BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka Pada bab II ini, penulis akan melakukan kajian terhadap buku-buku dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini. Kajian ini nantinya akan berkaitan dengan skripsi yang berjudul “ Kereta Api dan Masyarakat (Stasiun Padalarang dan Dampaknya terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitarnya tahun 1998-2008)”. Tinjauan pustaka ini dilakukan melalui penelaahan yang dikembangkan melalui penelaahan secara mendalam terhadap buku-buku dan sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian,
1. Perkeretaapian Indonesia Buku yang digunakan penulis dalam membahas mengenai perkeretaapian Indonesia ialah bukunya Anwar suprijadi (2000) yang berjudul Reformasi Kebijaksanaan Perkeretaapian dan Rekonstrukrisasi PT Kereta Api (Persero) dalam Rangka Peningkatan Efisiensi dan Pelayanan. Didalam buku itu diungkapkan bahwa trasnportasi, pos dan telekomunikasi memiliki andil yang sangat vital, berdimensi strategik bagi pembangunan nasional dan ciri utamanya yang tidak mengenal batas wilayah administratif sehingga tidak bisa dipenggalpenggal atas dasar batas wilayah. Oleh karenanya dengan situasi yang berkembang saat ini maka perlu adanya reformasi kebijakan sektor transportasi,
14
pos dan telekomunikasi (transpotel). Salah satu misi strategik dimasa depan adalah perannya transpotel sebagai agen pembangunan dalam merealisasikan paradigma baru yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat, pelestarian sumber daya dan mewujudkan wawasan lingkungan, iklim usaha dan dunia usaha yang mampu bersaing secara global. Penulis buku ini memberikan gambaran bahwa saat ini negara RI sedang mengalami berbagai macam kerawanan baik politik, ekonomi dan sosial yang dikhawatirkan akan menjurus kearah disintegrasi terhadap persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Kondisi yang demikian berdampak terhadap pertumbuhan sektor transpotel yang menurun secara drastis. Pembangunan sektor transpotel mengalami dilema yang cukup berat dimana ciri investasinya yang memerlukan biaya yang sangat besar. Sementara kondisi negara yang belum stabil dilain pihak harus menghadapi globalisasi yang menuntut adanya efisiensi. Adapun dilema transportasi darat dan kereta api diantaranya yaitu: 1. Jumlah armada laik operasi kurang dari 40 % 2. Pangsa pasar masyarakat menengah dan bawah 3. Investasi perlu perubahan besar 4. Terjadi defisit 5. Kanibalisme suku cadang 6. Menurunnya tingkat pelayanan Selain itu, Anwar mengatakan bahwa kondisi ekonomi dan sosial masyarakat akan mempengaruhi peran transpotasi, pos dan telekomunikasi, oleh karena itu untuk meningkatkan pelayanannya harus ada penanganan dari Pemerintah.
15
Konstribusi yang diberikan buku tersebut pada penelitian yang dilakukan adalah mengenai bagaimana pengaruh kebutuhan transportasi masyarakat dengan kondisi sosial-ekonominya. Dengan demikian, peneliti mendapat gambaran bahwa kondisi sosial dan ekonomi dapat mempengaruhi peran transportasi dalam masyarakat. Hal tersebut ada kaitannya juga dengan permasalahan yang dikaji oleh peneliti yaitu mengenai pengaruh kereta api sebagai salah satu alat transportasi darat yang membantu kebutuhan ekonomi masyarakat. Literatur yang kedua yang digunakan oleh penulis dalam penulisan ini adalah sebuah makalah Moch. S. Hendrowijono (2000) dalam diskusi panel yang bertemakan Peran Transportasi Kereta Api dalam Sistem Transportasi Nasional. Dalam makalah tersebut, diungkapkan bahwa kereta api merupakan leader dari semua jenis angkutan umum, sebab ia mampu menyelenggarakan angkutan massal, jarak jauh, dan tidak mengambil tempat banyak. Dihampir semua Negara, perusahaan kereta api mendapat kompensasi dari pemerintahnya untuk melakukan pelayanan masyarakat dalam bidang angkutan umum. Konstribusi yang diberikan makalah tersebut adalah mengenai penjelasan bahwa keberadaan kereta api sebagai alat transportasi cukup efektif dan efisien dibandingkan dengan alat transportasi lain. Adapun kelemahan dari makalah ini yaitu hanya membahas pengaruh kereta api sebagai alat transportasi secara garis besarnya saja. Literatur ketiga yang digunakan adalah sebuah makalah yang merupakan karya dari Soedarso Kaderi (1993) dengan judul Peran Kereta Api dalam Sistem Transportasi Nasional. Didalam makalah tersebut diungkapkan bahwa kereta api
16
memiliki keunggulan dalam pengoperasiannya karena hemat energi, kadar polusi rendah, angkutan massal, tingkat keamanan tinggi dan dari segi pemasarannya, karena: 1. Terdapat diferensiasi tarif sesuai kemampuan pelanggan. 2. Angkutan massal, tertib dan teratur dapat mengurangi kemacetan lalulintas jalan raya. 3. Berada di tengah kota, akan tetapi masih terdapat kelemahan kuantitas dan jenis sarana serta tingkat pemeliharaan prasarana masih jauh dibawah normal. Adapun konstribusi yang diberikan dari makalah tersebut adalah mengenai penjelasan bahwa alat transportasi kereta api memiliki keunggulan dibandingkan dengan alat transportasi lain, terutama dalam segi kecepatan dan harga tiket/karcis yang terjangkau bahkan lebih murah dibandingkan dengan alat transportasi lain. Keempat, Giri Suseno Hadihardjono (2000) dalam makalahnya yang berjudul Kereta Api antara Harapan dan Kenyataan, mengemukakan mengenai Perencanaan Transportasi dan Pembangunan Nasional, diantaranya sebagai berikut. 1. Peran dari transportasi dalam pembangunan sosial dan ekonomi diakui sangat penting. 2. Studi hubungan struktural antar transportasi dan pembangunan sudah banyak dilakukan.
17
3. Sinkronisasi antar perencanaan transportasi nasional dengan perencanaan pembangunan nasional justru sangat langka. 4. Dalam perencanaan pembangunan nasional transportasi diperlakukan hanya sebagai salah satu sektor dimana sumber daya harus dibagi dengan sektor-sektor lainnya. Selain itu, menurut beliau diperkirakan bahwa kebutuhan transportasi masa depan Indonesia, diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Peningkatan jumlah penduduk yang cukup tinggi. 2. Pertumbuhan jumlah diikuti dengan peningkatan kegiatan. 3. Sebagai konsekuensi terjadilah peningkatan mobilitas penduduk baik dari sektor produktif maupun non-produktif. 4. Terjadi peningkatan angkutan barang. 5. Bertambahnya pusat-pusat kegiatan baik yang bersifat produktif maupun non-produktif.
Berkembangnya
kota-kota
sebagai
konsekuensi
berkembangnya Poleksosbukam. 6. Jumlah penduduk yang tinggal dikota akan makin dominan. Dalam makalah tersebut dijelaskan bahwa peran alat trasportasi semakin hari semakin berperan penting dalam kehidupan manusia terutama dalam meningkatkan pembangunan dan perekonomian, seperti halnya alat transportasi kereta api. Makalah ini sangat memberikan kontribusi terhadap penelitian ini karena telah memberikan gambaran bahwa semakin lama masyarakat Indonesia semakin bertambah dan bertambahnya masyarakat tersebut menyebabkan adanya kebutuhan alat transportasi yang bertambah pula.
18
Kelima, menurut Susmono Susilo, (2000) dalam majalah Lokomotif dengan judul artikel Pembangunan Angkutan Darat mengungkapkan bahwa pemerintah mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pembangunan bidang perkeretaapian, hal ini dibuktikan dengan pembangunan bidang perkeretaapian secara bertahap yang meliputi: a. Rehabilitasi peningkatan prasarana kereta api (jalan, jembatan, sinyal, Telkom) di Jawa dan Sumatera. b. Pembangunan jalur ganda dengan mengutamakan jalur-jalur utama yang padat frekuensi. c. Modernisasi sistem pensinyalan dalam rangka peningkatan kapasitas lintas. Konstribusi yang diberikan artikel tersebut adalah pembahasan mengenai perhatian pemerintah terhadap alat transportasi kereta api sehingga mengharapkan kereta api sebagai alat transportasi nasional. Keenam, menurut Edi Haryoto (1999) dalam studi kasusnya yang berjudul Penetapan Strategi Pokok Perkeretaapian di Indonesia sebagai Antisipasi pada Perkiraan Keadaan yang akan Datang, mengungkapkan bahwa karakteristik kepentingan kereta api bagi pembangunan negara pada zaman Belanda dan zaman sekarang itu memiliki perbedaan, yaitu: 1. Dari segi politik -
Pada zaman Belanda, kereta api merupakan alat pertahanan sekaligus alat perekonomian.
19
-
Pada saat ini, kereta api merupakan alat pemerintah untuk melayani kepentingan umum, memajukan perekonoian dan membantu terbentuknya konsep wawasan nusantara. 2. Dari segi ekonomi
-
Pada zaman Belanda, kereta api khususnya kereta api swasta merupakan perusahaan bisnis yang cukup menguntungkan dilihat dari perkembangan perusahaan swasta yang mengoperasikannya.
-
Pada zaman sekarang, perusahaan kereta api bukan merupakan usaha yang menguntungkan secara komersial perusahaan. Untuk dapat menunjukkan perannya perusahaan harus dibantu dengan subsidi pemerintah yang cukup besar. Studi kasus tersebut menjelaskan mengenai perbedaan fungsi kereta api
pada zaman Belanda dan pada zaman sekarang. Studi kasus tersebut cukup memberikan kontribusi terhadap penelitian ini karena membahas mengenai perbandingan fungsi kereta api pada zaman Belanda dengan fungsi kereta api pada saat ini. Ketujuh, menurut Imran Bulkin (2000:4), dengan makalah yang berjudul Reformasi Kebijakan Perkeretaapian dalam Konteks Strategi dan Kerangka Kerja Pembangunan dan Penyelenggaraan Jasa Pelayaran Infrastruktur yang Kredibel dan Berkelanjutan, mengungkapkan bahwa Reformasi dan restrukturisasi dibidang perkeretaapian adalah tuntutan adanya akuntabilitas, efisiensi dan transparansi dikaitkan dengan sarana untuk peningkatan mutu pelayanan, efisiensi biaya, kinerja manajemen penyelenggaraan dan pengoperasian, pengelolaan asset
20
sarana dan prasarana, kebijakn tarif dan subsidi yang efisien dan efektivitas dengan objek pelayanannya serta masalah SDM. Dampak krisis ekonomi mengakibatkan turunnya daya beli sehingga terjadi pergeseran permintaan dari angkutan udara ke angkutan kereta api. Selain itu biaya pemeliharaan dan operasi meningkat akibat tingginya haraga span part dan inflasi disisi lain tarif susah dinaikan. Kontribusi yang diberikan makalah ini adalah mengenai biaya transportasi yang terjangkau akan meningkatkan daya beli masyarakat terutama pada saat ini. Hal tersebut cukup berkaiatan dengan permasalahan yang dikaji oleh penliti. Walaupun demikian, makalah ini masih memiliki kelemahan karena belum terlalu membahas secara fokus mengenai Stasiun Padalarang sehingga masih diperlukan sumber-sumber lainnya. Kedelapan, menurut Syahrizal Siregar (2000) dengan makalahnya yang berjudul Railway Spirit for Strategic change To ward Glory of the Country, mengungkapkan bahwa sistem perkeretaapian termasuk salah satu instrument negara untuk melayani kepentingan publik diselenggarakan secara professional dengan memobilisasi kompetensi badan penyelenggara dan potensi stakeholder. Syahrizal mengungkapkan bahwa pemerintah sebagai pemegang amanah publik harus melayani publik dengan memfasilitasi penyelenggaraannya melalui kejelasan regulasi dan kebijaksanaan publik, sedangkan badan penyelenggara sebagai pemegang amanah penyelenggaraan mengusahakan secara professional dengan tingkat kompetensi tinggi serta melakukan inisiatif untuk menciptakan dan memanfaatkan peluang agar potensi stakeholder bangkit dan tumbuh. Buku ini
21
cukup memberikan kontribusi dalam penulisan ini dalam mengetahui seberapa besar pentingnya keberadaan kereta api bagi masyarakat Indonesia. Akan tetapi pembahasan dalam majalah tersebut masih dirasakan kurang karena makalah tersebut tidak membahas mengenai seberapa pentingnya keberadaan Stasiun Padalarang untuk masyarakat sekitar. Kesembilan, menurut Agus Salim Ridwan (1993) dalam makalahnya yang berjudul Peran Transportasi Nasional, mengungkapkan bahwa kereta api memenuhi fungsinya sebagai sub-sistem dalam transportasi nasional. Di dalam makalah ini, Agus menceritakan bahwa akibat perang Asia Timur Raya, disusul oleh perang kemerdekaan serta perjuangan bangsa Indonesia berikutnya untuk tetap bertahan, kereta api kita dalam keadaan rusak parah. Walaupun demikian, karena pada masa-masa itu kapasitas angkut jalan raya dan udara maupun laut juga relatif sangat minim, peranan kereta api dalam sistem transportasi secara keseluruhan tetap dominan. Makalah ini sudah memberikan kontribusi pada penelitian ini karena dalam buku tersebut diungkapkan bahwa alat trasnportasi kereta api dilihat dari sub-sistemnya sudah memenuhi syarat sebagai alat transportasi nasional. Kesepuluh, Tim Telaga Bakti Nusantara bekerjasama dengan Asosiasi Perkeretaapian Indonesia (APKA) (1997) dengan judul Sejarah Perkeretaapian Indonesia jilid 1 dan jilid 2, mengungkapkan mengenai sejarah perkeretaapian Indonesia pada zaman Belanda, zaman Jepang hingga kemerdekaan Indonesia. Buku ini cukup memberikan tambahan terhadap penulisan skripsi ini dalam mengetahui sejarah perkeretaapian Indonesia termasuk mengenai dibangunnya
22
jalur-jalur kereta api pada masa penjajahan Belanda. Akan tetapi sumber mengenai pembuatan Stasiun Padalarang dan jalur rel hingga Padalarang belum dijelaskan secara detil dalam buku tersebut sehingga dirasakan masih kurang dalam mengetahui bagaimana sejarah dibangunnya Stasiun kereta api di Padalarang.
2.2 Jaringan Transportasi dan Ekonomi Buku yang digunakan penulis dalam membahas mengenai Jaringan Transportasi dan Ekonomi tersebut diantaranya yaitu buku dari Departemen Perhubungan Badan
Penyelidikan dan Pelatihan (1997)
Pengembangan Sumber Daya Manusia Transportasi
yang berjudul
mengemukakan bahwa
pelayanan jasa transportasi nasional yang kompetitif akan mendukung ekspor produk-produk industri dalam menembus pasar Internasional yang semakin kompetitif, oleh karena itu pengembangan transportasi multi moda perlu dikembangkan secara terus menerus. Sektor transportasi adalah satu pemakai energy yang besar dengan semakin langkanya sumber daya energi nasional maka perlu dilakukan usaha-usaha konversi penggunaan energi di sektor transportasi. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa sektor transportasi merupakan sektor yang sangat penting dalam pembangunan nasional termasuk peningkatan ekonomi negara, oleh karena itu perlu dikembangkan secara terus menerus dan mengefisiensikannya. Menurut kebijaksanan Pemerintah, transportasi belum merupakan bagian pembangunan nasional secara utuh akan tetapi perannya cukup menunjang dalam perekonomian masyarakat dan mengenai pengalokasian
23
anggaran untuk transportasipun belum dilihat dalam peran transportasi sebagai bagian dari pembangunan nasional yang utuh. Adapun pendapat lain menurut Sujono Dikun (2000) dalam makalahnya yang berjudul Meningkatkan Peran Kereta Api dalam Ekonomi Daerah Pulau Jawa, mengungkapkan bahwa sejak krisis ekonomi menghantam Indonesia, pembiayaan sektor transportasi menurun tajam dan bahkan dana untuk memelihara jaringan yang ada pun diarasakan sangat kurang. Kemudian, karakteristik transportasi yang selama ini merupakan “publik domain” dimana pelayanan jasa masih dianggap sebagai obligasi sector-sektor publik sehingga sektor transportasi masih sangat syarat peraturan (heavily regulated). Selain itu, permintaan dan tuntutan pelayanan jasa begitu tinggi dan selalu meningkat, maka kuantitas dan khususnya kualitas pelayanan masih sangat ketinggalan dan seringkali jauh dibawah standar keamanan dan kenyamanan. Kemudian, partisipasi sektor swasta dan dunia usaha dalam industri pelayanan jasa transportasi masih sangat kecil sehingga tidak dapat beroperasi dengan skala ekonomi yang cukup. Pembangunan transportasi, khususnya perkeretaapian Indonesia, setelah krisis ekonomi berlalu akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro pada setengah dekade pertama tahun 2000. Prediksi ekonomi makro tersebut dilakukan oleh Bappenas sampai dengan tahun 2005 yang dituangkan kedalam Propenas. tahun 1999 dianggap sebagai “Trunning Point” dari pemulihan ekonomi. Jadi, pembangunan transportasi kereta api akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro suatu Negara.
24
Menurut Anwar Suprijadi (2000) dalam makalahnya yang berjudul Reformasi Kebijaksanan Perkeretaapian dan Rekstrukturisasi PT. Kreta Api (Persero), mengungkapkan bahwa transportasi, pos dan telekomunikasi memiliki andil yang sangat vital dan berdimensi strategik bagi pembangunan nasional, mengingat sifatnya sebagai penggerak dan pendorong kegiatan pembangunan serta jembatan kesenjangan. Hal ini dirasakan tatkala banyak sektor-sektor lain berkurang
peranannya
akibat
dampak
krisis
ekonomi-moneter
yang
berkepanjangan, namun ternyata peran sektor perhubungan ini malah menjadi titik sentral sector riil bagi kebangkitan kembali ekonomi nasional secara bertahap. Menurut Suyono Dikun (2000:5), dalam bukunya yang berjudul Masyarakat Transportasi Indonesia, mengungkapkan bahwa pembangunan transportasi, khusunya perkeretaapian Indonesia setelah krisis ekonomi akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro. Sumbangan kereta api ini masih dirasakan relatif kecil terhadap PDB sehingga mengindikasikan adanya ketidakterkaitan industri dan jasa kereta api dengan perekonomian nasional. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan peran dan produktivitas perkeretaapian dalam sistem transportasi nasional adalah dengan melakukan keterpautan antar kereta api sebagai industri dan jasa dengan ekonomi. Menurut Willy Tumewu (1996:1) dalam diskusi ilmiah Asosiasi Pakar Perkeretaapian Indonesia (APKA) dengan judul Angkutan Rel Terpadu untuk Bandung Selatan, mengungkapkan bahwa trasnportasi merupakan masalah penting pada saat ini, karena transportasi yang mahal akan menghasilkan biaya ekonomi yang lebih tinggi. Kemudian, pemakaian transportasi yang sesuai
25
merupakan salah satu usaha kearah efisiensi angkutan. Konstribusi yang diberikan dalam makalah ini adalah mengenai pentingnya keberadaan kereta api untuk masyarakat Indonesia. Nunuj Nurjanah dan Amin Suwarto (1999) dalam Warta penelitian, Departemen Perhubungan dengan judul Pengkajian Pengaruh Lingkungan Kerja Sosial terhadap Perilaku Pengemudi. Buku ini membahas mengenai lingkungan kerja sosial terhadap perilaku pengemudi kendaraan, baik itu kendaraan roda dua, roda empat, pesawat terbang, ataupun kereta api. Selain itu, dalam buku ini dijelaskan juga bahwa untuk memenuhi kebutuhan mobilitas penduduk ke tempat kerja, perdagangan, rekreasi dan kebutuhan sosial, rekreasi dan kebutuhan sosialekonomi lainnya, diperlukan pembangunan prasarana dan sarana transportasi yang mampu memberikan pelayanan secara cepat, tepat, aman, nyaman, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Dalam hal ini disebutkan juga bahwa salah satu alternative yang cukup sesuai dengan kriteria alat transportasi tersebut adalah kereta api. Buku ini sudah cukup memberikan konstribusi terhadap penelitian penulis, akan tetapi masih diarasakan kurang karena tidak membahas secara spesifik dengan yang penulis butuhkan. Didin Saripudin,(2005:67) dalam bukunya yang berjudul Mobilitas Perubahan Sosial mengemukakan bahwa tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang relatif murah dan dapat dijumpai setiap saat oleh masyarakat menyebabkan banyaknya orang pergi ke kota untuk melakukan berbagai aktivitasnya diantaranya berdagang, buruh, sekolah, dan lain-lain. Ramainya lalulintas orang dan barang dari desa ke kota dan sebaliknya dapat dicermati
26
dengan tingginya frekuensi kendaraan yang menghubungkan desa dengan kota. Masuknya alat transportasi ke berbagai pelosok merangsang penduduk untuk melihat daerah lain terutama ke perkotaan, sehingga mobilitas penduduk semakin besar. Adapun konstribusi yang dari buku ini adalah mengenai gambaran bahwa keberadaan Stasiun Padalarang itu secara tidak langsung telah menimbulkan perubahan terhadap kehidupan ekonomi masyarakatnya. Salah satu contohnya banyak dari masyarakat Padalarang yang tadinya pengangguran menjadi memiliki mata pencaharian dengan adanya alat transportasi kereta Api dari padalarang tersebut. Adapun kekurangan dari buku ini adalah penulis tidak memberikan penjelasan secara spesipik mengenai alat transportasi kereta api. Dalam teori ekonomi dikatakan, bahwa majunya perekonomian suatu masyarakat ditandai oleh berkembang dan meningkatnya kegiatan produksi untuk pasar. Di pedesaan, para petani mulai menghasilkan sesuatu, tidak terutama untuk dikonsumsi sendiri oleh keluarganya melainkan dijual untuk mendapatkan uang yang selanjutnya dipergunakan untuk membeli barang-barang kebutuhan hidupnya. Dengan uang itu yang dipikirkan adalah pendapatan, tentu saja pendapatan yang melebihi kebutuhan pokoknya (M.Darwan R,1984:205). Hal tersebut juga akan berkaitan sekali dengan biaya transportasi, karena apabila biaya transportasi yang digunakan itu sedikit maka akan memberikan pendapatan yang lebih besar. Dalam hal tersebut, keberadaan kereta api akan sangat membantu para pedagang, pencari nafkah di sekitar Stasiun Padalarang dan masyarakat pengguna kereta api, karena biaya transportasi kereta api sangat terjangkau oleh masyarakat
27
terutama kereta api lokal (KRD dan Pattas) dari Padalarang menuju kota Bandung dan sekitarnya. Dari pemaparan beberapa ahli tersebut mengenai jaringan transportasi dan ekonomi, digambarkan bahwa alat transportasi akan diarahkan oleh Pemerintah untuk menunjang pembangunan nasional dan bahkan ditargetkan sebagai penopang pembangunan nasional. Akan tetapi dilihat dari perkembangannya, transportasi sampai saat ini belum dijadikan sebagai penopang pembangunan nasional secara utuh, termasuk alat trasportasi kereta api. Selain itu, para ahli tersebut menggambarkan bahwa kereta api memiliki peran yang cukup penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan alat transportasi lain dilihat dari segi kecepatan, keamanan dan kenyaman dan harga yang sangat terjangkau bagi masyarakat. Selain itu, diketahui juga bahwa ada korelasi antara jaringan transportasi dengan eknomi termasuk kereta api yaitu alat transportasi kereta api bisa digunakan oleh masyarakat dengan harga yang cukup murah dibandingkan dengan alat transportasi lain walaupun dalam keadaan krisis ekonomi terutama bagi masyarakat menengah kebawah. Dari buku-buku, makalah dan dokumen tersebut, cukup memberi konstribusi dalam penelitian ini, terutama dalam membahas mengenai pengaruh alat transportasi kereta api terhadap perkembangan sosial-ekonomi masyarakat sekitarnya. Adapun kelemahannya yaitu dalam buku, makalah dan dokumen tersebut tidak membahas secara khusus mengenai perkeretaapian di Padalarang.
28
Oleh karena itu, mudah-mudahan dengan adanya penulisan skripsi ini bisa menambah hasanah karya yang membicarakan mengenai Stasiun Padalarang.
2.3 Landasan Teori Teori yang akan penulis gunakan dalam mengkaji permasalahan dalam skripsi ini adalah teori tentang perubahan masyarakat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Astrid Susanto bahwa perubahan masyarakat dalam abad ke-20 ini terutama disebabkan oleh kemajuan teknologi yang tidak lain merupakan hasil kemajuan teknologi manusia juga. Apa yang diperlukan sekarang ialah menemukan suatu pola masyarakat yang sesuai bahkan dapat menguasai kemajuan teknologi yang merupakan hasil manusia sendiri, dengan menghindari bahaya degradasi martabatnya. Sebagaimana diungkapkan oleh Djoko Mudji Rahardjo (1998:2), bahwa: Suatu perubahan akan tampak dalam jangka waktu tertentu. Perubahan dapat dirasakan dan diamati pada suatu waktu dengan membandingkan dengan waktu lampau. Misalnya kehidupan masyarakat kini dibandingkan dengan masyarakat sebelumnya. Perubahan-perubahan didalam masyarakat dapat berupa nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perikelakuan, organisasi, susunan kelembagaan masyarakat, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya. Perubahan masyarakat bukannya dibiarkan melanda menguasai hidup manusia akan tetapi dipergunakan untuk peningkatan martabat manusia, sehingga perubahan masyarakat sendiri diubah menjadi kemajuan masyarakat. Salah satu dasar agen perubahan masyarakat dan kemajuan teknologi dapat dipergunakan untuk kemajuan sosial. Proses perubahan masyarakat terjadi karena manusia ialah makhluk yang berfikir dan bekerja. Manusia selalu berusaha untuk memperbaiki
29
nasibnya dan berusaha mempertahankan hidupnya. Sebagaimana diungkapkan oleh Soerjono Soekanto (1984), bahwa: Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dianggap sebagai dinamika yang ada pada masyarakat tersebut. Perubahan-perubahan tadi dapat dianggap sebagai masalah perubahan sosial seperti yang dibakukan Selo Sumardjan adalah sebagai perubahan-perubahan pada lembagalembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem dan pola-pola perikelakuan diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan masyarakat yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah perubahan sosial dan perubahan ekonominya. Menurut Gilin, perubahan sosial adalah suatu warisan dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materil atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut. Kemudian, perubahan kegiatan ekonomi dapat juga dianggap sebagai perubahan sosial misalnya pada masyarakat pedesaan. Terjadinya perubahan dalam kegiatan ekonomi pedesaan lebih disebabkan oleh faktor eksternal. Faktor dari luar tersebut, yang dianggap cukup mempengaruhi terjadinya perubahan itu antara lain sarana transportasi ke kota yang mudah dan terjangkau. Namun demikian, perubahan itu dapat juga terjadi karena faktor-faktor lain yang mendukung, seperti yang dikatakan oleh Koening bahwa suatu perubahan sosial dapat disebabkan karena faktor eksternal dan internal. Ahli lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat. Seperti misalnya perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, dan kebudayaan (Soerjono Soekanto,2006:263). Pada saat ini, proses-proses
30
perubahan sosial dapat diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu, yaitu sebagai berikut: 1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap masyrakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat. 2. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara karena berada didalam proses penyesuaian diri. 3. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat sangat kuat. Kemudian, perubahan ekonomi itu tidak terlepas dari aspek sosial, karena menurut Warner (1949) mengemukakan bahwa beberapa variabel status sosial ekonomi meliputi pekerjaan, sumber pendapatan, kepemilikan, dan daerah tinggal sebagai variabel-variabel status sosial ekonomi. Kemudian, menurut Miller (1964) menetapkan bahwa pemilikan harta kekayaan, pemilikan benda budaya, dan partisipasi sosial merupakan variabel status sosial ekonomi. Dari penjelasan diatas, penulis beranggapan bahwa teori perubahan masyarakat merupakan salah satu teori yang bisa digunakan dalam mengkaji perkembangan masyarakat Padalarang akibat pengaruh keberadaan Stasiun Padalarang.
31