12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS
Pada bab ini penulis akan melakukan kajian terhadap buku-buku dan sumber-sumber yang relevan dan berkaitan dengan permasalahan yang akan dijadikan landasan dalam penelitian ini. Kajian ini akan mencakup berbagai persoalan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung: Perkembangan dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Para Anggotanya (1996-2001). Tinjauan pustaka ini dikembangkan melalui penelaahan secara mendalam terhadap buku-buku yang berhubungan dengan tema penelitian. Kajian mengenai perkembangan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Kecamatan Lembang merupakan kajian yang belum banyak dibahas. Hal ini dikarenakan belum banyak studi dan buku-buku yang membahas secara khusus mengenai penulisan sejarah Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Kecamatan Lembang dan dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi para anggotanya pada tahun 1996-2001. Pada bab II ini, penulis membagi dua sub bahasan yaitu tinjauan pustaka dan landasan teoritis. Pada tinjauan pustaka penulis membahas mengenai sejarah perkembangan
koperasi
persusuan,
peranan
koperasi
terhadap
ekonomi
masyarakat, dan sebagai landasan teori penulis membahas mengenai pengertian dan hakekat koperasi dan perubahan sosial.
12
13
2.1 Tijauan Pustaka Beberapa literatur yang digunakan oleh penulis sebagai landasan berpikir dalam membahas permasalahan skripsi ini. Literatur-literatur yang dianggap relevan dengan permasalahan skripsi diantaranya, sebagai berikut: 2.1.1 Sejarah Perkembangan Koperasi Persusuan Buku pertama yang digunakan oleh penulis yaitu buku Petunjuk PUSP ditulis oleh Team Pengendali Bimas Peternakan (PUSP) (1979). Salah satu bab dari buku tersebut membahas mengenai latar belakang persusuan di Indonesia. Sejarah persusuan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, tepatnya antara tahun 1891-1893 yakni pada waktu kontrolir P.H. Van Andel mendatangkan 105 ekor pejantan sapi Fries Hollands dari negeri Belanda ke Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Dilanjutkan oleh Drh. Schat (1904) di daerah Grati, sehingga daerah tersebut berkembang sebagai daerah sapi perah rakyat yang potensial di Jawa Timur. Usaha-usaha di Jawa Timur itu kemudian diikuti oleh L.J. SCHIP.PERS (kontrolir Ambarawa) dan Drh. Penning di Salatiga Jawa Tengah, dengan mendatangkan 7 ekor sapi Fries Hollands yang digunakan untuk persilangan dengan sapi-sapi setempat dan usaha ini merupakan awal mula berkembangnya peternakan sapi perah di daerah Salatiga, Boyolali, dan sekitarnya. Setelah Perang Dunia I daerah persusuan lain berkembang adalah daerah Nongkojajar dan sekitar Malang. Daerah Jawa Barat sebelum Perang Dunia ke II telah terdapat perusahaan sapi perah milik orang Belanda yakni De Friesche Terp, Almanak, dan lain-lain. Namun, perusahaan-perusahaan tersebut mengalami kehancuran dan sebagian
14
sapi-sapinya kemudian dipelihara oleh petani di sekitarnya terutama untuk mendapatkan pupuk bagi tanaman sayuran dan palawija. Setelah Perang Dunia II atas prakarsa jawatan kehewanan pada waktu itu disebarkan sejumlah sapi-sapi Fries Hollands murni dengan menggunakan sapisapi perah milik Belanda yang masih ada di beberapa daerah. Usaha pemerintah tahun 1963-1964 dengan mengimpor sejumlah 1.354 ekor sapi-sapi perah Fries Hollands dari Denmark dan Belanda yang disebarkan terutama di Jawa, yakni pada jalur susu Bandung – Lembang – Pangalengan/Garut, jalur susu Jakarta – Bogor – Sukabumi/Cianjur, jalur susu Semarang – Salatiga – Boyolali dan jalur susu Malang – Pujon/Nongkojajar – Grati. Dengan memiliki potensi daerah untuk mengembangkan usaha peternakan sapi perah, hal ini menjadi pendorong lahirnya koperasi peternak sapi perah untuk membantu pemasaran susu para peternak sehingga terhindar dari para tengkulak yang merugikan para peternak. Isi
buku
tersebut
lebih
banyak
membahas
mengenai
Proyek
Pengembangan Usaha Sapi Perah (PUSP) yaitu petunjuk teknis pelaksanaan pengembangan usaha sapi perah. Akan tetapi, informasi tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber rujukan untuk membahas mengenai kondisi umum lahirnya koperasi persusuan di Indonesia yang dapat digunakan untuk membahas latar belakang munculnya koperasi persusuan, khususnya Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU). Buku kedua yaitu Pengembangan Peternakan Indonesia: Model, Sistem dan Peranannya yang ditulis oleh Peni S. Hardjosworo dan Joel M. Levine (1987). Salah satu bab dari buku tersebut membahas mengenai latar belakang
15
lahirnya koperasi persusuan di Indonesia. Akibat Perang Dunia II dan pendudukan Jepang (1942-1945) perusahaan-perusahaan susu telah mengalami kehancuran sehingga menyebabkan banyak sapi perusahaan susu jatuh ke tangan rakyat, sehingga timbulah usaha peternakan sapi perah rakyat. Para peternak umumnya para petani di daerah tinggi memelihara sapi perah dengan tujuan utama untuk mendapatkan
pupuk
kandang,
misalnya
di
daerah-daerah
Jawa
Barat
(Pangalengan dan Lembang), Jawa Tengah (Boyolali), dan Jawa Timur (Pujon dan Nongkojajar). Pada periode tahun 1948-1962 Jawatan Kehewanan dan Jawatan Koperasi membina petani dalam pembentukan koperasi susu. Pemeliharaan sapi perah mula-mula digunakan untuk penghasil pupuk kandang, tetapi kemudian dengan adanya koperasi susu menjadi sumber penghasil susu. Koperasi sapi perah rakyat yang pertama kali dibentuk ialah koperasi peternakan di Pangalengan, Bandung pada tahun 1948, koperasi sapi perah SAE Pujon, Malang tahun 1962 dan koperasi Setia Kawan di Nongkojajar, Pasuruan pada tahun 1967. Ketiga koperasi tersebut merupakan pelopor koperasi-koperasi susu di Indonesia dan menjadi teladan bagi perkembangan koperasi susu. Perkembangan koperasi-koperasi pada masa pembangunan lima tahun menjadi 173 buah koperasi. Koperasi-koperasi tersebut pada tahun 1979 bergabung dalam suatu organisasi yang disebut Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI). Peningkatan jumlah koperasi tersebut ditunjang oleh adanya kebijaksanaan pemerintah yang mengimpor sapi perah dalam jumlah puluhan ribu dalam rangka mengurangi jumlah susu yang di impor.
16
Secara keseluruhan buku tersebut lebih banyak membahas mengenai perkembangan sapi perah di Indonesia yaitu pada masa pemerintahan Hindia Belanda dari abad ke-19 sampai tahun 1940, dan pada masa pemerintahan Indonesia mulai tahun 1950 sampai tahun 1987, serta isi buku ini membahas koperasi peternakan sapi perah rakyat yang berdiri sebelum Pelita I. Walaupun lebih banyak membahas koperasi yang berdiri sebelum Pelita I, tetapi informasi tersebut relevan untuk membahas mengenai latar belakang lahirnya koperasi peternakan sapi perah rakyat di Indonesia khususnya Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Kecamatan Lembang yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini. Buku ketiga yaitu Manajemen Agribisnis Persusuan yang ditulis oleh Mubardjo RS. (2006). Salah satu bab dari buku tersebut membahas mengenai perkembangan usaha sapi perah di Indonesia. Membahas sejarah persusuan atau perkembangan usaha sapi perah di Indonesia tidak dapat dilepaskan dengan dinamika koperasi persusuan, karena peternak sapi perah di Indonesia menjadi satu dengan kelembagaan perekonomian rakyat pedesaan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar 1945. Sejak zaman penjajahan Belanda, yakni sekitar abad 19 sudah dimulai diperkenalkan usaha pemeliharaan ternak sapi perah. Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani yang berasal dari susu, pemerintah Belanda mendatangkan bibit sapi perah untuk dipelihara di daerah perkebunan teh Pangalengan dan daerah Lembang. Pada saat itu usaha pemeliharaan sapi perah di Indonesia cukup
17
menjanjikan, sehingga beberapa pengusaha swasta ikut mengembangkan di beberapa kota potensial dan cukup memuaskan. Namun, ketika terjadi pendudukan Jepang dan Perang Dunia II banyak perusahaan peternakan sapi perah yang mengalami kemunduran, akibatnya mereka menutup usahanya. Meskipun usahanya ditutup tetapi banyak sapi perah yang dipelihara atau “pindah tangan” dan dimiliki oleh rakyat. Pada perkembangan selanjutnya usaha peternakan sapi perah yang disebut peternakan rakyat merupakan cikal bakal pengembangan koperasi persusuan di Indonesia. Pada perkembangan dari usaha koperasi peternak sapi perah disamping diperoleh pupuk kandang, peternak juga mendapat penghasilan sampingan berupa susu, dan pada akhirnya susu menjadi usaha pokok dan pupuk kandang menjadi usaha sampingan. Di beberapa daerah jalur persusuan mulai berdiri koperasi, diantaranya di Pangalengan yaitu KPBS (1948), Lembang yaitu KPSBU (1971), Pujon Nongkojajar, Pasuruan, Grati (Jawa Timur), dan Ungaran (Jawa Tengah). Secara keseluruhan buku tersebut lebih banyak membahas mengenai manajemen pemeliharaan sapi perah, pengolahan dan pemasaran susu, serta manajemen stratejik agribisnis persusuan. Isi buku tersebut hanya sedikit membahas mengenai kondisi koperasi peternakan sapi perah rakyat di Indonesia khususnya Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Kecamatan Lembang yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini. Buku yang membahas khusus mengenai Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) adalah 35 Years of KPSBU: North Bandung Dairy Coop, Since 1971 (2006). Dari buku tersebut dapat diketahui bahwa KPSBU berdiri pada
18
bulan Agustus 1971 di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung yang dapat bertahan sampai saat ini. Sekitar seabad lalu bangsa asing mulai memperkenalkan peternakan sapi perah di Lembang. Sebagai pekerja di peternakan tersebut digunakan penduduk lokal Lembang. Pada perkembanganya banyak pula pribumi yang memiliki sapi perah sendiri, hingga akhirnya berkembang di seluruh Lembang, daerah yang kini terkenal sebagai salah satu sentra peternakan sapi perah di Indonesia. Seiring dengan bertambahnya jumlah peternak, mulailah dirasakan pentingnya kebutuhan untuk memasarkan produk susu yang dihasilkan. Walaupun pada saat itu telah ada usaha swasta yang menampung susu, namun peternak berada pada posisi yang lemah karena harga susu yang diterapkan oleh usaha swasta seringkali tidak memuaskan. Sehingga pada tanggal 8 Agustus 1971 didirikanlah koperasi susu yang diberi nama Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU). Buku tersebut secara keseluruhan membahas mengenai profil KPSBU. Buku tersebut membahas latar belakang berdirinya KPSBU, peran dan fungsi KPSBU, dan Visi dan Misi KPSBU. Walaupun, pembahasan mengenai latar belakang berdirinya KPSBU cukup singkat tetapi buku ini relevan untuk membahas mengenai latar belakang berdirinya KPSBU karena buku ini ditulis oleh KPSBU.
19
2.1.2 Peranan Koperasi Terhadap Ekonomi Masyarakat Beberapa buku yang relevan untuk membahas peranan koperasi terhadap ekonomi masyarakat diantaranya: Buku pertama berjudul Organisasi Koperasi Pokok-pokok Pikiran Mengenai Organisasi Koperasi dan Kebijaksanaan Perkembangannya di Negaranegara Berkembang yang ditulis oleh Alferd Hanel (1988), menjelaskan mengenai koperasi sebagai lembaga sosial ekonomi, konsep tersebut memandang koperasi sebagai alat untuk mengubah dan memperbaiki keadaan masyarakat untuk merubah sistem ekonomi kapitalis dengan sistem ekonomi yang lebih adil, untuk menghilangkan pertentangan antara kepentingan buruh dan majikan, serta untuk menghilangkan pertentangan antara kepentingan konsumen dan produsen (Charles Gide, Schulze Delitz, Robert Owen, dan lain-lain). Koperasi selain sebagai perkumpulan orang koperasi juga sebagai badan usaha membawa konsekuensi selain tujuan utamanya meningkatkan kesejahteraan anggota dan kegiatannya berdasar kekeluargaan. Tugas utama koperasi adalah menunjang perusahaan dan/atau rumah tangga para anggotanya dalam rangka meningkatkan kekuatan ekonomi. Koperasi dalam mewujudkan tugas utamanya harus dapat memberikan keuntungan bagi para anggota sehingga diantaranya dengan memberikan pelayanan yang baik terdapat anggota sehingga kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Hanel (1988: 77) mengungkapkan bahwa: “agar perusahaan koperasi dapat menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh (per)usaha(an) dan/atau rumah tangga para anggotanya secara efisien, maka perusahaan tersebut harus melaksanakan fungsi-fungsi yang mencerminkan berbagai keuntungan dan kerjasama dan dengan demikian meningkatnya potensi pelayanan yang cukup bagi kemanfaatan anggotanya”.
20
Tujuan utama koperasi yaitu adanya kemanfaatan yang dapat dirasakan oleh anggota-anggotanya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup anggota. Oleh karena itu, kegiatan koperasi bukan saja perkumpulan orang saja tetapi juga merupakan satu satuan bisnis komersial seperti juga badan usaha lain yang bertujuan memperoleh keuntungan (profit). Akan tetapi kesejahteraan anggota koperasi dapat dilihat selain dari materil juga dapat dilihat dari kemanfaatan non materil. Sesuai dengan tujuan utamanya untuk mensejahterakan anggotanya dapat diwujudkan dengan berusaha meningkatkan pendapatan para anggotanya. Misalnya, dengan cara memberikan pelayanan yang lebih baik bagi anggotanya contoh koperasi memberikan harga jual lebih rendah pada anggota dibandingkan harga pesaing, atau harga beli produk anggota yang lebih tinggi daripada harga yang ditawarkan pesaing. Apabila hal tersebut dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan maka koperasi dapat menjadi lembaga ekonomi yang dapat dimanfaatkan oleh para anggotanya maupun masyarakat sekitarnya dalam mengembangkan usaha mereka yang akhirnya koperasi dapat mewujudkan masyarakat adil makmur sejahtera seperti yang dicita-citakan seluruh bangsa Indonesia. Namun, pembahasan didalamnya kurang memberikan penjelasan terutama berkaitan dengan bahan kajian skripsi ini mengenai dampak keberadaan KPSBU terhadap kehidupan sosial ekonomi anggotanya pada tahun 1996-2001. Akan tetapi dari buku ini penulis memperoleh informasi mengenai peranan koperasi secara umum.
21
Buku kedua yaitu Beberapa Fasal Ekonomi Jalan ke Ekonomi dan Pembangunan, Jilid pertama yang ditulis oleh Muhammad Hatta (1959). Buku tersebut berisi tentang pikiran-pikiran Mohammad Hatta tentang ekonomi Indonesia. Salah satu bab dari buku tersebut membahas mengenai pikiran-pikiran Hatta tentang koperasi sebagai alat yang tepat bagi kaum ekonomi lemah untuk meningkatkan taraf hidupnya. Koperasi berkembang berdasarkan prinsip kerjasama dan azas tolong-menolong. Selain itu koperasi harus dijiwai oleh semangat self-help (menolong diri sendiri) agar mampu berdiri di atas kaki sendiri. Sejarah masyarakat koperasi di Eropa membuktikan bahwa orang-orang kecil yang lemah ekonominya akan mampu bertahan hidup dan meningkatkan taraf hidupnya melalui cara kerjasama dan tolong menolong dasar self-help tersebut. Melalui koperasi maka orang akan belajar mengenai dirinya sendiri dan percaya pada dirinya sendiri, maksudnya mereka akan melaksanakan prinsip menolong dirinya sendiri atas dasar solidaritas dan tolong menolong dengan rekan-rekannya yang senasib. Koperasi bagi masyarakat kecil bukan semata-mata wadah ekonomi tapi sudah merupakan lembaga pendidikan pula. Pemikiran tersebut sesuai dengan keadaan yang terjadi di KPSBU di Kecamatan Lembang. Berdasarkan banyaknya anggota koperasi berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Mereka menjadi anggota KPSBU bertujuan untuk mendapatkan kemudahan dalam bantuan permodalan untuk melakukan usaha produktif dan menyalurkan produk untuk dipasarkan dengan mendapat harga yang layak agar dapat meningkatkan taraf hidupnya.
22
Buku yang membahas khusus mengenai KPSBU adalah KPSBU (2006). Buku ini secara umum membahas mengenai profil KPSBU. Buku tersebut membahas peran dan fungsi KPSBU, dan Visi dan Misi KPSBU. Dari buku tersebut dapat diketahui bahwa KPSBU berdiri pada bulan Agustus 1971 di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung yang bertahan sampai saat ini. Peran dan fungsi KPSBU yaitu memberikan pelayanan seperti pemasaran susu, koperasi mengumpulkan susu segar dari peternak untuk dikirimkan ke industri pengolahan susu, memberikan pinjaman ke anggota, menyediakan barang kebutuhan rumah tangga dan kandang, memberikan layan antar ke rumah peternak melalui waserda, adanya program kesehatan anggota baik untuk hewan ternak maupun anggota melalui kerjasama dengan penyediaan pelayanan kesehatan swasta. Buku tersebut memberikan informasi mengenai peran KPSBU bagi anggota dan masyarakat. Walaupun demikian buku tersebut kurang memberikan informasi mengenai dampak keberadaan koperasi terhadap anggotanya pada tahun 1996-2001 yang sesuai dengan kajian skripsi ini. Hasil karya ilmiah yang berjudul Daya Hidup Koperasi dan Implikasinya Terhadap Kesejahteraan Anggota (Studi Kasus Pada Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pangalengan) yang ditulis oleh Syamsuri SA. (1986). Pada karya tulis tersebut membahas bahwa peran koperasi dapat dirasakan dari kesejahteraan anggota. Kesejahteraan anggota dapat diperoleh dari besarnya manfaat yang dirasakan. Sebagaimana kita ketahui sendi dasar Koperasi Indonesia salah satunya adalah mengembangkan kesejahteraan anggota dimana konsep kesejahteraan
anggota
menurut
keyakinan
masyarakat,
koperasi
adalah
23
keseimbangan
dan
keserasian
antara
kemajuan-kemajuan
ekonomi
dan
terpeliharanya nilai-nilai sosial budaya yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Dengan demikian koperasi ingin mengembangkan usaha-usaha ekonomi dan sekaligus iklim pergaulan sosial yang membahagiakan anggota dan masyarakat yang pada umumnya memerlukan gerak kegiatan yang bersifat sosial kultural yaitu pendidikan. Pendidikan bagi anggota dan masyarakat berguna sebagai jalan untuk mencapai kemakmuran yang adil dan merata bagi seluruh rakyat. Diharapkan dengan adanya pendidikan yang diselenggarakan oleh koperasi anggota dapat mengambil pelajaran dalam upaya mengembangkan usaha-usaha ekonominya dalam rangka peningkatan pendapatan. Jika manfaat sudah dirasakan maka dengan sendirinya pendapatan yang diperoleh mereka semakin meningkatkan kegiatan-kegiatannya di koperasi dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya yang pada akhirnya akan mempengaruhi SHU yang dibagikan kepada anggota karena SHU ini dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa yang dilakukan oleh masing-masing anggota koperasi, yang dimaksud dengan jasa disini adalah transaksi usaha dan partisipasi modal. Walaupun penelitian karya ilmiah ini dilakukan di Koperasi Peternak Bandung Selatan, tetapi informasi tersebut relevan dengan penelitian penulis untuk membahas mengenai dampak keberadaan koperasi terhadap kehidupan sosial ekonomi para anggotanya.
24
2.2 Landasan Teoritis Teori yang digunakan penulis sebagai landasan teoritis dalam membahas permasalahan penelitian skripsi yang berjudul Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung: Perkembangan dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Para Anggotanya (1996-2001), diantaranya: 2.2.1 Pengertian dan Hakekat Koperasi Menyadari pentingnya peranan koperasi dalam sistem perekonomian nasional dan mengingat bahwa koperasi merupakan suatu badan usaha yang memiliki perbedaan dengan badan usaha lain, maka terlebih dahulu diperlukan pemahaman mengenai koperasi. Koperasi merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang merupakan alat bagi masyarakat dan merupakan sokoguru perekonomian Indonesia. Secara harfiah koperasi berasal dari bahasa Inggris yaitu kata cooperation, yang terdiri dari dua suku kata yaitu co yang berarti bersama dan operation yang berarti bekerja. Jadi cooperation mengandung arti bekerjasama. Dalam arti kata tersebut koperasi dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi atau perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan usaha yang secara sukarela bekerjasama untuk mencapai tujuan berdasarkan atas asas kekeluargaan. Buku pertama yaitu berjudul Ekonomi Koperasi untuk Perguruan Tinggi yang ditulis oleh Hendar dan Kusnadi (2002). Dalam buku tersebut dibahas mengenai pengertian koperasi menurut beberapa ahli koperasi diantara lain:
25
a. Menurut Calvert (1959) dalam bukunya yang berjudul The Law and Principles of Cooperation, koperasi didefinisikan sebagai berikut: “Koperasi didefinisikan sebagai organisasi orang-orang yang hasratnya dilakukan secara sukarela sebagai manusia atas dasar kemampuan untuk mencapai tujuan ekonomi masing-masing”. Ideologi yang terkandung dalam definisi ini adalah: 1. Menolong diri sendiri (self help) atau swadaya. 2. Kerjasama orang-orang (personal cooperation) dalam mana anggota yang terhimpun dianggap sebagai manusia, bukan semata-mata sebagai pemegang saham. 3. Persamaan hak bagi anggota (equality of members). 4. Perhimpunan atau perkumpulan sukarela (voluntary sciation) 5. Mengutamakan kepentingan anggota (member promotion). b. Menurut Moh. Hatta dalam bukunya “Koperasi Membangun dan Membangun Koperasi”, mendefinisikan koperasi sebagai berikut: “Koperasi sebagai usaha bersama untuk memperbaiki penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong. Semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan ‘seorang buat semua dan semua buat seorang”. c. Menurut Internasional Labour Organization (ILO), melalui rekomendasi No.127, mendefinisikan koperasi sebagai berikut: “Koperasi adalah suatu perkumpulan orang, yang bergabung secara sukarela untuk mewujudkan tujuan bersama melalui pembentukan suatu organisasi yang diawasi secara demokratis, dengan memberikan kontribusi yang sama sebanyak jumlah yang diperlukan, turut serta menanggung resiko yang layak, untuk memperoleh kemanfaatan dari kegiatan usaha, dimana para anggota berperan serta secara aktif (Hanel, 1989)”. d. Menurut Arifinal Chaniago mendefinisikan koperasi sebagai berikut: “Koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar, dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya”.
26
e. Menurut Munkner dalam Arifin Sitio dan H. Tamba (2001: 18), mendefinisikan koperasi sebagai berikut: “Koperasi sebagai organisasi tolong menolong yang menjalankan ‘urusniaga’ secara kumpulan, yang berasaskan konsep tolong menolong. Aktivitas dalam urusniaga semata-mata bertujuan ekonomi, bukan sosial seperti gotong royong”. Buku kedua berjudul Perkoperasian Indonesia ditulis oleh Arifinal Chaniago (1987). Pada buku tersebut perkembangan koperasi di Indonesia tidak dapat terlepas dari pengaruh keperluan masyarakat, berdasarkan lapangan usahanya koperasi dapat digolongkan menjadi: 1) Koperasi Desa Koperasi desa merupakan koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari penduduk desa yang mempunyai kepentingan-kepentingan yang satu sama lain sangkut paut secara langsung. 2) Koperasi Konsumsi Koperasi konsumsi ialah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam lapangan konsumsi. 3) Koperasi Pertanian Koperasi pertanian adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri petani pemilik tanah, pemaro atau buruh tani dan orang-orang yang berkepentingan serta mata pencahariannya berhubungan dengan usaha pertanian yang bersangkutan.
27
4) Koperasi Peternakan Koperasi peternakan adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan buruh peternakan yang kepentingan serta mata pencahariannya langsung berhubungan dengan peternakan. Koperasi peternakan dapat didirikan sesuai dengan jenis ternak misalnya koperasi peternak ayam, koperasi peternak itik, koperasi peternak sapi, dan lain-lain. 5) Koperasi Perikanan Koperasi perikanan adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari
pengusaha,
pemilik
alat
perikanan,
buruh/nelayan
yang
kepentingan serta mata pencahariannya langsung berhubungan dengan usaha perikanan. 6) Koperasi Kerajinan Koperasi kerajinan adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari pengusaha, pemilik alat-alat produksi dan burruh yang kepentingan serta
mata
pencahariannya
langsung
berhubungan
dengan
kerajinan/industri yang bersangkutan. 7) Koperasi Simpan Pinjam Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang anggotanya setiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam lapangan pengkreditan.
28
2.2.2 Perubahan Sosial Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan merupakan sesuatu yang amat melekat dalam diri manusia, baik itu dari sisi individu, kelompok masyarakat maupun sistem yang ada dalam keseharian manusia. Hakikat manusia yang selalu dinamis, membawa manusia kepada sesuatu yang baru dalam kehidupannya, sehingga akan terjadi penyesuaian antara unsur yang lama dan unsur yang baru, serta akan berimplikasi kepada adanya suatu perubahan ataupun pergantian dalam unsur-unsur tersebut (Saripudin, 2005: 131). Perubahan dalam masyarakat merupakan suatu peristiwa tersendiri dari kehidupan, perubahan-perubahan yang terjadi dalam berbagai kehidupan itu berbeda-beda dan tidak dapat disamakan, walaupun mempunyai beberapa ciri yang identik. Perubahan ini terkait dengan lokasi, manusia, serta sisi fungsional dan unsur-unsur baru, serta kondisi lingkungan yang ada, sehingga akan timbul fenomena-fenomena yang menarik dari sebuah perubahan sosial yang terjadi. Menurut Kingsley (Soekanto, 1998: 336-337) mengartikan perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Mac Iver mengartikan perubahan sosial merupakan perubahanperubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial. Pada dasarnya setiap masyarakat dalam hidupnya akan mengalami perubahan. Masyarakat cenderung untuk tidak menjadi masyarakat yang statis, tetapi akan mengalami perubahan baik dalam aktivitas maupun bentuknya. Perubahan itu akan diketahui apabila dilakukan perbandingan, yaitu
29
mengkaji keadaan suatu masyarakat pada waktu tertentu dengan keadaan masyarakat pada masa lampau. Perubahan pada prinsipnya merupakan suatu proses yang terus menerus dan pada kenyataannya masyarakat akan mengalami perubahan, tetapi perubahan antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tidak selalu sama, ada masyarakat yang mengalami perubahan yang lebih cepat jika dibandingkan dengan masyarakat lainnya (Soekanto, 1998: 333). Berdasarkan hal tersebut penulis juga melihat adanya perubahan pada anggota Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara dalam tahun 1996-2001. Hal yang sama diungkapkan oleh Parson dalam Suwarsono dan Alvin (2001: 1) bahwa masyarakat dianalogikan sebagai organ tubuh, masyarakat dapat juga dipelajari seperti mempelajari tubuh manusia. Masyarakat akan selalu mengalami perubahan karena masyarakat bukan sesuatu yang statis tapi dinamis. Perubahan tersebut sangat teratur dan selalu menuju pada keseimbangan baru dan menuju pergerakan dari tingkat perkembangan yang sederhana ke tingkat yang lebih maju. Perubahan masyarakat akan menyangkut banyak hal, diantaranya norma-norma prilaku, organisasi, susunan, dan stratifikasi kemasyarakatan. Perubahan tidak hanya bercirikan pada stratifikasi tetapi juga struktur masyarakat. Perubahan yang terjadi tidak hanya terdapat dalam suatu bidang saja, tetapi terjadi dalam berbagai bidang kehidupan dan diantara satu aspek dengan aspek lainnya yang saling mempengaruhi. Stratifikasi merupakan gejala umum yang dapat ditemukan dalam setiap masyarakat, betapa pun sederhana dan kompleksnya suatu masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Sorokin (Soekanto,
30
1998: 252) bahwa setiap yang berlapis-lapis itu merupakan ciri tetap dan umum dalam suatu masyarakat yang hidup teratur. Pada konteks ini, perubahan yang ditelaah menyangkut perubahan sosial di pedesaan yakni dengan adanya Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Kecamatan Lembang dengan melihat beberapa faktor yaitu, faktor pertama adalah eksistensi manusia di dalam keluarga dan masyarakat, ditentukan oleh bagaimana mereka dapat mengembangkan diri dan memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya melalui Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara. Faktor kedua adalah penyesuaian terhadap situasi sosial budaya yang terkait dengan fasilitas kehidupan, norma, dan nilai kehidupan. Mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Lembang didominasi sebagai petani dan peternak, karena keadaan alam yang mendukung. Untuk mendukung mata pencahariannya khususnya para peternak sapi perah, mereka bergabung dalam Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara. Koperasi tersebut dijadikan wadah bagi para peternak untuk menyalurkan hasil produksinya yaitu susu. Perubahan sosial terjadi disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar masyarakat. Faktor yang berasal dari dalam adalah bertambah dan berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru dalam bidang teknik, pertentangan (conflict) masyarakat, dan terjadinya pemberontakan atau revolusi, serta faktor yang berasal dari luar adalah sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia misalnya gempa bumi, banjir, dan lain-lain, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain (Soekanto, 1998: 352361).
31
Secara garis besar bahwa masyarakat akan mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi pada masyarakat dipengaruhi dari dalam dan luar masyarakat dikarenakan bahwa hal ini tidak terlepas dari adanya pengaruh yang ditimbulkan melalui interaksi antara individu dalam masyarakat, hal ini dialami oleh para anggota KPSBU. Adanya Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara, kehidupan sosial ekonomi para anggotanya mengalami perubahan.