130
ANALISIS PENGARUH HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TERHADAP KELESTARIAN KAWASAN HUTAN DI HULU DAS POLEANG Oleh : Alamsyah Flamin1) ABSTRACT Forests are renewable resources and have economic and ecological functions. The existence of errors in land-use change activities undertaken in the upstream areas, will give a bad impact in both the upstream and downstream. Writing goal is to investigate the effect of relationship factors to the socioeconomic sustainability of forests in upper Poleang watersheds. Method of execution was done by observation of the peasant communities socio-economic variables of forest consisting of internal and external characteristics of the farming communities who live in the watershed forest Poleang Bombana Regency Karya Baru Village. Analysis using quantitative methods and qualitative descriptive analysis, and analyzed by multiple linear regression analysis. Social economic characteristics that influence the sustainability of forests in upper Poleang watersheds based on internal factors peasant farmers from farming experience are variables age, education and social status of farmers and external factors of the level of farmers' income is a variable area, the ease in marketing and family dependents. Key words: Forests area, social economic, watersheds
PENDAHULUAN Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41 Tahun 1999). Keberadaan hutan dengan berbagai manfaat yang dimilikinya memiliki korelasi yang cukup kuat dengan evolusi dinamika kondisi sosial ekonomi masyarakat desa sekitar hutan. Masyarakat di dalam dan sekitar hutan dengan kehidupan yang bersentuhan langsung dengan hutan merasakan dampak keberadaan hutan secara langsung, baik dalam arti positif maupun negatif. Maka sangat beralasan menempatkan masyarakat di dalam dan sekitar hutan sebagai mitra utama pengelolaan hutan menuju hutan lestari. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh daya dukung lingkungan sumberdaya alamnya. Pada daerah-daerah yang subur, tingkat kesejahteraan masyarakatnya relatif tinggi, demikian pula sebaliknya terjadi pada daerah yang kurang subur, tingkat kesejahteraan masyarakatnya relatif rendah. 1
Selanjutnya dikatakan pula bahwa pemanfaatan hutan yang tidak memperhitungkan aspek pengrusakan lingkungan terjadi akibat program pengelolaan hutan yang tidak baik dan mempengaruhi sistem alami dan kualitas lingkungan sekitar. Hal tersebut dapat dicegah sepanjang faktor manusianya menyadari mengenai pentingnya keseimbangan lingkungan (Nurrochmat, 2005). Jika tekanan terhadap hutan terus terjadi, maka hutan akan semakin berkurang dan bencana dampak ekologi akan berantai ke sektor-sektor lain, dan pada gilirannya akan berdampak pada kehidupan masyarakat secara luas (Purnomo, 2003). Adanya kesalahan dalam aktivitas perubahan tataguna lahan yang dilaksanakan di daerah hulu, akan memberikan dampak buruk baik di daerah hulu maupun di daerah hilir. DAS Poleang merupakan salah satu DAS terbesar yang terdapat di Kabupaten Bombana, memiliki luas kawasan 106.481 Ha dengan panjang sungai utama sepanjang 84 Km, namun kondisinya saat ini sudah mulai terdegradasi. Ancaman terbesar terjadinya degradasi kawasan DAS Poleang adalah adanya perambahan dan
) Staf Pengajar Pada Jurusan Kehutanan Fakultas Kendari. AGRIPLUS, Volume 21 Pertanian Nomor Universitas : 02 MeiHaluoleo, 2011, ISSN 0854-0128
130
131
penebangan liar sebelum penemuan tambang emas di Tahi Ite dan adanya pasca penemuan tambang emas Bombana. Untuk kerusakan hutan di wilayah DAS adalah adanya kegiatan perambahan kawasan oleh masyarakat (kegiatan perladangan, perluasan pemukiman dan perkebunan swasta), penebangan liar, aktifitas penambangan dan bekas kegiatan HPH. Akibat yang telah terjadi tersebut sudah mulai mempengaruhi lingkungan yang ada disekitar DAS tersebut, misalnya pada musim hujan sering terjadi banjir di lahan masyarakat serta peningkatan sedimentasi. Untuk meminimalisir kerusakan hutan di wilayah DAS, yang lebih penting dilakukan adalah pemerintah harus mempunyai konsep kebijakan pembangunan daerah yang tidak hanya berorientasi pada ekonomi tapi juga berlandaskan pada aspek ekologi (lingkungan hidup) berbasis ekosistem DAS. Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh hubungan faktor-faktor sosial ekonomi masyarakat terhadap kelestarian kawasan hutan di hulu DAS Poleang. Dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pihakpihak yang berkompoten terhadap pengelolaan hutan di hulu DAS Poleang.
METODOLOGI Tulisan ini merupakan hasil pelaksanan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2010 di Kawasan Hutan Hulu DAS Poleang, Desa Karya Baru, Kecamatan Poleang Utara, Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara. Metode pelaksanaan dilakukan dengan melakukan serangkaian kegiatan pengamatan terhadap variabel sosial ekonomi masyarakat tani hutan yang terdiri dari karakteristik internal dan eksternal masyarakat tani hutan. Pengambilan data untuk sosial ekonomi dilakukan dengan penentuan petani sampel (responden). Jumlah petani responden ditetapkan secara Stratified Random Sampling dengan intensitas sampling (IS) yang digunakan 10%. Penentuan besarnya sampel sejalan
dengan pendapat Arikunto (2002), menyatakan apabila petani kurang dari 100 orang maka keseluruhan petani dijadikan sampel, namun jika jumlah petani lebih dari 100 orang maka penarikan sampel dilakukan sebanyak 10 - 30% dari jumlah petani tersebut. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan analisis kualitatif deskriptif. Analisis data kuantitatif menggunakan cara tabulasi, yaitu data primer dan data sekunder yang terkumpul di tabulasi kemudian diolah dan dianalisis dengan analisis regresi linier berganda (multiple liniar regression). Untuk mengetahui sejauh mana dari faktor-faktor yang berhubungan dengan keterkaitan antara pengaruh karakteristik sosial ekonomi masyarakat terhadap kelestarian kawasan hutan dihulu DAS Poleang, maka dilakukan pendekatan dengan analisis regresi linier berganda antara jumlah responden dengan faktor-faktor tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan tentu tidak berbeda dengan faktorfaktor yang mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat lainnya. Secara umum dikatakan oleh Soejono (1984), mengatakan bahwa yang mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat adalah: “ umur, tingkat pendidikan, keterampilan, kesehatan, tingkat pendapatannya, pengalaman, volume kegiatan dan jenis usahanya. Pengaruh Karakteristik Internal terhadap Pengalaman Usahatani dalam Kelestarian Kawasan Hutan Menurut Sabti (1997) dalam Nur (2005) bahwa pengalaman dalam berusahatani memegang peranan penting dalam upaya mengefisienkan faktor-faktor produksi yang akan digunakan petani dalam kegiatan usahataninya. Dari hasil analisis koefisien korelasi regresi berganda menunjukkan faktor yang paling berpengaruh terhadap faktor pengalaman usahatani dalam kelestarian kawasan hutan dan mampu menunjukkan besarnya pengaruh variabel independent secara bersama-sama.
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128
132
Tabel 1. Hasil analisis regresi linier berganda dan pengaruh faktor-faktor internal terhadap variabel dependent pengalaman usahatani dalam kelestarian kawasan hutan di Hulu DAS Poleang Variabel bebas
Koefisien regresi
Umur (X1) Pendidikan (X2) Status sosial (X3) Konstanta = 0,900 R = 0,798 = 0,637 R2 = 4,688 Fhitung F signifikan = 0,036
0,023 0,633 -0,118
t hitung
t signifikan
0,076 0,941 3,154 0,014 -0,194 0,851 F-tabel = 4,39 t-tabel = 1,943 N = 12 α = 0,05
Keterangan Tidak signifikan Signifikan Tidak signifikan
Sumber : Data primer diolah dengan software SPSS versi 17.0
Berdasarkan hasil uji regresi Tabel 1, maka persaman linier matematik yang diperoleh adalah: Y = 0,900 + 0,023X1 + 0,633X2 – 0,118X3. Untuk mengetahui besarnya nilai koefisien variabel umur (X1), pendidkan (X2) dan status sosial (X3) dapat dilihat berdasarkan besarnya nilai koefisien regresinya (b1,b2 dan b3), dimana nilai konstanta variabel terikat (dependentvariable) sebesar 0,900. Hasil estimasi secara statistik dapat diketahui bahwa ada beberapa variabel bebas (independentvariable) dalam penelitian ini yang tidak signifikan terhadap variabel terikat yaitu umur dan status sosial. Sedangkan variabel yang kurang berpengaruh terhadap variabel terikat dalam hal ini variabel sifat kosmopolit dan tingkat kebutuhan tidak masuk dalam persamaan karena semua nilai kriterianya adalah sama sehingga dianggap tidak berpengaruh. Variabel-variabel ini tidak memiliki pengaruh signifikan karena pada dasarnya petani responden yang melakukan pengelolaan lahan sistem usahataninya tidak menjadikan faktor umur, status sosial, sifat kosmopolit maupun tingkat kebutuhan sebagai faktor yang menentukan dalam keberhasilan menerapkan sistem usahataninya. Namun, lebih mengutamakan bagaimana memperoleh manfaat yang optimal melalui pemikiran serta pemahaman yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dalam mengolah usahataninya untuk memperoleh hasil panen yang maksimal. Hal ini jika dihubungkan antara pengalaman usahatani dengan tingkat pendidikan akan
memberikan pengaruh secara parsial berdasarkan hasil koefisien korelasi yang diproleh yaitu 0,798. Berdasarkan hasil analisis Tabel 1, mengindikasikan bahwa variabel karakteristik internal yaitu pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengalaman usahatani dalam pengaruhnya terhadap kelestarian kawasan hutan. Oleh karena itu semakin tinggi pemahaman ilmu pengetahuan responden yang erat kaitannya dengan pengalaman usahataninya akan memberikan pengaruh yang besar terhadap tingkat kelestarian kawasan hutan dihulu DAS Poleang. Fenomena tersebut diatas dipertegas pula dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,637 artinya sebesar 63,7% menunjukkan bahwa terjadinya variasi jumlah pengalaman usahatani dalam pengelolaan lahan kawasan hutan dipengaruhi oleh variasi variabel tingkat umur, tingkat pendidikan dan status sosial. Dengan kata lain, bahwa pengaruh langsung secara simultan dari ketiga variabel karakteristik internal masyarakat tani hutan (X1,X2 dan X3) tersebut terhadap pengalaman usahatani (Y) adalah sebesar 63,7%. Sedangkan sebesar 36,3% dipengaruhi oleh variasi variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model seperti sifat kosmopolit, tingkat kebutuhan dan lain-lain. Kondisi ini menandakan bahwa dengan tingkat pendidikan yang tinggi dari responden secara parsial akan mengoptimalkan cara berfikir mereka dalam mengelola lahan dengan menerapkan pengalaman usahataninya secara
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128
133
nyata. Dengan demikian pengalaman usahatani yang tinggi akan memberikan dampak positif ataupun negatif terhadap kelestarian kawasan hutan tergantung tingkat pendidikan yang dimiliki responden. Selain itu, tingkat keeratan hubungan secara parsial dari ketiga variabel bebas terhadap pengalaman usahatani adalah sebesar 0,798 (79,8%). Angka ini menunjukkan bahwa variabel pendidikan memiliki keeratan hubungan langsung terhadap peningkatan dan menurunnya pengalaman usahatani dalam kaitannya dengan pengelolaan kawasan hutan. Oleh karena itu untuk mengetahui kuat lemahnya pengaruh tersebut dilakukan uji signifikansi t terhadap setiap koefisien regresi. Berdasarkan hasil uji Analisis of Variance (ANOVA), menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel bebas dalam model regresi ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel yaitu sebesar 4,688 > 4,39 yang signifikan pada tingkat kesalahan 5%. Nilai signifikansi sebesar 0,036 dengan α = 5% yang artinya sebesar 95% secara simultan semua variabel bebas berpengaruh terhadap pengalaman usahatani. Berdasarkan hasil uji signifikan t-test terhadap koefisien regresi secara parsial menunjukkan bahwa ketiga variabel bebas tersebut terdapat dua variabel bebas yang menunjukkan t-hitung dengan derajat kepercayaan (confidence level) rendah yaitu X1 = 0,76 dengan signifikan t = 0,941dan X3 = 0,194 dengan signifikan t = 0,851. Selanjutnya terdapat satu variabel bebas yang memiliki thitung dengan derajat kepercayaan sangat tinggi yaitu X2 = 3,154 dengan signifikan t = 0,014. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka faktorfaktor yang paling berpengaruh nyata (α = 5%) terhadap pengalaman usahatani adalah variabel pendidikan.
Pengaruh Karakteristik Eksternal terhadap Pendapatan dalam Kelestarian Kawasan Hutan Menurut Sajogyo (1997), pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari penjualan dikurangi dengan harga pokok barang-barang atau jasa yang telah dikeluarkan ditambah dengan biaya-biaya lain. Menurut Sadono Sukirno (1986), pendapatan adalah perolehan yang berasal dari biaya-biaya faktor produksi atau keseluruhan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi atau jasa-jasa produktif. Hasil analisis koefisien korelasi regresi berganda akan menunjukkan faktor yang paling berpengaruh terhadap faktor pengalaman usahatani dalam kelestarian kawasan hutan dan mampu menunjukkan besarnya pengaruh variabel independent secara bersama-sama. Analisis koefisien korelasi regresi berganda akan memberikan persamaan linier matematik yang sangat berguna untuk memprediksi besarnya pengaruh variabel independent terhadap pendapatan dalam kelestarian kawasan hutandihulu DAS Poleang. Berdasarkan hasil uji regresi seperti pada Tabel 2, maka persaman linier matematik yang diperoleh adalah: Y = -2,235+1,941X1 0,059X2 – 0,529X3. Untuk mengetahui besarnya nilai koefisien variabel bebas (independent variable) luas lahan (X1), kemudahan dalam pemasaran (X2) dan jumlah tanggungan keluarga (X3) dapat dilihat berdasarkan besarnya nilai koefisien regresinya (b1,b2 dan b3), dimana nilai konstanta variabel terikat (dependentvariable) sebesar -2,235. Hasil estimasi secara statistik dapat diketahui bahwa ada beberapa variabel bebas dalam penelitian ini yang tidak signifikan terhadap variabel terikat yaitu kemudahan dalam pemasaran dan jumlah tanggungan keluarga. Sedangkan variabel yang kurang berpengaruh terhadap variabel terikat dalam hal ini variabel jarak lahan tidak masuk dalam persamaan.
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128
134
Tabel 2.
Hasil analisis regresi linier berganda dan pengaruh faktor-faktor eksternal terhadap variabel dependent pendapatan dalam kelestarian kawasan hutandi HuluDAS Poleang
Variabel bebas Luas lahan (X1) Kemudahan dalam pemasaran (X2) Jumlah tanggungan keluarga (X3)
Koefisien regresi 1,941 -0,059 -0,529
Konstanta = -2,235 R = 0,911 R2 = 0,830 = 13,011 Fhitung F signifikan = 0,002
t hitung
t signifikan
Keterangan
5,500 -0,400 -1,765
0,001 0,700 0,116
Signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan
F-tabel t-tabel N α
= 4,12 = 1,895 = 12 = 0,05
Sumber : Data primer diolah dengan software SPSS versi 17.0
Variabel-variabel ini tidak memiliki pengaruh signifikan karena pada dasarnya petani responden dalam melakukan pengelolaan lahan sistem usahataninya tidak menjadikan faktor kemudahan dalam pemasaran, jumlah tanggungan keluarga maupun jarak lahan sebagai faktor utama dalam menentukan keberhasilan menerapkan sistem usahataninya. Namun, lebih mengutamakan bagaimana memperoleh hasil usahatani yang maksimal melalui kepemilikan luas lahan. Oleh karena itu dengan adanya penguasaan lahan yang semakin luas sudah jelas akan memberikan keuntungan yang maksimal bagi masyarakat tani hutan, namun pada kenyataannya hal ini berbanding terbalik dengan aspek kelestarian kawasan hutan pada taraf pengelolaan lahan sekitar hutan sehingga akan memberikan dampak buruk terhadap kelestarian kawasan hutan dihulu DAS Poleang untuk beberapa tahun kedepannya. Indikatornya adalah semakin banyak lahan yang terbuka pada areal sekitar kawasan hutan maka akan mempengaruhi tingkat kelestariannya. Hal ini jika dihubungkan antara pendapatan dengan luas lahan akan memberikan pengaruh secara parsial berdasarkan hasil koefisien korelasi yang diproleh yaitu 0,911. Berdasarkan hasil analisis Tabel 2, mengindikasikan bahwa variabel karakteristik eksternal yaitu luas lahan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usahatani
dalam pengaruhnya terhadap kelestarian kawasan hutan. Kenyataan tersebut dipertegas pula dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,830 artinya sebesar 83% menunjukkan bahwa terjadinya variasi jumlah pendapatan usahatani dalam pengelolaan lahan kawasan hutan dipengaruhi oleh variasi variabel luas lahan, kemudahan dalam pemasaran dan jumlah tanggungan keluarga. Dengan kata lain, bahwa pengaruh langsung secara simultan dari ketiga variabel karakteristik eksternal masyarakat tani hutan (X1,X2 dan X3) tersebut terhadap pendapatan (Y) adalah sebesar 83%. Sedangkan sebesar 17% dipengaruhi oleh variasi variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model seperti jarak lahan faktor lainnya. Kondisi ini menandakan bahwa dengan kepemilikan luas lahan yang banyak dari responden secara parsial akan memberikan ruang dalam memperoleh keuntungan yang maksimal bagi mereka dalam mengelola lahan dengan pertimbangan bahwa faktor luas lahan yang besar dapat menghasilkan potensi pendapatan yang besar dari hasil usahataninya secara nyata. Selain itu, tingkat keeratan hubungan secara parsial dari ketiga variabel bebas terhadap pendapatan adalah sebesar 0,911 (91,1%). Angka ini menunjukkan bahwa variabel luas lahan memiliki keeratan hubungan langsung terhadap peningkatan dan menurunnya
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128
135
pendapatan hasil usahatani dalam kaitannya dengan pengelolaan areal kawasan hutan. Berdasarkan hasil uji Analisis of Variance (ANOVA), menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel bebas dalam model regresi ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Fhitunglebih besar dari Ftabelyaitu sebesar 13,011> 4,12 yang signifikan pada tingkat kesalahan 5%. Nilai signifikansi sebesar 0,002 dengan α = 5% yang artinya sebesar 95% secara simultan semua variabel bebas berpengaruh terhadap pendapatan hasil usahatani. Berdasarkan hasil uji signifikan t-test terhadap koefisien regresi secara parsial menunjukkan bahwa ketiga variabel bebas tersebut terdapat dua variabel bebas yang menunjukkan t-hitung dengan derajat kepercayaan (confidence level) rendah yaitu X2 = -0,400 dengan signifikan t = 0,700 dan X3 = 0,765 dengan signifikan t = 0,116. Selanjutnya terdapat satu variabel bebas yang memiliki thitung dengan derajat kepercayaan sangat tinggi yaitu X1 = 5,500 dengan signifikan t = 0,001. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka faktorfaktor yang paling berpengaruh nyata (dengan taraf kepercayaan 95%) terhadap pendapatan adalah variabel luas lahan.
eksternal petani yang berpengaruh terhadap kelestarian kawasan hutan di hulu DAS Poleang berdasarkan tingkat pendapatan petani adalah variabel luas lahan, kemudahan dalam pemasaran dan tanggungan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian disarankan: (1) Penerapan sistem usahatani dengan pola tanam Agroforestry agar masyarakat dapat memperoleh hasil tanaman semusim maupun tanaman tahunan yang bernilai ekonomi tinggi. (2) Penerapan sistem usahatani di Desa Karya Baru memerlukan perhatian dari pemerintah setempat, khususnya dalam peningkatan penyuluhan dari Dinas Pertanian dan Dinas Kehutanan untuk melakukan kegiatan-kegiatan pengembangan dan pembinaan berupa penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat petani secara intensif dan teratur. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2002. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta. Nur,
H. 2005. Motivasi Petani Dalam pengelolaan Kahuma di Areal Hutan Rakyat (Kasus: Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna). Tesis. Bogor: Program Pascasarjana IPB.
KESIMPULAN DAN SARAN
Nurrochmat, D. 2005. Strategi Pemasaran Hasil Hutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Karakteristik sosial ekonomi masyarakat petani yang melakukan sistem usahatani di sekitar kawasan hutan di hulu DAS Poleang umumnya memiliki karakteristik yang berbeda, baik karakteristik internal maupun eksternalnya: (1) Karakteristik sosial ekonomi masyarakat berupa faktor internal petani yang berpengaruh terhadap kelestarian kawasan hutan di hulu DAS Poleang berdasarkan pengalaman usahatani petani adalah variabel umur, pendidikan dan status sosial. (2) Karakteristik sosial ekonomi masyarakat berupa faktor
Purnomo. 2003. Mengelola Hutan Berbasis Masyarakat. Sinar Harapan. Jakarta. Sadono, S. 1986. Pengantar Teori Makro Ekonomi. LPFE-UI. Jakarta. Sajogyo. 1997. Garis Miskin dan Kebutuhan Minimum Pangan. Lembaga Penelitian Sosiologi Pedesaan (LPSP). IPB, Bogor Soejono, S. 1984. Teori Sosiologi Dinamika Perubahan Sosial. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128