METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan suatu studi kasus terhadap lahan pertanian di kawasan perbukitan (hillside zone). Lokasi penelitian di Kecamatan Banjarwangi Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung selama enam bulan dari bulan Juni sampai Nopember 2002.
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini, antara lain : Theodolit dan GPS untuk pengukuran profil ketinggiadelevasi lokasi yang sebenarnya, alat untuk pengambilan dan pemeriksaan sampel tanah di laboratoriurn terutama untuk sifat fisik dan mekanik tanah (analisis distribusi partikel, speczjic gravity, three phases, konsistensi tanah, konduktivitas hidrolik, dan parameter kuat geser tanah). Juga diperlukan seperangkat Personal Komputer untuk pembuatan program perencanaan teras menurut Metode USSCS dan Hurni serta analisis stabilitas lereng baik untuk kondisi aktual maupun untuk pengecekan stabilitas disain teras. Untuk ha1 tersebut digunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 serta software pendukung lainnya seperti Excel 2000, Arc View GIs 3.2, dan MS Word 2000. Menurut jenis data yang Qhasilkan, dibagi dua yaitu ; data sekunder dan data primer. Data sekunder yaitu : peta Kecamatan Banjarwangi, peta jenis tanah, peta tataguna lahan, dan peta topografi. Sedangkan data primer merupakan hasil pemeriksaan sifat fisik dan mekanik tanah serta hasil simulasi komputer. 16
Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 6 berikut ini.
Amli8ia Data, PembaJlamu, Kdmpehn, lP&@WIr daa Pltlbtikaisi
Gambar 6. Tahapan kegiatan penelitian
Analisis Sifat Fisika dan Mekanika Tanah Pemeriksaan sifat fisika dan mekanika tanah dilakukan di Laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah Jwusan Teknik Pertanian Institut Pertanian Bogor. Semua pengujian dan pengukuran mengikuti Penuntun Praktikum Mekanika Tanah (Sudou et al., 1990).
Sifat fisika tanah Pemeriksaan dan pengujian sifat fisika untuk tanah yang diambil dari lokasi longsor, baik dalam keadaan tidak terganggu (undisturb) maupun terganggu (disturb) yang meliputi beberapa percobaan berikut ini. a. Kadar air tanah basis kering menurut standar JIS A 1203. b. Three phases, digunakan untuk mengukur volume fase udara, cair, dan padat menggunakan alat Three Phases. c. SpesiJi:c gravity (berat jenis partikel tanah), diukur menurut standar JIS A 1202. d. Konduktifitas hldrolik, untuk mengukur permeabilitas tanah jenuh dengan menggunakan metodefalling head e. Distribusi partikel, untuk menentukan tekstur tanah yang terdiri dari dua metode yaitu : metode saringan dan metode hidrometer menwut standar JIS A 1204. f
Konsistensi tanah terdiri dari pengukuran batas cair (liquid limit = LL) dan batas plastis (plastis limit = PL), menurut standar JIS A 1205 dan JIS A 1206.
Sifat mekanika tanah Pengujian sifat mekanik tanah yaitu dengan melakukan uji triaksial tanah dalam keadaan jenuh air dengan menggunakan alat uji triaksial seperti terlihat pada
Lampiran 7. Uji triaksial ini bertujuan untuk menentukan besar nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam (4) tanah sebagai komponen yang sangat menentukan dalam analisis stabilitas lereng terhadap longsor. Uji triaksial dilakukan terhadap dua kondisi tanah yaitu : tanah tidak terganggu dan tanah yang dipadatkan menurut Standar Proctor Test. Uji triaksial dalam keadaan jenuh air bertujuan untuk mendapatkan nilai kohesi efektif (c ') dan sudut gesek dalarn efektif
(4'). Kondisi tanah yang dipadatkan, dapat memberikan
pengaruh peningkatan nilai c dan
4 yang
selanjutnya dapat meningkatkan faktor
keamanan (Fs) lahan terhadap longsor.
Pembuatan Program Komputer Pembuatan program komputer untuk perencanaan teras dan analisis stabilitas lereng untuk mempercepat perhitungan analisis stabilitas lahan terhadap longsor dan pendimensian teras pada lahan pertanian di kawasan berlereng. Program komputer dibuat berdasarkan teori analisis stabilitas lereng untuk longsor rotasi dan translasi (Das, 1993) serta disain teras metode USSCS (Schwab et al., 1981) dan metode Hurni (1980). Program dibuat dengan menggunakan software Visual Basic 6.0. Program komputer divalidasi dengan perhitungan manual.
Perencanaan Teras Bangku Metode USSCS Disain teras bangku yang dipilih untuk penelitian ini adalah metode USSCS dan Hurni. Pemilihan metode USSCS, karena telah diterapkan pada konservasi tanah dan air di DAS Citanduy (PRC Engineering Consultant, 1980). Metode Hurni dipilih karena memasukan faktor erosi yang merupakan pertimbangan utama tindakan
konservasi tanah dan air, dimana perencanaan teras didasarkan kepada persamaan USLE. Kedua metode ini dilakukan analisis stabilitas lereng, sehingga dapat ditentukan metode mana yang lebih aman terhadap longsor. Perencanaan teras bangku metode USSCS menggunakan persamaan (2) dengan data yang diperlukan adalah kemiringan lahan (S), Faktor CP (Tabel 1) untuk menentukan kondisi penutup lahan, erodibilitas tanah (K), infiltrasi, dan curah hujan tahunan. Disain teras bangku menurut USSCS ini hanya berlaku untuk kemiringan lahan antara 20 % - 30 % (Schwab el a/., 1981). Kemiringan lereng yang lebih besar dari 30 % dilakukan modifikasi nilai VI yang tidak lebih dari 2 m. Tabel 1. Perkiraan nilai faktor CP berbagai jenis penggunaan lahan di Pulau Jawa
b. pentanah seba@an 0,07 0,O 1 Perurnputan : a. penutupan tanah sempuma b. penutupan tanah sebagian; ditumbuhi alang-alang 0,02 c. alang-alang; pembakaran sekal'i setahun 0,06 d. serai wangi 0,65 0,5 1 Tanaman pertanian : a. umbi-umbian b. biji-bijian 0,5 1 c. kacang-kacangan 0,36 d. campuran 0,43 e. padi irigasi 0,02 Perladangan : a. 1 tahun tanam - 1 tahun bero 0,28 b. 1 tahuntanm2tahunbero 0,19 Pertanian dengan konservasi : a. mulsa 0,14 b. Teras ban& 0,04 c. contour cropping - A 0 , 1 4 Sumber : Abdurachrnan dkk., 1984; Ambar dan Syafrudin, 1979 dalam Asdak, 1995
1
Penentuan erodibilitas tanah (K) menurut Wischmeier et al. (1971, dalam Asdak, 1995), mengembangkan hubungan karakteristik tanah dengan tingkat erodibilitas tanah dalam persamaan matematis dibawah ini
Dimana : K OM S P
M
=
= = = =
erodibilitas tanah (tlhdthn) persen unsur organik kode klasifikasi tekstur tanah, tertera pada Tabel 2 kelas permeabilitas tanah, tertera pada Tabel 3 (% debu + % pasir sangat halus) x (100- % liat) Tabel 2. Kode klasifikasi tekstur tanah tcbstar
J&
1
I 2. 1 Granular halus 3. 1 Granular sedang sampai kasar 1. Granular halus sekali I
1 / Kubus, pipih atau 4.
Kodc Cbstur (S)
Ukuran htir tnene
I
1-2mm
1
2 I
2- 10 mm I
masif
I
1
3 I
4
Sumber : Arsyad, 1989 Tabel 3. Kode permeabilitas profil tanah
Sumber : Arsyad, 1989 Persentase partikel tanah merupakan hasil pemeriksaan tekstur tanah dengan analisis saringan (sieve analysis) dan hidrometer. Nilai M beberapa kelas tekstur tanah tertera &lam Tabel 4. Disain teras selengkapnya tertera pada Lampiran 1.
Tabel 4. Nilai M untuk berbagai kelas tekstur tanah
Lempung berat Lempung sedang Lempung pasiran Lempung ringan Liat lempung Pasir lempung debuan Liat lempungan
1
Pnir
2 10 750 1.213 1.685 / 2.160 1 2.830 / 2.830 1
Pasir geluhan Liat berlempung Liat pasir Liat Liat debuan Debu Carnpuran merata
1.245 3.770 4.005 4.390 6.330
9
Sumber : RLKT DAS Citarum,1987 dulum Asdak,1995 Perencanaan Teras Bangku Metode Hurni
Perencanaan teras bangku metode Humi didasarkan kepada prediksi erosi dengan persarnaan USLE. Teras bangku Humi terdiri dari tiga tipe utama yaitu: (a) saluran tanpa teras (Cl), (b) teras dengan tampingan rumput (C2), dan (c) teras dengan tampingan batu (C3). Untuk menentukan tipe teras yang tepat diperlukan data berikut, yaitu : kemiringan lahan, faktor LS yang ditentukan dengan persamaan USLE, dan kedalaman tanah Faktor panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S)
Faktor panjang lereng (L) didefinisikan secara matematik sebagai berikut (Schwab et ul., (1981)
Dimana : I m
= =
panjang kemiringan lereng (m) angka eksponen yang dipengaruhi oleh interaksi antara panjang lereng dan kemiringan lereng dan dapat juga dipengaruhi oleh jenis tanah dan tipe vegetasi. Angka eksponen tersebut bewariasi dari 0,3 untuk lereng yang panjang dengan kemiringan lereng kurang dari 0,5 % sampai 0,6% untuk lereng pendek dengan kemiringan lereng lebih dari 10%. Angka eksponen rata-rata yang umumnya dipakai adalah 0,5.
Faktor S secara matematis sebagai berikut (Schwab et al., 1981) :
Dimana : s
kemiringan lereng aktual (%)
=
Seringkali dalam prakiraan erosi menggunakan persamaan USLE komponen panjang dan kemiringan lereng (L dan S ) diintegrasikan menjadi faktor LS dan dihitung dengan rumus :
Dimana : I. S
panjang lereng (m) kemiringan lereng (%)
= =
Untuk lahan berlereng terjal disarankan untuk menggunakan rumus berikut ini (Foster dan Wischrneier, 1973 dalam Asdak, 1995) : LS = (1 /22)'"C ( C O S ~ ) ' ~ ' ~ ~ [(sin~r)'.~" O,~ + (sin a)2,249] ............. Dimana : m
=
C
=
a
=
I
=
(16)
0,5 untuk lereng 5% atau lebih ; 0,4 untuk lereng 3,5-4,9% dan 0,3 untuk lereng 3,5% 34,7046 sudut lereng (") panjang lereng (m)
Erosivitas (R)
Energi kinetik dari curah hujan dengan intensitas hujan maksimum 30 menit dapat ditentukan besarnya melalui persamaan berikut ini
Dimana : KE I
=
=
Energi kinetik (joule/m2) Intensitas hujan (mmljam)
Erosivitas (R), yaitu : intensitas hujan maksimurn selama 30 menit menurut Bols (1978) ditentukan sebagai berikut : R Dimana : R
= ~ 1 3 0=
6,119 (RAIN)',"
DAYS).'^' @AXP)0'S3...... . . . . .. . .... (1 8)
erosivitas tanah (tlha) RAIN = curah hujan rata-rata bulanan (cm) DAYS = jumlah hari hujan rata-rata per bulan (hari) MAXP= curah hujan maksimum rata-rata dalam 24 jam per bulan (cm) =
Erodibilitas tanah (K) Erodibilitas tanah (K), yaitu : resistensi partikel tanah terhadap pengelupasan dan transportasi partikel tanah tersebut oleh adanya energi kinetik air hujan. Nilai K ditentukan dengan menggunakan persamaan (12) Faktor pengelolaan tanaman (C) Besamya faktor C tersebut perlu ditentukan melalui plot-plot percobaan yang dikembangkan oleh Brooks et ul. (1981, dulurn Asdak, 1995) sebagai berikut : Buat plot-plot aliran pemukaan dengan unsur penutup lahan yang dikehendaki. Kemudian tentukan besamya tanah yang tererosi dan catat volume dan intensitas hujan untuk periode minimal 2 tahun. Lakukan pengamatan terhadap kejadian hujan untuk menentukan nilai ambang batas besamya hujan yang mengakibatkan terjadinya erosi. Tentukan angka indeks erosivitas (EI) untuk setiap kejadian hujan yang lebih besar dari nilai ambang batas terdahulu. Tentukan nilai besamya nilai C rata-rata tahunan (C
-
A/RKLS). Beberapa nilai C di beberapa daerah di Pulau Jawa hasil penelitian
Pusat Penelitian Tanah Bogor tertera pada Lampiran 8.
Faktor pengolahan dan konsewasi tanah (P) Pengaruh aktivitas pengelolaan dan konsewasi tanah (P) terhadap besamya erosi dianggap berbeda dari pengaruh yang ditimbulkan oleh aktivitas pengelolaan tanaman (C:), oleh karenanya dalam rumus USLE faktor P tersebut dipisahkan dari faktor C. Faktor P adalah nisbah antara tanah tererosi rata-rata dari lahan yang mendapat perlakuan konsewasi tertentu terhadap tanah tererosi rata-rata dari lahan yang diolah tanpa tindakan konsewasi, dengan catatan faktor-faktor penyebab erosi yang lain diasumsikan tidak berubah. Besamya faktor P ditentukan berdasarkan hasil penelitian di Pulau Jawa tertera pada Lampiran 9. Faktor CP Penilaian faktor P di lapangan lebih mudah bila digabungkan dengan faktor C, karena dalam kenyataannya, kedua faktor tersebut berkaitan erat. Beberapa nilai faktor CP telah dapat ditentukan berdasarkan penelitian lapangan di Pulau Jawa seperti tertera pada Tabel 1 Pembuatan teras bangku Untuk menentukan nilai maksimum LS diperlukan pengukuran erosi yang masih diperbolehkan (T) pada lahan. Besamya nilai T dapat diprediksi dengan menggunakan persamaan (19) (Hudson, 1981). Besarnya nilai LS dihitung dengan persamaan (3) T = 4 + 1,226(10D - K - 2) . . . . . . . .. ... ... . . . . . . . . . ... ... . . . . . . ... Dimana : D K
= =
kedalaman tanah (m) erodibilitas tanah (tihalth)
(19)
Berdasarkan nilai 1,s yang didapat, panjang maksimum dari lereng bidang oleh teras untuk suatu kemiringan lereng asal ditentukan dengan persamaan berikut (Humi, 1980)
Jika diketahui suatu panjang lereng tertentu, maka kemiringan lereng maksimum dihitung dengan persamaan (2 1).
Dengan nilai konstanta c adalah :
Dimana : I,
= panjang
lereng maksimum (m) S = kemiringan lereng maksimum (%) LS = faktor topografi dari USLE Faktor kedalaman tanah (D) yang dipergunakan sebagai peubah disain teras
merupakan rata-rata kedalaman tanah. Kedalaman tanah didapatkan dengan pengamatan secara langsung di lapangan. Penentuan dimensi teras dibatasi oleh panjang maksimum (I,), panjang minimum bidang oleh teras, lebar teras, tinggi teras maksimum, dan kemiringan lereng. Untuk menentukan tipe teras digunakan nomogram yang dikembangkan oleh Humi (1980) yang tertera pada Lampiran 2. Nomogram ditransfer ke dalam bentuk program komputer. Langkah pendimensian teras bangku selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 sampai Lampiran 6.
Perencanaan Saluran Teras dan Saluran Drainase Saluran teras dan drainase biasanya berbentuk trapezoidal, triangular, dan parabolik. Dimensi saluran terdiri dari lebar saluran (b), kedalaman saluran (d), clan kemiringan saluran (S,). Untuk mendimensi saluran terlebih dahulu diprediksi besarnya hujan maksimum yang terjadi, karena ha1 ini berkaitan dengan volume aliran permukaan yang akan tejadi. Besarnya volume aliran permukaan dapat di hitung dengan persamaan sebagai berikut.
Q=,,
CIA
...... .........................................................
(23)
Dimana :
Q C I A
= besamya debit
puncak aliran pemukaan ( d d t ) tertera vada Tabel 5 = intensitas hujan haksimum (mdjam) = luas DAS (ha) = konstanta aliran permukaan.
Tabel 5. Konstanta aliran pemukaan (C)
1. ~ a t a r ( 0 - 5 % ) 2. Bergelombang (5-10%) 3. Berbukit (10 - 30%)
Rumput 1. ~ i t a(0 r - 5%) 2. Bergelombang (5-10%) 3. Berbukit (10 30%) Diolah 1. Datar (0 - 5%) 2. Bergelombang (5-10%) -
iurnber : Schwab el al,. 1981
0,lO 0,25 0,30
0,30 0,35 0,50
0,40 0,50 0,60
0,lO 0,16 0,22
0,30 0,36 0,42
0,40 0,55 0,60
Besarnya intensitas hujan maksimum dihitung dengan persamaan berikut (Sosrodarsono dan Takeda, 1980).
Dimana : I
=
intensitas hujan harian maksimum (mdjam).
X, = perkiraan hujan dengan periode ulang tertentu (mdhari) T,
=
waktu konsentrasi (jam)
Nilai Tc dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (25). Khusus untuk saluran teras diambil nilai Tc = 24 jam untuk periode hujan 10 tahun (ASAE, 1998). ............ . ......... Tc=0,02L0,77 S4,385 ................... . . .
Dimana : L S
(25)
= jarak
terpanjang lereng ke outlet (m) = kemiringan lereng (%)
a. Saluran trapezoidal Menurut Chow (1959), penampang melintang saluran yang paling baik adalah apabila jari-jari hidrolis saluran (R) maksimum dan keliling basah (P) minimum atau dF'1dR E 0. Luas penampang saluran (&), keliling basah (P), dan jari-jari hidrolis (R)
saluran trapezoidal dapat dihitung dengan persamaan-persamaan berikut.
Besarnya nilai b dari dF'1dR G 0, sehingga persamaan (26) menjadi :
Dimana : b d
= lebar
saluran (m) = kedalaman air dalam saluran A, = luas penampang basah saluran (mZ) P = keliling basah saluran (m) R =jari-jari hidrolis (m) Nilai Z merupakan perbandingan slope talud saluran (vertikal : horizontal)
sangat tergantung dari bahan saluran yang dipergunakan. Nilai Z untuk beberapa bahan saluran tertera pada Tabel 6. Tabel 6. Slope talud saluran Z (vertikal : horizontal)
Sumber : Anonim, 1968 dalam Subiakto, 1986 Kedalaman saluran dapat ditentukan dengan persamaan (30), sedangkan kemiringan saluran ditentukan dengan persamaan (31) yang lebih dikenal dengan persamaan Manning.
Dimana : Viz V n S,
= kecepatan yang
diizinkan (m/dt), tertera pada Tabel 7 = kecepatan aliran air dalam saluran (mldt) = nilai kekasaran Manning, tertera pada Tabel 8. = slope saluran
Tabel 7. Kecepatan yang diizinkan berdasarkan metode Durbach
Sumber : Hudson, 1981 Tabel 8. Nilai kekasaran Manning
2. PRC Engineering Consultant, 1980
b. Saluran triangular Perencanaan saluran triangular pada dasamya sama dengan saluran trapezoidal. Untuk luas penampang saluran (&), keliling basah (P), dan jari-jari hidrolis (R) saluran triangular dapat dihitung dengan persamaan-persamaan berikut. A, =Zd2 .................... . . ..............................
(32)
R = U P ............................................................
(34)
c. Saluran parabolik Demikian juga untuk saluran parabolik, dengan luas penampang saluran (&), keliling basah (P), dan jari-jari hidrolis (R) saluran dapat dihitung dengan persamaanpersamaan berikut. A, = 213. bd .......................................................
(35)
Analisis Stabilitas Lereng
Muka air tanah Kedalaman muka air tanah dihitung menurut persamaan Dupuit (Vermijt, 1970). Muka air tanah tanpa hujan dihitung menurut persamaan (38) dan notasi persamaan tersebut ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 7. Kondisi analisis muka air tanah tanpa hujan (Vermijt, 1970)
Pada saat hujan kedalaman air tanah dihitung dengan persamaan (39) dengan notasi yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 8. Kondisi analisis muka air tanah jika hujan (Verruijt, 1970)
Dimana : h H, H2
= = =
,Y
=
L K k
= =
=
kedalaman muka air tanah pada titik yang ditinjau (m) kedalaman muka air tanah di bagian hulu aliran (m) kedalaman muka air tanah di bagian hilir aliran (m) jarak titik yang ditinjau dari hulu aliran (m) panjang aliran yang ditinjau (m) curah hujan (mmljam) permeabilitas tanah (mmljam)
Longsor rotasi Perhitungan faktor keamanan lereng untuk longsor rotasi dilakukan dengan lrrul und error sehingga didapat nilai E's yang kecil sebagai dasar penentuan stabilitas
lereng. Proses trial and error dilakukan dengan membuat suatu program komputer
(Sakai,1990). Analisis stabilitas lereng untuk longsor rotasi menggunakan persamaan (8) bila muka air tanah tidak diperhitungkan, sedangkan bila muka air tanah diperhitungkan menggunakan persamaan (9). Longsor translasi Analisis longsor translasi terhadap lereng untuk kondisi muka air tanah tidak diperhitungkan sesuai dengan persamaan (10). Perhitungan longsor translasi untuk kondisi muka air tanah diperhitungkan menurut persamaan (I 1). Analisis stabilitas teras aktual Analisis stabilitas teras untuk longsor rotasi dapat menggunakan persamaan (8) dan persamaan (9), sedangkan untuk longsor translasi persamaan (10) dan persamaan (1 1) perlu direvisi, karena kedalaman tanah akan bervariasi setelah dibuat teras. Kedalaman tanah yang digunakan adalah kedalaman tanah ekivalen
(Kh),
dapat dihitung dengan menggunakan persarnaan (40) dan gambar berikut ini.
.......Permukaan tanah awal
Gambar 9. Sketsa penentuan kedalaman tanah ekivalen (Kk)untuk teras
Dimana : JT H,
= jumlah
teras pada suatu panjang lereng tertentu = kedalaman tanah pada elemen ke-i yang ditinjau pada setiap teras (m) AL,=lebar dasar setiap elemen ke-i yang mengalami pergeseran sepanjang bidang longsor (m) I = panjang lereng total yang ditinjau pada suatu lahan (m). n =jumlah elemen tanah untuk satu teras Sehingga persamaan (10) dan persamaan (1 1) untuk analisis longsor translasi
teras berubah menjadi persamaan berikut ini.
Fs=
C'
yH,, cos2 P.tan /3
+-tan # tan P
....................................
(41)
Khusus untuk teras Humi tipe C3 (teras dengan tampingan batu), analisis stabilitas lereng terhadap longsor rotasi diperlukan revisi persamaan (8) dan persamaan (9), karena pengaruh tampingan batu yang berfungsi sebagai turap. Tampingan batu ini memberikan gaya penahan aktif terhadap longsoran tanah yang disokongnya. Bila tampingan batu pada teras Hurni dianggap sebagai dinding penahan yang menerima beban tanah urugan dibelakang turap, maka besamya tekanan tanah aktif yang dapat ditahan oleh turap diuraikan sebagai berikut (Rankine, 1857 dalam Das, 1993).
Dimana : Pa Ka y H, c
= tekanan
tanah aktif (kgf/m2) koefisien tekanan tanah aktif = berat volume tanah (kgf/m3) = tinggi turap (m) = kohesi tanah (kgf/m2) = sudut gesek dalam (") =
Sehingga persamaan (8) dan persamaan (9) untuk longsor rotasi berubah menjadi :
Fs =
(Pa.H,,)
+ z c ' l + ((W + W,,) cosa - ul) tan qY C(~+w,~)sina
................
(46)
Untuk analisis translasi pada teras Humi tipe C3 digunakan persamaan (47) untuk kondisi muka air tanah tidak diperhitungkan, sedangkan persamaan (48) untuk kondisi muka air tanah diperhitungkan Kc. =
Fs =
(Pa.H,)+ x c ' l + W cosa tanqY+[cll,
(Pa.H,,)
+ W,
cosatan$]
C ( W+~ , ) s i n a
(47)
+ x c ' l + (W cosa - ul) tan qY+ [c'l, + (W,, cosa - ul,)tan@] C(~+W,,)sina ...............
Dimana : I , = lebar bidang geser dasar turap dengan tanah (m) W,? = berat turap (kgf)
...
(48)
Simulasi dan Analisis Data Simulasi disain dan analisis stabilitas lereng lahan berteras Dari data primer dan sekunder dapat dilakukan simulasi disain teras menggunakan suatu program komputer yang telah disusun dan diuji keabsahannya.
Simulasi dilakukan untuk mendapat bentuk disain teras USSCS dan Hurni pada berbagai kemiringan lahan serta batasan-batasannya. Simulasi juga digunakan untuk memprediksi bidang longsor yang terjadi pada teras hasil disain, sehingga didapat model teras yang tepat untuk daerah studi dengan kondisi sifat fisika dan mekanika tanah setempat. Hasil simulasi ini akan memberikan gambaran perilaku lahan berteras, terutama yang dijadikan lahan persawahan terhadap kemungkinan longsor. Selanjutnya dapat memberikan rekomendasi untuk perencanaan penanggulangan longsor, perencanaan penggunaan lahan, dan perbaikan lahan yang telah mengalami longsor. Analisis data Sebagian besar data yang dianalisis adalah hasil simulasi menggunakan program komputer, baik bentuk disain teras maupun untuk analisis stabilitas lereng. Data hasil simulasi dan perbitungan lainnya diolah dalam bentuk tabel dan grafik sehingga dapat memberikan informasi yang mudah digunakan. Hasil pengalahan data adalah bentuk disain teras secara umum yang dapat diterapkan pada lahan bekas longsor dan lahan sekitarnya, sesuai dengan data karakteristik tanah yang tersedia.