Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Hutan Lindung di DAS Palu (hulu), Sulawesi Tengah. ( Community Participation on Protection Forest Management in DAS Palu - Central Sulawesi Province )
Oleh C.Yudilastiantoro
Abstract Protection forest is a forest area that has main fanction as buffer zone to managed water system, prevent flood, control erotion, prevent sea water intruktion and keep the land fertile (UU 41/1999). We could take mant benefit from protection forest such as area benefit, ecoturism and non wood production forest benefit. This research is done in three different places; Toro, Matauwe and Bolapapu villages; Kulawi district; Donggala regency. The research carried out in January – Decembre 2003. In this research, the sample is took by purposive method. The number of sample were 75 respondents. Kind of data which needed are primary and secondary data and analysed by quantitative analysis and Chi Square analysis. The result of this research showed that non wood production forest contribution on family income is about 25%-33%. Chi Square analysis and coefficient contingensi analysis showed that some social economic factors such as age, education, the number of family and income are not significant influence the increase of community participation in managed protection forest. But land width plantation is significantly influence. The coefficient contingensi value are very low until low. Community participation model is cooperativenees and based on local indigenous knowledge. Community are actively participate in took care, protect and preserve protection forest because they need a part of area for plantation. Keyword: participation, income distribution,social economic factor Abstrak Hutan lindung merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.(UU 41/1999). Pemanfaatannya dapat berupa pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan pemungutan hasil hutan bukan kayu Penelitian ini dilakukan di tiga desa, yaitu desa Toro, Matauwe dan Bolapapu; di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah. Pelaksanaan penelitian pada bulan Januari – Desember 2003. Penentuan responden secara “purposive sampling”, dengan jumlah sample 75 responden. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder; kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis kuantitatif dan Chi Square (X2). Hasil penelitian menunjukan bahwa kontribusi pemungutan hasil bukan kayu di hutan lindung terhadap pendapatan kelaurga antara 25% - 33%. Hasil uji Chi Square (X2) dan uji koefisien keeratan hubungan (nilai C) menunjukan bahwa faktor sosial ekonomi, yaitu: umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap partisipasi pengelolaan hutan lindung;
1
tetapi luas lahan (kebun) berpengaruh nyata terhadap partisipasi mengelola hutan lindung. Nilai keeratan hubungannya sangat rendah sampai rendah. Model partisipasi masyarakat setempat bernuansa gotongroyong dengan dasar kearifan lokal. Masyarakat berpartisipasi aktif dalam menjaga, melindungi dan melestarikan hutan lindung, karena adanya motivasi menggunakan sebagian kawasan lindung untuk berkebun. Kata Kunci : distribusi pendapatan, partisipasi , faktor sosial ekonomi.
I. PENDAHULUAN Hutan lindung merupakan salah satu aset daerah dan negara yang bertujuan untuk melestarikan keanekaragaman hayati spesifik sesuai habitatnya. Di samping itu hutan lindung mempunyai peranan penting dalam mengatur hidro-orologis daerah di sekitarnya dan dapat pula dimanfaatkan untuk kepentingan budidaya, pemungutan hasil bukan kayu dan penggunaan jasa lingkungan. Oleh karena itu pengelolaan hutan lindung dengan melibatkan masyarakat di sekitarnya sangat membantu usaha pelestarian hutan lindung. Apabila masyarakat sampai batas tertentu dapat memanfaatkan potensi hutan lindung, maka masyarakat diharapkan dapat mempunyai tanggung jawab untuk memeliharanya, karena hutan lindung mempunyai manfaat langsung bagi kehidupan keluarganya. Pengertian tentang partisipasi yaitu merupakan keterlibatan aktif individu atau masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, penerimaan manfaat serta monitoring dan evaluasi suatu kegiatan. Permasalahan saat ini adalah sulitnya mengendalikan perambah untuk mengolah lahan di dalam kawasan hutan lindung, disebabkan karena masalah ekonomi. Hal ini akan terus berlanjut selama tidak adanya larangan dan tindakan tegas dari aparat yang terkait dengan pelestarian hutan lindung. Untuk itu diperlukan data/informasi keadaan sosial ekonomi masyarakat disekitar hutan lindung dan tingkat partisipasinya, agar tetap melestarikan hutan lindung dan memanfaatkannya secara sosial ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraannya. Tujuan penelitian adalah mendapatkan nilai keeratan hubungan antara faktor sosial ekonomi terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam melestarikan hutan lindung.
2
II. METODE PENELITIAN A. Lokasi Kegiatan Kegiatan penelitian dilakukan di sekitar kawasan hutan lindung di Desa Toro, Matauwe dan Bolapapu, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah. B. Waktu Kegiatan Kegiatan penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 1 tahun, yaitu dari bulan Januari 2003 sampai dengan bulan Desember 2003.. C. Pengumpulan Data 1. Penentuan Responden Responden ditentukan secara purposive sampling terhadap masyarakat
yang
mempunyai peranan langsung terhadap pengelolaan hutan lindung. 2. Macam Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Sumber data sekunder berasal dari instansi terkait dalam pengelolaan hutan lindung dari tingkat pusat sampai daerah meliputi : Balai Taman Nasional Lore Lindu, Balai Pengelolaan DAS Palu, Dinas Kehutanan Propinsi Sulteng, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Donggala, Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah di Palu serta Kecamatan dan Desa terkait. Pengumpulan data
primer dilakukan dengan metoda wawancara terstruktur,
menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan.
D. Metode Analisis Analisis data dengan menggunakan metoda analisis kuantitatif, yaitu menyusun hasil dari kompilasi data yang diperoleh (primer dan sekunder) dalam bentuk tabulasi kemudian dianalisis. Sedangkan untuk analisis nilai ekonomi, menggunakan analisis benefit-cost Dengan rumus sebagai berikut (PSSEKI,2000) : n
Pb =
Σ (Pi 1
- Ci ) Dimana : P b = Jumlah pendapatan bersih Pi = Pendapatan Kotor Ci = Biaya ke - i
3
Untuk menggambarkan hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi dan tingkat partisipasinya digunakan analisis distribusi frekuensi dengan tabulasi silang yang kemudian di uji dengan tehnik Chi Kuadrat (Chi Square) dengan rumus sebagai berikut: (Djarwanto dan Sudjana, 1996). (f0 - fh ) 2 X2 = ----------------fh
dimana : x2 = uji chi kuadrat f0 = nilai yang diamati (nilai observasi) fh = nilai yang diharapkan (nilai harapan)
Pengujian signifikasi antara tingkat partisipasi dengan kondisi sosial ekonomi dilakukan dengan membandingkan nilai X2hitung dengan X2
tabel
dengan criteria sebagai berikut : a. Jika X2hitung > X2 tabel; berarti variabel sosial ekonomi mempunyai hubungan dengan tingkat partisipasinya. b. Jika X2 hitung < X2tabel; berarti variabel sosial ekonomi tidak mempunyai kesesuaian dengan tingkat partisipasinya.
Untuk mengetahui derajat keeratan hubungan antara variabel bebas (sosial ekonomi) dengan variabel terikat (tingkat partisipasi), maka digunakan Uji Koefisien Kontingensi dengan rumus (Sudjana,1996): x2 C = √ ----------------x2 + n
dimana : C = Koefisien Kontingensi x2 = Nilai x2 hitung n = Jumlah responden
Nilai C berkisar antara 0 – 1,00. Makin besar nilai C, berarti hubungan antara 2 variabel semakin erat. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien kontingensi digunakan batasan yang dikemukakan oleh Sugiyono (1997)
Tabel 1. Nilai Interpretasi Koefisien Korelasi dan Tingkat Hubungan Interval Koefisien Tingkat Hubungan Coefisien Interfal Level of Corelation 0,00 - 0,199 Sangat rendah 0,20 - 0,399 Rendah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat 0,80 - 1,00 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono, 1997.
4
III. HASIL YANG DICAPAI A. Identitas dan Karakteristik Responden. 1. Umur Responden Jumlah responden dari ketiga desa kajian adalah sebesar 90 orang. Untuk jelasnya jumlah responden menurut kategori umur dari masing-masing desa dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini. Tabel 2. Klasifikasi Umur Responden (KK) di Desa Toro, Matauwe dan Bolapapu Table 2. Respondent’s Age Classification in Toro, Matauwe and Bolapapu Villages No. No.
1. 2. 3.
Umur (thn) Age (year)
Toro
Matauwe
Bolapapu
10 13 7 30
5 15 10 30
1 20 9 30
< 30 30 - 50 > 50 Jumlah
Jumlah Responden The number of Respondent 16 48 26 90
Frekuensi (%) Frequenty (%) 17,77 53,33 28,90 100,00
Sumber : Analisis data Primer, 2003. Source : Primary Data Analysis, 2003.
Terdapat kelompok umur 30 – 50 thn yang jumlahnya 48 orang atau 53,33%. Hal ini menunjukan bahwa gambaran responden kebanyakan tergolong usia produktif dalam mengupayakan pemanfaatan lahan hutan lindung sebagai matapencaharian mereka. 2. Pendidikan Responden Pendidikan yang dimaksud adalah jenjang pendidikan formal yang diikuti oleh responden. Pentingnya pendidikan formal bagi responden, agar dapat mengukur pengetahuan dalam memahami aspek pengelolaan hutan lindung di wilayahnya. Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.
Tabel 3. Tingkat Pendidikan Responden (KK) di Desa Toro, Matauwe dan Bolapapu. Table 3. Respondent’s Education Level Classification in Toro, Matauwe and Bolapapu Villages No. No.
1. 2. 3.
Pendidikan Education
SD SLTP SMA Jumlah
Toro
Matauwe
Bolapapu
Jumlah Responden The number of Respondent
20 6 4 30
4 12 14 30
21 5 4 30
45 23 22 90
Frekuensi (%) Frequenty (%) 50,00 25,55 24,45 100,00
Sumber : Analisis data Primer, 2003. Source : Primary Data Analysis, 2003.
5
Tabel diatas menunjukan bahwa responden yang tidak tamat dan yang tamat SD masih cukup tinggi, yaitu sebesar 45 orang atau 50,00%. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden, terutama di Desa Toro dan Bolapapu masih relatif rendah, yaitu Sekolah Dasar. 3. Jumlah Tanggungan Keluarga Yang dimaksud dengan jumlah tanggungan keluarga adalah isteri, anak dan semua orang yang tinggal serumah.Jumlah tanggungan keluarga responden berkisar antara 2 sampai 7 orang, dengan rata-rata jumlah tanggungan keluarga responden 4 sampai 5 orang. Jumlah tanggungan keluarga responden dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini. Tabel 4. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden (KK) di Desa Toro, Matauwe dan Bolapapu Table 4. Respondent’s Number of Family in Toro,Matauwe and Bolapapu Villages. No. Juml.Angg Kel. Toro Matauwe Bolapapu Jumlah Frekuensi No. The Number of Family Responden (%) The Number of Frequenty (%) Responden 1. 2– 3 7 8 7 22 24,44 2. 4– 5 11 10 15 36 40,00 3. 6 - 7 12 12 8 32 35,56 Jumlah 30 30 30 90 100,00 Sumber : Analisis data Primer, 2003. Source : Primary Data Analysis, 2003.
Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah tanggungan keluarga responden yang paling banyak berjumlah 4 – 5 orang yaitu sebesar 36 responden atau sebesar 40,00 %. Jumlah tanggungan keluarga mencerminkan akan jumlah kebutuhan sandang, perumahan dan makan bagi seluruh anggota keluarganya.
4. Pendapatan per tahun Responden Pendapatan responden dihitung berdasarkan rumus PSSEKI (2000). Dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata pendapatan seluruh responden (90 responden) per tahun sebesar Rp 7.245.700,-/kk. Adapun tingkat pendapatan per tahun per kepala keluarga pada setiap kepala keluarga dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
6
Tabel 5. Tingkat Pendapatan (Rp/thn/KK) Responden di Desa Toro,Matauwe dan Bolapapu. Table 5. Respondent’s Level’s Income on Family (Rp/y/hh) in Toro,Matauwe and Bolapapu Villages. No. No.
Pendapatan/th Income’s
Toro
Matauwe
Bolapapu
1. 2. 3.
< Rp 5 juta Rp 5 – 10 juta > Rp 10 juta Jumlah
6 16 8 30
7 7 16 30
3 19 8 30
Jumlah Responden The Number of Respon dent’s 16 42 32 90
Frekuensi (%) Frequenty (%) 17,78 46,66 35,56 100,00
Sumber : Analisis data Primer, 2003. Source : Primary Data Analysis, 2003.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 32 responden (35,56%) mempunyai pendapatan diatas Rp 10.000.000,-/tahun, sedangkan 42 responden (46,66%) mempunyai pendapatan antara Rp 5.000.000,- sampai Rp 10.000.000,-, dan yang mempunyai pendapatan kurang dari Rp 5.000.000,- sebanyak 16 responden atau 17,78%.
5. Luas Lahan Garapan Responden Lahan yang digarap responden adalah kebun (lahan kering) yang ditanami dengan tanaman perkebunan (kakao, kopi dan cengkeh). Banyaknya responden menurut luas areal kebun dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 6. Luas Lahan Kebun (ha) Responden di Desa Toro, Matauwe dan Bolapapu Tabel 6. Respondent’s Plantation Land Width in Toro,Matauwe and Bolapapu Villages. No. Luas Lahan (ha) Toro Matauwe Bolapapu Jumlah Frekuensi No. Land Width (ha) Responden (%) The Number Frequenty of (%) Respondent’s 1. < 0,5 0 0 1 1 1,11 2. 0,5 – 1,5 19 22 23 64 71,11 3. > 1,5 11 8 6 25 27,78 Jumlah 30 30 30 90 100,00 Sumber : Analisis data Primer, 2003. Source : Primary Data Analysis, 2003.
Dari tabel tersebut diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki lahan kebun seluas 0,5 - 1,50 hektar, sebanyak 64 responden (71,11%). Hal ini dapat dipahami bahwa sebagian besar besar lahan kebun terletak di dalam kawasan hutan lindung. Untuk pemilik kebun > 1,50 hektar, hanya sebesar 27,78%.
7
6. Hubungan antara Persepsi dengan Faktor Sosial Ekonomi Dari hasil uji Chi Square (X2) lihat lampiran, ternyata faktor umur, pendidikan,jumlah anggota keluarga, dan pendapatan tidak signifikan. Namun luas lahan garapan signifikan pada taraf nyata 5%, dengan tingkat hubungan (koefisien C) sangat rendah sampai rendah. Besarnya nilai X2 dan koefisien keeratan hubungan dari masingmasing variabel sosial ekonomi dapat dilihat pada tabel 7 . Tabel 7. Asosiasi Berbagai Faktor Sosial Ekonomi dengan Partisipasi,Nilai X2, Koefisien C dan Tingkat Keeratan Hubungannya. Table 7. Value of X2 and Coefficient Corelation Association Social Economic Factor with Participation in Research Area No. Asosiasi Nilai X2 Nilai C Tingkat Asosiasi Value X2 Value C Association Level No. Assosiation 1 Umur asosiasi Partisipasi 0,41 0,06 Tidak signifikan/ sangat rendah 2 Pendidikan asosiasi Partisipasi 0,69 0,08 Tidak signifikan/ sangat rendah 3 Jumlah Tanggungan Keluarga asosiasi 0,90 0,10 Tidak signifikan/ Partisipasi sangat rendah 4 Pendapatan asosiasi Partisipasi 5,26 0,23 Tidak signifikan/ rendah 5 Luas Lahan asosiasi Partisipasi 12,73 0,35 Tidak signifikan/ rendah Sumber: Analisis Data Primer, 2003 Source : Primary Data Analysis, 2003.
Dari tabel diatas menunjukan bahwa faktor sosial ekonomi: umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan tidak berpengaruh nyata namun luas lahan garapan berpengaruh nyata terhadap pengelolaan hutan lindung dengan tingkat keeratan hubungan (asosiasi) sangat rendah sampai rendah. Faktor luas lahan mempunyai nilai X2 dan C yang tertinggi diantara faktor lainnya, walaupun tingkat keeratan hubungnya rendah. Hal ini menunjukan bahwa responden memelihara kebunnya yang berada di dalam kawasan hutan lindung dan secara tidak langsung tetap menjaga fungsi lindung terhadap erosi dan longsor. B. Potensi dan Kontristribusi HHBK terhadap pendapatan keluarga/thn Adapun potensi desa Toro, Matauwe dan Bolapapu dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini. Tabel 8. Potensi desa Toro, Matauwe dan Bolapapu, Kec.Kulawi,Kab.Donggala. Table 8. Potency in Toro, Matauwe and Bolapapu Villages, Kulawi Distric, Donggala Regency. No. Jenis Desa Jumlah Frekuensi dari total se Kec.Kulawi Toro Matauwe Bolapapu 1
Jumlah Penduduk
1.840
538
3.073
5.451
19,73%
8
2
Luas wilayah (km2)
3
Jml Rumh Tangga
50,65
31,29
84,17
166,11
4,91%
452
127
722
1.301
18,20%
4
Jml sekolah
2
1
6
9
15,00%
5
Prod padi (ton)
834
85
327
1.246
19,73%
6
Sapi (ekor)
165
34
84
283
23,23%
7
Kerbau (ekor)
8
Ayam buras (ekor)
9 10
45
4
37
2.305
703
2.300
86
15,69%
5.308
15,60%
Kios (buah)
17
4
25
46
19,57%
Toko (buah)
5
-
12
17
40,48%
Sumber : Analisis data sekunder, 2003
Tabel diatas menunjukan bahwa potensi desa-desa tersebut cukup potensial untuk berkembang menjadi lebih besar lagi, sehingga diperlukan penataan tata ruang wilayah agar tidak mengganggu kelestarian hutan lindung yang berada di sekitarnya. Adapun kontribusi hasil hutan bukan kayu terhadap pendapatan responden dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini Tabel 7.Kontribusi HHBK terhadap Pendapatan Responden di Desa Toro, Matauwe dan Bolapapu. No. Desa Kontribusi Rata-rata Pendapatan (Rp/thn/kk) HHBK (%) Usahatani HHBK Jumlah 1 Toro 4.772.700 2.350.750 7.123.450 33,00% 2 Matauwe 7.105.250 2.368.400 9.473.650 25,00% 3 Bolapapu 3.598.900 1.542.400 5.141.300 30,00% Jumlah 15.476.850 6.261.550 21.738.400 Sumber : Analisis data primer, 2003
Dari tabel diatas menunjukan bahwa kontribusi hasil hutan bukan kayu berkisar antara 25,00% sampai 33,00% dari total pendapatan responden. Desa Toro mempunyai kontribusi dengan nilai tertinggi diantara dua desa lainnya, yaitu 33%. Yang terendah desa Matauwe dengan kontribusi HHBK terhadap pendapatan sebesar 25%. 3. Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Hutan Lindung a. Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Dalam kegiatan perencanaan pengelolaan hutan lindung, partisipasi masyarakat dapat ditunjukan dengan beberapa aspek seperti keterlibatan dalam kegiatan survey lapangan, pemberian informasi dan mengajukan usul/saran. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini. No
1 2
Tabel 8. Partisipasi responden dalam Perencanaan Pengelolaan Hutan Lindung. PERENCANAAN KATEGORI PARTISIPASI Tinggi Sedang Rendah Total (KK) f % f % F % f % Kegiatan Survey Lapangan 7 7,8 22 24,4 61 67,8 90 100 Kegiatan Pemberian informasi 2 2,2 23 25,6 65 72,2 90 100
9
3
Pengajuan usul,saran dan Pendapat Sumber: Analisis data primer, 2003
5
5,6
16
17,7
69
76,7
90
100
Dari tabel diatas menunjukan bahwa masyarakat sekitarnya belum dilibatkan untuk melakukan kegiatan perencanaan terhadap pelestarian hutan lindung. Untuk kegiatan survey lapangan, hanya 7 responden atau 7,8%. yang pernah melakukan bersama dengan petugas dari Balai Taman Nasional Lore Lindu. Masyarakat yang aktif memberikan informasi kepada petugas kehutanan untuk pengelolaan hutan lindung hanya 2 responden atau 2,2% dan yang pernah mengajukan usul, saran atau pendapat hanya sebesar 5 responden atau 5,6 %. b. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Dalam kegiatan pelaksanaan pengelolaan hutan lindung, partisipasi masyarakat dapat ditunjukan dengan beberapa aspek seperti pemberian sumbangan pikiran, tenaga dan materi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada table 9 dibawah ini. No
1 2 3
Tabel 9. Partisipasi responden dalam Pelaksanaan Pengelolaan Hutan Lindung. PELAKSANAAN KATEGORI PARTISIPASI Tinggi Sedang Rendah Total (KK) f % f % f % f % Pemberian Sumbangan Pikiran 9 10,0 28 31,1 53 58,9 90 100 Pemberian Sumbangan tenaga 10 11,1 27 30,0 53 58,9 90 100 Pemberian Sumbangan materi 2 2,2 6 6,7 82 91,1 90 100
Sumber: Analisis data primer, 2003
Dari tabel diatas menunjukan bahwa masyarakat setempat dalam memberikan sumbang saran masih rendah, dan hanya beberapa anggota masyarakat yang memberikan sumbang saran pikiran, tenaga maupun materi untuk pengelolaan hutan lindung yaitu sebesar 10% untuk sumbangan pikiran, untuk sumbangan tenaga 11 % dan sumbangan materi sebesar 2%.
c. Partisipasi Masyarakat dalam Penerimaan Manfaat Dalam kegiatan penerimaan manfaat dari pengelolaan hutan lindung, partisipasi masyarakat dapat ditunjukan dengan beberapa aspek seperti peningkatan pendapatan, pengertian manfaat hutan terhadap lingkungannya dan ketergantungan hidupnya terhadap hutan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini. Tabel 10. Partisipasi responden dalam Penerimaan Manfaat Pengelolaan Hutan Lindung.
10
No
1 2 3
PENERIMAAN MANFAAT Peningkatan Pendapatan Manfaaat hutan thd lingkungan Ketergantungan thd hutan
Tinggi f % 21 23,3 1 1,1 1 1,1
KATEGORI PARTISIPASI Sedang Rendah F % F % 51 56,7 18 20,0 83 92,2 6 6,7 84 93,3 5 5,6
Total (KK) F % 90 100 90 100 90 100
Sumber: Analisis data primer, 2003
Dari tabel tersebut diatas menunjukan bahwa masyarakat berpartisipasi tinggi terhadap pengelolaan hutan lindung apabila ada motivasi untuk keuntungan mereka yaitu meningkatkan pendapatannya, yaitu sebesar 23,3% . Tetapi mereka tidak tahu manfaat hutan terhadap kelestarian lingkungan terutama hutan dapat mencegah erosi dan tanah longsor. Ketergantungan hidup terhadap hutan sedang, sebesar 93,3%; hal ini disebabkan karena mereka juga mengusahakan kebun di didalam kawasan hutan.
d. Partisipasi Masyarakat dalam Monitoring dan Evaluasi Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi pengelolaan hutan lindung, partisipasi masyarakat dapat ditunjukan dengan beberapa aspek seperti memonitor hutan lindung, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan pada hutan lindung. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 11 dibawah ini. Tabel 11. Partisipasi responden dalam Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Hutan Lindung MONITORING DAN KATEGORI PARTISIPASI .No EVALUASI Tinggi Sedang Rendah Total (KK) F % f % F % f % Monitoring hutan lindung 1 5 5,6 14 15,6 71 78,8 90 100 Mengawasi hutan lindung 2 3 3,3 13 14,5 74 82,2 90 100 Mengevaluasi hutan lindung 3 2 2,2 8 8,9 80 88,9 90 100 Sumber: Analisis data primer, 2003
Dari tabel diatas menunjukan bahwa masyarakat setempat masih rendah tingkat partisipasinya terhadap kegiatan memonitor, mengawasi dan mengevaluasi hutan lindung; yaitu sebesar 78 %, 82% dan 89%.
e. Klasifikasi Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Lindung Mengacu pada pernyataan Cohen dan Uphoff dalam Manule (2002), bahwa tingkat partisipasi tinggi apabila responden terlibat dalam keempat proses kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, penerimaan manfaat dan monitoring & evaluasi dengan skor > 21. Tingkat partisipasi sedang apabila responden hanya terlibat dalam proses pelaksanaan, penerimaan manfaat dan monitoring & evaluasi, dengan skor 17 – 21. Tingkat partisipasi rendah apabila responden hanya terlibat dalam proses penerimaan 11
manfaat dan monitoring & evaluasi, dengan skor < 17. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12 dibawah ini. Tabel 12. Klasifikasi Partisipasi Responden di Desa Toro, Matauwe dan Bolapapu. Kategori Toro Matauwe Bolapapu Jumlah Responden 1 Rendah (skor <17) 6 13 21 40 2 Sedang (skor 17 – 21) 14 15 8 37 3 Tinggi (skor >21) 10 2 1 13 Jumlah 30 30 30 90 No
% 44,4 41,2 14,4 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2003
Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden kategori klasifikasi partisipasinya rendah sampai sedang sebesar 40 orang (44,44%) dan 37 orang (41,2%). Sedangkan yang berpartisipasi tinggi sebesar 13 orang (14,4%).
g. Kesimpulan. 1. Tingkat partisipasi masyarakat rendah terhadap pengelolaan hutan lindung. Hal ini disebabkan karena masyarakat sekitar tidak dilibatkan dalam proses perencanaan dan monitoring & evaluasi. 2. Terdapat kontribusi HHBK terhadap pendapatan sebesar 25% sampai 33% dari total pendapatan. Hal ini menunjukan besarnya keeratan hubungan antara masyarakat dengan kelestarian hutan lindung. 3. Hasil pengujian yang dilakukan melalui uji Chi Square (X2) dan uji koefisien keeratan hubungan (nilai C) menunjukan bahwa Nilai keeratan hubungannya sangat rendah sampai rendah, antara tingkat partisipasi dengan faktor sosial ekonomi, yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah pendapatan tidak berpengaruh nyata tetapi luas lahan (kebun) berpengaruh nyata terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam mengelola hutan lindung.
Daftar Pustaka Balai Taman Nasional Lore Lindu,2003. Informasi Taman Nasional Lore Lindu. Palu. Sulawesi Tengah Badan Pusat Statistik Kab.Donggala, 2001. Kecamatan Kulawi dalam Angka. Donggala. Sulawesi Tengah.
12
Departemen Kehutanan RI.1999. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, tentang Kehutanan. Kopkar Hutan, Jakarta. Departemen Kehutanan RI.2002. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2002, tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan. Dephut,Jakarta. Jakarta. Departemen Kehutanan dan Perkebunan RI, 2000. Pedoman Survei Sosial Ekonomi Kehutanan Indonesia. Bogor. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2001. Buku Panduan Lore Lindu, Jakarta. Djarwanto. 1996. Mengenal Beberapa uji Statistik Dalam Penelitian. Liberty. Yogyakarta. Odum,E.P.1998. Dasar-dasar Ekologi.Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Manule R.M 2002. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan DAS Saddang, Kab.Pinrang, Sulsel. Tesis Magister UNHAS. Makassar. Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung. Sugiyono.1997. Metodologi Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung.
LAMPIRAN Hasil Analisis Hubungan antara Faktor-faktor Sosial Ekonomi dengan Partisipasi Responden. 1.Faktor Umur. Partisipasi < 30 Rendah Sedang Tinggi Jumlah
6 5,33 4 4,80 2 1,86 12
Umur (thn) 30 - 50 22 22,6 21 20,40 8 7,93 51
Jumlah > 50 12 12,00 11 10,80 4 4,20 27
40 36 14 90
(6-5,33)2 (4-4,20)2 X = -------------- + ……. + --------------- = 5,33 4,20 2
= 0,08 + 0,02 + 0 + 0,13 + 0,03 + 0,02 + 0,01 + 0,11 + 0,01 = 0,41 X2hitung = 0,41
X2 tabel (0,05; 4) = 9,49
13
X2hitung < X2 tabel
tidak berpengaruh
Chitung = √ 0,41 / 90,41 = 0,06 berarti bahwa tingkat hubungannya sangat rendah
2. Faktor Pendidikan Partisipasi SD Rendah Sedang Tinggi Jumlah
19 19,42 16 17,88 7 6,64 46
Pendidkan Formal SLTP 10 10,13 11 9,33 3 3,46 24
Jumlah SMA 9 8,44 8 7,77 3 2,88 20
38 35 13 90
(19 –19,42)2 (3 - 2,88)2 X2 = --------------- + ……. + --------------- = 19,42 2,88 = 0,09 + 0,01 + ,030 + 0,19 + 0,29 + 0,06 + 0,01 + 0,06 + 0,05 = 0,69 X2hitung = 0,69 X2hitung < X2 tabel
X2 tabel (0,05; 4) = 9,49 tidak berpengaruh
Chitung = √ 0,69 / 90,69 = 0,08 berarti bahwa tingkat hubungannya sangat rendah
3.Jumlah Tanggungan Keluarga Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Jumlah Tanggungan Keluarga (jiwa/kk) 2-3 4-5 6 - ……. 11 16 13 10,66 17,77 11,55 10 17 9 9,60 16,00 10,40 3 7 4 3,73 6,22 4,04 24 40 26
Jumlah 40 36 14 90
(11- 10,66)2 ( 4 - 4,04)2 X = -------------- + ……. + --------------- = 10,66 4,04 2
= 0,01 + 0,17 + 0,18 + 0,02 + 0,06 + 0,19 + 0,14 + 0,09 + 0,04 = 0,90 X2hitung = 0,90 X2hitung < X2 tabel
X2 tabel (0,05; 4) = 9,49 tidak berpengaruh
Chitung = √ 0,90 / 90,90 = 0,10 berarti bahwa tingkat hubungannya sangat rendah
14
4.Pendapatan (Rp/thn/kk) Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Jumlah
< 5 juta 16 19,07 24 19,56 4 5,38 44
Pendapatan (Rp/thn/kk) 5 – 10 juta > 10 juta 10 13 6,93 13,00 4 12 7,11 13,33 2 5 1,95 3,66 16 30
Jumlah 39 40 11 90
(16-19,07)2 (5 - 3,66)2 X = -------------- + ……. + --------------- = 19,07 3,66 2
= 0,49 + 1,36 + 0,07+ 1,00 + 1,36 + 0,13+ 0,35 + 0,01 + 0,49 = 5,26 X2hitung = 5,26
X2 tabel (0,05; 4) = 9,49
X2hitung < X2 tabel
tidak berpengaruh
Chitung = √ 5,26 / 95,26 = 0,23 berarti bahwa tingkat hubungannya rendah
5. Luas Lahan Garapan (Kebun) Partisipasi < 1,00 Rendah Sedang Tinggi Jumlah
18 11,7 8 11,10 1 4,20 27
Luas Lahan Kebun (ha) 1,0 – 1,50 > 1,50 17 4 21,23 6,07 24 5 20,14 5,75 8 5 7,62 2,18 49 14
Jumlah 39 37 14 90
(18 -11,7)2 (5 - 2,18)2 X = -------------- + ……. + --------------- = 11,7 2,18 2
= 3,39 + 0,84 + 0,70 + 0,86 + 0,74 + 0,09 + 2,44 + 0,02 + 3,65 =12,73 X2hitung = 12,73 X2hitung < X2 tabel
X2 tabel (0,05; 4) = 9,49 berpengaruh nyata
15
Chitung = √ 12,73 / 102,73 = 0,35 berarti bahwa tingkat hubungannya rendah
16