PROTOKOL SAMPLING DI TEMPAT PENDARATAN/PELABUHAN (PORT SAMPLING PROTOCOL)
PENDAHULUAN Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Secara operasional penangkapan, sumber daya ikan dibagi ke dalam kelompok ikan pelagis kecil, pelagis besar, demersal, udang dan biota lainnya. Dokumentasi yang paling lengkap tentang jenis-jenis ikan dewasa ini terangkum dalam karya monumental “The Fishes of the Indo-Australian Archipelago” yang disusun dalam belasan volume oleh Profesor Max Weber dan Profesor L.F. de Beaufort, antara tahun 1913 sampai tahun 1953. Jauh sebelumnya, yaitu pada tahun 1859 seorang sarjana, militer/angkatan darat dan naturalis Belanda, Dr. Pieter Bleeker yang bekerja di Batavia, telah menyusun ‘checklist’ sebanyak 341 spesies ikan yang diterbitkan pada tahun 1878. Referensi yang cukup baik untuk digunakan dalam mengidentifikasi ikan di lapangan dewasa ini, antara lain adalah “FAO species identification sheets for fishery purposes” (Fischer and Whitehead, 1974), yang dewasa ini sudah di perbaharui menjadi 6 Volume, Gloerfelt-Tarp and Kailola (1985) dan dua buah buku yang disusun oleh Munro (1967). Dari aspek taksonomis, tampak bahwa sumber daya ikan di perairan Indonesia ini sangat banyak jenisnya, sehingga bagi upaya pengelolaan dan pemanfaatan yang optimal dan berlanjut akan memerlukan kajian-kajian ‘natural history’ dan dinamika populasi dari sumber daya ikan tersebut secara lebih mendalam. Sumber Daya Ikan Demersal Ikan demersal adalah jenis-jenis ikan yang sebagian besar masa kehidupannya berada di dasar atau dekat dasar perairan. Ciri-ciri utama kelompok sumber daya ikan demersal antara lain adalah ; membentuk gerombolan yang tidak terlalu besar, gerak ruaya yang tidak terlalu jauh, gerak/aktifitas yang relatif rendah. Kelompok ikan demersal biasanya tertangkap oleh alat-alat yang dioperasikan di dasar seperti trawl (pukat ikan, pukat udang), gill net tetap dan bubu). Ikan demersal yang paling umum dikenal masyarakat antara lain adalah; kakap merah/bambangan, bawal putih, manyung, kuniran, kurisi, gulamah, layur, beloso dan peperek. Secara ekologis udang merupakan sumber daya demersal. Karena posisinya sebagai komoditas ekspor perikanan yang sangat penting dan sifat-sifat biologi yang berbeda dari ikan pada umumnya, upaya pengkajian stoknya biasanya dilakukan secara terpisah.
SAMPLING DESIGN Intruksi berikut digunakan untuk melakukan sampling pada kapal trawl/cantrang yang membongkar ikan di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Pangkalan Pendratan Ikan (PPI) dan/atau Pelabuhan Perikanan (Pantai, Nusantara, Samudera). Petugas sampling (Enumerator) harus memantau dan mencatat secara rinci dari tiap kegiatan bongkar dan total hasil tangkapan dari semua kapal trawl/cantrang yang masuk pelabuhan (Enumerator harus berkordinasi dengan petugas TPI/PPI/PP).
Tabel berikut merupakan informasi untuk masing-masing data yang akan dikumpulkan. Data Nama Kapal Tanggal mendarat Daerah penangkapan Waktu trip (hari) Total hasil tangkapan Jenis ikan
Deskripsi Nama dari kapal trawl (cantrang; set gill net; bubu; rawai dasar; alat tangkap dasar lainnya. Tanggal masuk pelabuhan Daerah penangkapan utama (Tunjukkan Peta dgn grid, kira-kira pada lokasi-lokasi mana kapal tsb menangkap) Jumlah hari penangkapan efektif Jumlah hasil tangkapan yang dicatat (interview kapten/ juragan/perusahaan. Tiap jenis dicatat beratnya (kalau ada informasinya)
Setelah informasi dasar tersebut dicatat, enumerator berusaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan hasil tangkapan melalui ‘sampling’. Kegiatan sampling hasil tangkapan trawl secara umum dapat mengikuti prosedur yang diuraikan Losse and Dwiponggo (1977) tentang ‘Sampling Procedures’ yang dilakukan di Kapal Riset”, yaitu setelah ‘cod end’ di buka dan hasil tangkapan di tumpahkan di dek, langkah berikutnya adalah: 1. Pisahkan ular laut, binatang berbisa lainnya, penyu laut, jika masih hidup kembalikan ke laut. Catat jenis dan jumlahnya. Pisahkan semua jenis sampah anorganis dan tanaman. Catat material dan jenisnya. 2. Pisahkan ikan berukuran besar – (Larger Food Fish – LFF - di Laut Jawa > 250 gr individu), tempatkan pada wadah tersendiri (Tabel 1). 3. Cuci hasil tangkapan yang ada (ikan berukuran kecil) dan aduklah dengan skop. 4. Pindahkan hasil tangkapan ke dalam keranjang (box). Keranjang diisi dan pastikan agar isi keranjang kira-kira sama beratnya. 5. Hitunglah jumlah keranjang yang berisi ikan kecil dan catat, 6. Ambillah satu keranjang untuk tiap lima buah secara acak untuk sub-sampling. Catat keranjang untuk sub-sampling sebagai B1, B2, B3 ……… dan seterusnya. 7. Lakukanlah untuk masing-masing keranjang sub-sampling sbb.: - Timbang semua ikan yang ada dalam B1 dan catat, - Tempatkan ikan dalam B1 ke meja sortir untuk dipilah-pilah menurut species (ikan, udang/krustasea dan lainnya) dan secara taxonomis, species, genus, family dan kelompok lainnya (ikan/krustasea yang tidak biasa dikonsumsi) - Ulangi prosedur tersebut untuk wadah lainnya, B2, B3 dan seterusnya.
Kegiatan ‘sorting’ merupakan inti dari kegiatan ‘sampling’ karena jenis-jenis ikan demersal yang cukup banyak. Di Laut Jawa, biasa tertangkap antara 30-40 species group. Kunci keberhasilan adalah sejauh mana para ‘enumerator’ mengetahui/mengenal nama-nama ikan demersal tersebut.
8. Jika yang disortir lebih dari satu keranjang, hitunglah/jumlahkan, untuk tiap species - bobot dan jumlah individunya dalam semua keranjang yang disortir. 9. Kalikanlah jumlah dan bobot ikan & invertebrate menurut species dengan rasio jumlah keranjang yang tidak disortir dengan yang disortir (RF, raising factor), 10. Timbang dan hitung (ekor) ikan berukuran besar pada langkah (3) menurut species (ikan berukuran besar ditimbang satu-per-satu dan diukur panjangnya), 11. Tambahkan, jika ada ‘overlap’ (untuk species tertentu/sama yang ada dalam keranjang ikan kecil yang disortir dan yang ada dalam wadah ikan besar) bobot dan jumlahnya (Langkah 11 ke dalam langkah 10) 12. Langkah 12 (dan 11, jika tidak ada overlap) menghasilkan dugaan hasil tangkapan total (bobot dan individu). Catat jumlah dan beratnya dalam fishing log yang sudah disiapkan, lalu konversikan ke dalam ‘catch per-unit’ jika lama penarikan jarring kurang atau lebih dari satu jam. 13. Selain melakukan sampling hasil tangkapan, identifikasi dan pencatatan, para enumerator harus melakukan kegiatan berikut: a. Melakukan pengukuran frekuensi panjang dan mengumpulkan datanya, b. Mengumpulkan informasi biologi lainnya (TKG … dll.) c. Mengumpulkan dan mengawet sample untuk studi lanjutan.
Dari ke 13 langkah tersebut (trawl kapal riset), coba di perkirakan, pada langkah ke berapa pada saat anda tiba/melakukan sampling di pelabuhan. Tentukan langkah tersebut dan lanjutkan langkah/prosedur berikutnya, sampai selesai.
Untuk kegiatan sampling di pelabuhan (Port Sampling) dimana enumerator harus melakukan sampling sendiri, coba berkomunikasi dengan kapten/juragan untuk dapat: - ‘Meminjam’ beberapa keranjang ikan yang akan diamati (enumerasi). -
Kalau tidak memungkinkan utk meminjam, (untuk para Peneliti biologi) coba usahakan untuk membeli beberapa keranjang ikan (yang akan diteliti) yang biasanya sudah di ‘sortir’.
-
Untuk mendapatkan gambaran tentang komposisi hasil tangkapan dapat dilakukan dengan cara menghitung semua keranjang yang didaratkan dan mencatat jenis ikan yang ada dalam keranjang tersebut. Catat estimasi berat ikan per-keranjang.
References Losse, G.F. and A.Dwiponggo., 1977. Report on the Java Sea southeast monsoon trawl survey June-December 1976. Contrib. of the Demersal Fish.Project No. 3-1977 LPPL/GTZ. 119 p.