Display calon varietas berfungsi sebagai sarana penyampaian infromasi kepada petani dan masyarakat lainnya tentang kemajuan penelitian yang dilaksanakan sekaligus memperoleh respon dari pengunjung tentang keragaan calon varietas yang ditanam. Respon pengunjung sangat baik terhadap calon varietas yang didisplaykan dan berharap calon varietas tersebut sudah dapat dikembangkan. Walaupun masih dalam tahap pengujian, calon varietas yang sudah murni tersebut sudah mulai disebarkan petani kooperator kepada petani di sekitarnya pada musim tanam 2010. Beberapa variabel pertumbuhan dan hasil tanaman yang dinilai pengunjung sudah cukup ideal untuk kondisi sawah pasang surut dan sudah ada pada calon varietas yang diuji adalah tinggi tanaman yang sedang, batang yang kokoh sehingga tahan rebah, rumpun yang kompak, tahan penyakit, masak serentak, dan hasil yang tinggi. Tinggi tanaman dinilai perlu diperhatikan karena hamparan sawah di lokasilokasi pengujian rata-rata berada di hamparan yang luas dan kecepatan angin cukup tinggi pada musim tertentu.
(a)
(b)
Gambar 10. Penampilan tanaman hasil pemurnian (a) dan tanaman petani (b) Tanaman yang di-display-kan diarahkan untuk menghasilkan benih sumber. Benih sumber ini akan ditanam pada musim berikutnya dalam pengawasan BPSB Provinsi Riau. Dari perbenihan seluas 2.8 ha, diharapkan sedikitnya 1 ton benih siap untuk disebarkan ke penangkar untuk diperbanyak dibawah pengawasan BPSB. Rata-rata hasil yang diperoleh dari masing-masing genotip yang ditanam disajikan pada Tabel 28.
Tabel 28. Keragaan hasil panen (t/ha) calon varietas dan pembanding di berbagai lokasi tahun 2010 Galur
P. Senang
F10 (C1/KB) F14 (C6/KB54) F32 (C3/KB57) F33 (Ketek Jambi-1) F37 (Ketek Putih) Korea Aro Cekow
5.3 5.7
Lokasi S. S Bagan S. Solok S. Cina Parit Sungai Parit baru Rerata Selamat Tengah Raya 5.8 6.2 5.9 5.5 6.5 4. 6.1 6.1 4 5.0 5.6 6.0 5.3 6.2 4. 5.6 5.6 5
4.9
6.4
6.6
5.8
5.7
5.8
3. 3
5.1
5.7
6.2
6
5.9
5.5
4.4
5.4
3. 1
5
5.4
5.3
5.3
5.1
5.5
4.8
5.7
4. 2
5.6
5.3
4.4
4.5
4.8
4.3
3.9
5.1
4.1
4.4
4.7
4.3
5.2
3.6
4.0
4.4
4.0
4.3
Korea
3.5
4.1
3.2
4.4
3.8
4.2
4.3
4.0
Batang Hari Rerata
4.8
5.2
5.3
4.5
4.3
5.0
5.5
4.8
5.0
5.2
5.3
5.1
4.6
5.5
3. 0 3. 9 3. 5 3. 8 3. 63
5.0
Dari Tabel dapat dilihat bahwa hasil F10, F14, F32, F33, dan F37 lebih tinggi dibandingkan kontrol Batang Hari serta populasi dasar Cekow dan Korea. Tingginya hasil calon varietas ini merupakan implikasi dari potensi genetiknya yang bagus dan sudah beradaptasi di lingkungannya. Selain itu, jika dibandingkan dengan varietas Batang Piaman yang merupakan satu-satunya varietas unggul baru yang ditanam petani dalam luasan terbatas pada musim tanam II namun dominan pada MT I di Kabupaten Pelalawan, tidak cukup beradaptasi pada lingkungan pasang surut apalagi dengan teknik budidaya konvensional sebagaimana yang biasa diterapkan petani. Menurut informasi petani, Batang Piaman rata-rata menghasilkan 4.5 t/ha GKP. VUB ini dominan pada MT I karena dipacu bantuan benih dari Dinas Pertanian melalui program peningkatan IP dan sudah beredar di petani dalam 3 tahun terakhir. Korea Aro digemari petani meskipun hasilnya tidak cukup tinggi, karena sifat aromatiknya. Sifat ini sudah hilang dari seluruh pertanaman Korea yang ada karena sudah tercemar dengan berbagai varietas non-aromatik selama puluhan tahun. Ditemukannya kembali Korea Aro merupakan keberhasilan mengembalikan citra Korea yang sebenarnya. Aromatik pada beras termasuk salah satu karakter bernilai ekonomi dimana beras aromatik berharga lebih tinggi rata-rata Rp 1000/kg dibandingkan varietas padi non-aromatik. Uji ketahanan terhadap hama dan penyakit dilakukan untuk wereng coklat, penggerek batang, hawar daun bakteri, dan blas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa genotip Korea (populasi dasar) dan Cekow (populasi dasar), F10 (C1/KB), F14 (C6/KB-
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
29
Laporan Tahunan 2010
54), F32 (C3/KB-57), F33 (Ketek Jambi-1), F37 (Ketek Putih), Korea Aro, Batang Hari, agak tahan terhadap wereng coklat dan hawar daun bakteri (HDB) tetapi peka terhadap penggerek batang dan blas. Pengujian terhadap hama wereng coklat biotipe 2 dan biotipe 3 dilakukan dengan cara menginfestasikan wereng tersebut pada tanaman padi berumur 7-10 hari di dalam kurungan tembus pandang. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa organism pengganggu tanaman yang dominan di lapangan adalah walang sangit dan tikus. Tidak ditemukan serangan blas, HDB, maupun penggerek batang. Hal ini agak berbeda dengan hasil pengamatan lapangan tahun 2008 dimana populasi dasar Cekow dan Korea diserang blas leher hingga 40%. Pada saat wabah wereng coklat terjadi tahun 2010 dan sentra padi di Riau seperti Kecamatan Bunga Raya di Kabupaten Siak juga menerima dampaknya, hama tersebut tidak menyerang genotipe uji yang ditanam di dua kabupaten tetangganya yaitu Kabupaten Pelalawan dan Rokan Hilir. Berkembang atau tidak berkembangnya suatu varietas sangat tergantung pada preferensi petani maupun konsumen. Program perakitan varietas melalui pemuliaan partisipatif yang melibatkan petani sejak awal, akan menghasilkan tingkat penerimaan yang tinggi terhadap varietas yang dilepas. Preferensi petani sudah dapat diketahui sejak tanaman berada di lapangan hingga hasil panen dikonsumsi. Oleh karena luasnya aspek yang menentukan preferensi petani, maka preferensi sering bersifat spesifik. Hal inilah yang menyebabkan uji preferensi diperlukan sebelum galur dilepas menjadi varietas. Survey preferensi petani di Kuala Kampar menunjukkan konsistensi yang kuat terhadap hasil tinggi dan tekstur nasi/keperaan. Sebanyak 50% petani memilih varietas yang tinggi untuk mengantisipasi genangan air yang tinggi di sawah. Dengan alasan membagi waktu kerja untuk tanaman perkebunan, hanya 60% petani yang mengharapkan varietas berumur genjah. Sebanyak 30% petani menginginkan varietas berumur sedang dan 10% berumur dalam. Hal ini disebabkan kekhawatiran hari kerja yang bersamaan dengan mengurus tanaman kelapa. Petani mengharapkan agar waktu panen padi dengan panen dan pasca panen kelapa tidak bersamaan. Rumpun tanaman yang kompak disenangi sebagian besar petani karena pertimbangan kemudahan pemeliharaan dan panen. Pada umumnya rumpun yang kompak lebih tahan rebah. Tekstur nasi pera merupakan syarat sangat penting dalam pengembangan varietas di Kuala Kampar. Sebanyak 95% responden menyukai varietas
bertekstur nasi pera. Hal inilah yang menyebabkan varietas pembanding Batang Hari, juga disenangi petani walaupun baru pertama kali diperkenalkan di lokasi penelitian. Terdapat 20% petani yang tidak mempermasalahkan ada tidaknya sifat aromatik pada beras dan 10% yang tidak peduli rasa beras tetapi daya hasil harus tinggi. Kelompok responden ini adalah para petani yang sudah berorietasi pasar. Mereka sudah dapat menghitung perolehan laba atas peningkatan nilai jual dari perbaikan karakter dan peningkatan produktivitas. Perbenihan adalah kunci pokok keberhasilan sistem usahatani. Peningkatan produksi maupun mutu hasil pertanian tergantung pada baik buruknya mutu genetik benih. Oleh karena itu, dalam membangun sistem usahatani yang maju, masalah perbenihan harus dibenahi terlebih dahulu. Sistem perbenihan meliputi penyediaan varietas unggul, pembinaan penangkar, produksi benih, manajemen mutu benih, distribusi, dan pengawasan. Kecamatan Kuala Kampar merupakan sentra produksi beras di Kabupaten Pelalawan. Tetapi hingga saat ini belum ada sistem usaha perbenihan yang menyediakan benih unggul bermutu untuk petani setiap musim tanam. Benih varietas unggul padi yang diserahkan ke petani melalui program Dinas Pertanian selama ini didatangkan dari luar kabupaten bahkan dari luar provinsi. Hal ini membutuhkan biaya tambahan yang tidak sedikit karena mahalnya biaya transpotasi. Untuk menuju Kecamatan Kuala Kampar diperlukan sarana transportasi kendaraan roda 4, kapal laut, dan kendaraan roda dua. Aksesibilitas di Kuala Kampar masih sangat terbatas dan hanya dapat dilalui kendaraan roda dua. Menyadari hal ini, maka sangat perlu dibangun sistem perbenihan dengan optimasi pemberdayaan sumberdaya lokal, baik lahan, kultivar, maupun manusianya. Dengan luas persawahan lebih dari 9000 ha, setidaknya diperlukan satu unit usaha perbenihan yang menyediakan benih sumber dan membina para penangkar. Unit usaha ini dikelola oleh Dinas Pertanian dengan memanfaatkan tenaga penyuluh pertanian lapangan. Dalam rangka menstimulir pembangunan sistem perbenihan padi di Kuala Kampar, telah dilaksanakan kajian pemurnian padi kultivar unggul lokal. Pada tahun 2010 telah disediakan benih varietas unggul lokal yang sudah murni, berdaya hasil tinggi, dan digemari petani untuk ditangkarkan. Tim BPSB Provinsi Riau telah melihat langsung pertanaman padi di lapangan yang disiapkan sebagai benih sumber. BPSB mendorong agar kultivar unggul lokal yang sudah dimurnikan ini dilepas sebagai varietas. Bersamaan dengan kegiatan pemurnian kultivar lokal, telah dilaksanakan pembinaan calon penangkar
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
30
Laporan Tahunan 2010
satu kelompok tani. Berbagai kultivar unggul lokal yang sudah murni, galur-galur calon varietas unggul, maupun varietas unggul nasional sudah ditanam calon penangkar. Pembinaan calon penangkar merupakan langkah awal dalam pembentukan agroindustri perbenihan skala pedesaan. Calon penangkar dilatih menyeleksi tanaman, memperbaiki teknik budidaya, dan melakukan percobaan pengujian varietas. Pembinaan calon penangkar ini selanjutnya akan dilaksanakan bersama oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Pelalawan, BPTP Riau, dan BPSB Provinsi Riau.
INDONESIA CLIMATE CHANGE TRUST FUND (ICCTF) RIAU Tujuan kegiatan kegiatan ICCTF : a. Membangun demplot model pengelolaan lahan gambut berkelanjutan yang dpt mengurangi emisi GRK dan meningkatkan penyerapan karbon b. Melakukan pengukuran emisi GRK secara teratur dari lahan gambut pada berbagai lahan usaha tani c. Menentukan teknologi yang paling sesuai yang dapat mengurangi emisi GRK dan meningkatkan penyerapan karbon dan productivitas lahan gambut d. Membangun stategi dan kebijakan untuk mengurangi emisi GRK e. Meningkatkan kemampuan SDM dalam pengukuran emisi GRK dan analisis karbon stok lahan gambut f. Membangun komunikasi diantara istitusi nasional, international, LSM dan pengambil kebijakan tentang masalah gambut Berdasarkan hasil survai dan kriteria lahan, maka Kecamatan Bandar Sei Kijang, Kabupaten Pelalawan terpilih menjadi lokasi yang paling sesuai dengan ases yang lebih mudah. Kebun kelapa sawit yang dijadikan demplot kegiatan ICCTF seluas 5 ha (250 m x 200 m).. Dalam satu perlakuan terdiri dari 5 gawangan/lorong tanaman sawit dan panjang lorong 180 m (22 tanaman sawit). Pada gawangan sawit ditanam jagung manis. Persiapan kegiatan mencakup: 1) persiapan aplikasi amelioran dan pemupukan yaitu penimbangan amelioran dan pupuk berdasarkan dosis yang sudah ditetapkan , 2) pemberian amelioran sesuai perlakuan pada tanaman kelapa sawit dan penanaman jagung sebagai tanaman sela sekaligus ameliorasi berdasarkan perlakuan, 3)
pemasangan piezometer termasuk pengamatannya yang dilakukan 2 kali seminggu yaitu pada hari senin dan kamis. Benih jagung yang digunakan pada kegiatan ini adalah jagung manis varietas Sweet Boy. Aplikasi ameliorant dan pupuk baik makro maupun mikro pada tanaman sela jagung dilakukan dengan sistem tugal sejauh 5 – 7 cm dari lubang tugal benih jagung. Baik ameliorant maupun pupuk dicampur secara merata diletakkan dilubang tugal dan ditutup dengan tanah. Jarak tanam jagung adalah 40 x 20 cm dengan jumlah benih 2 benih per lubang tanam. 2 minggu setelah penanaman dilakukan penyulaman terhadap tanaman yang tidak tumbuh karena daya tumbuh benih adalah 80 %. Pemasangan piezometer dilakukan dengan bor gambut.
Gambar 11. Keragaan Tanaman Jagung pada Lahan Gambut Hasil pengamatan agronomis setelah dilakukan aplikasi amelioran dan pupuk baik makro maupun mikro terdapat perubahan keragaan tanaman kelapa sawit yang ditandai dengan warna daun yang lebih hijau dan pertambahan jumlah pelepah rata-rata 3 pelepah per pohon. Keragaan tanaman jagung kurang menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan dimana warna daun menguning bergaris dan pertumbuhan tanaman kerdil yang ditengarai sebagai akibat defisiensi unsur mikro. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan pemupukan susulan dengan menggunakan unsur mikro Mg yang berasal dari Kiserit, CuSO4 dan ZnSO4 selain ditambahkan tawas besi. Aplikasi dilakukan secara kocor yaitu mencairkan pupuk yang dosisnya sangat kecil dengan air dan mengaplikasikannya tanaman per tanaman. Pengamatan terhadap keragaan seminggu setelah aplikasi pupuk mikro menunjukkan pertanaman kembali normal ditandai dengan semakin menghijaunya warna daun tanaman, namun demikian keragaan tersebut tidak pada seluruh pertanaman sehingga kemungkinan dapat berproduksi optimal sangat kecil.
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
31
Laporan Tahunan 2010
PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) Dana BLM PUAP TA 2008 dan 2009 telah dimanfaatkan oleh anggota Gapoktan sebagai dana bergulir. Mekanisme penyaluran dan pengembalian dana telah diatur oleh masing-masing kelompok tani berdasarkan musyawarah. Sejauh ini perguliran dana berjalan dengan lancar meskipun ada beberapa kelompok tani yang dananya belum berkembang. Keberhasilan program PUAP sangat ditentukan oleh kinerja Penyuluh Pertanian selaku petugas pendamping pelaksanaan program, mulai dari penyusunan rencana pelaksanaan usaha tani dan proses perguliran dana BLM-PUAP. Pelaksanaan Program PUAP Tahun 2008 di lingkungan BPTP Riau melibatkan 181 Gapoktan yang tersebar di 10 kabupaten/kota di Provinsi Riau dan 47 Gapoktan tersebar di 4 kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau. Pada tahun 2009, melibatkan 204 Gapoktan yang tersebar di 10 kabupaten/kota di Provinsi Riau ditambah 11 Gapoktan Kota Dumai yang berasal dari APBN Perubahan dan 62 Gapoktan tersebar di 4 kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau. Mekanisme penetapan desa calon penerima BLMPUAP pada tahun 2008 ditetapkan secara top down dari pemerintah pusat. Pada tahun 2009, penentuan desa penerima BLM PUAP berdasarkan usulan dari kabupaten / kota terkait kemudian dinilai oleh Kementerian Pertanian apakah desa tersebut layak mendapatkan dana BLM PUAP. Demikian juga pada tahun 2010, penentuan desa penerima BLM PUAP ditetapkan oleh Menteri Pertanian setelah memperoleh usulan dari unit kerja eselon I lingkup Kementerian Pertanian, aspirasi masyarakat melalui DPR dan usulan dari kabupaten / kota melalui bupati / walikota atau pejabat yang ditunjuk. Pada tahun 2010, Provinsi Riau dan Kepulauan Riau termasuk Provinsi yang menjadi prioritas program percepatan proses penyaluran dana BLM PUAP. Berdasarkan SK Mentan No. 2823/Kpts/OT.140/8/2010, terdapat 287 desa di Provinsi Riau dan 40 Desa di Provinsi Kepulauan Riau yang mendapatkan dana BLM PUAP tahap I. Sedangkan tahap II terdapat 39 desa di Provinsi Riau dan 10 desa di Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan SK Mentan No. 3045/Kpts/OT.140/9/2010. Berdasarkan SK Mentan No. 3685/Kpts/OT.140/11/2010, terdapat tambahan 28 desa penerima BLM PUAP di Provinsi Riau. Jumlah total penerima BLM PUAP berdasarkan SK Mentan adalah 354 desa di Provinsi Riau dan 50 desa di Provinsi Kepulauan Riau, sehingga total keseluruhan untuk lingkup BPTP Riau adalah 404 desa.
Kegiatan PUAP tahun 2010 di Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau mencakup pemeliharaan dan pengembangan terhadap Gapoktan PUAP tahun 2008 dan 2009. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk Apresiasi Teknologi dan Apresiasi Lembaga Keuangan Mikro (LKM-A). Sedangkan untuk Gapoktan PUAP tahun 2010, kegiatan yang dilakukan sebatas verifikasi dokumen persyaratan pengajuan dana BLMPUAP yang dilakukan sejak terbitnya SK Mentan tahap kesatu pada Bulan Agustus 2010. Selain itu, telah dicetak 5 judul leaflet untuk mendukung kegiatan usahatani yang dilaksanakan oleh anggota Gapoktan sebagai bentuk fasilitasi penyiapan bahan informasi teknologi. Bahan informasi ini diupayakan menyentuh seluruh Gapoktan PUAP yang ada, baik Gapoktan PUAP tahun 2008, 2009 maupun 2010. Kegiatan sosialisasi dan apresiasi terhadap Gapoktan calon penerima BLM-PUAP yang akan melengkapi dokumen persyaratan pengajuan BLM-PUAP pada tahun 2010 tidak dilaksanakan oleh BPTP tetapi melalui Balai Latihan dan Penyuluhan Pertanian. Kementerian Pertanian telah merekrut Penyelia Mitra Tani (PMT) untuk membantu pelaksanaan PUAP di lapangan, terutama melakukan supervisi dan advokasi kepada Penyuluh dan Pengelola Gapoktan PUAP. PMT merupakan individu yang ditekankan memiliki keahlian di bidang keuangan mikro. Hingga akhir tahun 2010, PMT yang direkrut oleh Kementerian Pertanian dan masih bertugas di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau seluruhnya berjumlah 34 orang. Apresiasi Teknologi merupakan suatu forum pertemuan yang bertujuan untuk memberikan bimbingan teknis kepada petani dan Penyuluh Pendamping pelaksana program PUAP berkaitan dengan permasalahan yang sedang dihadapi dalam penyelenggaraan usahatani. Apresiasi ini dilaksanakan di 3 Kabupaten yaitu Indragiri Hilir, Rokan Hilir, dan Bengkalis yang dilaksanakan pada bulan Oktober- November 2010. Jadwal kegiatan Apresiasi dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Jadwal Pelaksanaan Apresiasi Teknologi No. 1
Tanggal 25-26 Okt 2010
2
2-3 Nov 2010
3
7-8 Nov 2010
Tempat Ds. Bayas Jaya, Kec. Kempas, Indragiri Hilir Bagan Siapiapi, Rokan Hilir
Materi - Teknologi Budidaya Padi - Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit - Teknologi Budidaya Sawit - Teknologi Budidaya Padi - Teknologi Budidaya Itik - Teknologi Budidaya Kambing Sungai - Teknologi Budidaya Pakning, Kec. Kambing Bukit Batu, - Teknologi Pembuatan Bengkalis Tepung kasava - Praktek Pembuatan Kue berbahan dasar Tepung Kasava
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
32
Laporan Tahunan 2010
Pemilihan materi Apresiasi didasarkan pada usaha dominan Gapoktan sesuai dengan RUB dan masukan dari Tim Teknis Kabupaten. a. Apresiasi Teknologi di Kabupaten Indragiri Hilir Apresiasi teknologi ini dilaksanakan di Desa Bayas Jaya Kecamatan Kempas Kabupaten Indragiri Hilir pada tanggal 25-26 Oktober 2010. Apresiasi ini dihadiri oleh Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan/BP2KP, Penyuluh dan Peneliti BPTP Riau, Penyuluh Pendamping dan Pengurus Gapoktan.
Dari hasil pemaparan materi diperoleh beberapa umpan balik dari peserta apresiasi diantaranya: 1) Usaha tanam padi di Kabupaten Indragiri Hilir bukanlah usaha pokok petani sehingga perlu diyakinkan bahwa usaha tanam padi itu menguntungkan 2) Usaha tanam padi kebanyakan masih menggunakan cara tradisional bahkan setelah disemai ada yang tidak dirawat sehingga hasinya tidak memuaskan 3) Petani belum tahu tentang alat pencacah pelepah sawit sehingga perlu adanya sosialisasi dan pelatihan yang intensif 4) Bagaimana teknis pemberian pakan sapi dari pelepah sawit. b.
Gambar 12. Ir. Irwan Kasup, M.Si saat Menjelaskan Materi SISKA
Apresiasi Teknologi ini disampaikan oleh Penyuluh dan Peneliti BPTP Riau. Materi yang diberikan pada Apresiasi Teknologi ini mengacu pada usaha produktif dominan anggota Gapoktan. Adapun materi yang disampaikan adalah Teknologi Teknologi Budidaya Padi, Sistem Integrasi Ternak dan Kelapa Sawit (SISKA) dan Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Pada materi teknologi budidaya padi dijelaskan tentang teknik tanam jajar legowo. Pada prinsipnya teknik ini mengatur jarak tanam antar rumpun dan barisan secara teratur sehingga terjadi penambahan jumlah rumpun dalam barisan dengan pelebaran jarak antar barisan karena terdapat baris yang dikosongkan. Teknologi sistem tanam legowo ini dilakukan dengan perbandingan yang bervariasi antara 2:1; 4:1; 6:1; 8:1. Penerapan teknik jajar legowo dapat meningkatkan produktifitas padi hingga 22% dan meningkatkan pendapatan petani 30-50%. Pada materi SISKA dijelaskan potensi limbah sawit yang dapat dijadikan pakan sapi seperti pelepah dan daun, lumpur sawit dan bungkil sawit. Saat ini sudah ada mesin pencacah pelepah sawit sehingga memudahkan pemberian pakan pada ternak. Narasumber pada materi teknologi budidaya kelapa sawit menyampaikan tentang teknologi budidaya sawit yang baik, mulai dari pemilihan bibit, persemaian, penanaman, perawatan, pemupukan, pengendalian hama penyakit dan pemanenan.
Apresiasi Teknologi di Kabupaten Rokan Hilir
Apresiasi teknologi telah dilaksanakan di Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Rokan Hilir pada tanggal 2-3 November 2010. Peserta Apresiasi ini berjumlah 30 orang yang terdiri dari Penyuluh Pendamping dan Pengurus Gapoktan. Apresiasi Teknologi ini disampaikan oleh Penyuluh dan Peneliti BPTP Riau. Adapun materi yang disampaikan adalah Teknologi Budidaya Itik, Teknologi Budidaya Padi dan Teknologi Budidaya Kambing.
Gambar 13. Agussalim Simanjuntak, S.Pt Menyampaikan Materi Teknologi Budidaya Ternak Kambing
Pada Teknologi Budidaya itik dijelaskan mengenai cara budidaya itik secara intensif. Budidaya itik dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu tradisional, semi intensif, dan intensif. Manajemen budidaya itik secara intensif meliputi perkandangan, pemeliharaan, pakan, hama dan penyakit. Pada materi teknologi budidaya padi dijelaskan tentang teknik tanam jajar legowo. Pada prinsipnya teknik ini mengatur jarak tanam antar rumpun dan barisan secara teratur sehingga terjadi penambahan jumlah rumpun dalam barisan dengan pelebaran
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
33
Laporan Tahunan 2010
jarak antar barisan karena terdapat baris yang dikosongkan. Teknologi sistem tanam legowo ini dilakukan dengan perbandingan yang bervariasi antara 2:1; 4:1; 6:1; 8:1. Penerapan teknik jajar legowo dapat meningkatkan produktifitas padi hingga 22% dan meningkatkan pendapatan petani 30-50%. Pada Teknologi Budidaya kambing dijelaskan mulai dari pemilihan bibit, perkandangan, pemeliharaan, pakan, dan penyakit. Jenis kambing unggul saat ini yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah kambing Boerka yang merupakan persilangan kambing Boer dengan kambing Kacang dengan bobot tubuh yang lebih besar (dari lahir sampai umur 365 hari sebesar 29.27 sampai 76.28%) dibanding kambing lokal dan potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Dari hasil pemaparan materi diperoleh beberapa umpan balik dari peserta apresiasi diantaranya: 1) Budidaya itik masih sebatas usaha sampingan, bagaimana untuk menjadikannya sebagai usaha pokok petani 2) Masalah yang dihadapi adalah harga pakan itik yang mahal sehingga perlu solusi 3) Bagaimana mengatasi penyakit pada kambing yang sering dihadapi oleh petani, seperti kudis dan cacingan. c. Apresiasi Teknologi di Kabupaten Bengkalis Apresiasi teknologi ini dilaksanakan di Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis pada tanggal 9-10 Oktober 2010. Acara ini dihadiri oleh Sekretaris Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian), Kepala UPTD Pertanian dan Peternakan Kecamatan Bukit Batu, Penyuluh dan Peneliti BPTP Riau, Penyuluh Pendamping dan Pengurus Gapoktan. Materi yang disampaikan dalam Apresiasi Teknologi ini adalah PUAP secara umum, teknologi budidaya kambing, teknologi pembuatan tepung kasava dan praktek pembuatan kue berbahan dasar tepung kasava.
manajemen reproduksi, pengolahan limbah pakan ternak dan manajemen pemasaran. Pembuatan tepung kasava memanfaatkan proses fermentasi terhadap ubikayu chips atau sawut dengan menggunakan Starter Bimo-CF. Starter BimoCF menggunakan bahan aktif berbagai mikroba bakteri asam laktat yang aman untuk pangan dan diperkaya dengan nutrisi dan dibuat dengan teknologi yang menghasilkan stabilitas dan efektifitas starter yang tinggi. Proses pembuatan tepung kasava meliputi tahapan sebagai berikut: kasava dikupas, dicuci, disawut, dikeringkan, ditepungkan, diayak dan dikemas. Tepung yang dihasilkan dari proses ini tidak mengalami perubahan-perubahan sifat fisiko kimia secara signifikan, dari aspek warna, aroma kasava masih sangat kuat, tekstur dan lain-lain. Pembuatan Tepung Kasava Bimo bertujuan memperbaiki sifat fisikokimia tepung. Tepung kasava dapat digunakan dalam pembuatan tepung campuran (composite flour), yaitu campuran antara tepung kasava dan tepung terigu. Tepung campuran tersebut dapat digunakan dalam pembuatan aneka kue, roti dan produk makanan lainnya. Tepung kasava dapat dimanfaatkan sebagai bahan substitusi terigu untuk produk mie sebesar 25 %, sedangkan produk biskuit sebesar 50 % dan untuk produk cake dan bolu mencapai 100 %. Sedangkan praktek pembuatan kue yang berbahan dasar tepung kasava adalah kue lapis pelangi.
Gambar 15. Salah Seorang Peserta Bertanya pada Sesi Tanya Jawab
Gambar 14. Achmad Syaiful Alim, STP Menyampaikan Materi Teknologi Pembuatan Tepung Kasava
Pada materi teknologi budidaya kambing dijelaskan cara pemilihan bibit, pemeliharaan, perkandangan, pakan, pengendalian penyakit,
Dari hasil pemaparan materi diperoleh beberapa umpan balik dari peserta apresiasi diantaranya: 1) Jenis kambing apa yang mudah dibudidayakan, yang perawatannya tidak sulit 2) Bagaimana cara memilih indukan kambing yang baik 3) Saat panen raya, harga ubi kayu rendah sehingga perlu adanya daerah pemasaran yang lebih luas atau alternatif pengolahan ubi kayu 4) Bagaimana untuk mendapatkan tepung Bimo-CF 5) Bagaimana analisa usaha tepung kasava 6) Apakah tepung kasava sudah dijual di Riau.
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
34
Laporan Tahunan 2010
Apresiasi LKM-A bertujuan untuk memperkenalkan konsep dasar, tujuan, manfaat, prinsip dasar, proses penumbuhan dan operasionalisasi pengembangan LKM-A Gapoktan PUAP. Apresiasi ini dilaksanakan di 3 kabupaten yaitu Rokan Hulu, Kampar dan Indragiri Hulu yang dilaksanakan pada bulan Oktober – November 2010. Jadwal kegiatan Apresiasi LKM-A dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Jadwal Pelaksanaan Apresiasi LKM-A No. 1
Tanggal 30 Okt 2010
Tempat Pasir Pangaraian, Rokan Hulu
2
15 Nov 2010
Kampar
3
22 Nov 2010
Pematang Reba, Indragiri Hulu
Materi - Kebijakan PUAP: Gapoktan PUAP menuju LKM-A - Tata kelola pembiayaan LKM-A - Strategi penumbuhan dan pengembangan LKMA - Kebijakan PUAP: Gapoktan PUAP menuju LKM-A - Tata kelola pembiayaan LKM-A - Strategi penumbuhan dan pengembangan LKMA - Kebijakan Gapoktan PUAP menuju LKM-A - Tata kelola pembiayaan LKM-A - Strategi penumbuhan dan pengembangan LKMA
1. Apresiasi LKM-A di Kabupaten Rokan Hulu Apresiasi LKM-A ini dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2010 di Aula Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Rokan Hulu. Adapun peserta terdiri dari: 10 orang Penyuluh Pendamping Gapoktan PUAP, dan 20 orang calon manajer LKM-A yang diutus dari masing-masing Gapoktan penerima BLM-PUAP. Materi yang disampaikan pada Apresiasi LKM-A terdiri dari: 1) Kebijakan PUAP: Gapoktan PUAP menuju LKM-A; 2) Tata kelola pembiayaan LKM-A; 3) Strategi penumbuhan dan pengembangan LKM-A. Pada kesempatan itu disampaikan arahan mengenai Kebijakan PUAP yang sejak awal memang didesain untuk menjadikan Gapoktan sebagai rintisan lembaga keuangan yang bonafit di tingkat petani. Berbagai langkah yang telah disiapkan dan difasilitasi oleh Kementerian Pertanian perlu dijalankan sesuai dengan tahapan dan kondisi di lapangan. Dalam praktiknya, hal ini perlu kerjasama yang baik dari berbagai pihak terkait mulai dari Tim PUAP Pusat dari Kementerian Pertanian di Jakarta, Tim Pembina PUAP Provinsi, sampai kepada Tim Teknis PUAP di tingkat kabupaten / kota yang terdiri dari berbagai dinas / instansi terkait, bahkan hingga ke tingkat petani sebagai pemanfaat dana BLM PUAP. Semuanya perlu bersinergi menjalankan PUAP ini sesuai fungsi dan peran masing-masing.
Gambar 16. Ir. Syafril Darwis, M. Si. dari BPTP Riau Menyampaikan Materi pada Apresiasi LKM-A di Kabupaten Rokan Hulu
Untuk menumbuhkembangkan LKM-A yang berasal dari Gapoktan, pada tingkat yang sudah mengarah kepada pendirian sebuah lembaga keuangan, perlu disiapkan berbagai hal terkait dengan kelengkapan administrasi lembaga keuangan formal yang cukup berbeda dengan Gapoktan yang sifatnya sebagai sebuah lembaga cenderung nonformal. Dalam proses penumbuhan LKM-A dari Gapoktan PUAP dibutuhkan beberapa syarat administrasi yang harus disiapkan oleh Gapoktan diantaranya: 1. Akta pendirian, dibuat dengan notaris 2. Gapoktan harus berbadan hukum, bisa koperasi atau yang lain jika memungkinkan 3. Surat Izin Tempat Usaha (SITU) 4. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) 5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pada sesi diskusi, para peserta antusias mengemukakan berbagai pengalaman dan persoalan yang mereka hadapi di lapangan. Meskipun secara umum Gapoktan yang diundang pada acara ini merupakan Gapoktan-Gapoktan yang relatif paling baik berdasarkan penilaian Tim Teknis PUAP Kabupaten Rokan Hulu, beberapa persoalan seperti adanya tunggakan dari anggota tetap ditemukan. Salah satu saran yang diperoleh dari hasil diskusi untuk mengatasi pembayaran anggota yang macet karena salah satunya anggota enggan membayar berbagai istilah simpanan yang telah ditetapkan, maka istilah “simpanan” perlu diganti dengan “tabungan” anggota sehingga diharapkan anggota lebih bersemangat untuk menabung yang sewaktuwaktu dapat diambilnya sesuai kesepakatan. 2. Apresiasi LKM-A di Kabupaten Kampar Apresiasi ini dilaksanakan di Aula Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar pada tanggal 15 November 2010. Peserta Apresiasi terdiri dari 10 orang Penyuluh Pendamping Gapoktan PUAP, dan 20 orang calon
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
35
Laporan Tahunan 2010
manajer LKM-A yang diutus dari masing-masing Gapoktan penerima BLM-PUAP. Materi yang disampaikan antara lain: 1) Kebijakan PUAP: Gapoktan PUAP menuju LKM-A; 2) Tata kelola pembiayaan LKM-A; 3) Strategi penumbuhan dan pengembangan LKM-A. Narasumber menyampaikan arahan mengenai Kebijakan PUAP yang sejak awal memang didesain untuk menjadikan Gapoktan sebagai rintisan lembaga keuangan yang bonafit di tingkat petani. Berbagai langkah yang telah disiapkan dan difasilitasi oleh Kementerian Pertanian perlu dijalankan sesuai dengan tahapan dan kondisi di lapangan. Dalam praktiknya, hal ini perlu kerjasama yang baik dari berbagai pihak terkait mulai dari Tim PUAP Pusat dari Kementerian Pertanian di Jakarta, Tim Pembina PUAP Provinsi, sampai kepada Tim Teknis PUAP di tingkat kabupaten / kota yang terdiri dari berbagai dinas / instansi terkait, bahkan hingga ke tingkat petani sebagai pemanfaat dana BLM PUAP. Semuanya perlu bersinergi menjalankan PUAP ini sesuai fungsi dan peran masing-masing. Pemateri kedua menyampaikan tahapan penumbuhan dan pengembangan LKM-A dari Gapoktan PUAP, sebagai contoh adalah adalah mengenai pengalaman Gapoktan PUAP di Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah yang bermitra dengan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) di Purbalingga atas koordinasi Tim Teknis PUAP Kabupaten Purbalingga. Beberapa pelajaran dari pengalaman di Kabupaten Purbalingga antara lain: 1. Tim Teknis menjalin kerjasama dengan BPR Syariah di Purbalingga 2. Tim Teknis menyusun Juknis pencairan dana BLM PUAP, yang isinya antara lain: Bisa dicairkan setelah dibentuk unit pengelola dana BLM PUAP; Pembinaan pembentukan LKM akan dilaksanakan oleh PMT dan BPRS. 3. BPRS melaksanakan: Pelatihan bagi calon manajer dan administrasi; Menyediakan sarana operasional LKM; Pendampingan dan monitoring pelaksanaan LKM. 4. Gapoktan menyediakan: Calon manajer dan administrasi dgn kualifikasi; Pendidikan terakhir minimal SLTA dan bisa mengoperasionalkan komputer; Tempat untuk ruang/ kantor operasional LKM. 5. Pola pelaksanaan LKM disepakati dengan pola Syariah, karena pola seperti itu sudah biasa dilakukan di perdesaan (nggaduh, maro) 6. Pelatihan bagi calon manajer dan staff administrasi dilakukan selama 10 hari oleh BPRS. Materi pelatihan: pembukuan dan akuntansi
7. Setelah pelatihan, calon Manager / Pengelola LKM menandatangani pakta integritas dengan Pengurus Gapoktan dalam pengelolaan LKM 8. Penanda tanganan MoU antara BPRS dan Gapoktan dalam pengelolaan dan pengembangan LKM 9. BPRS memfasilitasi pengadaan perlengkapan, komputerisasi, meubelair & administrasi pembukuan LKM. Pola pengembalian sangat ringan dan mudah, dengan 6 bulan pertama hanya membayar margin saja.
Gambar 17. Peserta Apresiasi LKM-A di Kabupaten Kampar Menyimak Materi yang Disampaikan oleh Narasumber
Pada sesi terakhir Apresiasi LKM-A di Kabupaten Kampar membahas garis besar teknis pengelolaan LKM-A meliputi produk layanan yang dapat diberikan LKM-A, skema pembiayaan dan analisa usaha atas usulan pembiayaan yang diajukan anggota sebagai nasabah LKM-A. Dari diskusi yang berkembang, diperoleh beberapa gambaran mengenai kemungkinan kerjasama antara Gapoktan dengan Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Pekanbaru dalam pengelolaan LKM-A Gapoktan. Berbagai persoalan yang dihadapi Gapoktan di lapangan dapat diselesaikan dengan kunci komunikasi dan koordinasi yang baik dengan Tim Teknis Kabupaten Kampar serta berbagai pihak terkait lainnya. 3. Apresiasi LKM-A di Kabupaten Indragiri Hulu Apresiasi LKM-A ini dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2010 di Aula Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Indragiri Hulu. Adapun peserta terdiri dari: 10 orang Penyuluh Pendamping Gapoktan PUAP, dan 20 orang calon manajer LKM-A yang diutus dari masing-masing Gapoktan penerima BLM-PUAP. Materi yang disampaikan pada Apresiasi LKM-A terdiri dari: 1) Kebijakan PUAP: Gapoktan PUAP menuju LKM-A; 2) Tata kelola pembiayaan LKM-A; 3) Strategi penumbuhan dan pengembangan LKM-A. Pada kesempatan itu disampaikan arahan mengenai Kebijakan PUAP yang sejak awal memang didesain untuk menjadikan Gapoktan sebagai rintisan
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
36
Laporan Tahunan 2010
lembaga keuangan yang bonafit di tingkat petani. Berbagai langkah yang telah disiapkan dan difasilitasi oleh Kementerian Pertanian perlu dijalankan sesuai dengan tahapan dan kondisi di lapangan. Dalam praktiknya, hal ini perlu kerjasama yang baik dari berbagai pihak terkait mulai dari Tim PUAP Pusat dari Kementerian Pertanian di Jakarta, Tim Pembina PUAP Provinsi, sampai kepada Tim Teknis PUAP di tingkat kabupaten / kota yang terdiri dari berbagai dinas / instansi terkait, bahkan hingga ke tingkat petani sebagai pemanfaat dana BLM PUAP. Semuanya perlu bersinergi menjalankan PUAP ini sesuai fungsi dan peran masing-masing. Untuk menumbuhkembangkan LKM-A yang berasal dari Gapoktan, pada tingkat yang sudah mengarah kepada pendirian sebuah lembaga keuangan, perlu disiapkan berbagai hal terkait dengan kelengkapan administrasi lembaga keuangan formal yang cukup berbeda dengan Gapoktan yang sifatnya sebagai sebuah lembaga cenderung nonformal. Dalam proses penumbuhan LKM-A dari Gapoktan PUAP dibutuhkan beberapa syarat administrasi yang harus disiapkan oleh Gapoktan diantaranya: akta pendirian, dibuat dengan notaris, gapoktan harus berbadan hukum, bisa koperasi atau yang lain jika memungkinkan, Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Gambar 18. Peserta Apresiasi LKM-A di Kabupaten Indragiri Hulu Menyampaikan Pertanyaan kepada Narasumber
Pada sesi diskusi, banyak pertanyaan yang disampaikan oleh peserta, diantaranya: bagaimana prosedur untuk menjalin kerjasama pembiayaan dengan Bank, Bagaimana posisi pengurus Gapoktan seandainya nanti ada LKM-A yang mana terdapat manajer yang mengelolanya, Gapoktan mohon bantuan dinas untuk membantu mengurus Badan Hukum jika nantinya terbentuk LKM-A. Kegiatan Fasilitasi Penyiapan Bahan Informasi Teknologi (Leaflet) dilaksanakan dalam bentuk pembuatan bahan informasi dalam bentuk leaflet. Pada tahun 2010 melalui dana SKPA dicetak 5 judul
leaflet untuk mendukung kegiatan usahatani yang dilaksanakan oleh anggota Gapoktan. Adapun juduljudul leaflet yang dicetak pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Judul-Judul Leaflet yang Dicetak pada Tahun 2010 dari Dana SKPA PUAP No. 1 2 3 4 5
Judul Leaflet Pengendalian Penyakit Layu pada Pisang Teknologi Budidaya Jagung Manis Budidaya Tanaman Sawi Budidaya Ayam Buras Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A)
Oplah (eksemplar) 2.400 2.400 2.400 2.400 2.400
Gambar 19. Leaflet yang Dicetak pada Tahun 2010 dari Dana SKPA PUAP
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi (monev) dilaksanakan untuk memantau perkembangan penggunaan dana oleh gapoktan penerima BLMPUAP tahun 2008 dan 2009, meliputi penggunaan dan pelaksanaan perguliran dana BLM. Sedangkan untuk Gapoktan penerima BLM-PUAP tahun 2010, monev dilakukan untuk melihat aktivitas persiapan pencairan dana, dan rencana usaha anggota sebagai dasar penggunaan atau distribusi penyaluran dana dari gapoktan kepada anggota. Monev ini dilakukan terhadap beberapa Gapoktan yang dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan daya jangkau tim yang melaksanakan monev. Selain memonitor dan mengevaluasi kondisi Gapoktan, tim monev juga menggali data terkait penilaian kinerja PMT. Dari hasil monev yang telah dilaksanakan diperoleh data perkembangan dana BLM-PUAP tahun 2008 dan 2009 yang telah berjalan di setiap kabupaten / kota dapat dilihat pada Tabel 32-36.
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
37
Laporan Tahunan 2010
Tabel 32. Perkembangan Asset Gapoktan dari Dana BLM PUAP Tahun 2008 Per Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Jumlah Jumlah Dana PUAP Asset Gapoktan Gapoktan Penerima (Rp.000) (Rp.000) Penerima (orang) 1. Rokan Hulu* 10 734 1.000.000 1.428.194 2. Rokan Hilir 10 286 1.000.000 1.068.888 3. Indragiri Hulu* 30 1.495 3.000.000 3.328.434 4. Indragiri Hilir 29 1.876 2.900.000 3.148.245 5. Siak 10 418 1.000.000 1.148.340 6. Kampar* 35 2.159 3.500.000 4.431.480 7. Bengkalis* **13 715 1.300.000 1.397.310 8. Kuantan Singingi 20 1.268 2.000.000 2.129.851 9. Pelalawan 10 251 1.000.000 1.035.477 10. Kota Pekanbaru* 3 259 300.000 336.152 Keterangan: ►Asset = (Dana PUAP + simpanan anggota + margin pengembalian + pemasukan lainnya) – biaya operasional ►Data per Bulan Oktober dan *November 2010 ►** Dari 24 Gapoktan, 11 Gapoktan di Kab. Bengkalis mengalami pemekaran kabupaten, sehingga wilayahnya masuk ke Kab. Kep. Meranti No.
Kab/Kota
Tabel 33. Perkembangan Asset Gapoktan dari Dana BLM PUAP Tahun 2008 Per Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Jml Gapoktan Jml Penerima Dana PUAP Asset Gapoktan Penerima (orang) (Rp.000) (Rp.000) 1. Natuna 20 1.999.868 2.300.000 2. Karimun 10 237 998.994,5 1.050.000 3. Lingga 9 * 900.000 * 4. Bintan 8 516 797.800 898.699 Keterangan: ►Asset = (Dana PUAP + simpanan anggota + margin pengembalian + pemasukan lainnya) – biaya operasional ►Data per Bulan Oktober 2010 ►*Belum ada data, PMT pengganti baru bertugas Bulan November 2010 No. Kab/Kota
petugas pendamping pelaksanaan program, mulai dari penyusunan rencana pelaksanaan usaha tani dan proses perguliran dana BLM-PUAP, untuk itu pelaksanaan evaluasi program ini salah satunya ditujukan untuk melihat aktivitas pembinaan yang dilakukan oleh penyuluh pendamping. Pada sebagian besar Gapoktan yang penyuluh pendampingnya memiliki komitmen tinggi memberikan hasil yang cukup baik dalam hal pengembalian dan perguliran dana. Terjadinya masalah dalam hal pengembalian dan perguliran dana pada beberapa Gapoktan berdasarkan informasi yang diperoleh salah satu penyebabnya yaitu kurang aktifnya pendampingan dari penyuluh, aktifitas pendampingan yang dilakukan penyuluh sangat ditentukan oleh fasilitas yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan adanya dana pendampingan. Beberapa pemerintah daerah di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau telah mengalokasikan dana pendampingan seperti tercantum pada Tabel 33. Tabel 36. Dana Pendampingan Kabupaten/Kota di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau No.
Provinsi
Jumlah Jumlah Dana PUAP Asset Gapoktan Gapoktan Penerima (Rp.000) (Rp.000) Penerima (orang) 1. Rokan Hulu* 41 2.421 4.100.000 4.610.726 2. Rokan Hilir 14 1.400.000 1.472.782 3. Indragiri Hulu 31 3.100.000 1.194.427 4. Indragiri Hilir 23 1.429 2.300.000 2.538.096 5. Siak 15 646 1.500.000 1.555.247 6. Kampar 33 1.541 3.300.000 3.525.495 7. Bengkalis* 9 318 900.000 1.267.987 8. Kuantan Singingi 18 783 1.800.000 1.857.874 9. Pelalawan 15 1.500.000 1.035.477 10. Kota Pekanbaru* 5 219 500.000 540.603 11. Kota Dumai* 11 300 1.100.000 1.108.232 Keterangan: ►Asset = (Dana PUAP + simpanan anggota + margin pengembalian + pemasukan lainnya) – biaya operasional ►Data per Bulan Oktober dan *November 2010 ►** Dari 24 Gapoktan, 11 Gapoktan di Kab. Bengkalis mengalami pemekaran kabupaten, sehingga wilayahnya masuk ke Kab. Kep. Meranti
Riau
Rokan Hulu Rokan Hilir Kuantan Singingi Indragiri Hilir Siak Indragiri Hulu Pelalawan Kota Pekanbaru Kota Dumai Bengkalis Kampar
2.
Kep. Riau
Bintan Karimun
-
Lingga Natuna
-
Kab/Kota
Tabel 35. Perkembangan Asset Gapoktan dari Dana BLM PUAP Tahun 2009 Per Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Jml Gapoktan Jml Penerima Dana PUAP Asset Gapoktan Penerima (orang) (Rp.000) (Rp.000) 1. Natuna 19 1.900.000 1.723.870 2. Karimun 15 416 1.500.000 410.400 3. Lingga 15 * 1.500.000 * 4. Bintan 15 702 1.499.000 1.581.689 Keterangan: ►Asset = (Dana PUAP + simpanan anggota + margin pengembalian + pemasukan lainnya) – biaya operasional ►Data per Bulan Oktober 2010 ►*Belum ada data, PMT pengganti baru bertugas Bulan November 2010 No. Kab/Kota
Keberhasilan program PUAP sangat ditentukan oleh kinerja penyuluh pertanian selaku
Dana Pendampingan Tahun 2010 (Rp) 293.000.000 92.000.000 Tidak ada 60.000.000 252.200.000 Tidak ada Tidak ada 60.000.000 135.232.800 > 30.000.000 150.000.000; rencana tambahan (ABT) sekitar 50.000.000
1.
Tabel 34. Perkembangan Asset Gapoktan dari Dana BLM PUAP Tahun 2009 Per Kabupaten/Kota di Provinsi Riau No.
Kabupaten/Kota
Gapoktan PUAP di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau telah berjalan sejak tahun 2008 dan bertambah dengan Gapoktan yang baru lagi setiap tahunnya. Dengan demikian, kegiatan Monitoring dan Evaluasi (monev) dilaksanakan untuk memantau perkembangan penggunaan dana oleh gapoktan penerima BLM-PUAP tahun 2008 dan 2009, meliputi penggunaan dan pelaksanaan perguliran dana BLM. Sedangkan untuk Gapoktan penerima BLM-PUAP tahun 2010, monev dilakukan untuk melihat aktivitas persiapan pencairan dana, dan rencana usaha anggota sebagai dasar penggunaan atau distribusi penyaluran dana dari gapoktan kepada anggota. Monev ini dilakukan terhadap beberapa Gapoktan yang dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan daya jangkau tim yang melaksanakan monev. Selain memonitor dan mengevaluasi kondisi Gapoktan, tim monev juga
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
38
Laporan Tahunan 2010
menggali data terkait penilaian kinerja PMT. Monev dilaksanakan di Kabupaten/Kota se Provinsi Riau dan Kepulauan Riau
DISEMINASI HASIL-HASIL PENGKAJIAN Sebagai rangkaian kegiatan perakitan teknologi kegiatan informasi, komunikasi dan diseminasi teknologi pertanian merupakan salah satu faktor penting dalam rangka transfer teknologi. Kegiatan ini merupakan jembatan, sudah sejauh mana teknologi yang dihasilkan dari penelitian/pengkaji telah diaplikasikan dan berdampak terhadap peningkatan pendapatan pengguna (petani). Banyak hasil penelitian belum diterapkan oleh pengguna yang disebabkan oleh beragamnya karakteristik petani akibat dari perbedaan latar belakang pendidikan akibat dari keterbatasan informasi, keterbatasan pengetahuan, sosial ekonomi petani dan budaya. Kondisi tersebut berdampak pada makin miskinnya informasi teknologi baik pada tingkat penyuluh lapangan maupun pada tingkat petani. Oleh karena itu kegiatan Informasi Komunikasi dan Diseminasi BPTP menjadi penting dan diharapkan menjadi media yang tepat dalam menunjang percepatan arus informasi teknologi pertanian melalui penelitian/pengkajian spesifik lokasi. Diseminasi adalah jembatan informasi antara BPTP sebagai penghasil teknologi dengan petani sebagai pengguna. Melalui diseminasi akan diketahui tingkat penerapan teknologi oleh petani dan berapa besar kontribusinya terhadap peningkatan pendapatan pengguna teknologi. Secara umum kegiatan ini dikelompokkan dalam beberapa sub program antara lain Sub Program Pengelolaan dan Pelayanan Informasi (Pangkalan Data dan Operasional Perpustakaan), Sub Program Informasi dan Komunikasi Pendukung Pengkajian (Pengembangan Media Informasi seperti Leaflet dan Buletin/Juknis/Warta/Publikasi Lain, dan Dialog Interaktif), Sub Program Promosi, Alih Inovasi dan Diseminasi Hasil Pengkajian (Pameran, Pekan Daerah, Roadshow Teknologi Hasil Pengkajian, dan Komisi Teknologi), dan Sub Program Informasi dan Komunikasi Pendukung Peningkatan Kapasitas Institusi (Publikasi Mass Media). Provinsi Riau sebagian besar petani-nelayannya telah tergabung ke dalam kelompok tani-nelayan telah mencapai 6.000 kelompok tani-nelayan. Banyak manfaat dengan adanya kelompok tani-nelayan ini, paling tidak memudahkan dalam penyampaian informasi pertanian. Sebelum dilakukan kegiatan penyebaran informasi dan teknologi terlebih dahulu dilakukan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan
teknologi melalui pendekatan PRA di beberapa daerah sampling, karena untuk menjangkau ataupun melayani petani-nelayan per individu, dengan keterbatasan-keterbatasan yang ada, sulit untuk dilaksanakan. Kegiatan penyampaian ataupun pemasyarakatkan teknologi pertanian spesifik lokasi berdasarkan hasil penelitian/pengkajian yang telah dilaksanakan, inilah yang merupakan kegiatan utama dari diseminasi hasil-hasil penelitian/pengkajian. Pada Tahun Anggaran 2010, BPTP Riau telah melaksanakan jenis kegiatan diseminasi, meliputi 1) Penerbitan dan Penyebaran Leaflet, 2) Penerbitan dan Penyebaran Juknis, 3) Pameran/Ekspose, 4) Dialog Interaktif di televisi, 5) Roadshow Teknologi Hasil Pengkajian, 6) Pertemuan Komisi Teknologi, 7) Publikasi Mass Media, dan 8) Pangkalan Data dan Operasional Perpustakaan. Pelaksanaan dan hasil kegiatan diuraikan sebagai berikut:
1. Penerbitan dan penyebaran Leaflet Leaflet yang diterbitkan pada tahun 2010 sebanyak 4 judul, masing-masing dicetak sebanyak 1.575 eksemplar dan disebarkan masing-masing 1.250 eksemplar. Materi leaflet ditulis oleh peneliti dan penyuluh BPTP Riau berdasarkan Nota Dinas Kepala BPTP Riau No. 679/HM.150/I.10.6/5/2010 tanggal 20 Mei 2010. Leaflet disebarluaskan ke Dinas/instansi lingkup pertanian, instansi penyuluhan, pondok pesantren di seluruh Provinsi Riau. Tabel 37. Daftar Nama Penulis dan Judul Leaflet Tahun 2010 No 1 2 3 4
Nama Penulis Ir. Syafril Darwis, M.Si Nurhayati, SP, MP Ir. Kesma Anwar A, Dwi Sisriyenni, SPt Ir. Oni Ekalinda Ahmad Misbah, SP Ir. Octavianus A, MP Rizqi Sari A, SP
Judul Varietas Unggul Mangga Sistem Pembibitan Sapi Potong Varietas Unggul Kedelai Varietas Unggul Padi Hidrida
Gambar 20. Leaflet BPTP Riau Tahun 2010 2. Penerbitan dan Penyebaran Juknis Pada TA. 2010 Juknis yang diterbitkan sebanyak 3 judul masing-masing dicetak sebanyak 500 eksemplar, dan disebarluaskan ke Kantor Cabang
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
39
Laporan Tahunan 2010
Dinas Kecamatan/BPP serta Dinas/instansi terkait lingkup pertanian tingkat provinsi dan kabupaten di seluruh Provinsi Riau. Jumlah yang disebarkan sebanyak 1.200 eksemplar untuk ketiga judul juknis yang diterbitkan. Materi juknis tersebut ditulis oleh peneliti dan penyuluh BPTP Riau berdasarkan Nota Dinas dari Kepala BPTP Riau No. 657/HM.150/I.10.6/5/2010 tanggal 17 Mei 2010.
Mekongga, Inpari Jete, dan Situ Patenggang), jagung (Bima 5, Sukmaraga, Srikandi Kuning, Anoman I, dan Bima 3), kedelai (Panderman, Sinabung, Tanggamus, Kaba, dan Ijen).
Gambar 22. Kunjungan Wagub Riau, HR. Mambang Mit ke Stand Pameran BPTP Riau pada Acara Pekan Daerah Gambar 21. Juknis BPTP Riau Tahun 2010 Tabel 38. Daftar Nama Penulis dan Judul Juknis Tahun 2010 No Nama Penulis Judul 1 Dr.Ir. Ali Jamil, MP BudidayaTanaman Durian Parlin H Sinaga, SP., MP Heri Widyanto, SP 2 Dr.Ir. Ali Jamil, MP Budidaya Tanaman Jeruk Ir.Yunizar, MS Heri Widyanto, SP 3 Ir. Oni Ekalinda SLPTT Kedelai Nurhayati,SP, M.Si Fahroji, STP
3. Pameran/Ekspose Pada Tahun Anggaran 2010 kegiatan pameran/ekspose ditargetkan 2 kali dan terlaksana sebanyak 3 kali yaitu 1) Pameran Pekan Daerah KTNA , 2) Pameran Pekan Flori Flora, 3) Pameran Riau Expo. Pameran Pekan Daerah dilaksanakan pada tanggal 28 Juni – 3 Juli di Kecamatan Bunga Raya, Kabupaten Siak. Stand pameran BPTP Riau menampilkan berbagai teknologi hasil pengkajian Badan Litbang pertanian, khususnya yang telah diujikan secara spesifik oleh para pengkaji di BPTP Riau. Beberapa produk yang ditampilkan diantaranya dari bidang pasca panen yaitu berbagai produk olahan tepung kasava, sambal dan minuman sari nenas serta selai pepaya. Berbagai teknologi lain ditampilkan melalui display yang dipajang dan buku serta brosur-brosur yang beberapa diantaranya dapat dibawa oleh para pengunjung pameran. Produk Badan Litbang lainnya yang ditampilkan antara lain bibit buah unggul (mangga, salak, dan durian) yang diperoleh atas kerjasama dengan Balitbu Solok. Pada Pekan Daerah ini, BPTP Riau juga mengadakan gelar teknologi dengan mendisplaykan beberapa varietas unggul baru padi (Ciujung, Gilirang,
Gambar 23. Panen Raya Padi pada saat Pekan Daerah KTNA di Bunga Raya, Siak Pameran Pekan Flori Flora dilaksanakan di Kota Batam. Dalam pameran ini BPTP Riau bergabung pada stand Badan Litbang Pertanian yang dikoordinir oleh Puslitbang Hortikultura. Materi dari BPTP Riau disajikan dalam bentuk display elektrik diantaranya tentang Durian Omeh Kampar, Manggis Tembilahan, Mangga varietas unggul baru, dan salak hibrida. Pengunjung pameran banyak tertarik dengan durian omeh Kampar, salah satu pengusaha di Kota Batam sangat tertarik untuk pengembangan tanaman durian di Kota Batam, beliau menanyakan tentang ketersediaaan bibit durian tersebut. Dijelaskan bahwa bibit durian omeh Kampar telah banyak dijual di Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Selain durian, bibit mangga unggul dan jeruk yang dibawa dari Balitbu Solok dan Balitjestro Malang banyak diminati pengunjung pameran, begitu juga dengan hasil olahan kulit manggis yang memiliki manfaat sebagai minuman yang mengandung antioksidan.
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
40
Laporan Tahunan 2010
petani, dan 4) mendapatkan umpan balik kebutuhan teknologi yang diperlukan oleh pengguna. Tabel 39. Materi, Narasumber, dan Jadwal Pelaksanaan Dialog Interaktif RTV TA. 2010 No 1 2
3
Gambar 24. Stand Pameran BPTP Riau dan Badan Litbang Pertanian pada Pekan Flori Flora di Batam Riau Expo dilaksanakan di Bandar Serai Raja Ali Haji Pekanbaru pada tanggal 1-8 Agustus 2010. BPTP Riau bekerjasama dengan Sekretariat Bakorluh Provinsi Riau. BPTP Riau menampilkan berbagai teknologi hasil pengkajian Badan Litbang pertanian, khususnya yang telah diujikan secara spesifik oleh para pengkaji di BPTP Riau. Beberapa produk yang ditampilkan diantaranya dari bidang pasca panen yaitu bunga kering, pewarna bunga kering dan sup instant. Sedangkan materi dalam bentuk display elektrik diantaranya manggis unik tembilahan, salak hibrida, VUB mangga, dan durian omeh kampar.
Gambar 25. Produk Pameran BPTP Riau pada Riau Expo di Pekanbaru 4. Dialog Interaktif Kegiatan dialog interaktif ini bertujuan untuk 1) menginformasikan keberadaan BPTP Riau ke daerah tingkat I, Kabupaten, Kecamatan, dan khusus masyarakat petani di seluruh wilayah Provinsi Riau, 2) menginformasikan BPTP Riau mempunyai visi dan misi seperti menghasilkan teknologi spesifik lokasi sesuai kebutuhan daerah setempat, dan BPTP Riau merupakan salah intitusi penelitian untuk mendukung pembangunan pertanian di daerah, 3) menyebarluaskan hasil penelitian dan pengkajian teknologi ke pengguna teknologi khususnya untuk
Materi PSDS di Provinsi Riau Sosialisasi PEDA KTNA 2010 di Siak SLPTT Padi Provinsi Riau
di
Narasumber Ir. Irwan Kasup, M.Si dr. Askardiya R Patrianov Ir. Sudirno Drs. Wan Bukhari, M.Si Nazaruddin Chaniago Dr. Ali Jamil, MP Ir. Johansen Simanjuntak Ir. Yulfahmi, M.MA Nurdin (Ka. Gapoktan Sei Geringging)
Respon dari dialog interaktif ini terlihat dari banyaknya pertanyaan dan saran pemirsa, diantaranya sebagai berikut: 1. Petani susah memperoleh benih unggul dan pupuk bersubsidi sehingga perlu adanya bantuan dari pemerintah 2. Skill Petani masih rendah dalam pemeliharaan sapi sehingga diharapkan distribusi sapi ditujukan kepada petani yang benar-benar mampu memeliharanya 3. Adanya keterbatasan pakan (hijauan) di Provinsi Riau sehingga perlu adanya terobosan dalam penyediaan pakan 4. Perlu adanya pemetaan tata wilayah karena beberapa wilayah tidak cocok untuk pemeliharaan sapi terutama terkait dengan ketersediaan pakan 5. Perlu adanya program konkrit pemerintah dalam mengatasi alih fungsi lahan yang marak di Provinsi Riau, karena kalau itu tidak diatasi akan sulit untuk menuju program swasembada beras seperti yang dicanangkan oleh pemerintah Provinsi Riau 6. Apa saja kebijakan Pemerintah Provinsi Riau terkait dengan keterpihakan kepada petani dan nelayan
Gambar 26. Dialog Interaktif di RTV 5. Roadshow Teknologi Hasil Pengkajian Roadshow Teknologi Hasil Pengkajian bertujuan untuk menyebarluaskan hasil-hasil pengkajian dan
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
41
Laporan Tahunan 2010
penelitian baik yang telah dilaksanakan oleh BPTP Riau maupun Balit dan Puslit lingkup Badan Litbang Pertanian, menjaring umpan balik terhadap hasil-hasil pengkajian dan menampung permasalahan pembangunan pertanian yang berkaitan dengan kebutuhan teknologi spesifik lokasi. Roadshow Teknologi Hasil Pengkajian dilaksanakan 14 kali di Kabupaten/Kota yaitu Pelalawan, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis, Siak, Kuantan Singingi, Kampar, Kepulauan Meranti, Batam, Karimun, dan Bintan. Pada saat Roadshow di Kabupaten Pelalawan, Asisten Bupati Bidang Pembangunan Kabupaten Pelalawan menyatakan sangat tertarik dengan hasilhasil kajian BPTP Riau dan Badan Litbang Pertanian, beliau menyarankan sebaiknya Pemda Kabupaten Pelalawan dengan BPTP memiliki Kebun untuk mengkoleksi tanaman-tanaman yang telah beradaptasi di Kabupaten Pelalawan atau di Provinsi Riau, hal ini akan diusulkan agar BPTP Riau diberi lahan untuk dikelola sebagai show window teknologi spesifik lokasi di Provinsi Riau.
Gambar 27. Dr. Ir. Ali Jamil, MP mempresentasikan “Dukungan BPTP Riau dalam Pembangunan Pertanian di Pelalawan” pada acara Roadshow Teknologi Hasil Pengkajian di Kab. Pelalawan.
Hasil yang diperoleh setelah kegiatan Roadshow antara lain permintaan narasumber dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karimun yang direalisasikan pada TA. 2011, Pendampingan pelepasan durian Daun sebagai Varietas Unggul Nasional di Kabupaten Bintan, rencana memberikan kebun percobaan oleh Pemda Pelalawan, Kerjasama Observasi dan pemurnian varietas padi Si Kurik dan Si Kuning di Kabupaten Kampar. 6. Komisi Teknologi Pada Tahun Anggaran 2010 dilaksanakan kegiatan pertemuan komisi teknologi sebanyak 1 kali. Teknologi yang dikaji di BPTP Riau sudah dipandang dapat dijadikan satu paket teknologi yang direkomendasikan oleh tim komisi teknologi. Pertemuan komisi membahas kegiatan pengkajian BPTP yang dapat dijadikan rekomendasi paket teknologi. Pertemuan komisi juga menghimpun masukan teknologi yang dibutuhkan di daerah untuk digunakan sebagai usulan kegiatan tahun berikutnya. Teknologi yang dikaji adalah Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA) yang merupakan penelitian BPTP di Desa Serosah Kabupaten Kuantan Singingi. Permasalahan yang dihadapi pada penerapan teknologi ini di tingkat petani adalah terbatasnya jumlah formula pakan seperti dedak padi dan bungkil kelapa. Sementara petani masih enggan menerapkan teknologi ini dengan alasan masih terpenuhinya hijauan pakan ternak. Hal ini perlu adanya tindak lanjut dari Dinas/instansi terkait untuk mendorong dan memotivasi petani, serta memberikan bantuan alat dalam penerapan teknologi ini mengingat perkebunan sawit di Provinsi Riau yang luas dan keterbatasan pakan hijauan yang semakin terbatas terutama pada musim kemarau. 7. Publikasi Mass Media Publikasi mass media yang telah dilaksanakan tahun anggaran 2010 berupa tulisan singkat tentang teknologi yang ditulis oleh peneliti dan penyuluh BPTP Riau diterbitkan di salah satu media cetak yaitu Pekanbaru Pos. Publikasi mass media direncanakan 3 judul dan terealisasi sebanyak 6 judul. Adapun judul materi dan penulis serta jadwal terbit dapat dilihat pada Tabel 40.
Gambar 28. Dr.Ir. Ali Jamil, MP mempresentasikan Dukungan BPTP Riau dalam Pembangunan Pertanian di Indragiri Hilir” pada acara Roadshow Teknologi Hasil Pengkajian di Kab. Indragiri Hilir.
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
42
Laporan Tahunan 2010
Tabel 40. Materi, Penulis, dan Jadwal Terbit di Pekanbaru Pos TA. 2010 N o 1
2 3
4 5 6
Materi Melatih Ternak Sapi Memakan Pelepah dan Daun Sawit Teknologi pembuatan Biogas dari Kotoran Ternak Peningkatan Produksi Padi melalui Peningkatan Intensitas Tanam menuju IP 400 Teknologi Briket Sekam Padi Kajian Perbenihan Tanaman Padi Sawah Teknologi Pembuatan Arang Tempurung Kelapa
Narasumber Ir. Irwan Kasup, M.Si
Anis Fahri, SP Dr. Ir. Ali Jamil, MP; Rizqi Sari A, SP; Rathi Frima Z, SP Ir. Dorlan Sipahutar, MP Ir. Yunizar, MS Ir. Oni Ekalinda
PERMASALAHAN DAN UPAYA TINDAK LANJUT Suksesnya pelaksanaan tugas dan fungsi Balai tergantung pada kesuksesan setiap pegawai/karyawan melaksanakan tugas-tugasnya. Untuk mencapai kinerja yang optimal, berbagai aktivitas pegawai seyogyanya dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Harus diakui, kelengkapan dan optimalnya fungsi setiap sarana/prasarana merupakan faktor yang sangat penting dalam mewujudkan kinerja aparat yang bermutu tinggi, cepat, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Khusus di BPTP Riau, keterbatasan sarana/prasarana masih merupakan faktor penghambat yang sangat destruktif terhadap kinerja karyawan terutama dalam optimalisasi jam kerja dan semangat kerja. Masalah yang utama adalah: 1. Kebun Percobaan BPTP Riau termasuk BPTP yang tidak memiliki kebun percobaan sehingga tidak ada lokasi untuk dijadikan “show window” nya Badan Litbang di daerah. Penelitipun kesulitan melakukan penelitian karena ketiadaan kebun percobaan ini. 2. Printer Berkualitas Baik Pada saat ini, para peneliti masih sering kesulitan saat hendak menge-print. Printer yang ada masih kurang mencukupi. Perlu penambahan printer dan juga komputer untuk para peneliti. 3. Keterbatasan daya listrik. Rendahnya kapasitas daya listrik membuat tidak semua alat listrik berfungsi. Arus yang terputus tiba-tiba telah menyebabkan kerusakan banyak alat seperti AC dan komputer. Bahkan sejak triwulan ketiga tahun 2008 semua alat-alat laboratorium yang menggunakan arus, tidak dapat digunakan
karena rusak akibat ketidakstabilan arus listrik. Untuk itu diperlukan penambahan daya. 4. Laboratorium Hingga saat ini laboratorium BPTP Riau hanya bisa menganalisis unsur hara makro. Unsur mikro tidak dapat dianalisis karena alat AAS tidak ada, padahal permintaan analisis unsur mikro cukup tinggi. 5. Perbanyakan Bahan Penyuluhan Tingginya permintaan terhadap bahan penyuluhan kepada BPTP, baik dari petani maupun penyuluh tidak dapat dipenuhi, karena keterbatasan bahan penyuluhan yang dimiliki oleh BPTP. Hal ini, disebabkan karena terbatasnya dana yang dimiliki oleh BPTP untuk menyediakan bahan tersebut. Padahal, ketersediaan bahan penyuluhan ini sangat dirasakan dukungannya terhadap penyuluhan di lapangan. Diharapkan adanya pertimbangan dalam melakukan efisiensi anggaran minimal masih dapat terlaksananya Tupoksi UPT, dalam hal ini BPTP, sehingga alokasi dana untuk perbanyakan bahan penyuluhan ini baik berupa leaflet, poster, juknis maupun CD dapat tersedia. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut pada penyusunan anggaran tahun 2010 khususnya pada belanja modal sudah direncanakan untuk pengadaan fasilitas-fasilitas yang dirasa sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas. Khusus untuk pengadaan AAS pada Laboratorium Tanah dan Tanaman BPTP Riau sudah mengajukan permohonan untuk mendapatkan hibah dari unit kerja lain di bawah Badan Litbang Pertanian. Selain itu, Laboratorium Tanaman dan Tanah BPTP Riau sedang dalam proses untuk akreditasi ISO/IEC 17025:2005. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kekurangan tenaga peneliti, pustakawan dan cleaning service BPTP Riau akan mengusulkan pengangkatan PNS sesuai kebutuhan. Untuk fasilitas kebun percobaan sedang dilakukan proses negosiasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan agar dapat mengadakan lahan untuk dijadikan kebun percobaan BPTP Riau.
PENUTUP Tidak banyak permasalahan petani dapat diatasi selama tahun 2010 dan tidak semua luas wilayah yang dapat disentuh karena keterbatasan sarana/prasarana dan sumberdaya manusia yang dimiliki BPTP Riau. Namun demikian, segala keterbatasan yang mungkin akan menjadi masalah dalam pencapaian kinerja segenap karyawan, harus diatasi dengan segenap upaya. Penggalangan dana daerah untuk menutupi kekurangan dana APBN di BPTP Riau masih mengalami kendala dengan adanya
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
43
Laporan Tahunan 2010
SK Mendagri yang tidak memperbolehkan instansi vertikal memperoleh dana daerah. Bukan hanya menutup kesempatan pegawai vertikal di daerah untuk mendapat anggaran bagi pelaksanaan penelitian dan pengkajian, SK Mendagri tersebut juga telah menutup kesempatan bagi pegawai vertikal memperoleh nilai tambah bagi kesejahteraannya. SK itu pula yang membuat BPTP Riau sebagai instansi vertikal tetap sebagai pendatang di negerinya sendiri. Ketimpangan yang sangat jauh bagi kesejahteraan pegawai antara pegawai pusat di daerah dengan pegawai daerah sendiri sebagai akibat diskriminasi dari SK Mendagri tersebut mau tak mau berpengaruh terhadap kinerja pengkajian di daerah. Pemerintah Daerah Riau bukan tidak mampu memberi dana untuk mempercepat penelitian bagi pembangunan di Riau termasuk untuk kesejahteraan pegawai sehingga tidak terlalu timpang dibandingkan dengan pegawai daerah. Memang di beberapa lokasi, dinas/instansi terkait telah mengarahkan berbagai kegiatan untuk mendukung program Prima Tani. Terserapnya APBD dalam berbagai kegiatan di lokasi-lokasi SL-PTT selama tahun 2010 merupakan wujud kepedulian Pemerintah Daerah dalam mendukung pembangunan pertanian di daerahnya. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua dinas/instansi terkait dan semua stakeholder atas partisipasinya mendukung program SL-PTT. Selanjutnya diharapkan kepedulian segenap dinas/instansi terkait untuk menjadikan hasil penelitian dan pengkajian sebagai landasan bagi setiap program pengembangan untuk menghindarkan program pengembangan dari kegagalan, kesalaharahan, dan ketidakberlanjutan. Kenyataan telah menunjukkan bahwa semua kegiatan yang didasarkan pada presisi yang tepat dan memiliki dasar-dasar keilmiahan, tidak akan menemui kegagalan dalam pencapaian tujuannya.
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
44
Laporan Tahunan 2010
LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Kendaraan Roda 4 dan Roda 2 per 31 Desember 2010 No A. 1. 2. 3. 4. 5 6. 7 B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. D. 1.
Jenis Kendaraan
Merk Type
Kendaraan Roda 4 Kijang Toyota Kijang Toyota JEEP Jeep CJ-7 Mini Bus L300 Mitsubisi L 300 Mini Bus L300 Mitsubisi L 300 Kijang Innova Toyota Hilux E Toyota Kendaraan Roda 2 Sepeda Motor Honda Mega Pro Sepeda Motor Honda Mega Pro Sepeda Motor Honda Mega Pro Sepeda Motor Honda Mega Pro Sepeda Motor Honda Mega Pro Sepeda Motor Honda Mega Pro Sepeda Motor Yamaha Sigma Sepeda Motor Honda WIN Sepeda Motor Suzuki A. 100 Sepeda Motor Honda WIN Sepeda Motor Hinda GL-MG Sepeda Motor Honda WIN Sepeda Motor Honda WIN Kendaraan Roda 4 Laboratorium Diseminasi Tanjung Pinang Toyota KF 20 R-KDF Toyota Mini Bus/MP Mitsubisi L 300 GOLT Mitsubisi Suzuki ST 130/ Suzuki Mini Bus/MP Mini Bus Mitsubishi/Pick Up Mitsubishi Daihatsu/Pick Up Daihatsu Kijang Super/Mini Bus Toyota Kijang/Mini Bus Toyota KF 50 Kendaraan Roda 2 Laboratorium Diseminasi Tanjung Pinang Motor CG 110 Honda
Perolehan (Tahun)
Kondisi
2000 1997 1985 1989 1989 2007 2010
Baik Kurang Baik Rusak Rusak Rusak Baik Baik
2007 2007 2007 2007 2007 2007 2002 1996 1986 1988 1993 1997 1997
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Rusak Rusak Rusak Rusak Rusak Rusak
1993
Baik
1993 1993
Rusak Kurang Baik
1993 1984 1990 1989 1993
Rusak Rusak Rusak Rusak Kurang Baik
-
Rusak
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
45
Laporan Tahunan 2010
Lampiran 2. Daftar Rumah Dinas/Gedung per 31 Desember 2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Jenis Rumah Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Mess Gedung Induk lantai II Gedung Yantek dan perpustakaan Laboratorium Alsintan Musholla Tower air Rumah genset
Merk Type B C C C C C D D D D D D D D C C C D B -
Perolehan (Tahun) 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1999 1999 2001 2001 1998 2001 2001 1998 1998 1998 1998 1999 1999 1987 1987 1987
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
Kondisi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Kurang baik Kurang baik Kurang baik
46
Laporan Tahunan 2010
Lampiran 3. Daftar Alat dan Mesin Pertanian per 31 Desember 2010 No
Jenis Alat
Jumlah Unit
Merk Type
Perolehan (tahun) 1997
Kondisi
1
Hand Tractor
2
2 3 4
Hand Tractor kecil Rotary Power Thresser
1 1 4
Nandong Agrindo Yanmar YM 70 Agrindo -
5 6 7 8 9
Riper Compresor Pencacah Pelepah Mesin Pellet Coper
1 1 2 1 1
Dompeng Robin
2007 -
1 baik, 1 rusak Kurang baik Baik 1 baik, 3 rusak Rusak Baik Baik Rusak Baik
10
Mesin Air
1
Niagara
-
Baik
2002 1997 -
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
Keterangan 1 di Kampar Tidak ada mesin Di Kampar 1 di Kampar
Di Desa Rimbo Panjang
47
Laporan Tahunan 2010
Lampiran 4. Daftar Usulan Kendaraan Roda 4 (Empat) Barang Inventaris BPTP Riau yang akan Dihapuskan / Dilelang
No.
Nama Barang
Kode Barang
Jml
Merk/Type
Tahun Perolehan
Kondisi (%)
Ket.
1
Mini bus(penumpang 14 org kebawah)
2.02.01.02.003
1
Jeep CJ 7
1985
00,5
Rusak berat
2
Mini bus(penumpang 14 org kebawah)
2.02.01.02.003
1
Mitsubishi
1989
00,5
Rusak berat
3
Mini bus(penumpang 14 org kebawah)
2.02.01.02.003
1
Mitsubishi
1989
00,5
Rusak berat
4
Mini bus(penumpang 14 org kebawah)
2.02.01.02.003
1
L300 Colt
1984
00,5
Rusak berat
5
Mini bus(penumpang 14 org kebawah)
2.02.01.02.003
1
Toyota Kijang
1993
00,5
Rusak berat
JUMLAH
5
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
48
Laporan Tahunan 2010
Lampiran 5. Daftar Usulan Kendaraan Roda 2 (Dua) Barang Inventaris BPTP Riau yang akan Dihapuskan / Dilelang
No.
Nama Barang
Kode Barang
Jml
Merk/ Type
Tahun Perolehan
Kondisi (%)
1
Sepeda Motor
2.02.01.04.001
1
Suzuki
1986
00,5
2
Sepeda Motor
2.02.01.04.001
1
Honda
1986
00,5
3
Sepeda Motor
2.02.01.04.001
1
Honda
1993
00,5
4
Sepeda Motor
2.02.01.04.001
1
Honda
1996
00,5
5
Sepeda Motor
2.02.01.04.001
1
Honda
1997
00,5
6
Sepeda Motor
2.02.01.04.001
1
Honda
1997
00,5
7
Speed boat/Motor tempel
2.02.03.02.001
1
Jonson HP
1996
00,5
JUMLAH
Ket. Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat
7
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
49
Laporan Tahunan 2010
Lampiran 6. Daftar Usulan Peralatan, Mesin dan Meubelair Barang Inventaris BPTP Riau yang akan Dihapuskan / Dilelang
Soil Stabilizer (Stavol) Water Treatment Elevator/Lift
2.01.01.07.006
1
Merk/ Type Stavol
2.01.02.05.001
1
Pompa Air
2000
00,5
2.01.03.02.001
1
2001
00,5
Portable Generating Set Mesin bubut
2.01.03.04.002
1
Diesel Generator Robin
2000
00,5
2.03.01.01.001
1
Selver liver
2001
00,5
Mesin gerinda tangan Mesin bor tangan Alat pengasapan 1 Paket Alat pencacah hijauan 1 Paket Mesin Ketik Manual 1 Paket 1.Lemari Besi/ Metal 1 Paket Lemari Kayu 1 Paket Rak Kayu
2.03.01.02.001
1
2001
00,5
2.03.01.02.002
1
-
2001
00,5
2.04.01.07.001
5
1997
00,5
2.04.01.07.004
5
1997
00,5
2.05.01.01.002
8
Emposan tikus Penggerak dynamo ¼ Remington
00,5
2.05.01.04.001
2
Elite
2.05.01.04.002
14
Local
2.05.01.04.004
1
Lokal
1986 s/d 2001 1986, 1989 1986 s/d 1990 2001
Filing Kabinet 1 Paket Bufet 1 Paket
2.05.01.04.005
11
Yunika
00,5
2.05.01.04.013
4
Lokal
2.05.02.01.001
9
Goodney
2.05.02.01.002
73
Biro
00,5
2.05.02.01.003
82
futura
1986 s/d 1998 1986 s/d1998
2.05.02.04.001
2
Nasional
1987
00,5
2.05.02.04.002
2
Shaf
00,5
2.05.02.04.002
3
Lg
1997 s/d 1999 2002
2.05.02.04.004
9
Sanyo
2.05.02.04.006
3
Nasional
27
Radio
2.05.02.06.001
1
Fuji elektrik
1987 s/d 1999 1986 s/d 1999 1995
00,5
26
Meja Kerja Besi /metal 1 Paket Meja Kerja kayu 1 Paket Kursi besi/metal 1 Paket Lemari Es 1 Paket A.c.Sentral 1 Paket A.c.Window 1 Paket A.c.Split 1 Paket Kipas Angin
1986 s/d 1988 1987 s/d 1997 1996
28
Televisi
2.05.02.06.002
1
-
-
00,5
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama Barang
Kode Barang
Jml
Tahun Perolehan 2001
Kondisi (%) 00,5
00,5 00,5 00,5
00,5 00,5
00,5
00,5
00,5 00,5
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
Ket. Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Ruak berat
50
Laporan Tahunan 2010
29
Wireless
2.05.02.06.012
2
Merk/ Type Tens=ke
30
Microphone
2.05.02.06.014
1
Ts-701
2000
00,5
31
Stabilisator
2.05.02.06.019
1
2005
00,5
32
Audio Visual
2.06.01.01.025
2
2.06.01.01.037
2
2.06.02.06.001
2
Elmo 16
1987
00,5
2.06.02.06.003
1
Elmo
1987
00,5
36
Microphon/ boom stand Publik Address (lapangan) Slide Projector (lapangan) P.C.Unit
1987 s/d 1988 1988
00,5
33
Model svc 3000 A Daktrom lamp Toa
2.12.01.02.004
7
Hewlett
00,5
37
CPU
2.12.02.03.001
1
Pc.internal
1996 s/d 2001 2001
38
Lap Top
2.12.01.02.002
1
Compaq
2000
00,5
39
Printer
2.12.02.03.003
3
Packard
00,5
40
Jam elektronik
2.05.02.02.003
1
-
2000 s/d 2002 1986
41
Blower
2.19.01.19.019
1
-
-
00,5
42
Anatomi
2.16.01.01.002
1
Hessan
2001
00,5
43
Audio Amplifier
2.06.01.01.005
1
Amplifier
1988
00,5
44
2.06.01.01.002
1
-
-
00,5
45
Audio Mixing Portable Equalizer
2.05.02.06.006
1
Type e.1231
2000
00,5
46
Gantungan jas
2.05.02.01.025
1
Modern
1998
00,5
No.
34 35
Nama Barang
Kode Barang
Jml
Tahun Perolehan 1996
Kondisi (%) 00,5
00,5
00,5
00,5
BPTP | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
Ket. Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat
51