Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
PENATAAN KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA MENUJU STRONG BICAMERALISM 1
Agus Riyanto1 Dosen Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Sosial Dan Humaniora, Universitas Putera Batam, Batam, Jl Letjen R. Soeprapto, Kampus UPB, Batam 29442, Indonesia. Penyesuaian Pengarang E-mail:
[email protected] No Hp: +6281372270867
Abstrak Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga baru hasil amandemen UUD 1945. DPD dilahirkan karena mempunyai gambaran kedepannya untuk checks and balances antar lembaga-lembaga negara. Hal ini bertujuan agar lembaga-lembaga negara lebih efektif dibandingkan pada masa Orde Baru. Di Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat biasanya disingkat dengan (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah yang sering di singkat dengan (DPD) merupakan representasi rakyat Indonesia yang memiliki fungsi legislatif, anggaran dan pengawasan, agar terwujudnya negara Indonesia yang demokratis dan sejahtera. Dalam implementasinya, meskipun merupakan lembaga perwakilan rakyat yang dipilih melalui Pemilu, namun fungsi dan kewenangan DPD masih lemah dari pada DPR (vide Pasal 22D UUD 1945). Realitas konstitusional seperti ini memerlukan pemikiran lebih lanjut terkait bagaimana dua lembaga ini dapat berfungsi lebih ideal dan saling melengkapi. Kata kunci: checks and balance system, representasi, legislatif.
I. PENDAHULUAN
juga ikut mengalami perubahan. Apabila dicermati naskah asli UUD 1945 berisi 71
1.1 Latar Belakang Masalah
butir ketentuan, tetapi setelah empat kali
Amandemen (Perubahan) UUD 1945
mengalami perubahan maka materi muatan
(Undang-Undang Dasar Negara Republik
UUD 1945 mencakup 199 butir ketentuan.
Indonesia Tahun 1945) baik itu amandemen
Dengan kata lain, terdapat 174 butir materi
pertama tahun 1999 sampai dengan tahun
baru yang terkandung dalam empat kali
2002 merupakan salah satu tuntutan reformasi
perubahan tersebut.2
di tahun 1998.1 Akibat dari amandemen
Perubahan di atas meliputi juga fungsi
tersebut struktur ketatanegaraan di Indonesia
kedudukan dan Dewan Perwakilan Rakyat
1
2
Jimly. Asshiddiqie, 2006, Implikasi perubahan UUD 1945 terhadap sistem hukum nasional, Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Perkembangan Sistem Hukum Nasional Pasca Perubahan UUD 1945, diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 27-29 April 2006, Jakarta: hal. 1.
Jimly Asshiddiqie, 2006, Kedudukan dan wewenang mahkamah konstitusi republik indonesia, Makalah yang disampaikan pada Diklat Terpadu Sekola Staf dan Pimpinan Departemen Luar Negeri (SESPARLU) Angkatan XXXV dan Diklat Kepemimpinan Tingkat II, Jakarta: 19 Oktober 2006, hal. 8.
1
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
(DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam
dalam
masalah-masalah
sistem
ketatanegaraan
di
negara
pokok
yang
Indonesia yang memegang peranan yang
kehidupannya,
sentral. Hal ini karena ditangan kedua
kebijaksanaan
lembaga inilah, berbagai kepentingan rakyat
dikarenakan
dari Sabang sampai Merauke dapat terwakili.
menentukan kehidupan
DPR merupakan para wakil rakyat yang
International Comission of Jurist (ICJ),
berasal dari partai
politik sedangkan DPD
sebagaimana dikutip dalam kajian Pusat Studi
yang dipilih dari perwakilan daerah yang
Hukum dan Kebijakan, demokrasi sebagai
sama-sama dipilih melalui pemilu yang
sistem pemerintahan mengandung makna
mengemban
bentuk
Keduanya
fungsi legislatif
artikulator tersebut
politik.
merupakan
termasuk
mengenai menilai
pemerintahan
negara
kebijaksanaan
pemerintahan
membuat
dalam
tersebut
rakyat.4
di
Menurut
mana
hak-hak
keputusan-keputusan
politik
perwujudan representative democracy dimana
diselenggarakan oleh warga negara melalui
keduanya merupakan wakil rakyat dari hasil
wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan
hak partisipasi politik rakyat.
yang bertanggung jawab kepada mereka
Model demokrasi perwakilan di atas menjadi model universal yang
melalui proses peimilihan yang bebas.5
menjadi
Pada
awalnya,
konsep
mengenai
pilihan sistem demokrasi moderen pasca-
perwakilan rakyat dilihat sebagai pantulan
perang dunia II. Secara teoritis, pilihan atas
kehendak rakyat untuk memilih wakil mereka
penggunaan sistem demokrasi dari sistem-
di dalam lembaga perwakilan. Oleh sebab,
sistem lain adalah karena luasnya pengakuan
wakil-wakil
yang ditujukan padanya sebagai sistem dan
tanggung jawab kepada rakyat yang telah ikut
prosedur
memungkinan
memilih mereka. Untuk kajian hukum tata
universal,
negara tidak berhenti kepada jenis perwakilan
yang
terselenggaranya persamaan
partisipasi
politik,
mayoritas
yang
memerintah dan ketanggapan pemerintah terhadap
kehendak
umum.3
yang
terpilih
mempunyai
belaka, tetapi juga dititikberatkan berapa banyak
tempat
yang
harus
ada
dalam
Demokrasi
sebagai dasar hidup bernegara pada umumnya memberikan pengertian bahwa pada tingkat 4 3
Berry. Goldman. Janda, 1992, The challenge of democracy, government in america, Houghton Miffin, Boston, hal. 40.
Deliar. Noer, 1990, Pengantar ke arah pemikiran politik, Jakarta: Rajawali, hal. 207. 5 Pusat Studi Hukum dan Kebijakan, 2000, Semua harus terwakili, PSHK, Jakarta: hal. 39-40.
2
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
parlemen.6 Dalam praktiknya, terbentuk 2
pemerintahan yang sesuai adalah sistem
(dua) model watak parlemen, yaitu sistem
perwakilan kepentingan yang mampu menjadi
unikameral atau sistem bikameral. Menurut
perekat keberagaman dan keberbedaan.
Jimly, sistem unikameral terdiri dari satu kamar, sedangkan bikameral mempunyai dua kamar
yang
masing-masing
mempunyai
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di
fungsi sendiri-sendiri. Selama berabad-abad,
atas
dapat
dirumuskan
permasalahan,
kedua tipe watak parlemen itu yang biasa
pertama: bagaimanakah kewenangan DPD
dikembangkan dimana-mana.7
dalam sistem ketatanegaraan amandemen
UUD
1945 dinyatakan bahwa DPD memilih hak
bagaimana
penataan
untuk mengajukan RUU kepada DPR yang
diperlukan DPD untuk mewujudkan sistem
berkaitan
strong bicameralism?
Di Indonesia, dalam Pasal 22 D UUD
dengan
implementasi
otonomi
1945
RI setelah dan
kelembagaan
kedua: yang
daerah, pemekaran daerah, penggabungan daerah, sumber alam daerah dan keuangan
II. METODOLOGI PENELITIAN
daerah. Ketentuan ini meletakkan DPD seolah-olah hanya sebagai dewan konsultatif
Dalam penelitian ini digunakan penelitian
DPR yang boleh didengar maupun diabaikan
normatif, yaitu penelitian yang dilakukan
eksistesinya.
penataan
terhadap asas-asas hukum, kaedah-kaedah
lembaga perwakilan rakyat, khususnya DPD
hukum dalam arti: nilai (norma), peraturan
sangat diperlukan untuk penguatan fungsi-
hukum konkrit dan sistem hukum.8 Penelitian
fungsi kedua lembaga tersebut yang pada
ini menggunakan pendekatan perundang-
akhirnya akan memberi nilai strategik bagi
undangan (statute approach), pendekatan
penguatan negara kebangsaan yang majemuk
konsep
seperti
kekayaan
pendekatan sejarah (historical approach).9
keberagaman etnik, budaya, bahasa, agama
Seluruh bahan hukum yang diperoleh dari
dan kepercayaan serta wilayah, maka bentuk
penelitian kepustakaan, selanjutnya dianalisis
Oleh
Indonesia.
karena
itu,
Dengan
secara
(conceptual
approach)
deskriptif-kualitatif
dan
dengan
6
Hans. Kelsen, 1973, General theory of law and state, Russels and Russels, New York: hal. 289-290. 7 Jimly. Asshiddiqie, 1996, Pergumulan peran pemerintah dan parlemen dalam sejarah telaah perbandingan konstitusi di berbagai negara, Jakarta: UI-Press, hal. 33.
8
Sudikno. Mertokusumo, 2004, Penemuan hukum, Yogyakarta: Liberty, hal. 29. 9 Johnny. Ibrahim, 2005, Teori dan metodologi penelitian hukum normatif, Malang: Bayu Media, hal. 302.
3
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
pada
kedaulatan rakyat.12 Dengan adanya DPD,
logika berfikir deduktif. Adapun metode
maka terjadi perubahan sistem perwakilan
deskriptif kualitatif yang digunakan di dalam
dalam
penelitian ini maka peneliti akan menyajikan
sebelumnya
dan
menghubungkan
perwakilan yang sebenarnya. DPD diharapkan
seluruh bahan hukum yang relevan yang telah
dapat menjadi lembaga perwakilan penyalur
diperoleh dari penelitian kepustakaan secara
keanekaragaman aspirasi daerah dan lembaga
sistimatis,
komprehensif
dan
yang
Bersamaan
dengan
Penulis
melakukan
penafsiran
membangun
argumen
menguraikan
berdasarkan
serta
akurat.
ketatanegaraan tidak
menampung
Indonesia
menampakkan
prinsip
yang bentuk
perwakilan
juga
daerah.13 Keberadaan DPD ini tidak terlepas
berbagai
dari keinginan untuk melakukan checks and
bahan hukum, sehingga diperoleh jawaban
balances. Gagasan ini menghendaki agar
atas
parlemen terdiri dari lembaga perwakilan
permasalahan
itu
terhadap secara
akurat
dan
komprehensif.10
politik yakni DPR dan lembaga perwakilan territorial yakni DPD (Dewan Perwakilan Daerah).14
III.HASIL PENELITIAN DAN
Pembentukan DPD dimaksudkan sebagai
PEMBAHASAN
regional representation berbeda dengan DPR Kewenangan DPD Dalam Sistem Ketatanegaraan RI Setelah Amandemen UUD 1945 Dewan Perwakilan Daerah (DPD adalah salah satu lembaga baru yang muncul melalui amandemen ketiga UUD 1945. DPD
ini
merupakan
11
Eksistensi
konsekuensi
dari
perubahan Pasal 1 ayat (2). Perubahan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 menegaskan bahwa MPR bukan
10
satu-satunya
yang
melaksanakan
Ibid, hal. 306. Ni‟Matul. Huda, 2005, Hukum tata negara indonesia, edisi revisi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 11
yang merupakan political
representation
karena sebelum dibentuknya DPD aspirasi daerah diperjuangkan oleh utusan daerah yang diwujudkan dalam bentuk fraksi utusan daerah di parlemen.15 Namun sayangnya, kedudukan institusi DPD RI dalam struktur politik nasional ternyata masih dibatasi oleh 12
Bagir. Manan, 2004, Perkembangan UndangUndang Dasar 1945, Yogyakarta: FH UII Press, hal. 53. 13 Sekretariat Jenderal MPR RI, 2005, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Sesuai dengan Urutan Bab, Pasal, dan Ayat, hal. 93. 14 Mahfud. MD, 2007, Perdebatan hukum tatanegara, pasca amademen konstitusi, Jakarta: LP3ES, hal. 66. 15 Indra. Maxsasai, 2011, Dinamika hukum tata negara indonesia, Jakarta: Refika Aditama, hal. 142.
hal. 181.
4
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
UUD dan UU. Kedudukan DPD RI belum
tetap sebagai lembaga yang mendominasi
setara dengan DPR RI. Jika diamati tugas dan
peran lembaga legislatif.18
kewenangannya, peran para wakil daerah ini
Terhadap gagasan tersebut, tanggapan
tak lebih dari sekedar lembaga pertimbangan
para anggota PAH I BP MPR memang
saja. Peran DPD RI yang antara lain
bervariasi, namun secara umum memang
menyangkut
berkesan defensif dengan bersikukuh
keterlibatan
urusan dalam
desentralisasi,
pembahasan
pada
RUU
kecenderungan sikap untuk menempatkan
(khususnya pajak, pendidikan dan agama),
DPR lebih superior dibanding DPD. Gagasan
APBN dan sebagian fungsi pengawasan
tim ahli yang cenderung mengadopsi tipe
lainnya yang juga selanjutnya melaporkan
parlemen bikameral kuat, oleh ketua PAH I
hasilnya kepada DPR RI, hanya dijadikan
Jacob Tobing (F-PDIP) dianggap hanya cocok
bahan
untuk
untuk konteks negara federal. Sementara
ditindaklanjuti.16 Hal ini bertentangan dengan
dalam bentuk negara kesatuan, dan terkait
konsep awal pembentukan DPD RI yang
pemahaman tentang kebangsaan, pilihannya
diarahkan
adalah
pertimbangan
untuk
saja
membangun
sistem
tipe
parlemen
gagasan
bikameral
persamaan
lemah.
bikameral yang kuat dan efektif (strong and
Terhadap
effective bicameral). Yang jelas, DPD RI
legislasi DPR dan DPD, anggota PAH I
bukanlah sebuah reinkarnasi dari fraksi
Patrialis
Utusan Golongan/Daerah yang mekanisme
mengkhawatirkan
pemilihannya hanya tunjuk dan/atau diangkat
antar kedua lembaga yang mungkin saja
oleh partai penguasa dan berperan sebagai Lip
memiliki visi dan kepentingan berbeda, yang
Service belaka.17 Hal ini terlihat dari risalah
berujung pada situasi deadlock atau tidak
perdebatan amandemen UUD 1945 dari tahun
kunjung
1999 s.d 2002. Ada fraksi yang menginginkan
Undang-Undang.
adanya sistem bikameral murni dengan DPD
persoalan ini ke MPR juga tidak menjamin
sebagai penyeimbang peran DPR, namun ada
selesainya persoalan itu, karena ikhwal siapa
Akbar
(F-Reformasi)
munculnya
disahkannya
kekuasaan
suatu
Menurutnya,
persaingan
Rancangan membawa
pula fraksi yang menginginkan adanya DPR 16
Jimly. Asshiddiqie, 2006, Hukum konstitusi dan mahkamah konstitusi, Yogyakarta: Konstitusi Press, hal. 188-189. 17 King. Faisal. Sulaiman, 2013, Sistem bikameral dalam spektrum lembaga parlemen indonesia, UII Press, Yogyakarta, hal.116.
18
I. Wayan. Sudirta, 2013, Dalam kata pengantar, king faisal sulaiman, sistem bikameral dalam spektrum lembaga parlemen indonesia, Jakarta.
5
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
yang memimpin sidang di MPR juga menjadi
Indonesia menganut sistem bikameral yang
perkara krusial dalam dunia politik.19
lembut/lunak (soft bikameralism) di mana
Berbagai kekhwatiran menyangkut posisi
satu
lembaga
perwakilan
mempunyai
DPR yang bisa terancam oleh kehadiran DPD
kekuatan lebih kuat (DPR) dibanding lembaga
atau kekhawatiran yang dilandasi oleh paham
perwakilan
negara kesatuan mengemuka cukup kuat.
konsekuensinya lembaga perwakilan yang
Keberadaan Dewan dan Majelis tersebut
lebih lemah kekuatannya tersebut, yakni DPD
dianggap sebagai pencerminan langsung dari
hanya memiliki kewenangan terbatas.21 Hal
dianutnya sila keempat Pancasila, yaitu
ini
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
pengaturan dalam UUD. Eksistensi dan
kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau
kewenangan DPR diatur dalam tujuh pasal
“permusyawaratan”
(Pasal 19 sampai dengan Pasal 22 B)
dinilai terjelma dalam pelembagaan MPR,
sedangkan DPD hanya diatur dalam dua pasal
perwakilan”.
Kata
sedangkan
kata
tercermin
dalam
“perwakilan”
dapat
(DPD).
dilihat
dari
Sebagai
kuantitas
(Pasal 22 C dan Pasal 22 D).
DPR.
UUD 1945 hasil perubahan memang sama
Menerima ide struktur parlemen bikameral
sekali tidak disebut istilah parlemen sehingga
yang terdiri atas DPR dan DPD, berarti
tidak mudah menjadikan DPR dan DPD
menghilangkan keberadaan MPR sebagai
sebagai kamar-kamar dari parlemen dua
“permusyawaratan”
kamar. Bahkan dalam UUD 1945 disebutkan
itu.20
secara tegas bahwa DPR mempunyai fungsi
pelembagaan dalam
sila
pelembagaan
dianggap
juga
lainnya
prinsip keempat
Selanjutnya,
terjadilah kesepakatan politik yang pada
legislasi,
akhirnya menerima
pembentukan sistem
pengawasan (Pasal 20A ayat 1), sedangkan
bikameral dalam struktur lembaga parlemen
maka DPD tidak mempnyai fungsi-fungsi
kita.
tersebut secara penuh. Dalam bidang legislasi,
Sebagaimana tercantum dalam Pasal 22D yang secara jelas menunjukkan konstitusi 19
Muslimah. Hanim, 2007, Eksistensi dewan perwakilan daerah dalam sistem ketatanegaraan indonesia menurut UUD 1945 Amandemen Keempat, Pekanbaru: UIR Press, hal. 83. 20 Jimly. Asshiddiqie, 2006, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta: hal.150.
fungsi
DPD tidak dapat
anggaran,
dan
fungsi
ikut menetapkan UU
sebagaimana layaknya lembaga perwakilan rakyat, sebab pasal 20 ayat 1 sudah mengunci
21
Patrialis. Akbar, 2013, Lembaga-lembaga Negara Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 75.
6
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
bahwa yang memegang kekuasaan memegang
3. Memberi Pertimbangan. DPD diberi
UU adalah DPR.22
kewenangan
Apabila dipetakan maka kewenangan-
untuk
memberikan
pertimbangan atas RUU yang berkaitan
kewenangan DPD sebagaimana dapat diambil
dengan
dari ketentuan pasal 22D ayat (1) dan ayat (2)
Pendidikan,
hanyalah terbatas dalam masalah-masalah
memberikan pertimbangan (di luar
tertentu seperti dibawah ini,
RUU) dalam pemilihan anggota Badan
1. DPD dapat mengajukan RUU (tanpa boleh
ikut
menetapkan
memutuskan) tertentu
dalam
yaitu,
dan
APBN,
Pajak,
Agama
serta
Pemeriksa Keuangan (BPK); dan
atau
4. Dapat Melakukan Pengawasan. DPD
bidang-bidang
juga dapat melakukan pengawasan
daerah,
dalam
daerah,
Otonomi Daerah, Hubungan pusat dan
pengembangan sumber daya alam dan
Daerah, Pembentukan dan Pemekaran
sumber
serta
hubungan
otonomi
pusat
daya
dan
ekonomi
perimbangan
lainnya,
keuangan
pusat
dan
ikut
menetapkan
memutuskan. membahas
Penggabungan
DPD RUU
boleh dalam
Perimbangan
Daerah,
Keuangan
ikut
Agama.
bidang:
daerah, pembentukan dan pemekaran
Diperlukan
serta
Sistem Strong Bicameralism
daerah,
pengelolaan sumber daya alam daya
perimbangan
ekonomi
keuangan
dan
Daerah, APBN, Pajak, Pendidikan, dan
Penataan
penggabungan
Pusat
atau
otonomi daerah, hubungan pusat dan
sumber
bidang-bidang:
dan Sumber Daya Ekonomi lainnya,
2. Ikut Membahas Rancangan UU tanpa boleh
pelaksanaan
Pengembangan Sumber Daya Alam
daerah;
Kelembagaan DPD
Untuk
Yang
Mewujudkan
dan
Secara teoritis, studi tentang struktur
lainnya,
organisasi parlemen dikenal dua sistem, yaitu
pusat
dan
daerah;
unikameral dan bikameral, sedangkan sistem trikameral merupakan sistem kombinasi yang jarang
22
Rancangan
Jaini. Bidaya, 2012, Kewenangan DPD Dalam Sistem Ketatanegaraan RI Menurut UUD 1945, Media Bina Ilmiah, Volume 6, No. 6, Desember 2012, hal 1213.
dipraktekkan.
Sistem
unikameral
terdiri atas satu kamar, sistem bikameral mempunyai dua kamar yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri-sendiri, sedangkan
7
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
sistem
trikameral,
tersebut
memiliki
masing-masing
tiga
kamar
Undang (karena hanya satu
memiliki
fungsi
badan
sendiri-sendiri.
yang
untuk
diperlukan mengadopsi
Rancangan 1. Unikameral Dalam
Undang
struktur
parlemen,
tipe
Undang-
sehingga
perlu lagi menyesuaikan
unikameral tidak mengenal adanya
dengan
dua badan yang terpisah seperti House
berbeda-beda).
of
Representatives,
Commons,
Chamber
Federal
Assembly
House of
of
usulan
b. Tanggung
Deputies,
atau
tidak
besar
Majelis
legislatif
jawab
(karena
yang
lebih anggota
tidak
dapat
Rendah dan Senate, House of Lords
menyalahkan
atau Federal Council sebagai Majelis
lainnya
Tinggi. Sistem satu kamar lahir dari
Undang-Undang
pijakan
lolos, atau bila kepentingan
pemikiran
dibedakannya
bahwa
tidak
kamar-kamar
dalam
majelis
apabila
tidak
warga negara terabaikan).
struktur parlemen oleh karena tidak
Lebih
sedikit
terdapat aspirasi yang sesungguhnya
terpilih
sehingga
berbeda.
mudah
c.
Praktek di Uganda misalnya,
untuk
satu kursi parlemen untuk 39 districts adalah
diperuntukkan
perempuan
dan
juga
bagi
anggota lebih
masyarakat memantau
kepentingan mereka; dan
untuk
d. Biaya lebih rendah bagi
kursi-kursi
pemerintah dan pembayar pajak.23
parlemen adalah diperuntukkan untuk kelpmpok
suatu
tertentu
seperti
“handicapped” dan kelompok buruh. Beberapa hal yang dapat diidentifikasi sebagai
keuntungan
dalam sistem 23
legislatif unikameral, meliputi: a.
Kemungkinan untuk dapat cepat meloloskan Undang-
Dahlan. Thaib, 2002, Menuju parlemen bikameral (Studi Konstitusional Perubahan ketiga UUD 1945), Pidato Pengukuhan dalam Jabatan Guru Besar Madya dalam Hukum Tata Negara yang disampaikan di depan Sidang Senat Terbuka Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta: hal. 9-10.
8
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
2. Bikameral Sebagai kebalikan dari sistem satu kamar, sistem dua kamar (selain karena soal federalisme) diterapkan oleh negara-negara dengan populasi besar dengan ciri masyarakatnya yang plural. Menurut Strong, alasan dibentuknya second chamber atau upper house adalah: a. The existence of a Second Chamber prevent the passage of precipitate and ill considered by a single house; b. The sense of unchecked power on the part of single Assembly, concious of having only itself to consult, may lead to abuse of power ang tyrany; c. The should be a centre of resistance to the pre dominate power in the state at any given moment, whether it be the people as a whole or a political party supported by a majority of voters; d. In the case of a federal state there is a special argument in favour of a Second Chamber which is so arranged as to embody the federal principle or to enshrine the popular will of each of the states, as distinc from that of the federation as a whole.24
Akan tetapi kelebihankelebihan parlemen bikameral di atas hanya bisa didapatkan jika parlemen di negara tersebut memang benar-benar memakai strong bicameral, bukan soft bicameral, artinya ada pemisahan yang tegas terkait kewenangan dan fungsi dari dua lembaga perwakilan tersebut. Jadi penerapan strong bicameral dalam parlemen akan memaksimalkan manfaat yang akan diperoleh dari sistem dua kamar tersebut, di antaranya: 1) Mampu merangkum segala aspirasi rakyat secara maksimal hingga mendorong pada perundang-undangan yang responsif dan sesuai kebutuhan rakyat, 2) Menghasilkan perundangundangan yang baik melalui tahapan double check dari dua kamar parlemen, Produk legislasi yang dihasilkan memiliki legitimasi yang tinggi, Pengawasan terhadap pemerintah yang optimal, serta mencegah perundangundangan yang bermasalah secara konstitusional hingga berujung pada judicial
24
C.F. Strong, 1963, Modern political constitution; an introduction to the comparative study of their history and existing forms, London: Sidwick & Jackson, hal.195-196.
9
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
review seperti yang terjadi saat ini.25 Mengenai konsep strong bicameral kita dapat
mengadopsi
seperti
sistem
yang
diterapkan dalam parlemen Amerika Serikat. Pada parlemen Amerika Serikat pengisian anggota parlemen dipilih secara langsung melalui pemilu (legitimasi demokratis), serta dalam komposisinya berbeda/ incongruent (Article 1 Section 3, Konstitusi Amerika Serikat) House of Representative sebagai perwakilan politik, sedangkan Senate sebagai perwakilan
negara
bagian.
Serta
berkedudukan sebagai pemegang kekuasaan legistatif.
26
Sebagai tambahan, sesungguhnya
penggunaan
sistem
bicameral
bukanlah
sekedar membuat dikotomi struktur badan perwakilan,
tetapi
keterwakilan
yang
mencerminkan benar-benar
unsur berbeda.
Dengan kata lain, keanggotaan dua kamar parlemen itu benar-benar yang mewakili aspirasi sehingga
yang berbeda keduanya
satu
sama lain, benar-benar
mencerminkan gabungan kepentingan seluruh rakyat.27 Secara teoritik kamar-kamar dalam sistem ini pada satu kamar berisi anggota-anggota yang secara luas mewakili penduduk secara langsung, sedangkan kamar yang lainnya adalah unsur perwakilan yang berbeda. Hal tersebut dapat gambarkan seperti dari unsur kepentingan
kelas
sosial,
kepentingan
ekonomi, atau umumnya adalah perbedaan teritorial. Terdapat dua kemungkinan alasan memilih sistem bikameral. Pertama, adalah untuk
membangun
sebuah
mekanisme
pengawasan dan keseimbangan (checks and balances) terutama untuk melakuan double check terhadap proses dan subtansi legislasi. Kedua, adalah untuk membentuk perwakilan untuk menampung kepentingan tertentu yang biasanya tidak cukup terwakili oleh majelis pertama. Secara khusus, bicameralism telah digunakan untuk menjamin perwakilan yang memadai untuk daerah-daerah di dalam lembaga legislatif.28 Sebagai konsekuensi dari perbedaan unsur yang diwakili, rekrutmen untuk pengisian kamar kedua dapat dilakukan dengan cara:
25
Taufik. Hidayat, 2015, Penerapan sistem soft bikameral dalam parlemen di indonesia, JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015, hal. 10-11. 26 lihat article 1 section 1, Constitution Of The United States, “All legislative powers here in granted shall be vested in Congress of the United State, which shall consist of a senate and house representative.”
27
Jimly. Asshiddiqie, 2006, kata pengantar dalam, “Bikameral bukan federal”, Kelompok DPD di MPR, Desember, hal. xv. 28 Andrew. S. Ellis, 2001, Lembaga legislatif bikameral? sebuah agenda dan beberapa pertanyaan, NDI for International Affairs dan Forum Rektor Indonesia YSPDM, Jakarta: hal. 61.
10
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
pemilihan langsung oleh rakyat (sebagai
Menurut
Ginanjar
Kartasasmita,
voter), seperti di AS, pemilihan secara tidak
sesungguhnya pilihan sistem bikameral pada
langsung dimana apabila anggota kamar
dasarnya berangkat pada realitas tentang
kedua dipilih oleh
populasi
local atau provincial
dan
heterogenitas
masyarakat.
governments (Argentina, Austria, German,
Sebagai perbandingan adalah hasil penelitian
India and Yugoslavia) atau
lower house
dari hasil survei terakhir IPU (International
memilih anggota upper house (Zimbabwe),
Parliamentary Union), Parlemen di 122
pengangkatan oleh kepala pemerintahan atau
negara adalah unikameral dan di 61 negara
kepala negara (Canada, Jordan and Thailand),
yang menganut sistem bikameral (ditambah
dan pengangkatan berdasarkan keturunan
Indonesia menjadi 62). Sebagian besar negara
(inheritence, hereditary peers). Cara-cara
di dunia yang bersifat kesatuan menganut
rekrutmen majelis/ kamar kedua tersebut
sistem unikameral, sedangkan kebanyakan
menentukan
negara federal menganut sistem bikameral.31
pula
legitimasi
dan
akuntabilitasnya.29 Secara teoritis, beberapa hal yang dapat
Pilihan untuk menerapkan unikameral maupun
disebutkan sebagai kelebihan dari model
dikembalikan
parlemen dua kamar ini adalah :
kepentingan
1. Secara resmi mewakili beragam pemilih (misalnya negara bagian, wilayah, etnik, atau golongan); 2. Memfasilitasi pendekatan yang bersifat musyawarah terhadap penyusunan perundang-undangan; 3. Mencegah disyahkan perundangundangan yang cacat atau ceroboh; dan 4. Melakukan pengawasan atau pengendalian yang lebih baik atas lembaga eksekutif.30 29
Radian. Salman, 2008, Struktur badan perwakilan dan checks and balances dalam fungsi legislasi, makalah dalam Seminar Pengkajian Hukum Nasional (SPHN), Komisi Hukum Nasional RI , di Jakarta: 2526 Agustus, hal. 7. 30 Dahlan. Thaib, Loc. cit.9-10
bikameral kepada negara
sesungguhnya konteks
masing-masing.
dan Di
Indonesia, sebagaimana dinyatakan sejak awal, DPD (diinginkan) di desain sebagai kamar kedua adalah juga dalam juga dalam rangka menjawab realitas keberagaman. Dalam konteks Indonesia, posisi DPD sangat tidak sebanding dengan besarnya kewenangan politik yang dimiliki DPR. Konstitusi hanya menempatkan posisi DPD sebagai sebagai lembaga kuasi perwakilan politik yang hanya berperan sebagai dewan konsultatif dalam setiap proses legislasi, 31
Ginanjar. Kartasasmita, 2007, Kedudukan, fungsi dan peran dpd dalam perspektif ketetanegaran Indonesia (Makalah). Disampaikan pada Focus Group Discussion (FGD), Bandung: Universitas Padjadjaran.
11
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
pengawasan maupun kewenangan lainnya.
serta penggabungan
Akibatnya, pamor DPD kalah dibandingkan
sumber
dengan DPR yang powerfull.
daya ekonomi
meskipun
sama-sama
Keduanya,
dipilih
melalui
daya
daerah, alam
lainnya,
berkaitan
dengan
pengelolaan
dan
sumber
serta
yang
perimbangan
mekanisme demokrasi yaitu pemilu, akan
keuangan pusat dan daerah. Ini artinya, DPD
tetapi eksistensi DPD dalam pentas politik
akan kesulitan untuk menginisiasi suatu RUU
nasional
strategis
seakan
hanya
sebagai
bumbu
yang
tidak
terkait
dengan
penyedap karena kekuatan politik tarik-
kepentingan daerah secara langsung. Padahal
menarik dalam peta politik
nasional pasca
fakta menunjukkan bahwa misalnya RUU
orde baru lebih berat akan dipengaruhi oleh
Pemberantasan Narkotika meskipun secara
DPR dan pemerintah (Presiden).
langsung tidak terkait dengan kepentingan
Misalnya di bidang legislasi, karena sifat kewenangannya nebeng pada DPR, maka ada
daerah, tetapi secara tidak langsung akan mempengaruhi kepentingan daerah.
atau tidaknya DPD bagi DPR dapat dikatakan
Terkait
dengan
kewenangan
untuk
sama saja. Pasal 22D ayat (1) UUD 1945
melakukan pembahasan suatu RUU, menurut
memilih kata “DPD dapat mengajukan kepada
Pasal 22D ayat (2) ditentukan juga batasan
DPR
yang.”.
bahwa DPD hanya dapat ikut membahas
Ketentuan ini bermakna bahwa setiap RUU
RUU, bukan duduk bersama DPR membahas
inisiatif dari DPD, maka harus dibawa dulu ke
suatu RUU. Ketentuan ini menunjukkan
DPR selanjutnya baru diajukan dan dibahas
tingkat seperiotas DPR dibandingkan dengan
bersama dengan Presiden. Dalam proses di
DPD. Artinya kewenangan pembahasan suatu
DPR, bisa saji RUU inisiatif DPD tersebut
RUU tetap di tangan DPR, sedangkan DPD
direvisi sedemikian rupa sehingga ketika
hanya ikut serta membahas RUU.
rancangan
undang-undang
dibahas dengan Pemerintah (Presiden), RUU
Secara
prosedural
normatif,
skema
tadi bisa berubah menjadi RUU inisiatif dari
pembahasan rancangan undang-undang dibagi
DPR.
dalam
Selanjutnya dalam pasal yang sama,
dua
II.
terbatas
dilaksanakan
otonomi daerah,
yang
berkaitan
daerah, hubungan pembentukan
dan
pusat
dengan dan
pemekaran
pembicaraan
yakni
pembicaraan tahap I dan pembicaraan tahap
ditentukan bahwa RUU yang diusung DPD RUU
tahapan
Pembahasan
RUU
pada
tingkat
I
rapat komisi, rapat gabungan
Komisi, rapat Badan Legislasi, rapat Badan Anggaran,
atau
rapat
panitia
khusus.
12
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
Sementara
itu,
pembahasan
tahap
II
langkah komunikasi politik dengan DPR
dilaksanakan dalam sidang Paripurna DPR
untuk mencari solusi terhadap masalah yang
yang melibatkankan DPR dan Presiden minus
terjadi ini. Namun demikian walau telah
DPD guna mengambil persetujuan bersama
bertahun-tahun
atas sebuah RUU layak atau tidak diteruskan
dilakukan oleh DPD namun pihak DPR tidak
menjadi undang-undang.
memberi respon memadai dan menerima
komunikasi
politik
itu
Dalam pembahasan RUU di atas, peran
berbagai usul solusi yang ditawarkan DPD.
DPD kurang maksimal atau acapkali tidak
Kondisi ini mengakibatkan hasil kerja DPD
dilibatkan dalam pembahasan RUU bersama
kurang optimal dan keberadaan DPD belum
DPR, dan secara teoritis tidak mungkin
memberikan manfaat nyata yang maksimal
maksimal. Hal ini mengingat, misalnya dalam
bagi masyarakat dan daerah.32
proses legislasi, terdapat situasi politik,
Kemudian ketentuan selanjutnya dalam
dimana DPR tak harus wajib mengundang
Pasal 22D ayat (3), disebutkan bahwa DPD
atau
dapat
mengajak
DPD
untuk
melakukan
melakukan
pengawasan
pembahasan suatu rancangan undang-undang.
pelaksanaan
Peran-peran konstitusional legislatif DPD
“dapat melakukan” juga berati kewenangan
hanya bersifat konsultatif dengan DPR, dan
asli dalam pengawasan tetap berada di tangan
hal ini sama sekali tidak mengikat DPR secara
DPR, sedangkan kewenangan DPD dalam
politik. Sehingga peran DPD lebih sebagai
pengawasan hanya ikut nebeng pada DPR.
lembaga konsultatif yang hanya memberikan
Bahkaan dalam ayat tersebut disebut bahwa
sekedar pertimbangan dan pengusulan kepada
hasil pengawasan oleh DPD tersebut harus
DPR.
dilaporkan
Setelah
kepada
DPR
Kata-kata
sebagai
bahan
Undang-Undang
pertimbangan DPR. Ini artinya jika hasil
Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan
pengawasan yang dilakukan DPD tidak sesuai
Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD
dengan
menjadi Undang-Undang Nomor 27 Tahun
pengawasan tersebut hanya akan menjadi
2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD
tumpukan dokumen negara yang sama sekali
permasalahan-permasalahan
tidak memiliki nilai. Padahal kita tahu, setiap
pengkerdilan berlanjut.
diubahnya
undang-undang.
atas
kewenangan
mengenai DPD
keinginang
DPR,
maka
hasil
masih
Terkait permasalahan tersebut
DPD telah berupaya melakukan berbagai
32
Rofikul. Umam, 2013, Eksistensi DPD RI 20092013: Untuk Daerah dan NKRI , Kelompok DPD di MPR RI, Jakarta: hal. 142.
13
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
tindakan negara, dalam hal ini DPD pasti
DPD, dan Presiden. Permohonan tersebut
membutuhkan pendanaan dari negara.
kemudian diregister dengang Nomor Perkara
Lebih
tragisnya
lagi
adalah
bahwa
92/PUU-X/2012 dengan pemohon adalah
pengawasan DPD atas pelaksanaan suatu
pimpinan DPD yaitu Ketua Irman Gusman,
Undang-Undang oleh eksekutif hanya dibatasi
Wakil ketua La Ode Ida dan Gusti Kanjeng
pada
Ratu Hemas.33 Dalam putusannya tersebut,
bidang
otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah,
hubungan
pusat
dan
MK meneguhkan lima hal yaitu :
daerah,
1. DPD RI terlibat dalam pembuatan Program Legislasi Nasional (Polegnas). 2. DPD RI berhak mengajukan RUU yang dimaksud dalam Pasal 22 D ayat (1) UUD 1945 sebagaimana halnya atau bersama-sama dengan DPR dan Presiden, termasuk dalam pembentukan RUU Pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. 3. DPD RI berhak membahas RUU secara penuh dalam konteks Pasal 22D ayat(2) UUD 1945. Pembahasan RUU dalam konteks
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi
lainnya,
pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak,
pendidikan,
dan
agama. Padahal,
bidang-bidang lainnya juga sangat berkaitan dengan kepentingan daerah yang hal itu seharusnya menjadi tugas DPD untuk turut serta dalam pengawasan undang-undang di bidang-bidang lainnya. Realitas memprihatikan tersebut pada akhirnya mendorong DPD untuk mengajukan permohonan
undang-undang
Pasal 22D ayat (2) UUD 1945 bersifat
(judicial review ) terhadap Undang-Undang
tiga pihak (tripatrit), yaitu antara
Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR,
DPR,
DPD, dan DPRD dan Undang-Undang Nomor
menyatakan bahwa ketentuan dalam
12
undangundang MD3 dan Undang-
Tahun
Peraturan
pengujian
2011
tentang
Pembentukan
Perundang-undangan
DPD
dan
Presiden.
MK
terhadap
Undang P3 yang tidak sesuai dengan
UUD 1945 pada tanggal 14 September 2012.
tafsir MK atas kewenangan DPD
Permohonan pengujian dua undang-undang
dengan
tersebut
dengan UUD 1945, baik yang diminta
terhadap
UUD
1945
ditempuh
dengan maksud untuk memperoleh penafsiran
sendirinya
bertentangan
maupun tidak.34
yang lebih tepat dan pasti bagi kepentingan bersama dalam sistem legislasi antara DPR,
33 34
Ibid, hal. 143. Ibid, hal. 146.
14
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
Posisi, kewenangan dan peran DPD dalam
DPD sangat terasa unsur diskriminatifnya
sistem ketatanegaraan yang berat sebelah di
apalagi dengan ekspektasi masyarakat untuk
atas
sistem
berpartisipasi secara luas dan kompetitif.35 Di
Indonesia
titik inilah maka amandemen kelima terkait
merupakan sistem yang soft. Artinya, masih
reposisi kewenangan DPD mutlak untuk
ada keengganan untuk membagi kekuasaan
segera dilakukan. Perjuangan melakukan
parlemen dalam porsi yang relatif seimbang
judicial review berbagai UU yang mengatur
di antara DPR dan DPD. Ketidakseimbangan
DPD di Mahkamah Konstitusi maupun lobi-
kewenangan inilah yang pada banyak kasus
lobi politik di parlemen akan menjadi mubazir
menyebabkan pelaksanaan kewenangan yang
jika dasar pondasi dalam negara yaitu UUD
dimiliki DPD juga tidak maksimal.
1945 tidak diubah secara radikal.
menunjukkan
bicameralism
bahwa
yang dianut
di
Realitas konstitusional di atas barangkali
Sebagai bangsa yang modern, kita tentu
perlu segera diperbaiki. Tidak menutup
tidak berharap konstitusi hanyalah menjadi
kemungkinkan bahwa di masa lalu, para
sebuah
anggota MPR yang terlibat dalam perubahan
ataupun pelengkap syarat bernegara belaka
UUD 1945 khusunya yang membahas posisi
oleh karena tidak mampu mengantisipasi
dan kewenangan DPD melakukan kesalahan
pesatnya perkembangan zaman dan dinamika
yang substansial. Pada titik ini, selanjutnya
ketatanegaraan Indonesia.36 Sebagai penutup,
menjadi
untuk
salah satu konstitusi yang baik ialah ia harus
diadakan amandemen UUD 1945 kelima guna
mampu merekam kebutuhan realitas dan
merevisi pengaturan DPD dalam sistem
dinamika dalam masyarakat. Ia juga harus
ketatanegaraan di Indonesia.
berperan sebagai alat pembaharuan bagi
suatu
agenda
mendesak
Seharusnya kehadiran DPD seharusnya
dokumen
kehidupan
sejarah,
legal
sosial-kemasyarakatan
memberikan solusi terhadap sistem politik
membangun
kehidupan
yang sentralistik sepanjang lima dasawarsa
konstitusional
terakhir. Akan tetapi, keberadaan DPD tidak
masyarakat suatu negara.
menuju
artefak
demi
demokrasi kesejahteraan
mempunyai fungsi seperti yang diharapkan karena tak lebih dari sekedar aksesori demokrasi dalam sistem perwakilan. Hal ini dapat dilihat dari pasal-pasal yang mengatur tentang kewenangan DPD. Pada kewenangan
35
Reni. Dwi. Purnomowati, 2005, Implementasi sistem bikameral dalam parlemen indonesia, Jakarta: Rajawali Press, hal. 5. 36 Din. Syamsudin, 2013, dalam kata pengantar, King Faisal Sulaiman Sistem Bikameral Dalam Spektrum Lembaga Parlemen Indonesia, Jakarta: hal. xvi.
15
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
kelima, khususnya melakukan reposisi kewenangan DPD agar DPD memiliki
4.1 Kesimpulan Dari
kewenangan yang relatif seimbang
hasil
kewenangan
pembahasan
DPD
ketatanegaraan
RI
Indonesia
dalam di
atas
tentang
dengan DPR. Reposisi ini penting agar
sistem
sistem strong bicameralism dan sistem
dapat
checks dan balancing dapat terealisir.
disimpulkan sebagai berikut:
Sudah
1. Menurut UUD 1945, kedudukan DPD
saatnya
muncul
kesadaran
terutama bagi DPR untuk kemudian
RI sangat lemah dibandingkan dengan
membagi
DPR RI. Hal ini dapat dilihat misalnya
kewenangannya kepada DPD sehingga
kewenangan DPD dibidang legislatif
kedua lembaga tersebut (DPR dan
yaitu dalam hal mengajukan RUU
DPD) dapat lebih berkontribusi dalam
yang hanya nebeng kewenangan DPR.
upaya
Dan kewenangan DPD dalam inipun
demokratitas dan sejahtera di semua
hanya terbatas pada RUU
kehidupan berbangsa.
berkaitan
dengan
yang
kekuasaan
menuju
negara
dan
yang
otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan
dan
serta penggabungan
pemekara
DAFTAR PUSTAKA
daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan
Buku, Jurnal Dan Makalah
sumber daya ekonomi lainnya, serta
Akbar. Patrialis, 2013, Lembaga-lembaga Negara Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Sinar Grafika.
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dalam hal pembahasan suatu RUU, DPD pun hanya nebeng kepada kewenangan DPR.
DPD
hanya
diberikan
kewenangan ikut membahas suatu RUU, dan bukan duduk bersama DPR dalam membahas RUU. 2. Strategi yang perlu dilakukan adalah dengan
melakukan
Asshiddiqie. Jimly, 1996, Pergumulan Peran Pemerintah dan Parlemen dalam Sejarah Telaah Perbandingan Konstitusi di Berbagai Negara, Jakarta: UI-Press. _______________, 2006, Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi, Yogyakarta: Konstitusi Press.
amandemen
16
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
_______________, 2006, kata pengantar dalam, “Bikameral Bukan Federal”, Kelompok DPD di MPR, Desember. _______________, 2006, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta. _______________, 2006, Implikasi Perubahan UUD 1945 Terhadap Sistem Hukum Nasional, Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Perkembangan Sistem Hukum Nasional Pasca Perubahan UUD 1945, diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 27-29 April 2006, Jakarta. _________________, 2006, Kedudukan dan Wewenang Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Makalah yang disampaikan pada Diklat Terpadu Sekola Staf dan Pimpinan Departemen Luar Negeri (SESPARLU) Angkatan XXXV dan Diklat Kepemimpinan Tingkat II, Jakarta, 19 Oktober 2006. Bidaya. Jaini, 2012, Kewenangan DPD Dalam Sistem Ketatanegaraan RI Menurut UUD 1945, Media Bina Ilmiah, Volume 6, No. 6, Desember 2012. Constitution Of The United States Ellis. Andrew S, 2001, Lembaga Legislatif Bikameral? Sebuah Agenda dan Beberapa Pertanyaan, NDI for International Affairs dan Forum Rektor Indonesia YSPDM, Jakarta. Hanim. Muslimah, 2007, Eksistensi Dewan Perwakilan Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia menurut
UUD 1945 Amandemen Pekanbaru, UIR Press.
Keempat,
Hidayat. Taufik, 2015, Penerapan Sistem Soft Bikameral Dalam Parlemen di Indonesia, JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015. Huda. Ni‟Matul, 2005, Hukum Tata Negara IndonesiA, Edisi Revisi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ibrahim. Johnny, 2005, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayu Media. Indra. Maxsasai, 2011, Dinamika Hukum Tata Negara Indonesia, Refika Aditama, Jakarta. Janda. Berry Goldman, 1992, The Challenge of Democracy, Government in America (Boston, oughton Miffin). Kartasasmita. Ginanjar, 2007, Kedudukan, Fungsi dan Peran DPD dalam Perspektif Ketetanegaran Indonesia (Makalah). Disampaikan pada Focus Group Discussion (FGD). Bandung: Universitas Padjadjaran. Kelsen. Hans, 1973, General Theory of Law and State, New York, Russels and Russels. Manan. Bagir, 2004, Perkembangan Undang-Undang Dasar 1945, Yogyakarta: FH UII Press. MD. Mahfud, 2007, Perdebatan Hukum Tatanegara, Pasca Amademen Konstitusi. LP3ES. Mertokusumo. Sudikno, 2004, Penemuan Hukum, Yogyakarta: Liberty.
17
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
Noer. Deliar, 1990, Pengantar Ke Arah Pemikiran Politik, Jakarta: Rajawali, Purnomowati. Reni Dwi, 2005, Implementasi Sistem Bikameral Dalam Parlemen Indonesia, Jakarta: Rajawali Press. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan, 2000, Semua Harus Terwakili, Jakarta: PSHK. Salman. Radian, 2008, Struktur Badan Perwakilan dan Checks And Balances Dalam Fungsi Legislasi, makalah dalam Seminar Pengkajian Hukum Nasional (SPHN), Komisi Hukum Nasional RI , di Jakarta 25-26 Agustus. Sekretariat Jenderal MPR RI, 2005, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Sesuai dengan Urutan Bab, Pasal, dan Ayat.
Comparative Study Of Their History and Existing Forms, London: Sidwick & Jackson. Sulaiman. King Faisal, 2013, Sistem Bikameral Dalam Spektrum Lembaga Parlemen Indonesia, Yogyakarta: UII Press. Thaib. Dahlan, 2002, Menuju Parlemen Bikameral (Studi Konstitusional Perubahan ketiga UUD 1945), Pidato Pengukuhan dalam Jabatan Guru Besar Madya dalam Hukum Tata Negara yang disampaikan di depan Sidang Senat Terbuka Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Umam. Rofikul, 2013, Eksistensi DPD RI 2009-2013 : Untuk Daerah dan NKRI , Kelompok DPD di MPR RI, Jakarta.
Strong. C.F., 1963, Modern Political Constitution; An Introduction to the
18
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
ANALISIS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA TERHADAP PEMANFAATAN PERAIRAN WILAYAH PERBATASAN NEGARA DI KEPULAUAN RIAU Ukas1, Padrisan Jamba2 1
2
Dosen Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Sosial Dan Humaniora, Universitas Putera Batam, Jl Letjen R. Soeprapto Tembesi-Batu Aji Batam, Kampus UPB, Batam 29433, Indonesia
Dosen Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Sosial Dan Humaniora, Universitas Putera Batam, Jl Letjen R. Soeprapto Tembesi-Batu Aji Batam, Kampus UPB, Batam 29433, Indonesia
Penyesuaian Pengarang E-mail:
[email protected] No Hp: +6285264830966 Penyesuaian Pengarang E-mail:
[email protected] No Hp: +6282283347554
Abstrak
Secara umum pengesahan Unclos 1982 membawa konsekuensi Negara untuk menata, memperbaiki untuk lebih baikdan bermanfaat utamanya penempatan wilayah perairan/laut secara umum wilayah Perbatasan Negara Indonesia khususnya wilayah perairan/laut perbatasan Negara di wilayah Kepulauan Riau. Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang ada antara lain ketentuan Peraturan Pemerintah RI Nomor 4/Prp/1960 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia. Serta Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Perairan di perbatasan wilayah perairan perbatasan Negara. Laut adalah wilayah yang lebih luas dibanding wilayah daratan, hanya saja kadang menjadi kekhawatiran tersendiri bagi suatu Negara, apalagi dengan arus globalisasi yang intinya bangsa akan mencari pengembangan teknologi dan pemanfaatan wilayah tanpa menyadari yurisdiksionalnya seperti yang ditentukan dalam pengesahan United Nations Convention of the law of sea dan peraturan wilayah bersangkutan/kedaulatan negara.Wilayah perbatasan merupakan kawasan tertentu yang mempuyai dampak penting dan memiliki peranan strategis bagi peningkatan kesejahteraan dan peningkatan pertahanan kesejahteraan sosial, ekonomi masyarakat di dalam maupun diluar wilayah yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan kegiatan-kegiatan diwilayah lain yang berbatasan, baik dalam lingkungan nasional maupun internasional yang pastinya mempunyai dampak positif dan negatif, dampak terhadap fungsi pertahanan keamanan nasional. Setiap wilayah perbatasan Negara Indonesia memiliki karakteristik dan ciri has masyarakat masing-masing dipengaruhi kultur budaya, etnis, kearifan local dan potensi alam yang ada dikawasan tersebut. Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas, namun keadaan laut dan Negara kita sangat kurang terjaga, sehingga banyak ancaman sengketa mengenai batas wilayah perairan laut Indonesia dengan Negara-negara tetangga. Kata kunci : Pelaksanaan, Pemanfaatan Perairan Wilayah, Perbatasan Negara.
19
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
I. P E N D A H U L U A N
Kabupaten pusat untuk mencapai daerah kepulauan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Perairan Batam khususnya atau Provinsi
Indonesia adalah sebuah Negara yang
Kepulauan Riau umumnya dapat dipotret dari
memiliki kepulauan terbanyak di dunia.
studi literatur yang memperkirakan bahwa
Sebab
pulau
pulau-pulau yang ada itu utamanya yang
terhampar dari Sabang sampai ke Merauke.
berdiam di pulau terluar/perbatasan wilayah
Pulau-pulau
utama,
Sumatera,
Jawa,
Negara ada semenjak
Kalimantan,
Sulawsesi
dan
telah
kemudian mengairipulau-pulau dan atau dari
menghiasi peta dunia. Hal itu yang membuat
wilayah laut ke wilayah laut lainnya lebih
Indonesia terlihat istimewa karena Tuhan
khususnya di Batam/Kepri semenjak awal 231
telah
memiliki
M. Laut sangat tergantung dan dijadikannya
hamparan kepulauan dan laut yang indah dan
sebagai objek melajutkan kehidupan darilaut.
menakjubkan. Selain itu, Indonesia juga
Urgensi manejemen pembangunan kepulauan.
disertai dengan gugusan pulau-pulau kecil dan
Sagat jelas, bahwa Indonesia, mulai pulau
laut serta pantai sumatera, adapun pulau yang
utama, sampai pulau-pulau kecil.
sekitar
tujuh
mentakdirkan
belas
ribu
Irian
Indonesia
tahun 1300
dan
Konsideran Undang-Undang Nomor 43
dikenal seperti Pulau Nias, Mentawai sampai pulau-pulau barat di Bengkulu. Pembangunan
Tahun
kepulauan terlihat sangat penting karena
Republik
dilihat dari kawasan geografis, hal tersebut
kepulauan yang berinci nusantara mempunyai
memiliki banyak keunikan dan manfaat
kedaulatan atas wilayahnya serta memiliki
utama. Selain itu manfaat wilayah lautnya
hak-hak
kurang bisa maksimal dinikmati oleh seluruh
kedaulatannya
rakyat Indonesia, dimana dari pulau kepulau
lainnya untuk dikelola dan dimanfaatkan
memerlukan trasportasi laut sebagai sarana
sebesar-besarnya
utama
yang
kemakmuran rakyat Indonesia sebagaimana
memerlukannya. Jarak tempuh yang jauh
diamanatkan Undang Undang Dasar Negara
antara
Republik Indonesia tahun 1945.1
dan
pulau
infrastruktur
ke
pulau
lain
dengan
akses
2008
bahwa
Indonesia
Kesatuan
sebagai
kedaulatan dan
Negara
di
Negara
luar
kewenangan
bagi
wilayah tertentu
kesejahteraan
dan
menggunakan kapal atau speed boat hal itu juga dapat menjadikan kepulauan menjadi “tertinggal” dari percaturan pembagunan
1
Lihat Pasal 33 Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945.
Dasar Negara
20
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
Berdasarkan
hal-hal
tersebut
di
atas
Menurut Urip Rokhmanudin, AMA, Pust
pengaturan wilayah Negara meliputi antara
dalam makalah tentang wilayah Negara
lain adalah:
Indonesia Peta Indonesia, 19 Juni 2015 dan
1. Perairan kepulauan
macam-macam
wilayah
Negara
adalah
2. Laut territorial dan
wilayah Negara merupakan daerah atau
3. Dasar laut.
lingkungan yang menunjukkan batas-batas
Berbicara wilayah perairan tidak terlepas dari
suatu Negara, dimana dalam wilayah Negara
tujuan pengelolaan sumber daya perairan itu
dapat dilaksanakan kekuasaannya menjadi
sendiri yaitu agar sumber daya perairan tetap
tempat berlindung bagi rakyat sekaligus
ada
sebagai tempat untuk mengorganisir dan
meskipun
selalu
dimanfaatkan.
Pengelolaan sumber daya perairan dilakukan
menyelenggarakan
berdasarkan
asas
sedangkan wilayah Negara mencakup antara
kemitraan,
pemeratan,
manfaat,
keadilan, keterpaduan,
pemerintahannya,
lain daratan dan lautan.3
keterbukaan, efisiensi dan keberlanjutan.
Dalam Undang Undang Dasar Republik
Hal- hal di atas Indonesia merupakan
Indonesia tahun 1945 mengenai wilayah
Negra Kepulauan terbesar di dunia, dengan
Negara, dapat dipahami bahwa Republik
wilayah laut seluas 2/3 dari total luas
Indonesia
teritorialnya, wilayah laut NKRI berdasarkan
Negara. Wilayah mempunyai proteksi yang
Deklarasi Juanda 1957, Kepri sebagai wilayah
handal untuk dikembangkan. Hal tersebut
yang langsung berbatas wilayah laut teritorial
sesuai Pasal 2 – 49 UNCLOS 1982, bahwa
Negara asing tertentu, banyak hal yang perlu
wilayah suatu Negara itu adalah terdiri dari
dikaji
wilayah
dari
segi
manajemen
dan
cara
pengelolaannya bagi masyarakat disekitar wilayah
perbatasan.
Negara
sangat penting
udara,
darat
bagi tegaknya
dan
wilayah
perairan/kepulauan (archipelogis water).
Kesatuan
Menurut data dari
Badan
Informasi
Republik Indonesia adalah sebuah Negara
Geospasil (BIG) Indonesia adalah Negara
kepulauan yang bercirikan nusantara dengan
kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah
wilayah
hak-haknya
pulau 13.466, luas daratan 1.922.570 km2 dan
ditetapkan dengan Undang-Undang Dasar RI
luas perairan 3.257.483 km2, khusus luas/data
dan
batas-batas
tahun 1945, pada Pasal 25. 2
2
Lihat Pasal 25 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
perairan di Indonesia sesuai Undang-Undang 3
Urip. Rokhwamudin, 2014, Makalah tentang Wilayah Negara Indonesia Peta Indonesia. hal.10.
21
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
tentang
Perairan
Indonesia.4
Dengan
adanya
kapastian
kewenangan
terutama
demikian, Indonesia memiliki perbatasan
dengan kepentingan penaganan eksplorasi dan
darat dan perbatasan laut.Untuk perbatasan
ekspolaritasi sumber daya alam, pertaahanan,
laut Indonesia berbatasan dengan Negara
keamanan sosial budaya dan teknologi.
yaitu
antara
lain
Malaysia,
Singapura,
Keempat,
negara
Kesatuan
Republik
Philipina, India, Thailand, Vietnam, Astaralia,
Indonesia adalah sebagai Negara Kepulauan,
Papua Nugini, dsb.
wilayah
Penilaian terhadap bentuk
Negara/kawasan
perbatasan
nusantara
merupakan kawasan stategis dalam menjaga
(wilayah) pemikiran masyarakat jangan hanya
integritas wilayah kawasan perbatasan, dan
tertuju pada konvensi hukum laut tahun 1992
pengelolaan kesejahteraan keamanan dan
saja akan tetapi harus dianalisa dikaitkan dari
kelestarian lingkungan secara bersama-sama.6
berbagai aspek lainnya, seperti aspek politik,
Sebagai Negara Kepulauan Indonesia
ekonomi, dan hukum.5 Apabila dikaitkan
memiliki rentang kendali yang sangat luas
dengan pendapat Tri Patmasari (Kepala Pusat
secara keseluruhan jumlah pulau yang tercatat
Pemetaan Batas Wilayah) antara lain bahwa:
mencapai 17.499 pulau, dengan luas wilayah
Pertama,
masalah
penataan
pengelolaan
kawasan
perbatasan
merupakan
masalah
masyarakat,
multi
pembinaan
dengan (laut)
dimensional garis
perairan mencapai 5,8 juta km2 serta panjang garis
pantai
Dengan
yang
mencapai
81.900km.
demikian
Indonesia
memiliki
batas,
perbatasan darat dan perbatasan laut. Untuk
pembinaan masyarakat yang ada diperbatasan.
perbatasan laut Indonesia berbatasan dengan
Kedua, masalah pembinaan hubungan internasional
antara
Negara
perbatasan.
Pembinaan garis batas masyarakat proses delimitasi,
dan
demokrasi
Negara antara lain
Philipina, India, Thailand, Vietnam, Astralia, dan Timor Lestei serta Papua Nugini.7
serta
pemeliharaannya. Ketiga, penjelasan dengan ketegasan batas
Malaysia, Singapura,
Laut Indonesia memiliki kekayaan sumber daya berlimpah, namun pengelolaan dan regulasinya
yang
mengatur
penggunaan
sangat penting dalam rangka menjamin
kekayaan laut dan nilai-nilai masih kurang
4
6
Lihat Pasal 4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia. 5 Widarto.Tri. Ratnasari , 2014, Penilaian Bentuk Negara Kaitannya dengan Konvensi Hukum Laut 1992, hal.1
Tri. Patmasari, Eko Artanto, 2015. Makalah dalam sosialisasi Pengelolaan Batas Negara Wilayah Laut dan Udara di Daerah. hal. 5. 7 Indra. Pahlevi, 2011, Makalah Pengelolaan Pemerintahan Wilayah Perbatasan, hal. 10.
22
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
memberi keuntungan bagi Negara, sehingga
seperti
perlu upaya dari berbagai pihak untuk
sebagainya.
kerjasama dalam pemanfaatan kekayaan laut secara
optimal
dan
perbatasan
merupakan
mempunyai
dampak
terarah.8
Wilayah
kawasan yang
yang
rumput
laut,
garam,
ikan
dan
Laut memiliki peranan yang sangat besar bagi kehidupan makhluk hidup. Manusia sebagai
makhluk
yang
paling
tinggi
pentingdan
derajatnya dan memiliki akal pikiran, maka
memiliki peranan yang sangat strategis bagi
sudah seharusnya perairan/laut dilestarikan,
peningkatan
bukan
pertahanan
dan
atau
malahan
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat baik
kepentingannya
dalam maupun luar wilayah yang memiliki
akibat
keterkaitan
pemanfaatan
yang
kuat
dengan
kegiatan
yang
dirusak/mengambil
saja, akan
tetapi datang.
wilayah
memikirkan Batas
perairan
dan secara
kegiatan diwilayah lain yang berbatasan.
internasional telah ditetapkan dalam suatu
Sehubungan hal itu menurut Yenny bahwa
konvensi PBB tentang hukum laut tahun
pengembangan wilayah perbatasan Indonesia
1982, dimana dalam konvensi tersebut telah
merupakan
penting
terhadap
ditetapkan diwilayah laut Indonesia dapat
untuk
menjamin
dimanfaatkan dan diperkirakan mencapai 7,9
kesatuan wilayah Negara Kesatuan Republik
juta km2 terdiiri dari 1,8 juta km2 darat 13,2
Indonesia.9
juta km2 laut teritorial dan 2,9 juta km
pembangunan
prioritas nasional
Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat
luas
terlebih
wilayah
perairan
wilayah perairan 6,1 juta km2 tersebut adalah 77 % di seluruh luas Indonesia.
perbatasan, khuususnya wilayah perbatasan
Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi,
perairan Kepulauan Riau, masih dirasakan
provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan
kurang dimanfaatkan, dan atau tidak terjaga
Vietnam
dan
Kamboja
secara
Malaysia
dan
Kalbar
maksimal,
pada
hal
diwilayah
disebelah utara, disebalah
timur,
perbatasan atau dilaut ini dapat dikatakan
Malaysia dan Singapura disebalah barat.
sebagai salah satu hasanah kekayaan alam
Provinsi Kepulauan Riau termasuk juga provinsi kepulauan yang ada di Indonesia. Secara keseluruhan wilayah kepulauan Riau
8
A. Ikamula. Putri, dalam makalahnya Pemanfaatan wilayah laut Indonesia untuk mewujudkan ketahanan nasional. 9 Yenni. 2013. Makalah Pengembangan Wilayah Perbatasan Indonesia. hal.13.
terdiri dari 5 (lima) kabupaten dan 2 (dua) kota dengan luas wilayah sebesar 252, 601
23
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
Km2, sekitar 95% merupakan laut dan hanya
II. METODE PENELITIAN
sekitar 5% daratan.10 Berangkat dari latar belakang penelitian di
merupakan
suatu
kegiatan
atas, peneliti merasa terpangil dan merasa
mencermati suatu objek
yang
memiliki
berhak untuk mencari dan menemukan akar
tujuan
tertentu
dengan
permasalahan serta solusinya yang harus
menggunakana cara dan aturan metodologi.
ditempuh khususnya wilayah perairan dan
Menurut Nazir Penelitian adalah suatu proses
atau pemanfaatan laut wilayah perbatasan
mencari sesuatu secara sistematik dalam
Kepulauan Riau agar terjaga dan termanfaat
waktu yang lama dengan menggunakan
bagi masyarakat, khususnya bagi mereka
metode ilmiah serta aturan –aturan yang
yang bertempat tinggal diwilayah perbatasan
berlaku”.11 Jadi
Negara itu, di samping itu, yang mendorong
dibutuhkan metode yang ilmiah, sebagai alat
peneliti
untuk memecahkan masalah
melakukan
penelitian
tentang
Penelitian
dan
kegunaan
dalam
setiap
penelitian
yang akan
Pemanfaatan wilayah laut perbatasan Negara
diteliti. Metode yang digunakan harus sesuai
ini adalah setelah peneliti mengikuti seminar
dengan masalah yang akan diteliti dan tujuan
Kebijakan
penelitian.
Kelautan
dan
Kemaritiman
Mengenai
metode
penelitan,
Indonesia yang dilaksanakan di kota Batam,
Menurut Sugiyono, bahwa secara umum
dimana peneliti sebagai salah satu peserta.
metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
1.2 Rumusan Masalah
dan kegunaan tertentu.12
Berdasarkan latar belakang tersebut di
Sehubungan hal tersebut di atas, penulis di
atas, maka rumusan masalah dalam
dalam penelitian ini, menggunakan jenis
peneliitian ini adalah bagaimana pelaksanaan
penelitian
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008
yuridis
tentang Wilayah Perbatasan Negara di
empiris yaitu jenis penelitian yang lebih
Kepulauan Riau?
menekankan
kepada
pengamatan
langsung
memperoleh
data-data
kualitatif
empiris.
dengan
pendekatan
Pengertian dari
penelitian kelapangan yang
yuridis
melalui untuk
dibutuhkan
11
10
http://id.wikipedia.org/wiki/kepulauanriau diakses pada tanggal 27 Juli 2016 pukul 22.00 wib.
Nazir. M, 2005. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal. 84 12 Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND, Bandung: Alfabeta, hal. 3
24
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
terkait dengan penelitian ini, dimana bahan-
kemerdekaan diproklamirkan batas Negara
bahan yang digunakan akan didapatkan
tidak dinyatakan secara jelas, termasuk
langsung dari lapangan
yang kemudian
wilayah laut perbatasan dan kepulauan. UUD
dianalisa menggunakan literatur-literatur dari
RI 1945 sebagai Konstitusi, di dalam UUD RI
kepustakaan maupun peraturan perundang-
1945 tersebut tidak memuat secara
undangan yang terkait dengan penelitian ini.
mengenai wilayah. Wilayah Negara hanya dipahami
adalah
sesuai
dengan
jelas
prinsip
Hukum Internasional yaitu “ Uti Passidetis
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
juris“,yang berarti
seluruh wilayah batas
jajahan Kolonial Hidia Belanda, kondisi yang 3.1 Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43
Tahun
2008
tentang
Wilayah
demikian ini mendorong pemerintah membuat Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 yang
Perbatasan Negara di Kepulauan Riau
merupakan tindak lanjut kelemahan dari
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43
berbagai
aspek.
Undang-undang
ini
Tahun 2008 tentang Wilayah Negara di
mempunyai banyak kelemahan, baik dari segi
Perbatasan menurut beberapa pendapat/pakar
regulasi maupun dari empirisnya seperti
seperti Indria Semego bahwa Peraturan
batas-batas wilayah daerah.
Perundang-undangan tersebut di atas perlu
Indonesia yang dikenal sebagai Negara
direkomendasikan untuk diajukan beberapa
kepulauan yang terbesar di dunia dengan
perbaikan-perbaikan yang dirasa perlu, maka
luasnya lautan yang demikian, memiliki
terbentuklah tim ahli perancangan Peraturan
banyak potensi kekayaan laut yang dapat
Perundangan-undangan (RUU) ke Komite 1
dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat
DPD
perubahan-
Indonesia. Potensi sumber daya laut yang
perubahan pengelolaan kawasan perbatasan
sangat besar termasuk di wilayah Kepuluan
Negara.
Riau, sangat besar selain ikan, tumbuh karang
untuk
dilaksanakan
Dilihat dari analisis pelaksanaan undang-
dan sebagainya yang semuanya memiliki nilai
undang tersebut di atas belum mencerminkan,
ekonomis
dan
kesejahteraan rakyat, terutama kaum nelayan
atau
belum
memperlihatkan
asas
yang
kesejahteraan, khususnya persoalan wilayah
yang
Negara, sudah
perairan/laut tersebut.
sensitif.
menjadi isu yang sangat
Berdasarkan
sejarah
bertempat
sangat
tinggal
besar
di
bagi
wilayah
ketika
25
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
Laut Indonesia secara umum dan Kepri secara khusus
memiliki
4
(empat)
Kabupaten
yaitu
yang memiliki kekayaan
Karimun, Natuna, Anambas dan Kabupaten
sumber daya berlimpah, namun pengelolaan
Lingga. Propinsi Kepri memiliki luas wilayah
navigasi
251.810.71
yang
mengatur
penggunaan
Km
dengan
batas
wilayah
kekayaan laut tersebut dinilai masih kurang
disebelah utara dengan laut Cina Selatan,
memberikan keuntungan bagi masyarakat dan
sebelah timur dengan Negara Malaysia dan
Negara, sehingga perlu upaya-upaya dari
Propinsi Kalimantan Barat, disebelah selatan
berbagai
dengan
pihak
untuk
bersama
dalam
Provinsi
Sumatera
Selatan
dan
memanfaatkan kekayaan laut secara optimal
Provinsi Jambi dan sebelah barat dengan
dan terarah. oleh sebab itu, hal tersebut perlu
Negara Singapura, Malaysia dan Provinsi
dipikirkan
Riau.
lebih baik intuk kemanfaatan
kekayaan Indonesia, khususnya di Wilayah
Ada 5 (lima) kabupaten yang berbatasan
Perbatasan Negara yang ada di Kepulauan
langsung dengan wilayah laut Singapura,
Riau. Selain itu laut atau peranan laut yang
Malaysia, dan Vietnam antara lain Kabuapten
merupakan tempat melintasnya aliran arus
Bintang (Provinsi Riau), Kabupaten Karimun,
lintas antara Samudra Pasifik dan Samudra
Kabupaten Natuna, Kabupaten Bintan dan
Indonesia,
yang
Kota Batam. Potensi sumber daya wilayah
memegang peranan penting di dalam sistem
perairan Propinsi Kepri tempat yang sangat
arus globalisasi yang menentukan variabilis
potensial dan ideal bagi pengembangan
iklim nasional, regional dam global dan
budidaya perikanan baik tangkap maupun
berpengaruh terhadap distribusi ketepatan
budidaya terumbu karang serta budidaya
sumber daya hayati. Untuk itu mari bersama
rumput laut. Laut Percepatan Pembangunan
menjaga
serta
Perairan, dan Pengamanannya di Kepulauan
yang
Riau. Wilayah laut sebagai bagian terluas dari
merupakan
dan
memanfaatkannya
wilayah
mengelolah dengan
baik
mendatangkan nilai ekonomis yang lebih
suatu
wilayah
terlebih
wilayah
Kepri
mapan dan sejahtera.
khususnya yang memiliki posisi dan nilai
Provinsi Kepri merupakan propinsi yang
strategis dari berbagai aspek kehidupan yang
berbatasan langsung dengan wilayah 3 (tiga)
mencakup politik, ekonomi, sosial, budaya,
Negara
pertahanan dan keamanan yang merupakan
yaitu
Malaysia,
Singapura,
dan
Vietnam. Di laut Propinsi ini memiliki 2
modal
(kota) yaitu Tanjung Pinang dan Kota Batam,
Peraturan
dasar
pembangunan
Pemerintah
tentang
nasional. kelautan
26
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
menyatakan bahwa pengelolaan sumber daya
Bintan,
kelautan
sebuah
Karimun dan ditambah 2 (dua) kota masing-
kerangka hukum untuk memberikan kepastian
masing Kota Tanjung Pinang dan Kota
hukum dan manfaat bagi seluruh masyarakat
Batam. Dari perbatasan kabupaten kota di
sebagai
Kepri ini ada yang berbatasan langsung
dilaksanakan
negara
melalui
kepulauan
yang
berciri
nusantara.13 Laut
adalah
Natuna,
Anambas,
Lingga
dan
wilayah dengan kedaulatan negara lain. ruang
perairan
yang
Diharapkan masyarakat
yang berada di
merupakan kesatuan geografis dan ekologis,
wilayah Kepri terlebih yang berada pada
laut dan atau kegiatan wilayah termasuk
wilayah pulau terluar atau yang ada di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil lainnya.
wilayah
Penyelenggaraan dan pemanfaatan kelautan
memanfaatkan wilayah Kepri ini agar dapat
termasuk wilayah pemanfaatan perairan harus
diambil manfaatnya sebagai salah satu sumber
berdasarkan kepastian hukum, berkelanjutan
penghidupan masyarakat untuk meningkatkan
dan atau pemerataan pemanfaatan dengan
kesejahteraannya
tujuan antara lain adalah:
pemanfaatan wilayah laut (menangkap ikan,
1. Memberdayakan
sumber
daya
kelautan dan
mewujudkan
laut/perairan sumber
daya
kelautan.
wilayah/pemanfaatan
dengan
untuk
melalui
satu
yang
dapat
menunjang
mewujudkan, ini diharapkan perhatian dan bantuan pemerintah, baik pemerintah daerah
3. Mendayagunakan
Percepatan
negara
rumput laut, terumbu karang dan sebagainya). Salah
2. Memanfaatkan
perbatasan
maupun pemerintah pusat khususnya fasilitas alat yang terkait dengan penangkapan ikan
pembangunan laut
di
perbatasan,
kepada masyarakat. Pengawasan
laut/perairan
di
wilayah
percepatan pembangunan sentra perikanan,
Kepri ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
percepatan pembangunan dan pemanfaatan
yang ada termasuk masyarakat yang ada di
wilayah laut secara umum khususnya wilayah
wilayah perbatasan atau pulau-pulau yang
Kepri dimaksudkan untuk menghidupkan
berhadapan langsung dengan wilayah negara
kegiatan ekonomi masyarakat khususnya di
lain. Tentu diharapkan pengawasan yang
Kepri ini yang meliputi wilayah Kabupaten
maksimal, apa isi dari manfaat wilayah khususnya wilayah-wilayah perbatasan dapat
13
Lihat Konsideran Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan.
dimanfaatkan oleh masyarakat secara aman
27
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
dan
tenang
mewujudkan
untuk tentu
menunjang perhatian
dan utama
yurisdiksi
perlindungannya
dan
atau
pelestariannya berdasarkan hukum nasional
pemerintah pusat dengan instansi yang terkait
Indonesia,
sangat diharapkan adanya.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2-3 ini
Beberapa Peraturan Perundang-undangan
sedangkan
berdasarkan
hukum
perlindungan
nasional.
Undang-
dan Kebijakan Lainnya dalam Pemanfaatan
Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Wilayah laut/Perairan sudah dikeluarkan oleh
Perikanan ini berdasarkan fakta dan cara
pemerintah
Indonesia
pandangan bangsa bahwa negara Indonesia
sebagai negara kepulauan adalah negara yang
secara geografis adalah negara kepulauan oleh
seluruhnya terdiri dari satu pulau ke pulau
sebab
lainnya, sehingga wujud dari hubungan pulau-
mengumumkan suatu pernyataan mengenai
pulau merupakan satu kesatuan geografis. Di
wilayah perairan Indonesia.
Indonesia.
Negara
itu
pemerintah
Indonesia
dalam Undang-undang Perairan yang telah
Negara Kesatuan Republik Indonesia
dileuarkan oleh pemerintah dapat dipahami
sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945
bahwa wilayah perairan Indonesia meliputi
memiliki kedaulatan yurisdiksi atas wilayah
laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan
perairan Indonesia serta kewenangan dalam
dan perairan pedalaman. Laut teritorial adalah
rangka
laut Indonesia adalah jalur laut sekitar 12 Mil
pemanfaatan atau sumber daya ikan baik
yang diukur dari garis pantai laut kepulauan
untuk
Indonesia adalah semua perairan yang terletak
pembudidayaan ikan bagi kepentingan bangsa
teluk
lurus
dan negara dengan tetap memperhatikan
pedalaman
prinsip pembangunan perikanan nasional.
Indonesia adalah semua perairan yang terletak
Dalam Undang-undang perikanan dinyatakan
pada sisi darat dari garis akhir dari pulau
bahwa pengelolaan perikanan dilaksanakan
Indonesia.14
berdasarkan
pada
kepulauan
posisi
garis
sedangkan
pangkal
laut
Pemanfaatan, pengelolaan, perlindungan dan
pelestarian
lingkungan
Indonesia,
pemanfaatan tersebut berdasarkan hukum nasional dan hukum internasional sebagai
menetapkan
kegiatan
dan
ketentuan
penangkapan
manfaat
tentang
maupun
keadilan,
keterpaduan, efisiensi dan kelestarian yang berkelanjutan yang bertujuan antara lain adalah: 1. Meningkatkan taraf hidup nelayan dengan pembudidayaan ikan
14
Lihat Pasal 3 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia
28
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
2. Mendorong perluasan dan kesempatan kerja.15
Kabuapten Anambas baru-baru ini 6 (enam) kapal asing ditenggelamkan disekitar wilayah
Meminimalisir permasalahan di laut di
perairan
tersebut,
jika
sebelumnya
wilayah perairan Kepri khususnya diwilayah
penenggelaman kapal asing ini dilakukan
perairan wilayah perbatasan negara seperti
dengan cara peledakan. Apa yang dilakukan
apa
Komandan
oleh Menteri Kelautan dan Perikanan adalah
Pangkalan Utama TNI AL IV Tanjung
salah satu upaya membuat sifat jera bagi
Pinang. Dalam amanatnya tersebut beliau
pelaut asing yang memasuki wilayah perairan
mengatakan supaya meneruskan apa yang
khususnya khususnya di wilayah perbatasan
telah dilaksanakan pimpinan sebelumnya
negara di Kepri.
yang
diamanatkan
oleh
dengan menjaga keamanan wilayah perairan
Upaya di atas, adalah berkat kerjasama
dan atau wilayah perbatasan wilayah negara
dengan TNI AL agar wilayah perairan laut di
karena sering terjadi permasalahan antara lain
wilayah
di wilayah selat malaka dan sekitarnya, pesan
dimanfaatkan
tersebut diharapkan Komandan yang baru
kesejahteraan masyarakat disekitar wilayah
dilantik ini mampu menyesuaikan diri dalam
perbatasan. Pembangunan Sentra Perikanan
menjalankan tugas mengingat tantangan yang
Terpadu.
dihadapi di wilayah perairan tidaklah ringan
Perikanan (KKP) tahun 2016 ini berencana
dan dalam menjalankan tugas memastikan
melakukan percepatan pembanguan antara
perairan laut aman dari segala kejahatan agar
lain Sentra Perikanan Terpadu di Pulau
masyarakat di wilayah perairan tersebut
Natuna Kepri, hal tersebut dikatakan oleh Ibu
merasa
Menteri Kelautan dan Perikanan RI Ibu Susi
aman
dan
memanfaatkannya
semaksimal mungkin. 16 Tenggelamkan
Kapal
Kepri
secara demi
Kementerian
khusus
dapat
meningkatkan
Kelautan
dan
Pudjiastuti, hal tersebut dimaksudkan untuk Asing
seperti
meningkatkan dan atau lebih menghidupkan
diketahui bahwa diwilayah perairan Kepri
kegiatan ekonomi masyarakat di pulau dan
atau wilayah perbatasan negara yaitu di
diharapkan potensi perikanan yang ada lebih bermanfaat untuk masyarakat yang khususnya
15
Lihat Bagian Kedua Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. 16 Komandan Pangkalan Utama TNI AL IV Tanjung Pinang pada saat melantik Kolonel Laut (P) Ivong Wicaksono sebagai Komandan Pangkalan AL Batam. Dimuat pada harian umum Tribun Batam, Sabtu 6 Agustus 2016).
yang ada diwilayah perairan perbatasan wilayah negara, selain itu Menteri Perikanan dan Kelautan RI juga akan merencanakan membangun
prasarana
fisik
seperti
29
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
membangun dermaga, tempat penjualan ikan,
negara di Kepri semakin menjamur untuk itu
sebab selama ini para nelayan yang datang
perlunya tindakan tegas dan mengatur zona
dari
kembali
penangkapan ikan itu diatur dengan baik (di
hasil
atas 12 Mil dari pantai), hal tersebut juga
luar
pulau
natuna
selalu
kedaerahnya
untuk
tangkapannya,
sementara
diwilayah
perairan
menjual nelayan
perbatasan
ada
menghindari
bentrok
dilapangan
antara
negara
nelayan dengan kapal asing. Gubernur Kepri
membawa hasil tangkapannya untuk dijual di
H. Nurdin Basirun mengatakan bahwa pelaku
Rembang, Pati, Muara baru atau daerah
illegal fishing (nelayan asing) yang nekat
terdekat, tentunya hal
menjarah
ini
memberatkan
dan
atau
mengambil
manfaat
nelayan karena selain wilayahnya jauh juga
wilayah perairan laut diwilayah perbatasan
nilainya lebih tinggi, selain membangun
negara perlu disikapi dengan melakukan
sentral perikanan dan kelautan pemerintah
tindakan
dalam hal ini Menteri Perikanan dan Kelautan
kegiatan
juga berusaha memotivasi dan mengajak
membentuk
investor asing untuk berkenan membuat usaha
memberantas para pelaku illegal fishing,
dibidang perikanan didaerah tersebut dan
selain itu Gubernur juga mengadakan rapat
sekitarnya, karena jumlah nelayan lokal yang
koordinasi nasional (rakornas) untuk mencari
ada dipulau natuna khususnya diwilayah
solusi pencegahan yang lebih ampuh dalam
perairan
jumlahnya
mengurangi, mencegah dan memberantas
mencapai ribuan baik dari natuna sendiri
Illegal fishing. Rakor ini juga selain forum
maupun
pelaporan
perbatasan
nelayan
negara
dari
wilayah
Kepri
tegas,
dan
illegal Satgas
untuk
mengurangi
fishing 115
juga
yang
pencegahan
dan
pemberantasan
jauh lebih terbantu lagi masyarakat untuk
pemberantasan UU fishing oleh Satgas 115
meningkatkan
diharapkan kegiatan ini berdampak positif
dari
hasil
tangkapan dilaut. Pembangunan sentra perikanan, investor
Fishing).
bekerja
khususnya, dengan nanti adanya investor akan
kesejahteraan
(UU
pemerintah
Dengan
yaitu semakin melimpah hasil tangkapan ikan oleh para nelayan lokal.
melakukan investasi dibidang kelautan dan
Langkah selanjutnya Pemerintah daerah
perikanan. Menteri Perikanan dan kelautan
Kepri juga mengembangkan segera kegiatan
juga menindak tegas illegal fishing yang
bentuk industri perikanan terpadu hingga ke
dapat merugikan negara, nelayan, karena
industri
selama ini illegal fishing diwilayah perbatasan
masyarakat
pengolahannya yang
khususnya
pada
penghidupannya
30
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
memanfaatkan
wilayah
perairan
wilayah
menggunakan pukat harimau diperairan Selat
perbatasan negara, dengan otomatis setelah
Along Tiga diwilayah perairan Kabupaten
para pelaku illegal fishing ditangkap, nelayan
Lingga Kepri. 2 (dua) kapal yang diamankan
diwilayah perbatasan di Kepri akan lebih
itu masing-masing KM Samudra Selatan GT
leluasa beraktifitas di laut, yang tentunya hasil
(Grosston 14) yang dinahkodai Jhon Hendri
tangkapannya mereka juga lebih banyak.
dan kapal KM Sinar Utama GT 14 yang
Ke depan Nurdin Basirun mengharapkan pemberantasan berjalan
Undang-Undang
secara
Fishing
berkesinambungan
dan
dinahkodai Roni Irawan Bin Zambri. Dengan tertangkapnya dua kapal tersebut menurut Aiptu
T.
Hariyanto
Komandan
pada pihak keamanan dilaut memberikan
mengintai setelah mendapatkan laporan dari
perlindungan keamanan bagi nelayan lokal
masyarakat
ternyata
dari illegal fishing yang dilakukan nelayan
mendapatkan
laporan
asing. Pelaku illegal fishing yang sering
ternyata benar kedual kapal asing ini sedang
menjarah
terlebih
beroperasi dan tidak memiliki izin tangkap
diwilayah perbatasan negara adalah nelayan
ikan dan seluruh peralatannya diamankan
asing yang nekat sedangkan nelayan lokal
sebagai alat bukti dan kedua tersangka
Kepri diwilayah perairan perbatasan negara
nahkoda
pada umumnya nelayan tradisional yang
tersangka dan diamankan.18
laut
Kepri
secara teknologi masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan nelayan asing.17 Gagasan
Gubernur
Pengamanan
ABK
&
Polisi
benar dari
lainnya
Kebijakan
XXXI
setalh
masyarakat
dijadikan
Kelautan
(Kepri) sudah dilakukan oleh TNI dengan ini
melakukan penjagaan diwilayah provinsi
ditindaklanjuti Polda Kepri dalam hal ini
kepri sebagaimana dimuat dalam Tribun
Direktorat Pol
Batam
Air
Kepri
dan
Patroli
merupakan
konsekuen. Gubernur Kepri juga meminta
diwilayah
Kapal
yang
Polda Kepri
untuk
dalam
mengantisipasi
keamanan
mengamankan kapal yang tidak dilengkapi
diwilayah perairan Kepri. Dalam tulisan
izin dan melanggar peraturan perundang-
tersebut dimuat antara lain bahwa Pada era
undangan. Baru-baru ini Pol Air Polda Kepri
tahun 70-80 an banyak pengungsi dari
mengamankan dan menenggelamkan 2 (dua) 18
kapal 17
yang
menangkap
ikan
dengan
Nurdin. Basirun, Pemberantasan Undang-Undang Fishing berjalan secara kontinyu dan konsekuen, Harian Umum Tribun Batam 17 Juli 2016.
Pol Air Polda Kepri mengamankan dan menenggelamkan 2 (dua) kapal yang menangkap ikan dengan menggunakan pukat harimau diperairan Selat Along Tiga diwilayah perairan Kabupaten Lingga Kepri pada 11 Agustus 2016 dimuat pada Harian Umum Tribun Batam tanggal 13 Agustus 2016.
31
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
Vetnam yang berdatangan ke pulau laut, saat
Sekarang
kondisinya
nelayan
yang berhampiran yang hanya dipisahkan
menagkapikan disini karena adanya aturan
selat kecil dari pulau sekutang. Pengungsi
dan atau kebijakan tegas dari pemerintah
yang bergantian hanya sebentar ditampung di
“ungkap Danang,
pulau laut kemudian dibawa kepenampungan
pulau sekutang dijadikan Pos Pengawas
Pulau Galang di perairan Batam (saat ini
Perbatasan dengan memanfaatkan rumah
Provinsi Kepulauan Riau).19
warga dan pemerinta pusatpun membagun
pada
saat
dunia
tidak
lagi
kondusif,
itu Pos TNI berada dipulau laut, yakni pulau
Sekarang
asing
telah
lalu
lalang
Itu sebabnya lanjut dia
sedang
beberap fasiltas baik jaringan internet, listrik
disibukkan dengan kisah pengungsi rohingnya
pemecah ombak agar pulau yang berkontur
dari Nyanmar, kami di sini tidak pernah
bukit itu tidak longsor.“Kami menempati
mendapatkan laporan adanya kapal pengungsi
rumah
yang datang, padahal kalau dilihat pada
Pemerintah Daerah. Kami disini terdiri dari
kawasan yang berhimpitan laut Cina Selatan
10 Marinir dan 10 Personil AD, Tugas kami
ini merupakan rute “ujar Danang,
mengamankan
sudah
masyarakat
dan
yang
telah
mengawasi
dibagun
daerah
menjadi tugas bersama dengan puluhan
terdepan ini, katanya. Danang mengaku
rekannya yang berasa dari Yonif 134 Tuah
penempatan mereka di pulau itu setiap priode
Sakato Ranai, Natuna untuk mengamankan
selama 9 (Sembilan) bulan dan tidak boleh
kawasan perbatasan yang merupakan titik 0
keluar dari lokasi kecuali melaksanakan shalat
kilometer
jumat di pulau yang jarak tempuhnya sekitar
sebenarnya
utara
NKRI.
sekutang
Ia
menjelaskan
ditinggali
beberapa
keluarga masyarakat lokal yang ia hidupnya disubsidi
Komando Armada Barat menggelar latihan
ditingalkan
perang di wilayah perairan Batam sejak zona
mastyarakat karena tidak ada air bersih,
(22/11/2015 lalu). Latihan ini sebagai bentuk
bahkan lanjut dia, beberapa nelayan asing asal
perhatian TNI terhadap pengayoman wilayah
Tiongkok sempat singah di pulau tersebut
diperbatasan.
namun merekadapat diusir agartidak ada
Kopaska Koarmabar mengungkapkan, latihan
klaim bagian wilayah mereka.
yang melibatkan 81 anggota Kopaska ini
19
sekaligus dalam rangka peringatan hari
pulau
Daerah
Komanndo Pasukan Katak (Kopaska)
Natuna
kemudian
Pemerintah
setengah jam pakai pompong.
tersebut
TNI Siaga di Pulau Sekutang “Antisipasi Perahu Pengungsi Rohingya di Natuna, Media Harian Tribun Batam, pada hari Sabtu tanggal 10 Mei 2011.
Komando
Satuan
(Dansat)
samudra 2015. Latihan ini meliputi renang
32
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
selat yang di pusatkan di selat Tering
latihan ini disiagakan alat utama sistem
sepanjang 5 Nautical mill (NM), gelada tugas
senjata (alusista), pesawat casa, helikopter,
tempur
di
perahu karet, kendaraan tempur bawah laut
Nongsa, pertempuran bawah air (combat
(sebab) serta dukungan kapal perang KRI
diver), close quartet battle (cqb) dan close
Banjarmasin. Kami biasanya latihan berganti-
quartet combat (cqc), pembersihan pantai
gantian tempat untuk menambah wawasan
(beach clearing), terjun payung, operasi
prajurit dan kali ini selat malaka di Batam
penjemputan agen serta pelatihan fast rope
Kepri jadi lokasi latihan karena ini wilayah
den stabo. Kegiatan ini untuk meningkatkan
strategis untuk Indonesia.20
(gelagar)
profesionalisme
setingkat
perajurit
K2TW4
juga
kekuatan
mental dan fisik mereka sebagai manusia
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
katak yang memiliki keahlian dalam naval special wanfare (peperangan laut khusus)
4.1 Kesimpulan
“ujiar Monang. Pasukan katak, lanjut dia juga
Pelaksanaan
mengadakan
latihan
raid
yakni
operasi
pengaturan
undang-undang
wilayah
perairan
tentang perbatasan
tertutup untuk melakukan penculikan orang
Negara khususnya wilayah di Kepuan Riau
penting (VVIP) dalam strategi Militer musuh
sesuai data dan refrensi serta analisis peneliti
atau operasi clandestance, sedangkan untuk
sampai saat belum berjalan secara efektif.
pertempuran di bawah air, prajurit dilatih
Sebagaimana
untuk melakukan infiltrasi yakni penyusupan
laut/wilayah perairan itu selain dimanfaatkam
ke wilayah musuh dari bawah air dimana
yang
tidak semua orang bias melakukannya, yang
terhadap
kita hadapi nantinya bukan cuma lawan tapi
maupun Negara, namun khususnya di wilayah
juga diri sendiri seta alam dan cuaca, maka
perairan
perlu diadakan latihan lainnya.
masyarakat hanya memaanfaatkan sebagai
diketahui
kontribusinya
pemanfaatan
jauh
kepentingan
yang ada di
lebih
baik
banyak
masyarakat
Kepulauan
Riau
Pada ujung tulisan di media Batam Pos ini
salah satu sumber pendapatan/pencaharian
menurut Komando Detasemen latihan (Dansat
bagi masyarakat dalam bentuk pemanfatan isi
lat/Kopaska Koarmabar, bahwa pasukan katak selalu disusupkan pada yang tidak mungkin untuk dimasuki sehingga perlu mengasuh terus profesionalismenya. Untuk mendukung
20
Kopaska Latihan di Perairan Batam tulisan yang dimuat di Media Harian Umum terbitan Batam Pos pada hari Jumat tanggal 27 November 2015 dibawah judul besar “Renang 5 Mil hingga perang dibawah air”.
33
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
laut itu berupa ikan, tumbuh karabng dan
Internasional, Dalam Mimbar Hukum,
lainnya.
Majalah FH UGM No. 44/VI/2003. Hikamhanto. Juwana, , 2001, Bunga Rampai
4.2 Saran
Hukum
Berikut ini adalah beberapa saran yang diusulkan oleh peneliti, antara lain sebagai berikut:
Ekonomi
Hukum
Internasional. Huala. Adolf, 1991, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Rajawali
Diharapkan keamanan lebih ditingkatkan agar masyarakat terasa terlindung dari pihak yang tidak bertanggung jawab atas hasil tanggkapan mereka, selain itu Pemerintah
Pers. Indra. Pahlevi, 2011, Makalah Pengelolaan Pemerintahan Wilayah Perbatasan. Mochtar.
Kusumatamadja,
Daerah khususnya terkait langsung pada
Pendidik
pengelolaan
Alumni, Bandung.
wilayah
perbatasan
untuk
memperhatikan dan membantu agar kegiatan mereka
dan
tetap
lancara
utamanya
dkk,
& Negarawan,
1999, Penerbit
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
bantuan/fasilitas peralatan tangkap ikan yang
Sefriani, 2014, Hukum Internasional (Suatu
berarah pada alat modern.
Pengantar),
Jakarta:
Penerbit
PT
Raja
Grafindo. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta.
DAFTAR PUSTAKA
Buku, Jurnal dan Makalah : Darji. Darmodhiharjo, Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Jakarta:
Gramedia
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan 2012,
Tim
Kerja
Sosialisaisi MPR Periode 2009-2014, diterbitkan Sekretaris Jenderal MPR
Tri. Patmasari, Eko. Artanto, 2015, Makalah dalam sosialisasi Pengelolaan Batas Negara Wilayah Laut dan Udara di Daerah. Urip. Rokhwamudin, 2014, Makalah tentang
RI Harry. Purwaanto, 2003, Kajaian Filosofis terhadap
di Indonesia, Jakarta, Penerbit PT Raja Grafindo.
Pustaka, 2006.
Bernegara,
Takdir. Rahmadi, 2014, Hukum Lingkungan
eksistensi
Hukum
Wilayah
Negara
Indonesia
Peta
Indonesia.
34
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
Widarto, Tri. Ratnasari, 2014, Penilaian
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Bentuk Negara Kaitannya dengan
1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Konvensi Hukum Laut 1992.
Wilayah Pesisir
Yenni,
2013,
Makalah
Pengembangan
Wilayaha Perbatasan Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2010
Peraturan Perundang-Undangan
tentang Badan Nasional Pengelolaan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Perbatasan
1945 Amandemen Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985
Peraturan Presiden RI Nomor 178 Tahun 2014 tentang Badan Keamanan Laut
tentang Pengesahan atas Unclos 1982 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6
Media Cetak/ Elektronik
Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia
Batam Pos, Jumat tanggal 27 November 2015
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Tribun Batam, pada hari Sabtu tanggal 10 Mei 2011. Tribun Batam, Minggu 17 Juli 2016.
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Tribun Batam, Sabtu 6 Agustus 2016). Tribun Batam, Sabtu 13 Agustus 2016. http://id.wikipedia.org/wiki/kepulauanriau diakses pada tanggal 27 Juli 2016 pukul 22.00 wib.
43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
35
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
ANALISIS SYSTEM SANKSI (PUNISHMENT ) TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA/BURUH ATAS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT. MENCAST OFFSHORE AND MARINE Rony Prasetyo1, Ukas2 1
Dosen Program Teknik , Fakultas Teknik, Universitas Putera Batam, Jl Letjen R. Soeprapto Tembesi-Batu Aji Batam, Kampus UPB, Batam 29433, Indonesia
2
Dosen Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Sosial Dan Humaniora, Universitas Putera Batam, Jl Letjen R. Soeprapto Tembesi-Batu Aji Batam, Kampus UPB, Batam 29433, Indonesia Penyesuaian Pengarang E-mail:
[email protected] No Hp: +6285264830966
Abstrak Fokus penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh sistem sanksi terhadap upaya perlindungan hukum pekerja /buruh atas keselamaan dan kesehatan Kerja (K3) Objek riset adalah pekrja/buruh PT. Mencast ofshore ad Marine yang bekerja di perusahaan tersebut baik karyawan permanen maupun karyawan sub kontrak. Hasilnya, risert membuktikan dari uji korelasi didapatkan kekuatan hubungan antara sistim sanksi (Punishment) dan perlindungan buruh di tempat kerja memiliki hubungan yang rendah karena nilai signifikasinya > 0,05. Dari analisis pengaruh didapatkan adanya pengaruh yang lemah antara kemampuan undang undang keselamatan kerja untuk melindungi pekerja/buruh di tempat kerja, ini dibuktikan nlai koefisien data < 0,5. Kata kunci: system sanksi, keselamatan dan kesehatan kerja (k3)
menjadi pegangan hidup yang kokoh dan
I. PENDAHULUAN
direktif,
dan
nilai
juga
berarti
akhir
1.1 Latar Belakang Masalah
dasar Negara, di
keberhasilan setelah meraih kesuksesan dan
dalamnya tersirat nilai-nilai yang merupakan
atau memberi tuntutan dan menentukan arah),
satu kesatuan yang menentukan sistem nilai.
untuk masa sekarang dan masa mendatang.1
Pancasila merupakan
Adanya sistem nilai itu maka pandangan hidup bangsa Indonesia mempunyai tuntutan nilai yang menunjukkan arah dan tujuan hidup yang akan dicapai. Nilai-nilai ini
1
A.T. Barus, et al, 1980, Team Sistem Nasional Kerjasama USU – Wanhankamnas, Konsep Sistem Pengolahan Nasional, hal.10., tidak dipublikasikan, dikutip oleh M.Solly Lubis, 1988, Sistem Nasional; Sebuah Pengantar Studi Dengan Pendekatan Sitem dan Pandangan Konseptual Strategis , Medan: Universitas Sumtra Utara Press, hal.12.
36
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
Menurut M. Solly Lubis, bahwa:
Di dalam Pasal 27 ayat (2) UUD RI tahun
Dalam Pancasila terkandung nilai yang bersumber pada pandangan hidup bangsa kita, antara lain; nilai keadilan,kemanusiaan, nilai religi, persatuan, dan sebagainya. Dalam ilmu sosial suatu nilai (value) adalah sesuatu yang dianggap baik dan benar, sesuatu yang diinginkan, sesuatu yang mempunyai harga dan idamkan, didambakan dan ingin diraih oleh manusia.2
1945 Negara
bahwa “setiap warga
dipahami berhak
atas
pekerjaan
dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, demikian juga dalam Pasal 28 “setiap orang berhak
untuk
hidup
serta
berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Dalam pandangan tersebut asas-asas yang Kedua pasal tersebut
jika dihubungkan
dimaksud ialah dasar dalam kehidupan yang dengan kedudukan pekerja/buruh sebagai merupakan pengembangan nilai-nilai atau bagian warga Negara mempunyai hak atas nilai-nilai yang dimasyarakatkan menjadi pekerjaan yang layak dan penghidupan yang landasan
hubungan
sesama
anggota layak
sehingga
dapat
hidup
dan
masyarakat, misalnya; asas keadilan sosial mempertahankan hidup dan kehidupannya. dijadikan landasan hubungan perburuhan dan Apapun dan siapapun memberikan pengertian majikan
sehingga
diperoleh
hubungan tentang pekerjaan yang layak pada pokoknya
perhubungan yang adil..3. Demikian juga asas adalah kondisi atau standart lingkungan kerja kemanusiaan tentu harus menjadi landasan memadai untuk mendukung keselamatan dan bagi terselenggaranya hak-hak dasar setiap derajat kesehatan pekerja/buruh. orang, termasuk perlindungan pekerja/buruh Pembangunan ketenagakerjaan sebagai di tempat kerja. bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang 2
M. Solly. Lubis , 1988, Sistem Nasional; Sebuah Pengantar Studi Dengan Pendekatan Sitem dan Pandangan Konseptual Strategis, Medan: Universitas Sumatra Utara Press, hal.12. 3 Ibid.
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
dilaksanakan
dalam
rangka
37
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
dan
diselenggarakan upaya
pembangunan
seluruhnya
untuk
masyarakat
Indonesia
meningkatkan
harkat,
kesehatan kerja.”5
martabat, dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan
masyarakat
Menurut data PT Jaminan Sosial Tenaga
adil,
Kerja (Jamsostek), kasus kecelakaan kerja
makmur, dan merata, baik materil maupun
pada 2006 tercatat sebanyak 95.624 kasus
spiritual.4
dengan pembayaran klaim jaminan sekitar
Pembangunan
sejahtera,
keselamatan dan
ketenagakerjaan
harus
Rp. 222 miliar, sedangkan pada 2007 ada
diatur sedemikian rupa sehingga terpenuhi
83.714 kasus dengan pembayaran klaim Rp.
hak-hak dan perlindungan yang mendasar
219 miliar.6 Namun meski terjadi penurunan,
bagi tenaga kerja dan pekerja/buruh serta
akan
pada saat yang bersamaan dapat mewujudkan
pembayaran
kondisi yang kondusif bagi pembangunan
(JKK) yang cukup besar.7 Pada tahun 2008,
dunia usaha.
terjadi
Penjewentahan
nilai-nilai
Pancasila,
tetapi
terdapat
kenaikan
Jaminan
Kecelakaan
93.823
kasus
dengan
nominal Kerja
rata-rata
sebanyak 360 kasus setiap harinya.8 Menurut
tertuang dalam Pasal 86 ayat (1) huruf a 5
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan,
pekerja/buruh
mempunyai
bahwa
“setiap
hak
untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja”, dan huruf b, “untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna 4
Lihat Penjelasan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi. 6 Poskota, Media Independen Online, Dirut Jamsostek Akui Kasus Kecelakaan Kerja Meningkat, Jum‟at 15 Juli 2010, http://www.poskota.co.id/ beritaterkini/2011/07/15/dirut-jamsostek-akui-kasuskecelakaan-kerja-meningkat. 7 Jamsostek, Perlindungan Kasus Jamsostek Kasus Kecelakaan Kerja Masih Tergolong Tinggi, Jakarta Suara Karya, Rabu 01 Juni 2011, http://www.jamsostek.co.id/content/news.php?id=2128 . 8 Nasional Pelita, 32 Tahun PT. Jamsostek Tingkatkan Kesejahteraan Tenaga Kerja di Indonesia, 6
38
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
Ansyori, selama tahun 2010, pembayaran
perusahaan
melaksanakan setiap peraturan
JKK diberikan untuk 98,711 kasus atau rata-
perundang-undangan K3.
rata setiap hari terjadi lebih dari 411 kasus
Berat ringannya penerapan sanksi yang
kecelakaan kerja. Terdapat kenaikan sebesar
diatur peraturan perundang-undangan adalah
2,49 persen dibandingkan tahun 2009 yang
faktor yang berpengaruh untuk
sebanyak 96.314 kasus,9 sedangkan total
perusahaan-perusahaan, khususnya pengusaha
pembayaran JKK selama 2010 mencapai Rp.
bandal yang tidak punya kemauan atau
401,2 miliar. Terdapat kenaikan sebesar 22,14
komitmen melaksanakan aturan K3 meskipun
persen dibanding pembayaran JKK pada 2009
sudah
yang sebesar Rp. 328,51 miliar.10
pembinaan oleh pegawai pengawas.
Sistem
pengawasan
dilakukan
sosialisasi
memaksa
arahan
dan
ketenagakerjaan
Fenomena tersebut cukup menarik untuk
terhadap perusahaan-perusahaan yang berada
dikaji secara mendalam dan komprehensif
di wilayahnya – terutama bagi perusahan
melalui penelitian ilmiah untuk mengungkap
yang tidak punya kemauan dan komitmen
analisis sanksi terhadap perlindungan hukum
untuk melaksanakan K3 - juga merupakan
pekerja/buruh atas K3.
salah satu faktor penting untuk dapat secara kontiniu memberikan sosialisasi, pengarahan dan pembinaan K3 agar perlindungan hukum pekerja/buruh atas K3 dapat ditegakkan.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: Apakah ancaman sanksi berpengaruh
Dengan begitu secara berlahan namun pasti
terhadap
upaya
perlindungan
hukum
pekerja/buruh atas K3 di Kota Batam ? September 2010, http://www.bataviase. co.id/node/374653. 9 Jamsostek, Perlindungan Kasus Jamsostek Kasus Kecelakaan Kerja Masih Tergolong Tinggi, Op.Cit. 10 Ibid.
39
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
staf kantor dan karyawan tetap / permanen
II. METODE PENELITIAN
maupun karyawan kontrak. Di dalam area PT. Di dalam penelitian ini pendekatan yang peneliti
gunakan adalah yuridis empiris,
dimana peneliti menggunakan data primer dan juga menggunakan data sekunder. Selain
Mencast Offshore and Marine juga terdapat karyawan dari sub kontraktor yang termasuk ke dalam populasi penelitian.
dengan pendekatan yuridis empiris, peneliti juga menggunakan analisis data. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan
lapangan
data ke dalam katagori, menjabarkan ke unit-unit,
melakukan
pengambilan
sampel
dalam
penelitian ini adalah menggunakan prosedur sampling probabilitas (probability sampling)
dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan
dalam
Teknik
sintesa,
yang
dikhususkan
simple
random
menggunakan sampling.
teknik Dengan
menggunakan prosedur dan teknik ini, maka
menyusun ke dalam pola, memilih nama yang penting dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh peneliti maupun orang lain.11 III.HASIL
semua
elemen
populasi
mempunyai
kesempatan yang sama untuk menjadi elemen sampel, karena sampel diambil secara acak
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
tanpa memperhatikan strata atau jenjang dari anggota
populasi
itu
sendiri.
Dengan
menggunakan rumus slovin di dapatkan 86 Peneliti
menggunakan
populasi
jenis sampel untuk mewakili populasi.
terbatas, dimana populasi pada penelitian ini Dari hasil uji validitas data didapatkan bahwa berjumlah 110 orang yang terdiri dari data
valid
berdasarkan
metode
pierson
keseluruhan karyawan PT. Mencast Offshore correlation karena nilai observasi lebih besar and Marine, baik karyawan lapangan maupun dari niali teoritis 11
Sugiyono, 2013, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D, Cetakan 19, Bandung, CV. Alfabeta, hal. 244.
(r table < r hitung).
Demikian juga uji reabilitas data untuk
40
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
menilai
keajekan
data,
didapatkan
uji
reabilitas menurut metode cronbach’s alpha
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
bahwa nilai data di atas 0,6 sehingga data 4.1 Kesimpulan dalam keadaan stabil. Di dalam Pasal 27 ayat (2) UUD RI tahun Uji
korelasi
dalam
penelitian
ini 1945
menyatakan “setiap warga Negara
digunakan untuk menguji keeratan atau berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang derajat kekuatan hubungan linear dari satu layak bagi kemanusiaan”, demikian juga variabel
dengan
variabel
lainnya dalam Pasal 28A, “setiap orang berhak untuk
menggunakan metode pearson correlation. hidup serta berhak mempertahankan hidup Dua atau lebih variabel dikatakan memiliki dan kehidupannya”. hubungan atau korelasi jika nilai hitung Pancasila dan UUD RI tahun 1945, koefisien
>
0,5
atau
memiliki
nilai tertuang dalam Pasal 86 ayat (1) huruf a UU
signifikansi < 0,05. Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan “setiap Dari uji korelasi didapatkan kekuatan pekerja/buruh
mempunyai
hak
untuk
hubungan antara sistim sanksi (punishment) memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
perlindungan
buruh
ditempat
kerja dan kesehatan kerja”. Dan huruf b, “untuk
memiliki hubungan yang rendah karena nilai melindungi keselamatan pekerja/buruh guna signifikasinya > 0,05 mewujudkan produktivitas kerja yang optimal Dari analisis pengaruh didapatkan adanya diselenggarakan upaya pengaruh yang lemah antara kemampuan undang-undang
keselamatan
kerja
keselamatan dan
kesehatan kerja.12”
untuk
melindungi pekerja/buruh di tempat kerja, ini 12
dibuktikan nlai koefisien data < 0,5.
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakan dan penyakit akibat
41
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
Undang Undang Nomor 1 tahu 1970
Sedangkan bagi perusahaan disarankan untuk
adalah undang undang keselamatan kerja
lebih
yang diturunan dari UUD RI 1945 sehingga
semua pihak agar perilaku keselamatan
sifat Undang -undang ini
(safety behavior) dapat menjadi budaya
termasuk lex
meningkatkan
komunikasi
kepada
specialis artinya bersifat khusus.
dalam perusahaan. Selain itu, dibutuhkan
Undang-Undang Nomor 1
sosialisasi dan pendekatan yang lebih intensif
Tahun 1970
bersifat lex specialis tetapi dalam penelitian
kepada
ini kepastian hukum terhadap perlindungan
peraturan K3. Karena dibutuhkan partisipasi,
keselamatan kerja
terhadap pekeja/ buruh
peran serta kerja sama antara semua pihak di
belum
manfaatnya
sehingga
dalam perusahaan untuk mewujudkan suasana
pemerintah, pengusaha dan pekerja/buruh
yang kondusif dalam penerapan aturan-aturan
serta masyarakat perlu mengkritisi Undang-
K3 sehingga tingkat kecelakaan kerja dapat
Undang Nomor 1 Tahun 1970 apakah masih
ditekan.
dirasakan
karyawan
dalam
menjalankan
efektif untuk diberlakukan atau perlu untuk DAFTAR PUSTAKA merevisi
undang-undang
tersebut
sesuai Buku, Jurnal Dan Makalah
dengan perkembangan Hubungan Industrial A.T. Barus, et al, 1980, (Team Sistem Nasional Kerjasama USU – Wanhankamnas), Konsep Sistem Pengolahan Nasional
Pancasila. 4.2 Saran Disarankan bagi penelitian selanjutnya agar bisa memasukkan item-item yang belum dimasukkan
dalam
penelitian
ini
agar
CST. Kansil, 1984, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka
menghasilkan penelitian yang lebih baik lagi.
Jamsostek, Perlindungan Kasus Jamsostek Kasus Kecelakaan Kerja Masih Tergolong Tinggi.
kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.
JJ.H.Bruggink, Alih Bahasa Arief, Sidarta, Refleksi Tentang Hukum, (Bandung:
42
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
Citra Aditya Bakti), Dikutip oleh: Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi. M. Solly. Lubis, 1988, Sistem Nasional; Sebuah Pengantar Studi Dengan Pendekatan Sitem dan Pandangan Konseptual Strategis (Medan: Universitas Sumtra Utara Press). Sugiyono, 2013, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D, Cetakan 19, Bandung, CV. Alfabeta Peraturan Perundang-Undangan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234).
Website Kamus Besar Indonesia, www.artikata.com Nasional Pelita, 32 Tahun PT. Jamsostek Tingkatkan Kesejahteraan Tenaga Kerja di Indonesia, 6 September 2010, http://www.bataviase. co.id/node/374653 Poskota, Media Independen Online, Dirut Jamsostek Akui Kasus Kecelakaan Kerja Meningkat, Jum‟at 15 Juli 2010, http://www.poskota.co.id/ beritaterkini/2011/07/15/dirut-jamsostekakui-kasus-kecelakaan-kerjameningkat. Putra, 2009, Definisi Hukum Menurut Para Ahli, www. putracenter.net. Rahayu, 2009, Pengangkutan Orang, etd.eprints.ums.ac.id. Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Liberty, 1996 Tinggi, Jakarta Suara Karya, Rabu 01 Juni 2011, http://www.jamsostek.co.id/content/ne ws.php?id=2128.
43
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
KEDAULATAN ASURANSI BAGI MASYARAKAT PESISIR KEPULAUAN RIAU DALAM RANGKA PERALIHAN RESIKO PERAHU BUATAN MASYARAKAT TANJUNGPINANG DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANGAN PERASURANSIAN Wishnu Kurniawan1 1
Dosen Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Internasional Batam, Jl Gajah Mada, Simpang UIB Baloi Sei Ladi, Kampus UIB, Batam 29442, Indonesia. Penyesuaian Pengarang E-mail:
[email protected],
[email protected] No Hp: +8117010713
Abstrak Kepulauan Riau merupakan wilayah yang memiliki tipologi wilayah perairan dan daratan. Hampir 96% wilayahnya adalah perairan. Hal ini mengindikasikan bahwa wilayah Kepulauan Riau merupakan wilayah pesisir. Mayoritas matapencaharian masyarakat pesisir adalah mengandalkan wilayah perairan. Salah satu matapencaharian tersebut adalah produksi kapal perahu (pompong) yang digunakan sebagai alat transportasi dan sebagai alat untuk mencari ikan. Kapal Pompong merupakan kapal yang masih tradisional dalam bentuk dan pembuatannya. Masyarakat produsen kapal tersebut dalam memproduksi perahu pompong mengandalkan kebiasaan dan ilmu pembuatan secara turun temurun. Hal ini membuat perahu pompong perlu dilindungi dengan asuransi sebagai pengalihan resiko. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan normatif, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan data sekunder khususnya sumber hukum primer melalui ketentuan peraturan perundangan, sumber hukum sekunder dalam bentuk pendapat para ahli dan tinjauan lapangan guna menganalisa data empiris dari masyarakat terkait. Permohonan asuransi pada dasarnya membutuhkan kelengkapan dokumen sebagai kepastian legalitas dan kepastian itikad baik dalam perjanjian dibidang asuransi. Kelengkapan dokumen tersebut merupakan syarat utama dalam memenuhi perjanjian dalam bidang asuransi. Kapal pompong buatan masyarakat pesisir di Kepulauan Riau sejatinya dapat melakukan perjanjian terkait hal tersebut di atas, namun perlu mememnuhi kelengkapan dokumen persyaratan. Dalam hal ini dibutuhkan peran serta pemerintah dalam memberikan kemudahan bagi pengurusan ijin atas perahu pompong milik masyarakat Kepulauan Riau, agar kearifan lokal yang dimiliki masyarakat dapat terjaga dan masyarakat pemilik memiliki kepastian perlindungan serta kepastian hukum kepemilikan Kapal Pompong Kata kunci: kapal pompong, kearifan lokal, asuransi, pemerintah
I. PENDAHULUAN
serta antara 103o22‟ Bujur Timur sampai dengan 109o4‟ Bujur Timur. Berdasarkan
1.1 Latar Belakang Masalah
posisi
Kepulauan Riau merupakan salah satu wilayah Provinsi yang memiliki wilayah terdiri dari perairan dan daratan. Provinsi Kepulauan
Riau
terletak
antara
00o29‟
Lintang Selatan dan 04o40‟ Lintang Utara
letak
geografis
tersebut
di
atas
Kepulauan Riau berbatasan masing – masing dengan wilayah sebagai berikut: 1. Batas Utara: Vietnam dan Kamboja 2. Batas Selatan: Sumatera Selatan dan Jambi
44
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
3. Batas Barat: Singapura, Malaysia, dan Provinsi Riau 4. Batas
kecil (perahu) secara otodidak, sedangkan
Timur:
Malaysia
dan
Kalimantan Barat
Provinsi
Batam, memiliki
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
yang memiliki kemampuan membuat kapal
beberapa
industri
juga
besar
yang
industri
bergerak dalam bidang Shipyard. Sesuai dengan Kitab Undang Undang
Badan
Hukum Dagang, ditentukan bahwa kapal
Informasi Geospasial (BIG), tercatat 394
dianggap sebagai hak kebendaan, maka dapat
pulau berpenghuni sedangkan 1.401 lainnya
diterapkan pengalihan resiko (asuransi) atas
belum berpenghuni. Gugusan pulau besar dan
kerusakan yang terjadi agar perlindungan
kecil tersebar di seluruh wilayah Provinsi
terhadap kapal tentunya akan membutuhkan
Kepulauan Riau yang dikelilingi oleh lautan,
sebuah perusahaan asuransi yang dalam hal
oleh karena itu sebanyak 96 persen wilayah
ini perusahaan asuransi adalah perusahaan
provinsi ini adalah lautan.
yang bertindak sebagai penanggung resiko
dari
hasil
Riau
wilayah
yang
diperoleh
Kepulauan
sebagai
identifikasi
Sebagai wilayah Kepulauan, memiliki
yang
dalam
menjalankan
usahanya
kecenderungan corak kehidupan masyarakat
berhubungan langsung dengan tertanggung
di
atau melalui pialang asuransi.1
Provinsi
masyarakat
Kepulauan pesisir.
Riau
Masyarakat
bercorak pesisir
Perusahaan
asuransi
dalam
hal
ini,
mayoritas memiliki mata pencaharian sebagai
dianggap perlu dalam hal pengalihan resiko-
nelayan. Moda transportasi yang digunakan
resiko yang diprediksi akan diterima oleh
pada umumnya adalah moda transportasi
pemilik kapal atau perahu-perahu buatan
perairan, mulai dari perahu kecil hingga
masyarakat, jika kapal mengalami kerusakan
Kapal Besar. Oleh karena sebagai kebutuhan
lambung atau tubuh kapal (hull) dan atau
utama alat transportasi, perahu (kapal kecil)
kerusakan pada mesin (machinery). Terlebih
sangat dibutuhkan bagi masyarakat pesisir.
apabila kalau kapal total loss, maka pemilik
Hal ini berdampak pada keahlian masyarakat
kapal mengalami
pesisir dalam membuat perahu itu sendiri.
kemungkinan
Tidak
Provinsi
demikian dapat ditutup pertanggungan atas
Kepulauan Riau. Wilayah Kabupaten Lingga
dasar Hull & Machinery (H&M) termasuk
terkecuali
masyarakat
kerugian total.
timbulnya
kerugian
Untuk yang
dan Kotamadya Tanjungpinang merupakan salah satu wilayah yang memiliki penduduk
1
A. Junaedy. Ganie, 2011, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, Hal. 44.
45
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
peralatan dan perlengkapan kapal (Pasal 593
Tanjungpinang dan Pancur (Lingga), namun
Kitab Undang-undang Hukum Dagang).2
pembuatan kapal kecil/pompong tersebut
Pendaftaran sangat penting artinya bagi
tidaklah terlalu populer di Provinsi tersebut,
para pihak, karena jika suatu kapal hendak
karena sebagian masyarakat tidak terlalu
dijadikan objek jaminan hutang maka kapal
peduli
tersebut harus sudah terdaftar. Apabila berat
kecil/pompong ini.
kapal
20
M³
Pengaturan
(dua
mengenai
awalnya
ada
puluh
Megakubik),
pendaftaran
dalam Staatsblad
48 kemudian diganti
dengan
pembuatan
perahu
Menurut masyarakat pesisir produsen
kapal
perahu Pompong, mereka membuat perahu
1933-
tersebut
oleh Undang-Undang
hanya
dengan
menggunakan
pengalaman yang selama ini mereka miliki
Pelayaran Tahun 1992, dan kini tahun 2008
yang
telah diundangkan Undang-Undang tentang
pembuat perahu sebelumnya. Selain itu juga
Pelayaran yang baru menggantikan undang-
pembuatan perahu, terkadang melakukan
undang tersebut di atas (Undang-Undang
pengajaran panjang atau lebarnya sebuah
Nomor 17 Tahun 2008).
perahu
Pompong merupakan alat transportasi laut yang biasa digunakan masyarakat Kepulauan
diperoleh
tidaklah
berdasarkan
pengalaman
menggunakan
ukuran
(Meteran) melainkan hanya menggunakan tangan (Jengkal).
Riau yang hendak ke pelantar tepi pantai
Hal ini berdampak pada perahu-perahu
berjejer di sepanjang pelabuhan. Biasanya
buatan masyarakat tidak dapat didaftarkan
dalam sehari, pompong-pompong tersebut
pengalihan resikonya kepada pihak ketiga
melakukan
atau perusahaan asuransi karena berdasarkan
perjalanan
untuk
mengantar
masyarakat dari dan menuju ke pulau – pulau
penilaian perusahaan
kecil
administratifnya saja perahu-perahu tersebut
lain
tempat
tinggal
masyarakat
Kepulauan Riau (Kepri). Pembuatan biasanya
perahu
disebut
Tanjungpinang dirakit/dibuat
tidak memenuhinya sehingga sulit untuk kecil
dengan dan
sendiri
asuransi dari segi
Pompong
Lingga oleh
atau
yang di
dilakukannya pendaftaran pengalihan resiko kepada pihak asuransi.
biasanya masyarakat
penduduk lokal, dibeberapa daerah di kota
1.2 Rumusan Masalah Sebagai batasan bahasan dalam penulisan hasil penulisan dalam bentuk jurnal ilmiah ini,
2
Radiks. Purba, 1998, Asuransi Angkutan Laut, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Hal. 7.
46
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
penulisan
memberikan
melalui
rumusan
III.HASIL PENELITIAN DAN
masalah sebagai berikut:
PEMBAHASAN
“Apakah perahu hasil buatan masyarakat
Perahu
(pompong) dapat diajukan pengalihan resiko
(Pompong) Dapat Diajukan Pengalihan
terhadap pihak ketiga ditinjau dari Ketentuan
Resiko Terhadap Pihak Ketiga Ditinjau
Perundangan tentang Perasuransian?“
Dari Ketentuan Perundangan Tentang
Hasil
Buatan
Masyarakat
Perasuransian II. METODE PENELITIAN
Perahu buatan masyarakat (Pompong)
Jenis penelitian yang digunakan Penulis dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang terdiri dari bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum primer yang dimaksud adalah Kitab Undang-undang Perdata,
Kitab
Undang-undang
Hukum
Dagang, Undang-undang Republik Indonesia
merupakan alat transportasi tradisional yang digunakan masyarakat pesisir di wilayah sekitar domisili produksi untuk melakukan berbagai
penyeberangan
Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, sedangkan bahan Sekunder berupa buku-buku ilmu hukum, Jurnal ilmu hukum, Internet dan bahan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas, hasil wawancara dari narasumber. Teknik pengumpulan data yang dilakukan
research). Data yang dikumpulkan dari hasil penelitian
kemudian
deskriptif-kualitatif.
dianalisis
secara
antar
pulau,
seperti
melakukan
yang kemudian akan membutuhkan asuransi. Wirjono
Prodjodikoro
menyampaikan
bahwa asuransi dapat dimaknai sebagai suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas.3 Tuti Rastuti juga menyampaikan bahwa
pada penelitian ini adalah studi pustaka (library research), studi lapangan (field
sehari-harinya
kegiatan penangkapan ikan atau hasil laut
Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian dan
kegiatan
asuransi adalah salah satu bentuk manajemen atau
pengendalian
risiko,
dengan
cara
mengalihkan risiko (transfer of risk) atau membagi risiko (distribution of risk) dari pihak yang memilki kemungkinan menderita 3
Wirjono. Prodjodikoro, 1987, Hukum Asuransi di Indonesia, Jakarta: Intermasa, Hal. 1.
47
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
karena adanya risiko kepada pihak lain
terjadinya
(perusahaan
bersedia
khususnya Pasal 1320 tentang syarat-syarat
melindungi dari kemungkinan terjadi risiko
sah sebuah perjanjian diantaranya sebagai
pada pihak pertama. Pengalihan dan membagi
berikut:
asuransi),
yang
sebuah
perjanjian
asuransi
risiko tersebut tentu saja didasari dengan
1. Adanya persetujuan kehendak;
aturan-aturan hukum dan prinsip-prinsip yang
2. Kecapakan dan kewenang melakukan
berlaku dalam perjanjian asuransi.4
perbuatan hukum;
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014
3. Ada objek yang dipertanggungkan;
tentang Perasuransian (UU Perasuransian)
4. Ada causa yang diperbolehkan;
apabila dilakukan telaah secara menyeluruh,
Menurut Emy Pangaribuan Simanjuntak
sebagaian besar mengatur tentang bagaimana
yang dikutip dalam buku Djoko Prakoso
perusahaan
kegiatan
menyampaikan bahwa dari Pasal 246 KUHD
operasionalnya, yang terdiri sebagai berikut:
bahwa sifat-sifat asuransi dapat diuraikan
lingkup
sebagai berikut:5
perizinan
asuransi
usaha
melakukan
perasuransian,
usaha
tata
perasuransian,
penyelenggaraan
usaha
cara serta
1. Bahwa asuransi itu pada asasnya
perasuransian
adalah
suatu
perjanjian
kerugian
sehingga pengaturan asuransi pada Undang
(scadevergoeding
Undang
idemniteitscontract). Dalam hal ini
mengenai
Perasuransian tata
spesifik atau
jelas bahwa penanggung mengikat diri
asuransi
untuk mengganti kerugian karena
karena mengenai dasar-dasarnya (asas-asas)
pihak tertanggung menderita kerugian
asuransi juga telah diatur dalam Kitab
dan yang diganti itu adalah seimbang
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
dengan kerugian yang sesungguh-
dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
sungguhnya
(BW/Burgelijk Wetboek) maka terhadap dasar
indemitiet).
pembentukan
cara
lebih
suatu
pengelolaan
atau
perusahaan
dan asas asuransi tetap menggunakan dua
perjanjian bersyarat artinya kewajiban
Selain UU Perasuransian, pengaturan
mengganti
asuransi juga diatur melalui BW sebagai dasar Tuti. Rastuti, 2011, Aspek Hukum Perjanjian Asuransi, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, Hal. 4-5.
(prinsip
2. Bahwa asuransi itu adalah suatu
dasar hukum yang telah disebutkan.
4
diderita
rugi
dari
penanggung
hanya dilaksanakan kalau peristiwa 5
Djoko. Prakoso, 1997, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, Hal. 24.
48
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
yang tertentu atas mana ditiadakan asuransi itu terjadi. Selain
KUHD,
1. Kepentingan yang dapat diasuransikan (insurable interest);
asuransi
juga
diatur
2. Iktikad sangat baik (utmost good
Berdasarkan Pasal 1 Kitab Undang-Undang
faith);
Hukum Dagang, ketentuan umum perjanjian
3. Ganti
dalam
BW
dalam
indemnity);
perjanjian
4. Kontribusi;
khusus. Para pihak tunduk kepada beberapa
5. Subrogasi;
ketentuan
Pengukuran
perjanjian
dapat
berlaku
asuaransi
dalam
juga
kerugian
sebagai
Kitab
Undang-Undang
Kapal
(principle
adalah
of
rangkaian
Hukum Perdata. Asas-asas yang terdapat
kegiatan pengambilan data ukuran bagian-
dalam hukum perjanjian sebagaimana diatur
bagian dari kapal untuk mengetahui dan
dalam Kitab Undang-Undang Hukum perdata
menentukan
perlu diperhatikan. Adapun asas-asas yang
bersangkutan, berdasarkan aturan atau
lahir dari ketentuan Kitab Undang-Undang
sistem atau cara pengukuran yang resmi
Hukum Perdata tersebut adalah sebagai
berlaku
berikut :
tonase
kapal
yang
Kapal-kapal dengan isi kotor lebih
1. Asas Konsensual;
dari 20 m3 (gross tonnage. 7), maka semua
2. Asas Kebebasan Berkontrak;
kapal Indonesia wajib diukur dan dikeluarkan
3. Asas Ketentuan Mengikat;
surat-surat ukurnya,
4. Asas Kepercayaan;
pengukuran yang ditentukan. Kapal-kapal
5. Asas Keseimbangan;
yang kurang dari 20 m3 (gross tonnage. 7),
6. Asas Iktikad Baik;
untuk mengetahui isi kotor sesungguhnya,
Perjanjian asuransi merupakan perjanjian
perlu diukur akan tetapi tidak dikeluarkan
khusus yang diatur dalam Kitab Undang-
surat ukur, isi kotornya cukup dicantumkan
Undang Hukum Dagang. Asuransi sebagai
pada Pas Kapal yang diberikan.
sesuai dengan cara
perjanjian khusus harus memuat asas-asas
Berdasarkan beberapa pendapat-pendapat
hukum perjanjian pada umumnya, selain itu
di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
perjanjian
apabila suatu perjanjian asuransi dapat terjadi
diterapkannya
asuransi
mengharuskan
prinsip-prinsip
asuransi sebagai berikut :
perjanjian
apabila menerapkan Pasal 1320 (4 syarat sah perjanjian) dan 1338 (kebebasan berkontrak dan pacta sunt servanda) BW dan Pasal 246
49
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
(pengertian asuransi), 249 (resiko tidak
ukuran besaran kapal, sehingga membutuhkan
dijamin), 250 (insurable intrest), 251 (iktikad
biaya-biaya yang besar untuk merakit sebuah
baik), 253 (indemnity) Kitab Undang-Undang
perahu/pompong. Hambatan yang dihadapi
Hukum Dagang, sepanjang tidak melanggar
masyarakat
ketentuan-ketentuan yang telah disebutkan di
pompong tersebut adalah selain dari segi
atas dan memenuhi jenis-jenis asuransi yang
biaya produksi, juga memiliki hambatan
ditawarkan dan memiliki dokumen legalitas
dalam kepengurusan dokumen yang terlalu
kapal yang lengkap maka dapat dikatakan
berbelit-belit dan membutuhkan waktu yang
objek tersebut dapat diasuransikan, namun
lama. Hal ini berdampak pada
faktanya pada pembuat kapal/perahu kayu
masyarakat produsen kapal dalam melakukan
(pompong)
pengurusan dokumen, sehingga para pembuat
di
Tanjungpinang
adalah
sebagaimana yang akan diuraikan di bawah
kapal
ini;
mengeluarkan
dalam
beranggapan biaya
pembentukan
bahwa dalam
kapal
keenganan
dari
pada
pengurusan
Berdasarkan data empirik dari Bapak
dokumen yang tidak murah, para pembuat
Abdul Rahman, yang merupakan salah satu
kapal lebih memilih untuk menggunakan
pembuat kapal kayu yang berukuran kecil
biaya tersebut dibagian lain contohnya,
sehingga sedang pembuatan kapal kayu ini
membeli bahan bakar, membeli keperluan
sangat lah tergantung pada ketersediaan kayu,
yang digunakan di atas perahu.6
karena tersebut
umumnya datangnya
pemasokan dari
kayu-kayu
luar
wilayah
Faktanya
yang
Tanjungpinang
terjadi
dan
pada
para
Kota
pembuat
Tanjungpinang, antara lainnya terdapat kayu-
perahu/Pompong yang bertonase di atas 20m3
kayu Resek, Pulin, hingga ke kayu Jati,
maupun di bawah 20 m3
biasanya sebagian besar wilayah pemasok
dalam kategori jarang untuk didaftarkan pada
kayu tersebut adalah Kalimantan, sehingga
kantor syahbandar setempat, menurut Bapak
hal tersebut mengakibatkan mereka membuat
Abdul Rahman dan rekan kerjanya Bapak
kapal kayu tersebut menggunakan kayu
Bisri mereka enggan mendaftarkan kapalnya
campuran yaitu mencampur semua jenis kayu
karena
yang
sebelumnya,
didapatkan
dengan
operasional
pembuatan kapal 3 hingga 4 bulan perkapal
faktor
yang
padahal
yang tergolong
telah
disebutkan
semestinya
mereka
melakukan pendaftaran terhadap kapal atau
apabila bahan-bahan dasar pembuatan kapal telah didapatkan dan juga tergantung daripada
6
Abdul. Rahman, dan Bisri, Wawancara Pribadi, Pembuat Kapal Kayu, Tanjungpinang: 25 Juni, 2016
50
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
perahu apabila melebihi ukuran 20 m3
dan penduduk sekitar tidak mengasuransikan
miliknya sesuai dengan ketentuan Undang-
kapalnya
Undang Hukum Dagang Pasal 314 sehingga
mereka tidak terdapat pengetahuan akan
dalam hal ini dengan adanya legalitas
mengalihkan
dokumen
diajukan
asuransi, dan juga kemudian dibebankan oleh
pengalihan resiko kepada pihak asuransi,
premi yang cukup besar dari pihak asuransi,
karena pihak asuransi juga tidak akan
karena mayoritas penduduk sekitar membuat
menerima kapal atau perahu (pompong)
kapal-kapal kayu kecil hanya sebatas hobi
tersebut apabila legalitas daripada objek yang
untuk memancing dilaut ataupun menangkap
menjadi tanggungannya tidak jelas tentang
ikan dilaut, apabila dibebankan biaya beban
legalitas dokumennya.
melaut (biaya operasional kapal) sudah cukup
yang
lengkap
dapat
Hal yang sama disampaikan oleh Bapak Heriansyah
seorang
pengrajin
Kapal
dikarenakan
menurut
resikonya
pendapat
kepada
pihak
memakai dana yang cukup besar apalagi akan ditambah dengan biaya premi asuransi yang
Pompong dari Pancur/Lingga. Heriansyah
mahal,
menyampaikan bahwa untuk mendapatkan
masyarakat yang memiliki kapal-kapal kecil
surat ijin atas Kapal hasil produksinya
tidak pernah berpikir untuk mengasuransikan
memerlukan birokrasi yang panjang, hal
kapalnya,
tersebut dilakukan harus ke Dabo Singkep
mereka yang ahli dalam bidang ini dapat
dan belum tentu penandatangan atas ijin
memperbaikinya
tersebut bisa ditemui, karena terkadang
tersebut
pejabat
di
daripada membayar premi asuransi mereka
selain
lebih memilih untuk membuat sebuah kapal
membutuhkan biaya yang sangat besar, juga
yang baru untuk menggantikan yang lamanya
membutuhkan waktu yang relatif lama. Hal
yang telah hilang atau rusak tersebut.7
yang
Tanjungpinang.
terkait
posisi
Sehingga
berada
ini berdampak pada terbengkalainya produksi perahu yang dibuat oleh Bapak Heriansyah.
mengakibatkan
masyarakat-
apabila kapalnya
sendiri,
tenggelam
Terkait
dengan
rusak maka
apabila
kapal
hilang,
maka
atau
asas
konsensual
berdasarkan Pasal 1320 Kitab Undang-
Menurut pendapat Bapak Abdul Rahman
Undang Hukum Perdata yang merupakan inti
dan rekan kerjanya Bapak Bisri yang juga
dari syarat sahnya sebuah perjanjian, dengan
merupakan
bermata
tidak memiliki dokumen-dokumen kapal,
pencaharian sebagai pembuat kapal, kapal-
maka asas konsensual ini tidak dapat dipenuhi
kapal kayu yang biasanya telah dibuat mereka
7
masyarakat
yang
Abdul. Rahman, Bisri , Wawancara Ibid
51
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
karena pihak asuransi menyampaikan bahwa
Di samping daripada penyebab dokumen-
segala objek-objek yang akan diasuransikan
dokumen
kepada perusahaan asuransi harus memiliki
pengurusan dokumen yang masih dianggap
dokumen-dokumen penunjang legalitasnya
mahal oleh masyarakat pembuat kapal yang
sehingga objek tersebut dinyatakan diakui
menjadi penyebab tidak dapatnya perahu kayu
oleh negara dan terhadap perusahaan asuransi
buatan masyarakat
ingin memiliki keyakinan bahwa objek
perusahaan asuransi juga terdapat alasan yang
pertanggungan asuransinya, selain dari pada
diungkapkan
asas konsensual juga tertanggung diharapkan
perusahaan asuransi di Tanjungpinang yakni
dapat
perusahaan asuransi PT. Sinar Mas.
memenuhi
asas
kepercayaan
dan
legalitas
kapal
dan
diasuransikan
oleh
Branch
biaya
kepada
Manager
keseimbangan serta asas itikad baik kepada
Menurut Pendapat Fransiscus Banjarnabor
penanggung sehingga dalam hal ini, asuransi
Pihak PT. Asuransi Sinar Mas tidak menerima
dapat berjalan secara baik dan terbuka serta
pengajuan asuransi kapal kayu dari kapal
berlegalitas.
yang berukuran kecil maupun hingga ke kapal
Mereka yang telah melakukan pembuatan
yang berukuran besar, karena menurutnya
perahu kayu pernah melakukan mencoba
dalam penilaian sebuah objek asuransi tidak
beberapa kali untuk melakukan pengajuan
hanya
perlengkapan
diasuransikan meskipun memang dasarnya
dokumen-dokumen
kapal
mengenai
legalitas
adalah
diajukan
tertentu
pertimbangan resiko-resiko yang kedepannya
sedangkan menurut pengakuan Bapak Abdul
akan terjadi dikemudian hari, dikarenakan
Rahman
untuk
kapal-kapal kayu buatan masyarakat memiliki
tersebut
resiko yang cukup tinggal dalam hal ini Pihak
tidaklah sebanding sehingga pemilik perahu
PT. Asuransi Sinar Mas tidak menerima
kayu atau pompong tersebut lebih memilih
pengasuransian kapal-kapal kayu, apabila
untuk tidak mengajukan dokumen-dokumen
terjadi musibah dikemudian hari, kapal-kapal
atau legalitas kapal, hal tersebut
yang
kayu memiliki resiko yang cukup tinggi yang
nantinya akan berdampak kepada perusahaan
mengakibatkan kapal hancur, salah satu
asuransi
penyebabnya
mengurus
biaya
kapal-kapal
yang
dikeluarkan
dokumen-dokumen
yang
dalam
dokumen-dokumen
hal
legalitas
ini
meminta
kapal
dapat diajukannya pengalihan resiko.
untuk
adalah
objek
namun
yang
namun tidak sembarang kapal yang dapat hanya
legalitas
objek
kondisi
cuaca,
juga
hal
tersebut mengakibatkan Pihak PT. Asuransi Sinar Mas tidak memiliki skema asuransi
52
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
terhadap
kapal-kapal
kayu
buatan
masyarakat.8
pasal-pasal dan ketentuan-ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya sepanjang tidak
Asuransi yang menjamin kerusakan atau
bertentangan dengan pasal dan ketentuan
kerugian pada kapal akibat bahaya-bahaya
tersebut, namun perusahaan asuransi yang
dilaut (perils of the seas) seperti cuaca buruk,
adalah merupakan sebuah perusahaan yang
tabrakan,
tenggelam,
pada umumnya tujuannya adalah untuk
tabrakan, serta menjamin risiko kebakaran,
mencari keuntungan dipertemukan dengan
ledakan, pembajakan (piracy), pembuangan
resiko-resiko pada kapal kayu yang tergolong
barang ke laut (jettison), tabrakan, kelalalaian
tinggi
nahkoda atau crew, dan lain-lain. Selain itu
kapal-kapal
juga menjamin tanggung jawab kepada pihak
perusahaan asuransi yang merasa keberatan,
ketiga
(collision
namun rupanya bagi masyarakat produsen
liability) dan menjamin juga kontribusi
kapal pompong memiliki anggapan bahwa
kerugian umum (general average). Terdapat
asuransi tidak terlalu penting bagi mereka.
dua jenis jaminan asuransi diantaranya adalah
Masyarakat pengrajin perahu pompong hanya
:
memenuhi kebutuhan hidup dengan bertindak
kandas,
akibat
terdampar,
tabrakan
kapal
rentan
menolak
kayu
mengasuransikan
tersebut,
tidak
hanya
1. Total loss
sebagai pengrajin perahu pompong, dengan
2. Partial loss
tidak berasumsi dengan resiko-resiko yang
Menurut
Fransiscus
Banjarnabor
akan
timbul
atas
hal
tersebut.
Bagi
sebenarnya hampir tidak ada lagi pemilik
masyarakat pengrajin pompong beranggapan
kapal yang mau mengasuransikan kapalnya
bahwa asuransi justru membuat beban yang
dengan jenis partial loss dan total loss
mereka rasakan bukan justru lebih ringan
sebagian besar lebih memilih all risk karena
tetapi lebih berat ditambah mereka wajib
menurut pemilik kapal lebih menguntungkan
membayar uang premi yang digunakan untuk
bagi diri mereka apabila mengasuransikan
membayar asuransi. Uang jatah pembayaran
kapalnya dengan all risk.
premi oleh mereka lebih baik dimanfaatkan
Sehingga berdasarkan fakta-fakta yang
untuk pembelian bahan bakar atau lain
telah dibahas di atas, objek Kapal Pompong
sebagainya oleh pemilik atau pengguna kapal.
tentunya dapat diajukan asuransi berdasarkan
Perahu atau kapal kayu yang dibuat oleh
8
Fransiscus Banjarnabor, Wawancara Pribadi, Branch Manager PT. Asuransi Sinar Mas, Tanjungpinang, 26 Juni, 2016
masyarakat tersebut apabila terjadi rusak atau hancur biasanya mereka lebih memilih untuk
53
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
memperbaiki sendiri ataupun apabila hancur
pendapat-pendapat ahli yang menyatakan
mereka lebih memilih untuk membuat ulang
bahwa
kembali kapal tersebut dibandingkan mereka
perkapalan tergolong menjadi tiga jenis
repot mengikuti asuransi-asuransi yang ada.
seperti yang telah dibahas pada keterangan di
Berdasarkan
atas.
paparan
yang
disampaikan
umumnya
jenis-jenis
asuransi
masyarakat pengrajin perahu pompong dapat
Selain itu juga menjamin tanggung jawab
kita simpulkan bahwa dengan membayar
kepada pihak ketiga akibat tabrakan kapal
premi saja mereka sudah cukup merasa
(collision
terbebani, terlebih dengan mengikuti asuransi
kontribusi kerugian umum (general average).
mereka
Terdapat
harus
dokumen
–
Pengurusan
memenuhi dokumen
legalitas –
dokumen
kelengkapan
dokumen
liability)
dua
dan
jenis
kapal.
diantaranya adalah :
legal
1. Total loss
menjamin
jaminan
juga
asuransi
membutuhkan biaya yang besar ditambah
2. Partial loss
dengan pembayaran premi oleh masyarakat
Undang-Undang tidak terlalu spesifik
membuat beban semakin bertambah.
dalam menjelaskan Total Loss dan Partial
Menurut Radiks Purba Pertanggungan yang
diperlukan
oleh
(Pengangkut)
pemilik
dalam
kapal
kegiatannya
mengoperasikan kapal maupun sebagai alat
loss namun dalam dua jenis jaminan asuransi tersebut dapat ditemukan didalam prinsipprinsip dasar asuransi. Pengalihan
resiko
terhadap
kapal
pengangkut muatan adalah asuransi sebagai
pompong yang telah dibuat oleh Masyarakat
berikut :
Tanjungpinang selain daripada alasan-alasan
1. Hull Insurance, termasuk mesin, ketel, semua perlengkapan peralatan kapal sehingga
disebut
juga
Hull
and
Machinery (H & M) insurance. 2. Increased
value
insurance
atau
lengkap.
3. Resiko yang cukup besar. Seperti dengan yang telah dibahas pada
3. Freight insurance. tidak
1. Kelengkapan Dokumen yang tidak
2. Premi yang cukup besar.
Disbursement insurance.
Undang-undang
yang telah disebutkan diantara lainnya :
Sub A yang membahas tentang sebenarnya menentukan
Kapal Pompong buatan masyarakat tersebut
standarisasi jenis-jenis asuransi yang baku,
apakah dapat diasuransikan diasuransikan
ataupun yang harus ada, namun berdasarkan
atau tidak, maka berdasarkan analisa – analisa
54
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
dengan merujuk pada BW dan KUHD,
perusahaan asuransi lainnya. Berikut skema
beserta teori-teori dari pakar yang ada,
konsorsium atas pengalihan resiko kapal
didapatkan kesimpulan bahwa sebenarnya
pompong adalah seperti gambar sebagai
perahu
berikut:
pompong
masyarakat
dapat
diasuransikan selama memenuhi ketentuanketentuan seperti yang telah dijelaskan di atas. Pihak Asuransi masih banyak yang merasa keberatan atas resiko-resiko yang dihadapi
15% Reasuransi
ASURANSI E
ASURANSI A
dalam menanggung pertanggungan kapal pompong. Permasalahan juga timbul dari
20%
pihak pemilik kapal, pemilik kapal merasa keberatan atas biaya premi yang tinggi untuk pompong
milik
mereka. Terdapat contoh empiris yang pernah
POMPON G
20%
kapal
ASURANSI D
20%
terjadi di Kota Tanjungpinang berkaitan dengan
pengasuransian
kapal
pompong.
Seperti yang dilakukan oleh konsorsium beberapa
perusahaan
Tanjungpinang,
asuransi
Fransiscus
20%
mengasuransikan
di
ASURANSI C
Kota
Banjarnabor
selaku Branch Manager PT. Sinar Mas kantor
Gambar 1 Skema Pengalihan Resiko Berdasarkan gambar di atas, menunjukkan
cabang Tanjungpinang menyampaikan bahwa
bahwa
badan usaha yang dipimpinnya tidak menolak
berkesempatan untuk diasuransikan namun
untuk
dengan cara seperti yang ditunjukan oleh
menerima
asuransikan
kapal
sebuah
di
kapal
gambar
daripada biasanya yaitu dengan menggunakan
diasuransikan
asuransi tanggung renteng jadi kapal atau
dengan pembagian resiko masing-masing
perahu kayu tersebut diikut sertakan kepada
sama
beberapa perusahaan asuransi jadi resiko yang
seimbang bahkan sampai ada perusahaan
nantinya akan dialami oleh kapal atau perahu
asuransi yang menggunakan cara Reasuransi
kayu tersebut dibagi kedalam beberapa pihak
untuk mengalihkan resiko-resiko yang mereka
kepada
sehingga
sebuah
masih
pompongdengan cara yang sedikit berbeda
besar
atas,
pompong
beberapa
totalnya
Pompong asuransi
menjadi
55
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
perikirakan
akan
memberatkan
dirinya
Namun Menurut Undang-Undang Nomor
apabila suatu saat nanti terjadi musibah
17 Tahun 2008 tentang Pelayaran khususnya
terhadap kapal Pompong tersebut. PT. Sinar
pada Pasal 41 yang berbunyi:9
Mas melakukan hal tersebut dalam kurun
“(1)
waktu
dimaksud
2014
hingga
tahun
2016
telah
Tanggung
jawab
dalam
sebagaimana
Pasal
40
dapat
menerima 1 perahu pompong sebagai objek
ditimbulkan sebagai akibat pengoperasian
asuransi, yang dalam hal ini menjadi bukti
kapal, berupa:
nyata bahwa hubungan pengalihan resiko ini
a. kematian atau lukanya penumpang yang diangkut;
(asuransi) sudah diterapkan pada Perusahaan
b. musnah, hilang, atau rusaknya barang
Asuransi PT. Sinar Mas, meskipun tergolong jarang namun hal tersebut diharapkan dapat
yang diangkut;
menjadi role model (contoh) bagi perusahaanperusahaan
asuransi
menerapkan
cara
lainnya seperti
untuk yang
c. keterlambatan angkutan penumpang
ikut
dan/atau barang yang
telah
diangkut; atau
digambarkan pada diagram di atas.
d. kerugian pihak ketiga.
Pengalihan resiko (Asuransi) seperti yang
(2) Jika dapat membuktikan bahwa
dijelaskan pada gambar di atas adalah
kerugian sebagaimana dimaksud pada
merupakan penggunaan jenis asuransi Hull
ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d
and
M).
bukan disebabkan oleh kesalahannya,
Meskipun dapat diasuransikan seperti yang
perusahaan angkutan di perairan
dibahas pada bagan di atas namun menurut
dapat
Fransiscus
seluruh tanggung jawabnya.
Machinery
Insurance
Banjarnabor
(H
tidak
&
banyak
dibebaskan
sebagian
atau
perusahaan asuransi yang mau menggunakan
(3) Perusahaan angkutan di perairan
cara
wajib
seperti
perusahaan
itu,
sangat
asuransi
minim yang
sekali mau
mengasuransikan
jawabnya
sebagaimana
tanggung dimaksud
menggunakannya kecuali mungkin karena
pada ayat (1) dan melaksanakan
keadaan-keadaan yang menurut penilaian
asuransi
perlindungan
perusahaan asuransi objek tersebut memang
penumpang
umum
sesuai
dasar dengan
dapat diasuransikan dengan cara seperti yang disebutkan diatas. 9
Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran.
56
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
ketentuan
peraturan
perundang-
sehingga
bangkai
kapal
tersebut
wajib
undangan.”
dievakuasikan ke darat, tentunya dengan
Maka berdasarkan Undang-Undang
biaya premi yang tidak murah karena biaya
Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
pengevakuasiaan jelas memakan biaya yang
khususnya pada Pasal 41 telah mewajibkan
lebih besar.10
pemilik
kapal
untuk
mengasuransikan
Berkaitan dengan beban premi yang
kapalnya namun kapal dan perahu kayu
tinggi terhadap hancurnya kapal karena
buatan
dapat
musibah seperti yang telah disebutkan diatas
diasuransikan namun ini merupakan suatu hal
saja sebagian besar pemilik kapal pompong
yang sangat bertentangan dengan undang-
merasa menjadi beban, menurut Fransiscus
undang
Banjarnabor premi yang akan dikenakan jelas
masyarakat
apabila
yang
tidak
tidak
mengasuransikan
kapalnya. Menurut
pasti akan lebih tinggi antara pengasuransian pendapat
Fransiscus
kapal dan pengasuransian evakuasi rangka
Banjarnabor, pihak PT. Asuransi Sinar Mas
kapal
tidak melanggar ketentuan Undang-Undang
operasional
Pelayaran yang mewajibkan seluruh kapal
mengakibatkan beban premi pengasuransian
untuk mengasuransikan objeknya kepada
evakuasi
pihak asuransi, karena meskipun PT. Asuransi
dibandingkan pengasuransian kapal.
Sinar Mas tidak menerima jenis asuransi tentang kapal atau
perahu kayu,
yang
pada
dasar
laut,
karena
beban
yang begitu besar sehingga
rangka
kapal
cukup
besar
Sudah seharusnya Pemerintah dalam hal ini baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
menanggung segala resiko kerusakan kapal,
Daerah
namun mereka tetap menyediakan asuransi
membuat
penarikan badan kapal yang tenggelam di
mempermudah pengurusan ijin kepemilikan
dasar laut (evakuasi bangkai kapal di dasar
kapal
laut)
memberdayakan
yang dalam hal ini telah diwajibkan
baik
Kota
maupun
terobosan
atas
kapal
Kabupaten
baru
pompong
perbankan
milik
dengan
serta Badan
oleh pemerintah Indonesia khususnya melalui
Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan
Undang-Undang Pelayaran Nomor 17 Tahun
Usaha
2008 dan Protection and Indemnity Club (P &
mendukung asuransi bagi kapal pompong
I), karena tenggelamnya sebuah kapal didasar
milik masyarakat pesisir. Hal tersebut dapat
laut pastinya akan merusak biota-biota laut
10
dari ekosistem laut, hingga ke karang-karang
Milik
Daerah
(BUMD)
untuk
Fransiscus. Banjarnabor, Wawancara Pribadi, Branch Manager PT. Asuransi Sinar Mas, Tanjungpinang, 26 Juni, 2016
57
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
dilakukan dengan mensubsidkan sebagian
menerima perahu pompong sebagai objek
dana anggaran untuk masyarkat-masyarkat
asuransinya, dan pemilk kapal pompong
golongan
berkeberatan terhadap premi yang tinggi.
kebawah,
sehingga
masyarkat-
masyarakat golongan kebawah juga dapat
Sesuai
dengan
analisa
yang
telah
menikmati subsidi pemerintah khususnya
dilakukan diatas penulis menemukan bahwa
dalam ruang lingkup asuransi kapal pompong,
ternyata terdapat cara untuk mengasuransikan
tidak hanya pada Provinsi Kepulauan Riau,
perahu kayu pompong buatan masyarakat
namun namun wilayah pesisir di seluruh
dapat dilindungi melalui pengalihan resiko
Indonesia
melalui
karena
sejatinya
negara
kita
perusahaan
asuransi
dengan
kepada
sesama
merupakan negara maritim terbesar didunia
membagikan
yang
hidup
perusahaan asuransi sehingga dalam hal ini
diwilayah
perusahaan asuransi tidak terbebani sangat
masyarakat-masyarakatnya
dengan
bermata
pencaharian
perairan.
resiko
besar atas pertanggungan pengalihan resiko tersebut. Selanjutnya, pemerintah baik pusat
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
maupun daerah, memberikan fasilitas dan dukungan
4.1 Kesimpulan
berupa
mendaftarkan
Berdasarkan hasil kajian di atas, Penulis
masyarakat
kapal lokal
kemudahan pompong serta
dalam produksi
subsidi
dalam
menarik kesimpulan bahwa permasalahan
membayar premi asuransi atas kapal pompong
asuransi kapal dapat diterapkan pada perahu
buatan masyarakat lokal. Dukungan tersebut
pompong. Perahu pompong merupakan benda
dapat
yang menurut undang-undang adalah suatu
perbankan BUMN maupun BUMD untuk
objek
memenuhi kebutuhan tersebut.
yang
terdapat
dapat
beberapa
diasuransikan kendala
yang
namun
dilakukan
dengan
mendorong
harus DAFTAR PUSTAKA
dipenuhi yaitu: 1. Kelengkapan Dokumen yang tidak
Buku, Jurnal dan Makalah
lengkap ; 2. Premi yang cukup besar;
Ganie Junaedy A, 2011, Hukum asuransi
3. Resiko yang cukup besar;
indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.
Sehingga perusahaan
hal asuransi
ini
mengakibatkan cenderung
tidak
Purba Radiks, 1998, Asuransi angkutan laut, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
58
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
Prakoso
Djoko,
1997,
Hukum
asuransi
indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.
Asuransi Sinar Mas, Tanjungpinang, pada tanggal 26 Juni 2016
Rastuti Tuti, 2011, Aspek hukum perjanjian asuransi, Yogyakarta: Pustaka Yustisia. Wirjono Prodjodikoro, 1987, Hukum asuransi di indonesia, Jakarta: Intermasa. Peraturan Perundang-Undangan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
Wawancara Hasil wawancara dengan Abdul Rahman dan Bisri,
Pembuat
Kapal
Kayu,
Tanjungpinang, pada tanggal 25 Juni 2016. Hasil
wawancara
dengan
Fransiscus
Banjarnabor, Branch Manager PT.
59
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT ADANYA KLAUSULA BAKU DI LINGKUNGAN PERBANKAN Rizki Tri Anugrah Bhakti1 , Indrasanta2 1
Dosen Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Sosial Dan Humaniora, Universitas Putera Batam, Batam, Jl Letjen R. Soeprapto, Kampus UPB, Batam 29442, Indonesia.
2
Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Sosial Dan Humaniora, Universitas Putera Batam, Batam, Jl Letjen R. Soeprapto, Kampus UPB, Batam 29442, Indonesia.
Penyesuaian Pengarang E-mail: Rizki
[email protected] No Hp: +6281332752212
Abstrak Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi pada sebuah negara mutlak diperlukan. Dengan berbagai resiko yang ditanggungnya, bank selalu mengutamakan adanya perjanjian antara dirinya dengan nasabah, dan seringkali isi dari perjanjian tersebut memuat klausula baku. Hal tersebut tentu menguntungkan bagi bank, sebaliknya posisi nasabah menjadi lemah, karena dihadapkan pada dua pilihan yaitu menerima atau menolak perjanjian dengan klausula baku tersebut (take it or leave it). Inilah yang kemudian sering merugikan nasabah. Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), sebenarnya telah memberi pengaturan mengenai pencantuman klausula baku, namun kenyataan dilapangan menunjukkan hal tersebut masih tetap digunakan oleh perbankan di Indonesia. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis (1)klausula baku dalam perjanjian perbankan jika dikaitkan dengan UUPK, (2) bentuk perlindungan hukum terhadap nasabah perbankan karena adanya klausula baku. Terdapat beberapa permasalahan terkait adanya klausula baku pada perjanjian perbankan antara lain keberadaan klausula baku dalam perjanjian perbankan jika dikaitkan dengan Undang-Undang perlindungan Konsumen serta bentuk perlindungan hukumnya. Sumber utama penelitian ini adalah data yang sudah tersedia dalam bentuk ketentuan-ketentuan hukum yang sudah pernah ditulis, yang kemudian akan dikaji menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku, pendekatan yang digunakan adalah yuridis normatif yaitu dilakukan dengan cara menelaah dan menginterpretasikan hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas, konsepsi, doktrin dan norma hukum yang berkaitan dengan perlindungan konsumen dan perjanjian. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Berdasarkan hasil analisis ditarik kesimpulan secara deduktif, yaitu cara berpikir yang didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat umum untuk kemudian ditarik suatu kesimpulan bersifat khusus. Kata kunci: perjanjian, klausula baku, bank, konsumen, UUPK
60
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
I. PENDAHULUAN
keberadaan klausula baku yang terdapat dalam setiap transaksi perbankan, maka
1.1.Latar Belakang Masalah Fungsi
perbankan
penelitian ini dirasakan sangat menarik dan
sebagai
lembaga
layak untuk diteliti.
intermediasi mutlak diperlukan oleh setiap negara
dalam
perekonomian.
menjalankan Pentingnya
roda
keberadaan
lembaga perbankan ini disatu sisi memberikan resiko yang sangat tinggi bagi perbankan dan disisi yang lain memberikan keuntungan bagi masyarakat sebagai nasabah pengguna dana.
1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah keberadaan klausula baku dalam perjanjian perbankan jika
Resiko inilah yang kemudian membuat bank
dikaitkan
selalu menggunakan perjanjian sebagai dasar
secara
tidak
sadar
mengalami
2. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum terhadap nasabah perbankan
kerugian akibat adanya perjanjian yang dibuat
akibat adanya klausula baku?
oleh bank. Kerugian ini terkait dengan adanya pencantuman
klausula
baku
di
Undang-Undang
Perlindungan Konsumen?
kegiatan transaksinya. Sebaliknya seringkali nasabah
dengan
dalam II. METODE PENELITIAN
perjanjian antara bank dengan nasabah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), telah diatur larangan pencantuman klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila berisi tentang pengalihan tanggung jawab pelaku usaha (Pasal 18), akan tetapi dalam kenyataannya masih sering dijumpai.
Dengan
kebiasaan
yang
alasan berlaku
memperhatikan di
lingkungan
perbankan tersebut dan adanya kebutuhan akan
perbankan
di
masyarakat
namun
awamnya pengetahuan masyarakat terkait
2.1 Jenis Penelitian Metode pedoman
penelitian untuk
berfungsi
melakukan
sebagai
penelitian,
sedangkan penelitian adalah suatu cara yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang bersifat ilmiah.
Agar
dipertanggungjawabkan
penelitian
dapat
secara
ilmiah
makadiperlukan suatu metode penelitian yang benar, sehingga penelitian dapat berjalan
61
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
dengan baik sesuai dengan rencana. Sebagai
Perdata serta Undang-Undang Perlindungan
suatu penelitian hukum maka penelitian ini
Konsumen itu sendiri.
akan
menggunakan salah satu metode
penelitian
yang
dengan
using
Artinya,
proses
Data yang digunakan dalam penyusunan
penelitian akan menelusuri data yang sudah
penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
tersedia dalam bentuk ketentuan-ketentuan
yang diperoleh dari kepustakaan.1 Data
hukum
sudah pernah ditulis. Tipe
sekunder dikumpulkan melalui studi dokumen
penelitian hukum seperti ini sering disebut
dan wawancara dengan narasumber. Terkait
sebagai penelitian yuridis normatif, yaitu
dengan data yang digunakan, maka bahan
pendekatan
hukum yang digunakan adalah:
available
data
yang
disebut hukum.
yang menggunakan konsepsi
legistis positivis, dimana pendekatan
2.3 Sumber Data
yang
1. Primer, yaitu bahan hukum yang
dilakukan berdasarkan bahan hukum utama
mempunyai
dengan cara menelaah teori-teori, konsep-
dalam masyarakat. Bahan hukum
konsep,
primer
asas-asas hukum serta
perundang-undangan
yang
peraturan
berhubungan
yang
digunakan
adalah
terkait.
pula dengan pendekatan kepustakaan, yakni
2. Sekunder, yaitu bahan-bahan yang
dengan mempelajari buku-buku, peraturan
digunakan
perundang-undangan
informasi
dokumen
mengikat
peraturan perundang-undangan yang
dengan penelitian ini. Pendekatanini dikenal
dan
kekuatan
lain
yang berhubungan dengan penelitian ini
untuk atau
memberikan hal-hal
yang
berkaitan dengan isi bahan hukum primer dan implementasinya. Bahan sekunder yang digunakan antara lain
2.2 Fokus Penelitian Fokus penelitian pada penelitian ini sangat
berupa teori atau pendapat dari para
penting sebagai sarana untuk memandu dan
sarjana, penelusuran internet, artikel
mengarahkan jalannya penelitian. Peneliti
ilmiah, jurnal, makalah, surat kabar
memfokuskan penelitian ini dipandang dari
baik yang cetak ataupun
sisi
perlindungan
konsumen
yang
dengan
memperhatikan undang-undang yang terkait 1
didalamnya,
yaitu
Undang-Undang
Perbankan, Kitab Undang-Undang Hukum
Sri Mamudji et. al, 2005, Metode penelitian dan penulisan hukum, Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Hal. 28.
62
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
berasal
dari
media internet, dan
sebagainya.
Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara. Bank adalah
3. Tertier, yaitu bahan hukum yang memberikan
atau
perseorangan, badan-badan usaha swasta,
sumber
badan-badan usaha milik negara, bahkan
sekunder.
lembaga-lembaga pemerintahan menyimpan
tersier diperoleh
dana-dana yang dimilikinya.Melalui kegiatan
melalui kamus hukum, Dictionary of
perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan,
Banking and Finance, dan Kamus
bank melayani kebutuhan pembiayaan serta
Besar Bahasa Indonesia.
melancarkan mekanisme sistem pembayaran
penjelasan
petunjuk
lembaga perbankan yang menjadi tempat bagi
mengenai
hukum
primer
Bahan
hukum
dan
bagi semua sektor perekonomian.
2.4 Analisis Data Analisis
data
ini
Bank adalah lembaga keuangan yang
artinya
merupakan tempat masyarakat menyimpan
menguraikan data yang diolah secara rinci
dananya yang semata-mata dilandasi oleh
kedalam bentuk kalimat-kalimat (deskritif).
kepercayaan bahwa uangnya akan diperoleh
Analisis kualitatif yang dilakukan
bertitik
kembali pada waktunya dan disertai imbalan
dalam
berupa bunga. Artinya, eksistensi suatu bank
menggunakan
tolak dari
dalam
analisis
analisis
penelitian
kualitatif,
empiris, yang
pendalamannya dilengkapi dengan analisis
sangat
bergantung
pada
normatif. Berdasarkan hasil analisis ditarik
masyarakat
kesimpulan secara dedukatif, yaitu cara
kepercayaan masyarakat maka akan semakin
berpikir yang didasarkan pada fakta-fakta
tinggi pula kesadaran masyarakat untuk
yang bersifat umum untuk kemudian ditarik
menyimpan
suatu kesimpulan bersifat khusus.
menggunakan jasa-jasa perbankan yang lain.
tersebut.
kepercayaan
Semakin
uangnya
pada
tinggi
bank
dan
Kepercayaan masyarakat merupakan kata III.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
kunci utama bagi berkembang atau tidaknya suatu
bank,
dalam
arti
tanpa
adanya
kepercayaan dari masyarakat maka suatu bank Keberadaan Klausula Baku Dalam
tidak akan mampu menjalankan kegiatan
Perjanjian Perbankan Jika Dikaitkan
usahanya.
Dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen
Klausula baku merupakan isi atau bagian dari
suatu
perjanjian.
Perjanjian
yang
63
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
menggunakan klausula baku ini disebut
hukum dengan pengusaha, yang dibakukan
dengan perjanjian baku. Di dalam suatu
dalam perjanjian baku ialah meliputi model,
perjanjian baku tercantum klausula-klausula
rumusan, dan ukuran.3
tertentu yang dilakukan oleh pihak-pihak
1. Menurut Sluitjer mengatakan bahwa
yang memiliki kedudukan yang lebih kuat
perjanjian baku bukan merupakan
tang mengakibatkan sangat merugikan pihak
perjanjian,
yang
pengusaha dalam perjanjian itu adalah
lemah
yang
dapat
menimbulkan
penyalahgunaan keadaan.2
sebab
kedudukan
seperti pembentuk Undang-Undang
Perjanjian baku adalah suatu perjanjian
swasta (legio particuliere wetgever).
yang didalamnya telah terdapat syarat-syarat
Syarat-syarat
tertentu yang dibuat oleh pihak kreditor, yang
pengusaha dalam perjanjian itu adalah
umumnya disebut perjanjian adhesive atau
undang-undang,
perjanjian baku. Pihak lain yaitu debitor,
sebab kedudukan pengusaha dalam
umumnya disebut “Adherent”, ia tidak turut
perjanjian
serta dalam menyusun kontrak, ia tidak
undang-undang
mempunyai pilihan. Dalam hal penyusun
particuliere wetgever). Syarat yang
kontrak (kreditor) mempunyai kedudukan
ditentukan
monopoli.Terserah
mau
perjanjian itu adalah undang-undang
menolak.Penyusun
kontrak
mengikuti bebas
atau dalam
dalam
keadaan
di
bukan
itu
seperti
perjanjian,
pembentuk
swasta
pengusaha
2. Menurut
bawah
(legio
dalam
Sutan
Remy
Sjahdeni
perjanjian baku adalah perjanjian yang
kekuasaannya Adapun
ditentukan
bukan merupakan perjanjian.
membuat redaksinya, sehingga pihak lawan berada
yang
hamper seluruh klausul-kalausul yang pengertian
perjanjian
baku
dibakukan oleh pemakainya dan pihak
adalah:Menurut Abdul Kadir Muhammad,
lainnya
istilah perjanjian baku dialih bahasakan dari
mempunyai
istilah yang dikenal dalam bahasa Belanda
merundingkan
yaitu “standard contract”. Kata baku atau
perubahan.
standar artinya tolak ukur yang dipakai
dibakukan hanya beberapa hal saja,
sebagai patokan atau pedoman bagi setiap
misalnya
konsumen
yang
mengadakan
pada
dasarnya peluang atau
Klausul
tidak untuk meminta
yang
belum
yang menyangkut jenis,
hubungan 3
2
Ahmadi Miru, dan Sutarman Yodo, Op. Cit, Hal. 115.
Abdulkadir Muhammad, 2006, Hukum perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Hal. 87.
64
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
harga, jumlah, warna, tempat, waktu,
atau
dan beberapa hal lainnya yang spesifik
dipersiapkan dan ditetatapkan terlebih dahulu
dari objek yang diperjanjikan. Dengan
secara sepihak oleh pelaku usaha yang
kata lain
yang dibakukan bukan
dituangkan dalam suatu dokumen/perjanjian
formulir perjanjian tersebut tetapi
yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh
klausul-klausulnya. Oleh karena itu
konsumen. Jadi yang ditekankan adalah
suatu perjanjian yang dibuat dengan
prosedur pembuatannya yang bersifat sepihak,
akta notaris, apabila dibuat oleh
bukan menenai isinya. Padahal pengertian
notaris dengan klausul-klausul yang
“klausul
hanya mengambil alih saja klausul-
mempersoalkan
klausul yang telah dibakukan oleh
melainkan
salah satu pihak, sedangkan pihak lain
pengalihan kewajiban tanggung jawab pelaku
yang tidak mempunyai peluang untuk
usaha.
merundingkan
dan
syarat-syarat
eksonerasi”
tidak
prosedr
juga
isinya
yang
sekadar
pembuatannya, yang
bersifat
meminta
Pasal 18 ayat (1) UUPK menyatakan
perubahan atas klausul-kalausul itu,
pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/
maka perjanjian yang dibuat dengan
atau
akta notaris itupun juga perjanjian
diperdagangkan dilarang untuk membuat atau
baku.4
mencantumkan klausula baku pada setiap
Tujuan
atau
ketentuan
dibuatnya
perjanjian
berdasarkan
klausul
membebaskan
atau
tersebut
jasa
dokumen
dan/
atau
perjanjian
jika
membatasi
tanggung
pelaku usaha. Ketentuan huruf (b) dan
jawab salah satu pihak terhadap gugatan
seterusnya sebenarnya memberikan contoh
pihak lainnya dalam hal yang bersangkutan
bentuk-bentuk pengalihan tanggung jawab itu,
tidak
semestinya
seperti pelaku saha dapat menolak penyerahan
melaksanakan kewajibannya yang ditentuklan
kembali barang yang dibeli konsumen atau
di dalam perjanjian tersebut.
menolak penyerahan kembali uang yang
dengan
tanggung
untuk
untuk
tidak
pengalihan
ditujukan
baku
atau
menyatakan
yang
jawab
Dalam UUPK, istilah klausul eksonerasi
dibayar dan sebagainya Peraturan Perundang-
sendiri tidak ditemukan, yang ada adalah
undangan yang mengatur tentang perjanjian
“klausula
baku dapat dilihat dan dibaca dalam berbagai
baku”.
Pasal
1
angka
10
mendefinisikan klausula baku sebagai aturan 4
peraturan perundang-undangan berikut:
Sutan Remy Sahdeini, Op.cit, Hal. 66.
65
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
1. Pasal 2 ayat 19 sampai dengan Pasal 2 ayat
22
UNIDROIT
baku haruslah tunduk pada prinsip-prinsip
(Principles of International Comercial
(asas-asas) hukum perjanjian dan norma-
Contract).
norma hukum perjanjian yang diatur dalam
merupakan
Prinsip
subsistem hukum perdata, maka isi perjnjian
Prinsip prinsip
UNIDROIT hukum
yang
Buku III KUHPerdata.6
mengatur hak dan kewajiban para
Ketentuan
mengenai
pencantuman
pihak pada saat mereka menerapkan
klausula baku dalam suatu perjanjian diatur
prinsip kebebasan berkontrak karena
pula
prinsip kebebasan berkontrak jika
Konsumen. Pada prinsipnya Undang-Undang
tidak diatur bisa membahayakan pihak
tentang
yang lemah, Pasal 2 ayat 19 prinsip
melarang pelaku usaha untuk membuat
UNIDROIT
perjanjian baku yang memuat klausula baku
menentukan
sebagai
oleh
Undang-Undang
Perlindungan
Perlindungan
Konsumen
tidak
berikut.
atas setiap dokumen dan/atau perjanjian
a. Apabila salah satu pihak astau
transaksi usaha perdagangan barang dan/ atau
kedua belah pihak menggunakan
jasa, selama dan sepanjang perjanjian baku
syarat-syarat baku, maka berlaku
dan/atau
sturan-aturan
umum
tentang
mencantumkan ketentuan sebagaimana yang
pembentukan
kontrak
dengan
dilarang dalam pasal 18 ayat (1), serta tidak
tunduk pada Pasal 2 ayat 20
“berbentuk” sebagaiman dilarang dalam Pasal
sampai Pasal 2 ayat 22;
18 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
b. Syarat-syarat
baku
merupakan
klausula
baku
tersebut
tidak
1999 tentang Perlindungan Konsumen
aturan yang telah dipersiapkan
Pengertian klausula baku terdapat dalam
terlebih dahulu untuk digunakan
Pasal 1 butir 10 yang menyatakan sebagai
secara umum dan berulang-ulang
berikut: Klausula baku adalah setiap aturan
oleh salah satu pihak dan secara
atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah
nyata digunakan tanpa negosiasi
dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu
dengan pihak lainnya.5
secara sepihak oleh pelaku usaha yang
Model perjanjian yang merupakan sub system dalam system hukum perdata. Sebagai 5
Tarnyana Soenandar, 2001, Tinjauan atas beberapa aspek hukum dari prinsip-prinsip UNIDROIT dan SISG, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal. 189.
6
Abdul Hakim Siagian, 2014, Pertanggungjawaban pelaku usaha melalui kontrak baku dan asas kepatutan dalam perlindungan konsumen, Medan: UMSU Press. hal. 6.
66
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau
asas
kebabasan
perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi
bertangungjawab. Dalam perjanjian demikian
oleh konsumen.
nyata
bahwa
berkontrak
kedudukan
yang
kreditur
atau
pengusaha/ pedagang tidak seimbang dan Bentuk
Perlindungan
Terhadap Nasabah Perbankan
Hukum
membuka
Akibat
menyalahgunakan kedudukannya.7
Adanya Klausula Baku Terkait
dengan
Masih
perlindungan
peluang
terjadi
luas
baginya
perdebatan
untuk
terhadap
hukum
legalitas sebuah standard contract sebagai
terhadap nasabah perbankan, maka tidak
suatu perjanjian yang sah, apalagi bila
terlepas dari perlindungan konsumen sebagai
dikaitkan dengan asas kebebasan kehendak
dasar secara umum. Adanya kondisi dimana
dalam melakukan kontrak atau yang lazim
konsumen atau nasabah bank seringkali
disebut sebagai asas kebebasan berkontrak.
menjadi pihak yang dirugikan, tidak terlepas
Sluitjer mengemukakan bahwa perjanjian
dari adanya ketimpangan hubungan antara
baku bukanlah perjanjian karena kedudukan
bank dengan nasabah sebagai konsumen,
pengusahayakni
yaitu di satu sisi bank mempunyai bargaining
pembentuk
power yang lebih besar dan menyebabkan
particuliere wet gever).8
nasabah berada pada posisi menerima (take it or leave it) saja.
bank
undang-undang
adalah swasta
seperti (legio
Dalam hal ini yang menentukan semua syarat-syarat adalah bank, sementara debitur
Di dalam praktik perbankan, setiap bank
sama sekali tidak terlibat, dan ini tentulah
telah menyediakan blanko atau formulir
bukanlah suatu perjanjian. Sementara Pitlo
perjanjian kredit yang isinya telah disiapkan
mengatakan bahwa standard contract ini
terlebih dahulu. Blanko perjanjian kredit ini
adalah perjanjian paksaan (dwang contract)
diserahkan terhadap debitur untuk disetujui
yang walaupun secara yuridis-teoritis tidak
dan tanpa memberikan kebebasan sama sekali
memenuhi ketentuan undang-undang, tetap
kepada pihak lain untuk melakukan nego isasi
diterima sebagai suatu perjanjian karena
atas
adanya suatu kebutuhan dalam masyarakat.
syarat-syarat
Perjanjian
demikian
yang
disodorkanya.
dikenal
dengan
perjanjian standar atau baku. Mariam Darus Badrulzaman mengemukakan bahwa klausula baku atau perjanjian standar adalah melanggar
7
N.H.T. Siahaan, 2005 , Hukum konsumen, perlindungan konsumen dan tanggungjawab produk, Jakarta: Panta Rei, hal. 117. 8 Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: Grasindo, hal.120.
67
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Badrulzaman, Mariam Darus, 2013, Hukum perdata buku iii dengan penjelasan, Bandung: Alumni,
4.1 Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Mengingat mengikat
perjanjian para
baku,
tetap
dan
pada
pihak
H.P Panggabean, 2012, Praktik standard contract (perjanjian baku) dalam perjanjian kredit perbankan, Bandung: Alumni. Janus
Sidabalok, 2006, Perlindungan konsumen di indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung
umumnya beban tanggung gugat para pihak adalah berat sebelah, maka langkah yang harus dilakukan bukan melarang atau membatasi penggunaan perjanjian baku melainkan melarang atau
memebatasi
klausula-klausula
penggunaan
tertentu
dalam
perjanjian baku tersebut. 2. Perlindungan hukum terkaita adanya perjanjian
baku
perlindungan
adalah
adanya
preventif
dan
Muhamad Djumhana, 2008, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung Salim H.S dkk, 2007, Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding (MoU), Jakarta: Sinar grafika Sri Mamudji et. al., 2005, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta
Website
perlindungan hukum represif dengan tetap
memperhatikan
lima
azas
perlindungan konsumen, yakni asas manfaat,
keadilan,
keseimbangan,
keamanan dan keselamatan, serta asas kepastian hukum
http://fh.unram.ac.id/wpcontent/uploads/2015/04/ErnawatiD1A111066-IMPLEMENTASIPASAL-18-UUPK-DALAMPERJANJIAN-KREDIT.pdf
DAFTAR PUSTAKA Buku, Jurnal dan Makalah, Abdulkadir Muhammad, 2006, perikatan, Bandung: Alumni
Pricylia A. Korah. 2013. Kedudukan Nasabah Dalam Perjanjia Baku Yang Dilakukan Oleh Bank. Jurnal Lex Privatum, Volume 1, Nomor 1, JanuariMaret.2013ejournal.unsrat.ac.id/index. php/lexprivatum/article/download/.../82 3
Hukum
Trisadini Prasastinah Usanti. Akad Baku Pada Pembiayaan Murabahah di Bank Syariah. Jurnal P ERSPEKTIF. Volume
68
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
XVIII No. 1 Tahun 2013 Edisi Januari http://ejournal.uwks.ac.id/myfiles/20130 3002803143006/5.pdf
69
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PUNGUTAN LIAR (PUNGLI) Irene Svinarky1 1
Dosen Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Sosial Dan Humaniora, Universitas Putera Batam, Batam, Jl Letjen R. Soeprapto, Kampus UPB, Batam 29442, Indonesia. Penyesuaian Pengarang E-mail:
[email protected] No Hp:-
Abstrak Pungli merupakan bagian dari korupsi hal ini dapat dilihat dari Pasal 12e Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan juga dapat diancam hukuman sesuai dengan pasal yang terdapat di dalam KUHP. Pengaturan pungli yang juga dapat dikenakan pasal korupsi ini barulah terlaksana dengan sehurusnya mengikuti aturan setelah dipublikasikannya masalah pungli pada tanggal 11 oktober 2016 di televise, sebelumnya telah terlaksana juga tetapi kurang efektif. Hal inilah yang membuat penulis tertarik mengambil judul pemberantasan tindak pidana korupsi terhadap pungutan liar (pungli). Adapun metode penelitian yang penulis gunakan dalam tulisan ini adalah yuridis normatif dengan menggunakan sumber data sekunder. Pembahasan bahwa tindakan tegas dari pemerintah terhadap oknum yang melakukan pungutan liar sudah sangat baik, tetapi putusan terakhir dimana tergolong perbuatan apa yang oknum lakukan yang dapat menentukan perbuatan seperti kesalahan administrasi atau pungli dan bisa saja korupsi adalah putusan hakim di pengadilan. Kata kunci: Pemberantasan korupsi, pungutan liar
I. PENDAHULUAN
dalam pelaksanaan kegiatan dan yang kedua, adalah
1.1 Latar Belakang Masalah
keuangan.
Untuk
sumber
daya
manusia, Indonesia merupakan salah satu
Di dalam perkembangan pembangunan
negara yang memiliki penduduk terbesar di
suatu daerah maupun negara, dikatakan
Asia, tetapi kopetensi dari manusianya kurang
pembangunan
apabila
digali dikarenakan kualitas masyarakat masih
perubahannya dapat dirasakan dari semua
ada yang tidak memenuhi kriteria. Apabila
aspek
masyarakat
tersebut
kehidupan
berhasil
masyarakat.
Efektifnya
yang
ingin
mengembangkan
pembangunan tersebut dapat dilihat dari dua
usaha dari berbagai bidang, terkadang mereka
faktor yaitu pertama, sumber daya manusia
juga
yakni orang-orang yang ikut serta terlibat di
kepengurusan. Hal tersebut juga terkait
mendapatkan
kendala
masalah
70
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
dengan adanya praktek oknum-oknum baik
Apabila masyarakat disalahkan, mereka suka
dari luar maupun dari dalam institusi yang
memberikan alasan: institusinya yang sengaja
membuat nama institusinya menjadi kurang
membuat lama karena kami juga bekerja
bagus
di
mata
masyarakat.
Keterkaitan
harus mencari uang jadi tidak mempunyai
tersebut
yang
waktu untuk mengantri, selain itu tidak bisa
oknum-oknum
menyalahgunakan kewenangannya dan juga
datang
kewajibannya untuk membantu sesama di luar
dikarenakan
prosedur yang ada mengakibatkan prosedur
kepengurusan dan banyak alasan lainnya yang
yang seharusnya tidak sulit menjadi sulit dan
membuat masyarakat akhirnya mengambil
mengeluarkan biaya yang mahal. Akhirnya
jalan pintas. Sebelum permasalahan pungli ini
berdampak negatif bagi masyarakat, dimana
penulis bahas maka akan dibahas terlebih
masyarakat menjadi malas dalam melakukan
dahulu mengenai pengertian pungli, Soedjono
kepengurusan dan terkadang mengambil jalan
menyatakan, bahwa menurut istilah dalam
pintas untuk melakukan kepengurusan di
kamus bahasa cina; “Li” artinya keuntungan;
institusi maupun badan yang terkait meskipun
“Pung” artinya persembahan. Jadi Pungli
keuangan
diucapkan
mereka
masyarakat
tersebut
terbatas.
Apabila
ingin
melakukan
mempunyai kewenangan maka kreatifitas masyarakat akan menjadi terhambat apabila mereka ingin membuat surat izin.
saat susah
mengurus prosedur
Puuungli
Li,
di
artinya
sesuatu dalam
adalah
mempersembahkan keuntungan.
kepengurusan sesuai dengan prosedur, tetapi tidak dibantu prosesnya oleh pihak yang
pada
Proses memberi dan menerima kemudian mencapai bentuknya yang mapan, dari sudut hukum disebut sebagai “pungutan liar”. Hal ini sudah lama mewabah di masyarakat Indonesia. Melalui Instruksi Presiden R.I.
Menurut pendapat penulis, terkadang
Nomor 9 Tahun 1977 tentang Operasi Tertib,
masyarakat sendiri juga mempunyai andil di
di
dalam melakukan kegiatan pungli, hal ini
dilancarkan operasi tertib, yang bermaksud
disebabkan karena syarat-syarat dari prosedur
menanggulangi pungli, di dalam usahanya
yang ada di dalam institusi dan badan lainnya
mewujudkan keadaan pemerintahan yang
yang
diidamkan, yang mencerminkan pelayanan
terkait,
tidak
diikuti
sebagaimana
masa
Orde
Baru
berkuasa,
Penanggulangannya
telah
mestinya, tetapi masyarakat juga ingin urusan
masyarakat.
tentu
mereka diuruskan dengan waktu yang cepat.
didasarkan pada asas hukum acara pidana,
71
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
yang mengandung tujuan represip untuk
Kementrian Perhubungan tersebut karena
prenventif, yang bersasaran terwujudnya,1
diduga menerima suap terkait izin perkapalan.
internasionalisasi
Setelah
hukum
yang
mapan
adanya
sidak
ke
Kementerian
termasuk pematuhan undang-undang yang
Perhubungan yang berada di lantai enam dan
menjauhi pungli.
12, Pak Presiden beserta Kapolri Jenderal Tito
Namun apa yang terjadi terhadap operasi tertib
(Opstib)
pada
zaman
itu,
Karnavian kantor Kemenhub menemukan barang bukti berupa uang puluhan jutaan
penanggulangannya telah dilakukan, bukan
rupiah.3
untuk mencari kesalahan, tetapi karena hal ini
berkaitan dengan pungli yang terjadi di
dikhawatirkan akan dapat melahirkan pungli
Kementrian Perhubungan
gaya baru yang tidak mustahil dapat dibuat
Jaya Irjen Mochamad Iriawan menyebutkan
oleh si pelaksana penanggulangan.2 Masalah
bahwa yang tertangkap pada kejadian itu
pungli di 2016 sangat menjadi perhatian oleh
adalah sebanyak enam orang untuk dimintai
Presiden Republik Indonesia yaitu Bapak
keterangan lebih lanjut terkait kasus pungutan
Jokowi. Hal ini penulis baca dimedia cetak
liar (pungli) di Kementerian Perhubungan
bahwa bapak Jokowi mendatangi kantor
(Kemenhub).
Kementerian
Perhubungan
Jakarta
pada
Menurut
Permasalahan
berita
pungli
kompas
masih
Kapolda Metro
menurut
Jaksa
tanggal 11 Oktober 2016. Gebrakan tersebut
Agung Muhammad Prasetyo mengatakan
dilakukan
sebagai
pelaku pungutan liar tidak hanya dijerat
Presiden Indonesia di masa 2 tahun beliau
dengan pasal KUHP. Pelaku juga mungkin
menjabat. Menurut pendapat penulis gebrakan
dijerat dengan
Pasal 12e Undang-Undang
tersebut beliau lakukan untuk meniadakan
Nomor
Tahun
pungli (pungutan liar) di Instansi-instansi,
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
institusi dan lainnya yang ada di Indonesia.
disingkat dengan TIPIKOR, kemudian Pasal
Pada tanggal 11 Oktober 2016 Bapak Jokowi
368
beserta
maksimal Sembilan bulan dan Pasal 423
oleh
Bapak
kepolisian,
menangkap
tangan
Jokowi
kemudian sejumlah
kepolisian
20
KUHP
dengan
2001
ancaman
tentang
hukuman
Pegawai 3
1
Tin. Hulukati, Pungutan liar (pungli), jenis tindak pidana kriminalitas tergolong berat dalam buku Soedjono, D. 1983, Pungli analisa hukum & kriminologi, Cet.II, Bandung: Penerbit Sinar Baru, hal. 35. 2 Tin. Hulukati, Ibid. 2
Dugaan pungli miliaran rupiah di Kemenhub, Presiden Jokowi datangi lokasi, Jalan Medan Merdeka Barat No.8, Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110 http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/1 0/161011_indonesia_kemenhub_suap, 11 Oktober 2016
72
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
KUHP hukuman maksimal enam tahun
menahan laju perbuatan korupsi 6 dikarenakan
penjara.4 Menurut penulis masih rendahnya
keinginan yang besar dari para pelaku untuk
tingkat kejujuran dari oknum-oknum pegawai
mendapatkan keuntungan. Terkadang tidak
negara yang terlibat korupsi sangat perlu
bisa hanya disalahkan sepihak saja karena
menjadi perhatian besar. Korupsi di Indonesia
tidak
merupakan penyakit sosial
kejahatan apabila tidak ada kesempatan yang
yang sangat
berbahaya yang mengancam semua aspek
mungkin
terjadinya
suatu
tindak
diberikan.
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
Tindakan korupsi telah mengakibatkan
bernegara. Menurut Nyoman Serikat Putra
kerugian materiil keuangan negara yang
Jaya menyebutkan bahwa tindak pidana
sangat
korupsi
oleh
memprihatinkan lagi banyak dalih studi
penyelenggara negara, antar penyelenggara
banding, THR, uang pesangon dan lain
negara, melainkan juga penyelenggara negara
sebagainya di luar batas kewajaran. Bentuk
dengan pihak lain seperti keluarga, kroni dan
perampasan dan pengurasan keuangan negara
para pengusaha, sehingga merusak sendi-
demikian terjadi hampir di seluruh wilayah
sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
tanah air. Hal itu merupakan cerminan
dan
membahayakan
rendahnya moralitas dan rasa malu, sehingga
Tindak pidana korupsi
yang menonjol adalah sikap kerakusan dan aji
khususnya di Indonesia, mengenai persoalan
mumpung.7 Menurut penulis, tindakan pungli
korupsi merupakan salah satu persoalan yang
terhadap rakyat sangatlah tidak baik, karena
sangat rumit. Hampir semua bagian dari
kebanyakan oknum tertentu memanfaatkan
kehidupan sudah terjangkit wabah korupsi.
hal tersebut untuk kepentingannya, tetapi
Hal ini seperti korupsi waktu, pungli ataupun
salah atau benarnya kegiatan pungli yang
korupsi yang sudah skalanya miliaran sampai
dilakukan
oleh
oknum
triliunan. Sikap aparat penegak hukum dalam
hakimlah
yang
dapat
memberantas korupsi tidak cukup untuk
pengadilan.
tidak
hanya
bernegara,
serta 5
eksistensi negara.
dilakukan
besar.
Namun
yang
tertentu
lebih
hanya
memutuskan
di
4
Nasional.kompas.com/read/2016/10/20/20110891/p elaku.pungli.bisa.dijerat.pasal.korupsi.bukan.hanya.pe merasan. kamis, 20 oktober 2016, 20:11 WIB 5 Nyoman Serikat Putra Jaya, Tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme di indonesia, Semarang: Badan Penerbit Undip, 2005, hal. 2.
6
Edi. Setiadi, Rena. Yulia, 2010, Hukum pidana ekonomi, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 66. 7 Hoefnagels. Peter, 1969. The other side of criminology.holand: kluwer-deventer, hal. 57.
73
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
1.2 Rumusan Masalah
digunakan adalah sumber data sekunder.
Adapun rumusan masalah yang penulis
Selanjutnya dari pendekatan normatif dan
angkat terhadap tulisan ini adalah sebagai
data
berikut: Bagaimanakah tindakan pemerintah
mendeskriptifkannya denga tulisan. Analisis
terhadap
deskriptif yang dilakukan oleh peneliti dengan
oknum
yang
masih
diduga
melakukan pungli?
sekunder
tadi
maka
peneliti
menganalisa perkembangan yang ada dan mencoba membandingkan dengan konsep
II. METODE PENELITIAN
relevan dengan masalah penelitian.
Penelitian yang peneliti gunakan adalah jenis penelitian pendekatan yuridis normatif.
III.HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Penelitian ini lebih menekankan kepada penelitian kepustakaan atau data sekunder dimana bahan-bahan yang digunakan akan didapatkan
dari
undang-undang,
3.1 Hasil Penelitian Setelah kasus yang diberitakan di televisi
peraturan
pada tanggal 11 Oktober 2016, dimana Bapak
pemerintahan, literatur-literatur, putusan-putusan
Jokowi beserta aparat kepolisian, kepolisian
pengadilan yang berhubungan dengan bahan
melakukan tangkap tangan oknum yang
penulisan, selain itu juga di dapat dari data yang
diduga pungli di Kementrian Perhubungan
diperoleh di kepustakaan, internet, dan dokumen
Jakarta, maka sejak hari tersebut diberlakukan
foto. Pendekatan
yang
peraturan tentang dilarangnya pungli serentak
digunakan juga merujuk pada peraturan
di pemerintahan, hal ini juga diberitakan
perundang-undangan
di
dimedia online. Banyak hal yang dilakukan
Indonesia.8 Pendekatan perundang-undangan
oleh pemerintah terhadap rakyat agar dapat
(statute
dengan
memberikan informasi terhadap tindakan
menelaah semua undang-undang dan relugasi
pungli baik itu di pemerintahan daerah
yang berkaitan dengan isu hukum yang
maupun pemerintahan pusat. Banyak cara
sedang ditangani. Objek penelitian adalah
yang
tindak pidana korupsi terhadap pungutan liar
maupun
yang terjadi di masyarakat. Sumber data yang
mengirimkan sms melalui nomor yang telah
8
di cantumkan untuk dapat direspon langsung
yuridis
approach)
yang
normatif
berlaku
dilakukan
Marzuki. Peter. Muhammad, 2014, Penelitian hukum edisi revisi, Cetakan 9, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, hal. 133.
dilakukan daerah,
oleh salah
pemerintah
pusat
satunya
dapat
oleh pemerintah, selain itu juga ada cara yang
74
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
dilakukan
oleh
pihak
kepolisian
yaitu
membuka pusat pengaduan agar masyarakat
pokok apabila dikenakannya pada pelaku korupsi.9
dapat melaporkan tindakan pungli tersebut.
1. Hukuman
Salah satu contoh yang dapat penulis lihat
mengatur
terpajangnya spanduk yang berbunyi STOP
dicantumkan pada Pasal 30 sampai
pungli di depan Kementrian Agama Kota
Pasal 33. Pembayarannya juga tidak
Batam, dan di spanduk tersebut memberikan
ditentukan harus pihak terpidana.10
nomor hp dan juga dapat mengirimkan pesan via
sms
melalui
nomor
yang
denda:
ketentuan
hukuman
yang
denda
ini
2. Hukuman kurungan (penjara)
telah
Mengingat tindak pidana korupsi telah terjadi
dicantumkan pada spanduk tersebut. Hal ini
di negeri ini secara sistematis dan meluas,
dapat dilihat dari gambar di bawah ini:
sehingga tidak hanya merugikan keuangan negara, melainkan juga telah melanggar hakhak sosial dan ekonomi masyarakat, maka pemerintah mempersiapkan suatu rancangan Undang-Undang
inilah
yang
kemudian
ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, tentang perubahan atas Nomor Gambar 3.1 Penolakan pungli
31
Pemberantasan
Tahun
1999
tentang
Tindak
Pidana
Korupsi
maka dari dokumen foto di atas dapat dilihat,
(Lembaran Negara Republik Indonesia TAM
kebijakan yang dikeluarkan Bapak Presiden
2001 Nomor 134). Korupsi juga digolongkan
kita membuat ketertiban, baik di instansi-
sebagai kejahatan yang pemberantasanya
instansi pemerintahan, maupun masyarakat
harus
Indonesia.
Berdasarkan Undang
3.2 Pembahasan Sistem hukum yang dicantumkan di dalam
dilakukan amanat
secara
luar
Pasal
Pemberantasan
43
Tindak
biasa. UndangPidana
Korupsi, pada tanggal 27 Desember 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Pasal 10 menyatakan bahwa hukuman yang
Korupsi
(KPK), maka
KPK merupakan
dapat dikenakan kepada seorang pelaku
lembaga negara bersifat independen dan
tindak pidana sebagai berikut: Hukuman
9
R. Abdoel Djamil, 2013, Pengantar hukum indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, hal. 186. 10 Ibid, hal. 189.
75
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
mempunyai kewenangan yang luar biasa
368
antara
maksimal Sembilan bulan dan Pasal 423
lain
penyidikan
melakukan dan
penyelidikan,
penuntutan
KUHP
dengan
ancaman
hukuman
terhadap
KUHP hukuman maksimal enam tahun
penyelenggaraan negara tanpa ada hambatan
penjara. Menurut penulis, orang yang diduga
prosedur karena statusnya selaku pejabat
pungli
negara.
diputuskan mereka bersalah atau tidak, karena
Secara umum ancaman pidana UndangUndang
dapat
langsung
mereka terlebih dahulu harus mengikuti proses hukum yang berlaku kemudian setelah
Korupsi ini jauh lebih berat dan dalam
alat bukti lengkap barulah akhirnya tingkat
keadaan tertentu dapat dijatuhkan pidana
pengambilan keputusan yang paling tinggi
mati.
Undang-
yaitu pengadilan yang dapat memberikan
Undang Nomor 31 Tahun 1999 adalah
keadilan. Di dalam Undang-Undang Tipikor
Undang-Undang yamg paling keras dan berat
isi Pasal 35 ayat (1): Hak-hak terpidana yang
Menurut
ASEAN.11
Andi
Tindak
tidak
Pidana
di
Pemberantasan
tersebut
Hamzah,
Menurut
Hamzah
dengan putusan hakim dapat dicabut dalam
penyebab terus meningkatnya korupsi dan
hal-hal yang ditentukan dalam kitab undang-
sulitnya diberantas bukan karena perundang-
undang ini, atau dalam aturan umum lainnya
undangan
ialah:12
tentang
Andi
pemberantasan
tindak
pidana korupsi yang tidak lengkap. Walaupun
Ke1. Hak memegang jabatan pada
rancangan ini lebih berat tetapi dalam
umumnya, atau jabatan tertentu;
kenyataannya praktek-praktek tindak pidana
Ke 2. Hak memasuki angkatan bersenjata;
korupsi di Indonesia semakin luas dan
Ke 3.Hak memilih dan dipilih yang
menjadi terus menerus di Negara Indonesia.
diadakan berdasarkan aturan-aturan
Penulis sependapat dengan Andi Hamzah
umum;
yang mengutip pendapat dari stally brass
Ke 4. Hak menjadi penasehat (raadsman)
yang menyatakan bahwa orang-orang Inggris
atau pengurus menurut hukum
kurang mempercayai huruf undang-undang. Selain
undang-undang
yang
(gerechetelijk bewindvoerder) hak
telah
menjajadi wali, wali pengawas.
dikemukakan di atas pasal yang dapat dikenakan pada pelaku pungli adalah Pasal
Pengampu atau pengampu pengawas, atas orang yang bukan anak sendiri.
11
Andi. Hamzah, 2002, Pemberantasan korupsi ditinjau dari hukum pidana,Jakarta: Pusat Studi Hukum Pidana Universitas Trisakti, hal. 69.
12
Tin. Hulukati, Op.cit. hal.6.
76
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
Kemudian Pasal 5 Undang-Undang Nomor 31
dapat penulis kemukakan bahwa penulis ingin
Tahun 1999 isinya sebagai berikut:
memberitahukan kepada masyarakat agar
“Setiap orang melakukan tindak pidana sebagaimana di maksud
tidak
langsung
menyalahkan
ataupun
dalam Pasal 209
membenarkan apa yang di dengar, karena
KUHP. dipidana dengan pidana penjara
sebagai warga Negara harus mengikuti aturan
paling singkat 1 satu) tahun dan paling lama 5
hukum yang berlaku.
(lima) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.50.000.000,= (lima puluh juta rupiah) dan
IV KESIMPULAN DAN SARAN
paling banyak denda Rp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah)”
4.1 Kesimpulan
Di dalam ketentuan ini berlaku adagium, “lex
specialis
(ketentuan
derogat yang
lex
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik
generalis”
oleh penulis dalam penelitian ini adalah
dapat
sebagai berikut: Pemerintah sudah saling
khusus
mengenyampingkan ketentuan yang umum.
bantu
Ternyata peraturan yang sudah jelas ada
tindakan melawan hukum yang dilakukan
ini,
dilaksanakan
oknum baik yang tertangkap tangan, ataupun
seakan-akan
karena laporan dan juga pengaduan tetapi
ketentuan yang ada dianggap oleh pelaku
dengan tindakan tersebut merupakan tahap
pungli tidak berfungsi karena aparat penegak
awal
hukumnya, telah ikut juga melibatkan diri
dilakukan oknum tersebut salah ataupun benar
menikmati pungutan liar berupa uang tsbut.
dimata
ini.
dipersidangan terhadap benar atau salahnya
Sejauh ini masih dilaksanakan sikap tegas
seseorang
dari
yudikatif.
dianggap
sebagaimana
aparatur
belum
bisa
mestinya,
hukum
untuk
menangkap
membantu
merespon
hakim.
terhadap
apakah
pelaksanaan
tindakan
Pengambil
yaitu
hakim
yang
dapat
yang
keputusan
sebagai
badan
oknum-oknum yang diduga pungli, tetapi oknum-oknum proses
hukum
tersebut yang
harus berlaku,
mengikuti
4.2 Saran
setelah
Saran
penulis
berikan
dipersidangan barulah hakim yang dapat
terhapap kesimpulan di atas adalah pungli
menilai apakah oknum tersebut, melakukan
merupakan salah satu bagian dari korupsi
pungli,
apabila dilihat dari Pasal 12e Undang-Undang
atau
melakukan
kesalahan
administratif ataupun hal lainnya. Hal yang
Nomor
20
Tahun
2001
tentang
77
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka karenanya
pegawai-pegawai
di
instansi
diberikan seminar tentang pungli dan lebih mengkhususkan persoalan apakah yang dapat menjerat mereka terhadap pungli tersebut. Menurut penulis tindakan yang dicontohkan oleh Presiden Republik Indonesia yaitu Bapak Jokowi perlu didukung oleh semua pihak.
Nyoman Serikat Putra Jaya, 2005, Tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme di indonesia, Semarang: Badan Penerbit Undip. Marzuki. Peter. Muhammad, 2014, Penelitian hukum edisi revisi, Cetakan 9, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group R. Abdoel. Djamil, 2013, Pengantar hukum indonesia, Jakarta: Rajawali Pers. Jurnal, penulis Tin. Hulukati, Pungutan liar (pungli),
DAFTAR PUSTAKA
jenis
tindak
pidana
kriminalitas tergolong berat Website
Buku, Jurnal dan Makalah Andi. Hamzah, 2002, Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Hukum Pidana, Jakarta: Pusat Studi Hukum Pidana Universitas Trisakti. Edi Setiadi, Rena Yulia, 2010, Hukum pidana ekonomi, Yogyakarta: Graha Ilmu. Hoefnagels, Peter, 1969. The other side of criminology. Holand: Kluwer-Deventer.
Dugaan pungli miliaran rupiah di Kemenhub, Presiden Jokowi datangi lokasi, Jalan Medan Merdeka Barat No.8, Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110 http://www.bbc.com/indonesia/berita_ indonesia/2016/10/161011_indonesia_ kemenhub_suap, 11 Oktober 2016 Nasional.kompas.com/read/2016/10/20/20110 891/pelaku.pungli.bisa.dijerat.pasal.korupsi. bukan.hanya.pemerasan. kamis, 20 oktober 2016, 20:11 WIB
Jur Andi Hamzah, 2014, Hukum acara pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.
78
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
MENGINTEGRASIKAN NILAI MORAL DALAM PROSES LEGISLASI YANG DEMOKRATIS Dwi Resti Bangun1 1
Perancangan Peraturan Perundang-Undangan Pada Kanwil Kemenkumham Kepri, Jl Senggarang Km 14 Tanjung Pinang, Kanwil Kemenkumham Kepri (Batam Center) Lt 3, Batam 29444, Indonesia
Penyesuaian Pengarang E-mail:
[email protected] No Hp: +628125703808
Abstrak Hukum menetapkan kode moral yang lazim atau dilakukan dalam berbagai hubungan sosial dan fungsi sosial manusia atau suatu moralitas hukum yang spesifik. Hukum juga merupakan keseluruhan dapat dilihat sebagai penggabungan moralitas/keadilan sosial, terhadap mana individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi pemerintah harus senantiasa mengorientasikan tingkah lakunya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dimana jenis penelitian yang digunakannya adalah normatif. Kata kunci: nilai moral, legislasi yang demokratis
I. PENDAHULUAN
sehingga dalam perasaan dan percakapan sehari-hari telah berubah menjadi suatu
1.1 Latar Belakang Masalah
tuntutan
Pengertian paling umum yang disepakati tentang
hukum
himpunan
adalah
sebagai
kaidah-kaidah
yang
hukum
yang
diakui
dan
dipertahankan.
suatu
Anjuran kepada pemerintah untuk tidak
bersifat
melindungi kepentingan-kepentingan mereka
memaksa atau dengan perkataan lain suatu
atau
himpunan peraturan-peraturan yang bersifat
peraturan-peraturan
memaksa.
dibuat
dikeluarkan berdasarkan wewenang yang
untuk melindungi kepentingan-kepentingan
dimilikinya, merupakan suatu anjuran moral
manusia pada saat melakukan hubungan
atau rasa susila yang sebaiknya senantiasa ada
dengan sesamanya dalam pergaulan hidup.
pada batin mereka. Kaidah moral atau
Selain
himpunan
kesusilaan hanya menimbulkan kewajiban-
cita-cita
kewajiban daripada hak kepada orang-orang
Peraturan-peraturan
hukum
sebagai
peraturan,
maka
mengenai
hukum
suatu
terdapat yang
itu
pula
tumbuh
kelompoknya
tetapi formal
pembentukan yang
dapat
dan
yang diharapkan memenuhi anjuran yang
berkembang sedemikian kuat dan mendalam
menjadi peraturan dalam nurani mereka,
79
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
sehingga apabila penguasa tersebut akan
seperti yang tercantum dalam hukum harus
memandang moral atau rasa susila tersebut
merupakan perwujudan moralitas sosial.
sebagai hak orang lain (dalam hal ini rakyat
Dalam sistem politik yang demokratis,
dan masyarakat bangsa), maka ia akan
hukum
meninggalkan upaya penyelundupan hukum-
memastikan pemenuhan kepentingan dan
demi kepentingan mereka yang berkedok
kesejahteraan rakyat sebagai dasar hidup
hukum
peraturan-
bernegara, demokrasi memberikan pengertian
kepada
bahwa pada tingkat terakhir rakyat merasakan
formal-dan
peraturan
yang
membuat berorientasi
mempunyai
langsung
hukum menetapkan kode moral yang lazim
dilaksanakan.
atau dilakukan dalam berbagai hubungan
demokrasi sebab hanya dengan demikian,
sosial dan fungsi sosial manusia atau suatu
arah kehidupan rakyat dapat diarahkan pada
moralitas hukum yang spesifik, yang terdiri
kehidupan yang lebih adil dalam semua aspek
dari pencerminan pendapat-pendapat moral
kehidupan. Maka dari itu, negara demokrasi
yang
pada
adalah negara yang berlandaskan kehendak
umumnya dan yang harus dikembangkan
dan kemauan rakyat, karena kedaulatan
dalam praktek dibidang hukum, termasuk
berada di tangan rakyat.
dalam
masyarakat
pembuatan peraturan-peraturan oleh penguasa yang memiliki wewenang untuk itu.
dapat
dilihat
moralitas/keadilan
sebagai
penggabungan
sosial,
Permasalahan adalah,
Demikianlah, hukum sebagai keseluruhan
dalam
berbentuk kepentingan
berhak
menikmati
yang seringkali pembuatan
yang
hukum
timbul yang
peraturan
(legislasi),
unsur
politik
dituding
lebih
mana
mendominasi ketimbang kepentingan rakyat.
individu-individu, kelompok-kelompok atau
Dalam hal ini, demokrasi sebagai suatu sistem
organisasi
politik direduksi sedemikian rupa dalam
pemerintah
terhadap
Rakyat
demokrasi
untuk
kepentingan rakyat banyak. Dengan kata lain,
terdapat
manfaat
peranan
harus
senantiasa
mengorientasikan tingkah lakunya. Karena
bentuk
tuntutan masyarakat dapat sangat berbeda
Demokrasi
dengan
mereka
mengedepankan pengertian ”dari” dan ”oleh”
sebaiknya harus menduga bahwa konsepsi-
rakyat, sementara ”untuk” rakyat ditinggalkan
konsepsi mengenai kewajaran sosial, politik,
untuk mengejar kepentingan-kepentingan dari
ekonomi, dan khususnya kewajaran hukum,
elit politik. Secara teknis legal formal,
pembuat
hukum,
maka
demokrasi yang
pengaturan-pengaturan
formal
prosedural.
demikian
yang
dibuat
hanya
oleh
80
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
penguasa kadang-kadang terlihat sangat valid
”Pentingkah mengintegrasikan nilai moral
dalam materinya, namun acapkali substansi
dalam proses legislasi yang demokratis dan
materi peraturan tersebut ternyata hanya
bagaimana sebaiknya hal tersebut dilakukan?”
untuk melindungi kepentingan-kepentingan penguasa
atau
pihak
yang
berada
di
II. METODE PENELITIAN
belakangnya. Kondisi yang demikian diperkuat dengan pandangan positivisme hukum yang dipegang teguh oleh para pembuat undang-undang. Padahal dengan positivisme hukum titipantitipan kepentingan dalam legislasi dapat dinetralisir melalui prosedur. Salah satu kelemahan
positivisme
hukum
adalah
pengabaian terhadap realisme politik dan akibatnya
hukum
dapat
menjadi
Dalam
tertentu melalui prosedur yang bisa saja
peneliti
menggunakan pendekatan yuridis normatif yang digunakan adalah dengan merujuk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia2. Data yang digunakan oleh peneliti dalam jurnal ini adalah sekunder. Dari data
tersebut
barulah
penulis
dapat
mendeskripsikan data-data tersebut melalui tulisan ini.
III.HASIL
dan hukum menjadi kabur, simpang-siur, kacau dan bahkan terpisah sama sekali.
moral, tulisan ini bermaksud mendiskusikan moral
dalam legislasi yang demokratis.
Moral dan Hukum Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata „moral‟ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masingmasing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Apaila kita membandingkan dengan
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian sebelumnya, masalah
DAN
Pembahasan
Bertitik tolak dari asumsi bahwa norma hukum seharusnya bersumber dari nilai-nilai
PENELITIAN
PEMBAHASAN
demokratis.1 Di sini antara moral/moralitas
mengintegrasikan nilai
ini
hasil
kemenangan politik dari satu kelompok
pentingnya
penelitian
arti
kata
„etika‟,
maka
secara
etimologis, kata ‟etika‟ sama dengan kata „moral‟ karena kedua kata tersebut sama-sama
yang dibahas dalam tulisan ini adalah: 2 1
Adian. Donny. Gahral, 2006, Demokrasi Kami, Koekoesan, Depok, hal. 92.
Marzuki. Peter. Muhammad, 2014, Penelitian hukum edisi revisi, Cetakan 9, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, hal. 133.
81
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
mempunyai arti yaitu kebiasaan, adat. Dengan
oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah
kata lain, kalau arti kata ‟moral‟ sama dengan
hal-hal yang berhubungan dengan proses
kata „etika‟, maka rumusan arti kata „moral‟
sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak
adalah nilai-nilai dan norma-norma yang
bisa melakukan proses sosialisasi. Moral
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
dalam zaman sekarang mempunyai nilai
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
implisit
Sedangkan yang membedakan hanya bahasa
mempunyai moral atau sikap amoral itu dari
asalnya saja yaitu “etika‟ dari bahasa Yunani
sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat
dan “moral‟ dari bahasa Latin.3
dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan
karena
banyak
orang
yang
Moral memiliki makna ganda. Makna
manusia harus mempunyai moral jika ia ingin
yang pertama adalah seluruh kaidah. Dan
dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai
makna
yang
keabsolutan dalam kehidupan bermasyarakat
berkenaan dengan ikhwal baik atau perbuatan
secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur
baik manusia. Moral dalam individu manusia
dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral
sudah tumbuh sejak lahir dan berkembang
adalah
dalam
dalam
seseorang dalam berinteraksi dengan manusia.
masyarakat sudah ada suatu sistem konseptual
Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai
tentang moral dan hukum. Sehingga manusia
dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat
itu tumbuh dan menyerap sistem tersebut
tersebut
menjadi bagian dari dirinya dan menerapkan
menyenangkan lingkungan masyarakatnya,
dalam kehidupan individu manusia untuk
maka orang itu dinilai mempunyai moral yang
diterapkan dalam masyarakat.
baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah
yang
kedua
masyarakat.
adalah
Karena
nilai
di
Moral adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan
perbuatan/tingkah
dan
dapat
laku/ucapan
diterima
serta
produk dari budaya dan agama. Inti pembicaraan tentang moral adalah
yang mempunyai nilai positif. Manusia yang
menyangkut
tidak memiliki moral disebut amoral artinya
dinilai dari baik buruknya perbuatannya
dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai
selaku manusia. Norma moral dijadikan
positif di mata manusia lainnya. Sehingga
sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul
moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki
salahnya sikap dan tindakan manusia, baik
3
Bertens. K., 2007, Etika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hal. 4.
bidang
buruknya
sebagai
pengertian
seperti
kehidupan
manusia. ini,
norma
manusia
Dengan moral
82
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
memainkan fungsi yang sama dengan norma
bahwa eksistensi hukum ikut ditentukan oleh
hukum. Keterkaitan antara hukum dan moral
moral.6
senantiasa menjadi perdebatan. Bagi para
Menurut Imannuel Kant,7perbedaan antara
penganut positivisme cenderung memisahkan
hukum dan moral terletak pada tuntutan
keduanya. Hal ini misalnya dapat dilihat dari
terhadap dua jenis kaidah. Kaidah hukum
pendapat H.L.A. Hart yang mengatakan,
mengarah diri hanya untuk perbuatan lahiriah.
hukum sebagai sistem harus adil tanpa harus
Jadi berperilaku hukum sesuai dengan yang
mengingkari produk kenyataan bahwa hukum
diperintahkan. Lain dengan kaidah moral
sebagai produk partikular dapat saja tidak
yang mempunyai kaitan dengan alasan atau
adil.4 Hal ini selaras dengan apa yang
motivasi
dikatakan oleh Franz Magnis-Suseno bahwa
lahiriah. Singkatnya, hukum berkaitan dengan
hukum sebagai hukum memang berkehendak
lahiriah dan moral berkaitan dengan batiniah
untuk
dan lahiriah tetapi hal ini sudah ketinggalan
adil,
kenyataannya
namun dapat
hukum saja
dalam
tidak
adil.5
dalam
yang
hukum
dilakukannya
moderen
perbuatan
sehingga
dapat
Sementara bagi para pendukung teori hukum
disimpulkan lagi kaidah tersebut dibagi
alam/hukum kodrat lebih menyukai untuk
menjadi tiga.
menggabungkan keduanya. Teori hukum
Pertama kaidah hukum yang tidak dapat
alam/hukum kodrat melihat bahwa antara
dimasukkan dalam kaidah terpenting yang
hukum dan moralitas tidak dapat dipisahkan
dikenal manusia. Di sini suatu kaidah hukum
keduanya, bahkan teori ini menjadi titik temu
bersifat netral atau teknikal dan secara moral
antara hukum dan moralitas. Baik hukum
adalah indiferen namun tujuannya tetap
maupun moralitas keduanya ditemukan dalam
mengacu pada moral dan perlindungan hidup
setiap masyarakat dan berfungsi mengatur
manusia. Kedua adalah kaidah hukum yang
masyarakat
kekuatan
dipandang sebagai kaidah yang penting bagi
mengikat yang berbeda. Dapat dikatakan
manusia, dan kaidah yang paling penting itu
meskipun
dengan
adalah kaidah hukum moral. Sehingga di sini terjadi tumpang tindih antara moral dan 6
4
Hart, H.L.A., 2009, Konsep Hukum (The Concept of Law), Bandung: Nusa Media, hal. 244 dst. 5 Magnis-Suseno, Franz, 2003., Etika Politik; prinsipprinsip moral dasar kenegaraan modern, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hal. 81-84
Ujan, Andre Ata, 2009, Filsafat Hukum; membangun hukum, membela keadilan, kanisius, Yogyakarta, hal. 155. 7 Dalam Bruggink, J.J.H., 1999, Refleksi Tentang Hukum, (Terj. B. Arief Sidharta), Bandung: Citra Aditya Bakti, hal. 233-234.
83
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
hukum. Ketiga adalah kaidah moral yang
tidak akan pernah bisa menyamai ideal itu.
mengatasi hukum. Banyak kaidah moral yang
Bagi penganut paham hukum kodrat, ini
berada diluar hukum positif seperti hubungan
merupakan pola hubungan hukum kodrat dan
afektif,
hukum positif.
hubungan
ikatan
keluarga
dan
hubungan lingkungan persahabatan. Setiap
Kedua, hanya perjalanan sejarah nyata,
orang punya moral pribadi yang tidak ada
antara lain hukum positif yang berlaku,
dalam hukum positif. Yang dimaksud disini
sanggup memberi bentuk moral dan eksistensi
adalah kaidah moral yang khas yaitu kaidah
kolektif. Pewujudan cita-cita moral tidak
yang
supererogasi
hanya dipahami sebagai cakrawala yang tidak
dimana seseorang melakukuan sesuatu lebih
mempunyai eksistensi (kecuali dalam bentuk
dari yang dituntut dari dirinya sebagai
gagasan). Dalam pola kedua ini, pewujudan
kewajiban moral.
moral tidak hanya melalui tindakan moral,
menuntut
perbuatan
Menurut Haryatmoko,8 hubungan moralhukum
dibedakan
kerangka
pertarungan kekuatan dan kekuasaan, tempat
pemahaman. Kerangka pemahaman pertama,
di mana dibangun realitas moral (partai
moral sebagai bentuk yang mempengaruhi
politik, birokrasi, hukum, institusi-institusi,
hukum. Moral tidak lain hanya bentuk yang
pembagian sumber-sumber ekonomi).
memungkinkan
dalam
hukum
dua
tetapi dalam perjuangan di tengah-tengah
mempunyai
ciri
Pola ketiga adalah voluntarisme moral. Di
universalitas, sebagai bentuk, moral belum
satu pihak, hanya dalam kehidupan nyata
mempunyai isi. Sebagai gagasan masih
moral bisa memiliki makna; di lain pihak,
menantikan pewujudan namun pewujudan itu
moral dimengerti juga sebagai sesuatu yang
adalah rumusan hukum positif.
transenden yang tidak dapat direduksi ke
Dari dua pemahaman tersebut, terdapat
dalam hukum dan politik. Satu-satunya cara
lima pola hubungan moral dan hukum yaitu:
untuk menjamin kesinambungan antara moral
Pertama, moral dimengerti sebagai yang
dan hukum atau kehidupan konkret adalah
menghubungkan
menerapkan pemahaman kehendak sebagai
kehidupan
hukum
dengan
ideal
sosial-politik,
keadilan
sosial.
kehendak
murni.
Implikasinya
akan
Upaya-upaya nyata dilakukan untuk mencapai
ditatapkan pada dua pilihan yang berbeda: Di
ideal itu, tetapi sesempurna apa pun usaha itu
satu pihak, pilihan reformasi yang terusmenerus. Pilihan ini merupakan keprihatinan
8
Haryatmoko, “Hukum dan moral dalam masyarakat majemuk”, dalam Kompas 10 Juli 2001.
agar moral bisa diterapkan dalam kehidupan
84
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
nyata,
tetapi
akan
politik tetapi, nabi memiliki kewibawaan
keberhasilannya, maka yang bisa dilakukan
tertentu. Dalam perspektif ini, hubungan
adalah melakukan reformasi terus-menerus
antara moral dan hukum atau politik biasanya
tetapi di lain pihak, pilihan berupa revolusi
bersifat konfliktual. Dalam rezim ini ada
puritan. Dalam revolusi puritan, ada kehendak
pemisahan antara masalah agama dan masalah
moral yang yakin bahwa penerapan tuntutan
politik.
moral
itu
sekaligus
bisa
sangsi
dengan
Dalam pola kelima, politik dikaitkan
semua
anggota
dengan campur tangan suatu kekuatan dalam
Kecenderungannya
ialah
sejarah. Kekuatan ini adalah tindakan kolektif
menggunakan metode otoriter. Kerangka
yang berhasil melandaskan diri pada mesin
pemahaman
moral
institusional. Moral dianggap sebagai salah
sebagai sesuatu yang di luar politik dan tidak
satu dimensi sejarah, sebagai etika konkret
dapat direduksi menjadi politik. Moral dilihat
bukan hanya bentuk dari tindakan. Dengan
sebagai suatu bentuk kekuatan yang tidak
demikian moral berbagi lahan dengan politik.
dapat dihubungkan langsung dengan sejarah
Di satu pihak, moral hanya bisa dipahami
atau
melalui praktik politik. Melalui politik itu
memaksakannya masyarakat.
kepada
kedua
politik
dilakukan
menempatkan
kecuali
dengan
melihat
perbedaannya. Dalam kelompok ini ada dua
moral
menjadi
efektif:
melalui
hukum,
pola hubungan antara moral dan hukum.
lembaga-lembaga negara, upaya-upaya dalam
Dalam pola keempat, moral tampak
masalah kesejahteraan umum. Tetapi, moral
sebagai di luar politik. Dimensi moral
tetap tidak bisa direduksi ke dalam politik. Di
menjadi
yang
lain pihak, politik mengakali moral. Sampai
diungkapkan dari luar, sebagai ungkapan dari
pada titik tertentu, politik (dalam arti ambil
suatu
Tetapi,
bagian dalam permainan kekuatan) hanya
kewibawaan ini bukan merupakan kekuatan
mempermainkan moral karena politik hanya
yang efektif, karena tidak memiliki organ atau
menggunakan
jalur langsung untuk menentukan hukum.
legitimasi dari masyarakat.
semacam
kewibawaan
penilaian
tertentu.
Pola hubungan ini mirip dengan posisi
Hukum
moral
sebagai
untuk
mendapatkan
perangkat
untuk
kenabian. Nabi dimengerti sebagai orang
menciptakan keadilan hanya berdasarkan
yang mengetahui apa yang akan terjadi dan
fakta yang tampak dan dapat dibuktikan
apa yang sedang berlangsung, tetapi tidak bisa
secara empiris. Adapun hal yang tidak dapat
berbuat apa-apa karena ada di luar permainan
dilihat dan tidak empiris maka tidak menjadi
85
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
obyek keadilan
dan
perangkat
dalam
untuk
hukum.
Hal
mengukur ini
dapat
Mengintegrasikan Nilai Moral dalam Legislasi
dimengerti, karena hukum memang hanya menjadi
sarana
atau
perangkat
untuk
Secara prosedural, hukum yang dibuat parlemen
tidak
bermasalah.
Logika
ini
mewujudkan keadilan. Sebuah perangkat
bersandar pada parlemen sebagai wakil suara
memang harus jelas dan dapat dinilai serta
mayoritas
berlandaskan
Sebagai
Sebagaimana dinyatakan Rousseau, suara
yang
mayoritas mesti mewakili kepentingan umum.
fakta
konsekuensinya,
empiris.
produk-produk
untuk
urusan
dihasilkan oleh proses hukum adalah sesuatu
Artinya,
yang jelas pula. Ukuran kebenaran yang
parlemen dalam rezim demokrasi bukan
menjadi landasan hukum sebagai perangkat
manifestasi
formal juga hanya berdasarkan hal-hal yang
kelompok. Adagium ini berlaku sampai
empiris pula. Jadi keadilan yang dapat
sekarang tanpa banyak mengundang gugatan.9
diwujudkan oleh hukum hanyalah keadilan,
Demokrasi bukan tujuan, melainkan sarana
atau bahkan hanya kebenaran legal formal
untuk mengekalkan kebebasan, kesetaraan,
yang jauh dari nilai-nilai keadilan.
dan keadilan secara institusional. Oleh karena
Keadilan
legal
formal
tidak
jarang
undang-undang
legislasi.
kepentingan
yang
dibuat
individu
atau
itu, suara mayoritas mestilah dipagari oleh
bertentangan dengan nilai-nilai keadilan ideal
prinsip-prinsip
kekal
yang menjadi
roh
moral yang pada dasarnya "keadilan tertinggi"
demokrasi. Hukum yang bertentangan dengan
yang dikehendaki oleh masyarakat; keadilan
prinsip kebebasan, misalnya, bisa sah secara
yang sesuai dengan hati nurani. Berdasarkan
prosedural namun batal atas nama moral.
pemaparan di atas, tampaknya keadilan ini
Aristoteles memandang negara sebagai
tidak dapat tercipta hanya mengandalkan
bentuk masyarakat yang paling sempurna.
sistem kerja perangkat legal formal hukum
Jika
semata. Oleh kerena itu unsur moral harus
kebaikan, maka demikian juga halnya sebuah
benar-benar diterapkan dalam proses hukum
negara atau masyarakat politik. Setiap orang
kita, agar keadilan yang dikehendaki oleh
dalam hidup bermasyarakat selalu berbuat
nurani masyarakat benar-benar terwujud.
dengan maksud untuk mencapai apa yang
masyarakat
dibentuk
demi
suatu
mereka anggap baik, dan negara dibentuk 9
Adian, Donny Gahral, “Hukum dan demokrasi”, dalam Kompas 10 Agustus 2004.
86
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
dengan sasaran kebaikan pada taraf yang tinggi.10Pembentuk
lebih
undang-undang
di
Indonesia
yang
undang-undang
menitikberatkan pada politik daripada hukum,
dengan mengatasnamakan negara, seharusnya
walaupun produk akhir politik tersebut tetap
memandang bahwa negara dibentuk, melalui
sebagai produk hukum yang harus dipatuhi
undang-undang, dengan sasaran kebaikan
oleh seluruh masyarakat. Hal inilah yang
pada taraf yang lebih tinggi, yakni demi
belum disadari oleh pembentuk undang-
kesejahteraan,
undang
ketertiban,
keadilan,
dan
kemakmuran bagi seluruh rakyat. Moh.
Mahfud
MD
selanjutnya
bahwa
keputusan
dituangkan
dalam
suatu
merupakan
produk
hukum
politik
yang
undang-undang yang
secara
berpendapat bahwa hukum merupakan produk
yuridis, isinya harus dilaksanakan, walaupun
politik yang memandang hukum sebagai
kemudian disadari bahwa undang-undang
formalisasi atau kristalisasi dari kehendak-
tersebut
kehendak politik yang saling berinteraksi dan
substansinya sarat dengan elemen-elemen
saling bersaingan. Beliau juga menekankan
politik. Beliau sendiri menyatakan bahwa
bahwa politik hukum merupakan bagian dari
hukum
ilmu
hukum.11
Apabila
ilmu
hukum
diibaratkan sebagai sebuah pohon, maka
pohonnya
yang
kemudian
dilaksanakan
terpengaruh
oleh
politik
karena
karena
subsistem politik memiliki konsentrasi energi yang lebih besar daripada hukum.12
filsafat merupakan akarnya, sedangkan politik merupakan
sulit
Seandainya energi yang lebih besar di atas dimaksudkan untuk kebaikan pada taraf yang
melahirkan cabang-cabang berupa berbagai
lebih
bidang hukum seperti hukum pidana, hukum
ketertiban, keadilan, dan kemakmuran bagi
perdata,
hukum
seluruh rakyat, bukan untuk kepentingan
administrasi negara, dan bidang hukum
pribadi atau golongan, suatu undang-undang
lainnya.
akan mencerminkan apa yang diinginkan oleh
hukum
Pandangan menggambarkan 10
tata
negara,
Mahfud keadaan
di
atas
pembentukan
Sumaryono, E., 2002, Etika Hukum: relevansi teori hukum kodrat thomas aquinas, Kanisius, Yogyakarta. hal. 36. 11 Mahfud MD., Moh., 2001, Politik hukum di Indonesia, cet. 2, Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, hal. 7-8. Lihat juga Rahardjo, Satjipto, 2000, Ilmu hukum, cet. V, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 351353.
tinggi,
Aristoteles.
yakni
Thomas
demi
kesejahteraan,
Aquinas
pun
menginginkan bahwa tugas pokok seorang penguasa adalah merealisasikan keadilan di muka bumi. Penguasa dalam menjalankan kekuasaan
pemerintahannya harus
sesuai
dengan hukum yang berlaku, dan hukum yang 12
Ibid, hal. 13.
87
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
berlaku tersebut harus diturunkan dari hukum
proses penalaran manusia dapat menemukan
kodrat. Hukum kodrat merupakan sumber dari
hukum dalam bentuknya yang murni, yaitu
semua norma kebajikan moral.13
sesuai dengan dunia ide.
Konsep tentang hukum sebagai cermin
Dalam
pandangan
Satjipto
Rahardjo,
tata keadilan telah dikembangkan oleh para
hukum adalah institusi normatif berbeda
pemikir
dan
dengan ekonomi dan politik. Hukum akan
Plato
kehilangan fungsinya apabila tidak bisa
menyatakan bahwa keadilan akan terwujud
tampil dalam kekuatannya yang demikian itu,
jika negara ditata sesuai dengan bentuk-
yakni menundukkan perilaku masyarakat ke
bentuk yang ideal sebagaimana ditetapkan
bawah otoritasnya. Tentu saja pemaksaan
oleh
dan
normatif itu memberikan hasil-hasil yang
dihubungkan dengan hukum yang berlaku
relatif. Ada bangsa yang sangat patuh kepada
dalam sebuah “polis”. Hukum adalah refleksi
hukumnya, ada yang setengah patuh, dan
pengetahuan manusia pada umumnya yang
macam-macam gradasi lainnya tetapi, pada
dikembangkan secara sempurna. Bagi Plato,
suatu waktu tertentu bisa dirasakan bahwa
hukum identik dengan jalan pikiran yang
fungsi normatif hukum itu sudah menjadi
nalar yang diwujudkan di dalam dekrit-dekrit
terlalu melemah dan hasil ini akan cukup
yang
merisaukan.15
Yunani,
Aristoteles.
terutama
Dalam
raja
yang
dikeluarkan
Plato
pandangannya,
sekaligus
oleh
filsuf
negara.
Hukum
memiliki kualitas tidak tertulis dan alamiah sebagaimana
terdapat
di
dalam
kodrat
manusia.14
dalam hukum, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara mengintegrasikan nilai moral
Hukum juga dipandang identik dengan moralitas
Apabila unsur nilai moral terbukti penting
dan
tujuan
hukum
adalah
tersebut dalam proses pembuatan hukum? Dalam pandangan Donny Gahral Adian
menghasilkan manusia yang benar-benar baik.
proses
Menurut Plato, hukum diberlakukan dengan
kesetaraan (equality) dan ketakberpihakan
maksud
manusia
(imparsiality). Menurutnya kesetaraan di mata
menciptakan kesatuan dalam hidup komunitas
hukum bukan semata masalah perlakuan yang
atau ketertiban sosial, atau demi kebaikan
sama. Prinsip itu juga berarti peluang yang
umum. Hal ini dimungkinkan, sebab melalui
sama bagi warga negara untuk terlibat dalam
13
15
14
untuk
membantu
Sumaryono, E., Op. cit., hal. 41. Ibid, hal. 42.
legislasi
mesti
bertumpu
pada
Rahardjo, Satjipto, 2003, Sisi-sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Kompas, Jakarta, hal. 157.
88
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
pembuatan hukum. Sesuatu yang selama ini
keputusan
belum begitu terasa dalam denyut kehidupan
esensinya menghormati atau melindungi hak
politik republik ini. Lolosnya pelbagai RUU
individu atau kelompok. Sementara argumen
yang mengancam demokrasi adalah bukti
kebijakan
historis yang cukup kuat. Bukti masih
kolektif masyarakat, yaitu ketika pembuat
rendahnya
keputusan
partisipasi
publik
dan
yang
diambil
berorientasi
karena
pada
pada
kepentingan
hukum
berusaha
keikutsertaan perancang peraturan perundang-
mempertanggungjawabkan
keputusannya
undangan dalam proses pembuatan undang-
tersebut dengan menunjukkan manfaatnya
undang. Peluang yang sama bagi pembuatan
bagi komunitas politik secara keseluruhan.
undang-undang adalah (dalam kadar tertentu)
Secara khusus terhadap para pembuat hukum,
jaminan bagi universalitas. Berbeda dengan
Dworkin menegaskan bahwa mereka bukan
universalitas penegakan hukum, universalitas
hanya harus memenuhi kedua argumen
kali ini berarti ketakberpihakan. Hukum tak
tersebut, namun juga bahwa keputusan yang
bisa tidak terikat oleh prinsip itu. Indikator
sifatnya kebijakan sekalipun harus juga
pelanggarannya mudah saja. Hukum yang
mendapat pertimbangan dari segi prinsip.17
menindih kebebasan mestilah hukum yang parsial. Hukum kepentingan
yang sekadar mewakili
berupa
keadilan,
kesejahteraan
umum,
segelintir
orang
dalam
perlindungan individu dan solidaritas) dapat
masa
lalu
atau
tercapai, Haryatmoko18 mengajukan beberapa
mengamankan primordialisme.16 Ronald
Agar tujuan hukum (yaitu nilai-nilai moral
prinsip yang dapat membantu. Pertama,
Dworkin
mengajukan
dua
adanya
political-will
untuk
mengubah
argumen untuk dijadikan prosedur untuk
orientasi politik yang sangat bias kepada
menentukan apa yang menjadi hak hukum
negara menuju ke politik yang memihak
setiap pihak, termasuk bagi para pembuat
warga negara. Tolok ukur keberhasilan politik
hukum ketika mereka melaksanakan tugas
semacam ini ialah pemenuhan hak-hak sipil,
dan kewenangannya. Kedua argumen tersebut
politik, ekonomi, sosial, dan budaya dari
adalah ”argumen prinsip” (argument of
warga negara. Pertimbangan bukan pada
principles)
”argumen
kebijakan”
kelompok, tetapi perlindungan individu warga
(argument of policies). Argumen prinsip
negara. Dalam konteks ini, penting adanya
adalah
dan
argumen
yang
membenarkan 17
16
Adian, Donny Gahral, Op.cit.
18
Dalam Ujan, Andre Ata, Op. cit., hal. 163-164. Haryatmoko, Op. cit.
89
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
penyadaran agar masyarakat mengefektifkan
memuaskan rasa keadilan, penyelesaiannya
dan
harus mengacu ke prinsip epieikeia (yang
mengoptimalkan
penggunaan
jalur
hukum. Selain agar bisa terwujud apropriasi
benar dan yang adil).
hukum oleh masyarakat, juga agar perubahan
Dapat disimpulkan bahwa penghormatan
dalam perjuangan keadilan dapat mengubah
dan
secara struktural kondisi yang tidak adil
masyarakat merupakan kunci bagi masuknya
melalui aturan permainan legal dan bukan
unsur moral ke dalam proses legislasi.
dengan cara kekerasan.
Apabila hal ini dipahami dan dipatuhi
Kedua, pemberdayaan masyarakat melalui civil
society
terus
diupayakan.
Tetapi,
perlindungan
terhadap
hak-hak
sepenuhnya oleh para pembuat hukum, maka mereka
akan
berusaha
pengelompokan civil society supaya lebih
mempertanggungjawabkan apa yang telah dan
terbuka pada semua golongan, tujuan-tujuan
akan mereka lakukan dengan mengukur
hukum bisa menjadi perekat asosiasi-asosiasi,
berdasarkan manfaat yang dapat diberikan
LSM dan gerakan pemberdayaan lainnya.
oleh
Ketiga, urgensi membangun institusi-
keputusannya
tersebut
terhadap
masyarakat.
institusi sosial yang adil. Institusi-institusi
Meskipun untuk mencapai situasi ini bukan
sosial merupakan sumber kepincangan karena
perkara
sudah merupakan titik awal keberuntungan
mendorongnya
bagi yang satu dan kemalangan bagi yang
beberapa
lain. Maka harus diperbaiki supaya mampu
masyarakat akan haknya untuk mengetahui,
mendistribusikan hak-hak dan kewajiban-
memahami, dan menggugat RUU yang akan
kewajiban
dasariah
disahkan. Kedua, menekan legislatif untuk
pembagian
keuntungan-keuntungan
serta
menentukan
yang
mudah, dapat
agenda.
namun
dilakukan
Pertama,
untuk melalui
menyadarkan
hasil
melibatkan perancang peraturan perundang-
kerja sosial. Dengan demikian, membangun
undangan untuk tidak mensahkan RUU yang
institusi-institusi yang adil adalah upaya
berseberangan
memastikan terjaminnya kesempatan sama
mendesak
sehingga kehidupan seseorang tidak pertama-
melakukan uji material atas undang-undang
tama ditentukan oleh keadaan, tetapi oleh
yang cacat secara moral.
dengan
Mahkamah
moralitas
Atau,
Konstitusi
untuk
pilihannya. Maka, keadilan prosedural perlu menjadi orientasi utama. Namun bila prosedur hukum positif yang berlaku tidak mampu
90
Jurnal Cahaya Keadilan. Vol 4. No 2 ISSN: 2339-1693
Bruggink. J.J.H., 1999, Refleksi tentang hukum, (Terj. B. Arief Sidharta), Citra Aditya Bakti, Bandung.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan Betapapun ada yang beranggapan bahwa
Hart. H.L.A, 2009, Konsep hukum (the concept of law), Nusa Media, Bandung.
moral terpisah dari hukum, namun tidak dapat dipungkiri bahwa hukum yang baik harus berlandaskan merupakan
pada hal
mengintegrasikan
moralitas.
Karenanya
yang
penting
untuk
moral
dalam
proses
legislasi. Meskipun hal itu tidak mudah karena dalam proses legislasi selalu terdapat kepentingan-kepentingan lain di luar unsur moral itu sendiri, namun penghormatan dan perlindungan
terhadap
hak
masyarakat
merupakan nilai yang dapat didorong melalui penyadaran masyarakat akan hak-haknya dan tekanan terhadap lembaga-lembaga negara (legislatif
dan
judikatif)
untuk
tidak
mensahkan dan atau membatalkan produk legislasi yang bertentangan moralitas dan
Mahfud. MD. Moh, 2001, Politik hukum di Indonesia, cet. 2, Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta. Magnis-Suseno, Franz, 2003., Etika Politik; Prinsip-prinsip moral dasar kenegaraan modern, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Marzuki. Peter. Muhammad, 2014, Penelitian hukum edisi revisi, Cetakan 9, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group Rahardjo. Satjipto, 2000, Ilmu Hukum, cet. V, Citra Aditya Bakti, Bandung. -----------------------, 2003, Sisi-sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Kompas, Jakarta. Sumaryono. E, 2002, Etika Hukum: Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas, Kanisius, Yogyakarta.
pilar-pilar demokrasi. DAFTAR PUSTAKA
Buku, Jurnal Dan Makalah : Adian. Donny. Gahral, “Hukum dan demokrasi”, dalam Kompas 10 Agustus 2004. ---------------------------, 2006, kami, Koekoesan, Depok.
Haryatmoko, “Hukum dan moral dalam masyarakat majemuk”, dalam Kompas 10 Juli 2001.
Ujan. Andre. Ata, 2009, Filsafat Hukum; Membangun Hukum, Membela Keadilan, Kanisius, Yogyakarta.
Demokrasi
Bertens. K, 2007, Etika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
91