S.389
Seminar
Pembangunan, Migrasi, dan Kebijakan Yogyakarta, 2 April 2015
Migrasi Pekerja Internasional dan Implikasi MEA
Dr. Sukamdi, MSc
Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada
MIGRASI PEKERJA INTERNASIONAL DAN IMPLIKASI MEA Dr. Sukamdi, MSc Pusat Studi Kependudukan dn Kebijakan Universitas Gadjah Mada
Trend dan Pola Migrasi Pekerja Internasional dari Indonesia Di samping jumlah yang cenderung meningkat, terdapat perubahan pola migrasi yang menarik. Perubahan Pola Migrasi: 1. Perubahan daerah tujuan migran: - 1970-an cenderung pergi ke Eropa - 1980-an kawasan Timur Tengah - 1990-an Malaysia menjadi daerah favorit migran 2. Peningkatan jumlah migran yang undocumented , khususnya ke Malaysia 3. Feminisasi pekerja migran (dimulai sejak 1980-an). Selama periode 2002-2007 bahkan lebih dari ¾ pekerja migran adalah perempuan
Perkembangan Jumlah TKI di Luar Negeri menurut Jenis Kelamin Tahun 2000-2009 600000 541708
543859
548637
528984
500000
400000
363607 325045 297273
300000 239942 213864
216615
200000
149265
137949
100000
200188
116786 80041
84075
2003
2004
138292
152887 103188
55206
0 2000
2001
2002
Laki-laki
2005
Perempuan
2006
2007
2008
2009
Kondisi saat ini • Ada kecnderungan penurunan penempatan TKI ke luar negeri, meskipun dari sisi jumlah masih lebih besar dibandingkan laki laki • Jumlah pekerja perempuan yang bekerja ke luar negeri selama periode 2011-2014 menurun, sedangkan laki laki meningkat Akibat dari moratorium pengiriman TKI ke luar negeri khususnya untuk PRT
Penempatan TKI Periode 2011-2014
Jumlah TKI menurut Jenis kelamin
Penempatan TKI Tahun 2015
• Empat terbesar provinsi pengirim : Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan NTB • Empat kab/kota terbesar pengirim : Lotim, Indramayu, Cilacap, Kab. Cirebon • 70 % lebih berpendidikan rendah, 30 % belum menikah • 56 % lebih bekerja sebagai pekerja domestik, caregiver, pekerja perkebunan • 3 besar negara tujuan : Malaysia, Taiwan dan Arab Saudi
PAPUABARAT
GORONTALO
BANGKABELITUNG
PAPUA
KALIMANTANTENGAH
MALUKUUTARA
MALUKU
BENGKULU
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI BARAT
6,381 5,725 5,593 3,938 3,933 3,822 2,470 1,352808 705 680 656 608 581 575 569
KALIMANTANTIMUR
JAMBI
ACEH
SULAWESI TENGAH
RIAU
KALIMANTANSELATAN
SULAWESI UTARA
KEPULAUANRIAU
SUMATERABARAT
SUMATERASELATAN
DI YOGYAKARTA
NUSATENGGARATIMUR
DKI JAKARTA
KALIMANTANBARAT
SULAWESI SELATAN
BALI
BANTEN
SUMATERAUTARA
LAMPUNG
10,000
NUSATENGGARABARAT
40,000
JAWATIMUR
60,000
JAWATENGAH
70,000
JAWABARAT
80,000
69,548
59,772
51,596
50,000
38,831
30,000
20,000
11,400 9,359
0 365 298 260 182 179 77 61 32 31 27 25
Kab/kota asal TKI, 2014
S.D 31 Agustus 2014 NO
1
2 3
STATUS PERKAWINAN
Menikah Belum Menikah Duda/Janda TOTAL
Jumlah
%
164,792
59
88,397
32
27,250
10
280,439
100
Jumah Remitans masuk ke Indonesia, 1983-2011 8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Sumber : World Bank, April 2013
Out and Inflow of Remittances, 1983-2011 12000
10000
US$ Juta
8000
6000
Inflow Outflow
4000
2000
0
Remitansi • Meningkat secara drastis, khususnya setelah tahun 005 ketika jumlah TKI juga meningkat secara drastis • Surplus : jika jumlah inflow dibandingkan dengan outflow • Efek ekonomi secara agregat positif tetapi pada tingkat rumah tangga masih dipertanyakan
Isu • Pola pengiriman TKI tidak banyak berubah • Persoalan : – Ekonomi : efek terhadap pengentasan kemiskinan – Hak : perlindungan, sejak di daerah asal sampai dengan kepulangan – Sosial : dampak negatif baik bagi migran maupun ruah tangga
PASAR, DAYA KOMPETITIF, DAN POSISIONING
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 “…a region marked by a single market and production base, a highly competitive economic region, a region of equitable economic development, and a region fully integrated into the global economy….”
Single Market and Production Base • Flow of Goods • (ASEAN Trade in Goods Agreemet- ATIGA
• Free Flow of Investment • (ASEAN Comprehensive Investment Agreement - ACIA
• Free Flow of Services • (ASEAN Framework Agreement on Services - AFAS
Political Security Community DAMPAK POSITIF
Economic Community
Socio Culture Community
DAMPAK NEGATIF
Perluasan pasar bagi produk dan jasa Indonesia
Masuknya produk dan jasa luar negeri/ASEAN ke Indonesia
Terbukanya lapangan kerja bagi tenaga kerja terampil Indonesia
Masuknya tenaga kerja terampil LN/ ASEAN ke Indonesia, bersaing dengan tenaga kerja lokal Emigrasi tenaga kerja terampil berkualitas dari Indonesia ke negara-negara ASEAN/LN
Skilled labour
• Pembahasan tenaga kerja dalam AEC blueprint dibatasi pada pengaturan khusus tenaga kerja terampil (skilled labour).
Fasilitasi
• Kerja sama tersebut diarahkan untuk memfasilitasi pergerakan tenaga kerja yang didasarkan pada suatu kontrak/perjanjian untuk mendukung kegiatan perdagangan dan investasi di sektor jasa.
MRA
• Kesepakatan yang diakui bersama oleh seluruh negara ASEAN untuk saling mengakui atau menerima beberapa atau semua aspek hasil penilaian seperti hasil tes atau berupa sertifikat. • Engineering Services, Nursing Services, Architectural Services,
Pilot Project
Surveying Qualifications, Medical Practitioner, Dental Practitioner, Accountancy Services, Good Manufacturing Practice (GMP) Inspection of Manufactures of Medicinal Products, dan Tourism Professional.
a. Pertumbuhan Produktivitas
Membatasi Negara untuk mencapai pertumbuhan yang potensial
Sektor Jasa Tidak Efisien Berpengaruh Pada c. Penyebaran Tekhnologi, dan
b. Inovasi
Langkah – Langkah Liberalisasi Jasa
ASEAN telah mengesahkan ASEAN Framework Agreement on Service (AFAS) pada tanggal 15 Desember 1995 di Bangkok Thailand
Dibentuk Coordinating Committee on Service (CCS) yang bertugas menyusun modalitas untuk mengelola negosiasi liberalisasi jasa
Delapan sektor, yaitu: Jasa Agkutan Udara dan Laut, Jasa Bisnis, Jasa Konstruksi, Telekomunika si, Pariwisata, Keuangan, Kesehatan, dan Logistik
Priority Integration Sector: ASEAN 2003 telah mengidentifikasikan Priority Integration Sector (PIS) yang terdiri dari 11 sektor sebagai katalis integrasi ekonomi (Mencakup 7 goods dan 4 services). 2005 bertambah menjadi 12 PIS dengan masuknya 1 PIS services: Logistic services. Meliputi antara lain: agro-based, automative, electronic, fisheries, healthcare, ICT, rubbers-based, textile and apparel, wood-based, air travel, tourism, serta logistic services. Indonesia menjadi country coordinator untuk sektor otomotif dan wood-based
Mutual Recogniton Arrangements
Mendorong free flow of Services by 2015, ASEAN menyusun saling pengakuan kualifikasi tenaga kerja profesional (Mutual Recognition Arrangement / MRA)
MRA adalah suatu kesepakatan produk jasa tertentu antar dua atau beebrapa negara untuk mempermudah kegiatan perdagangan jasa, impor maupun ekspor, tanpa melalui dua atau beberapa kali pengujian
8 MRA Jasa yang Telah disepakati a. MRA on Engineering Services (Kuala Lumpur, 9 Desember 2005) b. MRA on Nurshing Services (Cebu, 8 Desember 2006) c. MRA on Architectural Services (Singapura, 19 November 2007) d. Framework Arrangement for Mutual Recognition on Surveying Qualification (Singapura, 19 November 2007) e. MRA on Tourism Professional (Hanoi, 9 Januari 2009) f. MRA on Accountancy Services (Cha-am, Thailand, 26 Februari 2009) g. MRA on Medical Practitioners (Cha-am, Thailand, 26 Februari 2009) h. MRA on Dental Practitioners (Cha-am, Thailand, 26 Februari 2009)
Tren Permintaan terhadap Tenaga Terampil di Negara Maju .... Permintaan terhadap tenaga terampil di negara maju terus meningkat .... Demand for Skilled and Unskilled Workers, reflected in employment rates, 1980-2000
Sumber: Yidan Wang, 2012. Education in a Changing World: Flexibility, Skills, and Employability
29
Rekapitulasi Perubahan Ranking Daya Saing 2012-2013 vs 2013/2014 No A
Perubahan Ranking GCI 2012/2013 vs 2013/2014 Naik
Jumlah Negara 57
Peringkat
37
New Zealand (5), Emirat Arab (5), USA (2), Jerman (2), Jepang (1)
6-10 Peringkat
16
Kenya (10), Mauritius (9), Suriname (8), Azerbaijan (7), Malta (6)
11-15 Peringkat
4
1-5
B
Tetap
14
C
Turun
72
D
Daftar Negara (Contoh)
Ekuador (15), Lesotho (14), Indonesia (12), Swaziland (11) Singapore, Finlandia, Cina, Switzerland dan Kanada
1-5 Peringkat
38
Yaman (-5), Yordania (-4), Denmark (-3), Inggris (-2), Polandia (-1)
6-10 Peringkat
22
Argentina (-10), Pakistan (-9), Brasil (-8), Italia (-7), Korsel (-6)
11-21 Peringkat
12
Honduras (-21), Iran (-16), Mongolia (-14), Lebanon (-12), Uruguay (-11)
Tidak ada data Jumlah
5
148
Sumber: Global Competitiveness Report 2013/2014 (World Economic Forum, 2013)
30
Global Competitiveness Index 2013/2014: Indonesia
........ daya saing Indonesia lebih tinggi dari rata-rata daya saing negara-negara kategori efficieny-driven economy (GDP per capita US$ 3,000 - 8,999) ......... 31
The Global Competitiveness Index
Sumber: World Economic Forum, The Global Competitiveness Report 2013-2014
Implikasi 1. Apakah Indonesia mampu merespon kebutuhan tenaga keja trampil di tingkat asean (dunia )? 2. Apakah Indonesia telah menyesuaikan kurikulum pelatihan maupun pendidikan untuk 8 sektor yang termasuk dalam MRA ? 3. Apakah struktur pasar kerja di Indonesia bisa berubah ?
Terima kasih