BAB 1V PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan melakukan evaluasi terhadap pembiayaan mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Evaluasi ini dilaksanakan untuk menganalisis apakah seluruh rangkaian proses mengenai pembiayaan mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk sudah sesuai dengan prosedur yang kesesuaiannya mengacu pada PSAK no. 105. PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk merupakan bank yang salah satu kegiatannya adalah menyediakan fasilitas pembiayaan untuk transaksi mudharabah. Dalam hal ini berbagai prosedur yang dilaksanakan haruslah sesuai dengan peraturan yang berlaku seperti yang tertera dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah , serta PSAK No. 105 mengenai akuntansi Mudharabah. Pembiayaan mudharabah sendiri merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pengelola dana. IV.1 Evaluasi atas perhitungan bagi hasil pembiayaan mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk PT. Bank Muamalata Indonesia,Tbk adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa, nasabahnyapun hampir diseluruh Indonesia, oleh karena itu berbagaimacam fasilitaspun ditawarkan oleh Bank Muamalat salah satunya adalah pembiayaan mudharabah.
49
Mudharabah merupakan akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana ) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana. Karena dalam hal pembiayaan ini melibatkan dua pihak yaitu pihak pertama Bank ( shahibul maal) dan pihak kedua pengelola dana ( mudharib) tentunya pembagian hasil haruslah dilakukan sejelas mungkin sehingga tidak merugikan kedua belah pihak. Pada umumnya pembagian hasil usaha dalam pembiayaan mudharabah sesuai PSAK 105 ada 2 (dua) yaitu yang pertama menggunakan prinsip bagi hasil. Pada prinsip bagi hasil ini dasar pembagian hasil usahanya adalah laba bruto ( Grossprofit) bukan total pendapatan usaha (Omset). Sedangkan yang ke dua yaitu menggunakan prinsip bagi laba, dalam prinsip ini dasar pembagian labanya adalah laba bersih yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal Mudharabah. Sesuai dengan data yang diperoleh penulis dari PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Telah menerangkan mengenai pembagain hasil usaha yang akan dijelasakan sebagai berikut. Perhitungan Pembagian Hasil Usaha Bank Syariah: Distribusi hasil Usaha ( Pembagian hasil usaha ) 1. Perhitungan hasil usaha antara shahibul mall dengan mudharib, atas usaha yang diperoleh dengan akad mudharabah. 2. Perhitungan selalu dilakukan oleh mudharib. Prinsip pembagian hasil usaha : 1. Revenue sharing 2. Profit sharing
50
Sistem pembagian hasil usaha : Sistem pembagian hasil usaha yaitu atas dasar penerimaan yang benar-benar terjadi (cash basis) Langkah-2 perhitungan Pembagian Hasil Usaha Bank Syariah (Revenue Sharing) Perhitungan Distribusi Hasil Usaha Tabel profit distribusi 1. Menentukan porsi pendapatan untuk kelompok jenis dana 2. Menentukan porsi pendapatan untuk shahibul maal kelompok jenis dana 3. Menentukan bagi hasil untuk individu rekening pemilik dana Alokasi sumber dana & pendapatan 1. Menentukan pendapatan yang akan dibagi hasilkan Sumber Dana Profit Distribusi 2. Sumber dana dengan prinsip MUDHARABAH => tabungan, deposito dan sebagainya. 3. Sumber dana dengan prinsip WADIAH dapat diperhitungan dalam profit distribusi dengan ketentuan: a. Semua hasil yang diperoleh menjadi milik bank syariah b. Dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan pemberian bonus (jika ada) oleh bank syariah kepada nasabah wadiah Unsur-unsur pendapatan yang dibagikan Unsur pendapatan yang dibagikan (merupakan unsur pembagian hasil usaha) adalah pendapatan dari penyaluran dana yaitu: 1.
2.
Pendapatan dari jual beli: a.
pendapatan marjin murabahah;
b.
pendapatan bersih salam paralel;
c.
pendapatan bersih istishna paralel;
Pendapatan dari sewa: a.
pendapatan bersih ijarah; 51
3.
Pendapatan dari bagi hasil: a. b.
4.
pendapatan bagi hasil mudharabah; pendapatan bagi hasil musyarakah;
Pendapatan usaha lainnya (bagi hasil SIMA, bonus SWBI)
Bagi Hasil Mudharabah pada PT. Bank Muamalat indonesia, Tbk Pembagian Hasil Usaha Mudharabah dibagi sesuai nisbah yang disepakati pada awal akad antara pemilik dana dan pengelola dana. Bagi Hasil dipeoleh setelah usaha berjalan 1. Nasabah tidak pernah diberi jadwal pembayaran bagi hasil. 2. Tidak ada tunggakan bagi hasil. Dalam menghitung bagi hasil terhadap tabungan mudharabah PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk
menggunakan
rumus
sebagai
berikut
:
Perhitungan Bagi Hasil Rekening Individu Tabungan Mudharabah ( rumus 1) So rata2 harian rek x HBH x return produk ---------------------------------------------------365 x 100
Sedangkan untuk Deposito Mudharabah ( ulang tanggal ) perhitungannya adalah sebagai berikut : Perhitungan bagi hasil individu - ulang tgl (rumus 1) So rata2 harian rek x HBH x return produk ---------------------------------------------------365 x 10
Contoh untuk kasus 1: Pada tanggal 15 Januari Pihak Bank
menyetujui untuk melakukan investasi
mudharabah kepada Bpk. Sunarto, yang merupakan seorang pengusaha Textil di kota Pekalongan, sebesar Rp.500.000.000 dengan nisbah 70 untuk bank dan 30 untuk 52
pak Sunarto. Jangka waktu akad selama 2 (dua) tahun. Penyerahan modal mudharabah sebagai berikut : 1. 25 Januari dalam bentuk uang tunai sebesar Rp.80.000.000 Jurnalnya : Dr Cr
Investasi Mudharabah Rekening mudharib
Rp.80.000.000,Rp.80.000.000,-
2. 27 Januari diserahkan 20 buah mesin tenun dengan nilai pasar sebesar Rp.220.000.000 (harga beli Rp.250.000.000) Jurnalnya : Dr Dr Cr
Investasi mudharabah Rp.220.000.000,kerugian penyerahan aktiva Rp.30.000.000,Persediaan Aktiva Rp.250.000.000,-
3. 28 Januari diserahkan 20 buah mesin pewarna untuk objek nilai pasar Rp.200.000.000 (harga beli Rp.176.000.000) Jurnalnya : Dr Cr Cr
Investasi mudharabah Rp.200.000.000,Persediaan/ Aset mudharabah Rp. 176.000.000,keuntungan mudharabah tangguhan Rp. 24.000.000,-
Atas laporan Sunarto pengelolaan investasi mudharabah diperoleh hasil usaha sebesar Rp.10.000.000,- dan dibagi sesuai nisbah yang telah disepakati yaitu 70: 30. Bagi hasil untuk bank telah dibayar oleh mudharib sebelum tutup buku bank dilakukan. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Shahibul maal :
70/100 x Rp.10.000.000,- = Rp.7.000.000,53
Mudharib
:
30/100 x Rp.10.000.000,- = Rp. 3.000.000,-
Jurnal : Dr
Kas/Rekening Nasabah
Cr
Pendapatan bagi hasil Mudharabah
Rp.7.000.000,Rp.7.000.000,-
Hasil evaluasi : Jika dilihat dari laporan yang diberikan oleh bapak Sunarto bahwa hasil usaha yang diperoleh sebesar Rp.10.000.000,- dan langsung dibagi dengan nisbah yang disepakati maka, timbul pertanyaan apakah hasil usaha tersebut merupakan laba yang belum dikurangi dengan biaya ( Grossprofit) ? ataukah merupakan penghasilan usaha yang berasal dari pendapatan usaha sepenuhnya (revenue) ? atau mungkin dari laba bersih yang sudah dikurangi dengan beban-beban yang berkaitan dengan pengelolaan Mudharabah (Netprofit) ? Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh penulis dengan pihak Muamalat Institute maka, diperoleh hasil bahwa PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk menggunakan revenue sharing. Hal ini diperkuat dengan tidak ketidak lengkapan data yang diberikan atau yang menerangkan adanya biaya atau beban-beban yang berkaitan dengan pembiayaan mudharabah tersebut . Menurut penulis jika revenue sharing yang digunakan dalam menentukan bagi hasil terhadap pembiayaan mudharabah maka hal ini kurang menekankan kebijaksanaan seperti yang dianjurkan dalam agama islam. Sebagai ilustrasi akan dijelaskan sebagai berikut, Pak sunarto melaporkan bahwa memperoleh pendapatan Rp.10,000,000,- dengan nisbah yang disepakati 70 ; 30 dan hasil tersebut masih merupakan pendapatan kotor. Jika pihak bank menggunakan Revenue sharing berarti
54
bagi hasil yang diterima bank adalah sebesar Rp.7,000,000,- (70/100 x Rp.10,000,000,-), sedangkan mudharib hanya menerima Rp.3,000,000,- (30/100 x Rp.10,000,000,-).
Kesepakatan nisbah 70:30 yang ditentukan memang sesuai
dengan syariat islam karena jelas terlihat jelas bahwa modal sepenuhnya dari bank sehingga wajar jika persentase keuntungan lebih besar bank dari pada shahibul mall, tetapi hal ini menjadi kurang bijaksana jika bagi hasil tersebut diambil dari revenue sharing bukan profit sharing. Hal tersebut kurang bijaksana karena menurut akad yang dipelajari oleh penulis, bahwa pada pasal 7 menyebutkan seluruh biaya dan pajak ditanggung oleh mudharib. Jika bank memperoleh bagi hasil dari revenue berarti jelas bahwa bank tidak ingin terlibat dalam penanggungan
biaya yang terkait dengan usaha
pembiayaan mudharabah. Sedangkan jika melihat keadaan mudharib (nasabah) kita tidak mengetahui sebesar apakah harga pokok dari usaha tersebut, dan berapa biayabiaya yang dikeluarkan untuk usaha tersebut, sehingga bisa saja nisbah yang diperoleh mudharib (nasabah) sebesar Rp.3,000,000,- bukan bagian dari keuntungan, tetapi kemungkinan harga pokok dan biaya yang dikeluarkan lebih besar dan jika memang begitu berarti mudharib mengalami kerugian bukan keuntungan. Sedangkan pihak bank sudah menikmati keuntungan di awal. Sehingga hal ini kurang memenuhi asas keadilan seperti yang dianjurkan dalam agama islam. Sedangkan untuk jurnal pembagian hasil usaha yang dilaksanakan oleh PT. Bank Muamalat Indonesa Tbk, telah sesuai dengan ( PSAK No. 105 paragraf 11 ).
55
IV.2
Pengakuan dan Pengukuran yang dilaksanakan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk terhadap pembiayaan Mudharabah. Pengakuan
merupakan prinsip dasar yang menentukan penentuan
waktu pendapatan, biaya, pengakuan untung atau rugi didalam laporan keuagan bank, aset dan kewajiabn. Adapun konsep pengakuan dan pengukuran akuntansi antara lain, konsep matching dan sifat pengukuran. Konsep matching sendiri memiliki pengertian untung/rugi selama jangka waktu tertentu harus ditentukan dengan mencocokan pendapatan dan keuntungan dengan biaya-biaya dan kerugian yang berhubungan dengan periode atau jangka waktu tersebut. Sedangkan sifat pengukuran mengacu kepada sifat-sifat aset dan kewajiban yang harus diukur untuk tujuan akuntansi keuangan. Sifat-sifat yang harus dijadikan sebagai dasar suatu unsur untuk dapat diakui dan diukur dalam suatu laporan keuangan diantanya adalah, nilai setara kas yang diharapakan atau diperkirakan diperoleh atau dibayarkan, relevansi aset, kewajiban dan investasi terbatas pada akhir periode akuntansi, kemampuan aset. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengakuan dan pengukuran pendapatan yaitu, metode accrual basic yakni merupakan pendapatan yang dicatat atau diakui pada saat pendapatan dihasilkan tanpa memperhatikan kapan pendapatan itu diterima. Sedangkan yang kedua yakni cash basic yakni pendapatan yang dicatat atau diakui pada saat diterima dan beban diakui pada saat dibayar.
56
Sesuai dengan hukum Syari’ah, modal harus diketahui baik dari segi kuantitas maupun kualitas, dan hal ini merupakan dasar dari penilaian, dimana keuangan mudharabah disajikan dalam pembukuan bank. Kemudian ketentuan pemberian modal harus disepakati yakni pemberian dalam bentuk tunai. Namun sesuai dengan kebijakan saat ini, modal bisa diberikan dalam bentuk aset perniagaan dan dalam nilai aset tersebut pada saat pengadaan kontrak tersebut senilai/sama dengan modal yang akan diberikan dalam mudharabah. Untuk mengetahui sejauh mana pengakuan dan pengukuran yang telah dilaksanakan oleh PT. Bank muamalat indonesia, Tbk maka penulis akan mencoba untuk mengevaluasi dari hal-hal seperti Entitas sebagai pemilik dan Penghasilan usaha. IV.2.1 Entitas sebagai pemilik dana. Bank muamalat mengakui dana mudharabah sebagai “investasi mudharabah” pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana. Contoh Kasus 2 : Pada tanggal 10 Januarai 2008 Bank setuju memberikan modal mudharabah kepada H.Achmad sebesar Rp.1.000.000.000,- dengan nisbah yang disepakati 60 untuk bank dan 40 untuk mudharib. Penyerahan modal dilakukan dua tahap, tahap pertama sebesar Rp.600.000.000,- pada tanggal 15 Januari 2008, sedangkan tahap kedua sebesar Rp.400.000.000,- pada tanggal 20 Januari 2008. Dengan adanya transaksi ini maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut: Tanggal 10 Januari 2008 57
Cr Kewajiban komitment Investasi mudharabah Rp.1.000.000.000,Dr Kontra kewajiba komitmen Investasi mudharabah Rp.1.000.000.000,Hasil evaluasi : Dengan adanya persetujuan pembiayaan mudharabah tersebut, buku besar komitmen (rekening administratif ) bank syariah menunjukan sebagai berkut : BUKU BESAR Komitmen investasi Mudharabah Debet Tgl
Kredit Keterangan
Jumlah
Tgl
Saldo
1.000.000.000 10/1
Keterangan
Jumlah
Tn. Ahmad
1.000.000.000
1.000.000.000
1.000.000.000
Jurnal tersebut menunjukan bahwa investasi mudharabah belum bisa diakui karena modal tersebut belum diserahkan ke mudharib. Tanggal 15 januari 2008 diserahka modal tahap pertama sebesar Rp.600.000.000,- jurnalnya adalah: Dr Cr Dr Cr
Investasi Mudharabah Rp.600.000.000,Rekening Mudharib Rp.600.000.000,Kewajiban komitmen Investasi mudarabah Rp.600.000.000,Kontra kewajiban Komitment Invest mudharabah Rp.600.000.00 0,-
Hasil evaluasi : Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar dan neraca sebagai berikut : BUKU BESAR Komitmen investasi Mudharabah Debet
Kredit
Tgl
Keterangan Jumlah
Tgl
Keterangan Jumlah
15/01
Penyerahan 600.000.000
110/1
Tn. Ahmad 1.000.000.000
Saldo
400.000.000
58
1.000.000.000
1.000.000.000
BUKU BESAR Investasi Mudharabah Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
15/01
Tuan Ahmad
600.000.000
Tgl
Keterangan
Jumlah
Saldo
600.000.000
600.000.000
600.000.000
Sedangakan untuk penyajian pada neraca adalah sebagai berikut :
NERACA Per 15 januari 2XXX Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Investasi Mudharabah
600.000.000
Uraian
Jumlah
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan terhadap Bank muamalat Pada jurnal tersebut barulah dapat dilihat bahwa investasi mudharabah hanya bisa diakui ketika modal sudah diserahkan ke mudharib dalam hal ini modal tersebut telah dipindahakan ke rekening mudharib. Sedangkan untuk mengurangi nilai kewajiban dari investasi mudharabah telah dibuatkan jurnal dibawahnya sehingga kewajiban sisa Rp.400.000.000,-. Sedangkan untuk pengungkapannya bank Muamalat menggunakan metode cash basis, karena investasi mudharabah hanya hanya bisa diakui ketika modal sudah diserahkan ke mudharib Hal ini sudah sesuai dengan ( PSAK 105 paragraf 12). Pada tanggal 20 januari 2008 diserahkan modal pada tahap kedua yaitu sebesar Rp.400.000.000,- yang akan dijurnal sebagai berikut:
59
Dr Investasi Mudharabah Rp.400.000.000,Cr Rekening Mudharib Rp.400.000.000,Dr Kewajiban komitmen Investasi Mudarabah Rp.400.000.000,Cr Kontra kewajiban Komitment Investasi Mudharabah Rp.400.000.000,-
Hasil evaluasi : Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar dan neraca sebagai berikut : BUKU BESAR Komitment Investasi Mudharabah Debet Tgl
Kredit Keterangan
15/01 Penyerahan modal Penyerahan 20/01 modal Saldo
Jumlah
Tgl
Keterangan
600.000.000
10/1 Tn. Ahmad
Jumlah 1.000.000.000
400.000.000 0 1.000.000.000
1.000.000.000
BUKU BESAR Investasi Mudharabah Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
15/01
Tuan Ahmad
600.000.000
Tuan Ahmad
400.000.000
20/01
1.000.000.000
Tgl
Keterangan Jumlah
1.000.000.0000 Saldo
1.000.000.000
Sedangkan penyajianya dalam neraca adalah sebagai berikut :
Neraca Per 20 Januari 2XXX Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Investasi Mudharabah
1.000.000.000
Uraian
Jumlah
60
Dipenyerahan tahap kedua ini juga diakui sebagai investasi Mudharabah karena modal sudah dipindahkan ke rekening mudharib. Sedangkan untuk kewajiban investasi mudharabah yang diakui oleh sahibul maal sudah tidak ada (Rp.0) karena kewajiba tersebut telah lunas pada saat penyerahan modal kedua dilaksanakan. Pencatatan pada jurnal tersebut sudah sesuai dengan (PSAK 105 paragraf 12). Pengukuran investasi mudharabah yang dilakukan oleh bank Muamalat Tbk, terhadap investasi mudharabah akan dilihat melalui contoh kasus yang diberikan pihak bank Muamalat seperti dibawah ini. Pada tanggal 15 januari 2009 bank menyetujui untuk memberikan investasi mudharabah kepada Pak. Sunarto, beliau merupakan seorang pengusaha Textil di kota Pekalongan. Investasi ini diberika dalam bentuk uang tunai dan mesin yaitu mesin pewarna dan mesin tenun yang semuanya bernilai Rp.500.000.000,- jangka waktu akad selama 2 (dua) tahun. Penyerahan dilakukan tiga tahap yaitu, tahap pertama pada tanggal 25 januarai 2009 dalam bentuk uang tunai Rp.80,000,000, tahap kedua pada tanggal 27 Januari 2009 dlam bentuk 20 mesin tenun dengan nilai pasar Rp.220.000.000,- (harga beli Rp.250.000.000), serta tahap ketiga pada tanggal 28 januari 2009 menyerahkan 20 buah mesin perwarna untuk objek nilai pasar sebesar Rp.200.000.000,- (harga beli Rp.176.000.000,-). Jurnal-jurnal yang dibuat oleh pihak bank Muamalat adalah sebagai berikut : Pada saat pembelian mesin tenun dan mesin pewarna bank Muamalat membuat jurnal sebagai berikut: Dr Cr
Persediaan /Aset Mudharabah Rekening Suplier
Rp.426.000.000,Rp.426.000.000,-
61
Pada tanggal 15 Januari 2009 bank menyetujui untuk melaksanakan pembiayaan mudharabah sebesar Rp.500.000.000,- dan jurnal yang dibuat adalah : Dr Cr
Kontrak komitment Investasi Mudharabah Rp.500.000.000,Kewajiban Komitment Investasi Mudharabah Rp.500.000.000,-
Sedangkan jika kontrak berakhir maka jurnanya adalah sebagai berikut : Dr Cr
Kewajiban Komitment Investasi Mudharabah Rp.500.000.000 Kontrak komitment Investasi Mudharabah Rp.500.000.000
Hasil evaluasi: Pada jurnal tersebut baru diakui kewajiban investasi mudharabah dan belum diakui sebagai investasi mudharabah karena sesuai dengan (PSAK 105 paragraf 12) bahwa investasi mudharabah hanya bisa diakui ketika modal sudah diserahkan ke mudharib. Pada tanggal 25 Januari 2009 diserahakn modal dalam bentuk uang tunai sebesar Rp.80,000,000,- pencatatan yang dilakukan oleh bank adalah : Dr Cr
Investasi Mudharabah Rekening mudharib
Rp.80.000.000,Rp.80.000.000,-
Sedangkan untuk tanggal 27 Januari 2009 pihak bank melakukan penyerahan 20 buah mesin tenun kepada Pak. Sunarto, dengan nilai pasar sebesar Rp.220.000.000,(nilai tercatat Rp.250.000.000,-). Atas transaksi tersebut bank melakukan pencatatan sebagai berikut : Dr Dr Cr
Investasi Mudharabah Rp.220.000.000,Kerugian penyerahan aktiva Rp.30.000.000,Persediaan aktiva Rp.250.000.000,-
Pada tanggal 28 januari 2009 pihak bank menyerahkan 20 buah mesin pewarna ke Pak. Sunarto denga harga pasar sebesar Rp.200.000.000,- (nilai tercatat Rp.176.000.000,-) jurnal yang dibuat oleh pihak bank adalah sebagai berikut : 62
Dr Cr Cr
Investasi mudharabah Rp.200.000.000,Persediaan/aset mudharabah Rp.176.000.000,Keuntungan Mudharabah tangguhan Rp. 24.000.000,-
Dari keuntungan tersebut pihak bank melakukan amortisasi dengan perhitungan dan jurnal sebagai berikut : Rp.24.000.000,- / 24 = Rp.1.000.000,- yang dicatat perbulan Dr Cr
Keuntungan Mudharabah Tangguhan Keuntungan penyerahan aset
Rp.1.000.000,Rp.1.000.000,-
Hasil evaluasi: Dengan adanya jurnal-jurnal tersebut maka akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar dan neraca sebagai berikut : BUKU BESAR Persediaan ( Barang Mudharabah) Debet Tgl 05/01 05/01
Keterangan
Jumlah
Persediaan tenun
mesin 250.000.000
Persediaan pewarna
mesin
Tgl
Keterangan
Kredit Jumlah
Saldo
426.000.000
176.000.000 426.000.000
426.000.000
Sedangka untuk tanggal 15 januari buku besarnya akan menunjukan sebagai berikut ini :
63
BUKU BESAR Komitment Investasi Mudharabah Debet Tgl
Keterangan
Jumlah
15/01
Saldo
500.000.000 15/01
Tgl
Keterangan
Kredit Jumlah
Tn. Zulkifli
500.000.000
500.000.000
500.000.000
Untuk transaksi yang dilakukan bank pada saat penyerahan persediaan maka posisi buku besarnya adalah sebagai beikut :
BUKU BESAR ( Neraca) Persediaan (Barang Mudharabah) Debet Tgl Keterangan
Jumlah
5/01
Persediaan mesin tenun
250.000.000 27/01
Penyerahan mesin tenun
250.000.000
5/01
Persediaan mesin pewarna
176.000.000 28/01
Penyerahan mesin pewarna
176.000.000
Saldo
0
426.000.000
Tgl
Keterangan
Kredit Jumlah
426.000.000
Hal tersebut akan mempengaruhi posisi investasi mudharabah seperti yang akan dijabarkan di bawah ini :
64
BUKU BESAR (Neraca) Investasi Mudharabah Debet Tgl
Keterangan
Jumlah
25/01
Modal Kas
80.000.000
27/01
Non kas-Mesin 220.000.000 tenun Non kass- mesin 200.000.000 pewarna 500.000.000
28/01
Tgl
Keterangan
Kredit Jumlah
Saldo
500.000.000 500.000.000
BUKU BESAR (Neraca) Komitment Investasi Mudharabah Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
Jumlah
25/01
Modal kas
80.000.000
27/01 28/01
Tgl
15/0 kas-mesin 220.000.000 1
Keterangan
Jumlah
Tn. Zulkifli 500.000.000
Non tenun 200.000.000 Non kas- mesin pewarna 0 Saldo 500.000.000
500.000.000
Sedangkan untuk kerugian dan keuntungan yang ditangguhkan akan dijelaskan sebagai berikut : BUKU BESAR (L/R) Kerugian penyerahan aset Mudharabah Debet Tgl 27/01
Keterangan
Jumlah
Penyerahan mesin tenun
30.000.000 30.000.000
Tgl
Keterangan
Kredit Jumlah
Saldo
500.000.000 500.000.000
65
BUKU BESAR (L/R) Keuntungan tangguhan aset Mudharabah Debet Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Saldo
24.000.000
28/01
Mesin pewarna
24.000.000
Kredit Jumlah 24.000.000 24.000.000
Untuk penyajian di dalam neracanya adalah : NERACA Per 28 Januari 2XX Aktiva Persediaan Aktiva Investasi Mudharabah
Pasiva 0 500.000.000
Pencatatan keuntungan dan kerugian yang diakibatkan dari penyerahan aset nonkas dengan akad mudharabah pada transaksi tanggal 27 dan 28 januari telah sesuai dengan (PSAK 105 paragraf 13) yang mengatakan bahwa jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya maka diakui sebagai kerugian. Sedangkan jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah. Ternyata salah satu mesin tenun seharga Rp.10.000.000,- sebelum diserahkan ke Sunarto, mengalami kerusakan. Kemudian pihak bank mencatat sebagai berikut : Pada saat bank membentuk cadangan kerugian : Dr Cr
Beban Penyisihan kerugian invest Mudharabah Rp.10.000.000,Penyisihan kerugian Invest Mudharabah Rp.10.000.000,-
66
Pada saat penghapusbukuan : Dr Cr
Penyishan kerugian Investasi Mudharabah Investasi mudharabah
Rp.10.000.000,Rp.10.000.000,-
Hasil evaluasi: Pencatatan yang dilakuka sudah sesuai dengan (PSAK 105 paragraf 14) dimana jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak,hilang atau faktor lain karena bukan kelalaian mudharib, maka penurusan nilai tersebut dicatat sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi Mudharabah. Untuk menghitung penyusutan dari modal non kas yang diberikan pihak bank maka dibuat perhitungan sebagai berikut : 20 mesin tenun seharga
Rp.200.000.000,-
20 mesin pewarna seharga
Rp.220.000.000,-
Jumlah total modal non kas Rp.420.000.000,Penyusutan perbulan : 420.000.000,-/24 = Rp.35.000.000,Pengukuran nilai Investasi Bank Muamalat tbk melakukan pengukuran investasi mudharabah sebagai berikut : Modal kas yang diberikan
Rp.100.000.000,-
Modal non kas yang diberikan
Rp.400.000.000,-
Penurunan nilai Amortisasi keuntungan
Rp.35.000.000,( Rp. 1.000.000,- ) ( Rp.34.000.000,-)
Kerugian
( Rp.00
) ( Rp. 34.000.000,-)
Nilai bersih investasi mudharabah
Rp.436.000.000,-
Sesuai dengan kesepakatan, Pak Sunarto membayar investasi mudharabah sebesar Rp.500.000.000,- selain itu diketahui bahwa dari hasil pengelola investasi mudharabah diperoleh hasil usaha senilai Rp.10.000.000,- dan dibagi sesuai nisbah 67
yang disepakati yaitu 70:30. Bagi hasil untuk bank telah dibayar oleh mudharib sebelum tutup buku bank dilakukan. Untuk mencatat transaksi tersebut maka dibuat jurnal sebagai berikut : Dr Cr
Rekening mudharib Investasi mudharabah
Rp.500.000.000,Rp.500.000.000,-
Sedangka jurrnal dan perhitungan untuk mencatat dari hasil usaha adalah sebagai berikut : Shahibul maal Mudharib
: 70/100 x Rp.10.000.000,- = Rp.7.000.000,: 30/100 x Rp.10.000.000,- = Rp.3.000.000,-
Jurnal : Dr Cr
Kas/Rekening nasabah Pendapatan bagi hasil mudharabah
Rp.7.000.000,Rp.7.000.000,-
Hasil evaluasi : Pencatatn pada transaksi yang dilakukan antara Bpk Sunarto dengan Bank telah sesuai dengan ( PSAK NO.105 paragraf 13 poin a dan b )
IV.2.2 Evaluasi Terhadap Penghasilan Usaha Pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Penghasilan usaha merupakan sesuatu yang mutlak dibutuhkan oleh setiap perusahaan, apalagi jika perusahaan tersebut memang perusahaan yang mencari profit tentunya mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan keuntungan atau profit. Salah satu penghasilan usaha yang diperoleh bank muampat alat Tbk adalah melalui bagi hasil yang diperoleh dari pembiayaan mudharabah.
68
Bank Muamalat dalam hal ini mengakui penghasilan usaha mudharabah berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana. Sebagai contoh akan dijelaskan berikut ini: Pada tanggal 20 Februari 2008 diterima bagi hasil dari Zainudin yang menjadi hak Bank sebesar Rp.3.500.000,- (70% x Rp.5.000.000,-) yang dibayar dengan tunai maka Bank Muamalat membuat jurnal : Dr Cr
Kas/ Rekening Zainudin Pendapatan bagi hasil mudharabah
Rp.3.500.000,Rp.3.500.000,-
Pada tanggal 30 Maret 2008 diperoleh laporan secara tertulis dari Zainudin atas bagi hasil periode bulan Maret 2008 sebesar Rp.3.500.000,- yang belum dapat dibayarkan. Dalam hal ini pihak Bank Muamalat membuat jurnal: Dr Cr
Piutang Mudharib (bagi hsil mudharabah) Rp.3.500.000,Pendapatan bagi hasil Mudharabah Rp.3.500.000,-
Hasil Evaluasi : Jika kita melihat jurnal untuk mencatat transaksi Zainudin maka cara yang dilakukan oleh Bank Muamalat telah sesuai dengan ( PSAK 105 paragraf 24 ) dimana bagi hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang jatuh tempo. Pak Zainudin mengembalikan mesin dengan nilai investasi Rp.20.000.000,akumulasi penurunan nilai (penyusutan) sebesar Rp.19.200.000,- dan nilai wajar saat saat diterima sebesar Rp.2.500.000,-.
69
Pada saat pengembalian ini Bank Mumalat mencatat dengan jurnal : Dr Dr Cr Cr
Persediaan Rp.2.500.000,Akumulasi penurunan nilai Rp.19.200.000,Investasi Mudharabah Rp.20.000.000,Keuntungan pengembalian aset Rp.1.700.000,-
Hasil evaluas : Jurnal tersebut sudah sesuai dengan ( PSAk 105 )
IV.3 Penyajian dan pengungkapan terhadap investasi mudharabah yang telah dilaksanak oleh PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Menurut PSAK 101 paragraf 8 yang menjelasakan mengenai Laporan keuangan, bahwa Laporan Keuangan adalah suatu penyajian tersetruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu entitas syariah. Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuagan, kinerja dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas syariah yang meliputi : (a) Aset; (b) Kewajiban; (c) Dan syirkah temporer; (d) Ekuitas; (e) Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; (f) Arus kas; (g) Dana zakat dan; 70
(h) Dana kebijaka. Dengan menggunakan dasar tersebut pada pab IV ini penulis akan berusaha untuk mengevaluasi penyajian dan pengungkapan mengenai investasi mudharabah yang dilaksanakan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk. Berdasarkan Neraca PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk periode 31 Desember 2011 dan 2010 bahwa,
Tabungan Mudharabah dan Deposito Mudharabah diletakkan
diposisi Liabilitas, Dana Syirkah temporer dan Ekuitas dengan menggunakan pos Dana Investasi Tidak Terikat (Mudharabah Muthalaqah). Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut : Tabel IV.1 Investasi Mudharabah NERACA Tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 ( Diaudit ) Bank No Pos-Pos Desember Desember 2011 2010 LIABILITAS, DANA SYIRKAH TEMPORER DAN EKUITAS 15 16
Konsolidasi Desember 2010
Hak Minoritas Dana Investasi Tidak Terikat (Mudharabah Muthalaqah)
-
-
-
a. Tabungan Mudharabah
xxx
xxx
xxx
b.1 Rupiah
xxx
xxx
xxx
b.2 Valas
xxx
xxx
xxx
b. Deposito Mudharabah
Hasil Evaluasi : Jika melihat dari Neraca PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk menurut teori yang dipelajari bahwa account bagi hasil dalam laporan keuangan (Neraca) seharusnya ada dua (2) yaitu yang pertama adalah account bagi hasil yang telah dibagikan dan bagi hasil yang belum dibagikan dan kedua account ini tidak bisa 71
digabungkan melainkan harus ditulis secara terpisah. Melihat dari neraca tersebut penulis tidak menemukan adanya account mengenai Bagi Hasil yang berasal dari Deposito Mudharabah dan Bagi Hasil yang berasal dari Tabungan Mudharabah. Melainkan dalam Laporan Keungan tersebut telah jelas bahwa hanya ada 2 (dua) account mengenai Mudharabah yaitu Tabungan Mudharabah dan Deposito Mudharabah yang tidak diketahui apakah kedua account tersebut terpisah dari bagi hasil atau tidak. Sehingga jika disesuaikan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 105 tentang Penyajian yang juga mengacu kepada PSAK No. 101 tentang Penyajian Pelaporan Keuangan Syariah maka Laporan Keuangan Tersebut masih belum sesuai dengan (PSAK No.105 paragraf 37 ) Penyajian mengenai Investasi Mudharabah tidak hanya terdapat pada Neraca melainkan juga pada Laporan Laba Rugi oleh karena itu disini penulis akan mencoba untuk mengevaluasi mengenail penyajian yang terdapat pada Laporan laba rugi untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut :
72
Tabel IV.2 Perhitungan Laba/Rugi dan Saldo Laba PERHITUNGAN LABA/RUGI DAN SALDO LABA Periode 1 januari s/d 31 Desember 2011 dan 2010
Bank Desember 2011
Desember 2010
Konsolidasi Desember 2010
xxx
xxx
xxx
i. Tabungan Mudharabah
xxx
xxx
xxx
ii. Deposito Mudharbah
xxx
xxx
xxx
NO
Pos-Pos
I
PENDAPATAN DAN BEBAN OPRASIONAL A. Pendapatan Dari Penyaluran Dana 1. Dari pihak Ketiga Bukan Bank e. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah 3. Dari Bank-bank lain di Indonesia b. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah
II
Bagi Hasil Untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat 1. Pihak Ketiga Bukan Bank a. Tabungan Mudharabah
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
a. Tabungan Mudharabah
xxx
xxx
xxx
b. Deposito Mudharabah
xxx
xxx
xxx
b. Deposito Mudharabah c. Sertifikat Investasi Mudharabah Antar bank 3. Bank-bank Lain di indonesia dan Di luar Indonesia
Hasi Evaluasi : Jika melihat dari laporan keuangan laba/rugi yang telah dilaksanak oleh pihak PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, maka tersebut telah sesuai dengan (PSAK No. 105 paragraf
Penyajian dan Pengungkapan 36 s/d 38 ) dimana pada
penyajian dan pengungkapan mengacu kepada PSAK No. 101.
73
74