PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN SISTEM MOVING CLASS (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 3 SEMARANG)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh: INTAN NUR RAHMASARI NIM: 073111128
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
JUDUL
PENULIS NIM
: PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN SISTEM MOVING CLASS (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 3 SEMARANG). : INTAN NUR RAHMASARI : 073111128
Penelitian ini di latarbelakangi karena SMP Negeri 3 Semarang menggunakan sistem belajar yang berbeda dengan sekolah-sekolah lain, yaitu menggunakan sistem moving class. Dengan dilaksanakannya moving class, diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk mengetahui proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Semarang dengan sistem moving class, Untuk mengetahui motivasi belajar siswa SMP Negeri 3 Semarang, Untuk mengetahui prestasi belajar siswa SMP Negeri 3 Semarang, dan Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan sistem moving class. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif lapangan. Pendekatan penelitian ini yaitu dengan studi kasus. Metode pengumpulan datanya dengan menggunakan metode observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi. Dalam penelitian ini, metode analisis data yang akan digunakan dalam membahas masalah-masalah yaitu dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan teknik triangulasi. Hasil penelitiannya yaitu 1) SMP Negeri 3 Semarang sudah melaksanakan sistem moving class. Sistem pembelajaran Moving Class mempunyai ciri khas guru mempunyai kelas pribadi sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, Dengan perpindahan kelas siswa merasa lebih fresh dan tidak mudah bosan dalam menerima pelajaran yang diajarkan oleh guru. Begitu juga dengan guru, dengan diadakannya moving class di SMP Negeri 3 Semarang, guru mata pelajaran di SMP Negeri 3 Semarang sangat diuntungkan, karena tidak perlu pindah dari kelas satu ke kelas yang lain. 2) Kendala-kendala dalam Moving Class yaitu kelas harus banyak, fasilitas harus lengkap dan media belajar kelas harus memadai, kebersihan kelas harus terjaga, tepat waktu saat berpindah dan siswa harus sehat.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Sistem Moving Class (Studi Kasus di SMP Negeri 3 Semarang)” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S.1) IAIN Walisongo Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terealisasikan. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Bapak Dr. Suja’i, M.Ag. 2. Dosen Pembimbing I, Bapak Dr. Ruswan, M.A. dan dosen pembimbing II, Bapak Syamsul Ma’arif, M. Ag yang telah bersedia meluangkan waktu dan kebaikannya untuk membimbing saya. 3. Dosen Wali, Ibu Dra. Muntholi’ah, M.Ag. yang selalu memberi motivasi dan arahan 4. Para Dosen/ staf pengajar dilingkungan IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan berbagai informasi pengetahuan kepada penulis. 5. Staf pengelola perpustakaan baik fakultas maupun institut yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas yang baik 6. Kepala sekolah SMP Negeri 3 Semarang, Ibu Dra. Roch Mulyati, M. Si, Guru Pendidikan Agama Islam, Bapak Suhudi, S. Pd.I, dan Ibu Sri Winarni, S. Pd. yang telah memberikan izin lokasi penelitian, memberikan arahan dan membimbing penulis. 7. Ayahku Drs. Musyahid (Alm) dan Ibuku Mazro’ah, S.Pd.I, yang telah menjadi inspirator, motivator, fasilitatorku dan selalu mendoakanku dalam setiap hembusan nafasnya. 8. Kakak dan adikku, (mbak Ita, mas Abib-mbak Dwi, mas Afif dan dek Liza) yang telah membuat hidupku lebih bermakna, berwarna dan bermanfaat dalam setiap hari-hariku.
vii
9. Sahabat-sahabatku KKN Posko 55 Cacaban dan Keluarga Cacaban yang selalu mendoakan dan memberi motivasi kepadaku 10. Teman-teman seperjuanganku PAI D 2007 yang telah menemani masa-masa bahagia dan di masa-masa sulit saat perkuliahan 11. Sahabat-sahabatku Pakde, Bang Munir, Bari, Dewi, Diel, Izum, Ifah, Bimta yang selalu ada dalam suka dan duka 12. Keluarga baruku di Kos I.32 dan J.30 mb Fida, Dewi, mb Nina, Dek Nur, Dek Isti yang selalu memberikan masukan dan motivasi kepadaku 13. Semua pihak yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu, yang telah memberikan spirit, motivasi dalam membantu penyusunan skripsi ini. Penulis hanya berdoa semoga amal baik semua pihak, baik yang telah tersebut dan yang tidak penulis sebutkan satu persatu mendapat imbalan dari Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Amin ya robbal ‘alamin. Akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya.
Semarang,28 November 2011 Penulis
Intan Nur Rahmasari NIM. 073111128
viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................. ii PENGESAHAN ....................................................................................................... iii NOTA PEMBIMBING ........................................................................................... iv ABSTRAK ............................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix BAB I
:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 3 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 3
BAB II
:
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ............
AGAMA ISLAM DENGAN SISTEM MOVING CLASS A. Kajian Pustaka ......................................................................... 5 B. Pelaksanaan Pembelajaran ....................................................... 7 1. Pengertian Belajar ............................................................... 7 2. Ciri-ciri Belajar ................................................................... 9 3. Teori-teori Belajar ............................................................... 11 4. Pelaksanaan pembelajaran .................................................. 13 C. Moving Class ............................................................................. 17 1. Pengertian Moving Class .................................................... 17 2. Tujuan dan Manfaat Moving Class ..................................... 18 3. Strategi Pelaksanaan Moving Class .................................... 20 D. Metode-metode Pembelajaran .................................................. 24 E. Kompetensi Guru ....................................................................... 31 F. Kendala-kendala ........................................................................ 33
ix
BAB III
:
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ......................................................................... 33
B.
Pendekatan Penelitian 33 C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 34 D. Data-data Penelitian ................................................................. 34 E. Sumber Penelitian .................................................................... 35 F. Fokus Penelitian ......................................................................... 35 G. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 36 H. Metode Analisis Data ............................................................... 37
BAB
IV
:
ANALISIS
PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN SISTEM MOVING CLASS (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 3 SEMARANG) A. Gambaran Umum SMP Negeri 3 Semarang ............................ 39 1. Sejarah singkat SMP Negeri 3 Semarang ............................. 39 2. Letak Geografis .................................................................... 40 3. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 3 Semarang ................... 41 4. Struktur organisasi SMP Negeri 3 Semarang ........................ 43 5. Sarana dan Prasarana ............................................................. 44 B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Semarang dengan Sistem Moving Class ....................45 C. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Sistem Moving Class ..... 49
x
BAB V
:
PENUTUP A. Simpulan ................................................................................... 52 B. Saran .......................................................................................... 52 C. Penutup ..................................................................................... 53
DAFTAR KEPUSTAKAAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan pendidikan merupakan usaha memanusiakan manusia.1 Dalam proses usahanya pastilah tidak semuanya bisa berjalan dengan lancar. Ada hambatan dan godaan yang bisa membelokkan usaha tersebut. Kurikulum Pendidikan yang selalu berubah – ubah sesuai dengan pergantian kabinet pemerintahan, membuat ketidaknyamanan pengampu pendidikan yaitu guru dan murid selaku pelaku utama pendidikan di sekolah. Kurikulum Pendidikan yang telah digunakan di Indonesia yaitu Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), hingga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaan pembelajaran, sekolah mempunyai kewenangan untuk mengatur jalannya kemajuan sekolah tersebut. Peningkatan kualitas pendidikan sangat menekankan pentingnya peranan sekolah sebagai pelaku dasar utama yang otonom, dan peranan orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan pendidikan. Sekolah perlu diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan dan kebutuhan pelanggan. Sekolah sebagai institusi otonom diberikan peluang untuk mengelola dalam proses koordinasi untuk mencapai tujuantujuan pendidikan sesuai dengan UU Sisdiknas, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Demi kemajuan dan meningkatkan kualitas sekolah, SMP Negeri 3 Semarang mempunyai kewenangan dalam menentukan sistem belajar yang akan digunakan. SMP Negeri 3 Semarang menggunakan sistem belajar yang 1
Teguh Triwiyanto dan Ahmad Yusuf S., Panduan Mengelola Sekolah Bertaraf Internasional, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2010), hlm.7
1
2
berbeda dengan sekolah-sekolah lain, yaitu menggunakan sistem moving class. SMP Negeri 3 Semarang, termasuk salah satu sekolah yang konsisten menggunakan sistem moving class karena sudah dijalankan selama 4 tahun terakhir sampai sekarang. Jika melihat kasus lain, ada beberapa sekolah yang telah menggunakan sistem moving class tetapi tidak bertahan lama. Moving Class (kelas berpindah) suatu model pembelajaran yang di ciptakan untuk belajar aktif dan kreatif, dengan sistem belajar mengajar bercirikan peserta didik yang mendatangi guru kelas, bukan sebaliknya. Dalam sistem ini guru dan mata pelajaran mempunyai kelas pribadi. Untuk mengikuti setiap pelajaran, peserta didik harus berpindah dari satu kelas ke kelas lain yang sudah ditentukan. Sehingga, terdapat penamaan kelas berdasarkan bidang studi. Misalnya, Kelas Biologi, Kelas Bahasa, Kelas Fisika, Kelas Pendidikan Agama Islam dll. Setiap kali subjek pelajaran berganti, maka peserta didik akan meninggalkan kelas, dan mendatangi kelas lainnya sesuai bidang studi yang dijadwalkan.2 Semua pelajaran mempunyai kelas sendiri-sendiri, tak terkecuali kelas Pendidikan Agama Islam. Dalam kelas Pendidikan Agama Islam, guru diberikan kewenangan untuk mengatur jalannya kegiatan belajar mengajar secara mandiri. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.3
2
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 183. 3
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. VII,
hlm. 57.
3
Pelaksanaan pembelajaran dinilai berhasil, tidak hanya mengandalkan pengajaran dengan cara menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru bagi murid, seperti halnya metode imposisi dalam pengajaran tradisional. Dengan perpaduan menggunakan metode-metode pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pelajaran, Kegiatan Belajar Mengajar akan lebih menyenangkan. Tidak cukup hanya dengan metode-metode pembelajaran saja, kompetensi guru juga sangat menentukan pelaksanaan pembelajaran berjalan menyenangkan atau tidak menyenangkan. 4 Kompetensi guru yang harus ada pada pendidik yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Setiap pelaksanaan pembelajaran dengan sistem apapun, pasti akan mempunyai kendala-kendala dalam pelaksanaannya, begitu juga dengan sistem moving class yang ada di SMP Negeri 3 Semarang. Penulis akan mencari kendala-kendala dalam pelaksanaan sistem moving class di SMP Negeri 3 Semarang. Berdasarkan deskripsi diatas, peneliti akan mencoba meneliti di SMP Negeri 3 Semarang dengan judul, “PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN SISTEM MOVING CLASS (Studi Kasus di SMP Negeri 3 Semarang).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalahnya yaitu: 1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Semarang dengan sistem moving class? 2. Bagaimanakah kendala-kendala dalam pelaksanaan sistem moving class?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Semarang dengan sistem moving class
4
b. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan sistem moving class 2. Manfaat Penelitian a.
Dari hasil pembahasan skripsi ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan kontribusi dalam ilmu pengetahuan khususnya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa
b.
Apabila dari hasil penelitian ini sistem moving class mempunyai banyak sisi positifnya, diharapkan sistem moving class mampu diterapkan oleh sekolah lain.
5
BAB II PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN SISTEM MOVING CLASS
A. Kajian Pustaka Kajian
pustaka
merupakan
kajian-kajian
terhadap
penemuan-
penemuan terdahulu, baik buku-buku, skripsi, ataupun sumber lain yang relevan terhadap penelitian yang sedang dilaksanakan. Adapun kajian pustaka yang berkaitan dengan judul diatas adalah sebagai berikut: 1. Skripsi yang ditulis Firtia Iva Widyastuti yang berjudul “Implementasi Pembelajaran tematik melalui metode moving class dalam pembelajaran PAI di SDIT Bina Amal Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
implementasi
sistem
pembelajaran
moving
class
untuk
meningkatkan kompetensi siswa dalam pembelajaran PAI di SDIT Bina Amal Semarang menghasilkan lima bentuk, metode membaca dan menulis, metode hafalan, metode demonstrasi, metode cerita, metode pembiasaan diri. Secara umum metode ini diterapkan melalui tiga tahapan yaitu tahapan kegiatan awal, inti dan penutup. Dalam hal ini kegiatan pembelajaran PAI melalui metode-metode pembelajaran tematik moving class sudah hampir mendekati teori yang ditetapkan di lembaga itu. Hal ini dibuktikan dengan persiapan guru dalam mempraktekan pembelajaran
tematik,
salah
satu
diantaranya
mengelompokkan
kompetensi dasar sejenis atau beririsan dari masing-masing mata pelajaran. 2. Skripsi Dwi Nur Sholihah yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dalam Upaya meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SDN 1 Cepogo Boyolali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) Implementasi PAKEM dalam upaya meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama
6
Islam siswa SDN 1 Cepogo Boyolali sudah berjalan dengan baik, hal ini terbukti dengan diterapkannya metode-metode pembelajaran yang menjadikan siswa aktif. Salah satu metode yang digunakan adalah metode diskusi kelompok kecil (Small Group Discussion) pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sehingga pada metode ini potensi yang dimiliki setiap siswa dapat dikembangkan karena melalui masing-masing
kelompok
seorang
siswa
dapat
dengan
bebas
menyalurkan pemikiran mereka. 2) Hasil penerapan PAKEM dalam upaya meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SDN 1 Cepogo Boyolali berdampak terhadap peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun indikator peningkatan mutu tersebut adalah: a) Dengan penerapan PAKEM siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, b) siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dan mengembangkan daya imajinasi secara maksimal, c) memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif, d) dengan adanya PAKEM, hasil belajar Pendidikan Agama Islam lebih meningkat dengan baik, e) Guru dapat menciptakan metode-metode yang efektif sehingga siswa lebih mudah memahami pelajaran Pendidikan Agama Islam. 3. Skripsi Ria Aprillia Nugraheni. 2011. Pengaruh Sistem Moving class dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Menerapkan Prinsip Kerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan ( Studi Kasus Pada Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 9 Semarang ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa moving class dan motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini dibuktikan dengan uji F yang diperoleh Fhitung = 166,460, sehingga H3 yang berbunyi ” Ada pengaruh positif sistem moving class dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar”, diterima. Pada pengujian secara parsial (uji t) untuk variabel moving class (X1) diperoleh thitung = 2,362,
7
sehingga H1 yang berbunyi “Ada pengaruh positif sistem moving class terhadap prestasi belajar”, diterima. Untuk variabel motivasi belajar (X2) diperoleh thitung = 5,225, sehingga H2 yang berbunyi “Ada pengaruh positif motivasi belajar terhadap prestasi belajar”, diterima. Secara simultan moving class dan motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar sebesar 73,6 %. Secara parsial pengaruh moving class terhadap prestasi belajar sebesar 4,54%% dan pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar sebesar 18,92%. Simpulan penelitian ini adalah moving class dan motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar baik secara simultan maupun parsial. Dari penelitian yang telah dilakukan di atas, sekilas memang adanya hubungan permasalahan dengan yang akan penulis teliti. Keunikan penelitian ini dibanding dengan penelitian yang terdahulu yaitu menggambarkan tentang pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan sistem moving class yang menyoroti tentang metode, materi, kompetensikompetensi guru menguak kendala-kendala yang dihadapi pihak sekolah, guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dari situlah penulis mengadakan penelitian dengan judul skripsi “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Sistem Moving Class, (Studi Kasus di SMP Negeri 3 Semarang).”
B. Pelaksanaan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Menurut Elizabeth B. Hurlock,“Learning is development that comes from exercise and effort.” 1 Artinya: “Belajar adalah suatu perkembangan setelah adanya (proses) latihan dan usaha (belajar).” Menurut
Ngalim
Purwanto
“belajar
merupakan
suatu
perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah 1
Elizabeth B. Hurlock, Child Development, (Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha, 1982),
hlm. 28.
8
kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk”. 2 Menurut James O. Whittaker, belajar sebagai proses di mana tingkah
laku
ditimbulkan
atau
diubah
melalui
latihan
atau
pengalaman. 3 Menurut Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. 4 Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Menurut Mahmud, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. 5 Dari beberapa pengertian tentang belajar tersebut. Menurut Sumadi Suryabrata paling tidak ada tiga aspek penting dalam belajar, yaitu: a. Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, actual maupun potensial), b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja). 6 Jadi belajar adalah didapatkannya pengalaman baru dan perubahan perilaku melalui usaha dan pengalaman yang dilakukan dengan sadar.
2
M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011),
hlm. 85. 3
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 12.
4
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 13.
5
Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), hlm. 63.
6
Sumadi Suryabrata, Pengantar Psikologi Pendidikan,(Yogyakarta: YPF Psikologi UGM, 2010), hlm. 232.
9
2. Ciri-ciri Belajar Dari pengertian belajar adalah didapatkannya pengalaman baru dan perubahan perilaku melalui usaha dan pengalaman yang dilakukan dengan sadar, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar, antara lain: a. Perubahan yang terjadi secara sadar (Intensional) b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional c. Perubahan dalam belajar positif dan aktif d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku7 g. Perubahan yang berkesinambungan (Kontinyu)8
Dari ciri-ciri diatas akan dijelaskan sebagai berikut: a. Perubahan yang terjadi secara sadar (Intensional) Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha yang dilakukan dengan sadar. Jadi, Individu bersangkutan menyadari telah terjadi perubahan dalam dirinya. Misalnya, setelah belajar materi sifat-sifat terpuji dalam Pendidikan Agama Islam, siswa jadi lebih memahami apa saja sikap yang harus ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari,
siswa
menyadari
pengetahuannya
bertambah,
kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah dan perilakunya menjadi lebih terpuji dari sebelumnya.
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik masa sekarang maupun masa mendatang.9 Contoh: dalam perkuliahan mahasiswa belajar ilmu Psikologi Pendidikan, dengan belajar 7
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 15-16.
8
Mahmud, Psikologi Pendidikan, hlm. 64.
9
Mahmud, Psikologi Pendidikan, hlm. 64.
10
Psikologi Pendidikan mahasiswa bisa menerapkannya dalam diri maupun dalam pekerjaannya kelak menjadi guru.
c. Perubahan dalam belajar positif dan aktif Setelah melalui perbuatan belajar, perubahan perilaku akan menunjukkan kemajuan yang positif dan usaha untuk lebih aktif untuk melakukan perubahan. Perilaku akan terarah lebih baik setelah melakukan perbuatan belajar.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.10 Misalnya, seorang siswa yang belajar komputer, jika dilatih dan digunakan terus maka keterampilan dalam memainkan komputer akan menetapdan melekat.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Seseorang
yang
melakukan
perbuatan
belajar,
pasti
mempunyai tujuan yang akan dicapai, entah tujuan jangka pendek, jangka menengah ataupun jangka panjang. Misalnya, mahasiswa yang kuliah di bidang Pendidikan dengan tujuan jika lulus akan menjadi guru di suatu sekolah.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang terjadi pada individu yang telah melakukan perbuatan belajar maka akan berdampak baik pada perubahan tingkah laku individu tersebut. Misalnya, seseorang yang belajar mengendarai mobil, lama kelamaan individu tersebut akan mudah mengendarai dan mahir dalam menjalankan mobil.
10
Mahmud, Psikologi Pendidikan, hlm. 65.
11
g. Perubahan yang berkesinambungan (Kontinyu) Bertambahnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh sebelumnya.11 Misalnya, seorang yang belajar komputer dalam program Word atau mengetik biasa kemudian dilanjutkan dalam berlatih program Excel, ilmu yang sebelumnya
akan
berguna
bagi
kelangsungan
belajar
ilmu
selanjutnya.
3. Teori- teori Belajar a. Teori Koneksionisme Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang ditemukan
dan
dikembangkan
oleh
Edward
L.
Thorndike
berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1980-an. Eksperimen Thondike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.12 Menurut teori ini belajar adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara stimulus dan respons.13 Misalnya, seorang guru memberikan pertanyaan kepada siswa, Apa kitab suci agama Islam? Kemudian siswa menjawab “ Al Qur’an”, kemudian guru menilai benar dan dilanjutkan tepuk tangan. Pertanyaan Apa kitab suci agama Islam? Itu adalah sebagai stimulus, sedangkan jawaban Al Qur’an adalah sebagai bentuk respon, dan guru menjawab benar dan dilanjutkan tepuk tangan itu sebagai penguat. Dalam penelitiannya Thorndike menyimpulkan bahwa proses belajar melalui dua bentuk yaitu trial and error dan law and 11
Mahmud, Psikologi Pendidikan, hlm. 64.
12
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, Cet. III, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hlm. 103. 13
Mahmud, Psikologi Pendidikan, hlm. 75.
12
effect.14 Law and effect mengandung arti bahwa segala tingkah laku yang mengakibatkan suatu keadaan yang memuaskan akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya. Adapun tingkah laku yang mengakibatkan ketidaksenangan akan diabaikan dan dilupakan. Kaitannya dalam pendidikan adanya sistem reward and punishment, dimana guru akan memberikan penghargaan bagi siswa yang bisa menjawab pertanyaan dan siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan diberi hukuman.
b. Teori Pavlovionisme Teori Pavlovionisme atau teori pembiasaan klasikal (clasical conditioning) ini
berkembang berdasarkan
eksperimen
yang
dilakukan oleh Ivan Pavlov, seorang ilmuwan besar Rusia yang berhasil menggondol hadiah Nobel paa tahun 1909. Pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut.15 Teori ini bisa dikatakan refleks bersyarat.16 Misalnya, seorang pengendara motor tentu akan berhenti ketika melihat lampu lalu lintas berwarna merah dan akan segera bergerak ketika melihat lampu lalu lintas berwarna hijau.
c. Teori Pembiasaan Perilaku Respons Teori pembiasaan perilaku respons (operant conditioning) ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh di kalangan para ahli psikologi belajar masa kini. Pencetus teori ini yaitu Burrhus Frederic Skinner. Operant adalah
14
Mahmud, Psikologi Pendidikan, hlm. 76.
15
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, hlm. 105.
16
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 26.
13
sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat.17
4. Pelaksanaan pembelajaran Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
membelajarkan
siswa
dalam
belajar
bagaimana
belajar
memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap.18 Beberapa definisi pembelajaran menurut para ahli, antara lain: a. Prof. Dr. Sukintaka Pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi disamping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya. Jadi, di dalam suatu peristiwa pembelajaran terjadi dua kejadian secara bersama, ialah pertama, ada satu pihak yang memberi dan kedua, pihak lain yang menerima. Oleh sebab itu, dalam peristiwa tersebut dapat dikatakan terjadi proses interaksi edukatif.19
b. Dr. Oemar Hamalik Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, pelengkap dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari peserta didik, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audiovisual, juga komputer, prosedur, meliputi jadwal
17
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, hlm. 107.
18
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006),
hlm. 157. 19
Sukintaka, Teori Pendidikan Jasmani, Filosofis, Pembelajaran dan Masa Depan, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2004), hlm. 55.
14
dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dan sebagainya.20
c. Agus Suprijono Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari.21
Oleh karena itu pembelajaran mempunyai tujuan yaitu membantu pada peserta didik agar memperoleh berbagai pengalaman baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. a. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: 1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti pembelajaran 2) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan 3) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai 4) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus22 b. Kegiatan inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, 20
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 57.
21
Agus Suprijono, Cooperative Learning- Teori & Aplikasi Paikem, cet. III, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 13. 22
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2008), hlm. 144.
15
menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 1) Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: a) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang (potensi) jadi guru dan belajar dari aneka sumber b) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain c) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya d) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran e) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio atau lapangan.23 2) Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: a) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu bermakna b) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis
23
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, hlm. 145.
16
c) Memberi
kesempatan
untuk
berpikir,
menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut d) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif e) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar f) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok g) Memfasilitsi peserta didik untuk menyajikan kreasi, kerja individual maupun kelompok h) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan i) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaandan rasa percaya diri peserta didik.24 3) Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: a) Memberikan umpanbalik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber c) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar yang dilakukan d) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: (1) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitor dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi
24
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, hlm. 145.
17
kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (2) Membantu menyelesaikan masalah (3) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi (4) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (5) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.25 c. Kegiatan penutup Dalam kegiatan penutup, guru: 1) Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran 2) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram 3) Memberikan
umpan
balik
terhadap
proses
dan
hasil
pembelajaran 4) Merencanakan
kegiatan
tindak
lanjut
dalam
bentuk
pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik 5) Menyampaikan
rencana
pembelajaran
pada
pertemuan
berikutnya.26
C. Moving Class 1. Pengertian Moving Class Moving Class adalah salah satu sistem pembelajaran yang mana setiap guru mata pelajaran sudah siap mengajar di ruang kelas yang telah ditentukan sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya sehingga saat pergantian pelajaran bukan guru yang datang ke kelas siswa, namun 25
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, hlm. 146-147.
26
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, hlm. 147.
18
siswa datang ke kelas guru.27 Sistem moving class ini, seorang siswa dituntut untuk kreatif dalam belajar. Guru sudah tidak saatnya lagi memerintahkan siswa untuk belajar. Namun siswa harus belajar dengan kesadaran sendiri, sehingga siswa mampu menguasai konsep dengan sepenuhnya, maka siswa yang berperan aktif dalam menerima pelajaran dari guru. Moving Class merupakan belajar mengajar bercirikan siswa yang mendatangi guru di kelas bukan sebaliknya, sehingga terdapat penamaan kelas berdasarkan bidang studi misalnya kelas kompetensi matematika, kelas kompetensi agama dan lain sebagainya. 2. Tujuan dan manfaat Moving Class a. Menciptakan sistem pembelajaran baru dalam pembelajarannya Upaya menciptakan sistem pembelajaran baru dalam pembelajaran diantaranya pengajaran dapat diselenggarakan dengan jumlah siswa yang banyak dibawah bimbingan seorang guru. Prinsip-prinsip individualitas maupun kelompok, siswa terlibat aktif melakukan tugas-tugas individualitas maupun kelompok, siswa terlibat aktif melakukan tugas-tugas dengan tidak terikat pada ruangan yang terbatas. Sistem pembelajaran yang tidak terikat dalam satu kelas (moving class) diharapkan siswa lebih aktif dan mandiri melakukan aktifitasnya sendiri sehingga mendukung siswa lebih aktif dan mandiri, siswa dapat menyelesaikan tugas menurut kecakapan, minat dan perhatian.28
27 28
Muhammad Saifullah, dalam http://koran.seveners.com., diakses 31 Januari 2011.
Djaja Djajuri, dkk., Upaya Pembelajaran dalam Pendidikan dan Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 177.
19
b. Terjadinya kerja sama antar siswa dalam kegiatan belajar Waktu pergantian mata pelajaran siswa harus berpindah dalam kelas yang berbeda sehingga dibutuhkan adanya kerja sama dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif, namun kemampuan untuk belajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil akan memungkinkan siswa untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan khusus.29
c. Memulihkan motivasi Belajar siswa Dengan sistem moving class, siswa tentunya akan selalu memperoleh suasana baru sehingga dapat mengurangi kebosanan di dalam kelas. Beberapa kelas siswa mengembangkan perasaan akrabnya terhadap teman kelas lainnya. Secara khusus peserta didik telah mengambil bagian dalam aktifitas belajar aktif.30 Maka akan tercipta pembelajaran yang menyenangkan.
d. Guru dapat mempersiapkan dan merencanakan materi secara baik Keterkaitan guru terhadap program pembelajaran menjadikan guru terikat terhadap tujuan yang dirumuskan dalam program pembelajaran.31 Dengan kesiapan guru dalam menyampaikan materi akan tercipta pembelajaran yang menyenangkan.
29
Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Active, (Bandung: Nusa Media Nuansa, 2006), Cet. III, hlm. 31. 30
Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Active, hlm. 274.
31
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 124.
20
e. Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Waktu Pembelajaran Guru mata pelajaran tetap berada di ruang/laboratorium mata pelajarannya, sehingga waktu guru mengajar tidak terganggu dengan hal-hal lain.
f. Meningkatkan Disiplin Siswa dan Guru 1) Guru akan dituntut datang tepat waktu, karena kunci setiap ruang/laboratorium dipegang oleh masing-masing guru mata pelajaran. 2) Siswa ditekankan oleh setiap guru mata pelajaran untuk masuk tepat waktu pada saat pelajarannya.32
g. Meningkatkan keterampilan guru dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari. h. Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran.33
3. Strategi Pelaksanaan Moving Class a. Pengelolaan Perpindahan Peserta didik 1) Peserta didik berpindah ruang belajar sesuai mata pelajaran yang diikuti berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan 2) Waktu perpindahan antar kelas adalah 5 menit 3) Peserta didik diberi kebebasan untuk menentukan tempat duduknya sendiri
32
Anim Hadi, “Mengapa harus menggunakan http://animhadi.wordpress.com, diakses 16 November 2008. 33
Anim Hadi, “Mengapa harus menggunakan http://animhadi.wordpress.com, diakses 16 November 2008.
moving
class?”,
dalam
moving
class?”,
dalam
21
4) Peserta didik perlu ditegaskan peraturan tentang penggunaan ruang dan tata tertib dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran serta konsekuensinya 5) Bel tanda perpindahan suatu kegiatan pembelajaran dibunyikan pada saat pelajaran kurang 5 menit 6) Sebelum tersedia loker, peserta didik diperkenankan membawa tas masuk dalam ruang belajar. Kegiatan pembelajaran di Laboratorium dibuat peraturan tersendiri hasil kesepakatan guru dengan laboran 7) Peserta didik diberi toleransi keterlambatan 10 menit, diluar waktu tersebut peserta didik tidak diperkenankan masuk kelas sebelum melapor kepada guru piket atau Penanggung Jawab Akademik 8) Keterlambatan berturut-turut lebih dari 3 (tiga) kali diadakan tindakan pembinaan yang dilakukan Penanggung Jawab akademik bersama dengan Guru Pembimbing.34
b. Pengelolaan ruang belajar-mengajar 1) Guru diperkenankan untuk mengatur ruang belajar sesuai karakteristik mata pelajarannya 2) Ruang belajar setidak-tidaknya memiliki sarana dan media pembelajaran yang sesuai, Jadwal Mengajar Guru, Tata Tertib Peserta didik dan Daftar Inventaris yang ditempel di dinding. 3) Ruang belajar dapat dilengkapi dengan perpustakaan referensi dan sarana lainnya yang mendukung proses Pembelajaran 4) Tiap rumpun Mata pelajaran telah disediakan prasarana multimedia. Penggunaan prasarana diatur oleh Penanggung Jawab Rumpun Mata Pelajaran 34
Anim Hadi, “Mengapa harus menggunakan http://animhadi.wordpress.com, diakses 16 November 2008.
moving
class?”,
dalam
22
5) Guru
bertanggungjawab
terhadap
ruang
belajar
yang
ditempatinya. Dengan demikian setiap guru memiliki kunci untuk ruang masing-masing.35 c. Pengelolaan Administrasi Guru dan Peserta didik 1) Guru berkewajiban mengisi daftar hadir peserta didik dan guru 2) Guru membuat catatan-catan tentang kejadian-kejadian di kelas brerdasarkan format yang telah disediakan 3) Guru mengisi laporan kemajuan belajar peserta didik, absensi peserta didik, keterlambatan peserta didik dan membuat rekapan sesuai format yang disediakan 4) Guru
membuat
laporan
terhadap
hal-hal
khusus
yang
memerlukan penanganan kepada Penanggung Jawab Akademik 5) Guru membuat Jadwal topik/materi yang diajarkan kepada peserta didik yang ditempel di ruang belajar36 d. Pengelolaan Remedial dan Pengayaan 1) Remedial dan Pengayaan dilaksanakan diluar jam kegiatan Tatap Muka dan Praktik. 2) Remedial dan Pengayaan dilaksanakan secara TIM Teaching, dimana kolaboran dapat menjadi guru utama pada materi tertentu 3) Kegiatan Remedial dan Pengayaan dapat menggunakan waktu dalam kegiatan Pembelajaran Tugas Terstruktur (25 menit) maupun Tak terstruktur ( 25 menit ) . 4) Remedial dan Pengayaan dilaksanakan dalam waktu berbeda maupun secara bersamaan jika memungkinkan, misal : Guru 35
moving
class?”,
dalam
36
moving
class?”,
dalam
Anim Hadi, “Mengapa harus menggunakan http://animhadi.wordpress.com, diakses 16 November 2008. Anim Hadi, “Mengapa harus menggunakan http://animhadi.wordpress.com, diakses 16 November 2008.
23
utama memberi pengayaan, sedangkan kolaboran memberi remedial. 5) Remedial dan Pengayaan dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan hasil analisis postest, ulangan harian dan ulangan mid semester.37 e. Pengelolaan Penilaian 1) Penilaian dilakukan untuk mengukur proses dan produk hasil pembelajaran 2) Penilaian Proses dilakukan setiap saat untuk menilai kemajuan belajar peserta didik, sedangkan penilaian produk/hasil belajar dilakukan melalui ulangan harian, mid semester maupun ulangan semester. 3) Penilaian meliputi Kognitif, Praktik dan Sikap yang disesuaikan dengan peraturan yang telah ditetapkan serta mengacu pada karakteristik mata pelajaran 4) Hasil penilaian dimasukkan sesuai dengan format yang telah disediakan dalam bentuk file excel yang kemudian diserahkan kepada Penanggung Jawab Akademik 5) Untuk memudahkan Pengelolaan hasil penilaian maka hasilhasil penilaian harian yang telah dilaksanakan segera diserahkan kepada Penanggung Jawab Akademik agar dapat dimasukkan kedalam Pengelolaan SIM Sekolah oleh Tim TIK 6) Tidak diadakan Remedial untuk ujian/ulangan semester. Remedial dilakukan sesuai dengan ketentuan pengelolaan Remedial dan Pengayaan. 7) Guru
mata
pelajaran
bertanggungjawab
dan
memiliki
kewenangan penuh terhadap hasil penilaian terhadap mata
37
Anim Hadi, “Mengapa harus menggunakan http://animhadi.wordpress.com, diakses 16 November 2008.
moving
class?”,
dalam
24
pelajaran yang diampunya. Segala perubahan terhadap hasil penilaian hanya dapat dilakukan oleh guru yang bersangkutan.38
D. Metode-metode Pembelajaran Dalam pelaksanaan pembelajaran materi ajar akan diserap oleh siswa lebih dalam jika guru mampu mengajarkan materi lebih menarik, dengan penggunaan
Pembelajaran
Aktif,
Inovatif,
Kreatif,
Efektif,
dan
Menyenangkan, siswa akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan. Dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang tepat, yang disesuaikan dengan materi pelajaran siswa tidak akan merasa bosan dengan pelajaran yang diajarkan.
Metode-metode pembelajaran yang sering digunakan antara lain: 1. Metode Ceramah Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Guru menjelaskan materi di depan kelas dengan waktu yang sudah ditentukan. Dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru itu adalah benar. Murid mencatat hasil ceramah dan kemudian menghafalnya. 2. Metode tanya jawab Metode
tanya
jawab
adalah
metode
pembelajaran
yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan murid.39 Guru memberikan pertanyaan kemudian siswa menjawab, maupun sebaliknya siswa bertanya, guru yang akan menjawab, sehingga ada hubungan timbal balik antara guru dan siswa.
38
Anim Hadi, “Mengapa harus menggunakan http://animhadi.wordpress.com, diakses 16 November 2008. 39
moving
class?”,
dalam
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2008), hlm. 20.
25
3. Metode diskusi Diskusi pada dasarnya adalah saling menukar informasi pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.40 4. Metode eksperimen Metode ini biasanya dilakukan dalam suatu pelajaran tertentu seperti ilmu alam, ilmu kimia, dan sejenisnya. Biasanya digunakan terhadap ilmu-ilmu alam yang di dalam penelitiannya menggunakan metode yang sifatnya obyektif, baik yang dilakukan di dalam/di luar kelas maupun di dalam suatu laboratorium tertentu. 5. Metode demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran dengan peragaan langsung agar siswa lebih mengerti dan paham. Biasanya dalam Pendidikan Agama Islam metode ini digunakan untuk mempraktekkan shalat, wudhu, dan membaca Al Qur’an. 6. Metode pemberian tugas dan resitasi Metode pemberian tugas dan resitasi adalah suatu cara dalam proses pembelajaran bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru. 7. Metode sosio drama (Role Playing) Metode sosio drama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Kalau drama atau sandiwara itu dilakukan oleh sekelompok orang untuk memainkan suatu cerita yang telah disusun naskah ceritanya dan dipelajari sebelum dimainkan.
40
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, hlm. 20.
26
8. Metode Drill (Latihan) Metode drill biasanya digunakan untuk mengulang atau latihan kembali. Latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik. 9. Metode kerja kelompok Metode kerja kelompok adalah metode dimana siswa dibagi dalam kelompok kecil, dikarenakan guru akan memberikan tugas pada masingmasing kelompok dengan bahasan tema yang berbeda. 10. Metode Proyek Metode ini disebut juga dengan teknik pembelajaran unit.41 Siswa diberi bermacam-macam masalah dan anak didik bersama-sama menghadapi masalah itu dengan mengikuti langkah-langkah tertentu secara ilmiah, logis dan sistematis. 11. Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) merupakan suatu metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan persoalan-persoalan tertentu. 12. Metode sistem Regu (team teaching) Team teaching pada dasarnya ialah metode mengajar, dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa. Jadi kelas dihadapi beberapa guru. 13. Metode karyawisata (Field-trip) Metode karyawisata merupakan perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, dan secara langsung di suatu tempat tertentu yang mempunyai obyek ilmiah dalam rangka belajar. Biasanya setelah karya wisata siswa membuat laporan tertulis hasil dari pengamatan yang ada di temapat karyawisata, bisa disebut juga dengan study tour.
41
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, hlm. 22.
27
14. Metode Resourch Person (Manusia Sumber) Metode Resourch Person dimaksudkan ialah orang luar (bukan guru) memberikan pelajaran kepada siswa.42 Orang luar ini diharapkan memiliki keahlian khusus, misalnya: petugas haji dari KBIH, menjelaskan tentang praktek ibadah haji, dan langsung mengunjungi tempat miniatur Haji yang sesuai di Negara Asalnya. Siswa bisa mengetahui langsung dan mempraktekkannya ditempat itu dengan binaan petugas haji. 15. Metode survai masyarakat Survai berarti cara untuk memperoleh informasi atau keterangan dari sejumlah unit tertentu dengan jalan observasi dan komunikasi langsung. Masalah-masalah yang dipelajari dalam survai adalah masalahmasalah sosial. 16. Metode simulasi Simulasi berasal dari kata simulate yang berarti pura-pura atau berbuat
seolah-olah.
Dengan
demikian
simulasi
dalam
metode
pembelajaran dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi43. Atau bermain peranan mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya.44
Dalam menerapkan metode-metode diatas harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Penerapan metodemetode tersebut diharapkan mampu mencakup 3 ranah pembelajaran yang diangkat oleh Benyamin S. Bloom. 3 ranah pembelajaran tersebut antara lain:
42
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, hlm. 23.
43
Berarti tiruan
44
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, hlm. 24.
28
1. Ranah Psikomotor Mengembangkan kekuatan otot dan koordinasi adalah fungsi utama tujuan-tujuan dalam ranah psikomotor.45 Penekanan
yang
sangat besar pada ranah psikomotorik diberikan pada materi-materi semisal pendidikan fisik, pendidikan profesi,dan musik. Tingkatan-tingkatan dalam ranah Psikomotor antara lain: a. Gerakan-gerakan Refleks b. Gerakan- gerakan Dasar c. Kemampuan-kemampuan Persepsi d. Kemampuan-kemampuan Fisik e. Gerakan- gerakan Terampil f. Komunikasi yang Nondiskursif46 Tingkatan-tingkatan diatas akan dijelaskan sebagai berikut: a. Gerakan-gerakan Refleks Gerakan yang muncul tanpa kemauan yang sadar dalam diri pembelajar. Misalnya, seorang anak melihat temannya jatuh, maka dia segera menolongnya. b. Gerakan- gerakan Dasar Pola-pola gerakan dasar terjadi pada pembelajar selama berumur satu tahun.47 Aktivitas gerakan dasar umumnya meliputi tindakan melacak benda secara visual, mencapai, memahami, memanipulasi sasaran dengan tangan, dan terus berkembang
yang
ditandai
dengan
tingkat-tingkat
perkembangan, seperti merangkak, menjalar dan akhirnya berjalan.
45
David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, ed. 8, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 91. 46
David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, hlm. 91-92.
47
David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, hlm. 91.
29
c. Kemampuan-kemampuan Persepsi Fungsi gerakan dan persepsi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.48 Kemampuan ini memudahkan siswa untuk membuat penyesuaian yang dibutuhkan dalam lingkungannya. d. Kemampuan-kemampuan Fisik Kemampuan fisik yang mencakup stamina, kekuatan, fleksibilitas, dan ketangkasan sangatlah bermanfaat untuk efisiensi pembelajar. e. Gerakan- gerakan Terampil Gerakan ini bisa berarti kecakapan dalam mengerjakan sebuah tugas. Skill ini juga memberikan efisiensi dalam performa perilaku gerak tertentu yang rumit dan masuk akal. f. Komunikasi yang Nondiskursif Pada tingkatan ini, siswa mengembangkan gaya gerakan yang mengomunikasikan perasaannya tentang dirinya yang afektif pada pengamat yang perspektif.49 Menafsirkan secara tepat aktivitas-aktivitas gerakan yang komunikatif ini dapat meningkatkan persepsi pendidiktentang perasaan, kebutuhan dan minat siswa dengan cara ini memungkinkan pendidik untuk memilih strategi pembelajaran yang lebih ampuh dan bermakna bagi pembelajar. 2. Ranah Afektif Ranah Afektif berkaitan dengan tingkah laku, perasaan dan nilai.50 Fokus utama ranah afektif adalah pengembangan sikap-sikap dan nilai-nilai. Sikap terbentuk dari pengalaman merupakan sesuatu yang menguntungkan sebab ini bisa memungkinkan guru untuk mempengaruhi sikap-sikap ini secara positif.
48
David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, hlm. 91.
49
David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, hlm. 92.
50
David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, hlm. 92.
30
Tingkatan-tingkatan dalam ranah Afektif yaitu menerima, merespons, menghargai, dan mengatur.51 Tingkatan-tingkatan ini akan dijelaskan sebagai berikut: a. Menerima Tingkatan terendah dalam ranah afektif adalah menerima (receiving). Moment saat siswa menunjukkan tingkat pemikiran terbuka (open-mindedness) terhadap gagasan baru dan siswa mampu menerima gagasan yang berbeda. b. Meresponns Dalam
tingkatan
merespons
(responding),
siswa
menunjukkan minat, keterlibatan, atau bahkan komitmen. Misal, siswa mampu berdialog dan berdiskusi dalam suatu kajian tema tertentu. c. Menghargai Tingkatan menghargai (valuing) ini menyiratkan siswa merasakan sikap, nilai, atau kepercayaan yang berharga dan berhasil memasukkan beberapa hal tersebut dalam perilakunya, sehingga tercermin dalam perilaku sehari-harinya. d. Mengatur Tingkatan mengatur (organization) ini, menyiratkan sebuah komitmen yang menyeluruh dan terpadu terhadap kepercayaan atau kedudukan tertentu.52 Misal, materi toleransi beragana yang dipelajari di sekolah bisa diterapkan dalam diri di kehidupan sehari-hari. 3. Ranah Kognitif Ranah ini adalah yang paling umum diterapkan di sekolahsekolah karena fokus dalam penyebaran pengetahuan. Tingkatantingkatan dalam ranah kognitif ini antara lain, mengingat, memahami,
menerapkan,
menganalisis,
51
David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, hlm. 92-93.
52
David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, hlm. 93.
mengevaluasi,
31
menciptakan.53 Tingkatan-tingkatan ini akan dijelaskan sebagai berikut: a. Mengingat Mengingat nama-nama, hari-hari, dan istilah-istilah penting dalam materi pelajaran. b. Memahami Mengucapkan kembali informasi dengan bahasa sendiri dan juga menerjemahkan itu termasuk dalam bentuk memahami. c. Menerapkan Mengharuskan siswa menggunakan informasi dalam beberapa jenis pemecahan masalah, kemudian menerapkan pemecahan masalah dengan masalah yang lain. d. Menganalisis Analisis
merupakan
aktivitas
yang
melibatkan
proses
mengamati seluruh entitas atau fenomena dan memetakannya ke dalam beberapa bagian yang terpisah, atau menentukan ciri-ciri khususnya. e. Mengevaluasi Tingkatan ini mengharuskan siswa untukmelakukan keputusan penilaian beberapa hasil atau pekerjaan. f. Menciptakan Aktifitas menciptakan melibatkan proses meletakkan sesuatu secara bersama-sama untuk menghasilkan suatu hal yang baru dan unik.54 E. Kompetensi Guru Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat 3 menerangkan Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: 53
David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, hlm. 94-96.
54
David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, hlm. 96.
32
1. Kompetensi pedagogik 2. Kompetensi kepribadian 3. Kompetensi profesional 4. Kompetensi sosial55 Guru harus mempunyai kompetensi-kompetensi diatas. 4 Kompetensi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia 3. Kompetensi
profesional
adalah
kemampuan
penguasaan
materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan 4. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.56 Jadi, seorang guru harus mempunyai 4 kompetensi diatas sebagai modal untuk menjadi pendidik.
55
Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Pendidikan,(Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2007), hlm. 155. 56
Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Pendidikan, hlm. 210.
33
F. Kendala-Kendala Kendala adalah halangan, rintangan, gendala, faktor atau keadaan yang membatasi, menghalangi atau mencegah pencapaian sasaran.57
57
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2008), Ed. IV, hlm. 667.
33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah jenis penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan (Field Research) adalah penelitian yang dilakukan di lingkungan masyarakat tertentu baik di lembaga – lembaga dan organisasi kemasyarakatan (sosial) maupun lembaga-lembaga pemerintahan.1 Dalam hal ini, penulis mengadakan penelitian di SMP Negeri 3 Semarang. B. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan studi kasus. Studi kasus yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam, terhadap suatu organisasi lembaga atau masyarakat mengenai gejala-gejala tertentu.2 Jenis studi kasus dalam penelitian ini adalah studi kasus intrinsik (intrinsic case study). Jenis ini ditempuh oleh peneliti yang ingin lebih memahami sebuah kasus tertentu. Jenis ini ditempuh bukan karena suatu kasus mewakili kasus-kasus lain atau karena menggambarkan sifat atau problem tertentu, namun karena, dalam seluruh aspek kekhususan dan kesederhanaannya, kasus itu sendiri menarik minat.3 Hal terpenting bagi seorang peneliti kualitatif yang menggunakan pendekatan studi kasus adalah sebagai berikut: 1) Membingkai kasus dan mengonseptualisasikan objek penelitian 2) Memilih fenomena (gejala), menentukan tema-tema atau isu-isu yang menjadi fokus pertanyaan riset 1
Hadari Nawawi, Metode Penelitian bidang Sosial, (Yogyakarta: gajahmada University Press, 1991), Cet. V, hlm. 31. 2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2006), Cet.XIII, hlm. 142. 3
Robert E. Stake,”Studi Kasus”, dalam Norman K Denzin dan Yvonna S. Lincoln (eds), Handbook Of Qualitative Research, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 301.
33
34
3) Melacak pola-pola data untuk memperkaya isu-isu dalam penelitian 4) Menggunakan teknik triangulasi untuk hasil-hasil observasi penting dan landasan interpretasi 5) Menghadirkan beberapa alternatif penafsiran 6) Merumuskan pernyataan sikap atau generalisasi tentang kasus4
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Alasan menggunakan penelitian kualitatif adalah karena permasalahan belum jelas, holistik, dan penuh makna sehingga data pada kondisi/obyek penelitian yang menjadi sumber data itu tidak mungkin diperoleh melalui instrumen tes, angket dan pedoman wawancara. Penelitian ini bersifat deskriptif. Karena penelitian ini berusaha menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan sistem moving class di SMP Negeri 3 Semarang. C. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian: SMP Negeri 3 Semarang Waktu penelitian: 7 Oktober – 7 November 2011
D. Data-data Penelitian Data yang akan dicari yaitu a. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan sistem Moving Class b. Kendala-kendala dalam pelaksanaan sistem Moving Class
4
Robert E. Stake,”Studi Kasus”, dalam Norman K Denzin dan Yvonna S. Lincoln (eds), Handbook Of Qualitative Research, hlm. 313.
34
35
E. Sumber penelitian Sumber data dalam penelitian lapangan adalah orang atau lembaga yang diteliti.5 Dalam penelitian ini, data-data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari banyak sumber, antara lain: a. Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Semarang b. Staf Guru atau Pengajar SMP Negeri 3 Semarang c. Siswa SMP Negeri 3 Semarang d. Kepustakaan, arsip maupun dokumen yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Jenis Data
Sumber Data
Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan sistem Moving Class Kendala-kendala dalam pelaksanaan sistem Moving Class
-
Guru Siswa
-
Kepala Sekolah Guru Siswa
-
Sejarah dan profil - Kepustakaan SMP Negeri 3 Semarang
Metode Pengumpulan data Observasi
Analisis Data
Wawancara
Deskriptif dengan teknik triangulasi
Dokumentasi
Deskriptif
Deskriptif
F. Fokus Penelitian Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan sistem Moving Class (Studi Kasus di SMP Negeri 3 Semarang)
5
Tim Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Pedoman penulisan Skripsi Program Strata Satu, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010), hlm.20.
35
36
G. Metode Pengumpulan Data Adapun metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: a. Metode Observasi Observasi
adalah
penelitian
yang dilakukan
dengan
cara
mengadakan pengamatan terhadap objek.6 Pengumpulan data dengan observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.7 Melalui pengamatan mata dan kepala sendiri seorang peneliti diharuskan melakukan tindakan pengamatan terhadap tindakan dan perilaku responden di lapangan dan kemudian mencatat dan merekamnya sebagai material utama untuk dianalisis.8 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan sistem Moving Class. Sumber Data diperoleh dari kegiatan Guru dan murid saat Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas. b. Metode interview (wawancara) Lexy
J.
Moleong
mengartikan
wawancara
(interview) adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu interviewer (pewawancara) sebagai pengaju pertanyaan dan interviewee (terwawancara) sebagai pemberi jawaban. Tujuan dari metode interview ini adalah mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain sebagainya.9 Pendapat itu senada dengan Muhammad Ali, Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
6
Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 72.
7
Moh. Nadzir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indah, 2005), cet. Ke-VI, hlm. 193-
194. 8
Sukardi, Penelitian-Kualitatif-naturalistik dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Usaha Keluarga, 2006), hlm. 49. 9
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), (Bandung: Rosdakarya, 2005), Cet. XXI, hlm. 186.
36
37
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam satu topik tertentu. Teknik yang digunakan dalam wawancara adalah dengan wawancara
terstruktur
yaitu
wawancara
yang
pewawancaranya
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.10 Wawancara terstruktur digunakan untuk mencari tahu kendala-kendala dalam pelaksanaan Moving Class. Sumber Data diperoleh dari Guru, Siswa dan Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Semarang. c. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.11 Metode ini digunakan untuk mencari data tentang profil sekolah. Sumber data dari Guru Pendidikan Agama Islam dan TU SMP Negeri 3 Semarang.
H. Metode Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan.12 Dalam penelitian ini, metode analisis data yang akan digunakan dalam membahas masalah-masalah yaitu dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan teknik triangulasi. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-
10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), hlm.190.
11
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, hlm. 231.
12
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 236.
37
38
fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.13 Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact finding).14 Metode tersebut menuturkan dan menafsirkan data yang ada, data yang mula-mula dikumpulkan, disusun, dijelaskan dan dianalisis. Teknik Triangulasi biasanya merujuk pada suatu proses pemanfaatan persepsi yang beragam untuk mengklarifikasi makna, memverifikasi kemungkinan pengulangan dari suatu observasi ataupun interpretasi, namun harus dengan prinsip bahwa tidak ada observasi atau interpretasi yang 100% dapat diulang.15 Satu strategi penting tertentu untuk melakukan evaluasi adalah menerapkan metode ganda. Upaya atas triangulasi bisa berarti sebagai serangkaian metode yang diimplementasikan secara amat kurang daripada hanya satu pendekatan yang diputuskan dengan amat baik.16 Dikaitkan dengan penelitian ini metode ini menggambarkan serta menjelaskan tentang Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan sistem Moving Class di SMP Negeri 3 Semarang.
13
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1997), Cet. X, hlm. 18. 14
Hadari Nawawi, Metode Penelitian bidang Sosial, hlm.31.
15
Robert E. Stake,”Studi Kasus”, dalam Norman K Denzin dan Yvonna S. Lincoln (eds), Handbook Of Qualitative Research, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 307. 16
Michael Quinn Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet. II, hlm. 99-100.
38
39
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN SISTEM MOVING CLASS (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 3 SEMARANG)
A. Gambaran Umum SMP Negeri 3 Semarang Penelitian ini berlangsung di SMP Negeri 3 Semarang, karena SMP Negeri 3 Semarang telah menggunakan sistem belajar Moving Class yang sudah berlangsung selama 4 tahun. Sehingga menarik untuk dijadikan tempat penelitian Sistem Moving Class itu sendiri.
1. Sejarah singkat SMP Negeri 3 Semarang Sebelum tahun 1950 SMP 3 bernama "Be Biau Tjoan", sekolah ini setingkat dengan HCS (Hollands Chineese School) yang waktu belajarnya selama 7 tahun. Mulai tahun 1950 sekolah ini berubah menjadi SMP 3 sampai sekarang. Dalam perkembanganya terbagi menjadi 3 periode : Periode I ( Tahun 1950 - 1970 ) pada periode ini SMP 3 oleh masyarakat dikenal sebagai sekolah "Gupon Doro", sebutan ini karena bentuk dan bangunannya mirip dengan "kandang doro" (rumah burung merpati) terutama jendelanya. Disamping itu sekolah ini sering kebanjiran akibat meluapnya sungai " Kampung Kali " karena sungai nya lebih tinggi dari halaman sekolah. Namun demikian pada periode ini sekolah telah memiliki 12 kelas dengan jumlah siswa kurang lebih 576 orang. Adapun prestasi yang diraih belum begitu menonjol. Periode II ( Tahun 1950 - 1970 ) pada periode ini SMP 3 mulai menunjukkan perkembanganya dengan diubahnya sekolah "Gupon Doro" menjadi sekolah yang berlantai dua. Hal ini atas prakarsa Bapak Kepala Sekolah Drs. Abdul Latief Nawawi, SH dengan dukungan BP-3. Disamping renovasi gedung, prestasi siswa-siswi SMP 3 cukup
39
40
menggembirakan diantaranya pernah 5 kali menjadi juara lomba paduan suara tingkat SLTP se Jawa Tengah, Juara lomba siswa teladan baik Tingkat Propinsi maupun Tingkat Nasional, Juara I lomba Geguritan Tingkat Propinsi, Juara II Ansamble Musik SLTP tingkat Propinsi, dan juara I Tari Klasik. Periode III ( Tahun 1991 - 1996 ) pada periode ini dibawah pembinaan Bapak Drs. Haji Radjab Senen, perkembangan SMP 3 semakin meningkat baik fisik maupun non fisik. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara Kepala Sekolah dengan BP-3. Pertama diawali mengubah ruang-ruang kelas lama yang masih berbentuk "kandang doro" menjadi kelas berlantai 3 (tiga) yang dilengkapi dengan ruang laboratorium, perpustakaan, dan aula yang dapat menampung sekitar 400 orang. Penggunaan gedung baru tersebut telah diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. , Bapak Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojone goro pada tanggal 14 April 1994. Pada waktu peresmian gedung tersebut Bapak Wardiman mengatakan agar sekolah-sekolah lain dapat mencontoh SMP 3 Semarang. Setelah peresmian gedung baru, SMP 3 Semarang semakin dikenal oleh masyarakat Jawa Tengah, hal ini terbukti dengan adanya kunjungankunjungan dari Kepala Sekolah beserta staf dan pengurus BP-3 SMP Batu Malang, Peserta penataran Kepala-Kepala Sekolah se- Jawa Tengah dan Kalimantan dan Bank 1 Dunia (World Bank Washington D.C.) sebanyak 3 kali.
2. Letak Geografis SMP Negeri 3 Semarang yang berdomisili di jalan D.I Panjaitan 58 Semarang, mempunyai batasan-batasan sebagai berikut: a. Sebelah Timur dibatasi dengan Perkantoran b. Sebelah selatan dibatasi dengan Theresiana School, SMP Negeri 32, c. Sebelah Barat dibatasi dengan Perkantoran d. Sebelah Utara dibatasi dengan Perumahan Dengan lokasi yang demikan ini, menjadikan SMP N 3 Semarang berada dalam posisi yang strategis, apalagi jalan raya terdapat banyak angkutan umum sebagai sarana yang sangat vital bagi masyarakat kota Semarang. SMP N 3 Semarang termasuk SMP favorit di kota Semarang.
1
Diambil dari website resmi SMP Negeri 3 Semarang, www.sltpn3.cjb.net
41
Dengan fasilitas dan sarana prasarana yang dibilang cukup lengkap dan memadai, ruang kelas yang banyak serta lingkungan yang asri, bersih dan kondusif, SMP Negeri 3 Semarang menjadi pilihan utama bagi calon siswa yang ingin meneruskan sekolahnya. Sekolah yang bertempat di kelurahan Brumbungan ini, terletak di area yang sangat asri, karena di sekitar jalan Kartini terdapat pohonpohon peneduh yang rindang, sehingga kawasan sekolah tidak terlalu panas. Saat berangkat dan pulang sekolah siswa disambut dengan teduhnya area Kartini. Semarang bawah yang terkenal “hujan sedikit banjir dan rob”, tidak berpengaruh kepada SMP Negeri 3 Semarang. Sekolah yang berdomisili di kecamatan Semarang Tengah ini, termasuk sekolah yang aman dari banjir dan rob, jadi siswa, guru dan civitas akademika tidak perlu khawatir jikalau hujan melanda area sekolah. 3. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 3 Semarang Setiap sekolah pasti mempunyai visi, misi dan tujuan tersendiri demi kemajuan dan ciri khas dari sekolah tersebut. Begitu juga dengan SMP Negeri 3 Semarang, mempunyai Visi, Misi dan tujuan tersendiri, yang akan dibahas dibawah. a. Visi SMP Negeri 3 Semarang Menjadi
Sekolah
yang
unggul
dan
Berprestasi
dengan
mengembangkan siswa sebagai insan bertaqwa, berkarya dan berbudi mulia serta mutu lulusan yang berkualitas dan berdaya saing b. Misi SMP Negeri 3 Semarang 1) Menanamkan sikap disiplin bagi tenaga kependidikan dan siswa dalam menjalankan kewajibannya 2) Melaksanakan optimalisasi layanan kepada siswa dan orang tua dengan karya nyata sebagai tuntutan profesi dengan penuh dedikasi
42
3) Melaksanakan pembelajaran yang berkualitas, inovatif dan manusiawi untuk membentuk siswa yang takwa, cerdas dan trampil serta mandiri. 4) Melaksanakan konsolidasi sekolah, pembinaan potensi dan sumber daya dan dana menuju sekolah yang mandiri. 5) Mengembangkan lingkungan sekolah yang kondusif dalam alam edukasi.
43
4. Struktur organisasi SMP Negeri 3 Semarang
Kepala Sekolah Ka. Komite Sekolah Dr. dr. H. Shofa Chasani, Sp. PD-KGH
Dra. Roch Mulyati, M. Si NIP.196601061998021003 Wakil Kep.Sek Rohadi Wibowo, S. Pd. NIP.196601061998021003
Ka. Tata Usaha Sri Harnawati NIP.196801191988032001
Ur. Ev. Pembelajaran
Ur. Renbang Guru
Agusalim,S.Pd,S.Kom NIP.197008251998021001
Drs.Purba Haryono NIP.196505271994121002
Ur. Bang Siswa
Ur. Pembinaan Siswa
Orbani Imama W, S.Pd NIP.19670225199412200 3
Drs. S. Langgeng N NIP.19650126199502100 1 Wali Kelas Guru Mata Pelajaran Guru Pembimbing
: garis Komando
SISWA : garis koordinasi
44
5. Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana di SMP Negeri 3 sudah terbilang cukup lengkap dan bisa dimanfaatkan dengan baik. Sarana dan prasarananya antara lain: a. Ruang Ibadah (Aula) b. Ruang Olah Raga c. Ruang Koperasi d. Ruang Kelas Bahasa Inggris e. Ruang Kelas IPA f. Ruang Kelas IPS g. Ruang Kelas Matematika h. Ruang Kelas Agama Islam i. Ruang Kelas Agama Kristen j. Ruang Kelas Ekonomi k. Ruang Kelas Bahasa Indonesia l. Ruang Kelas PKn m. Ruang Kelas Bahasa Jawa n. Ruang Kelas o. Ruang BK p. Ruang UKS q. Ruang Perpustakaan r. Kantin s. Lapangan Olah Raga t. Kamar Mandi Selain itu penambahan ruang kelas baru sedang dilaksanakan, dengan merombak dan membangun kembali ruang kelas lama, kemudian penambahan lantai atas sedang berlangsung. Ruang kelas bisa dimaksimalkan semuanya.
45
B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Semarang dengan Sistem Moving Class
Pada awalnya SMP Negeri 3 Semarang menggunakan sistem pendidikan
konvensional
seperti
halnya
sekolah-sekolah
lain
yang
menerapkan guru mendatangi tiap-tiap kelas saat pergantian pelajaran berlangsung. Guru mempunyai ruang guru yang menyatu dan mengelompok dengan guru mata pelajaran yang lain. Siswapun mempunyai ruang kelas tersendiri untuk belajar tanpa berpindah. Tahun 2007, SMP Negeri 3 Semarang mulai membenahi sistem pembelajarannya, yang awalnya sistem pembelajaran guru mendatangi kelas dan siswa mempunyai kelas mandiri, berbeda dengan sekarang, saat ini SMP Negeri 3 Semarang menerapkan sistem pembelajaran siswa mendatangi kelas sesuai dengan mata pelajaran masing-masing dan guru mempunyai kelas pribadi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Sistem yang sudah dilaksanakan SMP Negeri 3 Semarang sudah berjalan 4 tahun sampai sekarang. Sistem pembelajaran seperti itu dinamakan dengan Moving Class atau kelas berpindah. Sistem pembelajaran moving class memang baru diimplementasikan di Indonesia khususnya Kota Semarang. Tidak semua sekolah menggunakan sistem pembelajaran ini. Sekolah yang menerapkan sistem ini dalam pembelajarannya harus mempunyai ruang kelas yang mencukupi untuk tiap mata pelajaran di sekolah tersebut. Misalnya saja ruang kelas Pendidikan Agama Islam ada 2 kelas dengan guru yang berbeda, ruang kelas PKn terdapat 2 kelas, di tiap kelas terdapat 1 guru mata pelajaran begitupun dengan tiap-tiap mata pelajaran yang lain. Sekolah yang mempunyai 3 lantai ini, berkomitmen dalam menjalankan sistem moving class. Pembangunan dan pembaharuan gedung sekolah, penambahan fasilitas LCD di tiap kelas segera di usahakan demi kelancaran dan penunjang Kegiatan Belajar Mengajar di kelas. Pengadaan
46
loker siswa di depan tiap kelas sudah terrealisasikan dan dimanfaatkan baik oleh siswa, dengan adanya loker siswa dan pengamannya, siswa bisa meletakkan buku dan tasnya di loker dengan aman karena ada penguncinya. Sistem pembelajaran Moving Class mempunyai ciri khas guru mempunyai kelas pribadi sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Di SMP Negeri 3 Semarang mempunyai 2 kelas Pendidikan Agama Islam, 4 kelas IPS, 2 kelas Bahasa Inggris, 5 kelas IPA, 2 kelas Komputer, 1 kelas Agama Kristen, 2 kelas Seni Budaya, 5 kelas Matematika, 4 kelas Bahasa Indonesia, 2 kelas PKn, 1 kelas BK, dan 2 kelas Bahasa Jawa. Adanya penamaan kelas sesuai mata pelajaran itu menandakan sistem moving class berlangsung di sekolah tersebut. Kelas Pendidikan Agama Islam terdapat 2 kelas, dan 2 kelas itu dibagi sesuai jadwal kelas VII – IX. Seminggu 2x jam pelajaran tatap muka di kelas Pendidikan Agama Islam bagi tiap kelas. Setiap tatap muka mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mempunyai waktu 2x 40 menit. Dalam pembelajaran PAI di kelas guru bertindak sebagai pendidik, fasilitator, motivator, innovator dan pembimbing layaknya guru mata pelajaran yang lain. Dengan mempersiapkan RPP, Silabus, dan Media guru siap mengajarkan mata pelajaran PAI bagi peserta didik. Saat peserta didik memasuki ruang kelas guru mampu mengkondisikan peserta didik, setelah itu guru mengawali Kegiatan Belajar Mengajar dengan Salam dan disertai kalimat-kalimat motivasi supaya peserta didik lebih semangat dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Guru mengulas kembali
pelajaran yang telah disampaikan dipertemuan sebelumnya, guru menanyakan soal-soal ringan kepada siswa untuk mengingatkan memori siswa tentang materi pertemuan kemarin. Siswa pun aktif menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru. Penguatan kembali dirasa cukup, guru memulai pelajaran dengan materi baru. Guru mempersiapkan media untuk keperluan mengajar. Diawali dengan penjelasan guru tentang materi, siswa aktif mendengarkan penjelasan-penjelasan dari guru. Setelah materi diterangkan, siswa diberi
47
tugas baik secara mandiri ataupun kelompok untuk menyelesaikan masalah yang diberikan guru. Dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran Active Learning yang disesuaikan dengan materi,
guru mampu
mengatur jalannya
pembelajaran dan peserta didik mampu mengikuti pelajaran. Jika, peserta didik kurang memahami materi yang dijelaskan, peserta didik tak segan untuk bertanya kepada guru. Dan guru pun akan menjelaskan kembali secara perlahan dan jelas supaya siswa lebih memahami materi yang diajarkan. Tak jarang ditemui, walaupun guru sudah menjelaskan materi dengan jelas, peserta didik kurang memperhatikan karena ada yang mengobrol sendiri, mengganggu temannya dan juga mengantuk, dan terlihat wajah bosan di raut muka mereka. Itu sesuatu yang wajar dialami oleh peserta didik jika sudah kelelahan dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar. Kegiatan belajar mengajar diakhiri dengan penugasan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) dan di akhir pembelajaran guru menyampaikan pokok bahasan selanjutnya. Setelah bel berbunyi peserta didik diberi waktu 5 menit untuk berpindah ke kelas lain sesuai jadwal pelajaran yang ada. Jikalau siswa hadir terlambat di dalam kelas, maka siswa akan dikenakan sanksi yang berlaku. Sistem Moving Class dirancang bertujuan untuk membiasakan anakanak agar merasa hidup dan nyaman dalam belajar. Selain itu agar mereka tidak jenuh dan bertanggung jawab terhadap apa yang dipelajari. Kedisiplinan dalam mengatur waktu sangat ditekankan dalam Moving Class. Saat pergantian waktu guru bisa lebih mempersiapkan materi, media dan kelas yang dipakai. Sedangkan siswa bergegas berpindah ke kelas yang dituju. Banyak siswa merasa senang dengan diadakannya moving class di SMP N 3 Semarang ini, berbeda dengan sistem belajar saat bersekolah di SD. Sistem belajar moving class lebih menyenangkan, dengan berpindah kelas tiap pergantian jam pelajaran membuat siswa mampu berinteraksi dengan teman diluar kelas, siswa berbincang, melihat keadaan sekolah, melihat pemandangan, tanaman dan bergurau saat perpindahan kelas sehingga mampu
48
meningkatkan motivasi untuk mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar lagi. Siswa merasa lebih fresh dan tidak mudah bosan dalam menerima pelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Tubuh juga ikut bergerak menjadikan badan tidak kaku dan tidak cepat lelah karena duduk seharian di kursi seperti yang ada dalam sistem konvensional. Dalam tiap perpindahan kelas, siswa tidak akan mudah bosan dengan selalu menempati kelas yang berbeda setiap harinya.
Dengan berpindah
kelas, siswa dapat belajar di kelas dengan setting kelas yang berbeda sesuai dengan mata pelajarannya, sehingga siswa tidak mudah jenuh menempati kelas yang setiap harinya berbeda satu sama lain. Rasa ingin bertanya kepada guru akan meningkat seiring dengan peletakan media pembelajaran yang digunakan guru. Setting kelas yang bervariasi akan memancing ketertarikan siswa untuk memasuki kelas dan bertanya kepada guru, misalnya dalam kelas Pendidikan Agama Islam ditempel foto-foto Tokoh-tokoh Walisongo, siswa bertanya kepada guru karena rasa penasaran dan rasa ingin tahu yang besar pada foto yang dipajang itu. Kemudian guru akan menerangkan tentang tokoh yang ada pada
gambar beserta
dedikasi
tokoh
tersebut
terhadap
perkembangan Agama Islam di Indonesia. Dengan begitu diluar jam pelajaran siswa juga bisa belajar tentang Mata Pelajaran Agama Islam dengan melihat dan bertanya melalui setting media yang terdapat dikelas Pendidikan Agama Islam. Begitu juga dengan guru, dengan diadakannya moving class di SMP Negeri 3 Semarang, guru mata pelajaran di SMP Negeri 3 Semarang sangat diuntungkan, karena tidak perlu pindah dari satu kelas ke kelas yang lain. Guru tetap ada di kelas menyiapkan materi yang akan diajarkan, menyiapkan media yang akan digunakan dan mental untuk menghadapi siswa. Berbeda lagi jika siswa sedang merasa kurang sehat jasmani, seperti sedang sakit, tidak sarapan, itu akan berdampak kurang baik dalam menjalankan sistem pembelajaran moving class. Siswa yang kurang energi akan merasa capek dan lemas di saat-saat pergantian kelas. Apalagi SMP Negeri 3 Semarang mempunyai 3 lantai, jika siswa berpindah kelas dari lantai
49
pertama ke lantai ketiga itu akan menguras banyak energi siswa. Jika siswa dalam kondisi kurang fit akan berdampak pada penerimaan pembelajaran yang kurang maksimal di kelas. Siswa lebih cenderung diam, menundukkan kepala ke meja dan bersandar santai di kursi. Jika siswa mempunyai ciri-ciri seperti itu, maka peran guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa sangat diperlukan. Misalnya, pemberian reward and punishment, pujian dan kata-kata mutiara yang bisa membangkitkan motivasi siswa.
C. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Sistem Moving Class Dalam penerapan sistem baru di suatu sekolah tidak semuanya lancar sesuai rencana dan target. Pastinya banyak kendala-kendala yang dihadapi saat berlangsungnya sistem baru di sekolah tersebut. Kendala-kendala itu bisa datang dari pihak sekolah sendiri dan juga siswa. Banyak kendala yang di hadapi dari pihak sekolah, yang pertama Kelas harus banyak, sekolah harus menyiapkan kelas lebih untuk masing-masing pelajaran disesuaikan dengan kebutuhan mata pelajaran tersebut. Misalnya, kelas IPS yang terdapat 4 kelas, kelas IPA terdapat 5 kelas, Kelas Agama Islam terdapat 2 kelas yang saling berdampingan. Yang kedua, kelengkapan fasilitas dan media belajar kelas, kelengkapan kelas disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran tersebut. Seperti dalam kelas Geografi terdapat gambar peta, batu-batuan dll. Berbeda lagi dengan kelas Pendidikan Agama Islam, terdapat kitab-kitab Al Qur’an, gambar tokoh-tokoh besar muslim, yaitu Walisongo, gambar khat kaligrafi, atau gambar-gambar lain yang sesuai dengan karakteristik Pendidikan Agama Islam. Yang ketiga kebersihan kelas, Sebelum diadakannya sistem moving class kebersihan kelas sepenuhnya menjadi tanggung jawab kelas dibawah kordinasi wali kelas, dengan adanya moving class maka kebersihan menjadi tanggung jawab guru mata pelajaran. Saat pelajaran berlangsung siswa dituntut untuk menjaga kebersihan kelas, dan tiap pergantian jam selesai, jika
50
ada sampah tertinggal siswa bertanggung jawab untuk membuangnya di tempat sampah yang sudah disediakan. Waktu untuk berpindah dari satu kelas ke kelas lain juga menjadi kendala. Banyak siswa yang memanfaatkan waktu berpindah kelas untuk mampir ke kantin dan ada juga yang membolos. Pihak sekolah sudah menetapkan waktu perpindahan kelas hanya 5 menit, jikalau ada siswa yang membolos dan memperlambat langkah kaki untuk memolorkan waktu, keterlambatan memasuki kelas akan dikenakan sanksi. Kendala juga terjadi pada siswa, sebagian kecil siswa mudah capek, karena faktor kesehatan yang sedang kurang fit atau karena sedang merasa lemas badan yang mengakibatkan moving class kurang menyenangkan bagi mereka. Biasanya siswa yang mempunyai permasalahan seperti itu hanya sedikit, jika terlihat siswa yang sedang tidak sehat guru di kelas mengijinkan siswanya untuk beristirahat dan meminta obat di ruang kesehatan. Dari keterangan diatas bisa dipahami banyak kekurangan dan kelebihan penggunaan sistem moving class dalam pembelajaran di Sekolah. Kelebihan-kelebihannya antara lain: 1. Dengan penggunaan sistem moving class mampu meningkatkan motivasi belajar siswa 2. Siswa lebih fokus terhadap satu mata pelajaran yang sedang berlangsung 3. Prestasi belajar bagus karena nilai diatas KKM 4. Mampu menanamkan sikap disiplin kepada siswa dan guru 5. Guru tetap berada di kelas tanpa berpindah kelas 6. Guru bisa mempersiapkan materi, media dan mental untuk menghadapi siswa 7. Siswa lebih fresh dalam menerima pelajaran 8. Siswa bisa bergerak saat perpindahan kelas
Kekurangan-kekurangannya antara lain: 1. Jika siswa dalam keadaan kurang sehat maka siswa menjadi lemas dan kurang konsentrasi dalam menerima pelajaran
51
2. Ruang kelas Agama Islam yang kurang fasilitas dan media, misalnya LCD, komputer dan Buku-buku Islami 3. Jika siswa terlambat masuk, maka waktu belajar siswa juga akan tersita 4. Tidak ada piket kebersihan kelas, jadi Kebersihan kelas tanggung jawab guru mata pelajaran, guru menyerukan kepada siswa supaya menjaga kebersihan kelas
52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah diadakan penelitian lapangan dan menganalisis data yang diperoleh dalam rangka pembahasan Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Sistem Moving Class (Studi Kasus di SMP Negeri 3 Semarang)” dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Di SMP Negeri 3 Semarang sudah melaksanakan sistem moving class. Sistem pembelajaran Moving Class mempunyai ciri khas guru mempunyai kelas pribadi sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Kelas Pendidikan Agama Islam mempunyai 2 kelas yang saling berdampingan. Dengan perpindahan kelas siswa merasa lebih fresh dan tidak mudah bosan dalam menerima pelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Siswa tidak mudah bosan dengan selalu menempati kelas yang berbeda setiap harinya. Begitu juga dengan guru, dengan diadakannya moving class di SMP Negeri 3 Semarang, guru mata pelajaran di SMP Negeri 3 Semarang sangat diuntungkan, karena tidak perlu pindah dari kelas satu ke kelas yang lain. 2. Kendala-kendala dalam Moving Class yaitu kelas harus banyak, fasilitas harus lengkap dan media belajar kelas harus memadai, kebersihan kelas harus terjaga, tepat waktu saat berpindah dan siswa harus sehat.
B. Saran
1. Bagi siswa diharapkan sarapan dahulu karena moving class akan menguras energi dan jika kurang fit maka minta ijin guru untuk dirawat diruang kesehatan.
53
2. Bagi
guru
diharapkan
pelaksanaan
pembelajaran
diatur
lebih
menyenangkan dengan menggunakan metode mengajar active Learning yang menarik yang disesuaikan dengan tema pelajaran sehingga siswa lebih aktif dan senang saat Kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru mata pelajaran diharapkan mampu menata ruang kelas sedemikian menarik supaya siswa mempunyai rasa ingin tahu untuk bertanya. 3. Bagi sekolah diharapkan mampu memenuhi kelengkapan fasilitas penunjang belajar di tiap-tiap kelas.
4. Penutup Dengan mengucap alhamdulillah wa syukrulillah, akhirnya penulis dapat meyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis sadar bahwa apa yang telah penulis tuangkan dalam skripsi ini adalah jauh dari kesempurnaan yang ada, sebab penulis sadar atas keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu, kritik serta saran yang konstruktif dari pembaca sekalian penulis harapkan guna kesempurnaan skripsi ini dan juga bagi penulis pribadi guna kesempurnaan tulisan-tulisan di masa mendatang. Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini dan semoga skripsi ini benmanfaat bagi kita semua, amien.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004. Ali, Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993. Animhadi, “Mengapa harus menggunakan sistem moving class” dalam http://animhadi.wordpress.com, diakses 16 November 2008. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cet.XIII, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2006. Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2008. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006. Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI, Undangundang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2007. Djajuri, Djaja, dkk., Upaya Pembelajaran dalam Pendidikan dan Pengajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998. Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2011. Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, cet. XXIV, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000. Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, cet. VII, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Hurlock, Elizabeth B., Child Development, Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha, 1982. Jacobsen, David A., dkk, Methods for Teaching, ed. 8, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Kartono, Kartini, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Rajawali Pers, 1985.
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010. McDonald, Frederick J., Educational Psychology, Tokyo: Overseas Publications LTD, 1959. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), Cet. XXI, Bandung: Rosdakarya, 2005. Monks, F.J., A.M.P. Knoers, Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan Dalam Berbagai Bagiannya, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004. Nadzir, Moh., Metode Penelitian, cet. VI, Bogor: Ghalia Indah, 2005. Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cet. VI, Yogyakarta: gajahmada University Press, 1991. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Patton, Michael Quinn, Metode Evaluasi Kualitatif, cet. II (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. IV, Jakarta: PT. Gramedia, 2008. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia, 2008. Sagala, Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2009. Saifullah, Muhammad, http://koran.seveners.com,diakses 31 Januari 2011. Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1982. Silberman, Melvin L., Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Active, Cet. I Bandung: Nusa Media Nuansa, 2006. SM, Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: RaSAIL Media Group, 2008.
Stake, Robert E.,”Studi Kasus”, dalam Norman K Denzin dan Yvonna S. Lincoln (eds), Handbook Of Qualitative Research, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Sukardi, Penelitian-Kualitatif-naturalistik dalam Pendidikan, Yogyakarta: Usaha Keluarga, 2006. Sukintaka, Teori Pendidikan Jasmani, Filosofis, Pembelajaran dan Depan, Bandung: Nuansa Cendekia, 2004.
Masa
Suprijono, Agus, Cooperative Learning- Teori & Aplikasi Paikem, cet. III, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1997. , Sumadi, Pengantar Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: YPF Psikologi UGM, 2010. , Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, Cet. III, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996. Syah, Muhibbin, Psikologi Suatu Baru, Cet. III, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996. Tim Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Pedoman penulisan Skripsi Program Strata Satu, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,2010. Triwiyanto, Teguh dan Ahmad Yusuf S., Panduan Mengelola Sekolah Bertaraf Internasional, Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2010.
PEDOMAN WAWANCARA A. Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Semarang 1 Bagaimanakah sistem pelaksanaan pembelajaran yang dipakai oleh SMP Negeri 3 Semarang? 2 Mengapa pelaksanaan pembelajaran menggunakan sistem moving class? 3 Sistem moving class itu seperti apa? 4 Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan sistem moving class? 5 Kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan sistem Moving Class?
B. Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 3 Semarang 1 Apakah benar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Semarang menggunakan sistem moving class? 2 Apakah kelebihan menggunakan sistem Moving class dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam? 3 Kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan sistem moving class? 4 Metode-metode apa sajakah yang dipakai saat pelaksanaan pembelajaran kegiatan belajar mengajar? 5 Bagaimanakah motivasi siswa saat pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan sistem Moving Class?
C. Wawancara dengan siswa SMP Negeri 3 Semarang 1 Apakah pendapat kalian tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan sistem Moving Class? (menyenangkan atau tidak) Alasannya kenapa? 2 Apakah dengan sistem Moving Class, motivasi anda dalam belajar Pendidikan Agama Islam meningkat atau tidak? Jelaskan dengan alasan! 3 Apa yang membuat kalian termotivasi/tidak termotivasi dalam belajar PAI dengan sistem moving class? Jelaskan dengan alasan! 4 Kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan sistem moving class?
PEDOMAN OBSERVASI KATEGORI
PRABABILITAS
CHECK LIST
A. Perencanaan Pembuatan Rencana Guru membuat Rencana Pembelajaran Pembelajaran Penyusunan pembelajaran
tujuan a. Guru merumuskan tujuan sesuai dengan kebutuhan kemampuan dan pengalaman siswa b. Guru merumuskan sesuai dengan tujuan pembelajaran B. Pelaksanaan siswa Proses KBM a. Siswa mempunyai keberanian untuk merefleksikan keinginan dan berpendapat didalam kelas b. Siswa ragu untuk merefleksikan keinginan didalam kelas Proses KBM a. Siswa mempunyai keberanian untuk berpartisipasi dalam persiapan proses pembelajaran b. Siswa mempunyai keberanian untuk berpartisipasi dalam persiapan proses pembelajaran apabila diinstruksikan oleh guru c. Siswa tidak mempunyai keberanian untuk berpartisipasi dalam persiapan proses pembelajaran a. Siswa mempunyai serta kreatifitas mandiri untuk menyelesaikan 1
KETERANGAN
b.
c.
Proses KBM
a.
b.
c.
a.
b.
c.
kegiatan belajarnya Siswa mempunyai kemauan serta kreatifitas sendiri untuk menyelesaikan kegiatan belajarnya apabila diinstruksikan oleh guru Siswa tidak mempunyai kemauan serta kreatifitas mandiri untuk menyelesaikan kegiatan belajarnya. Siswa mempunyai dorongan ingin tahu yang besar untuk mengetahui dan mengerjakan sesuatu dalam proses belajar Siswa kurang mempunyai dorongan ingin tahu yang besar untuk mengetahui dan mengerjakan yang besar sesuatu dalam proses belajar Siswa tidak mempunyai dorongan ingin tahu untuk mengetahui dan mengerjakan sesuatu dalam proses belajar Siswa mempunyai rasa bebas dan lapang untuk melakukan sesuatu apapun dalam proses belajar Siswa merasa mendapat tekanan dari guru sehingga ia tidak bebas untuk melakukan sesuatu dalam proses belajar Siswa merasa mendapat pengawasan dari guru sehingga kurang 2
Kemampuan dalam a. menjalankan fungsi dan peran guru b. c.
Kemampuan dalam a. menggunkan setrategi pembelajaran
b.
c.
Strategi digunakan pembelajaran
yang a. dalam b. c. d. e. f. Kesesuaian antara strategi dan materi Kesesuaian antara a. strategi dengan tujuan pembelajaran
b.
bebas untuk melakukan sesuatu dalam proses belajar Guru bertindak sebagai motivator dan innovator bagi siswa Guru hanya bertindak sebagai pendidik Guru hanya bertindak sebagai tenaga pengajar Strategi yang digunakan mampu menunjang pencapaian tujuan pembelajaran Strategi yang digunakan kurang mampu menunjang pencapaian tujuan pembelajaran Strategi yang digunakan tidak mampu menunjang pencapaian tujuan pembelajaran Membaca dan menulis Menghafal Bercerita Demonstrasi Pembiasaan diri Bercakap-cakap Strategi yang digunakan sesuai dengan materi Stretegi yang digunakan mampu memenuhi kebutuhan, minat serta harapan siswa dalam proses pembelajaran Strategi yang digunakan kurang mampu memenuhi kebutuhan, minat serta harapan siswa 3
c.
Model pembelajaran
a. b.
Gaya mengajar
a.
b.
c.
Penggunaan pembelajaran
media a.
b.
c.
Situasi pembelajaran
a.
dalam proses pembelajaran Strategi yang digunakan tidak mampu memenuhi kebutuhan, minat serta harapan siswa dalam proses pembelajaran Guru sebagai pusat pembelajaran Siswa sebagai pusat pembelajaran Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan tingkat kemampuan masing-masing Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan tingkat kemampuan masing-masing Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan tingkat kemampuan masing-masing Guru menggunakan dan memanfaatkan media pembelajaran yang ada Guru kurang memanfaatkan media pembelajaran yang ada Guru tidak memanfaatkan media pembelajaran yang ada Guru memberikan penekanan pada siswa untuk menerima 4
b.
Situasi pembelajaran
a.
b.
c.
Situasi pembelajaran
a.
b.
c.
pengetahuan Guru memberikan penekanan pada siswa untuk menemukan pengetahuan Guru mampu menciptakan komunikasi yang hangat dan produktif dengan siswa Gurur kurang mampu menciptakan komunikasi yang hangat dan produktif dengan siswa Guru tidak mampu menciptakan komunikasi yang hangat dan produltif dengan siswa Adanya rasa kegairahan dan menyenangkan pada saat proses belajar mengajar berlangsung Kurang adanya rasa kegairahan dan menyenangkan pada saat proses belajar mengajar Tidak adanya rasa kegairahan dan menyenangkan pada saat proses belajar mengajar
C. Evaluasi Evaluasi kegiatan a. Tes tertulis belajar mengajar b. Penugasan c. Buku penghubung antara guru dan siswa d. Pembiasaan diri Evaluasi materi a. Materi yang disampaikan mampu mendorong siswa untuk berperilaku hidup bersih, jujur, kasih sayang dan 5
Evaluasi pembelajaran
dermawan b. Materi yang digunakan kurang mampu mendorong berperilaku hidup bersih, jujur, kasih sayang dan dermawan serta ingin menabung a. Dalam akhir pembelajaran guru menyampaikan pokok bahasan selanjutnya b. Dalam akhir pembelajaran guru tidak menyampaikan pokok bahasan selanjutnya
6
PEDOMAN DOKUMENTASI 1. Mencari data tentang Prestasi Belajar Siswa kepada Guru Pendidikan Agama Islam -
Nilai Pendidikan Agama Islam Harian, UTS, dan Semester Kelas VIII SMP Negeri 3 Semarang
2. Mencari data tentang profil SMP Negeri 3 Semarang kepada pegawai TU SMP Negeri 3 Semarang -
Profil SMP Negeri 3 Semarang
-
Sejarah SMP Negeri 3 Semarang
-
Visi dan misi SMP Negeri 3 Semarang
-
Data Guru SMP Negeri 3 Semarang
-
Sarana dan Prasarana SMP Negeri 3 Semarang
-
Data-data penunjang yang kiranya diperlukan
7
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap 2. Tempat & Tgl. Lahir 3. NIM 4. Alamat Rumah 5. E-mail
: Intan Nur Rahmasari : Semarang, 18 Juli 1989 : 073111128 : Jl. Satrio Wibowo I No. 21 Tlogosari – Semarang :
[email protected]
B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal: a. SD Negeri Tlogosari Kulon 07 Semarang b. MTs Negeri 1 Semarang c. SMA Negeri 1 Semarang d. IAIN Walisongo Semarang 2. Pendidikan Non- Formal: a. BBC Conversation
Lulus: 2001 Lulus: 2004 Lulus: 2007 Lulus: 2011
Semarang, 28 November 2011
Intan Nur Rahmasari NIM: 073111128