Seminar Nasional Teknologi Peternakan dam Veteriner 2002
PERANAN TERNAK PADA SISTIM USAHATANI LAHAN KERING DI KALIMANTAN TENGAH (STUDI KASUS) (The Role of Animal in Dryland Agriculture of Central Kalimantan : a case study) BAMBANG NGAJI UTOMO, SABILAL FACHRI, SALEH MOKHTAR, AMIK KRISMAWATI, ARY HARTONO, SUNARDI,
dan
RACHMAN JAYA
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah
ABSTRACT
Upland area in Central Kalimantan about 50% (7.7 millions ha) of total area of Central Kalimantan . There are many problems in those area in order to improve agricultural production due to low of fertility . This was a case study, conducted in upland area in. Central Kalimantan, Tumbang Tahai village . The objective of this study to describe and to understand the role of livestock in upland area to give contribution toward better agricultural production especially on horticulture production . Participatory Rural Appraisal (PRA) method was applied in this study. Results showed that Tumbang Tahai village has potential agricultural resources but the need of chicken manure is not sufficiently supplied locally, only several farmers raise broilers and produce manure for their own need. Livestock in term ofruminant was not found in the location, only broiler . The fertilizer was bought from Kalimantan Selatan (neighbour province). This condition caused improvement ofcost production . Based on finanial analysis, cost of manure (kompos fertilizer) for corn production achieve to 12.5% (Rp.1,041,667,), whereas for a long nourishing bean (kacang panjang) production 15 .32% (Rp .625,000,). Therefore, it is necesary to introduce livestock in those area in order to meet manure requirement and diversification of income . Integrated farming system is perhap the best pattern of farming system, for that reason, it's assessment to produce specific technology ofupland area is needed. Key words : Upland area, low of fertility, livestock, manure, horticulture PENDAHULUAN Kalimantan Tengah dengan luas wilayah sekitar 154.000 kmZ, terdiri dari beberapa agroekosistim, yaitu lahan kering, lahan pasang surut dan lahan irigasi yang masing-masing berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka peningkatan produksi pertanian. Dari total luas wilayah didominasi oleh lahan kering 7,7 juta ha (50%). Penggunaan lahan kering terbesar adalah untuk perkebunan (30,1%), untuk tanaman kayu-kayuan (16,0%) dan sebagian untuk pertanian tanaman pangan perikanan (13,5%) (SUBAGYO dan juga ABDURACHMAN, 2000). Usahatani saat ini yang umumnya dikerjakan di lahan kering Kalimantan Tengah adalah jagung, kedelai, palawija, sayuran dam perkebunan. Kendala umum yang dihadapi adalah sistim usahatani yang diterapkan masih tradisional, umumnya belum tersentuh teknologi (intensifikasi), adanya masalah sosial, ekonomi dan budaya serta permodalan (KANWIL DEPTAN KALIMANTAN TENGAH, 2000) . Lebih lanjut dilaporkan KANWIL DEPTAN KALIMANTAN TENGAH (2000), kondisi ini lebih diperparah dengan keadaan lahan kering itu sendiri, umumnya mempunyai karakteristik: (1) tingkat kemasaman tinggi, (2) kurang subur (miskin bahan organik), (3) tanah didominasi jenis podsolik merah kuning, (4) curah hujan tinggi
berkisar antara 2500-3000 mm serta bulan kering terjadi 2-3 bulan pertahun, (5) tingkat erosi tinggi, dan (6) days dukung kelembagaan masih rendah. Secara umum rumah tangga petani di lahan kering sudah melaksanakan sistim usahatani dengan mengkombinasikan berbagai cabang usahatani, antara lain: kombinasi antara tanaman pangan/sayuran dengan temak unggas atau ruminansia, tetapi sinergi antar komoditas relatif rendah, menyebabkan produktivitas lahan dan pendapatan petani dari kegiatan usahatani di lahan kering masih rendah. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui kontribusi temak dalam meningkatkan produktivitas sistim usahatani para petani di lahan kering Kalimantan Tengah. METODOLOGI Kegiatan ini merupakan studi kasus di salah satu area lahan kering di Kalimantan Tengah dan dilaksanakan secara interdisiplin . Lokasi Kegiatan dilaksanakan di Kelurahan Tumbang Tahai, Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya.
99
SeminarNasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
Pemilihan lokasi studi didasarkan pada pertimbangan prioritas pembangunan pedesaan yang memiliki tipologi lahan kering, berusaha di bidang pertanian sebagai mata pencaharian utama dengan pola usahatani dominan adalah tanaman dan ternak . Teknik pengumpulan data Data dan informasi dikumpulkan dengan pendekatan PRA (Participatory Rural Appraisal) . PRA dilakukan melalui diskusi kelompok secara partisipatif dan wawancara individu terhadap informan kunci (KTNA dan penyuluh pertanian) dan responden (Petani/wanita tani). Jenis dan sumber data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan langsung dari informasi informan kunci dan responden berupa sistim usahatani, antara lain: komoditas pola tanam, pasca panen, input dan output produksi . Data biofisik antara lain: topographi, jenis tanah, vegetasi . Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait meliputi : kependudukan, iklim, tataguna lahan, jenis tanah, struktur organisasi lokal. Analisis Data dianalisis menggunakan metode analisis pola agroekosistim (CONVAY, 1986 dan 1987). HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi dan peluang Sumber daya bioftsik Wilayah kelurahan Tumbang Tahai mencakup areal seluas 22,1 ha, terletak pada ketinggian 50-150 m dari permukaan laut, bentuk permukaan tanah umumnya berbukit (23%), bergelombang (40%) dan sebagian datar (37%) . Adapun luas tataguna lahan kelurahan Tumbang Tahai untuk pekarangan 1,43% ; perkebunan rakyat 0,06%; tempat rekreasi 0,52%; hutan 67,86% ; rawa 1,13% dan lain-lain 29% (WKPP Tumbang Tahai, 2001) . Jenis tanah yang mendominasi adalah inceptols, utisols dan spodosols . Menurut Puslittanak (1994), tanah inceptols tergolong tanah masam dengan pH 4,65,0, kandungan hara sangat rendah hanya 0,21-0,36 me/100g, demikian juga dengan unsur natrium dan
100
kalium sangat rendah bahkan tidak terukur . Namun bahan organik di lapisan permukaan umumnya tinggi (1,09-3,09%), sedang pada lapisan bawah rendah (0,230,56%) . Tanah utisols pada lapisan permukaan juga mengandung bahan organik yang tinggi mencapai 4,78%, sedangkan lapisan bawah relatif rendah hanya 0,20-0,96%. Tanah tergolong masam dengan pH 4,65,0, kandungan hara sangat rendah hanya 0,21-0,36 me/100g demikian juga dengan unsur natrium dan kalium sangat rendah bahkan tidak terukur. Tidak berbeda dengan jenis kedua tanah tersebut di atas, tanah spodosols pada lapisan permukaannya juga mengandung bahan organik yang tinggi (3,81-7,89). Tingkat kemasaman tergolong sangat tinggi (pH 3,84,8), sementara kandungan unsur hara juga sangat rendah hanya 0,15-1,1 me/l00g. Data curah hujan rata-rata pertahun 2.116 mm dengan rata-rata 180,5 perbulan dan berdasarkan hari hujan selama 8 tahun (1993-2000), diketahui bahwa iklim di Kelurahan Tumbang Tahai termasuk tipe C atau tropika basah, hal ini ditunjukkan oleh jumlah curah hujan yang rata-rata tinggi dan hujan terjadi sepanjang tahun . Dengan demikian kawasan tersebut cukup mendukung kegiatan usaha pertanian . Berdasarkan data BPP Kecamatan Bukit Batu tahun 2001 suhu minimum 24,5°C dan maksimum 32,4°C dan rata-rata 27,5°C . Sementara kelembaban udara berkisar 78-84 RH% dengan rata-rata 81,4RH%. Intensitas penyinaran matahari berkisar antara 20-69% dengan rata-rata 51,55% . Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap aktivitas usahatani di Kelurahan Tumbang Tahai . Tanaman semusim yang banyak ditemui adalah : kacang panjang, jagung, terong, mentimun, pare, gambas, ubi kayu dan ubi jalar. Tanaman semusim diusahakan sebagai sumber pendapatan utama kecuali ubi kayu dan ubi jalar. Luas area pertanaman mencapai 52 ha (WKPP TUMBANG TAHAI, 2001). Sedangkan tanaman tahunan yang diusahakan antara lain: nangka, kelapa, jeruk, kopi, bambu, petai, cenrpedak, rambutan, jeruk Bali, kapuk randu dan tanaman hutan . Ternak yang diusahakan saat ini adalah ayam potong, ayam kampung dan bebek. Ayam potong umumnya masih belum lama diusahakan terlihat dari mereka baru panen 1-4 kali dengan skala kepemilikan 500-1000 ekor. Sementara ternak ruminansia besar saat ini tidak ada, meskipun pernah dimasukkan sapi potong sebanyak 90 ekor (1989) dan 30 ekor (1990) melalui proyek bantuan presiden, ternak tersebut tidak berkembang bahkan menjadi habis, berdasarkan informasi dari informan kunci dan responden, defisiensi Ca dan atau keracunan menjadi penyebab utama kematian ternak . Informasi tersebut dapat diterima secara logika karena : (1) umumnya tanah kalimantan mengalami defisiensi tertentu, salah satunya adala Ca, (2) intensitas penggunaan pestisida sangat tinggi dan
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Yeteriner 2002
cenderung tidak terkendali, diduga menyebabkan terjadinya akumulasi residu, tidak hanya pada tanaman sayuran saja tetapi juga pada rerumputan sekitar kebun yang memang merupakan sumber pakan temak pada waktu itu. Ternak lain yang diusahakan ayam kampung dan bebek hanya sebagai usaha sambilan. Sumber daya manusia Jumlah penduduk Kelurahan Tumbang Tahai tercatat 3.813 orang, terdiri dari 1 .792 laki-laki clan 2.021 orang perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 610 KK. Berdasarkan mata pencahariannya, petani/nelayan berjumlah 851 orang (24,62%), hal ini menunjukkan bahwa usahatani merupakan kegiatan pokok masyarakat setempat . Tingkat pendidikan masyarakat sangat rendah dimana 1.331 orang (38,5%) tidak tamat SD dan 1 .205 orang (34,86%) tamat SD, dari jumlah penduduk 73,36% hanya total berpendidikan sampai SD. Sementara 80% responden tidak tamat sekolah dasar, sedangkan sisanya tidak tamat sekolah lanjutan pertama dengan kisaran umur 28-76 tahun. Hal ini menggambarkan pengetahuan yang dimiliki masyarakat sangat terbatas, meskipun tidak mutlak . Ketersedwan tenaga kerja dan tenaga kerja dalam keluarga Jumlah tenaga kerja produktif (15-59 tahun) sebesar 1 .600 orang dengan kepadatan 5 orang/km2, berpotensi untuk melakukan kegiatan usahatani. Mobilitas penduduk ke luar Desa tidak terlalu tinggi, hal ini memberikan keuntungan pada sisi profesionalisme petani, dimana intensitas dan Curahan waktu yang digunakan untuk kegiatan usahatani relatif tinggi . Karakteristik rumah tangga petani responden yang diperoleh saat PRA dilaksanakan adalah sbb : Umur rata-rata responden adalah 52,5 tahun dengan kisaran antara 28 hingga 78 tahun. Berdasarkan komposisi umur 70% responden dalam usia produktif (15-55 tahun), selebihnya (30%) usia non produktif (>55 tahun) . Dengan demikian mayoritas responden masih relatif kuat untuk melaksanakan aktivitas kegiatan on-farm, off-farm maupun non-farm. Rata-rata lama pendidikan formal yang dimiliki responden 5,2 tahun, dengan kisaran 3-8 tahun. Dari gambaran ini terlihat tingkat pendidikan petani relatif rendah, sehingga perilaku dan tata cars mengelola usahataninya relatif sederhana. Rata-rata tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga responden 3,4 orang dengan kisaran 2-7 orang per rumah tangga petani. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja dalam keluarga cukup tersedia
(1 .020 HOK setahun). Pemanfaatan tenaga kerja dalam keluarga relatif tinggi, baik tenaga kerja wanita tani maupun anggota keluarga lainnya. Curahan waktu dan aktivitas harian menunjukkan bahwa wanita melebihi aktivitas pria, hal ini dapat dilihat dari aktivitas harian wanita tani. Luas garapan responden rata-rata 1,55 ha (5,17 kapling) dengan kisaran 0,6-2,7 ha. Berdasarkan luas lahan : petani responden memiliki lahan garapan seluas 0,6 ha (10%); 30% memiliki lahan 1,2 ha, 20% dengan luas lahan 1,5 ha; 20% memiliki luas lahan garapan 1,87ha dan 10% lainnya memiliki 2,7 ha. Berdasarkan status penguasaan lahan : milik sendiri (29%) dan lahan pinjaman (71%). Pekerjaan off-farm dilakukan oleh 50% responden sebagai buruh tani, sedangkan 30% diantara mereka juga melakukan pekerjaan non-farm seperti berdagang, tukang ojek, tukang kayu, tukang batu atau pemecah batu. Sumber pendapatan rumah tangga responden berasal dari usahatani sayuran, buah-bahkan dan tempk ayam kampung . Sedangkan kegiatan off-farm dan non-farm dilakukan sebagai sampingan . Hasil perhitungan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani Kelurahan Tumbang Tahai dengan kasus Bapak Gimin diketahui bahwa total pendapatan petani sebanyak Rp.9.563 .550/tahun yang berasal dari usahatani Rp.933.000,- (93,41%) dan Rp .600.000, (6,27%) pendapatan berasal dari kegiatan non-farm, sedangkan sisanya berasal dari off-farm. Total pengeluaran rumah tangga Rp.3.933 .000,- (69,45%) digunakan untuk belanja konsumsi dan sisanya digunakan untuk belanja non konsumsi Rp.1.730.000, (30,50%)/tahun . Selisih total penerimaan dengan total pengeluaran diperoleh sebesar Rp.3 .900.550,-/tahun yang dijadikan modal usahatani selanjutnya atau sebagai tabungan. Perolehan ini menurut yang bersangkutan masih relatif rendah. Kelembagaan pendukung Kelembagaan pendukung usahatani yang terdapat di kelurahan Tumbang Tahai meliputi kelembagaan tani, 13 kelompok, penyuluh pertanian 1 orang, tempat pelayanan koperasi 1 unit dan lembaga pemasaran hasil usaha (pasar desa/pedagang desa) 5 unit dan beberapa lembaga sosial . Kelembagaan tani, penyuluh dan TPK dalam beberapa tahun terakhir kurang berperan, sehingga petani kurang mendapat pembinaan, usahatani dilakukan secara individu dan sarana produksi dibeli di kios-kios di pasar Tangkiling yang relatif cukup jauh bahkan sampai di Palangka Raya. Lembaga keuangan yang dapat menyediaakan kredit usahatani maupun kegiatan simpan pinjam seperti koperasi belum berfungsi .
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
Sistim usahatani Sistim usahatani utama yang diterapkan adalah sistim usahatani terpadu terdiri dari tanaman semusim (jagung, ubi kayu, gambas, terong dan kacang panjang) dilakukan oleh 100% responden dan ternak ayam potong oleh 20% responden. Keragaan penerapan teknologi pertanian relatif tinggi, tetapi penggunaan pupuk urea dan pestisida masih kurang tepat baik dosis maupun cara penggunaannya . Aplikasi pupuk urea dilakukan sekaligus, mestinya diberikan bertahap sesuai anjuran. Sedangkan penggunaan pestisida terlalu tinggi intensitasnya maupun dosis yang digunakan. Aplikasi pestisida dilakukan secara preventif, tanpa melihat adanya gejala serangan, sehingga menyebabkan biaya produksi meningkat bahkan di atas ambang batas ekonomis . Dikhawatirkan cara penanggulangan seperti ini dapat menyebabkan hama dan penyakit tanaman menjadi resisten terhadap dosis obat atau pestisida yang digunakan dan jika terjadi serangan hama atau penyakit menjadi lebih berat penanggulanganya. Penanganan hasil usahatani dan usaha ternak berupa pengolahan dan penyimpanan belum dilakukan, karena produksi sayuran dijual langsung oleh petani ke pedagang pengumpul di Kelurahan setempat . Sedangkan ternak ayam dijual dalam keadaan hidup ke pengumpul di Palangka Raya. Limbah tanaman belum dimanfaatkan secara optimal, kadang hanya dibiarkan terriunpuk di kebun. Usaha ternak Usaha alternatif ayam potong ternyata mulai menarik minat petani, karena mempunyai nilai tambah, selain peningkatan pendapatan keluarga petani, kotorannya dimanfaatkan menjadi pupuk organik atau pupuk kandang . Penggunaan pupuk organik menjadi kebutuhan pokok agar dapat meningkatkan produktivtas lahan yang rendah, baik kualitas dan ketersediaan haranya. Selama ini pupuk kandang (kotoran ayam) harus dibeli dan didatangkan dari luar daerah, seperti
Palangka Raya dan Banjarmasin (Kalimantan selatan), sehingga harga yang harus dibayarkan petani cukup tinggi . Skala pemilikan ayam potong berkisar 500-100 ekor, diusahakan perorangan dengan melibatkan tenaga kerja keluarga. Kapasitas tampung per kandang ratarata 500 ekor. Tingkat kepemilikan kandang satu keluarga petemak adalah 2 unit (50%) dan 1 unit (50%) dengan pola pemeliharaan adalah all in-all out. Pemasaran belum ada masalah, karena semua produksi masih tertampung. Keuntungan yang diperoleh cukup memadai dan prospektif (Tabel 1). Peranan
ternak dalam usaha tani
sayuran
Berdasarkan analisa finansial pemeliharaan ayam (tabel 1) diketahui bahwa usaha ternak ayam potong relatif memberikan keuntungan, besar laba 1 periode pemeliharaan Rp.4.418.283, dengan R/C - ratio 1,60. Hal ini berarti bahwa setiap pengeluaran Rp.100,- akan memberikan nilai penerimaan sebesar Rp.160,- . Nilai kotoran tidak masuk dalam analisa karena dimanfaatkan sebagai pupuk. Jadi keuntungan selain penjualan ayam juga tesedianya pupuk yang sangat berguna bagi usahatani sayuran. Dengan demikian pengembangan usahatani terpadu menjadi alternatif untuk menekan biaya produksi, terutama mengurangi input biaya produksi usahatani dari pupuk kandang . Pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing produk pertanian karena terjadi peningkatan efisiensi dalam usahatani . Betapa pentingnya peranan pupuk kandang pada usahatani (sayuran) mereka, dimana tanpa pupuk kandang menurut petani produksi sayuran akan turun drastis, tergambar pada dua analisis finansial sebagaimana disajikan pada tabel 2 dan tabel 3 . Prosentasi pupuk pada sarana produksi relatif tinggi, pada tanaman kacang panjang 15,32% (Rp.625.000,-) dan pada tanaman jagung 12,5% (Rp.1 .041.667,-) . Seandainya pupuk organik itu disediakan sendiri oleh petani artinya para petani memiliki ternak maka keuntungan yang diperoleh akan jauh lebih tinggi dan produk yang dihasilkan mampu bersaing dengan produk dari luar.
SeminarNasional Teknologi Peternakan dan Veteriner2002 Tabel 1 . Analisis finansial usaha temak ayam potong pada lahan kering di KelurahanTumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu (Desember - Januari 2001) Uraian
Satuan
Biaya Produksi
Niali (Rp.)
Share (%)
7.438 .167
63 .19
1 . Sarana Produksi a. DOC (CP.07)
600 ekor
1 .350 .000
11,47
b. Pakan: BR 1
12 zak
1.500.000
12,74
BR 1
26 zak
3.380.000
28,71
6 bungkus
21 .000
0,18
4 kg
18 .000
0,15
45 hari
65 .000
0,55
25 HOK
337.500
2,86
a. Kandang
1 periode
666.667
5,66
b. Peralatan
1 periode
100.000
0,85
Penerimaan
1.308 kg
11 .772 .000
100
Keuntungan / Kerugian
1 periode
4.418 .283
37,53
-
1 .60
c. Vitamin (vitachick) d. Gula merah e. Listrik 2. Tenaga Kerja (Pemelihara) 3. Biaya penyusutan alat
R/C - rasio
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002 Tabel 2. Analisis finansial usahatani kacang panjang pada lahan kering di KelurahanTumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu MT. I (September - Desember 2001) Satuan
Nilai (Rp.)
Share (%)
4.676 .614
114,61
2.801 .614
68,66
16,67 kg
625.125
15,32
Urea
500 kg
690.000
16,91
SP-36
83,33 kg
149.994
3,68
KCL
83,33 kg
174.995
4,29
1 .500 k¢
625.000
15.32
20 .000 batang
300.000
7,35
Matador
1,4 liter
192.500
4,71
Acodan
0,8 liter
44 .000
1,08
2. Tenaga Kerja
130 HOK
1 .875 .000
47,79
a. Tebas
15 HOK
225.000
5,51
b. Balur
25 HOK
375.000
9,19
c. Dangir clan memupuk
35 HOK
525.000
12,87
d. Tanam
7 HOK
105.000
2,57
e. Semprot pestisida
13 HOK
195.000
4,78
f. Panen dan ikat
30 HOK
450.000
11,03
3 . Biaya penyusutan alat
1 MT
75 .000
12,01
4.450 kg
4.080.650
100,00
-595 .965
(14,61)
Uraian Biaya Produksi 1 . Sarana Produksi a. Benih super (BH) b. Pupuk anorganik
c. Pupuk kandane/oreanik d. Turus (4 kali pakai) e. Obat-obatan :
Penerimaan
(Rp.917,/kg) Keuntungan / Kerugian R/C - rasio
1 MT
0,87
Catatan: Pendapatan riil petani bila tenaga kerja dalam keluarga tidak diperhitungkan adalah Rp.1 .279 .036
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 1001 Tabel 3. Analisis finansial usahatani jagung pada lahan kering di KelurahanTumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu MT. 11 (Januari - April 2001) Nilai (Rp.)
Share (%)
4.319 .667
51,84
25 kg
1 .250 .000
15,00
Urea
200 kg
276.000
3,31
SP-36
75 kg
135.000
1,62
KCL
25 kg
52 .500
0,63
2.500 ke
1.041 .667
1250
2,0 kg
20 .000
0,24
a. Tebas
15 HOK
225.000
2,70
b. Balur
25 HOK
375.000
4,50
c. Dangir dan memupuk
30 HOK
450.000
5,40
d. Tanam
25 HOK
225.000
2,70
e. Semprot pestisida
3 HOK
45 .000
0,54
f. Panen
10 HOK
150.000
0,12
1 MT
75 .000
0,90
(4 .166 kg x
8.332.000
100,00
4.012.333
48,16
Uraian
Satuan
Biaya Produksi 1 . Sarana Produksi a. Benih (CP-1) b. Pupuk anorganik
c. Pupuk kandan¢/or¢anik e. Obat-obatan : Furadan
2. Tenaga Kerja
3. Biaya penyusutan alat
Penerimaan
Rp.2.000,)
Keuntungan usahatani
R/C - rasio
1 MT
2,03
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002 Prioritas permasalahan Melihat potensi dan peluang di Kelurahan Tumbang Tahai baik dari biofisik, SDM, ketenagaan kerja, dll., sangat potensial untuk dilaksanakan sistim usahatani . Namun kendala utama yang dihadapi adalah tingkat kesuburan yang rendah yang secara fisik tanahnya bertekstur lempung pasir . Dalam pengelolaan lahan untuk memperbaiki struktur tanahnya diperlukan pupuk organik yaitu pupuk kandang/kompos . Permasalahan yang dijumpai adalah kelangkaan pupuk kandang . Pupuk kandang masih harus di datangkan dari luar Kalimantan Tengah, yaitu dari Kalimantan Selatan yang harganya relatif mahal yaitu Rp . 12.500,-per zak yang berisi _+ 30 kg . Penggunaan pupuk kandang menjadi kebutuhan pokok dalam usahatani sayuran dan palawija, tanpa adanya kontribusi pupuk kandang produksi yang didapatkan rendah bahkan tidak jarang menemui kegagalan . Kenyataan di atas bermuara pada penambahan biaya produksi usahatani yang ditanggung dan sekaligus mengurangi pendapatan petani, walaupun produksi tinggi namun biaya saprodi yang dipikul petani juga tinggi . KESIMPULAN DAN SARAN Dengan tidak mengecilkan permasalahan yang lain, faktor teknis yaitu permasalahan lahan yang kurang subur perlu mendapatkan perhatian yang serius . Integrasi petemakan merupakan komponen penting dalam intensifikasi lahan kering dalam rangka penyediaan pupuk organik dan pemanfaatan limbah tanaman .untuk menghasilkan pupuk dan peningkatan pendapatan . Perlu optimalisasi tugas dan fungsi kelembagaan petani dan layanan yang mendorong dan menunjang akses petani.
Perlu disosialisasikan kepada para petani teknologi sederhana yang aplikatif pada tingkat petani dalam rangka meningkatkan produktivitas usahatani mereka, misalnya teknologi pembuatan pupuk kompos, pemeliharaan ternak, dll . Perlu pengkajian sistim usahatani terpadu ternak dan tanaman sayuran di lahan kering untuk mendapatkan sistim usahatani spesifik lokasi yang berwawasan lingkungan DAFTAR PUSTAKA BPP KECAMATAN BUKIT Batu . 2001 . Programa Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Bukit Batu TA. 2001 . CONVAY . 1986 . Agroecosystem Analysis for Research and development . Bangkok, Winrock International. CONVAY . 1987 . Rapid Rural Appraisal and Agroecosystem Analysis : Case study from Horthern Pakistan. Dalam KUU Proceedings. KANwIL DEPTAN KALIMANTAN TENGAH. 2000. Upaya/langkah operasional pencapaian swasembada pangan di Kalimantan Tengah . Makalah disampaikan pada Seminar Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian di Palangka Raya 10 Oktober 2000 . PUSLITTANAK . 1994. Penelitian dan pemetaan lahan/tanah Kabupaten Barito Selatan dan Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah . Bogor . SuBAGYo, H . dan A. ABDURACHMAN . 2000 . Perubahan tataguna lahan dalam kaitannya dengan ketahanan pangan . Makalah disampaikan pada Seminar Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian di Palangka Raya, 10 Oktober 2000 . Puslittanak, Bogor. WKPP Tumbang Tahai . 2001 . Monografi wilayah kerja penyuluh pertanian wilayah Tumbang Tahai .