EVALUASI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) BINTANG BAKERY DI KELURAHAN GEDONG, PASAR REBO Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan menempuh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh NUR FAJRINA NIM : 1111054000009
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/ 2015
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakn hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 11 Mei 2015
Nur Fajrina
ABSTRAK
Nur Fajrina Evaluasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery Di Kelurahan Gedong, Pasar Rebo
Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah salah satu media yang diciptakan untuk membangun kemampuan memecahkan masalah, memenuhi kebutuhan dan mengembangkan potensi diri masyarakat miskin, Dimensi sosialekonomi menjadi pilar inti dari kegiatan KUBE. Terkait dengan itu, dalam implementasi program KUBE masih sering terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya salah sasaran, tercipta benih-benih fragmentasi sosial, dan belum menyentuh akar permasalahan dan lain sebagainya. Atas dasar asumsi ini, maka perlu dalam setiap program kegiatan diadakan evaluasi guna mengetahui kekurangan dan kelebihan dari program tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan rancangan model evaluatif. Melalui pendekatan Model Evaluasi Sistem Analisis (System Analisis Evaluation Model) yang meliputi: masukan (Inputs), Proses (Process), Keluaran (Output), Manfaat (Outcomes), dan Dampak (Impacts) dengan memfokuskan pada sasaran dan tujuan program KUBE. Dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa: evaluasi program KUBE Bintang Bakery terbilang dapat memenuhi sasaran dan tujuan KUBE dengan standarisasi atau panduan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Sosial. Hal ini tercermin pada indikator input, proses, output, outcomes, dan impacts. Terpenuhinya sasaran KUBE ditentukan oleh proses identifikasi dan seleksi para anggota dan pengurus KUBE, terpenuhinya pemenuhan kebutuhan dasar, berkembangnya usaha kelompok. Sedangkan pada tercapainya tujuan program KUBE dapat ditandai oleh: terwujudkan kemandirian usaha sosial-ekonomi masyarakat miskin dan peningkatkan taraf kesejahteraan sosial. Salah satu kunci keberhasilan KUBE Bintang Bakery dalam menjalankan kegiatan pembuatan roti adalah menerapkan prinsip-prinsip pokok dalam pelaksanaan KUBE diantaranya: amanah, professional, produktif, akuntabel, transparan, berbasis masyarakat, konsisten, partisipatif, kemandirian, kemitraan, dan keberlanjutan dalam pengembangan usaha roti.
i
KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrohim Saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya, shalawat serta salam kita curahkan kepada junjungan NABI kita NABI MUHAMMAD SAW, serta keluarganya, para sahabatnya. Tanpa izin-mu takkan ku mampu menyelesaikan skripsi ini. Kau memberikan kesehatan dalam setiap nafasku, Kau memberikan kemudahan dalam setiap sulitan, Kau memberikan kebahagiaan dalam setiap tangis ku. Ya Rabb, kekhawatiran ku tak terjadi, karena Kau telah menyelamatkan ku
dalam
penyelesaian
skripsi
ini.
kini,
akankah
ku
mampu
mempertanggungjawabkan semuanya. Penulis menyadari bahwa karya tulus ini jauh dari kategori sempurna, sekalipun penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik. Dengan penuh kerendahan hati, penulis membuka diri untuk menerima masukan dan kritik demi perbaikan skripsi dan sebagai bahan evaluasi serta introsepeksi diri. Penulis merasakan bahwa penelitian ini takkan mungkin terwujud kalaulah tanpa dukungan dari berbagai pihak yang membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian ini dengan baik, untuk itu penulis ingin berucap terimakasih kepada: 1. Kedua orang tua yang dengan tulus memberikan dukungan sepenuhnya, perhatian yang tiada henti dan setiap saat mendoakan penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. 2. Bapak Dr.Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi berserta para staff dan jajarannya. 3. Ibu Wati
Nilamsari M.Si dan Bapak Hudri M.Ag selaku ketua dan
sekertaris jurusann pengembangan masyarakat islam, beserta jajaran staf Fakultas Dakwah dan Komunikasi 4. Bapak Drs. Yusra Kilun, M.Pd. Dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan inspirasi dan meluangkan waktunya serta banyak
ii
memberikan masukan kepada penulis mengenai penelitian yang telah penulis kerjakan. 5. Bapak/ibu dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang telah mendidik penulis, memberikan wawasan dan bimbingan selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Jerry Purnomo selaku ketua KUBE Bintang Bakery yang telah memberikan izin dan memberikan informasi untuk melakukan penelitian. 7. Ibu Ali dan ibu Yunus selaku Pekerja Sosial Masyarakat dan Pendamping KUBE kecamatan Pasar Rebo yang telah membantu memberikan informasi dan saran pada penulis. 8. Teman-teman seperjuangan dan sahabat setia Syifa Thoyyibah, Iis Sudiyanti, Siti Nur Aini yang saling memberikan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini. 9. Teman-teman Nur Halimah, Rizka Arfeinia, Fevi Salehah, Budhi Baihaqqi, Wildan, Mustofa, Farid, Upi, Ozi, dan Beni yang selalu menemani di kelas. 10. Teman setia Muhammad Munawir yang selalu memberikan motivasi, yang dengan tulus dan sabar menasehati penulis hingga penelitian ini dapat diselesaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, terimakasih kepada berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Jakarta, 11 Mei 2015
Nur Fajrina (1111054000009)
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iv DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 12 C. Tujuan Penelitian .............................................................. 13 D. Manfaat Penelitian ............................................................ 14 E. Metodologi Penelitian ....................................................... 14 F. Tinjauan Pustaka ............................................................... 36 G. Sistematika Penulisan ....................................................... 39
BAB II. TINJAUAN TEORITIS A. Evaluasi 1. Pengertian Evaluasi ..................................................... 42 2. Model-model Evaluasi.................................................. 44 3. Tujuan dan Kegunaan Evaluasi ................................... 48
iv
B. Pemberdayaan 1. Pengertian Pemberdayaan ............................................ 48 2. Model Pemberdayaan ................................................... 53 3. Pendekatan Pemmberdayaan ........................................ 54 C. Masyarakat Miskin 1. Pengertian Kemiskinan ................................................ 55 2. Pengertian Masyarakat Miskin .................................... 57 3. Kategori Penduduk Miskin .......................................... 58 4. Potensi Masyarakat Miskin ......................................... 58 D. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) 1. Pengertian KUBE ........................................................ 60 2. Struktur Oraganisasi KUBE ........................................ 63 3. Hak dan Kewajiban KUBE .......................................... 64 4. Aspek KUBE ................................................................ 65 5. Tujuan KUBE ............................................................... 67 6. Sasaran KUBE .............................................................. 68 7. Pengelolaan Jenis Usaha KUBE .................................. 68 8. Prinsip Pelaksanaan KUBE ......................................... 69 9. Indikator Keberhasilan KUBE ..................................... 71
BAB III. TEMUAN PENELITIAN A. Profil Penelitian KUBEBintang Bakery ............................ 74 B. Temuan Lapangan.............................................................. 82
v
BAB IV. ANALISIS TEMUAN PENELITIAN A. Indikator Masukan (Inputs) .............................................. 107 B. Indikator Proses (Process) ................................................ 112 C. Indikator Keluaran (Output) ............................................. 115 D. Indikator Manfaat (Outcomes) ......................................... 118 E. Indikator Dampak (Impacts) ............................................ 120
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................... 124 B. Saran .................................................................................. 125 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1
: Data dan Sumber Data .................................................................. 21
Tabel 2
: Indikator Evaluasi ......................................................................... 30
Tabel 3
: Aspek-Aspek dan Kriteria Evaluasi ............................................. 31
Tabel 4
: Daftar Harga Roti KUBE Bintang Bakery .................................... 96
Tabel 5
: Kondisi Sebelum Dan Sesudah Mendapatkan Bantuan ................ 98
Tabel 6
: Inventaris KUBE Bintang Bakery ................................................. 100
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Struktur Kepengurusan KUBE.................................................... 80
viii
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat, khususnya di Negara-negara berkembang. Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan, baik para akademisi maupun para praktisi. Berbagai teori, konsep dan pendekatan pun terus-menerus dikembangkan untuk menyibak tirai dan “misteri” kemiskinan ini. Di Indonesia, masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji terus-menerus. Ini bukan saja karena masalah kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat ini, melainkan pula karena kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih dihadapi oleh Bangsa Indonesia. 1 Masalah kemiskinan merupakan persoalan klasik yang hingga saat ini masih menjadi problem utama, terutama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Penanganan kemiskinan kemudian menjadi suatu upaya yang mendapatkan perhatian banyak pihak. Hal ini melahirkan sejumlah teori atau pandangan, dan pendekatan yang kemudian mempengaruhi kebijakan yang berbeda-beda. Pandangan konvensional menyebutkan kemiskinan sebagai kekurangan modal dan menganggap masyarakat miskin sebagai objek 1
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Pemberdayaan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerja Sosial. (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 131
2
yang tidak memiliki informasi dan pilihan, sehingga tidak perlu terlibat dalam pengambilan keputusan kebijakan publik. Padahal, pemecahan masalah kemiskinan perlu didasarkan pada pemahaman suara masyarakat miskin itu sendiri dan adanya pengakuan pemenuhan dan perlindungan terhadap hak-hak dasar masyarakat miskin, yaitu hak sosial, ekonomi, dan politik. Saat ini Indonesia dihadapkan dengan populasi penduduk miskin yang masih cukup besar. Berdasarkan data, BPS pada bulan maret tahun 2014 mencatat penduduk miskin sebanyak 28,28 juta jiwa atau 11,25% dari jumlah total penduduk Indonesia. Dari jumlah penduduk miskin tersebut sebanyak 10,51 juta jiwa berada di perkotaan dan 17,77 juta jiwa di pedesaan. Walaupun jumlah populasi kemiskinan di pedesaan lebih sedikit dibanding di perkotaan, akan tetapi permasalahannya jauh lebih kompleks. Perbedaan kompleksitas permasalahan kemiskinan di perkotaan dikarenakan tidak saja menyangkut permasalahan pekerjaan, pendapatan, perumahan, akan tetapi berkait pula dengan permasalahan sosial lain yang bersifat pathologis seperti ketunaan sosial, kerentanan terhadap kriminalitas dan tindak kekerasan, penyalah
gunaan
narkoba,
dan
kadang
mudah
dieksploitasi
untuk
kepentingan-kepentingan tertentu. Oleh karena itu kemiskinan di kota kadang
3
dikatakan miskin “plus”, yaitu selain miskin mereka juga tak jarang menjadi penyandang masalah sosial lain yang bersifat pathologis. 2 Di dalam buku Edi Suharto yang berjudul Membangun Masyarakat Pemberdayaan Rakyat, Ellis menyatakan bahwa dimensi kemiskinan menyangkut aspek ekonomi, politik, dan sosial-psikologis. Secara ekonomi, kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Sumberdaya dalam konteks ini menyangkut tidak hanya aspek finansial, melainkan pula sejenis kekayaan (wealth) yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas. Berdasarkan konsep ini, maka kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persediaan sumberdaya yang dimiliki melalui penggunaan standar baku yang dikenal dengan garis kemiskinan. Cara seperti ini sering disebut dengan metode pengukuran kemiskinan absolut. Garis kemiskinan yang digunakan BPS sebesar 2,100 kalori per orang per hari yang disertakan dengan pendapatan tertentu. Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi ekonomi, khususnya pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan kentungankeuntungan non-material yang diterima oleh seseorang. Namun demikian
2
Etty Rachmiyati, dkk., Pedoman Umum Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Jakarta: Kementrian Sosial Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penggulangan Kemiskinan, 2011), h. 9-10
4
secara luas kemiskinan juga kerap didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai oleh serba kekurangan: kekurangan pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, dan kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Definisi kemiskinan dengan menggunakan pendekatan kebutuhan dasar seperti yang diterapkan oleh Depsos, terutama dalam mendefinisikan fakir miskin. Kemiskinan adalah ketidak mampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. Secara politik, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat akses terhadap kekuasaan. Kekuasaan dalam pengertian ini mencakup tatanan sistem poitik yang dapat menentukan kemampuan sekelompok orang dalam menjangkau dan menggunakan sumberdaya. Di dalam konteks politik, Friedman mendefinisikan kemiskinan dalam kaitannya dengan ketidaksamaan kesempatan dalam mengakumulasikan basis kekuasaan sosial yang meliputi: (a) modal produktif atau asset (tanah, perumahan, alat produksi, kesehatan), (b) sumber keuangan (pekerjaan, kredit), (c) organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama (koperasi, partai politik, organisasi sosial), (d) jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa, (e) pengetahuan dan keterampilan, (i) informasi yang berguna untuk kemajuan hidup. Sedangkan kemiskinan secara sosial-psikologis menunjuk pada kekurangan jaringan dan
5
struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas.3 Pemerintah Indonesia mendefinisikan masyarakat miskin sebagai individu yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan. Jadi warga miskin dicirikan dengan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok yang layak, mempunyai mata pencaharian tetapi tidak mencukupi bagi kebutuhan dasarnya. 4 Kemiskinan merupakan masalah pembangunan kesejahteraan sosial yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya yang ditandai oleh pengangguran, keterbelakangan, dan tidak keberdayaan. Oleh karena itu, pengurangan kemiskinan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Kita menyadari, dewasa ini telah terjadi perubahan fundamental terhadap paradigma pemberdayaan masyarakat miskin, yaitu menjadi suatu gerakan kesetiakawanan sosial nasional yang inisiatifnya muncul dari masyarakat dengan fokus subjek pada aspek manusia. Pemberdayaan masyarakat miskin khususya fakir miskin merupakan salah satu upaya strategis nasional dalam mewujudkan sistem ekonomi 3
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Pemberdayaan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerja Sosial, h. 133-135 4 Etty Rachmiyati, dkk., Pedoman Umum Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan, h. 20
6
kerakyatan yang berkeadilan sosial dan melindungi hak asasi manusia terutama
dalam
implementasinya
pemenuhan pemerintah
kebutuhan memiliki
dasar
komitmen
manusia. dalam
Dalam
penanganan
kemiskinan yang telah dituangkan dalam Peraturan Presiden No.54 Tahun 2005, tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan; dengan tujuan meningkatkan kerjasama, dukungan dan sinergi semua pihak baik sektor, pemerintah daerah, masyarakat maupun dunia usaha dalam menanggulangi masalah kemiskinan.5 Sebagai suatu strategi pembangunan, pemberdayaan didefinisikan sebagai kegiatan membantu klien untuk memperoleh daya guna mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan, terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan
daya
yang
dimiliki
dengan
mentransfer
daya
dari
lingkungannya. Sementara itu Ife memberikan batasan pemberdayaan sebagai upaya penyediaan kepada orang-orang atas sumber, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatan kemampuan mereka menentukan masa depannya dan untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan komunitas mereka.
5
Sulistiati, dkk., Pola Oprasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin (Jakarta: Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Departemen Sosial RI, 2008), h. 1
7
Dalam perspektif pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk mengelola sendiri dana pembangunan baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak lain, disamping mereka harus aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan program pembangunan. Sejalan dengan pemikiran itu, Kusnaka mengemukakan, dalam konsep pemberdayaan, masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi meningkatkan harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, serta terpeliharanya tatanan budaya setempat. Pemberdayaan sebagai konsep sosial budaya yang implementatif dalam pembangunan yang berpusat pada rakyat, tidak saja membutuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomi, tetapi juga nilai tambah sosial dan budaya. Pemberdayaan masyarakat dalam perspektif pekerja sosial, Dubois dan Miley memberikan pedoman, yaitu (a) membangun relasi pertolongan yang merefleksikan respon empati, menghargai pilihan dan hak klien dalam menentukan nasibnya sendiri, menghargai perbedaan dan keunikan individu, dan menekankan kerjasama klien; (b) membangun komunikasi yang menghormati martabat dan harga diri klien, mempertimbangkan keagaman individu, berfokus pada klien, dan menjaga kerahasiaan klien; (c) terlibat dalam pemecahan masalah yang memperkuat partisipasi klien dalam semua aspek proses pemecahan masalah, menghargai hak-hak klien, merangkai tantangan melalui ketatanan terhadap kode etik profesi, keterlibatan dalam
8
pengembangan professional, riset, dan perumusan kebijakan, penerjemahan kesulitan-kesulitan pribadi ke dalam isu-isu publik, dan penghapusan segala bentuk diskriminasi dan ketidak setaraan kesempatan, tantangan sebagai kesempatan belajar, dan melibatkan klien dalam pembuatan keputusan dan evaluasi; (d) merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial.6 Dari berbagai rumusan konsep pemberdayaan yang telah dipaparkan di atas, meskipun rumusan konsep pemberdayaan masyarakat berbeda-beda antar para ahli, tetapi pada intinya dapat dinyatakan bahwa pemberdayaan adalah sebagai suatu upaya berencana yang dirancang untuk mengubah atau melakukan pembaharuan pada suatu komunitas atau masyarakat dari kondisi ketidak berdayaan menjadi berdaya dengan menitik beratkan pada partisipasi dan kemandirian. Dengan demikian mereka diharapkan mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam menentukan masa depannya untuk terwujudnya kesejahteraan sosial. Terkait dengan itu, pemerintah telah merancang berbagai program penanganan kemiskinan, baik secara nasional maupun sektoral. Saat ini Kemensos telah meluncurkan berbagai program yang ditunjukkan meyentuh langsung kebutuhan masyarakat miskin. Ada program yang dirancang untuk perorangan yang diserahkan pada kepala keluarga (KK) seperti pembangunan Rumah Layak Huni (RLH), Usaha Ekonomi Produktif (UEP), dan program 6
B. Mujiyadi, dkk., Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin (Jakarta: Puslitbang Kesejahteraan Sosial- Badiklit Kesejahteraan Sosial- Departemen Sosial Ri, 2007), h. 11-12
9
Keluarga
Harapan
(PKH).
Ada
program
yang
di-setting
untuk
diimplementasikan secara berkelompok seperti Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Inti dari program-program tersebut adalah bagaimana memutus rantai kemiskinan dengan mengoptimalkan kemampuan diri sendiri. Masyarakat miskin penerima bantuan diberdayakan untuk mengubah nasibnya melalui kegiatan-kegiatan yang bernilai produktif. Mereka diberi pelatihan dan pendampingan, serta modal untuk bisa berdikari.7 Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah salah satu media yang diciptakan untuk membangun kemampuan memecahkan masalah, memenuhi kebutuhan dan mengembangkan potensi diri masyarakat miskin, dimensi sosial-ekonomi menjadi pilar inti dari kegiatan KUBE. Secara sosial upaya penggabungan masyarakat miskin dalam kelompok usaha bersama memungkinkan mereka untuk berinteraksi sosial yang positif dan demokratis. KUBE
mampu
menjadi
media
yang
meningkatkan
kemampuan
berkomunikasi, menyelesaikan masalah-masalah personal dan kelompok secara timbal balik, sehingga pada akhirnya meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan mereka. Secara ekonomi, aktivitas usaha yang dilakukan dalam kelompok memberi kekuatan untuk mengembangkan usaha, mengimpun kekuatan modal, kemampuan bersaing, membangun jejaring
7
SOCIETA, “Desaku Menanti”, SOCIETA Majalah Inspiratif Berwawasan Kesejahteraan Sosial, Edisi III/ 2014, h. 22-23
10
usaha,
membuka
peluang
mengakses
sumber-sumber
ekonomi
dan
menciptakan kegiatan ekonomi yang demokratis.8 Kelompok Usaha Bersama merupakan satu upaya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat miskin di perkotaan maupun di pedesaan. Kegiatannya dapat bermacam-macam usaha yang sifatnya sederhana dan dimulai secara kecil-kecilan tapi harus mantap dan terus menerus, seperti usaha berternak ayam, perikanan tawar, kebun sayur-sayuran, perbengkelan, kios kebutuhan harian, kerajinan atau anyaman dan sebagainya. Tujuan KUBE adalah mempercepat penghapusan kemiskinan, melalui: (1) peningkatan kemampuan berusaha para anggota KUBE secara bersama dalam kelompok, (2) peningkatan pendapatan, (3) pengembangan usaha, (4) peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial diantara para anggota kube dan dengan masyarakat sekitar. Bentuk keterampilan KUBE adalah pelatihan keterampilan berusaha, pemberian bantuan stimultan sabagai modal kerja atau berusaha dan pendampingan.9 Terkait dengan itu, dalam implementasi program KUBE masih sering terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya salah sasaran, tercipta benihbenih fragmentasi sosial, dan belum menyentuh akar permasalahan dan lain
8
RB. Khatib Pahlawan Kayo, Kube Sebagai Wahana Intervensi Komunitas Dalam Praktek dan Pekerja Sosial ( Padang: BBPPKS Padang, 2008), h. 2 9 Haryati Roebyantho, dkk.,Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan Kemiskinan Melalui KUBE (Jakarta: P3KS Press, 2011). h. 7
11
sebagainya. Atas dasar asumsi ini, maka perlu dalam setiap program kegiatan diadakan evaluasi guna mengetahui kekurangan dan kelebihan dari program tersebut. Evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap segaala macam program, agar dapat di ketahui secara jelas apakah sasaran-sasaran yang dituju sudah dapat tercapai. Kegiatan ini dilakukan secara terus-menerus, tidak perlu menunggu selesainya hasil akhir. Hal ini didasarkan pada pertimbangaan jika hanya dilakukan pada akhir kegiatan, maka kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan pada proses pelaksanaan kegiatan makin lama menjadi besar dan makin berat perbaikannya. Oleh karena itu melalui evaluasi terhadap setiap kekurangan dari yang kecil ini akan lebih mudah pemecahannya dan tidak akan mengganggu kelancaran proses dan tahapan kegiatan berikutnya.10 Salah satu program KUBE yang terdapat di wilayah Jakarta Timur, Kecamatan Pasar Rebo yang terus berjalan hingga saat ini adalah KUBE Bintang Bakery. KUBE Bintang Bakery merupakan salah satu KUBE yang berprestasi di wilayah Jakarta Timur. KUBE Bintang Bakery bergerak dalam bidang usaha pembuatan aneka roti, yang berdirikan sejak tahun 2009. Lokasi KUBE Bintang Bakery berada di wilayah Jakarta Timur, Kecamatan Pasar Rebo, Kelurahan Gedong, jalan Kesehatan Rt 006/011. Pada wilayah tersebut 10
Sulistiati, dkk., Pola Oprasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin, h. 55
12
terdapat program KUBE yang mana program ini bertujuan untuk penghapusan kemiskinan di perkotaan. Program KUBE merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup dalam kesejahteraan masyarakat miskin. Keterbatasan
sumber-sumber
dan
anggaran
pada
program
KUBE,
mengharuskan pelaksanaan program mencapai target fungsional secara optimal. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan program mencapai sasaran dan tujuan yang direncanakan. Oleh karena itu penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan kajian ilmiah dan sekaligus dijadikan sebagai pembahasan skripsi dengan judul: Evaluasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery di Kelurahan Gedong, Pasar Rebo. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.
Fokus Masalah Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam latar belakang masalah, bahwa begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian Evaluasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Di Kelurahan Gedong, Pasar Rebo. Hal ini dikarenakan pada wilayah tersebut terdapat program KUBE yang dijalankan oleh masyarakat sekitar. Kelompok usaha bersama tersebut bernama Bintang Bakery yang bergerak dalam bidang usaha pembuatan roti. Program KUBE merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup dalam kesejahteraan masyarakat. Untuk memastikan bahwa pelaksanaan program mencapai sasaran dan tujuan
13
yang direncanakan. Oleh karena itu dalam penelitian kali ini, penulis akan membahas tentang Evaluasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery di Kelurahan Gedong, Pasar Rebo. 2.
Perumusan Masalah Pada perumusan masalah peneliti akan melakukan penelitian terkaitan dengan Evaluasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery di Kelurahan Gedong, Pasar Rebo. Berdasarkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : a. Apakah proses pelaksanaan mau pun kinerja pelaku program KUBE Bintang Bakery dalam bidang usaha pembuatan roti di Kelurahan Gedong sudah sesuai dengan standarisasi sasaran dan tujuan yang ada?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah : 1.
Untuk mengetahui ketercapaian target atau tujuan dari program KUBE Bintang Bakery dalam bidang usaha pembuatan roti di Kelurahan Gedong.
2.
Untuk mengetahui ketepatan sasaran program KUBE Bintang Bakery dalam bidang usaha pembuatan roti di Kelurahan Gedong.
14
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan evaluasi bagi kelompok usaha bersama (KUBE) Bintang Bakery dalam bidang usaha pembuatan aneka roti, dan juga menjadi tambahan referensi bagi pembaca, terutama yang berkaitan dengan Program pemberdayaan masyarakat miskin melalui kelompok usaha bersama (KUBE).
2.
Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan tentang program pemberdayaan masyarakat miskin, baik bagi para pembaca atau praktisi pemberdayaan masyarakat, yang berkaitan dengan evaluasi program pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan. Dan juga Hasil penelitian ini sangat diharapkan dapat menjadi rujukan maupun tambahan referensi dalam studi yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat.
E. Metodelogi Penelitian 1.
Pendekatan Penelitian Pada
penulisan
skripsi
ini
penulis
melakukan
penelitian
menggunakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami seseorang misalnya
15
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.11 Berdasarkan definisi tersebut, penulis melakukan penelitian dengan menguraikan
fakta-fakta
yang
terjadi
secara
alamiah
dengan
menggambarkannya secara rinci tentang proses pelaksanaan maupun kinerja pelaku program KUBE Bintang Bakery dalam bidang usaha pembuatan roti di Kelurahan Gedong, kemudian evaluasi program atau pencapaian pada program KUBE Bintang Bakery dalam bidang usaha pembuatan aneka roti di Kelurahan Gedong, serta faktor apa saja yang menjadi penghambat bagi KUBE Bintang Bakery dalam bidang usaha pembuatan roti di Kelurahan Gedong. 2.
Macam dan Sumber Data Sumber data adalah subjek dari mana data tersebut di peroleh.12 Bila dilihat sumbernya dalam penelitian ini terbagi atas dua bagian, yaitu: a. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek risetnya. Data primer dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Keterkaitan dengan penelitian ini adalah dengan cara
11
Lexy j. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. Ke-32, h. 6 12 Suhaimi Arkanto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 129
16
wawancara dengan pengurus dan anggota KUBE yang terdiri dari ketua KUBE Bintang Bakery, sekretaris dan bendahara KUBE Bintang Bakery, dan 7 orang anggota KUBE Bintang Bakery. b. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi baik secara langsung dan tidak langsung, seperti catatancatatan atau dokumenn seperti modul pembentukan dan pengelolaan KUBE, pedoman pelaksanaan, majalah, internet, dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan. 3.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data. Penulis menganggap teknik yang penulis lakukan adalah teknik pengumpulan data kulaitatif, yaitu berupa pengumpulan data dalam bentuk kata, kalimat, pernyataan dan gambar. Dimana dalam pelaksanaannya penulis melakukan teknik pengumpulan data melalui: a. Observasi Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti “melihat” dan “memperlihatkan”.13Observasi merupakan salah satu cara penelitian pada ilmu-ilmu sosial, cara ini dapat dilakukan oleh individu dengan menggunakan mata sebagai alat untuk melihat data serta menilai
lingkungan
yang
diteliti.
Teknik
observasi
juga
memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat 13
Ardi Tristiardi, Observasi dan Wawancara (Malang: Bayumedia Publishing, 2003), h.1
17
perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenaarnya. Di dalam pengamatan memungkinkan peneliti mencatat
peristiwa
dalam
situasi
yang
berkaitan
dengan
pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.14 Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung, mengamati dan mendengarkan dalam mencari dan memahami proses
pemberdayaan
masyarakat
miskin
melalui
program
kelompok usaha bersama (KUBE) dalam bidang usaha pembuatan roti di Kelurahan Gedong, serta melihat apakah program tersebut sudah tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan pemerintah atau belum. b. Wawancara Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab yang dilakukan oleh dua pihak, maka harus adanya pewawancara dan terwawancara. Dalam wawancara yang dilakukaan peneliti untuk mengumpulkan data yakni dengan cara mengajukan pertanyaan seperti bagaimana perencanaan program pemberdayaan melalui KUBE, bagai mana tahapan pelaksanaan atau proses pemberdayaan melalui KUBE, dan sebagainya. Adapun pedoman wawancara yang peneliti gunakan yakni, memalui kuesioner dengan 14
Lexy j. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi.Cet. Ke-32, h. 174
18
panduan standarisasi monitoring dan evaluasi KUBE (Kelompok Usaha Bersama).15 c. Studi Dokumen Penulis dalam mencari data-data baik yang tertulis di buku, jurnal, dan yang lainnya menggunakan teknik yang dilakukan dengan cara mempeajari bahan-bahan yang tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian dalam mengambil data atau informasi. 4.
Teknik Analisis Data Dalam menganalisa data, peneliti menginterprestasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkannya. Data yang ada akan dianalisis dengan cara reduksi. Reduksi yaitu menganalisia sesuatu secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan sebelumnya yang lebih sederhana. Tujuan terpenting dari reduksi data ialah untuk mengidentifikasikan tema utama yang diteliti dengan memberikan kategori pada informasi yang telah dikumpulkan. Seperti yang dijelaskan Patton dalam buku Lexy J. Maleong, mengatakan bahwa dalam menganalisa data adalah dengan
15
Harry Hikmat, dkk., Panduan Standarisasi Monitoring dan Evaluasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin (Departemen Sosial RI, 2005), h. 74
19
proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar. 16 Dari hasil analisis yang telah dilakukan, peneliti mengelompokkan data-data melalui 5 indikator, diantaranya: indikator input, indikator proses, indikator output, indikator outcome, dan indikator impact. Yang mana dari 5 indikator tersebut akan menjelaskan penelitian evaluasi program KUBE di Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo. 5.
Teknik Pengecekan Keabsahan Data Burhan Bungin dalam bukunya penelitian kualitatif mengatakan bahwa dalam melakukan penelitian kualitatif seringkali menghadapi persoalan dalam pengujian keabsahan hasil penelitian. Bayak hasil penelitian kualiatif diragukan keberadaannya karena beberapa hal: (1) Subjektifitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, (2) alat peneliti yang akan diandalkan adalah wawancara dan observasi (adapun bentuknya) mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, (3) sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian.17 Oleh sebab itu, hendaknya seperti yang dijelaskan oleh Lexy
16
Lexy j. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi.Cet. Ke-32, h. 103 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya (Jakarta: Kencana, 2009) Cet Ke-3. h. 253 17
20
J.Moleong dalam bukunya Metodelogi Kualitatif, dalam menentukan keabsahan data adalah dengan melakukan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Dalam hal ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil pembandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau
21
pemikiran. Yang penting di sini ialah bisa mengetahui alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut.18 6.
Data dan Sumber Data Tabel 1 Data dan Sumber Data Instrumen Sumber Komponen
Aspek
Indikator
Pengumpul Data Data
Ketersediaan
Permodalan
Bendahara Pedoman
dana
wawancara Buku keuangan
Input
Ketersediaan SDM
dan
pendamping
18
Jumlah SDM Jumlah
Ketua
Pedoman
KUBE
Wawancara
pendamping
Lexy j. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi.Cet. Ke-32, h. 330-331
22
Ketersediaan
Pemilihan
Anggota
Pedoman
informasi
masyarakat miskin
KUBE
Wawancara
-
Proses
Ketua
Pedoman
bantuan
penerimaan
KUBE
Wawancara
modal usaha
bantuan
masyarakat miskin
Ketersediaan
-
Penerimaan bantuan
tahun
2009 -
Penerimaan bantuan
tahun
2012
Kebijakan dan Ketua
Pedoman
Panduan
program
Wawancara
Teknis
pemberdayaan
Ketersediaan
-
masyarakat miskin.
KUBE
23
-
Mekanismen
Modul
dan prosedur
sosialisasi
-
Administrasi
program
-
Pengembangan usaha
Proses
Keikutsertaan
Ketua
Pedoman
sosialisasi
sosialisasi
KUBE
Wawancara
dan pelatihan
program
KUBE
-
-
Modul
Pemahaman
sosialisasi
materi -
Kesesuaian materi
Proses
program
yang
disampaikan
PelatihanPelatihan yang mendukung
Jenis pelatihan
Anggota
Pedoman
KUBE
wawancara
24
Jenis Usaha
Usaha yang
Anggota
Pedoman
yang
sifatnya mingguan,
KUBE
wawancara
dikembangkan bulanan, atau tahunan Proses
Bantuan yang -
Bantuan
Diberikan
tahun 2009
sudah relevan -
Bantuan
atau belum
tahun 2012
dana Ketua
Pedoman
KUBE
wawancara
Keikutsertaan
Ketua
Pedoman
sosialisasi
sosialisasi
KUBE
Wawancara
program
program
Terlaksananya
-
-
dana
Pemahaman Modul
materi
Output -
Kesesuaian materi
yang
disampaikan
sosialisasi program
25
Terlaksananya
-
pendampingan sosial
-
Jumlah
Skretaris
Pedoman
pendamping
KUBE
wawancara
Kegiatan yang
Dokumenta
dilakukan
Terlaksananya
si
Informasi hasil
Ketua
Pedoman
identifikasi
dan seleksi
KUBE
wawancara
dan seleksi
anggota dan
-
pengurus
Output
Anggota KUBE KUBE
Terlaksananya bantuan sosial
-
Bantuan yang Pengurus
Pedoman
diberikan
KUBE
Wawancara
Anggota
Dokumenta
KUBE
si
untuk kegiatan sosial
26
KUBE
yang
-
terorganisir dengan baik
-
Struktur
Ketua
Pedoman
organisasi
KUBE
wawancara
Skretaris
Pembukuan
KUBE
KUBE
Penempatan pengurus KUBE
-
Pembagian tugas
Outcome
-
dan
tanggung
Bendahara
jawab
KUBE
Kegiatan pembukuan
-
Jadwal pertemuan KUBE
-
Proses pengambilan keputusan
-
Penyusunan rencana program
27
-
Skretariatan
Peningkatan
-
Modal usaha
Ketua
Pedoman
produktifitas
-
Jenis usaha
KUBE
wawancara
-
Nilai rata-rata
Skretaris
Pembukuan
KUBE
KUBE
produksi -
Nilai penjualan
-
Area pemasaran
Outcome
Pendayagunaan potensi lokal
Bendahara
-
Keuntungan
-
Kerugian
-
Tabungan
-
Anggota
-
Tenaga
Ketua
Pedoman
-
Bahan baku
KUBE
wawancara
-
Peralatan
KUBE
28
Penempatan
Kegiatan sosial
iuran
Pengurus
Pedoman
KUBE
wawancara
kesetiakawan -an sosial Anggota
Dokumentasi
KUBE
Dampak
-
positif
peningkatan
Pengurus
Pedoman
taraf
KUBE
wawancara
kesejahteraan
Impact
-
kondisi setelah
Dampak
menerima
negatif
bantuan
Anggota KUBE
29
7.
Model Evaluasi Rancangan penelitian ini adalah evaluatif, yang menggunakan pendekatan Model Evaluasi Sistem Analisis (System Analisis Evaluation Model) yang meliputi: masukan (Inputs), proses (Process), keluaran (Output), manfaat (Outcomes), dan dampak (Impacts). Setiap program mempunyai tujuan program, yaitu apa yang akan dicapai dengan dirancang dan dilaksanakan program. Dalam program sosial tujuan program adalah menciptakan perubahan sosial dengan melakukan intervensi sosial.19 Kinerja yang diharapkan dari pelaksanaan suatu program atau kegiatan harus dengan jelas ditetapkan indikatornya. Sejak tahap pertama harus disertai dengan identifikasi indikator dan sasaran kinerja yang tersusun secara jelas dan tepat. Dalam penyusunan indikator diperlukan pemahaman yang baik tentang program kegiatan, tujuannya, sumber daya yang tersedia, ruang lingkup, kegiatan, dan lain sebagainya. Untuk memudahkan dalam membaca indikator evaluasi program kelompok usaha bersama (KUBE) di Kelurahan Peayon Kecamatan Pasar Rebo, maka penulis menggunakan tabel-tabel indikator evaluasi. Yang
19
Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi Contoh Aplikasi Evaluasi Program: Pengembangan Sumberdaya Manusia, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat(PNPM) Mandiri Pedesaan, Kurikulum, Perpustakaan, Dan Buku Teks (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 109
30
mana tabel tersebut akan menguraikan bagian-bagian dalam evaluasi program. Tabel 2 Indikator Evaluasi Input
Proses
Output
Outcome
Impact
Proses Ketersedian dana
Terlaksananya
KUBE yang
sosialisasi
terorganisir
Dampak
program
dengan baik
positif
Meningkatnya
Dampak
produktifitas
negatif
sosialisasi dan pelatihan KUBE
Ketersedian
Pelatihan-
Terlaksananya
SDM dan
pelatihan yang
pendampingan
pendamping
mendukung
Ketersedian
Jenis usaha
informasi
sosial
Terlaksananya yang
Pendayagunaan identifikasi dan
masyarakat
dikembangkan
miskin
KUBE
potensi lokal seleksi
Bantuan yang
Pemanfaatan
Ketersedian diberikan sudah
Terlaksananya
Iuran
relevan atau
bantuan social
Kesetiakawanan
bantuan modal usaha belum
Sosial
31
Ketersedian panduan teknis
Tabel 3 Aspek-Aspek dan Kriteria Evaluasi Objek Penelitian
Aspek yang Dievaluasi
-
-
Peningkatan taraf
-
peningkatan taraf
melalui usaha
kesejahteraan sosial
ekonomi
melalui usaha
Meningkatkan
ekonomi -
royong -
-
Meningkatkan
Adanya prinsip gotong-royong
-
Adanya tabungan dari
prinsip koperasi
masing-masing
Mampu menyisihkan
pengurus maupun
hasil usaha untuk
anggota
ditabung -
Tercapainya
kesejahteraan sosial
prinsip gotong Tujuan Program KUBE
Kriteria Keberhasilan
-
Terciptanya kegiatan
Terbinanya kegiatan
KUBE yang
UBE
berkelanjutan
32
-
-
Mereka yang
Sasaran Program KUBE -
Tepatnya sasaran
memiliki keterbatasan
program KUBE
finansial
kepada mereka yang
Terpenuhinya
memiliki
penemuhan
keterbatasan finansial
kebutuhan dasar -
-
-
Meningkatnya
Berkembangnya
kemampuan dalam
usaha kelompok
memenuhi kebutuhan
Mewujudkan
dasar (sandang,
kemandirian usaha
pangan, papan)
sosial ekonomi
-
Adanya perkembangan usaha kelompok melalui kemampuan dan keterampilan dalam KUBE
33
a. Indikator Masukan (Inputs) Indikator masukan yang disusun harus mengidentifikasi sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan keluaran. Indikator input mengukur jumlah sumber daya seperti: keterdiaan dana, ketersediaan SDM atau petugas, ketersediaan informasi masyarakat miskin, ketersediaan bantuan modal usaha, dan ketersediaan panduan teknis. b. Indikator Proses (Process) Indikator proses memfokuskan pada pelaksanaan program dan sering menyediakan informasi mengenai kemungkinan program diperbaiki. Evaluasi ini merupakan evaluasi formatif yang berupaya mencari jawaban atas pertanyaaan sebagai berikut: Bagaimana proses sosialisasi dan pelatihan KUBE dilaksanakan?, Adakah pelatihanpelatihan yang mendukung perkembangan usaha KUBE?, Jenis usaha apa yang dikembangkan oleh KUBE Bintang Bakery?, Apakah bantuan yang diberikan sudah relevan dengan jenis usaha yang di tekuni oleh KUBE Bintang Bakery?, indikator proses merupakan katalis untuk pembelajaran dan pertumbuhan yang berkelanjutan. c. Indikator Keluaran (Output) Indikator output digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan oleh suatu program. Dengan membandingkan keluaran dan
34
sasaran program kegiatan, dapat diketahui apakah kemajuan pelaksanaan dan pencapaian program kegiatan tersebut sesuai dengan rencana. Indikator output hanya dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan sesuatu program kegiatan apabila indikator ini dikaitkan dengan sasaran program kegiatan yang didefinisikan secara jelas dan terukur. Indikator keluaran lebih menitikberatkan pada hasil fisik yang dicapai, seperti: (a) terlaksananya sosialisasi program, materi apa saja yang disampaikan. (b) terlaksananya pendampingan sosial, meliputi: jumlah tenaga pendamping. (c) terlaksananya identifikasi dan seleksi. (d) terlaksananya bantuan sosial, meliputi: terbentuknya KUBE, jumlah satuan hidup berupa uang yang diberikan, barang yang diberikan. d. Indikator Manfaat (Outcomes) Dalam program kegiatan sosial, indikator ini sangat penting untuk menunjukkan keberhasilan secara fungsional. Untuk mengetahui manfaat yang dihasilkan program kegiatan, perlu disusun indikator manfaat yang mencerminkan berfungsinya keluaran program tersebut. Contoh indikator manfaat yaitu: terbentuknya KUBE yang terorganisir dengan baik, meningkatnya produktifitas dengan usaha KUBE,
35
pendayagunaan potensi lokal, pemanfaatan iuran kesetiakawanan sosial. e. Indikator Dampak (Impacts) Indikator ini menggambarkan pencapaian tujuan dalam jangka panjang seperti yang dirumuskan dalam tujuan, baik dampak positif maupun dampak negatif. Indikator ini dapat diketahui, jika pengukuran dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama dan setelah proyek tersebut selesai dilaksanakan. Sebagai contoh, program kegiatan KUBE telah berdampak positif pada peningkatan taraf hidup kesejahteraan masyarakat. Tetapi terdapat dampak negatif berupa ketergantungan dari masyarakat terhadap bantuan mosal dari pemerintah. 6.
Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di wilayah Jakarta Timur, tepatnya di Kecamatan Pasar Rebo, Kelurahan Gedong, Jalan Kesehatan Rt 006/ Rw 011. Di pilihnya wilayah Kelurahan Gedong di karenakan wilayah tersebut terdapat program KUBE aktif dan berprestasi dimana kegiatan KUBE tersebut masih berjalan sampai saat ini dan terus mengembangkan usahanya di dalam bidang usaha pembuatan roti.
36
Sedangkan waktu penelitiannya, terhitung mulai dari bulan Januari 2015 sampai bulan Mei 2015. 7.
Teknik Penulisan Penulisan skripsi ini dilakukan sesuai dengan buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi”, yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press Tahun 2010.
F. Tinjauan Pustaka Dalam penyusunan skripsi ini, sebelumnya telah ada beberapa karya ilmiah yang membahas tentang program pemberdayaan masyarakat miskin yang peneliti temukan, yang pembahasannya hampir atau menyerupai dengan judul penelitian yang peneliti angkat. Oleh karena itu, untuk menghindari halhal yang tidak diinginkan seperti ‘menduplikat’ hasil karya orang lain, maka peneliti sangat perlu untuk mempertegas perbedaan antara masing-masing judul dan masalah yang dibahas dari beberapa skripsi yang telah dibahas sebelumnya. Setelah melakukan suatu kajian kepustakaan, adapun beberapa judul diantaranya sebagai berikut: Judul Skripsi
: Evaluasi Dampak Usaha Konveksi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Teluk Amanah Pada Peningkatan Aset Anggotanya Di Kampung Melayu Kabupaten Tanggerang”
37
Penulis
: Siti Dawiyah, mahasiswa program studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun2011.
Isi Pokok
: Dalam skripsi tersebut menjelaskan tentang evaluasi yang dilakukan dengan mengukur dampak langsung yang terjadi pada keadaan anggota sebelum dan setelah mengikuti program KUBE Teluk Amanah usaha konveksi dalam bentuk asset yang nyata (tangible) maupun asset yang tidak nyata (intangible) serta menjelaskan dampak apa saja yang dihasilkan dengan adanya program KUBE Teluk Amanah. Di dalam penelitiannya yang menjadi pokok penelitian adalah peningkatan asset yang dimiliki oleh KUBE Teluk Amanah baik asset yang nyata maupun yang tidak nyata.
Judul Skripsi : Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama Dalam pemberdayaan Keluarga Miskin Di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tanggerang Penulis
:
Fazra
Raissa
Wulandari,
mahasiswa
program
studi
Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2011.
38
Isi Pokok
: Dalam skripsi tersebut menjelaskan tentang pelaksanaan bagaimana pekerja sosial masyarakat kelompok usaha bersama (KUBE) dalam pemberdayaan keluarga miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur kabupaten Tanggerang serta mengetahui bagaimana kegiatan pekerja sosial masyarakat kelompok usaha bersama (KUBE) dalam pemberdayaan masyarakat miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur kabupaten Tanggerang.
Dari kedua judul skripsi di atas, peneliti tegaskan bahwa dalam skripsi ini sangat berbeda dengan karya skripsi sebelumnya. Adapun kelebihan atau kekuatan penelitian dalam skripsi ini dan membuat berbeda dari penelitian sebelumnya adalah: bahwa dalam skripsi ini akan membahas tentang evaluasi program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery di Kelurahan Gedong, yang mana tujuan dari evaluasi yang di maksud adalah untuk menganalisis dari proses pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat miskin seperti, ketetapan atau penyimpangan-penyimpangan dalam usaha mencapai tujuan, sasaran, hambatan yang dihadapi atau perubahan yang diperlukan untuk tercapainya kesinambungan pelaksanaan program selama jangka waktu tertentu, sehingga dapat digunakan untuk mengadakan penyesuaian dan penetapan langkah-langkah pemecahan masalah pada usaha tersebut. Selain itu di dalam skripsi ini juga mencoba melihat apakah program
39
KUBE yang digalang oleh pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di perkotaan sudah tepat sasaran atau belum, melihat dengan paduan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. G. Sistematika Penulisan Penyusunan skripsi ini, peneliti membagi dalam lima bab, yang diuraikan dalam beberapa sub-bagian dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan. BAB II
TINJAUAN TEORITIS Bab ini merupakan bab yang membahas teori tentang Evaluasi, yang
mana dalam bahasan evaluasi ini akan membahas: pengertian evaluasi, model-model evaluasi, tujuan dan kegunaan evaluasi. Kemudian dalam bab ini juga akan membahas Pemberdayaan, yang di dalamnya mencakup: pengertian pebemberdayaan, model-model pemberdayaan, pendekatan pemberdayaan. Selain itu, bab ini juga akan membahas secara umum mengenai Masyarakat Miskin, yang di dalamnya mencakup bahasan tentang: Pengertian kemiskinan, masyaraat miskin, kategori penduduk miskin, potensi
40
masyarakat miskin. Bab ini juga akan membahas mengenai Kelompok Usaha Bersama (KUBE), yang di dalamnya mencakup pengertian KUBE, tujuan KUBE, sasaran KUBE, hak dan kewajiban KUBE, aspek KUBE, pengelolaan jenis usaha KUBE, prinsip pelaksanaan KUBE, indikator keberhasilan KUBE. BAB III
TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini yang akan dibahas adalah mengenai Profil KUBE Bintang Bakery yang mencakup : Gambaran Umum Objek Penelitian yang meliputi: Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery, kegiatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery, Visi, Misi dan Tujuan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery, Struktur Organisasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery. Dan Temuan Lapangan yang meliputi: data masukan (Inputs), Proses (Process), Keluaran (Output), Manfaat (Outcomes), dan Dampak (Impacts). BAB IV
ANALISA TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini, berisi tentang analisis program pelaksanaan katering kelompok usaha bersama (KUBE) prima mandiri di kelurahan Pekayon, Pasar Rebo. Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan model Evaluasi Sistem Analisis (System Analisis Evaluation Model) yang meliputi: masukan (Inputs),
41
Proses (Process), Keluaran (Output), Manfaat (Outcomes), dan Dampak (Impacts). BABV
PENUTUP Bab ini merupakan penutup, yang di dalamnya berisi kesimpulan serta
saran-saran yang dianggap perlu dalam perbaikan dan kemajuan program tersebut.
42
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Evaluasi Program 1. Pengertian Evaluasi Program Evaluasi berasal dari kata evaluation. Kata tersebut diserap ke dalam
perbendaharaan
istilah
bahasa
Indonesia
dengan
tujuan
mempertahankan kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjadi “evaluasi”. Suchman di dalam bukunya Suharsimi Arikunto yang berjudul Evaluasi Program Pendidikan memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Dalam lingkup penelitian, evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan program dengan cara mengukur tingkat keberhasilan suatu kegiatan.1
1
Suharsimi Arikunto. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan Edisi Kedua. (Jakarta: Bumi Aksara. 2014) h. 1-2
43
Secara
etimologi,
evaluasi
artinya
penilaian
sehingga
mengevaluasi artinya memberikan penilaian atau menilai.2 Menurut H. D. Sudjana, evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai, apa pelaksanaan program sesuai dengan rencana dan dampak apa yang terjadi setelah suatu program dilaksanakan.3 Sedangkan makna dari evaluasi program itu sendiri mengalami proses pemantapan. Definisi yang terkenal untuk evaluasi program dikemukakan oleh Ralph Tyler yang dikutip dalam buku Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan Edisi Kedua, yang menyatakan bahwa evaluasi program adalah
proses untuk mengetahui apakah tujuan sudah dapat terealisasikan. Definisi yang lebih diterima dengan masyarakat luas dikemukakan oleh dua orang ahli evaluasi, yaitu Cronbach dan Stufflebeam. Mereka mengemukakan bahwa evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses pemeriksaan dan penilaian sebuah program untuk mengetahui efektifitas masing-masing komponennya. Melalui evaluasi rangkaian
2
Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. (Jakarta: Balai Pustaka. 1995)
Cet Ke-4 3
H.D. Sudjana. Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luas Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. (Bandung: Falah Production, 2000) h.281
44
informasi yang diperoleh evaluator, hendaknya dapat membantu untuk menemukan permasalahan atau kekurangan-kekurangan pada proses pelaksanaan program kegiatan evaluasi sehingga dapat memberikan umpan balik atau solusi untuk perbaikan dan peningkatan, baik dari segi kualitas atau kebutuhan suatu program.
2. Model Evaluasi Dalam proses evaluasi, biasanya dikaitkan dengan model-model evaluasi yang akan digunakan. Banyak model yang ditawarkan berbagai penulis dalam hal proses evaluasi. Sebagaimana setiap kasus memiliki karakteristik, maka model evaluasipun demikian. Maka dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Model Evaluasi Sistem Analisis (System Analisis Evaluation Model) yang digagas oleh Karl Ludwing Von Bertalanffy, Evaluasi Sistem Analisis ini meliputi: masukan (Inputs), Proses (Process), Keluaran (Output), Manfaat (Outcomes), dan Dampak (Impacts). Setiap program mempunyai tujuan program, yaitu apa yang akan dicapai dengan dirancang dan dilaksanakan program. Dalam program sosial tujuan program adalah menciptakan perubahan sosial dengan melakukan intervensi sosial.4
4
Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi Contoh Aplikasi Evaluasi Program: Pengembangan Sumberdaya Manusia, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
45
Kinerja yang diharapkan dari pelaksanaan suatu program atau kegiatan harus dengan jelas ditetapkan indikatornya. Sejak tahap pertama harus disertai dengan identifikasi indikator dan sasaran kinerja yang tersusun secara jelas dan tepat. Dalam penyusunan indikator diperlukan pemahaman yang baik tentang program kegiatan, tujuannya, sumber daya yang tersedia, ruang lingkup, kegiatan, dan lain sebagainya. a. Indikator Masukan (Inputs) Indikator masukan yang disusun harus mengidentifikasi sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan keluaran. Indikator input mengukur jumlah sumber daya seperti: keterdiaan dana, ketersediaan SDM atau petugas, ketersediaan informasi masyarakat miskin, ketersediaan bantuan modal usaha, dan ketersediaan panduan teknis. b. Indikator Proses (Process) Indikator proses memfokuskan pada pelaksanaan program dan sering menyediakan informasi mengenai kemungkinan program diperbaiki. Evaluasi ini merupakan evaluasi formatif yang berupaya mencari jawaban atas pertanyaaan sebagai berikut: Bagaimana proses sosialisasi dan pelatihan KUBE dilaksanakan?, Adakah pelatihan-
(PNPM ) Mandiri Pedesaan, Kurikulum, Perpustakaan, Dan Buku Teks (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 109
46
pelatihan yang mendukung perkembangan usaha KUBE?, Jenis usaha apa yang dikembangkan oleh KUBE Bintang Bakery?, Apakah bantuan yang diberikan sudah relevan dengan jenis usaha yang di tekuni oleh KUBE Bintang Bakery?, indikator proses merupakan katalis untuk pembelajaran dan pertumbuhan yang berkelanjutan. c. Indikator Keluaran (Output) Indikator output digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan oleh suatu program. Dengan membandingkan keluaran dan sasaran program kegiatan, dapat diketahui apakah kemajuan pelaksanaan dan pencapaian program kegiatan tersebut sesuai dengan rencana. Indikator output hanya dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan sesuatu program kegiatan apabila indikator ini dikaitkan dengan sasaran program kegiatan yang didefinisikan secara jelas dan terukur. Indikator keluaran lebih menitikberatkan pada hasil fisik yang dicapai, seperti: (a) terlaksananya sosialisasi program, materi apa saja yang disampaikan. (b) terlaksananya pendampingan sosial, meliputi: jumlah tenaga pendamping. (c) terlaksananya identifikasi dan seleksi. (d) terlaksananya bantuan sosial, meliputi: terbentuknya KUBE, jumlah satuan hidup berupa uang yang diberikan, barang yang diberikan.
47
d. Indikator Manfaat (Outcomes) Dalam program kegiatan sosial, indikator ini sangat penting untuk menunjukkan keberhasilan secara fungsional. Untuk mengetahui manfaat yang dihasilkan program kegiatan, perlu disusun indikator manfaat yang mencerminkan berfungsinya keluaran program tersebut. Contoh indikator manfaat yaitu: terbentuknya KUBE yang terorganisir dengan baik, meningkatnya produktifitas dengan usaha KUBE, pendayagunaan potensi lokal, pemanfaatan iuran kesetiakawanan sosial. e. Indikator Dampak (Impacts) Indikator ini menggambarkan pencapaian tujuan dalam jangka panjang seperti yang dirumuskan dalam tujuan, baik dampak positif maupun dampak negatif. Indikator ini dapat diketahui, jika pengukuran dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama dan setelah proyek tersebut selesai dilaksanakan. Sebagai contoh, program kegiatan KUBE telah berdampak positif pada peningkatan taraf hidup kesejahteraan masyarakat. Tetapi terdapat dampak negatif berupa ketergantungan dari masyarakat terhadap bantuan modal dari pemerintah.
48
3. Tujuan dan Kegunaan Evaluasi Adapun tujuan evaluasi program menurut peneliti adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan b. Untuk melihat apa yang sudah dicapai c. Untuk melihat apa yang sudah dicapai d. Melihat perbedaan yang sudah terjadi setelah ditetapkan suatu program e. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup rasional.
B. Pemberdayaan 1. Pengertian Pemberdayaan Pemberdayaan, merupakan konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangaan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat, utamanya Eropa. Pemberdayaan masyarakat sebagai strategi pembangunan berpusat pada manusia. Perspektif pembangunan ini menyadari betapa pentingnya kapasitas manusia dalam rangka meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya materi dan non material melalui redistribusi modal atau kepemilikan.
49
Sebagai suatu strategi pembangunan, pemberdayaan didefinisikan sebagai kegiatan membantu klien untuk memperoleh daya guna mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan, terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dengan mentransfer daya dari lingkungannya. Sementara itu Ife yang dikutip dalam buku Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin memberikan batasan pemberdayaan sebagai upaya penyediaan kepada orang-orang atas sumber, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatan kemampuan mereka menentukan masa depannya dan untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan komunitas mereka. Dalam perspektif pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk mengelola sendiri dana pembangunan baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak lain, disamping mereka harus aktif berpartisipasi dala proses pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan program pembangunan. Sejalan dengan pemikiran itu, Kusnaka dalam buku Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin yang dikarang oleh Mujiyadi, dkk mengemukakan, dalam konsep pemberdayaan, masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi
50
meningkatkan harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, serta terpeliharanya tatanan budaya setempat. Pemberdayaan sebagai konsep sosial budaya yang implementatif dalam pembangunan yang berpusat pada rakyat, tidak saja membutuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomi, tetapi juga nilai tambah sosial dan budaya. Pemberdayaan menunjuk kepada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki
kebebasan
(freedom),
dalam
arti
bukan
saja
bebas
mengemukakan pendapat, melainkann bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif
yang
memungkinkan
mereka
dapat
meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Beberapa ahli dibawah ini mengemukakan definisi pemberdaayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan: a. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung b. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas,
51
dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembagalembaga
yang
menekankan
mempengaruhi
bahwa
orang
kehidupannya.
yang
memperoleh
Pemberdayaan keterampilan,
pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya c. Pemberdayaan
menunjuk
pada
usaha
pengalokasian
kembali
kekuasaan melalui perubahan struktur sosial d. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan nama rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai kehidupannya. Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat
yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti: memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupnya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan sering
52
kali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.5 Menurut Friedman dalam buku dampak sosial ekonomi program penanganan kemiskinan KUBE menyatakan bahwa memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat kita yang sedang dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan mendirikan masyarakat.6 Meskipun pengertian pemberdayaan masyarakat berbeda-beda antar para ahli, tetapi pada intinya dapat dinyatakan bahwa pemberdayaan adalah sebagai upaya berencana yang dirancang untuk mengubah atau malakukan pembaharuan pada suatu komunitas atau masyarakat dari kondisi ketidak berdayaan menjadi berdaya dengan menitikberatkan pada partisipasi dan kemandirian. Dengan demikian mereka diharapkan mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam menentukan masa depan untuk terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
5
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Pemberdayaan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerja Sosial, h. 57-60 6 Haryati Roebyantho, dkk.,Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan Kemiskinan Melalui KUBE (Jakarta: P3KS Press, 2011). h. 34
53
2. Model Pemberdayaan Menurut Jack Rothman dalam karya klasiknya yang dikutip di dalam buku Edi Suharto yang berjudul Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat membagi tiga model dalam pemberdayaan, yakni: a.
Pengembangan masyarakat lokal. Pengembangan masyarakat lokal adalah proses yang ditunjukkan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif secara inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Masyarakat dipandang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.
b.
Perencanaan sosial. Perencanaan sosial menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu seperti masalah kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, dan kebodohan.
c.
Aksi sosial. Sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan fundamental
dalam
struktur
masyarakat
melalui
proses
pendistribusian kekuasaan, sumber, dan pengambilan keputusan. Masyarakat diorganisir melalui penyadaran, pemberdayaan, dan
54
tindakan-tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrasi. Kemerataan dan keadilan. 7 3. Pendekatan Pemberdayaan Menurut Ife, pemberdayaan memuat dua pengertian, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan bukan hanya menyangkut kekasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas: a. Pilihan-pilihan
personal
dan
kesempatan-kesempatan
hidup:
kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal, dan pekerjaan. b. Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya. c. Ide atau gagasan: kemampuan mengespresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan. d. Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi
pranata-pranata
masyarakat,
seperti
lembaga
kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan. e. Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal, dan masyarakat. 7
Ibid., h. 42-45
55
f. Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa. g. Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan anak, pendidikan, dan sosialisasi.8
C. Masyarakat Miskin 1. Pengertian Kemiskinan Kemiskinan dan keterbelakangan merupakan fenomena sosial yang menjadi atribut Negara-negara dunia ketiga. Fenomena ini juga merupakan kebalikan dari kondisi yang dialami oleh negara-negara maju yang memiliki atribut sebagai “model”. Fenomena kemiskinan merupakan sesuatu yang kompleks, artinya tidak hanya berkaitan dengan dimensi ekonomi tetapi dimensi lain seperti pemenuhan kebutuhan dasar manusia missal hak pangan, papan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. Umumnya kemiskinan lebih sering dikonsepsikan dalam konteks ketidak-cukupan pendapatan dan harta untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan, dan kesehatan (lingkup dimensi ekonomi) dan memenuhi kebutuhan dalam dari aspek sosial,
8
Ibid., h. 59
56
lingkungan, keberdayaan dan tingkat partisipasinya (lingkup dimensi non ekonomi). Konfensi dunia untuk Pembangunan Sosial, mendefinisikan kemiskinan sebagai rendahnya tingkat pendapatan dan sumber daya produktif yang menjamin kehidupan berkesinambungan; kelaparan dan kekurangan gizi; rendahnya tingkat kesehatan; keterbatasan dan kurangnya akses pada pendidikann dan layanan-layanan pokok lainnya; kondisi tak wajar akibat penyakit yang terus meningkat; kehidupan bergelandang dan tempat tinggal yang tidak memadai; lingkungan yang tidak aman, serta diskriminasi dan keterasingan sosial; dan dicirikan juga oleh rendahnya tingkat partisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan dalam kehidupan sipil, sosial dan budaya. Menurut BPS Kemiskinan berkaitan dengan kondisi penduduk yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimum. Sedangkan J. Friedman mengartikan kemiskinan sebagai ketidaksamaan kesempatan untuk
mengakumulasikan
basis
kekuatan
sosial.
World
Bank
mendefinisikan kemiskinan itu merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan
57
kebutuhan dasarnya seperti tidak dapat memenuhi kesehatan, standar hidup layak, kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati seperti orang lain. 9 Berdasarkan beberapa konsep tersebut diatas, nampaklah bahwa definisi yang terkandung dalam teori kemiskinan mencakup seluruh aspek dimana definisi tersebut akan saling melengkapi satu sama lainnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. 2. Pengertian Masyarakat Miskin Pemerintah Indonesia sendiri mendefinisikan masyarakat miskin sebagai individu yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan. Jadi warga miskin dicirikan dengan ketidakmampuan dalam mmemenuhi kebutuhan pokok
9
Haryati Roebyantho, dkk., Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan Kemiskinan Melalui KUBE, h. 19-21
58
yang layak, mempunyai mata pencaharian tetapi tidak mencukupi bagi kebutuhan dasarnya.10 3. Kategori Penduduk Miskin Jika dilihat dari aspek usia penduduk miskin yang dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu: a. Kelompok masyarakat yang berusia kurang dari 55 tahun yang cenderung tidak lagi produktif (usia lanjut). b. Kelompk masyarakat yang berusia kurang dari 15 tahun yang belum produktif (usia sekolah). c. Kelompok masyarakat yang berusia diantara 15-55 tahun (usia kerja/produktif).11
4. Potensi Masyarakat Miskin Masyarakat yang dikategorikan masyrakat miskin pada dasarnya memiliki
kemampuan
atau
potensi
diri
sebagai
modal
dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya walaupun dalam keadaan sangat minim atau terbatas. Keluarga masyarakat miskin secara faktual dapat
10
Etty Rachmiyati, dkk., Pedoman Umum Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Jakarta: Kementrian Sosial Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penggulangan Kemiskinan, 2011), h. 20 11 Sulistiati, dkk., Pola Oprasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin (Jakarta: Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Departemen Sosial RI, 2008), h. 9
59
dilihat bahwa mereka mampu merespon dan mengatasi permasalahan sosial ekonomi yang terkait dengan situasi kemiskinannya. Selaras dengan maksud intervensi pekerjaan sosial yakni: “to help people to help themselves”, maka penanggulangan kemiskinan diarahkan agar mereka dapat menolong dirinya dengan potensi yang dimilikinya. Kemandirian adalah hasil akhir yang ingin dicapai dari pelaksanaan program pengentasan kemiskinan. Masyarakat miskin bukan sebagai objek pasif tetapi mereka merupakan “aktor” yang memiliki potensi yang digunakannya dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial ekonomi seputar kemiskinannya. Dari semua keterbatasan yang dikategorikan terhadap masyarakat miskin, terdapat potensi sosial yang dimiliki mereka, antara lain: semangat kerja, ikatan sosial, saling percaya, gotong royong, solidaritas sosial, keterampilan usaha, pekerja keras, mobilitas tinggi. Selain itu menurut Gunawan dan Sugiyanto potensi orang miskin adalah:12 a. Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar Tinjauan tentang kemampuan dalam memenuhi kebutuhan akan dilihat dari aspek (1) pengeluran keluarga, (2) kemampuan menjangkau
12
Etty Rachmiyati, dkk., Pedoman Umum Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan, h. 27
60
tingkat pendidikan dasar formal
yang ditamatkan, dan (3)
kemampuan menjangkau perlindungan dasar. b. Kemampuan dalam pelaksanaan peran sosial Tinjauan tentang kemampuan peran sosial akan dilihat dari (1) kegiatan utama dalam mencari nafkah, (2) peran dalam bidang pendidikan, (3) peran dalam bidang perlindungan, dan (4) peran dalam bidang kemasyarakatan. c. Kemampuan dalam menghadapi permasalahan Tinjauan tentang kemampuan dalam menghadapi permasalahan, akan dilihat dari upaya mereka lakukan untuk mempertahankan diri dari tekanan ekonomi dan non ekonomi.
D. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) 1. Pengertian KUBE Definisi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah kelompok usaha binaan Kementerian Sosial Republik Indonesia yang dibentuk dari beberapa keluarga binaan sosial untuk melaksanakan kegiatan usaha
61
ekonomi produktif dan usaha kesejahteraan sosial dalam rangka kemandirian usaha untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya. 13 Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah himpunan dari keluarga yang tergolong fakir miskin yang dibentuk, tumbuh dan berkembang atas dasar prakarsanya sendiri, saling berinteraksi antara satu dengan lain, dan tinggal dalam satu wilayah tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas anggotanya, meningkatkan relasi sosial yang harmonis, memenuhi kebutuhan anggota, memecahkan masalah sosial yang dialaminya dan menjadi wadah pengembangan usaha bersama. Kelompok usaha bersama merupakan media pemberdayaan sosial yang diarahkan untuk terciptanya, aktifitas sosial ekonomi keluarga fakir miskin agar dapat meningkatkan kesejahteraan sosial mereka. Melalui kelompok dapat berinteraksi, saling tolong menolong dalam memecahkan permasalahan dan memenuhi kebutuhan. Pembentukan KUBE didasari oleh kedekatan tempat tinggal, jenis usaha atau keterampilan anggota, ketersediaan sumber atau keadaan
13
Haryati Roebyantho, dkk.,Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan Kemiskinan Melalui KUBE (Jakarta: P3KS Press, 2011). h. 45
62
geografis, latar belakang kehidupan budaya, serta memiliki motivasi yang sama.14 KUBE merupakan upaya mempercepat penghapusan kemiskinan dengan tujuan untuk: (1) peningkatan kemampuan berusaha para anggota anggota secara bersama dalam kelompok, (2) peningkatan pendapatan, (3)
pengembangan
usaha,
(4)
peningkatan
kepedulian
dan
kesetiakawanan sosial diantara para anggota KUBE dengan masyarakat sekitar.15 Menurut pendekatan Tampubolon dalam konsepnya ABCCM Empowerment Concept yang dikutip dari buku Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin, ada 8 faktor yang mempengaruhi keberhasilan KUBE. Lima faktor utama yang merupakan faktor eksistensi KUBE, meliputi: (a) modal (asset), (b) kemampuan atau keterampilan (ability), (c) kemasyarakatan (community), (d) komitmen (commitment), dan (e) pasar (market). Tiga faktor lainnya yang mempengaruhi kedinamisan KUBE, disebut faktor kedinamisan KUBE, meliputi: (a) pendampingan, (b) jaringan kerjasama, (c) inovasi.
14
Wawan Mulyawan, dkk, Pedoman Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial(BPLS) Tahun 2011 (Jakarta: : Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Departemen Sosial RI, 2011), h. 13, 23 15 Haryati Roebyantho, dkk., Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan Kemiskinan Melalui KUBE, h. 46
63
Kedelapan faktor ini harus ada dalam KUBE, sehingga KUBE tersebut dapat berjalan dan berkembang dengan baik.16 2. Struktur Organisasi KUBE Struktur organisasi KUBE dibentuk oleh para anggotanya dengan bimbingan pendamping. Kepengurusan dimaksud disesuaikan dengan kebutuhan, tergantung pada kondisi masing-masing KUBE. a. Struktur organisasi merupakan suatu bentuk tanggung jawab yang harus dijalankan. Dengan struktur dapat diketahui “siapa mengerjakan apa”, “siapa berkewajiban dan bertanggung jawab apa”. b. Struktur KUBE tergantung pada kegiatan atau jenis usaha yang dijalankan oleh KUBE tersebut. Tidak ada suatu struktur yang baku tentang struktur KUBE, strukturnya diserahkan sepenuhnya pada kelompok KUBE. Struktur organisasi KUBE yang relative sederhana yang dapat dijadikan acuan dalam perumusan strutur orgaanisasi KUBE, yang terdiri dari: Ketua, Sekretaris, Bendahara. Jika diperlukan dapat dibentuk urusan atau seksi. Kepengurusan
dipilih
berdasarkan
hasil
musyawarah
atau
kesepakatan anggota kelompok. Secara umum, berdasarkan struktur organisasi di atas, maka uraian tugas dari struktur tersebut sebagai berikut: 16
B. Mujiyadi, dkk., Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin (Jakarta: Puslitbang Kesejahteraan Sosial- Badiklit Kesejahteraan Sosial- Departemen Sosial Ri, 2007), h. 12-13
64
a. Ketua 1) Mengkoordinir kepengurusan KUBE 2) Mengkoordinir kegiatan KUBE 3) Melaksanaan koordinasi dengan pihak lain. b. Sekretaris 1) Melaksanakan tugas administrasi 2) Membuat laporan kegiatan c. Bendahara 1) Melaksanakan tugas asministrasi keuangan 2) Mengelola keuangan 3) Membuat laporan keuangan secara periodik d. Urusan (tergantung kebutuhan) e. Anggota Bersama kelompoknya melaksanakan kesepakatan kelompok.
3. Hak dan Kewajiban KUBE a. Kewajiban Anggota 1) Mengikuti dan menaati semua ketentuan yang ada dan yang sudah disepakati. 2) Mewujudkan tujuan yang ingin dicapai bersama. 3) Membangun kerjasama dengan berbagai pihak.
65
4) Memanfaatkan dana bantuan modal usaha dengan penuh tanggung jawab. 5) Membayar iuran dana kesetiakawanan sosial setiap bulan sesuai kesepakatan bersama yang sudah ditentukan. 6) Menghimpun dana untuk memperkuat modal usaha melalui Lembaga Keuangan Mikro. 7) Memanfaatkan penghasilan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota keluarganya. b. Hak Anggota 1) Mengajukan usul atau saran-saran yang dapat memperbaiki kinerja KUBE. 2) Memperoleh pinjaman bantuan modal usaha yang diterima KUBE dari pihak lain. 3) Mendapatkan keuntungan yang diperoleh dari pembagian hasil KUBE.
4. Aspek KUBE Penerima program penanggulangan kemiskinan perkotaan melalui bantuan langsung pemberdayaan sosial adalah kelompok usaha berama yang ditumbuhkan dan berkembang yang meliputi beberapa aspek berikut:
66
a. Bidang Kelembagaan 1) Adanya anggota setiap KUBE 5-10 KK dengan usia antara 18-58 tahun dan sudah berkeluarga. 2) Adanya struktur organisasi dan pembagian tugas secara sederhana bagai semua anggota KUBE. 3) Melakukan pencatatan kegiatan dan administrasi pembukuan antara lain Buku Daftar Anggota Kelompok, Buku Tamu, Buku Kegiatan, Buku Kas, Buku Inventaris, Buku Simpan Pinjam. b. Bidang Sosial 1) Adanya pertemuan rutin anggota (sesuai kebutuhan) yang dihadiri oleh pendamping. 2) Adanya iuran kesetiakawanan sosial untuk kesejahteraan anggota KUBE. 3) Adanya kesadaran pada anggota tentang pentingnya pendidikan dasar bagi anggota keluarga. 4) Tumbuhnya rasa kesetiakawanan di antara sesama anggota maupun dengan lingkungannya melalui partisipasi aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. c. Bidang Ekonomi 1) Pengelola Usaha Ekonomi Produktif (UEP) sehingga dapat berhasil dan meningkatkan kesejahteraan para anggota KUBE.
67
2) Adanya panggilan sumber dan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan dan kesejahteraan anggota KUBE. 3) Memiliki inisiatif membentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM) atau Koperasi. 4) Membangun kerjasama dan jaringan kemitraan dengan berbagai pihak yang dapat mempercepat keberhasilan KUBE.
5. Tujuan Program KUBE a. Meningkatkan taraf kesejahteraan sosial melalui usaha ekonomi produktif dan usaha kesejahteraan sosial. b. Mengingkatkan
prinsip
gotong
royong
dalam
melaksanakan
pembangunan dan mengumpulkan dana masyarakat melalui iuran kesetiakawanan sosial. c. Meningkatkan prinsip koperasi dalam meningkatkan usaha ekonomi produktif kelompok. d. Mampu menyisihkan hasil usaha untuk ditabung sebagai modal usaha atau keperluan mendadak. e. Terbinanya kegiatan anggota KUBE. f. Meningkatkan kesejahteraan sosial dan terbinanya usaha jaminan kesejahteraan sosial.
68
6. Sasaran Program KUBE a. Mereka yang memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, seperti: keterbatasan dalam pendapatan, perumahan, kesehatan, pendidikan, kemampuan,
keterampilan,
kepemilikan,
modal,
komunikasi,
teknologi, dan lain-lain. b. Terpenuhinya pemenuhan kebutuhan dasar. c. Berkembangnya usaha kelompok d. Mewujudkan kemandirian usaha sosial-ekonomi masyarakat miskin. e. Meningkatkan aksessibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan sosial.
7. Pengelolaan Jenis Usaha KUBE a. Untuk mendorong dan menjamin keberlangsungan kegiatan-kegiatan KUBE maka setiap KUBE dapat mengembangkan satu atau beberapa jenis usaha sosial ekonomi produktif yang sesuai dengan minat, potensi dan kemampuan para anggotanya serta potensi dan sumber yang ada di lingkungannya. b. Pengelolaan jenis usaha yang dikembangkan oleh KUBE sepenuhnya diserahkan kepada kelompok KUBE tersebut. c. Untuk pengembangan jenis usaha kelompok KUBE dapat bekerjasama dengan pengusaha atau instansi terkait.
69
d. Bila jenis usaha sudah beragam, pengelolaan jenis usaha dapat diserahkan kepada satu orang atau beberapa orang yang dianggap mampu dan mempunyai keterampilan untuk itu atau karena sifat dari jenis usaha tersebut namun pembinaan dan manajemen usaha tetap berada dalam KUBE.
8. Perinsip Pelaksanaan KUBE a. Amanah, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan dengan penuh integritas, bersikap jujur, dan mampu mengemban kepercayaan. b. Profesional, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan dengan semangat kompeten dan bertanggung jawab yang menawarkan jaminan bahwa kepuasan warga masyarakat penerima pelayanan sosial adalah hal yang utama. c. Produktif, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan dengan menyeimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi. Produktifitas juga mengandung makna inovasi, yaitu kemampuann menghasilkan gagasan baru yang layak diterapkan. d. Akuntabel, berarti bahwa semua unsur yang terlibat dalam penanggulangan kemiskinan perkotaan harus bertanggung gugat atas kualitas layanan yang diberikan. Akuntabilitas juga mengandung
70
makna kejujuran dan amanah dalam mengemban kepercayaan yang diberikan. e. Transparan, berarti bahwa keputusan yang diambil berkenaan dengan penggulangan kemiskinan perkotaan dan pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Informasi tersedia dengan jelas dan dapat diakses dengan mudah oleh pihakpihak yang terkena dampak atau yang berkepentingan dengan pelaksanaan keputusan itu. f. Berbasis masyarakat, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan sesuai dengan potensi yang ada di masyarakat. g. Obejektivitas, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan dengan bersikap adil dan tidak diskriminatif. h. Konsisten, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan sesuai prosedur yang ditetapkan sebelumnya. i. Partisipatif, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan dengan melibatkan berbagai lapisan komponen masyarakat. j. Keterpaduan,
yakni
penaggulangan
kemiskinan
perkotaan
dilaksanakan secara sinergis dengan berbagai kegiatan lintas sektor yang saling mendukung dan melengkapi. k. Kemandirian, yakni pengembangan program atau kegiatan diarahkan pada peningkatan kemampuan swakelola dan swadana dalam penanggulangan kemiskinan perkotaan secara sinergis.
71
l. Kemitraan,
yakni
penanggulangan
kemiskinan
perkotaan
diselenggarakan dengan cara membagun hubungan kerjasama yang saling menguntungkan baik secara internal maupun eksternal, berkolaborasi
dan koordinasi
pada tingkat
perencanaan, dan
pelaksanaan dan evaluasi dengan para pihak yang terkait. m. Keberlanjutan, yakni dalam penyelenggaraan program atau kegiatan penggulangan kemiskinan perkotaan harus mampu menumbuhkan kesadaran dan semangat para penerima pelayanan sosial untuk senantiasa memanfaatkan, memelihara, melestarikan, menguatkan dan mengembangkan secara terus menerus hasil yang telah dicapai.
9. Indikator Keberhasilan KUBE KUBE sebagai kelompok usaha yang dikelola secara bersama oleh keluarga binaan sosial dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria atau indikator sebagai berikut. a. Secara umum keberhasilan KUBE tercermin pada peningkatannya taraf kesejahteraan sosial masyarakat miskin yang ditandai oleh : 1) Meningkatkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia (sandang, pangan, papan) 2) Meningkatkan dinamika sosial. 3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan pemecahan masalah
72
b. Secara khusus perkembangan KUBE ditunjukkan oleh : 1) Berkembangnya kerjasama diantara sesama anggota KUBE dan antara KUBE dengan masyarakat sekitar. 2) Mantapnya usaha KUBE 3) Berkembangnya jenis KUBE 4) Meningkatnya pendapatan anggota KUBE 5) Tumbuh berkembangnya kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dalam bentuk pengumpulan dana iuran kesetiakawanan sosial. Dalam lingkup internal, keberhasilan atau efektifitas suatu organisasi pelayanan sosial, termasuk KUBE sedikitnya dapat dilihat dari empat indikator sebagai berikut. a. Manajemen Kemampuan pengurus dan anggota KUBE dalam melaksanakan fungsi
manajemen,
seperti
perencanaan,
pengadministrasian,
pelaksanaan, dan pengevaluasian berbagai kegiatan. Adapun dimensi yang dapat dilihat adalah sistem dan pola manajemen, apakah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen yang benar. b. Sumber Kepemilikan dan pengelolaan sumber atau sarana dan prasarana organisasi KUBE. Apakah organisasi KUBE memiliki tempat, fasilitas, dan dana yang memadai untuk menjalankan roda oraganisasi.
73
c. Program Kesiapan dan kemampuan para pengurus dan anggota dalam merumusan misi dan tujuan KUBE. Dilihat dari kemampuan merancang dan melaksanakan program serta dilihat pula dari kepuasan anggota dalam menerima program. d. Sumber Daya Manusia (SDM) Karakteristik dan profil pengurus yang bekerja di KUBE, dilihat antara lain dari jumlah anggota, pendidikan dan pengamalan pengurus atau anggota, relasi, serta kepuasan kerja. Secara
spesifik
keberhasilan
KUBE
dalam
pengentasan
masyarakat miskin dapat dilihat dari tiga kriteria bidang kegiatan yaitu : bidang kegiatan kelembagaan, bidang kegiatan sosial, dan bidang kegiatan ekonomi.17
17
Istiana Hermawati, dkk, Ujicoba Model KUBE dalam Pengentasan Keluarga Miskin (Yogyakarta : Departemen Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial) h.13-14
74
BAB III TEMUAN PENELITIAN
A. Profil Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery 1. Sejarah Berdiri Bintang Bakery didirikan pada tahun 1999. Pada awalnya Bintang Bakery ini terbentuk karena kesamaan minat dari 8 orang untuk menekuni bidang usaha kue kering. Kemudian pada tahun 2005, mereka mendapatkan pelatihan tata boga dan bantuan sarana produksi pembuatan kue kering yang didukung oleh PT. Cakra Mandissa. Dengan bekal tersebut mereka sepakat untuk membentuk kelompok pembuatan aneka kue kering. Setelah tiga tahun berjalan dengan menekuni usaha pembuatan kue kering, maka pada tahun 2008 mereka sepakat untuk mengembangkan usaha lain yang perputaran penjualannya cepat dan banyak peminat dari berbagai kalangan konsumen. Oleh karena itu mereka mengalihkan usaha dari pembuatan kue kering menjadi usaha pembuatan roti. Peralihan usaha ini dikarenakan pemasaran dan minat pembeli kue kering yang sangat rendah dan perputaran penjualan yang cukup lama sehingga modal untuk penggandaan bahan baku harus lebih banyak. Pada tahun 2008 mereka menekuni usaha pembuatan roti. Roti yang pertama mereka buat adalah roti UNYIL (roti kecil) dengan isi
75
pisang coklat. Roti ini dijual dengan harga yang terjangkau oleh para konsumen di segala kalangan. Begitu juga respon dari masyarakat yang sangat baik dan daya minat yang tinggi untuk membeli roti UNYIL tersebut. Sehingga untuk perputaran penjualan dan keuntungan yang didapat pada pembuatan roti UNYIL ini sangat menguntungkan. Kemudian pada tahun 2009 mereka membentuk KUBE, yang diberi nama KUBE Bintang Bakery, dengan beranggotakan 10 orang. KUBE ini dibina melalui Program Bantuan Kesejahteraan Sosial. Tujuan utama pada program ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota KUBE pada khususnya, dan sedapat mungkin berperan pula bagi masyarakat sekitar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melalui Program Bantuan Kesejahteraan Sosial, KUBE Bintang Bakery ini diberikan bantuan senilai 30 juta pada tahun 2009. Bantuan tersebut mereka gunakan untuk membeli alat-alat pembuatan roti. Alat-alat tersebut seperti: oven kecil, mixer, baskom plastik, loyang, serta bahanbahan dasar untuk pembuatan roti. Sejak itu usaha pembuatan roti sangat berkembang dan memproduksi berbagai aneka roti dengan berbagai varian rasa. Pada tahun 2012 KUBE Bintang Bakery kembali mendapatkan bantuan dari Suku Dinas Sosial, berupa mesin mixer untuk pengadon bahan roti dan oven dengan ukuran sedang. Bantuan ini diberikan pemerintah kepada kami, dikarenakan melihat perkembangan dan potensi
76
yang dimiliki oleh KUBE Bintang Bakery sangatlah besar. Dengan pemberian dana tersebut, maka KUBE Bintang Bakery mengelola usaha pembuatan
roti
secara
sungguh-sungguh
dan
dengan
semangat
kekeluargaan yang tinggi di antara para anggota KUBE. Pertemuanpertemuan dilakukan secara rutin untuk membahas pengembangan pemasaran serta untuk memecahkan kesulitan dan hambatan secara bersama.
2. Kegiatan Pembuatan roti yang merupakan kegiatan keseharian para anggota KUBE Bintang Bakery. Lokasi pembuatan roti bertempat di rumah ketua KUBE Bintang Bakery yang beralamat di jalan Kesehatan Rt 006/011, Kelurahan Gedong, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Kegiatan pembuatan roti dimulai dari pukul 5 pagi sampai menjelang sore hari. KUBE Bintang Bakrey memproduksi roti 3 kali dalam seminggu, kegiatan memproduksi roti berjalan setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Kemudian pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu digunakan untuk melakukan pemasaran dan mengantarkan roti-roti tersebut kepada pelangan. Bahan baku pembuatan roti ini sebagian besar adalah tepung terigu. Berdasarkan pemikiran itu maka usaha KUBE pada perkembangan berikutnya dipusatkan pada penyediaan bahan baku pembuatan roti
77
berupa: tepung terigu, mentega, gula pasir, pisang, coklat, susu. Roti-roti tersebut dipasarkan masih di wilayah Jakarta Timur, sasaran tempat pemasaran roti dilakukan seperti area pabrik, rumah sakit, koperasi, swalayan, dan lain sebagainya. Pada saat ini pembelian bahan baku usaha pembuatan roti ini telah mencapai sekitar Rp. 10.000.000,- per minggu. Sedangkan pendapatan yang dihasilkan perminggu mencapai Rp. 20.000.000,- per minggu. Artinya perkembangan omset ini nampaknya berjalan dengan baik. Pendampingan KUBE Bintang Bakery dilakukan sebulan sekali. Pendamping yang mendatangi KUBE Bintang Bakery terdiri dari 1 pendamping lokal (pendamping dari wilayah Kel.Gedong), 1 pendamping sosial (pendamping dari Kecamatan Pasar Rebo), dan 3 pendamping dinas (pendamping pemerintahan TKSK Jakarta Timur). Fungsi adanya pendampingan tersebut akan menanyakan atau berdiskusi apakah ada permasalahan pada KUBE Bintang Bakery atau tidak, memberikan solusi pada suatu masalah yang sedang dihadapi, memberikan bimbingan dan motivasi dalam peningkatan usaha, dan menjadi penghubung KUBE dengan pihak lainnya.
78
3. Tujuan Adapun tujuan dari adanya KUBE Bintang Bakery yakni: a. Meningkatkan taraf kesejahteraan sosial melalui keterampilan dari pelatihan pembuatan roti dan kue kering. b. Membuka peluang lapangan kerja baru. c. Meningkatkan pendapatan taraf hidup anggota KUBE d. Mengingkatkan
prinsip
gotong
royong
dalam
melaksanakan
pembangunan dan mengumpulkan dana masyarakat melalui iuran kesetiakawanan sosial. e. Mampu menyisihkan hasil usaha untuk ditabung sebagai modal usaha atau keperluan mendadak. f. Terbinanya kegiatan anggota KUBE yang terorganisir dengan baik.
4. Sasaran Adapun sasaran dalam pemilihan anggota KUBE Bintang Bakery adalah mereka yang memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, seperti: keterbatasan dalam pendapatan, perumahan, kesehatan, pendidikan, kemampuan, keterampilan, kepemilikan, modal, komunikasi, teknologi, dan lain-lain.
79
5. Visi dan Misi a. Visi dari KUBE Bintang Bakery yakni : Menjadi KUBE yang produktif dan menghasilkan produk yang berkualitas, serta mampu meningkatkan kesejahteraan anggota Kube beserta lingkungannya. b. Misi dari KUBE Bintang Bakery yakni : 1) Membuat produk-produk inovatif yang sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen; 2) Memasarkan hasil produksi yang berkualitas; 3) Meningkatkan kesejahteraan anggota KUBE; 4) Memberikanpelatihan produk pada masyarakat sekitarnya.
80
6. Struktur Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Gambar 1 Struktur Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
KETUA JERRY PURNOMO
SEKRETARIS NUR HAYATI
ANGGOTA HERU
ANGGOTA SUMIYATI
ANGGOTA WULAN
BENDAHARA SITI RUBIYAH
ANGGOTA RIAYANI
ANGGOTA YUMAENAH
ANGGOTA NUR AINI
Sumber: Data KUBE Bintang Bakery Tahun 2014
ANGGOTA YATI
81
7. Pembagian Tugas Anggota Adapun pembagian tugas dari setiap masing-masing anggota KUBE diantaranya: a. Ketua 1) Mengkoordinir kepengurusan KUBE 2) Mengkoordinir kegiatan KUBE 3) Memasarkan hasil produksi roti dengan berbagai pihak 4) Mengikuti pelatihan 5) Menjadi narasumber di setiap kegiatan 6) Memanggang roti b. Sekretaris 1) Mencatat barang-barang inventaris KUBE Bintang Bakrey 2) Membuat laporan kegiatan 3) Memasarkan hasil produksi roti 4) Memotongadonan 5) Pengemasan c. Bendahara 1) Melaksanakan tugas asministrasi keuangan 2) Mengelola keuangan 3) Membuat laporan keuangan secara periodik 4) Mengikuti proses produksi roti
82
d. Anggota 1) Mengikuti pelaksanaan produksi roti 2) Pembelanjaan bahan baku 3) Pemotongan pisang 4) Pengadonan roti 5) Membentuk adonan roti sesuai jenisnya 6) Pengemasan roti.
B. Temuan Lapangan 1. Indikator Input a. Ketersediaan Dana Awal pendanaan KUBE Bintang Bakery dalam pembuatan roti setiap minggunya, mereka menyiapkan dana sebesar Rp. 2.000.000,untuk kebutuhan bahan baku pembuatan roti. Pendanaan ini mereka keluarkan pada setiap minggunya, sebelum mereka menerima bantuan dana dari KEMSOS. Kemudian mereka mempunyai alat-alat untuk membuatan roti seperti: oven kecil, Loyang, 1 set rak kayu, 1 meja produksi, dll. Seperti penuturan ketua KUBE Bintang Bakery yang biasa disebut pak Jerry bahwa:1
1
Wawancara Pribadi dengan Jerry Purnomo, Jakarta 13 Maret 2015
83
“waktu pertama KUBE ini baru dibangun, kita cuma melengkapi perlatan dan bahan baku aja buat bikin roti. Kan dulunya kita usaha kue kering dan beralih usaha menjadi usaha roti UNYIL. Saat kita sudah usaha pembuatan roti barulah kita di suruh membentuk kelompok KUBE dan mmendapatkan bantuan. Sebelum menerima bantuan kita menyediakan loyang untuk roti di panggang, nambah oven kecil, baskom adonan, pisau potong, meja produksi, sama peralatan untuk pengemasan roti. Trus masalah bahan baku, dulu sebelum menerima bantuan dari KEMSOS kita biasa belanja bahan baku sebesar Rp. 2.000.000,- per minggu. Belanja bahan baku seperti tepung terigu kiloan, susu, telor, pisang, coklat, pengembang, mentega kiloan.”
b. Ketersediaan SDM atau Petugas Kelompok
Usaha
Bersama
(KUBE)
Bintang
Bakery
beranggotakan sebanyak sepuluh orang, yang terdiri dari satu orang ketua, satu orang bendahara, satu orang sekertaris, dan tujuh orang anggota dengan menekuni usaha pembuatan roti. Semua anggota KUBE Bintang Bakery bertempat tinggal di sekitar lingkungan pembuatan roti itu berada. Kemudian KUBE Bintang Bakery memilih anggota KUBE dengan memanfatkan penduduk setempat yang memiliki potensi, keterampilan, dan kemauan dalam membuat roti. Ke sepuluh orang ini mempunyai minat yang sama dan tekun dalam menjalani usaha roti UNYIL. Seperti penuturan Pak. Jerry:2
2
Wawancara Pribadi dengan Jerry Purnomo, Jakarta 13 Maret 2015
84
“anggota KUBE kami beranggotakan sepuluh orang yang terdiri dari satu orang ketua, satu orang bendahara, satu orang skretaris, dan tujuh orang sebagai anggota KUBE. Para anggotanya pun tinggalnya masih di satu Rt kita, selain tidak pake ongkos untuk kesini… kita juga saling membantu juga mengilat pekerjaan suaminya yang buruh harian lepas…..mending bantu-bantu di KUBE ini. Lagi dulunya juga mereka kan sebagian pembuat kue kering yang kerja sama dengan 8 orang warga yang sekarang sebagian menjadi anggota KUBE, jadi kita punya niat yang sama pula, dan kita satuin aja biar dapet untung gede juga.” Kemudian tak lepas dari anggota KUBE, mereka memiliki pendamping dalam menggarahkan usaha yang mereka jalani. Pendampingan pada KUBE Bintang Bakery dilakukan sebulan sekali. Pendamping yang mendatangi KUBE Bintang Bakery terdiri dari 1 pendamping lokal (pendamping dari wilayah Kel.Gedong), 1 pendamping sosial (pendamping dari Kecamatan Pasar Rebo), dan 3 pendamping dinas (pendamping pemerintahan TKSK Jakarta Timur). Adapun fungsi dari pendampingan tersebut akan menanyakan atau berdiskusi apakah ada permasalahan pada KUBE Bintang Bakery atau tidak, memberikan solusi pada suatu masalah yang sedang dihadapi, memberikan bimbingan dan motivasi dalam peningkatan usaha, dan menjadi penghubung KUBE dengan pihak lainnya. Sperti penuturan ibu lili bahwa:3
3
Wawancara Pribadi dengan Lili, Jakarta 18 Maret 2015
85
“KUBE Bintang Bakery juga ada pemdampingnya, biasanya setiap sebulan sekali pendamping dari kencamatan itu dateng. Kalo dari kecamatan yang dateng tiga orang bu Maria, bu Yunus, bu Sumihar. Mereka itu pendamping kecamatan pemerintah TKSK. Terus ada lagi pendamping yang dari wilayah sini yang memperkenalkan usaha kita dulu, namanya bu Bakir. Karena orangnya sudah tua jadi kadang kita kesana laporan perkembangan KUBE ini. Sama kalo ada kegiatankegiatan besar seperti perlombaan KUBE tingkat nasional atau mau mendapat bantuan lagi dari dinas biasanya orang dinas dateng ke sini untuk survey. Meraka kalo dateng ke sini ya… menanyakan apakah ada permasalahan di KUBE, kalo ada masalah dicari solusinya dengan berdiskusi antara pendamping dan anggota KUBE, trus gimana kemajuan dari usaha, kalo ada informasi yang baru untuk KUBE di kasih tau…”
c. Ketersediaan Informasi Masyarakat Miskin Dalam pemilihan anggota KUBE Bintang Bakery berdasarkan rasa saling tolong menolong, melihat dilingkungan sekitar pembuatan roti ini banyak warga yang kurang mampu dalam hal ekonomi. Kebanyakan dari warga setempat mempunyai profesi sebagai buruh harian, tukang ojek, dan pekerja pabrik. Maka dari itu Bapak Jerry menunjuk orang-orang yang menurutnya kurang mampu dalam hal pendapatan ekonomi namun mempunyai kemauan dan semangat dalam usaha pembuatan roti. Hal ini berdasarkan penuturan dari Bapak. Heru Santoso bahwa:4
4
Wawancara Pribadi dengan Heru Santoso, Jakarta 20 Maret 2015
86
“Dulu saya di ajak oleh pak jerry untuk bantu-bantu KUBE ini, disini gak ada pemilihan anggota KUBE, dulunya sudah ada delapan orang trus dijadikan anggota KUBE oleh pak jerry. Mungkin melihat saya kerjaannya cuma nganter anak-anak sekolah dan pak jerry tau ekonomi saya bagai mana ya…. Diajaklah saya untuk bergabung menjadi anggota KUBE disini…. Saya ikut bergabung dari tahun 2009. Disini kerjaan saya membeli bahan-bahan baku untuk roti di pasar, karena beli bahan-bahan baku itu berat dan belinya kiloan maka yang ditugaskan untuk membeli bahan baku ya saya. (sambil tersenyum)” Sedangkan penuturan dari Pak Jerry, pemlihan anggota KUBE Bintang Bakery di tentukan berdasarkan penghasilan rendah per kepala keluarga, keterbatasan dalam kepemilikan harta benda, dan mempunyai kemauan serta keterampilan dalam pembuatan roti. Ratarata anggota KUBE Bintang Bakery adalah ibu rumah tangga yang suaminya bekerja sebagai buruh harian.
d. Ketersediaan Bantuan Modal Usaha Tahun 2009 KUBE Bintang Bakery mendapatkan bantuan uang senialai 30 juta. Dana tersebut diberikan melalui Program Bantuan Kesejahteraan Sosial dari Kementerian Sosial RI. Dana bantuan
tersebut
mereka
gunakan
untuk
membeli
alat-alat
perlengkapan pembuatan roti. Alat-alat tersebut seperti : oven kecil, mixer, baskom plastik, loyang, serta bahan-bahan dasar untuk pembuatan roti. Kemudian pada tahun 2012 KUBE Bintang Bakery kembali mendapatkan bantuan dari Suku Dinas Sosial, berupa mesin
87
mixer untuk pengadon bahan roti dan oven dengan ukuran sedang. Bantuan ini diberikan pemerintah kepada mereka, dikarenakan melihat perkembangan dan potensi yang dimiliki oleh KUBE Bintang Bakery sangatlah besar. Seperti penuturan ketua KUBE Bintang Bakery yang biasa disebut pak Jerry bahwa:5 “Kita menerima bantuan udah dua kali, yang pertama tahun 2009 bantuannya berupa uang 30 juta. Dan itu kami belikan alat-alat perlengkapan pembuatan roti, kan dulu kita masih pake tanggan ngadon adonan rotinya. Pas nerima bantuan kami belikan mikser buat ngadon, oven kecil, baskom plastik, loyang, bahan-bahan dasar untuk pembuatan roti. Terus tahun 2012 kita mendapatkan bantuan lagi tapi berupa barang, karena waktu itu gubernurnya jokowi kami dapet bantuan dari dinas sosial berupa mixer sedang dan oven untuk panggangan roti, itu ada barangnya yang dilabelin kuning.”
e. Ketersediaan Panduan Teknis Panduan teknis diadakan pada sosialisasi program KUBE yang diikuti dalam pelatihan pembentukan KUBE. Sosialisasi program ini hanya diikuti oleh ketua KUBE saja. Di dalam sosialisasi program KUBE membahas beberapa panduan teknis dalam pembentukan KUBE seperti: kebijakan dan program pemberdayaan fakir miskin, mekanisme dan prosedur, administrasi dalam kelompok KUBE, pengembangan
5
usaha,
pengembangan
sosial
Wawancara Pribadi dengan Jerry Purnomo, Jakarta 13 Maret 2015
budaya,
dan
88
pengembangan kemitraan usaha. Seperti penuturan ketua KUBE Bintang Bakery yang biasa disebut pak Jerry bahwa:6 “Waktu sosialisasi program KUBE cuma ketua KUBE aja yang ikut anggotanya tetep bikin roti disini. Sosialisasi program KUBE membahas materi seputar kebijakan dan program pemberdayaan fakir miskin, mekanisme dan prosedur, administrasi dalam kelompok KUBE, pengembangan usaha, pengembangan sosial budaya, dan pengembangan kemitraan usaha. Disana kita kumpul sama KUBEKUBE lainnya yang baru terbentuk, disana diberi pelatihan seputar membangun KUBE. Jadi yang ikut cuma ketua-ketuanya aja.”
2. Indikator Proses a. Bagaimana proses sosialisasi dan pelatihan KUBE dilaksanakan? Proses sosialisasi dan pelatihan KUBE hanya di tunjukkan kepada ketua KUBE saja. Di dalam sosialisasi program KUBE membahas beberapa hal-hal yang diperlukan dalam pembentukan KUBE seperti: kebijakan dan program pemberdayaan fakir miskin, mekanisme dan prosedur, administrasi dalam kelompok KUBE, pengembangan
usaha,
pengembangan
sosial
budaya,
dan
pengembangan kemitraan usaha. Sedangkan pelatihan untuk menekuni usaha pembuatan roti dilakukan di luar dari pelatihan yang diadakan oleh pemerintahan setempat. Seperti penuturan ketua KUBE Bintang Bakery yang biasa disebut pak Jerry bahwa:7
6 7
Wawancara Pribadi dengan Jerry Purnomo, Jakarta 13 Maret 2015 Wawancara Pribadi dengan Jerry Purnomo, Jakarta 13 Maret 2015
89
“Waktu sosialisasi program KUBE cuma ketua KUBE aja yang ikut anggotanya tetep bikin roti disini. Sosialisasi program KUBE membahas materi seputar kebijakan dan program pemberdayaan fakir miskin, mekanisme dan prosedur, administrasi dalam kelompok KUBE, pengembangan usaha, pengembangan sosial budaya, dan pengembangan kemitraan usaha. Disana kita kumpul sama KUBE-KUBE lainnya yang baru terbentuk, disana diberi pelatihan seputar membangun KUBE. Jadi yang ikut cuma ketuaketuanya aja.”
b. Adakah pelatihan-pelatihan yang mendukung perkembangan usaha KUBE? Pelatihan-pelatihan untuk mendukung usaha pembuatan roti, mereka biasanya mendapatkan undangan-undangan dari pabrik-pabrik tepung terigu yang ingin mengeluarkan produk barunya. Di sana mereka diberi pelatihan seperti pembuatan kue dan pembuatan aneka roti. Mereka juga sudah mengikuti pelatihan kemasan produk yang baik dan menarik untuk bahan makanan. Seperti penuturan salah satu anggota KUBE Bintang Bakery yang bernama Nur Hayati bahwa:8 “saya juga pernah mengikuti pelatihan mengenai kemasan produk, jadi kemasan yang baik untuk di konsumsi oleh masyarakat luas seperti apa….. missal… sterofom itu kan banyak jenisnya ada yang tahan panas ada yang tahan dingin dan lain sebagainya. Kita disana juga mempelajari plastik yang baik untuk kemasan.”
8
Wawancara Pribadi dengan Nur Hayati, Jakarta 20 Maret 2015
90
c. Jenis usaha apa yang dikembangkan oleh KUBE Bintang Bakery? Usaha yang dikembangkan oleh KUBE Bintang Bakery adalah usaha yang sifatnya mingguan. Mereka menerima honor dari pemasaran roti yang mereka pasarkan pada setiap minggunya. Sedangkan usaha yang mereka tekuni adalah pembuatan aneka roti. Seperti penuturan dari ibu. Lili bahwa:9 “Kita menerima honor dari koperasi pabrik-pabrik tersebut mingguan karena penggantian roti setiap seminggu tiga kali, kalo ada roti yang cepet BS maka di potong bayaran dari persedian roti di awal yang kita berikan. Lagi juga kan kita harus beli bahan baku untuk minggu depan, kalo bukan mingguan ya kami kerepotan dalam urusan dana.”
d. Apakah bantuan yang diberikan sudah relevan dengan jenis usaha yang di tekuni oleh KUBE Bintang Bakery? Bantuan yang diberikan dari pihak pemerintahan pada tahun 2009 sangatlah membantu untuk usaha pembuatan roti, meski tak sesuai dengan harapan akan tetapi dapat membantu pendanaan dalam pembuatan aneka roti. Sedangkan pada tahun 2012 mereka mendapatkan bantuan 1 mixer berukuran 10 kg adonan roti dan oven untuk memanggang roti. Bantuan ini dinilai sangatlah efektif bagi KUBE Bintang Bakery dikarenakan lebih real dengan adanya bantuan barang sangat membantu. 9
Wawancara Pribadi dengan Lili, Jakarta 18 Maret 2015
91
3. Indikator Output a. Terlaksananya Sosialisasi Program Sosialisasi program merupakan suatu kegiatan penerangan tentang pemberdayaan masyarakat miskin yang dilaksanakan secara lisan, tertulis maupun melalui peragaan ditunjukan kepada masyarakat miskin calon penerima program untuk memberikan pengertian dan membangkitkan kesadaran serta motivasi untuk melaksanakan usaha dan untuk memecahkan masalah sosialnya. Dalam hal ini sosialisasi program KUBE hanya diikuti oleh ketua KUBE saja, sosialisasi program KUBE diberikan materi tentang panduan teknis KUBE, materi panduan teknis seperti: kebijakan dan program pemberdayaan fakir miskin, mekanisme dan
prosedur,
pengembangan
administrasi usaha,
dalam
pengembangan
kelompok sosial
KUBE,
budaya,
dan
pengembangan kemitraan usaha. Sementara anggota KUBE lainnya hanya mendengarkan pemaparan yang sudah didapat ketua KUBE lalu berbagai pengetahuan dengan anggota KUBE lainnya. Anggota KUBE diberi pemaparan singkat tentang apa itu KUBE dan bagaimana mekanisme usaha yang harus mereka tekuni.
92
b. Terlaksananya Pendampingan Sosial Pendamping sosial adalah suatu proses menjalin relasi antara pendamping dengan KUBE dan masyarakat sekitarnya dalam rangka memecahkan masalah, memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai sumber dan potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta meningkatkan akses anggota terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan kerja dan fasilitas pelayanan publik lainnya. Pendamping adalah seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kompetensi untuk bekerja sama dengan KUBE dalam mengembangkan berbagai gagasan dan aksi mencapai tujuan kelompok
tersebut.
Pendamping
sosial
ditugaskan
untuk
menggarahkan usaha yang mereka jalani. Pendampingan pada KUBE Bintang Bakery dilakukan sebulan
sekali.
Jumlah
total
tenaga
pendamping
yang
mendampingi KUBE Bintang Bakery ada 5 orang yang terdiri dari: 1 pendamping lokal (pendamping dari wilayah Kel.Gedong), 1 pendamping sosial (pendamping dari Kecamatan Pasar Rebo), dan 3 pendamping dinas (pendamping pemerintahan TKSK Jakarta Timur). Adapun fungsi dari pendampingan tersebut akan menanyakan atau berdiskusi apakah ada permasalahan pada KUBE
93
Bintang Bakery atau tidak, memberikan solusi pada suatu masalah yang sedang dihadapi, memberikan bimbingan dan motivasi dalam peningkatan usaha, dan menjadi penghubung KUBE dengan pihak lainnya. c. Terlaksananya Didentifikasi Dan Seleksi Kegiatan untuk mengidentifikasi dan menyeleksi calon anggota KUBE Bintang Bakery berdasarkan penghasilan rendah per kepala keluarga, keterbatasan dalam kepemilikan harta benda, dan mempunyai kemauan serta keterampilan dalam pembuatan roti. Rata-rata anggota KUBE Bintang Bakery adalah ibu rumah tangga yang suaminya bekerja sebagai buruh harian. d. Terlaksananya Bantuan Sosial Pemberian
bantuan
sosial
yang
diberikan
kepada
masyarakat miskin bertujuan untuk mengurangi taraf kesenjangan sosial. Pemberian bantuan sosial diberikan sampai kegiatan KUBE telah menghasilkan pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Pemberian bantuan sosial yang didapatkan oleh KUBE Bintang Bakery pada tahun 2009 berupa uang senilai 30 juta yang diberikan langsung kepada ketua KUBE. Adapun proses penaluran
94
bantuan modal usaha yakni dari Dinas Sosial mereka menyuruh ketua KUBE untuk membuatkan rekening baru, kemdian mereka baru bisa menggambil uang bantuan modal usaha setelah membuat rekening di bank. Pengambilan uangnya harus didampingi oleh pendamping sosial setempat setelah itu dana bantuan modal sosial baru bisa cair. Kemudian pada tahun 2012 KUBE Bintang Bakery kembali mendapatkan bantuan dari Suku Dinas Sosial, berupa mesin mixer untuk pengadon bahan roti dan oven dengan ukuran sedang. Bantuan ini diberikan pemerintah kepada mereka, dikarenakan melihat perkembangan dan potensi yang dimiliki oleh KUBE Bintang Bakery sangatlah besar.
4. Indikator Outcomes a. Terbentuknya KUBE Yang Terorganisir Dengan Baik Terbentuknya KUBE yang terorganisir dengan baik ditandai oleh adanya keberadaan struktur organisasi dalam KUBE. Di dalam KUBE Bintang Bakery terpampang jelas ada struktur kepengurusan dari KUBE Bintang Bakery tersebut. Struktur kepengurusan KUBE Bintang Bakery terdiri dari satu orang ketua KUBE, satu orang bendahara KUBE, satu orang sekretaris KUBE, dan tujuh orang anggota KUBE. Pembagian tugas pun jelas
95
terperinci ada bagian-bagian tugas yang harus mereka lakukan. Adapun persoalan administrasi atau pembukuan KUBE Bintang Bakery mempunyai buku daftar keanggotaan, buku daftar tamu, buku kas keuangan, buku inventaris yang di susun scara teratur pada setiap bulannya. Di dalam KUBE Bintang Bakery tidak memiliki tempat skretariat sendiri atau tempat berkumpul, mereka berkumpul atau ada acara pertemuan dilakukan di rumah ketua KUBE Bintang Bakery. b. Meningkatnya Produktifitas dengan Usaha KUBE Dalam peningkatkan produktifitas usaha KUBE Bintang Bakery ditandai oleh beberapa kemajuan diantaranya: 1) Hasil Produksi KUBE Bintang Bakery memproduksi roti 3 kali dalam seminggu, kegiatan memproduksi roti berjalan setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Kemudian pada hari selasa, kamis, dan sabtu digunakan untuk melakukan pemasaran dan mengantarkan roti-roti tersebut kepada pelangan. Bahan tepung terigu dalam memproduksi roti rata-rata per minggu: a) Tahun 2010 = 100 kg tepung terigu b) Tahun 2011 = 150 kg tepung terigu
96
c) Tahun 2012 = 175 kg tepung terigu d) Tahun 2013 = 175 kg tepung terigu e) Tahun 2014 = 200 kg tepung terigu
2) Produk Unggulan KUBE Bintang Bakrey Adapun produk unggulan KUBE Bintang Bakrey diantaranya: a) Roti UNYIL dengan berbagai varian rasa b) Roti BUAYA dengan berbagai ukuran dan varian rasa c) Kue tart dengan berbagai bentuk dan variasi sesuai dengan pesanan d) Roti Manis dengan 5 rasa (COKPIS, KEJU, KELAPA, COKLAT, COK WIJEN) e) Berbagai macam kue kering 3) Daftar Harga Tabel 4 Daftar Harga Roti KUBE Bintang Bakery Jenis Roti
Tipe / Isi
Harga Pabrik
Harga pasar
Roti UNYIL
Isi 4 buah
Rp. 3.200,-
Rp. 4.000,-
Roti UNYIL
Isi 8 buah
Rp. 6.500,-
Rp. 8.000,-
Roti Manis
1 buah
Rp. 2.300,-
Rp. 3.000,-
Roti Buaya
1 papan terdiri dari: Rp. 400.000,-
Rp. 400.000,-
per 1 M
2 buah buaya besar,
97
2 buah buaya kecil 2 papan + 1 papan kecil terdiri dari : Roti Buaya 2 buaya besar, telur
Rp. 500.000,-
per 1 M buaya,
3
anak
buaya
Sumber: Data KUBE Bintang Bakery Tahun 2014
4) Pengupahan Pengupahan berdasarkan per adonan roti (2 Kg. Terigu) a) Pengadon
: Rp. 1.500,-
b) Pemotong pisang : Rp.
700,-
c) Pemotong adonan :Rp. 1.500,d) Pembentuk roti
:Rp. 1.000,-
e) Pemanggang
:Rp. 1.500,-
f) Pengemas
:Rp.
800,-
g) Pemasangan label :Rp. 15.000,-/ Kg. Plastik h) Pemasaran
:Rp.
300,-/ Pack Roti
Rp. 500.000,-
98
5) Pembagian Hasil Usaha KUBE Bintang Bakery sampai saat ini sudah dapat membagiakan hasil usaha KUBE kepada 10 orang anggota, dengan prosentase pembagian sebagai berikut: a) 25% untuk ketua KUBE b) 25% untuk skretaris dan bendahara c) 40% untuk 7 orang anggota KUBE d) 10% untuk kas KUBE atau uang iuran kesejahteraan sosial
6) Kondisi Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Bantuan
Tabel 5 Kondisi Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Bantuan No
Indikator
Sebelum Mendapat Bantuan
Sesudah Mendapatkan Bantuan Jenis roti menjadi beragam. Roti
Jenis produksi terbatas pada Jenis 1
UNYIL,
roti
manis
dengan
roti UNYIL dengan isi pisang Produksi
berbagai varian rasa, serta roti coklat saja buaya penganten
2
3
Pemasaran
Kualitas
Pemasaran hanya
Pemasaran mulai merambah ke
dilingkungan sekitar dan
koprasi-koprasi karyawan, kantor-
warung-warung kecil
kantor, pabrik, serta swalayan.
Tempat
produksi
masih Tempat
produksi
dan
ruang
99
dan Proses
bercampur
dengan
ruang keluarga telah di pisah. Dan
Produksi
keluarga.
Dan
proses proses pembuatan adonan roti
pembuatan adonan roti masih telah menggunakan mesin adonan. menggunakan tangan. Nilai Rp. 800.000,-
Rp. 90.000.000,-
(termasuk tanggungan
(termasuk tanggungan keuntungan
keuntungan bersih dan kotor)
bersih dan kotor)
Dana, Rp 200.000,-
Dana, Rp 8 Jt- 12 Jt
Modal
Bahan/ peralatan :
Bahan/ peralatan :
Usaha
1. Oven kecil
1. Oven besar
(Aset)
2. Mixer tangan
2. Mixer kapasitas 10 Kg
3. Loyang
3. Loyang besar
Penjualan 4 Rata-Rata per- bulan
5
1. Aneka roti manis 6
Jenis Usaha Kue Kering
2. Roti UNYIL 3. Roti Buaya
7
Keuntungan
50 %
50% - 70%
100
8
Kerugian
---
30% dari penjualan
9
Anggota
8 orang
10 orang
Sumber: Data KUBE Bintang Bakery Tahun 2014
7) Asset sebelum dan Sesudah Mendapatkan Bantuan Tabel 6 Inventaris KUBE Bintang Bakery
No
Nama Barang
Sebelum
Sesudah
mendapatkan
mendapatkan
bantuan
bantuan
-
Jumlah
Kondisi
2 buah
2 buah
Baik
1
Motor
2
Oven Kecil
2 buah
-
2 buah
Baik
3
Oven Besar
-
2 buah
2 buah
Baik
4
Mesin Pengaduk
-
2 buah
1 buah
Baik, Rusak
5
Loyang
50 buah
120 buah
120 buah
Cukup Baik
6
Rak Kayu
1 set
3 set
3 set
Baik
101
7
Pisau Potong
2 buah
10 buah
10 buah
Baik
8
Baskom Adonan
5 buah
10 buah
10 buah
Baik
9
Timbangan
1 buah
1 buah
1 buah
Cukup Baik
10
Mesin Press
-
1 buah
1 buah
Baik
11
Tabung Gas 3 Kg
1 buah
2 buah
2 buah
Baik
12
Tabung Gas 12 Kg
-
3 buah
3 buah
Baik
13
Tempat Solasi
1 buah
2 buah
2 buah
Baik
14
Dispenser
-
1 buah
1 buah
Baik
15
Gallon
-
2 buah
2 buah
Baik
16
Setreples
1 buah
2 buah
2 buah
Baik
17
Meja Produksi
1 buah
1 buah
1 buah
Baik
18
Lap
3 buah
6 buah
6 buah
Baik
19
Tempat Susu
3 buah
6 buah
6 buah
Baik
20
Kipas Angin
-
3 buah
3 buah
Baik
21
Lemari Es
-
1 buah
1 buah
Baik
22
Keranjang
-
10 buah
10 buah
Baik
23
1 Set Komputer
-
1 buah
1 buah
Baik
Tersedia
Tersedia
Tersedia
2.000.000
10.000.000
10.000.000
24
Bahan Baku
Sumber: Data KUBE Bintang Bakery Tahun 2014
102
8) Prestasi Pada bulan Juni 2012, KUBE Bintang Bakery mendapat juara Pertama pada lomba KUBE tingkat Kota Jakarta Timur. Hal ini merupakan prestasi pertama yang dicapai oleh KUBE Bintang Bakery pada tahun 2012. KUBE kami mendapatkan hadiah berupa Uang sejumlah Rp. 2.000.000,- dan perkakas berupa CUP SEALER(Alat untuk menutup gelas plastik dengan cara di pres). Hadiah tersebut kami manfaatkan untuk membuka warung minuman dan makanan kecil, sebagai pengembangan usaha.Ternyata respon masyarakat sekitar bagus sekali. Sehingga hasil dari penjualan dapat menambah penghasilan KUBE .
c. Pendayagunaan Potensi Lokal KUBE Bintang Bakery memanfaatkan potensi lokal yang ada hingga saat ini, KUBE Bintang Bakery tidak memiliki karyawan untuk membantu dalam pembuatan roti. Mereka hanya memanfaatkan anggota yang ada semaksimal mungkin sehingga uang yang didapatkan lebih diguna kebutuhan para anggota.
103
d. Pemanfaatan Iuran Kesetiakawanan Sosial. Pemanfaatan
iuran
kesetiakawanan
sosial
dilakukan
dengan mengadakan kegiatan-kegiatan sosial. Adapun kegiatan sosial yang dilakuakan oleh KUBE Bintang Bakery diantaranya: 1) Kegiatan pertemuan anggota KUBE dengan pendamping KUBE dilaksanakan selama sebulan sekali, pertemuan ini membicarakan berbagai masalah yang dihadapi oleh anggota KUBE Bintang Bakery serta mencari solusi atau jalan keluarnya secara musyawarah mufakat. 2) Kegiatan arisan yang diikuti oleh anggota KUBE dan warga masyarakat sekitar lingkungan KUBE Bintang Bakery. Arisan diadakan secara rutin pada setiap minggunya dengan besar nominal uang yang dikeluarkan sebesar Rp. 20.000,- dan diikuti oleh 50 orang, adapun arisan bulanan sebesar Rp. 100.000,- yang diikuti oleh 50 orang. 3) Kegiatan santunan untuk anak yatim yang dilaksanakan setahun sekali 4) Kegiatan buka bersama pada awal dan akhir bulan ramadhan 5) Kegiatan peringatan hari-hari besar nasional dan keagamaan dalam bentuk pemberian dukungan dana, tenaga, dan upaya dalam rangka berpartisipasi dengan KUBE Bintang Bakery
104
5. Indikator dampak (Impacts) Di dalam indikator ini menggambarkan pencapaian tujuan dalam jangka panjang seperti yang dirumuskan dalam tujuan, baik berdampak positif maupun dampak negatif. Indikator dampak (impacts) merupakan suatu implikasi dari adanya suatu kegiatan KUBE. Pada indikator ini, dampak positif yang dihasilkan dari adanya kegiatan
KUBE
di
antaranya:
meningkatnya
pendapatan
perekonomian keluarga, para anggota mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, adanya dampak dari pemberdayaan yang dilakukan seperti: adanya bantuan dana dari iuran kesetiakawannan yang dimanfaatkan untuk biaya pendidikan anak, pengobatan, dan perbaikan rumah tinggal, terciptanya cabang otlet roti di sekitar, dan mampu bermitra dengan beberapa perusahaan seperti: a. Koperasi RSUD Pasar Rebo, Jl. Raya Bogor b. Koprasi RS Persahabatan, Rawamangun c. Koprasi PT. National Gobel, Jl. Raya Bogor d. Koprasi Pabrik Susu Bendera, Jl. Raya Bogor e. Koperasi PT. EBARA , Cimanggis Jl. Raya Bogor f. Koperasi PT. Mustika Ratu, Jl. Mustika Ratu Ciracas g. Koperasi Puskesmas Kramat Jati, Jl. Raya Tengah h. Koperasi Puskesmas Pasar Minggu, Jl. Jagakarsa
105
i. Koperasi BKN, Cililitan j. Koperasi Departemen Agama, Jl. Ahmad Yani k. Kantin Sekolah MAN 2, Ciracas l. Swalayan Pitstop, Jl. Tanjung Barat m. Swalayan Standart, Jl. Jagakarsa, DLL. Adapun dampak negatif dari adanya kegiatan KUBE Bintang Bakery di antaranya: terdapat kecemburuan sosial baik terhadap bantuan dana yang terlah diberikan kepada KUBE Bintang Bakery dan kecemburuan sosial yang terjadi pada masyarakat sekitar dengan para anggota karyawan KUBE. Sebagai suatu aktivitas tentu ada berbagai faktor yang mendukung
dan
menghambat
pelaksanaan
kegiatan.
Menurut
responden yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan mengatakan ada sejumlah faktor pendukung pelaksanaan kegiatan. Faktor pendukung dari adanya kegiatan KUBE Bintang Bakery yakni: adanya motivasi yang tinggi dari teman-teman dalam pembuatan roti, meskipun para anggota KUBE mempunyai tingkat pendidikan yang rata-rata lulusan SLTA/ SMK akan tetapi mereka mempunyai keterampilan dasar seperti: keahlian dalam membuat kue kering dan keahlian dalam merias wajah. Kekompakan para pengurus KUBE, anggota KUBE, maupun pendamping lokal dan sosial KUBE dalam
106
kehadiran setiap pertemuan. Dari setiap permasalahan yang ada pada kegiatan KUBE Bintang Bakery, mereka memecahkan permasalahan dengan cara bermusyawarah dan saling memberi masukan dan saran. Sedangkan faktor-faktor penghambat yang sering dialami oleh anggota KUBE, antara lain para anggota KUBE mempunyai tingkat pendidikan yang rata-rata lulusan SLTA/ SMK, keterbatasan modal usaha, keterbatasan bahan baku dikala musim krisis, dan persaingan usaha dengan pengusaha pembuat roti lainnya.
107
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Evaluasi Program Terhadap Proses Pelaksanaan Kegiatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery dalam Bidang Usaha Pembuatan Roti Dalam bab empat ini, penulis menganalisa hasil dari temuan lapangan yang sebelumnya telah dijelaskan pada bagian bab tiga. Pada bagian ini penulis menguraikan analisis terhadap berbagai hasil penelitian, baik mengenai data dan informasi yang diperoleh melalui studi dokumentasi, melalui instrument penelitian, maupun melalui wawancara mendalam. Analisis yang dilakukan dalam bab ini menggunakan pendekatan Model Evaluasi Sistem Analisis (System Analisis Evaluation Model) yang meliputi: masukan (Inputs), Proses (Process), Keluaran (Output), Manfaat (Outcomes), dan Dampak (Impacts). 1. Indikator Masukan (Inputs) Indikator masukan (Inputs) akan mengidentifikasi sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan keluaran. Indikator input mengukur jumlah sumber daya seperti: keterdiaan dana, ketersediaan SDM atau
108
petugas, ketersediaan informasi masyarakat miskin, ketersediaan bantuan modal usaha, dan ketersediaan panduan teknis. Menurut Ife, sebagaimana yang sudah dipaparkan pada tinjauan teoritis sebelumnya, bahwa pemberdayaan merupakan upaya penyediaan berbagai sumber, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan kepada seseorang atau sekelompok orang untuk menetukan masa depannya dan untuk berpartisipasi dalam memengaruhi kehidupan komunitas mereka. Di dalam hasil penelitian proses pemberdayaan yang dilakukan sudah sesuai dengan apa yang dikatakan Ife dimana KUBE telah menyediakan berbagai sumber yaitu berupa bantuan dana sebesar 30 juta pada tahun 2009 serta barang berupa oven dan mixer pada tahun 2012. Menurut peneliti ukuran besarnya bantuan sesungguhnya bukan ukuran kecil bagi 10 orang yang tergolong masyarakat miskin. Dalam penyaluran bantuan ada yang diberikan dalam bentuk barang dan ada yang diberikan dalam bentuk uang melalui rekening dan kemudian uangnya dicairkan oleh anggota dan dibenlanjakan sesuai dengan kebutuhan anggota KUBE. Pada umumnya mereka yang menerima bantuan dalam bentuk barang mereka merasa lebih puas karena mereka dapat menggunakan bantuan barang secara langsung tanpa memikirkan harga barang tersebut. Kemudian
KUBE
Bintang
Bakery
tidak
berdiri
dengan
ketersediaan modal yang telah diberikan oleh pemerintah saja akan tetapi
109
KUBE Bintang Bakery mempunyai ketersedianan dana dalam menopang permodalan pada pembuatan roti. Pendanaan yang dikeluarkan oleh KUBE Bintang Bakery dalam pembuatan roti setiap minggunya, mereka menyiapkan dana sebesar Rp. 2.000.000,- untuk kebutuhan bahan baku pembuatan roti. Pendanaan ini mereka keluarkan pada setiap minggunya, sebelum mereka menerima bantuan dana dari KEMSOS. Kemudian mereka mempunyai alat-alat untuk membuatan roti seperti: oven kecil, Loyang, 1 set rak kayu, 1 meja produksi, dll. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, kesimpulan pada indikator input adalah mulai dari ketersediaan dana yang disediakan oleh KUBE Bintang Bakey sangat mendukung permodalan untuk produksi roti yang mana modal yang disediakan KUBE Bintang Bakery berupa peralatan diantaranya oven kecil, loyang, 1 set rak kayu, 1 meja produksi dengan kualitas yang sangat baik akan tetapi pada pemanggang atau oven yang digunakan untuk produksi roti kurang bagus untuk dipergunakan. Jika kita melihat modal berupa uang yang di keluarkan oleh KUBE Bintang
Bakey
pada
tiap
minggunya,
KUBE
Bintang
Bakey
mengeluarkan dana Rp. 2.000.000,- untuk kebutuhan bahan baku seperti bahan utama yakni tepung terigu sebesar 200 Kg perminggunya. Hal ini disesuaikan dengan minat pembeli atau pemesanan roti.
110
Kelompok
Usaha
Bersama
(KUBE)
Bintang
Bakery
beranggotakan sebanyak sepuluh orang, yang terdiri dari satu orang ketua, satu orang bendahara, satu orang sekertaris, dan tujuh orang anggota dengan menekuni usaha pembuatan roti. Semua anggota KUBE Bintang Bakery bertempat tinggal di sekitar lingkungan pembuatan roti itu berada. Dalam pemilihan anggota KUBE Bintang Bakery berdasarkan rasa saling tolong menolong, melihat di lingkungan sekitar pembuatan roti ini banyak warga yang kurang mampu dalam hal ekonomi. Kebanyakan dari warga setempat mempunyai profesi sebagai buruh harian, tukang ojek, dan pekerja pabrik. Maka dari itu Bapak Jerry menunjuk orang-orang yang memiliki kriteria seperti: penduduk setempat, warga yang kurang mampu dalam hal pendapatan ekonomi, memiliki minat, potensi, keterampilan, dan kemauan dalam menekuni usaha pembuatan roti. Menurut peneliti hal ini sesuai dengan salah satu kriteria dari sasaran program yakni mereka yang memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, seperti: keterbatasan dalam pendapatan, perumahan, kesehatan, pendidikan, kemampuan, keterampilan, kepemilikan, modal, komunikasi, teknologi, dan lain-lain. Kemudian jumlah anggota KUBE sudah sesuai dengan yang ditetapkan dengan aturan pembentukan KUBE yakni beranggotakan sebanyak 10 orang.
111
Selain anggota KUBE, mereka memiliki pendamping dalam menggarahkan usaha yang mereka jalani. Pendampingan pada KUBE Bintang Bakery dilakukan sebulan sekali. Adanya pendampingan ini sangat relevan dengan apa yang dikemukakan oleh Tampubolon dimana selain 5 komponen utama yang sudah dijelaskan sebelumnya, masih ada komponen pendukung, yaitu (a) pendampingan, (b) jaringan kerjasama, (c) inovasi. Adapun fungsi dari pendampingan tersebut akan menanyakan atau berdiskusi apakah ada permasalahan pada KUBE Bintang Bakery atau tidak, memberikan solusi pada suatu masalah yang sedang dihadapi, memberikan bimbingan dan motivasi dalam peningkatan usaha, dan menjadi penghubung KUBE dengan pihak lainnya. Untuk ketersediaan pendampingan menurut peneliti, pendampingan sudah dilakukan sejak awal terbentuknya KUBE yang beranggotakan sebanyak 5 orang. Adanya pendampingan ini sangat mendukung untuk perkembangan KUBE selanjutnya dikarenakan tugas pendamping adalah sebagai pemecah permasalahan yang ada dan memberikan solusi yang terbaik untuk keberlangsungan kegiatan KUBE Bintang Bakery. Aspek input lainnya adalah panduan teknis dalam melaksanakan kegiatan KUBE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi adanya program KUBE, hanya diikuti oleh para ketua KUBE saja. Sedangkan untuk anggota KUBE itu sendiri tidak ada sosialisasi program KUBE.
112
Mereka mengetahui hanya melalui pemberitaan sosialisasi program dari ketua KUBE. Pada point ketersediaan panduan teknis dalam sosialisasi, peneliti melihat bahwa pemahamaan materi yang diberikan untuk kegiatan keberlangsungan KUBE sangatlah bermanfaat. Hal ini ditandai oleh mekanisme dan prosedur dalam pengembangan usaha yang dilakukan KUBE Bintang Bakery sangat sesuai dengan anjuran panduan teknis dan anjuran pendamping sosial. Sehingga terlihat kemajuan usaha dari KUBE Bintang Bakery. Sedangkan pemahaman materi yang diberikan oleh pihak dinas pemerintahan sangatlah dipahami oleh ketua KUBE Bintang Bakery, yang kemudian materi tersebut diterapkan dalam kegiatan keberlangsungan KUBE Bintang Bakery. Dan tidak jarang ketua KUBE Bintang Bakery menjadi narasumber untuk panduan teknis dalam sosialisasi untuk pembentukan KUBE baru, melihat KUBE yang dijalankan olehnya sangat maju dan berprestasi.
2. Indikator Proses (Process) Pada indikator proses ini, penulis memfokuskan pada pelaksanaan program serta penyediaan informasi-informasi mengenai program KUBE tersebut. Indikator proses membahas permasalahan program KUBE seperti: apakah sosialisasi program dilakukan dengan baik, Apakah
113
bantuan yang diberikan sudah relevan dengan jenis usaha yang ditekuni oleh KUBE Bintang Bakery, apakah ada pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh anggota KUBE. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa sosialisasi adanya program KUBE, hanya diikuti oleh para ketua KUBE saja. Hal ini menunjukkan bahwa adanya program pemberdayaan kepada kelompok sasaran kurang dilakukan bahkan cenderung tidak ada sama sekali. Mereka mengetahui hanya melalui pemberitaan sosialisasi program dari ketua KUBE. Akan tetapi para anggota KUBE diikutsertakan di dalam sebuah pelatihanpelatihan yang menunjang untuk keterampilan dalam pembuatan roti dan perkembangan KUBE. Sedangkan untuk pelatihan-pelatihan yang menunjang perkembangan KUBE, mereka biasanya mendapatkan undangan dari pabrik-pabrik tepung terigu yang ingin mengeluarkan produk barunya. Pelatihan-pelatihan yang pernah mereka ikuti seperti: pelatihan membuat roti dan pelatihan pengemasan pada suatu produk. Mengacu pada konsep Ife pemberdayaan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan. Kemudian konsep yang dikemukakan oleh Tampubolon pelatihan (kemampuan) merupakan komponen utama dalam proses pemberdayaan, maka pelatihan merupakan unsur penting dalam pemberdayaan.
114
Menurut
peneliti
pelatihan
ini
sangat
menunjang
untuk
keterampilan yang dimiliki oleh anggota KUBE Bintang Bakery. Meskipun pelatihan tersebut tidak diadakan dari pemerintah setempat untuk mendukung kemajuan KUBE tetapi anggota KUBE memiliki semangat dan kemauan untuk mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pihak lain. Hal ini sangat relevan dengan konsep pemberdayaan yang dikemukakan oleh Ife, yang mana pemberdayaan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan. Aspek proses lainnya adalah jenis usaha. Jenis usaha ini mengacu pada konsep pemberdayaan yang dikemukakan oleh Tampubolon, bahwa jenis usaha KUBE dapat dikelompokkan pada 3 jenis usaha, yaitu: jenis usaha bersifat harian, jenis usaha bersifat semesteran, dan jenis usaha bersifat tahunan. Agar bantuan yang diberikan lebih berhasil, maka bantuan tersebut harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kehidupan anggota KUBE. Hasil penelitian di lapangan menggambarkan bahwa, kegiatan KUBE Bintang Bakery merupakan jenis usaha yang bersifat harian atau mingguan. Dikarenakan KUBE tersebut dalam satu minggu memperoleh penghasilan dari pembuatan roti tersebut. KUBE Bintang Bakery memproduksi roti tiga kali dalam satu minggu, maka KUBE Bintang Bakery membutuhkan modal untuk membeli bahan baku membuat roti di setiap minggunya.
115
Jika kita melihat jenis bantuan yang didapatkan KUBE Bintang Bakery pada tahun 2009 sangatlah membantu untuk usaha pembuatan roti. Bantuan tersebut digunakan untuk membeli perlengkapan produksi roti, seperti loyang besar, oven pemanggang roti, tabung gas, dll. Sedangkan pada tahun 2012 mereka mendapatkan bantuan 1 mixer dan oven untuk memanggang roti. Menurut peneliti bantuan yang diberikan pada tahun 2009 sebanyak 30 juta sangatlah relevan untuk membangun sebuah KUBE dengan usaha pembuatan roti yang beranggotakan sebanyak 10 orang. Meski tak sesuai dengan harapan akan tetapi dapat membantu pendanaan dalam pembuatan aneka roti. Sedangkan pada tahun 2012 bantuan yang diberikan berupa barang dengan kualitas sangat baik. Oleh karena itu KUBE Bintang Bakery lebih menyukai bantuan yang berupa barang daripada bantuan yang berupa uang.
3. Indikator Keluaran (Output) Indikator output digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan oleh suatu program. Dengan membandingkan keluaran dan sasaran program kegiatan, dapat diketahui apakah kemajuan pelaksanaan dan pencapaian program kegiatan tersebut sesuai dengan rencana. Indikator output hanya dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan sesuatu program kegiatan apabila indikator ini dikaitkan dengan sasaran
116
program kegiatan yang didefinisikan secara jelas dan terukur. Di dalam indikator keluaran (output) terdapat hal-hal yang harus dicapai seperti: terlaksananya sosialisasi program, terlaksananya pendampingan sosial, terlaksananya identifikasi dan seleksi, terlaksananya bantuan sosial. Pada indikator ini kegiatan sosialisasi program terlaksana secara tidak menyeluruh. Kegiatan sosialisasi ini dikhususkan hanya bagi para ketua KUBE saja, sementara untuk para anggota KUBE hanya mendengarkan pemaparan lanjutan dari ketua KUBE. Menurut peneliti hal ini menunjukkan bahwa adanya program pemberdayaan kepada kelompok sasaran kurang dilakukan bahkan cenderung tidak ada sama sekali. Kemudian pelaksanaan pendampingan sosial dalam jangka waktu sebulan sekali, pendampingan ini dilakukan oleh pendamping kecamatan. Pendamping sosial merupakan suatu proses menjalin relasi antara pendamping dengan KUBE dan masyarakat sekitarnya dalam rangka memecahkan masalah, memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai sumber
dan
potensi
dalam
pemenuhan
kebutuhan
hidup,
serta
meningkatkan akses anggota terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan kerja dan fasilitas pelayanan publik lainnya. Pendamping harus memiliki kompetensi untuk bekerja sama dengan KUBE dalam mengembangkan berbagai gagasan dan aksi mencapai tujuan kelompok tersebut. Hal ini sangat sesuai dengan konsep pemdampingan yang dikemukakan oleh
117
Tampubolon dimana terdapat 3 komponen utama dalam kedinamisan kegiatan KUBE yakni: pendampingan, jaringan, dan inovasi. Menurut hasil penelitian bahwa pendamping ditentukan melalui hasil kesepakatan aparat pemerintahan setempat. Pendampingan pada KUBE Bintang Bakery sangatlah penting untuk kemajuan kegiatan KUBE. Menurut pengakuan aanggota KUBE kegiatan pendampingan berjalan dengan baik ditandai oleh kedatangan pendamping selama sebulan sekali dan sangat mengayomi dengan permasalahan-permasalahan yang ada. Selain itu, pada indikator keluaran (output), dapat terlaksana identifikasi dan seleksi. KUBE merupakan wadah untuk melakukan aktivitas, karena itu membentuknya harus dilakukan secara terbuka oleh anggota KUBE. Bila pembentukan kelompok bukan atas kesepakatan para anggota dikawatirkan para anggota KUBE menjadi apatis. Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa pembentukkan kelompok sudah terbentuk menjadi 8 orang ketika mereka berusaha kue kering, dan mereka mempertahankan keanggotaan mereka serta menambah 2 orang, sehingga mereka membentuk kelompok KUBE yang diberikan bantuan untuk menjalani usaha pembuatan roti. Menurut peneliti, dari pegakuan para anggota KUBE, mereka mengetahui adanya program KUBE dari pihak ketua KUBE, pendamping, serta aparat kecamatan lewat komunikasi antara individu bukan melalui
118
suatu kegiatan sosialisasi. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi kurang dilakukan kepada masyarakat. Bagaimana proses penentuan anggota yang tergabung dalam KUBE, para anggota KUBE mengakui bahwa tidak ada proses penyeleksian untuk anggota KUBE, akan tetapi ketua KUBE yang menentukan atas dasar prinsip saling tolong menolong sesama warga yang kurang mampu dalam hal ekonomi. Pada tahapan terakhir adalah terlaksananya bantuan sosial, pemberian bantuan sosial kepada masyarakat miskin untuk memelihara taraf kesenjangan sosialnya. Kegiatan KUBE telah menghasilkan pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota secara mandiri. Menurut peneliti bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah sangatlah relevan dengan kondisi pengurus dan anggota KUBE Bintang Bakery kala itu. Bantuan senilai 30 juta pada tahun 2009 dapat membantu permodalan produksi roti. Dan bantuan barang berupa oven dan mixer pada tahun 2012 disalurkan dengan kualitas yang baik.
4. Indikator Manfaat (Outcomes) Dalam program kegiatan sosial, indikator ini sangat penting untuk menunjukkan keberhasilan secara fungsional. Untuk mengetahui manfaat yang dihasilkan program kegiatan, perlu disusun indikator manfaat yang mencerminkan berfungsinya keluaran program tersebut. Pada indikator ini ditandai dengan terbentuknya KUBE yang terorganisir dengan baik,
119
meningkatnya produktifitas dengan usaha KUBE, pendayagunaan potensi lokal, pemanfaatan iuran kesetiakawanan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KUBE yang terorganisir dengan baik terdapat struktur kepengurusan yang jelas pada KUBE Bintang Bakery, ada pembagian tugas yang jelas dan terperinci, adanya pembukuan administrasi KUBE, mempunyai buku daftar keanggotaan, buku daftar tamu, buku kas keuangan, buku inventaris yang disusun scara teratur. Menurut peneliti, KUBE Bintang Bakery termasuk KUBE yang terorganisir dengan baik hal ini tercermin dari beberapa pembukuan yang tersusun secara teratur, pembagian tugas yang sudah sesuai dengan perencnaan, serta proses pengambilan keputusan berdasarkan dengan musyawarah bersama. Akan tetapi KUBE Bintang Bakery tidak memiliki tempat skretariatan untuk tempat berkumpul dan menyimpan dokumendokumen KUBE. Kemudian dalam peningkatan produktifitas usaha KUBE Bintang Bakery, dapat dikatakan bahwa manfaat ekonomis telah dirasakan oleh anggota KUBE. Hal ini ditandai dengan perubahan pendapatan ekonomi mereka untuk kebutuhan sehari-hari. Para anggota KUBE tersebut sudah memiliki tabungan di KUBE Bintang Bakery. Menurut peneliti dalam peningkatan produktifitas usaha KUBE Bintang Bakery mendapatkan peningkatan dari tahun ketahun pada modal usaha, nilai rata-rata produksi,
120
nilai penjualan, maupun area pemasaran roti KUBE Bintang Bakery semakin berkembang pesat. Peningkatan tarap hidup anggota KUBE juga semakin meningkat ditandai oleh adanya tabungan dari beberapa anggota KUBE, adanya arisan yang dilakukan setiap bulannya. Sedangkan untuk kerugian yang paling besar yang pernah KUBE Bintang Bakery rasakan sebanyak 30% dari penjualan roti. Dari hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa KUBE Bintang Bakery memanfaatkan iuran kesetiakawanan sosial dengan mengadakan kegiatan-kegiatan sosial, seperti: kegiatan santunan anak yatim, bantuan untuk anggota yang sedang sakit, kegiatan buka bersama pada awal dan akhir bulan ramadhan, dll. Dari kegiatan sosial KUBE Bintang Bakery terdapat nilai-nilai yang sangat positif bagi masyarakat sekitar.
5. Indikator Dampak (Impacts). Indikator impact menggambarkan pencapaian tujuan dalam jangka panjang seperti yang dirumuskan dalam tujuan, baik berdampak positif maupun dampak negatif. Indikator dampak (impacts) merupakan suatu implikasi dari adanya suatu kegiatan KUBE. Pada indikator ini, dampak positif yang dihasilkan dari adanya kegiatan KUBE diantaranya: meningkatnya pendapatan perekonomian keluarga, para anggota mampu
121
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Adanya bantuan dana dari iuran kesetiakawannan yang dimanfaatkan untuk biaya pendidikan anak, pengobatan, dan perbaikan rumah tinggal, terciptanya cabang otlet roti di sekitar wilayah tersebut. Adapun dampak negatif dari adanya kegiatan KUBE Bintang Bakery, terciptanya kecemburuan sosial dikalangan masyarakat sekitar. Dari hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, terlihat bahwa komponen input sudah banyak yang tepenuhi dan memenuhi konsep pemberdayaan yang sebagaimana dikemukakan Ife bahwa pemberdayaan merupakan upaya penyediaan berbagai sumber, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan kepada seseorang atau sekelompok orang untuk menetukan masa depannya dan untuk berpartisipasi dalam memengaruhi kehidupan komunitas mereka. Proses pemberdayaan yang dilakukan sudah sesuai dengan apa yang dikatakan Ife dimana KUBE telah menyediakan berbagai sumber yaitu berupa bantuan dana, ketersediaan dana, ketersediaan SDM atau petugas, ketersediaan informasi masyarakat miskin, dan ketersediaan panduan teknis.
Kesempatan anggota KUBE untuk
berbagi pegetahuan dan keterampilan antar sesama anggota KUBE Bintang Bakery. Demikian juga, dalam setiap indicator, terlihat adanya berbagai komponen yang hampir sepenuhnya dilakukan dengan optimal. Merujuk
122
pada 5 komponen kunci yang dipaparkan Tampubolon dalam keberhasilan KUBE, yaitu (a) modal (asset), (b) kemampuan atau keterampilan (ability), (c) kemasyarakatan (community), (d) komitmen (commitment), dan (e) pasar (market). Hal ini tercermin di dalam setiap komponen di dalam evaluasi program KUBE. KUBE Bintang Bakery memiliki modal (asset), keampuan dan keterampilan, kemasyarakatan, komitmen, serta pasar yang luas. Dari 5 komponen ini saling terhubung satu sama lain. Bayangkan jika salah satu dari 5 komponen itu hilang, seperti komitmen yang dilakukan oleh para pengurus dan anggota KUBE. Tanpa adanya komitmen dan kemauan yang tinggi maka program KUBE Bintang Bakery akan menjadi sia-sia dan akan menjadi beban bagi para pengurs dan anggota KUBE. Bila memiliki komeitmen dan kemauan, maka berbagai tahapan yang ada akan diikuti dengan serius dan penuh tanggung jawab seperti kegiatan sosialisasi, pelatihan, pertemuan-pertemuan, diskusi, dan tugas-tugas yang harus dijalankan. Selain itu, KUBE Bintang Bakery, dalam menjalankan kegiatan pembuatan roti, menerapkan prinsip-prinsip dalam pelaksanaan KUBE diantaranya: amanah, professional, produktif, akuntabel, transparan, berbasis masyarakat, konsisten, partisipatif, kemandirian, kemitraan, dan keberlanjutan dalam pengembangan usaha roti. Hal ini tercermin pada hasil dan prestasi yang diraih oleh KUBE Bintang Bakery.
123
Melihat dari setiap indikator tahapan evaluasi program pada penelitian ini menunjukkan bahwa, evaluasi program proses pelaksanaan kegiatan kelompok usaha bersama (KUBE) Bintang Bakery terbilang dapat memenuhi sasaran dan tujuan KUBE dengan standarisasi atau panduan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Sosial sebagai program penanggulangan kemiskinan. Pada indikator input, proses, dan output penulis melihat bahwa pada indikator tersebut terlihat pemenuhan persyaratan sasaran program KUBE yang sesuai dengan standarisasi. Hal ini tercermin pada identifikasi dan seleksi para anggota dan pengurus KUBE, terpenuhinya pemenuhan kebutuhan dasar, berkembangnya usaha kelompok, mewujudkan kemandirian usaha sosial-ekonomi masyarakat miskin. Pada indikator outcome dan impact terlihat pemenuhan dari tujuantujuan program KUBE yang sesuai dengan standarisasi yang ada seperti: meningkatkan taraf kesejahteraan sosial melalui usaha ekonomi produktif dan usaha kesejahteraan sosial, mengingkatkan prinsip gotong royong dalam melaksanakan pembangunan dan mengumpulkan dana masyarakat melalui iuran kesetiakawanan sosial, mampu menyisihkan hasil usaha untuk ditabung sebagai modal usaha atau keperluan mendadak, terbinanya kegiatan anggota KUBE, meningkatkan kesejahteraan sosial dan terbinanya usaha jaminan kesejahteraan sosial.
124
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, evaluasi program proses pelaksanaan kegiatan kelompok usaha bersama (KUBE) Bintang Bakery terbilang dapat memenuhi sasaran dan tujuan KUBE dengan standarisasi atau panduan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Sosial sebagai program penanggulangan kemiskinan. Pada indikator input, proses, dan output penulis melihat bahwa pada indikator tersebut terlihat pemenuhan persyaratan sasaran program KUBE yang sesuai dengan standarisasi. Hal ini tercermin pada identifikasi dan seleksi para anggota dan pengurus KUBE, terpenuhinya pemenuhan kebutuhan dasar, berkembangnya usaha kelompok, mewujudkan kemandirian usaha sosialekonomi masyarakat miskin. Pada indikator outcome dan impact dalam evaluasi program KUBE terlihat pemenuhan dari tujuan-tujuan program KUBE yang sesuai dengan standarisasi yang ada seperti: meningkatkan taraf kesejahteraan sosial melalui usaha ekonomi produktif dan usaha kesejahteraan sosial, mengingkatkan prinsip
gotong
royong
dalam
melaksanakan
pembangunan
dan
125
mengumpulkan dana masyarakat melalui iuran kesetiakawanan sosial, mampu menyisihkan hasil usaha untuk ditabung sebagai modal usaha atau keperluan mendadak, terbinanya kegiatan anggota KUBE, meningkatkan kesejahteraan social dan terbinanya usaha jaminan kesejahteraan sosial.
B. Saran-saran 1. Hendaknya KUBE Bintang Bakery memiliki tempat produksi terpisah dari rumah pengurus agar lebih efektif dan maksimal dalam berproduksi. 2. Hendaknya di dalam pelatihan-pelatihan yang mendukung perkembangan KUBE, anggota KUBE hendaknya diikutsertakan dalam pelatihan tersebut agar menambah wawasan dan keterampilan para anggota KUBE. 3. Menyisihkan sebagian kecil dari penghasilan untuk ditabung sehingga ketika dibutuhkan dapat dipergunakan dengan baik. 4. Membentuk koperasi simpan pinjam anggota KUBE Bintang Bakery.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). Jakarta: FEUI, 2001. Arkanto, Suhaimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana, 2009. Hikmah, Herry, ed. Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin di Wilayah KUBE Rintisan Pusat. Jakarta: Departemen Sosial RI, 2005. _______________. Panduan Standarisasi Monitoring Dan Evaluasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin. Jakarta: Departemen Sosial RI, 2005. Khatib, RB, Pahlawan Kayo, Kube Sebagai Wahana Intervensi Komunitas Dalam Praktek dan Pekerja Sosial. Padang: BBPPKS Padang, 2008. Moleong, Lexy j. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014. Mujiyadi, B. dkk. Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin. Jakarta: Puslitbang Kesejahteraan Sosial- Badiklit Kesejahteraan Sosial- Departemen Sosial RI, 2007. Rachmiyati, Etty. dkk. Pedoman Umum Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan. Jakarta: Kementrian Sosial Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penggulangan Kemiskinan, 2011. Roebyantho, Haryati. dkk. Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan Kemiskinan Melalui KUBE. Jakarta: P3KS Press, 2011.
Sudjana, H.D. Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luas Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production, 2000.
Suhartini, Dkk. Model-model pemberdayaan masyarakat. Yogyakarta, Pustaka Pesantren Lkis, 2005.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Pemberdayaan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan pekerja sosial. Bandung: PT Refika Aditama, 2005.
Sulistiati, dkk. Pola Oprasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin. Jakarta: Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Departemen Sosial RI, 2008.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka. 1995.
Tristiardi, Ardi.Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia Publishing, 2003. Wirawan. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi Contoh Aplikasi Evaluasi Program: Pengembangan Sumberdaya Manusia, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat(PNPM)Mandiri Pedesaan, Kurikulum, Perpustakaan, Dan Buku Teks. Jakarta: Rajawali Press, 2011. Sumber Majalah
SOCIETA, “Desaku Menanti”, SOCIETA Majalah Inspiratif Berwawasan Kesejahteraan Sosial, Edisi III/ 2014. h. 22-23.
Sumber Skripsi
Dawiyah, Siti. Evaluasi Dampak Usaha Konveksi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Teluk Amanah Pada Peningkatan Aset Anggotanya Di Kampung Melayu Kabupaten Tanggerang. Skripsi S1 program studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Wulandari, Fazra Raissa. Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama Dalampemberdayaan Keluarga Miskin Di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tanggerang. Skripsi S1 program studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Sumber Wawancara
Wawancara pribadi dengan Jerry Purnomo. Jakarta, 13 Maret 2015.
Wawancara pribadi dengan Lili. Jakarta, 18 Maret 2015.
Wawancara pribadi dengan Heru Santoso. Jakarta, 20 Maret 2015.
Wawancara pribadi dengan Nur Hayati. Jakarta, 20 Maret 2015.
PEDOMAN WAWANCARA KUESIONER RESPONDEN PENGURUS KUBE A. KETERANGAN LOKASI 1. Provinsi 2. Kabupaten/Kota 3. Kecamatan 4. Desa/ Kelurahan 5. Sumber dana 6. Program
: : : : : APBN/APBD/DEKON :
B. KETERANGAN RESPONDEN 1. Nama KUBE 2. Tanggal pendirian KUBE (tgl, bln, thn) 3. Alamat KUBE 4. Nama responden 5. Jabatan dalam KUBE 6. Tanda tangan responden
tahun :
: : : : : :
C. MASUKAN (INPUT) KEBERADAAN SASARAN FAKIR MISKIN 1. Apakah ada petugas instansi sosial yang mendatangi saudara dalam rangka pendataan/penjagaan : (0) Tidak (1) Ya, …………………………………. KETERSEDIAAN TENAGA PENDAMPING SOSIAL 1. Apakah sudah ada tenaga pendamping yang di tugaskan mendampingi usaha saudara : (0) Belum (1) Sudah 2. Bila “sudah”, waktu efektif mulai bertugas : ………………………………………… KETERSEDIAAN BANTUAN UEP/MODAL USAHA 1. Apakah Sdr. telah menerima bantuan UEP/ Modal Usaha (0) Belum (1) Sudah
2. Apabila “sudah”, bagaimana proses penyaluran bantuan UEP/Modal Usaha (0) Diserahkan langsung oleh instansi sosial provinsi (1) Disalurkan melalui rekanan yang ditunjuk (2) Disalurkan melalui lembaga keuangan mikro (3) Disalurkan melalui lembaga perbankan yang ditunjuk (4) Melalui tenaga pendamping (5) Lainnya, …………………………………………………………………..
3. Waktu penerimaan bantuan a. Bantuan santunan hidup b. Bantuan UEP/Modal Usaha
: : (Bulan/tahun) : (Bulan/tahun)
D. AKTIFITAS (PROSES) PELAKSANAAN KEGIATAN SOSIALISASI PROGRAM 1. Apakah Sdr. telah mengikuti sosialisasi Program : (0) Tidak (1) Ya 2. Apakah Sdr. memahami materi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi program (0) Tidak Paham (1) Kurang Paham (2) Paham 3. Apakah materi yang disampaikan pada sosialisasi program sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pengelolaan KUBE : (0) Tidak (1) Ya
PELAKSANAAN KEGIATAN PENDAMPINGAN SOSIAL 1. apakah ada petugas yang mendampingi saudara a. Supervisor/ petugas dinas : (0) Tidak b. Pendamping sosial : (0) Tidak c. Pendamping lokal : (0) Tidak
(1) Ya,………… Orang. ……….Kali/bulan (1) Ya,………… Orang. ……….Kali/bulan (1) Ya,………… Orang. ……….Kali/bulan
2. sebutkan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pendaming (apabila kegiatan pendampingan telah dilakukan) : a. Pelaksanaan sosialisasi (0) Tidak (1) Ya b. Bimbingan dan motivasi peningkatan usaha (0) Tidak (1) Ya c. Penghubung KUBE dengan pihak lain yang membantu (0) Tidak (1) Ya d. Membantu pemecahan masalah dalam usaha KUBE (0) Tidak (1) Ya e. Membantu pemasaran (0) Tidak (1) Ya f. Lainnya ……………………………………….. (0) Tidak (1) Ya
PELAKSANAAN KEGIATAN IDENTIFIKASI DAN SELEKSI 1.
Apakah saudara telah diinformasikan mengenai hasil identifikasi dan seleksi untuk penerimaan bantuan : (0) Belum (1) Sudah
2.
Apakah pada tahun ini, dilingkungan Saudara telah ada KUBE baru yang terbentuk : (0) Tidak ada (1) Tidak tahu (2) Ada..................... KUBE
PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL 1.
Apabila Sdr. telah menerima bantuan santunan hidup, sebutkan jumlahnya: a. Uang Rp......................................... b. Barang, jenis barang .............................................. sebanyak …………….
2. Apabila Sdr. telah menerima bantuan UEP, sebutkan jumlah dan jenisnya : a. Uang Rp......................................... b. Barang, jenis barang .............................................. sebanyak …………….. jenis barang .............................................. sebanyak …………….. jenis barang .............................................. sebanyak …………….. PELAKSANAAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI 1.
Apakah sudah ada petugas yang mendatangi saudara dalam rangka monitoring dan evaluasi : (0) Tidak ada (1) Ada
2.
Apabila sudah, sebutkan waktu kedatangan, jumlah petugas dan nama instansi : a. Waktu ........................... b. Petugas............................. Orang c. Instansi (0) DEPSOS Pusat (1) Sosial Tk. Provinsi (2) Sosial Tk. Kab. / Kota (3) Tidak tahu (4)...........................................
3.
Apabila sudah, sebutkan topik yang diwawancara: a. Kondisi sebelum menerima bantuan b. Jumlah dan jenis bantuan yang diterima c. Manfaat dan hasil yang dirasakan d. Kondisi setelah menerima bantuan e. Ketertiban Instansi Terkait lainnya f. .......................................................
(0) Tidak (0) Tidak (0) Tidak (0)Tidak (0) Tidak (0) Tidak
(1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) Ya
E. MANFAAT (OUTCOME) TERBENTUKNYA KUBE YANG TERORGANISIR DENGAN BAIK 1. Keberadaan struktur organisasi dalam KUBE (0) Tidak ada (1) Ada, tidak jelas dan tidak terinci 2. Penempatan pengurus KUBE a. Ketua (0) Tidak ada b. Wakil Ketua (0) Tidak ada c. Bendahara (0) Tidak ada d. Sekretaris (0) Tidak ada e. Urusan seksi (0) Tidak ada f. Pengurus lainnya (0) Tidak ada
: (2) Ada, jelas dan terinci :
(1) ada (1) ada (1) ada (1) ada (1) ada (1) ada
3. Pembagian tugas dan tanggung jawab antar anggota KUBE : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak jelas dan tidak terinci (2) Ada, jelas dan terinci 4. Kegiatan administrasi/ pembukuan (apakah dilakukan secara teratur) a. Buku daftar anggota kelompok : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur b. Buku tamu : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur c. Buku kegiatan/agenda kelompok : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur d. Buku kas/keuangan : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur e. Buku Inventaris : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur f. Buku simpan pinjam : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur g. Lainya : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur
: (2) Ada, teratur (2) Ada, teratur (2) Ada, teratur (2) Ada, teratur (2) Ada, teratur (2) Ada, teratur (2) Ada, teratur
5. Jadwal pertemuan KUBE (0) Tidak ada (1) Ada, setiap ………………………….
:
6. Proses pengambilan keputusan dalam setiap pertemuan KUBE (0) Oleh petugas pendamping (1) sepenuhnya oleh ketua KUBE (2) Musyawarah mufakat (3) ……………………………………………..
:
7. Kesempatan dalam menyampaikan pendapat dalam pertemuan : (0) Tidak ada (1) Ada, namun terbatas (2) Ada, bebas berpendapat 8. Penyusunan rencana program dan kegiatan a. Jadwal penyusunan rencana usaha : (0) tidak dilakukan (1) Dilakukan, tidak rutin b. Hasil penyusunan rencana usaha : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak jelas 9. Sekretariat KUBE (0) Tidak ada
: (2) Dilakukan, rutin (2) Ada, jelas :
(1) Ada, tidak berfungsi
(2) Ada, beerfungsi
MENINGKATNYA PRODUKTIVITAS USAHA KUBE Variabel
a.Modal Usaha (Aset)
b.Jenis Usaha c. Nilai Produksi Rata-Rata Per-Bulan (apakah jenis usaha KUBE menghasilkan suatu produk baik barang maupun jasa)
d.Nilai Penjualan Rata-Rata Per-Bulan
Sebelum Menerima Bantuan Dana, Rp. …………………..,Bahan/peralatan, 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 1.
Dana, Rp. …………………..,Bahan/peralatan, 1. 2. 3. 4. 5.
Rp.
1. 2. 3. 1.
Rp.
2.
Rp.
2.
Rp.
3.
Rp.
3.
Rp.
1.
Rp.
1.
Rp.
2.
Rp.
2.
Rp.
3.
Rp.
3.
Rp.
e.Area Pemasaran
Lokal/ Naional/ Internasional
f. Keuntungan Per Kelompok
Rp.
g.Kerugian Per Kelompok
Rp.
h.Tabungan KUBE
Rp.
i. Anggota KUBE
Saat Ini
Lokal/ Naional/ Internasional Rp. Rp. Rp.
Orang
Orang
PENDAYAGUNAAN POTENSI LOKAL 1. Apakah dalam proses produksi KUBE, ada pemanfaatan potensi lokal (lokasi setempat) a. Tenaga/SDM : (0) Tidak ada (1) Ada, sebanyak………….. Orang
b.
Bahan baku
c. Peralatan
: (0) Tidak ada
: (0) Tidak ada
(1) Ada,……………………. ……………………………. ……………………………. ……………………………. (1) Ada,…………………….. …………………………….. .…..….…………………….. ……….……………………..
MENINGKATNYA USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL KELUARGA 1. Apakah ada pemanfaatan terhadap iuran kesetiakawanan sosial (0) Tidak ada (1) Ada
:
2. Bila ada, sebutkan jumlah iuran kesetiakawanan sosial yang dimanfaatkan untuk kegiatan sosial : a. Dana kematian Rp. b. Dana musibah Rp. c. Dana sakit Rp. d. Dana penyantunan jompo Rp. e. Dana yatim piatu Rp. f. Dana lainnya Rp. 3. Pemanfaatan santunan hidup : a. Pemenuhan pangan b. Perbaikan gizi c. Pemenuhan sandang d. Pendidikan e. Pengobatan f. Perbaikan rumah tinggal g. Lainnya
(0) Tidak (0) Tidak (0) Tidak (0) Tidak (0) Tidak (0) Tidak (0) Tidak
(1)Ya (1)Ya (1)Ya (1)Ya (1)Ya (1)Ya (1)Ya
F. DAMPAK (IMPACT) MENINGKATKAN USAHA KESEJAHTERAAN DALAM UEP/UKS 1. Apakah KUBE sdr. Telah mampu melakukan penggulilran bantuan (0) Tidak (1)Ya 2. Bila ya sebutkan jenis dan nilai penggliran No. 1 2 3 4
Jenis Pengguliran
Jumlah Pengguliran
:
: Prakiraan nilai pengukuran Rp. Rp. Rp. Rp.
Jumlah Sasaran
3. Apakah dalam pelaksanaan aktivitas ekonomi dan UKS, diperlukan bantuan petugas pendamping : (0) Sangat diperlukan (1) Diperlukan (2) Tidak diperlukan DAMPAK NEGATIF PELAKSANAAN PROGRAM 1. Sejak penerimaan bantuan, apakah sdr menemukan terjadinnya kondisi berikut a. Ketergantungan pada bantuan sosial (0) Tidak (1) ya b. Kecemburuan sosial bagi yang tidak dibantu (0) Tidak (1) ya c. Konflik antara penerima bantuan (0) Tidak (1) ya d. Ketidaktepatan jenis bantuan (0) Tidak (1) ya e. Ketidak tepatan sasaran (0) Tidak (1) ya f. Lainnya (0) Tidak (1) ya G. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEBERHASILAN PROGRAM 1. Kehadiran anggota dalam setiap pertemuan : 2. Prosentase anggota yang aktif membayar IKS : 3. Kendala permasalahan yang terjadi selama menjalankan usaha KUBE a. Administrasi dan pembukuan (0) Tidak (1) ya b. Modal usaha (0) Tidak (1) ya c. Keterampilan yang dimiliki (0) Tidak (1) ya d. Akses pengadaan bahan baku (0) Tidak (1) ya e. Akses pemasaran produk (0) Tidak (1) ya f. Pengelolahan dan pengemasan produk (0) Tidak (1) ya g. Persaingan usaha (0) Tidak (1) ya h. Penggunaan teknologi (0) Tidak (1) ya i. Kualitas produk (0) Tidak (1) ya j. Akses kemitraan (0) Tidak (1) ya k. Lainnya (0) Tidak (1) ya H. DOKUMMENTASI VISUAL (kondisi saat ini)
:
:
PEDOMAN WAWANCARA KUESIONER RESPONDEN ANGGOTA KUBE A. KETERANGAN LOKASI 1. Provinsi 2. Kabupaten/Kota 3. Kecamatan 4. Desa/ Kelurahan 5. Sumber dana 6. Program
: : : : : APBN/APBD/DEKON :
B. KETEANGAN RESPONDEN 1. Nama KUBE 2. Nama jelas responden 3. Posisi dalam KUBE 4. Jumlah anggota keluarga 5. Mata pencaharian di luar KUBE 6. Alamat rumah tinggal 7. Tandatanggan responden
tahun :
: : : : Orang : (0) tidak ada (1)………………………… : :
C. MASUKAN (INPUT) KEBERADAAN SASARAN FAKIR MISKIN 1. Apakah ada petugas instansi sosial yang mendatangi saudara dalam rangka pendataan/penjagaan : (0) Tidak (1) Ya, …………………………………. KETERSEDIAAN TENAGA PENDAMPING SOSIAL 1. Apakah sudah ada tenaga pendamping yang di tugaskan mendampingi usaha saudara : (0) Belum (1) Sudah 2. Bila “sudah”, waktu efektif mulai bertugas : ………………………………………… KETERSEDIAAN BANTUAN UEP/MODAL USAHA 1. Apakah Sdr. telah menerima bantuan UEP/ Modal Usaha (0) Belum (1) Sudah
2. Apabila “sudah”, bagaimana proses penyaluran bantuan UEP/Modal Usaha (0) Diserahkan langsung oleh instansi sosial provinsi (1) Disalurkan melalui rekanan yang ditunjuk (2) Disalurkan melalui lembaga keuangan mikro (3) Disalurkan melalui lembaga perbankan yang ditunjuk (4) Melalui tenaga pendamping (5) Lainnya, ………………………………………………………………….. 3. Waktu penerimaan bantuan a. Bantuan santunan hidup b. Bantuan UEP/Modal Usaha
: : (Bulan/tahun) : (Bulan/tahun)
D. AKTIFITAS (PROSES) PELAKSANAAN KEGIATAN SOSIALISASI PROGRAM 1. Apakah Sdr. telah mengikuti sosialisasi Program : (0) Tidak (1) Ya 2. Apakah Sdr. memahami materi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi program (0) Tidak Paham (1) Kurang Paham (2) Paham 3. Apakah materi yang disampaikan pada sosialisasi program sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pengelolaan KUBE : (0) Tidak (1) Ya
PELAKSANAAN KEGIATAN PENDAMPINGAN SOSIAL 1. apakah ada petugas yang mendampingi saudara a. Supervisor/ petugas dinas : (0) Tidak b. Pendamping sosial : (0) Tidak c. Pendamping lokal : (0) Tidak
(1) Ya,………… Orang. ……….Kali/bulan (1) Ya,………… Orang. ……….Kali/bulan (1) Ya,………… Orang. ……….Kali/bulan
2. sebutkan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pendaming (apabila kegiatan pendampingan telah dilakukan) : a. Pelaksanaan sosialisasi (0) Tidak (1) Ya b. Bimbingan dan motivasi peningkatan usaha (0) Tidak (1) Ya c. Penghubung KUBE dengan pihak lain yang membantu (0) Tidak (1) Ya d. Membantu pemecahan masalah dalam usaha KUBE (0) Tidak (1) Ya e. Membantu pemasaran (0) Tidak (1) Ya f. Lainnya ……………………………………….. (0) Tidak (1) Ya
PELAKSANAAN KEGIATAN IDENTIFIKASI DAN SELEKSI 1.
Apakah saudara telah diinformasikan mengenai hasil identifikasi dan seleksi untuk penerimaan bantuan : (0) Belum (1) Sudah
2.
Apakah pada tahun ini, dilingkungan Saudara telah ada KUBE baru yang terbentuk : (0) Tidak ada (1) Tidak tahu (2) Ada..................... KUBE
PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL 1.
Apabila Sdr. telah menerima bantuan santunan hidup, sebutkan jumlahnya: a. Uang Rp......................................... b. Barang, jenis barang .............................................. sebanyak …………….
2. Apabila Sdr. telah menerima bantuan UEP, sebutkan jumlah dan jenisnya : a. Uang Rp......................................... b. Barang, jenis barang .............................................. sebanyak …………….. jenis barang .............................................. sebanyak …………….. jenis barang .............................................. sebanyak …………….. PELAKSANAAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI 1.
Apakah sudah ada petugas yang mendatangi saudara dalam rangka monitoring dan evaluasi : (0) Tidak ada (1) Ada
2.
Apabila sudah, sebutkan waktu kedatangan, jumlah petugas dan nama instansi : a. Waktu ........................... b. Petugas............................. Orang c. Instansi (0) DEPSOS Pusat (1) Sosial Tk. Provinsi (2) Sosial Tk. Kab. / Kota (3) Tidak tahu (4)...........................................
3.
Apabila sudah, sebutkan topik yang diwawancara: a. Kondisi sebelum menerima bantuan b. Jumlah dan jenis bantuan yang diterima c. Manfaat dan hasil yang dirasakan d. Kondisi setelah menerima bantuan e. Ketertiban Instansi Terkait lainnya f. .......................................................
(0) Tidak (0) Tidak (0) Tidak (0)Tidak (0) Tidak (0) Tidak
(1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) Ya
E.
KELUARAN (OUTPUT) TERLAKSANANYA KEGIATAN SOSIALISASI PROGRAM (Pertanyaan berikut, khusus diperuntukan bagi KUBE yang memiliki LKM) 1. Apakah Sdr. Telah mengikuti Sosialisasi Program (0) Tidak (1) Ya
:
2. Apakah Sdr. Memahami materi yang diampaikan dalam kegiatan sosialisasi program : (0) Tidak paham (1) Kurang paham (2) Paham 3. Apakah materi yang disampaikan pada sosialisasi program sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pengelolaan KUBE : (0) Tidak (1) Ya
TERLAKSANANYA KEGIATAN PENDAMPINGAN SOSIAL 1.
Apakah ada petugas yg mendampingi KUBE a. Supervisor / petugas Dinas : (0) Tidak b. Pendamping sosial : (0) Tidak c. Pendamping lokal : (0) Tidak
2.
Sebutkan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pendamping a. Pelaksanaan sosialisasi (0) Tidak b. Bimbingan dan motivasi peningkatan usaha (0) Tidak c. Penghitung KUBE dengan pihak lain yang membantu (0) Tidak d. Membantu pemecahan masalah dalam usaha KUBE (0) Tidak e. Membantu pemasaran (0) Tidak f. Lainnya……………………. (0) Tidak
(1) Ya, (1) Ya, (1) Ya,
Orang Orang Orang :
TERLAKSANANYA KEGIATAN IDENTIFIKASI DAN SELEKSI 1.
Proses menjadi anggota KUBE (0) Ditunjuk (2) hasil pengguliran
: (1) menggantikan orang lain (3) hasil identifikasi dan seleksi
2.
Apakah ada warga sekitar yang lebih pantas, tetapi belum menjadi anggota KUBE : (0) Tidak (1) Ya
TERSALURKANNYA BANTUAN SOSIAL 1.
Jenis dan jumlah santunan hidup yang diperoleh : a. Uang Rp...................... b. Barang ...........................
(1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) Ya
F.
2.
Jenis dan jumlah bantuan UEP yg diperoleh a. Uang Rp...................... b. Barang ...........................
:
3.
Apakah jenis bantuan sosial yang diterima (0) tidak sesuai (1) Kurang sesuai
:
(2) sesuai
MANFAAT (OUTCOME) TERBENTUKNYA KUBE YANG TERORGANISIR DENGAN BAIK 1.
Jadwal pertemuan KUBE : (0) Tidak ada
2.
Kehadiran saudara pada setiap pertemuan
3.
Proses pengambilan keputusan dalam setiap pertemuan : (0) oleh petugas pendamping (1) sepenuhnya oleh Ketua KUBE (2) musyawarah mufakat (3) .................................................
4.
Kesempatan untuk menyampaikan saran dan pendapat dalam setiap pertemuan KUBE : (0) Tidak pernah menyampaikan pendapat
(1) Ada, setiap.................... Kali / bulan
: ........................ Kali / bulan
(1) tidak ada kesempatan untuk menyampaikan pendapat (2) Menyampaikan pendapat namun tidak dianggap (3) sangat terbuka untuk menyampaikan pendapat
MENINGKATNYA USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL KELUARGA 1.
Jumlah iuran kesetiakawanan sosial yang dimanfaatkan untuk kegiatan sosial : A. Dana kematian Rp................................. B. Dana musibah Rp................................. C. Dana sakit Rp................................. D. Dana penyantunan jompo Rp................................. E. Dana yatim piatu Rp................................. F. Lainnya ........................ Rp.................................
2.
G.
Pemanfaatan santunan hidup : A. Pemenuhan pangan B. Perbaikan gizi C. Pemenuhan sandang D. Pendidikan E. Pengobatan F. Perbaikan rumah tinggal G. Lainnya .............................
(0) Tidak (0) Tidak (0) Tidak (0) Tidak (0) Tidak (0) Tidak (0) Tidak
(1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) Ya
DAMPAK (IMPACT) MENINGKATNYA TARAF KESEJAHTERAAN KELUARGA 1.
No
Status mata pencaharian Sdr antara sebelum dan sesudah menerima bantuan (0) Menurun (1) Tetap (2) Meningkat
Variabel
Sebelum Menerima Bantuan
Saat ini
Rp........................... Per bulan
1
Jumlah penghasilan
Rp.......................Per bulan
2
Anggota keluarga lainnya yang bekerja
(0) Tidak ada (1) Ada............. orang
3
Jumlah penghasilan dari anggota lain yang bekerja
Rp..................... Per bulan
Rp...................... Per bulan
4
Saldo terbanyak dalam tabungan
Rp....................................
Rp........................................
Kemampuan pemenuhan 1 stel pakaian per orang per tahun
(0) setiap anggota tidak pernah membeli (1) Seluruh pakaian hasil pemberian orang lain (2) Pernah membeli namun hanya sebagai anggota (3) Setiap anggota pernah membeli pakaian baru
(0) setiap anggota tidak pernah membeli / dibelikan pakaian (1) Seluruh pakaian hasil pemberian orang lain (2) Pernah membeli namun hanya sebagian anggota (3) Setiap anggota pernah membeli pakaian baru
5
(0) Tidak ada (1) Ada............ orang
6
7
8
Harta termahal yang dimiliki (contoh: Rumah, tanah, motor, ternak, televisi warna, lemari es, lainnya) Anak usia sekolah yang tidak tamat SLTP (wajib belajar 9 tahun)
Bahan lantai rumah
...........................................
.............................................
Sejumlah ………………….
Sejumlah ………………….
A. Tidak sekolah......... Orang B. Tidak tamat SD.....Orang C. Tidak tamat SLTP …Org (0) Keramik (1) Semen (2) Kayu (3) Bambu (4) Tanah (5) ............
A. Tidak sekolah....... Orang B. Tidak tamat SD........ Orang C. Tidak tamat SLTP...... orang (0) Keramik (1) Semen (2) Kayu (3) Bambu (4) Tanah (5) .............
9
Luas lantai rumah
..................... m2
....................... m2
10
Kepemilikan MCK
11
Pemenuhan air bersih
12
Kepemilikan sirkulasi udara
13
Alat penerangan di rumah sdr
14
Bahan dinding rumah
(0) Tidak ada (1) Ada (0) Air kemasan (1) PAM (2) Pompa (3) Sumur (4) Sungai (5) Air hujan (0) Tidak ada (1) Ada (0) PLN (1) Listrik diesel (2) Petromax (3) Lampu minyak (4) ........................ (0) dinding bata (1) Kulit kayu (2) Seng (3) Kayu (4) Bambu (5) Rumbia
(0) Tidak ada (1) Ada (0) Air kemasan (1) PAM (2) Pompa (3) Sumur (4) Sungai (5) Air hujan (0) Tidak ada (1) Ada (0) PLN (1) Listrik diesel (2) Petromax (3) Lampu minyak (4) ......................... (0) dinding bata (1) Kulit kayu (2) Seng (3) Kayu (4) Bambu (5) Rumbia
Kondisi sanitasi di sekitar rumah
15
(6) Kardus (7) ..................... (0) Tidak ada (1) Ada namun kotor (2) Ada dan bersih
(6) Kardus (7) ............... (0) Tidak ada (1) Ada namun kotor (2) Ada dan bersih
DAMPAK NEGATIF PELAKSANAAN PROGRAM 1.
F.
Sejak penerimaan bantuan, apakah Sdr menemukan terjadinya kondisi berikut : a. Ketergantungan pada bantuan sosial (0) Tidak (1) Ya b. Kecemburuan sosial bagi yang tidak dibantu (0) Tidak (1) Ya c. Konflik antar penerima bantuan (0) Tidak (1) Ya d. Ketidak tepatan jenis bantuan (0) Tidak (1) Ya e. Ketidak tepatan sasaran (0) Tidak (1) Ya f. Lainnya .......................... (0) Tidak (1) Ya
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEBERHASILAN PROGRAM 1. Keterampilan dasar yang dimiliki sebelum bergabung dalam KUBE : (0) Tidak ada (1) Ada, sebutkan keterampilan dasar 2.
Tingkat pendidikan terakhir : (0) Tidak sekolah (2) Tamat SD (3) PerguruanTinggi
(1) Tidak tamat SD (2) SMP / SLTP
DOKUMENTASI KUBE BINTANG BAKERY
PABRIK ROTI KUBE BINTANG BAKERY
PROSES PRODUKSI PEMBUATAN ROTI
Pengadonan Roti
Pembuatan Roti UNYIL
Bahan Pembuatan Roti Manis Isi Kelapa
Roti Manis Siap Di Masukkan Ke Dalam Oven
Roti UNYIL Siap Di Masukkan Ke Dalam Oven
Penggulungan Roti Manis
Roti Manis Yang Baru Matang
Roti Manis Yang Baru Matang
Adonan Roti BUAYA
Pengemasan Roti Manis
Roti Yang Siap Di Pasarkan
Roti BUAYA Berbentuk Parsel
Pengemasan Roti UNYIL Isi 8
Persiapan Mengirim Roti
Pengiriman Roti
Pengiriman Roti Di Kopkar PT. EBARA INDONESIA CIMANGGIS - DEPOK
Salah Satu Display Rak Roti Di Kopkar Rumah Sakit Pasar Rebo
KUJUNGAN PARA PENDAMPING
Kegiatan Kunjungan Pendamping Lokal dan sosial
Kegiatan Kunjungan Perlombaan KUBE Tingkat Nasional
Kegiatan Kunjungan Pendamping Dinas
Kegiatan Mengadakan Stand di KALIBATA Acara Kementerian Sosial
Jaga stand KUBE Bintang Bakery di KALIBATA Acara Kementerian Sosial
Kunjungan TK Dan PAUD Dalam Rangka Pembelajaran Pembuatan Roti
Alat – Alat Pembuatan Roti
Oven Berukuran Sedang
Loyang dan Oven Roti
Loyang Roti
Mixer Berukuran Sedang
1 Set Rak Roti
Meja Produksi