BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Jepang adalah Negara yang disebut dengan “Matahari” atau juga yang disebut dengan Nippon atau Nihon. Berdasarkan kondansha, 1993:649-658, tercatat dan disebutkan bahwa Jepang adalah negara yang terdiri dari serangkaian pulau, dimana luasnya mencapai 377,781 Km. Dan negara ini dikelilingin lautan yang luas. Negara ini ditempati oleh masyarakat yang sangat menjaga baik kebudayaan yang dianut dari dulu hingga sekarang. Tak satu pun dihilangkan. Salah satunya adalah masakan Jepang yang terkenal sampai dimuka bumi, hal ini membuat aroma dan kasanah Jepang tetap terkenal. Salah satu masakan Jepang yang terkenal diseluruh dunia, juga bahasanya pun dikenal dan dipelajari masyarakat Negara lainseperti Indonesia dan lai-lain. Dalam mempelajari bahasa kita hanya perlu mempelajari seni dan budayanya. Di dalam seni dan budayatersebut adalah seni drama atau teater rakyat tradisional Jepang yang dibedakan seperti : 1. Bungaku 2. No 3. kyogen 4. Bunraku 5. Kabuki
Universitas Sumatera Utara
Dari kelima teater ini adalah teater total, karena menyatukan unsure-unsur, ada unsure musik, tari dan seni becerita tentang lirikan. Dan teater drama yang dimiliki Jepang ini adalah mewakili teater yang ada di Asia. Seperti halnya seni pertunjukkan professional kabuki, seni pertunjukkan yang sebelumnya datang dari drama bunraku yakni drama pertunjukkan boneka, dimana pameran ini terjadi pada zaman Edo (1600-1868). Kabuki adalah salah satu perwujudan kesenian Jepang dalam bentuk drama, keseniaan ini mulai dikenal dan berkembang di Jepang pada zamanEdo era Tokugawa sebagai bentuk kesenian kota, terutama dari kalangan pedangan dan pengrajin. Berdasarkan sejarah kabuki tersebut, sejarah kabuki diciptakan pada abad ke 17 (tepatnya pada tahun 1603) dengan pertunjukkan dramatis yang dibawakan wanita yang bernama Okuni di kuil Kitano Temmangu, Kyoto. Kemungkinan besar Okuni adalah seorang Miko asal kuil Izumo Taisha. Untuk membentuk kelompok penyanyi danpenari dan untuk menyelenggarakan pertunjukkan guna mencari dana untuk kuil tersebut. Okuni dan kawan-kawan melakukan pementasan seni yaitu nyanyian dan tarian secara berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, sehingga akhirnya sampai ke kota-kota. Pada waktu itu didalam ajaran agama Budha orang dilarang menyanyi didalam kuil, sehinng hanya dengan berkeliling kelompok Okuni bisa mencari dana. Pertunjukkan Okuni dan kawan-kawan, pada mulanya tidak dilakukan diatas panggung. Namun Okuni dan kawan-kawan diundang Shogun Tokugawa menjadi pendukung drama Kabuki dan sekaligus pengawas drama tersebut. Pada saat yang sama kaum pedagang yang memiliki kekuatan ekonomi yang hebat tertarik pada Kabuki.
Universitas Sumatera Utara
Dengan kekuatan uang dan kekayaan tersebut kaum pedagang dan pengrajin yang umumnya memjadi penduduk kota mulai tertarik untuk mengembangkan kebudayaan baru yang mempunyai simbol eksistensi pementasan seni seperti yang dilakukan Okuni dan kawan-kawan dari kuil Izumo menemukan lahan persemaian yang subur, sehingga kemudian berkembang menjadi seni drama Kabuki. Pengungkapan aspek kehidupan secara realitik dan sensualitik, menjadi salah satu ciri yang disenangi dalam pementasan drama Kabuki saat itu. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika Kabuki dianggap dan diakui sebagai salah satu pencerminan dari kebudayaan kaum pedagang dan pengrajin. Seiring berkembangnya drama Kabuki pada zaman Edo yang didukung oleh Tokugawa dan pegadang, banyak dicptakan berbagai macam cerita kabuki baik yang bersifat Jidaimono (cerita yang bernuansa sejarah) maupun Sewamono (cerita yang bernuansa realita), selain itu penulis cerita Kabuki juga senang menggunakan istilah Sekai (dunia) sebagai kerangka dasar cerita. Misalnya karya Kabuki yang berjudul taiheiki no sekai (dunia taiheiki), heiki monogatari no sekai (dunia kisah klan haiki), sogamono no sekai (dunia sogamono) atau sumigawamono no sekai (dunia sogamono). Penonton biasanya sudah tahu jalan cerita dan akrab dengan tokohtokoh yang tampil dalam cerita. Salah satu dari cerita kabuki yang termasuk sewamono adalah Kanadehon Chushingura, cerita ini merupakan cerita drama kabuki yang paling populer, kenapa popular? Karena cerita Kanadehon Chushingura, mengungkap tentang kesetiaan para samuraiterhadap shogun (pemimpinnya) seperti yang diungkapkan oleh pengarang melalui jalan cerita yang menarik dan lugas dalam cerita Akouroshi Kanadehon Chushingura.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Naramoto (1975;297-306) dijelaskan bahwa peristiwa Akuo diawali dengan kejadian diistana ke Shogunan Tokugawa di Edo pada tanggal 13 maret 1701.Saat itu diistana diadakan upacara penyerahan persembahan terhadap kaisar. Keesokan harinya tanggal 14 maret 1701, terjadi keributan, yaitu Asano Takuminagori seorang kepala daimyo dari wilayah Akou (Hiroshima)melukai pangeran Kira Kozakeyoshinaka, seorang Koke (pejabat tinggi penasehat Shogun) dan juga seorang Shinpan(daimyo yang membantu Tokugawa dalam perang Sekigahara). Alasan Asano melukai pangeran karena pada upacara penghormatan terhadap kaisar tersebut, kaisar mengirimkan dua orang untuk menerimanya. Seperti biasa tiap tahun, saat akan menyerahkan tanda penghormatan, Shogun memanggil daimyo (kepala wilayah) untuk melakukan sembah sujud. Pada waktu itu Shogun Tokugawa menunjuk Asano Takuminagaori seorang daimyo (kepala wilayah) dari Akou dan Date Ryonosuke Muneharu dari wilayah Yoshida. Untuk kelancaran upacara, seperti biasa para daimyo tersebut harus terlebih dahulu mendapat pelajaran dari Kouke dan masih keluarga istri Tokugawa. Namun, ternyata dalam acara pada tanggal 13 maret 1701 tersebut, Asano Takuminaganori mendapat rasa malu yang besar karena berkali-kali melakukan kesalahan dalam upacara sembah sujud pada utusan kaisar tersebut, sedangkan Ryonosuke tidak mendapat kesalahan seperti itu. Asano merasa bahwa pangeran Kira Yoshinaka sudah mengajarkan hal yang salah padanya. Karena itu, pada keesokan harinya tanggal 14 maret 1701, pada waktu pangeran Kira berjalan di Matsunotairoka (suatu koridor didalam istana Edo), Asano Takuminaganori melukai pangeran Kira dengan pedang pendek dari belakang dan sambil berkata “Kono aida no ikon oboetaruka”(apakah kamu ingat sakit hati saya pada waktu itu?).
Universitas Sumatera Utara
Asano dua kali menancapkan pedangnya ke punggung pangeran Kira, tetapi pangeran Kira tidak malawan. Ketika pangeran Kira jatuh terlungkup, seorang petugas keamanan istana bernama Yasobee yang melihat kejadian tersebut secara tiba-tiba menangkap dan menggendong pangeran Kira. Melihat motif kejadian tersebut, orang-orang bingung ketika menganalisis perkataan “Kono aida bo ikon obaoetaruka”, yang berarti pangeran Kira mempunyai masalah sebelumnya sehingga Asano menyimpan dendam. Banyak orang menduga awal kejadian itu adalah karena anak buah Asano tidak membayar gaji atau upah yang cukup ketika Asano belajar pada pangeran Kira mengajarkan hal yang salah, dan hal inilah yang menyebabkan Asano melakukan kesalahan-kasalahan pada acara sembah sujud terhadap utusan kaisar. Asano merasa sangat malu dan membunuh kaisar. Akhir kejadian, peristiwa tersebut dibawa ke pengadilan keShogunan Tokugawa. Tokugawa sendiri yang memutuskan hukuman Seppuku (bunuh diri dengan memotong perut) kepada Asano. Dengan alasan, bahwa Asano telah melanggar peraturan dan membuat keonaran didalam istana Edo. Selain itu, Samurai (bushi) yang melukai dari belakang adalah cirri samurai pengecut. Tambahan pula, perbedaan usia antara Asano dan kira dianggap sudah tidak pantas lagi untuk melakukan perkelahian, karena asano masih muda yaitu 30 tahun dan pangeran Kira sudah berusia 75 tahun. Pada pihak lain, pangeran Kira diputuskan tidak bersalah. Pangeran Kira dinilai sebagai orang yang mengetahui peraturan istana ke Shogunan sehingga tidak melakukan perlawanan. Karenanya, Tokugawa Bakufu ( pemerintahan Tokugawa) merasa berkewajiban mengobati dan melindungi pangeran Kira.
Universitas Sumatera Utara
Kronologis peristiwa tersebut adalah : kejadian melukai Kira di istana Edo adalah pada tanggal 14 maret 1701 pada pukul 12.00 siang, kemudian keputusan hukuman dari Bakufu disampaikan kepada Asano adalah pukul 16.00 dan perintah tersebut dilaksanakan pukul 18.00 perang (Naramoto 1975:300). Setelah Asano melakukan Seppuku, daerah Akou yang berpenghasilan 53.000.000 koku padi diambil alih oleh Tokugawa pada 15 maret 1701 karena adanya peraturan dari Tokugawa bahwa apabila ada daerah yang tidak bertuan maka Tokugawa berhak mengambil alihnya. Selanjutnya, anak buah Asano yang setia melakukan balas dendam tuannya dan kemudian mereka, sebanyak 47 orang. Melakukan bunuh diri bersama-sama dimakam tuannya. Oishi adalah seorang anak buah yang mengetahui kejadian itu karena pada waktu itu ia berada di Edo. Setelah mengetahui kejadian yang menimpa tuannya, Oishi segera kembali ke Akou sepuluh hari lebih cepat dari pada urusan Bakufu. Dia memimpin anak buahnya yang setia untuk malakukan junshi (melakukan bunuh diri untuk mengikuti kematian tuannya), tetapi karena masih ada dendam tuannya yang masih tersisa, maka junshi tersebut dilaksakan setelah melaksanakan Adauchi (balas dendam tuannya). Balas dendam anak buah Asano ternyata bukan ditujukan kepada Tokugawa yang dirasa memihak dalam pengadilan, melainkan ditujukan kepada pangeran Kira sebagai sumber kesalahan. Ketika itu usaha untuk membunuh pangeran Kira bukan sesuatu yang mudah karena pangeran Kira tinggal ditempat yang jauh dari Akou. Selain itu, pangeran Kira mempunyai anak buah sebagai pengawal yang tangguh. Pada zaman itu juga bukan suatu hal yang mudah memasuki wilayah lain. Dari sekian banyak anak buah Asano hanya 47 oarang yang setia. Yang lainnya sudah menjadi pekerja diwilayah keShogunan, dan ada yang melarikan diri kewilayah daimyo lain.
Universitas Sumatera Utara
Anak buah yang berjumlah 47 orang dan yang sudahtidak bertuan itu disebut dengan (Roshi). Wilayah mereka pun tidak ada lagi, karena sudah diambil alih oleh Tokugawa (pemerintahan pusat). Dalam usahanya untuk membunuh pangeran Kira, mereka menghabiskan waktu satu tahun. Dalam satu tahun itu mereka melakukan penyamaran agar niat mereka tidak diketahui oleh siapa pun. Mereka menyuruh putra-putri mereka bekerja diwilayah pangeran Kira dengan tujuan untuk mendapatkan rahasia benteng Kira. Ketika itu, hubungan sesama anak buah Asano yang satu dengan yang lainnya tidak kelihatan. Dengan segala upaya pada tanggal 14 desember 1702 mereka akhirnya berhasil membunuh pangeran Kira. Dengan pedang yang dipergunakan Asano memenggal kepala pangeran Kira dan membawa kepala pangeran itu kemakam Asano. Kemudian dengan pedang itu pula 47 anak buah Asano yang dipimpin oishi melakukan bunuh diri. Dengan demikian, peristiwa tersebut dinamai 47 nin roushi di Akou, atau Akaouroshi Jiken. Ketika Tokugawa Ieyashu menjadi Shogun pada tahun 1603, sebagai dasar untuk memantapkan kekuasaannya, dia memilih konfisionisme sebagai dasar filosofisnya. Terutama dalam usaha menanamkan penghormatan bawahan terhadap atasan sehingga tercipta stuktur kekuasaan. Shogun berada pada posisi tertinggi dan juga sebagai pusat pengabdian seluruh rakyat Jepang. Pada zaman sebelumnya, bagi samurai tuannya adalah segala-galanya atau tuan adalah sebagai pusat pengabdian. Namun, hal tersebut diperpanjang Tokugawa sehingga ada kesadaran bahwa kehidupan tuan didaerah pun adalah berkat kebaikkan (ちゅ) Tokugawa (watsuji 1997192). Pelajaran konfisionisme ini diwajibkan untuk dipelajari oleh seluruh samurai diseluruh wilayah
日本 pada waktu itu. Pelajaran itu disebut かんがく dan ahlinya disebut
かんがくしゃ。かんがくしゃ yang pertama diangkat oleh いえやしゅ adalah はやしらざん
Universitas Sumatera Utara
dan ふじわらせいか。Kemudian ajaran-ajaran tersebut disempurnakan oleh murid-muridnya seperti なかえとじゃ dan
やまざきあんさい dengan すしがく(suatu ajaran konfusionis
yang disempurkan oleh すし) dengan sebutan どとし (moral), yaitu pelajaran untuk pasrah menerima bagian masing-masing, tuan sebagai tuan, anak buah sebagai anak buah, anak sebagai anak dan orang tua sebagai orang tua. Penerimaan bagian sendiri ini disebut dengan ごりん (lima etika), yaitu hubungan tuan dengan anak buah, orang tua dan anak, suami dan istri, abang dan adik, dan juga menjelaskan hubungan orang yang sederajat. Selanjutnya, muncul やまがそこ yang sering diundang untuk mengajar para samurai kedaerah-daerah. Ajaran やまがそこ ini nampaknya lebih murni konfusionis bila dibandingkan pendahulu-pendahulu karena ajaran pendahulunya masih dipengaruhi oleh Budhisme. Inti ajaran そこ adalah emapt golongan masyarakat yaitu : ぶし, petani, pedagang, dan tukang harus mengerjakan bagian masing-masing. Pemerintah mengerjakan pekerjaan hati dan rakyat mengerjakan pekerjan raga. Kesetiaan samurai yang diajarkan oleh Tokugawa melalui かんがくしゃ adalah menyadari kesadaran hubungan atasan dan bawahan. Shogun adalah puncak penerima pengabdian yang tertinggi dan samurai diajarkan untuk berpikir rasional. Samurai dilarang melakukan じゅんし dan あだうち. Samurai yang melakukanじゅんし disebut いぬじに (mati konyol). Pada bila ada samurai yang melakukan junshi, wilayah akan diambil alih oleh keShogunan. Karena ajaran Tokugawa adalah melalui Kangakusha dan juga karena adanya berbagai perturan Tokugawa, kesetiaan samurai pada zaman Edo berubah. Kesetiaan Samurai Dalam Kanadehon Chusingura Kesetiaan samurai pada kisah Akouroshi dapat kita lihat ada dua jenis: 1. kesetiaan あさの
たくみながのり( pimpinan wilayah あこう) terhadap ke Shogunan.
Universitas Sumatera Utara
2. kesetian anak buah yang dipimpin おいし untuk melaksanakanじゅんし dan あだうち bagi tuannya. Kesetiaan Asano menghormati ke Shogunan adalah bersedia melakukan じさつ(bunuh diri) dengan caraせっぷく(memotong perut). Seandainya dalam pemikiran samurai daerah, seorang tuan tidak pernah bersedia melakukan seppuku atas perintah Shogun, maka ia harus melawan keShogunan yang sedang berkuasa. Kesetiaan anak buah Asano yang 47 orang samurai itu dipimpin oleh Oishi. Mereka telah berhasil membalaskan dendam tuannya dan juga telah melakukan junshi sehingga hal tersebut sudah memenuhi unsur-unsur kesetiaan samurai daerah (bushido lama). Namun, dalam hal ini ada perbedaannya, yaitu anak buah Asano tersebut telah berhasil melakukan Adauchi pada tanggal 14 desember 1702, yaitu satu setengah tahun setelah tuannya meninggal. Hal ini ada perbedaannya dengan kesetiaan samurai daerah (bushido lama), yaitu samurai didaerah tidak menunggu waktu dan membunuh seketika. Apabila menunggu waktu, samurai itu akan disebut dengan bushi pengecut. Kemudian, apabila menunggu sampai satu setengah tahun, berarti mereka sudah sempat memikirkan untung rugi jikalautidak melakukan adauchi dan junshi( sagara1984:172). Oleh karena itu jelas kelihatan bahwa didalam kisah Akouroshi Chushingura ada panduan jenis kesetiaan samurai lama (samurai daerah) dengan kesetiaan yang di ajarkan ke Shogunan sebagai pemerintahan pusat. 1.2. Perumusan Masalah Darama kabuki adalah drama yang dilakukan pada zaman Edo masa pemerintahan Shogun Tokugawa. Dalam pemerintahan Tokugawa kebijakan politiknya lebih diarahkan kepada pengabdian diri dari anak buah (samurai) terhadap Shogun ( pemimpin samurai).
Universitas Sumatera Utara
Kesetiaan seperti ini banyak disosialisasikan oleh Tokugawa dengan berbagai macam cara, salah satunya lewat karya seni seperti drama Kabuki. Salah satu dari teks drama Kabuki yang banyak mengungkapkan tentang kesetiaan ini adalah teks yang berjudul Kanadehon Chushingura. Kesetiaan tersebut diungkap oleh berbagai tokoh cerita dalam Kanadehon Chushingura dan selanjutnya akan penulis bahas atau analisis melalui berbagai cara.
Maka merumuskan masalahnya berupa pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana sejarah kabuki? 2. Bagaimana proses perkembangan kabuki? 3. Bagaimana pengaruh pemerintahan shogun pada drama Kabuki Chushingura? 4. Apa peranan shogun dalam kesetiaan anak buahnya dalam cerita Chushingura? 1.3. Ruang Lingkup Pembahasan Sesuai dengan judul proposal skripsi ini Yaitu” kesetiaan anak buah terhadap Shogun Tokugawa dalam drama Kabuki Chushingura”, maka akan membahas tentang bagaimana anak buah setia kepada pemimpin mereka. Selain itu penulis juga akan membahas mengenai pemerintahan bakufu di zaman Edo, serta drama Kabuki dan latar belakang lahirnya sehingga penulis juga membahas tentang drama Kabuki Chushingura sampai ke jalan cerita drama tersebut. 1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka Dalam meneliti pembahasan ini penulis menggunakan buku dan media internet sebagai sumber yang bisa diaplikasikan kebenaran datanya bisa di pegang. Maka dengan media internet
Universitas Sumatera Utara
seperti www. yahoo.com, www.geoogle.com , www. wikipedia.com, dalam investigasi mengenai Jepang dan sejarah dengan informasi ter- update 2009. Serta, Ilmu KeJepangan (Situmorang, 2006:54) dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang banyak berhubungan dengan agama. Misalnya perayaan Life Stage (daur Hidup) dan juga memuat penjabaran dengan sejarah dan prasejarahnya. Selain itu buku folklore, perkembangan zaman Muromachi. 2. Kerangka Teori Dalam buku ilmi ke Jepangan, (Situmorang, 1995:3), menyebutkan bahwa sejarah dan kebudayaan dbedakan dalam pengertian yang disebut dalam ilmu ke Jepangan. Pada dimensi budaya atau sejarah jadi cara focus menemukan sejarah. Point yang di inginkan serta di capai secara maksimal adalah : 1.Bagaimana kekuasaan Shogun berpengaruh pada teater seni budaya? 2.Bagaimana hubungan pemerintahan shogun dengan Kabuki? 3.Bagaimana perubahan yang dialami teater kabuki baik dari sudut penataan panggung, musik, tarian, boneka dan lain-lain.? Dalam buku folklore Jepang 1994-247, dinyatakan bahwa pada tahun 1603 Tokugawa Ieyasu diangkat menjadi Shogun merayakan kenaikan jabatan dengan memberikan pertunjukkan NO, sebagai bentuk cerminan bahwa beliau adalah bagian dari rasa bahagia. 1.5. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah : 1. Untuk memberikan wawasan tentang bagaimana sejarah munculnya Kabuki.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk
mengetahui
apa
sebenarnya
yang
dimaksud
dengan
pemerintahan
atau
kekuasaan Shogun 3. Untuk mengetahui peranan Shogun dalam drama kabuki yang berjudul Kanadeho Chushingura. 4. Untuk mengetahui peranan kesetiaan 47 Ronin dalam drama Kanadehon
Chushingura
terhadap Asano. 5. Untuk memberikan sumbangan wawasan terhadap masyarakat Indonesi untuk
memperoleh
ilmu budaya Jepang khususnya kesenian teater. 6. Untuk mengetahui bagaimana dengan aturan Shogun hingga teater Kabuki
mengalami
perubahan dalam pertunjukkannya. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Supaya karya tulis ini bisa menjadi media untuk mengenal bagaimana teater tradisional Jepang (kabuki) dalam sisi panggung, tari dan musik. 2. Agar mahasiswa atau siswa bahasa Jepang selain bisa belajar bahasanya dengan adanya tulisan ini melahirkan pola pikir yang membangun sisi negatif menjadi positif. 3. Supaya tahu bangaimana peranan Shogun dan kekuasaan Shogun. 4. Agar mengetahui bagaimana sisi perkembangan dan sejarah dari kedua media ini
yang
membangun masyarakat Jepang. 5. Diharapkan untuk ke depannya skripsi ini bisa menjadi sumber data atas penelitian yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini. 6. Diharapkan juga bisa memberikan sumbangan wawasan dalam mempertahankan Budaya Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
1.6. Metode Penelitian Dan metode yang kedua yakni metode keperpustakaan dimana suatu kegiatan yang sangat penting dalam kegiataan penelitiaan ini. Tentunya metode ini didukung dengan cara Metode Deskriptif. Metode deskriptif itu terdiri dari beberapa langkah : 1. Mengumpulkan 2. Menyusun 3. Mengklafikasikan 4. Mengkaji 5. Interprestasi data Berdasarkan Barney Glasser dan Anselm L. Strauss, 1994:73 disebutkan pada saat menulis dan menganalisa karya tulis dibutuhkan bahan yang dapat dengan studi atau penelitian keperpustakaan, yaitu dengan cara mengumpulkan buku-buku pustaka yang berisi teori-teori dari bahasa Jepang. Buku-buku tersebut dipelajari hingga paham, kemudian pendapat atau filsafat dari Jepang untuk menganalisa karya tulis ini.
Universitas Sumatera Utara