PEMIKIRAN DAKWAH DALAM MERUBAH PERILAKU ASUSILA MENURUT H. MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Adnan Nur Hanafi NIM : 109052000035 JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H.2014 M.
PEMIKlRAN DAKW AH
DALAM MERUBAH PERILAKU ASUSILA
MENURUT H. MUHAMl\1AD ISMAIL YUSANTO
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dim
Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperolch GelRr Smjana Komunika::i Islam
(S.Kom.l)
Oleh:
Adnan Nur Hanafi NIM: 109052000035
JURUSAN BIivlBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H.2014l\1.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berj ll dul P'::::MIKIRAN DAKWAH DALAM MERUBAH PERlLAKU
ASUSILA MENURUT H. MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO telah diujikan dalam siding munaqosyah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari senin tanggal 12 Mei 2014 M bertepatan dengan 12 Rajab 1435 H. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh geiar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada program studi Bimbingan dan penyuluhan Islam.
Jakarta, 12 Mei 2011
Sidang Munaqasyab Sekretaris ~
Ketua Merangkap Anggota
Suparto, M.Ed, Ph. D NIP: 19710330 1991:)03 1 004
Drs. SUg1harto, MA NIP: 196 0806 ! 99603 I 001
Anggota,
~¥-"
...-
Drs. Jumroni, M.Si NIP: 19630515 199203 006
...
~lahmud Jalal. MA ,422 1981011 002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya / merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Mei 2014
ABSTRAK ADNAN NUR HANAFI, 109052000035, Pemikiran Dakwah Dalam Merubah Perilaku Asusila menurut H. Muhammad Ismail Yusanto. Seiring perkembangan zaman dan media massa, informasi dari berbagai belahan dunia dapat dengan mudah diakses baik itu informasi bersifat positif ataupun negatif, situs-situs yang menyajikan hal-hal yang terkait masalah sex dapat mudah diakses oleh remaja-remaja ataupun orang dewasa. Apa yang dilakukan tersebut berpengaruh pada perilaku sehari-hari, seperti yang banyak terjadi dalam masyarakat yang dikenal sebagai perilaku asusila yang menyimpang dari norma agama dan masyarakat. Perilaku asusila dapat merusak tatanan kehidupan yang bersih. Dakwah merupakan kebutuhan manusia, tanpa adanya dakwah bagaikan berjalan tanpa petunjuk sehingga memungkinkan seseorang berjalan pada jalan yang salah. Fenomena perilaku asusila pada masyarakat harus mendapat perhatian yang serius, karena fenomena ini adalah salah satu penyakit masyarakat yang apabila dibiarkan terus menerus akan merusak tatanan kehidupan. Para pelaku tindakan asusila harus segera diajak dan disadarkan menuju kebaikan, dakwah adalah seruan menuju kehidupan sesuai aturan Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemikiran dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto dalam merubah perilaku asusila. H. Muhammad Ismail Yusanto adalah aktifis dakwah dan politik bersama Hizbut Tahrir Indonesia dan saat ini beliau menjabat sebaga Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia. Materi dakwah beliau berhubungkait dengan problematika umat yang ada, beliau sangat peduli dengan keterpurukan umat saat ini baik itu segi sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan budaya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif yang bersifat analisis, yaitu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini, penelitian ini menggunakan teori pemikiran dakwah dan perilaku asusila, dengan membahas teori tersebut maka akan mengetahui pemikiran dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto dalam merubah perilaku asusila. Dari hasil penelitian ini diperoleh, bahwa pemikiran dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto dalam merubah perilaku asusila adalah dengan 3 cara yaitu, pendidikan aqidah dan syariah, masyarakat sebagai pengawas dan Negara. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan untuk menambah wawasan keilmuan dalam bidang pemikiran dakwah dalam merubah perilaku asusila yang terjadi pada masyarakat, khsusnya bagi para akademisi FIDKOM dan semua pihak yang membutuhkan.
ABSTRACT ADNAN NUR HANAFI, 109052000035, Proselytizing Thought of H. Muhammad Ismail Yusanto in Changing Immoral Behavior. Along with the times and the mass media, information from different parts of the world either positive or negative can be easily accessed.The websites which present things that isrelated to the sex problems can be easily accessed by adolescents or adults. It effects on day-to-day behavior, as is the case in the community known as immoral and deviant behavior of the norms of religion and society. Proselytizing is a human need. Without proselytizing, it seems like running without instructions so as to enable a person to walk on the wrong path. The phenomenon of immoral behavior in society should receive serious attention because this phenomenon is one of the social ills that will destroy the livelihood. The perpetrators of immoral acts should be encouraged and made aware to the goodness. Proselytizing is a call to a life which is appropriate with Islamic rules. This study aims to find out how the proselytizing ideas of H. Muhammad Ismail Yusanto in immoral behavior change. H. Mohammed Ismail Yusanto is a proselytizing and political activist of Hizbut Tahrir Indonesia and currently he serves as a spokesman for Hizbut Tahrir Indonesia. His proselytizing material is related to the existing problems of the people. He was very concerned with the downturn of people today in terms of social, economic, political, educational and cultural field. In this study, the authors used a qualitative approach which is analysis, the method of research that produces descriptive data in the form of written or spoken words from the people and behaviors that is observed. This study uses the theory of proselytizing thought and immoral behavior.By discussing those theories, it would know the proselytizing thought of H. Muhammad Ismail Yusanto in changing the immoral behaviors. From the results of this study, it showed that the proselytizing thought of H. Muhammad Ismail Yusanto in changing the immoral behaviors is conducted by three ways; education,aqidah and syariah, control society and role goverment. Hopefully the results of this study will be the material to expand the horizons of knowledge in the areas of proselytizing in changing immoral behavior that happens in society, especially for FIDKOM scholars and all those who need.
KATA PENGANTAR بسم اهلل الرحمن الرحيم Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh… Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia-Nya yang tak terhingga, karena dengan karunia-Nya pula sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir perkuliahan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammmad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Rektor UIN Syarif Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Komarudin Hidayat 2. Dr. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Wadek I Dr. Suparto, M.Ed, Ph. D. Wadek II Drs. Jumroni, M.Si dan Wadek III Dr. Wahidin Saputra, MA. 3. Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Dra. Rini Laili Prihatini M.Si 4. Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Drs. Sugiharto, MA 5. Fauzun Jamal, Lc. MA, selaku dosen pembimbing penulis. Ucapan terima kasih tak terhingga kepada beliau yang telah membimbing penulis menyelesaikan tugas akhir, ditengah-
tengah
kesibukannya
beliau
meluangkan
waktu
untuk
membimbing penulis memberikan arahan, masukan dan memberi motivasi agar segera dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya yang mengajar di jurusan BPI yang telah ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis dan semoga ilmu-ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat nantinya dan menjadi amal shaleh yang tidak terputus pahalanya bagi dosen-dosen. 7. Segenap staf Akademik dan petugas Perpustakaan Fakultas dan Perpustakaan Utama yang memberikan pelayanan terbaik kepada mahasiswa. 8. H. Muhammad Ismail Yusanto, selaku nara sumber dalam penelitian. Terima kasih atas kesediaan waktunya untuk wawancara di tengah-tengah kesibukan beliau. 9. Khusus Ayah dan Bunda, Bapak Sayan, Ibu Murtini dan Ibu Sulastri. Berkat do’a, motivasi dan bimbingannya saya bisa menjalani hidup dengan semangat dan optimis. 10. Untuk ade-ade tersayang Siti Sadewi, Fahmi Al-Kadri, Hasah, Suyanto, Kusnah Rofi’ah, Rafi Al-Fatah dan Muhammad Faiz Aulia. Kalian telah memberikan dorongan kuat agar saya pasti bisa sukses dan memberikan contoh yang baik kepada kalian. Khusus untuk Saputri Dwi Arini, yang selalu memberikan motivasi dan mengingatkan diri penulis untuk senantiasa optimis menatap masa depan.
11. Keluarga besarku di Banjarnegara, Kakek, Nenek, Paman, Bibi, Sepupu dan Keponakan. Kalian selalu mengingatkanku akan pentingnya sebuah perubahan dalam hidup. 12. Teman-teman BPI KOPLAK(Aziz, Hafiz, Akin, Sudin, Samsul, Sholah, Ihsan, Ubay, Bang Jack Ahmad Ismail, Kohar, Peppy, Mas Udy, Lili, Laili, Serli, Kokom, Jamiah, Ka Ratna, Sari, Icha dan Ai. Yang selalu menjadi penyemangat bagi penulis. Terima kasih atas canda dan tawa yang kalian berikan, kebersamaan yang akan selalu penulis jadikan kenangan indah. 13. Teman-teman UKM HIQMA, terima kasih atas pembelajaran berorganisasi dan berseni Islami. Sangat berarti segala kenangan masa lalu bersama UKM HIQMA. 14. Rekan-rekan seperjuangan dalam dakwah, Ust Andi, Ust Ali, Ust Hanif DAKWAH NEVER DIE dan semua rekan-rekan HTI chapter kampus Ciputat Raya. Perjuangan kita akan menjadi saksi dihadapan Allah bahwa kita sangat mencintai Allah dan Rasulullah. 15. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini. Mudah-mudahan pihak yang telah membantu kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan yang lebih baik dari Allah. Aamiin… Terimakasih atas semua yang telah meluangkan waktunya dan sharing dan berbagi info serta memberikan motivasi dalam penulisan skripsi sampai akhirnya
skripsi selesai. Semoga Allah membalas segala kebaikan teman-teman semua. Aamiin … Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, kritik dan ssaran yang bersifat membangun sangatlah penulis harapkan. Akhir kata penulis mengharapkan ridha Allah dan semoga penelitian ini bermanfaat. Aamiin ….
Wassalaamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Jakarta, 21 April 2014
Adnan Nur Hanafi
ولحمدهلل رب لعا لمين
DAFTAR ISI
ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..........................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................
6
D. Metodologi Penelitian .................................................................
7
E. Tinjauan Pustaka .........................................................................
9
F. Sistematika Penulisan .................................................................
11
TINJAUAN TEORITIS A. Pemikiran ....................................................................................
13
B. Dakwah .......................................................................................
18
C. Perilaku Asusila ..........................................................................
32
D. Perubahan Perilaku......................................................................
42
BAB III BIOGRAFI H. MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO A. Riwayat Hidup dan Pendidikan H. Muhammad Ismail Yusanto
55
1. Riwayat Hidup Muhammad Ismail Yusanto .........................
55
2. Riwayat Pendidikan H. Muhammad Ismail Yusanto ............
57
B. Aktivitas Dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto .....................
58
1. Dakwah Bi Al-lisan ...............................................................
58
2. Dakwah Bi Al-qalam............................................................. 61 3. Dakwah Bi-Al-hal .................................................................
61
C. Karya Tulis H. Muhammad Ismail Yusanto ...............................
62
D. Pengalaman Organisasi H. Muhammad Ismail Yusanto.............
63
BAB IV HASIL
TEMUAN
MERUBAH
PEMIKIRAN
PERILAKU
DAKWAH
ASUSILA
MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO
DALAM
MENURUT
H.
BAB V
A. Perilaku Asusila ..........................................................................
65
1. Pengertian Perilaku Asusila ..................................................
65
2. Bentuk-bentuk Perilaku Asusila............................................
66
3. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Asusila..............................
71
4. Peran Dakwah Terhadap Gejala Perilaku Asusila ................
75
B. Konsep Pemikiran Dakwah Dalam Merubah Perilaku Asusila ..
75
1. Pendidikan Aqidah dan Syariah ............................................
75
2. Masyarakat Sebagai Pengawas .............................................
76
3. Negara ...................................................................................
76
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................
78
B. Saran ............................................................................................
79
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
80
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan media masa sekarang ini justru bisa menjadi pengaruh buruk bagi lingkungan, hal tersebut di karenakan madia masa baik itu di internet (dunia maya), majalah, tabloid, koran ataupun televisi banyak yang menyajikan, mempertontonkan atau menayangkan gambar-gambar atau tayangan yang memicu kekerasan dan tindakan asusila. Dari media tersebut yang kemudian berpengaruh terhadap pola perilaku dalam kehidupan bermasyarakat. Berbagai berita perilaku menyimpang dalam masyarakat sering kali menjadi sasaran para jurnalis . Agama Islam yang memiliki nilai-nilai dan aturan hidup untuk umat Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya secara perlahan mulai terkikis dan digantikan dengan nilai-nilai dan aturan hidup yang lain. Penyebaran gaya hidup barat dengan segala macam bentuknya menjadikan masyarakat mulai terpengaruh dengan perilaku barat, padahal perilaku mereka belum tentu sesuai dengan agama Islam. Berbagai macam perilaku dan kebiasaan yang bertentangan dengan nilainilai luhur Islam yang kemudian membuat masyarakat Islam khususnya kehilangan identitas sebagai umat terbaik. Keleluasaan anak-anak dan para remaja dalam mengakses informasi secara mudah ditambah lagi dengan lingkungan pergaulan yang buruk, maka akan mengakibatkan kecenderungan anak-anak atau remaja tersebut membuka situs internet dan melihat sesuatu yang tidak layak ditonton. Apabila
kebiasaan
membuka dan menonton situs-situs yang mengandung unsur pornogrfi dan pornoaksi tersebut menjadi sebuah kebiasaan, maka akan berdampak buruk bagi
1
2 mental dan perilaku anak-anak dan remaja di masa depan dalam pergaulan masyarakat, biasanya hal tersebut dapat berwujud dalam tindakan kriminal dan perilaku asusila. Perilaku asusila terjadi karena para pelaku tidak mendapatkan pendidikan agama secara baik sehingga tidak memiliki keimanan yang kuat dan tidak memahami aturan-aturan hidup dalam Islam yang mendasar. Dakwah akan senantiasa dibutuhkan sepanjang kehidupan umat manusia, dakwah merupakan kegiatan yang akan mengarahkan pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang beriman kepada Allah, dakwah bisa dilakukan secara individu maupun berjamaah bagi mereka yang memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam lalu menyerukan kepada individu ataupun kelompok masyarakat yang belum memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Dakwah adalah suatu cara bagaimana menyampaikan apa itu Islam dan ajaran-ajarannya, tujuan utama dakwah adalah objek dakwah tersebut dapat menjalankan kehidupan dunia ini selaras dengan makna Islam dan ajaranajarannya. Islam adalah agama yang Allah SWT turunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang mengatur hubungan manusia dengan Khaliq-Nya yang tercakup dalam perkara aqidah dan ibadah, yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri tercakup dalam perkara akhlak, makanan, minuman dan pakaian, juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya tercakup dalam perkara muamalah dan uqubat.1 Muslim secara individu maupun kelompok apabila tidak sesuai dengan makna Islam dan ajaran-ajarannya dengan kata lain mereka menyimpang dari 1
Taqiyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam, (Jakarta : HTI Press, 2013), h.
117
3 Islam, maka dalam kondisi seperti ini dakwah sangat dibutuhkan, dakwah adalah sarana menjaga keimanan umat untuk tetap pada koridor Islam atau jalan yang lurus. Jadi, dakwah tidak hanya dikhususkan kepada manusia yang belum menganut Islam, tapi untuk umat Islam itu sendiri khususnya mereka umat Islam yang perilakunya menyimpang dari aturan, kaidah dan norma dalam kehidupan masyarakat. Perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Seiring perkembangan zaman, problematika dakwah akan semakin beragam. Dakwah pada masa kenabian berbeda dengan dakwah zaman sekarang namun esensinya tetap sama yaitu menyeru pada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar. Dari zaman ke zaman dakwah harus selalu dilaksanakan sesuai esensi dakwah itu sendiri, karena kemunkaran akan tetap ada selama kehidupan manusia belum berkahir. Fenomena masyarakat yang melakukan tindakan asusila adalah sebagian dari contoh kemunkaran. Berdakwah adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim, sampaikanlah pesan dakwah sesuai pemahaman dan kemampuan yang dimiliki. Menurut Toto Tasmara dalam bukunya komunikasi dakwah, bahwa kewajiban dakwah suatu yang bersifat condition sine Quanon, tidak mungkin dihindarkan dari kehidupannya, dakwah melekat erat bersamaan dengan pengakuan dirinya seorang muslim sehingga orang yang mengaku dirinya sebagai seorang muslim maka secara otomatis pula menjadi seorang juru dakwah.2 Seorang juru dakwah harus memahami objek dakwah yang meliputi pemikiran, persepsi, problem dan kesulitan-kesulitan objek dakwah. Seorang juru dakwah juga harus bisa menganalisa permsalahan umat dan menyampaikan
2
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pertama, 1997), h. 32
4 bagaimana solusi permasalahan umat tersebut. Dalam menganalisa permasalahan umat, seorang juru dakwah mencari sebab dan faktor permasalahan tersebut lalu dicarikan solusi dalam perspektif Islam, karena Islam akan mampu menjawab semua permasalahan umat sesuai perkembangan zaman. Nilai-nilai luhur ajaran Islam tidak akan luntur seiring berjalannya waktu, akan tetap menjadi aturan hidup yang mulia, adil dan sejahtera. Berbagai macam bentuk perilaku asusila yang ada dalam masyarakat perlu dihadapi dengan bijak yakni dengan dakwah, dakwah yang akan kembali mengajak pada kebaikan dan mencegah dari yang munkar. Mengingatkan perbuatan buruk mereka dan mengajak kepada perubahan yang baik sesuai tuntunan Islam. H .Muhammad Ismail Yusanto adalah seorang aktivis dakwah yang sangat peduli dengan masalah sosial masyarakat, dalam berbagai kesempatan menyampaikan pesan dakwahnya beliau selalu membahas berbagai permasalahan sosial, agama, pendidikan, ekonomi, budaya dan politik. Dalam pesan dakwahnya selalu mengedepankan Islam adalah solusi untuk semua masalah yang ada, Islam adalah agama yang memiliki aturan yang luas, tidak sebatas ritual ibadah tapi aturan hidup dalam saegala aspek kehidupan. Pesan dakwah yang disampaikan oleh H. Muahmmad Ismail Yusanto senantiasa berlandaskan pada syariah Islam. Berbagai permasalahan umat yang ada dianalisis melalui kacamata syariah Islam, dicari sebab masalah dan solusinya bagaimana dalam pandangan Islam. Baik itu masalah sosial, ekonomi, pendidikan, budaya dan politik. Sosok H. Muhammad Ismail Yusanto sebagai aktivis dakwah sekaligus aktif dalam bidang politik dengan jabatannya sebagai juru bicara Hizbut Tahrir
5 Indonesia menarik untuk diteliti lebih lanjut. Peneliti tertarik untuk mengetahui siapa sesungguhnya H. Muhammad Ismail Yusanto, bagaimana
pemikiran
dakwah beliau tentang perilaku asusila dan hubungannya dengan dakwah. Kemudian, bagaimana pemikiran dakwah beliau tentang bagaimana merubah perilaku asusila di masyarakat dan peran Negara untuk mencegah timbulnya perilaku asusila di masyarakat. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul yaitu “PEMIKIRAN DAKWAH DALAM MERUBAH PERILAKU ASUSILA MENURUT H. MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti membatasi penelitian ini
yaitu mengenai bagaimana pemikiran dakwah H.
Muhammad Ismail Yusanto dalam merubah perilaku asusila. 2. Perumusan Masalah Adapun masalah yang perlu dirumuskan dalam penelitian ini diantaranya yaitu: 1. Apa yang dimaksud perilaku asusila menurut
H. Muhammad Ismail
Yusanto? 2. Apa bentuk-bentuk perilaku asusila menurut
H. Muhammad Ismail
Yusanto? 3. Bagaimana peran dakwah terhadap gejala perilaku asusila menurut H. Muhammad Ismail Yusanto?
6 4. Bagaimana cara merubah perilaku asusila menurut H. Muhammad Ismail Yusanto?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dalam penelitian, yang menjadi tujuan penulis pada wacana pemikiran dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto dalam merubah perilaku asusila adalah bagaimana pemikiran dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto dalam merubah perilaku asusila. 2. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak. a. Manfaat akademis Penelitan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam memperkaya wawasan keilmuan, khususnya dalam bidang dakwah Islam. b. Manfaat praktis 1) Untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar strata satu (S1) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 2) Untuk menambah wawasan sekaligus masukan bagi pengkaji sebagai pijakan para pengemban dakwah yang siap memberikan pemahaman
7 masyarakat tentang perilaku asusila dan merubahnya melalui aktifitas dakwah. 3) Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya studi mengenai perilaku asusila dan pemikiran dakwah.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, yang bersifat deskriptif analisis, merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati.3 Metode dalam penelitian ini menggunakan metode triangulasi, Yaitu penelitian yang mengumpulkan data dari berbagai sumber buku, media cetak, informan (wawancara), dan observasi langsung. Kemudian melakukan analisis yaitu perbandingan antara temuan dengan teori yang ada.
2. Subjek dan Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah H. Muhammad Ismail Yusanto dan yang menjadi objek penelitian adalah pemikiran dakwah dalam merubah perilaku asusila. Penelitian ini akan mengungkap dan menganalisis bagaimana pemikiran dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto dalam merubah perilaku asusila.
3
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Rosdakarya,2007),
hlm. 9
8 3. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan empat bulan, yakni bulan Desember 2013 sampai Maret 2014. Penelitian berlangsung di kantor pusat DPP Hizbut Tahrir Indonesia, Crown Palace No 24, Jl. Prof. Soepomo, Tebet, Jakarta Selatan. 4. Teknik Pengumpulan Data a) Observasi yaitu suatu pengamatan yang dilakukan secara langsung oleh peneliti, yakni dengan cara mengumpulkan data, dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung atau berhadapan dengan subyek yang diteliti. Peneliti mengadakan observasi dengan mengikuti kegiatan dakwah yang dilakukan oleh H. Muhammad Ismail Yusanto untuk mengetahui aktifitas dakwah beliau. b) Wawancara
yaitu
percakapan
yang
dilakukan
oleh
dua
pihak,
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewe) yang mana memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Tujuan wawancara adalah memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat dan direkam dengan alat perekam. Penulis melakukan wawancara dengan H. Muhammad Ismail Yusanto juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia dan anak beliau Muhammad Alaudin Azzam. c) Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Dalam hal ini penulis mengumpulkan informasi dan tulisan yang berkaitan dengan tema penelitian berupa data-
9 data tulisan H. Muhammad Ismail Yusanto melalui media cetak dan online. 5. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses penyederhanaan kedalam bentuk yang lebih mudah dan diinterpretasikan.4 Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan pemikiran dakwah dalam merubah perilaku asusila menurut H. Muhammad Ismail Yusanto. Kemudian menganalisisnya, dengan membuat perbandingan antara data temuan dengan teori yang telah ada sebelumnya. Dan terakhir disajikan dalam bentuk laporan hasil penelitian.
E. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, peneliti juga mengadakan tinjauan pustaka.Tinjauan pustaka dilakukan di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah ada judul atau tema yang sama dengan skripsi ini. Setelah dilakukan penelitian, terdapat tulisan sebagai berikut: Arif Riyadi, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun 2009 dengan judul “Pemikiran Mulyadhi Kartanegara tentang Dakwah dalam Merespon Modernitas” . Dalam penelitian tersebut mengungkapkan tiga model dakwah menurut Mulyadhi Kartanegara yaitu:
4
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta : LP3S, 1989), cet ke-1, h.263
10 a) Menunjukkan keagungan dan kebesaran Islam dengan berbagai cara yang menarik, ilmiah dan diterima oleh objek dakwah itu dengan baik dan akan mendatangkan daya tarik kepada Islam. b) Menjaga kelestarian, menjaga pondasi keimanan, keislaman dari seranganserangan luar-dalam hal ini para ilmuwan barat modern-yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. c) Menghadapi tantangan-tantangan para ilmuwan barat modern yang berusaha menjauhkan manusia dari agama dengan cara-cara rasional, filosofis dan ilmiah. Ambo Illang Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun 2012 dengan judul “Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Ustadz Muhammad Nur Maulana”. Dalam penelitian tersebut mengungkapkan pemikiran dakwah menurut Ustadz M. Nur Mualana adalah usaha untuk mengajak umat Islam agar mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menjalankan segala bentuk perintah-Nya dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya. Dengan kata lain konsep amar ma’ruf nahi munkar. Sedangkan aktivitas ustadz M. Nur Maulana adalah berbentuk tabligh atau penyampaian dakwah dengan bentuk ceramah. Beliau ceramah diberbagai tempat dan yang paling popular adalah dalam program televise acara “Islam Itu Indah”. Lukmanul Hakim Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun 2010 dengan judul “Pemikiran dan Aktivitas Dakwah KH. Dasuki Adnan”. Dalam penelitian tersebut mengungkapkan konsep pemikiran dakwah KH Dasuki Adnan berdasarkan
11 pada pengalaman hidup beliau dimana kemandirian ekonomi umat dan perbaikan moral generasi bangsa adalah hal utama. Tujuan dakwah menurut beliau adalah memberdayakan masyarakat. Aktivitas dakwah beliau berupa ceramah dan memberikan pelatihan-pelatihan melalui media dakwah. Penelitian seputar pemikiran dan aktivitas dakwah memamng sudah banyak yang meneliti. Tapi penelitian tersebut selalu mengangkat tokoh dan tema yang berbeda-beda, dan dengan pertimbangan yang mendalam peneliti telah bertemu langsung dengan H. Muhammad Ismail Yusanto dan menyampaikan tentang bagaiaman pemikiran beliau tentang perilaku asusila lalu bagaimana cara merubah perilaku asusila. Tema seperti ini belum ada yang meniliti terhadap beliau, oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam pemikiran dakwah beliau tentang merubah perilaku asusila.
F. Sistematika Penulisan Dalam hal sistematika penulisan ini penulis menggunakan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universtas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman penulisan skripsi ini. Untuk mempermudah penulisan skripsi ini secara sistematika penulis membagi ke dalam lima bab. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
12 Penelitian,
Metodologi
Penelitian,
Tinjauan
Pustaka
dan
Sistematika Penulisan. BAB II
: TINJAUAN TEORITIS yang terdiri dari Pengertian Pemikiran, Dakwah, Perilaku Asusila dan Perubahan Perilaku.
BAB III
: BIOGRAFI H. MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO yang terdiri dari Riwayat Hidup dan Pendidikan H. Muhammad Ismail Yusanto, Aktivitas Dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto, Karya Tulis H. Muhammad Ismail Yusanto dan Pengalaman Organisasi H. Muhammad Ismail Yusanto.
BAB IV
: HASIL
TEMUAN
MERUBAH
PEMIKIRAN
PERILAKU
DAKWAH
ASUSILA
DALAM
MENURUT
H.
MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO yang terdiri dari Pengertian, Bentuk, Faktor penyebab, Peran dakwah terhadap gejala perilaku asusila dan Pemikiran Dakwah Dalam Merubah Perilaku Asusila terdiri dari Pendidikan aqidah dan syariah, Masyarakat sebagai pengawas dan Negara. BAB V
: PENUTUP yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS A . Pemikiran 1. Pengertian Pemikiran Akal adalah karunia Allah yang hanya diberikan kepada manusia, manusia adalah makhluk Allah yang sempurna karena manusia memiliki sesuatu yang tidak dimiliki makhluk lain yaitu akal. Fungsi akal adalah untuk berpikir tentang kehidupan ini, aktifitas berpikir akan berlangsung selama manusia berada dalam kesadaran. Pemikiran manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungannya, seperti lingkungan keluarga, pergaulan dan sekolah. Islam sangat memperhatikan umatnya agar berpikir dengan jernih, maksud jernih disini adalah sesuai nilai-nilai kebenaran Islam. Banyak ayat al-Qur‟an yang menyinggung dengan pertanyaan apakah mereka tidak berpikir dan pernyataan bagi orang-orang yang berpikir. Al-Qur‟an sebagai kitab umat Islam selain sebagai pedoman hidup juga sebagai referensi paling utama untuk dijadikan dasar sumber pemikiran. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata “pemikiran” berasal dari kata “pikir” yang memiliki arti akal budi, ingatan, angan-angan, pendapat (pertimbangan) dan kata dalam hati. Sedangkan kata “pemikiran” itu sendiri
13
14 berarti abstraksi seseorang terhadap sesuatu, atau lebih jauh lagi pemikiran diartikan sebagai konsepsi, pandangan, nalar akal seseorang atas suatu hal.1 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pemikiran” diartikan sebagai proses, cara, perbuatan memikir atau hasil pikir.2 Kata pikir sebenarnya berasal dari Bahasa Arab, dalam Kamus Kontemporer Arab Indonesia terdapat beberapa asal kata dari pemikiran diantaranya fakkaro berarti berpikir atau memikirkan, fikr jama afkar, tafkir, tafakur yang berarti pemikiran, pikiran, pendapat, ide, dan opini. Fikr, dzihn juga memiliki arti yang berkaitan yakni pikiran dan otak. Hablu afkar rangkaian pemikiran dan fikroh memiliki arti ide, pikiran dan konsepsi.3 Apabila ditinjau dari segi terminologi, kata “pemikiran” memiliki beberapa pengertian, seperti yang telah dikemukakan oleh para ahli: Menurut Jalaludin Rahmat, berpikir mempunyai makna memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan menghasilkan sesuatu yang baru. Dengan kata lain berpikir merupakan suatu proses penarikan kesimpulan.4 Walgito mengungkapkan bahwa tujuan dari berpikir adalah memecahkan masalah yang dihadapi, pendapat berbeda diungkapkan oleh Utsman Najati, Beliau mengungkapkan bahwa fungsi berpikir adalah pemilah antara kebenaran 1
WJS.Purwodarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h.
57. 2
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 873. 3 Atabik Ali. Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika Ponpes Krapyak, 1998), Cet. Ke-8, h. 1403. 4 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-21, h. 68.
15 dan kebatilan, antara kebajikan dan kejahatan, untuk menyikapi realitas, memperoleh ilmu pengetahuan dan mengangkat manusia pada tingkat perkembangan dan kesempurnaan, sehingga apabila seseorang sampai pada keadaan yang demikian ini, maka pemikiran akan besar nilainya dalam kehidupan.5 Muhammad Imarah mendefinisikan pemikiran sebagai pendayagunaan pikiran terhadap sesuatu dan sejumlah aktivitas otak berupa berpikir, berkehendak, dan berperasaan yang bentuk paling tingginya adalah kegiatan menganalisis, menyusun dan mengkoordinasi.6 Alex Lanur dalam tulisannya Dasat-dasar Logika dan Pemikiran Kritis, mengungkapkan bahwa berpikir erat kaitannya dengan logika, sebab dalam berpikir seseorang dibatasi oleh hukum-hukum logika. Logika membantu berpikir secara logis. Pemikiran yang logis paling tidak mensyaratkan beberapa hal, yaitu adanya pengertian-pengertian (kata-kata) yang disusun sedemikian rupa sehingga menjadi keputusan-keputusan (kalimat-kalimat). Keputusan-keputusan tersebut lalu
disusun
sehingga
menjadi
penyimpulan-penyimpulan
(pembuktian-
pembuktian).7 Pemikiran adalah pengetahuan manusia yang bermula dari pengalamanpengalaman konkret, pengalaman sensitive-rasional: fakta, objek-objek, kejadiankejadian atau peristiwa yang dilihat atau dialami. Tetapi akal tidak puas hanya mengetahui fakta saja. Akal ingin mengetahui mengapa sesuatu itu demikian 5
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2009), Cet. Ke-4, h. 234. 6 Muhammad Imarah, Karakteristik Metode Islam, (IIT dan Media Dakwah,1994), h. 34 7 Alex Lanur, Dasar-dasar Logika dan Pemikiran Kritis, dalam Yuanita T Winarto, ed, Karya Tulis Ilmiah Sosial, (Jakarta: Yayasan obor Indonesia, 2004), h. 27.
16 adanya. Maka manusia bertanya terus dan mencari bagaimana hak-hal yang diketahui itu saling berhubungan satu dan lainnya, hubungan apa yang terdapat antara gejala-gejala yang dialami.8 Dari beberapa definisi pemikiran tersebut, dapat disederhanakan bahwa pemikiran adalah suatu proses pendayagunaan akal atau pikiran sebagai respon terhadap sesuatu, kemudian menghasilkan buah pemikiran atau konsep yang tersusun sistematis yang dijadikan landasan untuk melakukan suatu tindakan. Pemikiran dakwah adalah pengetahuan manusia tentang unsur-unsur dakwah kemudian membuat konsep dan rancangan untuk melaksanakan dakwah berdasarkan pengalaman-pengalaman dan kejadian-kejadian yang diamati dan dialami. Dari pengalaman-pengalaman dan kejadian-kejadian tersebut kemudian direnungkan dan dianalisis untuk dijadikan pedoman dalam berdakwah. Pemikiran dakwah menghasilkan suatu konsep yang dapat diaplikasikan secara nyata guna menanggapi dan mencari solusi problematika dakwah yang dihadapi, sehingga dapat memudahkan untuk mencapai
keefektifan dakwah.
Pemikiran dakwah sangat penting untuk individu muslim umumnya dan para juru dakwah pada khususnya. Sumber pemikiran dakwah yakni pedoman umat Islam itu sendiri, yakni al-Qur‟an dan al-Hadits. Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang paling sempurna diantara kitab lain yang Allah SWT turunkan. Al-Qur‟an sebagai penyempurna dari kitab-kitab Allah yang lain, Al-Qur‟an diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW secara berangsur-angsur melalui perantara malaikat 8
W. Poesporodjo, EK. T Gilarso, Logika Ilmu Menalar,Dasar-dasar Berpikir Tertib, Logika, Kritis, Analitis, Dialektis, (Bandung: Pustaka Grafika, 1999), Cet. Ke-1, h. 15.
17 Jibril. Al-Qur‟an menjadi sumber hukum, ilmu pengetahuan dan ajaran Islam, oleh karena itu al-Qur‟an menjadi pedoman hidup umat Islam maka tema-tema dakwah pun disandarkan pada al-Qur‟an.Al-Qur‟an sebagai sumber pemikiran dakwah berarti menyampaikan pesan-pesan dakwah berdasarkan al-Qur‟an. Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang menjadi sumber ajaran yang bersifat sempurna. Karenanya pemikiran manusia harus sesuai dengan pokokpokok ajaran Islam yang utama dan tertuang dalam al-Qur‟an. Al-Qur‟an menjadi sumber bagi pemikiran dakwah. Menurut Sayyid Quthub, al-Qur‟an adalah kitab dakwah yang diturunkan untuk membimbing manusia ke jalan Allah dan menjadi sistem hidup bagi selururh manusia. Sedangkan al-hadits adalah sumber hukum kedua bagi umat Islam, alhadits
berfungsi
menjelaskan
isi
kandungan-kandungan
al-Qur‟an
agar
memudahkan umatnya dalam memahami makna al-Qur‟an. Umat Islam telah mengambil kesepakatan bersama untuk mengamalkan sunah. Bahkan, hal itu mereka anggap sejalan dengan memenuhi panggilan Allah SWT, Rasul-Nya yang terpercaya. Kaum muslimin menerima sunah seperti mereka menerima al-Qur‟an, karena berdasarkan kesaksian dari Allah, sunah merupakan salah satu sumber syariat.9
9
Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), Cet. Ke-1, h. 36
18 B . Dakwah 1. Pengertian Dakwah Secara etimologis (bahasa), dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’wan, du’a yang diartikan sebagai mengajak, menyeru, memanggil, seruan, permohonan dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama istilah-istilah tabligh, amar ma’ruf dan nahi munkar, mau’idzhoh
dengan
hasanah, tabsyir, indzhar, washiyah, ta’lim dan khotbah.10 Sedangkan secara terminologis (istilah), kata dakwah memiliki beberapa definisi atau pengertian yang berbeda. Dakwah bermakna upaya lewat perkataan dan perbuatan untuk mengajak serta mengubah manusia untuk berpihak kepada da‟i atau seputar upaya lewat ucapan dan perbuatan untuk Islam, menerapkan manhajnya, meyakini aqidahnya, dan melaksanakan syariatnya.11 Dakwah adalah sebuah usaha melalui perkataan dan perbuatan untuk mengajak orang lain kepada da‟i, atau kepada perkataan dan perbuatan yang diinginkan da‟i. Secara istilah, dakwah bisa dipahami sebagai sebuah usaha mengajak orang lain melalui perkataan dan perbuatan agar mereka mau memeluk Islam, mengamalkan aqidah dan syariatnya.12 Sedangkan para ahli memiliki definisi lain. Berikut adalah beberapa definisi dakwah menurut para ahli dengan sudut pandangnya masing-masing:
10
M. Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. Ke-2, h. 17. 11 Taufik al-Wa‟iy, Dakwah ke Jalan Allah, (Jakarta: Robbani Press, 2012), Cet. Ke-1, h. 12. 12 Taufiq Yusuf al-Wa‟iy, Fiqih Dakwah Ilallah, (Jakarta: Al-I‟tishom, 2011), Cet. Ke-1, h. 9.
19 M. Natsir Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi al-amar bi al-ma’ruf annahyu al-munkar dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan bernegara.13 Prof. Dr. M Quraish Shihab Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.14 Dr. Moh. Ali Azis Dakwah adalah aktifitas dan upaya mengubah manusia, baik individu maupun kolektif dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik. Dalam Islam, dakwah adalah tindakan mengkomunikasikan pesan-pesan Islam. Dakwah adalah istilah teknis yang pada dasarnya dipahami sebagai upaya untuk menghimbau orang lain kearah Islam.15
13
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH,2009), Cet. Ke-1, h. 3. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an:Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan, (Bandung: Mizan, 1998), Cet. Ke-17, h. 194. 15 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: kencana,2004), Cet. Ke-1 14
20 Drs. K.H Didin Hafidhudin, M.Sc. Dakwah merupakan proses yang berkesinambungan yang ditangani para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah dan secara bertahap menuju kehidupan yang Islami.16 Ustadz Fathi Yakan Ustadz Fathi Yakan, seperti yang dikutip Dr. Sayyid Muhammad Nuh. Dakwah adalah penghancuran dan pembinaan. Penghancuran terhadap jahiliyah dengan segala macam dan bentuknya, baik jahiliyah pola pikir, moral maupun jahiliyah pandangan dan hukum. Setelah itu, pembinaan masyarakat Islam dengan landasan pijak keislaman, baik wujud kandungannya, dalam bentuk dan isinya, dalam perundang-undangan dan cara hidup, maupun dalam segi persepsi keyakinan terhadap Islam, manusia dan kehidupan.17 Dari beberapa definisi dakwah tersebut yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu kegiatan mengajak dan menyeru pada satu tujuan yakni mensesuaikan kehidupan dengan aturan Islam. Pada zaman kenabian Islam dapat diterima oleh manusia dengan adanya aktifitas dakwah, dakwah inilah yang berperan besar menyebarluaskan Islam. Dengan mengajarkan nilai-nilai keislaman maka manusia yang belum mengenal Islam akan mengenal, karena kesempurnaan Islam mereka dengan sepenuh hati menerima Islam sebagai agamanya. Tugas seorang Nabi dan Rasul adalah mendakwahkan Islam ke seluruh dunia, dan telah terbukti keberhasilan Rasul 16
Didin Hafidhudin, Dakwah Aktual, (Jakarta: GIP, 1999), Cet. Ke-1, h. 77. Sayyid Muhammad Nuh, Dakwah fardiyah, (Solo: Era Intermedia, 2004), Cet. Ke-3, h.
17
15
21 Muhammad SAW mendakwahkan Islam ke seluruh dunia yang dilanjutkan oleh para khalifah dan sekarang oleh para Alim Ulama. Dakwah akan tetap dibutuhkan oleh Islam, dakwah dan Islam adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Lahir dan berkembangnya Islam dengan dakwah untuk menjaga dan mengembangkan Islam juga dengan dakwah. Aktifitas dakwah adalah aktifitas yang mulia di sisi Allah, karena dakwah merupakan kewajiban bagi individu muslim. Dimanapun melihat kemksiatan, kemunkaran dan ketidak sesuaian dengan ajaran Islam disitulah wajibnya mengingatkan dan meluruskan agar sesuai dengan aturan hidup dalam Islam. Islam adalah agama fitrah (suci) yang berarti keselamatan dan perdamaian dimana manusia sebagai makhluk Allah mengabdikan dan menyerahkan jiwa raganya kepada Allah Khalikul alam. Oleh karena itu Islam didakwahkan dan dikembangkan di muka bumi oleh para Nabi dan Rasul Allah untuk dianut oleh segenap hamba Illahi secara universal dan menyeluruh.18 Islam disebut juga agama dakwah, maksudnya adalah agama yang di dalamnya ada usaha menyebarluaskan kebenaran dan mengajak orang-orang yang belum mempercayainya dan itu dianggap sebagai tugas suci oleh penganutnya.19 Banyak dalil al-Qur‟an dan as-Sunah yang menunjukkan anjuran dan kewajiban dakwah diantaranya sebagai berikut:
18
Firdaus A.N, Panji-Panji Dakwah, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1991), Cet. Ke-1,
h. 61.
19
Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah Islam, (Jakarta: PT. Bumi Restu, 1981), Cet. Ke-
2, h. 1.
22
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”(QS. Ali Imron:104)
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan” (QS. Al-Anfaal: 24)
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"(QS. Fushilat: 33)
ُض َعف ْ َك أ َ مَهْ رَأَى ِم ْىكُمْ مُ ْى َكرًا َفلْ ُي َغ ِيرْيُ بِ َي ِديِ فَِإنْ َلمْ َيسْ َتطِعْ َف ِبِلسَاوًِِ فَِإنْ َلمْ يَسْ َتطِعْ فَبِ َقلْبًِِ وَ َذِل ِالْإِيمَان “Siapa saja yang melihat kemungkaran hendaknya ia mengubah dengan tangannya. Jika dengan tangan tidak mampu, hendaklah ia ubah dengan lisannya; dan jika dengan lisan tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya; dan ini adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim) Dari hadits diatas menjelaskan bahwa apabila menjumpai suatu kemunkaran maka hendaklah merubah dengan kemampuan yang ada, perilaku asusila merupakan salah satu kemunkaran maka wajib bagi kita untuk mengingatkan dan mengajak mereka yang melakukan tindakan asusila agar kembali kepada aturan Islam.
23 Sebagai perintah Allah, sudah tentu jika dilaksanakan akan menyebabkan lahirnya berbagai kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, jika ditinggalkan dan diabaikan akan menyebabkan timbulnya keburukan dan kehinaan, di dunia dan di akhirat. Dr. Sayyid Muhammad Nuh dalam bukunya “Taujihat Nabawiyah ala Thoriq” sebagaimana dikutip Dr. H. Atabik Luthfi, M.A. memberi komentar tentang ayat 103 Ali Imron diatas. Bahwa pengertian amar ma’ruf adalah mengajak dan memberikan dorongan kepada orang untuk melaksanakan kebaikan dalam seluruh dimensi dan bentuknya. Sedangkan nahi munkar adalah memperingatkan,
menjauhkan
dan
menghalangi
orang
dari
melakukan
kemunkaran serta membersihkan kehidupan dari segala bentuk kemunkaran, sehingga akan lahirlah kemuliaan dan kedamaian hidup.20 Menurut Syaikh Abdul Aziz bin Baz, sebagaimana dikutip Jum‟ah Amin Abdul Aziz, para ulama telah menjelaskanbahwa dakwah itu hukumnya fardhu kifayah jika dilakukan di Negara-negara yang ada para da‟i telah menegakkannya. Karena setiap Negara membutuhkan dakwah secara kontinu, maka dalam kondisi seperti ini dakwah menjadi fardhu kifayah, yaitu apabila telah dilakukan oleh sekelompok orang, beban kewajiban menjadi gugur dan pada saat itu bagi yang lain dakwah menjadi sunnah muakadah dan merupakan amal sholeh. Dakwah menjadi fardhu „ain apabila di suatu tempat tidak ada orang yang melakukannya.21 Dari penjelasan-penjelasan yang telah dipaparkan maka dapat diambil kesimpulan bahwa dakwah dan Islam harus sejalan seimbang, dalam kehidupan 20
Atabik Luthfi, Tafsir Da’awi, (Jakarta: Al-I‟tishom, 2011), Cet. Ke-1, h. 11. Jum‟ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah, (Solo: Intermedia, 2005), Cet. Ke-5, h. 36.
21
24 manusia khususnya umat Islam jangan sampai jauh dari ajaran Islam. Begitu juga dengan dakwah harus bisa menyelesaikan problematika umat yang ada, kebodohan, kemerosotan akhlak, kesenjangan social, kemiskinan dan masalah sosial yang lain. Oleh karena itu penulis memberikan kesimpulan bahwa yang dimaksud dakwah adalah usaha dan ajakan kepada manusia agar sesuai dengan ajaran Islam dan menjadikan Islam sebagai aturan hidup. Sedangkan tujuan dakwah adalah untukmelanjutkan dan menjaga kehidupan Islam. 2. Unsur-unsur Dakwah a. Da‟i Da‟i secara etimologis berasal dari bahasa Arab, bentuk isim fa’il (kata menunjukkan pelaku) dari asal kata da’a yad’u da’wah da’i artinya orang yang melakukan dakwah, secara terminologis da‟i adalah setiap Muslim yang berakal mukallaf (aqil baligh) dengan kewajiban dakwah. Jadi, Da‟i merupakan orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada orang lain (mad‟u).22 Da‟i merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah. Sebagai pelaku dan penggerak kegiatan dakwah, da‟i menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan dan kegagalan dakwah. Da‟i identik dengan dakwah itu sendiri. Da‟i adalah sebutan bagi orang yang berdakwah, artinya orang yang mengajak untuk kebaikan menuju jalan keislaman.23 Da‟i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan (bi al-lisan), tulisan (bi al-qalam) maupun perbuatan (bi al-hal) baik secara individu, kelompok 22
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet. Ke-1,
h.261. 23
Hasanudin, Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. Ke-1, h. 57.
25 atau berbentuk organisasi atau lembaga. Seorang da‟i mempunyai peran penting dalam proses pelaksanaan dakwah. Kepandaian atau kepiawaian seorang da‟i akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para objek dakwah. Setiap da‟i memiliki kekhasan masing-masing, tergantung kepada wacana keilmuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman hidupnya.24 Da‟i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah SWT, alam semestadan kehidupan. Serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi terhadap problem yang dihadapi manusia, juga metode yang dihadirkannya untuk menjadikan pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan melenceng.25 Sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur‟an surat Ali-Imron ayat 110:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.(QS. Ali Imron:110) b. Mad‟u Mad‟u adalah isim maf’ul dari da’a, yang artinya orang yang diajak, atau dikenakan perbuatan dakwah. Mad‟u adalah obyek dan sekaligus subyek dalam 24
Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo, 2005), Cet. Ke-1, h. 101-102. 25 Musthafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qaradhawi, (Jakarta: Pustaka AlKautsar, 1997), Cet. Ke-1, h. 18.
26 dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali. Siapapun mereka, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi yang baru lahir maupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad‟u dalam dakwah Islam. Dakwah tidak hanya ditujukan kepada orang Islam, tetapi orang-orang di luar Islam, baik mereka atheis, penganut aliran kepercayaan, pemeluk agama-agama lain, semua adalah mad‟u.26 Mad‟u adalah objek dakwah, yaitu sasaran dari kegiatan dakwah, baik sebagai individu maupun kelompok. Mad‟u juga dapat diartikan sebagai orang yang menerima pesan yang disampaikan da‟i. Keberhasilan dakwah tidak hanya ditentukan seorang da‟i tapi juga ditentukan mad‟u, karena keberhasilan dakwah ditentukan oleh kesatuan faktor-faktor atau unsur-unsur dakwah yang saling membantu, memengaruhi dan berhubungan satu dengan yang lain.27 c. Maudhu‟ (Pesan Dakwah) Menurut Hafi Anshari, sebagaimana dikutip Enjang AS, maudhu‟ atau pesan dakwah adalah pesan-pesan, materi atau segala sesuatu yang harus disampaiakan oleh da‟i kepada mad‟u yaitu keseluruhan Islam yang ada di dalam kitabullah dan sunah Rasul. Atau disebut juga al-haq (kebenaran hakiki) yaitu AlIslam yang bersumber dari al-Qur‟an. Pendapat tersebut senada dengan pendapat Endang Saepudin Anshari; materi dakwah adalah Al-Islam (Al-Qur‟an dan AsSunah) tentang berbagai soal perikehidupan dan penghidupan manusia. Selanjutnya Muhaemin menjelaskan secara umum pokok isi Al-Qur‟an:
26
Cahyadi Takariawan, Prinsip-Prinsip Dakwah, (Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005), Cet. Ke-4, h. 25. 27 Faizah, Lalu Muchsin Efendi, Psikologi Dakwah, (Kencana Prenada Media, 2006), Cet. Ke-1, h. 70.
27 1) Akidah: Aspek ajaran Islam yang berhubungan dengan keyakinan, meliputi rukun iman, atau segala sesuatu yang harus diimani atau diyakini menurut ajaran al-Qur‟an. 2) Ibadah: Aspek ajaran Islam yang berhubungan dengan kegiatan ritual dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT. 3) Muamalah: Aspek ajaran Islam yang mengajarkan berbagai aturan dalam tata kehidupan bersosial (bermasyarakat) dalam berbagai aspeknya. 4) Akhlak: Aspek ajaran Islam yang berhubungan dengan tata prilaku manusia sebagai hamba Allah, anggota masyarakat, dan bagian dari alam sekitarnya. 5) Sejarah: peristiwa-peristiwa perjalanan hidup yang sudah dialami umat manusia yang diterangkan Al-Qur‟an untuk senantiasa diambil hikmah dan pelajarannya. 6) Prinsip-prinsip pengetahuan dan teknologi; yaitu petunjuk-petunjuk singkat yang memberikan dorongan kepada manusia untuk mengadakan analisa dan mempelajari isi alam dan perubahan-perubahannya. 7) Lain-lain berupa anjuran-anjuran, janji-janji, ataupun ancaman.28 Apapun materi dakwah yang hendak disampaikan pada dasarnya bersumber dari al-Qur‟an dan Hadits. Materi dakwah yang akan disampaikan tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Materi yang diperlukan untuk satu kelompok masyarakat belum tentu cocok untuk kelompok masyarakat yang lain. Oleh sebab itu pemilihan materi harus tepat, apakah itu untuk pemuda, mahasiswa, petani, pekerja kasar, pegawai tinggi, juga apakah pendengar itu 28 Enjang AS, Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya Padjajaran, 2009), Cet. Ke-1, h. 80.
28 heterogen, artinya berbagai tingkat dan mutu pengetahuannya ataukah sejenisnya.29 d. Metode Dakwah Dari segi bahasa “metode” berasal dari dua perkataan yaitu meta (melalui), hodos (jalan, cara). Dengan demikian, dapat diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.30 Dapat diambil pengertian bahwa metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da‟i kepada mad‟u untuk mencapai suatu tujuan ia berdakwah. Sedangkan metode dakwah menurut Drs. Abdul Kadir Munsyi, adalah cara untuk menyampaikan sesuatu atau cara yang digunakan untuk berdakwah. Metode ini penting untuk mengantarkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Menurut Drs. Salahudin Sanusi, metode berasal dari kata methodus yang artinya “jalan ke metode yang telah mendapatkan pengertian yang diterima oleh umum yaitu caracara, prosedur atau rentetan gerak usaha tertentu untuk mencapai suatu tujuan”. Metode dakwah adalah cara-cara penyampaian ajaran Islam kepada Individu, kelompok ataupun masyarakat supaya ajaran itu dengan cepat dimiliki, diyakini serta dijalankan.31 Adapun tujuan diadakannya metode dakwah adalah untuk memberikan kemudahan dan keserasian, baik bagi pembawa dakwah itu sendiri maupun bagi penerimanya. Pengalaman mengatakan, bahwa metode yang kurang tepat sering
29
M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Widjaya, 1982), Cet. Ke-1, h. 99. Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2006), Cet. Ke-1, h. 23. 31 Alwisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. Ke-2, h. 71. 30
29 kali mengakibatkan gagalnya aktivitas dakwah. Sebaliknya, apabila diramu dengan metode yang tepat, dengan gaya penyampaian yang baik, maka respon yang didapat pun cukup memuaskan.32 Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh da‟i kepada mad‟u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Adapun bentuk-bentuk metode dakwah yaitu: 1) Al-Hikmah, yaitu kemampuan da‟i dalam memilih dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objek mad‟u. 2) Al-Mauidzatul Hasanah, yaitu suatu ungkapan yang mengandung unsure bimbingan,
pendidikan,
pengajaran,
kisah-kisah,
berita
gembira,
peringatan, pesan-pesan positif yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia akhirat. 3) Al-Mujadalah bi al-lati Hiya Ahsan, yaitu bertukar pendapat yang dilakukan oleh dua belah pihak secara sinergis.33 Dalam kegiatan dakwah, metode dakwah harus disesuaikan dengan kondisi mad‟u baik dari segi pendidikan, ekonomi, dan adat istiadat agar tercapai keberhasilan dakwah. e. Media Dakwah Kata media, berasal dari bahasa Latin, median, yang merupakan bentuk jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat perantara.34 Wilbur
32
Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah; Bekal Perjuangan Para Da’i, (Jakarta: AMZAH,2008), Cet. Ke-1, h. 238. 33 Munzier Saputra, Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 11.
30 Schramm, sebagaimana dikutip oleh Samsul Munir Amin mendefinisikan media sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran. Secara lebih spesifik, yang dimaksud dengan media adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti buku, film, video kaset, slide dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan yang dipegunakan untuk menyampaiakan materi dakwah kepada penerima dakwah. Pada zaman modern seperti sekarang ini, seperti televise, video, kaset rekaman, majalah dan surat kabar.35 f. Tujuan Dakwah Ali Abdul Halim Mahmud dalam bukunya Jalan Dakwah Muslimah menyebutkan 9 tujuan dakwah yaitu: 1) Membantu manusia dalam beribadah kepada Allah sesuai dengan syariatnya. 2) Membantu manusia menghidupkan sunah taaruf (perkenalan) di antara mereka. 3) Ikut berperan mengubah kondisi buruk yang dialami kaum muslimin dewasa ini, menuju kondisi yang lebih baik dan lebih dekat kepada Islam, sehingga kaum Muslimin dapat mendekatkan diri kepada Allah menuju kemaslahatan hidup dunia dan akhirat. 4) Melakukan berbagai aktivitas dalam menarbiyah (mendidik) pribadi Muslim dengan tarbiyah yang benar dan integral, yakni tarbiyah yang mencakup segi-segi kepribadian, ruhani, akal, akhlak, jasmani dan social. 34
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1986), h. 17. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 35.
35
31 5) Turut berperan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan penyiapan keluarga Muslim dan penarbiyahan seluruh anggota keluarga sesuai dengan manhaj dan system Islam agar tumbuh dan berkembang dalam udara yang islami. 6) Turut berperan dalam menyiapkan masyarakat Muslim yang memiliki komitmen terhadap nilai dan akhlak islami, yaitu masyarakat yang menjunjung manhaj dan system islam dalam semua aspek kehidupannya, serta masyarakat yang meninggalkan semua sifat yang dibenci Islam dan manusia. 7) Ikut berperan membentuk dakwah Islam dalam segala bentuk yang bermanhaj, sebab unsur terpenting dari dakwah adalah isi manhaj yang dipakai, bukan sekedar bentuknya. 8) Mengadakan perlawanan terhadap musuh umat Islam yang menduduki wilayah Islam, menguasai sosial budaya dan politik ekonomi. 9) Melakukan gerakan untuk mengembalikan wihdah (kesatuan) kaum Muslimin di seluruh dunia ; kesatuan yang diwujudkan dengan cara paling rasional. Kesatuan itu harus dimulai dengan kesatuan pemikiran, tsaqafah, kemudian dilanjutkan dengan kesatuan tujuan.36 3. Strategi Dakwah Strategi berasal dari bahasa Yunani; strategia yang berarti kepemimpinan atas pasukan atau seni memimpin pasukan. Kata strategia bersumber dari kata strategos yang berkembang dari kata dari kata statos (tentara) dan kata agein
36
Ali Abdul Halim Mahmud, Jalan Dakwah Muslimah, (Solo: Era Intermedia, 2007), Cet. Ke-1, h. 12-15.
32 (memimpin). Istilah strategi dipakai dalam konteks militer sejak zaman kejayaan Yunani-Romawi sampai awal masa industrialisasi. Kemudian istilah strategi meluas ke berbagai aspek kegiatan masyarakat, termasuk dalam bidang komunikasi dan dakwah. Jadi, strategi dakwah adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Merumuskan strategi dakwah, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi di masa depan, guna mencapai efektifitas atau mencapai tujuan dakwah.37 Sebelum melakukan kegiatan dakwah, seorang da‟i perlu merumuskan strategi yang tepat untuk keefektifan dakwah. Seorang da‟i harus tau kapan waktu yang tepat menyampaikan pesan inti dakwahnya, karena saat yang tepat itulah mad‟u dalam kondisi yang siap menerima wejangan dari inti pesan dakwah yang disampaikan oleh da‟i. C. Perilaku Asusila 1. Pengertian Perilaku Perilaku identik dengan tingkah laku, akhlak, budi pekerti, dari keempat pengertian di atas pada dasarnya mempunyai makna sama yaitu perbuatan yang terlihat dalam kenyataan. Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, lingkungan, kekuasaan, persuasi, dan genetika.
37
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), Cet. Ke-1, h.
227.
33 Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain melainkan merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalah artikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial 2. Pengertian Perilaku Asusila ”A” artinya “tidak”sedangkan susila menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern artinya sopan, beradab, baik budi. Asusila berarti tidak baik tingkah lakunya.38 Didalam Al Qur‟an penyalahgunaan seksual itu haram dan merupakan dosa besar. Penyalahgunaan seksual antara lain seperti homoseks, zina, liwat, phedophilia dan onani, dalam al-Q-ur‟an sebagian dari perbuatan tersebut termasuk perbuatan keji dan termasuk dosa besar.
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”.(QS Al-Israa;32)
38
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) Cet. Ke-4, h. 74
34 Penakit sosial atau penyakit masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum, adat istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah laku umum.39 Perilaku asusila merupakan bagian dari perilaku menyimpang, dimana perilaku menyimpang ini adalah suatu penyakit sosial yang harus ditanggulangi dengan adanya usaha baik itu mencegah ataupun mengobati. Dakwah merupakan salah satu cara untuk mencegah dan mengobati adanya penyakit sosial. Perilaku asusila adalah perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma atau kaidah kesopanan yang saat ini cenderung banyak terjadi kalangan masyarakat, teruatama remaja. Islam dengan al-Quran dan sunnah telah memasang bingkai bagi kehidupan manusia agar menjadi kehidupan yang indah dan bersih dari keruskaan moral. Menurut pandangan Islam, tinggi dan rendahnya spiritualitas (rohani) pada sebuah masyarakat berkaitan erat dengan segala prilakunya, bukan saja tata prilaku yang besifat ibadah mahdah (khusus) seperti shalat dan berpuasa, namun juga yang bersifat perilaku ibadah ghairu mahdah (umum) seperti hal-hal yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan.40 Perilaku Asusila adalah perbuatan yang melanggar norma sosial dan Agama. Dalam pengertian khusus, perbuatan asusila adalah penyimpangan perilaku dalam memenuhi kebutuhan seksual. Perilaku susila adalah perilaku yang berkaitan dengan adab dan sopan santun, kelakuan yang baik atau tata krama yang luhur. Oleh karena itu tolok ukur perilaku asusila adalah pelanggaran norma,
39
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992) Cet. Ke-2, h. 4. : http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2035989-pengertianasusila/#ixzz2hTS5nHeS. Di Akses tanggal 12-Oktober Pukul 10:22 40
35 aturan, ataupun adat istiadat dalam masyarakat termasuk didalamnya pelanggaran seksual. 3. Faktor Penyebab Perilaku Asusila Menurut pendapat dan pengamatan penulis, Secara umum ada dua faktor penyebab terjadinya perilaku asusila dalam masyarakat, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain: a) Lemah iman dan tidak mampu mengendalikan nafsu Orang yang memiliki iman yang lemah akan mudah tergoda dengan segala kesenangan dunia, salah satunya adalah kesenangan dunia dalam memenuhi kebutuhan biologisnya. Tidak peduli dengan segala aturan Islam yang penting ia mendapatkan kepuasan. Bentuk-bentuk memenuhi kebutuhan biologis ini bagi mereka yang lemah iman bisa berupa zina dan berganti-ganti pasangan sex, homo, lesbian, free sex, dan sodomi. b) Ekonomi rendah Ekonomi yang rendah juga menjadi faktor terjadinya perilaku asusila. Anak muda yang belum sanggup nikah karena kendala uang dan adanya ketakutan tidak bisa menafkahi kebutuhan keluarga karena belum memiliki pekerjaan yang tetap, namun disisi lain kebutuhan biologis tidak dapat menahannya. Anak muda ini akan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, salah satunya dengan kumpul kebo, pacaran suka sama suka lalu berhubungan sex atau lebih parah lagi melakukan perkosaan.
36 c) Pendidikan rendah Rendahnya pendidikan juga menjadi pemicu terjadinya tindakan asusila, mereka tidak tahu dampak negatif dari apa yang mereka lakukan. Peran pendidik, ulama dan pihak orang tua harus berperan aktif dalam meningkatkan pendidikan agar mereka tahu dan sadar bahwa tindakan asusila, apapun itu bentuknya akan merugikan semua pihak tidak hanya individu tapi juga masyarakat umum. Sedangkan faktor eksternal antara lain: a) Lunturnya Nilai dan Norma Masyarakat Masyarakat Indonesia mayoritas Islam yang memiliki nilai dan norma masyarakat yang terkandung dalam Islam itu sendiri perlahan mulai luntur. Nilai dan norma sosial mayarakat mayoritas Islamberbeda dengan nilai dan norma masyarakat selain Islam. Misalnya sex bebas atau hubungan intim diluar akad nikah oleh masyarakat Islam dianggap perilaku asusila, namun di masyarakat barat merupakan hal yang biasa. Maka dari itu masyarakat mulai tidak tabu lagi dengan istilah hubungan intim diluar nikah. Hal ini menandakan bahwa nilai dan norma Islam mulai diabaikan oleh masyarakat. b) Sosialisasi Pendidikan Islam Yang Minim Di masyarakat sering terjadi proses sosialisasi pendidikan Islam yang sangat minim, sehingga menimbulkan perilaku asusila. Contohnya, dalam keluarga, orang tua idealnya bertindak sebagai pembimbing, panutan, pedoman dan menjadi teladan. Namun kadangkala yang terjadi, orang tua justru memberi keputusan yang salah, seperti membiarkan anak
37 bergaul bebas. Anak yang dibiarkan bebas tanpa dikontrol dengan aturan agama sangat mungkin anak akan tergelincir pada perilaku asusila . c) Pengaruh Kebudayaan Barat Perilaku asusila dapat juga terjadi pada masyarakat yang terpengaruh dengan kebudayaan barat. Sebagian besar kebudayaan barat yang disebarkan melalui media massa baik itu elektronik maupun cetak adalah
yang
bertentangan
dengan
Islam,
sebagai
contoh
barat
mengkampanyekan pernikahan sejenis, free sex dan perilaku asusila lainnya. Mereka berdalih itu semua adalah Hak Asasi Manusia, jadi tidak ada seorangpun yang berhak melarang. Sebagai masyarakat Islam yang menyadari bahwa apa yang barat kampanyekan dengan dalih Hak Asasi Manusia tersebut adalah bertentangan dengan Islam, maka hendaklah tidak terpengaruh dengan berbagai profokasi budaya Barat tersebut. 4. Bentuk-bentuk Perilaku Asusila Adapun bentuk-bentuk perilaku asusila menurut Syamsuri dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA kelas XI adalah sebagai berikut:41 a) Zina Zina adalah hubungan seks (persetubuhan) antara laki-laki dan perempuan diluar pernikahan yang sah. Secara psikolog dan seksolog disebut pezina dan pelacur. Pelacur adalah meraka yang melakukan hubungan seks untuk mendapatkan uang, sedangkan pezina mereka yang melakukan hubungan seks atas dasar suka sama suka untuk memuaskan 41
Syamsuri, Pendidikan Agama Islam SMA 2, (Jakarta: Erlangga, 2007), Cet. Ke-1, h.
138.
38 nafsu. Dalam Islam, apapun namanya, hubungan seks diluar pernikahan disebut zina. Zina adalah perbuatan keji dan dosa besar sebagaimana firman allah swt:
“dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”.(QS. Isra:32) b) Homoseksual (gay dan lesbian) Homoseks adalah pemuasan nafsu seks antar sesama pria, sedangkan lesbian adalah pemuasan nafsu seks antar sesama wanita. Dalam istilah ilmu fiqih disebut al-liwat. Perbuatan ini pernah dilakukan oleh kaum Nabi Luth. Keduannya merupakan perbuatan haram dan dosa besar karena perbuatan tersebut bertentangan dengan fitrah manusia serta bertentangan dengan norma susila dan agama. Di Negara Barat (Amerika dan Eropa), kelompok homoseks memiliki undang-undang perlindungan khusus. Mereka diperbolehkan kawin dengan jenisnya sendiri. Perbuatan ini pernah dilakukan oleh sebagian kaum laki-laki pada zaman Nabi Luth a.s. beliau berulang kali memperingatkan kaumnya agar segera insaf dan bertobat. Namun, mereka tetap membangkang dan tidak mau bertobat. Allah SWT pun menurunkan siksa terhadap mereka sehingga lenyap ditelan bumi (lihat Surat Hud Ayat 82-83).
39
82.Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, 83. yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu Tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.(QS. Hud: 82-83) Di indonesia pada tahun 1992 telah muncul kelompok guy pada tahun 1992 Kelompok Kerja Lesbian dan Gay Nusantara (KKLGN) c) Free Sex Free sex yang juga disebut seks bebas adalah model hubungan seksual diluar pernikahan yang bebas tanpa ikatan apapun dengan hanya dilandasi rasa suka sama suka. Orang yang menganut paham free sex mereka berhubungan sex dengan siapapun yang mereka sukai tanpa pandang bulu, bahkan keluarga sendiri. Pengertian free sex yang dibahas di sini dalam artian luas dan tidak terbatas. Free seks di sini menghalalkan segala cara dan tidak terbatas pada kelompok tertentu. Mereka tidak berpegang teguh pada susila atau nilai nilai manusiawi. Suatu saat berhubungan dengan orang lain (kumpul kebo dan pada lain waktu mereka juga menggauli keluarga sendiri (ekstrama-ritalseks), baik adik, kakak, bahkan mungkin ibu, bapak dan anaknya sendiri.
40 d) Samenleven Perbuatan ini sering pula disebut kumpul kebo. Samenleven adalah hidup
bersama
atau
berkelompok
tanpa
sedikitpun
niat
untuk
melaksanakan pernikahan. Dasar pijakan mereka adalah kepuasan seksual, baik secara suka sama suka atau hanya sekedar memenuhi kebutuhan seksual seketika, sedangkan itu cara yang mudah tanpa ada dasar cinta sama sekali. e) Mastubrasi Mastrubasi sering disebut onani yang berasal dari bahasa latin masturbation. Mastur berarti tangan, sedangkan batio berarti menodai. Secara luas, masturbasi berarti pemuasan seksual pada diri sendiri dengan menggunakan tangan. Dalam istilah fikih, masturbasi dikenal dengan nama istimna‟. Kebiasaan masturbasi akan menimbulkan problem psikologis berupa kebingungan dan rasa was-was terhadap berbagai dosa serta dampak negative yang menyertainya. Kebiasaan
onani
terus
menerus
dan
berlebihan
akan
mengakibatkan gejala-gejala fisik yang sangat melelahkan karena banyak menyerap energi. Umunya, pelakunya kekurangan zat besi sehingga kelelahan. Hal itu akan tampak ketika ia melakukan aktifitas belajar dan bekerja. Memperhatikan berbagai macam efek negatif dari onani, jumhur ulama mengharamkan perbuatan itu. Disamping itu, perilaku ini memang tidak bermanfaat dan cenderung mendekati zina.
41 f) Voyeurisme Adalah usaha untuk mendapatkan kepuasan seksual dengan melihat aurat orang lain yang sedang terbuka atau tidak sengaja terbuka. Contoh kebiasaan mengintip orang mandi atau melihat film-film porno. g) Fetisme Perilaku menyimpang yang merasa telah mendapat kepuasan seksual hanya dengan memegang , memiliki, atau melihat benda-benda atau pakaian yang sering dipakai wanita seperti BH, atau celana dalam. h) Sodomi Adalah hubungan seks lewat dubur untuk mendapatkan kepuasan. Perbuatan ini dilakukan terhadap pria maupun wanita dan umumnya terhadap mereka yang dapat dikuasai pelaku secara psikologis. Seperti orang dewasa terhadap anak-anak. i) Perkosaan Perkosaan adalah memaksa orang lain untuk melakukan hubungan seks. Ini dapat terjadi pada orang yang dikenal atau tidak. j) Aborsi Pengguguran kandungan atau pembuangan janin disebut juga penghentian kehamilan atau matinya janin sebelum waktu kehamilan. Biasanya ini dilakukan wanita hamil akibat free sex. k) Pelecehan Seksual Penghinaan terhadap nilai seksual seseorang yang ada dalam tubuhnya. Hal itu dapat berupa ucapan, tulisan, tindakan yang dinilai menganggu atau merendahkan mertabat kewanitaan, seperti mencolek,
42 meraba, mencium dan mendekap. Hal ini sering terjadi dalam kendaraan umum yang biasa disebut tindakan pelecehan seksual l) Pacaran Dalam arti luas pacaran berarti mengenal karakter seseorang yang dicintai dengan cara mengadakan tatap muka. Pacaran pada zaman sekarang adalah usaha untuk pelampiasan cinta terhadap lawan jenis atau dengan kata lain mengungkapkan dan membuktikan cinta terhadap yang dicintai dengan berbagai aktivitas yang dianggap menyenangkan bersama tanpa mempertimbangkan halal-haram. Selain bentuk-bentuk perilaku asusila di atas, ada juga bentuk yang lain yaitu bestiality (bersetubuh dengan hewan) dan pedophilia (keinginan untuk mencari kepuasan seksual dengan anak-anak).42 D. Perubahan Perilaku 1. Pengertian Perubahan Perilaku Banyak definisi pakar tentang berubah, diantaranya yaitu:43 a) Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau
seseorang
berbeda
dengan
keadaan
sebelumnya
(Atkinson,1987). b) Berubah merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi (Brooten,1978).
42
Tim Penyusun, Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, (Depok: Dongpong Karya, 2010), Cet. Ke-2, h.131 43 http://kesmas-ode.blogspot.com/2012/10/makalah-perubahan-perilaku.html. Diakses 1703-2014.09:23
43 Banyak teori perubahan perilaku, namun pembahsan dalam skripsi ini tidak memaparkan teori-teori perubahan perilaku namun hanya membahas definisi apa itu perubahan perilaku dan bagaimana metode perubahan perilaku. Perilaku dalam pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan termasuk kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi sikap dan sebagainya. Perilaku menyimpang dalam memenuhi kebutuhan seksual bisa saja terjadi baik itu anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Perilaku tersebut akibat dari keinginan dan kehendak tanpa menghiraukan batasan agama, sisi lain hasrat seksual ingin segera dipenuhi. Perilaku memenuhi kebutuhan seksual secara tidak benar menurut nilai-nila yang ada dalam suatu masyarakat dan nilai agama harus segera
44 diubah agar bisa menyesuaikan dengan nilai-nilai aturan masyarakat dan agama. Jadi, maksud perubahan perilaku dalam hal ini adalah meninggalkan perilaku asusila menuju perubahan perilaku yang beradab sesuai aturan dan norma Islam yang berlaku di masyarakat. 2. Metode Perubahan Perilaku Untuk merubah perilaku perlu dibutuhkannya sebuah metode, adapun penulis berpendapat metode-metode merubah perilaku salah satunya yaitu dengan teori konseling dan bimbingan agama. Kesalahan persepsi remaja tentang perilaku asusila tidak bisa dibiarkan, karena akan mengancam kehidupan sosial dan kesehatan reproduksi remaja, yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas generasi muda. Sebenarnya upaya pencegahan terhadap meluasnya perilaku asusila ini sudah dilakukan lewat jalur pendidikan formal, yaitu melalui pendidikan seksualitas di sekolah. Terungkapnya kasus video asusila pelajar salah satu sekolah SMP Negeri di Jakarta pada bulan Oktober 2013, menghadirkan keprihatinan. Bagaimana bisa pelajar yang masih usia remaja melakukan tindakan asusila di hadapan kawan-kawannya, dan bukan hanya sekali? Selain menyaksikan perbuatan mesum itu, sebagian dari pelajar itu juga merekamnya.Lebih prihatin lagi kejadian tersebut terjadi di lingkungan sekolah. Kini rekaman video asusila itu sudah beredar luas. Pertengahan tahun ini, masyarakat juga dibuat terkejut dengan kasus pelajar SMP di Surabaya yang menjadi mucikari untuk kawan-kawannya sendiri. Pelaku menawarkan siswi-siswi, yang merupakan teman sekolahnya, kepada lelaki hidung belang untuk menjadi PSK. Sementara itu, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PT2TP2A) Jawa Barat, mendapatkan temuan ada sekitar 7000 remaja putri di bawah usia 18 tahun menjadi pelacur. Dari jumlah tersebut, 28 persen di antaranya masih duduk di bangku SMP dan SMA (klik-galamedia.com, 5/9).44
44
Buletin Dakwah Al-Islam, edisi 678. Tanggal 1-November 2013
45 Dari contoh kasus tindakan asusila yang dilakukan remaja anak sekolah tersebut, penulis berpendapat teori konseling dan bimbingan agama bisa digunakan sebagai metode untuk merubah perilaku asusila tersebut. Program pengubahan perilaku di sekolah dapat dilaksanakan melalui pemberian layanan konseling yaitu suatu program pemberian bantuan yang dilakukan melalui face to face relationship untuk membantu perkembangan remaja. Konseling memiliki kelebihan dibandingkan dengan layanan yang lain, karena hubungan yang dibangun antara konselor dengan remaja adalah hubungan yang bersifat afektif, tanpa paksaan dan dilakukan dengan pendekatan psikologis. Dalam skripsi ini penulis ingin membahas konseling dengan pendekatan rational emotif dan bimbingan agama sebagai metode merubah perilaku asusila. 1). Konseling dengan Pendekatan Rational Emotif Terapi ini dikembangkan oleh Albert Ellis yang berpendapat bahwa kelainan-kelainan psikologis berasal dari pola berpikir yang irasional. Berpikir irasional adalah pikiran yang salah atau tidak dapat diverifikasi secara empiris. Pikiran-pikiran irasional ini tidak ada gunanya bagi individu dan hanya mengarahkan individu pada konsekuensi-konsekuensi yang merusak diri sendiri (self defeating). Ellis memandang bahwa manusia itu bersifat rasional dan juga irasional, orang berperilaku dalam cara-cara tertentu karena ia percaya bahwa ia harus bertindak dalam cara itu. Orang mempunyai derajat yang tinggi dalam sugestibilitas dan emosionalitas yang negative (seperti kecemasan, rasa berdosa, permusuhan, dan sebagainya. Masalah-masalah emosional terletak dalam berpikir
46 yang tidak logis. Para penganut RET percaya bahwa tidak ada orang yang disalahkan dalam segala sesuatu yang dilakukannya, tetapi setiap orang bertanggung jawab akan semua perilakunya.45 Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten, kebalikannya ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari perilaku dan kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional. Konseling dengan pendekatan Rational Emotive menggunakan konsep ABC-D, di mana A adalah fakta, peristiwa, B adalah keyakinan seseorang, C adalah konsekuensi yang dialami seseorang. A bukan menyebab C tapi hanya mengaktivasi, yang menjadi penyebab C adalah B. D adalah penerapan metode ilmiah untuk membantu para klien menantang dan menghancurkan keyakinankeyakinan yang irasional (Corey 1988).46 Oleh karena itu tujuan konseling adalah :
45
Muhammad Surya, Teori-teori Konseling, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003), Cet.
Ke-1, h.15 46
Corey, G., 1988, Theori and Practice of Counceling and Psychoterapy (terjemah :E. Kuswara), Jakarta : Eresco
47 1) Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan selfactualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif. 2) Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah. Konseling Rational Emotive ditujukan untuk membantu remaja merubah perilaku asusila melalui pengubahan pemikiran irasional tentang perilaku seksual yang kurang bertanggungjawab. Penekanan konseling adalah proses belajar untuk melatih
keterampilan
untuk
merubah
pola
pikir
yang
irasional
dan
mengembangkan pola pikir rasional. Teknik konseling yang digunakan adalah teknik behavior dan kognitif, yakni menunjukkan kepada remaja pemikiran irrasional tentang perilaku seksual yang merusak diri yang secara terus menerus. Remaja kemudian diajarkan bagaimana menantang pemikiran yang irrasional serta didorong untuk sampai pada pikiran yang rasional. Konseling dengan pendekatan Rational Emotive ini beranggapan bahwa setiap individu memiliki pikiran, perasaan dan perilaku yang ketiganya berlangsung secara simultan. Pikiran mempengaruhi perasaan dan perilaku, perasaan mempengaruhi pikiran dan perilaku, dan perilaku mempengaruhi pikiran dan perasaan. Jika ada hambatan psikologis atau emosional pada individu, hal ini merupakan akibat dari
48 cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional. Persepsi remaja yang keliru tentang perilaku asusila dapat diubah melalui konseling dengan pendekatan rational
emotive, karena pendekatan ini
memungkinkan konselor untuk meluruskan jalan pemikiran remaja yang irasional akibat dari proses belajar yang keliru. Walaupun ada beberapa bentuk pendidikan seksual sebagai upaya mereduksi perilaku asusila remaja, tetapi hasil pendidikan itu belum maksimal. Selama ini pihak sekolah lebih banyak menggunakan pendekatan informatif saja dalam menangani masalah perilaku asusila remaja, misalnya dengan mengadakan penyuluhan atau pengajaran dalam mata pelajaran tertentu antara lain pelajaran pendidikan agama dan pelajaran biologi. Hubungan antara guru dengan siswa yang terbentuk melalui proses pengajaran itu menghalangi keakraban siswa-guru, sehingga siswa merasa malu mendekati guru dan bertanya tentang masalah atau pertanyaan tentang hal seksual, dan takut dikira sebagai “anak nakal” Pendidik memandang konservatif dalam pendidikan seksual remaja, misalnya dengan menjawab sekenanya dari pertanyaan anak mengenai pertumbuhan seksualnya atau bahkan memberi informasi yang kurang benar tentang seksualitas. Kondisi ini menyebabkan remaja mempersepsikan masalah seksual dengan salah dan pada akhirnya banyak remaja yang melakukan perilaku asusila tanpa memikirkan akibatnya. Remaja yang sudah terlanjur melakukan pelanggaran kesusilaan, misalnya hamil di luar nikah justru tidak mendapat dukungan dari sekolah, tidak
49 mendapatkan konseling di sekolah dan mendapatkan tekanan sosial dari lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan preventif dan kuratif yang dengan pendekatan afektif sangat diperlukan remaja untuk mengubah perilaku asusila. Salah satu bentuk layanan dapat dilakukan dengan pemberian layanan konseling di sekolah yaitu proses pemberian bantuan yang bersifat afektif kepada remaja untuk membantu penyelesaian masalah. Konseling dengan pendekatan rational emotive adalah konseling yang bertujuan untuk memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan seseorang yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar orang tersebut dapat mengembangkan diri, meningkatkan self-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif serta menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, atau merasa was-was.47 Hasil penelitian Weliangan dan Taganing (2009) menemukan efektifitas konseling Rational Emotive dengan menunjukkan hasil yaitu subjek dapat menyadari bahwa pikiran yang tidak rasional akan mempengaruhi emosi dan perilakunya.48 Selanjutnya, Terjesen & Kurasaki (2009) menemukan efektifitas konseling Rational Emotive dengan teknik kolaborasi konselor dengan orang tua dan 47
McLeod, J., 2008, An Introduction to Counseling(terjemah : A.K Anwar), Jakarta :
Kencana. 48
Weliangan, H & Taganing N.M., 2009, “Efektifitas Terapi Rasional Emotif (TRE) dalam Mengurangi Pikiran tidak Rasional dan Stres pada Perempuan yang mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)”, dalam Proceeding PESAT(Psikologi, ekonomi, Sastra, Arsitektur, &Sipil) Vol 3 Oktober 2009 Universitas Gunadarma-Depok 20-21 Oktober 2009.
50 membuktikan bahwa konseling ini dapat meningkatkan fungsi emosional, dan meningkatkan kemampuan anak untuk mengelola masalah, sehingga mereka dapat membuat keputusan tentang perilakunya dengan efektif.49 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konseling dengan pendekatan Rational Emotive dapat digunakan untuk merubah perilaku yang tidak rasional ke perilaku rational Kesalahan berfikir dapat melatarbelakangi perilaku asusila remaja yaitu perilaku pelanggaran moral masyarakat terutama perilaku seksual yang tidak bertanggungjawab. Konseling dengan pendekatan rational emotive adalah konseling yang bertujuan untuk memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan remaja yang irasional dan tidak logis tentang seksualitas menjadi pandangan yang rasional dan logis agar remaja dapat mengembangkan diri dan meningkatkan sel-actualizationnya 2). Bimbingan Agama Pengertian bimbingan agama adalah “Proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat”.50 Bimbingan agama dilaksanakan dalam upaya memberikan kecerahan batin kepada seseorang dalam menghadapi segala macam persoalan. Dan bimbingan agama yang dilakukan sesuai ajaran agama individu.51
49
Terjesen & Kurasaki, R., 2009, “Rational emotive behavior therapy: applicationsfor working with parents and teachers”, dalam Estudos de Psicologia Campinas, Vol 26(1), 3-14, Janeiro –Março, 2009. 50 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), Cet. Ke-2, h. 4 51 H.M. Arifin, Pokok-pokok tentang Bimbingan Penyuluhan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 36
51 Dengan demikian, bimbingan agama merupakan suatu upaya untuk merubah perilaku menjadi selaras dengan ajaran agama, dari yang bertentangan dengan ajaran agama dan norma masyarakat menjadi selaras sesuai aturan yang ada. Secara umum, tujuan bimbingan agama adalah membantu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.52 Pelaksanaan bimbingan agama berjalan dengan sukses apabila memahami bahwa individu mempunyai suatu kepribadian yang sangat berbeda. Hal tersebut terbentuk dari pengaruh baik dari dalam yang berupa bakat bawaan maupun pengaruh dari lingkungan masyarakat. Keadaan yang senantiasa berubah pada individu itulah yang perlu mendapat perhatian bimbingan, sehingga dapat terarahkan untuk menentukan pilihan-pilihan hidupnya. Demikian ini merupakan suatu gambaran sekilas tentang kondisi individu yang perlu diperhatikan sebelum proses memberikan bimbingan. Berdasarkan pengertian bimbingan dan tuntunan yang hendak dicapai dalam mengarahkan dan membimbing, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa tujuan bimbingan adalah mengarahkan individu kepada hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan masa sekarang, masa mendatang dengan cara tanggung jawab, sehingga diharapkan dapat menerapkan ke dalam situasi kehidupan yang sesuai dengan lingkungan yang ada. Bimbingan agama sangat cocok kepada mereka yang melakukan tindakan asusila agar sadar bahwa agama Islam tidak melarang untuk memenuhi kebutuhan
52
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, op.cit,h. 25
52 seksual, tapi sudah di atur sedemikian rupa agar selaras dan baik untuk manusia. Bimbingan agama juga menjadi awal dari perubahan menuju ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah dan Rasul, sehingga dalam hidup meraih ketenangan dan kebahagiaan. 3. Perubahan Perilaku Menurut Islam Perubahan perilaku menurut Islam adalah dengan taubat, taubat dari segala perilaku maksiat dan tidak akan mengulangi lagi. Taubat yang dimaksud dalam pembahsan skripsi ini adalah menyesali perilak-perilaku maksiat dalam hal ini adalah perilaku asusila yang pernah dilakukan dan berjanji tidak akan melakukan perbuatan seperti itu lagi. Taubat berarti kembali kepada Allah. Proses kembali itu tidak sah dan tidak sempurna kecuali dengan mengenal Allah dengan cara mengenali bermacam nama serta sifat-Nya. Proses kembali itu tidak sah tanpa mengetahui jika seseorang lari dari Allah. Untuk bisa bertaubat, seseorang harus yakin bahwa dia tidak akan terjerumus ke dalam cengkraman musuh (godaan setan) kecuali disebabkan ketidaktahuan akan Allah serta keberanian kembali kepada-Nya.53 Taubat hanya akan terjadi jika lebih dahulu memahami hakikat dosa, mengakui dosa, serta menjauh dampak buruk yang ditimbulkan dari dosa, baik pada masa lalu maupun masa mendatang. Taubat adalah dengan kembali insaf dan sadar akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Lalu pusatkanlah aqidah dan ibadah kepada-Nya. Firman Allah tentang taubat dalam surat At-Tahrim ayat 8:
53
Dede Permana M.A, Tuhan Ingin Aku Kembali, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta), h. 80-81.
53
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At-Tahrim:8) Nashuha berarti yang bercirikan nush.Dari kata “nasihat”, yaitu upaya untuk melakukan sesuatu, baik perbuatan maupun ucapan yang membawa manfaat untuk dinasihati.Kata ini juga bermakna tulus atau ikhlas. Taubat yang disifati oleh kata ini mengilustrasikan taubat sebagai sesuatu yang secara ikhlas menasihati seseorang agar ia tidak mengulangi kesalahannya. Karena taubat nashuha adalah pelakunya tidak terbetik lagi dalam benaknya keinginan untuk
54 mengulangi perbuatannya, karena setiap saat ia diingatkan dan dinasihati oleh taubat itu.54 Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam Islam untuk merubah perilaku buruk(maksiat, asusila dll) yaitu dengan taubat nashuha, menyesali dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perilaku buruk tersebut. Seorang individu baik itu remaja, pemuda dan orang dewasa yang terjerumus pada tindakan asusila maka sebaiknya sesegera mungkin menyadari kesalahannya dan minta ampunan dari Allah SWT. Kemudian bertaubat nashuha dengan menyesali perilaku buruk tersebut dan berjanji untuk menjauhi, meninggalkan dan tidak akan mengulangi lagi. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa taubat merupakan salah satu metode atau cara merubah perilaku, dari perilaku maksiat, buruk dan bertentangan dengan ajaran Islam menjadi perilaku baik, taat dan selaras dengan ajaran Islam untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
54
Sudirman Tebba, Nikmatnya Taubat, (Banten: Pustaka irVan, 2007), h. 46
BAB III BIOGRAFI H. MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO
A. Riwayat Hidup dan Pendidikan H. Muhammad Ismail Yusanto 1.Riwayat Hidup Muhammad Ismail Yusanto H. Muhammad Ismail Yusanto lahir di kota Yogyakarta provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada tanggal 2 Desember 1962 dari pasangan H. Sadali Abdul Hadi dan ibu Hj. Mutamimah. Masa kecil beliau dihabiskan di kota Yogyakarta dan sekarang beliau berdomisili di Jl. Bratasena 2 No 5 Komplek Bumi Indraprasta 2 Bogor.1 Keluarga Muhammad Ismail Yusanto tergolong keluarga religius ayah dan ibu beliau dikenal di kota sebagai tokoh agama dan selalu menjaga akhlak. Ayah beliau termasuk tokoh agama yang paling popular di kota dan berprofesi sebagai guru sedangkan ibu beliau seorang ibu rumah tangga. Penerapan pendidikan menjadi yang utama dalam keluarga H. Sadali, beliau sangat peduli terhadap perkembangan anak-anaknya terutama pendidikan agama Islam.Masjid yang berada di belakang rumah adalah tempat H. Sadali mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak sekitar dan terutama kepada anak pertama beliau, Muhammad Ismail Yusanto. Di Masjid ini tempat yang membentuk karakter beragama seorang Ismail Yusanto dan berdampak pada kecintaan beliau terhadap Islam. Muhammad Ismail Yusanto adalah anak pertama dari enam bersaudara. Adik beliau Bora Darussalam (STAN Jakarta), Ahmad Gadang Pamungkas (S1
1
Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Ismail Yusanto, Jakarta, 6 Januari 2014
55
56
Kehutanan UGM), Farida Belami (S1 Biologi UGM), Yuniar Vida Aprilla (S1 Bahasa Inggris IKIP UNY), dan Imamuddin Iluiyadi (S1 Ekonomi UGM). Dari kelima adik beliau tersebut hanya Ahmad Gadang Pamungkas yang aktif berdakwah bersama Hizbut Tahrir Indonesia dan keempat lainnya sibuk dengan aktifitas kerjaan masing-masing.2 Beliau menikah pada tahun 1990 dengan Zulia Ilmawati dan dikarunia 4 anak, Amila Shaliha (22 tahun, mahasiswa F. Psikologi Unpad, Bandung), Muhammad Alauddin Azzam (19 tahun, Mahasiswa FIB UGM), Atika Shafwa Khayrunnisa (8 tahun, kelas 2 SDIT Insantama, Bogor) dan Muhammad Rafsyaa Rizki Ramadhan (7 tahun, kelas 2 SDIT Insantama, Bogor) dari istri keduanya, Retno Jayanti, sarjana hukum UII dan notariat UGM, yang dinikahi tahun 2005.3 Muhammad Ismail Yusanto mulai aktif kegiatan keagamaan sejak kecil tepatnya saat menempuh pendidikan sekolah dasar (SD), beliau rajin mengikuti berbagai kegiatan keagamaan di Masjid yang berada di belakang rumah beliau. Kegiatan-kegiatan yang membekas sampai sekarang adalah saat-saat mengikuti shalat tarawih berjamaah, takbir keliling dan perlombaan-perlombaan yang bersifat keagamaan.4 Muhammad Ismail Yusanto pada masa kecilnya sudah dikenal sebagai anak yang pandai membaca al-Qur’an dan rajin shalat. Di sekolah dasar (SD) beliau juga dikenal sebagai murid yang mempunyai pemahaman agama yang lebih baik dibandingkan murid yang lain, nilai pelajaran agama beliau hampir selalu 9.
2
Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Ismail Yusanto, Jakarta, 6 Januari 2014 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Ismail Yusanto, Jakarta, 6 Januari 2014 4 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Ismail Yusanto, Jakarta, 6 Januari 2014 3
57
Saat masuk sekolah menengah pertama (SMP) dan menengah atas (SMA), beliau berperan sebagai ketua kelas dan ketua seksi kerohanian Islam.5 2. Riwayat Pendidikan H. Muhammad Ismail Yusanto Muhammad Ismail Yusanto menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Taman Siswa Yogyakarta, lalu melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Yogyakarta dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Teladan Yogyakarta. Selain aktif dalam menuntut ilmu di sekolah, beliau juga aktif berbagai kegiatan di luar sekolah yang bersifat positif. Gelar insinyurnya diperoleh di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada pada tahun 1988. Setelah lulus dari UGM, nyantri di Pondok Pesantren Ulil Albaab Bogor dibawah bimbingan Ustadz Didin Hafidhuddin hingga tahun 1991. Sebelumnya, semasa kuliah pernah kalong
nyantri
di Pondok Pesantren Budi Mulia yang dipimpin oleh mantan Ketua
Umum PP Muhammadiyah, Amien Rais, dan semasa menempuh pendidikan menengah nyantri kalong di Pondok Pesantren Krapyak di bawah asuhan KH. Ali Maksum, keduanya di Yogyakarta. Menyelesaikan pendidikan S-2 program Magister Manajemen di STIE – Institut Pengembangan Wiraswasta Indonesia Jakarta pada tahun 2000. Ketika lulus dari UGM, beliau sempat ditawarkan pekerjaan di Qatar. Menjadi penambang minyak di Negara tersebut, dan
tentunya gaji yang
ditawarkan luar biasa. Akan tetapi dengan tsiqah beliau terhadap dakwah, beliau memutuskan untuk ke Bogor dalam rangka melanjutkan dakwah beliau di sana.6
5
Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Ismail Yusanto, Jakarta, 6 Januari 2014 Wawancara Pribadi dengan M. Alaudin Azzam anak ke dua H. Muhammad Ismail Yusanto, Jakarta, 15 Februari 2014 6
58
Keinginan beliau untuk menikah juga tinggi setelah lulus sekolah, akan tetapi orang tua beliau menyarankan untuk nyantri dulu di Bogor. Tepatnya di pesantren Ulul Albaab (Dekat UIKA Bogor). Singkat cerita, di Bogor Beliau nyantri dan mendapatkan pembinaan pertama oleh Abdurrahman Al-Baghdadi, Senior Hizbut Tahrir yang membawa Hizbut Tahrir ke Indonesia, tepatnya di Kota Bogor.7 Disana Beliau menjalani kehidupan dan tantangan dakwah pertama. Mengembangkan Hizbut Tahrir di Bogor, beliau mengisi halaqah di berbagai wilayah di Indonesia seperti Yogya, Banjarmasin, hingga wilayah Sumatera. Dakwah beliau semakin berkembang dan beliau mulai dikenal oleh masyarakat sebagai tokoh masyarakat. Beliau saat ini diamanahkan oleh Amir sebagai Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
B. Aktivitas DakwahH. Muhammad Ismail Yusanto 1. Dakwah Bi Al-lisan Dalam aktivitas dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto, dakwah bi al-lisan merupakan bentuk dakwah yang pertama kali beliau lakukan dan terus berjalan hingga kini. Beliau menekuni aktivitas dakwah sejak masih menjadi santri dan pelajar, kecintaan beliau terhadap Islam menjadi motivasi tersendiri untuk mulai berdakwah. Beliau dikenal sebagai santri yang cerdas dan pandai berceramah. Sebagai santri dan pelajar yang menonjol, Ismail Yusanto aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan dan kerap kali mengisi ceramah dalamrangka memperingati hari besar Islam. 7
Wawancara Pribadi dengan M. Alaudin Azzam anak ke dua H. Muhammad Ismail Yusanto, Jakarta, 15 Februari 2014
59
Saat di bangku kuliyah, Ismail yusanto juga tetap aktif berdakwah melalui organisasi. Dalam berorganisasi kerap kali ia menyampaikan pesan dakwahnya baik dalam berdiskusi atau acara-acara yang lain. Aktivitas Ismail Yusanto dalam dunia kampus semakin mengasah kemampuan retorika dan menambah keilmuan agama, juga semakin aktif berdakwah. Pada dasarnya, dakwah bi lisan itu sendiri adalah membekali manusia dengan informasi dan berita (pesan-pesan) yang benar, dengan pengetahuan ilmiah, kenyataan faktual dan akurat untuk membantu terbentuknya pikiran dan pandangan dalam menghadapi kenyataan dan kesulitan yang dihadapi. H. Muhammad Ismail Yusanto mengkategorikan dakwah bi lisan sama halnya dengan aktivitas mengkaji ilmu agama, diskusi, orasi, nasihat atau segala hal yang penyampaiannya melalui lisan dengan tujuan mengajak orang lain kepada jalan kebenaran dan menjadi lebih baik. Dakwah bi lisan umumnya penyampaian pesan dakwah melalui ceramah, tabligh akbar dan khutbah Jum’at. Kehidupan Ismail Yusanto yang didedikasikan hanya untuk dakwah dan ibadah, disamping sibuk menjadi kepala sekolah dan rektor STIE HAMFARA. Dalam berbagai kesempatan apa yang terucap senantiasa mengandung pesan dakwah. Berbagai permasalahan umat yang ada, pasti akan beliau sampaikan fakta yang ada dan bagaimana solusi menurut Islam. Beliau tidak segan-segan untuk mengadakan suatu kegiatan bersifat keislaman yang bertujuan menyadarkan umat agar
60
kehidupan ini diatur dengan hukum Allah, hukum yang akan menyelesaikan problematika umat Islam saat ini. Materi dakwah yang disampaikan H. Muhammad Ismail Yusanto selalu berhubungkait dengan problematika umat, dan senantiasa mengajak umat Islam ini segera bangkit dari keterpurukan. Berbagai masalah yang menimpa umat Islam harus menjadi peringatan dan bahan intropeksi diri, tidak ada jalan lain kecuali menjadikan Islam sebagai aturan hidupnya. Dakwah bi lisan yang dilakukan H. Muhammad Ismail Yusanto, penulis membedakan menjadi beberapa bentuk sesuai apa yang dilakukan beliau yaitu : a) Pengajian Majlis Ta’lim Kegiatan pengajian yang diadakan dalam skala kecil dengan bahasan tema sesuai permasalahan umat yang ada. b) Musyawarah dan Diskusi Acara dalam ruangan pertemuan yang membahas dan mendiskusikan
kejadian-kejadian
terkini,
yang
menjadi
problematika umat. Mengundang ahli dan pihak terkait dalam pembahasan masalah tersebut. Acara ini disebut Halaqah Islam dan Peradaban yang diadakan satu bulan sekali. c) Jaulah (Kunjungan ke Pesantren) Kunjungan dan silaturahim ke pesantren-pesantren yang ada di Indonesia, sekaligus menyampaikan pesan dakwah dan mengajak pimpinan pesantren untuk bersama-sama mendukung diterapkannya syariah Islam dalam segala aspek kehidupan.
61
d) Ceramah dan Orasi Kegiatan yang bersifat undangan untuk menyampaikan gagsan-gagasan beliau, beliau sering diundang ke luar kota. Sedangkan orasi biasa disampaikan dalam event-event tertentu seperti aksi damai dan event berskala besar. e) Khutbah Jum’at Kegiatan rutin hari jum’at, mengisi khutbah di masjidmasjid sesuai dengan jadwal yang ditentukan. 2. Dakwah Bi Al-qalam Dakwah bi al-qalam juga menjadi aktivitas dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto, ini bisa dilihat dari berbagai buku-buku yang telah banyak di terbitkan. Selain dalam bentuk buku, tulisan beliau juga banyak yang berbentuk makalah, artikel dan press release Hizbut Tahrir Indonesia. H. Muhammad Ismail Yusanto juga menjadi penulis tetap dalam beberapa rubrik media cetak, seperti majalah al-wa’ie dan tabloid media umat, dalam rubrik tersebut beliau menyampaikan pesan-pesan dakwahnya yang ditujukan kepada mad’unya yaitu masyarakat yang membaca tulisan tersebut. 3. Dakwah Bi-Al-hal Dakwah bi al-hal merupakan dakwah dalam bentuk tindakan, H. Muhammad Ismail Yusanto yang mengemban amanah besar sebagai juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia tentu akan menjadi pusat perhatian dan teladan bagi para kadernya dalam kehidupan sehar-hari. Beliau selalu
62
bersikap ramah terhadap sesama, mentaati syariah dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Perbuatan yang patut dicontoh adalah kegigihan beliau dalam aktivitas dakwah, beliau mengorbankan harta, jiwa raga, waktu dan hidupnya hanya untuk kepentingan dakwah. Beliau menjalankan aktivitas dakwah ke berbagai daerah di Indonesia dan ke mancanegara senantiasa ikhlas lillaahi ta’ala, berharap ridho Allah dan berdo’a agar umat Islam saat ini segera mendapat pertolongan dari Allah.
C.Karya Tulis H. Muhammad Ismail Yusanto Sebagai penulis, juga pernah sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Himmah (1990-1993), dan beberapa buku yang telah dipublikasikan antara lain: 1) Islam Ideologi, Refleksi Cendekiawan Muda (1998) 2) Dinar Emas, Mungkinkah Kembali? (2001) 3) Menggagas Bisnis Islami (2002) 4) Manajemen Syariah (2000) 5) Manajemen Strategis Perspektif Syariah (2003) 6) Membentuk Kepribadian Islam (2002) 7) Kerangka Memahami al-Quran dan al-Hadits (2002) 8) Sekilas Telaah Asuransi Syariah (al-Adzhar Press, 2002) 9) Zakat dan Pendidikan Ekonomi Islam (al-Adzhar Press, 2002) 10) Menggagas Pendidikan Islam (2004) 11) Menggagas Ekonomi Islam (2009) 12) Bunga Rampai Pemikiran Islam (GIP,1998)
63
Di samping itu, menulis sejumlah materi tak terpublikasikan, diantaranya Daurah Dirasah Islamiyyah (materi training PT. Caltex Pacific Indonesia, tidak diterbitkan), Materi Kajian Islam (naskah tidak diterbitkan), Menuju Keluarga Sakinah (naskah tidak diterbitkan), Ekonomi Syariah (materi training PT. Caltex Pacific Indonesia,
tidak diterbitkan) serta puluhan makalah tentang berbagai
topik, khususnya tentang ekonomi dan politik Islam (tak terpublikasikan). Tulisan pendeknya tentang berbagai masalah pernah dimuat di
Republika, Media
Indonesia dan Kompas. D. Pengalaman Organisasi H. Muhammad Ismail Yusanto Muhammad Ismail Yusanto mulai aktif berorganisasi sejak duduk di bangku sekolah yang hanya sebatas organisasi kecil namun memberikan dampak positif dan berperan penting memberikan bekal atas keaktifan beliau di berbagai organisasi yang kelak akan diikuti. Beliau memang gemar aktif dalam berorganisasi, hanya dengan aktif di organisasilah beliau akan semakin berkembang. Ketika menjadi mahasiswa Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada (UGM), beliau aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), selain aktif di HMI, beliau juga aktif di seksi kerohanian Islam Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi (HMTG). Beliau juga aktif di Jamaah Shalahuddin UGM Hingga akhirnya di awal tahun 1985 beliau bertemu dengan dakwah Hizbut Tahrir ketika ada Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) se Jawa di UGM. Pertemuan itu praktis merubah orientasi hidup beliau yang semula hendak
64
menjalani profesi di bidang perminyakan menjadi sepenuhnya di bidang dakwah.hinga sekarang.8 Sekarang selain aktif sebagai Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia, beliau juga sebagai Ketua KDK (Komite Dakwah Khusus) MUI Pusat. Ketua Yayasan Insantama Cendekia yang menyelenggarakan SDIT, SMPIT, SMAIT dan pesantren Insantama di Bogor.Beliau juga sebagai Ketua Yayasan Hamafara yang menyelenggarakan STEI (Sekolah Tinggi Ekonomi Islam) Hamfara di Yogyakarta, kampus bebasbea berasrama, sekaligus menjadi ketuanya sejak berdiri tahun 2008 hingga sekarang. Beliau juga berpengalaman melakukan pelatihan antara lain: Program Pengembangan Pribadi Amanah (Prima) di Pertamina Balikpapan (2005); bekerjasama dengan Community Development Center (CDC) Dompet Dhuafa Republika (2002) dan Biro Adm. Kesmas Pemprop. DKI Jakarta (2002); Program Peningkatan Kontrol Diri di Caltex Pacific Indonesia (2000), Hotel Salak (Bogor) (1998, 1999) dan PT Internusa Hasta Buana (Jakarta) (2001, 2002); Bazis DKI (2004);
Pelatihan Bisnis Islami bekerjasama dengan Program Agribisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (2002), Jakarta; Kajian Ekonomi Islam bekerjasama dengan Dompet Dhuafa Republika (2001 – 2002); Religious Outbound Jurusan Ekonomi Islam STAIN Surakarta – SEM Institute (2002); Training Pengembangan Wirausaha Mabes Polri (2010).
8
Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Ismail Yusanto, Jakarta, 6 Januari 2014
BAB IV HASIL TEMUAN PEMIKIRAN DAKWAH DALAM MERUBAH PERILAKU ASUSILA MENURUT H. MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO
A. Perilaku Asusila 1. Pengertian Perilaku Asusila H. Muhammad Ismail Yusanto mendefinisikan perilaku asusila adalah perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma atau kaidah kesopanan yang saat ini cenderung banyak terjadi kalangan masyarakat. Islam dengan Al Quran dan sunnah telah memasang bingkai bagi kehidupan manusia agar menjadi kehidupan yang indah dan bersih dari keruskaan moral.1 Perilaku asusila merupakan suatu perbuatan dosa besar, dalam Islam istilah perilaku asusila disebut perilaku maksiat. Asusila adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya tidak beradab, tidak baik, arti secara luasnya adalah tindakan menyimpang dalam hal memenuhi kebutuhan seksual. Manusia memiliki nafsu seksual adalah suatu fitrah baik itu laki-laki maupun perempuan, baik itu normal ataupun tidak normal, karena ada manusia yang menyalahi fitrah tersebut seperti homo dan lesbian. Manusia seperti inilah yang disebut tidak normal dalam memenuhi kebutuhan seksual. Mereka menyalahi aturan yang seharusnya memenuhi kebutuhan seksual dengan lawan jenis namun mereka memenuhinya dengan sesama jenis. Hal seperti ini adalah suatu pelanggaran baik secara hukum Islam maupun norma masyarakat.
1
Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Ismail Yusanto, Jakarta, 18 Februari 2014.
65
66
Al-Fakhisyah atau tindakan asusila adalah dosa besar yang termasuk tindak kemungkaran yang sangat keji dan menjijikan, misalnya hubungan seks di luar nikah dan hubungan sejenis (homo seksual atau lesbian), dan perilakuperilaku seksual menyimpang lainnya yang bertentangan dengan fitrah yang suci dan berkaitan dengan penyalahgunaan tubuh manusia yang merupakan titipan amanat Allah bagi setiap orang yang akan diambil kembali oleh Allah. Tubuh manusia mempunyai kehormatan dan kemuliaan yang bersumber dari kehormatan dan kemuliaan manusia yang dinyatakan Allah dengan firmannya:
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan lebihkan dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah kami ciptakan”. (QS. Al Isra (17) : 70
Karena itu tubuh manusia harus dimuliakan, baik semasa hidup maupun setelah menjadi mayat. Perintah tegas pun dikeluarkan untuk menjaganya sekaligus larangan keras untuk menyakitinya, baik dengan menyalahgunakannya, melecehkannya, maupun menginjak-nginjak kehormatannya. Sebab pelecehan terhadap kehormatan tubuh sama artinya dengan penistaan kehormatan si pemilik tubuh. Dan ini jelas bertentangan dengan status terhormat manusia yang telah ditinggikan oleh Allah. Dari sinilah Al Qur‟an melarang tegas upaya mendekati tindakan asusila (perzinaan), baik terang-terangan maupun yang terselubung. 2. Bentuk-bentuk Perilaku Asusila
67
Muhammad Ismail Yusanto menyebutkan bentuk-bentuk perilaku asusila seperti umumnya yang masyarakat ketahui, namun beliau mendefinisikan bentukbentuk perilaku asusila berikut dari sudut pandang Islam. Berikut adalah lima bentuk-bentuk perilaku asusila menurut H. Muhammad Ismail Yusanto beserta definisinya dalam pandangan Islam: a) Pergaulan bebas Dilihat dari segi katanya dapat ditafsirkan dan dimengerti apa maksud dari istilah pergaulan bebas. Dari segi bahasa pergaulan artinya proses bergaul, sedangkan bebas artinya terlepas dari ikatan. Jadi pergaulan bebas artinya proses bergaul dengan orang lain terlepas dari ikatan yang mengatur pergaulan. Pergaulan bebas adalah Pergaulan yang tidak lagi memperhatikan aturan atau etika, khususnya aturan Islam, halal dan haram. Islam telah mengatur bagaimana cara bergaul dengan lawan jenis. Hal ini tercantum dalam Al-Qur‟an Surat An-Nuur: 30-31.
68
Artinya:
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".(30) Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau puteraputera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.(31) Dari ayat tersebut telah dijelaskan bahwa hendaknya menjaga pandangan mata dalam bergaul. Lalu bagaiamana hal yang terjadi dalam pergaulan bebas?Tentunya banyak hal yang bertolak belakang dengan aturan-aturan yang telah Allah tetapkan dalam etika pergaulan, Karena dalam pergaulan bebas itu tidak dapat menjamin kesucian seseorang. b) Pacaran Pacaran adalah ungkapan rasa kasih sayang dan cinta tanpa adanya ikatan secara syar‟i yaitu melalui pernikahan. Aktivitas pacaran ini sudah menjadi sesuatu yang melekat pada kaum muda zaman sekarang, dianggap ketinggalan zaman apabila tidak pacaran. Dalam Islam pacaran adalah
69
dilarang karena aktivitas pacaran lebih banyak mudharat daripada manfaatnya, bahkan sampai melakukan hal-hal yang sesungguhnya terlarang kecuali adanya ikatan pernikahan. Banyak anak sekolah hamil diluar nikah, aborsi dan tidak suci lagi akibat dari pacaran. Islam tidak melarang untuk mengungkapkan rasa sayang dan cinta, tapi mengatur dengan adanya pernikahan terlebih dahulu. Sebelum nikah haram bagi lawan jenis saling mengungkapkan sayang dan cinta. Pacaran dalam Islam adalah suatu perilaku tidak beradab, melanggar syariah dan suatu maksiat. Berpacaran bukan jalan yang diridhai Allah, karena banyak segi mudharatnya.Setiap orang yang berpacaran cenderung untuk bertemu, duduk, pergi bergaul berdua. Perbuatan seperti ini jelas pelanggaran syari‟at terhadap larangan melihat atau bergaul bukan muhrim atau bukan istrinya. Sebagaimana yang tercantum dalam HR Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas yang artinya: "Janganlah salah seorang di antara kamu bersepi-sepi (berkhalwat) dengan seorang wanita, kecuali bersama dengan muhrimnya." Tabrani dan AlHakim dari Hudzaifah juga meriwayatkan dalam hadits yang lain: "Lirikan mata merupakan anak panah yang beracun dari setan, barang siapa meninggalkan karena takut kepada-Ku, maka Aku akan menggantikannya dengan iman sempurna hingga ia dapat merasakan arti kemanisannya dalam hati." c) Perzinaan Zina adalah melakukan hubungan kelamin dengan secara tidak sah, tanpa ada ikatan secara syar‟i. Zina dibagi menjadi dua jenis, yang
70
dilakukan orang yang belum menikah (ghoiru mukhson) dan yang sudah menikah (mukhson). Zina merupakan termasuk dosa besar yang sangat keji sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur‟an surat Al-Isra;32.
„’Dan
janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.dan suatu jalan yang buruk’’ Dalam ayat tersebut Allah SWT menyebutkan “janganlah mendekati zina” artinya mendekati saja sangat dilarang apalagi melakukan zina. d) Pemerkosaan Pemerkosaan merupakan suatu tindakan kriminal berwatak seksual yang terjadi ketika seorang manusia (atau lebih) memaksa wanita lain untuk melakukan hubungan seksual dalam berbagai bentuk pemaksaan. Perbuatan ini sering dilakukan laki-laki kepada wanita yang dikenal ataupun belum dikenal. Sumber-sumber primer fiqh, seperti al-Qur'an dan Hadits, dipahami tidak banyak mengungkapkan penyebutan pidana perkosaan secara langsung. Sekalipun sebenarnya ada ayat yang sudah mengarah pada pelarangan 'tindak pemaksaan' dalam persoalan seksual, sekaligus memberikan perlindungan terhadap korban kekerasan seksual.
"Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, padahal mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (terhadap mereka yang dipaksa) sesudah mereka dipaksa itu".(QS.An-Nuur:33)
71
Ayat ini setidaknya mengisyaratkan kepada dua hal, pertama upaya untuk melarang segala bentuk pemaksaan dan eksploitasi seksual, kedua dukungan dan pendampingan terhadap korban eksploitasi seksual agar bisa kembali menjadi aman dan percaya diri. e) Homoseksual Liwath (homo seksual) adalah hubungan antara sesama jenis (laki-laki dengan laki-laki), sedangkan hubungan antara wanita dengan wanita disebut lesbian. Homo seksual adalah salah satu penyelewengan seksual, karena menyalahi sunnah Allah, dan menyalahi fitrah makhluk ciptaan-Nya. 3. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Asusila Sistem kehidupan yang sekularistik yang mengajarkan tentang kebebasan telah merusak kehidupan masyarkat. Nilai kebebasan yang terdapat dalam sistem kehidupan sekuler telah meracuni akal dan naluri manusia. Ketika seseorang tak memiliki pemahaman agama yang dijadikan sebagai tolok ukur dalam berperilaku, maka dia akan melakukan apa saja sesuai kehendak dirinya, termasuk perilaku asusila. Juga kontrol masyarakat yang lemah membuat perilaku asusila berlangsung bebas. Tidak adanya pengaruh hukuman terhadap pelaku tindakan asusila membuat masyarakat tidak merasa ada risiko untuk berbuat seperti itu.2 H. Muhammad Ismail Yusanto menjabarkan faktor utama terjadinya perilaku asusila dalam masyarakat adalah faktor system kehidupan, beliau menyoroti terjadinya seseorang melakukan tindakan asusila sebagian besar faktor dari luar. Lingkungan merupakan yang mempengaruhi pola kehidupan, jika 2
Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Ismail Yusanto, Jakarta, 18 Februari 2014
72
lingkungan jauh dari nilai-nilai keislaman maka segala hal cara akan dilakukan untuk memenuhi segala keinginan, sekalipun itu dianggap tidak baik oleh masyarakat. Berikut adalah faktor-faktor penyebab perilaku asusila menurut H. Muhammad Ismail Yusanto : a) Sistem Kehidupan Sekuler Sekularisme adalah suatu
aliran
atau
faham
yang tidak
memperkenankan agama masuk dan mencampuri urusuan duniawi.Paham ini lahir antara abad 18-19, pada jaman pencerahan di kawasan Eropa Barat.Permulaan munculnya paham ini di akibatkan oleh pengalaman buruk negara-negara Eropa Barat terhadap peran agama dalam pemerintahan maupun kehidupan masyarakat.Maka, dengan diterapkannya sistem sekuler ini masyarakat menjadi bebas dari kungkungan dogmadogma agama yang pada waktu itu sangatlah mendominasi. Ideologi sekuler ini sudah di terapkan di berbagi negara, mayoritas di terapkan di negara-negara barat, seperti: Amerika Serikat, Perancis, Jerman dan Negeri kita Indonesia. Dampak dari system kehidupan sekuler adalah terjadinya berbagai kerusakan yang ada di masyarakat, kerusakan dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam hal perbuatan dan tingkahlaku. Sejatinya agama adalah sebagai aturan hidup namun apabila dipisahkan dari kehidupan maka hasilnya adalah kekacauan, seseorang yang hidup tanpa agama akan melakukan apa saja yang ia kehendaki tanpa berfikir baik dan
73
buruknya. Buah dari system kehidupan sekulerisme adalah kebebasan individu untuk melakukan apa saja termasuk dalam hal perilaku asusila. Dalam agama Islam telah jelas bagaimana aturan dalam kehidupan bermasyarakat, Islam melarang zina, homo, liwat, free sex dan perilaku asusila lainnya semata-mata demi kebaikan manusia itu sendiri.Islam tidak melarang umatnya untuk bersenang-senang dalam memenuhi kebutuhan seksual tapi Islam hanya mengatur caranya, agar terjadi keselarasan dan ketentraman. Apabila tidak sesuai aturan maka akan berdampak kerusakan pada individu maupun tatanan masyarakat. b) Pendidikan Agama yang Rendah Maraknya tindakan asusila yang dilakukan para pelajar baik itu SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi belakangan ini merupakan akibat dari sistem pendidikan yang lemah dalam menginternalisasikan dan mengintegrasikan
nilai-nilai
agama
dalam
kurikulum
pendidikan.
Kurikulum pendidikan saat ini hanya mengedepankan aspek kognitif saja dan belum menekankan pada pendidikan nilai-nilai Islam. Menurut Muhammad Ismail Yusanto, semestinya ada integrasi nilai-nilai Islam di semua mata pelajaran, sehingga siswa tidak hanya didorong untuk cerdas namun juga berkepribadian Islami. Perbaikan kurikulum pendidikan saat ini dinilai penting demi pembentukan karakter generasi Islam di masa depan.3
c) Kontrol Masyarakat yang Lemah
3
Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Ismail Yusanto, Jakarta, 18 Februari 2014
74
Kehidupan
yang
menjunjung
tinggi
kebebasan
individu
menyebabkan rasa acuh dan tidak peduli dengan apa yang terjadi pada orang lain, meskipun apa yang dilakukan oleh orang tersebut adalah suatu perbuatan tidak baik. Pergaulan bebas remaja yang berperilaku seperti layaknya seorang dewasa seperti pacaran di tempat sepi, berkumpulnya anak muda-mudi dalam satu kos-kosan dan banyak contoh yang lain. Masyarakat saat ini tidak peka terhadap perbuatan mereka, mereka menganggap suatu kewajaran padahal perbuatan seperti itu tidak baik d mata masyarakat dan terlarang menurut agama. Kebebasan individu yang terjadi adalah akibat control masyarakat yang lemah, seandainya saja semua masyarakat berperan aktif bersamasama mengontrol perbuatan masyarakat atau dalam kata lain saling mengajak dan mengingatkan kepada kebaikan dan mencegah dari yang munkar. Jika hal seperti ini diterapkan dalam masyarakat, mudah-mudahan masyarakat akan sadar dan malu bahwa apa yang akan dan telah dilakukan adalah buruk di mata masyarakat dan agama. d) Hukum yang Lemah Hukum yang lemah juga menjadi sebab maraknya perilaku asusila di masyarakat, sangat sedikit para pelaku tindakan asusila mendapat hukuman yang membuat jera. Justru hukum seperti tidak berlaku, tempattempat prostitusi dibiarkan dan dilokalisasikan, pelanggaran-pelanggaran terhadap
penyimpangan dan pelecehan seksual seakan-akan dibiarkan
sehingga tetap merajalela di masyarakat. 4. Peran Dakwah Terhadap Gejala Perilaku Asusila
75
Inti dari dakwah adalah amar ma‟ruf nahi mungkar. Menyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Satu hal yang sekarang ini tidak berjalan dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat adalah kepedulian masyarakat terhadap keterpurukan umat. Diantaranya adalah munculnya banyak gejala perilaku asusila di tengah masyarakat. Maka, dakwah menjadi bagian penting sebagai salah satu pilar dalam mencegah terjadinya perilaku asusila. Lebih jauh lagi, dakwah bagi tegaknya kembali kehidupan Islam, bila berhasil akan mewujudkan sebuah tatanan kehidupan yang berdasar pada ajaran Islam sedemikian rupa siapa saja yang hidup dalam naungannya akan terjaga untuk selalu berbuat makruf dan terhindar dari berbuat mungkar atau asusila.
B. Cara Merubah Perilaku Asusila Muhammad Ismail Yusanto memiliki pandangan pemikiran tersendiri dalam merubah perilaku asusila, berdasarkan keahlian beliau dalam bidang dakwah dan politik, menurut beliau ada tiga cara untuk merubah perilaku asusila yang terjadi pada masyarakat. 1. Pendidikan Aqidah dan Syariah Pendidikan aqidah dan syariah dengan memberikan pendidikan berupa penanaman aqidah dan memberi pemahaman syariah kepada anak melalui institusi terkecil yaitu keluarga. Keluarga (orang tua) memiliki peranan yang sangat penting. Keluarga menjadi tempat pertama dalam pembentukan kepribadian anak. Dasar-dasar penanaman aqidah dan syariah menjadi tanggung jawab orang tua untuk mengajarkan, hingga anak memahami aturan Islam sebagai tolok ukur
76
dalam berpikir dan berbuat. Pahamkan pada anak tentang batasan perilaku asuila di dalam Islam, seperti dalam hal pergaulan misalnya. Menurut analisis penulis, penanaman aqidah dan memberi pemahaman syariah lebih tepat sebagai pembekalan kepada anak-anak dan remaja agar tidak terjerumus dalam perilaku asusila. Namun penanaman aqidah dan memberi pemahaman syariah juga bisa diterapkan untuk anak-anak, remaja bahkan orang dewasa yang melakukan tindakan asusila agar bisa meninggalkan perilaku buruk tersebut. Kemudian diberi pemahan dan meyakini aturan-aturan Islam untuk ditaati dan dilaksanakan. 2. Masyarakat Sebagai Pengawas Lingkungan (masyarakat) seharusnya menjadi „pengawas‟, sehingga moral masyarakat dapat terjaga melalui aktifitas amar ma‟ruf nahi mungkar. Oleh karena itu, tradisi amar makruf nahi munkar yang ada di tengah-tengah masyarakat harus terus
ditingkatkan.
Secara
bersama-sama
masyarakat
harus
mengawal
lingkungannya agar terbebas dari tindakan atau perilaku asusila. 3.Negara Negara harus berperan dalam melindungi masyarakat, melalui pengaturan dan pengawasan terhadap kandungan siaran dan pemberitaan media (cetak, televisi dan online) yang selama in berpengaruh besar pada maraknya perilaku asusila. Tempat-tempat hiburan malam dan berbagai jenisnya yang menjadi sarana bagi pergaulan bebas harus dibubarkan. Dasar-dasar kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang sekuleristik tidak akan mampu menghentikan arus liberalisasi budaya, termasuk maraknya konten porno karena bagi sebagian orang porno adalah bagian dari kebebasan yang harus dilindungi.
77
Aturan Islam dalam masalah pergaulan sosial harus ditegakkan. Negara harus menerapkan sanksi yang tegas bagi pelanggarnya. Jika sistem Islam diterapkan secara kafah, maka perilaku asusila akan bisa teratasi. Dalam sejarah panjang penerapan syariah Islam dari masa Rasulullah hingga jatuhnya kekhilafahan Turki Utsmani, kita tidak pernah mendapatkan persoalan ini mengemuka di tengah masyarakat. Dalam sistem Islam, pelaku zina misalnya, akan dihukum dengan hukuman cambuk seratus kali bagi yang belum nikah dan hukuman rajam sampai mati bagi orang yang menikah. Hukuman ini sebenarnya lebih bersifat preventif (pencegahan) dan pelajaran berharga bagi orang lain. Hal ini mengingat dampak zina yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik dalam konteks tatanan kehidupan individu, keluarga (nasab) maupun masyarakat. Penulis berpendapat bahwa Negara memiliki peran penting dalam mengatur kehidupan rakyatnya, Negara yang membiarkan maraknya pergaulan bebas dan tindakan asusila yang lain berakibat pada kerusakan moral dan tatanan hidup masyarakat. Terjadinya kasus kriminal sebagian besar adalah berhubungkait dengan kebutuhan seksual, seperti pembunuhan, pemerkosaan, aborsi, dan anakanak jadi korban kejahatan seksual. Munculnya masalah sosial seperti pelacuran, minuman keras dan hiburan malam juga tidak lepas dari faktor yang namanya kebutuhan seksual. Maka Negara harus memiliki aturan yang tegas dalam menyikapi masalah sosial yang ada di masyarakat, agar tercipta tatanan kehidupan masyarakat yang aman, adil dan sejahtera sesuai aturan Islam.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Kesimpulan dari skripsi yang berjudul Pemikiran Dakwah Dalam Merubah Perilaku Asusila Menurut H. Muhammad Ismail Yusanto adalah sebagai berikut: 1. Perilaku asusila menurut H. Muhammad Ismail Yusanto adalah Perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma dan kaidah kesopanan di masyarakat. 2. Muhammad Ismail Yusanto menyebutkan bentuk perilaku asusila yaitu pergaulan bebas, pacaran, perzinaan, pemerkosaan dan homoseksual. 3. Peran dakwah terhadap gejala perilaku asusila di masyarakat sangat penting, karena tujuan dan esensi dakwah adalah menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran. Sedangkan perilaku asusila itu sendiri bagian dari kemunkaran. 4. Pemikiran dakwah dalam merubah perilaku asusila menurut Muhammad Ismail Yusanto ada tiga cara atau konsep yang pertama adalah melalui pendidikan berupa penanaman aqidah dan pemahaman syariah yang dilakukan pihak keluarga, kedua adalah masyarakat sebagai pengawas artinya masyarakat saling mengingatkan dan mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran dan yang ketiga adalah peran Negara dalam hal pengaturan dan pengawasan kandungan siaran media,dan juga membubarkan tempat-tempat hiburan malam dan sejenisnya. Selain itu Negara juga harus menerapkan aturan Islam dalam masalah pergaulan sosial, karena aturan Islam adalah yang terbaik untuk manusia
78
79
seperti halnya telah dicontohkan Rasul, Khulafaurrosyidin dan para Khalifah setelahnya.
B. Saran Mencermati hasil penelitian yang dilakukan, ada beberapa hal yang mungkin perlu mendapat perhatian sebagai bahan masukan pemikiran dakwah Muhammad Ismail Yusanto dalam merubah perilaku asusila. Oleh karena itu, ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan, yaitu: 1. Jika melihat aktivitas dakwah yang dilakukan H. Muhammad Ismail Yusanto sejak muda hingga kini usianya menginjak 52 tahun,penulis berpendapat bahwa dakwah beliau adalah fokus pada perjuangan melanjutkan kehidupan Islam. Kehidupan yang adil dan sejahtera dibawah naungan Khilafah, kehidupan minim kriminalitas dan kemaksiatan, karena maraknya berbagai problematika umat saat ini seperti kemiskinan, kebodohan, kerusakan moral budaya dan pendidikan adalah akibat dari tidak diterapkannya system Islam dalam kehidupan. 2. Penulis menyarankan agar dakwah beliau juga mengingatkan kepada masyarakat akan dampak negative perilaku maksiat khususnya perilaku asusila. Mengingatkan agar meninggalkan kemaksiatan tidak hanya berbentuk system, tapi juga bentuk nyata dalam masyarakat. Karena kemaksiatan yang ada di masyarakat adalah kewajiban kita untuk mencegah dan merubahnya agar kembali pada aturan Islam, cara yang tepat untuk mencegah dan
80
merubahnya adalah dengan mengerahkan para kader dakwah untuk menerapkan amar ma’ruf nahi munkar kepada semua lapisan masyarakat. 3. Penulis juga menyarankan dan mendo’akan semoga Ustadz H. Muhammad Ismail Yusanto senantiasa terjaga kesehatan dan dimudahkan segala urusan dakwah. Istiqomah memimpin kader dakwah dan pantang menyerah sebelum perjuangan tegaknya kembali Khilafah. Tekankan selalu keyakinan bahwa aturan Islam akan menyelessaikan dengan tuntas semua permasalahan umat, tidak gentar terhadap pihak yang menghalangi dan menghujat perjuangan Islam ini. Sebelum dunia ini berakhir Islam pasti akan bangkit dan Berjaya, bangkit dan berjayanya Islam yaitu dengan diterapkannya syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan dibawah naungan Negara Khilafah Rosyidah ala minhajinnubuwwah. Wallahu a’lam…..
DAFTAR PUSTAKA
A.N, Firdaus. Panji-Panji Dakwah. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1991. Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: AMZAH, 2009. An-Nabhani, Taqiyuddin. Peraturan Hidup dalam Islam. Jakarta : HTI Press, 2013. An-Nabiry, Fathul Bahri. Meniti Jalan Dakwah; Bekal Perjuangan Para Da’i. Jakarta: AMZAH, 2008. Al-Wa’iy, Taufik. Dakwah ke Jalan Allah. Jakarta: Robbani Press, 2012. . Fiqih Dakwah Ilallah. Jakarta: Al-I’tishom, 2011. Ardani, Moh. Memahami Permasalahan Fikih Dakwah. Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2006. Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011. Arifin, H.M. Pokok-pokok tentang Bimbingan Penyuluhan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1976. Arnold, W Thomas. Sejarah Dakwah Islam. Jakarta: PT. Bumi Restu, 1981. AS, Enjang dan Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya Padjajaran, 2009. Aziz, Jum’ah Amin Abdul. Fiqih Dakwah. Solo: Intermedia, 2005. Aziz, Moh Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: kencana, 2004. Badruttamam, Nurul. Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher. Jakarta: Grafindo, 2005. Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997. Buletin Dakwah Al-Islam, edisi 678. Tanggal 1-November 2013 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Faizah, Lalu Muchsin Efendi, Psikologi Dakwah. Kencana Prenada Media, 2006 Faqih, Ainur Rahim. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII Press, 2001. G, Corey. Theori and Practice of Counceling and Psychoterapy 1998, (terjemah :E. Kuswara), Jakarta : Eresco
81
82
Gilarso, W. Poesporodjo, EK. T . Logika Ilmu Menalar; Dasar-dasar Berpikir Tertib, Logika, Kritis, Analitis, Dialektis. Bandung: Pustaka Grafika, 1999. Habib, M Syafaat. Buku Pedoman Dakwah. Jakarta: Widjaya, 1982. Hafidhudin, Didin. Dakwah Aktual. Jakarta: GIP, 1999. Hasanudin, Manajemen Dakwah, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Imarah, Muhammad. Karakteristik Metode Islam. Jakarta: IIT dan Media Dakwah, 1994. J, McLeod. An Introduction to Counseling, (terjemah : A.K Anwar), Jakarta : Kencana, 2008. Kartono, Kartini. Patologi Sosial 2. Jakarta: Rajawali Pers, 1992. Lanur, Alex. Dasar-dasar Logika dan Pemikiran Kritis. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004. Luthfi, Atabik. Tafsir Da’awi. Jakarta: Al-I’tishom, 2011. Mahmud, Ali Abdul Hakim. Jalan Dakwah Muslimah. Solo: Era Intermedia, 2007. Malaikah, Musthafa. Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qaradhawi. Jakarta: Pustaka AlKautsar, 1997. Maleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Rosdakarya, 2007. Muhdlor, Atabik Ali Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab Indonesia. Yogyakarta: Multi Karya Grafika Ponpes Krapyak, 1998. Munir. M dan Wahyu Ilaihi. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. Nuh, Sayyid Muhammad. Dakwah fardiyah. Solo: Era Intermedia, 2004. Permana, Dede. Tuhan Ingin Aku Kembali. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008. Purwodarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1976. Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Sahrani, Sohari. Ulumul Hadits. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Saputra, Munzier dan Harjani Hefni. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2003. Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
83
Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2009. Shihab, Quraish. Membumikan al-Qur’an:Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan. Bandung: Mizan, 1998. Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3S, 1989. Surya, Muhammad. Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003. Syamsuri, Pendidikan Agama Islam SMA 2. Jakarta: Erlangga, 2007. Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah. Surabaya: Al-Ikhlas, 1986 Takariawan, Cahyadi. Prinsip-Prinsip Dakwah. Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005. Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta : Gaya Media Pertama, 1997. Tebba, Sudirman. Nikmatnya Taubat. Banten: Pustaka irVan, 2007. Terjesen & Kurasaki, R., 2009, “Rational emotive behavior therapy: applications for working with parents and teachers”, dalam Estudos de Psicologia Campinas, Vol 26(1), 3-14, Janeiro –Março, 2009. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka, 2002. Tim Penyusun, Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI. Depok: Dongpong Karya, 2010. Weliangan, H & Taganing N.M., 2009, “Efektifitas Terapi Rasional Emotif (TRE) dalam Mengurangi Pikiran tidak Rasional dan Stres pada Perempuan yang mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)”, dalam Proceeding PESAT(Psikologi, ekonomi, Sastra, Arsitektur, &Sipil) Vol 3 Oktober 2009 UniversitasGunadarma-Depok 20-21 Oktober 2009. Zaidallah, Alwisral Imam. Strategi Dakwah. Jakarta: Kalam Mulia, 2005. .
~N>t:« ~-"11K:lKA1~rtJAK WAH H. lVlUHAlV11VlAU l:S.lVlAlL Y Ut:'.SAl,,(TU
-.. - . - - ---,- --- . H --,- -- . -.--- . QT- . . .; ~
UALAM MERUHA
F f
-.loJ
v\1 "
(~\') ~\
.
t;;,1.~(.
~
<
AuUSILA
f'
V'
'qe.,r-""'\:;..:r- ~
P~KILAKLJ
t'roposal
~KrlpSl
Difljukan untuk penulis,m Skripsi
rpF ~~
G~~
,
~vfC
~/l \./
.~
~ l,;rwvt:rs.ttas l:g:arn "':(."'(1<::1
SYARIF HIOAYATULLAH JAKARTA
.
"
J\.n~·({ .~
·i'if:\: J;;~l"'~'}'"
vieh:
Adnan N ur Hanan
Nlivl : Hj9052000035
PRv(;i
T)"".... TT ,....., ... C1 TT "' ..... TT
l' A1\..U L
IA~
~
" T r " . , . i . TT
~.
""1
riM~ T ....
ytiLiJHAN lSLA[vi
"",..-TT
TT~l\.~IfT'TTTr
J.
C"CT
ILLY! \J VAn.. n An VAL'll ILlY! \J .&.tJ1U \J l'll.ln.A,::n
!"f1'.-y!~,r!?D~Y'T',~ C !tQT ~_ '.f" ~TP~PD"f '-IJ.",jl 'f ,.L:.J ....' - u..... ..a. ~u .... UL.JJ:""1j.y ... 1. '\.&.:J'-J:JI.:..J ..... "'-I:.
SY~AF.lF
H!DAYATULLAH JAKARTA
1434 H.l2013 M.
. KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNlKASI JI. Ir. H. Juanda No. 95
15412 indo(lesia
TeleponJFax: (021) 7432728/74703580
Website: J!!lI!~!kyjJlil!k;il!!&.ll&J!!
E-n.ai! : dakwah@fdk,uinjakarta,ac.id
Nomor: Un.OlfF5fPP.00.9/~'"H12013 Lamp : 1 ( satu) bundel Hal : Bimhingan Skripsi
Jakarta,
b
November 2013
Kepada Yth.
Fauzun Jamal, Le .• MA
Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalnrnu 'alaikurn Wr. Wb. Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan oleh mahasiswa Fakultas I1mu Dakwah dan I!rr;u Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta sebagai berikut, Nama Nomor Pokok Jumsan Semester Telp. Judul
Adnan Nur Hanafi 1090'>2000035 Bimbingan dan Penyuluhan Islam IX (Sembilan) 08567278894 : Konsep Dakwah H. Muha..'11II1ad Ismail Yusanto dalam Merubah Perilaku Asusila.
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tf"'rsebut dalam penyusunan dan penyelesaian skripsinya pada waktu yang tidak terlaluJama. Demikian, atas pe!"hatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.
Wassalarnu 'alaikurn Wr. Wb. an. Dekan, Waki! Dekan Bidang Akademik
,~ Qr~~_u)fJrto~ M.Ed. '~~_~1::(f3:30 199803 1 004 1. Dekan 2. Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
iii
•• -..
U.I.
KEMENTERIAN AGAl\1A UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAK\VAH DAN ILl\tlU KOMUNlKASI Telepon/Fax: (021) 7432728174703580
11. Ir. H. luanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia
Nomer Larn.piran Hal
Website: www.fdkui.liakarta.ac.id.E·mail.dakwah!1llfdk.uinjakarta.ac.id
Un.OllF5/PP.OO.91 <>1'i3'd- 12013
Jakarta,
\iv
Desember 2013
Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth, H. Muhammad Ismail Yusunto di
Ternpat
Assalamu 'alaikwn Wr. Wb. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa: Nama Nomor Pokok Tempat/Tanggal Lallir Semester Jurusan/Konsentrasi Alamat Telp.
Adnan
H,mafi
lnon~~nnnn~~
lV/V~~vvVVJ'
Banjarnegara, 22 Desember 1990 IX (Sembi Ian) Bimbingan dan Penyuluhan Islam Kebayoran Lama
08597278894
adalah benar mahasiswa Fakultas I1mu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitianlmencari data dalam rangka penulisan skripsi beljudul Pemikiran Dahvah H Muhammad Ismail Yusanto
dalam Merubah Perilaku Asusila. Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya BapaklIbu/Sdr. dapat menerimalmengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan dimaksud. Demikian, atas
asama
kal111 mengucapkan terima kasih.
,De:kan, -- . '.--- '"
f Subhan, l\IA I! 0 199303
J
Dckan Biclang Akadcmik BilllbilH.!an dan
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
JI. fr. H, Juanda No. 95 Ciputat 154121ndQnesia Web~i(e:
www
TeJeponlFax: (O:!!) 74327::8! 74703580
E·m.,: :dakw.h!1llfdk.l'iniflkart~,qc.id
rdk\linia~
Nomor Lampiran Ha!
: Un.01/F5/PP.OC.9/~'t~'1./2014 : 1(satu) Berkas Skripsi : Ujian Skripsi
Jakarta,6 Mel 2014
Kepada Yth. : 1. Suparto, M.Ed, Ph.D 2. DiS. Sugiharto, MA 3. Dr. H. Arief Subhan, MA 4. Drs. H. Mahmud Jalal, MA 5. Fauzun Jamal, Le, MA di Jakarta
Ketua/Peng uji Sekretaris Penguji Per.guji Pembimbing
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Dekan Fakultas Dakwah dan IImu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjuk Oapakllbu sebagai Tim Penguji Skripsi mahasiswa/i di Fakultas Dakwah dan Ilmu KOfTIunikasi, Nama Tempat Tangyallahir NIM Jurusan Judul Skripsi
: Adnan Nur Hanafi : Banjarnegara, 22 Desember 1990 : 109052000035 : Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) : Pemikiran Dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto dalam Merubah Prilaku Asusiia.
tersebut akan dilaksanakan peda : HarifTanggal Waktu Tempat
Senin, 12 Mei 2014 Pk. 10.00s.d.1~.00\tVIB Ruang Munaqasah (Lantai 7B)
Untuk menunjang kelancaran ujian dil"llaksud, bersama ini kami k1 r imkan naskah skripsi yang akan diujikan, guna dipelajari/diteliti sebagaiiTIana mestinya. Oemikian pe!lunjuk3n ini di sampaikan. Atas perhatian Bapakllbu, kami ucapkan terima kasih Wassalam,
Tembusan 1. Dekan 2. Kasubbag. Umum Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
SURAT KETERANGAN Yang bertanda tangan dibawah ini H. Muhammad Ismail Yusanto, dengan ini menerangkan bahwa : Nama
: Adnan Nur Hanafi
NIM
: 109052000035
Pendidikan : Mahasiswa Universitas Islam Negeri SyarifHidayatulIah Jakarta Jurusan
: Bimbingan dan Penyuluhan
Program
: SI
Pada tanggal 6 Januari 2014 pukul 16:00
dan 18 Februari 2014 pukul I
WIB telah melakukan penelitian dan wawancara untuk bahan penulisan skripsi yang Pemikiran Dakwah H. Muhammad Ismail Yusan!o dalam Merubah Perilaku Asusila. Demikianiah surat keterangan ini dibuat,
dapat diketahui dan digunakan
sebagaimana mestinya.
/ Jakarta. 18 Februari 2014
H. Muham
lsmai I Yusanto
LEMBAR WAWANCARA TERTULIS DENGAN H. MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO Nama
: H. Muhammad Ismail Yusanto
Jabatan
: Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia
Waktu Wawancara
: Senin, 06 Januari 2014, 16:00
Tempat Wawancara
: Kantor DPP Hizbut Tahrir Indonesia
1. Dapatkah Ust menceritakan tentang riwayat hidup Ust? Jawaban : Saya lahir di Yogyakarta, pada tanggal 2 Desember 1962 dari pasangan H. Sadali dan Hj. Mutamimah dan memiliki 6 saudara. Menikah tahun 1990 dengan Zulia Ilmawati dan tahun 2005 dengan Retno Jayanti. Memiliki 4 anak dan 1 anak dari Retno Jayanti.
2. Dapatkah Ust menceritakan riwayat pendidikan Ust? Jawaban : Saya menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Taman Siswa Yogyakarta, melanjutkan SMP Negeri 1 Yogyakarta dan pendidikan menengah di SMA Negeri 1 Teladan Yogyakarta.
Gelar insinyur saya peroleh di
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada pada tahun 1988. Setelah lulus dari UGM, saya nyantri di Pondok Pesantren Ulil Albaab dibawah bimbingan Ustadz Didin Hafidhuddin, Bogor hingga tahun 1991. Sebelumnya, semasa kuliah saya pernah nyantri kalong di Pondok Pesantren Budi Mulia yang dipimpin oleh mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Amien Rais. Dan semasa menempuh pendidikan menengah saya juga nyantri kalong
di Pondok
Pesantren Krapyak di bawah asuhan KH. Ali Maksum, keduanya di Jogjakarta. Saya menyelesaikan pendidikan S-2 program
Magister
Manajemen di STIE – Institut Pengembangan Wiraswasta Indonesia Jakarta pada tahun 2000. 3. Bisa dijelaskan bentuk-bentuk aktivitas dakwah Ust? Jawaban : Aktivitas dakwah saya fokus pada mendakwahkan tegaknya Khilafah dan diterapkannya syariah Islam secara menyeluruh dalam segala aspek kehidupan. Namun, ada beberapa aktivitas dakwah lain sesuai problematika umat saat ini yang biasa saya sampaikan di media cetak ataupun elektronik dan juga disampaikan dalam bentuk khutbah, ceramah, pengajian, diskusi, majlis ta’lim, tabligh akbar dan talk show. Selain aktif dakwah dalam negeri saya juga pernah aktif dakwah ke luar negeri
seperti
Malaysia
(1996,1997,2001,2009,2011,2012),
Singapura
(1996,1997), Jepang (2002,2005,2011), Australia (2004,2007) dan Amerika (2004). 4. Bisa disebutkan berbagai karya tulis Ust. Muhammad Ismail Yusanto? Jawaban : Karya tulis saya sudah banyak dipublikasikan dan ada juga yang belum. Ada beberapa buku yang saya tulis bersama teman. 5. Bisa dijelaskan pengalaman organisasi Ust? Jawaban : Saya sudah aktif berorganisasi sejak di bangku sekolah menengah seperti OSIS dan organisasi remaja masjid. Saat masuk dunia kampus, saya tambah aktif di organisasi keislaman. Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Jamaah Shalahuddin (JS) adalah organisasi yang berperan penting mendidik saya dalam mengembangkan pengalaman berorganisasi. Saya menjabat sebagai sekertaris umum saat itu, dan keseharian saya dalam berorganisasi ini adalah aktifitas dakwah dalam dan luar kampus. Setelah lulus kuliyah saya semakin sibuk dengan berbagai organisasi, baik itu dalam pemerintahan atau swasta. 6. Bagaimana awal perjuangan dakwah Ust? Jawaban : Perjuangan dakwah saya bersama Hizbut Tahrir Indonesia saat saya nyantri di pesantren ulul albaab. Disinilah awal mula saya mengenal Hizbut Tahrir dan dibimbing langsung oleh Syaikh Abdurrahman Al-Baghdadi. Setelah saya mendapatkan bimbingan dari Syaikh Abudrrahman Al-Bahdadi saya bersama teman-
teman dari pesantren ulul albaab melanjutkan aktivitas dakwah Hizbut Tahrir dan menyebarkan dakwah ini ke seluruh Indonesia. 7. Metode dakwah apa yang Ust terapkan? Jawaban : Metode dakwah yang saya terapkan senantiasa mengikuti cara dakwah Rasul, bagaimana Rasulullah mendakwahkan Islam ditengah-tengah umat jahiliyah itu yang perlu dicontoh untuk dakwah zaman sekarang yaitu zaman jahiliyah modern. Harus sabar dan senantiasa berharap pertolongan kepada Allah dalam menyerukan umat Islam agar menegakkan kembali Khilafah dan diterapkannya syariah dalam segala sendi kehidupan. Metode dakwah bi al-lisan, al-qalam dan al-hal adalah metode dakwah yang umum biasa dilakukan para aktifis dakwah termasuk saya sendiri. 8. Apa tujuan dakwah yang ust inginkan? Jawaban : Tujuan dakwah yang saya inginkan adalah membangkitkan umat Islam dari keterpurukan. Islam itu untuk dimenangkan bukan dijajah seperti saat ini, yang selalu berada dalam bayang-bayang Negara barat. Rasul membangun dan meninggikan Islam dengan dakwah, begitu juga sekarang membangkitkan Islam pun dengan dakwah. Dakwah tidak bisa dipisahkan dari Islam itu sendiri, dakwah yang seperti apa yang bisa membangkitkan umat. Dakwah yang memperjuangkan tegaknya Khilafah dan menerapkan hokum Allah dalam kehidupan. Umat Islam dahulu Berjaya dan memimpin dunia karena menjadikan Islam segalanya, beda dengan kondisi sekarang yang hanya menjadikan Islam sebatas ritual ibadah namun aturan hidupnya berkiblat kepada Negara barat. Negara barat senantiasa mencari celah untuk merusak Islam secara halus, dengan berbagai paham sekuler dan budaya liberal adalah salah satu caranya mereka merusak Islam. Mereka tidak sedikitpun mencintai
dan berpihak pada Islam, justru mereka ingin menghancurkan Islam. Dakwah adalah senjata untuk menghadapi mereka. 9. Apa kunci sukses Ust dalam berdakwah? Jawaban : Saya tidak merasakan sukses dakwah apabila Khilafah belum tegak, khilafah tegak pun saya tidak merasa sukses dalam berdakwah. Pertolongan Allah lah yang berperan, manusia hanya memiliki kewajiban untuk berdakwah. Hidayah dan pertolongan adalah hak mutlak milik Allah. 10. Hambatan apa saja yang Ust alami dalam berdakwah? Jawaban : Rasul mendakwahkan Islam banyak sekali hambatan dan rintangan, bahkan dari sanak keluarga Rasul sendiri yang menghalang-halangi dakwah. Begitu juga dengan zaman sekarang, mereka yang ingin merusak Islam dan menghambat kemajuan Islam akan melakukan berbagai cara untuk menghambatnya. Media massa dan penganut paham sekuler dan liberal adalah sebagian dari hambatan dakwah ini, siapa yang menguasai media dialah yang menguasa media. Melalui media para sekuleris dan liberalis menyudutkan dan menjelek-jelekkan para pejuang Islam.
Jakarta, Senin 06 lanuari 2014
/
Narasilmber
H'MC:J,yU:
pewawtcara
AdJUkafi
/
LEMBAR WAWANCARA TERTULIS DENGAN H. MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO
Nama
: H. Muhammad Ismail Yusanto
Jabatan
: Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia
Waktu Wawancara
: Selasa, 18 Februari 2014; 10:00
Tempat Wawancara
: Kantor DPP Hizbut Tahrir Indonesia
Apa yang dimaksud perilaku asusila menurut Ust?
Jawaban
:
Asusila adalah perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma atau kaidah kesopanan yang saat ini cenderung banyak terjadi kalangan masyarakat. Islam dengan Al Quran dan sunnah telah memasang bingkai bagi kehidupan manusia agar menjadi kehidupan yang indah dan bersih dari keruskaan moral.
Apa bentuk-bentuk Perilaku Asusila menurut Ust?
Jawaban : Semua perilaku yang melanggar aturan agama. Seperti pergaulan bebas, pacaran, perzinaan, pemerkosaan, homoseksual dan liwat.
Apa faktor-faktor Penyebab Perilaku Asusila menurut Ust?
Jawaban : Sistem
kehidupan yang sekularistik yang mengajarkan tentang kebebasan telah
merusak kehidupan masyarkat. Nilai kebebasan yang terdapat dalam sistem kehidupan sekuler telah meracuni akal dan naluri manusia. Ketika seseorang tak memiliki pemahaman agama yang dijadikan sebagai tolok ukur dalam berperilaku, maka dia akan melakukan apa saja sekehendak dirinya, termasuk perilaku asusila. Juga kontrol masyarakat yang lemah membuat perilaku asusila berlangsung bebas. Tiadanya hukuman terhadap perilaku asusila membuat masyarakat tidak merasa ada risiko untuk berbuat seperti itu.
Apa peran dakwah terhadap gejala perilaku asusila di masyarakat menurut ust?
Jawaban :
Inti dari dakwah adalah amar ma’ruf nahi mungkar. Menyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Satu hal yang sekarang ini tidak berjalan dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat adalah kepedulian masyarakat terhadap keterpurukan umat. Diantaranya adalah munculnya banyak gejala perilaku asusila di tengah masyarakat. Maka, dakwah menjadi bagian penting sebagai salah satu pilar dalam mencegah terjadinya perilaku asusila. Lebih jauh lagi, dakwah bagi tegaknya kembali kehidupan Islam, bila berhasil akan mewujudkan sebuah tatanan kehidupan yang
berdasar pada ajaran Islam sedemikian rupa siapa saja yang hidup dalam naungannya akan terjaga untuk selalu berbuat makruf dan terhindar dari berbuat mungkar atau asusila.
Bagaimana cara merubah perilaku asusila menurut ust?
Jawaban :
Pertama adalah dengan memberikan pendidikan berupa penanaman tentang aqidah dan syariah kepada anak melalui institusi terkecil yaitu keluarga. Keluarga (orang tua) memiliki peranan yang sangat penting. Keluarga menjadi tempat pertama dalam pembentukan kepribadian anak. Dasar-dasar penanaman aqidah dan syariah menjadi tanggung jawab orang tua untuk mengajarkan, hingga anak memahami aturan Islam sebagai tolok ukur dalam berpikir dan berbuat. Pahamkan pada anak tentang batasan perilaku asuila di dalam Islam, seperti dalam hal pergaulan misalnya.
Kedua, Lingkungan (masyarakat) seharusnya menjadi ‘pengawas, sehingga moral masyarakat dapat terjaga melalui aktifitas amar ma’ruf nahi mungkar. Oleh karena itu, tradisi amar makruf nahi munkar yang ada di tengah-tengah masyarakat harus terus ditingkatkan. Secara bersama-sama masyarakat harus mengawal lingkungannya agar terbebas dari tindakan atau perilaku asusila.
Ketiga, Negara. Negara harus berperan dalam melindungi masyarakat, melalui pengaturan dan pengawasan terhadap kandungan siaran/pemberitaan media (cetak, televisi dan online) yang selama in berpengaruh besar pada maraknya perilaku asusila. Tempat-tempat hiburan malam dan berbagai jenisnya yang menjadi sarana bagi pergaulan bebas harus dibubarkan. Dasar-dasar kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang sekuleristik tidak akan mampu menghentikan arus liberalisasi budaya, termasuk maraknya konten porno karena bagi sebagian orang porno adalah bagian dari kebebasan yang harus dilindungi. Aturan Islam dalam masalah pergaulan sosial harus ditegakkan. Negara harus menerapkan sanksi yang tegas bagi pelanggarnya. Jika sistem Islam diterapkan secara kafah, maka perilaku asusila akan bisa teratasi. Dalam sejarah panjang penerapan syariah Islam dari masa Rasulullah hingga jatuhnya kekhilafahan Turki Utsmani, kita tidak pernah mendapatkan persoalan ini mengemuka di tengah masyarakat. Dalam sistem Islam, pelaku zina misalnya, akan dihukum dengan hukuman cambuk seratus kali bagi yang belum nikah dan hukuman rajam sampai mati bagi orang yang menikah. Hukuman ini sebenarnya lebih bersifat preventif (pencegahan) dan pelajaran berharga bagi orang lain. Hal ini mengingat dampak zina yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik dalam konteks tatanan kehidupan individu, keluarga (nasab) maupun masyarakat.
Jakarta, Selasa 18 Februari 2014
/
Narasumber
H. Muhamma
Ad