[106] Muktamar Khilafah, Kokohkan Visi Misi Perjuangan Wednesday, 18 September 2013 20:23
Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI
Muktamar Khilafah digelar di 31 kota di Indonesia. Puncaknya diselenggarakan di Jakarta, Ahad (2/6) di Stadion Gelora Bung Karno. Lebih dari 100 ribu orang hadir dalam acara tersebut. Mengapa acara itu dilaksanakan dan apa yang ingin diraih oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melalui acara tersebut. Berikut penjelasan juru bicara HTI M Ismail Yusanto kepada warta Media Umat Joko Prasetyo.
Mengapa HTI menggelar Muktamar Khilafah?
Hizbut Tahrir Indonesia menggelar Muktamar Khilafah di 31 kota di seluruh Indonesia dari Banda Aceh hingga Papua, dengan tema Perubahan Besar Dunia Menuju Khilafah, berpuncak pada 2 Juni di Gelora Bung Karno yang dihadiri oleh lebih dari 100 ribu peserta itu, sebagai medium untuk mengokohkan visi dan misi perjuangan umat untuk tegaknya kembali kehidupan Islam.
Visi dan misi ini penting untuk terus ditegaskan, dikokohkan dan digelorakan, terlebih di tengah arus perubahan besar dunia. Lihatlah apa yang tengah terjadi di Timur Tengah, juga di kawasan Asia Tengah, Asia Selatan, juga Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Setelah keruntuhan sosialisme - komunisme, kini kapitalisme semakin gontai akibat terus didera krisis multidimensi yang seolah tak bertepi. Pada saat yang sama, gelombang perubahan terjadi pula di berbagai negeri Muslim. Di sana, umat Islam bangkit melawan penguasa tiran yang menindas. Hasilnya, satu per satu rezim diktator itu tumbang dari kursi kekuasaannya.
1/5
[106] Muktamar Khilafah, Kokohkan Visi Misi Perjuangan Wednesday, 18 September 2013 20:23
Mengapa perubahannya harus kepada khilafah?
Melalui muktamar ini, kita juga mengingatkan bahwa perubahan memang adalah sebuah keniscayaan. Akan tetapi, perubahan tanpa arah yang benar, tidak akan membawa kepada kebaikan hakiki, seperti yang selama ini terjadi, termasuk di negeri ini.
Kita meyakini, perubahan yang akan membawa kepada kebaikan hakiki itu tak lain adalah perubahan menuju tegaknya al haq, perubahan menuju tegaknya al-Islam, yakni perubahan menuju tegaknya kembali syariah dan khilafah. Oleh karena itu, wajib pula bagi kita semua untuk mengerahkan segenap daya dan tenaga guna mewujudkan cita-cita mulia ini.
Apa yang dihasilkan dari MK?
Ada beberapa hasil yang kita dapatkan dari Muktamar Khilafah itu. Yang utama tentu saja adalah peningkatan kesadaran umat, khususnya yang hadir pada acara muktamar di berbagai kota di Indonesia, tentang arti pentingnya khilafah bagi terwujudnya kembali izzul Islam wal muslimin .
Semua orang yang kita temui atau kita wawancarai usai acara, serempak menyatakan hal senada. Bahwa tegaknya kembali khilafah sangatlah penting. Oleh karena itu, penting pula untuk terus berjuang hingga cita-cita mulia itu terwujud.
Kedua, adalah tumbuhnya kepercayaan umat terhadap Hizbut Tahrir. Kepercayaan umat itu sangat penting karena kepercayaan akan melahirkan dukungan. Di tengah krisis kepercayaan terhadap partai politik, termasuk partai politik Islam, akibat berbagai kasus korupsi, Hizbut Tahrir ingin menunjukkan diri (dalam arti positif) sebagai kelompok yang masih bisa diharapkan untuk membawa umat kepada terwujudnya cita-cita. Jadi, harapan itu masih ada.
Ketiga, secara internal, penyelenggaraan muktamar yang luar biasa itu juga makin meningkatkan kepercayaan diri Hizbut Tahrir secara internal akan kemampuan manajemen dan
2/5
[106] Muktamar Khilafah, Kokohkan Visi Misi Perjuangan Wednesday, 18 September 2013 20:23
kepemimpinan, khususnya dalam mengorganisasi sebuah acara dengan massa yang sangat besar dengan sukses.
Keempat, melalui muktamar ini, berbagai pihak bisa melihat, bahwa Hizbut Tahrir bisa menyelenggarakan acara besar dengan aman, megah, meriah dan terkendali. Ini akan menepis kekhawatiran atau tudingan sementara pihak yang menyatakan bahwa Hizbut Tahrir adalah kelompok radikal yang akan membuat onar negeri ini. Penyelenggaraan muktamar yang sukses menepis semua itu.
Sebelum MK, kan ada Konferansi Rajab (Konjab), Muktamar Ulama Nasional (MUN), Konferensi Khilafah Internasional (KKI) dan lainnya, itu semua juga untuk mengokohkan visi dan misi perjuangan?
Kita harus ingat bahwa sejak runtuhnya khilafah pada 1924, umat Islam telah sangat lama, hampir satu abad, kehilangan institusi pelaksana syariah, pelindung dan pemersatu umat. Selama waktu itu pula, wilayah dunia Islam yang semula sangat luas itu kemudian dikerat-kerat oleh negara kafir penjajah menjadi negara kecil-kecil yang berdiri atas dasar nasionalisme.
Sementara harkat martabat dan kehormatan umat dilecehkan, darah umat ditumpahkan, dan pemikiran umat disimpangkan. Pendek kata, tanpa khilafah, umat mengalami keterpurukan yang luar biasa, yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Benarlah, ketika para ulama menyebut tiadanya khilafah itu sebagai ummul jarâim atau pangkal timbulnya aneka musibah, keburukan, dan kejahatan.
Dan keterpurukan yang telah berlangsung demikian lama, pada galibnya akan diperlukan waktu yang lama pula untuk mengembalikan ke keadaan semula. Di sinilah pentingnya usaha penegasan, peneguhan dan pengokohan visi misi perjuangan itu harus dilakukan berulang-ulang. Sudah dilakukan berulang-ulang saja umat masih banyak yang belum nyadar, apalagi kalau cuma sekali-sekali?
Kok mengokohkan terus, kapan berjuangnya?
3/5
[106] Muktamar Khilafah, Kokohkan Visi Misi Perjuangan Wednesday, 18 September 2013 20:23
Pengokohan visi dan misi perjuangan umat itu merupakan bagian dari perjuangan itu sendiri yang sangat penting, karena visi dan misi akan memberi arah ke mana perjuangan ini menuju, sedemikian sehingga mereka memahami semua yang dilakukan oleh HT tak lain tujuannya adalah guna mewujudkan kehidupan Islam melalui tegaknya syariah dan khilafah.
Setelah mengerti, mereka tentu akan mendukung, termasuk mendukung semua yang dilakukan oleh HT, mulai dari aktifitas pembinaan dan pengkaderan hingga semua kegiatan dalam tahapan perjuangan politik (kifahus-siyasi) dan interaksi dengan umat (tafa’ul ma’al ummah) serta istilamul hukmi (penyerah terimaan kekuasaan).
Kongkret dari perjuangannya itu apa?
Intinya adalah kegiatan pembinaan dan pengkaderan melalui halqah-halqah, lalu pembentukan opini dan kesadaran umat yang dilakukan secara langsung melalui seminar, diskusi, tabligh akbar dan lainnya, ataupun secara tidak langsung melalui media cetak, elektronik maupun on-line, serta usaha diraihnya dukungan tokoh umat dari kalangan ahlul quwwah melalui kontak dan pendekatan intensif.
Mengapa tidak masuk parlemen dan mengubah negara dari dalam?
Tergantung perubahan seperti apa yang kita mau. Apakah sekadar perubahan yang bersifat parsial seperti dibolehkannya jilbab, bank syariah atau sejenisnya, ataukah perubahan yang bersifat sistemik – fundamental. Kalau perubahan yang dimaui adalah yang kedua, tidak ada bukti empirik langkah perjuangan dengan masuk parlemen itu akan menuai hasil. Lihatlah, semua perubahan besar yang bersifat sistemik – fundamental di berbagai negara, termasuk di negeri ini dan negara-negara Timur Tengah dengan Arab Spring nya itu, semua terjadi melalui jalan bukan parlemen. Kecuali kalau kita mencukupi perubahan yang bersifat parsial. Tapi tentu kita tidak inginkan itu, to?
Karena berjuangnya di luar, orang-orang yang tidak memperjuangkan tegaknya syariah malah masuk parlemen, jadi presiden, gubernur dan bupati/walikota. Tanggapan Anda?
4/5
[106] Muktamar Khilafah, Kokohkan Visi Misi Perjuangan Wednesday, 18 September 2013 20:23
Itulah kenyataan umat dalam keadaan yang tidak Islami ini. Memang tidak pernah ada pilihan tunggal dalam perjuangan di tengah umat. Selalu ada pilihan-pilihan. Bahkan pilihan mendirikan partai Islam pun masih mendapat kritik karena dianggap tidak strategis, karena, katanya, mempersempit basis massa.
Meski berjuang di luar sistem, kami selalu melakukan kontak dakwah dan pendekatan intensif kepada mereka yang duduk di legislatif maupun eksekutif, juga yudikatif. Insya Allah mereka akan tetap mau memberikan perannya untuk kepentingan umat dan dakwah seperti yang sedang kita lakukan ini. Terbukti, kontak dakwah akan membangkitkan kemusliman mereka, insya Allah.[]
5/5