VERBA BAHASA MINANGKABAU BINJAI, KECAMATAN BASA AMPEK BALAI TAPAN, KABUPATEN PESISIR SELATAN Lidya Emilda 1, Eriza Nelfi2, Iman Laili2 1) Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta E-mail :
[email protected] 2) Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta Abstract Verb research in Minangkabau Binjai, Basa Ampek Balai Tapan District, Pesisir Selatan Regency did because many verbs were found in utterance of society in Nagari Binjai. This research have purpose to describe form of verb in Minangkabau Binjai, Basa Ampek Balai Tapan District, Pesisir Selatan Regency Language. Theories that used are Alwi and Chaer‟s theories. The writer used descriptive method. Technique that used to collecting data is elicitation, recording, and note taking technique. Next in analysing data the writer used mutation and deletion technique. The results of this research are basic verb and derivative verb. Basic verb that found are verb that follow by adverb such as adverb dak „no‟, pasting „sure‟, sdang „again‟, aruih „should‟, jaRang „rare‟ and lum „not.yet‟; and verb that doesn‟t follow by adverb. Derivative form that found are (1) Transposition, transposition from noun to verb; (2) affixation such as prefix {m-}, {n-}, {ng-}, {ny-}, {ma-}, {ba-}, {ta-}, and {ding-}; (3) reduplication like partial reduplication; (4) compound word such as basic compound word to affixation compound word. Key words: basic verb, derivative verb
administrasi negara; (2) alat penyatuan
Pendahuluan Bahasa merupakan alat komunikasi antaranggota
masyarakat,
bahasa
juga
merupakan wujud pikiran dan perasaan
berbagai suku bangsa dengan berbagai latar belakang sosial dan budaya; (3) media untuk menampung kebudayaan nasional.
penutur. Antara bahasa dan penuturnya tidak dapat
dipisahkan
karena
tanpa
bahasa
Berbeda bahasa
dengan
daerah
bahasa
adalah oleh
nasional,
bahasa
yang
masyarakat
yang
manusia tidak dapat berkomunikasi antara
dipergunakan
sesamanya.
mendiami daerah tertentu dalam berinteraksi
Berdasarkan pembagian bahasa, bahasa
antarsesamanya. Pembagian nama bahasa
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
daerah ini adalah berdasarkan nama daerah
bahasa nasional dan bahasa daerah. Bahasa
dan
nasional di negara Republik Indonesia adalah
bahasa
bahasa Indonesia. Menurut Chaer (1997:2)
Minangkabau. Bahasa daerah ini merupakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
identitas dari suatu daerah yang merupakan
berfungsi sebagai (1) alat untuk menjalankan
alat pelaksanaan kebudayaan daerah. Pada
kebudayaan Jawa,
masing-masing, bahasa
Batak,
seperti bahasa
1
umumnya
masyarakat
Indonesia
Kabupaten Pesisir Selatan. Binjai adalah
menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa
salah satu daerah perbatasan antara propinsi
pertama atau bahasa sehari-hari sebelum
Sumatera Barat dengan Kabupaten Kerinci.
memperoleh bahasa kedua, yaitu bahasa
Masyarakat Binjai adalah masyarakat yang
Indonesia, oleh karena itu bahasa daerah
beranekaragam mata pencariannya. Ada yang
tidak kalah penting dari bahasa nasional.
bekerja
Karena
pegawai negeri. Untuk berkomunikasi sehari-
bahasa
daerah
merupakan
aset
sebagai
kebudayaan negara Indonesia. Untuk itu,
hari
bahasa daerah harus dilestarikan agar tidak
Minangkabau Binjai.
punah.
mereka
petani,
pedagang
menggunakan
dan
bahasa
Menurut Alwi dkk. (2003:98) Bahasa
Salah satu bahasa daerah di Indonesia
Indonesia pada dasarnya mempunyai dua
adalah bahasa Minangkabau. Menurut Ayub
macam bentuk verba yaitu verba dasar, dan
dkk
verba turunan. Menurut Alwi dkk (2003:100)
(1993:13)
merupakan
bahasa
dan
verba asal adalah verba yang dapat berdiri
berkembang di kawasan negara Republik
sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis.
Indonesia. Dengan demikian, kelas kata yang
Menurut
disusun untuk bahasa Indonesia dapat juga
turunan adalah verba yang dibentuk melalui
dipakai untuk bahasa Minangkabau. Menurut
transposisi, pengafiksan, reduplikasi, dan
Ayub dkk (1993:76) analisis kelas kata
pemajemukan ( Alwi dkk, 2003:101).
bahasa
bahasa
Minangkabau
Minangkabau
yang
ini
hidup
mengikuti
Alwi
dkk
(2003:101).
Verba
Beberapa contoh verba dalam bahasa
penggolongan kelas kata Kridalaksana. Kelas
Minangkabau
kata dalam bahasa Minangkabau adalah (1)
Ampek Balai Tapan, Kabupaten Pesisir
verba,
Selatan adalah sebagai berikut.
(2)
adjektiva,
(3)
nomina,
(4)
pronomina, (5) adverbia, (6) numeralia, (7)
Binjai,
Kecamatan
Basa
(1)
URang mling kining ka lngang ning. Orang membeli sekarang ini lengang kak. Orang membeli sekarang ini lengang kak‟
(2)
Aban harus mukak pitung neh. Kamu harus membuka pintu itu „Kamu harus membuka pintu itu‟
intoragativa, (8) demonstrative, (9) artikula, (10) preposisi, (11) konjungsi, (12) kategori fatis, dan (13) interjeksi. Untuk lebih terarahnya penelitian ini, penulis hanya mengkaji kelas kata yang berupa verba dari bahasa Minangkabau Binjai, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan. Binjai adalah salah satu daerah yang ada di Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan,
Dari contoh (1) di atas dapat dilihat pada kata mling „membeli‟ berasal dari kata 2
bling „beli‟. Pada contoh (2) kata mukak
dalam Bahasa Melayu Jambi dialek Bungo di
„membuka‟ berasal dari kata bukak „bukak‟.
Rantau Embacang yaitu berjumlah sebelas
Contoh penggunaan Minangkabau
di
atas
menggambarkan
afiks.
bentuk verba dalam bahasa Binjai
Basa
berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Ampek Balai Tapan, Kabupaten Pesisir
Zakiya (2006). Pada penelitian ini penulis
Selatan. Oleh karena itu, penelitian bentuk
mengkaji verba dalam bahasa Minangkabau
verba dalam bahasa Minangkabau Binjai,
Binjai, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan,
Kecamatan
Kabupaten Pesisir Selatan dari segi bentuk.
Basa
Kecamatan
Penelitaian yang penulis lakukan ini
Ampek
Balai
Tapan,
Kabupaten Pesisir Selatan perlu dilakukan.
Tujuan
penelitian
ini
adalah
Sepengetahuan penulis, penelitian tentang
mendeskripsikan bentuk verba dalam bahasa
bentuk verba dalam bahasa Minangkabau
Minangkabau
Binjai, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan,
Ampek Balai Tapan, Kabupaten Pesisir
Kabupaten Pesisir Selatan ini belum pernah
Selatan.
dilakukan.
Binjai,
Kecamatan
Basa
Metodologi
Berdasarkan tinjauan pustaka yang
Metode penelitian yang digunakan
telah penulis lakukan, penelitian tentang
dalam
verba sudah pernah dilakukan oleh Zakiya
deskriptif. Menurut Sudaryanto (1992:62)
(2006)
Jambi,
metode deskriptif adalah penelitian yang
menganalisis tentang Afiksasi Verba Bahasa
dilakukan semata-mata hanya berdasarkan
Melayu Jambi dialek Bungo di Rantau
fakta yang ada dalam fenomena yang
Embacang. Jumlah prefiks pada Bahasa
memang secara empiris hidup pada penutur-
Melayu Jambi dialek Bungo di Rantau
penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau
Embacang Kecamatan Tanah Sepenggal
yang dicatat berupa perian bahasa yang biasa
Lintas ada enam, yaitu /N-/, ba/, /sa-/, /ta-/,
dikatakan sifatnya seperti potret: paparan
/pa-/,/ da-/. Jumlah sufiks Bahasa Melayu
seperti apa adanya.
Jambi dialek Bungo di Rantau Embacang
Metode
Universitas
Batanghari
penelitian
yang
ini
adalah
digunakan
metode
untuk
Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas ada dua,
mengumpulkan data pada penelitian ini
yaitu /kan/, /-an/. Jumlah konfiks bahasa
adalah metode simak. Disebut “metode
Melayu Jambi di desa Rantau Embacang
simak” atau “penyimakan” dilakukan dengan
Kecamatan
menyimak, yaitu menyimak penggunaan
Tanah
Sepenggal
Lintas
Kabupaten Bungo, berjumlah ada tiga, yaitu /pa-…-an/,/ ba…-an/, /ka-…-an/. Jumlah
bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Sementara teknik pengumpulan data yang digunakan
keseluruhan afiks (prefiks, sufiks, konfiks) di 3
pada penelitian ini adalah teknik simak libat
adalah
cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Teknik
1993:41).
simak libat cakap adalah peneliti ikut berpartisipasi
sambil
berpartisipasi
dalam
dan
ABCD
(Sudaryanto,
Hasil dan Pembahasan
menyimak,
pembicaraan
berbentuk
Verba yang dibahas pada artikel ini adalah verba bahasa Minangkabau Binjai,
menyimakan pembicaraan. Jadi, peneliti
Kecamatan
terlibat langsung dalam dialog (Sudaryanto,
Kabupaten Pesisir Selatan yang ditinjau dari
1993:133). Teknik rekam dapat dilakukan
segi bentuk. Bentuk verba dalam bahasa
bersamaan dengan teknik simak libat cakap.
Binjai terdiri dari verba asal dan verba
Teknik catat bisa dilakukan bersama teknik
turunan.
rekam dan dapat juga dilakukan sesudah teknik
rekam
dilakukan
(Sudaryanto,
1993:135). Metode
digunakan
untuk
Ampek
Balai
Tapan,
Verba asal dalam bahasa Minangkabau Binjai, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan Kabupaten
yang
Basa
Pesisir
dikelompokkan
Selatan
berdasarkan
ini
dapat
verba
yang
menganalisis data pada penelitian ini adalah
didampingi oleh adverbia dan verba yang
metode agih. Metode agih adalah metode
tidak didampingi oleh adverbia.
yang menggunakan alat penentunya justru
Verba dalam bahasa Minangkabau
bagian dari bahasa yang bersangkutan itu
Binjai dapat didampingi oleh adverbia antara
sendiri (Sudaryanto, 1993:15).
lain (a) dak „tidak‟, (b) pasting „pasti‟, (c)
Teknik analisis data yang digunakan
sdang „sedang‟, (d) aruih „harus‟, (e) jaRang
pada penelitian ini adalah teknik ubah wujud
„jarang‟, dan (f) lum „belum‟. Verba yang
dan
didampingi oleh adverbia ini dapat terlihat
teknik
lesap.
Menurut
Sudaryanto
(1993:83) teknik ubah wujud adalah teknik analisis yang berupa pengubahan wujud atau parafrasa itu akan menghasilkan tuturan antara lain berbentuk CBAD atau CBDA dengan B dan A yang berubah ujud, bila tuturan data semula adalah berbentuk ABCD. Teknik lesap adalah teknik analisis yang berupa penghilangan atau pelesapan unsur
suatu
lingual
data
itu
akan
menghasilkan tuturan berbentuk ABC, ABD, ACD atau BCD bila tuturan data semula
pada data berikut. (a) Verba yang Didampingi oleh Adverbia dak ‘tidak’ Dalam bahasa Minangkabau Binjai, adverbia dak „tidak‟ dapat mendampingi oleh verba asal terdapat pada data (3) di bawah ini. (3)
Nyu dak tibu ptang. Dia tidak datang kemarin. „Dia tidak datang kemarin‟.
ka sika ke
sini
ke
sini
4
Pada data (3) verba tibu „datang‟ yang
Kalimat (4a) ini tidak gramatikal, karena
didampingi oleh adverbia negasi dak „tidak‟
predikat di dalam kalimat itu tidak ada.
menjadi frase dak tibu „tidak datang‟ berfungsi
sebagai
predikat. Verba
tibu
„datang‟ pada pada frase dak tibu „tidak
(4a)
*Kaban lah ging. Kamu lah lagi. „Kamu lah lagi‟ 4.2 Verba Turunan
datang‟ dapat dilesapkan seperti pada data (3a).
Verba turunan bahasa Minangkabau Binjai, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan,
(3a) Nyu dak ka sika ptang. Dia tidak ke sini kemaren. „Dia tidak ke sini kemarin‟.
Kabupaten Pesisir Selatan terdiri atas (1) transposisi, (2) pengafiksan, (3) reduplikasi, dan (4) pemajemukan.
Walaupun verba tibu „datang‟ pada data (3a) dilesapkan,
makna
kalimat
gramatikal. Adverbia
(3a)
tetap
dak „tidak‟
yang
berfungsi menerangkan verba tibu „datang‟ juga dapat dilesapkan. Cermati
data (3b)
4.2.1
Transposisi Dalam bahasa Minangkabau Binjai,
transposisi dapat diturunkan dari verba ke nomina. Untuk lebih jelasnya, cermatilah data (5) berikut ini.
berikut.
(5)
(3b) Nyu tibu ka sika ptang. Dia datang ke sini kemarin. „Dia datang ke sini kemarin‟. Akibat pelesapan ini, bentuk kalimat pada data (3b) berubah dari kalimat negatif menjadi kalimat positif.
Toloang gutiang ambut ambo ngan gutiang ka. Tolong gunting rambut saya dengan gunting ini. „Tolong gunting rambut saya dengan gunting ini‟.
Kata gutiang „gunting‟ pertama pada data (5) berkategori verba, sedangkan kata gutiang
4.1.1 Verba yang Tidak Didampingi oleh Adverbia Dalam bahasa Minangkabau Binjai,
„gunting‟ kedua berkategori nomina. Kedua
verba yang tidak didampingi oleh adverbia
dilesapkan seperti pada data (5a) di bawah
terlihat pada data (4) berikut.
ini.
(4)
kata gutiang „gunting‟ ini tidak dapat
Kaban mandinglah ging! Kamu mandilah lagi! „Mandi lah kamu lagi!‟
(5a) *Toloang ambut ambo ngan ka. Tolong rambut saya dengan ini. „Tolong rambut saya dengan ini‟.
Pada data (4) terdapat verba manding „mandi‟. Verba manding „mandi‟ pada data (4) merupakan bentuk perintah. Verba ini
Pelesapan kata gutiang „gunting‟ pada data
tidak dapat dilesapkan seperti pada data (4a).
(5a)
menjadikan
data
tersebut
tidak
gramatikal. 5
diubah wujudnya menjadi bentuk pasif
4.2.2 Pengafiksan Proses bahasa
penambahan
Minangkabau
afiks Binjai
dalam
dengan menambah prefiks {ding-} „di-„.
yaitu
Verba tersebut menjadi dingbasuh „dicuci‟.
penambahan prefiks. Prefiks yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau Binjai terdiri
lihat data (6a) berikut. (6a)
dari prefiks {m-} „men-‟, prefiks {n-} „me-‟, prefiks {ng-} „meng-„, prefiks {ny-} „meny-„, {ma-} „men-„ prefiks {ba-} „ber-„, prefiks {ta-
Kaban ding basuh pinggan neh lelok. Kamu dicuci piring ini hati-hati‟. „Kamu cuci piring ini dengan hati-hati.
} „ter-„, prefiks {ding-} „di-„. Prefiks yang mendampingi verba tersebut akan dijelaskan
2) Prefiks {n-} ‘me-‘ Prefiks {n-} „me-„ muncul apabila
satu per satu.
diikuti kata dasar yang diawali dengan fonem
1) Prefiks {m-} ‘men-‘ Prefiks {m-} „men-„ muncul apabila diikuti kata dasar yang diawali dengan fonem /b/ dan /p/. Penggunaan prefiks {m-} „men-„
konsonan /t/. Penggunaan prefiks {n-} „me-„ pada kata dasar yang diawali dengan fonem konsonan /t/ dapat dilihat pada data (7) berikut.
antara lain diuraikan sebagai berikut.
(7)
a. Penggunaan prefiks {m-} ‘men-‘ pada kata dasar yang diawali dengan fonem /b/ Prefiks {m-} „me-„ muncul apabila
Awak ninguk uRang neh karjo. Kita melihat orang ini kerja. „Kita lihat orang ini berkerja‟.
diikuti kata dasar yang diawali dengan fonen /b/. Penggunaan prefiks {m-} „men-„ pada kata dasar yang diawali dengan fonem /b/ dalam bahasa Minangkabau Binjai dapat
Kaban masuh pinggan neh lelok. Kamu mencuci piring ini hati-hati „Kamu cuci piring ini dengan hati-hati‟.
Pada verba masuh „mencuci‟ pada data (6) berasal
dari
verba
basuh
„cuci‟
data
(7)
terdapat
verba
ninguk
„melihat‟. Verba ninguk’ melihat‟ berasal dari verba dasar tinguk „lihat‟ yang mendapat prefiks {n-} dan fonem /t/-nya luluh, verba
dilihat pada data (6) di bawah ini. (6)
Pada
yang
mendapat prefiks {m-} dan fonem /b/-nya luluh, verba basuh „cuci‟ menjadi masuh
tinguk „lihat‟ menjadi ninguk „melihat‟. Verba
ninguk
„melihat‟
dapat
diubah
wujudnya menjadi bentuk pasif dengan menambahkan prefiks {ding-} „di„, verba tersebut menjadi dingtinguk „dilihat‟. Hal ini dapat terdapat pada data (7a) berikut ini. (7a)
URang neh dingtinguk karjoA. Orang ini dilihat kerjanya. „Orang ini harus dilihat pekerjaannya‟.
„mencuci‟. Verba masuh „mencuci‟ dapat 6
3) Prefiks {ng-} ‘meng-‘
4) Prefiks {ny-} ‘meny’
Prefiks {ng-} „meng-„ muncul apabila
Prefiks {ny-} „meny-„ muncul apabila
diikuti kata dasar yang diawali dengan fonem
diikuti kata dasar yang diawali dengan
vokal /a/, /e/, dan fonem konsonal /k/.
konsonan /c/, /j/ dan /s/. Penggunaan prefiks
Penggunaan prefiks {ng-} „meng-„ antara lain
{ny-} „meny-„ antara lain dapat diuraikan
diuraikan sebagai berikut.
sebagai berikut.
a. Penggunaan prefiks {ng-} ’meng-‘ pada kata dasar yang diawali dengan fonem /a/ Prefiks {ng-} „meng-„ muncul apabila
a. Penggunaan prefiks {ny-} ‘meny-‘ pada kata dasar yang diawali dengan fonem /c/ Prefiks {ny-} „meny-„ muncul apabila
diikuti kata dasar yang diawali dengan fonen
diikuti kata dasar yang diawali dengan fonen
/a/. Penggunaan prefiks {ng-} „meng-„ pada
/c/. Penggunaan prefiks {ny-} „meny-„ pada
kata dasar yang diawali dengan fonem /a/
kata dasar yang diawali dengan fonem /c/
dapat dilihat pada data (8) di bawah ini.
dapat dilihat pada data (9) berikut.
(8)
Ayah ban sdang ngakut bnih. Ayah kamu sedang mengangkat benih. „Ayahmu sedang mengangkut benih‟.
(9)
Jangan banyak nian uRang nyabut bnih. Jangan banyak terlalu orang mencabut benih „Jangan terlalu banyak orang ikut mencabut benih‟.
ngakut
Verba nyabut „mencabut‟ pada data (9)
„mengangkat‟ yang berasal dari verba akut
berasal dar verba cabut „cabut‟. Setelah
„angkat‟. Verba ngakut „mengangkat‟ ini,
mendapat prefiks {ny-} „men-„, fonem /c/-nya
didampingi
luluh, verba cabut „cabut‟ menjadi nyabut
Pada
data
(8)
oleh
terdapat
adverbia
verba
kala
sdang
„sedang‟ dan mendapat prefiks {ng-} „meng-
„mencabut‟.
„, verba akut „angkat‟ menjadi ngakut
wujudnya
„mengangkat‟. Verba ngakut „mengangkat‟
menambah prefiks {ta-} „ter-„, verba tersebut
dapat diubah wujudnya menjadi bentuk pasif
menjadi tacabut „tercabut‟. Cermatilah data
dengan menambahkan prefiks {ding-} „di-„,
(9a) berikut.
verba tersebut menjadi dingakut „diangkat‟ seperti pada data (8a) berikut ini. (8a)
Bnih sdang dingakut ayah ban. Benih sedang diangkat ayah kamu. „Benih sedang diangkut ayahmu.
wek wek
Verba menjadi
ini
dapat
diubah
verba
pasif
dengan
(9a) Bnih neh tacabut weq uRang banyak. Benih ini tercabut oleh orang banyak. „Benih ini dapat dicabut oleh orang banyak‟
oleh
7
5) Prefiks {ma-} ‘me-‘
alomorf. Kedua alomorf itu adalah {ba-} dan
Prefiks {ma-} „me-„ muncul apabila diikuti kata dasar yang diawali dengan
{bar-}. a) Prefiks {ba-}
konsonan /c/ dan /l/. Penggunaan prefiks
Prefiks {ba-} „ber-„ muncul apabila
{ma-} „me-„ antara lain dapat diuraikan
diikuti kata dasar yang diawali dengan fonem
sebagai berikut.
konsonan /b/, /l/ /t/ /j/, /n/, /d/, /g/ dan vocal
a. Penggunaan prefiks {ma-} ‘me-‘ pada kata dasar yang diawali dengan fonem /c/ Prefiks {ma-} „me-„ muncul apabila
/a/. Penggunaan prefiks {ba-} „ber-„ antara lain dapat diuraikan sebagai berikut.
/c/. Penggunaan prefiks {ma-} „me-„ pada
(1) Penggunaan prefiks {ba-} ‘ber-‘ pada kata dasar yang diawali dengan fonem /b/ Prefiks {ba-} „ber-„ muncul apabila
kata dasar yang diawali dengan fonem /c/
diikuti kata dasar yang diawali dengan fonem
dapat dilihat pada data (10) berikut.
konsonan /b/. Penggunaan prefiks {ba-} „ber-
diikuti kata dasar yang diawali dengan fonen
„ pada kata dasar yang diawali dengan fonem
(10) Aban macilok kepeang ambo ptang. Kamu mencuri uang saya kemarin. „Kamu mencuri uang saya kemarin‟.
/b/ dilihat pada data (11) di bawah ini.
Pada data (10) terdapat verba macilok „mencuri‟ yang berasal dari verba cilok „curi‟. Setelah mendapat prefiks {ma-} „men„, verba cilok „curi‟ menjadi macilok „mencuri‟. Verba ini dapat diubah wujudnya menjadi bentuk pasif dengan menambahkan prefiks {ding-} „di-„, verba tersebut menjadi dingcilok „dicuri‟. Lihatlah data (10a) berikut ini.
(11) Radio neh babunying wek ambo. Radio ini berbunyi oleh saya. „Saya menghidupkan radio‟. Pada data (11), terdapat verba babunying „berbunyi‟ yang berasal dari verba asal bunying „bunyi‟. Setelah mendapat prefiks {ba-} „ber-„, verba bunying „bunyi‟ menjadi babunying „berbunyi‟. Verba babunying „berbunyi‟ dapat diubah wujudnya menjadi bentuk pasif dengan menambahkan prefiks {ta-} „ter-„. Verba tersebut menjadi tabunying
(10a) Kepeang bo dingcilok weq nyu ptang. Uang saya dicuri oleh dia kemarin. „Uang saya dicurinya kemarin‟.
„terbunyi‟. Cermati data (11a) berikut. (11a) Radio neh tabunying wek ambo. Radio ini tertekan oleh saya. „Radio ini tampa sengaja saya hidupkan‟
6) Prefiks {ba-} ‘ber-‘ Prefiks
{ba-}
„ber-„
dalam
bahasa
Minagkabau Binjai memiliki dua buah 8
Prefiks {ta-} „ter-„ muncul apabila
b) Prefiks {bal-} Prefiks {bal-} „bel-„ muncul apabila
diikuti kata dasar yang diawali dengan fonem
diikuti kata dasar yang diawali dengan fonem
konsonan /a/. Penggunaan prefiks {ta-} „ter-„
vokal /a/. Penggunaan prefiks {bal-} „bel-„
pada kata dasar yang diawali dengan fonem
pada kata dasar yang diawali dengan fonem
/a/ dapat dilihat pada data (13) berikut ini.
vokal /a/ dapat dilihat pada data (12) di bawah ini. (12) Nyu balaja maok onda samu onenA Dia belajar membawa motor sama kakaknya „Dia belajar membawa motor sama kakaknya‟
(13) Bajung ban taanjak wek ambo tading. Baju kamu terpindahkan oleh saya tadi. „Baju kamu terpindahkan oleh saya‟. Pada data (13) terdapat verba taanjak „terpindahkan‟ yang berasal dari verba anjak
balaja
„pindah‟. Setelah mendapat prefiks {ta-} „ter-
„belajar‟. Verba ini berasal dari verba aja
„, verba anjak „pindah‟ menjadi taanjak
„ajar‟. Setelah mendapat prefiks {bal-} „bel-„,
„terpindahkan‟. Verba taanjak „terpindahkan‟
verba aja „ajar‟ menjadi balaja „belajar‟.
dapat diubah wujudnya menjadi bentuk aktif,
„belajar‟
dengan menambahkan prefiks {ng-} ‘meng-„.
Pada
data
Verba
(12)
balaja
wujudnya
terdapat
verba
dapat
diubah
menjadi bentuk pasif, dengan
Verba
tersebut
menambahkan prefiks {ding-} „di-„. Verba
„memindahkan‟.
tersebut menjadi dinglaja „diajar‟. lihat data
berikut.
(12a) berikut ini. (12a) Nyu dingaja maok onda wek onenA Dia diajar membawa motor oleh kakaknya „Dia diajar membawa motor oleh kakaknya‟ 7) Prefiks ta- ‘ter-‘
menjadi Perhatikan
nganjak data
(13a)
(13a) Ambo nan nganjak bajung ban tading. Saya yang memindahkan baju kamu tadi. „Saya yang memindahkan baju kamu tadi‟. 8) Prefiks {ding-} ‘di-‘ Prefiks {ding-} „di-„ muncul apabila
Prefiks {ta-} „ter-„ muncul apabila
diikuti kata dasar yang diawali dengan fonem
diikuti kata dasar yang diawali dengan fonem
vokal /a/ /u/ dan fonem konsonan /b/, /c/, /j/,
vokal /a/, /e/ dan konsonan /b/, /c/, /p/, /j/
/k/, /p/, /s/, /t/ dan /e/. Penggunaan prefiks
/m/, dan /s/ . Penggunaan prefiks ta- „ter-„
{ding-} „di-„ antara lain diuraikan sebagai
antara lain diuraikan sebagai berikut.
berikut.
a. Penggunaan prefiks {ta-} ‘ter-‘ pada kata dasar yang diawali dengan fonem /a/ 9
a. Penggunaan prefiks {ding-} ‘di-‘ pada kata dasar yang diawali dengan fonem vokal /a/ Prefiks {ding-} „di-„ muncul apabila
mengulang suku kata pertama dari kata yang
diikuti kata dasar yang diawali dengan fonem
(15) Aban jaRang papaing ka sika ging. Kamu jarang pergi-pergi ke sini lagi. „Kamu jarang dating-datang ke sini‟.
konsonan /a/. Penggunaan prefiks {ding-} „di-„ pada kata dasar yang diawali dengan fonem /a/ dapat dilihat pada data (14).
diulang
tersebut.
Perhatikan
data
(15)
berikut.
Cermati data berikut ini. (14) Upan jawing baRung sudah dingambik sta ka. Makanan sapi baru sudah diambil sebentar ini. „Sebentar ini saya baru selesai mengambil makanan sapi‟.
Pada data (15) terdapat reduplikasi verba yaitu papaing „pergi-pergi‟ yang berasal dari verba paing „pergi‟. Verba paing „pergi‟ direduplikasikan menjadi papaing „pergipergi‟ dan dapat didamping oleh adverbia
Pada data (14) terdapat verba dingambik
jaRang „jarang‟. Reduplikasi verba papaing
„diambil‟ yang berasal dari verba ambik
Pada data (15a) dapat
„ambil‟ dan didampingi oleh adverbia sudah
kalimatnya tetap gramatikal. Akan tetapi,
„sudah‟. Setelah mendapat prefiks {ding-}
fungsi predikat berpindah menjadi ka sika
„di-„,
„ke sini‟. Cermatilah data (15a).
verba
dingambik
ambik
„diambil‟.
„ambil‟ Verba
menjadi dingambik
„diambil‟ dapat diubah wujudnya menjadi
dilesapkan dan
(15a) Aban jaRang ka sika ging. Kamu jarang ke sini lagi. „Kamu jarang ke sini lagi‟.
bentuk aktif dengan penambahan prefiks {ng} „meng-„. Verba tersebut menjadi ngambik „mengambil‟. Cermatilah data (14a) di bawah
Adverbia jaRang „jarang‟ pada data (15) tidak merupakan unsur inti. Adverbia ini dapat dilesapkan. Apabila adverbia ini
ini. (14a) Ambo baRung sudah ngambik upan jawing sta Saya baru siap mengambil makanan sapi sebentar ini. „Saya baru selesai mengambil makanan sapi‟.
dilesapkan, kalimatnya tetap gramatikal dan ka. maknanya berubah. Makna yang muncul
4.2.3 Reduplikasi Di dalam bahasa Minangkabau Binjai terdapat
reduplikasi
verba
sebagian.
Reduplikasi verba sebagian dalam Bahasa
akibat pelesapan ini tidak lagi menyatakan frekuensi tetapi menjadi kalimat perintah seperti pada data (15b) berikut. (15b) Aban papaing ka sika ging! Kamu pergi-pergi ke sini lagi! „Kamu datang-datang ke sini lagi!‟.
Minangkabau Binjai ini dibentuk dengan cara 10
(16b)
4.2.4 Pemajemukan Pemajemukan verba dalam bahasa
Nyu naik ajing taun ka. Dia naik haji tahun ini. „Dia naik haji tahun ini‟.
Minangkabau Binjai terdiri dari majemuk b. Verba Majemuk berimbuhan
dasar dan majemuk berimbuhan.
Verba majemuk berimbuhan dalam
a. Majemuk Dasar Verba Majemuk dasar verba dalam bahasa Minangkabau Binjai dapat dilihat pada data
bahasa
Minangkabau
Binjai
adalah
menambah afiks di depan verba. Perhatikan data (17) berikut.
(16) berikut. (16) Nyu nak naik ajing taun ka. Dia mau naik haji tahun ini. „Dia mau naik haji tahun ini‟ Pada data (16) terdapat pemajemukan verba yaitu naik ajing „naik haji‟. pemajemukan verba, yaitu naik ajing „naik haji‟, berasal dari verba naik „naik‟. Kata majemuk naik ajing „naik haji‟ dapat didampingi oleh adverbia kala,
yaitu
nak „mau‟. Kata
majemuk naik ajing „naik haji‟ tidak dapat dilesapkan. Apabila dilesapkan, kalimatnya
(17) Ambo lah maleh jaso nyu ptang ka. Saya sudah membalas jasa dia kemarin ini. „Saya sudah membalas kebaikan dia kemarin‟. Pada data (17)
terdapat verba majemuk
berimbuhan, yaitu maleh jaso „membalas jasa‟. Verba maleh „membalas‟ berasal dari verba baleh „balas‟. Setelah mendapat prefiks {m-} „mem-„ dan fonem /b/-nya luluh menjadi maleh „membalas‟. Verba majemuk berimbuhan maleh jaso „membalas jasa‟ dapat didampingi oleh adverbia kala yaitu
menjadi tidak gramatikal, karena predikat di
lah „sudah‟. Verba majemuk berimbuhan
dalam kalimat itu tidak ada. Cermatilah data
maleh jaso „membalas jasa‟ ini tidak dapat
16a) berikut.
dilesapkan.
(16a) * Nyu nak taun ka. Dia mau tahun ini. „Dia mau tahun ini‟.
dilesapkan. Apabila adverbia ini dilesapkan, kalimatnya tetap gramatikal, tetapi maknanya
pelesapan
ini
yang tidak
muncul lagi
berikut. (17a) *Ambo lah nyu ptang. ka. Saya sudah dia kemarin ka. „Saya sudah dia kemarin‟.
akibat
menyatakan
keinginan seperti pada data (16b).
kalimatnya
mempunyai predikat. Perhatikan data (17a)
merupakan unsur inti. Adverbia ini dapat
Makna
dilesapkan,
menjadi tidak gramatikal, karena tidak
Adverbia nak „mau‟ pada data (16) tidak
berubah.
Jika
Adverbia lah „sudah‟ pada data (17) tidak merupakan unsur inti. Adverbia ini dapat dilesapkan. Apabila adverbia ini dilesapkan, 11
kalimatnya tetap gramatikal, tetapi maknanya
Penentuan kategori ini tergantung
berubah.
pada konteks kalimatnya.
Makna
pelesapan
ini
yang tidak
muncul lagi
akibat
menyatakan
keselesaian seperti pada data (17b).
4. Prefiks verba yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau Binjai terdiri
(17b) Ambo maleh jaso nyu ptang ka. Saya membalas jasa dia kemarin ini. „Saya membalas kebaikannya kemarin‟.
dari prefiks {m-} „men-‟, prefiks {n-} „me-‟, prefiks {ng-} „meng-„, prefiks {ny-} „meny-„, {ma-} „men-„ prefiks {ba-} „ber-„, prefiks {ta-} „ter-„, prefiks {ding-} „di-„.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data verba
a) Prefiks
„men-„
{m-}
muncul
bahasa Minangkabau Binjai, Kecamatan
apabila diikuti kata dasar yang
Basa Ampek Balai Tapan, Kabupaten Pesisir
diawali dengan fonem /b/ dan /p/.
Selatan dapat diambil kesimpulan sebagai
Fonem /b/ dan /p/ pada kata dasar
berikut.
akan
1. Verba
asal
dalam
bahasa
luluh
setelah
mendapat
penambahan prefiks {m-} „men-„.
Minangkabau Binjai terdiri atas verba
b) Prefiks {n-} „me-„ muncul apabila
asal dan verba turunan. Verba asal
diikuti kata dasar yang diawali
dapat
dengan
dikelompokkan
berdasarkan
fonem
konsonan
/t/.
verba yang didampingi adverbia dan
Fonem /t/ pada kata dasar akan
verba
luluh
yang
tidak
didampingi
setelah
mendapat
penambahan prefiks {n-} „me-„.
adverbia. 2. Verba asal yang dapat didampingi
c) Prefiks {ng-} „meng-„ muncul
dengan adverbia (a) dak „tidak‟, (b)
apabila diikuti kata dasar yang
pasting „pasti‟, (c) sdang „sedang‟,
diawali dengan fonem vokal /a/,
(d) aruih „harus‟, (e) jaRang „jarang‟,
/e/, dan fonem konsonal /k/ . d) Prefiks {ny-} „meny-„ muncul
dan (f) lum „belum‟. 3. Verba
turunan
Minangkabau
dalam
Binjai
bahasa
terdiri
dari
apabila diikuti kata dasar yang diawali dengan konsonan /c/, /j/
transposisi, pengafiksan, reduplikasi
dan /s/.
dan pemajemukan. Transposisi dalam
e) Prefiks
bahasa Minangkabau Binjai adalah transposisi dari nomina ke verba.
{ma-}
„me-„
muncul
apabila diikuti kata dasar yang diawali dengan konsonan /c/ dan /l/.
12
f) Prefiks {ba-} „ber-„ dalam bahasa
Ucapan Terima Kasih
Minagkabau Binjai memiliki dua
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat
buah alomorf. Kedua alomorf itu
Allah swt karena hanya dengan rahmat dan
adalah {ba-} dan {bar-}. Prefiks
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
„ber-„
{ba-}
muncul
apabila
skripsi yang berjudul “Verba dalam Bahasa
diikuti kata dasar yang diawali
Minangkabau
dengan fonem konsonan /b/, /l/ /t/
Ampek Balai Tapan, Kabupaten Pesisir
/j/, /n/, /d/, /g/ dan vokal /a/.
Selatan”.
Skripsi
ini
Kecamatan diajukan
Basa untuk
muncul
memenuhi persyaratan dalam memperoleh
apabila diikuti kata dasar yang
gelar Sarjana Humaniora, Jurusan Sastra
diawali dengan fonem vokal /a/.
Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Prefiks
{bal-}
„bel-„
Binjai,
g) Prefiks {ta-} „ter-„ muncul apabila
Bung Hatta Padang.
diikuti kata dasar yang diawali
Dalam melaksanakan penelitian dan
dengan fonem vokal /a/, /e/ dan
penulis
konsonan /b/, /c/, /p/, /j/ /m/, dan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
/s/ .
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ini,
penulis
mendapat
muncul
mengucapkan terima kasih kepada: Dekan
apabila diikuti kata dasar yang
dan Wakil Dekan Fakultas Ilmu Budaya
diawali dengan fonem vokal /a/
Universitas Bung Hatta, yang telah memberi
/u/ dan fonem konsonan /b/, /c/,
izin
/j/, /k/, /p/, /s/, /t/ dan /e/.
penelitian ini; Ketua dan Sekertaris Jurusan
h) Prefiks
„di-„
skripsi
{ding-}
5. Reduplikasi
kepada
penulis
untuk
melakukan
dalam
bahasa
Sastra Indonesia yang telah memberikan
Binjai
terdapat
dukungan kepada penulis; Ibu Dra. Eriza
sebagian.
Nelfi, M. Hum, selaku Pembimbing I dan Ibu
Reduplikasi verba sebagian dalam
Dra. Iman Laili, M.Hum. selaku Pembimbing
Bahasa
ini
II yang telah memberikan motivasi ide-ide,
dibentuk dengan cara mengulang
saran, dan kritik kepada penulis, serta
suku kata pertama dari kata yang
meluangkan
diulang tersebut.
penulisan skripsi.
Minangkabau reduplikasi
verba
Minangkabau
6. Pemajemukan Minangkabau majemuk
Binjai
dalam Binjai
dasar
dan
waktu
untuk
kelancaran
Bahasa
terdiri
dari
majemuk
berimbuhan.
13
Daftar Pustaka Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ayub,
Asni dkk. 1993. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. ______.2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Kridalaksana, Harimurti. 1989. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Kridalaksana dkk. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Samarin, J.William. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta: Kanisius. Sudaryanto.1992. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. ______.1993. Metide dan Aneka Teknik Analisis Data. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
14