Panitia EMTEK Goes to Campus Matangkan Persiapan Acara UNAIR NEWS – Kegiatan Emtek Goes to Campus 2016 yang akan digelar di Airlangga Convention Center (ACC) Kampus C UNAIR besok dan lusa (7-9/9) sudah memasuki tahap akhir persiapan. Panitia acara yang terdiri dari pihak EGTC dan Pusat informasi dan Humas (PIH) bersama mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi UNAIR, melakukan berbagai simulasi dan pembahasan demi kesuksesan acara. Diantara tamu istimewa yang akan datang yaitu pengusaha muda Yasa Singgih, Walikota Surabaya Ir. Tri Risma Harini, artis sekaligus entrepreneur Inul Daratista, serta Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi. Angga Jatmiko dari EMTEK menuturkan bahwa persiapan sampai sore ini Selasa (6/9) sudah mencapai 60%. “Ini tinggal sound saja yang perlu dikondisikan lagi,” terang tim liputan6.com tersebut. Sampai berita ini dirilis, persiapan di lokasi acara sudah masuk tahap finishing. Panggung dan deretan kursi serta meja untuk registrasi ulang sudah siap menyambut ribuan peserta, baik dari kalangan mahasiswa, siswa SMA se-Surabaya, maupun umum. Faridah Hariani selaku panitia dari PIH UNAIR berharap agar acara yang akan berlangsung selama dua hari tersebut bisa berjalan sukses, tertib, dan lancar. “Dengan persiapan yang matang ini, semoga acara besok dan lusa bisa berjalan dengan baik. Semangat untuk semua panitia,” terangnya. Penanggung jawab acara Indria P menuturkan, persiapan berjalan sesuai alurnya. Dirinya juga menambahkan bahwa narasumber yang
diundang juga sudah melakukan konfirmasi untuk datang. Indra mengatakan, artis yang diundang dalam acara tersebut bukan untuk bermain akting, melainkan memberikan gambaran mengenai kesuksesan film yang mereka perankan. Selain itu, persipan acara yang semakin matang juga didukung dengan antusiasme peserta yang daftar melalui jalur online. “Sampai sore ini persiapan bisa dikatakan sudah sangat siap. Saya baru dapat kabar kalau peserta yang mendaftar sudah lebih dari target kami,” tegasnya. Selama dua hari nanti, kegiatan yang akan digelar terdiri dari Workshop News Presenter, Workshop Film dan Serial Televisi, Job Fair, Kompetisi News Presenter, dan aneka stan bazar. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Binti Q. Masruroh
Bentuk Kerjasama Pemerintah Swasta yang Ideal UNAIR NEWS – Pemerintah harus mengacu pada pasal 33 UUD RI 1945 dalam mengelola dan mengoptimalisasi kekayaan alam agar bermanfaat bagi kepentingan rakyat. Meski pemerintah sudah membentuk badan usaha milik negara maupun daerah, pemerintah perlu membuat regulasi yang berpihak pada kepentingan nasional, termasuk mengakomodasi kepentingan swasta. Pernyataan itu disampaikan oleh Faizal Kurniawan, S.H., M.H., LL.M, pengajar sekaligus peneliti pada Departemen Hukum Perdata, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga. Penelitian itu
disampaikan dalam diskusi paralel “Simposium I: University Network for Indonesia Infrastructure Development” di Graha Institut Teknologi 10 Nopember. Topik kerjasama pemerintah dan swasta dalam pembangunan infrastruktur dari segi regulasi ini merupakan payung penelitian. Dalam diskusi paralel itu, setidaknya ada tiga topik yang dipresentasikan oleh Faizal dan tim FH UNAIR. Ketiga judul penelitian itu adalah “Creating Role Models on Sustainable Financing in The Public Private Partnership (PPP) in Infrastructure Projects”; “Elaborating Appropriate Models of the Sustainable Financing Instruments in Public Private Partnerships (PPP); “National Interests as the Legal Foundation in Encouraging Public Private Partnerships in Indonesia”. Menurut Faizal, untuk mempercepat pembangunan infrastruktur di Indonesia, pemerintah harus menyiapkan regulasi-regulasi yang dibutuhkan. Regulasi yang dipersiapkan tak boleh bertentangan dengan kepentingan nasional. “Indikatornya adalah pemerintah menciptakan regulasi yang tidak bertentangan dengan ketertiban umum. Ada elaborasi dari pasal 33 UUD NKRI 1945, bahwa bumi, air, kekayaan yang terkandung di dalam bumi harus dimaknai sebagai raw material dan dikuasai pemerintah. Agar kepentingan nasional tercapai, ya, leading sector-nya adalah pemerintah,” tutur Faizal. Ada dua kasus yang dipakai dalam penelitian yang dilakukan oleh Faizal dan tim. Pertama, proyek unggulan. Kedua, inisiasi penghematan energi. Dalam problem proyek unggulan, Faizal mengatakan bahwa harus ada mekanisme yang tepat dalam skema PPP. “Apakah proyek unggulan itu menggunakan mekanisme PPP, kerjasama daerah, atau pemerintah dengan daerah. Contoh tumpang tindihnya peraturan itu banyak terjadi di Indonesia. Apakah pemerintah dalam melakukan PPP ini tunduk pada regulasi
kerjasama daerah, ataukah kerjasama pemerintah swasta ini,” tutur Faizal. Untuk menjamin percepatan pembangunan infrastruktur, pada awal tahun lalu, Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Presiden no. 4 tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Kelistrikan (PIK). Menurut dosen Departemen Hukum Perdata itu, perpres itu masih belum kuat untuk memayungi percepatan pembangunan infrastruktur itu. “Kalau undang-undang perdagangan itu masih tinggi kedudukannya sehingga bisa membatalkan perjanjian yang dibuat, sedangkan arahan Presiden yang masih dibingkai dalam bentuk perpres itu tidak cocok,” tutur Faizal. Sehingga,
peraturan
yang
dibuat
oleh
pemerintah
harus
mencerminkan asas-asas peraturan perundang-undangan yang baik, misalnya mencerminkan tujuan yang jelas, kesesuaian peraturan dengan norma, dan rumusan masalah yang jelas. Selain
tumpang
tindih,
peraturan
yang
ada
harus
bisa
mengakomodasi inisiatif-inisiatif yang lahir dari pihak swasta. Menurut Faizal, konsep-konsep yang ditawarkan pihak swasta tentang infrastruktur khususnya ketenagalistrikan itu jauh lebih inovatif.
tentang
“Ada pihak swasta yang memiliki konsep mengenai efisiensi listrik. Nah peraturan mana yang bisa diberlakukan terhadap pihak swasta tersebut, apakah Perpres 38 tentang kerjasama pemerintah swasta, atau ada undang-undang sektoral seperti sumber daya energi. Karena ini merupakan ide yang baru sehingga belum ada aturan yang mewadahinya, di sisi lain pemerintah juga bingung,” imbuhnya. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan
Formara Siapkan Acara Edukatif Untuk Rayakan Ulang Tahun UNAIR NEWS – Bila berjalan sesuai rencana, Forum Mahasiswa Madura (Formara) UNAIR akan melaksanakan perayaan Dies Natalis ke-9 pada Januari hingga Februari 2017 mendatang. Terdapat serangkaian acara edukatif yang telah disiapkan dan sedianya digelar di Madura. Deretan kegiatan edukatif tersebut antara lain Formara Goes to School. Dalam acara Formara Goes to School, akan ada interaksi serta briefing kepada siswa SMA/SMK/Sederajat di Pulau Madura, khususnya mengenai UNAIR. Kegiatan ini bertujuan agar siswa mendapat motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain Formara Goes to School, digelar pula Try Out SBMPTN guna pengembangan potensi akademik melalui simulasi. Tak ketinggalan, para mahasiswa juga terjun ke lapangan untuk merumuskan potensi desa dan memberikan solusi segala permasalahan di sana melalui kegiatan bertajuk Abdi Desa. Yang akan dilaksanakan juga adalah seminar dengan narasumber para tokoh berpengaruh asal Madura. Mereka yang diharapkan hadir dalam program Formara Menginspirasi ini adalah para muda Pulau Garam. Tujuannya, memberikan inspirasi pada generasi penerus melalui kedatangan tokoh-tokoh berprestasi.
Tabel kegiatan Bakal dihelat pula Campus Expo. Sejumlah kampus di Indonesia sudah menyatakan kesediannya untuk hadir dalam pameran itu. Rangkaian tersebut dilengkapi dengan malam puncak DNF (Dies Natalis Formara) 2017 yang akan dimeriahkan dengan ragam pertunjukkan edukatif lainnya. “DNF 2017 bakal mempererat silaturahmi antar anggota Formara. Selain itu, sebagai putra daerah, kami mesti bersumbangsih untuk tanah kelahiran. Yang terpenting, kami pun bakal mempromosikan UNAIR di sana,” kata Qurratul Istiqomah,
sekretaris DNF 2017, yang juga mahasiswa jurusan Radiologi Fakultas Vokasi, UNAIR. (*) Penulis : Rio F. Rachman Editor : Binti Q. Masruroh
FK UNAIR Ajak Masyarakat Hidup Sehat dengan Bersepeda Bersama UNAIR NEWS – Acara bertajuk “Gowes Bareng Civitas Akademika FK UNAIR” yang diselenggarakan FK UNAIR bersama tenaga medis rumah sakit se-Surabaya berlangsung meriah. Ratusan dokter, lengkap dengan kostum beragam ala dokter, mulai baju praktik, baju jaga, baju ruang kamar operasi, dan baju dokter jawa, siap gowes bareng. Bersepeda bersama atau yang akrab disebut gowes, dimulai dari halaman depan Aula FK UNAIR pada Minggu (4/9). Acara bersepeda bersama yang juga dibarengi dengan peresmian sekaligus pelantikan pengurus Komunitas Kesehatan Indonesia (Koseindo) dibuka langsung oleh Dekan FK UNAIR, Prof. Soetojo, dr., Sp.U. Dalam sambutannya, dekan berharap agar masyarakat semakin sadar dengan budaya sehat melalui bersepeda. Beberapa poster yang ditempel dan dibagikan saat bersepeda diharapkan semakin memberikan gambaran dan edukasi kepada masyarakat. “Dengan kegiatan ini, saya mengajak agar mahasiswa dan dosen terbiasa naik sepeda. Kegiatan ini juga mendukung upaya Pemerintah Kota Surabaya menciptakan lingkungan yang clean and green. Jadi jika lingkungan sehat orangnya juga sehat,” tegas Prof. Soetojo.
Hadir di tengah pesepeda, Wali Kota Surabaya Ir. Tri Risma Harini. Kedatangan Risma turut membuka acara Gowes Bareng tersebut. Wali kota perempuan pertama tersebut juga menyampaikan beberapa hal seputar budaya bersepeda kepada hadirin. Selain itu, Risma juga bercerita bahwa baru saja ia diingatkan oleh tamu dari asing mengenai kondisi masyarakat Surabaya yang terbiasa dengan hidangan lezat, sudah sepatutnya diimbangi dengan budaya sehat. Salah satu budaya sehat tersebut adalah dengan bersepeda. “Saya sangat senang dengan kegiatan ini. Baru kemarin saya diingatkan orang luar, kalau makanan di Surabaya ini enak. Kan rawan diabet,” canda Risma diingiri tepuk tangan hadirin. “Saya juga salut, FK UNAIR dan Koseindo telah memberikan inisiasi masyarakat agar sehat dengan bersepeda. Kalau masyarakat diberi contoh oleh yang berilmu, pasti nurut. Mudah-mudahan hal ini bisa jadi pola hidup,” tegas Risma. Rute gowes bareng dimulai dari FK UNAIR, melalui jalan-jalan besar di Surabaya dan tempat bersejarah, dan berakhir kembali ke FK UNAIR. Selain bersepeda, sesampai garis finish, peserta yang mengikuti acara gowes dihibur dengan kemeriahan acara orkes musik dan undian kupon berhadiah. (*) Penulis : Nuri Hermawan Editor : Binti Quryatul Masruroh
RS UNAIR Jadi Percontohan RS PTN Seindonesia UNAIR NEWS – Rumah Sakit Universitas Airlangga dijadikan model sebagai rumah sakit pendidikan bagi perguruan tinggi negeri
lainnya di Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh Direktur RS UNAIR Prof. Nasronuddin, Sp.PD., K-PTI, FINASIM, di sela-sela acara bertajuk “Forum Group Discussion: Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Pendidikan dalam Menyongsong MEA”. Acara ini diselenggarakan di hall lantai delapan, RS UNAIR, Senin (5/9). Acara FGD tersebut diselenggarakan oleh Komite Bersama Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri Pendidikan yang merupakan gabungan dari pihak Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Kesehatan, dan pihak-pihak perguruan tinggi negeri yang memiliki rumah sakit akademik. Acara ini dihadiri oleh Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, perwakilan Kemenkes Dr. Ina Rosalina, dr., Sp.A (K)., M.Kes, MH.Kes., perwakilan Kemenristekdikti Ulfiandri, S.H., M.H., dan sejumlah pihak. “Acara ini diselenggarakan oleh Komite Bersama dari Dikti dan Kemenkes untuk mendiskusikan pengelolaan rumah sakit PTN itu. Jadi, kita menentukan pola dan model pengelolaannya itu bagaimana. Jadi, RS UNAIR dijadikan pilot project. Kalau hasilnya bisa disepakati bersama, bisa diaplikasikan ke RS PTN yang lain,” tutur Prof. Nasron. Sebagai bagian dari perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi, maka rumah sakit pendidikan juga menyelenggarakan tiga fungsi utama, yakni penelitian, pendidikan, dan pengabdian masyarakat. Demi menjalankan fungsi dan tugas rumah sakit pendidikan, manajemen dari rumah sakit pendidikan tersebut perlu menyediakan dosen yang melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap mahasiswa. Oleh karena itu, salah satu hal yang dibahas dalam forum diskusi adalah perihal mengenai status kepegawaian. Menurut Prof. Nasron, sumber daya manusia yang bekerja di RS PTN Pendidikan berasal dari Kemenkes dan Kemenristekdikti. Oleh karena itu, harus ada persamaan persepsi mengenai status kepegawaian. Di RS UNAIR sendiri, profesi dokter merangkap
menjadi dosen. Di bidang penelitian, RS UNAIR sendiri telah menyelenggarakan beberapa kali riset di Surabaya. Pada tahun 2013, tim peneliti mengadakan survey kasus demam berdarah di Surabaya. Pada tahun 2014 dan 2015, tim peneliti melakukan deteksi MERS pada jemaah haji embarkasi Juanda, Surabaya. Pada tahun 2016, tim peneliti melakukan penelitian infeksi virus Zika terhadap seratus penderita demam berdarah di Surabaya. “Dari hasil penelitian, maka tidak ditemukan virus Zika pada seratus penderita DB itu. Seandainya ditemukan, maka kami (RS UNAIR) sudah siap untuk merawat,” tutur Prof. Nasron. Diakui, RS PTN Pendidikan memang masih banyak mengalami keterbatasan. Di RS UNAIR sendiri, Prof. Nasron mengakui masih membutuhkan dukungan anggaran dari universitas. Karena ada banyak anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan fisik maupun pengajuan akreditasi. Terbukti, pada tanggal 2 September 2016 lalu, status RS UNAIR naik dari rumah sakit tipe C menjadi tipe B. Perwakilan Kemenkes Ina mengatakan, dengan adanya sederet prestasi maupun kemajuan yang telah dilakukan oleh manajemen RS UNAIR, maka diharapkan RS UNAIR bisa menjadi contoh bagi RS PTN Pendidikan yang lain. Ina menuturkan, pihak Kemenkes nantinya akan melihat rasio jumlah dosen dengan mahasiswa, dan jumlah variasi dan jenis kasus penyakit. Hal itu tertulis dalam Permenkes nomor 93 tahun 2015 tentang Rumah Sakit Pendidikan. Selain masalah rasio, ada beberapa poin lain yang perlu diperhatikan, yakni perjanjian kerjasama antara rumah sakit pendidikan dengan fakultas kedokteran, maupun dengan afiliasi, serta keberadaan komite koordinasi pendidikan. Rektor UNAIR Prof. Nasih dalam sambutannya mengatakan ada tiga hal yang perlu diperbaiki dalam manajemen pelayanan RS PTN Pendidikan. Pertama, adalah mendorong kemandirian. Kedua,
optimalisasi sumber daya. Ketiga, menjaga serta membangun jejaring yang harmonis terutama dengan rumah sakit pendidikan jenis utama. Penulis: Defrina Sukma S Editor: Faridah Hari