PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN EFEKNYA TERHADAP PENGAMALAN IBADAH SISWA (Studi Kasus di SMP Attaqwa 06 Bekasi)
Skripsi Diajukan untuk memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh:
Wahyu Hidayat
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1432 H
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN EFEKNYA TERHADAP PENGAMALAN IBADAH SISWA (Studi Kasus di SMP Attaqwa 06 Bekasi) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh:
Wahyu Hidayat NIM. 106011000203
Di Bawah Bimbingan
Prof. Dr. H. A. R. Ghazaly, M.Ag NIP. 19450325 196510 1001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul: “Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dan Efeknya Terhadap Pengamalan Ibadah Siswa (Studi Kasus di SMP Attaqwa 06 Bekasi)” telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Januari 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I). Jakarta, 2 Februari 2011 Panitia Sidang Munaqasyah
Ketua Jurusan PAI
Tanggal
Tanda Tangan
Bahrissalim, M. Ag NIP. 19680307. 199803. 1. 002
.............
........................
Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag NIP. 19670328. 200003. 1. 001 . Penguji I
.............
.........................
Prof. Dr. Abd. Rahman Ghazali, MA NIP. 19450325. 196510. 1. 001
.............
..........................
..............
...........................
Sekretaris Jurusan PAI
Penguji II Abdul Ghafur, MA NIP.19681208. 199703. 1. 003
Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005. 198703. 1. 003
ABSTRAK Nama NIM Judul Skripsi
: Wahyu Hidayat : 106011000203 : “Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dan Efeknya Terhadap Pengamalan Ibadah Siswa (Studi Kasus di SMP Attaqwa 06 Bekasi) ”.
Pendidikan agama Islam dimaksudkan untuk dapat menghasilkan peserta didik yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak. Dan menekankan kepada aspek keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah swt, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya. Pelajaran Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk membekali siswa agar memiliki pengetahuan lengkap tentang hukum Islam dan mampu mengaplikasikannya dalam bentuk ibadah kepada Allah swt. Dengan demikian siswa dapat melaksanakan ritual-ritual ibadah yang benar menurut ajaran Islam sesuai dengan ibadah yang dipraktekkan dan diajarakan oleh Rasuulullah saw. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif sedangkan jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yaitu untuk mencari hubungan antara kedua variabel. Sedangkan teknik pengumpulan datanya yaitu dengan cara menyebarkan angket yang berisi sejumlah pertanyaan tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam dan efeknya terhadap pengamalan ibadah siswa. Angket tersebut dibagikan kepada siswa dan jawabannya dihitung dengan rumus prosentase kemudian diolah dan dijelaskan secara deskripitif, setelah diperoleh hasil angket tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam dan efeknya terhadap pengamalan ibadah siswa, penulis menghitung kedua variabel tersebut dengan menggunakan product moment. Hal ini, untuk mengetahui tingkat korelasi kedua variabel tersebut, sedangkan untuk mengetahui kesesuain hubungan kedua variabel tersebut penulis menggunakan rumus Koefisien determinan. Setelah penelitian dilakukan, maka penulis memperoleh hasil penelitian dengan angka 0,609 yang berarti terdapat korelasi yang positif antara pelaksanaan pendidikan agama Islam dan efeknya terhadap pengamalan ibadah siswa, di mana korelasi tersebut tergolong sedang atau cukup karena korelasinya berada pada rentang antara 0,40 – 0,70 berdasarkan dari tingkat kesesuaian pada kedua variabel tersebut, maka dapat diketahui dari koefision determinasinya adalah sebesar 37,0881% dan 62,9119% merupakan sumbangan dari variabel lain yang juga menunjang Pengamalan Ibadah Siswa.
i
KATA PENGANTAR ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮ ﺣﻤﻦ اﻟﺮ ﺣﯿﻢ
Segala puji hanya milik Allah swt, Tuhan pencipta dan pemelihara semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya yang setia hingga Hari Pembalasan. Salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) di semua perguruan tinggi termasuk di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta adalah membuat karya ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis membuat skripsi ini dengan judul. "Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dan Efeknya Terhadap Pengamalan Ibadah Siswa di SMP Attaqwa 06 Bekasi". Selama pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami oleh penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahanbahan (data) maupun pembiayaan dan sebagainya. Namun, dengan hidayah dan inayah Allah swt dan berkat kerja penulis disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan atas terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih ini penulis sampaikan kepada: 1. Dekan, Pembantu Dekan dan seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berharga kepada penulis. 2. Ketua dan Sekretaris serta staf jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Prof. Dr. A. R. Ghazaly, M Ag, Dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya guna memberi bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini. 4. Bapak Abdul Ghofur, M.A, Dosen penasehat akademik jurusan pendidikan agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Drs, Hasanuddin HA, Kepala Sekolah SMP Attaqwa 06 Bekasi beserta staf dan seluruh dewan guru yang telah memberikan informasi kepada penulis untuk penulisan skripsi ini. 6. Pimpinan dan staf perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan. 7. Terkhusus buat orang tuaku yang tercinta Ayahanda Junaidi dan Ibunda Karsinah yang telah merawat, mendidik dan mencurahkan segala kasih sayangnya kepada penulis selama hayat. Semoga Allah swt mengampuni segala dosanya dan melimpahkan rahmat, karunia dan ridho-Nya kepada beliau berdua. 8. Kakak-kakak dan keponakanku serta semua keluarga yang penulis cintai, atas semangat dan dorongan yang diberikan kepada penulis. 9. Teman-teman kostan Irul, Dheros, Ropi, Kholik, Fahmi, dan Fahruddin yang selalu mengisi kehidupan yang terkadang serius dan banyak bercandanya sewaktu bersama di kost. 10. Rekan-rekan seperjuangan di PAI angkatan 2006, serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya di sini. Terima kasih atas segala bantuan dan dorongan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Mudah-mudahan amal dan jasa baik mereka diterima oleh Allah swt dan di balasNya dengan pahala yang berlipat ganda. Amiin… Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya.
Jazakumullah khairan katsiran
Jakarta, 23 November 2010
Penulis
Wahyu Hidayat
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK ..................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
viii
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Permasalahan ...........................................................................
5
1. Identifikasi Masalah…… ....................................................
5
2. Pembatasan Masalah ...........................................................
6
3. Perumusan Masalah……. ...................................................
6
4. Tujuan dan Manfaat Penelitian………. ...............................
6
BAB II KAJIAN TEORITIS………………………………………………
8
A. Pendidikan Agama Islam ..........................................................
8
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ...................................
8
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam………………..
13
3. Pendidikan Agama Islam di SMP………. ...........................
18
B. Pengamalan Ibadah……………………………………………..
25
1. Pengertian Pengamalan Ibadah………. ..............................
25
2. Dasar Hukum Ibadah…………. ..........................................
28
3. Macam-Macam Ibadah………. ...........................................
29
4. Tujuan Ibadah……. ............................................................
32
C. Kerangka Berfikir……………..................................................
33
D. Hipotesis Penelitian….. ............................................................
33
iv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………….
35
A. Waktu dan Tempat Penelitian……. ..........................................
35
B. Populasi dan Sampel……. ........................................................
35
C. Variabel dan Metode Penelitian……. .......................................
36
D. Tehnik Pengumpulan Data……. ...............................................
36
E. Tehnik Analisis Data…….........................................................
38
BAB IV HASIL PENELITIAN………………………………………….....
43
A. Gambaran Umum SMP Attaqwa 06 Bekasi…… .......................
43
1. Sejarah singkat berdirinya……… .......................................
43
2. Visi dan Misi……….. .........................................................
45
3. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan ..................................
45
4. Sarana dan Prasarana……… ...............................................
47
5. Struktur Organisasi .............................................................
49
B. Deskripsi Data………. ............................................................
50
C. Analisis Data…………… .........................................................
74
D. Interpretasi Data…………. .......................................................
77
BAB V PENTUP…………………………………………………………….
79
A. Kesimpulan……………………… ............................................
79
B. Saran-Saran……………………………… ................................
80
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1Kisi-kisi Instrumen Penelitian…………. .....................................
38
2. Tabel 2 Penafsiran Prosentase……………….. ........................................
40
3. Tabel 3 Interpretasi Data………….. ........................................................
41
4. Tabel 4 Keadaan guru dan Karyawan………….......................................
45
5. Tabel 5 Jumlah siswa-siswi SMP Attaqwa 06 Bekasi………. .................
47
6. Tabel 6 Sarana dan Prasarana SMP Attaqwa 06 Bekasi……… ...............
47
7. Tabel 7 Guru datang tepat waktu………………. .....................................
50
8. Tabel 8 Guru memberikan pertanyaan di awal pelajaran…………. .........
51
9. Tabel 9 Guru menerangkan materi pelajaran dengan jelas…………….. ..
51
10. Tabel 10 Penguasaan materi pelajaran…………………. .........................
52
11. Tabel 11 Penggunaan Metode penyajian………………….......................
53
12. Tabel 12 Metode penyajian dengan diskusi……………………...............
53
13. Tabel 13 Metode penyajian dengan ceramah……………… ....................
54
14. Tabel 14 Metode penyajian dengan tanya jawab………………...............
54
15. Tabel 15 Penggunaan alat peraga atau Media pengajaran………………..
55
16. Tabel 16 Memberikan tugas atau PR………………………. ...................
55
17. Tabel 17 Menyampaikan hasil pokok materi……………….. ..................
56
18. Tabel 18 Memberikan contoh nyata mengenai materi………… ..............
56
19. Tabel 19 Memberikan hasil nilai setiap tugas……………… ..................
57
20. Tabel 20 Penggunaan waktu secara tepat dalam mengajar………............
57
21. Tabel 21 Memberikan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan .
58
22. Tabel 22 Guru menejelaskan indikator (tujuan pembelajaran) sebelum memulai pelajaran…………………………………………………………. 58 23. Tabel 23 Guru menjelaskan materi pelajaran secara sistematis ................
59
24. Tabel 24 Guru memberikan praktek dalam pembelajaran PAI……………. 59 25. Tabel 25 Guru dalam menyampaikan materi pelajaran penjelasannya mudah dipahami………………………….. .............................................
60
26. Tabel 26 Guru memberikan pertanyaan setelah materi pelajaran berakhir
61
27. Tabel 27 Pengamalan shalat lima waktu…………...................................
62
vi
28. Tabel 28 Pengamalan shalat fardhu di awal waktu………… ...................
62
29. Tabel 29 Pengamalan shalat berjamaah…………. ...................................
63
30. Tabel 30 Pengamalan shalat sunnah qabliyah/sebelum shalat wajib……… 64 31. Tabel 31 Pengamalan shalat sunnah ba'diyah/sesudah shalat wajib ..........
64
32. Tabel 32 Pengamalan shalat sunnah Dhuha……………. .........................
65
33. Tabel 33 Pengamalan shalat sunnah tahajjud/shalat malam………… ......
65
34. Tabel 34 Pengamalan puasa bulan Ramadhan………. .............................
66
35. Tabel 35 Pengamalan bersedekah dan Menunaikkan Zakat di bulan Ramadhan.. .............................................................................................
67
36. Tabel 36 Pengamalan makan sahur………… ..........................................
67
37. Tabel 37 Pengamalan puasa sunnah hari senin dan kamis………. ...........
68
38. Tabel 38 Pengamalan do'a selesai wudhu…….........................................
69
39. Tabel 39 Pengamalan do'a sehabis shalat fardhu……… ..........................
69
40. Tabel 40 Pengamalan do'a ketika mulai belajar………… ........................
70
41. Tabel 41 Pengamalan do'a bila hendak makan…….. ...............................
70
42. Tabel 42 Pengamalan do'a jika selesai makan……….. ............................
71
43. Tabel 43 Pengamalan do'a jika hendak tidur…….. ..................................
71
44. Tabel 44 Pengamalan do'a pada waktu bangun tidur………. ...................
72
45. Tabel 45 Pengamalan membaca Al-Qur'an…….. ....................................
73
46. Tabel 46 Pengamalan mempelajari Al-Qur'an………. .............................
74
47. Tabel 47 Perhitungan Angka Indeks Korelasi Antara Variabel X (Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam) dan Variabel Y (Pengamalan Ibadah Siswa)…… 75
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keterangan Bimbingan Skripsi. 2. Surat Keterangan Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas. 3. Surat Keterangan Penelitian dari SMP Attaqwa 06 Bekasi. 4. Berita Wawancara Kepala Sekolah SMP Attaqwa 06 Bekasi. 5. Berita Wawancara Guru PAI SMP Attaqwa 06 Bekasi. 6. Angket Penelitian Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dan Pengamalan Ibadah Siswa 7. Jawaban Hasil Angket Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam SMP Attaqwa 06 Bekasi. 8. Jawaban Hasil Angket Pengamalan Ibadah Siswa SMP Attaqawa 06 Bekasi. 9. Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment Dari Pearson untuk Berbagai df.
.
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia dan menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi hal yang penting untuk ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi
tua
untuk
mengalihkan
pengetahuannya,
pengamalannya,
kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah.1 Pendidikan dapat juga diistilahkan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.2
1
R. Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1991), cet. 2, h. 257. 2 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 2003), h. 34.
1
2
Berdasarkan definisi tersebut tercermin adanya proses pembelajaran terhadap peserta didik agar mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan. Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya pendidikan agama untuk mendukung siswa untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan yang kuat. Islam dengan tegas telah mewajibkan ummatnya melakukan pendidikan, sebagaimana firmannya Allah swt dalam QS. An-Nisaa/4 ayat 113.
ُوَأَﻧْﺰَلَ اﻟﻠَّﮫُ ﻋَﻠَﯿْﻚَ اﻟْﻜِﺘَﺎبَ وَاﻟْﺤِﻜْﻤَﺔَ وَﻋَﻠَّﻤَﻚَ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﺗَﻜُﻦْ ﺗَﻌْﻠَﻢُ وَﻛَﺎنَ ﻓَﻀْﻞ (١١٣:اﻟﻠَّﮫِ ﻋَﻠَﯿْﻚَ ﻋَﻈِﯿﻤًﺎ)ﺳﻮرة اﻟﻨﺴﺎء “Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.” (QS. AnNisa/4: 113) Menurut Abdul Aziz al-‘ARusi mengenai pentingnya pendidikan atau ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ayat di atas bahwa ilmu adalah segi yang membuat manusia teristimewa atas hewan. Kemudian, ilmu pengetahuan dan amal saleh itu adalah kembar dua, untuk tercapainya amal yang benar, maka amal kita harus berdasarkan pada pengetahuan. Jika tidak demikian maka amal tersebut menjadi rusak, dan amal yang rusak tidak baik untuk apapun. Oleh karena itu dikatakan bahwa ilmu pengetahuan itu adalah cahaya, dan Allah adalah cahaya langit dan bumi, karena Dia telah menciptakan-Nya dengan ilmuNya dan Dia maha mengetahui apa saja yang ada padanya, maka ilmu pengetahuan adalah sangat penting bagi manusia. Karena, ilmu adalah makanan pokok bagi akal, sama halnya makanan biasa yang dimakan adalah makanan pokok bagi tubuh kita.3 Adapun pendidikan agama Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan di Indonesia, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 12 ayat 1 butir a yang berbunyi: "Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama".4 3
Abdul Aziz Al-‘Arusi, Menuju Islam yang Benar, (Semarang: CV Toha Putra, 1994), Cet. 1, h. 85. 4 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional…, h. 40.
3
Pendidikan di Indonesia merupakan masalah yang sangat penting bagi kehidupan bangsa. Dan diharapkan dapat membentuk manusia-manusia yang dapat membangun dirinya sendiri serta tanggung jawab atas pembangunan bangsa, sehingga akan disegani dan dihormati oleh bangsa lain. Pendidikan agama Islam dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt dan berakhlak mulia. Maka potensi spiritualnya mencakup pengenalan, pemahaman, penanaman nilai-nilai keagamaan dan pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual atau kemasyarakatan yang ada di lingkungannya yang memiliki tujuan pada potensi yang dimiliki manusia yang mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Pendidikan agama Islam juga sebagai acuan untuk membimbing atau memimpin, serta membina pertumbuhan dan perkembangan peserta didik berdasarkan ajaran Islam ke arah terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil), dan tentunya dengan didasari dari landasan untuk mendidik, pedoman cara pelaksanaan dalam mendidik dan tujuan-tujuan yang harus dijadikan sasaran dalam mendidik. karena itu, dasar-dasar ilmu Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang memberikan landasan, pedoman, dan arah sasaran dalam usaha mendidik atau dalam bentuk anak didik menjadi manusia yang beradab, yaitu manusia yang berilmu pengetahuan, berketerampilan, bermasyrakat, berbudaya, dan berakhlak/berbudi pekerti luhur, serta manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.5 Dengan demikian sasaran Pendidikan agama sebenarnya tertuju pada pembentukan sikap akhlak atau mental anak didik dalam hubungan dengan Tuhan, masyarakat dan alam atau sesama makhluk.
5
Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 3.
4
Anak adalah cerminan masa depan, pendidikan anak harus benar-benar diperhatikan agar bakat mereka tersalurkan dalam kegiatan yang positif, yaitu di antaranya dengan memasukkan anak ke dalam jenjang pendidikan yang formal ataupun yang non formal. Penanaman nilai agama kepada mereka merupakan syarat mutlak untuk mencapai nilai keharmonisan dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat. Nilai-nilai tersebut dapat dijadikan pondasi agar mereka tidak keluar dari ajaran-ajaran agama. Pada tingkatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama mata pelajaran agama Islam diajarkan sejak kelas tujuh sampai kelas sembilan. Pelajaran ini berisikan keimanan, akhlak, al-Qur'an Hadits, ibadah dan tarikh, termasuk di dalamnya menyangkut teori hukum Islam yaitu tentang kewajiban manusia, khususnya kewajiban individual kepada Allah swt. Pada prinsipnya pelajaran agama Islam membekali siswa agar memiliki pengetahuan lengkap tentang hukum Islam dan mampu mengaplikasikannya dalam bentuk ibadah kepada Allah.
Dengan demikian siswa dapat
melaksanakan ritual-ritual ibadah yang benar menurut ajaran Islam sesuai dengan ibadah yang dipraktekkan dan diajarkan Rasulullah saw. Dalam standar kompetensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berisi kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh Pendidikan Agama Islam di SMP, kemampuan ini berorientasai pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus dicapai di SMP yang di antaranya yaitu bahwa siswa mampu beribadah dengan baik dan benar sesuai dengan syari'at Islam, baik ibadah wajib dan ibadah sunnah maupun muamalah.
5
Dengan demikian mencermati hal di atas maka penulis akan mencoba menyoroti pendidikan agama Islam di SMP Attaqwa O6 Bekasi yang ditekankan pada aspek pengamalan ibadah siswa yang berhubungan dengan ibadah shalat, puasa, berdo'a dan mengaji al-Qur'an. Dan penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan dituangkan dalam skripsi dengan judul "PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN EFEKNYA TERHADAP PENGAMALAN IBADAH SISWA" (Studi Kasus di SMP Attaqwa 06 Bekasi).
B. PERMASALAHAN 1. Identifikasi Masalah Masalah-masalah Penelitian yang berkaitan dengan judul di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam? b. Perlukah anak diberi Pendidikan Agama Islam? c. Media apakah yang digunakan dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam? d. Apakah saja yang harus disiapkan dalam rangka Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam? e. Apa sarana yang akan digunakan dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam? f. Apakah yang dimaksud dengan Pengamalan Ibadah? g. Apakah saja Ibadah yang harus perlu dibekali kepada siswa dan diamalkan kepada siswa? h. Perlukah siswa dibekali Pengamalan Ibadah sejak dini? i. Metode apa sajakah yang harus digunakan bagi siswa mengenai Pengamalan Ibadahnya? j. Adakah
efek
Pelaksanaan
Pengamalan Ibadah siswa?
Pendidikan
Agama
Islam
terhadap
6
Faktor-faktor yang menimbulkan masalah penelitian ini cukup banyak, dan tentu saja tidak semua faktor yang menimbulkan masalah itu dapat diteliti secara sekaligus, oleh karena itu perlu dibatasi dan dirumuskan masalahnya.
2. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya pembahasan tentang pendidikan agama Islam dan juga luasnya tentang pengamalan ibadah, maka untuk mempermudah penelitian ini, penulis membatasi masalah sebagai berikut: a. Pendidikan agama Islam yang dimaksud adalah salah satu bidang studi yang diajarkan dalam proses belajar mengajar di SMP Attaqwa 06 Bekasi yang dibatasi pada ibadah sholat, puasa, berdo'a dan mengaji al- Qur'an. b. Siswa yang menjadi obyek penelitian penulis hanya kelas IX SMP Attaqwa 06 Bekasi.
3. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Attaqwa 06 Bekasi? b. Bagaimana pengamalan ibadah siswa di sekolah tersebut? c. Adakah efek pendidikan agama Islam terhadap pengamalan ibadah siswa di sekolah tersebut?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan antara lain: a. Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Attaqwa 06 Bekasi. b. Untuk mengetahui pengamalan ibadah siswa SMP Attaqwa 06 Bekasi dalam hal ibadah sholat, puasa, berdo'a dan mengaji al-Qur'an.
7
c. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya efek pendidikan agama Islam terhadap pengamalan ibadah siswa di sekolah tersebut. 2. Manfaat Penelitian a. Untuk pengembangan ilmu, terutama bagi penulis sendiri dalam mendalami masalah-masalah pendidikan agama Islam dan pengamalan ibadah siswa. b. Sebagai bahan masukan bagi para guru dalam melaksanakan pendidikan agama Islam di SMP Attaqwa 06 Bekasi dan memberikan tuntunan yang benar tentang pengamalan ibadah siswa. c. Hasil penilitian ini diharapkan dapat menjadi koleksi bacaan yang bermanfaat bagi perpustakaan dan taman-taman bacaan, terutama bagi perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Untuk membahas pengertian pendidikan agama Islam maka terlebih dahulu perlu diungkapkan definisi pendidikan. Para tokoh berbeda pendapat dalam mendefinisikan pendidikan disebabkan mereka berbeda pendapat dalam penekanan dan tinjauan terhadap pendidikan. Ditinjau dari segi bahasa (etimologi) secara umum dalam bahasa Arab kata pendidikan biasa disebut dengan tarbiyah. Penggunaan istilah tarbiyah barasal dari kata rabb. Kata rabb ( )ر بmenurut Abul A'la al-Maududi, yang dikutip Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam yaitu terdiri dari dua huruf "ra" dan "ba" tasydid yang merupakan pecahan dari kata tarbiyah yang berarti pendidikan, pengasuhan, dan kepemimpinan.1 Istilah lain dari pendidikan adalah Ta'lim, Menurut Dr. Abdul Fattah Jalal, pengarang "Min al-Usuul at-Tarbawiyah fii al-Islam" yang dikutip Abdul Halim Soebahar dalam bukunya Wawasan Baru Pendidikan Islam, kata Ta'lim merupakan proses yang terus menerus diusahakan manusia sejak lahir, sehingga satu segi telah mencakup aspek kognisi dan pada segi lain tidak mengabaikan aspek afeksi dan psikomotorik, yang menjadi dasar pandangnya pada hal tersebut bahwa Rasulullah saw diutus sebagai Mu'alim
1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 14.
8
9
(pendidik), 2 dan Allah swt menegaskan posisi Rasulullah saw itu dalam Surat Al-Baqarah/2 ayat 151, sebagai berikut:
(١٥١:)ﺳﻮرة اﻟﺒﻘﺮة "Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al- Kitab dan Al-Hikmah (As Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui". (QS. AlBaqarah/2: 151) Adapun menurut Al-Naquib al-Attas sebagaimana yang dikutip Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam,3 bahwa pendidikan yang diistilahkan dengan Ta'dib, adalah pengenalan dan pengakuan tempattempat yang tepat dari segala sesuatu yang di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan
dan
keagungan
Tuhan
di
dalam
tatanan
wujud
dan
keberadaannya, konsep tersebut didasarkan pada hadits Nabi saw: 4
(ن
)رواه اﻟﺴﻤﻌﺎ
أ
"Tuhanku telah mendidikku, maka ia baguskan pendidikanku" (H.R. as-Sam’ani). Pendidikan menurut Ahmad D. Marimba adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil).5
2
Abdul Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002),
h. 5. 3
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h.17. Jalaludin Abd, Rahman al-Suyuti, al-Jami Syhagir fi Ahadits al-Basyar al-Nadzir, (Indonesia: Darul Ihya al-Kutub), Juz 1, h.14. 5 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma.arif, 1989), h. 19. 4
10
Menurut Ensiklopedi Pendidikan, pendidikan ialah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk meningkatkan (mempengaruhi) si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu memikul tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Orang dewasa yang dimaksud di sini harus diakui haknya oleh si anak didik dan mendapat kepercayaan untuk mencapai hasil baik dalam usahanya.6 Pendidikan menurut Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.7 Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar baik dalam bentuk formal dan non formal untuk perkembangan anak didik dan peranannya di masa yang akan datang. Adapun pengertian agama menurut bahasa berasal dari kata Din dari bahasa Arab dan kata Religi dari bahasa Eropa. Agama itu sebenarnya berasal dari Sanskreta a dan gam yang artinya A adalah tidak dan gam adalah pergi. Jadi, kata tersebut berarti "tidak pergi" yang berarti 'tetap ditempat', 'langgeng' diwariskan secara turun temurun.8 Haji Agus Salim dalam bukunya "Tauhid", yang dikutif Mudjahid Abdul Manaf dalam bukunya Sejarah Agama-Agama, bahwa agama adalah ajaran tentang kewajiban dan kepatuhan terhadap aturan, petunjuk, perintah yang diberikan Allah swt kepada manusia lewat utusan-utusannya. Dan oleh
6
R. Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1991), cet. 2, h. 257. 7 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional…, h. 34. 8 Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. 2, h. 2.
11
Rasul-Rasul-Nya yang diajarkan kepada orang-orang dengan pendidikan dan tauladan.9 Dari definisi tersebut, penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa agama adalah sebuah ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan ini berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia suatu ikatan yang tidak dapat dilihat oleh panca indra manusia. Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai. Kata salima yang mengandung arti Selamat diubah menjadi aslama-yuslumi-islaman yang berarti berserah diri kepada Allah swt dan Rasulnya, damai terhadap orangorang mukmin, dan meningkatkan derajat Ummat (orang-orang beriman).10 Abdul Aziz Al-Arusi dalam bukunya Menuju Islam yang Benar berpendapat bahwa Islam itu berarti anda menyerahkan diri dengan penuh ketaatan pada Allah swt. Dan Allah yang menciptakan anda, memiliki anda dan Dia mampu berbuat apa saja terhadap diri anda. Dan kata 'Muslim' berarti orang yang taat kepada Allah, dan Islam itu merupakan satu-satunya agama yang diterima oleh Allah swt.11 Sebab Allah tidak akan rela terhadap agama yang mengajak menentang perintah-perintah-Nya sebagaimana firman-Nya Surat Al-Imran/3 ayat 85:
. (٨٥:٣/)ﺳﻮرة اﻟﻌﻤﺮان "Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". (QS. Al-Imran/3: 85). Pengertian Islam tersebut dapat dirumuskan sebagai menempuh jalan keselamatan dengan jalan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah swt 9
Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama…, h. 4. Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama…, h. 103. 11 Abdul Aziz Al-Arusi, Menuju Islam yang Benar, (Semarang: CV Toha Putra, 1994), Cet. 1, h. 56. 10
12
dan melaksanakan dengan penuh kataatan akan segala ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang ditetapkan-Nya, untuk mencapai kesejahteraan dan kesentosaan hidup dengan penuh keamanan dan kedamaian. Adapun pengertian Pendidikan agama Islam menurut Ahmad D. Marimba adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.12 Samsul Nizar dalam bukunya 'Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam' bahwa pendidikan agama Islam adalah rangkaian proses yang sistematis, terencana dan komprehensif dalam upaya mentransfer nilainilai kepada anak didik, sehingga anak didik mampu melaksanakan tugasnya di muka bumi dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan nilai-nilai ilahiyah yang didasarkan pada ajaran agama (al-Qur'an dan Hadits) pada semua dimensi kehidupannya13. Musthafa Al-Ghulayani, yang dikutip Nur Uhbiyati dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, mendefinisikan pendidikan agama Islam adalah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikkan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.14 Muhammad Fadil Al-Djamaly sebagaimana yang dikutip H.M. Arifin dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, bahwa pendidikan agama Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiannya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).15
12
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam…, h.23. Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), h. 94. 14 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: CV Pustaka Setia, 1998), h.10. 15 H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 18. 13
13
Dari batasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu bimbingan terhadap anak didik agar dapat memahami, mayakini, mengahayati dan mengamalkan serta menjadikan ajaran-ajaran Islam sebagai pedoman hidupnya dan sesuai dengan ideologi Islam.
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam A. Dasar Pendidikan Agama Islam Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut tegak berdiri dengan kokoh. Dalam sebuah bangunan mesti ada dasar yang menjadi landasan bangunan itu tegak dan kokoh berdiri.16 Demikanlah pula halnya dengan dasar pendidikan, agar pendidikan agama Islam itu tegak berdiri dengan kokoh dan tidak mudah roboh atau berombang ambing oleh tiupan angin kencang berupa ideologi yang muncul saat ini, maka pendidikan agama Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia seutuhnya menurut ukuran Islam harus mempunyai landasan yang baik dan kuat. Dan landasan pendidikan agama Islam haruslah merupakan landasan yang utama dari ajaran Islam itu sendiri, yaitu al-Qur’an, asSunnah (Hadits) dan Ijtihad. 1). Al-Qur'an Abdul Wahab Khallaf mendefinisikan al-Qur'an yang dikutif Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, sebagai berikut: "Kalam Allah yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada hati Rasulullah anak Abdullah dengan lafaz Bahasa Arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah bagi Rasulullah atas kerasulannya dan menjadi pedoman bagi manusia dengan petunjuknya serta beribadah membacanya".17 Kedudukan al-Qur'an sebagai sumber pokok pendidikan agama Islam dapat dipahami dari ayat al-Qur'an itu sendiri, diantaranya: 16
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam…, h.19. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 122.
17
14
Firman Allah swt: .
(٢٩:)ﺳﻮرة ص "Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayatayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran". (QS. Shad/38: 29) Pada hakekatnya al-Qur'an itu merupakan perbendaharaan yang
besar
untuk
kebudayaan
manusia,
terutama
bidang
kerohanian. Dan pada umumnya merupakan kitab pendidikan kemasyarakatan, moril (akhlak) dan spiritual (kerohanian). 2). As-Sunah (Hadits) Sunah menurut bahasa adalah al-sirah () اﻟﺴﯿﺮة, yaitu perjalanan atau sejarah, baik atau buruk masih bersifat Umum. Sedangakan menurut Istilah, Sunah ialah Segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi atau kepada seorang sahabat atau seorang setelahnya (tabi'in), baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat.18 Sunah (Hadits) sebagai sumber ajaran Islam yang kedua sesudah al-Qur'an berfungsi sebagai pelaksanaan dari ketentuanketentuan yang digariskan dalam al-Qur'an. Di dalamnya berisi petunjuk/pedoman untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, termasuk untuk membentuk/membina umat untuk menjadi manusia seutuhnya atau menjadi muslim yang bertaqwa. Sunah juga dapat dijadikan dasar pendidikan agama Islam dan menjadi sumber utama pendidikan agama Islam dikarenakan Allah swt menjadikan Muahammad saw sebagai teladan bagi umatnya. 3). Ijtihad Ijtihad
menurut
para
fuqaha,
yaitu
berpikir
dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari'at 18
Abdul Majid Khon dkk., Ulumul Hadits, (Jakarta: PSW UIN Jakarta, 2005) h. 5.
15
Islam untuk menetapkan/menetukan sesuatu hukum Syari'at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh AlQur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada al-Qur.an dan Sunnah.19 Dari kutipan di atas dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud dengan ijtihad adalah penggunaan akal pikiran para fuqaha-fuqaha Islam untuk menetapkan suatu hukum yang belum ada ketetapannya dalam al-Qur’an dan Sunnah (Hadits) dengan syarat-syarat tertentu. Dalam pelaksanaannya Ijtihad ini harus mengikuti kaidahkaidah yang telah diatur oleh para mujtahid dan harus berpedoman serta tidak bertentangan dengan isi yang ada pada al-Qur'an dan asSunnah. Ijtihad dalam penggunaannya meliputi seluruh aspek ajaran Islam, termasuk juga aspek pendidikan. Ijtihad merupakan dasar yang sangat penting dalam menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan masalah pendidikan dalam Islam sepanjang sejarah. Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu, sebab ajaran Islam yang terdapat dalam al-Qur’an dan Sunnah (Hadits), hanya berupa prinsip-prinsip pokok saja. Bila ternyata ada yang agak terperinci, maka rincian itu merupakan prinsip pokok tersebut. Sejak diturunkan ajaran Islam kepada nabi Muhammad saw sampai sekarang, Islam telah tumbuh dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan berkemabang melalui ijtihad. Oleh
karena
itu,
seiring
dengan
pertumbuhan
dan
perkembangan zaman yang semakin mengglobal dan mendesak, maka menjadikan eksistensi ijtihad, terutama di bidang pendidikan, mutlak diperlukan. 19
Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan…, h. 156.
16
B. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan Pendidikan Agama Islam, secara etimologi, tujuan adalah arah, maksud atau sasaran. 20 Secara terminologi, tujuan berarti sesuatu yang hendak dicapai dengan kegiatan atau usaha.21 Tujuan pendidikan agama Islam menurut Mahmud Yunus dalam bukunya Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, tujuan pendidikan Islam adalah menyiapkan anak-anak, supaya di waktu dewasa kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat, sehingga tercipta kebahagian bersama dunia dan akhirat.22 Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan dalam bukunya "educational theory a Qur'anic out look" yang dikutip oleh Armai Arief dalam bukunya Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, bahwa tujuan pendidikan agama Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah swt, atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir.23 Tujuan pendidikan agama Islam dibangun atas tiga komponen sifat dasar manusia, yaitu: 1. tubuh, 2. ruh dan 3. akal. Masing-masing harus dijaga dan dapat diperioritaskan pada tujuan tersebut. Berdasarkan hal ini maka tujuan pendidikan agama Islam dapat dikualifikasikan, diantaranya adalah 24 1. Tujuan Pendidikan Jasmani (al-Ahdaf al-Jismiyah) Rasulullah saw bersabda: 25
()رواه ﻣﺴﻠﻢ.
20
Departemen Diknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h.
965. 21
Zakiyah Daradjat, Metodelogi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
h. 72. 22 Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1961), h. 10. 23 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputan Pers, 2002), h.19. 24 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam…, h. 19 25 Abi Husaini Muslim an-Naisaburi, Shahih Muslim, (Riyadh: Darussalam, 1419 H), h. 1161.
17
"Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi Allah ketimbang orang mukmin yang lemah." (HR. Imam Muslim). Imam Nawawi menafsirkan hadis diatas sebagai kekuatan iman yang ditopang oleh kekuatan fisik. Kekuatan fisik merupakan bagian pokok dari tujuan pendidikan. Maka pendidikan harus mempunyai tujuan kearah keterampilan-keterampilan fisik yang dianggap perlu bagi tumbuhnya keperkasaan tubuh yang sehat. Pendidikan Islam dalam hal ini mengacu pada pembicaraan fakta-fakta terhadap jasmani yang relevan bagi para pelajar.26 2. Tujuan Pendidikan Rohani (al-Ahdaf al-Ruhaniyyah) Orang yang betul-betul menerima ajaran Islam tentu akan menerima seluruh cita-cita ideal yang terdapat dalam al-Qur'an, peningkatan jiwa dan kesetiaannya yang hanya kepada Allah semata dan melaksanakan moralitas Islami yang diteladani dari tingkah laku kehidupan Nabi Muhammad saw merupakan bagian pokok dalam tujuan pendidikan Islam. Tujuan pendidikan agama Islam harus mampu membawa dan mengembalikan ruh kepada kebenaran dan kesucian. 3. Tujuan Pendidikan Akal (al-Ahdaf al-Aqliyah) Tujuan
ini mengarah
kepada
perkembangan
intelegensi yang
mengarahkan setiap manusia sebagai individu untuk dapat menemukan kebenaran yang sebenar-benarnya. Pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan akal, seharusnya dengan bukti-bukti yang memadai dan relevan dengan apa yang mereka pelajari. Di samping itu pendidikan agama Islam mengacu kepada tujuan memberi daya
dorong menuju
peningkatan kecerdasan manusia.
Pendidikan yang lebih berorientasi kepada hafalan, tidak tepat menurut teori pendidikan Islam. Karena pada dasarnya pendidikan Islam bukan hanya memberi titik tekan pada hafalan, sementara proses intelektualitas dan pemahaman dikesampingkan.
26
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam…, h. 20.
18
4. Tujuan Sosial (al-Ahdaf al-Iijtim’iyah) Seorang khalifah mempunyai kepribadian utama dan seimbang, sehingga khalifah tidak akan hidup dalam keterasingan dan ketersendirian. Oleh karena itu, aspek sosial dari khalifah harus dipelihara. Fungsi pendidikan dalam mewujudkan tujuan sosial adalah menitik beratkan pada perkembangan karakter-karakter manusia yang unik, agar manusia mampu beradaptasi dangan standar-standar masyarakat bersamasama dengan cita-cita yang ada padanya. Keharmonisan menjadi karakteristik utama yang ingin dicapai dalam tujuan pendidikan Islam. Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam adalah mewujudkan manusia ideal sebagai abid Allah atau ibad Allah, yang tunduk secara total kepada Allah swt.27
3. Pelaksanaan Pendidikan agama Islam di SMP a. Kurikulum Secara Etimoilogi, kurikulum dalam bahasa Arab biasa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh menusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj al-dirasah) dalam Kamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.28 Secara umum kurikulum diartikan oleh para pendidik yaitu segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, di dalam kelas, di halaman sekolah, maupun diluarnya atau segala kegiatan di bawah tanggung jawab sekolah yang mempengaruhi anak dalam pendidikannya.29 William B. Ragan, sebagaimana dikutip Armai Arif dalam bukunya Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, bahwa kurikulum
27
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur'an, (Terjemah, H.M Arifin dan Zainuddin), (Jakarta: Rieneka Cipta, 1994), cet. 2, h. 134. 28 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 150. 29 Team Didaktik Metodik Kuirikulum IKIP Surabaya, Pengatar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h.97.
19
meliputi seluruh program dan kehidupan di sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran, tetapi seluruh kehidupan di kelas. 30 Adapun Crow and Crow mendefinisikan kurikulum, yang dikutip Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, bahwa kurikulum adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis untuk meneyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah.31 Zakiyah Dradjat memandang kurikulum adalah semua kegiatan yang memberikan pengalaman kepada siswa (anak didik) di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah, baik di luar maupun di dalam lingkungan dinding sekolah.32 Dari
beberapa
definisi
yang
telah
dikemukakan,
Penulis
menyimpulkan bahwa kurikulum merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga dalam proses belajar mengajar pada jenjang pendidikan berpegang pada kurikulum yang ada. Pada pasal 37 Undang-undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: a). Pendidikan agama b). Pendidikan kewarganegaraan c). Bahasa d). Matematika e). Ilmu Pengetahuan Alam f). Ilmu pengetahuan sosial g). Seni dan budaya h). Pendidikan jasmani dan olah raga i). Keterampilan / kejuruan dan j). Muatan local.33
30
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam…, h. 30. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 150. 32 Zakiyah Daradjat, Metodelogi Pengajaran Agama Islam…, h. 83. 33 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan (Jakarta: tt.p, 2006), 31
h.26.
20
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibani, yang dikutip Abuddin nata dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, menyebutkan beberapa karakteristik/ciri kurikulum dalam pendidikan agama Islam sebagai berikut: 1). Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya dan kandungan-kandungan, metode-metode, alat-alat, dan tekniknya bercorak agama. 2). Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya, yaitu kurikulum yang betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran dan jalan yang menyeluruh. Disamping itu ia juga luas dalam perhatiannya dan memperhatikan pengembangan dan bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologis, sosial, dan spiritual. 3). Bersikap seimbang di antara berbagai ilmu yang dikandung dalam kurikulum yang akan digunakan. Selain itu juga seimbang antara pengetahuan yang berguna bagi pengembangan individual dan pengembangan sosial. 4). Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang diperlukan oleh anak didik. 5). Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat bakat anak didik.34 Itulah gambaran tentang kurikulum, khususnya pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.
b. Metode Pengajaran Metode berasal dari dua suku kata yaitu "metha" yang berarti melalui atau melewati, dan "hodos" yang berarti jalan atau cara. metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan, sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.35 Mahmud Yunus mendefinisikan metode adalah jalan yang akan ditempuh oleh guru untuk memberikan berbagai pelajaran kepada murid-murid dalam berbagai jenis mata pelajaran. jalan itu ialah khuttah (garis) yang direncanakan sebelum masuk kedalam kelas dan dilaksanakan dalam kelas waktu mengajar.36
34
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. 3,
h.127. 35
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam…, h. 40. Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran…, h. 85.
36
21
Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa metode mengandung arti adanya urutan kerja yang terencana, sistematis dan merupakan hasil eksperimen ilmiyah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan. Semakin tepat metode yang digunakan maka semakin efektif pula dalam pencapaian tujuan. Metode pengajaran yang penulis maksud dalam uraian ini adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengajarkan mata pelajaran pendidikan agama Islam kepada siswa. Adapun macam-macam metode yang dapat dipergunakan dalam pengajaran agama adalah metode ceramah, diskusi, demonstrasi, sosiodrama, driil dan tanya jawab. Dalam hal ini akan diuraikan metode pengajaran dalam pendidikan agama Islam yaitu: 1). Metode Ceramah Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim dipakai oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oelh guru di muka kelas.37 Dalam pelaksanaan metode ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat pembantu seperti gambar-gambar. Dan Peran murid di sini sebagai penerima pesan, mendengarkan, memperhatikan, dan mencatat keterangan-keterangan pokok penting yang dikemukakan oleh guru. Metode cermah sangat perlu diberikan kepada peserta didik apabila materinya membutuhkan penjelasan agar materi tersebut dapat dimengerti oleh siswanya. 2). Metode Diskusi Metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif.38 Armai Arif mendefinisikan Metode diskusi dalam proses belajar mengajar adalah sebuah cara
37
yang
dilakukan dalam
mempelajari
bahan atau
Basyiruddin Usman, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Cipuatat Pers, 2002), h. 34. 38 Basyiruddin Usman, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam…, h. 36.
22
menyampaikan materi dengan jalan mendiskusikannya, dengan tujuan dapat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku pada siswa. 39 Dengan demikian bahwa metode diskusi adalah salah satu alternatif metode atau cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa. 3). Metode Demonstrasi Demonstrasi adalah salah satu teknik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau siswa sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu.40 Metode Demonstrasi dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan juga dapat memusatkan perhatian anak didik. 4). Metode Sosiodrama Sosiodrama menurut Engkoswara, yang dikutif Basyiruddin Usman dalam bukunya Metodelogi Pembelajaran Agama Islam, Sosiodrama adalah suatu drama tanpa naskah yang akan dimainkan oleh sekelompok orang. Biasanya permasalahan cukup diceritakan dengan singkat dalam temp 4 atau 5 menit, kemudian anak menerangkannya.41 Armai Arif mendefinisian Sosiodrama adalah suatu metode mengajar dimana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peran seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (sosial).42 Manfaat metode ini yaitu agar melatih anak untuk mendramatisasikan Sesutu serta melatih keberanian, dan juga metode ini akan lebih menarik perhatian anak. Sehingga suasana kelas akan lebih hidup. 5). Metode Driil Driil atau disebut latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan 39
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam…, h. 145. Basyiruddin Usman, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam…, h. 45. 41 Basyiruddin Usman, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam…, h. 51. 42 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam…, h. 180. 40
23
melakukannya secara praktek suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap-siagakan.43 Pada latihan siap (driil) untuk melaksanakan ibadah salat dalam Islam sangat ditekankan pada anak didik sedini mungkin agar dengan latihan-latihan yang dilakukan pada anak didik tidak merasa canggung setelah mereka dewasa. 6). Metode Tanya Jawab Metode Tanya Jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada murid atau dapat juga dari murid kepada guru.44 Metode ini bisa pula diatur dengan pertanyaan yang diajukan kepada siswa lalu dijawab siswa lainnya. Keunggulan metode tanya jawab yaitu situasi kelas menjadi hidup atau dinamis, karena siswa aktif berpikir dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan dan juga melatih agar siswa berani menyampaikan buah pikirannya.
c. Evaluasi Evaluasi berasal dari bahasa Inggris Evaluation akar katanya Value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa Arab disebut al-Qimah atau alTaqdir. Secara harfiah evaluasi pendidikan al-Taqdir al-Tarbawiy yang dapat diartikan sebagai penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.45 Menurut M. Chabib Thoha, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.46 Dengan demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan incidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan berdasarkan atas tujuan yang jelas.
43
Basyiruddin Usman, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam…, h. 55. Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam…, h.141. 45 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 221. 46 M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1991), h. 1. 44
24
Evaluasi dalam pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri. 47 Berarti evalusi pendidikan agama Islam yang penulis maksud adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan prestasi hasil belajar murid dalam mata pelajaran agama Islam. Ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk pengertian yang serupa dengan evaluasi, yaitu Measurement (Pengukuran), Assessment (Penaksiran), dan Test.48 Tes itu sendiri ada empat, yaitu tes formatif, tes sumatif, tes diagnostik, dan tes penempatan. 1). Tes Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan materi pokok pada satuan bidang study tertentu. 2). Tes Sumatif, yaitu Penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik yang telah selesai mengikuti pembelajaran dalam satu caturwulan semester, atau akhir tahun. 3). Tes Diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik baik merupakan kesulitan atau hambatan yang ditemui dalam proses pembelajaran. 4). Tes Penempatan (Placement), yaitu penilaian tentang pribadi peserta didik untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didik. Dan tes untuk mengukur kemampuan dasar yang dimiliki oleh anak didik, kemampuan tersebut dapat dipakai meramalkan kemampuan peserta didik pada masa mendatang, sehingga kepadanya dapat dibimbing, diarahkan atau ditempatkan pada jurusan yang sesuai dengan kemampuan dasarnya.49
47
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam…, h. 54. M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan…, h. 2. 49 M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan…, h. 46.
48
25
Adapun tujuan dari evaluasi pembelajaran adalah untuk mendapatkan: a). Data tentang tingkat perkembangan atau kemajuan peserta didik setelah mengikuti suatu Proses belajar mengajar tertentu, baik secara perorangan maupun kelompok. Data kemajuan belajar ini disebut dengan prestasi belajar. b). Data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar. Faktor tersebut kemungkinan merupakan faktor pendukung atau penghambat pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan.50
B. Pengamalan Ibadah 1. Pengertian Pengamalan Ibadah Pengamalan adalah dari kata amal, yang berarti perbuatan, pekerjaan, segala sesuatu yang dikerjakan dengan maksud berbuat kebaikan. 51 Dari pengertian di atas, pengamalan berarti sesuatu yang dikerjakan dengan maksud berbuat kebaikan (proses perbuatan yang mengenalkan ibadah kepada Allah swt), dan pengamalan tersebut masih butuh dengan objek kegiatan. Adapun Pengertian ibadah dalam istilah bahasa Arab ﻋﺒ ﺪ – ﯾﻌﺒ ﺪ – ﻋﺒ ﺎدة diartikan dengan berbakti, berkhidmat, tunduk, patuh, mengesakan dan merendahkan diri. Secara istilah ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan untuk mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan juga diartikan segala usaha lahir dan batin sesuai dengan perintah Tuhan untuk mendapatkan kebahagian dan keselarasan hidup, baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun terhadap alam semesta.52
50 Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 141. 51 Departemen Diknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia..., h.25 52 Amir Syrifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Bogor: Kencana, 2003), Cet. 1, h. 17.
26
Dalam al-Qur'an terdapat kata ta'budu dalam arti taat, misalnya dalam surat Yasin/36 ayat 60, Allah swt berfirman:
(٦٠:٣٦/)ﺳﻮرة ﯾﺲ
.
"Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", (QS. Yasin/36 ayat 60). Menurut Yusuf Qardhawi sebagaimana yang dikutip Zurinal dan Aminuddin dalam bukunya Fiqih Ibadah, bahwa ibadah adalah ketaatan terhadap sesuatu yang maha besar, yang objeknya tidak dapat ditangkap oleh pancaindra. Maka ketaatan itu kepada objek yang abstrak (yaitu Allah), sedangkan ketundukan kepada objek yang kongkrit yang dapat ditangkap oleh pancaindra, seperti kepada penguasa (manusia, atau makhluk lain) tidak termasuk pengertian ibadah.53 Menurut kamus istilah fiqih, ibadah yaitu memperhambakan diri kepada Allah dengan taat melaksanakan segala perintah-Nya dan anjuran-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya karena Allah semata, baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan maupun perbuatan. Orang beribadah berusaha melengkapi dirinya dengan perasaan cinta, tunduk dan patuh kepada Allah swt.54 Adapun Ensiklopedi Hukum Islam mengistilahkan ibadah yaitu berasal dari bahasa arab al-Ibadah, yang artinya pengabdian, penyembahan, ketaatan, menghinakan/merendahkan diri dan do'a. Secara istilah ibadah yaitu perbuatan yang dilakukan sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah swt sebagai Tuhan yang disembah.55 H.M. Ardani dalam bukunya "Fikih Ibadah Praktis" mendefinisikan Ibadah adalah menyatakan ketundukan dan kepatuhan sepenuhnya dengan 53
Zurinal dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 27. 54 M. Abdul Majieb, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994), h.109. 55 Abdul Azis Dahlan (et al.), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996), cet. 1, jilid II, h. 592.
27
disertai rasa kekhidmatan, yakni: bersikap khidmat terhadap yang dipuja, dengan segenap jiwa raga yang diliputi oleh rasa kekuasaan dan keagunganNya dan senantiasa memohonkan rahmat dan karunia-Nya.56 Adapun Hasbi Ash Shiddieqy memaparkan pengertian ibadah menurut beberapa ahli ilmu sebagai berikut: a. Ahli lugha mengartikan ibadah dengan taat, menurut, mengikuti, tunduk dan do'a. b. Ulama Tauhid mengartikan ibadah dengan mengesakan Allah, menta'dzimkan dengan penuh ta'dzim menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepad-Nya. c. Ulama Tasawuf mengartikan ibadah dengan seorang mukallaf melakukan sesuatu yang berlawanan dengan keinginan nafsunya untuk membesarkan Tuhan-Nya. d. Menurut Fuqaha, ibadah adalah segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhoan Allah swt dan mengaharap pahalanya di akhirat. 57 Pengertian yang dikemukakan oleh para ulama diatas, dapat penulis simpulkan bahwa ibadah adalah konsep yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhoi oleh Allah swt dalam rangka untuk mendapatkan pahala di akhirat nanti dan dapat mengagungkan asmanya Allah swt. Menurut Abu Ahmadi dan Noor Salimi dalam bukunya Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam mendefinisikan pengertian ibadah terbagi kepada dua macam yaitu: 1). Ibadah secara umum, berarti ibadah yang mencakup prliaku dalam semua aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah swt yang dilakukan dengan ikhlas untuk mendapatkan ridhonya. 2). Ibadah secara khusus, ibadah adalah prilaku manusia yang dilakuakan atas perintah Allah swt dan dicontohkan oleh Rasulullah saw atau disebut ritual seperti: shalat, zakat dan puasa.58 Dari batasan di atas, maka pengertian ibadah yaitu menaati perbuatan yang dilakukan seorang hamba sebagai usaha menghubungkan dan 56
H.M. Ardani, Fikih Ibadah Praktis, (Jakarta: PT Mitra Cahaya Utama, 2008), Cet. 1, h.
17. 57
Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1987), h. 4. Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 240. 58
28
mendekatkan diri kepada Allah swt dengan taat melaksanakan segala perintah dan anjuran-Nya serta menjauhi segala larangnnya.
2. Dasar Hukum Ibadah Jika kita renungi hakikat ibadah, kita pun yakin bahwa perintah beribadah itu pada hakikatnya berupa peringatan, memperingatkan kita menunaikan kewajiban terhadap Allah swt yang telah melimpahkan karunia-Nya. Firman Allah swt:
. (٢١:٢/)ﺳﻮرة اﻟﺒﻘﺮة "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa",(QS. Al-Baqarah/2 ayat 21). Ibadah adalah ghayah (tujuan) dijadikannya jin, manusia dan makhluk selainnya. Firman Allah swt:
(ه٦:ه١/ )ﺳﻮرة اﻟﺬارﯾﺎت. "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku". (QS, Adz-Dzaariyaat/51 ayat 56). Sepintas, kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah swt memerlukan untuk disembah, menghajatkan ibadah kepada manusia dan jin. Tetapi sebenarnya, Allah sama sekali tidak memerlukan ibadah keduanya. Manfaat ibadahnya kembali kepada diri mereka masing-masing, untuk kebahagian hidup mereka, baik jasmani dan rohani serta duniawi dan ukhrawinya. Oleh Karena itu, bentuk-bentuk pribadatan dalam Islam bermacammacam, tergantung corak, alat, dan gerak-geriknya. Tetapi sasaran dan tujuannya hanya satu yaitu untuk berbakti kepada ilahi (Allah swt).
29
3. Macam-Macam Ibadah Dalam kaitan dengan maksud dan tujuan pensyariatannya ulama fiqih membaginya kepada tiga macam, yaitu: ibadah mahdah, ibadah gair mahdah dan ibadah zi al-wajhain.59 a). Ibadah Mahdah adalah ibadah yang mengandung hubungan dengan Allah swt semata-mata yakni hubungan vertikal. Ibadah ini hanya sebatas pada ibadah-ibadah khusus. Ciri-ciri ibadah mahdah adalah semua ketentuan dan atuaran pelaksanaannya telah ditetapkan secara rinci melalui penjelasan-penjelasan al-Qur’an dan hadits. Ibadah mahdah dilakukan semata-mata bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. b). Ibadah ghair mahdah ialah ibadah yang tidak hanya sekedar menyangkut hubungan dengan Allah swt, tetapi juga berkaitan dengan sesama makhluk (habl min Allah wa habl mi an-nas), di samping hubungan vertikal juga ada hubungan horizontal. Hubungan sesama makhluk ini tidak hanya terbatas pada hubungan antar manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan lingkungannya, seperti ayat yang artinya: "Dan janganlah kamu membuat
kerusakan
di
muka
bumi
sesudah
(Allah)
memperbaikinya…"(Q.S. Al-A’raf/7: 56) c). Ibadah zi al-wajhain adalah ibadah yang memiliki dua sifat sekaligus, yaitu mahdah dan ghair mahdah. Maksudnya adalah sebagian dari maksud dan tujuan pensyariatannya dapat diketahui dan sebagian lainnya tidak dapat diketahui, seperti nikah dan idah.60 Dari segi ruang lingkupnya ibadah dapat dibagi kapada dua macam, yaitu: 1). Ibadah Khassah/khusus, adalah termasuk bidang kajian fiqh al-nabawi yang meliputi: taharah,
shalat,
zakat,
haji,
pengurusan jenazah,
penyembelihan hewan, sumpah dan nazar, makan-minum dan jihad. 2). Ibadah 'Ammah/umum, adalah termasuk bidang kajian fiqh Ijtihadi yang meliputi: muamalah/yang menyangkut segala urusan duniawi (umur alDunyawiyyah), dan sistem sosial kemasyarakatan (muamalah ma'a al59
Abdul Azis Dahlan (et al.), Ensiklopedi Hukum Islam…, h. 593. Abdul Azis Dahlan (et al.), Ensiklopedi Hukum Islam…, h. 594.
60
30
Makhluq) atau sebuah istilah yang mencakup segala hal yang disukai oleh Allah swt.61 Pembagian ibadah menurut Hasby Ash Shiedieqy berdasarkan bentuk dan sifat ibadah terbagi kepada enam macam: 1). Ibadah-ibadah yang berupa perkataan dan ucapan lidah, seperti tasbih, tahmid, tahlil, takbir, taslim, do'a, membaca hamdalah oleh orang yang bersin, memberi salam, menjawab salam, membaca basmalah ketika makan, minum dan menyembelih binatang, membaca Al-Qur.an dan lain-lain. 2). Ibadah-ibadah yang berupa perbuatan yang tidak disifatkan dengan sesuatu sifat, seperti berjihad di jalan Allah, membela diri dari gangguan, menyelenggarakan urusan jenazah. 3). Ibadah-ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan sesuatu pekerjaan, seperti puasa, yakni menahan diri dari makan, minum dan dari segala yang merusakan puasa. 4). Ibadah-ibadah yang melengkapi perbuatan dan menahan diri dari sesutu pekerjaan, seperti Itikaf (duduk di dalam sesuatu rumah dari rumah-rumah Allah), serta menahan diri dari jima. Dan haji, thawaf, wukuf di Arafah, ihram, menggunting rambut, mengerat kuku, berburu, menutup muka oleh para wanita dan menutup kepala oleh orang laki-laki. 5). Ibadah-ibadah yang bersifat menggugurkan hak, seperti membebaskan orang-orang yang berhutang, memaafkan kesalahan orang, dan memerdekakan budak untuk kaffarat. 6).Ibadah-ibadah yang melengkapi perkataan, pekerjaan, khusyuk menahan diri dari berbicara dan dari berpaling lahir dan batin untuk menghadapinya.62 Dilihat dari segi fasilitas yang dibutuhkan untuk mewujudkannya, ibadah dapat dibagi menjadi tiga macam: a). Ibadah badaniyyah ruhiyyah mahdah, yaitu suatu ibadah yang untuk mewujudkannya hanya dibutuhkan kegiatan jasmani dan rohani saja, seperti shalat dan puasa. b). Ibadah maliyyah, yaitu ibadah yang mewujudkannya dibutuhkan pengeluaran harta benda, seperti zakat.
61
Hassan Saleh (ed.), Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), h.10. 62 Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah…, h. 19.
31
c). Ibadah badaniyyah ruhiyyah maliyyah, yaitu suatu ibadah yang untuk mewujudkannya dibutuhkan kegiatan jasmani, rohani dan pengeluaran harta kekayaan, seperti haji.63 Diantara macam-macam peribadatan itu, ada lima ibadah pokok yang bisa disebut Arkanul Islam menurut H.M. Ardani dalam bukunya Fikih Ibadah Praktis adalah sebagai berikut: 1). Ibadah Lisan ()ﻋﺒﺎدة ﻟﺴﺎ ﻧﯿﺔ Ialah ikrar keyakinan dengan syahadatain, dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. 2). Ibadah Badaniah Murni Harian ()ﻋﺒﺎ دة ﻣﺤﻀﺔ ﯾﻮﻣﯿﺔ Ialah sholat yang bersifat harian yang mesti dilakukan 5 (lima) kali dalam sehari. 3). Ibadah Badaniah Tahunan ()ﻋﺒﺎدة ﺑﺪ ﻧﯿﺔ ﺳﻨﻮﯾﺔ Ialah puasa yang dilakukan setahun sekali selama satu bulan Ramadhan. 4). Ibadah Harta Bersifat Sosial ()ﻋﺒﺎدة ﻣﺎ ﻟﯿﺔ ا ﺟﺘﻤﺎ ﻋﯿﺔ Ialah zakat, dengan mengeluarkan harta yang ditujukan kepada Allah swt, untuk kesejahtraan masyarakat. 5). Ibadah Badaniah Antar Bangsa ()ﻋﺒﺎدة ﺑﺪ ﻧﯿﺔ د وﻟﯿﺔ Ialah haji yang merupakan ibadah setahun sekali atau seumur hidup sekali (jika mampu). Haji merupakan ibadah kolektif antar bangsabangsa di dunia di pusat kelahiran Islam. 64 Dari segi sasaran manfaat, ibadah dapat dibagi menjadi dua macam: a). Ibadah keshalehan perorangan (fardiyyah), yaitu ibadah yang hanya menyangkut diri pelakunya sendiri, tidak ada hubungannya dengan orang lain, seperti shalat. b). Ibadah keshalehan kemasyarakatan (ijtim’iyyah), yaitu ibadah yang memiliki keterkaitan dengan orang lain, terutama dari segi sasarannya. Contoh: sedekah dan zakat. Di samping merupakan ibadah kepada Allah, juga merupakan ibadah kemasyarakatan, sebab sasaran dan manfaat ibadah tersebut akan menjangkau orang lain.65
63
Abdul Azis Dahlan (et al.), Ensiklopedi Hukum Islam…, h. 594. H.M. Ardani, Fikih Ibadah Praktis…, h. 19. 65 Abdul Azis Dahlan (et al.), Ensiklopedi Hukum Islam..., h. 594. 64
32
4. Tujuan Ibadah Sesungguhnya hati manusia itu selalu merasa butuh kepada Allah swt dan perasaan ini benar adanya, bahwa sesuatu didunia ini tidak ada yang bisa mengisi kekosongan melainkan hubungan yang baik dengan Tuhannya yang mengatur dunia ini. Ajaran Ibadah tidak boleh dipandang hanya perintah Allah semata-mata, melainkan juga dilihat dari sisi lain pada manusia yaitu kebutuhan psikologisnya akan adanya ajaran itu. Dengan kata lain dapat ditegaskan bahwa ibadah itu dilihat dari sisi manusia adalah pemenuhan psikologisnya itu sendiri. Ibadah mempunyai tujuan pokok dan tujuan tambahan. Tujuan pokoknya adalah
menghadapkan
diri
kepada
Allah
yang
Maha
Esa
dan
mengkonsentrasikan niat kepada-Nya dalam setiap keadaan. Dengan adanya tujuan itu seseorang akan mencapai derajat yang tinggi di akhirat. Tujuan tambahannya adalah agar terciptanya kemaslahatan diri manusia dan terwujudnya usaha yang baik. Shalat umpamanya, disyari'atkan pada dasarnya bertujuan untuk menundukan diri kepada Allah swt dengan ikhlas, mengingatkan diri dengan berzikir. Sedangkan tujuan tambahannya antara lain adalah untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan munkar, sebagaimana dipahami dari firman Allah swt:
(٤٥:٢٩/ )ﺳﻮرة اﻟﻌﻨﻜﺒﻮت. "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. AlAnkabuut/29 ayat 45). Tujuan hakiki dari ibadah yang penulis simpulkan adalah menghadapkan atau menyerahkan diri sepenuh jiwa dan raga kepada Allah swt, dan menunggalkannya sebagai tumpuan harapan dalam segala hal bagi kehidupan.
33
C. Kerangka Berfikir Diantara sekian banyak pelajaran yang diberikan kepada siswa-siswi pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP), pelajaran agama Islam-lah yang paling dominan atau diprioritaskan dalam membentuk karakter bagi siswa. Pendidikan agama Islam dengan segala muatan nilai dan moral mengajarkan kepada siswa tidak hanya masalah akidah, syariah dan muamalah saja. Akan tetapi juga mengajarkan etika personalitas siswa dengan sosok moral dan akhlak mulia yang diberikan melalui pendekatan metode pengajaran pendidikan agama Islam yang dapat menghujam jauh kesanubari siswa sehingga berimplikasi terhadap pengamalan ibadah siswa dalam kehidupan sehari-harinya. Pendidikan agama Islam yang diberikan di sekolah bukan hanya menyangkut proses belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas melalui intelegensi (kecerdasan akal) saja, Akan tetapi juga menyangkut proses internalisasi nilai agama melalui kognisi (pengamatan), konasi (keinginan atau kemauan) dan emosi (perasaan atau rangsangan) yang terjadi di dalam maupun di luar kelas yang tentunya diberikan dorongan positif terhadap perkembangan penghayatan dan pengamalan ajaran agama. Maka tentunya sangat penting sekali pendidikan agama Islam dapat dipelajari oleh siswa supaya mereka dapat mengamalkan ajaran agama Islam (mengamalkan ibadah) dalam kehidupan sehari-harinya.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih harus di uji kebenarannya. Sebuah hipotesis akan menjadi kuat dan dapat digunakan sebagai pendapat atau teori dalam mengarahkan jalannya penelitian atas dasar literatur pustaka yang telah diuraikan.
34
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, pelaksanaan pendidikan agama Islam sebagai variabel bebas (X), dan pengamalan ibadah siswa sebagai variabel terikat (Y). Maka dengan demikian penulis merumuskan hipotesisnya sebagai berikut: Ha (hipotesa alternatif)
: Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara variabel pelaksanaan pendidikan agama Islam dan pengamalan ibadah siswa.
Ho (hipotesa nol)
: Tidak ada pengaruh yang positif antara variabel pelaksanaan pendidikan agama Islam dengan pengamalan ibadah siswa.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 September sampai dengan tanggal 20 Nopember 2010 M, yang bertempat di SMP Attaqwa 06 Bekasi. SMP Attaqwa 06 merupakan sebuah lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan yayasan Attaqwa yang dipimpin oleh Drs. Hasanuddin, HA.
B. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian. Bisa juga diartikan sebagai seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu lingkup dan waktu yang ditentukan dalam penelitian.1 Pada penelitian ini yang menjadi objek adalah siswa-siswi kelas IX di SMP Attaqwa 06 Bekasi yang berjumlah 284 siswa (lk & pr). Sampel adalah sebagai bagian dari populasi.2 Dikarenakan keterbatasan waktu penelitian, maka yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang siswa. Adapun teknik pengambilan sampel, penulis menggunakan random sampling, yaitu teknik pengambilan sampling secara random atau tanpa pandang bulu.3 Di mana pengambilan sampel semua individu dalam
1
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 118. S. Margono, Metodologi Penelitian…, h. 121. 3 S. Margono, Metodologi Penelitian…, h. 125. 2
35
36
populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama (dari populasi secara acak) yang diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
C. Variabel dan Metode Penelitian Variabel adalah "objek penelitian yang bervariasi, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian".4 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu: Variabel bebas (Independen Variabel) yaitu pelaksanaan pendidikan agama Islam, dan Variabel terikat (Dependen Variabel) yaitu pengamalan ibadah siswa. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif melalui penelitian lapangan (Field Research) yang diperkuat dengan kajian kepustakaan (Library Research). Adapun jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel dan menjelaskan hasil penelitian secara deskriptif. Hal ini agar penelitian dapat memperoleh data yang lengkap mengenai dua variabel yang diteliti, yaitu variabel pelaksanaan pendidikan agama Islam (X) dan efeknya terhadap pengamalan ibadah siswa (Y) serta hubungan keduanya.
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: 1. Pengematan (observasi) Observasi adalah
suatu
teknik yang
dilakukan
dengan
cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.5 observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Attaqwa 06 Bekasi, cara guru mengajar dan pengamalan ibadah siswa. 4 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta,1998), Cet. 11, h. 96. 5 Suharismi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 9, h. 30.
37
2. Wawancara (Interview) Wawancara atau dikenal juga dengan istilah Interview adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan.6 Wawancara tersebut dilakukan pada guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun kisi-kisi yang ditanyakan kepada responden di antaranya yaitu: a.
Mengenai metode dan media yang digunakan pada saat mengajar pada mata pelajaran PAI.
b.
Problema apa yang dihadapi pada saat menyampaikan materi tentang ibadah.
c.
Bagaimana sikap siswa ketika berlangsungnya proses belajar PAI di kelas.
3. Angket Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan angket ini dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman dan pengetahuan sikap yang dimilikinya. Angket yang penulis sebarkan adalah kepada siswa-siswi yang ditetapkan sebagai responden penelitian. Melalui penyebaran angket ini diharapkan akan didapat data tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam dan pengamalan ibadah siswa kelas IX SMP Attaqwa 06 Bekasi. Angket ini diberikan kepada siswa kelas IX SMP Attaqwa 06 dan hanya mengambil sampel sebanyak 30 siswa. 4. Dokumentasi Dokumentasi merupakan pencatatan data-data yang relevan dengan masalah
yang
sedang
diteliti
kemudian
data-data
tersebut
didokumentasikan. Adapun teknik pengumpulan data ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang kondisi obyektif SMP Attaqwa 06 Bekasi. 6
Suharismi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi…, h. 30.
38
Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian No 1.
Dimensi
Indikator
Butir Soal
Aspek
a. Kedisiplinan
1, 14
Pelaksanaan
b. Tanya jawab.
2, 20
Pendidikan
c. Penguasaan materi
3,4,12,16,17,18,19
Agama Islam.
pelajaran dan contoh. d. Penggunaan alat media
5, 6, 7, 8, 9
dan metode pengajaran. e. Pemberian tugas dan
10, 11, 13
evaluasi atau penilaian.
2.
f. Bimbingan belajar.
15
Aspek
a.Pengamalan ibadah shalat.
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Pengamalan
b. Ibadah puasa.
8,10,11
Ibadah siswa.
c. Zakat dan sodakoh.
9
d. Kebiasaan berdo'a.
12,13,14,15,16,17,18
e. Kebiasaan mengaji
19,20
al-Qur'an.
E. Teknik Analisis Data Data yang dianalisa adalah data yang dikumpulkan dari hasil obeservasi, interview dan angket yang kemudian disusun dan dianalisa serta disimpulkan hingga menjadi data yang kongkrit. Teknik analisis data ini merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami bukan oleh orang yang mengumpulkan data saja, tetapi juga orang lain.
39
Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: a. Editing Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing. Editing yaitu meneliti kembali kelengkapan data yang telah diisi dan dikembalikan oleh responden satu persatu dari nomor satu atau sampai akhir. b. Skoring Setelah melalui tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket. Pertanyaan yang positif diberi skor 4,3,2,1, sedangkan pertanyaan negatif diberi skor sebaliknya atau dengan ketentuan sebagai berikut: Selalu (a) diberi nilai
4
Sering (b) diberi nilai
3
Kadang-kadang (c) diberi nilai
2
Tidak pernah (d) diberi nilai
1
c. Tabulating Yang dimaksud tabulating, yaitu memindahkan jawaban responden ke dalam blanko yang telah disusun secara rapi dan rinci dalam bentuk tabel. Adapun untuk menganalisa dengan melihat variabelnya, yaitu sebagai berikut: 1). Menganalisa satu variabel Untuk menganalisa setiap variabel digunakan tehnik analisa secara deskriftif, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P = F/N X100% Keterangan: P = Presentase untuk setiap kategori jawaban F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah responden.7
7
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 43.
40
Adapun ketentuan skala prosentase dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Penafsiran Prosentase No
Prosentase
Penafsiran
1.
100 %
Seluruhnya
2.
90 % - 99 %
Hampir seluruhnya
3.
60 % - 89 %
Sebagian besar
4.
51 % - 59 %
Lebih dari setengahnya
5.
50 %
Setengahnya
6.
40 % - 49 %
7.
10 % - 39 %
Sebagian kecil
8.
1%-9%
Sedikit sekali
9.
0%
Tidak ada
Hampir setengahnya
2). Menganalisa dua variabel Untuk mengetahui korelasi antara dua variabel, penulis menggunakan rumus product of moment correlation. Rumus product moment tersebut adalah sebagai berikut: N∑ XY – (∑X)(∑Y)
rxy =
√{N∑X² - (∑X)²}{N∑Y²- (∑Y)² Keterangan: rxy
= Angka indeks korelasi "r" Product Moment.
N
=
Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu).
∑ XY
=
Jumlah dari hasil perkalian antara skor variabel X dan skor variabel Y.
∑X
= Jumlah seluruh skor X.
∑Y
= Jumlah seluruh skor Y.
41
Setelah menganalisa hubungan antara kedua variabel di atas, kemudian memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi "r" product moment serta menarik kesimpulan yang dilakukan dengan dua cara, yaitu: 3). Memberikan interpretasi secara kasar atau sederhana dengan berpedoman sebagai berikut: Tabel 3 Interpretasi Data Besarnya "r" Product
Interpretasi
Moment (rxy) 0,00 – 0,20
Antara variabel X dan varaibel Y terdapat korelasi yang sangat lemah atau sangat rendah.
0,20 – 0,40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah.
0,40 – 0,70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup.
0,70 – 0, 90
Antara variabel X dan variabel Y tedapat korelasi yang kuat atau tinggi.
0,90 – 1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat.
4). Memberikan interpretasi dengan cara berkonsultasi pada tabel nilai "r" product moment. Untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi angka indeks korelasi "r" product moment, prosedurnya adalah sebagai berikut: a). Merumuskan Hipotesa Alternatif (Ha) dan Hipotesa Nihil (Ho). b). Menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa yang telah diajukan dengan jalan membandingkan besarnya "r" product moment dengan "r" yang tercantum dalam tabel nilai (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebas (db) atau degress of freedomnya (df).
42
Adapun rumusnya yaitu sebagai berikut: df = N – nr Keterangan: df = Degree of freedom. N = Number. nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan.8
Untuk mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y, penulis menggunakan rumus sebagai berikut: KD = r² x 100 Keterangan: KD = Kontribusi variabel X terhadap Y. r²
= Koefisien korelasi antara variabel X terhadap variabel Y.
8
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan…, h. 193
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Attaqwa 06 Bekasi 1. Sejarah Singkat SMP Attaqwa 06 Bekasi Yayasan Attaqwa adalah pengganti nama dan pelanjut yayasan pembangunan, pemeliharaan dan pertolongan Islam (YP3) yang didirikan oleh Al-Marhum Almaghfurlah KH. Noer Ali pada tahun 1956. Tiga puluh tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 17 Desember 1986 yayasan ini diganti namanya dengan yayasan attaqwa dan sekaligus dilakukan regenerasi pengurusnya. Inisiatif mendirikan yayasan ini pada dasarnya untuk mengayomi usaha-usaha yang dilakukan dan dicita-citakan oleh Bapak KH. Noer Ali. Semenjak tahun 1940, setelah beliau kembali dari menuntut ilmu pengetahuan di Makkah Al-Mukaramah di mana beliau berusaha mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dan melakukan usaha-usaha bidang kemasyarakatan dan kesejahtraan umat. Untuk mengkoordinasikan kegiatan inilah beliau membentuk sebuah panitia yang dinamakan dengan panitia
pembangunan,
pemeliharaan
dan
pertolongan
Islam
yang
merupakan cikal bakal dari yayasan p3. Awal mulanya didirikan sekolah menengah pertama (SMP) Attaqwa 06 yaitu atas permintaan masyarakat sekitar karena didaerah tersebut belum adanya SMP. Sekolah ini merupakan yayasan attaqwa yang tersebar diseluruh pelosok kota dan kabupaten Bekasi. Yayasan attaqwa didirikan
43
44
oleh KH. Noer Ali yang berlokasi di desa bahagia Bekasi yang merupakan attaqwa pusat. SMP Attqwa 06 berdiri pada tahun 2002 dan sekarang dikepalai oleh Drs. Hasanuddin, dan lembaga ini bernaung dibawah yayasan attaqwa 12 yang diketuai oleh H. M. Ali Hamidy, S.Pd.I. SMP Attaqwa 06 ini berada di perbatasan antara kampung Rawa Silem I dan II yang hanya dibatasi dengan jalan Ujung Harapan. Bangunan ini dibatasi dengan permukiman penduduk yaitu sebelah utara dan barat, sedangkan sebelah selatan dan timur dibatasi dengan jalan umum. Letak bangunan sangat strategis berdiri diatas tanah seluas 1.800 m². Dari luas keseluruhan 3. 700 m². Susunan kepengurusan Yayasan Attaqwa 12 adalah sebagai berikut: Susunan Pengurusan Yayasan Attaqwa 12 Cabang Kaliabang Tengah Bekasi Utara Kota Bekasi Masa Bakti 2009-2014 M I.
Penasehat
: Dr. H. Zainal Abidin : H. Moh. Sidik : H. Moh. Yasin
II. Ketua Umum
: H. Ali Hamidi S.Pd.I
Ketua I
: A. Jamhari
Ketua II
: H. Rosyidi
Ketua III
: Nur ali S.Ag
Ketua IV
: A. Syafiie
Ketua V
: H. Affandi
Ketua VI
: Abd. Azis
III. Sekretaris
: Lukmanul Hakim S.Pd.I
Sekretaris II
: Badruddin Tohir
IV. Bendahara I
: Drs. Hasanuddin
V. Bendahara II
: Muhibbah
Seksi-Seksi VI. Pendidikan
: H.A. Sarwani S.Pd.I
V. Pembangunan
: H. Agus Bahtiar
VI. DMA
: H. Hafidi
45
IX. Auqof
: Sanali
X. Kewanitaan
: Hj. Umamah
2. Visi dan Misi Attaqwa 06 Bekasi Visi dan Misi adalah merupakan arah/panduan konsep menuju tercapainya tujuan yang diharapkan. a. Visi Visi SMP Attaqwa 06 adalah menjadikan pendidikan SMP yang mampu menghasilkan lulusan berkualitas dan menyiapkan generasi penerus yang beriman, berilmu pengetahuan agama yang tinggi, berakhlak mulia serta bertaqwa (IMTAQ). b. Misi Adapun misi SMP Attaqwa 06 adalah sebagai berikut: 1.
Melaksanakan KBM yang efektif sehingga setiap siswa dapat berkembang.
2.
Mendorong siswa rajin belajar.
3.
Melengkapi alat dan sumber serta media belajar.
4.
Membimbing siswa agar mampu dan lancar membaca al-Qur'an dan Hadits.
3. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan Untuk mengetahui jumlah guru dan pegawai yang ada, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 Keadaan guru dan Karyawan Pendidikan
NO
Nama
Jabatan
Bidang Studi
1
Drs. Hasanuddin
Guru
-
SI
2
Adi Mulyadi, S.Com
Guru
Komputer
SI
3
H.A. Syarwani, S.Pd.I
Guru
Fiqih
SI
Akhir
46
4
H. Mastur Muhar, Lc
Guru
B.Inggris
SI
5
Dra. Masjidah
Guru
Sejarah
SI
6
Sarna, S.Pd
Guru
B.Indonesia
SI
7
Imam Thabrani, S.Ag
Guru
IPS
SI
8
Firman Daud, S.T
Guru
Biologi
SI
9
Dra. Isnawarnita
Guru
Ekonomi
SI
10
Martiana, S.Pd
Guru
Fisika
SI
Guru
PAI
SI
11
Luqamanul Hakim, S.Pd.I
12
Husni Qodim, S.Ag
Guru
Geografi
SI
13
Drs. Hasan Andari
Guru
Penjaskes
SI
14
Indah Astuti, S.Ag
Guru
KTK
SI
15
Yuyun Suryani, S.Ag
Guru
Aqidah
SI
16
M. Alipudin, S.Pd
Guru
Biologi
SI
17
Juhairiyah, S.Ag
Guru
B.Sunda
SI
PAI
SI
PPKN
SI
Kepala 18
Badruddin S.Ag
TU & Guru
19 20
H. Ghozali S.Ag HJ. Mimi Jamilah, S.Sos
Guru Guru
AlQur'an/Tajwid
SI
21
A.Furqon, S.Ag
Guru
PAI
SI
22
Khoerul Anwar, S.Pd
Guru
PPKN
SI
23
M.Yusuf, S.Pd
Guru
Penjaskes
S.I
24
Dewi Karmila, SE
Guru
Komputer
S.I
25
Afrianti, S.Pd
Guru
Matematika
S.I
26
Fitriah. S.Pd.I
TU
-
S.I
27
Faisal Nawawi
Karyawan
-
SMA
Sumber: Dokumentasi SMP Attaqwa 06 Bekasi
47
Jumlah Siswa-Siswi SMP Attaqwa 06 Jumlah siswa yang terdaftar di sekolah ini pada tahun pelajaran 2009/2010 sebanyak 960 orang, terdiri dari kelas VII berjumlah 362 siswa, kelas VIII 314 siswa, dan kelas IX berjumlah 284 siswa. Jadi jumlah seluruh siswa SMP Attaqwa 06 Bekasi 960 siswa, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel sebagai berikut: Tabel 5 Jumlah siswa-siswi SMP Attaqwa 06 Bekasi No
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
VII
173
189
362
2
VIII
145
169
314
3
IX
136
148
284
Jumlah
454
506
960
Sumber: Dokumentasi SMP Attaqwa 06 Bekasi
4. Sarana dan Prasarana SMP Attaqwa 06 Bekasi Peran sarana dan prasarana dalam sebuah lembaga pendidikan sangat penting, untuk menunjang proses pencapaian tujuan pembelajaran dan pendidikan secara umum. berdasarkan wawancara dan observasi yang penulis lakukan dengan kepala sekolah dikemukakan sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Attaqwa 06 seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 6 Sarana dan Prasarana SMP Attaqwa 06 Bekasi No
Jenis
Jumlah
Kondisi
1
Ruang Kelas
8
Permanen/baik
2
Ruang Kepala
1
Baik
3
Ruang guru
1
Baik
4
Ruang Perpustakaan
1
Baik
5
Ruang Tata Usaha
1
Baik
48
6
Ruang Laboratorium
1
Baik
7
Ruang BP
1
Baik
8
Musholla
1
Baik
9
Lab Komputer
1
Baik
10
Lapangan Olahraga
1
Baik
Sumber: Dokumentasi SMP Attaqwa 06 Bekasi
Berdasarkan Observasi penulis, SMP Attaqwa 06 belum memiliki perpustakaan yang memadai dan dapat menunjang pembelajaran. Memang ada perpustakaan, tetapi tidak bisa digunakan dengan maksimal, karena kondisi buku yang sudah lama dan koleksi buku yang bisa menunjang proses pembelajaran seperti buku paket atau bidang studi masih sedikit sekali.
49
6. Struktur Organisasi SMP Attaqwa 06 Bekasi
STRUKTUR ORGANISASI SMP ATTAQWA 06 BEKASI UTARA
50
B. Deskripsi Data Data yang akan penulis sajikan dalam skripsi ini adalah hasil penyebaran angket tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah SMP Attaqwa 06 Bekasi dan efeknya terhadap pengamalan ibadah siswa kelas IX SMP Attaqawa 06 Bekasi. Setelah diperoleh data berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk tabel deskriptif prosentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P = F/N X100% Keterangan: P= Prosentase F= Frekuensi N= Number of Cases (Jumlah responden)
1. Pernyataan yang berhubungan dengan Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (Variabel X) Untuk mengetahui Pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Attaqwa 06 Bekasi dapat dilihat dari hasil penelitian yang terdiri dari tabeltabel sebagai berikut: Tabel 7 Guru datang tepat waktu No
Option
Frekuensi
Prosentase
1
Selalu
10
33,3%
Sering
12
40%
Kadang-kadang
8
26,6%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan tabel di atas dari total responden (30) orang yang menjawab bahwa guru PAI selalu datang tepat waktu sebanyak 10 orang (33,3%) responden. Yang menjawab sering sebanyak 12 orang (40%). Sedangkan responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 8 orang
51
(26,6%), dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah datang tepat waktu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru agama PAI datang tepat waktu dan siap memberikan materi pelajaran, walaupun hanya (33,3%) responden yang menyatakan selalu. Tabel 8 Guru memberikan pertanyaan di awal pelajaran No
Option
Frekuensi
Prosentase
2
Selalu
6
20%
Sering
4
13,3%
Kadang-kadang
12
40%
Tidak Pernah
8
26,7%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 30 responden yang diteliti, sebanyak 6 orang (20%) yang menjawab bahwa guru agama selalu memberikan pertanyaan di awal pelajaran, dan 4 orang (13,3%) juga yang menjawab sering, 12 orang (40%) menjawab kadang-kadang, dan 8 orang (26,7%) yang menjawab tidak pernah, hal ini mengindikasikan bahwa guru agama harus lebih banyak memberikan pertanyaan di awal pelajaran sebagai penguatan kembali kepada siswa terhadap pelajaran yang lalu. Tabel 9 Guru menerangkan materi pelajaran dengan jelas No
Option
Frekuensi
Prosentase
3
Selalu
14
46,7%
Sering
10
33,3%
Kadang-kadang
5
16,7%
Tidak Pernah
1
3,3%
Jumlah
30
100%
52
Penjelasan guru sangat berpengaruh terhadap daya serap siswa, dari tabel diatas menjelaskan bahwa sebanyak 14 orang (46,7%) menyatakan selalu, dan 10 orang (33,3%) menyatakan sering, 5 orang (16,7%) menyatakan kadang-kadang dan 1 orang (3,3%) yang menyatakan tidak pernah, hal ini dapat disimpulkan bahwa kualitas penjelasan guru sudah sangat bagus. Tabel 10 Penguasaan materi pelajaran No
Option
Frekuensi
Prosentase
4
Selalu
16
53,4%
Sering
11
36,6%
Kadang-kadang
3
10%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Keberhasilan proses belajar mengajar sangat dipengaruhi juga oleh penguasaan
guru
dalam
menyampaikan
materi
pelajaran.
Dengan
memperhatikan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 30 responden 16 orang (53,4%) yang menjawab bahwa guru agama menguasai materi pelajaran, selebihnya 11 orang (36,6%) menjawab sering, 3 orang (30%) menjawab kadang-kadang, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa penguasaan guru terhadap materi pelajaran harus dipertahankan.
53
Tabel 11 Penggunaan Metode penyajian No
Option
Frekuensi
Prosentase
5
Selalu
18
60%
Sering
5
16,7%
Kadang-kadang
3
10%
Tidak Pernah
4
13,3%
Jumlah
30
100%
Metode merupakan salah satu hal yang tak bisa dipisahkan dalam menyampaikan materi pelajaran, dari tabel di atas sebanyak 18 orang (60%) yang menjawab selalu, 5 orang (16,7%) menjawab sering, 3 orang (10%) yang menjawab kadang-kadang dan 4 orang (13,3%) yang menjawab tidak pernah. Ini menunjukan bahwa metode penyajian sudah tepat akan tetapi ada siswa yang tidak cocok dengan metode yang digunakan. Tabel 12 Metode penyajian dengan diskusi No
Option
Frekuensi
Prosentase
6
Selalu
2
6,7%
Sering
3
10%
Kadang-kadang
10
33,3%
Tidak Pernah
15
50%
Jumlah
30
100%
Dari 30 responeden hanya 2 orang (6,7%) menjawab bahwa guru agama selalu memberikan metode penyajian materi dengan diskusi, 3 orang (10%) menjwa sering, 10 orang (33,3%) menjawab kadang-kadang, dan 15 orang (50%) menjawab tidak pernah. Maka dapat disimpulkan bahwa metode penyajian materi pembelajaran dengan diskusi masih belum dilakukan pada proses belajar mengajar dan harus lebih ditingkatkan.
54
Tabel 13 Metode penyajian dengan ceramah No
Option
Frekuensi
Prosentase
7
Selalu
22
73,4%
Sering
3
10%
Kadang-kadang
2
6,6%
Tidak Pernah
3
10%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 22 orang (73,4%) responden menyatakan bahwa guru agama selalu memberikan metode penyajian materi pelajaran dengan ceramah, 3 orang (10%) menyatakan sering, 2 orang (6,6%) menyatakan kadang-kadang dan 3 orang (10%) menyatakan tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa guru agama memfokuskan metode penyajian materi pelajarannya dengan metode penyajian ceramah. Tabel 14 Metode penyajian dengan tanya jawab No
Option
Frekuensi
Prosentase
8
Selalu
9
30%
Sering
6
20%
Kadang-kadang
10
33,3%
Tidak Pernah
5
16,7%
Jumlah
30
100%
Pada tabel di atas diketahui bahwa dari 30 responden sebanyak 9 orang (30%) yang menjawab bahwa guru agama selalu menggunakan metode penyajian dengan tanya jawab, dan 6 orang (20%) menjawab sering, dan sebanyak 10 orang (33,3%) menjawab kadang-kadang, dan 5 orang (16,7%) yang menjawab tidak pernah. Maka dapat disimpulkan bahwa guru agama
55
harus lebih meningkatkan metode penyajian dengan tanya jawab pada proses belajar mangajarnya. Tabel 15 Penggunaan alat peraga atau Media pengajaran No
Option
Frekuensi
Prosentase
9
Selalu
3
10%
Sering
1
3,3%
Kadang-kadang
10
33,3%
Tidak Pernah
16
53,4%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas sebanyak 3 orang (10%) menyatakan selalu, dan hanya 1 orang (3,3%) menyatakan sering, dan 10 orang (33,3%) menyatakan kadang-kadang dan 16 orang (53,4%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga oleh guru hanya dilakukan apabila ada materi yang harus dipraktekan saja. Tabel 16 Memberikan tugas atau PR No
Option
Frekuensi
Prosentase
10
Selalu
7
23,3%
Sering
7
23,3%
Kadang-kadang
15
50%
Tidak Pernah
1
3,4%
Jumlah
30
100%
Pada tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 7 orang (23,3%) responden yang menyatakan selalu guru agama memberikan tugas/PR, dan 7 orang (23,3%) yang menyatakan sering. Selebihnya, 15 orang (50%) menyatakan kadang-kadang dan hanya 1 orang (3,4%) menyatakan tidak pernah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru agama harus mau memberikan tugas/PR setelah materi pokok/bab selesai kepada siswa.
56
Tabel 17 Menyampaikan hasil pokok materi No
Option
Frekuensi
Prosentase
11
Selalu
16
53,4%
Sering
7
23,3%
Kadang-kadang
6
20%
Tidak Pernah
1
3,3%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan data tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru menyampaikan pokok materi pelajaran kepada siswa sangat tinggi. Hal ini terlihat dari prosentase siswa yang menyatakan bahwa guru selalu menyampaikan pokok materi pelajaran yang mencapai (53,4%) atau sebanyak 16 orang. Selanjutnya 7 orang (23,3%) menyatakan sering, 6 orang (20%) menyatakan kadang-kadang dan hanya 1 orang (3,3%) yang menyatakan tidak pernah. Tabel 18 Memberikan contoh nyata mengenai materi No
Option
Frekuensi
Prosentase
12
Selalu
3
10%
Sering
11
36,6%
Kadang-kadang
11
36,6%
Tidak Pernah
4
13,4%
Jumlah
30
100%
Pada tabel di atas diketahui bahwa hanya 3 orang (10%) responden yang menyatakan selalu guru memberikan contoh nyata mengenai materi, 11 orang (36,6%) yang menyatakan sering, 11 orang (63,6%) yang menyatakan kadang-kadang dan 4 orang (13,4%) yang menyatakan tidak pernah. Maka dapat di simpulkan bahwa guru masih minim dalam memberikan contoh nyata dan tentunya guru harus lebih banyak
57
menekankan pada materi yang ada disekitar siswa agar siswa dapat mudah untuk memahami dari materi yang diajarkan. Tabel 19 Memberikan hasil nilai setiap tugas No
Option
Frekuensi
Prosentase
13
Selalu
8
26,7%
Sering
13
43,3%
Kadang-kadang
9
30%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Dari 30 responden 8 orang (26,7%) menjawab bahwa guru agama selalu memberikan nilai setiap tugas, 13 orang (43,3%) menjawab sering, 9 orang (30%) menjawab kadang-kadang dan tidak ada yang menjawab tidak pernah. Ini mununjukkan guru agama peduli terhadap hasil nilai setiap tugas, walaupun hanya (26,7%) yang menjawab selalu memberkan hasil nilai kepada siswa. Tabel 20 Penggunaan waktu secara tepat dalam mengajar No
Option
Frekuensi
Prosentase
14
Selalu
4
13,3%
Sering
12
40%
Kadang-kadang
13
43,4%
Tidak Pernah
1
3,3%
Jumlah
30
100%
Pada tabel di atas sebanyak 4 orang (13,3%) menyatakan bahwa guru agama selalu menggunakan waktu secara tepat dari 30 responden. Selebihnya, 12 orang (40%) menyatakan sering, 13 orang (43,4%) yang
58
menyatakan kadang-kadang, dan hanya 1
orang
(3,3%) yang
menyatakan tidak pernah. Tabel 21 Memberikan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan No
Option
Frekuensi
Prosentase
15
Selalu
3
10%
Sering
6
20%
Kadang-kadang
19
63,3%
Tidak Pernah
2
6,7%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30 responden hanya 3 orang (30%) yang menjawab guru agama selalu memberikan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam materi ajar, dan 6 orang (20%) yang menjawab sering. Selebihnya, 19 orang (63,3%) yang menjawab kadang-kadang, dan 2 orang (6,7%) yang menjwab tidak pernah. Ini menyimpulkan guru agama harus lebih meningkatkan dalam memperhatikan siswanya. Tabel 22 Guru menejelaskan indikator (tujuan pembelajaran) sebelum memulai pelajaran No
Option
Frekuensi
Prosentase
16
Selalu
1
3,3%
Sering
1
3,3%
Kadang-kadang
12
40%
Tidak Pernah
16
53,4%
Jumlah
30
100%
Pada tabel di atas diketahui bahwa hanya 1 orang (3,3%) responden yang menyatakan selalu guru menjelaskan indikator sebelum memulai pelajaran, 1 orang (3,3%) yang menyatakan sering, 12 orang (40%) yang
59
menyatakan kadang-kadang dan 16 orang (53,4%) yang menyatakan tidak pernah. Maka dapat di simpulkan bahwa guru masih minim dalam menjelaskan indikator sebelum memulai pelajaran keapada siswa. Tabel 23 Guru menjelaskan materi pelajaran secara sistematis No
Option
Frekuensi
Prosentase
17
Selalu
12
40%
Sering
8
26,7%
Kadang-kadang
10
33,3%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30 responden sebanyak 12 orang (40%) yang menjawab guru agama selalu menjelaskan materi pelajaran secara sistematis, dan 8 orang (26,7%) yang menjawab sering. Selebihnya, 10 orang (33,3%) yang menjawab kadangkadang, dan tidak ada yang menjwab tidak pernah. Ini menyimpulkan guru agama harus mempertahankan penjelasan materi pelajarannya kepada siswa siswinya. Tabel 24 Guru memberikan praktek dalam pembelajaran PAI No
Option
Frekuensi
Prosentase
18
Selalu
5
16,6%
Sering
16
53,4%
Kadang-kadang
9
30%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
60
Pada tabel di atas sebanyak 5 orang (16,6%) menyatakan bahwa guru agama selalu memberikan praktek dalam pembelajaran PAI dari 30 responden. Selebihnya, 16 orang (53,4%) menyatakan sering, 9 orang (30%) yang menyatakan kadang-kadang, dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah guru memberikan praktek dalam pembelajaran PAI.
Tabel 25 Guru dalam menyampaikan materi pelajaran penjelasannya mudah dipahami No
Option
Frekuensi
Prosentase
19
Selalu
2
6,7%
Sering
4
13,3%
Kadang-kadang
23
76,7%
Tidak Pernah
1
3,3%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30 responden hanya 2 orang (6,7%) yang menjawab guru agama selalu menyampaikan materi pelajaran mudah dipahami siswa, dan 4 orang (13,3%) yang menjawab sering. Selebihnya, 23 orang (76,7%) yang menjawab kadang-kadang, dan hanya 1 orang (3,3%) yang menjwab tidak pernah. Ini menyimpulkan guru agama harus lebih dapat memberikan penjelasan yang semudah-mudahnya kepada siswa terhadap materi pelajarannya.
61
Tabel 26 Guru memberikan pertanyaan setelah materi pelajaran berakhir No
Option
Frekuensi
Prosentase
20
Selalu
6
20%
Sering
13
43,3%
Kadang-kadang
11
36,6%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Pada tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 6 orang (20%) responden yang menyatakan selalu guru memberikan pertanyaan setelah meteri pelajaran berakhir, 13 orang (43,3%) yang menyatakan sering, 11 orang (36,6%) yang menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah. Maka dapat disimpulkan bahwa guru agama harus mempertahankan proses belajar
memberikan pertanyaan apabila
selesai materi yang suadah dibahas, walaupun hanya (20%) dari 30 responen yang menjawab selalu.
62
2. Pernyataan yang Berhubungan dengan Pengamalan Ibadah Siswa (Variabel Y) Untuk mengetahui pengamalan ibadah siswa kelas IX SMP Attaqwa 06 Bekasi dapat dilihat dari hasil penelitian yang terdiri dari tabel-tabel sebagai berikut: a). Tentang Pengamalan Ibadah Shalat Tabel 27 Pengamalan shalat lima waktu No
Option
Frekuensi
Prosentase
1
Selalu
12
16,7%
Sering
18
83,3%
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Dari hasil tabel di atas dari 30 responden sebanyak 5 orang (16,7%) menyatakan selalu, 25 orang (83,3%) menyatakan sering, tidak ada yang menyatakan kadang-kadang dan yang menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa Pengamalan shalat lima waktu siswa belum sadar sepenuhnya, hanya sebagian kecil yang selalu mengerjakan perkara wajib ini. Padahal ini adalah kewajiban umat Islam jika sudah baligh, dan yang pertama di hisab di hari akhir adalah shalat. Tabel 28 Pengamalan shalat fardhu di awal waktu No
Option
Frekuensi
Prosentase
2
Selalu
4
13,3%
Sering
6
20%
Kadang-kadang
17
56,7%
Tidak Pernah
3
10%
Jumlah
30
100%
63
Tabel tersebut menunjukan hanya 4 orang (13,3%) menyatakan sering, dan 6 orang (20%) menyatakan kadang-kadang. Selebihnya, 17 orang (56,7%) menyatakan kadang-kadang shalat di awal waktu dan 3 orang (10%) yang menyatakan tidak pernah di awal waktu. Dapat disimpulkan bahwa siswa belum tergugah hatinya untuk melaksanakan shalat di awal waktu, mereka masih lalai dalam menjalankan shalat fardhu. Selanjutnya untuk mengetahui Pengamalan shalat berjamaah siswa SMP Attaqwa 06 Bekasi dapat dilihat tabel berikut: Tabel 29 Pengamalan shalat berjamaah No
Option
Frekuensi
Prosentase
3
Selalu
16
53.3%
Sering
8
26,6%
Kadang-kadang
6
20%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Dari tabel hasil di atas bahwa 16 orang
(53,3%) siswa yang
menyatakan selalu berjama'ah, dan 8 orang (26,6%) menyatakan sering berjamaah, dan 6 orang (20%) menyatakan kadang-kadang berjamaah dan tidak ada menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa menyadari benar tentang keutamaan shalat berjamaah dibandingkan dengan shalat sendiri, dikarenakan di sekolah tersebut siswa baru boleh pulang setelah shalat berjamaah terlebih dahulu dengan guru-gurunya
64
Tabel 30 Pengamalan shalat sunnah qabliyah/sebelum shalat wajib No
Option
Frekuensi
Prosentase
4
Selalu
4
13,3%
Sering
13
43,3%
Kadang-kadang
11
36,7%
Tidak Pernah
2
6,6%
Jumlah
30
100%
Dari hasil tabel di atas sebanyak 4 orang (13,3%) siswa menyatakan selalu, 13 orang (43,3%) menyatakan sering. Selebihnya, 11 orang (36,7%) menyatakan kadang-kadang dan 2 orang (6,6%) menyatakan tidak pernah. Dapat
disimpulkan
bahwa
siswa
belum
tergugah
hatinya
untuk
melaksanakan perkara yang sunnah. Mari perhatikan pula tentang Pengamalan shalat sunnah sesudah shalat wajib, perhatikan tabel berikut: Tabel 31 Pengamalan shalat sunnah ba'diyah/sesudah shalat wajib No
Option
Frekuensi
Prosentase
5
Selalu
8
26,6%
Sering
12
40%
Kadang-kadang
8
26,6%
Tidak Pernah
2
6,6%
Jumlah
30
100%
Pengamalan shalat sunnah sesudah shalat fardhu dari tabel di atas menyatakan bahwa 8 orang (26,6%) menyatakan selalu, 12 orang (40%) yang menyatakan sering. Selebihnya, 8 orang (26,6%) yang menyatakan kadang-kadang dan hanya 2 orang (6,6%) yang menyatakan tidak pernah melaksanakan. Dapat disimpulkan tidak jauh berbeda dengan shalat sunnah
65
sebelum shalat fardhu, siswa belum tergugah hatinya untuk melaksanakan perkara yang sunnah. Tabel 32 Pengamalan shalat sunnah Dhuha No
Option
Frekuensi
Prosentase
6
Selalu
4
13,3%
Sering
9
30%
Kadang-kadang
5
16,7%
Tidak Pernah
12
40%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas sebanyak 30 responden sebanyak 4 orang (13,3%) siswa menyatakan selalu, 9 orang (30%) menyatakan sering, dan 5 orang (16,7%) menyatakan kadang-kadang dan 12 orang (40%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa Pengamalan shalat dhuha masih belum terbiasa dilakukan oleh siswa karena seharusnya guru agama terlebih dahulu di perkenalkan tentang paedah dhuha, pelaksanaanya dan pahalanya yang begitu besar bagi yang melakukannya kepada siswa.
Tabel 33 Pengamalan shalat sunnah tahajjud/shalat malam No
Option
Frekuensi
Prosentase
7
Selalu
1
3,3%
Sering
3
10%
Kadang-kadang
21
70%
Tidak Pernah
5
16,7%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas sedikit sekali hanya 1 orang (3,3%) siswa menyatakan selalu, 3 orang (10%) yang menyatakan sering, lebih dari sebagian dari responden 21 orang (70%) menyatakan kadang-kadang dan 5
66
orang (16,7%) menyatakan tidak pernah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Pengamalan shalat sunnah tahajjud hanya sedikit sekali yang melaksanakan, dan sebagian besar menyatakan kadang-kadang dengan jumlah 21 orang (70%) dari 30 responden.
b). Tentang Pengamalan Ibadah Puasa Siswa Untuk mengetahui pengamalan siswa tentang ibadah puasa, perhatikan tabel berikut: Tabel 34 Pengamalan puasa bulan Ramadhan No
Option
Frekuensi
Prosentase
8
Selalu
8
26,7%
Sering
16
53,3%
Kadang-kadang
6
20%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Dari hasil tabel di atas 8 orang (26,7%) yang menyatakan selalu, dan hampir
seluruhnya
16
orang
(53,3%)
yang
menyatakan
sering
melaksanakan puasa bulan Ramadhan, dan 6 orang (20%) yang menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa kesadaraan siswa melaksanakan puasa wajib masih minim dalam mengetahui paedah dan kegunaan dari berpuasa di bulan Ramadhan.
67
Tabel 35 Pengamalan bersedekah dan Menunaikkan Zakat di bulan Ramadhan No
Option
Frekuensi
Prosentase
9
Selalu
11
36,7%
Sering
12
40%
Kadang-kadang
7
23,3%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Tabel di atas menyatakan 11 orang (36,7%) siswa menyatakan selalu, 12 orang (40%) menyatakan sering, dan 7 orang (23,3%) menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah. Ini menandakan jiwa dermawan siswa sudah mulai kelihatan, karena dari sebagian kecil responden yang menyatakan selalu dan sering, ini sudah baik dari yang dilakukan oleh siswa mengenai pengamalan ibadahnya.
Tabel 36 Pengamalan makan sahur No
Option
Frekuensi
Prosentase
10
Selalu
7
23,3%
Sering
16
53,4%
Kadang-kadang
5
16,7%
Tidak Pernah
2
6,6%
Jumlah
30
100%
Makan sahur adalah suatu hal yang disunnahkan jika hendak berpuasa, dari hasil tabel di atas bahwa 7 orang (23,3%) siswa menyatakan selalu, dan 16 orang (53,4%) menyatakan sering. Sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 5 orang (16,7%) dan hanya 2 orang (6,6%) menyatakan tidak pernah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Pengamalan
68
makan sahur dilakukan oleh siswa sebagai energi untuk siang harinya dan sebagai Pengamalan sunnah puasa. Tabel 37 Pengamalan puasa sunnah hari senin dan kamis No
Option
Frekuensi
Prosentase
11
Selalu
2
6,7%
Sering
4
13,3%
Kadang-kadang
20
66,6%
Tidak Pernah
4
13,3%
Jumlah
30
100%
Dalam
Pengamalan
puasa
sunnah
senin
dan
kamis
tabel
menunjukkan bahwa hanya 2 orang (6,7%) yang menyatakan selalu, 4 orang (13,3%) menyatakan sering, sebagian besar 20 orang (66,6%) menyatakan kadang-kadang dan hanya 4 orang (13,3%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa belum mau melaksanakan puasa sunnah,
ini ditandai dengan lebih dari setengah kadang-kadang
melaksanakan puasa sunnah senin dan kamis.
c). Tentang Pengamalan Kebiasaan Berdo'a siswa Do'a merupakan suatu upaya memohon kepada Allah swt agar maksud dan tujuan seseorang tercapai. Tentu saja tujuan tersebut tidak hanya dicapai dengan do'a melainkan harus didahului oleh usaha yang maksimal. Berikut kita perhatikan tabel Pengamalan do'a siswa sebagai berikut:
69
Tabel 38 Pengamalan do'a selesai wudhu No
Option
Frekuensi
Prosentase
12
Selalu
1
3,3%
Sering
12
40%
Kadang-kadang
16
53,4%
Tidak Pernah
1
3,3%
Jumlah
30
100%
Dari hasil tabel tersebut di atas hanya 1 orang (3,3%) menyatakan selalu, 12 orang (40%) siswa menyatakan sering, lebih dari setengahnya 16 orang (53,4%) menyatakan kadang-kadang dan 1 orang (3,3%) yang menyatakan tidak pernah berdo'a. Dapat disimpulkan bahwa siswa cukup mempunyai
kesadaran untuk melaksanakan apa yang telah mereka
ketahui tentang berdo’a setelah berwudhu. Tabel 39 Pengamalan do'a sehabis shalat fardhu No
Option
Frekuensi
Prosentase
13
Selalu
6
20%
Sering
12
40%
Kadang-kadang
12
40%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Dari hasil tabel di atas 6 orang (20%) siswa menyatakan selalu berdo'a, dan 12 orang (40%) menyatakan sering. Selebihnya, 12 orang (40%) menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah. Ini menandakan bahwa siswa sadar akan perkara sunnah yaitu berdo'a setelah shalat fardhu, ataupun melakukan zikir dan lain-lain
70
Tabel 40 Pengamalan do'a ketika mulai belajar No
Option
Frekuensi
Prosentase
14
Selalu
8
26,7%
Sering
10
33,3%
Kadang-kadang
11
36,6%
Tidak Pernah
1
3,3%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas sebanyak 8 orang (26,7%) siswa menyatakan selalu berdo'a jika hendak belajar, 10 orang (33,3%) menyatakan sering, dan 11 orang (36,6%) menyatakan kadang-kadang dan sedikit sekali hanya 1 orang (3,3%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa menyatakan suka berdo'a, ini menandakan bahwa siswa siap untuk belajar. Dan sedikit sekali yang tidak siap. Tabel 41 Pengamalan do'a bila hendak makan No
Option
Frekuensi
Prosentase
15
Selalu
7
23,3%
Sering
11
36,7%
Kadang-kadang
11
36,7%
Tidak Pernah
1
3,3%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas tentang Pengamalan do'a bila hendak makan, dari 30 responden 7 orang (23,3%) siswa menyatakan selalu, 11 orang (36,7%) menyatakan sering, dan 11 orang (36,7%) menyatakan kadang-kadang dan hanya 1 orang (3,3%) yang menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan
bahwa siswa suka berdo'a bila hendak makan walaupun
hanya (23,3%) yang menyatakan selalu.
71
Tabel 42 Pengamalan do'a jika selesai makan No
Option
Frekuensi
Prosentase
16
Selalu
6
20%
Sering
20
66,7%
Kadang-kadang
3
10%
Tidak Pernah
1
3,3%
Jumlah
30
100%
Dari hasil tabel di atas 6 orang (20%) siswa menyatakan selalu, 20 orang (66,7%) menyatakan sering. Selebihnya 3 orang (10%) menyatakan kadang-kadang dan hanya 1 orang (3,3%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa kurang bersyukur dengan nikmat yang telah di berikan Allah swt, dengan tidak melakukan do'a jika selesai makan. Tabel 43 Pengamalan do'a jika hendak tidur No
Option
Frekuensi
Prosentase
17
Selalu
3
10%
Sering
11
36,6%
Kadang-kadang
15
50%
Tidak Pernah
1
3,3%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas yaitu tentang Pengamalan berdo’a siswa jika hendak tidur, dari 30 responden hanya 3 orang (10%) siswa menyatakan selalu, 11 orang (36,6%) menyatakan sering, dan 15 orang (50%) menyatakan kadang-kadang dan hanya 1 orang (3,3%) yang menyatakan tidak pernah berdo'a jika hendak tidur. Dapat disimpulkan bahwa siswa seluruhnya berdo'a jika hendak tidur, ini menandakan mereka sudah menjalankan sunnah berdo'a jika hendak tidur, walaupun hanya (53,4%) yang menyatakan kadang-kadang.
72
Tabel 44 Pengamalan do'a pada waktu bangun tidur No
Option
Frekuensi
Prosentase
18
Selalu
12
40%
Sering
10
33,3%
Kadang-kadang
7
23,3%
Tidak Pernah
1
3,3%
Jumlah
30
100%
Dari hasil tabel di atas 12 orang (40%) siswa menyatakan selalu, 10 orang (33,3%) menyatakan sering. Selebihnya, 7 orang (23,3%) menyatakan kadang-kadang dan sebagian kecil hanya 1 orang (3,3%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa sadar dengan do'a bangun tidur, ini menandakan siswa dapat bersyukur dengan siapa yang membangunkannya dari tidur.
d. Tentang Pengamalan Mengaji al-Qur'an Siswa Membaca Al-Qur'an merupakan suatu hal yang sangat di sunnahkan dalam ajaran Islam, karena al-Qur'an adalah risalah yang dibawa oleh nabi Muhammad saw, dari zaman dahulu hingga sekarang masih terjaga keasliannya dan sebagai tuntunan hidup bagi kehidupan manusia agar selalu mengikuti aturan yang telah diatur oleh Allah swt, Untuk itu mari kita perhatikan tabel membaca Al-Qur'an siswa kelas IX SMP Attaqwa 06 Bekasi:
73
Tabel 45 Pengamalan membaca al-Qur'an No
Option
Frekuensi
Prosentase
19
Selalu
8
26,6%
Sering
13
43,3%
Kadang-kadang
9
30%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas dari 30 responden 8 orang (26,6%) siswa menyatakan selalu, hampir setengahnya 13 orang (43,3%) menyatakan sering, dan 9 orang (30%) menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah.
Dapat disimpulkan siswa belum dapat
menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim dengan membaca alQur'an. Karena al-Qur'an adalah pegangan dan pedoman hidup orang Islam. Berikut kita perhatikan usaha yang dilakukan orang tua, jika siswa belum pandai membaca al-Qur'an, apakah orang tua suka menyuruh untuk mempelajarinya:
74
Tabel 46 Pengamalan mempelajari Al-Qur'an No
Option
Frekuensi
Prosentase
20
Selalu
5
16,6%
Sering
18
60%%
Kadang-kadang
7
23,3%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Tabel di atas menyatakan sedikit sekali siswa yang pengamalan ibadahnya untuk mempelajari al-Qur'an terbukti hanya 5 orang (16,6%) siswa menyatakan selalu, 18 orang (60%) menyatakan sering. Selebihnya 7 orang (23,3%) menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah. Ini mengindikasikan bahwa semangat siswa untuk mempelajari Al-Qur'an sangat rendah.
C. Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini digunakan statistik yang salah satu fungsinya adalah untuk menyederhanakan data penelitian yang besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Setelah diperoleh data tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam (Variabel X) dan pengamalan ibadah siswa (Variabel Y) langkah selanjutnya adalah membuat tabel perhitungan yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan korelasi product moment, dan hasil perhitungan kedua variabel tersebut disajikan sebagai berikut:
75
Tabel 47 Perhitungan Angka Indeks Korelasi Antara Variabel X (Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam) dan Variabel Y (Pengamalan Ibadah Siswa) Responden
X
Y
XY
X²
Y²
1
57
49
2793
3249
2401
2
56
51
2856
3136
2601
3
56
61
3416
3136
3721
4
54
46
2484
2916
2116
5
55
62
3410
3025
3844
6
50
59
2950
2500
3481
7
62
55
3410
3844
3025
8
57
58
3192
3249
3136
9
48
54
2593
2304
2916
10
39
60
2340
1521
3600
11
54
64
3456
2916
4096
12
52
54
2916
2704
2916
13
50
63
3100
2500
3844
14
53
53
2809
2809
2809
15
54
56
3024
2916
3136
16
52
56
2912
2704
3136
17
45
49
2548
2025
2410
18
46
48
2208
2116
2295
19
53
58
3074
2809
3364
20
57
56
3192
3249
3136
21
55
52
2860
3025
2704
22
51
54
2754
2601
2916
23
55
59
3245
3025
3481
24
58
50
2900
3364
2500
25
64
53
3392
4096
2809
26
52
51
2652
2704
2601
76
27
58
62
3596
3364
3844
28
57
60
3420
3249
3600
29
55
50
2750
3025
2500
30
56
62
3472
3136
3844
∑X²=87217
∑Y²=92782
∑N= 30
∑X=1611
∑Y= 1665 ∑XY=89724
Setelah dilakukan penghitungan maka dapat diketahui N = 30, ∑ X =1611, ∑Y = 1665, ∑XY=89724, ∑X²=87217, ∑Y²=92782, maka dapatlah dicari indeks korelasinya dengan menggunakan rumus:
N∑ XY – (∑X)(∑Y)
rxy =
√{N∑X² - (∑X)²}{N∑Y²- (∑Y)² rxy =
30x89724 – (1611)(1665) √{30x 87217 – (1611)²}{30x 92782 – (1665)²}
rxy =
2691720 - 2682315 √{2616510 - 2595321}{2783460 – 2772225}
rxy =
9405 √{21189}{11235}
rxy =
9405 √ 238058415
rxy =
9405 15429,14174
rxy =
0,60956080114
rxy =
0,609
77
Setelah dilakukan perhitungan secara keseluruhan, maka hasil yang didapat antara variabel X (pelaksanaan pendidikan agama Islam) dan variabel Y (pengamalan ibadah siswa) diperoleh angka korelasi “r” product moment sebesar 0,609.
D. Interpretasi Data Dalam
menginterpretasikan
hasil
korelasi
antara
Pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam dengan Pengamalan Ibadah Siswa di SMP Attaqwa 06 Bekasi, dapat dilihat dari penjelasan sebagai berikut: 1. Memberikan interpretasi terhadap rxy: Dari perhitungan di atas diperoleh angka korelasi antara variabel X dengan variabel Y atau rxy adalah 0,609 berdasarkan interpretasi nilai rxy berada pada rentangan antara 0,40 – 0,70 yang berarti antara variabel X dengan variabel Y atau antara Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dengan Pengamalan Ibadah Siswa SMP Attaqwa 06 Bekasi memang terdapat korelasi/pengaruh yang sedang atau cukup. 2. Memberikan interpretasi dengan menggunakan Tabel Nilai “r”: Untuk mengetahui apakah hubungan tersebut signifikan atau tidak maka nilai rxy atau r hasil perhitungan dibandingkan dengan r tabel, sebelum membandingkannya terlebih dahulu dicari derajat kebebasannya atau df (degrees of freedom) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: df
= N – nr
df
= 30 – 2 = 28
Dengan df sebesar 28 maka diperoleh r tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,361 dan taraf signifikansi 1% sebesar 0,463, karena rxy pada taraf signifikansi 5% adalah lebih besar dari r tabel (0,609 > 0,361) maka pada taraf signifikansi 5% Ho (hipotesa nihil) ditolak sedangkan Ha (hipotesa alternative) diterima, ini berarti pada taraf 5% terdapat korelasi atau
78
terdapat pengaruh positif yang signifikansi antara variabel X dengan variabel Y. Selanjutnya pada taraf signifikansi 1%, rxy adalah juga lebih besar daripada r tabel (0,609 > 0,463), maka pada taraf signifikansi 1% Ho ditolak sedangkan Ha diterima, ini berarti pada taraf 1% terdapat korelasi atau pengaruh positif yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Dari hasil konsultasi antara rxy dan r tabel maka penulis berkesimpulan bahwa ada korelasi atau pengaruh antara Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dengan Pengamalan Ibadah Siswa SMP Attaqwa 06 Bekasi, sekalipun hubungan atau pengaruh tersebut hanya sedang atau cukup. 3. Menghitung Koefisien determinan Perhitungan koefisien determinasi (KD) yang penulis manfaatkan untuk mengetahui kontribusi variabel X dan variabel Y sebagai berikut: KD
= r2 x 100% = (0,609)2 x 100% = 0,370881 x 100% = 37,0881%
Jadi, angka koefisien penentu sebesar 37,0881% menunjukkan bahwa kontribusi Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam terhadap Pengamalan Ibadah Siswa adalah 37,0881% sedangkan sisanya 62,9119% adalah sumbangan dari variabel lain yang juga menunjang Pengamalan Ibadah Siswa.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Attaqwa 06 Bekasi mengenai pelaksanaan pendidikan agama Islam dan efeknya terhadap pengamalan ibadah siswa, maka penulis memperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan
pendidikan
agama
Islam
mempunyai
pengaruh
terhadap
pengamalan ibadah siswa. Hal tersebut di atas berdasarkan perhitungan menggunakan korelasi “r” product moment dengan memperoleh angka sebesar 0,609. Dengan memperhatikan besaranya rxy yaitu 0,609 yang besarnya berada pada rentangan antara 0,40 – 0,70 berarti variabel pelaksanaan pendidikan agama Islam dan efeknya terhadap pengamalan ibadah siswa terdapat korelasi/pengaruh yang sedang atau cukup. Setelah diketahui db sebesar 28 diperoleh “r” product moment pada taraf signifikan 5 % diperoleh r tabel sebesar 0,361 dan pada taraf signifikan 1% diperoleh r tabel sebesar 0,463. Kemudian penulis bandingkan antara rxy dengan “r” tabel (rt) seperti yang diketahui, rxy masing-masing 0,609 sedangkan “r” tabel (rt) masing-masing 0,361 dan 0,463. Dengan demikian ternyata rxy adalah lebih besar dari pada “r” tabel (rt), baik pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf 1% karena rxy lebih besar dari pada “r” tabel (rt), maka hipotesis alternatif (Ha) diterima atau terbukti kebenarannya. Dengan demikian berarti, ada korelasi positif yang sedang atau cukup signifikan (meyakinkan) antara pelaksanaan pendidikan agama Islam dengan pengamalan ibadah siswa. Hal ini berarti semakin tinggi
79
80 pendidikan agama Islam yang diajarkan di sekolah maka pengamalan ibadah siswa semakin baik. Dan dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa Koefisien determinannya diperoleh 37,0881% yang menunjukkan kontribusi variabel kedunya, sedangkan sisanya 62,9119% adalah sumbangan dari variabel lain yang perlu diteliti lebih lanjut (tidak diteliti dalam penelitian ini).
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka berikut ini beberapa saran yang harus perlu diperhatikan yang di antaranya sebagai berikut: 1. Kepada seluruh siswa agar senantiasa meningkatkan pengetahuan dan pemahaman Islam dengan cara aktif mengikuti kegiatan pendidikan di sekolah. Dan meningkatkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal beribadah sebagai realisasi atas pemahaman ajaran Islam yang telah diperoleh di sekolah. 2. Perlu juga dipertimbangkan dalam mengajar guru memberikan bimbingan dengan mengajarkan dan melatih agar siswa dapat mengamalkan ibadah dengan sebaik-baiknya. Dan membuat buku monitoring sekitar pengamalan ibadah siswa. 3. Orang tua di rumah lebih aktif dalam memberikan bimbingan dan mengingatkan anaknya untuk melaksanakan ibadah khususnya ibadahibadah wajib. 4. Kerjasama pihak sekolah dan keluarga siswa perlu ditingkatkan karena sangat membantu keberhasilan dari pendidikan agama Islam, dan faktor keluarga di sini sangat penting dalam pengamalan ibadah siswa sehari-hari. 5. Bagi siswa yang telah menjalani dan mengamalkan ajaran Islam dengan
baik agar tetap mempertahankannya sehingga menjadi insan yang kamil, sehingga kita mengetahui makna kehidupan ini yang sesungguhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur'an, (Terjemah, H.M Arifin dan Zainuddin), Jakarta: Rieneka Cipta, 1994, cet. 2. Abdul Manaf, Mudjahid, Sejarah Agama-Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996, Cet. 2. Abd. Rahman al-Suyuti, Jalaludin, al-Jami Syhagir fi Ahadits al-Basyar al-Nadzir, Indonesia: Darul Ihya al-Kutub, Juz 1. Al-Arusi, Abdul Aziz, Menuju Islam yang Benar, Semarang: CV Toha Putra, 1994, Cet. 1. Ardani, H.M., Fikih Ibadah Praktis, Jakarta: PT Mitra Cahaya Utama, 2008, Cet. 1. Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputan Pers, 2002. Arifin, Anwar, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 2003. Arifin, H.M., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003. Arikunto, Suharismi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Cet. 9. -----------, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998, Cet. 11. Ash Shiddieqy, Hasby, Kuliah Ibadah, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1987. Dahlan, Abdul Azis, (et al.), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996, cet. 1, jilid II. Daradjat, Zakiyah, Metodelogi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Departemen Diknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Khon, Abdul Majid, dkk., Ulumul Hadits, Jakarta: PSW UIN Jakarta, 2005. Majieb, M. Abdul, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994. Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
81
82 Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma.arif, 1989. Muslim an-Naisaburi, Abi Husaini, Shahih Muslim, Riyadh: Darussalam, 1419 H. Noor Salimi dan Abu Ahmadi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001. Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, Cet. 3.
Poerbakawatja, R. Soegarda, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1991, cet. 2. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008.
Sabri, Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Saleh, Hassan, (ed.), Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008. Soebahar, Abdul Halim, Wawasan Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002. Suralaga, Fadilah, dkk., Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Syrifuddin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqih, Bogor: Kencana, 2003, Cet. 1.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. Thoha, M. Chabib, Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1991. Team Didaktik Metodik Kuirikulum IKIP Surabaya, Pengatar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995. Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: CV Pustaka Setia, 1998.
83
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan Jakarta: tt.p, 2006. Usman, Basyiruddin, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Cipuatat Pers, 2002. Yunus, Mahmud, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1961. Zurinal dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.