KONJUNGSI SUBORDINATIF BAHASA MINANGKABAU DI KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Afrima Yosi1, Puspawati2, Iman Laili2 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta E-mail :
[email protected] 2 Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta Abstract Subordinate Conjunction in Minangkabau Language at Kambang Regency Pesisir Selatan Subordinate conjunction is conjunction that connect equal parts, connect one clause to others clause in sentence. This reserch have purpose to describe form and meaning of subordinate conjunction in Minangkabau Language at Kambang Regency Pesisir Selatan. In analysing form and meaning of subordinate conjunction the writer used Alwi and Chaer theory. Method that used to collectiing data is observation method and elicitation technique. Next, to analyse data the writer used substitution technique and deletion technique. Subordinate conjunction that found in Minangkabau Language at Kambang Regency Pesisir Selatan are in form of monomorphemic and polymorphemic, meanwhile meaning of subordinate conjunction are (1) time subordinate conjunction are: sajak ‘sejak’, samanjak ‘semenjak’, wakatu ‘waktu’, katiko ‘ketika’, samantaro ‘sementara’, baitu ‘begitu’, salamo ‘selama’, sasudah ‘sesudah’, sabalun ‘sebelum’, salasai ‘selesai’, dan sampai ‘sampai’; (2) konjungsi subordinatif syarat, yaitu kalau ‘kalau’, dan asakan ‘asalkan’. (3) requirement subordinate conjunction are: saandainyo ‘seandainya’, dan umpamonyo ‘umpamanya’; (4) purpose subordinate conjunction are: supayo ‘supaya’, dan bia ‘biar’; (5) subordinate conjunction concesive are: walaupun ‘walaupun’, dan sunguahpun ‘sungguhpun’; (6) comparison subordinate conjunction are: cando ‘seperti’, ibarek ‘ibarat’, dan dagipado ‘daripada’; (7) cause subordinate conjunction is dek ‘karena’; dan (8) result subordinate conjunction is sahinggo ‘sehingga’. Key words: subordinate conjunction, form, meaning kalimat
Pendahuluan
sangat
diperlukan
karena
Kalimat adalah satuan bahasa yang
menjelaskan makna yang terkandung di
terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang
dalam sebuah paragraf. Konjungsi berfungsi
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam
untuk menghubungkan kalimat yang satu
wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara
dengan kalimat yang lainnya.
naik
turun
dan
keras
lembut
(Alwi,
Alwi (2003:296) mengatakan bahwa
1998:311). Kalimat merupakan suatu tataran
konjungsi menghubungkan bagian-bagian
yang menghubungkan kata dengan kata
ujaran yang sederajat atau yang tidak
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
sederajat. Konjungsi dapat menghubungkan
dengan tanda titik, tanda tanya, dan tanda
kata dengan kata, frase dengan frase, dan
seru. Keberadaan konjungsi dalam sebuah
klausa dengan klausa. Selain itu, Ayub
Page 1
(1993:123) mengatakan bahwa konjungsi menghubungkan dua buah klausa atau lebih. Konjungsi juga dapat dibagi atas dua bentuk, yaitu
konjungsi
antarkalimat
payuang lai. puyung lagi. payung.
dan
intrakalimat. Konjungsi antarkalimat ialah konjungsi
kalimat dengan kalimat lain, sedangkan konjungsi intrakalimat ialah konjungsi yang menghubungkan satuan kata dengan kata, frase dengan frase,
dan klausa dengan
klausa.
konjungsi subordinatif, yaitu dek ‘karena’ (1) dan kalau ‘kalau’ (2). Konjungsi dek dan kalau tersebut menghubungkan klausa satu dengan
klausa
yang lain.
contoh
tersebut
penulis
Berdasarkan
tertarik
untuk
menganalisis konjungsi subordinatif dalam
Konjungsi intrakalimat dibagi menjadi dua,
Pada contoh (1) dan (2), terdapat
yang menghubungkan satuan
yaitu
konjungsi
subordinatif
dan
konjungsi koordinatif. Konjungsi koordinatif ialah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya (Alwi, 1998:297). Konjungsi subordinatif
bahasa
Minangkabau
Kabupaten terhadap
Pesisir konjungsi
Minangkabau
di
di
Kambang
Selatan.
Penelitian
subordinatif Kambang
bahasa
Kabupaten
Pesisir Selatan belum pernah dilakukan sebelumnya.
merupakan konjungsi yang menghubungkan klausa yang satu dengan klausa lainnya,
Metodologi Penelitian Metode
yang disebut juga dengan kalimat majemuk
yang
digunakan
dalam
bertingkat. Pada pembahasan ini penulis
penelitian ini adalah metode deskriptif.
lebih
pada
Menurut Sudaryanto (1992:62) deskriptif
bahasa
adalah penelitian yang dilakukan semata-
Kabupaten
mata hanya berdasarkan pada fakta, yang
memfokuskan
konjungsi
pembahasan
subordinatif
Minangkabau
di
dalam
Kambang
memang secara empiris hidup pada penutur-
Pesisir Selatan. Perhatikan contoh berikut. (1) Dek ka agi ayo banyak Karena akan hari raya banyak ‘Karena hari raya sudah dekat banyak
penutur, sehingga yang dihasilkan atau dicatat berupa bahasa yang bersifat seperti gambar. Metode
ugang mambuek kue. orang membuat kue. orang membuat kue’.
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data pada penelitian ini adalah metode simak. Menurut Sudaryanto
(2) Kalau lah ujan agi, sadionlah Kalau sudah hujan hari, sediakanlah ‘Kalau hari hujan, sediakan payung’.
(1993:133)
metode
simak
adalah
pengumpulan data yang dilakukan dengan
Page 2
menyimak penggunaan bahasa. Selanjutnya,
merupakan penghilangan atau pelesapan
teknik yang digunakan untuk pengumpulan
unsur satuan lingual data. Data itu akan
data ialah teknik simak libat cakap. Teknik
menghasilkan tuturan berupa bentuk ABCD
simak
unsur D dilesapkan sehingga menghasilkan
libat cakap merupakan kegiatan
menyadap
yang
berpartisipasi
sambil
pembicaraan. langsung
Jadi,
dalam
1993:133).
dilakukan si
menyimak peneliti
dialog
Selain
dengan
itu,
terlibat
(Sudaryanto, peneliti
ABC
rekam
pertama-tama
unsur
D
menjadi
pokok
perhatian (Sudaryanto, 1993:41). Penerapan teknik lesap pada penelitian ini dapat dilihat pada contoh berikut.
juga
(3) Kalau amak pai, jan Kalau ibu pergi, jangan ‘Kalau ibu pergi, jangan
menggunakan teknik rekam dan teknik catat. Teknik
maka
dilakukan
perekaman terhadap tuturan, setidaknya
menangis kau ndak. menangis kamu tidak menangis kamu’.
tujuan merekam itu cenderung perekaman dilakukan tanpa sepengetahuan informan dengan menggunakan handphone. Teknik
Pada data (3) terdapat konjungsi kalau
catat dilakukan dengan pencatatan dalam
‘kalau’ yang termasuk ke dalam konjungsi
kartu data sesudah
subordinatif
teknik rekam selesai
yang
digunakan
yang
berbentuk
monomerfemis. Bentuk kalau ‘kalau’ dapat
dilakukan (Sudaryanto, 1993:135). Metode
syarat
untuk
menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode agih. Menurut Sudaryanto
dilesapkan, seperti pada (3a) berikut. (3a) Amak pai, jan manangi Ibu pergi, jangan menangis ‘Ibu pergi, kamu tidak
(1993:15) metode agih merupakan alat kau ndak. kamu tidak boleh menang’.
penentunya justru bagian dari bahasa yang bersangkutan. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian adalah
Walaupun konjungsi kalau ‘kalau’
teknik ganti. Teknik ganti adalah untuk
pada data (3a) dilesapkan, kalimat tersebut
mengetahui kadar kesamaan atau unsur yang
tetap
akan
tataran
ditimbulkan berubah menjadi pernyataan.
pengganti sama dengan tataran terganti atau
Hal ini memperlihatkan bahwa pada data
saling
(3a)
diganti,
khususnya
menggantikan
bila
kedua
unsur.
gramatikal
konjungsi
dan
kalau
makna
‘kalau’
yang
tidak
(Sudaryanto, 1993:48). Selain itu, penulis
merupakan unsur yang wajib hadir atau
juga menggunakan teknik lesap. Menurut
tidak mutlak hadir. Konjungsi kalau tidak
Sudaryanto
(1993:41)
teknik
lesap
Page 3
dapat diganti dengan konjungsi asakan
subordinatif
konsesif,
‘asalkan’, seperti pada data (3b) berikut.
subordinatif perbandingan, subordinatif sebab,
(3b) *Asakan amak pai, jan Asalkan ibu pergi, jangan ‘Asalkan ibu pergi, kamu tidak
(6)
konjungsi
(7) konjungsi
dan (8) konjungsi
subordinatif hasil. 1.
manangi kau ndak. menangis kamu tidak. boleh menangis’.
Konjungsi Subordinatif Waktu Konjungsi subordinatif waktu yang
ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan adalah
Pada data (3b) konjungsi kalau ‘kalau’ tidak dapat diganti bentuknya dengan asakan ‘asalkan’. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi kalau ‘kalau’ tidak dapat saling menggantikan dengan konjungsi asakan ‘asalkan’ dan tidak memiliki makna yang sama.
sajak ‘sejak’, samanjak ‘semenjak’, wakatu ‘waktu’,
‘ketika’,
samantaro
‘sementara’, baitu ‘begitu’, salamo ‘selama’, sasudah
‘sesudah’,
sabalun
‘sebelum’,
salasai ‘selesai’, dan sampai ‘sampai’. Pemakaian
konjungsi
tersebut
dapat
diperhatikan datanya sebagai berikut. a. Konjungsi sajak ‘sejak’
Hasil dan Pembahasan
Pemakaian konjungsi sajak ‘sejak’
Pada bab ini penulis menganalisis konjungsi subordinatif bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan ditinjau dari segi bentuk dan makna. Bentuk
dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada data berikut. (4) Ancak uma uni ti sajak Bagus rumah kakak itu sejak ‘Rumah kakak itu bagus sejak
dan makna ini akan dianalisis sekaligus. Konjungsi subordinatif yang ditemukan berbentuk monomorfemis dan polimorfemis. Sementara
itu,
subordinatif
makna
bahasa
diabean dek anake. diperbaiki oleh anaknya. diperbaiki oleh anaknya’.
konjungsi
Minangkabau
yang
ditemukan di Kambang Pesisir Selatan ada delapan
katiko
macam,
yaitu
(1)
Pada data (4) terdapat konjungsi sajak
konjungsi
‘sejak’. Bentuk konjungsi sajak ‘sejak’
subordinatif
waktu,
(2)
konjungsi
tersebut termasuk ke dalam
konjungsi
subordinatif
syarat,
(3)
konjungsi
subordinatif
berbentuk
waktu
yang
subordinatif pengandaian, (4) konjungsi
monomorfemis. Konjungsi sajak terletak
subordinatif
pada klausa bawahan yang berupa anak
tujuan,
(5)
konjungsi
Page 4
kalimat.
Konjungsi
sajak
‘sejak’
yang dinyatakannya adalah makna sebab.
menghubungkan klausa bawahan diabean
Selain itu, konjungsi sajak ‘sejak’ pada
dek anake dengan klausa atasan ancak uma
kalimat (4) dapat dilesapkan, seperti kalimat
uni ti, Konjungsi sajak ‘sejak’ pada kalimat
(4c) berikut.
(4) menyatakan bahwa peristiwa
yang
disebutkan pada klausa bawahan, yaitu
(4c) Ancak uma uni ti diabean Bagus rumah kakak itu diperbaiki ‘Rumah kakak itu bagus diperbaiki
diabean dek anake merupakan permulaan dek anake. oleh anaknya. oleh anaknya’.
waktu terjadinya peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu ancak uma uni ti. Konjungsi sajak ‘sejak’ pada kalimat di atas dapat diganti dengan konjungsi samanjak ‘semenjak’, dan dek ‘karena’ seperti kalimat (4a) dan (4b) berikut.
Kalimat (4c) tersebut masih berterima walaupun konjungsinya dilesapkan. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi sajak ‘sejak’ pada kalimat tersebut tidak mutlak ada.
(4a) Ancak uma uni ti Bagus rumah kakak itu ‘Rumah kakak itu bagus
Dengan kata lain, konjungsi sajak ‘sejak’ tidak merupakan unsur inti dalam kalimat
samanjak diabean dek anake semenjak diperbaik oleh anaknya semenjak diperbaiki oleh anaknya’. (4b) Ancak uma uni ti dek Bagus rumah kakak itu karena ‘Rumah kakak itu bagus karena
(4). Selain itu, kalimat (4c) tidak lagi menunjukkan hubungan waktu. Artinya hubungan makna yang muncul menjadi tidak jelas setelah konjungsinya dilesapkan. 2.
diabean dek anake. diperbaiki oleh anaknya. diperbaiki oleh anaknya.
Konjungsi Subordinatif Syarat Konjungsi subordinatif syarat dalam
bahasa
Minangkabau
di
Kambang
Kabupaten Pesisir Selatan yang ditemukan Setelah konjungsi sajak ‘sejak’ diganti bentuknya dengan samanjak ‘semenjak’ dan dek ‘karena’ pada data (4a) dan (4b) kalimat tersebut
tetap
menunjukkan
berterima. bahwa
Hal
konjungsi
adalah konjungsi kalau ‘kalau’ dan asakan ‘asalkan’. a. Konjungsi kalau ‘kalau’
ini sajak
tersebut dapat saling menggantikan dengan konjungsi samanjak tanpa mengubah makna
Konjungsi
kalau
‘kalau’
yang
ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisr Selatan dapat dilihat datanya sebagai berikut.
kalimat, tetapi jika diganti dengan dek ‘karena’, makna kalimat berubah. Makna
Page 5
(5) Jan mangeceke kalau indak ka tau
kau
lai
Jangan berbicaranya kamu kalau tidak kan mengerti ‘Jangan bicara kamu kalau mengerti
lagi tidak
menunjukkan bahwa konjungsi kalau pada kalimat tersebut mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi kalau merupakan unsur inti.
kecek ugang. pembicaraan orang. pembicaraan orang’. Pada
Kalimat (5a) tersebut tidak berterima. Hal ini
Konjungsi kalau ‘kalau’ setelah dilesapkan masih
termasuk
ke
dalam
konjungsi
data (5) terdapat konjungsi kalau
subordinatif syarat tetapi dari segi makna
‘kalau’. Bentuk konjungsi kalau termasuk ke
berubah. Konjungsi kalau ‘kalau’ tidak
dalam konjungsi subordinatif syarat yang
dapat saling menggantikan dengan konjungsi
berbentuk monomorfemis. Konjungsi kalau
asakan ‘asalkan’ seperti pada (5b) berikut
‘kalau’ terletak pada klausa bawahan yang
(5b) *Jan mangeceke kau lai Jangan bicara kamu lagi ‘Jangan berbicara kamu
berupa anak kalimat. Konjungsi kalau menghubungkan
klausa
atasan
jan asakan indak ka tau asalkan tidak akan mengerti asalkan tidak mengerti
mangecek kau lai dengan klausa bawahan indak ka tau kecek ugang. Konjungsi kalau ‘kalau’ pada kalimat (5) menyatakan makna
kecek ugang perkataan orang perkataan orang’.
bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu jan mangecek kau lai menyatakan syarat terjadinya peristiwa yang
Setelah konjungsi kalau ‘kalau’ diganti
disebutkan pada klausa bawahan, yaitu indak
dengan konjungsi asakan ‘asalkan’, kalimat
ka tau kecek ugang. Konjungsi kalau pada
tersebut tidak gramatikal.
kalimat di atas tidak dapat dilesapkan seperti 3.
(5a) berikut. (5a) *Jan mangeceke kau lai Jangan berbicaranya kamu lagi ‘Jangan berbicara kamu indak ka tidak kan tidak akan
tau mengerti
Konjungsi Subordinatif Pengandaian Konjungsi subordinatif pengandaian
dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan adalah konjungsi saandainyo ‘seandainya’ dan
umpamonyo
‘umpamanya’. a. Konjungsi saandainyo ‘seandainya’
kecek ugang. perkataan orang. perkataan orang’.
Konjungsi saandainyo ‘seandainya’ yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat datanya sebagai berikut.
Page 6
(6) Den ka badua di Saya akan bersyukuran di ‘Saya akan bersyukuran di
panyakike. penyakitnya penyakitnya’.
uma saandainyo anak den sehat rumah seandainya anak saya sehat rumah seandainya anak saya sehat
Kalimat (6a) tersebut tidak berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi saandainyo ‘seandainya’ pada kalimat tersebut mutlak
dagi panyakike. dari penyakitnya. dari penyakit’.
ada. Dengan kata lain, konjungsi saandainyo merupakan unsur inti. Konjungsi saandainyo
Pada data (6) di atas terdapat konjungsi saandainyo ‘seandainya’ yang terletak pada klausa bawahan yang berupa anak kalimat. Bentuk konjungsi saandainyo termasuk ke dalam
konjungsi
pengandaian
yang
‘seandainya’ dapat diganti dengan konjungsi umpamonyo
‘umpamanya’,
seperti (6b)
berikut. (6b) Den ka badua di uma Saya akan bersyukuran di rumah ‘Saya akan bersyukuran di rumah
berbentuk polimorfemis, yaitu saandai + nyo
umpamonyo anak den sehat umpamanya anak saya sehat umpamanya anak saya sehat
menjadi saandainyo. Konjungsi saandainyo menghubungkan klausa bawahan anak den sehat dagi panyakike dengan klausa atasan
dagi panyakike. dari penyakitnya. dari penyakitnya’.
den ka badua di uma. Konjungsi saandainyo ‘seandainya’ pada kalimat (6) menyatakan makna bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu den ka badua di uma, menyatakan pengandaian terhadap peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, panyakike.
yaitu
anak
Konjungsi
den
sehat dagi
saandainyo
pada
kalimat di atas tidak dapat dilesapkan,
diganti
bentuknya
‘umpamanya’ tersebut
dengan
pada
masih
data
umpamonyo (6b)
berterima.
kalimat Hal
ini
menunjukkan bahwa konjungsi saandainyo ‘seandainya’ menggantikan
tersebut dengan
dapat
saling konjungsi
umpamonyo ‘umpamanya’ tanpa mengubah
seperti (17a) berikut.
makna kalimat.
(6a) *Den ka badua di Saya akan bersyukuran di ‘Saya akan bersyukuran di uma anak den sehat rumah anak saya sehat rumah anak saya sehat dari
Setelah konjungsi saandainyo ‘seandainya’
4. dagi dari
Konjungsi Subordinatif Tujuan Konjungsi subordinatif tujuan yang
terdapat dalam bahasa Minangkabau di
Page 7
Kambang Kabupaten Pesisir Selatan adalah
Mangga ini banyak buah ‘Mangga ini banyak buah
supayo ‘supaya’ dan bia ‘biar’.
a.
agia pupuak. kasih pupuk. kasih pupuk’. Kalimat (7a) tersebut tidak berterima. Hal ini
Konjungsi supayo ‘supaya’ Konjungsi supayo ‘supaya’
yang
menunjukkan
bahwa
konjungsi
supayo
ditemukan dalam bahasa Minangkabau di
‘supaya’ tersebut mutlak ada. Dengan kata
Kamabang Kabupaten Pesisir Selatan dapat
lain, konjungsi supayo ‘supaya’ merupakan
dilihat datanya sebagai berikut.
unsur yang wajib ada pada data (7).
(7) Supayo mangga ko labek Supaya mangga ini banyak ‘Supaya mangga ini banyak
5.
Konjungsi Subordinatif Konsesif Konjungsi
bua, agia pupuak. buah, beri pupuk. buahnya, beri pupuk’.
terdapat
dalam
subordinatif bahasa
konsesif
Minangkabau
Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu walaupun ‘walaupun’ dan sungguahpun ‘sungguhpun’.
Pada data (7) terdapat konjungsi supayo
a. Konjungsi walaupun ‘walaupun’
‘supaya’ yang terletak pada klausa bawahan yang berupa anak kalimat. Bentuk konjungsi supayo
‘supaya’
termasuk
ke
dalam
tujuan
yang
konjungsi
subordinatif
berbentuk
monomorfemis.
Konjungsi
Pemakaian
Minangkabau
‘supaya’
pada
Kambang
(7)
menyatakan makna bahwa peristiwa yang
(8) Walaupun inyo ala Walaupun dia telah ‘Walaupun dia telah mempunyai babini, inyo tetap mempunyai istri, dia tetap mempunyai istri, dia tetap
disebutkan pada klausa bawahan, yaitu mangga ko labek bua menyatakan tujuan terjadinya peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu agia pupuak. Konjungsi supayo ‘supaya’
pada kalimat (7) tidak
dapat dilesapkan, seperti (7a) berikut. (7a) *Mangga
ko
labek
Kabupaten
berikut.
Konjungsi
kalimat
di
Pesisir Selatan dapat dilihat datanya sebagai
bawahan mangga ko labek bua dengan
supayo
walaupun
‘walaupun’ yang ditemukan dalam bahasa
supayo ‘supaya’ menghubungkan klausa
klausa atasan agia pupuak.
konjungsi
bua
Page 8
muagia memberi memberi amake piti balanjo. ibunya uang belanja. ibunya uang belanja’.
Pada data (8) terdapat konjungsi walaupun
Konjungsi
subordinatif
perbandingan
yang terletak pada klausa bawahan yang
yang terdapat dalam bahasa Minangkabau di
berupa anak kalimat. Bentuk konjungsi
Kambang Kabupaten Pesisir Selatan adalah,
walaupun termasuk ke dalam konjungsi
konjungsi cando ’seperti’, ibarek ‘ibarat’,
subordinatif
dan dagipado ‘daripada’.
konsesif
yang
berbentuk
polimorfemis, yaitu walau + pun menjadi walaupun.
Konjungsi
a.
Konjungsi cando ‘seperti’
walaupun
Pemakaian konjungsi cando ‘seperti’
menghubungkan klausa bawahan inyo ala
yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau
babini dengan klausa atasan inyo tetap
di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan dapat
muagia amake piti balanjo. Konjungsi
dilihat berikut ini.
walaupun pada kalimat (8) menyatakan
(9) Unang ti sayang pado Ifa, Kakak itu sayang pada Ifa, ‘Kakak sayang pada Ifa,
makna bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu inyo ala babini
cando nyo sayang ka adiake. seperti dia sayang kepada adiknya seperti dia sayang kepada adiknya’.
menyatakan konsesif dengan peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu inyo tetap muagia amake piti balanjo. Konjungsi walaupun pada kalimat di atas
dapat
dilesapkan, seperti (8a) berikut.
Pada data (9) terdapat konjungsi cando ‘seperti’. Bentuk konjungsi cando ‘seperti’ termasuk ke dalam konjungsi subordinatif
(8a) Inyo ala babini, inyo Dia telah mempunyai istri, dia ‘Dia telah mempunyai istri, dia
perbandingan
yang
berbentuk
monomorfemis. Konjungsi cando ‘seperti’ menghubungkan klausa bawahan
tetap muagia tetap meberi tetap member
nyo
sayang ka adiake dengan klausa atasan unang sayang kapado Ifa. Konjungsi cando
amake piti balanjo. ibunya uang belanja. ibunya uang belanja’.
‘seperti’ pada kalimat (9) menyatakan bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu nyo sayang ka adiake
Kalimat (8a) tersebut berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi walaupun pada kalimat tersebut tidak mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi walaupun ‘walaupun’ tidak merupakan unsur inti.
merupakan pembanding dengan peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu unang ti sayang pado Ifa. Konjungsi cando ‘seperti’ tidak dapat dilesapkan, seperti (9a) berikut.
6. Konjungsi Subordinatif Perbandingan
Page 9
(9a) *Unang
ti
sayang pado Ifa,
Kakak itu sayang pada Ifa, ‘Kakak sayang pada Ifa,
klausa bawahan karyawan buanti dengan
nyo sayang ka dia sayang kepada dia sayang kepada
dan menghubungkan klausa atasan ugang ti
klausa atasan Yuni tapaso bajaga sugang, ndak picayo samo uda de dengan klausa bawahan uda ti pancalia bana. Konjungsi dek ‘karena’ pada kalimat (10) menyatakan
adiake. adiknya. adiknya’.
makna bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu karyawan buanti
Kalimat (9a) tersebut tidak berterima. Hal ini menunjukkan
bahwa
konjungsi
cando
‘seperti’ pada kalimat tersebut mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi cando ‘seperti’
disebutkan pada klausa atasan, yaitu Yuni tapaso bajaga sugang, Konjungsi dek pada kalimat di atas dapat dilesapkan, seperti (10a) berikut.
merupakan unsur yang wajib ada. 7.
menyatakan sebab terjadinya peristiwa yang
(10a) Karyawan buanti, Yuni Karyawan berhenti, Yuni ‘Karyawan berhenti, yuni
Konjungsi Subordinatif Sebab Konjungsi subordinatif sebab yang
tapaso bajaga surang. terpaksa jualan sendiri terpaksa berjualan sendiri’.
terdapat dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan adalah dek
‘karano’
dan
karano
‘karena’.
Pemakaian konjungsi dek ‘karano’ dan karano ‘karena’ pada bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat datanya sebagai berikut. (10) Dek karyawan buanti, Yuni Karena karyawan berhenti, Yuni ‘Karena karyawan berhenti, Yuni
Kalimat (10a) tersebut dapat berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi dek ‘karena’ pada kalimat tersebut tidak mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi dek dan karano ‘karena’ tidak merupakan unsur inti. 8.
Konjungsi Subordinatif Hasil Konjungsi
tapaso bajaga sugang. terpaksa jualan sendiri terpaksa berjualan sendiri’.
subordinatif
hasil
yang
terdapat dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan adalah
Pada data (10) di atas terdapat konjungsi dek
sahinggo ‘sehingga’. Pemakaian konjungsi
‘karena’. Bentuk konjungsi dek ‘karena’
sahinggo
termasuk ke dalam konjungsi subordinatif
Minangkabau
sebab
yang
berbentuk
monomorfemis.
Konjungsi dek ‘karena’ menghubungkan
Page 10
‘sehingga’ di
pada
Kambang
bahasa Kabupaten
Pesisir Selatan dapat dilihat datanya sebagai
Adik dengan kakak berkelahi Adik dengan kakak berkelahi terus
berikut. (11) Adiak yo unang bacakak Adik dengan kakak berkelahi ‘Adik dengan kakak berkelahi
tarui, indak ado terus, tidak ada hingga tidak ada
tarui sahinggo indak ado terus sehingga tidak ada terus sehingga tidak ada
aman di dalam umah ti. kedamaian di dalam rumah itu. kedamaian di dalam rumah’.
aman di dalam uma kedamaian di dalam rumah kedamaian di dalam rumah’.
Kalimat (11a) tersebut berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi sahinggo ‘sehingga’ pada kalimat tersebut tidak
ti. Itu.
mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi sahinggo ‘sehingga’ tidak merupakan unsur
Pada data (11) di atas terdapat konjungsi
inti.
sahinggo ‘sehingga’ yang terletak pada klausa bawahan yang berupa anak kalimat. Bentuk
konjungsi
sahinggo
Simpulan
‘sehingga’
Berdasarkan
hasil
analisis
yang
termasuk ke dalam konjungsi subordinatif
sudah ditemukan pada bab IV, dapat
hasil
disimpulkan:
yang
berbentuk
Konjungsi
monomorfemis.
sahinggo
‘sehingga’
(1) Berdasarkan
menghubungkan klausa bawahan indak ado
subordinatif
aman di dalam uma ti dengan klausa atasan
Minangkabau di Kambang Kabupaten
adiak yo unang bacakak tarui. Konjungsi
Pesisir
sahinggo ‘sehingga’ pada kalimat (11)
monomorfemis dan polimorfemis.
menyatakan
bahwa
konjungsi
dalam
Selatan,
yaitu
bahasa
berbentuk
yang
(2) Berdasarkan
makna,
konjungsi
disebutkan pada klausa bawahan, yaitu indak
subordinatif
dalam
bahasa
ado aman di dalam uma ti menyatakan hasil
Minangkabau di Kambang Kabupaten
dari peristiwa yang disebutkan pada klausa
Pesisir Selatan ditemukan delapan
atasan yaitu adiak yo unang bacakak tarui.
macam,
Konjungsi
subordinatif
waktu,
(b)
konjungsi
subordinatif
syarat,
(c)
konjungsi
sahinggo
peristiwa
bentuk
‘sehingga’
dapat
dilesapkan, seperti (11a) berikut. (11a) Adiak
yo
unang
bacakak
Page 11
subordinatif
yaitu
(a)
konjungsi
pengandaian,
(d)
konjungsi
subordinatif
tujuan,
(e)
diganti
dengan
sasuda
‘sesudah’;
konjungsi subordinatif konsensif, (f)
sasuda ‘sesudah’ dapat diganti dengan
konjungsi subordinatif perbandingan,
salasai ‘selesai’; salasai ‘selesai’ dapat
(g) konjungsi subordinatif sebab, dan
diganti
(h) konjungsi subordinatif hasil.
asakan ‘asalkan’ dapat diganti dengan
(3) Konjungsi subordinatif sajak ‘sejak’, wakatu
‘waktu’,
katiko
dengan
sasuda
‘sesudah’;
kalau ‘kalau’; saandainyo ‘seandainya’
‘ketika’,
dapat
diganti
dengan
umpamonyo
samantaro ‘sementara’, baitu ‘begitu’,
‘umpamanya’; umpamonyo
asakan ‘asalkan’, bia ‘biar’, walaupun
‘umpamanya’ dapat diganti dengan
‘walaupun’, dan sahinggo ‘sehingga’,
saandainyo ‘seandainya’.
dapat
dilesapkan,
maknanya
tetap
(6) Konjungsi subordinatif
gramatikal.
yang tidak
dapat diganti, yaitu salamo selama;
(4) Konjungsi
subordinatif
samanjak
sabalun ‘sebelum’; sampai ‘sampai’;
‘semenjak’, salamo ‘selama’, sasuda
kalau ‘kalau’; supayo ‘supaya’; bia
‘sesudah’, sabalun ‘sebelum’, salasai
‘biar’;
‘selesai’,
sampai
sungguahpun
‘kalau’,
saandainyo
umpamonyo
‘sampai’,
kalau
‘seandainya’,
‘umpamanya’,
walaupun
‘walaupun’;
‘sungguhpun’;
cando
‘seperti’; ibarek ‘ibarat’; dagipado
supayo
‘daripada’; dek, karano ‘karena’; dan
‘supaya’, sungguahpun ‘sungguhpun’,
sahinggo ‘sehingga’.
cando ‘seperti’, ibarek ‘ibarat’, dan dagipado
‘daripada’,
tidak
dapat
Ucapan Terima Kasih Puji syukur penulis ucapkan ke
dilesapkan maknanya tidak gramatikal (5) Konjungsi subordinatif yang dapat diganti dengan makna yang sama, yaitu sajak
‘sejak’
dengan
samanjak
‘samanjak’ dan dek ‘karena’; samanjak ‘semenjak’ dapat diganti dengan sajak ‘sejak’; katiko ‘ketika’ dapat diganti dengan
wakatu
‘waktu’;
wakatu
‘waktu’ dapat diganti dengan katiko ‘ketika’, samantaro ‘sementara’, dan salamo ‘selama’; baitu ‘begitu’ dapat
hadirat Allah swt karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi
yang
“Konjungsi
Subordinatif
berjudul Bahasa
Minangkabau di Kambang Pesisir Selatan”. Skripsi
ini
diajukan
untuk
memenuhi
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora,
Jurusan
Sastra
Indonesia,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta Padang.
Page 12
Dalam melaksanakan penelitian dan
memberikan dukungan moral dan materil,
penulisan skripsi ini, penulis mendapat
terima kasih atas semua pengorbanan,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
kepercayaan, dan dorongan serta kasih
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
sayang yang diberikan; Teman-teman Sastra
mengucapkan terima kasih kepada: Ibu Dra.
Indonesia
Hj. Puspawati, M. S. selaku Dekan Fakultas
memberikan bantuan, dorongan, saran, dan
Ilmu Budaya Universitas Bung Hatta dan
masukan dalam menyelesaikan skripsi ini;
Ibu Tienn Immerry, S.S., M. Hum. selaku Wakil
Dekan
Fakultas
yang
selalu
Akhir kata, dengan ketulusan hati
Budaya
penulisan senantiasa menerima masukan
Universitas Bung Hatta, yang telah memberi
berupa kritik dan saran yang membangun
izin
melakukan
untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis
penelitian ini; Ibu Dra. Hj. Puspawati, M. S.
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
selaku pembimbing I dan Ibu Dra. Iman
pembaca, khususnya mahasiswa Jurusan
Laili, M. Hum. selaku pembimbing II, yang
Sastra Indonesia.
kepada
penulis
Ilmu
seperjuangan
untuk
telah memberikan arahan, motivasi, ide-ide, saran, dan kritik kepada penulis, serta memberikan
waktu
untuk
kelancaran
penulisan skripsi; Ibu Dra. Elvina A. Saibi,
DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan.dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
M. Hum. selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia dan Ibu Dra. Aimifrina, M. Hum.
______. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
selaku Sekretaris Jurusan Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan kepada penulis; Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen khususnya
Jurusan
Universitas
Bung
Sastra Hatta
Indonesia yang
telah
memberikan ilmu dan seluruh staf karyawan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Bung Hatta yang telah membantu penulis dalam
Ayub, Asni. dkk. 1993. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembimbing dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
urusan akademik; Kepada ibunda, ayahnda, dan seluruh keluarga tersayang dan tercinta yang telah membesarkanku dengan penuh kasih
sayang
dan
kesabaran
______. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
serta
Page 13
Triyani, Silvie. 2010. “Ketepatan Penggunaan Konjungsi Antar kalimat dalam Karangan Narasi Siswa Kelas
Page 14
X SMA Negeri 6 Padang”. Skripsi. Padang: Universitas Bung Hatta.