Belajar Jurnalisme dan Ketemu Tokoh Inspiratif di EMTEK Goes To Campus UNAIR NEWS – Pusat Informasi dan Humas Universitas Airlangga bekerjasama dengan PT. Elang Mahkota Teknologi (Emtek) menyelenggarakan acara “EMTEK Goes To Campus”. Acara akan berlangsung selama dua hari pada tanggal 13 – 14 September 2017 di Airlangga Convention Center. Emtek yang berpusat di SCTV Tower kawasan Senayan, Jakarta Pusat, akan mengajak para peserta untuk belajar jurnalisme dan bertemu tokoh inspiratif tanpa dipungut biaya. Peserta akan mendapatkan ilmu jurnalisme dari mantan jurnalis sekaligus konsultan komunikasi Grace Natalie. Selain Grace, EMTEK Goes To Campus akan kedatangan sejumlah presenter berita SCTV dan Indosiar seperti Jemmy Darusman dan Utrich Farzah. Bagi peserta yang berminat belajar tentang jurnalisme digital juga bisa menyerap ilmu dari tim produksi Liputan6.com, Vidio.com., dan sejumlah portal lainnya. Artis peran sekaligus CEO Malesbanget.com Christian Sugiono juga dijadwalkan mengisi materi tentang kewirausahaan digital. Tokoh inspiratif yang hadir juga tak kalah menarik. Dijadwalkan, salah satu bupati termuda dan berprestasi Emil Dardak (Trenggalek) dan Azwar Anas (Banyuwangi) akan menjabarkan kisah-kisah inspiratif tentang hidup dan kepemimpinannya di ajang EMTEK Goes To Campus. Pengusaha ternama yang menjadi orang nomor satu di PT. Sido Muncul Irwan Hidayat juga akan hadir di hadapan peserta EMTEK Goes To Campus. Keseruan lainnya yang bisa dinikmati peserta EMTEK Goes To
Campus adalah hadirnya para artis peran sekaligus penyanyi dari industri hiburan. Pemeran film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2 Abimana Aryasatya, Tora Sudiro, dan Indro ‘Warkop’ akan menyapa peserta EMTEK Goes To Campuss. Penyanyi jebolan ajang pencarian bakat Virzha juga akan menghibur peserta dengan suara merdunya. Untuk bisa mengikuti acara EMTEK Goes To Campus calon peserta bisa mendaftarkan diri melalui www.karir.com/egtc/surabaya. Penulis : Defrina Sukma S Editor : Nuri Hermawan
Tenaga Kependidikan Didorong Tingkatkan Rangking Webometrics UNAIR NEWS – Universitas Airlangga melalui Senat Akademik mengadakan “Workshop Strategi Peningkatan Webometrics UNAIR” yang dilaksanakan di Aula Kahuripan 301, Gedung Manajemen Kampus C, Universitas Airlangga, 6 – 7 September 2017. Senat Akademik mengundang beberapa pembicara dengan harapan mampu memberikan arahan dan meningkatkan kompetensi para Tenaga Kependidikan (Tendik) UNAIR dalam menulis dan publikasi. Materi yang diajarkan mulai dari cara membuat sebuah tulisan yang baik dan menarik, membuat sebuah blog pribadi, cara mempublikasikan tulisan dalam blog tersebut , dan bagaimana menyebarkan tulisan tersebut melalui media sosial. Antusias terlihat dari para peserta saat melakukan sesi tanyajawab, mulai dari beberapa tendik yang ingin mengetahui lebih
lanjut teknis dalam melakukan penulisan yang baik dan menarik, hingga cara memunculkan ide untuk membuat sebuah tulisan. Selain menulis, tendik diharapkan juga dapat mempublish tulisan yang dibuat dalam blog pribadi yang menggunakan domain luar maupun blog internal unair.ac.id. “Pelatihan selama 2 hari ini sangat membantu, mulai dari bagaimana cara membuat blog sampai akhirnya saya memiliki blog pribadi, hingga bagaimana kami selaku tendik membantu UNAIR dalam mencapai 500 WCU melalui peningkatan webometrics,” ucap Sefya Hayu, peserta dari USI FK UNAIR. Dari pihak panitia, tendik juga mendorong untuk mulai menulis dan memperbarui blog masing-masing dengan tulisan yang menarik. Hal ini dikarenakan pada tanggal 19 September 2017, Senat Akademik selaku panitia akan melakukan penilaian terhadap blog peserta workshop dan memberikan penghargaan bagi tendik dengan blog yang memiliki konten menarik dan up to date. “Dengan adanya pelatihan selama 2 hari ini, harapan kami adalah ingin meningkatkan kesadaran para tendik, bahwa sebagai tendik juga memiliki peran meningkatkan ranking webometrics UNAIR dengan melakukan publikasi di blog pribadi dan menyebar luaskan tulisan yang telah disisipkan backlink UNAIR di media sosial,” ujar Arfan Yusroni selaku Panitia Workshop.(*) Penulis : Alifian Sukma Editor
: Nuri Hermawan
Alumni Tahun Lulus 2015 Dianjurkan Segera Mengisi Tracer Study UNAIR NEWS – Para alumnus Universitas Airlangga tahun lulus 2015 dianjurkan segera mengisi data-data yang diperlukan dalam Tracer Study. Penanggung jawab tracer study Pusat Pembinaan Karir dan Kewirausahaan UNAIR Lastiko Endi Rahmantyo, M.Hum., mengatakan pengisian data-data tersebut diperuntukkan bagi lulusan tahun 2015 jenjang sarjana, diploma, dan profesi. “Pengisian tracer study UNAIR ditujukan kepada seluruh alumnus UNAIR tahun 2015 karena berdasarkan penelitian-penelitian tentang tracer study di dunia, ditemukan bahwa periode yang paling tepat untuk mengukur indikator transisi ke dunia kerja serta relevansi pemerolehan kompetensi adalah dua tahun setelah lulus,” tutur Endi. Tracer study adalah studi mengenai persebaran lulusan yang diselenggarakan perguruan tinggi bersangkutan. Tujuannya, untuk menyediakan informasi tentang aktivitas lulusan pasca kampus serta penyediaan informasi penting mengenai hubungan antara perguruan tinggi dan profesional. Selain itu, informasi persebaran alumni merupakan kelengkapan persyaratan bagi akreditasi perguruan tinggi. “Tracer study ditujukan untuk melacak jejak lulusan untuk mengetahui outcome pendidikan seperti masa tunggu kerja dan proses pencarian kerja pertama, output pendidikan berupa penilaian diri terhadap penguasaan dan pemerolehan kompetensi, dan evaluasi proses pembelajaran dan kontribusi pendidikan tinggi terhadap pemerolehan kompetensi,” imbuh Endi.
Menurut dosen Sastra Inggris ini, hasil pengumpulan data persebaran alumni akan membantu perguruan tinggi mengetahui posisi lulusan yang terserap dunia kerja serta menyiapkan lulusan sesuai kompetensi yang diperlukan di dunia kerja. Hasil data persebaran alumni juga akan dilaporkan ke pemerintah untuk memetakan kebutuhan dunia kerja dengan pembangunan pendidikan di Indonesia. Endi mengatakan, pengisian data persebaran alumni UNAIR yang beralamat di http://ppkk.unair.ac.id/tracerstudy cukup efektif dan efisien. Pihaknya pun menjamin kerahasiaan data-data yang diisikan alumni. Salah satu kunci utama keberhasilan pengisian tracer study adalah tingkat partisipasi alumni. Tracer Study UNAIR menggunakan metode sensal yang melibatkan alumni pada satu kohort tertentu, yakni lulusan tahun 2015. “Merupakan kebanggaan bagi UNAIR jika tingkat partisipasi alumni bisa melebihi angka 50 persen,” pungkas Endi. Editor: Defrina Sukma S
3.477 Peserta KKN-BBM Siap Memberdayakan Manusia Pedesaan UNAIR NEWS – Sebanyak 3.477 peserta program Kuliah Kerja Nyata-Belajar Bersama Masyarakat (KKN-BBM) Tematik Universitas Airlangga ke-56 siap mengabdi kepada masyarakat. Mereka dilepas oleh Wakil Rektor I beserta tamu undangan di Airlangga Convention Center, Senin (17/7).
Ketua Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Masyarakat Prof. Dr. Jusuf Irianto, M.Comm, mengatakan ada perubahan mendasar dalam pelaksanaan KKN-BBM Tematik periode kali ini. Mahasiswa diminta untuk menjalankan program-program kerja berdasarkan empat tema besar. Yakni kesehatan, revolusi mental, pos pemberdayaan keluarga (pos daya), dan ketenagakerjaan. “Ada perubahan mendasar. Tema-tema program KKN merujuk pada program SDGs (Sustainable Development Goals/Tujuan Pembangunan Berkelanjutan). Bidang pelaksanaan program KKN-BBM Tematik ada empat tema yaitu kesehatan, revolusi mental, pos daya, dan TKI (Tenaga Kerja Indonesia),” tutur Jusuf. Peserta program KKN-BBM Tematik akan diterjunkan ke sepuluh kota dan kabupaten pada Selasa (18/7). Kesepuluh wilayah itu adalah Surabaya, Gresik, Lamongan, Nganjuk, Sampang, Kediri, Bojonegoro, Jember, Probolinggo, dan Banyuwangi. Pembagian wilayah penerjunan itu didasarkan pada permintaan pemerintah setempat dan program kerja yang akan diimplementasikan oleh peserta KKN-BBM Tematik. Bersama dengan Kementerian Kesehatan RI dan UNICEF, program kerja bidang kesehatan akan dilaksanakan di seluruh wilayah penerjunan. Targetnya adalah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, serta peningkatan angka kecukupan gizi. Program kerja bidang revolusi mental yang bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan akan dilaksanakan di Gresik dan Lamongan. Program kerja bidang pos daya bersama pemerintah kabupaten setempat dilaksanakan di empat wilayah di Lamongan, Jember, Nganjuk, dan Sampang. Terakhir,
program
kerja
bidang
ketenagakerjaan
yang
bekerjasama dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dilaksanakan di Banyuwangi, Jember, Bojonegoro, dan Sampang. Selain KKN-BBM Tematik, lima mahasiswa UNAIR juga dikirimkan untuk mengikuti KKN Kebangsaan di Gorontalo. Pada program ini, mahasiswa UNAIR peserta KKN-BBM bersama dengan ratusan peserta lainnya akan menanamkan nilai-nilai kebangsaan di Gorontalo. Mulai periode ini, mahasiswa UNAIR yang mengikuti presentasi di konferensi internasional juga dihitung sebagai pelaksanaan KKN-BBM Tematik. Pada semester ini, ada 29 mahasiswa UNAIR yang turut serta dalam konferensi internasional di antaranya di Thailand, Malaysia, Korea Selatan, dan Inggris. Mereka berasal dari Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Farmasi, dan Fakultas Ilmu Budaya. “Mereka tidak perlu ikut KKN-BBM. Tetapi, jika dia sudah pulang dari luar negeri dan masa KKN-BBM belum berakhir, mereka diperkenankan untuk mengikuti KKN-BBM sebagai tambahan pengalaman. Ini terobosan yang bagus karena semua karya mahasiswa kami hargai,” imbuhnya. Intervensi dan edukasi Salah satu perubahan mendasar lainnya dalam pelaksanaan KKNBBM Tematik adalah kontinuitas program kerja di wilayah penerjunan. Guna menjaga keberlanjutan program kerja, mahasiswa diminta untuk melakukan survei, intervensi, dan edukasi terhadap kebutuhan masyarakat setempat. Jusuf yang juga pakar manajemen sumber daya manusia pun mengingatkan agar mahasiswa juga membuat dokumentasi kegiatan KKN-BBM dalam format audio visual dan dipublikasikan di media sosial. Salah satu konseptor KKN-BBM Tematik Prof. Haryono Suyono menyampaikan agar mereka bisa menjalankan program-program KKN-
BBM Tematik dengan baik. “Saudara-saudara ini membawa pesan dari Perserikatan BangsaBangsa untuk membangun manusia pada 15 tahun mendatang,” imbuh Haryono. Penulis: Defrina Sukma S
Imamatul Angkat Pendidikan Karakter Ajang Mawapres
Isu dalam
UNAIR NEWS – “Pemerintah baru melakukan intervensi di sisi academic achievement, tetapi belum memberikan pendidikan karakter kepada anak-anak.” Itulah ungkapan yang disampaikan oleh mahasiswa berprestasi (mawapres) Universitas Airlangga tahun 2017, Imamatul Khair. Imamatul, sapaan akrabnya, kini tengah berlaga di ajang mawapres nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Kompetisi yang dilangsungkan di Hotel Swiss-Bellinn Surabaya dilaksanakan pada 10–12 Juli. Kompetisi tersebut diikuti 24 mawapres dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Ketika diwawancarai, Imamatul menyampaikan inspirasinya yang melatari gagasan tentang pendidikan karakter. Di sebuah kawasan wisata di Pamekasan, ia banyak menemui anak-anak yang suka meminta-minta meskipun mereka tidak berasal dari kalangan ekonomi ke bawah. Imamatul menilai, kebiasaan tersebut disebabkan oleh kurangnya pendidikan karakter yang ditanamkan kepada anak-anak sejak
usia dini. Akibatnya, mereka tak berpikir tentang kebermanfaatan terhadap orang lain. Ia menyebutnya dengan istilah human achievement. Melalui gagasan bernama project based learning, ia ingin memberikan pelajaran karakter secara berkelanjutan yang menyasar anak-anak. “Salah satunya, kami ingin agar mereka menulis semacam daily journal atau buku harian. Isinya cukup tentang kegiatan sehari-hari. Kemudian isi buku harian tersebut didiskusikan dengan guru selaku wali kelasnya sehingga guru bisa melakukan intervensi pendidikan karakter,” tutur mahasiswa Program Studi S-1 Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Kecintaannya pada pendidikan bukan saja kali ini diakui oleh Imamatul. Meski mengenyam pendidikan di bangku sastra, gadis asal Sumenep ini punya komunitas yang aktif memberikan edukasi bagi anak-anak. Komunitas bernama Saghara Elmo ia dirikan sejak tahun 2016. Sejak tahun lalu, ia bersama sekitar 20 rekannya dari berbagai kalangan termasuk mahasiswa di Jawa Timur mengunjungi para pelajar di wilayah Pamekasan dan Sumenep untuk menanamkan edukasi karakter. Meski kini ia masih disibukkan dengan ajang mawapres, perempuan kelahiran 11 Juli 1995 ini menyimpan asa untuk melanjutkan pendidikan master ke Inggris. Imamatul ingin menekuni bidang pendidikan dan pengajaran. Sebagai mawapres UNAIR, pengagum novelis Ilana Tan ini tak pernah berhenti meraih juara. Peraih beasiswa Aktivis Nusantara itu juga menjadi delegasi “The 3rd Asian Undergraduate Summit di National University of Singapore” dan UNAIR tahun 2017. Dalam ajang itu, ia meraih predikat Best Cultural Performance. Mahasiswa S-1 Sastra Inggris itu juga pernah menjadi peserta
terpilih Young Southeast Asian Leaders Initiative Camp UTheory Leadership in Collaboration with United in Diversity pada tahun 2016. Penulis: Defrina Sukma S
Lagu-lagu Daerah Jadi Jagoan, Kemenangan Tim Paduan Suara Disambut Meriah UNAIR NEWS – Suasana Bandar Udara Internasional Juanda berlangsung semarak pada Kamis malam, (29/6). Betapa tidak, keluarga, para sahabat, dan pimpinan menyambut kedatangan tim Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara Universitas Airlangga (PSUA) yang berhasil menorehkan prestasi gemilang di Baden, Austria. Tim
PSUA
disambut
hangat
oleh
ucapan
selamat
berkat
kemenangannya di ajang kompetisi The 3rd International Choral Competition Ave Verum (ICC Ave Verum) yang diselenggarakan pada tanggal 22–25 Juni di kota kelahiran musisi klasik Wolfgang Amadeus Mozart. Dalam kompetisi tersebut, tim PSUA berhasil meraih tiga penghargaan yakni “1st Gold Superior”, “Best Interpretation of a Choral Piece composed after the Year 2000”, dan “Special Award for Audience Choice”. Ketua UKM PSUA Ronald Moses mengatakan, keberhasilan ia dan 38 anggota timnya tak lepas dari persiapan matang yang dilakukan sejak Desember 2016. Selama enam bulan sebelum keberangkatan, UKM PSUA menyeleksi penyanyi yang berasal dari anggota
internal, menempa diri dengan melatih vokal secara rutin, dan belajar interpretasi lirik lagu. “Kita sejak Desember sampai sebelum berangkat mulai latihan secara intensif. Kita melakukan seleksi anggota. Kita memilih dari mereka yang bisa menyanyikan lagu klasik dan nasional, membaca partitur dengan bermain piano, dan penempatan range suara,” tutur Moses. Dalam ajang ICC Ave Verum, tim PSUA melantunkan delapan lagu yang terdiri dari satu lagu wajib kompetisi dan tujuh lagu pilihan. Satu lagu wajib kompetisi berjudul All That Can Breath dilantunkan disusul lagu-lagu lainnya seperti Vezzosi Augelli, Dieu! Qu’il La Fait Bon Regarder, Contrition, Ave Maria, Trotz Dem Alten Draehen, Salve Regina, dan Ave Regina. Mereka menyanyikan lagu-lagu dari beragam bahasa seperti Latin, Prancis, Jerman, Inggris, dan Indonesia. Moses yang juga mahasiswa Program Studi S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis tak memungkiri, atmosfer persaingan antar tim amatlah terasa. Seluruh finalis yang berjumlah delapan tim dari berbagai negara berlomba-lomba untuk menyuguhkan penampilan dan suara terbaiknya. Setelah dinyatakan unggul dari seluruh kategori penilaian, tim PSUA berhasil menembus babak Grand Prix bersama empat tim lainnya. “Persaingannya ketat sekali karena salah satu lawan yang kami bilang paling sulit justru tidak masuk babak Grand Prix. Hasil keputusan tersebut cukup mengagetkan sekaligus membuat kami berdebar-debar,” tutur Moses. Setelah melewati rangkaian proses kompetisi, tim PSUA dinyatakan berhasil mengungguli pesaing lainnya dengan meraih poin mendekati sempurna senilai 97 dari 100. Lagu-lagu daerah jadi jagoan
Agar penampilan panggung selama kompetisi berjalan maksimal, sesampainya di Austria tim PSUA berlatih vokal secara rutin di kawasan hotel tempat mereka menginap. “Suhu ketika siang hari di Austria bisa mecapai 34 derajat Celcius, tapi kalau malam bisa mencapai 13 derajat Celcius. Kita berlatih di luar hotel dengan angin yang cukup kencang. Kita juga sempat diusir sama tetangga di sana,” kenang Moses seraya tertawa. Namun, semua anggota baru bisa berlatih secara full team saat mereka melaksanakan uji coba panggung (gladi resik) di Baden pada tanggal 22 Juni. Meski diiringi rasa deg-degan, rangkaian kegiatan selama kompetisi berjalan tanpa kendala. Keesokan harinya, tanggal 23 Juni seluruh finalis ICC Ave Verum diwajibkan untuk mengikuti Long Night Choral Competition. Penampilan apik mereka disaksikan oleh lebih dari 250 penonton yang hadir memenuhi gereja tempat kompetisi diselenggarakan. Gereja tersebut merupakan tempat pertama kali lagu Ave Verum Chorpus dibawakan oleh Mozart semasa hidup. Di hadapan penonton, tim PSUA menyanyikan lagu-lagu daerah seperti Cing Cangkeling dari Jawa Barat, dan Ondel-ondel dari DKI Jakarta. “Di Long Night Choral Competition, penghargaannya langsung dipilih oleh penonton bukan juri. Mengapa bagi penonton menarik? Karena kita menyanyi sambil menari,” tutur Marcellino Rudyanto, Ph.D., pembina UKM PSUA yang turut mendampingi anggota saat berlaga di Austria. Selain di kompetisi, tim PSUA juga didapuk tampil di sebuah ruang publik di Austria. Di hadapan penikmat musik di Baden, mereka kembali menyanyikan lagu daerah dan nasional seperti Yamko Rambe Yamko (Papua) dan Rayuan Pulau Kelapa. Menurut Dr. Soegeng Wahluyo yang juga pendamping tim, warga Baden memberikan tepuk tangan meriah atas penampilan yang dibawakan tim PSUA.
Kemenangan pada ajang kompetisi internasional bukanlah hal baru bagi tim PSUA. Tim yang memiliki jargon “Viva La Musica” tersebut pernah Choir Festival kategori Mixed juara I kategori
memenangkan kompetisi The 14th International Tallinn tahun 2015 sebagai peraih juara IV Choir, juara III kategori Early Music, dan Folksong Choir.
Selain itu, mereka juga berhasil meraih penghargaan di International Warsaw Choir Festival tahun 2012, dan Praga Cantat 24 th International Choir Competition di Praha tahun 2010. Penulis: Defrina Sukma S
Berhasil Mendaki Denali, Tim AIDeX Tiba di Tanah Air UNAIR NEWS – Setelah berhasil mengharumkan nama Indonesia di puncak setinggi 6.194 meter di atas permukaan laut, tim Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDeX) Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam Wanala Universitas Airlangga tiba di Surabaya, Senin (26/6). Kedatangan tim atlet AIDeX yang beranggotakan Muhammad Faishal Tamimi (mahasiswa Fakultas Vokasi/2011), Mochammad Roby Yahya (mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan/2011), dan Yasak (alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) di Bandar Udara Juanda disambut hangat oleh para senior Wanala dan sivitas akademika UNAIR. “Denali ini benar-benar susah (untuk didaki). Mulai prediksi cuaca, kita menghadapi medan salju, gletser. Susah dan
berbahaya. Alhamdulillah, misi tercapai. Kami bisa mengibarkan bendera Merah Putih dan bendera Wanala,” ungkap Faishal ketika diwawancarai UNAIR News sesaat setelah tiba di gerbang kedatangan Terminal Dua Bandara Juanda. Ketiga atlet AIDeX tersebut tak bisa menyembunyikan rasa haru sekaligus bangga ketika berhasil menjejakkan kaki di Tanah Air. Perasaan tersebut tak bisa dilepaskan dari perjuangan mereka dalam menyelesaikan pendakian Denali. Faishal menuturkan, pendakian di Denali adalah pengalaman pertama bagi ia dan Roby dalam mendaki gunung es. Sedangkan, bagi Yasak, Denali adalah gunung es kedua yang berhasil didaki selain Elbrus (Rusia) pada tahun 2011 lalu. Menurut Faishal yang juga ketua ekspedisi AIDeX, Denali memiliki medan yang cukup sulit dan berbahaya. Ia mengatakan, sejak di area base camp, Denali ditutupi dengan salju. “Benar-benar gunung es, mulai dari es yang keras, lebur bisa diinjak sampai setinggi paha orang dewasa. Belum lagi ditambah cuaca seperti angin, blizzard, dan whiteout putih semua sampai nggak kelihatan apa-apa,” tutur mahasiswa Program Studi D-3 Otomasi dan Sistem Instrumentasi. Pendakian di Gunung Denali oleh tim AIDeX selesai tepat waktu. Hal tersebut diungkapkan oleh manajer tim AIDeX Wahyu Nur Wahid ketika diwawancarai. Sejak awal, tim ekspedisi telah menghitung estimasi pendakian Gunung Denali selama 23 hari. “Ketika berangkat itu estimasi 16 hari. Kita alokasikan ada empat hari cadangan untuk jaga-jaga. Selain itu, rata-rata lama pendakian di Denali biasanya memang 20–23 hari,” ujar Wahyu. Wahyu menambahkan, pendakian Denali oleh tim AIDeX juga dinilai berhasil mengingat selama satu bulan terakhir, ada dua pendaki yang meninggal saat mendaki gunung tertinggi di belahan bumi utara.
Menurut data yang dirilis oleh Denali National Park Service tanggal 19 Juni 2017 waktu setempat, sebanyak 1.176 orang mendaki gunung yang berlokasi di Alaska pada tahun 2017. Dari jumlah tersebut, sebanyak 723 orang berhasil menyelesaikan pendakian, 223 orang berhasil mencapai puncak, dan 500 orang yang gagal mencapai puncak Mc. Kinley. Ketua UKM Wanala Gangga Pamadya Bagaskara yang turut datang menyambut kedatangan para atlet AIDeX menuturkan tentang rencana pendakian selanjutnya. Pihaknya menargetkan, misi pendakian tujuh puncak tertinggi di masing-masing benua akan berakhir pada tahun 2022 atau tepat pada ulang tahun Wanala ke-50. Berikutnya, mereka akan menyusun rencana pendakian ke puncak Vinson Massif di Kutub Selatan dan Everest di Nepal. Usai tiba di Surabaya, ketiga atlet AIDeX akan menjalani pemeriksaan kesehatan fisik dan mental di Rumah Sakit UNAIR. Selain itu, keberhasilan para atlet AIDeX dalam melambungkan nama UNAIR dan Indonesia yang didukung PT. Pegadaian Persero dan PT. PP Properti, akan disambut secara resmi oleh Rektor dalam upacara penyambutan yang akan dilangsungkan pada bulan Juli. Denali bukanlah puncak pertama yang berhasil didaki oleh anggota UKM Wanala. Empat dari puncak tertinggi yang telah digapai oleh Wanala adalah Puncak Carztenz Pyramid (Indonesia/1994), Kilimanjaro (Tanzania/2009), Elbrus (Rusia/2011), dan Aconcagua (Argentina/2013). Penulis: Defrina Sukma S
Inilah Empat Makna Lebaran dalam Budaya Jawa UNAIR NEWS – Usai menjalankan ibadah puasa Ramadan selama satu bulan penuh, umat Islam merayakan kemenangan dalam momen Idul Fitri yang jatuh tanggal 25–26 Juni. Pengajar mata kuliah Filsafat Ilmu, Listiyono Santoso, M.Hum., mengungkapkan makna di balik nama Idul Fitri yang disebut Lebaran oleh masyarakat Jawa. Menurut Listiyono, lebaran bukanlah sekadar penanda akhirnya kewajiban berpuasa di Bulan Ramadan melainkan suatu kondisi pintu ampunan yang terbuka lebar dari Allah setelah umat Islam menuntaskan kewajiban puasa. Makna Lebaran tak dapat dipisahkan ngaku lepat (mengakui kesalahan). melainkan juga sesama umat manusia. bermakna laku papat (empat tindakan) usai Ramadan.
dengan bakdo kupat atau Tidak hanya pada Allah Selain itu, Lebaran juga yang dilakukan masyarakat
“Pertama, lebaran bermakna selesai atau terbukanya ampunan. Kedua, luberan yang bermakna meluber atau melimpah. Luberan ini merupakan simbol ajaran bersedekah untuk kaum papa. Pengeluaran zakat fitrah menjelang Lebaran juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia,” tutur Listiyono. Makna lainnya adalah leburan yakni melebur kesalahan dengan saling memaafkan atas segala kesalahan. Terakhir, laburan sebagai simbol manusia untuk selalu menjaga kesucian dan kebersihan. Selain itu, masyarakat Jawa juga sering menyebut Lebaran dengan istilah riyaya (hari raya) yang dimaknai sebagai hari kemenangan. Kata “raya” dalam perayaan merujuk istilah peristiwa kemenangan umat Islam selama satu bulan penuh mengalahkan berbagai hawa nafsu dan menahan diri.
“Riyaya itu bermakna hari kemenangan bagi umat Islam, bukan mengalahkan musuh di luar dirinya, melainkan musuh di dalam dirinya sendiri, yakni hawa nafsu. Selain itu, orang Jawa juga sering menggunakan istilah ba’da untuk menyebut hari raya. Ba’da bermakna sesudah atau fase setelah menjalankan ibadah puasa yang membuat manusia mendapatkan rahmat-Nya, ampunan-Nya sehingga terbebaskan dari siksa api neraka,” tutur Listiyono saat diwawancarai. Secara substantif, hari kemenangan hanyalah dimiliki oleh umat Islam yang menjalankan ibadah puasa dengan menahan makan dan minum, menahan keinginan-keinginan yang bisa membatalkan puasa serta mengurangi pahala puasa. “Idul fitri kan bermakna kembali kepada kesucian, sebagaimana bayi yang baru lahir dalam keadaan suci tanpa kesalahan. Kembali fitri karena segenap dosa-dosanya yang telah lalu diampuni Allah SWT. Indikator diampuni dosanya adalah perilaku kesehariannya justru menunjukkan peningkatan kualitas iman dan takwa kepada Allah. Disebut meningkat, karena kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah lebih baik dari sebelumnya,” terang penulis buku Epistemologi Kiri. Penulis: Ainul Fitriyah Editor: Defrina Sukma S
Tim Paduan Suara UNAIR Sabet Gelar Juara di Austria UNAIR NEWS – Tim Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara Universitas Airlangga (PSUA) berhasil menyabet gelar juara I dalam ajang The 3rd International Choral Competition yang
digelar di Baiden, Austria, pada 22-25 Juni waktu setempat. “Senang sekali. Ini pertama kalinya bagi tim PSUA menang di kompetisi internasional dengan lagu-lagu klasik. Kami membawakan lagu-lagu klasik dan kami berhasil mengalahkan tim dari Eropa yang jelas rajanya lagu klasik. Kami menang dengan poin hampir sempurna senilai 97 dari 100,” tutur Ronald Moses, Ketua UKM PSUA. Kemenangan tersebut berhasil diraih setelah tim PSUA menyisihkan lawan-lawannya dalam rangkaian proses kompetisi di Austria. Tim PSUA merupakan satu-satunya tim asal Indonesia yang berhasil menembus babak final bersama tujuh tim lainnya dari berbagai negara. Setelah dinyatakan unggul dari seluruh kategori penilaian, tim PSUA berhasil menembus babak Grand Prix bersama empat tim lainnya. “Persaingannya ketat sekali karena salah satu lawan yang kami bilang paling sulit justru tidak masuk babak Grand Prix. Hasil keputusan tersebut cukup mengagetkan sekaligus membuat kami berdebar-debar,” tutur Moses, sapaan akrab mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis itu. Dalam kompetisi tersebut, tim PSUA menyanyikan sebanyak delapan lagu yang terdiri dari berbagai bahasa. Diantaranya berjudul Vezzosi Augelli, All Than Can Breathe, Dieu! Qu’il La Fait Bon Regarder, Contrition, Ave Maria, Trotz Dem Alten Draehen, Salve Regina, dan Ave Regina. Para juri menyampaikan apresiasinya setelah tim yang beranggotakan 39 penyanyi dan 1 konduktor berhasil memuaskan telinga penikmat musik pada kompetisi yang digelar di sebuah gereja di Baden. “Juri sempat bertanya kepada konduktor kami “apakah ada
penyanyi profesional di tim Anda?”. Juri-juri merasa kaget setelah mengetahui bahwa kami ternyata mahasiswa biasa yang bukan berasal dari jurusan musik dan bukan penyanyi profesional,” imbuh mahasiswa Program Studi S-1 Manajemen itu. Bersamaan dengan gelar juara yang berhasil disabet oleh tim PSUA, tim yang terbentuk tanggal 28 September 1971 tersebut juga berhasil membawa pulang dua penghargaan kategori terbaik lainnya. Yakni, predikat “Best Interpretation of a Choral Piece composed after the Year 2000”, dan “Audience Award”. Selain itu, tim PSUA yang bersaing ketat dengan tim paduan suara Universitas Santo Thomas Filiphina, secara seri meraih predikat gelar juara utama “1st Gold Superior”. Kemenangan pada ajang kompetisi internasional bukanlah hal baru bagi tim PSUA. Tim yang memiliki jargon “Viva La Musica” tersebut pernah memenangkan kompetisi The 14th International Choir Festival Tallinn tahun 2015 sebagai peraih juara IV kategori Mixed Choir, juara III kategori Early Music, dan juara I kategori Folksong Choir. Selain itu, mereka juga berhasil meraih penghargaan di International Warsaw Choir Festival tahun 2012, dan Praga Cantat 24th International Choir Competition di Praha tahun 2010. Penulis: Defrina Sukma S
Kemenhub Ajak Revitalisasi
UNAIR Bahas Mahkamah
Pelayaran UNAIR NEWS – Kementerian Perhubungan Republik Indonesia tengah menjajaki kerjasama dengan akademisi Universitas Airlangga. Sebagai agenda pertama, kedua belah pihak akan melakukan diskusi terkait revitalisasi Mahkamah Pelayaran yang berada di bawah Kemenhub. “Yang jelas kerjasama ini akan mengarah ke revitalisasi Mahkamah Pelayaran. Revitalisasi itu nanti akan berwujud kelembagaan, tugas dan fungsi, maupun sumber daya manusia,” tutur Ketua Mahkamah Pelayaran Kemenhub Peni Pudji Turyanti ketika berkunjung ke Kantor Manajemen UNAIR, Senin (19/6). Dalam kunjungan tersebut, Peni yang didampingi empat pejabat Mahkamah Pelayaran, diterima oleh Wakil Rektor III UNAIR Prof. Ir. Mochammad Amin Alamsjah, Ph.D, dan dua akademisi Fakultas Hukum Dr. Radian Salman dan Nilam Andalia Kurniasari, LL.M. Peni mengatakan, revitalisasi mahkamah pelayaran tersebut diperlukan untuk mensukseskan Nawacita Presiden RI Joko Widodo di bidang kemaritiman. Ia mengakui, selama ini mahkamah pelayaran memiliki kapasitas yang terbatas dalam menangani persoalan kecelakaan kapal dalam negeri. “Jadi, penanganan-penanganan permasalahan itu banyak yang lari ke luar negeri karena keterbatasan mahkamah pelayaran. Harapannya, kita bisa menjadi maritime court seperti di Singapura dan Inggris dalam hal penanganan masalah sehingga poros maritim lebih cepat terwujud,” imbuh Peni. Menurut Ketua Mahkamah Pelayaran Kemenhub RI, keberadaan Centre for Maritime and Ocean Law Studies (MAROCLAW) FH UNAIR menjadi alasan bagi pihaknya memilih UNAIR sebagai mitra kerjasama. Ia berharap, kerjasama Kemenhub dengan UNAIR yang akan berlangsung selama tiga tahun bisa memberikan telaah akademis yang bermanfaat bagi kemaritiman di Indonesia.
“Ini bukan hanya Mahkamah Pelayaran saja tetapi Kementerian Perhubungan. Nanti kerjasama ini juga akan dimanfaatkan oleh direktorat yang menangani angkutan darat, laut, dan kereta api. Kalau jangka waktunya masih kurang, kita akan perpanjang lagi,” tandas Peni. Ia juga berharap naskah akademis yang disusun dari berbagai forum grup diskusi bisa diselesaikan dalam rentang waktu tiga bulan ke depan. Pengajar sekaligus peneliti Maroclaw FH UNAIR, Nilam, mengatakan penyusunan naskah akademis akan dimulai dengan diskusi-diskusi mengenai identifikasi problem mahkamah pelayaran. “Ada beberapa ketidaksinkronan antara beberapa peraturan perundang-undangan. Ini yang nantinya akan kami identifikasi,” terang Nilam. Nilam mensinyalir, ada sejumlah problem yang disebabkan ketidaksesuaian peraturan. Pertama, keberadaan lembaga pemutus perkara di bawah eksekutif. Kedua, kewenangan mahkamah pelayaran yang terbatas pada kecelakaan kapal. “Padahal masalah kemaritiman tidak terbatas pada kecelakaan kapal tetapi juga kontrak pembangunan kapal, pengiriman barang melalui laut, kebocoran minyak dan pencemaran laut oleh kapal, termasuk remunerasi anak buah kapal. Luas sekali masalahnya,” ungkap peraih beasiswa AUSAID. Selain focus group discussion, para peneliti Maroclaw nantinya juga akan melakukan komparasi organisasi maritime court di negara-negara lain dalam bentuk studi lapangan dan telaah kewenangan. Penulis: Defrina Sukma S