PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI OLAHAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN Bagas Putri Pamungkas1), Darsono2), Nuning Setyowati3) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Kentingan, Surakarta 57126, Telepon : +62271 637457 Email :
[email protected], Telp : 085727153966
Abstrak Penelitian ini betujuan untuk mengidentifikasi peta (sebaran) dan potensi industri pengolahan kedelai di tingkat kecamatan dan kabupaten, serta merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangan industri pengolahan kedelai skala rumah tangga peringkat pertama di Kabupaten Grobogan. Lokasi penelitian yaitu Kabupaten Grobogan karena merupakan daerah produsen kedelai terbesar di Jawa Tengah. Analisis yang digunakan adalah Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), Metode Borda, dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan industri pengolahan kedelai skala rumah tangga di Kabupaten Grobogan tersebar merata di seluruh kecamatan. Metode Borda menunjukkan industri pengolahan kedelai skala rumah tangga peringkat pertama di Kabupaten Grobogan adalah industri tempe. Analisis SWOT menghasilkan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan industri tempe adalah meningkatkan jumlah produksi tempe untuk menjaga ketersediaan tempe, menciptakan produk tempe berbumbu yang praktis dimasak, membentuk kelompok pengusaha, menambah jumlah unit cabang primkopti di daerah-daerah, melakukan pelatihan keterampilan berwirausaha dan pembukuan bagi pengusaha, melakukan fasilitasi teknologi sarana produksi modern agar produksi efisien, mengarahkan pengusaha untuk menggunakan bahan baku kedelai lokal, dan meningkatkan kehigienisan produksi agar tempe lebih tahan lama. Kata Kunci : Agroindustri Olahan Kedelai, Grobogan, MPE, Metode Borda, SWOT
Abstract This research aims to identify the spread and potential of soybean household manufacture at the districts level and at the regency level also formulating the alternative strategies that can be applied in its development in Grobogan. The location of the research was in Grobogan because it was the bulk soybean producer of Central Java. Methods of data analysis used is the Comparative method of Exponential (MPE), Bordas method, and SWOT analysis. The results showed the soybean household manufacture in Grobogan has a spread evenly, where soybean household manufacture are scattered all over the town in Grobogan Regency. Bordas method showed tempe manufacture occupies the first ranked of soybean household manufacture. SWOT analysis showed alternative development strategies that can be applied are to increase the amount of production to maintain the availability of tempe, created the product of seasoned tempe that practical for processed, forming an association/group of entrepreneurs of industries, increased the number of Primkopti branches in the area, conducting skills training and entrepreneurship accounting for tempe industries enterpreneurs, facilitating modern production technology equipments to support the efficient production, directing the industries entrepreneurs using local raw materials soybean, also improving higienity production so that tempe being more durable. Key words : Soybean Manufacture, Grobogan District, MPE, Bordas Method, SWOT
Keterangan : 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2) Dosen Pembimbing Utama 3) Dosen Pembimbing Pendamping
1
menghasilkan tempe dengan warna yang cerah dan volume yang besar (Krisdiana, 2005). Jenis tempe tersebut hanya dapat diperoleh dari kedelai impor. Industri skala rumah tangga merupakan objek yang perlu diperhatikan karena dilihat dari banyaknya usaha maupun penyerapan tenaga kerja (hampir 61%), golongan industri rumah tangga merupakan golongan terbesar dalam sektor industri (Kusnandar dkk, 2010). Pengembangan industri pengolahan kedelai di Kabupaten Grobogan memiliki prospek yang baik. Dalam upaya pengembangannya, sangat penting untuk mengidentifikasi industri pengolahan kedelai yang terdapat di wilayah Kabupaten Grobogan. Adanya persaingan dengan industri pengolahan kedelai di daerah lain mengharuskan industri pengolahan kedelai Kabupaten Grobogan memiliki strategi pengembangan agar dapat bertahan dalam persaingan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengidentifikasi peta (sebaran) dan potensi industri pengolahan kedelai di tingkat kecamatan di Kabupaten Grobogan, 2)Mengidentifikasi potensi industri pengolahan kedelai di tingkat kabupaten di Kabupaten Grobogan, dan 3)Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan industri pengolahan kedelai peringkat pertama di Kabupaten Grobogan.
PENDAHULUAN Sektor pertanian memberikan sumbangan yang tinggi terhadap PDB nasional yaitu mencapai Rp.339,9 triliun pada tahun 2013. Kemampuan produksi sektor pertanian yang tinggi, menjadikan sektor pertanian memiliki potensi untuk dikembangkan agar peranannya dalam pembangunan nasional semakin optimal. Kedelai termasuk dalam kelompok palawija dari sub sektor tanaman bahan makanan yang dikenal sebagai sumber protein nabati dan minyak nabati dunia. Kebutuhan konsumsi kedelai nasional diproyeksikan akan terus meningkat setiap tahunnya (Simatupang et al, 2005). Jawa Tengah adalah daerah penghasil kedelai terbesar kedua setelah Jawa Timur dengan produksi kedelai sebanyak 99.318 ton pada tahun 2013. Produktivitas yang tinggi dan kondisi tanah Jawa Tengah yang cocok sebagai lahan pertanian mendukung posisi Jawa Tengah tersebut (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah, 2014). Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten penghasil kedelai terbesar di Jawa Tengah dengan produksi kedelai mencapai 28.973 ton pada tahun 2013 (BPS, 2014). Potensi tersebut dapat didayagunakan melalui pengembangan agroindustri sebagai saah satu upaya peningkatan pembangunan daerah. Meskipun memiliki produksi kedelai yang tinggi, Kabupaten Grobogan juga menggunakan pasokan kedelai impor sebagai bahan baku industri pengolahan kedelai. Sekitar 93% pengrajin tempe menyukai kedelai yang berkulit kuning dan berbiji besar karena dapat
METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu suatu cara yang dilakukan untuk memaparkan
2
suatu permasalahan sehingga dapat dengan jelas dianalisis dan ditarik kesimpulan (Ratna, 2004). Teknik survei dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa daftar pertanyaan yang tersusun dalam suatu kuesioner terstruktur. Metode Penelitian
Penentuan
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan instrumen kuesioner. Data sekunder diperoleh dengan mekutip secara sistematis dari instansi atau lembaga yang terkait.
Lokasi
Teknik Pengumpulan Data
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Lokasi yang dipilih adalah Kabupaten Grobogan, karena Kabupaten Grobogan merupakan daerah penghasil kedelai terbesar di Jawa Tengah dan industri pengolahan kedelai skala rumah tangga di Kabupaten Grobogan yang belum banyak teridentifikasi.
Teknik pengumpulan data digunakan pada penelitian ini adalah 1) wawancara, 2) observasi, dan 3) pencatatan. Wawancara dengan responden dilakukan untuk mengetahui penilaian derajat kepentingan relatif kriteria keputusan industri pengolahan kedelai skala rumah tangga di setiap kecamatan di Kabupaten Grobogan dan untuk memperoleh data mengenai kondisi industri pengolahan kedelai skala rumah tangga peringkat pertama di Kabupaten Grobogan. Observasi dilakukan dengan mengamati potensi dan kondisi industri pengolahan kedelai skala rumah tangga peringkat pertama di Kabupaten Grobogan berupa faktor internal. Teknik pencatatan dilakukan dengan mencatat hasil wawancara sesuai daftar pertanyaan, hasil observasi, serta pencatatan data sekunder.
Metode Penentuan Responden Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive) dan terbagi dalam 2 tahapan. Pada tahap pemetaan industri pengolahan kedelai skala rumah tangga di Kabupaten Grobogan, responden adalah mantri tani, mantri statistik, dan mantri ekonomi di setiap kecamatan. Tahap perumusan alternatif strategi pengembangan industri pengolahan kedelai skala rumah tangga peringkat pertama melibatkan 1 orang staff Bappeda, 1 orang staff DInpertan TPH, 1 orang staff Disperindagtamben, 3 orang pengusaha industri pengolahan kedelai skala rumah tangga peringkat pertama di Kabupaten Grobogan dan 3 orang pesaingnya (Kota Surakarta, Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Sragen), 3 orang petani kedelai, dan 3 orang konsumen produk olahan kedelai.
Metode Analisis Data Identifikasi peta (sebaran) dan potensi agroindustri olahan kedelai skala rumah tangga di Kabupaten Grobogan dilakukan melalui survei langsung di seluruh kecamatan (19 kecamatan) yang terdapat di Kabupaten Grobogan. Identifikasi peta (sebaran) dilakukan untuk mengetahui sebaran industri pengolahan kedelai skala rumah tangga, ragam produk olahan kedelai
3
yang dihasilkan, serta desa atau kelurahan sentra industri pengolahan kedelai skala rumah tangga di setiap kecamatan di Kabupaten Grobogan. Identifikasi potensi dilakukan dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Metode MPE dapat menggambarkan potensi industri pengolahan skala rumah tangga dari tingkatan setiap kecamatan di Kabupaten Grobogan. Kriteria dalam penentuan potensi tersebut diadopsi dari Bank Indonesia dalam Harisudin et al (2011): (a)jumlah unit usaha/rumah tangga pelaku agroindustri (nilai bobot 3), (b)jangkauan pemasaran produk (nilai bobot 4), (c)ketersediaan bahan baku/sarana produksi (nilai bobot 3), (d)kontribusi agroindustri terhadap perekonomian daerah (nilai bobot 8). Formulasi analisis Metode Perbandingan Eksponensial yang digunakan adalah sebagai berikut: Total Nilai (TNxi) = ∑
kabupaten. Formulasi analisis Metode Borda yang digunakan adalah sebagai berikut: Nilai Borda Xi = ∑ (MPE Xij * Nilai (2) ranking Xij)
Dimana Nilai Borda Xi adalah nilai borda industri pengolahan kedelai skala rumah tangga ke-i di tingkat Kabupaten Grobogan, MPE Xij adalah nilai total MPE industri pengolahan kedelai skala rumah tangga ke-i di kecamatan ke-j, Nilai ranking Xij adalah nilai ranking industri pengolahan kedelai skala rumah tangga ke-i di kecamatan ke-j, i adalah 1,2,3…,n = jumlah pilihan industri pengolahan kedelai skala rumah tangga di Kabupaten Grobogan, dan m adalah jumlah kecamatan yang terdapat di Kabupaten Grobogan. Perumusan alternatif strategi pengembangan industri pengolahan kedelai skala rumah tangga peringkat pertama di Kabupaten Grobogan dilakukan dengan menggunakan alat analisis SWOT. Sebelum menggunakan alat analisis SWOT, dilakukan analisis faktor internal (untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan) dan analisis faktor eksternal (untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman) industri pengolahan kedelai skala rumah tangga peringkat pertama di tingkat Kabupaten Grobogan. Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman tersebut kemudian diolah menggunakan alat matriks SWOT untuk dapat dirumuskan alternatif strategi pengembangan industri pengolahan kedelai skala rumah tangga peringkat pertama di Kabupaten Grobogan.
(1)
Dimana TNxi adalah total nilai industri pengolahan kedelai skala rumah tangga ke-i di kecamatan x, RKij adalah nilai derajat kepentingan relatif kriteria ke-j untuk industri pengolahan kedelai skala rumah tangga ke-i, TKKj adalah nilai bobot kriteria ke-j, i adalah 1,2,3…,n = jumlah pilihan industri pengolahan kedelai skala rumah tangga di kecamatan x, dan m adalah jumlah kriteria. Identifikasi potensi industri pengolahan kedelai skala rumah tangga di tingkat kabupaten di Kabupaten Grobogan dilakukan dengan menggunakan Metode Borda. Metode Borda digunakan untuk memotret potensi industri pengolahan kedelai skala rumah tangga di tingkat
4
besar di 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Grobogan. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai MPE industri tempe yang lebih besar jika dibandingkan perolehan nilai MPE industri pengolahan kedelai skala rumah tangga lain pada 17 kecamatan tersebut. Sedangkan industri pengolahan kedelai skala rumah tangga yang paling banyak memperoleh nilai MPE terkecil adalah industri susu kedelai. Susu kedelai memperoleh nilai MPE terkecil pada 7 kecamatan dari 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Grobogan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Peta (Sebaran) dan Potensi Industri Pengolahan Kedelai di Tingkat Kecamatan Berdasarkan identifikasi yang dilakukan, industri pengolahan kedelai skala rumah tangga di Kabupaten Grobogan memiliki sebaran yang merata. Industri pengolahan kedelai skala rumah tangga tersebar di seluruh kecamatan yang terdapat di Kabupaten Grobogan. Produk olahan kedelai yang diusahakan adalah tempe, tahu, keripik tempe, susu kedelai, keripik kedelai, kerupuk kedelai, dan peyek kedelai. Industri pengolahan kedelai skala rumah tangga memiliki sebaran paling merata di Kabupaten Grobogan adalah industri tempe. Tempe diusahakan di seluruh kecamatan di Kabupaten Grobogan. Produk industri pengolahan kedelai skala rumah tangga yang juga banyak diusahakan adalah tahu, dimana 13 dari 19 kecamatan di Kabupaten Grobogan mengusahakan industri tahu. Produk lain yang diusahakan adalah keripik tempe, susu kedelai, keripik kedelai, kerupuk kedelai, dan peyek kedelai dengan sebaran yang kurang merata di Kabupaten Grobogan. Peta sebaran industri pengolahan kedelai skala rumah tangga di Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil identifikasi potensi industri pengolahan kedelai skala rumah tangga di tingkat kecamatan di Kabupaten Grobogan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial dapat dilihat pada Lampiran 2. Industri tempe adalah industri pengolahan kedelai skala rumah tangga yang memiliki potensi paling
Potensi Industri Pengolaha Kedelai di Tingkat Kabupaten Identifikasi potensi menggunakan Metode Borda dilakukan untuk mengetahui urutan posisi atau peringkat potensi setiap industri pengolahan kedelai skala rumah tangga di tingkat Kabupaten Grobogan dan industri pengolahan kedelai skala rumah tangga yang menempati peringkat pertama dalam urutan posisi atau peringkat tersebut. Tabel 1. Urutan Peringkat Potensi Industri Pengolahan Kedelai Skala Rumah Tangga di Tingkat Kabupaten Berdasarkan Analisis Borda Industri Pengolahan Kedelai Tempe Tahu Keripik Tempe Susu Kedelai Keripik Kedelai Kerupuk Kedelai Peyek Kedelai
Nilai Borda
Peringkat
677.020,83555 134.708,15662 75.532,67114 14.498,53603
1 2 3 4
6.569,86128
5
3.299,11785
6
3.158,78764
7
Sumber: Analisis Data Primer, 2015
5
Urutan posisi atau peringkat potensi industri pengolahan kedelai skala rumah tangga di tingkat Kabupaten Grobogan berturut-turut adalah industri tempe, tahu, keripik tempe, susu kedelai, keripik kedelai, kerupuk kedelai, dan peyek kedelai. Industri tempe menempati peringkat pertama sebagai industri pengolahan kedelai skala rumah tangga yang memiliki potensi paling besar jika dibandingkan dengan industri olahan kedelai skala rumah tangga lainnya di tingkat Kabupaten Grobogan dengan nilai Borda 677.020,83555. Potensi paling besar yang dimiliki tempe didukung oleh beberapa faktor pendukung, yaitu proses produksi tempe yang relatif mudah, dan potensi pasar yang masih terbuka. Tempe mendominasi angka pemanfaatan kedelai sebagai bahan pangan (sebesar 50% (Ginting dkk, 2009) dan angka konsumsi kedelai untuk bahan pangan (PUSIDO Badan Standardisasi Nasional, 2012).
menunjang kegiatan produksi yang efisien, serta mengarahkan pengusaha industri tempe untuk menggunakan bahan baku kedelai lokal. Sedangkan alternatif strategi bagi pengusaha industri tempe tang dirumuskan adalah meningkatkan jumlah produksi tempe untuk menjaga ketersediaan tempe, menciptakan produk tempe berbumbu yang praktis untuk dimasak, membentuk asosiasi atau kelompok pengusaha industri tempe, meningkatkan kehigienisan produksi agar tempe lebih tahan lama. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Industri pengolahan kedelai skala rumah tangga memiliki sebaran yang merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Grobogan. Produk olahan kedelai yang diusahakan adalah tempe, tahu, keripik tempe, susu kedelai, keripik kedelai, kerupuk kedelai, dan peyek kedelai. Masingmasing industri tersebut memiliki potensi yang berbeda-beda di setiap kecamatan. Urutan posisi atau peringkat potensi industri pengolahan kedelai skala rumah tangga di tingkat Kabupaten Grobogan berturut-turut adalah industri tempe, tahu, keripik tempe, susu kedelai, keripik kedelai, kerupuk kedelai, dan peyek kedelai. Industri tempe adalah industri pengolahan kedelai skala rumah tangga yang memiliki peringkat potensi pertama di Kabupaten Grobogan. Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan industri tempe di Kabupaten Grobogan adalah meningkatkan jumlah produksi tempe untuk menjaga ketersediaan tempe,
Alternatif Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Kedelai Peringkat Pertama Alternatif strategi pengembangan industri tempe sebagai industri pengolahan kedelai skala rumah tangga peringkat pertama di Kabupaten Grobogan dirumuskan dengan menggunakan Matriks SWOT. Perumusan alternatif strategi pengembangan menggunakan Matriks SWOT dapat dilihat pada Lampiran 3. Alternatif strategi bagi pemerintah yaitu menambah jumlah unti cabang Primkopti di daerah-daerah, melakukan pelatihan keterampilan berwirausaha dan pembukuan bagi pengusaha industri tempe, melakukan fasilitasi teknologi modern untuk
6
menciptakan produk tempe berbumbu yang praktis untuk dimasak, membentuk asosiasi atau kelompok pengusaha tempe, menambah unit cabang Primkopti di daerah-daerah, melakukan pelatihan keterampilan berwirausaha dan pembukuan bagi pengusaha industri tempe, melakukan fasilitasi teknologi sarana produksi modern untuk menunjang kegiatan produksi yang efisien, mengarahkan pengusaha industri tempe untuk menggunakan bahan baku kedelai lokal, serta meningkatkan kehigienisan produksi agar tempe lebih tahan lama.
DAFTAR PUSTAKA
Saran Pengusaha industri pengolahan kedelai skala rumah tangga disarankan untuk dapat berinovasi menghasilkan variasi produk olahan kedelai lain baik pangan maupun non pangan. Pengusaha dapat memperluas jangkauan pemasaran dengan merambah pasar di luar daerah Kabupaten Grobogan dan memanfaatkan secara optimal keberadaan Primkopti sebagai koperasi pengadaan bahan baku kedelai bagi pengrajin. Pemerintah sebaiknya memberikan pelatihan bagi pengusaha industri tempe dan memberikan penyuluhan terbuka bagi masyarakat sebagai konsumen untuk meingkatkan minat terhadap penggunaan kedelai lokal dengan diiringi pengoptimalan program untuk menjaga ketersediaan kedelai lokal. Petani disarakan untuk melakukan penyortiran kedelai yang dihasilkan agar pengotor kedelai berkurang.
Kusnandar., Mardikanto, T., Wibowo, A. 2010. Manajemen Agroindustri, Kajian Teori dan Model Kelembagaan Agroindustri Kecil Skala Pedesaan.. Surakarta: UNS Press.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah. 2014. Statistik Komoditas Pertanian (Angka Tetap). Ginting, E., Antarlina, SS., Widowati, S. 2009. Varietas Unggul Kedelai Untuk Bahan Baku Industri Pangan. Jurnal Litbang Pertanian, Vol. 28 No. 3 pp.79-87. Krisdiana, R. 2005. Preferensi Industri Tahu dan Tempe dalam Menggunakan Bahan Baku Kedelai di Jawa Timur. Malang: Balitkabi.
PUSIDO Badan Standardisadi Nasional. 2012. Tempe: Persembahan Indonesia untuk Dunia. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Ratna, KIN. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Simatupang, P., Marwoto, dan Swastika, DKS. 2005. Pengembangan Kedelai dan Kebijakan Penelitian di Indonesia. Makalah disampaikan pada Lokakarya Pengembangan Kedelai di Lahan Sub Optimal. Balitkabi Malang, 26 Juli 2005.
7
Lampiran 1.
8 Gambar 1. Peta Sebaran Industri Pengolahan Kedelai Skala Rumah Tangga di Kabupaten Grobogan 8
Lampiran 2. Tabel 2. Potensi Industri Pengolahan Kedelai Skala Rumah Tangga di Tingkat Kecamatan di Kabupaten Grobogan Kecamatan
Ranking 1 MPE
Kedungjati
Tempe
7.436,53063
Karangrayung
Tempe
1.672,88173
Penawangan
Tempe
3.445,82172
Geyer
Tempe
Alternatif Produk Olahan Kedelai Ranking 2 Ranking 3 MPE MPE Keripik 891,25394 Tempe Tahu
1.334,47781
Keripik Tempe
1.112,64097
7.618,06560
Keripik Tempe
3.767,62611
Susu Kedelai
1.649,73199
9.279,84756
Tempe
3.902,60248
Tahu
3.542,61479
Pulokulon Kradenan Gabus
Keripik Tempe Tempe Tempe Tempe
35.118,20172 33.441,63619 669,60145
8.372,21766 1.707,40419 169,11788
Susu Kedelai
1.345,84056
Ngaringan
Tempe
7.802,836034
Wirosari Tawangharjo Grobogan Purwodadi Brati
Tempe Tahu Tempe Tempe Tempe
8.381,93184 2.250,49529 1.693,02749 7.709,06560 2.255,91156
Klambu
Tempe
899,24581
Tahu Tahu Tahu Peyek Kedelai Tahu Tempe Tahu Tahu Tahu Keripik Tempe
Godong
Tempe
2.194,00773
Tahu
1.385,84935
Gubug
Tempe
8.281,01365
Tahu
8.243,16608
Tegowanu Tempe 158,62713 Tanggungharjo Tempe 1.885,20837 Sumber: Analisis Data Primer, 2015
Tahu
872,81649
Toroh
9
Keripik Tempe
101,14332
Keripik Tempe
1.761,56089
Susu Kedelai Susu Kedelai
1.216,83767 36,13042
Susu Kedelai
143,99787
789,69691 2.233,12012 2.023,08859 874,57241 2.122,86432 891,35264 392,96940
9
Kerupuk Kedelai Keripik Kedelai
1.099,70595 2.189,95376
Ranking 4 MPE
Susu 400,35050 Kedelai
Susu 260,10975 Kedelai
Ranking 5 MPE
Lampiran 3. Tabel 3. Matriks SWOT Alternatif Strategi Pengembangan Industri Tempe di Kabupaten Grobogan
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (Strengths-S) 1. Proses produksi mudah 2. Harga produk tempe terjangkau 3. Pemasaran mudah dilakukan 4. Sampah/limbah produksi dikelola dengan baik 5.Pengusaha industri tempe banyak dan merata 6. Pemerintah memberikan perhatian yang tinggi terhadap agroindustri tempe 7. Kedelai lokal tersedia dalam jumlah yang banyak dan memiliki kandungan protein yang lebih tinggi
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
1. 2.
3.
4.
Peluang Strategi S-O 1. Meningkatkan jumlah 1. (Opportunities-O) Kebutuhan konsumsi tempe produksi tempe untuk yang tinggi menjaga ketersediaan Produk tempe dari luar tempe (S1,S2,S3,S5,O1, 2. daerah belum masuk ke O2) pasar daerah Grobogan 2. Menciptakan produk tempe Perkembangan teknologi berbumbu yang praktis sarana produksi yang untuk dimasak semakin pesat (S1,S2,S3,S5, O4) 3. Permintaan pasar akan 3. Membentuk asosiasi/ inovasi produk tempe yang kelompok pengusaha praktis untuk dimasak industri tempe (S5,O1)
Ancaman Strategi S-T 1. Mengarahkan pengusaha 1. (Threats-T) 1. Harga bahan baku kedelai industri tempe untuk impor fluktuatif menggunakan bahan baku 2. Pesaing memproduksi kedelai lokal (S6,S7,T1) tempe secara higienis dan produk tempe tahan lama Sumber: Analisis Data Primer, 2015 10
Kelemahan (Weaknesses-W) Peralatan produksi masih sederhana Kegiatan produksi tempe belum dilakukan secara kontinyu Modal usaha rendah Keterampilan berwirausaha pengusaha industri tempe rendah Belum dilakukan pembukuan keuangan Jumlah unit cabang Primkopti sebagai koperasi pengadaan bahan baku dan bantuan permodalan kurang Tempe yang dihasilkan kurang tahan lama Pengrajin memiliki ketergantungan terhadap kedelai impor Strategi W-O Menambah jumlah unit cabang Primkopti di daerahdaerah (W3,W6,O1,O2) Melakukan pelatihan keterampilan berwirausaha dan pembukuan bagi pengusaha industri tempe (W4,W5,O1,O2) Melakukan fasilitasi teknologi sarana produksi modern untuk menunjang kegiatan produksi yang efisien (W1,O3) Strategi W-T Meningkatkan kehigienisan produksi agar tempe lebih tahan lama (W7,T2)
11