PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN EFEKNYA TERHADAP PENGAMALAN IBADAH SISWA (Studi Kasus di SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta)
Oleh :
MUHAMAD IDRIS
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H / 2007 M
KATA PENGANTAR Segala puji hanya milik Allah swt, Tuhan pencipta dan pemelihara semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya yang setia hingga Hari Pembalasan. Salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) di semua perguruan tinggi -termasuk di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakartaadalah membuat karya ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis membuat skripsi ini dengan judul “PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN EFEKNYA TERHADAP PENGAMALAN IBADAH SISWA,” (Studi Kasus di SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta). Selama pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami oleh penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahanbahan (data) maupun pembiayaan dan sebagainya. Namun, dengan hidayah dan inayah Allah swt dan berkat kerja penulis disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya. Oleh karena itu, seyogyanyalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan atas terselesaikannya skripsi ini ; terutama kepad Bapak Dr. H. Abd. Rahman Ghazaly, M. A selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan nasehat, masukan dan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis. Terima kasih ini juga penulis sampaikan kepada :
iv
1. Dekan, Pembantu Dekan dan seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
yang telah mendidik dan
memberikan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berharga kepada penulis. 2. Ketua dan Sekretaris serta staf jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Bahris Salim M. Ag dosen penasehat akademik jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 4. Kepala SMP ISLAM AL-IHSAN beserta staf dan seluruh dewan guru yang telah memberikan informasi kepada penulis untuk penulisan skripsi ini. 5. Pimpinan dan staf perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan. 6. Ayah Bunda tercinta yang telah merawat, mendidik dan mencurahkan segala kasih sayangnya kepada penulis selama hayat. Semoga Allah swt mengampuni segala dosanya dan melimpahkan rahmat, karunia dan ridho-Nya kepada beliau berdua. 7. Kakak-kakak dan adik serta semua keluarga yang penulis cintai, atas semangat dan dorongan yang diberikan kepada penulis. 8. Rekan-rekan seperjuangan di PAI angkatan 2002 khususnya kelas “B” , serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya di sini. Terima kasih atas segala bantuan dan dorongan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
v
Mudah-mudahan amal dan jasa baik mereka diterima oleh Allah swt dan di balasNya dengan pahala yang berlipat ganda. Amiin. Mudah-mudahan pula skripsi ini bermanfaat, khusunya bagi penulis, dan bagi para pembaca yang budiman pada umumnya.
Jakarta, Januari 2007
Penulis
vi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
…………………………………………..
iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..
vii
DAFTAR TABEL
ix
……………………………………………………..
Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah ………………………….……………
A.
Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………...
B.
1 5
Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………… 6
C.
Sistematika Penulisan ……………………………………………. 7
D.
Bab II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Agama Islam 1. 2. 3.
Pengertian Pendidikan Agama Islam ………………………… .. 9
Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam ……………………… 11 Pendidikan Agama Islam di SMP …………………………..…....
17
B. Pengamalan Ibadah 1. Pengertian Pengamalan Ibadah ………………………………….. 25 2.
Dasar Hukum Ibadah ………………………………………….... 26
3. Ruang lingkup dan Sistematika Ibadah ………………………...
4. Tujuan Ibadah …………………………………………………..
27 29
5. Macam-macam Ibadah di tinjau dari Berbagai Segi …………….. 30 Bab III METODOLOGI PENELITIAN A. B. C. D.
Waktu dan Tempat Penelitian …………………………………… 34 Populasi dan Sampel ……………………………………………. 34 Tehnik Pengumpulan Data ……………………………………… 35
Tehnik Analisis Data ………………………………………........ 36
Bab IV HASIL PENELITIAN A.
Gambaran Umum SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta 1.
Sejarah singkat berdirinya ……………………………… 38
2.
Visi dan Misi …………………………………………..
38
3.
Letak Geografis..……………………………………….
39
vii
4.
Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan………………..
5.
Sarana dan Prasarana ……………………………… …… 40
6. B.
39
Struktur Organisasi ………………………………………... 41
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta …………………………………...……….
42
C.
Pengamalan Ibadah Siswa ………………………………………… 47
D.
Efek Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta Terhadap Pengamalan Ibadah Siswa………… 62
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan………………………………………………………. 63
B.
Saran ……. …………………………………………………….
63
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..
65
LAMPIRAN ………………………………………………………………….
viii
67
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Dari definisi tersebut tergambar adanya proses pembelajaran terhadap peserta didik agar mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan. Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya pendidikan agama untuk mendukung siswa memiliki kekuatan spiritual tersebut. Pendidikan agama Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan di Indonesia, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 12 ayat 1 butir a “ Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama ”. 2 Berarti jika dalam satuan lembaga pendidikan ada yang beragama Islam maka mereka berhak mendapatkan pengajaran agama Islam dan diajarakan oleh guru yang beragama Islam.
1
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung : Fokus Media 2006) h . 2 2 Ibid., h. 8
1
2
Islam dengan tegas telah mewajibkan agar umatnya melakukan pendidikan, sebagaimana firman Allah, dalam surat Al- Alaq ayat 3-5 :
˸Ϣ˴Ϡ˸ό˴ϳ˸Ϣ˴ϟΎ˴ϣ˴ϥΎ˴δ˸ϧ˶Έ˸ϟ˴Ϣ͉Ϡ˴ϋ˶Ϣ˴Ϡ˴Ϙ˸ϟΎ˶Α˴Ϣ͉Ϡ˴ϋϱ˶ά͉ϟ˵ϡ˴ή˸ϛ˴΄˸ϟ˴Ϛ͊Α˴έ˴ϭ˸˴ή˸ϗ
Artinya :"Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya". (Q.S Al-Alaq / 96:3-5). 3
M. Arifin M. Ed menjelaskan dalam bukunya bahwa ayat tersebut juga menunjukan jika manusia tanpa melalui belajar, niscaya tidak akan dapat mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan bagi kelangsungan hidupnya di dunia dan akhirat. Pengetahuan manusia akan berkembang jika diperoleh melalui proses belajar mengajar yang diawali dengan kemampuan menulis dengan pena dan membaca dalam arti luas, yaitu tidak hanya dengan membaca tulisan melainkan juga membaca segala yang tersirat di dalam ciptaan Allah. 4
Dengan demikian pendidikan sangat penting bagi kelangsungan hidup di dunia dan di akhirat. Pendidikan jugalah yang akan membuat pengetahuan manusia berkembang. Sedangkan pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang taqwa kepada Allah swt.
3
5
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : CV Penerbit J-Art, 2005) h. 598 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996) cet. ke -4, h . 92 5 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam , (Jakarta : Ciputat Pers, 2002) cet. ke-1, h. 4. 4
3
Sasaran pendidikan agama tertuju pada pembentukan sikap akhlak atau mental anak didik dalam hubungan dengan Tuhan, masyarakat dan alam atau sesama makhluk. Anak adalah cerminan masa depan, pendidikan anak harus benar-benar diperhatikan agar bakat mereka tersalurkan dalam kegiatan yang positif, yaitu di antaranya dengan memasukkan anak ke dalam jenjang pendidikan yang formal ataupun yang non formal. Penanaman nilai agama
kepada
mereka merupakan syarat mutlak untuk
mencapai nilai keharmonisan dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat. Nilainilai tersebut dapat dijadikan pondasi agar mereka tidak keluar dari ajaran-ajaran agama. Pada tingkatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama mata pelajaran agama Islam diajarkan sejak kelas satu sampai kelas tiga. Pelajaran ini berisikan keimanan, akhlak, al-Qur’an Hadits, ibadah dan tarikh. Yang
juga di dalamnya menyangkut teori
hukum Islam yaitu tentang kewajiban manusia, khususnya kewajiban individual kepada Allah swt . Pada prinsipnya pelajaran agama Islam membekali siswa agar memiliki pengetahuan lengkap tentang hukum Islam dan mampu mengaplikasikannya dalam bentuk ibadah kepada Allah. Dengan demikian siswa dapat melaksanakan ritual-ritual ibadah yang benar menurut ajaran Islam sesuai dengan ibadah yang dipraktekkan dan diajarkan Rasulullah saw.
4
Dalam standar kompetensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berisi kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh PAI di SLTP, kemampuan ini berorientasai pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus dicapai di SLTP yaitu : 6 1.
Mampu membaca Al- Quran dan surat-surat pilihan sesuai dengan tajwidnya, mengartikan, dan menyalinnya, serta mampu membaca, mengartikan dan menyalin hadits-hadits pilihan. Beriman kepada Allah swt, dan lima rukun Islam yang disertai dengan mengetahui fungsinya serta terefleksi dalam sikap prilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi verikal maupun horizontal. Mampu beribadah dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syari’at Islam baik ibadah wajib dan ibadah sunnah maupun muamalah. Mampu berakhlak mulia dengan meneladani sifat, sikap dan kepribadian Rasulullah serta Khulafaur Rasyidin. Mampu mengambil manfaat dari sejarah peradaban Islam. 7
2.
3. 4. 5.
Dari standar kompetensi di atas pada point ke-3 disebutkan bahwa siswa mampu beribadah dengan baik dan benar sesuai dengan syari’at Islam baik ibadah wajib dan ibadah sunnah maupun muamalah. Dengan demikian mencermati hal di atas maka penulis akan mencoba menyoroti pendidikan agama Islam di SMP ISLAM ALIHSAN
Jakarta,
yang ditekankan pada aspek
pengamalan
ibadah siswa
berhubungan dengan ibadah sholat, puasa, mengaji Qur’an dan berdo’a.
6
Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP & MTs, (Jakarta : Pusat Kurikullum, Balitbang Depdiknas, 2003) h . 10-11 7 Ibid., h. 11
5
Berdasarkan deskripsi di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan diluangkan dalam skripsi dengan judul “PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN EFEKNYA TERHADAP PENGAMALAN IBADAH SISWA” (Studi Kasus di SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.
Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan tentang pendidikan
agama Islam dan juga
luasnya tentang pengamalan ibadah, maka untuk mempermudah penelitian ini, penulis membatasi masalah sebagai berikut : a.
Pendidikan agama Islam yang dimaksud adalah salah satu bidang studi yang diajarkan dalam proses belajar mengajar di SMP Islam AL-IHSAN yang dibatasi pada ibadah sholat, puasa, berdo’a dan mengaji Qur’an.
b.
Siswa yang menjadi obyek penelitian penulis hanya kelas III SMP Islam AL-IHSAN Jakarta tahun ajaran 2006/2007.
2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : a.
Bagaimana
pelaksanaan pendidikan agama Islam di
IHSAN Jakarta ?
SMP Islam AL-
6
b.
Bagaimana pengamalan ibadah siswa sekolah tersebut ?
c.
Adakah efek pendidikan agama Islam terhadap pengamalan ibadah siswa di sekolah tersebut ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan antara lain : a.
Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Islam AL-IHSAN Jakarta
b.
Untuk mengetahui pengamalan ibadah siswa SMP Islam AL-IHSAN Jakarta dalam hal ibadah sholat, puasa, berdo’a dan mengaji Qur’an
c.
Untuk mengetahui ada atau tidak adanya efek pendidikan agama Islam terhadap pengamalan ibadah siswa di sekolah tersebut.
2.
Manfaat Penelitian a.
Untuk pengembangan ilmu, terutama bagi penulis sendiri dalam mendalami masalah-masalah pendidikan agama Islam dan pengamalan ibadah
b.
Sebagai bahan masukan bagi para guru dalam melaksanakan pendidikan agama Islam di SMP Islam AL-IHSAN dan memberikan tuntunan yang benar tentang pengamalan ibadah siswa
c.
Hasil penilitian ini diharapkan dapat menjadi koleksi bacaan yang bermanfaat bagi perpustakaan dan taman-taman bacaan, terutama bagi perpustakaan Utama dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
D. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, dalam bab ini dikemukakan : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Sistematika Penulisan . Bab II Kajian Teori tentang : Pendidikan Agama Islam, Pengertian, Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Islam di SMP, Kurikulum, Metode, Evaluasi, Pengamalan Ibadah, Pengertian Pengamalan Ibadah, Dasar Hukum Ibadah, Ruang lingkup dan Sistematika Ibadah, Macam-macam Ibadah ditinjau dari Berbagai Segi. Bab III Menjelaskan Metodologi Penelitian, meliputi : Waktu dan Tempat Penelitian, Populasi dan Sampel, Tehnik Pengumpulan Data dan Tehnik Analisis data. Bab IV Menyajikan hasil penelitian yang meliputi : Gambaran Umum SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta, Sejarah Singkat Berdirinya, Visi, Misi dan Tujuan, Letak Geografis, Keadan Guru, Siswa dan Karyawan, Sarana dan Prasarana, Struktur Organisasi, Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP Islam AL-IHSAN Jakarta, Pengamalan Ibadah Siswa, Efek Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP Islam AL-IHSAN Jakarta terhadap pengamalan Ibadah Siswa Bab V Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
8
Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan buku pedoman penulisan skripsi, tesis dan desertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan bimbingan dari dosen pembimbing.
BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Agama Islam 1.
Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum membahas pendidikan agama Islam terlebih dahulu perlu diungkapkan definisi pendidikan. Para tokoh berbeda pendapat dalam mendefinisikan pendidikan disebabkan mereka berbeda pendapat dalam penekanan dan tinjauan terhadap pendidikan. Pendidikan berasal dari kata “didik” , lalu kata ini mendapat awalan pe dan akhiran an sehingga menjadi “pendidikan”, yang artinya “Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan ; atau proses perbuatan, cara mendidik”. 1 Adapun pengertian pendidikan menurut Muhibbin Syah, yaitu memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. 2 Dalam bahasa inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik) artinya memberi peringatan (to elicit, to give rise to ) , dan mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. 3 1
Departemen Diknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), cet. ke-3,
h. 232 2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002), cet. ke-7, h . 10 3 Ibid., h. 10
9
10
Pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term
at-
Tarbiyah, at-Ta’dib dan at-Ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut term yang paling populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah term at-tarbiyah, sedangkan term at-ta’dib dan at-ta’lim jarang sekali digunakan. Padahal kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam. 4 Sedangkan menurut istilah, pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah. Oleh karena Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik duniawi maupun ukhrawi. 5 Ahmad D Marimba mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan kamil). 6 Sedangkan Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang (peserta didik) agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam . 7 Dari batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam.
4
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam , pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, ( Jakarta : Ciputat Pers, 2002), cet. ke-1, h . 25 5 H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), cet. ke-4, h . 10 6 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1989) h. 19 7 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,( Bandung : Remaja Rosdakarya,1992), cet. ke -1, h. 32
11
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam a. Dasar Pendidikan Agama Islam Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu, fungsi dasar ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. 8 Dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari segi yuridis /hukum dan dasar religius. 1
Dasar yuridis/ hukum, yang tercakup dalam segi ini adalah : a.
Landasan idiil pancasila, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa
mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau dengan kata lain harus beragama. Untuk mewujudkan manusia yang mampu mengamalkan ajaran agamanya sangat diperlukan pendidikan agama karena pendidikan agama mempunyai tujuan membentuk manusia bertaqwa kepada Allah swt. b.
Landasan Struktural/ konstitusional yakni UUD 1945 dalam Bab XI
Pasal 29 ayat
1 dan 2 berbunyi :
1.
Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
2.
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. 9
8
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000) h. 95 9 Undang-undang Dasar 1945 Hasil Amandemen, (Jakarta : Sinar Grafika, 2005), cet. ke-2, h. 24
12
c.
Landasan Operasional, yakni dasar yang secara langsung mengatur
pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia, yakni Undang-undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas , Pendidikan agama secara langsung dimasukkan ke dalam kurikulum di sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar sampai universitas-universitas negeri. 2. Dasar Religius Dasar pendidikan Islam adalah segala ajarannya yang bersumber dari Al-Qur’an, sunnah dan ijtihad (ra’yu). Dasar inilah yang membuat pendidikan Islam menjadi ada, tanpa dasar ini tidak akan ada pendidikan Islam. a.
Al-Qur’an
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad saw. Di dalamnya terkandung ajaran pokok sangat penting yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut dengan Syari’ah.
Istilah-istilah yang sering biasa
digunakan dalam membicarakan ilmu tentang syari’ah ini ialah : (a) Ibadah untuk perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah. (b) Mu’amalah untuk perbuatan yang berhubungan selain dengan Allah . (c) Akhlak untuk tindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan.
13
Pendidikan, karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk membentuk manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup mu’amalah. Pendidikan sangat penting karena ikut menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia baik pribadi maupun masyarakat. 10 Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai contoh dapat dibaca kisah Lukman mengajari anaknya dalam surat luqman ayat 12-19, di sana terkandung prinsip materi pendidikan yang berguna untuk dipelajari oleh setiap muslim. b.
As-Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasul Allah swt. Yang dimaksud dengan pengakuan ialah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan. Sunnah merupakan ajaran kedua sesudah Al-Qur’an. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Untuk itu Rasulullah menjadi guru dan pendidik utama bagi umatnya. 11 Oleh karena itu sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim. Sunnah selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya, mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk sunnah yang berkaitan dengan pendidikan. c.
Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam untuk menetapkan / menetukan sesuatu hukum Syari’at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan 10 11
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), cet. ke-5, h. 19-20 Ibid., h. 21
14
hukumnya oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah yang diolah oleh akal dari para ahli pendidikan Islam. Teori-teori pendidikan baru hasil ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup. 12
b.
Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Agama Islam, secara etimologi, tujuan adalah “arah, maksud atau sasaran”. 13 Sedangkan secara terminologi, tujuan berarti “sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai”. 14 Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan dalam bukunya “educational theory a Qur’anio out look”, yang dikutip oleh Armai Arief, bahwa tujuan pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah swt, atau sekurangkurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir. 15 Selanjutnya tujuan pendidikan Islam menurutnya dibangun atas tiga komponen sifat dasar manusia, yaitu : 1. tubuh, 2. ruh dan 3. akal. Yang masing-masing harus dijaga. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan pendidikan Islam dapat di kualifikasikan kepada :
12
Ibid., h. 22 W. j. s. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 1985), cet. ke-8, h. 1094 14 Zakiah Daradjat, op cit. h. 29 15 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002) cet. ke-1, h. 19 13
15
1. Tujuan Pendidikan Jasmani (ahdaf al-jismiyah) Rasulullah saw bersabda :
ϒϴόοϦϣΆϤϟϦϣͿϰϟΐΣϭήϴΧϱϮϘϟϦϣΆϤϟ Artinya : “ Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi Allah ketimbang orang mukmin yang lemah”. (H. Imam Muslim) Oleh Imam Nawawi menafsirkan hadis diatas sebagai kekuatan iman yang ditopang oleh kekuatan fisik. Kekuatan fisik meruapakan bagian pokok dari tujuan pendidikan. Maka pendidikan harus mempunyai tujuan kearah keterampilanketerampilan fisik yang dianggap perlu bagi tumbuhnya keperkasaan tubuh yang sehat. Pendidikan Islam dalam hal ini mengacu pada pembicaraan fakta-fakta terhadap jasmani yang relevan bagi para pelajar. 16 2. Tujuan Pendidikan Rohani (ahdaf al-ruhaniyyah) Orang yang betul-betul menerima ajaran Islam tentu akan menerima seluruh citacita ideal yang terdapat dalam Al-Qur’an, peningkatan jiwa dan kesetiaannya yang hanya kepada Allah semata dan melaksanakan moralitas Islami yang diteladani dari tingkah laku kehidupan Nabi Muhammad saw merupakan bagian pokok dalam tujuan pendidikan Islam. Tujuan pendidikan Islam harus mampu membawa dan mengembalikan ruh kepada kebenaran dan kesucian. 3. Tujuan Pendidikan Akal (al-ahdaf al-‘aqliyah)
16
Ibid., h. 40
16
Tujuan ini mengarah kepada perkembangan intelegensi yang mengarahkan setiap manusia sebagai individu untuk dapat menemukan kebenaran yang sebenar-benarnya. Pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan akal, seharusnya dengan bukti-bukti yang memadai dan relevan dengan apa yang mereka pelajari. Di samping itu pendidikan Islam mengacu kepada tujuan memberi daya dorong menuju peningkatan kecerdasan manusia. Pendidikan yang lebih berorientasi kepada hafalan, tidak tepat menurut teori pendidikan Islam. Karena pada dasarnya pendidikan Islam bukan hanya memberi titik tekan pada hafalan, sementara proses intelektualitas dan pemahaman dikesampingkan. 4. Tujuan Sosial (al-ahdaf al-ijtima’iyah)17 Seorang khalifah mempunyai kepribadian utama dan seimbang, sehingga khalifah tidak akan hidup dalam keterasingan dan ketersendirian. Oleh karena itu, aspek sosial dari khalifah harus dipelihara. Fungsi pendidikan dalam mewujudkan tujuan sosial adalah menitikberatkan pada perkembangan karakter-karakter manusia yang unik, agar manusia mampu beradaptasi dangan standar-standar masyarakat bersama-sama dengan cita-cita yang ada padanya. Keharmonisan menjadi karakteristik utama yang ingin dicapai dalam tujuan
pendidikan Islam. Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam versi
Abdurrahman adalah mewujudkan manusia ideal sebagai ‘abid Allah atau ibad Allah, yang tunduk secara total kepada Allah swt. 18
17
Ibid., h. 21 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan berdasarkan Al-Qur’an..(Terjemah, H. M Arifin dan Zainuddin), (Jakarta : Rieneka Cipta, 1994). cet. ke-2, h. 731 18
17
3.
Pelaksanaan Agama Islam di SMP a. Kurikulum
Secara umum kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Pengertian yang dianggap tradisional ini masih banyak dianut sampai sekarang. 19 Istilah kurikulum semula berasal dari istilah dunia atletik yaitu curere yang berarti berlari, istilah tersebut erat hubungannya dengan kata curier atau kurir yang berarti penghubung seseorang untuk menyampaikan sesuatu kepada orang atau tempat lain. Seorang kurir harus menempuh suatu perjalanan untuk mencapai tujuan, maka istilah kurikulum kemudian diartikan sebagai
“suatu jarak yang harus
ditempuh”. 20 William B. Ragan, sebagaimana dikutip Armai Arif berpendapat bahwa kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan di sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran, tetapi seluruh kehidupan di kelas. 21 John Dewey sejak lama telah menggunakan istilah kurikulum dan hubungannya dengan anak didik. Dewey menegaskan bahwa kurikulum merupakan suatu rekonstruksi berkelanjutan yang memaparkan pengalaman belajar anak didik melalui suatu susunan pengetahuan yang terorganisasikan dengan baik yang biasanya disebut kurikulum. 22
19
M. Ahmad et, el. .Pengembangan Kurikulum.(Bandung : Pustaka Setia, 1998),cet. ke-1, h. 9 Ibid., h. 10 21 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, ( Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. ke-1, h. 30 22 M. Ahmad, et. el . op. cit. h. 13 20
18
Hilda Taba
berpendapat kurikulum adalah pernyataan tentang tujuan-tujuan
pendidikan yang bersifat umum
dan khusus dan materinya dipilih dan
diorganisasikan berdasarkan suatu pola tertentu untuk kepentingan belajar dan mengajar. Biasanya dalam suatu kurikulum
sudah termasuk program penilai
hasilnya. 23 Dalam Undang-undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional dirumuskan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 24 Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan, bahwa kurikulum merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga dalam proses belajar mengajar pada jenjang pendidikan berpegang pada kurikulum yang ada. Pada pasal 37 Undang-undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah
wajib
memuat : a. Pendidikan agama b. Pendidikan kewarganegaraan c. Bahasa d. Matematika e. Ilmu Pengetahuan Alam f. Ilmu pengetahuan sosial g. Seni dan budaya 23
Ibid., h. 14 Undang-undang Republik Indonesia tentang Sisten Pendidikan Nasional , (Bandung : Fokus Media, 2006) h. 4 24
19
h. Pendidikan jasmani dan olah raga i. Keterampilan / kejuruan dan j. Muatan lokal 25
Tingkatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) kurikulum yang dipakai yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang pengembangannya berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan berpedoman kepada Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) . 26 Secara umum mata pelajaran PAI didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ada pada dua sumber pokok ajaran Islam, yaitu al-Quran dan al-Sunnah/ al-Hadits Nabi Muhammad saw¸(dalil naqli). Dengan melalui metode Ijtihad (dalil aqli) para ulama mengembangkan prinsip-prinsip PAI tersebut dengan lebih rinci dan mendetail dalam bentuk fiqih dan hasil-hasil ijtihad lainnya. Karakteristik mata pelajaran PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu aqidah, syariah dan akhlak. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep Iman; syariah merupakan penjabaran dari konsep Islam,syariah memiliki dua dimensi kajian pokok, yaitu ibadah dan muamalah, dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep Ihsan. Dari ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai kajian keislaman (ilmu-ilmu agama) seperti Ilmu Kalam (Theologi Islam, Ushuluddin, Ilmu Tauhid) yang merupakan pengembangan dari aqidah, Ilmu Fiqih yang merupakan pengembangan dari syariah dan ilmu akhlak (Etika Islam, Moralitas Islam) yang merupakan pengembangan dari akhlak, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya yang dapat dituangkan dalam berbagai mata pelajaran di SMP. 27 Itulah gambaran tentang kurikulum, khususnya pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.
25
Ibid., h. 20 Depdiknas, Badan Standar Nasional Pendidikan, (tp, 2006), h. 1. 27 Ibid ., h. 2 26
20
b. Metode Pengajaran Metode beasal dari 2 kata yaitu “Meta” dan “Hodos” , “meta “ berarti melalui dan “hodos” berarti jalan atau cara. Jadi metode adalah cara / jalan yang harus dilalui.28 Dalam kamus umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. 29 Sedangkan menurut Mahmud Yunus sebagaimana yang dikutip Armai Arief, metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan atau perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya. 30 Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa mentode mengandung arti adanya urutan kerja yang terencana, sistematis dan merupakan hasil eksperimen ilmiyah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan. Semakin tepat metode yang digunakan maka semakin efektif pula dalam pencapaian tujuan. Metode pengajaran yang penulis maksud dalam uraian ini adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengajarkan mata pelajaran pendidikan agama Islam kepada siswa. Adapun macam-macam metode yang dapat dipergunakan dalam pengajaran agama adalah metode ceramah, diskusi, demonstrasi, sosiodrama, driil dan tanya jawab. Dalam hal ini akan diuraikan metode pengajaran dalam pendidikan agama Islam yaitu : 1. Metode Ceramah 28
H. M. Arifin. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta : Bina Aksara, 1992),cet. ke-4, h. 61 Kamus Umum Bahasa Indonesia., loc. cit, h. 87 30 Armai Arief., loc. cit. h. 87 29
21
Yang dimaksud dengan metode ceramah ialah cara menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan kepada siswa atau khalayak ramai. 31 Ciri yang menonjol dalam metode ceramah, dalam pelaksanaan pengajaran di kelas adalah peranan guru tampak sangat dominan. Adapun murid mendengarkan dengan teliti dan mencatat isi ceramah yang disampaikan oleh guru di depan kelas. 32 Metode ceramah diberikan apabila suatu materi membutuhkan penjelasan agar materi tersebut dimengerti oleh siswanya. 2. Metode Diskusi Diskusi yaitu suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam memecahkan sebuah masalah tertentu (problem solving). 33 Sedangkan metode diskusi dalam proses belajar mengajar adalah sebuah cara yang dilakukan dalam mempelajari bahan atau menyampaikan materi dengan jalan mendiskusikannya, dengan tujuan dapat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku pada siswa. 34 Dengan demikian bahwa metode diskusi adalah salah satu alternatif metode / cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa. 31
Ibid., h. 135 Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Agama Islam dan Bahasa Asing,(Jakarta : PT Raja Grafindo, 1995), cet. ke-1. h. 41 33 Armai Arief. loc. cit, h. 145 34 Ibid., h. 145 32
22
3. Metode Demonstrasi Yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan alat peragaan (meragakan), untuk memperjelas suatu pengertian, atau cara untuk
memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu
proses pembuatan tertentu kepada
siswa. To show atau memperkenalkan /
mempertontonkan. 35 Metode demonstrasi dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan juga dapat memusatkan perhatian anak didik. 4. Metode Sosiodrama Sosiodrama adalah suatu metode mengajar dimana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peran seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (sosial). 36 Dalam pendidikan agama
metode sosiodrama ini efektif alam menyajikan
pelajaran akhlak, sejarah Islam dan topik-topik lainnya. Dalam pelajaran sejarah, misalnya guru menggambarkan kisah sahabat masuk Islam. Kisah tersebut
tentu
khalifah Abu Bakar ketika beliau
amat menarik jika disajikan
melalui
sosiodrama. 37 Manfaat metode ini yaitu agar melatih anak untuk mendramatisasikan sesutu serta melatih keberanian, dan juga metode ini akan lebih menarik perhatian anak. Sehingga suasana kelas akan lebih hidup.
35
Tayar Yusuf. loc. cit, h. 49 Armai Arief. op. cit, h. 180 37 Tayar Yusuf. loc. cit, h. 54 36
23
5. Metode Driil Metode Driil (latihan siap) pengertiannya sering dikacaukan dengan istilah “ulangan”. Padahal maksud keduanya berbeda. Latihan siap (driil) dimaksudkan yaitu agar pengetahuan siswa dan kecakapan tertentu dapat menjadi miliknya, dan betulbetul dikuasai siswa. Dengan kata lain metode driil adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan/ cara melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil dalam melaksanakan tugas latihan yang diberikan. 38 Pada latihan siap (driil) untuk melaksanakan ibadah salat dalam Islam sangat ditekankan pada anak didik sedini mungkin agar dengan latihan-latihan yang dilakukan pada anak didik tidak merasa canggung setelah mereka dewasa. 6. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Atau suatu metode di dalam pendidikan di mana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang materi yang ingin diperolehnya. 39 Dan juga pada metode ini bisa pula diatur pertanyaan diajukan siswa lalu dijawab siswa lainnya. Keunggulan metode tanya jawab yaitu situasi kelas menjadi hidup / dinamis, karena siswa aktif berpikir dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan dan juga melatih agar siswa berani menyampaikan buah pikirannya.
38 39
Ibid., h. 64 Armai Arief. op. cit. h. 140
24
c. Evaluasi Dalam arti luas, evalusi adalah sutu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Mehrens & Lehman, 1978:5). 40 Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanaka untuk memperoleh informasi atau data berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan. Berarti evalusi pendidikan agama Islam yang penulis maksud adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan prestasi hasil belajar murid dalam mata pelajaran agama Islam. Dalam buku dasar-dasar evaluasi pendidikan karangan Suharsimi Arikunto menyebutkan alat-alat evalusi yaitu tes dan non tes, yang tergolong non tes adalah skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan, riwayat hidup. 41 Sedangkan tes itu sendiri ada empat, yaitu tes diagnostik, tes sumatif, tes formatif dan tes penempatan. 1.Tes diagnostik, yaitu tes yang bertujuan untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa seperti latar belakang psikologis, fisik dan lingkungan sosial serta ekonomi siswa. 42 2.Tes Sumatif yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau menilai sampai dimana pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan, dan 40
Ngalim Purmwanto, Prinsip-prinsip dan tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : Rosda Karya, 2002). cet. ke-11, h. 3 41 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), cet. ke3, h. 26 42 Ngalim Purwanto, op. cit., h. 25
25
selanjutnya untuk menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan siswa yang bersangkutan. 3.Tes Formatif yaitu tes yang digunakan untuk mencari unpan balik (feed back) guna memperbaiki proses belajar mengajar bagi guru maupun siswa. 4.Tes Placement (penempatan) yaitu tes yang digunakan untuk penentuan penempatan siswa dalam suatu jenjang atau jenis program tertentu. 43
B. Pengamalan Ibadah 1. Pengertian Pengamalan Ibadah Pengamalan adalah dari kata amal, yang berarti perbuatan, pekerjaan, segala sesuatu yang dikerjakan dengan maksud berbuat kebaikan. 44 Dari pengertian di atas, pengamalan berarti sesuatu yang dikerjakan dengan maksud berbuat kebaikan, dari hal di atas pengamalan masih butuh objek kegiatan. Sedangkan pengertian ibadah menurut Hasby Ash Shiddieqy yaitu segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat. 45 Menurut kamus istilah fiqih, ibadah yaitu memperhambakan diri kepada Allah dengan taat melaksanakan segala perintahnya dan anjurannya, serta menjauhi segala larangan-Nya karena Allah semata, baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan
43
Ibid., h. 25 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1985), cet. ke-8, h. 33 45 Hasby Ash Shiddiqy, Kuliah Ibadah, (Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, 2000), cet. ke-1, h. 5 44
26
maupun perbuatan. Orang beribadah berusaha melengkapi dirinya dengan perasaan cinta, tunduk dan patuh kepada Allah swt. 46 Sedangkan menurut ensiklopedi hukum Islam ; ibadah berasal dari bahasa arab yaitu al-ibadah, yang artinya pengabdian, penyembahan, ketaatan, menghinakan/ merendahkan diri dan do’a, secara istilah ibadah yaitu perbuatan yang dilakukan sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah swt
sebagai
tuhan yang disembah. 47 Menurut Yusuf al-Qardhawi, berdasarkan definisi di atas, ulama fiqih menyatakan bahwa ibadah hanya boleh ditujukan kepada Allah swt, tidak kepada yang lain. 48 Dari uraian di atas, menggabungkan pengertian pengamalan dan pengertian ibadah, maka pengertian pengamalan ibadah yakni perbuatan yang dilakukan seorang hamba sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah swt dengan taat melaksanakan segala perintah dan anjuran-Nya serta menjauhi segala larangnnya. 2. Dasar Hukum Ibadah Jika kita renungi hakikat ibadah, kita pun yakin bahwa perintah beribadah itu pada hakikatnya berupa peringatan, memperingatkan kita menunaikan kewajiban terhadap Allah yang telah melimpahkan karunia-Nya.
46
M. Abdul Majieb et. el, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta : PT Pustaka Firdaus, 1995), cet. ke-2, h.
47
Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru van Hoeve, 1999), cet. ke-3, jilid II, h. 592 Ibid., h. 592
109 48
27
Firman Allah swt
˴ϥϮ˵Ϙ͉Θ˴Η˸Ϣ˵Ϝ͉Ϡ˴ό˴ϟ˸Ϣ˵Ϝ˶Ϡ˸Β˴ϗ˸Ϧ˶ϣ˴Ϧϳ˶ά͉ϟ˴ϭ˸Ϣ˵Ϝ˴Ϙ˴Ϡ˴Χϱ˶ά͉ϟ˵Ϣ˵Ϝ͉Α˴έϭ˵Ϊ˵Β˸ϋ˵αΎ͉ϨϟΎ˴Ϭ͊ϳ˴Ύ˴ϳ
Artinya : "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orangorang yang sebelummu, agar kamu bertakwa". (Q. S. Al Baqarah/ 2: 21) 49 Ibadah itulah ghayah (tujuan) dijadikannya jin, manusia dan makhluk selainnya. Firman Allah swt
˶ϥϭ˵Ϊ˵Β˸ό˴ϴ˶ϟΎ͉ϟ˶·˴β˸ϧ˶Έ˸ϟ˴ϭ͉Ϧ˶Π˸ϟ˵Ζ˸Ϙ˴Ϡ˴ΧΎ˴ϣ˴ϭ
Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku". (Q. S. Adz Dzariyat / 51:56) 50
3. Ruang Lingkup dan Sistematika Ibadah Ibadah itu, mensyukuri nikmat Allah. Atas dasar inilah tidak diharuskan baik oleh syara’, maupun oleh akal beribadat kepada selain Allah, karena Allah sendiri yang berhak menerimanya, lantaran Allah sendiri yang memberikan nikmat yang paling besar kepada kita, yaitu hidup, wujud dan segala yang berhubungan dengan-Nya. 51 Meyakini benar, bahwa Allah-lah yang telah memberikan nikmat, maka mensyukuri Allah itu wajib, salah satunya dengan beribadah kepada Allah , karena ibadah adalah hak Allah yang harus dipatuhi. Untuk mengetahui ruang lingkup ibadah ini tidak terlepas dari pemahaman terhadap pengertian itu sendiri. Oleh sebab itu menurut Ibnu Taimiyah (661-728 H / 1262-1327 M) seperti yang telah dikutip oleh Ahmad Ritonga, ibadah mencakup semua bentuk cinta dan kerelaan kepada Allah swt, baik dalam perkataan maupun perbuatan, lahir dan bathin, maka yang termasuk ke dalam hal ini adalah shalat, Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : CV Penerbit J-Art, 2005) h. 5 Ibid., h. 524 51 Hasby Ash Shiddiqy, loc. cit, h. 10 49 50
28
zakat, puasa, haji, benar dalam pembicaraan, menjalankan amanah, berbuat baik kepada orang tua, menghubungkan silaturrahmi, memenuhi janji, amar ma’ruf nahi munkar, jihad terhadap orang kafir dan munafik, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan ibn sabil, berdo’a, berzikir, membaca Al-Qur’an, ikhlas, sabar, sukur, rela menerima ketentuan Allah swt, tawwakal, raja’ (berharap atas rahmat), khauf (takut terhadap azab), dan lain sebagainya. 52 Ruang lingkup ibadah yang dikemukakan Ibnu Taimiyah di atas cakupannya sangat luas, bahkan menurut beliau semua ajaran agama itu termasuk ibadah. Bilamana diklasifikasikan kesemuanya dapat menjadi beberapa kelompok saja, yaitu : a. Kewajibaban-kewajiban atau rukun-rukun syari’at seperti shalat, puasa, zakat dan haji. b. Yang berhubungan dengan (tambahan dari) kewajiban-kewajiban di atas dalam bentuk ibadah-ibadah sunat, seperti zikir, membaca Al-Qur’an, doa dan istigfar. c. Semua bentuk hubungan sosial yang baik serta pemenuhan hak-hak manusia, seperti berbuat baik kepada orang tua, menghubungkan silaturrahmi, berbuat baik kepada anak yatim, fakir miskin dan ibnu sabil. d. Akhlak Insaniyah, (bersifat kemanusiaan), seperti benar dalam berbicara, menjalankan amanah dan menepati janji. e. Akhlak rabbaniyah (bersifat ketuhanan), seperti mencintai Allah swt, dan rasulrasul-Nya, takut kepada Allah swt, ikhlas dan sabar terhadap hukum-Nya. 53
52 53
A. Rahman Ritonga, Fiqh Ibadah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2002), cet. ke-2, h. 6 Ibid., h. 7
29
Lebih khusus lagi ibadah dapat diklasifikasikan menjadi ibadah umum dan ibadah khusus. Ibadah umum mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, yaitu mencakup segala amal kebajikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan sulit untuk mengemukakan sistematikanya. Tetapi ibadah khusus ditentukan oleh syar’a (nash), bentuk dan caranya. Oleh karena itu dapat dikemukakan sistematikanya secara garis besar sebagai berikut : 1. Thaharah 2. Shalat 3. Penyelenggaraan jenazah 4. Zakat 5. Puasa 6. Haji dan Umrah 7. Iktikaf 8. Sumpah dan Kafarat 9. Nazar 10. Qurban dan Aqiqah
54
4. Tujuan Ibadah Ibadah mempunyai tujuan pokok dan tujuan tambahan. Tujuan pokoknya adalah menghadapkan diri kepada Allah yang Maha Esa dan mengkonsentrasikan niat kepada-Nya dalam setiap keadaan. Dengan adanya tujuan itu seseorang akan mencapai derajat yang tinggi di akhirat. Sedangkan tujuan tambahan adalah agar terciptanya kemaslahatan diri manusia dan terwujudnya usaha yang baik. Shalat umpamanya, disyari’atkan pada dasarnya 54
Ibid., h. 7
30
bertujuan untuk menundukan diri kepada Allah swt dengan ikhlas, mengingatkan diri
dengan berzikir. Sedangkan tujuan tambahannya antara lain adalah untuk
menghindarkan diri dari perbuatan keji dan munkar, sebagaimana dipahami dari firman Allah swt :
˶˯Ύ˴θ˸Τ˴ϔ˸ϟ˶Ϧ˴ϋϰ˴Ϭ˸Ϩ˴Η˴ΓΎ˴Ϡ͉μϟ͉ϥ˶·˴ΓΎ˴Ϡ͉μϟ˶Ϣ˶ϗ˴˴ϭ˶ΏΎ˴Θ˶Ϝ˸ϟ˴Ϧ˶ϣ˴Ϛ˸ϴ˴ϟ˶·˴ϲ˶Σϭ˵Ύ˴ϣ˵Ϟ˸Η ˴ϥϮ˵ό˴Ϩ˸μ˴ΗΎ˴ϣ˵Ϣ˴Ϡ˸ό˴ϳ˵Ϫ͉Ϡϟ˴ϭ˵ή˴Β˸ϛ˴˶Ϫ͉Ϡϟ˵ή˸ϛ˶ά˴ϟ˴ϭ˶ή˴Ϝ˸Ϩ˵Ϥ˸ϟ˴ϭ.
Artinya:"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Q.S Al-Ankabut , 29: 45) 55
5.
Macam-macam ibadah ditinjau dari berbagai segi
Dalam kaitan dengan maksud dan tujuan pensyariatannya ulama fiqih membaginya kepada tiga macam, yakni: 1) ibadah mahdah, 2) ibadah gair mahdah dan 3) ibadah zi al-wajhain. 56 1) Ibadah Mahdah adalah ibadah yang mengandung hubungan dengan Allah swt semata-mata, yakni hubungan vertikal. Ibadah ini hanya sebatas pada ibadah-ibadah khusus. Ciri-ciri ibadah mahdah adalah semua ketentuan dan atuaran pelaksanaannya telah ditetapkan secara rinci melalui penjelasan-penjelasan Al-Qur’an dan / atau hadits. Ibadah mahdah dilakukan semata-mata bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. 2) Ibadah ghair mahdah ialah ibadah yang tidak hanya sekedar menyangkut hubungan dengan Allah swt, tetapi juga berkaitan dengan sesama makhluk (habl min
55 56
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : CV Penerbit J-Art, 2005) h. 402 Ensiklopedi Hukum Islam, loc. cit., h. 593
31
Allah wa habl mi an-nas), di samping hubungan vertikal juga ada hubungan horizontal. Hubungan sesama makhluk ini tidak hanya terbatas pada hubungan antar manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan lingkungannya, seperti ayat yang artinya : “dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya …”(Q.S. 7 : 56) 3) Ibadah zi al-wajhain adalah ibadah yang memiliki dua sifat
sekaligus, yaitu
mahdah dan ghair mahdah. Maksudnya adalah sebagian dari maksud dan tujuan pensyariatannya dapat diketahui dan sebagian lainnya tidak dapat diketahui, seperti nikah dan idah. 57 Dari segi ruang lingkupnya ibadah dapat dibagi kapada dua macam yaitu : 1. Ibadah khassah , yakni ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh nash , seperti shalat, zakat, puasa, haji dan lain-lain sebagainya. 2. Ibadah ‘ammah, yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang baik dan semata-mata karena Allah swt (ikhlas), seperti makan dan minum, bekerja, amar ma’ruf nahi munkar, berlaku adil berbuat baik kepada orang lain dan sebagainya. 58 Pembagian ibadah menurut Hasby Ash Shiedieqy berdasarkan bentuk dan sifat ibadah terbagi kepada enam macam : 59 Pertama, ibadah-ibadah yang berupa perkataan dan ucapan lidah, seperti tasbih, tahmid, tahlil, takbir, taslim, do’a, membaca hamdalah oleh orang yang bersin, 57
Ibid., h. 594 A. Rahman Ritonga. loc. cit., h. 10 59 Hasby Ash-Shiedieqy. loc. cit., h. 19 58
32
memberi salam, menjawab salam, membaca basmalah ketika makan, minum dan menyembelih binatang, membaca Al-Qur’an dan lain-lain. Kedua, ibadah-ibadah yang berupa perbuatan yang tidak disifatkan dengan sesuatu sifat, seperti berjihad di jalan Allah, membela diri dari gangguan, menyelenggarakan urusan jenazah. Ketiga, ibadah-ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan sesuatu pekerjaan, seperti puasa, yakni menahan diri dari makan, minum dan dari segala yang merusakan puasa. Keempat, ibadah-ibadah yang melengkapi perbuatan dan menahan diri dari sesutu pekerjaan, seperti I’tikaf (duduk di dalam sesuatu rumah dari rumah-rumah Allah), serta menahan diri dari jima’ dan mubasyarah, haji, thawaf, wukuf di Arafah, ihram, menggunting rambut, mengerat kuku, berburu, menutup muka oleh para wanita dan menutup kepala oleh orang laki-laki. Kelima, ibadah-ibadah yang bersifat menggugurkan hak, seperti membebaskan orang-orang yang berhutang, memaafkan kesalahan orang, memerdekakan budak untuk kaffarat. Keenam, ibadah-ibadah yang melengkapi perkataan, pekerjaan, khusyuk menahan diri dari berbicara dan dari berpaling lahir dan batin untuk menghadapiNya. Dilihat dari segi fasilitas yang dibutuhkan untuk mewujudkannya, ibadah dapat dibagi menjadi tiga macam : 1. Ibadah badaniyyah ruhiyyah mahdah, yaitu suatu ibadah yang untuk mewujudkannya hanya dibutuhkan kegiatan jasmani dan rohani saja, seperti shalat dan puasa.
33
2. Ibadah maliyyah, yakni ibadah yang mewujudkannya dibutuhkan pengeluaran harta benda, seperti zakat. 3. Ibadah badaniyyah ruhiyyah maliyyah, yakni suatu ibadah yang untuk mewujudkannya dibutuhkan kegiatan jasmani, rohani dan pengeluaran harta kekayaan, seperti haji. 60 Dari segi sasaran manfaat ibadah dapat dibagi menjadi dua macam : 1. Ibadah keshalehan perorangan (fardiyyah), yaitu ibadah yang hanya menyangkut diri pelakunya sendiri, tidak ada hubungannya dengan orang lain, seperti shalat. 2. Ibadah keshalehan kemasyarakatan (ijtima’iyyah), yaitu ibadah yang memiliki keterkaitan dengan orang lain, terutama dari segi sasarannya. Contoh, sedekah, zakat. Di samping merupakan ibadah kepada Allah,
juga merupakan ibadah
kemasyarakatan, sebab sasaran dan manfaat ibadah tersebut akan menjangkau orang lain. 61
60 61
Ensiklopedi Hukum Islam, loc. cit., h. 594 Ibid., h. 594
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode merupakan sebuah upaya yang dapat dilakukan penelitian dalam mengungkapkan data dan mencari kebenaran masalah yang diteliti, yang menjadi persoalan metode apakah yang dapat digunakan dalam penelitian menurut Winarno Surahman “Cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah adalah melalui metode penyelidikan”. 1 Penggunaan metode penyelidikan di maksud untuk menemukan data yang valid, akurat, dan signifikan dengan permasalahan sehingga dapat digunakan untuk mengungkap masalah yang diteliti, menurut Sutrisno Hadi bahwa suatu riset khususnya dalam ilmu pengetahuan empirik pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. 2 A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian : Agustus 2006 sampai Januari 2007 2. Tempat Penelitian : SMP ISLAM AL-IHSAN, Jalan Pesanggrahan Indah no. 1 Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.
B. Populasi dan Sampel Populasi adalah sejumlah masa (manusia atau bukan) yang terdapat dalam kawasan tertentu dalam satu unit kesatuan. Adapun menurut Muhammad Nasir bahwa 1
Winarno Surahman, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Tehnik ( Bandung : Tarsito, 1992), cet. ke-1, h . 26 2 Sutrisno Hadi, Metodologi Riset,(Yogyakarta : Andi offset, 1990), cet. ke-1. h . 3
34
35
populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas atau ciri-ciri tertentu dengan dinamakan variabel. Dalam hal ini populasi yang penulis ambil adalah siswa kelas III SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta yang berjumlah 77 siswa. Sedangkan yang dimaksud sampel adalah memilih sejumlah tertentu dari keseluruhan populasi yang akan dijadikan objek penelitian 3. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 40 % dari populasi, yaitu 40 x 77 100
= + 30 siswa .
Dengan menggunakan cara randam sampling yaitu dengan mengambil sampel dari populasi yang ada secara acak untuk mengambil kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukan.
C. Tehnik Pengumpulan Data Dalam rangka mendapatkan data yang akurat dalam penyusunan skripsi ini , penulis menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut : 1.Observasi, dengan observasi sebagai pengumpul data dimaksud observasi yang dilakukan secara sistematis. Dalam observasi ini penulis mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasikannya. Dalam hal ini penulis terjun langsung ke lokasi penelitian. 2.Interview, yakni mengadakan wawancara dengan guru bidang studi Pendidikan Agama Islam dan kepala sekolah.
3
S. Nasution, Metode Reseach, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006), cet. ke-8, h. 86
36
3.Angket, yakni pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk tulisan yang diajukan kepada siswa kelas III SMP ISLAM AL-IHSAN yang menjadi responden. Angket ini disampaikan kepada siswa dipandu sendiri oleh peneliti dengan dibacakan dan dijelaskan maksud dari setiap pertanyaan yang diajukan. D. Tehnik Analisis Data Prosedur penganalisaan data dalam penelitian ini ditempuh melalui langkahlangkah sebagai berikut. 1. Memeriksa jawaban-jawaban yang diberikan para responden dalam daftar isian, apakah pengisiannya lengkap atau tidak 2.
Apabila jawabannya sudah lengkap kemudian mengklasifikasikan jawabanjawaban tersebut untuk dapat dijadikan data yang mudah dianalisis dan mudah disimpulkan
3. Menghitung frekwensi masing-masing jawaban yang sudah diklasifikasikan dengan cara mengijir (tallying) 4. Mentabulasikan jawaban-jawaban ke dalam beberapa daftar tabel yang sudah dipersiapkan 5. Setelah data cukup komplit dan ditabulasikan, akan di analisa dengan perhitungan prosentase dengan rumus sebagai berikut : P = F x 100 % N Keterangan : P = Prosentase F = Frekwensi (Jumlah responden) N = Number of Cases (Banyaknya individu)
37
Skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Prosentase % 100 % 90 % - 99 % 60 % - 89 % 51 % - 59 % 50 % 40 % - 49 % 10 % - 39 % 1%-9% 0%
Penafsiran Seluruhnya Hampir seluruhnya Sebagian besar Lebih dari setengah Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Sedikit sekali Tidak ada
Untuk mengetahui Pelaksanaan Pendidikan agama Islam dan efeknya terhadap pengamalan ibadah, maka penulis menentukan kriteria kuantitatif berdasarkan jumlah nilai presentase angket seluruhnya dengan ketentuan sebagai berikut : No
Presentase %
Kategori
1 2 3 4 5
80 % - 100 % 68 % - 79 % 56 % - 67 % 40 % -55% < 40 %
Sangat baik Baik Cukup Kurang Kurang sekali
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta 1. Sejarah singkat berdirinya Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Kepala Sekolah SMP ISLAM ALIHSAN Pesanggrahan Jakarta Selatan diperoleh keterangan bahwa SMP ISLAM ALIHSAN didirikan sejak tahun 1987, ketika pertama kali didirikan menjabat selaku Kepala Sekolah Drs. Margiono dan Wakil Kepala Sekolah di jabat oleh Bapak Abdul Aziz. SMP ISLAM AL-IHSAN pada awalnya adalah Madrasah Ibtidaiyah, dan hasil kerja sama dengan SMP Satria Jakarta maka mendirikan Sekolah Menengah Pertama Islam AL-Ihsan. Terletak di daerah Kecamatan Pesanggrahan Komplek Kodam Bintaro Jakarta Selatan. Pada tahun 1995 sampai dengan sekarang dipimpin oleh Drs Syafruddin sebagai Kepala Sekolah dan Indah Martina S. Pd sebagai Wakil Kepala Sekolah. Status sekolah Swasta terdaftar. 2.
Visi dan Misi
Visi dan Misi SMP ISLAM AL-IHSAN yaitu : Visi : Unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa Misi : 1.
Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah 2. Menodorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal 3. Menumbuhkan penghayatan siswa terhadap ajaran agama yang dianut dan juga budaya bangsa sehingga menjadi manusia yang beriman bertaqwa berakhlak mulia dan berbudaya
38
39
4. Membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan dasar sesuai dengan perkembangan IPTEK 3. Letak Geografis SMP ISLAM AL-IHSAN terletak di Jalan Pesanggrahan Indah no. 1 Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. 4. Keadaan Guru, siswa dan Karyawan a. Keadaan Guru N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama
Jabatan
Drs Syafruddin Indah Martina S Pd Mughni A. Ma Agus Wahid BA Dra Nurul Kholis Rahmat Akmal Dra Titin Wartini Ratna Juwita S Pd. I Rita Suriati S Pd Hargiani S Pd Fauziyati S Pd Sholahuddin Emma Ekawati S Pd Siti Farhah S Si Reni Nur Astuti S Kom Fulana Makarau Dwi Imas Maspupah
Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah Guru Agama Islam Guru Seni musik Guru PPKn / B. Arab Guru Fisika Guru PLKJ / Mulok Guru Al-Qur’an / KTK Guru Bahasa Indonesia Guru Matematika Guru Ekonomi Guru Bahasa Inggris p Guru IPS Sejarah Guru IPA Guru Komputer Guru IPA Guru Penjaskes Guru Bahasa Inggris Guru Bimbel B. Inggris
b.
S2
S1
D3
D2 D1
^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^
Keadaan Siswa
Jumlah keseluruhan siswa SMP ISLAM AL-IHSAN adalah 250 siswa dengan menempati 6 kelas, dengan masing-masing kelas satu, dua dan tiga menempati dua kelas. Dengan perincian sebagai berikut :
40
Kelas I
: 86 siswa : 2 kelas
Kelas II
: 87 siswa : 2 kelas
Kelas III
: 77 siswa : 2 kelas
Jumlah
: 250 siswa : 6 Kelas
c.
Keadaan Karyawan Pegawai Administrasi
: 3 orang
Pesuruh
: 1 orang
Penjaga Sekolah
: 1 orang
5. Sarana dan Prasarana Untuk menunjang kelancaran proses pendidikan, SMP ISLAM AL-IHSAN berusaha melengkapi sarana dan prasarana pendidikan, yang lebih jelasnya sarana dan prasarana tersebut adalah sebagai berikut : Keadaan ruangan SMP ISLAM AL-IHSAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ruangan Kantor Belajar Perpustakaan Lapangan olahraga Laboratorium Pertemuan Ibadah / Mushollah Gudang BP Koperasi Kantin Wc
Banyaknya 1 buah 6 buah 1 buah 3 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 2 buah 4 buah
41
6. Struktur Organisasi SMP ISLAM AL-IHSAN
YAYASAN
Kepala Sekolah
Wakasek Kurikulum
Wali Kelas
Wakasek Kesiswaan
Pembina Osis
Guru
Siswa
Tata Usaha
42
B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilaksanakan dua jam perminggu, yang mencakup
pelajaran Fiqih, Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak dan sejarah
Islam. Dengan menggunakan pedoman kurikulum untuk kelas VII & VIII kurikulum 2006 atau KTSP, sedangkan untuk kelas IX masih kurikulum suplemen 2004. Metode yang dipakai dalam menyampaikan pembelajaran agama Islam antara lain metode ceramah, metode Tanya jawab, sosiodrama dan metode pemberian tugas. Untuk mengetahui Pengamalan pendidikan agama Islam di SMP ISLAM ALIHSAN Jakarta
dapat dilihat dari hasil penelitian yang terdiri dari tabel-tabel
sebagai berikut : Tabel 1 Guru datang tepat waktu Option Frekwensi Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
10 11 9 30
Prosentase 33, 33 % 36,67 % 30 ,00 % 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian kecil (33,33%) siswa menyatakan bahwa guru selalu datang tepat waktu, sebagian kecil (36,67%) menyatakan sering dan sebagian kecil (30,00%)
menyatakan kadang-kadang, dan
tidak ada yang menyatakan tidak pernah datang tepat waktu, kesimpulannya guru datang tepat waktu dan siap memberikan materi pelajaran.
43
Selanjutnya perhatikan tabel berikut yakni tentang
guru memberikan
pertanyaan di awal pelajaran Tabel 2 Guru memberikan pertanyaan di awal pelajaran Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
Dari hasil tabel tersebut
5 9 15 1 30
sebagian kecil
16,67 % 30,00 % 50 ,00 % 3 ,33% 100 %
(16,67%) menyatakan selalu,
sebagian kecil (30,00%) menyatakan sering, setengahnya (50,00%) menyatakan kadang-kadang dan sedikit sekali
(3,33%) menyatakan tidak pernah. Dan
kesimpulannya adalah guru harus lebih banyak memberikan pertanyaan di awal pelajaran sebagai penguatan kembali kepada siswa terhadap pelajaran yang lalu. Tabel 3 Guru menerangkan materi pelajaran dengan jelas Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
17 4 9 30
56,67 % 13,33% 30 ,00 % 100 %
Penjelasan guru sangat berpengaruh terhadap daya serap siswa, dari tabel di atas
lebih dari setengah (56,67%) menyatakan
selalu, sebagian kecil (13,33%)
menyatakan sering dan sebagian kecil (30,00%) menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah, hal ini dapat disimpulkan bahwa kualitas penjelasan guru sudah sangat bagus.
44
Tabel 4 Penguasaan materi pelajaran Option Frekwensi Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
18 5 6 1 30
Prosentase 60,00% 16,67 % 20,00 % 3 ,33 % 100 %
Keberhasilan proses belajar mengajar sangat dipengaruhi juga oleh penguasaan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Dari tabel di atas sebagian besar (60,00%) menyatakan selalu, sebagian kecil (16,67%) menyatakan sering, sebagian kecil (20,00%) menyatakan kadang-kadang dan sedikit sekali (3,33%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa penguasaan guru terhadap materi pelajaran sudah sangat baik.
Option Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
Tabel 5 Metode penyajian Frekwensi 14 6 10 1 30
Prosentase 46,67 % 20,00 % 30 ,00 % 3 ,33 % 100 %
Metode merupakan salah satu hal yang tak bisa dipisahkan dalam menyampaikan materi pelajaran, dari tabel di atas hampir setengahnya (46,67%) menyatakan selalu, sebagian kecil (20,00%) menyatakan sering , sebagian kecil (30,00%) menyatakan kadang-kadang dan sedikit sekali (3,33%) menyatakan tidak pernah. Ini menunjukan bahwa metode penyajian sudah tepat akan tetapi ada siswa yang tidak cocok dengan metode yang digunakan.
45
Tabel 6 Penggunaan alat peraga/ Media pengajaran Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
4 1 22 3 30
13,33 % 3,34 % 73,33 % 10,00 % 100 %
Dari tabel di atas sebagian kecil (13,33%) menyatakan selalu, sedikit sekali (3,34%) menyatakan sering , sebagian besar (73,33%) menyatakan kadang-kadang dan sebagian kecil (10,00%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga oleh guru hanya dilakukan apabila ada materi yang harus dipraktekan saja. Kedisiplinan siswa merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan proses belajar mengajar, perhatikan tabel berikut :
Option Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
Tabel 7 Penegakan disipilin Frekwensi 18 5 7 30
Prosentase 60,00 % 16,67 % 23,33 % 100 %
Dari hasil tabel tersebut sebagian besar (60,00%) siswa menyatakan selalu, sebagian kecil (16,67%) menyatakan sering dan sebagian kecil (23,33%) menyatakan kadang-kadang, sedangkan yang menyatakan tidak pernah tidak ada. Dapat disimpulkan bahwa penegakan disiplin oleh guru sangat di perhatikan oleh siswa.
46
Tabel 8 Guru mengadakan evaluasi pelajaran Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
16 4 10 30
53,33 % 13,34 % 33,33 % 100 %
Dari hasil tabel di atas Lebih dari setengah (53,33%) siswa menyatakan selalu, sebagian kecil (13,34%) menyatakan sering, sebagian kecil (33,33%) menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan di akhir pelajaran guru selalu mengadakan evalusi dan ini menandakan bahwa proses belajar mengajar yang dilakukan sudah efektif. Tabel 9. Rekapitulasi Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta N = 30 No
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
1
Guru datang tepat waktu 2 Guru memberi pertanyaaan di awal 3 Guru menerangkan materi dengan jelas 4 Guru menguasai materi 5 Penggunaan metode yang tepat 6 Penggunaan alat peraga 7 Penegakan disipilin 8 Evaluasi pengajaran Total Prosentase Rata-rata Prosentase
F (%) 10 (33,33 %)
Jawaban Sering Kadangkadang F (%) F (%) 11 (36,67%) 9 (30,00%)
-
5
(16,67%)
9 (30,00%)
15 (50,00%)
1 (3,33%)
17 (56,67%)
4 (13,33%)
9
(30,00%)
-
18 (60,00%)
5 (16,67%)
6
(20,00%)
1 (3,33%)
14 (46,67%)
6 (20,00%)
10 (30,00%)
1 (3,33%)
4
1 (3,34%)
22 (73,33%)
3 (10,00%)
18 (60,00%) 16 (53,33%) 340 %
5 (16,67%) 4 (13,34%) 150,02 %
7 (23,33%) 10 (33,33%) 289,99 %
19,99 %
42, 5 %
18,75 %
36, 25 %
2,5 %
Selalu
(13,33%)
Tidak Pernah F (%)
47
Dari tabel di atas dapat di analisa Pengamalan pendidikan agama Islam di SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta cukup baik, yaitu mencapai rata-rata 61, 25 %. Jumlah antara jawaban selalu dan sering.
C. Pengamalan Ibadah Siswa Untuk mengetahui pengamalan ibadah siswa dapat dilihat dari hasil penelitian yang terdiri dari tabel-tabel sebagai berikut : 1. Tentang Pengamalan Ibadah Shalat Tabel 10 Pengamalan shalat lima waktu Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
8 2 20 30
26,67 % 6,66 % 66,67 % 100 %
Dari hasil tabel di atas sebagian kecil (26,67%) menyatakan selalu, sedikit sekali (6,66%) menyatakan sering, sebagian besar (66,67%) menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa Pengamalan shalat lima waktu siswa belum sadar sepenuhnya, hanya sebagian kecil yang selalu mengerjakan perkara wajib ini. Padahal ini adalah kewajiban umat Islam jika sudah baligh, dan yang pertama di hisab di hari akhir adalah shalat.
48
Tabel 11 Pengamalan shalat fardhu di awal waktu Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
5 22 3 30
16,67 % 73,33 % 10,00% 100 %
Tabel tersebut menunjukan sebagian kecil (16,67%) menyatakan sering, sebagian besar (73,33%) menyatakan kadang-kadang, sebagian kecil (10,00%) menyatakan tidak pernah shalat di awal waktu dan tidak ada siswa yang menyatakan selalu di awal waktu. Dapat disimpulkan bahwa siswa belum
tergugah hatinya
untuk
melaksanakan shalat di awal waktu, mereka masih lalai dalam menjalankan shalat fardhu. Selanjutnya untuk mengetahui Pengamalan shalat berjamaah siswa dapat dilihat tabel berikut : Tabel 12 Pengamalan shalat berjamaah Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
2 5 21 2 30
6,67% 16,67% 70,00% 6,66% 100 %
Dari tabel hasil di atas bahwa sedikit sekali (6,67%) siswa yang menyatakan selalu berjama’ah, sebagian kecil (16,67%) menyatakan sering berjamaah, sebagian besar (70,00%) menyatakan kadang-kadang berjamaah dan sedikit sekali (6,66%)
49
siswa menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa belum menyadari benar tentang keutamaan shalat berjamaah dibandingkan dengan shalat sendiri. Tabel 13 Pengamalan shalat sunnah sebelum shalat wajib Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
3 2 20 5 30
10,00% 6,67% 66,67% 16,66% 100 %
Dari hasil tabel di atas sebagian kecil (10,00%) siswa menyatakan selalu, sedikit sekali (6,67%) menyatakan sering, sebagian besar (66,67%) menyatakan kadangkadang dan sebagian kecil (16,66%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa belum tergugah hatinya untuk melaksanakan perkara yang sunnah, hal ini bisa di lihat sebagian besar menyatakan kadang-kadang. Mari perhatikan pula tentang Pengamalan shalat sunnah sesudah shalat wajib, perhatikan tabel berikut : Tabel 14 Pengamalan shalat sunnah sesudah shalat wajib Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
1 16 13 30
3,33% 53,33% 43,34% 100 %
Pengamalan shalat sunnah sesudah shalat fardhu dari tabel di atas menyatakan bahwa sedikit sekali (3,33%) menyatakan selalu, tidak ada yang menyatakan sering, lebih dari setengah (53,33%) menyatakan kadang-kadang dan hampir setengahnya
50
(43,34%) menyatakan tidak pernah melaksanakan. Dapat disimpulkan tidak jauh berbeda dengan shalat sunnah sebelum shalat fardhu, siswa belum tergugah hatinya untuk melaksanakan perkara yang sunnah. Tabel 15 Pengamalan shalat sunnah Dhuha Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
6 14 8 2 30
20,00% 46,67% 26,67% 6,66% 100 %
Dari tabel di atas sebagian kecil (20,00%) siswa menyatakan selalu, hampir setengahnya
(46,67%) menyatakan sering, sebagian kecil (26,67%) menyatakan
kadang-kadang dan sedikit sekali (6,66%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa Pengamalan shalat dhuha sudah terbiasa dilakukan oleh siswa karena sebelum jam pertama di mulai maka terlebih dahulu di adakan shalat sunnah dhuha di masjid Al-Ihsan. Tabel 16 Pengamalan shalat sunnah tahajjud Option Frekwensi Prosentase Selalu 2 6,67% Sering Kadang-kadang 10 33,33% Tidak pernah 18 60,00% Jumlah 30 100 % Dari tabel di atas sedikit sekali (6,67%) siswa menyatakan selalu, tidak ada yang menyatakan sering, sebagian kecil (33,33%) menyatakan kadang-kadang dan sebagian besar (60,00%) menyatakan tidak pernah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Pengamalan shalat sunnah tahajjud hanya sedikit sekali yang melaksanakan, dan
51
sebagian besar menyatakan tidak pernah, hal ini wajar karena sekolah siswa pada pagi hari, jadi mungkin jikalau pada malam hari melaksanakan shalat tahjjud, di takutkan pagi harinya tidak efektif untuk melakukan proses belajar di sekolah. 2. Tentang Pengamalan Ibadah Puasa Siswa Untuk mengetahui pengamalan siswa tentang ibadah puasa, perhatikan tabel berikut : Tabel 17 Pengamalan puasa bulan Ramadhan Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
Dari hasil tabel di atas
27 3 30
90,00% 10,00% 100 %
hampir seluruhnya (90,00%) menyatakan selalu,
sebagian kecil (10,00%) menyatakan sering melaksanakan puasa bulan Ramadhan, tidak ada yang menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa kesadaraan siswa melaksanakan puasa wajib sangat baik. Selanjutnya untuk mengetahui jika berbuka puasa membaca do’a atau tidak, perhatikan tabel berikut : Tabel 18 Pengamalan membaca do’a berbuka puasa Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
25 2 2 1 30
83,33% 6,67% 6,67% 3,33% 100 %
52
Dari tabel hasil tabel di atas
sebagian besar (83,33%) menyatakan selalu,
sedikit sekali (6,67%) menyatakan sering, sedikit sekali (6,67%) menyatakan kadangkadang dan sedikit sekali (3,33%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa tidak mengabaikan do’a ketika berbuka puasa. Tabel 19 Pengamalan bersedekah di bulan Ramadhan Option Frekwensi Prosentase Selalu 5 16,67% Sering 9 30,00% Kadang-kadang 16 53,33% Tidak pernah Jumlah 30 100 % Tabel di atas menyatakan sebagian kecil (16,67%) siswa menyatakan selalu, sebagian kecil (30,00%) menyatakan sering, lebih dari setengah (53,33%) menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah. Ini menandakan jiwa dermawan siswa sudah mulai kelihatan, karena sebagian kecil selalu dan sering, sedangkan lebih dari setengah yang kadang-kadang bersedekah, ini sudah baik walaupun bersedekahnya kadang-kadang. Tabel 20 Pengamalan makan sahur Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
26 4 30
86,67% 13,33% 100 %
Makan sahur adalah suatu hal yang disunnahkan jika hendak berpuasa, dari hasil tabel di atas sebagian besar (86,67%) siswa menyatakan selalu, sebagian kecil (13,33%) menyatakan sering. Sedangkan tidak ada yang menyatakan kadang-kadang
53
dan tidak pernah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Pengamalan makan sahur dilakukan oleh siswa sebagai energi untuk siang harinya dan sebagai Pengamalan sunnah puasa. Tabel 21 Pengamalan puasa sunnah hari senin dan kamis Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
1 1 11 17 30
3,33% 3,33% 36,67% 56,67 % 100 %
Dalam Pengamalan puasa sunnah senin dan kamis tabel menunjukkan bahwa sedikit sekali (3,33%) menyatakan selalu, sedikit sekali (3,33%) menyatakan sering, sebagian kecil (36,67) menyatakan kadang-kadang dan lebih dari setengah (56,67%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa belum mau melaksanakan puasa sunnah, ini ditandai dengan lebih dari setengah tidak pernah melaksanakan puasa sunnah senin dan kamis.
3. Tentang Kebiasaan Berdo’a siswa Do’a merupakan
suatu upaya memohon kepada Allah agar maksud dan
tujuan seseorang tercapai. Tentu saja tujuan tersebut tidak hanya dicapai dengan do’a melainkan harus didahului oleh usaha yang maksimal. Berikut kita perhatikan tabel Pengamalan do’a siswa setelah berwudhu :
54
Tabel 22 Pengamalan do’a selesai wudhu Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
11 5 14 30
36,67% 16,67% 46,66% 100 %
Dari hasil tabel tersebut di atas sebagian kecil (36,67%) menyatakan selalu, sebagian kecil (16,67%) siswa menyatakan sering, hampir setengahnya (46,66%) menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah berdo’a. Dapat disimpulkan bahwa siswa cukup mempunyai kesadaran untuk melaksanakan apa yang telah mereka ketahui. Tabel 23 Pengamalan do’a bila mendengar adzan Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
2 4 21 3 30
6,67 % 13,33% 70,00 % 10 ,00% 100 %
Tabel di atas menyatakan sedikit sekali siswa (6,67%) yang menyatakan selalu berdo’a bila mendengar adzan, sebagian kecil (13,33%) menyatakan sering, sebagian besar (70,00%) menyatakan kadang-kadang dan sedikit sekali (10,00%) menyatakan tidak pernah berdo’a. Dapat disimpulkan bahwa siswa belum sadar dengan seruan untuk beribadah yaitu adzan, sehingga lalai / tidak melaksanakan shalat di awal waktu. Untuk mengetahui perhatikan tabel berikut :
kebiasaan siswa berdo’a sehabis shalat fardhu, mari
55
Tabel 24 Pengamalan do’a sehabis shalat fardhu Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
17 4 7 2 30
56,67 % 13,33 % 23,33 % 6,67 % 100 %
Dari hasil tabel di atas lebih dari setengah (56,67%) siswa menyatakan selalu berdo’a, sebagian kecil (13,33%) menyatakan sering, sebagian kecil (23,33%) menyatakan kadang-kadang dan sedikit sekali (6,67 %) menyatakan tidak pernah. Ini menandakan bahwa siswa sadar akan perkara sunnah yaitu berdo’a setelah shalat fardhu, ataupun melakukan zikir dan lain-lain. Tabel 25 Pengamalan do’a ketika mulai belajar Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
20 2 7 1 30
66,67 % 6,67 % 23,33% 3,33% 100 %
Dari tabel di atas sebagian besar (66,67%) siswa menyatakan selalu berdo’a jika hendak belajar, sedikit sekali (6,67%) menyatakan sering, sebagian kecil (23,33%) menyatakan kadang-kadang dan sedikit sekali (3,33%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa menyatakan suka berdo’a, ini menandakan bahwa siswa siap untuk belajar.
Dan sedikit sekali yang tidak siap.
56
Tabel 26 Pengamalan do’a bila hendak makan Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
19 5 6 30
63,33 % 16,67 % 20 ,00 % 100 %
Dari tabel di atas tentang Pengamalan do’a bila hendak makan, sebagian besar (63,33%) siswa menyatakan selalu, sebagian kecil (16,67%) menyatakan sering, sebagian kecil (20,00%) menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa suka berdo’a bila hendak makan dan tidak tergesa-gesa.
Tabel 27 Pengamalan do’a jika selesai makan Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
6 4 18 2 30
20,00 % 13,33 % 60,00 % 6,67 % 100 %
Dari hasil tabel di atas sebagian kecil (20,00%) siswa menyatakan selalu, sebagian kecil (13,33%) menyatakan sering, sebagian besar (60,00%) menyatakan kadang-kadang dan sedikit sekali (6,67%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa kurang bersyukur dengan nikmat yang telah di berikan Allah swt, tidak seperti tabel do’a hendak makan.
57
Tabel 28 Pengamalan do’a jika hendak tidur Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
18 1 11 30
60,00 % 3,33 % 36,67% 100 %
Dari tabel di atas yaitu tentang Pengamalan berdo’a siswa jika hendak tidur, sebagian besar (60,00%) siswa menyatakan selalu, sedikit sekali (3,33%) menyatakan sering, sebagian kecil (36,67%) menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah berdo’a jika hendak tidur. Dapat disimpulkan bahwa siswa seluruhnya berdo’a jika hendak tidur, ini menandakan mereka sudah menjalankan sunnah berdo’a jika hendak tidur. Berikut kita perhatikan tabel do’a bangun tidur :
Tabel 29 Pengamalan do’a pada waktu bangun tidur Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
2 1 20 7 30
6,67 % 3,33 % 66,67 % 23, 33 % 100 %
Dari hasil tabel di atas sedikit sekali (6,67%) siswa menyatakan selalu, sedikit sekali (3,33%) menyatakan sering, sebagian besar (66,67%) menyatakan kadangkadang dan sebagian kecil (23,33%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa belum sadar dengan do’a bangun tidur, ini menandakan siswa tidak bersyukur dengan siapa yang membangunkannya dari tidur.
58
Tabel 30 Pengamalan do’a bila keluar rumah Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
4 3 13 10 30
13,33 % 10,00 % 43,34 % 33,33% 100 %
Dari hasil tabel di atas sebagian kecil (13,33%) siswa menyatakan selalu, sebagian kecil (10,00%) menyatakan sering, hampir setengahnya (43,34%) menyatakan kadang-kadang dan sebagian kecil (33,33%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan kesadaran siswa untuk berdo’a bila keluar rumah belum diterapkan dengan baik, karena bagaimanapun ketika akan bepergian atau hendak keluar rumah, kita harus senantiasa berdo’a dan minta perlindungan kepada Allah swt. Perhatikan tabel terakhir kebiasaan berdo’a bila akan memakai pakaian : Tabel 31 Pengamalan do’a bila hendak berpakaian Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
2 10 18 30
6,67 % 33,33% 60,00% 100 %
Dari hasil tabel di atas sedikit sekali (6,67%) menyatakan selalu, tidak ada yang menyatakan sering, sebagian keci (33,33%) menyatakan
kadang-kadang dan
sebagian besar (60,00%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa selalu tergesa-gesa bila akan memakai pakaian, ataupun siswa banyak yang belum hafal dengan do’a bila hendak berpakaian.
59
4.
Tentang Mengaji Al-Qur’an Siswa Membaca Al-Qur’an merupakan suatu hal yang sangat di sunnahkan dalam
ajaran Islam, karena Al-Qur’an adalah risalah yang dibawa oleh nabi Muhammad saw, dari zaman dahulu hingga sekarang masih terjaga keasliannya. Untuk itu mari kita perhatikan tabel membaca Al-Qur’an siswa : Tabel 32 Pengamalan membaca Al-Qur’an Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
5 2 20 3 30
16,66% 6,67 % 66,67 % 10,00 % 100 %
Dari tabel di atas sebagian kecil (16,66%) siswa menyatakan selalu, sedikit sekali (6,67%) menyatakan sering, sebagian besar (66,67%) menyatakan kadang-kadang dan sebagian kecil (10,00%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan siswa belum dapat menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim dengan membaca Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an adalah pegangan dan pedoman hidup orang Islam. Berikut kita perhatikan usaha yang dilakukan orang tua, jika siswa belum pandai membaca Al-Qur’an, apakah orang tua suka menyuruh untuk mempelajarinya :
60
Tabel 33 Pengamalan membaca Al-Qur’an jika belum pandai Option Frekwensi Prosentase 0Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
18 6 6 30
60,00% 20,00% 20,00% 100 %
Dari hasil tabel di atas sebagian beasar (60,00%) siswa menyatakan selalu, sebagian kecil (20,00%) menyatakan sering, sebagian kecil (20,00%) menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa setiap orang tua siswa berarti memperhatikan benar dengan keadaan anaknya dengan menyuruh mereka mempelajari Al-Qur’an.
Tabel 34 Pengamalan mempelajari Al-Qur’an Option Frekwensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
16 3 11 30
53,33% 10,00 % 36,67 % 100 %
Tabel di atas menyatakan lebih dari setengah (53,33%) siswa menyatakan selalu, sebagian kecil (10,00%) menyatakan sering, sebagian kecil (36,67%) menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah. Ini mengindikasikan bahwa semangat siswa untuk mempelajari Al-Qur’an sangat besar.
61
Tabel 35. Rekapitulasi Pengamalan Ibadah Siswa SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta N = 30 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Pengamalan siswa
ibadah
Shalat lima waktu Shalat di awal waktu Shalat berjama’ah Shalat sunnah qabliyah Shalat sunnah ba’diyah Shalat sunnah dhuha Shalat tahajjud Puasa Ramadhan Berbuka puasa dengan berdo’a Bersedekah bulan Ramadhan Makan sahur Puasa sunnah senin kamis Berdo’a selesai wudhu Berdo’a bila mendengar adzan Berdo’a sehabis shalat fardhu Berdo’a ketika mulai belajar Berdo’a bila hendak makan Berdo’a jika selesai makan Berdo’a jika hendak tidur Berdo’a ketika bangun tidur Berdo’a bila keluar rumah Berdo’a bila akan berpakaian
F (%) 8 (26,67%) 2 (6,67%) 3 (10,00%)
Jawaban Sering Kadangkadang F (%) F (%) 2 (6,66%) 20 (66,7%) 5 (16,67%) 22 (73,33%) 5 (16,67%) 21 (70,00%) 2 (6,67%) 20 (66,67%)
F (%) 3 (10,00%) 2 (6,66%) 5 (16,66%)
1 (3,33%)
-
16 (53,33%)
13 (43,34%)
6 (20,00%)
8 (26,67%)
2 (6,66%)
2 (6,67%) 27 (90,00%) 25 (83,33%)
14 (46,67%) 3 (10,00%) 2 (6,67%)
10 (33,33%) 2 (6,67%)
18 (60,00%) 1 (3,33%)
5 (16,67%)
9 (30,00%)
16 (53,33%)
-
26 (86,67%) 1 (3,33%)
4 (13,33%) 1 (3,33%)
11 (36,67%)
17 (56,67%)
11 (36,67%)
5 (16,67%)
14 (46,66%)
-
2 (6,67%)
4 (13,33%)
21 (70,00%)
3 (10,00%)
17 (56,67%)
4 (13,33%)
7 (23,33%)
2 (6,67%)
20 (66,67%)
2 (6,67%)
7 (23,33%)
1 (3,33%)
19 (63,33%)
5 (16,67%)
6 (20,00%)
-
6 (20,00%)
4 (13,33%)
18 (60,00%)
2 (6,67%)
18 (60,00%)
1 (3,33%)
11 (36,67%)
-
2 (6,67%)
1 (3,33%)
20 (66,67%)
7 (23,33%)
4 (13,33%)
3 (10,00%)
13 (43,34%)
10 (33,33%)
2 (6,67%)
-
10 (33,33%)
18 (60,00%)
Selalu
Tidak Pernah
62
23
Membaca Al-Qur’an setiap hari 24 Membaca Al-Qur’an jika belum pandai 25 Keinginan mempelajari AlQur’an Total Prosentase
5 (16,67%)
2 (6,67%)
20 (66,67%)
3 (10,00%)
18 (60,00%)
6 (20,00%)
6 (20,00%)
-
16 (53,33%)
3 (10 %)
11(36,67 %)
-
820,01 %
290 %
1033,34 %
356,65 %
Rata-rata Prosentase
32,80 %
11,60 %
41,33 %
14,27 %
D.
Efek Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta Terhadap Pengamalan Ibadah Siswa Dari hasil tabel di atas dapat dirata-ratakan pengamalan ibadah siswa secara
keseluruhan sebagai berikut : Selalu
: 32 , 8 %
Sering
: 11, 6 %
Kadang-kadang
: 41, 33 %
Tidak pernah
: 14, 27 %
Dari rata-rata di atas dapat dianalisa bahwa yang tertinggi siswa menyatakan kadang-kadang, urutan kedua yaitu yang menjawab selalu, selanjutnya tidak pernah dan terakhir yang menjawab sering. Maka dapat dikatakan efek pelaksanaan pendidikan agama Islam terhadap pengamalan ibadah di SMP ISLAM AL-IHSAN yaitu mencapai rata-rata 44,4 % (jumlah antara yang menyatakan selalu dan sering), masuk kategori kurang baik. Berdasarkan rata-rata prosentase di atas dari aspek pengamalan ibadah shalat, berdo’a dan mengaji Al-Qur’an.
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP ISLAM AL-IHSAN dapat dikatakan cukup baik. Lihat rata-rata prosentase 61,25 %. Dan juga terlihat dari kondisi proses belajar mengajar, metode yang diterapkan guru serta sarana-sarana penunjang yang terdapat di sekolah tersebut.
2.
Pengamalan ibadah siswa masih kurang berdasarkan rata-rata prosentase hanya mencapai 44,40 %.
3.
Efek pelaksanaan pendidikan agama Islam terhadap pengamalan ibadah ada, tetapi kecil sekali.
Pendidikan agama di sekolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pengetahuan siswa tentang ajaran agama sehingga mereka
taat
melaksanakan ajaran agamanya terutama mengenai ibadah. Kerjasama pihak sekolah dan keluarga siswa sangat membantu keberhasilan dari pendidikan agama Islam. Karena faktor keluarga juga sangat penting dalam pengamalan ibadah siswa sehari-hari. B.
Saran Berdasarkan kesimpulan dari apa yang penulis simpulkan tadi, maka penulis
memberikan saran-saran sebagai berikut :
63
64
1.
Kepada seluruh siswa agar senantiasa meningkatkan pengetahuan dan pemahaman Islam dengan cara aktif mengikuti kegiatan pendidikan di sekolah. Dan meningkatkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari hari terutama dalam hal beribadah sebagai realisasi atas pemahaman ajaran Islam yang telah diperoleh di sekolah.
2.
Perlu juga dipertimbangkan dalam mengajar guru memberikan bimbingan dengan mengajarkan dan
melatih agar siswa dapat mengamalkan ibadah
dengan sebaik-baiknya. Dan membuat buku monitoring sekitar pengamalan ibadah siswa. 3.
Orang tua di rumah lebih aktif dalam memberikan bimbingan dan mengingatkan anaknya untuk melaksanakan ibadah khususnya ibadah-ibadah wajib.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Abdurrahman Saleh , Teori-teori Pendidikan berdasarkan AlQur’an..(Terjemah, H. M Arifin dan Zainuddin), (Jakarta : Rieneka Cipta, 1994). cet. ke-2 Ahmad, M. dkk, Pengembangan Kurikulum.(Bandung : Pustaka Setia, 1998),cet. ke-1 Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta : Ciputat Pers, 2002) cet. ke-1 Arifin, M, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 1996) cet. ke -4 Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta : Bumi Aksara, 2002), cet. ke-3 Ash Shiddiqy, Hasby , Kuliah Ibadah, (Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, 2000), cet. ke-1 Daradjat, Zakiah , Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), cet. ke-5 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : CV Penerbit J-Art, 2005) Departemen Diknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), cet. ke-3 Depdiknas, Badan Standar Nasional Pendidikan, (tp, 2006) Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP & MTs, (Jakarta : Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2003) Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru van Hoeve, 1999), cet. ke-3 Hadi, Sutrisno, Metodologi Riset,(Yogyakarta : Andi offset, 1990), cet. ke-1. Majieb , M. Abdul dkk. Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta : PT Pustaka Firdaus, 1995), cet. ke-2 Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1989) Nasution, S, Metode Reseach, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006), cet. ke-8 Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis ,( Jakarta : Ciputat Pers, 2002), cet. ke-1
65
66 ……………., Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000) Poerwadarminta, W. j. s. Kamus Umum Bahasa Indonesia,( Jakarta : Balai Pustaka, 1985), cet. ke-8 Purwanto, Ngalim , Prinsip-prinsip dan tehnik Evalusi Pengajaran,(Bandung : Rosda Karya, 2002). cet. ke-11 Ritonga,
A. Rahman, Fiqh Ibadah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2002), cet. ke-2
Surahman, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Tehnik ( Bandung : Tarsito, 1992), cet. ke-1 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002), cet. ke-7 Tafsir,
Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,( Bandung : Remaja Rosdakarya,1992), cet. ke -1
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung : Fokus Media 2006) Usman, M. Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam , (Jakarta : Ciputat Pers, 2002) cet. UUD 1945 Hasil Amandemen, (Jakarta : Sinar Grafika, 2005), cet. ke-2 Yusuf, Tayar, Metodologi Pengajaran Agama Islam dan Bahasa Asing,(Jakarta : PT Raja Grafindo, 1995), cet. ke-1.