LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT
IbM PETERNAK KAMBING Drs. Sanusi Mulyadiharja, M.Pd NIDN.0007045802 Drs. I Made Madiarsa, M.MA NIDN. 0022046704
Dibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian Kepada Masyarakat No. 390/UN48.15/LPM/2014
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2014
HALAMAN PENGESAHAN 1 2 3
Judul Unit Lembaga Pengusul Ketua Tim Pengusul a. Nama Lengkap
: IbM PETERNAK KAMBING : Universitas Pendidikan Ganesha : : Drs. Sanusi Mulyadiharja, M.Pd : Laki
b. Jenis Kelamin c. NIDN d. Pangkat/Golongan e. Jabatan f. Alamat Kantor
: 0007045802 : : Lektor/IIIc : : Dosen Jurusan Pendidikan Biologi : Jl. Udayana, Singaraja-Bali :
0362 26327/0362 25327
g. Tlp/Faks/E-mail h. Alamat Rumah i. Tlp/E-mail 4 5 6
7
Jumlah Anggota Pengusul Rencana Belanja Total Belanja Tahun I Dikti Perguruan Tinggi Tahun Pelaksanaan
BTN. Banyuning Indah Blok A No.13A Singaraja 0362 24161/
[email protected]
Tim : 1 : Rp. 40.000.000 : Rp. 40.000.000 : : 2014 Singaraja, 10 Nopember 2014
Drs. Sanusi Mulyadiharja, M.Pd NIP. 195807041983031001
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan Pengabdian kepada masyarakat skim Ipteks bagi Masyarakat ” Peternak kambing” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam pelaksanaan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini, pelaksana program telah banyak mendapatkan dukungan baik berupa dana maupun dukungan moril. Untuk itu, melalui kesempatan ini pelaksana program menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, atas bantuan dana untuk pelaksanaan IbM. 2. Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha dan Staf atas pembinaan dan layanan administrasi dalam pelaksanaan IbM ini. 3. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu atas berbagai bantuan dan kerjasamanya. Penulis menyadari laporan P2M tentang IbM Peternak Kambing ini masíh jauh dari sempurna yang disebabkan oleh berbagai keterbatasan miliki. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan pelaporan ini. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.
Singaraja, 10 Nopember 2014
Tim Pelaksana program,
,
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN....…………………………..............................
i
PRAKATA.…………………………………………………......................
ii
DAFTAR ISI
…………………………………………………………...
iii
PENDAHULUAN…………………………………………..
1
1.1. Analisis Situasi………………………………................
1
1.2. Permasalahan Mitra ……………………………………
5
1.3. Rencana Kegiatan…………………………...................
6
1.4. Target Luaran……..…....................................................
8
PELAKSANAAN KEGIATAN IbM......…………………..
10
2.1. Diagram Alir Pemecahan Masalah Mitra Program……..
10
BAB I
BAB II
2.2. Ceramah tentang pemanfaatan bahan lokal dalam
BAB III
BAB IV
produksi sabun ………………………………………….
10
2.3. Pelatihan Pembuatan sabun.............................................
11
2.5. Promosi Produk sabun…………………………………..
11
HASIL KEGIATAN IbM......................................................
12
3.1. Profil Mitra Program……………………………….......
12
3.2. Pengembangan Produk Sabun ………………………...
13
PENUTUP..............................................................................
18
4.1 Simpulan ………………………………………………..
18
4.3 Saran …………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan 2. Artikel mahasiswa
18 19
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Analisis Situasi Desa Sepang terdiri dari 4 dusun, yaitu dusun Kerobokan, Kembang Rejasa, Belulang dan dusun Sepang. Desa ini berada pada ketinggian sekitar 700900 meter di atas permukaan laut, berhawa sejuk serta memiliki panorama alam yang khas sebagai kawasan perkebunan. Dengan kondisi alam desa Sepang yang sejuk dan berbukit, desa ini telah dikembangkan menjadi salah satu objek wisata agro yang ada di Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng. Untuk menunjang potensi objek wisata agro, masyarakat di desa Sepang yang dibina oleh dinas perkebunan dari kabupaten buleleng menggalakkan aktivitas usaha taninya yang bersinergi dengan ternak di bawah naungan Kelompok Tani Eka Manik Merta. Usaha tani yang dikembangkan meliputi usaha tanaman industri seperti kopi dan kakao yang disinergikan dengan ternak kambing. Dari keempat dusun yang ada di desa Sepang, dusun Belulang dengan luas areal 110 ha merupakan salah satu dusun yang secara aktif mengembangkan ternak kambing untuk diperah susunya. Pada Tahun 2004, di dusun ini berdiri dua kelompok wanita tani Tunas Mekar dan kelompok Tani Sumber Rejeki yang lebih banyak berkecimpung dalam pemeliharaan ternak Kambing perah. Melihat, motivasi yang tinggi dari kelompok tani ini, maka pada tahun 2011, pemerintah propinsi Bali melalui program sistem pertanian terintegrasi (SIMANTRI) memberikan bantuan berupa kambing Peranakan Etawah(PE) sebanyak 44 ekor untuk dikembangkan sebagai penghasil susu kambing perah.
Gambar 1. Kambing Bantuan dari Pemprop Bali (doc. Sanusi, 2013) 2
Untuk meningkatkan nilai tambah dari ternak kambing ini, pada tahun 2011, Pemerintah propinsi Bali melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali kembali membantu dalam pembuatan biogas, pupuk padat dan biourin dengan memanfaatkan kotoran kambing tersebut. Hasilnya, biogas tersebut sudah bisa dimanfaatkan oleh seluruh anggota kelompok sedangkan pupuk padatnya disamping dimanfaatkan oleh anggota tani dan subak abian juga di jual untuk umum dengan harga Rp.700 per kilogram. Digester
Tempat kotoran kambing Pupuk cair
Pupuk padat hasil pengendapan sludge dari proses biogas
Gambar 2. Reaktor biogas yang dibuat oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali di KWT Tunas Mekar (doc. Sanusi, 2013) Nyoman Mawini, dari Kelompok Wanita Tani Tunas Mekar dan I Wayan Wardana dari Kelompok Tani Sumber Rejeki direncanakan sebagai mitra dalam pelaksanaan program IbM ini. Kedua mitra tersebut mempunyai usaha mikro yaitu usaha susu kambing perah. Lingkup kegiatan kedua mitra secara garis besar dibagi menjadi 2 aspek, yaitu (1) aspek produksi susu dari kambing dan (2) aspek pemasaran. Aktivitas produksi dimulai dari pemeliharaan ternak kambing, pemerahan susu dan penanganan pasca produksi. Ternak kambing PE pada umumnya diberi pakan berupa daun tanaman gamal yang ditanam pada lahan kebun kopi, coklat maupun cengkeh. Secara umum, mitra 3
tidak mengalami kesulitan dalam pemenuhan pakan bagi ternaknya. Untuk menjaga stabilitas produksi susu, mitra program biasanya secara rutin yaitu setiap 3 bulan sekali mendatangkan dokter hewan dari daerah Pupuan untuk memeriksa kesehatan ternaknya. Pemerahan susu kambing dilakukan setiap pagi hari dengan jumlah susu hasil perahan mencapai sekitar 50 liter per hari dari 55 ekor kambing (11 ekor kambing peliharaan sendiri dan 44 ekor kambing bantuan Simantri). Susu kambing hasil perahan tersebut selanjutnya diolah menjadi dua produk unggulan yaitu susu segar yang dikemas dalam botol plastik dan sabun mandi.
Gambar 3. Susu kambing segar (doc. Sanusi, 2013)
Gambar 4. Sabun mandi dari Susu Kambing (doc. Sanusi, 2013) Dari usaha yang dijalankan oleh kedua mitra program tampaknya terus mengalami kemajuan. Hal ini terbukti, susu segar maupun sabun mandi yang dibuatnya diminati oleh salon-salon kecantikan. Setiap hari, mitra program membuat sabun sebanyak 40 PCs atau sekitar 880 PCs per bulan. Harga jual susu 4
kambing segar biasanya Rp. 15.000 per liter sedangkan sabun susu kambing dijual dengan harga Rp. 5.000,-. Per PCs. 1.2 Permasalahan Mitra Permasalahan utama yang dihadapi mitra terbagi menjadi dua yaitu permasalahan pada aspek produksi dan permasalahan pada aspek pemasaran. Beberapa pokok permasalahan pada aspek produksi dan telah disepakati langkah pemecahannya antara lain: 1. Sabun hasil produksi belum begitu diminati oleh masyarakat umum. Hasil wawancara terhadap warga yang ada di daerah sekitar Dalam proses pembuatan sabun dari susu kambing, kedua mitra masih menggunakan bahan dasar seperti minyak kelapa, susu kambing yang ditambahkan dengan larutan soda ash (NaOH) dan air kopi sebagai pewarna coklat. Sabun yang dihasilkan tampaknya belum sempurna karena rasio pencampuran basa dengan susu kambing dan minyak kelapa belum tepat sehingga terkadang menyebabkan kulit agak gatal. Hal ini disebabkan penggunaan basa yang berlebihan. Untuk memecahan masalah ini, perlu dilakukan pelatihan ke mitra tentang tentang pembuatan sabun mandi dengan campuran susu kambing: basa dan minyak kelapa yang proporsional. Minyak kelapa yang akan digunakan adalah Virgine Coconut Oil (VCO) sedangkan basanya berupa NaOH. Pembuatan sabun dari susu kambing yang dicampurkan dengan VCO dimaksukan agar sabun hasil produksi mempunyai kualitas yang baik, karena VCO dapat berperan sebagai antioksidan alami, membantu melindungi kulit dari radikal bebas yang meningkatkan penuaan dini, mendukung keseimbangan kimiawi kulit secara alami, melembutkan kulit dan mengencangkan kulit dan lapisan lemak di bawahnya, mencegah keriput, kulit kendor dan bercak-bercak penuaan. Sedangkan air abu pelepah pisang digunakan sebagai sumber larutan basa yang ramah lingkungan. 2. Dalam proses pencampuran bahan-bahan pembuat sabun, adonan sabun diaduk dengan menggunakan tangan dengan bantuan kayu. Dampaknya adalah penampakan sabun menjadi kasar dan tidak menarik. Hal ini
5
disebabkan belum meratanya campuran bahan-bahan dalam pembuatan sabun. Untuk mengatasi hal ini, pengusul program akan membelikan mesin pengaduk (pencampur) yang dilengkapi pengaturan suhu. Dengan pengadukan adonan yang merata dan suhu yang teratur diharapkan menghasilkan sabun dengan perfomance yang lebih halus. Bantuan nixer ini juga nantinya digunakan untuk membuat sabun cair. 3. Mitra belum punya wawasan atau pengetahuan tentang pembuatan susu kambing terfermentasi. Untuk meningkatkan variatif produk sabun, maka mitra dilatih untuk membuat sabun yang dikombinasikan denganbahanbahan lokal seperti minyak sereh, ekstrak alpokat dan ekstrak pepaya.
Permasalahan pada aspek pemasarannya terkait dengan pemasaran sabun mandi dari susu kambing dan pemasaran susu segar. 1. Pemasaran sabun banyak laku di salon-salon kecantikan, akan tetapi belum digemari oleh masyarakat luas. Untuk meningkatkan minat konsumen akan sabun dan meningkatkan nilai jualnya, maka disamping mitra dilatih membuat sabun mandi berkualitas juga diberikan pencerahan tentang pentingnya kemasan yang menarik. Pada bagian ini juga mitra didorong untuk mempromosikan produk sabunnya pada acara HUT kota Singaraja dan HUT RI yang diselenggarakan oleh PEMDA Buleleng.. 1.3 Rencana Kegiatan Beberapa kegiatan yang direncanakan untuk meningkatkan pendapatan mitra melalui perbaikan usaha yang digelutinya antara lain. (1) Pelatihan pembuatan sabun yang berkualitas dengan mempormulasikan susu kambing: bahan lokal (minyak VCO, Ekstrak sereh, ekstrak pepaya) dan basa NaOH yang proporsional, (2) Memberikan batuan berupa mesin pencampur dilengkapi dengan pengaduk otomatis dan pengaturan suhu untuk meningkatkan homogenitas sabun sehingga penampakan sabun lebih menarik. Mixer ini juga nantinya difungsikan untuk membuat sabun cair. (3) Mempromosikan produk sabun dan susu segar serangkaian memeriahkan HUT Kota Singaraja yang ke 410 dan HUT RI ke 69 yang disekenggarakan oleh PEMDA Buleleng, dan (4) Pemberian pengetahuan
keterampilan tentang teknik pengemasan produk. Secara garis besar rencana kegiatan IbM disajikan seperti pada Tabel 1. 6 Tabel 1. Rencana Pemecahan Masalah Permasalahan
Akar masalah
Metode Pemecahan yang direncanakan
Aspek produksi 1. Sabun yang
1. Sabun terkadang
1. Pelatihan pembuatan
dihasilkan belum
menyebabkan rasa
sabun kesehatan
begitu diminati oleh
sedikit gatal pada
dengan kualitas baik
masyarakat umum
kulit karena rasio
dengan
pencampuran basa
mempormulasikan susu
dengan minyak
kambing: bahan lokal:
kelapa dan susu
basa yang proporsional
kambing belum baik
2. Memberikan batuan 2. Sabun hasil produksi
berupa mesin
mempunyai
pencampur dengan
penampakan relatif
putaran yang relatif
kasar
tinggi, yaitu berkisar 1000-2000 rpm.
2. Produk sabun masih . 1. Belum mengetahui belum variatif dan cara untuk terbatas pada sabun mengembangkan padat
produk sabun
1. Memberikan bantuan mesin mixer untuk membuat sabun cair 2. Memberikan ceramah pemanfaatan jenis bahan lokan sebagai bahan tambahan dalam produksi sabun
Aspek Manajemen Sabun susu kambing belum banyak diminati oleh masyarakat umum
1. Masyarakat belum
1. Sosialisasi manfaat
mengetahui
sabun susu kambing
keunggulan atau
bagi kesehatan
7
kelebihan dari sabun dari susu kambing
2. Pemberian pengetahuan
2. Kemasan sabun susu
keterampilan tentang
kambing kurang
teknik pengemasan
menarik
produk. 3.Mendorong untuk
3. Daerah pemasaran masih lokalistik
melakukan promosi produk sabun dan susu segar serangkaian HUT Kota Singaraja dan HUT RI.
1.4 Target Luaran Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat skim Ipteks bagi Masyarakat ini ditujukan untuk memberikan sumbangan pemikiran, pengetahun, teknologi yang berkaitan dengan pengembangan usaha mitra dalam memanfaatkan susu kambing sebagai sabun mandi kesehatan. Dengan demikian, target yang mendasar dari program ini adalah meningkatkan pendapatan mitra. Target tersebut ditindak lanjuti dengan luaran berupa artikel ilmiah. Secara lebih rinci target yang disasar dari setiap tahapan pelaksanaan program disajikan seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Target Luaran Program Pengabdian Pada Masyarakat No
Kegiatan
Target luaran
Kagiatan pada aspek produksi 1
Peningkatan pemahaman mitra
1. Mitra mampu memanfaatkan bahan
tentang cara pembuatan sabun,
lokal
yang
ada
yang
dapat
bahan tambahan lokal yang bisa
digunakan sebagai tambahan dalam
2
dimanfaatkan untuk
produksi sabun mandi berbahan
meningkatkan kualitas sabun,
dasar susu kambing
Pelatihan pembuatan sabun
1. Sabun kecantikan berbahan dasar
berbahan dasar susu kambing
susu
yang dikombinasikan dengan
perfomance yang halus, harum dan 8 sehat bagi kulit
vahan lokal seperti lemak dari
kambing
yang
mempunyai
biji kakao, sereh,minyak kelapa 2. Mitra mampu membuat aneka sabun (VCO) yang dibuat sendiri
kecantikan
yang
dikombinasikan
dengan bahan-bahan yang mampu menjaga kelembaban dan kesehatan kulit seperti VCO dan lemak dari kakao Kegiatan pada aspek managemen Melakukan pengemasan produk 3
sabun
Target Luaran
1. Kemasan sabun kecantikan berbahan dasar susu kambing yang menarik 2. Mitra mampu mengemas produk dengan merek tertentu dan tampilan yang menarik
4
Mempromosikan produk sabun 1. Sabun yang diproduksi oleh mitra yang menggunakan vahan dasar
program menjadi lebih dikenal oleh
kambing
masyarakat luas
BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN IbM
2.1 Diagram Alir Pemecahan Masalah Mitra Program Permasalahan Aspek Produksi Kurangnya pengetahuan pemanfaatan bahan lokal untuk meningkatkan kualitas sabun.
Pemecahan Masalah Ceramah jenis bahan lokal yang bisa digunakan sebagai bahan tambahan sabun
Sabun masih menyebabkan rasa gatal
Pelatihan pembuatan sabun mempormulasikan susu kambing, bahan lokal dan basa
Sabun belum begitu banyak diminati masyarakat
Ceramah tentang teknik pemasaran dan promosi sabun
Permasalahan Aspek Manajemen Produk sabun masih terbatas pada sabun padat
Pemecahan Masalah Pemberian bantuan mixer untuk pembuatan sabun cair
Pengetahuan dan pendapatan mitra program meningkat Gambar 4. Diagram Alir Pemecahan Masalah
2.2 Ceramah tentang pemanfaatan bahan lokal dalam produksi sabun Ceramah tentang vahan-bahan loksl dalam proses pembuatan sabun ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas sabun yang dihasilkan. Beberapa vahan local seperti minyak VCO, eksrak sereh, lemac coklat banyak mengandung antioksidan dan vitamin E yang sangat membantu untuk menjaga kelembutan kulit. Namun hal ini belum disadari oleh mitra program tentang manfaat vahan tersebut. Disamping itu, ceramah ini juga dibantu oleh mahasiswa yang mencoba 10
menggunakan ekstrak abu pelepah pisang sebagai pengganti KOH dalam proses pembuatan sabun cair. Mitra program merasa sangat respek terhadap inovasi pembuatan sabun dengan memadukannya dengan vahan-bahan local. Hal ini disebabkan, disamping mengurangi biaya produksi juga mampu meningkatkan kualitas sabun yang dibuat.
2.3 Pelatihan Pembuatan sabun Pelatihan pembuatan sabun dengan memanfaatkan bahan-bahan local memberi manfaat bagi mitra program karena vahan-bahan tersebut mudah diperoleh di desa sendiri. Beberapa sabun yang dibuat dalam pelatihan ini diantaranya
sabun
yang
dikombinasikan
dengan
VCO,
sabun
yang
dikombinasikan dengan ekstrak sereh, sabun dengan ekstrak pepaya, sabun transparan dan sabun cair. Untuk mendukung kelancaran pelatihan ini, tim pelaksana dibantu oleh mahasiswa jurusan Pendidikan Kimia yang dalam hal ini diproyeksikan sebagai tenaga lapang. Tim pelaksana juga memberikan bantuan mesin mixer berkapasitas 100 liter yang dilengkapi dengan pengaturan suhu.
2.4 Promosi Sabun Pengenalan produk sabun yang dibuat oleh mitra dipromosikan lewat pameran yang diselenggarakan oleh Pemerindah daerah Kabupaten Buleleng serangkaian menyambuk HUT Kota Singaraja yang ke 410 dan HUT RI ke 69 tanggal 15 Agustus sampai 30 Agustus 2014. Promosi ini lebih ditujukan untuk memperkenalkan jenis sabun dan manfaatnya bagi kesehatan untuk masyarakat luas sehingga nantinya lebih dikenal masyarakat luas. Sabun yang dipromosikan adalah sabun tanpa kemasan, sabun dengan kemasan serta produk-produk lain berbahan dasar susu kambing.
11
BAB III. HASIL KEGIATAN IbM 3.1 Profil Mitra Program Program Ipteks bagi Masyarakat tentang Peternak kambing ini melibatkan dua orang mitra peternak dari dua kelompok ternak yang berbeda yang ada dusun Belulang Desa Sepang. Sebelum kegiatan ini dilakukan, ketua pelaksana program berkunjung ke kantor kepala Desa Sepang untuk menyampaikan rencana kegiatan program. Mitra program dari kelompok ternak 1 yaitu Nyoman Mawini dari Kelompok Wanita Tani Tunas Mekar dan I Wayan Wardana dari Kelompok Tani Sumber Rejeki.
Kedua mitra tersebut
mempunyai usaha mikro yaitu usaha susu dan sabun dari susu kambing perah. Lingkup kegiatan kedua mitra secara garis besar dibagi menjadi 2 aspek, yaitu (1) aspek produksi susu dari kambing dan (2) aspek pemasaran. Kedua mitra program membuatsusu segar dan sabun dari susu kambing. Wawancara yang dilakukan tim pelaksana program untuk mengidentifikasi permasalahan dan kegiatan yang dilakukan tampaknya mitra sangat tertarik dan semangat untuk mengembangkan usahanya.
Gambar 5. Wawancara dengan mitra untuk mengidentifikasi permasalahan dalam pelaksanaan program Sebelum program ini dilakukan, mitra membuat sabun kesehatan berbentuk padat dengan menambahkan air perasan kopi, lemak kakao untuk membantuk meningkatkan kelembutan kulit. Jumlah sabun yang dibuat rata-rata 40 PCs per
12
hari dengan memanfaatkan lemak coklat sebagai pendukung. Prinsif dasar pembuatan sabun yang dilakukan mitra adalah sebagai berikut: Sebanyak 500 mL susu kambing dicampurkan dengan 1 liter minyak kelapa dan 280 gram NaOH serta ditambahkan 500 mL lemak coklat. Adonan tersebut diaduk secara merata sambil dipanaskan pada suhu 60-70oC selama 15 menit. Campuran dimasukkan dalam cetakan dan
didiamkan selama 1 jam. Sabun yang terbentuk kemudian
dipotong-potong selanjutnya didiamkan selama 3 minggu.Biasanya sabun setelah pendiaman 3 minggu sudah siap digunakan. Penampakan produk sabun yang dihasilkan mitra disajikan seperti pada Gambar 6.
Gambar 6. Produk sabun yang dihasilkan oleh mitra program 3.2 Pengembangan Produk Sabun Pelaksanaan program IbM ini mengikutsertakan satu mahasiswa dari Jurusan pendidikan Kimia sebagai tenaga lapang. Tim pelaksana program bersama mitra mencoba mengembangkan produk sabunnya dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal yang dapat membantu kelembutan kulit. Mahasiswa mencoba menganalisis pemanfaatan abu pelepah pisah sebagai pengganti basa KOH pada pembuatan sabun cair. Beberapa bahan lokal yang dicobakan diantaranya ekstrak 13
sereh, ekstrak pepaya dan pembuatan sabun cair. Produk sabun menggunakan bahan tambahan tersebut sebagai hasil kegiatan ini disajikan pada Gambar 7.
Jenis sabun Sabun
Cara pembuatan
Perfomance sabun
Padat+ Campuran (1 L Minyak Kelapa +
Ekstrak Pepaya
500 mL susu kambing + NaOH
40 PCs
280 g + 500 mL air ekstrak pepaya)
di
mixer
sambil
dipanaskan60-70oC 15 menit Campuran dimasukkan dalam cetakan dan didiamkan 1 jam Sabun yang terbentuk dipotongpotong
menggunakan
alat
pemotongan Sabun di aging selama 3 minggu Sabun siap untuk digunakan
Sabun
Padat+ Campuran (1 L Minyak Kelapa +
Ekstrak Sereh
500 mL susu kambing + NaOH
40 PCs
280 g + 500 mL ekstrak Sereh) di mixer sambil dipanaskan 6070oC selama15 menit Campuran dimasukkan dalam cetakan dan didiamkan selama 1 jam Sabun yang terbentuk dipotongpotong
menggunakan
alat
pemotongan Sabun di aging selama 3 minggu Sabun siap untuk digunakan Sabun
Padat+ Campuran (1 L Minyak Kelapa +
Lemak Coklat
500 mL susu
kambing + NaOH 14
40 PCs
280 g + 500 mL Lemak Coklat) di mixer sambil dandipanaskan 60-70oC selama 15 menit Campuran dimasukkan dalam cetakan dan didiamkan selama 1 jam Sabun yang terbentuk dipotongpotong Sabun di aging selama 3 minggu Sabun siap untuk digunakan
Sabun
Padat+ Campuran (1 L VCO+ 500 mL
VCO
susu kambing + NaOH 280 g di
40 PCs
mixer sambil dipanaskan60-70oC selama 15 menit Campuran dimasukkan dalam cetakan dan didiamkan selama 1 jam Sabun yang terbentuk dipotongpotong Sabun di aging selama 3 minggu Sabun siap untuk digunakan
Pengembangan produk sabun juga dilakukan dengan membuat sabun cair dan sabun transparan. Untuk itu, mitra program diber bantuan peralatan mixer. Alat inu untuk membuat sabun cair juga bisa difungsikan untuk membuat sabun padat. Kapasitas mixer yang dibberi adalah 100 liter yang dilengkapi dengan pengaduk dan pengatur suhu. Beberapa produk sabun yang dibuat setelah diberikan bantuan mixer. Cara pembuatan sabun cair dilakukan dengan cara sbb:
Campuran (1 L Minyak Kelapa + 500 mL susu kambing +KOH 280 g + 1000 mL air +375 mL lemak coklat) ddiaduk Menggunakan mixer sambil dipanaskan60-70oCselama120 Menit. Selanjutnya, campuran diamkan selama 1 jam. Sabun yang terbentuk diaging selama3 minggu. Selanjutnya, sabun siap untuk digunakan. Pembuatan sabun transparan dilakukan dengan cara sbb: Campuran {290 mL Minyak Kelapa + Sirup gula pasir ( 233 g gula /116 mL air) + NaOH 61 g + 130 air } di mixer sambil dipanaskan60-70oC selama 15 menit. Campuran diamkan selama 1 jam dan di aging selama 3 minggu. Sabun siap untuk digunakan
Gambar 9. Bantau mesin mixer yang diberikan ke mitra program
15
Untuk meningkatkan penampakan sabun dan lebih dikenal oleh masyarakat, tim pelaksana program bersama mitra melakukan pengemasan sabun dan melalkukan promosi secara terbuka. Hal ini didorong oleh pemerintah Buleleng 16 memberikan kesempatan untuk mempromosikan produk sabun dan susu segarnya yang dihubungkan dengan kegiatan HUT kota Singaraja yang ke 410 dan HUT RI yang ke 69. Penampakan kemasan sabun dan aktivitas mitra dalam pameran disajikan pada Gambar 10 dan Gambar 11.
Gambar 10. Perfomance sabun dalam kemasan
Gambar 11. Kegiatan mitra program pada acara promosi produk sabun dan susu kambing segar BAB IV. PENUTUP 17 4.1 Simpulan
Kegiatan pokok dalam IbM meliputi aspek produksi dan aspek manajemen. Pada aspek produksi, kegiatan uang dilakukan antara lain (1) ceramah tentang jenis dan pemanfaatan bahan lokal yang dapat digunakan sebagai pendudkung pada proses pembuatan sabun. Beberapa bahan lokal yang dicobakan diantaranya sabun dipadukan dengan ekstrak pepaya, sabun-lemak coklat, sabun-VCO dan sabun- ekstrak sereh. (2) Pelatihan pembuatan sabun dengan memanfaatkan bahan lokal sebagai penambah kelembutan kulit, pelatihan pembuatan sabun cair dan sabun transparan. Mitra sangat antusias dan sangat memberi respon positif mengikuti program tersebut. Kegiatan pada aspek manajemen meliputi (1) ceramah tentang pemasaran dan promosi produk sabun pada kegiatan HUT Kota Singaraja dan HUT RI pada tanggal 15 Agustus sampai 30 Agustus tahun 2014. Dengan adanya pengembangan produk sabun yang dilaksanakan melalui program IbM sangat prospektif untuk dikembangkan karena adanya variasi produk yang
memadai sehingga usaha ini diyakini dapat meningkatkan
pendapatan.
4.2 Saran Diakhir kegiatan program ini, mitra program menginginkan untuk terus diperhatikan dan dibantu dalam pengembangan produk dari susu sabun dan turunannya sehingga usaha yang dirintis menjadi lebih berkembang.
18
Foto Dokumentasi Kegiatan IbM Peternak kambing
Tenaga lapang/Mhs
Tim Monev Mitra program Letua pelaksana
Mitra program
Tim Monev internal melakukan monitoring ke lokasi mitra
DAFTAR PUSTAKA
Admin Web. 2008. Khasiat Susu Kambing. www.lembahgogoniti.com Rey
Harlan. 2011. Sukses Merintis Bisnis www.ciputraentrepreneurship.com
Susu
Kambing
Etawa.
Saputra.2011. Kajian Pembuatan Yogurt Susu Kambing dan Diversifikasi Rasa Tri Eko Susilorini dan Rositawati Indrati. 2009. Pemberdayaan Wanita Peternak Kambing Perah Melalui Diversifikasi Produk Olahan Permen Susu (Soft Candy) di Desa Turirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Laporan akhir Penerapan Ipteks.
Aging 1 hari
Sabun susu kambing + VCO
Sabun susu kambing + lemak coklat .
Aging 21 hari
Sabun susu kambing +Ekstrak pepaya
Sabun susu kambing + sereh
Proses pencetakan sabun dan pelabelan sabun
Lampiran 2. Artikel mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan IbM PRODUKSI DAN KARAKTERISASI SABUN MANDI CAIR CAMPURAN ANTARA MINYAK KELAPA SAWIT DAN SUSU KAMBING DENGAN BASA ALKALI DARI ABU PELEPAH PISANG DAN KOH SINTETIK I Putu Radianta Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha Jalan Udayana Singaraja-Bali Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak abu pelepah pisang mampu mengurangi pemakaian KOH sintetik dalam pembuatan sabun mandi cair, dan menentukan karakteristik dari sabun mandi cair dengan bahan aktif susu kambing yang dihasilkan berdasarkan rasio pemakaian ekstrak abu pelepah pisang dengan KOH sintetik dan waktu aging berdasarkan SNI 06-4085-1996. Tahapan penelitian mencakup pembuatan ekstrak abu pelepah pisang, analisis konsentrasi ekstrak abu pelepah pisang melalui titrasi, pembuatan sabun cair dengan variasi konsentrasi basa dengan rasio ekstrak abu pelepah pisang dengan KOH sintetik adalah 1:0, 1:1, dan 2:1, dan analisis kualitas sabun mandi cair berdasarkan SNI 06-40851996. hasil penelitian ini konsentrasi basa yang dihasilkan sebesar 0,105 M . untuk sabun mandi cair dengan rasio 1:0 tidak terbentuk karena ekstrak abu masih mengandung pengotor Ca2+. Sedangkan untuk sabun mandi cair dengan rasio 1:1 dan 2:1 lolos uji SNI 06-4085-1996. Kata-kata kunci: sabun cair, susu kambing, ekstrak abu pelepah pisang. ABSTRACT This research was a laboratory experiment aimed to determine whether ash banana extract is able to reduce the use of KOH in the manufacture of synthetic liquid soap , and determine the characteristics of liquid soap with active ingredients goat's milk produced by the use of the ratio of ash banana extract with KOH synthetic and aging time by SNI 06-4085-1996 . Stages of the study include to make of banana leaf ash extract , extract banana leaf ash concentration analyzed by titration, to make liquid soap with alkali concentration variation with the ratio of banana leaf ash extract with synthetic KOH is 1:0 , 1:1 , and 2:1 , and analysis quality liquid soap by SNI 06-4085-1996 . the results of this research base concentration of 0.105 M generated . for liquid soap with 1:0 ratio is not formed due to the ash extract still contains impurities Ca2+ . As for the liquid soap with 1:1 and 2:1 ratios pass the test SNI 06-4085-1996 . Key word: liquid soap, goat milk, banana leaf ash extract.
Pendahuluan Sabun merupakan salah satu produk yang sangat dibutuhkan masyarakat Indonesia. Sabun yang fungsinya sebagai pembersih dari kotoran telah digunakan oleh masyarakat sebanyak 101.631.090 ton pada tahun 2009(BPS, 2009). Dari data tersebut memungkinkan jumlah pemakaian sabun akan terus meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk. Sabun diproduksi dengan menggunakan bahan dasar lemak, seperti minyak kelapa sawit atau minyak kelapa yang direaksikan dengan basa seperti NaOH atau KOH. Untuk meningkatkan kualitas sabun dilakukanlah inovasi bahan aktif sabun salah satunya digunakan susu kambing karena dalam susu kambing mengandung asam lemak C16 dan C18 yang baik untuk sabun (Fontecha et al, 2000). Selain itu susu kambing memiliki nutrisi seperti vitamin A berfungsi untuk memperbaiki sel kulit yang rusak, asam alfa hidroksi dalam asam laktat berfungsi untuk mengangkat sel kulit mati sekaligus dapat mengurangi peradangan pada jerawat dan mengandung selenium yang berfungsi untuk mencegah kanker kulit (Spencer, 2007). Produksi sabun berbahan dasar susu kambing sudah banyak dilakukan salah satunya oleh kelompok tani Amertha Sari Desa Sepang Buleleng. Sabun yang dibuat adalah sabun mandi padat dan masih menggunakan NaOH sintetis. Sabun padat kurang diminati oleh masyarakat maupun wisatawan asing karena penggunaan yang kurang praktis dan jika kandungan NaOH sintetis pada sabun berlebih maka akan menyebabkan kulit mejadi kering, dan menghasilkan sabun yang tidak transparan (Herani et al, 2010).
Untuk meningkatkan kepraktisan dan kehigienisan sabun mandi, pada penelitian ini dilakukan pembuatan sabun cair dari campuran minyak kelapa sawit dan susu kambing dengan menggunakan ekstrak abu pelepah pisang sebagai basa alkali untuk mengurangi penggunaan basa alkali sintetik. Susu kambing digunakan sebagai bahan pembuat sabun karena memiliki kandungan asam lemak seperti asam miristat 10,2%, asam palmitat 27,8%, dan asam stearat 8,1% yang baik digunakan dalam pembuatan sabun, (Riemenscheider et al, 1936) dan memiliki nurtrisi seperti vitamin A, asam alfa hidroksi dan selenium yag bermanfaat bagi kulit (spencer, 2007). Karena rendahnya kadar asam lemak yang tekandung dalam susu kambing perlu ditambahkan minyak kelapa sawit untuk mengoptimalkan sabun cair yang dihasilkan. Tanaman pisang selama ini yang sering dimanfaatkan adalah buah dan daunnya saja, pelepah batang pisang yang kering jarang dimanfaatkan bahkan sering dianggap sebagai limbah. Abu pelepah pisang memiliki kadar kalium yang cukup tinggi yaitu sebanyak 40,24% (Endahwati, 2010). Karena memiliki kadar kalium yang tinggi rendaman abu pelepah pisang dapat digunakan untuk mengurangi penggunaan basa sintetik, sehingga dapat menekan biaya produksi sabun dan dapat meningkatkan nilai tambah dari pelepah pisang itu sendiri. Kualitas sabun cair yang dihasilkan, di uji sesuai Standar Nasional Indonesia No 06-4085-1996, meliputi keadaan bentuk, warna, dan bau, pH sabun pada 250C, kadar bahan aktif minimal 15%, kadar alkali bebas 0,14% untuk KOH, serta bobot jenis sabun cair pada suhu 250 C sebesar 1,01 – 1,10 gram/mL. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan memproduksi sabun mandi cair dan mengkarakterisasinya dengan SNI 064085-1996. Penelitian ini dimulai dari pembuatan ekstrak pelepah pisang. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2013 sampai dengan Desember 2013. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Kimia Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Ganesha. Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas piala 1 liter, dan 100 mL, batang pengaduk, neraca elektrik, pemanas elektrik, cawan penguap, furnace, pH meter, piknometer, labu Erlenmeyer 250 mL, labu Erlenmeyer 50 mL, labu ukur 100 mL, labu ukur 50 mL, buret, statif, klem, pipet tetes, handmixer, panci kecil dan corong pisah. Sedangkan bahan dari penelitian ini adalah Susu Kambing, abu pelepah pisang, kapur tohor, borak, aquades, minyak kelapa sawit, H2SO4 20%, metil merah, fenolptalein, heksana, alkohol 96%, KOH alkoholis 0,1N, HCl alkoholis 0,1N, HCl 10%, dan KOH alkoholis 0,5N. Pembuatan ekstrak abu pelepah pisang Pelepah pisang ketip dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari selama satu hari kemudian dibakar untuk memperoleh arang. Arang difurnace pada suhu 600 0C selama dua jam. Abu pelepah pisang sebanyak 20 gram di rendam dalam satu liter akuades selama 1 hari ditempatkan dalam wadah yang tertutup. Setelah direndam, air abu disaring dan filtratnya dikaustisasi dengan menggunakan 45 gram kapur tohor. Air abu yang dicampur kapur tohor di panaskan pada suhu 60 0C dan diaduk selama 1 jam. Air abu yang telah dikaustisasi disaring dan filtrat yang dihasilkan ditentukan konsentrasi
basanya dengan titrasi. Pembuatan basa alkali dibuat dengan prosedur yang sama namun dilakukan variasi perendaman abu dalam air yaitu 2, 3, 4, dan 5 hari. Penentuan konsentrai basa alkali dari pelepah pisang Konsentrasi basa alkali dari abu pelepah pisang ditntukan melalui titrasi dengan menggunakan HCl 0,1N. HCl 0,1 N sebelumnya di standarisasi dengan menggunakan natrium borat. Basa alkali dari abu pelepah pisang sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 50 mL dan ditetesi indikator fenolptalein. Basa alkali dititrasi dengan HCl 0,1 N. Banyaknya larutan HCl yag digunakan untuk mecapai titik ekialen dicatat dan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi basa alkali dari abu pelepah pisang. Pembuatan sabun mandi cair. Komposisi pembuatan sabun mandi cair dari campuran minyak kelapa sawit dan susu kambing dengan jumlah basa dari ekstrak abu pelepah pisang dan basa sintetik disajikan dalam tabel 1.1. Tabel 1 Komposisi bahan dalam pembuatan sabun mandi cair Bahan sabun mandi cair Basa alkali (M) Susu Minyak kambing sawit Ekstrak KOH (g) (g) pelepah sintetik pisang 51 36,6 0,5 0 51 36,6 0,5 0.5 51 36,6 1,0 0.5 Sebanyak 51 gram susu kambing dicampurkan dengan 36,6 gram minyak kelapa sawit, kemudian dipanaskan pada suhu 80 0C sambil diaduk selama 20 menit. Campuran didiamkan sebentar kemudian ditambahkan dengan 600 mL ekstrak abu pelepah pisang (konsentrasi basa 0,5 M) dan dipanaskan kembali pada suhu 70 0C selama 100 menit sambil diaduk dengan kecepatan 250 rpm. Setelah terbentuk campuran kental, suhu
pengadukan diturunkan menjadi sekitar 40 – 50 0C selama 20 menit untuk menyempurnakan proses saponifikasi. Sabun yang terbentuk didinginkan dalam suhu ruangan kemudian dituangkan dalam wadah dan ditutup rapat. Sabun cair yang terbentuk di aging selama 2 sampai 4 minggu. Dengan prosedur yang sama, dilakukan pembuatan sabun mandi cair dengan menggunakan campuran basa alkali dari ekstrak abu pelepah pisang dan KOH sintetik dengan perbandingan konsentrasi 1M : 1M dan 2 M : 1M. Karakterisasi sabun mandi cair Sabun mandi cair dikarakterisasi setelah dilakukan aging selama 2 minggu, 3 miggu, dan 4 minggu. Parameter karakteristik sabun mandi cair yang diuji meliputi penampakan fisik, bahan aktif (asam lemak total), alkali bebas, pH dan berat jenis sabun sesuai dengan standar baku mutu untuk sabun cair. Penentuan bahan aktif Bahan aktif pada sabun adalah jumlah asam lemak total yang berhasil tersabunkan. Prosedur penentuan bahan aktif sabun dilakukan mengikuti SNI 064085-1996. Sebanyak 10 gram sampel sabun cair dilarutkan dalam 50 mL aquades dan ditetesi dengan indikator metil merah, kemudian ditambahkan H2SO4 20 % berlebih sampai warna larutan menjadi merah. Asam lemak dan larutan garam sulfat dipisahkan menggunakan corong pisah, kemudian bagian asam lemaknya ditambahkan heksana untuk memisahkan asam lemak dengan garam sulfat yang kemungkinan masih tersisa. Fraksi asam lemak dan heksana dipisahkan dengan cara destilasi. Kadar asam lemak total yang terdapat dalam sabun mandi cair dihitung dengan rumus W2 W1 jumlah asam lemak total W dimana W menunjukkan berat sampel sabun cair, W1 adalah berat labu dasar bulat kosong dan W2 adalah berat labu dasar bulat dan berat asam lemak.
Penentuan alkali bebas Sebanyak 5 gram sampel sabun cair ditambahkan dengan etanol netral yang telah ditetesi indikator fenolptalein sehingga terbentuk larutan berwarna merah muda. Campuran dititrasi dengan menggunakan larutan HCl 0,1 N sampai warna merah muda menjadi hilang. Kadar alkali bebas pada pada sabun cair dapat dihitung dengan rumus
dimana V merupakan volume HCl 0,1 N yang digunakan (mL) yang digunakan untuk menitrasi sabun mandi, N adalah normalitas HCl, W adalah berat sampel sabun mandi cair (gram) dan faktor 0,0561 adalah berat molekul KOH per 1000 gram pelarut. Penentuan pH sabun Pengujian pH sangat mandi cair dilakukan menggunakan alat pH meter Schott Instruments Lab 850. Sebelum digunakan, pH meter dikalibrasi menggunakan larutan buffer 4 dan buffer 7. Pengujian pH sabun dilakukan dengan mencelupkan bagian elektroda dari pH meter ke dalam beaker glass yang telah berisi 20 mL sabun mandi cair. Nilai pH yang muncul pada skala pH meter. Penentuan berat jenis sabun Penentuan berat jenis sabun mandi cair dilakukan menggunakan alat piknometer. Piknometer dibersihkan dan dikeringkan kemudian ditimbang dalam keadaan kosong. Sampel sabun cair dimasukkan ke dalam piknometer sampai penuh ditandai dengan tidak adanya gelembung gas, kemudian piknometer direndam dalam air es sampai suhunya 25 0C. Setelah itu piknometer dikeringkan lalu ditimbang dan massanya dicatat. Dengan prosedur yang sama, dilakukan pengujian terhadap berat air dengan akuades. Hasil pengujian bobot jenis yang didapatkan dibandingkan dengan persyaratan SNI 06-4085-1996. rumus yang digunakan adalah:
Berat jenis sabun berat sabun cair berat air
cair
(25
0
C)= 2
Hasil penelitian Pembuatan dan penentuan basa alkali dari ekstrak abu pelepah pisang. Konsentrasi basa álkali yang dihasilkan dari 20 gram abu pelepah pisang dengan waktu perendaman 1 hari sampai dengan 5 hari dapat dilihat dalam tabel 2 berikut. Tabel 2 Konsentrasi basa alkali yang dihasilkan dari abu pelepah pisang Waktu Perendaman 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari
Volume Ekstrak Abu 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL
Volume HCl 0,1 N 10,5 mL 10,4 mL 10,5 mL 10,3 mL 10,5 mL
Konsen trasi 1,05 M 1,04 M 1,05 M 1,03 M 1,05 M
Tabel 2 menunjukkan bahwa konsentrasi basa alkali yang dihasilkan pada pembuatan basa alkali dari abu pelepah pisang pada variasi perendaman abu dari 1 sampai 5 hari relatif sama yaitu sebesar 1,03-1,05 M. Sabun mandi cair berbahan dasar susu kambing di buat dengan mereaksikan campuran antara minyak kelapa sawit dan susu kambing dengan basa álkali dari abu pelepah pisang dan KOH sintetik dengan rasio 1:0, 1:1 dan 2:1 Deskripsi penampakannya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Penampakan sabun mandi cair yang dibuat pada variasi rasio penambahan basa alkali dari pelepah pisang dan KOH sintetik Rasio Basa alkali dari Penampakan Pelepah KOH pisang sintetik 1 0 Kental hanya pada bagian permukaan 1 1 Kental pada
seluruh bagian sabun kental pada seluruh bagian sabun
1
sabun cair dengan rasio 1:0 setelah didinginkan tidak terjadi reaksi saponifikasi yang sempurna. Sabun cair dengan rasio 1:1 dan 2:1 terbentuk sabun kental yang berwarna kuning transparan. Karakterisasi Sabun Mandi Cair Campuran antara Minyak Kelapa Sawit dan Susu Kambing dengan Basa Álkali dari Abu Pelepah Pisang dan KOH Sintetik Sebelum di uji sabun dasar yang telah jadi di aging dengan variasi waktu selama 2 miggu, 3 minggu dan 4 minggu. Berikut ini adalah tabel hasil pengujian sabun berdasarkan SNI 06-4085-1996. Tabel 4 Hasil Karakterisasi Sabun Mandi Cair Campuran antara Minyak Kelapa Sawit dan Susu Kambing dengan Basa Alkali dari Abu Pelepah Pisang dan KOH Sintetik untuk rasio ekstrak abu pelepah pisang : KOH sintetis (1:1). S a Parame t ter u a n
Sabun Mandi Cair Rasio (1:1) Waktu Aging (Minggu) II
III
IV
SBM
Bau
-
susu
susu
susu
Khas
Warna
-
kuni ng
kunin kunin g g
Khas
Bahan aktif
%
19, 28
31,5 4
38,8 6
Min 15
Alkali bebas
% 0,04
0,04
0,04
Max 0,14
10, 55 1,0 36
10,4 7 1,03 6
10,4 2 1,03 6
pH
-
Bobot jenis
-
8-11 1,011,10
Keterangan: SBM adalah standar baku mutu berdasarkan SNI 06-4085-1996
Tabel 5 Hasil Karakterisasi Sabun Mandi Cair Campuran antara Minyak Kelapa Sawit dan Susu Kambing dengan Basa Alkali dari Abu Pelepah Pisang dan KOH Sintetik untuk rasio ekstrak abu pelepah pisang : KOH sintetis (2:1). S a Parame t ter u a n
Sabun Mandi Cair Rasio (1:1) Waktu Aging (Minggu) II
III
IV
SBM
Bau
-
susu
susu
susu
Khas
Warna
-
kuni ng
kunin kunin g g
Khas
Bahan aktif
%
Alkali bebas pH Bobot jenis
15, 58 0,0 % 6 10, - 48 1,0 6
17,5 9
19,7 4
Min 15
0,06
0,06
Max 0,14
10,4 0
10,3 6
8-11
1,06
1,06
1,011,10
Berdasarkan tabel 4 dan 5 hasil pengujian sabun mandi cair dengan rasio 1:1 dan rasio 2:1 memenuhi semua persayaratan yang terdapat pada SNI 06-4085-1996. Pembahasan Rendaman abu pelepah pisang menghasilkan konsentrasi yang relatif sama, namun dari segi efisiensi waktu yang dibutuhkan untuk merendam adalah satu hari. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Kumbayadnya tahun 1984 dimana dalam penelitiannya abu sekam padi direndam selama 1 hari untuk mendapatkan basa dengan konsentrasi yang maksimal. Filtrat rendaman abu pelepah pisang berwarna kuning kecoklatan hal ini dikarenakan adanya senyawa pengotor berupa Fe3+. Pengotor Fe3+ perlu dihilangkan dengan proses kaustisasi dengan menggunakan kapur tohor dimana reaksi yang terjadi sebagai berikut
Fe3+(aq) + Ca(OH)2(aq)
Fe(OH)3(s) + Ca2+(aq)
K2CO3(aq) + Ca(OH)2 (aq)
CaCO3(s) + 2 KOH(aq)
Selain untuk menghilangkan Fe3+ proses kaustisasi ini juga bertujuan untuk mengubah K2CO3 menjadi KOH seperti dilihat dari reaksi berikut. Setelah dikaustisasi filtrat ekstrak abu pelepah pisang yang dihasilkan menjadi tidak berwarna, hal ini dikarenakan Fe3+ mengendap dengan ciri terbentuknya endapan merah. Hal ini dikarenakan Fe3+ dalam basa akan membentuk koloid Fe(OH)3. Setelah proses kaustisasi ekstrak abu di tentukan konsentrasinya dengan mentitrasi ekstrak abu dengan menggunakan HCl 0,1 N. Konsentrasi basa dari ekstrak abu yang dihasilkan adalah 0,105 N . dari data penelitian Munadjim dalam Luluk Endahwati konsentrasi basa alkali yang diperoleh jika bereaksi secara sempurna adalah sebesar 0,221 N. Konsentrasi basa yang diperoleh dalam penelitian ini lebih kecil dari teoritis. Hal ini disebabkan kurang sempurnanya proses pengabuan sehingga senyawa penyusun basa alkali yang terdapat pada abu pelepah pisang sedikit yang terbentuk. Basa alkali yang dihasilkan dari abu pelepah pisang tidak betul-betul murni dan masih terdapat pengotor. Pembuatan sabun dengan konsentrasi 0,5 M dengan perbandingan rasio ekstrak abu pelepah pisang dan KOH sintetik 1:0 gagal terbentuk, karena dalam basa alkali dari ekstrak abu pelepah pisang masih memiliki pengotor seperti ion Ca2+. Pada penelitian Munadjim dalam Luluk Endahwati abu pelepah pisag memiliki pengotor berupa CaO sebanyak 0,12% yang dapat larut dalam air. Pada reaksi kaustisasi untuk menghilangkan ion Fe3+ juga menghasilkan ion Ca2+ yang menambah jumlah pegotor pada basa alkali yag akan diguakan dalam pembuatan sabun. Ion Ca2+ bereaksi terlebih dulu dengan alkil dari asam lemak (Petrucci, 1966) dibandingkan
dengan basa alkali yang terdapat pada ekstrak abu pelepah pisang. 2RCOO + Ca2+ Ca(RCOO)2 Sehingga diperlukan penambahan KOH sintetis untuk meningkatkan proses saponifikasi sehingga lemak yang tersabunkan menjadi lebih banyak. Pembuatan sabun cair dengan konsentrasi 1 M dengan rasio basa alkali dari pelepah pisang : KOH sintetik 1:1 dan 1,5 M dengan rasio basa alkali dari pelepah pisang : KOH sintetik 2:1 mampu menghasilkan sabun mandi cair. namun dalam segi bentuk kedua sabun memiliki perbedaan yaitu tingkat kekentalannya dimana sabun cair dengan konsentrasi basa 1 M yang lebih kental. Vikositas atau kekentalan sangat berhubugan dengan kadar air, dimana semakin besar kadar air semakin kecil pula viskositasnya ( Wijana et al, 2009). Pada penelitian ini sabun dengan rasio 1:1 memiliki kadar air sebesar 60, 48% sedangkan untuk sabun cair dengan rasio 2:1 memiliki kadar air sebesar 77, 88 %. Sehingga sesuai degan penelitian dari Wijana et al. 2009 bahwa sabun dengan rasio 1:1 memiliki kekentalan yag lebih besar. Sebelum sabun siap untuk digunakan sabun perlu di aging untuk menyempurnakan proses saponifikasi yang terjadi setelah itu dilakukan pengujian berdasarkan SNI 06-40851996. Kadar bahan aktif sabun dapat diukur dengan menghitung kadar asam lemak total yang terkandung pada sabun (wijana et al, 2009). Kadar bahan aktif untuk sabun dengan rasio 1:1 sebesar 38,86 dan pada rasio 2:1 sebesar 19,74 sehingga sesuai dengan standar SNI 064085-1996 yaitu min 15%. Kadar asam lemak total pada sabun cair yang dibuat dengan waktu aging 2 minggu sampai dengan 4 minggu baik sabun mandi cair dengan rasio 1:1 maupun 2:1 terus meningkat (tabel 4.3) meningkatya kadar asam lemak total dikarenakan karena reaksi saponifikasi pada saat agging
masih berlangsung. Reaksi saponifikasi akan berhenti ketika salah satu pereaksi habis. Sabun cair dengan rasio 1:1 memiliki kadar asam lemak total yang lebih tinggi dibandingkan dengan sabun cair dengan rasio 2:1. Hal ini disebabkan karena sabun cair dengan rasio 2:1 cenderung masih memiliki pengotor berupa ion Ca2+ sehingga asam lemak bereaksi terhadap Ca2+ terlebih dahulu dan mengendap seseuai dengan reaksi 2RCOO + Ca2+ Ca(RCOO)2 (Petrucci, 1966). Maka dari itu kadar bahan aktif sabun cair dengan rasio 2:1 lebih rendah daripada sabun cair dengan rasio 1:1. Semakin tinggi kadar bahan aktif yang terkandung pada sabun maka semakin bagus kemampuannya untuk membersihkan kotoran (BSN, 1994). Nilai pH merupakan parameter yang sangat penting dalam pembuatan sabun, karena nilai pH menentukan kelayakan sabun untuk digunakan sebagai sabun mandi. Nilai pH larutan sabun bergantung pada jenis lemak, sebagai contoh sabun yang dibuat dari minyak kelapa mempunyai pH antara 9 dan 10, sedangkan sabun dari lemak hewani memberikan pH sekitar 10,8 (Wijana et al, 2009). Pada sabun cair yag dibuat dengan konsentrasi 1 M sebesar 10,42 dan untuk sabun cair dengan konsentrasi 1,5 M bernilai 10,36. dilihat dari waktu agging (tabel 4.3) nilai pH pada sabun cair cukup stabil dan sedikit menurun sesuai dengan penelitian Siely tahun 2010 nilai pH dari minggu ke 2 sampai minggiu ke empat stabil dari 9,319 sampai dengan 9,211. pH sabun cair yang dibuat dengan rasio 1:1 dan rasio 2:1 memenuhi standar dari SNI no 06-40851996. Kadar alkali bebas dalam sabun tidak diharapkan hal ini dikarenakan jika kandungan alkali bebasnya terlalu tinggi dapat menyebabkan iritasi sehingga dalam SNI kadar alkali bebas maksimal 0,14% untuk KOH. Dari hasil pengujian
(tabel 4.3) kadar alkali bebas untuk sabun mandi cair dengan rasio 1:1 lebih kecil dibandingkan dengan sabun cair dengan rasio 2:1. hal ini dikarenakan basa alkali pada sabun dengan rasio 1:1 bereaksi lebih banyak dengan asam lemak hal inj sejalan dengan pengujian kadar bahan aktif dimana sabun cair dengan rasio 1:1 memiliki kadar aktif lebih tinggi dimana asam lemak yang tersabunkan lebih tinggi dibandingkan dengan sabun cair dengan rasio 2:1. dari dua sabun cair yang terbentuk kadar asam lemak bebas masih dalam ambang batas dan memenuhi standar SNI no 06-4085-1996. Dengan demikian sabun cair yang dibuat aman digunakan oleh masyarakat. Pengujian bobot jenis pada penelitian ini dilakukan sederhana dengan menggunakan piknometer. Dari kedua sabun yang dibuat baik sabun cair dengan rasio 1:1 dan sabun cair dengan rasio 2:1 memenuhi standar dari SNI no 06-4085-1996. Nilai bobot jenis dipengaruhi jenis dan konsentrasi bahan baku dalam larutan. Semakin tinggi berat molekul bahan baku yang ditambahkan maka semakin besar nilai bobot jenis sabun yang dihasilkan (Musy dkk, 2003). Penutup Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di paparkan, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak abu pelepah pisang bisa mengurangi pemakaian KOH sintetik dalam pembuatan sabun cair, dimana sabun cair yang dibuat dengan rasio 1:1 dan 2:1 lolos uji SNI 06-4085-1996. Daftar Rujukan Ahira, Anne. 2010. Sabun Susu Kambing, Pemutih dan Pelembab Wajah. Tersedia pada www.anneahira.com . (diakses tanggal 7 Pebruari2013). Badan Pusat Statistik. 2009. Data Import Sabun Transparan di Indonesia.
Badan Standarisasi Nasional. 1996. StandarMutu Sabun Cair SNI 064085-1996. Jakarta: Dewan Standar Nasional. Endahwati, Luluk. 2010. Sulphate Potasium Extraction From Banana Stem Ash With Bleaching Earth Waste Liquid. Jurnal Teknik Kimia Vol. 4. No. 2. Fontecha, J., Rios, J.J., Lozada, L., & Juarez, M. 2000. Composition of Goat’s Milk Fat Triglycerides Analysed by Silver Ion AdsorptionTLC and GC-MS. International Dairy Journal 10, 119-128 Hernani, Bunasor, Tatit K., & Fitriati. 2010. Formula Sabun Transparan Antijamur dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L.Swartz). Bul. Littro. Vol. 21 No. 2, 192-205. Riemenshneider, R. W. dan N. R. Ellis. 1936. The Component Fatty Acids of Goat Milk Fat. J. Biol. Chem. Vol 113: 219-233. Saputri, Indah. 2013. KelebihanKekurangan Sabun Batang dan Cair. Tersedia pada http://www.memobee.com/inilahkelebihan-kekurangan-sabunbatang-dan-cair-6666-eij.html (diakses tanggal 31 Desember 2013). Sastrohamidjo, Hardjono. 2009. Kimia Organik Stereokimia, Karbohidrat, Lemak dan Protein. Yogyakarta: Erlangga. h.111-116. Spencer, Charles S. 2007. Goat Milk Soap for Acne. http://ezinearticles.com/?GoatsMilk-Soap-ForAcne&id=985465 .(diakses tanggal 7 Pebruari 2013).