PENANAMAN NILAI-NILAI ENTREPRENEURSHIP DI SMPI MENTARI INDONESIA BEKASI UTARA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: CINDY PATIKA 1112018200070
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA MAN SKRIPSI
Skripsi berjudul "PENANAMAN NILAI-NILAI ENTREPRENEURSHIP DI
SMPI MENTARI INDONESIA BEKASI UTARA"
yang disusun oleh CINDY
PATIKA NIM:1112018200070, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqosah pada tanggal 8 November 2016 di hadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh Gelar Sarjana SI (S.Pd) dalam bidang Manajemen Pendidikan. Jakarta, 8 November 2016 Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan MP)
Tanda Tangan
Tanggal
Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd c~ o
NIP:19661009 199303 1 004
16 :........
Penguji I Drs. Rusydy Zakaria,M.Ed.M.Phili
NIP:19570503 198503 1 002 Penguji II Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA NIP: 19540802 198503 1 002 Mengetahui
II,
LEISI BAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul PENANAMAN NILAI-NILAJ ENTREPRENEURSHIP DI S%IPI MENTARI INDONESIA BEKASI UTARA, Jurusan Manajemen
Pendidikan, Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, .
Ok±Ober
2016
Yang mengesahkan
Pern bi mb in
r.
.
anThninggor. M.Pd
NIP: 19570710 197903 1 002
Drs. U'. Yefneltv Z, M.Pd NIP:1953101 101 1982032001
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul "PENANAMAN NILAI-NILAI ENTREPRENEURSHIP DI SMPI MENTARI INDONESIA BEKASI UTARA" yang disusun oleh Cindy Patika
Nim 1112018200070 Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah di uji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal
Jakarta.
zobec
Dosen Pembimbing Skripsi
anor,M.Pd NLP:19570710 197903 1 002
Dra. Yefnelty Z,M.Pd NIP: 195311011982032001
SURAT PERNYATAAN
Bismillahirrohmannirrohiill Saya yang bertanda tangan dibawah mi: Nama
: Cindy Patika
Nim
:1112018200070
Jurusan
: Manajernen Pendidikan
Fakultas
: Ilinu Tarbiyah clan Keguruan
Dengan
mi
menyatakan bahwa:
1. Skripsi mi merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mernperoleh gelar Strata Saru (S 1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatul lah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penggunaan skripsi mi telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syari f Hidayatuhlah Jakarta 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya yang saya buat merupakan jiplakan karva orang lain. Saya bersedia menerima sanksi berdasarkan tJndang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif l-hidavatul!ah Jakarta.
Jakarta. METERAI T.IMPEL,
zW/
5494FABF15331517j CAM )UZILT flUlIAH
• Pat] ka
:tob€i ?of(o
ABSTRAK
Cindy Patika, NIM 1112018200070, Penanaman Nilai-nilai Entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara, Skripsi Program Strata 1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2016 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi yang digunakan dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship dan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat proses penanaman nilai-nilai tersebut. Target penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru dan siswasiswi SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia berjalan dengan baik. Hal ini terlihat melalui proses penanaman nilai-nilai entrepreneurship yang dilakukan kepada siswa oleh guru dan civitas sekolah. Hasilnya ditunjukkan dengan karakter siswa yang sudah mencerminkan karakter seorang entrepreneur terlihat dari kreatifitas, percaya diri, komunikatif dan tanggung jawab. Penanaman nilai-nilai entrepreneurship diintegrasikan melalui strategi pada kegiatan-kegiatan yang diprogramkan seperti kegiatan pembelajaran normal disekolah dan juga diintegrasikan pada kegiatan ekstrakurikuler, praktik berwirausaha, pengembangan diri, muatan lokal dan budaya sekolah. Faktor pendukung yang terdapat di SMPI Mentari Indonesia ini yaitu guru-guru yang aktif mengikuti pelatihan-pelatihan, TIM Kurikulum yang bagus, dan sarana prasarana yang memadai. Sedangkan faktor penghambat atau kendala yang dialami yaitu peserta didik yang berasal dari luar SD Mentari karena mereka belum mengetahui program sekolah yang terdapat muatan entrepreneurship yang menjadi unggulan disekolah ini. Namun sekolah dapat meminimalisir dari faktor kendala tersebut.
ii
ABSTRACT
Cindy Patika, NIM 1112018200070, Planting Values Entrepreneurship in SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara, Tarbiyah and Teaching Faculty of Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta in 2016 The method used in this research is qualitative descriptive, aims to understand how the strategies used in instilling the values of entrepreneurship and to determine the factors supporting and inhibiting the process of planting these values. The target of this research is the principal, vice-principal areas of curriculum, teachers and students SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara. The results showed that the implementation of value investment of entrepreneurship in Indonesia Mentari SMPI going well. It is seen through the planting process values entrepreneurship is done to the students by the teachers and the school community. The results are shown with the character of the students who reflect the character of an entrepreneur looks of creativity, selfconfident, communicative and responsibility. Planting the values of entrepreneurship is integrated with strategies at the programmed activities as normal learning activities in schools and is also integrated in extracurricular activities, the practice of entrepreneurship, self-development, local content and culture of the school. The supporting factors contained in this SMPI Indonesia Mentari ie teachers who actively attend trainings, curriculum TIM nice and adequate infrastructure. While the inhibiting factors or constraints experienced that students who come from outside SD Mentari because they do not know that there is a charge school program entrepreneurship is a leading this school. However, schools can minimize the constraints of factors.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti jejaknya hingga akhir zaman. berkat pertolongan Allah SWT dan
ALHAMDULJLLAHIRABBIL 'ALAMIN,
dengan izin serta kekuasaannya-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan salah saw persyaratan kelulusan studi Strata 1 (Si), Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan dan penyusunan skripsi
mi tentu tidak terlepas dan
bantuan, bimbingan, petunjuk dan dorongan baik moril maupun materil dan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd, Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 3. Dra. Hj. Yefnelty Z, M.Pd dan Dr. H. Salman Tumanggor, M.Pd, Pembimbingan Skripsi, terima kasih yang tak terhingga atas saran, kritikan dan masukannya yang telah mengarahkan dan membenikan bimbingan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi
mi dapat diselesaikan.
4. Drs. Ali Nurdin, M.Pd, Dosen Penasehat Akademik yang telah membenikan arahan dan semangat kepada penulis. 5. Takiddin , M.Pd, Sekertanis Jurusan Manajemen pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 6. Yuyun Yuliana, Staf Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah clan Keguruan, beserta seluruh Dosen dan Staf Manajemen
iv
Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan bantuan dan masukkannya dalam penyelesaian sknpsi mi. 7. Kepala sekolah SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara dan seluruh guru beserta staf, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan membantu penulis dalam memperoleh inforrnasi dan data dalam penyusunan skripsi mi. S. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Wahirrudin Musa dan Ibunda Dedeh Nursa'adah, yang tak henti-hentinya memberikan dukungan, doa, motivasi dan limpahan kasih sayang yang tak terhingga, serta bantuan baik moril maupun materil hingga penulis dapat menyelesaikan studi
mi.
9. Kepada Kanda Abdul Jam' S.Pd.I Yang telah memberikan motivasi, semangat dan do'a yang tiada henti. 10. Sahabat-sahabat sepeijuangan Manajemen Pendidikan 2012, khususnya Dewi Purnama Sari dan Rika Rimawati, yang telah banyak membantu, memotivasi, dan memberikan masukan yang berkenaan dengan penulisan skripsi mi. Kehadiran kalian membuat warna dalam hidup mi, mengukir sejarah yang tak pernah terlupa, terima kasih untuk kecerian yang kalian berikan. Akhirnya dengan segala keterbatasan penulis hanya dapat mengembalikan segalanya kepada Allah SWT, semoga semua bantuan, bimbingan, ilmu clan doa yang telah diberikan mendapatkan balsan darl Allah SWT. Semoga skripsi mi bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembanya umumnya. Amin Yaa Rabbi 'Alamin.
Jakarta,
iv
102016
DAFTAR IS] HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGE.SAHAN PAN ITIA UJ1AN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN UJI REFERENSI SURATPERNYATAAN ........................................................................... ABSTRAK ....................................................................................................ii ABSTRACT ..................................................................................................iii KATAPENGANTAR..................................................................................
iv
DAFTARIS! ................................................................................................. DAFTARTABEL ........................................................................................vii BAB I PtNDAJLUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................... B. Identifikasi Masalah...............................................................
7
C. Perumusan i\4asaiah ...............................................................
7
D. Pembatasan Masalah..............................................................
8
E. Manfaat Penelitian ...............................................................
8
BAB II KAJIAN TEORI A. Nilai —nilai Entrepreneurship.................................................9 1. Pengertian Entrepreneur...................................................9 2. Karakteristik Entrepreneur. ..............................................
10
3. Tujuan Entrepreneur ........................................................
17
4. Nilai-nilai Dasar Entrepreneur .........................................
18
B. Urgensi Penanaman Nilai-ni lal Entrepreneurship dalam Dunia Pendidikan...................................................................19 1. Pengembangan
Nilai
Entrepreneurship
dalam
Pendidikan........................................................................19 2. Keberhasilan Penanaman Nilai Entrepreneurship ...........21 V
3. Strategi Penariaman Nilai-nilai Entrepreneurship ............
24
4. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam Melakukan Kegiatan Entrepreneurship di sekolah..........30 C. Penelitian yang Relevan ........................................................
35
D. Kerangka Berpikir..................................................................36 BAB III METODOLOGI PEN ELITIAN A. Tujuan Penelitian ..................................................................
38
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................
38
C. Metode Penelitian .................................................................
39
D. Teknik Pengumpulan Data.....................................................
39
E. Instrumen Penelitian..............................................................
40
F. Teknik Analisis Data ............................................................
42
I3AB TV BASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah .....................................................
.44
1. Vlsi dan Misi SMPI Mentari Indonesia ..........................44 2. Profil Guru SMPI Mentari Indonesia..............................
45
3. Data Siswa SMPI Mentari Indonesia..............................47 4.
Sarana dan Prasarana SMPI Mentari Indonesia..............48
B. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian............................49 BABV PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................
64
B. Saran ......................................................................................65 DAFTAR PUSTAXA LAMPllAN-LAMP1RAN BIODATA PENULIS
VI
Tabel
Halaman
Tabel I kisi-kisi pedoman wawancara..............................................41 Tabel 2 kisi-kisi pedoman observasi.................................................42 Tabel 3profil guru SMPI Mentari Indonesia.....................................46 Tabel 4 daftar pendidik dan tenaga kependidikan.............................46 Tabel 5 datajumlah SMPI Mentari Indonesia...................................48 Tabel 6 sarana dan prasarana SMPI Mentari Indonesia....................49
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap orang harus bekerja. Bekerja adalah sebuah kewajiban, tanpa bekerja orang tidak akan mungkin dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk bekerja orang bisa mendapatkannya dengan cara bekerja dengan orang lain atau pun bisa dengan menciptakan pekerjaan sendiri. Untuk mendapatkan pekerjaan dari
orang lain kesempatannya tidak
banyak, yang lebih luas adalah menciptakan lapangan kerja sendiri disitulah dibutuhkan jiwa entrepreneur. Dengan entrepreneur orang bisa berubah, yang tadinya hanya menjadi pekerja, namun sekarang menjadi pemilik para pekerja. Masalah kemiskinan dan pengangguran di Indonesia merupakan masalah yang belum terselesaikan hingga saat ini. Menurut Biro Pusat Statistik, jumlah pengangguran pada agustus
2014 mencapai 7,2 juta
orang, dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) cenderung meningkat, dimana TPT Agustus 2014 sebesar 5,94 persen naik dari TPT Februari 2014 sebesar (5,70 persen). Pada Agustus 2014, TPT untuk pendidikan sekolah menengah kejuruan menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 11,24 persen, disusul oleh TPT sekolah menengah atas sebesar 9,55 persen , sedangkan TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD ke bawah yaitu sebesar 3,04 persen. Jika dibandingkan keadaan Agustus 2013, TPT yang mengalami peningkatan yaitu pada tingkat pendidikan sekolah menengah kejuruan, Diploma, dan Universitas.1 Semakin membengkaknya lulusan perguruan
1
https://www.academia.edu/11386648/Berita_Resmi_BPS_2015, diakses 21:53 WIB, 09/11/2015 1
1
2
tinggi yang menganggur semakin menunjukkan bahwa ketersedian lapangan kerja yang sangat terbatas. Kemiskinan menjadi jalan masuknya penjajahan abad baru karena bangsa yang miskin akan mudah dikendalikan dan dikuasai. Generasi masa kini dan yang akan datang harus dapat memperjuangkan dan mengelola sumber daya yang melimpah, dan pendidikan entrepreneur adalah salah satu jalan untuk keluar dari kemiskinan menuju kemakmuran. Pendidikan entrepreneur merupakan konsep pendidikan yang memberikan semangat pada peserta didik untuk kreatif dan inovatif dalam mengerjakan sesuatu hal. Pola pendidikan sedemikian ini menuntut peserta didik untuk bisa produktif. Pendidikan entrepreneur adalah sebuah pendidikan yang mengarahkan dan membekali peserta didik untuk bisa cepat dalam merespon perubahan dan memahami kebutuhan sosial ekonomi masyarakat. Pemerintah seyogyanya mau memberikan perhatian lebih dan menyediakan
dana
yang
memadai
supaya
proses
pendidikan
entrepreneurship bisa berjalan dan dijalankan secara efektif. Orang tua harus membekali pendidikan entrepreneur sejak dini untuk anak-anaknya, guru harus mengajarkan spirit entrepreneur pada murid-muridnya, masyarakatpun
harus lebih aktif dan intensif dalam memantau
perkembangan pendidikan entrepreneur jika ingin bangsanya maju, tidak hanya menjadi bangsa kuli dengan mengirim TKI keluar negeri yang sebagian besar sebagai pembantu. Negara yang kaya raya akan sumber daya alam ini bila didukung sumber daya yang memiliki spirit entrepreneur yang tinggi akan menjadi negara yang makmur sehingga
3
dengan sendirinya kemiskinan akan berkurang bahkan menjadi sejarah dan tinggal kenangan yang hanya ada di museum.2 Persaingan dunia pendidikan semakin luas. Bukan hanya keahlian kognisi tapi juga keterampilan hidup menjadi kebutuhan dalam karakter. manusia dituntut mandiri dan kreatif dalam menjalani kehidupan, untuk itu dibutuhkan lembaga pendidikan yang dapat mengedepankan kreatifitas dan dapat mengembangkan lifeskill, sehingga menumbuhkan jiwa enterpreneurship pada peserta didik untuk dapat tahan uji di masa yang akan datang sekaligus untuk dapat menjadi seorang yang kuat imannya, kuat aqidahnya, berilmu dan berakhlak mulia. Diharapkan kedepannya mereka tidak hanya mapan kognisi dalam kerangka ilmiah tapi juga memiliki
kecakapan
dan
keterampilan
hidup
melalui
nilai-nilai
enterpreneur. Namun, banyak sekolah dan guru yang belum sepenuhnya menanamkan nilai-nilai entrepreneurship baik itu dalam mata pelajaran ataupun kegiatan di luar mata pelajaran dikarenakan kurang beragamnya kegiatan entrepreneurship yang diberikan sekolah serta sekolah kurang mengembangkan startegi yang digunakan dalam menanamkan nilai entrepreneurship kepada siswa.
Maka dari sekaranglah diperlukan
lembaga pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai entrepreneurship , salah satu sarana yang paling baik untuk menanamkan nilai-nilai entrepreneurship adalah sekolah. Sekolah memiliki peran penting untuk menanamkan nilai-nilai entrepreneur, dan Sekolah harus memberikan support para guru dalam mengkreasikan ide entrepreneurship kepada anak melalui berbagai program. Program –program tersebut bisa melalui kurikulum pendidikan atau kegiatan-kegiatan kesiswaan yang mengarah kepada kewirausahaan. Support sekolah ini kunci dari keberhasilan guru karena bagaimana mungkin guru menanamkan jiwa entrepreneurship kepada anak jika 2
Nurseto, Tejo. “Pendidikan Berbasis Entrepreneur”, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Vol.VII No.2, 2010.
4
sekolah tempatnya mengajar tidak mempunyai kurikulum ataupun kegiatan kesiswaan yang berkaitan dengan entrepreneurship. Masuknya nilai-nilai entrepreneurship pada kurikulum sekolah mewajibkan guru untuk selalu mengaitkan pelajaran yang diajarkan terlepas bidang studi apapun yang diajarkan untuk selalu dikaitkan dengan entrepreneurship. Hal ini yang akan membuat anak mempunyai banyak pengetahuan entrepreneurship. Kegiatan sekolah yang berkaitan dengan entrepreneurship merupakan penyeimbang bagi anak untuk menerapkan apa yang ia peroleh dari pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.3 Tanggungjawab, kreativitas, dan mampu mengambil keputusan adalah sifat yang akan muncul pada anak jika nilai-nilai entrereneurship ditanamkan sejak dini, nilai tersebut merupakan modal bagi keberhasilan hidup anak saat ia dewasa. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3. Menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi dan tujuan di atas, menunjukkan pendidikan di setiap satuan pendidikan harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. 4 Pendidikan entrepreneurship menjadi bekal untuk para peserta didik kedepannya, jika tidak ada entrepreneur mungkin kedepannya bangsa ini menjadi bangsa pekerja, akibatnya mudah dijajah, mudah 3
Ibid. Tim Pusat Kurikulum Pengembangan Entrepreneurship, Bahan Penelitian Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing Dan Karakter Bangsa. (Jakarta:Balitbang Kemendiknas RI,2010) hal 1. 4
5
dibohongi dan mudah diatur, ini membahayakan bagi masa depan peserta didik dimasa mendatang. Kenyataan yang kita lihat sekarang ini, tidak banyak anak yang memiliki jiwa entrepreneur, buktinya yaitu jika mereka ditanya ingin menjadi apa, kebanyakan menjawab ingin menjadi dokter, guru, dsb. Jarang sekali yang ingin menjadi pengusaha, itu menunjukkan bahwa mereka memiliki jiwa pekerja bukan jiwa entrepreneur. Masih banyak siswa yang belum menyadari bahwa entrepreneur itu penting dipelajari, banyak faktor yang mempengaruhi mereka yaitu faktor orang tua yang menginginkan anak menjadi yang mereka mau, lingkungan, sekolah yang hanya memberikan muatan-muatan akademis bukan membiasakan anak mempunyai jiwa entrepreneur contohnya disekolah biasanya ada tabungan untuk siswa, kenyataannya bukan anaknya yang menabung, melainkan orang tuanya. itu bukti bahwa orang tua pun belum menanamkan nilai-nilai entrepreneur dalam diri anaknya, karna jika anak tersebut sudah memiliki jiwa entrepreneur pastinya mereka bisa mengatur uang yang sudah di berikan oleh orang tuanya artinya bisa hemat. Contohnya lagi ketika ada anak yang berjualan di sekolah kebanyakan dicibir oleh siswa yang lain dan dianggap rendah oleh mereka, disitulah bisa kita lihat jiwa-jiwa entrepreneur pupus sejak dini karena anak terbiasa diberi oleh orang tua. Timbul pertanyaan, bagaimana cara mengatasinya? cara mengatasinya yaitu dengan pembiasaan dirumah, sekolah, dan lingkungan yang mendukung mereka. Kurangnya kegiatankegiatan entrepreneur yang menunjang kreatifitas para siswa sehingga siswa pun sulit untuk mengekspresikan ide-ide cemerlang mereka. Salah satu dari beberapa sekolah yang menanamkan nilai-nilai entrepreneurship, salah satunya adalah SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara. Sekolah ini mempunyai jenjang dari mulai jenjang TK, SD,sampai SMP. Pada masing-masing jenjang memiliki program unggulan tersendiri yaitu pada sekolah TK diberikan program unggulan yaitu bahasa inggris dan kurikulum Islam, SD diberikan program unggulan IT dan
6
entrepreneurship namun diberikan hanya pada kelas 4, 5, dan 6 saja, dan pada SMP diberikan program unggulan entrepreneurship. Sebagaimana diketahui SMPI Mentari Indonesia memiliki visi: menjadi lembaga pendidikan islam berkarakter entrepreneur
yang unggul dalam iman,
ilmu, akhlaq. Dan memiliki misi : menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai landasan kegiatan, menumbuh kembangkan jiwa entrepreneurship yang berlandaskan keislaman dengan mengembangkan kurikulum yang berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning), memberikan hasil terbaik bagi para stakeholder (yayasan, pengguna jasa, dan civitas akademik), implementasi
menggunakan kualitas
multi
peserta
kurikulum
didik
yang
untuk
mendukung
handal,
mendukung
pengembangan jalur informasi dan ilmu pengetahuan melalui koneksi internet, menjadikan sekolah sebagai laboratorium pendidikan yang menghasilkan hasil penelitian yang mutakhir, membangun kerjasama yang baik dengan dinas pendidikan serta sekolah menengah di dalam dan luar negeri. Visi dan misi
sekolah tersebut telah menggambarkan bahwa
sekolah menginginkan siswa dan siswinya memiliki karakter entrepreneur didukung oleh misi yaitu dengan menumbuh kembangkan jiwa entrepreneurship melalui kurikulum yang berbasis CTL( Contextual Teaching and Learning). Oleh karena itu sekolah harus bisa mewujudkan poin-poin yang tertuang dalam misi tersebut. Berdasarkan hasil wawancara untuk studi pendahuluan, dimana penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara secara umum sudah cukup baik, karna sudah menanamkan nilainilai entrepreneurship baik berada di dalam kelas kaitannya dengan pembelajaran, maupun kegiatan diluar kelas. Akan tetapi pada pelaksanaannya disekolah banyak kendala-kendala yang dihadapi, terutama pada kreativitas siswa yang tidak merata, sehingga membuat mereka kesulitan dalam mengimplementasikan apa yang mereka dapat di
7
kelas ke dalam praktik. Bukan hanya itu saja, sekolah juga belum melakukan kerja sama secara terikat dengan perusahaan atau PT seperti halnya SMK sehingga kurangnya jaringan untuk bekerja sama. tentunya hal tersebut mempengaruhi proses berjalannya penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara. Dan dalam hal ini pastinya perlu banyak strategi yang harus dikembangkan oleh sekolah ataupun guru dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship. Meskipun sudah cukup baik dalam menanamankan nilai-nilai entrepreneurshipnya. Namun, tetap saja tidak luput dari masalah-masalah yang timbul dalam menanamkan nilai-nilai tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang penanaman nilai-nilai entrepreneurship di sekolah tersebut.
Dengan judul
skripsi
“Penanaman
Nilai-nilai
Entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara”.
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang diatas teridentifikasi beberapa masalah di bawah ini: 1. Kurang beragamnya bentuk kegiatan-kegiatan entrepreneurship dalam menanaman nilai-nilai entrepreneurship 2. Banyak faktor baik itu faktor pendukung ataupun penghambat yang mempengaruhi proses berjalanannya kegiatan entrepreneurship 3. Masih banyak siswa yang kreativitasnya rendah 4. Belum terjadinya kerjasama antara sekolah dengan perusahaan / pihak luar 5. Belum optimalnya strategi yang di kembangkan oleh sekolah dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi lingkup masalah dalam penelitian ini, yakni :
8
1. Strategi
yang
digunakan
dalam
menanamkan
nilai-nilai
entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara. 2. Faktor pendukung dan faktor penghambat apa saja yang terdapat dalam menanamkan nilai-nilai entrepeneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan
pembatasan
masalah diatas dan untuk
lebih
memperjelas permasalahan yang akan diteliti, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi yang digunakan dalam menanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneursip di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara?
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat berupa: 1.
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan pengembangan keterampilan peserta didik, serta dapat menjadi acuan sekolah dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship guna menumbuhkan karakter yang mencerminkan seorang entrepreneur.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memberikan informasi dan pemahaman kepada
tenaga pendidik,
orang tua, masyarakat, dalam menanaman nilai-nilai entrepreneurship kepada peserta didik disekolah.
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Nilai-nilai Entrepreneurship 1. Pengertian Entrepreneurship Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau aktif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya.5 Menurut
Novan
Ardy
Wiyani,
entrepreneurship
atau
kewirausahaan adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan selalu berorientasi kepada costumers. Entrepreneurship dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggung jawabnya. 6 Dalam intruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 1995 Tanggal 30
Juni
tentang
Gerakan
Nasional
Memasyarakatkan
dan
Membudayakan Kewirausahaan, di kemukakan bahwa: kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya 5
Tim Pusat Kurikulum Pengembangan Entrepreneurship, Bahan Penelitian Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. (Jakarta:Balitbang Kemendiknas RI,2010) h. 15. 6 Novan Ardy Wiyani, Teacher Preneurship, ( Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012), h.13.
9
10
mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produksi baru dengan meningkatkan efesiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. 7 Hisrich (2008:8) mendefinisikan bahwa entrepreneurship is process of creating something new dan assuming the risk and reward, dari definisi tersebut seorang entrepreneur harus memiliki perilaku antara lain :(1) memiliki inisiatif yang kuat untuk sukses (2) mengalokasikan sumberdaya yang memiliki menjadi output yang memiliki competitive advantage (3) berani mengambil risiko dari setiap kegiatan bisnis yang dilakukan.8 Dari beberapa pendapat dan definisi tentang kewirausahaan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu sikap yang mencerminkan karakter wirausaha dimana dapat menciptakan sesuatu yang bermanfaat baik untuk dirinya ataupun orang lain disekitarnya. Dan memiliki kemauan keras untuk mewujudkan kreatifitas, inovasi serta ide-ide baru dan merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian seorang wirausaha dapat memanfaatkan fasilitas ataupun sumber daya yang ada, dengan mengolahnya dan menghasilkan sesuatu yang berbeda dari orang lain. Sebab itulah masyarakat perlu menyadari bahwa entrepreneurship atau kewirausahaan itu penting kiranya dikembangkan, bukan hanya dikembangkan
melainkan
ditanamkan
melalui
nilai-nilai
entrepreneurship sejak dini, baik itu dalam lingkungan keluarga, maupun lembaga pendidikan. Dalam Islam pun entrepreneurship diajarakan oleh para Rosulullah, pada dasarnya nafkah terbaik adalah nafkah yang 7
Eman Suherman, Desain Pembelajaran Kewirausahaan, ( Bandung: Alfa Beta, 2010 ), h. 6. Willy Arafah, Esensi Lingkungan Bisnis & Entrepreneurship, ( Jakarta:Universitas Trisakti, 2010), h. 7. 8
11
didapatkan dari hasil usahanya sendiri. Nafkah yang halal dan baik, baik berupa makanan ataupun pakaian.
صلىَّ هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم َ ِّب ِِ َعنْ ال َّن ِبي َ بن َمعْ دِي َك ِر ِ َام ِ َع ِن ال ِم ْقد َّ َواِن,ِ َما اَ َك َل اَ َح ٌد َط َعامًا َق ُّط َخيْرً ا ِمنْ اَنْ َيأْ ُك َل ِمنْ َع َم ِل َي ِدِْ ه:َقا َل ان َيأْ ُك ُل ِمنْ َع َم ِل َي ْد ِه َِ ِّ ّ َن ِبي. َ هللا دَاوُ ُد َعلَ ْي ِه السَّال ُم َك ِ Dari Miqdam bin Ma’dikariba Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam, ia berkata: “Tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri, sedang Nabi Daud Alaihissalam juga makan dari hasil usahanya sendiri”. [HR Bukhari] Islam telah memotivasi pengikutnya untuk bekerja, berkarya, dan berusaha dengan serius, dengan tetap memperhatikan ketentuanketentuan syariat Allah swt. 2. Karakteristik Entrepreneur Karakter terdiri atas nilai-nilai operatif, nilai-nilai yang berfungsi dalam praktek. Karakter mengalami pertumbuhan yang membuat suatu nilai menjadi budi pekerti, sebuah watak batin yang dapat diandalkan dan digunakan untuk merespon berbagai situasi dengan cara yang bermoral. Ketika kita berfikir tentang jenis karakter yang kita inginkan bagi anak kita, jelas bahwa kita ingin agar mereka mampu menilai hal yang baik dan buruk, sangat peduli pada hal yang benar, dan melakukan apa yang menurut mereka benar bahkan di saat mereka dihadapkan pada tekanan dari luar dan godaan dari dalam. 9 Wirausaha adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan berbagai sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil tindakan yang tepat, mengambil profit, serta memiliki karakter dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif meraih sukses. Intinya, seorang wirausaha adalah orang-orang yang 9
Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, ( Bandung: Nusa Media, 2013), h 72.
12
memiliki karakter kewirausahaan dan mengaplikasikan hakikat kewirausahaan dalam hidupnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah orang-orang yang memiliki jiwa kreatifitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya. Ada tujuh karakter seorang wirausaha yang merupakan sifat unggul, yakni: percaya diri, orisinalitas, berorientasi manusia, berorientasi pada hasil kerja, berorientasi pada masa depan, berorientasi pada prestasi, berani ambil risiko. a. Percaya diri Seorang wirausaha haruslah memiliki sifat percaya diri yang
tercermin
dari
sikap
yakin
dan
optimis,
mandiri,
kepemimpinan, dan dinamis. b. Orisinalitas Seorang wirausaha haruslah memiliki sifat-sifat orisinalitas yang tercermin dari sikap kreatif, inovatif, inisiatif/proaktif. c. Berorientasi manusia Sikap-sikap pada manusia tercermin dari sifat dan tindakan sifat suka bergaul dengan orang lain, komitmen, responsif terhadap saran dan kritik. d. Berorientasi pada hasil kerja Sikap-sikap berorientasi pada hasil kerja dapat dilihat dari sifat dan tindakan ingin berprestasi, berorientasi keuntungan, teguh, tekun, dan kerja keras, penuh semangat dan energi. e. Berorientasi pada masa depan Karakter
ini terdiri dari sifat pandangan kedepan,
ketajaman persepsi.oleh sebab itu seorang wirausaha harus memiiki visi dan tujuan yang jelas. f. Berorientasi pada prestasi Seorang wirausaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk,
13
pelayanan yang diberikan serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. g. Berani mengambil resiko Hal
ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang
wirausaha kapan pun dan di tempat mana pun, baik dalam bentuk uang, maupun waktu.10 Dari ketujuh karakter diatas mencerminkan sifat seorang entrepreneur, dimana karakter entrepreneur ini bisa kita ajarkan atauoun tanamkan kepada anak didik sejak dini agar mereka bisa percaya diri dalam menunjukkan keahlian mereka, kreatif dalam menciptakan ide baru, dapat berkomitmen dan bergaul baik dengan orang lain, penuh kerja keras, memiliki tujuan yang jelas, mengutamakan prestasi, dan berani mengambil resiko yang dihadapi. Menurut M.Scarborough dan Thomas W. Zimmer terdapat 8 karakteristik kewirausahaan yang meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Rasa tanggung jawab ( desire for responsibility). Yaitu meliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu berkomitmen dan wawas diri. b. Memilih risiko yang moderat (preference for moderate risk) yaitu lebih memilih resiko yang moderat, artinya selalu menghindari resiko, baik yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi. c. Percaya diri terhadap kemampuan sendiri ( confidence in their ability to succes) yaitu memiliki kepercayaan diri atas kemampuan yang dimilikinya untuk memperoleh kesuksesan. d. Menghendaki umpan balik segera(desire for immediate feedback) yaitu selalu menghendaki adanya umpan balik dengan segera, ingin cepat berhasil. e. Semangat dan kerja keras ( high level of energy), yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik. 10
Wiyani., op. Cit., h. 39.
14
f. Berorientasi ke depan (future orientation), yaitu berorientasi masa depan dan memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan. g. Memiliki keterampilan berorganisasi (skill at organizing), yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah. h. Menghargai prestasi (value of achievement over money), yaitu lebih menghargai prestasi daripada uang.11 Dari 8 karakteristik tersebut kita dapat mengetahui karakteristik seperti apakah yang dimiliki seorang wirausaha dalam menjalankan kehidupan sehari-hainya. Terdapat konsep 10 D dari Bygrave yaitu menggambarkan beberapa karaktereristik dari wirausahaan yang berhasil memiliki sifat-sifat yang dikenal dengan istilah 10 D Bygrave, 1994:5) a. Dream, seorang wirausaha mempunyai visi bagaimana keinginannya terhadap masa depan pribadi dan bisnisnya yang paling penting adalah mempunyai kemampuan untuk mewujudkan impiannya tersebut. b. Decisiveness, seorang wirausaha adalah orang yang tidak bekerja lambat. Mereka membuat keputusan secara cepat dengan penuh perhitungan. c. Doers, begitu seorang wirausaha membuat keputusan maka dia langsung menindak lanjutinya. d. Determination, seorang wirausaha melaksanakan kegiatannya dengan penuh perhatian. Rasa tanggung jawabannya tinggi dan tidak mau menyerah, walaupun dia dihadapkan pada halangan atau ringtangan yang tidak mungkin diatasi. e. Dedication, dedikasi seorang wirausaha terhadap bisnisnya sangat tinggi, kadang-kadang dia mengorbankan hubungan kekeluargaan, melupakan hubungan dengan keluarganya untuk sementara. f. Devotion, devotion berarti kegemaran atau kegilagilaan. Demikian seorang wirausaha mencintai bisnisnya dia mencintai pekerjaan dan produk yang dihasilkannya. 11
Suryana, Kewirausahaan Kiat dan Proses Menuju Sukses, ( Jakarta: Salemba Empat, 2006), h.23.
15
g. Details, seorang wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia tidak mau mengabaikan faktor-faktor kecil tertentu yang dapat menghambat kegiatan usahanya. h. Destinity, seorang wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapainya. i. Dollars, wirausahaan tidak sangat mengutamakan mencapai kekayaan. Motivasinya bukan memperoleh uang. Akan tetapi uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan bisnisnya. j. Distribute, seorang wirausaha bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya terhadap orang-orang kepercayaannya.12 Terdapat pula ciri-ciri atau karakteristik seorang entrepreneur menurut penulis dapat terangkum dalam rumusan akronim EMAN SUHERMAN dan disebut dengan konsep Kang Eman yaitu: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l.
Energik Modern Antisipatif Naturalitatif Smart Urgent Humanity Empaty Rasional Motivation Attention Need
Apabila konsep tersebut sudah tertanam dalam jiwa dan sudah dilakukan oleh seorang wirausaha, maka yang bersangkutan akan disiplin, aktif, kreatif, inovatif, dan produktif. Jika telah terlaksana akan dapat menumbuhkan karakteristik utama yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha, yang berdasarkan kajian dari berbagai sumber terdiri atas: mandiri dan jujur, mempunyai profesionalisme bisnis, disiplin, inisiatif, kreatif, dan inovatif, berorientasi pada prestasi dan masa depan, ulet, optimis dan 12
Buchari Alma, Kewirausahaan, ( Bandung: Alfabeta, 2011), h.57.
16
bertanggung jawab,
enerjik
dan
mampu
beradaptasi
dengan
lingkungan sosial, terampil dalam pengorganisasian, mempunyai perencanaan yang realistik dan objektif, berani mengambil risiko melalui integrasi pribadi yang antisipatif, senang dan mampu menghadapi tantangan, memiliki teknik produksi 13 Dari pendapat-pendapat di atas, terdapat beberapa kesamaan karakteristik wirausaha yang dikemukakan oleh para ahli yaitu seperti: percaya diri, berorientasi pada masa depan, bertanggung jawab, menghargai prestasi, berani mengambil risiko, umpan balik. Semua karakteristik ini yang tertanam dalam jiwa wirausaha dalam menjalankan usaha-usaha mereka, dengan mengetahui karakteristik seorang wirausaha kita dapat meniru ataupun mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan perlu kiranya lembaga pendidikan dapat membangun karakteristik wirausaha ini untuk bisa di tanamkan kepada peserta didik disekolah. Karakter wirausaha di awali dengan penanaman nilai-nilai terlebih dahulu, karna karakter tidak diwariskan tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. dan membangun karakter manusia itu merupakan suatu proses yang tiada pernah berhenti. Karakteristik wirausahawan dapat ditumbuhkan melalui penerapan nilai-nilai kewirausahawan di lingkungan sekolah. Setiap warga sekolah mulai dari pimpinan, guru, karyawan dan peserta didik harus konsisten terhadap karakteristik wirausaha menjadi perilaku kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan demikian pada akhirnya peserta didik akan terbiasa dengan pola kehidupan yang sesuai dengan karekteristik wirausaha.
13
Suherman, op. Cit., h. 12.
17
Upaya yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha melalui budaya sekolah, yaitu dengan cara memasukkan nilai-nilai karakteristik wirausaha kedalam peraturan yang berlaku di sekolah. Peraturan yang dibuat harus melibatkan semua komponen yang ada di sekolah, serta mengkomodasi kepentingan stakeholder demi kemajuan sekolah, sehingga peraturan itu sudah mengalami uji materiil dari seluruh warga sekolah dan diakui keberadaanya. Peraturan tersebut meliputi (1) tata tertib peserta didik, (2) kode etik guru dan karyawan, dan (3) peraturan lain yang mengatur terhadap siapa saja yang pada saat itu berada di lingkungan sekolah. Dalam upaya menerapkan peraturan yang berlaku di sekolah, maka perlu dilakukan langkah-langkah (1) sosialisasi peraturan, kegiatan ini dilakukan agar semua warga sekolah dan stakeholder mengetahui bahwa di sekolah telah diterapkan peraturan. Bentuk sosialisasinya bisa melalui ceramah, brosur, pemasangan di tempat strategis di lingkungan sekolah, (2) pelaksanaan, (3) pengawasan, dan (4) pemberian funishmen dan reward.14 3. Tujuan Entrepreneurship Tujuan kewirausahaan ialah mencetak wirausaha yang kreatif dalam artian individu yang memiliki kreativitas yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan hidupnya kelak, khususnya di dunia usaha atau profesi lainnya. pada dasarnya tujuan pembelajaran kewirausahaan diantaranya harus memuat hal-hal yang berhubungan dengan pemahaman terhadap konsep kewirausahaan, pembentukkan jiwa wirausaha, pengembangan diri, teknik-teknik berwirausaha, aspek manajemen bisnis, pemasaran, penjualan, dan teknik optimalisasi risiko, kreatifitas, inovasi, kepemimpinan, komunikasi, langkah-
14
Siti Fatimah, “Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Muda Dalam Pembelajaran Ekonomi”,Jurnal Pendidikan dan Kajian Sejarah. Vol. 3 no 4 Agustus 2013. h. 15.
18
langkah
memasuki
dunia
usaha,
dasar-dasar
ilmu
pengembangan usaha, studi kelayakan, dan etika bisnis.
ekonomi,
15
Berdasarkan dari tujuan pembelajaran kewirausahaan yang telah dikemukakan dapat diketahui bahwa tujuan tersebut pada dasarnya mengarah pada kewirausahaan, dilihat dari sisi bisnis atau usaha dalam arti sempit, yakni membuat, memasarkan dan menjual produk guna mendapatkan keuntungan finansial. Jadi, tujuan pembelajaran kewirausahaan hendaknya dapat memberikan bekal bagi peserta didik melalui tiga dimensi yaitu aspek managerial skill, production technical skill, dan personality develovmental skill. Dari ketiga hal utama tersebut intinya ialah menanamkan sikap dan semangat mandiri serta kemampuan kerjasama dan tertanamnya paradigma wirausaha. Jadi berdasarkan paparan diatas tujuan dari kewirausahaan adalah mencetak, menciptakan individu yang memiliki kreativitas tinggi agar individu-individu tersebut mempunyai bekal kreatifitas untuk masa depan mereka. Kreativitas yang mereka dapat disekolah dapat mereka kembangkan dalam keseharian mereka, jadi, bukan hanya pengetahuan yang mereka dapat disekolah tetapi juga mendapatkan bekal ketika mereka sudah lulus nanti. 4. Nilai-nilai Dasar Entrepreneurship Berdasarkan pengertian dan karakteristik wirausaha terdapat nilai-nilai entrepreneurship yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik. Nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah dan ditanamkan dalam diri peserta didik adalah nilai-nilai yang menunjukkan ciri-ciri seorang entrepreneur. Banyak para ahli yang memberikan masukan terkait dengan nilai-nilai sesuai dengan prioritas keutuhannya. Tetapi, sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, ada tujuh belas 15
Suherman, op. Cit., h. 20.
19
nilai pokok yang harus dikembangkan di sekolah. Nilai-nilai yang dimaksud ialah: mandiri, kreatif, berani mengambil risiko, berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, kerja keras, jujur, disiplin, inovatif, tanggung jawab, kerja sama, pantang menyerah, komitmen, realistis, rasa ingin tahu, komunikatif, motivasi kuat untuk sukses. Nilai-nilai tersebut dikembangkan secara bertahap. Tahap pertama, mengembangkan 6 (enam) nilai terlebih dahulu, yaitu: mandiri, kreatif, berani mengambil risiko, berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, dan kerja keras. Setelah itu, baru dikembangkan nilainilai tersebut, sesuai dengan harapan guru, kepala sekolah, ataupun masyarakat. 16 Hal ini bukan berarti membatasi penanaman nilai-nilai bahwa semua sekolah secara seragam menginternalisasikan enam nilai-nilai kewirausahaan tersebut, namun setiap jenjang satuan pendidikan dapat menginternalisasikan nilai-nilai entrepreneurship yang lain secara mandiri sesuai dengan kebutuhan sekolah. Di samping enam nilai pokok entrepreneurship, pada jenjang pendidikan tertentu sekolah juga perlu diimplementasikan konsep dan keterampilan (skill) kewirausahaan yang akan diimplementasikan pada setiap jenjang pendidikan berbeda kedalaman dan keluasannya. Konsep dan keterampilan kewirausahaan yang akan diimplementasikan pada jenjang pendidikan menengah kejuruan.17 Jadi, nilai-nilai dasar entrepreneurship di tanamkan secara bertahap dan sesuai dengan jenjang pendidikannya serta kebutuhan sekolah tersebut dan tidak serta merta secara langsung dilaksanakan sekaligus oleh satuan pendidikan.
16 17
Barnawi & Mohammad Arifin, School Preneurship, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012), h. 65. Agung Kuswantoro, Teaching Faktory, ( Yogyakarta: Graha Media, 2014), h. 38.
20
B. Urgensi Penanaman Nilai-nilai Entrepreneurship dalam Dunia Pendidikan 1. Pengembangan Nilai Entrepreneurship dalam Pendidikan Pengembangan nilai entrepreneurship dalam pendidikan merupakan sebuah inovasi yang harus dikembangkan oleh lembaga pendidikan
dimana
sekolah
dapat
membangun
atmosfer
entrepreneurship agar peserta didik menyukai tantangan, kreatif, inovatif, dan memiliki keberanian dalam mengambil atau mengelola risiko. Pengembangan nilai entrepreneurship dikembangkan di sekolah dan ditanamkan dalam diri peserta didik adalah nilai-nilai yang menunjukkan ciri seorang entrepreneur. Peserta didik sangat membutuhkan rangsangan positif untuk mengembangkan
prinsip-prinsip
entrepreneurship
yang
sangat
dibutuhkan di masa depannya. Sejak TK, hendaknya peserta didik mulai diajarkan kreativitas dan kemandirian.
Pendidikan yang
memiliki atmosfer entrepreneurship akan memunculkan peluang hidup yang lebih baik bagi para lulusannya. Lulusan sekolah akan memiliki karakter mandiri sehingga mampu mengelola diri sendiri untuk menghadapi lingkungan yang penuh kompetitif. Oleh karena itu, sudah saatnya semua sekolah di indonesia mentransformasi diri menjadi sekolah entrepreneurship agar harapan dan kebutuhan stakeholder terpenuhi.18 Pendidikan entrepreneurship (entrepreneurship education/EE ) adalah aktivitas yang bertujuan untuk membangun minsets, sikap dan keterampilan berentrepreneur dan mencakup aspek-aspek pemunculan ide, inovasi, pengembangan dan gagasan untuk memulai. Singkatnya, inti dari pendidikan entrepreneurship di dalam institusi pendidikan
18
Arifin, op cit. h. 57.
21
adalah
training
entrepreneur.
Entrepreneurship
hanya
dapat
berkembang di sebuah masyarakat dengan norma-norma budaya yang membolehkan beragam hal pilihan hidup. Ini menjadi dasar dan prinsip utama untuk mengembangkan pendidikan entrepreneurship di dunia pendidikan. Jadi, pendidikan entrepreneurship hanya bisa berjalan apabila institusi tersebut memberikan peluang, memfasilitasi dan meng-guide peserta didik untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Jika syarat ini tidak ada, maka mustahil pendidikan entrepreneurship bisa dilakukan di dunia pendidikan.19 Pengembangan metodologi pendidikan yang membangun manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha. Dalam mendukung pengembangan ekonomi kreatif (PEK) tahun 2010-2014, yakni pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat indonesia perlu dirumuskan kebijakan pengintegrasian aspek yang menumbuhkan jiwa kreatif, inovatif, sportif dan wirausaha dalam metodologi pendidikan. Pengembangan metodologi pendidikan ini dilakukan melalui kebijakan-kebijakan sebagai berikut: a. Melakukan kajian dan penyempurnaan kurikulum pendidikan dan pelatihan agar lebih berorientasi pada pembentukan kreativitas dan kewirausahaan peserta didik sedini mungkin. b. Meningkatkan kualitas pendidikan nasional yang mendukung penciptaan kreativitas dan kewirausahaan pada peserta didik sedini mungkin. c. Menciptakan akses pertukaran informasi dan pengetahuan ekonomi kreatif antar penyelenggara pendidikan. d. Peningkatan jumlah dan perbaikan kualitas dan lembaga pendidikan dan pelatihan formal dan informal yang mendukung penciptaan insan kreatif dalam pengembangan ekonomi kreatif. e. Menciptakan keterhubungan dan keterpaduan antara lulusan pendidikan tinggi dan sekolah menengah kejuruan yang terkait dengan kebutuhan pengembangan ekonomi kreatif. f. Mendorong para wirausahawan sukses untuk berbagi pengalaman dan keahlian di institusi pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi dalam pengembangan ekonomi kreatif. 19
Herni Ali, dkk., Teologi Entrepreneurship, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2010) , cet. I, h. 65.
22
g. Fasilitas pengembangan jejaring dan mendorong kerja sama antar insan kreatif indonesia di dalam dan luar negeri. 20 Jadi dengan mengembangkan nilai entrepreneurship ataupun mengembangkan pendidikan entrepreneursip akan memberikan nilai tambah bagi lembaga pendidikan yang mengembangkannya, karna dengan mengembangkan nilai entrepreneurship kepala sekolah dan guru dapat menanamkan nilai-nilai entrepreneurship yang jika di tanamkan kepada siswa akan membantu pembentukan karakter seorang entrepreneur dimana
siswa menyukai tantangan, kreatif,
inovatif, dan memiliki keberanian dalam mengambil atau mengelola risiko. 2. Keberhasilan Penanaman Nilai Entrepreneurship Setiap saat, dunia pendidikan selalu menjadi sasaran tembak bagi ketidakpuasan masyarakat atas hasil prosesnya. Hal ini dapat kita temukan disetiap akhir pembelajaran ataupun setelah anak didik dinyatakan tamat pembelajaran dan lulus ujian. Anakanak memasuki dunia kehidupan di masyrakat sehingga mereka dituntut
untuk
dapat
menjaga
eksistensi
dirinya
dengan
kemampuan yang didapatkan dari proses pendidikan dan pembelajaran. Akan tetapi, yang dihadapi oleh masyarakat sungguh sangat berlainan dengan kenyataan. Anak-anak belum dapat memenuhi keinginan masyarakat, apalagi kebutuhan masyarakat atas sosok-sosok yang mampu berperan untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Seperti kita ketahui bersama, salah satu hal yang menjadi cerminan atas ketidakberhasilan proses pendidikan ini anggapan masyarakat adalah tidak terserapnya lulusan sekolah dalam dunia pekerjaan. Masyarakat melihat bahwa banyak anak-anak yang lulus 20
Najib Sulhan,Pengembangan Karakter Dan Budaya Bangsa, ( Surabaya: Jaring Pena, 2011) , h. 13.
23
dari sekolah tidak mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, apalagi untuk masyarakat. Akibatnya, banyak anakanak yang menjadi pengangguran terdidik di masyarakat. Hal ini oleh masyarakat dianggap sebagai proses yang sia-sia. Proses pendidikan dijalani oleh anak didik, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah lanjutan atas, ternyata belum mampu menjadikan anak-anak sebagai sosok yang mampu menangani kegiatan hidup secara ekonomis. Tentunya, kita tidak menyalahkan masyarakat, tetapi juga tidak dapat menghakimi sekolah sebagai institusi pendidikan yang gagal menajalankan perannya. Dalam konteks ini, kita harus dapat berpikir dan bertindak bijak sebab proses pendidikan merupakan tanggung jawab dan kewajiban bersama. Dengan demikian, ketika proses
pendidikan
dan
pembelajaran
dianggap
mengalami
kegagalan, seharusnya bukan hanya guru dan sekolah yang menjadi kambing hitam kesalahan proses. Untuk itulah, kita perlu melakukan repersepsi dan rekonstruksi, bahkan reorientasi terhadap proses pendidikan terkait dengan kebutuhan masyarakat. 21
Jadi, keberhasilan pendidikan dalam pandangan masyarakat itu adalah ketika siswa telah menyelesaikan pendidikannya dan dapat mengimplementasikan ilmunya dimasyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut. Sehingga proses pendidikan terlihat hasilnya setelah menyelesaikan pendidikannya. Keberhasilan program pendidikan kewirausahaan dapat diketahui melalui pencapaian kriteria oleh peserta didik, guru, dan juga kepala sekolah yang antara lain meliputi: a. Peserta didik 21
Mohammad Saroni, Mendidikan & Melatih Entrepreneur Muda, ( Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012), h. 143.
24
Memiliki kemandirian yang tinggi, memiliki kreatifitas yang tinggi, berani mengambil resiko, berorientasi pada tindakan, memiliki karakter pekerja keras, memahami konsepkonsep kewirausahaan, memiliki keterampilan berwirausaha di sekolahnya, khususnya mengenai kompetensi kewirausahaan. b. Kelas Lingkungan kelas yang dihiasi dengan hasil kreatifitas peserta didik, Pembelajaran kelas yang diwarnai dengan keaktifan peserta didik, lingkungan kelas yang mampu menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai kewirausahaan yang di implementasikan c. Sekolah Guru mampu memberikan keteladanan terhadap penanaman nilai-nilai kewirausahaan kepada peserta didik terutama enam nilai pokok kewirausahaan, guru mampu merancang pembelajaran yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan, Guru mampu memahami konsep-konsep kewirausahaan, Guru memiliki keterampilan kewirausahaan, kepala sekolah mampu menciptakan kreativitas dan inovasi yang bermanfaat bagi pengembangan sekolah/madrasah.22 Dari paparan diatas, di simpulkan bahwa kreteria keberhasilan program pendidikan kewirausahaan diketahui melalui peserta didik, kelas, sekolah, dan guru. Indikator keberhasilan lembaga non profit yakni pendidikan tidak dapat diukur seperti halnya organisasi profit melalui produk yang dihasilkannya. Organisasi non profit pendidikan tidak mudah di ukur. Indikator keberhasilan pendidikan terletak bagaimana stakeholder pendidikan puas atas produk yang dihasilkannya. Produk pendidikan berupa kompetensi lulusan atau out put yang berkualitas dan dibutuhkan masyarakat. 23
22
Tim Pusat Kurikulum Pengembangan Entrepreneurship, op. Cit., h. 12. Supriyoko, ki.” Mempersiapkan Generasi Indonesia Emas Melalui Madrasah” , Makalah Disampaikan Pada Seminar Nasional Bertema Profesional Learning Untuk Indonesia Emas. Auditorium Prof. Harun Nasution, Jakarta, 28 Mei 2015. h. 8. 23
25
3. Strategi Penanaman Nilai Entrepreneurship Nilai-nilai entrepreneurship dapat di tanamkan ataupun diintegrasikan
menggunakan
beberapa
strategi
yang
dapat
dilakukan oleh masyarakat sekolah. Pengintegrasian diawali dengan mengkaji standar kompetensi lulusan dan standar isi pada satuan pendidikan dalam rangka pemetaan nilai-nilai dan kompetensi lulusan terkait dengan pendidikan entrepreneurship. Setelah mengetahui nilai-nilai entrepreneurship yang akan di integrasikan, kemudian diinfuskan kedalam mata pelajaran, proses pembelajaran, kegiatan ekstrakulikuler, pengembangan diri, kultur sekolah dan muatan lokal. Pendidikan entrepreneurship bertujuan untuk membentuk insan indonesia yang secara utuh memiliki pemahaman dan keterampilan
sebagai
seorang
entrepreneur.
Pendidikan
entrepreneurship harus diterapkan oleh seluruh warga sekolah, baik itu oleh kepala sekolah, guru, staf sekolah maupun oleh peserta didik. Nilai-nilai entrepreneurship perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum dengan memperhatikan jenis-jenis kegiatan di sekolah yang
dapat
merealisasikan
pendidikan
entrepreneurship,
pengintegrasian nilai-nilai entrepreneurship yaitu sebagai berikut: a. Integrasi ke dalam mata pelajaran Nilai-nilai entrepreneurship diinternalisasikan ke dalam pembelajaran sehingga diperoleh kesadaran, terbentuknya karakter entrepreneur, dan pembiasaan dalam tingkah laku sehari-hari. Semua mata pelajaran mempunyai peluang yang sama untuk menerima nilai-nilai tersebut. Pelaksanaannya integrasi melewati tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan
evaluasi
pembelajaran.
Pada
tahap
perencanaan, dilakukan dengan cara mengadaptasi silabus dan
26
RPP dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah, dan penilaian
terhadap
nilai-nilai
entrepreneurship.
Prinsip
pembelajarannya ialah mengusahakan peserta didik dapat menerima, merespons, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan menginternalisasikan nilai-nilai entrepreneurship menjadi karakter. b. Integrasi ke dalam kegiatan ekstrakulikuler Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan pendidikan yang berada di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling. Tujuannya adalah untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan potensi, serta tumbuhnya kemandirian yang berguna untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Contoh kegiatan yang dapat diberi muatan entrepreneurship adalah seni budaya, pramuka, olahraga, koperasi,
dan
lain-lain.
Dalam
mengikuti
kegiatan
ekstrakuikuler kewirausahaan harus sudah mengikuti mata pelajaran kewirausahaan.
c. Pengembangan diri Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter atau kepribadian, termasuk karakter entrepreneur. Dilakukan melalui kegiatan bimbingan dan konseling berkenaan dengan masalah pribadi, sosial, belajar, pengembangan karier dan kegiatan ekstrakulikuler. Pengembangan diri secara khusus bertujuan untuk
mengembangkan bakat,
minat,
potensi,
kreativitas, kebiasaan, keagamaan, kemampuan belajar, kegiatan sosial, wawasan dan perencaaan karir, kemampuan pemecahan masalah dan kemandirian.
27
Kegiatan pengembangan diri dapat dibedakan menjadi kegiatan terprogram dan kegiatan tidak terprogram. Kegiatan terprogram adalah kegiatan yang direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram adalah kegiatan yang tidak rencanakan secara khusus dan dilaksanakan langsung oleh pendidikan dan tenaga pendidikan serta diikuti oleh seluruh peserta didik. Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan memalui
pendidikan
kewirausahaan
pengeintegrasian
kedalam
dapat
kegiatan
dilakukan sehari-hari
disekolah misalnya kegiatan “business day” (bazar, karya peserta didik, dll).24 d. Perubahan pembelajaran dari teori ke praktik berwirausaha Perubahan pembelajaran dari teori ke praktik berwirausaha diarahkan pada pencapaian tiga kompetensi yang meliputi penanaman karakter entrerpreneur, pemahaman konsep, dan skill. Bobot kompetensi karakter dan skill entrepreneur lebih besar dibandingkan dengan pemahaman konsep. Pembelajaran
entrepreneurship
diharapkan
mampu
membentuk karakter entrepreneur yang mantap dalam diri peserta didik. Selain itu, pembelajaran entrepreneurship juga diharapkan dapat
membentuk
peserta
didik
yang
terampil
dalam
mengimplementasikan ide-ide kreatif yang keluar dari karakter entrepreneur.
Oleh
karena
itu,
model
pembelajaran
entrepreneurship hendaknya dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dalam menginternalisasikan nilai-nilai entrepreneur melalui pelaksanaan tugas-tugas mendiri.
24
http://www.google.com/amp/s/akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/06/29/konsepkewirausahaan-dan-pendidikan-kewirausahaan/amp/. diakses 21:53 WIB, 01/12/2016.
28
Salah satu model pembelajaran entrepreneurship yang dapat membentuk karakter dan perilaku entrepreneur ialah model project-based learning yaitu model pembelajaran yang berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi peluang peserta didik bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya peserta didik bernilai dan realistik.25 e. Integrasi ke dalam buku ajar Pendidikan entrepreneurship dapat diintegrasikan ke dalam buku ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun dalam evaluasi.
Jadi,
guru
harus
kreatif
memadukan
nilai-nilai
entrepreneurship ke dalam buku ajar. f. Integrasi ke dalam kultur sekolah Budaya sekolah/madrasah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara nilai-nilai (value) yang dianut oleh kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin dengan nilai-nilai yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada dalam sekolah/madrasah tersebut. Nilai-nilai tersebut dibangun oleh pikiran-pikiran manusia yang ada dalam sekolah/madrasah. Pertemuan pikiran-pikiran manusia tersebut kemudian menghasilkan apa yang disebut dengan “pikiran organisasi” ( Kasali, 2006). Dari pikiran organisasi itulah kemudian muncul dalam bentuk nilai-nilai yang diyakini bersama, dan kemudian nilai-nilai tersebut akan menjadi bahan utama pembentukan budaya sekolah/madrasah. Dari budaya tersebut kemudian muncul dalam berbagai simbol dan tindakan yang kasat indra yang dapat diamati dan dirasakan dalam kehidupan sekolah/madrasah sehari-hari. 26 Ketika nilai-nilai entrepreneurship sudah menjadi kultur sekolah maka
hal
ini
menjadi
indikator
keberhasilan
pendidikan
entrepreneurship. Kultur sekolah adalah suasana kehidupan seharihari di sekolah di mana ada interaksi antarwarga sekolah dengan masyarakat. 25
Warga
sekolah
saling
berinteraksi
dengan
Barnawi & Mohammad Arifin, School Preneurship, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012), h. 133. Muhaimin dkk., Manajemen Pendidikan Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 48. 26
29
menggunakan prinsip kejujuran, komitmen, tanggung jawab, optimis, kreatif, dan lain-lain. Kemajuan suatu sekolah sangat ditentukan oleh budaya sekolah yang tertanam dalam setiap diri warga sekolah. Hal ini cukup beralasan karena budaya sekolah yang mengandung kekuatan yang dapat
menggerakkan
kehidupan
sekolah.
Budaya
sekolah
mengarahkan pikiran, ucapan, dan tindakan seluruh warga sekolah. Budaya sekolah yang terkonsep dengan baik sesuai dengan tujuan sekolah memiliki nilai strategis, daya ungkit untuk berprestasi sekaligus mengantarkan warga sekolah pada gerbang kesuksesan. Namun, apabila budaya sekolah tidak dikelola dengan baik, dibiarkan liar begitu saja justru membahayakan keberlangsungan hidup sekolah.27 Tidak
mudah
menumbuhkan
budaya
atau
semangat
entrepreneurship di dalam diri seseorang. Oleh sebab itu diperlukan strategi-strategi jitu di antaranya adalah: 1) Melalui komitmen pribadi Jiwa entrepreneur ditandai dengan adanya komitmen pribadi
untuk
dapat
mandiri,
mencapai
sesuatu
yang
diinginkan, menghindari ketergantungan pada orang lain, agar lebih produktif dan untuk memaksimalkan potensi diri. 2) Lingkungan dan pergaulan yang kondusif Dorongan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha dapat berasal dari lingkungan pergaulan teman, famili, sahabat, karena mereka dapat berdiskusi tentang ide wirausaha, masalah yang
dihadapi
mempunyai
dan
semangat,
cara–cara
mengatasinya.
kemampuan
dan
Sehingga
pikiran
untuk
menaklukan cara berpikir lamban dan malas.
27
Barnawi & Mohammad Arifin, Mengelola Sekolah Berbasis Entrepreneurship, ( Jogjakarta: Arruzz Media, 2013), h. 67.
30
3) Pendidikan dan pelatihan Keberanian untuk membentuk jiwa entrepreneur juga didorong oleh guru atau dosen disekolah atau lembaga pelatihan. Mereka memberikan mata pelajaran entrepreneurship yang praktis dan menarik sehingga membangkitkan minat siswa untuk berentrepreneurship (berwirausaha). 4) Keadaaan terpaksa Banyak orang yang sukses karena dipaksa oleh keadaan. Mungkin pada awalnya tujuannya hanya untuk memenuhi kebutuhannya. Tetapi karena usahanya yang keras, tidak gampang menyerah dan berputus asa, sehingga akhirnya menjadi entrepreneur yang sukses. 5) Proses berkelanjutan Menjadi entrepreneur tidaklah mudah seperti membalik telapak tangan. Ia membutuhkan proses yang panjang dan melelahkan. Maka setiap orang yang memutuskan untuk menjadi entrepreneur harus sadar bahwa ia sedang menempuh sebuah proses yang panjang dan berkelanjutan. 6) Otodidak Melalui berbagai media seseorang bisa menumbuhkan semnagat berwirausaha. Misalnya melalui biografi pengusaha sukses (success story), media televisi, radio majalah koran dan berbagai
media
yang
dapat
diakses
untuk
menumbuhkembangkan jiwa wirausaha yang ada di diri seseorang. 28 Jadi,
dalam
menumbuhkan
budaya
entrepreneurship
disekolah harus dimulai dengan komitmen antara orang yang berada dalam organisasi seperti sekolah, lingkungan pun harus mendukung seperti adanya pelatihan-pelatihan entrepreneur 28
Herni Ali, dkk, Teologi Entrepreneurship, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2010) , cet. I, h. 72.
31
dan pembelajaran entrepreneur disekolah dan menumbuhkan budaya entrepreneurship pun harus berkelanjutan. g. Integrasi kedalam muatan lokal Mata pelajaran ini mememberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya yang diangap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, nilai-nilai luhur setempat, keterampilan, mengangkat masalah sosial dan lingkungan. Dengan demikian pada akhirnya diharapkan peserta didik memiliki keterampilan
hidup
sebagai
bekal
dalam
kehidupan
untuk
menciptakan lapangan kerja secara luas.29 Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, startegi penanaman nila-nilai entrepreneurship itu melalui beberapa cara yaitu melalui mata pelajaran, ekstrakulikulier, pengembangan diri, praktik berwirausaha, buku ajar, kultur sekolah, muatan lokal yang secara bertahap yang implementasikan oleh sekolah sesuai dengan kebutuhannya dan jenjang pendidikannya.
4. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam melakukan Kegiatan Entrepreneurship di Sekolah Proses pendidikan, khususnya yang menggarap aspek kewirausahaan bagi anak didik, memang merupakan sebuah program yang membutuhkan kerja sama banyak pihak. Program ini tidak mungkin hanya ditangani oleh pihak sekolah sebab untuk merealisasikan program, kita membutuhkan banyak pihak, terutama masyarakat. Seperti kita ketahui, program kewirausahaan ini bertujuan mempersiapkan anak didik agar pada saat memasuki dunia/terjun ke masyarakat, mereka sudah mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup.
29
Arifin, op.cit., h. 64.
32
Sekolah diselenggarakan bukan untuk mencari pekerjaan. Sekolah bukan untuk menciptakan anak-anak yang siap bekerja secara langsung. Tetapi, kebutuhan di masyarakat memposisikan sekolah sebagai institusi yang sedemikian rupa sehingga mau tidak mau harus dapat mengkondisikan agar anak didik mempunyai kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Tentunya hal ini menyebabkan sekolah harus menyusun program khusus yang mampu mengkontribusikan program tersebut, semua pihak harus ikut mendukung program sekolah, terutama dalam hal ini masyrakat industri yang ada di masyrakat. a. Dukungan pemerintah. Pemerintah memang mempunyai kewajiban dan tanggung jawab besar untuk proses pendidikan dan pembelajaran bagi warga negaranya. Pemerintah harus menyelenggaraan proses pendidikan dan pembelajaran
sedemikian
rupa
sehingga
anak-anak
mendapatkan proses yang dapat meningkatkan kompetensi anak didik. Pemerintah harus memfasilitasi kebutuhan proses sebaik-baiknya sehingga proses dapat berlangsung maksimal. Oleh karena itulah, pemerintah melalui berbagai program aplikatif bagi kehidupan. Terkait dengan kegiatan kewirausahaan ini, pemerintah dalam program direktorat pendidikan mencanangkan kegiatan yang menyertakan stakeholder
terkait
dalam
dunia
pendidikan
dan
pembelajaran sebagai bentuk kerja sama mutualisme. Stakeholder yang dimaksudkan adalah masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri. b. Dukungan
Masyarakat.
Dalam
konteks
kegiatan
pendidikan, pembelajaran dan pelatihan kewirausahaan peranan masyarakat sangat menentukan dalam keberhasilan proses. Dengan adanya masyarakat ini, proses dapat dilaksanakan sebab mempunyai visi dan misi yang jelas,
33
untuk masyarakat. Dengan visi dan misi ini, jelaslah bagi kita bahwa hidup harus ada tujuan yang pasti, begitu juga halnya dengan proses pendidikan dan pembelajaran yang kita laksanakan untuk anak didik. Kita menyelenggarakan proses pendidikan sebab ingin agar anak-anak mengalami proses metamorphose dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang ada dalam dirinya. Dengan demikian, anak dapat melakukan adaptasi terhadap segala hal yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat. 30
Jadi,
faktor
pendukung
dalam
melakukan
kegiatan
kewirausahaan disekolah yaitu diantaranya dari pemerintah dan masyarakat karna pemerintah merupakan stakeholder penting dalam penyelenggaraan proses pendidikan dan pembelajaran. Dan pemerintah mempunyai tanggung jawab dan kewajiban atas penyelenggaraan proses pendidikan sebab terkait dengan kualitas SDM sebagai pelaku pembangunan bangsa dan negara ini. Bukan hanya faktor pendukung dari pemerintah dan masyarakat namun, keberhasilan dalam kewirausahaan juga ditentukan oleh tiga faktor yaitu yang mencakup hal-hal berikut: 1) Kemampuan dan kemauan. Orang yang tidak memiliki kemampuan, tetapi banyak kemauan dan orang yang memiliki kemauan, tetapi tidak memiliki kemampuan, keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses. 2) Tekad yang kuat dan kerja keras. Orang yang tidak memiliki tekad yang kuat, tetapi memiliki kemauan untuk bekerja keras dan orang yang suka bekerja keras, tetapi tidak memiliki tekad yang kuat, keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses. 3) Kesempatan dan peluang. Ada solusi ada peluang, sebaliknya tidak ada solusi tidak akan ada peluang. Peluang
30
Saroni, op cit., h. 174
34
ada jika kita menciptakan peluang itu sendiri bukan mencari-cari atau menunggu yang datang kepada kita.31 Tanpa adanya kemampuan, kemauan, tekad kuat, kerja keras, kesempatan dan peluang tidak akan mendorong seseorang melakukan kegiatan, seperti halnya kegiatan entrepreneurship disekolah, harus banyak pihak yang mendukung dan bukan hanya dari luar dukungannya melainkan dari diri sendiri juga harus mendukung. Karna dengan kemauan dan tekad kuat menjalankan dan melaksanakan kegiatan entrepreneurshipnya dapat berjalan dengan sungguh-sungguh. Menurut zimmerer (1996:14-15) ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausahawan gagal dalam menjalankan usaha barunya, yaitu sebagai berikut: 1) Tidak kompeten dalam hal manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil. 2) Kurang berpengalaman, baik dalam kemampuan teknik, memvisualisasikan usaha, mengoordinasikan, mengelola sumber daya manusia maupun mengintegrasikan operasi perusahaan. 3) Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan, maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan. 4) Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efesien. 5) Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efesiensi dan efektivitas. Kurangnya pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan peralatan (fasilitas) perusahaan secara tidak efesien dan tidak efektif. 6) Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setangah hati, kemungkinan terjadinya gagal menjadi besar. 7) Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan. Wirausahawan yang kurang siap menghadapi 31
Suryana, op.cit., h. 108.
35
dan melakukan perubahan tidak akan menjadi wirausahawan hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.32 Dari
paparan
diatas,
menyebutkan
bahwa
yang
menyebabkan seorang wirausaha gagal dalam menjalankan usahanya yaitu karna faktor penghambat yang menghalangi atau yang mempengaruhi berjalannya usaha mereka, begitu juga halnya kegitan entrepreneurship disekolah akan gagal atau tidak bisa berjalan jika banyak faktor yang menghambat berjalannya kegiatan tersebut, seperti halnya disebutkan diatas, tidak kompeten dalam hal manajerial yaitu jika dikaitkan kedalam bidang pendidikan yaitu sekolah dapat dibayangkan seorang kepala sekolah yang tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam bidang entrepreneurship maka
apa
jadinya
sekolah
yang
dikelolanya.
Kurang
berpengalaman, jika seorang kepala sekolah dan guru kurang berpengalaman dalam kegiatan entrepreneurship disekolah, apa pengalaman yang akan mereka berikan kepada siswa-siswi mereka. Begitu juga halnya jika gagal dalam perencanaan, dapat membuat bingung pekerjaan yang akan dilakukan dalam kegiatan entrepreneurship tersebut. Dalam kegiatan entreprenenurship disekolah,
bukan
hanya
sekedar
memberikan
ilmu
dan
menanamkan nilai entrepreneurship melalui mata pelajaran di dalam kelas saja, melainkan juga perlunya ada praktik lapangan, jika lokasi yang kurang memadai itu akan menghambat berjalannya kegiatan. Dan pastinya harus ada pengawasan dan sikap yang
sungguh-sungguh dalam berusaha, serta variasi
kegiatan ataupun strategi yang dikembangkan disekolah guna menunjang kelancaran kepala sekolah serta para guru dalam
32
Suryana, op cit., h. 110.
36
menjalankan tugasnya tarutama dalam menanamkan nilai entrepreneurship kepada siswa. C. Penelitian Yang Relevan Berbagai penelitian yang dilakukan mengenai penanaman nilainilai entrepreneurship. Penelitian yang dilakukan oleh Eva Hariyanto yang berjudul “ Pengembangan Jiwa Kewirausahaan Melalui Pendidikan Kecakapan Hidup di SMP Al-Fath Cirendeu” mengungkapkan bahwa pelaksanaan pengembangan jiwa kewirausahaan melalui pendidikan kecakapan hidup di SMP Al-Fath berjalan dengan baik dan memberikan dampak positif kepada peserta didik. Namun demikian, dari hasil penelitian ditemukan beberapa masalah yang harus segera diperbaiki seperti: kurangnya variasi kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah, mengubah paradigma peserta didik terhadap pelajaran elektro dan menjahit, dukungan orang tua kepada peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada: pihak sekolah perlu memambahkan variasi kegiatan agar peserta didik bisa memilih kegiatan sesuai dengan minat dan bakat, sekolah diharapkan untuk memberikan pengertian kepada orang tua agar mereka mendukung peserta didik dengan cara mendorong untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah, dan guru diharapkan bisa mengubah cara pandang peserta didik mengenai pelajaran elektro dan menjahit agar mereka bisa menyukai pelajaran elektro dan menjahit. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Helmi Hermawan
yang
berjudul
”Pelaksanaan
Pembelajaran
Bernilai
Karakter Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Studi di SMK Negeri 16 Jakarta” mengungkapkan bahwa pelaksanaan pembelajaran bernilai karakter pada mata pelajaran kewirausahaan di SMK Negeri 16 Jakarta belum berjalan secara optimal. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada guru untuk mengikuti pelatihan khususnya berkaitan dengan bagaimana mengintegrasikan pembelajaran bernilai karakter
37
sehingga melalui pembelajaran di kelas diharapkan penerapan nilai karakter tersebut dapat berjalan lebih baik dan lebih efektif. Selain itu juga perlu mengembangkan pembelajaran berkarakter pada pembiasaan yang dilakukan dalam rangkaian rutinitas secara berkesinambungan dan selalu berkaitan. Penelitian yang dilakukan oleh Eva Harianto memfokuskan pada pengembangan
jiwa
kewirausahaannya
yaitu
melalui
pendidikan
kecakapan hidup dan penelitian yang dilakukan oleh Helmi Hermawan memfokuskan pada pelaksanaan pembelajaran yang bernilai karakter pada mata pelajaran kewirausahaan. Penelitian ini merupakan pelengkap dari penelitian-penelitian sebelumnya yang diharapkan dapat menambah khasanah dengan cara menanamkan nilai-nilai entrepreneurship. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memfokuskan pada penanaman nilai-nilai entrepreneurship yang terintegrasi pada mata Pelajaran, ekstrakulikuler, pengembangan diri, muatan lokal, kultur sekolah, praktik berwirausaha, buku ajar.
D. Kerangka Berpikir Penanaman nilai-nilai entrepreneurship sebagai salah satu bentuk nilai yang harus ditanamkan sekolah dengan baik. Sehingga siswa memiliki kepribadian yang mencerminkan nilai-nilai entrepreneurship dalam kehidupan
sehari-harinya.
Sebagaimana
kita
ketahui
nilai-nilai
entrepreneurship yaitu mandiri, kreatif, berani mengambil resiko berorientasi
pada
tindakan,
kepemimpinan,
kerja
keras,
konsep,
skill/keterampilan. Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di sekolah dapat menggunakan strategi yang di integrasikan melalui mata pelajaran, perubahan pembelajaran, ekstrakulikuler, pengembangan diri, kultur sekolah, muatan lokal,
dan pembelajaran aktif. Dengan adanya penanaman nilai-nilai
entrepreneurship disekolah, diharapkan terjadi perubahan pada sikap
38
peserta didik yang mencerminkan karakter wirausahawan yang mereka dapat aplikasikan dalam kehidupan mereka.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin di capai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui strategi yang digunakan dalam menanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan
penghambat dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara yang terletak di Jl. KH.Muhammad Musa No.59 Tanah Tinggi Setia Asih Tarumajaya Kab. Bekasi, Telp 021-91308975. Adapun waktu penelitian direncanakan mulai dari bulan September sampai dengan April 2016. NO
JENIS KEGIATAN
BULAN 9 10
1.
Penyusunan proposal
2
Perizinan
3
Pengumpulan data
4
Analisis data
5
Penyusunan laporan
11
39
12 1
2
3
4
5
6
7
8
40
C. Metode Penelitian Dilihat dari tujuan penelitian dan sifat masalah yang ada, fokus penelitian
ini
adalah
mendeskripsikan
penanaman
nilai-nilai
entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia. Dengan demikian penelitian ini dapat dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif dengan bentuk metode deskriptif kualitatif. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan. Untuk itu metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi akan digunakan untuk pengumpulan data penelitian D. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan sifat dan tujuan dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut. 1. Observasi Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang bentuk program atau kegiatan penanaman nilai-nilai entrepreneurship, mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, praktik berwirausaha dan budaya sekolah di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara. 2. Wawancara Wawancara digunakan untuk memperoleh data/informasi terkait strategi-strategi yang digunakan dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran, buku ajar, ekstrakurikuler, praktik berwirausaha, pengembangan diri, muatan lokal, dan budaya sekolah di SMPI Mentari Indonesia serta faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakannya. Metode yang
dilakukan
dengan
menggunakan
pedoman
41
wawancara.Wawancara dilakukan dengan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, 10 guru, dan 15 siswa. 3. Studi Dokumentasi Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai hal-hal berupa catatan. Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tetang profil, visi dan misi, data guru, data siswa, kurikulum, kegiatan ekstrakulrikuler yang ada di SMPI Mentari Indonesia dan lain sebagainya.dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk melengkapi data penelitian sehingga dapat ditampilkan gambaran tentang objek penelitian. E. Instrumen Penelitian 1. Definisi Konseptual Penanaman nilai-nilai entrepreneurship adalah Penanaman nilainilai entrepreneurship sebagai salah satu bentuk nilai yang harus ditanamkan
sekolah
dengan
baik.
Sehingga
siswa
memiliki
kepribadian yang mencerminkan nilai-nilai entrepreneurship dalam kehidupan sehari-harinya. Sebagaimana kita ketahui nilai-nilai entrepreneurship yaitu mandiri, kreatif, berani mengambil resiko berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, kerja keras, jujur, disiplin, inovatif, tanggung jawab, kerja sama, pantang menyerah, komitmen, realistis, rasa ingin tahu, komunikatif, motivasi kuat untuk sukses. 2. Definisi Operasional Secara operasonal penanaman nilai-nilai entreprneurship dilakukan melalui
strategi
yang
meliputi:
mata
pelajaran,
perubahan
pembelajaran, ekstrakulikuler, pengembangan diri, kultur sekolah, muatan lokal, dan pembelajaran aktif. Dengan adanya penanaman nilai-nilai entrepreneurship disekolah, diharapkan terjadi perubahan pada sikap peserta didik yang mencerminkan karakter wirausahawan, yang mandiri, kreatif, berani mengambil resiko berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, kerja keras, jujur, disiplin, inovatif, tanggung
42
jawab, kerja sama, pantang menyerah, komitmen, realistis, rasa ingin tahu, komunikatif, motivasi kuat untuk sukses. 3.
Kisi-kisi instrumen a. Pedoman Wawancara Tabel 1
Variabel
DIMENSI a. Karakteristik entrepreneurship b. Tujuan entrepreneurship
INDIKATOR -Siswa mencerminkan karakter entrepreneurship -Mempunyai tujuan dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship di sekolah
c. Nilai-nilai dasar entrepreneurship
-Sekolah memiliki program yang dapat menanamkan nilai-nilai entrepreneurship
d. Pengembangan nilainilai entrepreneurship Penanaman nilai-nilai entrepreneurship
-Mampu mengembangkan nilai-entrepreneurship disekolah
e. Keberhasilan
-Mampu mencapai kriteria
penanaman nilai-nilai
dalam menanamkan nilai-
entrepreneurship
nilai entrepreneurship
f. Strategi penanaman
-Mampu mengintegrasikan
nilai-nilai
nilai-nilai entrepreneurship
entrepreneurship
melalaui berbagai strategi
g. Faktor pendukung dan
-Mampu meminimalisir
penghambat dalam
hambatan-hambatan dan
melakukan kegiatan
meningkatkan faktor
entrepreneurship
pendukung baik dari internal
disekolah
sekolah maupun eksternal
43
Tabel 2 Kisi-kisi Pedoman Observasi No
Aspek yang diamati
Ada
1
Mata Pelajaran
2
Kegiatan Ekstrakurikuler
3
Praktik Berwirausaha
4
Budaya Sekolah
Tidak
keterangan
4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif adalah model analisis dan mengalir (flow model). Langkahlangkah yang dipergunakan dalam model ini antara lain : pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
a. Pengumpulan Data Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang merupakan catatan lapangan yang terkait dengan pertanyaan atau tujuan penelitian. b. Reduksi Data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yakni dari observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Setelah dibaca, dipelajari, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data. Langkah
ini
memfokuskan,
berkait
erat
dengan
menyederhanakan,
proses
menyeleksi,
mengabstraksikan
dan
mentransformasikan data mentah yang diperoleh dari hasil penelitian.
Reduksi
data
dilakukan
selama
penelitian
berlangsung. Langkah ini dilakukan sebelum data benar-benar
44
dikumpulkan. Peneliti sudah megetahui data-data apa saja yang dilakukan terkait penelitian.
c. Penyajian Data Penyajian
data
atau
kumpulan
informasi
yang
memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data yang mudah dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif yang menceritakan secara panjang lebar temuan penelitian. d. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan langkah selanjutnya.
Analisisnya
menggunakan
analisis
model
interaktif. Artinya analisis ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama tersebut. Data yang terkumpul dari hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang terkait dengan penelitian direduksi untuk dipilih mana yang paling tepat untuk disajikan. Proses pemilihan data akan difokuskan pada data yang mengarah untuk pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan, atau untuk menjawab pertanyaan penelitian.33
33
Pedoman Penulisan Skirpsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014, h al. 70-71.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah SMPI Mentari Indonesia Jl.KH.Muhammad Musa No 59 Kampung Tanah Tinggi RT/RW 002/024 Desa Setia Asih kecamatan tarumajaya kabupaten Bekasi dengan alamat Email
[email protected] dan No Statistik Sekolah 202022202009 merupakan sekolah yang memiliki kurikulum bidang studi entrepreneurship yang diajarkan dengan sistem yang berbasis CTL, Media pembelajaran yang digunakan berbasis ICT (Information Communication Technology) serta pembiasaan nilainilai keislaman (ta’widh) dan model pembelajaran ISLAMI ((Interactive, Student Centre, Language Collaborate, Active, Modeling, ICT Based) 1. Visi dan Misi SMPI Mentari Indonesia Visi merupakan cita-cita atau angan-angan yang hendak dicapai oleh suatu organisasi tertentu. Sedangkan misi adalah langkah-langkah yang dijalankan untuk mensukseskan visi yang telah di buat. Maka ini lah visi dan misi SMPI Mentari Indonesia yaitu : Visi: Menjadi Lembaga Pendidikan Islam Berkarakter Entrepreneur Yang Unggul Dalam Iman, Ilmu, Akhlaq. Misi : Berikut misi SMP Islam Mentari Indonesia yang dirumuskan berdasarkan visi sekolah, sebagai berikut: a. Menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai landasan kegiatan. b. Menumbuh kembangkan jiwa entrepreneurship yang berlandaskan keislaman dengan mengembangkan kurikulum yang berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning)
45
46
c. Memberikan hasil terbaik bagi para stakeholder (Yayasan, Pengguna Jasa, dan Civitas Akademik). d. Menggunakan multi kurikulum untuk mendukung implementasi kwalitas peserta didik yang handal. e. Mendukung pengembangan jalur informasi dan ilmu pengetahuan melalui koneksi internet. f. Menjadikan sekolah sebagai laboratorium pendidikan yang menghasilkan hasil penelitian yang mutakhir. g. Membangun kerjasama yang baik dengan Dinas Pendidikan, serta sekolah menengah di dalam dan luar negeri.
Kedepannya, setiap lulusan SMP Islam Mentari Indonesia diharapkan akan memiliki: a. Akhlak yang baik dan melandaskan hidup dengan semangat keislaman. b.
Unggul dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terkini.
c.
Mandiri,
kreatif,
serta
memiliki
semangat
dan
jiwa
entrepreneurship sehingga mampu bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara. 2. Profil Guru SMPI Mentari Indonesia Guru merupakan salah satu stakeholder penting dalam sekolah untuk memberikan layanan pendidikan dan pengajaran kepada peserta didik, tanpa guru proses belajar mengajar tidak akan terjadi. Guru yang terdapat di SMPI Mentari Indonesia berjumlah guru 14 guru tetap yayasan dan 4 guru honorer serta 1 KTU dan 1 staff TU. Jumlah guru yang ada di SMPI Mentari Indonesia sebagian besar merupakan Sarjana Strata 1 yang memiliki kemampuan yang berbeda.
47
No
Status Pendidik dan Tenaga Kependidikan
A.
B.
C.
Jumlah
Pendidik 1.
Guru PNS diperbantukan tetap
-
2.
Guru tetap yayasan
14
3.
Guru honorer
4
4.
Guru tidak tetap
-
Tenaga Kependidikan 1.
KTU
1
2.
Staff TU
1
Tenaga lainnya 1.
Penjaga Sekolah (Satpam)
3
2.
Kebersihan
1
Jumlah Personal
24
Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan NO
NAMA
KETERANGAN
1
Bhayu Sulistiawan, S.Pd.I
Guru Tetap Yayasan
2
Waliyadin Sholeh, S.Pd.I
Guru Tetap Yayasan
3
Ahmad Fauzi, S.Pd.I
Guru Tetap Yayasan
4
Aminudin, S.Pd.I
Guru Tetap Yayasan
5
Pela Indra Yanih, S.Si
Guru Tetap Yayasan
6
Ayu Guspradiana, S.Pd
Guru Tetap Yayasan
7
Sri Mujiati, S.Pd
Guru Tetap Yayasan
48
8
Nunung Rahmawati, S.Pd
Guru Tetap Yayasan
9
Dwi Lestari, S.Kom
Guru Tetap Yayasan
10
Titin Suwastini, S.Pd.
Guru Tetap Yayasan
11
Irwan, S.Pd
Guru Honorer
12
Ahmad Firdaus, S.Pd.I
Guru Honorer
13
Euis Ismayati, S.Pd.
Guru Honorer
14
Muhammad Hasan, S.Pd
Guru Honorer
15
Nadia, S.Pd.I
GuruTetap Yayasan
16
Aida Rahma, S.Pd.I
GuruTetap Yayasan
17
Enisah
GuruTetap Yayasan
18
Nurbaiti
GuruTetap Yayasan
19
Yudi Raharjo, A.Md.
KTU
20
Nur Arfah
Staff TU
21
Hasan Saudi
Kebersihan
22
Lakod
Satpam
23
Sahroni
Satpam
24
Sarbini
Satpam
49
3. Data Siswa SMPI Mentari Indonesia Data
tersebut
menjelaskan
bahwa
SMPI
Mentari
Indonesia
menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran kuota setiap kelas tidak terlalu padat sehingga diharapkan pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan optimal. Jumlah peserta didik SMPI Mentari Indonesia adalah sebagai berikut : Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
Kelas VII -IX
Tahun Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Siswa
Rombel
Siswa
Rombel
Siswa
Rombel
Siswa
Rombel
2012/2013
24
1
8
1
-
-
32
2
2013/2014
16
1
21
1
8
1
45
3
2014/2015
24
1
16
1
22
1
62
3
2015/2016
49
3
26
1
17
1
92
5
Pelajaran
4. Sarana dan prasarana SMPI Mentari Indonesia Sarana dan prasarana sebagai fasilitas pendidikan dan pengajaran yang ada di SMPI Mentari Indonesia adalah sebagai berikut: a. Kelas multimedia dengan koneksi internet ( kapasitas maksimal 20 orang ) b. Luas lahan yang proposional untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) c. Bersekolah dilingkungan taman yang hijau dan indah d. Sarana peribadatan e. Green school
50
f. Library e-book g. Auditorium sekolah h. Laboratorium IPA
No
Jenis Sarana Prasarana
Jml
Kategori Ruangan
Ruang Baik
1. Ruang Kelas
8
8
2. Perpustakaan
1
3. R. Lab. PAI
-
4. R. Lab. Biologi
-
5. R. Lab. Fisika
-
6. R. Lab. Kimia
-
7. R. Lab. Komputer
-
8. R. Lab. Bahasa
-
9. R. Kepala Sekolah
1
1
10. R. Guru
1
1
11. R. Tata Usaha
1
1
12. R. Bimbingan Konseling
1
1
13. R. Tempat Ibadah
1
1
14. R. UKS
1
1
15. Jamban Siswa dan Guru
5
5
16. Gudang
1
1
17. R. Sirkulasi
-
18. Tempat Olahraga
-
19. R. OSIS
-
20. R. Kegiatan Siswa
-
21. R. Lainnya
-
Rusak
Rusak
Rusak
Ringan
Sedang
Berat
51
Seluruh ruang yang ada di SMPI Mentari Indonesia dalam keadaan baik dan dapat dipergunakan untuk menunjang kegiatan pendidikan dan pengajaran. Seluruh sarana dan prasarana dipergunakan dengan baik sesuai dengan kebutuhan kegiatan sehingga proses belajar terlaksana secara optimal. B. Analisis dan Pembahasan 1. Strategi Penanaman Nilai-Nilai Entrepreneurship Di SMPI Mentari Indonesia Deskripsi data tentang gambaran umum penanaman nilai-nilai entrepreneurship didasarkan pada hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait di sekolah, observasi, dan dokumentasi. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang kaya sehingga bisa memberikan karya penelitian yang baik. SMPI Mentari Indonesia melakukan penanaman nilai-nilai entrepreneurship mengintegrasikan
melalui ke
beberapa
dalam
cara
berbagai
yaitu
kegiatan
dengan
diantaranya
ekstrakurikuler, mata pelajaran, buku ajar, budaya sekolah, muatan lokal, pengembangan diri dan praktik berwirausaha. a. Mata pelajaran dan buku ajar Mata pelajaran dan buku ajar merupakan strategi yang digunakan
sekolah
untuk
menanamkan
nilai-nilai
entrepreneurship, mata pelajaran apapun disekolah ini tidak terlepas dari unsur entrepreneurship begitupun buku ajar, namun pada buku ajar nilai-nilai yang disampaikan tetap harus sesuai dengan materi yang bersangkutan. Hal ini disampaikan oleh salah satu guru bidang studi bahasa inggris yaitu: “saya masukkan nilai-nilai baik yang terkandung dalam entrepreneurship seperti percaya diri, jujur kedalam metode pembelajaran ataupun tugas-tugas sehari-hari, tetapi tetap saja pada pemaparan harus disesuaikan pada materi”.34 34
Hasil wawancara dengan Guru B. Inggris SMPI Mentari Indoensia pada tanggal 20 September 2016
52
Disekolah ini hampir setiap mata pelajaran dapat di integrasikan nilai-nilai entrepreneurship, karna menurut guru yang ada di sekolah ini, entrepreneurship merupakan sesuatu yang mudah untuk di tempatkan dimana saja seperti halnya dalam pemaparan materi mata pelajaran yang disampaikan maupun aplikasinya pada buku ajar, kendala yang dialami guru pun tidak terlalu sulit ini dikemukakan oleh guru B. Indonesia yaitu: “Alhamdulillah tidak ada kendala ataupun kesulitan dalam memasukkan nilai-nilai kedalam mata pelajaran dan buku ajar, karna nilai-nilai entrepreneurship sangat simple dan mudah untuk ditempatkan dimana saja seperti halnya nilai-nilai agama”35 Semua mata pelajaran mempunyai peluang yang sama untuk menerima nilai-nilai entrepreneurship tersebut. Dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran apapun yang ada disekolah diusahakan selalu mengaitkan antara nilai-nilai entrepreneurship maupun keislaman dengan pelajaran, cara pengintegrasiannya yaitu dengan cara memasukkannya kedalam metode pembelajaran seperti diskusi atau bermain peran, dan juga memasukkannya kedalam penugasan individu/kelompok dan juga dalam pemaparan materi. Sesuai dengan visi dan misi sekolah, diharapkan peserta didik memiliki karakter entrepreneurship oleh karena itu nilai-nilai entrepreneurship pun di integrasikan melalui berbagai strategi seperti halnya pada mata pelajaran dan buku ajar karena dengan mengaitkan keduanya guru akan lebih mudah mempadupadankan nilai-nilai entrepreneurship dengan mata pelajaran dan buku ajar. Dalam kegiatan belajar mengajar sering kali guru menekankan nilai kemandirian, kejujuran, tanggung jawab dan disiplin. Dengan menanamkannya setiap hari diharapkan nilai-nilai ini tertanam
35
Hasil wawancara dengan Guru B. Indonesia SMPI Mentari Indoensia pada tanggal 26 September 2016
53
didalam jiwa mereka sehingga menjadikan karakter didalam dirinya. Hampir semua mata pelajaran dapat di korelasikan dengan nilai-nilai entrepreneurship namun tetap menyesuaikan dengan karakteristik materi yang disampaikan, salah satunya adalah mata pelajaran SBK. Seperti yang di katakan oleh guru SBK Pak Ahmad Fauzi, S.Pd.I yaitu: “Entrepreneurship memberikan apresiasi pada mata pelajaran SBK karna terus terang saja di pelajaran entrepreneurship tidak ada muatan praktik jadi hanya pada teoritis saja. Teori yang diajarkan yaitu yang pertama peserta didik diajarkan berjualan ala Rosulullah yaitu benar, jujur dan amanah. Yang kedua dalam entrepreneur diajarkan bagaimana cara pembukuan secara manajemen. Yang ketiga yaitu entrepreneur yang diajarkan secara islami, dimana peserta didik diajarkan ketika sudah menjadi pengusaha atau orang sukses tidak memanfaatkan apa yang sudah di raihnya.inilah yang kami ajarkan secara teori kepada peserta didik. Sedangkan praktiknya berhubung korelasinya antara SBK dengan nilai-nilai entrepreneurship yaitu contohnya saja ketika mempelajari materi entrepreneurship di perintahkan untuk mengolah uang 80 ribu, dengan modal 80 ini peserta ddik di latih untuk dapat mengelola, mengatur sedemikian rupa pengeluaran dan pendapatan berapa. Apa yang di buat dan apa yang di produk inilah tugas SBK untuk mengajarkan peserta didik mempraktikkan materi yang sudah di pelajari di entrepreneur. ada 4 muatan dalam mata pelajaran SBK dalam nilai-nilai entrepreneurship yaitu : budidaya, prodak keterampilan (kriya), pengolahan. 36 Jadi, antara guru entrepreneurship dan guru sbk saling bekerjasama mempadupadankan materi entrepreneurship dengan praktik SBK sehingga pada praktik pun tidak terlepas dari entrepreneurship. Ada beberapa kerajinan yang dihasilkan dari praktik ini yaitu: lukisan, membuat grabah ( tanah liat ), batik dan lain sebagainya. Dari paparan informasi yang di dapat dari guru tersebut, ternyata 36
mata pelajaran seperti SBK, PKN bisa di
Hasil wawancara dengan Guru SBK SMPI Mentari Indoensia pada tanggal 24 Juli 2016
54
integrasikan nilai-nilai entrepreneruship dan hasilnya pun siswa sangat aktif dalam mengikuti setiap pembelajaran. Siswa dapat terampil, kreatif, aktif, mandiri, bertanggung jawab, disiplin, dan inovatif. Dengan mempadupadankan nilai-nilai entrepreneurship ke mata pelajaran lain dapat lebih menguatkan karakter siswa nantinya, karna diterapkan dalam kegiatan pembelajaran seharihari namun tetap disesuaikan dengan karakteristik materi yang disampaikan. b. Ekstrakurikuler dan Praktik Berwirausaha Di sekolah ini bukan hanya melalui teori dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship, namun di integrasikan pula kedalam ekstrakurikuler dan praktik berwirausaha. Dimana terdapat ekstrakurikuler wajib yang harus diikuti seluruh siswasiswi yaitu ekstrakurikuler pengembangan entrepreneurship yang dikembangkan kedalam program sekolah yang bernama botani, botani merupakan kebun hidroponik yang di fasilitasi sekolah untuk melatih peserta didik menjadi pribadi yang kreatif, bertanggung jawab, jujur, berani memimpin, bekerja sama dsb. Kebun hidroponik ini ditanami 2 jenis tanaman, yaitu sayur mayur dan herbal, dimana peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dalam setiap kelas, pada setiap kelompok biasanya peserta didik diminta untuk merencanakan, mengelola, merawat, sampai memanen dan memasarkan hasil kebun yang sudah siap jual. Sedangkan praktik berwirausaha biasanya masing-masing guru mata pelajaran memberikan praktik berwirausaha pada waktu melaksanakan ujian praktik, contohnya saja pada ujian praktik SBK, guru SBK memberikan praktik membuat kerajinan tangan, dimana siswa diperintahkan untuk membuat kerajinan tangan dari
55
bahan daur ulang dan membuat karya yang memiliki nilai ekonomi. Bukan hanya pada saat praktik setiap ujian, namun pada saat event-event sekolah pun peserta didik membuka bazar dan menawarkan produk-produk hasil buah karya mereka, seperti lukisan, kaligrafi, makanan dsb. Kegiatan-kegiatan ini membantu melatih mereka untuk lebih percaya diri, mandiri, kreatif, dan tanggung jawab sehingga ketika sudah berada dilingkungan luar sekolah mereka sudah memiliki modal untuk terjun langsung. Terdapat pula kegiatan entrepreneurship yang diadakan sebulan sekali yaitu “entrepreneur day” dimana peserta didik menjajakan produk yang mereka buat dan dijual dilingkungan sekolah. Banyak manfaat yang mereka dapat dari kegiatan entrepreneur day,seperti yang disampaikan oleh salah satu siswa kelas 9 yaitu: “banyak manfaat yang saya dapat dari kegiatan entrepreneur day, saya bisa membangkitkan rasa percaya diri saya untuk berani berkomunikasi dengan orang banyak, dan melatih kerja sama dan keterampilan antar teman serta mengembangkan ide yang saya miliki” 37 Bukan hanya pada kegiatan entrepreneur day saja, namun pada ekstrakurikuler yang terintegrasi entrepreneurship pun banyak manfaat yang mereka dapati contohnya saja pseperti pernyataan yang disampaikan oleh siswa kelas 7 yaitu: “saya mengikuti ekstrakurikuler KIR( karya ilmiyah remaja) manfaatnya saya bisa meningkatkan kreativitas dan rasa percaya diri saya”38 c. Budaya sekolah Budaya sekolah merupakan aspek pendukung untuk menanamkan nilai-nilai entrepreneurship dimana budaya sekolah 37 38
Hasil wawancara dengan Siswa kelas 9 pada tanggal 23 mei 2016 Hasil wawancara dengan siswa kelas 7 pada tanggal 15 sepetember 2016
56
sangatlah mendukung seperti adanya kantin jujur
yang dapat
melatih kejujuran peserta didik. budaya sekolah yang ada disekolah ini adalah keislaman, tekhnologi, bahasa (inggris dan Arab),
dan
entrepreneurship.
Membangun
budaya
entrepreneruship ini tidaklah mudah, dimana seluruh warga sekolah harus bekerja sama dan berkomitmen untuk menciptakan budaya sekolah yang dapat memberikan contoh baik untuk para siswa-siswinya. Dengan adanya botani ini dapat melatih kreatifitas siswa karena siswa diikut sertakan atau diterjunkan langsung mulai dari pemilihan bibit tanaman yang akan ditanam, menanamnya,
merawatnya,
memanen,
sampai
dengan
memasarkan hasil panen mereka .program botani ini di ikut sertakan oleh seluruh siswa disekolah setiap kelas di bagi menjadi beberapa kelompok, hasil panen botani ini pun dapat dipasarkan atau dijual pada acara entrepreneur day yang diadakan satu bulan sekali disekolah. d. Pengembangan diri Pengembangan diri yang dilakukan di SMPI Mentari Indonesia yaitu dengan melakukan kunjungan ( outing class ) ke berbagai tempat yang dapat mengembangkan pengetahuan siswa terkait entrepreneurship serta untuk memberikan motivasi. Ada beberapa tempat yang sudah di kunjungi yaitu seperti PT sosro, PT yakult, rumah batik betawi dsb. Hal ini disampaikan oleh kepala sekolah SMPI Mentari Indonesia yaitu: “Ada beberapa tempat yang kami kunjungi untuk menjalin kerjasama yaitu pengelola pohon jati, batik betawi, bogor kreatif, beberapa PT seperti yakult dan sosro namun ini baru sekedar kunjungan saja”39
39
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMPI Mentari Indonesia 16 Mei 2016
57
Outing class ini di lakukan pada akhir semester. Diadakannya outing class ini bertujuan untuk mengembangkan diri peserta didik, dimana peserta didik dapat melihat produk-produk yang di hasilkan oleh entrepreneur sukses yang nantinya dapat mereka ambil contoh kedepannya. Outing class ini pun membantu untuk menanamkan nilai-nilai entrepreneurship seperti nilai percaya diri dan kreatif. e. Muatan lokal Terdapat beberapa muatan lokal di sekolah ini, yaitu bahasa arab, bahasa sunda, tahsin Al-Quran dan tahfidz. Muatan lokal ini mengambil andil dalam penanaman nilai-nilai entrepreneurship karna setiap hal yang ada disekolah tidak terlepas dari ke empat aspek unggulan sekolah yaitu salah satunya entrepreneurship. Salah
satu
muatan
lokal
yang
terintegrasi
nilai-nilai
entrepreneurship yaitu bahasa sunda, selain teori yang diajarkan guru pun memberikan tugas praktik, contoh tugas praktiknya yaitu membuat makanan khas sunda, tidak terlepas dari mata pelajaran namun tetap ada unsur entrepreneurshipnya, dimana terdapat nilainilai yang diajarkan oleh guru dalam praktik ini seperti nilai kemandirian, bertanggung jawab, kreatif, kerjasama, komunikatif dsb. Entrepreneurship tergambar dari visi misi sekolah yaitu menjadi lembaga pendidikan islam berkarakter entrepreneur yang unggul dalam iman, ilmu, dan akhlak. Diharapkan kedepannya siswa memiliki karakter yang mencerminkan seorang entrepreneur berlandaskan keislaman. Sekolah ini menggunakan kurikulum komparasif yaitu menggabungkan antara kurikulum lokal dengan pemerintah, hal ini dikemukakan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum yaitu:
58
“kalau dari segi kurikulum kita menggunakan komparasif antara kurikulum lokal dengan kurikulum dinas, untuk kurikulum entrepreneur itu sendiri untuk tataran smp kita masih mengikuti dari SD karna kita merupakan terusan dari SD mentari, untuk kurikulum entrepreneur di smp masih terbilang 60-70% itu teori dan selebihnya praktik, dan kurikulum entrepreneur ini pun di buat oleh TIM tersendiri dari sekolah dan untuk kewirausahaan kami belum mengambil kurikulum nasional karna kami memiliki tim dari internal sekolah. Entrepreneur sendiri disekolah lebih banyak teori yang diajarkan dari pada praktik dalam artian masih belum total untuk memasuki praktik”40 Dalam rangka mewujudkan sekolah yang unggul tersebut yayasan mentari indonesia jaya melalui smpi mentari indonesia, berupaya terus meningkatkan kualitasnya. Upaya ini diwujudkan dalam berbagai bidang diantaranya kualitas dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, administrasi, kegiatan ekstrakurikuler serta membina hubungan yang baik dengan instansi pendidikan terkait, masyarakat lingkungan sekitar, para orang tua dan para ahli pendidikan. Sekolah ini pun merupakan Salah satu sekolah dengan menekankan pada penanaman kepribadian mandiri dan semangat entrepreneurship, memiliki sarana dan prasarana yang lengkap diantaranya ruang kelas multimedia, lab entrepreneurship, koneksi internet, dan perpustakaan multimedia e-book, sekolah yang menerapkan konsep green school sehingga ramah lingkungan, pendidik yang profesional dan terpilih sesuai dengan karakter sekolah, menyelaraskan dengan konsep islam sehingga setiap kegiatan dilandaskan dengan islam sebagai semangat hidup. Konsep green school menjadi media pengembangan program botani dimana green school sangat mendukung program ini karna terdapat dua manfaat yaitu dapat dimanfaatkan sebagai media praktik entrepreneurship dalam bentuk pertanian yaitu 40
Hasil wawancara dengan wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum 23 Mei 2016
59
menanam sayur mayur dan tanaman herbal dan keduanya memiliki manfaat baik untuk sekolah yaitu untuk memperindah lingkungan dan dapat di jual serta dijadikan jamuan. SMPI Mentari Indonesia merancang satu model sekolah yang memberikan pendidikan, pengajaran dan pelatihan kepada peserta didik untuk menjadi seorang yang kuat imannya, kuat aqidahnya, berilmu dan berakhlak mulia. Diharapkan kedepannya, mereka tidak hanya mapan kognisi dalam kerangka ilmiah tapi juga memiliki kecakapan dan keterampilan hidup melalui karakter entreprenenurship. Hal ini tertuang dalam target sekolah yaitu dimana sekolah menargetkan peserta didik memiliki karakter entrepreneurship dan kepemimpinan yang islami. Entrepreneurship menjadi program unggulan yang menjadi pembeda dengan sekolah lain yang sejenisnya yaitu: a. Bidang berbasis
entrepreneurship yang diajarkan dengan sistem yang CTL
(contekstual,
teaching,
and
learning)
serta
entrepreneur day b. Pengembangan karakter entrepreneur siswa melalui entrepreneur day. c. Menekankan pada penanaman kepribadian mandiri dan semangat entrepreneurship d. Outing class
(kunjungan lembaga pemerintah, swasta, sosial,
tokoh entrepreneur, perusahaan, dan sebagainya) e.
Outing class entrepreneur visiting Entrepreneurship sebagai program unggulan dan termuat dalam
kurikulum sekolah, mengapa entrepreneurship yang dipilih sebagai program unggulan sekolah, karna pada saat ini sekolah bukan hanya memberikan muatan materi kepada peserta didik namun harus memberikan pula muatan yang melatih skill/ keterampilan mereka. Hal ini diperkuat pula dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, terkait mengapa sekolah ini memiliki keunggulan entrepreneurship, bahwa:
60
“Pertama: kondisi global saat ini dimana tuntutan perkembangan zaman anak-anak harus mempunyai life skill/keretampilan hidup, jadi tidak hanya mengandalkan ketika sudah lulus mencari kerja di pabrik menjadi karyawan, jika peserta didik mempunyai keterampilan mereka bisa membuka usaha sendiri bahkan bisa mempekerjakan orang lain. Kedua:nilai-nilai yang ditanamkan yaitu nilai kemandirian, nilai-nilai yang terkandung didalam entrepreneurship itu banyak di antaranya nilai yang kita kembangkan adalah nilai kemandirian, kedisiplinan, kejujuran, dan tanggung jawab ke empat aspek tersebut yang kita kembangkan disini. Semua itu dibungkus dengan nilai-nilai keislaman, sehingga diharapkan siswa menjadi entrepreneurship yang berlandaskan nilai-nilai keislaman.41 Kepala sekolah mengemukakan bahwa setiap anak itu harus memiliki skill/keterampilan karna, dengan membekali mereka dengan keterampilan atau keahlian, diharapkan mereka dapat mandiri kedepannya setelah tamat dari sekolah, dan dapat tahan uji dengan keadaan
lingkungan
yang
menuntut
mereka
harus
bekerja.
Entrepreneurship disekolah ini bukan menekankan anak untuk berbisnis ataupun menjadi seorang pembisnis melainkan anak bisa mencontoh nilai-nilai entrepreneurship yang dimiliki oleh seorang pembisnis. Penanaman nilai-nilai enterepreneurship ini merupakan usaha yang dilakukan sekolah dalam mewujudkan visi misi sekolah yaitu menjadi lembaga
pendidikan islam berkarakter entrepreneurship.
Dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship, sekolah memiliki startegi-startegi tersendiri yaitu pertama dari teori yang diajarkan oleh guru entrepreneur itu sendiri serta pembiasaan-pembiasaan yang membentuk karakter entrepreneur. kedua praktek entrepreneurship yang dilakukan pada program sekolah yaitu botani dan entrepreneur day. Dari sekian banyak nilai-nilai entrepreneur, sekolah menekankan empat aspek nilai yaitu: a. Kemandirian 41
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMPI Mentari Indonesia 16 Mei 2016
61
b. Kedisiplinan c. Kejujuran d. Tanggung jawab Bukan hanya nilai entrepreneurship saja yang ditekankan disekolah ini namun terdapat pula nilai-nilai keislamannya yaitu iman, ilmu, dan akhlak dengan harapan peserta didik dapat memiliki karakter entrepreneur yang berlandaskan keislaman seperti Rosulullah, Dimana ketika nilai ini di gabungkan dapat menjadi penyempurna keseluruhan nilai-nilai yang ditanamkan sekolah. indikator keberhasilan programprogram sekolah dapat diketahui dari kegiatan sehari-hari mulai dari KBM sampai praktik. Keaktifan siswa dilihat pada saat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar serta seberapa antusiasnya siswa dalam
mengikuti
praktik
berwirausaha
disekolah.
Kejujuran,
kedisiplinan, dan kemandirian dilihat siswa dalam mengerjakan tugas dan kebiasaaan siswa . Karna, itu yang paling valid dibanding nilai raport karna sehari-hari guru memantau kebiasaan-kebiasaan peserta didik. Karakteristik entrepreneurship sudah terlihat dan tercermin dari keseharian siswa yaitu dapat dilihat dari KBM, praktik, dan kegiatankegiatan
sekolah
lainnnya.
Nilai-nilai
entrepreneurship
yang
ditanamkan kepada siswa-siswi antara lain adalah jujur, bertanggung jawab, kreatif, mandiri, percaya diri, mau berusaha. Semua itu seperti hasil wawancara dari beberapa guru bidang studi. Nilai-nilai dasar entrepreneurship pun sedikit banyak sudah terintegrasi kedalam program-program sekolah yaitu seperti program botani dan entrepreneur day. Dengan begitu bukan hanya pada KBM nilai-nilai itu berkesinambungan disampaikan, namun pada programprogram sekolah.
62
Keberhasilan penanaman nilai-nilai entrepreneurship pada dasarnya diukur atau diketahui melalui pencapaian dari peserta didik, guru dan lingkungan kelas. a. Peserta didik Peserta didik sudah memiliki bekal keterampilan untuk berwirausaha kedepannya serta sudah memahami apa itu entrepreneurship. Dan tercermin dari keseharian mereka telah memiliki kemandirian, percaya diri, kejujuran, aktif, bertanggung jawab dan kreatif yang cukup baik. b. Lingkungan kelas Pada KBM hampir guru yang diwawancara mengemukakan bahwa peserta didik aktif dalam mengikutinya dan lingkungan kelas pun banyak hasil-hasil buah karya mereka seperti lukisan, kaligrafi dsb. c. Guru Guru dan kepala sekolah SMPI Mentari Indonesia selalu memberikan keteladanan baik itu didalam maupun luar kelas. Dan guru pun sudah mampu merancang pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai entrepreneurship meskipun belum secara maksimal.
C. Faktor pendukung dan penghambat dalam penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia
Faktor pendukung dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship yaitu sarana dan prasarana yang memadai, dan guru-guru yang selalu mengikuti pelatihan-pelatihan seperti pelatihan KBM dan keterampilan sehingga dapat mengaplikasikannya kepada peserta didik. Bukan hanya itu sekolah pun memiliki TIM tersendiri untuk membantu membuat
63
kurikulum sekolah yang berkaitan dengan entrepreneurship. Programprogram sekolah pun menjadi pendukung yang kuat dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship dimana peserta didik aktif dalam mengikuti setiap program sekolah tersebut. Terdapat pula kendala ataupun hambatan yang dihadapi yaitu belum adanya SDM pemandu atau mentor pendamping program-program kegiatan entrepreneurship untuk memandu siswa pada saat program entrepreneurship yang membutuhkan pendamping. Dengan adanya pendamping siswa menjadi lebih terarah pada setiap kegiatan contohnya saja pada kegiatan botani, dimana siswa sangat membutuhkan mentor pendamping untuk memberikan arahan-arahan terkait bercocok tanam karna tidak semua anak faham cara menanam yang baik dan dengan adanya mentor dapat mengontrol perkembangan anak-anak pada setiap kegiatan.
Dan kendalanya itu dari eksternal yaitu peserta didik yang
berasal bukan dari SD mentari langsung, karna jika peserta diidk yang berasal dari SD mentari itu sudah mengetahui bahwa sekolah ini terdapat muatan entrepreneurship didalamnya, sehingga perlunya pembiasaanpembiasaan dan pengenalan untuk lebih mengenal sekolah. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil wawancara oleh kepala sekolah yaitu: “ya, hambatan yang dialami yaitu dari eksternal seperti peserta didik yang dari luar mentari karna kebanyakan mereka belum mengetahui seluruhnya terkait tentang sekolah, kalau yang berasal dari SD mentari sudah tau program-program entrepreneur apa saja yang biasa di lakukan disekolah”42 Kendala ini tidak menyurutkan semangat para guru dan kepala sekolah membimbing siswa yang berasal dari luar SD mentari karna jika siswa sudah lebih mengenal lingkungan sekolah, program-program yang berkaitan dengan entrepreneurship akan lebih memudahkan guru dan kepala sekolah untuk menanamkan nilai-nilai entrepreneurship.
42
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMPI Mentari Indonesia 16 Mei 2016
64
Sedangkan kendala atau hambatan yang dialami oleh guru yaitu diungkapkan oleh guru sbk : “Jarangnya komunikasi antara guru entrepreneur dengan guru-guru karna terus terang guru entrepreneur tersebut memiliki jam terbang( bukan mengajar di sekolah ini saja ) jadi hanya ada pada waktu beliau ada jam saja, hal ini yang menjadi kendala. Nah tapi kami melakukan evaluasi yaitu pada tahun pembelajaran membuat rumusan terkait penanaman nilainilai entrepreneur, karna entrepreneur ini merupakan salah satu dari deferensiasi sekolah ( keunggulan sekolah) jadi tidak ada kata main-main dalam hal penanaman nilai-nilai entrepreneurship ini”43 Komunikasi antar guru itu sangatlah penting untuk saling bertukar pikiran, ide dan pendapat satu sama lain. Oleh karena itu ketika komunikasi tidak lancar pada suatu organisasi, orang yang ada didalam organisasi pun sulit untuk lebih mengemukakan ide-ide yang sebenarnya sangat baik untuk perkembangan sekolah. Komunikasi dengan guru entrepreneur sangatlah penting, karna setidaknya guru entrepreneur lebih banyak mengetahui tentang dunia entrepreneur yang ada disekolah. Namun,
sekolah
selalu
berusaha
mencari
jalan
keluar
untuk
menyelesaikannya, dapat disiasati ketika rapat guru, guru bebas menyampaikan ide-ide atau pendapat lain yang dapat memberikan suatu inovasi baru untuk sekolah.
43
Hasil wawancara dengan Guru SBK SMPI Mentari Indoensia pada tanggal 24 Juli 2016
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilanjutkan
dengan
penganalisaan yang telah penulis lakukan tentang penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian ini, sebagai berikut:
1. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di bab-bab sebelumnya, maka dapat dijelaskan bahwa penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara sudah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat melalui proses penanaman nilai-nilai entrepreneurship yang dilakukan kepada siswa oleh guru dan civitas sekolah. Hasilnya ditunjukkan dengan karakter siswa yang sudah mencerminkan karakter seorang entrepreneur terlihat dari kreatifitas, percaya diri, komunikatif dan
tanggung
diintegrasikan
jawab. melalui
Penanaman strategi
nilai-nilai
pada
entrepreneurship
kegiatan-kegiatan
yang
diprogramkan seperti kegiatan pembelajaran (mata pelajaran) dan juga diintegrasikan pada kegiatan ekstrakurikuler, praktik berwirausaha, pengembangan diri, muatan lokal dan budaya sekolah.
2. Faktor pendukung yang terdapat di SMPI Mentari Indonesia ini yaitu guru-guru yang aktif mengikuti pelatihan-pelatihan, TIM Kurikulum yang bagus, dan sarana prasarana yang memadai. Sedangkan faktor penghambat atau kendala yang dialami yaitu peserta didik yang berasal dari luar SD Mentari karena mereka belum mengetahui program sekolah yang terdapat muatan entrepreneurship yang menjadi unggulan disekolah ini. Namun sekolah dapat meminimalisir dari faktor kendala tersebut.
65
66
B.
Saran Berdasarkan temuan dan kesimpulan di atas, terdapat beberapa saran yang
perlu
disampaikan
terkait
dengan
penanaman
nilai-nilai
entreprneuership
1. Sekolah di harapkan memberikan program-program entrepreneurship lebih banyak lagi, sehingga siswa dapat memiliki bukan hanya satu keterampilan tapi lebih sesuai dengan minatnya masing-masing seperti menjahit, budidaya dan lain sebagainya. 2. Berkomunikasi dengan baik antar guru dengan guru entrepreneurship guna bertukar pendapat atau ide, sehingga banyak ide untuk lebih mengembangkan entrepreneurship baik itu dalam hal programprogram ataupun strategi penanaman nilai-nilai entrepreneurship. 3. Menyediakan tutor atau pendamping untuk memandu dalam program kegiatan entrepreneurship.
67
DAFTAR PUSTAKA Ardy Wiyani, Novan. Teacher Preneurship. Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012. Alma, Buchari. Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta, 2011. Arafah, Willy. Esensi Lingkungan Bisnis & Entrepreneurship. Jakarta: Universitas Trisakti, 2010. Ali, Herni & Fizin, Hamam. Teologi Entrepreneurship. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Barnawi & Mohammad arifin. School preneurship.Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012 Barnawi & Mohammad Arifin. Mengelola Sekolah Berbasis Entrepreneurship. Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2013 Kuswantoro, Agung. Teacher Faktory. Yogyakarta: Graha Media, 2014. Lickona, Thomas. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, Bandung: Nusa Media, 2013 Muhaimin dkk,. Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. Nurseto, Tejo. Jurnal pendidikan akuntansi indonesiaI. Program studi pendidikan akuntansi fakultas ekonomi universitas negeri yogyakarta. Vol.VII No.2 Th. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Saroni, Mohammad mendidikan & melatih entrepreneur muda, Jogjakarta: Arruzz Media, 2012 Sulhan, Najib pengembangan karakter dan budaya bangsa, Surabaya: Jaring Pena, 2011 Suryana. Kewirausahaan Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat, 2006.
68
Suherman, Eman. desain pembelajaran kewirausahaan. Bandung: Alfa Beta, 2010. Supriyoko, ki.” Mempersiapkan generasi indonesia emas melalui madrasah”, makalah disampaikan pada seminar nsional bertema profesional learning untuk indonesia emas. 28 mei. Jakarta:auditorium prof. Harun nasution, 2015. Tim pusat kurikulum pengembangan pendidikan entrepreneurship. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta : Balitbang Kemendiknas RI, 2010. https://www.academia.edu/11386648/Berita_Resmi_BPS_2015
69
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:Ahmad Fauzi
Jabatan
:Guru SBK
Hari /tanggal
:24 Juli 2016
Pewawancara
:Dalam kegiatan belajar mengajar, nilai-nilai apa yang paling sering ibu/bapak tekankan kepada peserta didik kaitannya dengan karakter entrepreneur?
Narasumber
:kaitannya dengan entrepreneurship, sbk memiliki korelasi yang
cukup
Entrepreneurship
kuat
dengan
memberikan
entrepreneurship.
apresiasi
pada
mata
pelajaran SBK karna terus terang saja di pelajaran entrepreneurship tidak ada muatan praktik jadi hanya pada teoritis saja. Teori yang diajarkan yaitu yang pertama peserta didik diajarkan berjualan ala Rosulullah yaitu benar, jujur dan amanah. Yang kedua dalam entrepreneur diajarkan bagaimana cara pembukuan secara manajemen. Yang ketiga yaitu entrepreneur yang diajarkan secara islami, dimana peserta didik diajarkan ketika sudah menjadi pengusaha atau orang sukses tidak memanfaatkan apa yang sudah di raihnya.inilah yang kami ajarkan secara teori kepada peserta didik.
Sedangkan praktiknya berhubung
korelasinya antara SBK dengan nilai-nilai entrepreneurship yaitu
contohnya
saja
ketika
mempelajari
materi
entrepreneurship di perintahkan untuk mengolah uang 80 ribu, dengan modal 80 ini peserta ddik di latih untuk dapat
70
mengelola, mengatur sedemikian rupa pengeluaran dan pendapatan berapa. Apa yang di buat dan apa yang di produk inilah tugas SBK untuk mengajarkan peserta didik mempraktikkan
materi
yang
sudah
di
pelajari
di
entrepreneur. ada 4 muatan dalam mata pelajaran SBK dalam nilai-nilai entrepreneurship yaitu : budidaya, prodak keterampilan (kriya), pengolahan. Pewawancara
:Apakah nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang dikembangkan disekolah?
Narasumber
:iya
betul.
Nilai-nilai
tersebut
yang
dikembangkan
disekolah, menurut saya entrepreneurship itu tidak bisa terlepas dari nuansa islami, maka dari itu sekolah selalu menekankan kepada anak-anak berentrepreneurlah dengan Ala Rosulullah Pewawancara
:Strategi apa yang ibu/bapak gunakan dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneur kepada peserta didik dalam mengajar ?
Narasumber
: ada beberapa sistem, atau biasa yang kita sebut dengan pemetaan ada di akhir pembelajaran/semester. Seperti yang sudah saya katakan tadi, yaitu pada materi tertentu guru entrepreneurship memerintahkan saya sebagai guru sbk untuk mengadakan praktek entrepreneurship.
Pewawancara
:Bagaimana cara bapak/ibu merancang pembelajaran yang terintegrasi nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber
:kalau untuk merancang, kita biasa merumuskan pada awal pembelajaran.
Kita
buat
berkelanjutan.
Contohnya
sistematis itu
untuk
berkala bulan
dan
pertama
membuat pengolahan, di bulan kedua kita buat budidaya.
71
Sehingga sampai semester kedua dan seterusnya secara berkelanjutan. Dan ini dimasukkan ke RPP. Didalam kurikulum Entrepreneurship itu terpisah sendiri, karna entrepreneurship itu tidak ada dari dinas, kurikulum ini dirumuskan dan dirancang sendiri oleh TIM ahli, kalau boleh jujur kita menggunakan jasa dari UNJ untuk membuat kurikulum entrepreneurship khusus untuk SD dan SMP yayasan mentari. Dan RPP dan modulnya tersendiri. Pewawancara
:Apakah
ibu
mengalami
mempadupadankan
antara
kesulitan
nilai-nilai
dalam
entrepreneurship
dengan mata pelajaran yang ibu ajarkan? Narasumber
:biasanya dalam pembelajaran itu pastinya ada, seperti ada keinginan yang disampaikan oleh guru entrepreneur kepada guru sbk, jarangnya komunikasi antara guru entrepreneur dengan guru sbk karna terus terang guru entrepreneur itu guru sesi artinya memiliki jam mengajar disekolah lain. Sehingga kita selalu evaluasi membuat rumusan pada awal tahun pembelajaran.
Pewawancara
:Apa
hambatan
terbesar
ibu/bapak
dalam
mempadupadankan mata pelajaran dengan nilai-nilai entrepreneurship? Narasumber
:Alhamdulillah
tidak
ada
hambatan
besar
dalam
mempadupadankan nilai-nilai entrepreneurship ke mata pelajaran, karna nilai-nilai ini sangatlah fleksibel dan dapat ditempatkan dimana saja.
72
Pewawancara
:Apakah
nilai-nilai
entrepreneurship
ini
ibu/bapak
integrasikan kedalam buku ajar, baik dalam pemaparan materi ataupun tugas? Narasumber
:kalau itu tidak disampaikan secara detail tapi disampaikan secara umum, contohnya saja seperti penilaian dimana penilaian sbk menjadi penilaian untuk entrepreneur begitupun sebaliknya karna sbk dan entrepreneurship memiliki korelasi yang kuat dalam bekerjasama
Pewawancara
:Apakah
nilai-nilai
integrasikan
kedalam
entrepreneurship metode
belajar?
ini
ibu/bapak
Seperti
apa
contohnya? Narasumber
:ya, contohnya saja seperti pada metode diskusi, ceramah karna dari situlah kita bisa memberikan dan mengajarkan nilai-nilai kepada peserta didik.
Pewawancara
:Apakah ketika dalam mengajar kelas diwarnai dengan keaktifan peserta didik?
Narasumber
:pengalaman pada waktu saya menjadi wali kelas pada tahun 2015/2016 kelas 8,saya sering kontroling pada setiap anak belajar jadi ketika guru mengajar saya mengikuti sampai pelajaran selesai,jadi kebetulan sekali saya melihat pada pelajaran entrepreneur, karna entrepreneur diharapkan pada keaktifan siswa, maka ketika ada anak yang tidakaktif maka point nya kurang, dan pada saat itulah pembelajaran entrepreneurship anak-anak sangat aktif. Dan untuk sbk pun sangat menekankan keaktifan.
73
Pewawancara
:Apakah menurut bapak/ibu lingkungan kelas mampu menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai entreprneur?
Narasumber
:iya sangat, karna entrepreneurship itu menjadi urutan ketika dalam deferensiasi sekolah dan tidak ada kata mainmain untuk deferensiasi sekolah ini. Budaya-budaya entrepreneur, anak kita sudah mulai bisa bongkar pasang komputer nah disitulah masuk dua budaya IT dan entrepreneurship. Ini mengajarkan anak kita untuk sedikit demi sedikit membuka usaha meskipun kecil.
Pewawancara
:Upaya apa yang dilakukan agar peserta didik benar-benar memiliki karakter entreprneurship?
Narasumber
:upayanya yaitu kita selalu mengaitkan deferensiasi sekolah yang ada 4 ini yaitu agama, IT, entrepreneurship dan bahasa. Karna sangat baik menurut saya entrepreneurship digabungkan dengan agama, IT dan bahasa.
Pewawancara
:Apakah budaya sekolah sangat
mendukung dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship? Seperti apa gambarannya? Narasumber
: budaya sekolah cukup mendukung untuk menanamkan nilai-nilai entrepreneurship, contohnya seperti 5S, dan nuansa keislaman.
Pewawancara
:Apakah sekolah mewajibkan guru selalu mengaitkan anatara mata pelajaran yang diampu dengan penanaman nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber
: sebenarnya hanya wacana belum aplikasi secara total,namun guru memiliki kreatifitas, perlahan nilai-nilai entrepreneurship di integrasikan kedalam mata pelajaran.
74
Salah satu kendala yang kita alami yaitu seperti yang sudah saya katakan tadi karna guru entrepreneurship memiliki jam mengajar disekolah lain jadi sulitnya untuk berkomunikasi kecuali pada hari guru tersebut mengajar.
75
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
: Aminudin, S.Pd.I
Jabatan
:Guru pkn
Hari /tanggal
: 20 Juli 2016
Pewawancara
:Dalam kegiatan belajar mengajar, nilai-nilai apa yang paling sering ibu/bapak tekankan kepada peserta didik kaitannya dengan karakter entrepreneur?
Narasumber
:yang pertama itu tanggung jawab,berani yang kita sampaikan kepada anak-anak karna
Pewawancara
:Apakah nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang dikembangkan disekolah?
Narasumber
:iya betul, tetapi ada nilai-nilai yang lain seperti kejujuran, berkata yang benar, sopan, displin.anak-anak pun diajarkan berani untuk mengambil resiko, berani malu, rugi dan lain sebagainya.
Pewawancara
:Strategi apa yang ibu/bapak gunakan dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneur kepada peserta didik dalam mengajar ?
Narasumber
:untuk strategi mengajar dikelas yang pertama tentunya seperti biasa cerah dan lain sebagainya, tapi biasanya untuk pkn kita menggunakan vidio untuk diamati, seperti mana sikap yang baik untuk ditiru dan tidak. Dan pelajaran apa yang bisa diambil.
76
Pewawancara
:Bagaimana cara bapak/ibu merancang pembelajaran yang terintegrasi nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber
:kita komunikasi dengan guru entrepreneur dan wali kelas, seperti halnya di jam-jam tertentu anak-anak harus diberikan nutrisi motivasi.
Pewawancara
:Apakah
bapak/ibu
mempadupadankan
mengalami
antara
kesulitan
nilai-nilai
dalam
entrepreneurship
dengan mata pelajaran yang ibu ajarkan? Narasumber
:kalau pertanyaannya mengalami kesulitan atau tidak, pastinya ada. Salah satunya seperti ketidak sesuaian materi dengan metode yang digunakan.
Pewawancara
:Apa
hambatan
terbesar
ibu/bapak
dalam
mempadupadankan mata pelajaran dengan nilai-nilai entrepreneurship? Narasumber
:Alhamdulillah tidak ada hambatan untuk menanamkan nilai kepada siswa
Pewawancara
:Apakah nilai-nilai entrepreneurship sangat berkaitan dengan pelajaran yang bapak ampu?
Narasumber
:tentunya, karna setiap pelajaran yang diajarkan disekolah tidak terlepas dari entrepreneurship, sebab entrepreneurship merupakan unggulan di sekolah ini.
Pewawancara
:Apakah
nilai-nilai
entrepreneurship
ini
ibu/bapak
integrasikan kedalam buku ajar, baik dalam pemaparan materi ataupun tugas? Narasumber
: ya betul, tapi saya tetap harus menyesuaikan kemateri yang akan saya sampaikan
77
Pewawancara
:Apakah
nilai-nilai
integrasikan
entrepreneurship
kedalam
metode
ini
belajar?
ibu/bapak
Seperti
apa
contohnya? Narasumber
:ya, contohnya saja seperti pada metode ceramah, bermain peran dan lain sebagainya
Pewawancara
:Apakah ketika dalam mengajar kelas diwarnai dengan keaktifan peserta didik?
Narasumber
: pastinya, contohnya saja ketika belajar menggunakan metode bermain peran, itu siswa sangatlah aktif.
Pewawancara
:Apakah menurut bapak/ibu lingkungan kelas mampu menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai entreprneur?
Narasumber
:menurut saya iya, karna lingkungan sekolah kita selalu membiasakan anak-anak berprilaku sopan, baik dan tentunya tidak lepas dari entrepreneurship.
Pewawancara
:Upaya apa yang dilakukan agar peserta didik benar-benar memiliki karakter entreprneurship?
Narasumber
:upaya yang saya lakukan ya terus mengevalusi apa yang sudah diberikan kepada anak-anak dan kita melihat perkembangan anak-anak seperti apa.
Pewawancara
:Apakah budaya sekolah sangat
mendukung dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship? Seperti apa gambarannya? Narasumber
:ya betul, budaya sekolah sangat mendukung guru dalam menanamkan nilai entrepreneurship, dan dimulai dari hal yang kecil. Seperti tanggung jawab dan jujur.
78
Pewawancara
:Apakah sekolah mewajibkan guru selalu mengaitkan anatara mata pelajaran yang diampu dengan penanaman nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber
:kalau secara langsung sih tidak yah, tapi secara tidak langsung iya,di sekolah ini nilai entrepreneurship dan nilai keagamaan itu hampir sama jadi, mau mata pelajaran apa pun silahkan guru sekreatif mungkin menyelipkan nilainilai itu.
79
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:Peni Pangestuti, SS
Jabatan
:Guru B. Indonesia
Hari /tanggal
:Senin 26 September 2016
Pewawancara
:Dalam kegiatan belajar mengajar, nilai-nilai apa yang paling sering ibu/bapak tekankan kepada peserta didik kaitannya dengan karakter entrepreneur?
Narasumber
:yang paling sering saya sampaikan kepada anak-anak yaitu nilai-nilai
yang
sering
ditekankan
biasanya
adalah
kejujuran, tekun, dan aktif. Pewawancara
:Apakah nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang dikembangkan disekolah?
Narasumber
: Ya betul, nilai-nilai tersebut merupakan nilai yang paling sering ditekankan dan dikembangkan disekolah.
Pewawancara
:Strategi apa yang ibu/bapak gunakan dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneur kepada peserta didik dalam mengajar ?
Narasumber
:strategi yang biasa saya gunakan membiasakan siswa aktif dalam belajar dan memberikan tugas berupa lisan/tulisan.
Pewawancara
:Bagaimana cara bapak/ibu merancang pembelajaran yang terintegrasi nilai-nilai entrepreneurship?
80
Narasumber
:merancangnya
dengan
cara
membuat
perencanaan/
adaministratif guru berupa, Lesson plan, weekly plan, dan target pencapaian. Pewawancara
:Apakah
ibu
mempadupadankan
mengalami antara
kesulitan
nilai-nilai
dalam
entrepreneurship
dengan mata pelajaran yang ibu ajarkan? Narasumber
:Alhamdulillah tidak ada kendala ataupun kesulitan dalam memasukkan nilai-nilai kedalam mata pelajaran dan buku ajar, karna nilai-nilai entrepreneurship sangat simple dan mudah untuk ditempatkan dimana saja seperti halnya nilainilai agama.
Pewawancara
:Apa
hambatan
terbesar
ibu/bapak
dalam
mempadupadankan mata pelajaran dengan nilai-nilai entrepreneurship? Narasumber
:Alhamdulillah kalau hambatan terbesar selama ini tidak ada hanya saja biasanya dalam peraktek pembiayaan dan fasilitas yang di butuhkan.
Pewawancara
:Apakah
nilai-nilai
entrepreneurship
ini
ibu/bapak
integrasikan kedalam buku ajar, baik dalam pemaparan materi ataupun tugas? Narasumber
:ya betul seperti pada metode ceramah ataupun diskusi. Pada penyampaian materi pun di selipkan nilai-nilai entrepeneruship dan disesuaikan dengan materi.
Pewawancara
:Apakah
nilai-nilai
integrasikan contohnya?
kedalam
entrepreneurship metode
belajar?
ini
ibu/bapak
Seperti
apa
81
Narasumber
:iya seperti siswa membuat sebuah hasil laporan setelah melakukan observasi dan mempresentasikannya, disitu kita bisa melihat apakah anak-anak bertanggung jawab dengan laporannya.
Pewawancara
:Apakah ketika dalam mengajar kelas diwarnai dengan keaktifan peserta didik?
Narasumber
:Alhamdulillah setiap kali mengikuti pelajaran bahasa indonesia siswa selalu aktif mengikutinya.
Pewawancara
:Apakah menurut bapak/ibu lingkungan kelas mampu menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai entreprneur?
Narasumber
:menurut saya iya, karna kita selalu mengajarkan kepada anak-anak agar selalu jujur, kreatif, bertanggung jawab dengan apa yang dilakukan.
Pewawancara
:Upaya apa yang dilakukan agar peserta didik benar-benar memiliki karakter entreprneurship?
Narasumber
:Upayanya
yaitu
dengan
mengajarkan
anak-anak
mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah atapun rumah. Pewawancara
:Apakah budaya sekolah sangat
mendukung dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship? Seperti apa gambarannya? Narasumber
:menurut
saya
budaya
sekolah
mendukung
dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship contohnya banyak slogan/logo disekolah yang mencerminkan nilai-nilai entrepreneurship.
82
Pewawancara
:Apakah sekolah mewajibkan guru selalu mengaitkan anatara mata pelajaran yang diampu dengan penanaman nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber
:iya meskipun tidak secara langsung, namun guru pun harus memiliki inisiatif tersendiri.
83
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:Eka Dewi Sartika
Jabatan
:Guru IPA
Hari /tanggal
:Selasa 20 September 2016
Pewawancara
:Dalam kegiatan belajar mengajar, nilai-nilai apa yang paling sering ibu/bapak tekankan kepada peserta didik kaitannya dengan karakter entrepreneur?
Narasumber
:dalam mengajar guru pastinya selalu menanamkan nilainilai disetiap sela materi yang di sampaikan sering kali saya selalu menekankan nilai kejujuran pada anak-anak karna jujur itu sangat penting dalam segala hal dikehidupan kita.
Pewawancara
:Apakah nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang dikembangkan disekolah?
Narasumber
:disemua sekolah pastinya sellau menekankan kejujuran dalam berbagai hal begitupun sekolah ini nilai kejujuran sangatlah penting, apalagi sekolah ini menekankan karakter entrepreneurship dan jujur sangat diperlukan dalam dunia entrepreneur.
Pewawancara
:Strategi apa yang ibu/bapak gunakan dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneur kepada peserta didik dalam mengajar ?
84
Narasumber
:biasanya saya menggunakan strategi dengan membiasakan anak selalu percaya pada kemampuan sendiri dalam artian membiasakan untuk tidak mencontek.
Pewawancara
:Bagaimana cara bapak/ibu merancang pembelajaran yang terintegrasi nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber
:cara saya merancang pembelajaran agar terintegrasi nilainilai entrepreneurship yaitu dari tugas-tugas siswa apakah siswa dalam mengerjakan tugas itu dengan tanggung jawab, jujur dan percaya diri dalam artian tidak tergantung pada orang lain.
Pewawancara
:Apakah
ibu
mempadupadankan
mengalami antara
kesulitan
nilai-nilai
dalam
entrepreneurship
dengan mata pelajaran yang ibu ajarkan? Narasumber
:Alhamdulillah tidak ada kesulitan yang berat dalam menanamkan nilai-nilai ini karna ini sama saja seperti kita memberikan asupan nilai agama ke anak-anak jadi tidak ada yang perlu di buat sulit.
Pewawancara
:Apa
hambatan
terbesar
ibu/bapak
dalam
mempadupadankan mata pelajaran dengan nilai-nilai entrepreneurship? Narasumber
:tidak ada hambatan besar dalam hal ini, karna yang saya katakan tadi nilai entrepreneurship sama saja seperti nilai agama yang sering kita ulang atau integrasikan kepada anak setiap hari mulai dari jujur, mandiri, tanggung jawab dan lain sebagainya.
85
Pewawancara
:Apakah
nilai-nilai
entrepreneurship
ini
ibu/bapak
integrasikan kedalam buku ajar, baik dalam pemaparan materi ataupun tugas? Narasumber
:ya betul saya mengintegrasikannya namun tidak terlepas dari materi yang bersangkutan.
Pewawancara
:Apakah
nilai-nilai
integrasikan
entrepreneurship
kedalam
metode
ini
belajar?
ibu/bapak
Seperti
apa
contohnya? Narasumber
:pastinya,
karna
metode
belajar
pun
membantu
terbentuknya karakter seorang siswa seperti dengan diskusi mereka mencoba percaya diri menyampaikan argument yang dimilikinya. Pewawancara
:Apakah ketika dalam mengajar kelas diwarnai dengan keaktifan peserta didik?
Narasumber
:Alhamdulillah anak-anak selalu aktif dalam mengikuti KBM asalkan guru bisa membawa alur mereka jangan monoton.
Pewawancara
:Apakah menurut bapak/ibu lingkungan kelas mampu menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai entreprneur?
Narasumber
:menurut saya Alhamdulillah lingkungan kelas maupun sekolah sudah cukup mendukung tumbuh kembang peserta didik dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship karna kegiatan-kegiatan sekolah sedikit banyak terdapat kegiatan yang terkait entrepreneur seperti event bazar atau market day.
86
Pewawancara
:Upaya apa yang dilakukan agar peserta didik benar-benar memiliki karakter entreprneurship?
Narasumber
:upayanya itu dengan cara setiap kegiatan pembelajaran menanamkan nilai-nilai kejujuran.
Pewawancara
:Apakah budaya sekolah sangat
mendukung dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship? Seperti apa gambarannya? Narasumber
:menurut saya budaya sekolah ini cukup mendukung terlaksananya penanaman nilai entrepreneurship dengan membudayakan 5S dapat menciptakan lingkungan sekolah yang harmonis.
Pewawancara
:Apakah sekolah mewajibkan guru selalu mengaitkan anatara mata pelajaran yang diampu dengan penanaman nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber
:belum tampak seluruhnya, namun kita sebagai guru harus kreatif juga.
87
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:Titin S
Jabatan
: Guru B. inggris
Hari /tanggal
:selasa, 20 september 2016
Pewawancara
:Dalam kegiatan belajar mengajar, nilai-nilai apa yang paling sering ibu/bapak tekankan kepada peserta didik kaitannya dengan karakter entrepreneur?
Narasumber
:Yang biasa saya sampaikan kepada anak-anak dalam mengajar adalah selalu percaya diri dan jujur.
Pewawancara
:Apakah nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang dikembangkan disekolah?
Narasumber
:iya benar, setiap guru pasti selalu menekankan anak-anak agar percaya diri dan jujur pada dirinya.
Pewawancara
:Strategi apa yang ibu/bapak gunakan dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneur kepada peserta didik dalam mengajar ?
Narasumber
:strateginya kita melalui KBM dan pada waktu ujian yaitu menekankan kejujuran kepada siswa.
Pewawancara
:Bagaimana cara bapak/ibu merancang pembelajaran yang terintegrasi nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber
: Related with the subject, yaitu disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.
88
Pewawancara
:Apakah
ibu
mempadupadankan
mengalami antara
kesulitan
nilai-nilai
dalam
entrepreneurship
dengan mata pelajaran yang ibu ajarkan? Narasumber
:sedikit, karna tidak semua pelajaran ataupun materi pada buku ajar dapat diintegrasikan entrepreneurship, meskipun nilai-nilai entrepreneurship seperti nilai keagamaan namun tetap saja harus menyesuaikan pada materi.
Pewawancara
:Apa
hambatan
terbesar
ibu/bapak
dalam
mempadupadankan mata pelajaran dengan nilai-nilai entrepreneurship? Narasumber
:hambatannya yang tadi saya katakan, bagaimana mana kita harus kreatif dan bisa menyesuaikannya dengan materi yang kita ajarkan.
Pewawancara
:Apakah
nilai-nilai
entrepreneurship
ini
ibu/bapak
integrasikan kedalam buku ajar, baik dalam pemaparan materi ataupun tugas? Narasumber
: saya masukkan nilai-nilai baik yang terkandung dalam entrepreneurship seperti percaya diri, jujur kedalam metode pembelajaran ataupun tugas-tugas sehari-hari, tetapi tetap saja pada pemaparan harus disesuaikan pada materi.
Pewawancara
:Apakah
nilai-nilai
integrasikan
kedalam
entrepreneurship metode
belajar?
ini
ibu/bapak
Seperti
apa
contohnya? Narasumber
:betul sekali, karna dengan menggunakan metode belajar yang baik akan lebih mudah menyampaikannya kepada anak-anak.
89
Pewawancara
:Apakah ketika dalam mengajar kelas diwarnai dengan keaktifan peserta didik?
Narasumber
:iya betul setiap KBM pasti di warnai dengan keaktifan siswa tetapi anak-anak terkadang perlu mood yang cukup bagus juga.jadi kita sebagai guru harus pintar membaca situasi kelas.
Pewawancara
:Apakah menurut bapak/ibu lingkungan kelas mampu menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai entreprneur?
Narasumber
:menurut saya iya, karna lingkungan kelas itu sangat mendukung
tumbuh
kembangnya
anak-anak,
jika
lingkungannya bagus pasti anak-anak pun berprilaku baik. Pewawancara
:Upaya apa yang dilakukan agar peserta didik benar-benar memiliki karakter entreprneurship?
Narasumber
:upayanya yaitu saya selalu menekankan kepada anak-anak agar selalu jujur dalam hal apapun dan keadaan.
Pewawancara
:Apakah budaya sekolah sangat
mendukung dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship? Seperti apa gambarannya? Narasumber
:menurut saya mendukung, gambarannya seperti mentaati peraturan-peraturan sekolah baik guru dan murid.
Pewawancara
:Apakah sekolah mewajibkan guru selalu mengaitkan anatara mata pelajaran yang diampu dengan penanaman nilai-nilai entrepreneurship?
90
Narasumber
:sebenarnya secara langsung sih tidak, tetapi guru tanpa disuruh pun pasti mengajarkan nilai-nilai yang baik kepada peserta didiknya.
91
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:Pak Adin
Jabatan
:Guru IPS
Hari /tanggal
:selasa 20 september 2016
Pewawancara
:Dalam kegiatan belajar mengajar, nilai-nilai apa yang paling sering ibu/bapak tekankan kepada peserta didik kaitannya dengan karakter entrepreneur?
Narasumber
:pada KBM sering kali yang saya samaikan adalah bahwa anak harus berani dan percaya diri dalam melakukan hal apapun di kehidupan sehari.
Pewawancara
:Apakah nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang dikembangkan disekolah?
Narasumber
:betul sekali, karna dengan berani dan percaya diri siswa mampu melakukan atau menunjukkan keahlian yang dimilikinya.
Pewawancara
:Strategi apa yang ibu/bapak gunakan dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneur kepada peserta didik dalam mengajar ?
Narasumber
:saya menggunakan strategi siswa presentasi kedepan kelas dengan begitu dapat melihat apakah siswa sudah percaya diri dengan dirinya dan apakah siswa berani menyampaikan argument.
92
Pewawancara
:Bagaimana cara bapak/ibu merancang pembelajaran yang terintegrasi nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber
:cara merancnagnya saya menyesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan saya sampaikan dan tidak keluar dari materi pada hari itu dengan begitu dapat dengan mudah mengintegrasikan nilai kepada siswa.
Pewawancara
:Apakah
ibu/bapak
mempadupadankan
mengalami
antara
kesulitan
nilai-nilai
dalam
entrepreneurship
dengan mata pelajaran yang ibu ajarkan? Narasumber
:Alhamdulillah
tidak
ada
kesulitan
dalam
mempadupadankan nilai entrepreneurship ke dalam mata pelajaran karna nilai entrepreneurship mudah dan simple untuk di tempatkan dimana saja. Pewawancara
:Apa
hambatan
terbesar
ibu/bapak
dalam
mempadupadankan mata pelajaran dengan nilai-nilai entrepreneurship? Narasumber
:tidak ada hambatan terbesar dalam mempadupadankan matapelajaran
dnegan
nilai
entrepreneurship
namun
terkadang media pembelajaran dibutuhkan lebih banyak. Pewawancara
:Apakah
nilai-nilai
entrepreneurship
ini
ibu/bapak
integrasikan kedalam buku ajar, baik dalam pemaparan materi ataupun tugas? Narasumber
:pastinya, tapi tetap saja harus sesuai dengan alur materi yang disampaikan.
Pewawancara
:Apakah
nilai-nilai
integrasikan contohnya?
kedalam
entrepreneurship metode
belajar?
ini
ibu/bapak
Seperti
apa
93
Narasumber
:benar. Seperti pada metode diskusi Siswa diminta presentasi kedepan kelas mempresentasikan hasil diskusi mereka.
Pewawancara
:Apakah ketika dalam mengajar kelas diwarnai dengan keaktifan peserta didik?
Narasumber
:Alhamdulillah siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran tetapi guru pun harus belajar membaca suasana kelas.
Pewawancara
:Apakah menurut bapak/ibu lingkungan kelas mampu menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai entreprneur?
Narasumber
:menurut saya bisa saja lingkungan kelas membantu menciptakan
prilaku
siswa
yang
berkarakter
entrepreneurship jika dilakukan oleh seluruh elemen sekolah. Pewawancara
:Upaya apa yang dilakukan agar peserta didik benar-benar memiliki karakter entreprneurship?
Narasumber
:upaya yang saya lakukan yaitu latihan sederhana dikelas, siswa dilatih untuk piket (bentuk latihan tanggung jawab).
Pewawancara
:Apakah budaya sekolah sangat
mendukung dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship? Seperti apa gambarannya? Narasumber
:gambarannya itu kita memberikan tanggung jawab kecil kepada
anak-anak
seperti
tanggung
jawab
untuk
membersihkan kelas dan lain sebagainya. Pewawancara
:Apakah sekolah mewajibkan guru selalu mengaitkan antara mata pelajaran yang diampu dengan penanaman nilai-nilai entrepreneurship?
94
Narasumber
:tidak secara formal, namun guru dalam kbm selalu berusaha sebaik mungkin menyampaikan nilai-nilai kepda siswa baik itu nilai entrepreneurshi ataupun keagamaan karna itu sama saja.
95
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:Dwi Lestari
Jabatan
:Guru Komputer
Hari /tanggal
:Selasa 20 september 2016
Pewawancara
:Dalam kegiatan belajar mengajar, nilai-nilai apa yang paling sering ibu/bapak tekankan kepada peserta didik kaitannya dengan karakter entrepreneur?
Narasumber
:saya mengajarkan kepada anak –anak agar mau berusaha, disiplin dan jujur.
Pewawancara
:Apakah nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang dikembangkan disekolah?
Narasumber
:iya betul sekali nilai tersebut dikembangkan sekolah dan di masukkan kedalam penyampaian materi
Pewawancara
:Strategi apa yang ibu/bapak gunakan dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneur kepada peserta didik dalam mengajar ?
Narasumber
:biasanya
saya
menggunakan
strategi
dengan
cara
memberikan tugas yang bersifatnya praktek. Karna dengan praktek siswa lebih terasah dan merasakan langsung. Pewawancara
:Bagaimana cara bapak/ibu merancang pembelajaran yang terintegrasi nilai-nilai entrepreneurship?
96
Narasumber
:caranya yaitu saya membuat lesson plan KBM agar lebih terarah, dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Pewawancara
:Apakah
ibu
mempadupadankan
mengalami antara
kesulitan
nilai-nilai
dalam
entrepreneurship
dengan mata pelajaran yang ibu ajarkan? Narasumber
:Alhamdulillah selama ini tidak kesulitan yang saya alami dan berjalan sesuai dengan apa yang saya harapkan de.
Pewawancara
:Apa
hambatan
terbesar
ibu/bapak
dalam
mempadupadankan mata pelajaran dengan nilai-nilai entrepreneurship? Narasumber
:kalau berbicara hamabtan pastinya semua gurur pasti memilikinya tapi terkadang saya hanya mengalami hamabatan ketika ingin bereksperimen pada praktek yang lebih bagus namun terhambat pada biaya yang dibutuhkan besar.
Pewawancara
:Apakah
nilai-nilai
entrepreneurship
ini
ibu/bapak
integrasikan kedalam buku ajar, baik dalam pemaparan materi ataupun tugas? Narasumber
:ya betul sekali, saya integrasikan kedalamnya pda penyampaian materi ataupun tugas-tugas sehari-hari.
Pewawancara
:Apakah
nilai-nilai
integrasikan
kedalam
entrepreneurship metode
belajar?
ini
ibu/bapak
Seperti
apa
contohnya? Narasumber
:iya, siswa membuat produk dari hasil praktikum tik contohnya saja seperti siswa membuat design untuk cover kardus.
97
Pewawancara
:Apakah ketika dalam mengajar kelas diwarnai dengan keaktifan peserta didik?
Narasumber
:Alhamdulillah siswa selalu aktif dalam mengikuti KBM.
Pewawancara
:Apakah menurut bapak/ibu lingkungan kelas mampu menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai entreprneur?
Narasumber
:menurut saya iya karna lingkungan kelas selalu diwarnai keaktifan dan kreatifitas siswa.
Pewawancara
:Upaya apa yang dilakukan agar peserta didik benar-benar memiliki karakter entreprneurship?
Narasumber
:upaya yang saya lakukan yaitu dengan cara penerapan nilai-nilai entrepreneurship dalam keseharian baik dalam tugas maupun praktek.
Pewawancara
:Apakah budaya sekolah sangat
mendukung dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship? Seperti apa gambarannya? Narasumber
:ya budaya sekolah ini cukup mendukung tumbuh kembangnya anak-anak ,banyak logo / slogan dilingkungan sekolah
untuk
lebih
menanamkan
nilai-nilai
entrepreneurship. Dengan melihat slogan-slogan ini anakanak setiap hari membacanya diharapkan tertanam pula dalam dirinya. Pewawancara
:Apakah sekolah mewajibkan guru selalu mengaitkan anatara mata pelajaran yang diampu dengan penanaman nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber
:selama ini tidak tampak secara formal namun guru memang dianjurkan menanamkan nilai-nilai kepada siswa.
98
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:Pela Indra Yanih
Jabatan
:Guru matematika
Hari /tanggal
:20 september 2016
Pewawancara
:Dalam kegiatan belajar mengajar, nilai-nilai apa yang paling sering ibu/bapak tekankan kepada peserta didik kaitannya dengan karakter entrepreneur?
Narasumber
:seringkali saya menyampaikan kepada anak-anak agar selalu jujur dalam bertindak
dan kreatif dengan
menggunakan kemampuan diri sendiri. Pewawancara
:Apakah nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang dikembangkan disekolah?
Narasumber
:ya pastinya nilai-nilai ini yang selalu di tanamkan kesiswa karna kejujuran menjadi tombak dalam berprilaku
Pewawancara
:Strategi apa yang ibu/bapak gunakan dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneur kepada peserta didik
dalam
mengajar ? Narasumber
:dalam strategi saya menggunakan diskusi dan membuat produk, meskipun saya mengampu bidang matematika tapi tetap saya menggunakan praktek berupa produk dan dari hasil pemasaran produk tersebut siswa dapat belajar menghitung waralabanya.
99
Pewawancara
:Bagaimana cara bapak/ibu merancang pembelajaran yang terintegrasi nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber
:cara saya yaitu dengan pembelajaran berbasis ICT dan memadukan dengan pelajaran lain jadi bukan hanya matematika saja, namun dapat ditanamkan berbagai macam nilai baik setiap kali pembelajaran.
Pewawancara
:Apakah
ibu
mempadupadankan
mengalami antara
kesulitan
nilai-nilai
dalam
entrepreneurship
dengan mata pelajaran yang ibu ajarkan? Narasumber
:Alhamduillah dalam kesulitan tidak ada yang begitu berat, karna
nilai
entrepreneurship
sangat
mudah
untuk
dipadupadankan sama saja halnya kita memberikan nilainilai agama kepada peserta didik. Pewawancara
:Apa
hambatan
terbesar
ibu/bapak
dalam
mempadupadankan mata pelajaran dengan nilai-nilai entrepreneurship? Narasumber
:tidak ada hambatan terbesar bagi saya, namun saya memerlukan
waktu
yang
cukup
banyak
untuk
mempadupadankan nilai-nilai tersebut, karna tidak bisa hanya sekali atau dua kali. Pewawancara
:Apakah
nilai-nilai
entrepreneurship
ini
ibu/bapak
integrasikan kedalam buku ajar, baik dalam pemaparan materi ataupun tugas? Narasumber
:betul, sama saja seperti dengan menggunakan metode ceramah, ketika menjelaskan materi sedikit-sedikit pasti menyelipkan nilai-nilai kepada siswa.
100
Pewawancara
:Apakah
nilai-nilai
integrasikan
kedalam
entrepreneurship metode
belajar?
ini
ibu/bapak
Seperti
apa
contohnya? Narasumber
:ya betul sekali, saya menekankan kepada anak-anak agar selalu jujur dan mandiri, dalam mengerjakan soal-soal anak diminta jujur dalam menilai kemampuan sendiri
Pewawancara
:Apakah ketika dalam mengajar kelas diwarnai dengan keaktifan peserta didik?
Narasumber
:ya, peserta didik Alhamdulillah selalu aktif dalam mengikuti pembelajaran, hanya saja anak-anak memang membutuhkan stimulus di jam-jam tertentu.
Pewawancara
:Apakah menurut bapak/ibu lingkungan kelas mampu menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai entreprneur?
Narasumber
:menurut saya ya, karna lingkungan sekolah kita sangat mendukung seperti adanya botani disamping sekolah, disini banyak pelajaran yang anak –anak dapat mulai dari belajar menciptakan usaha sendiri sampai memasarkannya
Pewawancara
:Upaya apa yang dilakukan agar peserta didik benar-benar memiliki karakter entreprneurship?
Narasumber
: upaya yang saya lakukan yaitu action dan berani, bukan hanya omongan saja, melainkan dijalankan dan diterapkan secara rutin dan berkesinambungan.
Pewawancara
:Apakah budaya sekolah sangat
mendukung dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship? Seperti apa gambarannya?
101
Narasumber
:menurut saya sangat mendukung karna kita menerapkan ramah dengan 5S, dengan begitu seklah terlihat lebih harmonis.
Pewawancara
:Apakah sekolah mewajibkan guru selalu mengaitkan antara mata pelajaran yang diampu dengan penanaman nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber
:ya betul, namun sekolah tidak menginformasikan secara formal, hanya saja guru harus aktif meskipun belum dikomando sekolah.
102
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Responden
: Bhayu Sulistiawan, S.Pd.I
Jabatan
: Kepala Sekolah
Hari/tanggal
: 16-05-2016
Pewawancara
:Apa tujuan utama sekolah menjadikan sekolah yang mengedepankan karakter entrepreneurship ?
Narasumber
: “Pertama: kondisi global saat ini dimana tuntutan perkembangan zaman anak-anak harus mempunyai life skill/keretampilan hidup, jadi tidak hanya mengandalkan ketika sudah lulus mencari kerja di pabrik menjadi karyawan, jika peserta didik mempunyai keterampilan mereka
bisa
membuka
mempekerjakan
orang
usaha lain.
sendiri
bahkan
Kedua:nilai-nilai
bisa yang
ditanamkan yaitu nilai kemandirian, nilai-nilai yang terkandung didalam entrepreneurship itu banyak
di
antaranya nilai yang kita kembangkan adalah nilai kemandirian, kedisiplinan, kejujuran, dan tanggung jawab ke empat aspek tersebut yang kita kembangkan disini. Semua
itu
dibungkus
dengan
nilai-nilai
keislaman,
sehingga diharapkan siswa menjadi entrepreneurship yang berlandaskan nilai-nilai keislaman. Pewawancara
:Startegi
apa
yang
digunakan
dalam
menanamkan/
menerapkan 17 nilai-nilai dasar entrepreneurship kepada siswa? Narasumber
:melalui teori dalam kelas dan pembiasaan-pembiasaan sikap seperti kejujuran tanggung jawab, kemudian praktik
103
yaitu melalui program-program entrepreneurship yaitu melalui sektor botani yaitu menanam sayur mayur dan tanaman
herbal
mulai
dari
menanam
sampai
memasarkannya ke orang tua murid, guru-guru. Kalau tahun lalu yang kita coba melalui program makanan, yaitu ada kegiatan entrepreneur day yaitu ada satu hari peserta didik menjajakan dagangan yang mereka jual kelingkungan sekolah, ada yang membuat sendiri barang dagangannya ada juga yang dropship dari orang lain. Ketika event-event pun mereka memanfaatkannya dengan membuka bazar. Pewawancara
:Apakah ada nilai-nilai entrepreneurship tertentu yang menjadi sasaran atau tujuan utama sekolah untuk siswa?
Narasumber
:ada, yaitu kemandirian, disiplin, tanggung jawab, dan kejujuran namun ada nilai sekolah yang ditekankan pula yaitu iman, ilmu dan akhlak.
Pewawancara
:Apa rencana bapak kedepan untuk lebih mengembangkan nilai-nilai
entrepreneurship
sehingga
dapat
bertahan
eksistensinya ? Narasumber
:ya, rencana kedepannya yaitu menambah programprogram entrepreneurship dibidang lainnya agar lebih menambah pula keterampilan siswa.
Pewawancara
:Bagaimana menanamkan
cara
mengetahui
nilai-nilai
keberhasilan
entrepreneurship
dalam melalui
pencapaian kriteria peserta didik, lingkungan kelas, dan guru-guru disekolah? Narasumber
:caranya yaitu dengan melihat nilai sehari-hari karna itu yang paling valid dibanding nilai-nilai angka di raport,
104
karna guru-guru disini selalu memantau kebiasaan siswa baik dilingkungan kelas maupun diluar kelas. Pewawancara
:Apakah kultur/budaya sekolah sangat mendukung dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship ?
Narasumber
: iya mendukung, budaya sekolah yang dikembangkan yaitu budaya keislaman, kedua teknologi, ketiga bahasa, dan keempat yaitu entrepreneur
Pewawancara
:Dalam menumbuhkan budaya sekolah tidaklah mudah, apa usaha yang dilakukan sekolah agar budaya sekolah selalu terjaga dengan baik?
Narasumber
:pertama kami memberikan motivasi kepada anak-anak, kedua kami memberikan contoh juga, misalnya: disini banyak pula guru-guru yang berentrepreneur, dengan begitu dapat memberikan stimulus bagi anak-anak, bahkan anakanak sudah ada yang mulai belajar berjualan di luar lingkungan sekolah. Banyak pula alumni-alumni yang berentrepreneur sambil sekolah dan ternyata entrepreneur yang mereka pelajari waktu SMP sangat bermanfaat kedepannya.
Pewawancara
:Apakah di sekolah terdapat muatan lokal ? dan Bagaimanakah
cara
sekolah
menanamkan
nilai-nilai
entrepreneurship kedalam muatan lokal? Narasumber
: ada, yaitu bahasa sunda, bahasa arab, hadist, dan komputer.
Cara
sekolah
menanamkan
nilai-nilai
entrepreneurship contohnya pada saat ujian praktek mata pelajaran sunda, mereka membuat makanan khas sunda, anak-anak di beri tanggung jawab untuk merencanakan sampai memasarkan makanan yang sudah mereka buat.
105
Lalu pada muatan lokal bahasa arab, mereka di perintahkan untuk membuat vidio dalam bentuk drama lalu di publikasikan ke youtube dengan begitu pun siswa di ajarkan melek teknologi karna dengan teknologi kita bisa menghasilkan rupiah Pewawancara
:Sebagai
sekolah
yang
mengedepankan
karakter
entrepreneurship pastinya membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak yang mendukung program-program sekolah. Faktor apa yang mendukung keberlangsungan programprogram tersebut? Dan apa faktor penghambatnya? Narasumber
:kerjasamanya
kami
pernah
melakukan
kerjasama
pengelola pohon jati yang ada di attaqwa, batik betawi tarumajaya, bogor kreatif yaitu memanfaatkan hasil daur ulang kertas. Kalau PT sosro, yakult, radio hanya sekedar kunjungan saja. Dan faktor pendukungnya yaitu dari sekolah sarana prasarana yang cukup terpenuhi sedangkan kendalanya dari tim, tutor/mentor pendamping pelatihnya ( SDM ). Dan juga kendalanya yaitu dari faktor eksternal yiatu siswa yang berasal dari luar mentari. Pewawancara
:Kegiatan-kegiatan
entrepreneurship
apa
saja
yang
menunjang proses penanaman nilai-nilai entrepreneurship? Narasumber
: kegiatannya itu meliputi mata pelajaran, praktik berwirausaha, budaya sekolah, ekstrakulikuler, market day.
106
Nama Responden
: Aminuddin, S.Pd.I
Jabatan
: wakil kepala sekolah (kurikulum)
Hari/tanggal
: 23-05-2016
Pewawancara
:Sebagai
sekolah
yang
mengedepankan
karakter
entrepreneurship, model kurikulum apa yang sekolah gunakan? Seperti apa implementasi kurikulum tersebut disekolah ? Narasumber
: kalau dari segi kurikulum kita menggunakan komparasif anatara kurikulum lokal dengan kurikulum dinas, untuk kurikulum entrepreneur itu sendiri untuk tataran smp kita masih mengikuti dari SD karna kita merupakan terusan dari SD mentari, untuk kurikulum entrepreneur di smp masih terbilang 60-70% itu teori dan selebihnya praktik, dan kurikulum entrepreneur ini pun di buat oleh TIM tersendiri dari sekolah dan untuk kewirausahaan kami belum mengambil kurikulum nasional karna kami memiliki tim dari internal sekolah. Entrepreneur sendiri disekolah lebih banyak teori yang diajarkan dari pada praktik dalam artian masih belum total untuk memasuki praktik.
Pewawancara
:Mengapa memilih model kurikulum ini?
Narasumber
:Pertama karna kita swasta, swasta itu lebih lebih luas dan kedua sesuai dengan visi misi yang kita punya
Pewawancara
:Seperti apa kedudukan entrepreneurship dalam kurikulum sekolah?
Narasumber
:Untuk kedudukannya, merupakan salah satu unggulan dari sekolah
107
Pewawancara
:Apa yang perlu diperhatikan dalam proses pengembangan kurikulum di sekolah?
Narasumber
:Pertama kondisi anak secara psikologis, kedua hubungan, dan ketiga yaitu stakeholder sekolah itu yang perlu kita perhatikan
Pewawancara
:Siapa yang berperan penting dalam pengembangan kurikulum?
Narasumber
:Tentunya tim kurikulum itu sendiri, yayasan, kepala sekolah dan tentunya para guru
Pewawancara
:Bagaimana cara menyelaraskan kurikulum dengan kondisi sekolah?
Narasumber
:untuk menyelaraskan kedua kurikulum tadi yaitu lokal dan dinas yaitu dengan menambah jam pelajaran.
Pewawancara
:Apakah
kurikulum
sudah
terlaksana
sebagaimana
mestinya? Narasumber
:Kalau ukurannya terlaksana secara prosentase kita belum 100%, tapi kalau dilaksanakan iya, hampir seluruh program Alhamdulillah sudah terlaksana meskipun belum secara maksimal.
Pewawancara
:seperti apa evaluasi kurikulum yang dilakukan terkait dengan entrepreneurship?
Narasumber
:Evaluasi kurikulum ini kita di tataran pimpinan, wakil kepsek dan kurikulum, ada kajian tentang kurikulum di 6 bulan pertama dan 6 bulan kedua, kajiannya itu membicarakan sejauh mana keberhasilan dan ketidak berhasilan dan kendala-kendalanya apa, itu dilakukan setiap semester.
108
Pewawancara
:Apakah
kurikulum
yang
bersangkutan
dapat
diimplementasikan melalui pengembangan strategi-strategi pembelajaran? Narasumber
:Ya, untuk entrepreneurship kita masih menggunakan strategi yang familiar seperti diskusi, debat. Dan tentunya guru pun memiliki startegi masing-masing
Pewawancara
:Apakah kurikulum yang bersangkutan sangat mendukung penanaman nilai-nilai entrepreneurship di sekolah ?
Narasumber
:Kalau di ukur untuk ukuran berhasil atau tidaknya, kita belum secara total memiliki ukuran itu. tetapi, indikasi dari penanaman nilai-nilai entrepreneurship sudah sedikit banyaknya melekat pada anak-anak antara lain tanggung jawab, inovatif dan masih banyak lagi.
109
Lampiran PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara
Nama responden
:Bahihaqi jaya putera
Jabatan
:Siswa kelas 9
Hari /tanggal
:23-05-2016
Pewawancara
:Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan apakah
kamu
tertarik
dengan
dunia
entrepreneur?
mengapa? Narasumber
:yang saya ketahui ka, entrepreneur itu berdagang, tapi bukan sekedar berdagang, tetapi belajar bersosialisasi dengan orang banyak, dengan entrepreneur kita diajarkan percaya diri dengan kemampuan kita. disekolah ini kita juga diajarkan berentrepreneur aala Rosulullah, dan mengapa saya tertarik, karna saya cenderung orang yang suka bersosialisasi
Pewawancara
:nilai-nilai apa saja yang paling sering ditekankan oleh guru-guru dalam mengajar?
Narasumber
:pada umumnya sih ka, nilai yang sering ditekankan guru kepada kita itu jujur, disiplin, tanggung jawab. Nah ditambah lagi karna sekolah kita ini yang diutamakan itu agama,
IT,
entrepreneur.
nah,
kaitannya
dengan
entrepreneur, guru entrepreneur selalu mengajarkan kepada kita berentrepreneur Ala Rosulullah.
110
Pewawancara
:Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran entrepreneurship?
Narasumber
:yang saya dapat dari pelajaran ini yaitu harus memiliki percaya diri yang tinggi, tidak mudah putus asa, bertanggung jawab, kreatif. Dan guru selalu memberikan motivasi agar tidak mudah tergantung pada orang lain. Dari praktik wirausaha pun saya jadi memiliki keterampilan yang bisa saya manfaatkan nantinya setelah saya lulus.
Pewawancara
:Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber
:disekolah
ekstrakulikuler
entrepreneurship
memang
diwajibkan ka, untuk seluruh siswa siswi, manfaat yang saya dapet dari ekstrakulikuler ini yaitu saya lebih percaya diri lagi untuk mengembangkan keahlian yang saya miliki. Pewawancara
:Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya? Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber
:belum 100% sih ka, kami biasanya dibantu orang tua juga. Ya bentuknya biasanya makanan, aksesoris laptop/HP. Ya, saya berani untuk memasarkannya
Pewawancara
:Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda sendiri atau orang lain?
Narasumber
:iya ka, saya mampu menunjukkan keahlian saya, sebab itu saya suka entrepreneur karna melatih percaya diri saya.
111
Tergantung
ka,
biasanya
kami
membuat
produk
entrepreneurship itu ada yang kelompok dan ada yang individu ka.
112
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara
Nama responden
:Tera nisrina nur’aida
Jabatan
:Siswa kelas 9
Hari /tanggal
:9 september 2016
Pewawancara
:Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan apakah
kamu
tertarik
dengan
dunia
entrepreneur?
mengapa? Narasumber
:yang saya ketahui, entrepreneurship itu adalah usaha seseorang dengan menunjukkan keahliannya dibidang tertentu dan membuat lapangan pekerjaan untuk orang banyak. Dan saya kurang tertarik ka dengan bidang entrepreneurship karna saya tidak punya keahlian dibidang tersebut.
Pewawancara
:Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber
:nilai-nilai yang biasanya diajarkan oleh guru itu rasa percaya diri, komunikasi dan jiwa kepemimpinan.
Pewawancara
:Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran entrepreneurship?
Narasumber
:yang aku dapat dari mempelajari entrepreneur itu rasa tanggung jawab sebagai seorang pemimpin, karna aku bisa belajar bicara didepan banyak orang. Dan belajar membaca
113
gaya bahasa lawan bicara kita, jadi kita tau apakah orang tersebut menyukai kita atau tidak. Pewawancara
:Apakah anda mengikuti Ekstrakurikuler yang berkaitan dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber
:iya ka, seluruh siswa wajib mengikutinya karna jadi ekstrakurikuler wajib sekolah kalau entrepreneurship. Nah, kalau ekstrakurikuler lain yaitu kaligrafi ka, saya pernah membuat kaligrafi sepanjang 100x 50 cm namun tidak selesai ka jadi belum bisa di pasarkan. Manfaat yang aku dapat yaitu kita diajarkan ketelatenan dan kesabaran serta diajarkan untuk bisa menghasilkan karya dari kebiasaan kita dan kita pun nantinya bisa menikmati hasil jerih payah kita sendiri.
Pewawancara
:Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya? Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber
:sudah ka, namun belum sempat untuk di pasarkan. Karna terbentur waktu jadi belum sempat diselesaikan secara sempurna.
Pewawancara
:Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda sendiri atau orang lain?
Narasumber
:ada beberapa ka keahlian yang aku bisa seperti kaligrafi, biasanya aku membuat produk suka minta saran dari teman ka, tuker ide bersama.
114
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:Muhammad rizki sani
Jabatan
:Siswa kelas 9
Hari /tanggal
: 23-05-2016
Pewawancara
:Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur? mengapa?
Narasumber
:Yang saya ketahui ka, entrepreneur itu pekerjaan yang bergerak dibidang perdagangan baik itu dalam hal jasa, barang. Dari entrepreneruship juga kita banyak belajar meningkatkan percaya diri kita ka. Ya ka tertarik,karna entrepreneur dapat menciptakan peluang pekerjaan untuk orang lain ka.
Pewawancara
:Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber
:Nilai-nilai yang biasa guru ajarkan itu, iman islam. Kejujuran, akhlak, percaya diri, bertanggung jawab
Pewawancara
:Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran entrepreneurship?
Narasumber
:Semakin percaya diri, rasa kepemimpinan saya semakin kuat, dan saya yakin dapat membuka peluang usaha bagi orang lain
Pewawancara
:Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
115
Narasumber
:Iya ka mengikuti seperti market day, botani. Dan manfaat yang saya dapat itu saya mendapatkan bekal ilmu entrepreneur sebelum saya membuka usaha
Pewawancara
:Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya? Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber
:Kalau buat produk sendiri saya belum mampu ka, tapi biasanya kita ngambil dari orang dan kita jual lagi.dan alhamdulillah saya sudah berani untuk memasarkannya.
Pewawancara
:Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda sendiri atau orang lain?
Narasumber
:Alhamdulillah sudah ka. Dan ketika membuat produk praktik entrepreneurship saya juga menggunakan ide sendiri meskipun terkadang digabungkan dengan teman ka.
116
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:Ananditha rahma
Jabatan
:Siswa Kelas 9
Hari /tanggal
:Kamis, 15 september 2016
Pewawancara
:Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur? mengapa?
Narasumber
:menurut saya, entrepreneur pelajaran yang membuat kita tertarik untuk menjadi pengusaha muda. Ya saya tertarik karna entrepreneur itu
Pewawancara
:Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber
:guru selalu mengajarkan jangan pernah menipu orang jika nanti sudah menjadi pengusaha besar dan harus jujur.
Pewawancara
:Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran entrepreneurship?
Narasumber
:yang saya dapati yaitu saya makin banyak mengetahui informasi seputar dunia entrepreneur ka.
Pewawancara
:Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber
:ekstrakulikuler yang berkaitan entrepreneurship saya ikuti ka, karna itu wajib namanya botani kita bercocok tanam disana dari sayur mayur sampai herbal ka. Dan manfaatnya saya belajar bekerja sama karna dilakukan perkelompok.
117
Pewawancara
:Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya? Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber
:belum ka, karna keahlian saya sedikit, tetapi saya mengambil produk dari orang dan Alhamdulillah saya berani untuk memasarkannya tapi masih lingkungan sekolah.
Pewawancara
:Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda sendiri atau orang lain?
Narasumber
:Alhamdulillah iya ka Cuma saya masih malu-malu. Saya terkadang dengan ide sendiri tapi tetap kompromi dengan kelompok jika perkelompok.
118
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:Whidiya Anisadela yulianto
Jabatan
: Siswa Kelas 9
Hari /tanggal
: Kamis, 15 september 2016
Pewawancara
:Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur? mengapa?
Narasumber
: kalau yang saya tau ka, entrepreneurship itu kegiatan perdagangan, dan ya, saya tertarik karena saya suka berdagang ka.
Pewawancara
:Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber
: guru selalu menyampaikan pesan nilai yaitu jujur dan amanah
Pewawancara
:Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran entrepreneurship?
Narasumber
:saya mendapatkan ilmu cara berdagang atau berwirausaha yang benar secara islam ka.
Pewawancara
:Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber
:ngga ka, tapi emang ada ekstrakulikuler wajib disekolah itu namanya botani nah kita disana diajarkan mulai dari bercocok tanam sampai menjualnya ka.
Pewawancar
:Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya? Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber
:Alhamdulillah sudah ka, contohnya waktu itu saya jualan sosis bakar ka, tapi belum begitu berani untuk memasarkannya
119
Pewawancara
:Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda sendiri atau orang lain?
Narasumber
: alhamdulillah sudah mampu ka buat nunjukkin keahlian saya, 50 % ide sendiri 50% ide orang lain.
120
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:Fanny jaya santika
Jabatan
:siswa kelas 8
Hari /tanggal
:Rabu, 14 september 2016
Pewawancara
:Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur? mengapa?
Narasumber
:menurut saya ka, entrepreneurship itu usaha dari bakat yang kita punya dan memasarkannya kepada orang lain. Tertarik ka, karna dapat menumbuhkan bakat dan kreatifitas serta menghasilkan uang.
Pewawancara
:Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber
:nilai yang biasa guru ajarkan kepada kita itu berani berbicara didepan umum, komunikatif, jujur.
Pewawancara
:Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran entrepreneurship?
Narasumber
:menambah pengetahuan, wawasan dan melatih bakat saya ka.
Pewawancara
:Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber
:Saya mengikuti kegiatan yang terkait entrepreneurship seperti pda kegiatan botani kalau ekstrakurikuler saya tidak ka.
Pewawancara
:Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya? Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
121
Narasumber
: iya ka, berupa makanan atau kerajinan tangan, dan ya saya sudah berani ka.
Pewawancara
:Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda sendiri atau orang lain?
Narasumber
:Alhamdulillah sudah musyyawarah juga.
ka
di
gabungin
dari
hasil
122
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:Humaidah hikmachtiyar
Jabatan
:Siswa kelas 8
Hari /tanggal
:14 september 2016
Pewawancara
:Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur? mengapa?
Narasumber
:menurut saya entrepreneurship itu seseorang memiliki jiwa kewirausahaan dan jiwa berbisnis
yang
Tertarik, karna dengan entrepreneurship kita menghasilkan uang dari hasil kerja keras kita sendiri.
bisa
Pewawancara
:Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber
:biasanya nilai-nilai yang diajarkan itu komunikasi dalam berbisnis, kejujuran, kreatif dalam membuat sebuah produk.
Pewawancara
:Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran entrepreneurship?
Narasumber
:yang saya dapet itu ilmu berbisnis ka, dan bagaimana cara menjadi seorang entrepreneur yang baik.
Pewawancara
:Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber
:tidak ka saya mengikuti ekstrakulikuler biasa tapi sekolah memang mewajibkan mengikuti kegiatan botani dan botani itu termasuk dalam kegiatan entrepreneurship.
123
Pewawancara
:Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya? Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber
:iya ka, seperti gantungan kunci atau bros. Dan ya saya sudah berani untuk memasarkannya.
Pewawancara
:Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda sendiri atau orang lain?
Narasumber
: belum ka, ada yang dari ide sendiri ada juga dari orang lain.
124
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:Khoirun nabilah
Jabatan
:siswa kelas 8
Hari /tanggal
:14 september 2016
Pewawancara
:Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur? mengapa?
Narasumber
:yang saya ketahui entrepreneurship itu peluang untuk menjadi pengusaha yang sukses. Dan saya termasuk orang yang tertarik dengan dunia entrepreneurship, karna saya sangat ingin menjadi pengusaha yang sukses. Menurut saya entrepreneurship dapat menjadikan diri kita mandiri dan dapat menjadi tempat untuk berkreasi serta berinovasi.
Pewawancara
:Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber
:selalu jujur dalam perkataan serta dalam segala hal, Tanggung jawab jika dihadapkan pada suatu amanah, berani dalam melakukan segala sesuatu, mandiri,percaya diri ini harus ditanamkan dengan kokoh dalam hati karna inilah faktor yang dapat mengantarkan kita menuju kesuksesan.
Pewawancara
:Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran entrepreneurship?
Narasumber
: saya merasa lebih percaya diri untuk maju, lebih berani dalam menghadapi permasalahan, rasa tanggung jawab saya lebih besar dari sebelumnya
125
Pewawancara
:Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber
: tidak, karena belum ada ekskul yang seperti itu.
Pewawancara
:Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya? Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber
:Alhamdulillah sudah, bentuk produknya berupa jenis makanan cemilan ka, dan dalam pemasaran saya belum bisa begitu luas ka baru sekitar lingkungan sekolah saja.
Pewawancara
:Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda sendiri atau orang lain?
Narasumber
:Dalam membuat produk saya masih meminta ide dan bantuan dari orang lain.
126
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:Rizka ramdhani
Jabatan
:Siswa kelas 8
Hari /tanggal
:Senin 26 september 2016
Pewawancara
:Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur? mengapa?
Narasumber
:yang saya ketahui tentang entrepreneurship adalah karakter yang ada pada manusia, yaitu ilmu tentang perdagangan. Sangat tertarik, karna kalau kita punya jiwa entrepreneurship ada peluang besar untuk jadi pengusaha kelak.
Pewawancara
:Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber
:guru mengajarkan nilai-nilai tekad, berani, mental kuat, tidak pantang menyerah.
Pewawancara
:Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran entrepreneurship
Narasumber
:yang saya dapat dari pelajaran entrepreneur itu menambah ilmu perdagangan, apalagi saya ingin menjadi pengusaha itu sangat membantu karna kita jadi tau seperti apa komunikasi dalam berbisnis yang baik dan benar dan kita pun diajarkan untuk membaca bahasa tubuh dan yang paling penting itu menambah pegetahuan untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses.
Pewawancara
:Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
127
Narasumber
:ya, saya mengikuti ekstrakurikuler KIR( karya ilmiyah remaja) nah disitu kita pernah praktek buat es mambo gitu dari es batu dicampur sama garam.
Pewawancara
:Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya? Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber
:kalau produksi sendiri tidak karna tugas entrepreneur itu kita selalu pake kelompok belajar, bentuknya kalau perkelompok itu saya dan team berjualan orange juice sama nescafe ice dan itu langsung di jual dilapangan pas istirahat. Dan untuk buat produk sendiri saya tidak tertarik saya lebih suka ngambil dari orang lain/ reseller.
Pewawancara
:Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda sendiri atau orang lain?
Narasumber
:kalau praktik itu kita masih perkelompok, kalau untuk individu kita belum ada praktiknya, kalau untuk ide praktek kelompok selalu bersama-sama ka kita gabungin.
128
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:Taghrid Y.K
Jabatan
:Siswa kelas 8
Hari /tanggal
:Selasa 27 september 2016
Pewawancara
:Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur? mengapa?
Narasumber
:Tentang perdagangan, biasa saja karena ketertarikan saya pada entrepreneur biasa saja
Pewawancara
:Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber
:biasanya guru mengajarkan kepada kita itu untuk tidak boleh berbisnis atau berdagang secara tidak sehat
Pewawancara
:Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran entrepreneurship?
Narasumber
:yang saya dapat itu saya bisa tahu cara berjualan dengan baik dan benar dan dapat mempelajari dunia entrepreneurship itu seperti apa.
Pewawancara
:Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber
:kegiatan terkait entrepreneurship disekolah ini seperti botani saya mengikutinya karna diwajibkan sekolah tetapi kalau ekstrakurikuler saya mengikuti yang biasa aja ka seperti football
129
Pewawancara
:Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya? Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber
:belum ka, karna terbatas pada modal awal jadi hanya ngambil dari orang saja. Dan Alhamdulillah sudah mampu unuk memasarkannya meskipun dalam lingkup sekolah.
Pewawancara
:Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda sendiri atau orang lain?
Narasumber
:biasanya saya kalau perkelompok pastinya ide satu sama lain di gabungin ka, tapi kalau praktek sendiri saya pakai ide sendiri ataupun minta pendapat teman.
130
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:Najwa khairiyah
Jabatan
:siswa kelas 7
Hari /tanggal
: 15 september 2016
Pewawancara
:Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur? mengapa?
Narasumber
:Entrepreneurship itu bertujuan untuk membangun rasa percaya diri. Saya sangat tertarik dengan entrepreneurship karna kewirausahaan merupakan hal penting dalam perekonomian suatu bangsa.
Pewawancara
:Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber
:Nilai kejujuran, kepercayaan diri, dan kreativitas.
Pewawancara
:Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran entrepreneurship?
Narasumber
:Saya bisa mengetahui manfaat, tujuan dan nilai-nilai entrepreneurship
Pewawancara
:Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
131
Narasumber
:Iya , saya mengikuti ekstrakurikuler KIR( karya ilmiyah remaja) manfaatnya saya bisa meningkatkan kreativitas dan rasa percaya diri.
Pewawancara
:Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya? Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber
:Sudah, produk dari hasil eksperimen saya, insya Allah saya sudah berani untuk memasarkannya
Pewawancara
:Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda sendiri atau orang lain?
Narasumber
:Ya bisa ka, dalam membuat produk sebagian ide saya dan sebagian lagi ide orang lain.
132
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:Salsanadhifa elita
Jabatan
:Siswa kelas 7
Hari /tanggal
:Rabu 14 september 2016
Pewawancara
:Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur? mengapa?
Narasumber
:Menurut saya entrepreneurship itu adalah prilaku berani mengambil resiko dalam suatu hal dan kreatif. Iya tertarik ka, karena dunia entrepreneurship dapat mengajarkan kita lebih percaya diri.
Pewawancara
:Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber
:Percaya diri, kreatif untuk cara belajar, kejujuran dalam segala hal, kepemimpinan
Pewawancara
:Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran entrepreneurship?
Narasumber
:Berani tampil didepan banyak orang, berkata jujur dengan siapapun
Pewawancara
:Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
133
Narasumber
:Tidak, karena disekolah tidak ada ekstrakurikuler yang berkaitan dengan entrepreneurship
Pewawancara
:Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya? Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber
:Alhamdulillah sudah ka, berupa bros dan gantungan kunci dan saya masih belum berani memasarkannya sendiri.
Pewawancara
:Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda sendiri atau orang lain?
Narsumber
:Ya, Alhamdulillah ide sendiri namun kadang ide orang lain juga ka.
134
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:Faiz nur fauziyah
Jabatan
:Siswa kelas 7
Hari /tanggal
: Rabu 14 september 2016
Pewawancara
:Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur? mengapa?
Narasumber
:menurut saya, entrepreneurship itu keyakinan yang kuat dalam diri untuk merubah dunia melalui ide mereka. Ya, saya tertarik ka, karna entrepreneurship dapat membangkitkan rasa percaya diri saya dalam mewujudkan ide-ide.
Pewawancara
:Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber
:yang di ajarkan guru-guru itu biasanya ka, belajar untu percaya diri, kerja keras, belajar aktif, dan mandiri.
Pewawancara
:Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran entrepreneurship?
Narasumber
:yang saya dapat dari pelajaran entrepreneurship yaitu percaya diri, bisa membuat sesuatu walaupun masih takut untuk dikembangkan keluar.
135
Pewawancara
:Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber
:manfaat yang saya dapat yaitu kewirausahaan saya dapat belajar kerja keras dan selalu kreatif
Pewawancara
:Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya? Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber
: saya masih malu ka untuk bikin produk sendiri, dan belum punya modal banyak karna pastinya kita membutuhkan modal awal untuk membuat produk.
Pewawancara
:Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda sendiri atau orang lain?
Narasumber
:Alhamdulillah iya ka, dan dengan menggunakan ide sendiri jika diperintahkan untuk membuat produk.
136
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:melvi yanifa maharani
Jabatan
: siswa kelas 7
Hari /tanggal
: Rabu 14 september 2016
Pewawancara
:Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur? mengapa?
Narasumber
:yang saya tau, entreppreneurship itu kemampuan diri untuk mengambangkan bakat. Iya ka, saya tertarik karena dunia entrepreneur membawa hal yang positif dan juga bermanfaat bagi masyarakat
Pewawancara
:Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber
:guru mengajarkan nilai kejujuran dalam berwirausaha, nilai kedisiplinan dan nilai keyakinan dalam diri sendiri (percaya diri)
Pewawancara
:Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran entrepreneurship?
Narasumber
:saya dapat mengetahui pentingnya nilai-nilai yang terdapat pada dunia entrepreneur
137
Pewawancara
:Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber
:saya mengambil ekskul yang sesuai dengan bakat saya ka, tapi memang ekstrakulikuler yang bertemakan entrepreneurship diwajibkan seperti botani yaitu kita diajarkan bercocok tanam
Pewawancara
:Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya? Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber
:iya ka, bentuknya barang seperti kerajinan tangan dan Alhamdulillah saya sudah berani memasarkannya
Pewawancara
:Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda sendiri atau orang lain?
Narasumber
:Alhamdulillah saya sudah mampu ka 50 % ide sendiri dan 50% ide bersama teman ka.
138
PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden
:abelia lintang sari
Jabatan
:siswa kelas 7
Hari /tanggal
: Rabu 14 september 2016
Pewawancara
:Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur? mengapa?
Narasumber
:orang yang membangun usaha sendiri. ya saya tertarik karna kita bisa membangun usaha sendiri
Pewawncara
:Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber
:guru entrepreneurship biasanya mengajarkan kita untuk selalu Jujur, percaya diri, berfikir postif
Pewawancara
:Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran entrepreneurship?
Narasumber
:setelah belajar mata pelajaran entrepreneurship saya mendapat pelajaran Menjadi seorang yang disiplin dan jujur
Pewawancara
:Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
139
Narasumber
:kalau ekstrakulikuler saya ikut yang biasa aja ka, tapi kalau ekstrakurikuler yang terkait entrepreneurship diwajibin sekolah ka.
Pewawancara
:Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya? Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber
:Belum ka, saya belum pernah mencobanya soalnya saya takut untuk membuatnya kalau g ada yang mandu atau mengarahkan saya.
Pewawancara
:Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda sendiri atau orang lain?
Narasumber
:Alhamdulillah ka saya menggunakan ide sendiri meskipun terkadang dibantu dengan teman.
140
Dokumentasi Kegiatan di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara No Dokumentasi 1
Keterangan Kegiatan BOTANI proses menanam bibit sayuran dan herbal
2
Kegiatan BOTANI proses menanam bibit sayuran dan herbal
3
Kegiatan BOTANI proses menanam bibit sayuran dan herbal
141
4
5
6
Kegiatan BOTANI proses menanam bibit sayuran dan herbal
142
7
Kegiatan bazar dan entrepreneur day
8
Kegiatan bazar dan entrepreneur day
9
Kegiatan bazar dan entrepreneur day
143
10
Kegiatan bazar dan entrepreneur day
11
Hasil karya praktek siswa dan siswi
12
Hasil karya praktek siswa dan siswi
144
13
Hasil karya praktek siswa dan siswi
12
Kegiatan pengembangan diri, outing class ke bogor kreatif
14
Kegiatan pengembangan diri outing class ke pt sosro
145
PROFIL
SMP ISLAM MENTARI INDONESIA
Kurikulum Kurikulum sekolah yang membedakan SMP Islam Mentari Indonesia dengan sekolah lain yang sejenis adalah: 1. Adanya Bidang Studi Enterpreneurship yang diajarkan dengan sistem yang berbasis CTL (Contekstual, Teaching, and Learning) 2. Media Pembelajaran berbasis ICT (Information Communication Technology) 3. Pembiasaan nilai-nilai keislaman (ta'widh) dan model pembelajaran ISLAMI (Interactive, Student Centre, Language Collaborate, Active, Modeling, ICT Based) Ekstrakurikuler Ekstrakurikuler pilihan : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Photography Karya Ilmiah Remaja Drum Band Palang Merah Remaja Pramuka Paskibra Seni tari Marawis Nasyid Paduan Suara
Ekstrakurikuler wajib :
Pengembangan Enterpreneurship English Club Pramuka Karate
146
Visi: Menjadi Lembaga Pendidikan Islam Berkarakter Entrepreneur Yang Unggul Dalam Iman, Ilmu, Akhlaq. Misi : Berikut misi SMP Islam Mentari Indonesia yang dirumuskan berdasarkan visi sekolah, sebagai berikut: 1. Menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai landasan kegiatan. 2. Menumbuh kembangkan jiwa entrepreneurship yang berlandaskan keislaman dengan mengembangkan kurikulum yang berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning) 3. Memberikan hasil terbaik bagi para stakeholder (Yayasan, Pengguna Jasa, dan Civitas Akademik). 4. Menggunakan multi kurikulum untuk mendukung implementasi kwalitas peserta didik yang handal. 5. Mendukung pengembangan jalur informasi dan ilmu pengetahuan melalui koneksi internet. 6. Menjadikan sekolah sebagai laboratorium pendidikan yang menghasilkan hasil penelitian yang mutakhir. 7. Membangun kerjasama yang baik dengan Dinas Pendidikan, serta sekolah menengah di dalam dan luar negeri. Kedepannya, setiap lulusan SMP Islam Mentari Indonesia diharapkan akan memiliki: 1. Akhlak yang baik dan melandaskan hidup dengan semangat keislaman. 2. Unggul dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terkini. 3. Mandiri, kreatif, serta memiliki semangat dan jiwa entrepreneurship sehingga mampu bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara. Logo Sekolah
Logo SMP Mentari Indonesia memiliki makna sebagai berikut :
147
Bunga Matahari dengan jumlah mahkota 11 berwarna kuning melambangkan jumlah Rukun Islam dan Rukun Iman Lingkaran berwarna Merah dan Putih melambangkan Bendera Indonesia Dua Bintang di kanan dan kiri melambangkan cita-cita yang tinggi Bola Dunia berwarna hijau melambangkan bumi Allah yang terhampar luas Tulisan Iman-Ilmu-Akhlaq menandakan Visi Sekolah Tulisan SMP Mentari Indonesia menunjukkan Identitas Sekolah
Program Unggulan 1. Pengembangan karakter entrepreneur siswa. 2. Pemanfaatan IT yang integral dalam pembelajaran. 3. Penerapan Cambridge Curriculum pada pelajaran Math, Science, dan English.
Sarana Prasarana 1. Kelas multimedia dengan koneksi internet (Kapasitas maksimal 20 orang). 2. Luas lahan yang proporsional untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) 3. Bersekolah di lingkungan taman yang hijau dan indah. 4. Sarana peribadatan 5. Library e-book 6. Green school 7. Auditorium sekolah 8. Laboratorium IPA