STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010
PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT
H. NASRUL ABIT BUPATI PESISIR SELATAN
Alhamdulillah, ungkapan puji syukur disampaikan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia dan petunjuk-Nya, Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 dapat diselesaikan, sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh Bapedalda Provinsi Sumatera Barat. Buku yang memuat berbagai informasi tentang kondisi, potensi dan berbagai sumber daya alam dan permasalahan lingkungan hidup, dapat dijadikan data awal dalam memahami daerah Kabupaten Pesisir Selatan. Permasalahan lingkungan dimasa yang akan datang sangatlah komplek dengan bertambahnya jumlah penduduk tentu bertambah pula kebutuhan sandang, pangan dan papan yang keberadaannya meliputi banyak aspek dan komponen lingkungan yang ada. Sementara itu kondisi lingkungan hidup saat ini sangat memperhatinkan terutama lahan dan hutan. Kebakaran hutan dan lahan telah menyebabkan kerusakan tanah. Analisa buku Status Lingkungan Hidup Daerah ini mengungkapkan tentang kondisi lingkungan hidup daerah dan kecenderungannya terhadap komponen lahan, hutan, keanekaragaman hayati, air, udara, laut, pesisir, pantai, iklim dan bencana alam dianalisa dengan menggunakan analisis statistik sederhana, perbandingan dengan baku mutu dan informasi tekini, aptudet dan akurat. Tekanan terhadap kondisi lingkungan yang ada diantaranya karena kependudukan, permukiman, kesehatan, pertanian, industri, pertambangan, energi, transportasi, pariwisata dan limbah B3. Untuk mensinergikan tekanan tersebut kedalam upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal, penegakan hukum, peran serta masyarakat dan kelembagaan. Semoga laporan SLHD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 ini menjadi manfaat bagi stakholder, masyarakat, dan LSM serta wartawan yang membutuhkan data analisis terhadap lingkungan. Akhirnya ucapan terima kasih dan apresiasi diberikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Buku SLHD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010, terutama kepada anggota Tim Pengumpul Data dari Dinas instansi dan steakholder. Kiranya Buku SLHD ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang mempergunakannya dan bagi kepentingan kelestarian Lingkungan Hidup secara berkelanjutan. Painan, Desember 2010 BUPATI PESISIR SELATAN
H. NASRUL ABIT
i
H. NASRUL ABIT BUPATI PESISIR SELATAN
Secara geografis Kabupataten Pesisir Selatan terletak pada 0°59, 0o 59’ - 2o 28’ Lintang Selatan dan 109o 19’ - 101o 18’ Bujur Timur, tinggi dari permukaan laut 0 – 1000 meter, mempunyai luas 5.749,89 Km2 beriklim tropis dengan temperature rata-rata 22oC hingga 32oC. Pesisir Selatan berbatasan, Sebelah Utara dengan Kotamadya Padang, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Muko-muko Propinsi Bengkulu, Sebelah Timur dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten Kerinci (Propinsi Jambi), dan Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia. Bentuk wilayah Kabupaten Pesisir Selatan membujur dari Utara ke Selatan dengan garis pantai 234 Km. Dengan Topografi wilayah bergelombang dan dilintasi oleh 18 buah Sungai besar dan kecil, dengan jumlah 53 buah pulau-pulau, tingggi dari permukaan laut 0-1000 meter. Terdiri dari 76 nagari dan 359 kampung. Jumlah penduduk sebanyak 452.334 jiwa. Isu lingkungan hidup kritis lahan dan hutan diantaranya : Bencana alam seperti banjir, longsor dan abrasi pantai karena wilayah Kabupaten Pesisir Selatan berada pada kawasan rawan gempa dan rawan bencana. Kondisi lingkungan dengan status kritis lahan dan hutan :penggunaan lahan didominasi oleh hutan lindung sebanyak 71 %, Hutan menurut fungsi TNKS 44 %, APL 27 %, HSAW 8 %, HL 9 %, HP 1 %, HPK 0,5 %, Kawasan rawan tsunami 48,2 ha, rawan abrasi 23,4 ha dan hutan bakau 4826 ha. Lahan kritis didominasi Kecamatan Lengayang 15 %, Lusi 15 %, LSB 13 %, terkecil terdapat di Bayang 3 % dan Bayu 3 %. Kualitas tanah pH tanah masam 4.63, kandungan Ca-dd dan Mg-dd sangat rendah. Air : kualitas air sungai pada musim kemarau parameter Fosfat melebihi baku mutu, BOD tidak melebihi baku mutu, parameter COD pada Batang Inderapura didaerah hulu melebihi baku mutu, Parameter fosat pada batang air dimusim hujan tetap tinggi berada di atas baku mutu. Komponen Air tanah parameter Coli terdapat pada air sumur gali, namun keterbatasan zat tidak dapat dihitung jumlahnya. Komponen Udara daerah Kabupaten Pesisir Selatan berada dibawah baku mutu, ini berarti udara belum tercemar. Komponen Laut Kabupaten Pesisir Selatan Terumbu karang sudah rusak 85,25 % di Tarusan, Padang Lamun 17,87 % rusak di Pulau Cubadak, Hutan mangrove 37,73 % di Tarusan. Tekanan dominan berasal dari sumber alami : kondisi geomorfologi, geologi, topografi, jenis tanah vulkanik dan tanah aerosol daerah Pesisir Selatan. Sumber aktifitas manusia : kegiatan permukiman dengan aktifitas masyarakat yang berada di bantaran sungai, tempat pembuangan sampah, dan tempat buang air besar. Kegiatan pertanian dengan penggunaan pupuk untuk lahan sawah, tanaman pangan dan perkebunan. Kegiatan kesehatan : pola hidup kurang sehat terhadap sanitasi lingkungan. Sumber pencemaran : Kegiatan industri berpotensi mencemari air, udara dan tanah jika analisa laboratorium melebihi baku mutu yang telah ditetapkan namun untuk daerah Kabupaten Pesisir Selatan belum melebihi baku mutu analisis laboratoriumnya. Selain itu kegiatan pertambangan juga berpotensi sebagai sumber pencemaran pertambangan batu bara dan bijih emas tanpa pengolahan dan eks tambang yang ditinggalkan. Sumber kerusakan : Pesisir Selatan saat ini telah terjadi kerusakan terumbu karang, Mangrove, padang lamun, abrasi pantai, kebakaran hutan, pertambangan tanpa izin, lahan kritis dan alih fungsi lahan. Upaya /agenda pengelolaan lingkungan hidup pada tahun 2010 seksi AMDAL Kabupaten Pesisir Selatan akan membentuk Komisi AMDAL Kabupaten Pesisir Selatan dengan mengikut sertakan pejabat terkait untuk mengikuti Diklat Penyusun AMDAL (AMDAL B), membentuk dan melatih serta menerbitkan persetujuan tim terpadu penilai lisensi AMDAL, setelah dikeluarkannya Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Pesisir Selatan, Setelah Komisi Lisensi AMDAL Kabupaten telah diterbitkan, maka akan dilaporkan kepada Bapedalda Provinsi Sumatera Barat. Seksi Pengawasan dan Penegakan hukum melaksanakan kegiatan pengawasan pelaksanaan kebijakan dan pencemaran lingkungan hidup pada perusahaanperusahaan perkebunan kelapa sawit, pertambangan, Rumah Sakit, Infrastruktur, Penginapan, dan rumah makan, Disamping pengawasan juga dilaksanakan kegiatan rutin penilaian ADIPURA oleh PPLH Regional Sumatera ke daerah Kabupaten Pesisir Selatan sebagai Kota Kecil. Seksi Pengendalian dan Pencemaran Melaksanakan Kegiatan rutin DAK (dana anggaran khusus) dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup dengan pengadaan fisik sesuai dengan kebutuhan daerah Kabupaten Pesisir Selatan, Pengujian Kualitas air sungai setiap tahun, Pengujian kualitas air limbah dan pengujian kualitas udara ambien.
ii
KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI
i ii iii
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
iv viii
PENDAHULUAN I-A LATAR BELAKANG I-B GAMBARAN UMUM I-C VISI DAN MISI I-D TUJUAN PENULISAN LAPORAN I-E ISU LINGKUNGAN HIDUP UTAMA I-F ANALISIS STATUS, TEKANAN DAN RESPON DARI ISU UTAMA I-G AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
I-1 I-2 I-4 I-7 I-7 I-8 I-15
BAB II
KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA II- A LAHAN DAN HUTAN II-B KEANEKARAGAMAN HAYATI II-C AIR II-D UDARA II-E PESISIR DAN PANTAI II-F IKLIM II-G BENCANA ALAM
II-1 II-7 II-21 II-45 II-51 II-61 II-64
BAB III
TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN III-A KEPENDUDUKAN III-B PERMUKIMAN III-C KESEHATAN III-D PERTANIAN III-E INDUSTRI III-F PERTAMBANGAN III-G ENERGI III-H TRANSPORTASI III-I PARIWISATA III-J LIMBAH B3
III-1 III-10 III-19 III-24 III-32 III-36 III-40 III-45 III-50 III-52
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN IV-A REHABILITASI LINGKUNGAN IV-B PENGAWASAN AMDAL IV-C PENEGAKAN HUKUM IV-D PERAN SERTA MASYARAKAT IV-E KELEMBAGAAN IV-F AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2010
IV-1 IV-5 IV-10 IV-12 IV-16 IV-21
BAB I
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iii
TABEL 1.1
PDRB Kab. Pesisir Selatan Tahun 2005-2009
I-4
TABEL 2.1
Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan Kabupaten
II-3
Pesisir Selatan TABEL 2.2 TABEL 2.3
Daerah – daerah Kabupaten Pesisir Selatan yang termasuk kedalam hutan TNKS Kegiatan Tanaman Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada tahun 2007 pada
II-6 II-7
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan TABEL 2.4
Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2007
II-8
TABEL 2.5
Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2007 yang
II-8
dilakukan ole SWP DAS AGAM KUANTAN TABEL 2.6
Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir
II-9
Selatan tahun 2008 TABEL 2.7
Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2008 yang
II-9
dilakukan oleh SWP DAS AGAM KUANTAN TABEL 2.8
Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir
II-10
Selatan tahun 2009 TABEL 2.9
Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2009 yang
II-10
dilakukan oleh SWP DAS AGAM KUANTAN TABEL 2.10
Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir
II-10
Selatan tahun 2010 TABEL 2.11
II-11
TABEL 2.12
Lokasi penanaman pohon mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 Analisis Lahan Kritis
TABEL 2.13
Analisis Kerusakan Lahan
II-15
TABEL 2.14
Embung Kabupaten Pesisir Selatan
II-24
TABEL 2.15
Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Kemarau Tahun 2010
II-25
TABEL 2.16
Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Hujan Tahun 2010
II-26
TABEL 2.17
Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Hujan Tahun 2010
II-26
TABEL 2.18
Hasil Pemantauan Kualitas Air Sumur Tahun 2010
II-27
TABEL 2.19
Hasil Pemantauan Kualitas Air Embung Tahun 2010
II-28
TABEL 2.20
Perbandingan Parameter dengan Baku Mutu Kualitas Sungai Pada Musim
II-30
II-14
Kemarau Tahun 2010 TABEL 2.21
Perbandingan Kualitas Air Sumur dengan Baku Mutu Tahun 2010
II-32
TABEL 2.22
Kualitas Air Sumur Tahun 2007
II-37
iv
TABEL 2.23
Kualitas Air Sumur Tahun 2008
II-38
TABEL 2.24
Kualitas Air Sumur Tahun 2009
II-39
TABEL 2.25
Kualitas Air Sumur Tahun 2010
II-40
TABEL 2.26
Analisis Debit Musim Kemarau
II-41
TABEL 2.27
Analisis BOD Musim Kemarau
II-42
TABEL 2.28
Analisis COD Musim Kemarau
II-43
TABEL 2.29
Kualitas Udara PT. Incasi Raya dan PDAM
II-46
TABEL 2.30
Kualitas Air Hujan
II-48
TABEL 2.31
Perbandingan Baku Mutu Dengan Kualits Udara PT. INCASI RAYA
II-49
Tahun 2009 TABEL 2.32
Analisis Kualitas Udara
II-51
TABEL 2.33
Kualitas Air Laut Kabupaten Pesisir Selatan 2010
II-54
TABEL 2.34
Persentase Luas Terumbu Karang Tahun 2010
II-55
TABEL 2.35
Perbandingan Kualitas Air Laut Dengan Baku Mutu
II-57
TABEL 2.36
Analisis Kerusakan Terumbu Karang
II-59
TABEL 2.37
Analisis Kerusakan Persentase Padang Lamun
II-60
TABEL 2.38
Analisis Kerusakan Hutan Mangrove
II-61
TABEL 2.39
Analisis Curah Hujan Stasiun Tapan
II-64
TABEL 2.40
Bencana Alam Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010
II-66
TABEL 2.41
Bencana Alam Banjir Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010
II-66
TABEL 2.42
Bencana Alam Tanah Longsor Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010
II-67
TABEL 2.43
Bencana Alam Kebakaran Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010
II-68
TABEL 2.44
Penanggulangan Bencana Banjir dan Tanah Longsor
II-68
TABEL 3.1
III-1
Data Tingkat Kesejahteraan Penduduk
TABEL 3.2
Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan
III-2
TABEL 3.3
Jumlah Penduduk Laki-laki Menurut Golongan Umur
III-4
TABEL 3.4
Jumlah Penduduk Perempuan Menurut Golongan Umur
III-4
TABEL 3.5
Jumlah Penduduk Migrasi Selama Hidup
III-5
TABEL 3.6
Jumlah Penduduk di Laut dan Pesisir
III-5
TABEL 3.7
Jumlah Penduduk Perempuan menurut Pendidikan
III-6
TABEL 3.8
Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Menurut Pendidikan Tertinggi
III-6
TABEL 3.9
Jumlah Sekolah menurut Kecamatan
III-7
TABEL 3.10
Jumlah Penduduk berdasarkan tahun
III-7
TABEL 3.11
Jumlah Sekolah berdasarkan tahun
III-8
TABEL 3.12
Jumlah Penduduk Laki – laki berdasarkan tingkat pendidikan
III-8
v
TABEL 3.13
Analisis Jumlah Penduduk berdasarkan tahun
III-9
TABEL 3.14
Analisis Jumlah Sekolah berdasarkan tahun
III-10
TABEL 3.15
Jumlah Penduduk Perempuan berdasarkan tingkat pendidikan
III-12
TABEL 3.16
Jumlah Penduduk Laki – laki berdasarkan tingkat pendidikan
III-13
TABEL 3.17
Jumlah Rumah Tangga Menurut Cara Pem buangannya.
III-13
TABEL 3.18
Jumlah Rumah Tangga dan Tempat Fasilitas Buang Air Besar
III-14
TABEL 3.19
Jumlah Rumah Tangga dan Tempat Pembuangan Akhir
III-14
TABEL 3.20
Jumlah Rumah Tangga dan Perkiraan Timbulan Sampah
III-15
TABEL 3.21
Jumlah Anak Lahir Hidup 2010
III-19
TABEL 3.22
Jumlah Anak Lahir Hidup 2009
III-19
TABEL 3.23
Angka Kematian Ibu dan Bayi
III-20
TABEL 3.24
Jumlah kematian dalam tahun 2010
III-20
TABEL 3.25
Jumlah kematian dalam Hidup 2009
III-20
TABEL 3.26
Jenis Penyakit Utama di derita Penduduk
III-21
TABEL 3.27
Volume Limbah Padat dan Cair Rumah Sakit
III-21
TABEL 3.28
Limbah Cair Rumah Sakit M Zein Painan
III-22
TABEL 3.29
Luas Sawah dan Produksi Tahun 2010
III-25
TABEL 3.30
Luas Sawah dan Produksi Tahun 2009
III-25
TABEL 3.31
Alih Fungsi Lahan Pertanian
III-28
TABEL 3.32
Perkiraan Emisi Gas CO2 dari Pupuk Urea
III-30
TABEL 3.33
Klasifikasi Jaringan dan Luas Sawah yang Dialiri
III-31
TABEL 3.34
Beban Limbah Cair Industri Besar PT. Incasi Raya Tahun 2010
III-33
TABEL 3.35
Hasil Analisa Udara Ambien Pabrik Kelapa Sawit PT. Incasi Raya
III-34
TABEL 3.36
Hasil Analisa Udara Emisi Boiler Pabrik Kelapa Sawit PT. Incasi Raya
III-35
TABEL 3.37
Luas Areal Pertambangan yang Di Eksloitasi
III-33
TABEL 3.38
Luas Areal Pertambangan Galian C dan Produksinya
III-37
TABEL 3.39
Luas Areal Pertambangan Rakyat
III-38
TABEL 3.40
Jumlah Kendaraan Bermotor
III-41
TABEL 3.41
Jumlah Stasiun Pompa Bensin Umum (SPBU)
III-43
TABEL 3.42
Panjang Jalan Menurut Kewenangan
III-46
TABEL 3.43
Kondisi Jalan Kabupaten Pesisir Selatan
III-47
TABEL 3.44
Sarana Terminal Kendaraan
III-48
TABEL 3.45
Sarana Pelabuhan Laut
III-46
TABEL 3.46
Perkembangan usaha perikanan di Kab. Pessel 2001-2007
III-49
TABEL 3.47
Perusahaan Penghasil Limbah B3
III-53
TABEL 3.48
Perusahaan yang Mendapat Izin untuk Penyimpanan, Pengumpulan,
III-53
Pengolahan, Pemanfaatan dan Pemusnahan Limbah B3
vi
TABEL 4.1
Rencana dan Realisasi Penghijauan
IV-1
TABEL 4.2
Rencana dan Realisasi Kegiatan Reboisasi
IV-3
TABEL 4.3
Rekomendasi Dokumen Pengelolaan Lingkungan
IV-7
TABEL 4.4
Pengawasan UKL/UPL
IV-8
TABEL 4.5
Pengaduan Masalah Lingkungan
IV-11
TABEL 4.6
Lembaga Swadaya Masyarakat Lingkungan (LSM)
IV-12
TABEL 4.7
Penghargaan Lingkungan
IV-13
TABEL 4.8
Penyuluh dan Seminar Lingkungan
IV-14
TABEL 4.9
Kegiatan Fisik dan Perbaikan Oleh Masyarakat
IV-15
TABEL 4.10
Produk Hukum Bidang Lingkungan
IV-16
TABEL 4.11
Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup
IV-17
TABEL 4.12
Jumlah Personil Lingkungan Hidup
IV-19
TABEL 4.13
Jumlah PPNS Lingkungan Hidup
IV-20
vii
GAMBAR 1.1
Banjir Bandang di Kecamatan Bayang Utara
I-10
GAMBAR 1.2
Longsor di Kecamatan Bayang Utara
I-11
GAMBAR 1.3
Kunjungan Wakil Bupati di Kecamatan Bayang Utara
I-11
GAMBAR 1.4
Kunjungan Wakil Bupati di Kecamatan Bayang Utara
I-12
GAMBAR 1.5
Abrasi pantai di daerah Mandeh
I-14
GAMBAR 2.1
Hutan Lindung Perkecamatan
II-2
GAMBAR 2.2
Persentase Luas Lahan Menurut Fungsi Tahun 2010
II-2
GAMBAR 2.3
Persentase Luas Lahan Kritis Tahun 2010
II-4
GAMBAR 2.4
Luas Kerusakan Hutan Tahun 2010
II-4
GAMBAR 2.5
Luas Konversi Hutan Tahun 2010
II-5
GAMBAR 2.6
Kegiatan Reboisasi Kabupaten Pesisir Selatan
II-11
GAMBAR 2.7
Luas Lahan Kritis 2007-2009
II-12
GAMBAR 2.8
Luas Kerusakan Hutan selama 4 tahun
II-14
GAMBAR 2.9
Analisis Statistik Lahan Kritis 2007-2010
II-16
GAMBAR 2.10
Analisis Statistik Kerusakan Lahan 2007-2010
II-17
GAMBAR 2.11
Keanekaragaman Hayati
II-19
GAMBAR 2.12
Keanekaragaman hayati yang dilindungi
II-20
GAMBAR 2.13
Flora Fauna yang Dilindungi
II-20
GAMBAR 2.14
Perbandingan Jumlah Spesies yang Diketahui
II-21
GAMBAR 2.15
Perbandingan Jumlah Spesies yang dilindungi
II-21
GAMBAR 2.16
Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Kemarau Tahun 2010
II-28
GAMBAR 2.17
Perbandingan Fosfat dengan Baku Mutu Musim Kemarau Tahun 2010
II-29
GAMBAR 2.18
Perbandingan BOD dengan Baku Mutu Musim Kemarau Tahun 2010
II-29
GAMBAR 2.19
Perbandingan COD dengan Baku Mutu Musim Kemarau Tahun 2010
II-30
GAMBAR 2.20
Perbandingan Fosfat dengan Baku Mutu Musim Hujan Tahun 2010
II-31
GAMBAR 2.21
Perbandingan BOD dengan Baku Mutu Musim Hujan Tahun 2010
II-31
GAMBAR 2.22
Perbandingan COD dengan Baku Mutu Musim Kemarau Tahun 2010
II-31
GAMBAR 2.23
Perbandingan Konsentrasi BOD dengan Baku Mutu Tahun 2010
II-32
GAMBAR 2.24
Perbandingan Konsentrasi COD dengan Baku Mutu Tahun 2010
II-33
GAMBAR 2.25
Perbandingan Konsentrasi Fosfat dengan Baku Mutu Tahun 2010
II-33
GAMBAR 2.26
Debit Air Sungai Musim Kemarau Tahun 2007
II-34
GAMBAR 2.27
Debit Air Sungai Musim Kemarau Tahun 2008
II-35
viii
GAMBAR 2.28
Debit Air Sungai Musim Hujan Tahun 2008
II-35
GAMBAR 2.29
Debit Air Sungai Musim Kemarau Tahun 2009
II-36
GAMBAR 2.30
Kualitas Air Sungai Musim Kemarau
II-36
GAMBAR 2.31
Kualitas Air Sungai Musim Hujan
II-36
GAMBAR 2.32
Analisis Debit Air Pada Musim Kemarau
II-42
GAMBAR 2.33
Kualitas Udara PT. Incasi Raya
II-47
GAMBAR 2.34
Kualitas Udara Kab. Pessel Tahun 2007
II-49
GAMBAR 2.35
Kualitas Udara Kab. Pessel Tahun 2008
II-50
GAMBAR 2.36
Kualitas Udara Kab. Pessel Tahun 2009
II-50
GAMBAR 2.37
Analisis Statistik Kualitas Udara
II-52
GAMBAR 2.38
Kondisi Kualitas Air Laut Kab. Pesisir Selatan
II-54
GAMBAR 2.39
Persentase Kerusakan Padang Lamun Tahun 2010
II-56
GAMBAR 2.40
Persentase Tutupan Mangrove Tahun 2010
II-56
GAMBAR 2.41
Persentase Kerusakan Terumbu Karang
II-58
GAMBAR 2.42
Persentase Kerusakan Padang Lamun
II-58
GAMBAR 2.43
Persentase Tutupan Hutan Mangrove
II-59
GAMBAR 2.44
Suhu Rata-rata Bulanan Kabupaten Pesisir Selatan
II-63
GAMBAR 2.45
Curah Hujan Rata – rata Bulanan Kabupaten Pesisir Selatan tahun
II-63
2009 GAMBAR 2.46
Analisis Statistik Curah Hujan Pada Stasiun Tapan
II-65
GAMBAR 2.47
Bencana Alam Banjir Kabupaten Pesisir Selatan
II-69
GAMBAR 2.48
Bencana Alam Longsor Kabupaten Pesisir Selatan
II-70
GAMBAR 2.49
Bencana Alam Kebakaran Kabupaten Pesisir Selatan
II-70
GAMBAR 2.50
Bencana Alam Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2004
II-71
GAMBAR 2.51
Bencana Alam Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2005
II-71
GAMBAR 3.1
Jumlah Penduduk Tahun 2010
III-3
GAMBAR 3.2
Penduduk Miskin 2007-2009
III-18
GAMBAR 3.3
Analisa IPAL RS. M Zein berada diatas Baku Mutu
III-22
GAMBAR 3.4
Perbandingan Volume limbah cair RSUD. Dr. M.Zein Painan
III-23
GAMBAR 3.5
III-24
GAMBAR 3.6
Perbandingan analisa Jumlah kematian laki-laki dan perempuan disetiap umur Produksi Tanaman Palawija Tahun 2010
GAMBAR 3.7
Produksi Perkebunan Rakyat dan Luas lahan Perkebunan
III-26
GAMBAR 3.8
Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Perkebunan
III-27
GAMBAR 3.9
Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Padi dan Palawija
III-27
GAMBAR 3.10
Jumlah Hewan Ternak Menurut Jenis
III-28
III-26
ix
GAMBAR 3.11
Jumlah Hewan Unggas Menurut Jenis
III-29
GAMBAR 3.12
Emisi Gas Methan dari Pertanian
III-29
GAMBAR 3.13
Emisi Gas Methan dari Peternakan
III-30
GAMBAR 3.14
Perbandingan Tanaman Palawija
III-31
GAMBAR 3.15
Perbandingan Jumlah Hewan Unggas
III-32
GAMBAR 3.16
Industri Usaha Kecil
III-33
GAMBAR 3.17
Perbandingan Industri besar dan Industri Kecil
III-35
GAMBAR 3.18
Industri Kecil Secara Statistik
III-36
GAMBAR 3.19
Eksplorasi Produksi Tambang Menurut Bahan Galian
III-36
GAMBAR 3.20
Eksplorasi Produksi Tambang Menurut Bahan Galian
III-39
GAMBAR 3.21
Analisis Produksi Tambang Menurut Bahan Galian
III-39
GAMBAR 3.22
Kendaraan Wajib Uji
III-42
GAMBAR 3.23
Kendaraan Telah Diuji
III-42
GAMBAR 3.24
Jumlah Kendaraan Berdasarkan Bahan Bakar
III-44
GAMBAR 3.25
Analisis Jumlah Kendaraan Berdasarkan Bahan Bakar
III-45
GAMBAR 3.26
Perbandingan Panjang Jalan
III-49
GAMBAR 3.27
Analisis Panjang Jalan
III-50
GAMBAR 3.28
Objek Wisata Yang ada di Daerah Kab. Pesisir Selatan
III-51
GAMBAR 3.29
Volume Limbah Padat di Daerah Objek Wisata
III-52
GAMBAR 3.30
Analisis volume limbah padat
III-52
GAMBAR 3.31
Perbandingan Limbah B3
III-54
GAMBAR 3.32
Analisis Limbah B3
III-55
GAMBAR 4.1
Rencana dan Realisasi Jumlah Pohon
IV-2
GAMBAR 4.2
Penghijauan Jumlah Pohon Perkecamatan
IV-2
GAMBAR 4.3
Luas Penghijauan Perkecamatan
IV-3
GAMBAR 4.4
Penghargaan Lingkungan
IV-13
GAMBAR 4.5
Anggaran DAK Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan
IV-18
GAMBAR 4.6
Anggaran APBD Kantor Lingkungan Hidup
IV-18
x
I-A.
LATAR BELAKANG Kebijakan Lingkungan hidup adalah bagaimana mengelola lingkungan sesuai dengan tempatnya, maksudnya bahwa menjaga kelestarian, keutuhan dan mempertahankan daya dukung serta daya tampung lingkungan harga mati untuk kejayaaan lingkungan dimasa depan. Maka dari itu perlu dilakukan pengelolaan lingkungan hidup secara terpadu oleh instansi pemerintah, masyarakat serta pelaku pembangunan lainnya, sesuai
dengan
bidang
tugas
dan
tanggung
jawab
masing-masing,
dengan
memperhatikan keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijakan nasional pengelolaan lingkungan hidup. Sebaliknya kegiatan pembangunan juga mengandung resiko terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan yang mengakibatkan daya dukung, daya tampung dan produktifitas lingkungan hidup menurun yang menyebabkan beban social, oleh karena itu pencemaran tersebut harus dikelola dengan baik berdasarkan asas tanggung jawab, asas keberlanjutan dan asas keadilan. Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup harus dapat memberikan manfaat ekonomi, social dan budaya yang dilakukan berdasarkan prinsip kehati-kehatian, demokrasi lingkungan, desentralisasi, serta pengakuan dan penghargaan terhadap kearifan local dan kearifan lingkungan. Untuk melaksanakan itu semua telah terdapat dalam Agenda 21 Bab 40, disebutkan perlunya kemampuan pemerintahan dalam mengumpulkan dan memanfaatkan data dan informasi multisektoral pada proses pengambilan keputusan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut menuntut ketersediaan data, keakuratan analisis, serta penyajian informasi lingkungan hidup yang informatif. Selain itu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah melimpahkan kewenangan pengelolaan lingkungan hidup kepada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota. Dengan meningkatnya kemampuan pemerintah I-1
daerah provinsi atau kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) diharapkan akan semakin meningkatkan kepedulian kepada pelestarian lingkungan hidup. Berkaitan dengan akses informasi kepada publik, telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Sebagai Badan Publik pemerintah wajib menyediakan, memberikan dan atau menerbitkan informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik. Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan tersebut antara lain adalah informasi yang diumumkan secara berkala, dengan cara yang mudah dijangkau dan dan dalam bahasa yang mudah dipahami Keakuratan suatu analisis sangat ditentukan oleh tersedianya data yang memadai baik kualitas maupun kuantitasnya. Dimensi data lingkungan dan sumberdaya alam yang luas dan kompleks tidak memungkinkan penyediaannya hanya mengandalkan pada satu sumber data saja akan tetapi akan melibatkan berbagai sumber data dan informasi yang luas. Data pengukuran umumnya adalah hasil pemantauan, misalnya pemantauan kualitas air sungai, Kualitas air laut, kualitas air hujan, kualitas udara dan kualitas limbah industri. Latar belakang penulisan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan bagian dari Program peningkatan kualitas dan akses informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup. Selain itu Buku Data dan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan menjadi acuan dan pedoman kondisi lingkungan hidup daerah saat ini dan ini merupakan suatu tantangan untuk menjadi lebih baik lagi. I-B. GAMBARAN UMUM DAERAH Berdasarkan hukum Kabupaten Pesisir Selatan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958, tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat Sumatera Barat, Jambi dan Riau jo Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979 serta UndangUndang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Sumatera Tengah, jo Undang-undang Nomor 21 Drt Tahun 1958 jo Undang-undang Nomor 5 Tahun 1958. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan menjalankan pemerintah untuk melayani masyarakat yang tinggal pada wilayah administrasinya. Selanjutnya berdasarkan Surat
I-2
Keputusan Bupati Pesisir Selatan No.140/132/Kpts/BPT-PS/2010 tanggal 22 Feb 2010 tentang jumlah nagari dan kampung di masing-masing kecamatan secara administrasi, Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari 12 kecamatan, 76 nagari dan 363 kampung sebagai satuan pemerintahan terendah. Secara geografis Kabupaten Pesisir Selatan terletak pada, 0o 59’ - 2o 28,6’ Lintang Selatan dan 100o 19’ - 101o 18’ Bujur Timur yang membujur dari utara ke selatan dengan panjang garis pantai 287,2 km, tinggi dari permukaan laut 0 – 1000 meter, mempunyai luas 5.749,89 Km2 beriklim tropis dengan temperatur rata-rata 22oC hingga 32oC siang hari, 22oC hingga 28oC pada malam hari, luas perairan laut 84.312 Km2. Kabupaten Pesisir Selatan berbatasan, di sebelah Utara dengan Kota Padang, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Muko-muko Propinsi Bengkulu, Sebelah Timur dengan Kabupaten Solok, Solok dan Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi, dan Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia. Kabupaten Pesisir Selatan memiliki 5 buah teluk yaitu Teluk Mandeh, Teluk Painan, Teluk Sungai Nipah, Teluk Betung dan Teluk Sungai Bungin. Memiliki perairan payau kurang lebih 26.278,18 ha, jumlah pulau 53 buah, kecamatan diwilayah Pesisir sebanyak 9 buah, kampung nelayan 48 kampung dan rawa serta telaga sebanyak 491 ha sungai 22 buah terdiri dari 12 sungai besar dan 10 sungai kecil. Fisiografi wilayah terbentuk dari perpaduan antara proses patahan pegunungan Bukit Barisan ke arah Barat dan proses aluvial marine. Dari sisi geologis daerah ini termasuk pinggir dari patahan semangko yang membujur dari utara ke selatan. Lahan dengan kemiringan yang terjal dan lahan rawa disepanjang pantai mendominasi daerah ini. Oleh karena itu luas daratan yang dapat dibudidayakan relatif sempit. Bentuk Kondisi fisiografi wilayah seperti ini mempersempit lahan budi daya dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kehutanan
dan
Perkebunan Nomor
442/KPTS-II/KPTS-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Propinsi Sumatera Barat. Keputusan tersebut menegaskan luas lahan yang dapat digunakan untuk Areal Penggunaan Lain (APL) hanya 26,19 %, sedangkan 73,81 % merupakan wilayah kehutanan, yang terdiri dari hutan konservasi (TNKS), hutan lindung, hutan produksi terbatas dan hutan produksi yang tidak dapat dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan ekonomi masyarakat sekitarnya. Gambaran fisiografis berimplikasi kepada kondisi perekonomian yang masih belum berkembang dengan optimal, juga mengakibatkan Pesisir Selatan sangat rentan I-3
terhadap ancaman bencana alam. Bencana alam yang terjadi setiap tahun antara lain gempa bumi, banjir, longsor, gelombang pasang dan angin puting beliung. Sebagai contoh, gempa bumi yang terjadi tanggal 30 September 2009 dan 01 Oktober 2009 mengakibatkan kerusakan terparah terdapat di 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Koto XI Tarusan, Bayang, Bayang Utara, IV Jurai dan Sutera. Beberapa fasilitas sosial, ekonomi, infrastruktur, perumahan mengalami rusak berat, sedang dan ringan. Tabel 1.1 PDRB Kab. Pesisir Selatan Tahun 2005-2009 PDRB (MILYAR Rp)
Tahun
ADH Berlaku
ADH Konstan
2005
2.274,86
1.625,74
2006
2.654,32
1.710,57
2007
3.082,92
1.801,34
2008
3.580,15
1.898,90
2009
3.913,51
1.942.96
Sumber : Bappeda, diolah dari data PDRB Kab. Pessel Tahun 2009
Tabel diatas menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan perekonomian daerah, hal ini dapat terwujud karena adanya perbaikan ekonomi yang makin membaik dan kegiatan pembangunan yang memberikan trickle down effect kepada masyarakat. I-C VISI DAN MISI Visi dan misi pembangunan daerah Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 – 2015 berdasarkan motto Bupati dan wakil bupati terpilih.
VISI : “TERWUJUDNYA MASYARAKAT PESISIR SELATAN YANG SEJAHTERA” MISI : 1. 2. 3. 4. 5.
Melanjutkan Melanjutkan Melanjutkan Melanjutkan Melanjutkan
Pembangunan Ekonomi. Pembangunan Pendidikan. Pembangunan Kesehatan. Pembangunan Keagamaan, Kepemudaan dan Sosial Budaya. Revitalisasi Pemerintahan Daerah
I-4
MOTO : “TEKADKU MEMBANGUN PESISIR SELATAN” Hakikat pembangunan adalah terjadinya proses transformasi, baik transformasi fisik dengan adanya perbaikan dan pengadaan baru, maupun transformasi budaya. Sedangkan reformasi adalah upaya pengembalian kearah yang lebih baik. Kegiatan Transformasi dan reformasi secara bersama dapat mempercepat pembangunan, sehingga tercapai hasil yang memuaskan. Berbagai langkah transformasi dan reformasi yang telah dilakukan yaitu pemerintahan yang bersih, pemberdayaan, demokratisasi dan akuntabilitas, diharapkan mampu menghasilkan kegiatan dan capaian pembangunan yang selanjutnya akan menuntut pemecahan masalaha yang lebih
sistemis
dan
konsisten.
Kesejahteraan
dipegang
berdasarkan
prinsip
keseimbangan. Kesejahteraan ditunjukan dengan perolehan tingkat kehidupan yang layak dipandang dari segi ekonomi, agama, social dan budaya. Visi dan Misi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan Dalam menjalankan tugas dan fungsi Kantor Lingkungan Hidup, hukum yang dipergunakan adalah : “Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2008, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pesisir Selatan”.
Pembangunan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan kewenangan daerah diperlukan adanya kesinergian di segala bidang dan persamaan persepsi dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian, karena harapan semoga daerah ini lestari untuk diwariskan kepada generasi mendatang. Kantor Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan perencanaan dan pembinaan serta pengendalian lingkungan hidup, dan dampak lingkungan hidup, sedangkan fungsinya adalah sebagai berikut : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Lingkungan Hidup; b. Pelayanan penunjang penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten di bidang Lingkungan Hidup; c.
Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang Lingkungan Hidup;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan. Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsinya Kantor Lingkungan Hidup mempunyai
I-5
susunan organisasi yang terdiri dari : a. Kepala Kantor; b. Sub Kantor Tata Usaha. c.
Seksi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
d. Seksi Pengendalian dan Penanggulangan/Pencemaran. e. Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penegakan Hukum. f.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Visi Kantor Lingkungan Hidup dalam pelaksanaan kewenangan daerah ini
yang dilaksanakan dengan azaz tanggung jawab yang dapat memenuhi aspirasi dan kebutuhan masyarakat generasi saat ini tanpa mengurangi pemenuhan aspirasi dan kebutuhan generasi mendatang. Makna pokok yang terkandung dalam Visi diatas adalah : Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan bagian integral dari masalah pembangunan, oleh sebab itu pengelolaaan lingkungan hidup merupakan upaya terpadu untuk pelestarian fungsi, daya dukung lingkungan hidup dan terlaksana dengan baik sistem kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya untuk sekian tahun ke depan. Misi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan
Untuk mewujudkan Visi tersebut, maka Kantor Lingkungan Hidup menetapkan Misi sebagai tahap-tahap atau langkah-langkah
I-6
Dalam penetapan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai ke depan adalah 1. Mengintegrasikan pengelolaan lingkungan hidup ke dalam pembangunan daerah 2. Meningkatkan
pemahaman,
ketaatan
masyarakat
terhadap
peraturan
perundang-undangan di bidang lingkungan hidup. 3. Mengembangkan kelembagaan, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia, serta sistem penunjangnya. 4. Mengupayakan penyediaan dukungan sarana dan prasarana, SDM dan kelembagaan lingkungan hidup yang kuat. 5. Meningkatkan dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup. 6. Memfasilitasi
semua
stakeholder
untuk
menimbulkan
komitmen
moral
penyelamatan, pelestarian semua komponen lingkungan hidup.
I-D TUJUAN PENULISAN LAPORAN a. Mengumpulkan data dan informasi terbaru tentang kualitas lingkungan hidup daerah Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 yang berasal dari pelaksanaan kegiatan pembangunan yang menjaga kelestarian dan daya dukung lingkungan. b. Melakukan analisis terhadap kondisi lingkungan hidup daerah dengan menggunakan rumus Status Presure Respon. c.
Memfasilitasi pengukuran kondisi lingkungan hidup demi kemajuan menuju pembangunan yang keberlanjutan di daerah.
d. Menyediakan informasi tentang kondisi lingkungan terkini dan prospeknya di masa mendatang yang akurat, berkala, dan terjangkau bagi publik, pemerintah, organisasi non-pemerintah, serta pengambil keputusan; e. Memfasilitasi pengembangan, penilaian dan pelaporan himpunan indikator dan indeks lingkungan yang disepakati pada tingkat nasional; f.
Melaporkan keefektifan kebijakan dan program yang dirancang untuk menjawab perubahan lingkungan, termasuk kemajuan dalam mencapai standar dan target lingkungan;
I-E.
ISU LINGKUNGAN HIDUP UTAMA Isu lingkungan hidup yang dikemukakan pada bagian ini adalah isu strategis yang terkait dengan perkembangan wilayah dan dampaknya terhadap lingkungan daerah, sedangkan isu kritis masing-masing komponen lingkungan akan dibahas pada I-7
masing-masing komponen lingkungan dan kecenderungannya. Isu strategis tersebut adalah : 1. Banjir 2. Longsor 3. Abrasi pantai
I-F.
ANALISIS STATUS, TEKANAN DAN RESPON DARI ISU UTAMA Kabupaten Pesisir Selatan terletak pada 0o59’ – 2o28,6’ Lintang Selatan dan 100o1’ – 101o18’ Bujur Timur, dengan luas daerah 5.749,89 Km2, yang memanjang dari utara keselatan dengan panjang pantai sekitar 234 km. Posisi geografis Kabupaten Pesisir Selatan, sebelah Utara berbatasan dengan Kota Padang, sebelah Selatan dengan Provinisi Bengkulu, sebelah Timur dengan Kabupaten Solok dan Propinsi Jambi, dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia. Daerah ini memiliki pulau sebanyak 53 buah dan 18 buah sungai, yaitu 11 buah sungai besar dan 7 buah sungai kecil. Pulau-pulau tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata, baik wisata alam maupun wisata bahari. Kabupaten Pesisir Selatan adalah daerah rawan bencana alam karena kondisi geografis terletak dijalur gempa, rawan banjir, rawan longsor, abrasi pantai, penebangan secara liar, sungai disepanjang jalan dan letak rawan bencana alam. Curah hujan rata-rata ± 132 mm/tahun, Suhu rata-rata 32oC, Kelembaban rata-rata 86 %. Berdasarkan topografi daerah Kabupaten Pesisir Selatan bergunung dan berbukit – bukit, yang merupakan perpanjangan dari Bukit Barisan, dengan tinggi dari permukaan laut berkisar antara 0 – 1000 meter, maka Isu lingkungan hidup utama yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan adalah seperti dibawah ini.
a. Status Banjir Kondisi fisiografi wilayah Kabupaten Pesisir Selatan yang terbentuk dari perpaduan antara proses patahan pegunungan Bukit Barisan kearah barat dan proses alluvial marine selanjutnya ditambah dengan jumlah sungai yang cukup besar yakni 18 buah dengan perincian 11 sungai 7 sungai kecil. Karena kondisi
I-8
seperti ini menyebakan hampir seluruh daerah Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2010 terkena banjir mulai dari utara ke selatan. Pada tanggal 2 Januari tahun 2010 telah terjadi banjir di Kecamatan Balai Selasa tepatnya dikenagarian Palangai, banjir ini telah menyebabkan kerugian materil dan in materil di 6 kampung milik masyarakat dan pemerintah, tetapi tidak ada menelan korban jiwa, seperti kampung Palangai Gadang mengalami kerugian lahan sawah 3 ha gagal panen, badan jalan terban sepanjang 60 meter, satu buah rumah kayu hanyut terbawa arus, irigasi kepala Bandar jebol, sawah siap tanam habis dibawa air dan tebing longsor sepanjang 600 meter yang membahayakan masyarakat adalah daerah Palangai Gadang terisolasi dan putus hubungan denga masyarakat luar. Selanjutnya Kampung Limau Sundai mengalami kerugian materil berupa beronjong penahan tiang jembatan Bintung Putus mengikis tanah sepanjang 6 meter, tebing Sungai Taratak Panas runtuh dan air mengarah ke Surau Lakuak dan Pandam Kuburan dan tebing dekat pemukiman masyarakat Limau Sundai Runtuh. Kampung yang ketiga adalah Kampung Koto Nan IV mengalami kerugian material diantaranya adalah Batang Air Palangai Timur pindah ke Taruko Baru, Beronjong tebing Koto Kuil jebol dan menghantam mushala Nurul Ikhlas dan pemukiman masyarakat di sepanjang aliran sungai. Kampung Sungai Liku Tangah banjir menghantam lahan jagung seluas 4 ha hanyut dibawa banjir dan 9 (Sembilan) ekor kambing mati dan hanyut dibawa arus. Kampung Kelok Koto Langang banjir menyebabkan masyarakat rugi materil sebanyak 1 ekor sapi hayut dan mati, 14 (empat belas) ekor kambing hanyut dan mati ditambah lagi dengan 219 ayam hanyut dan mati. Kampung terakhir yang terkena banjir adalah Kampung Palangai Kecil materil masyarakat yang terkena adalah beronjong penahan tebing sungai di Tanjung Sawah liat Koto Baru, Binuang putus dan hanyut, beronjong penahan pondasi jembatan gantung lubuk cubadak putus dan hanyut. Selanjutnya pada tanggal 7 Januari 2010 banjir menghantam kenagarian Surantih Kecamatan Sutera mengakibatkan kerbau mati, sapi terbawa arus sungai, sawah dan padi tertimbun longsor, hanyutnya Gudang Gampo Gambir, hanyutnya dapur rumah penduduk ukuran 3x4, hanyutnya rumah penduduk
I-9
ukuran 3x6 dan mati kerbau dikandang. Pada tanggal 10 Februari 2010 banjir terjadi di Kenagarian Painan Kecamatan IV Jurai mengakibatkan terbannya Parit miring di belakang SD Negeri No. 28 Painan Timur sepanjang 74 Meter. Tanggal 13 Februari 2010 di Kecamatan Batang Kapas banjir mengakibatkan terendamnya rumah penduduk dan lahan pertanian masyarakat. Tanggal 16 Februari 2010 banjir terjadi di Kenagarian Lumpo Kec. IV Jurai rumah masyarakat hanyut sebanyak 3 buah dengan ukuran 3x9 m, 6x7 m dan 3x7 m. Kenagarian Surantih Kecamatan Sutera pada tanggal 18 Februari 2010 telah terjadi banjir yang mengakibatkan rusaknya beberapa tempat disepanjang alur sungai jebolnya irigasi Taruko di kampong kayu Aro dan intake badan bendungan dari beronjong rusak parah. Pada tanggal 18 Maret 2010 telah terjadi banjir di Kenagarian Inderapura Kecamatan Pancung Soal mengakibatkan 90 ha sawah siap panen hanyut dibawa arus dn tertimbun kayu-kayu yang hanyut dari hulu kesungai dan 132 KK di evakuasi dari jam 14.00 wib sampai dengan 24.00 wib. Dipenghujung tahun banjir juga menghantam kecamatan Bayang Utara yang meluluh lantakkan rumah, sawah, 1 mushalla hancur, 8 irigasi rusak, jalan sepanjang 14 meter dan sarana jembatan kayu ambruk terdapat di 3 nagari. Gambar 1.1 Banjir Bandang di Kecamatan Bayang Utara
Sumber :Web site Pesisir Selatan dokumentasi banjir bandang menghantam rumah
penduduk
dinagari Taratak Teleng Kec. Bayang Utara
Daerah yang terkena banjir bandang pada daerah Bayang Utara karena diguyur hujan secara terus menerus selama 3 hari menyebabkan sawah, jembatan dan rumah penduduk terendam banjir, banjir bandang ini terjadi pada akhir 3 Desember 2010. Sawah yang terendam sebanyak 50 ha dengan kerugian kurang lebih dari Rp. 50.000.000,- banyak masyarakat yang mengungsi dari rumah penduduk ketempat pengungsian sebanyak 150 kepala keluarga.
I - 10
Longsor Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2010 telah terjadi longsor di 3 kecamatan yakni Kecamatan Koto XI Tarusan, Kecamatan Bayang Utara dan Kecamatan Sutera, longsor yang terjadi telah memporak porandakan rumah penduduk, sawah dan harta benda lainnya serta sarana dan prasarana jalan, jembatan, tempat ibadah serta tanaman warga. Gambar 1.2 Longsor di Kecamatan Bayang Utara
Sumber :Web site Pesisir Selatan gambar longsor dari bukit di Kec. Bayang
Gambar diatas menunjukan bahwa longsor telah menyebabkan jembatan putus dan material dari bukit terbawa arus ke hilir dari daerah hulu. Gambar 1.3 Kunjungan Wakil Bupati di Kecamatan Bayang Utara
Sumber :Web site Pesisir Selatan gambar kunjungan Wakil Bupati di Kec. Bayang
Wakil Bupati Pesisir Selatan pada kesempatan ini mengunjungi masyarakat Kecamatan Bayang Utara yang terkena musibah dan memberikan bantuan berupa makanan, keperluan pengungsian dan kebutuhan pengungsi. Abrasi Pantai Kondisi geografis daerah letak daerah Pesisir Selatan yang membujur dari utara ke selatan sepanjang 234 km, dari 12 kecamatan yang ada terdapat 9 kecamatan terletak pada dipinggir pantai dan hanya 3 kecamatan yang tidak berada dipinggir pantai yakni Kecamatan Pancung Soal, Kecamatan Basa IV Balai Tapan dan Kecamatan Bayang Utara.
I - 11
Tingginya aktivitas laut menyebabkan gelombang pasang mengalami kenaikan dan tinggi ombak mencapai 4 meter, hal ini memberikan pengaruh terhadap pantai dan terjadi abrasi yang berkepanjangan, sehingga masyarakat nelayan yang berada dipinggir laut mengalami kerugian materil dan in material. b. Tekanan Banjir Penyebab banjir yang menghantam daerah Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 10 kali pada tahun 2010 adalah penebangan liar, kebakaran hutan, peristiwa curah hujan yang berkepanjangan selama berhari-hari. Banjir bandang ini menyebabkan masyarakat di 3 nagari terisolasi karena jalan penghubung di 3 nagari tersebut putus akibat longsor. Sehingga masyarakat yang berada didaerah tersebut putus komunikasi dengan masyarakat seberangnya, hal ini menyebabkan kerugian dari segi moril dan materil. Longsor Lahan kritis yang disebabkan oleh pembalakan liar menyebabkan kualitas tanah menurun, hal ini menjadikan tanah tersebut labil dan mudah dikikis oleh air hujan. Musim hujan telah menyebabkan longsor dibeberapa titik. Penyebab terjadi longsor selain lahan kritis adalah kebakaran lahan dan hutan. Abrasi Pantai Penyebab abrasi pantai didaerah adalah karena factor manusia dan factor alam pada posisi geografis daerah pesisir yang berada disepanjang pantai. Faktor manusia telah menyebabkan gelombang pasang naik air laut kepermukaan sampai mencapai 4 meter telah menyebabkan pemukiman penduduk disekitar kawasan pesisir terkena abrasi sehingga perlu dilakukan relokasi pemukiman ketempat lebih tinggi. c. Respon Gambar 1.4 Kunjungan Wakil Bupati di Kecamatan Bayang Utara
Sumber :Web site Pesisir Selatan Gambar penanggulangan memakai di Kec. Bayang
I - 12
Pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam menyikapi hal ini dengan berbagai cara diantaranya dengan melaksanakan kegiatan fisik dengan pengerukan pembersihan jalan yang terkena lingsor dengan bulldozer dari Dinas PU Kabupaten Pesisir Selatan dengan menyusun program-program menyikapi bencana alam longsor adapun kegiatan sebagai berikut : -
Pembangunan parit miring
-
Pembangunan tempat pengungsian
-
Sosialisasi tempat pelarian dan pengungsian terhadap masyarakat sekitar kawasan rawan banjir dan rawan longsor.
Banjir Daerah langganan banjir telah dilaksanakan program penanggulangan banjir oleh Pemerintah daerah diantaranya : -
Melaksanakan program normalisasi sungai
-
Membuat drainase untuk pengaliran air hujan agar tidak berlimpah kejalan dan rumah penduduk
-
Bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi membuat Embung
-
Sosialisasi kepada masyarakat bahaya banjir dan apa saja yang harus dilakukan jika terjadi banjir.
-
Membangun tempat pengungsian jika terjadi banjir.
Longsor Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah : -
Membuat beronjong dikaki bukit yang rawan longsor
-
Penghijauan dikaki bukit yang gundul akibat kebakaran hutan dan lahan serta lahan kritis.
-
Sosialisasi kepada masyarakat jika terjadi longsor dan kegiatan apa yang harus dilakukan
-
Pembangunan tempat pengungsian yang tepat dan strategis
I - 13
Abrasi Pantai Gambar 1.5 Abrasi pantai di daerah Mandeh
Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kab. Pessel
Rencana pengamanan pantai agar terhindar dari abrasi pantai pada daerah pesisir dapat dilakukan melalui: 1. Penanaman hutan bakau di kawasan pesisir pantai. 2. Membangun pemecah gelombang di wilayah pantai terutama di kawasan pesisir yang daratannya merupakan pusat kegiatan. 3. Membangun tanggul penahan arus laut untuk mencegah abrasi. 4. Membangun drainase di wilayah pantai pada kawasan permukiman. 5. Mewujudkan wilayah sempadan pantai sebagai kawasan non budidaya atau budidaya sangat terbatas (misalnya pariwisata) sekaligus menjadi kawasan pengamanan dari bahaya gelombang laut/tsunami. 6. Penataan kawasan pesisir pantai dan penguasaan oleh pemerintah serta pengendalian pemanfaatannya agar fungsi lindungnya tidak terganggu. 7. Penyediaan tempat-tempat sampah agar masyarakat tidak membuang sampah langsung ke laut. 8. Pembangunan sea wall di sepanjang pantai yang rawan terjadi abrasi pantai 9. Sosialisasi
kepada
masyarakt
nelayan
jika
terjadi
abrasi
pantai
yang
berkepanjangan 10. Reklamasi pantai Carocok Painan 11. Pembangunan Tanggul penahan ombak 12. Penanaman pohon bakau/hutan mangrove disepanjang pesisir pantai 13. Penanaman Pohon cemara laut disepanjang pantai
I - 14
I-G AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN Kebijakan pembangunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 dituangkan kedalam Arah Kebijakan Umum (AKU) tahun 2010 di Bidang Lingkungan Hidup yang berisikan 1. Pengendalian dan pencemaran dampak lingkungan 2. Informasi kualitas air sungai dan kondisi pencemaran terhadap air sungai tersebut. 3. Pelaksanaan Pemberian izin dokumen Pengelolaan lingkungan berupa AMDAL, UKL/UPL, DPPL dan SPPL kepada pemrakarsa yang melaksanakan suatu usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan. 4. Pengendalian dan pencemaran lingkungan oleh Pemrakarsa terhadap kualitas air limbah industri, rumah tangga dan rumah sakit. 5. Penanggulangan bencana alam. Pada tahun 2010 ini pendanaan pembangunan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan sebesar Rp.
1,539,982.262,-
termasuk kegiatan rutin dan
kegiatan pembangunan serta dana DAK dari Pusat sebesar Rp. 583.300.000,-, sementara untuk kegiatan dan gaji karyawan Kantor Lingkungan Hidup dari APBD mempunyai dana tersendiri sebesar Rp. 956.682.262,-. Program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Kantor lingkungan hidup Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2010 untuk menunjang pelaksanaan isu lingkungan yang terjadi pada daerah Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebagai berikut : 1. Program Pengendalian Pencemaran dan Pengrusakan Lingkungan dengan kegiatan sebagai berikut : a.
Kegiatan Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup Kegiatan ini dilaksanakan meliputi sector perkebunan kelapa sawit, sector pertambangan, sector pembangunan infrastruktur dan sector pesisir pantai, yang dilaksanakan pengawasan pada daerah-daerah kawasan Kabupaten Pesisir Selatan dari Kecamatan Lunang Silaut sampai dengan Kecamatan Koto XI Tarusan.
b.
Kegiatan Pengujian Air Sungai se Kabupaten Kegiatan ini meliputi pengujian kualitas air sungai besar di 12 Kecamatan yang
I - 15
ada di Kabupaten Pesisir Selatan, pengambilan sampel dilakukan dengan metode pengambilan sesaat dengan 3 titik, pada daerah hulu, tengah dan hilir serta pengambilan sampel dilakukan pada 2 musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Setelah pengambilan sampel dilakukan pengujian analisa di laboratorium lingkungan hidup oleh analis kantor Lingkungan Hidup.
c.
Kegiatan Koordinasi Penilaian Kota Sehat/ADIPURA Kegiatan ini dilaksanakan di Kecamatan IV Jurai saja, yaitu Kota Painan dan Kota Sago. Adipura merupakan penghargaan kota dibidang kebersihan.
d.
Kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan (Penunjang DAK) Kegiatan ini adalah merupakan dana penunjang dari proses kegiatan DAK Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan.
e.
Kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan (DAK Non DR) Kegiatan ini adalah dengan menggunakan sumber dana dari DAK APBN, dengan didampingi oleh dana APBD 10 %. Kegiatan fisik yang dilaksanakan diantaranya adalah Pembangunan Perlengkapan Gedung Labor sebanyak 1 paket, Pengadaan Alat-alat laboratorium lingkungan berupa pengujian kualitas udara 1 paket, pengadaan becak sampah sebanyak 10 buah, Pengadaan Unit Teknologi Biogas 1 paket, Pengadaan Server yang memuat Sistem Informasi Lingkungan 1 paket, Pengadaan Mobiler 1 paket dan Pengadaan Tong Sampah 50 buah.
f.
Kegiatan Pengadaan Kit dan Accecoris Kegiatan ini adalah pengadaan kit dan accecoris zat logam yang akan digunakan untuk peralatan AAS sebanyak 10 kotak.
g.
Kegiatan Penguatan Lisensi AMDAL dengan Lisensi Kegiatan ini merupakan luncuran dari tahun sebelumnya, namun pada tahun ini juga belum terlaksana.
2. Program Peningkatan dan akses Informasi Sumber Daya Alam dengan kegiatan sebagai berikut : 1. Kegiatan Pembuatan Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Tahun 2010.
I - 16
Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang telah dilaksanakan dari tahun ketahun. Buku SLHD terdiri dari 2 buah, buku 1 berisi tentang Buku data dan buku 2 berisi tentang analisis dampak lingkungan. Agenda Pengelolaan Lingkungan Agenda pengelolaan lingkungan tahun 2010 dan tahun kedepannya dirumuskan berdasarkan kepada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup dan analisis rumus SPR
pada bab-bab selanjutnya pada Status
Lingkungan Hidup tahun 2010. Berdasarkan hal tersebut, maka berikut adalah garis besar agenda yang perlu ditindak lanjuti oleh Kantor Lingkungan Hidup maupun Pemerintah Daerah dengan harapan dapat didukung oleh kegiatan dari pemerintah pusat. 1. Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan lahan dan hutan
Melaksanakan tapal batas yang jelas antara wilayah hutan Lindung, TNKS, HSAW dengan wilayah tanaman rakyat.
Melaksanakan reboisasi dan penghijauan pada daerah lahan kritis yang habis dibabat secara illegal loging
Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kebakaran lahan dan hutan
Penyesuaian pembangunan dengan Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan.
2. Pengelolaan Keanekaragaman hayati
Melahirkan
kebijakan
local
konservasi
yang
mengakomodir
kebutuhan
tempatan
Melaksanakan penyuluhan dan sosialisasi pentingnya menjaga dan melindungi keanekaragaman hayati yang ada
Melaksanakan kerja sama dengan instansi horizontal dan vertical demi menjaga keanekaragama hayati.
3. Pengelolaan Kuantitas dan Kualitas Air
Melakukan inventarisasi terhadap kualitas air sungai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.
Melakukan kajian strategis untuk pemanfaatan sungai sebagai unsure pembangunan.
Menertibkan bangunan liar disempadan sungai.
I - 17
Melakukan Searing dengan kecamatan-kecamatan sepanjang pengambilan sampel.
4. Pengelolaan Kualitas Udara
Pengujian Kualitas udara pada daerah industri
Pengujian kualitas udara pada daerah padat penduduk
Pengujian kualitas udara pada daerah padat kendaraan bermotor
5. Pengelolaan wilayah laut pesisir dan pantai
Membuat peta zoonasi wilayah pesisir dan pantai Kabupaten Pesisir Selatan
Budi daya mangrove dan terumbu karang pada wilayah pesisir yang mempunyai tingkat kerusakan cukup tinggi.
Pembangunan reklamasi pantai
6. Pengelolaan Bencana Alam
Menginventarisasi daerah rawan bencana alam dan gempa bumi.
Sosialisasi daerah rawan bencana alam
Pembangunan tempat pengungsian pada tempat yang telah ditentukan
7. Pengelolaan lingkungan Permukiman dan penataan kelembagaan.
Melaksanakan kegiatan yang dapat menurunkan tingginya angka kemisikinan daerah Kabupaten Pesisir Selatan.
Perlu dilakukan pendataan penghasil limbah B3 untuk pelaksanaan penertiban melalui penertiban izin limbah B3.
Untuk memperluas jangkauan Pelayanan persampahan maka direncanakan pembangunan TPA regional
untuk daerah
selatan yang ditempatkan di
kecamatan Tapan. Arah Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup : 1. Memperbaiki
system
pengelolaan
hutan
dengan
meningkatkan
keterlibatan
masyarakat secara langsung dalam pengelolaan hutan, meningkatkan koordinasi dan penguatan kelembagaan dalam wilayah DAS, serta meningkatkan pengawasan dan penegakan hukumnya. 2. Mengefektifkan sumber daya yang tersedia dalam pengelolaan hutan. 3. Mengelola dan mendayagunakan potensi sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara lestari berbasis masyarakat. 4. Membangun system pengendalian dan pengawasan dalam pengelolaan sumber daya
I - 18
laut dan pesisir yang disertai dengan penegakan hukum yang ketat 5. Meningkatan upaya konservasi laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil serta merehabilitasi ekosistem yang rusak, seperti terumbu karang, mangrove, padang lamun dan estuary. 6. Merehabilitasi kawasan bekas pertambangan 7. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan pengelolaan pertambangan.
I - 19
II-A.
LAHAN DAN HUTAN Lahan dan hutan merupakan salah satu isu strategis dan utama lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan. Penggunaan lahan di Kabupaten Pesisir Selatan dimoninasi oleh Kawasan Hutan Lindung termasuk hutan TNKS dan HSAW sebesar 310.103 ha atau sekitar 71 % dan sisanya dipergunakan untuk kebutuhan lain. Pembahasan lahan dan hutan dilakukan dengan analisis Statistik sederhana
dengan
perbandingan dengan baku mutu, perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu serta analisis statistic sederhana dengan membandingkan frekuensi, maksimum, minimum dan rata-rata melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut :
Mengidentifikasi kondisi lahan dan hutan yang terparah untuk dijadikan subjek utama
Mengidentifikasi lahan kritis dibeberapa kecamatan
Mengukur tingkat percepatan kerusakan dan perbaikan lahan.
Menelaah lebih lanjut aktifitas utama yang menyebabkan perubahan alih fungsi lahan, seperti : a. Konversi lahan dan hutan akibat ekspansi perkebunan b. Konversi lahan dan hutan akibat ekspansi pertambangan c.
Konversi lahan dan hutan akibat ekspansi Galian C
d. Konversi lahan dan hutan akibat ekspansi Penebangan liar. Lahan dan hutan merupakan sumber perekonomian bagi masyarakat sekitar, karena daerah Kabupaten Pesisir Selatan mempunyai kawasan hutan sebanyak 71 % dari luas wilayah. Hutan tersebut terdiri dari TNKS, HSAW dan Hutan lindung. Maka oleh sebab itu diharapkan sumber daya hutan yang berlimpah diharapkan menjadi potensi yang memiliki nilai ekonomi dan pembangunan bagi semua pihak.
II - 1
Koto XI Tarusan
Gambar 2.1 Hutan Lindung Per Kecamatan
60,000.00
Bayang
50,000.00
IV Nagari Bayang Utara IV Jurai
40,000.00
Batang Kapas
30,000.00
Sutera
20,000.00
Lengayang
10,000.00
Ranah Pesisir
0.00 Sumber : Dinas Hutbun Kabb. Pessel
Linggo Sari Baganti
Hutan Lindung
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa hutan lindung di daerah Kabupaten Pesisir Selatan didominasi oleh Kecamatan Lengayang, Ranah Pesisir dan Lunang Silaut diikuti oleh kecamatan lain, sementara yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Bayang. Sementara itu luas lahan menurut fungsi terbagi 6, yang didominasi oleh TNKS sebesar 260.383 ha atau sekitar 44 %, Areal Penggunaan Lain (APL) sebesar 150.618 ha atau sekitar 26 %, dilanjutkan dengan Hutan Produki Terbatas (HPT) sebesar 62.430 ha atau sekitar 11 %, Hutan Lindung (HL) sebesar 49.720 ha atau sekitar 9 %, Hutan Suaka Alam Wisata (HSAW) sebesar 45.722 ha atau sebesar 8 % dan yang paling sedikit adalah Hutan Produksi (HP) sebesar 4.030 ha atau sekitar 1 % dan Hutan Produksi Konservasi (HPK) sebesar 2.086 ha atau sekitar 0 %. Seperti digambarkan dibawah ini :
Gambar 2.2 Persentase Luas Lahan Menurut Fungsi Tahun 2010 8% 26%
0% 45%
11% 1%
9%
Sumber : Dinas Hutbun Kab Pessel
HSAW HL HPT APL
TNKS HP HPK
Keterangan : olahan tabel SD-2, SD-3, SD-4 HSAW : Hutan Suaka Alam Wisata, HL: Hutan Lindung, TNKS : Taman Nasional Kerinci Seblat HP : Hutan Produksi, HPT : Hutan Produksi Terbatas, HPK : Hutan Produksi Konservasi, APL:Areal Penggunaan Lain
II - 2
Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan Kabupaten Pesisir Selatan Luas Lahan (Ha) No.
Kecamatan Non Pertanian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sawah
Lahan Kering
Perkeb unan
Hutan Lindung
Permuki man
Total
Koto XI Tarusan
58.40
3,763.94
301.95
2,767.95
37,319.97
677.94
44,890.15
Bayang
11.50
3,255.63
117.54
75.54
4,088.08
544.26
8,092.55
IV Nagari Bayang Utara
13.40
626.69
343.68
239.66
20,465.00
30.80
21,719.23
IV Jurai
14.99
1,525.84
161.50
463.56
24,227.72
586.15
26,979.76
Batang Kapas
5.33
2,428.93
1,102.55
615.10
44,000.47
389.21
48,541.59
Sutera
14.32
6,578.68
2,433.08
2,894.08
31,950.03
1,166.51
45,036.70
Lengayang
11.22
8,346.02
39.96
259.40
56,009.97
840.52
65,507.09
80.56
4,562.91
550.64
70.28
46,526.06
668.09
52,458.54
94.20
6,948.10
5,020.48
143.74
43,846.07
910.67
56,963.26
19.50
9,226.47
1,844.50
23,943.7 3
39,090.61
783.64
74,908.45
15.40
3,482.25
17.96
13,073.4 6
42,553.65
600.76
59,743.48
117.85
1,977.32
616.02
72,840.7 0
44,954.00
635.15
121,141.04
456.67
52,722.78
12,549.86
117,38 7.20
435,031. 63
7,833.70
625,981.8 4
Ranah Pesisir Linggo Sari Baganti Pancung Soal Basa IV Balai Tapan Lunang Silaut Total
Sumber : Tabel SD-1, buku Data 2010
Tabel diatas menjelaskan bahwa hutan lindung mendominasi penggunaan lahan di daerah Kabupaten Pesisir Selatan sebesar 435.031,63 ha, hutan lindung terluas ada di Kecamatan Lengayang dengan luas 56.009,97 ha hutan lindung dengan luas terkecil adalah Kecamatan Bayang seluas 4.088,08 ha. Luas terbangun terbesar ada di Kecamatan Lunang Silaut sebesar 117.85 ha dan luas terbangun paling sedikit terdapat di Kecamatan Batang Kapas sebesar 5,33 ha. Daerah perkebunan didominasi oleh Kecamatan Lunang Silaut 72.840,70 ha yang terkecil
70,28 ha,
sawah terluas ada di Kecamatan Pancung Soal dengan luas 9.226,47 ha yang terkecil II - 3
ada di Kecamatan Bayang Utara seuas 626,69 ha, lahan kering didominasi oleh Kecamatan Linggo Sari Baganti seluas 5.020,48 ha dan terkecil terdapat di Kecamatan Basa IV Balai Tapan 17,96 ha, permukiman terluas terdapat di Kecamatan Sutera seluas 1.166,51 ha dan terkecil terdapat di Kecamatan Bayang Utara seluas 30.69 ha. LAHAN KRITIS
Gambar 2.3 Persentase Luas Lahan Kritis Perkecamatan Kab. Pessel Tahun 2010 12,000.00 Koto XI Tarusan
10,000.00
Bayang IV Nagari Bayang Utara
8,000.00
IV Jurai Batang Kapas
6,000.00 4,000.00
Sutera
3,553.50
Lengayang Ranah Pesisir Linggo Sari Baganti
2,000.00
Pancung Soal
0.00
Basa IV Balai Tapan
Sumber : Olahan Tabel SD‐5 Buku Data 2010
Luas (Ha)
Lunang Silaut
Gambar diatas menunjukan bahwa lahan kritis paling luas terdapat pada Kecamatan Lunang Silaut dengan luas 9.817,70 ha, luas yang terkecil ada di Kecamatan Ranah Pesisir seluas 842,20 ha. Lahan kritis menyebabkan tanah menjadi tidak subur hal ini terkait dengan kandungan mineral yang dibutuhkan untuk tanaman tidak tersedia da sedikit mengandung humus.
GAMBAR 2.4 LUAS KERUSAKAN HUTAN KAB. PESSEL TAHUN 2010
Kebakaran Hutan
Lainnya
Ladang Berpindah
Perambahan Hutan
Penebangan Liar Perambahan Hutan
Penebangan Liar
Lainnya
Ladang Berpindah Kebakaran Hutan
Lu
..
65
Sumber : Olahan Data SD-6 Buku Data 2010
II - 4
Gambar diatas menunjukan bahwa luas kerusakan hutan didominasi oleh kegiatan perambahan hutan seluas 97 ha, diikuti oleh kegiatan kebakaran lahan seluas 65 ha dan penebangan liar seluas 20 ha. Luas Konversi Hutan Tahun 2010 lebih banyak digunakan untuk kegiatan perkebunan seluas 43.170.000.000 km2, kegiatan Hutan Rakyat seluas 40.168.000.000 km2, kegiatan
pertanian
34.960.000.000
km2
dan
untuk
permukiman
seluas
32.380.000.000 km2, seperti gambar dibawah ini :
Gambar 2.5 Luas Konversi Hutan Tahun 2010 50,000,000,000 40,000,000,000 30,000,000,000 20,000,000,000 10,000,000,000 0 Luas (Km2) Sumber : Olahan Tabel SD‐7 Buku Data 2010
Pemukiman
Pertanian
Perkebunan
Hutan Rakyat
Kualitas lahan/hutan, tutupan lahan, luas kawasan lindung, dan luas lahan kritis Kualitas lahan daerah Kabupaten Pesisir Selatan sebagian besar dapat dimanfaatkan untuk tanaman keras yang perlu diberi pupuk untuk kesuburannya, seperti tanaman kelapa sawit dan kayu-kayuan dan
sebagian kecil dimanfaatkan untuk pertanian
tanaman musiman dengan untuk meningkat kestabilan dan kesuburan tanah. Pada umumnya berupa tanah marginal yang membutuhkan pupuk untuk kesuburannya. Luas kawasan lindung daerah Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari Hutan rakyat luas 41.142,0 ha, Hutan Lindung luas 49.720.0 ha, Hutan TNKS (Taman Nasional Kerinci Seblat) luas 260.383,0 ha. Dan Hutan Suaka Alam Wisata dengan 45.722,0 ha. Hutan rakyat ini
tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Pesisir Selatan dari
kecamatan Koto XI Tarusan sampai dengan kecamatan Lunang Silaut. Tanaman II - 5
rakyat
seperti kayu-kayuan seperti Surian, Meranti
dan buah – buahan, seperti
Durian, Nangka, Terap, Petai, Jengkol, Duku. Hutan Lindung tersebar di seluruh daerah Kabupaten Pesisir Selatan dari Kecamatan Koto XI Tarusan sampai dengan Kecamatan Lunang Silaut. Hutan TNKS (Taman Nasional Kerinci Seblat) terdapat di 10 Kecamatan, hanya 2 kecamatan yang tidak ada hutan TNKS, hal ini berarti lebih dari 55.94 % daerah Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari Taman Nasional Kerinci Seblat. Tabel 2.2 Daerah – daerah Kabupaten Pesisir Selatan yang termasuk kedalam hutan TNKS adalah sebagai berikut :
No
Kecamatan
Kampung
1.
Bayang Utara
Muara Air, Pancung Tebal, Koto Baru.
2.
IV Jurai
Lumpo Timur, Salido Sari Bulan, Painan Timur
3.
Batang Kapas
Taratak Tamparih, Tuik Koto Gunung
4.
Surantih
Langgai, Kayu Aro, Taratak Paneh, Tanjung Gadang
5.
Lengayang
Pasir Lawas, Kampung Arab, Koto Pulai
6.
Ranah Pesisir
Palangai ketek, Palangai Gadang
7.
Linggo Sari Baganti
Rantau Simalenang
8.
Pancung Soal
Transat
9.
Basa IV Balai Tapan
Muaro Sako, Binjai
10.
Lunang Silaut
Sindang Lubuak Sariak, Sungai Kumbung, Sungai Kuyung.
Sumber : TNKS Kabupaten Pesisir Selatan
Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu Kegiatan reboisasi yang dilaksanakan pada tahun 2007 sampai 2010 sangat bervariasi, pada tahun 2010 kegiatan penghijauan dilakukan di 2 daerah, yaitu Kecamatan Linggo Sari Baganti dan Kecamatan Koto XI Tarusan.
II - 6
Tabel 2.3 Kegiatan Tanaman Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada tahun 2007 pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebagai berikut :
Lokasi Kampung / Nagari /
Luas
Kecamatan
(ha)
Hutan Rakyat Murni
Koto Gadang Punggasan , LSB
150
2
Hutan Rakyat Murni
Limpaso Koto Keduduk Taluk Batang Kapas
100
3
Hutan Rakyat Murni
Air Kalam Lakitan Lengayang
100
4
Hutan Rakyat Murni
Palangai Gadang Palangai Ranah Pesisir
75
5
Areal Dampak/Bantuan
Tanjung Gadang Amping Parak Sutera
50
Koto Gadang Air Haji Linggo Sari Baganti
50
Tanjung Gadang Amping Parak Sutera
25
Koto Gadang Air haji Linggo Sari Baganti
25
No
Kegiatan
1
Ket Lcr 2005
bibit Tumpang Sari 6
Areal Dampak/Bantuan bibit Tumpang Sari
7
Unit
Percontohan
Hutan Rakyat Model 8
Unit
Percontohan
Hutan Rakyat Model 9
Kebun Bibit Nagari
Koto Gadang Air haji Linggo Sari Baganti
0.5 unit
10
Kebun Bibit Nagari
Gunung Pauh Amping Parak Sutera
0.5 unit
11
Kebun Bibit Nagari
Lubuk Betung Inderapura Pancung Soal
0.5 unit
12
Pemeliharaan
Sungai Liku Palangai Ranah Pesisir
25
13
Model Hutan Rakyat
Lubuk Betung Inderapura Pancung Soal
25
14
Pemeliharaan
Sungai Liku Ateh Palangai Ranah Pesisir
100
15
Model Hutan Rakyat
Koto Marapak Punggasan LSB
100
16
Hutan Rakyat Murni
Lagan Koto Mudik Punggasan LSB
100
17
Hutan Rakyat Murni
Luar Parit Air Haji Linggo Sari Baganti
75
18
Hutan Rakyat Murni
Gunuang Pauh Amping Parak Sutera
10
19
Hutan Rakyat Murni
Koto Nan Tigo IV Koto ilie Batang Kapas
10
20
Areal Tanaman Rotan
Balai Senayan Lumpo IV Jurai
10
21
Areal Tanaman Rotan
Teluk Betung IV Koto Ilie Batang Kapas
10
22
Areal Model Tanaman
Air Sikambing Air Haji Linggo Sari Baganti
10
Areal Areal
Rotan UP - UPSA UP – UPSA Sumber Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Penghijauan Hutan Rakyat Murni paling luas dilaksanakan pada kampung Koto Gadang Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti II - 7
dengan luas 150 ha, kegiatan ini luncuran dari tahun 2005. Sedangkan daerah yang paling sedikit dilaksanakan kegiatan Areal tanaman rotan di Gunuang Pauh Amping Parak Sutera, Koto Nan Tigo IV Koto Ilie Batang Kapas, Balai Senayan Lumpo IV Jurai, UPUPSA pada daerah Teluk Betung IV Koto Ilie Batang Kapas dan Air Sikambing Kenagarian Air Haji Kecamatan Liinggo Sari Baganti dengan luas 10 ha.
Tabel 2.4 Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2007 adalah sebagai berikut :
Lokasi Kampung / Nagari /
Luas
Kecamatan
(ha)
Koto Langang Air Haji Linggo sari
50
Baganti
50
Luar Parit Air Haji Linggo sari Baganti
300
Ktrk Multiyears
rakyat
Koto Langang Air Haji Linggo sari
200
Ktrk Multiyears
Reboisasi
Baganti
200
Ktrk Multiyears
Reboisasi
Talatau
Reboisasi Pengkayaan
Baganti
No
Kegiatan
1
Reboisasi
2
Produksi
3
Pembuatan
4 5
Hutan hutan
Koto
Panjang
Linggo
Ket Dipa Revisi II
sari
Limau Manih Kulam Lengayang Sumber Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan
Gambaran tabel diatas diperoleh informasi bahwa Kecamatan Linggo Sari Baganti sebagai daerah percontohan untuk kegiatan GNRHL dengan luas 600 ha menggunakan kontrak multiyears.
Tabel 2.5 Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2007 yang dilakukan ole SWP DAS AGAM KUANTAN adalah sebagai berikut : Luas
No
Kegiatan
Lokasi Kampung / Nagari / Kecamatan
1
Reboisasi Hutan Produksi
Koto Langang Air Haji Linggo Sari Baganti
50
2
Reboisasi
Luar parit Nagari Air Haji Linggo Sari Baganti
50
3
Pembangunan hutan berbasis
Gurun panjang Bayang
-
(ha)
Ket
nagari Sumber SWP DAS AGAM KUANTAM
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa reboisasi hutan produksi dilaksanakan paling dominan pada Kecamatan Linggo Sari Baganti. Dengan luas 100 ha.
II - 8
Tabel 2.6 Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2008 adalah sebagai berikut : Luas
No
Kegiatan
Lokasi Kampung / Nagari / Kecamatan
1
Reboisasi
Koto Langang Air Haji Linggo Sari Baganti
300
Ktrk Multiyear
2
Reboisasi
Talatau Koto Panjang Air Haji Linggo Sari
200
Ktrk Multiyear
200
Ktrk Multiyear
(ha)
Ket
Baganti 3
Reboisasi
Limau Manih Kulam Lengayang
Pengkayaan
Sumber Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan
Berdasarkan tabel diatas tergambar Kampung Koto Langang Nagari Air Haji Kecamatan Linggo Sari Baganti mempunyai daerah paling luas dalam reboisasi yakni 300 ha.
Tabel 2.7 Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2008 yang dilakukan oleh SWP DAS AGAM KUANTAN adalah sebagai berikut :
No
Kegiatan
Lokasi Kampung / Nagari / Kecamatan
1
Reboisasi
Koto Panjang Koto Langang Punggasan Linggo
Luas (ha)
Ket
200
Sari Baganti 2
Reboisasi
Talatau Koto Panjang Air Haji Linggo Sari Baganti
300
3
Reboisasi Murni
Limau Manih Kulam Lengayang
450
4
Reboisasi Pengayaan
Limau Manih Kulam Lengayang
200
Sumber SWP DAS AGAM KUANTAM
Reboisasi murni dilaksanakan pada Kampung Limau Manih Kecamatan Lengayang dengan luas 450 ha, reboisasi pengayaan di Kampung Limau Manih Kulam 200 ha, Reboisasi di Koto Panjang Koto Langang Punggasan dan Telatau Koto Panjang Air Haji 500 ha. Pada tahun 2008 juga ada kegiatan Indonesia Menanam dengan melibatkan
seluruh
elemen masyarakat seperti generasi muda, anak-anak sekolah, LSM, perempuan. Khusus untuk anak-anak didik tingkat Sekolah Dasar (SD) ditanamkan hakikat dengan Kecil Menanam Dewasa Memanen (KMDM). Anak-anak diberi bibit masing-masing 5 (lima) buah meliputi jenis kayu-kayuan, buah-buahan dan ditanam dihalaman /kebun/ladangnya atau menumpang dikebun saudara dan kalau 5 atau 10 tahun mendatang hasil dari bibit yang II - 9
ditanam dapat membantu biaya sekolah. Kabupaten Pesisir Selatan mendapat jatah menanam untuk 4 sekolah dasar.
Tabel 2.8 Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2009 adalah sebagai berikut : Lokasi Kampung / Nagari /
Luas
Kecamatan
(ha)
Pemeliharaan Hutan rakyat
Luar Parit Punggasan Linggo Sari Baganti
75
Tani Bukit Gadang
2
Pembuatan UP-UPSA
Painan Timur IV Jurai
10
Tani Batu Gajah
3
Pembuatan Hutan Rakyat
Anakan IV Koto Hilir Batang Kapas
100
Tani Harapan Jaya
4
Pembuatan Hutan Rakyat
Tanjung Kandis Taluak Batang Kapas
100
Tani Tigo Saiyo
5
Pembuatan Hutan Rakyat
Ampang Teras Lumpo IV Jurai
100
Tani
No
Kegiatan
1
Ket
Batu
Peti
Barangan
Sumber Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan
Pada tahun 2009 pelaksanaan pembuatan hutan rakyat, dan pemeliharaannya diserahkan kepada kelompok tani yang ada pada daerah masing-masing seperti tergambar pada tabel diatas yang dominan adalah kegiatan pembuatan hutan rakyat.
Tabel 2.9 Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2009 yang dilakukan oleh SWP DAS AGAM KUANTAN adalah sebagai berikut :
No
Kegiatan
1
Reboisasi
Lokasi Kampung / Nagari / Kecamatan Koto XI Tarusan
Luas (ha)
Ket
300
Sumber SWP DAS AGAM KUANTAM
Kecamatan Koto XI Tarusan sebagai sasaran pembuatan tanaman reboisasi yang dilaksanakan oleh SWP DAS AGAM KUANTAM seluas 300 ha.
Tabel 2.10 Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 adalah sebagai berikut : Lokasi Kampung / Nagari /
No
Kegiatan
1
Reboisasi
Koto XI Tarusan
50
2
Reboisasi
Linggo Sari Baganti
100
Kecamatan
Luas (ha)
Ket
Sumber Dinas Hutbun Kab. Pessel
II - 10
GAMBAR 2.6 KEGIATAN REBOISASI KABUPATEN PESISIR SELATAN 1,890
1,951.5
685
2007
150
2008 Luas
2009 2010
2007
2008
2009
2010
Sumber : Dinas Hutbun Kab. Pessel
Gambar diatas menunjukan bahwa telah terjadi penurunan kegiatan reboisasi dari tahun 2007 ke tahun 2008 dan 2009, namun penurunan pada tahun 2008 ke tahun 2009 lebih mencolok dan sangat signifikan, namun kondisi dilapangan kegiatan ilegal loging memang sudah berkurang bahkan banyak samwil industri kayu telah ditutup, pada tahun 2010 kegiatan reboisasi semakin menyusut menjadi 150 ha luas daerah tanam, pada Kecamatan Koto XI Tarusan setelah ditanam dua bulan kemudian terbakar semua menyisakan 5 ha. Tabel 2.11 Lokasi penanaman pohon mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 Lokasi
Luas (Ha)
Ampang Pulai Kec. Koto IX Tarusan Kapuah Kec. Bayang
100 HR) 200 (HR)
Kec. Koto IX Tarusan
310 (HL)
Kec. Koto IX Tarusan Kec. Koto IX Tarusan
150 (HR) 25 (HL)
Kec. Bayang
125 (HR)
Kec. Air Haji Kec. Air Limau Manih Kulam Kec. Lenggayang Talatan Kec. Linggo Sari Baganti Koto Langang Kec. Linggo Sari Baganti
50 (HL) 50 (HR) 200
550 (HL)
200 300
Jenis Tanaman Mahoni, Meranti, Pulai, Gaharu, Surian, Durian SDA SDA Pala , Melinjo, Durian, Mahoni, Surian SDA Mangrove Pala , Melinjo, Durian, Mahoni, 2006 SDA SDA Mahoni, Meranti, Banio, Surian, Durian dan Pala Mahoni, Meranti, Banio, Surian, Durian dan Pala Mahoni, Meranti, Banio, Surian, Durian dan Pala
Tahun Tanam 2005 2005 2005 2006 2006 2006
2007 2007 2008 2008 2008
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Pessel.
II - 11
Tanaman yang cocok ditanam sesuai dengan jenis tanah pada daerah Pesisir Selatan diantaranya adalah pohon Mahoni, Meranti, Pulai, Surian, Gaharu, Bonio dan Durian serta pala. Kondisi lahan kritis GAMBAR 2.7 LUAS LAHAN KRITIS KAB. PESSEL 2007-2009 2010
2009 Lahan Kritis 2008 2007
Sumber : Olahan Data SD-5 Buku Data 2010
2007
2008
2009
2010
Gambar 2.7 diatas menunjukan terjadi penurunan yang cukup signifikan antara tahun 2009 ketahun 2010, hal ini menunjukan telah ada perbaikan kualitas tanah dengan kegiatan reboisas, kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dan fungsi tanah sangat penting demi kelancaran pembangunan dan peningkatan perekonomian masyarakat disekitar hutan. Pada tahun 2007 lahan kritis didominasi di Kecamatan Lunang Silaut, Tapan, Pancung Soal, Linggo Sari Baganti, tahun 2010 lahan kritis paling luas terdapat di Kecamatan Lunang Silaut sebesar 9.817,70 ha, kecamatan Koto XI Tarusan seluas 3.553,70 ha yang paling sedikit luas lahan kritis terdapat pada kecamatan Ranah Pesisir 842,20 ha. Informasi kebakaran lahan tahun 2006 – 2010 sebagai berikut : 1. Kebakaran tahun 2010 Kebakaran terjadi pada tanggal 20 September 2010, hasil pemantauan/monitoring menunjukan kebakaran dilahan Kecamatan Koto XI Tarusan seluas 50 ha. Kebakaran lahan yang terjadi didaerah ini terjadi pada musim kemarau sebagian besar berada pada lahan gambut yang banyak mengandung bahan organik dan sisa-sisa pelapukan kayu sumber api berada selayaknya api dalam sekam.
II - 12
2. Kebakaran tahun 2009 Kebakaran terjadi pada tanggal 22 Mei 2009, Hasil Pemantauan/ Monitoring dan pengawasan yang di lakukan di wilayah kecamatan Lunang Silaut ditemukan 3 (Tiga) Titik Api (Hot Spot) yaitu pada Lokasi sebagai berikut: a. Lahan yang terbakar diperkirakan ± 10 Ha menurut keterangan masyarakat setempat api sudah ada sejak 5 hari yang lalu yang sengaja dibakar masyarakat untuk membuka lahan pertanian diwaktu Tim sampai ditempat api sudah berkurang dan pemilik lahan tidak ditemui di lokasi. b. Silaut (Barat dan Timur di luar lokasi PT. SAPTA) lokasi yang terbakar di perkirakan ± 15 Ha. Menurut keterangan masyarakat setempat api sudah ada sejak 5 hari yang lalu, penyebab kebakaran diduga dari kelalaian masyarakat saat membuka Lahan untuk pertanian diperkirakan api hari ini sudah bisa dipadamkan karena pihak PT SAPTA
terus berupaya dengan masyarakat
mematikan api tersebut 3. Kebakaran tahun 2008 Terjadi kebakaran lahan tanggal 22 Mei 2008 berlokasi di PT. SJAL II di Kecamatan Lunang Silaut. Lokasi yang terbakar alahah areal PT. SJAL II eluas 2.000 ha, Blok C,D 1.000 ha (sesudah ditanam), blok J,K,L,M 1.000 ha. Penyebab kebakaran diduga berasal dari perkebunan masyarakat yang berbatasan langsung dengan PT. SJAL II. 4. Kebakaran tahun 2007 Luas kebakaran hutan berdasarkan satelit NOAA dan laporan masyarakat disekitar PT. Sumatera Jaya Agro Lestari (SJAL) seluas 400 ha dan perkebunan kelompok tani Teluk Permai seluas 85 ha di Kecamatan Pancung Soal. Kebakaran ini terjadi pada tanggal 17 April 2007. 5. Kebakaran tahun 2006 Kebakaran yang terjadi pada tanggal 15 Agustus 2006 berlokasi di 4 kecamatan, yakni kecamatan Koto XI Tarusan seluas 25 ha, Kecamatan Basa IV Balai Tapan seluas 100 ha, kecamatan Pancung Soal seluas 125 ha dan kecamatan Lunang Silaut seluas 1.000 ha. Kebakaran hutan dan lahan dapat menyebabkan kerusakan struktur tanah, infiltrasi, air tanah, akar tanaman tidak berkembang dan meningkatnya laju erosi tanah dan infiltrasi air tanah menurun.
II - 13
GAMBAR 2.8 LUAS KERUSAKAN HUTAN KAB. PESSEL SELAMA 4 TAHUN
2010 2009 2008 2007 KEBKRN HTN
LDG BPDH
PNBGN LIAR
PRBHN HTN
LHN KRITIS
Sumber : Dinas Hutbun Kab. Pessel
2007
2008
2009
2010
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa luas kerusakan lahan dari tahun ke tahun terjadi perubahan, seperti penebangan liar tahun 2008 lebih banyak terjadi dibandingkan dengan tahun lainnya, lahan kritis didominasi pada tahun 2009 lebih banyak pada indikator lahan kritis. Pada tahun 2007 kerusakan hutan paling dominan disebabkan oleh penebangan liar, pada tahun 2010 kerusakan lahan didominasi oleh kegiatan perambahan hutan luas 97 ha. Analisis statistik sederhana Analisis statistik sederhana dari kondisi diatas dapat diuraikan sebagai berikut : TABEL 2.12 ANALISIS LAHAN KRITIS Lokasi
2007
2008
2009
2010
Koto XI Tarusan
15.000
18.311,25
26.771,9
3.553,5
Bayang
17.000
15.523,29
13.687
2.312,8
Bayang Utara
18.000
9.943,48
15.690
1.354
IV Jurai
12.000
10.446,17
36.056,6
886,6
Batang Kapas
30.000
6.479,55
14.261,3
1.851,8
Sutera
45.000
23.536,34
45.485
2.730,2
Lengayang
49.000
20.239
63.812
2.187,8
Ranah Pesisir
57.000
10.544,57
38.318,5
842,3
Air Haji
65.000
13.339,5
47.585,5
2.991,4
Pancung Soal
82.000
19.237,9
33.888,7
2.227
Basa IV Balai Tapan
85.000
46.971,97
43.271,9
2.223,2
125.000
60.464,33
54.385,9
9.817,7
600.000
255.034,7
433.214,3
Lunang Silaut Total
32,978.20
Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkungan Hidup II - 14
Kondisi lahan kritis pada tahun 2007 analisis statistik sederhana adalah : Luas maksimum adalah Kecamatan Lunang Silaut dengan luas 125.000 ha. Luas minimum adalah Kecamatan IV Jurai dengan luas 12.000 ha Rata – rata kerusakan lahan kritis pada tahun 2007 adalah seluas 50.000 ha. Kondisi lahan kritis pada tahun 2008 analisis statistik sederhana adalah : Luas maksimum adalah Kecamatan Lunang Silaut dengan luas 60.464, 33 ha. Luas minimum adalah Kecamatan Batang Kapas dengan luas 6.479, 55 ha Rata – rata kerusakan lahan kritis pada tahun 2008 adalah seluas 21.253,11 ha. Kondisi lahan kritis pada tahun 2009 analisis statistik sederhana adalah : Luas maksimum adalah Kecamatan Lengayang dengan luas 63.812 ha. Luas minimum adalah Kecamatan Bayang dengan luas 13.687 ha Rata – rata kerusakan lahan kritis pada tahun 2009 adalah seluas 36.101,19 ha. Kondisi lahan kritis pada tahun 2010 analisis statistik sederhana adalah : Luas maksimum adalah Kecamatan Lunang Silaut dengan luas 9.817,7 ha. Luas minimum adalah Kecamatan Bayang dengan luas 842,3 ha Rata – rata kerusakan lahan kritis pada tahun 2010 adalah seluas 5.330 ha.
Gambar 2.9 Analisis Statistik lahan kritis 2007-2010 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 Maks Sumber : Kantor Lingkungan hidup Kab. Pessel
Min
Rata-rata 2007 2009
2008 2010
II - 15
TABEL 2.13 ANALISIS KERUSAKAN LAHAN Lokasi KEBAKARAN HUTAN LADANG BERPINDAH PENEBANGAN LIAR PERAMBAHAN HUTAN LAHAN KRITIS Total
2007
2008
2009
2010
600
10000
126
65
0
25.000
0
0
800.000
15.000
245
25
0
16.000
297
97
160.000
255.647,1
433.214,3
32.978,2
960.000
321.647,1
433.882,33
33.165,2
Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkugan Hidup
Analisis Kerusakan lahan pada tahun 2007 analisis statistik sederhana adalah : Luas maksimum adalah Penebangan Liar dengan luas 800.000 ha. Luas minimum adalah Kebakaran Hutan dengan luas 600 ha Rata – rata kerusakan lahan pada tahun 2007 adalah seluas 192.190 ha. Analisis Kerusakan lahan pada tahun 2008 analisis statistik sederhana adalah : Luas maksimum adalah Lahan Kritis dengan luas 255.647,1 ha. Luas minimum adalah Kebakaran Hutan dengan luas 10.000 ha Rata – rata kerusakan lahan pada tahun 2008 adalah seluas 64.329,4 ha. Analisis Kerusakan lahan pada tahun 2009 analisis statistik sederhana adalah : Luas maksimum adalah Lahan Kritis dengan luas 433.214,3 ha. Luas minimum adalah Kebakaran Hutan dengan luas 126 ha Rata – rata kerusakan lahan pada tahun 2009 adalah seluas 86.726,5 ha. Analisis Kerusakan lahan pada tahun 2010 analisis statistik sederhana adalah : Luas maksimum adalah Lahan Kritis dengan luas 32.978,2 ha. Luas minimum adalah Penebangan Liar dengan luas 25 ha Rata – rata kerusakan lahan pada tahun 2010 adalah seluas 16.501,6 ha.
II - 16
Gambar 2.10 Analisis Statistik Kerusakan Lahan 2007-2010 1000000 800000 600000 400000 200000 0 Maks
Min
Rata-rata
Sumber : Analisis KLH Kab. Pessel
2007 2009
2008 2010
II-B. KEANEKARAGAMAN HAYATI Pendekatan
yang
akan
dilakukan
adalah
dengan
mengkaji
kembali
status
keanekaragaman hayati Kabupaten Pesisir Selatan relative statis dan konstribusi kepada
keterancaman
dari
keanekaragaman hayati
yang
ada.
Berikut
isu
keanekaragaman hayati Kabupaten Pesisir Selatan : Kurangnya Sosialisasi keanekaragaman hayati ditengah masyarakat Perambahan, dan perburuan secara illegal Isu tersebut diharapkan dapat menggambarkan persolan keanekaragaman hayati Kabupaten Pesisir Selatan. Usaha Pemerintah yang telah dilakukan diantaranya penetapan sejumlah kawasan menjadi kawasan konservasi yang merupakan pelestarian terhadap keanekaragaman hayati, jenis perlindungan terhadap jenis flora dan fauna yang endemis dan kebijakan lahirnya undang-undang dan regulasi sejenis yang menegaskan peran perlindungan Negara terhadap keanekaragaman hayati. Sumber Daya alam yang ada di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan adalah kawasan konservasi (in situ). Suaka alam air Tarusan luas 25.177 Reg.12 dengan SK Menteri Kehutanan Nomor 263/Kpts/B/1982. Permasalahan yang timbul adalah : 1. besarnya animo masyarakat untuk melakukan aktifitas dalam hutan seperti melakukan perambahan hutan untuk dijadikan ladang, pencurian hasil hutan kayu atau non kayu berupa penebangan liar, perburuan satwa liar. 2. Sebagian masyarakat belum sepenuhnya dapat mnerima keberadaan kawasan konservasi Suaka Alam Air Tarusan.
II - 17
Pembahasan dari permasalahan tersebut dapat diketahui bahwa kondisi dari Kawasan Suaka alam air Tarusan hampir seluruh kawasannya memiliki lereng yang sangat terjal, terutama kawasan hulu daerah aliran sungai Batang Tarusan, sebagian besar termasuk kategori cukup terjal 75%, dari areal tersebut memiliki kelerengan lebih 40% disamping kondisi topografi yang cukup ekstrim. Daerah aliran sungai Batang Tarusan memiliki anak sungai 37 buah, dalam kawasan ini terdapat bermacam-macam jenis floran dan fauna, seperti Flora yang ada diantaranya Meranti, Mersawa, Pulai, Damar, Balam, Kelat, Medang, Sepat, Terentang, Bunga Bangkai dan masih banyak flora lainnya. Fauna yang ada seperti Harimau Sumatera, Bajing, Harimau Dahan, Malu-malu, Tapir, Kambing Hutan, Kuaw, Mejangan, Ungko, Kera, Beruk, Rusa, Siamang. Sebagian masyarakat belum sepenuhnya dapat menerima keberadaan kawasan hutan suaka alam, Air Tarusan, terbukti dengan pada saat penataan batas ulang untuk mempertegas batas wilayah ada beberapa oknum masyarakat mencoba menghalangi petugas, ini terjadi disatu nagari wilayah kecamatan Koto XI Tarusan kepada pihak BKSDA Sumbar, sehingga kegiatan tersebut tidak dilengkapi dokumen sah. Satwa Siamang dan Ungko, Permasalahan yang timbul adalah setelah dilakukan upaya rehabilitasi di Pulau Marak Kecamatan Koto XI Tarusan, rencananya pihak Kalawet akan melakukan pelepasliaran kedalam kawasan hutan lindung, akan tetapi masih terkendala teknis dari pihak Dinas Kehutanan Provinsi. Dampak yang timbul dari penundaan waktu yang tidak ditentukan tersebut / tanpa kepastian mengakibatkan terjadinya resiko kematian terhadap satwa tersebut. Upaya konservasi yang dilaksanakan melalui Program Rehabilitasi Satwa Siamang kerjasama dengan Kalawet Program dan BKSDA Sumatera Barat. Pulau Marak terletak di Kecamatan Koto XI Tarusan tedapat Satwa Penyu, Data terakhir ditahun 2009 perdagangan telur penyu dari daerah Kabupaten Pesisir Selatan ke Kota Padang dan Kota-Kota Lainnya diluar Provinsi. Asal pengambilan telur Penyu dari penampung ada dilokasi Pulau Gosong, Pulau Kerabak Gadang Barat, Pulau Kerabak Gadang Timur. Usulan Suaka Margasatwa Pulau Penyu seluas 450 ha, usulan Penetapan Dirjen PHPA No. 993/Dj-VI/PA/1990 Usulan Penetapan BKSDA I No. 2677/V/6/1990.
II - 18
Kawasan konservasi keanekaragaman hayati
di Kabupaten Pesisir Selatan yang
dikhususkan sebagai daerah kawasan perlindungan dan pelestarian adalah sebagai berikut : 1. Hutan Suaka Alam Margasatwa (HSAW) yang terletak dikecamatan Koto XI Tarusan dengan luas 45.722 ha, merupakan kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati terutama fauna yang unik sehingga dibutuhkan pembinaan habitatnya. 2. Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat Kecamatan
(TNKS) yang berlokasi hamper diseluruh
yang ada di KAbupaten Pesisir Selatan, dengan luas 260.383 ha,
merupakan kawasan pelestarian alam dengan ekosistem asli, system zonasi yang dimanfaatkan untuk ilmu pengetahuan, budi daya dan pariwisata. Gambar 2.11 Keanekaragaman Hayati
Sumber : BKDSA Kab. Pessel
Kabupaten Pesisir Selatan memanfaatkan dua kawasan ini sebagai tempat untuk penyelamatan dan pengelolaan sumber daya keanekaragaman hayati. Penyelamatan ini tidak hanya berada di dua kawasan tersebut tetapi juga terdapat dikawasan produksi dan kawasan budi daya. Bentuknya seperti Hutan Produksi (HP), hutan Produksi konservasi (HPK), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Lindung (HL), areal perkebunan besar, penambangan dan hutan rakyat.
Pulau Penyu yang terdapat di Kecamatan Sutera
merupakan Suaka Marga Satwa di Sumatera Barat yang ditetapkan berdasarkan Surat II - 19
Usulan Penetapan Direktur Jenderal Hutan Pelestarian ALam No. 933/DJ/VI/PA/90 tanggal 26 Mei 1990. Flora diketahui mendominasi adalah golongan Reptil sebesar 16.250 spesies, sedangkan flora adalah Tumbuh-tumbuhan dengan nilai 850 spesies. Jenis Spesies yang dilindungi didominasi oleh fauna Reptil sebanyak 650 spesies dan tumbuh-tumbuhan 850 spesies seperti gambar dibawah ini.
Gambar 2.12 Keanekaragaman hayati dilindungi Kab. Pessel 2010 18000 16250
16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0
199
371
110
Hwn Burung Reptl Menyusui Sumber : Analisis KLH Kab. Pessel
Ampibi
50
Ikan
56
45
Keong Serangga Jml Spesies dikthu Jmlh Spsies dilindg
850
Tumbuh
Gambar 2.13 Flora fauna yang dilindungi
Sumber : TNKS
Perbandingan dengan baku mutu 1. Undang – undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 199 tentang Jenis Satwa yang dilindungi
II - 20
Jika dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Noomor 7 tahun 1999 tentang jenis satwa yang dilindungi, maka keanekaragaman hayati daerah Kabupaten Pesisir Selatan spesies dan jenisnya hampir sama, karena sama-sama berada pada daerah beriklim tropis, namun ciri-ciri dari satu daerah tentu ada. Maskot Kabupaten Pesisir Selatan dari Fauna adalah Mungkus, adalah sejenis ikan yang hidup disungai dengan bentuk badan berukuran kecil berwarna hitam mengkilat. Floranya adalah Pohon Beringin. Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu Pada tahun 2008 jumlah spesies yang diketahui secara keseluruhan pada daerah hutan TNKS hewan menyusui sebanyak 100 jenis, burung sebanyak 400 jenis.
Hwn Menyusui Burung
GAMBAR 2.14 Perbandingan Jumlah Spesies yang diketahui
Reptl Ampibi Ikan Keong
2008
2009
2010
Serangga Tumbuh
Sumber : BKSDA Kab. Pessel
Gambar 2.14 menunjukan bahwa jumlah spesies yang diketahui dari tahun ketahun terjadi kenaikan jumlahnya, hal ini menunjukan bahwa ada kepedulian melaksanakan perlindungan terhadap hewan yang dilindungi. GAMBAR 2.15 Perbandingan Jumlah Spesies yang Dilindungi
HM
20000
Burung
15000
Reptil
10000
Ampibi
5000
Ikan
0 2008 Sumber : BKSDA Kab. Pessel
Keong 2009
2010
Serangga Tumbuhan
II - 21
Gambar diatas menunjukan bahwa jumlah spesies dari tahun ketahun terjadi kenaikan, hal ini telah sesuai dengan kebijakan Pemerintah Pusat tentang perlindungan terhadap hewan langka, endemik dan punah. Analisis statistik sederhana Perlindungan terhadap hewan yang dilindungi oleh pemerintah perlu dilaksanakan secara konverensih dan terpadu seluruh stakeholder terkait, untuk menjaga kelestarian jenis spesiesnya dimasa yang akan datang.
II-C. A I R Kabupaten Pesisir Selatan memiliki Sumber daya air yang berlimpah dan memiliki kualitas yang baik. Daerah ini memiliki 18 buah sungai, yaitu 11 buah sungai besar dan 17 buah sungai kecil. Sungai-sungai tersebut terpapar dari utara ke selatan yakni dari Kecamatan Koto XI Tarusan sampai Kecamatan Lunang Silaut. Seluruh sungai yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan hulunya berada di Kabupaten Solok Selatan. Selain sungai yang banyak, Kabupaten Pesisir Selatan juga memiliki embung sebanyak 8 buah tersebar di 3 kecamatan. Dari permasalahan – permasalahan yang timbul diatas, maka isu lingkungan yang terkait dengan kualtitas dan kualitas air di Kabupaten Pesisir Selaltan adalah sebagai berikut : a. Sedimentasi didaerah hilir b. Tebing sungai rapuh c.
Banjir
d. Longsor Dalam menganalisis permasalahan yang timbul dilakukan penekanan analisis SPR dan perbandingan dengan baku mutu, perbandingan nilai antar waktu dan analisis statistic. Pertimbangan – pertimbangan tersebut adalah : a.
Batang air yang dianalisis adalah Batang air yang mengalami perubahan kondisi dasar dan melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.
b. Penekanan analisis
dilakukan untuk parameter yang melebihi baku mutu,
datanya tersedia dan dapat digunakan sebagai indicator kerusakan sumber daya air dan ketersediannya. II - 22
c.
Sedimentasi pada dasar waduk dan banyaknya tumbuhan
enceng gondok
menyebabkan terjadinya blooming dan pencemaran air waduk d. Melakukan pembandingan antara lokasi, kualitas air sungai perkecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan. KUANTITAS AIR SUNGAI Sungai yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan umumnya memiliki sedimen yang tinggi pada daerah hilir, hal ini disebabkan aktivitas manusia lebih banyak pada daerah hulu tengah dan terkumpul secara keseluruhan pada daerah hilir. Debit sungai pada musim kemarau lebih sedikit dibandingkan dengan debit sungai musim hujan, hal ini dipengaruhi oleh tingginya curah hujan pada daerah hilir, disamping itu juga penebangan secara liar pada daerah hulu dapat menyebabkan air menjadi berlimpah didaerah hilir yang menyebabkan banjir. Jika dilihat dari panjang sungai yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan adalah berfluktuasi, Batang air yang paling panjang adalah Batang Inderapura dengan panjang 80 km, diikuti oleh Batang Silaut sepanjang 65 km dan Batang Lengayang dengan panjang 60 km. Batang air yang paling pendek adalah Batang Palangai Kecil dengan panjang 10.50 km, diikuti yang kedua Batang Painan dengan Panjang 12,50 km, Batang Arau sepanjang 15 km dan Batang Sungai Rumbai sepanjang 15 km.
KUANTITAS AIR TANAH Air tanah yang digunakan oleh masyarakat adalah sumur gali, daerah Kabupaten Pesisir Selatan yang mempunyai topografi berbukit, bergelombang dan berpasir, belum mempunyai industry yang besar, masyarakat terutama masih menggunakan air tanah sumur gali sebagai kebutuhan penggunaan air bersih sehari-hari. Sebagian besar masyarakat dataran dan mempunyai daerah pesisir menggunaakn sumur gali, masyarakat berada didaerah perbukitan menggunakan air bukit yang berasal dari
mata air dan air terjun
menggunakan sarana system perpipaan
(PDAM) sebagai kebtuhan air bersih.
II - 23
KUANTITAS EMBUNG Kabupaten Pesisir Selatan memiliki embung sebanyak 6 buah, ketersediaan embung didaerah diperuntukan sebagai penampungan sementara dari curah hujan dan perairan pegunungan sebagai pencegahan banjir apabila curah hujan yang turun sangat tinggi. Embung yang tersedia pada daerah Kabupaten Pesisir Selatan memiliki volume air terbesar oleh Embung Taratak Timbulun dengan volume air 166,764 m3 dengan luas 5,04 ha. Selanjutnya Embung Amping Parak di Kecamatan Sutera dengan luas 24 ha dan volume air 120 m3, lalu Embung Gunung Malelo dengan volume 110 m3 , luas 2.20. Sedangkan yang paling sedikit volume air adalah Embung Tanjung Durian dengan volume 21,8 m3 dan luas 4.03 ha.
Tabel 2.14 Embung Kabupaten Pesisir Selatan
No.
Nama Embung
Kecamatan
Luas
Volume
( Ha )
( M³ )
1
Embung Lubuk Agung Salido
IV Jurai
5,00
100.000
2
Embung Teratak Timbulun
Sutera
5,04
166.764
3
Embung Lubuk Mato Kuciang
Sutera
0,85
91.000
4
Embung Gunung Malelo
Sutera
2,20
110.000
5
Embung Amping Parak
Sutera
24,00
120.000
Embung Tanjung Durian
Ranah Pesisir
4,03
21.800
6
Permasalahan −
−
−
Daya tampung embung semakin hari semakin berkurang karena mengalami pendangkalan Di beberapa tempat muncul tanaman enceng gondok Minimnya dana pemeliharaan embung
Upaya Konservasi −
−
−
Perlu dilakukan penanaman tanaman kayu-kayuan dan MPTS di sekitar embung Penyuluhan kepada masyarakat untuk melestarikan embung Seyogianya diadakan pemberdayaan tuk peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar embung
Sumber : Data Olahan SD-12 Buku Data 2010
Sebagian besar embung belum beroperasi, masih dalam tahap persiapan untuk beroperasi. Sedimentasi pada embung akibat dari erosi dan merupakan padatan yang terdapat pada air embung itu sendiri. Jumlah sedimen yang banyak didalam air embung dapat merugikan dalam berbagai penggunaannya seperti : 1. Dapat mengurangi penetrasi sinar matahari kedalam air, sehingga akan mengurangi kecepatan Foto sintesis. 2. Air menjadi keruh, sehingga diperlukan proses yang panjang sebelum dapat digunakan.
II - 24
3. Sedimen yang mengendap didasar embung dapat mengurangi populasi ikan dan hewan air lainnya, karena telur dan sumber – sumber makanan tertutup oleh sedimen. KUALITAS AIR SUNGAI Kualitas
air
pada
dasarnya
dapat
dilakukan
dengan
pengujian
untuk
membuktikan apakah air layak untuk dikonsumsi atau tidak. Perbedaan fungsi dan pemanfaatan sungai – sungai yang alirannya melewati pusat kota dan pedesaan, akan menyebabkan perbedaan jenis tingkat pencemaran. Dengan kondisi sungai tersebut, perlu dilakukan pendekatan-pendekatan agar gambaran kualitas sungai Kabupaten Pesisir Selatan dapat diperoleh, pendekatan tersebut diantaranya adalah : 1. Pengujian kualitas air sungai dilakukan terhadap sungai – sungai besar yang melewati perkotaan, pasar, pertanian, peternakan, Rumah sakit, industry domestic, buangan limbah rumah tangga dan penambangan. 2. Untuk mengetahui terjadi perubahan kualitas sungai, dilakukan pengujian pada 2 musim, yakni musim hujan dan musim kemarau. 3. Sungai yang akan dianalisis adalah sungai yang mempunyai parameter berada dibawah baku mutu. 4. Analisis baku mutu dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan Peraturan Gubernur Sumbar nomor 05 tahun 2008 tentang Penetapan Kriteria Mutu Air Sungai Kelas II. Tabel 2.15 Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Kemarau Tahun 2010 Musim Kemarau No
Nama Sungai
1
Batang Lunang
2
Batang Tapan
3
Batang Inderapura
4
Batang Air Haji
5
Batang Palangai
6
Batang Kambang
7
Batang Surantiah
BOD
COD
PHOSFAT
Hulu
Tengah
Hilir
Hulu
Tengah
Hilir
Hulu
Tengah
Hilir
0.74
0.76
0.96
7.8
11.9
12
1.23
0.5
0.63
0.99
1
1.3
8.6
9.78
9.93
0.8
0.9
0.91
1.45
1.53
1.67
4.8
9.86
9.93
1.6
1.61
1.62
0.66
1.2
1.24
6.1
7.3
7.5
1.58
1.59
1.63
0.24
0.25
0.83
5.6
5.8
8.2
1.27
1.28
1.31
0.08
1.09
2.1
5.4
7.9
10.8
0.51
0.51
0.58
0.64
0.65
2.31
7.9
8.9
9
1.6
1.6
3 II - 25
8
Batang Kapas
9
Batang Salido
10
Batang Bayang
11
Batang Tarusan
1.2
1.2
1.27
10.3
11.22
11.3 1
0.42
0.51
0.53
0.98
1.1
2.2
5.6
7.9
10.8
0.9
0.5
0.6
0.53
0.54
0.56
7.2
7.8
8.1
0.58
0.6
0.63
0,4
1.65
1,75
3.6
5
6.99
0.16
0.22
0.6
Sumber : Kantor lingkungan hidup Kab. Pessel
Keterangan : Tabel olahan SD – 13.1, SD-13.2, SD-13.3 dan SD-13.4 Dari table 2.15 parameter BOD dan COD yang terjadi pada musim kemarau nilainya tidak melebihi baku mutu, sedangkan untuk parameter Sulfat melebihi baku mutu yang telah ditetapkan oleh Baku Mutu Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2008. Tabel 2.16 Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Hujan Tahun 2010 Musim Hujan No
Nama Sungai
1
Batang Lunang
2
Batang Tapan
3
Batang Inderapura
4
Batang Air Haji
5
Batang Palangai
6
Batang Kambang
7
Batang Surantiah
8
Batang Kapas
9
Batang Salido
10
Batang Bayang
11
Batang Tarusan
BOD
COD
FOSFAT
Hulu
Tengah
Hilir
Hulu
Tengah
Hilir
Hulu
Tengah
Hilir
0.66
0.69
0.7
6.92
7
7.3
0.98
1.2
1.4
0.98
0.99
1.1
8.2
8.5
8.7
0.71
0.75
0.78
0.69
1.2
1.5
5.1
5.4
5.9
1.53
1.57
1.6
0.64
0.67
0.68
6
6.3
6.5
1.52
1.53
1.59
0.26
0.28
0.29
5.3
5.4
5.7
1.23
1.25
1.26
0.8
1.1
1.13
5.1
5.4
5.6
0.5
0.51
0.58
0.61
0.64
0.66
7.7
7.8
8.5
0.49
0.5
0.58
1.4
1.5
1.7
5.9
6.8
7.1
0.4
0.41
0.43
0.9
1
1.5
5.4
6.8
9.8
0.49
0.5
0.51
0.51
0.51
0.53
6.7
6.9
7
0.52
0.53
0.56
0.48
0.49
0.52
3.7
4.1
4.3
0.14
0.15
0.18
Sumber : Kantor lingkungan hidup Kab. Pessel
Keterangan : Tabel olahan SD – 13.5, SD-13.6, SD-13.7 dan SD-13.8, SD-14 Tabel 2.16 pengujian kualitas air sungai pada musim hujan di dominasi oleh tingginya parameter fosfat melebihi baku mutu yang telah ditetapkan, tingginya fosfat disebabkan oleh buangan dari limbah rumah tangga dan limbah pestisida B3 dari lokasi pertanian masyarakat dan pelapukan kayu selama beberapa tahun.
II - 26
KUALITAS AIR TANAH Kualitas air tanah daerah Kabupaten Pesisir Selatan dapat dikategorikan masih baik, hal ini disebabkan oleh limbah industry tidak ada yang mencemari tanah masyarakat. Dari beberapa parameter uji yang dilakukan pada sumur penduduk masyarakat pasar, dan pinggir pantai diperoleh hasil berada dibawah baku mutu yang telah ditetapkan. Air tanah yang Hal ini dapat dilihat seperti table dibawah ini : Tabel 2.17 Hasil Pemantauan Kualitas Air Sumur Tahun 2010 NO
NAMA PEMILIK SUMUR
BOD
DO
FOSFAT
1
Sumur Gali Pasar Balai Selasa Koordinat : 01°40’23,6” LS dan 100 °41’34,6” BT
0.6
1.63
0.2
2
Sumur Gali Masyarakat Koto Nan IV Balai Selasa Koordinat : 01°47’43,7” LS dan 100 °41’50,18,18” BT
0.56
2.41
0.3
3
Sumur Gali Pasar Lamo Air Haji Koordinat : 01°55’17,1” LS dan 100 °52’47,9” BT
0.43
1.25
Ttd
4
Sumur Gali Pasar Baru Air Haji Koordinat : 01°55’17,2” LS dan 100 °55’47,8” BT
0.42
2.52
0.2
5
Sumur Gali Bayang Pasir Muaro Bayang Koordinat : 01°18’27,7” LS dan 100 °30’40,8” BT
0.54
3.05
Ttd
6
Sumur Bayang Pasar Baru Koordinat : 01°18’29,4” LS dan 100 °30’47.9” BT
0.53
3.35
0.1
Sumber : Kantor lingkungan hidup Kab. Pessel
Keterangan : Tabel olahan SD – 15 KUALITAS AIR EMBUNG Kualitas Air embung yang dilakukan pengujian yaitu embung dihulu dan dihilir berada dibawah baku mutu yang ditetapkan.
II - 27
Tabel 2.18 Hasil Pemantauan Kualitas Air Embung Tahun 2010 NO
NAMA PEMILIK SUMUR
COD
DO
FOSFAT
NO3
1
Embung Lubuk Mato Kucing Hulu Koordinat : 01°32’56,7” LS dan 100 °41’32,1” BT
5.8
5.3
0.13
1.2
2
Embung Lubuk Mato Kucing Hulu Koordinat : 01°32’56,7” LS dan 100 °41’32,1” BT
8.1
5.5
0.12
1.2
Sumber : Kantor lingkungan hidup Kab. Pessel
Keterangan : Tabel olahan SD – 14 Perbandingan dengan baku mutu 1. PP RI Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran 2. Kepmen LH Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air 3. Kepmen LH Nomor 114 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengkajian untuk Menetapkan Kelas Air 4. Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2008 tentang Penetapan Kriteria Mutu Air Sungai di Provinsi Sumatera Barat. Tabel 2.19 Perbandingan Parameter dengan Baku Mutu Kualitas Sungai Pada Musim Kemarau Tahun 2010 Musim Kemarau No
Nama Sungai
1
Batang Lunang
2
Batang Tapan
3
Batang Inderapura
4
Batang Air Haji
5
Batang Palangai
6
Batang Kambang
BOD
COD
FOSFAT
Hulu
Tengah
Hilir
BM
Hulu
Tengah
Hilir
BM
Hulu
Tengah
Hilir
BM
0.74
0.76
0.96
3
7.8
11.9
12
25
1.23
0.5
0.63
0.2
0.99
1
1.3
3
8.6
9.78
9.93
25
0.8
0.9
0.91
0.2
1.45
1.53
1.67
3
4.8
9.86
9.93
25
1.6
1.61
1.62
0.2
0.66
1.2
1.24
3
6.1
7.3
7.5
25
1.58
1.59
1.63
0.2
0.24
0.25
0.83
3
5.6
5.8
8.2
25
1.27
1.28
1.31
0.2
0.08
1.09
2.1
3
5.4
7.9
10.8
25
0.51
0.51
0.58
0.2
II - 28
7
Batang Surantiah
8
Batang Kapas
9
Batang Salido
10
Batang Bayang
11
Batang Tarusan
0.64
0.65
2.31
3
7.9
8.9
9
25
1.6
1.6
3
0.2
1.2
1.2
1.27
3
10.3
11.22
11.31
25
0.42
0.51
0.53
0.2
0.98
1.1
3
5.6
7.9
10.8
25
0.9
0.5
0.6
0.2
0.53
0.54
0.56
3
7.2
7.8
8.1
25
0.58
0.6
0.63
0.2
0,4
1.65
1,75
3
3.6
5
6.99
25
0.16
0.22
0.6
0.2
2.2
Sumber : Kantor lingkungan hidup Kab. Pessel
Keterangan : Tabel olahan SD – 13.1, SD-13.2, SD-13.3 dan SD-13.4 Tabel 2.19 diatas menunjukan bahwa parameter BOD dan COD tidak yang melebihi baku mutu, baik pada daerah hulu, tengah dan hilir sungai. Sedangkan untuk parameter Fospat melebihi Baku mutu sebesar 0,2 mg/l sementara dari analisa laboratorium hampir diseluruh sungai mengandung fosfat tinggi, hal ini dipengaruhi oleh daerah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan daerah agraris merupakan daerah surplus beras dan sector pertanian yang luas hasil tanamnya. GAMBAR 2.16 PERBANDINGAN FOSFAT DENGAN BAKU MUTU MUSIM KEMARAU TAHUN 2010
Hulu
Tengah
Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Hilir
B. Lunang B. Air Haji B. Surantih B. Bayang
B. Tapan B. Palangai B. Kapas B. Tarusan
BM
B. Inderapura B. Kambang B. Salido
Gambar 2.16 diatas menunjukan pada daerah hilir sungai Batang Inderapura terdapat kandungan Fospat yang sangat tinggi melebihi baku mutu yaitu dengan nilai 1.63 mg/l dan daerah hilir Air Haji sebesar 1.62 mg/l, tingginya fosfat disebabkan oleh kegiatan perkebunan kelapa sawit, penambangan galian C, pertanian pupuk dari sawah dan buangan tinja dan urine manusia. GAMBAR 2.17 PERBANDINGAN BOD DENGAN BAKU MUTU MUSIM KEMARAU TAHUN 2010
Hulu
Tengah
Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Hilir B. Lunang B. Air Haji B. Surantih B. Bayang
B. Tapan B. Palangai B. Kapas B. Tarusan
BM
B. Inderapura B. Kambang B. Salido
II - 29
Gambar 2.17 menunjukan bahwa kandungan oksigen yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan untuk menghancurkan mikroba cukup bagus. BOD dalam air sangat dibutuhkan untuk proses degradasi mikroba dalam air. GAMBAR 2.18 PERBANDINGAN COD DENGAN BAKU MUTU MUSIM KEMARAU TAHUN 2010
Hulu
Tengah
Hilir B. Lunang B. Air Haji B. Surantih B. Bayang
Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
B. Tapan B. Palangai B. Kapas B. Tarusan
BM
B. Inderapura B. Kambang B. Salido
Gambar 2.18 menunjukan bahwa kandungan COD dalam air sungai cukup baik sehingga tidak ada kandungan kimia yang melebihi terdapat dalam air. Tabel 2.20 Perbandingan Parameter dengan Baku Mutu Kualitas Sungai Pada Musim Hujan Tahun 2010 Musim Hujan No
Nama Sungai
1
Batang Lunang
2
Batang Tapan
3
Batang Inderapura
4
Batang Air Haji
5
Batang Palangai
6
Batang Kambang
7
Batang Surantiah
8
Batang Kapas
9
Batang Salido
10
Batang Bayang
11
Batang Tarusan
BOD
COD
Hulu
Tengah
Hilir
0.66
0.69
0.7
BM 3
FOSFAT
Hulu
Tengah
Hilir
6.92
7
7.3
3 0.98
0.99
1.1
1.2
8.2
1.5
8.5
8.7
0.67
0.68
0.26
0.28
0.29
0.8
1.1
1.13
0.61
0.64
0.66
1.4
1.5
1.7
0.9
1
1.5
5.1
5.4
5.9
0.51
0.51
0.53
0.48
0.49
0.52
Hilir
BM 0.2
0.98
1.2
1.4
0.71
0.75
0.78
0.2 0.2 1.53
1.57
1.6
1.52
1.53
1.59
1.23
1.25
1.26
0.5
0.51
0.58
0.49
0.5
0.58
0.4
0.41
0.43
0.49
0.5
0.51
0.52
0.53
0.56
0.14
0.15
0.18
25 6
6.3
6.5
5.3
5.4
5.7
5.1
5.4
5.6
7.7
7.8
8.5
5.9
6.8
7.1
5.4
6.8
9.8
6.7
6.9
7
3.7
4.1
4.3
3
0.2
25
3
0.2
25
3
0.2
25
3 3
Tengah
25
3 0.64
Hulu
25
3 0.69
BM 25
0.2
25
3
25
0.2
25
3
0.2 0.2
25
0.2
Sumber : Analisis Kantor lingkungan hidup Kab. Pessel
Keterangan : Tabel olahan SD – 13.5, SD-13.6, SD-13.7 dan SD-13.8
II - 30
GAMBAR 2.19 PERBANDINGAN FOSFAT DENGAN BAKU MUTU MUSIM HUJAN TAHUN 2010
Hulu
Tengah
Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Hilir
B. Lunang B. Air Haji B. Surantih B. Bayang
B. Tapan B. Palangai B. Kapas B. Tarusan
BM
B. Inderapura B. Kambang B. Salido
Gambar 2.19 Hampir semua batang air sungai kandungan fosfatnya melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Kandungan Fosfat tertinggi ada di daerah Hilir Batang Air Haji yakni dengan Nilai 1.59 mg/l sedangkan paling rendah ada di daerah hulu Batang Tarusan. GAMBAR 2.20 PERBANDINGAN BOD DENGAN BAKU MUTU MUSIM HUJAN TAHUN 2010
Hulu
Tengah
Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Hilir B. Lunang B. Air Haji B. Surantih B. Bayang
BM
B. Tapan B. Palangai B. Kapas B. Tarusan
B. Inderapura B. Kambang B. Salido
Gambar 2.20 menunjukan bahwa kandungan BOD berada dibawah baku mutu. GAMBAR 2.21 PERBANDINGAN COD DENGAN BAKU MUTU MUSIM KEMARAU TAHUN 2010
Hulu
Tengah
Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Hilir B. Lunang B. Air Haji B. Surantih B. Bayang
B. Tapan B. Palangai B. Kapas B. Tarusan
BM
B. Inderapura B. Kambang B. Salido
II - 31
Tabel 2.21 Perbandingan Kualitas Air Sumur dengan Baku Mutu Tahun 2010 NO
NAMA PEMILIK SUMUR Sumur Gali Pasar Balai Selasa Koordinat : 01°40’23,6” LS dan 100 °41’34,6” BT Sumur Gali Masyarakat Koto Nan IV Balai Selasa Koordinat : 01°47’43,7” LS dan 100 °41’50,18,18” BT Sumur Gali Pasar Lamo Air Haji Koordinat : 01°55’17,1” LS dan 100 °52’47,9” BT Sumur Gali Pasar Baru Air Haji Koordinat : 01°55’17,2” LS dan 100 °55’47,8” BT Sumur Gali Bayang Pasir Muaro Bayang Koordinat : 01°18’27,7” LS dan 100 °30’40,8” BT Sumur Bayang Pasar Baru Koordinat : 01°18’29,4” LS dan 100 °30’47.9” BT
1 2
3 4 5
6
BOD
BM
DO
BM
FOSFAT
BM
0.6
3
1.63
25
0.2
0.2
0.56
3
2.41
25
0.3
0.2
0.43
3
1.25
25
Ttd
0.2
0.42
3
2.52
25
0.2
0.2
0.54
3
3.05
25
Ttd
0.2
0.53
3
3.35
25
0.1
0.2
Sumber : Analisis Kantor lingkungan hidup Kab. Pessel
Keterangan : Tabel olahan SD – 15,
GAMBAR 2.22 PERBANDINGAN KONSENTRASI BOD DENGAN BAKU MUTU TAHUN 2010
Ps. BL Selasa
Koto Nan IV BS
Ps.Lamo AH
Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Ps. Baru AH
BOD
Muaro Byg
Ps. Br Byg
BM
Gambar 2.22 menunjukan bahwa konsentrasi kisaran BOD air sumur masyarakat yang berada dipasar, rumah masyarakat dan pinggit pantai Nerada dibawah baku mutu ditetapkan 3 mg/l. BOD merupakan indicator pencemaran organic yang paling banyak digunakan untuk mengendalikan kualitas air dan kepekatan air. Faktor yang mempengaruhi BOB adalah Suhu dan pH (derajat keasaman). Dari 7 sampel kualitas air sumur penduduk semua melebihi baku mutu, hal ini dipengaruhi oleh tingginya kandungan zat organic dalam air.
II - 32
GAMBAR 2.23 PERBANDINGAN KONSENTRASI COD DENGAN BAKU MUTU TAHUN 2010
Ps. BL Selasa
Koto Nan IV BS
Ps.Lamo AH
Ps. Baru AH
COD
Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Muaro Byg
Ps. Br Byg
Baku Mutu
Gambar 2.23 menunjukan bahwa parameter COD hasil analisis laboratorium nilainya lebih kecil dibandingkan dengan baku mutu menunjukan 25 mg/l, analisa laboratorium jauh dibawah 25 mg/l. GAMBAR 2.24 PERBANDINGAN KONSENTRASI FOSFAT DENGAN BAKU MUTU TAHUN 2010
Ps. BL Selasa
Koto Nan IV BS
Ps.Lamo AH
Ps. Baru AH
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Fosfat
Muaro Byg
Ps. Br Byg
Baku Mutu
Gambar 2.24 tergambar bahwa parameter fosfat pada sumur masyarakat yang tinggal di Koto Nan IV Balai Selasa melebihi baku mutu yang telah ditetapkan dengan nilai 0,2 mg/l. Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu Untuk melihat trend kualitas air sungai dan air sumur perlu dilakukan analisis penyusunan data secara berkala dari 3 tahun.
II - 33
GAMBAR 2.25 DEBIT AIR SUNGAI MUSIM KEMARAU TAHUN 2007
B.TRSN B. BYG B. SLD B. KPS B. SRTH B. KBG B. PLG B. AHJ B. INDR B. TPN
HULU
TENGAH
HILIR
B. SLUT
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Gambar di atas menjelaskan bahwa debit air sungai pada musim kemarau tahun 2007 terjadi fluktuasi, batang Tarusan dari hulu ke hilir terjadi peningkatan volume debit air. Hal ini disebabkan penebangan secara liar dan perambahan hutan di sempadan sungai pada daerah hulu. Batang air yang lain juga ada yang berfluktuasi namun tidak terlalu mencolok. Batang Air Haji pada daerah hulu jauh lebih kecil namun pada daerah hilir lebih besar, ini berarti penebangan pohon pada daerah sempadan batang air bagian hulu. Secara keseluruhan debit air pada batang air daerah Pesisir Selatan tergolong baik dan dapat dimanfaatkn untuk kebutuhan irigasi pertanian. GAMBAR 2.26 DEBIT AIR SUNGAI MUSIM KEMARAU TAHUN 2008
B.TRSN B. BYG B. SLD B. KPS B. SRTH B. KBG B. PLG B. AHJ B. INDR B. TPN
HULU
TENGAH
HILIR
B. SLUT
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Grafik di atas menjelaskan bahwa pada tahun 2008 pengukuran yang dilakukan pada musim kemarau terdapat dua batang air yang debitnya begitu mencolok, yakni batang Tapan dan batang Salido, volume debit air pada daerah hulu jauh lebih besar dibandingkan dengan daerah hilir dan tengah, hal ini disebabkan oleh penambangan galian C pada daerah hulu, penebangan liar, kebakaran hutan dan penebangan pohon disempadan sungai.
II - 34
GAMBAR 2.27 DEBIT AIR SUNGAI MUSIM HUJAN TAHUN 2008
B.TRSN B. BYG B. SLD B. KPS B. SRTH B. KBG B. PLG B. AHJ B. INDR B. TPN
HULU
TENGAH
HILIR
B. SLUT
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Pada musim hujan volume air tentu lebih besar ketika terjadi musim kemarau, dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Batang Silaut dan Batang Air Haji terjadi fluktuasi yang signifikan antara daerah hulu, tengah dan hilir. Hal ini disebabkan tingginya sedimentasi pada daerah hulu, penebangan pohon di sempadan sungai, kebakaran lahan dan penambangan galian C, sedangkan untuk Batang Tarusan tidak begitu mencolok. B.TRSN B. BYG
GAMBAR 2.28 DEBIT AIR SUNGAI MUSIM KEMARAU TAHUN 2009
B. SLD B. KPS B. SRTH B. KBG B. PLG B. AHJ B. INDR B. TPN B. SLUT
HULU
TENGAH
HILIR
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Pada musim kemarau panjang debit air sungai berkurang, hal ini disebabkan pohon yang berfungsi sebagai penyimpan air tidak ada lagi, karena banyak yang sudah dibabat dan dibakar, Batang Palangai mengalami fluktuasi yang cukup sigifikan dengan terjadi penurunan debit air yang dratis pada daerah hilir, melebihi batang air yang lainnya. Hal ini terjadi karena banyaknya penambangan pasir galian C pada daerah hilir. Batang Tarusan dan batang air lainnya dalam keadaan normal dan tidak terjadi fluktuasi yang terlalu signifikan.
II - 35
B.TRSN
GAMBAR 2.29 DEBIT AIR SUNGAI MUSIM HUJAN TAHUN 2009
B. BYG B. SLD B. KPS B. SRTH B. KBG B. PLG B. AHJ B. INDR B. TPN B. SLUT
HULU
TENGAH
HILIR
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Pada tahun 2009 musim hujan pasca gempa yang terjadi di Sumatera Barat termasuk Pesisir Selatan tetap dilakukan pengujian volume debit air, apakah terjadi suatu penyusutan atau tidak ada perubahan. GAMBAR 2.30 KUALITAS AIR SUNGAI MUSIM KEMARAU
BOD COD POSPAT
2007
2008
2009
2010
Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Grafik di atas menunjukan bahwa konsentrasi BOD, fospat dan COD dari tahun 2007 sampai tahun 2008 terjadi penurunan drastis, namun tahun selanjutnya staknan. Adapun air sungai Kabupaten Pesisir Selatan secara umum masih tergolong baik, namun ada satu parameter fosfat yang berada di atas baku mutu. GAMBAR 2.31 KUALITAS AIR SUNGAI MUSIM HUJAN
BOD COD FOSPAT
2008 2009 Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
2010
Pengujian kualitas air sungai musim hujan pada tahun 2007 belum dilaksanakan, maka oleh sebab itu data kualitas sungai musim hujan 2007 tidak tersedia. Untuk Parameter Fosfat melebihi Baku mutu yang telah ditetapkan. II - 36
TABEL 2.22 PERBANDINGAN NILAI ANTAR WAKTU KUALITAS AIR SUMUR KABUPATEN PESISIR SELATAN KUALITAS AIR SUMUR TAHUN 2007
Nama Lokasi Sumur Bor Painan Hotel Adi Karya Painan Mushala Jabal Qubis Painan
Residu Terlarut
Residu Tersuspe nsi
pH
DO
Besi
Khlorid a
Nitrit Sbg N
Sulfat
Khlorin Bebas
799
ttd
8
0,32
2,51
367,89
0,01
35,29
7,04
349 58
14 16
8
1,01
0,84
95,97
0,01
13,9
22,88
29
6
0,25
0,84
22,46
35,2
3.312
123 8
0,06
2,51
143,96 1.511, 53
0,01
29,5
0,28
38,5
12,32
28
148
9
7
0,44
0,28
115,96
0,01
17,11
3,52
26
174
ttd
7
0,4
0,84
79,98
0,01
6,42
8,8
27,5
132
ttd
6,5
0,3
0,28
71,98
0,01
5,35
10,56
Temperatur 28 28,5
TPI Carocok Tarusan Kampung Pasar Baru Bayang Karang Pauh Islamic Center Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
II - 37
TABEL 2.23 KUALITAS AIR SUMUR TAHUN 2008
Temperat ur
Residu Terlarut
Residu Tersuspe nsi
pH
BOD
COD
DO
Total Fosfat sbg P
NO 3 sebagai N
NH3-N
Nitrit sbg. N
Sulfat
Sal init as
Minyak dan Lemak
Fecal Coli
Jl. Rasuna Said No. 5 Painan
33
0,27
0,00015
7
1,75
9
6
0,18
1,2
0,098
0,001
182
2,2
0,0011
*
Jl. Tentera Pelajar No.3 Painan
32
0,35
0,000015
7
1,6
9
6.025
0,2
1,1
0,12
0,012
146
1,7
0,0007
-
Jl. Tentera Pelajar No.9 Painan
35
0,52
0,0004
7,01
1,45
9,5
5,9
0,2
1,3
0,2
0,004
105
1,7
0,0001
-
Pantai Batu Kalang Tarusan 1
26
1,93
0,001
7
1,55
9
6
0,08
1,4
0,008
0,0008
129
1
0,0005
*
Pantai Batu Kalang Tarusan 2
29
0,33
0,0003
7,05
1,7
9
5,8
0,002
1,4
0,002
0,0002
203
3,2
0,0002
-
Pantai Batu Kalang Tarusan 3
30
0,81
0,0004
7,02
1,8
9,5
5,6
0,001
1,3
0,003
0,003
207
1,6
0,0001
*
Nama Lokasi
* = terdeteksi bakteri coli
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
II - 38
TABEL 2.24 KUALITAS AIR SUMUR TAHUN 2009 Tem pera tur
Residu Terlarut
Residu Tersuspe nsi
pH
BOD
COD
DO
Total Fosfat sbg P
NO 3 seba gai N
Pasir Putih Rumah Pak Muslim Kec. Lengayang
27
0,25
0,0006
6,9
4,3
12
2
1,2
1
Pasir Putih Rumah makan Tiara Rumah Pak Markis Kec. Lengayang
26
0,45
0,0004
7
4,5
10
3
1
0,9
Nama Lokasi
NH4-N
0,012
NH3-N
Besi
Sulfat
Minyak dan Lemak
Fecal Coli
0,001
0,03
31
ttd
*
0,002
0,89
52
ttd
*
ttd
*
ttd
*
ttd
*
ttd
*
ttd
*
0,002
Pasir putih Rumah Pak Mansyur Kec. Lengayang
28
0,63
0,0001
6,8
4,8
6
2,4
2,2
1
0,001
0,02
0,02
86
Pasir Jambak Rumah Pak Hasan Kec. Sutera
28
0,35
0,0007
6,9
4,41
21
2,9
1
1
0,012
0,002
0,13
26
Pasir Jambak Rumah Pak Very Kec. Sutera
29
0,65
0,0006
7
5,01
6
3
1
0,8
0,002
0,005
0,05
56
Pasir Jambak Rumah Ibu Marnis Kec. Sutera
29
0,73
0,0007
6,8
4,9
16
3,5
0,8
0,7
0,001
0,003
0,03
31
29
0,35
0,001
7
5,03
11
2,2
1
1,5
0,001
0,002
0,04
69
Sungai Pampan Rumah Pak Aril Kec. Batang Kapas
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
II - 39
TABEL 2.25 KUALITAS AIR SUMUR TAHUN 2010
Nama Lokasi Sumur Gali Pasar Balai Selasa Koordinat : 01°40’23,6” LS dan 100 °41’34,6” BT Sumur Gali Masyarakat Koto Nan IV Balai Selasa Koordinat : 01°47’43,7” LS dan 100 °41’50,18,18” BT Sumur Gali Pasar Lamo Air Haji Koordinat : 01°55’17,1” LS dan 100 °52’47,9” BT Sumur Gali Pasar Baru Air Haji Koordinat : 01°55’17,2” LS dan 100 °55’47,8” BT Sumur Gali Bayang Pasir Muaro Bayang Koordinat : 01°18’27,7” LS dan 100 °30’40,8” BT Sumur Bayang Pasar Baru Koordinat : 01°18’29,4” LS dan 100 °30’47.9” BT
Temperatur
pH
BOD
COD
DO
Total Fosfat sbg P
NO 3 sebagai N
Kadmium
Tembaga
Besi
Fosfat
25
7.2
0.6
Ttd
1.63
1,2
2.5
0.228
0.42
0.04
0.2
24
7.1
0.56
ttd
2.41
1
1.9
0.307
0.54
0.4
0.3
23
7
0.43
Ttd
1.25
2,2
1.3
0.294
0.44
0.19
Ttd
25
7.1
0.42
ttd
2.52
1
1.6
0.263
0.66
0.1
0.2
24
6.9
0.54
Ttd
3.05
1
1.8
0.309
0.47
0.01
Ttd
24
7
0.53
ttd
3.35
0,8
2
0.286
0.45
0.05
0.1
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
II - 40
Analisis statistic sederhana TABEL 2.26 ANALISIS DEBIT MUSIM KEMARAU Lokasi
2007
B. TARUSAN B. BAYANG B. SALIDO B. KAPAS B.SUTERA B. KAMBANG B. PALANGAI B. AIR HAJI B. INDERAPURA B. TAPAN B. LUNANG
2008
2009
Hulu
Tengah
Hilir
Hulu
Tengah
Hilir
Hulu
Tengah
Hilir
12,109
15,261
16,216
11,48
19,50
21,49
13,20
25,20
80,33
18,453
17,963
19,017
13,20
25,20
80,33
11,48
19,50
21,49
20,113
19,9
19,671
15,75
16,00
22,95
28,88
24,86
63,00
20,31
19.879
18,023
18,00
22,00
22,68
12,96
20,63
28,80
19,781
18,327
18,298
13,5
15,93
21,25
13,63
18,75
22,90
22,246
21
21,873
29,40
33,75
36,00
29,40
33,75
36,00
23,105
21,237
19,965
13,63
18,75
22,90
13,5
15,93
21,25
21.732
20,438
19,953
12,96
20,63
28,80
18,00
22,00
22,68
17,394
18.451
17,865
28,88
24,86
63,00
15,75
16,00
22,95
20,458
19,376
17,546
11,48
19,50
21,49
13,20
25,20
80,33
19,781
18,327
18,298
13,20
25,20
80,33
11,48
19,50
21,49
Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkugan Hidup
Kondisi Debit air sungai pada musim kemarau analisis statistik pada tahun 2007 sederhana adalah : Debit maksimum adalah batang Palangai dengan volume 23,105 m3. Debit minimum adalah batang Tarusan dengan volume 12,106 m3. Rata – rata debit air sungai pada tahun 2007 adalah seluas 15,102 m3. Kondisi Debit air sungai pada musim kemarau analisis statistik pada tahun 2008 sederhana adalah : Debit maksimum adalah batang Lunang dan Batang tarusan dengan volume 80,33 m3. Debit miniimum adalah batang Tarusan dengan volume 11,48 m3. Rata – rata debit air sungai pada tahun 2008 adalah seluas 15,102 m3. Kondisi Debit air sungai pada musim kemarau analisis statistik pada tahun 2009 sederhana adalah : Debit maksimum adalah batang Tapan dengan volume 80,33 m3. Debit minimum adalah batang Bayang dengan volume 11,48 m3. Rata – rata debit air sungai pada tahun 2009 adalah seluas 55, 102 m3.
II - 41
Gambar 2.32 Analisis Statistik Debit air pada musim kemarau
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Maks
Min
Rata-rata 2007 2009
Sumber : Kantor Lingkungan hidup Kab. Pessel
2008
Dari grafik diatas menunjukan bahwa pada tahun 2009 dan 2008 debit air pada musim kemarau hampir sama volumenya. Sedangkan pada tahun 2007 debit volume air berada dibawah ratarata. Dapat ditarik kesimpulan bahwa debit air dari tahun ketahun mengalami peningkatan. TABEL 2.27 ANALISIS BOD MUSIM KEMARAU Lokasi
2007
B. TARUSAN B. BAYANG B. SALIDO B. KAPAS B.SUTERA B. KAMBANG B. PALANGAI B. AIR HAJI B. INDERAPURA B. TAPAN B. LUNANG
2008
2009
2010
Hulu
Tengah
Hilir
Hulu
Tengah
Hilir
Hulu
Tengah
Hilir
Hulu
Tengah
Hilir
0,5
0,95
1,4
0,37
0,41
1,54
0,46
0,55
0,45
0,4
1.65
1,75
0,9
1,5
2,1
0,75
0,26
0,2
1,05
1
1,3
0.53
0.54
0.56
1
2,1
2,3
0,04
1,07
1,95
0,9
1,3
1,4
0.98
1.1
1,79
2
2,7
0,92
0,66
0,22
1,69
1,7
2,01
1.2
1.2
1.27
2.2
1
2,1
1,95
0,62
0,14
2,21
0,94
1
1,01
0.64
0.65
2.31
1,7
1,8
1,9
0,94
1,07
0,01
0,6
0,65
1,24
0.08
1.09
2.1
1,4
1,9
2
0,22
0,12
0,84
0,23
0,25
0,89
0.24
0.25
0.83
1,6
1,65
1,7
0,46
0,9
1,21
0,65
1,1
1,23
0.66
1.2
1.24
2
2,4
3,6
1,54
1,43
0,68
1,43
1,51
1,64
1.45
1.53
1.67
2,2
2,4
2,6
0,77
1,69
0,33
0,98
0,99
0,45
0.99
1
1.3
1,5
1,9
3
0,5
0,71
0,93
0,7
0,95
0,73
0.74
0.76
0.96
Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkugan Hidup
Kondisi BOD air sungai pada musim kemarau analisis statistik sederhana pada tahun 2007 adalah : Konsentrasi BOD Maksimum adalah batang Inderapura dengan volume 3,6 mg/l. Konsentrasi BOD minimum adalah batang Tarusan dengan volume 0,5 mg/l. Rata – rata konsentrasi BOd air sungai pada tahun 2007 adalah berjumlah 1,7 mg/l.
II - 42
Kondisi konsentrasi BOD air sungai pada musim kemarau analisis statistik pada tahun 2008 sederhana adalah : Konsentrasi BOD maksimum adalah batang Sutera dengan volume 2,21 mg/l. Konsentrasi BOD minimum adalah batang Salido dengan volume 0,04 mg/l. Rata – rata konsentrasi BOD air sungai pada tahun 2008 adalah seluas 1,09 mg/l. Kondisi BOD air sungai pada musim kemarau analisis statistik pada tahun 2009 sederhana adalah : Konsentrasi BOD maksimum adalah batang Kapas dengan volume 2,01 mg/l. Konsentrasi BOD minimum adalah batang Tarusan dengan volume 0,45 mg/l. Rata – rata BOD air sungai pada tahun 2009 adalah seluas 1,02 mg/l. Kondisi BOD air sungai pada musim kemarau analisis statistik pada tahun 2010 sederhana adalah : Konsentrasi BOD maksimum adalah batang Kapas dengan volume 2,31 mg/l. Konsentrasi BOD minimum adalah batang Tarusan dengan volume 0,4 mg/l. Rata – rata BOD air sungai pada tahun 2010 adalah seluas 1,3 mg/l.
Lokasi
2007
B. TARUSAN B. BAYANG B. SALIDO B. KAPAS B.SUTERA B. KAMBANG B. PALANGAI B. AIR HAJI B. INDERAPURA B. TAPAN B. LUNANG
TABEL 2.28 ANALISIS COD MUSIM KEMARAU 2008
2009
2010
Hulu
Tengah
Hilir
Hulu
Tengah
Hilir
Hulu
Tengah
Hilir
Hulu
Tengah
Hilir
1,4
1,5
1,7
7
5
4
5,4
8
5,3
3.6
5
6.99
5,1
5,3
5,7
8
5
6
10,2
10,1
11
7.2
7.8
8.1
4,4
8,1
20
5,4
7,5
10
6
7,6
11
5.6
7.9
9,34
10
11
10,1
11,2
9,3
10,2
11,21
1,26
10.3
11.22
10.8 11.3 1
7,25
8,1
9,7
7,6
9
8,5
7,89
8
7,3
7.9
8.9
9
9,6
10
12
8
9
9,6
5,5
7,8
10,8
5.4
7.9
10.8
4,8
5,1
6,3
5
4
8
5,6
5,7
8,2
5.6
5.8
8.2
14
15
18
6
7
4
6,1
7,2
7,3
6.1
7.3
7.5
14
15
18
4,5
9,8
9,9
4,7
9,86
9,93
4.8
9.86
9.93
8,3
10
12
8
9
7,5
8,5
9,76
9,93
8.6
9.78
9.93
9,2
8,7
11
7
11,5
8,5
7,7
11,8
8,6
7.8
11.9
12
Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkugan Hidup
II - 43
Kondisi COD air sungai pada musim kemarau analisis statistik sederhana pada tahun 2007 adalah : Konsentrasi COD Maksimum adalah batang Inderapura dan batang Air Haji volume 18 mg/l. Konsentrasi COD minimum adalah batang Tarusan dengan volume 1,4 mg/l. Rata – rata konsentrasi COD air sungai pada tahun 2007 adalah berjumlah 9,7 mg/l. Kondisi COD air sungai pada musim kemarau analisis statistik sederhana pada tahun 2008 adalah : Konsentrasi COD Maksimum adalah batang Lunang dengan volume 11,5 mg/l. Konsentrasi COD minimum adalah batang Palangai dengan volume 4 mg/l. Rata – rata konsentrasi COD air sungai pada tahun 2008 adalah berjumlah 7,7 mg/l. Kondisi COD air sungai pada musim kemarau analisis statistik sederhana pada tahun 2009 adalah : Konsentrasi COD Maksimum adalah batang Inderapura dengan volume 11,21 mg/l. Konsentrasi COD minimum adalah batang Inderapura dengan volume 4,7 mg/l. Rata – rata konsentrasi COD air sungai pada tahun 2009 adalah berjumlah 6,7 mg/l. Kondisi COD air sungai pada musim kemarau analisis statistik sederhana pada tahun 2010 adalah : Konsentrasi COD Maksimum adalah batang Inderapura dengan volume 11,31 mg/l. Konsentrasi COD minimum adalah batang Inderapura dengan volume 3.6 mg/l. Rata – rata konsentrasi COD air sungai pada tahun 2010 adalah berjumlah 7,4 mg/l. Air merupakan kebutuhan pokok manusia, dimana jenis air yang terdapat di Kabupaten Pesisir Selatan meliputi air hujan, air tanah dan air permukaan. Ketersediaan air tanah sangat tergantung dari lingkungan wilayah konservasi dan resapan air. Dengan semakin minimnya penyangga air limpasan pada wilayah hulu menyebabkan erosi pada wilayah hilirnya. Hal ini diakibatkan karena semakin berkurangnya luas kawasan konservasi dan resapan air. Sehingga untuk mencegah terjadinya kondisi tersebut, maka diperlukan penguasaan lahan oleh pemerintah pada kawasan peruntukan konservasi dan resapan air. Untuk tetap menjaga
II - 44
keseimbangan lingkungan, maka pengembalian fungsi kawasan konservasi dan resapan air terutama pada daerah konfik menjadi kegiatan prioritas.
Jika dilihat pada parameter diatas dapat ditarik kesimpulan konsentrasi COD pada daerah kabupaten Pesisir Selatan berada di bawah baku mutu. Maka oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan kawasan konservasi dan resapan air sebagai berikut: a.
Kegiatan pada kawasan konservasi dan resapan air harus dapat mendukung terjaganya siklus hidrologi, seperti pengembangan tanaman perkebunan yang memiliki akar panjang (berfungsi menyimpan air).
b.
Penguasaan lahan sebagian besar oleh pemerintah pada kawasan peruntukan konservasi dan resapan air dapat dilakukan dengan cara pemerintah membeli lahan (sebagian besar) pada kawasan konservasi tersebut dengan memanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
c.
Pengawasan dan pengendalian pada kawasan konservasi dan resapan air dilakukan dengan cara pemerintah daerah memberikan wewenang dan tanggung jawab terhadap pengawasan dan pengendalian kawasan konservasi dan resapan air pada pemerintahan kecamatan dan desa, pada wilayah terkait kawasan konservasi dan resapan air.
Keterbatasan lahan dan perkembangan penduduk yang terus bertambah menyebabkan lahan sekitar sungai menjadi pilihan aktivitas. Kondisi ini dapat menimbulkan tercemarnya kualitas dan kuantitas air sekitar sungai, disamping dari sisi kesehatan dan estetika menjadi tidak baik. Selain itu juga menjadi salah satu penyebab banjir karena terjadinya pendangkalan dan penyempitan lebar sungai.
Dalam rangka mencegah terjadinya kondisi sempadan sungai yang dikuasai oleh masyarakat dan
berdiri
bangunan-bangunan
disempadan
sungai,
maka
diperlukan pengelolaan
(pengawasan, pengendalian dan pengembalian) sempadan sungai. Pengelolaan kawasan sempadan sungai dilakukan dengan cara: a)
Kawasan sempadan sungai dipertegas batas-batasnya, segera dikuasai pemerintah dan diperkuat statusnya.
b)
Perwujudan lahan-lahan sempadan sungai dapat dilakukan dengan cara partisipatif masyarakat, atau penertiban terutama di kawasan lindung yang membahayakan kelangsungan penduduk yang tinggal di kawasan sekitarnya.
II - 45
c)
Sempadan
sungai
setelah
dikuasai
pemerintah,
maka
untuk
mempermudah
pengawasan dan pengendaliannya dilakukan pembangunan jalan inspeksi. d)
Untuk wilayah sekitar sempadan sungai bangunan boleh didirikan setelah adanya pembangunan jalan inspeksi.
e)
Rehabilitasi dan pengerukan lumpur sungai pada aliran sungai yang telah mengalami pendangkalan.
f)
Bangunan yang didirikan di sekitar wilayah sempadan sungai harus menghadap sungai.
g)
Pada wilayah yang lahannya sudah memiliki nilai ekonomis tinggi, untuk mewujudkan sempadan sungai di tanah yang dikuasai oleh masyarakat dapat dilakukan dengan cara penggantian sesuai dengan kesepakatan.
II-D. UDARA Pengembangan penatagunaan udara ditujukan agar lingkungan terbebas dari polusi udara dan kebisingan. Pencemaran udara di jalan raya diakibatkan oleh asap kendaraan seperti angkutan umum, bis, truk, dan kendaraan pribadi. Pencemaran udara paling tinggi di lingkungan jalan raya terjadi pada kawasan dengan aktivitas lalu lintas kendaraan relatif tinggi. Di Kabupaten Pesisir Selatan, jalan raya dengan indikasi pencemaran udara relatif tinggi terjadi di koridor jalan utama yang melintasi Kabupaten Pesisir Selatan. TABEL 2.29 KUALITAS UDARA PT. INCASI RAYA KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010 DAN PDAM Lokasi Boiler Pabrik Loading RAM Perumahan Karyawan Depan kantor Depan PDAM
SO2
CO
NO2
TSP
DUSF
Hidrogen
Gas
Amm
Hidrogen
ALL
Chlorida
Khlorin
onia
florida
98.74
Ttd
341.75
235.7
0
0
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
13.1
150.3
0
0.14
0
0
Ttd
Ttd
10
89.9
0
0
0
0
Ttd
Ttd
14
203.7
0
0
0
0
0
6.675
16.67
76.11
0
0
0
0
0,98 0 0 0 0
Noise
Opasit
0
26.85
71.6
0
as
65.8
0
69.9
3.33
0
37.55
Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkungan Hidup
Keterangan : Tabel olahan SD-16 Tabel diatas menunjukan PT. Incasi Raya dan depan kantor PDAM menunjukan bahwa perusahaan telah menyadari pentingnya menjaga kerusakan lingkungan dari asap industry sehingga perlu dilakukan pengujian kualitas udara sekali 6 bulan.
II - 46
Parameter yang diuji melakukan lama pengujian bervariasi, tergantung parameter yang diukur, SO2 Parameter TSP melebihi baku mutu hasil uji 235.7 µg/Nm3, dalam baku mutu 230 µg/Nm3, sementara untuk parameter yang lain masih berada di bawah baku mutu. Sedangkan pengukuran kualitas udara ambient dilakukan pada satu titik yang dianggap representative dijasikan pengambilan sampel yaitu didepan Kantor PDAM Kota Painan pada koordinat 0°21’002,6”LS dan 100°34’34,7” BT dengan ketinggian 15 meter dari permukaan laut. Dasar pengambilan titik sampel adalah lokasi padat jalur lalu lintas, dekat permukiman penduduk, dekat pasar, pertokoan dan perkantoran serta sekolah. Dari hasil analisa laboratorium yang dilaksanakan oleh Bapedalda Provinsi kerja sama dengan BLK Padang diperoleh hasil dari 3 parameter yang diperiksa CO, NO2 dan TSP hasil analisa (6.675 µg/Nm3, 16.67 µg/Nm3 dan 76.11 µg/Nm3) berada dibawah Baku Mutu yang telah ditetapkan (PP 41 Tahun 1999) tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Gambar 2.33 KUALITAS UDARA PT. INCASAI RAYA 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
ANALISA BAKU MUTU
NO2
SO2
TSP
Sumber : Analisis Kantor Lingkungan hidup Kab. Pessel
Gambar 2.33 menunjukan bahwa kualitas udara PT. Incasi Raya terdapat 1 parameter yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Dari table diatas dapat diketahui bahwa tingkat keasaman daerah Kabupaten Pesisir Selatan masih rendah, hal ini terbukti setelah dilakukan uji kualitas air hujan.
II - 47
Kulitas Udara dan keasaman (pH) air hujan TABEL 2.30 KUALITAS AIR HUJAN Lokasi JULI AGUS SEPTEMBER OKTOBER
pH
DHL
SO4
NO3
6.15
10.06
5
0.9
6.15
10.05
5
1
6.15
10.06
5
0.9
6.15
10.05
5
1
Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkungan Hidup
Keterangan : Tabel olahan SD-17 Tabel diatas menunjukan bahwa pH air hujan dibawah tujuh dengan nilai 6.15 hal ini menggambarkan bahwa air hujan Kota Painan memiliki kadar asam namum keasamannya itu tidak tinggi, masih berada pada baku mutu yang disyaratkan. Daerah Kabupaten Pesisir Selatan kualitas udaranya tergolong baik karena dipengaruhi oleh faktor alam dan perbuatan manusia, faktor alam masih banyak hutan lindung yang dapat mengambil CO dan mengeluarkan O2. Ulah manusia berpengaruh terhadap kualitas udara seperti banyaknya pabrik/industri menengah dan besar, didaerah ini belum banyak industri berkembang. Perbandingan dengan baku mutu 1. PP RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara 2. Kepmen Lh Nomor 45 Tahun 1997 tentang Indeks Standar Pencemaran Udara 3. Kepmen Lh Nomor 13 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Eimisi Sumber Sumber Tidak Bergerak 4. Kepmen Lh Nomor 15 Tahun 1996 tentang Program Langit Biru 5. Kepmen Lh Nomor 48 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan 6. Kepmen Lh Nomor 49 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Tingkat Getaran 7. Kepmen Lh Nomor 50 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan 8. Kep. Bapedal Nomor 205 tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak
II - 48
TABEL 2.31 PERBANDINGAN BAKU MUTU DENGAN KUALITAS UDARA PT. INCASI RAYA TAHUN 2009 Hidrogen Gas Ammo Hidroge
Opasit
Lokasi
SO2
CO
NO2
TSP
DUSFALL
Chlorida
Khlorin
nia
n florida
Noise
as
Boiler Pabrik
98.74
Ttd
341.75
235.7
0
0
Ttd
Ttd
0,98
0
26.85
Loading RAM
Ttd
Ttd
13.1
150.3
0
0.14
0
0
0
71.6
0
Karyawan
Ttd
Ttd
10
89.9
0
0
0
0
0
65.8
0
Depan kantor
Ttd
Ttd
14
203.7
0
0
0
0
0
69.9
3.33
Depan PDAM
0
6.675
16.67
76.11
0
0
0
0
0
0
37.55
365
10.000
400
230
150
5
5
1
8
60
30
Perumahan
BAKU MUTU
Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkungan Hidup
Analisa tabel 2.31 menggambarkan bahwa parameter yang melebihi baku mutu diantaranya adalah TSP pada boiler pabrik, kebisingan pada Loading ram, perumahan karyawan dan depan kantor, serta opasitas pada depan kantor PDAM. Untuk tahun 2010 kondisi udara emisi pabrik PT. Incasi Raya tidak banyak perubahan parameter pencemarannya. Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu
GAMBAR 2.34 KUALITAS UDARA KAB. PESSEL TAHUN 2007
Baku Mutu Analisa SO2
CO
NO2
O3
PM10
Analisa
TSP
Baku Mutu
Sumber : Kantor LH Kab. Pessel
Dari gambar diatas kualitas udara pada tahun 2007 yang berlokasi di Pasar Painan tidak melebihi baku mutu PP Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran udara berada dibawah baku mutu.
II - 49
GAMBAR 2.35 KUALITAS UDARA KAB. PESSEL TAHUN 2008 TSP PM10
BAKU MUTU
O3
ANALISA
NO2 CO SO2
Sumber : Analisis Kantor LH Kab. Pessel
Kualitas udara pada tahun 2008 berada dibawah baku mutu yang telah ditetapkan. Pengukuran dilakukan pada Pasar Painan Kota Painan. Penghijauan yang asri pada jalan dua jalan yang melintasi kota Painan dan industri besar tidak ada dalam kota merupakan faktor utama pencemaran terhadap kualitas udara ambient.
GAMBAR 2.36 KUALITAS UDARA KAB. PESSEL TAHUN 2009 ANALISA BAKU MUTU
NO2
PM 2.5
Noise
Dusfall
Sumber : Kantor LH Kab. Pessel
Gambar di atas menunjukan bahwa NO2 melebihi baku mutu yang telah ditetapkan, begitu juga dengan PM 2.5, Noise dan Dusfall. Titik pengambilan sampel dilakukan pada boiler Pabri PT. Incasi Raya.
GAMBAR 2.37 KUALITAS UDARA KAB. PESSEL TAHUN 2010 ANALISA BAKU MUTU
NO2
TSP
Noise
Opasitas
Sumber : Analisa Kantor LH Kab. Pessel
Gambar di atas menunjukan bahwa NO2 melebihi baku mutu yang telah ditetapkan, begitu juga dengan PM 2.5, Noise dan Dusfall. Titik pengambilan sampel dilakukan pada boiler Pabrik PT. Incasi Raya.
II - 50
Analisis statistik sederhana Tabel 2.32 Analisis Kualitas Udara No
Parameter
2007
2008
2009
2010
1
SO2
36,7
227,44
229,44
98.74
2
CO
2.200
1.144
1.244
6.675
3
NO2
38,6
475,6
485,6
341.75
4
O3
Ttd
27
ttd
-
5
PM 2,5
14.43
14.43
712,3
-
6
TSP
-
-
-
235.7
7
Dusfall
ttd
77
277.52
-
8
Noise
-
-
-
71.6
9
Opositas
-
-
-
37.55
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Analisis statistik sederhana kualitas udara pada tahun 2007 adalah : Konsentrasi kualitas udara Maksimum adalah CO dengan volume 2.200 mg/ m3. Konsentrasi kualitas udara minimum adalah PM 2,5 dengan volume 14,43 mg/m3. Rata – rata konsentrasi kualitas udara pada tahun 2007 adalah berjumlah 379,2 mg/m3. Analisis statistik sederhana kualitas udara pada tahun 2008 adalah : Konsentrasi kualitas udara Maksimum adalah CO dengan volume 1.144 mg/ m3. Konsentrasi kualitas udara minimum adalah PM 2.5 dengan volume 14,43 mg/m3. Rata – rata konsentrasi kualitas udara pada tahun 2008 adalah berjumlah 327,57 mg/m3. Analisis statistik sederhana kualitas udara pada tahun 2009 adalah : Konsentrasi kualitas udara Maksimum adalah CO dengan volume 6.675 mg/ m3. Konsentrasi kualitas udara minimum adalah
dengan volume 229,44 mg/m3.
Rata – rata konsentrasi kualitas udara pada tahun 2009 adalah berjumlah 4.451 mg/m3.
II - 51
Analisis statistik sederhana kualitas udara pada tahun 2010 adalah : Konsentrasi kualitas udara Maksimum adalah CO dengan volume 1.244 mg/ m3. Konsentrasi kualitas udara minimum adalah opositas dengan volume 37.55 mg/m3. Rata – rata konsentrasi kualitas udara pada tahun 2010 adalah berjumlah 640.77 mg/m3. Gambar 2.38 ANALISIS STATISTIK KUALITAS UDARA 5000 4000 3000 2000 1000 0 2007
2008
Sumber : Kantor Lingkungan hidup Kab. Pessel
2009 Maks
2010 Min
Rata-rata
Grafik di atas menjelaskan bahwa kualitas udara yang paling mencolok adalah pada tahun 2009 terjadi kenaikan yang cukup signifikan. II-E. PESISIR DAN PANTAI Bidang Perikanan mempunyai potensi sumber daya ikan Pelagis Besar dan Kecil Kurang lebih 34.008 ton/tahun, Ikan Demesral/karang kurang lebih 60.435,73 ton/tahun, Ikan hias air laut sebanyak kurang lebih dari 14.516.440 ekor/tahun, udang-udangan sebanyak kurang lebih dari 556,27 ton/tahun. Memiliki luas tutupan mangrove 3.812.185,790 m2, Luas tutupan Nipah 369.187,463 m2, Luas tutupan padang lamun 372.666,597 m2, luas tutupan terumbu karang 8.825.241,246 m2, potensi tangkap lestari kurang lebih dari 95.000 ton/tahun. Dengan curah hujan rata-rata 224.63 mm perbulan. Pesisir Selatan memiliki potensi wisata yang cukup dapat diandalkan, seperti kawasan Mandeh, Puncak Bukit Langkisau yang satu kesatuan dengan Carocok Painan. Air Terjun Bayang Sani, Pincuran Boga, Pasir Putih Kambang, Pantai Sumedang dan Jembatan Akar Bayang Utara. Disamping Destinasi alam tersebut. Keunikan budaya pesisir seperti Rumah Gadang Mandeh Rubiah, Mesjid Tua, dan Rehab pesisir menjadi daya tarik tersendiri dan yang memerlukan pengelolaan dimasa depan. Selain wisata alam dan budaya, di Pesisir Selatan juga terdapat wisata bahari seperti pulau Penyu yang merupakan tempat penangkaran Penyu.
II - 52
Keasrian dan keseimbangan lingkungan pantai berawal dari dukungan wilayah pesisir, dimana wilayah pesisir merupakan pergerakan aktivitas (atau peralihan) antara laut dan darat. Kabupaten Pesisir Selatan yang memilki wilayah pesisir pantai meliputi Kecamatan Koto XI Tarusan, IV Nagari Bayang Utara, IV Jurai, Batang Kapas, Sutera, Lengayang, Ranah Pesisir, Linggo Sari Baganti, Pancung Soal, dan Lunang Silaut. Potensi wilayah pesisir pantai memberikan nilai ekonomi yang tinggi terhadap keberlangsungan kehidupan manusia sehingga untuk dapat memiliki akses terhadap pemanfaatan pantai, maka wilayah sekitar pantai merupakan wilayah potensial pertumbuhan budidaya yang tinggi. Saat ini, di beberapa wilayah pesisir pantai Kabupaten Pesisir Selatan telah terjadi penguasaan lahan dan kegiatan bangunan di kawasan sempadan pantai. Kondisi ini akan berdampak pada degradasi lingkungan pantai disamping keselamatan pengguna juga terancam.
Pengelolaan kawasan sempadan pantai di Kabupaten Pesisir Selatan dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut: a)
Kawasan sempadan pantai dipertegas batas-batasnya dan segera dikuasai oleh pemerintah serta diperkuat statusnya.
b)
Perwujudan lahan-lahan
sempadan pantai dapat dilakukan dengan cara
partisipatif masyarakat atau penertiban terutama di kawasan lindung yang membahayakan kelangsungan penduduk yang tinggal di kawasan sekitarnya. c)
Sempadan pantai yang setelah dikuasai pemerintah, maka untuk mempermudah pengawasan dan pengendaliannya dilakukan pembangunan jalan inspeksi.
d)
Untuk wilayah sekitar sempadan pantai, bangunan boleh didirikan setelah adanya pembangunan jalan inspeksi.
e)
Bangunan yang didirikan di sekitar wilayah sempadan pantai, harus menghadap pantai. Selain tanaman palem dan atau tanaman mangrove, di wilayah sempadan pantai ini, diusahakan untuk ditingkatkan keanekaragaman jenis tanaman dengan tanaman tahunan yang berakar panjang cukup dalam.
g)
Kawasan sempadan pantai yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan rekreatif adalah kawasan yang bersifat publik.
h)
Pada
kawasan
sempadan
pantai
dapat
ditempatkan
bangunan-bangunan
perlindungan terhadap rawan bencana gelombang tsunami.
II - 53
TABEL 2.33 KUALITAS AIR LAUT KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010 Lokasi
pH Warna
Air Laut Muaro Bayang
16
Air Laut Pasir Putih Kambang Air Laut Carocok Painan Air LAut Pelabuhan Carocok Tarusan
Kekeruhan
TSS
Temp
6
10
25
5
2
2
27
2
1
7
27
5
6
5
26
7.5 7.6 7.4 7.5
Salinitas
DO
BOD5
NO3-N
PO4-P
Cd
Cu
Pb
Nitrit
3.48
3.21
0.96
1.4
0.2
0.201
0.47
0.08
0.02
3.84
3.37
0.97
1.8
0.7
0.54
0.47
0.15
0.01
4.26
3.05
0.94
1.2
0.4
0.474
0.51
0.4
0.01
4.92
2.6
1.1
1.5
0.3
0.423
0.47
0.14
0.02
Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkugan Hidup
Keterangan : Tabel olahan SD-18 Berdasarkan hasil uji laboratorium pengujian kualitas air laut pada kantor Lingkungan Hidup diperoleh hasil bahwa parameter logam melebihi baku mutu yang telah ditetapkan, seperti Nitrogen, Pospat, Kadmiun, Tembaga, Timbal dan Nitrit hal ini dipengaruhi oleh aktivitas perikanan yang berlangsung, seperti tercecernya limbah oli kapal, minyak solar dan sampah rumah tangga lain yang dibawa nelayan sebagai bekal ditengah laut. Gambar 2.39 Kondisi kualitas Air Laut Kab. Pesisir Selatan 2 1.5 1 0.5 0 NO3-N
PO4-P
Cd
Sumber : Analisis Kantor Lingkungan hidup Kab. Pessel
Cu
Pb
Nitrit
Air Laut Muaro Bayang Air Laut Pasir Putih Kambang Air Laut Carocok Painan Air LAut Pelabuhan Carocok Tarusan BM
Gambar diatas menunjukan bahwa 4 lokasi pengujian kualitas air laut, yakni muaro Bayang, Pasir Putih Kambang, Carocok Painan dan Pelabuhan Carocok Tarusan parameter logamnya seperti Nitrogen, Pospat, Kadmium, tembaga, timbale dan nitrit melebihi baku mutu Peraturan menteri lingkungan hidup Nomor 51 tahun 2004. Hal ini dipengaruhi oleh zat pencemar yang berasal dari kapal-kapal nelayan. Limbah B3 berupa oli bekas dan pengisian bahan baku solar tercecer kedalam air laut ditambah dengan sampah plastic berminyak dan sampah organic lainnya.
II - 54
TABEL 2.34 PERSENTASE LUAS TERUMBU KARANG TAHUN 2010 Persentase Luas Terumbu Karang (%) Lokasi Sangat Baik
Baik
Sedang
Rusak
5.00
10.0
3.00
21.60
7.00
43.4
5.60
14.4
4.00
11.0
5.00
29
6.00
12.0
3.00
13.33
4.50
9.7
3.10
12.43
5.80
11.0
5.00
9.19
Kec. Koto XI Tarusan Kec. Bayang Kec. IV Jurai Kec.. Batang Kapas Kec. Sutera Kec. Lengayang
Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkugan Hidup
Keterangan : Tabel Olahan SD-19 Tabel 2.34 menggambarkan bahwa persentase terumbu karang pada tahun 2010 rusak paling banyak ada di Kec. IV Jurai seluas 29 %, kemudian Kec. Koto XI Tarusan dengan nilai 21.60 % sementara yang paling sedikit rusaknya ada di Kec. Lengayang. Terumbu karang sangat penting untuk keberadaan keberlangsungan ikan atau lebih sering disebut sebagai rumah ikan, jika rumah ikan sudah rusak dimana ikan tersebut bisa tinggl?. Tingginya kerusakan terumbu karang disebabkan oleh penangkapan ikan oleh nelayan dengan menggunakan putas/bom serta pengambilan terumbu karang untuk dijual dan dijadikan hiasan dinding rumah yang dijual dan bahan dasar kosmetik. Padahal jika dipandang dari letak wilayah Pesisir Selatan dikawasan pantai dengan garis pantai 234 km, maka sektor perikanan merupakan sektor prospektif dalam peningkatan perekonomian masyarakat. Untuk menunjang minat masyarakat dalam pengelolaan sektor perikanan, maka diperlukan upaya-upaya yang dapat mendorong pengembangan pada sektor perikanan. Produksi dari perikanan yang ada saat ini masih dapat ditingkatkan dan akan memberikan penerimaan dan penyerapan tenaga kerja maksimal. Saat ini, manajemen/pengelolaan produksi perikanan belum optimal, yang ditunjukkan dengan kontribusi ekonomi yang relatif rendah (berbanding terbalik dengan potensi yang dimiliki). Sehingga untuk menunjang dan meningkatkan
produksi
perikanan
maka
diperlukan
program
pengembangan
yang
memperhatikan dukungan alam bagi setiap jenis peternakan dan perikanan.
II - 55
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pengelolaan kawasan perikanan meliputi : a)
Pemberian penguatan modal bagi usaha peternakan dan perikanan dalam rangka menunjang kesinambungan usaha perikanan.
b)
Menggalakkan program penggunaan bibit unggul.
c)
Memperluas wilayah pemasaran produksi perikanan, baik lokal maupun pasar ekspor.
d)
Pengembangan pusat pengumpul dan distribusi bagi usaha perikanan dengan memperhatikan jarak minimum (mudah dijangkau). Gambar 2.40 Persentase Kerusakan Padang Lamun Tahun 2010 18.58
Mandeh
28.37
Pulau Cubadak Pulau Sironjong
14.43
Pulau Setan
17.87
Sumber : DKP Kabupaten Pesisir Selatan
Keterangan : olahan Tabel SD-20 Gambar di atas menjelaskan bahwa kerusakan Padang Lamun jika dibandingkan antara luas dan kerusakannya, maka persentase kerusakan sudah mencapai 28.37 % terdapat di Mandeh, Pulau Setan 18.58 %, Pulau Cubadak 17.87 % dan Pulau Sironjong 14.43 %. Terdapat dua jenis lamun yaitu Enhalus Acoroides dan Thalasia Hemprichii. Penyebaran luas dan keanekaragaman jenis lamun di Kawasan Pesisir Selatan tidak begitu banyak diduga
karena
substrat
dasar
untuk
media
pertumbuhan
tidak
terlalu
luas..
Gambar 2.41 Persentase Tutupan hutan Mangrove Tahun 2010 19.37 37.3
15.62 10.17 Sumber : DKP Kabupaten Pesisir Selatan
Koto XI Tarusan Batang Kapas
IV Jurai Pancung Soal
Keterangan : Olahan Tabel SD-21
II - 56
Gambar 2.41 menunjukan bahwa persentase tutupan hutan mangrove paling banyak terdapat di Kecamatan Koto XI Tarusan 37,3 % terendah Kecamatan IV Jurai 10,17 %. Kondisi sangat memperihatinkan perlu dilakukan pengawasan dan pengelolaan penghijauan hutan mangrove agar tidak terancam keberadaannya. Di Wilayah Pesisir, hutan mangrove terdapat di sepanjang pantai yang ditemukan pada lokasi-lokasi yang terlindung ombak besar dan angin kencang, yaitu di teluk-teluk yang tertutup dan muara sungai. Perbandingan dengan baku mutu 1. PP RI Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan Laut 2. Kepmen LH Nomor 179 Tahun 2004 tentang Ralat
Atas Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut 3. Kepmen LH Nomor 04 Tahun 2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang 4. Kepmen LH Nomor 45 Tahun 1996 tentang Program Pantai Bersih 5. Kepmen LH Nomor 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove 6. Kepmen LH Nomor 200 Tahun 2004 tentang Kriteria Baru Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun 7. Kepmen LH Nomor 12 Tahun 2006 tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan Pembuangan Air Limbah Ke Laut 8. Kep. Bapedal No. 47 Tahun 2001 tentang Pedoman Pengukuran Kondisi Terumbu Karang Perbandingan Kualitas air laut dengan Baku Mutu PP Nomor 19 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan Laut TABEL 2.35 PERBANDINGAN KUALITAS AIR LAUT DENGAN BAKU MUTU Lokasi
pH Warna
Air Laut Muaro Bayang Air Laut Pasir Putih Kambang Air Laut Carocok Painan Air Laut Pelabuhan Carocok Tarusan Baku Mutu
16 5 2 5 30
Kekeruhan
TSS
Temp
6
10
25
2 1 6 5
2 7 5 20
27 27 26 0
7.5 7.6 7.4 7.5 78,5
Salinitas
DO
BOD5
NO3-N
PO4-P
Cd
Cu
Pb
Nitrit
3.48
3.21
0.96
1.4
0.2
0.201
0.47
0.08
0.02
3.84
3.37
0.97
1.8
0.7
0.54
0.47
0.15
0.01
4.26
3.05
0.94
1.2
0.4
0.474
0.51
0.4
0.01
4.92
2.6
1.1
1.5
0.3
0.423
0.47
0.14
0.02
Alami
>5
10
0,008
0,015
0,002
0,050
0,005
0
Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkungan Hidup
II - 57
Table 2.35 menunjukan bahwa kualitas air laut dengan parameter kekeruhan pada lokasi Muaro Bayang dan Pelabuhan Carocok Tarusan melebihi baku mutu yang telah ditetapkan, sedangkan untuk parameter logam juga melebihi baku mutu, seperti NO3N, PO4P, Kadmium, tembaga, Timbal dan Nitrit. Hal ini dipengaruhi oleh tercemarnya air laut karena aktivitas nelayan mengoperasionalkan kapal, seperti tercecernya oli pelumas, minyak solar dan sampah organic lainnya yang dibawa untuk bekal dilaut dalam mencari ikan. Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu
GAMBAR 2.42 PERSENTASE KERUSAKAN TERUMBU KARANG
Tarusan Bayang IV Jurai Batang Kapas Sutera Lengayag
2007 2008 Sumber : Dinas DKP Kab. Pessel
2009
2010
Jika dilihat dari grafik dapat diketahui bahwa kerusakan terumbu karang dari tahun 2007, 2008 dan 2009 mengalami kenaikan setiap tahunnya, namun pada tahun 2010 terjadi penurunan kerusakan yang cukup drastis, hal ini tak luput dari kerja keras pemerintah daerah bersama masyarakat nelayan menjaga dan melestarikan terumbu karang agar tidak rusak demi kelangsungan hidup ikan diasa yang akan datang.
GAMBAR 2.43 PERSENTASE KERUSAKAN PADANG LAMUN Mandeh P. Cubadak P. Sironjong P. Setan
2007
2008
2009
2010
Sumber : Dinas DKP Kab. Pesse l
Jika dilihat dari gambar diatas dapat diketahui bahwa kerusakan Padang Lamun pada tahun 2007 ke tahun 2008 dan tahun 2010 terjadi kenaikan, Dinas Kelautan dan
II - 58
Perikanan telah melakukan konservasi pada daerah – daerah yang terkena kerusakan Padang lamun tersebut diatas. GAMBAR 2.44 PERSENTASE TUTUPAN HUTAN MANGROVE Tarusan IV Jurai Batang Kapas Pancung Soal
2007 2008 Sumber : Dinas DKP Kab. Pesse l
2009
2010
Dari grafik diatas dapat diketahui bawa terjadi peningkatan dari tahun ke tahun kerusakan hutan mangrove Kabupaten Pesisir Selatan, 4 lokasi Kecamatan Koto XI Tarusan, IV Jurai,, Batang Kapas dan Pancung Soal, daerah – daerah ini telah menjadi sasaran konservasi hutan mngrove yang dilaksanakan oleh Dinas DKP Kabupaten Pesisir Selatan. Usaha-usaha pelestarian hutan bakau oleh pihak-pihak pemerintah
daerah
dengan Dinas Instansi terkait adalah : 1.
Rehabilitasi hutan bakau
2. Penataan ruang kawasan pesisir pantai 3. Penghijauan Hutan bakau oleh masyarakat dengan banatuan dari Provinsi 4. Penetapan kawasan hutan mangrove 5. Hutan mangrove berfungsi sebagai sabuk hijau (green belt). Analisis statistik sederhana Tabel 2.36 Analisis Kerusakan Terumbu Karang No
Lokasi
2007
2008
1
Tarusan
80,40
81
2
Bayang
71
72
3
IV Jurai
80
80,6
4
Batang Kapas
78,12
79,4
5
Sutera
84
84,3
6
Lengayang
78,1
78,9
2009
2010
82,10
21.60
74,41
14.4
81,07
29
80,02
13.33
85,25
12.43
79,19
9.19
Sumber : Anaisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
II - 59
Analisis statistik sederhana Kerusakan Terumbu karang Pada tahun 2007 adalah : Kerusakan paling luas Maksimum adalah Kecamatan Sutera dengan persentase 84 %. Kerusakan paling minimum adalah Kecamatan Bayang dengan persentase 71 %. Rata – rata Kerusakan terumbu karang pada tahun 2007 adalah 78,6 %. Analisis statistik sederhana Kerusakan Terumbu karang pada tahun 2008 adalah : Kerusakan paling luas Maksimum adalah Kecamatan Sutera dengan persentase 84,3 %. Kerusakan paling minimum adalah Kecamatan Bayang dengan persentase 72 %. Rata – rata Kerusakan terumbu karang pada tahun 2008 adalah 79,3 %. Analisis statistik sederhana Kerusakan Terumbu karang pada tahun 2009 adalah : Kerusakan paling luas Maksimum adalah Kecamatan Sutera dengan persentase 85,25 %. Kerusakan paling minimum adalah Kecamatan Bayang dengan persentase 74,41 %. Rata – rata Kerusakan terumbu karang pada tahun 2009 adalah 80,34 %. Analisis statistik sederhana Kerusakan Terumbu karang pada tahun 2010 adalah : Kerusakan paling luas Maksimum adalah Kecamatan IV Jurai dengan persentase 29 %. Kerusakan paling minimum adalah Kecamatan Lengayang dengan persentase 9,19 %. Rata – rata Kerusakan terumbu karang pada tahun 2010 adalah 19.09 %. Tabel 2.37 Analisis Kerusakan Persentase Padang Lamun No
Lokasi
2007
2008
2009
2010
1
Mandeh
11
12
10,88
28.37
2
P. Cubuadak
15
16,5
17,87
17,87
3
P. Sironjong
12
12,9
13,87
14,43
4
P. Setan
10
10,1
10,21
18,58
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Analisis statistik sederhana Padang Lamun Pada tahun 2007 adalah : Kerusakan paling luas Maksimum adalah Pulau Cubadak dengan persentase 15 %. Kerusakan paling minimum adalah Pulau Setan dengan persentase 10 %. Rata – rata Kerusakan Padang Lamun pada tahun 2007 adalah 12 %.
II - 60
Analisis statistik sederhana Padang Lamun pada tahun 2008 adalah : Kerusakan paling luas Maksimum adalah Pulau Cubadak dengan persentase 16,5 %. Kerusakan paling minimum adalah Pulau Setan dengan persentase 10,1 %. Rata – rata Kerusakan Padang Lamun pada tahun 2008 adalah 12,8 %. Analisis statistik sederhana Padang Lamun pada tahun 2009 adalah : Kerusakan paling luas Maksimum adalah Pulau Cubadak dengan persentase 17,87 %. Kerusakan paling minimum adalah Pulau Setan dengan persentase 10,21 %. Rata – rata Kerusakan Padang Lamun pada tahun 2009 adalah 13,2 %. Analisis statistik sederhana Padang Lamun pada tahun 2010 adalah : Kerusakan paling luas Maksimum adalah Pulau Mandeh dengan persentase 28,27 %. Kerusakan paling minimum adalah Pulau Sironjong dengan persentase 14,43 %. Rata – rata Kerusakan Padang Lamun pada tahun 2010 adalah 21,35 %. Tabel 2.38 Analisis Kerusakan Hutan Mangrove N0
Lokasi
2007
2008
2009
2010
1
Tarusan
36,15
37,1
37,3
37.3
2
IV Jurai
9
9,9
10,17
10.17
3
Batang Kapas
12
12
15,52
15.62
4
Pancung Soal
18,24
19,11
19,37
19.37
Sumber : DKP Kab. Pessel
Analisis statistik sederhana Kerusakan Hutan Mangrove Pada tahun 2007 adalah : Kerusakan paling luas Maksimum adalah Kecamatan Koto Xi Tarusan persentase 36,15 %. Kerusakan paling minimum adalah Kecamatan IV Jurai dengan persentase 9 %. Rata – rata Kerusakan hutan mangrove pada tahun 2007 adalah 18,84 %. Analisis statistik sederhana Kerusakan Hutan Mangrove pada tahun 2008 adalah : Kerusakan paling luas Maksimum adalah Kecamatan Koto XI Tarusan persentase 37,1 %. Kerusakan paling minimum adalah Kecamatan IV Jurai dengan persentase 9,9 %. Rata – rata Kerusakan hutan mangrove pada tahun 2008 adalah 19,52 %.
II - 61
Analisis statistik sederhana Kerusakan Hutan Mangrove pada tahun 2009 adalah : Kerusakan paling luas Maksimum adalah Kecamatan Koto XI Tarusan persentase 37,3 %. Kerusakan paling minimum adalah Kecamatan IV Jurai dengan persentase 10,13 %. Rata – rata Kerusakan hutan mangrove pada tahun 2009 adalah 20,5 %. Analisis statistik sederhana Kerusakan Hutan Mangrove pada tahun 2010 adalah : Kerusakan paling luas Maksimum adalah Kecamatan Koto XI Tarusan persentase 37,3 %. Kerusakan paling minimum adalah Kecamatan IV Jurai dengan persentase 10,17 %. Rata – rata Kerusakan hutan mangrove pada tahun 2010 adalah 20,5 %. II-F. IKLIM Informasi mengenai curah hujan berdasarkan data curah hujan dari Klimatologi di 4 stasiun, curah hujan rata-rata bulanan adalah 179,25 mm dengan jumlah hari hujan tahunan 169, dengan curah hujan tertinggi bulan Desember dan curah hujan terendah bulan Mei. Kondisi curah hujan tersebut suatu hal yang biasa untuk daerah tropis, terutama didaerah pantai. Suhu udara rata-rata bulanan adalah 29,9°C, dengan suhu rata-rata maksimum adalah 33,57°C, dan rata-rata minimum adalah 26,23°C. Dengan Kelembaban udara rata-rata bulanan adalah 96.07 % dengan kelembaban udara maksimum 96,67 % dan rata-rata minimum adalah 82,17 %. Dari table di atas dapat diketahui bahwa suhu rata – rata bulanan pada bulan Januari 32,5, bulan Pebruari 32,3, bulan Maret berkisar 31,6. Bulan April berkisar antara 26,9, bulan Mei 26,7 bulan Juni 26,8, bulan Juli 31,8, bulan Agustus 32,6, bulan September berkisar 31,9, bulan Oktober berkisar antara 32,3, bulan Nopember berkisar 27,6 dan bulan Desember berkisar 25,3.
II - 62
Perbandingan dengan baku mutu Tidak ada perbandingan dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu
Gambar 2.45 SUHU RATA-RATA BULANAN KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2009
Tarusan Bayang
40
IV Jurai
35
Batang Kapas Sutera
30 25
Lengayang
20
Ranah Pesisir LBS
15 10
Pancung Soal Tapan
5 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nop
Des
Lusi
Sumber : PSDA Provinsi Sumatera Barat
Line 12
Gambar 2.45 menunjukan bahwa suhu rata – rata bulanan Kabupaten Pesisir Selatan bervariasi, pada bulan Januari, Februari suhu naik, pada bulan April, Mei, Juni terjadi penurunan suhu, karena musim hujan, bulan Juli, Agustus, September terjadi kenaikan suhu dipengaruhi musim kemarau dan pada bulan Nopember dan Desember terjadi penurunan suhu dipengaruhi musim hujan. Gambar 2.46 CURAH HUJAN RATA-RATA BULANAN KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2009
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Sumber : PSDA Provinsi Sumatera Barat
Jun
Jul
Agus
Sep Tarusan Tapan
Okt
Nop
Des Sutera Lusi
Gambar 2.46 menunjukan bahwa curah hujan pada bulan Januari di Stasiun Tapan dan Sutera terjadi penurunan, sedangkan 2 stasiun lain, Stasiun Tarusan dan Lunang II - 63
Silaut terjadi kenaikan curah hujan. Pada Bulan Maret terjadi kenaikan puncak curah hujan pada Stasiun Sutera. Sedangkan puncak curah hujan tertinggi pada bulan Oktober, Nopember dan Desember pada Stasiun Tapan. Analisis statistik sederhana Tabel 2.39 ANALISIS CURAH HUJAN STASIUN TAPAN No
Lokasi
2007
2008
1
Januari
26,81
25,13
2
Februari
22
36,8
3
Maret
26,43
71,14
4
April
16,85
14,75
5
Mei
17,25
23
6
Juni
54,44
31
7
Juli
23,75
25
8
Agustus
30,5
23
9
September
32,4
31
10
Oktober
3
24
11
Nopember
18,35
78
12
Desember
18,38
35
2009
2010
23,13
tad
43,8
tad
21,14
5.67
18,75
12.87
38
tad
43,78
21.57
27
8.2
19,42
14.75
38,75
16.07
69, 67
11.64
83,67
-
71,45
-
Sumber : Dinas PSDA Provinsi Sumbar
Analisis statistik sederhana Curah hujan Pada tahun 2007 adalah : Curah hujan Maksimum adalah pada bulan Juni dengan jumlah curah hujan 54,47 Curah hujan minimum adalah pada Bulan Oktober dengan Jumlah curah hujan 3 Rata – rata curah hujan pada tahun 2007 adalah 24,18 Analisis statistik sederhana Curah hujan pada tahun 2008 adalah : Curah hujan Maksimum adalah pada bulan Nopember dengan jumlah curah hujan 78 Curah hujan minimum adalah pada bulan April dengan jumlah curah hujan 14,75 Rata – rata jumlah curah hujan pada tahun 2008 adalah 34,8 Analisis statistik sederhana Curah hujan pada tahun 2009 adalah : Curah hujan Maksimum adalah pada bulan Nopember dengan jumlah curah hujan 83,67 Curah hujan minimum adalah pada bulan April dengan jumlah curah hujan 17,85
II - 64
Rata – rata jumlah curah hujan pada tahun 2009 adalah 41,54
Analisis statistik sederhana Curah hujan pada tahun 2010 adalah : Curah hujan Maksimum adalah pada bulan Juni dengan jumlah curah hujan 21,57 Curah hujan minimum adalah pada bulan Maret dengan jumlah curah hujan 5,67 Rata – rata jumlah curah hujan pada tahun 2010 adalah 13,63 Gambar 2.47 ANALISIS STATISTIK CURAH HUJAN PADA STASIUN TAPAN 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Maks Sumber : Dinas PSDA Provinsi Sumbar
2007 2008 2009 2010
Min
Rata-rata
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa jumlah curah hujan pada tahun 2009 terjadi kenaikan dibandingkan dengan tahun yang lainnya, Pada tahun 2010 jumlah curah hujan terjadi penurunan.
II-G. BENCANA ALAM Kabupaten Pesisir Selatan mempunyai letak yang strategis karena dilalui oleh jalur regional yang menghubungkan antara Ibukota Provinsi Sumatera Barat, yaitu Kota Padang dengan Bengkulu dan Jambi. Secara geografis, posisi Kabupaten Pesisir Selatan terletak pada 0º 59’ - 2º 28’, 6’ LS dan 100º 19’ - 101º 18’ BT. Kondisi topografi atau ketinggian tanah di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan berkisar antara 0 – 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl). Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan daerah dataran rendah dan berbukit, yang merupakan perpanjangan dari Bukit Barisan. Kemiringan lahan di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan berkisar antara 0% - 2% sampai dengan kemiringan > 40%. Kemiringan > 40% yang merupakan kemiringan curam terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan luas 304.235 Ha (52,91%). Dengan kondisi geografis daerah tersebut, maka daerah Kabupaten Pesisir Selatan rawan terjadi bencana alam.
II - 65
Tabel 2.40 BENCANA ALAM KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010 N0
Jenis Bencana
Jumlah kejadian
1
Banjir
10 kali
2
Longsor
8 kali
3
Kebakaran
7 kali
4
Angin Badai
5 kali
5
Tenggelam
6 kali
6
Tertimpa Pohon
2 kali
7
Kapal Tenggelam
1 kali
8
Rumah Runtuh
1 kali
9
Abrasi Pantai
10 kali
Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kabupaten Pesisir Selatan
Keterangan : OLahan Tabel BA-1 Tabel diatas menunjukan bahwa bencana alam yang paling sering terjadi adalah banjir 10 kali dan abrasi pantai 10 kali. Longsor telah terjadi 8 kali, kebakaran 7 kali dan tenggelam 6 kali. Tabel 2.41 BENCANA ALAM BANJIR KABUPATEN PESISIR SELATAN
N0
Lokasi
Total area terendam
Korban
Perkiraan kerugian
(ha)
mengungsi
(Rp)
1
Koto XI Tarusan
350
200
2
Bayang
200
300
3
IV Nagari Bayang Utara
50
150
4
IV Jurai
2
12
5
Batang Kapas
5
23
6
Sutera
5
45
7
Ranah Pesisir
3
50
8
Pancung Soal
90
132
100,000,000 750,000,000 50,000,000 60,000,000 150,000,000 48,000,000 200,000,000 500,000,000
Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kabupaten Pesisir Selatan
Keterangan : OLahan Tabel BA-1 Dari table di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 telah terjadi banjir bandang yang merendam 8 kecamatan, yakni kecamatan Koto XI Tarusan sawah terendam mencapai 350 ha mengungsi 200 orang, Bayang Utara areal terendam 50 ha mengungsi 150 orang kerugian mencapai Rp. 750.000.000,- juta , Bayang terendam 200 ha mengungsi 300 orang, IV Jurai terndam 2 ha mengungsi 12 orang, Batang Kapas,
II - 66
Sutera, Ranah Pesisir dan Pancug Soal dengan total areal yang terendam 705 ha dan dengan kerugian sebanyak Rp. 1.858.000.000,- tidak ada yang meninggal dunia, namun masyarakat yang diungsikan cukup banyak. Banjir telah menghanyutkan rumah masyarakat, mushalla, menghancurkan jalan setapak, irigasi rusak dan jembatan kayu hancur. Banjir juga telah merendam puluhan hektar sawah tanaman padi petani, dan puluhan tambak ikan amblas. Tanah ini tidak begitu potensial bagi pertanian karena sifat kimia dan fisiknya sangat jelek. Jenis tanah alluvial disebut juga sebagai tanah tumbuh tanah endapan, kandungan bahan arganiknya rendah, reaksi tanahnya masam sampai netral, struktur tanahnya pejal atau tanpa struktur dan konsistensinya keras waktu kering, teguh waktu lembab, kandungan unsur haranya relatif kaya dan banyak bergantung pada bahan induknya. Secara keseluruhan tanah allluvial mempunyai sifat fisik kurang baik sampai sedang, sifat kimia sedang sampai baik, sehingga produktivitas tanahnya sedang sampai tinggi. Tabel 2.42 BENCANA ALAM TANAH LONGSOR KABUPATEN PESISIR SELATAN No
Lokasi
Korban meninggal
1
Koto XI Tarusan
0
2
Bayang Utara
0
3
Sutera
0
Jumlah
0
Perkiraan kerugian (Rp)
50.000.000,100.000.000,100.000.000,250.000.000,-
Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kabupaten Pesisir Selatan
Keterangan : OLahan Tabel BA-3 Tabel diatas menunjukan bahwa bencana alam tanah longsor daerah Kabupaten Pesisir Selatan
mengakibatkan kerugian binatang ternak seperti sapi, kambing, ayam dan
bebek terbawa arus sungai, sawah dan padi tertimbun longsor, hanyutnya rumah penduduk dan gudang gambir penduduk dengan kerugian materil mencapai sekitar Rp. 250.000.000,-, kemiringan ini jika tidak diimbangi dengan penghijauan pohon untuk menahan air dan laju tanah akan menyebabkan banjir, selain itu pada daerah tangkapan air hulu sungai telah terjadi penebangan secara liar.
II - 67
Tabel 2.43 BENCANA ALAM KEBAKARAN KABUPATEN PESISIR SELATAN No
Lokasi
1
Koto XI Tarusan
2
IV Jurai
Lahan terbakar (ha)
Perkiraan kerugian (Rp)
1,5 150.000.000,-
3
1 2
Batang Kapas
4
1
Sutera
5
1
Lengayang
30,000,000 250,000,000 85,000,000 550,000,000
Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kabupaten Pesisir Selatan
Keterangan : OLahan Tabel BA-4 Bencana alam kebakaran lahan dan hutan sebagian besar disebabkan oleh pembukaan lahan perkebunan oleh pemilik perkebunan kelapa sawit sebagai upaya lean clearing dan lahan perkebunan yang terbakar karena cuaca musim kemarau Kecamatan Koto XI Tarusan lahan terbakar sebanyak 1.5 ha dengan kerugian Rp. 150.000.000. Tabel 2.44 PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR No
Jenis Kendaraan
Jumlah
Keterangan
1
Mobil Rescue
1
Bantuan BNPB
2
Kendaraan Roda Dua
2
Bantuan BNPB
3
Perahu karet
1
Bantuan BNPB
4
Chaen saw mini
1
Bantuan BNPB
5
Komputer
2
Bantuan BNPB
6
Alat-alat rescue
1
Bantuan BNPB
TOTAL
8
Bantuan BNPB
Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kabupaten Pesisir Selatan
Keterangan : OLahan Tabel BA-5A
II - 68
Perbandingan dengan baku mutu 1. PP RI No. 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau lahan. 2. Kepmen LH Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 3. Kepmen LH Nomor
12 Tahun 2007 tentang Dokumen Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Bagi Usaha dan/atau kegiatan yang tidak memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan. Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu Bencana alam yang terjadi disebabkan oleh faktor alam topografi daerah Kabupaten Pesisir Selatan yang terdiri dari perbukitan, lembah dan panjang sungai dan pantai, di tambah lagi dengan akses jalan hanya satu memanjang dari Kecamatan Koto XI Tarusan sampai dengan Kecamatan Lunang Silaut. GAMBAR 2.48 BENCANA ALAM BANJIR KAB. PESSEL
Koto XI Tarusan
Bayang
IV Nagari Bayang Utara
Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kab. Pessel
IV Jurai
Batang Kapas
Luas
Sutera
Ranah Pesisir
Pancung Soal
Mengungsi
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa bencana banjir yang terjadi di daerah Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 paling luas terkena banjir terdapat di daerah Kecamatan Koto XI Tarusan dengan luas 350 ha dan Kecamatan Bayang seluas 200 ha, yang paling sedikit luasan banjir terdapat di Kecamatan IV Jurai seluas 2 ha.
II - 69
GAMBAR 2.49 BENCANA ALAM LONGSOR KAB. PESSEL
Kerugian
Koto XI Tarusan
Bayang Utara
Sutera
Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kab. Pessel
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa korban bencana alam longsor belum ada namun kerugian materi yang dicapai cukup tinggi. Bencana Longsor ini terjadi disebabkan oleh penebangan liar dan lahan kritis terjadi dari kebakaran hutan dan lahan.
GAMBAR 2.50 BENCANA ALAM KEBAKARAN KAB. PESSEL
Koto XI Tarusan
IV Jurai
Batang Kapas
Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kab. Pessel
Luas
Sutera Kerugian
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa Kecamatan Batang Kapas paling luas terjadi kebakaran, kemudian diikuti oleh Kecamatan Koto XI Tarusan dan paling sedikit Kecamatan IV Jurai. Pada tahun 2004 telah terjadi bencana alam Badai angin puting beliung di 3 kecamatan, yakni Kecamatan Sutera, IV Jurai dan Koto XI Tarusan. Bencana alam disebabkan oleh banjir telah terjadi 11 kali, diantaranya kecamatan Ranah Pesisir 1 kali, Kecamatan Lengayang 2 kali, kecamatan Sutera 1 kali, Kecamatan Batang Kapas 5 kali, Kecamatan IV Jurai 2 kali. Bencana alam Kebakaran telah terjadi sebanyak 11 kali, diantaranya kecamatan Pancung Soal 3 kali, kecamatan Sutera 2 kali, kecamatan Batang kapas 2 kali, kecamatan IV Jurai 2 kali, Kecamatan bayang 1
II - 70
kali dan Kecamatan Koto XI Tarusan 1 kali. Bencana Alam longsor terjadi 1 kali dikecamatan Koto XI Tarusan.
Tabel 2.51 Bencana Alam Kab. Pesisir Selatan Tahun 2004 1
3
Badai Banjir Kebakaran
11
Longsor 11
Sumber : Dinas Sosial, KB dan PP Kab. Pessel
Pada tahun 2005 telah terjadi bencana alam banjir sebanyak 9 kali di empat kecamatan, diantaranya Kecamatan Linggo Sari Baganti sebanyak 2 kali, kecamatan Ranah Pesisir Sebanyak 2 kali, kecamatan Sutera 3 kali dan Kecamatan Batang Kapas sebanyak 2 kali. Bencana alam Kebakaran lahan dan hutan sebanyak 10 kali di 6 kecamatan, diantaranya kecamatan Pancung Soal 1 kali, Kecamatan Linggo Sari Baganti sebanyak 3 kali, Kecamatan Ranah Pesisir 2 kali, Kecamatan Lengayang 1 kali, kecamatan Sutera 2 kali dan Kecamatan Batang Kapas 1 kali.
Tabel 2.52 Bencana Alam Kab. Pesisir Selatan Tahun 2005 1
0
9
Badai Banjir Kebakaran
10
Longsor
Sumber : Dinas Sosial, KB dan PP Kab. Pessel
Pada tahun 2007 tanggal 12 September jam 18.00 wib telah terjadi gempa besar dengan kekuatan 7,9 SR berpusat di Provinsi Bengkulu. Telah menelan korban sebanyak 4 jiwa, luka ringan 1 orang, fasilitas umum rusak berat 18 buah, Rusak sedang 10 buah, dan rusak ringan 13, Rumah ibadah yang rusak berat 41 buah, rusak sedang 92 buah dan rusak ringan sebanyak 53 buah. Perkantoran rusak berat 10 buah, rusak sedang 3 buah dan rusak ringan 5 buah., Sekolah rusak berat 25 buah, rusak sedang 33 buah dan rusak riingan 33 buah.
II - 71
Rumah rusak berat sebanyak 3.590 buah, rusak sedang 4.891 buah dan rusak ringan sebanyak 5.594 buah. Pada tahun 2009 telah terjadi bencana alam gempa bumi dengan kekuatan 7,9 SR pada tanggal 30 September 2009 pada pukul 17.00 wib, dengan kerugian adalah sebagai berikut : meninggal dunia sebanyak 9 orang, luka berat 7 orang dan luka ringan 20 orang. Kerusakan rumah, rusak berat sebanyak 2.173 buah, rusak sedang 5.410 buah, rusak ringan 11.388 buah. Kerusakan sarana ibadah rusak berat adalah 14, rusak sedang 67 buah dan rusak ringan adalah 48 buah. Sekolah yang rusak berat adalah 12, rusak sedang 39 buah dan rusak ringan adalah 19 buah. Sarana Kesehatan yang rusak berat adalah 7 buah, rusak sedang 6 buah dan rusak ringan sebanyak 14 buah. Sarana Kantor pemerintahan yang rusak berat adalah sebanyak 4, rusak sedang 11 dan rusak ringan 2 buah. Jalan yang rusak berat ada 4 buah, rusak sedang 1 buah dan rusak ringan 2 buah. Jembatan rusak berat tidak ada, rusak sednag 1 buah dan rusak ringan 1 buah. Fasilitas umum lain yang rusak berat adalah 27 buah, rusak sedang 15 buah dan rusak ringan 26 buah.
II - 72
III-A KEPENDUDUKAN Penduduk Pesisir Selatan saat ini bervariasi, yang tersebar pada 12 kecamatan dan 76 nagari 359 kampung. Jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Selatan
sebesar
452.344 jiwa dengan laju pertumbuhan tahunan 3.7 %. Laju pertumbuhan ini juga relatif berbeda antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya. Kecamatan dengan laju pertumbuhan terendah adalah Kecamatan Lunang Silaut sebesar 0.11 %, sedangkan laju pertumbuhan tertinggi terdapat pada Kecamatan Lengayang yaitu sebesar 1,29 %. Tingkat
kesejahetaraan
penduduk
berdasarkan
indikator
yang
ada
terjadi
peningkatan dibandingkan pada tahun sebelumnya. Angka harapan hidup, angka kematian ibu melahirkan dan jumlah keluarga miskin menunjukan kecenderungan yang menggembirakan. Tabel 3.1 Data Tingkat Kesejahteraan Penduduk Indikator
2006
2007
2008
2009
KK Miskin
41.414
38.480
30.649
29.117
Angka Kematian Bayi
21
22
13
13
Angka Kematian Ibu Melahirkan
73
193
226
151
Angka Harapan Hidup
66.7
67.7
67.8
68.1
Sumber : Bappeda Kabupaten Pesisir Selatan
Dilihat dari tabel diatas memperlihatkan bahwa adanya peningkatan kesejahteraan penduduk dari tahun 2006 sampai tahun 2009, perbaikan indikator sosial tersebut antara lain dipengaruhi oleh kegiatan pembangunan yang berpihak kepada masyarakat sehingga mampu mendorong terjadinya transformasi sosial dan peningkatan ekonomi keluarga. Persentase KK miskin dari tahun 2006 sampai tahun 2009 telah terjadi penurunan sebanyak 12.29 %. Peningkatan kesejahteraan penduduk tidak terlepas dari peningkatan perekonomian yang ada beberapa sektor. Potensi unggulan daerah dalam kurun waktu beberapa
III - 1
tahun terakhir sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar bagi pembentukan PDRB daerah, yakni diatas angka 30 persen lebih. Beberapa Potensi pertanian padi sawah, pada tahun 2009 Pemerintah telah melakukan upaya meningkatkan produksi padi, mulai dari peningkatan penggunaan bibit bermutu, perbaikan jaringan irigasi desa, optimalisasi penggunaan lahan (OPL), pembukaan/percetakan lahan sawah baru sampai dengan penerapan paket teknologi serba guna. Kependudukan merupakan faktor penting yang mempengaruhi perkembangan suatu wilayah. Penduduk menjadi penggerak aktifitas dan kelangsungan pembangunan dan sekaligus merupakan subjek pembangunan yang sangat menetukan kemajuan wilayah. Jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Selatan cenderung meningkat dari tahun ke tahun walaupun kenaikan tidak terlalu signifikan, pertumbuhan penduduk cenderung naik. Laju pertumbuhan penduduk relatif berbeda antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya. Tabel 3.2 Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan No. 1
Kecamatan
Luas (km2)
Koto XI Tarusan
2
Bayang
3
IV Nagari Bayang Utara
4
IV Jurai
5
Batang Kapas
6
Sutera
7
Lengayang
8
Ranah Pesisir
9
Linggo Sari Baganti
10
Pancung Soal
11
Basa IV Balai Tapan
12
Lunang Silaut
Jumlah Penduduk
Pertumbuhan Penduduk
Kepadatan Penduduk/Km2
425.63
54,481
0.23
128.00
250.74
45,329
0.40
180.78
77.50
8,469
1.29
109.28
373.80
44,892
0.27
120.10
359.07
32,919
0.28
91.68
445.65
45,531
0.22
102.17
590.60
55,652
0.17
94.23
564.39
33,175
0.18
58.78
315.41
42,971
0.32
136.24
740.10
35,069
0.14
47.38
677.50
25,208
0.15
37.21
929.50
28,648
0.11
30.82
5,749.89
452,344
3.748
78.67
Total
Sumber : BPS dan Dinas Pencatatan Sipil Kab. Pessel Keterangan : Olahan Tabel DE-1
III - 2
Tabel 3.2 menjelaskan bahwa persentase jumlah penduduk yang terbesar adalah berada di Kecamatan Lengayang dengan 12.30 %, sedangkan jumlah penduduk terkecil ada di Kecamatan Bayang Utara dengan persentase 1.87 %. Kepadatan penduduk tercatat sekitar 78.67 kilo meter persegi. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi kenaikan. Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Bayang deengan kepadatan 180,78 jiwa perkilometer persegi dan kepadatan penduduk terkecil adalah Kecamatan Lunang Silaut dengan kepadatan penduduk 30,82 jiwa perkilo meter persegi. Pertumbuhan penduduk pertahun mencapai 3,7%. Persentase pertumbuhan penduduk ada di Kecamatan Bayang Utara sebesar 1,29% dan persentase terkecil ada di Kecamatan Lunang Silaut sebesar 0,11%. Gambar 3.1 Jumlah Penduduk Tahun 2010
Sumber : BPS dan Dinas Pencatatan Sipil Kab. Pesisir Selatan
Gambar diatas menunjukan bahwa jumlah penduduk tertinggi ada di Kecamatan Lengayang dengan jumlah 55.652 jiwa, jumlah penduduk terkecil di Kecamatan IV Nagari Bayang Utara sebesar 8.469 jiwa.
III - 3
Tabel 3.3 Jumlah Nagari dan Kampung per Kecamatan Tahun 2010
NO
KECAMATAN
NAGARI
KAMPUNG
1
Koto XI Tarusan
12
34
2
Bayang
4
32
3
IV Nagari Bayang Utara*)
4
15
4
IV Jurai
6
27
5
Batang Kapas
5
23
6
Sutera
4
27
7
Lengayang
9
45
8
Ranah Pesisir
4
26
9
Linggo Sari Baganti
7
40
10
Pacung Soal
7
32
11
Basa IV Balai Tapan
8
22
12
Lunang Silaut
5
36
76
359
Jumlah
Sumber :Bappeda Kabupaten Pesisir Selatan
Pada tahun 2010 terjadi pemekaran nagari berdasarkan Peraturan Daerah Tahun 2009, maka nagari yang ada didaerah Kabupaten Pesisir Selatan dari 37 Nagari menjadi 76 nagari. Nagari terbanyak ada di Kecamatan Koto XI Tarusan dengan 12 nagari, kemudian Kecamatan Lengayang 9 nagari dan terkecil Kecamatan Bayang, IV Nagari Bayang Utara, Sutera dan Ranah Pesisir masing-masing 4 nagari. Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Laki-laki Menurut Golongan Umur N0 1
Umur
Tarusan
Bayang
Bayu
IV
Btng
Jurai
Kapas
Sutera
Lengay
Ranah
ang
Pesisir
Linggo
Pancu
Basa IV
Sari
ng
Balai
Baganti
Soal
Tapan
3,365
3,824
Lunang Silaut
5,993
4,394
6,078
7,430
4,441
5,737
4,682
1,773
1,130 331
1,756
1,288
1,781
2,177
1,286
1,681
1,372
986
1,121
5,615
1,049
5,560
4,190
5,639
6,893
6,109
5,333
4,343
3,123
3,549
3,075
2,558
478
2,254
1,858
2,570
3,141
1,872
2,425
1,980
1,422
1,517
55-64
719
598
112
592
434
601
734
438
567
463
332
378
65 +
1,360
1,132
212
1,121
822
1,173
1,389
828
1,073
875
629
715
0-14
7,272
6,050
2
15-19
2,132
3
20-39
6,628
4
40-54
5 6
Sumber : BPS dan Dinas Pencatatan Sipil Kab. Pessel Keterangan : Olahan Tabel DE-2
Tabel 3,4 menunjukan bahwa jumlah penduduk laki-laki dibandingkan dengan jumlah perempuan lebih sedikit. Jumlah penduduk laki-laki produktif lebih banyak pada usia 20-39 tahun ada di Kecamatan Lengayang adalah 6.893 jiwa, produktif terbanyak kedua Kecamatan Koto XI Tarusan 6.628 jiwa, produktif terbanyak ketiga kecamatan III - 4
Ranah Pesisir 6.109 jiwa. Yang paling sedikit produktif ada di Kecamatan Bayang Utara 1.049 jiwa. Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Perempuan Menurut Golongan Umur N0
Umur
Tarusan
Bayan g
Bayu
IV
Btng
Jurai
Kapas
Sutera
Lengay
Ranah
ang
Pesisir
Linggo Sari Baganti
Pancung Soal
Basa IV
Lunan
Balai
g
Tapan
Silaut
1
0-14
10,909
9,073
1,696
8,989
6,592
91,117
11,143
6,661
8,604
7,022
5,048
5,736
2
15-19
3,197
2,660
497
2,634
1,932
2,672
3,266
1,929
2,522
2,059
1,480
1,681
3
20-39
9,942
8,422
1,573
8,341
6,284
8,459
10,340
9,163
7,999
6,515
4,684
5,323
4
40-54
4613
3,838
717
3,380
2788
3855
4712
2809
3638
2969
2134
2426
5
55-64
1,078
897
168
889
652
901
1,102
657
851
694
499
567
6
65 +
2,040
1,689
317
181
1,232
1,705
2,083
1,242
1,610
1,313
944
1,072
Sumber : BPS dan Dinas Pencatatan Sipil Kab. Pessel Keterangan : Olahan Tabel DE-3
Tabel 3.5 menunjukan bahwa jumlah penduduk perempuan Produktif pada usia 2039 tahun paling banyak terdapat di Kecamatan Lengayang dengan jumlah 10.340 jiwa, kemudian disusul Kecamatan Koto XI Tarusan 9.942 jiwa dan Ranah Pesisir dengan 9.163 jiwa. Olahan Tabel DE-4 menjelaskan bahwa Jumlah penduduk migrasi cenderung didominasi oleh penduduk perempuan dibandingkan dengan penduduk laki-laki, hal ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Tabel 3.6 Jumlah Penduduk di Laut dan Pesisir N0
Jumlah Nagari
1 10 2 2 3 5 4 4 5 4 6 9 7 4 8 5 9 5
Kecamatan
Koto XI Tarusan Bayang IV Jurai Batang Kapas Sutera Lengayang Ranah Pesisir Linggo Sari Baganti Lunang Silaut
Jumlah Penduduk
Jumlah Rumah Tangga
54,481
11,335
45,329
9,993
44,892
10,416
32,919
7,328
45,531
11,053
55,652
13,351
33,175
7,794
42,971
10,247
28,648
7,741
Sumber : BPS dan Dinas Pencatatan Sipil Kab. Pessel
Keterangan : Olahan Tabel DE-5 Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah masyarakat yang tinggal didaerah pesisir ada 9 kecamatan dari 12 kecamatan, hanya 3 kecamatan yang tidak tinggal di pinggir
III - 5
pantai seperti Kecamata Bayang Utara, Kecamatan Pancung Soal dan Kecamatan Basa IV Balai Tapan. Tabel 3.7 Jumlah Penduduk Laki-laki menurut Pendidikan N0
Pendidikan
5-6
7-12
13-15
16-18
19-24
1
Tidak Sekolah
453
521
211
765
163.654
2
SD
0
25,562
0
0
0
SLTP
0
0
10,264
0
0
4
SLTA
0
0
0
7,509
0
5
Diploma
0
0
0
0
1,115
6
Universitas
0
0
0
0
2,500
3
Sumber : Dinas Pendidikan dan BPS Kab. Pessel
Keterangan : Olahan Tabel DS-1 Menghadapi abad milenium ini, faktor pendidikan memegang peranan yang penting untuk menghasilkan kualitas manusia yang prima. Untuk itu penduduk perlu dibekali dengan modal pendidikan yang memadai, sehingga menghasilkan kualitas SDM yang cukup dapat diandalkan dan diharapkan nantinya dapat mempercepat proses laju pembangunan, khususnya daerah Kabupaten Pesisir Selatan. Tabel 3.8 Jumlah Penduduk Perempuan menurut Pendidikan N0
Pendidikan
5-6
7-12
13-15
16-18
19-24
1
Tidak Sekolah
2
SD
551
688
489
980
166.168
0
38,342
0
0
0
SLTP
0
0
15,395
0
0
4
SLTA
0
0
0
13.601
0
5
Diploma
0
0
0
0
1.120
6
Universitas
0
0
0
0
2.263
3
Sumber : Dinas Pendidikan dan BPS Kab. Pessel
Keterangan : Olahan Tabel DS-2 Jumlah penduduk perempuan yang bersekolah dan tidak sekolah seperti tabel di atas lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki yang bersekolah. Peningkatan jumlah penduduk ini dapat dipadang sebagai potensi sumber daya manusia, namun sekaligus merupakan tantangan dan kelemahan jika tidak dikelola dengan baik.
III - 6
Tabel 3.9 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Menurut Pendidikan Tertinggi N0
Pendidikan
Perempuan
Laki-laki
1
Tidak Pernah sekolah
322
788
2
Tidak Sekolah
4.376
5.093
3
SD
3.800
3.198
SLTP
2.946
5
SLTA
134
349
6
Diploma
544
208
7
S1
828
203
8
S2
36
37
9
S3
19
19
4
2.509
Sumber : Dinas Pendidikan dan BPS Kab. Pessel
Keterangan : Olahan Tabel DS-3, Tabel DS-4 Persentase pendidikan tertinggi daerah Pesisir Selatan masih rendah dibandingkan dengan daerah lain, untuk perguruan tinggi S1 sudah mencapai 828 orang, S2 36 orang dan S3 19 orang. Jumlah peduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan, namun untuk bidang pendidikan, laki-laki berbanding terbalik dengan perempuan. Tabel 3.10 Jumlah Sekolah menurut Kecamatan N0
Sekolah
1
SD
Trsn
Byg
45
42
2
SLTP
10
5
3
SLTA
5
3
Jumlah
60
50
Byg
IV
Btg
Suter
Utr
Jurai
Kps
a
Legyg
Kbg
Ranh
LSB
10
37
34
36
51
31
39
27
21
27
3
7
4
7
6
5
7
8
3
7
Pssr
Tapa
Lusi
n
3
7
2
2
6
5
3
3
2
3
16
51
40
45
63
41
49
38
27
37
Sumber : Dinas Pendidikan dan BPS Kab. Pessel
Keterangan : Olahan Tabel DS-5 Bila dilihat dari sarana pendidikan yang ada, dari tahun ke tahun tidak banyak mengalami perubahan, sampai dengan tahun 2010 ini di Kabupaten Pesisir Selatan terdapat Taman Kanak-kanak sebanyak 118 unit, Sekolah Dasar 408 unit yang terdiri dari 17 unit Madrasah Ibtidiyah dan SD negeri 391 unit, Sekolah Menengah Pertama 89 unit terdiri dari SMP sebanyak 61 unit dan MTsN sebanyak 28 unit, Sekolah Menengah Atas 46 unit, terdiri dari SMU 21 unit, kejuruan 14 unit dan madrasah aliayah 11 unit.
III - 7
Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu Tabel 3.11 Jumlah Penduduk berdasarkan tahun KECAMATAN
2007
2008
2009
Koto XI Tarusan
51.573
52.179
53.226
54,481
Bayang
8.034
8.128
8.280
45,329
IV Nagari Bayang Utara
43.104
43.611
44.318
8,469
IV Jurai
42.322
42.820
43.391
44,892
Batang Kapas
31.159
31.525
32.185
32,919
Sutera
42.887
43.391
44.516
45,531
Lengayang
52.739
53.359
54.411
55,652
Ranah Pesisir
31.394
31.763
32.453
33,175
Linggo Sari Baganti
40.736
41.215
42.013
42,971
Pancung Soal
33.285
33.676
34.287
35,069
Basa IV Balai Tapan
23.904
24.185
24.646
25,208
Lunang Silaut
27.011
27.329
28.009
28,648
428.148
433.181
442.257
452,344
Total
2010
Sumber : Bappeda dan BPS Kab. Pessel
Tabel 3.11 menunjukan bahwa dari tahun 2007 ke tahun 2008 terjadi kenaikan pertambahan penduduk sebanyak 1.17%, tahun 2008 ke tahun 2009 2.09%, tahun 2009 ke tahun 2010 sebanyak 2.28%. Tabel 3.12 Data Keluarga Miskin Per Kecamatan Kab. Pesisir Selatan Tahun 2007 s/d 2009 KECAMATAN
2007
2008
2009
Koto XI Tarusan
3.205
3.206
3.046
Bayang
3.707
3.415
3.244
992
985
936
IV Jurai
2.643
3.027
2.876
Batang Kapas
2.219
2.115
2.009
Sutera
5.353
2.930
2.784
Lengayang
4.271
3.781
3.592
Ranah Pesisir
2.301
2.227
2.116
Linggo Sari Baganti
4.942
2.499
2.374
Pancung Soal
4.005
2.636
2.504
Basa IV Balai Tapan
2.160
2.003
1.903
Lunang Silaut
2.680
1.825
1.734
38.480
30.649
29.117
IV Nagari Bayang Utara
J
Total
Sumber : Bappeda Kabupaten Pesisir Selatan
III - 8
Tabel diatas menunjukan bahwa telah terjadi penurunan jumlah Keluarga Miskin tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 sebanyak kurang lebih dari 30%, hal ini telah merupakan prestasi daerah memperbaiki tingkat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Analisis statistik sederhana Tabel 3.13 Analisis Jumlah Penduduk berdasarkan tahun KECAMATAN
2007
2008
51.067
51.573
7.978
8.034
42.804
43.104
41.738
42.322
30.850
31.159
42.254
42.887
52.215
52.739
Ranah Pesisir
31.084
31.394
Linggo Sari Baganti
40.332
40.736
Koto XI Tarusan Bayang
2009
52.179 43.611
IV Nagari Bayang Utara IV Jurai
Sutera Lengayang
31.525 43.391 53.359 31.763 41.215
Pancung Soal
32.988
33.285
Basa IV Balai Tapan
23.667
23.904
33.676 24.185
Lunang Silaut Total
26.635
27.011
423.609
428.148
54,481 45,329 8,469
8.128 42.820
Batang Kapas
2010
27.329 433.181
44,892 32,919 45,531 55,652 33,175 42,971 35,069 25,208 28,648 452,344
Sumber : Dinas catatan Sipil Kab. Pessel
Analisis statistik Kependudukan pada tahun 2007 adalah : Jumlah Penduduk Maksimum adalah kecamatan Lengayang sebesar 52.215 jiwa Jumlah Penduduk minimum adalah Kecamatan Bayang sebesar 7.978 jiwa Rata – rata jumlah penduduk pada tahun 2007 adalah 35.300 jiwa. Analisis statistik Kependudukan pada tahun 2008 adalah : Jumlah Penduduk Maksimum adalah kecamatan Lengayang penduduk 52.739 jiwa Jumlah Penduduk minimum adalah Kecamatan Bayang penduduk 8.034 jiwa Rata – rata jumlah penduduk pada tahun 2008 adalah 35.679 jiwa Analisis statistik Kependudukan pada tahun 2009 adalah : Jumlah Penduduk Maksimum adalah kecamatan Lengayang sebesar 53.359 jiwa
III - 9
Jumlah Penduduk minimum adalah pada Kecamatan Bayang sebesar 8.128 jiwa Rata – rata jumlah penduduk pada tahun 2009 adalah 36.098 jiwa Analisis statistik Kependudukan pada tahun 2010 adalah : Jumlah Penduduk Maksimum adalah kecamatan Lengayang sebesar 55.652 jiwa Jumlah Penduduk minimum adalah Kecamatan Bayang sebesar 8.469 jiwa Rata – rata jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah 64.121 jiwa
III-B PERMUKIMAN Pembangunan yang ideal adalah
pembangunan yang memberikan keseimbangan
antara sosial budaya, ekonomi dan fisik. Pembangunan sosial dan budaya biasanya terkait dengan pendidikan, kesehatan, perilaku dan nilai-nilai budaya. Terjadinya ketidak seimbangan pembangunan yang dilaksanakan ditengah-tengah masyarakat menyebabkan terjadinya keseimbangan
ekonomi
yang
berakibat
kemiskinan masyarakat. Penanggulangan kemiskinan untuk jangka pendek adalah dengan program-program pembangunan yang menyerap banyak tenaga kerja seperti program
langsung
untuk
meringankan
beban
masyarakat
miskin
dengan
melaksanakan program Jamkesmas dan Jamkesda, dan program bantuan bagi siswa miskin dalam bentuk beasiswa dan pembebasan sumbangan pembangunan pendidikan (SPP). Tabel 3.14 JUMLAH KELUARGA MISKIN KABUPATEN PESISIR SELATAN
No
KELUARGA MISKIN
JUMLAH
1
2007
41.414
2
2008
36.480
3
2009
30.649
Sumber : Dinas Pendidikan dan BPS Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SE-1
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa proses pembangunan selama 3 tahun terakhir telah mendorong makin berkurangnya jumlah penduduk miskin secara signifikan, pengurangan jumlah penduduk miskin ini tentu saja dipengaruhi oleh kegiatan pembangunan yang berdampak lebih baik dalam mendorong pertumbuhan ekonomi keluarga.Jumlah rumah tangga miskin tahun 2009 paling banyak terdapat pada kecamatan Lengayang dengan nilai 3.592 KK, selanjutnya kecamatan Bayang
III - 10
dengan nilai 3.244 KK, dan Jumlah KK miskin paling sedikit terdapat di kecamatan Bayang Utara sebanyak 926 KK. Pengembangan permukiman berwawasan lingkungan dapat ilihat bahwa permukiman merupakan kebutuhan dasar (basic need) manusia, yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau rumah tempat manusia yang digunakan oleh manusia untuk melindungi diri dari cuaca, iklim dan gangguan lainnya. Pelaksanaan pembangunan perumahan harus senantiasa memperhatikan penataan ruang sehingga terdapat sinkronisasi atau kesesuaian antara pembangunan perumahan permukiman dengan penataan ruang kota. Untuk mewujudkan kawasan pemukiman yang berwawasan lingkungan beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilainya : 1. Aspek energi, material dan air bersih 2. Aspek lingkungan didalam bangunan 3. Aspek lingkungan sekitar, tiap-tiap hunian masing-masing sedikitnya memiliki 20 tahun dihalam rumahnya sehingga menyegarkan rumah dan mengurangi polusi. 4. Aspek ekonomi, dengan menjadi industri rumah tangga berbasis lingkungan.
Perwujudan Kawasan Permukiman Perkotaan dan Perdesaan Kebutuhan rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dan merupakan tempat awal segala aktivitas sehingga pengembangannya harus memperhatikan keterkaitan dengan kebutuhan dan aktivitas lainnya. Pengembangan perumahan/permukiman adalah pada wilayah dengan kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk tinggi. Sementara itu, wilayah yang memiliki perkembangan penduduk tinggi adalah Kecamatan IV Jurai, Basa IV Balai Tapan, dan Ranah Pesisir sehingga pada kecamatan ini pengembangan permukiman merupakan prioritas utama. Sementara Kecamatan IV Nagari Bayang Utara merupakan kecamatan dengan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk rendah. Sedikitnya jumlah penduduk tersebut menimbulkan terhambatnya aktivitas dan kemudahan pemenuhan kebutuhan. Dalam rangka meningkatkan aktivitas sosial ekonomi, maka pada kecamatan tersebut perlu dikembangkan kegiatan permukiman sehingga aktivitas non permukiman dapat meningkat akibat bertambahnya penduduk yang ditimbulkan oleh pengembangan permukiman. Berdasarkan hal di atas, maka pengelolaan kawasan permukiman diarahkan pada kebijakan sebagai berikut :
III - 11
a)
Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan permukiman tinggi adalah pada kawasan perkotaan/perdesaan yang meliputi Kecamatan IV Jurai, Ranah Pesisir dan Basa IV Balai Tapan dengan rata-rata jumlah bangunan pada kawasan terbangunnya adalah > 25 unit/km2.
b)
Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan permukiman sedang adalah kawasan perkotaan/perdesaan yang meliputi Kecamatan Batang Kapas, Sutera, Lengayang, Ranah Pesisir, Bayang dan Linggo Sari Baganti dengan rata-rata jumlah bangunan pada kawasan terbangunnnya adalah 10 25 unit/km2.
c)
Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan permukiman rendah adalah pada kawasan perkotaan/perdesaan yang meliputi Kecamatan IV Nagari Bayang Utara, Pancung Soal, dan Lunang Silaut dengan rata-rata jumlah bangunan pada kawasan terbangunnya adalah < 10 unit/km2.
d)
Pembangunan Kasiba dan Lisiba (kawasan siap bangun dan lahan siap bangun) di kecamatan-kecamatan dengan rencana pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan atau perkotaan tinggi seperti Ranah Pesisir, Basa IV Balai Tapan, dan IV Jurai dengan mempersiapkan lahan siap bangun dan pembuatan prasarana permukiman pendukungnya seperti jalan lingkungan, prasarana air bersih dan atau limbah, jaringan telekomunikasi dan penerangan pada kawasan yang sesuai dengan peruntukan Kasiba dan Lisiba. Tabel 3.15 JUMLAH RUMAH TANGGA MENURUT LOKASI TINGGAL Lokasi Permukiman
No 1 2 3 4 5 6
Jumlah Rumah Tangga
Mewah
56
Menengah
468
Sederhana
990
Kumuh
49
Bantaran Sungai
510
Pasang Surut
2.073
Sumber : Dinas PU dan BPS Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SE-2
Lokasi permukiman sederhana mendominasi pada daerah Kab. Pessel sebesar 990 Rumah tangga.
III - 12
Tabel 3.16 JUMLAH RUMAH TANGGA SUMBER AIR MINUM No 1 2 3 4 5 6
Sumber Air
Jumlah
Ledeng
42.163
Sumur
1.985
Sungai
2.867
Hujan
340
Kemasan
0
Lainnya
2.174
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SE-3 Tabel 3.16 menunjukan bahwa jumlah rumah tangga berdasarkan air minum paling dominan adalah ledeng, sungai, sumur, kemasan lainnya dan air hujan. KK yang menggunakan Air ledeng paling banyak Kecamatan IV Jurai 17.715 pemasangan paling sedikit kecamatan Basa IV Balai Tapan 297 KK.Sumur paling banyak di Kecamatan Basa IV Balai Tapan 334 KK sedikit Ranah Pesisir 103 KK, sungai terbanyak di kecamatan Koto XI Tarusan 393 KK dan Bayang 62 KK, air hujan banyak dipakai di kecamatan Lunang Silaut 187 KK, paling sedikit kecamatan Linggo Sari Baganti 6 KK. Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan telah melakukan kegiatankegiatan fisik berupa pembangunan sarana dan pembinaan lingkungan sehat, TTU dan TT2M sebanyak 1.485 buah yang tersebar di 18 Puskesmas daerah Kabupaten Pesisir Selatan. Kegiatan pembinaan dan pengembangan manajemen pengelolaan air bersih di 363 kampung, juga dilaksanakan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana Puskesmas dan perbaikannya. Tabel 3.17 JUMLAH RUMAH TANGGA MENURUT CARA PEMBUANGAN No 1 2 3 4 5
Cara Pembuangan
Jumlah
Angkut
5%
Timbun
65%
Bakar
19%
Kekali
0
Lainnya
12%
Sumber : Dinas Pasar, Perdagangan dan Kebersihan Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SP-1
Tabel 3.17 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga yang membuang sampah dengan cara ditimbun 65%, dibakar 19%, lainnya 12% dan diangkut hanya 5%. Tabel 3.18
III - 13
JUMLAH RUMAH TANGGA DAN FASILITAS BUANG AIR BESAR
No
1 2 3 4
Tempat Buang Air Besar
Jumlah
Sendiri
43.704
Bersama
5.242
Umum
8.210
Tidak ada
45.351
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SP-2 Dari 18 Puskesmas yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan tempat buang air besar paling dominan memiliki tempat buang air besar sendiri pada Puskesmas Air Haji sebesar 6.484 unit, Puskesmas Surantih 4.889 unit dan Puskesmas Kambang 3.997 unit.
Secara keseluruhan di ketahui bahwa jumlah RT yang tidak memiliki tempat
buang air besar lebih besar dibandingkan dengan yang memiliki tempat buang air besar. BAB sendiri 43.704 buah, BAB bersama 5.242, BAB umum 8.210 dan tidak ada sarana BAB 45.351. Tabel 3.19 JUMLAH RUMAH TANGGA DAN TEMPAT BUANGAN AKHIR No 1 2 3 4 5 6 7
Kecamatan
Jumlah
Koto XI Tarusan
8.878
SBayang
7.484
IV Nagari Bayang Utara
1.396
IV Jurai
7.493 5.564
Batang Kapas
7.303
Sutera
8.814
Lengayang
8
Ranah Pesisir
5.718
9
Linggo Sari Baganti
7.404
10
Pancung Soal
4.488
11
Basa IV Balai Tapan
4.075
12
Lunang Silaut
4.868
Sumber : Dinas Kesehatan
Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SP-3
Pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya menjaga lingkungan sehat dari sarana buang air besar tanpa menggunakan septic tank. Kecamatan Koto XI Tarusan terbesar tanpa septic
III - 14
tank sebesar 8.878 unit, dilanjutkan dengan Kecamatan Lengayang 8.814 unit. Kecamatan Bayang Utara sebesar 1.396 unit. Tabel 3.20 JUMLAH RUMAH TANGGA DAN PERKIRAAN TIMBULAN SAMPAH
No
1 2 3 4 5 6 7
Kecamatan
Jumlah
Koto XI Tarusan
92.85
Bayang
56,34
IV Nagari Bayang Utara
35,56
IV Jurai
92,88
Batang Kapas Sutera Lengayang
56,44 45,66 35,72
8
Ranah Pesisir
52,56
9
Linggo Sari Baganti
56,66
10
Pancung Soal
53,44
11
Basa IV Balai Tapan
25,5
12
Lunang Silaut
45,56
Sumber : Dinas Pasar, Perdagangan dan Kebersihan Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SP-4
Rencana Sistem Pembuangan Sampah Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan pada Tahun 2017 diperkirakan 519.647 jiwa. Implikasi perkembangan penduduk ini adalah bertambahnya jumlah timbulan sampah. Agar dapat melayani pelayanan sampah pada tahun 2017, maka diperlukan penambahan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang antara lain meliputi alat angkut sampah, kontainer/TPS, sistem transfer depo dan TPA. Sementara itu wilayah dengan konsentrasi perkembangan produksi tinggi (kawasan perkotaan) meliputi Kecamatan Ranah Pesisir, Basa IV Balai Tapan dan Lengayang yang merupakan wilayah potensial produksi sampah sehingga wilayah ini merupakan prioritas pelayanan prasarana pengelolaan lingkungan. Merujuk pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam penentuan lokasi TPA hal-hal atau faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi TPA antara lain : a. Tercakup dalam perencanaan tata ruang kabupaten dan daerah.
III - 15
b. Jenis tanah kedap air. c.
Daerah yang tidak produktif untuk pertanian.
d. Dapat dipakai minimal untuk 5 – 10 tahun. e. Tidak membahayakan atau mencemari sumber air. f.
Jarak dari pusat pelayanan +/- 10 km.
g. Merupakan daerah yang bebas banjir.
Selain pertimbangan SNI, pertimbangan lainnya dalam menentukan lokasi dan jenis TPA adalah : a. Pencapaian keseimbangan pelayanan dari berbagai sudut lokasi/wilayah b. Dapat memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan c.
Memunculkan “nilai ekonomis sampah” yang secara tidak langsung diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan akibat sampah
d. TPA yang dikembangkan adalah TPA dengan kualifikasi antara lain: Tidak menimbulkan bau Dapat minimalkan bahaya terhadap kesehatan, karena insect (lalat) dan roden tidak dapat berkembang biak Terhindar dari bahaya terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran kecil Kebutuhkan lahan relatif kecil Setelah kapasitas TPA penuh, dalam beberapa jangka waktu tertentu lokasi TPA dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lainnya, seperti taman, tempat rekreasi, lapangan olah raga, dan lain-lain. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka rencana pengelolaan persampahan adalah sebagai berikut: 1. Pembangunan TPA untuk melayani setiap Wilayah Pembangunan. 2. Penambahan jumlah TPS, dan perluasan jangkauan pelayanan terutama di Kecamatan-kecamatan yang memungkinkan. 3. Pengembangan usaha daur ulang sampah, kertas dan plastik (sampah kering). 4. Pembuatan kompos dari sampah organic. 5. Sistem pengelolaan TPA yang dikembangkan adalah Controlled Landfill. 6. Peningkatan kesadaran (peranserta) masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
III - 16
7. Pengefektifan fungsi pemulung dengan pembangkitan kegiatan daur ulang sampah menjadi produk-produk yang berdayaguna. 8. Penambahan sarana pengangkutan dan petugas persampahan, terutama diwilayah perkotaan. 9. Pengomposan sampah-sampah organik dan pembangunan fasilitas tempat pemisahan jenis sampah organik dan anorganik yang dilakukan oleh masyarakat mulai dari rumah-rumah sampai tempat-tempat umum, dimana pemerintah menyediakan sarana tong sampah untuk memilah-milah sampah tersebut. 10. Re-design Tempat/Lahan Pembuangan Akhir yang ada untuk mencegah akibat yang ditimbulkan kedepan. 11. Pemerintah mengeluarkan aturan-aturan yang diperlukan dan yang lebih tegas mengenai pembuangan sampah ini, antara lain memberikan denda kepada pihak yang membuang sampah sembarangan, sistem restribusi sampah, tarif pengelolaan, dan lain-lain. 12. Perda pengelolaan sampah 13. Frekwensi pelayanan dibagi menjadi beberapa kondisi sebagai berikut: Wilayah dengan pelayanan intensif adalah daerah di jalan protokol, pusat Kabupaten, kawasan permukiman perkotaan tidak teratur dan daerah komersil. Wilayah dengan pelayanan menengah adalah kawasan permukiman teratur. Wilayah dengan pelayanan rendah adalah daerah pinggiran Kabupaten. Perbandingan niai antar lokasi dan antar waktu Jumlah Rumah tangga miskin menurut kecamatan dari tahun 2006 sampai tahun 2009 terjadi penurunan sebesar 30%, hal ini menunjukan telah ada peningkatan kesejahteraan masyarakat dari tahun ketahun. Jumlah Rumah tangga berdasarkan lokasi tempat tinggal pun terjadi peningkatan 5%, tentu saja terjadi karena pertumbuhan penduduk dan pembangunan merupakan pasangan yang serasi dan hal ini juga menunjukan bahwa daerah Kabupaten Pesisir Selatan telah maju ditandai dengan banyaknya pembangunan dilaksanakan. Jumlah rumah tangga berdasarkan dan sumber air minum terjadi perbaikan kualitas yakni dengan meningkatnya jumlah penduduk yang menggunakan air ledeng sebagai sumber air sebanyak 95.51% karena unit-unit pelayanan PDAM sudah sampai merata diseluruh kecamatan kecuali Bayang Utara, karena lokasi berada pada ketinggian yang belum bisa dicapai PDAM. III - 17
Jumlah rumah tangga berdasarkan cara pembuangan sampah ditimbun sebanyak 69 % diangkut hanya 5%, hal ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang pembuangan sampah sudah maju dibandingkan dengan tahun sebelumnya, animo masyarakat untuk pembuatan kompos tinggi dari sampah organik yang dihasilkan dari rumah tangga. Jumlah rumah tangga berdasarkan tempat bung air besar dari tahun ketahun mengalami kemajuan peningkatan kualitas, hal ini ditandai dengan tingginya angka kepemilikan sendiri jamban keluarga. Analisis statistik sederhana Secara umumrumah tangga miskin dari tahun 2006 telah terjadi penurunan yang ditargetkan oleh pemerintah daerah, sebesar 30%. Gambar 3.2 Penduduk Miskin dari tahun 2007-2009
Sumber : Bappeda Kab. Pessel
III - 18
III-C KESEHATAN Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan, dan pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai salah satu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mendukung pemmembangun ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemisikinan. Permasalahan kesehatan masyarakat dihadapkan pada berbagai permasalahan penting, antara lain ; disparitas status kesehatan, beban ganda penyakit, kualitas pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan , pelayanan kesehatan dibidang obat dan makanan, serta perilaku hidup bersih dan sehat, beberapa masalaha lain yang perlu ditangani segera
adalah peningkatan akses penduduk
miskin terhadap pelayanan kesehatan didaerah bencana, pemenuhan jumlah dan penyebaran tenaga kesehatan. Tabel 3.21 JUMLAH ANAK LAHIR HIDUP 2010
No
1
Jumlah Perempuan
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
Jumah Anak Lahir
3,902
727
483
800
670
105
756
20,499
4,483
2,751
3,992
3,488
710
5,201
Hidup Jumlah Anak Masih
2
Hidup
Sumber : BPS dan Dinas Kesehatan Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel DS-6
Jumlah anaka lahir hidup tinggi pada usia 15-19 tahun. Tabel 3.22 JUMLAH ANAK LAHIR HIDUP 2009
No
1
Jumlah Perempuan
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
Jumah Anak Lahir
1.498
1.371
1.324
1.287
617
788
891
8.824
7.368
5.965
3.375
2.588
3.650
4.493
Hidup Jumlah Anak Masih
2
Hidup
Sumber : BPS dan Dinas Kesehatan Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel DS-6
III - 19
Tabel 3.23 ANGKA KEMATIAN BAYI DAN IBU KAB. PESSEL Tahun
No
Jumlah Kelahiran
Jumlah Bayi
Jumlah Ibu
AKB
AKI (PER
Hidup
Mati
Mati
(per 1000)
100.000)
1
2005
7872
74
15
9
191
2
2006
8215
107
6
13
73
3
2007
6439
178
15
28
233
4
2008
3423
75
10
0
0
Sumber : BPS dan Dinas Kesehatan Kab. Pessel
Tabel 3.23 angka jumlah kematian bayi dan kematian ibu cenderung meningkat dan jumlah
kecendrungan
kelahiran
hidup
cenderung
menurun.
Kecenderungan
peningkatan angka ini, merupakan PR bagi pemerintah daerah untuk bekerja keras memberikan pelayanan kesehatan. Tabel 3.24 JUMLAH KEMATIAN DALAM TAHUN 2010 No
Jumlah Kematian
<1
1
Laki-laki
61
2
Perempuan Jumlah
1–4
5 – 14
15 – 44
2
5
4
0
51
8
4
61
2
112
10
9
65
2
> 44
Sumber : BPS dan Dinas Kesehatan Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel DS-7
Jumlah kematian laki-laki tertinggi berada pada usia dibawah 1 tahun, sementara kematian tertinggi pada perempuan berada pada usia 15-44 tahun sebanyak 61 jiwa. Dibandingkan dengan tahun 2009 terjadi kenaikan jumlah kematian. Tabel 3.25 JUMLAH KEMATIAN DALAM SETAHUN 2009 No
1 2
Jumlah Kematian Laki-laki
<1
4
1–4
5 – 14
15 – 44
> 44
2
5
4
0
Perempuan
8
8
4
8
2
Jumlah
12
12
9
12
2
Sumber : BPS dan Dinas Kesehatan Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel DS-7
III - 20
Kematian dalam satu tahun kematian perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan kematian laki-laki. Tabel 3.26 JENIS PENYAKIT UTAMA DIDERITA PENDUDUK
No
Jumlah Kematian
Jumlah Penderita
ISPA
1 2 3 4 5 6 7 8 9
114.157
REMATIK
44.355
GASTRITIS
33.932
KULIT INFEKSI
26.357
HIPERTENSI
20.901
ASMA
18.951
KULIT ALERGI
17.091
DIARE
14.221
KULIT JARINGAN
11.841
GANGGUAN MENTAL
10
8.136
Sumber : BPS dan Dinas Kesehatan Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel DS-8
Tabel 3.26 menunjukan bahwa jenis penyakit yang banyak diderita masyarakat adalah penyakit ISPA 114.157 orang, diikuti dengan penyakit rematik 44.355 orang dan gangguan mental 8.136 orang. Tabel 3.27 VOLUME LIMBAH PADAT DAN CAIR RUMAH SAKIT RS BERSALIN No
Volume Limbah
RSUD M ZEIN PAINAN
PERMATA HATI
Volume Limbah Padat
1.059
158
1
Volume Limbah Cair
60
13
2 3
Volume Limbah B3 Padat
0,24
0
Volume Limbah B3 Cair
12
0
4
Sumber : Dinas Kesehatan dan RSUD M ZEIN Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SP-5
III - 21
Tabel 3.28 LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT M. ZEIN PAINAN Volume Limbah (m3/hari) No.
Parameter
Satuan
Baku Mutu Inlet
IPAL
Outlet
1
Suhu
°C
30
27
27.2
26.80
2
pH
-
6-9
6.01
5.97
6.54
3
BOD 5
mg/l
30
13.8
2.7
3.20
4
COD mg/l
80
45.62
8.40
10.80
mg/l
30
56
138
30.00
mg/l
0.1
2,170
2,690
0.92
mg/l
2
1,758
1,418
0.23
5
6
7
Zat Tersuspensi (TSS)
NH3 bebas
Total Pospat (PO4)
Sumber : RS M. Zein Painan
Tabel 3.27 menunjukan bahwa volume limbah padat RSUD M Zein Painan lebih banyak dibandingkan dengan RS Bersalin Permata Hati, karena Rumah Sakit Dr. M Zein dari jumlah dan kapasitas luasan memang lebih besar dari pada Rumah Sakit Bersalin Permata Hati. Pada saat ini Rumah Sakit Dr. M. Zein Painan telah memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) cair sebagai sarana pengolahan limbah cair. Gambar 3.3 Analisa IPAL RS. M Zein berada diatas Baku Mutu
Sumber : RS. Dr. M Zein Painan
III - 22
Gambar diatas menunjukan bahwa ada 2 parameter pencemar yang melebihi baku mutu, yaitu TSS dan NH3 bebas, yang paling menonjol melebihi baku mutu adalah NH3 yang berada pada titik Inlet dan IPAL. Hal ini perlu dilakukan penanganan yang lebih intensif dalam pengolahan IPAL melalui penambahan intensitas aerasi dan penambahan bakteri pengurai lebih banyak. Pengolahan limbah B3 pun sama dengan dengan limbah padat, lebih didominasi oleh RSUD M. Zein painan. Untuk pengolahan limbah B3 RSUD M Zein Painan mengumpulkan limbah B3 pada penampungan sementara drum, setelah penuh dibawa ke tempat pengolahan limbah B3 di Padang. Tabel 3.28 menunjukan bahwa parameter air Limbah IPAL yang diukur 4 parameter dibawah baku mutu, parameter TSS pada lokasi IPAL tinggi 138 mg/l baku mutu yang disarankan 30 mg/l, NH3 bebas pada semua titik melebihi baku mutu, inlet, IPAL dan outlet. Perbandingan nilai antar lokasi antar waktu Gambar 3.4 Perbandingan Volume limbah cair RSUD. Dr. M.Zein Painan
Sumber : RSUD. M. Zein Painan
Gambar menunjukan tidak ada perbedaan mencolok volume limbah yang dihasilkan setiap tahunnya dari Rumah sakit. Sedangkan untuk perbandingan volume limbah cair B3 terjadi kenaikan yang mencolok dari tahun 2009 limbah padat 0,003775 m3/hari tahun 2010 adalah 0,24 m3/hari, limbah cair 2009 sebanyak 0,00022 m3/hari tahun 2010 sebanyak 12 m3/hari. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan kegiatan limbah B3 dirumah sakit.
III - 23
Analisis statistik sederhana Gambar 3.5 Perbandingan analisa Jumlah kematian laki-laki dan perempuan disetiap umur
Sumber : BPS dan Dinas Kesehatan Kab. Pessel
Analisa statistik sederhana menunjukan bahwa jumlah kematian perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Pada tahun 2009 terjadi kenaikan 50% jumlah kematian perempuan dibandingkan laki-laki. Pada tahun 2010 terjadi kenaikan 45% jumlah kematian perempuan dibandingkan laki-laki. Secara keseluruhan peningkatan jumlah kematian pada tahun 2009 sebanyak 5 kali lipat pada tahun 2010. III-D. PERTANIAN Bidang perkebunan terdapat empat komoditi utama yang dikembangkan masyarakat pada subsektor perkebunan diantaranya sawit, karet, coklat dan gambir. Sampai saat ini luas total perkebunan sawit mencapai 67.157 ha, yang terdiri dari perkebunan sawit rakyat seluas 12.220 ha dan dikembangkan oleh perusahaan swasta 54.937 ha. Produksi perkebunan kelapa sawit terbesar yakni 49.700 ton dan swasta 483.091 ton.
Kegiatan Pertanian merupakan salah satu unsur pencemaran lingkungan terhadap tanah dan air sungai yang mengalir dibawahnya, apabila tidak dikelola dengan baik dan sempurna sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sementara dari segi perekonomian potensi pertanian cukup besar berpeluang untuk dapat dikembangkan baik secara intensif maupun ektensif dan dapat memberikan harapan yang sangat besar bagi masa depan dan kemakmuran masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan. Tanah yang subur dan lahan didaratan yang tinggi maupun dataran rendah merupakan kawasan yang memberikan konstribusi bagi pembangunan perekonomian
III - 24
Kabupaten Pesisir Selatan. Saat ini unggulan daerah di sektor pertanian meliputi pengembangan usaha tani padi, sawah, jagung, kedelai, pisang, manggis, mangga dan bawang merah. Tabel 3.29 LUAS SAWAH DAN PRODUKSI TAHUN 2010
No
Kecamatan
1 kali
2 kali
3 kali
Produksi per ha
1. 2. 3. 4. 5 6 7 8 9 10 11 12
Koto XI Tarusan Bayang IV Nagari Bayang Utara IV Jurai Batang Kapas Sutera Lengayang Ranah Pesisir Linggo Sari Baganti Pancung Soal Basa IV Balai Tapan Lunang Silaut Total
309 235 176 0 95 1.682 631 1.723 2.112 1.835 679 1.970 11.447
1.734 2.264 574 246 1.767 1.350 2.642 742 924 1.339 1.520 340 15.442
0 0 0 1.045 0 0 679 649 0 58 230 0 2.106
4.700 4.660 4.650 4.700 4.560 4.730 4.690 4.750 4.660 4.600 4.600 4.550 55.850
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SE-4
Dari tabel diatas diketahui bahwa secara keseluruhan telah terjadi penurunan produksi perhektar sawah 57 ha per produksi dibandingkan dengan tahun 2009, sedangkan dibeberapa daerah terjadi kanaikan produksi dan beberapa daerah terjadi penurunan produksi. Tabel 3.30 LUAS SAWAH DAN PRODUKSI TAHUN 2009
No
Kecamatan
1 kali
2 kali
3 kali
Produksi per ha
1. 2. 3. 4. 5 6 7 8 9 10 11 12
Koto XI Tarusan Bayang IV Nagari Bayang Utara IV Jurai Batang Kapas Sutera Lengayang Ranah Pesisir Linggo Sari Baganti Pancung Soal Basa IV Balai Tapan Lunang Silaut Total
309 235 176 0 75 1.682 631 1.713 2.039 1.790 647 1.945 11.242
1.734 2.029 577 246 1.767 1.350 2.566 692 924 1.339 1.520 340 15.084
0 0 0 1.055 0 0 114 649 0 58 230 0 2.106
4.661 4.658 4.654 4.658 4.660 4.662 4.658 4.661 4.662 4.655 4.660 4.658 55.907
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SE-4
Tabel 3.30 menunjukan bahwa luas sawah yang ditanam 2 kali dalam setahun lebih banyak dibandingkan dengan yang ditanam satu kali atau 3 kali. Sedangkan yang III - 25
menanam 3 kali setahun tidak semua kecamatan hanya 5 kecamatan seperti kecamatan IV Jurai, Lengayang, Ranah Pesisir, Pancung Soal dan Basa IV Balai Tapan. Produksi padi perhektar paling banyak terdapat didaerah Liggo Sari Baganti, Ranah Pesisir dan Koto XI Tarusan, dengan total produksi 55.907 per hektar. Gambar 3.6 Produksi Tanaman Palawija Tahun 2010
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SE-5
Produksi tanaman palawija sebagai tanaman bijian yang dominan produksinya yaitu tanaman Padi sebanyak 264.605 ton, kemudian jagung dengan jumlah produksi 77.697 ton. Paling sedikit produksi tanaman palawija adalah ubi jalar 405 ton. Gambar 3.7 Produksi Perkebunan Rakyat dan Luas lahan Perkebunan
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SE-6
III - 26
Tabel 3.7 menunjukan bahwa luas perkebunan dan produksi perkebunan rakyat kelapa sawit lebih luas lahan perkebunan rakyat dan produksi perkebunan rakyat, selanjutnya perkebunan karet dan kelapa. Luas lahan dan produksi perkebunan kelapa sawit cukup besar dengan luas 20.600 ha dengan produksi 30.000 ton. Gambar 3.8 Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Perkebunan
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan
Keterangan : olahan Tabel SE-7 Penggunaan
pupuk
untuk
tanaman
perkebunan
paling
dominan
adalah
menggunakana Urea, NPK, ZA, SP 36 dan organik.
Gambar 3.9 Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Padi dan Palawija
Sumber : Dinas Pertanian tanaman pangan dan Holtikultura Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SE-8
Gambar diatas menunjukan bahwa tanaman kedelai menggunakan pupuk paling banyak adalah pupuk SP 36 dan pupuk urea. III - 27
Tabel 3.31 ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN Jenis Penggunaan Lahan Non Pertanian
No
Luas (Ha)
1.
Permukiman
2
Perkebunan
465 13,521
3
Sekolah atau fasilitas umum
4
Rusak terban dibatas DAS dan tertimbun Total
1.75 6,5 13.993
Sumber : Dinas Pertanian tanaman pangan dan Holtikultura Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SE-9
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman yang semakin maju dengan segala keragaman aktifitas manusia seringkali hal-hal kecil kurang menjadi perhatian, seperti pemberian pupuk yang berlebihan, penebangan pohon secara liar, lahan kritis berkepanjangan dan penambangan liar berkeliaran dimana-mana. Berkaitan dengan hal tersebut telah terjadi perubahan lahan karena ulah manusia dan juga faktor alam, sebagain besar perubahan tersebut menjadi permukiman 465 ha, perkebunan 13.521 ha, sekolah atau fasilitas umum 1.75 ha, rusak terban dibatas DAS dan tertimbun 6.5 ha. Gambar 3.10 Jumlah Hewan Ternak Menurut Jenis
Sumber : Dinas Peternakan Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SE-10 Pembangunan peternakan di Kabupaten Pesisir Selatan dapat digambarkan secara makro dengan jumlah populasi ternak saat ini, seperti tabel dibawah ini. Untuk lebih
III - 28
meningkatkan
jumlah
populasi
ternak
dapat
dilaksanakan
dengan
program
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ternak dan program peningkatan produksi hasil peternakan. Gambar 3.11 Jumlah Hewan Unggas Menurut Jenis
Sumber : Dinas Peternakan Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SE-11
Jumlah hewan ternak yang paling banyak terdapat di ayam kampung/ayam buras sebanyak 749.667 ekor. Jumlah ayam petelur yang paling sedikit sebanyak 90.182 ekor. Gambar 3.12 Emisi Gas Methan dari Pertanian
Sumber : Dinas Pertanian tanaman pangan dan Holtikultura Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SP-6
Emisi CH4 pertahun didominasi oleh kecamatan Lengayang sebanyak 4.630,6 ton/tahun, karena daerah ini mempunyai luas sawah yang cukup besar dan memberrikan konstribusi emisi cukup banyak. Emisi CH4 paling sedikit terdapat di Kecamatan Bayang Utara sebanyak 975 ton/tahun. Gambar 3.13 III - 29
Emisi Gas Methan dari Peternakan
Sumber : Dinas Peternakan Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SP-7 Antara unggas dan hewan ternak, unggas lebih banyak memberikan konstribusi emisi CH4 dibandingkan dengan hewan ternak seperti sapi, kerbau, kuda dan kambing.
Tabel 3.32 PERKIRAAN EMISI GAS CO2 DARI PUPUK AREA No
Kecamatan
Konsumsi Pupuk Urea
Emisi CO2
1.
Koto XI Tarusan
444
88.8
2.
Bayang
491
98.2
3.
IV Nagari Bayang Utara
275
55
4
IV Jurai
341
68.2
5
Batang Kapas
517
103,4
6
Sutera
661
132.2
7
Lengayang
557
111.4
8
Ranah Pesisir
544
108.8
9
Linggo Sari Baganti
553
110.6
10
Pancung Soal
588
117.6
11
Basa IV Balai Tapan
678
135.6
12
Lunang Silaut
620
124
Total
6269
1253.8
Sumber : Dinas Pertanian tanaman pangan dan Holtikultura Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SP-8
Konsumsi pupuk urea paling banyak digunakan di Kecamatan Basa IV Balai Tapan sebanyak 678 ton, karena daerah tersebut merupakan daerah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas, begitu juga dengan yang terkecil adalah Kecamatan Bayang III - 30
Utara 275 ton, Emisi CO2 terbanyak adalah terdapat pada Kecamatan Lengayang sebesar 135.6 dan terkecil ada di kecamatan Bayang Utara sebesar 55. Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu Gambar 3.14 Perbandingan Tanaman Palawija
Sumber : Dinas Pertanian tanaman pangan dan Holtikultura Kab. Pessel
Gambar diatas menunjukan bahwa tahun 2009 tanaman palawija paling banyak produksiya adalah tanaman jagung, kedua padi, pada tahun 2010 terjadi perubahan swasembada beras padi menduduki peringkat pertama hasil produksi kedua jagung. Untuk melihat kondisi sawah dan tipe jaringan irigasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.33 KLASIFIKASI JARINGAN DAN LUAS SAWAH YANG DIALIRI Aliran Sawah sudah ada jaringan irigasi
No Klasifikasi Irigasi
6 7 8 9 10
Tahun 2007 Irigasi teknis Irigasi setengah teknis Irigasi Sederhana PIK Irigasi Desa Jumlah Tahun 2008 Irigasi teknis Irigasi setengah teknis Irigasi Sederhana PIK Irigasi Desa
11 12 13
Jumlah Tahun 2009 Irigasi teknis Irigasi setengah teknis Irigasi Sederhana
1 2 3 4 5
Luas Sawah
Sudah Sawah Sudah Belum berfungsi berfungsi
Areal sawah belum ada jaringan irigasi
Belum sawah
Sudah sawah
Belum sawah
21.648 1.684 24.566 1.778 16.712,5 66.388,5
13.219 743 16.280 1.541 16.712 48.485
3.857 250 2.592 124 0 6.823
644 691 3.525 0 0 4.860
2.423 0 480 113 150 3.166
1.505 0 1.699 0 0 3.204
21.648 1.684 24.566 1.778 16.712,5
12.104 743 15.520 1.365 16.562,5
4.972 250 3.342 300 0
644 691 3.525 0 0
2.423 0 480 113 100
1.505 0 1.699 0 0
66.388,5
46.294,5
8.864
4.860
3.116
3.204
21.648 1.684 26.344
12.104 743 16.885
4.972 250 3.642
644 691 3.525
2.423 0 593
1.505 0 1.699
III - 31
14
Irigasi Desa Jumlah
16.662,5
16.562,5
0
0
100
0
66.338,5
46.294,5
8.864
4.860
3.116
3.204
Sumber : Dinas PSDSumber : PSDA Kab. Pessel
Tahun 2009 irigasi PIK digabungkan ke irigasi sederhana karena PIK merupakan nama proyek pada masa cabang dinas pada tahun 2009 ini digabungkan ke klasifikasi irigasi sederhana. Analisis Statistik Sederhana Gambar 3.15 Perbandingan Jumlah hewan Unggas
Sumber : Dinas Peternakan Kab. Pessel
Gambar diatas dapat diketahui bahwa ayam
kampung/ayam buras paling
banyak/maksimal didaerah Kabupaten Pesisir Selatan, diikuti ayam pedaging, ayam petelur dan itik. Kecamatan IV Jurai peternak terbanyak ayam buras sebanyak 253.175 ekor, terbanyak kedua kecamatan Bayang 123.117 ekor. III-E. INDUSTRI Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi, menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan dan assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
III - 32
Untuk sektor industri, pengembangannya diarahkan dalam bentuk industri kecil yang bergerak pada industri kimia, agro industri, pengolahan hasil hutan dan logam mesin elektronik. Gambar 3.16 Industri Usaha Kecil
Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SE-13
Jenis industri kecil terbagi kedalam kategori industri pangan, Industri sandang, industri kimia, industri logam dan industri logam. Industri kecil paling banyak adalah industri kimia dan industri pangan. Tabel 3.34 BEBAN PENCEMARAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BESAR PT. INCASI RAYA TAHUN 2010 No
Bulan/Paramter
1.
pH
2
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Baku Mutu
Jun
8,28
8
7,29
7,94
7,5
8,7
7,15
BOD
115,66
80,63
78,22
75,04
126,93
147,43
99,83
3
COD
513
443
643
491
577
759
518
4
Nitrogen
66,99
32,12
64,95
60,13
55,05
4,37
37,928
5
TSS
389
461
460
318
358
461
75
6
MInyak Lemak
27
23
41
38
19
43
26
Sumber : PT. Incasi Raya Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SP-9 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengelolaan IPAL PT. Incasi Raya belum optimal, perlu dilakukan perbaikan sistem pengolahan IPAL agar hasil yang dicapai III - 33
berada dibawah baku mutu yang disyaratkan. Beberapa parameter melebihi baku mutu, seperti BOD baku mutu 99,83 mg/l hasil analisa limbah bulan Januari 115,66 mg/l, bulan mei 126,93 mg/l dan bulan Juni 147,43 mg/l. Parameter COD baku mutu 518 mg/l, analisa melebihi baku mutu pada bulan Maret 643 mg/l, bulan Mei dan Juni masing-masing 577 mg/l dan 759 mg/l. Nitrogen juga berada diatas baku mutu yakni bulan Januari, Maret, April dan bulan Mei. TSS hampir semua bulan berada diatas baku mutu, sedangkan untuk paramater minyak dan lemak hanya 4 bulan yang berada diatas baku mutu. Secara garis besar industri besar yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan belum banyak bisa dihitung dengan jari, dan oleh sebab itu pencemaran industri yang mencemari udara belum ada. TABEL 3.35. Hasil Analisa Udara Ambien Pabrik Kelapa Sawit PT. Incasi Raya
No
Parameter Uji
Satuan
Kadar Maks. PPRI PP. No.41/1999
Hasil Analisa 1
2
3
Metode Analisa
1
Sulfur Dioksida (SO2)
µg/Nm³
Maks 900
TTD
TTD
TTD
Pararosanilin
2
Nitrogen Oksida (NO2)
µg/Nm³
Maks 400
14,0
13,1
10,0
Salzmant
3
Carbon monoxide (CO)
µg/Nm³
Maks 30,00
TTD
TTD
TTD
Gas Analyser
Maks 230 4 TSP (Debu) 203,7 150,3 89,9 Gravimetri µg/Nm³ Maks 10,000***) Maks 70**) Sound Level 5 Noise (Kebisingan) dB (A) 69,9 71,6 65,8 Maks 85***) Meter Sumber : PT. Incasi Raya Kabupaten Pesisir Selatan Catt : Pengambilan dan analisa sampel dilakukan oleh Balai Riset dan Standarisasi Industri Padang tanggal. 24 Pebruari 2010 T TD = Tidak terdeteksi **) KEP-48/MENLH/11/1996 (Baku Tingkat Kebisingan) ***) KEP 405/MENKES/II/2002 (Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri) 1 = Depan Kantor Pabrik 2 = Loading RAM 3 = Perumahan Karyawan
Tabel diatas menunjukan udara ambient PT. Incasi Raya Parameter Nitrogen Oksida, Sulfur dioksida, carbon monoksida, TSP dan kebisiingan tidak ada yang melebihi baku mutu yang disyaratkan.
III - 34
TABEL 3.36 Hasil Analisa Udara Emisi Boiler Pabrik Kelapa Sawit PT. Incasi Raya
Parameter Uji 1
Satuan
Baku Mutu PM.LH No. 7 Tahun 2007 Lamp. I
Hasil Analisa Boiler
Maks 300
235,70
Total Partikel
mg/M³
2
Sulfur Dioksida (SO2)
mg/M³
Maks 600
98,74t
3
Nitrogen Oksida (NO2)
mg/M³
Maks 800
341,75
4
Hidrogen Klorida (HCL)
mg/M³
Maks 5
0,14
5
Gas Klorin (CL2)
mg/M³
Maks 5
TTD
6
Ammonia (NH3)
mg/M³
Maks 1
TTD
7
Hidrogen Florida (HF)
mg/M³
Maks 8
0,98
8
Opasitas
26,85 Maks 30 % Sumber : PT. Incasi Raya Kabupaten Pesisir Selatan Catt : Pengambilan dan analisa sampel dilakukan oleh Balai Riset dan Standarisasi Industri Padang tanggal. 24 Pebruari 2010 TTD = Tidak terdeteksi
Udara emisi pada boiler juga tidak ada yang melebihi baku mutu yang dsyaratkan, hal ini karena telah dilaksanakan proses penanggulangan pencemaran udara menggunakan kispray penyemprot udara. Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu Gambar 3.17 Perbandingan Industri besar dan Industri Kecil
100% 80% 60% 40% 20% 0%
Industri besar Industri Kecil
2009
2010
Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
III - 35
Analisa statistik sederhana Gambar 3.18 Industri Kecil Secara Statistik
Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Gambar diatas dapat diketahui bahwa Industri kimia paling maximum jumlah industri terpasang dan hasil produksi berlimpah. Setelah itu yang kedua adalah industri pangan dan selanjutnya industri kerajinan. Sedangkan yang paling miinimal adalah Industri sandang dan industri sangang. III - F. PERTAMBANGAN Pemerintah daerah telah melaksanakan program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan dengan kegiatan-kegiatan meliputi kegiatan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan penambangan bahan galian C di 12 kecamatan. Gambar 3.19 Eksplorasi Produksi Tambang Menurut Bahan Galian
Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Gambar diatas dapat diketahui bahwa esplorasi produksi paling banyak adalah tambang Batu bara PT. Karya Denai Amboko 7.138,55 ha, PT. Dempo Bahan galian
III - 36
Emas luas paling sedikit sekitar 1.143 ha. PT. Karya Denai Barito dan PT. Prima Perkasa Abadi adalah perusahaan penambang batu bara.
Tabel 3.37 LUAS AREAL PERTAMBANGAN YANG DIEKSPLOITASI No
Nama Perusahaan
Jenis Bahan Galian
1.
PT. Prima Perkasa Abadi
Batu bara
2.
PT. Tunggal Putra Nusantara
Batu bara
3.
PT. Tripabara
Batu bara
4.
PT. Kelola Sumber Daya Nagari
Batu bara
5.
PT. Tambang Batu bara Lumpo
Batu bara
6.
PT. Sari Agrindo Andalas
Batu bara
7.
PT. Atoz Nusantara Mining
Batu bara
8.
PT. Dempo Maju Cemerlang
Logam Emas
Luas Areal (Ha) 198.88 100.00 199.00
S
198.80 922.70 809.83
U
192.00 195.00
Sumber : Dinas Koperindagtamb Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SE-14 Perusahaan yang paling luas eksloitasi penambangan batu bara adalah PT.Tambang Batu Bara Lumpo sebesar 922,70 ha. Paling sedikit PT. Tunggal Putra Nusantara dengan luas 100 ha. Tabel 3.38 LUAS AREAL PERTAMBANGAN GALIAN C DAN PRODUKSINYA No
S
Nama Perusahaan
1.
CV. Bina Bersama
2.
CV. Davero Inderapura
3.
Muman
4.
Mus Mulyadi
5.
Em Busri
6.
Rivai
7.
CV. Mitra Sejati
U
Jenis Bahan Galian Pasir, Kerikil Pasir, Kerikil Pasir, Kerikil Pasir, Kerikil Pasir, Kerikil Pasir, Kerikil Pasir, Kerikil
Luas Areal (Ha)
Batu
,
Batu
,
Batu
,
Batu
,
Batu
,
Batu
,
Batu
,
Produksi (Ton/Tahun)
1.00
27,000
1.00
28,260
2.00
27,000
1.00
27,000
1.00
27,000
1.00
27,939
0.25
30,000
Sumber : Dinas Koperindagtamb Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SE-14 Luas areal penambangan bahan galian golongan C paling banyak produksi per tahun adalah CV. Mitra Sejati sebesar 30.000 ton/tahun. Dan diikuti oleh CV. Davero Inderapura seluas 28.260 ha.
III - 37
Produksi
dan
luas
areal
konsesi
pertambangan
yang
perizinan
dan
atau
pengawasannya merupakan kewenangan daerah provinsi dan Kabupaten Pesisir Selatan, salah satunya adalah PT. Dempo, karena penyusunan Dokumen AMDAL di Provinsi Sumatera Barat. Selain pertambangan besar juga ada pertambangan rakyat dengan bermacammacam pertambangan, seperti jenis bagan galian andesit, basalt, batu gamping, pasir kuawsa, tanah liat, tanah urug, kuarsa, tawas dan toseki. Potensi jenis bahan tambang ini sudah ada, namun penggalian potensi yang lebih besar menunggu investor dari luar daerah. Tabel 3.39 LUAS AREAL PERTAMBANGAN RAKYAT No
Jenis Bahan Galian
1
Andesit
2
Basalt
3
Batu Bara
4
Batu Gamping
5
Batu Pasir Vol
6
Diorit
7
Emas
8
Granitis
9
Koalin
10
Kwarsit
11
Pasir Besi
12
Pasir Kwarsa
13
Tanah Liat
14
Tanah Urug
15
Tawas
16
Toseki
Luas Areal (Ha)
Produksi (Ton/Tahun)
108.511.433
124.000
177.951
98.000
44.351.331
240.000
1.359.673
987.000
6696.176
134.000
3.718.224
700.000
3.305.977
356.000
125.183.150
23.000
469.475
69.000
662.968
66.000
2.518.665
23.000
662.968
21.000
164.384.046
65.000
3.414.940
309
705.832
987
2.650.492
45
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Pertambangan Kab. Pessel
Keterangan : olahan Tabel SE-15
III - 38
Perbandingan Nlilai Antar Lokasi dan Antar Waktu Gambar 3.20 Eksplorasi Produksi Tambang Menurut Bahan Galian
20000 15000 Jumlah Perusahaan
10000
Luas areal 5000 0 2009
2010
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Pertambangan Kab. Pessel
Pada tahun 2010 jumlah perusahaan yang melaksanakan eksplorasi 15.523 ha, lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2009 eksplorasi sebanyak 12.000 ha. Analisis Statistik Sederhana Gambar 3.21 Analisis Produksi Tambang Menurut Bahan Galian
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Pertambangan Kab. Pessel
Eksplorasi produksi tambang maksimum luas daerah sebesar 7.138 ha minimun luas daerah tambang ada di daerah sebesar 1 ha.
III - 39
III – G. ENERGI Dalam
rangka
memberikan
pelayanan
umum
transportasi
kemasyarakat,
Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan telah membangun jalan dan jembatan. Demikian juga dengan sarana dan prasarana lainnya yang berkaitan dengan lalu lintas dijalan raya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang nomor 14 tahun 1992 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.
Dalam pengembangan jaringan transportasi nasional, hirarki Pelabuhan Pasahan Painan akan dijadikan sebagai pelabuhan Pengumpan Primer (Pelabuhan Regional) dari pelabuhan Teluk Bayur. Pelabuhan pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyebrangan dengan jangkauan pelayanan dalam propinsi.
Selain sebagai pelabuhan pengumpan, Pelabuhan Panasahan Painan juga diharapkan
bisa
mewadahi
pelayanan
rute
pelayanan
perintis,
seperti
menghubungkan kota Painan dengan daerah-daerah yang masih relatif terisolir seperti daerah Kepulauan Mentawai. Dalam perannya melayani kegiatan pelayaran alih muat angkatan laut, Pelabuhan panasahan Painan akan melayani bongkar muat komoditas unggulan yang dikembangkan di Kabupaten Pesisir Selatan dan wilayah hinterland dalam skala menengah untuk diditribusikan ke Pelabuhan Utama di tempat lainnya. Komoditas unggulan yang dikembangkan di Kabupaten Pesisir Selatan dan daerah hinterland adalah sektor perkebunan yaitu kelapa sawit, karet, gambir, cengkeh, kulit manis dan lain-lain disamping sektor pertambangan (batubara). Transportasi adalah kegiatan memindahkan atau mengangkut orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya, dengan menggunakan sarana pembantu
berupa
kendaraan.
Dalam
pengembangan
wilayah,
transportasi
mempunyai peranan sangat penting, yaitu untuk mempermudah terjadinya interaksi antar bagian wilayah. Dengan semakin mudahnya proses interaksi antar wilayah akan memberikan dampak terhadap kondisi ekonomi, sosial dan kewilayahan (membuka keterisolasian suatu wilayah).
III - 40
Tabel 3.40 JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR No
Jenis Kendaraan
Premium
Solar
1 Beban
110
0
Penumpang pribadi
100
0
Penumpang umum
5
1.198
Bus besar pribadi
0
179
Bus besar umum
0
91
Bus kecil pribadi
1.200
0
Bus kecil umum
24
1.806
0
813
Truk kecil
820
2.500
Roda tiga
154
0
Roda dua
116.738
0
119.152
6.587
2 3 4 5 6 7 8 Truk besar 9 10 11 12 Jumlah
Sumber : Dinas Perhubungan, informasi dan komunikasi Kabupaten Pesisir Selatan
Keterangan : olahan Tabel SE-16
Jumlah kendaraan yang menggunakan bahan premium adalah sebanyak 119.152 buah, solar 6.587 buah. Dibandingkan pada tahun 2009 terjadi kenaikan. Hubungan yang semakin baik dan mudah antar wilayah akan merangsang dan membangkitkan pergerakan penduduk, kegiatan ekonomi dan sosial, yang pada akhirnya diharapkan akan membangkitkan perkembangan dan pertumbuhan wilayah tersebut. Dalam konteks Kabupaten Pesisir Selatan peranan sistem transportasi sangat besar sekali, mengingat kondisi wilayah memanjang dan terbagi kedalam beberapa bagian yang secara geografis membutuhkan perhatian pada setiap bagian wilayahnya, termasuk sistem transportasi didalamnya.
III - 41
Gambar 3.22 Kendaraan wajib uji
2005
1500
2006 1000
2007 2008
500
2009 0
2010 Kendaraan Wajib Uji
Sumber : Dinas Perhubungan, informasi dan komunikasi Kabupaten Pesisir Selatan
Gambat menunjukan bahwa kendaraan wajib uji dari tahun 2005 sampai 2010 terjadi penurunan sekitar 3%. Gambar 3.23 Kendaraan Telah di uji 2800 2700
2005
2600
2006
2500
2007
2400 2300
2008
2200
2009
2100
2010 Jumlah kendaraan telah diuji
Sumber : Dinas Perhubungan, informasi dan komunikasi Kabupaten Pesisir Selatan
Gambar diatas menunjukan bahwa dari tahun ketahun tingkat pengetahuan masyarakat semakin meningkat, hal ini terbukti semakin banyak kendaraan wajib uji yang telah melakukan uji kelayakan kendaraan pada dinas Perhubungan, Informasi dan komunikasi. Hal ini tidak terlepas dari sosialisasi yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah khususnya Dinas Perhubungan, informasi dan komunikasi Kabupaten Pesisir Selatan.
III - 42
Tabel 3.41 JUMLAH STASIUN POMPA BENSIN UMUM (SPBU) No
Lokasi SPBU
1
SPBU Lunang Silaut (Lusi)
2
SPBU Inderapura (Pancung Soal)
3
SPBU Surantih (Sutera)
4
SPBU Batang Kapas (Batang Kapas)
5
SPBU Sago (IV Jurai)
6
SPBU Api-Api (Bayang) Jumlah
Premium
Solar
5.124
4.074
5.964
1.974
7.434
3.780
2.520
714
5.922
2.940
2.814
2.268
29.778
15.750
Sumber : Bagian Perekonomian Setda Kabupaten Pesisir Selatan
Keterangan : olahan Tabel SE-17
Kabupaten Pesisir Selatan yang mempunyai topografis memanjang dari utara keselatan dengan garis pantai 234 km, mempunyai jumlah SPBU 6 unit pada 6 kecamatan. Jika dilihat dari table diatas menunjukan SPBU Surantih kecamatan Sutera memiliki penjualan Premium terbanyak, dilanjutkan dengan SPBU Inderapura dan SPBU Sago di kecamatan IV Jurai. Pemakaian Solar paling banyak di SPBU Lunang Silaut kemudian dilanjutkan dengan SPBU Surantih. Kecamatan Sutera merupakan daerah padat penduduk dan masyarakat nelayan terbanyak yang menggunanakan bahan bakar premium untuk melaut, daerah ini memiliki kapal Bagan Ikan terbanyak di Kabupaten Pesisir Selatan. Konsumsi transportasi merupakan penyumbang emisi CO2 terbanyak dibandingkan dengan emisi yang dihasilkan dari pembakaran rumah tangga. Hal ini dapat diketahui dari jumlah kendaraan roda 2 dan roda 4 yang meningkat dari tahuan ketahun. Untuk mengurangi emisi tersebut, harus dilakukan kir kendaraan dan tidak menggunakan kendaraan yang tidak mempunyai mesin bersih. Perbandingan Nilai Antar Lokasi antar Waktu Pada tahun 2007 AKDP datang sebanyak 453.581 unit, berangkat 403.838 unit. AKAP dating 157..748 unit, berangkat 137.525 unit. Pada tahun 2008 AKDP datang 479.318 unit, berangkat 430.862 unit, AKAP berangkat 173.886 unit, berangkat 148.444 unit. Dengan perkembangan persentase antara berangkat dan dating adalah AKDP dating 5,37 %, berangkat 6,27 %, AKAP datang 9,28 % berangkat 7,36 %.
III - 43
Hal ini berarti bahwa jumlah penumpang datang dan berangkat menggunakan AKDP dan AKAP tahun 2007 dibandingkan tahun 2008 meningkat masing-masing AKDP berangkat meningkat 6,27 %. AKAP meningkat 9,28 % dan AKDP berangkat meningkat 6,27 % sedangkan AKAP meningkat 7,36 %. Kondisi ini diduga karena adanya kesadaran penumpang untuk menggunakan angkutan umum resmi yang layak jalan. Disamping adanya pengawasan terhadap angkutan tidak resmi secara berkala. Jumlah AKDP yang mempunyai izin 89 kenyataannya 60 unit. Jumlah AKAP yang sudah ada izin 14 kenyataannya 16 unit. Kenyataan tersebut masih ada AKDP dan AKAP yang belum sesuai dengan izin yang diberikan. Solusi dari permasalahan tersebut adalah meningkatkan pengawasan kendaraan yang laik jalan dan penertiban kendaraan angkutan orang yang keluar masuk daerah. Gambar 3.24 Jumlah Kendaraan Berdasarkan Bahan Bakar
Sumber : Dinas Perhubungan, informasi dan komunikasi Kabupaten Pesisir Selatan
Gambar diatas menunjukan bahwa jumlah kendaraan bedasarkan bahan bakar premiun pada tahun 2010 sebanyak 119.152 buah, yang menggunakan solar 6.587 buah. Sedangkan pada tahun 2009 terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2010,
sedangkan
bahan
bakar
solar
tetap.
Tingginya
jumlah
kendaraan
menggunakan bahan bakar premium pada tahun 2010 didominasi oleh kendaraan roda dua.
III - 44
Analisa Statistik Sederhana Gambar 3.25 Analisis Jumlah Kendaraan Berdasarkan Bahan Bakar
Sumber : Dinas Perhubungan, informasi dan komunikasi Kabupaten Pesisir Selatan
Jumlah kendaraan maksimum menggunakan premium adalah roda dua sebanyak 116.379 buah. Maksimum menggunakan bahan bakar solar adalah truk kecil sebanyak 2.600 buah. III – H. TRANSPORTASI Berdasarkan fungsinya jalan dibedakan atas jaringan jalan primer dan sekunder, yang kemudian masing-masing dibedakan menjadi arteri, kolektor dan lokal. Di Kabupaten Pesisir Selatan jaringan jalan berdasarkan fungsinya diklasifikasikan menjadi : a) Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jauh, panjang jalan arteri di Kabupaten Pesisir Selatan yaitu 223,50 Km. b) Jalan Kolektor, yaitu jalan yang berfungsi sebagai pengumpul dan penyalur jalan-jalan lokal ke jalan arteri dengan cirri-ciri perjalanan sedang. Panjang jalan kolektor yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan yaitu 68,10 Km. Untuk sistem jaringan jalan di Kabupaten Pesisir Selatan mempunyai 2 (dua) fungsi, yaitu: 1)
Untuk melayani kebutuhan Sistem jaringan transportasi yang lengkap akan dapat memberikan pelayanan yang terintegrasi dari tempat asal pergerakan sampai ke tempat tujuan yang diinginkan. III - 45
2)
Untuk merangsang perkembangan kegiatan Sistem jaringan jalan dapat menimbulkan suatu kegiatan yang dilakukan penduduk dan dapat berkembang dengan pesat. Standar jaringan jalan menurut fungsinya berdasarkan UU Nomor 38 Tahun 2004 adalah sebagai berikut :
•
Jalan Arteri Primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.
•
Jalan Arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 km/jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.
•
Jalan Kolektor Primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
•
Jalan Kolektor Sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
•
Jalan Lokal Primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah minimal 20 km/jam denganlebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter.
•
Jalan Lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah minimal 10 km/jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 5 meter. Tabel 3.42 PANJANG JALAN MENURUT KEWENANGAN No
Jenis Kewenangan
1
Jalan Nasional
2
Jalan Provinsi
3
Jalan Kabupaten
4
Jalan Kota
Sumber
Panjang Jalan (Km) 22.350 68,10 2.274,82 30,80
: Dinas Informasi dan Perhubungan Kabupaten Pesisir Selatan
Keterangan : olahan Tabel SE-20
Panjang jalan nasional di Kabupaten Pesisir Selatan adalah 22.350 km, jalan provinsi 68,10 km, jalan Kabupaten adalah 2.274,82 km dan jalan kota 30,80 km.
III - 46
Tabel 3.43 KONDISI JALAN KABUPATEN PESISIR SELATAN No A
B
C
Sumber
Jenis, Kondisi dan Status Jalan
2007 (km)
Jenis Permukaan 1. Aspal 2. Kerikil 3. Beton 4. Tanah Jumlah Kondisi Jalan 1. Baik 2. Sedang 3. Rusak 4. Rusak berat Jumlah Kelas Jalan 1. Kelas I 2. Kelas Jalan II 3. Kelas Jalan III 4. Kelas Jalan III A 5. Kelas Jalan III B 6. Kelas Jalan III C 7. kelas Tidak dirinci Jumlah
2008 (km)
481 258,9 588,1 14,5
502,9 256 553,7 34,10
1.342,5
1.346,7
426,1 226,8 211,9 477,7
344,3 294,3 280,1 428
1.342,5
1.346,7
185,9 265,7 270,1 620,8 1.343,5
190,1 265,7 270,1 620,8 1.246,7
: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan
Keterangan : olahan Tabel SE-20
Pembangunan inftrastruktur jalan adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Infrastruktur
merupakan
roda
penggerak
pertumbuhan
ekonomi.
Kegiatan
transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi dari baik barang maupun penumpang. Indikator keberhasilan pembangunan bidang jalan dan jembatan sangat ditentukan oleh kelancaran arus barang dan mobilitas penduduk dalam menjangkau seluruh wilayah. Prioritas pembangunan jalan dan jembatan adalah untuk menunjang pengembangan pariwisata, pendidikan, peningkatan akses dari dank sentra-sentra produksi pertanian, peternakan dan perindustrian, kelokasi transmisgrasi dan pemasaran. Pembukaan dan penigkatan jalan juga merupakan upaya membuka keterisoliran nagari-nagari tertinggal. Dengan dibuka dan ditingkatkannya kondisi jalan diharapkan masyarakat dapat membawa hasil pusat-pusat pemasaran, terbuka akses kelokasi pendidikan, kesehatan serta fasilitas social lainnya. Kegiatan ini ditujukan untuk mengurangi angka kemiskinan di Kabupaten Pesisir Selatan.
III - 47
Tabel 3.44 SARANA TERMINAL KENDARAAN No
Tipe Terminal*)
Nama Terminal
1
Bus dan Oplet Pasar Baru
C
2
Bus dan Oplet Sago
B
3
Bus dan Oplet Pasar Painan
C
4
Bus dan Oiplet Silaut
C
Sumber
Luas Kawasan (Ha)
Lokasi**) BAYANG IV JURAI IV JURAI Lunang Silaut
500 m kapasitas 600 unitf 1 Ha kapasitas 206 unit 500 m kapasitas 87 unit 900 m kapasitas 127 unit
: Dinas Informasi dan Perhubungan Kabupaten Pesisir Selatan
Keterangan : olahan Tabel SE-21
Terminal daerah Kabupaten Pesisir Selatan ada 4 buah terminal dengan lokasi di 3 kecamatan, tipe terminal Bus dan oplet Pasar Baru tipe C, Bus Sago Tipe B dan Bus Pasar Painan Tipe C. Terminal bus oplet didaerah Kabupaten Pesisir Selatan selain yang diatas juga terdapat di pasar-pasar kecamatan, namun mereka memparkirkan kendaraan di pinggir jalan. Tabel 3.45 SARANA PELABUHAN LAUT No
Nama Pelabuhan
Jenis Kegiatan*)
Peran dan Fungsi**)
Luas Kawasan (Ha)
1
Pelabuhan Panasahan Painan
Bongkar muat barang,
Pelabuhan Regional
100
2
Pelabuhan Carocok Tarusan
Lelang ikan, bekal nelayan
Mengisi
Penyebrangan
10
3
Pelabuhan Muaro Gadang
Lelang ikan, bekal nelayan
Mengisi
Perikanan
9
4
Pelabuhan Muaro Air Haji
Lelang ikan, bekal nelayan
Mengisi
Perikanan
15
5
Pelabuhan Muaro Surantih
Lelang ikan, bekal nelayan
Mengisi
Perikanan
8
6
Pelabuhan Muara Sakai
Lelang ikan, bekal nelayan
Mengisi
Penyebrangan
15
7
Dermaga TPI Kambang
Lelang ikan, bekal nelayan
Mengisi
Perikanan
5
Sumber
: Dinas Informasi dan Perhubungan Kabupaten Pesisir Selatan
Keterangan : olahan Tabel SE-22
Sarana transportasi laut, Daerah Pesisir Selatan yang sebagian besar terletah disepanjang pesisir pantai mempunyai mata pencaharian nelayan. Pelabuhan Panasahan Painan sebagai Pelabuhan regional dengan kegiatan bongkar muat barang, Pelabuhan Carocok Tarusan sebagai penyebrangan dan tempat lelang ikan, emngisi bahan bakar nelayan.
III - 48
Tabel 3.46 PERKEMBANGAN USAHA PERIKANAN DI KAB. PESSEL 2001-2007 Produksi Perikanan (ton)
Jumlah Armada Tangkap No
Tahun
Jumlah Nelayan
1
2001
14.074
Perahu tanpa motor 445
2
2002
14.745
3
2003
4
Motor tempel
Kapal Motor
Laut
Darat
340
494
19.782,3
941,1
596
428
511
22.415,3
931,7
16.389
815
506
621
24.028,95
758,6
2004
16.390
1.254
759
325
24.025,58
505,6
5
2005
16.719
951
791
344
25.734
941,06
6
2006
16.439
922
719
326
25.474,21
941,06
7
2007
18.767
1.001
731
492
25.837
1.254
8
2008
18.925
1.034
794
465
26.017
1.314
Sumber
: Dinas Perikanan dan Kelauatan Kabupaten Pesisir Selatan
Berdasarkan
data
kependudukan
banyak
nelayan
yang
menggantungkan
kehidupannya dari sumber daya laut. Perbandingan Nilai Antar Lokasi antar Waktu Gambar 3.26 Perbandingan Panjang Jalan
Sumber
: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan
Gambar diatas dapat diketahui bahwa Jalan nasional pada tahun 2009 dan 2010 tetap tidak ada pertambahan. Tahun 2010 jalan kabupaten terjadi kenaikan.
III - 49
Analisa Statistik Sederhana Gambar 3.27 Analisis Panjang Jalan
Sumber
: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan
Jalan maksimum yang terdapat di daerah adalah jalan Nasional dengan panjang 22.350 km, jalan paling kecil minimum adalah 30.80 km jalan kota. III – I. PARIWISATA Industri pariwisata merupakan kegiatan yang memiliki peran penting dalam penyokong dan mengembangkan perekonomian rakyat. Melalui aspek multiplier yang dihasilkannya, sehingga kepariwisataan di Provinsi Sumataera Barat dan Pesisir Selatna khususnya telah dijadikan salah satu sektor unggulan dalam pelaksanaan pembangunan, namun demikian bukan berarti bahwa pariwisata tidak memiliki masalah, mengingat pengembangan sektor pariwisata menimbulkan jaminan keamanan dan kenyamanan serta iklim usaha yang kondusif dalam jangka waktu yang relatif panjang. Kabupaten Pesisir Selatan memiliki potensi Pariwisata yang cukup besar, baik wisata alam, maupun wisata bahari dan wisata budaya meliputi kawasan Mandeh dan sekitarnya yang banyak meiliki pulau-pulau kecil dan dapat dijadikan sebagai peluang investasi bagi investor baik dalam maupun luar negeri. Secara keseluruhan volume limbah padat dari lokasi objek wisata tidak begitu banyak volumenya, karena jumlah pengunjung musim-musiman dan tidak secara harian, pengolahan sampah padat didaerah wisata dikumpulkan pada tempat pembuangan sementara yang selanjutnya diangkut oleh Dinas Pasar, Kebersihan dengan truk ke TPA.
III - 50
Gambar 3.28 OBJEK WISATA YANG ADA DI DAERAH KAB. PESISIR SELATAN
Sumber : Dokumentasi Daerah Kabupaten Pesisir Selatan
III - 51
Perbandingan Nilai Antar Lokasi antar Waktu Gambar 3.29 Volume Limbah Padat di Daerah Objek Wisata
Sumber : Dinas Pemuda, Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pesisir Selatan
Gambar diatas menunjukan bahwa pada tahun 2010 volume limbah padat lebih banyak dibandingkan pada tahun 2009. Analisa Statistik Sederhana Gambar 3.30 Analisis volume limbah padat
Sumber : Dinas Pemuda, Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pesisir Selatan
Volume sampah limbah padat maksimum terdapat di Pantai pasir putih kambang sebanyak 99 m3/hari. Rata –rata volume limbah padat dengan nilai 55 m3/hari. Jumlah limbah padat minimal adalah objek wisata lukah gilo sebanyak 11 m3/hari. III – J. LIMBAH B3 Kegiatan pembangunan bertujuan meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat yang dilaksanakan melalui rencana pembangunan jangka panjang yang bertumpu pada pembangunan dibidang industri. Limbah B3 yang dibuang langsung kedalam lingkungan dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta mahkluk hidup lainnya.
III - 52
Tabel 3.47 PERUSAHAAN PENGHASIL LIMBAH B3 No 1.
Nama Industri PT. INCASI RAYA
Sumber
Jenis Kegiatan Perkebunan dan Pabrik kelapa sawit
Jenis Limbah
Volume (Ton/Tahun)
Sisa Oli bekas
42.490
: PT. Incasi Raya Kabupaten Pesisir Selatan
Keterangan : Olahan Table SP-15
Maksimal lamanya penyimpanan limbah B3 adalah 1 bulan. Selama bulan April 2010 sisa oli bekas sudah mencapai 366 liter. Sisa Limbah B3 di TPS adalah sebanyak 366 liter. Pada bulan Maret oli bekas sebanyak 369 liter. Tabel 3.48 PERUSAHAAN YANG MENDAPAT IZIN UNTUK PENYIMPANAN, PENGUMPULAN, PENGOLAAHAN, PEMANFAATAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH B3 No
Nama Perusahaan
Jenis Izin*)
Nomor Izin
1.
PT. Incasi Raya
Penyimpanan Limbah B3 dari KLH Pusat Jakarta melalui Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Nomor 111 tahun 2007 tanggal 8 Maret 2007
2.
PT. Incasi Raya
Perpanjangan Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun kepada PT. Incasi Raya Unit Pengolahan Kelapa Sawit Muara Sakai Inderapura.
Nomor 660/322/Kpts/BPTPS/2010 tanggl 29 Maret 2010
S u m b e Sumber
: PT. Incasi Raya Kabupaten Pesisir Selatan
Keterangan : Olahan Table SP-16
Belum ada perusahaan yang mendapat rekomendasi dan izin dari Perhubungan untuk pengangkutan limbah B3. Tabel olahan SP-17. Tanah merupakan tempat aktivitas seluruh mahluk hidup, dimana di atas tanah tumbuh berbagai fungsi kegiatan. Masing-masing fungsi kegiatan memiliki peranan yang saling menunjang. Tujuan pengembangan pengelolaan tanah adalah agar tetap terjaganya kualitas tanah dari kondisi kritis atau tandus. Dalam rangka mencegah terjadinya degradasi tanah, maka pada kawasan lindung perlu dikuasai oleh pemerintah (hak pengelolaan dan penguasaannya harus berada pada pemerintah) dan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. Sedangkan pada wilayah yang memiliki kondisi lahan kritis dan atau sangat kritis diperlukan
III - 53
penangangan dalam rangka mendukung produksi pertanian yang berkelanjutan, serta
diperlukan
memperhatikan
arahan
pengembangan
dukungannya
terhadap
pada
budidaya
resapan air
dan
pertanian
dengan
konservasi, karena
mengemban fungsi lindung.
Perbandingan Nilai Antar Lokasi antar Waktu
Pada tahun 2009 PT.Incasi Raya telah mendapatkan izin penyimpanan sementara limbah B3 dari Kemeterian Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 tahun 2007 karena batas izin telah habis pada tahun 2009 PT. Incasi Raya mengajukan kembali izin Perpanjangan Penyimpanan sementara Limbah B3 pada unit Pengolahan kelapa sawit Muara Sakai di Inderapuran dari Bupati Pesisir Selatan Nomor 660/322/Kpts/BPTSPS/2010.
Analisa Statistik Sederhana
Perpanjangan Izin Penyimpanan Sementara Limbah B3 PT Incasi Raya dari Bupati Pessel 2010 berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah Daerah.
III - 54
IV – A. REHABILITASI LINGKUNGAN Rehabilitasi lingkungan perlu dilaksanakan mengingat lingkungan yang sudah dimanfaatkan oleh manusia demi kepentingan yang cukup beragam mulai dari dampak kecil, menengah dan besar terhadap lingkungan. Jika lingkungan tidak direhabilitasi akan berakibat fatal pada masa yang akan datang, karena bumi bukanlah milik kita tapi titipan untuk cucu dimasa yang akan datang, jadi manfaatkanlah bumi dan jaga kelestariannya sehingga dapat dimanfaatkan oleh anak cucu kita. Selain rehabilitasi upaya paya preventif dalam rangka pengendalian dampak lingkungan hidup perlu dilaksanakan dengan mendayagunakan secara maksimal instrumen pengawasan dan
perizinan. Dalam hal pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup sudah terjadi, perlu dilakukan upaya represif berupa penegakan hukum yang efektif, konsekuen, dan konsisten terhadap pencemaran dan erusakan lingkungan hidup yang sudah terjadi. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk merehabilitasi lingkungan, salah satunya adalah dengan melakukan penghijauan dan reboisasi terhadap kondisi lahan dan tanah yang mulai kritis dan tandus akibat perbuatan manusia juga, dengan membakar lahan, menebang pohon secara legal, menambang batu bara tanpa rekonstruksi dan melaksanakan perkebunan tidak beraturan tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkannya. Peranan Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam hal melaksanakan program penghijauana GNRHL ini sangat dituntut demi tercapainya sasaran dari program kegiatan ini.
IV - 1
Tabel 4.1 Rencana dan Realisasi Penghijauan No
Penghijauan
Luas
Jumlah Pohon
1
Rencana
150
120.000
2
Realisasi
150
120.000
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Pessel
Keterangan : Olahan Tabel UP-1
Gambar : 4.1 RENCANA DAN REALISASI JUMLAH POHON
RENCANA REALISASI 50%
50%
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Pessel
Pada gambar 4.1 diatas dapat diketahui bahwa jumlah pohon dan realisasi dilaksanakan dengan persentase 100 %, hal ini sangat bermanfaat bagi penghijauan pada daerah yang mempunyai lahan kritis cukup tinggi untuk masa yang akan datang.
GAMBAR 4. 2 PENGHIJAUAN JUMLAH POHON PERKECAMATAN
LSB
Tarusan
Tarusan
LSB
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Pessel
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rencana dan realisasi kegiatan penghijauan tahu 2010 terjadi penurunan dari tahun sebelumnya. Untuk menjaga kelestarian lngkungan dan menjaga hutan sebagai bufer zone hutan penyimpanan air. Untuk itu perlu dilakuan budi daya. Kawasan budi daya
yang akan ditetapkan di
Kabupaten Pesisir Selatan terdiri atas : 1. Hutan Produksi, meliputi hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas.
IV - 2
2. Budidaya Pertanian, meliputi kawasan tanaman pangan lahan basah, tanaman pangan lahan kering, peternakan perkebunan, dan perikanan. 3. Budidaya Non Pertanian, meliputi kawasan permukiman, pertambangan, industri, pariwisata dsb. GAMBAR 4. 3 LUAS PENGHIJAUAN PERKECAMATAN
LSB
Tarusan
Tarusan
LSB
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Pessel
Gambar 4.3 menunjukan bahwa tahun 2010 luas penghijauan yang paling dominan adalah Kecamatan Linggo Sari Baganti
dengan luas 100 ha dan
kecamatan Koto XI Tarusan 50 ha. Tabel 4.2 Rencana dan Realisasi Kegiatan Reboisasi No
Penghijauan
Luas
Jumlah Pohon
1
Rencana
150
60.500
2
Realisasi
150
10.000
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Pessel
Keterangan : Olahan Tabel UP-2 Tabel 4.2 menunjukan bahwa rencana dan realisasi kegiatan reboisasi sesuai dengan target yang ditetapkan, namun setelah reboiasasi dilaksanakan ada permasalahan dilapangan yang ditemukan yakni terbakarnya lahan reboisasi di Kecamatan Koto XI Tarusan. Sangat kan memang hal ini sampai terjadi namun pemerintah daerah telah melakukan penyulaman terhadap pohon yang terbakar. Pembangunan sektor pelestarian dan fungsi hutan bagi kehidupan masyarakat adalah
menjaga
keseimbangan
ekosistem
hutan
dengan
pemberantasan
pembalakan liar (ilegal loging) dengan melaksanakan reboisasi atas lahan kritis dan pengawasan hutan lindung. Permasalahan ilegal loging intinya adalah lemahnya penegakan hukum
terhadap pelaku dan jaringan pendukungnya, mulai dari
IV - 3
pemodal (cukong) yang membiayai dan menjadi otak, oknum aparat, birokrasi dan oknum aparat keamanan serta penegak hukum. Selain itu maraknya kegiatan penebangan liar dipicu oleh tingginya permintaan kayu yang melebihi ketersediaan, sehingga pencarian kayu menjadi bisnis yang menguntungkan bagi pihak-pihak terkait, kondisi ini diperparah dengan kondisi kemiskinan masyarakat yang tinggal disekitar hutan. Adapun kegiatan – kegiatan realisasi reboisasi penghijauan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan dan dinas terkait lainnya adalah sebagai berikut : -
Perlu Kegiatan reboisasi dan perawatan secara kontinyu untuk meningkatkan penutupan vegetasi dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan
-
Pembangunan hutan tanaman rakyat
-
Kecil menanam dewasa memanen
-
Program reboisasi dan penghijauan
-
Pemuatan bibit nagari
-
Melaksanakan budi daya terhadap tanaman tidak dilindungi seperti Mangga tarusan, Beringin, gambir, Rotan, Kayu Manis dan Kayu Bayur.
-
Melaksanakan budi daya tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai kebutuhan ekonomi seperti tanaman panen, produksi dan palawija diantaranya : Padi, jagung, Kedelai, kacang tanah, Kacang Hijau, ubi kayu, Ubi Jalar, talas, Sorgum.
-
Melaksanakan budi daya tanaman sayuran seperti bawang merah, bawang putih, bawang daun, kacang panjang, cabe besar, cabe kecil, cabe rawit, terung, tomat, Bayam, Bayam Bima, Ketimun, Kangkung.
-
Melaksanakan budi daya tanaman buah-buahan seperti Melon, semangka, Belimbing, Jeruk, Jeruk pantai, Nenas, Pepaya, Salak, sirsak.
-
Melaksanakan budi daya MPTS, seperti duku, durian, Jambu Biji, Jambu air, Mangga, Manggis, Nangka, Rambutan dan Sawo, rambutan, sawo, sukun, melinjo, petai dan jengkol.
-
Melaksanakan penanaman pohon pelindung seperti Mahoni, Meranti, Pulai, Gaharu, Surian, Durian, Bonio dan Pala.
-
Program GNRHL menanam bibit tanaman Kayu-kayuan dan MPTS seluas 2.260 Ha akan berdampak pada bertambahnya penutupan vegetasi dan berkurangnya jumlah lahan kritis.
-
Meningkatnya fungsi dan manfaat hutan.
-
Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap hutan dan menumbuhkan rasa memiliki. IV - 4
-
Tumbuhnya partisipatif masyarakat dalam pengamanan hutan.
-
Reforestasi (usaha reboisasi pada lahan yang dahulunya ada hutan, namun sudah rusak karena penebangan; Bila merujuk ketentuan internasional kerusakan terakhir adalah 1 Januari 1990); Program pembangunan Hutan Tanaman Rakyat oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan.
-
Avoiding deforestasi (pencegahan perusakan pada hutan yang masih ada)
-
Penggunaan tanaman yang tahan kekeringan (adaptasi) ; Penanaman pohon cemara oleh Dinas Perikanan dan Kelautan dan Kantor Lingkungan Hidup.
-
Penanaman pohon mahoni, Meranti, Pulai, Gaharu, Surian, Melinjo, Pala dan Durian di Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan
-
Penanaman pohon mahoni, Meranti, Pulai, Gaharu, Surian dan Durian di Kapuah Kecamatan Koto XI Tarusan
-
Penanaman pohon mahoni, Meranti, Pulai, Gaharu, Surian dan Durian di Kecamatan Bayang
-
Penanaman pohon mahoni, Meranti, Pulai, Gaharu, Surian dan Durian di Telatan dan Langang Kecamatan Air Haji
-
Penanaman pohon mahoni, Meranti, Pulai, Gaharu, Surian dan Durian di Limau Manih Kulam Kecamatan Lengayang
IV – B. PENGAWASAN AMDAL Sesuai
dengan
keluarnya
Undang-undang
nomor 32 tahun
2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan, Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas ataupun kualitas tidak merata, sedangkan kegiatan pembangunan membutuhkan sumber daya alam yang semakin meningkat. Kegiatan pembangunan juga mengandung risiko terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Kondisi ini dapat mengakibatkan daya dukung, daya tampung, dan produktivitas lingkungan hidup menurun yang pada akhirnya menjadi beban sosial. Oleh karena itu, lingkungan hidup Indonesia harus dilindungi dan dikelola dengan baik berdasarkan asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan, dan asas keadilan. Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup harus dapat memberikan kemanfaatan ekonomi, sosial, dan budaya yang dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian, demokrasi lingkungan, desentralisasi, serta pengakuan dan penghargaan terhadap kearifan lokal dan kearifan lingkungan. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menuntut dikembangkannya suatu sistem yang terpadu berupa suatu kebijakan nasional perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan secara taat asas dan konsekuen dari pusat sampai ke daerah. 3. Penggunaan sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi IV - 5
lingkungan hidup. Sebagai konsekuensinya, kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan harus dijiwai oleh kewajiban melakukan pelestarian lingkungan hidup dan mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan kualitas hidup dan mengubah gaya hidup manusia. Pemakaian produk berbasis kimia telah meningkatkan produksi limbah bahan berbahaya dan beracun. Hal itu menuntut dikembangkannya sistem pembuangan yang aman dengan risiko yang kecil bagi lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Di samping menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat, industrialisasi juga menimbulkan dampak, antara lain, dihasilkannya limbah bahan berbahaya dan beracun, yang apabila dibuang ke dalam media lingkungan hidup dapat mengancam lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Dengan menyadari hal tersebut, bahan berbahaya dan beracun beserta limbahnya perlu dilindungi dan dikelola dengan baik. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus bebas dari buangan limbah bahan berbahaya dan beracun dari luar wilayah Indonesia. Menyadari potensi dampak negatif yang ditimbulkan sebagai konsekuensi dari pembangunan, terus dikembangkan upaya pengendalian dampak secara dini. Analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) adalah salah satu perangkat preventif pengelolaan lingkungan hidup yang terus diperkuat melalui peningkatkan akuntabilitas dalam pelaksanaan penyusunan amdal dengan mempersyaratkan lisensi bagi penilai amdal dan diterapkannya sertifikasi bagi penyusun dokumen amdal, serta dengan memperjelas sanksi hukum bagi pelanggar di bidang amdal. Amdal juga menjadi salah satu persyaratan utama dalam memperoleh izin lingkungan yang mutlak dimiliki Sebelum diperoleh izin usaha. Seiring dengan hal tersebut untuk mencegah terjadinya degradasi lingkungan hidup lebih lanjut, perlu dilakukan perubahan paradigma dalam pembangunan yang mengarah pada keberlanjutan. Berkenaan dengan hal tersebut, selama Tahun 2010 Kantor Lingkungan Hidup dan Bapedalda Provinsi Sumatera Barat telah mengeluarkan izin pengelolaan lingkungan kepada pemrakarsa kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting adalah sebagai berikut :
IV - 6
TABEL 4.3 REKOMENDASI DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN No
Jenis Dokumen
Jumlah
1
AMDAL
4
2
UKL/UPL
5
3
DPPL
1
4
SPPL
0
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Keterangan : Olahan Tabel UP-4 Dari tabel 4.3 menunjukan bahwa Rekomendasi dokumen pengelolaan lingkungan yang telah dikeluarkan oleh Kantor Lingkungan
Hidup Kabupaten Pesisir Selatan dan
Bapedalda Provinsi selaku Komisi Penilai AMDAL, AMDAL 4 buah, UKL/UPL sebanyak 5 buah dan DPPL jumlah 1 buah. Kegiatan pemberian izin Dokumen Pengelolaan lingkungan seperti dokumen UKL/UPL dilaksanakan pembahasannya oleh Komisi AMDAL Kabupaten Pesisir Selatan, dengan sekretariat berada di Kantor Lingkungan Hidup, pembahasan dilakukan dengan melibatkan Tim Teknis dari instansi terkait, Tim Ahli dari
PSLH Unand Padang.
Pemberian izin yang diberikan kepada pemrakarsa pada tahun 2010 adalah kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Siguntur di Kecamatan Koto XI Tarusan oleh CV.Multi Mitra Serasi, Pembangunan Unit Pengolahan dan Pengeringan Daun Gambir Kecamatan Koto XI Tarusan oleh PD. Murni Gambir, Penambangan Batu Bara di Panadah Oleh PT. Pertamina Perkasa Abadi, Pembangunan Pengembangan Jembatan Kincir Nagari Salido Kec. IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan oleh PT. Visitech Gemilang, Pembangunan Pengembangan Jembatan Kelok Paku
Perbatasan Pasar Baru Bayang
dengan Salido Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan oleh PT. Visitech Gemilang. DPLH 1 buah SPBU 14-256-526 Desa Gurun Panjang Nagari Gurun Panjang Kapuh Kabupaten Pesisir Selatan oleh Pertamina dengan Pimpinan H. Sengaja Budi Syukur, DPLH Stone Crusher dan Asphal Mixing Plant lokasi Painan oleh PT. Dekky Karya Bestari, DPLH Stone Crusher dan Asphal Mixing Plant lokasi Lunang Silaut oleh PT. Dekky Karya Bestari dan DPLH Stone Crusher. Untuk pembahasan dokumen AMDAL belum dapat dilaksanakan oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir selatan, hal disebabkan Kantor Lingkungan Hidup belum mempunyai Lisensi Komisi AMDAL, dengan syarat ketua Komisi harus memiliki sertifikat AMDAL Penyusun sebanyak 2 orang, dan AMDAL Penilai 8 orang. IV - 7
Pembahasan AMDAL dilaksanakan pada Bapedalda Provinsi Sumatera Barat, ada taun 2010 ini telah dilakukan sidang AMDAL 4 buah AMDAL, diantaranya AMDAL Rencana Kegiatan Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sapta Sentosa Jaya Abadi seluas 2.560 ha di Kenagarian Silaut Kecamatan Lunang Silaut oleh PT. Sapta Sentosa Jaya Abadi, Rencana Usaha Penambangan Batu Bara Kuasa Pertambangan (KP) Eksploitasi KW 96 PP 0323 (Luas wilayah 922,70 ha) oleh PT. Lumpo, Pelabuhan Panasahan oleh PT. Prima Seni Alam Bina. TABEL 4.4 PENGAWASAN UKL/UPL No
Pengawasan
Permasalahan
1
PT. INCASI RAYA
Pengujian limbah cair Pengujian emisi udara
2
PT. SAPTA
Belum ada laporan perbulan air sungai
3
PT. SUMATERA JAYA AGRO LESTARI
Belum ada laporan perbulan
4
Penambangan bahan galian golongan C an. Masra Davidtos
Belum ada laporan perbulan
5
Penambangan bahan galian golongan C an. Muman DT. Panduko Rajo
Belum ada laporan perbulan
6
Penambangan bahan galian golongan C an. M. Rifai ML Sutan
Belum ada laporan perbulan
7
PLTMH SALIDO
Belum ada laporan perbulan
8
PT. ABDI NAGARI
Belum ada laporan perbulan
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Keterangan : Olahan Tabel UP-5 1. PT. Incasi Raya Berdasarkan hasil laporan yang dicek ke kantor PT. Incasi Raya selalu ada Laporan Bulanan pengujian kualitas limbah cair, emisi udara selalu dilaporkan secara triwulan. Hasil pengujian yang dilaporkan terdapat beberapa parameter melebihi baku mutu yang telah ditetapkan oleh Keputusan Mentri negara lingkungan hidup No.51 tahun 1995 tentang Baku mutu limbah cair industri minyak sawit. Tetap menyampaikan RKL/RPL ke instansi Pengelola Lingkungan Hidup baik pusat maupun daerah. Belum ada menyampaikan kondisi kesuburan tanah sesuai dengan amanat PP No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian Keruksakan
Tanah untuk Produksi Biomassa. Memberikan input pupuk yang
mengandung Ca dan Mg ke tanah sehingga sehingga kandunga ca-dd dab mg-
IV - 8
dd di tanah dapat meningkat, serta mengupayakan untuk menetralkan pH tanah yang berada pada kriteria masam. 2. PT. Sapta Berdasarkan hasil pengawasan ke PT. Sapta dengan keterangan Asisten Kepala Rekson Sibarani, SP titik api ditemukan diluar wilayah PT. Sapta yaitu dilahan garapan masyarakat tepatnya disebelah Barat dan Timur PT. Sapta Silaut. Lokasi yang terbakar diperkirakan 10 Ha dan api sudah ada sejak 5 hari yang lalu, penyebab kebakaran diduga dari kelalaian masyarakat saat membuka lahan untuk perkebunan dan pertanian diperkirakan api sudah dapat dipadamkan saat tim telah tiba, karena PT. Sapta dan masyarakat terus berupaya mematikan api tersebut. Belum ada laporan perbulan tentang kualitas air sungai yang berada disekitar perkebunan. Untuk tidak terjadinya lagi kebakaran, perlu dilakukan pengawasan lebih intensif terutama pada musim kemarau, karena biasanya cara mudah dan muurah
untuk membuka lahan adalah dengan membakar. Perlu dilakukan
peyuluhan lebih lanjut kepada orang-orang yang berkepentingan mengenai tata cara pembersihan lahan yang diperbolehkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Diperlukan
adanya
kesepakatan
bersama
antara
pemerintah,
masyarakat, tokoh masyarakat untuk tidak membakar lahan dalam pembukaan lahan.
3. PT. Sumatera Jaya Agro lestari Berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan terhadap PT. Sumatera Jaya Agro Lestari tidak terjadi kebakaran pada wilayah perkebunan kelapa sawit. Belum ada laporan perbulan tentang kualitas air sungai dan kualitas tanah yang berada disekitar perkebunan. 4. Penambangan bahan galian golongan C an. Masra Davidtos Berdasarkan dokumen UKL dan UPL dapat disimpulkan bahwa penambangan galian c masih efektif dan tidak ditemui kendala yang berarti. 5. Penambangan bahan galian golongan C an. Muman Dt. Panduko Rajo Berdasarkan dokumen UKL dan UPL dapat disimpulkan bahwa penambangan galian c masih efektif dan tidak ditemui kendala yang berarti.
IV - 9
6. Penambangan bahan galian golongan C an. Rifai ML Sutan Berdasarkan dokumen UKL dan UPL dapat disimpulkan bahwa penambangan galian c masih efektif dan tidak ditemui kendala yang berarti. 7. PLTMH Salido Berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan terhadap PLTMH Salido tidak terjadi kebakaran pada wilayah PLTMH. Belum ada laporan pertriwulan tentang kualitas air sungai, udara dan kualitas tanah yang berada disekitar perkebunan.
8. RS. Permata Hati Berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan terhadap Rumah Sakit Permata Hatii tidak terjadi
kejadian yang mencemari lingkungan. Belum ada laporan
pertriwulan tentang kualitas air sungai dan kualitas tanah yang berada disekitar perkebunan.
IV – C.
PENEGAKAN HUKUM Penegakan hukum pidana dalam Undang-Undang ini memperkenalkan ancaman hukuman minimum di samping maksimum, perluasan alat bukti, pemindahan bagi pelanggaran baku mutu, keterpaduan penegakan hokum pidana, dan pengaturan tindak
pidana
korporasi.
Penegakan
hukum
pidana
lingkungan
tetap
memperhatikan asas ultimum remedium yang mewajibkan penerapan penegakan hukum pidana sebagai upaya terakhir setelah penerapan penegakan hukum administrasi dianggap tidak berhasil. Penerapan asas ultimum remedium ini hanya berlaku bagi tindak pidana formil tertentu, yaitu pemidanaan terhadap pelanggaran baku mutu air limbah, emisi, dan gangguan. Pelestarian lingkungan yang didambakan memang memerlukan suatu usaha yang keras sehingga
terciptalah lingkungan yang asri dan berdaya guna untuk
masyarakat dimasa yang akan datang. Penegakan hukum dalam hal terjadinya pelanggaran permasalahan lingkungan belum seluruhnya dapat diselesaikan dengan baik.
IV - 10
TABEL 4.5 PENGADUAN MASALAH LINGKUNGAN No
Masalah
Jumlah Pengaduan
1
Galian C sirtukil Talawi Kenagarian Barungbarung Balantai di Kecamatan Koto XI Tarusan belum ada izin eksplorasi sudah dilakukan eksploitasi
2 kali
2
Tidak terkendalinya Pengrusakan lingkungan di Aliran Batang Bayang dengan pengambilan Galian C SIRTUKIL tanpa ada izin dari instansi terkait serta masyarakat sekitar.
1 kali
3
Pertambangan batu bara di Kecamatan Basa IV Balai Tapan belum ada izin Eksplorasi tapi sudah dilakukan eksploitasi
1 kali
4
Keresahan masyarakat dengan adanya sapi berkeliaran dijalan
2 kali
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Keterangan : Olahan Tabel UP-6 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 masalah pencemaran lingkungan yang diadukan masyarakat kepada Kantor Lingkungan Hidup hanya 4 masalah, permasalahan – permasalahan yang timbul bukanlah permasalahan yang besar namun dapat diatas oleh Kantor lingkungan hidup dengan turun kelapangan dan memberikan sosialisasi terhadap dampak yang timbul dari permasalahan tersebut jika tidak segera diatasi. Sumber pencemaran permasalahan lingkungan dilingkungan masyarakat dengan status pengaduan bersifat umum dan dapat diselesaikan. Keterbukaan informasi bagi masyarakat tentang pengelolaan dan pencemaran lingkungan memberikan nilai tambah bagi masyarakat tentang pentingnya manfaat menjaga dan melestarikan lingkungan. Berdasarkan permasalahan yang timbul, Kantor Lingkungan Hdup segera mengambil tindakan dengan langsung melakukan cros cek kelapangan bersama tim teknis yang berada di kantor serta melibatkan instansi terkait, seperti Kantor Satpol PP, Kantor Kesbang Linmas, Aparat kecamatan setempat, Wali Nagari dan Wali Kampung.
IV - 11
IV – D. PERAN SERTA MASYARAKAT Peran serta masyarakat sangat penting dalam mendukung pengelolaan Pembangunan lingkungan dalam hal pencemaran air sungai, masyarakat dengan adanya keterbukaan informasi secara luas dan umum, masyarakat sudah pintar melihat kondisi pencemaran dan pengendalian lingkungan yang merugikan kondisi lingkungan sekitar. Didalam undang-undang nomor 23 tahun 1997 pasal 5 dijelaskan bahwa setiap warga Negara mempunyai hak yang sama terhadap atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, dan setiap warga Negara mempunyai kewajiban memelihara dan melestarikan fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
TABEL 4.6 LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT LINGKUNGAN (LSM) No
LSM
Alamat
1
Bumi Lestari Lingkungan
Painan
2
WALHI
3
SIGI
Salido
4
Amanah
Painan
Cabang Painan
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Keterangan : Olahan Tabel UP-8 Daerah Kabupaten Pesisir Selatan mempunyai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lingkungan sebanyak 4 buah, yakni Bumi Lestari Lingkungan, WALHI, SIGI dan AMANAH. Keempat LSM ini menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah masalah pencemaran lingkungan yang terjadi didaerah Kabupaten Pesisir Selatan, masyarakat dapat merasakan manfaat dari kehadiran LSM lingkungan ini, disamping itu LSM juga mengkritisi masalah pencemaran lingkungan yang merugikan masyarakat.
IV - 12
TABEL 4.7 PENGHARGAAN LINGKUNGAN Organisasi
Nama Penghargaan
1
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Piala Penghargaan Penyusun Buku Status Lingkungan Hidup Daerah Terbaik I Tingkat Kabupaten/Kota Se – Indonesia
Presiden Bambang KNLH
2
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Piala Raksaniyata penghargaan Menuju Indonesia Hijau bagi Pemerintah yang Dinilai berhasil melakukan Pengendalian Kerusakan Lingkungan untuk Melindungi kehidupan dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Menteri Negara Lingkungan Hidup / KNLH
No
Pemberi Penghargaan RI Susilo Yudoyono /
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Keterangan : Olahan Tabel UP-9 Pada gambar 4.4 Kantor lingkungan hidup mendapat banyak penghargaan ditingkat nasional, hal ini merupakan kebanggaan bagi daerah Kabupaten Pesisir Selatan, sekaligus cambuk untuk mempertahankan pada tahun yang akan datang. Prestasi yang diraih adalah berkat kerjasama dengan semua pihak GAMBAR 4. 4 PENGHARGAAN LINGKUNGAN
2006
2007
2008
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Kantor
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
2009
2010
SLHD KALPATARU
Pesisir
ADIPURA MIH
Selatan
telah
mendapatkan
penghargaan ditingkat provinsi dan tingkat Nasional sejak tahun 2007 diantaranya adalah : 1.
Pada tahun 2006
mendapatkan penghargaan “ Penyusunan Buku SLHD
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2006 terbaik Nasional” Piagam Penghargaan diberikan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup Bapak
Rachmat Wietolar
dihotel Jakarta. Dengan predikat tingkat Kabupaten. 2.
Pada tahun 2007 mendapatkan penghargaan “ Piagam ADIPURA 2007 oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup Bapak
Rachmat Wietolar dihotel Jakarta.
IV - 13
Dengan predikat tingkat Kabupaten.Jakarta” dengan predikat tingkat Kota Kecil. 3.
Pada tahun 2007 “Penyusunan Buku SLHD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2007 terbaik II Tingkat Provinsi Sumatera Barat Piagam penghargaan diberikan oleh Gubernur Provinsi Sumatera Barat Gamawan Fauzi” di Padang Panjang.
4.
Pada tahun 2008 “Penyusunan Buku SLHD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2008 terbaik Nasional” Piagam Penghargaan diberikan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup Bapak
Rachmat Wietolar dihotel Jakarta. Dengan predikat
tingkat Kabupaten. 5.
Pada tahun 2009 “ ADIPURA Tahun 2009” oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono di Istana Negara Jakarta” dengan predikat tingkat Kota Kecil.
6.
Pada tahun 2009 “ KALPATARU Tahun 2009 diberikan kepada Bapak Hardiman Hadi Wali Kampung Pasar Baru Kecamatan Bayang, Piagam ini diberikan karena jasa bapak tersebut melestarikan dan menjaga Lingkungan pantai dari abrasi pantai dengan Penanaman Pohon Cemara laut di Pantai Pasar Baru” oleh Gubernur Provinsi Sumatera Barat Gamawan Fauzi” di Padang Pariaman.
7.
Pada tahun 2009 “ Piagam Menuju Indonesia Hijau Tahun 2009” diberikan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup Bapak
Gusti Muhammad Hatta
dihotel
Jakarta. 8.
Pada tahun 2010 “Penyusunan Buku SLHD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 terbaik I se-Indonesia” Piala Penghargaan diberikan oleh Presiden Repoblik Indonesia di Jakarta. Dengan predikat tingkat Kabupaten.
9.
Pada tahun 2010 “ Piala Menuju Indonesia Hijau Tahun 2010” diberikan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup Bapak Gusti Muhammad Hatta
dihotel
Jakarta. TABEL 4.8 PENYULUH DAN DAN SEMINAR LINGKUNGAN Nama Kegiatan
No 1
Peserta
Desa Mandiri Energi (DME) Pilot proyek pemanfaatan lingkungan dengan menanam kebun percontohan jarak pagar melalui penyuluhan kelompok masyarakat.
2
Penyuluhan pantai
Lingkungan
mengenai
abrasi
3
Penyuluhan Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTMH
Kelompok Pelaksana Mayarakat Masyarakat nagari di 3 kecamatan seperti Koto XI Tarusan, Sutera dan Linggo Sari Baganti. Masyarakat nagari di 3 kecamatan seperti Koto XI Tarusan, Sutera dan Linggo Sari Baganti.
Waktu
Per tri wulan dalam setahun = 1 x dalam 3 bulan 3 Bulan dari bulan April, Juni dan September 3 Bulan dari bulan April, Juni dan September
IV - 14
Sosialisasi dan Penyuluhan PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Penyuluhan dan Sosialisasi Pembangunan Desa Terpadu (PDT)
kegiatan
Kelompok masyarakat dan masyarakat nagari Kelompok masyarakat dan masyarakat nagari
2 bulan Juli dan September 2 bulan Agustus dan Oktober
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Keterangan : Olahan Tabel UP-10 Dari table di atas dapat diketahui bahwa kegiatan pelatihan dan seminar lingkungan di Kabupaten Pesisir Selatan dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Nagari bekerja sama dengan Kantor Lingkungan Hidup melalui program PNPM, PAMSIMAS dan PDT, ketiga program ini berkaitan dengan masyarakat dan pengelolaan lingkungan yang dilaksanakan seperti sanitasi lingkungan pembangunan jamban dan sarana air bersih pada masyarakat pedesaan yang membutuhkan. Program ini tidak hanya bersifat sosialisasi akan tetapi juga bersifat fisik dengan pembangunan yang dilaksanakan selama satu tahun kalender berjalan. Program lingkungan ini sangat bermanfaat terhadap masyarakat banyak, karena pembangunan
yang
dilaksanakan
merupakan
kebutuhan
dasar
masyarakat
pedesaan dalam pengelolaan dan pemanfaatan juga diserahkan langsung kepada masyarakat tersebut. TABEL 4.9 KEGIATAN FISIK PERBAIKAN OLEH MASYARAKAT
No
Nama Kegiatan
Lokasi
1 Penanaman pohon lindung
Kecamatan koto XI Tarusan
Penanaman pohon mangrove
Kecamatan koto XI Tarusan
2
Pelaksana Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pesisir Selatan
Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Keterangan : Olahan Tabel UP-11 Upaya perbaikan lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan dilaksanakan pada 1 kecamatan, diantaranya kecamatan Koto XI Tarusan penanaman pohon lindung oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan dan penanaman pohon mangrove oleh Dinas Kelautan dan Perikanan.
Adapun tujuan dari
pelaksanaan kegiatan tersebut adalah untuk menangani upaya perbaikan lingkungan abrasi pantai agar terhindar dari kerusakan lingkungan pesisir dan pantai.
IV - 15
IV – E. KELEMBAGAAN Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan kelembagaan saat ini dibawah pimpinan eselon III, dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi terdapat kendala dalam hal berkoordinasi dengan Dinas instasi yang mempunyai eselon yang lebih tinggi dari Kantor Lingkungan Hidup, namun hal tersebut tidak mempengaruhi dalam pelaksanaan tugas, meskipun terdapat kendala dapat disikapi dengan bijak oleh pimpinan, oleh karena itu kedepan diharapkan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan dapat lebih ditingkatkan menjadi Badan Lingkungan Hidup. TABEL 4.10 PRODUK HUKUM BIDANG LINGKUNGAN Produk Hukum
No 1
Peraturan Bupati Pesisir Selatan
2
Keputusan Bupati Pesisir Selatan
3
Peraturan Daerah
4
Peraturan Daerah
5
Peraturan Bupati Pesisir Selatan
Nomor
Tentang
No. 4 Tahun 2008
Tugas pokok dan kewenangan serta uraian tugas sub bagian /seksi pada Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan Pelestarian Lingkungan Kawasan Mandeh
No. 9 Tahun 2003
Retribusi Penyedotan Kakus
No. 6 Tahun 2006
Keputusan Bupati Pesisir Selatan
7
Peraturan Bupati Pesisir Selatan
Wisata
Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
No. 5 Tahun 2006
6
Hidup
No. 4 Tahun 2008 Nomor : 660/322/Kpts/BPTPS/2010
No. 272 Tahun 2010
Tugas pokok dan kewenangan serta uraian tugas sub bagian /seksi pada Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan Perpanjangan Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun kepada PT. Incasi Raya Unit Pengolahan Kelapa Sawit Muaro Sakai Inderapura Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Keterangan : Olahan Tabel UP-12 Daerah
Kabupaten
Pesisir
Selatan
telah
mengeluarkan
kebijakan
tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada tahun 2008 Draf Ranperda Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup, Namun belum dijadikan sebagai Peraturan Daerah. Sementara Peraturan Bupati Pesisir Selatan Nomor 4 tahun 2008 tentang tugas pokok dan kewenangan serta uraian tugas sub bagian / seksi pada Kantor Lingkungan Hidup.
IV - 16
Peraturan Pelestarian lingkungan Hidup Wisata di Kawasan Mandeh berdasarkan Keputusan Bupati Pesisir Selatan Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pelestarian ingkungan Hidup Wisata Kawasan Mandeh. Peraturan
Daerah
nomor
5
tahun
2005
tentang
Retribusi
Pelayanan
Persampahan/Kebersihan Dalam Kabupaten Pesisir Selatan yang di prakarsai oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Pesisir Selatan. Keputusan Bupati Pesisir Selatan Nomor : 660/322/Kpts/BPT-PS/2010 Perpanjangan Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun kepada PT. Incasi Raya Unit Pengolahan Kelapa Sawit Muaro Sakai Inderapura di prakarsai oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan. Peraturan Bupati Pesisir Selatan No. 272 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup diprakarsai oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan. TABEL 4.11 ANGGARAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
No 1 2
Sumber Anggaran APBD APBN Jumlah Total
2005
2006
2007
2008
2009
2010
122.729.000
172.856.000
515.984.875
537.972.000
626.704.399
956,682,262
0
310.000.000
927.000.000
927.000.000
644.545.455
583,300,000
122.729.000
482.856.000
1.442.984.875
1.464.972.000
1.271.249.854
1,539,982,262
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Keterangan : Olahan Tabel UP-13 Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa anggaran pengelolaan lingkungan hidup dari tahun 2005 ke tahun 2006 terjadi kenaikan dari sumber anggaran APBD dan DAK, pada tahun 2006 ke tahun 2007 terjadi kenaikan sumber dana DAK dan dana APBD, dari tahun 2007 ke tahun 2008 terjadi kenaikan hanya pada anggaran APBD saja, DAK tidak terjadi kenaikan, pada tahun 2008 ke tahun 2009 terjadi kenaikan dana APBD sedangkan dana DAK terjadi penurunan dari tahun sebelumnya, Tahun 2010 peningkatan dana APBD dan penurunan dana DAK dari anggaran APBN.
IV - 17
GAMBAR 4.5 ANGGARAN DAK LINGKUNGAN HIDUP KAB. PESSEL 927000000
1000000000
927000000
800000000
644545455
583300000
600000000 400000000
310000000
200000000 0 2006
2007
2008 2006
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
2009 2007
2010
2008
2009
2010
Dana DAK Kantor Lingkungan Hidup dipergunakan untuk pembangunan kegiatan fisik laboratorium lingkungan dengan segala peralatan alat labor serta sarana dan prasarana kelapangan dan sarana penunjang lain. Keberadaan dana DAK bagi Kantor lingkungan sangat dirasakan manfaatnya untuk pengendalian kerusakan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pengujian kualitas air sungai dan air limbah telah dilakukan pengujian sejak alat-alat laboratorium diadakan dengan dana DAK.
GAMBAR 4.6 ANGGARAN APBD KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KAB. PESSEL 1200000000 956682262
1000000000 800000000
626704399
600000000
515984875
537972000
400000000 200000000
122729000
172856000
0 2005
2006
2007
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
2008 2005 2008
2009 2006 2009
2010 2007 2010
Jika dilihat dari table di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2009 anggaran Kantor Lingkungan Hidup tejadi penurunan dari dana DAK Kementerian Negara lingkungan Hidup sebanyak Rp. 242,454,545,- pada tahun 2008 dana DAK sebanyak Rp. 927.000.000,- pada tahun 2009 sebanyak Rp. 644.545.455,-. Sementara dana APBD mengalami kenaikan dibandingkan papda tahun 2008 sebanyak Rp. 537.972.000,- mengalami kenaikan tahun 2009 dengan Rp. 626.704.399,- artinya terjadi selisih sebnayak Rp. 88.732.399,- juta rupiah. Tahun 2010 anggaran APBD
IV - 18
untuk Kantor Lingkungan Hidup terjadi kenaikan dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar Rp. 329.977.863,-. Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa anggaran APBD Kantor Lingkungan Hidup terjadi kenaikan dari tahun ketahun. Peningkatan anggaran APND ini sagat menguntungkan bagi Kantor Lingkungan Hidup untuk melaksanakan kegiatankegiatan yang secara prinsip dapat meningkatkan upaya rehabilitasi terhadap kerusakan dan pencemaran lingkungan. Kegiatan – kegiatan bidang DAK pada tahun 2010 meliputi kegiatan fisik seperti Pengadaan becak sampah, pengadaan alat laboratorium lingkungan, pengadaan tong sampah, pengadaan biogas dan pengadaan mobiler.
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa anggaran APBD Kantor Lingkungan Hidup terjadi kenaikan dari tahun ketahun. Peningkatan anggaran APND ini sagat menguntungkan bagi Kantor Lingkungan Hidup untuk melaksanakan kegiatankegiatan yang secara prinsip dapat meningkatkan upaya rehabilitasi terhadap kerusakan dan pencemaran lingkungan. Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa anggaran DAK dari pusat terjadi fluktuasi, pada tahun 2006, dana DAK Rp. 310.000.000,- pada tahun 2007, 2008 terjadi kenaikan yang cukup signifikan adalah Rp. 927.000.000,- dan pada tahun 2009 terjadi penurunan menjadi Rp. 644.545.455,- dan tahun 2010 terjadi penurunan menjadi Rp. 583.300.000,-
TABEL 4.12 JUMLAH PERSONIL LINGKUNGAN HIDUP
No 1
Jumlah Pegawai Pegawai Jumlah Total
2005
2006
2007
2008
10
12
12
14
10
12
12
14
2009
2010
18
21
18
21
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Keterangan : Olahan Tabel UP-14 Tabel diatas menunjukan bahwa jumlah personil pegawai Kantor Lingkungan hidup semakin tahun semakin meningkat jumlah personilnya.
IV - 19
Jumlah personil Kantor Lingkungan hidup mengalami kemajuan baik dari kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 2008 jumlah personil sebanyak 13 orang, pada tahun 2009 sebanyak 21 orang. Jumlah personil tersebut yang tingkat pendidikan S2 lingkungan ada 2 orang, S2 manajemen sebanyak 1 orang, Pendidikan Sarjana Strata 1 (S1) sebanyak 9 orang, tingkat pendidikan SLTA 9 orang, pada saat ini ada 2 staf yang sedang mengikuti kuliah S1. Kelembagaan Lingkungan hidup kabupaten Pesisir Selatan pada saat ini adalah berupa Kantor masih berada dibawah pimpinan eselon III, seharusnya untuk meningkatkan kelembagaan Pengelolaan Lingkungan didaerah Kabupaten Pesisir Selatan seharusnya adalah Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan Pimpinan Eselon II.
Penguatan kelembagaan ini harus diiringi dengan komitmen Kepala
Daerah terhadap Kelembagaan dan pengetahuan lingkungan hidup. TABEL 4.13 JUMLAH PPNS LINGKUNGAN HIDUP No 1
Jumlah Jabatan Fungsional PPNS Kehutanan
2010 1
Jumlah Total
1
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel
Keterangan : Olahan Tabel UP-15
Dari table diketahui bahwa pejabat fungsional lingkungan PPNS kantor lingkungan hanya ada 1 orang, yakni PPNS dari Kehutanan, sedangkan PPNS dari Lingkungan Hidup belum ada. Jabatan fungsional yang ada di Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan adalah PPNS Kehutanan, yakni Gumanti Chairul, PPNS lingkungan belum ada Sumber daya Manusianya, maka oleh sebab itu tahun depan direncanakan untuk peningkatan SDM, diikutkan staf yang mempunyai kemampuan diidang lingkungan PPNS lingkungan dan Diklat Penyusun AMDAL (AMDAL B) untuk membentuk KOMISI AMDAL di Kabupaten Pesisir Selatan. Peningkatan SDM ini sangat mutlak dilaksanakan untuk kelancaran tugas lingkungan hidup dimasa yang akan datang terutama mengenai masalah perizinan AMDAL.
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa anggaran APBD Kantor Lingkungan Hidup terjadi kenaikan dari tahun ketahun. Peningkatan anggaran APND ini sagat menguntungkan bagi Kantor Lingkungan Hidup untuk melaksanakan kegiatankegiatan yang secara prinsip dapat meningkatkan upaya rehabilitasi terhadap kerusakan dan pencemaran lingkungan. IV - 20
IV-F. AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2010 Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan telah digunakan sebagai alat perencana program dan pengelolaan lingkungan hidup tahun 2010 yang didukung oleh pimpinan daerah untuk diprogramkan oleh Kantor Lingkungan Hidup : 1. Seksi AMDAL -
Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan akan membentuk Komisi AMDAL KabupateN Pesisir Selatan.
-
Kantor Lingkungan Hidup akan membentuk dan melatih serta menerbitkan persetujuan tim terpadu penilai liesensi AMDAL, setelah
dikeluarkannya
Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Pesisir Selatan.
-
Setelah Komisi Lisensi AMDAL Kabupaten telah diterbitkan, maka akan dilaporkan kepada Bapedalda Provinsi Sumatera Barat.
-
Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten memberikan rekomendasi melalui kepala daerah bagi Dokumen Pengelolaan lingkungan berupa UKL/UPL dan SPPL sudah disidangkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
-
Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan setiap tahun selalu melaksanakan kegiatan Penyusunan Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan setiap tahun.
2. Seksi Pengawasan dan Penegakan Hukum -
PP 38 tahun 2007 menjelaskan bahwa pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup bagi seluruh jenis kegiatan atau usaha
wajib dilengkapi dengan dokumen pengelolaan lingkungan
dengan wilayah Kabupaten merupakan wewenang kabupaten.
-
Kantor Lingkungan Hidup telah melaksanakan kegiatan pengawasan dan pencemaran lingkungan hidup pada perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit, pertambangan, Rumah Sakit, Infrastruktur, Penginapan, dan rumah makan.
IV - 21
-
Disamping pengawasan juga dilaksanakan kegiatan rutin penilaian ADIPURA oleh PPLH Regional Sumatera ke daerah Kabupaten Pesisir Selatan sebagai Kota Kecil.
-
Penetapan kawasan pengawasan dengan kondisi lingkungan yang beragam, sehingga perlu dilakukan penetapan, agar memudahkan dalam melakukan pengawasan.
-
Melatih dan mendidik generasi muda yang mempunyai keinginan untuk melestarikan lingkungan pada masa yang akan datang melalui program Kalpataru.
3. Seksi Pengendalian, Pengelolaan dan Pencemaran Lingkungan Hidup
-
Melaksanakan Kegiatan rutin DAK (dana anggaran khusus) dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup dengan pengadaan fisik sesuai dengan kebutuhan daerah Kabupaten Pesisir Selatan, mulai dari pengadaaan alat labor, gedung labor, IPAL Laboratorium, Alat laboratorium, becak sampah, motor sampah dan sarana penunjang kit accecoris laboratorium dilapangan.
-
Untuk mengatahui kondisi kualitas air sungai yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan perlu dilakukan kegiatan pengujian kualitas air sungai di 11 besar sungai besar sepanjang daerah setiap tahun.
-
Pengujian kualitas air limbah pabrik perkebunan kelapa sawit, TPA Gunung Bungkuk, IPAL Rumah Sakit, IPAL Penginapan dan Limbah cair lainnya.
IV - 22
1. Asdep Urusan Data dan Informasi Lingkungan. 2009. Pedoman Umum Penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2009. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta. 2. Asdep Urusan Data dan Informasi Lingkungan. 2008. Pedoman Umum Penyusunan Laporan SLHD Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2008. KLH. Jakarta. 3. Asdep Urusan Data dan Informasi Lingkungan. 2006. Pedoman Umum Penyusunan Laporan SLHD Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2007. KLH. Jakarta. 4. Asdep Urusan Data dan Informasi Lingkungan. 2005. Pedoman Umum Penyusunan Lapporan SLHD Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2006. KLH. Jakarta. 5. KLH. 2000. Buku Pedoman Umum Penyusunan Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah (NKLHD) Kabupaten/Kota. KLH. Jakarta. 6. BPS dan Bappeda. 2008. Pesisir Selatan Dalam Angka 2007. Bappeda. Painan. 7. BPS dan Bappeda. 2007. Pesisir Selatan Dalam Angka 2006. Bappeda. Painan. 8. BPS dan Bappeda. 2006. Pesisir Selatan Dalam Angka 2005. Bappeda. Painan. 9. BPS dan Bappeda. 2005. Pesisir Selatan Dalam Angka 2004. Bappeda. Painan. 10. PPLH Regional Sumatera. 2007. Kualitas Lingkungan Hidup Sumatera 2007. PPLH Regional Sumatera. Pekan baru. 11. Bapedalda Provinsi Sumbar. 2008. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Sumatera Barat 2008. Bapedalda. Padang. 12. Bapedalda Provinsi Sumbar. 2008. Kumpulan Data Status Lingkungan Hidup Daerah Sumatera Barat 2008. Bapedalda. Padang. 13. Bapedalda Provinsi Sumbar. 2007. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Sumatera Barat 2007. Bapedalda. Padang. 14. Bapedalda Provinsi Sumbar. 2007. Kumpulan Data Status Lingkungan Hidup Daerah Sumatera Barat 2007. Bapedalda. Padang. 15. Bapedalda Provinsi Sumbar. 2006. Status Lingkungan Hidup Daerah Sumatera Barat 2006. Bapedalda. Padang. 16. Bapedalda Provinsi Sumbar. 2005. Status Lingkungan Hidup Daerah Sumatera Barat 2005. Bapedalda. Padang. 17. Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel. 2008. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan 2008. Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel. Painan 18. Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel. 2008. Kumpulan Data Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan 2008. Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel. Painan 19. Bagian Lingkungan Hidup Setda Kab. Pessel. 2007. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan 2007. Bagian LH Setda Kab. Pessel. Painan.
20. Bagian Lingkungan Hidup Setda Kab. Pessel. 2007. Kumpulan Data Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan 2007. Bagian LH Setda Kab. Pessel. Painan. 21. Bagian Lingkungan Hidup Setda Kab. Pessel. 2006. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan 2006. Bagian LH Setda Kab. Pessel. Painan. 22. Bagian Lingkungan Hidup Setda Kab. Pessel. 2006. Kumpulan Data Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan 2006. Bagian LH Setda Kab. Pessel. Painan. 23. Bagian Lingkungan Hidup Setda Kab. Pessel. 2005. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan 2005. Bagian LH Setda Kab. Pessel. Painan. 24. Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kab.Pessel. 2006. Profil Kebersihan Kota Painan. Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kab.Pessel. Painan. 25. Bagian Lingkungan Hidup Setda Kab. Pessel. 2007. Laporan Periodik Volume Sampah Tahun 2007. Bagian LH Setda Kab. Pessel. Painan. 26. Bagian Lingkungan Hidup Setda Kab. Pessel. 2007. Laporan Pemantauan Kualitas Air Tahun 2007. Bagian LH Setda Kab. Pessel. Painan. 27. Bappeda. 2007. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2008. Bappeda. Painan. 28. Bagian Lingkungan Hidup Setda Kab. Pessel. 2008. Rencana Kerja Bagian LH Setda Kab. Pessel Tahun 2009. Bagian LH Setda Kab. Pessel. Painan. 29. Bupati Pesisir Selatan. 2006. Peraturan Bupati Pessel Nomor 11 Tahun 2006 – 2010. Bappeda. Painan. 30. Kantor Perhubungan, Data Kendaraan Bermotor Kabupaten Pesisir Selatan Kegiatan Pemutakhiran Data Kendaraan Bermotor. 2004. Pemda Kantor Perhubungan. Painan. 31. Kantor Perhubungan, Data Kapal Bermotor
Kabupaten Pesisir Selatan Kegiatan
Pemutakhiran Data Kendaraan Bermotor. 2005. Pemda Kantor Perhubungan. Painan. 32. Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Siicincin, Perkiraan Hujan Sumatera Barat Bulan Oktober 2008, 2008, Badan Meteorologi dan Geofisika. 33. Sunu Pramudya.2005. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta. 34. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan 2009. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2008. Painan. 35. Sucipto Badar, Matematika.2001. Lubuk Agung Bandung.2001. Jakarta. 36. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal PPM dan PLP.2000. Materi Pelatihan Instruktur Perbaikan dan Pengawasan Kualitas Air dan Lingkungan Untuk Mendukung Pendekatan Partisipatori. 2002. Jakarta. 37. Dinas PSDA Provinsi Sumatera Barat. 2007. Data Curah Hujan 2007. Madang. 38. Dinas PSDA Provinsi Sumatera Barat. 2007. Peta Lokasi Pos Klimatologi Wilayah Balai PSDA Batang Hari.2007.Padang.
i
PASIR MUARO BAYANG
PASAR BARU BAYANG
SUMUR GALI PASAR BALAI SELASA
SUMUR GALI KOTO NAN IV BALAI SELASA
SUMUR GALI PASAR LAMO AIR HAJI
SUMUR GALI PASAR BARU AIR HAJI
AIR LAUT MUARO BAYANG
AIR LAUT PELABUHAN CAROCOK TARUSAN
AIR LAUT PASIR PUTIH KAMBANG
AIR LAUT PELABUHAN CAROCOK PAINAN
EMBUNG LUBUK MATO KUCING
EMBUNG LUBUK MATO KUCING
ii