BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Artritis reumatoid/Rheumatoid Arthritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Mansjour, 2001). RA adalah penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu yang lama pada sendi. Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan, bahu, lutut, dan kaki. Menurut penuturan beberapa orang lanjut usia (lansia) yang menderita RA, RA ditandai dengan otot yang terasa kaku pada saat bangun tidur di pagi hari. Pada penderita stadium lanjut akan membuat penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari sehingga membuat kualitas hidupnya menurun. Manifestasi yang lain yaitu berupa demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun, dan lemah. Prevalensi penyakit sendi secara nasional sebesar 30,3% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 14%. Menurut provinsi, prevalensi penyakit RA tertinggi dijumpai di provinsi Papua Barat (28,8%) dan terendah di Sulawesi
Barat
(7,5%),
(12,0%)(Riskesdas, 2008).
sedangkan
di
Jawa
Tengah
RA lebih sering menyerang perempuan daripada lakilaki. Insiden meningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada perempuan. Insiden puncak adalah antara usia 40-60 tahun. Penyakit ini menyerang orang-orang di seluruh dunia dari berbagai suku bangsa. Sekitar 1% orang dewasa menderita RA yang jelas, dan dilaporkan bahwa di Amerika Serikat setiap tahun timbul kira-kira 750 kasus baru per satu juta penduduk (Sylvia and Lorraine, 2005). Di Indonesia diperkirakan kasus RA yang terjadi pada usia diatas 18 tahun berkisar 0,1 % sampai dengan 0,3 % dari jumlah penduduk Indonesia. Gangguan yang terjadi pada pasien RA lebih besar kemungkinannya untuk terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien. RA dapat mengancam jiwa pasien atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan. Masalah yang disebabkan oleh penyakit RA tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan kegagalan organ atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur. Lebih lanjut awitan keadaan ini bersifat akut dan perjalanan penyakitnya dapat ditandai oleh periode remisi (suatu periode ketika gejala penyakit berkurang) dan
eksaserbasi (suatu periode ketika gejala penyakit terjadi atau bertambah berat). Bertambah beratnya gejala penyakit RA mengakibatkan terjadinya perubahan aktivitas pada pasien (Smeltzer & Bare, 2002). Penyebab RA masih belum diketahui walaupun banyak hal mengenai patogenesisnya telah terungkap. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001). Penyakit ini tidak dapat ditunjukkan memiliki hubungan pasti dengan genetik. Beberapa hasil uji laboratorium dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis RA. Sekitar 85% pasien RA mempunyai antibodi di dalam serumnya yang dikenal sebagai faktor reumatoid. Faktor reumatoid adalah suatu indikator diagnosis yang membantu, tetapi uji untuk menemukan faktor ini bukanlah suatu uji untuk menyingkirkan diagnosis RA. Sekitar 5% orang normal memiliki faktor reumatoid yang positif dalam serumnya. Insiden ini meningkat dengan bertambahnya usia. Sebanyak 20% orang normal yang berusia diatas 60 tahun dapat memiliki faktor reumatoid dalam titer yang rendah (Sylvia and Lorraine, 2005).
Lokasi yang dipilih peneliti untuk melakukan penelitian yaitu di Dusun Kledoan Desa Sumberejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Hasil studi pendahuluan tanggal 20 Oktober 2011 menyebutkan bahwa di daerah ini lansia berjumlah 15 orang. Hampir semua lansia di Dusun Kledoan bekerja sebagai petani sayur. Data di Puskesmas Kecamatan Ngablak menunjukkan sedikitnya ada 61 lansia yang menderita RA hingga bulan September 2011. Pengambilan data awal dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2011 pukul 15:20 dengan Ny.W. Beliau mengatakan sudah sejak lama menderita RA. Ny. W bekerja sebagai petani sayur. Setiap hari Ny.W bekerja di ladangnya hingga siang atau sore hari. Lebih lanjut Ny.W mengatakan bahwa RA yang dideritanya sering kambuh jika beliau kelelahan atau jika udara terlalu dingin. Jika hal tersebut terjadi, Ny.W segera beristirahat atau memeriksakannya ke Puskesmas setempat. Para lansia di Dusun ini beberapa diantaranya menderita pegal-pegal atau nyeri pada sendi. Namun mereka urung memeriksakannya ke petugas kesehatan karena selama mereka masih dapat menanggulangi nyeri tersebut, mereka akan mengobatinya sendiri. Padahal jika mereka tidak sering memeriksakannya ke petugas kesehatan, RA yang mereka derita akan menjadi
semakin parah. Bahkan akan berakibat pada atrofi otot atau pengecilan otot. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan penelitian
untuk
mengetahui
bagaimana
persepsi
lansia
terhadap faktor-faktor penyebab RA di Dusun Kledoan Desa Ngablak Kabupaten Magelang? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui persepsi lansia terhadap faktor-faktor penyebab RA di dusun Kledoan. 1.3.2. Tujuan Khusus a.
Memperoleh
gambaran
persepsi
lansia
mengenai
pengertian RA b.
Mengidentifikasi persepsi lansia mengenai faktor-faktor penyebab RA
c.
Mengidentifikasi penanggulangan RA.
persepsi
lansia
mengenai
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam pengembangan studi keperawatan yang tepat dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan
RA
serta
memberikan
kontribusi
bagi
keperawatan. 1.4.2. Manfaat Praktis a.
Bagi Mahasiswa Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data awal mengenai persepsi lansia yang meliputi
pengertian,
penanggulangan sumber
terhadap
informasi
mahasiswa
penyebab
yang
dalam
RA
serta
dapat
dan sebagai
membantu
perencanaan
asuhan
keperawatan terhadap klien dengan RA. b.
Bagi Penelitian Selanjutnya Sebagai penambah bahan informasi dan wacana untuk
pengembangan
penelitian
lebih
lanjut,
khususnya bagi peneliti keperawatan yang ingin melakukan
pengembangan
penelitian
tentang
persepsi lansia terhadap faktor penyebab RA.
c.
Bagi Lansia Sebagai masukan dan penambah pengetahuan bagi lansia dan keluarga mengenai RA sehingga dapat mencegah kekambuhan ataupun gejala RA lebih lanjut.
d.
Bagi Posyandu Lansia Diharapkan
dapat
menjadi
referensi
dalam
meningkatkan pelayanan kepada lansia khususnya lansia yang menderita RA.