BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal Syariah Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang. Pasar modal atau yang sering disebut juga dengan capital market merupakan tempat untuk memperjual belikan instrumen keuangan jangka panjang, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri. Instrumen-instrumen keuangan yang diperjual belikan di pasar modal antara lain seperti saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan (derivatif) seperti opsi (put atau call). Pasar
modal
syariah
hampir
sama
dengan
pasar
modal
konvensional, yang membedakan adalah pasar modal yang dijalankan dengan prinsip-prinsip syariah, setiap transaksi surat berharga di pasar modal dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam. Menurut Fatwa DSNMUI nomor 40/DSN-MUI/X2003. Dengan mengacu pada Fatwa DSNMUI dapat disimpulkan bahwa pasar modal syariah adalah komponen dan kegiatan yang ada pada pasar modal meliputi efek-efek Syariah yang tersedia dibursa, seperti: Saham Syariah, Obligasi Syariah, Reksadana Syariah, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Asset (KIK EBA) Syariah, dan surat berharga lainnya yang sesuai dengan prinsip syariah.
10
11
Pasar modal syariah adalah kegiatan yang berkaitan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek Syariah, perusahaan publik yang menerbitkan Efek Syariah, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek Syariah. Pasar modal memiliki fungsi pasar layaknya perdagangan biasa, dimana ada penawaran pasti disitu ada permintaan. Pasar Modal syariah telah menentukan kriteria produkproduk investasi yang sesuai dengan ajaran Islam. Pada intinya, produk tersebut harus memenuhi syarat, antara lain: 1. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolaan perusahaan emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip - prinsip syariah. 2. Pelaksanaan transaksi harus menurut prinsip kehati-hatian serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang didalamnya mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, riswah, maksiat dan kezhaliman. Seperti yang tertera pada Fatwa DSN Nomor: 40/DSN-MUI/X/2003 tanggal 4 Oktober 2003 tentang Pasar Modal & Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syari’ah di Bidang Berdasarkan pengertian-pengertian diatas Pasar Modal adalah suatu bentuk investasi berbasis keuangan jangka panjang yang menyediakan produk instrumen keuangan. Sepertihanya fungsi pasar secara umumnya, dimana terdapat penawaran disitu juga ada permintaan. Pasar modal syariah adalah kegiatan yang berkaitan
12
dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek Syariah, perusahaan publik yang menerbitkan Efek Syariah, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek Syariah. Efek-efek Syariah tersebut meliputi: Saham Syariah, Obligasi Syariah, Reksadana Syariah, Kontrak Investasi Kolektiv Efek Beragun Asset (KIK EBA) Syariah, dan surat berharga lainnya yang sesuai dengan prinsip syariah. 2.1.2 Investasi Samsul (2006:1) berpendapat bahwa investasi sebagai komitmen untuk menanamkan asset yang dimiliki pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa datang. Sedangkan orang yang melakukan
investasi
mengungkapkan
tujuan
adalah
investor.
investor
dalam
Tandellin
(2001:47)
berinvestasi
untuk
memaksimalkan return tanpa melakukan faktor risiko invasi yang harus dihadapinya. Salah satu investor yang sering melakukan transaksi adalah investor individu. Dalam melakukan invesasi, investor individu selalu tidak terlepas dari unsur ketidakpastian return yang berupa risiko. Hal ini dikarenakan pemodal tidak mengetahui secara nyata hasil yang diperoleh dari investasi yang dilakukan tersebut. Risiko menjadi suatu yang mau tidak mau harus dihadapi oleh semua investor pada saat melakukan investasi. Oleh karena itu investor harus memiliki siasat dalam menghadapi suatu risiko dengan investasi yang efisien. Menurut Husnan (1994:169) sebuah investasi harus dapat memberikan risiko tertentu dengan tingkat keuntungan yang terbesar. Investor harus dapat mendapatkan return yang maksimal dengan risiko tertentu, atau mendapatkan return terntentu dengan risiko yang minimal. Oleh karena
13
itu, pasar modal memberikan fasilitas berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli saham. Jenis-jenis Investasi secara umum di bedakan menjadi dua yaitu, Investasi dalam bentuk aset riil (real assets) dan Investasi dalam bentuk surat berharga (marketable securities financial assets). Investasi dalam bentuk aset riil (real assets) adalah investasi dalam bentuk aktiva berwujud fisik atau dapat dilihat, seperti tanah, bangunan, emas, batu mulia dan sebagainya. Sedangkan Investasi dalam bentuk surat berharga/sekuritas (marketable securities financial assets) adalah investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang merupakan klaim atas
aktiva
riil
atau
kepemilikan
yang
diawasi
oleh
suatu
lembaga/perorangan tertentu. Pemilikan aktiva finansial yang di lakukan investor dalam rangka melakukan investasi pada sebuah perusahaan dapat dilakukan dengan dua cara: yaitu dengan menginnvestasikan secara langsung (direct investing) dan ivestasi tidak langsung (indirect investing). Investasi langsung (direct investing) adalah sebagai suatu kepemilikan suratsurat berharga secara langsung dalam suatu perusahaan tertentu yang secara resmi telah di go public dengan tujuan mendapatkan deviden atau capital gain. Sedangkan Ivestasi tidak langsung (indirect investing) adalah surat berharga yang dimiliki oleh investor diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi atau pihak ketiga yang berfungsi sebagai perantara. Kepemilikan aset secara tidak langsung tersebut dilaksanakan melalui lembaga-lembaga keuangan yang terdaftar secara resmi di dalam bursa, dan bertindak sebagai perantara.
14
2.1.3 Etical Invesment Etical invesment atau investasi berkelanjutan merupan prinsipprinsip etika dan social yang digunakan seseorang sebagai acuan utama untuk menyeleksi dalam berinvestasi (seperti proses yang mengintregasikan sosial, lingkungan, agama seseorang, dll). Menurut Etical
investment
Asosiation
Australian
(2013)
inventasi
yang
bertanggung jawab adalah sebuah pendekatan untuk investasi yang secara jelas mengakui relevansi dengan factor investor dari lingkungan, social dan tata klola (ESG), dan kesehatan jangka panjag serta secara stabilitas pasar secara keseluruhan. Rizkidan dan Nadia (2014) berpendapat bahwa etical investment memiliki ciri-ciri investasi pada perusahaan yang menjalakan operasinya dengan pengawasan yang ketat sehingga mengurangi sedikitnya kerusakan lingkungan dan kelangsungan habitat kita. Menurut Muhammad dan Syafiq (2012) etical invesment tergantung pada pandangan seorang investor; beberapa investor mungkin memilih untuk tidak berinvestasi pada industri tertentu yang tidak sesuai dengan norma ajaran Islam (seperti perjudian, alkohol, atau senjata api, dll). 2.1.4 Saham Syariah Menurut Brigham dan Houston (2006) saham adalah surat tanda kepemilikkan perusahaan yang biasanya disimbolkan dengan saham biasa (common stock). Saham Biasa (common stock) Saham biasa menempatkan pemiliknya di bawah saham preferen dalam hal pembagian deviden. Demikian pula terhadap hak atas harta kekayaan perusahaan setelah dilikuidasi. Saham Preferen (Prefered Stocks)
15
Menurut Brigham (2006), adalah saham yang memiliki sifat gabungan antara karakteristik hutang dan beberapa ekuitas. Pemilik saham preferen memiliki urutan setelah kreditur tapi sebelum pemegang saham biasa atas pengklaiman aktiva, setelah dilakukanya likuiditasi. Saham adalah hak kepemilikan sekuritas terhadap Aktifa financial dimana orang yang memiliki saham akan memiliki hak kontrol, hak pembagian deviden, dan hak preemptive. Dengan membeli atas kepemelikan
perusahaan
dengan
membeli
saham
perusahaan,
pemegang saham mempunyai sebagian hak sesuai dengan presentase saham yangdimilikinya di dalam perusahan untuk mengontrol apa saja yang ada di dalam perusahaan. Pemegang saham berhak mendapat bagian dari keuntungan perusahaan (deviden) sesuai presentasi kepemilikan saham. Pembagian dividen untuk saham biasa diberikan sesudah pembagian deviden kepada pemegang saham preferen. Pemegang saham akan mendapatkan presentasi kepemilikan yang sama ketika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Hal ini bertujuan untuk melindungi hak kontrol dan melindungi dari pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai, Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) No.40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal, mendefinisikan saham syariah merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria tidak bertentangan dengan prinsipprinsip syariah. Saham syariah adalah saham-saham yang diterbitkan
16
oleh suatu perusahaan (emiten) yang memiliki karakteristik sesuai dengan syariah Islam sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh DSN-MUI. Menurut (Soemitra, 2009) saham syariah merupakan surat berharga yang merepresentasikan penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan.
Penyertaan
modal
dilakukan
pada
perusahaan-
perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah. Akad yang berlangsung dalam saham syariah dapat dilakukan dengan akad mudharabah dan musyarakah. Untuk akad mudharabah, pihak yang menyetorkan dana tidak terlibat dalam pengelolaan perusahaan. Akan tetapi Investor menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada pihak lain. Untuk akad musyarakah, dua atau beberapa pihak bekerja sama saling menyetorkan modalnya. Bagi hasilnya disesuaikan secara proporsional dengan dana yang disetorkan. Serta pihak-pihak yang terlibat boleh menjadi mitra diam (tidak ikut mengelola) atau menjadi mitra aktif (ikut mengelola perusahaan). 2.1.5 Indeks Saham Syariah Indeks Harga Saham (IHS) merupakan gambaran dari pengaruh simultan yang kompleks dari berbagai macam variabel-variabel kejadian ekonomi (Halim: 2003). Saat ini para investor memiliki berbagai alternative di pasar modal dengan dikelompokan menurut jenis dan karakteristiknya sehingga memudahkan para investor dalam melakukan investasi. Indeks Harga saham digunakan oleh investor sebagai suatu informasi sebagai salah satu pertimbangan dalam melakukan investasi dengan baik di pasar modal, karena di dalam IHS terdapat beberapa fenomena yang menjadi acuan dalam berinvestasi, seperti fenomena
17
sosial, ekonomi, politik dan keamanan yang menjadi salah satu fundamental dalam penentuan kesehatan ekonomi suatu Negara. Beberapa indeks saham juga sengaja disediakan untuk menampung investor dalam mengelola saham maupun portofolio saham yang dimilikinya sehingga Indeks Saham menjadi sebagai salah satu acuan investasi dalam melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir, seperti indeks saham syariah Indonesia JII, ISSI, FBMHS, dan FBMEMAS. 2.1.5.1 JII JII merupakan indeks yang didirikan pada pada tanggal 3 Juni 2000 oleh PT. Bursa Efek Indonesia yang bekerja sama dengan PT Danareksa Invesment Management. JII merupakan merupakan indeks harga saham yang terdiri dari 30 saham syariah Islam. JII selalu dilakukan evaluasi pergantian indek setiap 6 bulan sekali, yang disesuaikan dengan periode penerbitan DES oleh OJK. Setelah dilakukan penyeleksian saham syariah oleh OJK yang dituangkan ke dalam DES, BEI melakukan proses seleksi lanjutan yang didasarkan kepada kinerja perdagangannya. Kriteria saham yang termasuk dalam indeks JII harus sesuai yang ditetapkan dalam peraturan Bapepam-LK Nomor: KEP.-130/BL/2006 ditindaklanjuti dengan Peraturan Nomor: KEP-314/BL/2007 Tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah yang dimuat dalam Peraturan II.K.1, yaitu tidak melebihi rasio-rasio keuangan sebagai berikut: perbandingan antara total hutang yang berbasis bunga dengan
18
total ekuitas tidak lebih dari 82% (sedangkan perbandingan antara hutang yang berbasis bunga dengan total ekuitas tidak lebih dari 45%:55%); dan perbandingan antara total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dengan total pendapatan (revenue) tidak lebih dari 10%. Untuk saham-saham yang sesuai dengan kriteria obyek usaha maupun rasio-rasio yang telah ditetapkan maka saham-saham tersebut telah lolos menjadi saham syariah di Indonesia. 2.1.5.2 ISSI Menurut Bursa Efek Indonesia, ISSI merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di BEI. Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah tercatat di BEI dan terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). Seperti hanya JII konstituen ISSI juga dievalusi setiap 6 bulan sekali (Mei dan November) dan dipublikasikan pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga selalu melakukan penyesuaian apabila ada saham syariah yang baru tercatat atau dihapuskan. Rata-rata tertimmbang dari kapitalisasi pasar digunakan untuk penentuan perhitungan indek ISSI. Tahun dasar yang digunakan adalah Desember 2007 sebagai tahun awal penerbitan DES. Indeks ISSI diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011 2.1.5.3 FBMHS FBMHS (FTSE Bursa Indeks Syariah Malaysia Hijrah) adalah salah satu indeks syariah yang dimiliki Malaysia. FBMHS
19
terdiri dari 30 saham syariah yang tergabung dalam FBM EMAS index. Indeks ini telah dirancang untuk digunakan sebagai dasar produk
investasi
syariah
yang
memenuhi
persyaratan
pemutaran investor Islam internasional. Perusahaan di indeks disaring oleh Dewan Syariah Malaysia atau Shariah Advisory Council (SAC) dan global terkemuka konsultasi syariah, Yasaar Ltd, terhadap prinsip-prinsip yang terkandung dalam persyaratan sebagai emiten. FTSE Bursa Malaysia Syariah Indeks Hijrah tidak diizinkan untuk terlibat dalam salah satu kegiatan inti berikut: banking atau kegiatan yang berhubungan dengan kepentingan lain, seperti pemberi pinjaman dan broker, tetapi tidak termasuk lembaga keuangan Islam; alkohol; tembakau; game; manufaktur senjata; asuransi jiwa; dan, daging babi dan produksi non-halal, kemasan dan pengolahan atau kegiatan lain yang berhubungan dengan daging babi dan makanan non-halal. Selain penilaian berdasarkan prinsip Syariah dan filosofi yang diterima secara umum, juga berdasar rasio keungan yang dimiliki oleh perusahaan. 2.1.5.4 FBMEMAS FTSE Bursa Malaysia EMAS Indeks Syariah terdiri konstituen dari FTSE Bursa Malaysia Emas indeks, termasuk dalam konstituen dari FTSE Bursa Malaysia. FTSE Bursa Malaysia EMAS Indeks Syariah didirikan pada tanggal 31 Maret 2006 dengan tujuan Indeks ini dirancang untuk digunakan dalam penciptaan produk investasi syariah dan sebagai
20
patokan bagi investor syariah dalam berinvestasi. FTSE Bursa Malaysia EMAS Indeks Syariah, yang merupakan indeks syariah lainnya dalam FTSE Bursa Malaysia HIJRAH indeks Syariah. Ketersediaan Indeks dihitung berdasarkan price dan total return methodologies, both real time intra-second dan endof-day.
FBMEMAS
menggunakan
Industry
Classification
Benchmark (ICB) sebagai standar global analisis sektor industri, untuk mengklasifikasi Indeks industri. Tabel II.1. Perbandingan indeks syariah Indeks
Indonesia
Malaysia
Seluruh saham
IHSG
KLCI
Saham syariah
ISSI
FBMEMAS
Saham syariah paling likuid
JII
FBMHS
2.1.6 Teori Portfolio Dalam melakukan investasi, investor selalu menginginkan return yang tinggi dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggungnya, akan tetapi pada kenyataan juga yang mendapatkan risiko terendah dengan tingkat return tertentu. Portofolio adalah salah satu metode untuk mengurangi risiko dengan cara diversifikasi, yaitu dengan membagi sejumlah dana yang dimiliki pada berbagai alternatif investasi berkorelasi negative. Pemilihan portofolio itu sendiri berkaitan dengan bagaimana
memilih
investasi
dari
sekian
banyak
aset,
untuk
21
mendapatkan risiko tertentu yang bersedia ditanggung investor sehingga dapat memaksimalkan return yang diharapkan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, investor harus terlebih dahulu menentukan portofolio yang efisien. Portofolio efisien adalah portofolio yang memberikan return ekspektasi terbesar dengan risiko tertentu dan begitu pula sebaliknya. Investor yang rasional tentunya lebih memilih portofolio efisien karena merupakan portofolio yang dibentuk dengan mengoptimalkan return ekspektasian atau risiko portofolio. Portofolio yang efisien belum tentu merupakan portofolio optimal. Portofolio efisien hanya mempunyai satu faktor yang baik, yaitu antara faktor return ekspektasi saja atau faktor risikonya saja. Portofolio optimal merupakan portofolio dengan kombinasi keduafaktor yang terbaik. Menurut (Tandelilin, 2001) “Portofolio optimal adalah pilihan investi dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien”. Salahsatu perhitungan portofolio yang digunakan 2.1.6.1 Sharpe index Indeks Sharpe (1965) adalah penggunaan garis pasar sekuritas sebagai patok duga, dan bukan garis pasar modal seperti pada indeks Sharpe (1965). Mengukur kinerja Sharpe index adalah dengan membagi jumlah resiko yang berlebih dari risiko total, diukur dengan standar deviasi. Semakin sedikit nilai standar deviasinya (resiko investasi individu) maka real return semakin mendekati
22
ecpected return, hal ini menunjukan bahwa Sharpe index baik. 2.1.6.2 Treynor index Pada Indeks Treynor (1966), kinerja indeks ini dilihan dengan menghubungkan tingkat return indeks dengan besarnya risiko dari indeks tersebut. Treynor index mengukur kinerja indeks untuk tingkat tertentu dengan mengguunakan risiko pasar (CAPM) yang dengan fluktuasi pasar. Semakin sedikit nilai resiko pasar maka real return akan semakin mendekati ecpected return. Semakin tinggi Sharpe index dan Treynor index menunjukkan kinerja yang tinggi. 2.1.6.3 Jensen index Indeks
Jensen
(1968)
merupakan
indeks
yang
menunjukkan menunjukkan perbedaan antara tingkat return aktual yang diperoleh indeks dengan tingkat return yang diharapkan jika indeks tersebut tersebut berada pada garis pasar modal Indeks Jensen (1968) merupakan selisih antara return portofolio
dengan return portofolio indeks
yang tidak dikelola dengan cara khusus. 2.2 Penelitian Terdahulu 2.2.1 Catherine Soke Fun Ho, Nurul Afiqah Abd Rahman, Noor Hafizha Muhamad Yusuf, Zaminor Zamzamin; Performance of global Islamic versus conventional share indices: International evidence. Penelitian ini
23
meneliti tentang perbandingan kinerja indeks syariah dengan indeks convensional sebelum krisis, saat krisis, sesudah krisis. Dengan hasil indeks syariah lebih baik ketika krisis, akan tetapi indeks convensional lebih baik ketika non-crisis. 2.2.2 Osamah Al-Khazali, Hooi Hooi Lean, Anis Samet; Do Islamic Stock Indexs Outperformen Conventional Stock Indexes? A Stochastic Dominance Approach. Penelitian ini meneliti tentang perbandingan kinerja indek syariah dengan kinerja indeks saham konvensional. Sampel diambil dari 9 Indeks Saham Down Jones Syariaah dan Konvensional. Hasilnya menjelaskan bahwa saham syariah lebih dapat bertahan dari krisis di bandingkan dengan konvensional. 2.2.3 Rizki Dwi Kurniawan dan Nadia Asandimitra; Perbandingan Kinerja Indeks Saham Syariah dan Kinerja Indeks Saham Konvesional. Peneliti memebahas mengenai kinerja kedua indes saham baik sesudah krisis, saat krisis, dan sebelum krisis ekonomi global dari tahun 2008-2012. Hasilnya adalah menunjukan bahwa kinerja Indeks saham syariah lah yang memiliki kinerja lebih baik disbanding indeks saham konvensional. 2.2.4 Fitriaty Tona Aurora Lubis, Pungki Rekno Asih; Analisis Kinerja Portofolio Optimal Pada Saham-Saham Jakarta Islamic Index (Jii) Periode 2010 – 2012. Tujuan penelitian ini yaitu: Untuk menentukan portofolio optimal dari saham-saham JII periode 2010-2012, untuk mengetahui kinerja portofolio optimal dari saham-saham JII periode tahun 2010-2012 ,untuk mengetahui peringkat kinerja portofolio optimal dari saham-saham JII periode tahun 200-2012. Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang sahamnya secara
24
konsisten terdaftar pada Jakarta Islamic index (JII) selama periode 2010-2012. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh sampel sebanyak 14 perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan Model Indeks Tunggal pada tahun 2010 terdapat 1 saham yang memenuhi syarat membentuk portofolio optimal yaitu PT. Kalbe Farma Tbk.. Pada tahun 2011 terdapat 2 saham pembentuk portofolio optimal yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. dan PT. PP London Indonesia Tbk. Sedangkan pada tahun 2012 terdapat 3 saham pembentuk portofolio optimal yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk., PT. Astra Internasional Tbk., dan PT. Kalbe Farma Tbk. 2.2.5 Irfan Syauqi Beik & Sri Wulan Fatmawati; Pengaruh Indeks Harga Saham Syariah Internasional Dan Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index. Penelitian ini menguji pengaruh indeks harga saham syariah internasional dan variabel makroekonomi terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Penelitian ini menggunakan metode Vector Error Correction Model (VECM), dengan data runtut waktu bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Oktober 2012. Hasil studi menunjukkan bahwa JII dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh DJIEU, DJIMY dan IPI, serta dipengaruhi secara negatif dan signifikan oleh DJIJP, IMUS, M2 dan SBIS. JII paling cepat mencapai kestabilan ketika merespon guncangan terhadap jumlah uang yang beredar (M2). Penelitian
ini
merekomendasikan
penguatan
koordinasi
otoritas
moneter dengan otoritas jasa keuangan, penguatan sektor riil, penguatan upaya meminimalisir pengaruh bunga terhadap pasar
25
keuangan syariah, dan perlu dibangunnya system peringatan dini untuk mengantisipasi krisis keuangan. 2.2.6 Syafiq M. Hanafi; Perbandingan Kriteria Syari’ah Pada Indeks Saham Syari’ah Indonesia, Malaysia, dan Dow Jones. Peneliti meneliti tentang kriteria penerbitan saham syari’ah pada tiga indek saham, Jakarta Islamic Index (JII), Kuala Lumpur Stock Excange Syariah (KLSI) dan Dow Jones Islamic Market Index (DJIM). Ketiga indek tersebut menggunakan kriteria yang berbeda sebagai persyaratan menjadi saham syari’ah. Tulisan ini mencoba untuk menganalisis perbedaan kriteria-kriteria tiga indek tersebut. Perbedaan implementasi ajaran fiqh mu’amalah pada indek saham dikarenakan dasar acuan (pendapat fuqaha) yang dipergunakan berbeda. Kondisi indek dan jumlah saham masing masing indeks juga menjadi pertimbangan dalam menetapkan kriteria saham syari’ah. 2.3 Kerangka Pemikiran Semakin terbukanya lahan investasi bagi investor, tak jarang investor Negara lain menanamkan investasinya ke bursa saham (khususnya syariah) yang berdekatan lokasinya seperti halnya kawasan Asia Tenggara. Diketahui bahwa Indonesia dan Malaysia memiliki kesamaan pasar, karakteristik perekrutan emiten yang dimiliki masing masing indeks saham yang berbeda antara Indonesi dan Malaysia, dan adanya MEA yang memudahkan investor antar Negara khusnya Negara di kawasan Asia tenggara dapat menanamkan investasinya dengan mudah. Dengan latar belakang syariah dan banyaknya warga Negara yang beragama Islam di
26
kawasan Indonesia dan Malaysia. Berdasar dari beberapa alas an di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut.
Indeks Saham SyariahGlobal
Kinerja Indeks Saham Syariah Indonesia
Kinerja Indeks Saham Syariah Malaysia Uji Beda
Gambar 1 Kerangka teoritis analisa perbandingan kinerja indeks saham syariah Indonesia dengan indeks saham syariah Malaysia Indeks saham menjadi salah satu alternative barometer penentu investasi. Semakin tinggi kinerja indeks saham menandakan keaktivan dari para investor di indeks saham tersebut. Sehinga menjadi sinyal positif bagi investor lain untuk menanamkan modalnya juga. Dengan naiknya indeks harga saham, menggambarkan bahwa lingkungan ekonomi tampak semakin menarik bagi investor.