BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Transaksi Valuta Asing Pada P.T. Bank Mandiri (Persero)
Pada bagian ini penulis akan melakukan analisis atas pencatatan transaksi valuta asing untuk menyelesaikan pencatatan akuntansi selisih kurs akibat dari keuntungan dan kerugian yang teijadi. Bagi suatu bank tujuan dari perdagangan tersebut bermacam-macam, seperti untuk memperoleh keuntungan dari selisih kurs, untuk menghindari risiko, dan untuk pemberian kredit kepada nasabah yang dibiayai dari jenis mata uang yang berbeda, dari mata uang yang dipakai oleh bank tersebut. Sebagai bank komersial, aktivitas utama P.T. Bank Mandiri (Persero) adaiah menghimpun dana dari masyarakat untuk selanjutnya menyaiurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit. Selain itu P.T. Bank Mandiri (Persero), juga menyediakan jasa yang berkaitan dengan
transaksi valuta asing, transaksi valuta asing yang terdapat pada P.T. Bank Mandiri
(Persero) meliputi
hampir selurub transaksi valuta asing yang
dilakukan bank-bank lainnya. Seluruh transaksi valuta asing ini dilakukan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan kebijakan yang telah digariskan oleh pihak manajemen. Adapun transaksi valuta asing yang dilakukan oleh P.T. Bank Mandiri
(Persero) antara lain sebagai berikut:
51
52
1. Transaksi perdagangan dan pembayaran intemasional. Salah satu jasa transaksi valuta asing dalam perdagangan dan pembayaran
intemasional yang diberikan oleh P.T. Bank Mandiri (Persero), adalah dalam hal transaksi ekspor-impor. Dengan adanya jasa ini, nasabah mendapatkan kemudahan untuk melakukan transaksi perdagangan dan
pembayaran lintas negara sehingga dapat menghemat waktu dan biaya. Dalam
hal
jasa
ekspor,
P.T.
Bank
Mandiri
(Persero)
melakukan
pembayaran kepada pihak eksportir dan menagih hasil ekspor dari bank yang tertarik (bank pihak importir). Sebaliknya dalam jasa impor, pihak
bank yang tertarik adalah bank yang menerima pembayaran dari importir dan harus melakukan pembayaran kepada bank pihak eksportir. 2. Transaksi antarbank seperti banknotes, travelers cheque.
Penjualan travelers cheque dilakukan oleh bank atas travelers cheque yang
dititipkan oleh bank yang menerbitkannya. Sebagai keuntungannya adalah komisi penjualan, selain pengendapan dana sebelum penjualan dibayarkan kepada bank penerbit.
3. Transaksi Hedging yang dilakukan melalui forward contract, dan swap,
Transaksi forward contract dan swap dilakukan oleh P.T. Bank Mandiri (Persero) dengan tujuan untuk menghindari risiko kerugian yang dapat terjadi akibat fluktuasi kurs valuta asing dan juga untuk memperoleh keuntungan selisih kurs dari transaksi valuta asing yang dilakukan. 4. Transaksi bank lainnya dalam valuta asing seperti: a). Simpanan rekening giro.
53
b). Simpanan dan deposito berjangka. c). Pinjaman jangka panjang dalam valuta asing. d). TabunganHaji
B. Kebijakan P.T. Bank Mandiri (Persero) Dalam Melakukan Transaksi
Valuta Asing Sejak 1 Januari 2001, Bank dan Anak-anak perusahaan menerapkan PSAK No. 55, "Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai". Instrumen derivatif dicatat di dalam neraca sebagai aktiva jika terdapat selisih positif antara nilai kontrak dengan nilai wajarnya atau kewajiban jika terdapat
selisih negatif antara nilai kontrak dengan nilai wajarnya.
Sesuai
dengan
pedoman
pelaporan
yang
ditetapkan
oleh
Bank
Indonesia, tagihan dan kewajiban derivatif disajikan sebesar keuntungan atau
kerugian
yang
belum
direalisasi
yang berasal
dari
kontrak
derivatif.
Keuntungan atau kerugian yang direalisasi tersebut dihitung dari selisih antara
kontrak dengan nilai wajar instrumen derivatif pada tanggal pelaporan. Nilai wajar dari transaksi berjangka mata uang asing, sesuai dengan pedoman
pelaporan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, ditentukan berdasarkan nilai tukar tunai menurut Reuters pada tanggal neraca. Keuntungan atau kerugian dari instrumen derivatif yang tidak memenuhi kriteria lindung nilai diakui sebagai bagian laba rugi tahun berjalan.
P.T. Bank Mandiri (Persero) menggunakan instrumen derivatif untuk melindungi nilai atas risiko yang timbui berkaitan dengan transaksi-transaksi
54
pendanaan,
seperti
pinjaman
dan
komitmen
dalam
mata
uang
asing.
Sehubungan dengan instrumen ini, P.T. Bank Mandiri (Persero) mengawasi dan mengevaluasi secara terus menerus jumlah dari risiko yang dihadapi dan
melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk menghilangkan risiko yang
berkaitan dengan instrumen tersebut. P.T. Bank Mandiri (Persero) pada umumnya tidak menggunakan instrumen derivatif untuk tujuan spekulatif atau komersial (speculative or trading purposes), dan seluruh instrumen tersebut akan disesuaikan dengan kewajiban pembayaran transaksi-transaksi pendanaan
yang telah dilakukan oleh P.T. Bank Mandiri (Persero) sekarang ini. Kriteria
yang ditetapkan P.T. Bank Mandiri (Persero) untuk menentukan transaksi pendanaan yang akan dilindungi dari waktu ke waktu adalah berdasarkan
beberapa faktor, diantaranya kondisi pasar pada saat ini, untuk mengantisipasi perubahan nilai tukar dan tingkat suku bunga. Akan tetapi, tidak ada jaminan bahwa kebijakan lindung nilai (Hedging) P.T. Bank Mandiri (Persero) akan
efektif, untuk dapat memperkirakan fluktuasi nilai tukar atau tingkat suku bunga secara akurat atau mampu meminimalkan kerugian selisih kurs atau kenaikan beban bunga terhutang sebagai hasil dari aktivitas instrumen swap dan derivatif.
Seluruh instrumen derivatif (termasuk transaksi valuta asing berjangka
untuk tujuan pendanaan dan perdagangan) dicatat dalam neraca konsolidasi berdasarkan nilai wajamya. Nilai wajar tersebut ditentukan berdasarkan harga pasar, kurs Reuters pada tanggal laporan, pricing models atau harga yang
diberikan oleh broker (quoted price) atas instrumen lainnya yang memiliki
55
keserupaan karakteristik. Tagihan dan kewajiban derivatif disajikan sebesar keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi yang berasal dari kontrak derivatif.
Keutungan atau kerugian dari kontrak derivatif dapat dihitung dengan menggunakan metode yang berbeda berdasarkan tujuan bank atas transaksi yaitu:
1. Lindung nilai atas nilai wajar Keuntungan atau kerugian dari kontrak derivatif yang ditujukan dan memenuhi syarat sebagai instrumen lindung nilai atas nilai wajar, dan
keuntungan atau kerugian atas perubahan nilai wajar aktiva dan kewajiban yang dilindungi, diakui sebagai laba atau rugi yang dapat saling hapus
dalam
periode
akuntansi
yang
sama.
Setiap
selisih
yang
terjadi
menunjukkan terjadinya ketidakefektifan lindung nilai dan secara langsung diakui sebagai laba atau rugi periode berjalan.
2. Lindung nilai atas arus kas Bagian efektif dari keuntungan atas kontrak derivatif yang ditujukan sebagai lindung nilai
atas arus
kas
dilaporkan sebagai pendapatan
komprehensif lainnya pada bagian akuitas secara terpisah. Bagian yang tidak efektif dari lindung nilai dilaporkan sebagai laba atau rugi berjalan. 3. Lindung nilai atas investasi bersih pada kegiatan operasi luar negeri Keuntungan atau kerugian dari kontrak derivatif yang ditujukan sebagai lindung nilai atas investasi bersih pada kegiatan operasi luar negeri
dilaporkan sebagai pendapatan komprehensif lainnya sebagai bagian dari
56
penyesuaian penjabaran kumulatif dalam ekuitas, sepanjang transaksi tersebut dianggap efektif sebagai transaksi lindung nilai. 4. Instrumen perdagangan
Keuntungan atau kerugian dari kontrak derivatif yang tidak ditujukan sebagai instrumen lindung nilai (atau kontrak derivatif yang tidak memenuhi persyaratan sebagai instrumen lindung nilai) diakui sebagai laba atau rugi pada periode berjalan.
P.T. Bank Mandiri (Persero) dalam melakukan hedging melalui swap dan contract forward, selalu berusaha untuk mengikuti aturan dan ketentuan yang berlaku, dalam hal ini yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Hal ini dimaksudkan agar laporan keuangan suatu perusahaan dapat disajikan secara
tepat dan akurat sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). P.T.
Bank
Mandiri
(Persero) juga
memberikan
pengukuran
dan
penentuan limit dengan menggunakan metodologi utama dalam pengelolaan risiko suku bunga adalah repricing gap analysis, yaitu suatu metode untuk mengukur pengaruh perubahan suku bunga terhadap pendapatan bunga bank.
Limit repricing gap ditetapkan dan direview oleh Komite Risiko dan Modal (Risk and Capital Committee) setahun sekali sebagai rambu-rambu
dalam melakukan aktivitas yang raenimbulkan risiko pasar. Limit tersebut ditetapkan untuk membatasi risiko suku bunga yang mungkin timbul akibat perubahan suku bunga yang berlawanan dengan prediksi bank. Komite Risiko
57
dan Modal memastikan bahwa limit tersebut dipatuhi dan apabila terjadi pelanggaran maka akan dikendalikan dengan segera secara efektif. Pada akhir Desember 2003, diprediksikan untuk periode 12 bulan ke depan, bank akan memiliki negative repricing gap sebesar Rp4,23 triliun atau 1,87% dari Total Earning Asset, masih dalam batas limit internal (20% EA sebesar Rp45,28 triliun). Apabila terjadi perubahan suku bunga sebesar 1% maka akibat negatif gap tersebut akan mempengaruhi pendapatan bunga bersih maksimum 0,15% dari target.
P.T. Bank Mandiri (Persero) juga menggunakan indikator lain untuk mengukur risiko suku bunga berdasarkan kondisi statis yang disebut interest
rate redflags. Interest rate redflags terdiri atas beberapa rasio yang memberi peringatan
dini
apabila
terjadi
pelanggaran
limit
internal.
Red flags
menggambarkan realisasi pendapatan bunga bersih dan perkiraan dampak perubahan tingkat suku bunga terhadap pendapatan bunga bersih. P.T. Bank Mandiri (Persero) mengembangkan suatu model yang
memungkinkan untuk
melakukan penilaian
lebih
akurat
atas
dampak
perubahan tingkat suku bunga terhadap nilai modal (market value of equity) dengan menggunakan metode duration gap analysis.
C. Manajeraen Risiko P.T. Bank Mandiri (Persero)
P.T Bank Mandiri (Persero) menghadapi risiko tertentu sehubungan dengan usaha penghimpunan dan penyaluran dana, pengelolaan portofolio
investasi serta lingkungan dimana bank beroperasi. Dalam manajemen risiko,
58
bank memiliki tujuan untuk mengidentifikasi, mengukur, memonitor dan mengelola berbagai macam risiko yang timbul sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang dibentuk untuk menghadapi risiko-risiko tersebut. Bank telah mengimplementasikan
prosedur
manajemen
risiko
yang
baru
dan
mengembangkan panduan manajemen risiko yang baru. Bank juga melakukan penyempurnaan
kebijakan
dan
prosedur
agar
sesuai
dengan
standar
internasional terbaik (international best practice). P.T. Bank Mandiri (Persero) telah membentuk struktur organisasi manajemen risiko yang terpusat dan independen, yaitu dengan dibentuknya Direktorat Pengelolaan Risiko pada tanggal 1 Agustus 2001 dan Komite Risiko dan Modal (Risk and Capital Committee) pada tanggal 10 Oktober
2001, yang menjalankan fungsi Komite Manajemen Risiko sekaligus fungsi Komite Aktiva-Pasiva (ALCO). Direktorat
Pengelolaan
Risiko
(Risk
Management
Directorate)
mempunyai fungsi mengindentifikasi, mengukur, memonitor dan mengelola risiko-risiko dasar dan menetapkan kebijakan dan pedoman risiko. Direktorat
Pengelolaan Risiko dibagi menjadi beberapa grup berkaitan dengan risiko kredit, risiko pasar, risiko portofolio dan risiko operasional dan pemulihan kredit
(credit
recovery).
Direktorat
ini
dipimpin
oleh
Direktur
yang
melindungi manajemen risiko yang sekaligus menjadi anggota dengan hak suara (voting member) pada Komite Risiko dan Modal (Risk and Capital Committee).
59
Risiko-risiko yang dihadapi dalam transaksi valuta asing yaitu : 1. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah potensi kerugian yang timbul dari kegagalan debitur atau
counterparty untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan perjanjian.
Risiko kredit tenitama timbul dari aktivitas penyaluran dana kredit dan kegiatan
lain
perdagangan,
yang
risikonya
transaksi
relatif
derivatif
lebih
dan
kecil
partisipasi
seperti
aktivitas
dalam
transaksi
pembayaran, dan penyelesaian surat-surat berharga. 2. Risiko Pasar Risiko pasar adalah risiko kerugian atas posisi neraca dan rekening administratif (off-balance sheets) dan transaksi
derivatif akibat dari
perubaban kondisi pasar termasuk harga opsi. Perubahan dari faktor-faktor
pasar
akan mempengaruhi nilai
dari
instrumen keuangan,
terutama
instrumen yang sensitif terhadap risiko pasar. Risiko pasar terdiri atas, yaitu :
a) Risiko Likuiditas Risiko likuiditas timbul akibat aktivitas penghimpunan dana dan
penyaluran dana, pembayaran kewajiban kepada pihak ketiga dan pengelolaan kebutuhan modal kerja. Selain itu risiko likuiditas dapat disebabkan pula oleh kenaikan biaya pendanaan yang tidak diharapkan atas
portofolio
aktiva
pada
saat
jatuh
tempo
serta
risiko
ketidakmampuan untuk melikuidasi aktiva pada waktu yang seharusnya dengan harga yang wajar.
60
b) Risiko Suku Bunga
Risiko suku bunga adalafa risiko berkurangnya pendapatan bunga bersih atau berkurangnya modal bank akibat fluktuasi suku bunga. Untuk mengelola suku bunga terhadap permodalan, bank menggunakan gap durasi (duration gap analysis). c) Risiko Perdagangan
Dalam pengawasan aktivitas perdagangan yang berhubungan dengan treasury, bank menetapkan limit risiko perdagangan dalam bentuk limit
Value at Risk (VaR) dan limit dealer, serta membuat secara harian, mingguan dan bulanan Laporan Value at Risk atas semua produk keuangan yang diperdagangkan oleh bank. d) Risiko Nilai Tukar Mata Uang Asing Bank telah memusatkan pengelolaan operasional posisi mata uang asing pada Grup Treasury dengan berpedoman pada kebijakan dan
prosedur yang ditentukan Komite Risiko dan Modal dan berpedoman pada batas posisi devisa neto sesuai ketentuan Bank Indonesia. Posisi
devisa
neto
bank
memenuhi
ketentuan
Bank
Indonesia
yang
mensyaratkan bahwa posisi devisa neto (net open position) secara
konsolidasi (lokal dan luar negeri) untuk semua mata uang asing tidak melebihi 20% dari modal Inti (Tier I) dan modal Pelengkap (Tier II). Selain berpedoman pada ketentuan BI, secara internal bank juga menetapkan posisi devisa neto
intern
sebesar
15%
dari
modal.
Kebijakan limit posisi devisa neto internal ditetapkan oleh Komite
61
Risiko dan Modal dengan berpedoman pada prediksi bank mengenai arah pergerakan nilai tukar. Pada tanggal 31 Desember 2003, 30 April 2003 dan 31 Desember 2002, posisi devisa neto adalah masing-masing sebesar 2,85%, 2,67% dan 5,64% dari jumlah Tier I dan Tier II modal, e) Risiko Instrumen Derivatif Untuk nasabah korporasi besar tertentu dan lembaga keuangan lokal dan internasional lainnya, bank hanya menyediakan layanan transaksi
derivatif tertentu, termasuk transaksi berjangka valuta asing (forward contract) dan pertukaran valuta asing (cross currency swap) dan suku bunga (interest rate swap). Bank mengelola risiko instrumen derivatif melalui laporan, analisa dan berbagai kebijakan. Bank pada dasarnya
melakukan transaksi instrumen derivatif dengan nasabah bertujuan untuk melindungi posisi bank. Bank telah menetapkan limit-limit atas instrumen derivatif tersebut, yang diawasi secara berkala.
3. Risiko Operasional dan Hukum Sebagai lembaga keuangan
yang beroperasi di Indonesia, P.T. Bank
Mandiri menyadari adanya empat penyebab utama risiko operasional, yaitu Manusia,
Proses,
mengidentifikasi operasional mencapai
Sistem secara
tersebut, tujuan
dan baik
dapat
usahanya.
Faktor
Eksternal.
pengelolaan
mempengaruhi Oleh
karena
Kegagalan
dalam
sumber-sumber
risiko
kemampuan bank untuk itu,
bank
terus-menerus
meningkatkan kualitas proses pengelolaan risiko operasional, menelaah
62
dan meningkatkan praktik-praktik pengendalian intern atas aktivitas operasional di Kantor Pusat dan pada jaringan kantor.
Gambar 1. Proses Mnajemen Risiko
Sumber P.T. Bank Mandiri (Persero)
D. Akuntansi Transaksi Valuta Asing 1. Transaksi Forward
Transaksi forward yaitu transaksi jual beli mata uang dengan penyerahan dana dikemudian hari dan kurs ditentukan pada saat transaksi dilaksanakan.
Dalam
transaksi
forward,
seluruh
transaksi
membutuhkan
pencatatan dalam memorandum. Untuk transaksi forward, sesungguhnya pada saat transaksi disepakati bank telah memiliki kewajiban bersyarat untuk menyerahkan valuta tertentu pada tanggal tertentu kepada nasabah dan memiliki tagihan dalam valuta tertentu pada tanggal tertentu sesuai
perjanjian. Namun pada saat transaksi belum terjadi perabahan yang nyata
63
dalam rekening efektif bank. Pencatatan ini dilakukan dalam tagihan, forward dan memorandum kewajiban kontrak forward. Sebelum adanya
realisasi dari transaksi ini rekening administratif tetap outstanding untuk mengingatkan adanya kontrak pembelian atau penjualan valuta asing yang telah dilakukan. Selama transaksi outstanding itu pula terjadi kewajiban bank dan tagihan bank yang nyata dimana tagihan atau kewajiban tersebut
belum mempengaruhi rekening efektif kewajiban atau tagihan bank. Pencatatan dalam rekening efektif dilakukan pada saat jatuh tempo dengan
mendebet koresponden valuta yang dibayarkan dan mengkredit valuta yang
diterima. Rekening administratif dinihilkan dengan jalan menjurnal balik rekening administratif yang dilakukan pada saat transaksi terjadi. Pada saat
tanggal laporan, dimana saldo tagihan atau kewajiban berjangka masih terdapat yang belum jatuh tempo, saldo tersebut dijabarkan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah pada tanggal pelaporan dan disajikan sebesar saldo kewajiban atau tagihan tersebut.
Dalam hal ini bank melakukan sistem pencatatan dengan multiple
currency system, karena transaksi yang dilakukan dapat berupa valuta
asing dengan valuta asing lainnya yang mengharuskan bank untuk melakukan pembayaran dalam valuta asing dengan jalan mengkredit rekening koresponden dalam menerima pembayaran. Jual beli secara kontrak ada dua macam :
a. Forward Beli; adalah merupakan kontrak pembelian valuta asing yang akan dilakukan oleh bank.
64
Contoh:
Bank di Indonesia menutup kontrak beli (Forward Beli) valuta US Dollar pada salah satu bank asing sebesar USD250.000,- reatisasi pembelian ini akan dilakukan 24 hari kemudian. Kurs yanng telah disepakati bersama oleh kedua belah pihak adalah sebesar Rp7.500,per USD 1. maka perhitungan adalah sebagai berikut: USD250.000,- x Rp7.500,- = Rpl .875.000.000,-
Disini timbul kewajiban bersyarat (contingent liability) dari pihak bank
untuk menyerahkan valuta Rupiah kepada pihak ketiga karena bank hendak membeli valuta USD dan membayarnya dengan valuta Rupiah.
Sebaliknya bank mempunyai tagihan bersyarat (contingent receivable) kepada pihak ketiga tersebut untuk mendapatkan valuta USD sejumlah nilai kontrak (PSAK 10 Paragraf 15).
b. Forward Jual; merupakan kontrak penjualan valuta asing yang akan dilakukan oleh bank. Contoh:
Bank menutup kontrak penjualan pada bank asing di Jakarta. Valuta yang akan dijual adalah USD20.000,- dan kurs ditetapkan pada saat penutupan kontrak adalah Rp7.500;- per USD1. D: RAV-Kewajiban Forward Kontrak sebesar
K: RAV-Tagihan Forward Jual
USD20.000,-
Rpl 50.000.000
65
Disini bank mempunyai kewajiban untuk menyerahkan valuta asing USD pada saat kontrak jual jatuh tempo, sehingga realisasi pembelian pada saat jatuh tempo dibukukan seperti jual valuta asing secara spot.
2. Transaksi Swap
Transaksi swap memiliki dua tanggal transaksi yakni pada tanggal ditutupnya kontrak jual-beli dan tanggal penebusan kembali. Pada tanggal
terjadinya kontrak jual-beli, telah terjadi transaksi yang merubah saldo rekening efektif buku besar, dimana bank menerima penggadaian valuta asing tertentu dan dilain pihak, bank menggadaikan jenis valuta lain.
Apabila transaksi swap dilakukan dengan nasabah, maka pada tanggal transaksi ditutup, telah terjadi pertukaran rekening suatu valuta dengan valuta lain dengan jalan mendebet rekening nasabah dalam jenis valuta yang digadaikan dan mengkredit rekening nasabah dalam valuta lain yang
menjadi lawan transaksi swap. Sebagai penghubung transaksi jenis valuta
asing tersebut dibuatkan suatu rekening antar unit pembukuan transaksi swap,
Rekening
efektif yang
dipengaruhi
hanyalah rekening
yang
menyangkut nasabah yang menjadi kewajiban lancar bank. Dengan
demikian yang terjadi adalah pertukaran rekening efektif dari suatu jenis valuta ke valuta lain. Pada saat penutupan transaksi swap, transaksi telah dianggap efektif dan diperlakukan sama dengan transaksi jual-beli valuta
asing. Pada akhir periode, rekening antar unit pembukuan transaksi swap dinihiikan dengan jalan menjual valuta asing tersebut ke cabang lain atau ke responden lain dengan kurs spot. Selisih yang terdapat dalam rekening
66
antar unit pembukuan ini dianggap sebagai keuntungan apabila mempunyai selisih kredit dan diperlakukan sebagai kerugian apabila berselisih debet. Pada saat transaksi swap jatuh tempo, dilakukan kembali jurnal jual-
beli valuta asing dengan jalan mendebet rekening nasabah valuta lain, swap dan mengkredit kembali rekening nasabah valuta swap yang digadaikan. Premi yang diterima dalam transaksi ini dibukukan dalam
rekening pendapatan yang diterima dimuka dan disesuaikan setiap bulan apabila premi swap diterima dimuka. Jika pembayaran premi diterima kemudian pada saat swap jatuh tempo, premi swap dibukukan kedalam
pendapatan yang akan diterima dan disesuaikan setiap bulannya. Dalam
transaksi swap ini bank beranggapan bahwa jurnal administratif tidak dibutuhkan sebagai memorandum karena pada tanggal transaksi ditutup maupun pada tanggal jatuh tempo yang terjadi adalah jual-beli, walaupun
pada saat outstanding, bank telah memiliki kewajiban untuk suatu valuta
tertentu, tanggal tertentu, dan jumlah tertentu dan memiliki tagihan sesuai dengan yang diperjanjikan dalam kontrak.
Pada saat tutup buku, transaksi yang outstanding, kewajiban dan tagihan dicatat dan disajikan dengan menggunakan kurs tengah laporan. Laporan tersebut dilaporkan dalam laporan komitmen dan kontinjensi. Contoh transaksi swap: a.
Swap Be\i
Suatu bank menggadaikan valuta USD300.000,- kepada bank lain di Jakarta secara swap. Kurs pada saat gadai Rp7.000s- per
67
USD1,- premi swap ditetapkan sebesar 1 0/00 (satu per mil) dari
nilai Rupiah saat gadai. Jangka waktu gadai ditetapkan 6 bulan. Dalam transaksi ini bank yang membeli premi sebesar 1 0/00 dari
nilai gadai Rupiah. Tujuan memperhitungkan premi ini adalah untuk menghindari kemungkinan selisih kurs yang merugikan pada saat penebusan (PSAK No. 10 Paragraf 15a). Pembukuan yang dilakukan oleh bank pembeli valuta adalah sebagai berikut: D: Bank lain Giro Valas
USD300.000,-
K: RPV-Vaias Swap
USD300.000,-
D: RPV-Kontrak Valas Swap
Rp2.100.000.000,-
K: Pendapatan yang diterima dimuka premi valas K: Bank Iain-Giro Rupiah
Rp2.100.000.-
Rp2.097.000.000,-
Antisipasi keuntungan telah dimasukkan kedalam rekening Pendapatan yang diterima Dimuka-Premi Swap, dimana rekening ini nantinya akan diamortisasikan kedalam rekening pendapatan secara proporsional
selama umur gadai
tersebut.
Setiap bulan
akan
diadakan amortisasi terhadap premi swap kedalam pendapatan premi swap dan disajikan ikhtisar laba rugi. b. SwapJual
Suatu bank menggadaikan valuta AUD100.000,- kepada bank lain dengan kurs tanggal gadai sebesar Rp5.000,- per AUD.l,-
jangka waktu gadai ditetapkan 150 hari. Premi swap yang diberikan
68
kepada si pembeli sebesar
1
0/00 dari nilai ekuivalen gadai.
Pembukuan yang akan dilakukan oleh bank sebagai berikut: D: Bank Iain-Giro
Rp500.000.000,-
K: BYDD-Premi Swap
Rp
K: RPV-Kontra Valas Swap
Rp499.500.000,-
Pembukuan
500.000,-
dalam valuta Rupiah yang dilakukan Bank
Penggadai: D: RPV-Valas Swap K: Bank Iain-Giro Valas
AUD100.000,AUD100.000,-
Antisipasi kerugian telah dilakukan dengan diamortisir biaya yanng dibayar dimuka (BYDD) kedalam rekening biaya untuk
mengetahui berapa sebenarnya biaya yang timbul dari transaksi swap jual yang menjadi beban ikhtisar laba rugi.
Berdasarkan pembahasan diatas, perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh P.T. Bank Mandiri (Persero) dalam menjalankan
transaksi valuta asing (forward contract dan swap contract) sudah tepat dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia terutama PSAK 10 dan 31.
E. Perkembangan Transaksi Valuta Asing Sebagai Hedging Valuta Asing Transaksi valuta asing sangat diperlukan untuk menunjang kelancaran
dalam perdagangan internasional
yang pada
akhimya akan membantu
menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Oleh karena itu transaksi
69
valuta asing pada dasarnya mutlak dibutuhkan oleh setiap negara, disamping itu pendapatan yang dihasilkan oleh bank melalui aktivitas transaksi valuta asing juga cukup signifikan dan mempengaruhi laba rugi perusahaan. Dalam melaksanakan transaksi valuta asing terdapat risiko kerugian
yang diakibatkan oleh selisih nilai tukar valuta asing yang selalu berfluktuasi. Untuk itu diperlukan suatu tehnik untuk menghindari risiko tersebut, hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pemagaran risiko untuk transaksi valuta
asing yang lebih dikenal dengan tehnik hedging. Hedging dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu antara lain melalui forward contract dan swap. Pada umumnya bank memakai kedua tehnik ini dalam melakukan
hedging, begitu juga halnya dengan P.T. Bank Mandiri (Persero). Transaksi forward contract dan swap yang dilakukan P.T. Bank
Mandiri (Persero) mengalami peningkatan setiap tahunnya baik dalam hal pembelian ataupun penjualan valuta asing. Untuk lebih jelasnya, peningkatan timsaksiforward contract dan swap tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.
Perkembangan Transaksi Pembelian Valuta Asing
(Tagihan Derivatif) Pada P.T. Bank Mandiri (Persero) (dalam jutaan rupiah) Tahun
Pembelian Valuta Asing
Transaksi Swap
{Forward) (Rp)
(RP)
2000
660.561
232.225
2001
372.393
279.475
2002
194.685
232.493
2003
222.476
2.187.949
Sumber: Laporan Tahunan P.T. Bank Mandiri (Persero)
70
Secara umum tabel diatas menunjukkan adanya perubahan transaksi valuta asing dalam pembelian forward dalam valuta asing dari tahun 20002002 mengalami penurunan, namun pada tahun 2003 mengalami kenaikan dibanding tahun 2002, sedangkan dalam transaksi swap dari tahun 2000-2001 mengalami peningkatan, kemudian mengalami penurunan kembali pada tahun 2002 dikarenakan adanya tagihan derivatif lebih besar di bandingkan kas, namun pada tahun 2003 kembali mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Tabel 2. Perkembangan Transaksi Penjualan Valuta Asing
(Kewajiban Derivatif) Pada P.T. Bank Mandiri (Persero) (dalam jutaan rupiah) Tahun
Penjualan Valuta
Transaksi Swap
Asing {Forward)
(Rp)
(Rp) 2000
607.017
180.277
2001
78.502
186.469
2002
124.162
1.089.051
2003
45.149
4.879.016
Sumber: Laporan Tahunan P.T. Bank Mandiri (Persero)
Selanjutnya tabel diatas menunjukkan dalam penjualan transaksi valuta
asing (forward) dari tahun 2000-2002 mengalami siklus turun-naik, yaitu pada periode tahun 2001
mengalami penurunan dibanding tahun 2000,
lalu
mengalami kenaikan kembali pada tahun 2002. Hal inilah yang melandasi P.T.
Bank Mandiri (Persero) untuk melakukan pemagaran risiko (hedging) terhadap seluruh transaksi valuta asingnya.
71
F. Rasio Transaksi Valuta Asing Terhadap Laba Pada P.T. Bank Mandiri (Persero). Adapun rasio antara perkembangan transaksi valuta asing {forward contract dan swap) terhadap laba bersih perusahaan, dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut: Valas
100%
Kontribusi = Net Profit
Tabel 3.
Perkembangan Transaksi Valuta Asing {Forward Contract) Terhadap Laba Bersih Pada P.T. Bank Mandiri (Persero) (dalam jutaan rupiah) Tahun
Total Transaksi Forward
(Rp)
Net Profit
Tingkat
(Rp)
Perkembangan
(%)
2000
1.267.578
1.181.440
107,2
2001
450.895
2.745.757
16,42
2002
318.847
3.585.589
8,89
2003
267.625
3.228.574
8,29
576.236,25
2.685.340
35,2
Rata-Rata (Mean)
Sumber : Laporan Tahunan P.T. Bank Mandiri (Persero)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat perkembangan transaksi valuta asing {forward contract) dapat dihitung sebagai berikut: Transaksi untuk tahun 2000 adalah : 1.267.578 1.181.440
x 100% = 107,2%
72
Untuk tahun 2001 perkembangannya yaitu : 450.895 2.745.757
x!00% = 16,42%
Selama tahun 2001 perkembangannya menunjukkan penurunan. Kemudian tahun 2002 perkembangannya yaitu :
31047 x!00% = 8,89%
3.585.589
Sedangkan untuk tahun 2003 transaksi forward perhitungannya adalah sebagai berikut:
3.228.574
Untuk tahun 2002 sampai tahun 2003 menunjukkan penurunan. Tingkat perkembangan transaksi valuta asing (forward contract) pada tahun 2000 sebesar 107,2%. Sedangkan pada tahun 2001 sebesar 16,42%, lalu pada tahun 2002 sebesar 8,89% diikuti tahun tahun 2003 sebesar 8,29%.
Hal
tersebut
menunjukkan
kecenderungan
penurunan
pada
perkembangan transaksi valuta asing forward contract Penurunan transaksi forward contract kemungkinan besar disebabkan oleh kondisi perekonomian yang lebih stabil bila dibandingkan tahun 2000 atau selama krisis moneter pada tahun 1998-1999. disamping itu industri (sebagai nasabah) P.T. Bank Mandiri (Persero) cenderung mengalami penurunan aktivitas operasi, sehingga berdampak pada turunnya volume transaksi valuta asing.
Rata-rata
tingkat
perkembangan
transaksi
valuta
asing
(forward
contract) terhadap laba bersih pada P.T. Bank Mandiri (Persero) menunjukkan
73
angka 35,2%. Selama tahun 2000-2003 menunjukkan bahwaforward contract sedikit berpengaruh terhadap laba bersih. Tabel 4. Perkembangan Transaksi Valuta Asing (Swap) Terhadap Laba Bersih Pada P.T. Bank Mandiri (Persero)
(dalam jutaan rupiah) Tahun
Total Transaksi
Net Profit
Tingkat
(swap)
(Rp)
Perkembangan
(Rp)
(%)
2000
412.502
1.181.440
34,91
2001
465.944
2.745.757
16,97
2002
1.321.544
3.585.589
8,97
2003
7.066.965
3.228.574
218,89
726.671,25
2.685.340
69,94
Rata-Rata (Mean)
Sumber: Laporan Tahunan P.T. Bank Mandiri (Persero)
Didalam perhitungan maka penulis akan melakukan perkembangan dalam keuntungna transaksi valuta asing swap yang terjadi pada P.T. Bank Mandiri (Persero). Untuk tahun 2000 perhitungannya sebagai berikut:
Kontribusi=
412.502 1.181.440
x 100% = 34,91%
Untuk tahun 2001 yaitu: 465.944 2.745.757
xl00% = 16,97%
Selama tahun 2001 perkembangan mengalami penurunan.
Untuk tahun 2002, perkembangannya menunjukkan angka 8,97%. Angka tersebut hasil dari perhitungan dibawah ini: 1.321.544 3.585.589
= 8,97%
74
Sedangkan transaksi valuta asing (swap) tahun 2003, perhitungannya sebagai berikut:
3.228.574 Untuk tahun 2003 mengalami peningkatan yang cukup tajam dan sangat berpengaruli terhadap laba. Dengan
demikian perkembangan untuk
tahun
2000
menunjukkan
prensentase sebesar 34,91%, untuk tahun 2001 sebesar 16,97%, dan untuk tahun 2002 sebesar 8,97% sedangkan perkembangan berikutnya yaitu tahun 2003 sebesar 218,89%.
Tingkat perkembangan transaksi valuta asing (swap) menunjukkan rata-
rata tingkat perkembangan sebesar 69,94%. Besarnya tingkat perkembangan transaksi valuta asing swap dari tahun 2000-2003 berfluktuasi dan mengalami peningkatan yang tinggi pada tahun 2003.
Faktor-faktor yang menyebabkan transaksi swap yang tinggi adalah ; 1. Swap Suku Bunga:
a. Dalam
Rangka
Pendanaan;
selisih
antara
suku
bunga
yang
dipertukarkan dengan suku bunga yang diperjanjikan, disajikan sebagai penambah beban dana.
b. Dalam Rangka Trading; selisih antara suku bunga yang dipertukarkan dalam suku bunga yang diperjanjikan diakui sebagai laba atau rugi. 2. Swap mata uang asing yang dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama
stabilitas keamanan dan situasi politik dalam negeri yang tidak menentu.
75
Pada tingkat perkembangan transaksi valuta asing forward contract terhadap
laba bersih pada P.T.
Bank Mandiri (Persero) menunjukkan
kecenderungan penurunan, sedangkan untuk transaksi valuta asing swap berfluktuasi dari tahun ke tahun.