PENDAHULUAN •Kakao Merupakan Komoditas Unggulan pada Koridor Ekonomi IV (Sulawesi/SulSel) • Produksinya 110.010 ton/tahun dan produktivitasnya 0,43 ton/ha. • Sinergitas Kelembagaan dan Program di Daerah/Perdesaan.
Pemberdayaan Gapoktan Tenaga Kerja Teknologi Input Saprotan
Peningkatan Mutu Peningkatan Produktivitas Peningkatan Pendapatan
Permasalahan Bagaimana Identifikasi dan Karakteristik Gapoktan
dalam pengembangan agribisnis kakao spesifik lokasi? Bagaimana pemberdayaan Gapoktan dalam penerapan teknologi budidaya kakao dan peluang untuk mengoptimalkan produktivitas dan pendapatan petaninya? Bagimana pemberdayaan Gapoktan dalam pengolahan panen dan pascapanen untuk meningkatkan kualitas biji kakao?
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penentuan lokasi penelitian dengan metode porpusive sampling. Lokasi penelitian yaitu Kabupaten Luwu Utara (wilayah Utara) dan Bantaeng (wilayah Selatan). Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai September 2012 (8 bulan).
Ruang Lingkup Kegiatan yang akan dilakukan mempunyai ruang lingkup, antara lain; 1) persiapan, 2) konsultasi dan koordinasi dengan pemerintah daerah/instansi terkait. 3) pelaksanaan kegiatan ,dan 4) pengumpulan data Data primer diperoleh melalui survei maupun Focus Group Discussion (FGD), 4) analisis data dan pengolahan data, dan 5) pelaporan dan seminar hasil.
Metode Analisis Data Data yang sudah terkumpul kemudian ditabulasi dan dianalisis secara
diskriptif abstrak. Untuk mencapai tujuan kelayakan usahatani kakao, maka akan dianalisis dengan kreteria invesment yaitu Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C), dan Internal Rate of Return (IRR) dengan tingkat bunga 20 %.
Sinergi Koordinasi Tahun 2009 - 2011 Kementerian Pertanian telah meluncurkan Program Gerakan Nasional (Gernas) Kakao merupakan program yang memuat peremajaan, rehabilitasi, dan intensifikasi kakao. Tujuan utama program Gernas kakao adalah untuk mempercepat alih teknologi kakao melalui perbaikan bahan tanam, pelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya. Stakeholdel koordinasi: Balitbangda, Dinas Perkebunan Propinsi dan Kabupaten, Puslitbangbun, Askindo Propinsi Sulawesi Selatan. Koordinasi kelembagaan dilakukan baik pertemuan secara langsung, melalui telepon, fax dan email dan dilakukan sesering mungkin karena lokasi kegiatan ini jauh dari kantor BPTP Sulsel.
Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Strategi pemanfaatan hasil litbangyasa dilakukan melaui
pertemuan baik melaui rapat, temu lapang, temu informasi, persuratan, tulisan ilmiah, liflet, brosur, buku, poster, melaui radio, televisi dll. Penerapan model pemberdayaan kelembagaan petani dalam upaya peningkatan mutu kakao di Sulawesi Selatan. Sampai bulan September penyusunan laporan hasil penelitian ini sudah rampung dan hasil litbangyasanya berupa penerapan sebagai berikut: Potensi sumebrdaya petani yang mempunyai usia produktif dan pemilikan lahan yang cukup luas. Kerjasama kelembagaan petani dengan PT Armajaro yang difasilitasi oleh pemerintah daerah melalui wadah koperasi. Modal sosial masyarakat petani kakao yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan kelembagaan petani.
Potensi Pengembangan Ke Depan Penguatan Modal dan Manajemen
Penguatan Teknologi Produksi Kredit Lunak dan Kemitraan Pengusaha Pengolahan Hasil Biji Kakao
Regulasi dan Program Dukungan Pemerintah
Riset dan infotek
KELEMBAGAAN PETANI KAKAO Peningkatan Mutu Biji Kakao
Ketertiban : Organisasi Administrasi keuangan Partisipatif
Peningkatan Pendapatan Petani Peningkatan kesejahteraan masyarakat tani
HASIL Rakor Tim Pelaksana Rakor Tim Pelaksana
survei
Diskusi dg Pengurus Gapoktan
Tanaman Kakao Hasil SE
Survei
Tanaman Kakao Hasil SE
Poto
Fermentasi Biji Kakao
Demtek di Bantaeng
FGD di Kabupaten Bantaeng
FGD di Lutra
Demtek di Lutra
Penutup Kerangka pengembangan kelembagaan petani dalam upaya peningkatan mutu biji kakao dapat ditempuh meliputi; (1) percepatan pengembangan teknologi budidaya dan pascapanen kakao; (2) pengawalan kebijakan pemerintah untuk peningkatan produksi kakao (Gernas); (3) peningkatan kemitraan dengan swasta untuk meningkatkan akses petani terhadap modal usaha; (4) penguatan dan penerapan model penyuluhan melalui kerjasama dengan penyalur sarana produksi.