S.389
Seminar
Pembangunan, Migrasi, dan Kebijakan Yogyakarta, 2 April 2015
Migrasi Desa-Kota, Peluang Kerja dan Kesejahteraan Migran di Kota (Penelitian di Kota Medan, Tangerang, Makassar, Samarinda)
Tadjuddin Noer Effendi
Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada
Migrasi Desa-Kota, Peluang Kerja, dan Kesejahteraan Migran di Kota (Penelitian di Kota Medan, Tangerang, Makassar, dan Samarinda)
Tadjuddin Noer Effendi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2015
Studi Migrasi Desa-Kota di Indonesia Garis besar studi migrasi desa-kota terdahulu Studi tahun 1970-an: kemiskinan, perubahan institusi sosial di perdesaan (revolusi hijau), gelombang pertama migrasi desa-kota, diikuti fenomena migrasi sirkuler dan meluasnya sektor informal di kota-kota utama. Studi tahun 1980-1990-an: industrialisasi, perluasan kota, gelombang kedua migrasi desa-kota, fenomena pekerja perempuan dari perdesaan dan bekerja di pabrik, beberapa terlibat dalam migrasi sirkuler dan ada yang menjadi penduduk kota. Di abad 21, globalisasi, liberalisasi, dan studi migrasi memberi perhatian pada migrasi internasional. Migrasi internal, terutama migrasi desa-kota, kurang mendapat perhatian. Ada kekosongan informasi migrasi desa-kota.
Lanjutan . . . Meskipun migrasi internasional mengalami peningkatan, migrasi desa-kota masih cukup penting dalam memicu dan mendorong pertumbuhan penduduk kota. Untuk itu, sudah saatnya kita meneliti lagi migrasi desa-kota sebagai gejala sosial ekonomi yang berimplikasi cukup penting bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup (peningkatan kualitas SDM). Bagaimana pola migrasi internal, terutama desakota dan implikasi bagi kesejahteraan migran di kota di abad 21 ini?
Pertanyaan dalam makalah ini Makalah ini dituntun pertanyaan, bagaimana nasib para migran desa-kota setelah mereka di kota? Apa pekerjaan dan bagaimana kesejahteraan antara risen migran dibandingkan dengan lifetime migrant dan non-migrant? Apakah ada perbaikan pendidikan anakanak para migran desa-kota ?
Untuk menjawab pertanyaan itu, kita fokuskan pembahasan pada • Karakteristik migran (gender, umur, dan pendidikan) • Pekerjaan, pengeluaran, dan kesejahteraan (proporsi yang hidup di bawah garis kemiskinan) • Status pendidikan anak-anak para migran dibandingkan dengan nonmigran (membandingkan pendidikan kepala keluarga dan pendidikan anak-anak mereka)
Data dan Metode • Makalah ini mengunakan sebagian data survei RUMiCI yang dilakukan di empat kota: Tangerang, Samarinda, Medan, dan Makassar. Studi RUMiCI bersifat longitudinal selama 4 tahun periode 2008-2011 (responden akan diikuti selama 4 tahun). Makalah ini hanya mempresentasikan data hasil survei 2008 dan 2009. • Sampel rumah tangga dipilih dari hasil listing blok sensus Susenas 2007. Tim peneliti RUMiCI melakukan pencacahan (listing) rumah tangga yang ada di blok sensus Susenas 2007. Dari hasil listing itu ditetapkan status migrasi. Kemudian secara acak ditetapkan 2.500 rumah tangga yang akan diwawancarai, tetapi tahun pertama hanya berhasil diwawacarai 2.437 rumah tangga (recent migrants 552, lifetime migrants 923, dan non-migrants 921) • Definisi kota, risen migran, dan migran seumur hidup sesuai dengan definisi BPS • Penelitian dilakukan di empat kota: Tangerang dan Samarinda (kota baru) serta Medan dan Makassar (kota lama).
Besaran Migrasi Desa-Kota di Perkotaan Indonesia dan di Empat Kota
Dalam periode 2000-2005 sekitar 4 juta migran bermigrasi ke kota dan sekitar 16 juta penduduk kota lahir di luar kota (perdesaan) dan bukan penduduk lahir di kota itu (lifetime migrant)
18
16
16
14
14
12
12
10
10
8
8
6
6 4
4
2
2
0
0 1980 % Pop Recent Migs
1990 % Pop. Lifetime Migs
2000 Mill. Recent Migs
2005 Mill. Lifetime Migs
Migs as % of Urban Pop
Million migrants
Jumlah migran dan % penduduk kota Recent and Lifetime Migrants, di Perkotaan Indonesia 1980-2005
Pertumbuhan penduduk di empat kota: untuk Tangerang dan Samarinda, pertumbuhan penduduk periode 2000-2010 sekitar 3,12% dan 3,36%, sedangkan di Medan dan Makassar sekitar 0,75% dan 1,65%. Ini mengindikasikan bahwa di Tangerang dan Samarinda, proporsi resen migran masih tinggi dibandingkan dengan Medan dan Makassar.
8,88 7,44 6,1 5,52 4,04
4,4
4,12
3,36
3,12 2,59
2,91 2,3 1,51 1,65
0,97 0,75 TANGERANG
SAMARI NDA
1971-1980
1980-1990
MEDAN 1990-2000
MAKASSAR 2000-2010
Sumber: *BPS, 2000, Penduduk Indonesia: Hasil Penduduk 2000, Jakarta, hlm. 171, 181, 163, 184 **BPS, 2010, Penduduk Indonesia: Menurut Provinsi dan Kabupaten/Kota Sensus Penduduk 2010, hlm. 13,19, 22, 24
Karakteristik Migran
Migran menurut Gender di Empat Kota Hasil penelitian di empat kota ini menunjukkan bahwa selama lima tahun terakhir, peluang perempuan perdesaan untuk bermigrasi ke kota tidak ada perbedaan dengan para laki-laki. P e r s e n t a s e
60
52
48
50
50
51
52
49
48
51
49
50 40 30 20 10 0 Tangerang
Medan
Makassar Male
Samarinda
Female
All cities
Migran menurut Umur dan Gender • Di semua kota, risen migran berusia muda, baik laki-laki maupun perempuan kelompok umur kurang dari 29 tahun. Perempuan cukup menonjol pada kelompok umur 20-29 tahun. • Risen migran perempuan yang melanjutkan pendidikan, seperti Makassar, dan bekerja di pabrik, seperti Tangerang, berusia muda.
30
25
20
15
10
p e r s e n t a s e
5
0 0-9
10-19
20-29
Male
30-39
Female
40-49
50-59
?60
Rata-Rata Tahun Sekolah Migran menurut Status Migrasi dan Gender Tingkat pendidikan (rata-rata tahun sukses pendidikan yang dicapai) risen migran perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (kecuali di Samarinda).
Partisipasi Angkatan Kerja dan Pekerjaan Migran di Kota
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita di Tiap Kota Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita di Tangerang relatif tinggi, yaitu sekitar 70%, sedangkan di tiga kota yang lain lebih rendah dibandingkan dengan yang lifetime migrants maupun non-migrants 80 70
Persentase
60 50 40 30 20 10 0 Tangerang
Samarinda Recent migrants
Medan Lifetime migrants
Makasar Non-migrants
Semua kota
Angkatan kerja bekerja di sektor manufaktur menurut gender dan di empat kota •
•
Di kota baru (Tangerang dan Samarinda) dan kota lama (Medan dan Makassar), proporsi risen migran perempuan yang bekerja di manufaktur relatif tinggi dibandingkan dengan laki-laki Di kota lama, baik lifetime maupun non-migrant untuk kedua jenis kelamin proporsi bekerja di manufaktur lebih rendah dibandingkan dengan di kota baru
Kota
Perempuan (%) RM LTM NM
RM
Kota baru Tangerang Samarinda
63 62
39 22
29 29
45 26
43 15
29 17
Kota lama Medan Makassar
33 31
9 12
15 10
11 23
18 8
22 15
SEMUA KOTA
58
19
22
36
22
22
Source : Survey RUMiCI, 2008 Notes: RM recent migrants LTM lifetime migrants NM non-migrants
Laki-laki (%) LTM NM
Angkatan Kerja Bekerja di Sektor Perdagangan dan Jasa menurut Gender dan di Empat Kota Di kota baru Tangerang dan Samarinda, proporsi risen migran perempuan yang terlibat di sektor perdagangan/jasa relatif kecil dibandingkan dengan lifetime dan nonmigrants. Di kota lama Medan dan Makassar lebih dari dua pertiga perempuan dan laki-laki mencari nafkah di perdagangan dan jasa. Kota RM
Perempuan (%) LTM NM
RM
Laki-laki (%) LTM
NM
Kota baru Tangerang Samarinda
35 28
59 69
69 69
45 48
49 54
58 69
Kota lama Medan Makassar
67 63
88 87
83 80
69 75
66 78
64 66
SEMUA KOTA
39
78
76
51
61
62
Source : Survey RUMiCI, 2008 Notes: RM recent migrants LTM lifetime migrants NM non-migrants
Pekerja menurut Status Pekerjaan dan Status Migrasi di Empat Kota di Indonesia, Tahun 2008 Di semua kota, status pekerjaan lifetime migrants adalah pekerja sektor informal dan perdagangan kecil. Recent migrants relatif menonjol bekerja di sektor formal dan sektor informal. Non-migrants menonjol bekerja di sektor informal.
120 p e r s e n t a s e
100 80 60 40 20 0
Lifetime migrants
Sektor formal
Recent migrants
Perdagangan kecil
Non-migrants
Sektor informal
Rata-Rata Pengeluaran Rumah per Bulan menurut Status Migrasi dan Kota Di empat kota yang di survei pengeluaran rumah tangga recent migrants lebih besar dibandingkan dengan lifetime dan non-migrants
J u t a a n Rp
Sumber: Survei RUMiCi, 2008
Kesejahteraan Migran
K emiskinan menurut Status Migrasi di Tiap K ota, Tahun 2008 Ru m ah tan gga recen t d an lifetime mig ra n ts, k ecu ali d i Sam arin d a, p ro p o rsi y an g h id u p d i b awah garis k em isk in an ren d ah , sed an gk an n o n -mig ra n ts relatif tin ggi Risen m igran cu k u p b an y ak y an g b elu m p u n y a tan ggu n gan m en ik ah
k aren a m asih b elu m
25 20 15 10 5 0 Tangerang Recent migrants
Samarinda
Medan
Lifetime migrants
Makasar
Non-migrants
Kemiskinan di tiap kota adalah situasi kemiskinan menurut data Susenas 2007
Semua kota
Kemiskinan di tiap kota
Rata-Rata Tahun Pendidikan Kepala Keluarga dan Anak Mereka menurut Status Migrasi di Tiap Kota
Pendidikan anak-anak migran lebih baik bila dibandingkan dengan orang tua mereka
Pendidikan anak-anak migran seumur hidup lebih baik dibandingkan dengan pendidikan anak-anak nonmigran 16 14 12 10 8 6 4 2 0 RM
LM
NM
Tangerang
RM
LM
NM
RM
Makassar
LM
NM
RM
LM
Samarinda Household heads
Source : Survey RUMiCI, 2008 Notes: 1. RM = Recent migrants LM = Lifetime migrants fir NM = Non migrants 2. Children who have finished school 3. Makassar, recent migrants have no children finished school.
NM
Medan Children
RM
LM All cities
NM
Kesimpulan
Di abad 21 ini, meskipun angkatan kerja terlibat dalam migrasi internasional mengalami peningkatan, migrasi internal, terutama migrasi desa-kota, masih berperan sebagai peluang untuk mendapat pekerjaan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan.
Para migran perempuan usia muda dari perdesaan dalam lima tahun terakhir ini memiliki pendidikan yang relatif lebih baik, membuka peluang bermigrasi ke kota relatif sama dengan laki-laki. Banyak risen migran perempuan bekerja di manufaktur. Mereka bekerja pada pekerjaan yang berupah rendah.
Proporsi recents dan lifetime migrant tergolong hidup di bawah garis lebih rendah dibandingkan dengan non-migrant
Pendidikan anak migran mengalami perbaikan: pendidikan anak migran lebih baik daripada pendidikan orang tua mereka
Studi di empat kota ini menunjukkan kesejahteraan migran desa-kota mengalami perbaikan, tentu perbaikan kesejahteraan belum seperti penduduk kota lainnya.