DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya
MODUL DASAR Komunitas
Pemberdayaan dan Kerelawanan
PNPM Mandiri Perkotaan
03
Modul 1
Kegiatan 1:
Pemberdayaan Sejati
1
Diskusi Keberdayaan Hewani
2
Kegiatan 2 :
Diskusi Kualitas Manusia Sejati
4
Kegiatan 3 :
Diskusi Kelompok Pemberdayaan Perampuan dan Laki – laki
6
Kegiatan 4 :
Kerelawanan Sebagai Wujud Manusia Berkualitas
9
Modul 2
Kepemimpinan Masyarakat Manusia
19
Kegiatan 1 :
Diskusi Pemimpin Versus Pemimpin
20
Kegiatan 2 :
Menggambar Bersama Pemimpin Masyarakat Manusia
22
Pengorganisasian Masyarakat
40
Kegiatan 1 :
Permainan dan Diskusi Makna Pengorganisasian Masyarakat
41
Kegiatan 2 :
Diskusi Prinsip dan Cara Masyarakat Berorganisasi
42
Modul 3
Modul 1 Topik: Pemberdayaan Sejati
Peserta memahami dan menyadari: 1. Makna hakiki pemberdayaan sejati 2. Merumuskan keonsep pemberdayaan sejati 3. Pemberdayaan yang harus dilakukan terhadap laki – laki dan perempuan 4. Konsep kerelawanan sebagai wujud keberdayaan manusia sejati
Kegiatan 1: Diskusi keberdayaan hewani Kegiatan 2: Diskusi kualitas manusia sejati Kegiatan 3: Diskusi kelompok pemberdayaan perempuan dan laki – laki Kegiatan 4: Kerelaawanan Sebagai Wujud Manusia Berkualitas
4 Jpl ( 180 ’)
Bahan Bacaan: 1. 2.
• Kerta Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD • Metaplan
1
• Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
Diskusi Keberdayaan Hewani 1) Buka pertemuan dengan salam singkat kemudian uraikan bahwa kita akan memulai Modul : Pemberdayaan Sejati yang terdiri dari 2 Kegiatan Belajar yaitu : Kegiatan 1 : Diskusi Keberdayaan Hewani Kegiatan 2 : Diskusi Menemukan Makna Hakiki Pemberdayaan Manusia, dan yang ingin dicapai melalui Modul ini yaitu : • Peserta memahami makna hakiki pemberdayaan sejati (manusiawi) • Peserta mampu merumuskan konsep pemberdayaan sejati (manusiawi) Uraikan kemudian bahwa kita akan memulai Modul ini dengan Kegiatan 1 : Diskusi Keberdayaan Hewani dan uraikan juga tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu : Peserta mampu menguraikan dengan kata-kata sendiri. Perbedaan hakiki antara hewan yang berdaya dan hewan yang tak berdaya. Mengapa pemberdayaan perlu dilakukan. 2) Pertama-tama lakukan curah pendapat tentang pengertian pemberdayaan sejati. Apa makna pemberdayaan menurut peserta? Dan apa tujuan pemberdayaan? Catat semua pendapat dan tulis ke dalam kertas plano. 3) Untuk memantapkan pengertian peserta tentang pemberdayaan dan pemberdayaan yang sejati, mulailah dengan diskusi, bagi peserta menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5 s/d 7 orang, 4) Tugaskan kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan bahan bacaan komik “Orang Utan yang Berdaya”, diskusi menyangkut : a) Kondisi orang utan seperti apakah yang dia lihat setelah dia kembali enam bulan kemudian? b) Menurut pendapat Anda apakah orang utan yang berdaya mampu mendapatkan dan mempertahankan hak-haknya ? c) Menurut pendapat Anda apakah orang utan yang berdaya mampu secara mandiri mencari makan ? d) Apakah motivasi utama orang utan yang berdaya untuk berpindah dari satu wilayah ke wilayah yang lain ? e) Dalam sebuah musim kemarau hanya ada satu pohon yang berbuah dan lainnya tak berbuah. Sedangkan ada 10 orang hutan disana? Apakah saja yang dapat dilakukan orang utan yang berdaya ini ? Apa saja pilihannya?
2
f)
Musim kemarau panjang telah menyebabkan sebagian hutan mulai gundul. Apa yang secara sadar dan kritis dapat dilakukan oleh sang orang utan yang sangat berdaya ini dalam memperbaiki lingkungannya? g) Jadi apa saja yang dapat dilakukan oleh orang utan yang berdaya sepanjang hidupnya ? Coba rinci !!! h) Kalau demikian apakah tujuan utama pemberdayaan orang utan? i) Simpulkan apakah definisi pemberdayaan orang utan (keberdayaan hewani)? 5) Mintalah mereka tetap ada dalam kelompok masing – masing dan mintalah setiap kelompok mengerjakan tugas seperti berikut di bawah ini setelah membaca Komik “Kelaparan di Desa Make – Muke” Coba diskusikan dalam kelompok. Gunakah semua kejernihan akal dan nurani Anda. a) Bantulah sang fasilitator menemukan jawaban atas pertanyaan yang membingungkan tersebut? b) Bantulah dia menentukan urutannya, bila nilai –1 s/d –5 adalah untuk yg merugikan masyarakat dan dunia sedangkan nilai 0 untuk yang tak berbuat apa-apa dan nilai +1 s/d +5 untuk bermanfaat bagi masyarakat, dunia dan diri sendiri c) Apa beda berdayanya si A tersebut dengan “orang utan” yang berdaya? d) Jadi apakah ciri-ciri manusia yang berdaya ? e) Apakah ciri – ciri manusia yang berdaya tersebut dipunyai oleh laki – laki atau perempuan? f) Kalau demikian apa saja yang dapat dilakukan oleh manusia yang berdaya sepanjang hidupnya ? Coba rinci !!! g) Jadi apakah tujuan utama pemberdayaan manusia ? h) Simpulkan apakah definisi pemberdayaan manusia (keberdayaan manusiawi)? 6) Setelah selesai diskusi kelompok mintalah masing – masing kelompok untuk mempresentasikan hasilnya. 7)
Ajaklah peserta untuk lebih jauh mendiskusikan apa perbedaan mansuia dengan binatang dengan membuat tabel seperti di bawah ini Manusia
Binatang
8) Refleksikan bersama dengan acuan seperti di bawah ini :
3
Binatang bertindak digerakkan oleh insting, mereka tidak bisa memilih dengan bebas apa tindakan yang akan diambil. Tidak seperti binatang manusia mempunyai akal sehat, hati nurani, dan pilihan bebas. Oleh karena itu manusia mempunyai pilihan bebas untuk melakukan tindakan, mau menjadi baik atau buruk perilaku manusia adalah merupakan pilihan. Akan tetapi karena manusia mempunyai akal sehat dan hati nurani, maka manusia dalam bertindak seharusnya dikendalikan oleh akal sehat dan hati nuraninya. Manusia yang menggunakan hati nurani dan akal sehatnya, tentu dipenuhi oleh sifat – sifat kebaikan, sesuai dengan harkat martabatnya sebagai manusia yang merdeka. Pemberdayaan sejati berhubungan dengan kemerdekaan , manusia yang merdeka adalah manusia yang dapat dalam berperilaku tidak dikontrol oleh lingkungan akan tetapi sikap dan perilakunya adalah merupakan pillihan bebas yang hanya dikontrol oleh akal sehat dan hati nurani. Oleh karena itu manusia yang berdaya hanya akan menggunakan semua waktu, tenaga, kecerdasan dan apa yang dia miliki sebagai wujud cinta kasih kepada Sang Pencipta sebagai pengejawantahan dari hati nuraninya. Manusia yang berdaya adalah manusia pemberi , yaitu manusia yang mampu dengan ikhlas memberikan apa yang dipunyai oleh dia untuk orang lain. Apa yang diberikan bukan hanya harta benda tetapi bisa dalam bentuk perhatian (kepedulian), waktu, pemikiran dan sebagainya. Jiwa dan semangat ini sebenarnya dipunyai oleh setiap manusia, karena manusia dianugrahi hati nurani yang di dalamnya ada cinta, sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Bukankah setiap manusia mempunyai kemampuan untuk mencintai? Mencintai artinya ikhlas untuk memberikan apa yang kita miliki tanpa pamrih apapun. Bukankah dengan memberikan cinta kasih pada sesama inilah, kita berguna dan menemukan makna hakiki dari hidup kita. Untuk menjalani hidup kita bisa memilih : Menjadi manusia yang terus menerus mengambil dari lingkungan kita,sehingga keberadaan kita merusak lingkungan (biasanya ini manusia yang serakah) atau Menjadi manusia yang memberi dan mengambil dari lingkungannya karena tidak mau rugi, padahal keberadaannya jadi tidak berarti apa – apa bagi lingkungan. Menjadi manusia yang mampu memberi kepada lingkungan dengan tidak memikirkan apakah akan mendapatkan keuntungan dari lingkungannya, sehingga hidupnya bermakna bagi orang lain.
Diskusi Kelompok : Kualitas Manusia Sejati 1) Ajaklah peserta untuk mempulai kegiatan 3 dalam modul ini, yaitu membahas manusia yang berdaya sejati. 2) Ingatkan kembali kepada peserta, berdasarkan kepada hasil pembahasan dalam kegiatan 1 dan 2 , bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk memberi dan peduli kepada manusia
lainnya. Artinya manusia berperan sebagai manusia apabila dia mempunyai manfaat bagi kesejahteran lingkungannya. Manusia akan memberikan lebih banyak manfaat kepada
4
lingkungan apabila dia juga mempunyai kapasitas (ilmu, keahlian, kekayaan materi, tenaga , dsb) yang bisa diberikan kepada lingkungannya. 3) Gambarlah diagram di bawah ini untuk memberikan penjelasan kepada peserta :
Manusia yang mempunyai sifat – sifat baik, dan mempunyai kapasitas rendah, kebaikannya hanya akan berguna bagi dirinya. Kalaupun bermanfaat bagi lingkungan tidak akan terlalu besar
Perilaku baik
Kapasitas tinggi
Kapasitas rendah Manusia yang mempunyai sifat – sifat buruk dan kapasitas rendah, tidak akan berguna bagi lingkungannya bahkan mungkin untuk dirinya.
Manusia yang mempunyai sifat – sifat baik, dan kapasitas tinggi akan menggunakan seluruh kemampuannya untuk kepentingan sesama. Manusia ini yang paling bermanfaat bagi sesama
Perilaku buruk
Manusia yang mempunyai kapasitas tinggi, akan tetapi berperilaku buruk, akan menjadi licik dan merusak bagi lingkungan. Manusia seperti ini sangat berbahaya
Manusia yang paling berdaya adalah manusia yang mempunyai kapasitas yang tinggi dan menggunakan kapasitasnya untuk kepentingan umat manusia. (perilaku baik, kapasitas tinggi). Manusia seperti inilah yang disebut dengan manusia berkualitas (mempunyai kualitas manusia sejati)
4) Bantulah peserta untuk memetakan kembali posisi Si A, B,C,D dan E dalam garis keberdayaan yang sudah mereka diskusikan. Bantu dengan pertanyaan : siapa sebetulnya yang paling memberikan manfaat bagi masyarakat di Make – Muke? jawaban yang diharapkan adalah sebagai berikut :
5
F &A (-) 5
E (-) 0
B C&D
(+) 5
5) Mintalah peserta untuk merenungkan akan menjadi manusia seperti apakah kita?
Pemberdayaan Laki – Laki dan Perempuan 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai kegiatan 3 dalam modul ini , yaitu membahas kualitas perempuan dan laki – laki dan apa yang akan dicapai melalui modul ini, yaitu : • • •
Peserta bisa memetakan kualitas perempuan dan kualitas laki – laki Peserta menyadari kesetaraan perempuan dan laki – laki sebagai manusia Peserta mengetahui pemberdayaan yang harus dilakukan kepada perempuan dan laki – laki
2) Bagilah peserta ke dalam 2 kelompok laki – laki dan perempuan (apabila peserta laki – laki dan perempuan tidak berimbang, maka kelompok bisa dibegi sama jumlahnya tanpa memperhatikan jenis kelamin). Berilah tugas kepada kelompok : • Kelompok laki – laki mendiskusikan sifat – sifat dan kapasitas yang dipunyai oleh perempuan • Kelompok perempuan mendiskusikan sifat – sifat dan kapasitas yang dipunyai oleh laki – laki 3) Mintalah kepada wakil kelompok untuk mendiskusikan hasil diskuinya, kemudian minta peserta lain untuk mennanggapi. 4) Ajak peserta untuk membandingkan dengan kualitas manusia sejati yang sudah didiskusikan dalam modul 1 , dengan membuat tabel seperti berikut : (sebaiknya tabel sudah disiapkan sebelumnya dalam kertas plano, tabel sifat manusia diisi dengan hasil diskusi pada modul 1
6
Kualitas laki – laki
Sifat – sifat
Kualitas manusia sejati
Kualitas perempuan
Kapasitas
5) Ajak peserta untuk membandingkan antara kualitas perempuan dan kualitas manusia sejati(baik dari sisi perilaku maupun dari sisi kapasitas) , apakah sama atau ada perbedaan/ketimpangan? Bahas bersama ketimpangan – ketimpangan tersebut menurut mereka kemudian diskusikan sama – sama. 6) Ajak peserta untuk membandingkan antara kualitas laki – laki dan kualitas manusia sejati , apakah sama atau ada perbedaan. Bahas dan diskusikan bersama perbedaan – perbedaan menurut mereka kemudian diskusikan sama – sama. 7) Ingatkan kepada peserta mengenai manusia yang berdaya sejati pada modul 1, yaitu manusia yang mempunyai ‘makna’ (bermanfaat) bagi kemaslahatan umat. Apakah perempuan dan laki – laki sudah berdaya sebagai manusia sejati ? Mengapa demikian? 8) Jelaskan perumpamaan kepada peserta, burung terbang dengan dua sayap, bagaimana seandainya salah satu sayap tidak kuat. Apakah burung tersebut akan bisa terbang dengan sempurna?. Apabila perempuan merupakan sayap kiri dan laki – laki sayap kanan, maka kehidupan juga akan timpang. Oleh karena itu baik laki – laki maupun perempuan perlu diberdayakan. 9)
Dari sisi kapasitas, perempuan masih banyak ketinggalan dibandingkan dengan laki – laki, kesempatan bagi kaum perempuan untuk meningkatkan kapasitasnya masih kurang dibandingkan dengan laki – laki (Ingatkan kembali peserta pada hasil diskusi perempuan dan kemiskinan pada tema tantangan). Tanyakan kepada peserta mengapa hal ini terjadi? Ajak peserta untuk mendiskusikan paradigma – paradigma yang berkembang selama ini mengenai perempuan dan laki – laki yang menunjukkan adanya bias jender.
7
Sebagai manusia perempuan dan laki – laki mempunyai akal sehat, hati nurani, dan pilihan bebas, jadi tidak ada perbedaan yang hakiki antara perempuan dan laki – laki. Oleh karena itu kedua – duanya seharusnya dapat menjadi manusia yang berdaya dan mendapat kesempatan yang sama untuk diberdayakan. Perbedaan perempuan yang kodrati dengan laki – laki hanyalah dalam soal biologis, perempuan secara kodrati mempunyai kemampuan untuk menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui sedangkan laki – laki dikodratkan untuk menghasilkan sperma dan menghamili.Kodrat adalah ketentuan Tuhan yang tidak bisa dipertukarkan oleh manusia dan bersifat permanen. Walaupun saat ini ada operasi jenis kelamin, laki – laki yang merubah jenis kelaminnya menjadi perempuan tetap saja tidak bisa menstruasi, mengandung dan melahirkan. Pembedaan – pembedaan yang selama ini terjadi antara perempuan dan laki – laki disebabkan oleh adanya konstruksi secara sosial dan kultural. Sehingga timbul paradigma – paradigma bahwa perempuan itu lemah lembut, emosional, keibuan. Sedangkan laki – laki kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Laki – laki lebih cerdas dibandingkan dengan perempuan, dan lain – lain. Konsep mengenai sifat yang melekat pada laki – laki dan perempuan sebagai hasil dari konstruksi sosial maupun kultural inilah yang merupakan konsep jender. Konsep mengenai sifat – sifat perempuan dan laki – laki di atas menyebabkan bias gender dan menyebabkan ketidakadilan baik bagi kaum perempuan maupun kaum laki – laki. Anggapan bahwa kelembutan hanya melekat pada kaum perempuan menyebbakan pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan kelembutan seperti membersihkan rumah, menari dan sebagainya dianggap sebagai “pekerjaan perampuan”. Di lain pihak anggapan bahwa kekuatan secara fisik, keperkasaan melakat pada kaum laki – laki, menyebabkan laki – laki dididik untuk agresif, menyelesaikan masalah dengan kekuatan fisik, bersaing dan sebagainya yang malah menjauhkan dari sifat manusia sejati. Padahal berbicara mengenai sifat laki – laki dan perempuan , seharusnya kita mengacu kepada sifat – sifat yang dipunyai oleh manusia sejati, karena sebagai manusia perempuan dan laki – laki mempunyai derajat dan martabat yang sama. Oleh karena itu dalam kaitan dengan pemberdayaan, baik perempuan dan laki – laki mestinya diberdayakan untuk meuju kualitas manusia yang sejati, karena secara hakiki perempuan dan laki – laki mempunyai martabat yang sama sebagai manusia.
10) Bahas bersama peserta, apa saja pemberdayaan yang harus dilakukan terhadap laki – laki dan perempuan berdasarkan kualitas yang dipunyai masing – masing dengan fenomena yang sudah dibahas di atas (lihat tabel kualitas yang sudah didiskusikan). Buatlah daftar pemberdayaan dalam tabel berikut : Kulitas perempuan saat ini (sifat dan kapasitas)
Pemberdayaan yang harus dilakukan
Kualitas laki – laki selama ini (sifat dan kapasitas)
Pemberdayaan yang harus dilakukan
Beri penekanan bahwa kita harus mendorong dan memfasilitasi pemberdayaan baik untuk laki – laki maupun perempuan.
8
Kegiatan 4
Kerelawanan sebagai Wujud Manusia Berkualitas 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai kegiatan 4 dalam modul ini, yaitu diskusi mengenai kerelawanan.
2) Tanyakan kepada peserta apakah mereka mau menjadi manusia yang berkulitas? Bagaimana caranya menjadi manusia yang berkualitas dalam hubungannya dengan upaya penanggulangan kemiskinan? Diskusikan secara mendalam sampai ketemu kata kunci , semua warga
masyarakat bisa bermanfaat bagi lingkungannya dengan cara terlibat dalam proses penanggulangan kemiskinan. •
Meningkatkan kualitas kemanusiaan diri kita artinya menggunakan sifat – sifat kemanusiaan dan kapasitas yang kita miliki untuk kepentingan sesama.
3) Tanyakan kepada peserta apakah manfaat “memberi” bagi diri kita maupun bagi orang yang diberi ? galilah pendapat peserta sampai mendalam.
Berikan pencerahan bahwa membantu orang lain adalah kebahagiaan manusia yang paling utama, guru bahagia apabila muridnya berhasil; dokter bahagia apabila pasiennya sembuh; apabila kita memberikan bantuan kepada korban banjir, kita akan bahagia apabila bantuan itu berarti bagi mereka. Artinya memberikan kebahagian kepada orang lain sebetulnya merupakan kebutuhan batin kita, karena itulah makna hakiki dari kebahagiaan. PNPM P2KP memberikan ruang kepada masyarakat untuk membahagiakan orang lain dengan memberikan apa yang kita punya kepada yang membutuhkan. Wujud dari memberi tidak harus berupa uang, akan tetapi dapat berupa tenaga, pemikiran, waktu dan yang lainnya, tentu dengan kemmapuan yang kita punya.
4) Tanyakan lebih jauh bagaimana penanggulangan kemiskinan ?
caranya
agar
agar
bisa
terlibat
dalam
kegiatan
Peluang untuk memberi tersebut dalam PNPM Mandir Perkotaan adalah dengan menjadi relawan sebagai motor penggerak dalam kegiatan – kegiatan tahapan siklus penanggulangan kemiskinan , memberikan bantuan dana/materi lainnya untuk pertemuan – pertemuan warga dan pelaksanaan program, memberikan kontribusi pemikiran dalam penyusunan program dan lainnya. Relawan adalah; seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan/upah ataupun karier. Artinya relawan merupakan wujud dari upaya kita untuk menjadi manusia yang berkualitas, sehingga apa yang kita miliki bermanfaat bagi sesama. PNPM Mandiri Perkotaan memberikan ruang kepada masyarakat tanpa melihat golongan, jenis kelamin maupun status sosial untuk menjadi relawan dalam penanggulangan kemiskinan.
9
Kekayaan Manusia yang Terbesar (Dari Kebahagiaan yang Membebaskan, Gede Parma)
”Bagi setiap pejalan kehidupan yang sudah mencoba serta berjalan jauh di jalur-jalur ’cukup’, segera akan mengerti, memang merasa cukuplah kekayaan manusia yang terbesar” Seorang sahabat yang mulai kelelahan hidup, pagi bangun, berangkat ke kantor, pulang malam dalam kelelahan, serta amat jarang bisa merasakan sinar matahari di kulit, kemudian bertanya, ”Untuk apa hidup ini?” Ada juga orang yang sudah benar-benar telah mengungsi (kecil mengungsi di rumah orang tua, dewasa mengungsi ke lembaga pernikahan, tua mengungsi di rumah sakit), dan juga bertanya serupa. Objek sekaligus subjek yang dikejar dalam hidup memang bermacammacam. Ada yang mencari kekayaan, ada yang mengejar keterkenalan, ada yang lapar dengan kekaguman orang, ada yang demikian seriusnya di jalan-jalan spiritual sampai mengorbankan hampir segala-galanya. Dan tentu saja sudah menjadi hak masing-masing orang untuk memilih jalur bagi diri sendiri. Namun yang paling banyak mendapat pengikut adalah mereka yang berjalan atau berlari memburu kekayaan (luar maupun dalam). Pedagang, pengusaha, pegawai, pejabat, petani, tentara, supir, penekun spiritual sampai dengan tukang sapu, tidak sedikit kepalanya yang diisi oleh gambargambar hidup agar cepat kaya. Sebagian malah mengambil jalan-jalan pintas. Yang jelas, pilihan menjadi kaya tentu menjadi sebuah pilihan yang bisa dimengerti. Terutama dengan kaya materi manusia bisa melakukan lebih banyak hal. Dengan kekayaan di dalam, manusia bisa berjalan lebih jauh di jalan-jalan kehidupan. Dan soal jalur menjadi kaya mana yang akan ditempuh, pilihan yang tersedia memang amat melimpah. Dari jualan asuransi, ikut MLM, memimpin perusahaan, jadi pengusaha sampai dengan jadi pejabat tinggi. Namun, salah seorang bijak dari Timur pernah menganjurkan sebuah jalan: Contentment is the greatest wealth. Tentu agak unik kedengarannya terutama di zaman yang serba penuh dengan hiruk-pikuk pencarian keluar. Menyebut cukup, sebagai kekayaan manusia terbesar, tentu bisa dikira dan dituduh miring. Ada yang mengira itu menganjurkan kemalasan, ada yang menuduh anti kemajuan, dan tentu saja tidak dilarang untuk berpikir seperti ini. Cuman, bagi setiap pejalan kehidupan yang sudah mencoba serta berjalan jauh di jalur-jalur “cukup”, segera akan mengerti, memang merasa cukuplah kekayaan manusia yang terbesar. Bukan merasa cukup kemudian berhenti berusaha dan bekerja. Sekali lagi bukan. Terutama hidup serta alam memang berputar mellaui hukum-hukum kerja. Sekaligus memberikan pilihan-pilihan yang mengagumkan, bekerja dan lakukan tugas masing –masing sebaik-baiknya, namun terimalah hasilnya dengan rasa cukup. Dan ada yang berbeda jauh di dalam sini, ketika tugas dan kerja keras sudah dipeluk dengan perasaan cukup. Tugasnya berjalan, kerja kerasnya juga berputar. Namun rasa syukurnya mengagumkan. Sekaligus membukakan pintu bagi perjalanan kehidupan yang penuh dengan kemesraan. Tidak saja dengan diri sendiri, keluarga, tetangga serta teman. Dengan semua perwujudan Tuhan manusia mudah terhubung ketika rasa syukurnya mengagumkan. Tidak saja dalam keramaian manusia menemukan banyak kawan, di hutan yang paling sepi xeklaipun menemukan banyak teman. Dalam terang cahaya pemahaman seperti ini, rupanya merasa cukup jauh dari lebih sekedar memaksa diri agar lebih damai. Awalnya, apapun memang diikuti keterpaksaan. Namun begitu
10
merasa cukup nyaman ke sarang laba-laba kehidupan. Dimana semuanya (manusia, binatang, tetumbuhan, batu, air, awan, langit, matahari, dll) serba terhubung sekaligus menyediakan rasa aman nyaman di sebuah titik pusat. Orang tua mengajarkan hidup berputar seperti roda. Dan setiap pencaharian kekayaan ke luar yang tidak mengenal rasa cukup, mudah sekali membuat manusia terguncang menakutkan di pinggir roda. Namun di titik pusat, tidak ada putaran. Yang ada hanya rasa cukup yang bersahabatkan hening, jernih sekaligus kaya. Bagi yang belum pernah mencoba, apalagi diselimuti ketakutan, keraguan dan iri hati, hidup di titik pusat berbekalkan rasa cukup memang tidak terbayangkan. Hanya keberanian untuk melatih dirilah yang bisa membukakan pintu dalam hal ini. Hidup yang ideal memang kaya di luar sekligus di dalam. Dan ini bisa ditemukan orang-orang yang mampu mengkombinasikan antara kerja keras di satu sisi, serta rasa cukup di sisi lain. Bila orangorang seperti ini berjalan lebih jauh lagi di jalan yang sama, akan datang suatu waktu dimana bahagia dengan hidup yang bodoh di luar, namun pintar mengagumkan di dalamnya. Ini bisa terjadi, karena rasa cukup membawa manusia pelan-pelan mengurangi ketergantungan akan penilaian orang lain. Jangankan dinilai baik dan pintar, dinilai buruk sekaligus bodoh pun tidak ada masalah. Salah satu manusia yang sudah sampai di sini bernama Susana Tamaro. Dalam novel indahnya berjudul Pergi Ke Mana Hati Membawamu. Ia kurang lebih menulis: ”Kata-kata ibarat sapu”. Ketika dipakai menyapu, lantai lebih bersih namun debu terbang ke mana-mana. Dan hening ibarat lap pel. Lantai bersih tanpa membuat debu terbang. Dengan kata lain , pujian, makian, kekaguman, kebencian dan kata-kata manusia sejenis, hanya menjernihkan sebagian, sekligus memperkotor di bagian lain (seperti sapu). Sedangkan hening di dalam bersama rasa cukup seperti lap pel, bersih, jernih tanpa menimbulkan dampak negatif. Manusia lain yang juga sampai di sini bernama Chogyum Trungpa, di salah satu karyanya yang mengagumkan (Shambala, the Sacred Path of the Warrior) ia menulis:”This basic wisdom of
Shambala is that in this worl, as it is, we can find a good and meaningful human life that will also serve others. This is richness”. Itulah kekayaan yang mengagumkan, bahwa dalam hidup yang sebagaimana adanya (bukan yang seharusnya) kita bisa menemukan kehidupan berguna sekaligus pelayanan bermakna buat pihak lain.
11
“Wabah Virus” Ketidakjujuran (dari: ”A Book of Wisdom”, Tasirun Sulaiman)
“Dan manusia itu ssungguhnya mencintai yang serba cepat” (QS Al-Qayimah - 75 : 20 ) Susu dan Air Seperti biasa khalifah Umar r.a. keliling di malam hari untuk memerikas keadaan kaum Muslimin. Ketika beliau sedang melintasi sebuah rumah seorang janda, tiba-tiba harus menghentikan langkahnya. Sang Khalifah kemudian mengendap-endap dan mendengar sebuah percakapan dari dalam rumah. ”Nak, campuri saja susunya dengan air biar banyak,” kata sang ibu. ”Jangan bu, karena khalifah Umar telah mengeluarkan peraturan, dan kita tidak boleh melanggarnya,” jawab si anak. ” Tidak apa nak, kan Khalifah Umar r.a tidak mengetahuinya,” timpal sang ibu. ”Benar bu, Khalifah Umar tidak melihatnya, tapi Allah Swt, mengetahuinya”. Jawab si anak. Percakapan mereka malam itu membuat hati Khalifah Umar benar-benar terharu. Beliau selalu memikirkan kejadian tersebut dan penasaran ingin mengetahui lebih jauh. Karenanya, keesokannya Khalifah Umar megutus pembantunya untuk menyelediki lebih detil lagi keadaan penghuni rumah itu: Khalifah ingin tahu dan menegaskan siapakah mereka itu sebenarnya? Setelah menyelidiki dan mendapatkan gambaran keluraga itu, akhirnya diketahui kalau sang ibu itu adalah seorang janda dan anak putrinya adalah seorang gadis. Khalifah Umar r.a. kemudian memanggil putranya Ashim. Ketika Ashim mendekat, beliau berkata: ”Pergilah putraku, temui seorang gadis. Ayah mengenalnya ketika sedang berkeliling. Nikahilah dia. Ayah berharap dia akan melahirkan seorang pahlawan yang mau memimpin kejayaan Islam kelak”. Ashim kemudian menuju rumah gadis itu lalu melamarnya. Dari pernikahan itu lahirlah seorang anak perempuan. Singkat cerita, anak perempuan itu kemudian dinikahi Abdul Aziz bin Marwan dan dari pernikahan mereka lahir seorang anak laki-laki bernama Umar bin Abdul Aziz, seorang Khalifah yang sangat harum namanya karena kejujuran dan keadilannya. ”Bermain Api” dengan ketidakjujuran Masih perlukah sikap jujur, di negeri dimana moral sudah tidak lagi bersendi? Moral sudah berserak-serak?. Korupsi dimana-mana: dari birokrasi hingga lembaga perwakilan, dari pusat sampai ke desa, dari pejabat tinggi sampai RT. Apakah tidak merugi kita bersikap jujur?. Kejujuran adalah bawaan lahir manusia. Manusia betapapun rusak akhlaknya, tetap mencintai kejujuran. Seorang penjahat sungguh tidak pernah menginginkan anaknya menjadi penjahat.
12
Seorang penipu tidak pernah terlintas dalam pikirannya agar anaknya menjadi penipu juga. Bahkan seorang koruptor juga tidak ingin anaknya melanjutkan karir sebagai koruptor. Mereka yang tidak jujur sebenarnya memiliki rasa bersalah. Mereka lantas menyalahkan keadaan: blaming the others. Seperti menyalahkan punya anak banyak. Punya istri banyak. Teman-temannya juga koruptor. Keadaan memaksa kalau tidak korup tidak akan langgeng menduduki jabatan karena jabatan itu menjadi transaksi korupsi. Kenapa korupsi merajalela?. Karena moral dan kejujuran sudah tidak dibudayakan. Moral dan kejujuran sebagai hiasan dan formalitas saja. Nama boleh diawali dengan Haji, KH, DR, SH, apalagi gelar-gelar yang mencerminkan manusia berpendidikan dan mengerti apa itu etika-kaidah benar dan salah-tapi kalau sudah berdekatan dengan masalah uang, langsung meleleh. Berubah warna dan pudar. Manusia juga sesungguhnya menyukai cara-cara yang instan dan cepat untuk mencapai tujuannya. Akhirnya, demi mencapai tujuan, cara apa pun bisa ditempuh. Apakah bertentangan dengan moral dan ajaran agama, itu tidak penting lagi. Yang penting adalah bagaimana saya mendapat keuntungan sebesar-besarnya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Masalah orang lain menderita kerugian itu urusan lain. Sekilas, ketidakjujuran terlihat menguntungkan, tapi sesungguhnya ketidakjujuran justru awal dari kejatuhan. Tidak saja kejatuhan moral dan integritas, tetapi kajatuhan ruhani. Bahkan, bisa dikatakan kebangkrutan ruhani. Kalau terus menerus tidak jujur, lama-lama dia akan hancur. Jalan kejujuran itu mirip dengan istilah jalan yang benar: jalan benar bukan berarti lurus seperti jalan tol. Tapi bisa jadi jalan yang benar itu berkelok-kelok. Sementara itu ketidakjujuran mirip dengan jalan pintas yang mengahantarkan seseorang tapi membahayakan. Ketidakjujuran terlihat dari luarnya menguntungkan, tapi sesungguhnya merugikan karena mengorbankan sesuatu yang paling berharga sebagai mansuia: concience atau hati nurani. Orang yang tidak jujur selalu bertentangan dan bertarung dengan dirinya. Oleh karenanya, dia tidak akan pernah merasakan kepuasan dan kebahagiaan hidup. Sekali seseorang berlaku tidak jujur, maka dia juga akan melakukan hal yang sama untuk kasuskausus lainnya. Jadi, ketidakjujuran ibarat bara api yang akan merembet dan menghabiskan gulungan kayu, bahkan hutan. Susah dihentikan. Hati –hatilah dengan perbuatan tidak jujur, meski hanya sekali.
13
Otoritas Alamiah dan Moral (dari: The 8th Habit, Stephen R. Covey) Apa itu otoritas moral? Otoritas moral adalah pemanfaatan kebebasan dan kemampuan kita untuk memilih berdasarkan suatu prinsip. Dengan kata lain, bila kita mengikuti prinsip-prinsip dalam hubungan kita dengan sesama kita, kita seperti sedang memasuki wilayah perizinan alam. Hukum alam (seperti gravitasi) dan prinsip-prinsip (seperti rasa hormat, kejujuran, kebaikan, hati, integritas, pelayanan dan keadilan) mengendalikan akibat dari pilihan-pilihan kita. Sebagaimana anda mendapatkan udara dan air yang tercemar kalau anda terus menerus bersikap tidak baik dan tidak jujur kepada orang lain. Dengan pemnafaatan kebebasan dan kemampuan untuk memilih secara bijaksana, dan didasari dengan prinsip-prinsip yang baik, orang yang rendah hati akan memperolah otoritas moral terhadap orang-orang, budaya, organisasi, maupun seluruh masyarakatnya. Nilai adalah norma sosial, yang bersifat personal, emosional, subyektif, dan dapat diperdebatkan. Kita semua punya nilai-nilai. Bahkan kriminal pun punya nilai-nilai. Pertanyaan yang harus anda ajukan terhadap diri sendiri adalah, apakah nilai-nilai anda didasarkan atas prinsip?. Bila anda runut sampai ujungnya, anda akan menemukan bahwa prinsip-prinsip tersebut adalah hukum alam, yang bersifat impersonal, faktual, objektif dan jelas dari sananya. Berbagai akibat atau konsekuensi ditentukan oleh prinsip, perilaku ditentukan oleh nilai, karena itu hargailah prinsip-prinsip itu! Orang yang terobsesi dengan ketenaran, adalah contoh dari mereka yang nilai-nilainya mungkin tidak mengakar kuat pada prinsip. Popularitas membentuk pusat moral mereka. Dengan kata lain, keinginan untuk tenar dan tetap tenar menghalalkan segala cara. Mereka tidak tahu sebenarnya siapa mereka itu, dan tidak tahu ke mana sebenarnya arah ”utara” yang benar. Mereka tidak tahu prinsip mana yang harus diikuti, karena kehidupan mereka didasarkan pada nilai-nilai sosial. Mereka tercabik karena tegangan antara kesadarannya akan tuntutan sosial dan kesadaran diri mereka di satu pihak, dan hukum alam dan prinsip di pihak lain. Bila sedang ada dalam pesawat terbang, keadaan seperti itu disebut vertigo. Dalam keadaan itu, Anda kehilangan arah atau acuan ke darat (yang dalam hal ini berarti prinsip) sehingga anda jadi benar-benar bingung dan tersesat. Banyak orang yang menjalankan hidup mereka dengan semacam vertigo, atau kebingungan moral. Anda menyaksikan mereka dalam kehidupan anda dan dalam budaya populer. Mereka tidak mau bersusah payah untuk benar-benar memusatkan dan mendasarkan nilai-nilai mereka pada prinsipprinsip yang abadi. Karena itu, tugas pokok kita adalah menentukan di mana ”utara yang sesungguhnya” dan kemudian mengarahkan segalanya ke situ. Kalau tidak, anda akan hidup dengan berbagai konsekuensi negatif yang pasti akan muncul. Sekali lagi, konsekuensi negatif itu tak terelakan karena walau nilai mengendalikan tingkah laku, prinsiplah yang mengendalikan tingkah laku itu. Otoritas moral menuntut pengorbanan atas kepentingan egoistik berjangka pendek, dan keberanian untuk meletakkan nilai-nilai sosial di bawah prinsip-prinsip. Dan nurani kita adalah gudang dari prinsip-prinsip tersebut. Nurani
Berupayalah untuk mempertahankan percikan api ilahi yang disebut nurani itu tetap menyala
(George Washington).
Banyak yang telah dikatakan mengenai pentingnya nurani atau suara hati. Ada banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa nurani-yaitu kesadaran moral kita, cahaya batin kita-merupakan
14
fenomena yang bersifat universal. Kodrat rohani dan kodrat moral manusia itu terlepas dari agama, atau pendekatan agama, budaya, geografi, nasionalitas atau ras tertentu. Kendati demikian, semua tradisi agama besar di dunia ini bertemu di dalam prinsip atau nilai dasar tertentu. Immanuel Kant berkata, ”Saya selalu dibuat kagum oleh dua hal: langit berbintang-bintang di atas kita, dan hukum moral di dalam diri kita.” Nurani adalah hukum moral di dalam diri kita. Banyak orang yang percaya, demikina juga saya, bahwa nurani adalah suara Tuhan kepada anak-anakNya. Orang lain mungkin saja tidak memiliki keyakinan seperti ini, tetapi tetap mengakui adanya suatu pemahaman yang sudah mereka bawa sejak lahir mengenai kejujuran dan keadilan, mengenai benar dan salah, mengenai apa yang baik dan buruk, mengenai apa yang mendukung dan apa yang mengganggu, mengenai apa yang memperindah dan apa yang merusak, mengenai apa yang benar dan salah. Tentu saja, berbagai budaya yang berbeda menerjemahkan pemahaman moral dasar ini dalam berbagai praktik dan istilah yang berbeda pula, tetapi terjemahan yang berbedabeda itu tidak meniadakan pemahaman dasar mengenai baik dan buruk. Ketika bekerja di antara bangsa-bangsa yang menganut beragam agama dan budaya, saya menyaksikan penyingkapan nurani yang bersifat universal itu. Nurani itu sesungguhnya adalah seperangkat nilai, suatu kesadaran mengenai keadilan, kejujuran, rasa hormat, dan sumbangan yang mengatasi budaya-sesuatu yang abadi, yang mengatasi jaman, dan tidak memerlukan bukti lain (self evident). Sekali lagi, hal itu sama jelasnya dengan fakta bahwa kepercayaan menuntut sifat dapat dipercaya. ”Nurani rela berkorban”-mengalahkan diri sendiri dan menundukkan ego demi tujuan, alasan atau prinsip yang lebih tinggi. Pengorbanan itu sesungguhnya berarti melepaskan sesuatu yang baik demi sesuatu yang lebih baik lagi. Kendati demikian dalam benak orang yang melakukan pengorbanan, sesungguhnya tidak ada kerugian, dan hanya si pengamat yang melihat hal itu sebagai pengorbanan. Pengorbanan itu bisa mengambil banyak bentuk, sebagaimana dia dapat menampakkan diri dalam empat dimensi kehidupan kita: berkorban secara fisik dan ekonomis (tubuh); berupaya mengembangkan pikiran yang terbuka, selalu ingin tahu; dan membersihkan diri dari bermacam prasangka (pikiran); menunjukkan rasa hormat dan cinta mendalam terhadap sesama (hati); menundukkan kehendak diri kita kepada kehendak yang lebih tinggi demi kebaikan yang lebih besar (jiwa). Nurani megajarkan kepada kita bahwa tujuan dan cara mencapainya tidak terpisahkan, bahwa tujuan sesungguhnya sudah ada sebelumnya dalam cara mencapainya. Immanuel Kant mengajarkan bahwa cara yang digunakan untuk mencapai tujuan sama pentingnya dengan tujuan itu sendiri. Machiavelli mengajarkan sebaliknya, tujuan membenarkan, dan karen itu juga menghalalkan segala cara. Nurani terus menerus mengingatkan kita akan nilai-nilai dari tujuan maupun cara mencapainya, dan bahwa keduanya tidak terpisahkan. Ego mengatakan kepada kita bahwa tujuan membenarkan caranya, karena ego tidak sadar bahwa tujuan mulia tidak akan pernah dapat diraih dengan cara yang tidak semestinya. Mungkin tampaknya anda bisa mencapai tujuan mulia dengan cara yang tidak semestinya, tetapi akan ada sekian banyak konsekuensi yang tidak diharapkan, yang sebelumnya tidak tampak atau tidak jelas, yang pada akhirnya akan menghancurkan tujuan itu sendiri. Misalnya, anda dapat meneriaki anak anda untuk membersihkan kamarnya. Bila tujuan anda adalah ”kamarnya jadi bersih”, mungkin anda mencapai tujuan itu, tapi ya hanya itu. Saya jamin, cara yang anda pakai itu tidak akan hanya berpengaruh negatif terhadap hubungan anda dengan anak anda, tetapi kamar mereka juga tidak akan tetap bersih bila anda ke luar kota beberapa hari saja. Nurani secara lebih mendalam merubah visi, disiplin dan gairah kita dengan cara memperkenalkan kita dengan berbagai bentuk hubungan. Dia mendorong kita untuk berpindah dari keadaan mandiri jadi saling tergantung. Ketika hal ini terjadi segala sesuatunya jadi berubah, anda memahami bahwa visi dan nilai harus disebarkan agar menjadi milik bersama, sebelum orang-orang bisa
15
menerima menjadi disiplin yang dilembagakan dalam struktur dan sistem yang mengemban nilainilai bersama itu. Visi bersama itu akan menciptakan disiplin dan keteraturan tanpa menuntutnya. Nurani sering menyediakan alasan (kenapa); visi mengidentifikasi apa yang hendak dicapai; disiplin mewakili bagaimana anda mencapainya; dan gairah mewakili kekuatan perasaan dibalik kenapa, apa dan bagaimana tadi. Nurani mengubah gairah menjadi belarasa atau welas asih (compassion). Dia membangkitkan perhatian tulus kepada orang lain, suatu kombinasi antara simpati dan empati, sehingga kita bisa merasakan penderitaan orang lain. Belarasa adalah perwujudan gairah dalam keterkaitan kita dengan orang lain. Bila kita berusaha untuk hidup menurut nurani kita, nurani itu akan membangkitkan integritas dan ketenangan pikiran. Seorang pastor projo kelahiran Jerman yang sekaligus juga pembicara dan penulis yang membangkitkan motivasi, William J.H. Boetcker, pada awal abad kedua puluh mengatakan, ”Bila anda akan mempertahankan rasa hormat anda terhadap diri sendiri, lebih baik membuat orang lain tidak senang dengan melakukan hal-hal yang anda ketahui salah.” Kehormatan dan integritas itu pada gilirannya akan membuat orang yang memilikinya mampu menjadi baik hati sekaligus berani. ” Baik hati dalam arti bahwa dia akan menunjukkan rasa hormat yang mendalam terhadap orang lain, terhadap pandangan, perasaan, pengalaman, dan keyakinan mereka”. Berani dalam arti bahwa mereka dapat mengemukakan keyakinan mereka sendiri tanpa ancaman pribadi. Benturan di antara berbagai pendapat yang berbeda bisa menghasilkan alternatif ketiga, yang lebih baik daripada gagasan pertama yang muncul. Ini merupakan sinergi yang sesungguhnya, dimana keseluruhannya lebih besar daripada jumlah total bagian-bagiannya. Orang yang tidak hidup dari nuraninya tidak akan mengalami integritas batiniah dan ketenangan pikiran. Ego mereka akan terus berusaha mengendalikan hubungan dengan orang lain. Kendati barangkali mereka bisa berpura-pura baik hati dan berempati, mereka akan menggunakan manipulasi halus, bahkan bisa lebih jauh terlibat dalam perilaku diktator, yang sepintas lalu kelihatan baik, tetapi sesungguhnya tidak.
16
Modul 2 Topik: Kepemimpinan Masyarakat Manusia
Peserta memahami dan menyadari: 1. Ciri khas seorang pemimpin manusia 2. Pemimpin masyarakat manusia haruslah manusia sejati
Kegiatan 1: Diskusi pemimpin versus pemimpin Kegiatan 2: Menggambar bersama pemimpin masyarakat manusia
2 Jpl ( 90 ’)
Bahan Bacaan: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Golongan Pemimpin Bukan Bos Tapi Pemimpin Standar Tunggal Perilaku Sistem Nilai : Meletakannya Pada Garis Beda Pemimpin dan Bos Kriteria Kepemimpinan
• Kerta Plano • Metaplan • Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
17
Diskusi Pemimpin versus Pemimpin 1) Buka pertemuan dengan salam singkat kemudian uraikan bahwa kita akan memulai Modul : Kepemimpinan Masyarakat Manusia yang terdiri dari 3 Kegiatan Belajar yaitu : Kegiatan 1 : Diskusi pemimpin versus pemimpin Kegiatan 2 : Menggambar bersama pemimpin masyarakat manusia dan apa yang ingin dicapai melalui Modul ini yaitu : Peserta memahami ciri khas seorang pemimpin masyarakat manusia Peserta menyadari bahwa pemimpin masyarakat manusia haruslah seorang manusia sejati sesuai dengan martabatnya sebagai mahluk ciptaan tertinggi. Uraikan kemudian bahwa kita akan memulai dengan Kegiatan 1 : Diskusi Pemimpin versus Pemimpin. Uraikan secara singkat tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu : Peserta mampu menguraikan dengan kata-kata sendiri perbedaan yang hakiki antara kepemimpinan masyarakat manusia dan masyarakat binatang
2) Uraikan kasus yg telah disiapkan dan mulailah dgn ucapan maaf bukan dengan maksud merendahkan tetapi lebih dalam rangka membangun pemahaman kritis mengenai kepemimpinan masyarakat manusia. Peristiwa yang pertama terjadi dalam masyarakat kera yang kehilangan pemimpimnya dan sedang berupaya memilih pemimpin. Peristiwa yang kedua terjadi pada masyarakat manusia yang juga kehilangan pemimpinnya dan sedang berupaya memilih pemimpin juga.
•
Disuatu bukit dimana ada hutan yang lebat hiduplah suatu masyarakat kera. Pada saat itu mereka kehilangan pemimpin mereka karena tertempak oleh seorang pemburu, maka berkumpullah kera-kera dewasa untuk memperebutkan kedudukan pemimpin tersebut. Di tempat yang terpisah di balik bukit tersebut juga hiduplah masyarakat manusia di suatu desa yang asri, tetapi penduduknya tampak sedang bersedih karena mereka juga kehilangan pemimpin yang sangat mereka cintai karena sakit. Pada saat itu mereka sedang bermusyawarah menentukan siapakah kira-kira yang pantas menggantikan pemimpin mereka
3) Bagilah peserta dalam beberapa kelompok 5-7 orang dan mintalah tiap kelompok merumuskan bagaimana kedua masyarakat tersebut akan memilih pemimpin dengan memberikan pertanyaan sebagai berikut :
18
Untuk masyarakat kera • • • • •
Apakah kriteria seorang pemimpin bagi masyarakat kera tersebut ? Bagaimana menentukan mana yang sesuai sebagai pemimpin atau dgn kata lain memenuhi kriteria tersebut Apakah yang akan dilakukan oleh pemimpin kera tsb setelah terpilih. Bagaimana sikapnya terhadap bibit unggul. Apakah yang akan dilakukan oleh masyarakat kera tsb terhadap pemimpinnya
Kemudian tanyakan hal yang sama untuk masyarakat manusia, sbb : Untuk masyarakat manusia • Apakah kriteria seorang pemimpin bagi masyarakat manusia tersebut ? • Bagaimana menentukan mana yang sesuai sebagai pemimpin atau dgn kata lain memenuhi kriteria tersebut • Apakah yang akan dilakukan oleh pemimpin manusia tsb setelah terpilih • Bagaimana sikapnya terhadap bibit unggul • Apakah yang akan dilakukan oleh masyarakat manusia tsb terhadap pemimpinnya 4) Ajak peserta menyimpulkan apakah perbedaan hakiki antara kepemimpinan manusia dan binatang (kera) tersebut (kriteria, cara pemilihan, cara memimpin, sikap terhadap bibit unggul, sikap masyarakat yang dipimpinnya) ? 5) Coba simpulkan apakah perbedaan hakiki antara kepemimpinan manusia dan binatang (kera) tersebut (kriteria, cara pemilihan, cara memimpin, sikap terhadap bibit unggul, sikap masyarakat yang dipimpinnya) ? Masyarakat Binatang memilih pemimpin berdasarkan kriteria kekuatan fisik dan mental (lebih besar, lebih kuat, lebih tangkas, lebih buas, lebih licik, lebih pandai berkelahi, dsb) Untuk menentukan mana yang sesuai dgn kriteria tersebut mereka adu kekuatan, ketangkasan dan kepandaian yang diwujudkan dalam berkelahi. Biasanya yang mempunyai kriteria dengan sifat – sifat tadi adalah kelompok jantan. Setelah menjadi pemimpin sangat otoriter, menegakkan disiplin dgn kekerasan dan sangat protektif thp kumpulannya, dia berkuasa atas segala yang ada dilingkung wilayahnya. Dia mendapatkan keutamaan dalam banyak hal terutama dalam hal pelayanan. edangkan imbalannya masyarakat binatang melayani dengan memberikan yang terbaik untuk pemimpin mereka.
Masyarakat Manusia memilih pemimpin berdasarkan keluhuran budinya yg tercermin dalam perilakunya seharihari, yg mampu membangun kebajikan bagi masyarakatnya karena hidupnya sendiri memang dikendalikan oleh nilai-nilai luhur, jujur, adil, rendah hati, tulus/tanpa pamrih, mengutamakan orang lain, dsb. Jadi pemimpin dipilih berdasarkan kepada sifat – sifat baiknya bukan berdasarkan kepada golongan, jenis kelamin, pendidikan atau yang lainnya. Untuk menentukan siapa yang sesuai dengan kriteria tersebut hanya dapat dilakukan dengan membandingkan perbuatannya sehari-hari. Setelah menjadi pemimpin dia siap untuk melakukan apapun demi kepentingan masyarakat yang dipimpin, sangat bijaksana dan melayani yang dipimpinnya (abdi masyarakat manusia) Sedangkan masyarakatnya justeru diperhatikan dan dilayani. Sebagai akibat sebagian besar masyarakat akan mencintainya dan taat karena cinta dan hormat pada pengabdiannya dan bukan karena keterpaksaan.
19
Kriteria Cara Mendapatkan Pemimpin Cara Memimpin
Sikap terhadap Bibit Unggul Sikap Masyarakat yang Dipimpinnya
BINATANG Penekanan pada kemampuan fisik dan mental Adu kekuatan dan kepandaian Otoriter, orientasi kekepentingan diri sendiri, mempertahankan kekuatannya dengan membuat yang lain tidak berkembang (mendapat sisa-sisa) dan tetap tergantung, melindungi kumpulannya dengan kekuatan fisik dan mentalnya Dibunuh/dimusnakan untuk mempertahankan kedudukan bukan kemajuan masyarakatnya Takut dan mereka
melayani
pemimpin
MANUSIA Penekanan pada kemampuan bertindak sesuai moral dan pengabdian dalam arti yang luas Adu perbuatan baik yg tulus/kebajikan/kearifan Mendengarkan, orientasi kepentingan masyarakat, melayani, mengembangkan/ mendorong kemajuan bagi masyarakat yang dipimpinnya, memberi perlindungan kpd yg lemah Dipelihara dan dipersiapkan menjadi penggantinya agar bermanfaat bagi kemajuan masyarakatnya mencintai/menyegani, menghormati, merdeka, terinspirasi mengikuti tauladannya tetapi secara kritis melakukan koreksi bila ddibutuhkan
Menggambar bersama pemimpin masyarakat manusia 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita masih di Topik Kepemimpinan Masyarakat Manusia dengan Kegiatan 2 : Menggambar bersama pemimpin masyarakat. Uraikan secara singkat tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan belajr ini, yaitu : Peserta mampu memadukan persepsi mengenai pemimpin masyarakat manusia, antara lain dapat menyebutkan dgn kata-kata sendiri : • rumusan (ciri-ciri utama) seorang pemimpin masyarakat manusia • peran utama seorang pemimpin masyarakat manusia 2) Bagi kertas setengah folio seorang peserta satu dan ajukan pertanyaan : Apakah yang dimaksud dengan pemimpin masyarakat (manusia) dan minta tiap peserta menulis jawabannya secara singkat dan padat tanpa diskusi dgn temannya. Waktu 2 menit 3) Setelah selesai menulis jawaban masing-masing, mintalah tiap kelompok menggambar atau membuat simbol yang menggambarkan pengertian kelompok mengenai seorang pemimpin masyarakat (manusia) dan secara singkat merumuskan kesimpulan kelompok mengenai peran utama seorang pemimpin. Tulislah jawaban kelompok dalam kertas plano yang telah disediakan. Gunakan lembar kerja LK PIM - 2 dengan beberapa pertanyaan pemandu. Waktu 10 menit 20
4) Mintalah tiap kelompok untuk menempel hasil masing-masing di dinding dan satu wakilnya menyajikan hasil rumusan kelompok masing-masing 2 menit. 5) Ajak diskusi kelas untuk menyimpulkan hasil masing-masing mengenai : a) Pengertian umum seorang pemimpin masyarakat (ciri utama) b) Peran utama yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin masyarakat 6) Berilah masukan tentang pengertian (ciri utama) dan peran utama seorang pemimpin masyarakat sebagai pelopor pembaruan, apa dan mengapa begitu ? (Gunakan Bahan Bacaan)
Diskusi tipologi kepemimpinan dan pengaruhnya terhadap pemberdayaan masyarakat
1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai Kegiatan 3 : Diskusi tipologi kepemimpinan dan pengaruhnya terhadap pemberdayaan masyarakat, dan uraikan apa yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu : Peserta dapat menguraikan dgn kata-kata sendiri : • Yang bagaimanakah yang disebut pemimpin sejati • Berbagai tipe kepemimpinan yang lazim di masyarakat • Pengaruh tiap tipe kepemimpinan tersebut terhadap pemberdayaan masyarakat yang dipimpinnya. Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5-7 orang dan bagikan kepada setiap kelompok LK - Kepemimpinan - 3 yang telah disiapkan dan mintalah tiap kelompok mengerjakan tugas 1 dan tugas 2 tersebut di bawah ini 2). Mintalah kepada tiap kelompok untuk menyajikan atau membagikan hasil temuan kelompok masing-masing dan simpulkan dalam diskusi kelas dengan menyempurnakan pendapatpendapat yang kurang tepat dan tanyakan kepada peserta mana yang pemimpinan sejati dan mana tipe kepemimpinan yang paling cocok dengan konsep pemberdayaan yang intinya; melayani warganya agar mampu memulihkan dirinya sebagai manusia sejati. Gunakan Matriks Kepemimpinan yang telah diisi sebagai masukan ke peserta, yaitu kecenderungankecenderungan yang lazim terjadi dari tiap tipe kepemimpinan tersebut.
21
LK 1 - Kepemimpinan Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “Menggambar bersama pemimpin masyarakat manusia” 1) Belajar dari kegiatan belajar terdahulu, coba tulislah diatas kertas ½ folio yang telah dibagikan panitia pemahaman masing-masing mengenai seorang pemimpin masyarakat manusia (definisi) tanpa berbicara atau diskusi dengan yang lain. •
Setelah tiap peserta menulis rumusan masing-masing, coba diskusikan bersama dalam kelompok dan sepakati rumusan bersama dalam bentuk tulisan singkat apakah pemimpin masyarakat manusia itu.
•
Untuk itu gunakan pendapat masing-masing yang telah ditulis di kertas ½ folio dan padukan dengan pendapat yang lain untuk kemudian disimpulkan sebagai pendapat kelompok
•
Buatlah gambar bersama atau simbol-simbol yang dapat memberikan ilustrasi apa itu seorang pemimpin masyarakat menurut kelompok.
•
Setelah rumusan bersama/kelompok mengenai pemimpin masyarakat dihasilkan, cobalah mengilustrasikan dengan sebuah gambar atau simbol yang merefleksikan rumusan kelompok tersebut mengenai pemimpin masyarakat. Ini adalah murni gambar/simbol dan tidak boleh ada tulisan.
2) Rumuskan bersama apakah peran utama seorang pemimpin masyarakat. Setelah rumusan kelompok mengenai pemimpin masyarakat baik berupa teks maupun gambar dibuat, coba rumuskan bersama (masih dlm kelompok) apakah peran utama yang harus dilakukan oleh seorang pemimpim masyarakat ?
Pemimpin masyarakat manusia adalah seorang manusia sejati yang mampu menerapkan nilai-nilai luhur dalam hidupnya sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk ciptaan Allah yang tertinggi sehingga mampu menjadi tauladan bagi pengikutnya. Oleh sebab itu seorang pemimpin hanya akan melakukan hal yang baik dan benar sehingga mampu mengilhami dan menunjukkan arah menuju ke perbaikan/kemajuan, selalu melayani pengikutnya demi kepentingan yang dipimpinnya. Tidak mencari kesalahan orang lain tetapi dengan arif menunjukkan apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya. Dia berupaya dengan segala daya untuk menggunakan semua bakat dan kemampuan, dengan memfasilitasi, setiap anggota untuk tujuan perbaikan kehidupan barsama.
22
Oleh sebab itu pemimpin sering diilustrasikan sebagai : a) Matahari yang memberikan sinar dan kehangatannya tanpa membeda-bedakan yang baik, yang buruk, yang kaya yang miskin, suku, keyakinan, ras, dan mampu memancarkan cahaya untuk menyingkirkan kegelapan sebagai sumber kejahatan. Seorang pemimpin harus mampu memberi kehangatan, kejelasan, berlaku adil tanpa membeda-bedakan dan mampu menumbuhkan kebaikan dan mengubah lingkungan menjadi lebih baik b) Air yang siap memberi kehidupan dan kesuburan, jernih, transparan dan selalu siap dibersihkan kalau kotor tetapi mampu juga menghukum bila manusia salah, tanpa pandang bulu. Seorang pemimpin juga harus mampu memberi kehidupan kepada para pengikutnya, transparan dan siap dikoreksi/mengkoreksi diri bila bersalah dan berani menghukum bila ada yang salah tanpa membeda-bedakan. c) Bintang yang memberi arah kepada siapa saja yang sedang dalam kegelapan dan membutuhkan tuntunan. Seorang pemimpin harus mampu menjadi penuntun dan penerang dalam kegelapan melalui keteladanan hidup. d) Angin yang selalu dirindukan karena mampu memberi kesejukan kepada siapa saja yang kegerahan dan membutuhkan kesegaran. Seorang pemimpin harus selalu dirindukan bila tidak ada karena mampu memberi kesejukan dan kesegaran waktu hadir. e) Bumi yang siap diinjak, dikotori tetapi tetap setia memberi kehidupan bagi para penghuninya dan mampu memendam segala keburukan atau hal-hal yang kurang bermanfaat lagi dan selalu siap menerima siapa saja yang datang kepadanya. Seorang pemimpin harus juga mampu memberi maaf, tidak pendendam, tetap setia, akomodatif dan mengayomi f) Api yang mampu mengubah segala sesuatu sehingga bermanfaat bagi manusia, mampu mengubah yang keras menjadi lunak, memberi terang dan kehangatan. Seorang pemimpin juga harus mampu mengubah suatu yang tidak/kurang bermanfaat menjadi bermanfaat untuk kehidupan pengikutnya g) Kemudi karena seorang pemimpin harus mampu membawa pengikutnya menuju tujuan yang dicita-citakan. h) Rem karena seorang pemimpin juga harus mampu berfungsi mencegah hal-hal yang buruk terjadi.
•
Simpulkan diakhirnya bahwa ciri utama seorang pemimpin masyarakat justeru tidak langsung dikaitkan dengan keterampilan, kecakapan, jenis kelamin dsb tetapi lebih dikaitkan dengan sifat-sifat luhur manusia yang diperankannya; jujur, adil, transparan, kerendahan hati, setia dan kearifan selalu mampu berperan dalam memberi penerangan dlm kegelapan, penunjuk arah melalui keteladanan, kesejukan dalam kegelisahan, mencegah hal-hal yang buruk terjadi, akomodatif dan mengayomi, dsb yang secara keseluruhan menunjukkan keluhuran budi seorang manusia sejati.
23
LK 2 – Kepemimpinan Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan diskusi tipe-tipe kepemimpinan dan pengaruhnya terhadap pemberdayaan masyarakat Kasus 2 A adalah seorang manajer suatu perusahaan import-eksport yang kurang berkembang. Banyak stafnya mengeluh atas perilakunya dalam memimpin perusahaan. Dia sulit menerima pendapat orang lain, dalam rapat staf bulanan tampak sekali bagaimana dia berupaya memaksakan kehendaknya. A beranggapan bahwa akulah yang paling berkuasa disini sudah seharusnyalah semua menuruti kemauanku. Sementara B adalah juga seorang manajer di sebuah perusahaan angkutan yang selalu menolak ajakan pelanggannya untuk menuliskan nilai sewa angkutan lebih tinggi dari yang sebenarnya dibayar oleh para pelanggannya. Disamping itu dia sangat memperhatikan kesejahteraan stafnya. Bila salah seorang stafnya menghadapi persoalan dia selalu menghiburnya dengan mengatakan biar nanti bapak yang selesaikan dan semua merasa senang karena hanya tinggal menunggu bapak B bertindak. Si C adalah tukang becak yang hidupnya serba pas-pasan. Meskipun demikian dia berupaya mengorganisasi teman-temannya sesama tukang becak untuk melakukan kegiatan simpan pinjam yang hasilnya dapat digunakan untuk saling tolong diantara mereka. Simpan pinjam ini berjalan dengan sangat baik sehingga modal yang dipupuk mencapai jumlah yang cukup besar. Semua ini terjadi bukan karena si C pandai mengelola keuangan simpan pinjam tersebut melainkan karena si C menjadi teladan bagi yang lain untuk menabung dan membayar pinjaman tepat waktu. Si C ini juga menjadi inspirator dan contoh pekerja yang gigih dan penuh dedikasi meskipun hanya sebagai tukang becak. D adalah salah satu staf senior A dalam ketidak puasannya terhadap kepemimpinan A berupaya selalu menjatuhkan A dengan berbagai tipu muslihat dan provokasi. Dia berhasil meyakinkan teman-temannya bahwa sumber penyakit di perusahaan ini justeru adalah si A, bila kita berhasil menggulingkan A maka perusahaan akan maju. Dengan dalih itulah D berhasil mengorganisasi sebagian besar karyawan untuk menolak kepemimpinan A dan melakukan protes ke dewan direksi sehingga kemudian dia dikenal sebagai sang pahlawan yg suka membela yang tertindas. Padahal dia berpikir kalau saja A jatuh maka peluang utama untuk mengganti A pasti jatuh ke dia. Tugas 1 a) Siapakah menurut Anda diantara A, B, C dan D yang benar-benar seorang pemimpin sejati ? b) Coba uraikan alasan Anda mengapa memilih dia sebagai pemimpin ?
.
24
Standard Tunggal Perilaku (dari Buku Keshavan Nair, A Higher Standard Of Leadership) Ketika kepemimpinan memberikan contoh teladan, standar gandapun merasuki organisasi. Dalam bisnis, karyawan baru yang ingin cepat sukses memahami benar bagaimana permainan dimainkan, dan banyak yang meninggalkan idealismenya demi mengejar sukses. Banyak diantara kita pernah hadir dipertemuan-pertemuan dimana kita menyaksikan seorang mendapatkan pujian dan penghargaan untuk suatu pekerjaan yang tidak mereka lakukan. Kita telah menyaksikan orangorang secara sengaja menyembunyikan data dan sumber informasi untuk menghalangi peluang sukses rekan-rekan mereka.Penerimaan standar yang rendah ini juga terdapat di luar arena perusahaan dan arena poitik; mulai dari konsultan atau pengacara yang menambahkan jam-jam ekstra ketika mengenakan biaya pada kliennya, sampai ke montir mobil yang mengenakan biaya untuk pekerjaan yang tidak mereka lakukan,belum lagi orang-orang yang menyerahkan klaim asuransi dalam jumlah yang membengkak. Menjadi orang yang dewasa-seorang sesepuh atau orang tua, dalam banyak hal berarti menjadi seorang yang berada digaris depan kepemimpinan. Beberapa tahun yang lalu, saya mampir kesebuah restoran, duduk di satu meja bersama sepasang suami istri bersama putri mereka yang masih remaja. Ketika tanda terima kartu kredit tiba, sang ayah menuliskan sesuatu dibaliknya. Putrinya mengambilnya, memeriksanya dan berkata dengan agak keras “Tetapi, dia kan tidak makan bersama kita?” Kedua orang tua sang gadis remaja tersebut saling berpandangan tanpa berkata sepatah katapun. Di sini, standar ganda perilaku difokuskan pada tingkat paling mendasar, yakni dalam keluarga. Siorang tua, tanpa menyadari contoh yang diberikan, telah memperagakan bahwa berbohong dalam keadaan-keadaan tertentu adalah suatu hal yang layak dilakukan. Sang anak pun diperkenalkan pada standar ganda. Memberikan contoh merupakan hal yang penting bagi peran kepemimpinan. Untuk membela standar ganda, beberapa orang menunjuk pada fakta bahwa banyak individu dengan moralitas pribadi yang masih dipertanyakan mengerjakan tugas-tugas pelayanan publik yang penting dan banyak individu yang perilakunya dalam masyarakat dicurigai adalah anggotaanggota keluarga dan teman-teman yang baik. Ini memang benar, tetapi kenyataannya adalah bahwa rasa hormat kita terhadap para pemimpin kita akan hilang jika kita sendiri tidak menyetujui perilaku mereka (publik maupun pribadi). Pemimpin yang tidak menghormati kita akan berkurang legitimasi kepemimpinannya dan akan kehilangan kepercayaan dari kita. Pemimpin yang tidak dipercaya sulit untuk bersaing dengan pemimpin lainnya dalam meraih kejayaan. Hal ini bukan saja membuat kepemimpinan mereka kurang efektif, tetapi juga dapat membawa kemunduran menyeluruh terhadap harapan rakyat. Kita merasa putus asa dan menjadi sinis karena kita tak dapat mempercayai para pemimpin kita sendiri. Maka terjadilah kemerosotan dalam jiwa kita sendiri. Untuk meningkatkan legitimasi dan rasa hormat terhadap suatu kepemimpinan dan terhadap sistem di mana kita hidup, kita harus menerima standar tunggal; standar tunggal dalam berperilaku, baik dalam kehidupan publik maupun dalam kehidupan pribadi. Ini bukan seruan untuk menjadikan kita sempurna; ini merupakan sesuatu untuk mengukur tindakan kita; sesuatu untuk kita usahakan dengan keras dan untuk menolong diri kita sendiri dalam mengontrol ketidak sempurnaan kita.
25
Perdebatan-perdebatan tentang teori-teori ekonomi dan bisnis seperti tentang pasar bebas, peranan pemerintah, maksimalisasi laba dan strategi bersaing tidak memberi dampak yang berarti pada sifat kepemimpinan atau masyarakat. Tetapi kesetiaan kita pada standar tunggal, ya. Idealisme merupakan santapan jiwa. Jika kita kehilangan idealisme, kita kehilangan kedalaman sebagai individu, kita berarti berhenti berfikir dan berhenti berusaha untuk berubah, dan yang paling penting adalah kita kehilangan rasa persaudaraan dengan orang lain. Kehilangan rasa persaudaraan inilah yang menyulut tindakan kekerasan di sekeliling kita. Untuk menciptakan masyarakat yang harmonis, kemajuan ekonomi haruslah dilingkupi oleh komitmen terhadap idealisme. Untuk menyitir apa yang dikatakan duaribu tahun yang lalu: “Apa yang akan dicapai suatu bangsa melalui kemajuan ekonominya jika ia kehilangan jiwanya?”. Tidaklah cukup mendesak orang untuk hidup dengan standar tunggal; kita harus membuatnya lebih praktis. Kita membutuhkan pedoman, sehingga setiap individu di semua segmen dalam masyarakat kita, mulai dari pemimpin potensial di sekolah dan universitas sampai orangtua dan guru, mulai dari para pemimpin di komunitas kita sampai para pemimpin di tingkat nasional dan internasional dapat memahami dan mencoba untuk mengikuti. Kita harus meletakkan di hadapan kita serangkaian proses bagi upaya mencapai standar tunggal dalam berperilaku. Setiap orang akan menyaksikan jalannya sendiri dalam proses ini. Upaya keras untuk mencapai idealisme membutuhkan komitmen. Ini tidak berbeda dari berusaha mencapai kesempurnaan dalam bidang kegiatan apapun, dari olahraga sampai ilmu pengetahuan, dari musik sampai matematika. Meskipun demikian, ada dua perbedaan penting. Berusaha keras untuk sebuah idealisme yang bertalian dengan perilaku individual lebih sulit karena ia mencakup segala sesuatu yang kita perbuat. Dipihak lain, tiap orang memiliki potensi untuk mencapai kesempurnaan-kita semua dapat mengatakan bahwa diri kita berbakat. Ada lima komitmen dasar yang ke suatu standar kepemimpinan yang lebih tinggi:
membimbing
kita
•
Kembangkan landasan bagi standar tunggal: pegang teguh nilai-nilai absolut.
•
Milikilah idealisme: Teguhkan hati dalam menempuh perjalanan anda.
•
Kembangkan pedoman yang akan menguatkan anda dalam perjalanan itu: teguhkan hati dalam melatih hati nurani anda.
•
Kurangi godaan-godaan yang membawa anda keluar jalur: teguhkan iman.
•
Bersiaplah untuk menghadapi pemeriksaan: teguhkan kemauan untuk mengurangi kerahasiaan.
Upaya ke arah tercapainya suatu standar moral tunggal amatlah sulit dalam konteks kepemimpinan adalah banyaknya penerapannya harus dilakukan di depan publik. Keberanian merupakan kualitas pribadi yang penting yang dibutuhkan untuk mempertahankan kelima komitmen diatas. Ini adalah keberanian jiwa yang dikaitkan dengan kemauan yang gigih. Kita masing-masing harus membuat komitmen untuk hidup berdasarkan standar tunggal dalam berperilaku, karena jika kita melakukannya, para pemimpin kita pun harus mengikutinya.
26
Semangat Pengabdian Banyak diantara kita percaya bahwa memimpin adalah meraih kekuasaan. Tetapi, selama kekuasaan menguasai otak kita tentang kepemimpinan, kita tidak akan dapat bergerak maju menuju suatu standar kepemimpinan yang lebih tinggi. Kita harus menempatkan pengabdian sebagai inti; karena meskipun kekuasaan akan selalu dihubungkan dengan kepemimpinan, ia hanya memiliki satu penggunaan yang sah: pengabdian. Pentingnya pengabdian bagi kepemimpinan mempunyai sejarah yang panjang. Raja-raja zaman dahulu mengakui bahwa mereka mengabdi untuk negara dan rakyatnya, meskipun tindakantindakan mereka tidak konsisten dengan ucapan mereka. Upacara-upacara pelantikan di zaman modern bagi para petinggi negara semuanya melibatkan pengakuan akan pengabdian terhadap Tuhan, negara, dan rakyat. Para politisi merumuskan peran mereka sebagai pengabdian kepada rakyat. Dan di arena spiritual pengabdian selalu menjadi inti kepemimpinan. Pengabdian hadir dalam konteks suatu hubungan. Dalam politik, hubungan itu adalah hubungan antara para pejabat terpilih dengan para pemilihnya, di lingkungan akademik antara pengajar dan siswanya, dalam kehidupan beragama antara pemuka agama dengan umatnya. Idealnya adalah pengabdian yang tidak mementingkan diri sendiri, kita harus menganggap setiap orang sebagai diri kita sendiri dan kita tidak boleh mengharapkan imbalan. Tetapi, jika anda menunggu sampai anda dapat mengabdi tanpa motif pribadi, anda boleh menunggu “sampai tua”. Kepemimpinan yang berorientasi pada pengabdian tidak harus diartikan sebagai selalu menuruti kemauan orang lain. Pengabdian harus dilakukan dalam kerangka acuan nilai-nilai moral, ia harus merupakan pengabdian yang jujur. Jika kita mengikatkan diri pada pengabdian yang jujur, kita tidak harus selalu mengatakan kepada orang banyak apa yang mereka ingin dengar dari kita. Anda justru harus mengatakan kepada mereka jika anda anggap mereka salah. Sebagai pemimpin, kita harus membangun organisasi yang terikat pada pengabdian. Kita harus menciptakan kesadaran akan pengabdian, membentuk kelompok inti yang akan melatih orangorang untuk mengabdi, mengembangkan sistem untuk memberikan pengabdian, dan mengukur pengabdian itu untuk mengevaluasi kinerjanya. Tidak ada yang baru dalam tugas-tugas ini. Banyak badan usaha dan organisasi sukarela melakukan semua ini dengan sangat baik. Jika standar tunggal merupakan pondasi standar kepemimpinan yang lebih tinggi, semangat pengabdian adalah bahan untuk mendirikan struktur bangunannya.
Lima langkah yang akan membantu pemimpin inti menjalankan pengabdiannya:
Fokus pada tanggun jawab
Menekankan pengabdian berlandaskan nilai
Membuat komitmen terhadap pengabdian pribadi
Memahami kebutuhan orang-orang yang akan anda abdi
Mendamaikan kekuasaan dengan pengabdian
Bakat khusus tidak diperlukan untuk meniti langkah-langkah ini, hanya hasrat dan komitmen untuk mengabdi.
27
Golongan Pemimpin1 (Jumat, 02 Agustus 2002) a) T: Saya ingin bertanya tentang pemimpin menurut pandangan Aa. Sebetulnya, ada berapa macam pemimpin yang ada di dunia ini? (Umarawangi, Jakarta) J: Qolbu atau hati itu ada tiga macam, yaitu qolbun maridh (hati yang sakit), qolbun mayyit (hati yang mati), dan qolbun saliim (hati yang selamat). Mengacu pada kategori tersebut, maka macam pemimpin pun ada tiga, yaitu pemimpin yang 'sakit' hatinya, pemimpin yang 'mati' hatinya, dan pemimpin yang selamat hatinya. Pemimpin yang berpenyakit hatinya selalu ingin mendapat perlakuan istimewa dari orang lain. Dia lebih mengutamakan dan mengikuti nafsunya. Salah satu penyakit yang ada pada pemimpin seperti itu adalah sombong. Dengan sombongnya dia sudah berani petantangpetenteng di hadapan orang banyak dan merajalela memberikan perintah. Sedangkan pemimpin yang mati hatinya sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dia hanya tahu bagaimana cara memuaskan nafsunya, maka segala cara akan dia lakukan. Dia akan memanfaatkan segala kesempatan dan kemudahan fasilitas yang ada demi kepuasan nafsunya. Dia tidak disukai orang-orang di sekitarnya. Seharusnya, orang semacam itu tidak boleh dijadikan pemimpin karena akan merusak negara dan bangsa dengan akhlak buruknya. Pemimpin seperti itu sungguh sangat jauh berbeda dengan pemimpin yang lebih mengutamakan akhlaknya karena hatinya selamat dari segala macam penyakit egois, merasa paling hebat, ujub, sombong, dengki, iri, serakah, suka pamer kekayaan, suka berfoya-foya, dan berbuat sia-sia. Pemimpin yang selamat hatinya akan selalu menjaga amanah dan selalu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik. Sebetulnya pembahasan tentang masalah ini sangatlah luas. Mudah-mudahan jawaban ini dapat bermanfaat. b) T: Aa, mengapa manusia lebih cenderung punya ambisi untuk memimpin orang lain dibanding dirinya sendiri? (Adam, Jakarta). J:
Begitulah manusia! Kita sebagai manusia lebih suka menuntut untuk disayangi, diperhatikan, dihormati, dan selalu minta diberi. Kita senang menuntut orang lain untuk berbuat sesuatu untuk kita, dan sebaliknya kita sendiri enggan memberikan kontribusi untuk orang lain. Sama halnya dengan seorang pemimpin yang lebih senang mencari kesalahan setiap orang tapi sayangnya dia tidak memiliki keberanian untuk melihat kekurangan dan kesalahan sendiri. Dari sinilah akan terlihat sukses atau tidaknya seseorang. Orang sukses itu adalah orang yang memiliki keterampilan untuk melihat kekurangan diri sendiri sebelum melihat kekurangan orang lain.
1
Dicuplik dari rubrik tanya jawab dengan KH. Abdullah Gymnastiar
28
c) T: Seringkali terjadi perbedaan pendapat sehingga pemimpin dan orang-orang yang
dipimpinnya tidak sejalan. Bagaimanakah sikap kita terhadap pemimpin yang berbeda pandangan dengan kita, apakah harus mengikutinya atau mengabaikannya? (Alisha, Jakarta)
J: Memiliki pemimpin ideal itu memang tidak mudah dan tidak bisa begitu saja atau istilah sekarang adalah instan. Kepemimpinan itu adalah sebuah keterampilan yang bisa dimiliki oleh setiap orang sejak kecil. Tapi tidak cukup begitu saja, karena sebuah keterampilan itu harus diasah oleh ilmu agar tidak dimanfaatkan untuk hal-hal negatif atau menjadi salah kaprah. Masalah menaati atau mengabaikan itu tergantung dari ajakannya. Jika ajakannya betul, maka kita anggap itu sebagai karunia Allah SWT. Dan jika ajakannya salah, berarti itu adalah ladang amal bagi kita untuk membantu memperbaikinya. Tidak perlu kita mengadakan kudeta! Kita sebaiknya bijaksana memandang persoalan ini sebagai proses perjalanan sejarah menjadi pelajaran. Kita sebaiknya mempelajari hal yang ada, baik hal yang negatif maupun positif sebagai bekal sebuah pembinaan. Kita harus siap melahirkan generasi mendatang yang siap menjadi pemimpin bagi bangsa ini. Kita harus mulai berpikir bahwa siapapun yang ingin memimpin orang lain dengan sukses harus mampu memimpin dirinya sendiri. Jatuhnya kita sebagai suami, istri, anak, atau pemimpin dari sisi manapun adalah akibat dari tidak adanya kesanggupan serius dari kita untuk memimpin diri sendiri.
29
Bukan Bos Tapi Pemimpin Oleh: Gunawan Wibisono2 (Senin, 29/07/2002, 12:21 WIB) satunet.com. Belakangan ini sering kali kita mendengar istilah krisis kepemimpinan yang dapat diterjemahkan, bangsa Indonesia tidak memiliki orang yang memiliki kwalitas sebagai pemimpin nasional. Ada orang yang memiliki kemampuan memimpin namun tidak dapat ditunjukkan karena terhalang oleh beberapa hal atau situasi memang membuat keadaan, di mana seorang pimpinan tidak bisa lahir. Apapun representasi kita dalam menerjemahkan kata tersebut, adalah hal yang wajib dalam sebuah kelompok dipilih seorang pimpinan. Namun begitu seperti kata pepatah “semakin tinggi pohon cemara, maka semakin tinggi angin yang menerjang”, begitu juga perjalanan seorang pimpinan. Kwalitas seorang pimpinan tidak dapat kita nilai pada saat dia dilantik dengan menggunakan pakaian kebesaran yang membuatnya tampat berwibawa atau hiruk-pikuk massa pendukung. Kualitas pimpinan akan terlihat bagaimana pada saat dia menghadapi “angin-angin” tersebut. Dalam sebuah diskusi yang bertema mencari kepemimpinan bangsa, pembicara menanyakan pada floor mengenai apa yang membuat seseorang dapat menjadi pemimpin, dijawab oleh salah seorang peserta sebagai “Kemampuan orang itu dalam mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan bersama”, dan itu bukan jawaban yang salah. Namun apa yang membuat orang tadi dapat mempengaruhi orang lain sehingga orang mau mengikuti apa yang dikatakannya.
Ciri khas seorang pemimpin Apabila kita melihat pada dunia militer, hal yang wajar terjadi adalah bahwa pemimpin yang dipilih, biasanya orang yang memiliki pengalaman tempur yang baik, dan kemampuan tersebut sering dikenal dengan keberanian fisik. Keberanian fisik merupakan hal mutlak yang harus dimiliki setiap prajurit. Namun begitu tentu anda akan berpikir, apa cukup? Ya benar tentu dengan keberanian fisik saja tidak cukup, namun itu merupakan hal yang vital bagi dunia militer. Dan anda pasti setuju bahwa pimpinan tidak hanya ada di militer, pimpinan juga bisa berada di bidang sipil, yang tentu saja keberanian fisik bukan merupakan hal yang mutlak. Tentu ada kemampuan lain yang diminta dalam kelompok tersebut. Namun begitu ada beberapa hal lain yang biasanya dimiliki oleh orang sehingga dia bisa menjadi pimpinan walaupun dia hanya memiliki kemampuan rata-rata dalam kelompoknya tersebut. Hal lain tersebut berupa kwalitas–kwalitas yang dituntut dan dihargai selama hidup. Kualitas yang harus dimiliki oleh pimpinan adalah:
2
mahasiswa pasca sarjana pada Universitas Bina Nusantara, selain itu juga bekerja sebagai Dosen dan Staff IT di perguruan tinggi yang sama.
30
1. Integritas. Didefinisikan sebagai kualitas yang membuat seseorang mempercayai anda. Kepercayaan adalah yang terpenting, dalam membentuk hubungan pribadi. Integritas ditunjukkan dari seluruh pribadi. 2. Antusiasme. Dapat digambarkan sebagai semangat seorang pimpinan dalam mencapai tujuan bersama. 3. Kehangatan. Orang yang kaku tidak cocok menjadi pemimpin. 4. Ketenangan. Hal ini sangat diperlukan terutama dalam pengambilan keputusan, sejarahwan Romawi, Tacitus, pernah mengatakan bahwa ‘Pertimbangan nalar yang diambil dengan tenang itulah kualitas istimewa yang dimiliki pemimpin’. 5. Tegas dan adil. Kombinasi ketegasan dan keadilan telah muncul sebagai kualitas yang dituntut oleh setiap organisasi pada pimpinannya. Kecendrungan salah satu faktor penyebabnya adalah semakin dinamisnya perubahan dan untuk itu diperlukan pemimpin yang konsisten. Komponen-komponen tersebut seperti senyawa kimia yang apabila anda gunakan dengan tepat ukurannya ditambah dengan kemampuan khusus yang dibutuhkan organisasi akan menghasilkan sebuah zat yang bermamfaat dan dapat diterima oleh banyak pihak.
Jenis pemimpin Dalam kenyataannya pun memang pemimpin dari asalnya dapat kita katagorikan dalam 2 (dua) macam, yaitu pemimpin yang dilahirkan dan pemimpin yang dibentuk oleh situasi. Pemimpin yang dilahirkan, kita bisa ambil contoh dari negara yang menganut sistem kerajaan, dimana seorang putra mahkota dilahirkan untuk menjadi seorang pimpinan. Sedangkan bagi para penganut kelompok situasional, mereka menganggap bahwa tidak ada istilah “dilahirkan sebagai pimpinan”, semuanya tergantung dari situasi. Mereka mengatakan bahwa tempatkanlah seseorang dalam suatu kondisi maka mungkin dia akan menjadi seorang pimpinan. Tempatkanlah dia dalam situasi lain dan mungkin dia tidak akan menjadi pimpinan. Churchill tak diragukan adalah pemimpin besar pada masa perang, namun apakah demikian juga dalam masa damai? Pada awal pemerintahan Churcill tahun 1940, W.O. Jenkins, profesor dari Amerika memuat studi tentang kepemimpinan dan dia mengatakan “Kepemimpinan bersifat spesifik menurut situasi tertenu yang diamati. Satu-satunya faktor paling umum tampaknya bahwa pemimpin dalam bidang khusus perlu cenderung memiliki kemampuan di atas rata-rata atau kompentensi atau kemampuan teknis dalam bidangnya”. Dalam perkataan profesor tadi “kemampuan diatas rata-rata atau kompentensi atau kemampuan teknis dalam bidangnya”, maka mungkin dapat kita bayangkan ada tiga macam otoritas dalam kepemimpinan, yaitu otoritas berdasarkan kedudukan atau pangkat, otoritas berdasarkan pengetahuan dan otoritas berdasarkan kepribadian. Nampaknya memang pendekatan situasional menekankan pada otoritas yang kedua. Dan memang pengalaman menunjukkan bahwa kecuali berada dalam lingkungan kerajaan, pemimpin yang baik adalah orang yang lahir dari kelompok dan diakui eksistensinya oleh kelompok tersebut. Kondisi tersebutlah yang membuat dia memiliki otoritas.
Mengendalikan Tim Adalah suatu hal yang pasti seorang pemimpin bekerja dalam sebuah tim dimana tim memiliki tujuan bersama. Untuk menyelesaikan tugas dan mempertahankan kebersamaan kelompok secara bersama, fungsi-fungsi pokok tertentu harus dijalankan. Beberapa fungsi pokok tersebut adalah:
31
1. Menentukan Tujuan. Menentukan batasan atau mengidentifikasikan maksud, tujuan dan sasaran organisasi atau kelompok. 2. Merencanakan. Memastikan bahwa ada rencana yang disetujui semua pihak, bila mungkin untuk mencapai sasaran. Pemimpin tahu apa yang akan dicapainya, bagaimana memulainya dan bagaimana berhentinya. 3. Memberi brifing. Menjelaskan tujuan dan rencana dengan gamblang. Pepmimpin harus mampu menjawab bertanyaan yang kerap diucapkan yaitu: “Mengapa kita melaksanakan dengan cara ini bukan dengan cara itu”. 4. Mengontrol. Mengontrol, mengawasi dan memantau semua hal yang mengacu pada pekerjaan yang sedang berlangsung. 5. Mengevaluasi. Evaluasi ini digunakan sebagai bahan yang bermanfaat untuk memberikan feedback bagi kelompok dengan harapan memperbaiki kekurangan dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Mungkin pernah juga ada pertanyaan apa perbedaan dari bos dengan pemimpin. Satu pertanyaan yang mendasar, ada sebuah analogi mengatakan bos adalah orang yang memiliki kedudukan, berhak mengatur sumber daya baik alam maupun orang, namun belum tentu dapat diterima oleh tim yang dipimpinya, sedangkan pimpinan adalah orang yang diakui keberadaannya, memiliki otoritas karena orang secara suka rela memberikan padanya dan dia diberi tempat “spesial” karena kemampuannya itu. Anda bisa saja ditunjuk untuk menjadi seorang bos, tetapi anda bukan seorang pemimpin sampai kepribadian dan karakter anda, pengetahuan dan kecakapan anda dalam melaksanakan fungsifungsi kepemimpinan diakui dan diterima oleh semua orang lain yang bekerja bersama anda. Inilah perbedaan yang sangat fundamental.
Pemimpin dan perubahan Kepemimpinan dan perubahan berlangsung seiring. Pemimpin menyukai perubahan, itulah unsur pilihan mereka. Mereka menyenanginya karena mereka memiliki banyak ide cermelang yang dapat digunakan untuk peningkatan kinerja tim dan usaha pencapaian organisasi. Sebaliknya bos menyukai menjalankan organisasinya bagaikan mesin. Mereka merasa paling bahagia dalam keadaan yang mapan, tanpa suatu apapun yang mengancam kemapanan itu. Meskipun pemimpin tulen secara insting berusaha mengubah dan meningkatkan segala keadaan, usahanya tidak akan cukup berhasil kecuali jika perubahan eksternal dan internal mempengaruhi organisasinya juga. Selain perubahan yang diciptakan oleh ide-ide yang dimilikinya seorang pimpinan yang baik juga harus siap menghadapi perubahan yang tidak diprediksikan, misalnya bencana alam, demo karyawan atau perubahan susunan managerial yang mendadak, dan ada wajib memiliki toleransi tinggi terhadap hal tersebut. Untuk menghadapi latar belakang perubahan itu dan terus menerus berupaya agar tetap berhasil dalam proses perubahan itu, diperlukan konsep yang dapat digunakan yaitu: 1. Keterarahan. Seorang pemimpin selalu akan menemukan jalan untuk maju. Pemimpin akan mengidentifikasi sasaran baru, produk atau bentuk pelayanan baru dan pasar baru. 2. Inspirasi/motivasi. Kepemimpinan berkait erat dengan inspirasi. 3. Pendekatan seorang pemimpin dan sikap yang diperlihatkannya mengobarkan motivasi yang ada dalam diri organisasi, tim dan individu. 4. Membangun tim. Seorang pemimpin dengan sendirinya akan berpikir dalam kerangka tim.
32
5. Teladan. Kepemimpinan pada dirinya sendiri adalah teladan. Seorang pemimpin harus memiliki sumbangsih langsung kepada tugas umum, sehingga membuatnya “memimpin dari depan”. 6. Penerimaan. Anda bisa menjadi bos, namun belum menjadi pemimpin sampai penunjukan itu diterima hati dan pikiran orang yang bekerja bersama anda. Dari berbagai jenis pendekatan dan pemahaman kepemimpinan yang ada selalu memiliki tujuan akhir yaitu bagaimana menciptakan sebuah tim dengan kinerja yang tinggi, karena memang itulah hasil dari pemimpin yang baik. Tim yang memiliki kinerja tinggi itu memiliki ciri–ciri sebagai berikut: 1. sasaran yang realistis 2. rasa tanggung jawab bersama terhadap tujuan 3. penggunaan sumber daya sebaik mungkin 4. suasana keterbukaan 5. mengkaji kembali kemajuan yang telah dicapai 6. membangun pengalaman 7. bertahan dalam krisis Tim dengan ciri–ciri seperti hal diatas, dapat dibangun dengan peran aktif seorang pemimpin didalamnya. Keberhasilan dari sebuah tim lima puluh persen tergantung dari pemimpin dan lima puluh persen sisanya tergantung dari kualitas, pelatihan dan moral mereka yang bekerja bersama anda sebagai pimpinan. Satu hal yang perlu diperhatikan pimpinan sebagai usaha mawas diri adalah “Prisip Peter” di mana dikatakan, “Keberhasil seorang pimpinan dalam satu tingkat, tidak selalu bahwa pemimpin tersebut memimpin dengan baik pada tingkat berikutnya”, karena para karyawan dalam hirarki cenderung akan naik samapai dimana kompetensi (kemampuan) mereka mentok. Hal ini sangat perlu diperhatikan seorang bos supaya dapat menjadi pimpinan, karena kepemimpinan merupakan peran kunci dalam setiap organisasi.
33
Kriteria Kepemimpinan Oleh: EMHA Ainun Nadjib (Minggu, 17 Juni 2001)
Dalam terminologi yang sederhana, wacana utama kriteria kepemimpinan sekurang-kurangnya harus melingkupi tiga dimensi: kebersihan hati, kecerdasan pikiran, serta keberanian mental. Jika pemimpin hanya memiliki kebersihan hati saja, misalnya, tanpa didukung kecerdasan intelektual dan keberanian, maka kepemimpinannya bisa gampang stagnan. Begitu pula sebaliknya. Jika pemimpin hanya memiliki kecerdasan belaka tanpa didukung kebersihan hati dan keberanian, maka jadinya seperti di 'menara gading' alias monumen yang bukan hanya tanpa makna, tapi juga nggangguin kehidupan rakyatnya. Apalagi, jika pemimpin hanya memiliki keberanian saja tanpa kebersihan hati dan kecerdasan, maka akan menjadikan keadaan semakin kacau dan buruk. Sebenarnya, kriteria kepemimpinan sama persis dengan kriteria manusia biasa atau orang kebanyakan, Kalau omong tentang pemimpin, sebaiknya jangan muluk-muluk. Berpikir sederhana saja. Misalnya. syarat menjadi suami. Pertama, harus manusia. Kedua, harus laki-laki. Baru yang ketiga, keempat, dan seterusnya. Syarat suami harus manusia itu banyak tak diperhatikan orang, padahal jelas banyak suami berlaku seperti ia bukan manusia. Bertindak hewaniah kepada istrinya, juga kepada orang lain. Bukankah menjadi manusia itu sendiri saja sudah sedemikian sukarnya? Kenapa kita punya spontanitas untuk mentertawakan dan meremehkan bahwa syarat menjadi suami itu harus manusia? Jadi, syarat menjadi Presiden atau Lurah itu ya sederhana saja: harus manusia. Sebab ratusan juta rakyat di muka bumi sengsara dalam berbagai era sejarahnya, gara-gara pemimpin negaranya berlaku tidak sebagaimana manusia, padahal semua orang sudah menyepakati bahwa ia manusia. Bukankah perilaku kebinatangan itu sebenarnya peristiwa jamak dan 'rutin' dalam konstelasi perpolitikan dan kekuasaan? Juga persaingan ekonomi? Dulu saya bangga hanya ada istilah political animal dan economic animal, tidak ada cultural animal. Saya bersombong yang punya kecenderungan kebinatangan hanya pelaku politik dan ekonomi, kebudayaan tidak. Tapi ternyata itu salah. Cultural animal juga bukan main banyaknya. Termasuk di bidang kesenian, hiburan, informatika dll. Mungkin sekali termasuk saya sendiri. Kemudian syarat menjadi suami yang kedua adalah harus laki-laki. Ternyata banyak suami berlaku tidak laki-laki. Ia jantan ketika di ranjang, tapi tidak dalam mekanisme politik rumah tangga, tidak di dalam pergaulan. Betapa banyaknya lelaki yang ternyata betina, yang berlaku tidak fair, curang, culas, suka mengincar, menyuruh bikin kerusuhan supaya nanti dia yang jadi pahlawan, merancang membakar gedung parlemen supaya bisa bikin dekrit, dan lain sebagainya. Meskipun, dari sudut ideologi pembelaan kaum perempuan, saya tidak mantap dengan etimologi dan filosofi kebahasaan kita. Kenapa orang yang jujur kita sebut jantan, yang pengecut kita sebut betina atau perempuan. Bukankah kejantanan yang dimaksud di situ bisa juga dilakukan oleh wanita? Bisa saja ada lelaki betina dan perempuan jantan. Jadi yang dimaksud pemimpin harus laki-laki bukan dalam pengertian fisik, melainkan dalam pengertian kepribadian. Tolonglah ada gugatan kepada Pusat Bahasa.
34
Modul 3 Topik: Pengorganisasian Masyarakat
Peserta memahami dan menyadari: 1. Konsep pengorganisasian masyarakat 2. Prinsip-prinsip pengorganisasian masyarakat 3. Pengertian dan ciri-ciri pengorganisasian masyarakat 4. Pengorganisasian masyarakat sebagai proses penyadaran kritis
Kegiatan 1: Permainan dan diskusi makna pengorganisasian masyarakat Kegiatan 2: Diskusi prinsip dan cara masyarakat berorganisasi
4 Jpl (180’)
Bahan Bacaan: 1. Pengorganisasian Masyarakat 2. Pengorganisasaian Maysarakat (Beberapa Pengertian) 3. Organisasi Masyarakat Warga
• Kerta Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD • Metaplan • Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
35
Permainan dan Diskusi Makna Pengorganisasian Masyarakat 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai Topik 3 dari Tema Pemberdayaan Masyarakat, yaitu Pengorganisasian Masyarakat dan apa yang ingin dicapai dari modul ini, yaitu : Peserta memahami dan menyadari:
Konsep pengorganisasian masyarakat
Prinsip-prinsip pengorganisasian masyarakat
Pengertian dan ciri-ciri pengorganisasian masyarakat
Pengorganisasian masyarakat sebagai proses penyadaran kritis
2) Jelaskan bahwa kita akan memulai pengorganisasian masyarakat.
Kegiatan 1 : Permainan dan diskusi makna
3) Mintalah beberapa peserta yang berbadan besar dan kuat untuk maju kedepan dan berdiri berjajar sebagai tembok dan mintalah beberapa peserta yang berbadan kecil atau lemah, dapat juga perempuan untuk maju ke depan dan berperan sebagai bulldozer untuk merobohkan tembok sedangkan sisanya menjadi pengamat untuk mencatat apa yang sebenarnya terjadi. Tentu saja bulldozer tersebut tidak dapat merobohkan tembok yang sangat kokoh. 4) Kemudian mintalah kepada pemain bulldozer untuk mencari tambahan beberapa teman dan kemudian mereka harus bekerja tanpa komunikasi sehingga bekerja secara acak atau tidak terorganisasi misalnya satu mendorong dari depan yang lain dari belakang, yang lain dari kiri dan yang lain lagi dari kanan sehingga tetap tidak mampu merobohkan tembok atau masingmasing mendorong tanpa aba-aba sehingga tidak terjadi sinergi. 5) Kemudian mintalah mereka untuk bekerja secara terorganisasi dengan aba-aba, sudut dorongan terarah, dsb, sehingga tembok roboh. 6) Belajar dari peristiwa tersebut mintalah para pengamat berunding untuk merumuskan apa sebenarnya makna “pengorganisasian masyarakat” 7) Kemudian setelah kelompok pengamat sepakat dengan makna “pengorganisasian masyarakat” ajaklah peserta untuk melakukan diskusi kelas dan menyimpulkan bahwa pengorganisasian masyarakat berarti:
36
membangun masyarakat yang berorganisasi,
masyarakat yang mampu melakukan sesuatu secara terorganisasi,
masyarakat yang mampu menggalang potensi bersama,
masyarakat yang mampu bersinergi untuk menyelesaikan persoalan yang tidak dapat dilakukan oleh masing-masing anggota
Diskusi Prinsip dan Cara Masyarakat Berorganisasi 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan melanjutkan Topik 3: Pengorganisasian Masyarakat dengan Kegiatan 3: Prinsip dan cara masyarakat berorganisasi, dan uraikan apa yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu: Peserta mampu menguraikan dengan kata-kata sendiri tentang prinsip dan cara masyarakat membangun organisasi 2) Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok terdiri 5-7 orang dan mintalah beberapa kelompok mendiskusikan; Prinsip-prinsip pengorganisasian masyarakat dan beberapa kelompok lain mendiskusikan; Bagaimana cara masyarakat membangun organisasi? 3) Kemudian mintalah tiap kelompok untuk menyajikan hasil kelompok masing-masing dalam suatu diskusi kelas dan refleksikan bersama. Prinsip pengorganisasian masyarakat adalah:
Prinsip “partisipasi” dimana pelaku utamanya justeru masyarakat sendiri sehingga melalui prinsip partisipasi terjadi proses “learning by doing”
Prinsip “kesetaraan” antar semua pelaku, termasuk yang selama ini tertinggal oleh sebab jender, pendidikan, penghasilan, etnik, dsb
Prinsip “inklusif” sehingga terbangun rasa bersama “one for all, all for one”
Prinsip “mulai dari yang ada dan dipahami masyarakat”
Hakekat pengorganisasian masyarakat adalah: •
Membangun kesadaran kritis masyarakat akan kondisi dan persoalan yang harus ditanggulangi bersama sehingga membangkitkan kebutuhan untuk berorganisasi menggalang potensi untuk memperbaiki dan mengembangkan tatanan sosial yang lebih dinamik dan tanggap menghadapi berbagai perubahan.
•
Membangun komunitas yang bukan hanya sekedar suatu badan hukum (legal entity) tetapi lebih merupakan himpunan antar pribadi yang saling berinteraksi dan memiliki keterikatan atau kesaling-bergantungan dan yang berakar pada suatu tatanan budaya setempat.
Membangun potensi dan kapasitas suatu kelompok masyarakat (empowerment) agar mereka mampu secara aktif berpartisipasi dalam pembangunan sehingga pada gilirannya akan mampu melakukan manajemen komunitas (community management) terhadap lingkungan.hidupnya
Cara masyarakat membangun organisasi, adalah: Menyepakati kebutuhan bersama Menyepakati pola-pola pengambilan keputusan Menyepakati pola-pola kepemimpinan yang representatif Memilih pemimpin Melakukan perencanaan partisipatif sebagai bagian integral pengorganisasian masyarakat untuk menyepakati apa-apa yang akan dilakukan bersama Melaksanakan hasil perencanaan partisipatif Kaji ulang langkah-langkah yang sudah dilakukan sebagai proses pengendapan (mengubah pengalaman nyata menjadi pengalaman mental)
37
Pengorganisasian Masyarakat Oleh: Parwoto, 2000
Mengapa Pengorganisasian Masyarakat Ada berbagai pandangan atau aliran dikaitkan dengan pengorganisasian masyarakat yang nantinya akan sangat berpengaruh dalam pemahaman “pengorganisasian masyarakat” itu sendiri. Sekurang-kurangnya ada tiga pandangan sebagai berikut ini: a) Kelompok pertama melihat “pengorganisasian masyarakat” sebagai alat untuk mensukseskan program-program pemerintah. Agar program-program secara efektif diterima oleh masyarakat. Oleh sebab itu masyarakat perlu diorganisasikan karena masyarakat yang terorganisasi dapat menjadi wadah yang efektif untuk proses internalisasi untuk memahami keputusan-keputusan yang telah ditetapkan pemerintah dan mudah digerakkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kelompok ini berasumsi bahwa pemerintah adalah representasi masyarakat dan selalu tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dan selalu bekerja keras hanya untuk kebaikan masyarakat. Kelompok ini percaya bahwa sistem yang ada cukup layak dan melihat bahwa struktur masyarakat yang ada adalah didasarkan atas konsensus. b) Kelompok kedua melihat “pengorganisasian masyarakat” sebagai tujuan akhir yang perlu dilakukan karena kelompok ini meskipun percaya bahwa sistem yang ada adalah layak dan berfungsi tetapi ada penyimpangan-penyimpangan yang perlu diperbaiki dan masyarakat terdiri dari berbagai unsur yang bersifat majemuk sehingga perlu wadah organisasi dimana berbagai kepentingan dapat dipertemukan. Penekanan disini adalah organisasi masyarakat terbentuk dan bukan masyarakat yang berorganisasi. c) Kelompok ketiga melihat “pengorganisasian masyarakat” sebagai upaya terstruktur untuk menyadarkan masyarakat akan kondisi mereka dan perlunya menggalang potensi untuk melangkah menuju perbaikan dalam konteks tatanan sosial politik yang lebih luas. Kelompok ini melihat bahwa sistem yang ada tidak berfungsi dengan baik, struktur sosial yang ada juga konflik dan pemerintah tidak sepenuhnya tanggap dengan kebutuhan masyarakat. Bagi kelompok ini “pengorganisasian masyarakat” lebih merupakan langkah awal menuju masyarakat berorganisasi untuk mengembangkan tatanan sosial yang lebih peka dan tanggap terhadap kondisi yang dialami menuju pembangunan yang lebih menyeluruh (comprehensive).
Pengertian Dalam kehidupan sehari-hari makin jelas bahwa pengertian “pengorganisasian masyarakat” (community organization) telah banyak disalah-artikan dan dimanipulasikan serta seringkali juga dikecilkan artinya sehingga hanya terbatas pada membentuk organisasi atau badan hukum, jadi lebih ditekankan pada fisik organisasi sebagai bentuk akhir dari upaya pengorganisasian masyarakat. Dalam makalah ini “pengorganisasian masyarakat” mencakup hal-hal yang lebih luas dan bersifat langkah-langkah penyadaran masyarakat terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi dan kebutuhan menggalang potensi untuk memperbaiki dan mengembangkan tatanan kemasyarakatan dalam rangka membangun komunitas yang ada agar lebih peka dan tanggap serta mampu menjawab perubahan yang terjadi. Ini berarti komunitas yang terbentuk melalui proses
38
“pengorganisasian masyarakat” ini akan merupakan komunitas yang dinamik dan mampu menjawab berbagai perubahan yang terjadi baik dari dalam maupun dari luar. Dengan demikian suatu komunitas bukan hanya sekedar suatu badan hukum (legal entity) tetapi lebih merupakan himpunan antar pribadi yang saling berinteraksi dan memiliki keterikatan atau kesaling-bergantungan dan yang berakar pada suatu tatanan budaya setempat. Pengorganisasian masyarakat ini juga merupakan bagian dari proses membangun potensi dan kapasitas suatu kelompok masyarakat (empowerment) agar mereka mampu secara aktif berpartisipasi dalam pembangunan sehingga pada gilirannya akan mampu melakukan manajemen komunitas (community management) terhadap lingkungan.hidupnya.
Siapa Saja yang Harus Berorganisasi Organisasi masyarakat pada dasarnya adalah organisasi dimana kepentingan bersama menjadi utama dan hanya karena itulah organisasi masyarakat menjadi penting dan mencapai esensinya. Oleh sebab itu organisasi ini harus mewakili berbagai kepentingan dari unsur-unsur masyarakat dan merupakan rekonsilisasi berbagai kepentingan yang berbeda. Jadi pada dasarnya pengorganisasian harus mencakup seluruh unsur masyarakat dari berbagai strata ekonomi dan sosial, lintas kemajemukan dan heterogenitas masyarakat. Bila hal ini tidak dilakukan maka yang terjadi hanyalah suatu organisasi masyarakat yang ekslusif yang hanya akan menimbulkan purba wasangka/kecurigaan. Oleh sebab itu perlu dilakukan terlebih dahulu analisis pelaku petaruh (stakeholder) yang akan sangat berpengaruh dalam pembangunan, yaitu semua pihak yang sangat peduli terhadap lingkungan mereka, tidak tergantung tingkat pendidikan, kedudukan di masyarakat, kekayaan, dsb. Yang penting dalam hal ini adalah kepedulian mereka dan dedikasi mereka dalam memperjuangkan perbaikan kehidupan dan penghidupan bersama yang akan terefleksi dalam sikap melayani dan dapat dipercaya sehingga merupakan representasi dari berbagai pihak dan kepentingan. Secara nyata harus dapat mewakili masyarakat dari berbagai segi seperti antara lain usia, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, organisasi (kelompok arisan, kelompok doa, pkk, dll) dsb. Dari analisis pelaku petaruh (stake holder) tersebut akan diperoleh klasifikasi sebagai berikut ini •
Petaruh dengan Kepedulian Tinggi dan Pengaruh Tinggi
•
Petaruh dengan Kepedulian Rendah dan Pengaruh Tinggi
•
Petaruh dengan Kepedulian Tinggi dan Pengaruh Rendah
•
Petaruh dengan Kepedulian Rendah dan Pengaruh Rendah (lihat Diagram 1)
39
Diagram 1: Peta Pelaku Petaruh KEPEDULIAN TINGGI
P E N G A R U H
RENDAH
T I N G G I
Kepedulian Tinggi Pengaruh Tinggi
Kepedulian Rendah Pengaruh Tinggi
R E N D A H
Kepedulian Tinggi Pengaruh Rendah
Kepedulian Rendah Pengaruh Rendah
Siapakah Organisator Masyarakat Organisator masyarakat (community organiser) dapat siapa saja baik merupakan unsur dari dalam masyarakat (komunitas) sendiri atau dari luar. Yang penting seorang organisator masyarakat (community organiser) harus memiliki beberapa kwalitas dasar sebagai berikut: 1. Mencintai Masyarakat dengan tulus Mencintai disini diartikan suatu komitmen untuk memberikan hidupnya kepada masyarakat khususnya yang tertinggal. Mencintai disini juga bukan pemanjaan artinya harus memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menghadapi tantangan yang dibutuhkan untuk tumbuh dengan wajar. 2. Tekun Sifat ini sangat dibutuhkan karena mengorganisasi masyarakat bukan hanya kerja satu gebrakan (one-shot operation) tetapi lebih merupakan proses berlanjut yang penuh tantangan dan kesulitan 3. Memiliki Rasa Humor Agar tidak mudah putus asa dan frustrasi dalam mengorganisasi masyarakat seorang organisator masyarakat harus memiliki tingkat humor yang cukup. Artinya dia harus mampu mendudukkan segala sesuatu secara proporsional tidak terlalu menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain dan mampu menerima segala kesulitan dengan tetap gembira. 4. Kreatif Kreativitas juga sangat dibutuhkan dalam kerja mengorganisasi masyarakat karena pada dasarnya mengorganisasi masyarakat tidak ada resep baku, jadi kreativitas seorang organisator sangat dibutuhkan.
40
5. Fleksibel Disamping kreatif seorang organisator masyarakat juga dituntut fleksibel. Artinya seorang organisator harus mampu menyesuaikan diri dan rencananya dengan situasi nyata di lapangan. Perlu dibedakan antara fleksibel dan oportunis. Fleksibel adalah penyesuaian (adaptasi) ke suatu situasi agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan sedangkan oportunis tidak punya tujuan.
Beberapa Konsep Dalam Pengorganisasian Masyarakat PARTISIPASI
Pengertian Pengertian partisipasi ini juga telah mengalami berbagai penyimpangan sehingga lebih mendekati apa yang sering disebut sebagai “mobilisasi” atau malah sering kali diartikan sebagai ”rekayasa sosial” dimana masyarakat tetap saja didudukkan sebagai obyek pembangunan. Beberapa pengertian partisipasi yang dapat dipakai sebagai acuan adalah sebagai berikut: Pelibatan diri pada suatu tekad yang telah menjadi kesepakatan bersama (Hasan Poerbo) a) Voluntary involvement of people in making & implementing decisions directly affecting their lives, ….(UNCHS, 1991)
Pelibatan secara suka rela oleh masyarakat dalam pengambilan dan pelaksanaan keputusan yang langsung menyangkut hidup mereka…… b) A voluntary process by which people including the disadvantaged (income, gender,ethnicity, education) influence or control the decisions that affect them (Deepa Narayan, 1995) Suatu proses yang wajar dimana masyarakat termasuk yang kurang beruntung (penghasilan, gender, suku, pendidikan) mempengaruhi atau mengendalikan pengambilan keputusan yang langsung menyangkut hidup mereka
Ciri-ciri partisipasi Partisipasi masyarakat selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini: a) Bersifat proaktif dan bukan reaktif artinya masyarakat ikut menalar baru bertindak. b) Ada kesepakatan yang dilakukan oleh semua yang terlibat c) Ada tindakan yang mengisi kesepakatan tersebut d) Ada pembagian kewenangan dan tanggung jawab dalam kedudukan yang setara
Jenjang partisipasi Ibu Sherry Arntein, seorang sosiolog mencoba membuat jenjang partisipasi dalam delapan jenjang, dimana tingkat terendah adalah “manipulasi” atau “rekayasa sosial” dan yang tertinggi adalah bila terjadi “kontrol sosial” atau “pengendalian oleh masyarakat”. Kemudian delapan jenjang tersebut dikelompokkan lagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut ini Kelompok yang paling rendah adalah: Non Partisipasi Termasuk didalamnya secara berjenjang mulai dari yang terendah adalah:
41
a) Manipulasi/rekayasa sosial, yaitu pendekatan yang mendudukkan masyarakat sebagai obyek pembangunan dan dimanipulasi agar sesuai dengan harapan/program yang telah dirumuskan oleh pengambil keputusan (pemerintah) b) Terapi, yaitu pendekatan yang mendudukkan masyarakat sebagai pihak yang tidak tahu apaapa (orang sakit) dan harus percaya terhadap apa yang diputuskan oleh pemerintah (dokter) Kelompok menengah adalah yang memiliki Kadar Hadiah (tokenism) Termasuk didalamnya secara berjenjang mulai dari yang terendah adalah: c) Informasi, yaitu pendekatan pembangunan dengan pemberian informasi akan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah seperti pemasyarakatan program, dll d) Konsultasi, yaitu pendekatan pembangunan dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkonsultansi mengenai apa yang akan dilakukan oleh pemerintah di lokasi yang bersangkutan e) Penenteraman, yaitu pendekatan pembangunan dengan misalnya merekrut tokoh-tokoh masyarakat untuk duduk dalam panitia pembangunan sebagai upaya menenteramkan masyarakat tetapi keputusan tetap ditangan pemerintah. Ketiga pendekatan ini tetap mendudukkan masyarakat sebagai obyek dimana kewenangan pengambilan keputusan tetap berada di tangan pemerintah. Kelompok tertinggi adalah yang memiliki Kadar Kedaulatan Rakyat Termasuk didalamnya secara berjenjang mulai dari yang terendah adalah: f)
Kerjasama, yaitu pendekatan pembangunan yang mendudukkan masyarakat sebagai mitra pembangunan yang setara sehingga keputusan dimusyawarahkan dan diputuskan bersama
g) Pendelegasian, yaitu pendekatan pembangunan yang memberikan kewenangan penuh kepada masyarakat untuk mengambil keputusan yang langsung menyangkut kehidupan mereka. h) Kontrol sosial, yaitu pendekatan pembangunan dimana keputusan tertinggi dan pengendalian ada di tangan masyarakat. Kesimpulannya partisipasi baru benar-benar terjadi bila memiliki kadar kedaulatan rakyat yang cukup dan kadar kedaulatan rakyat tertinggi adalah terjadinya kontrol sosial (social control/citizen control) dimana keputusan penting dan pengendalian pembangunan ada di tangan rakyat.
Diagram 2: Jenjang Partisipasi (Ladder of Participation) oleh Sherry Arntein Kontrol sosial Pendelegasian
Kadar Kedaulatan Rakyat
Kerjasama Penentraman (placation) Konsultasi
Kadar Hadiah
Informasi Terapi Manipulasi/rekayasa sosial
42
Non Partisipasi
SINERGI
Pengertian Secara umum sinergi diratikan bila hasil kerjasama lebih banyak dibanding dengan penjumlahan hasil masing-masing Sinergi juga merupakan suatu proses, jadi bukan sekedar kerja sesaat, untuk mewujudkan alternatif ketiga sehingga akan terjadi budaya kerjasama yang kreatif.
Ciri-ciri sinergi Sinergi selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Berorientasi pada hasil bersama b) Punya tujuan bersama c) Mengembangkan berbagai alternatif ketiga d) Kerjasama secara kreatif, e) Merupakan proses Untuk memperjelas pengertian sinergi dapat dilihat juga apa yang bukan sinergi sebagai berikut ini a) Bukan sekedar sumbang saran b) Bukan teknik berunding c) Bukan menyerah terhadap pendapat pihak lain d) Bukan persaingan/teknik bersaing
Perbedaan antara Sinergi dan Kompromi Untuk makin memperjelas pengertian sinergi maka sinergi dibandingkan dengan kompromi: Sinergi
: 1 plus 1 > dari 2
Kompromi
: 1 plus 1 < dari 2, oleh sebab ada bagian yang dikorbankan.
Persyaratan Terjadi Sinergi a) Ada perbedaan atau keragaman b) Ada sikap menang-menang c) Ada upaya untuk mengerti terlebih dahulu d) Hargai perbedaan e) Jakin bersama akan menemukan alternatif ketiga.
43
KEMANDIRIAN
Pengertian Meskipun sudah berkali-kali digunakan tetapi ternyata pengertian kemandirian masih sulit dijelaskan. Sering kali kemandirian diartikan situasi dimana seseorang/suatu komunitas mampu mengurus dirinya/mereka sendiri. Dengan kata lain suatu komunitas disebut mandiri bila dapat menjadi programer bagi diri mereka sendiri, artinya sadar akan berbagai ; persoalan yang dihadapi, kelemahan, kekuatan dan peluang yang dimiliki serta mampu menyusun program untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi, mengatasi berbagai kelemahan yang dimiliki dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki.
Jenjang Kemandirian Jenjang kemandirian ini pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 3 tahapan sebagai berikut: a) Tahap: Tergantung (dependent) Suatu kondisi masyarakat yang belum mandiri; •
merasa tergantung pihak lain
•
sangat reaktif,
•
tidak mengenal diri/komunitasnya
•
selalu menyalahkan pihak lain,
•
tidak bertanggung jawab atas perbuatan/tindakan mereka
b) Tahap: Mandiri Suatu kondisi masyarakat yang sudah mandiri •
tidak tergantung pihak lain,
•
proaktif,
•
mengenal diri/komunitasnya dengan baik
•
mampu mengambil inisiatif/prakarsa,
•
bertanggung jawab atas perbuatan/tindakan mereka
•
mampu mengelola organisasi dan program-program mereka
c) Tahap: Kesaling-bergantungan Suatu kondisi masyarakat yang tidak saja mampu mengurus komunitasnya tetapi juga mampu mendudukkan komunitasnya sebagai bagian integral dari komunitas-komunitas lain yang harus saling melayani untuk kemajuan bersama. Kegagalan komunitas yang lain merupakan kegagalan seluruh sistem dimana komunitasnya hidup (konsep hadir di tengah masyarakat). Komunitas pada tingkat ini akan memiliki kemampuan untuk mengelola jaringan/jaring kerja (networking) dan menciptakan sinergi untuk kemajuan bersama
44
PEMBANGUNAN PARTISIPATIF Sebagai Bagian Integral Dari Pengorganisasian Masyarakat
Pengertian Dalam upaya membangun kesadaran suatu komunitas/masyarakat dan sekaligus menata kembali tatanan sosial yang ada maka metoda yang sangat efefktif adalah pembangunan pertisipatif, yaitu pembangunan yang secara langsung melibatkan semua pihak yang terkait dalam proses pengambilan dan pelaksanaan keputusan dengan tetap mendudukkan komunitas/masyarakat pemanfaat sebagai pelaku utama, artinya keptusan-keputusan penting yang langsung menyangkut hidup mereka sepenuhnya ada di tangan komunitas/masyarakat. Pembangunan partisipatoris ini merupakan model pembangunan yang melibatkan komunitas pemanfaat sebagai pelaku utama untuk secara aktif mengambil langkah langkah penting yang dibutuhkan untuk memperbaiki hidup mereka. Pembangunan partisipatoris ini juga merupakan koreksi dan sekaligus model pembangunan yang memadukan dua ancangan yaitu ancangan dari atas, dimana keputusan-keputusan dirumuskan dari atas dan ancangan dari bawah, yang menekankan keputusan di tangan masyarakat yang keduaduanya memiliki kelemahan masing-masing. Dengan kata lain pembangunan partisipatoris tidak berarti meniadakan peran pelaku luar; ahli, pemerintah, dll tetapi mendudukkan merepa sebagai fasilitator dan katalis dalam suatu proses yang sepenuhnya dikendalikan oleh komunitas/masyarakat pemanfaat Pembangunan partisipatoris ini mengembangkan ancangan ketiga dengan cara menggabungkan keuntungan dan membuang kerugian masing-masing ancangan ; top down dan bottom up sehingga diperoleh ancangan ketiga yang disebut “ancangan partisipatoris” yang mempertemukan gagasan makro yang bersifat "top down" dengan gagasan mikro yang kontektual dan bersifat "bottom up". Ancangan ini memungkinkan dilakukannya perencanaan program yang dikembangkan dari bawah dengan masukan dari atas. Pola pembangunan dengan "ancangan partisipatoris" disebut pembangunan partisipatoris, yang akan menghasilkan pembangunan "mikro" yang tidak terlepas dari konteks "makro". Yang perlu diperhatikan dalam pola pembangunan partisipatoris ini peran “pelaku eksternal” bukan untuk mengambil alih pengambilan keputusan melainkan untuk menunjukkan konsekuensi dari tiap keputusan yang diambil masyarakat, dengan kata lain menjadi "fasilitator" dalam proses pengambilan keputusan sehingga keputusan yang diambil akan rasional. Dalam pembangunan partisipatoris, tiap tahapan pembangunan, mulai dari pengenalan persoalan dan perumusan kebutuhan, perencanaan dan pemrograman, pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan merupakan kesepakatan bersama antar pelaku pembangunan yang terlibat (pemerintah, swasta dan masyarakat), dimana seluruh proses pembangunan sekaligus merupakan proses belajar bagi tiap pihak yang terlibat. Pemerintah dalam hal ini bertindak sebagai "katalis pembangunan" dan masyarakat sebagai "klien" yang diberdayakan dan difasilitasi agar mampu berperan sebagai "pelaku utama" untuk memecahkan persoalan mereka melalui hasil kerja mereka sendiri.
Ciri-ciri ancangan partisipatif •
Pelaku eksternal (Katalis persoalan yang dihadapi
•
Masyarakat aktif mengambil sikap dan tindakan untuk mengatasi persoalan tersebut serta menentukan cara menangani persoalan tersebut
Pembangunan)
bersama
masyarakat
merumuskan
45
•
Pelaku eksternal (Katalis Pembangunan) bersama masyarakat menetapkan sumber-daya yang dapat dialokasikan untuk memecahkan persoalan tersebut
•
Pelaku eksternal (Katalis Pembangunan) bersama masyarakat memutuskan rencana dan program pelaksanaan untuk mencapai tujuan pemecahan persoalan tersebut di atas.
•
Pelaku eksternal (Katalis Pembangunan) lebih menekankan pada upaya untuk mendorong masyarakat mengembangkan diri sendiri untuk mampu mengambil keputusan yang rasional, dan merencanakan perbaikan masa depan mereka melalui tata organisasi yang berakar dalam masyarakat.
Kelebihan •
Pembangunan lebih efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya secara terpadu baik dari masyarakat maupun pemerintah atau pihak lain yang terlibat, sehingga dengan alokasi yang relatif sama dapat menjangkau lebih luas
•
Pembangunan lebih menyentuh masyarakat tetapi sesuai dengan rencana makro oleh sebab adanya masukan dari pelaku eksternal (pemerintah atau profesional)
•
Masyarakat sadar akan persoalan yang mereka hadapi dan potensi yang mereka miliki
•
Masyarakat lebih bertanggung pemanfaatan hasil pembangunan.
•
Masyarakat saling belajar dalam proses seperjuangan/senasib dan dengan para profesional
•
Tumbuhnya solidaritas dengan pihak lain
•
Tumbuhnya masyarakat mandiri, yang mampu mengambil keputusan-keputusan untuk menentukan masa depan mereka.
•
Tumbuhnya organisasi yang berakar pada masyarakat sebagai wadah yang mampu menjamin keberlanjutan pertumbuhan yang organik
antar
jawab
anggota
atas
keberhasilan pembangunan
masyarakat
dan
antara
pembangunan, dengan anggota
dan
rekan-rekan masyarakat
Kekurangan •
Diperlukan perubahan sikap dari pihak pemerintah dan para dari “provider” menjadi “enabler” yang sering kali membutuhkan waktu lama.
•
Tata administrasi proyek pemerintah sering tidak mendukung
•
Diperlukan unsur pendamping yang kaum awam sebagai penyandang proyek
46
profesional
untuk
mengisi
profesional
kelemahan
Perkotaan
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya