PEMBERDAYAN EKONOMI PEREMPUAN MELALUI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA (Studi Deskriptif KUBE Lentera, Kelurahan Lenteng Agung) Arum Pratiwi, Bagus Aryo 1. Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 2. Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini membahas mengenai pemberdayaan ekonomi perempuan melalui Program KUBE. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian studi deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Program KUBE memang tidak dikhususkan untuk perempuan. Tetapi melihat kondisi kemiskinan perempuan masih lebih banyak dibandingkan laki-laki, maka Program KUBE diutamakan untuk perempuan. Pemberdayaan yang dilakukan melalui Program KUBE tidak hanya pemberdayaan ekonomi, tetapi juga pemberdayaan sosial. Pemberdayaan sosial lebih banyak dikembangkan atau diberikan kepada masyarakat, yakni berupa pelatihan, pendampingan, dukungan sosial, dan peningkatan motivasi. Manfaat dari pemberdayaan ini adalah adanya peningkatan pendapatan bagi keluarga serta peningkatan kepercayaan diri masyarakat atau anggota KUBE dalam kehidupannya. Kata kunci: Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Pemberdayaan Ekonomi, Pemberdayaan Sosial This research discusses about women economic empowerment through The KUBE Program. The approach used in this research is qualitative with descriptive study research type. The results show that the collective enterprise group program is not devoted to women. But since poverty happened even more often in women than men, they become the priority of The KUBE Program. The empowerment which still on going through collective enterprise group is not only economic empowerment, but also social empowerment. Social empowerment is more than developing, it is given to society instead is through training, guiding, social support, and motivating. The benefit of the empowerment are salary increasement for the family and also increase their self esteem in life. Keyword: Collective Enterprise Group (KUBE); Economic Empowerment; Social Empowerment
Pendahuluan Dewasa ini manusia masih dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat melangsungkan kehidupannya dengan baik. Pemenuhan kebutuhan tidak semata berhenti pada terpenuhi atau tidaknya, tetapi mencakup pula cara mendapatkannya, kuantitas, dan kualitasnya yang harus selaras dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Rendahnya kemampuan dan pengetahuan seseorang pasti berbanding lurus dengan rendahnya pendapatan yang mereka hasilkan. Saat ini, kemiskinan merupakan permasalahan sosial yang masih menjadi isu utama pembangunan, khususnya di Indonesia.
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
Sebagaimana terlihat dalam Gambar 1. Perkembangan Kemiskinan di Indonesia (2004-Maret 2013), secara bertahap angka kemiskinan terus menurun menjadi 35,10 juta atau 15,97% (2005), 32,53 juta atau 14,15% (2009), dan pada bulan Maret 2013 menjadi 28,07 juta jiwa atau 11,37% dari populasi penduduk.
Gambar 1. Perkembangan Kemiskinan di Indonesia, 2004-Maret 2013
Jika diperhatikan pada Gambar 1 tentang perkembangan kemiskinan di Indonesia, terlihat bahwa angka kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2005, 2009, dan awal tahun 2013. Kondisi ini kemudian menimbulkan pertanyaan, apa yang sudah atau bahkan sedang dilakukan pemerintah untuk menurunkan jumlah penduduk miskin di Indonesia. Dalam hal ini Negara memiliki peran penting serta tanggung jawab yang sangat besar untuk dapat menanggulangi angka kemiskinan yang terjadi. Oleh karena itu, Pemerintah RI mengerahkan pembangunan untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Laporan Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan tahun 2007, kemiskinan dapat berpotensi lebih besar menyerang perempuan dibandingkan laki-laki. Di bidang ekonomi, tercatat tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan hanya sebesar 86,5%. Sedangkan di bidang pendidikan, diketahui bahwa angka buta huruf perempuan sebesar 14,5% sedangkan angka buta huruf laki-laki hanya 9,6% (World Bank, 2007). Hal ini terjadi karena rendahnya akses perempuan, kurangnya partisipasi perempuan, lemahnya kontrol perempuan atas sumber daya pembangunan, dan adanya praktek diskriminasi gender di berbagai sektor. Dengan adanya kondisi yang demikian maka penanggulangan kemiskinan hendaknya juga diarahkan pada pelibatan perempuan. Perempuan sebagai bagian dari komunitas kaum miskin juga merupakan pelaku sekaligus korban dari ketidakadilan konsep pembangunan, serta kelompok yang ikut berperan dalam
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
menjaga keselarasan dan kelangsungan kehidupan generasi selanjutnya. Jika kita melihat suatu komunitas sebagai kelompok orang miskin yang tinggal di pemukiman miskin, dan dimiskinkan oleh sistem-struktur yang ada, maka kita tidak bisa memisahkan kaum perempuan sebagai kelompok yang patut dan mendesak untuk mendapat pendidikan dan pemberdayaan. Ketika kaum perempuan dapat memberdayakan dirinya dan komunitasnya, maka masyarakat akan terbantu untuk mengentaskan dirinya dari kemiskinan itu sendiri (Soetrisno, 1997). Sementara itu, Lubis (2008) menyatakan bahwa terdapat beberapa alasan mengapa pemberdayaan perempuan menjadi konsep penting yang harus dikembangkan di dalam masyarakat. Pertama, perempuan cenderung mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan keluarganya dibandingkan diri sendiri sehingga ketika kesejahteraan perempuan meningkat maka akan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Kedua, perempuan cenderung memiliki perhatian dan kepekaan yang lebih besar terhadap lingkungan sehingga dengan memberdayakan perempuan secara langsung akan berdampak tidak hanya bagi peningkatan kualitas diri perempuan melainkan juga kualitas keluarga dan lingkungan sekitarnya. Pembangunan selayaknya berusaha mengoptimalkan perubahan pada masyarakat dari kondisi yang kurang ideal menjadi sebuah kondisi yang ideal. Pembangunan berfokus pada beberapa aspek sebagai objek, seperti ekonomi dan sosial. Apabila pembangunan hanya berfokus pada ekonomi akan menimbulkan suatu eksternalitas yang memunculkan kelompok masyarakat miskin. Untuk memberdayakan kelompok masyarakat, pemerintah membentuk sebuah program pemberdayaan masyarakat dengan fokus ekonomi–sosial dengan sistem kelompok yang dinamakan Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Pemberdayaan melalui KUBE dilakukan dengan pemberian modal usaha produktif yang kemudian dapat secara mandiri mengembangkan individu dan kelompok, pemberian ketrampilan serta bahan produksi sebagai bentuk optimalisasi. Hingga tahun 2012, Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta mencatat ada sejumlah 805 KUBE yang sudah dibentuk dan berjalan di wilayah DKI Jakarta. Salah satu KUBE binaan Dinas Sosial DKI Jakarta yang berhasil adalah KUBE Lentera yang berada di Kelurahan Lenteng Agung. KUBE ini dikatakan berhasil karena hingga saat ini masih terus berusaha mengembangkan usahanya. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya penambahan jenis usaha yang dilakukan kelompok. Pada awalnya, usaha KUBE Lentera hanya satu jenis kue ringan
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
yaitu kembang goyang, namun kini telah berkembang menjadi tiga jenis kue lainnya yaitu rempeyek, akar kelapa, dan biji ketapang. Keberhasilan KUBE Lentera juga dapat dilihat dari adanya perubahan pada keterampilan yang dimiliki, pekerjaan yang lebih layak, peningkatan pendapatan, serta adanya rasa percaya diri yang lebih baik pada anggota KUBE Lentera untuk terlibat aktif di dalam lingkungannya. Keberhasilan KUBE Lentera tidak hanya dirasakan oleh anggota saja, tetapi juga oleh keluarga anggota KUBE Lentera. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan pendapatan keluarga, pemenuhan kebutuhan yang dirasa cukup bagi keluarga, adanya akses pendidikan yang lebih baik untuk anak, dan juga rasa kekeluargaan dan kebersamaan antar anggota dan antar keluarga anggota. Perubahan-perubahan yang terjadi pada anggota KUBE Lentera ini merupakan bukti adanya pemberdayaan ekonomi perempuan di dalam program KUBE. Oleh karena itu, peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana implementasi program KUBE khususnya pada KUBE Lentera dalam mencapai pemberdayaan ekonomi perempuan? 2. Apa faktor yang mendukung serta menghambat KUBE Lentera dalam mencapai pemberdayaan ekonomi perempuan? Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menjelaskan implementasi program KUBE khususnya pada KUBE Lentera dalam mencapai pemberdayaan ekonomi perempuan. 2. Mendeskripsikan faktor yang mendukung serta menghambat KUBE Lentera dalam mencapai pemberdayaan ekonomi perempuan. Metode Penelitian Untuk mencapai tujuan penelitian yakni menjelaskan implementasi program KUBE khususnya pada KUBE Lentera dalam mencapai pemberdayaan ekonomi perempuan, maka penelitian yang paling tepat digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut Neuman (2006), pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang memandang kehidupan sosial dari berbagai sudut pandang dan menjelaskan bagaimana masyarakat membentuk suatu konstruksi sosial. Jenis penelitian yang digunakan adalah Field Research dengan metode deskriptif. Field Research lebih cenderung mempelajari dalam suatu lokasi atau latar yang sama. Field Research juga berusaha menjelaskan sesuatu, memahami ataupun mendeskripsikan sebuah
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
kelompok yang saling berinteraksi (Neuman, 2003: 278). Hal ini dikatakan tepat untuk melakukan penelitian pada KUBE Lentera, karena anggota KUBE Lentera berada di lingkungan yang sama, memiliki latar belakang yang sama, dan juga menjadi suatu kelompok yang anggotanya saling berinteraksi satu sama lain. Teknik pemilihan informan yang digunakan adalah metode purposive sampling. Menurut Neuman (2006: 222), metode purposive sampling merupakan suatu metode sampling yang digunakan pada situasi yang bersifat unik, dimana dalam teknik ini siapa yang akan menjadi sampel ditentukan sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut maka yang akan menjadi informan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Lembaga/Institusi (Dinas Sosial DKI Jakarta) a. Memahami Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE), mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan program, hingga monitoring dan evaluasi program b. Memahami hal-hal yang dapat mendukung serta menghambat pelaksanaan program KUBE 2. Komunitas Sasaran (Pendamping dan KUBE Lentera) a. Menjadi pendamping KUBE Lentera dan memahami tahapan pelaksanaan KUBE b. Menjadi anggota KUBE Lentera dan memahami tahapan pelaksanaan KUBE c. Memahami pelaksaan pemberdayaan ekonomi perempuan yang dilakukan selama berlangsungnya KUBE d. Mengetahui hal-hal yang dapat mendukung serta menghambat pelaksanaan KUBE Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi Kepustakaan: Menurut Lofland (dalam Moleong, 2007) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini, data sekunder yang dikumpulkan berupa dokumen yang berkaitan dengan gambaran program kelompok usaha bersama. 2. Wawancara: Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara, yaitu wawancara mendalam (In-Depth Interview). Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semi-terstruktur. Dalam wawancara ini, menurut Minichiello (2009), peneliti melakukan percakapan dengan informan, tetapi percakapan tersebut dapat dikendalikan dan terstruktur.
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
Teknik analisa data pada penelitian ini mengikuti data dari Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2011) yang menyatakan bahwa analisa data dapat dilakukan secara interaktif melalui proses data reduction, data display, dan verification: 1. Data reducion adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok dari jawaban masingmasing informan, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan memilih membuang yang tidak perlu. 2. Data display adalah penyajian data yang dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya dengan mengelompokkan jawaban dari tiap-tiap informan berdasarkan tema yang sama. 3. Data interpretation adalah membuat kesimpulan yang diharapkan dapat menjawab masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian. Teknik meningkatkan kualitas data dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. Pada triangulasi sumber, penelitian akan mencari data dan informasi dari berbagai informan yang ditetapkan sesuai dengan tujuan penelitian, seperti pihak Dinas Sosial DKI Jakarta sebagai pemberi program KUBE, pendamping yang menjadi jembatan antara Dinas Sosial dengan KUBE Lentera, dan pastinya anggota KUBE Lentera yang menjalankan proses pelaksanaan pemberdayaan ekonomi perempuan pada KUBE. Tinjauan Teoritis • Kemiskinan Kemiskinan dipandang sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat (Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan, 2012). Fenomena kemiskinan merupakan sesuatu yang kompleks, artinya tidak hanya berkaitan dengan dimensi ekonomi tetapi dimensi lain seperti pemenuhan kebutuhan dasar manusia misal hak pangan, papan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya (Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan, 2012). Persoalan kemiskinan pada perempuan bukan hanya sekedar persoalan akses terhadap sumber daya keuangan semata, tetapi merupakan persoalan struktural dengan faktor penyebab dan kendala yang tidak tunggal (Zulminari, 2004). Dalam kondisi miskin, perempuan cenderung mengalami penderitaan yang lebih besar (Whitehead, 2003). Menurut Whitehead (2003)
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
kemiskinan perempuan dapat terjadi karena ketiadaan akses terhadap penyediaan modal seperti kredit mikro, rendahnya pendidikan, adanya ketimpangan gender, dan rendahnya kesempatan yang dimiliki perempuan untuk meningkatkan kualitas diri. • Pemberdayaan Pemberdayaan merupakan paradigma baru dalam pembangunan, yakni yang bersifat "peoplecentered, participatory, empowering, and sustainable” (Robert, 1995). Pemberdayaan yang dimaksud adalah suatu pembangunan yang berorientasi kepada manusia, peran serta atau partisipasi dari manusia itu sendiri, bersifat memberdayakan manusia, serta berkelanjutan (Robert, 1995). Dengan kata lain, konsep pemberdayaaan masyarakat juga mencakup pengertian pembangunan masyarakat (community development) dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community based development) (Robert, 1995). Pemberdayaan sendiri menurut Pemerintah adalah semua upaya yang diarahkan untuk menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya (Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan, 2012, hal. 4). Selain itu, mengutip pernyataan Margono dalam proseding Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani di IPB, pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai upaya mengembangkan kondisi dan situasi sedemikian rupa sehingga masyarakat memiliki daya dan kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya tanpa adanya kesan bahwa perkembangan itu adalah hasil kekuatan eskternal, masyarakat harus dijadikan subyek bukan obyek (Slamet, 2000). Sen (1999) menulis secara khusus mengenai peran dan posisi perempuan sebagai subjek pembangunan. Sen mengakui bahwa pemikiran perempuan sebagai pembawa perubahan bukan merupakan suatu hal baru. Perempuan memiliki peranan penting dalam melakukan perubahan terutama dalam upaya pengurangan kemiskinan. Sementara itu, Lubis (2008) menyatakan bahwa terdapat beberapa alasan mengapa pemberdayaan perempuan menjadi konsep penting yang harus dikembangkan di dalam masyarakat. Pertama, perempuan cenderung mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan keluarganya dibandingkan diri sendiri sehingga ketika kesejahteraan perempuan meningkat maka akan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya (Lubis, 2008). Kedua, perempuan cenderung memiliki perhatian dan kepekaan yang lebih besar terhadap lingkungan sehingga dengan memberdayakan perempuan secara langsung akan berdampak tidak hanya bagi peningkatan kualitas diri perempuan melainkan juga kualitas keluarga dan lingkungan sekitarnya (Lubis, 2008).
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
• Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Pemberdayaan ekonomi perempuan adalah ketika seorang perempuan memiliki rasa ingin maju secara ekonomi dan ia dianggap mampu untuk membuat keputusan dan melakukan kegiatan ekonomi (Wu, 2013). Pada tahun 2012, World Bank mengeluarkan World Development Report yang mengemukakan bahwa pentingnya pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender berfungsi untuk menciptakan ekonomi yang cerdas (The World Bank, 2012). Hal ini merupakan kunci untuk meningkatkan dampak dari adanya pemberdayaan dan untuk mengurangi kemiskinan. Untuk memperkuat definisi pemberdayaan ekonomi perempuan di atas, maka dibuatlah Framework for Women’s Economic Empowerment yang terdiri dari empat (4) domain (Wu, 2013): 1. Agensi: Kemampuan, pengetahuan, keinginan individu, keahlian dan keyakinan untuk membuat suatu usaha pribadi, dan akses untuk memperoleh aset, layanan, dan dukungan. Termasuk juga dalam hal ini adanya kekuatan dalam pengambilan keputusan dan mengawasi strategi dan teknologi yang digunakan guna untuk meningkatkan produksi dan pendapatan. 2. Lingkungan institusi, norma, pengakuan, dan status: Sistem nilai, norma, institusi dan kebijakan lah yang membentuk pemberdayaan ekonomi dan sosial dan menciptakan suatu kondisi tertentu. Hal ini termasuk dalam mengakses isu pemberdayaan sosial dan jasmani, berhubungan juga dengan hak dan penggunaan modal dan layanan, kesempatan, dan harapan. 3. Hubungan sosial, akuntabilitas, jaringan, pengaruh: Kekuatan hubungan dan jaringan membantu perempuan dalam mencapai potensi mereka dan mereka dapat bernegosiasi untuk hak dan ketertarikan mereka. Hal ini juga termasuk proses dalam tawar menawar, negosiasi, pengambilan keputusan, kerjasama, dan aksi kolektif. 4. Peningkatan ekonomi: Pendapatan, modal, ketahanan dan pengembalian tenaga kerja. Secara khusus, hubungan rumah tangga dapat diidentifikasi sebagai suatu lingkungan yang berpengaruh dalam kehidupan yang memberikan dampak penting pada pemberdayaan ekonomi perempuan (Wu, 2013). Keuntungan dari mengatasi masalah pemberdayaan ekonomi perempuan yang melawan keseteraan gender akan menimbulkan dampak positif dari pertumbuhan ekonomi, dan secara tidak langsung berdampak pada sosial dan pembangunan (Wu, 2013).
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
• Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberdayaan Menurut Pratama (2013) ada beberapa hal yang dapat mendukung keberhasilan pemberdayaan perempuan, yaitu: (1) Peran serta pemerintah, (2) Lembaga Swadaya Masyarakat, (3) Pendampingan, (4) Local community organization, (5) Koperasi, (6) Peran swasta, (7) Pendidikan, dan (8) Partisipasi. Sedangkan menurut Adi (2008) ada beberapa faktor yang menghambat jalannya pemberdayaan, yaitu: 1. Kendala yang berasal dari kepribadian individu a. Homeostatis (Kestabilan) b. Habit (Kebiasaan) c. Primacy (Hal yang utama) d. Selective Perception and Retention (Seleksi Ingatan dan Persepsi) e. Dependency (Ketergantungan) f. Superego g. Self-Distrust (Rasa Tidak Percaya Diri) h. Insecurity and Regression (Rasa Tidak Aman dan Regresi) i. Predisposing Factors (Faktor Predisposisi) 2. Kendala yang berasal dari sistem sosial a. Conformity to Norms (Kesepakatan terhadap Norma Tertentu) b. Systematic and Cultural Coherence (Kesatuan dan Kepaduan Sistem Budaya) c. Vested Interest (Kelompok Kepentingan) d. The Sacrosanct (Hal yang Bersifat Sakral) e. Rejection of Outsiders (Penolakan Terhadap Orang Luar) f. Reinforcing Factors (Faktor Penguat Perubahan) g. Enabling Factors (Faktor Pemungkin Perubahan) Temuan Lapangan • Pemberdayaan Ekonomi Perempuan yang Dilakukan Oleh KUBE Lentera Ada beberapa hal yang ditemukan pada implementasi program KUBE dalam mencapai pemberdayaan ekonomi perempuan khususnya yang dilakukan oleh KUBE Lentera. KUBE Lentera berawal dari adanya keaktifan seorang warga sebagai Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) di wilayah RW 02 Kelurahan Lenteng Agung, dimana ia sering berkomunikasi dengan Dinas Sosial DKI Jakarta. Selama menjadi penerima bantuan program KUBE, banyak hal baru yang diterima oleh anggota KUBE Lentera, salah satunya adalah pemberdayaan ekonomi
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
perempuan. Dalam pelaksanaannya, pemberdayaan ekonomi perempuan terdiri dari beberapa bentuk pemberdayaan, antara lain adanya pelatihan, pendampingan, dukungan sosial, lingkungan sosial, hubungan sosial, dan juga pemberian bantuan untuk meningkatkan usaha kembang goyang. Pelatihan yang diberikan oleh KUBE Lentera, antara lain pelatihan membuat kembang goyang, pelatihan bentuk kemasan yang baik, dan pelatihan pemasaran produk kembang goyang. Pelatihan juga dilakukan oleh Dinas Sosial DKI Jakarta, yaitu pelatihan bimbingan teknik dan sosial serta pelatihan ketrampilan untuk anggota KUBE Lentera. Selain itu pelatihan juga diberikan kepada pendamping untuk dapat menggali potensi dan memotivasi anggota KUBE Lentera dalam melakukan usahanya. Selanjutnya, pendampingan kepada KUBE Lentera sejauh ini dilakukan oleh pendamping, ketua KUBE dan juga Dinas Sosial. Adapun pendampingan tersebut berupa pemberian motivasi dan semangat kepada anggota KUBE. Selain itu, lingkungan yang nyaman juga merupakan salah satu bentuk pemberdayaan ekonomi perempuan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah adanya kegiatan sosial yang diadakan di lokasi KUBE Lentera. Kegiatan tersebut menunjukkan keaktifan dari RW atau Ibu-Ibu PKK di lokasi KUBE Lentera yang juga membuat anggota KUBE Lentera memiliki akses untuk mendapatkan pemberdayaan ekonomi perempuan berupa bantuan dana dari program KUBE. Selain itu, keterlibatan anggota dalam kegiatan-kegiatan sosial yang diadakan di RW tersebut membuat keterikatan atau rasa kekeluargaan di KUBE Lentera semakin kuat. Lebih lanjut lagi, dengan adanya dukungan serta bantuan dari keluarga, maka dapat dikatakan bahwa anggota KUBE Lentera memiliki lingkungan sosial yang nyaman. Di dalam lingkungan sosial, pasti ada hubungan sosial yang terjalin satu sama lain. Hubungan tersebut membuat anggota KUBE Lentera menjadi lebih yakin lagi dalam pengambilan keputusan baik di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan sosialnya. Begitu juga dengan hal pembagian kerja. Karena adanya dorongan dan dukungan dari keluarga serta hubungan sosial yang baik, maka pembagian kerja anggota di dalam rumah tangganya menjadi tidak terganggu oleh usahanya. Jalannya KUBE Lentera berawal dari adanya program pemerintah yang memberikan bantuan berupa modal usaha yang dilakukan secara berkelompok. Pemberian bantuan ini dilakukan
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
secara langsung dari pemerintah melalui Dinas Sosial ke KUBE Lentera. Dengan adanya bantuan uang tersebut sangat membantu KUBE Lentera dalam menjalankan usaha kembang goyang. Setelah diberikannya pelatihan, dukungan, serta bantuan dari lingkungan sosial dan keluarga, usaha kembang goyang yang dilakukan KUBE Lentera pasti menghasilkan pendapatan ekonomi yang lebih banyak dari sebelumnya. Hal ini dialami oleh seluruh anggota KUBE Lentera dimana penghasilan mereka bertambah sejak bergabung di dalam KUBE Lentera. Selain pendapatan, anggota KUBE Lentera juga merasakan manfaat lainnya yaitu hampir sebagian besar anggota merasa bahwa dirinya kini merasa hidup kembali dan merasa senang karena ia memiliki kegiatan yang bisa mempertemukan dirinya dengan banyak orang. Disamping itu, ada juga yang merasakan lebih akrab lagi dengan tetangga atau warga di sekitar rumahnya karena kini ia lebih diakui atau dianggap keberadaannya di lingkungan tersebut. Hal ini terbukti dari timbulnya rasa dibutuhkan oleh warga sekitarnya. • Faktor Pendukung dan Penghambat KUBE Lentera Dalam Mencapai Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Dalam proses pelaksanaannya hingga saat ini, ada beberapa hal yang dirasakan mendukung terjadinya pemberdayaan ekonomi perempuan pada KUBE Lentera. Diantaranya ada pendidikan yang terlihat dari adanya pelatihan, partisipasi anggota KUBE Lentera dalam kegiatan sosial di lingkungannya, peran pemerintah yaitu Dinas Sosial dalam memberikan bantuan, dukungan sosial dan motivasi dari ketua, pendamping, Dinas Sosial, dan juga Satuan Kerja Pemeritntah Daerah (SKPD) lainnya seperti Dinas Perindustrian dan Dinas Kelautan dan Pertanian yang terkait dengan pelatihan keterampilan. Sedangkan hal yang dirasa menjadi hambatan dalam mencapai pemberdayaan ekonomi perempuan adalah kurangnya mosal usaha sehari-hari, sifat ketergantungan beberapa anggota KUBE Lentera terhadap bantuan KUBE, dan juga kurangnya pendidikan tentang kemasan. Pembahasan Program Kelompok Usaha Bersama merupakan salah satu program yang dikategorikan sebagai bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah. Adapun bentuk pemberdayaan ini mengacu pada definisi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan
Sosial
dan
Penanggulangan
Kemiskinan,
Kementrian
Sosial
RI.
Pemberdayaan juga merupakan hal yang penting dilakukan dalam pembangunan karena bersifat “people-centered, participatory, empowering, and sustainable” (Robert, 1995).
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
Dalam hal ini program KUBE dilihat dari orientasi programnya yaitu diberikan kepada manusia yang dikelompokkan menjadi suatu kelompok usaha. Kemudian mereka secara bersama-sama memiliki peran serta atau berpartisipasi demi kelangsungan kelompok tersebut. Partisipasi itu sendiri dapat berbagai macam bentuknya, mulai dari ikut berpendapat di dalam kelompok, berani mengambil keputusan, dan juga hal-hal lainnya yang dapat meningkatkan kemampuan kelompok untuk lebih berdaya guna baik untuk dirinya sendiri ataupun kelompok. Selanjutnya, keterlibatan anggota dalam kelompok diharapkan dapat membuat usaha kelompok tetap berkelanjutan hingga beberapa tahun ke depan. Penjelasan pemberdayaan yang dilakukan dalam Program KUBE dapat dianalisa lebih lanjut melalui teori pemberdayaan yang dikemukakan oleh Slamet (2000). Pelaksanaan Program KUBE merupakan kesempatan bagi masyarakat atau dalam hal ini orang-orang yang tergabung dalam KUBE Lentera untuk dapat mengembangkan kehidupannya yang dilakukan oleh dirinya sendiri ataupun dengan bantuan di dalam kelompok. Jadi anggota KUBE Lentera sendiri lah yang menjadikan diri mereka sebagai subyek atau orang yang membuat peningkatan kualitas hidup diri mereka dan keluarganya, dan tidak ada paksaan dari pihak luar agar mereka dapat mengembangkan diri mereka sendiri. Sebenarnya program KUBE tidak secara khusus ditujukan untuk perempuan. Namun yang terjadi pada KUBE Lentera adalah semua anggotanya terdiri dari perempuan. Adapun menurut Sen (1999) pemberdayaan yang dilakukan oleh perempuan merupakan hal yang penting karena perempuan termasuk ke dalam subjek pembangunan terutama dalam upaya pengurangan kemiskinan. Hal ini didukung pula dengan pendapat dari Lubis (2008) yang menyatakan alasan-alasan mengapa pemberdayaan perempuan harus dilakukan. Berdasarkan temuan lapangan, hampir seluruh anggota maupun keluarga KUBE Lentera merasakan peningkatan kesejahteraan dari sisi ekonomi semenjak sang ibu atau istri membuka usaha kembang goyang. Memberdayakan perempuan miskin dapat dimulai dengan membangun kesadaran perempuan miskin agar mampu melakukan keswadayaan yang berkelanjutan di semua lini kegiatan sosial ekonomi sehingga pada akhirnya akan berhasil meningkatkan kemampuan ekonomi, kemandirian, dan kesejahteraan perempuan dan keluarga miskin, serta masyarakat miskin pada umumnya (Lubis, 2008). Pernyataan tersebut jelas terbukti pada kenyataan di lapangan yang dilakukan oleh ketua KUBE Lentera. KUBE Lentera berawal dari ide atau keinginan PSM, dalam hal ini adalah Bu SM, untuk membantu perempuanperempuan yang berada di lingkungannya agar dapat lebih sejahtera. Bu SM membangun kesadaran serta mengajak teman-temannya yang ia lihat termasuk ke dalam kategori miskin
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
untuk bergabung ke dalam KUBE Lentera. Kemudian Bu SM memberikan pelatihan agar teman-temannya dapat lebih mengembangkan diri mereka dan pastinya dapat meningkatkan kemampuan ekonomi untuk dirinya sendiri dan juga keluarganya. Berdasarkan Wu (2013) dijelaskan bahwa pemberdayaan ekonomi perempuan terjadi ketika seorang perempuan mampu untuk membuat keputusan dan melakukan kegiatan ekonomi. Dalam konteks Program KUBE khususnya pada KUBE Lentera, merupakan salah satu contoh pemberdayaan dimana anggotanya yang terdiri dari perempuan yang memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan usaha ekonomi. Adanya keinginan ini dilatarbelakangi oleh kondisi ekonomi pribadi dan keluarga yang dirasa masih kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Mereka memliki keinginan untuk maju, kemudian mereka mampu mengambil keputusan secara pribadi untuk terlibat di dalam usaha ekonomi dan nyatanya hingga saat ini mereka mampu menjalankan kegiatan usaha ekonomi tersebut. Sedangkan jika dilihat menurut World Bank (2012), pemberdayaan ekonomi perempuan yang terjadi pada KUBE Lentera merupakan salah satu bentuk pemberdayaan yang menciptakan ekonomi cerdas. Hal ini didukung dengan dampaknya usaha terhadap penghasilan keluarga, serta kemampuan mereka dalam mengelola keuangan untuk cadangan masa depan keluarganya. Menurut Wu (2013), pemberdayaan ekonomi perempuan terdiri dari empat framework, yaitu: agensi; lingkungan institusi, norma, pegakuan, dan status; hubungan sosial, akuntabilitas, jaringan, pengaruh; dan peningkatan ekonomi. Pertama adalah framework agensi. Agensi terdiri dari kebebasan, kemampuan, pengetahuan, keinginan individu, keahlian dan keyakinan untuk membuat suatu usaha pribadi, dan akses untuk memperoleh aset, layanan, dan dukungan (Wu, 2013). Jika dilihat dari hasil temuan lapangan, pemberdayaan ekonomi perempuan yang dilakukan KUBE Lentera memiliki aspek agensi. Pertama, dimulai dengan adanya kesadaran atau keinginan seorang individu untuk membuat usaha kelompok dimana ia melihat individu-individu lainnya masih termasuk dalam kategori kurang sejahtera. Karena ia sudah terlebih dahulu memiliki keahlian dalam membuat kembang goyang, maka ia memberikan pelatihan kepada anggota lainnya agar dapat membuat kembang goyang. Adanya kemampuan ini membuat anggota KUBE Lentera secara perlahan merasa terberdayakan secara ekonomi karena mereka mampu membuat kembang goyang yang nantinya akan dijual dan menghasilkan uang. Pelatihan lain yang diberikan adalah pelatihan bagaimana mengemas dengan benar dan menarik perhatian. Tidak hanya dari kelompok saja, Dinas Sosial juga memberikan pelatihan, yaitu pelatihan bimbingan sosial dan
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
teknis yang didalamnya berisi tentang penjelasan mengenai program KUBE. Pelatihan bimbingan teknik dan sosial ini bisa dilkatakan penting untuk dilakukan karena berkaitan dengan jalannya KUBE, dan dilihat dari latar belakang pendidikan anggota KUBE bahwa mereka sangat membutuhkan pengetahuan atau materi ini. Pelatihan atau pemberian pengetahuan ini tidak hanya diberikan kepada anggota KUBE Lentera saja, tetapi juga pada pendamping KUBE Lentera. Pelatihan yang diterima pendamping antara lain yaitu pelatihan untuk menggali semangat serta memberikan motivasi kepada anggota KUBE agar mereka mau menjalankan usahanya secara berkelompok dan juga aktif di dalam kelompok. Selain itu, pendamping juga mendapatkan pelatihan manajemen KUBE dan dinamika kelompok. Adanya pelatihan ini dimaksudkan agar pendamping dapat mengatur atau mengawasi jalannya usaha KUBE, kemudian membantu KUBE untuk dapat meningkatkan produksi dan juga pasarnya, serta dapat mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada anggota di dalam kelompok. Framework berikutnya yang termasuk di dalam pemberdayaan ekonomi perempuan adalah lingkungan institusi, norma, pengakuan, dan status (Wu, 2013). Dalam hal ini yang dimaksud adalah adanya kegiatan sosial dan keterlibatan anggota KUBE Lentera di dalam kegiatan sosial tersebut merupakan suatu hal yang dapat mempermudah Bu SM dalam memberntuk KUBE Lentera. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan bukti nyata bahwa wilayah RW 02 ini merupakan wilayah aktif dalam bidang kegiatan sosial. Adapun keaktifan ini berasal dari pihak RW dan juga ibu-ibu PKK yang memiliki rasa ingin memberdayakan masyarakatnya. Selain itu, adanya keaktifan warga yang menjadi Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) di wilayahnya membuat adanya akses terhadap sumber-sumber layanan atau sumber daya untuk usaha bersamanya. Pernyataan ini hampir sama dengan aspek agensi sebelumnya bahwa keaktifan salah seorang warga di suatu lingkungan, membuat masyarakat yang berada di sekitarnya juga ikut terberdayakan karena keaktifannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa lingkungan yang aktif terutama di kegiatan sosial juga mendukung terjadinya pemberdayaan ekonomi perempuan, karena tidak adanya tentangan bagi kaum perempuan untuk dapat memberdayakan dirinya. Lebih lanjut lagi, dengan adanya dukungan serta bantuan dari keluarga, maka dapat dikatakan bahwa anggota KUBE Lentera memiliki lingkungan sosial yang nyaman. Framework yang ketiga adalah hubungan sosial (Wu, 2013). Dalam pelaksanaan KUBE Lentera, hubungan sosial merupakan suatu hal penting untuk dilaksanakan karena dengan
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
adanya hubungan sosial maka dapat membentuk jaringan yang nantinya dapat berpengaruh pada kehidupan anggota KUBE Lentera. Teori ini melihat bagaimana cara perempuan atau dalam penelitian ini anggota KUBE Lentera dalam menentukan prioritasnya di dalam keluarga. Berdasarkan temuan lapangan diketahui bahwa sesibuk apapun anggota KUBE Lentera, keluarga tetap didahulukan. Karena bagaimana pun juga tugas perempuan atau ibu sangat berpengaruh di dalam keluarganya. Selain itu, teori ini juga terkait dengan bagaimana pengambilan keputusan yang terjadi pada anggota KUBE Lentera di dalam rumah tangganya. Dalam penelitian ini, dapat dilihat bahwa hubungan sosial yang terjadi pada anggota KUBE Lentera dengan keluarganya, kelompoknya, dan juga lingkungannya sangat berpengaruh terhadap diri anggota KUBE Lentera. Dengan adanya hubungan sosial yang baik maka dapat membentuk kepribadian anggota menjadi lebih matang terutama dalam hal pengambilan keputusan baik untuk dirinya, keluarga, maupun dalam kelompok. Pernyataan ini terbukti pada temuan lapangan yaitu beberapa anggota yang kini merasa lebih percaya diri dan berani dalam mengungkapkan pendapatnya. Selanjutnya, hubungan sosial pada pemberdayaan ekonomi perempuan juga mencakup pernyataan bahwa hubungan sosial termasuk didalamnya proses tawar menawar dan kerjasama. Sesuai dengan temuan lapangan, hampir seluruh anggota KUBE Lentera dalam melakukan kegiatan sehari-harinya di rumah dibantu dengan keluarganya. Mulai dari membersihkan rumah dan juga dalam membuat usaha kembang goyang. Dengan adanya hubungan sosial yang terjalin antara aspek agensi dan aspek lingkungan institusi, maka dapat menimbulkan peningkatan ekonomi yang terjadi pada anggota KUBE Lentera. Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa hubungan sosial merupakan aspek penting dan juga penggerak dari adanya pemberdayaan ekonomi perempuan. Framework yang terakhir dalam pemberdayaan ekonomi perempuan pastilah adanya peningkatan ekonomi yang dirasakan oleh anggota KUBE Lentera. Aspek ini melihat adanya peningkatan penghasilan di dalam keluarga, baik untuk istri, suami, dan juga anak-anaknya. Terlihat jelas bahwa seluruh anggota KUBE Lentera merasakan penghasilannya bertambah sejak bergabung dalam KUBE Lentera. Hal ini terjadi karena anggota tersebut mampu mengelola keuangannya dengan baik, sehingga tidak peduli seberapa besarnya penghasilan, ia akan tetap merasakan untung. Aspek terakhir ini merupakan pelengkap dari adanya bentuk pemberdayaan ekonomi perempuan, dimana dengan adanya aspek agensi, aspek lingkungan institusi, dan juga aspek hubungan sosial yang terjadi dalam KUBE Lentera membentuk suatu kesatuan untuk mencapai pemberdayaan ekonomi perempuan. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan anggota, bertambahnya pengalaman
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
anggota di kegiatan sosial, munculnya rasa percaya diri anggota dalam melakukan sesuatu terutama dalam hal mengemukakan pendapat dan pengambilan keputusan, serta adanya peningkatan penghasilan pada anggota KUBE Lentera. Terciptanya peningkatan atau kemajuan hal-hal tersebut merupakan hasil dari adanya pemberdayaan ekonomi perempuan yang terjadi pada KUBE Lentera. Selanjutnya akan dibahas mengenai faktor yang mendukung serta menghambat pelaksanaan pemberdayaan ekonomi perempuan oleh KUBE Lentera. Berdasarkan temuan lapangan, ada beberapa hal yang menjadi pendukung dalam proses ini. Pertama, adanya pendidikan yang diberikan melalui pelatihan-pelatihan kepada anggota KUBE Lentera. Hampir sebagian besar anggota memiliki latar belakang pendidikan yang rendah serta tidak memiliki ketrampilan apapun untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Namun, ketika mereka sudah tergabung dalam KUBE Lentera, mereka banyak mendapatkan pelatihan yang dapat membantu jalannya usaha kembang goyang. Kedua, adanya partisipasi juga dapat mendukung pemberdayaan ekonomi perempuan pada KUBE Lentera. Partisipasi disini adalah keaktifan dan kesadaran anggota KUBE Lentera mengikuti segala kegiatan yang dilakukan oleh KUBE Lentera seperti membayar Iuran Kesetiakawanan Sosial (IKS) dan tabungan, dibentuknya susunan kepengurusan KUBE, dan pastinya terlibat dalam menjalankan usaha kembang goyang. Selain itu, anggota juga diharuskan aktif dalam menuangkan pikiran atau pandangannya mengenai hal-hal yang terjadi dalam kelompok. Ketiga, adanya peran pemerintah dapat dikatakan memiliki peran untuk dapat meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Pemerintah dalam hal ini Dinas Sosial dinilai memiliki kekuatan untuk dapat mengerahkan apa saja yang dapat membantu masyarakatnya mengalami peningkatan kesejahteraan. Selain itu, pendampingan juga merupakan hal yang dapat mendukung jalannya pemberdayaan. Adanya pendamping seperti itu bertujuan agar dapat membimbing masyarakat untuk mengikuti proses pemberdayaan yang telah ditetapkan melalui Program KUBE. Bentuk pendampingan yang dilakukan berupa dukungan sosial dan pemberian motivasi oleh pendamping, ketua, dan pihak Dinas Sosial. Sedangkan faktor yang menghambat adalah kurangnya mosal usaha sehari-hari, sifat ketergantungan beberapa anggota KUBE Lentera terhadap bantuan KUBE, dan juga kurangnya pendidikan tentang kemasan. Kurangnya modal usaha ini dirasakan oleh anggota KUBE Lentera apabila mereka sedang menerima banyak pesanan tetapi mereka tidak memiliki modal. Hal ini disebabkan karena kebanyakan pelanggan membayar uang di
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
belakang pada saat mereka mengambil pesanan. Faktor ini sebenarnya tidak terlalu berpengaru pada jalannya pemberdayaan karena mereka masih dapat melakukan usahanya. Selanjutnya, adanya sifat ketergantungan seseorang terhadap orang lain dapat menghambat pemberdayaan. Dalam konteks penelitian ini, sifat ketergantungan tersebut muncul dari anggota KUBE Lentera terhadap pihak Dinas Sosial yang memberikan bantuan modal kepada mereka. Mereka berharap Dinas Sosial terus memberikan bantuan modal kepada mereka agar mereka dapat menjalankan atau bahkan memperluas kembali usaha kembang goyangnya. Adanya sifat yang maunya hanya dibantu atau dengan kata lain ketergantungan ini lah yang menjadi hambatan bagi pendamping jika ia sedang melakukan pendampingan kepada anggota KUBE Lentera. Terakhir, kurangnya pendidikan atau pengetahuan tentang kemasan yang dialami KUBE Lentera juga menjadi hambatan bagi Ketua KUBE Lentera. Adanya hal ini berdampak pada munculnya sifat primacy atau hal yang utama. Pada hasil temuan lapangan, terdapat informasi bahwa ketua KUBE Lentera merasa anggotanya menganggap tidak penting pada bentuk kemasan. Padahal menurut ketua KUBE Lentera dengan bentuk kemasan yang lebih baik dapat meningkatkan penghasilan yang lebih. Ibu Ketua sudah sering memberikan informasi ini kepada anggota namun anggota masih tetap menolak. Adanya penolakan inilah yang membuat anggota mengesampingkan informasi tentang pentingnya kemasan. Kesimpulan Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan salah satu strategi pemerintah untuk dapat mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Dalam pelaksanaannya, Kementrian Sosial RI sebagai pemerintah pusat melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk ikut membantu menggerakan program tersebut. Dalam hal ini Kementrian Sosial bekerja sama dengan Dinas Sosial DKI Jakarta untuk menyelenggarakan Program KUBE guna untuk mengurangi angka kemiskinan di wilayah Jakarta. Salah satu KUBE binaan Dinas Sosial DKI Jakarta adalah KUBE Lentera yang berada di Kelurahan Lenteng Agung. Proses awal terbentuknya KUBE Lentera karena adanya informasi yang disampaikan Dinas Sosial kepada Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang berlokasi di Kelurahan Lenteng Agung. PSM yang memang memiliki ketrampilan membuat kue ringan seperti kembang goyang, memberikan pelatihan ketrampilan tersebut kepada sembilan orang masyarakat di sekitar rumahnya. Masyarakat tersebut dalam waktu dua bulan sudah memiliki usaha kecil yaitu usaha kembang goyang, dan kemudian dibentuklah mereka ke dalam satu kelompok yang dinamakan KUBE Lentera. Selanjutnya, pihak Dinas Sosial memberikan pelatihan kepada pendamping KUBE
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
yaitu pelatihan Bimbingan Sosial serta pelatihan Manajemen KUBE dan Dinamika Kelompok. Tidak hanya pendamping saja yang menerima pelatihan, Dinas Sosial juga memberikan pelatihan kepada anggota KUBE yaitu pelatihan bimbingan teknis dan sosial bagi penerima bantuan KUBE. Setelah itu, dilakukan juga pendampingan yang berupa pemberian motivasi dan dukungan dari pendamping, ketua KUBE Lentera, dan juga Dinas Sosial. Selain pelatihan dan pendampingan, dalam program KUBE juga terdapat pemberdayaan sosial dan ekonomi. Berdasarkan teori yang digunakan, bentuk-bentuk pemberdayaan sosial diklasifikasikan lagi menjadi beberapa poin yang termasuk di dalam bentuk pemberdayaan ekonomi perempuan. Yang pertama adalah agensi. Indikator yang termasuk di dalam agensi adalah PSM yang juga sebagai ketua KUBE Lentera memberikan pengetahuan, pelatihan, dan juga dukungan kepada anggota KUBE Lentera. Poin kedua adalah lingkungan institusi, norma, pengakuan, dan status. Poin ini menjelaskan bahwa adanya keteribatan lingkungan dan norma dalam proses pemberdayaan. Terbukti dengan adanya kegiatan sosial serta keaktifan anggita KUBE Lentera dalam kegiatan tersebut. Adanya dukungan dan bantuan dari keluarga juga termasuk pada poin ini. Terakhir, adanya hubungan sosial, akuntabilitas, jaringan, dan pengaruh juga terdapat dalam proses pemberdayaan ekonomi perempuan. Dengan adanya hubungan sosial yang baik, maka dapat membuat anggota KUBE Lentera lebih percaya diri dalam melakukan kegiatan sosial dan berpendapat dalam pengambilan keputusan. Selain proses pemberdayaan, ada pula faktor yang mendukung jalannya proses. Diantaranya ada pendidikan yang terlihat dari adanya pelatihan, partisipasi anggota KUBE Lentera dalam kegiatan sosial di lingkungannya, peran pemerintah yaitu Dinas Sosial dalam memberikan bantuan, dukungan sosial dan motivasi dari ketua, pendamping, Dinas Sosial, dan juga Satuan Kerja Pemeritntah Daerah (SKPD) lainnya seperti Dinas Perindustrian dan Dinas Kelautan dan Pertanian yang terkait dengan pelatihan keterampilan. Sedangkan hal yang dirasa menjadi hambatan dalam mencapai pemberdayaan ekonomi perempuan adalah kurangnya mosal usaha sehari-hari, sifat ketergantungan beberapa anggota KUBE Lentera terhadap bantuan KUBE, dan juga kurangnya pendidikan tentang kemasan. Rekomendasi
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
• Terakit dengan kurangnya modal usaha, sebaiknya Pihak Dinas Sosial memberikan pelatihan tentang bagaimana memanajemen keuangan usaha kepada anggota KUBE Lentera. Hal ini berkaitan juga dengan kurangnya pendidikan anggota KUBE Lentera dimana mereka tidak begitu memahami tentang mengatur keuangan usaha mereka sehingga mereka mengalami kekurangan modal. • Jika dilihat dari pelatihan yang diberikan oleh Dinas Sosial, diketahui bahwa pihak Dinas Sosial hanya memberikan satu kali pelatihan kepada anggota KUBE Lentera dan pelatihan itu dilakukan pada saat awal terbentuknya KUBE Lentera. Dalam hal ini, bisa diberikan masukkan untuk Dinas Sosial bahwa sebaiknya pelatihan yang diberikan kepada anggota KUBE diperiksa kembali apakah pelatihan-pelatihan tersebut sudah cukup mampu mengakomodir kurangnya pengetahuan anggota terhadap usaha. • Dalam pertemuan kelompok baik dalam kegiatan sosial maupun urusan KUBE Lentera, diharapkan anggota KUBE Lentera saling mendukung satu sama lain untuk keaktifan anggota di dalam kelompok. Hal ini terkait dengan masih adanya sifat ketergantungan beberapa anggota. Dengan adanya dukungan seta ajakan anggota yang sudah aktif terhadap anggota yang belum aktif, diharapkan anggota tersebut menjadi sadar akan pentingnya keaktifan dan juga keterlibatan dirinya di dalam kelompok. Daftar Referensi Buku Adi, I. R. (2008). Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan. (2012). Petunjuk Teknis Uji Coba Keterpaduan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan dan Penangan Anak Jalanan Melalui Kelompok Usaha Bersama. Jakarta: Kementrian Sosial Republik Indonesia. Lubis, R. H, dkk. (2008). Filantropi Para Ibu. Depok: Piramedia. Minichiello, V., & Kottler, J. A. (2009). Qualitative Journeys: Student a Mentor Experiences With Research. California: Sage Publication. Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Neuman, W. L. (2003). Basic Social Research Qualitative and Quantitative Approaches. Boston: Pearson Education. . (2006). Social Research Methods (6ed). Boston: Pearson Education.
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014
Robert, C. (1995). Pembangunan Desa (Mulai dari Belakang). Jakarta: LP3ES. Sen, Amartya. (1999). Development as Freedom. Oxford: Oxford University Press. Slamet, M. (2000). Memantapkan Posisi dan meningkatkan Peran Penyuluhan Pembangunan dalam Pembangunan. Bogor: Pustaka Wira Usaha Muda. Soetrisno, L. (1997). Kemiskinan, Perempuan dan Pemberdayaan, Yogyakarta: Kanisius. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta The World Bank. (2012). World Development Report 2012: Gender Equility and Development, pg. 2. World Bank. World Bank. (2007). Era Baru dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Jakarta: Author. Wu, D. (2013). Measuring Change in Women Entrepreneur's Economic Empowerment: A Literature Review. The Donor Committee for Enterprise Development. Jurnal Whitehead, A. (2003). Failing Women, Sustaining Poverty. Report for the UK Gender and Development Network, London. Zulminari, N. (2004). Lembaga Keuangan Mikro dalam Pemberdayaan Perempuan Miskin. Makalah disampaikan dalam acara workshop “Berbagi Pengetahuan dan Sumber daya Keuangan Mikro di Indonesia”, Jakarta. Penelitian Pratama, C. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pemberdayaan Perempuan Desa Joho Di Lereng Gunung Wilis. Surabaya: Universitas Airlangga.
Pemberdayaan ekonomi perempuan ..., Arum Pratiwi, FISIP UI, 2014