BAB
1
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Bahasa Mandarin atau yang sering disebut juga dengan bahasa Putonghua merupakan bahasa yang paling sering dipakai di negeri China. Istilah Putonghua hanya dikenal di China atau hanya oleh orang-orang Tiongkok, sedangkan masyarakat atau negara lain pada umumnya lebih mengenal dengan sebutan bahasa Mandarin. (Harimurti Kridalaksana, 2008: 205). Bahasa adalah simbol yang arbitrer yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi (Kridalaksana,1984:19). Dalam berkomunikasi, tentunya manusia tidak lepas dari penggunaan kalimat karena kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Akan tetapi, dalam bahasa Mandarin, untuk menyampaikan makna pada sebuah kata, maka kata tersebut diucapkan dengan tone. Dalam konstruksi sebuah kalimat, baik lisan maupun tertulis, ia harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki salah satu dari kedua unsur tersebut, maka pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat. Seperti halnya kalimat pada bahasa lain, kalimat dalam bahasa Mandarin dapat dibagi menjadi dua, yaitu: kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat diklasifikasi menjadi kalimat majemuk setara(koordinatif) dan kalimat menjemuk bertingkat(subordinatif). Untuk menggabungkan sebuah kalimat majemuk, tentunya tidak akan lepas dari
2
konjungsi. Oleh karena itu dalam penelitian ini, khusus akan dibahas konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk bertingkat dalam bahasa Mandarin terdiri dari satu induk kalimat dan satu atau beberapa anak kalimat.(Lu Gang, 2008). Pendapat yang hampir sama juga disampaikan oleh Chaer, (1994 : 244) yang menyebutkan bahwa kalimat majemuk bertingkat ialah kalimat yang terjadi atas beberapa kalimat tunggal yang kedudukannya tidak setara alam sederajat, yakni yang satu menjadi bagian yang lain. Dalam kalimat majemuk bahasa Mandarin, konjungsi subordinatif digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Misalnya;
(1)
Induk kalimat
Lǎoshī méi guru
tidak
lái datang
Anak kalimat
shàngkè, yīncǐ tóngxuémen dōu kuliah
sehingga mahasiswa
semua
huí jiā pulang
le。 partikel
Guru tidak datang ke kelas sehingga para mahasiswa pulang. (2) Wǒ saya
Induk kalimat shì shēnshēn de àizhe nǐ, adalah
dalam
cinta
kamu
Anak kalimat yúshì wǒ tūnxiàle zìjǐ de tòng。 sehingga
saya
menelan
sediri
sakit
Saya jatuh cinta dengan kamu sehingga saya menahan sedih sendiri. (《Gōngkāi de qíngshū》 1972: Bab 3 surat ke-1, Jìn fán) 1
Konjungsi subordinatif yīncǐ bersinonim dengan yúshì pada kedua contoh di atas, sama-sama bisa menandai anak kalimat keterangan akibat, sehingga membedakan penggunaan yīncǐ dengan yúshì sangat penting bagi para pemakai. Sementara itu, anak kalimat yang berfungsi untuk menyatakan keterangan waktu dalam bahasa Mandarin tidak memiliki kategori gramartikal kala, tetapi dileksikalkan berbagai bentuk satuan lingual yang berupa kata, frase dan klausa.
3
Konjungsi subordinatif merupakan salah satu bentuk yang dapat mencerminkan waktu yang pendek atau panjang, tapi tidak memiliki kategori gramatikal kala. Contoh : (3) Anak kalimat Wǎnshàng kāichē shí , malam
mengemudi
kalau(ketika)
Induk kalimat yào guānbì chē nèi de dēng. harus
mati
mobil
dalam yang
lampu
Kalau kita mengemudi mobil pada malam hari, kita harus mematikan lampu yang ada di dalam kabin mobil. (diteruskan dari Internet)2 (4) Anak kalimat Induk kalimat Bōyīn 737 qǐfēi shí , shísù shì 283 gōnglǐ/xiǎoshí. Boeing
737
tinggal landas
saat
cepat adalah 283
Km
jam.
Saat pesawat Boeing 737 tinggal landas, kecepatannya adalah 283Km/jam. Karena dalam bahasa Mandarin konjungsi shí mencerminkan waktu, dan konjungsi subordinatif dalam bahasa Mandarin ada yang dapat didahului induk kalimat, penutur atau pendengar harus dapat membedakan makna konjungsi shí supaya dapat berkonmunikasi dengan benar. Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, maka menjadi sangat menarik untuk meneliti lebih jauh mengenai penggunaan konjungsi dalam bahasa Mandarin. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini difokuskan untuk membahas beberapa masalah berikut ini. 1. Jenis hubungan antar klausa apa saja yang terdapat dalam bahasa Mandarin? 2. Bagaimana distribusi konjungsi dalam bahasa Mandarin? 3. Bagaimana perbedaan pemakaian konjungsi-konjungsi penanda antar klausa sejenis waktu, sebab-akibat, syarat serta konsensif ?
4
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian sebaigai berikut: 1. Mendeskripsikan hubungan antar klausa yang terdapat dalam bahasa Mandarin 2. Menemukan kaidah distribusi konjungsi dan aturan klausa terutama dalam kalimat majemuk bertingkat bahasa Mandarin. 3. Mendeskripsikan perbedaan pemakaian konjungsi-konjungsi penanda antar klausa sejenis waktu, sebab-akibat, syarat serta perlawanan (konsensif).
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terbagi ke dalam manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan hubungan antar-klausa dalam konstuksi kalimat majemuk dalam bahasa Mandarin, dan membedakan perbedaan konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat, lalu penelitian ini juga diharapkan dapat memperluas penerapan teori linguistik korpus dalam bidang linguistik, yang berarti analisis kalimat kompleks mungkin dalam titik yang dinamis pandang, bukan titik statis pandang. Penelitian ini juga diharapkan analisis teori linguistik korpus tidak hanya berguna bagi linguistik, tapi bermanfaat juga bagi konmunikasi sehari-hari.
5
1.4.2 Manfaat Praktis 1. Dapat memberikan konstribusi kalimat majemuk bertingkat untuk pembelajaran Indonesia / China yang sedang belajar bahasa Mandarin maupun akan belajar bahasa Mandarin. 2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembelajaran bahasa Mandarin, dengan mengetahui dan memahami makna konjungsi dalam bahasa Mandarin. 3. Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna dalam mengatasi atau
menghindari
kesalahan penggunaan konjungsi dan kesalahan pemahaman informasi utama dalam kalimat majemuk bertingkat bahasa Mandarin. 1.5 Ruang lingkup masalah Peneliti
membatasi ruang lingkup masalah penelitian ini pada tataran
kalimat majemuk bertingkat dalam bahasa Mandarin modern. Peneliti tidak menyampaikan kalimat majemuk dialek dan bahasa Mandarin kuno. Peneliti juga membatasi pada perbedaan dan penggunaan kalimat majemuk bertingkat dan peneliti tidak membahas anak kalimat keterangan tujuan dan kalimat majemuk setara. Hal ini disebabkan karena perbedaan penggunaan konjungsi anak kalimat keterangan tujuan telah dibahas oleh peneliti-peneliti terdahulu. 1.6 Tinjauan Pustaka Sebagaimana disebutkan di atas, kalimat majemuk merupakan salah satu jenis kalimat terpenting dalam bahasa Mandarin, yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa Mandarin. Kalimat majemuk bahasa Mandarin biasanya terdiri dari satu induk kalimat dan satu atau beberapa anak kalimat. Menurut fungsi
6
gramatikal dan fungsi anak kalimat dengan fungsi induk kalimat, kalimat majemuk dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis dalam bahasa Mandarin resmi: kalimat majemuk setara, kalimat majemuk campuran dan kalimat majemuk bertingkat. Cao Fengling (2013) mengemukakan hubungan kognitif antara dua atau lebih klausa dalam kalimat majemuk. Sementara itu Liu Guangdi (2004) mengemukakan bentuk kalimat majemuk bertingkat dalam bahasa Mandarin hampir sama dengan bentuk anak kalimat adverbial dalam bahasa Inggris. Karena Bahasa Mandarin resmi tidak memiliki kala, jadi dalam gramatika bahasa Mandarin tidak terdapat klausa appositif (appositive clause), klausa atributif (attributive clause) dan klausa-klausa lain, yang langsung disubtitusikan oleh adjektif, frasa dan kalimat tunggal. Tesis ini terutama membahas 4 jenis anak kalimat adverbial: anak kalimat waktu, anak kalimat sebab-akibat, anak kalimat syarat dan anak kalimat konsesif. Jadi bagian ini terutama memperkenalkan studi terbaru pada 4 jenis anak kalimat adverbial. Banyak sarjana dalam China telah melakukan penelitian konjungsi, tapi jarang berkaitan dengan penelitian perbedaan penggunaan konjungsi yang bersinonim. Kuang Pengfei (2006) dalam penelitian Lùn‘shí’ zài xiàndài hànyǔ zhòngde shítài 'diskusi kala ‘shí’ dalam bahasa Mandarin' menganggap bahwa anak kalimat keterangan waktu dapat dibedakan menjadi dua cabang melalui waktu kejadian, yaitu anak kalimat keterangan waktu sebelum dan anak kalimat keterangan waktu setelah, tetapi dua sejenis anak kalimat tersebut bisa ditandai oleh konjungsi shí. Cao Fenglin (2013) dalam tesis Cóng túxíng-bèijǐng jiǎodù fēnxī yīngyǔ fùhé jù 'sudut figure-ground meninjau kalimat kompleks' menemukan bahwa konjungsi shí bisa
7
ditinjau dari teori figure-ground supaya dapat membedakan maknanya. Liu Guangdi (2000) dalam laporan Hànyǔ de yōushì——zhōngwài yǔyán bǐjiào 'histori kamparatif bahasa Mandarin dengan bahasa asing' anggap qíjiān bersinonim dengan shí ketika dua konjungsi ini bermakna while, qíjiān dapat diganti oleh shí, tetapi konjungsi waktu shí kadang tidak dapat diganti oleh qíjiān karena kadang shí bermakna when. Kuang Pengfei (2009) mengemukakan bahwa zhīqián bersinonim dengan yǐqián 'sebelum' yang digunakan untuk menanadai anak kalimat keterangan sebelum, yǐhòu cǐhòu dan zhīhòu 'setelah' juga digunakan untuk menandai anak kalimat. Akan tetapi yǐhòu cǐhòu dan zhīhòu'setelah' berantonim dengan zhīqián dan yǐqián. Penggunaan konjungsi waktu telah dibahas oleh sarjana-sarjana diatas, tetapi penggunaan yǐhòu cǐhòu zhīhòu dan sebagainya belum dibedakan. Menurut Wei Zhi (2008), dalam bukunya 'Studies on Reason-Result Relation', yang menganalisis beberapa jenis relasi alasan-hasil dan mekanik kerjanya. Ia percaya bahwa relasi sebab dengan relasi hasil bisa digambarkan dalam tiga aspek. Yang pertama adalah dari perspektif mekanik, yang berarti menggambarkan metode dan mekanik bekerja dari alasan yang mengarah ke hasil. Yang kedua dari sekuensial, perspektif, yang berarti menjelaskan alasan-hasil hubungan sesuai dengan proses yang muncul dari alasan dan hasilnya. Yang ketiga dari logika perspektif, maksudnya relasi sebab-akibat merupakan salah satu relasi dari bidang logika. Buku Wei Zhi menggunakan aspek tiga ini untuk menganalisis anak kalimat sebab-akibat dalam bahasa Mandarin.
8
Xu Changhuo(2012) dan Chen Jiaxuan (2001) mengklasifikasikan anak kalimat keterangan sebab-akibat menjadi objektif dan subjektif dalam bahasa Mandarin melalui sudut kognisi. Dan ia menemukan perubahan makna konjungsi ‘yīnwèi’ dari tujuan subjektif kalimat menjalani proses objectivization. Sebagai contoh:
(5) Vincent huílái Vincent
‘yīnwèi’ tā
pulang
karena
dia
ài Alice。 cinta
Alice
Vincent pulang ‘karena’ dia mencintai Alice. (《Àilìsī de tónghuà mígōng》1999:43, Mùjí)3
Contoh ini berati bahwa adalah Vincent mencintai Alice dan halnya menyebabkan Vincent kembali. Kemudian penutur melakukan kalimat majemuk ini untuk menerangkan satu hal yang objektif, yaitu ‘Vincent mencintai Alice’ langsung menyebabkan di pulang. Dan kalimat ini dapat diubah menjadi melalui objektivization:
(6) Vincent míngtiān huì huílái, Vincent
besok
akan
pulang
yīncǐ
tā
ài Alice。
konjungsi
dia
cinta
Alice
Vincent akan pulang pada hari besok, (hal ini) dapat disimpulkan bahwa dia mencintai Alice. Pada contoh (6), kasus ‘dia mencintai Alice’ adalah referensi subjektif dari penutur, kasusnya didasarkan pada fakta dalam induk kalimat, sehingga hubungan antara dua kejadian kurang jelas dalam kalimat ini, tetapi hubungan antara fakta dan akibat inferensial telah dijelaskan dalam kalimat tersebut. Dengan demikian, anak kalimat keterangan sebab objektif berubah menjadi anak kalimat keterangan sebab subjektif.
9
Penelitian mengenai konjungsi sebab-akibat dalam semantik, menurut penelitian 《Yǔfǎ xiūcí jiǎnghuà》'tata bahasa, retorika dan pidato' Lǚ Shūxiāng(1980: 26) Zhāng bīn (2001), Shào Jìngmǐn (2000) anggap bahwa konjungsi yīncǐ dan cóng'ér menitikberatkan hubungan sebab-akibat antara klausa, yúshì dilakukan untuk menitikberatkan kasus terakhir disebabkan oleh tindakan dahulu. Itu juga ada sarjana Fáng Yùqīng (1994) mengemukakan bahwa konjungsi yúshì kadang-kadang mengatakan hubungan setara, sementara itu mengatakan hubungan sebab-akibat. Xíng Fúyì(1986, 122-124) dalam buku 《Yǔfǎ wèntí tàntǎo jí》'diskusi masalah gramatikal' menganggap bahwa konjungsi cóng'ér sesekali dapat pula menandai kalimat setara supaya klausa bebas berhubung dengan klausa berikat. Dalam bidang semantik Mandarin, anak kalimat keterangan syarat dapat diklasifikasikan menjadi anak kalimat keterangan syarat asli dan anak kalimat keterangan syarat non-asli oleh Lǚ Shūxiāng(1979), sementara itu, dia anggap bahwa karena syarat itu adalah asumsi, kalau syaratnya dipenuhi, pasti bisa menghasilkan akibat, sehingga kalimat majemuk syarat memiliki hubungan syarat akibat. Xíng Fúyì(1986, 62-66) dalam buku《Yǔfǎ wèntí tàntǎo jí》'diskusi masalah gramatikal' menunjukkan bahwa arti syarat asli adalah asumsi itu dapat direalisasi atau dipenuhi. Syarat non-asli berarti syaratnya cuma adalah hipotesis atau mustahil diwujudkan. Anak kalimat keterangan syarat asli dapat diklasitikasi dua jenis: syarat cukup dan syarat perlu. Sementara itu, konjungsi rúguǒ dan yàoshì dapat menandai baik anak kalimat keterang syarat asli, maupun anak kalimat keterang syarat non-asli.
10
Wang Maiqiao(2008) pernah membandingkan semantik rúguǒ+P dengan semantik jìrán+P dan menemukan bahwa posisi fokus semantik rúguǒ+P di dalam anak kalimat keterangan syarat, fokus semantik jìrán+P di dalam anak kalimat keterangan akibat. Walaupun jìrán+P memiliki implikasi syarat non-asli, tetapi huhungan antara anak kalimat dan induk kalimat adalah sebab-akibat, sehingga dia bukanlah konjungsi anak kalimat keterangan syarat non-asli seperti rúguǒ+P. Sementara itu, dalam ilmu bahasa terapan, sarjana-sarjana meneliti penggunaan konjungsi rúguǒ sebagai berikut: Xu Yangchun (1999) dalam bukunya《Rúguǒ de miàoyòng》'penggunaan konjungsi rúguǒ yang disempurnakan' mengklasifikasikan anak kalimat keterangan syarat non-asli menjadi sembilan belas jenis. Mereka termasuk retorika klausu bersyarat, klausa bersyarat sopan, klausa bersyarat seruan, komentar klausa bersyarat dan sebagainya. Klasifikasi ini menunjukkan anak kalimat syarat memiliki kebanyakan fungsi (kecuali mengekspresikan syatat) dalam kalimat majemuk. Lalu ada banyak jenis klausa bersyarat non-asli dalam bahasa alami. Untuk anak kalimat bersyarat asli, Xu Yangchun menunjukkan bahwa perubahan atribut rúguǒ dapat terjadi dalam wacana aktual, yang terutama adalah syatat cukup dapat berubah menjadi syarat perlu. Ini berarti bahwa dalam ungkapan " rúguǒ 'kalau' A dipuaskan, B dilaksanakan." Seperti biasa syarat cukup adalah bahwa"A dipuaskan", dengan pengaruh dari konteks, berubah menjadi syarat perlu "rúguǒ dan hanya kalau A dipuaskan, B baru bisa dilaksanakan", misalnya :
(7) Rúguǒ tā fùqián, wǒ Jika
dia
bayar
saya
11
jiùhuì
bǎ
dàngā
akan
(positif)
kue
gěi beri
tā。 dia.
Kalau ia membayar, saya akan memberi kue kepada dia. Kalimat ini juga bisa berarti bahwa hanya ‘dia membayar, saya baru memberi kue kepada dia’. Kalau ia tidak membayar, saya tidak akan memberi kue. Sementara itu, biasanya tindakan ‘memberi’ mungkin berdasar pada kebanyakan kasus, tidak hanya pada ‘membayar’. Sementara pembicara membuat ‘membayar’ sebagai syarat, yaitu ‘membayar’ adalah satu-satunya syarat untuk melaksanakan tindakan ‘memberi’. Dia menyiratkan bahwa Kalau pendengar tidak membayar, maka ia tidak akan memberinya kue. Kemudian syarat yang cukup berubah menjadi syarat yang cukup-perlu dalam konteks tersebut, fenomena tersebut disebutkan transmutasi. Dia menemukan tiga metode untuk mengungkapkan transmutasi: penguatan, melemah dan keterasingan. Li Jinxia (2010), pernah membandingkan penerapan konjungsi rúguǒ dengan if dalam penelitian 《Rúguǒ yǔ if de xūnǐbǐjiào》'perbandingan konjungsi rúguǒ dan if', lalu dia anggap bahwa kalau penutur membuat asumsi yang bertentangan dengan kasus aktual yang telah terjadi, yang ini beratri bahwa penutur hendak menitikberat pandang sendiri. Wu Haiyan (2011) membandingkan penerapan dan fungsi yàoshì dengan if dalam 《 Yàoshìyǔ if de yǔyòng qūbié 》 'perbedaan penggunaan yàoshìdan if', dia mengemukakan
bahwa
yàoshìsering
digunakan
untuk
menyimpang
atau
mendeduksikan, mencurigakan dan bertindak mengikuti perkembangan situasi. Ruo Ronghua (2007) meneliti variasi yīdàn dan wànyī dalam laporan《yīdàn hé wànyī
12
dexūhuà》(yīdàn dan wànyī berubah menjadi kata kosong), dia membahas perubahan wànyī dalam para dinasti dan menemukan wànyī digunakan sebagai nomina oleh orang kuno, lalu digunakan sebagai konjungsi, sementara itu dalam Mandarin modern wànyī bisa digunakan sebagai adverbial. yīdàn dalam para dinasti dan menemukan wànyī digunakan sebagai nomina oleh orang kuno, lalu digunakan sebagai adverbial, dalam Mandarin modern wànyī baru dapat digunakan sebagai konjungsi. Deng Yao (2008) berdasarkan penelitian Ruo Ronghua dan menemukan bahwa wànyī sering menyambungkan dengan asumsi yang penutur menganggap kejadian probabilitasnya sangat rendah, bisa digunakan untuk membuat asumsi yang kurang baik, tapi sesekali juga digunakan untuk mendeskripsikan kasus keberuntungan. Yu Lijuan (2010) pernah membahas proses yīzhāo ‘sehari’ berubah menjadi yīdàn dan wànyī ‘pengandai’ secara membandingkan penggunaan dalam para dinasti dan menemukan gara-gara yang yīdàn dan wànyī dapat digunakan sebagai nomina dan adverbia. Qui’er (1985) menganggap bahwa anak kalimat keterangan syarat-perlawanan tunggal merupakan salah satu tipe anak kalimat syarat yang istimewa karena penutur membuat asumsi pada anak kalimat. Sementara itu, akibatnya akan dibuat pada induk kalimat. Xu Changhuo&Zhūxiàngxǐ (2012) menuruti perbedaan semantik, mengklasifikasikan anak kalimat keterangan konsesif menjadi anak kalimat keterangan syarat-perlawanan tunggal dan anak kalimat keterangan syarat-perlawanan universal. Dalam sudut ilmu terapan, Xu Dan (2008) 《Shìlùn wúlùn hé bùguǎn de yòngfǎ》
13
(meneliti penerapan wúlùn dan bùguǎn) menyimpulkan bahwa konjungsi wúlùn dan bùguǎn menandai bahwa penutur memberi penyangkalan atau menolak kepada kasus-kasus yang dianggap dapat merubah keadaan yang sekarang. Dan Cui Yingdan (1998) penah juga menunjukkan bahwa konjungsi wúlùn dan bùguǎn tidak memiliki perbedaan semantik sama sekali. Jadi tinjauan-tinjauan pustaka di atas digunakan oleh peneliti sebagai tinjauan lain di mana pada penelitian-penelitian tersebut hanya meneliti penggunaan-penggunaan dan pengelompokan bentuk konjungsi bahasa Mandarin, sedangkan pada kajian penelitian (tesis) ini meneliti mengenai perbedaan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat bahasa Mandarin ditinjau dari segi semantik supaya dapat menunjukkan perbedaan pemakaian konjungsi yang bersinonim dalam aneka hubungan kalimatnya. 1.7 Landasan Teori 1.7.1 Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat dalam bahasa Mandarin dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu: kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Perbedaan kalimat tunggal dan kalimat majemuk berdasarkan jumlah klausanya yang ada di dalam kalimat itu. Berikut ini didaftarkan sejumlah kalimat tunggal dalam bahasa Mandarin:
(8) Tāde tóufà hěn dia
rambut
sangat
hēi。 hitam
Rambutnya sangat hitam.
(9)
14
Nàge yǔyánxuéde lǎoshī jiào
shénme míng zì?
itu
apa
linguistik
dosen
panggil
nama
Siapa nama dosen linguistik itu? (10)
Zhùyì memperhatikan
qīngjié wèishēng! bersih
bersih
Jagalah kebersihan!
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu pola kalimat, yaitu terdiri dari satu subjek, satu predikat, dan bisa dilengkapi dengan objek dan keterangan. Kalimat yang biasanya digunakan sehari-hari adalah kalimat tunggal, tetapi tidak selamanya berupa kalimat tunggal. Demi keefisienan, ada kalanya orang menggabungkan beberapa pernyataan ke dalam satu kalimat. Dari kalimat tunggal tersebut terdapat struktur kalimat yang di dalamnya terdapat beberapa kalimat dasar. Penjelasan ini sejalan dengan penjelasan yang terdapat di dalam kamus dan para ahli : xīnhuá zìdiǎn (Kamus Besar Bahasa Mandarin, 2012 : 409) menyatakan bahwa: fù(majemuk) jù(kalimat): Néng fēnchéng liǎng gè huò liǎng gè yǐshàng dānjù de jùzi. Kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih yang dipadukan menjadi satu. Maksudnya definisi kalimat majemuk dalam bahasa Mandarin sama dengan definisi kalimat majemuk dalam bahasa Indonesia: Kalimat majemuk setara dalam bahasa Indonesia adalah kalimat yang terdiri dari klausa bebas dan klausa terikat, kalimat majemuk bertingkat dalam bahasa Indonesia adalah kalimat yang terdiri dari beberapa klausa bebas (Kridalaksana : 1982). “Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat dua kalimat dasar atau lebih disebut kalimat majemuk” (Sugono, 1999). Dalam bahasa
15
Mandarin, berkenaan dengan sifat hubungan klausa-klausa di dalam kalimat, dibedakan adanya kalimat majemuk setara (atau kalimat majemuk koordinatif), kalimat majemuk bertingkat (atau kalimat majemuk subordinatif) dan kalimat majemuk kompleksatau campuran. Kalimat majemuk setara dalam bahasa Mandarin adalah kalimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki status yang sama, yang koordinatif atau sederajat. Klausa-klausa dalam kalimat majemuk setara bahasa Mandarin secara eksplisi dihubungkan dengan konjungsi setara, seperti hé(dan) huò(atau) ránhòu(lalu) dan tanpa menggunakan konjungsi dan lain-lain. Berikut ini beberapa contoh kalimat majemuk setara dalam bahasa Mandarin: (11)
Wǒ saya
mǎile beli
xiē beberapa
shuǐguǒ buah
hé dan
shūcài。 sayur
Saya membeli buah-buahan dan sayur-mayur (12) Nǐ kamu
mǎi beli
xiē beberapa
shuǐguǒ,huò shūcài ba。 buah
atau
sayur
partikel
Kamu membelilah buah-buahan atau sayur-mayur.
Kalimat tunggal dalam bahasa Mandarin dapat diklasifikasi menjadi enam macam, karena tesis ini dibatasi pada masalah kalimat majemuk bertingkat, kalimat tunggal tidak akan diperjelaskan lagi. Kalimat majemuk bertingkat dalam bahasa Mandarin terutama terdiri dari satu induk kalimat dan beberapa anak kalimat.(Lu Gang, 2008) Kalimat majemuk bertingkat ialah kalimat yang terjadi atas beberapa kalimat tunggal yang kedudukannya tidak setara alam sederajat, yakni yang satu menjadi bagian yang lain
16
(Chaer, 1994 : 244). Dalam kalimat majemuk bahasa Mandarin, konjungsi digunakan untuk menandai hubungan semantik antara anak kalimat dan induk kalimat sehingga anak kalimat keterangan pada kalimat majemuk bertingkat Mandarin dapat diklasifikasi menjadi lima macam, seperti terlihat dalam bagan berikut ini:
Bagan 1. Jenis-jenis kalimat majemuk bertingkat dalam bahasa Mandarin anak kalimat keterangan waktu sebelum
Waktu
anak kalimat keterangan waktu setelah anak kalimat keterangan waktu simultan anak kalimat keterangan sebab-akibat terang
Sebab-akibat anak kalimat keterangan sebab-akibat deduksi
Kalimat
anak kalimat keterangan non-asli
Majemuk
Syarat
Beringkat
anak kalimat keterangan cukup asli
Mandarin
anak kalimat keterangan perlu anak kalimat keterangan syarat-perlawan tunggal
Konsesif anak kalimat keterangan syarat-perlawan universal
anak kalimat keterangan tujuan positif Tujuan anak kalimat keterangan tujuan negaktif
Kalimat majemuk Mandarin bertingkat terdiri dari setidaknya dua klausa (satu induk kalimat dan anak kalimat) dan dua klausa disambungkan oleh hubungan dan konjungsinya masing-masing. Dengan kata lain, sejenis kalimat majemuk ditandai atau diterangkan oleh konjungsinya.
17
1.7.2 Konjungsi yang Bersinonim Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Mandarin, seringkali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik yang menyangkut hal kesamaan makna, inilah sinonim (Chaer, 2013). Verhaar (1978) mendefinisikan sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Dengan kata lain, hubungan makna antara konjungsi yang bersinonim juga termasuk definisi ini. Hubungan makna antara dua buah konjungsi yang bersinonim bersifat dua arah, misalnya konjungsi akibat yóuyú bersinonim dengan konjungsi akibat yīnwèi, maka
yīnwèi juga bersinonim dengan yóuyú. Sementara itu, kesamaannya tidak
seratus persen, hanya kurang lebih saja. Kesamaanya tidak bersifat mutlak(Zgusta 1971;89, Ullman 1972:141). Sebabnya adalah bahwa semantik yang mengatakan apabila bentuk berbeda maka makna pun akan berbeda walaupun perbedaannya hanya sedikit. Jadi konjungsi yīnwèi dan yóuyú tidak persis sama. Kita dapat mengganti kata yīnwèi dan yóuyú dalam kalimat majemuk berikut:
Tāde fángzi
dia
rumah
dǎole,
rusak
yīnwèi *yóuyú karena
zuótiān xià
kemarin
turun
dà
yǔ
besar
hujan
。
Rumahnya telah rusak karena turun hujan deras kemarin.
Akan tetapi ternyata penggantian tidak dapat dilakukan. Ini sebagai bukti yang jelas bahwa konjungsi-konjungsi yang bersinonim itu tidak mempunyai
18
kesamaan yang bersifat mutlak. Menurut Chaer (2013), Ketidakmungkinan kita untuk menukar sebuah kata yang dengan kata lain yang bersinonim adalah banyak sebabnya. Antara lain, karena faktor waktu, fakto tempat atau dialek, faktor sosial, faktor bidang kegiatan dan faktor nuansa makna.
1.8 Metode Penelitian Penelitian ini akan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. 1.8.1 Metode dan Teknik Penyediaan Data Dalam tesis ini, kategori atau aneka hubungan anak kalimat keterangan yang dikutip oleh penulis berasal dari buku《xiàndài hànyǔ》(Mandarin modern) yang ditulis oleh dosen linguistik Universitas Fudan China wafat prof.hú yùshù, buku《yǔyánxué gàilùn》(Teori linguistik) yang dibuat oleh dosen linguistik Universitas Nanjing China Dr. xú chānghuǒ. Objek penelitian dari penelitian ini adalah kalimat majemuk waktu, kalimat majemuk sebab-akibat, kalimat majemuk syarat dan kalimat majemuk konsesif dalam bahasa Mandarin. Data prime adalah data yang berupa pemakaian bahasa oleh penutur bahasa lisan maupun tulisan. Sumber data utama dan referensi mengenai kalimat majemuk bertingkat bahasa Mandarin berasal dari artikel dan karangan berikut:
19
Tabel 1. Sumber data Judul
Kategori
Jumlah
《Gōngkāi de qíngshū》4
karangan
20
《80 běn dāngdài xiǎoshuō》
novel dan karangan
22
《 Guòwǔ
bù
shí
de
kēxué 》 ,
《Zhìwǒmenzhōngjiāngshìqùde shíbāsuì》, artikel, laporan dan 《 Xīnzhùguóyǔwénfǎ 》《 Rednet News 》 berita
dari
19
zhìhuì 》《 Yě shuō guānlián cíyǔ de makalah dari majalah
12
《News 360》《Wéijī bǎikē》...
Internet
《 Duìxiàng gé yǔyì fànchóu jí qí xiāngguān yǔfǎ lǐlùn yánjiū》, 《Sīwéi yǔ
liányòng》《Tánfùjùzhōng guānliáncíyǔde Internet shǐyòng》 《Yīncǐ, yúshì,de duō jiǎodù fēnxī》 Kreasi penulis sendiri
6
Dalam proses penyediaan data, penulis menggunakan metode simak. Metode simak adalah metode pengumpulan data bahasa dengan mendengarkan atau membaca penggunaan bahasa. Sedangkan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak bebas cakap. Menurut Kesuma (2007:44) teknik simak bebas libat cakap adalah penjaringan data dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses penggunaan. Tahap penjaringan data ini merupakan tahap pertama yang dilakukan oleh pembahas dalam menyedia data secukupnya untuk kepentingan analisis(Sudaryanto, 1993:5-6). Langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Peneliti membaca sumber data untuk mengumpulkan kalimat atau karakteristik
20
tuturan yang sesuai untuk dibahas. 2. Penelitian melakukan transkripsi kalimat-kalimat untuk mempermudah di dalam mengklasifikasikan data. Di dalam proses transkripsi ini, penulis berusaha melakukan kalimat majemuk bertingkat yang dari artikel terkenal supaya semuanya dapat langsung diperiksa dari mesin pencari seperti Google dan Baidu. 3. Transkripsi kalimat majemuk bertingkat itu kemudia dimati untuk selanjutnya penulis memilih data-data yang dibutuhkan untuk penelitian. 1.8.2 Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik ganti dan Teknik permutasi. Teknik ganti atau substitusi adalah teknik ananlisis yang dilakukan dengan menggantikan satuan lingual yang satu dengan satuan lingual yang lain untuk membuktikan bahwa satuan-satuan itu termasuk kedalam kelas kata yang sama. Misalnya untuk membukitkan konjungsi ‘yīnwèi’ dan yóuyú satu sama lain tergolong ke dalam kelas kata yang sama maka kedua satuan tersebut dapat disubstitusikan, seperti terlihat dalam kalimat berkonflasi berikut ini:
Yóuyú Yīnwèi karena
wǒmen de kami
zhǐshì
pengetahuan
bùzú, kurang banyak
jiùwú fǎ quèdìng hěnduō yǔyán zhī jiān tidak
cara
menemu
banyak
bahasa
antara
kěnéng cúnzài de qīnshǔ guānxì. mungkin
ada
hubungan kekerabatan
Karena pengetahuan kami kurang cukup, sehingga kami tidak dapat menemukan bahwa bahasa dan bahasa mungkin memiliki banyak hubungan kekerabatan.
《 ( Yǔyánlùn》1983:54, Bùlóngfēi'ěrdé)
21
Satuan-satuan lingual ada yang memiliki urutan yang tegar dan ada pula yang memiliki urutan yang renggang. Ketegaran urutan satuan-satuan lingual yang menyatakan dua buah konjungsi dalam penelitian ini diuji dengan teknik permutasi. Makna permutasi adalah penyusunan kembali suatu kumpulan objek dalam urutanyang berbeda dari urutan yang semula. Misalnya pada anak kalimat keterangan syarat, frasa rúguǒ wànyī memiliki hubungan yang tidak tegar dapat dilakukan dengan mempermutasikan unsur-unsurnya sehingga menjadi rúguǒ wànyī supaya dapat menunjukkan distribusi konjungsi pada anak kalimat keterangan syarat. Rúguǒ wànyī tā jīntiān fàshēng le yìwài , nǐ yě bùyòng dānxīn. kalau
kalau
dia hari ini
terjadi
kecelakaan
kamu juga tidak perlu khawatir
*Wànyī rúguǒ tā jīntiān fàshēng le yìwài , nǐ yě bùyòng dānxīn. kalau
kalau
dia hari ini
terjadi
kecelakaan
kamu juga tidak perlu khawatir
1.8.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data Metode yang digunakan untuk menyajikan hasil analisis data adalah metode formal (Sudaryanto, 1993:144). Metode penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang. Penelitian ini, penulis meyajikannya secara formal karena hampir semua kalimat yang dibahas dari artikel resmi dapat langsung diperiksa dari mesin pencari seperti Google dan Baidu.
1.9 Sistematika Penulisan Penelitian ini tersusun menjadi empat bagian, Bab 1 pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjau pustaka, metode penelitian,
22
sistematika penulisan sumber pustaka dan rencara kerja. Bab 2 akan mendeskripsikan aneka hubungan antara jenis kalimat majemuk bertingkat bahasa Mandarin. Bab 3 perbedaan dan penggunaan antara para konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat bahasa Mandarin diuji oleh beberapa teknik seperti substitusi, simak dan sebagainya. Bab 4 merupakan kesimpulan dan saran.