LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2014 DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2010
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah selesai menyusun Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) tahun 2013. Buku laporan ini disusun sebagai sarana pemberian informasi tentang kondisi lingkungan hidup di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta kepada publik, pemerintah, organisasi non pemerintah, serta pengambil keputusan. Buku laporan ini berisi tentang analisa data dan dokumentasi kebijakan yang meliputi : kualitas lingkungan hidup berdasarkan media air, udara dan lahan; kualitas dan kuantitas sumber daya alam termasuk keanekaragaman hayati; serta kualitas penduduk dan sosial ekonomi. Atas tersusunnya buku ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku ini, dengan harapan, buku laporan ini bermanfaat, serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup di Kabupaten Kulon Progo. Kulon Progo,
Maret 2014
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i Daftar Isi ii Daftar Tabel iii Daftar Gambar iv Daftar Grafik v Bab I Pendahuluan 1 Bab I
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
A. Lahan dan Hutan 7 B. Keanekaragaman Hayati 9 C. Air 13 D. Udara 19 E. Laut, Pesisir dan Pantai 33 F. Iklim 41 G. Bencana Alam 42 Bab II Tekanan Terhadap Lingkungan
A. Kependudukan 46 B. Permukiman 47 C. Kesehatan 51 D. Pertanian 52 E. Industri 54 F. Pertambangan 56 G. Energi 59 H. Transportasi 61 I. Pariwisata 63 J. Limbah B3 64 Bab III Upaya Pengelolaan Lingkungan A. Rehabilitasi Lingkungan 66 B. Amdal 69 C. Penegakkan Hukum 70 D. Peran Serta Masyarakat 71 E. Kelembagaan 73
DAFTAR TABEL
Tabel 1
:
Jenis Ikan yang Terdapat di Waduk Sermo
Tabel 2 Progo
:
Persentase Luas Ekosistem yang Terdapat di Kabupaten Kulon
Tabel 3
:
Jenis dan Jumlah Sumber Pencemar di Sub DAS Serang
Tabel 4
:
Data Koordinat Titik Pengambilan Sampel Sungai Serang
Tabel 5
:
Lokasi Titik Pantau dan Pembagian Kelas Air Sungai Serang
Tabel 6
:
Tingkat Kebisingan (dBA) Bulan April – Mei Tahun 2010
Tabel 7 April -
:
Jumlah Kendaraan di Lokasi Pemantauan Udara (4 titik) Bulan
Mei Tahun 2010 Tabel 8
:
Konsentrasi CO (µg/m 3) Bulan April – Mei Tahun 2010
Tabel 9
:
Konsentrasi O3 (µg/m 3) Bulan April – Mei Tahun 2010
Tabel 10
:
Konsentrasi HC (µg/m 3) Bulan April – Mei Tahun 2010
Tabel 11
:
Konsentrasi Pb (µg/m 3) Bulan April – Mei Tahun 2010
Tabel 12
:
Konsentrasi Debu 10µm (PM 10) Bulan April – Mei Tahun 2010
Tabel 13
:
Hasil Perhitungan Nilai Indeks Standar Pencemar Udara Parameter PM 10 Tahun 2010
Tabel 14
:
Hasil Perhitungan Nilai Indeks Standar Pencemar Udara Parameter CO Tahun 2010
Tabel 15
:
Hasil Perhitungan Nilai Indeks Standar Pencemar Udara Parameter Ozon Tahun 2010
Tabel 16
:
Sebaran Industri Kecil di Kabupaten Kulon Progo
Tabel 17
:
Daftar Rincian Jenis dan Lokasi Bahan Galian di Kab Kulon Progo
Tabel 18
:
Pengaduan Masalah Lingkungan Hidup dan Status Masalah di Kabupaten Kulon Progo DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
:
Peta Rawan Longsor Kabupaten Kulon Progo
Gambar 2
:
Gambar 3 Dimensi DAS Serang
Gambar 3
:
Peta Potensi Kerusakan Lahan Kabupaten Kulon Progo DIY
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1
:
Lahan Kritis di Kabupaten Kulon Progo
Grafik 2
:
Status Mutu Air Sungai Serang Tahun 2010
Grafik 3
:
Status Mutu Air Sungai Serang Tahun 2010 dengan Metode Storet
Grafik 4
:
Tingkat Kebisingan di 4 Lokasi Kabupaten Kulon Progo
Pada Pemantauan Kualitas Udara Ambien Tahun 2010 Grafik 5
:
Konsentrasi CO di 4 Lokasi Kabupaten Kulon Progo Pada Pemantauan Kualitas Udara Ambien Tahun 2010
Grafik 6
:
Konsentrasi Ozon (O3) di 4 Lokasi Kabupaten Kulon Progo Pada Pemantauan Kualitas Udara Ambien Tahun 2010
Grafik 7
:
Konsentrasi HC di 4 Lokasi Kabupaten Kulon Progo Pada Pemantauan Kualitas Udara Ambien Tahun 2010
Grafik 8
:
Konsentrasi Pb di 4 Lokasi Kabupaten Kulon Progo Pada Pemantauan Kualitas Udara Ambien Tahun 2010
Grafik 9
:
Konsentrasi Debu (PM10) di 4 Lokasi Kabupaten Kulon Progo Pada Pemantauan Kualitas Udara Ambien Tahun 2010
Grafik 10
:
Konsentrasi Minyak & Lemak dalam Air Laut di Pantai Kab. Kulon Progo
Grafik 11
:
Konsentrasi Nitrat dalam Air Laut di Pantai Kab. Kulon Progo
Grafik 12
:
Konsentrasi Fosfat dalam Air Laut di Pantai Kab. Kulon Progo
Grafik 13 Progo
:
Konsentrasi Timbal (Pb) dalam Air Laut di Pantai Kab. Kulon
Grafik 14 Progo
:
Konsentrasi Kadmium (Cd) dalam Air Laut di Pantai Kab. Kulon
Grafik 15 Progo
:
Konsentrasi Tembaga (Cu) dalam Air Laut di Pantai Kab. Kulon
Grafik 16
:
Konsentrasi Seng (Zn) dalam Air Laut di Pantai Kab. Kulon Progo
Grafik 17
:
Konsentrasi Faecal Coli (Coli Tinja) dalam Air Laut di Pantai Kabupaten Kulon Progo
Grafik 18
:
Konsentrasi Nikel (Ni) dalam Air Laut di Pantai Kab. Kulon Progo
Grafik 19 Progo
:
Konsentrasi Coliform Total dalam Air Laut di Pantai Kab. Kulon
Grafik 20
:
Konsentrasi Krom (Cr) dalam Air Laut di Pantai Kab Kulon Progo
Grafik 21
:
Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010
Grafik 22
:
Jumlah Rumah Tangga dan Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010
Grafik 23
:
Jumlah Rumah Tangga dan Penggunaan Bahan Bakar Untuk Memasak di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
:
Kebijakan / Peraturan Bidang Kehutanan
Lampiran 2
:
Luas Wilayah Administratif Kabupaten Kulon Progo; Luas Lahan Berdasarkan Penggunaan;
Luas Hutan Negara Berdasarkan Fungsinya; Luas Hutan Rakyat Data Lahan Kritis; Data Populasi Tanaman Kehutanan 2008-2009; Data Luas dan Kemiringan Lereng pada DAS; Lampiran 2
:
Data Pemanfaatan Air Sungai
Lampiran 3
:
SK Penetapan Pembangunan Sumur Resapan; Data Bangunan Sipil Teknis Konservasi Tanah dan Air;
Lampiran 4
:
Lampiran 5
:
SK Bupati No..... Tentang Perizinan Pengambilan Air Tanah Data Pemanfaatan Air Tanah
Lampiran 6
:
Lampiran 7
:
Lampiran 8
:
Data Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pantai; Perkembangan Tanaman Mangrove; Kelompok Tani Hutan Pemegang IUPHKm; Lokasi dan Luas Hutan Kota; Peraturan Bupati ..... ttg Penetapan Hutan Kota;
Lampiran 9 CSR;
:
Kegiatan yang Bersumber Dana Swadaya Masyarakat & Peran Serta dan Kerjasama serta Dukungan Pihak Ketiga
dalam Pembangunan Kehutanan; Lokasi Pembibitan Trembesi Kab. Kulon Progo; Luas Panen dan Produksi Biofarmaka Data Produksi Aneka Usaha (Hasil Hutan Bukan Kayu) Data Prestasi dan Penghargaan bidang Kehutanan dan LH Lampiran 10 :
Data Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2009
Lampiran 11 :
Data Rakyat Miskin
Lampiran 12 :
Surat Edaran Bupati ttg.... Kebakaran Hutan
Lampiran 13 :
Perbup ttg HKm.......
Lampiran 14 :
Perda ttg RT RW Peta
Lampiran 15 :
Perda ttg. SOTK Dinas Pertanian & Kehutanan; Dinas Kelautan Perikanan & Peternakan; Dinas Pekerjaan Umum; Kantor Lingkungan Hidup; Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Perikanan Dan Kehutanan
Lampiran 16 :
Peta Kerusakan Lahan
Lampiran 17 :
Foto-foto Kegiatan
LAMPIRAN 1 Kebijakan / Peraturan
-
Perda Kab. Kulon Progo No. 1 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2003-2013;
-
Peraturan Daerah Kab. Kulon Progo No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-Daerah) Tahun 2006 – 2011;
-
Peraturan Bupati Kulon Progo No. 4 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Air Tanah;
-
Peraturan Bupati Kulon Progo No. 57 Tahun 2006 tentang Surat Keterangan Asal Usul;
-
Peraturan Bupati Kulon Progo No. 45 Tahun 2007 tentang Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan;
-
Peraturan Bupati Kulon Progo No. 49 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Perbup Kulon Progo No. 57 Tahun 2006 tentang Surat Keterangan Asal Usul;
-
Keputusan Bupati Kulon Progo No. 448 (dst sampai dengan no. 454) Tahun 2007 tentang Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) Kepada Kelompok Tani Hutan ..... (di wilayah Kab. Kulon Progo);
-
Keputusan Bupati Kulon Progo No. 113 Tahun 2009 tentang Pembentukan Komisi penyuluhan Bidang Pertanian, Perikanan dan Kehutanan;
-
Keputusan Bupati Kulon Progo No. 204 Tahun 2009 tentang Penetapan Areal Hutan Kota di Kawasan Perkotaan Wates;
-
Keputusan Bupati Kulon Progo No. 27 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu;
-
Instruksi Bupati Kulon Progo No. 3 Tahun 2010 tentang Gerakan Kebersihan, Keteduhan dan Keindahan;
-
Surat Edaran Bupati Kulon Progo No. 522/1524 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan;
-
Surat Edaran Gubernur DIY No. 360/3161 tentang Peningkatan Kewaspadaan Menghadapi Musim Kemarau Panjang (Fenomena El Nino);
-
Keputusan Kepala Dinas Pertanian dan Kelautan Kab. Kulon Progo, No. 188/092 tentang Penunjukan dan Penetapan Pejabat Penerbit Surat Keterangan Asal Usul (SKAU);
-
Keputusan Kepala Kantor LH Kab. Kulon Progo No. 11 Tahun 2010 tentang Penetapan Calon Penerima Bantuan Alat Biodigester Tahun 2010;
-
Nota Perjanjian Kerjasama No. 78/V/BPTH.JM-1/2009 dan No. 05/BM/VI/2009 antara Kepala Balai pembenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura dengan Kelompok Tani Bina Mandiri tentang Pembangunan Model Seed For People (Benih untuk Rakyat) di Desa Sendangsari, Pengasih, Kulon Progo;
-
Nota Kesepakatan Bersama No. 02/MoU.KP/2009 dan No. 01ª/PK/UBHKPWN/I/2009 antara Pemerintah Kab. Kulon Progo dengan Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara tentang Pengembangan Usaha Tani melalui Budidaya Tanaman Jati Unggul dengan Pola Bagi Hasil di Kab. Kulon Progo.
LAMPIRAN 8
Varietas Unggul
-
Keputusan Menteri Pertanian RI No. 1690/Kpts/SR.120/12/2008 tentang Pelepasan Populasi Kelapa Dalam Bojong Bulat (DBB) sebagai Varietas Unggul; (DBB berasal dari Desa Bojong Kecamatan Panjatan Kab. Kulon Progo)
-
Tanda Daftar Varietas Lokal untuk Durian Menoreng Kuning dari Departemen Pertanian, Pusat Perlindungan Varietas Tanaman;
LAMPIRAN 10 Foto / Dokumentasi Kegiatan
-
Gerakan Penanaman One Man One Tree Tahun 2009;
-
Kegiatan Kagama di Kecamatan Pengasih Tahun 2009;
-
Gerakan Aksi Penanaman Serentak Indonesia dan pecan Pemeliharaan Pohon Tahun 2008;
-
Gerakan Cinta Hutan Tahun 2009;
-
Gerakan OMOT dalam rangka Hari Bakti Rimbawan dan Hari Bumi Tahun 2009 di Terminal Wates;
-
Gerakan Penanaman Perindang Jalan di Sepanjang Jalan Alternatif SentoloWates Tahun 2009;
-
Kegiatan Penanaman Waru sebagai Tapal Batas Kab. Kulon Progo dan Kab. Bantul Tahun 2010;
-
Kegiatan Konservasi dengan Vegetatif;
-
Kegiatan Konservasi dengan Bangunan Sipil Teknis;
-
Pengembangan Aneka Usaha Hutan;
-
Kegiatan PPSJ : Evakuasi Satwa dan Release Satwa;
-
Pendidikan Lingkungan untuk Anak (Usia Dini);
-
Membangun Arboretum Partisipatif;
-
Konservasi Lahan Kritis dengan Tanaman Aren;
-
Desa Wisata Konservasi Sendangsari dan Nglingo.
LAMPIRAN 4
-
Seremonial Kehutanan terkait Gerakan Penanaman;
-
Data Tanaman Kehutanan dalam Rangka Satu Juta Pohon Hidup;
-
Lampiran Perhitungan Biaya Bibit dan Pemeliharaan;
-
Kegiatan yang bersumber Dana Swadaya Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (CSR) Kegiatan Masyarakat (Swadaya Masrakat Bidang Konservasi Lahan dan Air)
-
Peran serta dan Kerjasama serta Dukungan Pihak Ketiga dalam Pembangunan Kehutanan di Kabupaten Kulon Progo.
-
Lokasi Pembibitan Trembesi Kabupaten Kulon Progo
-
Luas Panen dan Produksi Biofarmaka Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009
-
Data Produksi Aneka Usaha Kabupaten Kulon Progo (Hasil Hutan Bukan Kayu / HHBK)
LAMPIRAN 3
-
Potensi Cekungan Wates;
-
Volume Pemakaian Air Tanah Rata-Rata per Bulan;
-
Data Cadangan Air Bawah Tanah Kab. Kulon Progo Tahun 2007/2008;
-
Data Mata Air di Kab. Kulon Progo Tahun 2010;
-
Daftar Lokasi Sumur Resapan Tahun 2010;
-
Peta Cekungan Air Tanah di Provinsi DIY;
-
Data Lubang Biopori
LAMPIRAN 4
-
Seremonial Kehutanan terkait Gerakan Penanaman;
-
Data Tanaman Kehutanan dalam Rangka Satu Juta Pohon Hidup;
-
Lampiran Perhitungan Biaya Bibit dan Pemeliharaan;
-
Kegiatan yang bersumber Dana Swadaya Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (CSR) Kegiatan Masyarakat (Swadaya Masrakat Bidang Konservasi Lahan dan Air)
-
Peran serta dan Kerjasama serta Dukungan Pihak Ketiga dalam Pembangunan Kehutanan di Kabupaten Kulon Progo.
-
Lokasi Pembibitan Trembesi Kabupaten Kulon Progo
-
Luas Panen dan Produksi Biofarmaka Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009
-
Data Produksi Aneka Usaha Kabupaten Kulon Progo (Hasil Hutan Bukan Kayu / HHBK)
LAMPIRAN 9 PETA
-
Peta Kondisi Umum Wilayah Kab. Kulon Progo;
-
Peta Administratif Kab. Kulon Progo;
-
Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Tahun 2003 – 2013 Kab. Kulon Progo;
-
Peta Kawasan Lindung Kab. Kulon Progo;
-
Peta Prasarana dan Sarana Lain- Terminal, Pelabuhan Laut dan Jaringan Irigasi Kab. Kulon Progo;
-
Peta Ancaman Bencana Banjir Kab. Kulon Progo;
-
Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor Kab. Kulon Progo;
-
Peta Ancaman Bencana Kekeringan Kab. Kulon Progo;
-
Peta Potensi Kerusakan Lahan di Kab. Kulon Progo;
-
Peta Tutupan Lahan Kab. Kulon Progo;
-
Peta Hutan Lindung, Hutan Konservasi, Kelas Lereng, Sempadan dan Ketinggian Kab. Kulon Progo
LAMPIRAN
-
Peta Kondisi Umum Wilayah Kab. Kulon Progo;
-
Peta Administratif Kab. Kulon Progo;
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
Daftar Tabel
iii
Daftar Gambar
vi
Bab I Pendahuluan A. B. C. D.
Kondisi Umum Daerah Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo Analisa SPR terhadap Isu Prioritas
1 4 10
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. B. C. D. E. F. G. Bab III A. B. C. D. E. F. G. H. I. J.
Lahan dan Hutan Keanekaragaman Hayati Air Udara Laut, Pesisir dan Pantai Iklim Bencana Alam
15 32 36 59 73 90 94
Tekanan Terhadap Lingkungan Kependudukan Permukiman Kesehatan Pertanian Industri Pertambangan Energi Transportasi Pariwisata Limbah B3
99 105 111 113 119 129 134 136 139 143
Bab IV Upaya Pengelolaan Lingkungan A. Rehabilitasi Lingkungan B. Amdal C. Penegakkan Hukum D. Peran Serta Masyarakat E. Kelembagaan
144 148 150 152 155
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Page ix
DAFTAR TABEL
Tabel
2.
1. Penggunaan Lahan di Kulonprogo Tahun 2013-2014
II.
1
Tabel
2.
2. Hasil Pemantauan Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa Kulonprogo Tahun 2014
II.
4
Tabel
2.
3. Luas Hutan Rakyat Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013-2014
II.
12
Tabel
2.
4. Luas Lahan Kritis Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013-2014
II.
15
Tabel
2.
5. Jenis Ikan di Waduk Sermo
II.
20
Tabel
2.
6. Persentase Luas Ekosistem di Kabupaten Kulonprogo
II.
21
Tabel
2.
7. Luas DAS di Kulonprogo
II.
22
Tabel
2.
8. Jenis dan Jumlah Sumber Pencemar di Sub DAS Serang
II.
25
Tabel
2.
9. Data Koordinat Titik Pengambilan Sampe Sungai Serang
II.
28
Tabel
2. 10. Lokasi Titik Pantau dan Pembagian Kelas Air Sungai Serang
II.
30
Tabel
2. 11. Hasil Uji Kualitas Sungai Serang I
II.
31
Tabel
2. 12. Hasil Uji Kualitas Sungai Serang II
II.
32
Tabel
2. 13. Hasil Uji Kualitas Sungai Serang III
II.
33
Tabel
2. 14. Hasil Analisis Status Mutu Air S Serang dengan Metode Storet
II.
39
Tabel
2. 15. Debit Sungai Serang Tahun 2014
II.
42
Tabel
2. 16. Hasil Uji Kualitas Air Sumur Kab Kulonprogo Tahun 2014
II.
43
Tabel
2. 17. Hasil Uji Kualitas Air Waduk Sermo Tahun 2014
II.
47
Tabel
2. 18. Tingkat Kebisingan Rata-rata di Kab Kulonprogo 2012-2014
II.
49
Tabel
2. 19. Konsentrasi CO Udara Ambien di Kab Kulonprogo 2012-2014
II.
50
Tabel
2. 20. Konsentrasi O3 Udara Ambien di Kab Kulonprogo 2012-2014
II.
52
Tabel
2. 21. Konsentrasi HC Udara Ambien di Kab Kulonprogo 2012-2014
II.
53
Tabel
2. 22. Konsentrasi Pb Udara Ambien di Kab Kulonprogo 2012-2014
II.
55
Tabel
2. 23. Konsentrasi Debu PM-10 Udara Ambien di Kab Kulonprogo 2012-2014
II.
56
Tabel
2. 24. Konsentrasi NO2 Udara Ambien di Kab Kulonprogo 2012-2014
II.
57
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Page ix
Tabel
2. 25. Konsentrasi SO2 Udara Ambien di Kab Kulonprogo 2012-2014
II.
59
Tabel
2. 26. Hasil Perhitungan Nilai ISPU Parameter PM-10 Tahun 2014
II.
60
Tabel
2. 27. Hasil Perhitungan Nilai ISPU Parameter CO Tahun 2014
II.
60
Tabel
2. 28. Hasil Perhitungan Nilai ISPU Parameter O3 Tahun 2014
II.
61
Tabel
2. 29. Hasil Perhitungan Nilai ISPU Parameter SO2 Tahun 2014
II.
61
Tabel
2. 30. Hasil Uji Kualitas Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
64
Tabel
2. 31. Kekeruhan Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
66
Tabel
2. 32. Temperatur Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
68
Tabel
2. 33. Warna Air Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
69
Tabel
2. 34. TSS Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
70
Tabel
2. 35. pH Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
71
Tabel
2. 36. Kadar Salinitas Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
72
Tabel
2. 37. Kadar Nitrat Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
74
Tabel
2. 38. Kadar BOD Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
76
Tabel
2. 39. Kadar DO Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
76
Tabel
2. 40. Kadar Fosfat Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
78
Tabel
2. 41. Kadar Fenol Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
80
Tabel
2. 42. Kadar Minyak dan Lemak Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
82
Tabel
2. 43. Kadar Asam Sulfat Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
83
Tabel
2. 44. Kadar Detergen Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
83
Tabel
2. 45. Kadar Amoniak Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
84
Tabel
2. 46. Kadar Bakteri Koli Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
85
Tabel
2. 47. Kadar Total Koli Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
87
Tabel
2. 48. Kadar Arsen Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
88
Tabel
2. 49. Kadar Krom Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
89
Tabel
2. 50. Kadar Cu Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
90
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Page ix
Tabel
2. 51. Kadar Pb Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
90
Tabel
2. 52. Kadar Cd Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
92
Tabel
2. 53. Kadar Ni Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
93
Tabel
2. 54. Kadar Zn Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
94
Tabel
2. 55. Kadar Hg Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
94
Tabel
2. 56. Luas dan Kerapatan Mangrove Kulonprogo
II.
96
Tabel
2. 57. Data Suhu Bulanan di Kulonprogo Tahun 2014
II.
98
Tabel
2. 58. Curah Hujan Rata-rata di Kulonprogo Tahun 2014
II.
99
Tabel
2. 59. Kejadian Bencana di Kulonprogo Tahun 2014
II. 101
Tabel
3.
1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kab Kulonprogo Tahun 2010-2014
III.
1
Tabel
3.
2. Tingkat Kepadatan Penduduk Kab Kulonprogo Tahu 20132014
III.
2
Tabel
3.
3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kab Kulonprogo Tahun 2014
III.
3
Tabel
3.
4. Komposisi Penduduk Berdasar Struktur Usia Kab Kulonprogo Tahun 2014
III.
4
Tabel
3.
5. Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kab Kulonprogo Tahun 2014
III.
6
Tabel
3.
6. Jumlah RT/KK Menurut Kecamatan Kab Kulonprogo Tahun 2014
III.
7
Tabel
3.
7. Penduduk Wilayah Pesisir dan Laut Kab Kulonprogo Tahun 2014
III.
7
Tabel
3.
8. TPA dan TPST 3R di Kab Kulonprogo Tahun 2014
III.
12
Tabel
3.
9. Data Bank Sampah di Kab Kulonprogo Tahun 2014
III.
13
Tabel
3. 10. Indikator Pembangunan Kesehatan Kab Kulonprogo Tahun 2012-2014
III.
17
Tabel
3. 11. Populasi Terbesar Hewan Ternak di Kab Kulonprogo Tahun 2013-2014
III.
21
Tabel
3. 12. Kebutuhan Air Sektor Pertanian Kab Kulonprogo
III.
23
Tabel
3. 13. Industri Kecil di Kab Kulonprogo 2012-2014
III.
24
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Page ix
Tabel
3. 14. Jumlah Sumber Pencemar Air Berdasar Jenisnya di Kab Kulonprogo Tahun 2014
III.
25
Tabel
3. 15. Hasil Uji Kualitas Limbah Cair Industri Tahun 2014
III.
27
Tabel
3. 16. Persebaran Potensi Sumber Pencemar Udara Tidak Bergerak Kab Kulonprogo
III.
29
Tabel
3. 17. Potensi Bahan Mineral di Kab Kulonprogo
III.
32
Tabel
3. 18. Data Biogas Kulonprogo
III.
37
Tabel
3. 19. Jumlah Kendaraan Menurut Jenis Bahan Bakar yang Digunakan di Kab Kulonprogo Tahun 2014
III.
40
Tabel
3. 20. Perkembangan Kunjungan Wisatawan 2010-2014
III.
43
Tabel
4.
1. Jumlah Dokumen Lingkungan Menurut Jenis Usaha Tahun 2014
IV.
6
Tabel
4.
2. Hasil Pengawasan Kegiatan/Usaha Tahun 2014
IV.
8
Tabel
4.
3. Pengaduan Masalah dan Status Masalah LH Tahun 2014
IV.
9
Tabel
4.
4. Jumlah Aduan Kasus LH Tahun 2010-2014
IV.
10
Tabel
4.
5. Kegiatan Konservasi Lingkungan oleh Pihak Ketiga Tahun 2014
IV.
13
Tabel
4.
6. Anggaran Pengelolaan LH Kab Kulonprogo Tahun 2013-2014
IV.
16
Tabel
4.
7. Jumlah Pegawai KLH Kulonprogo Berdasar Tingkat Pendidikan
IV.
17
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.
1. Peta Administrasi Kab Kulonprogo
I.
3
Gambar
2.
1. Peta Penggunaan Lahan Kulonprogo Tahun 2013
II.
2
Gambar
2.
2. Foto Pengambilan Sampel Tanah di Nanggulan Tahun 2014
II.
3
Gambar
2.
3. Grafik Ketebalan Solum Tanah di Nanggulan Tahun 2014
II.
5
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Page ix
2.
4. Grafik Kebatuan Permukaan Tanah di Nanggulan Tahun 2014
II.
6
Gambar
2.
5. Grafik Komposisi Fraksi Tanah di Nanggulan Tahun 2014
II.
7
Gambar
2.
6. Grafik Berat Isi Tanah di Nanggulan Tahun 2014
II.
7
Gambar
2.
7. Grafik Porositas Total Tanah di Nanggulan Tahun 2014
II.
8
Gambar
2.
8. Grafik Derajat Pelulusan Air Tanah di Nanggulan Tahun 2014
II.
8
Gambar
2.
9. Grafik Derajat Keasaman Tanah di Nanggulan Tahun 2014
II.
9
Gambar
2. 10. Grafik DHL Tanah di Nanggulan Tahun 2014
II.
10
Gambar
2. 11. Grafik Redoks Tanah di Nanggulan Tahun 2014
II.
10
Gambar
2. 12. Grafik Jumlah Mikroba Tanah di Nanggulan Tahun 2014
II.
11
Gambar
2. 13. Grafik Peningkatan Luas Hutan Rakyat Tahun 2012-2014
II.
12
Gambar
2. 14. Peta Kawasan hutan di Kab Kulonprogo
II.
14
Gambar
2. 15. Grafik Penurunan Luas Lahan Kritis di Kab Kulonprogo Tahun 2012-2014
II.
16
Gambar
2. 16. Peta Lahan Kritis dan Penghijauan di Kab Kulonprogo
II.
17
Gambar
2. 17. Keanekaragaman Hayati di Pantai Selatan Kulonprogo
II.
19
Gambar
2. 18. Peta DAS
II.
23
Gambar
2. 19. Gambaran 3 Dimensi DAS Serang
II.
24
Gambar
2. 20. Peta Sumber Pencemar dan Titik Pemantauan S Serang
II.
26
Gambar
2. 21. Grafik Sumber Pencemar Sub DAS Serang Tahun 2007,2013,2014
II.
27
Gambar
2. 22. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Air S Serang Tahun 2014
II.
29
Gambar
2. 23. Grafik Pengukuran DO Sungai Serang Tahun 2014
II.
34
Gambar
2. 24. Grafik Pengukuran BOD Sungai Serang Tahun 2014
II.
35
Gambar
2. 25. Grafik Pengukuran COD Sungai Serang Tahun 2014
II.
35
Gambar
2. 26. Grafik Pengukuran Nitrit Sungai Serang Tahun 2014
II.
36
Gambar
2. 27. Grafik Pengukuran Sulfida Sungai Serang Tahun 2014
II.
36
Gambar
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Page ix
Gambar
2. 28. Grafik Pengukuran Krom Sungai Serang Tahun 2014
II.
37
Gambar
2. 29. Grafik Pengukuran Koli Tinja Sungai Serang Tahun 2014
II.
38
Gambar
2. 30. Grafik Pengukuran Total Koli Sungai Serang Tahun 2014
II.
38
Gambar
2. 31. Peta Status Mutu Air Sungai Serang Tahun 2014
II.
41
Gambar
2. 32. Foto Pengukuran Debit Sungai Serang
II.
42
Gambar
2. 33. Grafik Hasil Pengujian pH Air Sumur Kulonprogo 2014
II.
44
Gambar
2. 34. Grafik Hasil Pengujian Coliform Air Sumur Kulonprogo 2014
II.
45
Gambar
2. 35. Grafik Hasil Pengujian Coli Tinja Air Sumur Kulonprogo 2014
II.
45
Gambar
2. 36. Waduk Sermo Kulonprogo
II.
46
Gambar
2. 37. Waduk Mini Tonegoro Kalibawang
II.
46
Gambar
2. 38. Grafik Tingkat Kebisingan Rata-rata Kulonprogo 2012-2014
II.
50
Gambar
2. 39. Grafik Tingkat Konsentrasi CO Udara Ambien Kulonprogo 2012-2014
II.
51
Gambar
2. 40. Grafik Tingkat Konsentrasi O3 Udara Ambien Kulonprogo 2012-2014
II.
52
Gambar
2. 41. Grafik Tingkat Konsentrasi HC Udara Ambien Kulonprogo 2012-2014
II.
54
Gambar
2. 42. Grafik Tingkat Konsentrasi Pb Udara Ambien Kulonprogo 2012-2014
II.
55
Gambar
2. 43. Grafik Tingkat Konsentrasi Debu PM10 Udara Ambien Kulonprogo 2012-2014
II.
57
Gambar
2. 44. Grafik Tingkat Konsentrasi NO2 Udara Ambien Kulonprogo 2012-2014
II.
58
Gambar
2. 45. Grafik Tingkat Konsentrasi SO2 Udara Ambien Kulonprogo 2012-2014
II.
59
Gambar
2. 46. Lokasi Pantai Glagah
II.
63
Gambar
2. 47. Lokasi Pantai Trisik
II.
63
Gambar
2. 48. Grafik Kekeruhan Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
67
Gambar
2. 49. Grafik Konsentrasi TSS Air Laut Kulonprogo Tahun 2014
II.
70
Gambar
2. 51. Grafik Fluktuasi pH Air Laut Kulonprogo Tahun 2012-2014
II.
72
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Page ix
Gambar
2. 52. Grafik Fluktuasi Salinitas Air Laut Kulonprogo 2012-2014
II.
74
Gambar
2. 53. Grafik Konsentrasi NO3 Air Laut Kulonprogo 2012-2014
II.
75
Gambar
2. 54. Grafik Konsentrasi BOD Air Laut Kulonprogo 2014
II.
76
Gambar
2. 55. Grafik Konsentrasi DO Air Laut Kulonprogo 2014
II.
77
Gambar
2. 56. Grafik Fluktuasi Fosfat Air Laut Kulonprogo 2012-2014
II.
79
Gambar
2. 57. Grafik Fluktuasi Fenol Air Laut Kulonprogo 2014
II.
81
Gambar
2. 58. Grafik Kadar Minyak dan Lemak Air Laut Kulonprogo 2014
II.
82
Gambar
2. 59. Grafik Detergen Air Laut Kulonprogo 2014
II.
84
Gambar
2. 60. Grafik Kadar Amoniak Air Laut Kulonprogo 2014
II.
85
Gambar
2. 61. Grafik Fluktuasi Bakteri Koli Air Laut Kulonprogo 20122014
II.
86
Gambar
2. 62. Grafik Fluktuasi Total Koli Air Laut Kulonprogo 2012-2014
II.
87
Gambar
2. 63. Grafik Kadar Pb Air Laut Kulonprogo 2014
II.
91
Gambar
2. 64. Grafik Kadar Kadmium Air Laut Kulonprogo 2014
II.
92
Gambar
2. 65. Grafik Kadar Nikel Air Laut Kulonprogo 2014
II.
93
Gambar
2. 66. Grafik Konsentrasi Hg Air Laut Kulonprogo 2014
II.
95
Gambar
2. 67. Tanaman Mangrove di Sempadan Sungai Temon
II.
96
Gambar
2. 68. Peta Penggunaan Lahan Desa Jangkaran Temon
II.
97
Gambar
2. 69. Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Tahun 2013-2014
II.
99
Gambar
2. 70. Peta Pola Curah Hujan di Kab Kulonprogo
II. 100
Gambar
2. 71. Grafik Kejadian Bencana Tahun 2012-2014
II. 101
Gambar
2. 72. Peta Ancaman Bencana Banjir di Kulonprogo
II. 103
Gambar
2. 73. Peta Ancaman Bencana Kekeringan di Kulonprogo
II. 105
Gambar
2. 74. Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor di Kulonprogo
II. 107
Gambar
3.
1. Grafik Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kab Kulonprogo 2013-2014
III.
2
Gambar
3.
2. Grafik Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kab Kulonprogo Tahun 2013-2014
III.
3
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Page ix
Gambar
3.
3. Grafik Komposisi Penduduk Menurut Usia Kab Kulonprogo Tahun 2014
III.
5
Gambar
3.
4. Grafik Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kab Kulonprogo Tahun 2014
III.
6
Gambar
3.
5. Peningkatan Jumlah Rumah dan Rumah Layak Huni Tahun 2013-2014
III.
9
Gambar
3.
6. Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) di Kalibawang Tahun 2014
III.
10
Gambar
3.
7. Grafik Jumlah RT dan Sumber Air Minum di Kulonprogo 2014
III.
11
Gambar
3.
8. Grafik Jumlah Timbulan Sampah di Kulonprogo 2013-2014
III.
12
Gambar
3.
9. Grafik Tempat BAB di Kulonprogo Tahun 2013-2014
III.
15
Gambar
3. 10. Grafik Usia Harapan Hidup di Kulonprogo Tahun 2010-2014
III.
16
Gambar
3. 11. Grafik Penyakit Utama di Kulonprogo 2012-2014
III.
18
Gambar
3. 12. Grafik Penggunaan Pupuk Tahun 2013-2014
III.
20
Gambar
3. 13. Grafik Populasi Terbesar Hewan Ternak Kulonprogo 20122014
III.
22
Gambar
3. 14. Peta Persebaran Sumber Pencemar Air di Kulonprogo
III.
26
Gambar
3. 15. Data Sumber Pencemar Udara Tidak Bergerak Kulonprogo
III.
30
Gambar
3. 16. Hasil Uji Emisi Sumber Tidak Bergerak Tahun 2014
III.
30
Gambar
3. 17. Peta Potensi Mineral di Kulonprogo
III.
33
Gambar
3. 18. Grafik Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian Tahun 2012-2014
III.
35
Gambar
3. 19. Grafik Penggunaan Bahan Bakar untuk Keperluan RT di Kulonprogo 2013-2014
III.
37
Gambar
3. 20. Grafik Perkembangan Kunjungan Wisatawan pada Obyek Wisata Kulonprogo Tahun 2010-2014
III.
43
Gambar
3. 21. Grafik Prosentase Wisatawan per Obyek Wisata Kulonprogo 2014
III.
44
Gambar
3. 22. Grafik Volume Sampah Harian pada ObyekWisata 2014
III.
44
Gambar
3. 23. Grafik Perbandingan Hotel/Penginapan 2013-2014
III.
46
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Page ix
Gambar
4.
1. Penanaman Pohon Durian oleh Masyarakat
IV.
1
Gambar
4.
2. Grafik Jumlah Dokumen UKL-UPL Berdasarkan Jenis Usaha/Kegiatan Tahun 2013-2014
IV.
7
Gambar
4.
3. Grafik Aduan Kasus LH di Kulonprogo Tahun 2010-2014
IV.
11
Gambar
4.
4. Penanganan Kasus Dugaan Pencemaran Akibat Pembuangan Tinja di Persawahan Panjatan
IV.
11
Gambar
4.
5. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan LH
IV.
14
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Page ix
BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Daerah
1. Kondisi Geografis Daerah Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu dari 5 (lima) kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di bagian barat. Batas administrasi Kabupaten Kulonprogo adalah sebagai berikut : 1) Sebelah timur
: Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman
2) Sebelah barat
: Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah
3) Sebelah utara
: Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah
4) Sebelah selatan
: Samudera Hindia.
Kabupaten Kulonprogo yang beribukota di Wates memiliki luas wilayah 58.627,51 Ha (586,28 km²) terdiri atas 12 kecamatan, 87 desa dengan 918 dusun dan 1 kelurahan dengan 38 RW. Luas wilayah tersebut belum termasuk luas laut yang menjadi kewenangan kabupaten, yaitu seluas 15.872 Ha (158,72 km2). Sedangkan dilihat dari posisi geostrategic, Kabupaten Kulonprogo yang terletak di bagian barat Tengah,
merupakan
DIY dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa
„pintu
gerbang‟
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
yang
menghubungkan DIY dengan pusat-pusat ekonomi dan pemerintahan yang terletak di bagian barat P Jawa dan utara P Jawa. Selain itu posisi Kabupaten Kulonprogo yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia juga dapat menghubungkan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan negara tetangga yang terletak di bagian selatan Indonesia seperti Australia. Posisi geostrategic Kabupaten
Kulonprogo
tersebut
dapat
memberikan
keuntungan
bagi
perkembangan wilayah kabupaten tersebut maupun perkembangan wilayah DIY. Kabupaten Kulonprogo terletak diantara 110o 1' 37" - 110o 16' 26" Bujur Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab I-1
Timur dan antara 7o 38' 42" - 7o 59' 03" Lintang Selatan, dan memiliki topografi yang bervariasi dengan ketinggian antara 0 – 1.000 meter diatas permukaan air laut, yang terbagi menjadi 3 wilayah meliputi : a. Bagian Utara, merupakan dataran tinggi/perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara 500 - 1.000 meter dari permukaan air laut, meliputi Kecamatan Girimulyo, Kokap, Kalibawang dan Samigaluh. b. Bagian Tengah; merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 – 500 meter dari permukaan air laut, meliputi Kecamatan Nanggulan, Sentolo, Pengasih dan sebagian Lendah, wilayah dengan lereng antara 2 – 15%, tergolong berombak dan bergelombang merupakan peralihan dataran rendah dan perbukitan. c. Bagian Selatan; merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 – 100 meter dari permukaan air laut, meliputi Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur dan sebagian Lendah. Berdasarkan kemiringan lahan, memiliki lereng 0 – 2%, merupakan wilayah pantai sepanjang 24,9 km. Berdasarkan data dari Kabupaten Kulonprogo Dalam Angka, sebagian besar wilayah Kabupaten Kulonprogo masuk dalam wilayah dengan kemiringan lereng <20. Berdasarkan data tersebut 40,11% luas wilayah Kabupaten Kulonprogo masuk dalam wilayah dengan kemiringan lereng <2%. Sedangkan luas wilayah yang masuk dalam kemiringan lereng >400 adalah seluas 18,73% dari luas wilayah total Kabupaten Kulonprogo. Berikut peta administrasi Kabupaten Kulonprogo :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab I-2
Gambar 1.1. Peta Administrasi Kabupaten Kulonprogo
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab I-3
2. Visi dan Misi Pembangunan Berkelanjutan a. Visi Rumusan Visi dan Misi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kulonprogo 2011-2016 didasarkan pada isu strategis daerah. Selain itu juga memperhatikan Visi dan Misi Pembangunan Jangka Panjang Daerah sebagai acuan bagi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kulonprogo tahun 2011-2016 yang hendak dicapai dalam tahapan kedua Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kulonprogo adalah “Terwujudnya Kabupaten Kulonprogo yang sehat, mandiri, berprestasi, adil, aman dan sejahtera berdasarkan iman dan taqwa” Visi Kabupaten Kulonprogo merupakan kondisi yang diharapkan dapat memotivasi
seluruh
elemen
masyarakat
dalam
melakukan
aktivitasnya.
Pernyataan visi Kabupaten Kulonprogo tersebut mempunyai pemahaman sebagai berikut : - Pembangunan lima tahun mendatang diharapkan mampu meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, baik sehat jasmani, rohani maupun sehat dalam pengertian masyarakat mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya dalam lingkungan yang bersih dan nyaman. Sehat dalam bidang ekonomi, sehat birokrasi, sehat semua program pembangunan termasuk sehat dalam kehidupan sosial politik dan sosial budaya. Demikian juga lima tahun kedepan diharapkan akan terwujud peningkatan kualitas aparatur dan kelembagaan pemerintahan sehingga mampu memberikan pelayanan prima, dengan prinsip transparan, dan akuntabel. (SEHAT) - Pembangunan
lima
tahun
mendatang
diharapkan
dapat
meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia dan masyarakat serta wilayah dalam rangka
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab I-4
memenuhi kebutuhan sendiri dengan fokus utama kemandirian dalam bidang ekonomi. (MANDIRI) - Pembangunan diberbagai sektor lima tahun mendatang diharapkan dapat mencerminkan pemerintahan dan masyarakat yang mampu berinovasi dengan etos kerja tinggi sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang inovatif dan produk daerah berdaya saing tinggi. Tercapainya nilai obyektif yang tinggi dari penilaian indikator kinerja pembangunan di berbagai bidang baik dari sisi output, outcome, benefit dan impact. (BERPRESTASI) - Pembangunan lima tahun mendatang diharapkan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat dalam segala bidang kehidupan yang bermuara pada upaya perwujudan kesejahteraan. (ADIL) - Pembangunan lima tahun
mendatang diharapkan dapat mewujudkan suatu
keadaan tata kehidupan masyarakat yang
tertib dan tentram, sehingga
diharapkan masyarakat dapat melangsungkan kehidupan dengan tenang dan damai, yang menjamin terselenggaranya pembangunan. (AMAN) - Pembangunan yang akan dilaksanakan pada lima tahun mendatang diharapkan mampu mewujudkan suatu keadaan masyarakat yang tercukupi kebutuhan dasar baik sandang, pangan, papan, pelayanan pendidikan, kesehatan maupun memiliki pendapatan secara layak. Mewujudkan keluarga yang mampu mengatur kebutuhan secara proposional dan seimbang sehingga mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap keadaan yang tidak normal. (SEJAHTERA) - Pembangunan
lima
tahun
mendatang
diharapkan
mampu
mewujudkan
masyarakat dan aparatur yang mempunyai nurani moralitas serta kepekaan sosial yang tinggi, harga diri dan martabat yang tinggi dengan dasar keyakinan akan kebenaran ajaran dan nilai-nilai agama yang menjadi pedoman dan tuntunan dalam menjalankan kehidupan. (BERDASARKAN IMAN DAN TAQWA). b. Misi Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab I-5
Untuk mencapai visi tersebut, maka ditetapkan 6 misi pembangunan sebagai berikut : 1) Mewujudkan sumberdaya manusia berkualitas tinggi dan berakhlak mulia melalui peningkatan
kemandirian,
kompetensi,
ketrampilan,
etos
kerja,
tingkat
pendidikan, tingkat kesehatan dan kualitas keagamaan 2) Mewujudkan peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintahan yang berorientasi pada prinsip-prinsip clean government dan good governance. 3) Mewujudkan kemandirian ekonomi daerah yang berbasis pada pertanian dalam arti luas, industri dan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan bertumpu pada pemberdayaan masyarakat 4) Meningkatkan pelayanan infrastruktur wilayah 5) Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara optimal dan berkelanjutan 6) Mewujudkan ketentraman dan ketertiban melalui kepastian, perlindungan dan penegakan hukum Misi
Mewujudkan
sumberdaya
manusia
berkualitas
tinggi
dan
berakhlak mulia melalui peningkatan kemandirian, kompetensi, ketrampilan, etos kerja, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan kualitas keagamaan. Sumberdaya manusia sebagai subyek dan obyek pembangunan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan dan mewujudkan keberhasilan pembangunan. Sebagai subyek pembangunan dibutuhkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat dan produktif untuk mencapai tujuan pembangunan yang diinginkan melalui pembangunan pendidikan dan kesehatan. Pembangunan pendidikan
harus
mampu
menjamin
pemerataan
kesempatan
pendidikan,
peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Pembangunan kesehatan mempunyai peranan penting dalam Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab I-6
menghasilkan sumberdaya manusia yang sehat dan produktif sebagai investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan. Sebagai obyek pembangunan, sumberdaya manusia harus dapat menikmati hasilhasil pembangunan dalam bentuk peningkatan kualitas kehidupan yang tercermin dalam menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran. Untuk mewujudkan SDM bermartabat dibutuhkan SDM yang senantiasa ingin meningkatkan nilai-nilai yang terkandung di dalam ajaran agama yang mengarah kepada upaya peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Misi Mewujudkan peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintahan yang berorientasi pada prinsip-prinsip clean government dan good
governance.
Good
Public
Governance
mengandung
makna
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih (clean government), demokratis dan efektif. Prinsip-prinsip good public governance meliputi wawasan ke depan (visioner), keterbukaan dan transparansi, partisipasi masyarakat, tanggung gugat, supremasi hukum, demokrasi, profesionalisme dan kompetensi, daya tanggap, efisiensi dan efektivitas, desentralisasi, kemitraan dengan dunia usaha, komitmen pada pengurangan kesenjangan, komitmen pada perlindungan lingkungan hidup dan komitmen pada pasar yang fair. Dengan prinsip-prinsip tersebut diharapkan akan tercipta tata pemerintahan yang baik
sehingga mampu memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat. Misi Mewujudkan kemandirian ekonomi daerah yang berbasis pada pertanian dalam arti luas, industri dan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan bertumpu pada pemberdayaan masyarakat. Untuk mewujudkan kemandirian ekonomi daerah dibutuhkan pengembangan keunggulan ekonomi yang berbasis pada pertanian dalam arti luas, industri dan pariwisata yang menghasilkan produk-produk berdaya saing tinggi dengan memperhatikan prinsip-prinsip
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab I-7
pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian setiap program pengembangan ekonomi harus ditujukan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Misi
Meningkatkan
pelayanan
infrastruktur
wilayah.
Infrastruktur
merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi karena secara langsung peningkatan infrastruktur mampu mendorong kelancaran distribusi barang dan jasa, sehingga secara tidak langsung mampu meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan. Dengan demikian ketersediaan infrastruktur akan berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Misi Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara optimal dan berkelanjutan. Berdasarkan peran ganda sumberdaya alam sebagai modal pertumbuhan ekonomi dan sebagai sistem penopang kehidupan maka untuk mencapai tingkat kesejahteraan rakyat yang adil dan bermartabat, pemanfaatan sumberdaya alam harus dikelola secara optimal dan berkelanjutan. Sebagai daerah dengan potensi pertanian sebagai basis ekonomi daerah maka sumberdaya alam merupakan tulang punggung utama perekonomian. Oleh karena itu, pemanfaatan sumberdaya
alam
berwawasan
lingkungan
akan
menjamin
keberlanjutan
pembangunan ekonomi yang memberikan peningkatan pendapatan. Selain itu, dengan konfigurasi fisik wilayah yang rawan terhadap kerusakan lingkungan dan bencana alam, pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal dan berkelanjutan akan menghindarkan wilayah dari kerusakan lingkungan dan bencana alam. Misi Mewujudkan ketentraman dan ketertiban melalui kepastian, perlindungan dan penegakan hukum. Ketentraman dan ketertiban merupakan kondisi yang diharapkan masyarakat agar dapat melangsungkan kehidupan dengan tenang dan damai, dan merupakan jaminan bagi terselenggaranya pembangunan untuk mewujudkan harapan dan cita-cita bersama. Kondisi yang tenteram dan tertib akan terwujud apabila terdapat kesadaran kolektif dan komitmen patuh dari seluruh stakeholder pembangunan terhadap berbagai ketentuan yang telah disepakati Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab I-8
bersama, yang direalisasikan dalam bentuk ketaatan dan kepatuhan hukum. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan faktor yang sangat penting dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan bermartabat. Oleh karena itu, penegakan hukum harus dilaksanakan secara konsekuen dan adil tanpa diskriminasi. Selain itu, faktor penting bagi terpeliharanya stabilitas kehidupan yang tentram, tertib dan dinamis adalah adanya rasa saling percaya dan harmoni dari seluruh stakeholder pembangunan.
B. Pemanfaatan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
Penyusunan Laporan SLHD dimaksudkan untuk mendokumentasikan perubahan dan kecenderungan kondisi lingkungan hidup. Pelaporan yang rutin akan menjamin akses Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab I-9
informasi lingkungan hidup yang terbaru dan akurat secara ilmiah bagi publik, industri, organisasi non-pemerintah, serta semua tingkatan lembaga pemerintah. Laporan SLHD juga akan menyediakan referensi dasar tentang keadaan lingkungan hidup bagi pengambil kebijakan sehingga akan memungkinkan diambilnya kebijakan yang baik dalam rangka mempertahankan proses ekologis serta meningkatkan kualitas kehidupan di masa kini dan masa datang. Adapun Pemanfaatan Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo adalah : 1. Sebagai referensi dan data dasar, tentang kondisi dan kecenderungan perubahan lingkungan hidup Kabupaten Kulonprogo, sebagai bahan masukan dalam proses pengambilan keputusan pada semua tingkat dalam rangka mempertahankan proses ekologis serta meningkatkan kualitas kehidupan total di masa kini dan masa mendatang; 2. Sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan mutu informasi lingkungan hidup sebagai bagian dari sistem pelaporan publik dan bentuk dari akuntabilitas; 3. Sebagai media peningkatan kesadaran dan kepahaman akan kecenderungan kondisi lingkungan bagi setiap pihak, baik dari kalangan masyarakat, dunia usaha maupun pemerintah, untuk senantiasa memelihara dan menjaga kualitas lingkungan hidup Kabupaten Kulonprogo serta mendukung upaya pembangunan berkelanjutan;
C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo
Berdasarkan hasil inventarisasi permasalahan lingkungan hidup di Kabupaten Kulonprogo, beberapa isu lingkungan hidup yang diprioritaskan adalah sebagai berikut : Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab I-10
1. Merupakan daerah rawan bencana. Kulonprogo secara geografis terdiri dari dataran tinggi di bagian utara dan dataran rendah di bagian selatan. Wilayah utara berupa perbukitan yang dapat berfungsi sebagai kawasan konservasi terutama untuk kawasan penangkap/ resapan air tetapi juga merupakan kawasan rawan bencana longsor. Wilayah selatan merupakan daerah dataran rendah yang sering terjadi banjir akibat tidak seimbangnya antara peresapan dan suplay air hujan. Potensi bencana yang lain adalah tsunami, sehingga diperlukan pengelolaan lingkungan yang baik sebagai upaya konservasi daerah sempadan pantai. 2. Eksploitasi sumber daya alam yang tidak diimbangi dengan upaya pengelolaan lingkungan. Potensi Potensi sumber daya alam yang banyak dieploitasi adalah batu andesit dan pasir sungai. Batuan andesit Kulonprogo memiliki kualitas baik sehingga banyak diminati untuk berbagai keperluan pembangunan fisik, baik di dalam daerah maupun luar daerah.
Dengan demikian investor
dalam bidang
pertambangan akan tertarik untuk melakukan penambangan di Kulonprogo. Tingginya kegiatan ekploitasi batu andesit seringkali tidak diimbangi dengan upaya reklamasi yang baik. Sumber daya alam yang lain adalah pasir Sungai Progo. Dampak dari aliran lahar dingin G. Merapi mengakibatkan meningkatnya volume bahan galian pasir sungai. Hal tersebut menarik masyarakat sekitar sungai untuk melakukan penambangan pasir secara besar- besaran. 3. Usaha/ kegiatan industri kecil dan menengah yang belum melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara baik Lingkungan hidup sebagai modal dan sekaligus pendukung kegiatan masih belum menjadi prioritas utama dalam pengembangan usaha kegiatan di masyarakat. Perlu adanya perhatian khusus di bidang lingkungan hidup terkait dengan Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab I-11
keberadaan industri- industri yang masih tergolong usaha kecil / menengah. Usaha kegiatan yang sudah dilengkapi dengan dokumen lingkungan belum sepenuhnya melakukan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Pihak penanggung jawab usaha kegiatan belum sepenuhnya melaporkan
upaya
pengelolaan dan pemantauan lingkungannya. Diperlukan peran lebih dari instansi lingkungan hidup dalam melakukan pengawasan. 4. Munculnya usaha/ kegiatan baru yang menggunakan sempadan pantai Usaha tambak udang mulai bermunculan yang dibangun diatas lahan pasir di wilayah pesisir Kulonprogo. Usaha tambak udang tersebut memanfaatkan kawasan di sempadan pantai dan sangat berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan. 5. Potensi Investasi dan Rencana Pembangunan Infrastruktur Kabupaten Kulonprogo menjadi satu-satunya daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Bagian Selatan sebagai bagian dalam koridor Jawa, MP3EI (Masterplan Perluasan dan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia) yang akan memiliki peran strategis sebagai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah selatan Jawa. Tentu saja beberapa potensi investasi dan pembangunan infrastruktur tersebut sangat berpotensi untuk menyebabkan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, sehingga harus dikendalikan dengan perencanaan pengelolaan dampak lingkungan dengan baik. Beberapa program yang mulai dikembangkan untuk menumbuhkan perekonomian wilayah selatan diantaranya : 1.
Pengembangan Bandar Udara Internasional Baru;
2.
Pengembangan Pelabuhan Perikanan “Tanjung Adikarto”;
3.
Pengembangan Sektor Kawasan Industri Berbasis Baja;
4.
Pengembangan Kawasan Industri Sentolo.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab I-12
D. Analisis Isu Prioritas dalam S-P-R
1. Merupakan daerah rawan bencana. -
Status Kulonprogo secara geografis terdiri dari dataran tinggi di bagian utara dan dataran rendah di bagian selatan. Wilayah utara berupa perbukitan yang dapat berfungsi sebagai kawasan konservasi terutama untuk kawasan penangkap/ resapan air tetapi juga merupakan kawasan rawan bencana longsor. Wilayah selatan merupakan daerah dataran rendah yang sering
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab I-13
terjadi banjir akibat tidak seimbangnya antara peresapan dan suplay air hujan. Potensi bencana yang lain adalah tsunami. -
Pressure/ Tekanan Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya tanah longsor antara lain curah hujan yang tinggi dan juga perilaku manusia dalam mengelola alam sekitarnya, misal penebangan pohon tanpa tebang pilih, maupun pengolahan lahan di daerah rawan longsor yang salah sehingga semakin membuat kondisi tanah rawan longsor. Sedangkan bencana banjir terjadi disamping karena faktor alam yaitu antara lain kondisi geografis yang merupakan dataran rendah, juga disebabkan kemampuan tanah untuk menyerap air sangat kurang. Banjir juga bertambah parah karena banyaknya sampah yang dibuang sembarangan ke dalam saluran air (selokan) dan sungai. Selain itu tumbuhnya enceng gondok yang menyebabkan selokan dan sungai menjadi dangkal sehingga aliran air terhambat dan menjadi meluap dan menggenang. Kurangnya daya serap tanah terhadap air, karena tanah telah tertutup oleh aspal jalan raya dan bangunan–bangunan.
-
Response Terhadap kondisi wilayah yang rawan longsor Pemerintah Kabupaten Kulonprogo mengambil kebijakan untuk metranslokasi masyarakat rawan bencana longsor ke daerah yang aman serta melakukan penanaman tanaman yang bisa membantu menguatkan tanah dan pembuatan bangket untuk menghambat laju luncuran batu serta peningkatan pengetahuan masyarakat tentang mitigasi bencana longsor melalui sosialisasi. Sedangkan untuk pencegahan bencana banjir, telah dilakukan sosialisasi tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar, pengembangan pembuatan sumur resapan dan lubang resapan biopori.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab I-14
Secara umum diperlukan pengelolaan lingkungan yang baik sebagai upaya konservasi di daerah rawan longsor dan sempadan pantai. 2. Eksploitasi sumber daya alam yang tidak diimbangi dengan upaya pengelolaan lingkungan. -
Status Potensi Potensi sumber daya alam yang banyak dieploitasi adalah batu andesit dan pasir sungai. Batuan andesit Kulonprogo memiliki kualitas baik sehingga banyak diminati untuk berbagai keperluan pembangunan fisik, baik di dalam daerah maupun luar daerah. Sumber daya alam yang lain adalah pasir Sungai Progo. Dampak dari aliran lahar dingin G. Merapi mengakibatkan meningkatnya volume bahan galian pasir sungai.
-
Pressure /Tekanan Kegiatan pertambangan di Kulonprogo marak dilakukan terutama untuk batuan andesit dan pasir sungai. Tetapi tingginya kegiatan ekploitasi batu tersebut seringkali tidak diimbangi dengan upaya pengelolaan lingkungan yang baik.
-
Respon Program Pengawasan dan Penertiban Kegiatan Rakyat yang Berpotensi Merusak
Lingkungan
yang
diimplementasikan
melalui
kegiatan
Pengawasan dan Penertiban Usaha Pertambangan dan Energi. Kegiatan meliputi pengawasan pertambangan berijin dan tanpa ijin, pelaksanaan reklamasi dan koordinasi penyelesaian permasalahan pertambangan di lokasi pertambangan. Selain itu juga telah menerbitkan peraturan daerah no. 4 tahun 2014 tentang pengelolaan pertambangan mineral dan batubara. 3. Usaha/ kegiatan industri kecil dan menengah yang belum melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara baik Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab I-15
-
Status Kasus lingkungan dari tahun ke tahun selalu di dominasi oleh adanya pencemaran lingkungan yang berasal dari kegiatan peternakan ayam dan limbah industri kecil. Kegiatan peternakan berpotensi menimbulkan pencemaran udara dari bau kotoran ternak yang tidak terkelola dengan baik. Sedangkan limbah cair industri kecil berpotensi mencemari air tanah dan air permukaan.
-
Pressure /Tekanan Peternakan ayam di Kulonprogo masih banyak yang dilakukan secara konvensional dan belum
memiliki dokumen/
rencana pengelolaan
pemantauan lingkungan. Demikian juga dengan industri kecil yang tersebar di wilayah Kulonprogo juga berpotensi menimbulkan gangguan kepada lingkungan. Upaya peningkatan produksi industri kecil tidak diikuti dengan upaya pengelolaan lingkungan sehingga berpotensi timbulnya permasalahan lingkungan. -
Respons Diperlukan peran lebih dari instansi lingkungan hidup dalam melakukan pengawasan terhadap usaha dan/ kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Selain itu juga pengendalian melalui penerbitan izin lingkungan dan izin gangguan. Pemerintah daerah juga telah mengupayakan untuk menangani limbah cair industri kecil, yakni dengan membangun ipal komunal industri batik di Lendah Kulonprogo.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab I-16
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab I-17
BAB II KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. Lahan dan Hutan Keadaan di Kabupaten Kulonprogo, luas lahan secara keseluruhan tidak mengalami perubahan, baik itu bertambah maupun berkurang. Akan tetapi mengalami perubahan dalam hal pemanfaatan lahannya. Secara umum perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Kulonprogo dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut berikut : Tabel 2.1. Penggunaan Lahan di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 – 2014 Luas Lahan (Ha) No.
Penggunaan Lahan 2013
2014
1.
Non Pertanian
13.303
13.999
2.
Pertanian / Sawah
10.297
10.297
3.
Perkebunan
590
590
4.
Hutan
1.037
7.196,49
5.
Lahan Kering
22.096
15.241
6.
Lainnya
11.304
11.303,51
58.627
58.627
Jumlah
Sumber : Hasil olahan Tim Penyusun SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 berdasar data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulonprogo
Dan untuk melihat penggunaan lahan di Kabupaten Kulonprogo tahun 2013 dapat dilihat pada gambar peta berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-1
Gambar 2.1. Peta Penggunaan Lahan Kulonprogo Tahun 2013
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-2
1.
Kualitas lahan / tanah Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa, di Kabupaten Kulonprogo dilakukan pemantauan sifat fisik maupun mikrobiologi tanah. Sifat fisik tanah merupakan sifat-sifat yang menggambarkan keadaan fisik tanah yang lebih mencerminkan fungsi tanah sebagai bahan penapis / penyaring. Untuk tahun 2014 dilakukan pemantauan kerusakan lahan kering akibat erosi air pada lokasi yang sama dengan tahun sebelumnya yaitu di Sidomulyo Pengasih. Hasilnya masih sama dengan tahun 2012, dan 2013 yakni besaran erosi pada tebal tanah 20 - < 50 cm adalah 2 mm/10 tahun. Dan untuk pemantauan kerusakan tanah di lahan kering untuk produksi biomassa dilakukan di Kecamatan Nanggulan yang terdiri dari 12 (dua belas) lokasi pada lahan pertanian/sawah. Sedangkan untuk lahan basah, di Kabupaten Kulonprogo tidak terdapat lahan basah / gambut.
Gambar 2.2. Foto Pengambilan sampel tanah sawah di Kecamatan Nanggulan
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-3
Adapun hasil uji laboratorium kualitas tanahnya disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2.2 Hasil Pemantauan Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
No.
Para meter
Ambang Kritis (PP 150/2000)
Hasil Pengamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
>100
>100
>100
>100
>100
>100
>100
>100
>100
>100
>100
>100
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1.
Ketebalan Solum
< 20 cm
2.
Kebatuan Permukaa n
> 40 %
3.
Komposisi Fraksi
< 18 % koloid; > 80 % pasir kuarsatik
>18
>18
>18
>18
>18
>18
>18
>18
>18
>18
>18
>18
4.
Berat Isi
> 1,4 g/cm3
1,35
1,71
1,27
1,58
1,56
1,24
1,78
1,88
1,81
1,71
1,78
1,68
5.
Porositas Total
< 30 % ; > 70 %
34,3 3
20,3 7
40,1 0
26,7 6
26,6 9
39,9 5
10,7 5
10,4 9
19,2 4
20,2 8
16,5 9
21,8 5
6.
Derajat Pelulusan Air
< 0,7 cm/jam; >8,0 cm/jam
0,12
0,02
0,1
0,31
0,42
0,9
0,82
0,05
0,05
0,08
1,57
2,98
7.
pH (H2O) 1 : 2,5
< 4,5 ; > 8,5
7,14
6,96
6,9
6,81
6,79
6,84
7,22
7,29
7,55
7,58
7,57
7,42
8.
Daya Hantar Listrik /DHL
> 4,0 mS/cm
47
94,3
96
121, 4
130, 8
133, 5
128, 7
5,34
165, 6
177
123, 2
92,5
9.
Redoks
< 200 mV
213
215
209
209
205
36
66
85
81
33
46
90
10.
Jumlah Mikroba
< 102 cfu/g tanah
4200 000
5400 000
4100 000
2700 000
2450 000
1950 000
2420 000
2230 000
3550 000
4100 000
2950 000
2140 000
Keterangan : warna merah muda tanda melebihi ambang kritis sesuai dengan PP No. 150 Tahun 2000 tentang Kriteria Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa Sumber : BLH DIY, 2014 Untuk setiap parameter yang dipantau sesuai dengan kriteria sifat fisik tanah pada Peraturan Pemerintah Nomor : 150 tahun 2000 dapat dijelaskan dalam gambar grafik sebagai berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-4
-
Ketebalan Solum Pada semua lokasi pemantauan (100%) mempunyai ketebalan solum tanahnya > 20 cm, sehingga termasuk dalam kriteria baik. Karena solum yang tebal membuat akar tanaman berkembang dengan baik dan dapat menguatkan batang tanaman.
Gambar 2.3. Grafik Ketebalan Solum Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun 2014 -
Kebatuan Permukaan Semua lokasi yang dipantau di luar ambang kritis karena tidak terdapat kebatuan di permukaan. Tanah ini termasuk kedalam klasifikasi masih baik atau tidak banyak penghalang untuk pertumbuhan akar dan peresapan air tanah.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-5
Gambar 2.4. Grafik Kebatuan Permukaan Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun 2014 -
Komposisi Fraksi Seluruh lokasi pemantauan di
Nanggulan Kulonprogo, nilai komposisi
fraksinya tidak berada pada ambang kritis yaitu >18%, sehingga pada lokasi ini kemampuan tanah mengikat unsur hara maupun air tinggi. Penyimpan dan penyedia hara terletak pada koloid tanah yang merupakan gabungan dari koloid organik dan clay, sedangkan perbandingan fraksi tanah (pasir, debu, lempung) menentukan tekstur tanah yang berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam mengikat unsur hara maupun air dan berhubungan dengan derajat kelulusan air (permeabilitas).
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-6
Gambar 2.5. Grafik Komposisi Fraksi Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun 2014 -
Berat Isi Hasil pemantauan menunjukkan bahwa berat isi tanah di Nanggulan Kulonprogo lebih dari 1,4 g/cm3 dan berdasarkan kriterianya kritis atau menuju rusak. Hal ini disebabkan daerah ini memiliki struktur blocky atau lebih banyak pemampatan pada tanah sehingga volume tanah dan volume pori lebih sedikit.
Gambar 2.6.. Grafik Berat Isi Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-7
-
Porositas Total Porositas total tanah masih dalam kondisi baik, yaitu 40%. Semakin porus tanah maka semakin cepat tanah meloloskan air.
Gambar 2.7. Grafik Porositas Total Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun 2014 -
Derajat Pelulusan Air Terdapat dua lokasi pemantauan yang nilai derajat pelulusan airnya berada pada ambang kritis yakni <0,7 cm/j dan >8,0 cm/j.
Gambar 2.8. Grafik Derajat Pelulusan Air Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun 2014 Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-8
-
pH Kadar keasaman (pH) sangat mempengaruhi kesuburan tanaman. Nilai derajat keasaman (pH) tanah pada semua lokasi pemantauan normal meskipun pada kondisi relatif basa berkisar pada nilai 7,63 – 8,28.
Gambar 2.9.. Grafik Derajat Keasaman (pH) Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun 2014 -
Daya Hantar Listrik (DHL) Nilai DHL sangat dipengaruhi oleh kondisi garam terlarut. Semakin pekat kondisi tanah dengan air yang terlarut maka semakin tinggi DHL tanah tersebut. Nilai DHL mempunyai korelasi dengan kondisi koloid tanah. Semakin tinggi nilai DHL semakin cepat reaksi pertukaran ion dan memiliki potensi daya serap yang tinggi. Dari hasil pemantauan menunjukkan bahwa nilai DHL diatas 4 mS/cm, dan termasuk dalam kategori kurang baik, karena tanah pada kondisi banyak air. Kondisi DHL tinggi dapat mengakibatkan percepatan pembusukan akar tanaman.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-9
Gambar 2.10. Grafik Daya Hantar Listrik Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun 2014 -
Redoks Nilai potensial redoks antara -88 mV (terlemah) sampai -107 mV (kondisi redoks terkuat). Nilai ambang kritis sesuai peraturan adalah < 200 mV. Jadi nilai redoks pada semua titik pemantauan berada pada ambang kritis /rusak.
Gambar 2.11. Grafik Redoks Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun 2014
-
Jumlah Mikroba
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-10
Berdasar hasil pengukuran
di laboratorium semua hasil sampel tanah
menunjukkan nilai di atas rata-rata yang telah ditetapkan. Kriteria baku masuk kedalam kriteria tidak kritis atau populasi mikroba sangat banyak dari setiap sampel yang diambil.
Gambar 2.12. Grafik Jumlah Mikroba Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun 2014
2.
Tutupan lahan Luas penutupan lahan dalam kawasan hutan dan luar kawasan hutan yang dalam ini terdiri atas hutan rakyat, terjadi peningkatan luas hutan rakyat dari tahun 2013 ke tahun 2014. Keberhasilan meningkatkan luas hutan rakyat ini melalui program dan kegiatan dalam urusan kehutanan yang dilaksanakan sebagai upaya memberdayakan kelompok tani dalam pengelolaan lahan dan air. Adapun data perubahan luas hutan rakyat sebagai berikut :
Tabel 2.3. Luas Hutan Rakyat Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 – 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-11
Luas Hutan Rakyat (ha) No.
Kecamatan
Tahun 2013
Tahun 2014
Perubahan (%)
1.
Temon
810,50
811,50
0,12
2.
Wates
190,00
191,89
0,99
3.
Panjatan
688,40
690,57
0,32
4.
Galur
317,50
319,76
0,71
5.
Lendah
594,40
597,75
0,56
6.
Sentolo
1.013,00
1.017,68
0,46
7.
Pengasih
1.688,50
1.707,67
1,14
8.
Kokap
4.742,10
4.801,29
1,25
9.
Girimulyo
3.407,00
3.447,44
1,19
10.
Nanggulan
477,00
480,45
0,72
11.
Kalibawang
2.159,29
2.218,07
2,72
12.
Samigaluh
4.090,00
4.108,23
0,45
20.177,69
20.392,30
1,06
Jumlah
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulonprogo, 2014 Hutan rakyat tersebar di 12 kecamatan dengan kondisi Tahun 2014 luasan terbesar berada di Kecamatan Kokap (23,54%), kemudian diikuti Kecamatan Samigaluh (20,15%) dan Kecamatan Girimulyo (16,91%). Untuk kecamatan dengan luasan hutan rakyat paling kecil adalah Kecamatan Wates (0,94%). Peningkatan luas hutan rakyat dapat kita lihat pada grafik sebagai berikut :
Gambar 2.13. Grafik Peningkatan Luas Hutan Rakyat Tahun 2012-2014 3.
Kawasan lindung
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-12
Sesuai dengan Perda Kabupaten Kulon Progo No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Kulon Progo 2012-2023, kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Kulon Progo meliputi : kawasan hutan lindung seluas 245,90 Ha, kawasan sempadan pantai
seluas 249 Ha yang berada di wilayah
memanjang dari Kecamatan Galur
sampai Temon. Sedangkan kawasan resapan air seluas 12.189,40 Ha terdapat wilayah Perbukitan Menoreh, sempadan sungai seluas 376 Ha, kawasan sekitar waduk seluas 167 Ha dan RTH seluas 2.023 Ha. Kawasan Hutan yang ada di seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah ditetapkan sebagai kawasan hutan oleh Keputusan Menteri Kehutanan terbagi menjadi Kawasan Hutan Produksi, Hutan Lindung dan Hutan Konservasi dengan luas total 18.715,06 Ha. Dari luasan ini, yang masuk di wilayah Kabupaten Kulonprogo adalah 1.046,4 Ha yang terdiri dari Hutan Produksi seluas 605,8 Ha, Hutan Lindung seluas 255,61 Ha dan Hutan Konservasi yang berupa Suaka Margasatwa (SM) Sermo seluas 184,99 Ha. Kawasan Hutan ini menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Temon, Kokap dan Pengasih. Kawasan Hutan yang ada di Kabupaten Kulon Progo ini selama periode waktu dari tahun 2008 sampai 2014 ini tidak mengalami penambahan luas, misalnya karena penunjukan kawasan hutan baru, penetapan lahan pengganti ataupun perubahan fungsi hutan, dan juga tidak mengalami pengurangan kawasan hutan karena pelepasan kawasan hutan, tukar menukar kawasan hutan dan perubahan fungsi hutan. Akan tetapi mengalami perubahan dalam hal tutupan vegetasinya.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-13
Gambar 2.14. Peta Kawasan Hutan di Kabupaten Kulonprogo Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-14
4.
Lahan kritis Melalui program-program urusan kehutanan yang dilaksanakan, Pemerintah Kabupaten Kulonprogo dapat menurunkan luas lahan kritis sebesar 2,84 %, sehingga luas lahan kritis pada tahun 2014 sebesar 5.107,52 Ha yang sebelumnya tahun 2013 sebesar 5.257,00 Ha. Salah satu program tersebut adalah OBIT (One Billion Indonesian Trees) dan yang paling penting adalah pemberdayaan masyarakat. Penurunan luas lahan kritis disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2.4. Luas Lahan Kritis Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 – 2014 No.
Kecamatan
Luas Lahan Kritis (Ha) Tahun 2013
Tahun 2014
Perubahan (%)
1.
Temon
756,56
743,38
(1,74)
2.
Wates
296,87
292,64
(1,42)
3.
Panjatan
663,50
655,45
(1,21)
4.
Galur
727,45
704,50
(3,15)
5.
Lendah
170,75
168,27
(1,45)
6.
Sentolo
471,67
461,36
(2,18)
7.
Pengasih
267,72
256,75
(4,09)
8.
Kokap
197,12
185,68
(5,80)
9.
Nanggulan
118,50
107,56
(9,23)
10.
Girimulyo
484,96
470,35
(3,01)
11.
Samigaluh
478,00
460,01
(3,76)
12.
Kalibawang
623,90
601,57
(3,57)
5.257,00
5.107,52
(2,84)
Jumlah
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2014
Disamping itu untuk mengetahui penurunan luas lahan kritis di Kabupaten Kulonprogo tahun 2012 – 2014, serta lokasi lahan kritis dapat dilihat pada gambar berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-15
Gambar 2.15. Grafik Penurunan Luas Lahan Kritis di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012-2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-16
Gambar 2.16. Peta Lahan Kritis dan Penghijauan di Kabupaten Kulonprogo
B. Keanekaragaman Hayati Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-17
Kabupaten Kulonprogo terdiri atas empat ekosistem dataran tinggi, dataran rendah, pantai berpasir, dan ekosistem karst / bukit kapur. Wilayah Kabupaten Kulonprogo didominasi oleh ekosistem dataran tinggi seluas 33.815,8 Ha. Keanekaragaman hayati tersebar pada wilayah-wilayah ekosistem dataran tinggi seperti Kecamatan Kalibawang (koordinat UTM : 416955 - 418738 mT), Kecamatan Samigaluh (409365 - 411741 mT), dan Kecamatan Kokap (402698 – 405008 mT).
Penggunaan lahan yang masih alami
memberikan dampak terhadap tingkat keanekaragaman hayati di daerah tersebut. Menurut Peta Kemelimpahan Flora dan Fauna Kabupaten Kulonprogo yang dikeluarkan oleh BLH Provinsi DIY, Kecamatan Samigaluh memiliki jumlah familia flora terbanyak yaitu ± 40 familia, antara lain : durian, manggis, jati, beringin, randu alas, klayu, gedoya, aren dll, sedangkan fauna ± 25 familia antara lain burung pemakan serangga dan buah seperti : trocokan (Pycnonotus goavier), kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan pentet (Lanius schah), juga jenis burung yang dilindungi yaitu gelatik jawa (Padda oryzivora), karena masih mempunyai kawasan hutan atau hutan masyarakat yang cukup luas sehingga masih mampu menyediakan daya dukung bagi konservasi satwa liar. Di lokasi dataran tinggi lain yaitu di Kecamatan Girimulyo terdapat penangkaran rusa (Cervus timorensis). Pada ekosistem dataran tinggi juga terdapat ekosistem karst/bukit kapur yang memiliki karakter yang spesifik baik flora maupun faunanya. Ekosistem karst menempati wilayah terkecil hanya 673,35 Ha (1,2%) yang terdiri atas Formasi Jonggrangan yang mengandung batuan gamping. Karena luas ekosistem karst ini hanya relatif kecil maka ekosistem yang berkembangpun kecil terutama ekosistem yang terdapat di luar gua, antara lain flora : pule, beringin, jati, dll. Sedangkan fauna antara lain : kera ekor panjang (Macaca fascicularis) yang jumlahnya cukup banyak dan dirasakan oleh masyarakat sebagai hama, karena sering mengganggu dan merusak tanaman budidaya (terutama pada musim kemarau karena persediaan makanan di habitatnya sangat sedikit/habis). Sedangkan pada ekosistem pantai berpasir juga terdapat keanekaragaman hayati yang terletak di Pantai Glagah dan Congot (Temon), serta Trisik (Galur). Ekosistem ini Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-18
sangat menguntungkan masyarakat setempat karena dapat difungsikan sebagai lahan pertanian kering (cabe, semangka, melon) sehingga memberikan dampak positif bagi keanekaragaman hayati. Disamping itu juga terdapat tanaman mangrove, waru laut, pandan dan cemara udang. Sedangkan untuk fauna yang terdapat di ekosistem pantai ini antara lain adalah penyu yang dikonservasi oleh masyarakat setempat.
Gambar 2.17. Keanekaragaman Hayati di Pantai Selatan Kulonprogo Waduk Sermo sebenarnya merupakan suatu ekosistem perairan tawar. Hal ini disebabkan pada daerah tersebut hanya memiliki fauna saja sedangkan floranya adalah fitoplankton, dengan keanekaragaman yang rendah (± 15 genus) yang berfungsi sebagai produsen. Di perairan Waduk Sermo, Kabupaten Kulonprogo hanya ditemukan 18 genus zooplankton; 4 genus bentos dan hanya 6 spesies ikan (ikan air tawar). Angka yang Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-19
diperoleh menunjukkan kekayaan jenis yang sangat terbatas/sedikit. Untuk jenis ikan yang hidup di perairan waduk Sermo dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.5. Jenis Ikan di Waduk Sermo No.
Nama Lokal
Spesies
Familia
Populasi
1.
Sepat
Tricogaster sp.
Cycliidae
+++
2.
Nila
Oreochromis niloticus
Cycliidae
++++
3.
Mujair
Oreochromis mossambicus
Cycliidae
+++
4.
Sidat
Anguilla
5.
Udang Galah
Macrobrachium rossenbergii
+++
6.
Udang
Metapenaeus
++
7.
Tombro
Cyprinus carpio
+
Cyprinidae
++++
Sumber : Atlas Kehati DIY, Tahun 2009 Ekosistem dataran rendah di Kabupaten Kulonprogo menempati daerah selatan dan sedikit wilayah barat tepatnya di Kecamatan Sentolo. Ekosistem dataran rendah yang berada di sebelah timur Kabupaten Kulonprogo merupakan rangkaian perbukitan lipatan antiklinal dan sinklinal yang telah mengalami pengikisan. Penggunaan lahan pada ekosistem ini mulai beragam dari kegiatan pertanian (sawah, tegalan, kebun campur) hingga permukiman. Berkembangnya Kecamatan Wates dan Pengasih sebagai wilayah Perkotaan Wates dan Sentolo sebagai kawasan peruntukan industri serta Temon sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) menuntut adanya perkembangan infrastruktur yang kemudian menggeser penggunaan lahan alami dan mengurangi tingkat keanekaragaman hayati di wilayah Kabupaten Kulonprogo. Jumlah dan jenis flora dan fauna yang diketahui dan dilindungi di Kabupaten Kulonprogo harus menjadi perhatian dari berbagai pihak agar ketersediaan flora dan fauna tersebut tetap lestari. Tabel 2.6. Persentase Luas Ekosistem di Kabupaten Kulonprogo No.
Ekosistem
Luas (%)
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-20
1.
Ekosistem dataran tinggi
58,2
2.
Ekosistem dataran rendah
37,0
3.
Ekosistem pantai berpasir
3,7
4.
Ekosistem karst
1,2
Sumber : Atlas Kehati Provinsi DIY, tahun 2009
C. Air Wilayah Kabupaten Kulonprogo menjadi bagian dari beberapa wilayah DAS, meskipun tidak ada DAS yang utuh di dalam wilayah Kabupaten Kulonprogo. DAS yang melewati wilayah Kabupaten Kulonprogo adalah DAS Bogowonto, DAS Serang dan DAS Progo. DAS Progo merupakan DAS yang paling luas, yaitu meliputi 31.163,774 Ha atau
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-21
53,16% dari luas Kabupaten Kulonprogo yang sekaligus mengindikasikan sebagai DAS yang paling banyak menjadi mensuplai air, baik itu ke dalam bentuk air permukaan maupun air tanah. Luas DAS Serang lebih kecil, namun tetap saja kontribusinya terhadap sumber air di wilayah Kabupaten Kulonprogo sangat penting, karena luasannya mencakup 24.152,86 Ha atau 41,20% dari total luas Kabupaten Kulonprogo. DAS Bogowonto hanya mencakup 3.310,878 Ha atau 5,65% saja, selain itu keluaran dari air yang masuk ke DAS Bogowonto ini berada diluar wilayah Kabupaten Kulonprogo. Tabel 2.7. Luas Daerah Aliran Sungai di Kulonprogo DAS
Luas (Ha)
%
DAS Serang
24.152,86
41,20%
DAS Bogowonto
3.310,878
5,65%
31.163,774
53,16%
58.627,512
100,00%
DAS Progo Total
Sumber : Buku Neraca Sumber Daya Alam Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-22
Gambar 2.18. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS)
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-23
1.
Kualitas Air Sungai Sebagai salah satu upaya pengendalian pencemaran air, melalui Kantor Lingkungan Hidup melakukan pemantauan kualitas air sungai terutama Sungai Serang, karena sungai tersebut melintas di wilayah perkotaan Wates dan rawan terkena pencemaran lingkungan. DAS (Daerah Aliran Sungai) Serang yang berada di Kabupaten Kulonprogo mulai dari hulu sampai hilirnya dan memiliki panjang sungai utama 23,16 km. Pola Alirannya bersifat dendritik. Ketinggian tempat di DAS Serang bervariasi dengan rentang antara 0 m – 811 m dpal. Kerapatan aliran di DAS Serang sebesar 0,002, hal ini menunjukkan bahwa DAS Serang rawan terhadap penggenangan. Pusat gravitasi DAS Serang berada pada koordinat sistem UTM 405616 mT dan 9133659 mU. Adapun gambaran sekilas pandang DAS Serang adalah sebagai berikut :
Gambar 2.19. Gambaran 3 Dimensi DAS Serang Debit sungai ini tergantung pada musim, bila penghujan maka debit sungai akan besar dan bila kemarau akan kecil. Bila dibandingkan antara penghujan dan kemarau selisih debitnya bisa sampai kurang lebih 70 %. Debit di hulu kecil tetapi semakin ke hilir akan besar. Pemanfaatan air sungai yang dominan di sektor pertanian dan perikanan.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-24
Berdasarkan data survey identifikasi sumber pencemar oleh BLH DIY, terdapat 89 sumber pencemar di Sub DAS Serang yang dapat dibagi menjadi 9 (sembilan) jenis sumber pencemar dengan rinciannya di tabel 9 serta gambaran persebaran sumber pencemar pada gambar 20 berikut ini : Tabel 9. Jenis dan Jumlah Sumber Pencemar di Sub DAS Serang
No
Jenis Sumber Pencemar
Jumlah
Parameter Pencemar
1.
Pelayanan Kesehatan
17
BOD,COD,TSS,NH3,PO4,Minyak
2.
Bengkel/Cuci Motor
21
Minyak dan Lemak, pH, Detergen
3.
Industri Batik
12
BOD,COD,TSS,Minyak,pH
4.
Industri Tapioka
1
BOD,COD,TSS,Sianida,pH
5.
Industri Tahu Tempe
10
BOD,COD,TSS,Sulfida,pH
6.
Industri Percetakan
2
Pb,biru Metilen,Minyak,pH
7.
SPBU
6
Minyak
8.
Peternakan
11
BOD,COD,TSS,Sulfida, Amoniak,pH
9.
Hotel
9
BOD,TSS,Detergen,Minyak & Lemak,pH
dan
Rumah
Makan
Sumber : BLH DIY Tahun 2014 Bengkel/cuci motor merupakan sumber pencemar dominan di Sub DAS Serang diikuti dengan pelayanan kesehatan kemudian peternakan dan industri tahu tempe. Dari 9 (sembilan) jenis sumber pencemar terdapat 5 (lima) penyumbang BOD, COD dan TSS. Hal ini menyebabkan tingginya angka ketiga parameter tersebut dan melebihi baku mutu. Selain itu banyaknya jumlah sumber pencemar yang menyumbangkan minyak menyebabkan minyak juga mencemari wilayah ini. Ancaman pencemaran sianida perlu diwaspadai, dikarenakan terdapat industri tapioka di kawasan ini. Selain itu ancaman logam berat tetap ada dari adanya industri percetakan. Berikut peta sumber pencemar dan titik pemantauan Sungai Serang :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
PETA SUMBER PENCEMAR DAN TITIK BabSUNGAI II-25 PEMANTAUAN SERANG PROVINSI DIYTAHUN 2011
Gambar 20.
Gambar.... Peta Sumber Pencemar dan Titik Pemantauan Sungai Serang Gambar 2.20. Peta Sumber Pencemar dan Titik Pemantauan Sungai Serang
Jika dibandingkan dengan data inventarisasi sumber pencemar tahun 2007, data sumber pencemar sub DAS Serang tahun 2013 dan 2014 jumlahnya meningkat dan ada perubahan jenis sumber, untuk lebih jelasnya disajikan dalam gambar berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-26
Gambar 2.21. Grafik Sumber Pencemar Sub DAS Serang Tahun 2007, 2013 dan 2014
Sungai Serang, terdiri dari 3 (tiga) titik lokasi pengambilan sampel yang mewakili daerah hulu, tengah dan hilir, yaitu : a. Titik pantau 1 : Bendung Pengasih, Sendangsari, Pengasih, Kulonprogo Berada pada titik koordinat S : 07⁰ 50' 07.0" dan E : 110⁰ 10' 15.3", yakni pada lokasi Bendung Dusun Pagotan Desa Sendangsari Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulonprogo. Air sungai Serang yang dibendung di Bendung Pengasih digunakan untuk keperluan irigasi di Kecamatan Pengasih, Wates, Panjatan, Kokap dan Temon. b. Titik pantau 2 : Jembatan Grahulan, Giripeni, Wates, Kulonprogo Berada pada titik koordinat S : 07⁰ 52' 00.7" dan E : 110⁰ 09' 19.4", yakni pada lokasi Jembatan Grahulan di Desa Giripeni Kecamatan Wates Kabupaten Kulonprogo.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-27
c. Titik pantau 3 : Jembatan Glagah, Temon, Kulonprogo Berada pada titik koordinat S : 07⁰ 54' 30.6" dan E : 110⁰ 05' 02.2", yakni pada lokasi Jembatan Glagah di Dusun Glagah Desa Glagah Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo. Dari jembatan ini, pertemuan Sungai Serang dengan laut di Pantai Glagah dapat terlihat dan tampak pula perahu-perahu motor ditambatkan di tepian sungai untuk melayani wisata berperahu menyusuri muara Sungai Serang. Adapun koordinat lokasi titik sampling tersebut, secara lebih rinci dapat dilihat dalam tabel 10 berikut : Tabel 2.9. Data Koordinat Titik Pengambilan Sampel Sungai Serang LOKASI SAMPLING TITIK PANTAU SOUTH
EAST
0
110 10' 15.3"
0
110 09' 19.4"
0
110 05' 02.2"
1. Bendung Pengasih
07 50' 07.0"
2. Jembatan Grahulan
07 52' 00.7"
3. Jembatan Glagah
07 54' 30.6"
0 0 0
Sedangkan peta lokasi titik sampling Sungai Serang Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-28
Gambar 2.22. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Serang Tahun 2014 Pemantauan kualitas air Sungai Serang dilakukan sebanyak 5 (lima) periode dalam satu tahun, yaitu pada Bulan April, Mei, Juli, September dan Oktober tahun 2014. Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-29
Parameter kualitas air yang dianalisa meliputi : parameter fisik, kimia dan biologi. Parameter fisik meliputi suhu, TDS dan TSS. Parameter kimia meliput pH, DHL, Oksigen terlarut (DO), BOD, COD, Sulfida (H2S), Fosfat (PO4), Nitrat (NO3-N), Nitrit, Sianida (CN), Fenol, Deterjen, Amoniak, Klorin bebas dan Minyak lemak. Parameter biologi meliputi Bakteri Koli Tinja (Fecal Coli) dan Total Coli. Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY No 22 Tahun 2007 tentang Penetapan Kelas Air Sungai di Provinsi DIY dan Peraturan Gubernur DIY No 20 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air di Provinsi DIY, Sungai Serang belum ditentukan kelasnya. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pada pasal 55 disebutkan bahwa dalam hal baku mutu air pada sumber air belum atau tidak ditetapkan, berlaku kriteria mutu air klas II. Atas dasar hal tersebut, maka dalam analisa dan pengolahan data, pembahasan pada semua lokasi titik pantau Sungai Serang dikategorikan pada golongan / air sungai klas II. Lokasi titik pantau dan pembagian kelas air Sungai Serang disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2.10. Lokasi Titik Pantau dan Pembagian Kelas Air Sungai Serang No.
Kode
Lokasi
Kelas
1.
S-1
Bendung Pengasih Kulonprogo
Klas II
2.
S-2
Jembatan Grahulan Wates Kulonprogo
Klas II
3.
S-3
Jembatan Glagah Karangwuni Kulonprogo
Klas II
Sumber : BLH DIY, 2014
Hasil Uji Kualitas Air Tabel 2.11. Hasil Uji Kualitas Air Sungai Serang I Lokasi Pemantauan : Koordinat :
Bendung Pengasih S : 07⁰ 50' 07.0"
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-30
E : 110⁰ 10' 15.3" No.
Parameter
Satuan o
1
Suhu
2 3
pH Daya Hantar Listrik (DHL)
4
Hasil Pemantauan
Baku Mutu Klas II *)
April
o
Mei
Juli
Sept
Okt
C
±3C
29,3
28
24,6
27,8
28,8
µmhos/cm
6 - 8,5
7,0
7,1
7,0
7,3
7,2
302
265
251
303
330
Residu Terlarut (TDS)
mg/L
1000
144
127
123
143
167
5
Residu Tersuspensi (TSS)
mg/L
50
21
45
25
53
36
6
BOD
mg/L
3
20,4
7,1
13,9
6,1
9,9
7
COD
mg/L
25
43,2
15,1
26,7
13,6
21,9
8
DO
mg/L
5
7,1
7,5
6,6
4,3
5,9
9
Fosfat
mg/L
0,2
0,2
0,2
0,011
0,1
0,01
10
Nitrat
mg/L
10
1,2
3,3
≤0,01
1,4
2,1
11
Kadmium (Cd)
mg/L
0,01
12
Kromium (Cr )
mg/L
0,05
0,002
≤0,0001
0,001
0,11
≤0,0001
13
Tembaga (Cu)
mg/L
0,02
0,01
0,01
0,03
0,01
0,03
14
Timbal (Pb)
mg/L
0,03
0,01
0,02
≤0,001
0,19
0,05
15
Seng (Zn)
mg/L
0,05
0,01
0,06
0,01
≤0,0001
0,04
16
Sianida (CN)
mg/L
0,02
0,01
0,003
0,004
0,105
≤0,001
17
Fluorida (F)
mg/L
1,5
18
Nitrit
mg/L
0,06
0,09
0,07
0,27
0,09
0,08
19
Sulfida (S)
mg/L
0,002
0,034
≤0,001
0,037
0,023
≤0,001
20
Deterjen sbg MBAS
µg/L
200
72,7
185,4
≤1
107
58,2
21
Fenol
µg/L
1
≤0,1
≤0,1
≤0,1
≤0,1
≤0,1
22
Minyak lemak
µg/L
1000
≤0,3
1400
≤0,3
≤0,3
≤0,3
23
Klorin Bebas
mg/L
0,03
≤0,01
0,01
0,03
≤0,01
0,07
24
Amoniak
mg/L
≤0,01
0,52
0,03
0,02
≤0,001
25
Boron
mg/L
1
0,3
≤0,0001
0,3
0,05
0,1
26
Selenium
mg/L
0,05
0,001
0,001
0,001
0,05
≥1,6x10
6
9x10
5
1,3x10
3,5x10
5
3x10
5
6x10
6
27
Total Coliform
jml/100mL
5000
5x10
5
28
Fecal Coliform
jml/100mL
1000
2,4x10
5
4
3
Keterangan : tanda merah adalah melebihi baku mutu sesuai dengan Peraturan Gubernur DIY No. 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Di Provinsi DIY Sumber : BLH DIY, 2014
Tabel 2.12. Hasil Uji Kualitas Air Sungai Serang II
Lokasi Pemantauan : Koordinat :
Jembatan Graulan Wates S : 07⁰ 52' 00.7"
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-31
0,1 4 3x10 2,3x10
4
E : 110⁰ 09' 19.4" No.
Parameter
Satuan o
1
Suhu
2 3
pH Daya Hantar Listrik (DHL)
4
Baku Mutu Klas II *) o
Hasil Pemantauan April
Mei
Juli
Sept
Okt
C
±3C
29,3
28,5
27,9
26,9
29,1
µmhos/cm
6 - 8,5
7,1
7,6
7,5
7,4
7,6
265
338
477
530
497
Residu Terlarut (TDS)
mg/L
1000
1825
396
310
1994
333
5
Residu Tersuspensi (TSS)
mg/L
50
30
23
27
12
43
6
BOD
mg/L
3
22,5
4,1
15,9
6,1
7,9
7
COD
mg/L
25
48,5
9,6
32,1
12,8
18,8
8
DO
mg/L
5
6,7
5,2
6,2
5,1
5,9
9
Fosfat
mg/L
0,2
0,4
0,3
0,05
0,1
0,01
10
Nitrat
mg/L
10
1,2
3,8
0,1
1,2
1,8
11
Kadmium (Cd)
mg/L
0,01
12
Kromium (Cr )
mg/L
0,05
≤0,0001
≤0,0001
0,01
0,12
≤0,0001
13
Tembaga (Cu)
mg/L
0,02
0,01
0,01
0,03
0,01
0,02
14
Timbal (Pb)
mg/L
0,03
0,02
0,02
≤0,001
0,18
0,16
15
Seng (Zn)
mg/L
0,05
0,02
0,06
0,01
≤0,0001
0,02
16
Sianida (CN)
mg/L
0,02
0,003
0,001
0,003
0,043
0,138
17
Fluorida (F)
mg/L
1,5
18
Nitrit
mg/L
0,06
0,13
0,07
0,4
0,09
0,07
19
Sulfida (S)
mg/L
0,002
0,037
≤0,001
0,124
0,022
≤0,001
20
Deterjen sbg MBAS
µg/L
200
30,7
81,8
63,5
194,1
81,7
21
Fenol
µg/L
1
≤0,1
≤0,1
≤0,1
0,3
≤0,1
22
Minyak lemak
µg/L
1000
≤0,3
1500
700
≤0,3
≤0,3
23
Klorin Bebas
mg/L
0,03
24
Amoniak
mg/L
25
Boron
mg/L
26
Selenium
mg/L
27
Total Coliform
jml/100mL
5000
8x10
4
5x10
4
28
6
Fecal Coliform
jml/100mL
0,01
≤0,001
0,03
0,1
0,01
≤0,01
0,53
0,05
0,01
0,03
1
0,04
≤0,0001
0,4
0,03
0,1
0,05
0,001
0,001
0,001
0,001
0,0009 4 8x10
1000
≥1,6x10
6
1,6x10
6
2,2x10
5
8x10
4
1,3x10
5
9x10
3
Keterangan : tanda merah adalah melebihi baku mutu sesuai dengan Peraturan Gubernur DIY No. 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Di Provinsi DIY Sumber : BLH DIY, 2014
Tabel 2.13. Hasil Uji Kualitas Air Sungai Serang III Lokasi Pemantauan : Koordinat :
Jembatan Glagah S : 07⁰ 54' 30.6" E : 110⁰ 05' 02.2"
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-32
1,7x10
4
No.
Parameter
Satuan o
1
Suhu
2 3
pH Daya Hantar Listrik (DHL)
4 5
Baku Mutu Klas II *) o
C
±3C
µmhos/cm
6 - 8,5
Residu Terlarut (TDS)
mg/L
1000
Residu Tersuspensi (TSS)
mg/L
50
6
BOD
mg/L
7
COD
mg/L
8
DO
mg/L
9
Fosfat
mg/L
10
Nitrat
mg/L
10
11
Kadmium (Cd)
mg/L
0,01
12
Kromium (Cr )
mg/L
13
Tembaga (Cu)
mg/L
14
Timbal (Pb)
15
Seng (Zn)
16 17
Hasil Pemantauan April
Mei
30,1
Juli
30,6
28
Sept
Okt
26,4
31,9
7,5
7,1
7,6
8
7,5
2600
5600
5900
5150
3130
1290
2950
3100
2575
1570
11
23
29
60
48
3
25,5
15,1
13,9
6,4
9,9
25
53,2
28,1
27,3
11,1
19,9
5
5,9
4,6
5,7
1,7
3,9
0,2
0,2
0,4
0,02
0,1
0,02
1,1
4,3
1,8
2,2
2,6
0,05
≤0,0001
0,004
0,01
0,12
≤0,0001
0,02
0,02
0,01
0,03
0,06
0,04
mg/L
0,03
0,01
0,04
0,05
0,35
0,23
mg/L
0,05
0,01
0,08
0,01
≤0,0001
0,01
Sianida (CN)
mg/L
0,02
0,008
0,008
0,004
≤0,001
≤0,001
Fluorida (F)
mg/L
1,5
18
Nitrit
mg/L
0,06
0,1
0,08
0,6
0,1
0,07
19
Sulfida (S)
mg/L
0,002
0,027
≤0,001
≤0,001
0,027
≤0,001
20
Deterjen sbg MBAS
µg/L
200
165,7
21
11,7
86,5
129
21
Fenol
µg/L
1
≤0,1
≤0,1
≤0,1
≤0,1
≤0,1
22
Minyak lemak
µg/L
1000
≤0,3
2600
≤0,3
≤0,3
≤0,3
23
Klorin Bebas
mg/L
0,03
≤0,01
0,001
0,05
0,01
0,02
24
Amoniak
mg/L
≤0,01
0,03
0,14
0,02
0,02
25
Boron
mg/L
0,04
0,1
1,7
1,5
0,07
26
Selenium
mg/L
0,05
27
Total Coliform
jml/100mL
5000
1,7x10
4
≥1,6x10
6
1,4x10
5
6x10
4
28
Fecal Coliform
jml/100mL
1000
1,1x10
4
1,3x10
5
7x10
4
2x10
3
6
1
0,001
0,001
0,001
0,001
0,0009 4 5x10 1,3x10
Keterangan : tanda merah adalah melebihi baku mutu sesuai dengan Peraturan Gubernur DIY No. 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Di Provinsi DIY Sumber : BLH DIY, 2014
Analisa Kualitas Air Sungai Serang Pengukuran kualitas air Sungai Serang melibatkan 27 (dua puluh tujuh) parameter yang dipantau dengan debit terbesar 4,96 m3/detik pada bulan Mei dan debit
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-33
4
terkecil sebesar 0.66 m3/detik pada bulan Oktober dengan debit rerata sebesar 5,62 m3/detik. Dari hasil pemantauan terlihat ada 14 (empat belas) jenis parameter yang berada di atas baku mutu yang ditetapkan, namun parameter yang hampir semua berada diatas baku mutu dalam 5 (lima) periode adalah parameter Oksigen Terlarut (DO), Biological Oxygen Demand (BOD), COD, Nitrit, Sulfida, Krom, Bakteri koli tinja dan bakteri koli total, sebagaimana dalam grafik berikut ini : a. Oksigen Terlarut (DO)
Gambar 2.23. Grafik Pengukuran DO pada Sungai Serang Tahun 2014 Oksigen Terlarut (DO) merupakan parameter yang penting untuk
mengukur
pencemaran air. Berdasarkan hasil perhitungan storet untuk parameter DO terlihat semua berada di atas baku mutu yang ditetapkan dalam kelas II, yaitu 4 mg/l. Angka tertinggi untuk parameter DO di Sungai Serang mencapai 7,5 mg/l. Hal ini sangat memprihatinkan karena tanpa adanya oksigen terlarut dalam air akan mempengaruhi kehidupan tanaman maupun hewan yang berada di perairan, apabila kehidupan di aliran sungai berkurang maka akan mempengaruhi ekosistem yang terdapat dalam sungai tersebut.
b. BOD
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-34
Gambar 2.24 Grafik Pengukuran BOD pada Sungai Serang Tahun 2014 Parameter BOD terlihat semua berada di atas baku mutu yang ditetapkan dalam kelas II, yaitu 3 mg/l. Angka tertinggi untuk parameter BOD di sungai Serang mencapai 25,5 mg/l. Kondisi ini diperkirakan karena air sungai tercemar karena limbah organik sehingga terjadi penurunan oksigen yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Penggunaan oksigen yang rendah menunjukkan kemungkinan air jernih, mikroorganisme tidak tertarik menggunakan bahan organik dan mikroorganisme mati. c. COD
Gambar 2.25 Grafik Pengukuran COD pada Sungai Serang Tahun 2014
Parameter COD terlihat cenderung berada di bawah baku mutu yang ditetapkan dalam kelas II, yaitu 25 mg/l. Nilai yang melebihi baku mutu terdapat di titik S3 pada Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-35
bulan April dan Juli. Angka tertinggi untuk parameter COD di sungai Serang mencapai 53,2 mg/l. d. Nitrit
Gambar 2.26 Grafik Pengukuran Nitrit pada Sungai Serang Tahun 2014 Parameter Nitrit terlihat cenderung berada di atas baku mutu yang ditetapkan dalam kelas II, yaitu 0,06 mg/l. Angka tertinggi untuk parameter Nitrit di Sungai Serang mencapai 0,6 mg/l. e. Sulfida
Gambar 2.27. Grafik Pengukuran Sulfida pada Sungai Serang Tahun 2014 Parameter Sulfida terlihat semua berada di atas baku mutu yang ditetapkan dalam kelas II, yaitu 0,002 mg/l.
Angka tertinggi untuk parameter Sulfida di Sungai
Serang mencapai 0,124 mg/l. Sulfida merupakan gas yang sangat beracun dan berbau Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-36
busuk, sehingga apabila terdapat dalam air akan mempengaruhi tingginya kadar keasaman dan menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa logam. f.
Krom
Gambar 2.28 Grafik Pengukuran Krom pada Sungai Serang Tahun 2014 Parameter Krom terlihat sebagian besar berada di bawah baku mutu yang ditetapkan dalam kelas II, yaitu 0,05 mg/l. Tetapi terlihat pada bulan September semua nilai pengukuran menunjukkan bahwa nilai parameter krom jauh dari garis baku mutu. Angka tertinggi untuk parameter Krom di sungai Serang mencapai 0,12 mg/l. Air dengan kadar Krom untuk budidaya sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman budidaya maupun perikanan, hal ini disebabkan karena kadar krom dapat menyerang daya tubuh makluk hidup sehingga tidak dapat melawan virus yang menyerang mahluk hidup tersebut.
g. Bakteri Koli Tinja dan Koli Total
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-37
Gambar 2.29 Grafik Pengukuran Koli Tinja pada Sungai Serang Tahun 2014 Parameter bakteri koli total dan Koli tinja merupakan parameter yang paling besar memberikan kontribusi kepada pencemaran air sungai yang ada, hal ini karena angka yang dicapai sangat jauh dari baku mutu kelas II yang dtetapkan, yaitu 1000 JPT/100 ml. Angka tertinggi mencapai ratusan ribu bahkan jutaan. Tingginya angka bakteri koli tinja ini dimungkinkan karena kotoran yang disebabkan karena perilaku manusia yang masih melakukan dan belum berubah untuk stop BABs dan juga limbah dari kotoran hewan. Dampak dari tingginya angka bakteri koli tinja ini dapat menyebabkan diare, gatal-gatal dan dapat menimbulkan penyakit kulit yang lain.
Gambar 2.30 Grafik Pengukuran Total Koli pada Sungai Serang Tahun 2014
Analisa Metode Storet Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-38
Berdasarkan perhitungan dengan metode Storet dan dikaitkan dengan kategori air sungai kelas II untuk semua titik pantau, menunjukkan bahwa Sungai Serang mulai dari hulu hingga hilir tergolong tercemar berat. Perhitungan dengan Metode Storet berkisar antara -88 hingga -102, dimana nilai ini jauh melampaui batas minimal dari kategori cemar berat (≤-31). Tabel 2.14. Hasil Analisis Status Mutu Air Sungai Serang dengan Metode Storet No.
Kode
1.
S-1
2. 3.
Lokasi
Skor
Status Mutu Air
Bendung Pengasih Kulonprogo
-89
Tercemar berat
S-2
Jembatan Grahulan Wates Kulonprogo
-88
Tercemar berat
S-3
Jembatan Glagah Karangwuni
-102
Tercemar berat
Sumber : Hasil olah data 2014 Nilai terendah (-88) berada di lokasi titik pantau S-02 (Jembatan Grahulan Wates Kulonprogo) dan nilai tertinggi (-102) berada wilayah hulu sungai yakni di lokasi titik pemantauan S-03 (Jembatan Glagah Kulonprogo). Parameter yang memberikan kontribusi skor negatif
pada setiap lokasi titik
pantau adalah : 1. bakteri coli tinja 2. bakteri total coli 3. BOD 4. COD 5. Klorin bebas 6. deterjen 7. Sulfida 8.Minyak-lemak 9.Nitrit Parameter-parameter tersebut konsentrasinya hampir merata pada titk lokasi pemantauan dengan kadar telah melebihi baku mutu. Melihat kesetaraan jenis dan kadar Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-39
kadar polutan hal ini mengindikasikan adanya persebaran jenis pencemaran yang merata dan sejenis sejak dari hulu hingga hilir. Pada lokasi titik pantau S-01 dan S-03 yang memiliki skor -89 dan -102 pada hakekatnya dapat dikategorikan sama, karena hanya ada perbedaan 13 poin. Sepintas memberikan indikasi bahwa beban polutan sempat mengalami penurunan pada lokasi titik pantau S-02 yakni -88. Banyak hal atau faktor yang memungkinkan berpengaruh sehingga kadar polutan naik-turun. Faktor alam dan aktivitas manusia yang secara terus menerus
senantiasa berubah telah mengakibatkan terjadinya perubahan beban
pencemaran. Sembilan parameter di atas memberi kontribusi negatif dalam perhitungan status mutu air. Seperti halnya yang terjadi pada Sungai Progo dan anak Sungai Progo, sebenarnya secara geografis bahwa Sungai Serang masih dalam satu wilayah geografis dengan Sungai Progo. Artinya pengaruh secara umum diperkirakan memiliki kesamaan.
PETA STATUS MUTU AIR SUNGAI SERANG DIY TAHUN 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-40
Cemar berat
Gambar 2.31. Peta Status Mutu Air Sungai Serang pada Masing-masing Titik Pantau Tahun 2014
Pengukuran Debit Sungai Pengukuran debit aliran dilakukan di Sungai Serang, berdasarkan perhitungan dengan metode area velocity diketahui debit Sungai Serang tahun 2014 tersaji dalam tabel 15 dibawah ini : Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-41
Tabel 2.15. Debit Sungai Serang Tahun 2014
Titik Pantau Pengukuran Debit
Koordinat (Lat/Lot) X
(1) Bendung Pengasih (2) Jembatan Grahulan (3) Jembatan Glagah
Y
Debit (m³/ detik) April
Mei
Juli
Sept.
Okt.
110.1620
-7.8227
3,88
1,25
2,773
1,227
2,49
110.1633
-7.8669
4,96
6,72
3,128
0,821
1,36
110.0843
-7.9086
28
8,9
14,16
3,943
0,66
Sumber : Pengukuran Lapangan, 2014 Debit sungai sangat dipengaruhi oleh kondisi morfologi sungai. Kondisi sungai di hulu mempunyai lebar sungai relatif kecil semakin mendekati laut semakin lebar dan semakin landai. Ketinggian air sungai sangat mempengaruhi debit yang dihasilkan. Berdasarkan perhitungan debit rata-rata di Sungai Serang sebesar 5.61 m³/detik.
Gambar 2.32. Foto Pengukuran Debit Sungai Serang
2.
Kualitas Air Tanah (Sumur) Air tanah (air sumur) yang dipantau dipilih yang berlokasi di sekitar IPAL Komunal
Domestik. Adapun hasil uji kualitas air sumur tersebut sebagai berikut : Tabel 2.16. Hasil Uji Kualitas Air Sumur Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-42
Paramet
Baku
er
Mutu
Suhu
Lokasi 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
28,8
29,0
26,9
28,9
28,9
27
31,3
29,4
31
29,7
30,1
31,7
Warna
50
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Kekeruh an
25
0,60
0,61
0,73
1,4
2,24
2,82
0,98
0,58
0,8
0,67
0,44
1,45
TDS
1500
275
368
181,2
229
229
273
584
320
277
348
337
757
pH
6,5 9,0
6,53
6,57
6,39
6,44
6,7
6,35
7,39
7,63
7,09
6,46
6,95
7,34
600
10,5 7
12,33
6,54
12,08
8,30
8,05
30,8 6
24,1 0
5,78
7,71
5,30
110, 88
500
226, 22
300,2 6
176,8 6
217,9 9
279,6 9
287, 92
286
232
266
344
352
280
10
3,38
3,51
1,49
2,44
1,17
3,10
4,22
7,63
8,06
2,70
2,99
12,5 1
10,2 46 0,30 8 0,01 5 0,87 5 <0,0 03 0,21 2 0,00 33
26,34 7
7,650
46,57 0
64,92 0
0,360
0,170
0,624
0,449
0,002
0,003
0,004
0,008
<0,00 5 <0,00 3
<0,00 5 <0,00 3
<0,00 5 <0,00 3
0,653
0,201
0,173
12,9 15 0,29 6 0,00 1 1,14 5 0,01 4 <0,0 02
<0,00 6
<0,00 6
<0,00 6
<0,00 6
83,5 44 0,40 3 0,00 1 2,82 0 <0,0 03 <0,0 02 <0,0 06
1,55 2 0,25 8 <0,0 01 0,59 7
0,302
63,6 60 0,36 5 0,00 5 0,23 5 <0,0 03 0,07 3 <0,0 06
Klorida (Cl-) Kesadah an (CaCO3) Zat Org.(KM nO4) Sulfat (SO4=) Fluorida (F-)
400,00 1,5
NO2- - N
1
NO3- - N
10
0,284
0,09 70 <0,0 02 <0,0 07
0,01 1 <0,0 06
2,04 8 0,34 2 0,00 7 1,01 2 0,00 3 0,02 8 <0,0 06
640
554
697
672
0,01 03
0,01 86
0,02 78
0
0
≥ 1898
59
68
494
60
≥ 1898
55
11
17
35
494
Besi (Fe) Mangan (Mn) Sianida (CN-)
0,5
DHL
-
561
735
363
458
528
545
767
Timbal
0,05
0,00 33
0,017 1
<0,00 07
0,011 0
0,035 3
0,04 81
Coliform
1
0,1
50
0,003
≥ 1898
≥ 1898
20
≥ 1898
≥ 1898
≥ 1898
48
147
7
≥ 1898
166
34
Coli Tinja
0,01
8399 0,30 0 <0,0 01 0,34
0,01
150, 3 0,60 2 0,00 8 0,63 2 0,03 6 0,28 9 <0,0 06 151 6 0,01 89
≥
0
1898
Keterangan : Baku Mutu yang digunakan adalah Permenkes No. 416 / 1990 Tentang Syarat-syarat & Pengawasan Kualitas Air Tanda merah : melebihi baku mutu Sumber : BLH DIY, 2014 Hasil pengujian 12 (dua belas) sampel air sumur pada Bulan April dan Juni 2014 tersebut menunjukkan parameter bakteri coliform dan koli tinja melebihi baku mutu. Tujuh dari sebelas sampel yang diperiksa memiliki kandungan bakteri coliform dan koli tinja yang sangat tinggi sebesar 1898 MPN/100 ml. Sedangkan satu sampel yaitu air
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-43
sumur lokasi 3 bakteri coliform nya terdeteksi sebanyak 20 MPN/100 ml dan bakteri koli tinja sebanyak 7 MPN/100 ml. Adapun hasil pengujian kualitas air sumur yang melebihi baku mutu (pH yang berada di bawah standar, Coliform, dan Coli Tinja) dapat disajikan dalam gambar grafik sebagai berikut :
Gambar 2.33. Grafik Hasil Pengujian pH Air Sumur Kab Kulonprogo Tahun 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-44
Gambar 2.33. Grafik Hasil Pengujian Coliform Air Sumur Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Gambar 2.35. Grafik Hasil Pengujian Coli Tinja Air Sumur Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
2.
Kualitas Air Waduk
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-45
Gambar 2.36. Waduk Sermo di Kokap Kulonprogo Di Kabupaten Kulonprogo, terdapat Waduk Sermo yang berkapasitas sebesar 25 juta m3. Sebagai upaya konservasi air juga dibangun waduk mini Tonegoro di Banjaroya, Kalibawang dan juga beberapa embung. Berikut gambar waduk mini Tonegoro yang mempunyai kapasitas volume sebesar 8.000 m3 :
Gambar 2.37. Waduk Mini Tonegoro Kalibawang Untuk melindungi fungsi dari Waduk Sermo, maka ditetapkan Kawasan Perlindungan Waduk yang berada di sebagian Kecamatan Kokap meliputi daratan Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-46
sepanjang tepian Waduk Sermo yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk antara 50 – 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Kebijakan pemanfaatan Kawasan Perlindungan Waduk diarahkan pada : 1).
Pengembangan usaha konservasi di sekitar waduk dan DAS dari sungai-sungai yang mengalir ke waduk untuk mendukung kelestarian fungsi waduk dan kondisi fisik sekitamya;
2).
Pengendalian pemanfaatan waduk agar kualitas dan kuantitas, air tidak menurun; dan
3).
Pengamanan daerah hulu sungai. Sebagai salah satu upaya untuk pengendalian pemanfaatan waduk agar kualitas
air nya tidak menurun adalah dengan melakukan pemantauan kualitas air secara rutin. Hasil pemantauan kualitas air waduk Sermo adalah sebagai berikut : Tabel 2.17. Hasil Uji Kualitas Air Waduk Sermo Tahun 2014 No. 1. 2. 3. 4.
Parameter BOD COD NO3 NH3
Lokasi Pemantauan
Satuan
Baku Mutu Klas II *)
1
2
3
mg/L
3
21
33
27
25
5
50
34
10
4
4
3,6
-
0
0
0,4
mg/L mg/L mg/L
Keterangan : Pergub DIY No. 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Di Provinsi DIY Sumber : Data Lapangan Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk parameter BOD dan COD sebagian besar tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Untuk itu diperlukan adanya upaya pengendalian kualitas air waduk dengan cara mengawasi usaha dan kegiatan yang kemungkinan membuang air limbahnya ke waduk maupun ke sungai yang mengalir ke waduk. Karena waduk sermo juga diperuntukkan untuk air baku air minum PDAM Kulonprogo. D. Udara
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-47
Udara merupakan salah satu sumberdaya alam non hayati yang di dalam ekosistem merupakan lingkungan fisik yang mempunyai hubungan timbal balik dengan makhluk hidup, baik itu manusia, hewan, tumbuhan maupun mikroba. Padahal, makhluk hidup termasuk manusia pun memerlukan udara yang bersih dan sehat, dan tidak terganggu oleh pencemaran yang tidak membuat nyaman. Sebagai salah satu upaya untuk mengetahui kualitas udara adalah pelakukan pemantauan kualitas udara. Pemantauan kualitas udara ambien tahun 2014 dilakukan di 4 (empat) lokasi, yaitu di : 1. Simpang empat Ngeplang, Sentolo (A); 2. Simpang tiga Toyan, Wates (B); 3. Simpang tiga teteg timur KA, Wates (C); 4. Simpang tiga Terminal Bus Wates (D). Parameter-parameter yang dipantau adalah parameter fisika dan kimia. Parameter fisika meliputi suhu udara, kelembaban, kebisingan, arah angin, cuaca, tekanan dan kecepatan angin. Sedangkan untuk parameter kimia meliputi Karbon monoksida (CO), Ozon (O3), Timah hitam (Pb) dan Hidrokarbon (HC), Nitrogen Dioksida (NO2), Sulfur Dioksida (SO2) dan debu dengan diameter 10µm (PM 10). Hasil analisis parameterparameter tersebut di atas dibandingkan dengan Standar Baku Mutu Udara Ambien Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang tertuang dalam Lampiran Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 153 Tahun 2002, serta Baku Mutu Tingkat Getaran, Kebisingan dan Kebauan Daerah, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 176 tahun 2003 (Tabel SD-18).
Analisis Kualitas Udara Ambien Kebisingan Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-48
Kondisi tingkat kebisingan di empat lokasi pada tahun 2014 adalah kebisingan terendah sebesar 64,3 dB(A) berada di Simpang tiga teteg timur KA Wates, sedangkan tingkat kebisingan tertinggi berada di Simpang tiga Terminal Wates, yaitu sebesar 69,2 dB (A), tingkat kebisingan pada semua lokasi masih dibawah ambang batas yang diperkenankan. Dibandingkan dengan tahun 2012 dan 2013 masing-masing lokasi pemantauan mengalami penurunan konsentrasi kebisingan. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya penghijauan jalan dengan pohon perindang yang dapat meredam suara. Untuk lebih jelasnya hasil pemantauan kualitas udara untuk tingkat kebisingan dapat dilihat pada tabel 18 sebagai berikut : Tabel 2.18. Tingkat Kebisingan Rata-rata (dBA) di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012 - 2014
Kode Lokasi
A
B
C
D
Konsentrasi (dB A) Lokasi Simpang empat Ngeplang, Sentolo Simpang tiga Toyan, Wates Simpang tiga teteg KA timur Wates Simpang tiga Terminal Wates
Baku Mutu Dipersyaratkan (dBA)
2012
2013
2014
69,5
66,9
65,4
64,6
66,1
65,1
70,0
69,6
67,8
64,3
70,0
69,45
72,85
69,2
70,0
70,0
Sumber : Pengukuran Lapangan, 2012 – 2014 Sedangkan untuk pengukuran kebisingan tahun 2012 - 2014 dibandingkan dengan baku mutu kebisingan yang dipersyaratkan dapat dilihat secara grafik sebagai berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-49
Gambar 2.38. Grafik Tingkat Kebisingan Rata-rata di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012-2014
Karbon Monoksida (CO) Hasil pemantauan kualitas udara untuk parameter CO dibandingkan dengan baku mutu dapat dilihat pada tabel 19 dan gambar 32 sebagai berikut : Tabel 2.19. Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) Udara Ambien di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012 – 2014 3
Konsentrasi (µg/m ) Kode Lokasi
A
B
C
D
Lokasi Simpang empat Ngeplang, Sentolo Simpang tiga Toyan, Wates Simpang tiga teteg KA timur Wates Simpang tiga Terminal Wates
2012
2013
2014
Baku Mutu Dipersyaratkan 3 (µg/m )
171,75
323,17
827,37
30000
242,12
670,17
912,84
30000
249,95
724,32
15,160
30000
435,10
689,23
901,11
30000
Sumber : Pengukuran Lapangan, 2012 – 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-50
Gambar 2.39. Grafik Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) Udara Ambien di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012 - 2014 Berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara ambien tahun 2014 di 4 lokasi ternyata konsentrasi CO di semua titik pengukuran masih di bawah Baku Mutu Udara Ambien yang dipersyaratkan (3000 µg/m3) dengan waktu pengukuran 1 jam. Kandungan CO dari hasil pemantauan berkisar antara 15,16 – 912,84 µg/m3. Kandungan CO terendah sebesar 15,16 µg/m3 di pertigaan teteg timur KA Wates, sedangkan konsentrasi CO tertinggi ( 912,84 µg/m3 ) terdapat di titik 1 Simpang tiga Toyan, Wates. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan di Simpang tiga Toyan Wates sering terjadi kemacetan lalu lintas yang berimbas pada konsentrasi CO yang tinggi sebagai akibat dari asap knalpot sisa pembakaran mesin kendaraan bermotor yang tidak sempurna.
Ozon (O3) Hasil pemantauan kualitas udara ambien di Kabupaten Kulonprogo untuk parameter Ozon (O3) dibandingkan dengan baku mutu dapat dilihat pada tabel 20 dan gambar 33 berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-51
Tabel 2.20. Konsentrasi Ozon (O3) Udara Ambien di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012 – 2014 3
Konsentrasi (µg/m ) Kode Lokasi
A
B
C
D
Lokasi Simpang empat Ngeplang, Sentolo Simpang tiga Toyan, Wates Simpang tiga teteg KA timur Wates Simpang tiga Terminal Wates
2012
2013
2014
Baku Mutu Dipersyaratkan 3 (µg/m )
11,18
20,47
27,38
235
12,75
7,91
17,32
235
16,09
12,41
22,43
235
10,40
12,86
17,19
235
Sumber : Pengukuran Lapangan, 2012 – 2014
Gambar 2.40. Grafik Konsentrasi Ozon (O3) Udara Ambien di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012-2014 Dari hasil pemantauan tahun 2014 di 4 lokasi pemantauan ternyata kandungan Ozon (O3) masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan 235 µg/m3 karena secara umum konsentrasi O3 di wilayah pengamatan berkisar antara 17,32 – 27,38 µg/m3. Konsentrasi tertinggi pada lokasi A (Simpang empat Ngeplang Sentolo) dengan konsentrasi O3 sebesar 27,38 µg/m3, sedangkan konsentrasi terendah yakni 17,32 µg/m3 terdapat pada lokasi B Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-52
(Simpang tiga Toyan Wates). Dengan demikian dari hasil pemantauan polutan ozon (O3) dapatlah dikatakan bahwa di 4 lokasi pemantauan masih relatif cukup baik dari pengaruh ozon (O3) meskipun jika dibandingkan tahun 2013 mengalami kenaikan konsentrasi.
Hidrokarbon (HC) Tabel 2.21. Konsentrasi HC (µg/m3) Udara Ambien Kab Kulonprogo Tahun 2012 – 2014 3
Konsentrasi (µg/m ) Kode Lokasi
A
B
C
D
Lokasi Simpang empat Ngeplang, Sentolo Simpang tiga Toyan, Wates Simpang tiga teteg KA timur Wates Simpang tiga Terminal Wates
2012
2013
2014
Baku Mutu Dipersyaratkan 3 (µg/m )
35,90
34,66
63,33
160
24,62
23,53
75,00
160
24,50
22,37
27,08
160
36,12
34,21
56,25
160
Sumber : Pengukuran Lapangan, 2012 - 2014
Gambar 2.41. Grafik Konsentrasi Hidrokarbon (HC) Udara Ambien Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-53
di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012 - 2014 Berdasarkan hasil pemantauan tahun 2014 pada tabel dan gambar grafik di atas pada 4 lokasi pemantauan konsentrasinya masih berada di bawah
baku mutu yang
dipersyaratkan (160 µg/m 3). Pada pemantauan konsentrasi tertinggi di lokasi B (Simpang tiga Toyan Wates) yaitu 75 µg/m3 dan konsentrasi terendah 27,08 µg/m3 pada lokasi C (Simpang tiga Teteg timur KA Wates). Angka konsentrasi HC-nya di jalan raya tinggi menunjukkan bahwa jumlah kendaraan yang ada sudah sangat banyak dan belum memenuhi emisi gas buang yang dipersyaratkan. Jadi meskipun pada semua lokasi pemantauan masih memenuhi baku mutu tetapi konsentrasinya meningkat hampir 100% dibandingkan tahun sebelumnya.
Timah Hitam (Pb) Hasil pengukuran kualitas udara ambien untuk parameter Timbal (Pb) adalah pada 22 dan gambar 35 sebagai berikut
: Tabel 2.22. Konsentrasi Pb (µg/m3) Udara Ambien Kab Kulonprogo Tahun 2012 – 2014 3
Konsentrasi (µg/m ) Kode Lokasi
A
B
C
D
Lokasi Simpang empat Ngeplang, Sentolo Simpang tiga Toyan, Wates Simpang tiga teteg KA timur Wates Simpang tiga Terminal Wates
2012
2013
2014
Baku Mutu Dipersyaratkan 3 (µg/m )
0,27
0,51
0,22
2
0,19
0,61
0,66
2
0,21
0,31
0,62
2
0,17
0,42
0,64
2
Sumber : Pengukuran Lapangan 2012 - 2014 Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-54
tabel
Gambar 2.42. Grafik Konsentrasi Timah Hitam (Pb) Udara Ambien di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012-2014 Dari hasil pemantauan tahun 2014 ternyata kandungan Pb di 4 lokasi pemantauan masih memenuhi baku mutu udara yang dipersyaratkan (2 g/m3). Kandungan Pb di 4 lokasi pemantauan berada dibawah nilai baku mutu yaitu antara 0,22
g/m3 hingga 0,66
g/m3
dengan waktu pengukuran selama 1 jam. Kandungan Pb tertinggi pada pemantauan sebesar 0,66
g/m3 di lokasi B (Simpang tiga Toyan Wates). Sedangkan konsentrasi Pb
terendah pada lokasi A (Simpang empat Ngeplang Sentolo) yakni sebesar 0,66 g/m3.
Parameter Debu Diameter 10 (PM 10) Kadar PM10 di Kabupaten Kulonprogo masih berada di bawah baku mutu PM10 menurut Keputusan Gubernur DIY Nomor 153 Tahun 2002 sebesar 150 µg/m 3 dengan waktu pengukuran selama 24 jam. Dari 4 titik sampel yang diambil di jalanan, tahun 2014 lokasi yang memiliki angka kandungan PM10 tertinggi yakni sebesar 99,49 µg/m3 pada Simpang tiga Toyan Wates dan terendah sebesar 33,02 µg/m3 di lokasi A, yaitu Simpang empat Ngeplang Sentolo. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 23 dan gambar 36 berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-55
Tabel 2.23. Konsentrasi Debu 10 µm (PM10) Kab Kulonprogo Tahun 2012 – 2014 3
Konsentrasi (µg/m ) Kode Lokasi
A
B
C
D
Lokasi Simpang empat Ngeplang, Sentolo Simpang tiga Toyan, Wates Simpang tiga teteg KA timur Wates Simpang tiga Terminal Wates
2012
2013
2014
Baku Mutu Dipersyaratkan 3 (µg/m )
34,2
59,41
33,02
150
30,06
62,41
99,49
150
31,92
43,68
93,26
150
31,44
47,95
95,45
150
Sumber : Pengukuran Lapangan, 2012 – 2014
Gambar 43.Grafik Konsentrasi Debu 10µm (PM 10) di Kabupaten KulonprogoTahun 2012 - 2014
Nitrogen Dioksida (NO2) Tabel 24. Konsentrasi Nitrogen Dioksida (NO2) Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012 – 2014 Kode
3
Konsentrasi (µg/m )
Baku Mutu
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-56
Lokasi Lokasi
A
B
C
D
Simpang empat Ngeplang, Sentolo Simpang tiga Toyan, Wates Simpang tiga teteg KA timur Wates Simpang tiga Terminal Wates
2012
2013
2014
Dipersyaratkan 3 (µg/m )
21,34
38,69
34,66
400
18,81
17,37
36,22
400
19,84
14,57
32,69
400
23,79
21,06
33,84
400
Sumber : Pengukuran Lapangan, 2012 - 2014
Dari hasil pemantauan di 4 lokasi road side di Kabupaten Kulonprogo tahun 2014 ternyata kandungan NO2 berkisar antara 32,22 – 36,22 µg/m3 dan semuanya masih dibawah Baku Mutu Udara yang dipersyaratkan yakni 400 µg/m3 dengan waktu pengukuran 1 jam. Kandungan NO2 terendah sebesar 32,22 µg/m3 berada di Simpang tiga teteg timur KA Wates dan tertinggi di Simpang tiga Toyan sebesar 36,22 µg/m3. Untuk jelasnya perbandingan konsentrasi NO2 pada tahun 2012 - 2014 dapat dilihat pada gambar berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-57
Gambar 2.44.Grafik Konsentrasi Nitrogen Dioksida (NO2) di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012 – 2014
Sulfur Dioksida (SO2) Dari hasil pemantauan kualitas udara dengan 4 sampel road side di Kabupaten Kulon Progo dapat diketahui bahwa konsentrasi SO2 yang ada berkisar antara 0,0080 ppm – 0,0282 ppm dan semuanya berada di bawah baku mutu yang ditetapkan yaitu 0,34 ppm. Konsentrasi tertinggi berada di Simpang empat Ngeplang Sentolo pada bulan Maret dengan nilai konsentrasi 0,0282 ppm dan konsentrasi terendah berada di Simpang tiga Terminal Wates pada bulan Agustus dengan nilai 0,0080 ppm. Sebagai gambaran perbandingan antara konsentrasi SO2 tahun 2012 - 2014 dapat dilihat pada tabel 25 dan gambar 38 berikut ini : Tabel 2.25. Konsentrasi SO2 (µg/Nm3) Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012 – 2014 3
Konsentrasi (µg/m ) Kode Lokasi
A
B
C
D
Lokasi Simpang empat Ngeplang, Sentolo Simpang tiga Toyan, Wates Simpang tiga teteg KA timur Wates Simpang tiga Terminal Wates
2012
2013
2014
Baku Mutu Dipersyaratkan 3 (µg/m )
27,61
30,54
50,53
900
31,41
37,62
32,78
900
42,80
30,32
37,29
900
25
28,03
26,26
900
Sumber : Pengukuran Lapangan, 2012 - 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-58
Gambar 2.45. Grafik Konsentrasi Sulfur Dioksida (SO2) di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012 - 2014
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Tiap Parameter Kualitas udara di Kabupaten Kulonprogo, pada Tahun 2014, dapat diindikasikan masuk kategori baik /sehat. Kondisi pencemaran udara di Tahun 2014 berdasarkan perhitungan ISPU masing –masing parameter adalah sebagai berikut : Partikulat (PM10) Parameter Partikulat (PM10) di Tahun 2014 ini Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), 25% berada pada kategori ISPU yang baik dan 75% berada pada kategori ISPU sedang. Tabel 2.26. Hasil Perhitungan Nilai ISPU Parameter PM.10 Tahun 2014 Lokasi
Konsentrasi 3 (ug/m )
Ia
Ib
Xa
Xb
Nilai ISPU
Kategori
A
33,02
100
50
150
50
42
Baik
B
99,49
100
50
150
50
75
sedang
C
93,26
100
50
150
50
72
sedang
D
95,45
100
50
150
50
73
Sedang
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-59
Sumber : Hasil Analisis, 2014
Carbon Monoksida (CO) Berdasarkan perhitungan indeks standar pencemar udara (ISPU), maka untuk parameter Carbon Monoksida Tahun 2014 menunjukkan bahwa di 4 lokasi pemantauan kesemuanya tergolong kategori baik. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.27. Hasil Perhitungan Nilai ISPU Parameter CO Tahun 2014 Konsentrasi 3 (ug/m )
La
Lb
Xa
Xb
ISPU
Kategori
A
827,37
100
50
10000
5000
8
Baik
B
912,84
100
50
10000
5000
9
Baik
C
15,16
100
50
10000
5000
1
Baik
D
901,11
100
50
10000
5000
9
Baik
Lokasi
Sumber : Hasil Analisis, 2014
Ozon (O3) Berdasarkan perhitungan indeks standar pencemar udara (ISPU), maka untuk parameter Ozon Tahun 2014 menunjukkan bahwa di seluruh lokasi pemantauan tergolong baik. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa konsentrasi Ozon
di Kabupaten
Kulonprogo masih berada dalam kondisi baik. Tabel 2.28. Hasil Perhitungan Nilai ISPU Parameter O3 Tahun 2014 Lokasi
Konsentrasi 3 (ug/m )
Ia
Ib
Xa
Xb
Nilai ISPU
Kategori
A
27,38
100
50
235
120
10
baik
B
17,32
100
50
235
120
6
baik
C
22,43
100
50
235
120
8
baik
D
17,19
100
50
235
120
6
baik
Sumber : Hasil Analisis, 2014
Sulfur Dioksida (SO2)
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-60
Berdasarkan perhitungan indeks standar pencemar udara (ISPU), maka untuk parameter Sulfur Dioksida (SO2) Tahun 2014 menunjukkan bahwa di seluruh lokasi pemantauan tergolong baik. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa konsentrasi SO2 di Kabupaten Kulonprogo masih berada dalam kondisi baik. Tabel 2.29. Hasil Perhitungan Nilai ISPU Parameter SO2 Tahun 2014 Lokasi
Konsentrasi 3 (ug/m )
la
Lb
Xa
Xb
Nilai ISPU
Kategori
A
50,53
100
50
365
80
45
baik
B
32,78
100
50
365
80
42
baik
C
37,29
100
50
365
80
43
baik
D
26,26
100
50
365
80
41
baik
Sumber : Hasil Analisis, 2014
KualitasAir Hujan Dari hasil pemantauan kualitas air hujan di Kabupaten Kulonprogo yang dilakukan oleh KLH Kulonprogo, masih berkualitas baik. Belum terjadi hujan asam di Kulonprogo. E. Laut, Pesisir dan Pantai Luas wilayah laut yang menjadi kewenangan Kabupaten Kulonprogo adalah 15.872 Ha (158,72 km2) dan mempunyai panjang pantai/pesisir yang membujur dari barat (muara Sungai Bogowonto) ke timur (muara Sungai Progo) adalah sekitar 24,9 km dan lebar sekitar 1,5 km dibatasi jalan Daendels. Pesisir dan laut di wilayah Kabupaten Kulonprogo telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber penghidupan, seperti perikanan tangkap, tambak udang, pertanian lahan pantai, peternakan dan jasa lingkungan, yaitu pariwisata alam. Seperti halnya permasalahan lingkungan pesisir dan laut di daerah lain, di Kulonprogo terjadi penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran air oleh kegiatan industri yang membuang limbahnya ke laut. Selain itu, kegiatan pariwisata menyebabkan pencemaran dari sampah, juga kerusakan ekosistem akibat penambangan dan pola penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-61
Kegiatan pertanian lahan pantai yang terlalu banyak menggunakan pupuk dan pestisida serta pengambilan air tanah berlebihan juga menyebabkan degradasi lingkungan pesisir. Kualitas Air Laut Pemantauan kualitas air laut dilakukan pada dua lokasi pantai yaitu : Pantai Glagah Pantai Glagah berada di Kabupaten Kulonprogo yang terletak pada S : 7 54’48.24”; E : 110 04’07.63” Pantai Glagah berada di desa Glagah Kecamatan Temon, berjarak 15 kilometer dari kota Wates. Di pantai Glagah bermuara sungai Serang, sehingga pada sisi barat pasirnya bercampur dengan lumpur. Keunikan pantai ini adalah adanya laguna, dan terdapat aliran air menuju sungai yang tenang sehingga banyak dimanfaatkan untuk wisata perahu. Beberapa jenis tanaman hidup di sekitar pantai, antara lain pandan laut, cemara laut, dan di sepanjang laguna tumbuh deretan pohon kelapa. Terdapat tanaman budidaya, seperti buah naga, cabai, melon dan semangka.
Pantai Glagah
Gambar 2.46. Lokasi pantai Glagah
Pantai Trisik Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-62
Pantai Trisik
Gambar 2.47. Lokasi Pantai Trisik Pantai Trisik terletak di wilayah Kabupaten Kulonprogo tepatnya berada di desa Banaran, Kecamatan Galur, yang terletak pada S : 7 58’28.85” dan E : 110 11’35.12”. Pantai Trisik mempunyai kekhasan pantai berpasir hitam dan sangat sesuai untuk habitat Penyu Hijau, yang termasuk langka di dunia. Kegiatan utama di pantai Trisik adalah perikanan tangkap dan pariwisata. Selain itu, terdapat pertanian lahan pantai, berupa sayuran dan buah-buahan. Lokasinya yang mudah diakses dari jalan raya membuat pantai ini seringkali dikunjungi wisatawan, yang berjarak sekitar 37 km dari kota Yogyakarta. Keadaannya masih alami dan mencirikan kekhasan pesisir pedesaan. Berikut hasil uji kualitas air laut tahun 2014 adalah : Tabel 2.30. Hasil Uji Kualitas Air Laut Tahun 2014 HASIL UJI LOKASI
PARAMETER
SATUAN
APRIL
AGUSTU S
BAKU MUTU*
METODE UJI
1
2
3
4
5
6
7
Kekeruhan
NTU
9,73
3,19
5
SNI 06-6989.25-2005
Temperatur
C
27,5
26,5
Alami
SNI 06-6989.23-2005
Pt-Co
1,195
1,145
30
SNI 06-6989.24-2005
Pantai Glagah
Warna
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-63
TSS
Mg/L
88,9
94,6
20
SNI 06-6989.3-2004
-
7,54
7,32
7 – 8,5
SNI 06-6989.11-2004
Salinitas
%
47
41,5
Alami
Salintest
-
mg/L
≤ 0,066
≤ 0,066
0,008
IK 9541 (Spektrofotometri)
Arsen (As)
mg/L
0
0,001
0,025
Spektrofotometri
Kadmium 2+ (Cd )
mg/L
0,016
0,0117
0,002
SNI 06-6989.37-2005
Tembaga (Cu)
mg/L
0,0042
0,0083
0,05
SNI 06-6989.6-2004
Krom (Cr )
mg/L
0,0097
≤ 0,0001
0,002
SNI 06-6989.53-2005
Sulfida (H2S)
mg/L
≤ 0,001
≤ 0,001
0
SNI 06-6989.75-2009
Timbal (Pb)
mg/L
0,0445
0,0287
0,005
SNI 06-6989.45-2005
Nikel (Ni)
mg/L
0,0408
0,1273
0,075
SNI 06-6989.47-2005
BOD
mg/L
0,15
0,83
10
SNI 06-6989.57-2008
DO
mg/L
8,12
1,06
5
SNI 06-6989.14-2004
mg/L
≤ 0,02
≤ 0,02
0,015
SNI 06-6989.47-2005
Fenol
mg/L
0,0559
≤ 0,0001
0
SNI 06-6989.21-2004
Minyak & Lemak
mg/L
0,5
6
1
Seng (Zn)
mg/L
0,0097
0,0292
0,095
SNI 06-6989.43-2005
Detergen
mg/L
0,064
0,0095
-
SNI 06-6989.51-2005
Amoniak (NH4)
mg/L
0,5256
≤ 0,0094
0
SNI 06-6989.30-2005
Raksa (Hg)
mg/L
0,24
≤ 0,00003
0,002
Coliform Total
MPN/100 ml
Nihil
Nihil
1000
SNI 01-2332-1991
Coliform tinja
MPN/100 ml
Nihil
Nihil
200
SNI 01-2332-1991
Kekeruhan
NTU
15,79
5
SNI 06-6989.25-2005
Temperatur
C
27,4
Alami
SNI 06-6989.23-2005
Warna
Pt-Co
2,390
30
SNI 06-6989.24-2005
TSS
Mg/L
4,3
20
SNI 06-6989.3-2004
-
8,13
7 – 8,5
SNI 06-6989.11-2004
Salinitas
%0
48
Alami
Salintest
-
mg/L
≤ 0,066
0,008
IK 9541 (Spektrofotometri)
Arsen (As)
mg/L
0
0,025
Spektrofotometri
Kadmium 2+ (Cd )
mg/L
0,0264
0,002
SNI 06-6989.37-2005
Tembaga (Cu)
mg/L
0,0046
0,05
SNI 06-6989.6-2004
Krom (Cr )
mg/L
0,0097
0,002
SNI 06-6989.53-2005
Sulfida (H2S)
mg/L
≤ 0,001
0
SNI 06-6989.75-2009
Timbal (Pb)
mg/L
0,0484
0,005
SNI 06-6989.45-2005
Nikel (Ni)
mg/L
0,0493
0,075
SNI 06-6989.47-2005
pH
NO3
6+
PO4
Pantai Trisik
-
pH
NO3
6+
SNI 06-6989.10-2004
Merkury analyzer
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-64
BOD
mg/L
0,15
10
SNI 06-6989.57-2008
DO
mg/L
8,41
5
SNI 06-6989.14-2004
mg/L
≤ 0,02
0,015
SNI 06-6989.47-2005
Fenol
mg/L
0,0444
0
SNI 06-6989.21-2004
Minyak & Lemak
mg/L
0,5
1
Seng (Zn)
mg/L
0,0145
0,095
SNI 06-6989.43-2005
Detergen
mg/L
0,0597
-
SNI 06-6989.51-2005
Amoniak (NH4)
mg/L
0,7859
0
SNI 06-6989.30-2005
Raksa (Hg)
mg/L
0,3
0,002
Merkury analyzer
Coliform Total
MPN/100 ml
Nihil
1000
SNI 01-2332-1991
Coliform tinja
MPN/100 ml
Nihil
200
SNI 01-2332-1991
PO4
-
SNI 06-6989.10-2004
Keterangan : *) KepMenLH 51/2004 Sumber data : Lab Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM A. : melebihi baku mutu
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data laboratorium dalam tabel di atas, maka lebih lanjut akan dibahas tiap-tiap parameter sebagai berikut : 1. Parameter Fisika Parameter fisika yang diukur dalam pemantauan kualitas air laut adalah kekeruhan, temperatur, warna, bau dan TSS air laut. Berikut ini akan dibahas satu persatu parameter fisika, kecuali bau. Hal ini dikarenakan dalam pemantauan ditemukan bahwa semua sampel yang diambil tidak berbau dan telah sesuai dengan baku mutu. a) Kekeruhan Kekeruhan atau turbiditas merupakan kandungan bahan organic maupun anorganik yang terdapat di perairan dan berpengaruh terhadap proses kehidupan organism yang ada di perairan tersebut. Kekeruhan yang tinggi menyebabkan turunnya kandungan oksigen. Hal ini disebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk dalam perairan menjadi terbatas karena kekeruhan yang tinggi, sehingga Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-65
tumbuhan/phytoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis untuk dapat menghasilkan oksigen. Data kekeruhan air laut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.31. Kekeruhan Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
NTU
9,73*
3,19
5
Pantai Trisik
NTU
15,79*
-
5
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket
: *) melebihi Baku Mutu
Kekeruhan air laut menunjukkan hasil di pantai Glagah dan Trisik, pada periode April melebihi baku mutu. Keruhnya air laut pada pantai menunjukkan bahwa kondisi di Daerah Aliran Sungai (DAS) di daerah hulu kurang baik. Hal ini sebagai akibat terjadinya erosi yang kemungkinan disebabkan tutupan pohon yang kurang memadai, pengambilan pasir yang intensif atau adanya sampah di aliran sungai. Sampah tidak hanya terdapat pada aliran sungai, tetapi juga di lingkungan pantai juga terdapat sampah berserakan yang berasal dari kegiatan pariwisata. Pada bulan April rata-rata kekeruhannya lebih tinggi daripada bulan Agustus. Hal itu disebabkan karena pada bulan April masih musim penghujan, sehingga aliran air banyak mengangkut lumpur dari daratan akibat derasnya arus. Untuk lebih detailnya data fluktuasi kekeruhan air laut dapat dilihat dalam grafik di bawah ini.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-66
Gambar 2.48. Grafik Kekeruhan Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 b) Temperatur Temperatur air laut terpantau pada dua periode menunjukkan hasil antara 26,5 – 27,5 C. Pada pemantauan bulan Agustus rata-rata suhu lebih daripada pemantauan bulan April. Perbedaan rata-rata suhu bisa disebabkan oleh kelembaban udara. Pada bulan April kelembaban udara tinggi sedangkan pada bulan Agustus udara bersifat kering sehingga suhu lebih rendah. Disamping itu, pada bulan April hujan masih terjadi sehingga waktu cuaca mendung terjadi kenaikan suhu udara. Pada waktu mendung, suhu udara meningkat karena tertahan oleh awan, dimana suhu udara yang tinggi akan turut mempengaruhi suhu air laut. Fluktuasi suhu juga disebabkan oleh angin, semakin kencang angin bertiup maka suhu semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Sekitar bulan Maret dan April merupakan waktu peralihan antara musim hujan dan kemarau, dimana pada musim peralihan penyinaran matahari melebihi penguapan, yang berakibat pada pemanasan air permukaan laut.Adapun data fluktuasi suhu air laut dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 2.32. Temperatur Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi
Satuan
Bulan
Baku Mutu
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-67
April
Agustus
Pantai Glagah
C
27,5
26,5
Alami
Pantai Trisik
C
27,4
-
Alami
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket : Alami (± 3 C) Temperatur di lautan sangat bervariasi menurut waktu, yaitu pagi, siang dan malam. Pengukuran sampel dilakukan pada pagi hingga siang sehingga rentang temperaturnya relatif panjang + 4 C. Tingginya temperatur air laut sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari. Pada pagi hari temperatu relatif masih rendah antara 25 - 26 C, sedangkan pada siang hari temperatur mengalami kenaikan menjadi 27 – 30 C. Selain intensitas matahari, besarnya temperatur juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, biasanya bila terjadi hujan maka temperatur air laut akan turun. Hasil pengukuran temperatur tersebut masih berada dalam batas normal, tidak ada kenaikan temperatur maupun penurunan temperatur yang signifikan. Pengaruh temperatur air laut terhadap lingkungan laut antara lain jumlah oksigen terlarut, kecepatan reaksi kimia dan kehidupan binatang laut. Pada temperatur normal maka kehidupan dan proses-proses kimia juga akan berlangsung normal, dan sebaliknya pada temperatur yang lebih tinggi kecepatan reaksi akan menjadi lebih cepat demikian pula sebaliknya, karena kenaikan temperatur sebesar 10 C akan meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lipat. c) Warna Kekeruhan air laut menyebabkan penetrasi sinar matahari lemah dan tidak bisa mencapai kedalaman, hanya mencapai 15 – 40 meter saja. Sedangkan pada air yang jernih, sinar matahari dapat menembus hingga kedalaman 200 meter. Warna
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-68
air laut yang jernih ini merupakan lingkungan yang baik bagi terumbu karang dan coral untuk berkembang biak. Warna dinyatakan dalam Pt-Co dengan nilai ambang batas sebesar 30 Pt-Co. Secara kasat mata, warna air laut terlihat hampir sama, namun ternyata melalui pengukuran terdapat perbedaan konsentrasi. Berikut ini data kadar warna air laut dalam tabel berikut : Tabel 2.33. Warna Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
Pt-Co
1,195
1,145
30
Pantai Trisik
Pt-Co
2,390
-
30
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Berdasarkan data dalam tabel di atas diketahui bahwa kadar warna air laut masih berada di bawah ambang batas yang ditentukan, yaitu berkisar antara 1,145 – 2,390 Pt-Co. Berarti air laut dalam kondisi jernih, yang baik untuk perkembangan makhluk hidup di dalamnya.
d) TSS (Total Suspended Solid) Konsentrasi TSS di perairan laut Kulonprogo dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 2.34. Konsentrasi TSS Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
mg/L
88,9*
94,6*
20
Pantai Trisik
mg/L
4,3
-
20
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket : *) melebihi Baku Mutu
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-69
Berdasarkan data dalam tabel di atas, diketahui bahwa konsentrasi TSS air laut di Pantai Glagah Kulonprogo telah melebihi baku mutu. Kandungan TSS untuk pantai Glagah yang hanya ramai waktu liburan kadungan TSS tinggi kemungkinan berasal dari muara sungai Serang yang banyak membawa material terlarut dari daerah hulu. Fluktuasi konsentrasi TSS air laut dapat dilihat dalam grafik berikut :
Gambar 2.49. Grafik Konsentrasi TSS Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014
2. Parameter Kimia Pengukuran parameter kimia pada air laut yang diperuntukkan wisata bahari terdiri dari pH, salinitas, Minyak dan Lemak, Nitrat (NO3), Fosfat (PO4), BOD, DO, Fenol, Detergen, dan Amoniak. Gambaran mengenai kualitas kimia air laut dapat dilihat berdasarkan hasil pengukuran parameter-parameter tersebut. Uraian mengenai hasil pengukuran dan analisis parameter kimia sebagai berikut :
a. Derajat Keasaman (pH) Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion hydrogen dalam air. Air dianggap asam jika nilai pH kurang dari 7 dan dianggap basa jika lebih dari 7. Baku Mutu pH untuk
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-70
laut bahari berkisar antara 7 – 8,5, di luar nilai itu berarti air laut mengalami pencemaran. Kadar pH air laut dapat dilihat pada tabel dan grafik sebagai berikut :
Tabel 2.35..Nilai pH Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
-
7,54
7,32
7 – 8,5
Pantai Trisik
-
8,13
-
7 – 8,5
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Jika dibandingkan dengan nilai pH pada tiga tahun sebelumnya yaitu tahun 2012, dan 2013 maka nilai pH cenderung mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2013 kemudian mengalami penurunan pada tahun 2014, seperti yang terlihat pada grafik berikut :
Gambar 2.51. Grafik Fluktuasi Nilai pH Air Laut di Kulonprogo Tahun 2012 - 2014 Penurunan nilai pH ini sejalan dengan perkembangan industri, baik yang bergerak di daratan maupun di pesisir yang menghasilkan limbah penyebab asam.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-71
Pada pH asam akan menyebabkan penurunan benthos, sehingga produsen di perairan laut berkurang.
b. Salinitas Hasil pengukuran salinitas air laut di Kulonprogo tahun 2014 dapat dilihat dalam tabel dan grafik sebagai berikut : Tabel 2.36. Kadar Salinitas Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
‰
47
41,5
alami
Pantai Trisik
‰
48
-
alami
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Berdasarkan data pemantauan, kadar salinitas air laut berkisar antara 41,5 - 48 ‰. Tidak ada batas maksimal salinitas yang ditentukan, sehingga semua masih dalam batas alami perairan. Keberadaan garam-garaman di laut mempengaruhi sifat fisik air laut, seperti densitas, titik beku, dan temperatur, dan salinitas sangat berpengaruh terhadap daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.Semakin tinggi salinitas maka daya hantar listrik semakin tinggi demikian juga tekanan osmosisnya. Tinggi rendahnya salinitas ditentukan oleh tiga faktor, yaitu penguapan, curah hujan dan banyak sedikitnya sungai yang bermuara. Semakin besar tingkat penguapan air laut, maka kadar salinitasnya akan semakin tinggi. Jadi pada bulan kemarau yang direpresentasikan pada pemantauan bulan Agustus, rata-rata kadar garamnya lebih tinggi daripada bulan April.
Di daerah tropis seperti Indonesia,
salinitas air di permukaan lebih rendah daripada di kedalaman akibat tingginya curah hujan. Semakin banyak sungai yang bermuara ke laut maka salinitas semakin
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-72
rendah, demikian pula sebaliknya, karena sungai membawa air tawar yang bersifat mengencerkan salinitas air laut. Fluktuasi salinitas berdasarkan tahun pemantauan dapat dilihat dalam gambar grafik tersebut, yang menunjukkan bahwa ada kenaikan salinitas yang nyata pada tahun 2014 dengan tahun-tahun sebelumnya. Salinitas yang tinggi ini kemungkinan disebabkan oleh penguapan air yang tinggi yang mengakibatkan kepekatan air laut meningkat.
Gambar 2.52. Grafik Flukuasi Kadar Salinitas Air Laut pada Pemantauan Tahun 2012 - 2014
c. Nitrat (NO3) Hasil pengukuran nitrat pada 2 pantai yang merepesentasikan kondisi air laut di Kulonprogo dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2.37. Kadar Nitrat Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
mg/L
≤ 0,066*
≤ 0,066*
0,008
Pantai Trisik
mg/L
≤ 0,066*
-
0,008
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-73
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Berdasarkan data pengukuran kadar Nitrat air laut menunjukkan bahwa kadar Nitrat telah melampaui baku mutu yang diperkenankan (0,008 mg/L), yaitu ≤ 0,066 mg/L. Tingginya kadar nitrat kemungkinan berasal dari kegiatan restoran yang banyak terdapat di tepian pantai yang mengalirkan limbahnya ke laut, atau berasal dari kegiatan pertanian yang menggunakan pupuk dan pestisida, dari limbah yang dibawa oleh air sungai. Nitrat dalam keadaan anaerob akan membentuk Ammonia yang kemudian bereaksi dengan air membentuk ammonium yang bersifat racun terhadap
ikan.
Reaksi
dalam
pembentukan
ammonium
akan
bertambah
intensitasnya pada pH tinggi. Kadar nitrat dari tahun ke tahun nilainya rata-rata hampir sama pada dua tahun terakhir, yaitu tahun 2012 dan 2013. Dan pada tahun 2014 ini kadar nitrat menurun drastis yaitu ≤ 0,066 mg/L, namun tetap masih melebihi baku mutu. Fluktuasi kadar nitrat tahun 2012 – 2014 sebagai berikut :
Gambar 2.53.Grafik Konsentrasi NO3 Air Laut di Kulonprogo Tahun 2012-2014
d. BOD Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-74
Konsentrasi BOD air laut di Kulonprogo berkisar antara 0,15 – 0,83 mg/L, yang menunjukkan bahwa BOD air laut masih berada di bawah ambang batas (10 mg/L). Rendahnya kadar BOD menunjukkan bahwa bahan pencemar organik yang mudah membusuk yang terkandung dalam air laut masih dapat ditoleran, sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Kadar bahan pencemar yang masih rendah secara alami akan mengalami proses swapentahiran di perairan. Data BOD air laut secara detail dapat dilihat dalam tabel dan grafik berikut : Tabel 2.38. Kadar BOD Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
mg/L
0,15
0,83
10
Pantai Trisik
mg/L
0,15
-
10
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014
Gambar 2.54. Grafik Konsentrasi BOD Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014
e. DO Kandungan oksigen terlarut air laut di DIY dapat dilihat dalam tabel berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-75
Tabel 2.39. Kadar DO Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
mg/L
8,12
1,06*
5
Pantai Trisik
mg/L
8,41
-
5
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu Berdasarkan data dalam tabel di atas, kisaran kadar DO antara 1,06 – 8,41 mg/L dengan baku mutu minimal 5 mg/L. Pada periode II di bulan Agustus, kadar DO sangat rendah daripada kadar yang ditentukan. Kadar DO yang rendah ini kemungkinan disebabkan oleh kadar salinitas yang tinggi. Pada musim kemarau intensitas hujan sangat rendah sehingga kepekatan air laut meningkat dengan rendahnya nilai pengenceran. Selain salinitas, rendahnya kadar DO juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pergerakan air di permukaan air, luas daerah permukaan perairan terbuka, tekanan atmosfer dan presentase oksigen di sekelilingnya. Pada suhu rendah, maka oksigen terlarut menjadi rendah. Dengan rendahnya kadar oksigen ini, maka proses oksidasi di perairan rendah sehingga proses oksidasi-reduksi bahan organik dan anorganik terganggu. Jika proses oksidasi terganggu maka produktivitas nutrient di perairan menjadi rendah. Dan yang tak kalah pentingnya, kadar oksigen yang rendah akan mempengaruhi kehidupan ikan dan makhluk hidup perairan yang selalu membutuhkan oksigen untuk proses metabolisme. Gambaran fluktuasi kadar oksigen air laut dapat dilihat dalam grafik berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-76
Gambar 2.55. Grafik Kadar DO Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 f.
Fosfat (PO4) Adanya fosfat di perairan laut wilayah pesisir sebagian besar berasal dari sungai. Sungai membawa sampah yang terhanyut maupun sumber fosfat daratan lainnya, sehingga sumber fosfat di muara sungai lebih besar dari sekitarnya. Keberadaan fosfat di dalam air akan terurai menjadi senyawa terionisasi, antara lain dalam bentuk ion H2PO4-, HPO42-, dan PO43-. Fosfat diabsorbsi oleh fitoplankton dan selanjutnya masuk dalam rantai makanan. Berdasarkan hasil analisis laboratorium, kadar fosfat air laut selama dua periode pemantauan adalah ≤ 0,02 mg/L. Kadar tersebut telah melampaui baku mutu (0,015 mg/L) yang diperkenankan, walaupun hanya kecil saja. Rata-rata kadar fosfat dalam setiap periode sama. Kesamaan konsentrasi ini kemungkinan bisa dikarenakan kondisi cuaca maupun pesisir laut secara umum, dimana kadar fosfat tidak terlalu sensitif terhadap perubahan musim tetapi lebih sensitif terhadap perubahan aktivitas manusia. Tabel 2.40. Kadar Fosfat Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi
Satuan
Bulan
Baku Mutu
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-77
April
Agustus
Pantai Glagah
mg/L
≤ 0,02*
≤ 0,02*
0,015
Pantai Trisik
mg/L
≤ 0,02*
-
0,015
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu Kadar fosfat air laut yang tinggi akan menyebabkan ledakan fitoplankton dan berkurangnya oksigen, yang akhirnya menyebabkan kematian ikan secara massal. Kondisi optimum untuk pertumbuhan plankton adalah pada kadar fosfat antara 0,27 – 5,51 mg/L, sehingga air laut di Kulonprogo sangat kondusif untuk pertumbuhan fitoplankton. Kadar fosfat akan semakin tinggi pada perairan yang lebih dalam dan sifatnya relatif konstan, kemudian akan mengendap di dasar laut. Kadar fosfat mengalami kenaikan dari tahun 2012 ke tahun 2013, kemudian mengalami penurunan sangat tajam pada tahun 2014. Penurunan kadar fosfat menunjukkan bahwa kualitas lingkungan perairan laut semakin baik dari tahun-tahun sebelumnya. Fluktuasi kadar fosfat dari tahun ke tahun dapar dilihat dalam gambar berikut:
Gambar 2.56. Grafik Fluktuasi Kadar Fosfat Air Laut Kulonprogo Tahun 2012 – 2014 Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-78
g. Fenol Senyawa Fenol tidak diperbolehkan dalam perairan wisata laut bahari atau ambang batas 0 mg/L. Kadar fenol air laut selama dua periode pemantauan terdapat empat lokasi yang kadar fenolnya melebihi baku mutu yang dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.41. Kadar Fenol Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
mg/L
0,0559*
≤ 0,0001
0
Pantai Trisik
mg/L
0,0444*
-
0
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu Berdasarkan data pada tabel di atas, senyawa fenol terkandung di air laut dalam jumlah agak tinggi pada periode April, yaitu antara ≤0,0444 – 0,0559 mg/L. Sedangkan pada pemantauan periode bulan Agustus kadar senyawa fenol air laut sangat kecil. Hal ini kemungkinan disebabkan pada musim penghujan, laut banyak menerima suplai air dari daratan melalui media sungai sehingga bahan-bahan pencemar banyak yang terbawa ke laut. Di lautan senyawa fenol dalam kadar rendah dapat diuraikan oleh bakteri sehingga tidak bersifat toksik. Kehidupan bakteri biodegradasi ini tergantung pada kualitas lingkungan yang baik, maka faktor-faktor fisik dan kimia perairan turut menentukan dapat tidaknya terjadi proses biodegradasi. Faktor-faktor lingkungan
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-79
yang berpengaruh terhadap kehidupan bakteri pendegradasi fenol adalah konsentrasi BOD, COD, DO, Salinitas, suhu dan pH air laut. Fluktuasi senyawa fenol dapat dilihat dalam grafik di bawah ini :
Gambar 2.57. Grafik Konsentrasi Fenol Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014. h. Minyak dan Lemak Berdasarkan hasil analisis laboratorium minyak dan lemak air laut di Kulonprogo berkisar antara 0,5 – 6 mg/L. Kadar minyak tertinggi ditemukan di pantai Glagah pada periode pemantauan bulan Agustus, dan melebihi baku mutu yang ditentukan 1 mg/L. Rata-rata kadar minyak dan lemak pada periode April lebih rendah daripada bulan Agustus. Minyak dan lemak yang berada di pantai sebagian besar berasal dari kegiatan manusia yaitu sebagian besar aktivitas manusia adalah kegiatan ikan tangkap menggunakan perahu motor. Selain itu, pariwisata air pada beberapa pantai juga menggunakan perahu motor. Kemungkinan minyak dan lemak berasal dari pencucian atau pembersihan kapal, dan bisa pula berasal dari aktivitas rumah makan yang letaknya sangat dekat dengan pantai, atau berasal dari sungai yang mengandung minyak dan lemak dari daratan. Seperti diketahui bahwa di pantai Glagah selain aktivitas ikan tangkap menggunakan perahu motor, kawasan Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-80
pantainya juga digunakan untuk wahana wisata air dengan perahu, sehingga banyak menghasilkan tumpahan-tumpahan minyak. Untuk lebih jelasnya fluktuasi kadar minyak dan lemak dapat dilihat tabel dan gambar grafik berikut : Tabel.2.42. Kadar Minyak dan Lemak Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
mg/L
0,5
6
1
Pantai Trisik
mg/L
0,5
-
1
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu
Gambar 2.58. Grafik Kadar Minyak dan Lemak Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 i. Hidrogen Sulfida (H2S) Sifat senyawa sulfida sangat berbahaya karena akan menyebabkan kematian ikan pada konsentrasi 0,4 mg/L terhadap ikan salmon, dan 4 mg/L terhadap jenis ikan lainnya. Toksisitas sulfida dapat mengalami penurunan jika pH air laut meningkat dan suhu rendah, demikian pula sebaliknya, jika pH turun dan suhu meningkat maka toksisitas sulfida akan bertambah. Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-81
Konsentrasi sulfida air laut di Kulonprogo yang dipantau dalam dua periode ≤0,001 mg/L, dimana ambang batas yang diperkenankan di dalam air laut ini adalah 0 mg/L. Konsentrasi sulfida ini masih ditoleransi ambang batas. Tabel 2.43. Kadar Asam Sulfida Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
mg/L
≤ 0,001
≤ 0,001
0
Pantai Trisik
mg/L
≤ 0,001
-
0
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014
j. Detergen Data pengukuran detergen air laut di Kulonprogo berkisar antara 0,0095 – 0,064 mg/L, dimana semua telah melampaui baku mutu (0,001 mg/L). Lokasi pantai yang melebihi baku mutu mempunyai aktivitas restoran dan kamar mandi yang banyak sehingga limbah domestiknya cukup tinggi. Lahan pasir yang bersifat sangat porous, sangat cepat meresapkan bahan-bahan cair ke dalam tanah. Data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel dan gambar grafik berikut : Tabel 2.44. Kadar Detergen Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
mg/L
0,064*
0,0095*
0,001
Pantai Trisik
mg/L
0,0597*
-
0,001
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-82
Gambar 2.59. Grafik Detergen Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014
k. Amoniak (NH3-N) Pengukuran kadar amoniak air laut telah dilakukan selama dua periode pada tahun 2014 di laut Kulonprogo, seperti yang tercantum dalam tabel berikut : Tabel 2.45. Kadar Amoniak Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
mg/L
0,5256*
≤ 0,0094
0
Pantai Trisik
mg/L
0,7859*
-
0
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu Berdasarkan hasil pengukuran, kadar amoniak air laut di Kulonprogo sudah cukup tinggi yaitu berkisar antara ≤0,0094 – 0,7859 mg/L dimana untuk laut wisata bahari tidak diperkenankan mengandung amoniak. Kemungkinan amoniak berasal limbah domestik di sekitar pantai, yaitu restoran dan kamar mandi/WC atau kegiatan pertanian di daerah pesisir. Saat ini lahan pantai banyak yang digunakan untuk pertanian lahan pantai yang membutuhkan banyak pupuk karena unsur hara di Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-83
daerah pasir pantai sangat minim. Akibat pemupukan yang intensif dan cukup banyak tersebut menyebabkan tingginya amoniak yang meresap ke dalam tanah. Kadar amoniak dapat dilihat dalam grafik berikut :
Gambar 2.60. Grafik Kadar Amoniak Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014
3. Parameter Biologi a. Bakteri Koli (Coliform tinja) Batas maksimum untuk laut bahari bagi bakteri Koli tinja adalah 200 MPN/100 ml. Hasil pengukuran bakteri koli air laut di Kulonprogo nihil.. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas air laut masih baik jika ditinjau dari kualitas bakteriologinya. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 2.46. Kandungan Bakteri Koli Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
MPN/100 ml
nihil
nihil
200
Pantai Trisik
MPN/100 ml
nihil
-
200
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-84
Daerah pantai bersifat sangat porous cepat menyerap cairan dan bahan-bahan pencemar di atasnya. Oleh karena itu, kualitas baik perlu dipertahankan bahkan diupayakan agar kegiatan resto di sekitar pantai diatur sedemikian rupa agar tidak menempati sempadan pantai. Kandungan bakteri koli air laut dari tahun ke tahun 2012 – 2014 mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut :
Gambar . Grafik Fluktuasi Bakteri Koli Air Laut Tahun 2012 - 2014 Kandungan bakteri koli pada tahun 2013 dan 2014 stabil tetap nihil (nol), yang menunjukkan bahwa sarana pengolahan limbah rumah tangga semakin baik.
b. Total Koli (Coliform Total) Kandungan Total Koli selain berasal dari manusia dan hewan juga berasal dari udara, sehingga apabila kandungan total Koli tinggi maka udara sekitar pantai kurang bersih dan banyak mengandung Koli. Data pengukuran Total Koli dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.47. Kandungan Total Koli Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-85
Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
MPN/100 ml
nihil
nihil
1000
Pantai Trisik
MPN/100 ml
nihil
-
1000
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Kandungan total koli air laut dari tahun 2013 ke 2014 tetap baik yaitu tetap nihil (nol). Secara lebih jelas, kandungan total koli tahun 2012 - 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.B.19.
Gambar 2.62. Grafik Fluktuasi Total Koli Air Laut Tahun 2012 - 2014
4. Parameter Logam Terlarut Logam-logam yang terlarut dalam air laut berasal dari industri pengolahan logam atau industri yang dalam prosesnya menggunakan logam sebagai katalisator, dan juga berasal dari limbah benda-benda yang mengandung logam. Saat ini logam dan beberapa jenis logam berat ditengarai terdeteksi dalam perairan dalam jumlah yang telah melebihi baku mutu. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas manusia telah banyak yang menggunakan jenis logam berat yang harus mendapatkan pengawasan yang lebih
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-86
ketat, baik dalam penggunaan maupun pembuangan limbahnya. Logam berat memiliki densitas lebih dari 5 gram/cm3 dan bersifat tahan urai. Sifat tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin terakumulasi dalam perairan. Logam berat yang berada dalam air dapat masuk ke dalam tubuh manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di dalam tubuh manusia, logam berat dapat terakumulasi dan menimbulkan gangguan kesehatan. Berikut ini akan diuraikan masing-masing logam berat di dalam perairan laut. a. Logam Arsen (As) Di dalam air laut bahari batas maksimum arsen yang diperkenankan sebesar 0,025 mg/L, sedangkan untuk air tanah lebih kecil lagi yaitu sebesar 0,01 mg/L. Data pemantauan arsen dalam air laut di Kulonprogo masih berada di bawah ambang batas yang diperkenankan yaitu berkisar antara 0 – 0,001 mg/L. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 2.48. Kandungan Arsen dalam Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
mg/L
0
0,001
0,025
Pantai Trisik
mg/L
0
-
0,025
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Berdasarkan data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa kualitas air laut di Kulonprogo dalam kondisi baik, tidak tercemar logam Arsen yang bersifat toksik. Air limbah industry yang dibuang melalui sungai kemungkinan hanya mengandung sangat
sedikit
Arsen,
sehingga
melalui
aliran
sungai
telah
mengalami
swapentahiran.
b. Logam Krom (Cr)
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-87
Kromium yang diukur dalam pemantauan air laut ini adalah krom dalam bentuk heksavalen. Kandungan krom pada pemantauan air laut dalam dua periode berkisar antara ≤0,0001 - 0,0097 mg/L. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa air laut telah tercemar logam berat Kromium karena telah melampaui ambang batas yang diperkenankan untuk laut wisata bahari, yaitu 0,002 mg/L. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 2.49. Kandungan Krom dalam Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
mg/L
0,0097*
≤ 0,0001
0,002
Pantai Trisik
mg/L
0,0097*
-
0,002
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu
c. Logam Tembaga (Cu) Hasil pengukuran tembaga dalam air laut di Kulonprogo pada dua periode berkisar antara ≤ 0,0042 – 0,0083 mg/L yang semua titiknya masih berada dalam ambang batas normal (0,05 mg/L). Berarti kualitas air laut di Kulonprogo masih baik ditinjau dari kandungan tembaganya. Limbah yang industri yang dibuang telah ke sungai
telah
mengalami
penetralan
selama
perjalanannya
ke
laut.
selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.50. Kandungan Tembaga (Cu) dalam Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-88
Data
Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
mg/L
0,0042
0,0083
0,05
Pantai Trisik
mg/L
0,0046
-
0,05
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014
d. Logam Timbal (Pb) Kandungan Timbal air laut pada dua periode di Kulonprogo berkisar antara 0,0287 – 0,0484 mg/L. Baku mutu yang diperkenankan untuk laut Bahari adalah 0,005 mg/L, sehingga kandungan Timbal di perairan laut di Kulonprogo telah melampaui batas pada semua titik. Kadar Timbal air laut pada periode April yang mewakili musim penghujan lebih rendah daripada periode Agustus yang mewakili musim kemarau. Data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel dan grafik berikut : Tabel 2.51. Kandungan Timbal (Pb) Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
mg/L
0,0445*
0,0287*
0,005
Pantai Trisik
mg/L
0,0484*
-
0,005
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-89
Gambar 2.63. Grafik Kadar Pb Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014
Pencemaran timbal ke laut bisa berasal dari buangan di wilayah pesisir dari daratan dan dari atmosfer. Sumber timbal di pesisir Kulonprogo kemungkinan berasal dari limbah industri yang mempergunakan pewarna atau cat mengandung Pb, atau perusahaan percetakan dan pengolahan/penyepuhan logam. Limbah yang dibuang tersebut belum diolah dengan sempurna sehingga masih mengandung logam berat yang berbahaya.
e. Logam Kadmium (Cd) Hasil pengukuran logam Kadmium pada air laut di Kulonprogo dalam dua periode menunjukkan hasil berkisar antara 0,016 – 0,0264 mg/L, dimana semuanya telah melampaui baku mutu untuk wisata bahari, yaitu 0,002 mg/L. Keadaan musim tahunan berpengaruh juga terhadap kandungan kadmium air laut, ketika musim penghujan terjadi pengenceran dan pada waktu musim kemarau lebih pekat karena penguapan yang tinggi. Pada tahun 2014, terjadi musim penghujan yang lebih panjang daripada musim kemarau, sehingga pada bulan April yang telah memasuki musim kemarau masih turun hujan walaupun sedikit. Jarak pengambilan sampel Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-90
yang pendek juga turut berpengaruh terhadap hasil.Data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel dan gambar berikut : Tabel 2.52. Kandungan Kadmium (Cd) Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
mg/L
0,016*
0,0117*
0,002
Pantai Trisik
mg/L
0,0264*
-
0,002
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu
Gambar 2.64. Grafik Kadar Kadmium Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Tingginya cadmium pada air laut di Kulonprogo kemungkinan disebabkan oleh limbah dari beberapa industri tersebut diatas, yang dibuang melalui sungai atau langsung ke laut. Dapat pula berasal dari sampah baterei bekas, pembuangan cat ke badan air dan sampah lain yang mengandung Cd.
f.
Logam Nikel (Ni)
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-91
Hasil pengukuran Nikel air laut pada dua periode menunjukkan kandungan nikel yang melampaui ambang batas (0,075mg/L), yaitu berkisar antara 0,0408 – 0,1273 mg/L. Konsentrasi nikel pada periode April lebih rendah daripada bulan Agustus. Hal ini menunjukkan bahwa kadar nikel air laut terpengaruh oleh musim. Pada musim kemarau tidak ada hujan sehingga tidak terjadi pengenceran air laut, akibatnya air laut bertambah pekat. Kadar nikel yang melampaui ambang batas pada air laut di Kulonprogo kemungkinan bersumber dari limbah industri, pembakaran sampah dan bahan bakar minyak. Data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel dan gambar grafik berikut : Tabel 2.53. Kandungan Nikel (Ni) Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
mg/L
0,0408
0,1273*
0,075
Pantai Trisik
mg/L
0,0493
-
0,075
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu
Gambar 2.65. Grafik Fluktuasi Kadar Nikel di Kulonprogo Tahun 2014 g. Logam Seng (Zn) Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-92
Hasil pengukuran Seng air laut pada dua periode menunjukkan kandungan seng yang masih berada di bawah ambang batas (0,095 mg/L), yaitu antara 0,0097 – 0,0292 mg/L. Kandungan seng pada periode Agustus relatif lebih tinggi daripada periode April. Kemungkinan hal ini disebabkan pada musim kemarau banyak terjadi penguapan air laut, sehingga kadar air laut menjadi lebih pekat. Fluktuasi kadar seng dapat dilihat dalam gambar berikut : Tabel 2.54. Kandungan Seng (Zn) Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
mg/L
0,0097
0,0292
0,095
Pantai Trisik
mg/L
0,0145
-
0,095
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014
h. Logam Air Raksa (Hg) Kandungan air raksa dalam air laut di Kulonprogo dalam dua periode pemantauan adalah antara ≤ 0,00003 – 0,3 mg/L, dimana sebagian besar telah melampaui baku mutu (0,002 mg/L). Data lebih lengkap dalam tabel berikut : Tabel 2.55. Kandungan Air Raksa (Hg) Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Lokasi
Satuan
Baku Mutu April
Agustus
Pantai Glagah
mg/L
0,24*
≤ 0,00003
0,002
Pantai Trisik
mg/L
0,3*
-
0,002
Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-93
Kadar air raksa melampaui baku mutu terukur pada periode pemantauan April. Rata-rata kadar Hg pada pemantauan bulan April lebih tinggi daripada bulan Agustus. Seperti diketahui bahwa deposit air raksa tertinggi adalah di dalam tanah, sehingga kadar air raksa tinggi pada musim penghujan berasal dari sungai yang membawa material darat hingga berakhir di laut. Hal ini menunjukkan bahwa laju sedimentasi di sungai tinggi atau kurangnya tutupan vegetasi di daerah aliran sungai. Fluktuasi konsentrasi Hg air laut di Kulonprogo dapat dilihat dalam grafik berikut :
Gambar 2.66. Grafik Konsentrasi Hg Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Laut merupakan badan air terakhir yang menampung pelepasan Hg, baik yang berasal dari proses pelepasan batu-batuan, maupun aktivitas industri dan pertanian.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-94
Terumbu Karang, Padang Lamun dan Mangrove
Gambar 2.67. Tanaman Mangrove di Sempadan Sungai Jangkaran Temon Pada perairan laut di wilayah Kabupaten Kulonprogo tidak terdapat terumbu karang dan padang lamun. Sedangkan untuk mangrove terdapat di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon sebagai berikut : Tabel 2.56. Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove No.
Lokasi
1.
Pasir Mendit, Jangkaran Pasir Kadilangu, Jangkaran Nglawang, Jangkaran
2. 3.
Jumlah
Luas
Persentase
Kerapatan
6
60
10000
1,5
50
0,57
40
10000 10000
8,4
Catatan : Total terdapat 8.4 (data dari penelitian Yayasan Kanopi – ekspose hasil kegiatan 2014, dasar Citra Landsat 2013). Data persentase dan kerapatan mengacu pada data 2013. Penambahan 1 ha cenderung di Pasir Mendit seiring dengan penanaman yang meningkat di Pasir Mendit.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-95
Jika dibandingkan dengan Kriteria Baku Kerusakan Mangrove sesuai Kep.Men LH No. 201 Tahun 2004, kondisi tutupan mangrove di Kabupaten Kulon Progo dalam kriteria baik – sedang.
Gambar 2.68. Peta Penggunaan Lahan Desa`Jangkaran Temon Selain itu Pemerintah Kabupaten Kulonprogo juga membentuk Forum DAS Serang untuk memudahkan koordinasi lintas sektor dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai serta membentuk Kelompok Kerja Pengelolaan Mangrove dan Sempadan Pantai. Pembentukan forum dan kelompok kerja tersebut ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Kulonprogo. Dengan demikian pengendalian pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut dapat ditingkatkan.
F. Iklim Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-96
Suhu Udara Data suhu udara diambil dari 2 stasiun, yaitu Stasiun Pengamatan Cuaca Wates (50 m dpal) yang berada pada koordinat 7°51’ 23” LS dan 110° 9’ 26” BT, mempresentasikan kondisi suhu di DAS Serang, dan Stasiun Pengamatan Cuaca Tegal (180 m dpal) yang terletak pada koordinat 7° 40’ 40” LS dan 110° 14’ 30” BT, Kecamatan Kalibawang, untuk mempresentasikan kondisi suhu di DAS Progo. Data yang diambil berasal dari pengumpulan data yang dilakukan oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Air (Balai PSDA), Dinas PUPESDM DIY. Tabel 2.57. Data Suhu Bulanan di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan
Nama Stasiun
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
Wates
28,23
27,59
27,95
27,63
26,89
27,52
27,6
27,56
27,35
27,47
27,45
27,35
Tegal
24,75
24,77
24,85
25,15
25,54
25,28
24,81
24,14
25,04
25,35
25,17
25,28
Variasi suhu pada stasiun yang sama dengan waktu yang berbeda nampak tidak terlalu berbeda jauh, baik itu pada data suhu maksimum, suhu minumum ataupun rerata. Akan terdapat perbedaan yang cukup menyolok jika dilihat dari masing-masing stasiun. Suhu di Stasiun Wates, cenderung lebih tinggi, daripada suhu pada Stasiun Tegal. Hal ini sekaligus mengindikasikan adanya variasi suhu jika dibandingkan dengan tinggi permukaan tanah. Stasiun Wates berada pada lokasi yang lebih rendah daripada Stasiun Tegal. Curah Hujan Di Kabupaten Kulonprogo curah hujan rata-rata per tahunnya mencapai 1.998,66 mm, dengan rata-rata hari hujan (hh) sebanyak 105 hari hujan per tahun. Pola hujan ini tidak terdistribusi secara merata sepanjang tahun. Curah hujan tinggi terjadi pada awal-awal tahun, yaitu pada Bulan Januari sampai April. Di pertengahan tahun, mulai pada Bulan Juni sampai Oktober terjadi penurunan curah hujan dan juga jumlah hari hujan dalam sebulan, bahkan pada Bulan September tidak terjadi hujan sama sekali. Akan tetapi pola ini berubah Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-97
menjelang akhir tahun, yaitu bulan November dan Desember, curah hujan kembali meningkat sampai pergantian tahun, bahkan curah hujan tertinggi pada tahun 2014 terjadi di Bulan Desember, yaitu sebesar 4752,3 mm. Data rata-rata curah hujan setiap bulan pada tahun 2013 dan 2014 dapat disajikan dalam tabel dan gambar berikut : Tabel 2.58. Curah Hujan Rata-rata di Kulonprogo Tahun 2014 Bulan Tahun Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
2013
490
245
222
142
183
138
67
1
1
30
52
0
2014
276
230
160
179
50
52
103
5
0
13
286
438
Gambar 2.69. Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Tahun 2013-2014 Pola curah hujan di Kabupaten Kulonprogo berdasarkan peta isohyet didapat bahwa nilai curah hujan wilayah akan meningkat seiring meningkatnya ketinggian lokasi (hujan orografis). Peta Pola Curah Hujan (isohyet) di selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 45 berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-98
Gambar 2.70. Peta Pola Curah Hujan di Kabupaten Kulon Progo
G. Bencana Alam Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-99
Bencana alam yang terjadi di Kabupaten Kulonprogo tahun 2014 masih didominasi oleh jenis bencana yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya, antara lain tanah longsor, kekeringan, dan banjir. Karakter kejadian bencana alamnya tidak terkonsentrasi di satu tempat, melainkan menyebar di daerah-daerah rawan. Data kejadian bencana tahun 2014 dapat dilihat pada tabel dan 2012-2014 pada grafik berikut : Tabel. 2.59. Kejadian Bencana di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kecamatan Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang Jumlah
Banjir 0 0 0 2 0 0 1 0 1 0 0 0 4
Kejadian Bencana Tanah Kekeringan Longsor 3 0 2 0 0 2 4 0 17 0 0 3 7 2 39 13 29 21 3 0 29 46 9 15 102 (25 142 desa)
Kebakaran Hutan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumber data : BPBD Kabupaten Kulonprogo (dalam LKPJ Bupati Kulonprogo, 2014)
Gambar 2.71. Grafik Kejadian Bencana Tahun 2012-2014 Banjir
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-100
Menurut hasil kajian Pusat Vulkanologi Badan Geologi Kementerian ESDM RI daerah selatan (Temon, Panjatan, Galur) berdasarkan peta ancaman banjir merupakan daerah zona merah yang berarti memiliki tingkat ancaman banjir tinggi. Dataran rendah dengan ketinggian 0 - 100 meter di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, dan sebagian Lendah. Berdasarkan kemiringan lahan, memiliki lereng 0-2%, merupakan wilayah pantai sepanjang 24,9 km, apabila musim penghujan merupakan kawasan rawan bencana banjir. Bencana banjir di Kabupaten Kulonprogo secara umum dirasakan oleh sebagian masyarakat pada wilayah pesisir dan wilayah yang berada di dekat bantaran sungai, yaitu di Kecamatan Pengasih, Panjatan, Wates, Galur, dan Temon. Banjir terjadi disamping karena faktor alam yaitu antara lain kondisi geografis yang merupakan dataran rendah, juga disebabkan kemampuan tanah untuk menyerap air sangat kurang. Banjir juga bertambah parah karena banyaknya sampah yang dibuang sembarangan ke dalam saluran air (selokan) dan sungai. Selain itu tumbuhnya enceng gondok yang menyebabkan selokan dan sungai menjadi dangkal sehingga aliran air terhambat dan menjadi meluap dan menggenang. Kurangnya daya serap tanah terhadap air, karena tanah telah tertutup oleh aspal jalan raya dan bangunan–bangunan. Untuk tahun 2014 terdapat 4 kejadian banjir di Kecamatan Temon, Wates dan Lendah. Menurun dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi 16 kejadian banjir, banjir genangan dan banjir arus. Wilayah ancaman banjir di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada gambar berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-101
Gambar 2.72. Peta Ancaman Bencana Banjir di Kabupaten Kulonprogo
Kekeringan dan Kebakaran Hutan Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-102
Potensi bencana yang sering terjadi juga diakibatkan oleh kekurangan sumber daya air (kekeringan). Bencana kekeringan terutama terjadi pada musim kemarau, di wilayah perbukitan Menoreh terutama diakibatkan air hujan yang seharusnya menjadi air tanah tidak dapat diserap, atau langsung mengalir menuju ke hilir sungai.
Bencana yang
memerlukan perhatian serius yaitu bencana kekeringan Tahun 2014 kejadian kekeringan terjadi tersebar di 7 kecamatan, mencapai 25 desa (dengan 102 kejadian), dan menyebabkan 6550 KK warga Kabupaten Kulonprogo kesulitan mengakses air bersih. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan, karena pada tahun 2013 dan 2012 kekeringan tersebar pada 5 kecamatan, yang terdiri atas 17 desa dan 3.360 KK. Sedangkan untuk bencana kebakaran hutan, di Kabupaten Kulon Progo tidak kebakaran hutan. Sejak tahun 2012 tidak pernah terjadi bencana kebakaran hutan. Ancaman bencana kekeringan dapat dilihat pada gambar berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-103
Gambar 2.73. Peta Ancaman Bencana Kekeringan di Kabupaten Kulonprogo
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-104
Tanah Longsor dan Gempa Bumi Kulon Progo mempunyai wilayah dataran tinggi/ perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara 500-1000 meter di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Girimulyo, Kokap, Kalibawang, Samigaluh sebagian Nanggulan dan sebagian Pengasih. Menurut hasil kajian Pusat Vulkanologi Badan Geologi Kementerian ESDM RI daerah Pegunungan Menoreh (Samigaluh, Girimulyo, Kalibawang) merupakan daerah dengan kerentanan gerakan tanah tinggi. Hal ini terjadi akibat adanya kandungan tanah yang berupa pelapukan batuan gunung berapi; tufa, breksi andesit dan tuf lapili yang bersifat gembur. Untuk tahun 2014 di wilayah Kabupaten Kulonprogo terjadi 142 kejadian bencana tanah longsor yang tersebar di 10 kecamatan. Dibandingkan dengan bencana tanah longsor yang terjadi pada tahun 2013 terjadi peningkatan yang sangat besar, tetapi masih lebih rendah dibandingkan kejadian pada tahun 2012. Hal ini tentu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain curah hujan dan juga perilaku manusia dalam mengelola alam sekitarnya. Sedangkan untuk gempa bumi, tidak ada kejadian bencana tersebut di Kabupaten Kulonprogo. Resiko bencana tanah longsor dapat dilihat pada berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-105
Gambar 2.74. Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Kulonprogo
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-106
BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN A. Kependudukan Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Kulonprogo berdasarkan registrasi pada tahun 2014 sebesar 417.473 jiwa, meningkat dibanding jumlah penduduk tahun 2013 sejumlah 416.209 jiwa, sehingga pertumbuhan penduduk sebesar 0,30 %. Keadaan kependudukan di Kabupaten Kulonprogo selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : TabeI 3.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kulonprogo Tahun 2010 - 2014 Penduduk (jiwa)
Pertumbuhan
No
Tahun
1.
2010
231.672
238.848
470.520
- 3,59
2.
2011
233.289
240.333
473.622
0,65
3.
2012
236.064
243.125
479.189
1,17
4.
2013
206.546
209.663
416.209
-13,31
5.
2014
206.494
210.979
417.473
0,30
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(%)
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kulonprogo, 2014
Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Kulonprogo adalah 712,11 jiwa /km2. Wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi pada tahun 2014 adalah Kecamatan Wates yaitu 1.426 jiwa /km2, sedangkan wilayah dengan kepadatan terendah pada Kecamatan Samigaluh 391,50 jiwa /km2. Untuk kepadatan penduduk per kecamatan tahun 2013 - 2014 dapat di sajikan dalam tabel dan gambar sebagai berikut :
Tabel 3.2 Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-1
Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 – 2014 No.
Kecamatan
Kepadatan Penduduk 2013
2014
1.
Temon
737,92
726,32
2.
Wates
1.420
1.426,16
3.
Panjatan
812,54
807,16
4.
Galur
952,10
958,16
5.
Lendah
1.084,2
1.104,92
6.
Sentolo
887,98
892,16
7.
Pengasih
778,38
782,02
8.
Kokap
461,91
463,77
9.
Girimulyo
430,20
434,15
10.
Nanggulan
733,99
740,71
11.
Samigaluh
392,13
391,50
12.
Kalibawang
550
545,88
Gambar 3.1. Grafik Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 – 2014 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-2
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin, terdiri dari laki-laki 206.494 jiwa (49,46%) dan perempuan 210.979 jiwa (50,54%). Secara rinci menurut kecamatan sebagai berikut : Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
No.
Penduduk (jiwa)
Kecamatan
1.
Temon
Laki-laki 12.917
Perempuan 13.441
Jumlah 26.358
2.
Wates
22.730
22.907
45.637
3.
Panjatan
17.832
18.151
35.983
4.
Galur
15.660
15.873
31.533
5.
Lendah
19.564
19.760
39.324
6.
Sentolo
23.320
23.661
46.981
7.
Pengasih
23.722
24.505
48.227
8.
Kokap
17.086
17.140
34.226
9.
Girimulyo
11.755
12.080
23.835
10.
Nanggulan
14.315
15.017
29.332
11.
Samigaluh
13.524
13.603
27.127
12.
Kalibawang
14.069
14.841
28.910
206.494
210.979
417.473
Jumlah
Perbandingan komposisi menurut jenis kelamin tahun 2013-2014 sebagai berikut :
Gambar 3.2. Grafik Penduduk menurut Jenis Kelamin Tahun 2013 - 2014 Komposisi Penduduk Menurut Umur Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-3
Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur tahun 2014 didominasi kelompok usia produktif dengan usai 20 sd. 59 tahun yakni sebesar 230.461 jiwa atau 55,20 %, sedangkan usia muda umur 0 sd. 19 tahun sebanyak 114.952 jiwa (27,54 %), dan yang minoritas adalah kelompok usia tua 60 tahun keatas sebanyak 72.060 jiwa (17,26 %). Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 3.4. Komposisi Penduduk berdasarkan Struktur Usia (Kelompok Umur) Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Penduduk (jiwa) No.
Prosentase
Umur Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(%)
1.
0-4
14,015
13,024
27,039
6,47
2.
5-9
15,211
14,269
29.480
7,06
3.
10-14
15,116
14,365
29,481
7,06
4.
15-19
14,856
14,096
28,952
6,93
5.
20-24
14,664
14,433
29,097
6,96
6.
25-29
13,265
13,394
26,659
6,38
7.
30-34
14,937
15,132
30,069
7,20
8.
35-39
15,171
15,032
30,203
7,23
9.
40-44
14,414
14,604
29,018
6,95
10.
45-49
15,689
16,335
32,024
7,67
11.
50-54
13,737
14,687
28,424
6,80
12.
55-60
12,198
12,769
24,967
5,98
13.
60-64
9,625
9,805
19,430
4,65
14.
65-69
7,022
8,533
15,555
3,72
15.
70-75
6,684
7,961
14,645
3,50
16.
>75
9,890
12,540
22,430
5,37
206,494
210,979
417,473
100,00
Jumlah
Sumber data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab Kulonprogo, 2014 Komposisi penduduk ini menunjukkan mobilitas yang tinggi, dengan struktur jumlah penduduk yang didominasi oleh kelompok penduduk usia produktif yang menunjukkan efektivitas penduduk yang tinggi. Selanjutnya komposisi penduduk digambarkan dalam grafik sebagai berikut : Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-4
Gambar 3.3. Grafik Komposisi Penduduk menurut Usia Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Jumlah penduduk menurut pendidikan didominasi berpendidikan dasar (SD dan SLTP/Sederajat) 167.513 orang (40,13%) dan berpendidikan menengah
104.860
orang
(25,12%).
Selanjutnya
berpendidikan
tinggi
(Diploma/Strata I/Pasca Sarjana) sebesar 24.202 orang (5,8%). Secara rinci data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dalam tabel berikut :
Tabel 3.5. Data Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-5
Penduduk (jiwa) No.
Tingkat Pendidikan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Tidak / Belum Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD SLTP SLTA Diploma D1 , D2 Diploma 3 Strata 1 Strata 2 Strata 3 Jumlah
Laki-laki 37.193 19.806 48.714 33.075 56.110 1.092 2.587 7.524 374 19 206.494
Perempuan
Jumlah
42.709 21.190 53.994 31.730 48.750 1.661 3.126 7.634 173 12
79.902 40.996 102.708 64.805 104.860 2.753 5.713 15.158 547 31
210.979
417.473
Prosentase (%) 19,14 9,82 24,61 15,53 25,12 0,66 1,37 3,63 0,13 0,007 100
Sumber data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kulonprogo
Data penduduk menurut tingkat pendidikan tahun 2013 dibandingkan dengan data tahun 2014 dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut :
Gambar 3.4. Grafik Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 - 2014
Jumlah Rumah Tangga / KK Jumlah Rumah Tangga /Kepala Keluarga di Kabupaten Kulonprogo pada Tahun Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-6
2013 sejumlah 135.155 KK, sedangkan tahun 2014 sejumlah 138.984 atau bertambah 3.829 (28,33%), dan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3.6. Jumlah Rumah Tangga/ Kepala Keluarga Menurut Kecamatan Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 - 2014 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kepala Keluarga
Kecamatan
2013
Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang Jumlah
2014 9.008 14.542 11.845 10.468 12.818 14.797 15.323 11.116 7.734 9.097 8.869 9.538 135.155
9.085 14.943 11.993 10.828 13.293 15.181 15.833 11.490 8.044 9.524 9.026 9.744 138.984
Sumber data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kulonprogo
Penduduk Wilayah Pesisir / Laut Untuk penduduk yang berdomisili di wilayah pesisir dan laut terdapat pada 4 wilayah kecamatan, yaitu Temon, Wates, Panjatan dan Galur yang terdiri atas 41 desa dengan jumlah penduduk 139.511 jiwa (46.849 KK). Hampir sepertiga (33,42%) jumlah penduduk Kabupaten Kulonprogo bertempat tinggal di wilayah pesisir dan laut. Tabel 3.7. Penduduk Wilayah Pesisir dan Laut Kulonprogo Tahun 2014 No
Kecamatan
Jumlah Desa
Jumlah Penduduk L
Kepala Keluarga ( KK )
P
L+P
L
P
L+P
1.
Temon
15
12.917
13.441
26.358
7.140
1.945
9.085
2.
Wates
8
22.730
22.907
45.637
12.129
2.814
14.943
3.
Panjatan
11
17.832
18.151
35.983
9.702
2.291
11.993
4.
Galur
7
15.660
15.873
31.533
8.792
2.036
10.828
41
69.139
70.372
139.511
37.763
9.086
46.849
Jumlah
B. Permukiman Pemerintah Kabupaten Kulonprogo telah melaksanaan program dan kegiatan di bidang permukiman untuk meningkatkan pelayanan infrastruktur wilayah. Untuk Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-7
itu dilaksanakan penanganan lingkungan sehat permukiman, pemberdayaan komunitas perumahan dan penanganan sampah. Program pengembangan perumahan dilaksanakan pembangunan Rusunawa (Rumah Susun Sewa) di Desa Triharjo, Kecamatan Wates yang ditujukan pada masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah kebawah, hal ini sebagai upaya Pemerintah Kabupaten Kulonprogo dalam rangka meningkatkan pelayanan bidang pemukiman. Program Lingkungan Sehat Permukiman telah berhasil mengurangi jumlah rumah tidak layak huni, dari jumlah semula 19.276 menjadi 14.971 rumah. Untuk penanganan rumah tidak layak huni ini dilaksanakan program lintas sektoral yang melibatkan juga Kementerian Perumahan Rakyat, Dinas Sosial, Badan Amal Zakat, Infaq dan Shodaqoh Kulonprogo dan Kecamatan, program corporate social responsibility (CSR) perusahaan swasta dan pihak lainnya. Untuk itu perlu keperdulian lapisan masyarakat yang mempunyai strata lebih sejahtera. Kebijakan stimulan bedah rumah dari dana non APBD dan pengembangan kegotongroyongan yang melandasi kegiatan tersebut dapat mempercepat terhadap pengurangan jumlah rumah tidak layak huni. Selain itu dilakukan juga terobosan-terobosan mencari sumber pendanaan bagi ketersediaan prasarana umum perumahan di luar APBD, yaitu dengan mengembangkan jaringan program di berbagai kementerian yang terkait. Data tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-8
Gambar 3.5. Grafik Peningkatan Jumlah Rumah dan Rumah Layak Huni Tahun 2013-2014 Kelayakan sebuah bangunan rumah untuk dihuni tentu tidak hanya dari sisi fisik bangunan rumah inti saja, tetapi juga kelayakan lingkungan permukiman rumah, harus tersedia instalasi pengolahan air limbah rumah tangga, ketersediaan sarana air bersih dan juga sarana dan prasarana pengelolaan sampah;
Sumber Air Minum Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo tahun 2014 yang telah diolah oleh Tim Penyusun SLHD, bahwa rumah tangga Kabupaten Kulon Progo yang menggunakan sumber air minum ledeng sejumlah
60.626 KK
(43,62%); sumber dari sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan sejumlah 86.557 KK (62,28%), untuk pengguna dua sumber air minum ini jumlahnya melebihi 100%, karena pada umumnya rumah tangga yang menggunakan air ledeng (pelanggan PDAM) juga mempunyai sumur gali sebagai sumber air minumnya. Sedangkan untuk pengguna air sungai, dan air kemasan tidak tersedia data dan ada 2 rumah tangga yang menggunakan air hujan sebagai sumber air minum.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-9
Untuk 2 rumah tangga yang masih menggunakan air hujan ini, karena pada musim kemarau panjang sumur mereka benar-benar kering dan menggunakan PAH untuk menampung air hujan. Tahun 2014, PPEJ Kementerian Lingkungan Hidup membangun Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) sejumlah 28 unit untuk wilayah rawan kekeringan di Desa Banjarharjo Kalibawang dengan sasaran masyarakat miskin, agar mereka bisa mengakses air bersih disaat musim kemarau panjang. Berikut contoh IPAH dibawah ini :
Gambar 3.6 Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) di Kalibawang Tahun 2014
Menurut data capaian MDGs tahun 2014 dari Bappeda Kulonprogo, penduduk yang memiliki akses terhadap air minum di Kabupaten Kulonprogo sebesar 90,04 %. Tetapi jika mengacu pada jumlah rumah tangga dengan sumber air minumnya dapat dikatakan bahwa seluruh penduduk di Kabupaten Kulonprogo sudah dapat mengakses air bersih sebagai sumber air minumnya. Data tersebut dapat disajikan dalam grafik sebagai berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-10
Gambar 3.7. Grafik Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Sampah Program
Pengembangan
kinerja
persampahan
dilakukan
untuk
meningkatkan daya tampung tempat pembuangan sampah. Tempat pembuangan sampah sementara yang dilayani adalah di sentra-sentra permukiman di wilayah Kota Wates dan di pasar-pasar negeri yang tersebar di dua belas kecamatan. Dengan berubahnya paradigma pengelolaan sampah dari pengangkutan sampah ke TPA menjadi penanganan sampah pada sumbernya, maka sampah diolah dahulu, dipilah dibantu oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pada TPST 3R dan sisanya baru di angkut ke TPA, tentunya dengan semakin sedikit sampah yang diangkut ke TPA artinya semakin banyak sampah yang diolah oleh KSM dengan demikian pemberdayaan masyarakat melalui KSM optimal. Data TPA dan TPST 3R adalah sebagai berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-11
Tabel 3.8. TPA dan TPST 3R di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No.
Jenis Prasarana
Lokasi
2
Luasan (m )
1.
TPA 3R Banyuroto
Banyuroto,Nanggulan
25.000
2.
TPST 3R Sampurno Asih
Tobanan, Pengasih
1.000
3.
TPST 3R Melati
Beji, Wates
1.000
4.
TPST 3R Asri Mulyo
Bendungan, Wates
1.000
5.
TPST 3R Asri
Sentolo Lor
1.000
Sumber data : DPU Kab Kulonprogo, 2014 Untuk TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) yang berada di Desa Banyuroto Kecamatan Nanggulan seluas ± 2,5 Ha, dengan sistem Control Landfill. TPA baru mengolah sampah yang diangkut oleh DPU sejumlah ± 70-80 m3/hari, sedangkan perkiraan timbulan sampah per hari dihitung berdasarkan literatur jumlah sampah yang dihasilkan untuk kategori kota kecil adalah 0,003 m3/orang/hari, sehingga dengan jumlah penduduk 417.473 jiwa, untuk Kabupaten Kulonprogo diperoleh jumlah sampah 1.252,419 m3/hari. Timbulan sampah akan semakin besar seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Perbandingan timbulan sampah tahun 2013 dan 2014 sebagai berikut :
Gambar 3.8. Grafik Jumlah Timbulan Sampah di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013-2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-12
Berbagai cara dilakukan masyarakat untuk mengelola sampah yang dihasilkan. Ada yang sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, namun masih ada juga masyarakat yang membakar sampah dan membuang ke sungai. Untuk tahun 2014 di Kabupaten Kulonprogo telah tumbuh dan berkembang dengan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat selain TPST 3R yaitu dengan Bank Sampah. Tentu sistem ini sangat membantu untuk mengurangi perilaku membakar dan membuang sampah di sungai. Data bank sampah di Kabupaten Kulonprogo dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.9. Data Bank Sampah di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No.
Nama Bank Sampah
Alamat
1
2
3
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 1
Sadidu 29 Melati Maju Sehati Uwuh Harjo Uwuh Mulyo Wijaya Kusuma Skansa Bunda Mandiri Ngudi Resik Bumi Arum Lestari Arum Berseri Kuncup Asri Banjar Lestari Resik Manfaat Pulung Sari Lestari Rejeki Sumber Rejeki Sido Asri Legowo Tinalah Asri Ngudi Resik Sulur Permai Pulung Rejeki Sapu Jagad Tanjung Berkah Rizki Mulia Pelopor Kebersihan Sekar Sekawan Utama Menoreh Mekar Asri Pemuda Wanita Barokah 2
Wonosidi Lor RW 29, Wates Kembang, Margosari, Pengasih Wonosidi Lor RW 30 dan 31, Wates Ngrajun, Banjarharjo, Kalibawang Segajih, Hargotirto, Kokap Karangwuluh Kidul, Temon SMKN 1 Pengasih Banyunganti Kidul, Kaliagung, Sentolo Mejing, Banjararum, Kalibawang Sayangan, Banjararum, Kalibawang Kagongan, Banjararum, Kalibawang Kepiton, Banjarasri, Kalibawang Banjaran, Banjaroya, Kalibawang Tulangan, Ngargosari, Samigaluh Tegalsari, Ngargosari, Samigaluh Pucung, Ngargosari, Samigaluh Nguntukuntuk, Ngargosari, Samigaluh Ngaran III, Banjarsari, Samigaluh Pengos A, Gerbosari, Samigaluh Dukuh, Gerbosari, Samigaluh Pagutan, Purwoharjo, Samigaluh Kalirejo Lor, Pagerharjo, Samigaluh Samigaluh Pundak Lor, Kembang, Nanggulan Plugon, Donomulyo, Nanggulan Tanjung Gunung, Tanjungharjo, Nanggulan Ngrojo, Kembang, Nanggulan Cepitan, Wijimulyo, Nanggulan Pundak Tegal, Kembang, Nanggulan Jonggrangan, Jatimulyo, Girimulyo Sukomoyo 12, Jatimulyo Sukomoyo 10, Jatimulyo Jonggrangan 95, Jatimulyo Jonggrangan 96, Jatimulyo Sidomulyo, Pengasih 3
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-13
36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74.
Mugi Makmur Gemah Ripah Widodaren Hijau Daun Kompak Bakung Asri Obika Ngudi Resik Karya Muda Tambah Rejeki Dadi Migunani Harapan Makmur Berokah Rahayu Berkah Mawar Mekar Flamboyan Migunani Sehat Teratai Putih Sido Mulyo Sarwo Guno Ngudi Rejeki Ngudi Makmur Berkah Sekar Mandiri QT. A Mestiti Melati 2 Asri Lestari Migunani Resik Mapan Ngugemi Uwuh Berkah Bangun Lestari Sekar Mandiri Bina Sejahtera Guyup Rukun
Garang, Tawangsari, Pengasih Nabin, Sidomulyo, Pengasih Parakan, Sidomulyo, Pengasih Klegen, Sendangsari, Pengasih Kutogiri, Sidomulyo, Pengasih Cemetuk, Kedungsari, Pengasih Karangasem, Sidomulyo, Pengasih Kopok Kulon, Tawangsari, Pengasih Kepek, Pengasih Gedangan, Sentolo Gedangan, Sentolo Banyunganti Lor, Kaliagung, Sentolo Wora-wari, Sukoreno, Sentolo Banggan, Sukoreno, Sentolo Kuncen, Bendungan, Wates Durungan, Wates Sebokarang, Wates Kedungdowo, Wates Sideman, Giripeni, Wates Graulan, Giripeni, Wates Sambong, Hargorejo, Kokap Selo Timur, Hargorejo, Kokap Tegalrejo, Hargowilis, Kokap Bibis, Hargowilis, Kokap Tirto, Hargotirto,Kokap Plumbon, Temon Panginan, Sindutan, Temon Nagung, Kedundang, Temon Kledekan, Jangkaran, Temon Salam 3, Plumbon, Temon Bangeran, Bumirejo, Lendah Geden, Sidorejo, Lendah Bonosoro, Bumirejo, Lendah Kepek, Jatirejo, Lendah Tubin, Sidorejo, Lendah Panjatan Panjatan Depok XI, Panjatan Panjatan
Sumber data : KLH Kabupaten Kulonprogo, 2014
Tempat Buang Air Besar Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-14
Sistem
pembuangan kotoran manusia erat kaitannya dengan kondisi
lingkungan dan resiko penularan penyakit, khususnya penyakit pada saluran pencernaan.
Berdasarkan
data
tahun
2014
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Kulonprogo, sebagian besar rumah tangga 108.924 KK (78,37%) telah mempunyai tempat buang air besar sendiri (jamban keluarga). Sedangkan yang menggunakan tempat buang air besar bersama yakni sejumlah 156 KK (0,1%) dan pengguna fasilitas tempat buang air besar umum atau MCK komunal sejumlah serta yang tidak ada data tempat buang air besarnya tidak tersedia data. Dibandingkan dengan data tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Gambar 3.9. Grafik Tempat BAB di Kab Kulonprogo Tahun 2013-2014 Menurut data capaian MDGs dari Bappeda Kulonprogo, bahwa prosentase capaian penduduk yang memiliki jamban sehat pada tahun 2014 adalah 81,8%. Tempat pembuangan air besar kebanyakan menggunakan model leher angsa, cemplung/cubluk dan plengsengan. Sarana sanitasi lingkungan di Kabupaten Kulonprogo secara kuantitas dan kualitas belum memenuhi kebutuhan masyarakat. Masih banyak sarana air limbah kurang memenuhi ditinjau dari aspek kesehatan lingkungan terutama di wilayah pedesaan seperti masih menggunakan jamban cemplung (cubluk) terbuka. Secara Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-15
umum penanganan air limbah rumah tangga di Kabupaten Kulonprogo adalah mempergunakan sistem setempat (onsite system) berupa : jamban tuang siram pribadi yang dihubungkan dengan tangki septik; jamban tuang siram pribadi yang dihubungkan dengan cubluk tunggal (cemplung tertutup); jamban cubluk pribadi (cemplung terbuka). Secara umum kondisi permukiman yang meliputi sumber air minum, sarana pembuangan sampah serta sarana pembuangan kotoran/ buang air besar di wilayah Kabupaten Kulonprogo tahun 2014 sudah ada peningkatan ke arah yang lebih baik dibandingkan dengan tahun 2012 dan 2013. Dari data capaian MDGs tahun 2014, bahwa desa yang telah melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) di Kabupaten Kulonprogo mencapai
73,86% atau 65 dari 88
desa/kelurahan.
C. Kesehatan Angka Harapan Hidup Kabupaten Kulonprogo untuk tahun 2014 sebesar 75,20 meningkat dibanding angka tahun 2013 sebesar 75,03 tahun Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Kulonprogo ini juga berada di atas rata-rata angka harapan hidup provinsi tercatat sebesar 73,62 tahun. Hal ini menunjukkan keberhasilan capaian pembangunan manusia bidang peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Kulonprogo.
Perhitungan Usia Harapan
Hidup (UHH) dalam lima tahun terakhir dapat disajikan dalam gambar sebagai berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-16
Gambar 3.10. Grafik Usia Harapan Hidup di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2010 - 2014
. Angka kematian Ibu tahun 2014 tercapai 94,25/100.000 KH dan secara absolut jumlah kematian Ibu tahun 2014 sudah menurun yaitu dari 7 kasus pada tahun 2013 menjadi 5 kasus pada tahun 2014, sedang untuk angka kematian bayi sudah dapat diturunkan yaitu dari 18,23/1.000 KH pada tahun 2013 menjadi 11,49/1.000 KH pada tahun 2014. Data tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 3.10. Indikator Pembangunan Kesehatan Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012 - 2014 Tahun No.
Uraian 2012
1.
2.
Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Bayi (AKB)
2013
2014
52,67/100.000
132/100.000
94,25/100.000
KH
KH
KH
12,1/ 1000 KH
18,23/ 1000 KH
11,49/1000 KH
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Kulonprogo, 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-17
Jenis-jenis penyakit utama yang diderita penduduk Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2012 dan 2013, ada beberapa yang bergeser peringkat jumlah penderitanya. Data tersebut dapat disajikan dalam gambar berikut :
Gambar 3.11. Grafik Penyakit Utama di Kab. Kulonprogo Tahun 2012-2014
a.
Pertanian
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-18
Kabupaten Kulonprogo mempunyai dua kawasan pertanian yaitu kawasan pertanian lahan basah dan kawasan pertanian lahan kering. Untuk tahun 2014, luas lahan pertanian/sawah di Kabupaten Kulonprogo adalah 10.297 Ha masih tetap sama dengan tahun 2013. Kawasan pertanian lahan basah merupakan kawasan pertanian yang tersedia air terus menerus sepanjang tahun dan cocok untuk komoditas tanaman padi dengan ciri pengolahan tanah sawah. Kawasan ini digunakan tidak hanya sebagai lahan produksi tetapi juga digunakan sebagai daerah resapan air. Berdasarkan kriteria tersebut maka persebaran lahan pertanian basah meliputi sebagian wilayah Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, Lendah, Sentolo, Pengasih, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh. Sedangkan untuk kawasan pertanian lahan kering adalah areal pertanian yang tidak tersedia air secara baik dan cocok untuk tanaman serta sistem pengolahan lahan kering. Tanaman yang dimaksud meliputi tanaman pangan dan holtikultura dengan tujuan pengelolaan untuk memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan pertanian lahan kering dalam meningkatkan produksi pangan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Lahan sawah merupakan lahan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan tanaman pangan, mengingat kehidupan manusia tergantung bidang pertanian sehingga tidak mengherankan jika sektor pertanian mempunyai peran penting dalam pembangunan khususnya di Kabupaten Kulonprogo. Lahan sawah di Kabupaten Kulonprogo meliputi sawah irigasi teknis, sawah irigasi semi teknis, sawah irigasi sederhana, dan sawah tadah hujan. Penggunaan lahan untuk sawah di Kabupaten Kulonprogo bervariasi, ada yang dengan frekuensi penanaman 1 kali/tahun, dan 2 kali/tahun, dengan lama penanaman 90 hari/periode. Perkiraan sumbangan emisi gas metan (CH4) dari
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-19
lahan sawah terbesar terjadi pada lahan dengan musim tanam 2 kali/tahun, karena yang menggunakan frekuensi penananam ini paling banyak yaitu seluas 9.281 Ha. Penggunaan Pupuk Kenyataan di lapangan, petani sudah mengurangi pemakaian pupuk kimia, dan kembali menggunakan kompos, karena lebih ekonomis dan petani juga sudah mulai sadar dan peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup. Kompos ini diproduksi oleh kelompok-kelompok masyarakat/petani setempat. Penggunaan pupuk untuk padi dan palawija tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3.12. Grafik Penggunaan Pupuk Tahun 2013-2014 Dari grafik dapat dilihat bahwa penggunaan pupuk kimia meningkat, dan pupuk petroganik menurun, hal tersebut disebabkan perubahan kuota pupuk bersubsidi. Sedangkan data penggunaan pupuk non subsidi tidak tersedia, sehingga
tidak
dapat
diperbandingkan
penggunaannya.
Untuk
tanaman
perkebunan, penggunaan pupuk urea : 155 ton, SP 36 : 5 ton, ZA : 253 ton, NPK : 441 ton dan organik : 150 ton. Peternakan
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-20
Data populasi ternak tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013 dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 3.11. Populasi Terbesar Hewan Ternak di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 -2014 No
Jenis Ternak
Populasi Tahun 2013
I
II
III
Ternak Besar
Tahun 2014
Perubahan (%)
53.643
49.522
(7,68)
53.433
49.370
(7,60)
85
51
(40,00)
108
89
(17,59)
1.
Sapi potong
2.
Sapi perah
3.
Kerbau
4.
Kuda
17
12
(29,41)
Ternak Kecil
135.669
133.047
(1,93)
1.
Kambing
89.725
90.010
2.
Domba
22.062
21.214
(3,84)
3.
Babi
2.136
1.203
(43,68)
4.
Kelinci
21.746
20.620
(5,18)
4.126.843
9,01
Unggas
3.785.678
*)
0,32
1.
Ayam buras
796.593
771.638
(3,13)
2.
Ayam petelur
819.618
882.797
7,71
3.
Ayam ras pedaging
1.539.345
1.728.226
12,27
4.
Itik
138.569
132.506
5.
Burung puyuh
491.553
611.676
**)
(4,38) 24,44
Keterangan : *) Kambing lokal 59.185 dan Kambing PE 30.825 **) Itik 112.586 dan Itik Manila 19.920 Sumber : Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kulonprogo, 2014 Hewan ternak besar yang paling banyak dipelihara oleh masyarakat Kulonprogo adalah jenis kambing dengan jumlah populasi 90.010 ekor, kemudian sapi potong 49.370 ekor dan domba 21.214 ekor. Dan untuk hewan unggas adalah ayam ras/pedaging dengan jumlah populasi 1.728.226 ekor, ayam petelur 882.797 ekor dan kemudian ayam buras/kampung 771.638 ekor. Sedangkan untuk perkiraan emisi gas metan (CH4) dari pupuk kandang terbesar berasal dari hewan ternak sapi potong kemudian baru kambing, sedangkan untuk perkiraan emisi gas metan (CH4)
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-21
dari fermentasi pencernaan terbesar adalah sapi potong, kemudian kambing dan domba. Untuk unggas perkiraan emisi gas metan (CH4) terbesar adalah dari pupuk kandang kotoran ayam ras/pedaging, kemudian ayam petelur, dan ayam buras/kampung. Sedangkan untuk mengetahui ternak besar, kecil maupun unggas yang mempunyai populasi besar disajikan dalam gambar sebagai berikut :
Gambar 3.13. Grafik Populasi Terbesar Hewan Ternak Kab Kulonprogo Tahun 2012 – 2014
Kebutuhan Air
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-22
Kegiatan sektor pertanian yang meliputi : pertanian, perikanan dan peternakan membutuhkan air untuk keberlangsungan kegiatannya. Adapun data kebutuhan air untuk sektor tersebut adalah : Tabel 3.12 Kebutuhan Air Sektor Pertanian Kabupaten Kulon Progo 3
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kecamatan Samigaluh Kalibawang Nanggulan Girimulyo Sentolo Pengasih Kokap Lendah Temon Wates Panjatan Galur Total
Peternakan 0,0879 0,1044 0,1360 0,1077 0,2844 0,1788 0,1231 0,2562 0,0702 0,1576 0,1488 0,1115 1,7665
Kebutuhan Air (juta m ) Pertanian Perikanan 18,8262 23,9765 28,0953 8,0270 26,5308 18,4428 2,2373 19,4514 35,7446 21,7588 21,0643 33,2417 257,3968
0,0867 0,1112 0,1494 0,0383 0,0952 0,0973 0,0781 0,1021 0,3446 0,2684 0,1206 0,1252 1,6171
Total 19,8115 25,0725 29,2755 8,8922 28,3731 20,2030 3,4610 21,0070 36,9633 23,6300 22,4308 34,4349 273,5547
Sumber : Hasil Analisis Buku Neraca Sumber Daya Alam Daerah Kabupaten Kulon Progo, 2013
b.
Industri
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-23
Industri Kecil Industri kecil di Kabupaten Kulonprogo dikelompokkan menjadi 5 kelompok besar yaitu : 1.
Industri pengolahan pangan : tahu, tempe, emping, krimpying, jenang, minyak kelapa, gula, jamu, slondok, growol, dll;
2.
Industri sandang dan kulit : batik tulis konveksi, bordir dan kerajinan kulit;
3.
Industri kimia dan bahan bangunan : gamping, genteng, gerabah, bata merah dan minyak atsiri;
4.
Industri Logam dan Jasa : pande besi, kaleng dan las
5.
Kerajinan dan umum : meubel, kerajinan enceng gondok, kerajinan sabut kelapa, anyaman bambu, imitasi, serat tumbuhan dan wayang golek.
Industri yang beroperasi di Kabupaten Kulonprogo, didominasi oleh industri kecil. Data industri kecil disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3.13. Industri Kecil di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012 - 2014 Tahun No.
Uraian 2012
1.
Sentra Industri
2.
Unit Industri
2013
2014
83
70
61
20.305
19.933
20.105
Sumber : Dinas Perindag ESDM Kabupaten Kulonprogo, Tahun 2014
Industri Sumber Pencemar Air Kegiatan usaha yang berpotensi menimbulkan pencemaran air di Kulonprogo tersebar pada dua belas kecamatan Adapun data sumber pencemar air di Kabupaten Kulonprogo dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14. Jumlah Sumber Pencemar Air berdasarkan Jenisnya di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-24
No.
Nama Kegiatan
Jumlah
Persentase (%)
1
Pelayanan Kesehatan
31
17,42
2
Industri
123
69,10
3
Jasa Pariwisata
6
3,37
4
Lain-lain
18
10,11
Total
178
100
Sumber : Data Sumber Pencemar DIY Tahun 2013 Pada tabel 45 terlihat bahwa kegiatan industri masih merupakan kegiatan dominan (69,10%) yang menjadi sumber pencemar air disusul kegiatan pelayanan kesehatan (17,42%) dan jasa pariwisata (3,37%). Data sebaran sumber pencemar air tersebut disajikan juga dalam bentuk gambar peta sebagai berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-25
Gambar 3.14. Peta Persebaran Sumber Pencemar Air di Kabupaten Kulonprogo
Tahun 2014, pemeriksaan sampel air terkait upaya pencegahan pencemaran air dari limbah usaha dan / atau kegiatan dilakukan pada sebanyak 5 titik lokasi usaha yaitu : pelayanan kesehatan, industri wig dan UMKM batik. Adapun hasil uji laboratorium terhadap limbah cair tersebut, sebagai berikut :
Tabel 3.15. Hasil Uji Kualitas Limbah Cair Industri Tahun 2014 Hasil Uji Limbah Cair pada Sarana Pelayanan Kesehatan : Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-26
Lokasi Parameter
BMAL DIY
Satuan
TSS
mg/L
TDS
mg/L
Temperatur
°C
pH
--
DO
mg/L
BOD
mg/L
COD
mg/L
Amoniak (NH3-N)
mg/L
Pospat (PO4-P)
mg/L
Pergub DIY RSUD Wates
RS St Ysf Boro
RS PKU Muh Nanggulan
7/2010
48,1
36,3
34,1
30
488
256
308
28,7
29,3
27
7,30
7,43
7,64
7,59
8,61
3,44
2,03
2,19
5,48
80,11
66,76
80,11
0,155
0,064
0,135
3,11
1,91
≤0,02
0,93
0,56
0,20
0
0
0
0,144
0,012
0,085
31
14
30
1000 30 6,0 – 9,0 30 80 0,1 2
Detergen sbg mg/L MBAS Minyak dan Lemak
mg/L
Fenol
mg/L
Coliform total
MPN/100ml
5
5 0,5 5000
Hasil Uji Limbah Cair pada Industri Batik “UKM Batik Faras” : BMAL DIY Parameter
Satuan
Hasil Uji Pergub DIY 7/2010
TSS
mg/L
203,4
200
TDS
mg/L
1748
1000
°C
24,5
Deviasi 3°C
µmhos/cm
3220,72
15625
pH
--
8,01
6,0 – 9,0
DO
mg/L
8,62
-
BOD
mg/L
58,42
50
COD
mg/L
141,49
100
Temperatur DHL
Hasil Uji Limbah Cair pada Industri Wig “PT. Sunchang Indonesia” :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-27
Parameter
BMAL DIY
Satuan
Hasil Uji
TSS
mg/L
21,3
50
TDS
mg/L
452
1000
°C
24,2
Deviasi 3°C
µmhos/cm
1973,07
15625
pH
--
8
6,0 – 9,0
DO
mg/L
7,43
-
BOD
mg/L
60,49
50
COD
mg/L
101,4
125
Detergen sbg MBAS
mg/L
0,1843
5
Minyak dan lemak
mg/L
8
5
Temperatur DHL
Pergub DIY 7/2010
Sumber : Data primer KLH Kulon Progo, 2014
Dari hasil pengujian kualitas limbah cair industri tersebut, diperoleh data bahwa ada beberapa parameter yang masih melebihi baku mutu yang ditentukan (Pergub DIY No. 7/2010), terutama untuk UMKM industri batik. Hal ini karena sistem pengolahan limbah cair yang ada belum sempurna. Untuk tahun 2014 ini telah dibangun Ipal Komunal limbah batik dan diharapkan tahun 2015 sudah bisa dioperasionalkan, sehingga sumber pencemar
dari industri batik ini dapat
dikendalikan.
Industri Sumber Pencemar Udara
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-28
Kegiatan dan atau usaha yang berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara di Kulonprogo antara lain : 1. Usaha Peternakan (ayam, unggas, sapi dan kambing), pencemaran yang ditimbulkan adalah bau; 2.
Industri AMP dan Stone Chruser serta SPBE yang berpotensi menimbulkan bau gas;
3.
Industri Arang Briket, di Kabupaten Kulonprogo ada dua industri kategori menengah untuk arang briket, yaitu PT. Kurnia Bumi Pertiwi dan PT. Aneka Sinendo. Tabel 3.16. Persebaran Potensi Sumber Pencemar Udara Tidak Bergerak Kabupaten Kulonprogo Kecamatan
No.
Industri
Utilitas
Jumlah
%
1.
Temon
1
1
2
5,9
2.
Wates
12
1
13
38,2
3.
Panjatan
0
0
0
0
4.
Galur
1
0
1
2,9
5.
Lendah
0
0
0
0
6.
Sentolo
4
0
4
11,8
7.
Pengasih
8
0
8
23,5
8.
Kokap
0
0
0
0
9.
Girimulyo
0
0
0
0
10.
Nanggulan
3
0
3
8,8
11.
Samigaluh
0
0
0
0
12.
Kalibawang
2
1
3
8,8
31
3
34
100
Jumlah
Sumber data : Survey Lapangan BLH DIY Tahun 2012
Dari hasil survey lapangan tahun 2012, ada beberapa sumber pencemar udara yang sudah tidak sesuai (berhenti beroperasi, dll). Untuk tahun 2014, dilakukan survey
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-29
lapangan untuk dilakukan uji kualitas emisi udara dari sumber tidak bergerak. Industri tersebut antara lain : Tabel 3.15. Data Sumber Pencemar Udara Tidak Bergerak Kabupaten Kulonprogo No.
Nama Industri
1.
PT. Aneka Sinendo
Jenis Industri
Sumber Emisi
Arang Briket
Oven
kayu
Jumlah
(tungku
1
(tungku
1
pembakaran) 2.
PT. Kurnia Bumi Pertiwi
Arang Briket
Oven
kayu
pembakaran) 3.
PT. Selo Adi Karto
AMP
Generator Set
1
4.
CV. Surya Mekar
Pupuk
Dryer
1
5.
CV. Kurnia Agung
Mi Soon
Generator Set
1
Sumber data : Hasil survey lapangan, 2014 Tabel 3.16. Hasil Uji Emisi Sumber Tidak Bergerak Tahun 2014 Nama Industri No. Baku Mutu
1.
PT.
Aneka
NO2 1000 3 (mg/m )
SO2 800 3 (mg/m )
Hasil Uji Partikel 230 350
Opasitas 20 (%) 35 (%)
72,038
21,312
-
331,469
-
25
109,09
43,528
-
470,138
-
30
40,538
25,33
24,325
-
8
-
57,258
17,714
-
129,756
-
15
88,866
79,201
30,173
-
9
-
Sinendo PT. Kurnia Bumi 2.
Pertiwi PT.
3.
Selo
Karto CV.
4.
Surya
Mekar CV.
5.
Adi
Agung
Kurnia
Sumber data : Hasil uji laboratorium, 2014 Berdasar Kep.Gub.DIY No. 169/2003 tentang BM Emisi Sumber Tidak Bergerak di DIY Dari hasil uji laboratorium, bahwa untuk parameter NO2, SO2 dan Opasitas, dengan sumber emisi tungku pembakaran, genset maupun dryer, semuanya masih dalam keadaan baik dibawah baku mutu yang diperuntukkan. Sedangkan untuk Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-30
parameter partikel debu, ada satu sumber emisi yang melebihi baku mutu, yaitu pada PT. Kurnia Bumi Pertiwi dengan sumber emisi generator set.
c.
Pertambangan Kegiatan penambangan di Kabupaten Kulonprogo telah berlangsung cukup lama, dan dikenal dengan tambang tradisional yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk keperluan hidup mereka sendiri seperti penambangan batu dan pasir di sekitar Sungai
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-31
Progo. Akan tetapi sekarang telah berkembang dengan cepat dan ditemukannya beragam jenis cadangan bahan mineral di seluruh wilayah Kabupaten Kulonprogo. Gambaran mengenai cadangan sumberdaya mineral dan batubara yang terdapat di Kabupaten Kulonprogo, adalah sebagai berikut : Tabel 3.17. Potensi Bahan Mineral di Kabupaten Kulonprogo (m3) No
Bahan Galian
Potensi (m3)
1
Andesit
2
Barit
3
Batubara
4
Batu Lanau Tufan
5
Batugamping
923.307.340
6
Batupasir Tufan Kuarsaan
111.020.000
8
Bentonit / Abu Bumi
9
Breksi Andesit
10
Breksi Batuapung
11
Breksi Polemik
698.250.000
12
Emas
Tak Terukur
13
Gipsum
14
Kaisedon
4.106
15
Lempung
19.914.984
16
Mangan
17
Pasir
18
Pasir Besi (dalam ton)
273.000.000
19
Tras
157.468.780
4.661.363.119 15.800 2.100 133.560
583.125 153.020.630 3.773
538.961
286.000 7.908.562
Sumber : Dinas PUP ESDM DIY, 2011 Keterangan: yang dicetak tebal adalah bahan galian potensi
Selanjutnya untuk peta potensi sumber daya mineral di Kabupaten Kulon Progo disajikan dalam gambar berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-32
Gambar 3.17. Peta Potensi Mineral di Kabupaten Kulonprogo
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-33
Di Kabupaten Kulonprogo terdapat 19 jenis bahan galian seperti disajikan pada Tabel diatas. Dari kesembilan belas jenis bahan galian tersebut ada 4 jenis yang diproduksi secara kontinyu sepanjang tahun 2008 hingga tahun 2014 yaitu andesit, batugamping, bentonit/abu bumi dan pasir. Program Pengawasan dan Penertiban Kegiatan Rakyat yang Berpotensi Merusak
Lingkungan pada tahun 2014, diimplementasikan melalui kegiatan
Pengawasan dan Penertiban Usaha Pertambangan dan Energi. Kegiatan ini dapat terealisasi berupa pengawasan pertambangan sejumlah 60 kali dengan sasaran kegiatan pertambangan berijin dan tanpa ijin, pelaksanaan reklamasi dan koordinasi penyelesaian permasalahan pertambangan di lokasi pertambangan. Selain itu, juga dapat diterbitkan surat perintah untuk menghentikan kegiatan penambangan bagi pelaku kegiatan penambangan tanpa ijin (Peti) sejumlah 17 buah dan surat teguran bagi kegiatan pertambangan berijin sejumlah 23 buah serta surat pembinaan dan arahan teknis penambangan dan lingkungan tambang sebanyak 16 buah. Pertambangan
di
Kulonprogo
sebagian
besar
merupakan
kegiatan
pertambangan rakyat, sebagian kecil lainnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pengusaha. Usaha pertambangan saat ini banyak dilakukan di sektor hulu yaitu penambangan atau penggalian. Kegiatan di sektor pengolahan melalui industri pertambangan yang dilakukan oleh dunia usaha masih terbatas pada penggilingan batu. Dalam rangka mengatur usaha pertambangan pemerintah daerah telah menerbitkan Peraturan Daerah Nomor
4 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral dan Batubara. Untuk kegiatan pelayanan dan penyuluhan perijinan pertambangan tahun 2014,
telah
terlaksananya pelayanan perijinan usaha pertambangan operasi
produksi batuan (andesit dan pasir) sejumlah 53 buah, IUJP sejumlah 4 buah dan surat keterangan terdaftar 7 buah. Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-34
Data tentang luas areal dan produksi pertambangan menurut jenis bahan galian tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Gambar 3.18. Grafik Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian Tahun 2013 - 2014
d.
Energi
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-35
Program Diversifikasi, Intensifikasi dan Konservasi Energi direalisasikan dengan kegiatan penelitian dan pengembangan sumber energi alternatif di Kabupaten Kulonprogo. Penelitian ini telah memberikan data dan informasi mengenai jenis, klasifikasi serta kapasitas dan potensi energy primer (listrik, BBM, elpiji) serta energi alternatif berupa energi air, angin, matahari, biogas dan biomassa. Sumber energi yang paling banyak digunakan untuk mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat Kulonprogo adalah sumber energi konvensional seperti, kayu bakar/arang/biomassa, minyak tanah, solar, bensin, LPG serta energi listrik, yang penggunaannya paling besar untuk rumah tangga. Pelayanan kelistrikan hampir seluruhnya bersumber dari PLN yaitu sejumlah 101.135 rumah tangga atau meningkat 2.738 dari tahun 2013 yang berjumlah 98.397 dan sebagian kecil yang tidak bersumber dari PLN seperti unit-unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dimanfaatkan di Kokap sejumlah 314 KK yang belum terjangkau layanan PLN. Berdasar data olahan tim penyusun SLHD Kab. Kulonprogo, bahwa jumlah konsumsi energi untuk keperluan rumah tangga di Kabupaten Kulonprogo adalah LPG sebesar 3.301.973 kg; minyak tanah sebesar 72.864 liter, sedangkan yang menggunakan biomassa seperti kayu bakar sebesar 22.099.305 kg. Dilihat dari data tersebut menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi/bahan bakar untuk kebutuhan rumah tangga masyarakat untuk minyak tanah dan kayu bakar menurun kuantitasnya jika dibandingkan dengan tahun 2013. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat beralih menggunakan bahan bakar LPG. Meskipun pengguna bahan bakar kayu bakar /biomassa masih cukup banyak karena sebagian besar masyarakat masih tinggal di wilayah pedesaan dan di wilayah tersebut potensi biomassa sangat melimpah, antara lain :
kayu bakar, ranting, daun, dll.
Data perbandingan
penggunaan bahan bakar pada tahun 2013-2014 dapat dilihat pada gambar berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-36
Gambar 3.19. Grafik Penggunaan Bahan Bakar untuk Keperluan Rumah Tangga di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013-2014 Energi Alternatif (Energi Baru dan Terbarukan) Pengembangan sumber energi alternatif seperti angin, air, matahari, gelombang air laut dan biogas dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang besar. Di wilayah Kabupaten Kulonprogo pada mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2014 telah dibangun beberapa unit biodigester untuk menghasilkan bio gas dengan memanfaatkan limbah kotoran ternak (sapi, kambing), limbah industri tahu. Data pembangunan biogas sebagai berikut : Tabel 3.18. Data Biogas di Kulonprogo No.
Tahun
Jumlah Biogas Terbangun (unit)
1.
2007
12
2.
2008
28
3.
2009
35
4.
2010
44
5.
2011
21
6.
2012
26
7.
2013
30
8.
2014
11
Sumber data : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo, 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-37
Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH) juga sudah dikembangkan antara lain : -
Semawung, Banjarharjo, Kalibawang;
-
Kedungrong, Purwoharjo, Samigaluh
Selain itu, pemerintah daerah memfasilitasi masyarakat untuk memanfaatkan energy surya/ matahari sebagai sumber energy alternative pada tahun 2008 sejumlah 130 unit, tahun 2009 sejumlah 172 unit, tahun 2011 sejumlah 17 unit, tahun 2012 sejumlah 25 unit, dan 2013 sejumlah 37 unit sedangkan untuk tahun 2014 tidak ada pembangunan lagi. Sedangkan untuk konsumsi energi untuk industri kecil di Kabupaten Kulonprogo, data yang tersedia dari Dinas Perindag ESDM sebagai berikut : LPG 278.342 kg, solar 209.080 liter, minyak tanah 18.700 liter, dan biomassa 549.533 kg sesuai dengan tabel SP-3.
e.
Transportasi
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-38
Sistem transportasi di Kabupaten Kulonprogo sebagian besar memanfaatkan jalan raya sebagai jalur utama pergerakan lalu lintas, baik untuk pergerakan lokal maupun regional yang menghubungkan kota-kota besar seperti Yogyakarta, Purworejo, Magelang, Bantul; sedang sistem angkutan umum yang melayani terbagi atas pelayanan regional (Antar Kota Antar Provinsi/AKAP) dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) serta lokal (pedesaan). Kondisi lalu lintas jalan raya di wilayah Kabupaten Kulonprogo pada umumnya masih lancar. Jenis kendaraan yang melintas di wilayah Kabupaten Kulonprogo didominasi oleh kendaraan pribadi khususnya sepeda motor. Arus lalu lintas yang tinggi pada umumnya terletak pada ruas-ruas jalan utama, sedangkan waktu kegiatan arus lalu lintas masyarakat yang tinggi terjadi pagi hingga sore hari. Adapun panjang jalan yang ada di Kabupaten Kulonprogo seluruhnya sepanjang 1.112.373 Km dengan rincian dari status dan kewenangan terdiri atas : Jalan Nasional sepanjang 28,570 Km yang berfungsi sebagai arteri primer seluruhnya dengan permukaan aspal; Jalan Provinsi yang berfungsi sebagai kolektor primer sepanjang 159,900 Km semuanya dengan permukaan aspal; dan Jalan Kabupaten yang berfungsi sebagai lokal primer dan sebagian kecil kolektor primer dengan total panjang 925,303 Km, kesemuanya dalam kondisi baik 49,95%, sedang 37,64%, rusak 9,97% dan rusak berat 2,44%. Kondisi geografis Kabupaten Kulon Progo yang sebagian besar merupakan perbukitan sehingga geometris jalan daerah tersebut berupa tanjakan dan turunan tajam serta tikungan tajam, disertai dengan kondisi tanah yang labil dan mudah longsor. Disamping jaringan jalan raya juga terdapat jalan Kereta Api (KA) sepanjang 25 km yang merupakan bagian dari jaringan jalan KA di Pulau Jawa lintas selatan. Jaringan jalan KA ini membelah Kota Wates dengan sistem rel ganda (double track). Jumlah kendaraan menurut jenis kendaraan dan bahan bakar yang digunakan tahun 2014 disajikan dalam tabel sebagai berikut : Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-39
Tabel 3.19. Jumlah Kendaraan menurut Jenis Bahan Bakar yang Digunakan di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Jenis Kendaraan
Bahan Bakar Bensin Solar
Beban Penumpang pribadi Penumpang umum Bus besar pribadi Bus besar umum Bus kecil pribadi Bus kecil umum Truk besar Truk kecil Roda tiga Roda dua Jumlah
Total
2.546 8.602 78 0 0 0 0 0 0 284 151.104
540 698 1 0 58 81 304 46 1.752 0 0
3.086 9.300 79 0 58 81 304 46 1.752 284 151.104
162.614
3.480
166.094
Sumber : Dishubkominfo Kab Kulonprogo, 2014 Sedangkan untuk perkembangan jumlah kendaraan baik yang berbahan bakar bensin maupun solar tahun 2013 dan 2014 dalam berbagai jenis kendaraan dapat digambarkan dalam grafik berikut :
Gambar 70. Perkembangan Jumlah Kendaraan yang Digunakan Di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 dan 2014 Mengingat perkembangan transportasi yang akan datang dan kondisi geografis yang ada, demi kenyamanan masyarakat diperlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Saat ini di Kabupaten Kulonprogo baru tersedia sarana Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-40
terminal kendaraan penumpang umum sejumlah 1 buah terminal type B dan 6 buah sub terminal type C, sedangkan untuk angkutan kereta api terdapat 2 buah stasiun yaitu stasiun Wates dan Sentolo. Perkiraan volume limbah padat/sampah dari sejumlah sarana prasarana transportasi tersebut tersedia data 5,25 m3/hari masih sama dengan data tahun 2013. Untuk sarana pelabuhan laut-sungai dan danau di Kabupaten Kulonprogo belum ada, sedangkan yang ada adalah dermaga pelabuhan ikan di Pantai KarangwuniGlagah. Perkembangan pembangunan pelabuhan perikanan Tanjung Adikarta sampai dengan akhir tahun 2014 mencapai sekitar 86%. Pada tahun 2015 akan dilakukan pengerukan alur dan pendalaman kolam pelabuhan, sehingga pada akhir tahun 2015 direncanakan pelabuhan sudah dapat dioperasionalkan. Sarana perhubungan udara juga belum ada di Kabupaten Kulonprogo, namun keberadaan pengembangan bandara baru Yogyakarta di Kulonprogo juga sesuai dengan indikasi program dalam RTRW sebagaimana Peraturan Daerah DIY Nomor 2 Tahun 2010 dan RPJMD sebagaimana Peraturan Daerah DIY Nomor 6 Tahun 2013. Studi kelayakan dan Rencana Induk Pembangunan Bandara Baru telah disusun, selanjutnya telah dikeluarkan ijin lokasi dari Kementerian Perhubungan dengan lokasi di Desa Glagah, Palihan, Sindutan, dan Jangkaran Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo yang membutuhkan lahan ± 637 Ha.
f.
Pariwisata Kabupaten Kulonprogo memiliki beraneka ragam obyek dan daya tarik wisata yang meliputi pantai, pegunungan, goa, waduk, dan pemandian. Pengembangan
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-41
pariwisata sudah dilakukan dan diarahkan pada peningkatan daya tarik serta promosi potensi pariwisata secara lokal, regional maupun nasional. Sampai saat ini penataan dan pengelolaan obyek wisata relatif sudah berhasil menyediakan fasilitas dasar, terutama di obyek wisata Pantai Glagah, Pantai Trisik, Pantai Congot, Waduk Sermo, dan Pemandian Clereng. Namun demikian masih juga terdapat beberapa tantangan dalam pembangunan pariwisata di Kabupaten Kulonprogo, yakni kurangnya prasarana pendukung, antara lain aksesibilitas, jaringan listrik, air bersih, dan juga sarana untuk penanganan limbah padat (sampah). Disamping itu untuk daya tarik wisata rekreatif terutama di obyek wisata pantai masih kurang didukung penghijauan, sehingga lokasi pantai masih sangat panas dan terlihat gersang (kurang tutupan vegetasi). Jumlah kunjungan wisata mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yang tentu saja juga diikuti jumlah limbah padat dan cair yang dihasilkan. Perkembangan jumlah pengunjung obyek wisata tahun 2010 sampai dengan 2014 dapat disajikan dalam tabel dan gambar berikut :
Tabel 3.20. Perkembangan Kunjungan Wisatawan Tahun 2010 - 2014 No
Obyek Wisata
1.
Pantai Glagah
2010
2011
249,856
262.312
Jumlah Pengunjung 2012 2013
278.805
293.981
2014
282.639
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-42
2.
Pantai Congot
28,191
26.453
37.446
37.821
37.201
3.
Pantai Trisik
29,277
27.175
23.036
22.972
18.802
4.
Waduk Sermo
1792
16.826
20.554
30.643
38.657
5.
Goa Kiskendo
6,738
3.440
6.698
7.060
10.943
6.
Puncak
9,499 9683
10.903
24.521
26.814
17.554
-
-
-
12.418
667
-
-
Jumlah
359.702
345.889
377.442
416.998
427.554
Bertambah/
48.827 35.014
31.553
39.556
10.556
11,26%
9,12%
11,00%
2,47%
Suroloyo 7.
Pemandian Alam Clereng (**)
8.
Kolam Renang
80
Tanjungsari (*)
Berkurang Prosentase Kenaikan
15,71%
Sumber data : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kulonprogo, 2014 (diolah).
Gambar 3.20. Grafik Perkembangan Kunjungan Wisatawan pada Obyek Wisata Kab Kulonprogo Tahun 2010 - 2014
Sedangkan untuk jumlah pengunjung per obyek wisata tahun 2014 disajikan dalam gambar sebagai berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-43
Gambar 3.21. Grafik Prosentase Wisatawan per Obyek Wisata Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Sedangkan untuk volume sampah yang dihasilkan per obyek wisata disajikan dalam gambar berikut :
Gambar 3.22. Grafik Volume Sampah Harian pada Obyek Wisata Tahun 2014 Usaha
dan
kegiatan masyarakat
dalam
bidang
pariwisata
mengalami
perkembangan yang positif, pada tahun 2014 tercatat 35 sarana akomodasi termasuk penginapan dan homestay (pondok wisata) yang dikelola masyarakat (bertambah 2 Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-44
unit penginapan dibanding tahun 2013 dan 2012). Tumbuhnya desa/dusun wisata menunjukan perkembangan yang positif. Desa/dusun wisata mengandalkan budaya dan wisata alam, disana terdapat kegiatan konservasi lingkungan baik lahan/hutan, air maupun hewan langka. Desa Wisata yang ada di Kabupaten Kulonprogo, meliputi : 1) Desa Wisata Sermo, Hargowilis Kokap 2) Desa Wisata Banjaroyo, Kalibawang 3) Desa Wisata Banjarasri. Kalibawang 4) Desa Wisata Jatimulyo, Girimulyo 5) Desa Wisata Glagah,Temon 6) Desa Wisata Kalibiru,Kokap 7) Desa Wisata Sidorejo,Lendah 8) Desa Wisata Nglinggo,Samigaluh 9) Desa Wisata Pendoworejo,Girimulyo 10) Desa Wisata Purwoharjo, Samigaluh 11) Desa Wisata Sendangsari,Pengasih 12) Desa Wisata Trisik,Galur Tahun 2014 hotel/penginapan semua masih dalam kelas melati berjumlah 35 buah dengan jumlah kamar 498 kamar dan rata-rata tingkat hunian 60%. Dari keadaan tersebut dapat dihitung limbah padat yang dihasilkan adalah 1,8 m3/hari, sedangkan hasil perhitungan beban limbah cair hotel untuk BOD : 2,4 ton/tahun dan COD : 3,3 ton/tahun. Untuk melihat perkembangan hotel/penginapan beserta potensi pencemaran yag dihasilkan dapat dilihat pada gambar berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-45
Gambar 3.23. Grafik Perbandingan Hotel/ Penginapan Tahun 2013-2014 di Kabupaten Kulonprogo
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-46
g.
Limbah B3 Di Kabupaten Kulonprogo belum ada industri yang menghasilkan limbah kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), tetapi untuk kategori usaha/kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dan potensi untuk menghasilkan limbah B3 ada yaitu bengkel motor/mobil dan bengkel AC. Terdapat 8 (delapan) unit bengkel AC di wilayah Kabupaten Kulonprogo. Dan juga kegiatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum (RSU) maupun RS Khusus Bedah yang menghasilkan limbah B3 dari unit radiologinya dan tentunya limbah medis dari kegiatan pelayanan kesehatan. Pengelolaan Limbah medis dari rumah sakit di Kulonprogo bekerjasama dengan pihak ketiga antara lain PT. Arah dan PT. Medivest. Disamping itu juga belum ada perusahaan yang mendapat izin mengelola (penyimpanan, pengumpulan, pengolahan, pemanfaatan dan pemusnahan) limbah B3 dan perusahaan yang mendapat izin mengangkut limbah B3 di Kabupaten Kulonprogo. Sumber limbah B3 yang ada di wilayah Kabupaten Kulonprogo selain dari limbah yang dihasilkan oleh bengkel AC, bengkel mobil/motor adalah limbah rumah tangga yang dapat dikategorikan B3, misal :
lampu neon, baterai dll. Masyarakat juga belum
mengetahui bagaimana pengelolaan limbah tersebut dan pada umumnya hanya disimpan di dalam rumah atau dibuang begitu saja di lingkungan. Kantor Lingkungan Hidup bersama dengan Badan Lingkungan Hidup DIY telah melakukan kegiatan inventarisasi maupun pembinaan dan pengawasan terhadap bengkel AC sebagai penghasil BPO dan juga pada instansi pemerintah yang notabene pengguna dan penyimpan bahan B3 seperti Gudang Pestisida pada Dinas Pertanian dan kehutanan serta Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kulonprogo.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-47
BAB IV UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN A.
Rehabilitasi Lingkungan
Gambar 4.1. Penanaman Pohon Durian oleh Masyarakat Penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi atau campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik materiil maupun spiritual. Secara umum penggunaan lahan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian. Tidak semua wilayah di Kabupaten Kulonprogo merupakan lahan subur, namun ada beberapa wilayah yang merupakan lahan kritis. Lahan kritis adalah lahan yang sudah tidak produktif untuk penggunaan tertentu sebagai lahan pertanian akibat degradasi lahan oleh proses erosi longsor lahan, dan atau kegiatan pertambangan. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan atau daya dukung untuk pertanian akan menimbulkan erosi degradasi lahan pada tingkat berat, lahan tidak produktif atau terjadi lahan kritis. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis antara lain : penggunaan lahan Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab IV-1
yang tidak sesuai dengan kelas kemampuan lahan; kegiatan penambangan, pembangunan yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan dan faktor alami seperti kekeringan. Penurunan kualitas lahan dipengaruhi oleh kegiatan manusia maupun alam. Kegiatan pertambangan merupakan salah satu kegiatan yang berdampak negatif terhadap
sumber
daya
lahan.
Pada
lokasi
pertambangan
sering
dijumpai
ketidakteraturan topografi berupa lubang bekas galian yang cukup dalam, sehingga lebih sulit untuk difungsikan menjadi produktif. Sedangkan upaya rehabilitasi lahan seringkali masih diabaikan oleh para penambang ataupun pengusaha pertambangan. Terlebih lagi kegiatan pertambangan tanah liat di lahan pertanian yang subur, akibatnya tanah menjadi rusak dan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Disamping itu adanya kerusakan hutan juga disebabkan oleh faktor manusia. Di Kabupaten Kulonprogo tidak ada kerusakan akibat kebakaran hutan tetapi karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pelestarian dan fungsi hutan, menyebabkan maraknya penjarahan dan pencurian kayu bahkan untuk kayu yang belum layak tebang, hal ini semata-mata hanya memperhatikan aspek ekonomi tanpa mempedulikan aspek lingkungan hidup. Mensikapi hal-hal tersebut di atas, Pemerintah Kabupaten Kulonprogo melakukan beberapa hal berkaitan dengan upaya rehabilitasi lingkungan tahun 2014, yaitu : 1. Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH), dengan pembangunan taman kota di wilayah Kecamatan Wates dan Pengasih; 2. Konservasi mata air, kegiatan ini dilakukan dengan melakukan penanaman pohon disekitar mata air, untuk melindungi sumber-sumber air yang ada, antara lain : -
Penanaman pohon untuk perlindungan mata air sejumlah 1.000 batang untuk 20 lokasi mata air yang dikelola oleh KT. Karya Tani di Pedukuhan Beteng, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo;
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab IV-2
-
Konservasi 10 buah sumber mata air (penanaman 500 batang dan pengembangan kearifan local) di KT. Rukun Makaryo, Pedukuhan Girinyono, Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih
-
Konservasi 5 sumber mata air (penanaman dan pengembangan kearifan local) di KT. Mekar Gerbosari, Pedukuhan Gerpule, Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang.
3. Pembangunan sumur resapan Selain perlindungan mata air juga upaya konservasi air melalui pembangunan sumur resapan dan lubang resapan biopori mulai tahun 2009. Data sumur resapan tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 sejumlah 197 unit, tahun 2013 sejumlah 39 unit dan 2014 sejumlah 60 unit terbangun di wilayah Kabupaten Kulonprogo. 4. Pengawasan
dan
penertiban
kegiatan
rakyat
yang
berpotensi
merusak
lingkungan, yakni pengawasan & pengendalian usaha pertambangan dan energi. Pengawasan terutama untuk kegiatan reklamasi/pasca tambang sehingga keadaan lingkungan hidup tetap terjaga kelestariannya; 5. Kegiatan Pengendalian Longsor Pengembangan tanaman aren sangat potensial di lahan kritis dan lahan rawan bencana longsor di wilayah Kabupaten Kulonprogo. Program ini bertujuan untuk menopang kehidupan petani dan sebagai penyangga lingkungan diatas. Untuk itu perlu dilakukan pengembalian kejayaan aren di bukit Menoreh Kulonprogo, antara lain dengan pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha; 6. Rehabilitasi dan konservasi pesisir dan pantai Rehabilitasi dan konservasi pesisir dan pantai dilakukan bekerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya adalah BLH DIY melalui kegiatan penanaman pandan pantai dan cemara udang pada tahun 2014 di Pasir Mendit, Jangkaran, Temon. Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab IV-3
Selain itu di di bidang kehutanan, Pemerintah Daerah Kabupaten Kulonprogo, melaksanakan kebijakan pembangunan kehutanan diarahkan pada peningkatan peranan hutan secara optimal sesuai dengan fungsinya dan juga sebagai upaya merehabilitasi hutan dan lingkungan secara umum, dengan cara : 1. Rehabilitasi hutan dan lahan baik secara sipil teknis maupun vegetatif; 2. Penyediaan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan untuk pengembangan aneka usaha kehutanan; 3. Optimalisasi peran stakeholders dalam rangka pengendalian penebangan kayu secara liar dan pengendalian tebang untuk yang belum memenuhi syarat; dan 4. Sosialisasi dan pemasyarakatan pengurusan dokumen penebangan dan pengangkutan kayu; Pemerintah Kabupaten Kulonprogo pada tahun 2014 ini masih terus melanjutkan program untuk menanam 1,5 juta pohon hidup di seluruh wilayah kabupaten salah satunya melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulonprogo telah melakukan penghijauan lingkungan di 12 kecamatan dengan menanam pohon sejumlah 948.058 batang pada luasan 214,61 Ha. Sedangkan untuk tahun 2014 tidak ada kegiatan reboisasi pada hutan negara yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan
DIY. Program penghijauan dilaksanakan dengan bekerjasama
berbagai pihak, perusahaan daerah maupun swasta dengan kegiatan CSR, LSM, Pemerintah DIY maupun organisasi sosial masyarakat. Melihat hutan mempunyai fungsi ekologis yang sangat penting, salah satunya adalah sangat berpengaruh terhadap munculnya persoalan lingkungan seperti kekeringan, banjir, erosi dan sebagainya, maka perlu upaya-upaya penyelamatan hutan. Untuk itu peran serta semua pihak khususnya masyarakat sangat diharapkan agar hutan sebagai kekayaan alam di Kabupaten Kulon Progo dapat dimanfaatkan sesuai fungsinya serta tetap terjaga kelestariannya.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab IV-4
B.
Amdal Setiap kegiatan pembangunan akan menimbulkan masalah lingkungan yang spesifik, demikian juga setiap usaha dan atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
di
Kabupaten
Kulonprogo.
Untuk
meminimalisir
dampak
yang
dimungkinkan terjadi dari suatu usaha/kegiatan tersebut maka diperlukan suatu instrumen untuk menilai kelayakan suatu kegiatan. Instrumen tersebut dapat berupa Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab IV-5
izin lingkungan yang meliputi dokumen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan),
UKL/UPL
(Upaya
Pengelolaan
Lingkungan
dan
Pemantauan
Lingkungan), serta SPPL (Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan) untuk kegiatan usaha skala kecil sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dengan instrumen tersebut diharapkan akan tercipta pembangunan yang berwawasan lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Sesuai dengan PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, Kabupaten Kulonprogo tidak lagi memiliki Komisi Penilai Amdal, sehingga apabila ada kegiatan dan atau usaha yang wajib Amdal, kewenangan penilaian pada Komisi Penilai Amdal DIY. Dokumen sebagai instrumen pengelolaan lingkungan yang diajukan dan yang direkomendasikan tahun 2014 sejumlah 309 dokumen, terdiri atas : 23 UKL/UPL, 3 DPLH dan 283 SPPL, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1. Jumlah Dokumen Lingkungan menurut Jenis Usaha Tahun 2014
No.
Jumlah Dokumen
Jenis Kegiatan / Usaha
1.
Penambangan
12
2.
Pelayanan Kesehatan (RS, Puskesmas, Klinik)
6
3.
Kegiatan Lain (SPBU, Hotel, IPAL komunal, Bangunan gedung,
8
Operasional pabrik, SPAM, Menara Telekomunikasi, dan Peternakan Jumlah
26
Sumber data : Kantor Lingkungan Hidup Kab Kulonprogo, 2014 Dalam setiap pengajuan dokumen UKL/UPL dan DPLH, KLH Kulonprogo melakukan
klarifikasi
dokumen
tersebut
dengan
pihak
pemrakarsa
dengan
menghadirkan masyarakat terkena dampak dari suatu usaha dan atau kegiatan tersebut beserta SKPD terkait. Jumlah masing-masing jenis usaha/kegiatan yang mendapatkan dokumen UKL/UPL dan DPLH dapat dilihat dalam gambar berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab IV-6
Gambar 4.2. Grafik Jumlah Dokumen UKL-UPL Berdasar Jenis Usaha/Kegiatan Tahun 2013 dan 2014
Kegiatan
pengawasan
pelaksanaan
UKL/UPL
juga
dilaksanakan
oleh
Pemerintah Kabupaten Kulonprogo untuk mengetahui sejauh mana ketaatan dari pemilik usaha dan atau kegiatan/pemrakarsa dalam melaksanakan ketentuanketentuan seperti yang tercantum dalam dokumen lingkungannya.
Tahun 2014 Kantor Lingkungan Hidup melakukan pengawasan terhadap kegiatan dan atau usaha antara lain : Tabel 4.2. Hasil Pengawasan Kegiatan/Usaha Tahun 2014 No.
Nama Kegiatan / Usaha
Hasil Pengawasan
1.
PT. Selo Adikarto, Nanggulan
Tidak Taat
2.
RS Riski Amalia Medika, Lendah
Tidak Taat
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab IV-7
3.
RSUD Wates
Tidak Taat
4.
RS PKU Muhammadiyah Nanggulan
Tidak Taat
5.
PT. Sunchang Indonesia
Tidak Taat
Sumber data : Kantor Lingkungan Hidup Kab Kulonprogo, 2014
Dari tabel hasil pengawasan tersebut dapat dilhat bahwa semua kegiatan/usaha yang dijadikan sasaran pengawasan belum ada yang taat terhadap ketentuan peraturan perundangan terutama dalam pelaksanaan dokumen UKL/UPL nya.
C.
Penegakkan Hukum Untuk mengetahui tingkat ketaatan suatu usaha dan atau kegiatan terhadap ketentuan dalam peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup perlu dilakukan kegiatan pengawasan dan penegakkan hukum. Pemerintah Kabupaten Kulonprogo dalam melaksanakan pengawasan dan penegakkan
hukum
tidak
hanya
terkait
pada
pengawasan
rutin
terhadap
perusahaan/pemrakarsa atas pelaksanaan UKL/UPL tetapi juga pada upaya untuk Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab IV-8
mengakomodir kasus-kasus lingkungan hidup yang diadukan oleh masyarakat. Untuk tahun 2014 kasus-kasus lingkungan hidup yang diadukan oleh masyarakat melalui KLH sejumlah 6 (enam) kasus , yang antara lain dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3. Pengaduan Masalah dan Status Masalah Lingkungan Hidup Tahun 2014
No.
Masalah Yang Diadukan
Jumlah Pengaduan
1.
Dugaan pencemaran udara akibat kegiatan usaha pembuatan arang kayu di Kalipetir Lor, Margosari, Pengasih
1
Status
Ditindaklanjuti
Dugaan pencemaran udara akibat kegiatan 2.
usaha peternakan ayam di Clawer,
1
Ditindaklanjuti
Pengasih, Pengasih Dugaan pencemaran sungai dan sumur 3.
penduduk akibat kegiatan usaha pengolahan kembali tailing emas tanpa izin
1
Ditindaklanjuti
di Plampang II, Kalirejo, Kokap Dugaan pencemaran udara dan sungai 4.
akibat pembuangan tinja di areal
1
Ditindaklanjuti
persawahan di Gotakan, Panjatan, Panjatan Kekhawatiran warga akan terjadinya 5.
pencemaran lingkungan akibat kegiatan usaha peternakan ayam di Suruhan,
1
Ditindaklanjuti
Karangsari, Pengasih
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo, 2014 Pemerintah Kabupaten Kulonprogo berupaya untuk selalu menyelesaikan kasuskasus lingkungan hidup yang terjadi di masyarakat. Apabila terjadi suatu kasus lingkungan hidup, masyarakat dapat mengadukan masalah tersebut kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kulonprogo secara tertulis atau secara lisan/langsung. Pihak pemerintah daerah akan mengklarifikasi tentang kebenaran masalah tersebut kepada masyarakat, setelah itu baru pemerintah daerah memediasi/mempertemukan antara pihak pengusaha/pemrakarsa dengan pihak masyarakat yang dirugikan untuk mencari penyelesaian yang terbaik untuk semua pihak dan lingkungan hidup secara Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab IV-9
umum. Data jumlah aduan kasus lingkungan hidup di Kabupaten Kulonprogo dalam lima tahun terakhir yang telah ditindaklanjuti dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut : Tabel 4.4. Jumlah Aduan Kasus Lingkungan Hidup Tahun 2010-2014
No.
Tahun
Jumlah Pengaduan yang Ditindaklanjuti
Jumlah Pengaduan yang Diterima
1
2
3
4
1. 2. 3. 4. 5.
2010
9
9
2011
12
12
2012
9
9
2013
6
2014
5
6 5
Sumber data : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo, 2014
Gambar 4.3. Grafik Aduan Kasus LH di Kab Kulonprogo Tahun 2010-2014 Dari tabel dan gambar tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun 2010 ke tahun 2014 jumlah aduan kasus lingkungan hidup ada kecenderungan semakin sedikit, hal ini dapat disebabkan oleh semakin baiknya pemilik usaha dan atau kegiatan dalam mengelola usaha dan kegiatannya sesuai dengan dokumen lingkungan sehingga tidak meninmbulkan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan sekitarnya. Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab IV-10
Gambar 4.4. Penanganan Kasus Dugaan Pencemaran Udara dan Sungai Akibat Pembuangan Tinja di Areal Persawahan di Gotakan, Panjatan, Panjatan D.
Peran Serta Masyarakat Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 70, bahwa masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Peran serta masyarakat dapat berupa : pengawasan sosial; pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan, dan atau; penyampaian informasi dan atau laporan. Dan semua itu dapat dilakukan untuk : meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; meningkatkan
kemandirian,
menumbuhkembangkan menumbuhkembangkan
keberdayaan
kemampuan
dan
ketanggapsegeraan
masyarakat
dan
kepeloporan masyarakat
untuk
kemitraan; masyarakat; melakukan
pengawasan sosial; mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab IV-11
Pemerintah Kabupaten Kulonprogo memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, melalui beberapa kegiatan antara lain : -
Evaluasi pengelolaan lingkungan hidup Evaluasi ini dilakukan setiap tahun dengan sasaran masyarakat terutama untuk masyarakat sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA (sekolah peduli dan berbudaya lingkungan hidup/adiwiyata); masyarakat pondok pesantren (evaluasi pondok pesantren berwawasan lingkungan hidup); kelompok masyarakat/kelompok tani/tokoh masyarakat/LSM, dan lain-lain (evaluasi kalpataru, kehati award, kampung hijau, dan kampung iklim).
-
Penyuluhan Lingkungan Pemerintah kabupaten bekerjasama dengan PPEJ, Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah DIY, TP PKK, maupun Kementerian Agama untuk menyelenggarakan penyuluhan tentang pengelolaan lingkungan hidup dengan melibatkan masyarakat di wilayah Kabupaten Kulonprogo.
-
Pengembangan Jejaring Pengelola Sampah Mandiri Jejaring Pengelola Sampah Mandiri Kabupaten Kulonprogo “Merti Bawono Asri” telah mengembangkan kegiatan maupun keanggotaannya untuk selalu aktif dalam upaya pengelolaan sampah di Kabupaten Kulonprogo.. Selain masyarakat dan instansi terkait, dalam pengelolaan lingkungan hidup di
Kabupaten Kulonprogo juga melibatkan pihak swasta / dunia usaha, antara lain : -
Penghijauan / konservasi pesisir, berupa penanaman vegetasi pantai terutama mangrove di wilayah Jangkaran, Temon.
-
Penghijauan / konservasi lahan kritis Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pihak ketiga di Kabupaten Kulonprogo pada
tahun 2014 dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.5. Kegiatan Konservasi LH oleh Pihak Ketiga Tahun 2014 Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab IV-12
No.
Nama Pihak Ketiga
1.
UGM
2.
SMKN 1 Pengasih
3.
Paguyuban Kawula Penderek Sultan (Kapsul) Kulon Progo PT. Jogjatronik
4. 5. 6. 7. 8.
9.
Komunitas Sepeda MTB Federal Indonesia Poltekkes Yogyakarta Bhayangkari Pengurus Cabang Kulon Progo PT. Pertamina (Persero), Depo Rewulu Yogyakarta
Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta
Kegiatan Penanaman mangrove 1.300 batang di Jangkaran Temon Konservasi Lahan Kritis dengan tanaman Eucaliptus 1000 batang Konservasi Lahan Kritis dengan menyediakan 16.000 bibit untuk 12 kecamatan Konservasi Pesisir : Penanaman mangrove 1.600 batang di Pasir Mendit Temon Konservasi Pesisir : Penanaman mangrove 1.000 batang di Pasir Mendit Temon Penanaman mangrove 200 batang di Jangkaran Temon Penanaman pohon di lahan kritis sejumlah 750 batang Konservasi daerah sekitar Waduk Sermo Kokap, penanaman tanaman buah dan penyimpan air sejumlah 8.800 batang; Konservasi Pesisir, penanaman mangrove 5.000 batang di Pasir Mendit Temon Konservasi Pesisir, penanaman mangrove 1.000 batang di Pasir Mendit
Sumber data : KLH Kulonprogo, 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab IV-13
Gambar 4.5. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan LH Dengan adanya kerjasama antara pihak pemerintah daerah, masyarakat, perguruan tinggi, dunia usaha maupun LSM diharapkan seluruh program dan kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Kulonprogo dapat terlaksana dengan baik.
E.
Kelembagaan Produk Hukum Pemerintah Daerah Kabupaten Kulonprogo pada tahun 2014 menghasilkan 5 ( lima ) buah produk hukum di bidang tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup antara lain : 1.
Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara;
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab IV-14
2.
Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, salah satu tujuan penyusunan peraturan ini adalah untuk menyediakan udara yang bersih dan sehat untuk masyarakat;
3.
Peraturan Bupati No. 22 Tahun 2014 tentang Pedoman Penerbitan Izin Lingkungan;
4.
Peraturan Bupati No. 30 Tahun 2014 tentang Tata Kelola Hijau RSUD Wates;
5.
Keputusan Bupati No. 322 Tahun 2014 tentang Pendelegasian Wewenang Penerbitan Izin Lingkungan kepada Kepala Kantor Ligkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo. Dengan berkembangnya industri di Kabupaten Kulonprogo, beberapa
peraturan perundangan yang harus segera disusun oleh Pemda Kabupaten Kulonprogo antara lain peraturan tentang izin penyimpanan sementara limbah B3 dan juga izin pembuangan limbah cair ke badan air.
Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Anggaran pengelolaan lingkungan hidup Kabupaten Kulonprogo untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pengelola lingkungan hidup daerah, selain anggaran murni dari APBD daerah juga mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Lingkungan Hidup. Anggaran yang tersedia untuk pembiayaan .... program dan .... kegiatan pada tahun 2014. Adapun peruntukan anggaran untuk tahun 2013 dan 2014 dapat diuraian pada tabel berikut : Tabel 4.6. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab IV-15
Tahun 2013 - 2014 No.
1.
Sumber Anggaran
APBD
Jumlah Anggaran
Uraian
2013
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
2014
24.735.000,-
59.391.600,-
dan
393.521.525,-
369.965.550,-
Pengendalian
448.808.400,-
132.704.650,-
306.202.500,-
315.173.230,-
1.028.230.297,10,-
1.595.994.751,-
2.201.497.722,10,-
2.473.229.781,-
Bidang Lingkungan Hidup 2.
APBD
Program
Perlindungan
Konservasi SDA 3.
APBD
Program
Pencemaran dan Perusakan LH 4.
APBD
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
5.
APBD
Kegiatan Lain
Jumlah
Sumber data : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo, 2014
Institusi Pengelola Lingkungan Hidup Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kulonprogo Nomor : 16 Tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, maka organisasi dan lembaga pengelola lingkungan hidup di Kabupaten Kulon Progo adalah Kantor Lingkungan Hidup (KLH). Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Kulonprogo mempunyai struktur organisasi sebagai berikut : 1. Kepala Kantor; Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab IV-16
2. Sub. Bagian Tata Usaha; 3. Seksi Pengembangan Kapasitas; 4. Seksi Pengawasan dan Pengendalian; 5. Seksi Pemantauan dan Pemulihan; 6. Kelompok jabatan fungsional tertentu. Jumlah pegawai yang dimiliki oleh Kantor LH Kabupaten Kulonprogo sejumlah 16 orang dengan rincian sebagai berikut : Tabel 4.7. Jumlah Pegawai KLH Kulonprogo Berdasar Tingkat Pendidikan No
Uraian
SD
SLTP
SLTA
Diploma I/II/III
D IV / S1
S2 / S3
Jumlah
1.
Sekretariat
0
1
3
1
1
1
7
2.
Seksi Bangtas
0
0
0
0
3
0
3
3.
Seksi Wasdal
0
0
0
0
3
0
3
4.
Seksi Taulih
0
0
1
0
2
0
3
Jumlah
0
1
4
1
9
1
16
Sumber data : Kantor LH Kabupaten Kulonprogo, 2014 Meskipun dengan sumber daya manusia yang terbatas, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo, tetap melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai institusi pengelola lingkungan hidup daerah dengan baik. Secara kuantitas terbatas, tetapi secara kualitas sumber daya manusia terus ditingkatkan, dengan mengikuti diklat teknis yang diselenggarakan oleh BLH DIY, Kementerian LH dan Kehutanan serta pihak lain yang terkait. Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo juga belum memiliki pejabat fungsional tertentu, meskipun sudah tersedia personil yang telah mengikuti diklat PPLH sejumlah 2 (dua) personil dan juga PPNS Daerah. Dengan semakin meningkatnya permasalahan bidang lingkungan hidup di Kabupaten Kulonprogo, diharapkan kelembagaan pengelola lingkungan hidup daerah terus ditingkatkan statusnya demikian juga dengan kualitas dan kuantitas sumber daya manusianya. Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab IV-17
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab IV-18