PENANDA WAKTU DALAM BAHASA MINANGKABAU DAERAH BALAI SELASA KABUPATEN PESISIR SELATAN: KAJIAN STRUKTUR Winda¹, Iman Laili2 Elvina A. Saibi² ¹ Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta E-mail :
[email protected] ² Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta
Abstract Time marker is a fool that used to find out what the did before, now and what will they do next. This research aims to describe the form and meaning of time marker in Minangkabau language in Balai Selasa Pesisir Selatan District. To analyse the form and meaning of time marker, the researchers used Moussay and Alwi theory. The method that used for collecting the data is listening method. Therefore the data collection technique used recording technique and note technique. To analyze the data used agih method with feed back or permutation technique and reading techniqve. Time marker that was found in Minangkabau language in Balai Selasa Pesisir Selatan District, is showing time and range. Time marker of time consist of (1) indicator of time is diuded into several pants (a) sharp time such as pukua sapuluah ‘at ten o’clock’, tinggi aRi ‘at noon’, (b) the time prediction based on the sun, example Malam Senayan ‘Sundai night’, jalang kasiang cako ‘ahead of this morning’. (c) the time prediction based on fifth times of praying such as luhua aRi ‘at dzuhur’ waktu subuah ‘at subuh’.(2) other time marker that is showing are Ari Abah ‘Wednesday’ Ari jumaek ‘Friday’. (3) indicator of mouth, such as bulan april bisuak ‘on next April’. Bulan Mulud ‘ Maulud Month’, (4) indicator of year such as taun sambilan tigo, in 2009, di taun 2009 ‘in 2009’. (5) explanatory of time such as patang ko ‘yesterdai’, bisuak siang ‘tomorraw afternoon’. (6) Range such as sasudah sumbayang ‘after praying, antaro ‘befween’, salamo ko ‘alt this time’. Key Words: Time marker, form, meaning
Pendahuluan Bahasa adalah alat yang digunakan oleh masyarakat
dalam
Indonesia adalah bahasa Minangkabau. Hal ini
kehidupannya. Dengan demikian, kegiatan
sejalan dengan yang disampaikan Ayub, dkk
berbahasa merupakan aktivitas sosial yang
(1993:13)
digunakan
anggota
merupakan salah satu bahasa daerah yang
dan
hidup dan berkembang di kawasan Negara
yang
Republik Indonesia. Bahasa Minangkabau
digunakan untuk berinteraksi oleh bangsa
termasuk salah satu dari sepuluh besar bahasa-
Indonesia adalah bahasa Indonesia dan bahasa
bahasa daerah. Selain itu, Zalner (dalam
daerah.
Ayub, 1993:2) menjelaskan bahwa bahasa
masyarakat
untuk
oleh untuk
mengidentifikasikan
berkomunikasi
Salah satu bahasa daerah yang ada di
sekelompok berinteraksi diri.
Bahasa
bahwa
bahasa
Minangkabau
Minangkabau adalah salah satu bahasa daerah 1
yang
hidup
Austronesia.
dan
berasal
Bahasa
ini
dari
rumpun
tumbuh
linguistik yang secara potensial merupakan
dan
gabungan dua kata atau lebih. Contohnya ibu
berkembang di wilayah Propinsi Sumatra
kepasar, ayah pergi kesawah, adik pergi
Barat yang membujur dari barat laut ke
sekolah. Klausa adalah gabungan dua kata
tenggara.
atau lebuh yang bersifat predikatif. Contohnya
Moussay (1998: 305)
mengatakan
nenek memasak, bungaku sangat harum.
bahwa waktu dapat dipandang dari dua aspek,
Untuk lebih jelasnya contoh penanda waktu
yaitu (1) saat dan (2) rentang. Saat dapat
dalam bahasa Minangkabau Daerah Balai
dirinci lagi menjadi lima bagian, yaitu (1)
Selasa Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat
penunjuk jam, yang terdiri dari jam tepat, jam
berikut ini.
kira- kira dengan acuan matahari, jam kira-
(1)
Alang aghi nyo lah mode tu juo mah. ‘Dia sudah biasa seperti itu setiap hari’.
(2)
Kapatang den nampak kau di balai. ‘Kemarin saya melihat kamu di pasar’.
(3)
Saminggu lai ugang ujian. ‘Satu minggu lagi orang mulai ujian’.
kira dengan acuan kelima waktu sholat, (2) penunjuk hari, (3) penunjuk bulan, (4) penunjuk tahun, dan (5) penjelas waktu. Berhubungan dengan hal tersebut peneliti mengkaji konsep waktu tersebut
dalam
bahasa daerah peneliti sendiri, yaitu Bahasa Minangkabau
di
daerah
Balai
Contoh (1) sampai dengan (3) di atas
Selasa
merupakan contoh penggunaan penanda waktu
Kabupaten Pesisir Selatan. Konsep waktu
yang digunakan di daerah Balai Selasa
tersebut diwujudkan melalui penanda waktu yang
bervariasi
yang
digunakan
Kabupaten Pesisir Selatan. Penanda waktu
oleh
tersebut adalah alang aghi ‘setiap hari’ (1),
masyarakat di daerah Balai Selasa Kabupaten
kapatang
Pesisir Selatan.
‘seminggu’
Teori tentang satuan bahasa yang digunakan
dan
saminggu
Sepengetahuan
penulis
bahasa Minangkabau di daerah Balai Selasa
Menurut Alwi (2013:123), kata majemuk
Kabupaten Pesisir Selatan belum pernah
adalah gabungan dua kata atau lebih yang
dilakukan, oleh karena itu penulis tertarik
memiliki struktur tetap, tetapi tidak dapat
untuk
disisipi kata lain. Contohnya ke pasar, sudah,
meneliti penanda waktu yang ada
dalam bahasa Minangkabau di daerah Balai
kumis kucing . Sementara itu kata ulang adalah
Selasa Kabupaten Pesisir Selatan.
kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian. buku-buku,
(3).
(2),
penelitian tentang penanda waktu dalam
dalam tulisan ini adalah teori Alwi, (2013).
Contohnya
‘kemarin’
Metodologi Penelitian
sekali-sekali,
Jenis
perumahan-perumahan. Frase adalah satuan
penelitian
ini
merupakan
penelitian deskriptif. Menurut Sudaryanto 2
(1992:62) metode deskriptif menyarankan
Hasil penelitian ini berupa penanda
bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata
waktu bahasa Minangkabau Balai Selasa
hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau
Kabupaten pesisir selatan.
fenomena yang memang secara empiris hidup
Hasil penelitian ini berupa penanda waktu
pada
Bahasa Minangkabau balai Selasa Kabupaten
penutur-penuturnya,
sehingga
yang
dihasilkan atau yang dicatat berupa perian
Pesisir Selatan.
bahasa yang biasa dikatakan sifatnya seperti
4.1 Saat
potret: paparan seperti apa adanya. Metode
pengumpulan
Bentuk penanda waktu saat yang
ditemukan dalam bahasa Minangkabau Balai
digunakan pada penelitian ini adalah metode
Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan didasarkan
simak.
(1993:133)
pada (1) penunjuk jam, (2) penunjuk hari, (3)
metode simak merupakan pengumpulan data
penunjuk bulan, (4) penunjuk tahun, dan (5)
yang
penjelas waktu.
Menurut
Sudaryanto
dilakukan
penggunaan
data
yang
dengan
bahasa.
menyimak
peneliti
juga
4.1.1 Penunjuk Jam
menggunakan teknik catat dan teknik libat cakap
dan
Menurut
bahasa Minangkabau Balai Selasa Kabupaten
catat
Pesisir Selatan adalah jam tepat, jam kira-kira
merupakan pencatatan pada kartu data yang
dengan acuan matahari, dan jam kira-kira
segera dilanjutkan dengan klasifikasi. Teknik
dengan acuan kelima waktu salat.
catat dapat dilakukan ketika atau sesudah
a. Jam Tepat
Sudaryanto
teknik
pancing..
Penunjuk jam yang ditemukan dalam
(1993:135)
teknik
melakukan penyimakan.
Penunjuk jam tepat yang ditemukan di
Teknik yang penulis digunakan untuk
daerah Balai Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan
menganalisis data ialah teknik balik atau
dapat dilihat pada data berikut.
teknik permutasi dan teknik baca markah.
(1)
Menurut Sudaryanto (1993:72) teknik balik adalah berupa pembalikan unsur lingual data itu akan menghasilkan tuturan antara lain berbentuk
ABDC,
ACBD,
BACD,
Pukua sapuluah cako sikola. Pukul sepuluh tadi sekolah. ‘Pukul sepuluh tadi sekolah’.
aden pulang saya
pulang
saya
pulang
dan Penanda waktu pukua sapuluah cako
BCDA, bila tuturan data semula berbentuk
‘pukul sepuluh tadi’ pada data (1) menyatakan
ABCD. Hal ini dapat dilihat pada contoh
perbuatan yang sudah selesai yang ditandai
berikut.
dengan kata cako ‘tadi’. Penanda waktu pukua Hasil dan Pembahasan
sapuluah cako ‘pukul sepuluh tadi’ berbentuk frase yang terdiri atas tiga kata. Frase ini 3
termasuk ke dalam frase nomina yang unsur
malam hari pada hari Minggu yang berupa
pertamanya adalah pukua ‘pukul’ merupakan
kata majemuk. Pemakaian penanda waktu
unsur inti dan unsur keduanya sapuluah
malam
‘sepuluh’, yaitu cako ‘tadi’ merupakan unsur
menempati
noninti. Pemakaian penanda waktu pukua
dipermutasikan, sehingga menempati posisi
sapuluah cako
‘pukul sepuluh tadi’ yang
akhir kalimat seperti pada data (2a) berikut
menempati posisi awal kalimat pada data (1)
dan menempati posisi tengah kalimat seperti
dapat dipermutasikan, sehingga menempati
pada data (2b) berikut ini.
posisi tengah kalimat, seperti pada data (1a)
(2a)
Den ka rumah kau malam Sanayan. Saya ke rumah kamu malam Senin. ‘Saya ke rumah kamu malam Senin’.
(2b)
Den malam Sanayan ka rumah kau. Saya malam Senin ke rumah kamu. ‘Saya malam Senin ke rumah kamu.
dan menempati posisi akhir kalimat seperti pada data (1b) berikut ini. (1a)
Aden pukua sapuluah cako pulang sikola. Saya pukul sepuluh tadi pulang sekolah. ‘Saya pukul sepuluh tadi pulang sekolah’.
(1b)
Aden pulang sikola, pukua sapuluah cako . Saya pulang sekolah, pukul sepuluh tadi. ‘Saya pulang sekolah, pukul sepuluh tadi’.
Sanayan
‘malam
posisi
awal
senin’
yang
kalimat
dapat
Pemakaian penanda waktu malam Sanayan ‘malam Senin’ pada data (2) berbeda maknanya dengan pemakaian penanda waktu Sanayan malam ‘Senin malam’ pada data (3) di bawah ini.
Permutasian penanda waktu pukua sapuluah
(3)
cako ‘pukul sepuluh tadi’ tidak menyebabkan perubahan makna kalimat (1). b. Jam Kira-kira dengan Acuan Matahari
Sanayan malam den ka rumah kau. Senin malam saya ke rumah kamu. ‘Senin malam saya ke rumah kamu’.
Penanda waktu jam kira-kira dengan acuan
Penanda
matahari yang ditemukan dalam Bahasa
malam’ pada (3) menerangkan waktu malam
Minangkabau Balai Selasa, Kabupaten Pesisir
hari pada hari Senin yang besoknya akan
Selatan dapat dilihat pada data berikut.
datang hari Selasa berupa kata majemuk.
(2) Malam Sanayan den ka rumah kau. Malam Senin saya ke rumah kamu. ‘Malam Senin saya ke rumah kamu’.
Pemakaian penanda waktu malam Sanayan
Penanda waktu malam Sanayan ‘malam
posisi tengah kalimat pada data (3b).
‘malam
waktu
Senin’
Sanayan
dapat
malam
‘Senin
dipermutasikan,
sehingga menempati posisi di akhir kalimat, seperti pada data (3a) berikut dan menempati
Senin’ pada data (2) menjelaskan waktu 4
(3a) Den ka rumah kau Sanayan malam. Saya ke rumah kamu Senin malam. ‘Saya ke rumah kamu Senin malam’.
penanda ini menempati posisi tengah kalimat,
(3b) Den Sanayan malam ka rumah kau. Saya Senin malam ke rumah kamu. ‘Saya Senin malam kerumah kamu’.
(4a) Alun juo pulang lai, alah luhua aRi. Belum juga pulang lagi sudah zuhur. ‘Belum juga pulang, sudah waktunya zuhur’.
kalimat tersebut menjadi tidak berterima, seperti pada data (4b).
c. Jam Kira-kira dengan Acuan Kelima Waktu Salat
(4b)
1) Penanda waktu zuhur Penanda waktu dengan acuan kelima waktu salat yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau Balai Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada data berikut. (4)
Alah luhua aRi alun juo pulang lai . Sudah zuhur hari belum juga pulang lagi. ‘Sudah zuhur hari, belum juga pulang lagi’.
2) Penanda waktu subuh
Alah luhua aRi alun juo pulang lai. Sudah zuhur Penanda waktu zuhur
Data lain yang menunjukkan penanda waktu subuh dengan acuan kelima waktu salat dapat dilihat seperti data berikut ini.
Pada data (4) terdapat penanda waktu yang
(5)
menunjukkan penanda waktu yang acuannya sudah datang adalah salah satu waktu salat yaitu, waktu salat zuhur. Penanda waktu luhua
Katiko subuah bakiajo. Ketika subuh bekerja. ‘Ketika subuh bekerja’.
Rika
ala
pai
Rika
sudah pergi
Rika
sudah
pergi
Penanda waktu subuah ‘waktu subuh’ pada
aRi ‘waktu zuhur’ berbentuk kata majemuk.
data (5) menerangkan waktu pagi, yaitu kiraPenanda waktu ini termasuk ke dalam aspek
kira pukul 04.40 sampai dengan 05.30 WIB,
inseptif, yaitu kejadian yang berlangsung pada
saatnya salat subuh. Penanda waktu subuah ‘waktu subuh’ berupa kata majemuk yang
waktu zuhur. Hal ini ditandai dengan kata alah
dapat di permutasikan Pada kalimat (5) dapat ‘sudah’. Pemakaian penanda waktu luhua aRi
menempati posisi akhir kalimat pada data (5a)
‘waktu zuhur’ dapat di balik posisinya
dan dapat menempati posisinya menjadi di awal kalimat pada data (5b) pada data di
menjadi di akhir, seperti yang terlihat pada
bawah ini. data (4a), tetapi penanda ini tidak dapat menempati posisi
(5a)
tengah kalimat. Apabila 5
Rika ala subuah.
pai
bakiajo katiko
Rika sudah pergi bekerja ketika subuh. ‘Rika sudah pergi bekerja ketika subuh’. (5b)
(6b)
Subuah Rika ala pai bakiajo. Subuh Rika sudah pergi bekerja. ‘Subuh Rika sudah pergi bekerja’.
Alah luhua aRi alun juo pulang lai . Sudah zuhur hari belum juga pulang lagi. ‘Sudah zuhur hari, belum juga pulang lagi’.
3) Penanda waktu subuh Data lain yang menunjukkan penanda waktu dengan acuan kelima waktu salat dapat
Setelah
penanda
waktu
subuah
‘subuh’
dilihat seperti data berikut ini.
dipermutasikan. Kalimat (5a) dan (5b) tetap
(6)
gramatikal dan makna yang disampaikan tidak berubah. Pada data (6) terdapat penanda waktu yang menunjukkan penanda waktu yang acuannya
Penanda katiko subuah ‘waktu subuh’ pada
sudah datang adalah salah satu waktu salat
data (7) menerangkan waktu pagi, yaitu kira-
yaitu, waktu salat zuhur. Penanda waktu luhua
kira pukul 05.00 sampai dengan 05.30 WIB,
aRi ‘waktu zuhur’ berbentuk kata majemuk.
saatnya salat subuh. Penanda katiko subuah
Penanda waktu ini termasuk ke dalam aspek
‘waktu subuh’ berupa kata majemuk. Pada
inseptif, yaitu kejadian yang berlangsung pada
kalimat (7) dapat menempati posisi
waktu zuhur. Hal ini ditandai dengan kata alah
posisinya menjadi di awal kalimat pada data
‘waktu zuhur’ dapat di balik posisinya
(7b). Pembalikkan unsur pokok pada data ini
menjadi di akhir, seperti yang terlihat pada
tidak membuat makna dari tuturan itu menjadi
data (6a), tetapi penanda ini tidak dapat
berubah.
tengah kalimat. Apabila
(7a) Inyo ala pai bakiajo katiko subuah. Dia sudah pergi bekerja ketika subuh. ‘Dia sudah pergi bekerja ketika subuh’.
penanda ini menempati posisi tengah kalimat, kalimat tersebut menjadi tidak berterima, seperti pada data (6b).
(6a)
akhir
kalimat pada data (7a) dan dapat menempati
‘sudah’. Pemakaian penanda waktu luhua aRi
menempati posisi
Katiko subuah nyo ala pai bakiajo. Ketika subuh dia sudah pergi bekerja. ‘Ketika subuh dia sudah pergi bekerja’.
(7b) Subuah inyo ala pai bakiajo. Subuh dia sudah pergi bekerja. ‘Subuh dia sudah pergi bekerja’.
Alun juo pulang lai, alah luhua aRi. Belum juga pulang lagi sudah zuhur. ‘Belum juga pulang, sudah waktunya zuhur’.
Setelah penanda waktu subuah ‘ketika subuh’ dipermutasikan. Kalimat (7a) dan (7b) tetap 6
gramatikal dan makna yang disampaikan tidak
‘Sari belum juga bangun, ayam sudah berkokok’.
berubah. d. Jam Kira-kira dengan Acuan Bunyi Hewan
4.1.2 Penunjuk Hari Dalam seminggu terhitung ada tujuh
Data lain yang menunjukkan adanya
hari, yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat,
penanda waktu jam kira-kira dengan acuan
dan
bunyi hewan dalam bahasa Minangkabau
tersebut
dalam bahasa Minangkabau Balai Selasa,
Alah bakukuak ayam alun jago Sari ko lai. Sudah berkokok ayam belum bangun juga Sari ini lagi. ‘Sudah berkokok ayam, Sari belum juga bangun’. waktu
berkokok’
bakukuak
ayam
Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada data berikut. (8)
‘ayam
waktu aRi Abah ‘hari Rabu’. ARi Abah ‘hari
‘berkokok
Rabu’ merupakan hari
ayam’ berupa kata majemuk yang dapat
‘hari Rabu’ yaitu, berbentuk kata majemuk.
yang terlihat pada data (8a), tetapi penanda ini
Dapat dipermutasikan posisinya pada akhir,
tidak dapat menempati posisi akhir kalimat.
seperti yang terlihat pada data (9a), dan di
dan di awal Apabila penanda ini menempati
tengah seperti pada data (9b) berikut.
posisi akhir kalimat , kalimat tersebut menjadi
(9a)
tidak berterima, seperti pada data (8b) berikut ini. (8a) Alun jago lai Sari alah bakukuak ayam . Belum bangun Sari sudah berkokok ayam. ‘Belum bangun Sari sudah berkokok ayam’.
alah
jago
ketiga dalam tujuh
hari/satu minggu. Penanda waktu aRi Abah
dipermutasikan posisinya di akhir, seperti
Sari alun
ARi Abah Yori siap ujian. Hari Rabu Yori selesai ujian. ‘Hari Rabu Yori selesai ujian’.
Pada data (9) dapat dilihat adanya penanda
menandakan waktu sudah pagi.
Penanda waktu bakukuak ayam
(8b)
hari
Penanda waktu penunjuk hari yang ditemukan
berikut ini.
Penanda
Nama-nama
digunakan pula sebagai penanda waktu.
Balai Selasa dapat dilihat pada data (8)
(7)
Sabtu.
Yori siap ujian aRi Abah. Yori selesai ujian hari Rabu. ‘Yori selesai ujian hari Rabu’.
(9b) Yori aRi Abah siap ujian. Yori hari Rabu selesai ujian. ‘Yori hari Rabu selesai ujian’.
lai ayam
bakukuak.
4.1.3 Penunjuk Minggu
Sari belum juga bangun lagi ayam sudah berkokok. 7
Data lain yang menunjukkan adanya
Kabupaten Pesisir Selatan ditemukan adanya
penanda waktu penunjuk minggu dapat dilihat
penanda waktu penunjuk bulan. Hal ini dapat
di bawah ini.
dilihat pada data berikut.
(9)
ARi balai sakali saminggu di kampuang den. Hari pekan sekali seminggu di kampung saya. ‘Hari pecan sekali seminggu di kampung saya’.
(10) Bulan April bisuak anak den wisuda. Bulan April besok anak saya wisuda. ‘Bulan April besok anak saya wisuda’.
Pada data (10) dapat dilihat adanya penanda
bisuak. Penanda waktu bulan April besuak
waktu saminggu ‘seminggu’ yang merupakan
‘bulan
hari terakhir dalam satu minggu. Penanda
kejadian itu baru akan berlangsung atau
waktu saminggu ‘seminggu’’
berupa kata
terjadi. Penanda waktu bulan april besuak
majemuk yang dapat dipermutasikan posisinya
‘bulan april besok’ berupa kata majemuk yang
menjadi di awal, seperti terlihat pada data
dapat dipermutasikan di tengah, seperti yang
(10a) dan di akhir (10b) berikut ini.
terlihat pada data (11a), dan di akhir, seperti
(10a) Saminggu sakali aRi balai di kampuang den. Seminggu sekali hari pekan di kampung saya. ‘Seminggu sekali hari pekan di kampung saya’.
pada data (10b) berikut ini.
(10b) Di kampuang den aRi balai sakali saminggu. Di kampung saya hari pekan sekali seminggu. ‘Di kampung saya hari pekan sekali seminggu’.
(11b) Anak den wisuda besuak bulan April. Anak saya wisuda besok bulan April. ‘Anak saya wisuda besok bulan April’.
Pada data (11) penanda waktu yang merupakan penunjuk bulan adalah bulan April
(11a)
April
besok’
menyatakan
bahwa
Anak den wisuda bulan April besuak. Anak saya wisuda bulan April besok. ‘Anak saya wisuda bulan April besok’.
4.1.5 Penunjuk Tahun 4.1.4 Penunjuk Bulan
Penanda waktu penunjuk tahun yang
a. Penunjuk bulan berdasarkan Tahun Masehi
digunakan dalam Bahasa Minangkabau adalah
Dalam satu tahun terdapat dua belas
di taun ‘tahun’ dan taun ‘tahun’. Untuk lebih
bulan, yaitu dimulai dari bulan Januari,
jelasnya perhatikan contoh data penanda
Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli,
waktu berikut yang ditemukan di daerah Balai
Agustus, September, Oktober, November, dan
Selasa Kabupaten Pesisir Selatan.
Desember. Nama-nama bulan tersebut sering
(11) Budak tu layia taun sambilan tigo. Anak itu lahir tahun 1993. ‘Anak itu lahir tahun 1993’.
dijadikan patokan oleh masyarakat dalam melakukan Minangkabau
kegiatan. di
daerah
Dalam Balai
bahasa Selasa 8
Penanda waktu pada data (12), yaitu taun 93
Penanda waktu dalam bahasa Minangkabau
‘tahun 1993’ merupakan penanda waktu
patang ko ‘kemarin ini’ pada data (13) tetap
penunjuk tahun. Pemakaian penanda waktu
gramatikal dan maknanya tidak berubah.
taun 93 ‘tahun 1993’ berupa kata majemuk
Berikut juga ditemukan data yang
yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi
menunjukkan
di awal, seperti kalimat pada data (12a) dan di
menerangkan peristiwa yang sudah lampau.
tengah seperti pada data (12b).
(13) Aden pai ka surau cako. Saya pergi ke mushalla tadi. ‘Saya pergi ke mushalla tadi’.
Penanda
waktu pada kalimat ini hanya menggunakan
penjelas
waktu
yang
penanda taun. (12a) Taun sambilan tigo budak layia. Tahun 1993 anak itu lahir. ‘Tahun 1993 anak itu lahir’.
Pada data (14) penjelas waktu cako
tu
‘tadi’ menerangkan peristiwa yang baru saja terjadi. Penanda waktu cako ‘tadi’ menempati posisi di akhir kalimat. Penanda tersebut dapat
(12b) Budak tu taun sambilan tigo layia. Anak itu tahun 1993 lahir. ‘Anak itu tahun 1993 lahir’.
di balik posisinya menjadi di awal kalimat, seperti data (14a) dan di tengah kalimat, seperti yang terlihat pada data (14b) berikut ini.
4.1.6 Penjelas Waktu
(14a)
Cako den pai ka surau. Tadi saya pergi ke mushalla. Tadi saya pergi ke mushalla’.
Penjelas waktu biasanya menandai peristiwa yang
telah
sebelumnya,
lampau, sesudahnya,
kini, dan
mendatang, kebiasaan.
(14b) Den cako pai ka surau. Saya tadi pergi ke mushalla. ‘Saya tadi pergi ke mushalla’.
Selain itu, juga ada preposisi lain yang menjelaskan waktu, yaitu sudah tidak ada lagi
Setelah
atau habis. Untuk lebih jelasnya perhatikan
penanda
waktu
cako
‘tadi’
dipermutasikan, kalimat (14a) dan (14b) tetap
pada uraian berikut.
gramatikal dan maknan yang disampaikan
a) Penjelas waktu lampau atau sebelumnya
tidak berubah.
Penjelas waktu lampau atau sebelumnya
b) Penjelas waktu menerangkan peristiwa
dalam bahasa Minangkabau daerah Balai
Penjelas waktu menerangkan peristiwa
Selasa dapat dilihat pada data di bawah ini.
yang akan terjadi dalam bahasa Minangkabau
(12) Abak den patang ko mamaduak sawah. Ayah saya kemarin ini mencangkul sawah. ‘Ayah saya kemarin ini mencangkul sawah’.
dapat dilihat pada data di bawah ini. (14) Amak den besuak siang pai batanam. Ibu saya besok pergi bercocok tanam. ‘Ibu saya besok pergi bercocok tanam’. 9
Pananda waktu besuak siang ‘besok’ pada
(15) Besuak ciek lai den pai ka Mato Aia. Besok satu lagi saya pergi ke Mata Air. ‘Besok satu lagi saya pergi ke Mata Air’.
data (15) menerangkan peristiwa yang akan terjadi atau dilakukan. Penanda besuak siang ‘besok’ pada kalimat ini tidak menerangkan
Penanda waktu besuak ciek lai ‘besok satu bahwa peristiwa itu akan dilakukan besok
lagi’ pada data (16) menerangkan pristiwa
pada siang hari, tetapi bisa saja pagi, sore,
akan terjadi. Penanda waktu besuak ciek lai
ataupun malam. Kata siang pada kalimat ini
‘besok satu lagi’ berupa kata majemuk yang
berfungsi
untuk
memberikan
dapat dipermutasikan posisinya di akhir
penekanan
kalimat seperti terlihat pada data (16a), dan di bahwa
peristiwa
itu
benar-benar
akan
tengah kalimat pada data (16b). (16a) Den pai ka mato aia besuak ciek lai. Saya pergi ke mata air besok satu lagi. ‘Saya pergi ke mata air besok satu lagi’.
dilakukan besok. Penanda waktu besuak siang ‘besok siang’ berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di awal kalimat, seperti data (15a) dan di akhir
(16b) Ka mato aia besuak ciek lai den pai. Ke mata air saya besok satu lagi pergi. ‘Ke mata air besok satu lagi saya pergi’.
kalimat, seperti pada data (15b). Penanda waktu yang posisinya dibalik ini tidak mengubah
makna
dari
kalimat
yang
Setelah penanda waktu besuak ciek lai ‘besok
sebelumnya.
satu lagi’ dipermutasikan, kalimat (16a) dan (15a)
Besuak siang amak den pai batanam. Besok ibu saya pergi bercocok tanam. ‘Besok ibu saya pergi bercocok tanam’.
(16b) tetap gramatikal dan maknan yang disampaikan tidak berubah. c) penjelas waktu yang sudah berlangsung Penjelas waktu yang sudah berlansung
(15b) Amak den pai batanam besuak siang. Ibu saya pergi bercocok tanam besok. ‘Ibu saya pergi bercocok tanam besok’.
dalam bahasa Minangkabau dapat dilihat pada data di bawah ini. (16) Ko den sadang mamasak Ira a. Ini saya lagi memasak Ira. ‘Ini saya lagi memasak Ira’.
Penanda waktu yang akan terjadi setelah berlangsungnya hari ini dapat dilihat
Penanda waktu ko ‘ini’ pada data (17)
pada
menerangkan
data di bawah ini.
peristiwa
yang
sedang
berlansung. Penanda waktu yang merupakan 10
penjelas waktu ko ‘ini’ berupa kata yang dapat
Setelah penanda waktu patang-patang ‘sore-
dipermutasikan posisinya di akhir kalimat,
sore’ dipermutasikan, kalimat (18a) dan (18b)
seperti data (17a) dan di tengah kalimat,
tetap
seperti yang terlihat pada data (17b) berikut
disampaikan tidak berubah.
ini.
d) penjelas waktu menerangkan peristiwa
(17a) Ira den sadang mamasak ko a. Ira saya lagi memasak ini. ‘Ira saya lagi memasak ini’.
gramatikal
Penanda
(17b) Den ko sadang mamasak Ira a, Saya ini lagi memasak Ira, ‘Saya ini lagi memasak Ira’ penanda
waktu
ko
yang
waktu
berikut
juga
penjelas
waktu
yang
menerangkan peristiwa yang berlangsung sesaat dapat dilihat pada data di bawah ini. (18) Den mancaliak budak tu sapinte. Saya melihat anak itu sekilas. Saya melihat anak itu sekilas.’
‘ini’
dipermutasikan, kalimat (17a) dan (17b) tetap gramatikal dan maknan yang disampaikan
Penjelas waktu sapinte ‘sekilas’ pada data (19)
tidak berubah. Penanda
maknan
berlansung sesaat
menunjukkan
Setelah
dan
menjelaskan peristiwa yang dialami atau waktu
penjelas
yang
dilakukan baik itu lama atau pun sebentar,
menerangkan tentang hari yang sama dalam
sedangkan penjelas waktu sapente ‘sekilas’
bahasa Minangkabau juga dapat ditemukan.
berupa
Hal ini dapat dilihat pada data berikut.
kata
majemuk
yang
dapat
dipermutasikan posisinya menjadi di tengah,
(17) Patang-patang budak tu lah tibo . Sore-sore anak itu sudah datang . ‘Sore-sore anak itu sudah datang’.
seperti pada data (19a), dan di awal, seperti pada data (19b) berikut ini. (19a) Aden sapinte mancaliak budak tu. Saya sekilas melihat anak itu. ‘Saya sekilas melihat anak itu’.
Pada data (18) penjelas waktu patang-patang ‘sore-sore’ menerangkan waktu yang sudah
(19b) Sapinte aden mancaliak budak tu. Sekilas saya melihat anak itu. ‘Sekilas saya melihat anak itu’.
menunjukkan waktu sore. Penanda waktu patang-patang ‘sore-sore’ berupa kata ulang yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi
Berikut juga ditemukan penjelas waktu
di tengah kalimat, seperti pada data (18a), dan
yang menerangkan peristiwa yang biasanya
di akhir kalimat, seperti pada data (18b).
terjadi atau kebiasaan. Untuk lebih jelasnya
(18a) Budak tu patang-patang ka siko. Anak itu sore-sore ke sini. ‘Anak itu sore-sore ke sini’.
perhatikan data di bawah ini.. (19) Alang aRi budak tu mandi di banda. Setiap hari anak itu mandi di sungai. ‘Setiap hari anak itu mandi di sungai’.
(18b) Budak tu ka siko patang-patang. Anak itu ke sini sore-sore. ‘Anak itu ke sini sore-sore’. 11
Penjelas waktu alang aRi ‘setiap hari’ pada
‘habis salat Jumat’ berbentuk frase yang dapat
data (20) menjelaskan peristiwa atau kegiatan
dipermutasikan posisinya menjadi di akhir
itu dilakukan rutin setiap hari. Penjelas waktu
kalimat pada data (21a) dan di tengah, seperti
alang aRi ‘ setiap hari’ berupa kata majemuk
pada kalimat (21b) berikut ini.
yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi
(21a) Den ka rumah kau abih sumbayang Jumaek. Saya ke rumah kamu selesai salat Jumat. ‘Saya ke rumah kamu selesai salat umat’.
di tengah, seperti yang terlihat pada data (20a) dan di akhir kalimat, seperti pada data (20b) berikut ini. (20a) Budak tu alang aRi mandi di banda. Anak itu setiap hari mandi di sungai. ‘Anak itu setiap hari mandi di sungai’.
(21b) Den abih sumbayang Jumaek ka rumah kau. Saya selesai salat Jumat ke rumah kamu. ‘Saya selesai salat Jumat ke rumah kamu’.
(20b) Budak tu mandi di banda alang aRi. Anak itu mandi di sungai setiap hari. ‘Anak itu mandi di sungai setiap hari’. Penanda
waktu
juga
Selanjutnya, juga ditemukan penanda waktu yang ditandai dengan konjungsi lain yang menjelaskan tentang penanda waktu yang juga merupakan penjelas waktu dalam
ditemukan
bahasa Minangkabau di daerah Balai Selasa
preposisi abih ‘habis’ dalam menjelaskan
Kabupaten
penanda waktu dalam bahasa Minangkabau
Abih sumbayang Jumaek den ka umah kau. Selesai salat Jumat saya ke rumah kamu. ‘Selesai salat Jumat saya ke rumah kamu’.
Penjelas
‘habis
salat
dilakukan.
Penjelas
waktu
waktu
malakik
den
tibo
waktu yang ditandai dengan kata malakik den
Jumat’
tibo ‘sampai saya datang’ berbentuk klausa
menerangkan kegiatan atau peristiwa yang akan
lebih
‘sampai saya datang’. Pemakaian penjelas
Pada data (21) penjelas waktu abih Jumaek
Untuk
(21) Ari indak bulia pai malakik den tibo. Ari tidak boleh pergi sampai saya datang. ‘Ari tidak boleh pergi sampai saya datang’.
lebih jelasnya perhatikan data berikut.
sumbayang
Selatan.
jelasnya perhatikan data berikut.
Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. Untuk
(20)
Pesisir
yang dapat dipermutasikan posisinya (setelah
abih
klausa),
sumbayang Jumaek ‘habis salat Jumat’ pada
sehingga
menempati
di
tengah
kalimat, seperti pada data (22a) dan di awal
kalimat ini menyatakan setelah selesai salat
kalimat, seperti yang terlihat pada data (22b)
jumat dia aka pergi ke rumah temannya.
berikut ini.
Penjelas waktu abih sumbayang Jumaek 12
(22a) Indak bulia pai malakik den tibo Ari. Tidak boleh pergi sampai saya datang Ari. ‘Tidak boleh pergi sampai saya datang Ari’.
Selain itu, juga ditemukan data lain yang menerangkan rentang waktu di awal. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut. (23) Sajak cako den tunggu kau. Sejak tadi saya menunggu kamu. ‘Sejak tadi saya menunggu kamu’.
(22b) Malakik den tibo Ari indak bulia pai. Sampai saya datang Ari tidak boleh pergi. ‘Sampai saya datang Ari tidak boleh pergi’.
Pada data (23) rentang waktu sajak cako ‘sejak tadi’ hampir sama dengan rentang waktu
dari
‘dari’,
yaitu
sama-sama
menerangkan waktu di awal. Akan tetapi, Setelah penanda penunjuk waktu malakik den
rentang
tibo ‘sampai saya datang’ dipermutasikan
termasuk
pada kalimat (22a) dan (22b) tetap gramatikal
ke
cako
dalam
‘sejak
preposisi
tadi’ yang
dirasakan. Biasanya kata sajak cako ‘sejak tadi’ digunakan oleh seseorang yang sudah
Rentang
kesal karena lama menunggu. Pemakaian
Rentang dalam penanda waktu dapat
sajak cako ‘sejak tadi’ berupa kata majemuk
diungkapkan dengan preposisi dari ‘dari’ dan
yang dapat dipermutasikan posisinya di akhir,
ka ‘ke’. Preposisi Dari ‘dari’ menerangkan
seperti yang terlihat pada data (23a) berikut
waktu awal dan ka ‘ke’ menerangkan waktu
ini.
penyelesaian. Dalam bahasa Minangkabau di
(23a) Den tunggu kau sajak cako. Saya menunggu kamu sejak tadi. ‘Saya menunggu kamu sejak tadi’.
Balai Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan juga ditemukan penanda waktu yang menyatakan rentang. Untuk lebih jelasnya perhatikan data
Selain preposisi sajak cako ‘sejak tadi’
berikut. (22)
sajak
menjelaskan rentang lamanya waktu yang
dan makna yang disampaikan tidak berubah. 4.2
waktu
yang menerangkan
Dari pukua sambilan cako hujan. Dari pukul sembilan tadi hujan. Dari pukul sembilan tadi hujan’.
rentang waktu, berikut
ditemukan preposisi lain. Selanjutnya,
data
lain
yang
menunjukkan adanya rentang waktu yang
Rentang penanda waktu dari pukua
digunakan dalam bahasa Minangkabau di
sambilan ‘dari pukul sembilan’ yang terdapat
daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan
pada data (23) menjelaskan bahwa hujan telah
dapat dilihat pada data di bawah ini.
turun dari pukul Sembilan ‘dari pukul
(24) Antaro pukua 4 jo 6 pulang. Antara pukul 4 dan 6 pulang.
sembilan’ hingga sekarang. Preposisi dari ‘dari’ pada kalimat ini menjelaskan waktu awal hujan turun. 13
abak
den
ayah saya
‘Antara pukul 4 dan 6
ayah saya
(25a) Den ala basaba salamo ko. Saya sudah sabar selama ini. ’Saya sudah sabar selama ini’.
pulang’. Rentang waktu antaro ‘antara’ pada
Berikut juga ditemukan rentang waktu
data (24) menerangkan waktu yang tidak pasti.
patang-patang
Antaro ‘antara’ pukul 4 dan 6 bukan berarti
dapat dilihat pada data berikut.
seterusnya. Rentang waktu antaro ‘antara’ yang
dapat
ini’
bahasa Minangkabau Balai Selasa. Hal ini
pukul setengah lima, setengah enam, dan
kata
‘kemarin-kemarin
menerangkan waktu yang sudah lewat dalam
benar-benar pukul 4 dan 6. Mungkin saja
berupa
ko
(26)
dipermutasikan
posisinya menjadi di tengah, seperti pada data (24a), tetapi rentang waktu antaro ‘antara’
Patang - patang ko budak tu kasiko, Kemarin - kemarin ini dia itu kesini, ‘Kemarin-kemarin ini dia itu kesini’.
tidak dapat menempati posisi di akhir kalimat, Pada data (26) Rentang waktu patang-
karena membuat kalimat tersebut menjadi
patang
tidak gramatikal.
ko
menerangkan
(24a) Abak den pulang antaro pukua 4 jo 6 . Ayah saya pulang antara pukul 4 dan 6 . ‘Ayah saya pulang antara pukul 4 dan 6’.
‘kemarin-kemarin waktu
yang
sudah
ini’ lewat.
Penanda waktu Patang-patang ko ‘kemarinkemarin ini’ hari sebelumnya setelah hari ini atau sudah berlalu. Penanda waktu patangpatang ko ‘kemarin-kemarin ini’ berbentuk
Selain itu, ditemukan juga rentang
kata
ulang
yang
dapat
dipermutasikan
waktu yang menggunakan kata salamo ko
posisinya menjadi di akhir kalimat pada data
‘selama ini’ di daerah Balai Selasa Kabupaten
(26a) berikut ini.
Pesisir Selatan. Hal ini dapat dilihat pada data
(26a) Budak tu kasiko patang-patang ko. Dia itu kesini kemarin-kemarin ini. ‘Dia itu ke sini kemarin-kemarin ini’.
berikut. (25) Salamo ko den alah basaba. Selama ini saya sudah sabar. ‘Selama ini saya sudah sabar’.
Selain itu. Ditemukan juga penanda Pada data (25) rentang waktu salamo ko
waktu bilo-bilo ‘kapan-kapan’ menerangkan
‘selama ini’ menerangkan lamanya rentang
waktu yang akan terjadi dalam bahasa
waktu yang dilalui. Rentang waktu salamo ko
Minangkabau Balai Belasa. Hal ini dapat
‘selama ini’ berbentuk frase preposisi yang
dilihat pada data berikut ini.
dapat dipermutasikan posisinya di akhir kalimat pada data (25a) berikut ini.
14
(27)
Bilo - bilo ayo lah kau antan buku tu. Kapan-kapan saja kamu antarkan buku itu. ‘Kapan-kapan saja kamu antarkan buku itu’.
1. Penanda waktu saat dapat dikelompokkan menjadi (1) penunjuk jam, yaitu (a) jam tepat seperti, pukua sapuluah cako ‘pukul sepuluh tadi’, (b) jam kira-kira dengan acuan matahari seperti, malam sanayan
Rentang waktu bilo-bilo ‘kapan-kapan’
‘malam senin’, (c) jam kira-kira dengan
pada data (27) menerangkan waktu yang akan
acuan kelima waktu salat saperti, ala
terjadi. Penanda waktu Bilo-bilo ‘kapankapan’
baru
akan
terjadi
tetapi
luhua aRi ‘sudah zuhur hari’, (d) jam kira-
belum
kira dengan acuan bunyi hewan seperti,
ditentukan waktu terjadinya yang berbentuk
ayam bakukuak ‘ayam berkokok’. (2)
kata ulang. Penanda waktu bilo-bilo ‘kapankapan’
dapat
dipermutasikan
penunjuk hari, seperti aRi abah ‘hari
posisinya
rabu’.
menjadi di tengah kalimat pada data (27a)
(3)
penunjuk
minggu,
seperti
saminggu ‘seminggu’. (4) penunjuk bulan,
berikut ini.
seperti bulan april besuak ‘bulan april
(27a) Kau antan buku tu bilo-bilo ayo lah. Kamu antar buku itu kapan-kapan saja. ‘Kamu antar buku itu kapan-kapan saja’. Setelah penanda waktu bilo-bilo ‘kapan-
besok’. (5) penunjuk tahun, seperti taun 93 ‘tahun 93’. (6) penjelas waktu, seperti patang ko ‘kemarin ini’. 2. Penanda
waktu
rentang
adalah
menerangkan waktu penyelesaian yang
kapan’ dipermutasikan. Kalimat (27a) yang
menyatakan
tentang
rentang
waktu
sasudah ‘sesudah,’ salamo ‘selama’.
berbentuk kata ulang tetap gramatikal dan makna yang disampaikan tidak berubah.
5.2 Saran Berdasarkan simpulan tersebut penulis
4.2 Rentang
menyarankan
Rentang dalam penanda waktu dapat
penelitian
ini
dapat
dijadikan sebagai rujukan masukan dalam
diungkapkan dengan preposisi dari ‘dari’ dan
meneliti Penanda waktu. Selain itu, agar
ka ‘ke’. Preposisi Dari ‘dari’ menerangkan
penelitian ini mendapat hasil yang baik,
waktu awal dan ka ‘ke’ menerangkan waktu
diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan dari sisi yang berbeda.
Penutup 5.1
agar
Kesimpulan Dari uraian yang telah disampaikan
dalam analisis, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 15
DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk. 2013. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Ayub, Asni dkk. 1993. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Chaer, Abdul. 2001. Pengantar Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. ______. 2008. Morfologis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta H. Hoed, Benny. 1989. Kala dalam Novel Fungsi dan Penterjemahannya. Yogyakarta: Universitas Press. Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT RajoGrafindo Persada. Moussay, Gerard. 1981. La Langue Minangkabau. Penerjemah: Rahayu S. Hidayat. 1998. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Gramedia. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Universitas Press
16