PEMERIKSAAN RF (RHEUMATOID FACTOR) Nama : Benny Tresnanda Nim
: P07134013027
I. Tujuan Untuk mengetahui adanya RF (Rheumatoid Factor) secara kualitatif dan semi kuantitatif pada sampel serum. II. Dasar Teori Rheumatoid Factor adalah imunoglobulin yang bereaksi dengan molekul IgG. Pemeriksaan rheumatoid factor dipakai untuk mendiagnosa ataupun memantau Rheumatoid Arthritis. Semua penderita Rheumatoid Arthritis (RA) menunjukkan antibodi terhadap IgG yang disebut faktor rheumatoid atau antiglobulin. (Agnes Sri Harti, Dyah Yuliana, 2007). Pada umumnya penyakit RA awalnya yang terserang adalah sendi tangan dan kaki disertai rasa nyeri. Menurut buku Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia, Kusharyadi (2010) Rheumatoid Artritis merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya. Kadar RF yang sangat tinggi menandakan prognosis buruk dengan kelainan sendi yang berat dan kemungkinan komplikasi sistemik. (Agnes Sri Harti, Dyah Yuliana, 2007). Menurut Kriteria ACR&EULAR (American College of Rheumatology and European League Against Rheumatism) 2010, diagnosis RA terdapat dua parameter laboratorium yaitu rheumatoid factor (RF) dan anti citruliinated protein antibodies (ACPA) diantaranya anti CCP (anti cyclic citrullinated protein antibody) atau anti MCV (anti mutated citrullinated Vimentin) serta laju endap darah (LED) & CRP (Aletaha D, dkk. 2010). Untuk uji skrining terhadap pemeriksaan rheumatoid factor dapat dilakukan dengan metode aglutinasi dimana darah dicampurkan dengan partikel lateks yang dilapisi oleh antibody IgG manusia. Jika darah tersebut mengandung factor rheumatoid, larutan lateks tersebut akan membentuk gumpalan atau aglutinasi sehingga sampel serum yang diperiksa mengandung RF, maka akan terbentuk aglutinasi (Aletaha D, dkk. 2010). III. Alat Dan Bahan III.1. Alat 1. Black Slide Test
2. Mikropipet 100µl dan 50µl 3. Yellow tip 4. Pipet disposable 5. Rak tabung 6. Tabung serologi III.2. Bahan 1. Sampel serum 2. Tissue 3. RA Lateks Test Kit Merk “Reiged Diagnostic” 4. Larutan Buffer/Saline IV. Prosedur IV.1
Kualitatif 1. Masing-masing komponen/reagen dibiarkan mencapai suhu ruang. 2. Reagen dikocok perlahan untuk menghomogenkan partikel lateks. 3. Satu tetes sampel serum ditambahkan pada black slide test. 4. Satu tetes reagen latex ditambahkan disebelah sampel serum. 5. Sampel serum dan reagen diaduk memenuhi lingkaran
IV.2
slide. 6. Slide test digoyangkan selama 2 menit. 7. Hasil positif ditandai dengan adanya aglutinasi. Semi Kuantitatif 1. Empat buah tabung serologis disiapkan, masing-masing tabung diberi label ½, ¼ , 1/8 ,1/16. 2. Larutan saline dipipet sebanyak 100µl dan dimasukkan pada masing-masing tabung. 3. Tabung 1 dimasukkan 100µl sampel serum kemudian dihomogenkan. 4. Dari tabung 1 dipipet 100µl kemudian dimasukkan ke tabung 2 dan dihomogenkan, dan dilanjutkan hingga tabung ke-4. 5. Dari tabung ke-4 diambil 100µl dan dibuang. 6. Selanjutnya, 50µl serum dipipet dan ditambahkan 50µl campuran tadi dan dikerjakan seperti pada uji kualitatif. 7. Hasil akhir/titer ditentukan dari pengenceran tertinggi yang masih menunjukkan hasil positif.
V. Interpretasi Hasil V.1 Kualitatif
Adanya aglutinasi menunjukkan tingkat RF dalam sampel serum ≥
8 IU/mL Tidak adanya aglutinasi menunjukkan tingkat RF dalam sampel serum < 8 IU/mL
V.2 Semi Kuantitatif No
Pengenceran
Titer (IU/mL)
1.
½
16
2.
¼
32
3.
1/8
64
4.
1/16
128
.
VI. Hasil Identitas Sampel (Responden) Nama : Gst Ayu Nyoman Kariati Umur : 49 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Sampel : Serum Gejala Klinis (Keluhan) yang pernah diderita Responden 1. Beberapa bagian sendi pada tangan kiri terasa nyeri, bengkak. 2. Responden mengalami gejala tersebut selama 3 minggu lebih (Dimulai dari pertengahan agustus). 3. Ada beberapa bagian sendi yang lainnya terdapat nyeri dan
bengkak. 4. Pada saat tertentu tangan kiri responden tidak dapat digerakkan. 5. Responden sudah 4 kali ke dokter dan didiagnosa rematik. Hasil Pemeriksaan Tgl Pemeriksaan : 10 September 2015 Jenis Pemeriksaan : Pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor) Hasil Pemeriksaan : Negatif (Tidak terjadi aglutinasi)
VII. Pembahasan
Pada pratikum kali ini dilakukan pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor)
yang
digunakan
dalam
mendiagnosa
ataupun
memantau
Rheumatoid Arthritis. Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) sistemik kronik yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi sehingga akan merasakan rasa nyeri. Pada pratikum kali ini dilakukan pemeriksaan RA menggunakan metode tes aglutinasi. Prinsip dari pemeriksaan ini, yaitu mendeteksi adanya rheumatoid factor menggunakan suspensi dari granula plastik halus yang dilapisi dengan dengan gamma globulin manusia yang akan menunjukkan aglutiasi. Reagen RA lateks termasuk dalam metode yang sensitive dan telah terstandarisasi, dibuat dengan fraksi IgG manusia yang telah dimurnikan dan lateks polystyrene yang telah diseleksi. Keberadaan atau ketiadaan aglutinasi yang tampak mengindikasikan keberadaan atau ketiadaan RF dalam sampel yang diuji. Pemeriksaan dengan metode ini menggunakan agglutination slide test menggunakan latar hitam. Sedangkan sampel yang digunakan berupa sampel serum. Dalam pemeriksaan RF dengan menggunakan aglutinasi tes dilakukan dengan dua tahap, yaitu uji kualitatif dan uji semi kuantitatif. Uji kualitatif merupakan uji skrining atau tahap awal yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya RF (Rheumatoid Factor) yang merupakan penanda dari RA (Rheumatoid Arthritis). Apabila didaptkan hasil yang negatif maka pemeriksaan dihentikan. Namun apabila hasil menunjukkan hasil positif maka pemeriksaan dilanjutkan ke uji semi kuantitatif. Uji semi kuantitatif dilakukan untuk mengetahu titer atau kadar
RF yang
terkandung dalam sampel serum dengan teknik pengenceran mulai dari ½, ¼, 1/8, 1/16 . Pada uji kualitatif dilakukan dengan menggunakan RA Lateks yang diteteskan pada slide card hitam. Serum yang sudah dikondisikan sebelumnya diteteskan pada slide card hitam yang berisi RA lateks, namun jangan sampai kedua cairan tersebut (RA lateks dan serum) tercampur karena dapat bereaksi lebih dahulu dan dipastikan kedua cairan terpisah. Kemudian RA lateks dan serum yang sudah diteteskan terpisah diaduk
secara perlahan. Slide card hitam lalu digoyangkan selama 2 menit secara perlahan agar RA lateks dan serum bereaksi secacara sempurna dan merata diseluruh sisi. Jika sudah perhatikan reaksi yang terjadi, hasil positif ditandai dengan adanya aglutinasi, jika hasil negatif ditandai dengan tidak adanya aglutinasi. Berdasarkan pemeriksaan rheumatoid factor yang dilakukan pada sampel serum atas nama Gst Ayu Nyoman Kariati (perempuan, 49 thn) diperoleh hasil negatif (tidak terjadi aglutinasi), sehingga untuk proses uji semi-kuantitatif tidak dilanjutkan. Dari hasil wawancara dengan responden terhadap ibu Gst Ayu Nyoman Kariati, beliau menyatakan bahwa mengalami keluhan dibeberapa bagian tubuhnya meliputi beberapa bagian sendi pada tangan kiri terasa nyeri, bengkak, pada saat tertentu tangan kiri responden tidak dapat digerakkan. Selain itu beliau sudah 4 kali ke dokter dan sudah didiagnosa rematik. Hal ini membuktikan bahwa pemeriksaan rheumatoid factor ini tidak spesifik terhadap penyakit rematik. Menurut J Indon Med Assoc (2012) Pemeriksaan anti-CCP dan anti-MCV menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi dibanding anti-CCP2 mauapun RF untuk diagnosis dini Rheumatoid Arthritis. Akan tetapi bisa saja responden mengalami rematik bukan akibat IgG yang
meningkat
sehingga
muncul
gejala-gejala
tertentu
yang
mengakibatkan rheumatoid arthritis. Melainkan adanya antibody terhadap IgM sehingga hal tersebut mungkin saja menyebabkan penyakit rematik yang bersifat akut mengingat responden mengalami gejala klinis yang tibatiba muncul dalam masa waktu yang cukup singkat dibandingkan dengan rheumatoid arthritis kronis. Sehingga ada baiknya untuk responden memperiksakan diri segera mungkin sesuai dengan saran dokter dan sebaiknya dilakukan dengan pemeriksaan yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi seperti pemeriksaan anti-CCP dan anti-MCV. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan rheumatoid factor ini adalah
Menggunakan peralatan dan bahan yang bersih dan steril Reagen yang digunakan dipastikan tidak melewati tanggal kadaluwarsa. Teknik pemipetan yang tepat
Waktu inkubasi yang sesuai, tidak kurang maupun lebih. Serum yang diperiksa tidak mengalami lisis, lipemik, ikterik
VIII. Kesimpulan Hasil pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor) pada responden (pasien) atas nama Gst Ayu Nyoman Kariati (49 tahun, perempuan) diperoleh hasil negatif (tidak terjadi aglutinasi). Jadi kadar RF pada responden < 8 IU/mL.
DAFTAR PUSTAKA Agnes Sri Harti, Dyah Yuliana. 2007. Pemeriksaan Rheumatoid Faktor Pada Penderita Tersangka Rheumatoid Arthritis. Jurnal STIKes Kusuma Husada Surakarta. Aletaha D, Neogi T, Silman A J, Funovits J, Felson DT, Bingham CO, et al. 2010 Rheumatoid Arthritis Classification Criteria. American College of Rheumatology. Arthritis Rheum. 2010;62(9):2569-81. J Indon Med Assoc, Jusak Nugraha, dkk. 2012. Diagnostic Value of Anti-Mutated Citrullinate
Vimentin
and
Rheumatoid
Factor
With
Immunochromatographic Method in Early Rheumatoid Arthritis Patients. Artikel Penelitian. Dep.Clinical Pathology, Medical Faculty Airlangga University/Dr. Soetomo Hospital, Surabaya Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika : Jakarta.