PARTISIPASI PETERNAK KAMBING ATAU DOMBA DI KABUPATEN BOGOR DALAM PROGRAM VAKSINASI ANTRAKS
AGENG SYARIF DWIDZURIPUTRA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Partisipasi Peternak Kambing atau Domba di Kabupaten Bogor dalam Program Vaksinasi Antraksadalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2014 Ageng Syarif Dwidzuriputra NIM B04070110
ABSTRAK AGENG SYARIF DWIDZURIPUTRA. Partisipasi Peternak Kambing atau Domba di Kabupaten Bogor dalam Program Vaksinasi Antraks.Dibimbing oleh ETIH SUDARNIKA dan CHAERUL BASRI. Vaksinasi merupakan salah satu upaya pencegahan dan pengendalian antraks yangdalam pelaksaannyamenemukan kendala yaitu kurangnya partisipasi peternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor pendorong kesediaan peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang untuk melakukan vaksinasi antraks. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei dengan total responden sebanyak 60 peternak yang dipilih menggunakan metode acak bertingkat yang berasal dari tiga desa yaitu Citaringgul, Kadumanggu, dan Karang Tengah. Analisis data penelitian ini menggunakan uji khi-kuadratdan pendugaan nilai Risiko Relatif (RR). Faktor-faktor pendorong peternakdalam melakukan vaksinasi antraks yaitu pernah mendapatkan penyuluhan secara langsung dengan nilai risiko relatif 2.84(RR=2.84; SK=1.55-5.29) dan pernah mengalami kendala dalam melakukan vaksinasi dengan nilai risiko relatif 1.96 (RR=1.96; SK=1.20-3.19). Kata kunci: antraks, kabupaten bogor, partisipasi, vaksinasi.
ABSTRACT AGENG SYARIF DWIDZURIPUTRA Participation of Goat or Sheep Farmers at Bogor District in Anthrax Vaccination Programme. Supervised by ETIH SUDARNIKA and CHAERUL BASRI. Vaccination was an effort in preventing and controlling anthrax. The aim of this study was to identify the supporting factors that affected participant in anthrax vaccination of goat or sheep farmers at Bogor District using survey method by interviewing using questionnaire. Total respondents were 60 farmers from Citaringgul, Karang Tengah, and Kadumanggu Village. Respondents were choosen by using multistage random sampling method. The data were analysed using chi-square method and estimated Relative Risk (RR) value. The factors that supported farmers to participate in vaccination anthrax program were direct extention with relative risk value 2.84 (RR=2.84; SK=1.55-5.29) and the obstacles faced by farmers in anthrax vaccinating with relative risk value 1.96 (RR=1.96; SK=1.20-3.19). Keyword: anthrax, bogor district, participation, vaccination.
PARTISIPASI PETERNAK KAMBING ATAU DOMBA DI KABUPATEN BOGOR DALAM PROGRAM VAKSINASI ANTRAKS
AGENG SYARIF DWIDZURIPUTRA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi: Partisipasi Peternak Kambing atau Domba di Kabupaten Bogor dalam Program Vaksinasi Antraks Nama : Ageng Syarif Dwidzuriputra NIM : B04070110
Disetujui oleh
Dr Ir Etih Sudarnika, MSi Pembimbing I
Drh Chaerul Basri, MEpid Pembimbing II
Diketahui oleh
Drh H Agus Setiyono, MS, PhD, APVet Wakil Dekan
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulisan skripsi inidapat diselesaikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB). Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Ir. Etih Sudarnika, M.Si dan Bapak Drh. Chaerul Basri M.Epid selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan nasehat yang membangun serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen dan staf karyawan Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor yang membantu penulis dalam memberikan informasi tentang antraks di Kabupaten Bogor. Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala amal ibadah dan kebaikan kepada mereka semua.Kesalahan dalam penulisan skripsi ini tentu datang dari saya pribadi.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. Bogor, Januari 2014 Ageng Syarif Dwidzuriputra
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
PENDAHULUAN
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
METODE
2
Kerangka Konsep
2
Tempat dan Waktu
3
Desain Penelitian
3
Teknik Penarikan Sampel
3
Teknik Pengumpulan Data
3
Desain Penelitian
4
Definisi Operasional
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Karakteristik Peternakan
5
Managemen Peternakan
7
Managemen Kesehatan Ternak
7
Riwayat Kejadian Penyakit Antraks
9
Akses Informasi dan Tingkat Pengetahuan Peternak
10
Hubungan Antara Karakteristik Peternak Terhadap Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks
11
Hubungan Antara Riwayat Kejadian dan Manajemen Kesehatan Ternak Terhadap Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks
12
Hubungan Antara Akses InformasiTerhadap Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks 15 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Terhadap Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks SIMPULAN DAN SARAN
16 17
Simpulan
17
Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
17
RIWAYAT HIDUP
18
DAFTAR TABEL 1 2
Definisi operasional peubah penelitian Karakteristik peternakankambing ataudomba di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor 3 Sarana informasi yang dimiliki peternak di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor dalam program vaksinasi antraks 4 Manajemen pemberian pakan ternak di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor 5 Manajemen kesehatan ternak di Kecamatan Babakan Madang kabupaten Bogor 6 Sarana informasi yang dimiliki peternak kambing atau domba di kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor dalam melakukan vaksinasi antraks serta kendala yang dihadapi 7 Jumlah kejadian pada manusia dan ternak yang terserang penyakit antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor 8 Hubungan karakteristik peternakan terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor 9 Hubungan tingkat pengetahuan peternak terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor 10 Hubungan sarana informasi terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten bogor 11 Hubungan manajemen kesehatan terhadap kesediaan peternak melakukan vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor 12 Hubungan riwayat kejadian antraks terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang kabupaten Bogor
3 5 6 7 8 9
10 10 12 13 14 15
PENDAHULUAN Latar Belakang Beternak merupakan salah satu usaha yang banyak dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Bogor. Jenis ternak yang sering dipelihara yaitu kambing atau domba karena tidak perlu memiliki modal yang besar. Selain itu ternak ini dipilih karena memiliki daya adaptasi yang tinggi, serta pakan yang diberikan bisa memanfaatkan hasil dari usaha tani. Pada tahun 2005 telah terjadi kasus kematian enam orang meninggal di desa Citaringgul Kabupaten Bogor yang disebabkan oleh memakan daging ternak yang terinfeksi antraks (Noor 2001; Natalia dan Adji 2006; Basri dan Kiptiyah 2010). Antraks disebabkan oleh bakteri Bacillus antrhracis yang merupakan bakteri gram positif yang dapat membentuk spora jika terpapar oleh oksigen (Departemen pertanian 2003).Antraks merupakan salah satu senjata biologis yang berbahaya di dunia karena antraks memiliki tingkat kematian, kesakitan, dan membuat rasa panik yang tinggi (Klinman dan Tross 2008). Berbagai upaya telah dilakukan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor untuk mencegah berulangnya kasus antraks dengan mengadakan program vaksinasi antraks dan penyuluhan didaerah-daerah endemis antraks.Vaksinasi adalah pemberian vaksin kedalam tubuh untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus (Soeripto 2002).Namun upaya tersebut belum membuahkan hasil yang optimal karena efek samping dari vaksin spora hidup yang digunakan dan rendahnya kesadaran masyarakat dalam melakukan vaksinasi antraks (Hardjoutomo et al. 1993, Leppla et al.2002). Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mencari faktor-faktorpendorong partisipasi peternak kambing atau domba di Kabupaten Bogor dalam melakukan vaksinasi antraks. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah terdapathubungan antara karakteristik peternakan, riwayat kejadian antraks, manajemen peternakan, akses informasi yang dimiliki peternak dan tingkat pengetahuan peternak terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks.
2
METODE PENELITIAN Kerangka Konsep Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Peubah yang diamati: 1. Karateristik peternak : - Pendidikan - Pekerjaan - Tujuan beternak - Jumlah ternak - Tingkat pengetahuan peternak - Akses informasi
Kesediaan peternak untuk melakukan vaksinasi antraks pada ternaknya
2. Manajemen peternakan dan riwayat kejadian antraks - Manajemen pemberian pakan - Manajemen kesehatan ternak - Vaksinasi antraks - Riwayat kejadian antraks
Gambar 1. Kerangka konsep penelitian
Definisi operasional yang digunakan di dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
3 Definisi Operasional Tabel 1 Definisi operasional peubah penelitian No 1
Peubah Pendidikan
2
Pekerjaan
3
Ternak untuk dijual
4
Jumlah ternak
5
Keluarga pernah terinfeksi antraks
6
Ternak pernah terinfeksi antraks
7
Ternak pernah sakit
8
Ternak pernah mati
9
Tanggapan peternak tentang pentingnya vaksinasi antraks
10
Ternak pernah diberikan vaksinasi antraks Adanya kendala dalam melakukan vaksinasi antraks
11
12
Kendala dalam melakukan vaksinasi antraks
13
Tingkat pengetahuan
14
Akses informasi
15
Pernah mendapatkan penyuluhan
Definisi Operasional Jenjang pendidikan peternak Mata pencaharian peternak Tujuan dilakukannya kegiatan beternak oleh peternak Jumlah ternak kambing atau domba yang dimiliki oleh peternak Adanya keluarga peternak yang pernah terinfeksi antraks Adanya ternak yang pernah terinfeksi antraks Adanya ternak yang pernah sakit Adanya ternak pernah mati Tanggapan peternak terhadap pentingnya ternak diberikan vaksinasi antraks Adanya ternak yang pernah diberikan vaksinasi antraks Terdapat masalah yang dihadapi ketika melakukan vaksinasi antraks Jenis kendala dalam melakukan vaksinasi antraks
Alat Ukur Kuesioner
Cara Ukur Wawancara
Skala 1= maksimal lulusan SD 2= minimal lulusan SMA 1= ya 2= tidak 1= ya 2= tidak
Kuesioner
Wawancara
Kuesioner
Wawancara
kuesioner
wawancara
Kuesioner
Wawancara
Kuesioner
Wawancara
1= ya 2= tidak
Kuesioner
Wawancara
Kuesioner
Wawancara
Kuesioner
Wawancara
1= ya 2= tidak 1= ya 2= tidak 1= penting 2= tidak penting
Kuesioner
Wawancara
1= ya 2= tidak
Kuesioner
Wawancara
1= ya 2= tidak
Kuesioner
Wawancara
Pengetahuan peternak tentang informasi antraks Cara peternak untuk mendapatkan informasi tentang penyakit antraks Peternak yang mendapatkan sosialisasi secara langsung oleh tenaga ahli kesehatan
Kuesioner
Wawancara
1= mahal, jauh, dan sulit mendapatkan vaksin 2= takut mati dan tidak ada yang memberikan 1= baik 2= sedang
Kuesioner
Wawancara
Kuesioner
Wawancara
1=lebih dari 5 ekor 2=kurang atau sama dengan 5 ekor 1= ya 2= tidak
1= media massa 2= penyuluhan dan selebaran 1= ya 2= tidak
4 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai September 2012. Pengambilan data dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor yaitu Citaringgul, Kadumanggu, dan Karang Tengah. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Epidemiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah studi cross-sectionalatau survei. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai perangkat untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang. Populasi Studi Populasi studi dalam penelitian ini adalah peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang. Kecamatan Babakan Madang dipilih sebagai daerah untuk penelitian ini karena berdasarkan informasi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Kecamatan Babakan Madang merupakan salah satu daerah endemis antraks di Indonesia. Teknik Penarikan Sampel Pemilihan sampel peternak di Kecamatan Babakan Madang dilakukan dengan metodeacak bertingkat mengunakan daftar peternak di Desa tesebut yang berasal dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Jumlah desa yang dipilih secara acak dari Kecamatan Babakan Madang yaitu 3 Desa, kemudian setiap desa dipilih masing-masing 2 rukun warga (RW), setiap RW dipilih masing-masing 2 rukun tetangga (RT), dan setiap RT dipilih 5 peternak kambing atau domba secara acak untuk dilakukan wawancara. Jumlah responden pada penelitian ini berjumlah 60 peternak. Data diperoleh dengan melakukan wawancara secara langsung terhadap peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang dengan menggunakan kuesioner tertutup dan semi terbuka. Kuesioner yang digunakan terdiri atas pertanyaan yang meliputi identitas peternak, manajemen pemeliharaan, kesehatan ternak, riwayat kejadian antraks serta tingkat pengetahuan masyarakat mengenai antraks, vaksinasi antraks oleh masyarakat, dan tanggapan masyarakat terhadap program pemerintah tentang vaksinasi. Kuesioner yang digunakan merujuk kepada literatur-literatur tentang profil peternakan kambing atau domba yaitu karakterisik peternak, kesehatan ternak, riwayat kejadian antraks, vaksinasi antraks, akses informasi, dan pengetahuan tentang antraks. Adapun untuk mengukur pengetahuan peternak tentang antraks disajikan dengan jawaban “benar”, “salah”, dan “tidak tahu”.
5 Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan uji khi-kuadratdan pendugaan nilai risiko relatif (RR) masing-masing peubah untuk menghitung derajat asosiasi antara kesediaan mengikuti program vaksinasi tehadap karakteristik peternak, managemen kesehatan ternak, riwayat kejadian antraks, akses informasi, dan tingkat pengetahuan peternak. Pengolahan data ini menggunakan program SPSS 16.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Karakteristik peternak di Kecamatan Babakan Madang meliputi, pendidikan, pekerjaan utama, kepentingan beternak, dan jumlah ternak yang dimiliki yang dapat dilihat secara rinci pada Tabel 2.
Tabel 2Karakteristik peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor No 1
2
3
4
Karakteristik Peternak Pendidikan - Maksimal lulusan SD - Maksimal lulusan SMP Beternak sebagai usaha - Sampingan - Utama Beternak untuk dijual - Ya - Tidak Jumlah ternak yang dimiliki - Lebih dari 5 ekor - Kurang dari 5 ekor
Jumlah Responden
% dari total responden 57 3
95 5
56 4
93 7
57 3
95 5
24 36
40 60
Data pada Tabel 2 menunjukkan pendidikan terakhir peternak kambing atau domba rata-rata maksimal di tingkat sekolah dasar (SD)yaitu sebanyak57 (95%) peternak. Tingkat pendidikan peternak berpengaruh terhadap kemampuan mereka dalam menyerap berbagai informasi yang relevan dengan kegiatan usaha ternaknya, khususnya berkenaan dengan penanganan usaha ternak (Dinas Peternakan 2005) Sebanyak 56 (93%) peternak menyatakan bahwa beternak merupakan usaha sampingan.Peternak yang bertujuan memelihara kambing atau domba untuk dijual yaitu sebanyak 57 (95%) peternak.Parapeternak menyatakan bahwa selain beternak kambing atau domba mereka juga memiliki pekerjaan utama diluar bidang non pertanian sebagai buruh, pegawai swasta dan pedagang. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh wahyuni dan Basuno (2005) di Desa Kadumanggu yaitu beternak kambing atau domba merupakan usaha utama karena mengingat sebagian besar (70%) peternak
6 sudah tua yang tidak bisa mengandalkan tenaga fisiknya lagi untuk bekerja sebagai petani maupun buruh.Jumlah ternak rata-rata yang dipelihara yaituberjumlah kurang dari lima ekor sebanyak 36 (60%) peternak. Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan modal usaha yang dimiliki peternak di Kecamatan Babakan Madang. Akses Terhadap Informasi dan Tingkat Pengetahuan Peternak Pemberian informasi tentang antraks sangat penting dilakukan agar peternak lebih paham bahaya antraks.Tabel 3 berikut akan menjelaskan tentang akses informasi yang dimiliki oleh peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang.
Tabel 3Sarana informasi yang dimiliki peternak di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor dalam program vaksnisasi antraks No 1
2
3
Akses Informasi Media massa - Ya - Tidak Selebaran - Ya - Tidak Pernah mendapatkan penyuluhan - Ya - Tidak
Jumlah peternak
% dari Total Responden
23 37
38 62
58 2
97 3
32 28
53 47
Berdasarkan data di atas, akses informasi paling banyak yang didapatkan peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang yaitu melalui selebaran sebanyak 97% dan sebanyak 53% peternak menyatakan pernah mendapatkan informasi melalui penyuluhan langsung yang dilakukan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Akses informasi lain yang didapatkan oleh peternak yaitu melalui media massa (38%). Keberhasilan peternak dalam mendapatkan informasi tentang penyakit antraks dapat diukur melalui tingkat pengetahuan masyarakat.Tingkat pengetahuan peternak di Kecamatan Babakan Madang masuk dalam kategori baikyaitu sebanyak37 peternak (62%) dan 23 peternak (38%) masuk kedalam kategori buruk terhadap pengetahuan tentang penyakit antraks. Peternak mengetahui bahaya penyakit antraks namun dalam manajemen kesehatan ternak peternak tidak melakukannya secara benar. Manajemen Peternakan Manajemen Pemberian Pakan Manajemen peternakan meliputi manajemen pemberian pakan yaitu jenis pakan dan asal pakan yang diberikan untuk ternak.Tabel 4merupakan tabel manajemen pemberian pakan ternak di Kecamatan Babakan Madang.
7 Tabel 4 Manajemen pemberian pakan ternak di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor No 1
2
Jenis pakan Pakan yang diberikan - Rumput - Hijauanselain rumput - Kulit singkong - Konsentrat Asal Pakan - Dari dalam desa - Dari luar desa
Jumlah responden
% dari total responden
60 53 51 1
100 88 85 2
60 0
100 0
Seluruh ternak di Kecamatan Babakan Madang diberikan pakan rumput (100%).Selain rumput peternak juga menambahkan kulit singkong sebagai pakan pokok utama (88%) karena mudah didapatkan di sekitar desa.Hanya 1 dari 60 (2%) peternak yang menambahkan konsentrat dalam pakan ternaknyaagar ternaknya mendapatkan nutrisi yang cukup sehingga ternak tersebut tidak mengalami kekurangan gizi atau kekurusan sehingga harga jualnya menjadi tinggi. Asal pakan ternak yang diberikan semuanya berasal dari dalam desa mereka sendiri (100%).Hasil kebun yang ditanam semuanya dimanfaatkan untuk pakan ternak.Kulit singkong sebagai pakan ternak memiliki risiko yang besar terhadap infeksi antraks karena tanah yang digunakan untuk berkebun di daerah ini merupakan tanah yang tercemar oleh spora antraks yang dapat bertahan lebih dari 30 tahun di tanah. Manajemen Kesehatan Ternak Penanganan Ternak Sakit dan Mati Pengendalian penyakit antraks sangat dipengaruhi oleh manajemen kesehatan ternak.Manajemen kesehatan ternak meliputi penangan ternak yang sakit dan mati.Manajemen kesehatan ternak di Kecamatan Babakan Madang disajikanpada Tabel 5. Data pada tabel menunjukkan bahwa 30 (50%) peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang pernah menemukan ternaknya sakit.Penyakit pada ternak yang sering ditemukan berupa ternak sangat lemas (43%) dan tidak mau makan (42%).Pengetahuan peternak dalam mendiagnosa penyakit antraks masih kurang baik karena peternak hanya mengetahui bahwa ternak yang terinfeksi antraks hanya jika ternak mengeluarkan darah dari hidung dan anus.Menurut mereka gejala klinis lemas dan kurang nafsu makan hanya dianggap penyakit yang biasa terjadi dan bukan merupakan salah satu gejala penyakit antraks. Sehingga tidak sedikit peternak yang menjual (35%) dan menyembelih (35%) ternaknya dalam kondisi sakit dan hanya 4 peternak (7%) yang akan mengobati ternaknya jika sakit.
8 Tabel 5 Manajemen kesehatan ternak di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor No 1
2
3
4
5
Manajemen Kesehatan Ternak Ternak pernah sakit - Ya - Tidak Gejala klinis yang sering ditemukan - Lemas - Keluar darah dari lubang kumlah - Mati mendadak - Tidak mau makan - Demam Tindakan jika ternak sakit - Diobati - Dijual - Disembelih Ternak pernah mati - Ya - Tidak Tindakan jika ternak mati - Dikubur - Dibakar
Jumlah responsden
% dari total responden
30 30
50 50
26 1 2 25 2
43 2 3 42 3
4 21 21
7 35 35
26 34
43 57
23 7
38 7
Jumlah kematian ternak di Kecamatan Babakan Madangtidak sedikit, yaitu sebanyak 43% peternak pernah menemukan ternaknya mati. Tindakan yang dilakukan oleh peternak jika ternaknya mati yaitu dengan cara mengubur (38%) dan membakar (7%) ternaknya sehingga dapat mengurangi risiko penularan dan penyebaran antraks. Vaksinasi Antraks Vaksinasi merupakan salah satu cara pencegahan penyebaran antraks. Berikut adalah Tabel 6 yang menjabarkan informasi peternak dalam melakukan vaksinasi antraks yang diadakan oleh pemerintah. Salah satu upaya efektif untuk menanggulangi penyakit antraks yaitu dengan pemberian vaksinasi antraks pada ternak.Peternak yang menyatakan pentingnya pemberian vaksinasi antraks pada ternak yaitu sebanyak 55 (92%) peternak.Pada data dapat dilihat sebanyak 38 (63%) peternak mengetahui program vaksinasi dan sebanyak 37% tidak tahu adanya program vaksinasi.Namun sebanyak 29 (48%) peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang mempunyai kendala dalam melakukan vaksinasi antraks.Kendala yang dihadapi peternak dalam memberikan vaksinasi antraks yaitu sulitnya untuk melakukan vaksinasi antraks seperti harga vaksin yang mahal, sulit untuk mendapatkan vaksin, dan tidak ada yang meberikan vaksinasi pada ternak mereka. Selain memiliki kendala ternyata sebanyak 31 (52%) peternak merasa ketakutan jika ternaknya akan sakit dan mati pasca pemberian vaksinasi antraks. Padahal sebanyak 57% peternak di Kecamatan Babakan Madang menyatakan bersedia untuk mengikuti program vaksinasi sedangkan 43% tidak bersedia dengan alasan yang paling umum yaitu tidak tahu adanya program vaksinasi antraks.
9 Tabel 6 Sarana informasi yang dimiliki peternak kambing atau dombadi Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor dalam melakukan vaksinasi antraks serta kendala yang dihadapi No 1
2
3
4
5
Vaksinasi Antraks Tanggapan peternak tentang pentingnya vaksinasi antraks - Penting - Tidak Mengetahui program vaksinasi antraks - Ya - Tidak Punya kendala dalam melakukan vaksinasi antraks - Ya - Tidak Takut matijika diberikan vaksinasi antraks - Tidak - Ya Bersedia mengikuti program vaksinasi antraks - Ya - Tidak
Jumlah
% dari Total Responden
55 5
92 8
38 22
63 37
29 31
48 52
29 31
48 52
34 26
57 43
Riwayat Kejadian Antraks Berulangnya kembali wabah penyakit antraks pada tahun 2001 sampai 2004 di Kecamatan Babakan Madang menjadikan daerah ini endemis antraks (Naipospos 2005). Berikut adalah jumlah kejadian penyakit antraks pada manusia dan ternak yang dijumpai saat pengumpulan data yang dijelaskan pada Tabel 7.
Tabel 7 Jumlah kejadian pada manusia dan ternak yang terserang penyakit antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor No 1
2
Kejadian antraks Keluarga pernah terinfeksi - Ya - Tidak Ternak pernah terinfeksi - Ya - Tidak
Jumlah
% dari Total Responden
2 58
3 97
4 56
7 93
Dari data di atas ditemukan sebanyak dua keluarga (3%) peternak di Kecamatan Babakan Madang pernah terinfeksi antraks.Manusia dapat terinfeksi antraks karena berkontak dengan hewan atau terpapar produk hasil ternak yang terinfeksi antraks (Meric et al. 2008).Tipe penyakit antraks yang menyerang kedua peternak tersebut yaitu tipe pencernaan dan tipe kulit.Ketidaktahuan masyarakat terhadap gejala penyakit antraks menjadi salah satu penyebab tertularnya penyakit antraks pada manusia.Peternak yang tertular penyakit antraks tipe pencernaan dan tipe kulit secara tidak sengaja memakan daging kambing terinfeksi antraks yang tidak menunjukkan gejala klinis penyakit antraks.
10 Terdapat empat peternak (7%) di Kecamatan Babakan Madang yang menyatakan pernah menemukan ternaknya terinfeksi antraks.Gejala klinis yang ditemukan biasanya berupa demam, lemas, keluar darah dari lubang kumlah, bahkan ada yang tidak menunjukkan gejala apapun kemudian langsung mati mendadak. Hubungan Antara Karakteristik Peternakanterhadap Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks Karakteristik peternak yang diamati dalam penelitian ini meliputi pendidikan, pekerjaan utama, tujuan beternak, dan jumlah ternak yang dimiliki.Tabel 8 memperlihatkan hubungan karakteristik peternak terhadap kesediaan mengikuti program vaksinasi antraks.
Tabel 8Hubungan karakteristik peternak terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor No
Peubah (karakteristik peternak)
1
Pendidikan - Minimal lulusan SMP - Maksimal lulusan SD Beternak sebagai pekerjaan - Utama - Sampingan Beternak untuk dijual - Ya - Tidak Jumlah ternak yang dimiliki - Lebih dari 5 ekor - Kurang dari 5 ekor
2
3
4
Kesediaan vaksinasi Ikut Tidak ikut n % n %
RR
SK 95%
33 1
57.9 33.3
24 2
42.1 67.7
1.74
0.35-8.74
2 32
50 57.1
2 24
50 42.9
1.14
0.42-3.13
33 1
57.9 33.3
24 2
42.1 67.7
1.74
0.35-8.74
16 18
66.7 50
8 18
3.3 50
1.33
0.87-2.05
Keterangan : n : ukuran sampel RR : risiko relatif SK 95% : selang kepercayaan 95% Mayoritas tingkat pendidikan peternak di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor yaitu maksimal di Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 57 orang (95%). Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 33 peternak (57.9%) yang berpendidikan SD menyatakan bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks sedangkan 24 peternak (42%) tidak bersedia. Bedasarkan data bahwa sebanyak 32 peternak (57.1%) menyatakan bahwa beternak merupakan usaha sampingan dan bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks sedangkan 24 peternak (42.9%) tidak bersedia. Peternak yang bertujuan memelihara ternaknya untuk dijual kembali yaitu sebanyak 57 peternak.Sebanyak 33 peternak (57.9%) yang bertujuan untuk menjual ternaknya kembali bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks sedangkan 24 peternak (42.1%) tidak bersedia. Jumlah ternak kambing dan domba yang dimiliki oleh peternak di Kecamatan Babakan Madang rata-rata berjumlah
11 lima. Peternak yang memiliki jumlah ternak lebih atau sama dengan lima yaitu sebanyak 16 peternak (66.7%) menyatakan bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks sedangkan 8 peternak (33.3%) tidak bersedia. Sebanyak 18 peternak (50%) yang memiliki jumlah ternak kurang dari lima menyatakan bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks sedangkan 18 peternak (50%) tidak bersedia. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil tingkat pendidikan, pekerjaan utama, jumlah ternak yang dimiliki dan tujuan beternak tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kesediaan peternak melakukan vaksinasi antraks.Penelitian ini sesuai dengan laporan TIM Antraks FKH IPB (2005) bahwa pendidikan berpengaruh terhadap peternak dalam penanggulangan pencegahan penyakit antraks. Hal ini disebabkan karena mayoritas peternak berpendidikan rendah sehingga tidak ada hubungan pendidikan terhadap kesediaan vaksinasi antraks ditambah ketidakseriusan peternak dalam melakukan usaha ternak yang menjadikan beternak sebagai usaha sampingan dan jumlah ternak rata-rata yg dimiliki sedikit. Padahal menurut khieri et al. (2011) bahwa pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan dan menghasilkan sikap yang lebih baik dalam usaha ternak.
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Peternak terhadap Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks Daya serap informasi dapat diukur dari tingkat pengetahuan masyarakat di daerah tertentu. Semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat maka daya serap dalam menerima informasi akan semakin cepat. Pada Tabel 9 dapat dilihat hubungan tingkat pengetahuan terhadap kesediaan peternak melakukan vaksinasi antraks. Tingkat pengetahuan peternak tentang penyakit antraks di Kecamatan Babakan madang tergolong dalam kategori baik.Sebanyak 23 peternak (63.9%) masuk kedalam kategori baik dan bersedia memberikan vaksinasi antraks pada ternaknya sedangkan 13 peternak (36.1%) tidak bersedia.Sebanyak 11 peternak (45.8%) memiliki pengetahuan buruk dan bersedia memberikan vaksinasi antraks pada ternaknya sedangkan 13 peternak (54.2%) tidak besedia.
Tabel 9 Hubungan tingkat pengetahuan peternak terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks di Kecamatan babakan Madang Kabupaten Bogor No 1
N Peubah (tingkat pengetahuan) Tingkat pengetahuan - Baik - Buruk
Kesediaan vaksinasi Ikut Tidak ikut n % n % 23 1
63.9 45.8
Keterangan : n : ukuran sampel RR : risiko relatif SK 95% : selang kepercayaan 95%
13 13
36.1 54.2
RR
SK 95%
1.39
0.85-2.30
12
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks.Penelitian ini juga sesuai dengan Kurniawati (2005) bahwa tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan terhdap vaksinasi antraks.Pengetahuan yang baik belum cukup untuk mendorong peternak untuk berpatisipasi dalam program vaksinasi antraks tanpa didukung dengan praktek yang baik juga.Penelitian ini menunjukkan bahwa sikap peternak sangat baik namun dalam praktiknya kurang cukup baik sehingga banyak peternak yang tidak bersedia untuk melakukan vaksinasi antraks. Hubungan Antara Akses Informasi terhadap Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks Banyaknya akses informasi yang dimiliki peternak dapat mendorong peternak untuk ikut berpartisipasi dalam program vaksinasi antraks.Peternak di Kecamatan Babakan Madang mendapatkan informasi tentang antraks dari media massa, penyuluhan, dan selebaran. Hubungan sarana informasi terhadap kesediaan peternak melakukan vaksinasi antraks dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Hubungan sarana informasi terhadap kesediaan peternak melakukan vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor No 1
2
3
N Peubah (akses informasi) Dari media massa - Ya - Tidak Dari selebaran - Ya - Tidak Dari penyuluhanlangsung - Ya - Tidak
Kesediaan vaksinasi Ikut Tidak ikut n % n % 15 19
65.2 51.4
8 18
34.8 48.6
34 0
58.6 0
24 2
41.4 100
26 8
81.2 28.6
6 20
18.8 71.4
RR
SK 95%
1.27
0.82-1.93
-
2.84
-
1.55-5.29
Keterangan : n : ukuran sampel RR : risiko relatif SK 95% : selang kepercayaan 95%
Sebagian besar peternak tidak memperoleh informasi antraks dari media massa, akan tetapi sebagian besar peternak memperoleh informasi melalui selebaran. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 34 peternak (58.6%) pernah mendapatkan selebaran dan bersedia melakukan vaksinasi antraks sedangkan sebanyak 24 peternak (41.4%) tidak bersedia. Selain media massa dan selebaran, peternak juga mendapatkan informasi melalui penyuluhan langsung yang dilakukan oleh petugas dinas. Penyuluhan merupakan salah satu penyampaian informasi secara langsung yang dilakukan oleh tenaga ahli
13 kesehatan.Pengetahuan seseorang dapat ditingkat melalui pelatihan atau penyuluhan (Notoadmojo 2003).Peternak yang pernah mendapatkan penyuluhan dan bersedia mengikuti program vaksinasi antraks sebanyak 26 peternak (81.2%) dan 6 peternak (18.8%) tidak besedia.Sedangkan peternak yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan secara langsung yaitu sebnyak 8 peternak (28.6%) yang menyatakan bersedia mengikuti program vaksinasi antraks dan 19 peternak (71.4%) tidak bersedia.Menurut Sari (2009) pelatihan atau penyuluhan sebaiknya dilakukan sebelum orang mulai bekerja sehingga dapat mengurangi risiko kesalahan dalam melakukan tindakan kesehatan ternak. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian informasi melalui media massa dan selebaran tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan peternak di Kecamatan Babakan Madang masih rendah sehingga keinginan peternak untuk membaca selebaran sangat rendah.Selain itu berdasarkan analisis data bahwa pemberian informasi melalui penyuluhan menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kesediaan peternak melakukan vaksinasi antraks dengan nilai risiko relatif 2.84 (SK95%; 1.55-5.29) yang berarti bahwa peternak yang menerima penyuluhan memiliki kesediaan 2.84 kali lebih besar dibandingkan dengan peternak yang tidak menerima penyuluhan. Bersedianya peternak ini disebabkan peternak merasa diyakinkan oleh petugas dinas bahwa vaksinasi yang diberikan tidak akan menjadikan ternak mereka sakit. Hubungan Antara Manajemen Peternakandan Riwayat Kejadianterhadap Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks Hubungan Antara Manajemen Kesehatan Ternak terhadap Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks Kesehatan ternak mencakup upaya pencegahan, pengobatan penyakit serta pencegahan penularan penyakit baik dari hewan yang terinfeksi penyakit maupun hewan yang sudah mati karena penyakit tertentu ke hewan sehat.Hubungan antara manajemen kesehatan terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks dapat dilihat pada Tabel 11. Peternak yang pernah menemukan ternaknya sakit atau mati kemungkinan akan memiliki tingkat kepedulian yang lebih besar dibandingkan peternak yang tidak pernah menemukan ternaknya sakit sehingga bersedia mengikuti program vaksinasi antraks. Sebanyak 18 peternak (60%) pernah menemukan ternaknya sakit dan 16 peternak (61.5%) pernah menemukan ternaknya mati dan bersedia mengikuti program vaksinasi antraks.Pemberian vaksinasi antraks yang dilakukan oleh peternak tersebut karena peternak beranggapan bahwa ternak yang sakit dan mati mungkin disebabkan oleh antraks. Tanggapan peternak tentang pentingnya pemberian vaksinasi akan menjadi faktor pendorong peternak untuk mengikuti program vaksinasi antraks. Sebanyak 55 peternak (91.7%) menyatakan pentingnya ternak diberikan vaksinasi antraks dan hanya34 peternak (61.8%) yang bersedia mengikuti program vaksinasi antraks sedangkan sebanyak 21 peternak (39.2%) menyatakan tidak bersedia.
14 Tabel 11 Hubungan manajemen kesehatan terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor No
1
2
3
4
5
N Peubah (manajemen kesehatan) Ternak pernah sakit 2- Ya - Tidak Ternak pernah mati - Ya - Tidak Menganggap vaksinasi penting - Ya - Tidak Pernah mempunyai kendala vaksinasi - Tidak - Ya Takut mati jika ternak diberikan vaksinasi - Tidak - Ya
Kesediaan vaksinasi Ikut Tidak ikut N % n %
RR
SK 95%
18 6
60 3.3
12 24
40 46.7
1.13
0.72-1.75
6 8
1.5 52.9
0 16
48.5 47.1
1.16
0.75-1.80
4 0
61.8 0
21 5
39.2 100
2 2
38.7 75.9
19 7
61.3 24.1
3 1
44.8 67.7
16 10
55.2 42.3
-
-
1.96
1.20-3.19
1.51
0.94-2.42
Keterangan : n : ukuran sampel RR : risiko relatif SK 95% : selang kepercayaan 95%
Usaha pemerintah dalam program vaksinasi antraks ternyata memiliki kendala yaitu setengah dari jumlah peternak yang diwawancarai menyatakan memiliki kendala dalam melakukan vaksinasi antraks.Berdasarkan perolehan data sebanyak 12 peternak (38.7%) yang tidak pernah menemukan kendala dalam melakukan vaksinasi antraks menyatakan bersedia mengikuti program vaksinasi antraks sedangkan sebanyak 19 peternak (61.3%) tidak bersedia.Sebanyak 22 peternak (75.9%) yang pernah memiliki kendala dalam melakukan vaksinasi antraks menyatakan bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks sedangkan 7 peternak (24.1%) tidak bersedia.Banyaknya jumlah peternak yang memiliki kendala namun tetap bersedia melakukan vaksinasi antraks disebabkan karena tingginya keinginan peternak dalam melakukan vaksinasi walaupun peternak tersebut sulit untuk melakukan vaksinasi. Kematian ternak pasca pemberian vaksinasi antraks menjadikan peternak takut untuk mengikuti program vaksinasi antraks. Hal ini terkait informasi yang diperoleh peternak pada program vaksinasi sebelumnya bahwa jika ternak divaksinasi akan mati. Perolehan data menunjukkan sebanyak 13 peternak (44.8%) tidak takut ternaknya mati pasca pemberian vaksinasi antraks dan bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi sedangkan 16 peternak (55.2%) menyatakan tidak bersedia. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran peternak terhadap pentingnya pemberian vaksinasi antraks.
15 Hasil analisis data menunjukkan bahwa ternak yang sakit atau mati, tanggapan pentingnya melakukan vaksinasi, dan takut matinya ternak pasca pemberian vaksinasi antraks tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kesediaan peternak melakukan vaksinasi antraks.Sementara itu kendala yang dihadapi peternak memliki hubungan yang signifikan terhadap kesediaan mengikuti program vaksinasi antraks. Peternak yang memiliki kendala dalam melakukan vaksinasi antraks mempunyai nilai risiko relatif 1.96 (SK95%; 1.203.19), yang berarti bahwa peternak yang merasa memiliki kendala vaksinasi akan memiliki kesediaan 2 kali lebih besar dibandingkan peternak yang merasa tidak memiliki kendala. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya kendala yang dihadapi peternak maka akan meningkatkan keinginan peternak dalam melakukan vaksinasi antraks pada ternaknya. Hubungan Antara Riwayat Kejadian Antraks terhadap Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks Riwayat kejadian antraks baik pada manusia maupun pada ternak akan menjadi pendorong peternak untuk lebih peduli terhadap program vaksinasi antraks. Hubungan riwayat kejadian antraks terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Hubungan riwayat kejadian antraks terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor No
Peubah (riwayat kejadian)
1
Ternak pernah terinfeksi antraks - Ya - Tidak Keluarga pernah terinfeksi antraks - Ya - Tidak
2
Kesediaan vaksinasi Ikut Tidak ikut N % n % 3 31
5.4 75
1 25
4.6 25
0 34
0 58.6
2 24
100 41.4
RR
SK 95%
1.36
0.73-2.50
-
Keterangan : n : ukuran sampel RR : risiko relatif SK 95% : selang kepercayaan 95%
Berdasarkan data diketahui bahwa terdapat empat peternakan yang ternaknya pernah terinfeksi antraks.Selain itu juga diketahui juga ada dua peternak yang keluarganya pernah terinfeksi antraks.Jumlah ternak yang pernah terinfeksi antraks di kecamatan Babakan Madang tidaklah sedikit namun masih banyak peternak yang tidak bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks. Kejadian antraks yang pernah menginfeksi dua keluarga peternak di Kecamatan Babakan Madang ternyata tidak menjadi faktor pendorong peternak untuk melakukan vaksinasi antraks.Hal ini didukung dari perolehan data yang menunjukkan tidak bersedianya kedua peternak (100%) tersebut mengikuti
16 program vaksinasi antraks.Sebanyak satu dari empat peternakan yang ternaknya pernah terinfeksi antraks menyatakan tidak bersedia memberikan vaksinasi antraks. Hasil analisis data menunjukkan bahwa riwayat kejadian antraks yang pernah dialami peternak baik pada ternaknya maupun pada manusia tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kesediaan untuk melakukan vaksinasi antraks.Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Kurniawati (2004) yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara faktor vaksinasi antraks terhadap kejadian antraks pada manusia.Hal ini disebabkan karena peternak tidak mengerti bahwa vaksinasi dapat mencegah antraks dan menurut peternak kematian pada ternak merupakan hal yang biasa terjadi.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Vaksinasi merupakan salah satu pengendalian antraks, namun dalam program vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah masih menemukan kendala berupa kurangnya partisipasi peternak untuk memvaksinasikan ternaknya. Faktor pendorong kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks yaitu pernah mendapatkan penyuluhan secara langsung dan adanya kendala yang dihadapi untuk melakukan vaksinasi. Hal ini disebabkan karena penyuluhan yang diberikan secara langsung dapat meyakinkan bahwa vaksin yang diberikan aman sehingga peternak yang memiliki kendala dalam melakukan vaksinasi akan bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi. Saran 1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak dari berbagai desa di Kecamatan Babakan Madang. 2. Diharapkan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor selalu melakukan penyuluhan mengenai program vaksinasi secara berkelanjutan agar peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang lebih mengetahui pentingnya ternak diberikan vaksinasi antraks. 3. Pemerintah Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor diharapkan dapat memberikan jalan keluar mengenai kendala peternak dalam melakukan vaksinasi terutama menekan kasus kematian pasca pemberian vaksinasi.
17
DAFTAR PUSTAKA Basri C, Kiptyah N.2010. Memegang Hewan Rentan dan Menangani Produknya Berisiko Besar Tertular Antraks Kulit di Daerah Endemis.J Vet11. (4) : 226-231 Basuno E, Suhaeti R, Wahyuni S, Rivai R, Pranaji R, Budhi G, dan Iqbal M. 2005. Kaji tindak (action research) pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Tertinggal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. [DEPTAN] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2003. Pedoman dan Protap Penatalaksanaan Kasus Antraks di Indonesia. Jakarta. [DEPKES] Departemen Kesehatan. 2003. Pedoman Tata Laksana Kasus dan Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Antraks di Rumah Sakit.Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Departemen Kesehatan RI. Hardjoutomo S, Poerwadikarta M, Patten B, dan Barkah K. 1993. The application of ELISA to monitor the vaccinal response of anthrax vaccinated ruminants. Penyakit Hewan Ed. Khusus 46A. 25: 7-10. Kheiri M, Sahebalzamani M, Jahantigh M. 2011. The study of education effect on knowledge and attitudes toward electroconclusive theraphy among iranian nurse and patient’s relatives in a psychiatric hospital 2009-2010.J Soc Behav Sci30: 256-260. Klinman DM, Tross D. 2008. Improvements in the Prevention and Treatment of Anthrax Infection. USA: cancer and inflamation program, National Cancer Institute. J procedia in vaccin I (2009) 89-96. Kurniawati Y, Kusnoputranto H, Simanjuntak G. 2004. Dinamika Penularan dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Anthrax pada Manusia di Wilayah Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Tahun 2004.Lokakarya Nasional penyakit Zoonosis.Universitas Sriwijaya Palembang. Leppla S, Robbins B, Schineerson R dan Shiloach J. 2002.Development of an Improved Vaccine for Antrhrax.J Clin Invest. 110 (2): 141-144. Meric M, Willke A, Muezzinoglu B, Karadenizli A, Hosten T. 2008. A Case of Pneumonia Caused By Bacillus anthracis Secondary to Gastrointestinal Anthrax. Turkey: Faculty of Medical Turkey. Naipospos TSP. 2005. Beternak di Daerah Endemis Antraks Perlunya Komunikasi Resiko. [terhubung berkala]. Kompas.Sabtu, 5 Maret 2005. Natalia L dan Adji S R. 2006.Pengendalian Penyakit Antraks: Diagnosis, Vaksinasi, dan Investigasi.J Wartazoavol. 16 no. 4 th. 2006.
18 Noor S M, Darminto, dan Hardjoutomo S. 2001. Kasus Antraks pada Manusia dan Hewan di Bogor pada Awal Tahun 2001.JWartazoa vol. 11 no. 2 th. 2001 Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka Cipta Tim Antraks FKH IPB. 2005. Pengawasan Antraks di Kabupaten Bogor Jawa Barat.Laporan Kegiatan kerjasama Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. Sari F. 2009.Effect Of Employee Training On The Occupational Safety And Health In Accommodation Sector. J Soc Behav Sci2: 4996-5000. Soeripto. 2002. Pendekatan Konsep Kesehatan Hewan Melalui Vaksinasi. JPPP 21:48-55. Wahyuni S dan Basuno E. 2006.Penanggulangan Penyakit Antraks Secara Partisipatif.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006.Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
19
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 8 Mei 1990 dari ayah Kristriantoso dan Ibu Suprihatiningsih. Penulis merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 04 Karang Asih.Pada tahun 2001, Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Cikarang Utara dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cikarang Utara pada tahun 2004. Setelah itu, Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB). Selama mengikuti perkuliahan, Penulis aktif di beberapa organisasi dan kepanitiaan.Penulis merupakan ketua Divisi Hewan Kecil Himpunan Minat dan Profesi Hewan Kesayang dan Satwa Akuatik (HKSA) pada tahun 2009-2010 dan pengurus Komunitas Seni STERIL fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Penulis pernah menjadi penanggung jawab dalam acara Pet Care Day 2010, ketua divisi sponsorship Pet I’m In Love 2009, ketua divisi PDD Seminar Nasional Rabies 2008.